MEMAHAMI MASYARAKAT INFORMASI DI ERA DIGITAL-TEKNOLOGI PADA DUNIA KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Nurintan Cynthia Tyasmara 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi informasi dan komunikasi juga berpengaruh pada dunia kesehatan seperti kebutuhan pembelajaran bagi mahasiswa jurusan kedokteran serta aplikasi-aplikasi berbasis teknologi yang digunakan di dunia kedokteran dan kesehatan. Menurut Putu L. Pendit (2005), misi utama masyarakat informasi adalah mewujudkan masyarakat yang sadar tentang pentingnya informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terciptanya suatu layanan informasi yang terpadu, terkoordinasi dan terdokumentasi serta tersebarnya informasi ke masyarakat luas secara cepat, tepat dan bermanfaat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat saling berinteraksi sehingga adanya pembentukan konstruksi social seperti pemikiran Bergerr-Luckmann. Dunia kehidupan sehari-hari menurut Berger (1990) merupakan suatu yang berasal dari pikiran dan tindakan manusia yang dipeliharan sebagai yang nyata dalam pikiran dan tindakan. Berdasarkan latar belakang mengenai masyarakat informasi dan teori konstruki yang dikemukakan oleh Berger-Luckmann maka penulis mengambil judul “Memahami Masyarakat Informasi Di Era Digital-Teknologi Pada Dunia Kedokteran Dan Kesehatan” . 1.2 Tujuan Berdasarkan latar belakang tersebut, melalui tulisan ini diharapkan terdapat penjelasan yang menyeluruh mengenai masyarakat informasi di era digital-teknologi pada dunia kedokteran dan kesehatan. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Informasi Masyarakat mengandung pengertian tentang suatu kesatuan kelompok orang yang berhimpun, berkumpul dan bersatu dalam suatu wadah baik bentuk organisasi formal maupun non formal yang menempati tempat tertentu, mempunyai ciri-ciri seperti adanya ikatan dan mempunyai kesamaan-kesamaan atas beberapa hal. Setiap kelompok masyarakat selalu berusaha untuk mempertahankan eksistensinya dan mengembangkan agar tidak tersingkirkan (Sutarno, 2005). Memahami masyarakat ..., Nurintan Cynthia Tyasmara, Perpustakaan UI, 2016 Loose (1990) pada bukunya yang berjudul The Science of Information menuliskan bahwa informasi adalah pengetahuan yang dikomunikasikan dan diterima dalam sebuah situasi tertentu. Manusia memerlukan suatu metode yang terukur sehungga dapat mengukur informasi baik konsep sosial atau informasi dalam bentuk tabel. Hal ini bertujuan agar kita dapat memprediksi bagaimana informasi dapat berkembang dan ditelusuri kembali sebagai penentuan keputusan di masa mendatang. Menurut Putu L. Pendit (2005), misi utama masyarakat informasi adalah mewujudkan masyarakat yang sadar tentang pentingnya informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terciptanya suatu layanan informasi yang terpadu, terkoordinasi dan terdokumentasi serta tersebarnya informasi ke masyarakat luas secara cepat, tepat dan bermanfaat. Masyarakat informasi ditandai dengan adanya perilaku informasi yang merupakan keseluruhan perilaku manusia yang berhubungan dengan sumber dan saluran informasi, perilaku penemuan informasi yang merupakan upaya dalam menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu, perilaku mencari informasi yang ditujukan seseorang ketika berinteraksi dengan system informasi, dan perilaku penggunaan informasi yaitu prilaku yang dilakukan seseorang ketika menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. Sutarno (2005) menjelaskan ciri-ciri masyarakat informasi adalah : - Sumber informasi terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. - Adanya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya informasi dalam berbagai aktivitas kehidupan. - Terbukanya pandangan dan wawasan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi informasi secara tepat guna. - Berkembangnya lembaga-lembaga perpustakaan, dokumentasi dan informasi secara merata. - Kemajuan sumber daya manusia, informasi dan fisik yang memanfaatkan ilmu - Informasi dikelola dengan baik, disajikan tepat waktu dan dikemas dengan teknologi dapat dikembangkan sebagai suatu komoditi yang bernilai ekonomis. 