Pengaruh Jenis Musik dan Penyajian Bentuk Gambar Film Bingkai

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Film Bingkai Bersuara Sebagai Medium Komunikasi
Penggunaan suatu medium komunikasi dalam menyampaikan
suatu pesan akan banyak membantu apabila kita secara tepat dapat
memilih medium komunikasi tersebut. Saat memilih medium komunikasi
ini terdapat beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan seperti
khalayak, tempat, latar belakang, umur maupun pendidikan.
Medium komunikasi film bingkai terrnasuk media generasi ketiga,
teknologi pembuatannya sudah sangat dikenal di negara berkembang
dan terbukti sangat membantu penyuluh dalam menyebarkan pesan
inovasi di pedesaan India (Schramm, 1964). Medium komunikasi film
bingkai bersuara ialah salah satu bentuk media massa visual dua dimensi
yang menghasiikan tanda-tanda informasi visual yang berguna bagi
khalayak (Sulaiman, 1981).
Selanjutnya Schramm (1977) menggolongkan medium komunikasi
ini sebagai
medium kecil.
Penggolongan ini atas dasar : 1) cara
pembuatannya yang sederhana, 2) pengoperasiannya mudah, dan 3)
biaya pembuatannya serta pengoperasiannya murah dibandingkan
dengan media lain seperti televisi atau koniputer terprogram.
Medium komunikasi film bingkai bersuara ialah bidang transparan
yang bergambar. Bidang ini bisa terbuat dari kaca, plastik jernih atau
seluloid, film bingkai bersuara diproyeksikan kesebuah layar dengan alat
yang disebut proyektor.
Film bingkai bersuara merupakan alat audio
visual yang efektif karena khalayak mendapatkan gambaran jelas melalui
melihat, mendengar komentar tentang gambar secara baik dan kronologis
(Suleiman, 1981).
Film bingkai bersuara merupakan salah satu medium komunikasi
yang dapat menghasilkan tanda-tanda informasi oral dan visual yang
berguna bagi khalayak. Film bingkai bersuara merupakan medium kecil
yang dapat menjangkau kelompok atau individu khalayak (Kemp, 1975).
Film bingkai bersuara harus memberikan banyak fungsi serta
faedahnya kepada penonton. Penonton haws mendapatkan manfaat dari
melihat film bingkai bersuara, apabila film bingkai bersuara disajikan untuk
pengajaran, penyuluhan dan penerangan (Suleiman, 1981).
Kelebihan dan Kelemahan Film Bingkai Bersuara
Menurut Suleiman (1981) ada beberapa kelebihan dan kelemahan
penggunaan medium komunikasi film bingkai bersuara, jika dibandingkan
dengan media lainnya. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain :
a) Film bingkai bersuara tidak bertaut sehingga jika ingin melihat
sebagian dapat dilakukan.
Disamping itu jika ada sebagian yang
rusak, maka bagian itu dapat dibuang atau diganti tanpa
mengorbankan keseluruhan rangkaian yang lainnya.
b) Bisa diproduksi berseri dengan kombinasi antara huruf, gambar dan
suara sehingga seorang buta huwf masih ada kemungkinan
memahami isi pesan yang disampaikan.
c) Dibandingkan film movie, film bingkai bersuara dapat memberi
kesempatan kepada penonton untuk memperhatikan detil gambar
yang diproyeksikan. Tidak demikian dengan film movie yang terus
bergerak dan lewat tanpa penonton bisa menunggu.
d) Satu seri film bingkai bersuara tidak memerlukan tempat yang besar.
Proyektor juga tidak terlalu besar, sehingga perlengkapan itu mudah
dibawa dan dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan tentang keefektifan film bingkai
sebagai medium untuk mempercepat proses penyebaran informasi,
terutama informasi visual yang kurang memerlukan unsur gerakan. Kelly
(1980) menyebutkan bahwa, penggunaan film bingkai berseri untuk
pelajaran membaca murid kelas satu dapat membantu meningkatkan
pengenalan huruf dan kata dengan lebih baik. Hal ini juga berarti bahwa
film bingkai dapat menjadi medium untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak yang memiliki pendidikan rendah (kemampuan baca tulis
rendah) yang banyak terdapat di pedesaan.
Hasil penelitian Hines (1984), menjelaskan bahwa, "tidak ada
perbedaan antara film bergerak (movie) dengan film bingkai dalam
menyebarkan informasi visual yang kurang memerlukan unsur gerak".
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, film bingkai dapat menggantikan
film movie sebagai medium untuk menyebarkan informasi visual. Hal ini
akan sangat menguntungkan, karena biaya memproduksi film bingkai jauh
lebih murah dibandingkan film movie, pembuatannyapun lebih mudah dan
tidak serumit film movie.
