EFEK EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum cassia) TERHADAP

advertisement
EFEK EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum cassia)
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH, BERAT BADAN, DAN
KOLESTEROL PADA TIKUS JANTAN STRAIN Sparague dawley
YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
HERMANSYAH
1111103000023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/ 2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Akan sangat sulit bagi saya untuk dapat
menyelesaikan penelitian ini jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan kesempatan kepada saya untuk
menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen di prodi ini yang
selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa
pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen
pembimbing penelitian
saya, yang selalu membimbing dan mengarahkan dalam
berjalannya penelitian ini.
4. Kedua orang tua tercinta, H. Nasruddin, dan Hj Ramsiah. yang selalu memberikan cinta
dan kasih sayangnya, memberikan doa, nasihat, serta semangat sepanjang hidup saya.
Juga pada kedua kakak kandung saya, dr Halimatussakdian dan Dede fatimah s.pd serta
ketiga adik kandung saya, Hajah Azizah, Ainun Mardiah, dan Hafidzatul husna dan untuk
seluruh keluarga besar yang senantiasa membuat saya bersemangat dalam menjalani
kehidupan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
5. Untuk teman seperjuangan penelitian saya, Kandang Girl dan Boys. Elza Amelia Firdaus,
Anisatul Muqorrobin, Norma Maulidatul F, Laras Respati dan Candra ahmad Hanif R.
Serta seluruh laboran yang terlibat Mba Ai, Mba Suryani, Mas Rachmadi, Mba Din. Juga
pada Mas Panji yang sangat membantu berlangsungnya penelitian ini.
6. Kak Bayu Program Studi Kesehatan Masyarakat 2010 yang membantu saya mengolah
data, serta seluruh mahasiswa PSPD 2011 juga seluruh sahabat dan pihak yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan
laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta, September 2014
Penulis
v
ABSTRAK
Hermansyah. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Ekstrak Kayu Manis
(Cinnamomum cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan kolesterol pada Tikus
jantan strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan.
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Kayu manis (Cinnamomum cassia)
adalah salah satu tanaman tradisional mempunyai efek sebagai hipoglikemik dan hipolipidemik.
Kayu manis memiliki komponen bioaktif golongan polifenol yang memiliki aktivitas mirip
dengan insulin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak kayu manis dengan dosis
300 mg/kgbb secara oral selama 14 hari terhadap kadar glukosa darah, berat badan serta kadar
kolesterol pada tikus Sprague Dawley yang diinduksi dengan aloksan. Hasil penelitian adalah
kadar glukosa darah menurun pada kelompok terapi ekstrak kayu manis, dan juga dilihat pada uji
statistic menujukkan p-value 0,001 yang berarti terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang
bermakna antar kelompok penelitian. Sedangkan pada berat badan terdapat kenaikan berat badan
pada kelompok terapi ekstrak kayu manis dan dalam uji statistis menunjukkan p-value 0,409
yang berarti tidak terdapat perbedaan berat badan yang bermakna antar kelompok penelitian. dan
pada kadar kolesterol terdapat perbedaan kadar kolesterol pada tikus yang diterapi ekstrak kayu
manis dibandingkan dengan kontrol normal dan kontrol Diabetes Mellitus secara signifikan
dengan uji statistic p-value 0,024. Dapat disimpulkan bahwa Cinnamomum cassia merupakan
agen hipoglikemik, menaikkan berat badan dan juga hipolipidemik terhadap tikus diabetes strain
Sprague dawley yang diinduksi aloksan.
Kata kunci: glukosa darah, berat badan, kolesterol, ekstrak kayu manis, dan Diabetes Mellitus.
ABSTRACT
Hermansyah. Medical Education Study Programme. Effect of Cinnamomum cassia to
Blood Glucose and Cholesterol Levels and Body Weight to Aloxan-Induced Male Sprague
dawley Rats.
Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia due to abnormality in
insulin secretion, utilization, or both. Cinnamomum cassia is a traditional plant having
hypoglycemic and hypolipidemic quality. Cinnamomum cassia has a bioactive polyphenol
component that has equal activity like that of insulin. This study aims to find out the effect of
300 mg/ kg of oral Cinnamomum cassia administered for 14 days to blood glucose and
cholesterol level and body weight on aloxan-induced Sprague dawley rats. The result shows
reduction of blood glucose level on the test group treated with Cinnamomum cassia extract
which was statistically significant with p-value of 0.001. This shows meaningful difference of
blood glucose level between groups tested. Although it is shown that there exists an increase in
body weight in test group treated with Cinnamomum cassia extract, the statistical analysis
yielded a p-value of 0.409 which indicates no profound difference in body weight found between
the groups tested. Cholesterol level also lowered significantly in the test group treated with
Cinnamomum cassia extract compared to those in normal and diabetes mellitus control with pvalue of 0.024. This study concludes that Cinnamomum cassia is not only a hypoglycemic and
vi
hypolipidemic agent, but also an agent capable to increase body weight in aloxan-induced
diabetic Sprague dawley rats.
Keywords: blood glucose, body weight, cholesterol, Cinnamomum cassia extract, and Diabetes
Mellitus
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ABSTRAK ........................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xi
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan masalah .............................................................................
1.3 Tujuan penelitian ..............................................................................
1.3.1 Tujuan umum ..........................................................................
1.3.2 Tujuan khusus .........................................................................
1.4 Manfaat penelitian ............................................................................
1.4.1 Bagi peneliti ............................................................................
1.4.2 Bagi institusi ...........................................................................
1.4.3 Bagi masyarakat ......................................................................
1
1
3
3
3
3
4
4
4
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori ...................................................................................
2.1.1 Diabetes Mellitus......................................................................
2.1.2 Klasifikasi .............................................................................
2.1.3 Fisiologi insulin .....................................................................
2.1.4 Patofisiologi ..........................................................................
2.1.5 Manifestasi klinis ....................................................................
2.1.6 Kriteria Diagnosis ....................................................................
2.2 Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) .................................................
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Cinnamomum cassia ..............................
2.2.2 Sistematika Cinnamomum cassia ............................................
2.2.3 Kandungan Tanaman ...............................................................
2.2.4 Manfaat Tanaman ....................................................................
2.3 Aloksan .............................................................................................
2.4 Kerangka Konsep ..............................................................................
2.5 Defenisi Operasional..........................................................................
5
5
5
5
6
9
11
11
12
13
14
14
15
16
18
19
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Disain penelitian ..............................................................................
20
viii
3.2 Waktu dan tempat penelitian ............................................................
3.2.1 Waktu penelitian .................................................................
3.2.2 Tempat penelitian ...............................................................
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................
3.4 Cara Kerja Penelitian ......................................................................
3.4.1 Alat penelitian .........................................................................
3.4.2 Bahan penelitian ......................................................................
3.4.3 Adaptasi hewan sampel ...........................................................
3.4.4 Induksi tikus dengan aloksan ..................................................
3.4.5 Pemberian ekstrak kayu manis ................................................
3.4.6 Pengukuran sampel ..................................................................
3.4.6.1 Glukosa darah ..............................................................
3.4.6.2 Berat badan ..................................................................
3.4.6.3 kolesterol......................................................................
3.5 Alur penelitian ..................................................................................
3.6 Pengolahan dan analisis data ............................................................
20
20
20
20
21
21
21
21
21
22
22
22
22
22
24
25
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Glukosa darah ..................................................................................
4.2 Berat badan .......................................................................................
4.3 Kolesterol ..........................................................................................
4.4 Hambatan penelitian .........................................................................
26
28
30
31
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...........................................................................................
5.2 Saran ..................................................................................................
32
32
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
33
36
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus Berdasarkan ADA ............................
Tabel 2.2 langkah langkah Diagnosis DM .......................................................
Tabel 4.1 Rerata glukosa darah hari ke-1, ke-7, dan ke-14...............................
Tabel 4.2 Rerata berat badan semua kelompok ...............................................
Tabel 4.3 Rerata kolesterol hari ke-14..............................................................
x
5
12
26
28
30
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Rerata glukosa darah semua kelompok .........................................
Grafik 4.2 Rerata berat badan semua kelompok ..............................................
xi
27
29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengaruh insulin terhadap sel dan gula darah.................................
Gambar 2.2 Pulau langerhans ............................................................................
Gambar 2.3 kulit kayu manis.............................................................................
Gambar 7.1 Hasil determinasi tanaman .............................................................
Gambar 7.2 Surat keterangan tikus sehat...........................................................
Gambar 7.3 Tikus saat adaptasi ........................................................................
Gambar 7.4 Aloksan monohidrat.......................................................................
Gambar 7.5 Penimbangan aloksan ....................................................................
Gambar 7.6 Larutan aloksan ..............................................................................
Gambar 7.7 Larutan di vortex ............................................................................
Gambar 7.8 Penyuntikan aloksan intraperitoneal ..............................................
Gambar 7.9 Pemberian ekstrak dengan sonde ..................................................
Gambar 7.10 Coolbox pendingin........................................................................
Gambar 7.11 pembuatan larutan dextrose 40%..................................................
Gambar 7.12 Pengambilan darah dari ekor tikus................................................
Gambar 7.13 Hasil pengukuran Glukometer......................................................
Gambar 7.14 Proses Sacrifice.............................................................................
