8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam berarti ”Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan obyektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai den pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun“pengetahuan” itu sendiri artinya segala seauatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991: 3).IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang tererorganisasi tentangalam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaiailmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan (Depdiknas, 1994: 61). IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, pronsip-prinsip,proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah (Depdiknas, 2004: 6). Menurut Sri Sulistyorini (2007), IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan dari segi pengembangan sikap. Artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandungketiga dimensi tersebut. Menurut Leo Sutrisno (2007) IPA merupakan usaha manusia dalammemahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran,serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaranyang sahih (valid)sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth)Jadi, IPAmengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), 9 prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul). 1.) IPA sebagai Proses IPA sebagai proses merujuksuatuaktivitasilmiah yang dilakukanparaahli IPA. Setiap aktivitas ilmiah mempunyai ciri rasional, kognitif dan bertujuan.Aktivitas dalam mencari ilmu memang menggunakan kemampuan pikiran untuk menalarkannya.Dalam melaksanakan aktivitas ilmiah yang merupakan kegiatan kognitif, Anda harus memiliki tujuan, yaitu mencari kebenaran, mencari penjelasan yang terbaik. Aktivitas ilmiah semacam ini dipayungi oleh suatu kegiatan yang disebut penelitian 2.) IPA sebagai Prosedur Pengetahuan IPA dibangunmelaluipenalaran inferensi berdasarkan data yang tersedia.Kebenarannya diuji lewat pengamatan nyata.Bagi yang tidak memenuhi syarat dengan sendirinya gugur atau direvisi ulang.Semua temuan IPA memerlukan uji oleh temansejawatdanjugaperlureplikasi.Semakinsederhanapenjelasannyasemakin diterimaolehmasyarakatIPA.Lihatlahhukumgravitasi Newton, teorirelativitaskhusus Einstein, ketidakpastian Heisenberg dsb. 3.) IPA sebagaiProdukIlmiah IPA sebagai produk ilmiah dapat berupa pengetahuan IPA yang dapat ditemukan di dalam buku-buku ajar, majalah-majalah ilmiah, buku-buku teks, artikel ilmiah yang terbit pada jurnal, serta pernyataan-pernyataan para ahli IPA. Secara umum produk ilmu pengetahuan itu dapat dibagi menjadi: fakta, konsep, lambang, konsepsi/penjelasan, dan teori. Ketikaparailmuwan yang mengamatisuatu fenomena alam, mereka memperoleh sejumlah fakta dan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan fenomena tersebut. Selanjutnya, mereka membangunKonsepkonsep IPA berupa sebuah kata atau gabungan dua kata atau lebih.Misalnya: panas, suhu, massa, panas jenis, volume, massa jenis, gerak Berubah peraturan, gerak lurus berubah beraturan. Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi 10 tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan. Dalam IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul). Pengertian Sains. Sains adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Dari kedua penngertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu cara atau metode untuk mendapatkan pengetahuan dengan mengamati sesuatu yang ada di dunia ini dan pengetahuan yanag diperoleh tersebut dapat diuji kembali kebenarannya melalui metode ilmiah. Untuk memahami sains haruslah melalui berbagai pemahaman yaitu: Sains sebagai institusi diartikan sebagai suatu kelembagaan imajiner, Kelembagaan dari bidang profesi tertentu seperti: bidang profesi hukum, bidang kedokteran, bidang pendidikan dan sebagainya. Sains sebagai suatu metode yaitu sebagai suatu proses yang masih terus berkembang/berubah. Metode sains terdiri dari sejumlah kegiatan baik mental maupun manual, termasuk observasi, eksperimen, klarifikasi, pengukuran dan sebagainya.Sains sebagai kumpulan pengetahuan: Pengetahauan sains merupakan kumpulan kebenaran yang tidak mutlah dan jumlahnyapun selalu berkembang karena kebenarannya dapat diperiksa setiap saat oleh orang lain ataupun diulang observasinya. Sains sebagai faktor pengembang produksi. Sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan dan sikap. Pengertian sains ternyata mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Pada mulanya sains merupakan pengetahuan biasa, lambat laun pengertiannya berubah menjadi pengetahuan yang rasional lepas dari takhayul, dan kepercayaan seperti pada zaman Yunani, kemudian berkembang lagi menjadi pengetahuan yang didapat dari metode ilmiah. 