1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 99 PEKANBARU Aina Hayati1, H. Damanhuri Daud2,M. Jaya Adi Putra3 Abstract This research is motivated by the lack of student learning outcomes in science lesson with class average of 67.45 and a minimum value of mastery criteria (KKM) is 72. From 29 students, there are 7 students who achieved KKM and 22 students who did not reach it. To overcome these problems, one model of learning that can improve student learning outcomes in science lessons is the Learning Cycle teaching model where this is a student-centered learning model and constructivism that based on the view where knowledge is built on their own knowledge . The study is Classroom Action Research (CAR); this study aims to improve student learning outcomes in sains teaching class IV a SDN 99 Pekanbaru. This research shows that the Learning Cycle models can improve student learning outcomes. It can be seen from the average value increased learning outcomes. On the basis of the average score of student learning outcomes are 67.45 and 77.76 in the first cycle being increased by 15.29% and the average student learning outcomes in the second cycle is 79.83 and increase of 2.66%. In the third cycle, the average student learning outcomes is 88.62 and increase of 11.01%. Results of data analysis for student learning activities using Learning Cycle model of the first cycle activity Percentage of students’ first encounter was 67.50%, 70.00% at the second meeting and the third meeting of 72.50%. In the first meeting of the second cycle is 75.00%, and 80.00% for the second meeting. And at the first meeting in the third cycle is 87.50% and 95.00% for the second meeting. These research means that learning cycle model can improve sains outcomes of four grade students at SDN 99 Pekanbaru. Keyword : Learning Cycle, Sains Learning Outcomes I. PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman anak dengan pengembangan kompetensi-kompetensi agar siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Belajar IPA sangat erat hubungannya dengan mencari tahu bagaimana cara menyikapi rahasia tentang alam semesta. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan semua itu tidak terlepas dari peran tenaga pendidik dalam pembelajaran IPA. Agar proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan efisien tenaga pendidik hendaknya memiliki strategi belajar yang baik. 1. Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0905132568, e-mail [email protected] 2. Dosen pembimbing I, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail [email protected] 3. Dosen pembimbing II, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail [email protected] 2 Pendidikan IPA sebaiknya diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat agar siswa memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman konsep secara baik dan mendalam tentang alam sekitar, sehingga membangkitkan minat serta kecerdasan dan pemahaman tentang alam seisinya . Mata pelajaran IPA di SD perlu diberikan dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dalam mengembangkan rasa ingin tahu, pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA serta keterampilan proses untuk memecahkan masalah dalam menyelidiki alam sekitar yang bermanfaat serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai salah satu indikator tujuan pembelajaran IPA adalah hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA yang diharapkan setiap sekolah adalah hasil belajar yang mencapai ketuntasan belajar IPA siswa. Ketuntasan belajar tersebut dapat dilihat dari skor hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajran IPA. Siswa dikatakan tuntas apabila skor hasil belajar IPA siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru wali kelas IV SD Negeri 99 Pekanbaru, terdapat bahwa hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat pada hasil belajar siswa pada materi sebelumnya dimana rata-rata ulangan harian siswa yaitu 67,45. Dari 29 orang siswa terdapat 7 siswa yang tuntas dan 22 siswa yang tidak tuntas. Dengan demikian banyak siswa yang tidak mencapai KKM pada mata pelajaran IPA yaitu 72. Menghadapi hal ini, peneliti mengambil Model Pembelajaran Siklus Belajar. Menurut Djumhuriyah (Apryani, 2010:40) Learning Cycle merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa serta didasarkan pada pandangan konstruktivisme di mana pengetahuan dibangun dari pengetahuan siswa itu sendiri. Menurut Santoso (Sanjaya, 2011) Model Pembelajaran Siklus Belajar merupakan suatu pengoraganisasian yang memberikan kemudahan untuk penguasaan konsep-konsep baru dan untuk menata ulang pengetahuan siswa. Agung (Apryani, 2010:42) menyatakan adapun keunggulan dari model pembelajaran Learning Cycle ini adalah memudahkan siswa dalam penguasaan konsep baru dan menata ulang pengetahuan siswa, pembelajaran berpusat pada siswa, kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal, membentuk siswa yang aktif,kritis dan kreatif. Berdasarkan dari latar belakang maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah penerapan model pembelajaran Siklus Belajar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 99 Pekanbaru?”. untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 99 Pekanbaru melalui penerapan model pembelajaran Siklus Belajar. Hasil penelitian ini dapat memberikan perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar sehinggga tercapainya tujuan pendidikan nasional khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Manfaat bagi siswa dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajar IPA. Dapat membantu siswa untuk memiliki kemampuan menemukan konsep, menguji konsep dan menerapkan konsep dalam belajar IPA. Bagi guru dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Siklus Belajar. 3 Bagi sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas keberhasilan pengajaran di sekolah terutama pada pembelajaran IPA. Bagi peneliti yaitu dapat memperluas wawasan tentang pembelajaran Siklus Belajar, memberikan jalan pemecahan terbaik yang dapat meningkatkan pembelajaran IPA, dan sejumlah pengalaman terutama dalam mengadakan suatu penelitian. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 99 Sukajadi Pekanbaru, pada bulan Oktober hingga November 2012. Subjek Peneleitian ini adalah siswa kelas IVa Sekolah Dasar Negeri 99 Sukajadi Pekanbaru, dengan jumlah siswa 29 orang. Yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Desain Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research ). Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dari data siswa dan data guru, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yang pertama adalah observasi, penggunaan observasi bertujuan untuk menggambarkan keadaan ruang, peralatan, para pelaku dan juga aktifitas indikator yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini kegiatan yang akan diobservasi adalah kegiatan guru dan siswa. Teknik yang kedua adalah test, test adalah serentetan pertanyaan (latihan) serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis pilihan ganda sebanyak 20 butir soal pada UH I 20 butir soal pada UH II dan 20 butir pada UH III, ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan hasil belajar siswa. Teknik yang ketiga adalah dokumentasi, digunakan sebagai bukti dan pendukung dalam penelitian berupa arsip penilaian kegiatan dalam pembelajaran. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan model Siklus Belajar, penulis melakukan analisa data dengan menggunakan teknik analisis deskripitif, komponen yang dianalisa adalah: Sebelum dilakukan ulangan harian, butir-butir soal duji ke 60 siswa kelas V kemudian dianalisis dengan menggunakan software anates versi 4.1 pada komputer dengan melihat tingkat kesukaran, daya beda soal, validitas soal dan reliabilitas soal. Setelah dilakukan ulangan harian data dianalisis dengan melihat dari : 1. Hasil belajar siswa secara individu Analisis data tentang hasil belajar siswa secara individu atau yang biasa disebut kriteria ketuntasan minimum (KKM) digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa secara individu. Adapun KKM yang ditetapkan oleh SD Negeri 99 Pekanbaru adalah sebesar 72. Apabila siswa telah memperoleh nilai sebesar ≥ 72 maka siswa tersebut dinyatakan telah tuntas. Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil belajar adalah sebagai berikut: S R 100 N Purwanto (2006:112) 4 Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari) R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = skor maksimum dari tes tersebut Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Xi x Akdon (2005:38) n Keterangan: x Xi = rata-rata = jumlah tiap data n = jumlah siswa Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar digunakan analisis kuantitatif dengan rumus: P Posrate Baserate 100% baserate Aqib (2009:53) Keterangan: P = Persentase peningkatan Posrate = Nilai sesudah diberikan tindakan Baserate = Nilai sebelum tindakan 2. Ketuntasan Klasikal Menurut Depdikbud (Utomo, 2013:35) ketuntasan klasikal tercapai apabila didalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% dari seluruh siswa telah memperoleh nilai sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 72. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut: PK = ST × 100 % N Purwanto (Utomo, 2013:35) Keterangan: PK = Ketuntasan klasikal ST = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah seluruh siswa 3. Aktivitas guru dan siswa Analisis data tentang aktivitas guru dan siswa berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dengan melihat kesesuaian antara perencanaan dengan tindakan. Aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus: X 100% Tim Pustaka Yustisia (2007:367) 5 Keterangan: KN = Konversi nilai (aktivitas guru dan siswa) SD = Skor yang didapat SM = Skor maksimal III. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 99 Pekanbaru kelas IVa tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 15 Oktober sampai tanggal 11 November 2012 dengan menggunakan penerapan pembelajaran Siklus Belajar pada materi pokok sifat benda dan perubahan wujud benda, serta sifat bahan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan dengan satu kali ulangan harian, siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan satu kali ulangan harian dan siklus III dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan satu kali ulangan harian. Pada setiap pertemuan dibantu oleh observer untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar. Perencanaan Tindakan Siklus I Pada siklus I pertemuan pertama materi yang akan disajikan dalam pembelajaran adalah contoh benda padat dan sifatnya. Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebanyak tiga rangkap untuk 3 kali pertemuan. Lembar kerja siswa (LKS), lembar soal evaluasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Setiap pertemuan dipersiapkan waktu 70 menit. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama (Senin, 15 Oktober 2012) Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Oktober 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) dengan materi contoh benda padat dan sifatnya. Penyajian materi dilaksanakan oleh peneliti dikelas IVa dengan jumlah siswa 29 orang, (hadir semua). Pertemuan Kedua (Selasa, 16 Oktober 2012) Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 Oktober 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) dengan materi contoh benda cair dan sifatnya. Penyajian materi dilaksanakan oleh peneliti dikelas IVa dengan jumlah siswa 29 orang, (hadir semua). Pertemuan Ketiga (Senin,22 Oktober 2012) Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 0ktober 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit), dengan materi contoh benda gas dan sifatnya. Penyajian materi dilaksanakan oleh peneliti dikelas IVa dengan jumlah siswa 29 orang (hadir semua). Observasi Pengamatan aktivitas guru Pada pertemuan pertama ini masih banyak kekurangan baik itu dalam penyampaian materi, penguasaaan kelas, pengelolaan waktu, membimbing siswa dan dalam memberikan penguatan kepada siswa. Pengamatan aktivitas siswa Pada pertemuan pertama ini siswa belum aktif untuk menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan serta pada saat bekerja dalam kelompok siswa masih ada yang 6 belum bisa bekerja sama dan sibuk melakukan kegiatannya sendiri, dan dalam mempresentasikan hasil kelompok masih banyak siswa yang belum aktif. Refleksi Siklus I Pada siklus ini penguasaan kelas masih kurang sehingga kelas menjadi ribut, penguasaan materi juga dinilai masih kurang, dimana guru kurang menguasai materi pelajaran yang diajarkan, guru kurang memonitor dan kurang melakukan pendekatan kepada siswa selama dalam proses KBM, sehingga masih ada beberapa siswa yang tidak peduli terhadap kegiatan didalam kelas, kegiatan siswa didalam kelompok menjadi pasif, tidak mau bertanya dan lebih banyak diam. Perencanaan Tindakan Siklus II Pada siklus II pertemuan pertama materi yang akan disajikan dalam pembelajaran adalah perubahan wujud benda padat ke cair, cair ke padat, cair ke gas dan gas ke cair. Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebanyak dua rangkap untuk 2 kali pertemuan. Lembar kerja siswa (LKS), lembar soal evaluasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Setiap pertemuan dipersiapkan waktu 70 menit. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Kelima (Senin,29 Oktober 2012) Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit), dengan materi perubahan wujud benda padat ke cair, cair ke padat, cair ke gas dan gas ke cair. Penyajian materi dilaksanakan oleh peneliti dikelas IVa dengan jumlah siswa 29 orang (hadir semua). Pertemuan Keenam (Selasa,30 Oktober 2012) Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 30 Oktober 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit), dengan materi perubahan wujud benda padat ke gas. Penyajian materi dilaksanakan oleh peneliti dikelas IVa dengan jumlah siswa 29 orang (hadir semua). Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Pada pertemuan ini guru sudah bisa mengontrol siswa, dan mulai menguasai kelas dan ketepatan dalam penyampaian materi telah tergolong baik. Keadaan kelas lebih tenang dibandingkan siklus pertama. Pengamatan Aktivitas Siswa Pada siklus II ini proses pembelajaran sudah dapat dikatakan berlangsung dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dan mengerti dengan langkah-langkah model Siklus Belajar yang bertujuan untuk menemukan konsep, menguji konsep dan menerapkan konsep. Refleksi Siklus II Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Siklus Belajar siklus II guru telah melakukan berbagai tindakan berupa memotivasi siswa agar respon dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga dapat dilihat pada siklus II ini siswa lebih aktif dalam menjawab pertanyaan, siswa tidak ada lagi bertanya mengenai langkahlangkah kegiatan siswa, bersemangat saat berkelompok, saling kompak dan bekerjasama dalam kelompok, berbagi tugas serta percaya diri dan aktif dalam diskusi kelas. Aktivitas guru dan siswa sudah lebih meningkat dibanding siklus I, serta dalam segi ketuntasan klasikal sudah meningkat dari siklus sebelumnya. 7 Perencanaan Tindakan Siklus III Pada siklus III pertemuan keenam materi yang akan disajikan dalam pembelajaran adalah sifat bahan yang kuat, lentur, tembus cahaya serta kegunaannya. Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebanyak dua rangkap untuk 2 kali pertemuan. Lembar kerja siswa (LKS), lembar soal evaluasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Setiap pertemuan dipersiapkan waktu 70 menit. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pertemuan Kedelapan (Senin,5 November 2012) Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 November 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit), dengan materi sifat bahan yang kuat, lentur, tembus cahaya serta kegunaannya. Penyajian materi dilaksanakan oleh peneliti dikelas IVa dengan jumlah siswa 29 orang (hadir semua). Pertemuan Kesembilan (Selasa,6 November 2012) Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 November 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit), dengan materi sifat bahan yang kedap air dan tembus air serta kegunaannya. Penyajian materi dilaksanakan oleh peneliti dikelas IVa dengan jumlah siswa 29 orang (hadir semua). Pengamatan Aktivitas Guru Pada pertemuan ini guru sudah bisa mengontrol siswa, dan mulai menguasai kelas dan ketepatan dalam penyampaian materi telah tergolong baik. Keadaan kelas lebih tenang dibandingkan pertemuan pertama. Pengamatan Aktivitas Siswa Pada siklus II ini proses pembelajaran sudah dapat dikatakan berlangsung dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dan mengerti dengan langkah-langkah model learning cycle yang bertujuan mengubah suasana belajar menjadi meriah dan menyenangkan. Refleksi Siklus III Untuk siklus ketiga sudah meningkat dari siklus kedua. Guru sudah maksimal dalam setiap tahapan pembelajaran seperti memberikan motivasi kepada siswa dalam setiap tahap pembelajaran.. Siswa sudah aktif dalam setiap tahap pembelajaran seperti dalam kegiatan berkelompok. Hal ini dapat diperhatikan saat siswa aktif dalam melakukan kegiatan percobaan, aktif dalam menerapkan konsep serta mampu menguasi konsep dengan sangat baik. Aktivitas guru dan siswa sudah sangat maksimal dan dari segi ketuntasan klasikal siswa banyak mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Dari refleksi sisklus III ini peneliti tidak melakukan rencana untuk siklus selanjutnya karena hampir semua hasil belajar siswa sudah mencapai KKM. Analisis Hasil Penelitian Dari data yang didapat setelah melaksanakan ulangan harian (UH) I dan ulangan harian (UH) II dengan penerapan model pembelajaran Siklus Belajar didapat hasil bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dilihat dari perbandingan antara skor dasar ke ulangan harian (UH) I. Peningkatan hasil belajar siswa dari skor dasar ke ulangan harian I sampai ulangan harian III dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini : 8 Tabel 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Jumlah Siswa Skor dasar Nilai Rata-rata Siklus I Siklus II Siklus III Nilai Nilai Nilai Rata-rata UH I Rata-rata UH II Rata-rata UH III 29 siswa 67,45 Persentase Peningkatan 77,76 79,83 88,62 15,29% 2,66% 11,01% Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa adanya peningkatan dari hasil belajar siswa setelah diterapkannya model Siklus Belajar. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata skor dasar yaitu sebesar 67,45 meningkat di siklus I menjadi 77,76 sehingga telah terjadi peningkatan sebesar 15,29% dari skor dasar, pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 79,83. Telah terjadi peningkatan sebesar 2,66% dari siklus I ke siklus II, dan pada siklus III rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 88,62. Telah terjadi peningkatan sebesar 11,01% dari siklus II ke siklus III. Total peningkatan ratarata hasil belajar siswa sebesar 28,96%. Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Siklus Belajar dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Untuk melihat ketuntasan belajar siswa secara individu dan secara klasikal dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Setelah Tindakan Ketuntasan Individu Ketuntasan Klasikal Data Awal Siswa Jumlah Siswa UH I, II & yang Persentase siswa yang Kategori III tidak ketuntasan tuntas tuntas Data awal I II 29 7 19 21 22 10 8 24,13% 65,52% 72,41% Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas III 27 2 93,10% Tuntas Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa data awal yaitu jumlah siswa yang tuntas hanya 7 siswa (24,13%) dan yang tidak tuntas sebanyak 22 siswa (75,87%), dan meningkat pada siklus I ulangan harian I siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa (65,52%) dan yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa (34,48%). Sedangkan pada siklus II ulangan harian II yang tuntas sebanyak 22 siswa (72,41%) dan yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa (24,14%). Pada siklus III ulangan harian III yang tuntas sebanyak 27 siswa (93,10%) dan yang tidak tuntas sebnyak 2 siswa (6,90%). Jadi 9 ketuntasan belajar individu meningkat karena jumlah siswa yang mencapai ketuntasan semakin bertambah sampai pada siklus III ulangan harian III. Ketuntasan belajar siswa baik itu secara individu maupun secara klasikal telah tercapai. Siswa dikatakan tuntas jika setiap individu telah mencapai nilai ≥ 72. Peningkatan hasil belajar siswa disebabkan siswa sudah mengerti dan menguasai materi yang dipelajari dengan menggunakan model Siklus Belajar. sehingga ketuntasan klasikal tercapai apabila ≥ 85% dari seluruh siswa telah mencapai nilai 72, Maka kelas tersebut dapat dikatakan tuntas. Ketuntasan tersebut tidak terlepas dari guru dalam memberikan motivasi kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu juga dipengaruhi oleh keaktifan siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan observasi guru yang dilakukan pada siklus I, siklus II dan III dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.3 Selisih Aktivitas Guru Pada Siklus I-Siklus III Hasil Pengamatan Jumlah aktivitas yang dilakukan (JS) Skor maksimal (SM) Persentase ratarata aktivitas (NR) Kriteria Siklus I Pert Pert I II Siklus II Siklus III Pert III Pert I Pert II Pert I Pert II 29 30 32 34 35 37 38 40 40 40 40 40 40 40 72,50 % 75,00 % 80,00 % 85,00 % 87,50 % 92,50 % 95,00 % Baik Baik Amat baik Amat baik Amat baik Amat baik Amat baik Berdasarkan tabel 4.3 pada siklus I pertemuan I rata-rata aktivitas guru yaitu 72,50% dengan kategori baik. Pada pertemuan I ini guru telah melakukan dengan baik setiap tahapan pembelajaran namun masih ada beberapa kekurangan seperti kurang maksimalnya guru dalam membimbing siswa saat mengumpulkan data karena siswa cenderung ribut dan bertanya mengenai langkah-langkah kegiatan siswa, Pada pertemuan ke II rata-rata aktivitas guru yaitu 75,00% dengan kategori baik dan selisih sebesar 2,50% terhadap pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ke II ini guru telah membimbing siswa dengan baik saat mengumpulkan data. Pada siklus I pertemuan III rata-rata aktivitas guru sebesar 80,00% dengan kategori baik dan selisih sebesar 5,00% terhadap pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ke III ini guru terlihat mulai memotivasi siswa dengan baik, kemudian mendorong siswa agar aktif dalam diskusi kelas serta telah mampu menambah atau meluruskan konsep dari penyajian hasil diskusi kelompok. Pada siklus I ini mesti diadakan perbaikan untuk siklus sebelumnya yaitu dalam hal meningkatkan motivasi siswa agar siswa lebih aktif dan menimbulkan rasa percaya diri pada siswa agar siswa berani tampil dan memberi tanggapan atau saran dengan baik dalam diskusi kelas. Pada siklus II pertemuan I rata-rata aktivitas guru sebesar 85,00% dengan kategori baik dan selisih sebesar 5,00% terhadap pertemuan sebelumnya. 10 Meningkatnya akitivitas guru saat pertemuan ini dikarenakan guru telah sangat mendorong atau memotivasi siswa agar aktif dalam berkelompok dan aktif dalam diskusi kelas serta guru telah mampu meluruskan atau menambahkan konsep dari hasil percobaan siswa. Pada pertemuan ke II rata-rata aktivitas guru sebesar 87,50% dengan kategori baik dan selisih sebesar 2,50% terhadap pertemuan sebelumnya. Meningkatnya akitifitas guru pada pertemuan ke II ini dikarenakan guru mampu memberikan motivasi kepada siswa saat awal pembelajaran (tahap 1), guru memotivasi siswa dalam kegiatan berkelompok, kemudian memotivasi siswa agar aktif dalam diskusi kelas dan guru telah mempunyai kemampuan untuk meluruskan atau menambahkan konsep dari hasil percobaan siswa. Pada siklus II ini aktivitas guru telah berjalan dengan sangat baik dalam setiap tahap pembelajaran, seperti dalam hal membimbing dan memotivasi siswa dalam setiap tahap pembelajaran. Untuk pertemuan dan siklus selanjutnya perlu ditingkatkan. Kemudian disiklus III pertemuan I rata-rata aktivitas guru sebesar 92,50% dengan