1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan Perkembangan jasa konsultan perencanaan dan konstruksi
di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Adanya proyek - proyek baru yang
muncul merupakan suatu peluang yang sangat menguntungkan. Nurhayati (2010)
Proyek merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu yang
terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu. Dalam kegiatan pengelolaan proyek
ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
2. Perekayasaan dan Perancangan (Engineering dan Desain)
3. Pengadaan dan Pelelangan (Procurement)
4. Pelaksanaan (Construction)
5. Tes Operasional (Commisioning)
6. Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Operational dan Maintenance)
Manajemen proyek mempunyai sifat yang istimewa, dimana waktu kerja
manajemen dibatasi oleh jadwal yang telah ditentukan. Dalam manajemen proyek
terdapat tiga hal yang diutamakan yaitu : Perencanaan, Penjadwalan, dan
Pengendalian proyek (Yayuk, 2012). Pekerjaan Perancangan Sistem dan Instalasi
Mekanikal Elektrikal & Plumbing merupakan salah satu bagian yang penting
karena merupakan bagian dari tahapan pengelolaan proyek.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Dalam tahapan Perancangan MEP (Mekanikal Elektrikal & Plumbing )
sebuah proyek sering muncul berbagai masalah, salah satu masalah yang terjadi
adalah keterlambatan waktu penyelesaian perancangan dari jadwal yang telah
direncanakan, dengan adanya keterlambatan ini, dapat dianggap sebagai kelalaian
dari pihak konsultan perencana, yang bisa berakibat mendapatkan sanksi dari
Pemilik Proyek berupa denda, sampai yang terburuk adalah pemutusan kontrak
secara sepihak dari pihak Pengembang (Developer).
Pada Perancangan sistem MEP Whiz Hotel Yogyakarta terdapat 23 tahapan
pelaksanaan pekerjaan. Untuk masalah yang terjadi adalah keterlambatan waktu
penyelesaian perancangan dari jadwal yang telah direncanakan, dari yang
seharusnya 2 bulan ( 38 hari kerja) menjadi 41 hari kerja, atau mundur 3 hari dari
jadwal yang seharusnya. Dengan nilai proyek sebesar Rp. 190.000.000,- dengan
terjadinya
keterlambatan
ini
konsultan
perencana
dianggap
lalai
atas
keterlambatan tersebut. Penyebab keterlambatan tersebut antara lain : lamanya
pengerjaan design development, produksi gambar dari studio yang tidak tepat
waktu, terlambatnya distribusi gambar dari konsultan arsitektur, lamanya
persetujuan gambar yang akan didistribusikan kepada konsultan struktur.
Tabel 1.1. Keterlambatan Proyek Ciputra Tower 4 dan Whiz Hotel Lampung
Nama Proyek
Pekerjaan
Perancangan sistem
MEP Apartemen
Ciputra Tower 4
Waktu Planning
(Sesuai SPK)
Waktu
Aktual
Nilai Proyek
(Rp)
198 hari
211 hari
507.200.000
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penalti
Terjadi
keterlambatan
perencanaan selama 13 hari
kerja. Akan tetapi hal ini tidak
menimbulkan penalti, karena
telah diatur dalam SPK, pasal
5 Force Majeure :
1. Force Majeure adalah suatu
keadaan memaksa yang
timbul sebagai akibat dari
terjadinya hal –hal yang
berada diluar kemampuan
para
pihak
dan
3
mempengaruhi pelaksanaan
layanan
jasa
secara
langsung,
tetapi
tidak
terbatas pada bencana alam,
kebakaran,
huru
hara,
pemogokan dan perang.
2. Pihak
perencana
telah
melaporkan apabila terjadi
hambatan
perencanaan
paling lambat 3 hari kerja
sejak terhambat.
3. Jika Force Majeure tidak
dapat
diterima
pihak
pertama, maka perlu adanya
addendum yang mengatur
tentang denda maksimal 5%
dari nilai kontrak per 10
hari keterlambatan.
