6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Bolavoli a

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Permainan Bolavoli
a. Pengertian Permainan Bolavoli
Permainan bolavoli merupakan olahraga permainan bola besar
yang dimainkan oleh dua tim. Masing-masing regu memiliki enam orang
pemain dengan menggunakan lapangan yang berbentuk segi empat panjang
berukuran 18 x 9 meter dan ditengah-tengah lapangan dibentangkan
pemisah yaitu bernama net. Maksud dan tujuan permainan boloavoli adalah
memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau
net dan berusaha memenangkan permainan dengan mematikan bola itu di
daerah lawan. Permainan ini dimulai dengan pukulan servis yang dilakukan
oleh pemain paling kanan baris belakang didaerah servis. Bola dipukul
dengan satu tangan kearah lapangan lawan, kemudian kedua regu
memainkan bola tersebut sesuai dengan hak sentuhan dalam peraturan
permainan bolavoli
Beberapa ahli mempunyai pendapat masing-masing tentang
definisi permainan bolavoli. Yang pertama menurut Munasifah (2009:3)
mengatakan bahwa “Bolavoli adalah permainan yang dilakukan oleh dua
regu, yang masing-masing terdiri atas enam orang. Bola dimainkan di udara
dengan melewati net, setiap regu hanya bisa memainkan bola tiga kali
pukulan”. Diperjelas oleh pendapat William G. Morgan yang dikutip oleh
Agus Kristiyanto (2010:11)
“Bolavoli adalah permainan yang dapat
dimainkan didalam maupun diluar ruangan dengan sangat leluasa oleh
banyak pemain dan tidak ada batasan jumlah pemain yang menjadi standar
dalam pemainan tersebut. Sedangkan sasarannya adalah mempertahankan
bola agar tetap bergerak melewati net yang tinggi, dari satu wilayah ke
wilayah lain”. Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang dipisahkan oleh
sebuah net, melalui kombinasi tiga pukulan, kemudian dimulai dengan
6
7
pukulan servis yang dilakukan oleh pemain paling kanan baris belakang
pada area servis.
Permainan bolavoli selalu mengalami perkembangan sebagai
upaya penyempurnaan permainan agar lebih menarik. Menurut pendapat
Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001:37) “semula bagian tubuh yang sah
untuk memainkan bola batasannya dari lutut ke atas. Sekarang seluruh
bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan
bolavoli adalah permainan olahraga bola besar yang dimainkan oleh dua tim
dalam satu lapangan berbentuk empat persegi panjang yang dipisahkan oleh
net, diawali dengan pukulan servis melewati atas net ke daerah lawan
dilanjutkan hingga satu tim gagal mengembalikan bola secara sempurna.
Untuk mengembalikan bola ke daerah lawan, setiap tim diberikan
kesempatan memainkan bola sebanyak tiga pantulan diluar perkenaan blok
dengan menggunakan seluruh bagian tubuh.
b. Teknik Dasar Permainan Bolavoli
1) Passing
Prinsip dasar bermain bolavoli yaitu seorang pemain bolavoli
untuk memainkan yang bertujuan untuk mengumpan kepada teman
seregunya dimainkan di lapangan permainan sendiri. Berkaitan dengan
pasing, Sunardi dan Deddy Kardiyanto (2013:24) menyatakan bahwa,
”passing adalah mengoper bola pada teman sendiri dalam satu regu dengan
teknik tertentu yang bertujuan sebagai langkah untuk menyusun pola
serangan pada regu lawan”.
a) Pasing bawah
Berkaitan dengan passing bawah dalam permainan bolavoli
menurut pendapat Sunardi dan Deddy Kardianto (2013:24-38)
mengatakan bahwa pasing bawah adalah teknik dasar permainan
bolavoli dengan menggunakan kedua lengan bawah yang untuk
8
mengoperkan bola kepada teman seregunya untuk dimainkan di area
lapangan sendiri dan bertujuan sebagai awal untuk melakukan
serangan awal pada regu lawan.
Secara teknik gerakan pasing bawah dapat dibagi menjadi 3
tahapan atau fase, yaitu persiapan (sikap permulaan), pelaksanaan
(sikap perkenaan) dan gerak lanjutan (sikap akhir). Seperti
dikemukakan Roji (2007: 13) bahwa, “gerakan pasing bawah terdiri
dari tiga tahap yaitu: (1) Tahap persiapan; (2) Tahap gerakan; dan (3)
Akhir gerakan”. Secara rinci mengenai pelaksanaan masing-masing
tahapan teknik gerakan pasing bawah adalah sebagai berikut :
(1) Tahap persiapan
Berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu dan kedua
lutut direndahkan hingga berat badan tertumpu pada kedua ujung
kaki di bagian depan. Rapatkan dan luruskan kedua lengan di
depan badan hingga kedua ibu jari sejajar. Pandangan ke arah
datangnya bola.
(2) Tahap gerakan
Dorongkan kedua lengan ke arah datangnya bola bersamaan
kedua lutut dan pinggul naik serta tumit terangkat dari lantai.
Usahakan arah datangnya bola tepat ditengah-tengah badan.
Perkenaan bola yang baik tepat pada pergelangan tangan.
(3) Akhir gerakan
Tumit terangkat dari lantai. Pinggul dan lutut naik serta
kedua lengan lurus. Pandangan mengikuti arah gerakan bola.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi rangkaian
pelaksanaan pasing bawah sebagai berikut:
Gambar 1. Rangkaian Gerakan Pasing Bawah
9
(ipankvolleyball.blogspot.com)
Kemungkinan beberapa kesalahan pada saat melakukan pasing
bawah menurut Sunardi dan Kardiyanto(2013:26) diantaranya :
(1) Kurangnya memperhatikan servis lawan.
(2) Kurangnya cepat mengikuti arah jatuhnya bola.
(3) Melakukan pasing pada waktu pemain masih dalam posisi
bergerak atau tidak siap.
(4) Membiarkan bola memantul dengan gerakan lengan tanpa
dibantu dengan kekuatan lengan.
(5) Berat badan tidak digerakkan sesuai dengan teknik dasar.
(6) Hanya mempergunakan kekuatan lengan dari bahu ke bawah
tanpa mengikutsertakan kekuatan kedua kaki.
(7) Siku ditekuk sewaktu melakukan kontak dengan bola.
(8) Tidak menekan kedua pergelangan tangan ke bawah sehingga
kedua lengan bawah tidak mempunyai kekuatan.
