Warta Lingkungan - NowDB Web Service

advertisement
Volume 1 - Edisi Juni 2016
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat - www.bplhdjabar.go.id
Warta Lingkungan
GOTONG ROYONG
BEBERSIH CITARUM
Sustainable Development
Goals (SDGs),
Agenda Bersama Seluruh Dunia
Taman Keanekaragaman Hayati
Kiara Payung Sumedang Jawa Barat
Green and Smile Office
Dari Redaksi
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang
selalu memberikan rahmat
serta hidayahNya yang tidak
pernah putus kepada kita
semua.
Atas seijinNya lah,
kami
dapat
menerbitkan
Warta Lingkungan Hidup
yang merupakan
penerbitan perdana. Ucapan terimakasih juga
kami sampaikan kepada Bapak Kepala BPLHD
Jawa Barat yang telah mendukung terbitnya
Warta Lingkungan BPLHD Jabar.
Kami sangat berharap majalah ini dapat
berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan terkait dengan pengelolaan lingungan. Selain itu, Warta BPLHD dapat menjadi media komunikasi pengelolaan lingkungan antara
pemerintah dan masyarakat, antara pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten kota serta antara
stakeholder lingkungan lainnya. Majalah Warta
Lingkungan akan diterbitkan persemester (setiap
6 bulan satu kali) dan siapapun dapat mengisi
materi majalah Warta Lingkungan dengan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Tim Redaksi.
Semoga Warta Lingkungan dapat memberikan
manfaat bagi siapa saja yang membacanya dan
menjadi media komunikasi untuk pengelolaan
lingkungan ke depan menjadi lebih baik.
- Tim Redaksi
PENANGGUNG JAWAB
Dr. Ir. Anang Sudarna M.Sc.Ph.D
Daftar Isi
Laporan Utama
02.
Implementasi UU 23
tahun 2014
06.
Sustainable Development Goals
(SDGs)
09.
Gotong Royong Bebersih
Citarum
Wawasan Lingkungan
12.
Berbicara Sampah berarti
berbicara Lingkungan
14.
Pengelolaan Kawasan Lindung
Provinsi Jawa Barat
18.
Pertanggung Jawaban Korporasi terhadap kasus
pencemaran dan kerusakan Lingkungan Hidup
menurut UU No.32 Th.2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
21.
Taman Keanekaragaman Hayati Kiara
Payung Sumedang-Jawa Barat
25.
Siapkah Provinsi Jawa
Barat menghadapi
Perubahan Iklim
31. Indonesia Bebas Sampah 2020
KETUA
Eva Fandora, ST, MT
36. Revolusi Lingkungan untuk mengembalikan
SEKRETARIS
Ahmad Rifai ZA, ST, MT.
39. Ube Model, Solusi Pelestarian Lingkungan di
PENYUNTING
Ahmad Rifai ZA, ST, MT
Aulia Novianti, S.STP
Adi Hermansyah, SKom
Rani, ST
Sandhi Kurniawan, ST
SEKRETARIAT
Ardian Fadhli, S.Si
Ahmad Efrizal, ST, MT
Bagas Zaki Zamani, S.STP
Deden Rudiana, SKM
Syaeful Bakhry
Syarief
Taufik Sualeman, S.Kom
Siti Agustina, S.Sos
KANTOR
BPLHD Provinsi Jawa Barat
Jl. Naripan No. 25 Bandung
Phone 022 - 4204871 Ext.310
Fax 022 - 4231570
E-mail. [email protected]
web. www.bplhdjabar.go.id
kealamian lingkungan
Kota Ube, Jepang
Info Iptek
43. Kantor Berbudaya Lingkungan
47. Energi terbarukan melalui Gelombang Laut
50. Mengenal Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup
55. Menciptakan
Keterlibatan Masyarakat Dengan
Berbagai Saluran Komunikasi
Rehat
60. Cara Mudah Untuk Meraih Kesuksesan
64. Mengenal dan Cara Menanggulangi Depresi
Gambar Cover : Situ Cileunca Warnasari, Pangalengan,
Kab. Bandung, Jawa Barat.
IMPLIKASI
UNDANGUNDANG 23
TAHUN 2014
Eva Fandora, ST, MT *
P
emerintah pusat menerbitkan
Undang-undang nomor 23 pada tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah sebagai
penyempurnaan dari UU 32 yang diterbitkan
pada tahun 2004. Dalam undang-undang 23
/2014 lebih menegaskan kembali peran provinsi
sebagai wakil dari pemerintah pusat. Disamping
itu, terdapat beberapa perubahan kewenangan
urusan pemerintah daerah baik provinsi
maupun kabupten/kota.
Stuktur Organisasi Lingkungan Hidup
Pasca UU 23/2014
Tujuan ditetapkannya UU 23/2014, adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan publik, peran
serta masyarakat dan meningkatkan daya
saing daerah. Urusan yang diserahkan dari
pemerintah ke daerah terdiri dari 24 urusan
wajib dan 8 urusan pilihan.
Gambar di samping adalah peta dari
32 urusan yang didesentralisasikan dari
pemerintah pusat ke daerah. Lingkungan
Hidup masih menjadi urusan wajib yang tidak
lagi memiliki Standar Pelayanan Minimal
(SPM). Lingkungan Hidup, merupakan urusan
Kongkuren, adalah urusan pemerintah yang
dibagi antara pemerintah pusat, provinsi dan
kab/kota. Urusan Konkuren yang diserahkan
kepada daerah menjadi dasar pelaksanaan
pemerintah otonomi daerah.
Dalam lampiran UU 23/2014, Lingkungan
Hidup memiliki 11 (sebelas) sub urusan sebagai
berikut, Perencanaan Lingkungan Hidup, Kajian
Lingkungan Hidup trategis (KLHS), Pengendalian
Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan
Hidup, dan Keanekaragaman Hayati (Kehati).
Sub urusan lingkungan hidup berikutnya adalah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Pembinaan
2
dan pengawasan terhadap izin lingkungan dan
izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup (PPLH), Pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat (MHA), kearifan
lokal dan hak MHA yang terkait dengan
PPLH, Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan
Lingkungan Hidup .Berbahaya dan Beracun
(B3) dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3),
Pembinaan dan pengawasan terhadap
izin lingkungan dan izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup (PPLH),
Pengakuan keberadaan masyarakat hukum
adat (MHA), kearifan lokal dan hak MHA yang
terkait dengan PPLH, Pendidikan, Pelatihan, dan
Penyuluhan Lingkungan Hidup .Tiga sub urusan
selanjutnya adalah Penghargaan Lingkungan
Hidup Untuk Masyarakat, Pengaduan
Lingkungan Hidup, dan Persampahan. Demikian
disarikan dari UU 23 2014 tentang Pemerintah
Daerah.
Struktur organisasi Lingkungan Hidup
akan diseragamkan untuk seluruh Indonesia,
berbentuk DINAS. Organisasi berbentuk dinas,
diharapkan bisa lebih banyak action langsung
untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan
hidup.
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dipimpin
oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekda provinsi. Dinas Lingkungan
Hidup, membantu Gubernur melaksanakan
urusan pemerintahan terkait Lingkungan Hidup
yang menjadi kewenangan daerah dan tugas
pembantuan yang ditugaskan kepada provinsi,
begitu pula dengan kab/kota.
Berdasarkan peraturan tersebut, terdapat 3
(tiga) tipe dinas LH yang ditetapkan, yaitu tipe
A, tipe B dan tipe C . Penetapan ketiga tipe dinas
LH didasarkan pada 2 variabel yaitu variable
umum yang terdiri dari ; luas wilayah (km2),
jumlah APBD dan Jumlah penduduk; variable
teknis, seperti pada table tipe dinas Lingkungan
Hidup.
Setiap Provinsi dan Kab/kota dilakukan
penilaian berdasarkan parameter di atas, hasil
penilaian tersebut yang menentukan tipe Dinas
LH.
Ketiga tipe organisasi Dinas LH
membedakan jumlah bidang dalam satu
organisasi. Tabel di bawah ini menunjukkan
struktur eselon dari ke tiga tipe dinas LH
Selain Bidang dan Sekretariat, Dinas LH baik
tipe A, B atau C dimungkinkan untuk membentuk
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). UPTD
untuk setiap daerah dapat berbeda disesuaikan
dengan kebutuhan dari masing-masing daerah.
Pembentukan UPTD akan diatur dalam peraturan
pemerintah untuk diadop oleh daerah.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
No
`
Jumlah Subbag/
Tipe Jumlah Bidang dan Sekre- Subbid pada
Dinas tariat
masing2 bidang/
sekre
Keterangan
1
A
4 Bidang dan 1 Sekretariat
3
Beban kerja besar
2
B
3 Bidang dan 1 Sekretariat
3
Beban kerja Sedang
3
C
2 Bidang dan 1 Sekretariat
3
Beban kerja kecil
Tipe Dinas Lingkungan Hidup
No
Variabel Teknisi Provinsi
Variabel Teknis Kabupaten/Kota
1
Jumlah taman kehati
Jumlah usaha/kegiatan penghasil
B3
2
Jumlah perusahaan pengumpul
Jumlah TPS
dan pengolah limbah B3
3
Jumlah TPA/TPS regional
Jumlah bank sampah
Variabel Teknis untuk menetapkan Tipe Dinas LH
Pemetaan Urusan
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
3
Struktur Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat
Gambar Struktur UPTD yang diusulkan oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Barat
4
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Jawa Barat dan Pengusulan Rencana SOTK Baru
Hasil penilain variabel umum dan teknis,
Dinas LH Provinsi Jawa Barat adalah type A. Jawa
Barat mengusulkan struktur organisasi seperti
gambar struktur UPTD yang diusulkan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan tambahan
2 UPTD, yaitu Sampah dan Laboratorium
Lingkungan.
Pola yang diusulkan adalah pola maksimal.
Provinsi Jawa Barat mendapatkan nilai…sehingga
dinas LH masuk tipe A. Mengusulkan 4 BIdang dan
satu secretariat yang masing-masing terdiri dari 3
eselon 4.
Selain itu, pemprov mengusulkan struktur
UPTD, seperti gambar Usulan Struktur UPTD, Pengusulan 2 UPTD, didasarkan pada;
1. Laboratorium lingkungan sangat
diperlukan untuk mendukung adanya data
dasar terkait dengan kondisi lingkungan
yang ada di Jawa Barat. Laboratorium
menjadi penyedia data dasar kondisi
lingkungan untuk kemudian diolah dan
dianalissi sebagai rujukan bagi pengambil
kebijakan di provinsi Jawa Barat
2. UPTD Persampahan, sampah menjadi
masalah yang sangat serius. Semakin hari
permasalahan sampah semakin besar
dan perlu ketelibatan dari semua pihak.
Menjadikan UPTD sampah diharapkan
dapat lebih konsern dalam menangani
masalah persampahan.
Periapan Pembentukan SOTK Dinas LH
Pada Tahun 2017, direncanakan SOTK kelembagaan sudah dapat berjalan sesuai UU 23/2014.
Tentu saja, hal ini harus menjadi perhatian
baik provinsi sebagai daerah maupaun sebagai
perwakilan pemerintah pusat. Untuk itu,
Kebutuhan mendesak daerah untuk melaksanakan
urusan pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup
adalah penyiapan organisasi Struktur lingkungan
hidup daerah serta merumuskan fungsi dasar,
layanan utama dan layanan pendukung
Gambar di bawah ini adalah jadwal
penerapan UU 23/2014 Pada bulan april 2016,
pemetaan urusan pemerintahan sudah harus
selesai untuk kemudian ditetapkan pada bulan
Mei sehingga Peraturan Daerah
terkait perangkat daerah telah dapat
ditetapkan pada bulan Agustus 2016. Target
pengisian perangkat daerah dapat dilakukan pada
bulan Desember tahun 2016 sehingga di awal
tahun 2017 organisasi yang telah terbentuk dapat
langsung running.
Konsep nomenklatur perangkat daerah
urusan bidang lingkungan hidup yang telah
disusun masih memerlukan review dan pendalaman terkait akomodasi terhadap 11 (sebelas) sub
bidang urusan lingkungan hidup sebagaimana
diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2014. Hal yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan Pedoman
nomenklatur perangkat daerah urusan bidang
lingkungan hidup oleh kementerian Lingkungan
hidup dan kehutanan dengan memperhatikan
karakteristik dan kondisi di daerah dengan
mempertimbangkan nomenklatur urusan
lingkungan hidup yang ada di Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pembentukan kelembagaan UPTD disesuaikan
kepentingan dan kebutuhan daerah dengan
memperhatikan efeketifitas dan efisiensi serta
eksistensi UPTD yang akan dan atau sudah
dibentuk.
Target yang ingin dicapai adalah seluruh
kewengangan pada masing-masing sub urusan
LH pada UU 23 Tahun 2014 dapat dipastikan
tertampung dalam Struktur Organsasi Dinas
Daerah serta memastikan jenis pelayanan utama
dan pelayanan pendukung masing-masing
kewenangan terjabar dengan baik sehingga akan
mempermudah daerah dalam perumusan indikstor kinerja, program dan kegiatan serta anggarannya. Hal penting lainnya adalah, pembentukan
perangkat daerah perlu memperhatikan
karakteristik dan kondisi daerah. Disamping
* Kepala Sub Bagian Perencanaan dan
Program
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
5
GOTONG ROYONG
BEBERSIH CITARUM
K
ondisi kerusakan Lingkungan Hidup di DAS Citarum yang sudah sangat memprihatinkan, terkotor
di dunia dan menyebabkan dampak yang luar biasa
bagi kesehatan masyarakat, membutuhkan perhatian
yang serius serta perlunya melibatkan seluruh pemangku
kepentingan. Untuk itu dicanangkan kembali program
Citarum BESTARI dengan gerakan revitalisasi budaya
gotong royong Citarum dalam mewujudkan sungai
yang bersih, sehat, indah dan lestari, sehingga sungai
bermanfaat bagi kehidupan dan menjadi peradaban umat
manusia kini dan nanti.
Melihat kondisi lingkungan khususnya Daerah Aliran
Sungai Citarum yang semakin tercemar diperlukan suatu
upaya dan gerakan nyata dengan bentuk Revitalisasi
budaya gotong royong dalam memelihara lingkungan
hidup (sungai, situ, waduk, areal publik) menjadi pilihan
tepat untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup
dalam mewujudkan Citarum dan Jawa Barat BESTARI.
Ahmad Efrizal, ST, MT. *
M. Syaeful Bakhry **
Revitalisasi budaya gotong royong ini didasari
oleh 3 poin penting di antaranya :
1. Amanat Pasal 28 Huruf H Ayat (1) Undang
Undang Dasar 1945 : Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2. Kondisi Lingkungan Hidup di Jawa Barat
terus mengalami tekanan sangat berat
yang disebabkan oleh: KETIDAK TAATAN
pada peraturan perundang-undang hal ini
ditunjukkan dengan membuang sampah
dan limbah industri ke sungai. Selain itu,
juga perilaku sebagian masyarakat yang
membuang sampah ke sungai dan alih
fungsi penggunaan lahan serta pelaksanaan
pembangunan yang kurang memperhatikan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan;
3. Kualitas air tujuh Sungai Utama dan tiga
Waduk Besar TERCEMAR BERAT sangat
membahayakan kesehatan masyarakat,
apabila tidak segera ditangani sehingga dapat
dikategorikan sebagai bencana lingkungan
hidup.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencanangkan
sebuah Kegiatan Revitalisasi Budaya Gotong
Royong Memelihara Lingkungan Melalui Beberesih Citarum. Kegiatan ini bertujuan untuk
mewujudkan Gerakan Citarum BESTARI (bersih,
sehat, indah dan lestari).
Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai terdiri
dari sasaran secara sosial budaya yang meliputi:
1. Terwujudnya kesadaran masyarakat tentang
besarnya manfaat dan pentingnya peranan
Sungai Citarum dalam kehidupan.
2. Terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab
para pelaku usaha di sepanjang DAS Citarum
untuk tidak membuang limbah ke Sungai.
3. Terwujudnya kesadaran dan perilaku
masyarakat untuk tidak membuang sampah,
limbah, kotoran hewan, dan hajat besar/kecil
ke sungai.
4. Terwujudnya kesadaran dan tanggung
jawab bersama masyarakat untuk menjaga,
memelihara Sungai Citarum.
5. Terwujudnya kembali budaya gotong-royong
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
7
Sasaran kegiatan Pencanangan Revitalisasi Budaya
Gotong Royong Memelihara Lingkungan Melalui
Beberesih Citarum dilaksanakan dalam 2 metode,
yaitu:
1. Metode fisik, melalui gotong royong/karya bakti
melibatkan masyarakat dan pengusaha dengan
dukungan TNI dan POLRI untuk membersihkan
sungai dan area publik.
2. Metode nonfisik (perubahan perilaku) melalui
sosialisasi, penyuluhan, kampanye, bimbingan,
pengawasan, dan penegakan hukum.
Melalui Program Gotong Royong Bebersih Citarum
Bapak Gubernur Jawa Barat menyampaikan 5 Program, yaitu :
1. Tidak menebang pohon di hulu Sungai Citarum,
2. Tidak membuang limbah ternak ke Sungai
Citraum,
3. Tidak membuang limbah rumah tangga ke
Sungai Citarum,
4. Tidak membuang limbah industri ke Sungai
Citarum/ hentikan membuang limbah industri,
5. Tidak membuang sampah ke Sungai Citarum.
* Kehumasan dan IT Pada Sub
Bagian Kepegawaian dan
Umum BPLHD Provinsi Jawa
Barat
** Tenaga Teknis Non PNS pada
Sub Bagian Kepegawaian dan
Umum BPLHD Provinsi Jawa
Barat
8
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
SUSTAINABLE
DEVELOPMENT
GOALS (SDGs),
Agenda Bersama Seluruh Dunia
http://www.un.org/sustainabledevelopment/inequality/
Eva Fandora, ST, MT *
Syarief **
Pada bulan
Agustus Tahun
2015 terlaksana
pertemuan akbar
di markas besar
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB),
Sustainable Development Summit yang
dihadiri oleh 193
negara. Tema yang
diangkat adalah
Transforming Our World : The 2030 Agenda for
Sustainable Development. Kemudian lahirlah
agenda bersama seluruh dunia untuk mencapai
target bersama melalui Sustainable Development
Goals (SDGs).
SDGs disusun dengan 17 Goals dan
masing-masing memiliki target yang telah
disepakati dan harus dilaksanakan oleh
setiap negara. Walaupun beberapa negara
menunjukkan pesimis akan pencapaian target
SDGs, tetapi upaya yang dilakukan oleh setiap
negara akan berdampak lebih baik terhadap
pencapaian SDGs secara menyeluruh. Tujuh belas
Goals yang ditetapkan, disepakati untuk dicapai
dalam waktu 15 tahun ke depan. Secara Umum,
penetapan goals bertujuan untuk penghapusan
kemiskinan, perlindungan bumi dan memastikan
kemakmuran sebagai bagian dari agenda
pembangunan berkelanjutan.
Apakah SDGs ?
SDGs memiliki 5 pondasi yaitu manusia, plan-
et, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan
yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun
2030, yaitu mengakhiri kemiskinan, mencapai
kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim.
Untuk mencapai tiga tujuan mulia tersebut, disusunlah 17 Tujuan Global. Lima pondasi tersebut
adalah ;
Manusia, menetapkan pengurangan
kemiskinan dan kelaparan dalam semua bentuk
dan dimensi dan memastikan semua manusia
dapat mengoptimalkan harga diri dan kesetaraan
dalam lingkungan yang sehat
Planet, menetapkan perlindungan bumi
terhadap degradasi, termasuk melalui konsumsi dan produksi berkelanjuan, pengelolaan
sumberdaya alam yang berkelanjutan dan
mengambil aksi penting dalam perubahan iklim,
untuk membantu kebutuhan dalam dalam waktu
saat ini dan generasi yang akan datang
Kemakmuran, memastikan semua manusia
dapat menikmati kemakmuran dan kebagaiaan hidup dan kemajuan ekonomi, social dan
teknologi sejalan dengan alam
Kedamaian, membantu kedamaian
masyarakat yang bebas dari rasa takut
dan kekerasan. Tidak ada keberlanjutan
pembangunan tanpa kedamaian dan sebaliknya
Kerjasama, untuk mengimplementasikan
agenda melalui revitalisasi kerjasama global
dengan dasar spirit solidaritas global yang kuat,
fakus pada masyarakat yang paling misiin dan
paling rentan dengan partisipasi seluruh negara,
seluruh stakeholders dan seluruh masyarakat.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
9
17 Target yang ditetapkan, adalah sebagai berikut;
Tanpa Kemiskinan, diharapkan
bahwa tidak ada lagi
Kesehatan yang Baik dan
Kesejahteraan, menjamin
kehidupan yang sehat serta
mendorong kesejahteraan hidup
untuk seluruh masyarakat di
segala umur.
Kesetaraan Gender, mencapai
kesetaraan gender dan
memberdayakan kaum ibu dan
perempuan.
Energi Bersih dan Terjangkau,
menjamin akses terhadap
sumber energy yang terjangkau,
tepercaya, berkelanjutan dan
modern untuk semua orang.
10
Tanpa Kelaparan, tidak ada lagi
kelaparan, mencapai ketahana
pangan, perbaikan nutrisi, serta
mendorong budi daya pertanian
berkelanjutan.
Pendidikan Berkualitas,
menjamin pemerataan
pendidikan yang berkualitas
dan meningkatkan kesempatan
belakar untuk semua orang,
menjamin pendidika yang
inklusif dan berkeadilan sereta
mendorong kesempatan belajar
seumur hdup bagi semua orang.
Air Bersih dan Sanitasi,
menjamin ketersediaan
air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan utuk semua orang.
Pertumbuhan Ekonomi
dan Pekerjaan yang Layak,
mendukung perkembangan
ekonomi yang berjalnjutan
dan inklusif, lapangan kerja
yang penuh dan produktif serta
pekerjaan yang layak untuk
semua orang.
Industri, Inovasi dan
Infrastruktur, membangun
infrastruktur yang berkualitas,
mendorong peningkatan
industry yang inklusif dan
berkelanjutan erta mendorong
inovasi.
Mengurangi Kesenjangan,
mengurangi ketidaksetaraan baik
di dalam sebuah negara maupun
di antara
negara-negara di dunia.
Keberlanjutan Kota dan
Komunitas, membangun kotakota serta pemukiman yang
inklusif, berkualitas, aman,
berketahanan dan berkelanjutan.
Konsumsi dan Produksi
Bertanggung Jawab, menjamin
keberlanjutan konsumsi dan pola
produksi.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Kehidupan Bawah Laut,
melestarikan dan menjaga
keberlangsungan laut dan
kehidupan sumberdaya
laut untuk perkembangan
pembangunan yang
berkelanjutan
Aksi Terhadap Iklim, bertindak
cepat untuk memerangi
perubahan iklim dan dampaknya
Kehidupan di Darat,
melindungi, mengembalikan
dan meningkatkan ke
berlangsungan pemakaian
ekosistem darat, mengelola
hutan secara berkelanjutan,
mengurangi tanah tandus serta
tukar guling tanah, memerangi
penggurunan, menghenttikan
dan memulihkan degradasi tanah
erta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati.
Institusi Peradilan yang Kuat
dan Kedamaian, meningkatkan
perdamaian termasuk
masyarakat untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan
akses untuk keadilan bagi
semua orang termasuk lembaga
dan bertanggung jawab
untuk seluruh kalangan serta
membangun insstitusi yang
efektif, akuntabel dan inklusif di
seluruh tingkatan
Kemitraan untuk Mencapai
Tujuan, memperkuat
implementasi dan menghidupkan
kembali kemitraan global
untuk pembangunan yang
berkelanjutan
Perlu adanya langkah-langkah yang nyata dalam mencapai SGDs, langkah-langkah capaian setiap tahun, dari setiap target dan kegiatan harus dilakukan sejak awal. Permasalahan
dan hambatan yang dicapai harus diantisipasi sejak awal. Hal ini untuk menjadikan program SDGs, dapat dicapai oleh semua sector yang telah ditetapkan juga dapat dilaporkan
perkembangannya dengan cara yang tepat.
