1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Performa atlet sepak bola sangat menentukan prestasi atlet saat bertanding di lapangan. Performa atlet dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kemampuan teknik, taktik, kondisi fisik, psikologis dan fisiologis atlet (Stolen et al., 2005). Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menjadi menurun (Effendi, 2013). Pelatih mental timnas U-19 Guntur Cahyo Utomo memaparkan bahwa salah satu kendala mental yang kerap menghampiri para pemain Indonesia adalah perasaan cemas, grogi, dan merasa khawatir tidak bisa menampilkan permainan terbaik. Para pemain sepak bola selama ini hanya terpaku dengan kemampuan lawan dan tidak memperhatikan potensi dan kemampuan yang dimiliki sehingga mengakibatkan performa atlet menjadi tidak optimal (Rachman, 2013). Berdasarkan penelitian Proctor & Boan-Lenzo (2010), dapat diketahui bahwa terdapat 15,6% atlet mahasiswa di Amerika yang menderita gejala depresi yang diukur dengan menggunakan kuesioner Center for Epidemiological Studies Depression Scale. Kaplan et al. (2007), memaparkan bahwa prevalensi terjadinya anxiety disorder sebanyak 17,7% dalam satu tahun dengan persentase pada wanita sebanyak 30,5% dan laki-laki 19,2%. Menurut Kamm (2008), banyak atlet yang memiliki state anxiety normal dan kecemasan muncul pada saat kondisi tertekan. Namun, beberapa atlet mempunyai kecemasan bawaan (trait anxiety) yang dibawa dari masa kanak-kanak dan saat usia remaja yang berpengaruh terhadap kestabilan saraf otonom dan performa pada saat bertanding. Berge et al. (2013) memaparkan bahwa tekanan darah pada atlet sepak bola di Norwegia sebesar 250 orang (42%) memiliki tekanan darah optimal, 197 orang (33%) memiliki tekanan darah normal, 108 orang (18%) memiliki tekanan darah normal tinggi dan 39 orang (7%) atlet memiliki tekanan darah tinggi. 2 Berdasarkan penelitian Lane et al. (2010) pada 284 atlet mahasiswa yang berasal dari berbagai cabang olahraga yang berasal dari Universitas di Itali dan Inggris diketahui bahwa emosi yang negatif mengakibatkan performa menjadi tidak optimal sedangkan kondisi emosi positif atlet akan berhubungan erat dengan performa yang optimal yang diukur dengan Brunel Mood Scale dan indikator happiness dan calmness. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jannah (2012) terhadap 51 orang atlet lari 100 meter perorangan yang mengikuti POMNAS XII tahun 2011 menunjukkan bahwa aspek psikologis yaitu regulasi emosi memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pencapaian prestasi atlet. Pencapaian prestasi atlet sepak bola Indonesia yang masih rendah dibuktikan pada saat timnas U-23 yang belum berhasil membawa medali emas pada Sea Games 2013 di Myanmar (PSSI, 2013), dan kembali mengalami kekalahan pada babak kualifikasi Piala Asia 2015 (Wefi, 2014), meskipun sudah mengalami peningkatan yang dapat dilihat saat Indonesia berhasil meraih gelar juara Piala Asean Football Federation (AFF) U-19 yang menjadi pembuka kesuksesan sepak bola Indonesia yang tidak pernah juara dalam 22 tahun semenjak juara terakhir pada SEA Games 1991 di Manila (Thomas, 2013). Atlet mendapatkan latihan fisik untuk menunjang keberhasilan dalam berolahraga. Latihan yang optimal dan teratur bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan teknik, mempertajam fokus psikologis dan meningkatkan fungsi fisiologis (Williams, 1993). Latihan fisik dapat meningkatkan kadar β-endorphin sehingga dapat meningkatkan rasa senang dan menumbuhkan motivasi pada atlet (Meyer et al., 2000; Bouix et al., 1994; Koseoglu et al., 2003). Namun, Prado et al. (2012) memperlihatkan bahwa saat latihan fisik atau bertanding, atlet akan mengalami penurunan glukosa darah atau hipoglikemia yang mengakibatkan kelelahan. Selain itu, latihan fisik yang berat maupun latihan fisik singkat di lingkungan yang panas dapat mengakibatkan dehidrasi yang berpengaruh terhadap performa (Murray, 2007). Menurut Casa et al. (2000), apabila seorang atlet kehilangan cairan tubuh hingga 2% dalam jangka waktu lebih dari 60 