BAB II KERANGKA KONSEP 2.1. Komunikasi dalam Aktivitas

advertisement
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.1. Komunikasi dalam Aktivitas Pemasaran
2.1.1. Fungsi, Konseptualisasi, dan Definisi Komunikasi
Hidup tidak terasa hidup tanpa komunikasi. Itulah fakta yang
tidak terelakan. Setiap sisi dari kehidupan pasti diwarnai oleh tindakan
komunikasi. Berbagai fungsi komunikasi pun digulirkan oleh para ahli.
Salah satu fungsi yang dikemukakan oleh Willian I Gorden adalah fungsi
instrumental. 16 Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan
umum : menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga
menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut
membujuk (bersifat persuasif).
Secara konseptual, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman
mengenai komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh John R. Wenburg
dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M.
Bodaken 17 yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi
sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. Pertama, pemahaman
16
17
Mulyana, Deddy., Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 33
Ibid. 67
16
17
komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon disebut
“definisi berorientasi-sumber” (sourch-oriented definition). Definisi ini
mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja
dilakukan
seseorang
untuk
menyampaikan
rangsangan
untuk
membangkitkan respons orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi
dianggap tindakan yang disengaja (intentional act). Definisi yang sesuai
dengan konsep ini pun dikemukakan oleh Gerald R. Miller, “Komunikasi
terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima
dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”.
Kedua, pemahaman tentang komunikasi sebagai interaksi
dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi sebagai tindakan
satu arah 18. Namun pandangan kedua ini masih membedakan para peserta
sebagai pengirim dan penerima pesan, karena masih tetap berorientasi
pada sumber. Meski demikian, feed back atau umpan balik menjadi salah
satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini.
Ketiga, pemahaman komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi
ini bersifat intersubjektif yang dalam bahasa Rosengren disebut
komunikasi penuh manusia. Menggunakan pandangan ini menurut Deddy
Mulyana, tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis yang secara
18
Ibid. 73
18
berkesinambungan
mengubah
pihak-pihak
yang
berkomunikasi 19.
Kelebihan komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi
tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau
respons yang dapat diamati. Dalam komunikasi transaksional, komunikasi
dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menfsirkan perilaku
orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku non verbal 20.
Melihat gambaran fungsi, konsep komunikasi diatas, definisi
komunikasi sendiri bersifat khas, mencerminkan paradigma atau
prespektif yang digunakan ahli-ahli komunikasi dalam mendekati
fenomena komunikasi 21. Akan tetapi jika kita lihat secara garis besar
komunikasi itu merupakan sebuah proses dalam menyampaikan pesan
untuk kemudian dimaknai. Lebih jelas dapat kita lihat pada definisi yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell 22, cara yang terbaik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : who
says what in which channel to whom with what effect? Atau siapa
mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh
bagaimana?
Dalam penelitian ini formula Laswell tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut :
19
Ibid. 74
Ibid. 75
21
Ibid. 64
22
Ibid. 69
20
19
1. Who (komunikator)
: Dosen dan Staf Fikom UMB
2. Says what (pesan)
: Kualitas Pelayanan (Service Quality)
3. In which channel (saluran) : Saluran dengan campur tangan manusia
(tatap muka, dll) dan saluran otomatis
(pelayanan internet, dll)
4. To whom (komunikan)
: Mahasiswa Fikom UMB angkatan 2006
dan 2007
5. With what effect
: Kepuasan Pelanggan
2.1.2. Pemasaran (Marketing)
Pemasaran
berhubungan
dengan
mengidentifikasikan
dan
memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Definisi terpendek dari
pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”.
Asosiasi pemasaran Amerika menawarkan definisi formal berikut :
Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses
untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyertakan nilai kepada
pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dan para pemilik
sahamnya 23.
Kotler (2006:6) membedakan pemasaran berdasarkan definisi
sosial dan manajerial. Definisi sosial menunjukan peran yang yang
23
Kotler, Philip., dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi 12, Indeks 2006, hal 6
20
dimainkan pemasar dalam masyarakat dimana pemasaran adalah suatu
proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendaptkan apa
yang mereka butuhkan (need) dan inginkan (want) dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain. Menurut definisi manajerial, pemasaran sering
digambarkan sebagai “Seni menjual produk”. Akan tetapi tujuan
pemasaran bukan untuk memperluas penjualan hingga kemana-mana.
Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan
sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan
dan selanjutnya menjual dirinya sendiri.