Dengan memanfaatkan film bingkai untuk menyebarkan informasi,
maka informasi tersebut dapat disebarkan secara lebih menarik
(Sulaeman, 1981). Melalui medium film bingkai informasi yang berupa
deskripsi atau ilustrasi visual menjadi lebih jelas dan lebih mudah
ditangkap oleh khalayak (Jenkin, 1981).
Disamping
beberapa
keunggulan yang
sudah
disebutkan
sebelumnya, film bingkai mempunyai beberapa kelemahan yang perlu
diperhatikan. Kelemahan itu antara lain, jika digunakan secara individual
pemirsanya harus memiliki keterampilan untuk menyusun urutan
pemutaran film bingkai tersebut (Kemp, 1975). Untuk mengatasi
kelemahan semacam ini, seseorang yang ingin menggunakannya secara
individual, haws mencoba beberapa kali sampai dihasilkan susunan yang
baik dan benar.
Membuat suatu seri film bingkai diperlukan waktu yang cukup lama.
Lamanya pembuatan film bingkai sangat tergantung dari waktu (1)
perencanaan, (2) pemotretan (pengambilan obyek), (3) pemrosesan.
Waktu pemrosesan film bingkai ini dapat dipersingkat dengan cara
menggunakan film bingkai yang dapat segera diproses (instant) sendiri.
Film bingkai juga sulit untuk memvisualkan unsur gerak, sehingga
kurang efektif jika digunakan untuk menyebarkan informasi visual yang
banyak mengandung unsur gerak (Sulaiman, 1985). Kelemahan ini dapat
diatasi dengan cara menggunakan beberapa proyektor film bingkai
sekaligus untuk mempresentasikan beberapa film bingkai yang merekam
setiap gerakan suatu obyek.
Film Bingkai Bersuara Untuk Penyebaran lnforrnasi dan Pendidikan
Menurut Lonigro dan Eschenbrenner (1974), film bingkai sangat
baik untuk mendiseminasikan informasi tentang suatu cara atau prosedur
yang perlu dilakukan oleh seseorang secara bertahap. Hal ini disebabkan
pada film bingkai dapat diatur lamanya perpindahan antara satu film
bingkai dengan yang lainnya sehingga dapat disesuaikan dengan
kemampuan pemirsanya dalam memahami isi pesannya.
Sebagai alat bantu penyuluhan untuk mendiseminasikan inovasi,
film bingkai dapat digunakan baik oleh kelompok besar (dengan
menggunakan proyektor film bingkai) atau digunakan oleh kelompok kecil
(dengan menggunakan viewer) (Jenkin, 1981).
Hasil penelitian lain tentang film bingkai untuk diseminasi inforrnasi
telah dicatat oleh Brown seperti yang dikutip oleh Wilkinson (1980) :
-
Film bingkai dapat merangsang minat penonton.
-
Pesan film bingkai yang dipilih dan diadaptasi dengan tepat dapat
membantu penonton untuk memahami dan mengingat isi informasi
yang menyertainya.
Kelly (dalam Wilkinson, 1980) menyatakan bahwa penggunaan film
bingkai bersuara untuk pelajaran membaca murid kelas satu dapat
membantu meningkatkan pengenalan huruf dan kata dengan lebih baik.
Hal ini juga berarti bahwa film bingkai bersuara dapat menjadi medium
dalam pengajaran kepada khalayak yang memiliki pendidikan rendah.
Film bingkai bersuara dapat membantu menginterpretasi-kan yang
dilihat dalam pengajaran oleh pelajar (Brown, 1973). Tentang efisiensi
pengajaran dengan film bingkai bersuara, Suleiman (1981) mengatakan
bahwa film bingkai bersuara dapat meningkatkan efisiensi pengajaran 25
sampai 50 persen.
Sedangkan menurut Hamalik (1986) nilai film bingkai bersuara bagi
pendidikan adalah sebagai berikut :
(1) penyajiannya berupa suatu unit atau suatu kesatuan yang bulat,
(2) menimbulkan dan mempertinggi minat murid,
(3) setiap siswa dalam kelas melihat gambar yang sama dalam waktu
yang sama,
(4) merangsang diskusi kelas,
(5) gambar diproyeksikan, jadi lebih efisien.
Suatu gambar pada film bingkai bersuara dapat diulang selama
beberapa waktu dipasang dan mengadakan analisa secara lebih
mendalam. Baik oleh kelompok yang besar maupun oleh kelompok kecil,
bahkan secara individuiljuga besar manfaatnya.
Musik Pada Film Bingkai Bersuara
Menurut Irwin (1982), Hamdju dan Armillah (1986) musik adalah
salah satu seni yang temporal karena selalu berubah setiap saat.
