1 penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

advertisement
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
SD NEGERI 12 PEKANBARU
Oleh
Dedi Sastra1,Jesi Alexander Alim2,M. Jaya Adi Putra 3
Abstract
Classroom Action Research with aim to increase mathematics learning outcome by applying
Cooperative Learning model STAD type tostudents on the class V SD Negeri 12Pekanbaru. This
research was conducted from March 18th2013 until April 1st 2013. The subject of this research
are the students on the class V SD Negeri 12 Pekanbaru with amount 32 people, consist of 13 male
students and 19 female students. Data collecting instruments at this research are learning outcome
student test, observation sheets of teacher and observation sheets of students. Based on this
research obtained complete learning individual in cycle I was 25 people with classical complete
78%, while in cycle II was 27 people with classical complete 84%. Teacher’s activities in cycle I
with percentage was 63% (Good), while in cycle II with percentage was 94% (Very Good).
Student’s activities in cycle I with percentage was 65% (Good), while in cycle II the percentage
was 92% (Very Good). Appreciation of group in cycle I there are 1 good group, 2 great groups,
and 5 super groups. In cycle II there are 1 good group, 3 great groups, and 4 super groups. It can
be concluded that applying the Cooperative Learning model STAD type can increase the
mathematics learning outcome of the students in the class V SD Negeri 12Pekanbaru.
Key Words: Cooperative Learning Model STAD Type, study of mathematic in elementary school,
students learning outcome
I. PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan
penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sampai batas
tertentu matematika hendaknya dapat dikuasai oleh segenap warga negara
Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa untuk
menerapkan matematika dalam berbagai keperluan. Matematika merupakan
bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan
juga diperguruan tinggi. Dalam kurikulum KTSP, mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
1
Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi PGSD, [email protected]
3
Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi PGSD
2
2
masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matamatika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(Depdiknas dalam Mahmuda, 2006: 1).
Berdasarkan pengalaman penulis di SD Negeri 12 Pekanbaru, bahwa hasil
belajar matematika siswa masih tergolong rendah. Banyak diantara siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dapat dilihat dari hasil
ulangan harian siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru.
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru
Kompetensi
Jumlah
RataKetuntasan
KKM
Ketuntasan
Dasar
Siswa
rata
Klasikal
Mengidentifikasi
32
16 Orang
Tidak
sifat-sifat bangun
70
66
Orang
50%
Tuntas
datar
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih sangat
rendah. Berdasarkan hasil pengajaran penulis selama mengajar di kelas V SD
Negeri 12 Pekanbaru, kurang berhasilnya siswa dalam pelajaran matematika
disebabkan guru selama ini melaksanakan pembelajaran sebagai berikut: (1) guru
belum terampil dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan
pada materi yang akan diajarkan, (2) metode pembelajaran yang dipakai guru
selalu berkombinasi antara ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas, (3) guru
kurang bisa memotivasi siswa, (4) pembelajaran masih terpusat pada guru. Di
samping itu, siswa juga terlihat tidak aktif karena hanya diam tanpa ada
melakukan aktivitas untuk membangun pengetahuannya sendiri. Ketika
menyampaikan materi pelajaran hanya sebagian siswa yang betul-betul
memperhatikan penjelasan yang disampaikan, meskipun telah menegur agar
semua siswa memperhatikan penjelasan namun kejadian itu tetap berulang. Pada
saat pembelajaran berlangsung siswa hanya menghabiskan waktu dengan
mendengar dan mencatat apa yang disampaikan. Dari sejumlah siswa yang ada di
kelas, sedikit sekali siswa yang mau menanyakan materi pelajaran yang belum
dimengerti. Selanjutnya ketika guru menyuruh siswa menyelesaikan soal latihan
yang mirip dengan contoh yang diberikan, ternyata masih banyak siswa yang
tidak bisa menyelesaikan soal tersebut dan hanya menunggu jawaban dari
temannya yang lain.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis melakukan perbaikan agar
hasil belajar siswa dapat meningkat. Salah satu cara yang ditempuh oleh penulis
adalah dengan cara memilih salah satu model pembelajaran yang
bervariasi/inovatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD).