Terdapat seperangkat konsep inti untuk menciptakan satu fondasi
untuk manajemen pemasaran dan orientasi pemasaran holistik. Dimana
pemasar harus berupaya memahami kebutuhan, keinginan, dan
permintaan pasar sasaran. Kebutuhan merupakan tuntutan dasar
manusia. Kebutuhan itu menjadi keinginan bila diarahkan kepada
sasaran-sasaran
yang
spesifik
yang mungkin
dapat
memenuhi
kebutuhan. Sementara permintaan adalah keinginan akan produkproduk spesifik yang didukung oleh kemampuan untuk membayar 24.
Jika kita cermati tujuan pemasaran dari definisi manajerial yang
menekankan tentang bagaimana pemasar harus dapat memahami
24
Ibid. 29
21
keinginan pelanggan sehingga produk yang dihasilkan dapat menjual
dirinya sendiri, maka sudah barang tentu pemasar harus mempunyai
hubungan yang baik dengan pelanggan serta berupaya membangun
merek yang kuat.
Dewasa ini perusahaan menghadapi persaingan paling ketat yang
pernah ada. Akan tetapi, peralihan filosofi pemasaran memberikan
kesempatan lebih baik kepada perusahaan untuk mengungguli
pesainganya 25. John Chamber, CEO Cisco System dalam Kotler
(2006:171) mengungkapkan dengan baik, “jadikan pelanggan pusat dari
budaya anda”. Perusahaan yang berpusat pada pelanggan itu terampil
dalam membangun relasi pelanggan, bukan sekedar produk; mereka
terlatih dalam perekayasaan pasar, tidak sekedar perekayasaan produk.
Untuk itu, membangun nilai, kepuasan dan loyalitas pelanggan
menjadi hal penting bagi perusahaan. Nilai yang dipikirkan pelanggan
(CPV---customer perceived value) adalah selisih antara evaluasi calon
pelanggan atas semua manfaat serta semua biaya tawaran tertentu dan
alternatif-alternatif lain yang dipikirkan. Nilai pelanggan total (total
customer value) adalah nilai moneter yang dipikirkan atas sekumpulan
25
Ibid. 171
22
manfaat ekonomis, fungsional, dan psikologis, yang diharapkan oleh
pelanggan atas tawaran pasar tertentu 26.
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan
terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada
dibawah harapan, pelanggan tidak puas 27 begitupula sebaliknya.
2.1.3. Customer Relationship Management
Pelanggan adalah jantung dari sebuah bisnis akan tetapi
memperoleh pelanggan bukan tujuan akhir dari sebuah bisnis. Jika
perusahaan hanya memikirkan bagaimana memperoleh pelanggan tanpa
memikirkan bagaimana menjaga serta membangun hubungan dengan
pelanggan, maka semuanya menjadi tidak bermakna.
Dalam marketing communication dikenal istilah customer
relationship management (CRM), yaitu suatu sarana untuk membentuk
hubungan individu dengan konsumen. CRM adalah suatu filosofi
tentang menciptakan suatu revolusi mengenai bagaimana bisnis
dilakukan di seluruh bagian perusahaan. Manajemen ini menempatkan
konsumen di jantung segala sesuatu yang dilakukan oleh perusahaan 28.
26
Ibid. 172
Ibid. 177
28
Moore, op.cit
27
23
Customer relationship management (CRM) dapat didefinisikan
sebagai pengenalan pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan
komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling
menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan 29.
Tujuan utama CRM adalah 30 :
1. Menemukan lifetime value (LTV) dari pelanggan
2. Memperbesar LTV dari masing-masing kelompok pelanggan
3. Menggunakan profit yang didapat dari dua tujuan diatas untuk
mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang relative murah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka hendaknya ditanamkan
tiga prinsip CRM, yaitu 31 :
1. Keterlibatan : menunjukkan kesadaran dan perhatian terhadap
agenda konsumen dan menjawab keprihatinan mereka.
2. Rasa hormat : terhadap konsumen, mengakui kompetensi dan
prestasi mereka.
3. Kasih sayang : bersikap hangat, mudah ditemui, dan secara tulus
memperhatikan kondisi konsumen.
29
Chan, Syafruddin., Relationship Marketing, Jakarta : Gramedia Pustakan Utama, 2003 hal : 6
Ibid
31
Moore, op.cit. 54
30
24
Dalam penerapannya, CRM sangat berkaitan erat dengan
kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam perusahaan. Setidaknya
SDM dalam perusahaan harus menguasai empat hal berikut 32 :
1. Kecakapan pelayanan bagi konsumen
2. Kecapakan tentang produk dan jasa
3. Kecakapan tentang system
4. Kecakapan kerja sama
Untuk dapat memperoleh kemampuan diatas, maka pelatihan
sangatlah diperlukan bagi setiap lini SDM dalam perusahaan.