SDGs: 17 sustainable development goals have been drafted. © Helvetas/Pia Bublies
http://www.welthungerhilfe.de/en/sustainable-development-goals.html
* Kepala Sub Bagian Perencanaan dan ** Tenaga Non Teknis Pada Bagian Sekretariat
Program
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
11
Berbicara Sampah,
Berarti Berbicara
Lingkungan
(Bank Sampah Solusinya)
Papa Samrotul Puadah, S.S *
P
eresmian Paguyuban Bank Sampah Pangalengan, dilakukan pada Rabu (27/4/2016),
bertempat di Aula Desa Sukamanah
Kecamatan Pangalengan. Arti kata “paguyuban”
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, serta
didirikan oleh orang-orang yang sepaham untuk
membina persatuan (kerukunan) di antara
para anggotanya. Peresmian Paguyuban Bank
Sampah sebagai salah satu upaya atau komitmen
bersama dari tiap Pendamping Lokal Ecovillage
dan Kelompok Ecovillage di 13 desa (Lamajang,
Tribaktimulya, Warnasari, Pulosari, Margamulya, Margamekar, Sukaluyu, Pulosari, Banjarsari,
Sukamanah) dalam mengurangi masalah persampahan di Kecamatan Pangalengan.
Dedi Kusmayadi selaku ketua PBSP (Paguyuban
Bank Sampah Pangalengan) dalam sambutannya
menyampaikan, bahwa pengembangan bank
sampah di tiap desa bertujuan untuk mengurangi
sampah plastik di Kecamatan Pangalengan.
Rencana kegiatan pemgurus bank sampah adalah
penanaman pohon tegakan, pengelolaan bank
sampah di masing-masing desa. Sebagai tolak
ukur keberhasilan PBSP adalah berkurangnya
sampah di Kecamatan Pangalengan.
pemerintah setempat. PBSP sebagai salah satu
upaya dalam menangani masalah sampah.” Jelas
Ibu Nita Nilawati Walla selaku Kepala Sub. Bidang
KSDA dan Kerusakan Lingkungan yang hadir
mewakili Kepala BPLHD Jawa Barat.
Ibu Windya Wardani selaku Kepala Bidang KSDA
BPLH Kabupaten Bandung dalam sambutannya
mendukung penuh terbentuknya Paguyuban
Bank Sampah Pangalengan. Beliau mengatakan
bahwa pertama kali ada bank sampah dalam
sekala kecamatan, khususnya di Kabupaten
Bandung. Kebanyakan bank sampah lingkupnya
hanya tingkat RW atau RT saja.
PBSP diresmikan langsung oleh Dr. Yayan Su
heryan, M.Si, selaku Camat Pangalengan. Dalam
sambutannya, beliau menyampaikan, bahwa
masalah sampah bagaikan penyakit kanker stadium empat, sehingga harus diamputasi. Berbicara
sampah, berarti berbicara lingkungan. Dengan
adanya bank sampah di tingkat kecamatan bisa
mengurangi masalah sampah yang ada. “Saya
berharap untuk ke depannya, PBSP bisa bekerja
sama dengan bank-bank konvensional untuk
mendukung perkembangan bank sampah.”
harapannya.
Permasalahan Sungai Citarum sudah menjadi
permasalahan internasional, sehingga perlu
adanya satu tindakan semua pemangku
kepentingan (masyarakat, pemerintah, dunia
usaha, dunia pendidikan, ulama, LSM dll).
Permasalahan sampah menjadi permasalahan
utama di DAS Citarum. Adanya bank sampah
merupakan salah satu upaya dalam mengurangi
beban sampah yang masuk ke aliran Sungai Citarum.
“Untuk itu ecovillage hadir dengan harapan dapat
membangun perubahan perilaku masyarakat
yang ramah lingkungan. Perubahan perilaku
tersebut harus dimulai oleh masyarakat menuju
masyarakat mandiri dan didukung oleh
12
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Dr. Yayan
Suheryan selaku
Camat Pangalengan yang
meresmikan
langsung PBSP
Setelah PBSP diresmikan, dilanjutkan dengan
penandatanganan dukungan atas peresmian
PBSP. Pertama oleh Yayan Suheryan, selaku
Camat Pangalengan, selanjutnya oleh Kepala
Sub Bidang KSDA dan Pemulihan Kerusakan
Lingkungan BPLHD Jawa Barat (Ibu Nita Nilawati Walla), Kepala KSDA BPLH Kabupaten
Bandung (Windya Wardani), Kepala Desa Sukamanah (Asep Hasanudin), perwakilan dari TNI
Asep Hasanudin selaku Kepala Desa Sukamanah
sedang menandatangani dukungan peresmian PBSP
Kecamatan (Dadang S), Kapolsek Pangalengan
(Agus Sujana), dan terakhir oleh Dispertasih
Kabupaten Bandung (Lala Suhala).
Adanya peresmian bank Sampah di tingkat
Kecamatan Pangalengan yang diusungkan oleh
pendamping lokal di tiap desa, bisa menjadi
contoh atau diikuti oleh Kelompok Ecovillage di
tiap kecamatan yang sudah masuk dalam Program Ecovillage BPLHD Jabar.
Foto bersama dari kanan ke kiri foto Ketua Ecovillage Sukamanah, Dedi Kusmayadi Ketua PBSP, Rukmana Fasilitator Ecovillage, Lala Suhala dari DISPERTASIH Kab. Bandung, Asep Hasanudin Kades
Sukamanah, Windya Wardani Kepala Bidang KSDA
BPLH Kab. Bandung, Nita Nilawati Walla Kepala Sub
Bidang KSDA BPLHD Jabar, Yayan Suheryan Camat
Pangalengan, Dadang S perwakilan dari DANRAMIL,
Agus Sujana perwakilan dari Kapolsek Pangalengan
dan Agus selaku PL Desa Sukamanah
Salah satu kegiatan Bank Sampah
* Jurnalis Ecovillage
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
13
PENGELOLAAN
KAWASAN LINDUNG
PROVINSI JAWA
BARAT
Target dan Strategi Pencapaian Kawasan Lindung
kawasan kars Gunung Hawu Pabeasan,
Kabupaten Garut, Jawa Barat
Ir. Hj. Dewi Nurhayati, M.Si *
Fitriyani Silfana Nurfadillah, S.Si **
P
rovinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang RT
RWP 2009-2029 memiliki wilayah daratan
seluas 3.709.528,44 Ha. Sebagian besar wilayahnya
berbatasan dengan laut memiliki wilayah pesisir
dan laut sepanjang 12 (dua belas) mil dari garis
pantai seluas 18.153 km2. Secara administratif
pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi ke
dalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten,
yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya,
Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran,
Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang,
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang,
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan
9 kota, yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota
Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok,
Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar.
Pemerintah Jawa Barat berkeinginan
14
untuk menjadi provinsi hijau (Green Province)
dengan menerapkan strategi pembangunan hijau.
Komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini
dituangkan dalam dokumen RPJMD Provinsi
Jabar tahun 2008-2013, pada kebijakan bidang
lingkungan point 6b berbunyi: “meningkatkan
fungsi dan luas kawasan lindung dalam rangka
mewujudkan provinsi yang hijau (Green Province) didukung upaya menciptakan provinsi yang
bersih (Clean Province)”. Salah satu indikator
Green Province Jawa Barat adalah pencapaian
kawasan lindung sebesar 45%. Pengelolaan
kawasan lindung Jawa Barat telah diatur dalam
Perda Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
dan Perda Provinsi Jawa Barat No. 1 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian
Pemanfaatan Kawasan Lindung. Pada Perda No 22
Tahun 2010 disebutkan bahwa target pencapaian
45% kawasan lindung di Jawa Barat diharapkan
pada tahun 2018.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Strategi pencapaian luas kawasan lindung 45%
di Jawa Barat dilakukan atas dasar pencapaian
luas/kuantitas dan peningkatan kualitas dari
kawasan lindung. Pecapaian luas kawasan lindung
ditempuh, melalui : (a). peningkatan fungsi
kawasan lindung di dalam dan di luar kawasan
hutan; (b). pemulihan secara bertahap kawasan
lindung yang telah berubah fungsi; (c). pengalihan
fungsi secara bertahap kawasan hutan cadangan
dan hutan produksi terbatas menjadi hutan
lindung;
(d) pembatasan pengembangan prasarana wilayah
di sekitar kawasan lindung untuk menghindari
tumbuhnya kegiatan perkotaan yang mendorong
alih fungsi kawasan lindung; (f). penetapan luas
kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah
Aliran Sungai (DAS). Sementara itu, peningkatan
kualitas kawasan lindung dilakukan, melalui : (a).
optimalisasi pendayagunaan kawasan lindung
hutan dan non hutan melalui jasa lingkungan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
(b). pengendalian pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya buatan pada kawasan
lindung; (c). pencegahan kerusakan lingkungan
akibat kegiatan budidaya; (d). rehabilitasi lahan
kritis di kawasan lindung; dan (e). penyusunan
arahan insentif dan disinsentif serta pengenaan
sanksi dalam hal alih fungsi dan/atau penerbitan
izin pembangunan dan/atau kegiatan di kawasan
lindung.
Tipe Kawasan Lindung dan Luas Kawasan
Lindung di Tiap Kabupaten/Kota
Kawasan lindung sebagai bagian ruang
wilayah Provinsi Jawa Barat merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai
arti penting bagi kehidupan secara menyeluruh,
mencakup ekosistem dan keanekaragaman
hayati, untuk meningkatkan daya dukung dan
daya tampung lingkungan, manfaat sumber
daya alam serta nilai sejarah dan budaya secara
berkelanjutan. Pesatnya laju pembangunan di
wilayah Jawa Barat telah memberikan dampak
negatif terhadap menurunnya kualitas lingkungan
hidup sehingga berdampak merugikan terhadap
masyarakat. Dampak negatif terhadap kualitas
lingkungan, antara lain berkurangnya sumber
daya alam, meningkatnya pencemaran dan memacu perubahan iklim secara global (global
warming). Selain itu, kondisi kawasan lindung
Jawa Barat pun mengalami penyusutan luas
dan meningkatnya lahan kritis akibat tekanan
pertumbuhan penduduk, alih fungsi lahan dan
konflik penguasaan pemanfaatan lahan.
Tabel 1. Luas tipe kawasan lindung di setiap kabupaten/kota di Jawa Barat
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
15
Tipe kawasan lindung yang terdapat di wilayah
kabupaten/kota di Jawa Barat bervariasi, ada
yang memiliki beberapa jenis kawasan lindung,
ada juga yang hanya memiliki satu jenis
kawasan lindung. Kabupaten pada umumnya
memiliki tipologi kawasan lindung yang lebih
bervariasi dibandingkan dengan wilayah kota.
Selain jenisnya, luas kawasan lindung di setiap
kabupaten/kota di Jawa Barat juga bervariasi, ada
yang luas dan ada pula yang sempit. Kabupaten
Sukabumi memiliki luas kawasan lindung paling luas, yakni seluas 277.744,52 Ha. Kemudian,
disusul Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur.
Luas masing-masing jenis kawasan lindung pada
setiap kabupaten/kota di Jawa Barat dapat dilihat
pada Tabel 1.
Berdasarkan luas dan jenis kawasan lindung,
maka tipologi kabupaten yang ada di Jawa
Barat dapat dikelompokan menjadi kabupaten
dengan kawasan lindung yang besar, sedang
dan kecil. Kabupaten yang memiliki kawasan
lindung yang besar akan memerlukan kinerja dan
sumberdaya yang cukup besar untuk mengelola
dan melestarikan kawasan lindung. Berbeda
halnya dengan kabupaten yang memiliki kawasan
lindung yang relatif kecil yang hanya memerlukan
upaya, kinerja dan sumber daya yang relatif kecil
Permasalahan Kawasan Lindung di Jawa Barat
Kawasan lindung yang tersebar diberbagai daerah
di Provinsi Jawa Barat masih dihadapkan pada
permasalahan belum sesuainya penggunaan
lahan dengan fungsinya sebagai kawasan lindung.
Sebagai contoh Kawasan Bandung Utara (KBU),
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
ditetapkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013. Berdasarkan
Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013
terdapat lebih kurang 26 tipe kawasan lindung di
Jawa Barat, yaitu sebagai berikut:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya:
1. Kawasan hutan lindung
2. Kawasan resapan air
b. Kawasan perlindungan setempat
1. Sempadan pantai
2. Sempadan sungai
3. Kawasan sekitar waduk dan danau/situ
4. Kawasan sekitar mata air
5. Ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
c. Kawasan suaka alam
1. Kawasan cagar alam
2. Kawasan suaka margasatwa
3. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
4. Kawasan mangrove
16
pada Perda Nomor 1 Tahun 2013 ditetapkan
fungsinya sebagai kawasan resapan air. Namun,
fungsi tersebut masih sulit direalisasikan karena
terancam dengan merebaknya pembangunan fisik
di wilayah Utara. Dengan kata lain, telah terjadi
perubahan ahli fungsi lahan KBU dari kawasan
resapan air menjadi kawasan terbangun.
Kawasan sempadan pantai sesuai Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013
di pasal 6 (enam) merupakan salah satu jenis
kawasan lindung kelompok kawasan perlindungan
setempat. Hasil pengamatan dari laporan penyusunan kajian teknis pusat mangrove BPLHD
Tahun 2011 memperlihatkan bahwa di semua
lokasi pengamatan Pesisir Utara tidak dijumpai
lagi hutan mangrove dengan tipe penutupan lahan
berbentuk hutan, tetapi semuanya telah dibuka
sepenuhnya atau sebagian untuk tambak. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pemahaman warga
masyarakat yang berada di pesisir pantai terhadap
pentingnya hutan mangrove. Keberadaan hutan
mangrove sebagai sabuk hijau untuk mengurangi
abrasi, gelombang tsunami serta pemijahan ikan
dan udang. Pentingnya upaya-upaya mengelola
mangrove dengan melibatkan berbagai pihak
sehingga kawasan lindung sempadan pantai dapat
terjaga.
Karst merupakan bentang alam geologi
yang memiliki keunikan tertentu yang perlu
dilestarikan baik sebagai fungsi hidrologis
maupun wisata dan penelitian. Kondisi karst di
Jawa Barat saat ini, yaitu terancam oleh kegiatan
pertambangan batu gamping.
d. Kawasan pelestarian alam
1. Taman nasional
2. Taman hutan raya
3. Taman wisata alam
e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
f. Kawasan rawan bencana alam
1. Kawasan rawan tanah longsor
2. Kawasan rawan gelombang pasang
3. Kawasan rawan banjir
g. Kawasan lindung geologi
1. Kawasan cagar alam geologi dan kawasan
karst
2. Kawasan rawan bencana alam geologi
3. Kawasan yang memberikan perlindungan
h. Taman buru
i. Kawasan perlindungan plasma nutfah ex situ
j. Terumbu karang
k. Kawasan koridor bagi satwa atau biota laut
yang dilindungi
l. Kawasan yang sesuai untuk kawasan lindung
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Pelestarian Kawasan Lindung
Pelestarian kawasan lindung juga diatur dalam
Perda No. 1 Tahun 2013, yaitu pada Bab IV, pasal
10-pasal 24. Pelestarian kawasan lindung tersebut,
terdiri atas:
a. Penyusunan rencana induk
Penyusunan Rencana Induk Pelestarian dan
Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung
ditetapkan dengan memperhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Penyusunannya dilaksanakan paling lambat dalam waktu
3 (tiga) tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah
ini.
b. Pencegahan kerusakan kawasan lindung
Pencegahan kerusakan kawasan lindung
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya,
yaitu edukasi, peningkatan kesadaran lingkungan,
pemberdayaan masyarakat kawasan lindung,
pemantauan biofisik lingkungan yang berpotensi
menimbulkan kerusakan kawasan lindung, penyediaan sistem informasi pencegahan, penerapan
teknologi, pengembangan kapasitas sumber daya
manusia, pembatasan pemanfaatan di kawasan
lindung, pemanfaatan di kawasan lindung tertentu
dan kegiatan lain sesuai kebutuhan.
c. Penanggulangan kerusakan kawasan lindung
Penanggulangan kerusakan kawasan lindung
dilakukan paling sedikit melalui, yaitu
penghentian kegiatan pemanfaatan kawasan
lindung, deliniasi kerusakan akibat kegiatan serta
cara lain yang tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kawasan lindung.
d. Pemulihan kerusakan kawasan lindung
Pemulihan kawasan lindung wajib dilakukan oleh
pemanfaat kawasan lindung yang menyebabkan
pencemaran atau kerusakan di kawasan
lindung. Hal-hal yang dapat dilakukan, yaitu
melalui rehabilitasi, restorasi, remediasi dan
cara lain yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tahapan yang
dilakukan dalam pemulihan kawasan lindung,
yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi lokasi, penyebab, besaran
pencemaran dan/atau kerusakan dan
perubahan fungsi ekosistem.
2. Pemilihan metode pemulihan.
3. Penyusunan rencana pelaksanaan pemulihan.
4. Penyusunan dan penyampaian laporan
pelaksanaan pemulihan kawasan lindung.
e. Pemeliharaan kawasan lindung
Pemeliharaan kawasan lindung dilakukan melalui
upaya:
1. Pemanfaatan kawasan lindung secara lestari.
2. Perlindungan kawasan lindung.
3. Pengawetan kawasan lindung.
PENUTUP
Pengelolaan kawasan lindung berada diberbagai
sektor sehingga diperlukan adanya pengelolaan
kawasan lindung secara terpadu. Oleh karenanya,
penting untuk menjalin koordinasi, integrasi,
sinkronisasi serta sinergitas berbagai pihak. Koordinasi yang selama ini mudah diucapkan akan
tetapi sulit untuk dilaksanakan. Guna menguatkan
pengelolaan kawasan lindung perlu memperkuat
koordinasi yang terjadwal secara rutin dari
berbagai pihak sehingga kesulitan-kesulitan
pembagian peran dan tugas dapat diminimalisir.
kawasan lindung pesisir pantai Rancabuaya,
Kabupaten Garut, Jawa Barat
* Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam
dan Mitigasi Bencana
** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub
Bidang Konservasi Sumber Daya Alam
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
17
Pertanggungjawaban Korporasi terhadap Kasus
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Menurut UU No. 32
Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Erlina Dalisaputra S.Pt.,MT *
S
alah satu bentuk kejahatan korporasi yang menjadi perhatian
karena perkembangan yang
terus meningkat adalah bentuk
kejahatan korporasi di bidang
lingkungan hidup (environmental
crime). Kejahatan korporasi di bidang lingkungan
hidup dapat menimbulkan dampak serta korban
yang besar dan kompleks yang tidak hanya
menguras sumber daya alam, sumber daya
manusia, modal sosial, bahkan modal kelembagaan yang berkelanjutan.
Terdapat kasus pencemaran dan/atau
kerusakan di Kecamatan Rancaekek Kabupaten
Bandung telah terjadi selama lebih dari 20
tahun yang lalu dan sampai saat ini masih terus
berlangsung. Di kawasan tersebut mengalir
sungai Cikijing yang berhulu di Kabupaten
Sumedang dan berhilir di Kabupaten Bandung.
Sungai Cikijing merupakan sungai dengan
debit air yang secara alami sangat kecil, bahkan
pada musim kemarau cenderung kering. Akan
tetapi debit air ini meningkat setelah melewati
kawasan pabrik karena adanya pembuangan
limbah cair. Sebagai konsekuensi logis dari
ketidakjelasan kebijakan penataan ruang, maka
terdapat perbedaan fungsi sungai pada bagian
hulu dan hilir yaitu bagian hilir sebagai badan
air penerima dan bagian hulu sebagai sumber
air irigasi. Terdapat beberapa perusahaan yang
proses produksinya maupun debit limbah cairnya
secara signifikan diduga telah memberikan konstribusi terhadap peningkatan beban pencemaran
Sungai Cikijing.
Pencemaran tersebut diindikasikan
dengan menurunnya kualitas tanah pertanian
yang menyebabkan menurunnya produksi
bahkan menyebabkan tanaman dan ikan mati.
Luas areal pertanian yang terkena dampak
pencemaran di Kecamatan Rancaekek tersebut
mencapai ±415 hektar. Para petani dan/atau
petani penggarap yang merasa dirugikan ini
menuntut pembayaran ganti rugi yang harus
dihitung dari nilai penurunan produksi pertanian
dan/atau perikanan akibat pencemaran.
18
Terjadinya pencemaran Sungai Cikijing
tersebut diduga terjadi karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak mengoperasikan IPAL-nya
sesuai dengan ketentuan. Hal ini dapat dilihat
dari perbedaan hasil pengukuran laboratorium
yang dilakukan terhadap limbah cair, dimana
pengukuran yang diberitahukan terlebih dahulu
cenderung mendapatkan hasil yang lebih
rendah (tidak melebihi baku mutu limbah cair)
dibanding pengukuran yang dilakukan secara
mendadak/sidak (melebihi baku mutu limbah
cair). Sejak munculnya dugaan terjadinya
pencemaran Sungai Cikijing tersebut instansiinstansi yang berwenang, baik dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Bandung, Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumedang maupun instansi teknis
telah melakukan tindakan-tindakan untuk
mengatasinya. Karena upaya penyelesaian
oleh masing-masing instansi tersebut tidak
membuahkan hasil yang diharapkan pada
akhirnya koordinasi penyelesaian masalah ini
dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat. Berdasarkan hasil pengamatan
penulis, air limbah dari satu perusahaan yang
mengalirkan air limbahnya ke sungai Cikijing,
kualitas air limbah pada outlet IPAL dan Outlet
gabungannya melebihi baku mutu untuk parameter COD. Masing-masing 208mg/L dan 155
mg/L dengan baku mutu 150 mg/L. Selain itu
hasil pengujian tanggal 1 September 2010 juga
menunjukan kualitas air limbah pada outlet IPAL
dan outlet gabungannya melebihi baku mutu.
Masing-masing sebesar 152 mg/L dan 224 mg/L
dengan baku mutu 150 mg/L.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Kejahatan-kejahatan yang dilakukan korporasi tersebut tentu saja tidak dapat dibiarkan
begitu saja, sebab akibat yang ditimbulkannya
sangat serius dan kompleks. Dampak kejahatankejahatan yang dilakukan oleh korporasi di bidang
lingkungan hidup adalah sistemik, dapat merusak
satu kesatuan masyarakat bahkan bisa merusak
satu generasi mengingat pentingnya untuk
menjaga keberlangsungan lingkungan. Penting
untuk diingat bahwa sebagai manusia, hidup di
dunia juga harus memikirkan penerus kelak, oleh
karenanya adalah kewajiban untuk memelihara
lingkungan agar tidak rusak.
Apalagi di dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia dalam Pasal 28 H
menyatakan bahwa: lingkungan hidup yang baik
dan sehat adalah hak setiap orang. Sehingga perlu
pengaturan hukum yang tegas dari pemerintah
untuk dapat menjatuhkan hukuman pidana
bagi korporasi yang melakukan kejahatan agar
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sebagaimana diamanatkan dalam sila
kelima dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, yaitu untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja
atau berdasarkan hubungan lain yang bertindak
dalam lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana
Sanksi Hukum Kejahatan Korporasi
Dalam hal tindak pidana kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh kegiatan korporasi
dalam Pasal 88 Undang-Undang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah
mengatur secara tegas mengenai strict liability.
dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau
pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa
memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan
secara sendiri atau bersama-sama.”
Pertanggungjawaban korporasi tindak pidana
lingkungan harus memperhatikan hal berikut:
1. Korporasi mencakup baik badan hukum (legal entity) maupun non badan hukum seperti
organisasi dan sebagainya.
2. Korporasi dapat bersifat privat (private yuridical entity) dan dapat pula bersifat publik (public entity).
3. 3.Apabila diidentifikasikan bahwa tindak
pidana lingkungan dilakukan dalam bentuk organisasional, maka orang alamiah (managers,
employess) dan korporasi dapat dipidana baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama (bipun-
Terkait penegakan hukum lingkungan di Indonesia, terhadap
korporasi
sebagai pelaku
Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan
tindak pidana
B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan
lingkungan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian
hidup tidak
yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan “
hanya sebatas
penempatan
korporasi
sebagai subjek Hukum Pidana tetapi perlu adanya
ishment provision).
ketentuan khusus tentang “pertanggungjawaban
4. Terdapat kesalahan manajemen dalam korpidana” untuk korporasi. Pertanggungjawaban
porasi dan terjadi apa yang dinamakan breach
pidana korporasi dalam kasus lingkungan
of a statutory or regulatory provision.
hidup diatur dalam pasal 116 ayat (1) dan (2)
5. Pertanggungjawaban badan hukum dilakukan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
terlepas dari apakah orang-orang yang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
bertanggungjawab di dalam badan hukum
Hidup yang didalamnya terkandung asas strict
tersebut berhasil diidentifikasi, dituntut, dan
liability dan asas vicarious liability yang menjadi
dipidana.
dasar pembenaran dapat dihukumnya kor6. Segala sanksi pidana dan tindakan pada
porasi. Pasal 116 ayat (1) mengatur mengenai
dasarnya dapat dikenakan pada korporasi,
pertanggungjawaban korporasi secara langsung
kecuali pidana mati dan pidana penjara.