Komposer menitik beratkan satu materi musik untuk satu kerja dalam satu
periode waktu yang menurut Hamdju dan Armillah mempunyai bagianbagian :
1. Vokal, ialah suara manusia (mulut), terrnasuk bersiul, yang utama.
2. Instrumen, ialah suara alat-alat musik seperti gitar, biola, seruling,
organ, dan alat-alat, yang utama.
3. Campuran, vokal dan instrumental, yaitu nyanyian vokal dengan
diiringi alat musik.
Bagi kehidupan manusia, musik adalah kebutuhan, Pasaribu
(1986), Hamdju dan Armillah (1986) didalam Muatip (1997). Musik untuk
inengungkapkan perasaan seperti rasa senang, sedih, cinta, dan
ungkapan perasaan lainnya. Fungsi musik tidak sekedar sebagai sarana
hiburan tetapi juga sebagai sarana pendidikan (Rajasundaran, 1981).
Pengarang lagu didorong untuk membuat lagu yang sifatnya mendidik
pendengarnya mengenai hal-ha1 yang perlu dilakukan, seperti pola
makan, kebersihan dan cara-cara bertani yang lebih maju dan
sebagainya.
Musik di Indonesia dapat digolongkan dalam musik tradisional dan
musik popular (dipengaruhi musik luar). Saat ini musik tradisional seperti
gamelan, angklong, orkes, gambus dan sebagainya, mengalami
kemunduran keberadaannya, karena persaingan dengan musik populer
seperti musik keroncong, dangdut, pop, jazz, seriosa, dan rock
(Ensiklopedia, 1990). Sementara menurut Soeharto (1995) pada tahun
19771 1978 beberapa tokoh musik mengadakan inventarisasi musik yang
ada di Indonesia, hasilnya adalah :
1. Musik hiburan populer (musik populer Indonesia, daerah dan asing).
2. Musik keroncong.
3. Musik daerah dan tradisional.
4. Musik kanak-kanak.
5. Musik pertunjukan.
6. Musik dangdut.
7. Musik gaya melayu.
8. Musik gaya hawai.
9. Musik jazz komersial.
10.Musik tradisional untuk upacara.
11. Musik sakral.
12. Musik folklore.
13. Musik klasik asing.
14. Musik eksperimental.
15.Musik jazz avant garde.
16. Musik hymne dan mzrs nasional.
White (1968) dan Woodward (1982), menyatakan bahwa musik
dapat mendorong dan memperdalam image emosi dan kadang-kadang
dapat memperdalam arti sebuah kata atau gambar. Melalui syair dan
pengulangan lagu yang dinyanyikan, musik dikatakan berpengaruh kuat
terhadap ingatan manusia, dan dengan suara maka dapat diciptakan
ingatan yang efektif,
Pengertian musik pop tidaklah sama dengan musik populer karena
musik populer merupakan lagu-lagu yang disukai rakyat, sedangkan
musik pop merupakan musik yang mudah hidup dan dihafal masyarakat
(Sylado, 1983:76).
Pada umumnya lagu pop diiringi oleh band, yaitu
kesatuan pemusik yang terdiri dari 4 orang sampai 8 orang dengan
perangkat yang dipergunakan : gitar melodi, gitar bass, gitar pengiring,
drum, organ, terompet, saxophone dan lain-lain Hamdju dan Armillah,
(1986).
Sejarah musik pop Indonesia dimulai pada saat Elvis Presley
menguasai dunia musik pop di seluruh dunia. Dampak yang luar biasa
adalah dengan dikenalnya elvismania yaitu budaya anak muda untuk
hidup menurut gaya Elvis Presley. Demi kepribadian nasional pada tahun
1959 Presiden Soekarno melarang semua corak pop yang sangat
digemari pada saat itu, yaitu rock dan cha-cha-cha.
Sejak itulah
berkembang 'pop Indonesian, melalui peninggalan lagu-lagu rakyat dan
lagu daerah (Ensiklopedia, 1992).
Menurut Muatip, (1997) bahwa musik pada dasarnya merupakan
bagian dari kebudayaan manusia yang mengungkapkan perasaan
seseorang, menggugah emosi, mendidik dan memberikan informasi pada
pendengarnya. Bagi pendengar, yang pertama kali diperhatikan adalah
jenis musik yang sesuai dengan seleranya, selanjutnya akan mengikuti
syair lagu, menghayatinya dan ikut menyanyikannya.
Hilliard (1976) menyatakan bahwa musik pop bersifat mudah
dinyanyikan, fleksibel, pada umumnya syaimya berisi cetusan gejala
sosiologis masyarakat, namun irama musik pop lebih dinamis sehingga
kurang disukai orang tua.