(9) Lengan dibiarkan menggantung.
b) Pasing atas
Pasing atas merupakan salah satu teknik yang sering
digunakan sebagai umpan (set-up) untuk menyajikan bola dalam
melakukan smash. Agar teman seregu dapat memainkan atau
melakukan serangan dengan baik terhadap lawannya, maka teknik
pasing atas tersebut harus dilakukan dengan baik dan tepat. Pasing
atas yang baik dan tepat akan memberikan kemudahan bagi
temannya dalam memainkan bola atau melakukan serangan
sehingga hasilnya lebih sempurna. Untuk dapat melakukan pasing
atas dengan baik dan benar, pemain harus menguasai teknik gerakan
dengan benar.
Pasing atas merupakan satu pola gerakan yang di
rangkaikan secara baik dan harmonis agar pasing atas yang
dilakukan menjadi lebih baik dan sempurna. Untuk mencapai hal
tersebut seorang siswa harus menguasai teknik pasing atas. Cara
melakukannya adalah jari-jari tangan terbuka lebar dan kedua
tangan membentuk mangkuk hampir saling berhadapan. Sebelum
10
menyentuh bola, lutut sedikit ditekuk hingga tangan berada di muka
setinggi hidung. Sudut antara siku dan badan kurang lebih 45
derajat. Bola disentuhkan dengan cara meluruskan kedua kaki
dengan lengan.
Secara teknik gerakan pasing atas dapat dibagi menjadi 3
tahapan atau fase, yaitu persiapan (sikap permulaan), pelaksanaan
(sikap perkenaan) dan gerak lanjutan (sikap akhir). Seperti
dikemukakan Ahmadi (2007: 25) bahwa, “gerakan pasing atas
terdiri dari
tiga tahap yaitu: (1) Tahap persiapan; (2) Tahap
pelaksanaan; dan (3) Tahap gerak lanjut”. Secara rinci mengenai
pelaksanaan masing-masing tahapan teknik gerakan pasing atas
adalah sebagai berikut:
(1) Tahap persiapan
(a) Bergerak kearah datangnya bola, tepat dibawahnya.
(b) Siapkan posisi.
(c) Bahu sejajar sasaran.
(d) Kaki merenggang santai.
(e) Bengkokkan sedikit lengan, kaki dan pinggul.
(f) Tahan tangan 6 atau 8 inci didepan pelipis.
(g) Tahan tangan didepan pelipis.
(h) Melihat melalui jendela yang dibentuk tangan.
(i) Ikuti bola kesasaran.
(2) Tahap Pelaksanaan
(a) Terima bola pada bagian belakang bawah.
(b) Terima dengan dua persendian teratas dari jari dan ibu jari.
(c) Luruskan lengan dan kaki ke arah sasaran.
(d) Arahkan bola sesuai ketinggian yang diinginkan.
(e) Arahkan bola ke garis pinggir atau ketangan penyerang.
(3) Tahap Lanjutan
(a) Luruskan tangan sepenuhnya.
(b) Arahkan bola ke sasaran.
11
(c) Pinggul bergerak maju ke arah sasaran.
(d) Bergerak kearah umpan.
Gambar 2. Rangkaian Gerakan pasing atas
(M. Yunus, 1992: 92)
Pasing atas merupakan salah satu teknik dasar bolavoli yang
lebih sulit dibandingkan dengan pasing bawah. Sehingga bagi siswa
sekolah sering mengalami kesalahan dalam belajar pasing atas
tersebut. Sehingga hal ini berdampak pada hasil yang kurang
maksimal. Menurut Ahmadi (2007:28) kesalahan melakukan pasing
atas antara lain:
(a) Membuka jari-jari terlalu lebar dan lurus sehingga tidak
terbentuk suatu cekungan setengah lingkaran dari jari-jari
dan telapak tangan.
(b) Siku terlalu keluar kesamping atau terlalu rapat kedalam
sehingga bentuk cekung jari dan telapak tangan datar.
(c) Pergelangan tangan kurang lentur kesamping dalam sehingga
cekungan jari dan telapak tangan kurang sempurna.
(d) Perkenaan bola waktu passing pada ujung jari sehingga kuku
sering sobek.
(e) Kurang harmonisnya gerak beraturan antara jari, pergelangan
tangan, lengan badan dan kaki.
(f) Jari-jari rapat dan lemas.
(g) Perkenaan bola pada telapak tangan, bukan pada ujung-ujung
jari, sehingga terdengar bunyi ”plak” dalam melakukan
pasing atas.
Hal-hal tersebut di atas harus diperhatikan oleh guru atau
pelatih dalam mengajar pasing atas bolavoli. Pada umumnya siswa tidak
12
mampu mengamati letak kesalahan yang dilakukan. Seorang guru harus
mampu mencermati setiap kesalahannya dan setiap kesalahan yang
dilakukan siswa, guru segera mungkin untuk membetulkan gerakan yang
salah tersebut. Kesalahan yang dibiarkan akan membentuk pola gerak
yang salah, sehingga kualitas pasing atas yang dilakukan hasilnya tidak
sesuai yang diharapkan.
2) Servis (Serve)
Menurut M Yunus (1992:137), “Servis merupakan pukulan
permulaan untuk mengawali suatu permainan yang dilakukan dari daerah
servis dibelakang garis lapangan di bagian sebelah kanan, selebar 3
meter dengan panjang ke belakang tidak terbatas”. Sedangkan menurut
Maryanto, Sunardi, dan Margono (1994:114), “Servis juga merupakan
pukulan bola yang dilakukan dari garis lapangan belakang (daerah
servis) melampaui net sampai daerah lawan”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa servis
merupakan tindakan memukul bola untuk mengawali suatu permainan
yang dilakukan dari belakang garis lapangan permainan (daerah sevis)
dengan melampaui jaring net ke daerah lapangan lawan. Menurut
Sunardi dan Deddy Kardiyanto (2013:14) “Ada 2 (dua) jenis servis
bolavoli yaitu servis tangan bawah dan servis tangan atas”.
a) Servis tangan bawah
1) Pemain berdiri menghadap net, kaki kiri di depan kaki kanan,
lengan kiri dijulurkan ke depan memegang bola (untuk pemain
dominan mengguanakan tangan kanan) bagi yang menggunakan
dominan tangan kiri sebaliknya.
2) Bola dilempar rendah ke atas, berat badan bertumpu pada kaki
belakang, lengan yang diatas digerakkan ke belakang dan
diayunkan ke depan dan memukul bola.
3) Sementara berat badan dipindah ke kaki sebelah depan.
13
4) Bola dipukul dengan telapak tangan terbuka, pergelangan tangan
kaku dan kuat. Gerakan akhir adalah memindahkan kaki yang di
belakang ke depan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi rangkaian
pelaksanaan servis tangan bawah sebagai berikut:
Gambar 3. Rangkaian gerakan servis tangan bawah.