Dengan terjalinnya hubungan yang harmonis antara pelanggan
dan perusahaan, maka salah satu keuntungan yang dapat diperoleh
adalah efisiensi biaya promosi. Dimana dengan hubungan baik yang
tercipta disertai kualitas yang baik, pelanggan akan dengan senang hati
menularkan pengalamannya kepada pihak lain, yang sering kita kenal
dengan istilah word of mouth communication. Dalam ilmu pemasaran
sendiri, word of mouth merupakan salah satu saluran komunikasi
pemasaran yang dianggap paling efektif 33.
32
33
Ibid. 60
Tjiptono, Fandy., Pemasaran Jasa, Malang : Bayumedia Publishing, 2004 hal 266
25
2.2. Jasa
2.2.1. Pengertian Jasa
Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Jasa
sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal (personal
service) sampai jasa sebagai produk. Sejauh ini sudah banyak pakar
pemasaran jasa yang telah berusaha mendefinisikan pengertian jasa.
Berikut ini adalah beberapa diantaranya 34 :
Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu
pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin berkaitan
dengan produk fisik atau tidak (Kotler, 1994).
Service is all economic activities whose output is not a physical
product or construction is generally consumed at that time it is produced,
and provides added value in forms (such as convenience, amusement,
comfort or healt) (Valarie A. Zethaml and Mary Jo Bitner, 1996).
Jadi pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi
yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau
konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu
dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan,
34
Lupiyoadi, Rambat., dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, 2006, hal 5
26
hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan masalah yang
dihadapi konsumen.
Jasa sendiri memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang
(produksi fisik). Grifin (1996) diantaranya menyebutkan karakteristik
tersebut, sebagai berikut 35 :
1. Intangibility (tidak berwujud). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,
didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini
adalah nilai tidak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk
kenikmatan, kepuasan, atau rasa aman.
2. Unstorability. Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari
produk yang telah dihasilkan. Karakterstik ini disebut juga tidak dapat
(inseparability) dipisahkan mengingat pada umumnya jasa dihasilkan
dan dikonsumsi secara bersamaan.
3. Customization. Jasa juga sering kali di desain khusus untuk kebutuhan
pelanggan, sebagai mana pada jasa asuransi atau kesehatan.
Observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh pemain-pemain
di sektor jasa mengemukakan lima langkah yang dapat dilakukan untuk
meraih sukses di dunia jasa, yakni 36 :
1. Renewing the service offering
35
36
Ibid. 6
Ibid. 7
27
Hal yang penting adalah adaptasi (adapt) dan memperbaharui (renew)
jasa yang ditawarkan, dari pada melakukan rancangan “paket” yang
sangat sempurna pada awal peluncuran pertama. Hal ini didasarkan
pada teori ekonomi sector jasa, yaitu pergeseran pada kurva kebutuhan
konsumen, dan dari kebutuhan untuk melakukan ekspansi jasa menjadi
multiple segmen.
2. Localizing the point of service system
Penggunaan jasa menjadi hal yang penting karena jasa itu tidak dapat
disimpan sehingga penggunaannya sebaiknya sesegera mungkin pada
saat sedang dibutuhkan. Lebih jauh lagi pihak produsen harus selalu
meningkatkan
kemampuannya
dalam
menyediakan
jasa
yang
dimilikinya sehingga konsumen memiliki berbagai pilihan-pilihan
terutama pilihan lokasi penyediaan jasa tersebut agar memudahkan
konsumen untuk mendapatkannya dan juga sebagai peningkatan
kualitas jasa tersebut.
3. Leveraging the service “contact”
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa berusaha menarik
dan mempertahankan konsumen dengan system kontrak atau member
keanggotaan dengan memberikan anggota (member) berbagai fasilitas
dan kemudahan-kemudahan tertentu, sehingga perusahaanpun dapat
menikmati keuntungan lain seperti produk jasa menjadi terdiferensiasi
28
dan
juga
membangun
loyalitas
konsumen
sehingga
menjadi
keunggulan tersendiri agar konsumen tidak berpaling produk lain atau
perusahaan jasa lain.
4. Using information power strategically
Jasa adalah suatu bisnis yang sangat sensitif terhadap kemajuan
informasi dan teknologi karena dalam operasi bisnis jasa data-data
mengenai konsumen, transaksi dan karyawan-karyawan adalah alat
yang esensial karena semuanya itu dapat membedakan jasa tersebut
dengan pesaing, juga dapat meningkatkan kualitas jasa dan pelayanan
jasa itu sendiri.
5. Determining the strategic value of a service business
Nilai strategis adalah sebuah fungsi dari desain strategi bisnis dan
penilaian terhadap metodologi sehingga dapat menerangkan isu-isu
tersebut
diatas.