Gambar 7.15 Proses Sentrifugasi........................................................................
Gambar 7.16 Proses Sentrifugasi (5000 rpm).....................................................
Gambar 7.17 Pengambilan plasma darah...........................................................
Gambar 7.18 Plasma darah di simpan dalam kulkas...........................................
Gambar 7.19 Pemeriksaan kolesterol plasma......................................................
Gambar 7.20 Tabung reaksi pemeriksaan...........................................................
Gambar 7.21 Kit Kolesterol.................................................................................
Gambar 7.22 Spektrofotometri Genesys 20, 510nm............................................
xii
7
9
13
36
37
45
45
45
45
46
46
46
46
47
47
47
47
48
48
48
48
49
49
49
49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil identifikasi tanaman ...........................................................
Lampiran 2 Surat Keterangan tikus sehat ........................................................
Lampiran 3 Data awal semua kelompok penelitian .........................................
Lampiran 4 Data hasil uji statistik ....................................................................
Lampiran 5 Gambar proses penelitan ...............................................................
Lampiran 6 Cara perhitungan ..........................................................................
Lampiran 7 Riwayat penulis ............................................................................
xiii
36
37
38
39
40
45
46
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit kronik pada metabolisme glukosa
karena tidak berfungsinya sel beta pankreas dan resistensi insulin. 1 Prevalensi DM di seluruh
dunia pada semua umur diperkirakan 2,8% pada tahun 2000 dan akan meningkat menjadi
4,4% pada tahun 2030. Jumlah penderita DM diperkirakan akan meningkat dari 171 juta pada
tahun 2000 dan akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030.2 Saat ini, telah ada 230
juta penduduk dunia yang mengidap DM. Angka ini naik 3 persen atau bertambah 7 juta jiwa
setiap tahun. 1
Menurut WHO (2006), Indonesia menempati urutan keenam di dunia sebagai negara
dengan jumlah penderita DM terbanyak setelah India, Cina, Unisoviet, Jepang, dan Brasil.
Pada tahun 2006 jumlah penderita DM di Indonesia menjadi 14 jutaan orang. Hampir 10
persen penduduk di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya adalah pengidap DM. Dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, diperkirakan bahwa pada tahun 2030
prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Depkes, 2006). Penelitian
epidemiologi di Jakarta (urban), mendapatkan prevalensi DM 1,7% (1982), 5,7% (1993) dan
menjadi 12,8% pada tahun 2001. Tahun 2003 diperkirakan prevalensi DM di daerah urban/
perkotaan menjadi 14,7% (8,2 juta penderita DM) dan di daerah rural/ pedesaan 7,2% (5,5
juta penderita DM). Tahun 2030 dengan prevalensi DM yang sama akan terdapat 12 juta
penderita DM di daerah perkotaan dan 8,1 juta penderita DM di daerah pedesaan.3
Gejala-gejala akut DM disebabkan oleh efek insulin yang tidak adekuat. Karena
insulin adalah satu-satunya hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa darah, salah satu
gambaran DM yang paling menonjol adalah peningkatan kadar glukosa darah atau
hiperglikemia. 4,5
Perjalanan penyakit DM dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar. Kerusakan pembuluh darah kecil dapat
terjadi pada retina, glomerulus ginjal, saraf perifer,
otot, serta kulit. Sedangkan pada
pembuluh darah besar kelainan yang terjadi dapat berupa aterosklerosis. 6
1
2
Pengaruh defisiensi insulin dapat juga menyebabkan defisiensi glukosa intrasel.
Akibat dari defesiensi glukosa intrasel akan menyebabkan nafsu makan penderita DM
meningkat, namun meskipun asupan makan meningkat berat badan penderita cenderung
menurun karena peningkatan katabolisme lemak dan protein. 5,7
Selain berefek pada glukosa darah, insulin memiliki banyak efek terhadap lemak.
Seperti menurunkan kadar asam lemak darah dan mendorong pembentukan simpanan
trigliserida. Oleh karena itu keadaan tidak adekuatnya insulin ini juga menyebabkan
gangguan metabolik pada pasien DM, termasuk pada metabolisme lipid. Gangguan pada
metabolisme lipid inilah yang dapat menjadi penyebab utama terjadinya komplikasi
kardiovaskular, yang merupakan salah satu komplikasi penting pada pasien DM (Haffner et
al., 2000). Efek tidak adanya insulin yang lain adalah pada metabolisme protein. Terjadi
pergeseran netto kearah katabolisme protein, sehingga terjadi penguraian protein-protein dan
menyebabkan otot rangka lisut dan melemah. Hal ini lah yang menjelaskan penurunan berat
badan pada pasien DM. 5
Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
penatalaksanaan secara non farmakologis, yaitu: perencanaan diet, aktivitas fisik, dan
penyuluhan. Jika pengendalian kadar glukosa dengan cara ini tidak tercapai, maka langkah
selanjutnya adalah penatalaksanaan secara farmakologis atau dengan penggunaan obat.
Menurut Soegondo et al. (1999) hampir 88% penderita diabetes menggunakan obat anti
diabetik dalam terapinya. Tetapi obat-obat hipoglikemik yang digunakan relatif mahal dan
dapat menyebabkan berbagai efek samping, seperti flatulen, diare, dan kram pada abdominal.
Kini perhatian mulai difokuskan pada alternatif lain, yaitu pada agen hipoglikemik yang
berasal dari produk herbal, alami dan tidak menimbulkan banyak efek samping.8,9
Untuk menghindari efek samping obat anti diabetes dan obat hipolipidemik, dapat
diberikan obat tradisional sebagai salah satu terapi yang mampu bekerja sebagai
hipoglikemik dan hipolipidemik. Selain murah, obat tradisional juga memiliki efek samping
yang minimal. Salah satu tanaman obat tradisional yang dipercaya dapat menurunkan glukosa
darah dan kadar profil lipid adalah Cinnamomum cassia atau kayu manis. Kayu manis
memiliki komponen bioaktif golongan polifenol yang memiliki aktivitas mirip dengan insulin
(insulun mimetic).10,11 Komponen bioaktif ini adalah doublylinkedprocyanidin type-A
polymeres yang merupakan bagian dari catechin/epicatechin yang selanjutnya disebut sebagai
methylhydroxychalconepolymer (MHCP). Penelitian sebelumnya pada ekstrak kayu manis
(Cinnamomum sp.) dengan dosis 200 mg/kgbb dalam waktu 30 hari memberikan efek yang
3
signifikan bagi penurunan kadar glukosa darah.11 Selain itu pada penelitian lain yang samasama menyatakan bahwa ekstrak Cinnamomun cassia berperan langsung dalam metabolisme
lipid, sebagai contoh penelitian yang dilakukan dengan dosis berbeda (1,3,6 gram/hari) dapat
mencegah terjadinya hiperkolesterolemia, hipertrigliserida dan menurunkan level dari asam
lemak bebas diplasma serta meningkatkan kadar HDL pada subjek diabetes mellitus tipe 2. 12
Yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini yaitu dalam segi waktu
dan dosis ekstrak kayu manis. Peneliti melakukan terhadap cinnamomum cassia dengan
vaariasi dosis 300mg/kgBB tikus selama 14 hari untuk melihat dan membuktikan potensi dari
C.casia sebagai agen hipoglikemik, hipolipidemik, dan pengaruhnya terhadap berat badan
tikus sprague dawley yang di induksi aloksan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1
Apakah ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia) dengan dosis 300
mg/kgbb dapat menurunkan kadar gula darah dalam jangka waktu 14 hari
pada tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan?
2
Apakah ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia) dengan dosis 300 mg/kgbb
mempengaruhi berat badan dalam jangka waktu 14 hari pada tikus Sprague
dawley yang diinduksi aloksan?
3
Apakah ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia) dengan dosis 300
mg/kgbb dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam jangka waktu 14 hari
pada tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efek pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia) terhadap
glukosa darah, berat badan dan kolesterol tikus DM
1.3.2 Tujuan Khusus
1
Mengetahui efek ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia) dalam waktu
14 hari dengan dosis 300 mg/kgbb secara oral dapat menurunkan kadar
glukosa darah yang diinduksi aloksan
4
2
Mengetahui efek ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia) dalam waktu
14 hari dengan dosis 300 mg/kgbb secara oral dapat mempengaruhi berat
badan tikus yang diinduksi aloksan.
3
Mengetahui efek ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia) dalam waktu
14 hari dengan dosis 300 mg/kgbb secara oral dapat mempengaruhi kadar
kolesterol darah tikus yang diinduksi aloksan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
-
Mendapatkan pengalaman dalam penelitian terutama dengan metode
eksperimental.
-
Menambah
pengetahuan
mengenai tanaman herbal terutama yang
mempunyai efek menurunkan glukosa darah.
-
Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran di fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan uin syarif hidayatullah jakarta.
1.4.2
-
Bagi Institusi
Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat
digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih dalam bagi peneliti
yang lain.
