analisis budaya organisasi dalam memelihara komunikasi antar

advertisement
ANALISIS BUDAYA ORGANISASI DALAM
MEMELIHARA KOMUNIKASI ANTAR
KARYAWAN AGUNG PODOMORO
RECRUITMENT CENTER
Elvita Hardianto
Marketing Communication, School of Economic and Communication, Binus University.
Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat, 11480.
Telp. (62-21) 534 5830, [email protected]
Elvita Hardianto, Dr. Muhammad Aras
ABSTRACT
The purpose of the research, to determine the cultures in the Agung Podomoro Recruitment
Center. From cultures will be analyzed usefulness to the maintenance communication in the
company. Conceptual basis, in this study consists of communication, effective communication,
concept of organizational culture, and theory “Jaring Laba-Laba” discovered by Pacanowsky
and O'Donnel. Research method, used is a case study with qualitative descriptive research and
data collection techniques with interviews and participant observation. Data Analysis, in this
research is data collection, data reduction, data display, and data verification. The results of
the analysis, Agung Podomoro Recruitment Center has shared values that is harmonious,
strong, quality, and environmentally friendly and all were derived from hero Founding Father
Mr. Anton Kusuma Haliman, as well as some rituals such as Morning Briefing, Weekly Meeting,
and Employee Gathering, and eat together. Of the culture of going to maintain communication
among fellow employees. Conclusion, The company has a culture that became the cultural
identity of the company and the corporate communications can be maintained well with the
culture. (EH)
Keywords : Organizational Cultural, Communication, Employee
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ialah, untuk mengetahui kebudayaan di Agung Podomoro Recruitment
Center. Dari budaya akan dianalisis kegunaannya terhadap pemeliharaan komunikasi yang ada
di perusahaan. Landasan Konseptual, dalam penelitian ini terdiri dari komunikasi, komunikasi
efektif, konsep budaya organisasi serta, teori “Jaring Laba – Laba” yang ditemukan oleh
Pacanowsky dan O’Donnel. Metode Penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan jenis
penelitian deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi
partisipan. Analisis Data, dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, display
data, dan verifikasi data. Hasil yang dicapai adalah Agung Podomoro Recruitment Center
memiliki nilai yang dianut yaitu harmonis, tangguh, mutu, dan ramah lingkungan dan semua itu
diturunkan dari sosok pahlawan Founding Father Bapak Antong Kusuma Haliman, serta
beberapa ritual seperti Morning Briefing, Weekly Meeting, dan Employee Gathering, dan makan
bersama. Dari budaya yang dimiliki akan memelihara komunikasi antar sesama karyawan.
Simpulan Perusahaan telah memiliki budaya yang menjadi identitas diri perusahaan dan
budaya tersebut memelihara komunikasi perusahaan hingga dapat terpelihara dengan baik.
(EH)
Kata Kunci: Budaya Organisasi, Komunikasi, Karyawan
PENDAHULUAN
Kesuksesan sebuah perusahaan tentunya tidak dapat diraih dengan mudah layaknya membalikkan
telapak tangan. Terdapat banyak faktor pendukung baik dari dalam maupun luar perusahaan untuk
mendukung kesuksesan perusahaan, seperti sumber daya manusia, fasilitas perusahaan yang memadai,
pemanfaatan teknologi yang berkembang pesat, pola komunikasi dan produktivitas perusahaan. Namun
perlu digaris bawahi bahwa terdapat sebuah faktor penunjang lainnya yang mungkin tidak disadari oleh
kebanyakan orang bahwa budaya organisasi yang dimiliki di dalam perusahaan juga memiliki peranan
penting dalam meningkatkan kesuksesan perusahaan. Pada dasarnya budaya organisasi merupakan sebuah
kebiasaan atau ritual yang diyakini dan dilakukan oleh setiap anggota organisasi atau perusahaan. Dengan
adanya budaya organisasi yang akan memberikan ciri atau identitas yang membedakan sebuah organisasi
tersebut terhadap organisasi lainnya karena pada dasarnya budaya yang lahir di setiap perusahaan pasti
berbeda – beda dan cenderung unik.
Menurut Achmad Sobirin (2010), budaya organisasi sering dipahami sebagai satu set nilai,
keyakinan, pemahaman, dan norma perilaku yang dipahami dan dipraktekkan secara bersama – sama oleh
karyawan. Budaya organisasi ini biasa tidak tertulis tetapi keberadaannya dalam sebuah organisasi atau
perusahaan sangat bisa dirasakan. Terkadang budaya organisasi yang diterapkan oleh sebuah perusahaan
memiliki suatu tujuan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Para pemimpin atau pendiri
perusahaan menjadikan budaya organisasi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan harapan –
harapannya kepada seluruh karyawan agar dapat menciptakan iklim kerja yang kondusif di dalam
perusahaan. Penerapan budaya organisasi yang sesuai bagi perusahaan tentunya akan memberikan dampak
positif bagi karyawan. Jika karyawan merasakan kenyamanan dalam perusahaan maka ia akan bersifat
loyalitas untuk perusahaan, dan bila karyawan loyal terhadap perusahaan maka inilah yang dapat
meningkatkan kesuksesan perusahaan.
Kesadaran akan pentingnya budaya organisasi harus dipahami dan diyakini oleh seluruh
karyawan. Salah satu caranya adalah dengan melekatkan budaya organisasi ke dalam diri setiap karyawan.
Proses pelekatan ini akan memberikan kenyamanan dan loyalitas dalam diri karyawan sehingga
berdampak pada motivasi kerja. Menurut pandangan Sathe dalam buku Achmad Sobirin (2010), “Budaya
yang kuat ditandai oleh nilai – nilai inti organisasi yang tertanam semakin mendasar, kokoh dan dipegang
teguh oleh para anggota organisasi”. Semua itu bisa terjadi karena budaya tersebut disampaikan secara
jelas dari disosialisasikan atau dikomunikasikan dan diwariskan sehingga semakin luas dianut oleh banyak
anggota organisasi atau perusahaan. Demikian sebaliknya, jika budaya hanya dipahami dan dianut oleh
sekelompok kecil orang bisa dikatakan budaya organisasi merupakan budaya yang lemah.
