RiadanSyazili|PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun RiaJanitaRiduan,SyaziliMustofa FakultasKedokteran,UniversitasLampung Abstrak Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya.Disebagiannegarabarat,lebihdari90%DMpadaanakdanremajaadalahDMtipe1.DMtipe1disebabkanoleh kerusakan sel B pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Komplikasi yang paling sering pada DM tipe 1 adalah ketoasidosis diabetikum (KAD). Ketoasidosis diabetikum (KAD) terjadi akibat defisiensi insulin yang beredar dan kombinasi peningkatan hormon-hormon kontraregulator yaitu katekolamin,glukagon,kortisol,danhormonpertumbuhan.PadakasusdilaporkanAn.MY,laki-laki,usia15tahun,dengan ketoasidosis diabetikum dan DM tipe 1. Dilakukan analisis penyebab atau faktor resiko. Selanjutnya penyakit diberikan penatalaksanaanawalKADyaituterapicairan,insulin,diet,pemantauankadarglukosadarah,sertapenatalaksanaangejala simptomatis lain yang dirasakan. Selain itu perlu dilakukan intervensi keluarga tentang penyakit, pemberian obat, perubahanpolamakandangayahidup. KataKunci:DMtipe1,ketoasidosisdiabetik,penatalaksanaan ManagementofKADandType1DiabetesinChildrenAged15Years Abstract Diabetes mellitus is a metabolik disorder characterized by chronic hyperglycemia and abnormal metabolism of carbohydrates,fatsandproteinscausedbyabnormalinsulinsecretion,insulinaction,orboth.Inmostwesterncountries, morethan90%ofdiabetesmellitusinchildrenandadolescentsaretype1diabetes.Type1diabetesiscausedbydamageto the pancreas either by B cells or idiopathic autoimmune process that reduced insulin production even halted. The most frequentcomplicationsintype1diabetesisdiabeticketoacidosis(KAD).KADoccursduetodeficiencyofcirculatinginsulin and a combination of increased hormones kontraregulator namely catecholamines, glucagon, cortisol, and growth hormone.InthereportedcaseofAn.MY,male,age15years,withdiabeticketoacidosisanddiabetesmellitustype1.Do the analysis of the causes or risk factors. Furthermore, given the initial management of the disease, namely KAD fluid therapy,insulin,diet,kadarmonitoringofbloodglucose,aswellasothersymptomatictreatmentofsymptomsarefelt.In additionitisnecessaryforfamilyinterventionsondiseases,drugdelivery,changesindietandlifestyle. Keywords:diabeticketoacidosis,management,type1diabetes Korespondensi:RiaJanitaRiduan,S.Ked.,alamatJl.TeukuUmarNo.1PenengahanBandarLampung,HP081367302145,[email protected] Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya.1 Hiperglikemia merupakan kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dL yang dapat disertai dengan kerusakan, gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Pada DM ditemukan gangguan metabolisme semua sumber makanan tubuh, namun kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. DM dapat JMedulaUnila|Volume7|Nomor2|April2017|114 diklasifikasikan menjadi 2 yaitu DM tipe 1 dan DMtipe2. Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit metabolik yang disebabkan oleh kerusakan sel B pankreas baik oleh proses autoimun, maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Defisiensi insulin absolut biasanya didapatkan pada pasien DM tipe 1.2 Di sebagian negara barat, lebih dari 90%DMpadaanakdanremajaadalahDMtipe 1.3 Pada tahun 2013, terdapat sekitar 65.000 anak yang berusia <15 tahun di dunia menderita DM tipe 1 setiap tahunnya. 4 Insidensi DM tipe 1 bervariasi di tiap wilayah geografis dan etnis, didapatkan hasil tertinggi pada Finlandia yaitu 40,9/100.000 per tahun, sedangkan terendah pada Cina dan Venezuela yaitu0,1/100.000pertahun.5 RiadanSyazili|PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun Diabetes melitus tipe 1 yang tidak ditatalaksana dengan baik akan menimbulkan komplikasi.Komplikasiyangpalingseringpada DM tipe 1 adalah ketoasidosis diabetikum (KAD).5 Ketoasidosis diabetikum terjadi akibat defisiensi insulin yang beredar dan kombinasi peningkatan hormon-hormon kontraregulator yaitu katekolamin, glukagon, kortisol, dan hormon pertumbuhan.6 Ketoasidosis diabetikum pada anak sering ditemukan pada penderita DM tipe 1 yang tidak patuh jadwal suntikan insulin atau pemberian insulin yang dihentikan maupun kasus baru DM tipe 1.7 Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2013, terdapat sekitar 13-80% dari 65.000 anak yang berusia <15 tahun dengan diagnosis KAD. Angka kejadian KAD sebesar15-70%diwilayahEropa,Australiadan Amerika dan lebih tinggi lagi di negara berkembang. Insidensi KAD pada anak yang sudahterdiagnosisDMtipe1adalahsebesar110% per pasien tiap tahunnya.8 Berdasarkan penelitian nasional berbasis populasi, mortalitas KAD di beberapa negara cukup konstan, di Amerika