kategori sangat baik dan selisih sebesar 5,00% terhadap pertemuan sebelumnya. Meningkatnya aktivitas guru pada pertemuan I ini dikarenakan kegiatan guru sudah maksimal. Pada pertemuan ke II rata-rata aktivitas guru sebesar 95,00% dengan kategori sangat baik dan selisih sebesar 2,50% terhadap pertemuan sebelumnya. Meningkatnya aktivitas guru pada pertemuan ini dikarenakan aktivitas guru telah berjalan dengan sangat baik dan maksimal. Meningkatnya aktivitas guru pada siklus ke III ini karena guru telah melaksanakan langkah-langkah dalam RPP pada model pembelajaran Siklus Belajar dengan maksimal. Peningkatan hasil belajar siswa dan nilai perkembangan siswa tidak terlepas dari aktivitas siswa yang terlihat pada hasil observasi aktivitas siswa secara klasikal tabel 4.3 berikut : Tabel 4.4 Selisih Aktivitas Siswa Pada Siklus I –Siklus III Siklus I Hasil Pengamatan Siklus II Siklus III Pert I Pert II Pert III Pert I Pert II Pert I Pert II Jumlah aktivitas yang dilakukan (JS) Skor maksimal (SM) Persentase rata-rata aktivitas (NR) 27 28 29 30 32 35 38 40 67,50 % 40 70,00 % 40 72,50 % 40 75,00 % Kriteria Cukup Baik Baik Baik 40 80,00 % Amat baik 40 87,50 % Amat baik 40 95,00 % Amat baik Berdasarkan tabel 4.4 rata-rata persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama disiklus I rata-rata aktivitas siswa 67,50% dengan kategori cukup, pada pertemuan pertama siswa belum terbiasa mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa dengan berkelompok dan siswa masih banyak bertanya dalam mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa. Siswa juga belum berani untuk tampil menyajikan hasil diskusi kelompok kedepan kelas, guru mesti memanggil salah satu siswa untuk tampil didepan kelas bahkan ada beberapa siswa yang ditunjuk kedepan kelas menolak untuk menyajikan hasil diskusi kelompok mereka kedepan kelas. Saat 11 sesi tanya jawab banyak siswa yang diam dan tidak berani bertanya mengenai hal yang mereka kurang pahami. Hal ini dikarenakan siswa baru pertama kali melakukan pembelajaran dengan berkelompok dan diskusi. Pada pertemuan kedua rata-rata aktivitas siswa sebesar 70,00% dengan kategori baik. Dengan selisih sebesar 2,50% terhadap pertemuan sebelumnya.. dalam pertemuan kedua ini siswa sudah mulai melakukan percobaan sesuai langkah-langkah kegiatan siswa namun ada beberapa kelompok yang masih bertanya. Siswa masih belum berani untuk tampil menyajikan hasil diskusi kelompok kedepan kelas, namun saat guru memanggil salah satu siswa untuk tampil didepan kelas mereka segera tampil kedepan kelas menyajikan hasil diskusi kelompok mereka. Saat sesi tanya jawab banyak siswa yang tidak bertanya mengenai hal yang mereka kurang pahami. Pada pertemuan ketiga rata-rata aktivitas siswa sebesar 72,50% dengan kategori baik. Dengan selisih sebesar 2,50% terhadap pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ketiga ini siswa sudah melakukan percobaan sesuai dengan langkahlangkah kegiatan siswa namun ada beberapa siswa yang sibuk melakukan kegiatan lain. Siswa masih kurang dalam hal menyajikan hasil diskusi kelompok namun beberapa kelompok telah berni bertanya mengenai hal-hal yang belum mereka paahami. Pada pertemuan ke III ini siswa sudah mulai mengerti akan model yang digunakan. Siswa terlihat aktif dalam melakukan percobaan dan mengumpulkan data serta menyimak informasi yang disampaikan guru. Pada siklus ke II pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa 75,00% dengan kategori baik. Dengan selisih sebesar 2,50% terhadap pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan I ini aktivitas siswa mulai meningkat dari siklus I pertemuan sebelumnya. Siswa pada pertemuan pertama ini telah aktif dalam menjawab pertanyaan dari demonstrasi guru. Tidak hanya itu, siswa juga menyajikan laporan hasil diskusi kelompok dengan baik. Pada pertemuan kedua rata-rata aktivitas siswa sebesar 80,00% dengan kategori baik. Dengan selisih sebesar 5,00% terhadap pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ke II ini siswa terlihat aktif dalam menjawab pertanyaan dari demonstrasi guru, siswa terlihat aktif dalam melakukan percobaan, aktif dalam menyajikan hasil diskusi dan diskusi kelas serta aktif dalam bertanya untuk pendalam materi. Pada siklus ke III pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa sebesar 87,50% dengan kategori baik. Dengan selisih sebesar 7,50% terhadap pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ke II rata-rata aktivitas siswa sebesar 95,00% dengan kategori sangat baik. Dengan selisih sebesar 7,50% terhadap pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan pertama dan kedua siklus ke III ini aktivitas siswa sudah sangat maksimal, karna siswa sudah terbiasa menggunakan model Siklus Belajar dalam pembelajaran IPA. Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data tentang peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I, II dan III melalui penerapan model Siklus Belajar pada materi benda dan sifatnya dikelas IVa SD Negeri 99 Pekanbaru. Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I, siklus II dan siklus III terhadap skor dasar dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 12 Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa 20% 15,29% 15% 11,01% 10% 5% 2,66% 0% Peningkatan dari skor dasar Peningkatan dari UH I - II ke UH I Peningkatan dari UH II - III Dari grafik 4.1 terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan dimana dari rata-rata mata pelajaran IPA 67,45 setelah diberi tindakan rata-rata hasil belajar siswa siklus I menjadi 77,76 dengan peningkatan sebesar 15,29% terhadap skor dasar. Meningkatnya rata-rata hasil belajar siswa Siklus I terhadap skor dasar dikarenakan aktivitas guru pada siklus I tergolong baik. Pada siklus I guru telah membangkitkan motivasi dalam tiap tahapan pembelajaran dengan cukup baik, guru memotivasi siswa agar aktif untuk melakukan setiap tahapan pembelajaran seperti aktif merespon pertanyaan dari demonstrasi guru, aktif dalam kegiatan berkelompok, kelompok yang terbaik mendapat penghargaan berupa pujian, tepuk tangan dan kelompok tersebut dengan senang hati menampilkan yel-yel yang telah diajarkan guru sebelumnya. Selanjutnya bagi siswa yang berani tampil dalam diskusi kelas diberikan penghargaan berupa tepuk tangan. Dengan adanya motivasi pada tiap tahapan pembelajaran dan memberikan penghargaan kepada siswa, siswa yang semula tidak terbiasa dengan model yang digunakan terlihat sangat tertarik dengan model Siklus Belajar. Dengan adanya motivasi yang cukup baik dapat meningkatkan hasil belajar siswa siklus I terhadap skor dasar. Hal ini sejalan dengan Penelitian dari Gonzales R DLC (Setyawati, 2011:10) menunjukkan bahwa motivasi belajar berperan penting dalam proses pembelajaran. Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan belajar, jika ada motivasi belajar maka hasil belajar menjadi optimal. Semakin besar motivasi yang diberikan guru maka semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh. Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa diperoleh sebesar 79,83 dan mengalami peningkatan sebesar 2,66% terhadap Siklus I. Meningkatnya hasil belajar siswa dikarnakan guru telah merefleksi kegiatan guru dan siswa dari siklus sebelumnya. Kegiatan guru dalam pada siklus ini sudah lebih meningkat dibanding siklus sebelumnya hal ini dapat dilihat ketika guru mampu membangkitkan motivasi siswa pada tiap tahapan pembelajaran dengan baik. Kegiatan guru seperti membimbing siswa dalam mengumpulkan data, membimbing siswa dalam diskusi kelas menambah informasi atau meluruskan konsep pada siswa sudah berjalan dengan baik. Kegiatan siswa pada siklus II ini sudah meningkat dibanding siklus sebelumnya. Pada siklus ini siswa terlihat aktif dalam menjawab demonstrasi guru, aktif dalam melakukan percobaan dan aktif dalam menyajikan hasil diskusi kedepan kelas. Penerapan model pembelajaran Siklus Belajar sudah sesuai 13 dengan rencana pembelajaran, siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru tetapi ikut terlibat langsung secara aktif hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalsum, yakni Kalsum (2011:131) menyatakan bahwa model Siklus Belajar memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan keaktifan melalui percobaan atau praktikum yang melibatkan siswa secara langsung. Pada siklus II ini hanya terjadi sedikit peningkatan, hal ini disebabkan karena tingkat kompelksitas (kesukaran) materi tergolong tinggi. Pada siklus III rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh sebesar 88,62 dan mengalami peningkatan sebesar 11,01% terhadap Siklus II. Kenaikan ini disebabkan karena siswa mampu menerapkan konsep yang sudah didapat kedalam situasi yang berbeda dan siswa telah mampu menguasai konsep dengan baik sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini juga didukung dari proses pembelajaran yaitu keaktifan siswa dalam setiap tahapan pembelajaran sudah sangat baik, kemudian telah tertanam rasa percaya diri siswa serta kekompakan mereka dalam belajar berkelompok. Kemudian aktivitas guru pada setiap tahapan pembelajaran juga sudah terlihat sangat baik. Meningkatnya hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Siklus Belajar, karena proses pembelajaran sudah berpusat pada siswa yakni sesuai dengan keunggulan model pembelajaran Siklus Belajar yaitu pembelajaran menjadi berpusat pada siswa menurut Azizah (2012:53). Kemudian model ini telah membuat siswa lebih aktif dalam melakukan percobaan, diskusi kelas dan mudah memahami konsep sehingga hasil belajar siswa meningkat, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh fajaroh