11 Namun metode ilmiah itupun nampaknya berkembang pula pengertiannya. Pada mulanya dikatakan ilmiah asalkan yang masuk akal (rasional) dan sesuai dengan obyeknya. Namun kemudian persyaratannya bertambah yaitu syarat kuantitatif bahkan pada zaman sekarang persyaratan itu ditambah lagi yaitu haruslah bersifat pragmatis. Nilai-nilai sains Sains mempunyai banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Nilainilai yang terkandung dalam sains adalah sebagai berikut: Nilai-nilai sosial dari sains terdiri dari Nilai etika dan estetika, nilai moral humaniora, nilai ekonomi. Nilai-nilai Pedagogik/Psikologis dari saians terdiri dari sikap mencintai kebenaran, sikap tidak purbasangka, menyadari kebenaran ilmu tidak mutlak, keyakinan bahwa tatanan alam bersifat terataur, bersifat toleran terhadap orang lain, bersikap ulet, sikap teliti dan hati-hati, sikap ingin tahu, sikap optimis. 2.1.2. Hasil belajar IPA Kata hasil belajar sering disebut prestasi belajar. Kata prestasi berasal dari Belandayaitu”prestatie”kemudiandalam bahasa Indonesia disebut prestasi yang artinya hasil usaha. Kata prestasi juga berarti kemampuan ketrampilan, sikap sesorang dalam menyelesaikan sesuatu (Arifin l,1999 :78 Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktifitas belaja (Tri Anni,2004:4) Menurut Siddiq (2008: 1-3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahankemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak trampil menjadi trampil. Gagne (dalam Siddiq, 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. 12 1) Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir danmerasakan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif. 2) Perubahan perilaku Hasil belajar perubahan-perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya. 3) Pengalaman Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu denganlingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Slavin dalam (tri Anni, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Gagne dalam (Tri Anni, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar adalah sikap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai akibat suatu hasil dari latihan atau pengalaman Morgan dalam (Purwanto, 1997: 84).Menurut William James, John Dewey,James cartel dan Edward (dalam Winataputra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) tersebut di peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian belajar sepanjang hayat. Menurut skinner (dalam Suhartinah, 2007) belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Proses adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal, apabila ia diberi penguatan (reinforce). Muhibbin (dalam Suhartinah, 2007) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut. 13 Slameto (dalam Kurnia, 2007: 1-3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (dalam Kurnia, 2007: 1-30) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasil-kan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari pengertian-pengertian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif. Menurut Siddiq (2008), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan olehseseorang(guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Padapendidikanformal (sekolah), pembelajaranmerupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu. MenurutWinataputradkk,(2007),pembelajaranuntukmenginisisasi,memfasilitasidan meningkatkanintensitasdankualitasbelajarpadadiripesertadidik.Menurut pasal 1 butir 20 Butir Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas(dalam Winataputra, 2007) yakni, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar. MenurutHernawandkk,2008.Pembelajaran merupakan kegiatanyangdilakukanmelaluiusaha-usaha suat yang terencanadalammemanipulasisumber – sumberbelajar agar terjadi proses belajar.Pembelajaranpadaintinyamerupakansuatu proses menciptakankondisi 14 yang kondusif agar terjadiinteraksipembelajaran.Konsep pembelajaran pada dasarnya terbagi kedalam dua konsep yang berlangsung secara bersamaan, yaitu proses belajar yang dilakukan oleh siswa dan proses mengajar yang dilakukan oleh guru.Beberapa pengertian di atas dapat disatukan bahwa hakekat pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam proses belajar dan mengajar dimana terjadi komunikasi yang berarti antara siswa dengan guru yang didukung oleh sumber belajar dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan. pembelajaran yang mengikuti metodolagi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran yang bermakna Hakekat Belajar Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar psikologi, antara lain: 1. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. 2. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. 3. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. 4. Menurut Gagne (1977:3) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Dari keempat konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu: a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen. Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan 15 perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina (2004: 3). Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori:pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian. 2. Ranah Afektif Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. 3. Ranah Psikomotorik Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif. Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran 2.1.3.Tehnik Pendekatan CTL Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, Pembelajarantidakhanyaberorientasi mengingat, dan target memahami. penguasaanmateri, agar tidakgagaldalammembekalisiswauntukmemecahkanmasalahdalamkehidupannya. Dengandemikian proses pembelajaranlebihdiutamakandaripadahasilbelajar, sehingga 16 guru dituntutuntukmerencanakanstrategipembelajaran yang variatifdenganprinsipmembelajarkanmemberdayakansiswa, bukanmengajarsiswa. Dengan prinsip pembelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitasi dari guru. Siswabelajardenganmengalamisendiri, mengkontruksipengetahuan,kemudianmemberimaknapadapengetahuanitu. Siswaharustahumaknabelajardanmenyadarinya, sehinggapengetahuandanketrampilan yang diperolehnyadapatdipergunakanuntukbekalkehidupannya.Di sinilahtugas guruuntukmengaturstrategipembelajarandenganmembantumenghubungkanpengetah uan lama dengan belajarsebagaipemaindan yang barudanmemanfaatkannya.Siswamenjadisubjek guru berperansebagaipengaturkegiatanpembelajaran (sutradara) danfasilitator. Pembelajarandengancaraseperti di atasdisebutpembelajarandenganPendekatanKontekstual(Contextual Teaching and Learning), yaitudengancara guru memulaipembelajarandikaitkandengandunianyatayaitu diawalidenganberceritaatauta nya-jawablisantentangkondisi actual kemudiandiarahkanmelaluimodeling agar dalamkehidupansiswa siswatermotivasi, (daily questioning life), agar siswaberfikir, constructivism agar siswamembangun pengertian, inquiry agar siswa biasamenemukankonsepdenganbimbingan guru, learning community agar siswa bias berbagipengetahuandanpengalamansertaterbiasaberkolaborasi, reflection agar siswa biasamereviukembalipengalamanbelajarnya, sertaauthentic assessment agar penilaian yang diberikanmenjadisangatobjektif. Jadi pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sederhana. Hakikat pembelajaran kontekstual adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa menbuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama 17 pembelajaran efektif (Yasa,Doantara. 2008. Contextual Teaching and Learning) dalam friendl yschool.blogspot.com. Pembelajaran dalam sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut di atas, ini tidak sulit kalau sudah terbiasa. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Depdiknas(dalam (Triyanto, 2007: 106) Pendekatan yang di pakaidalampenelitianiniadalahmengunakaninquiri – based learning,pendekatan. Pembelajaran CTL adalahkonsepbelajar yang membantu guru mengkaitkanantaramateripembelajarandengansituasidunianyatasiswa, danmendorongsiswamembuathubunganantarapengetahuan yang dimilikinyadenganpenerapanyadalamkehidupanmerekasehariharisehinggaakanterasamanfaatdarimeteri yang akandisajiakan ,motifasibelajarakanmuncul,duniapikiransiswamenjadikonkrit ,suasanamenjadikondusif,nyamandanmenyenangkan, prinsippembelajarankontekstualadalahaktifitassiswa, siswamelakukandanmengalamitidakhanyamenontondanmencatatdalampembelajara n.Beberapakonsep CTL. 1. CTL merupakan konsep belajar,membantu guru untuk mengkaitkan antara materi yang diajarkan gengan situasi dunia nyata sisiwa dan mendorang sisiwa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan shari – hari mereka, sehingga siswa mendapat arti dari belajar dan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari adalah bekal bagi mereka di masa depan . 2. CTL dilandasi oleh teori belajar dari Jerome Bruner (Penemuan ) yaitu belajar merupakan usaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyetainya sehingga sisiwa mendapatkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya . 3. CTL sebuah sisitem Belajar Yang Didasarkan Pada Filosofis Bahwa siswa mampu menyerap pelajaran atau materi akademis,dan mereka menangkap makna dalam tugas – tugas sekolah jika meraka bisa mangaitkan informasi 18 baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelunya . 4. CTL suatu konsepsi yang membuat guru mengkaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat . Dalam CTL minimal ada 3 hal yang terkandung. a. CTL menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi artiya proses belajar diorentasikan pada pengalaman secara langsung.prosesnya tidak mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran akan tetapi ada proses mencari menemukan sendiri materi tersebut. b. CTL mendorong siswa menemukan hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata ,artinya sisiwa dituntut untuk dapat menengkap hubungan antara pengalaman di sekolah dengan kehidupan nyata. c. CTL mendorang siwa menerapkannya dalam kehidupan artinya CTL tidak hanya mengharapkan sisiwa mempelajari materi tersebut tetapi bagaimana