Serikat 0,15%, Kanada 0,18% dan Inggris 0,31%. Pada tempat-tempat dengan fasilitas yang kurang memadai maka resikokematianakibatKADlebihtinggi.9 PenegakkandiagnosisKADsalahsatunya dapatdilihatdarigejalaklinisKAD.Gejalaklinis KAD pada anak yang dapat ditemukan adalah dehidrasi, nafas cepat dalam, mual, muntah, nyeri perut seperti akut abdomen, penurunan kesadaran progresif, leukositosis, shift to the left, peningkatan amilase non spesifik, demam (bila terdapat infeksi)6 disertai dengan gejala klasik DM berupa poliuria, polidipsi, serta penurunanberatbadanyangprogresif.9 Gejala tidakkhasyangmenyerupaipenyakitlainyaitu gastroenteritis, akut abdomen, keracunan, gangguanSSP,sindromuremik,danlain-lain.10 Pada pemeriksaan fisik didapatkan penurunan kesadaran bahkan sampai koma, pernafasan kusmauldanmeningkat,gejalaasidosis,tandatanda dehidrasi yaitu turgor kulit menurun, mukosa mulut kering, kelopak mata cekung, ubun-ubuncekung,nadimeningkat/takteraba, tekanandarahmenurunsertaoliguria,dengan atau tanpa disertai syok. Bisa juga ditemukan nafasberbauaseton.Perhitunganberatbadan sekarang,dansebelumsakitterjadipenurunan yang signifikan. Diagnosis dan tata laksana yangtepatsangatdiperlukanpadapengelolaan kasus-kasusKADuntukmengurangimorbiditas dan mortalitasnya.20 Kriteria diagnosis KAD menurut American Diabetes Assosciation yaitu kadar glukosa darah >250 mg/dl, pH arteri <7,25, HCO3- <18, terdapat keton urin, keton serumpositifdanpenurunankesadaran. Kasus Anamnesis dilakukan melalui autoanamnesis dan alloanamnesis dari keluarga pasien. Pasien adalah anak laki-laki usia 15 tahun beralamat di luar kota. Pada tanggal 29 Maret 2016 pasien datang diantar oleh keluarganya dengan keluhan mual dan muntah ke Rumah Sakit dr. H. Abdul Moeloek (RSAM)Lampung.Keluhanjugadisertaidengan nafas cepat, lemas, bibir kering, serta pusing sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh lemas, pusing, dan penglihatan kabur. Pasien merasakan lemas sejak 2 bulan yang lalu. Pasien sering merasa lapar, haus, dan ingin buang air kecil serta kesemutan. Pasien mengeluh sering kencing pada malam hari. Pasien diketahui memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 2 bulan yang lalu. 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien mengalamipenurunanberatbadandrastisdari 90 kg menjadi 68 kg. Pasien pernah diberikan terapiinsulin1bulanyanglalu,3kalisehari10 unitnamunterapitidakdilanjutkan. Padapemeriksaanfisikdapatditemukan daritanda-tandavitaldanpemeriksaangeneral survey.Tanda-tandavitalyangditemukanyaitu keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran gelisah, suhu badan 35,4 oC, frekuensi nadi 64 x/menit, frekuensi nafas 28 x/menit. Pemeriksaan Berat Badan (BB) awal 90kg,BBsekarang68kg,TinggiBadan(TB)158 cm,BB/U≥2SD(gizilebih),TB/U-2SDsampai +2SD(normal),BB/TB≥2SD(gemuk),IMT27,2 yaitu1SDsampai2SD(gemuk)dengankesan overweight.Tekanandarah4ekstremitasyaitu tangan kanan 120/90, tangan kiri 130/80, kaki kanan 120/80, dan kaki kiri 130/90. Pada pemeriksaan general survey didapatkan turgor kulit baik. Pada pemeriksaan kulit tidak ditemukan ptekie, purpura, pucat, sianosis, ikterus, serta edema, turgor kulit baik, tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening (KGB). Pada pemeriksaan kepala dan leher tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan paru-paru dan jantung dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan striae berwarna putih di sekitar umbilikus dan nyeri perut. Pada pemeriksaan genitalia eksterna JMedulaUnila|Volume7|Nomor2|April2017|115 RiadanSyazili|PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun tidak ditemukan kelainan namun urin berbau khas(aseton).Padaeketremitasinferiorkanan ditemukan bekas luka operasi kelenjar lemak. Pada pemeriksaan neurologi ditemukan baal padaibujarikakikanan. Pemeriksaan penunjang yang di lakukan untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan glukosa darah, urinalisis, kimia darah, elektrolit, fungsi ginjal, Hba1c, dan pemeriksaan C-peptide. