Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 PENGARUH PEMBERIAN ANTIOKSIDAN DAN PROLIN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SETELAH PEMBEKUAN (The Effect Of Antioksidant And Prolin On The Quality Of Frozen Bull Spermatozoa) T. SUGIARTI, P. SITUMORANG, E. TRIWULANINGSIH, D. A. KUSUMANINGRUM, dan A. LUBIS. Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT An experiment was conducted at Research Institute for Animal Production (RIAP) Ciawi to determine the effect of antioxidant and prolin on the viability of bull sperm after freezing. Semen was collected from two mature bulls once a week by mean of Artificial Vagina (AV). Immediately the semen was diluted in Tris-citrat containing 20% v/v egg yolk as P0; P0+vit E (P1); P0+vit C (P2);P0+ prolin (P3); P3+vit E(P4); and P3+Vit C (P5). Procedures of cooling, addition of glicerol and freezing semen were done according to standard procedures of the reproductive fisiology RIAP’s laboratory. The parameters observed were % Motility (%M), % Livability (% H), and % Intact Apical Ridge (% TAU) in fresh semen, after dillution and freezing. The results showed that prolin significantly (P<0.05) affected %M after diluted. Furthermore, the addition of antioxidant and prolin did not significantly affect the post-thawed semen quality. The decreasing of %M and %H before and after freezing was lower in prolin treatment (P<0,05) than that of non-prolin treatment. Antioksidant of Vit E and Vit C did not siginifanctly affect the decrease on the sperm quality before and after freezing for % M, % H and % TAU. Keys words: Antioksidant, proline, sperm ABSTRAK Penelitian pengaruh penambahan antioksidan dan prolin terhadap kualitas spermatozoa setelah pembekuan telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak, Ciawi. Semen ditampung dari dua ekor sapi FH jantan dewasa setiap minggu sekali dengan menggunakan vagina buatan. Selanjutnya semen diencerkan dengan pengencer tris-citrat yang mengandung kuning telur 20% (P0), P0+vit E (P1); P0+vit C (P2); P0+prolin (P3); P3+vit E (P4) dan P3+vit C (P5). Pendinginan, penambahan gliserol dan pembekuan sperma dilakukan sesuai prosedur yang sudah baku digunakan di laboratorium fisiologi reproduksi Balitnak. Parameter yang diamati meliputi persentase motilitas (%M), persentase yang hidup (%H) dan tudung akrosom yang utuh (%TAU) pada semen segar, setelah diencerkan dan setelah pembekuan. Hasil penelitian menunjukkan penambahan prolin berpengaruh nyata (P<0,05) pada %M, antioksidan berpengaruh nyata (P<0,05) pada %H setelah pengenceran. Kualitas semen setelah dibekukan tidak dipengaruhi secara nyata oleh penambahan antioksidan dan prolin. Kata kunci: Prolin, Antioxidant, sperma 1 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 PENDAHULUAN Penggunaan semen beku untuk pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pada sapi perah telah dilakukan secara intensif dengan tujuan meningkatkan populasi dan produksi ternak, akan tetapi tingkat kebuntingan yang diperoleh di lapangan sangat bervariasi dan secara umumnya masih dikatakan rendah. Hal ini berhubungan dengan kualitas semen yang digunakan. Semen yang dibekukan pada temperatur -196º C aktifitas spermatozoanya akan menurun karena sebahagian besar (30%) spermatozoa akan mati selama proses pendinginan dan pembekuan (GOLDMAN et al., 1991). Selanjutnya HAMMERSTEDT (1993) melaporkan bahwa selama proses pendinginan dan pembekuan spermatozoa tidak mampu mensintesa enersi maupun memperbaiki sel-selnya yang rusak, dan spermatozoa yang masih hidup juga sangat sensitif terhadap lingkungan luar, dan akibatnya tingkat fertilitasnya jadi rendah (PARKS dan GRAHAM, 1992) Keterbatasan daya hidup spermatozoa selain