3
Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif
Kegiatan Guru
Fase-1
Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa.
memotivasi siswa balajar.
Fase-2
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
Menyajikan informasi.
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa ke membentuk kelompok belajar dan membantu
dalam kelompok kooperatif. setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok
saat mereka mengerjakan tugas.
bekerja dan belajar.
Fase-5
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi.
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
Memberikan penghargaan.
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Fase
Dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru? Penelitian ini juga bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Manfaat penelitian
ini adalah bagi siswa, dapat menciptakan norma teman sebaya dalam belajar
kelompok dan
dalam belajar dapat menumbuhkan sifat kepemimpinan serta
tanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun kelompok. Sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika. Baggi guru, dapat dijadikan suatu
masukan tentang salah satu pendekatan dalam
pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Bagi sekolah, sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan sekolah. Dan bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti tentang pembelajaran kooperatif
tipe STAD serta dapat menjadi landasan berpijak dalam menindaklanjuti
penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru pada
semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sebagai subjek penelitian adalah
siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru berjumlah 32 orang yang terdiri dari 13
orang laki-laki dan 19 orang perempuan.
Bentuk penelitian yang peneliti laksanakan adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Kegiatan tindakan kelas (PTK) berasal dari kata penelitian, tindakan,
dan kelas yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
4
bersama. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang peneliti gunakan dapat dilihat
pada skema berikut:
Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
.
?
Instrumen Penelitian dalam penelitian ini antara lain : (1) Perangkat
pembelajaran, perangkat pembelajaran yang peneliti gunakan pada penelitian ini
terdiri dari: Silabus, Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan
Siswa (LKS), (2) Instrumen pengumpulan data, alat pengumpulan data pada
penelitian ini adalah lembar pengamatan terstruktur dan tes hasil belajar. Lembar
pengamatan terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran, ditujukan untuk mengamati aspek
yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tes
hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar
matematika siswa.
Teknik pengumpulan data terdiri dari teknik tes, digunakan untuk melihat
hasil belajar siswa pada tiap siklus yang telah direncanakan, yang mana tes ini
dilaksanakan setelah diadakan beberapa kali pertemuan. Dan teknik observasi
(pengamatan), lembar pengamatan yang telah disediakan diisi oleh pengamat
berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung untuk setiap kali pertemuan
Teknik analisis data terdiri dari :
1. Analisis Aktifitas Guru dan Siswa
Aktifitas guru dan siswa yang diamati meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NR =
JS
x 100%
SM
(KTSP dalam Syahrilfuddin, 2011: 114)
Keterangan:
NR = persentase rata-rata aktifitas
JS = jumlah skor aktifitas yang dilakukan
SM = skor maksimum yang didapat dari aktifitas
5
Interval Kategori Aktivitas Guru dan Siswa
% Interval
Kategori
81 – 100
Amat Baik
61 – 80
Baik
51 – 60
Cukup
Kurang dari 50
Kurang
(KTSP dalam Syarilfuddin, 2011: 114)
2. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
SP
x 100
SM
Keterangan:
HB = hasil belajar
SP = skor yang diperoleh
SM = skor maksimum
HB =
(Purwanto, 2006: 112)
3. Mean (rata-rata)
Rata-rata siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
M
X
N
Keterangan:
M = mean (nilai rata-rata)
X = jumlah nilai
N = jumlah siswa
(Sudjana, 2009: 125)
4. Peningkatan Hasil Belajar
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Posrate Baserate
x 100%
Baserate
Keterangan:
P
= persentase peningkatan
Posrate = nilai sesudah tindakan
Baserate = nilai sebelum tindakan
P
(Aqib, 2008: 53)
5. Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal tercapai apabila 75% dari seluruh siswa telah mencapai
KKM yaitu 70, maka kelas itu dikatakan tuntas (Depdikbud dalam Trianto, 2010:
241). Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
6
JST
KK
x 100%
JS
Keterangan:
KK = persentase ketuntasan klasikal
JST = jumlah siswa yang tuntas
JS = jumlah siswa keseluruhan
(Rezeki dalam Mahmuda, 2010 :31)
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru membuka pelajaran dengan meminta
siswa merapikan tempat duduk, menyiapkan,
berdoa, mengucapkan salam, dan menanyakan
kehadiran siswa. Selanjutnya guru memberikan
apersepsi
berupa
pertanyaan-pertanyaan.