Selain budaya organisasi, tentunya terdapat faktor penunjang lainnya yang dapat mendukung
kesuksesan sebuah perusahaan yaitu komunikasi. Komunikasi antar team adalah pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi demi
mencapai suatu tujuan. Komunikasi itu sendiri merupakan aktivitas dasar manusia yang akan selalu
dilakukan sampai akhir hidup manusia. Tidak ada manusia yang tidak melakukan komunikasi di dalam
kehidupan ini. Dengan adanya komunikasi yang baik antar sesama karyawan, maka organisasi dapat
berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi,
organisasi dapat macet dan berantakan.
Agung Podomoro Recruitment Center adalah cabang dari Agung Podomoro Group yang bergerak
di bidang usaha properti terkemuka di Indonesia. Sesuai dengan namanya, Agung Podomoro Recruitment
Center setiap harinya memiliki target untuk mencari dan menerima para pencari kerja di Indonesia yang
berkompeten dalam menunjang kesuksesan Agung Podomoro Group. Untuk dapat melancarkan fungsi
recruitment maka Agung Podomoro Recruitment Center harus dapat mempertahankan tujuan
organisasinya dan memaksimalkan peran karyawan di dalam perusahaan agar dapat menunjang
keberhasilan dalam merekrut pekerja di Indonesia. Tentu saja hal ini didukung oleh budaya organisasi
yang diterapkan di setiap divisi pada perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya
kepercayaan bahwa budaya organisasi adalah salah satu faktor penunjang suksesnya perusahaan. Agung
Podomoro Recruitment Center berusaha menjadikan budaya organisasi sebagai landasan dalam
menciptakan iklim kerja yang kondusif dan efektif sehingga karyawan dapat bekerja secara maksimal.
Seluruh karyawan dan karyawan magang di Agung Podomoro Recruitment Center selalu
ditekankan mengenai “Communication” yang menjadi landasan dalam bekerja di dalam perusahaan.
Maksud dari komunikasi adalah dalam memberikan informasi kepada setiap karyawan agar tercipta
sebuah pemahaman yang sama sehingga satu sama lain saling mengerti dan hubungan antara karyawan
semakin terjaga. Segala sesuatu yang terjadi di dalam perusahaan hendaknya antar karyawan harus selalu
melakukan komunikasi. Bayangkan saja jika antara karyawan dalam suatu perusahaan tidak saling
berkomunikasi, sibuk dengan urusan masing – masing dan tidak mau peduli. Perusahaan tersebut mungkin
akan mengalami kekacauan dan timbul banyak konflik karena tidak adanya kolerasi antar sesama
karyawan.
Menurut observasi sementara, dari kegiatan yang berlangsung terlihat kurangnya tindakan
perusahaan mempersuasikan karyawan agar menerapkan budaya organisasi untuk dapat meningkatkan
proses komunikasi antar sesama karyawan dan pada akhirnya menjadi saling tertutup. Dari latar belakang
tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai “Analisis budaya organisasi dalam memelihara komunikasi
antar karyawan”. Sehingga apabila penelitian ini dilakukan dapat membantu perusahaan dalam
memberikan masukan atau informasi mengenai permasalahan yang berkaitan dengan budaya dan
pemeliharaan komunikasi antar karyawan di dalam perusahaan.
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah budaya organisasi yang ada di Agung Podomoro
Recruitment Center dalam memelihara komunikasi antar karyawan. Pertanyaan penelitian dalam
penelitian ini adalah bagaimana budaya yang ada di Agung Podomoro Recruitment Center dan bagaimana
budaya Agung Podomoro Recruitment Center memelihara komunikasi antar sesama karyawan.
Tujian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi yang ada di
Agung Podomoro Recruitment Center dan bagaimana budaya tersebut memelihara komunikasi antar
sesama karyawan Agung Podomoro Recruitment Center.
Untuk mendukung penelitian yang dilakukan, digunakan kajian pustaka antara lain: komunikasi,
komunikasi efektif, fungsi komunikasi efektif, performa komunikatif, budaya organisasi, unsur-unsur
pembentuk budaya organisasi, teori budaya organisasi “Jaring – Laba – Laba” yang ditemukan oleh
Pacanowsky dan O’Donnell, serta kerangka konseptual yang dikemukakan.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah
suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. (Ruslan, 2010)
Tipe atau jenis penelitian digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Ciri tipe atau
jenis penelitian deskriptif kualitatif dapat menguraikan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian dan
memberikan pemecahan masalah yang ada berdasarkan atas data – data yang dimiliki. Metode deskriptif
sebagai sebuah metode yang bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan keadaan di lapangan
secara sistematis dengan fakta-fakta dengan interpretasi yang tepat dan data yang slaing berhubungan,
serta bukan hanya untuk mencari kebenaran mutlak tetapi pada hakekatnya mencarai pemahaman
observasi. (Moh. Nazir, Ph. D, 2010)
Sedangkan metode penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. studi kasus adalah
suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar
diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan
tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. (Susilo Rahardjo &
Gudnanto, 2011)
Teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua yakni jenis data dan lokasi serta waktu penelitian.
Jenis data dibagi kembali menjadi dua yakni data primer dan data sekunder. Data primer yang terdiri dari
wawancara dan observasi. Data sekunder di dapat dari studi pustaka dan data internal perusagaan PT
Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center. Lokasi dan waktu penelitian adalah penelitian dilakukan
pada bulan Febuari 2015 – Mei 2015 dengan lokasi Apartment Mediterania Garden Residence 1, Tower
Dahlia, 2nd Floor Podomoro City, Jl. Letjen S. Parman Kav 5-9, Jakarta Barat.