Misalnya
apakah
bisnis
telah
menunjukkan
kekuatannya dalam memperbaiki kualitas jasa? Seberapa baikkah
system point of service terlokalisasi?.
29
2.2.2. Karakteristik Jasa Perguruan Tinggi
Karakteristik jasa perguruan tinggi 37 :
1. Perguruan tinggi termasuk ke dalam kelompok jasa murni, dimana
pemberian jasa yang dilakukan didukung alat kerja atau sarana
pendukung semata. Contoh ruang kelas, meja, buku, dan sebagainya.
2. Jasa
yang diberikan
membutuhkan
kehadiran
pengguna jasa
(mahasiswa), yang dalam hal ini pelanggan yang mendatangi lembaga
pendidikan tersebut untuk mendapatkan jasa yang diinginkan.
3. Penerima jasanya adalah orang, jadi merupakan pemberian jasa yang
berbasis orang. Atau dalam jasa biasa disebut system kontak tinggi
(high contact system), yaitu hubungan antara pemberi jasa dengan
pelanggan tinggi. Pelanggan dan penerima jasa terus berinteraksi
selama proses pemberian jasa berlangsung. Dengan kata lain, untuk
menerima jasa, pelanggan harus menjadi bagian dari system jasa
tersebut.
4. Hubungan dengan pelanggan berdasarkan hubungan keanggotaan
(member relationship) di mana pelanggan telah menjadi anggota
lembaga pendidikan tertentu. Sistem pemberian jasanya dilakukan
secara terus-menerus dan teratur sesuai kurikulum yang telah
ditetapkan.
37
Ibid.148
30
2.2.3.Dimensi Kualitas dan Persepsi Kualitas Jasa
Lewis dan Booms (1983) dalam Tjiptono (2005) menyatakan
bahwa kualitas jasa adalah sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan
yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Berdasarkan
definisi ini, kualitas jasa bisa diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan
dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk
mengimbangi harapan pelanggan.
Wyckof dalam Arief (2005) menyatakan bahwa kualitas jasa
adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan 38.
Dengan demikian ada dua faktor utama yang mempengaruhi
kualitas jasa : jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang
dirasakan/dipersepsikan (perceived service) (Parasuraman, et al. 1985)
dalam Tjiptono (2005). Apabila perceived service sesuai dengan expected
service, maka kualitas jasa bersangkutan akan dipersepsikan baik atau
positif. Jika perceived service melebihi expected service, maka kualitas
jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Sebaliknya apabila perceived
service lebih jelek dibanding expected service, maka kualitas jasa
dipersepsikan negative atau buruk. Oleh sebab itu, baik tidaknya kualitas
38
Arief, Mts.,Pemasaan Jasa dan Kualitas Pelayanan, Bayumedia Publishing, 2005,hal 118
31
jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisten 39.
2.2.3.1. Dimensi Kualitas Jasa
Untuk mengukur kualitas jasa, Parasuraman, Zeithaml, Berry
(1988) dalam Fandy (2005) mengidentifikasi lima dimensi pokok
kualitas jasa, yaitu 40 :
1. Reliabilitas (reliability)
Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan
layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat
kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan
waktu yang disepakati.
Dibandingkan dengan 4 dimensi kualitas pelayanan lainnya,
yaitu responsiveness, assurance, emphaty dan tangible,
dimensi ini sering depersepsi paling penting bagi pelanggan
dari berbagai industri jasa 41.
Ada 2 aspek dari dimensi ini. Pertama adalah kemampuan
perusahaan untuk memberikan pelayanan seperti yang
39
Tjiptono, Fandy., and Gregorius Chandra, Service Quality & Satisfaction, Yogyakarta : Penerbit Andi, 2005, hal
121
40
Ibid. 133
41
Irawan, D Handi., 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2002, hal 61
32
dijanjikan. Kedua adalah seberapa jauh suatu perusahaan
mampu memberikan pelayanan yang akurat atau tidak ada
error 42.
Dalam rangka meningkatkan reliabilitas 3 (tiga) hal yang
dapat dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan
tingkat reliabilitas. Pertama, pembentukkan budaya kerja
“error free” atau “non mistake”. Kedua, perusahaan
mempersiapkan infrastruktur yang memungkinkan perusahaan
memberikan pelayanan “no mistake”. Ketiga, diperlukan tes
sebelum suatu layanan diluncurkan 43.
2. Daya tanggap (responssiveness)
Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan
untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan
mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan
dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
Kepuasan pelanggan akan daya tanggap tidak hanya
berdasarkan apa informasi yang didapat sebagian besar
berdasarkan persepsi. Faktor komunikasi dan situasi fisik di
sekeliling pelanggan yang menerima pelayanan merupakan
42
43
Ibid
Ibid
33
hal yang penting dalam mempengaruhi penilaian pelanggan
dalam dimensi ini 44.