Selanjutnya
guru
menyampaikan
materi
pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu
mengidentifikasi sifat-sifat dan menggambar
bangun datar persegi, persegi panjang, dan
segitiga. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa.
Kegiatan Inti
a. Menyampaikan informasi
Setelah pemberian motivasi selesai, kemudian
dilanjutkan dengan guru menyampaikan
informasi tentang materi pelajaran yang akan
dipelajari.
b. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
Kemudian guru mengorganisasikan siswa
kedalam
kelompok-kelompok
belajar
berdasarkan model pembelajaran kooperatif
tipe
STAD. Setelah siswa duduk pada
kelompoknya, guru memberikan LKS (lembar
kerja siswa) pada setiap kelompok-kelompok
belajar, setiap kelompok diminta untuk
mengerjakan LKS yang diberikan.
7
c. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Selama pengerjaan LKS berlangsung, guru membimbing setiap kelompok dalam
mengerjakan LKS, agar setiap kelompok bekerja
sesuai dengan petunjuk yang ada pada LKS.
Setelah selesai mengerjakan LKS, kemudian
guru meminta beberapa perwakilan kelompok
membacakan
hasil
kerjanya,
sedangkan
kelompok yang lain mendengarkan persentasi
hasil kerja temannya dan menanggapi hasil yang
disampaikan.
d. Evaluasi
Setelah selesai mengerjakan LKS, kemudian
guru mengadakan evaluasi dengan bertanya
kepada siswa tentang materi yang telah
pelajari.
e. Memberikan penghargaan
Setelah selesai mengadakan evaluasi, kemudian guru memberikan penghargaan
kepada siswa dengan memberikan pujian kepada siswa yang dapat menjawab
dengan benar pertanyaan yang diberikan guru dan bertepuk tangan bersama-sama.
Kegiatan Penutup
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberi tindak lanjur agar siswa
bisa mempelajari di rumah untuk materi selanjutnya dan agar siswa bisa lebih
memahami materi yang dipelajari dengan memperbanyak belajar di rumah dan
jika belum paham bisa bertanya kepada yang sudah memahami.
Analisis Hasil Tindakan
Aktivitas Guru dan Siswa
a. Aktivitas Guru
Aktivitas tindakan pada pertemuan ini sudah mulai mengalami
peningkatan, namun masih ada beberapa kekurangan. Aktivitas guru dalam proses
pembelajaran dihiting berdasarkan lembar observasi aktivitas guru (lampiran-G)
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
8
Aktivitas Guru pada Siklus I dan Siklus II
Skor
Siklus I
Siklus II
Pertemuan
Pertemuan
1
2
1
2
14
16
22
23
2,3
2,7
3,7
3,8
58%
67%
92%
96%
Amat
Amat
Cukup
Baik
Baik
Baik
63%
94%
Baik
Amat Baik
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa aktivitas guru setiap pertemuan
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:
Peningkatan Aktivitas Guru
150%
92%
100%
58%
96%
67%
PERT I
PERT II
50%
PERT III
PERT IV
0%
PERT I
PERT II
PERT III
PERT IV
Berdasarkan grafik di atas, persentase aktivitas guru pada pertemuan
pertama adalah 58% meningkat 9% menjadi 67% pada pertemuan kedua. Pada
pertemuan ketiga meningkat sebanyak 25% menjadi 92%. Pada pertemuan
keempat meningkat sebanyak 4% menjadi 96%. Hal ini menunjukkan bahwa pada
setiap pertemuan aktivitas guru mengalami peningkatan. Rata-rata persentase
aktivitas guru pada siklus I adalah 63%, meningkat sebanyak 31% menjadi 94%
rata-rata persentase pada siklus II.