Objek dari penelitian ini adalah budaya organisasi yang ada di dalam Agung Podomoro
Recruitment Center, budaya organisasi itu akan dianalisis implikasinya dalam memelihara komunikasi di
dalam perusahaan. Sedangkan subjek penelitian adalah 4 karyawan Agung Podomoro Recruitment
Center, yaitu informan kunci selaku Assistant Head Office Agung Podomoro Recruitment Center. Hendy
Prabowo, Elisabeth Dakosta selaku Recruitment Center dan Felanny Chandra selaku Selection Specialist.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data, reduksi data, display
data dan verifikasi. Pengumpulan data yaitu proses pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan seperti
wawancara dan observasi langsung, Reduksi data yaitu penggabungan dan penyeragaman segala bentuk
data yang diperoleh dilakukan menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Display data yaitu setelah
infromasi dipilih dan disaring, maka data yang telah dipilih akan disajikan dalam bentuk tabel maupun
dalam bentuk uraian penjelasan, dan verifikasi menarik sebuah kesimpulan. (Miles dan Huberman, 2007)
Penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data triangulasi. Triangulasi adalah
teknik menganalisis jawab subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data
lainnya) yang tersedia. Triangulasi sumber adalah membandingkan atau mengecek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. (Norman K. Denkin dalam
Rahardjo, 2010)
HASIL DAN BAHASAN
Budaya Organisasi Agung Podomoro Recruitment Center
Agung Podomoro Recruitment Center memiliki beberapa nilai yang dianut di dalam perusahaan.
Nilai – nilai tersebut diturunkan dari Department Head agar karyawan bisa menjiwai dan menerapkan
nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari di dalam perusahaan. Nilai tersebut berupa harmonis,
mutu, tangguh, dan ramah lingkungan. Tetapi pada kenyataannya budaya lain pun terbentuk di perusahaan
dengan sendirinya dan budaya tersebut sedikit banyaknya saling mempengaruhi nilai – nilai tersebut.
Seperti adanya budaya ketimuran yang lebih menghormati, menghargai ini akan mengacu pada nilai
harmonis. Sedangkan budaya last minute tersebut akan mengacu pada nilai tangguh dan mutu dimana
walaupun bekerja santai tetapi mereka tetap dapat mencapai target sesuai yang diharapkan. Nilai ramah
lingkungan yang perusahaan berusaha melakukan penghematan kertas dengan melakukan recycle kertas
bekas, dan lebih banyak menggunakan email untuk pengisian formulir undangan psikotest dan interview.
Terdapat beberapa tambahan terkait dengan budaya organisasi yang ada di kantor, dimana budaya
organisasi selama ini terlihat dari pagi antara karyawan saling mengucapkan selamat pagi satu sama
lainnya, beberapa kali kantor Department Head HRD mengadakan kegiatan seperti Annual Event untuk
memberikan penghargaan kepada karyawan yang memiliki prestasi untuk perusahaan dan Gathering pagi
yang diselenggarakan di kantor Agung Podomoro Recruitment Center agar karyawan HRD dan
Recruitment bisa saling bersosialisasi dan menjalin komunikasi yang lebih akrab antar pribadi. Dengan
adanya kumpul – kumpul antar karyawan yang dilakukan telah menjadi budaya perusahaan sebagai
perekat bagi karyawan dan alat komunikasi antar karyawan. Juga dari segi berkomunikasi di dalam
perusahaan bersifat santai dan tidak harus bertatap muka tetapi bisa menggunakan messanger berupa
whatsapp, email atau menggunakan dropbox untuk bisa melihat dokumen – dokumen terupdate
perusahaan. Jadi dengan menggunakan alat komunikasi tersebut akan lebih gampang dalam
berkomunikasi antar karyawan maupun dengan atasan. Jika dikaitkan dengan konsep budaya organisasi
menurut Robbins (dalam buku Tika, 2012), menyatakan bahwa budaya organisasi adalah sekumpulan
sistem nilai yang diakui dan dibuat mengacu kepada sistem makna bersama yang dianut oleh anggota di
dalam organisasi yang membedakan organisasi itu dari organisasi lain maka Agung Podomoro sudah
merepresentasikan nilai – nilai tersebut berbeda dari organisasi atau perusahaan lainnya. Inilah yang
menjadi nilai lebih bagi perusahaan dan menjadi makna yang dianut oleh seluruh anggota organisasi. Hal
ini didukung oleh pendapat narasumber ahli, Mohamad Irfan Sofyan, yaitu budaya organisasi adalah
bagaimana cara perusahaan itu bertingkah laku. Yang terpenting dari budaya yang ada di perusahaan
Agung Podomoro Recrutiment Center bisa memelihara dan meningkatkan performa perusahaan.
Budaya organsiasi tentunya tidak muncul dengan sendiri di dalam sebuah perusahaan, terdapat
beberapa proses terbentuknya budaya organisasi. Proses terbentuknya budaya organisasi berasal dari
Founding Father Agung Podomoro Land yaitu Bapak Anton Kusuma Haliman. Beliaulah yang
menurunkan nilai – nilai perusahaan dan akan membudaya di dalam perusahaan. Seperti dalam nilai
harmoni, pada awal mendirikan Agung Podomoro Land Bapak Anton menganut nilai Unity of Diversity
bahwa perusahaan ini didirikan tidak atas kalangan tertentu saja tetapi didirikan dari berbagai latar
belakang baik latar belakang studi, keahlian, dan budaya atau ras. Maka diterapkanlah nilai harmoni untuk
membangun keselarasan dan sinergisitas di dalam perusahaan. Begitupun di dalam Agung Podomoro
Recuritment Center inipun menghargai adanya perbedaan suku dan budaya. Nilai tangguh berasal dari
ketahanan perusahaan yang berkaitan dengan proses perjalanan sejarahnya. Ada sebuah milestone dari
tahun 1973 sampai dengan 2015 Agung Podomoro Land dan Agung Podomoro Group tetap bisa survive
dalam menghadapi krisis ekonomi di tahun 1998 dan 2008. Jadi nilai tangguh inilah yang mewarnai
bagaimana perusahaan ini tetap berdiri tanpa harus mengurangi kekuatan yang ada di dalamnya.