(Sunardi dan Deddy Kardiyanto, 2013:40)
b) Servis atas kepala
1) Pemain berdiri dengan kaki kiri berada lebih ke depan dan kedua
lutut agak ditekuk. Tangan kiri dan kanan bersama-sama
memegang bola, tangan kiri menyangga bola sedangkan yang
kanan memegang bola bagian atas bola.
2) Bola dilempar dengan tangan kiri ke atas sampai ketinggian kurang
lebih 1 meter di atas kepala di depan bahu, dan telapak tangan
kanan segera ditarik ke belakang atas kepala dengan telapak
menghadap ke depan, berat badan dipindahkan.
3) Setelah tangan berada di belakang atas kepala dan bola berada
sejangkauan tangan pemikul, maka bola segera dipukul dengan
telapak tangan, lengan harus tetap lurus dan seluruh tubuh ikut
bergerak.
14
4) Bola dipukul dan diarahkan dengan gerakan pergelangan tangan,
berat dipindahkan ke kaki bagian depan, gerakan lengan terus
dilanjutkan kesamping melewati paha yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi rangkaian
pelaksanaan servis atas kepala sebagai berikut :
Gambar 4. Rangkaian gerakan servis atas kepala.
(Sunardi dan Deddy Kardiyanto, 2013:17)
3) Spike (Smash)
Spike (smash) merupakan melompat dengan mengangkat satu
tangan ke atas kepala, kemudian memukul bola yang sedang melambung
di udara melewati net ke arah area lawan sehingga bola tersebut akan
jatuh di area lawan dengan keras dan cepat. Selain dibutuhkan tenaga
yang prima dan teknik yang baik, ketajaman kemampuan spiker dalam
membaca situasi di lapangan sangat diperlukan.
Gerak pelaksanaan smash dilakukan dengan memukul bola
yang sedang melambung tinggi melebihi tingginya net. Gerakan
memukul dilakukan sambil meloncat. Smash merupakan teknik
menyerang utama dalam permainan bola voli.
Berdasarkan pelaksanaan gerakan, teknik smash dibagi menjadi
beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut merupakan rangkaian gerak yang
berkesinambungan. Menurut Soedarwo, Soeyati R., dan Sunardi (1996:
8) berdasarkan identifikasi gerakannya, dasar pokok teknik smash yang
harus dipelajari meliputi : (a) Perubahan sikap dan posisi sikap dan
15
posisi penerimaan ke sikap dan posisi untuk melakukan awalan, (b)
Melakukan awalan, (c)
Take-off dan meloncat, (d) Ayunan lengan ke
atas dan memukul, (d) Landing dan bergerak ke sikap dan posisi
permainan lebih lanjut.
Sedangkan menurut M. Yunus (1992: 108) mengemukakan
bahwa: “Smash merupakan teknik yang mempunyai gerakan yang
komplek yang terdiri dari: a) Langkah awalan untuk meloncat, b)
Tolakan untuk meloncat ke atas net, c) Memukul bola saat melayang di
atas udara, d) Saat mendarat kembali setelah memukul bola”.
Dan menurut Soedarwo
(2000: 13) “proses di dalam
melakukan smash dapat dibagi dalam saat-saat berikut: a) Saat awalan,
b) Saat tolakan, c) Saat pukulan bola di atas jaring, d) Saat mendarat di
tanah”.
a) Saat Awalan
Dapat dimasukkan di sini saat-saat pengambilan awalan sampai
dengan saat tolakan ke atas. Mula-mula mengambil sikap siap
normal dengan jarak yang cukup dari jaring (3 sampai 4 meter), pada
saat akan mengadakan langkah ke depan terlebih dahulu melakukan
langkah-langkah kecil di tempat. Langkah-langkah ini dimaksudkan
agar pada saat itu badan dalam batas setimbang labil dan pada
saatnya untuk bergerak ke depan.
Sesudah itu dilanjutkan dengan langkah ke depan. Kedua
langkah terakhir sangat menentukan. Pada saat take off, harus
diperhatikan dengan baik kedudukan kaki. Kaki yang akan take off
berada di depan terlebih dahulu, dan kaki yang lain menyusul di
tanah. Hal ini ini agar tetap dijaga, di samping kontinuitasnya juga
letak bahu kiri yang relatif akan selalu berasa lebih dekat kepada
jaring daripada bahu kanan kemudian dilanjutkan menolak.
16
Gambar 5 . Saat Melakukan Awalan
(William J. Neville, 1990: 47)
Gambar 6. Saat akan Menolak setelah Awalan
(William J. Neville, 1990: 47)
b) Saat Tolakan
Pada saat menolak, tolakan harus dilakukan dengan menumpu
terlebih dahulu dengan kedua kaki dan langkah pada saat menumpu
ini tidak boleh lebar atau pun dengan satu loncatan. Setelah menumpu
dengan kedua kaki kemudian segera diikuti dengan gerakan
merendahkan badan dengan jalan menekuk lutut agak dalam ke
bawah serta kedua lengan masing-masing telah berada di samping
belakang badan. Kemudian diikuti dengan tolakan kaki ke atas secara
eksplosif dan dibantu dengan ayunan kedua lengan dari arah belakang
ke depan atas.
17
Perlu diperhatikan setelah kaki menolak ke atas maka kedua
kaki harus dalam keadaan rileks. Setelah kaki menolak, tangan kanan
berada di samping atas kepala agak ke belakang dan lengan sedikit
lurus, dengan telapak tangan menghadap ke depan, tangan kiri berada
di samping depan kepala kira-kira setinggi telinga. Tangan dan lengan
kiri dalam keadaan relaks saja dan ikut menjaga keseimbangan tubuh
selama melayang di udara.
Gambar 7 . Saat Menolak untuk Melakukan Loncatan
(Theo Kleinmen & Dieter Kruber, 1984: 80)
c) Saat Pukulan Bola di Atas Net
Sikap pada saat melayang seperti tersebut di atas harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga bola berada di depan atas dan
dalam jangkauan tangan maka segeralah tangan kanan dipukulkan
pada bola secepatnya. Memukul bola
dengan badan yang sudah
berada pada posisi sedikit membungkuk. Otot-otot perut, bahu, dan
lengan berkontraksi pada saat yang bersamaan, kuat dan berulang
kali. Kerjasama antar otot inilah yang menyebabkan lengan terjulur
untuk memukul bola dan gerakan memukul ini terjadi secara simultan
atau tidak patah-patah. Bagian bola yang dipukul adalah bagian
atasnya. Pada saat memukul, pergelangan tangan tidak boleh kaku dan
jari-jari tangan sedikit terbuka. Setelah memukul diikuti gerak ke
depan dan ke bawah mengadakan gerak lanjut yang sempurna.
