1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 12 PEKANBARU Oleh Dedi Sastra1,Jesi Alexander Alim2,M. Jaya Adi Putra 3 Abstract Classroom Action Research with aim to increase mathematics learning outcome by applying Cooperative Learning model STAD type tostudents on the class V SD Negeri 12Pekanbaru. This research was conducted from March 18th2013 until April 1st 2013. The subject of this research are the students on the class V SD Negeri 12 Pekanbaru with amount 32 people, consist of 13 male students and 19 female students. Data collecting instruments at this research are learning outcome student test, observation sheets of teacher and observation sheets of students. Based on this research obtained complete learning individual in cycle I was 25 people with classical complete 78%, while in cycle II was 27 people with classical complete 84%. Teacher’s activities in cycle I with percentage was 63% (Good), while in cycle II with percentage was 94% (Very Good). Student’s activities in cycle I with percentage was 65% (Good), while in cycle II the percentage was 92% (Very Good). Appreciation of group in cycle I there are 1 good group, 2 great groups, and 5 super groups. In cycle II there are 1 good group, 3 great groups, and 4 super groups. It can be concluded that applying the Cooperative Learning model STAD type can increase the mathematics learning outcome of the students in the class V SD Negeri 12Pekanbaru. Key Words: Cooperative Learning Model STAD Type, study of mathematic in elementary school, students learning outcome I. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sampai batas tertentu matematika hendaknya dapat dikuasai oleh segenap warga negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa untuk menerapkan matematika dalam berbagai keperluan. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga diperguruan tinggi. Dalam kurikulum KTSP, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi PGSD, [email protected] 3 Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi PGSD 2 2 masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matamatika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas dalam Mahmuda, 2006: 1). Berdasarkan pengalaman penulis di SD Negeri 12 Pekanbaru, bahwa hasil belajar matematika siswa masih tergolong rendah. Banyak diantara siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru Kompetensi Jumlah RataKetuntasan KKM Ketuntasan Dasar Siswa rata Klasikal Mengidentifikasi 32 16 Orang Tidak sifat-sifat bangun 70 66 Orang 50% Tuntas datar Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah. Berdasarkan hasil pengajaran penulis selama mengajar di kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru, kurang berhasilnya siswa dalam pelajaran matematika disebabkan guru selama ini melaksanakan pembelajaran sebagai berikut: (1) guru belum terampil dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada materi yang akan diajarkan, (2) metode pembelajaran yang dipakai guru selalu berkombinasi antara ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas, (3) guru kurang bisa memotivasi siswa, (4) pembelajaran masih terpusat pada guru. Di samping itu, siswa juga terlihat tidak aktif karena hanya diam tanpa ada melakukan aktivitas untuk membangun pengetahuannya sendiri. Ketika menyampaikan materi pelajaran hanya sebagian siswa yang betul-betul memperhatikan penjelasan yang disampaikan, meskipun telah menegur agar semua siswa memperhatikan penjelasan namun kejadian itu tetap berulang. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa hanya menghabiskan waktu dengan mendengar dan mencatat apa yang disampaikan. Dari sejumlah siswa yang ada di kelas, sedikit sekali siswa yang mau menanyakan materi pelajaran yang belum dimengerti. Selanjutnya ketika guru menyuruh siswa menyelesaikan soal latihan yang mirip dengan contoh yang diberikan, ternyata masih banyak siswa yang tidak bisa menyelesaikan soal tersebut dan hanya menunggu jawaban dari temannya yang lain. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis melakukan perbaikan agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Salah satu cara yang ditempuh oleh penulis adalah dengan cara memilih salah satu model pembelajaran yang bervariasi/inovatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). 3 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Kegiatan Guru Fase-1 Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. memotivasi siswa balajar. Fase-2 Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan Menyajikan informasi. demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3 Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya Mengorganisasikan siswa ke membentuk kelompok belajar dan membantu dalam kelompok kooperatif. setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase-4 Membimbing kelompok-kelompok belajar pada Membimbing kelompok saat mereka mengerjakan tugas. bekerja dan belajar. Fase-5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang Evaluasi. telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Fase-6 Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya Memberikan penghargaan. maupun hasil belajar individu dan kelompok. Fase Dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru? Penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Manfaat penelitian ini adalah bagi siswa, dapat menciptakan norma teman sebaya dalam belajar kelompok dan dalam belajar dapat menumbuhkan sifat kepemimpinan serta tanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun kelompok. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Baggi guru, dapat dijadikan suatu masukan tentang salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Dan bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD serta dapat menjadi landasan berpijak dalam menindaklanjuti penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru berjumlah 32 orang yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Bentuk penelitian yang peneliti laksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan tindakan kelas (PTK) berasal dari kata penelitian, tindakan, dan kelas yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara 4 bersama. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang peneliti gunakan dapat dilihat pada skema berikut: Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan . ? Instrumen Penelitian dalam penelitian ini antara lain : (1) Perangkat pembelajaran, perangkat pembelajaran yang peneliti gunakan pada penelitian ini terdiri dari: Silabus, Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), (2) Instrumen pengumpulan data, alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar pengamatan terstruktur dan tes hasil belajar. Lembar pengamatan terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran, ditujukan untuk mengamati aspek yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika siswa. Teknik pengumpulan data terdiri dari teknik tes, digunakan untuk melihat hasil belajar siswa pada tiap siklus yang telah direncanakan, yang mana tes ini dilaksanakan setelah diadakan beberapa kali pertemuan. Dan teknik observasi (pengamatan), lembar pengamatan yang telah disediakan diisi oleh pengamat berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk setiap kali pertemuan Teknik analisis data terdiri dari : 1. Analisis Aktifitas Guru dan Siswa Aktifitas guru dan siswa yang diamati meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: NR = JS x 100% SM (KTSP dalam Syahrilfuddin, 2011: 114) Keterangan: NR = persentase rata-rata aktifitas JS = jumlah skor aktifitas yang dilakukan SM = skor maksimum yang didapat dari aktifitas 5 Interval Kategori Aktivitas Guru dan Siswa % Interval Kategori 81 – 100 Amat Baik 61 – 80 Baik 51 – 60 Cukup Kurang dari 50 Kurang (KTSP dalam Syarilfuddin, 2011: 114) 2. Hasil Belajar Hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: SP x 100 SM Keterangan: HB = hasil belajar SP = skor yang diperoleh SM = skor maksimum HB = (Purwanto, 2006: 112) 3. Mean (rata-rata) Rata-rata siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: M X N Keterangan: M = mean (nilai rata-rata) X = jumlah nilai N = jumlah siswa (Sudjana, 2009: 125) 4. Peningkatan Hasil Belajar Peningkatan hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Posrate Baserate x 100% Baserate Keterangan: P = persentase peningkatan Posrate = nilai sesudah tindakan Baserate = nilai sebelum tindakan P (Aqib, 2008: 53) 5. Ketuntasan Klasikal Ketuntasan klasikal tercapai apabila 75% dari seluruh siswa telah mencapai KKM yaitu 70, maka kelas itu dikatakan tuntas (Depdikbud dalam Trianto, 2010: 241). Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus berikut: 6 JST KK x 100% JS Keterangan: KK = persentase ketuntasan klasikal JST = jumlah siswa yang tuntas JS = jumlah siswa keseluruhan (Rezeki dalam Mahmuda, 2010 :31) III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Awal Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru membuka pelajaran dengan meminta siswa merapikan tempat duduk, menyiapkan, berdoa, mengucapkan salam, dan menanyakan kehadiran siswa. Selanjutnya guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan-pertanyaan. Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu mengidentifikasi sifat-sifat dan menggambar bangun datar persegi, persegi panjang, dan segitiga. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa. Kegiatan Inti a. Menyampaikan informasi Setelah pemberian motivasi selesai, kemudian dilanjutkan dengan guru menyampaikan informasi tentang materi pelajaran yang akan dipelajari. b. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Kemudian guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Setelah siswa duduk pada kelompoknya, guru memberikan LKS (lembar kerja siswa) pada setiap kelompok-kelompok belajar, setiap kelompok diminta untuk mengerjakan LKS yang diberikan. 