disebabkan oleh cold shock juga disebabkan oleh terjadinya defisit energi dan kerusakan membran sel sebagai hasil reaksi peroksida lemak (SITUMORANG et al., 2000). Vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan alam, berperan untuk menurunkan kepekaan membran plasma spermatozoa terhadap peroksidasi lipid. Sebagai antioksidan, asam askorbat (vitamin C) digolongkan sebagai pereduksi karena mempunyai potensial redoksi yang rendah, akan tetapi efektif dalam melawan agen oksidasi. Vitamin E merupakan antioksidan alam yang dapat mencegah terjadinya oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh (GAMMAN dan SHERRINGTON, 1981). BECONI et al. (1993) melaporkan vitamin E mampu melindungi spermatozoa sapi selama pembekuan dan pencairan kembali. Lebih lanjut dijelaskan penambahan 1 mg ∝ tokoferol asetat/ml pengencer yang mengandung 0,2 M tris; 0,06 M sitrat; 0,13 glisin; 0,06 M fruktosa; 20% kuning telur dan 7% gliserol dengan pH 6,6 dapat menurunkan kerentanan membran plasma terhadap peroksida lipid dibandingkan kontrol. Prolin merupakan asam amino yang tinggi konsentrasinya dalam saluran testis (SETCHELL et al., 1993), merupakan salah satu komponen yang diketahui sebagai larutan yang kompatibel, terakumulasi sebagai respon terhadap stress dalam berbagai sel hidup baik pada sel tanaman maupun hewan. Prolin juga melindungi sel dari kerusakan akibat tekanan osmotik, kerusakan panas karena denaturasi enzim-enzim dan pembekuan (SANCHEZ et al., 1992). Lebih lanjut dinyatakan prolin adalah derivat dari glutamat yang tinggi konsentrasinya dalam cairan luminal dalam kaput epididimis. Bila ditambahkan prolin ke dalam pengencer untuk pembekuan semen akan meningkatkan persentase motil secara signifikan segera setelah thawing dan selama inkubasi lebih dari 9 jam pada suhu tubuh. Oleh karena itu penambahan antioksidan (vitamin C dan E) dan prolin dalam pengencer diharapkan dapat meningkatkan daya hidup spermatozoa setelah pembekuan. MATERI DAN METODE Duaekor sapi jantan dikandangkan secara individu pada kandang dengan ukuran 3x3 m. Pakan hijauan berupa rumput gajah dan air minum diberikan secara ad libitum sedangkan konsentrat komersial diberikan 8 kg/ekor/hari sebagai suplemen. Semen ditampung satu kali seminggu dengan menggunakan vagina buatan. Secepatnya setelah penampungan, semen dibawa ke laboratorium reproduksi Balitnak dievaluasi dan diencerkan dalam larutan pengencer Tris-Citrat buffer (Tabel 1). Jarak waktu antara penampungan semen sampai pengenceran tidak lebih dari 15 menit. Pengenceran dilakukan pada suhu 35°C menggunakan pengencer tris-citrat bagian A. Perlakuan yang diberikan adalah P0= tanpa prolin dan antioksidan (Kontrol); P1=P0+vit E (1mg/ml); P2=P0+vit C (0,88mg/ml); 2 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 P3=P0+prolin (30 µg/ml); P4=P3+vit E; P5=P3+vit C. Hingga mendapatkan total konsentasi spermatozoa hidup 100 juta/ml. Tabel 1. Komposisi larutan pengencer untuk semen beku Bahan Tris (Hydroxymethhyl amino methan), g Bagian A Bagian B 2,452 2,452 Asam sitrat, g 1,32 1,32 Fruktosa, g 1,00 1,00 Kuning telur, ml 20,0 20,0 Glycerol, ml 2,40 12,4 Penicilin G, iu/ml 1000 1000 Streptomycyn, mg/ml 0,5 0,5 Aquabides, ml 80 80 Semen yang telah diencerkan kemudian diturunkan suhunya secara perlahan-lahan menggunakan mesin pendingin. Waktu yang diperlukan untuk menurunkan suhu dari 35oC ke 5oC kurang lebih 45-60 menit. Pengencer B ditambahkan dalam tiga kali penambahan dengan volume yang sama yaitu pada temperatur 15oC, 10oC dan 5oC sehingga total volume pengencer bagian A sama dengan pengencer bagian B. Semen diekuilibrasikan pada suhu 5oC selama 3 jam sebelum pembekuan. Dua jam setelah suhu 5oC, semen dimasukkan kedalam straw