Orang-orang yang
mempunyai
kesamaan struktur
kognisi
(isomorfisme) cenderung cepat tertarik dan akrab. Pengaruh jenis musik
terhadap daya tarik dalam psikologi komunikasi berkaitan dengan
kredibilitas sumber. Kredibilitas sumber ialah persepsi komunikasi. Jadi
tidak inheren dalam diri komunikator; bunyi musik yang akrab dengan
komunikan (khalayak) itulah yang lebih menarik (Rakhmat, 1993).
Lull (1985) menyatakan bahwa musik merupakan suatu inspirasi
yang bermanfaat bagi anak-anak muda yang bertahan pada lingkungan
sosialnya.
Pada pemuda (anak-anak muda) di negara maju, musik
berperanan sebagai penggerak emosi, mencapai keinginan personal dan
interpersonal, mempertahankan otoritas, memantapkan identitas serta
mengembangkan hasrat.
Pengaruh Musik Pada Film Bingkai Bersuara
Terhadap Daya Tarik Responden
Menurut Rakhmat (1993) adanya daya tarik menyebabkan
terjadinya
selektivitas
dalam
diri
manusia
(selective
attention).
Pengalaman terhadap suatu ha1 akan menyebabkan minat dan perhatiar.
manusia dan bila minat dan perhatian sudah ada maka manusia akan
mengerahkan pengertian (kecerdasan) untuk memahami apa yang
diperhatikannya. Perhatian merupakan fase pertama dari empat fase
belajar. Fase selanjutnya adalah fase retensi, fase reproduksi, dan fase
motivasi. Perhatian pada umumnya tertuju pada hal-ha1 yang menarik,
sesuatu yang berhasil dan menimbulkan minat, juga hal-ha1 yang sedang
populer.
Perhatian juga merupakan syarat psikologis dalam individu
mengadakan persepsi, ini merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu obyek Walgito,
(1990).
Selanjutnya Walgito (1990) menyatakan bahwa, ditinjau dari segi
timbulnya perhatian, dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perhatizn spontan, ialah perhatian yang timbul dengan sendirinya
jspontan), ha1 ini erat hubungannya dengan minat individu.
2. Perhatian tidak spcntan, ialah perhatian yang ditimbulkan dengan
sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.
Musik yang sesuai dengan selera pendengar dan dinyanyikan
dengan vokal yang jelas, suara merdu akan menimbulkan daya tarik, yang
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah kemampuan untuk
menarik atau memikat perhatian. Adapun menurut Goldberg dan Larson
(1985) daya tarik adalah semua keadaan kognitif yang berhubungan
dengan perasaan suka terhadap individu-individu atau objek-objek lain.
Muatip (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa jenis musik
yang diaransir secara keroncong lebih menarik daripada yang diaransir
secara pop. Hal ini diduga berkaitan dengan umur subyek eksperimen
yang mayoritas tergolong tua (30 sampai 50 tahun).
Musik mempunyai daya tarik
bagi pendengarnya karena
mempunyai elemen dasar seperti : (1) melodi atau susunan nada, yaitu
bagian terpenting dalam musik, (2) rhythm, yaitu faktor waktu dalam musik
(tempo), (3) harmoni akan menambah kedalaman dan kepadatan lagu,
dan (4) tone, yaitu bagian akhir dari proses pembawaan musik yang
direalisasikan dalam suara. Dengan adanya melodi yaitu ketinggian dan
kerendahan nada menyebabkan musik sebagai iambang komunikasi tidak
membosankan seperti yang dinyatakan oleh Walgito (1990) bahwa
stimulus yang monoton kurang menguntungkan, dan karenanya perlu
adanya perubahan stimulus untuk lebih menarik perhatian pendengarnya.
Tidak jauh berbeda dengan iklan, untuk mempengaruhi pendengar
menurut Woodward (1982), pesan dalam media audio harus dapat :
1. Menarik perhatian pendengar.
2. Mengingatkan pendengar pada suatu produk.
3. Membangkitkan perasaan.
4. Mempengaruhi konsumen untuk membeli produk.
Bentuk Gambar Film Bingkai Bersuara
Pengertian bentuk gambar pada film bingkai lebih ditekankan pada
jenis gambar yang ada dalam film bingkai tersebut. llustrasi untuk film
bingkai dapat berupa (1) hasil pemotretan gambar garis, (2) hasil
pemotretan obyek sebenarnya (Sulaiman, 1979). Kedua macam bentuk
gambar itu masing-masing memiliki keistimewaan yang saling melengkapi
tetapi tidak saling menggantikan fungsinya.
Gambar sangat diperlukan dalam menjelaskan suatu informasi
yang disampaikan melalui medium visual, semacam film bingkai. Menurut
Flemming dan Levie (1978) didalam Pambudy (1988) lebih 80 persen dari
seluruh informasi yang kita peroleh ialah melalui mata, kita hidup dalam
masyarakat yang visually oriented.