1.4.3
-
Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan aktivitas dari kayu manis
sehingga dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengembangan obat-obat
alami yang baru sebagai pencegahan atau terapi terhadap penyakit diabetes.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan adanya
peningkatan kadar glukosa darah dan gangguan metabolisme dari karbohidrat, protein, dan
lemak yang berhubungan dengan insufisiensi sekresi insulin dan dengan berbagai tingkat
resistensi insulin.13
2.1.2 Klasifikasi DM
Secara tradisional, diabetes diklasifikasikan menjadi dua kategori utama : primer,
bentuk tersering, berasal dari defek pada produksi dan/atau kerja insulin; dan sekunder,
timbul akibat semua penyakit yang menyebabkan kerusakan luas pulau pankreas, seperti
pankreatitis, tumor, obat tertentu, kelebihan zat besi (hemokromatosis), pengangkatan
substansi pankreas secara bedah, atau endokrinopati didapat berupa antagonisasi kerja
insulin. Klasifikasi DM berdasarkan American Diabetes Association (ADA) terdapat pada
tabel dibawah ini : 6,14
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi DM
Sumber : PERKENI, (2006)
5
6
Diabetes tipe 1 (tergantung-insulin, insulin-dependent atau juvenile-onset), yang
mencakup sekitar 10-20% dari semua kasus diabetes ditandai oleh tidak adanya sekresi
insulin.DM tipe 1 dapat dibagi dalam dua diagnosis: (a) autoimun, akibat disfungsi autoimun
dengan kerusakan sel-sel beta pankreas; dan (b) idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan
tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan AfrikaAmerika dan Asia. 5,6
Sedangkan pada DM tipe 2 (tidak tergantung-insulin, non-insulin-dependent atau
maturity-onset), sekresi insulin mungkin normal atau bahkan meningkat, tetapi sel-sel sasaran
insulin kurang peka terhadap hormon ini dibandingkan dengan normal. Insiden DM tipe 2
sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini. 5,6
Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama kali selama kehamilan dan
mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua,
etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat GDM terdahulu. 6
2.1.3. Fisiologi Sekresi Insulin
A) Proses Pembentukan Insulin
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan sel
beta kelenjar pankreas.Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin
disintesis kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan
regulasi glukosa darah.Insulin disintesis sebagai suatu prepohormon (berat molekul sekitar
11.500) dan merupakan prototipe untuk peptida yang diproses dari molekul prekursor yang
lebih besar.Rangkaian “pemandu” yang bersifat hidrofobik dengan 23 asam amino
mengarahkan molekul tersebut ke dalam sisterna retikulum endoplasma dan kemudian
dikeluarkan. Proses ini menghasilkan proinsulin dengan berat molekul 9000 yang
menyediakan bentuk yang diperlukan bagi pembentukkan jembatan disulfida yang sempurna.
Penyusunan proinsulin, yang dimulai dari bagian terminal amino, adalah rantai B – peptida C
penghubung – rantai A. Molekul proinsulin menjalani serangkaian pemecahan peptida tapakspesifik sehingga terbentuk insulin yang matur dan peptida C dalam jumlah ekuimolar dan
disekresikan dari granul sekretorik pada sel beta pankreas.7
7
B) Sekresi Insulin
Glukosa merupakan kunci regulator sekresi insulin oleh sel beta pankreas, walaupun
asam amino, keton dan nutrien lainnya juga mempengaruhi sekresi insulin. Kadar glukosa
>3,9 mmol/L (70 mg/dl) merangsang sintesis insulin. Glukosa merangsang sekresi insulin
dengan masuk ke dalam sel beta melalui transporter glukosa GLUT 4. Selanjutnya di dalam
sel, glukosa mengalami proses fosforilasi oleh enzim glukokinase dan glikolisis yang akan
membebaskan molekul ATP.7
Molekul ATP yang terbebas tersebut, dibutuhkan untuk mengaktifkan proses
penutupan K channel yang terdapat pada membran sel. Terhambatnya pengeluaran ion K dari
dalam sel menyebabkan depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh proses
pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca sehingga
meningkatkan kadar ion Ca intrasel, suasana yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin
melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan. Aktivasi
penutupan K channel terjadi tidak hanya disebabkan oleh rangsangan ATP hasil proses
fosforilasi glukosa intrasel, tetapi juga dapat oleh pengaruh beberapa faktor lain termasuk
obat-obatan. Namun senyawa obat-obatan tersebut (biasanya tergolong obat diabetes),
bekerja mengaktivasi K channel tidak pada reseptor yang sama dengan glukosa, tapi pada
reseptor tersendiri yang disebut sulphonilurea receptor (SUR), yang juga terdapat pada
membran sel beta seperti terlihat pada gambar 2.1.5,7
Gambar 2.1 Pengaruh Insulin Terhadap Sel dan Gula Darah
Sumber: Sherwood, (2010)
8
C) Aksi Insulin
Kerja insulin dimulai ketika hormon tersebut terikat dengan sebuah reseptor
glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel target. Reseptor insulin terdiri dari dua
heterodimer yang terdiri atas dua subunit yang diberi simbol α dan β. Subunit α terletak pada
ekstrasel dan merupakan sisi yang berikatan dengan insulin. Subunit β merupakan protein
transmembran yang melaksanakan fungsi.5,7
D) Efek metabolisme dari insulin
Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan gangguan pada
metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang di timbulkannya. Pada dasarnya ini
bermula dari hambatan dalam utilisasi glukosa yang kemudian diikuti oleh peningkatan kadar
glukosa darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagai gejala diabetes mellitus. Pada
diabetes mellitus tipe 2, yang merupakan jenis diabetes yang paling sering di temukan,
gangguan metabolisme glukosa di sebabkan oleh dua faktor utama yaitu tidak adekuatnya
sekresi insulin (defesiensi insulin), dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin
(resistensi insulin), disertai oleh faktor lingkungan. Sedangkan diabetes mellitus tipe 1 dapat
di sebabkan oleh karena gangguan defesiensi insulin secara absolut. 15
Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada dinamika
sekresi insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan
(inadekuat).Defesiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap
homeostasis glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia akut pascaprandial
(HAP) yakni peningkatan kadar glukosa darah segera (10-30 menit) setelah beban glukosa
(makan atau minum).15
Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin merupakan faktor etiologi
yang bersifat bawaan (genetik).Secara klinis, perjalanan penyakit ini bersifat progresif dan
cenderung melibatkan gangguan metabolisme lemak atau protein. Peningkatan kadar glukosa
darah oleh karena utilisasi yang tidak berlangsung sempurna pada gilirannya secara klinis
sering memunculkan abnormalitas dari kadar lipid darah. Untuk mendapatkan kadar glukosa
yang normal dalam darah diperlukan obat obatan yang dapat merangsang sel beta untuk
peningkatan sekresi insulin (insulin secretagogue) atau bila diperlukan secara substitusi
insulin, disamping obat obatan yang berkhasiat menurunkan resistensi insulin (insulin
sensitizier).15
9
2.1.4 Patofisiologi DM
Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian
eksokrin mengeluarkan larutan basa encer dan enzim-enzim pencernaan melalui duktus
pankreatikus ke dalam lumen saluran pencernaan. Di antara sel-sel eksokrin
pankreas
tersebar kelompok-kelompok, atau “pulau-pulau” sel endokrin yang dikenal juga dengan
pulau-pulang Langerhans (Islet of Langerhans). Jenis sel endokrin yang paling banyak
ditemukan adalah sel β (beta),tempat sintesis dan sekresi insulin. Yang penting juga adalah
sel α (alfa),yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta)adalah tempat sintesis somatostatin,
sedangkan sel endokrin yang paling jarang, sel PP,mengeluarkan polipeptida pankreas. 5
Gambar 2.2 Pulau langerhans
Sumber : Tortora, (2009)
Insulin memiliki efek penting pada berbagai metabolisme seperti metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini berfungsi menurunkan kadar glukosa, asam
lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan nutrien-nutrien tersebut.
Insulin menjalankan efeknya yang beragam dengan mengubah transportasi nutrien spesifik
dari darah ke dalam sel atau dengan mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam
jalur metabolik tertentu.5
Insulin akan disekresikan oleh sel β pankreas ke dalam darah jika terjadi peningkatan
glukosa darah (kontrol utama), begitupun juga bila kadar asam amino meningkat di darah.
Insulin yang telah tersekresi akan menempel pada sel-sel yang memiliki reseptor insulin, dan
menyebabkan terbentuknya sinyal sehingga GLUT (glucose transporter) berpindah ke
permukaan sel dan membuat glukosa darah masuk ke dalam sel dan dapat dimanfaatkan oleh
10
sel menjadi banyak hal, seperti menghasilkan energi, atau sintesis glikogen, lipid dan asam
amino sehingga kadar glukosa dalam darah menurun karena dapat dimanfaatkan oleh sel-sel.5
DM tipe 1 (diabetes mellitus tergantung insulin = DMT1)
DMT1 merupakan diabetes mellitus yang tergantung insulin/insuline dependent
diabetes mellitus (IDDM).Pada DM tipe 1 kelainan terletak pada sel beta, yang bisa idiopatik
atau imunologik. Pankreas tidak mampu sintesis dan sekresi insulin dalam kuantitas dan atau
kualitas yang cukup, bahkan kadang kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada
kasus ini, terdapat kekurangan insulin secara absolut. 15
Pada DM tipe 1 biasanya reseptor insulin dijaringan perifer kuantitas dan kualitasnya
cukup atau normal (jumlah reseptor insulin DMT1 antara 30.000-35.000), jumlah reseptor
insulin pada orang normal: kurang lebih 35.000. sedang pada DM dengan obesitas kurang
lebih 20.000 reseptor insulin.15
DM tipe 2 (diabetes mellitus tidak tergantung insulin = DMT2)
Diabtes mellitus tipe 2 adalah diabetes mellitus tidak tergantung insulin(DMTTI)/non
insuline dependent diabetes mellitus(NIDDM). Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak
pada jaringan perifer (resistensi insuline) dan kemudian disusul dengan disfungsi sel beta
pankreas (defek pada fase pertama sekresi insulin), yaitu sebagai berikut:15
1. Skresi insulin oleh pankreas mugkin cukup atau kurang, namun terdapat
keterlambatan sekresi fase-1 (fase cepat), sehingga glukosa sudah diabsorpsi
masuk darah tetapi jumlah insulin yang efektif belum memadai.