materi dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari .materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk di tumpuk di otak dan kemudian dilupakan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Karaktristik CTL 1. Antar siswa perlu kerja sama 2. Saling menunjang 3. Menyenangkan dan tidak membosankan 4. Terintegrasi 5. Menggunakan berbagai sumber 6. Siswa aktif 7. Shering dengan teman 8. Siswa kritis dan guru kreatif 19 9. Dinding kelas dan lorong – lorong penuh dengan hasil karya sisiwa Strategi pembelajaran kontektual :Adalah siasat atau kiat yang sengaja dirancang oleh guru,yang berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuanya yang berupa hasil belajar bisa tercapai optimal.CTL intinya adalah pada inquiri,penemuan sendiri oleh siswa dengan bimbinga guru filosofisnya adalah konstrutivisme,pembelajaranya denga model bekerja dan belajar kelompok,adanya pertanyaan pertanyaan,penilaiannya adalah penilaian sebenarnya dan diakhiri dengan refleksi Adapun Langkah-langkah Pembelajaran CTL ( Contextual Teaching and Learning ) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,langkahlangkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut. 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4. Ciptakan masyarakat belajar, ( Misalnya,Melalui Belajar Kelompk ) 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 2.2. Kajian Hasil – Hasil Penelitian Yang Relevan Menurut Wayan (2005), penelitian yang berjudul “Model Pembelajaran Langsung Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Konsepsi Fisika Siswa SMAN 13 Bandar Lampung ” menyimpulkan bahwa:1) Aktivitas belajar siswa sangat baik. Setiap kegiatan belajar fisika hanya sebagian kecil siswa melakukan kegiatan menyimpang.2) Kosepsi-konsepsi siswa terhadap konsep fisika jika dibandingkan dengan penguasaan konsep awal siswa meningkat 20 dari siklus ke siklus Dalam penelitian Ahmad Azhar ( 2002 ) yang berjudul “Peranan Pendekatan Konrekstual Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam” menyimpulan bahwa:1) Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang digunakan pada proses belajar mengajar di mana materi kegiatannya berhubungan erat dengan pengalaman nyata siswa diluar sekolah. 2) Peranan pendekatan kontekstual pada dasarnya perpaduan antara berbagai macam pendekatan yang digunakan pada pembelajaran IPA yang telah ada sebelumnya, yaitu : meningkatkan motivasi siswa, mengembangkan kreativitas dan mental siswa dan membantu guru dalam mengaitkan isi atau materi pelajaran IPA dengan keadaan dunia nyata pada proses pembelajaran.3) Pendekatan kontekstual adalah pengembangan dari cara pembelajaran yang telah ada. 2.3. KerangkaBerpikir Optimalisasikegiatanpembelajarandipengaruhiolehberbagaifaktor,diantaranyafacto rmetodeatauteknik dan model mengajar guru. Guru dapatmenggunakanmetodepembelajaran yang bervariasisehinggasiswatidakjenuhdalamkegiatanpembelajaran. Guru dapatmengaitkanmateri yang terdapatdalamkurikulumdengankondisilingkunganatausesuaidengandunianyatasehin ggasiswamerasapembelajaranmenjadilebihbermaknaataumemilikimanfaatdalamkehi dupansehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan guru harus dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran atau pembelajaran yang partisipatif. Peserta didik dibantu oleh pendidik dalam melibatkan diri untuk mengembangkan atau memodifikasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa dibantu oleh guru melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Proses ini mencakup kegiatan untuk menyiapkan fasilitas atau alat bantu pembelajaran, menerima informasi tentang materi/bahan belajar dan prosedur pembelajaran, membahas materi/ bahan belajar 21 dan melakukan saling tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi atau memecahkan masalah. Dengan menerapkan pendekatan kontekstual, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran IPA dikelas IV SDNegeri Sidoharjo 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, karena siswamenjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan diharapkan pula terjadi peningkatan hasil belajar. Gambar 2.1 kerangka Kondisi Awal Tindakan Guru dalam pembelajaran masih bersifat Bersifat Konvensional Guru Menggunakan Pendekatan CTL Nilai IPASiswa Rendah (Di bawah KKM ) Siklus I Menggunakan Pendekatan CTL Siklus II Menggunakan pendekatan CTL Siswa terlibat langsung Keaktifan siswa Hasil belajar meningkat Kondisi Akhir Di duga dengan Menggunakan Pendekatan Model Pembelajaran CTL Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Meningkat 22 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diatas,maka hipotesis yang penulis ajukan Adalah ’’ dengan penggunaan pendekatan Contextual Teaching And Learning ( CTL), hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sidoharjo 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang pada materi pembelajaran tentang perpindahan panas dapat meningkatkan