18
Gambar 8. Saat Melakukan Pukulan di Atas Net
(M. Yunus, 1992: 115)
d) Saat Mendarat di Tanah
Setelah bola berhasil dipukul maka smasher akan segera
mendarat kembali di tanah. Tahap mendarat adalah pada saat tubuh
bagian atas membungkuk, dan kaki diarahkan ke depan untuk
mempertahankan keseimbangan. Perlu diperhatian bahwa saat
mendarat, harus mendarat dengan kedua kakinya dan dalam keadaan
lentuk ( mengeper ) dengan lutut ditekuk sesuai dengan kebutuhan
pendaratan tersebut.
Tempat pendaratan harus diusahakan sedekat mungkin dengan
tempat melakukan tolakan. Setelah smasher mendarat kembali di
tanah segeralah disusul dengan pengambilan sikap siap normal.
Gambar 9. Saat Melakukan Pendaratan Setelah Memukul Bola
(M. Yunus, 1992: 118)
19
Gambar 10. Gerakan Smash secara Keseluruhan
(Barbara V.L. & Bonnie J.F.,1996: 76)
4) Block (Bendungan)
Menurut
M.
Yunus
(1992:119),
“Block
(Bendungan)
merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan
lawan”. Menurut Muhajir (2004:24-38) mengemukakan bahwa:
Block (Bendungan) sangat erat sekali dengan teknik bertahan
yang dilakukan di atas net, keberhasilan Block dapat ditentukan
loncatan yang tinggi dan kemampuan menjangkau lengan pada
bola yang sedang dipukul lawan. Block dapat dilakukan oleh
satu, dua, atau tiga pemain tergantung kualitas pemain lawan, dan
Block dapat dilakukan secara aktif dan pasif
Ada 2 (dua) jenis block (bendungan) yang dipaparkan oleh
Sunardi dan Deddy Kardiyanto (2013:44) yaitu :
a) Block slide step (langkah samping)
(1) PengeBlock berdiri didepan net dengan kedua tangan diangkat
dan kedua telapak tangan terbuka menghadap lawan, minimal
berada di depan wajah lawan.
(2) Menuju titik sasaran (ke samping kanan atau ke kiri) dengan
langkah menyamping satu langkah atau dua langkah menuju
titik lompat.
b) Block cross step (langkah silang)
(1) PengeBlock berdiri di depan net dengan kedua tangan diangkat
dan telapak tangan terbuka menghadap lawan, minimal berada
di depan wajah lawan.
20
(2) Menuju titik sasaran (ke samping kanan atau ke kiri) dengan
langkah menyilang satu atau dua langkah menuju titik lompat.
Untuk lebih jelasnya mengenai tata cara urutan pelaksanaan
block dapat dilihat di bawah ini. Berikut ini gambar ilustrasi rangkaian
pelaksanaan block (bendungan):
Gambar 11. Rangkaian gerakan Block (Bendungan) perorangan
(Sunardi dan Deddy Kardiyanto, 2013:45)
c. Fasilitas, Alat-alat dan Perlengkapan Permainan Bolavoli
Dalam setiap olahraga memang secara khusus mempunyai fasilitas,
alat-alat, dan perlengkapan sendiri-sendiri. Berikut adalah fasilitas, alat-alat,
dan perlengkapan dalam bermain bolavoli :
1) Lapangan
Ukuran
lapangan
menurut
M.Yunus
(1992:16)
Lapangan
permainan berbentuk persegi panjang 18x9m). Diperjelas oleh pendapat
Suharno HP, (1974:5) mengatakan bahwa
Pembuatan lapangan harus ditanah yang rata dan cukup keras.
Bila dibuat dalam gedung maka lantainya harus tidak licin, rata
dan tinggi atap gedung paling sedikit tujuh meter. Garis-garis
lapangan selebar 5 cm yang terdiri dari garis tengah, garis serang,
garis petak servis, garis samping dan garis belakang lapangan.
2) Jaring atau net
Selain lapangan alat yang digunakan dalam permainan bolavoli
yaitu jaring atau net. Jaring atau net mempunyai ukuran menurut M.
Yunus (1992:17)
21
Lebar net adalah 1 m, dan panjangnya 9,50 m. Lubang-lubang
pada net berbentuk persegi berwarna hitam berupa mata jala
berukuran 10 cm tiap lubang. Pada atas net tersebut terdapat pita
putih horizontal lebarnya 5 cm. Menurut Suharno HP (1974:5)
Tali pemancang jaring kalau mungkin dengan kawat baja, bila
tidak mungkin dapat memakai tali yang cukup kuat dan tidak
tidak terlalu lentur bila telah ditegangkan. Jaring harus diberi kain
kanvas yang dijahit lapis dua selebar 5 cm sepanjang tepi atas
jaring. Ukuran tinggi jaring untuk pria 2.43 meter dan untuk
wanita setinggi 2.24 meter.
3) Antena (rod)
Alat lain yang digunakan dalam permainan bolavoli adalah
Antena. Yang berfungsi untuk memberi batasa laju bola saat permainan,
Ukuran Antena menurut pendapat Suharno HP (1974:5) “Rod dibuat dari
bahan fiberglass ukuran panjang 180 cm garis tengah 1cm. Tongkat itu
harus berwarna kontras dengan 10 cm panjang tiap-tiap bagian berwarna
dapat berwarna merah-putih, hitam-putih”. Sedangkan M.Yunus,
(1992:18) berpendapat bahwa “Tinggi setiap antena di atas net 80 cm.
Antena keliling bola adalah bagian dari batas net dan menandakan batas
sisi ketinggian net dan batass daerah permainan”.
4) Bola
Menurut M.Yunus, (1992:18-19) “Bola harus terbuat dari bahan
lunak (lentur), bentuknya bulat dengan di dalamnya terbuat dari bahan
karet atau sejenisnya. Warna bola adalah satu warna yang terang 65-67
cm, berat bola 260-280 gram, tekanan udara 0,40-0,45 kg/cm²” .
