IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Cendawan B.bassiana adalah

advertisement
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Cendawan B.bassiana adalah cendawan yang umum dijumpai di tanah dan dapat ditemukan
diseluruh dunia. Berdasarkan hasil penelitian di Laboratoriuman dengan suhu 27" C dan kelembaban
79%, dari keempat asal tanah pertanaman pertanian yaitu tanah pertanaman pisang, kelapa sawit, sawi
dan jagung ditemukam cendawan B.bassiana lokal Riau.
4.1 Waktu yang diperlukan untuk menumbuhkan cendawan B. bassian pada larva uji dimedia
tanah (Hari).
Hasil identifikasi cendawan yang tumbuh ditubuh larva T. molitor adalah B. bassiana. Hal ini
sesuai dengan pengamatan makroskopis dan mikroskopis.
Tabel 1 Waktu yang diperlukan untuk menumbuhkan cendawan B. bassiana pada larva uji
dimedia tanah (Hari).
Sumber isolate
Tanah Pisang
Tanah Kelapa Sawit
Tanah Sawi
Tanah Jagung
Rata-rata
8,6
11,0
11,6
11,8
Tabel 1 menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menumbuhkan cendawan B.
bassiana pada larva uji berbeda tidak nyata diantara ke empat asal tanah. Hal ini disebabkan karena
larva T. molitor dapat digunakan sebagai umpan cendawan B. bassiana pada tanah pertanaman pisang,
kelapa sawit, sawi dan jagung.
Cendawan B.bassiana yang ada di tanah akan menyerang larva uji yang diletakkan diatas
tanah dengan cara masuk ketubuh serangga melalui kulit, saluran pencemaan, spirakel dan lubang
lainnya. Inokulum yang menempel pada tubuh larva uji akan berkecambah dan berkembang
membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kulit tubuh larva uji berkembang di
haemocoel selanjutnya hyfa masuk ke haemolim menyebabkan penggumpalan darah, kenaikkan pH
darah dan terhentinya peredaran darah. Misellium akan berkembang didalam tubuh larva uji,
menyebabkan tubuh akan mengeras seperti mumi dan menutupi seluruh permukaan tubuh
Dipihak lain perlakuan untuk menumbuhkan cendawan B.bassiana di Laboratorium semua
seragam yaitu melakukan penyemprotan dengan aquades setiap hari dan meletakkan stoples perlakuan
pada tempat yang terlindung sehingga menyebabkan keadaan tanah di dalam stoples selalu dalam
keadaan lembab, karena B.bassiana membutuhkan media tumbuh yang lembab dan ketersediaan
12
nutrisi yang cukup di dalam tanah.. Kondisi Laboratorium saat penelitian dengan suhu 27°C dan
kelembaban 79% cocok untuk menumbuhkan cendawan B.bassiana pada larva uji.
B.bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai cendawan saprofit, pertumbuhan
cendawan B.bassiana di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah seperti kandungan bahan
organik, suhu, kelembaban, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida sintetis, dan waktu aplikasi (
Anonim, 2008).
Tanah sumber inokulum B.bassiana diambil dari tiga kecamatan di kota Pekanbaru Riau
yaitu Kecamatan Tampan, Marpoyan damai dan Rumbai Pesisir. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) Propinsi Riau (2004), di Indonesia total sebaran Podzolik Merah Kuning (PMK) seluas
30.401.000 Ha dan di Propinsi Riau seluas 3.162.773 Ha.
Tanah PMK merupakan salah satu jenis tanah yang ketersediaan unsur haranya rendah (miskin hara),
tanah PMK memiiiki struktur gumpal, tekturnya lempung berpasir hingga liat, konsistensinya adalah
gembur dibagian atas dan teguh dilapisan tanah bawah. Tanah PMK memiiiki kandungan bahan
organik, pH yang rendah (3,5-5,5), dan miskin unsur N, P, K, Ca, Mg, S, dan Cu (Hakim, dkk 1986).
Walaupun ketersediaan unsur hara tanah podzolik merah kuning (PMK) rendah namun
cendawan B. bassiana masih dapat tumbuh dengan baik karena cendawan B. bassiana tumbuh pada
iapisan tanah bagian atas yang subur. Seiain itu pada lokasi pengambiian tanah selalu dilakukan
pemupukan sehingga tanah menjadi subur dan pH tanah meningkat, dengan demikian dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi cendawan B. bassiana didalam tanah. Hal ini merupakan salah satu faktor penunjang
terciptanya kemampuan yang sama dari cendawan
B .bassiana untuk menginfeksl serangga
sehingga rata-rata pertumbuhannya pada permukaan tubuh larva tidak berbeda nyata.