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium darah lengkap yaitu hemoglobin (Hb) 14,0 gr/dl, leukosit 10.500/uL, eritrosit 5,3 juta/uL, hematokrit (Ht) 40%, trombosit 231.000/uL. Pemeriksaan kadar gula darah disajikan pada tabel. Pemeriksaan urinalisis didapatkan /dl, glukosa250mg/dl,keton300mg/dl.Terdapat peningkatansetelahpemeriksaanurinalisishari ke 4 didapatkan hasil glukosa menjadi 500 mg/dl, kejernihan menjadi keruh, keton 300 mg/dl. Pada pemeriksaan kimia darah didapatkan hasil SGOT 13, dan SGPT 8, sedangkan pada pemeriksaan elektrolit didapatkan hasil natrium 138 mEq/L, kalium 2,6 mEq/L, kalsium 9,4 mEq/L, klorida 107 mEq/L. Pada pemeriksaan elektrolit hari ke 4 didapatkan kadar natrium 133 mEq/L, kalium 2,3 mEq/L, kalsium 8,8 mEq/L, klorida 99 mEq/L. Pemeriksaan ureum didapatkan hasil 11, creatinin 0,70, pemeriksaan C-peptida didapatkan hasil 1,66 ng/mL. Pada pemeriksaanHbA1cdidapatkanhasil12%. Tabel1.PemantauanKadarGulaDarah Tanggal Jam GDS 30-3-2016 00.50WIB 408mg/dl 10.12WIB 358mg/dl 16.00WIB 329mg/dl 19.30WIB 362mg/dl 21.30WIB 347mg/dl 23.00WIB 351mg/dl 10.17WIB 510mg/dl 12.00WIB 324mg/dl 17.00WIB 354mg/dl 18.00WIB 285mg/dl 19.00WIB 410mg/dl 22.00WIB 408mg/dl 1-4-2016 07.00WIB 234mg/dl 08.00WIB 320mg/dl 11.25WIB 341mg/dl 14.10WIB 361mg/dl 15.00WIB 346mg/dl 17.00WIB 323mg/dl 19.00WIB 400mg/dl 21.00WIB 389mg/dl JMedulaUnila|Volume7|Nomor2|April2017|116 3-4-2016 4-4-2016 5-4-2016 23.00WIB 11.00WIB 12.30WIB 13.46WIB 14.30WIB 01.00WIB 03.45WIB 05.30WIB 08.30WIB 10.30WIB 19.35WIB 21.58WIB 07.00WIB 14.00WIB 16.00WIB 332mg/dl 421mg/dl 385mg/dl 417mg/dl 381mg/dl 350mg/dl 293mg/dl 341mg/dl 346mg/dl 400mg/dl 535mg/dl 435mg/dl 585mg/dl 349mg/dl 122mg/dl Berdasarkan anamnesis didapatkan Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis KAD+DM tipe 1. Anamnesis yang mendukung diagnosis KAD adalah keluhan utama penurunankesadaran,denganriwayatDMtipe 1.Pemeriksaanfisikyangmendukungdiagnosis KAD adalah ditemukannya penurunan kesadaran, pernafasan Kusmaul, tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis yaitu peningkatan kadar glukosadarah,danterdapatketonuria. Penatalaksanaan pasien dilakukan dengan terapi medikamentosa. Terapi medikamentosa yang dilakukan yakni pemberianIntraVenousFluidDrip(IVFD)NaCL 0,9%25gttmakro/menit,pemasangankateter urin, pemberian insulin awal dengan dosis 10 UI dalam NaCl 100 cc kecepatan 7 cc/jam, injeksi ranitidin 1 amp/12 jam, injeksi ceftriaxon 1 gr/12 jam. Dilakukan pemberian dietDM3000kalori,pemantauankadarGDS/4 jam, perhitungan diuresis, balance cairan, input,outputsertaIncisibleWaterLoss(IWL). Pembahasan Penegakkan diagnosis didapatkan dari anamnesis,pemeriksaanfisikdanpemeriksaan penunjang. Pada pasien didapatkan laki-laki, usia 15 tahun, BB 68 kg, datang diantar oleh keluarganya pada tanggal 29 Maret 2016 dengankeluhanmualdanmuntahsejak2hari yanglalu.Pasienseringmuntahapabilamakan sehingga sama sekali tidak dapat terisi makanan. Muntah berisi makanan bercampur air tidak disertai darah. Keluhan juga disertai dengan nafas cepat, bibir kering, penglihatan kabur, nyeri perut, serta pusing sejak 2 hari yang lalu. Pasien merasakan lemas sejak 2 RiadanSyazili|PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun bulan yang lalu. Pasien sering merasa lapar, haus, dan ingin buang air kecil serta kesemutan. Pasien mengeluh sering kencing padamalamharidanapabilaberkemihurinnya banyak didatangi semut. Sejak masuk SMP pasien mulai gemuk. Satu bulan SMRS pasien mengalamipenurunanberatbadandrastisdari 90kgmenjadi68kg.Pasiendiketahuimemiliki riwayat DM sejak 2 bulan yang lalu. Pasien pernah melakukan pengobatan dan diberikan terapiinjeksiinsulin10unit3kaliseharisejak1 bulan yang lalu di puskesmas, namun terapi tidak dilanjutkan. Pasien hanya menjalani diet DM. Di keluarga pasien Ayah, nenek dari ayah dankakekdariibupasienmenderitaDM.Satu bulan yang lalu pasien memang sering memakanmakananmanis. Hal ini sesuai dengan gejala klinis KAD, penderita biasanya mengalami nyeri perut, mual,muntah,dehidrasi,danhiperpnea.Nyeri perut dapat menyerupai gejala klinis apendisitis, perforasi usus, dan pankreatitis.12 Muntah pada pasien KAD disebabkan karena asidosis metabolik, sedangkan nyeri perut terjadi aki bat menurunnya perfusi mesenterium,dehidrasiototdanjaringanusus serta paralisis saluran cerna akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Muntah dan nyeri perut ini sering menyebabkan terjadinya salah diagnosis saat awalpasiendatang.13 Pada penderita baru, berdasarkan anamnesis sering didapatkan polidipsi, poliuri, nokturia, enuresis serta penurunan berat badan yang cepat dalam beberapa waktu terakhir. Pernapasan Kussmaul tampak pada asidosis. Pada KAD sering juga didapatkan napas berbau keton. Dan pada kasus yang berat dapat terjadi penurunan kesadaran dan kejang. Pada pasien yang telah didiagnosis menderita diabetes, KAD dapat dicurigai bila terdapat keluhan nyeri perut, muntah, atau malaise. Diagnosis lebih sulit pada penderita barukarenakurangnyakewaspadaanterhadap DMT1 dan gejala klinis yang menyerupai penyakit lain. Pada semua penderita harus dicari kemungkinan adanya infeksi sebagai faktorpemicuKAD.6,14,15 Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat ditemukan pada penderita-penderita DM tipe1 yang tidak patuh jadwal dengan suntikan insulin, pemberian insulin dihentikan karena anak tidak makan/sakit, dan kasus baru DM tipe-1. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa dalam darah tidak dapat digunakan oleh sel untuk metabolisme karena glukosa tidak dapat memasuki sel, akibatnya kadar glukosa dalam darah meningkat (hiperglikemia). Pada anak sakit walaupun tidak makan, didalam tubuh tetap terjadi mekanisme glukoneogenesis sehingga tetap terjadihiperglikemia.16 Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadarangelisah,suhu35,4°C,frekuensinadi 64x/menit,frekuensinafas28x/menit.Pasien mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis dalam satu bulan. Berat badan awal90kg,beratbadansekarang68kg.Tinggi badan pasien 158 cm. Status gizi pasien dikategorikan overweight karena indeks masa tubuh pasien yaitu 27,2. Pada pemeriksaan kulit turgor kulit baik. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan striae berwarna putih di sekitar umbilikus dan nyeri perut. Pada pemeriksaan urin ditemukan urin berbau khas (aseton). Pada ekstremitas inferior kanan ditemukan bekas luka operasi kelenjar lemak. Pada pemeriksaan neurologi ditemukan baal padaibujarikakikanan. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Gula Darah Sewaktu (GDS) 408 mg/dl, leukosit 10.500/uL. Pada pasien tersebutditemukanhasilGDS>200mg/dL.Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis KAD yaitu terdapat hiperglikemia atau kadar gula darah >200 mg/dl.6 Pada penelitian Haryudi 2011 yang dilakukan pada pasien DM tipe 1 Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar antara tahun 2005 dan 2009 usia 1-14 tahun didapatkan kadarglukosadarahterbanyakdijumpaiantara 300-500mg/dlpada14kasus(52%),lebihdari 500 mg/dl pada 10 (37%) kasus dan antara 200-300mg/dlpada5(12%)kasus.17 Diagnosis DM sudah dapat ditegakkan bila memenuhi salah satu kriteria, yaitu bila ditemukan gejala klinis poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, dan kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl. Bila tanpa gejala, diagnosis ditegakkan bila kadar glukosa darah sewaktu harus lebih 200 mg/dlataukadarguladarahpuasalebihtinggi dari normal atau dengan tes toleransi glukosa kadar glukosa darah puasa >140mg/dl.18-21 Pada pemeriksaan urinalisis ditemukan, glukosa 250 mg/dL, keton 300 mg/dL. Pada pasien tersebut ditemukan hasil glukosuria, ketonuria, hematuria mikroskopik, dan JMedulaUnila|Volume7|Nomor2|April2017|117 RiadanSyazili|PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun proteinuria. Pada pemeriksaan kimia urin ditemukankalium2,6mEq/Latauhipokalemia. Pada pemeriksaan HbA1c hasil yang didapatkan12%atauterjadipeningkatanyang menunjukkan kadar gula darah pasien 3 bulan terakhir tinggi. Hal ini sesuai dengan diagnosis DM menurut Standard of Medical Care In Diabetes 2012, yang dikeluarkan oleh ADA, yaituHbA1c>6,5%.7 Pasien didiagnosis KAD+DM tipe 1+hipertensi derajat 2 karena pasien mengalami gejala klasik DM yaitu polifagi, polidipsi, poliuri, ditambah gejala sistemik berupa lemah dan penurunan berat badan yangdrastisdalamwaktu4minggusertagejala neurologi berupa kesemutan ekstremitas inferior. Pasien juga memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus. Gula Darah Sewaktu (GDS) pasien lebih dari 200 mg/dL. Padaurinpasienjugaditemukanglukosadalam jumlah yang signifikan. Usia pasien termasuk kategori anak-anak (<18 tahun) yang secara epidemiologi lebih banyak penderita DM anak merupakan DM tipe 1. Pasien mengalami gejalamualdanmuntahberulangsetiapmakan dan kondisi pasien tampak gelisah. Urin berbauasetondanpadapemeriksaanurinalisa ditemukanketondalamjumlahyangsignifikan. Pada pemeriksaan elektrolit ditemukan hipokalemi yang merupakan gejala dehidrasi. Pada pemeriksaan HbA1c dapat disimpulkan kadarguladarahpasientinggidalamtigabulan terakhir. Sehingga pasien didiagnosis KAD denganDMtipe1. Gejala seperti poliuria, polydipsia, dan polifagiayangkhassebagaibagiandariDMtak terkontrol timbul selama 3-4 minggu sebelumnya. Begitu pula dengan penurunan berat badan yang bahkan telah timbul lebih lama lagi, yakni tiga sampai enam bulan sebelumnya dengan rata-rata penurunan 13 kilogram. Patut diperhatikan gejala-gejala akut yang timbul dalam waktu singkat, seperti nausea, vomitus dan nyeri abdomen, di mana dapat dijadikan sebagai peringatan untuk pasien bahwa dirinya sedang menuju ke arah KAD.27 Ada5prinsippenatalaksanaanKADpada anak. Prinsip tersebut adalah diagnosis KAD, koreksi cairan, pemberian insulin, koreksi asidosisdanelektrolit,sertapemantauan.22 KoreksicairanpadaKADdilakukanuntuk mengganti kehilangan cairan. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat dehidrasi karena JMedulaUnila|Volume7|Nomor2|April2017|118 poliuria, hiperventilasi, muntah serta diare.12 Perhitungan kebutuhan cairan pada penderita KAD dilakukan dengan menghitung derajat dehidrasi kemudian ditambahkan dengan defisitcairansertakebutuhanrumatanselama 48 jam. Pertama yang dilakukan adalah menentukan derajat dehidrasi. Pasien ini dikategorikan dalam derajat dehidrasi ringan karena pada pasien turgor kulit masih baik, mukosa mulut kering, dan takipnea yaitu frekuensi napas 28 x/menit, sehingga kehilangancairanyangterjadiyaitu3%atau30 ml/kgBB. Kedua, menentukan defisit cairan dengan cara menghitung defisit cairan berdasarkan berat badan, yaitu mengalikan persentase kehilangan cairan dengan berat badandan1000mlcairan. Ketiga, menentukan kebutuhan rumatan untuk48jam. Tabel2.Perhitungankebutuhancairan BB KebutuhanCairanperHari 3-10kg 100ml/kg 10–20kg 1000 ml + 50 ml/kg setiap kg BBdiatas10kg ≥20kg 1500 ml + 20 ml/kg setiap kg BBdiatas20kg Kebutuhanrumatan=1500ml+(20x30)ml Kebutuhanrumatan=1500ml+600ml Kebutuhanrumatan=2100ml Keempat, menentukan kebutuhan total dalam 48jam: Kebutuhan total = defisit cairan + kebutuhan rumatan Kebutuhantotal=1500ml+2100ml Kebutuhantotal=3600ml Kelima,menentukantetesanpermenit: Tetesanpermenit=1800 3x24 Tetesanpermenit=25tetes/menit(makro) PadapasiendiberikanIntraVenousFluid Drip(IVFD)NaCL0,9%25gttmakro/menit.Hal inisesuaidengancairanpilihanuntukresusitasi pada penderita KAD tanpa syok adalah NaCl 0,9%. Jika terdapat keadaan syok maka dapat diberikan NaCl 0,9% atau RL sebanyak 20 mL/kg BB bolus melalui infus secepatnya dan dapat diulang kembali sesuai dengan respons klinis penderita. Perhitungan cairan setelah resusitasi awal termasuk dalam perhitungan totalkebutuhancairandalam48jam.Produksi urin tidak dimasukkan dalam perhitungan kebutuhancairandalam48jam.14 RiadanSyazili|PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun Pada pasien diberikan cairan maintenance NaCL 0,9%+KCl 10 mEq 25 gtt makro/menit. Hal ini sesuai dengan teori, dimana setelah resusitasi awal maka pemberian cairan untuk defisitdankebutuhan rumatan dipilih cairan yang memiliki tonisitas samaataulebihrendahdariNaCl0,9%dengan menambahkankaliumklorida(KCl)ataukalium fosfat (KPO4) atau kalium asetat. Pemberian NaCl 0,9% dalam jumlah besar dapat menyebabkan hiperkloremik. Jika sudah memungkinkan diberikan cairan oral maka dapat diberikan cairan per oral dan jumlah cairan intravena dikurangi. Pemberian asupan oral harus sudah dimulai kurang dari 24 jam kecuali bila terdapat sakit berat atau pada penderita usia sangat muda.6 Pemberian insulin bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah dan menekan proses lipolisis dan ketogenesis. Pemberian insulin dilakukan segera setelah resusitasi cairan awal. Pemberian resusitasi cairan yang adekuat saja akan dapat menurunkan gula darah sekitar 180-270 mg/dL. Insulin diberikan melalui jalur intravena.14 Pada pasien, pemberian insulin awal yaitu dengan insulin regular drip dengan dosis 0,1 U/kgBB/jam. Hal ini sesuai dengan teori yaitujenisinsulinyangdiberikanadalahinsulin reguler/rapid dengan dosis 0,05-0,1 unit/kgBB/jam (contoh pengenceran 5 unit insulin reguler dalam 50 mL NaCl 0,9%, 1 mL= 0,1 unit insulin). Pada penderita yang sensitif terhadap insulin maka dapat diberikan dosis yang lebih rendah yaitu sebesar 0,05 unit/kgBB/jam. Pemberian insulin bolus tidak dianjurkan karena akan meningkatkan risiko terjadinya edema serebri. Pasien memiliki berat badan 68 kg sehingga pemberian insulin menjadi 0,1x68= 6,8 U/jam atau kecepatan pemberian insulin yaitu 7 cc/jam. Pasien diberikaninsulinkerjapendekyaituNovorapid 10UIdalamNaCl0,9%100mlviasyringepump dengan kecepatan 7 cc/jam. Insulin diberikan hingga terjadi perbaikan klinis dan laboratorium. Perbaikan laboratorium ditandai dengan pH >7,3; bikarbonat >15 mEq/L dan atau anion gap mendekati normal.6,14,23 Pemberian insulin untuk maintenance dilakukan dengan pemberian insulin 10 UI dalamNaCl0,9%100cckecepatan5cc/jamvia syringepump. Selama proses resusitasi kadar gula darah akan turun secara bertahap. Pemberian insulin akan menurunkan kadar gula darah sekitar 36-90 mg/dL/jam. Target gula darah yang diharapkan selama proses resusitasi dan terapi insulin intravena berkisar antara 250300 mg/dL dan untuk menjaga gula darah dalam kadar tersebut seringkali diperlukan tambahan glukosa dengan kosentrasi 5% dan jika perlu dapat ditambahkan glukosa dengan konsentrasi 10% atau 12,5%. Jika penurunan gula darah terlalu cepat melebihi 90 mg/dL/jam maka dapat dipertimbangkan pemberian tambahan infus glukosa tanpa harusmenunggukadarglukosadarah<250-300 