dan dasna dalam Setyawati (2011:8). Model ini juga memudahkan siswa dalam menguasai konsep melalui interaksi siswa dengan lingkungan dan kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar (Setyawati, 2011:8) menyatakan bahwa penerapan model Siklus Belajar yang dikembangkan telah mampu meningkatkan penguasaan konsep (materi pembelajaran) siswa. Dengan penguasaan konsep siswa terhadap materi maka akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan kelemahan yang peneliti temukan adalah model pembelajaran Siklus Belajar ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga banyak menyita waktu dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, maka hasil penelitian ini Alhamdulillah telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Siklus Belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVa SD Negeri 99 Pekanbaru. IV. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Siklus Belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVa SD Negeri 99 Pekanbaru. Hal ini terlihat dari : 14 1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari ratarata hasil belajar siswa yaitu dari skor dasar 67,45 meningkat menjadi 15,29% pada Ulangan Harian I. Pada ulangan harian II meningkat sebesar 2,66%. Pada Ulangan Harian III mengalami peningkatan sebesar 11,01%. 2. Persentase aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama adalah 72,50%, pada pertemuan kedua yaitu 75,00% dan pada pertemuan ketiga 80,00%. Pada siklus II pertemuan pertama adalah 85,00% dan pada pertemuan kedua 87,50%. Dan pada siklus ketiga pertemuan pertama adalah 92,50% kemudian pada pertemuan kedua terjadi rata-rata aktivitas guru yaitu 95,00%. Persentase aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama adalah 67,50% , pada pertemuan kedua 70,00% dan pada pertemuan ketiga 72,50%. Pada siklus ke II pertemuan pertama sebesar 75,00% dan pada pertemuan kedua sebesar 80,00% . Pada siklus III pertemuan pertama sebesar 87,50% dan pertemuan kedua sebesar 95,00%. Saran 1. Sebaiknya guru menerapkan pembelajaran Siklus Belajar dalam proses pembelajaran sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA untuk meningktakan hasil belajar siswa disekolah 2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran Siklus Belajar diharapkan pada pihak sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran. 3. Bagi yang ingin mengadakan penelitian dengan penerapan model pembelajaran Siklus Belajar agar sebelumnya mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Akdon dan Hadi. S. 2005. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi. Bandung: Dewa Ruchi Apriyani. 2010. Penerapan Model Learning Cycle “5e” dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMPN 2 SANDEN kelas VIII pada pokok bahasan Prisma dan Limas (Online). Tersedia:http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web &cd=2&cad=rja&ved=0CDkQFjAB&url=http%3A%2F%2Feprints.uny.ac. id%2F1405%2F1%2FSKRIPSI_APRIYANI.pdf&ei=pTb2UMq_N8brrQeg 3YCADw&usg=AFQjCNFgEX7j0nw-NZpjRyl8Mpoeis60pg&sig2=XjVU UzZDkq0qTeC3bjJLpw &bvm=bv.41018144,d.bmk.html (1 Februari 2013) Aqib,zainal.et al. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: Yrama Widya Azizah, Nurul. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5e terhadap Hasil Belajar Siswa pada Topik Cahaya di MTS Nu Trate Gresik (online). Tersedia: http://www.scribd.com/document_ downloads/ direct/118556503?extension=pdf&ft=1359816546&lt=1359820156&source =embed&uahk=JapZPhIEGgxW0XR5JuPHARtFyUo.html(1Februari 2013) 15 Kulsum, Ummi. dan Hindranto, N. 2011. Penerapan Model Learning Cycle Pada Sub Pokok Bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP (Online). Tesedia: http://www.google.com/url?sa= t&rct=j&q= http%3A%2F%2Fjournal.unnes.ac.id%20jurnal% 20pendidikan %20fisika%20indonesia%207%20%282011%29%3A%20128133&source= web&cd=1&cad=rja&ved=0CDEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.un nes.ac.id%2Fnju%2Findex.php%2FJPFI%2Farticle%2Fdownload%2F1085 %2F995&ei=2vcaUanfD8POrQfvh4DgAg&usg=AFQjCNFdUPujEMpOa0 vgeK7pYYbjxP0cqg&bvm=bv.42261806,d.bmk.html (1Februari 2013) Margo Utomo, Yoso. 2013. Penerapan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas Vc SD Negeri 169 Pekanbaru Tidak diterbitkan. Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Setyawati, D. 2011. Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Metode Talking Stick dalam Model Learning Cycle ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri 5 Surakarta (Online). Tersedia:http://biologi.fkip.uns.ac.id/ seminar-dan-skripsi/skripsi/skripsiiiii/skripsi-2012/.html (1 Februari 2013) Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia Yasin, Sanjaya. 2011. Pendekatan Siklus Belajar (online). Tersedia: http://www. sarjanaku.com/2011/04/pendekatan-siklus-belajar.html (10 Februari 2013)