Pekerjaan
Perancangan sistem
MEP Whiz Hotel
Lampung
88 hari
102 hari
198.000.000
Terjadi
keterlambatan
perencanaan selama 14 hari
kerja. Akan tetapi hal ini tidak
menimbulkan penalti, karena
telah diatur dalam SPK, pasal
5 Force Majeure :
1. Force Majeure adalah suatu
keadaan memaksa yang
timbul sebagai akibat dari
terjadinya hal –hal yang
berada diluar kemampuan
para
pihak
dan
mempengaruhi pelaksanaan
layanan
jasa
secara
langsung,
tetapi
tidak
terbatas pada bencana alam,
kebakaran,
huru
hara,
pemogokan dan perang.
2. Pihak
perencana
telah
melaporkan apabila terjadi
hambatan
perencanaan
paling lambat 3 hari kerja
sejak terhambat.
3. Jika Force Majeure tidak
dapat
diterima
pihak
pertama, maka perlu adanya
addendum yang mengatur
tentang denda maksimal 5%
dari nilai kontrak per 10
hari keterlambatan.
Sumber : PT. Malmass Mitra Teknik (SPK)
Konsultan perencana (PT. Malmass Mitra Teknik) dalam menjadwalkan
proyek dan penghitungan biaya perancangan proyek hanya berdasarkan
pengalaman proyek sebelumnya, sehingga perlu adanya penelitian dengan metode
PERT (Project Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path
Method - Metode Jalur Kritis) dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Proyek
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Mekanikal Elektrikal dan Plumbing (MEP) pada PT. Malmass Mitra Teknik
dengan metode PERT dan CPM (Studi kasus Proyek Whiz Hotel Yogyakarta)”.
Penelitian dengan metode PERT dan CPM pernah dilakukan sebelumnya
oleh Anggara Hayun A tahun 2005, Bram Iskumara Gumilang, Dwijanto & Mulyono
tahun 2014, Muhammad Rizki Ridho dan Syahrizal tahun 2012, akan tetapi dalam
penelitian ini obyek yang diteliti adalah yang membedakan dari penelitian
sebelumnya, pada penelitian ini hanya membahas hal yang berkaitan dengan
Pekerjaan Perancangan sistem MEP Whiz Hotel Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan uraian di atas permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Work Breakdown Structure (WBS) dari Pekerjaan Perancangan
sistem MEP Whiz Hotel Yogyakarta ?
b. Waktu Kritis dari Pekerjaan Perancangan sistem MEP Whiz Hotel
Yogyakarta ?
c. Berapa Percepatan waktu yang didapat dari Pekerjaan Perancangan sistem
MEP Whiz Hotel Yogyakarta?
d. Berapa Efisiensi yang dicapai dari Pekerjaan Perancangan sistem MEP
Whiz Hotel Yogyakarta ?
C. Pembatasan Masalah
a. Pembahasan hanya dilakukan pada Pekerjaan Perancangan sistem MEP
Whiz Hotel Yogyakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
b. Pembahasan hanya meliputi analisis Pekerjaan Perancangan sistem MEP
Whiz Hotel Yogyakarta dengan metode PERT dan CPM.
c. Dalam penulisan ini, masalah tanah, penyediaan bahan baku dan masalah
perawatan setelah pembangunan tidak dimasukkan dalam pembahasan.
D. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bentuk Work Breakdown Structure (WBS) dari
Pekerjaan Perancangan sistem MEP Whiz Hotel Yogyakarta.
b. Dapat mengetahui Waktu Kritis dari Pekerjaan Perancangan sistem MEP
Whiz Hotel Yogyakarta.
c. Untuk mengetahui Percepatan waktu yang didapat dari Pekerjaan
Perancangan sistem MEP Whiz Hotel Yogyakarta.
d. Dapat mengetahui Efisiensi yang dicapai dari Pekerjaan Perancangan
sistem MEP Whiz Hotel Yogyakarta.
E. Kontribusi Penelitian
Kontribusi dari penelitian ini adalah supaya dapat dijadikan referensi atau
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan, bagaimana
mempraktekkan teknik penjadwalan di dunia nyata, menambah pengetahuan
tentang manajemen operasional dalam merencanakan suatu proyek dengan
menggunakan metode PERT dan CPM untuk meningkatkan efesiensi waktu dan
biaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download