Karena itu fungsi gambar sangat
diperlukan dalam menjelaskan suatu informasi yang disampaikan melalui
visual, semacam film slide.
Keistimewaan gambar garis biasanya lebih dapat diatur sesuai
dengan keinginan kita. Secara lebih terperinci Burnett et a1 (1973),
menggambarkan keistimewaan gambar garis yang digunakan sebagai
ilustrasi pada suatu media untuk menyampaikan suatu informasi visual :
- dapat dibuat setiap saat dan tidak tergantung keadaan cuacal musim.
- dapat dibuat untuk atau menekankan hanya pada bagian diinginkanl
pentingnya saja dan membuang bagian yang dianggap kurang penting.
Karena itulah maka, ilustrasi yang berupa gambar garis seringkali
juga lebih efektif dalam menyampaikan suatu informasi visual.
Fungsi gambar dalam film bingkai sebagai alat bantu pengajaran,
penerangan dan penyuluhan sangat terikat dengan materi atau persoalan
yang akan divisualkan.
Secara umum fungsi gambar ialah untuk
menjelaskan suatu konsep atau objek tertentu yang kurang tepat jika
hanya menggunakan sejumlah kata saja (Solomon, 1974).
Secara lebih lengkap Brown (dalam Wilkinson, 1980) menjelaskan
hasil penelitiannya tentang keefektifan gambar garis untuk menyampaikan
informasi visual sebagai berikut :
- llustrasi berupa gambar garis seringkali dapat lebih efektif sebagai
penyampai informasi daripada fotografi dari obyek yang sebenarnya.
- Gambar-gambar realisme yang lengkap yang membanjiri penonton
dengan informasi visual yang terlalu banyak ternyata kurang baik
sebagai perangsang belajar dibandingkan dengan lukisan sederhana.
Lebih dari 80 persen dari seluruh informasi yang kita peroleh ialah
melalui mata, kita hidup dalam suatu masyarakat yang visually oriented
(Flemming and Levie, 1978). Karena itu, fungsi ilustrasi (berupa gambar,
foto, grafik, diagram, lukisan atau sejenisnya) sangat diperlukan dalam
menjelaskan suatu informasi yang disampaikan melalui medium visual,
semacam film bingkai. Banyak studi telah memperlihatkan keefektifan
gambar visual yang diproyeksikan (Wilkinson, 1980).
Pada film slide suatu gambar akan fungsional jika ia dapat
diinterpretasikan dengan tepat oleh penontonnya.
Untuk itu pembuat
gambar harus mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi
-interpretad suatu gambar. Hal ini disebabkan bahwa makna interpretasi
suatu gambar sangat tergantung dari pengalaman penontonnya
(Gombrich, 19754) didalam Rohadji (1991). Kemudian secara lebih
spesifik, fungsi gambar pada media ialah untuk menambah kedalaman,
ketepatan dan kredibilitas informasi visual (Burnett, et. a/., 1973).
Ada penelitian yang mengungkapkan, bahwa bila murid menjumpai
kesulitan mempelajari sesuatu pelajaran (pesan verbal) maka perlihatkan
gambar kepada mereka (Schramm, 1984). Karena menurut Cronbach
(1975), dengan menggunakan gambar atau diagram akan lebih
mempengaruhi
kemampuan
murid
mempelajari
keterampilan
pengetahuan. Lebih lanjut Schramm (1984) sendiri menduga bahwa
penyajian suatu bidang studi dengan penggunaan gambar mempermudah
belajar bagi murid yang rendah kemampuannya menangkap presentasi
verbal.
Fungsi ilustrasi film bingkai sebagai alat bantu pengajaran,
penerangan dan penyuluhan sangat terikat dengan materi atau persoalan
yang akan divisualkan. Dalam menggunakan ilustrasi tersebut kita harus
berhati-hati.
Secara umum fungsi ilustrasi ialah untuk menjelaskan suatu
konsep atau obyek tertentu yang kurang tepat jika hanya menggunakan
sejumlah kata saja (Solomon, 1974). Kemudian secara lebih spesifik,
fungsi ilustrasi pada media ialah untuk menambah kedalaman, ketepatan,
dan kredibilitas informasi visual (Burnett, ef. a/., 1973). Dengan adanya
suatu ilustrasi, informasi yang disampaikan menjadi lebih jelas.