5) Perlengkapan pemain
Menurut Suharno HP, (1974:6) “Pemain-pemain hendaknya
memakai kostum yang bernomor didada dan dipunggung. Diharuskan
dalam permainan memakai sepatu olahraga”.
d. Definisi Bolavoli Mini
Menurut
Agus Kristiyanto (2010:68)
”Bolavoli Mini adalah
permainan bolavoli yang dimainkan diatas lapangan kecil dengan empat
orang pemain tiap timnya dan menggunakan permainan sederhana
dilapangan dengan panjang 12 meter dan lebar 5,5 meter”. Menurut Horst
22
Baacke, dalam Coaches Manual I, 1989: 88-89 yang dikutip oleh Sunardi
dan Deddy Winata Kardiyanto ”Jumlah pemain dalam satu regu dapat; 3x9
m, 4,5x9, atau 8x12 m. Pada ukuran lapangan yang kecil memerlukan
tenaga dan gerakan yang lebih sedikit, pengurangan jumlah interupsi, dan
menimbulkan reli-reli panjang. Biasanya ukuran lapangan disesuaikan
dengan jumlah pemain setiap regu, usia, dan tingkat permainan. Ukuran
tinggi net dikurangi sehingga memungkinkan anak-anak untuk bermain
diatas net pada saat menyerangdan bertahan sesuai dengan tinggi badan dan
kemampuan daya lompat pemain.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bolavoli mini
memang diperlukan bagi anak-anak khususnya sekolah dasar untuk
mematangkan ketrampilan bermain bolavoli sebelum bermain bolavoli
standart.
e. fasilitas dan alat Bolavoli Mini
1) Lapangan
Lapangan yang digunakan dalam permainan bolavoli mini
berukuran panjang 12 meter, lebar lapangan 5,5 meter.
2m
12 m
Gambar 12. Ukuran lapangan Mini Volleyball
( Agus Kritiyanto, 2010:70)
2) Alat
Modifikasi alat dalam permainan bolavoli mini dapat berupa bola
dan net. Bola yang harus dipersiapkan adalah bola dengan nomor 4, berat
23
230 - 250 gram. Sedangkan net yang digunakan dalam permainan bolavoli
mini mempunyai ukuran tinggi net putra 210 centimeter, tinggi net putri 200
centimeter, panjang net keseluruhan 7 meter dengan lebar 90 centimeter.
2. Gerak Dasar
a. Hakikat Gerak Dasar
Gerak dasar merupakan pola gerakan yang melibatkan bagian
tubuh yang berbeda seperti kaki, lengan, dan kepala, dan termasuk
keterampilan seperti berjalan, berlari, melompat, menangkap, melempar,
memukul, dan lain-lain. Kemampuan gerak dasar menurut beberapa ahli
mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan gerak (motor ability),
yang berarti keadaan dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi
keterampilan gerak. Pada dasarnya gerak dasar manusia adalah gerak dasar
jalan, lari, lempar dan lompat. Gerak dasar yang dimiliki setiap manusia,
sangat berguna bagi proses perkembangan dan pertumbuhannya. Dengan
mempelajari gerak dasar tersebut, akan sangat membantu terhadap
keterampilan gerak tertentu, yang dapat di terapkan kedalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992:24) yang
dikutip oleh Riza bahwa “Pada umumnya gerak dasar manusia adalah jalan,
lari, lompat, dan
lempar”. Pendapat tersebut diperkuat oleh
Amung
Ma'mun dan Yudha M. Saputra (2000:20) “Kemampuan gerak dasar
merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan
kualitas hidup”.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
gerak dasar merupakan kemampuan yang dimiliki manusia seperti berjalan,
lari, lompat, dan lempar yang dilakukan untuk menimgkatkan kualitas
hidup.
b. Kategori Gerak Dasar
Secara umum keterampilan gerak dasar dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu:
24
1) Keterampilan lokomotor artinya suatu kemampuan yang digunakan
untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau
untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat.
Kemampuan gerak lainnya yang termasuk lokomotor adalah
berjalan, berlari, melompat, meluncur, dan lari dll. Keterampilan
lokomotor sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari. karena
sangat mendukung terhadap mobilitas hidup manusia.
2) Keterampilan non-lokomotor adalah suatu kemampuan individu
beraktivitas tanpa harus memindahkan posisi tubuh dari satu
tempat ke tempat lainnya. Dengan kata lain aktivitas tersebut
dilakukan ditempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai.
Kemampuan non-lokomotor terdiri dari menekuk dan meregang,
mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat
dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan, dll.
3) Keterampilan manipulatif adalah kemampuan individu melakukan
aktivitas dengan merekayasa obyek. Kemampuan manipulatif lebih
banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh
kita juga dapat digunakan. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif
terdiri dari; gerakan mendorong (melempar, memukul,
menendang), gerakan menerima (menangkap) obyek. (Agus
Mahendra & Yudha M. Saputra, 2006: 22).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, gerak
dasar merupakan gerak pengulangan yang dilakukan terus-menerus dari
kebiasaan serta menjadikannya sebagai dasar dari pengalaman yang dibagi
menjadi tiga pola atau kategori, yaitu gerak lokomotor, gerak non-lokomotor
dan gerak manipulatif.
3. Belajar
a. Pengertian Belajar
Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di
dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Menurut pendapat Morgan
belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman ( Agus Suprijono, 2009:3). Pendapat tersebut diperkuat oleh
pendapat Ahmad Susanto (2012:4) “Belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga
25
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap
baik dalam berpikir, merasa maupun bertindak”. Sedangkan menurut
pendapat Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari (2012:4), “belajar pada
dasarnya berbicara tentang tingkah laku seorang berubah sebagai akibat
pengalaman yang berasal dari lingkungan”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat diambil
kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang diperoleh
langsung dari suatu aktivitas dan pengalaman yang dilakukan secara
terencana oleh individu didalam suatu lingkungan.
b. Pengertian Hasil Belajar
Dalam hubungannya dengan belajar, hasil belajar adalah suatu
hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti serangkaian proses belajar
mengajar. Hasil belajar biasanya diwujudkan dalam bentuk nilai. Nilai
itulah yang mewujudkan hasil prestasi setelah siswa memperoleh materi
pelajaran. Menurut pendapat Agus Suprijono (2009:5), “hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
dan keterampilan”.
Pendapat tersebut didukung oleh Agus Suprijono
(2009:5), “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.
Sedangkan menurut
pendapat Ahmad Susanto (2012:5) yang mengatakan bahwa “hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”
Berdasarkan pendapat para ahli bahwa pengertian hasil belajar
adalah suatu ukuran nilai dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui kemampuan yang
mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat berupa polapola
perbuatan,
nilai-nilai
pengertian,
sikap-sikap,
apresiasi
dan
keterampilan.
c. Aspek-aspek Hasil Belajar
Hubungannya dengan hasil belajar terdapat juga beberapa aspek
hasil menurut para ahli. Menurut Krathwohl, Bloom & Masia yang dikutip
26
1) Aspek kognitif
Kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir,
mengetahui,
dan
memecahkan
masalah,
seperti
pengetahuan
komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.