mg/dL.6,14,23 Pengaturan insulin saat makan dianjurkan. Untuk makanan kecil kecepatan insulindrip2xjumlahsebelumnya,dimulaisaat penderita makan dan dipertahankan sampai setengah jam setelah makan, lalu kembali ke dosis sebelumnya. Untuk makan besar kecepatan insulin drip diberikan 2 kali jumlah sebelumnya, dimulai saat mulai makan dan dipertahankan sampai 1 jam setelah makan. Setelah itu kembalikan insulin ke dosis sebelumnya.10 Penggantian insulin dari intravena ke subkutan dapat dilakukan jika keadaan ketoasidosistelahteratasidanpenderitadapat minum per oral tanpa muntah. Saat terbaik pengalihan insulin intravena ke subkutan adalah sebelum waktu makan tiba. Insulin intravena dihentikan 60 menit setelah pemberian insulin rapid subkutan atau 60-120 menitsetelahpemberianinsulinreguler.Halini dilakukan untuk memberikan kesempatan insulin subkutan diserap dan bekerja dengan baik. Pengalihan insulin intravena ke subkutan diikuti dengan penghentian cairan intravena secara bertahap. Selanjutnya kadar gula darah harus tetap dipantau hingga diperoleh dosis insulin yang paling tepat sesuai dengan target guladarahyangdiinginkan.10,14 Pemberian cairan dan insulin akan memperbaiki asidosis. Asidosis yang terjadi pada KAD biasanya tidak memerlukan koreksi. Penelitian oleh Salvodelli dkk. menunjukkan pemberian cairan dan insulin saja akan mengatasi asidosis yang terjadi.24 Pemberian bikarbonat justru meningkatkan risiko terjadinya hipokalemia, hipertonisitas sekunder, dan meningkatkan risiko terjadinya edema serebri. Koreksi asidosis hanya dilakukanpadaKADberatdenganpH<6,9yang disertai gangguan kontraktilitas jantung, JMedulaUnila|Volume7|Nomor2|April2017|119 RiadanSyazili|PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun vasodilatasi perifer, serta adanya hiperkalemi yangmengancamjiwa.6,14,23,25,26 Koreksielektrolityangterpentingadalah natrium, kalium dan fosfat. Pada KAD sering terjadi pseudohiponatremia, hiperkalemi dan hiperfosfatemia. Pada KAD terjadi pseudohiponatremia karena dua faktor; Pertama, karena sebagian besar glukosa tertahandiruangekstraselulermengakibatkan perpindahan cairan secara osmotik sehingga terjadi proses dilusi hiponatremia. Kedua, karena terjadi peningkatan fraksi lemak dalam serum sehingga terkesan terjadi penurunan konsentrasinatriumdalamdarah.6 Koreksi natrium (Na+corr) secara umum dilakukanjikakadardalamserumrendah(<132 mEq/L) atau natrium tidak meningkat pada saatguladarahmenurun.Setiapkenaikan100 mg/dL gula darah diatas 100 mg/dL akan menyebabkanpenurunankadarnatriumserum sebesar 1,6 mEq/L.24 Koreksinya (1 mmol/L=1mEq/dL) dilakukan dengan memakai rumus6,14,15,23: BilakadarNa+corr>160mEq/Lmakarehidrasi harus dilakukan lebih lambat lagi menjadi 4872jam.10 Pemberian kalium sangat penting dalam tatalaksanaKAD.Padapemeriksaankimiaurin pasiendidapatkanhasilkaliumyaitu2,6mEq/L atau hipokalemia. Hipokalemia (<3,5 mEq/L) terjadi akibat defisit aktual total kalium dalam tubuh terutama hilangnya kalium dari pool intraseluler.15 Pemberian insulin dan koreksi asidosismenyebabkankaliummasukkedalam selsehinggamenurunkankadarkaliumserum. Penurunan pH darah sebesar 0,1 akan menaikkan konsentrasi kalium darah sebanyak 0,6 mEq/L.14 Pada pasien KAD dapat terjadi hipokalemia. Ion kalium terutama terdapat di intraselular, namun pada keadaan KAD ion K bergerak keluar sel dan selanjutnya dikeluarkan melalui urin. Selama terapi KAD hipokalemia terkoreksi melalui pemberiaan kalium sehingga kadar kalium dalam sel dan serum dalam batas normal. Pada pasein didapatkan kadar kalium 2,6 yang merupakan keadaan hipokalemia sehingga perlu diberikan terapipemberiankalium.10 PadapasiendiberikanKCl10mEq/kolfdi dalam NaCL 0,9%, 25 gtt makro/menit. Hal ini sesuai dengan tatalaksana kalium pada KAD yaitu pemberian kalium dilakukan bersamaan dengan pemberian cairan rehidrasi maka konsentrasi yang digunakan adalah 20 mEq/L JMedulaUnila|Volume7|Nomor2|April2017|120 dan jika pemberian kalium disertai dengan insulin intravena maka konsentrasi yang dianjurkan adalah 40 mEq/L. Preparat kalium yang digunakan dapat berupa kalium klorida, kalium fosfat atau kalium asetat. Kecepatan pemberian tidak boleh melebihi 0,5 mEq/kg/jam.3Untukmelakukankoreksikalium terlebih dahulu harus dipastikan adanya produksi urin untuk memastikan tidak terjadi gangguan fungsi ginjal.12 Jika terjadi hiperkalemia (>5,5 mEq/L) tunda pemberian kalium setidaknya sampai ditemukan produksi urin.6,14,23 Pada KAD terjadi deplesi fosfat akibat diuresis osmotik dan memburuk dengan koreksi asidosis dan pemberian insulin. Keadaan hipofosfatemia (<1 mg/dL) menyebabkan gangguan oksigenasi jaringan dan menyebabkan