3. Jaminan (assurance)
Perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan
pelanggan
terhadap
perusahaan
dan
perusahaan
bisa
menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga
berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan
menguasai penetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
4. Empati (emphaty)
Perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan
bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan
perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam
operasi yang nyaman.
Dimensi empati adalah dimensi ini dipersepsikan kurang
penting dibandingkan dimensi reliabilitas dan daya tanggap di
mata kebanyakan pelanggan. Akan tetapi, untuk kelompok
44
Ibid 67
34
pelanggan “the haves” dimensi ini bisa menjadi dimensi yang
paling penting 45.
5. Bukti Fisik (tangibles)
Berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan
material yang digunakan perusahaan, serta penampilan
karyawan.
2.2.3.2. Persepsi Kualitas Jasa
Menurut Kotler (2000) dalan Tjiptono, (2005) Kualitas jasa
harus dimulai dari kebutuhan dan berakhir dengan kepuasan
pelanggan serta persepsi positif terhadap kualitas jasa. 46
Zemke, Ron and Schaff, Dick (1989) dalam Arief (2005 : 121)
menyatakan bahwa persepsi konsumen mengenai kualitas jasa
adalah membandingkan harapan mereka atas suatu pelayanan
dengan kenyataan/pengalaman yang mereka dapatkan atas
pelayanan tersebut 47.
45
Ibid 73
Trjiptono, Fandy., Pemasaran Jasa, Jawa Timur : Bayumedia, 2004, hal 273
47
Arief, Mts., Pemasaan Jasa dan Kualitas Pelayanan, Bayumedia Publishing, 2005, hal 121
46
35
Gambar 2.1
Kualitas Jasa Menurut Definisi
Jasa yang disampaikan
Kualitas jasa
Harapan pelanggan
Sumber : Zamke, Ron and Schaff, Dick (1989)
Kualitas jasa diniai berdasarkan dua hal berikut :
1. Kualitas proses, yaitu dari cara penyampaian pelayanan.
2. Kualitas teknik (outcome), yaitu kualitas hasil akhir pelayanan
tersebut.
Gambar 2.2
Macam Kualitas Penentu Kualitas Jasa
Jasa yang disampaikan
Kualitas proses
Harapan pelanggan
Kualitas outcome
Sumber : Zamke, Ron and Schaff, Dick (1989)
Berdasarkan komponen-komponen pada gambar diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa output jasa dan cara penyampaiannya
merupakan factor-faktor yang dipergunakan dalam menilai kualitas jasa.
36
2.3. Service Quality (SERVQUAL)
Model kualitas jasa yang paling popular dan hingga kini banyak
dijadikan acuan dalam riset manajemen dan pemasaran jasa adalah model
ServQual (service quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml,
dan Berry (1985, 1988, 1990, 1991, 1993, 1994). Model yang dikenal dengan
Gap Analysis Model ini berkaitan erat dengan model kepuasan pelanggan yang
didasarkan pada ancangan diskonformasi (Oliver, 1997) dalam Tjiptono (2005).
Ancangan ini menegaskan bahwa bila kinerja pada satu atribut (attribute
performance) meningkat lebih besar dari pada harapan (expectation) atas atribut
bersangkutan, maka persepsi terhadap kualitas jasa akan positif dan
sebaliknya 48.
Model Servqual ini dikembangkan untuk menganalisis sumber
masalah kualitas dan memahami cara-cara memperbaiki kualitas jasa. Jasa yang
diharapkan (expected service) dapat dipengaruhi aktivitas komunikasi
pemasaran perusahaan.
Sementara itu, jasa yang dipersepsikan pelanggan (perceived service)
merupakan hasil dari serangkaian keputusan dan aktivitas internal perusahaan.
Persepsi manajemen terhadap ekspektasi pelanggan memandu keputusan
menyangkut spesifikasi kualitas jasa yang harus diikuti perusahaan dan
diimplementasikan dalam penyampaian jasa kepada para pelanggan. Pelanggan
48
Tjiptono, Gregorius Chandra, Op.cit
37
mengalami proses produksi dan penyampaian jasa sebagai komponen kualitas
berkaitan dengan proses (process – related quality) dan solusi teknis yang
diterima melalui proses tersebut sebagai komponen kualitas berkaitan dengan
hasil (outcome – related quality). Komunikasi pemasaran bisa mempengaruhi
perceived service dan expected service.