Seiain itu tanaman kelapa sawit dan pisang mempunyai tajuk yang besar, sehingga tanah
sekitar pertanaman terlindung. Seiain itu pisang juga mempunyai banyak anakkan yang menyebabkan
suhu pada tanah sekitar pertanaman pisang rendah dan kelembaban tinggi, kondisi ini menyebabkan
cendawan B.bassiana dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat. Sedangkan pertanaman sawi dan
jagung merupakan tanaman berumur pendek sehingga tanahnya sering diolah dan sering diaplikasikan
pestisida untuk mengatasi serangan hama dan penyakit.
Aplikasi pestisida dapat memutuskan siklus hidup cendawan B.bassiana, karena didalam
pestisida kimia terkandung zat racun yang bisa membunuh tanaman yang ada disekitamya termasuk
B.bassiana yang ada didalam tanah. Tanaman sawi dan jagung juga tidak mempunyai tajuk yang lebar,
sehingga tanah pada pertanaman sawi dan jagung terkena sinar matahari secara langsung yang
menyebabkan suhu tinggi dan kelembaban rendah. Keadaan lingkungan demikian menyebabkan isolat
cendawan B.bassiana asal tanah pertanaman pisang dan kelapa sawit lebih cepat tumbuh dan
berkembang dibanding tanah asal sawi dan jagung.
13
Gambarl Larva T. moftVor terinfeksi cendawan Afcassiana setelah 7 hari
4.2 Waktu yang diperlukan cendawan Kbassiana pada kertas saring.(Hari)
Hasil pengamatan waktu yang diperlukan cendawan B.bassiana pada kertas saring setelah
dianalisis secara statistik dapat dilihat pada daftar sidik ragam ( Lampiran 7 ) menunjukkan berbeda
tidak nyata dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Waktu yang diperlukan cendawan B.bassiana pada kertas saring (Hari)
Sumber Isolat
Tanah Pisang
Tanah Kelapa Sawit
Tanah Sawi
Tanah Jagung
Rata-rata
3,0
3,0
4,0
3,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa waktu yang di butuhkan cendawan B. bassiana untuk
menyelimuti seluruh permukaan tubuh larva uji pada kertas saring berbeda tidak nyata. Ini disebabkan
karena kondisi lingkungan pada perlakuan ini sama seperti suhu 28° C dan kelembaban 92%, suhu dan
kelembaban yang tinggi mempercepat pertumbuhhan cendawan pada kertas saring. Demikian juga
waktu meletakkan larva ke cawan petri pada kertas saring sama. Selama di kertas saring misellium
dapat menutupi seluruh permukaan tubuh larva T. molitor pada hari ketiga, sehingga menyebabkan
tubuh larva T. molitor mengeras seperti mumi. Menurut Hasyim A, (2006) kondisi yang sesuai dapat
mempercepat pertumbuhan cendawan B.bassiana pada permukaan tubuh larva uji.
14
Gambar 2. Larva uji terinfeksi pada kertas saring 3 hari setelah inokulasi
4.3 . Jumlah waktu Infeksi pada media tanah dan pada kertas saring (Hari).
Hasil pengamatan jumlah waktu infeksi pada medium PDA dan waktu infeksi pada kertas saring
setelah dianalisis secara statistik dapat dilihat pada daftar sidik ragam ( Lampiran 7 ) menunjukkan
berbeda tidak nyata dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jumlah waktu Infeksi pada media tanah dan waktu infeksi pada kertas saring (Hari).
Sumber Isolat
Tanah Pisang
Tanah Kelapa Sawit
Tanah Sawi
Tanah Jagung
Rata-rata
11,6
14,0
15,6
14,8
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah waktu tumbuh cendawan B. bassiana pada larva uji dan
waktu tumbuh cendawan B. bassiana pada kertas saring berbeda tidak nyata.. Hal ini disebabkan
karena tanah pada pertanaman pisang, kelapa sawit, sawi dan jagung sudah terdapat cendawan
B.bassiana. Seiain itu, perlakuan yang diberikan untuk menumbuhkan cendawan B.bassiana di
Laboratorium juga sama sehingga cendawan B.bassiana tumbuh pada larva uji pada waktu hampir
bersamaan. Menurut Priyatno & Kardin (1996) tinggi rendahnya populasi dan sebaran cendawan
B.bassiana di lingkungan dipengaruhi suhu dan tingkat kelembabannya.