2.2 Teori Konstruksi Sosial Menurut Berger (1990) teori konstruksi sosial yang dikemukakan oleh Berger dan Lukmann merupakan teori sosiologi kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan. Sosiologi pengetahuan yang dikembangkan oleh mereka mendasarkan pengetahuannya dalam Memahami masyarakat ..., Nurintan Cynthia Tyasmara, Perpustakaan UI, 2016 kehidupan sehari-hari di masyarakat sebagai kenyataan yang dianggap menampilkan diri sebagai kenyataan par excellence shingga disebut kenyataan utama (paramount). Dunia kehidupan sehari-hari menampilkan diri sebagai kenyataan yang ditafsirkan oleh manusia. Teori konstruksi sosial mengandung pemahaman bahwa kenyataan dibangun secara sosial, serta kenyataan dan pengetahuan merupakan dua istilah kunci untuk memahaminya. Kenyataan adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang diakui memiliki kebradaannya sendiri sehingga tidak tergantung kehendak manusia sedangkan pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomena-fenomena itu nyata dan memiliki karakter yang spesifik. Dunia kehidupan sehari-hari menurut Berger (1990) merupakan suatu yang berasal dari pikiran dan tindakan manusia yang dipeliharan sebagai yang nyata dalam pikiran dan tindakan. Merkea menyatakan bahwa dasar-dasar pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari adalah objektivasi (pengobjektivan) dari proses-proses (dan makna-makna). Dalam proses pengobjektivan, ia menekankan adanya kesadaran dan kesadaran itu selalu intensional karena selalu terarah pada objek. Kenyataan hidup bersifat intersubjektif, dipahami bersama oleh orang yang hidup dalam masyarakat sebagai kenyataan yang dialami. Setiap orang memiliki perspektif yang berbeda beda dalam memandang dunia. Namun menurut Berger-Luckmann terjadi persesuaian terus menerus antara makna satu orang dengan yang lain. Ada kesadaran bersama mengenai kenyataan menuju sikap alamiah atau kesadaran akal sehat yang mengacu pada suatu dinia yang sama-sama dialami banyak orang. Jika ini terjadi disebut dengan common sense knowledge yaitu pengetahuan yang dimiliki semua orang dalam kegiatan rutin yang jelas dialami sebdiri pada kehidupan sehari-hari. Berger (1990) menambahkan bahwa kenyataan hidup sehari-hari yang diterima sebagai kenyataan oleh masyarakat memaksa dan sudah jelas dengan sendirinya akan berlangsung terus menerus. Namun masyarakat dapat meragukan atau mengubahhnya yang diperlukan peralihan yang besar, kerja keras dan pikiran kriptis. Pengalaman terpenting berlangsung dalam situasi tatap muka sebagai interaksi sosial yang memungkinkan mengubah skema-skema tipifikasi orang yang dapat melahirkan tipifikasi baru. 3. PEMBAHASAN Cullen (1998) menuliskan sebuah review dari paradigma action research yang telah dilakukan lima puluh tahun terakhir di The Tavistock Institute dimana terjadi perubahan radikal dalam konstuksi sosial dunia kesehatan dan kedokteran yang menghasilkan sebuah Memahamiinformasi. masyarakat ..., Nurintan Cynthia dipilih Tyasmara, Perpustakaan 2016yang sesuai transisi masyarakat Domain kedokteran karena memiliki UI, ruang untuk me-review paradigma action research yang menjembatani masa lalu dan masa depan pada institute tersebut. Dalam papernya yang berjudul “The Needle And The Damage Done: Research, Action Research, And The Organizational And Social Construction Of Health In The "Information Society” pertama-tama ia mempertimbangkan konsepsi original dari action research dan sistem sosioteknikal, peran konsultan, relasi Foucualts, analisis relasi kekuatan, kontrol sosial, dan pembagian praktek. Selanjutnya mendeskprisikan serta menganalisis perkembangan terknini di bidang kedokteran dan kesehatan dimana ditawarkan kesempatan