7 c. Membimbing kelompok bekerja dan belajar Selama pengerjaan LKS berlangsung, guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan LKS, agar setiap kelompok bekerja sesuai dengan petunjuk yang ada pada LKS. Setelah selesai mengerjakan LKS, kemudian guru meminta beberapa perwakilan kelompok membacakan hasil kerjanya, sedangkan kelompok yang lain mendengarkan persentasi hasil kerja temannya dan menanggapi hasil yang disampaikan. d. Evaluasi Setelah selesai mengerjakan LKS, kemudian guru mengadakan evaluasi dengan bertanya kepada siswa tentang materi yang telah pelajari. e. Memberikan penghargaan Setelah selesai mengadakan evaluasi, kemudian guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan memberikan pujian kepada siswa yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan guru dan bertepuk tangan bersama-sama. Kegiatan Penutup Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberi tindak lanjur agar siswa bisa mempelajari di rumah untuk materi selanjutnya dan agar siswa bisa lebih memahami materi yang dipelajari dengan memperbanyak belajar di rumah dan jika belum paham bisa bertanya kepada yang sudah memahami. Analisis Hasil Tindakan Aktivitas Guru dan Siswa a. Aktivitas Guru Aktivitas tindakan pada pertemuan ini sudah mulai mengalami peningkatan, namun masih ada beberapa kekurangan. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran dihiting berdasarkan lembar observasi aktivitas guru (lampiran-G) dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 8 Aktivitas Guru pada Siklus I dan Siklus II Skor Siklus I Siklus II Pertemuan Pertemuan 1 2 1 2 14 16 22 23 2,3 2,7 3,7 3,8 58% 67% 92% 96% Amat Amat Cukup Baik Baik Baik 63% 94% Baik Amat Baik Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa aktivitas guru setiap pertemuan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Peningkatan Aktivitas Guru 150% 92% 100% 58% 96% 67% PERT I PERT II 50% PERT III PERT IV 0% PERT I PERT II PERT III PERT IV Berdasarkan grafik di atas, persentase aktivitas guru pada pertemuan pertama adalah 58% meningkat 9% menjadi 67% pada pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga meningkat sebanyak 25% menjadi 92%. Pada pertemuan keempat meningkat sebanyak 4% menjadi 96%. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap pertemuan aktivitas guru mengalami peningkatan. Rata-rata persentase aktivitas guru pada siklus I adalah 63%, meningkat sebanyak 31% menjadi 94% rata-rata persentase pada siklus II. b. Aktivitas Siswa Aktivitas tindakan siswa pada pertemuan ini masih ada beberapa orang siswa yang tidak serius, hanya sebagian kelompok yang terlihat aktif. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dihitung berdasarkan lember observasi aktivitas siswa (lampiran-H) dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 9 Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II Skor Siklus I Siklus II Pertemuan Pertemuan 1 2 1 2 13 18 21 23 2,2 3,0 3,5 3,8 54% 75% 88% 96% Amat Amat Cukup Baik Baik Baik 65% 92% Baik Amat Baik Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa setiap pertemuan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Peningkatan Aktivitas Siswa 150% 100% 75% 88% 96% PERT I PERT II 54% 50% PERT III PERT IV 0% PERT I PERT II PERT III PERT IV Berdasarkan grafik di atas, persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama adalah 54% meningkat 21% menjadi 75% pada pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga meningkat sebanyak 13% menjadi 88%. Pada pertemuan keempat meningkat sebanyak 8% menjadi 96%. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap pertemuan aktivitas siswa mengalami peningkatan. Rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 65%, meningkat sebanyak 27% menjadi 92% rata-rata persentase pada siklus II. Hasil Belajar Siswa a. Ketuntasan Klasikal Berdasarkan hasil belajar siswa dari ulangan harian I dan ulangan harian II, setelah penerapan model kooperatif tipe STAD, dapat dilihat ketuntasan belajar secara klasikal pada tabel di bawah ini: Ketuntasan Belajar Klasikal dan rata-rata hasil belajar Siswa Siswa Siswa Siswa Persentase Ketuntasan Siklus Tidak Hadir Tuntas Ketuntasan Klasikal Tuntas Skor 32 16 16 50% TT Dasar UH I 32 25 7 78% T UH II 32 27 5 84% T 10 Pada tabel di atas dapat dilihat persentase ketuntasan belajar klasikal setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan setiap siklus, yaitu pada ulangan harian siklus I adalah 78%, pada ulangan harian II adalah 84%. Pada ulangan harian siklus I, siswa yang tuntas sebanyak 25 orang dan siswa yang tidak tuntas 7 orang dari 32 orang siswa. Sedangkan pada ulangan harian siklus II, siswa yang tuntas sebanyak 27 orang dan siswa yang tidak tuntas 5 orang dari 32 orang siswa. Selain dapat dilihat pada tabel di atas, peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa juga dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini: Peningkatan Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa dari Skor Dasar, Siklus I dan Siklus II 100 8400% 7800% 80 40 20 Skor Dasar 5000% 60 16 25 27 16 UH I 7 5 UH II 0 Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas Persentase Ketuntasan Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajarann kooperatif tipe STAD per siklus. Pada ulangan harian I siswa yang tuntas 25 orang, dan pada ulangan harian II siswa yang tuntas 27 orang. Sedangkan siswa yang tidak tuntas pada ulangan harian siklus I sebanyak 7 orang, dan pada ulangan harian siklus II sebanyak 5 orang. Secara