Pernyataan ini selaras dengan sebuah konsep menurut Schein dalam buku Achmad Sobirin (2010), dimana
prosesnya mengikuti alur sebagai berikut :
1.
Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar, nilai – nilai perspektif,
artefak, ke dalam organisasi dan menanamkannya kepada para karyawan
Pimpinan yang dimaksudkan adalah Manager dari divisi Agung Podomoro Recruitment Center.
Pimpinan tersebut yang memiliki pengaruh besar dalam proses terbentuknya budaya organisasi, karena
ketika pimpinannya bisa mengkomunikasikan dengan baik nilai – nilai yang dianut perusahaan dan dijiwai
oleh karyawan maka karyawanpun bisa menerima budaya tersebut dengan baik dan bisa di apply-kan di
dalam kehidupan berorganisasi setiap hari, tetapi jika pimpinan tidak bisa menurunkan nilai – nilai
tersebut maka akan menjadi sia – sia karena yang dipikirkan oleh karyawan bukanlah sebuah nilai yang
dianut dan dijiwai melaikan sebuah instruksi bagi mereka.
Budaya organisasi tidak hanya dari atasan saja, tetapi dari interaksi mereka sehari – hari bisa
menciptakan sebuah budaya yang baru dan disebut dengan Culture Creator. Seperti kebebasan berkreasi
yang mulai dilakukan oleh Pak Hendy dalam mempromosikan Agung Podomoro Recruitment Center yang
merupakan divisi terbaru di dalam Agung Podomoro Land, dan banyak hal lainnya terbentuk sendiri
akibat interaksi sehari – hari antar karyawan dan juga dikarenakan divisi yang masih terbilang baru
sehingga karyawan di dalamnya masih menyesuaikan dan menciptakan hal – hal baru yang dirasakan
nyaman untuk mereka beraktivitas di dalam perusahaan. Sehingga sesuai dengan penuturan lanjutan oleh
Schein (Achmad Sobirin, 2010) :
2.
Budaya muncul ketika para anggota organisasi berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan
masalah – masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal
3.
Secara perorangan, masing – masing anggota organisasi boleh menjadi seorang pencipta budaya
baru (culture creator) dengan mengembangkan berbagai cara untuk menyelesaikan persoalan – persoalan
individual seperti persoalan identitas diri, kontrol, dan pemenuhan kebutuhan serta bagaimana agar bisa
diterima oleh lingkungan organisasi yang diajarkan kepada generasi penerus.
Jadi dapat disimpulkan pada proses terbentukanya budaya organisasi ada beberapa karyawan
yang telah menjiwai nilai – nilai yang diturunkan dari Pemimpin atas, dan juga dielaborasi dengan budaya
ciptaan mereka sendiri selama mereka saling berinteraksi satu sama lain di dalam perusahaan. Dan dari
hasil observasi, secara tidak langsung budaya tersebut bisa muncul dari kebiasaan – kebiasaan yang
mereka lakukan setiap hari tanpa adanya instruksi bahwa itu merupakan nilai – nilai yang harus mereka
anut seperti menyapa “ Good Morning” ataupun sharing ketika jam makan siang (tetapi ini hanya
dilakukan oleh beberapa karyawan saja) sehinga dengan kebiasaan sehari – hari itulah akan menjadi
identitas diri mereka dan tradisi yang akan mereka lakukan secara terus menerus. Akan tetapi ada juga
karyawan yang masih belum bisa menjiwai dan merasakan adanya budaya organisasi di dalam perusahaan
dikarenakan oleh faktor individu yang pastinya memiliki kapasitas beradaptasi yang berbeda di dalam
perusahaan. Ini juga bisa dikarenakan kurangnya sosilasisasi dan komunikasi dari pemimpin divisi untuk
terus memotivasi karyawan agar bisa memahami dan menerapkan nilai – nilai positif di dalam perusahaan.
Seperti yang dikatakan Achmad Sobirin (2010), “Tetapi pada kenyataannya budaya organisasi tidak selalu
dinyatakan secara eksplisit dan hanya pendiri saja yang bisa memahaminya karena tidak dikomunikasikan
kepada anggota - anggota baru organisasi. Maka dibutuhkan sebuah komunikasi yang digunakan para
pendiri di antaranya dengan memberi contoh dalam bentuk perilaku sehari – hari bagaimana seharusnya
melakukan segala aktivitas organisasi”.
Dalam buku Richard and Lynn (2009), teori budaya organisasi berdasarkan penelitian Clifford
Greetz, Michael Pacanowsky, dan Nick O’Donnell – Trujillo mengatakan bahwa orang – orang adalah
seperti laba – laba yang tergantung di dalam jaring yang mereka ciptakan di tempat kerja. Sebuah budaya
organisasi terdiri atas simbol yang dimiliki bersama, dan tiap – tiap simbol ini memiliki makna yang unik.
Kisah – kisah perusahaan, ritual, dan serangkaian ritusnya merupakan contoh dari budaya perusahaan.
Simbol – simbol nyata inilah yang tercipta di dalam perusahaan yang menjadikan sebagai suatu kesatuan
bagaikan untaian jaring laba – laba yang tidak akan memiliki bentuk yang sama dengan jaring laba – laba
lainnya. Simbol budaya organisasi terbagi menjadi tiga yaitu simbol fisik berupa seni, design; logo;
pakaian; penampilan, simbol perilaku berupa upacara atau ritual; tradisi atau kebiasaan; penghargaan atau
hukuman, dan simbol verbal berupa anekdot atau lelucon; jargon atau nama sebutan; kisah atau sejarah.