2.4. Skala Pengukuran dan Dimensi Service Quality
Model
ServQual
didasarkan
pada
asumsi
bahwa
konsumen
membandingkan kinerja jasa pada atribut-atribut relevan dengan standar
ideal/sempurna untuk masing-masing atribut jasa. Bila kinerja sesuai dengan
atau melebihi standar, maka persepsi atas kualitas jasa keseluruhan akan positif
dan sebaliknya. Dengan kata lain, model ini menganalisa gap antara dua
variable pokok, yakni jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang
dipersepsikan (perceived service). 49
Model ini merupakan hasil kerja dari tiga sekawan Berry, Zeithaml
dan Parasuraman di akhir decade 80-an, hingga kini masih banyak
dipergunakan di seluruh dunia. Kekuatan dari konsep ini, bukan hanya karena
diformulasikan berdasarkan hasil riset yang panjang dan mendalam, tetapi juga
karena disertai dengan cara-cara pengukuran yang mudah dimengerti. Dengan
model ini, dilakukan pengukuran terhadap lima dimensi kualitas pelayanan,
49
Ibid. 156
38
yaitu responsiveness, reliability, assurance, empathy, dan tangible. Kemudian,
5 dimensi ini dijabarkan dalam atribut yang total berjumlah 22 atribut.Tidak
ada keharusan bagi perusahaan untuk selalu menggunakan 22 atribut yang
dikembangkan oleh pencipta konsep ServQual ini. Atribut dapat ditambah atau
dikurangi, sesuai dengan kondisi dari industri masing-masing. 50
Tabel 2.1
Dimensi dan Atibut Model ServQual 51
No
1
Dimensi
Reliabilitas
1.
2.
3.
2
3
Daya tanggap
4.
5.
6.
Jaminan
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
4
Empati
14.
15.
16.
5
50
51
Bukti fisik
17.
18.
19.
Irawan, op.cit. 129
Tjiptono, Gregorius Chandra, op.cit. 157
Atribut
Menyediakan jasa sesuai yang dijanjikan
Dapat diandalkan dalam menyediakan jasa
pelanggan
Menyampaikan jasa secara benar semenjak pertama
kali
Menyampaikan jasa sesuai waktu yang dijanjikan
Menyimpan catatan/dokumen tanpa kesalahan
Menginformasikan pelanggan tentang kepastian
waktu penyampaian jasa
Layanan yang segera/cepat bagi pelanggan
Kesediaan untuk membantu pelanggan
Kesiapan untuk merespon pelanggan
Karyawan yang menumbuhkan rasa percaya kepada
pelanggan
Membuat pelanggan merasa aman sewaktu
melakukan transaksi
Karyawan yang secara konsisten bersikap sopan
Karyawan yang mampu menjawab pertanyaan
pelanggan
Memberikan perhatian individual kepada para
pelanggan
Karyawan yang memperlakukan pelanggan secara
penuh perhatian
Sungguh-sungguh mengutamakan kepentingan
pelanggan
Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan
Waktu beroperasi (jam kantor) yang nyaman
Peralatan modern
39
20. Fasilitas yang berdaya tarik visual
21. Karyawan yang berpenampilan rapih dan
professional
22. Materi-materi yang berkaitan dengan jasa yang
berdaya tarik visual
Sumber : Diadaptasi dari Parasuraman, et al (1994) dalam Tjiptono (2005)
2.5. Kepuasan Pelanggan
Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan pada
akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan oleh pelanggan
mengenai kepuasan yang dirasakan. Pelanggan adalah seseorang yang menjadi
terbiasa untuk membeli dari anda. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian
dan interaksi yang sering selama periode waktu tertentu. Tanpa adanya track
record hubungan yang kuat dan pembelian berulang, orang tersebut bukanlah
pelanggan, ia adalah pembeli. Pelanggan sejati tumbuh seiring waktu 52.
Sedangkan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja
(atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. 53.
Kepuasan pelanggan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis”
(artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat).
Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat
sesuatu
52
53
memadai”
Oxford
Advance
Learner’s
Griffin, Jill., Customer Loyalty, Jakarta : Erlangga, 2005, hal 31
Kotler, Philip., Manajemen Pemasaran, Jakarta : Prenhallindo, 2002, hal 42
Dictionary
(2000)
40
mendeskripsikan kepuasan pelanggan sebagai “the goof feeling that you have
when you achieved something or when something that you wanted to happen
does happen”; “the act of fulfilling a need or desire”; and “an acceptable way
of dealing with a complaint, a debt, an injury, etc” 54.
Sementara Philip Kotler (1994 : 40) dalam Supranto (1997)
mendefiniskan kepuasan pelanggan sebagai satisfaction is the level of a
person’s felt state resulting from comparing a product’s perceived performance
or out come in relations to the person’s expectation. Yang diartikan sebagai
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan performa dengan harapanharapannya.