15
4.4 Waktu yang dibutuhkan menumbuhkan cendawan B.bassiana pada mediium PDA untuk 0
1 cm. (Hari)
Hasil waktu yang dibutuhkan menumbuhkan cendawan B.bassiana pada mediium PDA
(Potato Dextrose Agar) untuk berdiameter 1 cm. Setelah dianalisis secara statistik dapat dilihat pada
daftar sidik ragam ( Lampiran 7 ) menunjukkan berbeda nyata. Hasil uji lanjut dengan BNT pada tarap
5% dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Waktu yang dibutuhkan menumbuhkan cendawan B.bassiana pada media PDA untuk
berdiameter 1 cm (Hari).
Sumber Isolat
Rata-rata
Tanah Pisang
3,0 a
Tanah Kelapa Sawit
2,0 a
Tanah Sawi
5,0 b
Tanah Jagung
5,0 b
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji BNT
pada taraf 5 %,
Tabel 4 menunjukkan bahwa waktu untuk menumbuhkan cendawan B.bassiana pada medium
PDA sampai berdiameter 1 cm berbeda nyata. Cendawan B.bassiana asal tanah pertanaman kelapa
sawit dengan sawi dan jagung berbeda nyata, sedangkan asal tanah kelapa sawit dan pisang berbeda
tidak nyata. Waktu yang paling cepat menumbuhkan cendawan B.bassiana pada medium PDA hingga
berdiameter 1 cm adalah tanah asal pertanaman kelapa sawit, kemudian diikuti oleh tanah asal
pertanaman pisang, sawi dan jagung.
Medium PDA dapat memenuhi nutrisi cendawan B.bassiana selama pertumbuhan. Karena
medium mempunyai kandungan karbohidrat dan gula yang berfimgsi sebagai bahan makanan selama
pertumbuhan cendawan B.bassiana di medium PDA, suhu 28** C dan kelembaban 92% cocok untuk
pertumbuhan cendawan pada medmm PDA, apabila syarat tumbuh cendawan pada mediimi PDA
terpenuhi seperti suhu dan kelembaban yang sesuai, nutrisi yang seimbang maka cendawan B.bassiana
akan tumbuh cepat. Dengan adanya perbedaan kemampuan dari B.bassiana asal tanah pertanaman
pisang dan kelapa sawit dalam memanfaatkan nutrisi yang tersedia pada medium PDA maka waktu
yang dibutuhkan untuk tumbuh juga berbeda. Dalam penelitian ini temyata isolat cendawan B. bassian
asal tanah pertanaman kelapa sawit dan pisang lebih cepat dan efektif dalam memanfaatkan nutrisi
pada medium PDA dibandmgkan isolat asal tanah petanaman sawi dan jagung. Hal ini lah yang
16
menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk tumbuh berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Media
tumbuh yang sesuai menyebabkan cendawan B.bassiana tumbuh pada larva uji dengan waktu hampir
bersamaan. Suhu yang sangat cocok yaitu 25" C pada PDA selama 7 hari dan akan tumbuh cendawan
B. bassiana berwama putih (Anonim, 2006e)
Gambar 3. Cendawan Rbassiana pada medium PDA 4 hari setelah inkubasi
4. 5 Pengamatan bentuk miselium cendawan R bassiana
Miselium yaitu kumpulan dari beberapa hifa, pengamatan bentuk hifa dilakukan dengan
cara membuat slide dan diamati dengan mikroskop. Bentuk hifa dari cendawan B. bassiana yaitu
hifanya seperti benang atau helaian, hyalin dan bersepta. Menurut Ellis D (2007) hifa fertil
bercabang,tersususn melingkar dan biasa mengelembung.