(strict liability) yang berbunyi:
7. Penerapan sanksi pidana terhadap korporasi
(1)
Apabila tindak pidana lingkungan hidup
tidak menghapuskan kesalahan perorangan.
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan 8. Pemidanaan terhadap korporasi hendaknya
usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana
memerhatikan kedudukan korporasi untuk
dijatuhkan kepada:
mengendalikan perusahaan, melalui kebijakan
a.
badan usaha; dan/atau
pengurus atau para pengurus (corporate exb.
orang yang memberi perintah untuk
ecutive officers) yang memiliki kekurangan
melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang
untuk memutuskan (power of decision) dan
bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
keputusan tersebut telah diterima (accepted)
oleh korporasi tersebut.
(2)
Apabila tindak pidana lingkungan hidup
“
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
19
Undang-Undang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengakui tentang
tanggungjawab korporasi seperti diatur dalam
Pasal 116 sampai 119.
Pasal 117, jika tindak pidana dilakukan
oleh atau atas nama badan hukum, perseroan, perserikatan yayasan atau organisasi
lain, ancaman pidananya diperberat sepertiga.
Disamping pidana denda, korporasi yang
melakukan tindak pidana bisa dijatuhkan
hukuman pokok berupa denda dan hukuman
tambahan berupa tindakan tata tertib sebagai
berikut:
1. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari
tindak pidana (fruit of crime);
2. Penutupan seluruhnya atau sebagian
perusahaan;
3. Perbaikan akibat tindak pidana;
4. Mewajibkan mengerjakan apa yang dilakukan
tanpa hak;
5. Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak;
6. Menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.
Karena rumusan Pasal 119 Undang-Undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
tersebut tidak secara tegas menyebutkan apakah
jenis hukuman ini alternatif atau dapat dikenakan
dua atau lebih sekaligus, penulis berpendapat
jenis-jenis hukuman itu dapat dikenakan dua atau
lebih sekaligus tergantung pada kasus perkasus
atau akibat-akibat dari pelanggaran.
Penindakan terhadap kasus Perusakan Lingkungan
Foto : BPLHD Jabar
* Kepala Bidang Penataan Hukum, Kemitraan dan
Pengembangan Kapasitas Lingkungan
20
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Taman Keanekaragaman Hayati
Kiara Payung Sumedang - Jawa Barat
Kawasan Penyelamatan Kehati Lokal Jawa Barat
Ir. Hj. Dewi Nurhayati, M.Si *
Fitriyani Silfana Nurfadillah, S.Si **
Pentingnya Keanekaragaman Hayati
Kehidupan manusia di bumi tidak terlepas dari
kebergantungan terhadap pemanfaatan berbagai
jenis hayati. Permintaan yang tinggi terhadap
kebutuhan dasar untuk pangan, pakaian, obatobatan, dan tempat tinggal membutuhkan
keberadaan berbagai jenis hayati di Jawa Barat.
Keberadaan berbagai jenis hayati dikenal
dengan istilah keanekaragaman hayati, di mana
istilah tersebut pada dasarnya berarti berbagai
kehidupan di bumi yang ada di tempat dan waktu
tertentu. Keanekaragaman hayati tidak sekadar
menggambarkan jumlah dan jenis makhluk
hidup, melainkan juga mengandung makna
keragaman, keberbedaan, dan kekhasan makhluk
hidup serta hubungan timbal balik di antara
makhluk hidup tersebut dan antara makhluk
hidup dengan lingkungannya.
Selain memenuhi kebutuhan dasar manusia,
keanekaragaman hayati memiliki fungsi lain yang
sangat penting, di antaranya sebagai penopang
kelestarian jasa lingkungan, yaitu pengatur
tata air, sebagai pengendali iklim mikro, habitat bagi makhluk hidup, jasa ekowisata, serta
fungsi sosial budaya bagi masyarakat setempat
(masyarakat adat lokal). Keanekaragaman hayati
merupakan aset bagi pembangunan daerah dan
nasional, sehingga menjaga dan memeliharanya
akan sangat memberikan dampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat. Mempertahankan
kelestarian keanekaragaman hayati dan
mengupayakan pemanfaatannya secara
berkelanjutan merupakan upaya mendasar
dalam rangka mempertahankan sumber daya
yang sangat berharga agar senantiasa memberi
sumbangan bagi pembangunan nasional.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
21
Taman Keanekaragaman Hayati Jawa Barat
Secara garis besar kondisi fisik Jawa Barat
memiliki karakter beragam mulai dari topografi,
iklim, hingga hidrologi DAS dan perairan lautnya.
Kondisi fisik yang beragam tersebut menyebabkan
terbentuknya keanekaragaman ekosistem mulai
dari pesisir yang meliputi terumbu karang,
mangrove, hingga hutan dataran rendah,
pegunungan, perbukitan kapur (kars), serta
perairan air tawar. Keanekaragaman ekosistem
yang ada di Jawa Barat berpengaruh terhadap
keanekaragaman jenis flora dan fauna penghuni
suatu ekosistem.
Berdasarkan data Departemen Kehutanan
(2008), jumlah tumbuhan endemik Jawa Barat
tertinggi di antara provinsi lain, yaitu sebesar
33,7 %. Jawa Barat memiliki sekitar 3.882 jenis
tumbuhan berbunga dan tumbuhan paku asli.
Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan
dengan Jawa Tengah yang memiliki 2.851 jenis
dan Jawa Timur 2.717 jenis tumbuhan asli. Status
keanekaragaman flora di Jawa Barat pada 2008;
tumbuhan yang terdapat di kawasan konservasi
33 di antaranya merupakan jenis dilindungi, 19
jenis langka, 49 jenis endemik, dan 52 jenis khas
kawasan (termasuk jenis khas kawah dan formasi
pantai).
Berdasarkan penelusuran dokumen status
keanekaragaman fauna Jawa Barat (BPLHD 2005 –
2008) terdapat 134 jenis mamalia darat, 245 jenis
aves (burung dan unggas), 94 herpetofauna (reptil
dan amfibi), dan 147 jenis ikan. Keanekaragaman hayati yang ada di Jawa Barat baik ekosistem
maupun jenisnya adalah kekayaan alam yang
sangat berharga, sehingga aksi perlindungan keanekaragaman hayati wajib dilakukan.
Taman Keanekaragaman Hayati (Taman
Kehati) merupakan salah satu kawasan
perlindungan keanekaragaman hayati selain
Kebun Raya dan Tahura. Taman Kehati adalah
suatu kawasan di luar kawasan konservasi yang
dibangun menjadi tempat pencadangan sumber
daya alam hayati lokal, langka, endemik dan
memiliki fungsi konservasi in-situ dan/atau ex-situ.
Berdasarkan definisi tersebut yang membedakan
antara Taman Kehati dengan kawasan konservasi
lainnya adalah jenis hayati yang menjadi objek
perlindungan. Taman Kehati fokus pada
Gambar Gerbang Masuk Kawasan
22
perlindungan terhadap jenis tumbuhan lokal,
langka, dan endemik dari suatu daerah. Salah satu
Taman Kehati pemerintah Provinsi Jawa Barat
adalah Taman Kehati Kiara Payung Sumedang.
Taman Kehati Kiara Payung Sumedang
telah dibangun sejak 2010 dan hingga saat ini
pembangunannya masih terus ditingkatkan.
Perjalanan pembangunan Taman Kehati
Kiara Payung Sumedang berawal dari usulan
pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk memiliki
Taman Kehati yang didukung oleh program
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam
membangun Taman Kehati di setiap daerah di
Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup telah
menginisiasi Taman Keanekaragaman Hayati di
berbagai provinsi dan kabupaten mulai 2008.
Pembangunan Taman Keanekaragaman Hayati di
wilayah Provinsi Jawa Barat ditetapkan di area Arboretum dan Hutan Konservasi Kiara Payung, Desa
Sindang Sari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat dengan luas 15 ha
dan terbagi dalam 8 blok kawasan. Terletak pada
koordinat 6º53’10” LS - 6º53’30” LS dan 107º45’25”
BT - 107º45’45” BT. Taman Keanekaragaman
Hayati ini ditetapkan dengan Keputusan Gubernur
Nomor: 593/Kep.821-BPLHD/2011 tentang
Penetapan Lokasi Taman Keanekaragaman Hayati
Jawa Barat.
Pembangunan Taman Kehati Kiara
Payung Sumedang Jawa Barat bertujuan untuk
melestarikan keanekaragaman hayati jenis lokal,
endemik, dan langka di wilayah Jawa Barat dalam
rangka menopang kehidupan masyarakat yang
berkelanjutan. Tujuan khusus dari program
ini adalah membangun dan mengembangkan
taman keanekaragaman hayati sebagai kawasan
konservasi ex-situ, menyelamatkan berbagai
jenis tumbuhan lokal dari ancaman kepunahan,
mengoleksi contoh hidup jenis-jenis tumbuhan
lokal; mengembangkan sarana pendidikan,
penelitian, dan praktek pengenalan jenis-jenis
tumbuhan lokal, menyediakan sumber benih
dan bibit jenis-jenis tumbuhan lokal (gene pool),
mengembangkan sarana rekreasi alam (ekowisata), dan meningkatkan luasan ruang terbuka hijau
kawasan perkotaan.
Gambar Papan tanda pembagian blok kawasan
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Gambar Contoh tanaman yang ditanam di kawasan Taman Kehati Kiara Payung
Keanekaragaman Fauna
Pendataan keanekaragaman fauna Taman Kehati Kiara Payung dilakukan antara lain dengan
pengamatan terhadap keragaman serangga.
Serangga memiliki peran yang penting dalam
ekosistem hutan, selain membantu proses
penyerbukan pada tumbuhan juga membantu
perombakan material organik yang dapat
meningkatkan kesuburan tanah. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani S Nurfadillah (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2015)
di Taman Kehati Kiara Payung ditemukan 8
ordo 42 famili 73 genus serangga yang termasuk
dalam kelompok serangga terbang. Ordo yang
ditemukan antara lain Ordo Blattodea (Bangsa
Kecoak), Ordo Coleoptera (Bangsa Kumbang), Ordo
Diptera (Bangsa Lalat), Ordo Hemiptera (Bangsa
Kepik), Ordo Hymenoptera (Bangsa Lebah), Ordo
Lepidoptera (Bangsa Kupu-kupu), Ordo Odonata
(Bangsa Capung), dan Ordo Orthoptera (Bangsa
Belalang). Menurut perannya beberapa ordo dari
serangga terbang tersebut sangat membantu
terhadap penyerbukan tanaman yang ada di
Taman Kehati Kiara Payung. Selain itu keberadaan
beberapa jenis dari serangga terbang tersebut
dapat dijadikan sebagai bio-indikator kesehatan
ekosistem yang sangat potensial.
Selain serangga terbang, terdapat pula
serangga permukaan tanah yang ditemukan di
kawasan ini. Berdasarkan penelitian Isyfa I Romadlon (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2015),
terdapat 8 ordo 41 famili serangga permukaan
tanah. Ordo yang ditemukan antara lain: ordo
Hymenoptera (Bangsa Lebah/Semut), ordo Orthoptera (Bangsa Belalang), ordo Coleoptera (Bangsa
Kumbang), Diptera (Bangsa Lalat), ordo Hemiptera
(Bangsa Kepik), ordo Blattodae (Bangsa Kecoak),
ordo Diplura, dan ordo Dermaptera (Bangsa Cocopet). Serangga permukaan tanah sangat membantu
dalam perombakan material organik yang sangat
besar peranannya dalam proses pembentukan
material tanah. Partikel tanah yang terbentuk
dari hasil perombakan tersebut sekaligus sebagai
habitat dari organisme perombak, sehingga tanah
yang terbentuk akan mempunyai tekstur dan
struktur yang sangat baik untuk menyerap air
hujan. Dengan demikian tanah pada lantai hutan
akan sangat kaya humus dengan kandungan unsur
hara dan memiliki kemampuan yang sangat tinggi
dalam menyerap air hujan yang jatuh ke atas
permukaan tanah.
1. Ordo Blattodae
Famili : Blattidae
7. Ordo Dermaptera
Famili : Anisolabidae
2. Ordo Orthoptera
Famili : Acrididae
8. Ordo Hymenoptera
Genus : Apis
3. Ordo Coleop tera
Genus : Eplachna
9. Ordo Orthoptera
Genus : Trimerotropis
4. Ordo Blattodae
Genus : Periplaneta
10. Ordo Lepidotera
Genus : Catopsilia
5. Ordo Hemiptera
Genus : Leptocentrus
11. Ordo Odonata
Genus : Neurothemis
6. Ordo Diptera
Genus : Chrysotus
12. Ordo Hymenotera
Famili : Formicidae
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
23
Harapan
Keberadaan Taman Kehati Kiara Payung sangat
potensial dalam meningkatkan kualitas kehidupan
khususnya bagi masyarakat yang tinggal di dekat
kawasan ini. Selain memberikan jasa lingkungan
yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan air
untuk kebutuhan masyarakat, hasil alam dan
keindahan sekitar kawasan dapat memberikan
sumbangan bagi peningkatan taraf ekonomi daerah
jika dimanfaatkan dan dikelola dengan baik,
misalnya sebagai kawasan ekowisata. Harapan
kedepannya, Taman Keanekaragaman Hayati Kiara
Payung tidak hanya sekedar kawasan perlindungan
kehati dan wisata alam tetapi juga dapat menjadi
pusat edukasi dan penelitian tentang keanekaragaman hayati Jawa Barat sehingga para generasi muda
bisa turut serta peduli dan menjaga kekayaan alam
yang berharga ini.
* Kepala Bidang Konservasi Sumber
Daya Alam dan Mitigasi Bencana
** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub
Bidang Konservasi Sumbar Daya
Alam
24
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Anjangsana Kelompok Masyarakat Taman
Kehati (Awinyawana)
Foto : Kelompok Awinyawana, 2015
Track untuk mengelilingi kawasan
Taman Kehati Kiara Payung
Foto : Fitriyani, 2015
Siapkah Provinsi
Jawa Barat
Menghadapi
Perubahan Iklim ?
Drs. Tulus TH.Sibuea, M.Si *
Bambang Yulianto **
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
25
Indonesia secara resmi menjadi salah satu negara
non-Annex I berdasarkan UU Nomor 6 Tahun
1994 tentang Ratifikasi Konvensi Perubahan
Iklim di Rio Tahun 1992. Indonesia tidak wajib
menurunkan emisi GRK (Gas Rumah Kaca) tetapi
memiliki konsekuensi wajib melaporkan sumber
dan potensi GRK (tingkat emisi dan serapannya)
serta kegiatan-kegiatan terkait perubahan iklim
kepada UNFCCC dalam National Communication
on Climate Change. Laporan ini mencakup inventori GRK nasional, langkah miitigasi, keadaan
nasional yang mempengaruhi tingkat GRK,
kerentanan terhadap perubahan iklim dan program adaptasi.
Pemerintah telah menetapkan target penurunan emisi sebesar 26% (dengan pendanaan
domestik) dan 41% (dengan tambahan pendanaan
dari dukungan internasional) sebagai komitmen
dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Pengurangan emisi Indonesia dilaksanakan secara
sukarela dan jika dilakukan tanpa upaya penurunan atau biasa disebut business-as-usual (BAU)
di tahun 2020 sebesar 2.95 Gt CO2e.
Pemda Provinsi memiliki peran strategis
dalam pencapaian target penurunan emisi 26%.
Betapa pentingnya peran pemda provinsi melalui
penerapan strategi pertumbuhan ekonomi karbon
rendah sehingga dapat menciptakan kesejahteraan
masyarakatnya. Hal ini juga perlu didukung oleh
pemimpin-pemimpin pemerintah lokal yang
berkomitmen untuk menciptakan pembangunan
ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Provinsi Jawa Barat yang telah menyatakan
sebagai Provinsi Hijau (Green Province) sehingga
untuk pencapaiannya perlu melakukan terobosan-terobosan baru dari potensi aktivitas persektor yang ada di wilayah Jawa Barat untuk
diformulasikan menjadi pembangunan aktivitas
ekonomi rendah karbon. Untuk mencapai sebagai
Provinsi Hijau setidaknya harus dilakukan tiga
langkah yang perlu dilakukan. Pertama, memberi
nilai berdasarkan fakta atas emisi GRK saat ini
dan menyusun proyeksi pencapaian dimasa
mendatang untuk provinsi; Kedua, menguraikan potensi volume emisi yang dapat dikurangi
dan tindakan serta biaya terkait; Ketiga, mencari
sumber-sumber baru pertumbuhan regional
yang dapat memberikan penghidupan yang
berkelanjutan tetapi menghasilkan emisi karbon
lebih rendah.
Siapkah Provinsi Jawa Barat?
Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca
merupakan amanat Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 63 ayat (2)
huruf e dinyatakan bahwa provinsi bertugas dan
berwenang menyelenggarakan inventarisasi gas
rumah pada tingkat provinsi. Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
26
Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional kembali
menegaskan tugas dan wewenang Gubernur dan
Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan inventarisasi GRK.
Profil Pemahaman Para Pemangku Kepentingan
Tentang Dasar-Dasar Pelaksanaan Inventarisasi
GRK di Daerah
Uraian berikut merupakan pertanyaan-pertanyaan dan jawabannya yang diberikan kepada
para responden pada workshop Dasar-Dasar
Pengembangan Inventarisasi GRK.
Jawaban Responden di klasifikasikan berdasarkan
Bobot Nilai dari suatu pertanyaan, Jawaban
dengan Nilai 100 , 75, 50, 25 dan 0 , kemudian
di presentasikan ke responden yang menjawab
pertanyaan.
1. Apa yang dimaksud dengan perubahan iklim?
Identifikasi awal tentang tingkat pemahaman/
kapasitas responden mengenai iklim masih
kurang dan beragam intepretasinya. Gambar
grafik diatas memperlihatkan hanya 25%
responden paham terhadap perubahan iklim
(bobot jawaban 100) dan masih ada yang sama
sekali tidak memahami mengenai perubahan
iklim (22%).
2. Apakah merasakan adanya perubahan iklim
dan apa penyebab perubahan iklim?
Lebih dari setengah responden memahami dan
mengetahui penyebab perubahan iklim walaupun
berdasarkan jawaban yang diberikan responden
cenderung hanya pada pemahaman tentang
pencemaran udara.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
4. Apakah yang dimaksud dengan gas rumah
kaca?
7.
Apakah yang dimaksud dengan adaptasi
perubahan iklim dan tindakan apa yang dapat
dilakukan?
Pertanyaan ini disampaikan dengan pilihan
jawaban untuk mendapatkan gambaran teknis
dari responden. Mendekati setengah dari
responden memahami secara teknis gambaran
tentang gas rumah kaca.
5. Mana yang merupakan kelompok gas rumah
kaca?
Jawaban responden dari pertanyaan ini 71 %
benar sehingga dapat disimpulkan sementara
bahwa pengetahuan mengenai jenis-jenis gas
yang masuk ke kelompok gas rumah kaca telah
diketahui sebagian besar oleh responden.
6.
Apakah yang dimaksud dengan mitigasi perubahan iklim dan tindakan apakah yang
dapat dilakukan?
Pemahaman responden terhadap aspek mitigasi
perubahan iklim masih kurang dan menyamakan
intepretasi mitigasi perubahan iklim dengan
mitigasi bencana. Hal ini tergambar dari 40%
responden memberikan jawaban yang salah.
Pemahaman responden terhadap aspek adaptasi
perubahan iklim masih kurang sama halnya
dengan aspek mitigasi. Aspek adaptasi perubahan
iklim masih diinterpretasikan dengan pemahaman
penanganan bencana.
Profil pemangku kepentingan tentang dasardasar pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca
di daerah ini baru sebagian kecil untuk dapat
digunakan dalam menjawab apakah Jawa Barat
siap menghadapi perubahan iklim.
Fenomena Perubahan Iklim yang sekarang telah
terjadi global
Saat ini perubahan iklim global bukan sekedar
isu tapi merupakan permasalahan yang nyata.
Kajian ilmiah memperlihatkan hasil bahwa
kecenderungan peningkatan suhu rata-rata di
permukaan bumi terus meningkat. Laporan IPCC
(Intergovernmental Panel on Climate Change)
menyatakan tahun 2007 tercatat sejak tahun 1990
suhu rata-rata dunia telah meningkat sebesar 0,70
C. Perubahan suhu tersebut dipercaya sebagai
akibat dari meningkatnya konsentrasi gas-gas
seperti karbon dioksida (CO2), methane (CH4),
dinitro oksida (N2O), sulfur heksaflorida (SF6), dan
karbon tetraflorida (CF4) yang dikenal dengan gas
rumah kaca (GRK) dalam jumlah yang berlebih
di atmosfer. GRK yang berlebih di atmosfir teridentifikasi diproduksi oleh kegiatan industri,
transportasi dan aktivitas manusia lainnya (antropogenic).
Fenomena Perubahan Iklim Regional:
Perubahan iklim akan memberikan dampak
yang paling parah bagi masyarakat miskin dan
kelompok dengan tingkat kerentanan tinggi.
Umumnya, kelompok masyarakat tersebut
memiliki keterbatasan sumber daya dan
kapasitas dalam mempersiapkan dan merencanakan tindakan untuk merespon dampak yang
ditimbulkan. Sering kali kelompok masyarakat
tersebut memiliki ketergantungan tinggi terhadap
iklim dalam memenuhi kehidupannya dan sangat
rawan terhadap bahaya perubahan iklim yang
terjadi.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
27
Perkembangan penduduk di kawasan
perkotaan mengalami peningkatan pesat yaitu
dari 3,2 milyar menjadi 4,9 milyar dalam tiga
dekade terakhir. Begitu pula kota-kota di Asia
mengalami peningkatan sekitar 60% dan yang
menarik hampir 46% penduduk perkotaan Asia
tumbuh dan berkembang di kota-kota kecil
dengan ukuran di bawah 500.000 penduduk.
Pesatnya pertambahan penduduk perkotaan
akan memberikan pengaruh munculnya berbagai
permasalahan seperti tingginya kepadatan
penduduk di kawasan permukiman kumuh,
tingginya perubahan fungsi lahan dari kawasan
lindung menjadi lahan budi daya, terbatasnya akses terhadap sarana dan prasarana dan
bertambahnya penduduk miskin perkotaan yang
tinggal pada kawasan rawan bencana.
Fenomena Perubahan Iklim Lokal:
Indonesia memiliki curah hujan tinggi dan
memiliki areal lahan kering yang cukup luas, yaitu
mencapai hampir 105 juta hektar yang tersebar
di pulau-pulau yang ada di Indonesia. Sebagian
besar lahan kering tersebut tersebar di daerah
hulu (Daerah Aliran Sungai) DAS yang memiliki
intensitas hujan yang tinggi, sehingga memacu
terjadinya erosi yang dapat mengurangi tingkat
produktivitas lahan. Meskipun potensi tanahnya
rendah, akan tetapi karena potensi keluasannya sangat besar sehingga bagaimanapun juga
harus dipandang sebagai suatu asset daerah yang
perlu diperhatikan dan dimanfaatkan. Selain itu,
mengingat sebagian penduduk menggantungkan
hidupnya pada usaha tani lahan kering maka
diperlukan suatu terobosan teknologi dalam
antisipasi perubahan iklim dengan penanganan
dan pengelolaan lahan kering secara baik agar
lingkungan- ekologis tidak rusak, berkelanjutan
dan tercapai produktifitas dan daya dukung lahan
tersebut sehingga tingkat ketersediaan pangan
jangka panjang dapat dipenuhi.
Perubahan iklim mempengaruhi
setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam
yang erat kaitannya dengan pertanian, yaitu :
1. Peningkatan suhu udara di atmosfer
mempengaruhi laju akumulasi fotosintesis
bersih untuk kebanyakan tanaman tropis,
terutama untuk tanaman C3 seperti kedelai,
kacang tanah dan kentang, yang cenderung
turun dengan meningkatnya suhu udara.
2. Kejadian iklim ekstrim (anomali), selain
menurunkan produktivitas, pergeseran musim
28
dan peningkatan intensitas kejadian iklim
ekstrim, terutama kekeringan dan kebanjiran,
juga menjadi penyebab penciutan dan
fluktuasi luas tanam serta memperluas areal
pertanaman yang akan gagal panen, terutama
tanaman pangan dan tanaman semusim
lainnya.
3. Peningkatan permukaan air laut, dampak
perubahan iklim yang lainnya adalah
meningkatnya permukaan air laut yang
menyebabkan berkurangnya luas lahan
pertanian terutama di daerah pesisir,
peningkatan permukaan air laut juga akan
meningkatkan salinitas (kadar garam) tanah
sekitar pantai yang bersifat racun pada
tanaman.