Dalam kajian literatur kepuasan pelanggan yang dilakukan Giese &
Cote (2000), teridentifikasi 20 definisi yang mengacu dalam riset kepuasan
pelanggan selama periode waktu 30 tahun. Meskipun definisi-definisi tersebut
bervariasi kedua pakar tersebut menemukan kesamaan dalam hal tiga
komponen utama, yaitu 55 :
1. Kepuasan pelanggan merupakan respon (emosional atau kognitif)
2. Respon
tersebut
menyangkut
focus
tertentu
(ekspektasi,
produk,
pengalaman konsumsi, dan seterusnya); dan
3. Respon terjadi pada waktu tertentu (setelah konsumsi, setelah pemilihan
produk/jasa, berdasarkan pengalaman akumulatif, dan lain-lain)
54
55
Tjiptono, Gregorius Chandra, op.cit. 195
ibid
41
Riset kepuasan pelanggan sendiri sangat bermanfaat bagi perusahaan
dalam rangka mengevaluasi kinerja perusahaan serta untuk mengetahui bagian
mana yang membutuhkan peningkatan. Pada akhirnya perusahaan dapat
meningkatkan 4-R kepada pelanggannya, yaitu membangun customer
relationship, menciptakan retensi pelanggan, menghasilkan customer reverrals
dan mudah memperoleh customer recovery.
Customer relationship ini akan menciptakan kedekatan dengan
pelanggan. Untuk itu sangat diperlukan kejujuran, komitmen, komunikasi, dan
saling pengertian. Retensi pelanggan jauh lebih murah dibandingkan pencarian
pelanggan baru. Retensi pelanggan dapat tercipta melalui pelayanan yang lebih
besar dari pada kebutuhan pelanggan. Customer referrals merupakan kesediaan
pelanggan untuk memberitahukan kepuasan yang mereka nikmati kepada orang
lain. Kegiatan ini berarti promosi gratis dari mulut ke mulut karena pelanggan
tersebut akan dengan senang hati merekomendasikan apa yang telah
dirasakannya kepada orang terdekat, seperti keluarga atau teman. Pelanggan
yang puas akan membawa seluruh keluarga atau teman-temannya. Namun
demikian tidak selamanya kegiatan bisnis selalu berhasil dengan baik. Kadangkadang juga terdapat kesalahan. Apabila terdapat kesalahan, secepatnya
kesalahan tersebut harus dirubah jadi peluang. Mengubah kesalahan dengan
42
segera dan cepat (customer recovery) dapat meningkatkan komitmen kepada
pelanggan sehingga meningkatkan loyalitas. 56
Lebih jelasnya, kepuasan yang dirasakan pelanggan dapat memberikan
keuntungan kepada perusahaan sebagai berikut 57 :
1. Pelanggan yang puas akan siap membayar dengan harga premium
2. Perusahaan yang mempunya banyak pelanggan yang puas, biaya marketing
seperti iklan jauh lebih efektif.
3. Pelanggan yang puas adalah penyebar promosi dari mulut dan mulut yang
baik.
4. Perusahaan yang memiliki banyak pelanggan, umunya lebih efisien biaya
operasinya.
5. Yang sering memberi kontribusi besar adalah bahwa pelanggan yang puas
akan membeli lebih banyak lagi untuk produksi yang memuaskan.
2.6. Kepuasan Pelanggan dan Kualitas Jasa
Di era globalisasi ini, perusahaan akan selalu menyadari pentingnya
faktor pelanggan. Oleh karena itu, mengukur tingkat kepuasan pelanggan
sangatlah perlu walaupun itu tidak mudah. Banyak manfaat yang diterima oleh
perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi.
56
57
Rangkuti, Freddy., Measuring Customer Satisfaction, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006, hal 5
Irawan, op.cit. 9
43
Kepuasan pelanggan yang tinggi dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan
mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensitivitas pelanggan terhadap
harga, mengurangi biaya kegagalan pemasaran, mengurangi biaya operasi yang
diakibatkan oleh meningkatnya jumlah pelanggan, meningkatkan efektifitas
iklan, dan meningkatkan reputasi bisnis (Fornell, 1992) 58.
Faktor utama penentu kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan
terhadap kualitas jasa (Zeithamal dan Bitner, 1996) dalam Tjiptono (2005).
Apabila ditinjau lebih lanjut, pencapaian kepuasan pelanggan melalui kualitas
pelayanan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan, sebagai berikut
(Kotler, 1997) :
1. Memperkecil
kesenjangan-kesenjangan
yang
terjadi
diantara
pihak
komitmen
bersama
untuk
manajemen dan pelanggan.