2. Jumlah reseptor dijaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000), pada obesitas
jumlah reseptor bahkan hanya sekitar 20.000.
3. Kadang kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga
kerja insulin tidak efektif (insulin binding, atau afinitas atau sensitivitas insulin
terganggu.)
4. Terdapat kelainan dipasca reseptor, sehingga proses glikolisis intrasellular
terganggu.
5. Adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4.
Dapatlah disimpulkan bahwa pada DM tipe 2 kelainan pada patofisiologi awal: pada jaringan
perifer yang predominan (resistensi insulin)
11
2.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala khas dari DM adalah polidipsi, poliuri, dan polifagia. Pada defisiensi insulin
terjadi peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati yang menyebabkan hiperglikemia. Ketika
kadar glukosa darah melebihi kemampuan sel tubulus melakukan reabsorpsi maka glukosa
akan muncul di urin (glukosuria). Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik sehingga dapat
menarik air yang menyebabkan poliuri. Besarnya cairan yang keluar membuat tubuh
mengkompensasi dengan rasa haus yang berlebihan (polidipsia). Selain terjadi peningkatan
pengeluaran glukosa oleh sel hati, defisiensi insulin juga menyebabkan menurunnya
penyerapan glukosa oleh sel sehingga menyebabkan defisiensi glukosa intrasel. Pada
defisiensi glukosa intrasel, nafsu makan meningkat sehingga terjadi polifagia (asupan
makanan berlebihan). Namun, meskipun asupan makanan bertambah terjadi penurunan berat
badan akibat efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein. 5
2.1.6 Kriteria Diagnosis
Untuk mendiagnosis DM dapat ditentukan dengan adanya gejala klasik DM, yaitu
poliuri, polidipsi, dan polifagi ditambah dengan kadar glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL
(11,1 mmol/L) atau gejala klasik DM ditambah dengan glukosa plasma puasa ≥126mg/dL
(7,0 mmol/L) atau glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). TTGO
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram
glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.16
12
Tabel 2.2. Langkah- langkah diagnosis DM
Sumber: Sudoyo Aru (2007)
Menurut American Heart Association(2012) merubah gaya hidup seperti menurunkan
berat badan, meningkatkan aktivitas fisik dapat menurunkan progresivitas DM tipe II dan
mengontrol DM tipe I. Perubahan gaya hidup dapat meminimalkan faktor risiko seperti
hipertensi dan dislipidemi.17
2.2 Kayu Manis (Cinnamomum cassia)
Tanaman kayu manis(Cinnamomum sp) merupakan tanaman tahunan, termasuk salah
satu komoditas ekspor penting Indonesia. Kulit, batang, dan rantingnya dapat digunakan
untuk bahan minyak dan obat.18
Menurut Dirjen Perkebunan (2007) nama umum yang digunakan di Indonesia: Holim
(Batak), Kayu Manis (Melayu), Madang Kulit Manih (Minangkabau), Mentek (Sunda), Onte
(Sasak), Kaninggu (Sumba), Puudinga (Flores). 18
13
Gambar 2.3 Kulit kayu manis
Sumber : Widiyanti Tri (2012)
Kayu manis tumbuh pada tanah yang subur, gembur dengan drainase yang baik serta
kaya bahan organik. Sebagian besar tanaman tumbuh di daerah yang memiliki suhu berkisar
10-23˚C, pada ketinggian 100-1200 m dpl. Pada dataran rendah (300-400 m dpl) tanaman
dapat tumbuh baik, tetapi produksi kulit rendah dengan ketebalan kulit kurang 2 mm serta
warna kulit kuning kecoklatan. Semakin tinggi tempat tumbuhnya maka terjadi perubahan
warna kulit coklat sampai kecoklatan.18
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Cinnamomum Cassia
Cinnamomum Cassia merupakan spesies kayu manis khas Sri Langka yang tumbuh
di daerah Asia Tenggara. Spesies kayu manis yang lain adalah Cinnamomum verum (C.
verum) atau Cinnamomum zeylanicum (C. zeylanicum)
atau Cinnamomum aromaticum
(C.aromaticum) yang berasal dari China. Penyebaran C. burmannii di Indonesia banyak
terdapat di daerah Jawa dan Sumatra, khususnya di daerah Sumatra Barat dan Kerinci. 19
14
2.2.2 Sistematika kayu manis adalah sebagai berikut:20
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliidae
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Cinnamomum
Spesies
: Cinnamomum cassia
2.2.3 Kandungan Tanaman
Berdasarkan penelitian yang di lakukan sebelumnya komposisi kayu manis terdiri
dari: abu (2,4%), protein (3,5%), lemak (4%), serat (33,0%), karbohidrat (52,0%), dan
menghasilkan energi 285 Kcal/100g. Sedangkan komposisi mineralnya terdiri atas zat besi
(7,0 mg/g), zinc (2,6 mg/g), kalsium (83,8 mg/g), chromium (0,4 mg/g), mangan (20,1 mg/g),
magnesium (85,5 mg/g), natrium (0,0 mg/g), kalium (134,7 mg/g), dan fosfor (42,2 mg/g). 19
Komponen bioaktif tanaman yang memiliki efek hipoglikemik adalah flavonoid,
alkaloid, glikosida, polisakarida, peptidoglikan, steroid, dan terpenoid. Skrining fitokimia
yang dilakukan sebelumnya melaporkan bahwa kayu manis mengandung kadar alkaloid dan
tanin yang tinggi, kadar flavonoid yang sedang, dan tidak mengandung saponin. Flavonoid
adalah substansi terbanyak dan terpenting pada kelompok polifenol di dalam tanaman. 21
Efek lain yang dimiliki oleh kayu manis adalah penghambatan aktifitas enzim HMGCoA reduktase di hepar dan menurunkan kadar lipid darah pada hewan percobaan juga
manusia.21
Kandungan polifenol yangterdapat di dalam kayu manis adalah rutin, quercetin,
kaempferol, isorhamnetin, dancatechin. Polifenol dalam kayu manis yang memilikiaktivitas
mirip dengan insulin (insulun mimetic) adalah doubly-linked procyanidintype-A polymeres
yang merupakan bagian dari catechin/epicatechin yangselanjutnya disebut sebagai MHCP
atau cinnamtannin B1. Selain itu, kayu manis juga memiliki komponen bioaktifberupa
cinnamaldehyde, cinnamic acid, cinnamate, dan essential oil.22
15
2.2.4 Manfaat Tanaman Cinnamomum cassia
Tanaman kayu manis telah lama digunakan secara turun temurun oleh bangsa China
dan India sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Manfaat
farmakologis
kayu
manis
diantaranya
adalah:
antioksidan,
analgesik,
antipiretik,
antialergenik, antikanker, antimikroba, antiulserogenik, antikonvulsan, anti inflamasi, sedatif,
imunomodulator, hipoglikemik, hipokolesterolemik, dan sebagai obat pada penyakit
kardiovaskular.19 Berbagai penelitian tentang efek kayu manis telah dilakukan akhir-akhir ini.
Dengan membuktikan efek antioksidan ekstrak kayu manis pada tikus yang diinduksi Carbon
Tetra Chlorida (CCL4), hasilnya ekstrak kayu manis mampu bertindak sebagai
hepatoprotektor dengan menurunkan kadar malonilaldehyde (MDA) dan meningkatkan kadar
superoxide dismutase (SOD) dan catalase (CAT).19
Aktivitas antioksidan ini bekerja melalui mekanisme freeradical scavenging yang
dilakukan oleh komponen polifenol kayu manis. Penelitian secara in vitro yang dilakukan
sebelumnya membuktikan polifenol dan flavonoid yang terkandung dalam kayu manis
mampu bertindak sebagai inhibitor Mitogen-Activated Protein Kinase Kinase 1 (MKK 1)
sehingga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Polifenol yang terkandung dalam
ekstrak kayu manis juga mampu menurunkan jumlah sel swelling dan disfungsi mitokondria
yang menyebabkan deprivasi oksigen dan glukosa pada sel glia, sehingga kayu manis
memiliki efek protektif pada kondisi ischemic brain injury. Penelitian in vitro yang dilakukan
sebelumnya pula menyebutkan bahwa ekstrak kayu manis dapat menghambat pembentukan
dan agregasi protein atau pada penyakit Alzheimer. Kayu manis juga mampu bertindak
sebagai imunomodulator. Pada dosis tinggi mampu menstimulasi imunitas selular dan
imunitas humoral, sedangkan pada dosis yang rendah mampu meningkatkan level
imunoglobulin serum non-spesifik.23
Polifenol atau komponen fenolik adalah substansi kimia yang terdistribusi sangat luas
pada kelompok tanaman. Polifenol adalah hasil dari metabolisme sekunder tanaman yang
molekulnya bervariasi mulai dari asam fenolik sederhana hingga molekul dengan
polimerisasi yang tinggi, seperti tanin. Keberadaan polifenol secara primer berkonjugasi
dengan satu atau lebih residu gula (glikosida) yang berikatan dengan beberapa gugus
hidroksil. Ikatan langsung dengan gugus gula juga bisa terjadi, biasanya berupa glukosa.