Berdasarkan teori budaya organisasi tersebut didapatkan beberapa simbol budaya organisasi.
Simbol fisik berupa logo perusahaan tetap menggunakan logo perusahaan yaitu Agung Podomoro Land
atau Agung Podomoro Group hanya saja ditambahkan Recruitment Center karena ini merupakan
spesialisasi dari Departemen yang berkaitan dengan proses recruitment dan seleksi calon karyawan. Untuk
pakaian dan penampilan Agung Podomoro memiliki ciri khas warna yaitu putih, biru, merah yang
melambangkan warna simbol Agung Podomoro dan tentunya menggunakan name tag sebagai identitas
diri. Terdapat pula Dress code karyawan pada hari senin dan kamis menggunakan batik, dan pada hari
selasa rabu menggunakan baju formal rapi, sedangkan jumat menggunakan baju casual rapi. Sedangkan
simbol perilaku berupa habit atau kebiasaan yang sering dilakukan yaitu morning briefing walaupun tidak
harus dilakukan mutlak oleh seluruh anggota departemen. Morning briefing ini akan membahas tentang
evaluasi pekerjaan kemarin, merencakan pekerjaan hari ini dan merencanakan pekerjaan yang akan
dikerjakan selama seminggu kedepan. Sedangkan weekley briefing harus melaporkan perkembangan
pekerjaan kepada Departemen Head selama satu pekan begitu pula akan berantai sampai di level
Departemen Head kepada Direktorat Head dilakukan perpekan untuk memantau dan mengevaluasi terkait
proses kerja dan pencapaian kerja di dalam perusahaan. Selain itu adanya perayaan ulang tahun walaupun
tidak semua karyawan tapi secara keseluruhan pastinya ketika ada yang berulang tahun pasti akan ada
surprise dan makan – makan yang dilakukan pada hari tersebut.
Maka dari penjelasan mengenai budaya, proses terbentuknya budaya, dan simbol budaya dapat
ditarik 3 dari 5 unsur pembentuk budaya organisasi menurut Deal & Kenedy (Tika, 2012), yang telah
terepresentasikan oleh Agung Podomoro Recruitment Center:
1.
Nilai – nilai
Nilai-nilai merupakan konsep dasar dan kepercayaan dari sebuah organisasi. Nilai-nilai inilah
yang berfungsi sebagai pedoman bagi karyawan dalam bertindak dan memotivasi karyawan untuk
menghayati dan menginternalisasi nilai – nilai tersebut agar dapat terepresentasikan di dalam kehidupan
organisasi sehari – hari. Inilah yang menjadi landasan karyawan dalam bersikap dan menjadi titik acuan
perusahaan dalam mencapai kesuksesan. Begitu pula Agung Podomoro Land memiliki 4 (empat) nilai
utama yang diyakini dapat menunjang kesuksesan perusahaan. 4 (empat) nilai yang dianut perusahaan
seperti yang telah dijelaskan oleh Key Informan, Bapak Hendy Prabowo, yaitu nilai harmonis, tangguh,
mutu, dan ramah lingkungan. Dengan adanya nilai tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi dan acuan
karyawan dalam bertindak.
2.
Pahlawan
Pahlawan merupakan sosok atau tokoh yang dipandang berhasil dalam mewujudkan nilai-nilai
budaya di dalam kehidupan nyata. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya pada proses pembentukan budaya
perusahaan dan oleh narasumber ahli yang berpendapat bahwa sosok pahlawan adalah orang berkontribusi
bagi perusahaan dan bisa menginspirasi karyawan. Bagi Agung Podomoro Recruitment Center yang
merupakan salah satu dari divisi Agung Podomoro Land tentunya mengacu sesuai dengan Departement
Head atas, sehingga sosok pahlawan yang menjadi panutan adalah Bapak Anton Kusuma Haliman yang
merupakan Founding Father di perusahaan Agung Podomoro. Figur beliau yang tentunya akan mewarnai
dan akan mensimbolkan nilai - nilai perusahaan yang akhirnya akan membudaya di dalam Agung
Podomoro.
3. Ritual
Ritual merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang yang
mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama suatu perusahaan. Ritual yang dilakukan karyawan
Agung Podomoro Recruitment Center terbagi menjadi dua yaitu formal dan informal. Kegitan formal yang
ada di Agung Podomoro Recruitment Center adalah morning briefing, weekly meeting, dan employee
gathering. Morning briefing dilakukan untuk mengevaluasi pekerjaan kemarin, merencakan pekerjaan hari
ini dan merencanakan pekerjaan yang akan dikerjakan selama seminggu ke depan. Sedangkan weekly
meeting untuk memantau dan meengevaluasi terkait proses kerja dan pencapaian kerja. Employee
gathering seperti Annual Event dan sarapan pagi bersama seluruh karyawan Departemen HRD Agung
Podomoro agar lebih bisa menjalin hubungan yang lebih akrab antar sesama karyawan dan memberikan
penghargaan untuk karyawan terbaik di Agung Podomoro.
Sedangkan ritual informal seperti hal yang paling simple adalah menyapa setiap karyawan di pagi
hari “Good Morning”. Hal ini menjadi rutinitas setiap hari dan secara tidak langsung memberikan
semangat bagi karyawan untuk memulai aktivitas di pagi hari. Dan pada siang harinya ada beberapa
karyawan yang melakukan makan bersama sehingga dengan adanya makan bersama ini bisa menjadi
waktu sharing antar karyawan dan menjadi perekat satu sama lain. Selain itu juga ritual ketika ada
anggota organisasi yang sedang berulang tahun yang biasanya akan diberikan perayaan dan kumpul
bersama. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya pada simbol budaya perusahaan. Narasumber ahli,
Mohamad Irfan, juga menjelaskan bahwa ritual informal tidak kalah pentingnya dari formal, karena
kegiatan informal lebih efektif dalam membangun sebuah hubungan dan komunikasi di dalam perusahaan.