2) Aspek afektif
Afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat,
dan apresiasi.
3) Aspek psikomotorik
Psikomotorik mencangkup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) yang bersifat manual atau motorik (Jamil Suprihatiningrum,
2012:38-45).
d. Penilaian Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3)
mengatakan bahwa “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Hasil belajar dapat diperoleh melalui mekanisme berupa penilaian
hasil belajar.
Penilaian hasil belajar adalah suatu proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal
ini memiliki arti bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar
siswa. Oleh sebab itu, dalam menilai hasil belajar, peran tujuan
yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan
dikuasai siswa menjadi unsure penting sebagai dasar dan acuan
dalam kegiatan penilaian (Suprihatin, 2008:10)
.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
penilaian hasil belajar merupakan proses pemberian nilai kepada siswa
setelah melalui interaksi tindak belajar dan tindak mengajar antara guru dan
siswa sehingga dapat diketahui seberapa jauh pencapaian hasil belajar yang
telah diraih siswa
27
e. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang dalam mempelajari sesuatu yang baru yang dapat
berupa nilai atau kemampuan. Di dalam sebuah pembelajaran terjadi
kegiatan timbal balik antara guru dan peserta didik yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Menurut pendapat Agus Suprijono (2009:13)
“pembelajaran menurut makna berarti proses, cara, perbuatan mempelajari”.
Menurut Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari (2012:76) dikatakan bahwa
“Pembelajaran
adalah
suatu
usaha
yang
sengaja
melibatkan
dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai
tujuan kurikulum”. Sedangkan menurut Waluyo (2013:18) “pembelajaran
(instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau
suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melalui proses,
cara dan perbuatan pembelajaran yang melibatkan informasi dan lingkungan
yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar
dengan menggunakan berbagai macam alat informasi dari lingkungan yang
berupa media pembelajaran.
4. Modifikasi Alat Pembelajaran
a. Hakikat Modifikasi
Hal-hal yang paling dirasakan para guru pendidikan jasmani dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari adalah hal-hal yang berkaitan dengan
sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media
pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan. Seorang guru
pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang
baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang
semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani yang diberikan. Demikian dapat dipahami
28
bahwa pemahaman konsep yang matang dalam memodifikasi alat
pembelajaran dibutuhkan agar sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Memodifikasi adalah sangat penting agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik. Modifikasi dibutuhkan apabila, kondisi
pembelajaran ini dapat dilakukan pada berbagai aspek tergantung tingkat
kesulitan dari gerakan ketrampilan.
Definisi Modifikasi yang dikemukakan ole Samsudin (2008:58)
“Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru agar
proses
pembelajaran
dikemukakan
Agus
dapat
mencerminkan
Kristiyanto
DAP”.
(2010:68)
Pendapat
“Modifikasi
lain
adalah
penyederhanaan dilakukan dengan melakukan penyesuaian ukuran lapangan
dan peralatan dengan ukuran fisik anak”.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
modifikasi
adalah upaya yang dilakukan dengan menambah atau
mengurangi tingkat kompleksitas bahan ajarnya dalam pelaksanaan
pembelajaran. Seperti apabila keterampilan yang diajarkan sulit, maka guru
dapat menyederhanakan bahan ajar tersebut agar lebih mudah dipelajari
siswanya. Begitupun sebaliknya apabila keterampilan yang diajarkan mudah
dipelajari maka guru dapat menambah tingkat kompleksitas bahan ajarnya.
b. Tujuan Modifikasi Alat Pembelajaran
Menurut Samsudin (2008:60) “Modifikasi alat pembelajaran dapat
dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari mulai tujuan yang paling rendah
sampai tujuan yang paling tinggi”. Alat pembelajaran merupakan salah satu
komponen dapat tercapainya tujuan pembelajaran. Alat pembelajaran yang
dimodifikasi akan memudahkan tercapainya tujuan pembelajarant. Tujuan
pembelajaran ini dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam
tiga komponen, yakni:
1) Tujuan Perluasan
Menurut Samsudin (2008:61) tujuan perluasan maksudnya adalah:
Tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada
perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk
atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa
29
memperhatikan aspek efisiensi atau efektifitasnya.
Misalnya: Siswa dapat mengetahui dan melakukan gerakan
gerak dasar bolavoli.
Berdasarkan contoh pada kutipan diatas, tujuan pembelajaran lebih
menekankan agar siswa dapat mengetahui gerak dasar bolavoli dalam
bentuk peragaan, dalam kasus ini peragaan tidak terlalu dipermasalahkan
apakah gerak dasar itu sudah dilakukan secara efektif dan efisien atau
belum. Yang penting siswa dapat mengetahui esensi wujud gerak dasar pada
cabang olahraga bolavoli.
2) Tujuan Penghalusan
Menurut Samsudin (2008:61) tujuan penghalusan maksudnya:
Tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada
perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak
secara efisien. Misalnya: siswa mengetahui dan melakukan
gerak dasar dalam permainan bolavoli. Misalnya: pada
gerakan pasing bawah kedua tangan lurus kebawah, kaki
dibuka selebar bahu, lutut sedikit ditekuk kemudian
ayunkan kedua tangan diikuti dengan lutut atau lurus.
3) Tujuan Penerapan
Menurut Bahagia dan Suherman (2000:23) tujuan penerapan
maksudnya:
Tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan
pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan
yang dilakukan melalui pengenalan kriteria-kriteria tertentu sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa.
c. Modifikasi alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Bola karet
30
Gambar 13. Bola Gabus berisi bola karet
Bola modifikasi ini terbuat dari bola karet yang mempunyai berat
yang lebih ringan dan lunak dari bolavoli yang sesungguhnya. Sehingga
apabila digunakan tidak akan menimbulkan rasa sakit pada bagian tangan.
Bola ini mempunyai ukuran yang telah dimodifikasi.
b) Bola Plastik
Gambar 14. Bola Plastik
Bola ini terbuat dari bola plastik yang bertujuan agar bola tersebut
apabila digunakan siswa tidak akan merasa sakit karena ringan.
c) Modifikasi Ketinggian Net
Modifikasi ketinggian Net digunakan untuk memudahkan siswa
dalam pelaksaan servis bawah bolavoli mini dan untuk penyesuaian siswa
dengan net saat melakukan servis bawah. Net bisa diatur ketinggiannya,
mulai dari yang rendah sekitar 1,60 dan 1,80 meter sampai pada net yang
memiliki ketinggian standar 2,00 meter untuk putri dan 2,10 meter untuk
putra. Dengan adanya modifikasi ketinggian net tersebut, diharapkan siswa
lebih
mudah
untuk
menyeberangkan
bola
melewati
melaksanankan proses pembelajaran servis bawah bolavoli mini.
net
dalam
31
B. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran bolavoli dapat berlangsung dengan efektif dan
optimal tergantung oleh beberapa faktor yaitu starategi pembelajaran,
pendekatan pembelajaran, sarana prasarana pembelajaran, dan lain-lain.