umum, persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 78%, meningkat menjadi 84% pada ulangan harian siklus II. Adapun peningkatan hasil belajar siswa dari skor dasar ke ulangan harian siklus I dan ulanagan harian siklus II, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: SIKLUS SKOR DASAR Peningkatan Hasil Belajar RATA-RATA NILAI 66 UH I 81 UH II 89 PENINGKATAN 15 8 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peningkatan hasil belajar siswa dari skor dasar ke ulangan harian siklus I meningkat 15 poin, dan dari ulangan harian siklus I ke ulangan harian siklus II meningkat 8 poin. 11 Peningkatan Hasil Belajar 100% 50% 78% 84% Skor Dasar 50% UH I UH II 0% Skor Dasar UH I UH II PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas guru. Hal ini dapat dilihat dari awal penelitian yaitu pada siklus I persentase rata-rata aktivitas guru mencapai 63% dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II persentase rata-rata aktivitas guru mencapai 94% dengan kategori amat baik. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dngan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD selain dapat meningkatkan aktivitas guru, juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari awal penelitian yaitu pada siklus I persentase rata-rata aktivitas siswa mencapai 65% dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II persentase rata-rata aktivitas siswa mencapai 92% dengan kategori amat baik. Berdasarkan hasil belajar siswa yang dilakukan dalam penelitian dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, bahwa ketuntasan individu siswa dan ketuntasan klasikal siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada siklus I dengan rata-rata 81, sedangkan pada siklus II derngan rata-rata 89. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 78%, sedangkan pada sikluis II yaitu 84%. Dengan demikian, berarti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru, hal ini dapat dibuktikan dengan: 1). Peningkatan terjadi pada aktivitas kegiatan guru dan siswa ditiap siklus. Siklus I yaitu aktivitas guru dengan rata-rata 63% dengan kategori baik, meningkat pada siklus II sebesar 31% menjadi 94% dengan kategori amat baik. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I yaitu 65% dengan kategori baik, meningkat 27% menjadi 92% dengan kategori amat baik, 2). Peningkatan hasil belajar terlihat pada nilai rata-rata skor dasar yaitu 66 meningkat 15 poin menjadi 81 pada UH I siklus I. Sedangkan pada UH II siklus II nilai rata-rata siswa meningkat 8 poin dari UH I menjadi 89, 3). Ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan dari data awal 50% meningkat sebesar 28% menjadi 78% pada siklus I, selanjutnya meningkat lagi sebesar 6% menjadi 84% pada siklus II. Berdasarkan simpulan dalam penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan beberapa saran yaitu: 1). Bagi guru, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan alternatif dalam memperbaiki 12 kualitas pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika, 2). Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu bahan diskusi dalam rangka memberi masukan pada guru yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran khususnya matematika, 3). Diharapkan kepada guru yang ingin menerapkan pendekatan ini untuk dapat memperhatikan kekurangan dan kelemahan dalam proses kegiatan pembelajaran, dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini dapat teratasi. V. UCAPAN TERIMAKASIH Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan serta sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan hati yang tulus ikhlas, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. H. M. Nur Mustafa, M.Pd selaku dekan FKIP; 2. Zulirfan, S.Si., M.Si selaku pembantu dekan I; 3. Drs. H. Lazim. N, M.Pd selaku ketua program studi PGSD; 4. Drs. H. Damanhuri Daud, S.Pd selaku koordinator seminar; 5. Jesi Alexander Alim, S.Pd., M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan M. Jaya Adiputra, S.Si., M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini; 6. Keluarga dan kerabat yang telah memberikan dukungan moril dan materil. DAFTAR PUSTAKA Aqib. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Gimin. 2008. Model-model Pembelajaran. Pekanbaru: Cendikia Insani. Hidayat. 2006. Titian Mahir Matematika. Jakarta: Visindo Media Persada. Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa-Universitas Press. Mahmuda. 2010. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIa MTsN Kuntu Kabupaten Kampar. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Islam Riau Pekanbaru. Tidak diterbitkan. Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Nashar. 2004. Peranan Motivasi & Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press. Purwanto. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Slavin. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sudjana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Tarsito. Sumanto. 2008. Gemar Matematika. Jakarta: PT. Intan Pariwara. Syahrilfuddin. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru: Cendikia Insani. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.