Volume 1 - Edisi Juni 2016 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat - www.bplhdjabar.go.id Warta Lingkungan GOTONG ROYONG BEBERSIH CITARUM Sustainable Development Goals (SDGs), Agenda Bersama Seluruh Dunia Taman Keanekaragaman Hayati Kiara Payung Sumedang Jawa Barat Green and Smile Office Dari Redaksi Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayahNya yang tidak pernah putus kepada kita semua. Atas seijinNya lah, kami dapat menerbitkan Warta Lingkungan Hidup yang merupakan penerbitan perdana. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada Bapak Kepala BPLHD Jawa Barat yang telah mendukung terbitnya Warta Lingkungan BPLHD Jabar. Kami sangat berharap majalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan terkait dengan pengelolaan lingungan. Selain itu, Warta BPLHD dapat menjadi media komunikasi pengelolaan lingkungan antara pemerintah dan masyarakat, antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota serta antara stakeholder lingkungan lainnya. Majalah Warta Lingkungan akan diterbitkan persemester (setiap 6 bulan satu kali) dan siapapun dapat mengisi materi majalah Warta Lingkungan dengan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Tim Redaksi. Semoga Warta Lingkungan dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya dan menjadi media komunikasi untuk pengelolaan lingkungan ke depan menjadi lebih baik. - Tim Redaksi PENANGGUNG JAWAB Dr. Ir. Anang Sudarna M.Sc.Ph.D Daftar Isi Laporan Utama 02. Implementasi UU 23 tahun 2014 06. Sustainable Development Goals (SDGs) 09. Gotong Royong Bebersih Citarum Wawasan Lingkungan 12. Berbicara Sampah berarti berbicara Lingkungan 14. Pengelolaan Kawasan Lindung Provinsi Jawa Barat 18. Pertanggung Jawaban Korporasi terhadap kasus pencemaran dan kerusakan Lingkungan Hidup menurut UU No.32 Th.2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 21. Taman Keanekaragaman Hayati Kiara Payung Sumedang-Jawa Barat 25. Siapkah Provinsi Jawa Barat menghadapi Perubahan Iklim 31. Indonesia Bebas Sampah 2020 KETUA Eva Fandora, ST, MT 36. Revolusi Lingkungan untuk mengembalikan SEKRETARIS Ahmad Rifai ZA, ST, MT. 39. Ube Model, Solusi Pelestarian Lingkungan di PENYUNTING Ahmad Rifai ZA, ST, MT Aulia Novianti, S.STP Adi Hermansyah, SKom Rani, ST Sandhi Kurniawan, ST SEKRETARIAT Ardian Fadhli, S.Si Ahmad Efrizal, ST, MT Bagas Zaki Zamani, S.STP Deden Rudiana, SKM Syaeful Bakhry Syarief Taufik Sualeman, S.Kom Siti Agustina, S.Sos KANTOR BPLHD Provinsi Jawa Barat Jl. Naripan No. 25 Bandung Phone 022 - 4204871 Ext.310 Fax 022 - 4231570 E-mail. [email protected] web. www.bplhdjabar.go.id kealamian lingkungan Kota Ube, Jepang Info Iptek 43. Kantor Berbudaya Lingkungan 47. Energi terbarukan melalui Gelombang Laut 50. Mengenal Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 55. Menciptakan Keterlibatan Masyarakat Dengan Berbagai Saluran Komunikasi Rehat 60. Cara Mudah Untuk Meraih Kesuksesan 64. Mengenal dan Cara Menanggulangi Depresi Gambar Cover : Situ Cileunca Warnasari, Pangalengan, Kab. Bandung, Jawa Barat. IMPLIKASI UNDANGUNDANG 23 TAHUN 2014 Eva Fandora, ST, MT * P emerintah pusat menerbitkan Undang-undang nomor 23 pada tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai penyempurnaan dari UU 32 yang diterbitkan pada tahun 2004. Dalam undang-undang 23 /2014 lebih menegaskan kembali peran provinsi sebagai wakil dari pemerintah pusat. Disamping itu, terdapat beberapa perubahan kewenangan urusan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupten/kota. Stuktur Organisasi Lingkungan Hidup Pasca UU 23/2014 Tujuan ditetapkannya UU 23/2014, adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan publik, peran serta masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah. Urusan yang diserahkan dari pemerintah ke daerah terdiri dari 24 urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Gambar di samping adalah peta dari 32 urusan yang didesentralisasikan dari pemerintah pusat ke daerah. Lingkungan Hidup masih menjadi urusan wajib yang tidak lagi memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM). Lingkungan Hidup, merupakan urusan Kongkuren, adalah urusan pemerintah yang dibagi antara pemerintah pusat, provinsi dan kab/kota. Urusan Konkuren yang diserahkan kepada daerah menjadi dasar pelaksanaan pemerintah otonomi daerah. Dalam lampiran UU 23/2014, Lingkungan Hidup memiliki 11 (sebelas) sub urusan sebagai berikut, Perencanaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup trategis (KLHS), Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup, dan Keanekaragaman Hayati (Kehati). Sub urusan lingkungan hidup berikutnya adalah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Pembinaan 2 dan pengawasan terhadap izin lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH), Pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat (MHA), kearifan lokal dan hak MHA yang terkait dengan PPLH, Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Lingkungan Hidup .Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3), Pembinaan dan pengawasan terhadap izin lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH), Pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat (MHA), kearifan lokal dan hak MHA yang terkait dengan PPLH, Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Lingkungan Hidup .Tiga sub urusan selanjutnya adalah Penghargaan Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat, Pengaduan Lingkungan Hidup, dan Persampahan. Demikian disarikan dari UU 23 2014 tentang Pemerintah Daerah. Struktur organisasi Lingkungan Hidup akan diseragamkan untuk seluruh Indonesia, berbentuk DINAS. Organisasi berbentuk dinas, diharapkan bisa lebih banyak action langsung untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekda provinsi. Dinas Lingkungan Hidup, membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan terkait Lingkungan Hidup yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada provinsi, begitu pula dengan kab/kota. Berdasarkan peraturan tersebut, terdapat 3 (tiga) tipe dinas LH yang ditetapkan, yaitu tipe A, tipe B dan tipe C . Penetapan ketiga tipe dinas LH didasarkan pada 2 variabel yaitu variable umum yang terdiri dari ; luas wilayah (km2), jumlah APBD dan Jumlah penduduk; variable teknis, seperti pada table tipe dinas Lingkungan Hidup. Setiap Provinsi dan Kab/kota dilakukan penilaian berdasarkan parameter di atas, hasil penilaian tersebut yang menentukan tipe Dinas LH. Ketiga tipe organisasi Dinas LH membedakan jumlah bidang dalam satu organisasi. Tabel di bawah ini menunjukkan struktur eselon dari ke tiga tipe dinas LH Selain Bidang dan Sekretariat, Dinas LH baik tipe A, B atau C dimungkinkan untuk membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). UPTD untuk setiap daerah dapat berbeda disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing daerah. Pembentukan UPTD akan diatur dalam peraturan pemerintah untuk diadop oleh daerah. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 No ` Jumlah Subbag/ Tipe Jumlah Bidang dan Sekre- Subbid pada Dinas tariat masing2 bidang/ sekre Keterangan 1 A 4 Bidang dan 1 Sekretariat 3 Beban kerja besar 2 B 3 Bidang dan 1 Sekretariat 3 Beban kerja Sedang 3 C 2 Bidang dan 1 Sekretariat 3 Beban kerja kecil Tipe Dinas Lingkungan Hidup No Variabel Teknisi Provinsi Variabel Teknis Kabupaten/Kota 1 Jumlah taman kehati Jumlah usaha/kegiatan penghasil B3 2 Jumlah perusahaan pengumpul Jumlah TPS dan pengolah limbah B3 3 Jumlah TPA/TPS regional Jumlah bank sampah Variabel Teknis untuk menetapkan Tipe Dinas LH Pemetaan Urusan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 3 Struktur Organisasi BPLHD Provinsi Jawa Barat Gambar Struktur UPTD yang diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat 4 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Jawa Barat dan Pengusulan Rencana SOTK Baru Hasil penilain variabel umum dan teknis, Dinas LH Provinsi Jawa Barat adalah type A. Jawa Barat mengusulkan struktur organisasi seperti gambar struktur UPTD yang diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan tambahan 2 UPTD, yaitu Sampah dan Laboratorium Lingkungan. Pola yang diusulkan adalah pola maksimal. Provinsi Jawa Barat mendapatkan nilai…sehingga dinas LH masuk tipe A. Mengusulkan 4 BIdang dan satu secretariat yang masing-masing terdiri dari 3 eselon 4. Selain itu, pemprov mengusulkan struktur UPTD, seperti gambar Usulan Struktur UPTD, Pengusulan 2 UPTD, didasarkan pada; 1. Laboratorium lingkungan sangat diperlukan untuk mendukung adanya data dasar terkait dengan kondisi lingkungan yang ada di Jawa Barat. Laboratorium menjadi penyedia data dasar kondisi lingkungan untuk kemudian diolah dan dianalissi sebagai rujukan bagi pengambil kebijakan di provinsi Jawa Barat 2. UPTD Persampahan, sampah menjadi masalah yang sangat serius. Semakin hari permasalahan sampah semakin besar dan perlu ketelibatan dari semua pihak. Menjadikan UPTD sampah diharapkan dapat lebih konsern dalam menangani masalah persampahan. Periapan Pembentukan SOTK Dinas LH Pada Tahun 2017, direncanakan SOTK kelembagaan sudah dapat berjalan sesuai UU 23/2014. Tentu saja, hal ini harus menjadi perhatian baik provinsi sebagai daerah maupaun sebagai perwakilan pemerintah pusat. Untuk itu, Kebutuhan mendesak daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup adalah penyiapan organisasi Struktur lingkungan hidup daerah serta merumuskan fungsi dasar, layanan utama dan layanan pendukung Gambar di bawah ini adalah jadwal penerapan UU 23/2014 Pada bulan april 2016, pemetaan urusan pemerintahan sudah harus selesai untuk kemudian ditetapkan pada bulan Mei sehingga Peraturan Daerah terkait perangkat daerah telah dapat ditetapkan pada bulan Agustus 2016. Target pengisian perangkat daerah dapat dilakukan pada bulan Desember tahun 2016 sehingga di awal tahun 2017 organisasi yang telah terbentuk dapat langsung running. Konsep nomenklatur perangkat daerah urusan bidang lingkungan hidup yang telah disusun masih memerlukan review dan pendalaman terkait akomodasi terhadap 11 (sebelas) sub bidang urusan lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2014. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Pedoman nomenklatur perangkat daerah urusan bidang lingkungan hidup oleh kementerian Lingkungan hidup dan kehutanan dengan memperhatikan karakteristik dan kondisi di daerah dengan mempertimbangkan nomenklatur urusan lingkungan hidup yang ada di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pembentukan kelembagaan UPTD disesuaikan kepentingan dan kebutuhan daerah dengan memperhatikan efeketifitas dan efisiensi serta eksistensi UPTD yang akan dan atau sudah dibentuk. Target yang ingin dicapai adalah seluruh kewengangan pada masing-masing sub urusan LH pada UU 23 Tahun 2014 dapat dipastikan tertampung dalam Struktur Organsasi Dinas Daerah serta memastikan jenis pelayanan utama dan pelayanan pendukung masing-masing kewenangan terjabar dengan baik sehingga akan mempermudah daerah dalam perumusan indikstor kinerja, program dan kegiatan serta anggarannya. Hal penting lainnya adalah, pembentukan perangkat daerah perlu memperhatikan karakteristik dan kondisi daerah. Disamping * Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Program Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 5 GOTONG ROYONG BEBERSIH CITARUM K ondisi kerusakan Lingkungan Hidup di DAS Citarum yang sudah sangat memprihatinkan, terkotor di dunia dan menyebabkan dampak yang luar biasa bagi kesehatan masyarakat, membutuhkan perhatian yang serius serta perlunya melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Untuk itu dicanangkan kembali program Citarum BESTARI dengan gerakan revitalisasi budaya gotong royong Citarum dalam mewujudkan sungai yang bersih, sehat, indah dan lestari, sehingga sungai bermanfaat bagi kehidupan dan menjadi peradaban umat manusia kini dan nanti. Melihat kondisi lingkungan khususnya Daerah Aliran Sungai Citarum yang semakin tercemar diperlukan suatu upaya dan gerakan nyata dengan bentuk Revitalisasi budaya gotong royong dalam memelihara lingkungan hidup (sungai, situ, waduk, areal publik) menjadi pilihan tepat untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup dalam mewujudkan Citarum dan Jawa Barat BESTARI. Ahmad Efrizal, ST, MT. * M. Syaeful Bakhry ** Revitalisasi budaya gotong royong ini didasari oleh 3 poin penting di antaranya : 1. Amanat Pasal 28 Huruf H Ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 2. Kondisi Lingkungan Hidup di Jawa Barat terus mengalami tekanan sangat berat yang disebabkan oleh: KETIDAK TAATAN pada peraturan perundang-undang hal ini ditunjukkan dengan membuang sampah dan limbah industri ke sungai. Selain itu, juga perilaku sebagian masyarakat yang membuang sampah ke sungai dan alih fungsi penggunaan lahan serta pelaksanaan pembangunan yang kurang memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan; 3. Kualitas air tujuh Sungai Utama dan tiga Waduk Besar TERCEMAR BERAT sangat membahayakan kesehatan masyarakat, apabila tidak segera ditangani sehingga dapat dikategorikan sebagai bencana lingkungan hidup. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencanangkan sebuah Kegiatan Revitalisasi Budaya Gotong Royong Memelihara Lingkungan Melalui Beberesih Citarum. Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan Gerakan Citarum BESTARI (bersih, sehat, indah dan lestari). Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai terdiri dari sasaran secara sosial budaya yang meliputi: 1. Terwujudnya kesadaran masyarakat tentang besarnya manfaat dan pentingnya peranan Sungai Citarum dalam kehidupan. 2. Terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab para pelaku usaha di sepanjang DAS Citarum untuk tidak membuang limbah ke Sungai. 3. Terwujudnya kesadaran dan perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah, limbah, kotoran hewan, dan hajat besar/kecil ke sungai. 4. Terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab bersama masyarakat untuk menjaga, memelihara Sungai Citarum. 5. Terwujudnya kembali budaya gotong-royong Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 7 Sasaran kegiatan Pencanangan Revitalisasi Budaya Gotong Royong Memelihara Lingkungan Melalui Beberesih Citarum dilaksanakan dalam 2 metode, yaitu: 1. Metode fisik, melalui gotong royong/karya bakti melibatkan masyarakat dan pengusaha dengan dukungan TNI dan POLRI untuk membersihkan sungai dan area publik. 