Gambar. 4 Miselium cendawan Rbassiana
(mikroskop monokuler pada pembesaran 40 x 10)
17
4.6 Beiituk koloni pada medium PDA.
Pengamatan bentuk koloni dilakukan dengan cara melihat langsung dengan mata
telanjang pada saat cendawan B. Bassiana berumur 4 hari, adapun bentuk koloni cendawan B.
bassiana yaitu berbentuk bulat berwama putih dengan diameter 1-3 cm, arah pertumbuhannya keatas
baru melebar kesamping dalam waktu seminggu pada suhu 28° C dan kelembaban 92%.
Menurut Domsch et al (1980), diameter koloni B.bassiana mencapai 0,6 - 23 cm dalam
waktu 8 hari pada suhu 20° C, penampakan koloni seperti wol, kadang mirip tepung halus karena
konidianya melimpah.
c
d
Gambar S. Bentuk koloni B. bassiana di medium PDA pada umur 3-4 hari
( a : cendawan B.bassiana asal tanah pisang, b : B.bassiana asal tanah kelapa
sawit, c : Kbassiana asal tanah sawi dan d ; B.bassiana asal tanah jagung).
4.7 Wama koloni
Pengamatan wama koloni dilakukan det^an cara melihat langsung dengan mata telanjang.
Wama koloninya putih sampai agak kekuningan atau cream. Hal ini sesuai dengan penelitian Ando
(2000), bahwa wama koloni B.bassiana berwama putih kapur, putih kecoklatan muda sampai
J8
kekuningan. Hal ini didukung juga oleh pendapat Haryono, dkk (1993) menyatakan koloni berbentuk
bulat berwama putih seperti kapas pada medium PDA
Gambar 7. Wama Koloni cendawan B.bassiana pada medium PDA 4 hari setelah inkubasi
4.8 Bentuk konidia
Pengamatan bentuk konidia dilakukan pada mikroskop monokuler pada pembesaran 40 x 10
dengan cara membuat slide, adapun bentuk konidia cendawan B. bassiana yaitu bulat agak lonjong
bergerombol dan hyalin. Menumt Suntoro & Utomo (1988) konidia bersel satu, bentuknya oval agak
bulat sampai bulat telur, berwama hyalin, dindingnya mulus dengan diameter 2-3 nm. Konidia dan
konidiofor tersusun secara simpodial, konidiofor berbentuk zig-zag tersebut mempakan ciri khas dari
genus B.bassiana.
Gambar 6. Konidia cendawan B.basslana
(mikroskop monokuler pada pembesaran 40 x 10)
19
4.9. Kerapatan konidia ( cfu/ mJ).
Penghitungan kerapatan konidia dilakukan dengan menggunakan haemocytometer dengan
mikroskop binokuler.
Tabel 5. Kerapatan Konidia iO^(cfu/ml)
Sumber Isolat
Rata-rata ( cfu/ ml)
Tanah Pisang
128 x lO" ab
Tanah Kelapa Sawit
144 x 10* b
Tanah Sawi
112x10* a
Tanah Jagung
112 x10* a
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji BNT
pada taraf 5 %.
Tabel 5 menunjukkan bahwa kerapatan konidia B.bassiana pada tanah kelapa sawit
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan tanah sawi dan jagung. Sedangkan asal tanah pertanaman
pisang menunjukkan perbedaan tidak nyata dengan tanah asal sawi dan jagung. Pada tanah pertanaman
kelapa sawit dan pisang lebih banyak terdapat isolat cendawan B.bassiana dibanding asal tanah
pertanaman sawi dan jagung. Disebabkan karena keadaan lingkungan asal tanah pertanaman pisang
dan kelapa sawit lebih sesuai untuk pertumbuhan cendawan B.bassiana dibanding tanah asal
pertanaman sawi dan jagungPengendalian organisme pengganggu tanaman yang tepat harus mengetahui kerapatan konidia
yang dibutuhkan. Menurut Itji D dkk. (2004) cendawan B. bassiana efektif untuk mengendalikan
larva D. catenata instar 3, 4 dan 5. Konsentrasi yang efektif dan efisien untuk mengendalikan larva
pada instar 3, 4 dan 5 adalah kerapatan konidia 1, 25x10* cfu/ml, sedangkan pada imago kerapatan
konidia yang diperlukan yaitu 4,7x10* cfii/ml, dengan demikian kerapatan cendawan B. bassiana lokal
Riau yang diperoleh dari penelitian ini memenuhi syarat untuk pengendalian organisme pengganggu
tanaman.
20
Download