Polifenol yang tidak berikatan dengan gula disebut sebagai aglikon. 24
16
Polifenol dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan struktur kimia dasarnya. Satu
pertiga polifenol terdiri dari asam fenol dan dua pertiganya adalah flavonoid. Asam fenol
terbagi menjadi dua kelas, yakni: derivat benzoic acid dan cinnamic. Flavonoid memiliki
berat molekul yang rendah dan umumnya berada dalam bentuk derivat glikosida atau dapat
juga berupa aglikon. Lain halnya dengan flavonoid, tanin memiliki berat molekul yang tinggi
dan terbagi menjadi dua kelas yakni: hydrolysable dan tanin yang terkondensasi atau
proanthocyanidins.24
Methylhydroxychalcone
polymer
(MHCP)
yang
terkandung
dalam
kayu
manismenunjukkan peningkatan aktivitas insulin lebih dari 20 kali dibandingkandengan
komponen lain yang diteliti pada penelitian diabetes in vitro. MHCP menstimulasi
autofosforilasireseptor insulin, ambilanglukosa, menghambat aktivitas glikogen sintase-3 β,
danmengaktifkan glikogen sintase. Ekstrak kayu manis tidak hanya mampu bertidak sebagai
agen hipoglikemik, tetapi juga mampu bertindak sebagai agen hipokolesterolemik.
Cinnamate dapat menghambat aktivitas HMG-CoA reduktase hepar dan menurunkan
peroksidasi lipid di hepar. Mekanisme ini setara dengan obat penurun kolesterol golongan
statin.10
Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa kayu manis meningkatkan ambilan
glukosa dengan mengaktivasi reseptor insulin (IR), autofosforilasi dari reseptor insulin,
sintesis glukogen beserta enzimnya. Secara in vivo, ekstrak kayu manis meningkatkan
penggunaan glukosa pada tikus.25
Efek lain yang dimiliki oleh kayu manis adalah penghambatan aktifitas enzim HMG-CoA
reduktase di hepar dan menurunkan kadar lipid darah pada hewan percobaan juga manusia.
Penelitian pada tikus yang diinduksi STZ dengan diberikannya Cinnamaldehyde (salah satu
komponen aktif Cinnamomum cassia) dosis 5-20 mg/kg/hari menurunkan glukosa darah,
HbAIC, kolesterol, trigliserid, dan meningkatkan insulin serta HDL. 26
2.3 Aloksan
Aloksan merupakan agen diabetogenic yang secara luas telah digunakan dalam
induksi hewan diabetes pada banyak penelitian. Aloksan ini tergolong senyawa hidrofilik
yang tidak stabil. waktu paruhnya lebih panjang pada suhu yang lebih rendah. 27
Aloksan dapat menginduksi tikus diabetes jika diberikan secara intravena,
intraperitoneal atau subkutan. Dosis yang sering digunakan untuk pengiduksian aloksan pada
tikus adalah 65mg/kgbb iv. Ketika diberikan secara intraperitoneal dosis yang digunakan 2-3
17
kali lipat lebih besar dari dosis iv. Pemilihan tikus strain sprague dawley ini didasarkan pada
tikus ini lebih susceptible untuk menjadi DM melalui induksi intraperitoneal dibandingkan
dengan tikus strain nude.28
Penggunaan dosis pada aloksan ditikus, jika kurang dari 150mg/kgbb dapat
menyebabkan belum adekuatnya untuk tikus menjadi diabtes. 22 Biasa dosis dipakai pada
aloksan berkisar antara 100-200mg/kgbb. Sedangkan dosis sedang pada aloksan adalah
130mg/kgbb dan kalau lebih dari 150mg/kgbb adalah tergolong dosis tinggi. Untuk
pemakaian dosis ringan sampai sedang belum bisa menciptakan DM tipe 1 pada tikus.
Sementara untuk pemilihan dosis 150mg/kgbb dilaporkan mapu menginduksi DM tipe 2 pada
tikus.29
Setelah proses penginduksian aloksan, terdapat 4 fase yang terjadi. Fase pertama
terjadi 30 menit awal terdapat sedikit perubahan morfologi sel beta pankreas. Dalam fase ini
terjadi transient hipoglikemik akibat sekresi dari insulin. Fase kedua terjadi antara 2 sampai 4
jam. Dimana sudah mulai terdapat vakuolisasi intrasel, dilatasi retikulum endoplasma,
berkurangnya area golgi dan granula grnula sekretori serta pembengkakan mitokondria. Hal
ini yang dapat menyebabkan berkurangnya sekresi insulin (hipoinsulinemia). 25
Fase yang ketiga terjadi setelah 4 hingga 8 jam. Dimana fase ini terjadi perubahan sel
beta yang irreversiblel. Pada fase ini terjadi peningkatan insulin dalam darah akibat
rupturenya mebran sel, hal ini dapat menyebabkan hipoglikemia yang sangat parah yang
dapat berakibat kematian jika tidak diberikan glukosa. Fase keempat merupakan fase terakhir
yang terjadi antara 12-48 jam, dimana terjadi degranulasi dan menghilangnya sel β pankreas.
Pada fase ini tejadi hiperglikemia yang menetap. 30
18
2.4 Kerangka konsep
Aloksan (glukomimetik)
Melalui GLUT2
Defisiensi Insulin
Sel β pankreas tikus
Gangguan metabolisme pada makronutrien
Pembentukan ROS
Influx Ca2+ di sitosol
Lemak
Protein
Glukosa
Nekrosis Sel β pankreas
Mengurangi efek kerja
hormon lipoprotein lipase
Gangguan uptake glukosa
oleh sel
Peningkatan
katabolisme protein
HMG KoA reduktase
meningkat
Kolesterol di darah
meningkat
Mensekresikan
insulin dari sel β
pankreas
Hiperglikemia
Berat badan menurun
Aktivitas insulin
mimetik
Diabetes Mellitus
IPF (Insulin
Potentating Factor)
MHCP
Cinnamomum
cassia 300mg/kgbb
Fenol berupa
cinnamate
Ket :
Menghambat proses
19
2.5 Defenisi Operasional
No
Variabel
Cara ukur
Alat ukur
1.
Kadar glukosa darah
Darah yang diambil
Glukometer
dari
merk
sampel
diteteskan pada strip
GlucoDrTM
glukometer,
model
interpretasi
yang
angka
muncul
pada
Skala ukur
Numerik
AGM-
2100
(diproduksi
oleh
alat.
allmedicus Co
Ltd., Korea)
2.
3.
Berat badan
kolesterol
Diukur berat badan
Timbangan
selama
hari
berat
badan
sebelum dan sesudah
merk
kitchen
diberikan ekstrak
scale
Diukur
Spektofotome-
14
setelah
sampel di sacrificed
ter
Numerik
Numerik
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimental laboratorium.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 sampai Maret 2014
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Animal House, Laboratorium Biologi dan
laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, jl.
Kertamukti No. 05, Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.
3.3 Populasi dan Sampel
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus jantan
strain Sprague dawley berumur 90 hari, dengan berat badan rata-rata 200-240 gram,
yang diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor (IPB), dan telah
dinyatakan sehat.
Terdapat tiga kelompok pada penelitian ini, kelompok I adalah N (normal).
Kelompok II adalah D (diabetes), atau kontrol tikus diabetes yang diinduksi dengan
aloksan 150 mg/kgbb. Kelompok III adalah D + Cc (terapi) atau tikus diabetes yang
telah diinduksi dengan aloksan dan diberikan terapi ekstrak kayu manis dengan dosis
300 mg/kgbb.
Untuk menentukan jumlah sampel pada setiap kelompok penelitian, digunakan
rumus Federer sebagai berikut :
(n-1) (t-1)
≥ 15, dengan t = jumlah kelompok, n = jumlah sampel
(n-1) (3-1)
≥15
(n-1)(2)
≥ 15
(n-1)
≥ 15/2 + 1
n
≥ 8,5 (bulatkan 9)
20
21
Berdasarkan dari perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang diperlukan
adalah sembilan tikus untuk masing-masing kelompok.Tetapi pada penelitian akan digunakan
9tikus pada setiap kelompok untuk menghindari kejadian yang tidak terduga. Jadi jumlah
tikus yang diperlukan selama percobaan adalah 27 tikus.
3.4 Cara Kerja Penelitian
3.4.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah glukometer beserta strip dan
lancetnya, kit kolesterol, vortek, sentrifugasi, kulkas -80°C, spektrofotometer, minor set,
tabung EDTA dan ependorf, timbangan untuk mengukur berat badan tikus, sonde, kandang
tikus, botol minuman dan tempat makan tikus.