yang terlebih dahulu didinginkan pada suhu yang sama, kemudian ditutup menggunakan serbuk polipinil. Straw disusun pada rak pendingin dibiarkan selama satu jam sebelum dibekukan. Pembekuan dilakukan didalam uap nitrogen dengan cara meletakkan rak yang berisi straw berjarak 5 cm diatas permukaan nitrogen cair selama 10 menit, kemudian dimasukkan kedalam nitrogen cair. Parameter yang diamati adalah persentase motil dari sperma (%M), persentase sperma hidup (%H) dan persentase tudung akrosom sperma utuh (%TAU), masing-masing untuk semen setelah diencerkan dan dibekukan. Seluruh data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan General Linear Models dari SAS. Hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan dari SAS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan kualitas semen segar yang dikoleksi dari seluruh periode penampungan secara umum kualitasnya baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan pengenceran dan pembekuan. Konsentrasi spermatozoa rata-rata 1,76x109/cc; volume 7,1 cc, persentase hidup (% H) 81,7±4,41%, warna cream, konsistensi agak kental, dengan persentasi TAU 81,4% yang masih berada diatas persentase minimal (75%) yang direkomendasikan untuk diberikan perlakuan pengenceran (SOEBADI, 1980). 3 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 Kualitas Semen Setelah Pengenceran Secara umum kualitas semen setelah pengenceran mengalami penurunan dibanding semen segar, yaitu terjadi penurunan %M, %H dan penurunan % TAU. Kualitas semen sesudah pengenceran disajikan dalam Tabel 2. Hasil analisis statistik menunjukkan penambahan prolin berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap %M, penambahan prolin menghasilkan %M lebih tinggi dibandingkan tanpa prolin (68,1 vs 65,0%). Sementara itu penambahan antioksidan tidak berpengaruh nyata terhadap %M. Hasil yang diperoleh selaras dengan yang diperoleh SITUMORANG et al. (2000) dengan menggunakan prolin 15, 30 dan 60 mM dalam semen cair, yaitu menunjukkan %M motil yang lebih tinggi pada penyimpanan 7 dan 13 hari. Tabel 2. Pengaruh prolin dan antioksidan terhadap kualitas semen sapi sesudah pengenceran (n=9) Perlakuan Parameter (%) Tanpa Motilitas (M) Spermatozoa hidup (H) Tudung (TAU) Akrosom Utuh +Prolin Tanpa antioksidan 65.00 68,33 66,67a Vitamin E 65,56 68,44 67,50a Vitamin C 64,44 67,78 66,11a b a Rata-rata Tanpa antioksidan 65,00 73,66 68,51 77,11 75,39ab Vitamin E 75,66 77,11 76,39a Vitamin C 71,44 73,33 72,39b a a Rata-rata Tanpa antioksidan 73,59 71,56 75,85 70,44 71,00a Vitamin E 69,44 67,11 68,28a Vitamin C 65,56 62,89 64,22a Rata-rata a,b Rata-rata Prolin Antioksidan (n=9) 68,85 a 66,82 a Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama berbeda nyata (P<0,05) Penambahan prolin dalam pengencer juga menunjukkan Persentase sperma hidup (%H) yang lebih baik dibandingkan tanpa prolin (75,85 vs 73,59%) meskipun tidak berbeda nyata. Perbedaan %H dipengaruhi oleh penambahan antioksidan secara nyata (P<0,05). Penambahan antioksidan Vit E (P<0,05) lebih tinggi secara nyata (P<0,05) dibandingkan penambahan Vit C (76,39 vs 72,39%) tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan tanpa penambahan antioksidan (75,39%). Hal ini menunjukkan kemampuan antioksidan vit E dalam mempertahankan %H spermatozoa selama proses pengenceran dibandingkan penambahan vit C. Meskipun kedua macam vitamin tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap membran plasma spermatozoa dengan cara menurunkan kepekaan membran plasma terhadap peroksida lipid, tetapi sifat kelarutan berbeda yaitu vitamin E sifatnya larut dalam lemak dan tak larut dalam air, sedangkan vitamin C kebalikannya (BECONI et al. 1993). 