2. Perusahaan
harus
mampu
membangun
menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan. Yang dimaksud
didalamnya adalah memperbaiki cara berfikir, perilaku, kemampuan, dan
pengetahuan dari semua sumber daya manusia yang ada.
3. Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan.
Dengan membentuk system saran dan kritik.
4. Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan partnership
marketing sesuai dengan situasi pemasaran.
58
Lupiyoadi, Hamdani, op.cit. 192
44
Peningkatan kualitas pelayanan memang memang harus menjadi fokus
perhatian dan sebagai issue manajemen perusahaan dalam menciptakan
kepuasan pelanggan. Kotler (1998) dalam Arief (2005 : 213) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang erat antara kualitas produk dan pelayanan, yakni
kepuasan pelanggan dan profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi kualitas
menyebabkan semakin tinggi pula kepuasan pelanggan, sekaligus mendukung
harga yang lebih tinggi serta (sering kali) biaya yang lebih rendah.
2.7. Penilaian Mutu Institusi melalui Akreditasi
Akreditasi adalah proses evaluasi dan penilaian mutu institusi atau
program studi yang dilakukan oleh suatu tim pakar sejawat (tim asesor)
berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan, atas pengarahan suatu badan
atau lembaga akreditasi mandiri di luar institusi atau program studi yang
bersangkutan; hasil akreditasi merupakan pengakuan bahwa suatu institusi atau
program studi telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan itu, sehingga
layak untuk menyelenggarakan program-programnya 59.
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana (Fikom UMB)
sendiri sebagai lembaga pendidikan tinggi yang telah berupaya menjalankan
system pendidikan tinggi tentunya harus mempertanggungjawabkan kelayakan
59
http://ban-pt.depdiknas.go.id. Tanggal akses 30 Juli 2010 pk. 14.00
45
programnya melalui akreditasi tersebut. Pada tahun 2005 Fikom UMB telah
berhasil menyandang predikat akreditasi A.
Standar penilaian akreditasi untuk fakultas sendiri terbagi dalam 7
(tujuh) standar penilaian, yaitu 60 :
Standar 1. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian (bobot :
4,77)
Standar ini adalah acuan keunggulan mutu penyelenggaraan dan
strategi program studi sarjana untuk meraih cita-cita di masa depan.
Standar 2. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan
mutu (bobot : 14,3)
Standar ini adalah
acuan keunggulan
mutu tata pamong
(governance), kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan sistem
penjaminan mutu program studi sarjana.
Standar 3. Mahasiswa dan lulusan (19,04)
Di dalam standar ini program studi sarjana harus memiliki fokus
dan komitmen yang tinggi terhadap mutu penyelenggaraan proses
akademik dalam rangka memberikan kompetensi yang dibutuhkan
mahasiswa untuk menjadi lulusan yang mampu bersaing. Standar
ini juga mencakup bagaimana seharusnya program studi sarjana
60
Ibid
46
memperlakukan dan memberikan layanan prima kepada mahasiswa
dan lulusannya.
Standar 4. Sumber daya manusia (19,04)
Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu sumber daya
manusia, serta bagaimana seharusnya program studi sarjana
memperoleh dan mendayagunakan sumber daya manusia yang
bermutu tinggi serta memberikan layanan prima kepada sumber
daya manusianya untuk mewujudkan visi, melaksanakan dan
menyelenggarakan misi, dan mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Sumber daya manusia program studi sarjana adalah dosen dan
tenaga kependidikan yang mencakup pustakawan, laboran, teknisi,
dan tenaga kependidikan lainnya yang bertanggung jawab atas
pencapaian sasaran mutu keseluruhan program tridarma perguruan
tinggi.
Standar 5. Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik (4,77)
Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu sistem pembelajaran
di program studi sarjana.
Standar 6. Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi (19,08)
Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu sumber daya
pendukung penyelenggaraan proses akademik yang bermutu
mencakup pengadaan dan pengelolaan dana, sarana dan prasarana,
serta sistem informasi yang diperlukan untuk mewujudkan visi,
47
melaksanakan/menyelenggarakan misi, dan untuk mencapai tujuan
program studi sarjana.
Standar 7. Penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerja
sama (Bobot : 19,06)
Standar ini adalah acuan keunggulan mutu penelitian, pelayanan
pengabdian
kepada
masyarakat,
dan
kerjasama
yang
diselenggarakan untuk dan terkait dengan pengembangan mutu
program studi sarjana.
Terkait dengan penelitian ini, standar akreditasi akan menjadi salah
satu acuan dalam pembahasan hasil penelitian kepuasan pelanggan terhadap
kualitas pelayanan Fikom UMB.
Download