3.4.2 Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah kulit kayu manis
(Cinnamomum cassia) yang diperoleh dari pusat konservasi Kebun Raya Bogor sebanyak 2
kg. Kulit kayu manis yang didapat selanjutnya diekstraksi di Institut Pertanian Bogor dan
didapatkan hasil ± 1.100 gr ekstrak kering kayu manis.
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk penginduksian tikus diabetes adalah
Aloksan monohidrat 5%, aquades, ethanol 70%, dextrose 40%, ether, dan reagen kit
kolesterol.
3.4.3 Adaptasi Hewan Coba
Hewan coba diadaptasikan di Animal House selama 3 minggu yaitu pada hari ke 021. Hewan di adaptasikan dengan lingkungan barunya,makanan, dan minumannya. Tujuan
dari proses ini adalah untuk mengkondisikan semua tikus dalam kondisi yang sama sebelum
diberikan perlakuan.
3.4.4 Induksi Tikus Dengan Aloksan
Setelah proses adaptasi, dilakukan penginduksian tikus dengan aloksan 150mg/kgbb
tikus melalui injeksi intraperitoneal. Kemudian tikus diberikan makanan yang cukup dan
tambahan 40% larutan D-glukosa monohidrat pada minumannya 72 jam pertama. Hal ini
dilakukan untuk mencegah timbulnya hipoglikemia. Tujuh hari kemudian dilakukan
pengukuran gula darah pada tikus. Sebelum induksi tikus tidak dipuasakan karena
menghindari efek hipoglikemik yang parah. Tikus dianggap diabetes dan dapat dipakai pada
percobaan ini jika gula darah sewaktu >200mg/dl.
22
3.4.5 Pemberian Ekstrak Kayu Manis Terhadap Tikus
Setelah tikus dinyatakan diabetes, dilakukan pemberian ekstrak kayu manis selama 2
minggu dengan dosis 300 mg/kgbb pemberian secara oral menggunakan alat pencekok
sonde, satu kali dalam sehari.
3.4.6 . Pengukuran Sampel
3.4.6.1 Glukosa Darah Tikus
Pengukuran gula darah dilakukan sebelum pemberian ekstrak kayu manis, hari ke 1
sebelum diberikan perlakuan, hari ke 7 dan 14 setelah pemberian. Pengukuran yang
dilakukan adalah untuk mengukur kadar glukosa darah sewaktu tikus. Pengambilan darah
dilakukan dengan cara memotong sedikit ujung ekor tikus. Sebelum dipotong ekornya, tikus
dibius menggunakan larutan ether sampai tidak sadarkan diri untuk mengurangi rasa sakit
saat dipotong ujung ekornya. Setelah darah keluar teteskan pada strip pengukur glukosa darah
dan diukur dengan glukometer.
3.4.6.2 Berat Badan Tikus
Untuk mendapatkan hasil perbandingan berat badan tikus sesudah dan sebelum
diberikan ekstrak, maka setelah tikus dinyatakan diabetes, berat badan awal diukur. Dan
selanjutnya pengukuran berat badan tikus dilakukan selama 2 minggu sejak diberikan ekstrak
kayu manis.
3.4.6.3 Kadar kolesterol darah
Pada akhir minggu kedua, dilakukan sacrifice pada tikus dengan cara pembiusan
dengan larutan ether sapai mati. Kemudian tikus dibedah dan diambil darahnya secara
langsung dari vena cava inferior lalu dimasukkan kedalam tabung EDTA sebanyak 3 mL
pada masing masing tikus setelah itu dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 5000rpm
selama 15 menit. Plasma yang terbentuk dipisahkan dalam tabung effendop kemudian
disimpan dalam kulkas dengan suhu -80º. Plasma ini yang nantinya akan diperiksa kadar
koleterol dengan kit kolesterol.
Pengukuran kadar kolesterol dilakukan 2 kali/duplo untuk diambil rata rata dengan
menggunakan reagen yang biasa dipakai dalam laboratorium biokimia yaitu sclavo.
23
Kami membuat 27 tabung untuk 3 larutan. Larutan uji kolesterol, larutan blanko
dan larutan standar yang semuanya dibuat duplo (2 kali lipat) kecuali blanko. Kedalam
tabung larutan uji dimasukkan 6µL serum dicampurkan dengan 600µL reagen kolesterol,
dikocok hingga homogen, ditunggu selama 10 menit kemudian dibaca di spektofotometer
dengan panjang gelombang 510nm.
24
3.5 Alur Penelitian
Persiapan alat dan bahan peneltian
Tikus tiba di animal house (hari 1),
adaptasi selama 3 minggu makan dan
minum ad libitum (hari 1-21)
Kelompok N (normal).
gula darah <200mg/dl
(hari 22)
Mengukur berat
badan (hari 29)
Tikus yang diinduksi aloksan pada
tikus Gula darah <200 mg/dl, induksi
aloksan 150mg/kgbb (hari 22)
Kelompok D (DM tanpa terapi)
Gula darah >200mg/dl. Mengukur
berat badan (hari 29)
Kelompok D+Cc (DM denganterapi ekstrak
Cinnamomum cassia). Gula darah >200mg/dl.
Mengukur berat badan (hari 29)
Sonde oral ekstrak Cinnamomum
cassia 300mg/kgbb/hari, dilarutkan
dengan aquades (hari29-42)
Mengukur gula darah, dari
ujung ekor tikus menggunakan
glukometer (hari 42)
Mengukur berat
badan (hari 42)
Sacrifice
Sacrifice, pembiusan dengan
ether dan pengambilan darah
dari vena cava inferior
(Hari 43)
Darah kemudian disentrifugasi,
didapatkan plasma selanjutnya
dicampur dengan kit kolesterol
Penilaian kadar kolesterol
menggunakan spektrofotometer
Didapatkan :
1. GDS hari ke-42 (mg/dL)
2. Rasio berat badan hari-42/ hari-29
3. Kadar kolesterol (mg/dL)
*Hari-29 = hari pengukuran ke-1
Hari-42 = hari pengukuran ke-14
Pengolahan Data
25
3.6 Pengolahan Data
Dalam pengambilan data untuk penelitian ini,dilakukan eksperimen langsung
terhadap tikus jenis ”Sprague-dawley” dengan berat badan 200gr–240gr, yang telah diberi
perlakuan sebelumnya berupa pemberian aloksan dan ekstrak kayu manis (Cinnamomum
cassia). Ditambah dengan pencarian literatur dan melakukan peninjauan pustaka untuk
mendapatkan informasi mengenai pengaruh kayu manis (Cinnamomum cassia) terhadap
penurunan kadar glukosa darah, berat badan, dan kadar kolesterol.Setelah data terkumpul
dilakukan pengolahan data secara komputerisasi yaitu dengan SPSS versi 16.0. Uji yang
dilakukan dengan variabel kategorik-numerik adalah menggunakan uji One-Way Anova
dengan syarat distribusi data normal dan varian data homogen. Jika salah satu uji tersebut
tidak terpenuhi maka dilakukan tranformasi data. Ketika uji transformasi data tidak berhasil
maka dilakukan uji kruskal wallis.
26
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Glukosa Darah
Data glukosa darah pada pembahasan ini diambil dari jumlah rerata glukosa darah
dari awal penelitian (hari ke 1) yaitu saat tikus dinyatakan DM dan normal, (hari ke 7) dan
akhir penelitian (hari ke 14) dari masing masing kelompok. Kelompok N merupakan
kelompok tikus yang normal, kelompok D merupakan kelompok tikus yang diabetes tanpa
terapi, dan kelompok D+Cc adalah kelompok tikus diabetes yang diberikan terapi ekstrak
kayu manis Cinnamomun cassia300mg/kgbb selama 14 hari. Data yang didapatkan selama
penelitian adalah :
Tabel 4.1.1 Rerata glukosa darah (hari ke 1), (hari ke 7) dan (hari ke 14) dari semua
kelompok
penelitian
H1
H7
H 14
N
132,75 ± 18,02
120,75 ± 29,51 136,75 ± 13,67*
D
540,25 ± 54,63
430 ± 220,76
536,25 ± 84,94*
D+CC
495,75 ± 179,67
398 ± 163,67
435 ± 156,43*
Keterangan : N, kelompok normal (N=4), D, kelompok diabetes (N=4), D+Cc, kelompok
diabetes dengan terapi ekstrak cinnamomum cassia (H=4).
*p<0.05
27
700
600
GDS (mg/dL)
500
400
N
300
D
200
D+CC
100
0
H1
H7
H14
Waktu Pengukuran (Hari)
Grafik 4.1.1 Rerata glukosa darah hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14 pada semua kelompok
penelitian.
4.1.2 Berat Badan
Data berat badan yang diambil adalah data rerata berat badan setiap hari mulai hari
ke-1 sampai hari ke-14 pada semua kelompok. Berikut ini data rerata berat badan pada
harike-1, hari ke-7 dan hari ke-14:
Tabel 4.1.2 Rerata berat badan pada semua kelompok penelitian
H1
H7
H 14
Rasio BB %
N
310± 57,73
285± 41,23
330± 20,00
108,74 ± 17,2
D
245± 25,17
240 ± 73,03
240 ± 32,66
98,32 ± 13,6
D+Cc
270± 20,00
270 ± 38,30
300 ± 16,33
111,6 ± 10,67
Keterangan ; N, kelompok normal (N=4), D, kelompok diabetes (N=4), D+Cc, kelompok
diabtes dengan terapi ekstrak cinnamomum cassia(N=4).