2. Metode nonfisik (perubahan perilaku) melalui sosialisasi, penyuluhan, kampanye, bimbingan, pengawasan, dan penegakan hukum. Melalui Program Gotong Royong Bebersih Citarum Bapak Gubernur Jawa Barat menyampaikan 5 Program, yaitu : 1. Tidak menebang pohon di hulu Sungai Citarum, 2. Tidak membuang limbah ternak ke Sungai Citraum, 3. Tidak membuang limbah rumah tangga ke Sungai Citarum, 4. Tidak membuang limbah industri ke Sungai Citarum/ hentikan membuang limbah industri, 5. Tidak membuang sampah ke Sungai Citarum. * Kehumasan dan IT Pada Sub Bagian Kepegawaian dan Umum BPLHD Provinsi Jawa Barat ** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub Bagian Kepegawaian dan Umum BPLHD Provinsi Jawa Barat 8 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs), Agenda Bersama Seluruh Dunia http://www.un.org/sustainabledevelopment/inequality/ Eva Fandora, ST, MT * Syarief ** Pada bulan Agustus Tahun 2015 terlaksana pertemuan akbar di markas besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Sustainable Development Summit yang dihadiri oleh 193 negara. Tema yang diangkat adalah Transforming Our World : The 2030 Agenda for Sustainable Development. Kemudian lahirlah agenda bersama seluruh dunia untuk mencapai target bersama melalui Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs disusun dengan 17 Goals dan masing-masing memiliki target yang telah disepakati dan harus dilaksanakan oleh setiap negara. Walaupun beberapa negara menunjukkan pesimis akan pencapaian target SDGs, tetapi upaya yang dilakukan oleh setiap negara akan berdampak lebih baik terhadap pencapaian SDGs secara menyeluruh. Tujuh belas Goals yang ditetapkan, disepakati untuk dicapai dalam waktu 15 tahun ke depan. Secara Umum, penetapan goals bertujuan untuk penghapusan kemiskinan, perlindungan bumi dan memastikan kemakmuran sebagai bagian dari agenda pembangunan berkelanjutan. Apakah SDGs ? SDGs memiliki 5 pondasi yaitu manusia, plan- et, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030, yaitu mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim. Untuk mencapai tiga tujuan mulia tersebut, disusunlah 17 Tujuan Global. Lima pondasi tersebut adalah ; Manusia, menetapkan pengurangan kemiskinan dan kelaparan dalam semua bentuk dan dimensi dan memastikan semua manusia dapat mengoptimalkan harga diri dan kesetaraan dalam lingkungan yang sehat Planet, menetapkan perlindungan bumi terhadap degradasi, termasuk melalui konsumsi dan produksi berkelanjuan, pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan mengambil aksi penting dalam perubahan iklim, untuk membantu kebutuhan dalam dalam waktu saat ini dan generasi yang akan datang Kemakmuran, memastikan semua manusia dapat menikmati kemakmuran dan kebagaiaan hidup dan kemajuan ekonomi, social dan teknologi sejalan dengan alam Kedamaian, membantu kedamaian masyarakat yang bebas dari rasa takut dan kekerasan. Tidak ada keberlanjutan pembangunan tanpa kedamaian dan sebaliknya Kerjasama, untuk mengimplementasikan agenda melalui revitalisasi kerjasama global dengan dasar spirit solidaritas global yang kuat, fakus pada masyarakat yang paling misiin dan paling rentan dengan partisipasi seluruh negara, seluruh stakeholders dan seluruh masyarakat. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 9 17 Target yang ditetapkan, adalah sebagai berikut; Tanpa Kemiskinan, diharapkan bahwa tidak ada lagi Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan, menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur. Kesetaraan Gender, mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan. Energi Bersih dan Terjangkau, menjamin akses terhadap sumber energy yang terjangkau, tepercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang. 10 Tanpa Kelaparan, tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahana pangan, perbaikan nutrisi, serta mendorong budi daya pertanian berkelanjutan. Pendidikan Berkualitas, menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan kesempatan belakar untuk semua orang, menjamin pendidika yang inklusif dan berkeadilan sereta mendorong kesempatan belajar seumur hdup bagi semua orang. Air Bersih dan Sanitasi, menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan utuk semua orang. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak, mendukung perkembangan ekonomi yang berjalnjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua orang. Industri, Inovasi dan Infrastruktur, membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan industry yang inklusif dan berkelanjutan erta mendorong inovasi. Mengurangi Kesenjangan, mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di antara negara-negara di dunia. Keberlanjutan Kota dan Komunitas, membangun kotakota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan berkelanjutan. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab, menjamin keberlanjutan konsumsi dan pola produksi. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Kehidupan Bawah Laut, melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumberdaya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan Aksi Terhadap Iklim, bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya Kehidupan di Darat, melindungi, mengembalikan dan meningkatkan ke berlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghenttikan dan memulihkan degradasi tanah erta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian, meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan serta membangun insstitusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di seluruh tingkatan Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan Perlu adanya langkah-langkah yang nyata dalam mencapai