Bolavoli merupakan materi pelajarajan yang lumayan sulit untuk
diajarkan kepada siswa. Terdapat beberapa teknik-teknik dasar dalam
permainan bolavoli yaitu passing, smash, serve, dan block. Melalui proses
belajar siswa menjadi mengerti tentang tekni dasar bolavoli dan cara
melakukannya. Untuk siswa Sekolah Dasar mengenalkan materi permainan
bolavoli dapat dengan cara melakukan gerakan-gerakan dasar permainan
bolavoli seperti gerak dasar passing cara melempar bola dengan kedua
tangan lurus dari bawah dan lain-lain.
Untuk mendukung kegiatan pembelajaran tersebut diperlukan
beberapa modifikasi alat yaitu bola karet dan bola plastik. Kelebihan dari
modifikasi alat ini adalah siswa menjadi lebih tertarik untuk mencoba,
dengan jumlah alat yang proporsional sehingga kesempatan siswa untuk
mencoba ini semakin banyak, dapat menciptakan siswa aktif dalam
pembelajaran bolavoli dan dapat meningkatkan atau mencapai KKM.
Modifikasi alat yang digunakan adalah bola karet dan bola plastik.
Dengan adanya modifikasi bola dapat membuat siswa kelas IV SDN
Tegalrejo No. 98 Surakarta merasa senang dan tertarik untuk mengikuti
mata pelajaran olahraga. Siswa secara tidak langsung telah melakukan gerak
dasar bolavoli dan diharapkan dapat mengoptimalkan pembelajaran.
Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan kemampuan
gerak dasar dalam pembelajaran bolavoli melalui modifikasi bola pada
siswa kelas IV SDN Tegalrejo No. 98 Surakarta. Pemanfaatan modifikasi
bola ini, guru dapat memberi penjelasan yang mendetail dan mempermudah
siswa dalam menangkap penjelasan gerak dasar bolavoli.
32
Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini, alur kerangka
pemikiran dalam penelitian ini secara skematis sebagai berikut:
Siswa:
Guru:
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru
kurang
memberikan modifikasi
pada pembelajaran gerak
dasar bolavoli mini
Meningkatkan
keterampilan
gerak
dasar bolavoli mini
melalui Pemanfaatan
Modifikasi
Melalui
pemanfaatan
modifikasi , siswa akan
lebih mudah menguasai
materi
gerak
dasar
bolavoli mini sehingga
pembelajaran
bisa
maksimal.
- Siswa kurang aktif dan jenuh
saat pembelajaran gerak dasar
bolavoli mini
- Siswa merasakan sakit pada
tangannya ketika menggunakan
sarana standar seperti bola
standar.
- Siswa cepat merasa bosan
karena terlalu lama menunggu
giliran
melakukan
ketika
pembelajaran
Siklus I: Guru dan peneliti
menyusun bentuk pengajaran
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan hasil belajar gerak
dasar bolavoli mini, melalui
pemafaatan
modifikasi yang
berupa bola karet, bola plastik,
dan ketinggian net.
Siklus II: Upaya perbaikan
tindakan dari siklus I sehingga
melalui
penggunaan
modifikasi
Bola
mampu
menguasai ketrampilan gerak
dasar bolavoli mini dan
mampu meningkatkan hasil
belajar siswa
Gambar 15. Alur Kerangka Berpikir
C, Hipotesis Tindakan
Pemanfaatan modifikasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar gerak dasar bolavoli mini pada siswa kelas IV SDN Tegalrejo No. 98
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD NEGERI
TEGALREJO NO. 98 yang beralamatkan di JL. Laos Utara No. 4 Kagokan
RT.01/XI Pajang Laweyan Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan pada bulan Februari sampai
bulan Maret 2015. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan
penelitian sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
Bulan
NO
Rencana Kegiatan
Des 2015
Jan 2016
Feb
2016
Mar
2016
Apl
2016
Mei
2016
Jun 2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Persiapan
a. Observasi
b. Identifikasi
masalah
c. Penentuan
tindakan
d. Pengajuan judul
2.
e. Penyusunan
proposal
f. Seminar
proposal
g. Pengajuan ijin
penelitian
Pelaksanaan
a. Pengumpulan
data penelitian
33
34
b. Analisis data
3.
Penyusunan
Laporan
a. Penulisan
laporan
b. Ujian Skripsi
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SDN Tegalrejo No. 98
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Jumlah keseluruhan siswa kelas IV
adalah sebanyak 29 siswa.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:
1.
Siswa, untuk mendapatkan data tentang hasil belajar gerak dasar
Bolavoli pada siswa kelas IV SDN Tegalrejo No. 98 Surakarta Tahun
Ajaran 2015/2016.
2.
Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan
penggunaan modifikasi alat pada pembelajaran gerak dasar bolavoli
mini Tahun Ajaran 2015/2016.
3.
Peneliti sebagai observer diperoleh data berupa : lembar observasi dan
foto saat kegiatan pembelajaran gerak dasar bolavoli SD Negeri
Tegalrejo No. 98 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data Penelitian Tindakan Kelas ini dikumpulkan dan disusun
melalui teknik pengumpulan data meliputi: tes dan observasi
1.
Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data ketrampilan dan
pemahaman konsep tentang dasar bolavoli mini yang dilakukan siswa.
2.
Observasi: dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar
gerak dasar dengan modifikasi bola.
35
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
sebagai berikut :
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
No
Sumber
Data
Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Instrumen
a. Tes
keterampil
Psikomotor/Hasil
1
Siswa
keterampilan gerak dasar
bolavoli mini
an Gerak
Tes dan
Dasar
Observasi
Bolavoli
Mini
b. Lembar
Observasi
2
Siswa
3
Siswa
Kognitif/Pemahaman siswa
gerak dasar bolavoli mini
Afektif/Sikap siswa dalam
mengikuti pembelajaran
Tes tulis
Observasi
a. Tes Tulis
b. Tes Lisan
Lembar
Observasi
E. Uji Validitas Data
Teknik pengujian validitas data pada penelitian tindakan kelas ini
menggunakan triangulasi yang merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk peningkatan validitas data dalam penelitian. Triangulasi yaitu teknik
yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif yang
artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu
cara pandang.