rabdomiolisis atau anemia hemolitik.15,24 Gangguan oksigenasi terjadi akibat menurunnya kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG).24 Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa penambahan fosfat dalam cairan rehidrasi memiliki manfaat klinis. Pemberian fosfat tidak akan banyak memberi manfaat secara klinis bahkan dapat menimbulkan keadaan hipokalsemia dan hipomagnesemia.15,24 Pemberian cairan dan insulinyangadekuattidaksajaakanmembantu kalium ekstrasel masuk ke dalam sel namun juga membantu fosfat untuk masuk ke intrasel.6,14,23 Agar tata laksana KAD dapat berjalan dengan baik maka diperlukan pemantauan yang ketat. Selama fase akut pemantauan tanda vital dilakukan setiap jam. Pemeriksaan gula darah sewaktu dilakukan setiap jam dan bisa dikonfirmasi dengan pemeriksaan gula darahvenajikaterdapatpenurunanguladarah yang terlalu drastis. Pemeriksaan analisis gas darah dilakukan setiap 2 jam dalam 12 jam pertama dan selanjutnya dilakukan setiap 4 jam.Ketondarah(β-hidroksibutirat)atauketon urin dilakukan setiap 2 jam.23 Pemeriksaan statusneurologisdilakukansetiapjamdanjika diperlukan tiap 20-30 menit terutama jika didapatkanedemaserebri.Jumlahinsulinyang diberikan dan jumlah cairan yang masuk serta keluar perlu dipantau untuk menghindari pemberiancairanyangberlebihan.6,14,23 Pemeriksaan elektrolit darah seperti natrium,kalium,klorida,magnesiumdanfosfat dilakukan setiap 24 jam. Jika ditemukan kelainanelektrolitmakadilakukankoreksi.Jika RiadanSyazili|PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun tidak memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan kalium darah maka pemantauan kadar kalium selama terapi dapat dilakukan melaluipemeriksaanEKG.Hipokalemiasedang ditandai oleh adanya gelombang T yang mendatarsedangkanhipokalemiberatditandai dengan adanya gelombang U yang prominen. Hiperkalemia sedang ditandai oleh adanya kompleks QRS yang melebar dan hiperkalemia berat ditandai dengan kompleks QRS yang sangatmelebar.6,14,23 Mencegah terjadinya KAD merupakan suatu langkah yang sangat penting bagi penderita DM. Tata laksana DMT1 yang komprehensif akan menurunkan kejadian berulangnya KAD.14,24 Berulangnya KAD pada anak dan remaja lebih disebabkan karena menolak penyuntikan insulin atau bosan melakukan penyuntikan14,24 dan akibat kurangnya pemahaman tentang DMT1 oleh orangtua dan keluarga lainnya. Infeksi (tanpa muntah dan diare) sangat jarang sebagai penyebab berulangnya KAD pada pasien yang telah memiliki pemahaman yang baik tentang tatalaksanaDM.14 Diet pada KAD terdiri dari komposisi kalori 50-60% dari karbohidrat, 10-15% dari proteindan30%darilemak.Jeniskarbohidrat yang dianjurkan adalah yang berserat tinggi, indeksglikemikdanglycemicloadyangrendah seperti golongan buah-buahan, sayuran dan sereal.Pengaturanmakanyangoptimalterdiri dari 3x makan utama dan 3x pemberian makanankecil.Keberhasilankontrolmetabolik tergantung pada frekuensi makan dan pengaturanpemberianinsulin.10 Pengaturan insulin saat makan dianjurkan. Untuk makanan kecil kecepatan insulindrip2xjumlahsebelumnya,dimulaisaat penderita makan dan dipertahankan sampai setengah jam setelah makan, lalu kembali ke dosis sebelumnya. Untuk makan besar kecepatan insulin drip diberikan 2 kali jumlah sebelumnya, dimulai saat mulai makan dan dipertahankan sampai 1 jam setelah makan. Setelah itu kembalikan insulin ke dosis sebelumnya.10 Prognosis KAD adalah dubia ad malam terutamajikatidakdilakukanmonitoringkadar gula darah sewaktu dan pemberian insulin secara adekuat. Salah satu komplikasi yang memiliki tingkat mortalitas yang tinggi adalah edema serebri akibat peningkatan tekanan intrakranial. Dan apabila pasien memiliki tanda-tanda bahaya (dehidrasi berat, asidosis berat, kalium kurang, dan penurunan kesadaran) penanganan pasien menjadi lebih sulit.16 Simpulan Ketoasidosis diabetik merupakan suatu kondisi akut dan mengancam jiwa akibat kekurangan insulin relatif atau absolut yang ditandaiolehtriashiperglikemia,asidosis,serta ketonemia/ketonuria. Manifestasi klinis KAD sangat bervariasi dan seringkali menyerupai gejala klinis penyakit lain. Kemampuan mengenali gejala klinis KAD dan mendiagnosis KADmerupakanbagianterpentingtatalaksana KAD. Tata laksana KAD selanjutnya adalah koreksicairanyangadekuat,pemberianinsulin yangtepat,koreksiasidosisdanelektrolitserta pemantauan yang ketat. Sebagian besar kematian pada DMT1 timbul akibat edema serebri. Pengenalan tanda-tanda KAD dan tata laksana yang cepat dan tepat dapat menurunkan mortalitas, morbiditas dan menekan biaya rawat akibat KAD. Pencegahan dengansuatuprogramyangkomprehensifdan terintegrasi merupakan suatu langkah terpenting untuk menghindari berulangnya KAD. DAFTARPUSTAKA 1. Grunnet LG, Mandrup PT. Cytokines and type1diabetesAnumbergamediabetes. Diabetes.2011;60(3):697-699. 