Orang
tidak mempunyai interpretasi lain selain apa yang dilukiskan pada ilustrasi
tersebut.
lnforrnasi Tentang Transportasi Udang Hidup Sistem Kering
Dengan
meningkatnya
kesejahteraan
penduduk,
terjadi
kecenderungan peningkatan permintaan komoditas perikanan bentuk
hidup di pasar lnternasional dan domestik, terutama jenis-jenis ikan nilai
ekonomis tinggi (lobster, udang dan ikan karang) yang harganya
mencapai 4 kali harga ikan yang sudah mati. Potensi seperti ini perlu
dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai salah satu sumber devisa baru sub
sektor perikanan. Untuk itu diperlukan teknologi yang ekonomis, efektif
dan efisien yang sesuai dengan kondisi Indonesia.
Transportasi udang hidup pada dasarnya dapat diartikan sebagai
suatu tindakan memindahkan udang dalam keadaan hidup yang
didalamnya diberikan tindakan-tindakan untuk menjaga agar derajat
kelulusan hidup udang tetap tinggi setelah sampai di tempat tujuan.
Dalam ha1 ini terdapat fungsi derajat kelulusan hidup dan jarak. Semakin
jauh jarak yang akan ditempuh berarti dituntut teknologi yang mampu
mempertahankan udang tetap hidup dalam waktu yang lama. Artinya
makin lama udang dapat dipertahankan hidup, makin jauh yang dapat
dijangkau sehingga memperluas jankauan dan distribusinya.
Selama
ini
transportasi
menggunakan media air.
udang
hidup
dilakukan
dengan
Namun dalam perkembangannya, dituntut
teknologi yang lebih ekonomis, praktis dan aman terutama penyediaan
udang hidup untuk konsumsi. Tuntutan ini makin terasa dengan makin
meningkatnya perrnintaan udang hidup baik untuk kebutuhan domestik
maupun ekspor (Wibowo, 1990).
Beberapa penelitian telah dilakukan terutama ditekankan untuk
mempelajari teknik penanganan udang hidup selama penangkapan,
penggunaan suhu rendah dan anti metabolik buatan untuk "penenangan"
udang hidup dalam transportasi dengan media kering.
Penggunaan
metoda suhu rendah untuk transportasi sistem kering telah mulai diteliti,
yaitu udang windu tambak (Prasetiyo, 1993, Soekarto dan Wibowo et. a/.,
1993), lobster pVibowo et. a/., 1993, Sumiono et. a/., 1993). Penggunaan
suhu rendah juga telah mulai diteliti untuk jenis ikan lain (ikan mas, kakap
dan kepiting) namun berupa penelitian awal (Surono, et. a/., 1993).
Dari pengalaman peneliti (Soeharto dan Wibowo, 1993, Wibowo et.
.a/., 1993) ada dua metoda perlakuan dengan suhu rendah yang dapat
digunakan, yaitu metoda bertahap dan metoda langsung dengan kondisi
"pemingsanannyang berbeda tergantung metoda, jenis, ukuran udang.
Selain dengan suhu rendah, tingkat kematian hidup selama
transportasi dapat dikurangi dengan menggunakan zat-zat yang mampu
menghambat metabolisme. Senyawa antimetabolik tersebut meniiliki efek
membius.
Selain itu, ketahanan hidup juga ditentukan kondisi awalnya.
Kondisi awal ini ditentukan oleh cara penangkapan, cara penangkapan di
kapal dan di penampungan. Dan untuk mendapatkan kondisi awal yang
baik diperlukan pengelolaan kesehatan udang untuk mendapatkan kondisi
udang hidup yang sehat, sehingga menghasilkan ketahanan hidup yang
tinggi selama transportasi (Praseno, 1990, Berka, 1986).
Ini
berarti
bahwa
tahap
penampungan mutlak diperlukan.
pengelolaan
kesehatan
selama
Untuk itu, diperlukan teknik yang
mampu mengurangi resiko mortalitas tinggi dan perlu pula diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi selama penampungan.
Informasi
mengenai persyaratan habitat udang, sifat umum, toleransi dan
pengaruhnya bagi udang diperlukan demi keberhasilan penanganan
udang hidup.
Menurut Wibowo (1997), secara teknis transportasi udang hidup
sistem kering memerlukan tahapan sebagai berikut :
Persiapan dan Penanganan
Transportasi sistem kering merupakan sistem transportasi dengan
menggunakan
media
pengangkutan
bukan
air.
Karena
tidak
menggunakan air, udang diimotilisasi dengan menggunakan suhu rendah
sehingga tenang dan berada pada tingkat metabolisme dan respirasi
rendah. Akan tetapi, sebelum diimotilisasi diperlukan beberapa tahap
persiapan yang meliputi pemeriksaan kesehatan krustase, pembugaran,
pemberokan, dan persiapan media serta kemasan untuk transportasi.
.a. Persyaratan
Udang yang akan ditransportasikan hidup dengan sistem kering
harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu :
-
Ukuran udang komersial untuk konsumsi dan tidak lebih dari 70
gram/ ekor.
-
Kondisi sehat, bugar, tidak ganti kulit.