Budaya Organisasi Agung Podomoro Recruitment Center Memelihara Komunikasi Antar
karyawan
Pola komunikasi yang ada di Agung Podomoro Recruitment Center bersifat langsung. Dengan
maksud ketika seseorang memiliki kebutuhan berkomunikasi maka dia boleh langsung menyampaikan
informasi tersebut tanpa harus melewati beberapa tahapan (misalnya karyawan boleh langsung
menyampaikan informasi atau berkomunikasi ke Manager tanpa harus melewati Assistant Manager
terlebih dahulu). Tetapi itu semua juga harus berdasarkan etika komunikasi dan trust. Jika informasi yang
diberikan atau didapatkan bersifat penting, maka komunikasi yang dilakukan antar Department bisa
menggunakan media komunikasi seperti email sebagai recording alat bukti. Jadi komunikasi yang ada di
sana tidaklah bersifat kaku dan birokratif, tetapi tetap harus memerhatikan trust dan etika komunikasi di
dalamnya agar menghindari konflik. Komunikasi bisa dilakukan secara verbal dan nonverbal seperti
chattingan, email, telepon dan tidak memiliki aturan atau prosedur khusus di dalam berkomunikasi.
Selama hal itu membantu pekerjaan menjadi lebih cepat dan dapat mempermudah penyebaran informasi di
dalam perusahaan, maka karyawan lebih sering menggunakan alat komunikasi seperti email dan whatsapp
group. Yang terpenting adalah proses penyampaian komunikasi yang lancar, baik secara verbal dan
nonverbal, bersifat formal dan informal, pengirim pesan dan penerima pesan sama-sama memiliki
pemahaman yang sama mengenai informasi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pemahaman
komunikasi menurut Deddy Mulyana (2010), yaitu komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu
makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Komunikasi didefenisikan secara luas sebagai “berbagi
pengalaman”. Ini menandakan bahwa setiap karyawan di dalam Agung Podomoro recruitment Center
telah memahami arti komunikasi dalam membangun sebuah makna bersama dan berbagi pengalaman di
dalam sebuah organisasi.
Dalam sebuah komunikasi tentunya perusahaan mengharapkan dapat menciptakan sebuah
komunikasi efektif dan bisa memelihara komunikasi antar karyawan. Berdasarkan pandangan seorang ahli
yaitu Rakhmat (2005), menjelaskan bahwa komunikasi efektif merupakan sebuah proses komunikasi
antara komunikator dengan komunikan yang dimana dalam proses komunikasi tersebut menghasilkan
empat perspektif sehingga komunikasi tersebut dapat dikatakan efektif, yaitu :
1.
Pengertian yaitu adanya pemahaman antara komunikator dengan komunikan sehingga pesan yang
disampaikan selaras.
Komunikasi bisa dikatakan efektif apabila memiliki kesamaan pemahaman antar komunikator
dengan komunikan. Ketika menyampaikan informasi dan informasi tersebut dapat diterima dan ditanggapi
dengan baik maka komunikasi yang berlangsung telah efektif. Hal ini dikarenakan pola komunikasi yang
dimiliki oleh Agung Podomoro Recruitment Center yang bersifat fleksibel maka dalam berkomunikasi
karyawan bisa menyampaikan informasi dengan nyaman sehingga dapat ditrima oleh komunikan.
2.
Perubahan sikap yaitu dengan adanya komunikasi antara komunikator dengan komunikan yang
dimana pesan komunikasi tersebut dapat memberikan efek dengan perubahan sikap dalam komunikasi
tersebut
3.
Membangun hubungan, komunikasi dapat dikatakan efektif jika dengan berkomunikasi antara
individu dengan individu yang lain dapat menghasilan sebuah hubungan
Dua perspektif di atas yaitu komunikasi efektif menimbulkan perubahan sikap dan membangun
hubungan yang tersirat dalam kegiatan komunikasi melalui whatsapp ataupun makan siang bersama, itu
bisa membantu karyawan Agung Podomoro Recruitment Center dalam menyelesaikan masalah. Ketika
mereka melakukan komunikasi dan sharing maka itu akan membentuk perubahan sikap dari masing –
masing individu dan menghasilkan sebuah hubungan yang lebih akrab.
4.
Menciptakan tindakan, komunikasi yang efektif tentu dapat memberikan sebuah persepsi yang
menimbulkan sebuah tindakan bagi salah satu individu akibat pesan yang dibicarakan antara komunikator
dan komunikan sehingga dalam komunikasi tersebut dapat dikatakan maksud yang disampaikan jelas dan
dipahami.
Komunikasi dapat menciptakan tindakan dimana komunikasi tersebut mendukung terciptanya
iklim yang kondusif mengacu pada nilai harmoni di dalam perusahaan sehingga dapat meningkatkan
produktivitas karyawan. Komunikasi yang terjadi antar karyawan Agung Podomoro Recruitment Center
akan menimbulkan tindakan karena karyawan dapat memahami dan mempersepsikan pesan sehingga
memunculkan sebuah tindakan. Ketika seseorang mampu memahami isi pesan tersebut maka yang
dilakukan adalah menciptakan tindakan atas respon dari pesan yang diberikan. Maka komunikasi tersebut
menjadi efektif.