Proklim dan Aksi Lokal
Program Kampung Iklim (ProKlim) merupakan
salah satu upaya Pemerintah Indonesia untuk
mendorong seluruh pihak dalam melaksanakan
aksi nyata menghadapi perubahan iklim. Proklim
diluncurkan oleh Menteri Lingkungan Hidup
pada tanggal 24 Oktober 2011 dalam acara National Summit on Climate Change di DenpasarBali. Melalui pelaksanaan Proklim diharapkan
pemahaman masyarakat mengenai perubahan
iklim dan dampak yang ditimbulkannya
meningkat, sehingga terdorong melaksanakan
upaya adaptasi yang dapat memperkuat
ketahanan masyarakat menghadapi perubahan
iklim serta upaya mitigasi yang dapat memberikan
kontribusi terhadap pengurangan emisi GRK.
Penghargaan Proklim diberikan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup bagi lokasi
dengan batasan wilayah administratif minimal
setingkat RW/Dusun/Dukuh atau maksimal Keluruhan/Desa, dengan kriteria umum penilaian
telah dilakukannya aksi adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim secara berkesinambung serta
keberadaan kelompok penanggung jawab kegiatan
dan dukungan berkelanjutan baik mencakup
aspek kebijakan/peraturan lokal dan kapasitas
masyarakat. Lokasi ProKlim dapat diusulkan
oleh berbagai pihak yang mengetahui informasi
pelaksanaan kegiatan adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim pada lokasi tertentu. telah
berjalan dengan baik dan memberikan manfaat.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Provinsi Jawa Barat Melalui Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim
Disamping keindahan dan potensi sumberdaya
alamnya, Jawa Barat mempunyai potensi kebencanaan baik bencana alamiah maupun akibat
aktivitas manusia. Jenis-jenis potensi ancaman bahaya yang perlu diperhatikan di Jawa Barat adalah
bahaya geologis seperti bahaya gempabumi,
pergerakan tanah dan erupsi gunung api, bahaya
akibat fenomena hidrometeorologis seperti hujan
lebat yang menyebabkan banjir dan longsor. Iklim
yang berubah juga memberikan dampak terhadap
lingkungan. Pada Rencana Pembangungan Jangka
Menengah Provinsi Jawa Barat (RPJMD), pengarusutamaan isu perubahan iklim telah dipertimbangkan dengan cermat.
1. Provinsi Jawa Barat yang telah menyatakan
sebagai Provinsi Hijau (Green Province)
sehingga untuk pencapaiannya perlu
melakukan terobosan-terobosan baru dari
potensi aktivitas per-sektor yang ada di
wilayah Jawa Barat untuk diformulasikan
menjadi pembangunan aktivitas ekonomi
rendah karbon.
2. Greengrowth sebagai mesin pembangunan
Jawa Barat dengan tiga pilar utama yang
harus ditegakkan yaitu Strategi Greengrowth
bukan “hanya” untuk “sektor” lingkungan.
Lingkungan tidak diletakkan pada periferi pertimbangan penyusunan kebijakan
tapi menjadi sentral dalam pengembangan
kebijakan dan rencana di berbagai sektor
pembangunan. Strategi Greengrowth
merupakan Rencana Besar yang Terintegrasi
(Integrated Grand Plan) yang disusun melalui
proses kolaboratif antara berbagai instansi
pemerintahan, industri, akademia, dan
masyarakat sipil. Strategi Greengrowth harus
menjadi pusat (center piece) pengembangan
visi propinsi Jawa Barat menuju Green Province.
3. Political Will dari pimpinan daerah dengan
menerbitkan kebijakan-kebijakan yang
mendukung terkait perubahan iklim. Beberapa
kebijakan telah diterbitkan untuk mendukung
program diantaranya adalah Proklim.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
29
Program Kampung Iklim (ProKlim) adalah program berlingkup nasional yang dikembangkan
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk
mendorong partisipasi aktif masyarakat dan
seluruh pihak dalam melaksanakan aksi lokal
untuk
meningkatkan
ketahanan
terhadap
dampak perubahan iklim dan pengurangan emisi
GRK. Melalui pelaksanaan ProKlim, Pemerintah
memberikan penghargaan terhadap masyarakat
di lokasi tertentu yang telah melaksanakan upaya
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara
berkelanjutan. Pelaksanaan Proklim mengacu
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 19/2012 tentang Program Kampung Iklim.
ProKlim dapat dikembangkan dan dilaksanakan
pada wilayah minimal setingkat Dusun/Dukuh/RW
dan maksimal setingkat Desa/Kelurahan atau yang
dipersamakan dengan itu.
Tujuan Program Kampung Iklim
adalah untuk meningkatkan pemahaman
mengenai perubahan iklim dan dampak yang
ditimbulkannya sehingga seluruh pihak terdorong
untuk melaksanakan aksi nyata yang dapat
memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi
perubahan iklim serta memberikan kontribusi
terhadap upaya pengurangan emisi GRK. Hal
lain yang diharapkan dapat tercapai melalui
pelaksanaan ProKlim adalah:
1. Menumbuhkan kemandirian masyarakat
dalam melaksanakan adaptasi perubahan
iklim, termasuk menjaga nilai-nilai kearifan
tradisional atau lokal yang dapat mendukung
upaya penanganan perubahan iklim dan
pengendalian kerusakan lingkungan secara
umum.
2. Menjembatani kebutuhan masyarakat
dan pihak-pihak yang dapat memberikan
dukungan untuk pelaksanaan aksi adaptasi
dan mitigasi perubahan iklim.
3. Meningkatkan kerjasama seluruh pihak
di tingkat nasional dan daerah dalam
memperkuat kapasitas masyarakat untuk
melaksanakan upaya adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim.
4. Menumbuhkan gerakan nasional adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim melalui pelaksanaan
kegiatan berbasis masyarakat yang bersifat
aplikatif, adaptif dan berkelanjutan.
5. Mengoptimalkan potensi pengembangan
kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim yang dapat memberikan manfaat
terhadap aspek ekologi, ekonomi dan
* Kepala Sub Bidang Mitigas Bencana
30
pengurangan bencana iklim.
6. Mendukung program nasional yang dapat
memperkuat upaya penanganan perubahan
iklim secara global seperti gerakan ketahanan
pangan, ketahanan energi, peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan pencapaian
target penurunan emisi sebesar 26% pada
tahun 2020 dibandingkan dengan jika tidak
dilakukan upaya apapun.
Manfaat Program Kampung Iklim meliputi:
1. meningkatnya ketahanan masyarakat dalam
menghadapi variabilitas iklim dan dampak
perubahan iklim;
2. terukurnya potensi dan kontribusi
pengurangan emisi GRK suatu lokasi terhadap
pencapaian target penurunan emisi GRK
nasional
3. tersedianya data kegiatan adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim serta potensi
pengembangannya di tingkat lokal yang dapat
menjadi bahan masukan dalam perumusan
kebijakan, strategi dan program terkait
perubahan iklim;
4. tersosialisasinya kesadaran dan gaya hidup
rendah karbon;
5. meningkatnya kemampuan masyarakat di
tingkat lokal untuk mengadopsi teknologi
rendah karbon.
Hal-Hal yang mendasar terkait Proklim :
1. Demografi,ekosistem dan ekologis yang
beragam menjadikan upaya lokal aksi mitigasi
dan adaptasi bersifat lokal dan beragam;
2. Aksi lokal mitigasi dan adaptasi akan selalu
terikat dengan budaya lokal dan kearifan lokal
yang berada di daerah rural;
3. Penciptaan peluang untuk pengembangan aksi
lokal adaptasi dan mitigasi yang berorientasi
pada ekonomi;
4. Pengembangan jejaring (networking)
dan kemitraan dalam melengkapi dan
pengembangan aksi dari antar lokasi;
5. Pengakuan melalui pemberian piagam
penghargaan tidak hanya untuk lokasi yang
berbasis kewilayahan tetapi juga diberikan
kepada pendamping, pembina maupun tokoh
penggerak lokal oleh Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya;
** Adviser CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Revolusi
Lingkungan
untuk
Mengembalikan
Kealamian
Lingkungan
Eva Fandora, ST, MT *
Ilvan Taufani **
K
orea Selatan telah menjadi salah satu negara
maju yang kecanggihan teknologinya tidak
diragukan lagi. Dengan mudah kita dapat
menemukan berbagai teknologi Korsel dalam
membantu berbagai aktivitas kita sehari-hari.
Peralatan rumah tangga seperti kulkas, mesin
cuci, kompor atau televisi merupakan sebagian
dari sekian banyak teknologi yang mendunia.
Teknologi handphone Korsel bahkan jauh melesat,
mengalahkan Jepang dan Swedia yang lebih
dahulu menguasai pasar Handphone. Saat ini,
kecanggihan teknologi Korsel telah menyaingi
negara-negara maju sebelumnya seperti Jepang
dan Eropa.
Kecanggihan Korsel lainnya adalah
keberhasilannya merubah lingkungan yang kotor,
tercemar dan semrawut menjadi bersih, indah,
sehat dan rapih tertata. Tentu saja perjuangan
yang dilakukan oleh Korsel tidak dalam waktu
yang sekejap dan tidak dengan biaya murah.
Perlu waktu lebih dari 25 tahun untuk mencapai
kualitas lingkungan seperti saat ini. Komitmen
yang tinggi dari pemerintah, masyarakat, industri
dan legislatif menghantarkan Korsel menjadi
negara yang indah, dan menjadi destinasi favorit
wisata dunia .
Bersama dengan negara maju
lainnya, Korea Selatan berkewajiban untuk
menurunkan emisi Gas Rumah Kaca. Karena itu,
kebijakan pembangunan Korsel saat ini adalah
pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Pada tahun 2008, Korsel mendeklarasikan ‘Low
Carbon Green Growth Is A New National Growth
Paradigm That Creat New Growth Engines And
Clean Jobs’. Berlandaskan dasar pembanguna
berwawasan lingkungan, maka pertumbuhan
hijau dengan karbon rendah merupakan prinsip
pembagunan Korsel.
Dalam menerapkan kebijakannya, Korsel memiliki
komitmen luar biasa. Waktu yang lama dan
pendanaan yang besar tidak menjadi hambatan
pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut.
Sehingga, perlahan tapi pasti Korea Selatan telah
berhasil dan menjadi contoh bagi banyak negara.
Pertumbuhan Industri yang Menciptakan
Pencemaran dan Kekumuhan
Sepanjang sejarahnya, Korea adalah
negara yang penuh dengan konflik. Jepang
merupakan negara yang sering ‘mengobrak-abrik’
Korea, tak heran pada masanya Korea termasuk
negara berkembang yang penuh dengan masalah.
Namun Korea dapat mengatasi masalah tersebut,
walupun pada akhirnya terbagi menjadi Korea
Selatan dan Korea Utara.
Jepang dan Amerika berperan penting
terhadap kemajuan negara Korsel. Peninggalan
infrastruktur, terutama dari Amerika merupakan
modal pertama Korsel dalam mengembangkan
industrinya. Amerika pun memberikan berbagai
bantuan dan kemudahan bagi Korsel.
Sehingga, pada tahun 1970an Korsel
telah berhasil mengubah kegiatan industri yang
bergantung pada impor dan bantuan asing
menjadi industri yang berorientasi pada ekspor.
Pemerintah memberikan berbagi kemudahan
untuk meningkatkan indutri besar. Indusri baja
dan kimia adalah industri besar dan mendasar
yang kemudian menjadi prioritas, sehingga Korsel
telah berhasil mengekspor produk industrinya.
Peningkatan ekspor merupakan
keberhasilan bagi Korsel, ekspor berperan
penting terhadap pembangunan ekonomi Korsel
sehingga mengalami pertumbuhan yang sangat
cepat. Keberhasilan industri berorientasi ekspor
memberikan manfaat pada perekonomian Korsel.
Devisa yang dihasilkan.
Dapat memperbaiki devisit neraca perdagangan
akibat pemberlakukan industry substitusi impor.
kedua, industri dasar menyediakan lapangan
kerja untuk mengurangi penganguran.
Perkembangan industri ekspor, meningkatkan
kemampuan serta keterampilan teknologi kearah
teknologi maju bagi Korea Selatan.
Perkembangan Industri yang sangat
pesat dengan kebutuhan akan sumberdaya dan
energy yang terbatas tidak menghalangi Korsel
untuk mengembangkan industrinya. Namun pada
masa itu, tingginya aktivitas industri ternyata
berdampak terhadap lingkungan sekitarnya.
Polusi yang tinggi dan kerusakan lingkungan
yang parah terjadi di mana-mana. Sungai menjadi
tempat pembuangan sampah terpanjang. Industri
dan domestik dengan bebas membuang limbahnya ke sungai. Karenanya, ikan dan makhluk
air lainnya mati dan tidak bisa berkembang biak.
Udara menjadi tidak sehat, karena polusi udara
dan tingginya partikulat yang diakibatkan oleh
pembakaran batu bara sebagai sumber energi
utama industri.
Industri memicu urbanisasi yang tinggi
menciptakan daerah-daerah kumuh, terutama
di bantaran sunga di kota-kota besar.
Lingkungan yang kotor dan tercemar merupakan
pemandangan yang biasa. Masyarakat hidup
di lingkungan yang tidak sehat, pada musim
kering kekurangan air terjadi di mana-mana dan
pada musim hujan terjadi banjir yang banyak
merugikan negara.
Gambaran di atas adalah gambaran Korea Selatan
pada tahun 1960-1980an. Walaupun sampai akhir
tahun 2000 Korsel masih memiliki permasalahan
banjir, namun upaya yang dilakukan sejak tahun
1960an memberikan hasil nyata saat ini.
Gambar di bawah ini adalah kondisi
lingkungan Kota Seoul pada tahun 1960an hingga
tahun 1980an.
Kota Seoul pada Tahun 1960-1980 (MOE, 2014)
Restorasi Sungai menjadikan Lingkungan Alami
Restorasi dan menjadi kebijakan utama Korsel
Penetapan kebijakan lingkungan Korsel
dalam pembangunan berwawasan lingkungan.
telah dimulai sejak tahun 1960an, walaupun upaya Restorasi 4 sungai merupakan penerapan dari
ini tidak tampak hasilnya dibandingkan kerusakan dasar kebijakan pemangunan Korsel yaitu Green
dan pencemaran yang terjadi akibat pertumbuhan Growth dengan tiga tujuan utama, yaitu; Secure
industri. Pada tahun 1977, mulai dilaksanakan
water, keamanan terhadap sumber-sumber
aksi pencegahan Polusi terhadap Lingkungan yang air; Prevent Flood, pencegahan terhadap hujan
diikuti oleh aksi pengelolaan limbah dan koserdan banjir serta Environmental Improvement,
vasi lingkungan. Dibawah ini adalah gambaran
peningkatan kualitas air, mengembalikan ekoakumulasi kebijakan lingkungan yang diterapkan
sistem perairan, membangun fasilitas terkait
beserta besaran biayanya.
dengan pengelolaan DAS. Ketiga fokus kebijakan
Diawali dengan membangun aksi konsertersebut dilakukan sejak tahun 2009 sampai saat
vasi sungai, kemudian dikembangkan menjadi
ini dan telah menghabiskan dana sekitar 2.4 trilprogram Restorasi di 4 sungai utama secara
liun Won. Sungguh komitmen yang luar biasa.
terintegrasi, yaitu sungai Han, Nakdong, Geun dan
Yeong San. Inilah yang terkenal dengan Proyek
32
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Perkembangan Kebijakan dalam pengelolaan sungai dan besaran pembiayaannya.
Sumber : MOE, 2014
Teknologi dan science menjadi dasar penerapan
kebijakan lingkungan Korsel, sehingga apa yang
direncanakan dapat diimplementasikan dan
memberikan hasil yang optimal. Ketiga fokus
kebijakan di atas dijabarkan untuk mencapai
tujuan sebagai berikut,
1. Securing Water Resources and Preventing Floods, telah dibangun 16 weirs yang
berfungsi untuk mengamankan air dalam
jumlah besar, sekitar 800 juta m3 didesain
berdasarkan landmark lokal, penghubung
transportasi serta berfungsi sebagai pariwisata
dan lingkungan; menguatkan tanggul-tanggul
dan membangun bendungan-bendungan kecil
sebagai upaya meningkatkan pengendalian
banjir
2. Imporving Water Quality and Restorating
Aquatic Ecosystem, meningkatkan fasilitas
lingkungan dasar dengan mengoperasikan
sebanyak 1.044 fasilitas lingkungan dasar
untuk meningkatkan kualitas air (diantaranya,
pengolahan limbah domestik,pertanian,
industri dan sumber pencemar lainnya);
menciptakan ekosistem lahan basah natural sebaganyak 136 area; restore ekosistem
perairan, mengembangbiakan dan melepaskan
ikan-ikan yang hampir punah.
3. Creating Watersheed Culture and Driving
Local Growth; Membangun ruang publik
baru disepanjang sungai (waterfront) sebagai
fasilitas untuk rekreasi dan berolah raga;
mengembangkan ruang bersepeda sepanjang
1.728 km di 4 sungai utama.
Restorasi sungai merupakan kebijakan besar yang
merupakan rangkaian dari kebijakan ‘spesifik’,
diantaranya adalah,
Total Pollution Load Management,
Kebijakan ini merupakan upaya untuk
menurunkan pencemaran dimulai dari sumber
pencemar, hal utama yang dilakukan di Korsel. Parameter yang menjadi dasar penurunan
pencemaran hanya pada 2 parameter utama yaitu
BOD (Biologycal Oxygen Demand) : jumlah oksigen
yang ada dalam perairan. Semakin besar nilai BOD
maka semakin buruk kualitas air tersebut. Parameter kedua adalah T-P (Total Phospat) merupakan
indikator pencemar biologi. Semakin tinggi T-P,
maka tingkat pencemaran juga semakin tinggi.
Lokasi penurunan beban pencemar dilakukan
pada 4 large area, 117 medium area dan 850 small
areas dengan mendesain target penurunan pencemar untuk setiap titik/point.
Peraturan/perundangan terkait dengan
lingkungan, ternyata tidak sebanding dengan
meningkatnya pencemaran akibat tingginya
aktivitas industrialisasi serta urbanisasi. Hal
ini menyulitkan untuk keseimbangan antara
standar kualitas air yang telah ditetapkan dan
meningkatnya volume polutan yang masuk
ke aliran sungai meskipun telah ditetapkan
standar untuk setiap sumber pencemar.
Sehingga, kemudian dilakukan jalan tengah
untuk membedakan treatment satu daerah
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
33
Penanganan pencemaran dilakukan di
setiap unit basin, dengan total polutan di setiap
aliran sungai menurun tajam sebesar 60,4%
pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun
2002. Mendorong pembangunan berwawasan
lingkungan dan mencegah pembangunan yang
sporadis.
Ecological Stream Restoration
Korsel telah melampui kondisi pemenuhan air
bersih. Untuk itu, target pengelolaan lingkungan,
khususnya untuk sungai, meningkat dari ensur-
ing clean water to creating healthy water environment. Bukan lagi air besih yang menjadi tujuan,
melainkan lebih tinggi lagi, yaitu menciptakan
lingkungan perairan yang sehat. Beberapa
tahapan kebijakan yang diterapkan dalam
mencapai ecological stream Restoration, adalah
: mengurangi pembangunan yang tak terencana
dan mendorong pembangunan infrastruktur
yang berwawasan lingkungan; membangun
platform pengelolaan DAS dengan pendekatan
keilmuan; pengembangan sumberdaya manusia
dan organisasi serta riset and development project
yang terus dikembangkan.
Hal menarik lainnya, bahwa program restorasi,
berbeda dari satu sungai dengan sungai lainnya.
Berikut ini adalah beberapa perubahan yang
terjadi dari proyek restorasi yang dilakukan.
Hasil yang dicapai, dalam pelaksanaan ecologycal
stream restoration,
1. Water quality improvement,
Berkurangnya pencemar, meningkatnya
kualitas air sehingga self purification alam
meningkat; rata-rata pengurangan BOD di 35
aliran sungai sejak 2007-2009 sebanyak 50%.
2. Aquatic ecosystem restoration;
Meningkatnya berbagai species dan
menciptakan habitatnya, berbagai makhluk
hidup yang tadinya hilang kemudian datang
dan berkembang biak di daerah ini
3. Environmental Eefect;
Temperatur perkotaan menurun, polusi air
dan kebisingan terus berkurang
4. Eco-friendly-economic effect;
Menciptakan pekerjaan, meningkatkan
ekonomi lokal melalui peningkatan kualitas
lingkungan ; terciptanya berbagai lokasi
peristirahatan dan rekreasi
Bagaimana dengan Jawa Barat?
Sejarah Korsel dari keterpurukan menjadi negara
maju, yang mengubah lingkungannya dari kotor
dan tercemar menjadi indah, bersih dan sehat
patut menjadi pembelajaran bagi negara-negara
lain termasuk Indonesia, khususnya diJawa
Barat. Pencapaian lingkungan seperti saat ini,
tidak serta-merta didapat Korsel tetapi melalui
proses panjang serta komitmen dari semua
pihak, terutama pimpinan negara yang menjadi
kunci keberhasilan dari program pengelolaan
34
lingkungan.
Restorasi sungai yang dilakukan oleh Korsel
telah diakui oleh dunia, salah satunya adalah
pernyataan dari OECD (The Organisation for
Economic Co-operation and Development) yang
menyatakan bahwa Four major rivers restoration
project is a good illustration of comprehensive
water management, which drives green growth
(OECD, 2012) dan UNEP juga menyetakan bahwa
restorasi sungai merupakan positive case of govermental investment for restorating rivers.
Restorasi sungai merupakan contoh ‘revolusi’
yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan.
Rekayasa teknologi dilakukan pada ke 4
sungai dengan mengembalikan fungsi ekology dari setiap sungai. Pendekatan pengelolaan
mempertimbangkan hasil ilmu pengetahuan.
Sistem monitoring lingkungan secara on line dan
penelitian terinci menjadi dasar utama dalam
menetapkan kebijakan. Risert and Development
menjadi hal mendasar yang terus dikembangkan
dan menjadi landasan dalam pengelolaan
lingkungan.
Indonesia termasuk Jawa Barat dapat mengambil
banyak pelajaran dari apa yang sudah dilakukan
oleh Korea Selatan. Menetapkan kebijakan
lingkungan tidak hanya dilihat dari satu aspek saja
tetapi dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi.
•
•
•
Kebijakan lingkungan harus dimulai dari
pimpinan dan menjadi komitmen bersama
yang kemudian diterapkan oleh semua sektor.
Disamping itu, lembaga yang menangani
lingkungan diberikan kewenangan untuk
menetapkan program/kebijakan yang
berkaitan dengan perbaikan lingkungan
secara penuh.
Penanganan masalah lingkungan kemudian
diselesaikan dengan berbagai aspek,
seperti pemindahan permukiman kumuh,
pengawasan buangan industri secara ketat,
pembersihan sungai secara berkala dan
membangun untuk mengembalikan ke alam.
Untuk Jawa Barat, tidak bisa hanya dilakukan
oleh instansi lingkungan hidup dan harus
dilakukan oleh semua instansi terkait.
Lingkungan bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung
jawab kalangan industri dan masyarakat.
Hal ini yang perlu terus dikembangkan di
Indonesia termasuk di Jawa Barat. Termasuk
dalam penegakkan hukum lingkungan, perlu
dilakukan secara tegas dan pengawasan secara
kontinyu, salah satunya adalah dengan pemantuan yang dilakukan secara on line.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
•
Riset dan Development, menjadi dasar dalam
merumuskan kebijakan sehingga lembaga
lingkungan perlu memiliki R and D. Saat
ini, bagi Jawa Barat sebaiknya melakukan
kerjasama dengan Perguruan tinggi dalam
menetaplan R dan D untuk mendukung pemantauan/pengawasan dan penetapan kebijakan
lingkungan.
Korea selatan, seperti juga negara maju lainnya,
pembangunan berwawasan lingkungan dimulai
sejak negara mereka belum maju, sejak aktivitas
industri mulai gencar dan sejak masyarakatnya
tak terlalu menyadari akan pentingnya lingkungan
yang sehat. Namun dengan kerja keras dan
Kebijakan pembangunan yang berpihak kepada
lingkungan, menjadikan negara-negara seperti
Korsel menjadi unggul. Lingkungan yang bersih
dan sehat ternyata meningkatkan perekonomian
seperti yang dialami Korsel sekarang ini.
Apa yang dialami Korsel, jelas terlihat bahwa
pembangunan berwawasan lingkungan
ternyata memberikan dampak berlipat terhadap
perekonomian negara. Tak ada alasan bagi Indonesia termasuk Jawa Barat untuk menunda
Before
Pembangunan yang berpihak pada Lingkungan.