b. Aktivitas Siswa
Aktivitas tindakan siswa pada pertemuan ini masih ada beberapa orang
siswa yang tidak serius, hanya sebagian kelompok yang terlihat aktif. Aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran dihitung berdasarkan lember observasi aktivitas
siswa (lampiran-H) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
9
Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Skor
Siklus I
Siklus II
Pertemuan
Pertemuan
1
2
1
2
13
18
21
23
2,2
3,0
3,5
3,8
54%
75%
88%
96%
Amat
Amat
Cukup
Baik
Baik
Baik
65%
92%
Baik
Amat Baik
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa setiap pertemuan
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:
Peningkatan Aktivitas Siswa
150%
100%
75%
88%
96%
PERT I
PERT II
54%
50%
PERT III
PERT IV
0%
PERT I
PERT II
PERT III
PERT IV
Berdasarkan grafik di atas, persentase aktivitas siswa pada pertemuan
pertama adalah 54% meningkat 21% menjadi 75% pada pertemuan kedua. Pada
pertemuan ketiga meningkat sebanyak 13% menjadi 88%. Pada pertemuan
keempat meningkat sebanyak 8% menjadi 96%. Hal ini menunjukkan bahwa pada
setiap pertemuan aktivitas siswa mengalami peningkatan. Rata-rata persentase
aktivitas siswa pada siklus I adalah 65%, meningkat sebanyak 27% menjadi 92%
rata-rata persentase pada siklus II.
Hasil Belajar Siswa
a. Ketuntasan Klasikal
Berdasarkan hasil belajar siswa dari ulangan harian I dan ulangan harian
II, setelah penerapan model kooperatif tipe STAD, dapat dilihat ketuntasan belajar
secara klasikal pada tabel di bawah ini:
Ketuntasan Belajar Klasikal dan rata-rata hasil belajar Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Persentase
Ketuntasan
Siklus
Tidak
Hadir
Tuntas
Ketuntasan
Klasikal
Tuntas
Skor
32
16
16
50%
TT
Dasar
UH I
32
25
7
78%
T
UH II
32
27
5
84%
T
10
Pada tabel di atas dapat dilihat persentase ketuntasan belajar klasikal
setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan
setiap siklus, yaitu pada ulangan harian siklus I adalah 78%, pada ulangan harian
II adalah 84%. Pada ulangan harian siklus I, siswa yang tuntas sebanyak 25 orang
dan siswa yang tidak tuntas 7 orang dari 32 orang siswa. Sedangkan pada ulangan
harian siklus II, siswa yang tuntas sebanyak 27 orang dan siswa yang tidak tuntas
5 orang dari 32 orang siswa. Selain dapat dilihat pada tabel di atas, peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa juga dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini:
Peningkatan Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa dari
Skor Dasar, Siklus I dan Siklus II
100
8400%
7800%
80
40
20
Skor Dasar
5000%
60
16
25
27
16
UH I
7
5
UH II
0
Siswa Tuntas
Siswa Tidak Tuntas
Persentase Ketuntasan
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa setelah penerapan model pembelajarann kooperatif tipe STAD per
siklus. Pada ulangan harian I siswa yang tuntas 25 orang, dan pada ulangan harian
II siswa yang tuntas 27 orang. Sedangkan siswa yang tidak tuntas pada ulangan
harian siklus I sebanyak 7 orang, dan pada ulangan harian siklus II sebanyak 5
orang. Secara umum, persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah
78%, meningkat menjadi 84% pada ulangan harian siklus II. Adapun peningkatan
hasil belajar siswa dari skor dasar ke ulangan harian siklus I dan ulanagan harian
siklus II, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
SIKLUS
SKOR DASAR
Peningkatan Hasil Belajar
RATA-RATA NILAI
66
UH I
81
UH II
89
PENINGKATAN
15
8
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peningkatan hasil belajar siswa dari
skor dasar ke ulangan harian siklus I meningkat 15 poin, dan dari ulangan harian
siklus I ke ulangan harian siklus II meningkat 8 poin.