-
Tidak cacat fisik.
Udang yang ganti kulit (moulting) dan kurangltidak bugar
memiliki daya tahan hidup rendah dan peluang mati selama
transportasi tinggi.
b. Pemeriksaan Kebugaran
Pengamatan
dan
pembugaran
udang
yang
akan
ditransportasikan merupakan tahapan pertama yang perlu dilakukan di
dalam transportasi udang hidup.
Pemeriksaan kebugaran udang
dilakukan dengan mengamati aktivitas dan perilaku udang di dalam
maupun di luar air.
-
Udang sehat sangat gesit, sangat responsif, dan sangat aktif, posisi
tubuh tegak dengan gerakan kaki renang aktif dan cepat.
-
Udang meioncat-loncatjika diangkat dari air.
Apabila udang kurangltidak bugar perlu dibugarkan.
Udang
yang sehat kemudian dipisahkan untuk dipuasakan paling tidak 18-24
jam.
c. Persiapan Media dan Kemasan
. - Media transportasi yang digunakan untuk transportasi udang
hidup sistem kering adalah serbuk gergaji (sergaji) dari jenis kayu yang
tidak menghasilkan racun, tidak berbau tajam, bersih dan tidak
mengandung bahan berbahaya lain.
Sergaji dibersihkan dari benda-benda asing (kawat, paku,
potongan kayu dan sebagainya) kemudian dicuci bersih untuk
mengurangi tar dan bahan berbahaya lain yang ada. Sergaji ditiriskan
dan dijemur sampai kering.
Sergaji
kering dilembabkan dengan
air
laut
(salinitas
disesuaikan dengan salinitas asal udang) sebanyak 50% dari berat
gergaji atau sampai kadar air gergaji sekitar 45-60%.
Sergaji
didinginkan sampai suhunya sekitar 14OC.
Kemasan yang digunakan adalah kotak stirofom atau poliuretan
yang memiliki daya insulasi tinggi dan kotak kardus sebagai pengemas
sekunder. Bahan lain yang disiapkan adalah hancuran es (0,5 kg)
dibungkus kantong plastik, kertas dan koran.
lmotilisasi
Ada dua metoda imotilisasi dengan suhu rendah, yaitu imotilisasi
pada suhu rendah langsung dan imotilisasi dengan penurunan suhu
bertahap.
a. lmotilisasi dengan penurunan suhu bertahap
Dalam metoda ini udang hidup diimotilisasi dengan menurunkan
suhu air habitat udang secara bertahap sampai suhu tertentu dan
dipertahankan selama waktu tertentu.
Adapun caranya adalah
sebagai berikut :
-
Suhu air diturunkan sampai mencapai 14'4 5OC dengan kecepatan
penurunan suhu 5OCI jam.
-
Suhu dipertahankan stabil selama 10-20 menit atau sampai udang
imotil yang dapat ditandai dengan posisi tubuh udang roboh,
gerakan kaki jalan dan kaki renang lemah atau perlahan.
-
Udang dikemas di dalam media sergaji suhu 14OC.
b. lmotilisasi langsung pada suhu rendah
Udang diimotilisasi dengan menempatkan udang langsung di
dalam habitat bersuhu rendah selama waktu tertentu.
-
Udang langsung dimasukkan ke dalam air (salinitas diatur sama
dengan salinitas air penampungan) dingin suhu 17°-190C dan
dipertahankan selama 5-20 menit atau sampai udang imotil.
-
Udang imotil diangkat untuk dikemas di dalam media sergaji suhu
14OC.
Pengemasan
Pengemasan untuk transportasi udang hidup dengan sistem kering
dilakukan sebagai berikut :
-
Disiapkan kotak stirofom dan ke dalamnya dimasukkan hancuran es
(0,5 kg) yang dibungkus kantong plastik, kemudian ditutup kertas
koran untuk mencegah rembesan air dari es.
Di atas koran
dimasukkan selapis sergaji (suhu 14OC) sekitar setebal 10 cm.
-
Es ditutup kertas koran untuk mencegah rembesan air es, dan di atas
koran dimasukkan selapis sergaji setebal 15 cm.
-
Udang dimasukkan dan disusun satu lapis berselang seling dengan
posisi tubuh telungkup.
-
Di atas udang dimasukkan selapis sergaji lembab dingin setebai 15-20
cm. Demikian seterusnya, udang dan sergaji lembab dingin disusun
lapis demi lapis secara berselang seling sampai kemasan penuh.
Lapisan paling atas diisi sergaji sedikit lebih tebal (10-15 cmj.
-
Kemasan ditutup rapat dan direkat dengan flashband. Kotak stirofom
dapat dimasukkan ke dalam kotak kardus untuk melindungi stirofom
dari kerusakan fisik.