untuk meningkatkan self-management serta kontrol konsumen melalui fisik, social dan emosional dapat menunjukkan keberadaraan sosial dominasi, dan subjektifikasi individu. Kesimpulan yang dihasilkan adalah action research dapat dimanfaatkan dalam perkembangan informasi dan teknologi komunikasi untuk memaksimalkan individu dan kelompok dalam bentuk organisasi dan relasi social. Irzan (2009) menyebutkan dalam tesisnya yang berjudul Pengembangan Sistem Pemimnjaman Buku Digital Terproteksi Berbasis Web pada Digital Library Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bahwa metode pembelajaran kedokteran berbasis kompetensi yang digunakan oleh FK UI juga diadopsi oleh seluruh fakultas kedokteran di Indonesia. Dengan metode pembelajaran e-learning peran perpustakaan sangatlah tinggi untuk mendukung sarana pembelajaran. Pengembangan buku digital akhirnya dikembangkan. Awalnya akses buku tersebut hanya di Perpustakaan FK UI namun saat ini dikembangkan system dimana buku digital terproteksi hingga dapat dipinjam oleh sivitas FK UI. Hasil dari penelitian tersebut yakni sistem tersebut telah berjalan dengan baik, memberikan kemudahan, kepraktisan dan reliable dalam pelaksanaannya. Perbaikan, pengembangan sistem database dan desain web masih perlu perbaikan. Berdasarkan dua tulisan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sedikit banyak mempengaruhi masyarakat hingga terbentuk sebuah masyarakat informasi. Mahasiswa FK UI yang membutuhkan sarana belajar tanpa ruang dan waktu membutuhkan buku dan sumber pembelajaran setiaps saat tanpa harus menunggu perpustakaan buka. Akhirnya berkembanglah sistem peminjaman buku terproteksi yang memudahkan mahasiswa mendapatkan bahan pembelajarannya. Hal ini mengurangi interaksi sosial yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang dapat terjadi apabila mahasiswa tetap mengunjungi perpustakaan. Memahami masyarakat ..., Nurintan Cynthia Tyasmara, Perpustakaan UI, 2016 Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dapat dilihat sebagai antidot terhadap masalah yang tercipta oleh transformasi social di ekonomi postindustri saat ini. Meningkatknya tekanan terhadap kesehatan, kesejahteraan, sistem pendidikan adalah hasil meningkatkannya ketegangan pengeluaran publik dalam merespon kompetesisi global secara umum. Jika dikaitkan dengan teori konstruksi social maka apa yang terjadi saat ini tidak hanya nyata namun juga bermakna. Modernitas telah terjadi sebagai fenomena sosial dan masyarakat harus mengikuti modernisasi tersebut. 4. PENUTUP KESIMPULAN Perkembangan teknologi mengubah perilaku manusia terutama yang berhubungan dengan perilaku pencarian dan pemanfaatakan informasi. Teknologi memiliki kemampuan mengkonstruksi realitas sosial dan keputusan masyarakat. Masyarakat informasi sadar tentang pentingnya informasi sehingga membutuhkan layanan informasi yang terkoordinasi dengan baik. Manusia sebagai pencipta realitas social melakukan tindakan dan interaksi yang terjadi secara terus-menerus. DAFTAR PUSTAKA Berger, Peter L. & Thomas Luckmann. (1990). Tafsir social atas kenyataan: risalah tentang sosiologi pengetahuan (diterjemahkan dari buku asli The Social Construction of Reality oleh Hasan Basari. Jakarta: LP3ES Cullen, J. (1998). The needle and the damage done: Research, action research, and the organizational and social construction of health in the "information society". Human Relations, 51(12), 1543-1564. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/231503932?accountid=17242 Loose, Robert M. (1990). The Science of Information. London: Academic Press Limited Pendit, Putu Laxman. (2005). Perpustakaan digital: perspektif perpustakaan perguruang tinggi Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia Sutarno. (2005). Tanggung jawab perpustakaan dalam mengembangkan masyarakat informasi. Jakarta: Panta Rei Memahami masyarakat ..., Nurintan Cynthia Tyasmara, Perpustakaan UI, 2016