11
Peningkatan Hasil Belajar
100%
50%
78%
84%
Skor Dasar
50%
UH I
UH II
0%
Skor Dasar
UH I
UH II
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas guru. Hal ini
dapat dilihat dari awal penelitian yaitu pada siklus I persentase rata-rata aktivitas
guru mencapai 63% dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II persentase
rata-rata aktivitas guru mencapai 94% dengan kategori amat baik.
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dngan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD selain dapat meningkatkan aktivitas guru, juga dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari awal
penelitian yaitu pada siklus I persentase rata-rata aktivitas siswa mencapai 65%
dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II persentase rata-rata aktivitas siswa
mencapai 92% dengan kategori amat baik.
Berdasarkan hasil belajar siswa yang dilakukan dalam penelitian dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, bahwa ketuntasan individu
siswa dan ketuntasan klasikal siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat
pada siklus I dengan rata-rata 81, sedangkan pada siklus II derngan rata-rata 89.
Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 78%, sedangkan pada sikluis II
yaitu 84%. Dengan demikian, berarti penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri
12 Pekanbaru.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 12 Pekanbaru, hal ini dapat
dibuktikan dengan: 1). Peningkatan terjadi pada aktivitas kegiatan guru dan siswa
ditiap siklus. Siklus I yaitu aktivitas guru dengan rata-rata 63% dengan kategori
baik, meningkat pada siklus II sebesar 31% menjadi 94% dengan kategori amat
baik. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I yaitu 65% dengan kategori baik,
meningkat 27% menjadi 92% dengan kategori amat baik, 2). Peningkatan hasil
belajar terlihat pada nilai rata-rata skor dasar yaitu 66 meningkat 15 poin menjadi
81 pada UH I siklus I. Sedangkan pada UH II siklus II nilai rata-rata siswa
meningkat 8 poin dari UH I menjadi 89, 3). Ketuntasan secara klasikal mengalami
peningkatan dari data awal 50% meningkat sebesar 28% menjadi 78% pada siklus
I, selanjutnya meningkat lagi sebesar 6% menjadi 84% pada siklus II.
Berdasarkan simpulan dalam penelitian yang telah dilakukan, maka
penulis mengajukan beberapa saran yaitu: 1). Bagi guru, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan alternatif dalam memperbaiki
12
kualitas pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika, 2). Hasil
penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu bahan diskusi dalam
rangka memberi masukan pada guru yang mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran khususnya matematika, 3). Diharapkan kepada guru yang ingin
menerapkan pendekatan ini untuk dapat memperhatikan kekurangan dan
kelemahan dalam proses kegiatan pembelajaran, dengan demikian permasalahan
dalam penelitian ini dapat teratasi.
V. UCAPAN TERIMAKASIH
Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan serta
sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan hati yang tulus
ikhlas, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. H. M. Nur Mustafa, M.Pd selaku dekan FKIP;
2. Zulirfan, S.Si., M.Si selaku pembantu dekan I;
3. Drs. H. Lazim. N, M.Pd selaku ketua program studi PGSD;
4. Drs. H. Damanhuri Daud, S.Pd selaku koordinator seminar;
5. Jesi Alexander Alim, S.Pd., M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan M. Jaya
Adiputra, S.Si., M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini;
6. Keluarga dan kerabat yang telah memberikan dukungan moril dan materil.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Gimin. 2008. Model-model Pembelajaran. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Hidayat. 2006. Titian Mahir Matematika. Jakarta: Visindo Media Persada.
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa-Universitas Press.
Mahmuda. 2010. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VIIa MTsN Kuntu Kabupaten Kampar.
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Tidak diterbitkan.
Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Nashar. 2004. Peranan Motivasi & Kemampuan Awal dalam Kegiatan
Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.
Purwanto. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Slavin. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Sudjana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Tarsito.
Sumanto. 2008. Gemar Matematika. Jakarta: PT. Intan Pariwara.
Syahrilfuddin. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Download