Tak terbantahkan bahwa pembangunan
berwawasan lingkungan sejalan dengan
pembangunan perekonomian. Untuk itu, pilihan
ada pada kita semua, apakah akan memulai
sekarang atau nanti? semua ada konsekuensinya...
Daftar Pustaka;
Hoon Kim, Byung.2014. Sustainable Water Management in Korea. Korea.
.......2014. Advances in Water Quality Management
: Monitoring and Prediction Water Quality Assessment Division National Institute of Environmental
Research, Incheon, Korea. Korea
Bae Kyum, Park. 2014. Introduction of Water Resource Management in Korea. National Institute of
Environmental Research. MOE. Korea.
http://id.wikipedia.org.
*)Kasubag Perencanaan dan Program BPLHD Jabar
**) Sedang menempuh pendidikan di Korea Selatan,
staf Kementrian LHK
After
Sungai Cheonggyecheon Sebelum dan sesudah restorasi
Sumber : http://greatecology.com/wp-content/uploads/2012/12/CheonggyecheonStream-Before-After1.jpg
* Kepala Sub Bagian Perencanaan
dan Program
** Staff Kementrian KLHK
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
35
Aulia Novianti, S.STP *
Annisa Septianti **
P
erkembangan penduduk dunia dari tahun ke
tahunnya semakin meningkat, tak terkecuali
di Indonesia. Pertumbuhan penduduk di
Indonesia mencapai 1,4 % tiap tahunnya (dilansir
dari www.bps.go.id). Perkembangan penduduk
ini tentu saja berpengaruh kepada semua aspek kehidupan yang ada. Selain berpengaruh
terhadap kondisi Negara dan kondisi ekonomi,
pertumbuhan penduduk pun berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan.
Dalam aspek lingkungan hidup, misalnya
saja masalah persampahan, tiap tahunnya kotakota di dunia menghasilkan sampah hingga
1,3 miliar ton. Diperkirakan oleh Bank Dunia,
pada tahun 2025, jumlah ini bertambah hingga
2,2 miliar ton. Hal tersebut sejalan dengan
perkembangan pertumbuhan penduduk yang
semakin bertambah . Semakin banyak penduduk
yang ada, maka semakin bertambah pula
penghasilan sampah yang akan diperoleh tiap
tahunnya. Berdasarkan data yang dihimpun
oleh Petungsewu Wildllife Education Center,
Jumlah sampah yang setiap hari dihasilkan oleh
masyarakat Indonesia adalah sebanyak 11.330
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan beserta
rombongan meninjau lokasi tumpukan sampah di
Sungai Cikapundung, Kampung Cijagra, Desa Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten
Bandung, Jumat(25/3/2016)
36
ton, jika diambil rata-rata maka per orang di
Indonesia menghasillkan 0,050 Kg per hari.
Jika jumah tersebut dikalikan satu tahun maka
jumlah sampah yang diproduksi adalah sebanyak
4.078.800 ton, jumlah yang tentu saja dapat
dikatakan banyak.
Mengingat hal tersebut, seharusnya
manajemen persampahan harus dikelola dengan
baik. Sampah merupakan masalah yang nyata
bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Namun
pada kenyataannya, manajemen persampahan di Indonesia masih buruk, bayangkan saja
di Indonesia angka pendaurulangan sampah
masih termasuk rendah yakni di bawah 50
persen, kesadaran akan membuang sampah pada
tempatnya pun masih mengkhawatirkan. Tidak
heran jika sampah masih sangat mudah ditemui
di Indonesia, barangkali slogan “jangan buang
sampah sembarangan” hanya wacana tanpa
reaksi saja.
Pekerjaan rumah yang sangat besar
terkait sampah ini, rasanya diperlukan adanya
upaya serius dalam pengolahan sampah dengan
melibatkan modal social yaitu penyadaran
masyarakat. Penyadaran masyarakat akan
sampah setidaknya mampu mengubah perilaku
masyarakat terhadap kebijaksanaan pengolahan
sampah. Indonesia sendiri mencanangkan
gerakan mengatasi sampah diantaranya
adalah gerakan 3R (Reuse,Reduce,Recycle) dan
Bank sampah. Hal ini tentu saja akan sangat
berpengaruh terhadap jumlah sampah yang
dihasilkan oleh Indonesia, dengan begitu
sampah yang terlihat sepert tumpukan-tumpukan yang menghasilkan bau tidak sedap dapat
menghasilkan nilai ekonomis, tentu saja ketika
pemilahan sampah dilakukan dengan baik
seperti adanya pemisahan sampah kering dengan
sampah basah.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Kesadaran terhadap pengolahan sampah
dan kepedulian terhadap lingkungan yang kurang,
pada akhirnya menimbulkan tumpukan sampah
yang menggunung. Padahal sampah itu sendiri
dapat menimbulkan kerugian-kerugian kepada
masyarakat, seperti bau tidak sedap, menimbulkan
penyakit-penyakit yang penyebarannya dapat
melalui binatang seperti lalat, tikus dan anjing,
dan secara estetika tumpukan sampah tidak
dapat digolongkan menjadi pemandangan yang
nyaman dipandang. Lebih jauh dari itu, tumpukan-tumpukan sampah tersebut ternyata bisa
menimbulkan kematian. Seperti yang terjadi
dalam tragedi longsornya sampah di Leuwigajah,
Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005 silam.
Peristiwa longsor tersebut diawali oleh gas metan
(CH4) dalam kadar tinggi yang terperangkap
dalam timbunan sampah (anaerob) dan mendesak
keluar, kemudian bersinggungan dengan udara
hingga timbul ledakan. Ledakan inilah yang
menyebabkan timbunan sampah yang sedari
awal telah menggunung di TPA Leuwigajah pun
mengalami longsor, berakibat pada terkuburnya
rumah dan lahan pertanian warga sekitar. Tragedi
ini memakan korban lebih dari 100 orang,
Peristiwa tersebut memicu pemerintah
untuk dicanangkannya Hari Peduli Sampah
Nasional (HPSN) yang diperingati setiap tanggal 21
februari, terhitung mulai tahun 2006. Hari Peduli
Sampah Nasional diharapkan mampu membuat
masyarakat meningkatkan kepeduliannya
terhadap lingkungan serta mencari solusi untuk
sampah di wilayahnya masing-masing
Sejauh ini, Hari Peduli Sampah Nasional
(HPSN) yang selalu diperingati setiap tahunnya,
kenyataannya banyak masyarakat Indonesia tidak
tahu akan hari peduli sampah tersebut. Maka dari
itu, pemerintah bersama komunitas melakukan
aksi peduli sampah dengan mengkampanyekan
aksi membuang sampah pada tempatnya (Jakarta, 21 Februari 2016). Aksi tersebut juga
dihimbau kepada masyarakat untuk ikut serta
dalam melakukan kerja bakti serentak di berbagai
daerah.
Sejalan dengan peringatan Hari
Peduli Sampah Nasional (HPSN), Pemerintah
mencanangkan Gerakan Nasional Indonesia
Bersih (GNIB) sejak 2011 lalu. Salah satu targetnya adalah mewujudkan Indonesia bebas sampah
pada 2020 nanti. Tanda pagar #indonesiabebassampah2020 pun turut serta melahirkan relawan
peduli sampah dan aksi melawan sampah di
Indonesia melalui media social. Menurut Sabar
Ginting (Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK) Bidang Energi Bersih dan Terbarukan) indikator Indonesia bebas sampah adalah
pengukuran timbunan sampah, bukannya tidak
ada sampah sama sekali, hal tersebut mustahi jika
melihat jumlah penduduk Indonesia yang semakin
meningkat dan jumlah industri yang juga semakin
berkembang. Setidaknya mampu menguraikan
dan melakukan bagaimana sampah-sampah yang
menumpuk itu bisa dikelola. Seperti sampah
organik jadi kompos, air limbah dikelola jadi air
bersih, dan sejenisnya. Pencapaian visi Indonesia
Bebas Sampah 2020 ini bertumpu pada konsep
3R: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan
kembali), dan Recycle (daur ulang).
Gerakan Nasional Indonesia Bersih
(GNIB), juga dilakukan pemerintah dengan cara
menyebarkan seribu unit lokasi pembuangan
sampah. Selain itu, kegiatan pengelolaan
sampah yang sudah diterapkan yaitu adanya
bank sampah. Pengembangan bank sampah
meningkat 24 persen pada empat tahun terakhir
ini. Meski dianggap kecil, gerakan bank sampah
sudah menjadi landasan untuk melawan sampah.
Seyogyanya gerakan bank sampah menjadikan
sampah bernilai ekonomis, ramah lingkungan, dan
berkelanjutan secara social.
Demi Indonesia bebas sampah 2020,
dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional,
Tuti (Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan
Bahan Berbahaya dan Beracun KLHK) melakukan
sosialisasi uji coba penerapan kantong plastik berbayar. Tujuannya agar masyarakat tidak mudah
membuang kantong plastik, ada penghematan
dalam penggunaannya dengan digunakan secara
berulang-ulang. Sehingga Indonesia tidak lagi
menjadi negara penghasil sampah plastik kedua
terbesar di dunia setelah Tiongkok. Menurut
Riset Greeneration, organisasi nonpemerintah
yang telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu
orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700
kantong plastik per tahun. Di alam, kantong plastik
yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan
dan ekosistem. Kantong plastic berbayar ini
juga dilakukan pada 22 kota di Indonesia, yang
nantinya diharapkan agar diterapkan di seluruh
kota di Indonesia.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
37
Gerakan diet kantong plastic, dalam Surat Edaran
bernomor S.1230/PSLB3-PS/2016 tertanggal 17
Februari 2016 ditetapkan harga kantong plastik
yang harus dibeli masyarakat di tingkat peritel
minimal Rp200. Nantinya, uang yang diambil dari
pembayaran kantong plastic ini akan digunakan
untuk kegiatan konservasi lingkungan.
Cara lain yang dilakukan untuk
mencapai Indonesia bebas sampah 2020 adalah
memperbaiki program Adipura. Staff Ahli KLHK,
Sabar Ginting, menilai bahwa pemerintah daerah
yang telah mendapatkan piala adipura selama
ini sepertinya tidak mendapatkan apresiasi atau
penilaian lanjutan. Sejalan dengan itu, pemerintah
sedang mengkaji pengukuran kinerja pemerintah
daerah salah satunya berdasarkan berapa banyak
peraih piala adipura.
Jawa Barat sendiri belum memiliki
konsistensi dalam masalah pengelolaan sampah.
Tidak jarang ditemukan tumpukan-tumpukan
sampah berada di tengah kota dan dibiarkan
begitu saja dengan waktu yang lama. Akibatnya
aroma bau tidak sedap menyebar kemanamana dan menimbulkan ketidaknyamanan
bagi siapa saja yang melihatnya. Sebenarnya
masalah sampah ini tergantung kepada diri
masing-masing warga Jawa Barat, menyangkut
kepada kesadaran diri untuk tidak membuang
sampah di sembarangan tempat. Masyarakat juga
seharusnya memiliki kesadaran untuk memilah
dalam proses pembuangan sampah. Dengan
begitu, pemanfaatan dari sampah non organik bisa
ditingkatkan.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Herawan,
dalam melakukan peninjauan kondisi ke daerah
sungai Cikapundung menyayangkan sikap
masyarakat yang dengan sengaja membuang
sampah ke sungai. Gubernur Jawa Barat, yang
akrab disapa Aher ini, mengutarakan bahwa
Pemerintah Provinsi bersama pemerintahan
daerah akan melakukan penganggulangan
masalah sampah secara maksimal (dilansir dari
tribunjabar.co.id). Anggota Komisi IV DPRD Jawa
Barat, Yod Mintaraga, mengatakan bahwa sampah
merupakan masalah yang harus ditangani dengan
serius dan sungguh-sungguh agar tidak lagi terjadi
malapetaka seperti kejadian di Leuwi Gajah, Cimahi. Ia berpendapat bahwa dalam pengelolaan
sampah harus menerapkan teknologi tinggi nan
canggih seperti di negara-negara maju Amerika
38
dan Jerman. Tidak perlu jauh ke Amerika ataupun
Jerman, Negara tentangga seperti singapura dan
Malaysia pun sudah menerapkan teknologi tinggi
yang tepat dalam pengelolaan sampah, sehingga
sampah bukan lagi jadi permasalahan besar di
Negara tersebut. Negara yang memiliki julukan
Kota Singa ini, dalam permasalahan pengelolaan
sampah, mereka mengolah sampah sehingga
menjadi pembangkit listrik, diolah menjadi methanol lalu digunakan untuk menyuling air laut
menjadi air minum. “Singapura saja bisa kenapa
jabar tidak bisa” ucap anggota Komisi IV DPRD
Jawa Barat.
Di Jawa Barat, Tempat Pembuangan dan
Pengelolaan Akhir Sampah (TPPAS), merupakan
hal yang harus dibenahi. Yod meminta Pemerintah
Provinsi Jawa Barat untuk mengkaji betul
penggunaan teknologi yang akan diterapkan di
kedua TPPS tersebut. Menurutnya, teknologi yang
akan diterapkan di kedua TPPS tersebut harus
memiliki sejumlah kriteria, di antaranya teknologi
yang digunakan merupakan teknologi ramah
lingkungan dan berdaya guna, teknologi yang akan
digunakan harus sudah teruji dan berpengalaman
dalam pengolahan sampah skala besar, serta
teknologi yang digunakan harus dapat meminimalisir dampak negatif terhadap masyarakat sekitar.
tidak hanya persoalan lahan untuk pembuangan
sampah. Selain itu, truk pengangkut sampah
pun harus diperbarui. Pasalnya truk pengangkut
sampah yang ada sekarang masih menggunakan
bak terbuka sehingga ketika pemindahan sampah
dari TPS ke TPA sehingga menimbulkan bau tidak
sedap dan menyengat. Alangkah baiknya jika truk
pengangkut sampah itu dibuat dengan tertutup
maka bau tidak sedap tidak akan menebar kemanapun.
Menurut Yod, Pemerintah Provinsi Jawa
Barat selain memiliki tugas membenahi TPPAS
serta armada truk pengangkut sampah, masih
memiliki pekerjaan rumah dalam mengubah
kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah
yakni dengan dikeluarkannya perda soal sampah.
Sehingga dengan itu, masyarakat seolah dipaksa
untuk mengubah kultur agar tudak terlalu
menghasilkan banyak sampah, dan memiliki
sanksi yang jelas dalam pelanggaran peraturan
perda tersebut.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
* Analis di Bagian Perencanaan
dan Program
Ube Model, Solusi Pelestarian
Lingkungan di Kota Ube, Jepang
Rani, ST *
Irfan Fauzan. ST **
Sejarah Kota Ube
Ube adalah sebuah kota industri yang terletak
di Prefektur Yamaguchi, Jepang, dengan jumlah
penduduk sekitar 172.000 jiwa dan merupakan
kota ketiga terbesar di Prefektur Yamaguchi
yang memiliki luas wilayah 280 km2. Banyak
industri manufaktur berkembang di kota ini di
antaranya industri semen dan kimia. Seperti
halnya kota-kota di Jepang, Ube merupakan kota
yang bersih, teratur, bebas sampah, dan ramah
lingkungan. Namun, apa yang menjadikan Ube
menjadi lebih spesial dibandingkan dengan kotakota lain di jepang? Tak lain adalah tindakan
pelestarian lingkungan di kota ini melalui
metode Ube Model. Ube Model merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan secara suka rela atas
dasar keterbukaan informasi dan saling percaya
di antara pihak bisnis, akademik, pemerintah,
dan perwakilan masyarakat kota Ube. Adapun
kegiatan yang dilakukan adalah mencari solusi
terhadap masalah lingkungan yang terjadi melalui
diskusi hasil penelitian ilmiah. Hal ini dilakukan
untuk mencegah polusi dan melindungi kesehatan
masyarakat.
Adapun yang melatarbelakangi lahirnya Ube Model adalah perkembangan industri pertambangan
batu bara sebagai upaya peningkatan kondisi
ekonomi masyarakat kota Ube, akibat Perang
Dunia Kedua pada 1945. Pertambangan batu bara
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Ube, yang pada masanya kesejahteraan
masyarakat kota Ube dikenal sangat tinggi.
Namun, hanya dalam jangka 5 tahun kondisi
tersebut bisa bertahan karena pada 1950 Kota Ube
telah menjadi kota dengan emisi debu terburuk
di dunia. Asap hitam pabrik batu bara mengubah
langit siang kota menjadi malam. Kota dikotori
hujan abu seperti salju pada musim dingin dan
banyak masyarakatnya terkena penyakit infeksi
saluran pernapasan.
Keterangan : Kompleks industri, Kota
Ube
Atas dasar kondisi tersebut, pada tahun yang
sama, masyarakat kota membentuk sebuah
komite yang dinamakan “Komite Pengendalian
Emisi Debu Kota Ube”. Ada empat pihak yang
terlibat dalam komite tersebut yang terdiri atas
perwakilan warga, universitas (akademik), bisnis
(industri) dan pemerintah. Komite ini kemudian
dikenal dengan Ube Model. Pemikiran dasar dari
Ube Model adalah melakukan diskusi berdasarkan
penelitian ilmiah untuk mencari solusi dari
permasalahan polusi udara.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
39
Komite ini melakukan penyelidikan berdasarkan
fakta dari berbagai sumber polusi/pengukuran
tingkat emisi debu serta melakukan penelitian
epidimiologi secara statistik. Berdasarkan hasil
penyelidikan dan penelitian tersebut terdapat
beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan
polusi udara tersebut, di antaranya:
1. pemasangan precipitator (penyaring udara) di
setiap pabrik/industri;
2. adanya mobil penyiram air untuk mencegah
emisi debu; dan
3. mendorong penanaman pohon.
Setelah ketiga solusi tersebut dilaksanakan pada
1951, tingkat emisi debu menurun drastis. Pada
penyelidikan dan penelitian, terdapat solusi untuk
mengatasi permasalahan polusi udara tersebut, di
antaranya:
• peningkatan sistem pengawasan pabrik;
• melaksanakan penanganan polusi dengan
pemasangan peralatan desulfurisasi dan denitrifikasi.
Seiring dengan semakin banyaknya
permasalahan lingkungan di Kota Ube, pada 1970,
komite tadi berganti nama lagi menjadi “Dewan
Penanganan Polusi Udara Kota Ube”. Dewan ini
melakukan penanganan secara komprehensif
terhadap sumber polusi udara, kualitas air, dan
kebisingan. Sejak 1980, selain polusi dari industri,
berbagai masalah lingkungan
semakin meluas, seperti polusi
dalam kehidupan perkotaan
dan masalah lingkungan global.
Pada 1994, “Dewan Penanganan Polusi Udara Kota Ube”
kemudian berganti nama
menjadi “Dewan Lingkungan
Kota Ube” sampai saat ini.
Dewan ini melakukan penanganan sumber polusi dan masalah
lingkungan global. Struktur
Dewan Lingkungan Hidup Kota
Ube adalah sebagai berikut.
Pemasangan precipitator sebelum (kiri) dan (kanan) sesudah.
Dewan Lingkungan Hidup
Kota Ube terdiri atas 16 orang:
1951, emisi 55,86 t/km2/bulan dan pada 1960
2 orang dari perwakilan masyarakat, 7 orang
menjadi 16,00 t/km2/bulan; terjadi penurunan
dari perguruan tinggi, 4 orang dari pihak swasta/
emisi sampai sepertiganya. (Sumber: Ube Interindustri, dan 3 orang dari pemerintahan.
national Environmental Cooperative Association
Pada 1997, Kota Ube mendapatkan penghargaan
(IECA)).
The Global 500 Roll of Honor dari UNEP (the
Tantangan komite dalam mengatasi
United Nations Environmental Programme).
permasalahan lingkungan di Kota Ube, masih
Penghargaan tersebut diberikan kepada individual
berlanjut dengan adanya revoluasi energi, yaitu
dan organisasi yang memberikan kontribusi dalam
perubahan konsumsi bahan bakar dari batu
perbaikan dan perlindungan lingkungan hidup
bara digantikan oleh minyak bumi. Pada 1964,
melalui Ube Model; yang memberikan Kota Ube
konsumsi batu bara sebagai bahan bakar mulai
sebuah reputasi internasional. Penghargaan dari
menurun karena digantikan dengan minyak bumi. UNEP tadi menunjukkan, bahwa semangat dan
Dengan adanya pergantian tersebut, polusi udara
metode Ube Model diharapkan bisa bermanfaat
kembali menghantui Ube; berupa buangan dari
bagi negara-negara berkembang yang menghadapi
minyak bumi dalam bentuk gas sulfur dioksida.
masalah pencemaran; terutama untuk
Akhirnya, pada 1960, “Komite Pengendalian Emisi
perlindungan dan perbaikan lingkungan. Sejalan
Debu Kota Ube” berganti nama menjadi “Komite
dengan hal tersebut, Kota Ube banyak berbagi
Pengendalian Polusi Udara Kota Ube”. Komite
pengalaman dan informasi mengenai Ube Model
ini melakukan penanganan polusi udara sulfur
dan teknologi pengendalian pencemaran; dengan
dioksida dan juga melakukan penelitian dampak
negara-negara lain yang mengalami permasalahan
kesehatan secara berkelanjutan. Berdasarkan hasil pencemaran lingkungan; yaitu melalui sister city
40
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Upaya pengendalian polusi terus dilakukan oleh
masyarakat Kota Ube melalui Dewan Lingkungan
Kota Ube. Dalam rangka menguatkan komitmen
untuk menjaga kelestarian lingkungan Kota Ube,
diadakan perjanjian pelestarian lingkungan pada
2015. Perjanjian tersebut bersifat lebih ketat
karena di dalamnya terdapat pengendalian emisi
gas rumah kaca. Isi perjanjian tersebut, yaitu:
1. Menyepakati “bilangan” untuk tingkat udara,
kualitas air, kebisingan, dan bau pada udara;
2. Pengurangan jumlah pembuangan limbah
akhir sebesar 10% sampai 2021;
3. Pengurangan jumlah konsumsi bahan bakar
sebesar 19 % sampai dengan 2021.
Hingga 2016, perjanjian tersebut telah disepakati
oleh 14 perusahaan.
Dewan Lingkungan Kota Ube sangat aktif
dalam menjalankan perannya yang dibuktikan
dengan sering dilakukan pemeriksaan on the
spot untuk pengecekan “bilangan” yang telah
disepakati bersama dalam perjanjian pelestarian
lingkungan. Pemeriksaaan tersebut mengenai
aspek-aspek berikut.
1. Udara, memeriksa 7 fasilitas yang
menghasilkan asap dan jelaga selama 1 tahun.
2. Kualitas air, memeriksa 46 saluran
pembuangan air dua kali dalam setahun.
3. Kebisingan, memeriksa perbatasan area pabrik
dua kali selama 1 tahun.
4. Udara dan bau, memeriksa 8 fasilitas yang
mengeluarkan bau pada udara selama 1 tahun.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan “bilangan” yang melebihi kesepakatan, Dewan
Lingkungan akan memberikan bimbingan kepada
perusahaan untuk menemukan penyebab dan cara
penanganannya.
Saat ini, pengendalian pencemaran dan polusi
di Kota Ube sudah ditangani dengan sangat
baik. Masalah persampahan, kemudian menjadi
fokus dalam pengelolaan lingkungan. Kota Ube
mencoba untuk mengaktualisasikan masyarakat
untuk terbebas dari pemanasan global dan
masyarakat yang berorientasi pada daur ulang
(recycling oriented society); dalam rangka
menciptakan lingkungan hidup yang nyaman
dan menyenangkan sebagai tempat tinggal.
Upaya mengatasi masalah persampahan bukan
hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan
terjalin kerja sama solid antara pemerintah dan
masyarakat. Masyarakat sangat berperan aktif
dalam mendukung program pemerintah tersebut,
di antaranya dalam pemanfaatan teknologi
pengurangan sampah melalui pembangunan
Recycle Plaza pada 1995. Bangunan tersebut
merupakan suatu fasilitas canggih yang dibangun
untuk pengelolaan sampah. Di dalamnya terdapat
beberapa teknologi pemilahan yang mampu
menjadikan sampah menjadi salah satu bahan
baku yang kemudian bisa diproduksi sebagai
produk baru. Selain itu, tersedia juga fasilitas
edukasi sebagai tempat belajar, berbagi informasi,
dan memahami teknologi pengelolaan sampah
tersebut.
Partisipasi masyarakat dalam mendukung
program pemerintah, tentang penanggulangan
masalah sampah, salah satunya dengan
menjalankan program 3R (reuse-recycling-reduce);
sebagai salah satu program dasar pemerintah
untuk pengolahan limbah di tingkat rumah
tangga. Melalui program 3R, pemerintah sangat
terbantu dan dimudahkan dalam pemilahan dan
pengangkutan sampah ke stasiun sampah yang
selanjutnya diteruskan ke fasilitas Recycle Plaza.