Triangulasi yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
yaitu triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data yaitu data yang sama
akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang
36
berbeda sehingga data yang diperoleh benar – benar objektif. Data dapat
diperoleh dari siswa, dan observasi guru sebagai kolaborator.
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran.
1. Psikomotor siswa : dengan mempraktekkan ketrampilan gerak dasar
bolavoli yang diberikan guru kemudian dikategorikan dalam klasifikasi
skor yang telah ditentukan.
2. Kognitif siswa : dengan jawaban siswa atas pertanyaan yang diberikan
guru yang kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah
ditentukan.
3. Sikap dan keaktifan siswa: dengan mengamati perilaku siswa pada saat
pembelajaran gerak dasar dalam permainan bolavoli mini berlangsung,
kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.
4. Hasil Belajar gerak dasar bolavoli mini: dengan menganalisis nilai ratarata tes gerak dasar bolavoli mini yang kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi skor yang telah ditentukan
G. Indikator Kinerja penelitian
Untuk menentukan ketrampilan tujuan perlu dirumuskan indikator
keberhasilan yang disusun secara rialistik (mempertimbangkan kondisi
sebelumnya diberi tindakan dan jumlah siklus tindakan yang akan dilakukan).
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat tabel Indikator Kinerja Penelitian sebagai
berikut:
Tabel 3.Indikator Kinerja Penelitian
Persentase Target Cara Mengukur
Aspek Yang Diukur
Afektif
siswa
Akhir Pencapaian
berupa
kerjasama, jujur, menghargai,
semangat, dan percaya diri.
Diamati saat proses
80 %
pembelajaran Gerak
Dasar
Bolavoli
37
berlangsung
Psikomotor
siswa
berupa
penilaian tehadap penguasaan
beberapa gerak dasar yang
terdiri dari sikap awal, saat
melakukan/perkenaan
Tes
80 %
Ketrampilan
Gerak
dasar
Bolavoli
dan
sikap akhir.
Kognitif
siswa
berupa
tes
pengetahuan atau pemahaman
siswa terhadap gerak dasar
80 %
Tes Tulis.
Bolavoli.
Rata-rata
hasil
penjumlahan (aspek
Ketuntasan Hasil Belajar
80 %
afektif,
kognitif,
psikomotor)
sesuai
dengan
KKM
Sekolah : 75
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah – langkah yang harus dilalui oleh
peneliti dalam menerapkan metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas atau
Classroom Action Research (CAR). Langkah – langkah PTK secara
prosedurnya dilaksanakan secara partisipatif atau kolaboratif antara (guru
dengan tim lainya) bekerjasama, mulai dari tahap orientasi hingga
penyusunan rencana tindakan dalam siklus pertama, diskusi yang bersifat
analitik, kemudian dilanjutkan dengan refleksi – evaluatif atas kegiatan yang
dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian mempersiapkan rencana
modifikasi, koreksi, atau pembetulan, dan penyempurnaan pada siklus
berikutnya.
38
Dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penjelasan mengenai alur penelitian
tindakan tersebut dipaparkan melalui penjelasan sebagai berikut :
1.
Perencanaan adalah langkah yang dilakukan guru ketika akan
memulai tindakannya tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan bagaimana penelitian itu dilakukan.
2.
Pelaksanaan adalah implementasi dari rencana yang sudah dibuat.
3.
Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan.
4.
Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah
lampau yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Menurut Agus Kristiyanto (2010:54), “langkah-langkah Penelitian
Tindakan Kelas pada prinsipnya meliputi 4 langkah pada setiap siklusnya.
Keempat langkah tersebut meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi.
Dari setiap siklus PTK itu dapat digambarkan sebagai berikut:
PENETAPAN FOKUS MASALAH
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
TINDAKAN LANJUTAN
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Apakah indikator SUDAH tercapai?
Sudah, Penelitian bisa diakhiri
Belum, perlu diadakan siklus III
39
Aktivitas dalam penelitian tindakan ini diawali dengan perencanaan
tindakan (planning), penerapan tindakan dan mengobservasi tindakan
(Action and Observation), dan melakukan refleksi (reflection). Setelah
kegiatan refleksi pada siklus I diadakan perencanaan perbaikan untuk
menuju siklus selanjutnya, sampai perbaikan atau peningkatan yang
diharapkan tercapai sesuai kriteria keberhasilan. Pada dasarnya setiap guru
mempunyai kriteria keberhasilan yang berbeda
dan oleh karena itu
semuanya juga tergantung pada guru yang mengajar tentunya berdasarkan
pada kurikulum yang berlaku pada saat itu.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus:
1. Pelaksanaan Siklus
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun sekenario
pembelajaran yang terdiri dari :
1) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatment) yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran Gerak
Dasar Bolavoli mini.
2) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu
penilaian Gerak Dasar Bolavoli mini. Menyiapkan alat yang
diperlukan untuk membantu pembelajaran.
3) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
1) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.
2) Melakukan pemanasan.
3) Melakukan pembelajaran gerak dasar bolavoli mini dengan modifikasi
bola.
4) Melakukan rangkaian gerak dasar Bolavoli mini.
5) Melaksanakan penenangan/pendinginan.
c. Pengamatan Tindakan
40
Pengamatan dilakukan terhadap:
1) Hasil belajar Gerak Dasar Bolavoli mini
2) Kemampuan melakukan rangkaian gerak dasar Bolavoli Mini.
d. Tahap Evaluasi ( Refleksi )
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus
tindakan berikutnya.
2. Pelaksanaan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Peneliti
dan
kolabolator
menyusun
rencana
pembelajaran
berdasarkan keberhasilan dari refleksi siklus 1, peneliti dan kolabolator
merencanakan tindakan penguatan.
b. Tahap Pelaksanaan
Peneliti dan kolabolator melaksanakan action/tindakan lanjutan
berdasarkan rencana pembelajaran untuk memperkuat dampak yang telah
diperoleh pada siklus 1.
c. Pengamatan Tindakan
Peneliti dan kolabolator melakukan pengamatan seluruh proses
pembelajaran dengan menggunakan format observasi yang telah
disepakati khusus untuk siklus 2.
d. Tahap Evaluasi ( Refleksi )
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti dan kolabolator melakukan
refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menyusun rencana ulang
(replaning) untuk memasuki siklus 3.
Pada rancangan siklus II tindakan dikaitkan dengan hasil yang
telah dicapai pada tingkatan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus
tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata
pelajaran pendidikan jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap
pelaksanaan, observasi dan refleksi yang juga mengacu pada siklus
sebelumnya.
Download