menit dan berada pada suhu 3132°C, dapat meningkatkan terjadinya kelelahan yang mengakibatkan performa 3 menurun, angka kesakitan meningkat dan fungsi kognitif menurun. Penelitian Armstrong et al. (2012) diperoleh hasil bahwa perubahan mood seperti marah, kelelahan, dan penurunan semangat sangat dipengaruhi oleh kondisi dehidrasi ringan. Hockey et al. (2000) memaparkan bahwa kelelahan (fatigue) merupakan salah satu aspek yang dapat menyebabkan seseorang mengalami suasana hati yang negatif sehingga sangat berpengaruh pada kognitif dan performa. Chevion et al. (2003) memaparkan bahwa pada saat melakukan latihan fisik yang berat, atlet akan mendapatkan paparan yang menyebabkan terjadinya stres baik secara fisiologis maupun psikologis. Menurut Sgoifo et al. (1999), salah satu faktor terjadinya penurunan performa adalah kondisi psikologis yang tidak stabil terutama tingkat emosi atau stres yang dialami seorang atlet. Mood merupakan salah satu indikator emosi yang dapat diukur pada seorang atlet. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Beedie et al. (2000), mood merupakan indikator yang efektif untuk menentukan performa ketika kondisi tersebut dapat ditemukan. Selain itu, Lowther & Lane (2002) memaparkan bahwa mood yang negatif berhubungan dengan persepsi yang buruk pada performa atlet sepak bola sedangkan mood positif yaitu vigor atau semangat berhubungan erat dengan performa yang sukses. Stres yang diperoleh di lapangan akan mengakibatkan perubahan perilaku yang salah satunya dapat menimbulkan kecemasan pada atlet (Chotiwat & Harris, 2006; Krause et al., 2008). Kecemasan adalah emosi negatif yang mempengaruhi persepsi atlet dalam menghadapi sebuah pertandingan yang mengakibatkan terjadinya penurunan performa saat bertanding (Raglin & Hanin, 2000). Martens et al. (1990) mengatakan bahwa kecemasan kognitif atau kecemasan yang timbul karena penilaian diri yang negatif dan tingkat percaya diri tidak mengalami perubahan sebelum bertanding. Namun, kecemasan secara somatik atau kecemasan yang timbul sebagai respon fisiologis dan respon sesaat, akan semakin meningkat seiring dengan semakin dekatnya pertandingan yang berpengaruh terhadap performa atlet. 4 Perubahan kondisi psikologis pada seorang atlet akan memberikan pengaruh pada kondisi fisiologisnya terutama pada kontrol otonom jantung (Cacioppo et al., 2000). Kecemasan pada atlet sangat berpengaruh terhadap perubahan sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Ketika kondisi cemas, saraf simpatis akan memacu pembuluh darah untuk memompa lebih cepat dan mengeluarkan hormon kortisol sehingga dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan heart rate, tekanan darah, laju respirasi, dan peningkatan kadar gula darah (Passer & Smith, 2007). Kirkendall (2004) memaparkan bahwa pemberian makanan atau minuman karbohidrat selama pertandingan sudah terbukti dapat memperbaiki performa pada babak kedua pertandingan sepak bola. Selain itu, pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian cairan karbohidrat selama 60-15 menit sebelum latihan dapat meningkatkan performa dan menunda kelelahan pada atlet (Singh et al., 2011; Davison et al., 2008). Maltodekstrin merupakan salah satu jenis karbohidrat yang dapat digunakan sebagai penunjang performa bagi atlet (Smolin & Grosvenor, 2003). Menurut Ruffo et al. (2009), pengosongan lambung dari polimer karbohidrat seperti maltodekstrin lebih cepat daripada larutan glukosa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi maltodekstrin sebelum latihan secara signifikan dapat meningkatkan ketersediaan simpanan glikogen hati pada dosis yang tinggi yaitu 2,1 g/kg dan 2,8 g/kg. Beberapa penelitian terakhir menyebutkan bukti pengaruh faktor makanan pada sistem molekular yang spesifik dan mekanisme dalam menjaga fungsi mental karena glukosa merupakan nutrisi otak yang paling banyak dibutuhkan (Morris and Saril, 2001; Markus, 2007). Penelitian Paleologos et al. (1998) menunjukkan bahwa makanan yang mengandung kaya antioksidan terutama vitamin C sangat berefek terhadap