Di Recycle Plaza, sampah yang biasanya dibuang
langsung di TPA (Tempat Pembuangan Akhir),
diolah kembali menjadi sampah yang tidak mudah
terbakar dan sampah yang bisa didaur ulang.
Sedangkan, sisa sampah lainnya akan dibuang
ke TPA atau dihancurkan melalui incinerator.
Sampah yang diolah di Recycle Plaza menjadi
salah satu bahan baku untuk industri tertentu
yang kemudian bisa menghasilkan profit bagi
pemerintah setempat.
Maket Recycle Plaza
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
41
Implementasi Ube Model di Jawa Barat
Ube Model sangat berperan penting dalam
pelestarian lingkungan di Kota Ube dan juga telah
menjadi salah satu contoh keberhasilan suatu kota
dalam mengatasi permasalahan lingkungan akibat
pencemaran limbah industri. Kerja sama yang
baik antara pemerintah, akademisi, masyarakat,
dan pihak swasta/industri mampu memperbaiki
serta melindungi masyarakat dari bahaya polusi
dan pencemaran limbah yang dapat menggangu
kesehatan manusia dan juga ekosistem alam. Jawa
Barat sebagai provinsi dengan sektor industri
berjumlah banyak dan tingkat pencemaran
yang tinggi, hendaknya dapat mengadopsi Ube
Model sebagai salah satu solusi untuk mengatasi
permasalahan pencemaran lingkungan yang tidak
kunjung selesai.
Jawa Barat dapat menerapkan Ube Model dalam
pengelolaan lingkungan. Namun, ada beberapa
catatan bagi Jawa Barat jika hendak menerapkan
Ube Model, di antaranya adalah:
1. Perlunya implementasi regulasi yang tegas
dalam pengambilan keputusan suatu kasus
lingkungan.
2. Luasnya wilayah Jawa Barat sehingga proses
pengawasan lebih sulit sehingga akan lebih
baik jika model tersebut diterapkan dalam
skala kota atau kabupaten.
3. Industri yang ada tidak terkonsentrasi dalam
satu kawasan sehingga menyulitkan dalam
proses pengawasan dan pengendalian beban
pencemaran.
4. Pengembangan teknologi pengolahan limbah
yang efisien dan efektif.
5. Komitmen antara pemerintah, pihak swasta,
masyarakat, dan akademisi perlu diperkuat
dalam upaya pengelolaan lingkungan.
6. Perlu ditingkatkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan.
Poin-poin tersebut merupakan tantangan yang
harus dihadapi pemerintah sebagai pelopor
dalam upaya perbaikan dan perlindungan serta
pelestarian lingkungan hidup di Jawa Barat.
Penulis memiliki harapan besar agar Jawa Barat
di masa depan akan lebih baik dalam pengelolaan
lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang
nyaman dan layak untuk ditinggali oleh anak cucu
kita kelak.
Pemilahan sampah di tingkat rumah tangga.
* Penyusun Bahan Laporan Kegiatan
pada Perencanaan & Program BPLHD
Jabar
** Pemerhati Lingkungan
42
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
KANTOR
BERBUDAYA
LINGKUNGAN
Sebagai Bentuk
Mitigasi Terhadap
Perubahan Iklim
Ahmad Efrizal, ST, MT *
Taufik Sulaiman, S.Kom **
K
ebijakan Green Province juga mengedepankan penggunaan bio-energi, pengalokasian ruang
untuk mendukung ketahanan pangan, dan penetapan lahan pertanian berkelanjutan. Pemerintah
Provinsi Jawa Barat juga telah merancang pembangunan berkelanjutan menuju masyarakat
rendah karbon, antara lain penerapan green building (kantor berbudaya lingkungan) di lingkungan
sekolah, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya. Dengan upaya pencapaian Green
Province, setiap kebijakan dan strategi yang dilakukan oleh Provinsi Jawa Barat harus mendukung
perwujudan semangat Green Province.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
43
Perubahan Iklim
Isu perubahan iklim telah menjadi perhatian
baik di tingkat internasional, maupun regional,
nasional, dan lokal. Berbagai kejadian terkait
dengan kondisi iklim yang tidak menentu; seperti
banjir, kekeringan, longsor, gelombang tinggi,
dan peningkatan muka air laut; semakin sering
terjadi dengan intensitas yang semakin meningkat
sehingga menimbulkan korban jiwa serta
kerugian ekonomi dan ekologi. Kondisi tersebut
perlu disikapi dengan memperkuat aksi nyata
di tingkat lokal untuk berkontribusi terhadap
upaya mitigasi dalam mengurangi emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) serta upaya adaptasi untuk
meningkatkan kapasitas seluruh pihak dalam
menghadapi dampak perubahan iklim. Aksi
nyata adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
menjadi bagian tidak terpisahkan dari penerapan
strategi pembangunan rendah karbon dan tahan
perubahan iklim yang perlu terus dikembangkan
dan diperkuat pelaksanaannya. Guna mendorong
partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan
upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui kebijakan
Green Province tidak hanya seputar penetapan
45% kawasan lindung, melainkan juga kepada
penekanan, bahwa aktivitas apa pun harus
dilakukan dengan tetap menjaga daya dukung
lingkungan.
IPCC Assessment Report
Kontribusi emisi CO2 di sektor bangunan
merupakan penyumbang terbesar dibanding
sektor industri dan transportasi; dengan konsumsi
energi dalam bangunan mencapai 30-40%. Kantor
Berbudaya Lingkungan (KBL) adalah salah
satu upaya efektif untuk mewujudkan efisiensi
penggunaan sumber daya, sekaligus menjadikan
suatu komunitas ramah lingkungan. KBL sangat
penting keberadaannya karena merupakan
bagian dari salah satu kegiatan pengurangan
efek pemanasan global. Perkantoran yang
jumlahnya sangat banyak terutama di perkotaan
berkontribusi cukup signifikan
44
terhadap penurunan kualitas lingkungan. Kantor
sering juga disebut sebagai the Greedy Giant
(Raksasa yang Rakus) karena setiap harinya
bisa menghabiskan kertas, air, listrik, bahkan
menimbulkan limbah domestik yang mencemari
lingkungan. Hal inilah yang menuntut perlunya
segera diterapkan konsep Kantor Berbudaya
Lingkungan. Kegiatan KBL difokuskan pada
efisiensi barang dan peralatan, efisiensi energi
listrik dan BBM, efisiensi air baku dan air
minum, penanganan limbah padat maupun
cair, pengelolaan gedung dan fasilitas kantor,
pengelolaan ruang terbuka hijau, dan pengelolaan
kendaraan dinas.
Penerapan KBL sejalan dengan Inpres Nomor 2
Tahun 2005 tentang Penghematan Air dan Listrik.
Begitu pula dengan salah satu rekomendasi yang
dikeluarkan oleh Asosiasi Pemerintah Kota seIndonesia (APEKSI) pada Rakernasnya di Bandung
beberapa waktu lalu yang mendorong upaya
pengelolaan kantor peduli lingkungan (Kantor
Berbudaya Lingkungan). Selain itu, Pemerintah
Provinsi Jawa Barat juga merancang Gerakan
Rehabilitasi Lahan Kritis; antara lain untuk
revitalisasi wilayah DAS prioritas yang ada di
Provinsi Jawa Barat. Dengan upaya pencapaian
untuk penanggulangan efek pemanasan global
dan rehabilitasi lahan kritis, setiap kebijakan dan
strategi dalam perencanaan wilayah provinsi Jawa
Barat diharapkan bisa mendukung perwujudan
semangat Green Province.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Source: U.S. Energy
Information Administration,
2007 Builing Energy
Data Book.
Visi, Misi, dan Tujuan Kantor Berbudaya
Lingkungan (KBL)
Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) merupakan
refleksi kebijakan kantor yang menerapkan
Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dalam
upaya menciptakan lingkungan bersih, indah,
nyaman, dan sehat yang melibatkan seluruh
aktivitas sistem. Sementara itu, KBL merupakan
program yang melibatkan setiap personel kantor
(PERILAKU) untuk berperan ak tif dalam
kegiatan mewujudkan lingkungan kantor yang
bersih dan efisien dalam memanfaatkan sumber
daya alam dan energi secara berkelanjutan.
Sedangkan, SML adalah sebuah siklus yang
berkelanjutan dari perencanaan, pelaksanaan,
pengkajian ulang, dan perbaikan langkah
yang diambil oleh organisasi untuk mencapai
kesesuaian dengan peraturan perundangan
lingkungan. SML menyediakan keinginan dan
konsistensi organisasi untuk mengarahkan
perhatian lingkungan kepada pengalokasian
sumber daya, pembagian tanggung jawab, dan
evaluasi berkelanjutan dari penerapan, proses,
dan prosedur.
Visi KBL
Visi Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) adalah
melakukan pengelolaan lingkungan untuk seluruh
aktivitas yang dilakukan di dalam kantor, mulai
dari pegawai hingga seluruh aktivitas untuk
mewujudkan Jawa Barat sebagai Green Province.
Misi KBL
Misi dari Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL)
adalah sebagai berikut.
1. Menciptakan lingkungan perkantoran di Jawa
Barat dan sekitarnya bersih, indah, nyaman,
dan menyehatkan;
2. Menjadikan individu dan tamu betah di dalam
dan di lingkungan kantor;
3. Memberikan teladan bagi masyarakat tentang
kepedulian dan tanggung jawab dalam
menciptakan lingkungan yang bersih, indah,
nyaman, dan sehat;
4. Merangsang tumbuhnya kantor-kantor agar
peduli lingkungan di lokasi kegiatan yang
berpotensi menimbulkan pencemaran.
Tujuan KBL
Tujuan Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL)
adalah:
1. Menciptakan lingkungan perkantoran di Jawa
Barat yang bersih, indah, dan nyaman serta
menyehatkan dengan jalan pengendalian
penggunaan sumber daya dan pencemaran;
2. Meningkatkan ektifitas efisiensi dengan
jalan menghindari pemborosan biaya dan
pemakaian air, bahan bakar, dan listrik;
3. Mewujudkan terlaksananya pemerintahan
yang selalu memperhatikan masalah
lingkungan dalam segala hal kegiatan (good
environmental governance).
Konsep Kantor Berbudaya Lingkungan
Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL)/Eco-Office
merupakan refleksi kebijakan kantor yang
menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan
(SML) dalam upaya menciptakan lingkungan
bersih, indah, nyaman, dan sehat yang melibatkan
seluruh aktivitas.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
45
Strategi Penerapan Kantor Berbudaya
Lingkungan (KBL)
Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL)
menggunakan dasar-dasar Sistem Manajemen
Lingkungan (SML); di mana setiap perencanaan
atau desain pelaksanaan kegiatan memiliki target
yang dicapai atas dasar pertimbangan kelestarian
lingkungan hidup. Penerapan pelaksanaan KBL
harus memiliki sistem yang sinambung sebagai
suatu siklus dinamis pada periode waktu yang
terukur. Dalam strategi KBL yang akan diterapkan
adalah mengacu pada konsep plan-do-checkaction (PDCA) atau perencanaan-pelaksanaanpemeriksaan/verifikasi-aksi.
Tingkat perkembangan dan kemajuan dari
semua aspek kehidupan saat ini diikuti dengan
berbagai dampaknya, baik positif maupun
negatif yang bermuara ke arah kerusakan dan
kehancuran tatanan kehidupan. Perkembangan
di era globalisasi yang berorientasi pada
konsentrasi peningkatan ekonomi, salah satunya
berupa pembangunan wilayah perkantoran
untuk berbagai sektor. Data Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Barat menunjukkan, bahwa dari
luas total wilah Provinsi Jawa Barat 35.377,76
km2 (Permendagri Nomor 66 Tahun 2011),
persentase jumlah sektor perdagangan, hotel,
dan perkantoran sebesar 22.5%; sedangkan sektor
manufaktur sebanyak 36.72%. Dari hasil statistik
tersebut dapat dilihat, sokongan perekonomian
Jawa Barat didominasi dari sektor-sektor tersebut
dan kontribusi pencemaran paling besar, juga
bersumber dari sektor-sektor tersebut.
Masalah lingkungan menjadi marak dan terdapat
di berbagai wilayah di Jawa Barat. Masalah
tersebut di antaranya berupa ledakan penduduk
akibat urbanisasi yang tidak terkontrol sehingga
menimbulkan ketidakseimbangan lahan;
merupakan akibat langsung dari pembangunan
yang tidak sesuai dengan daya dukungnya.
Dari aspek-aspek masalah tersebut, terjadilah
turunannya seperti pencemaran udara, sampah,
dan pemanasan secara global (global warming).[]
*
Kehumasan dan IT Pada Sub
Bagian Kepegawaian dan
Umum BPLHD Provinsi Jawa
Barat
** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub
Bagian Perencanaan dan Program
BPLHD Provinsi Jawa Barat
46
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Energi
Terbarukan
Melalui
Gelombang
Laut
Sandhi Kurniawan, ST.*
Salah satu potensi laut dan samudera yang
belum banyak diketahui masyarakat umum
adalah potensi energinya untuk menghasilkan
listrik. Negara yang melakukan penelitian dan
pengembangan potensi energi tersebut adalah
Inggris, Prancis, dan Jepang. Gelombang laut
disebabkan oleh angin yang bertiup di atas
permukaan laut. Di beberapa wilayah di dunia
anginnya cukup konsisten dan kuat untuk
menghasilkan gelombang besar secara terusmenerus. Gelombang besar air laut adalah
sumber energi. Energi yang dihasilkan memiliki
potensi besar sebagai sumber energi terbarukan
signifikan di beberapa bagian dunia di tahuntahun mendatang.
Energi yang berasal dari laut (ocean energy) dapat
dikategorikan menjadi tiga macam:
1. energi ombak (wave energy),
2. energi pasang surut (tidal energy),
3. hasil konversi energi panas laut (ocean thermal energy conversion).
Prinsip sederhana dari pemanfaatan ketiga bentuk
energi tersebut: memakai energi kinetik untuk
memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan
generator untuk menghasilkan listrik. Tulisan ini
terlebih dahulu akan membahas tentang energi
ombak (wave energy).
Energi gelombang laut memiliki potensi yang
sangat besar karena dapat menghasilkan sejumlah
besar energi. Sumber daya gelombang laut yang
bermanfaat diperkirakan lebih besar dari 2 Tera
Watt. Energi gelombang memiliki keuntungan
dalam prediktabilitasnya. Banyak orang tidak
tahu, bahwa gelombang laut sangat bisa diprediksi
karena gelombang yang disebabkan oleh angin
dapat diprediksi lima hari sebelumnya.
Energi ombak
Ombak dihasilkan oleh angin yang bertiup
di permukaan laut. Sesungguhnya, ombak
merupakan sumber energi yang cukup besar.
Namun, untuk memanfaatkan energinya tidaklah
mudah; terlebih lagi mengubahnya menjadi listrik
misalnya, dalam jumlah yang memadai. Inilah
penyebab, jumlah pembangkit listrik tenaga
ombak yang ada di dunia sangat sedikit.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
47
Salah satu metode yang efektif untuk
memanfaatkan energi ombak dengan membalik
cara kerja alat pembuat ombak yang biasa
terdapat di kolam renang. Pada kolam renang
dengan ombak buatan, udara ditiupkan keluarmasuk ke sebuah ruangan di tepi kolam yang
kemudian mendorong air sehingga bergoyang
naik-turun menjadi ombak.
Pada dasarnya, prinsip kerja teknologi yang mengonversi energi gelombang laut menjadi energi
listrik adalah mengakumulasi energi gelombang
laut untuk memutar turbin generator. Karena
itu, sangat penting memilih lokasi yang secara
topografi memungkinkan akumulasi energi
tersebut. Meskipun penelitian untuk mendapatkan
teknologi optimal dalam mengonversi energi
gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini ada
beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih.
Ada tiga cara untuk menangkap energi gelombang,
yaitu:
1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan
vertikal dan rotasional pengapung
2. Kolom air yang bergetar (oscillating water
column/OWC): listrik dibangkitkan oleh naikturunnya air akibat gelombang dalam sebuah
pipa silindris yang berlubang. Naik-turunnya
kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa yang
akan menggerakkan turbin.
3. Wave surge. Peralatan ini biasa disebut
sebagai tapered canal (kanal meruncing atau
sistem tapchan) yang dipasang pada sebuah
struktur kanal dan dibangun di pantai untuk
mengonsentrasikan gelombang, kemudian
mengalirkan gelombang tersebut ke dalam
kolam penampung yang ditinggikan. Air
mengalir keluar dari kolam penampung ini
yang akan digunakan untuk membangkitkan
listrik dengan menggunakan teknologi standar
hydropower.
Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang
laut yang lebih banyak dikembangkan adalah
teknik osilasi kolom air; seperti ditunjukkan oleh
bagan berikut.
Sistem Kerja Teknik Osilasi Kolom Air
Proses pembangkit tenaga listrik dengan teknologi
osilasi kolom air melalui dua tahap. Gelombang
laut yang datang menekan udara pada kolom air
yang kemudian diteruskan ke kolom atau ruang
tertutup yang terhubung dengan turbin generator.
48
Skema Oscillating Water Column
Tekanan tersebut menggerakkan turbin generator
pembangkit listrik. Sebaliknya, gelombang laut
yang meninggalkan kolom air; diikuti oleh gerakan
udara dalam ruang tertutup yang menggerakkan
turbin generator pembangkit listrik.
Energi yang dihasilkan dapat dikonversikan
menjadi listrik dalam dua kategori, yaitu off-shore
(lepas pantai) and on-shore (pantai). Kategori
lepas pantai dirancang pada kedalaman sekitar 40
meter dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck yang diciptakan Stephen
Salter (seorang berkebangsaan Skotlandia) yang
berhasil memanfaatkan pergerakan gelombang
untuk memompa energi. Sedangkan, sistem osilasi
kolom air memanfaatkan gerakan relatif antara
bagian/pembungkus luar (external hull) dan
bandul di dalamnya (internal pendulum) untuk
diubah menjadi listrik. Sementara itu, peralatan
yang digunakan adalah pipa penyambung ke
pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan
gelombang. Naik-turun pengapung berpengaruh
pada pipa penghubung yang selanjutnya
menggerakkan rotasi turbin bawah laut.
Kelebihan dari pembangkit listrik ini:
• Energi bisa diperoleh secara gratis.
• Tidak membutuhkan bahan bakar.
• Tidak menghasilkan limbah dan ramah
lingkungan.
• Mudah dioperasikan.
• Biaya perawatan rendah.
• Menghasilkan energi dalam jumlah yang
memadai.
** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub
Bagian Perencanaan dan Program
BPLHD Provinsi Jawa Barat
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Salah satu pembangkit tenaga Gelombang Laut,
The Limpet, yang merupakan OWC terletak di
pantai Islay , Skotlandia , saat ini beroperasi
sebagai prototipe di 75kW . Namun, fasilitas ini
mampu bekerja pada kapasitas penuh dari 500kW
Sedangkan kekurangan dari pembangkit ini, yaitu:
• Bergantung keberadaan ombak sehingga
kadang menghasilkan energi, kadang pula
tidak. Artinya, pembangkit tenaga ini tidak
pasti dapat digunakan (tidak fleksibel).
• Perlu menemukan lokasi yang sesuai di mana
terdapat ombak yang kuat dan muncul secara
konsisten.
• Membutuhkan alat konversi yang andal yang
mampu bertahan dalam kondisi lingkungan
laut yang keras antara lain akibat tingginya
tingkat korosi dan kuatnya arus laut.
Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan oscillating water column
(OWC) tidak menjadi masalah besar seperti
perangkat terbarukan lainnya yang dipasang di
laut dan tentu lebih bersih daripada non-energi
terbarukan. Sebuah Life Cycle Assessment dari
OWC berhasil menghitung, bahwa emisi karbon
yang dihasilkan lebih dari 25 tahun. Termasuk
konstruksi, instalasi, operasi, dan dekomisioning; yang akan menjadi 24 gram karbon dioksida
(Oceanlinx,2012). Selain itu, OWC tidak memiliki
bagian bergerak di bawah air yang berarti, tidak
ada organisme yang akan terjebak dalam turbin.
Beberapa isu yang telah dibahas menganggap
aspek visualnya di lepas pantai atau darat akan
merusak pemandangan dan menghasilkan polusi
suara karena bising. Namun, jika diletakkan di laut
dalam, akan cukup jauh di lepas pantai sehingga
tidak bisa dilihat, bahkan didengar. OWC sendiri
bisa beroperasi sebagai terumbu karang buatan
untuk meningkatkan spesies laut di suatu daerah.
Simpulan
Pembangkit Listik Tenaga Gelombang Laut
(PLTGL) cocok untuk diterapkan di Indonesia.
Selain karena Indonesia memiliki pantai yang
memanjang, pembangkit ini lebih ekonomis, juga
mampu menghasilkan energi yang besar dan
ramah lingkungan. Namun, keberadaannya perlu
dukungan semua warga Indonesia. Terutama
pemerintah, terkait pengembangan teknologi
PLTGL, agar mampu dihasilkan pembangkit yang
baik dan awet digunakan mengingat tingginya
korosi di laut.[]
Daftar Pustaka :
Hardito RM., Kurniawan Rezza, Prasetyadi Carolus. 2012. Energi Ombak Sebagai Energi Terbarukan
Yang Berpotensi di Pantai Parang Rancuk, Wonosari, D.I. Yogyakarta Menggunakan Perangkat
Oscillating Water Column: Sebagai Analogi Energi
Ombak Yang Berpotensi di Indonesia. Teknik Geologi UPNYogyakarta. Indonesia
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
49
Mengenal Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup
Ardian Fadhli, S,Si *
Latar Belakang
Kualitas lingkungan hidup Indonesia merupakan
salah satu isu yang sangat penting di tengah
meningkatnya tekanan yang berpotensi
mengubah kondisi lingkungan, baik sebagai
dampak pertumbuhan ekonomi maupun akibat
peningkatan jumlah penduduk. Dalam perdebatan
akan kualitas lingkungan hidup, satu hal yang
sering kali sulit dijawab secara lugas, berdasarkan
data-data yang ada: apakah kualitas lingkungan
hidup Indonesia berada dalam kategori baik,
sedang, atau buruk?
Selama ini, data kualitas lingkungan hidup
hanya diperoleh melalui proses laboratorium
atau pun sarana berbasis teknologi, misalnya
citra satelit. Hal ini sangat menyulitkan bagi
masyarakat awam untuk memahami bilangan hasil pengukuran karena diperlukan latar
belakang berbasis keilmuan teknis. Selain itu,
indikator lingkungan hidup diukur secara parsial
berdasarkan media seperti air, udara, dan lahan
sehingga sulit untuk mendapatkan gambaran yang
dapat mewakili kondisi lingkungan hidup secara
utuh dan menyeluruh.
Sementara itu, pemahaman akan
kualitas lingkungan hidup sangat penting untuk
mendorong semua pemangku kepentingan (stakeholder) dalam melakukan aksi nyata perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkepentingan
untuk mempermudah masyarakat awam dan para
pengambil keputusan, mulai dari Pemerintah
Pusat hingga Pemerintah Daerah, untuk
memahami kualitas lingkungan hidup Indonesia.
Oleh karenanya, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan mengembangkan suatu indeks
lingkungan berbasis provinsi sejak 2009 yang
memberikan simpulan cepat dari suatu kondisi
lingkungan hidup pada periode tertentu. Indeks
ini diterjemahkan dalam bilangan yang menerang-
50
kan: apakah kualitas lingkungan berada pada
kondisi baik atau sebaliknya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
bekerja sama dengan DANIDA (Danish International Develompment Agency) sebuah lembaga
kemanusiaan di bawah Kementerian Luar Negeri
Denmark) yang menunjuk tim konsultan untuk
menyusun indeks kualitas lingkungan tadi
pada 2009. Tim konsultan tersebut kemudian
mengajukan konsep yang merupakan adopsi dari
EPI. Selain itu, BPS (Badan Pusat Statistik) juga
sejak 2008 telah mengembangkan indeks kualitas
lingkungan perkotaan. Dari berbagai seminar
yang diadakan oleh BPS dan Focus Discussion
Group (FGD) yang diadakan oleh KLH bekerja
sama dengan DANIDA, akhirnya diputuskan untuk
mengadopsi konsep indeks yang dikembangkan
oleh BPS dan VCU (Virginia Commonwealth University) yang dimodifikasi.
Konsep IKLH (indeks kualitas lingkungan hidup)
yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil
tiga indikator kualitas lingkungan, yaitu kualitas
air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan.