Dikaitkan dengan topik penelitian ini, budaya organisasi memelihara komunikasi di dalam
perusahaan Agung Podomoro Recruitment Center. Agung Podomoro Recruitment Center memiliki pola
komunikasi yang efektif. Dalam memelihara komunikasinya di dalam perusahaan tidak terlalu strick
dalam berkomunikasi yang harus melewati banyak layer atau lapisan (harus dari Officer ke Supervisor lalu
ke Assistant Manager lalu ke Manager), tetapi diperbolehkan langsung menyampaikan informasi ke
atasan, karena budaya komunikasi perusahaan yang bersifat fleksible dan hal ini bisa menjamin proses
kerja yang lebih cepat dan efektif. Tentunya dalam melakukan kegiatan komunikasi tersebut juga harus
menanamkan trust dan etika. Trust yang dimaksud adalah kepercayaan dalam pemberian dan penerimaan
informasi, sedangkan etika berkomunikasi adalah cara berkomunikasi antara atasan dan bawahan pasti
memiliki seni tersendiri , bagaimana mesti berkomunikasi kepada atasan, bagaimana berkomunikasi
kepada sesama karyawan sehingga disebut dengan etika berkomunikasi. Jika tanpa trust dan etika
komunikasi maka nilai harmonisnya tidak akan tercipta. Nilai harmoni ini akan terimplementasi bila
proses komunikasi itu telah mencerminkan trust dan etika komunikasi. Nilai harmoni dapat memelihara
komunikasi, karena jika karyawan dapat menerapkan nilai harmonis yang dicerminkan dalam kehidupan
sehari, baik dari segi tindakan yang saling menghargai satu sama lain, komunikasi yang bisa
menyampaikan pendapat secara terbuka dan tentunya tetap menjaga etika komunikasi maka terbentuklah
harmonisasi di dalam perusahaan yang menghasikan komunikasi yang berkualitas di dalam perusahaan.
Selain cara berkomunikasi di dalam perusahaan terdapat pula beberapa budaya yang dapat
memelihara komunikasi antar karyawan seperti, budaya makan bersama yang memiliki peran dalam
memelihara komunikasi antar karyawan yang membangun hubungan antar sesama karyawan semakin
dekat dan akrab, bisa membicarakan problem solving ketika ada waktu santai. Karena sebagian besar
ketika sudah waktunya bekerja, karyawan di Agung Podomoro Recruitment Center ini lebih bersifat
individualistic dalam menyelesaikan tanggung jawab masing- masing. Budaya organisasi ini yang akan
melebur individualistic tersebut seperti berkomunikasi bisa melalui email walau satu ruangan dengan
catatan tidak ingin membuyarkan konstentrasi karyawan tersebut saat sedang bekerja, maka digunakanlah
email atau menggunakan whatsapp sebagai alat komunikasi agar proses komunikasi tetap berjalan dengan
lancar. Komunikasi yang bersifat fleksibel tidak terlalu formal inilah yang dapat memelihara komunikasi
baik antar karyawan maupun atasan.
Pada dasarnya budaya yang ada di perusahaan Agung Podomoro Recruitment Center memelihara
komunikasi di dalam perusahaan, seperti adanya briefing pagi sehingga karyawan memahami apa saja
yang harus dikerjakan dan menjadi target pada hari itu dan untuk yang akan datang, ritual kumpul dan
makan bersama yang menjadikan antar sesama karyawan menjadi akrab dan bisa membangun komunikasi
yang lebih baik lagi, penggunaan media komunikasi yang bersifat fleksibel seperti whatsapp, email,
sehingga baik dari atasan ke karyawan maupun sebaliknya dapat dengan cepat menyampaikan infomasi
dan tetap menjalankan proses komunikasi dengan mudah tanpa harus bertemu secara langsung. Proses
kerjapun menjadi lebih cepat dengan penggunaan media tersebut. Misalnya ketika seorang karyawan
berhalangan atau telat hadir maka ia bisa mengkomunikasikan hal ini kepada atasan dengan menggunakan
via whatsaap agar tidak terjadi miss communication dan tetap memberikan kabar sehingga karyawan lain
saling mengetahui dan up to date mengenai kabar antar sesama anggota organisasi. Walaupun adanya
campuran dari budaya timur dimana terdapat gap antara atasan dan bawahan karena adanya rasa segan dan
tidak terlalu bisa berkomunikasi to the point hal ini tetap memiliki sisi positif berdasarkan nilai harmonis
yang dianut perusahaan. Dengan adanya perasaan menghormati dan menghargai atasan maka akan
menjaga keharmonisan dalam berkomunikasi. Narasumber ahli juga memberikan pandangannya terhadap
budaya organisasi Agung Podomoro Recruitment Center karena dengan adanya prinsip budaya yang sudah
ditanamkan Agung Podomoro Recruitment Center membuat komunikasi di dalam perusahaan secara
teknis sudah berjalan dengan lancar.
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan penelitian, pengolahan dan analisis data, serta pembahasan yang dilakukan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Agung Podomoro Recruitment Center memiliki nilai – nilai yang diturunkan dari
Departement Head Agung Podomoro Land dan beberapa budaya organisasi. Nilai – nilai yang dianut
perusahaan adalah nilai harmonis, tangguh, mutu, dan ramah lingkungan. Nilai – nilai tersebut diturunkan
dari Founding Father Agung Podomoro Land, yaitu Bapak Anton Kusuma Haliman dan dengan harapan
agar nilai – nilai tersebut dijiwai oleh seluruh karyawan dan di apply- kan di dalam kehidupan
bergorganisasi sehari – hari. Adapun budaya yang dimiliki oleh Agung Podomoro Recruitment Center
adalah seperti ritual yang bersifat formal dan informal. Ritual formal adalah kegiatan briefing di pagi hari
atau sering disebut Morning Briefing, Weekly Meeting dan Employee Gathering seperti Annual Event dan
sarapan pagi bersama seluruh karyawan Departemen HRD Agung Podomoro. Ritual informal seperti
menyapa setiap karyawan di pagi hari “Good Morning”. Berkomunikasi menggunakan media Email
ataupun Whatsapp agar lebih muda berkomunikasi antar karyawan. Makan bersama karyawan agar
hubungan menjadi semakin akrab dan saling bisa bertukar pikiran walau hal ini tidak dilakukan seluruh
karyawan. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa budaya di Agung Podomoro Recruitment Center masih
dipengaruhi oleh budaya timur seperti adanya perasaan sungkan, segan, dan lebih menghormati yang lebih
tua.