SGDs, langkah-langkah capaian setiap tahun, dari setiap target dan kegiatan harus dilakukan sejak awal. Permasalahan dan hambatan yang dicapai harus diantisipasi sejak awal. Hal ini untuk menjadikan program SDGs, dapat dicapai oleh semua sector yang telah ditetapkan juga dapat dilaporkan perkembangannya dengan cara yang tepat. SDGs: 17 sustainable development goals have been drafted. © Helvetas/Pia Bublies http://www.welthungerhilfe.de/en/sustainable-development-goals.html * Kepala Sub Bagian Perencanaan dan ** Tenaga Non Teknis Pada Bagian Sekretariat Program Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 11 Berbicara Sampah, Berarti Berbicara Lingkungan (Bank Sampah Solusinya) Papa Samrotul Puadah, S.S * P eresmian Paguyuban Bank Sampah Pangalengan, dilakukan pada Rabu (27/4/2016), bertempat di Aula Desa Sukamanah Kecamatan Pangalengan. Arti kata “paguyuban” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, serta didirikan oleh orang-orang yang sepaham untuk membina persatuan (kerukunan) di antara para anggotanya. Peresmian Paguyuban Bank Sampah sebagai salah satu upaya atau komitmen bersama dari tiap Pendamping Lokal Ecovillage dan Kelompok Ecovillage di 13 desa (Lamajang, Tribaktimulya, Warnasari, Pulosari, Margamulya, Margamekar, Sukaluyu, Pulosari, Banjarsari, Sukamanah) dalam mengurangi masalah persampahan di Kecamatan Pangalengan. Dedi Kusmayadi selaku ketua PBSP (Paguyuban Bank Sampah Pangalengan) dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pengembangan bank sampah di tiap desa bertujuan untuk mengurangi sampah plastik di Kecamatan Pangalengan. Rencana kegiatan pemgurus bank sampah adalah penanaman pohon tegakan, pengelolaan bank sampah di masing-masing desa. Sebagai tolak ukur keberhasilan PBSP adalah berkurangnya sampah di Kecamatan Pangalengan. pemerintah setempat. PBSP sebagai salah satu upaya dalam menangani masalah sampah.” Jelas Ibu Nita Nilawati Walla selaku Kepala Sub. Bidang KSDA dan Kerusakan Lingkungan yang hadir mewakili Kepala BPLHD Jawa Barat. Ibu Windya Wardani selaku Kepala Bidang KSDA BPLH Kabupaten Bandung dalam sambutannya mendukung penuh terbentuknya Paguyuban Bank Sampah Pangalengan. Beliau mengatakan bahwa pertama kali ada bank sampah dalam sekala kecamatan, khususnya di Kabupaten Bandung. Kebanyakan bank sampah lingkupnya hanya tingkat RW atau RT saja. PBSP diresmikan langsung oleh Dr. Yayan Su heryan, M.Si, selaku Camat Pangalengan. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan, bahwa masalah sampah bagaikan penyakit kanker stadium empat, sehingga harus diamputasi. Berbicara sampah, berarti berbicara lingkungan. Dengan adanya bank sampah di tingkat kecamatan bisa mengurangi masalah sampah yang ada. “Saya berharap untuk ke depannya, PBSP bisa bekerja sama dengan bank-bank konvensional untuk mendukung perkembangan bank sampah.” harapannya. Permasalahan Sungai Citarum sudah menjadi permasalahan internasional, sehingga perlu adanya satu tindakan semua pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan, ulama, LSM dll). Permasalahan sampah menjadi permasalahan utama di DAS Citarum. Adanya bank sampah merupakan salah satu upaya dalam mengurangi beban sampah yang masuk ke aliran Sungai Citarum. “Untuk itu ecovillage hadir dengan harapan dapat membangun perubahan perilaku masyarakat yang ramah lingkungan. Perubahan perilaku tersebut harus dimulai oleh masyarakat menuju masyarakat mandiri dan didukung oleh 12 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Dr. Yayan Suheryan selaku Camat Pangalengan yang meresmikan langsung PBSP Setelah PBSP diresmikan, dilanjutkan dengan penandatanganan dukungan atas peresmian PBSP. Pertama oleh Yayan Suheryan, selaku Camat Pangalengan, selanjutnya oleh Kepala Sub Bidang KSDA dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan BPLHD Jawa Barat (Ibu Nita Nilawati Walla), Kepala KSDA BPLH Kabupaten Bandung (Windya Wardani), Kepala Desa Sukamanah (Asep Hasanudin), perwakilan dari TNI Asep Hasanudin selaku Kepala Desa Sukamanah sedang menandatangani dukungan peresmian PBSP Kecamatan (Dadang S), Kapolsek Pangalengan (Agus Sujana), dan terakhir oleh Dispertasih Kabupaten Bandung (Lala Suhala). Adanya peresmian bank Sampah di tingkat Kecamatan Pangalengan yang diusungkan oleh pendamping lokal di tiap desa, bisa menjadi contoh atau diikuti oleh Kelompok Ecovillage di tiap kecamatan yang sudah masuk dalam Program Ecovillage BPLHD Jabar. Foto bersama dari kanan ke kiri foto Ketua Ecovillage Sukamanah, Dedi Kusmayadi Ketua PBSP, Rukmana Fasilitator Ecovillage, Lala Suhala dari DISPERTASIH Kab. Bandung, Asep Hasanudin Kades Sukamanah, Windya Wardani Kepala Bidang KSDA BPLH Kab. Bandung, Nita Nilawati Walla Kepala Sub Bidang KSDA BPLHD Jabar, Yayan Suheryan Camat Pangalengan, Dadang S perwakilan dari DANRAMIL, Agus Sujana perwakilan dari Kapolsek Pangalengan dan Agus selaku PL Desa Sukamanah Salah satu kegiatan Bank Sampah * Jurnalis Ecovillage Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 13 PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PROVINSI JAWA BARAT Target dan Strategi Pencapaian Kawasan Lindung kawasan kars Gunung Hawu Pabeasan, Kabupaten Garut, Jawa Barat Ir. Hj. Dewi Nurhayati, M.Si * Fitriyani Silfana Nurfadillah, S.Si ** P rovinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang RT RWP 2009-2029 memiliki wilayah daratan seluas 3.709.528,44 Ha. Sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut memiliki wilayah pesisir dan laut sepanjang 12 (dua belas) mil dari garis pantai seluas 18.153 km2. Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi ke dalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota, yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Pemerintah Jawa Barat berkeinginan 14 untuk menjadi provinsi hijau (Green Province) dengan menerapkan strategi pembangunan hijau. Komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini dituangkan dalam dokumen RPJMD Provinsi Jabar tahun 2008-2013, pada kebijakan bidang lingkungan point 6b berbunyi: “meningkatkan fungsi dan luas kawasan lindung dalam rangka mewujudkan provinsi yang hijau (Green Province) didukung upaya menciptakan provinsi yang bersih (Clean Province)”. Salah satu indikator Green Province Jawa Barat adalah pencapaian kawasan lindung sebesar 45%. Pengelolaan kawasan lindung Jawa Barat telah diatur dalam Perda Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Perda Provinsi Jawa Barat No. 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung. Pada Perda No 22 Tahun 2010 disebutkan bahwa target pencapaian 45% kawasan lindung di Jawa Barat diharapkan pada tahun 2018. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Strategi pencapaian luas kawasan lindung 45% di Jawa Barat dilakukan atas dasar pencapaian luas/kuantitas dan peningkatan kualitas dari kawasan lindung. Pecapaian luas kawasan lindung ditempuh, melalui : (a). peningkatan fungsi kawasan lindung di dalam dan di luar kawasan hutan; (b). pemulihan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi; (c). pengalihan fungsi secara bertahap kawasan hutan cadangan dan hutan produksi terbatas menjadi hutan lindung; (d) pembatasan pengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung untuk menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan yang mendorong alih fungsi kawasan lindung; (f). penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS). Sementara itu, peningkatan kualitas kawasan lindung dilakukan, melalui : (a). optimalisasi pendayagunaan kawasan lindung hutan dan non hutan melalui jasa lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (b). pengendalian pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan pada kawasan lindung; (c). pencegahan kerusakan lingkungan akibat kegiatan budidaya; (d). rehabilitasi lahan kritis di kawasan lindung; dan (e). penyusunan arahan insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi dalam hal alih fungsi dan/atau penerbitan izin pembangunan dan/atau kegiatan di kawasan lindung. Tipe Kawasan Lindung dan Luas Kawasan Lindung di Tiap Kabupaten/Kota Kawasan lindung sebagai bagian ruang wilayah Provinsi Jawa Barat merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai arti penting bagi kehidupan secara menyeluruh, mencakup ekosistem dan keanekaragaman hayati, untuk meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, manfaat sumber daya alam serta nilai sejarah dan budaya secara berkelanjutan. Pesatnya laju pembangunan di wilayah Jawa Barat telah memberikan dampak negatif terhadap menurunnya kualitas lingkungan hidup sehingga berdampak merugikan terhadap masyarakat. Dampak negatif terhadap kualitas lingkungan, antara lain berkurangnya sumber daya alam, meningkatnya pencemaran dan memacu perubahan iklim secara global (global warming). Selain itu, kondisi kawasan lindung Jawa Barat pun mengalami penyusutan luas dan meningkatnya lahan kritis akibat tekanan pertumbuhan penduduk, alih fungsi lahan dan konflik penguasaan pemanfaatan lahan. Tabel 1. Luas tipe kawasan lindung di setiap kabupaten/kota di Jawa Barat Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 15 Tipe kawasan lindung yang terdapat di wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat bervariasi, ada yang memiliki beberapa jenis kawasan lindung, ada juga yang hanya memiliki satu jenis kawasan lindung. Kabupaten pada umumnya memiliki tipologi kawasan lindung yang lebih bervariasi dibandingkan dengan wilayah kota. Selain jenisnya, luas kawasan lindung di setiap kabupaten/kota di Jawa Barat juga bervariasi, ada yang luas dan ada pula yang sempit. Kabupaten Sukabumi memiliki luas kawasan lindung paling luas, yakni seluas 277.744,52 Ha. Kemudian, disusul Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur. Luas masing-masing jenis kawasan lindung pada setiap kabupaten/kota di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan luas dan jenis kawasan lindung, maka tipologi kabupaten yang ada di Jawa Barat dapat dikelompokan menjadi kabupaten dengan kawasan lindung yang besar, sedang dan kecil. Kabupaten yang memiliki kawasan lindung yang besar akan memerlukan kinerja dan sumberdaya yang cukup besar untuk mengelola dan melestarikan kawasan lindung. Berbeda halnya dengan kabupaten yang memiliki kawasan lindung yang relatif kecil yang hanya memerlukan upaya, kinerja dan sumber daya yang relatif kecil Permasalahan Kawasan Lindung di Jawa Barat Kawasan lindung yang tersebar diberbagai daerah di Provinsi Jawa Barat masih dihadapkan pada permasalahan belum sesuainya penggunaan lahan dengan fungsinya sebagai kawasan lindung. Sebagai contoh Kawasan Bandung Utara (KBU), Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditetapkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013. Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013 terdapat lebih kurang 26 tipe kawasan lindung di Jawa Barat, yaitu sebagai berikut: a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya: 1. Kawasan hutan lindung 2. Kawasan resapan air b. Kawasan perlindungan setempat 1. Sempadan pantai 2. Sempadan sungai 3. Kawasan sekitar waduk dan danau/situ 4. Kawasan sekitar mata air 5. Ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan c. Kawasan suaka alam 1. Kawasan cagar alam 2. Kawasan suaka margasatwa 3. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya 4. Kawasan mangrove 16 pada Perda Nomor 1 Tahun 2013 ditetapkan fungsinya sebagai kawasan resapan air. Namun, fungsi tersebut masih sulit direalisasikan karena terancam dengan merebaknya pembangunan fisik di wilayah Utara. Dengan kata lain, telah terjadi perubahan ahli fungsi lahan KBU dari kawasan resapan air menjadi kawasan terbangun. Kawasan sempadan pantai sesuai Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013 di pasal 6 (enam) merupakan salah satu jenis kawasan lindung kelompok kawasan perlindungan setempat. Hasil pengamatan dari laporan penyusunan kajian teknis pusat mangrove BPLHD Tahun 2011 memperlihatkan bahwa di semua lokasi pengamatan Pesisir Utara tidak dijumpai lagi hutan mangrove dengan tipe penutupan lahan berbentuk hutan, tetapi semuanya telah dibuka sepenuhnya atau sebagian untuk tambak. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pemahaman warga masyarakat yang berada di pesisir pantai terhadap pentingnya hutan mangrove. Keberadaan hutan mangrove sebagai sabuk hijau untuk mengurangi abrasi, gelombang tsunami serta pemijahan ikan dan udang. Pentingnya upaya-upaya mengelola mangrove dengan melibatkan berbagai pihak sehingga kawasan lindung sempadan pantai dapat terjaga. Karst merupakan bentang alam geologi yang memiliki keunikan tertentu yang perlu dilestarikan baik sebagai fungsi hidrologis maupun wisata dan penelitian. Kondisi karst di Jawa Barat saat ini, yaitu terancam oleh kegiatan pertambangan batu gamping. d. Kawasan pelestarian alam 1. Taman nasional 2. Taman hutan raya 3. Taman wisata alam e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan f. Kawasan rawan bencana alam 1. Kawasan rawan tanah longsor 2. Kawasan rawan gelombang pasang 3. Kawasan rawan banjir g. Kawasan lindung geologi 1. Kawasan cagar alam geologi dan kawasan karst 2. Kawasan rawan bencana alam geologi 3. Kawasan yang memberikan perlindungan h. Taman buru i. Kawasan perlindungan plasma nutfah ex situ j. Terumbu karang k. Kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi l. Kawasan yang sesuai untuk kawasan lindung Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Pelestarian Kawasan Lindung Pelestarian kawasan lindung juga diatur dalam Perda No. 1 Tahun 2013, yaitu pada Bab IV, pasal 10-pasal 24. Pelestarian kawasan lindung tersebut, terdiri atas: a. Penyusunan rencana induk Penyusunan Rencana Induk Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung ditetapkan dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Penyusunannya dilaksanakan paling lambat dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah ini. b. Pencegahan kerusakan kawasan lindung Pencegahan kerusakan kawasan lindung dilakukan dengan berbagai cara diantaranya, yaitu edukasi, peningkatan kesadaran lingkungan, pemberdayaan masyarakat kawasan lindung, pemantauan biofisik lingkungan yang berpotensi menimbulkan kerusakan kawasan lindung, penyediaan sistem informasi pencegahan, penerapan teknologi, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, pembatasan pemanfaatan di kawasan lindung, pemanfaatan di kawasan lindung tertentu dan kegiatan lain sesuai kebutuhan. c. Penanggulangan kerusakan kawasan lindung Penanggulangan kerusakan kawasan lindung dilakukan paling sedikit melalui, yaitu penghentian kegiatan pemanfaatan kawasan lindung, deliniasi kerusakan akibat kegiatan serta cara lain yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan lindung. d. Pemulihan kerusakan kawasan lindung Pemulihan kawasan lindung wajib dilakukan oleh pemanfaat kawasan lindung yang menyebabkan pencemaran atau kerusakan di kawasan lindung. Hal-hal yang dapat dilakukan, yaitu melalui rehabilitasi, restorasi, remediasi dan cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tahapan yang dilakukan dalam pemulihan kawasan lindung, yaitu sebagai berikut: 1. Identifikasi lokasi, penyebab, besaran pencemaran dan/atau kerusakan dan perubahan fungsi ekosistem. 