kinerja jaringan saraf otak dalam menghasilkan neurotransmiter yang mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Wang et al. (2013) memaparkan bahwa pemberian vitamin C pada pasien yang dirawat di rumah sakit dapat meningkatkan konsentrasi vitamin C dalam plasma darah dan berhubungan dengan penurunan gangguan mood serta stres psikologis. Menurut Carlson (2005), vitamin C yang dikonsumsi berperan sebagai kofaktor sintesis neurotransmiter dan antioksidan 5 yang digunakan sebagai nutrisi otak dan mempengaruhi metabolisme energi sehingga dapat meningkatkan kestabilan emosi atlet. Untuk itu, diperlukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap mood, kecemasan, tekanan darah, denyut nadi dan hubungannya dengan daya tahan kardiorespirasi atlet sepak bola. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap mood atlet ? 2. Apakah ada pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap kecemasan atlet ? 3. Apakah ada pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap tekanan darah atlet ? 4. Apakah ada pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap denyut nadi atlet ? 5. Apakah ada perbedaan mood, kecemasan, tekanan darah dan denyut nadi antara pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C dengan air putih ? 6. Apakah ada hubungan antara mood, kecemasan, tekanan darah dan denyut nadi dengan daya tahan kardiorespirasi atlet sepak bola ? C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Untuk mengetahui efektivitas pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap mood, kecemasan, tekanan darah, denyut nadi dan daya tahan kardiorespirasi atlet sepak bola. Tujuan khusus : 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap mood atlet. 6 2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap kecemasan atlet. 3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap tekanan darah atlet. 4. Untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap denyut nadi atlet. 5. Untuk mengetahui perbedaan mood, kecemasan, tekanan darah dan denyut nadi antara pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C dengan air putih. 6. Untuk mengetahui hubungan antara mood, kecemasan, tekanan darah, dan denyut nadi dengan daya tahan kardiorespirasi setelah mendapatkan minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C dibandingkan dengan air putih. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a) Memberikan pengalaman di lapangan bagi peneliti yang merupakan penerapan dari teori-teori yang diperoleh selama mengikuti kuliah. b) Mendapatkan informasi mengenai pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap mood, kecemasan, tekanan darah, denyut nadi dan daya tahan kardiorespirasi atlet. 2. Bagi Pengelola Program Studi IKM Minat Gizi Menambah bahan referensi penelitian dan studi pustaka di bidang gizi yang bermanfaat bagi semua pihak. 3. Bagi Masyarakat a) Menambah pengetahuan mengenai pengaruh pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap mood, kecemasan, tekanan darah, denyut nadi dan daya tahan kardiorespirasi atlet. b) Menambah pengetahuan mengenai manfaat minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C dalam memperbaiki mood, kecemasan, tekanan darah, denyut nadi dan daya tahan kardiorespirasi, khususnya pada atlet. 7 4. Bagi Pengelola Atlet Sepak Bola a) Menambah pengetahuan mengenai pengaruh dan manfaat pemberian minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap mood, kecemasan, tekanan darah, denyut nadi dan daya tahan kardiorespirasi atlet. b) Memberikan tambahan pengetahun pentingnya perbaikan kondisi psikologis atlet yang salah satunya dengan pemberian asupan minuman berkarbohidrat dan vitamin C yang membantu menstabilkan kondisi emosi sehingga dapat menunjang performa dan prestasi atlet. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang “Efektivitas Pemberian Minuman Kombinasi Maltodekstrin dan Vitamin C terhadap Mood, Kecemasan, Tekanan Darah, Denyut Nadi dan Daya Tahan Kardiorespirasi Atlet Sepak Bola” belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Adapun penelitian yang hampir serupa adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Lane et al. (2010), yang berjudul Emotional Intelligence And Emotions Associated With Optimal And Dysfunctional Athletic Performance. Subjek pada penelitian ini adalah 284 atlet mahasiswa (154 laki-laki dan 130 perempuan) yang berasal dari berbagai cabang olahraga antara lain sepak bola, hoki, voli, dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan emosi saat bertanding secara optimal dan kondisi emosi saat bertanding tidak optimal. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa The Emotional Intelligence Scale dan BRUMS (Brunel Mood Scale) yang merupakan versi singkat dari Profil of Mood States. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa performa yang optimal berhubungan dengan kondisi emosi positif atlet, sedangkan saat performa tidak optimal berhubungan erat dengan kondisi emosi negatif atlet. Selain itu, pada hasil penelitian 8 tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan yang signifikan dengan kondisi performa atlet. Penelitian ini memiliki persamaan pada instrumen yang digunakan yaitu BRUMS (Brunel Mood Scale), sedangkan perbedaannya yaitu desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental dan subjek yang digunakan adalah hanya pada atlet sepak bola. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Armstrong, et al. (2012), yang berjudul Mild Dehydration Affects Mood in Healthy Young Women. Subjek pada penelitian ini adalah perempuan yang rata-rata berusia 23 tahun yang bukan atlet. Penelitian dilakukan dalam tiga percobaan yang dipisahkan selama 28 hari. Dalam penelitian ini, dehidrasi diinduksi melalui berjalan di treadmill dengan atau tanpa pemberian pil diuretik. Pil diuretik diberikan untuk mendorong buang air kecil sehingga dapat menyebabkan kondisi dehidrasi. Subjek diberikan serangkaian tes untuk mengukur konsentrasi, memori, dan suasana hati ketika subjek mengalami dehidrasi dan pada saat tidak dehidrasi. Secara keseluruhan, kemampuan mental perempuan tidak dipengaruhi oleh kondisi dehidrasi ringan. Tetapi, subjek tidak memiliki peningkatan persepsi tugas, kesulitan dalam berkonsentrasi dan terjadi penurunan mood yang dipengaruhi oleh perubahan kondisi hidrasi tubuh yaitu dehidrasi ringan (p<0,05). Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu pada variabel mood serta jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimental. Sedangkan perbedaannya yaitu pada variabel status hidrasi, intervensi yang diberikan dan subjek yang akan digunakan adalah atlet sepak bola. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Khanna & Manna (2005), yang berjudul Supplementary effect of carbohydrate-electrolyte drink on sports performance, lactate removal & cardiovascular response of athletes. Subjek pada penelitian ini adalah 10 orang atlet laki-laki dengan usia antara 20-25 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian 9 minuman karbohidrat elektrolit terhadap performa, dan respon kardiovaskuler selama latihan dan pemulihan. Pada penelitian ini, subjek diberikan suplementasi 100 ml dengan karbohidrat 5 gram, sodium 9,2 mg, dan kalium 13,6 mg yang diberikan selama latihan, sedangkan yang lainnya diberikan 100 ml dengan 12,4 gram karbohidrat, sodium 24,5 mg, dan kalium 34,1 yang diberikan setelah 5 menit pemulihan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara subjek yang mendapatkan suplementasi karbohidrat sebanyak 12,5 gram dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan suplementasi karbohidrat sebanyak 5 gram terhadap respon kardiovaskuler yaitu denyut nadi dan kadar laktat pada kadar 5 gram karbohidrat. Sedangkan pada kadar 12,5 gram karbohidrat terdapat perbedaan yang signifikan pada denyut nadi, kadar laktat dan glukosa darah. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu pada variabel denyut nadi dan subjek yang digunakan adalah atlet. Perbedaannya adalah pada jenis intervensi yang akan diberikan yaitu maltodekstrin sedangkan pada penelitian ini diberikan karbohidrat dan elektrolit.