2.
Budaya yang baik akan memelihara komunikasi di dalam perusahaan. Budaya Agung
Podomoro Recruitment Center memelihara komunikasi seperti adanya briefing pagi sehingga karyawan
memahami apa saja yang harus dikerjakan dan menjadi target pada hari itu dan untuk yang akan datang,
ritual kumpul dan makan bersama yang menjadikan antar sesama karyawan menjadi akrab dan bisa
membangun komunikasi yang lebih baik lagi, penggunaan media komunikasi yang bersifat fleksibel
seperti whatsapp, email, sehingga baik dari atasan ke karyawan maupun sebaliknya dapat dengan cepat
menyampaikan infomasi dan tetap menjalankan proses komunikasi dengan mudah tanpa harus bertemu
secara langsung. Hal ini juga dapat dilihat dari performa komunikatif yang dimiliki perusahaan dari
performa ritual, hasrat, sosial, dan politik.
Saran
Saran Akademis
Bagi mahasiswa atau peneliti lainnya yang ingin membahas mengenai budaya organisasi mungkin dapat
membahas tidak hanya sekedar budaya organisasi perusahan tetapi juga bisa mengaitkan dari aspek lain
seperti komunikasinya yang telah lakukan sebelumnya. Dan mungkin apabila bisa dikaitkan dengan
banyak aspek lain, pembahasan menjadi lebih luas dan bisa digunakan dalam pengembangan ilmu
komunikasi dan Public Relations.
Saran Praktis
Saran yang dapat diberikan kepada Agung Podomoro Recruitment Center mengenai budaya dan
pemeliharaan komunikasinya adalah budaya yang dimiliki Agung Podomoro Recruitment telah memiliki
hasil yang positif dalam perusahaan, tetapi akan lebih baik jika nilai – nilai yang ada di dalam perusahaan
lebih dihayati oleh setiap karyawan sehingga terciptanya suasana kerja yang lebih kondusif dan hubungan
antar karyawanpun semakin terbangun baik dari segi komunikasinya maupun keakraban antar karyawan di
lingkungan kerja. Dan pentingnya untuk menanamkan keterbukaan bagi setiap karyawan sehingga rasa
kekeluargaan di dalam organisasi akan lebih terjalin dan komunikasinya pun akan semakin efektif.
REFERENSI
BUKU
Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang
Metode - Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Moleong J, Lexy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nazir, Moh. (2010). Metode Penelitian. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora Media
Enterprise.
Rahardjo, M. (2010). Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif. Malang: UIM
Rakhmat, Jalaludin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Robbins. Stephen. P., Coulter. Mary. (2012). Management. Eleventh Edition. Jakarta: England.
Rumam, Yustinus Suhardi, Antonius, dkk. (2013). CB: Interpersonal Development. Jakarta: Binus
Universtiy.
Ruslan, Rosady. (2010). Metode Penelitian Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sobirin, Achmad. (2010). Budaya Organisasi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Jakarta: Alfabeta.
Supratiknya. (2005). Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tika, H. Moh Pabundu. (2012). Budaya Organisasi dan Peningkatan kinerja Perusahaan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
West, Richard and Turner, Lynn H. (2009). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.
JURNAL
Efendi, Rustam. (2012). Hubungan Budaya Organisasi dan Penghargaan Terhadap Motivasi Karyawan:
Studi Kasual Terhadap Karyawan Universitak Megoupak Tulang Bawang. Jurnal Manajemen
dan Keuangan, Vol. 10 (2), Diakses pada 13 Maret 2015 dari http://jurnal.darmajaya.ac.id/
Hidayat, Indra. (2014). Pengaruh Good Governance, Budaya Organisasi, dan Gaya kepemimpinan
Terhadap Kinerja Pemerintah. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Vol. 1 (2), Diakses
pada 13 Maret 2015 dari http://jom.unri.ac.id/
Iglesias, Oriol; Sauquet, Alfons ;Montana, Jordi. (2011). The Role of Corporate Culture in Relationship
Marketing. European Journal of Marketing, Vol. 45 (14), Diakses pada 13 Maret 2015 dari
https://scholar.google.com
Yap, Querubin S.; Webber, Jon K. (2014). Mengembangkan Budaya Perusahaan di Departemen Pelatihan:
Kualitatif Studi Kasus Internal dan outsourcing Staf. Review of Business & Finance Studies, Vol.
6 (1), Diakses pada 13 Maret 2015 dari http://papers.ssrn.com/
Tong, Canon,dkk. (2015). Dampak Knowledge Sharing pada Hubungan antara budaya organisasi dan
Kepuasan Kerja: Persepsi Informasi dan Komunikasi Teknologi (ICT) Praktisi di Hong Kong.
International Journal of Human Resource Studies, Vol. 5 (1), Diakses pada 13 Maret 2015 dari
http://macrothink.org/journal
SUMBER DARI INTERNET
Azhari, Denni Imam. (2013). “Fungsi Komunikasi dalam Organisasi”. Diakses pada 5 Maret 2015 dari
https://dennyimamazhari.wordpress.com/2013/05/27/51-fungsi-komunikasi-dalam-organisasi/
Theresia, Febrina “Bab III Metode Penelitian”. Diakses pada
http://www.academia.edu/5449167/BAB_III_Metode_Penelitian
21
Februari
2015
dari
http://agungpodomoro.com/ , diakses pada 25 Mei 2015
RIWAYAT PENULIS
Elvita Hardianto lahir di kota Muara Bungo pada 17 Desember 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1
di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komunikasi Pemasaran dengan peminatan Public
Relations pada tahun 2015. Saat ini sedang mengamati untuk membuka usaha yang berpotensi untuk
berkembang.
Download