Berbeda dengan BPS, IKLH yang dihitung pada
tingkat provinsi kemudian menghasilkan indeks tingkat nasional. Perbedaan lain dari
konsep IKLH yang dikembangkan oleh BPS
dan VCU adalah setiap parameter pada setiap
indikator digabungkan menjadi satu nilai indeks.
Penggabungan parameter ini dimungkinkan
karena ada ketentuan yang mengaturnya, yaitu:
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga
mengatur tata cara penghitungan Indeks
Pencemaran Air (IPA).
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor Kep- 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks
Pencemar Udara (IPU).
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
IKLH merupakan alat untuk mengukur kualitas
lingkungan hidup di suatu daerah, di mana tujuan
penyusunannya adalah:
• memberikan informasi kepada para pengambil
keputusan di tingkat pusat dan daerah tentang
kondisi lingkungan di daerah sebagai bahan
evaluasi kebijakan pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
• sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
publik tentang pencapaian target programprogram pemerintah di bidang pengelolaan
lingkungan hidup.
Pada IKLH 2009 hingga 2011 dilakukan
penyempurnaan agar lebih mencerminkan
kondisi senyatanya di lapangan. Hal yang
disempurnakan adalah perubahan titik acuan dan
metode perhitungan. Sebagai pembanding atau
target untuk setiap indikator adalah standar atau
ketentuan yang berlaku berdasarkan peraturan
perundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah,
seperti ketentuan tentang baku mutu air dan baku
mutu udara ambien. Selain itu, dapat digunakan
juga acuan atau referensi universal dalam skala
internasional untuk mendapatkan referensi ideal
(benchmark).
Pada IKLH 2012, struktur IKLH relatif sama
dengan sebelumnya, yaitu terdiri dari tiga
indikator tetapi ada perubahan dalam
pembobotan. Hal ini mengingat perlu adanya
keseimbangan antara indikator yang mewakili
green issues (isu hijau) dan brown issues (isu
coklat). Isu hijau adalah pendekatan pengelolaan
lingkungan hidup yang menangani aspekaspek konservasi atau pengendalian kerusakan
lingkungan hidup. Isu hijau seharusnya memiliki
kontribusi yang sama terhadap IKLH. Namun,
karena hanya diwakili satu indikator, yaitu tutupan hutan, bobotnya lebih besar dibandingkan
indikator lainnya. Sedangkan, isu coklat
menangani isu pencemaran lingkungan hidup
yang pada umumnya berada pada sektor industri
dan perkotaan. Indikator udara dan air yang mewakilinya memiliki bobot sama. Nilai IKLH Indonesia setiap provinsi pada 2014 dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Nilai IKLH Indonesia setiap provinsi pada 2014
Sumber: IKLH Indonesia 2014
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
51
Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup (IKLH)
Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
untuk provinsi diukur dari indeks pencemaran
air sungai (IPA), indeks pencemaran udara (IPU),
dan indeks tutupan lahan (ITH). Dari ketiga
parameter tersebut dapat dihitung IKLH Provinsi
dengan formula berikut.
IKLH=(30%×IPU)+(30%×IPA)+(40%×ITH)
a. Indeks Pencemaran Air
Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air
sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara
lain mengenai penentuan status mutu air dengan
metoda indeks pencemaran (Pollution Index–PI).
Pada prinsipnya nilai PIj > 1 memiliki arti, bahwa
air sungai tidak memenuhi baku peruntukan air
(j). Dalam hal ini, mutu air kelas II. Perhitungan
indeks kualitas air dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut :
• Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas
air sungai dianggap sebagai satu sampel;
• Hitung indeks pencemaran setiap sampel
untuk parameter TSS, DO, COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform;
• Hitung persentase jumlah sampel yang
memiliki nilai PIj > 1, terhadap total jumlah
sampel pada tahun yang bersangkutan.
Kemudian, melakukan normalisasi dari rentang
nilai 0% – 100% (terbaik – terburuk); jumlah sampel dengan nilai PIj > 1 menjadi nilai indeks dalam
skala 0 – 100 (terburuk – terbaik).
Setiap provinsi diwakili oleh satu sungai yang
dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut.
1. Sungai tersebut lintas provinsi.
2. Sungai prioritas untuk dikendalikan pencemarannya.
Pemantauan setiap sungai paling sedikit
dilakukan empat kali setahun pada tiga lokasi
sehingga setidaknya ada 12 sampel (data)
kualitas air sungai setiap tahunnya.
b. Indeks Pencemaran Udara (IPU)
Pengukuran kualitas udara yang dilak ukan
sebanyak empat kali per tahun dianggap
mewakili kualitas udara tahunan untuk setiap
parameter. Nilai konsentrasi tahunan setiap
parameter adalah rata-rata dari nilai konsentrasi
setiap triwulan. Selanjutnya, nilai konsentrasi
rata-rata tersebut dikonversikan menjadi nilai
indeks dalam skala
0 – 100 untuk setiap ibukota provinsi. Formula
untuk konversi tersebut adalah:
IPNO2={-0,2 x (0,177 x KonsentrasiNO2 ) }+100
IPSO2={-0,2 x (0,625 x KonsentrasiSO2 ) }+100
Perhitungan nilai indeks pencemaran udara
(IPU) dilakukan dengan formula sebagai berikut:
IPU= (IPNO2+IPSO2) / 2
c. Indeks Tutupan Hutan (ITH)
Hutan merupakan salah satu komponen yang
penting dalam ekosistem. Selain berfungsi
sebagai penjaga tata air, hutan juga memiliki
fungsi untuk mencegah terjadinya erosi tanah,
mengatur iklim, dan tempat tumbuh berbagai
plasma nutfah yang sangat berharga bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan
dan data dari Program Menuju Indonesia Hijau
(MIH), hutan terbagi atas hutan primer dan
hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan
yang belum mendapatkan gangguan atau sedikit
sekali mendapat gangguan manusia. Sedangkan,
hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh
melalui suksesi sekunder alami pada lahan
(hutan) yang telah mengalami gangguan berat,
seperti lahan bekas pertambangan, peternakan,
dan pertanian menetap.
Untuk menghitung Indeks Tutupan Hutan (ITH)
yang pertama kali dilakukan adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder untuk
setiap provinsi. Kemudian, nilai indeks didapatkan
dengan formula:
52
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
ITH=(LHP+LHS)/LKH
dengan ITH = Indeks Tutupan Hutan, LHP = Luas
Hutan Primer, LHS = Luas Hutan Sekunder, dan
LKH = luas kawasan hutan (berdasarkan keputusan
Menteri Kehutanan).
Gambaran IKLH Jawa Barat 2015
Setiap provinsi diwakili oleh beberapa sungai
yang dipilih berdasarkan kriteria: apakah sungai
tersebut lintas provinsi atau sungai prioritas untuk
dikendalikan pencemarannya. Dalam hal ini, di
Jawa Barat sungai Ciliwung, Cisadane, Citanduy,
dan Citarum mewakili kriteria tersebut. Kualitas
air sungai dipantau pada beberapa titik; di mana
pemantauan dilakukan pada empat periode
selama tahun 2015. Hasil perhitungan Indeks
Pencemaran Air Sungai Tahun 2015 dapat dilihat
pada Tabel 1.1.
Data kualitas udara didapatkan dari pemantauan
di 8 kab/kota; di Provinsi Jawa Barat dengan
menggunakan metode passive sampler. Pemantauan dilakukan empat kali per tahun di lokasi-lokasi
yang mewakili daerah permukiman, industri, dan
padat lalu lintas kendaraan bermotor. Sedangkan,
parameter yang diukur adalah SO2 dan NO2
didapat hasil perhitungan IPU pada Tabel 1.2.
Dari perhitungan pada Tabel 1.2, didapat nilai
Indeks Pencemaran Udara (IPU) sebesar -1,54.
Untuk menghitung Indeks Tutupan Hutan (ITH)
yang pertama kali dilakukan adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder
sehingga didapat hasil perhitungan ITH pada Tabel
1.3.
Tabel 1.1. Perhitungan IPA untuk IKLH
Sumber: SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Jawa Barat 2015
Tabel 1.2. Perhitungan ITH untuk IKLH
Sumber: SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Jawa Barat 2015
Tabel 1.3. Perhitungan ITH untuk IKLH
Sumber: SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Jawa Barat 2015
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
53
Dari perhitungan pada Tabel 1.3, didapat nilai
Indeks Tutupan Lahan (ITH) sebesar 98,91.
Dari data perhitungan Indeks Pencemaran air
sungai (IPA), Indeks Pencemaran Udara (IPU),
dan Indeks Tutupan Lahan (ITH) dapat dilakukan
perhitungan untuk IKLH dengan formula berikut.:
IKLH=(30%×IPU)+(30%×IPA)+(40%×ITH)
Hasil perhitungan IKLH dapat dilihat pada pada
Tabel 1.4.
Tabel 1.4. Perhitungan IKLH
Dari perhitungan pada pada Tabel 1.4, didapat
nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi
Jawa Barat pada 2015 sebesar 55,38.
Perbandingan nilai IKLH Jawa Barat pada 2011
dan 2014 dapat dilihat pada gambar berikut.
Perbandingan nilai IKLH Jawa Barat pada 2011 dan 2014.
Sumber: IKLH Indonesia 2014
Daftar Pustaka
[1] Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2014, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
[2] Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015,
BPLHD Provinsi Jawa Barat.
54
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
* Tenaga Teknis Non PNS pada Sub
Bagian Perencanaan dan Program
BPLHD Provinsi Jawa Barat
Menciptakan
Keterlibatan
Masyarakat Dengan
Berbagai Saluran
Ahmad Rifai ZA ST, MT.*
Maria Angela ST, MEng **
Juliansyah, ST ***
Komunikasi
Saat ini, orang menggunakan aplikasi internet dan
ponsel pintar untuk menjalankan bisnis. Mereka
juga menginginkan tersedianya banyak pilihan
ketika berurusan dengan pemerintah.
Akses kepada pemerintah akan memicu keterlibatan masyarakat. Semakin banyak peluang
yang dimiliki penduduk untuk terlibat dalam
diskusi dan aktifitas sipil, dan semakin banyak
wadah untuk menampung partisipasi masyarakat,
semakin kuat hubungan masyarakat dengan
lembaga pemerintah dan wakil rakyat.
Pusat hubungan masyarakat yang dikelola dengan
baik dapat menjadi pusat pelayanan satu pintu
dan menawarkan berbagai wadah komunikasi
antara warga dan pemerintah, termasuk Web,
Suara Tanggapan Interaktif (IVR/Interactive Voice
Response), ponsel, dan media sosial. Teknologiteknologi tersebut tidak hanya digunakan oleh
lembaga besar dan berpengaruh. Berkat adanya
perangkat lunak open source, layanan inter-operator, portabilitas, layanan berbasis pemetaan dan
lokasi, ponsel berbiaya murah dan media sosial
gratis, semua lembaga pemerintah dari berbagai
bentuk dan tingkatan dapat mempeluas akses,
data, dan layanan kepada masyarakat.
Pusat hubungan masyarakat menciptakan keterlibatan masyarakat dengan menyesuaikan
instrumen teknologi dengan demografi
masyarakat serta media yang populer. Keterlibatan masyarakat dapat ditingkatkan melalui
aplikasi gratis ponsel, kedai nirkabel umum,
atau komputer umum di perpustakaan dan pusat
pelayanan.
Kegunaan lebih dari keterpaduan data
Pemilihan umum baru-baru ini telah
menunjukkan kekuatan dan nilai komunikasi
dari teknologi media baru. Jangkauan pesan
teks dan kiriman di media sosial dapat berlipat
ganda ketika jaringan komunitas masyarakat
meneruskan informasi kepada teman, keluarga,
dan teman sejawat.
Aplikasi ponsel menjadi teknologi yang paling
cepat diadopsi sepanjang sejarah dan semakin
penting perannya dalam menyediakan akses
internet. Aplikasi ponsel dapat menjangkau
kelompok masyarakat yang dalam kondisi biasa
sulit untuk dijangkau seperti penduduk yang
cacat atau mengalami kelainan penglihatan dan
pendengaran. Bahkan, menurut survey terkini,
penduduk berpenghasilan rendah menggunakan
ponsel lebih banyak daripada komputer.
Data dan umpan balik pelanggan dari aplikasi
ponsel serta teknologi media baru lainnya dapat
membantu membuat perubahan dan perbaikan
pada berjalannya pemerintahan. Pemerintah
lokal dapat memanfaatkan data dari pusat
hubungan masyarakat untuk mengidentifikasi
area pelayanan yang rawan keluhan masyarakat,
kebutuhan khusus untuk alokasi beban kerja
dan sumber daya, kecenderungan arah bisnis,
permintaan komunikasi pelanggan, serta keefektifan dan efisiensi pemerintah dalam menyelesaikan
masalah.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
55
Sebagai contoh, apabila terdapat 40 orang dalam
suatu lingkungan yang mengeluhkan layanan
pengolahan air kotor, data tersebut dapat
digunakan untuk mentargetkan alokasi sumber
daya untuk meningkatkan dukungan dana, juga
untuk mendapat dukungan suara bagi program
bersama. Namun demikian, perlu berhati-hati
dalam menganalisia data, karena data yang
mengidentifikasi dua orang yang masing-masing
mengajukan 20 keluhan tentu saja tidak
menggambarkan persoalan sesungguhnya.
Sejumlah pemerintah daerah aktif menggalang
partisipasi masyarakat melalui berbagai saluran
komunikasi di pusat hubungan masyarakat.
Inisiatif partisipasi publik berbasis data untuk
meningkatkan layanan kota, dimulai dengan area
yang paling banyak dikeluhkan.
Pemerintah kota juga melibatkan masyarakat
menggunakan media sosial dan layanan
percakapan online, sehingga masyarakat sungguh
menjadi mata dan telinga pengelola kota.melalui
“Citizen Connect”, penduduk dapat melaporkan
masalah dan memasukkan permintaan layanan
kepada pusat layanan, secara online dan melalui
ponsel, menggunakan aplikasi ponsel pintar yang
dapat didownload.
Efisiensi dan penghematan biaya operasional
Pusat layanan masyarakat yang bagus dapat
merestrukturisasi penyampaian layanan dan
mengarahkan penduduk kepada metode-metode
yang lebih murah dalam berurusan dengan
pemerintah. Akses terbuka, serta koordinasi
informasi dan kegiatan pegawai baik internal
maupun antar lembaga dapat berpengaruh besar
terhadap produktifitas.
Ketika agen yang terlatih dan memiliki
pengetahuan yang memadai menerima keluhan,
mengumpulkan informasi lengkap terkait keluhan,
kemudian mengeluarkan perintah kerja terlebih
apabila dilengkapi lokasi sasaran, kru lapangan
dapat berkonsentrasi mengeksekusi layanan,
tanpa harus bolak balik menelpon ke pusat
layanan menanyakan informasi yang kurang. Yang
harus mereka lakukan hanyalah melaporkan hasil
dan status penanganan di lapangan. Hasilnya,
proses yang efisien dan layanan yang prima.
Sebagai contoh, Miami Dade County’s MyGovIdea
mengumpulkan ide-ide untuk perbaikan layanan
56
dan menggalang diskusi online bagi masyarakat.
Diluncurkan pada yahun 2009, pada tahun
pertama telah diimplementasikan 85 ide dengan
penghematan biaya sebesar $ 1,2 juta.
Corpus Christi, Texas, berhasil melakukan
efisiensi dan penghematan biaya dengan cara
mensinergikan jaringan nirkabelnya dengan
sistem manajemen layanan terpadu, yang
digunakan oleh Pusat Panggilan dan departemen
pelayanan seperti pekerjaan umum, taman
dan penegak hukum. Kru lapangan mengakses
permintaan layanan yang dimasukkan oleh pusat
panggilan,mengeksekusi pekerjaan di lapangan,
memasukkan laporan pekerjaan di lapangan
secara “waktu nyata” (real-time), menghemat
waktu dan bahan bakar. Perbaikan yang terjadi
termasuk meningkatnya jumlah pelanggan yang
dapat ditangani seorang karyawan per shift per
hari, data aduan yang lebih akurat, alokasi sumber
daya yang lebih efisien, dan penghematan satu
hingga 2 jam per hari, yang setara dengan $ 50.000
setiap tahunnya.
Karena pusat layanan berfungsi sebagai garis
depan bagi departemen yang menyediakan
layanan publik, sistem manajemen kerja yang
digunakan oleh departemen tersebut merupakan
pertimbangan penting. Ketika sistem permintaan
layanan yang sama digunakan di seluruh
perusahaan, hasilnya adalah sistem penomeran,
kode, dan surat-menyurat yang sama di sistem
yang sama, layanan dan kode prioritas yang sama,
dan basis pengetahuan yang sama.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Karena pusat layanan berfungsi sebagai garis
depan bagi departemen yang menyediakan
layanan publik, sistem manajemen kerja yang
digunakan oleh departemen tersebut merupakan
pertimbangan penting. Ketika sistem permintaan
layanan yang sama digunakan di seluruh
perusahaan, hasilnya adalah sistem penomeran,
kode, dan surat-menyurat yang sama di sistem
yang sama, layanan dan kode prioritas yang sama,
dan basis pengetahuan yang sama.
Apabila sistem manajemen kerja suatu perusahaan
tidak memungkinkan, untuk mempertahankan
efisiensi diperlukan penyesuaian antar sistem,
tidak hanya dalam mengeluarkan perintah kerja,
namun juga untuk pengumpulan data, pelaporan
dan pengawasan kinerja. Tujuannya adalah untuk
memastikan data yang konsisten, lengkap, dan
terbuka, sehingga, misalnya, departemen bina
marga dan pusat layanan memiliki laporan kinerja
yang sama dan akurat.
Penghematan biaya dengan diaktifkannya pusat
layanan terpusat bisa sangat signifikan. Menurut
Stamford, panggilan telepon dan email memakan
biaya $4.50 per kontak. Lembaga survey lainnya
mengestimasi biaya menghubungi agen layanan
secara langsung lebih tinggi, hingga $6.50 per
kontak. Interaksi online termasuk ponsel berbasis
web rata-rata menghabiskan $0.50 per kontak.
Pemerintah kota dan provinsi dapat menerapkan
saluran berlapis, menyaring saluran yang tidak
perlu tergantung permintaan dan pendanaan.
Karena 60 hingga 70 persen dari kebanyakan
panggilan ke pusat layanan adalah permintaan
informasi, banyak panggilan dapat dihindari
dengan membuat akses informasi di website atau
tanggapan otomatis. Menawarkan jawaban atas
pertanyaan yang sering diajukan (frequently
asked questions/FAQs) melalui sebanyak mungkin
saluran, dapat secara signifikan mengurangi
jumlah penggilan langsung. FAQs, teks, kiriman online dapat mengarahkan warga kepada informasi
detil dan fasilitas swalayan.
Penghematan dari Layanan Dasar
Dengan keterbatasan anggaran dan staf,
pemerintah dapat memetik keuntungan dari
media seperti Web, IVR dan ponsel yang
mengotomatiskan registrasi, pembayaran, dan
permintaan layanan. Peringatan otomatis,
permintaan layanan otomatis, komunikasi
dan diskusi online serta aplikasi ponsel dapat
mengurangi pengulangan dan volume panggilan,
serta biaya cetak dan pengiriman dokumen.
Apabila layanan otomatis mudah untuk
digunakan, hal tersebut dapat mendorong warga
untuk sering menggunakannya dan melaporkan
secepat mungkin apabila terjadi masalah.
Banyak keuntungan dari pelaporan dini, karena
dengan tanggapan yang cepat, kerusakan lebih
lanjut dapat dihindari dan hal tersebut akan
menghindari pula biaya perbaikan yang lebih
besar.
Dengan diaktifkannya pusat layanan dan saluran
komunikasi berlapis, pemerintah daerah telah
mengambil pendekatan kolaboratif untuk
meningkatkan sumber daya pegawai. Selain
itu sebagai bagian dari Pusat Layanan terpadu,
layanan pengaduan menggabungkan GIS dan
pemrograman aplikasi terbuka sehingga warga
dapat mengidentifikasi daerah dimana terjadinya
masalah. Warga dapat mengunduh aplikasi gratis ke ponsel mereka dan melaporkan masalah
dengan menyertakan foto, memilih kode aduan,
dan memasukkan laporan ke daftar antrian
pekerjaan pemerintah kota. Karena ponsel pintar
dengan aplikasi GPS menandai foto dengan cap
tanggal/waktu, kru lapangan dapat menemukan
lokasi aduan tanpa harus meminta alamat warga
yang memasukkan laporan. Melalui layanan
pengaduan warga juga bisa menggunakan aplikasi
yang sama untuk memasukkan aduan secara
langsung melalui halaman Facebook dan Twitter pemerintah kota. Warga dapat melacak status
aduan dan secara interaktif dapat berpartisipasi
dalam suatu masalah dengan aplikasi pemetaan
online.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
57
Mengisi kekosongan, menjawab tantangan
Pusat layanan milik pemerintah seringkali
bermasalah dalam mengubungkan aduan
dengan departemen yang menyediakan layanan.
Kebijakan, prosedur, dan kesepakatan tingkat
layanan memfasilitasi penyampaian layanan
masyarakat. Kurangnya koordinasi berakibat kerja
pemerintah yang tumpang tindih, penundaan
yang tidak perlu, dan data kinerja yang tidak
sinkron. Pendirian pusat layanan harus diikuti
pula oleh perencanaan teknologi koordinasi dalam
organisasi. Penerapan satu system manajemen
kerja mungkin lebih mudah untuk fasilitas dan
pekerjaan umum, namun biasanya layanan
lain seperti penegakan hukum, pengadilan, dan
tagihan fasilitas membutuhkan system yang
spesifik dan individual. Faktanya, sebagian besar
pusat layanan akan menerapkan lebih dari satu
system untuk mengakomodasi layanan yang
berbeda-beda.
Untuk mencapai pelayanan masyarakat yang
terus meningkat, pemerintah daerah harus
menyeimbangkan antara kebutuhan, nilai, dan
biaya teknologi dan proses. Mengoperasikan pusat
aduan selama 24x7 mungkin terlihat sebagai
pelayanan terbaik, tapi mungkin juga tidak perlu,
karena jumlah aduan di luar jam kerja sangat
rendah. Itulah sebabnya beberapa pusat layanan
sekarang menggunakan mesin penjawab otomatis
yang akan menghubungi kembali penelepon
keesokan harinya.
Tantangan masa kini dan masa depan dari pusat
layanan masyarakat adalah kebutuhan untuk
membeli, memperbarui, atau mengganti basis
data terpusat, mempertahankan layanan personal seiring meningkatnya volume panggilan,
mengikuti perkembangan saluran komunikasi
umum dan metode-metode interaksi, serta
menerapkan layanan bersama serta proses kolaboratif.
Tantangan akan menggiring kepada fokus. Target
akan membawa proses yang terarah. Teknologi
masa kini telah menciptakan asumsi-asumsi
baru serta ekspektasi yang lebih tinggi akan
akses terhadap informasi terkini dan partisipasi
aktif warga dalam pemerintahan. Pusat Layanan
masyarakat dengan berbagai saluran komunikasi
merupakan peluang bagi pemerintah daerah
58
untuk melibatkan masyarakat dan mencapai
efisiensi serta penghematan biaya yang sangat
dituntut dari pemerintah.
Menghargai keterlibatan masyarakat
Komunitas keterlibatan masyarakat merupakan
program yang menilai pemerintah daerah yang
menerapkan pusat layanan dengan berbagi
saluran komunikasi, termasuk telepon, teknologi
portal web, infrastruktur komunikasi ponsel dan
media lainnya.
Melalui program ini, Institut Teknologi Publik
(Public Technology Institute/PTI) membuat insentif dan panduan bagi pemerintah daerah untuk
menghubungkan pusat layanan dan system
pelayanan mereka melalui teknologi dan proses
yang maju, dengan focus pada empat area utama:
•
•
•
•
Proses partisipasi masyarakat
Saluran komunikasi terpadu
Teknologi terpadu
Pelaporan kinerja
Pemerintah daerah yang dinilai baik oleh
komunitas keterlibatan masyarakat menerima
penghargaan nasional dan berhak memakai logo
tertentu. Lebih jauh, pusat layanan masyarakat
mereka masuk dalam “Zona Juara” dan
dipromosikan dalam seminar web, konferensi,
studi kasus, dan publikasi oleh PTI.