2. American Diabetes Association. Standard of Medical Care In Diabetes. Diabetes Care.2012;35(Suppl.1):S11-S63. 3. UsherSJA,ThompsonM,ErcoleA,Watter FM. Variation between countries in the frequency of diabetic ketoacidosis at first presentation of type 1 diabetes in children: a systematic review. Diabetologia.2012;2878-94. 4. Tridjaya B, Batubara JRL, Triningsih E, Aditiwati, Yati NP, Marzuki ANS, et al. Pelatihan DM Tipe 1 dan Ketosidosis Diabetikum. Palembang: UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 2011. 5. American Diabetes Association. Special situation.Dalam:KaufmanFR,penyunting. Medical management of type 1 Diabetes. Edisike-6.ADA.2012;139-49. JMedulaUnila|Volume7|Nomor2|April2017|121 RiadanSyazili|PenatalaksanaanKADdanDMtipe1padaAnakUsia15Tahun 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Rosenbloom AL. The Management of diabeticketoacidosisinchildren.Diabetes Ther.2010;1:103-20. Sivanandan S, Sinha A, Jain V, Lodha R. Management of diabetic ketoacidosis. IndianJPediatr.2011;78:576-84. Haryudi AC. Gambaran Klinis dan Laboratoris Diabetes Mellitus Tipe 1 pada Anak. Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya.2011;26(4). Hassan K and Heptulla RA, Heptulla. Glycemic Control in Pediatric Type 1 Diabetes: Role of Caregiver Literacy. Pediatrics.2010;125(5):e1104-e1108. Hatherly K, Smith L, Overland J, et al. Glycemic Control and Type 1 Diabetes: The Differential Impact of Model of Care and Income. Pediatric Diabetes. 2011; 12(2):115-119. Pardede SO, Djer MM, Soesanti F, Ambarsari CG, Soebadi A. Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. Jakarta: Departemen Ilmu KesehatanAnakFKUI-RSCM;2013. Wolfsdorf J, Craig ME, Daneman D, DungerD,EdgeJ,LeeW,etal.GlobalIDF/ ISPAD guideline for diabetes in childhood and adolescent. International Diabetes Federation.2011;70-81. Salvodelli SD, Farhat SCL, Manna TD. Alternative management of diabetic ketoacidosis in a Brazilian pediatric emergency department. Diabetol Metab Synd.2010;2:1-9. Chua AR, Schneider H, Bellomo R. Bicarbonate in diabetic ketoacidosis-a systematic review. Ann Intensive Care. 2011;1:1-12. Sacks DB, Arnold M, Bakris GL. Position statement executive summary: guidelines and recommendations for laboratory analysisinthediagnosisandmanagement of diabetes mellitus. Diabetes Care.2011; 341419-1423. Wolfsdorf JI. The International Society of Pediatric and Adolescent Diabetes guidelines for management of diabetic ketoacidosis:dotheguidelinesneedtobe modified. Pediatr Diabetes. 2014. 15(4):277-286. AmericanDiabetesAssociation.Standards ofMedicalCareinDiabetes:Classification JMedulaUnila|Volume7|Nomor2|April2017|122 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. andDiagnosisofDiabetes.DiabetesCare. 2015;38(Supplement1):S8-S16 Wolfsdorf JI, Allgrove J, Craig ME, Edge J, Glaser N, Jain V, et al. Diabetic Ketoacidosis and Hyperglycemic Hyperosmolar State. Pediatr Diabetes. 2014;15(Suppl20):154-179. Jervis A, Champion S, Figg G, Langley J, Adams GG. Prevalence of Diabetic Ketoacidosis Rises and Still No Strict TreatmentAdherence.CurrDiabetesRev. 2013;9:54-61. Rabbone I, Joseph I, Wolfsdorf, Hanas R. Diabetes Ketoacidosis Management in Children and Adolescent. ISPAD versus ISPED: Similiarities and Differences in Research into Childhood–Onset Diabetes. Springer.2017;11-19. Davis SM, Maddux AB, Alonso GT, Okada CR, Mourani PM, Maahs DM. Profound hypokalemia associated with severe diabetic ketoacidosis. Pediatr Diab. 2016; 17(1):61-5. Cherubini V, Pintaudi B, Rossi MC, LucisanoG,PellegriniF,ChiumelloG,etal. Severe Hypoglycemia and Ketoacidosis Over One Year in Italian Pediatric PopulationwithType1DiabetesMellitus: A Multicenter Retrospective Observational Study. Nutr Metab CardiovascDisNMCD.2014;24:538-46. Marigliano M, Mprandi A, Maschio M, CostantiniS,ContreasG,D’AnnunzioG,et al. Diabetic Ketoacidosis at Diagnosis: Role of Family History and Class II HLA Genotypes. Eur J Endocrinol/Eur Feder EndocrineSoc.2013;168:107-111. Zucchini S, Scaramuzza AE, Bonfanti R, Buono P, Cardella F, Cauvin V, et al. Multicenter Retrospective Survey Regarding Diabetic Ketoacidosis ManagementinItalianChildrenwithType 1 Diabetes. J Diabetes Res. 2016; 5719470. Glaser NS, Ghetti S, Casper TC, Dean JM, KuppermannN.PediatricEmergencyCare Applied Research Netwotrk DKAFSG: Pediatric Diabetic Ketoacidosis, Fluid Therapy, and Cerebral Injury: The Design of A Factorial Randomized Controlled Trial. Pediatr Diabetes. 2013; 14:435-46.