*P<0,005
28
400
Berat Badan (gram)
350
300
250
200
Kelompok normal
150
Kelompok diabetes mellitus
Kelompok terapi
100
50
0
Hari 1
Hari 7
Hari 14
Waktu Pengukuran (Hari)
Grafik 4.1.2 Rerata berat badan hari ke-1, hari ke-7, dan hari ke-14 semua kelompok
penelitian.
4.1.3 Kolesterol
Tabel 4.1.3.1 Rerata kadar Kolesterol dan Standar Deviasi Setiap Kelompok Penelitian
Kelompok
Kadar Kolesterol
N
112,8 ± 50,11
D
685,3 ± 228,28
D+Cc
134,15 ± 41,92
Kolesterol (mg/dL)
1000
800
600
N
400
D
200
D + Cc
0
H 14
Waktu Pengukuran (Hari)
Grafik 4.1.3 Rerata kolesterol Hari 14 semua kelompok penelitian.
29
Tabel 4.1.3.2 Hasil Analisa Data terhadap perbedaan kolesterol antar kelompok
Kolesterol
kelompok
Mean Rank
N
4,25*
D
10,50*
D +Cc
4,75*
H-14
(mg/dL)
Keterangan ; N, kelompok normal (N=4), D, kelompok diabetes (N=4), D+Cc, kelompok
diabtes dengan terapi ekstrak cinnamomum cassia(N=4).
*P<0,005
4.2 Pembahasan
4.2.1 Glukosa Darah
Dari tabel 4.1.1 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan glukosa darah pada
kelompok normal. Sedangkan pada kelompok lainnya terdapat penurunan glukosa darah.
Namun hal ini penurunan persentase terbesar pada glukosa darah terdapat pada kelompok
terapi yaitu sebesar 12,25%.
Untuk mengetahui data signifikan, data akan diolah dengan uji one way anova,
dengan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil analisa kedua uji
tersebut menunjukkan data yang normal dan data yang homogen, sehingga dapat dilakukan
dengan uji one way anova.
Berdasarkan hasil analisa uji statistik diperoleh p-value 0.001 yang berarti pada α 5%
terdapat perbedaan yang bermakna antara semua kelompok penelitian. Hal ini membuktikan
bahwa pada pemberian ekstrak cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb selama 14 hari
dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan.
Pada penelitian sebelumnya juga didapatkan pemberian ekstrak cinnamomum cassia
selama 15 hari dengan dosis 60mg/kgbb dapat menurunkan glukosa darah tikus secara
signifikan. Dan begitu juga pada penelitian lain didapatkan pemberian ekstrak cinnamomum
30
cassia selama 30 hari dengan dosis 200mg/kgbb dapat menurunkan glukosa darah tikus
secara signifikan.
Pada referensi lain juga mengatakan bahwa pada pemberian ekstrak cinnamomum
cassia dengan dosis 200mg/kgbb selama 42 hari dapat menurunkan glukosa darah tikus
secara signifikan.
Dengan ini peneliti ingin melihat dan membuktikan sendiri, apakah pada dosis
300mg/kgbb selama 14 hari dapat menurunkan glukosa darah tikus secara signifikan.
Sehingga studi ini pada akhirnya dapat dibuktikan bahwa pemberian ekstrak cinnamomum
cassia dengan dosis 300mg/kgbb selama 14 hari dapat menurunkan glukosa darah tikus
secara signifikan (p<0.005).
Dalam berbagai penelitian dilaporkan bahwa ekstrak cinnamomum cassia memiliki
kandungan MHCP (methylhydroxy chalcone polymer) yang memiliki aktifitas insulin
mimetik yang berfungsi mengaktifasi glikogensintase dan inhibisi glikogensintase kinase 3β.
Selain itu, MHCP juga dapat meningkatkan sensitifitas reseptor insulin dengan jalan
aktivasi insulin reseptor kinase dan ihibisi insulin reseptor phospatase.heli j et al(2009) juga
melaporkan bahwa MHCP dikombinasi dengan insulin respon untuk kerjanya lebih baik
daripada hanya MHCP.
Selain itu gaber et al (2012) juga melaporkan bahwa ekstrak cinnamomum cassia
memiliki bahan aktif berupa IPF (insulin potentiating factor) yang dapat meningkatkan
sekresi insulin dari sel β pankreas sehingga mampu menurunkan kadar glukosa darah.
4.2.2 Berat Badan
Berdasarkan tabel 4.1.2 didapatkan adanya kenaikan dan penurunan rerata berat
badan tikus dengan persentase yang berbeda beda. Hasil persentase menunjukkan
peningkatan pada kelompok normal, penurunan pada kelompok DM, sedangkan kelompok
terapi terjadi peningkatan berat badan. Pada data ini dapat dilihat bahwa kelompok terapi
terjadi peningkatan berat badan paling besar dari kelompok yang lain dengan persentase
sebesar 11,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak cinnamomum cassia dengan
dosis 300mg/kgbb dapat menaikkan berat badan di tikus.
Kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan one way annova karena
distribusi data yang normal dan homogen. Dan didapatkan nilai p-value sebesar 0,409
(>0.005). yang menunjukkan tidak signifikan untuk kenaikan berat badan. Hal ini juga
penelitian sebelumnya melaporkan pengaruh pemberian ekstrak cinnamomum cassia dengan
31
dosis 600mg/kgbb selama 30 hari menunjukkan tidak bermakna secara statistik (p-value
>0,05).
4.2.3 Kolesterol
Berdasarkan tabel 4.1.3.2 pada perhitungan statistik kadar Kolesterol pada uji
normalitas didapatkan distrubusi data normal dan pada uji homogenitas varians data tidak
homogen sehingga tidak memenuhi syarat perhitungan statistik dengan uji One-Way Anova,
maka perhitungan statistik dilanjutkan dengan menggunakan uji non-parametric test yaitu uji
Kruskal-Waliis.
Berdasarkan analisa hasil dari uji statistik didapatkan p-value 0,024 yang berarti nilai
ini bermakna pada α 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara semua kelompok penelitian. Hal ini membuktikan bahwa pada pemberian
ekstrak cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb selama 14 hari secara signifikan
menunjukkan kadar kolesterol yang rendah pada kelompok terapi ekstrak kayu manis.
Hal ini melaporkan pada penelitian sebelumnya Sonia Rahman et al (2013), bahwa
pada pemberian ekstrak kayu manis selama 35 hari dengan dosis 0,2 gram/kgBB pada tikus
yang hiperkolesterol dan 20 gram/kgbb pada tikus normal
dapat menurunkan kadar
kolesterol secara signifikan. Selain itu, penelitian sebelumnya juga melaporkan bahwa pada
ekstrak kayu manis terdapat kandungan fenol berupa cinnamate yang mampu menghambat
aktifitas enzim HMG-CoA reduktase yang berperan penting dalam sintesis kolesterol.
4.4 keterbatasan Penelitian
Selama penelitian berlangsung, banyak hambatan yang didapat, antara lain:
1.
Mencegah kematian pada tikus pasca induksi aloksan, karena kematian tikus
percobaan dalam penelitian ini tinggi.
2.
Terbatasnya sample akibat banyaknya kematian tikus percobaan pasca induksi
aloksan menyebabkan, peneliti tidak bisa menambah kelompok normal yang
diberikan ekstrak kayu manis.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan uji statistic pada bab sebelumnya, maka peneliti
dapat menyimpulkan:

Pemberian esktrak kayu manis (Cinnamomum cassia) dengan dosis
300mg/kgbb selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus
Sprague dawley yang di induksi aloksan (p-value 0.001). persentase
penurunan kadar glukosa darah didapatkan 12,25% setelah 14 hari pemberian
ekstrak kayu manis.

Pemberian esktrak kayu manis (Cinnamomum cassia) dengan dosis
300mg/kgbb selama 14 hari dapat mempengaruhi berat badan tikus Sprague
dawley yang di induksi aloksan. Didapatkan persentase kenaikan berat badan
pada kelompok terapi (11,1%) sedangkan pada kelompok DM terjadi
penurunan berat badan (2,04%), namun belum bermakna secara statistik ( pvalue 0,409)

Pemberian esktrak kayu manis (Cinnamomum cassia) dengan dosis
300mg/kgbb selama 14 hari Didapatkan perbedaan kadar kolesterol antar
kelompok yang bermakna (p-value 0,024).
5.2 Saran

Diperlukan penilitian lebih lanjut tentang efek kayu manis Cinnamomum
cassia dengan membandingkan beberapa dosis, agar dapat ditentukan kadar
terbaik untuk digunakan sebagai terapi pasien DM.

Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang efek kayu manis Cinnamomum
cassia dengan menggunakan salah satu senyawa aktif langsung dari tanaman
ini untuk mengetahui lebih tepat manfaatnya.