-
Kemasan kemudian dapat ditransportasikan untuk ekspor ke luar
negeri.
Penggunaan ruangan bersuhu sejuk (suhu ruang sekitar 17-1g°C)
selama transportasi sangat disarankan untuk menekan perubahan suhu
sehingga tingkat ketahanan hidup udang lebih tinggi dan daya jangkau
transportasinya lebih jauh.
Pengembangan Pesan Film Bingkai Bersuara
Pengembangan pesan film bingkai ialah suatu proses perencanaan
yang dilakukan untuk menghasilkan medium film bingkai yang akan
digunakan mendiseminasikan inforrnasi tertentu. Proses ini dimulai dari
tahap penentuan jenis pesan yang sesuai degnan kebutuhan khalayak
sampai dihasilkan film bingkai (yang mengandung pesan tersebut) dan
dapat dimanfaatkan oleh khalayak yang membutuhkan. Pengembangan
pesan ini merupakan langkah awal sebelum pesan tersebut dipindahkan
untuk diperbanyak dalam suatu format medium film bingkai secara masal.
Proses pengembangan pesan ini mencakup (1) pemilihan isi
pesan, (2) pengorganisasian isi pesan untuk suatu tujuan tertentu, dan (3)
pemindahan isi pesan tersebut ke dalam suatu format medium audio
visual tertentu, semacam film bingkai bersuara (Bell and Abedor, 1977).
Tujuan Pengembangan Pesan Film Bingkai Bersuara
Tujuan pengembangan pesan film bingkai bersuara ini ialah untuk
memperoleh suatu keakuratan.
Dengan kata lain proses pembuatan
medium film bingkai bersuara ini perlu dikontrol setiap saat untuk
menghindarkan kesalahan yang tidak perlu terjadi. Sehingga kalaupun
ada kesalahan, kesalahan tersebut hanya ada prototipenya saja dan
dapat segera dikoreksi dan direvisi sejak awal. Tujuan pengembangan
pesan lainnya ialah untuk memperoleh medium film bingkai yang efektif.
Pengertian efektif ini ialah, bahwa medium itu dapat dipakai untuk
mencapai suatu tujuan instruksional yang telah ditetapkan (Belland dan
Rothenberg, 1973). Selanjutnya Belland dan Rothenberg menyebutkan
beberapa langkah untuk menghasilkan medium film bingkai bersuara yang
efektif ini :
1. Memperkirakan hal-ha1 yang diperlukan untuk menghasilkan medium
itu.
2. Mengidentifikasi khalayak yang ditargetkan akan menjadi sasaran
medium itu.
3. Menetapkan tujuan penggunaan medium itu.
4. Menetapkan prosedur atau perlakuan untuk mengevaluasi performans
khalayak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Untuk mencapai tujuan pengembangan pesan atau untuk
menghasilkan suatu medium film bingkai yang tepat dan efektif maka ada
beberapa tahap yang perlu ditempuh.
Tahap Pengembangan Pesan Film Bingkai Bersuara
Tahap pengembangan pesan ialah periode, tingkatan atau langkahlangkah yang diperlukan untuk menghasilkan suatu medium film bingkai
bersuara yang mengandung suatu informasi tertentu.
Kemp (1978) membagi tahap pengembangan pesan menjadi tiga
tahap. Tahap pertama ialah pengembangan suatu ide. Pada tahap ini
dikumpulkan dan dipilih beberapa materi pesan yang dapat dimasukkan
(diformat) ke dalam suatu film slide.
Tahap kedua ialah menetapkan tujuan yang akan dicapai medium
film bingkai bersuara tersebut. Di sini ditetapkan apakah pesan yang
disebarkan melalui medium itu ditujukan untuk pesan kawasan
psikomotor, efektif atau kognitif khalayaknya.
Tahap ketiga ialah
mempelajari khalayak.
Pentahapan pengembangan pesan ini secara lebih lengkap
diuraikan oleh French (1985) yaitu : (1) analisa masalah, (2) menetapkan
pesan untuk memecahkan masalah, (3) menetapkan altematif perbaikan,
(4) melakukan uji coba pada pesan yang telah diformat, pada suatu
medium film bingkai bersuara, 5) menggandakan medium yang telah
diformat dan di uji coba, dan (6) melakukan distribusi, monitoring, dan
evaluasi medium film slide itu yang telah diformat dengan pesan tertentu.
Untuk menghasilkan film bingkai bersuara yang sesuai dengan
kebutuhan khalayak, langkah-langkah tersebut di atas perlu diikuti,
memotivasi, menyampaikan informasi, serta merangsang respons
khalayak penonton untuk merubah perilakunya, baik pengetahuan, sikap
mental maupun psikomotorik mereka kearah yang diharapkan.
Download