4 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 Pengaruh prolin dan tanpa antioksidan terhadap persen TAU (%TAU) menunjukkan tendensi yang lebih baik meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Kualitas semen setelah pembekuan Secara umum kualitas semen setelah pembekuan mengalami penurunan apabila dibanding semen segar dan setelah diencerkan. Kualitas semen setelah pembekuan disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis statistik setelah dilakukan pembekuan spermatozoa menunjukkan %M, %H dan % TAU tidak berbeda nyata, berarti penambahan prolin, antioksidan vitamin E dan vitamin C belum mampu mempertahankan kualitas sperma setelah pembekuan dibandingkan dengan kontrol. Kecenderungan kurang efektifnya penambahan antioksidan vit E terhadap kualitas spermatozoa sapi yang dibekukan dapat juga diakibatkan karena sifat dan daya kerja tokoferol yang khas. PARKS dan GRAHAM (1992) menjelaskan efek yang kecil dari antioksidan dalam melindungi akrosom karena tidak adanya sekat pada membran plasma yang menutupi akrosom yang rusak. Pendapat ini diperkuat oleh BECONI et al. (1993) yang menyatakan bahwa pada semen dengan kualitas bagus penambahan antioksidan akan mempertahankan kualitas semen yang dibekukan, tetapi tidak demikian halnya pada semen kualitas jelek karena proses peroksidasi yang sudah terjadi tidak dapat dihentikan dengan pemberian antioksidan. Tabel 3. Pengaruh prolin dan antioksidan terhadap kualitas sperma sapi sesudah dibekukan Perlakuan Parameter (%) Motil (M) Rata-rata Hidup (H) Rata-rata Tudung Akrosom Utuh (TAU) Rata-rata a,b Antioksidan (n=9) Tanpa antioksidan Vitamin E Vitamin C Tanpa antioksidan Vitamin E Vitamin C Tanpa antioksidan Vitamin E Vitamin C Prolin (n=9) Tanpa 43,89 42,22 43,89 43,33a 57,44 58,89 59,33 58,56a 42,67 45,44 45,78 44,63a Rata-rata +Prolin 43,89 41,67 40,55 42,04a 56,78 54,89 53,89 55,19 a 42,11 41,11 41,33 41,52a 43,89a 41,94a 42,22a 57,11a 56,89a 56,61a 42,39a 43,28a 43,55a Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama berbeda nyata (P<0,05) Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh SANCHEZ et al. (1992) yang menyatakan bahwa prolin adalah derivat dari glutamat yang tinggi konsentrasinya dalam cairan luminal dalam kaput epididimis. Bila ditambahkan dalam cairan pengencer untuk pembekuan sperma, prolin meningkatkan persentase motil secara signifikan segera setelah thawing dan selama inkubasi lebih dari 9 jam pada suhu tubuh. Masalah ini merupakan akibat dari proses pembekuan semen yang berkisar pada fenomena cold schok terhadap sel spermatozoa dan perubahan interseluler yang berhubungan dengan pembentukan kristal–kristal es (TOELIHERE,1993). Selain itu kualitas dari semen yang dibekukan pada temperatur –196oC akan menurun aktifitas spermatozoanya karena sebagian besar (30%) spermatozoa akan mati selama proses pendinginan (GOLDMAN et al., 1991) 5 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 Penurunan Kualitas Semen Kualitas semen menurun secara signifikan (P<0,05) pada setiap perlakuan baik pada % M,% H, dan %TAU. Persentase penurunan kualitas semen sebelum sampai sesudah thawing disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh prolin, antioksidan terhadap penurunan kualitas sperma Perlakuan Parameter (%) Antioksidan (n=9) Tanpa prolin +Prolin Motil (M) Tanpa antioksidan 21,11 24,44 22,78a Vitamin E 23,33 27,78 25,56a Vitamin C 20,56 27,22 23,89a b a Rata-rata Hidup (H) Tanpa antioksidan 21,67 16,22 26,48 20,33 18,28a Vitamin E 16,77 22,22 19,50a Vitamin C 12,11 19,44 15,78a b a Tanpa antioksidan 15,04 28,89 20,67 28,44 28,67a Vitamin E 24,56 27,33 25,94a Vitamin C 20,44 23,56 22,00a a a Rata-rata Tudung AkrosomUtuh (TAU) Rata-rata a,b Rata-rata Prolin (n=9) 24,63 26,44 Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama berbeda nyata (P<0,05) Penurunan nilai %M terendah dicapai oleh perlakuan tanpa prolin yang berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan penambahan prolin (21,67 vs 26,48). Penurunan kualitas %M antara tanpa prolin, vit E atau vit Ctidak menunjukkan perbedaan nyata (P>0,05), penurunan terendah pada perlakuan tanpa antioksidan, diikuti perlakuan vit C dan vit E masing-masing 22,78; 23,89, dan 25,56. Penambahan prolin berpengaruh nyata terhadap %H, penurunan nilai %H terendah dicapai oleh perlakuan tanpa prolin (P<0,05) dibanding dengan prolin (15,04 vs 20,67). Penambahan antioksidan tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap penurunan kualitas baik %M, %H dan %TAU sebelum dan sesudah pembekuan. Penurunan kualitas TAU tidak berbeda nyata pada perlakuan prolin maupun penambahan antioksidan. 6 Persen Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 30 25 20 15 10 5 0 %M %H %TAU Penurunan Kualitas P- 0 Prolin A-0 A-vit E A-vit C Gambar 1. Penurunan kualitas spermatozoa sapi sebelum dan sesudah thawing Penambahan prolin berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penurunan %M dan %H, penambahan prolin tidak menghasilkan penurunan %M dan %H yang lebih baik apabila dibandingkan tanpa penambahan prolin (Gambar 1). Penambahan antioksidan tidak memberikan pengaruh nyata baik pada %M, %H ataupun %TAU, hal ini mungkin disebabkan telah terjadi kerusakan akibat reaksi peroksidasi yang tidak dapat dihentikan dengan penambahan antioksidan (BECONI et al., 1993) KESIMPULAN Penambahan prolin setelah pengenceran sperma memperbaiki %M dan %H secara nyata, tetapi tidak mampu mempertahankan motilitas sperma setelah pembekuan. Persentase TAU tidak dipengaruhi penambahan prolin. Penambahan vitamin E cenderung lebih baik dibandingkan penambahan vitamin C terhadap %M dan %H dari sperma setelah pengenceran, tetapi antioksidan tidak efektif melindungi spermatozoa setelah pembekuan. Penambahan prolin tidak mampu menekan penurunan kualitas sperma, sedangkan penambahan antioksidan vitamin C cenderung mengurangi penurunan kualitas sperma. DAFTAR PUSTAKA BECONI, M.T., C.R. FRANCIA, N.G. MORA and M.A. AFRANCHIRO. 1993. Effect of natural antioksidant on frozen bovine semen preservation. GAMMAN, P.M. and K.B. SHERRINGTON. 1981. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi 2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 7 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 GOLDMAN. E.F, JE. ELLINGTON, FB FARREL and R.H. FOOTE 1991: Use of fresh and frozen thawed bull sperm in vitro. Theriogenology 35; 204. HAMMERSTEDT, R.H l993; Maintenance of bioenergetic balance in sperm and prevention of lipid peroxidation.A review of the effects on design and storage preservation system. Reprod.Fert.Div;5; 675690. PARKS J.E and J.K GRAHAM 1992; Effects of cryopreservation procedures on sperm membranes. Theriogenology 38: 209–222. SETCHELL, B.P., L.G. SANCHEZ-PARTIDA and A. CHAIRUSSYUKUR. 1993. Epididimis constituen and related substances in the storage of spermatozoa: Review. Reproduction and Fertility Development. 5. 601-612. SANCHEZ-PARTIDA, L.G. MAWELL W.M.C., PALEG, L.G. and SETCHELL, B.P. 1992. Proline and glicine butanine in cryorotective diluents for ram spermatozoa. Reprod. Fertile Dev. 4. 113-118. SITUMORANG P, E.TRIWULANINGSIH, A.LUBIS,W.CAROLINE, T.SUGIARTI 2000:Pengaruh Proline,Carnitine terhadap daya Hidup Spermatozoa yang Disimpan Dalam Suhu 5oC. SOEBADI P.1980: Ilmu reproduksi Hewan.Fakultas Kedokteran Veteriner Jurusan Reproduksi. IPB Bogor. TOELIHERE, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung. TOELIHERE, M.R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung. 8