32
BAB 6
KERJASAMA RISET
Riset ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset diabetes dan
regenerasi pankreas PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah yang di biayai oleh Kementrian
Agama Republik Indonesia
di bawah bimbingan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dan dr. Hari
Hendarto, Sp.PD, PhD, FINASIM.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Tandra, Hans. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama; 2008.
2. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, Kig H. Global prevalence of diabetes: estimate
for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care. 2004;1526-1527.
3. Soegondo, Sidartawan, Sukardji, Kartini. Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes
mellitus Kencing Manis Sakit Gula. Jakarta: FKUI; 2008.
4. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.
Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.
5. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 7. Jakarta: EGC;
2010
6. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.2006 .
7. Guyton, Arthur C & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11. Jakarta: EGC,
2008.
8. Hartono, Andry. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC. 2006
9. Lee SK, Hwang JY, Song JH, Jo JR, Kim MJ, Kim ME & KIM JI. 2007. Inhibitory
activityof Euonymus alatus alpha-glucosidase in vitro an in vivo. Nutr Res
Pract.1:184-188
10. Anderson, R.A., Broadhurst, C.L., Polansky, M.M., Schmidt, W.F., Khan, A.,
Schoene, N.W., Graves, D.J. Isolation and characterization of polyphenol type-A
polymers from cinnamon with insulin-like biological activities, Journal of Agricultural
and Food Chemistry. 2004. 52(1): 65-70
11. Baker, W.L. Gutierrez-William, G. White, C.M. Kluger, J, Coleman, C.I. Effect of
cinnamon on glucose control and lipid parameters, Diabetes Care2008. 31(1) : 41-43
12. Khan, A., Safdar, M., Khan, M.M.A., Khattak, K.N., Anderson, R.A. Cinnamon
improve glucose and lipids of people with type 2 diabetes, Diabetes Care. 2003.
13. Goodman HM. 2003. Basic Medical Endocrinology, 3rd ed. Academic Press. San
Diego.
14. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Diabetes Mellitus, Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia, Jakarta, 2006; 1–6
15. Tjokroprawiro askandar, poernomo boedi setiawan, dkk. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi 2. Surabaya. Airlangga university press; 2007.
34
35
16. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.
Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.
17. American Heart Association, 2012.
18. Widiyanti, Tri. 2012. Teknik Perbanyakan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) Secara
Generatif. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.
19. Ravindran, P.N. Babu, K.N. Shylaja, M (editor). Cinnamon and Cassia The Genus
Cinnamomum,CRC Press. 2004. USA. P. 185-198.
20. Priyanga Ranasinghe Dkk. Effects of Cinnamomum zeylanicum (Ceylon cinnamon) on
blood glucose and lipids in a diabetic and healthy rat model. Pharmacognosy Res.
2012 Apr-Jun; 4(2): 73–79. doi: 10.4103/0974-8490.94719 PMCID: PMC3326760
21. Lukacinova, A., Mojzis, J., Benacka, R., Racz, O., Nistiar, F. Structure activity
relationships of preventive effects of flavonoids in alloxaninduced diabetes mellitus in
rats, Journal of Animal and Feed Sciences. 2008. 17: 411–421.
22. Baker, W.L. Gutierrez-William, G. White, C.M. Kluger, J, Coleman, C.I. Effect of
cinnamon on glucose control and lipid parameters, Diabetes Care 2008. 31(1) : 41-43
23. Peterson, D.W., George, R.C., Scaramozzino, F., LaPointe, N.E., Anderson, R.A.,
Graves, D.J., Lew, J. Cinnamon extract inhibits tau aggregation associated with
alzheimer’s aisease in vitro, Journal of Alzheimer’s Disease. 2009. 17: 585–597
24. Martin, K.R. and Appel, C.L. Polyphenol as dietary supplements : adouble-edged
sword, Nutrition and Dietary Supplements. 2010. 2: 1-12
25. B. Mang, M. Wolters, B. Schmitt, K. Kelb, R. Lichtinghagen, D. O. Stichtenoth, and
A. Hahn. Effects of a cinnamon extract on plasma glucose, HbA1C and serum lipids
in DM mellitus type 2. European Journal of Clinical Investigation. 2006 340–344
26. Abdul Rahim Al Jamal. Effects of Cinnamon on Blood Glucose and Lipids Levels in
Diabetic Patients (Type2). Volume 2, Number 3, September 2009 ISSN 1995-6673
Pages 135 – 138 Jordan Journal of Biological Sciences.
27. Szkudelski, T. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B Cells of The
Rat Pancreas. Physiological Research, 2001 50, 536-546.
28. Abu, Abeeleh., Bani Ismail, Zuhair., Alzaben, Khalid R., Abu Halaweh, Sami A., AlEssa, Mohamed K. Induction of Diabetes Mellitus in Rats using Intraperitoneal
Streptozotocin: A Comparison Between 2 Strains of Rats. European Journal of
Scietific Research, 2009 32(3), 398-402.
36
29. Mukul, Tailang., Gupta, Bhaskar K., Sharma, Amrish. Antidiabetic Activity of
Alcoholic Extract of Cinnamomum zeylanikum leaves in Alloxan Induced Diabetic
Rats. People’s Journal of Scientific Research, 2008 1, 9-11.
30. Lenzen, S. The Mechanism of Alloxan- and Streptozotocin-induced Diabetes.
Diabetologia, 2007 51, 216-226.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Determinasi/ Identifikasi Bahan Uji
Gambar 7.1 Hasil Determinasi Tanaman
36
Lampiran 2
Surat Keterangan Tikus Sehat
Gambar 7.2
Surat Keterangan Tikus Sehat
37
Lampiran 3
Data awal semua kelompok
1. Glukosa Darah
2. Berat Badan Tikus
3. Kolesterol
*Data tidak dilampirkan untuk mencegah praktek plagiarisme.
38
Lampiran 4
Data Hasil Uji Statistik
A. Uji Normalitas, Varians data dan One Way Annova
B. Uji Kruskal Wallis
*Data tidak dilampirkan untuk mencegah praktek plagiarisme.
39
Lampiran 5
Gambar Proses Penelitian
Gambar 7.4 Alloxan Monohydrate
Gambar 7.3 Tikus saat di adaptasi
Gambar 7.5 Penimbangan Aloksan
Gambar 7.6 Larutan Aloksan
(Lanjutan)
40
Gambar 7.8 Penyuntikan Aloksan
intraperitoneal
Gambar 7.7 Larutan di Vortex
Gambar 7.10 coolbox pendingin
Gambar 7.9 pemberian ekstrak dg
sonde
(Lanjutan)
41
Gambar 7.11 Pembuatan
Larutan Dextrose 40%
Gambar 7.12 Pengambilan darah
dari ekor tikus
Gambar 7.13 Hasil
pengukuran Glukometer
Gambar 7.14 Proses
Sacrifice
(Lanjutan)
42
Gambar 7.16 Proses
Sentrifugasi(5000 rpm)
Gambar 7.15 Proses
Sentrifugasi
Gambar 7.17 Pengambilan Plasma
darah
Gambar 7.18 Plasma
darah disimpan Pada
Kulkas -80ºC
(Lanjutan)
43
Gambar 7.19
Pemeriksaan Kolesterol
Plasma
Gambar 7.20 Tabung
reaksi pemeriksaan
Gambar 7.21 Kit
Kolesterol (Sclavo)
Gambar 7.22 Spektrofotometri
Genesys 20, 510nm
Lampiran 6
Cara Perhitungan
44
1. Induksi Alloxan
 Dosis yang dipakai adalah 150 mg/kgBB tikus
 Rata-rata BB tikus adalah 300 gram dan jumlah tikus adalah 20 ekor
 20 x 300 g x 15 mg/100 g = 900 mg
 Konsentrasi obat = 15/0,1
 15/0,1 = 900/α
 α = 0,1 x 900/15
 α= 6 ml
 Jadi, untuk 900 g aloksan membutuhkan 6 ml
 900 g/ 6 ml = 15/0,1
 15/100 x 300 = 45 mg
 900 g/6 ml = 45 mg/ β
 β= 45 x 6 / 900
 β= 0,3 ml
 Jadi, untuk tiap tikus dengan berat 300 g diinjeksi sebanyak 0,3 ml
2. Pemberian Ekstrak Cinnamomum cassia
 Dosis ekstrak: 300 mg/kgBB = 300 mg/ 1000 g = 30 mg/ 100 g
 Butuh untuk 10 ekor x 300 g (bb tikus) x 30 mg/ 100 g = 900 mg
 Konsentrasi obat: 30 mg / 0,1 ml
 30 mg/ 0,1 = 900 mg/ α
 α = 900 x 0,1 / 30 = 3 ml
 Jadi untuk melarutkan 900 mg dibutuhkan larutan akuades sebanyak 3
ml
Lampiran 7
45
Riwayat Penulis
Identitas
Nama
: Hermansyah
Jenis Kelamin
: laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Subulussalam 10 November 1992
Agama
: Islam
Alamat
: jl. Teuku umar no. 44 Subulussalam - NAD
e-Mail
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
1996-1999
: TK Darma Wanita
1999-2005
: SDN 1 Simpang Kiri
2005-2008
: SMPN 1 Simpang Kiri
2008-2011
: MAS Darul Arafah
2011-sekarang
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
Download