Disadur dari: Susan Cable, American City and
County, http://americancityandcounty.com/citizenengagement/generating-citizen-engagement-multichannel-communication?page=1
Gambar: www.google.com
* Pengolah Data pada Sub Bagian Perencanaan dan Program
** Penyusun Bahan pada Sub Bagian Pemantauan Pencemaran
Lingkungan
*** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub
Bagian Perencanaan dan Program
BPLHD Provinsi Jawa Barat
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
LAW of REPETATION*)
CARA MUDAH
untuk MERAIH
KESUKSESAN
Eva Fandora, ST, MT *
Siti Agustina, S.Sos **
T
ulisan ini adalah saduran dari buku Haikal
Hassan dengan judul sama, Law of Repetition. Saya sangat tertarik dengan buku
tersebut, buku kecil dengan bahasa tidak sulit
tetapi bermakna dan sangat bermanfaat bagi
kita. Hal-hal kecil yang sering kali terlupakan,
ternyata dapat menjadi kunci keberhasilan kita di
kemudian hari. Bagaimana mencapai keberhasilan
yang kita harapkan dan yang kita cita-citakan;
dengan menerapkan hukum pengulangan. Para
atlet yang sukses, melakukan pengulangan melalui
latihan yang mereka lakukan setiap hari. Para
ilmuwan ternama, melakukan pengulangan
aktivitas untuk membuktikan teori sampai
ditemukan berbagai penemuan yang bermanfaat
bagi umat manusia. Dan, banyak kisah sukses
lainnya, akibat pengulangan yang dilakukan
secara konsisten.
Hal penting lainnya adalah target yang
ditetapkan, harus dapat kita uraikan pada
aktivitas-aktivitas menuju target tersebut.
Rencana dengan batasan waktu tertentu perlu
ditetapkan sehingga kita dapat mengevaluasi dan
memperbaiki aktivitas tadi untuk mecapai target
diinginkan.
Law of Repetation dalam Ajaran Agama
Agama Islam telah mengajarkan, bahwa ibadah
merupakan awal dari kesuksesan seseorang.
Pelaksanaan ibadah agama Islam dilakukan
berulang, misalnya shalat wajib dilakukan 5
kali dalam sehari. Setiap hari, ibadah yang kita
laksanakan adalah proses pengulangan, berpuasa
dan dzikir juga dilakukan berulang kali. Contoh
konkret lainnya adalah ibadah haji. Prosesi
ibadah haji, seperti thawaf merupakan aktivitas
pengulangan; dengan berjalan mengeliling Ka’bah
sebanyak bilangan tertentu. Kegiatan ibadah
yang kita lakukan secara berulang tersebut, tidak
menjadikan bertambah kemuliaan Allah Swt., melainkan untuk diri kita sendiri sehingga keyakinan
kita semakin bertambah dan mendalam kepada
60
Allah Swt.
Dalam bahasa Sunda, kita mengenal peribahasa
“cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi
legok” (tetesan air jatuh di atas batu, sehingga
lambat laun membentuk cekungan di batu itu).
Peribahasa ini menjelaskan, air yang menetes
pada batu keras dan kuat akan menyebabkan
cekungan karena tetesan air yang terus-menerus,
berulang, dan dalam waktu yang lama. Pekerjaan
yang berulang, walaupun hanya setetes air,
misalnya, ternyata dapat membekas pada batu
yang keras; berupa cekungan.
Bukti lainnya, dapat kita lihat di sekeliling
kita. Alam mengajarkan, proses pengulangan
menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Keindahan
stalaktit dan stalakmit pada bebatuan kapur yang
terbentuk karena tetesan air. Grand Canyon, di
negara bagian Arizona, Amerika Serikat, memiliki
pemandangan luar biasa yang dibentuk dalam
kurun waktu berjuta tahun lalu akibat terkikis
oleh aliran Sungai Colorado. Dan, masih banyak
bentukan alam indah yang terjadi akibat hukum
alam yang berulang.
Informasi sejenis dan berulang yang
disampaikan ke otak akan ditempatkan dengan
kode unik yang memungkinkan pemrosesannya berjalan lebih cepat, bahkan berlaku lebih
otomatis. Cara menghafal paling mudah dan
populer adalah dengan mengulang-ulang materi
yang kita pelajari.
Selain brain memory, kita mengenal muscle memory. Jika brain memory terbentuk dari pengetahuan
maka muscle memory terbentuk karena latihan
yang merupakan sumber dari segala talenta yang
dibentuk melalui latihan-latihan terus-menerus
(deep practice). Muscle memory yang disebut
myelin atau otot saraf (dalam bahasa Indonesia),
tersebar merata di seluruh tubuh dalam bentuk
sistem saraf pada otot-otot kita dan bertugas untuk
memberi perintah dan menyimpan informasi. Fakta-fakta baru menyebutkan pembentukan myelin
berada di baik kesuksesan seorang aktris/aktor
besar, pelukis terkemuka, akademisi terpandang,
bahasa tubuh para pemimpin besar, action oriented para enterpreneur sukses, dan terobosanterobosan yang dilakukan orang-orang di balik
perusahaan inovatif.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Pada pengembangan kecerdasan otak dan
kecerdasan otot, hukum pengulangan memegang
peranan sentral dan vital. Tanpa hukum
pengulangan, otak kita tidak akan sampai pada
level kegeniusan. Tanpa hukum pengulangan, otototot kita tidak akan sampai pada level refleks yang
menakjubkan dari sisi kecepatan dan akurasinya.
Hukum pengulangan menjamin, bahwa pencapaian-pencapaian besar merupakan konsekuensi
logis dari hal-hal kecil yang dilakukan berulang-ulang. Sedangkan, pembatalan hukum
pengulangan adalah saat seseorang hanya tertarik
pada hal-hal yang terlihat besar dan sikap jalan
pintas (shorteisme) atau budaya instan. Tentu saja,
hasilnya akan jauh berbeda. Budaya instan sering
kali melesatkan seseorang dalam waktu sesaat,
kemudian akhirnya kembali terpuruk bahkan
dalam kondisi yang lebih buruk.
Reprogramming Your Subconscius Mind
Otak kita adalah pabrik yang supersibuk dan tak pernah berhenti bekerja sejak
manusia dilahirkan sampai mati. Setiap detik,
setiap menit, dan setiap jam, pabrik ini terus
berproduksi menghasilkan pikiran yang tidak
terhitung jumlahnya. Karenanya, setiap orang
adalah produk dari pikirannya sendiri. Sedemikian rupa, sehingga pikiran tersebut membentuk
dan melukiskan apa yang dikerjakan: cara ia
menghadapi masalah atau cara ia berhadapan
dengan orang lain, yang membentuk karakter,
pikiran, dan refleksinya.
Dalam menghasilkan pikiran, manusia selalu
diatur oleh dua kekuatan, yaitu kekuatan alam
bawah sadar untuk sukses dan untuk gagal:
• Kekuatan sukses, bertanggung jawab untuk
menghasilkan semua pikiran positif dan selalu
memberikan jawaban yang tepat akan alasan:
mengapa kita mampu, mengapa kita berhasil,
dan mengapa kita pasti memperoleh kesuksesan.
• Kekuatan gagal, bertanggung jawab untuk
menghasilkan semua pikiran negatif, selalu
memberikan jawaban yang tepat akan alasan:
mengapa kita lemah dan mengapa kita pantas
memperoleh kegagalan, serta melihat dunia
selalu dengan kesinisan.
Kedua kekuatan tersebut patuh dan tunduk
kepada kita. Keduanya dengan cepat dijadikan
sebagai perintah; begitu mendapatkan sedikit saja
isyarat mental yang kita pancarkan baik secara
sadar maupun tidak. Bila kita memberikan isyarat
positif, kekuatan sukses akan segera mengambil
alih semua aspek pekerjaan sehingga mendorong
kita untuk selalu berbuat, bersikap, dan bertindak
selayaknya sebuah kesuksesan pantas kita
dapatkan. Sebaliknya, bila kita memberikan
isyarat negatif, kekuatan gagal akan segera mengambi alih semua aspek pekerjaan sehingga
mendorong kita untuk selalu berbuat, bersikap,
dan bertindak; selayaknya kegagalan memang
pantas untuk kita terima.
Permainan pikiran tadi adalah fakta sehingga
pantas dikatakan sebagai mukjizat; sesuai
dengan kutipan terkenal: you are what you think,
you can be come whatever you believe you can
be. (Kita adalah apa yang kita pikirkan, kita
dapat menjadi apa pun selama kita yakin dapat
melakukannya.) Bila kita memulai pagi dengan
umpatan dan keluhan; serta membiarkan sinyal
isyarat kekuatan gagal terus membayangi aktivitas
kita, kita akan semakin dekat dengan kegagalan.
Dan sebaliknya, ketika kita memulai pagi dengan
syukur, bahagia, dan semangat, kekuatan sukses
akan dekat dan hari-hari kita akan dipenuhi kesuksesan dan kebahagiaan.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
61
“
Quotes abadi yang inspiratif
Dunia telah menetapkan hukumnya sendiri, bahwa pemenang adalah mereka yang mengisi
waktu-waktunya dengan keinginan yang tinggi untuk menang.
•
Bukanlah jabatannya yang penting, tetapi tindakan yang dilakukan.
•
nda hanya akan menjadi pengecut abadi, sampai Anda memutuskan, walaupun hanya
A
sebagai pengikut yang pemberani.
•
Masa depan hanyalah bagi orang yang yakin akan indahnya mimpi mereka.
•
Anda sebenarnya dapat menjadi apa pun yang Anda yakini.
•
Jika Anda dapat melihatnya di pikiran, niscaya Anda akan menggenggamnya dengan tangan.
•
Jika Anda gagal merencanakan, sebenarnya Anda baru saja merencanakan kegagalan.
•
Keraguan adalah kepastian dari kegagalan Anda.
•
Anda adalah seperti yang Anda pikirkan.
You are Your Habit
Kita pahami bahwa seseorang dikenali dari
semua yang dilakukannya, terutama apa yang
biasa dilakukannya (secara berulang). Sementara
itu, rangkaian aktivitas tubuh, terutama yang
dilakukan berulang-ulang diberi nama kebiasaan
(habit). Jika pengenalan seseorang adalah titik
perhatiannya, maka segala kebiasaan yang dapat
diindralah yang akan menentukan seseorang di
depan orang lainnya.
Sebuah kebiasaan berawal dari pikirian. Pikiran
berulang melahirkan perkataan. Perkataan
berulang melahirkan tindakan. Tindakan berulang
melahirkan kebiasaan. Kebiasaan berulang
melahirkan takdir.
Berkata-kata (tulisan atau pun ucapan) adalah
kebiasaan pertama kali yang bisa adinilai orang
lain. Terkait dengan kebiasaan kita yang paling
banyak dilakukan, perhatikan kejelasan, efektivitas persuasi, dan rasa hormat yang mengiringinya.
Pilihan kata yang tepat dalam rangkaian kalimat
yang memberikan pesan jelas, tegas, dan mudah
62
dipahami akan memastikan pesan kita akan
diterima dengan baik. Jika kita berkomunikasi
dengan efektif dan benar, kita telah menyelesaikan
sebagian dari permasalahan yang dihadapi.
Formula Keberhasilan
Dalam bukunya, Haikal Hassan menerangkan
formula untuk mencapai keberhasilan yang
dilakukan/dipraktikkan oleh orang-orang sukses di
bidangnya. Formula tersebut adalah:
(M + S + A) x R = D
M = motivation adalah niat baik atau motif keberadaan kita dalam kehidupan ini.
Motivasi adalah alasan atas semua hal yang
diinginkan, diidam-idamkan, atau pihak yang
pantas menerima dampak kebaikan-kebaikan
kita. Maka, segera tetapkan motif kita dalam
mengarungi kehidupan ini atau alasan tepat untuk
kegemilangan nasib kita.
S = sincerity; ketulusan atau keikhlasan adalah
sesuatu yang mengundang kedamaian jiwa;
sekaligus mengundang kekuatan untuk bantuan
sangat besar dan tidak terduga.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
A = activities; keberhasilan yang dirasakan
hanya bermanfaat dan ada di dunia nyata,
memungkinkan adalah rangkaian aktivitas
yang dilakukan. Kita tidak bisa pernahlepas
dari kenyataan, bahkan diam juga merupakan
aktivitas, maka pilihan terserah pada diri kita
sendiri
R = repetition; sinergi di antara motif, ketulusan,
dan aktivitas akan menghasilkan nasib. Tetapi,
hanya yang dikalikan atau digandakan dengan
pengulangan yang memastikan nasib itu
besar, kuat, bernilai tinggi, dan abadi. Tanpa
pengulangan, motivasi akan menjadi basi dan
aktivitas tak akan berarti.
D = destiny; nasib adalah hasil yang tidak akan
pernah didapatkan dan dikendalikan; serta
hanyalah berupa sebuah akibat. Siapa pun tak
dapat mengendalikan nasib dirinya sendiri.
Dalam hukum sebab-akibat, yang dapat dilakukan
hanyalah faktor-faktor penyebab. Terkait nasib,
apa yang dapat kita kendalikan adalah faktor-faktor penyebab, yaitu motif, ketulusan, aktivitas, dan
berapa kali pengulangan yang dilakukan.
Sebuah keinginan, hanyalah sesuatu yang ada
di pikiran dan tidak akan mampu mewujudkan
diri di alam nyata karena membutuhkan sebuah
jembatan untuk dapat memberikan manfaat
sesungguhnya. Sesuatu yang membutuhkan
rencana kerja. Akan tetapi, hal terpenting,
bahwa mewujudkan sebuah rencana besar perlu
kesesuaian dengan keinginan. Sebuah rencana
tidak akan pernah mengantarkan keinginan kita,
jika keduanya tidak bersesuaian. Karenanya,
perhatikan beberapa poin berikut:
• Untuk itu bersegeralah membuat rencana-rencana yang akan mengantarkan kita ke tempat
di mana keinginan besar Anda mengabil
tempatnya. Buatlah pemetaan untuk mencapai
target-target yang akan kita tetapkan.
• Satu-satunya waktu yang tepat saat memulai
sesuatu adalah sekarang. Menunggu datangnya
waktu yang baik dan telah lama dipikirkan;
bisa jadi merupakan pemborosan waktu itu
sendiri. Bisa jadi, waktu yang baik atau tepat
tidak akan pernah datang.
• Bagaimana cara terdekat untuk bisa memulai?
Lakukan yang bisa kita lakukan saat ini dan
mulai dari yang paling mudah. Tindakan awal
yang kecil dan sederhana memungkinkan
untuk dilakukannya tindakan-tindakan besar.
• Kapankah saatnya meraih impian-impian
•
•
•
besar? Saat ini, saat kita memutuskan untuk
memulai dan berhenti untuk menunda-nunda;
keinginan-keinginan itu sebenarnya sedang
mewujudkan dirinya. Kita hanya diminta
untuk mencatat dan menindaklanjuti,
mengamati dan menindaklanjuti, dan terus
diulang-ulang; sehingga tercapai seperti yang
Anda impikan.
Hukum pengulangan, berlaku kepada siapa
saja, dan profesi apa pun; termasuk seorang
PNS seperti saya. Kita sering dihadapkan pada
pekerjaan rutinitas. Sering kali pekerjaan yang
secara rutin dikerjakan tidak memberikan
tambahan ilmu dan keterampikan terhadap
yang akhirnya membuat kira jenuh dan bosan.
Tetapi, jika kita berpikir lebih jauh, apa pun
pekerjaan kita selalu ada kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan dan kapasitas kita.
Pekerjaan yang kita geluti bisa menjadi awal
untuk meningkatkan kapasitas diri. Tinggal,
bagaimana kita menyikapinya.
Jangan pernah bosan untuk selalu belajar
dan belajar, lebih mendalami apa yang kita
lakukan secara rutin, dan jangan berhenti
untuk mencari hal-hal baru sehingga
kemampuan kita akan terus berkembang dan
bermanfaat.
Pekerjaan yang membangun nilai-nilai tinggi,
berdampak besar, menebarkan banyak
manfaat, dan hanya menjunjung tinggi
kebaikan; akan berdampak baik tak hanya
kepada diri kita sendiri, melainkan juga bagi
orang lain. Sebuah nasihat bijak mengatakan,
bahwa kita hanya diminta untuk bekerja,
bukan memastikan rezeki karena rezeki
adalah sebuah akibat semata dan penyebabnya
adalah bekerja. Rezeki menjadi besar, saat
hasil yang kita kerjakan berguna besar bagi
orang lain. Semoga kita menjadi orang-orang
yang memberikan manfaat bagi sesama!
*) Disadur dari buku Haikal Hassan dengan judul
Law of Repetition, satu-satunya cara mencapai
sesuatu yang mustahil dicapai.
Gambar : www.google.com
* Kepala Sub Bagian Perencanaan dan
Program BPLHD Provinsi Jawa Barat
** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub
Bagian Perencanaan dan Program
BPLHD Provinsi Jawa Barat
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
63
Mengenal dan Cara Menanggulangi
Depresi.
Adi Hermansyah, S.Kom *
P
ada zaman modern ini, banyak yang
mengalami stres, kecemasan, dan
kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada
orang yang berpikir, bahwa stres dan
depresi bukanlah benar-benar suatu
penyakit. Padahal, dibandingkan AIDS, stres dan
depresi jauh lebih banyak berakibat kematian
karena keduanya merupakan sumber dari
berbagai penyakit.
Perwakilan dari Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) pada acara World Mental Health Day di
Jenewa, Swiss, menyatakan bahwa di seluruh
dunia, saat ini, ada sekitar 350 juta orang yang
mengalami depresi.“Depresi bukanlah penyakit
di negara-negara berkembang tetapi sudah
merupakan fenomena global. Diderita oleh kaum
laki-laki maupun perempuan, kaya atau pun
miskin,” kata Dr. Shekhar Saxena, Kepala Divisi
Mental and Substance Abuse WHO. Data terbaru
WHO mencatat, bahwa setiap 40 detik, ada satu
orang yang meninggal karena bunuh diri akibat
depresi. Rasio bunuh diri ini 11,4 per 100 ribu
orang. Namun, untuk Indonesia, berdasarkan data
WHO tahun 2012, angka bunuh diri adalah 4,3 per
100 ribu orang.
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat
64
disimpulkan, bahwa depresi adalah gangguan
mood, yaitu kondisi emosional berkepanjangan
yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,
berperasaan, dan berperilaku) seseorang.
Yang kemudian, mengakibatkan munculnya
perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan
disertai perasaan sedih, kehilangan minat, dan
kegembiraan. Selain itu, juga mengakibatkan
berkurangnya energi yang memicu keadaan
mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya
aktivitas.
Depresi biasanya terjadi saat stres yang
dialami oleh seseorang tidak kunjung reda.
Depresi yang dialami ini berkorelasi pada
kejadian dramatis yang menimpa seseorang.
Pada umumnya, mood yang secara dominan
muncul adalah perasaan tidak berdaya dan
kehilangan harapan. Depresi sendiri adalah kata
yang memiliki banyak arti. Sebagian besar di
antara kita pernah merasa sedih atau jengkel,
menjalani kehidupan yang penuh masalah,
merasa kecewa, kehilangan, dan frustrasi; yang
dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan
dan keputusasaan. Ada 3 faktor penyebab utama
depresi, yaitu:
1. Faktor genetik
Seseorang memiliki risiko lebih besar untuk
menderita gangguan depresi daripada
masyarakat pada umumnya, apabila dalam
keluarganya terdapat penderita depresi
berat. Gen berpengaruh untuk terjadinya
depresi. Namun, banyak gen di dalam tubuh
kita dan tidak ada seorang pun peneliti
yang mengetahui secara pasti bagaimana
gen bekerja. Lebih jauh lagi, tidak ada bukti
langsung menyatakan, bahwa penyakit
depresi disebabkan oleh faktor keturunan.
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
2. Gaya hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat
berdampak pada penyakit; misalnya, penyakit
jantung, juga dapat dikatakan sebagai pemicu
kecemasan dan depresi. Gaya hidup yang
tidak sehat; misalnya, makan dan tidur tidak
teratur, pengawet dan pewarna buatan,
kurang berolahraga, merokok, dan meminum
minuman keras.
3. Gender
Wanita dua kali lebih sering didiagnosis
menderita depresi
daripada pria.
Perubahan hormonal dalam siklus
menstruasi yang
berhubungan dengan
kehamilan, kelahiran,
dan juga menopause
yang membuat
wanita lebih rentan
terhadap depresi
atau bahkan, semua
itu menjadi pemicu
depresi.
Seseorang yang terkena
depresi pada umumnya
menunjukkan gejala
fisik, gejala psikis, dan
gejala sosial yang khas, seperti murung, sedih
berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan
tersinggung, hilang semangat kerja, hilang rasa
percaya diri dan konsentrasi, serta menurunnya
daya tahan.
1. Gejala fisik
a. Berkelakuan aneh
b. Kelesuan, apatis, dan omong kosong
2. Gejala psikis
a. Kehilangan rasa percaya diri
Orang yang mengalami depresi cenderung
memandang segala sesuatu dari sisi negatif,
termasuk menilai diri sendiri. Mereka
senang sekali membandingkan dirinya
dengan orang lain. Karena kehilangan
kepercayaan dirinya, menganggap orang
lain lebih sukses, pandai, beruntung, kaya,
serta lebih berpendidikan, berpengalaman,
diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif
lainnya.
b. Sensitif
Orang yang mengalami depresi senang
sekali mengaitkan segala sesuatu dengan
dirinya. Perasaannya sensitif sekali sehingga
sering kali peristiwa yang netral dipandang
dari sudut berbeda, bahkan disalahartikan.
Akibatnya, mereka mudah tersinggung dan
marah, perasa, curiga akan maksud orang
lain, mudah sedih, murung, serta lebih suka
menyendiri.
c. Merasa diri tidak berguna
d. Perasaan bersalah
Mereka memandang suatu kejadian
yang menimpanya sebagai suatu
hukuman atau akibat dari kegagalan
mereka dalam melaksanakan
tanggung jawab yang seharusnya
dikerjakan. Banyak pula yang
merasa dirinya menjadi beban bagi
orang lain dan menyalahkan diri
mereka atas situasi tersebut.
3. Gejala sosial
Masalah depresi yang berawal
dari diri sendiri pada akhirnya
memengaruhi lingkungan,
pekerjaan, atau aktivitas rutin
lainnya. Problem sosial yang terjadi
biasanya berkisar pada masalah
interaksi dengan rekan kerja, atasan,
atau bawahan.
Cara menanggulangi depresi diuraikan sebagai
berikut.
1. Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau
Terapi Perilaku Kognitif
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada
proses berpikir klien yang berhubungan
dengan kesulitan emosional dan psikologis klien. Pendekatan ini akan berupaya
membantu klien untuk mengubah pikiran atau
pernyataan diri negatif serta keyakinan pasien
yang tidak rasional. Jadi, fokus teori ini adalah
mengganti cara-cara berpikir yang tidak logis
menjadi logis.
2. Konseling kelompok dan dukungan sosial
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan
wawancara konseling yang dilakukan antara
seorang konselor profesional dan beberapa
pasien sekaligus dalam bentuk kelompok kecil.
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
65
3. Berolahraga
Keadaan mood yang negatif; seperti depresi,
kecemasan, dan kebingungan disebabkan
oleh pikiran dan perasaan yang juga negatif.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menghasilkan pikiran dan perasaan positif,
yang dapat menghalangi munculnya mood
negatif, adalah dengan berolahraga.
4. Berdoa
Banyak orang memiliki kecenderungan
alami untuk berpaling pada agama dalam
memperoleh kekuatan dan penghiburan. Bagi
yang percaya, keyakinan yang kuat dengan
menjadi anggota aliran agama tertentu
serta memiliki tujuan yang sama dapat
menanggulangi penderitaan dan depresi.
Berdoa merupakan salah satu cara untuk
mengatasi depresi. Mengambil waktu untuk
berdoa memberi kesempatan kepada kita
menghentikan kegiatan kita barang sejenak.
Kemudian, dapat menjalani kembali kehidupan
kita dengan tenang dan damai.
5. Hidroterapi dan hidrotermal
Hidroterapi adalah penggunaan air untuk
pengobatan penyakit sebagai media terapi. Hi-
66
drotermal adalah penggunaan efek temperatur
air; misalnya mandi air panas, sauna, dan
lain-lain. Pengobatan hidroterapi diperoleh
berdasarkan efek mekanis dan/atau termal
air. Tubuh bereaksi pada stimulus panas dan
dingin. Saraf selanjutnya berperan untuk
mengantarkan rangsangan yang dirasakan
kulit ke seluruh tubuh, yang kemudian akan
merangsang sistem imun, memengaruhi
berkurangnya hormon stres, melancarkan
aliran darah dalam tubuh, dan mengurangi
rasa sakit.
Daftar Pustaka
Namora, Lumongga. 2009. Depresi Tinjauan
Psikologis. Jakarta: Kencana Pranada
Gambar : www.google.com
*
Tenaga Teknis Non PNS pada Sub
Bagian Perencanaan dan Program
BPLHD Provinsi Jawa Barat
Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016
Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan
67
Download