2. Pemilihan metode pemulihan. 3. Penyusunan rencana pelaksanaan pemulihan. 4. Penyusunan dan penyampaian laporan pelaksanaan pemulihan kawasan lindung. e. Pemeliharaan kawasan lindung Pemeliharaan kawasan lindung dilakukan melalui upaya: 1. Pemanfaatan kawasan lindung secara lestari. 2. Perlindungan kawasan lindung. 3. Pengawetan kawasan lindung. PENUTUP Pengelolaan kawasan lindung berada diberbagai sektor sehingga diperlukan adanya pengelolaan kawasan lindung secara terpadu. Oleh karenanya, penting untuk menjalin koordinasi, integrasi, sinkronisasi serta sinergitas berbagai pihak. Koordinasi yang selama ini mudah diucapkan akan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Guna menguatkan pengelolaan kawasan lindung perlu memperkuat koordinasi yang terjadwal secara rutin dari berbagai pihak sehingga kesulitan-kesulitan pembagian peran dan tugas dapat diminimalisir. kawasan lindung pesisir pantai Rancabuaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat * Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Mitigasi Bencana ** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 17 Pertanggungjawaban Korporasi terhadap Kasus Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Erlina Dalisaputra S.Pt.,MT * S alah satu bentuk kejahatan korporasi yang menjadi perhatian karena perkembangan yang terus meningkat adalah bentuk kejahatan korporasi di bidang lingkungan hidup (environmental crime). Kejahatan korporasi di bidang lingkungan hidup dapat menimbulkan dampak serta korban yang besar dan kompleks yang tidak hanya menguras sumber daya alam, sumber daya manusia, modal sosial, bahkan modal kelembagaan yang berkelanjutan. Terdapat kasus pencemaran dan/atau kerusakan di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung telah terjadi selama lebih dari 20 tahun yang lalu dan sampai saat ini masih terus berlangsung. Di kawasan tersebut mengalir sungai Cikijing yang berhulu di Kabupaten Sumedang dan berhilir di Kabupaten Bandung. Sungai Cikijing merupakan sungai dengan debit air yang secara alami sangat kecil, bahkan pada musim kemarau cenderung kering. Akan tetapi debit air ini meningkat setelah melewati kawasan pabrik karena adanya pembuangan limbah cair. Sebagai konsekuensi logis dari ketidakjelasan kebijakan penataan ruang, maka terdapat perbedaan fungsi sungai pada bagian hulu dan hilir yaitu bagian hilir sebagai badan air penerima dan bagian hulu sebagai sumber air irigasi. Terdapat beberapa perusahaan yang proses produksinya maupun debit limbah cairnya secara signifikan diduga telah memberikan konstribusi terhadap peningkatan beban pencemaran Sungai Cikijing. Pencemaran tersebut diindikasikan dengan menurunnya kualitas tanah pertanian yang menyebabkan menurunnya produksi bahkan menyebabkan tanaman dan ikan mati. Luas areal pertanian yang terkena dampak pencemaran di Kecamatan Rancaekek tersebut mencapai ±415 hektar. Para petani dan/atau petani penggarap yang merasa dirugikan ini menuntut pembayaran ganti rugi yang harus dihitung dari nilai penurunan produksi pertanian dan/atau perikanan akibat pencemaran. 18 Terjadinya pencemaran Sungai Cikijing tersebut diduga terjadi karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak mengoperasikan IPAL-nya sesuai dengan ketentuan. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan hasil pengukuran laboratorium yang dilakukan terhadap limbah cair, dimana pengukuran yang diberitahukan terlebih dahulu cenderung mendapatkan hasil yang lebih rendah (tidak melebihi baku mutu limbah cair) dibanding pengukuran yang dilakukan secara mendadak/sidak (melebihi baku mutu limbah cair). Sejak munculnya dugaan terjadinya pencemaran Sungai Cikijing tersebut instansiinstansi yang berwenang, baik dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang maupun instansi teknis telah melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Karena upaya penyelesaian oleh masing-masing instansi tersebut tidak membuahkan hasil yang diharapkan pada akhirnya koordinasi penyelesaian masalah ini dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, air limbah dari satu perusahaan yang mengalirkan air limbahnya ke sungai Cikijing, kualitas air limbah pada outlet IPAL dan Outlet gabungannya melebihi baku mutu untuk parameter COD. Masing-masing 208mg/L dan 155 mg/L dengan baku mutu 150 mg/L. Selain itu hasil pengujian tanggal 1 September 2010 juga menunjukan kualitas air limbah pada outlet IPAL dan outlet gabungannya melebihi baku mutu. Masing-masing sebesar 152 mg/L dan 224 mg/L dengan baku mutu 150 mg/L. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Kejahatan-kejahatan yang dilakukan korporasi tersebut tentu saja tidak dapat dibiarkan begitu saja, sebab akibat yang ditimbulkannya sangat serius dan kompleks. Dampak kejahatankejahatan yang dilakukan oleh korporasi di bidang lingkungan hidup adalah sistemik, dapat merusak satu kesatuan masyarakat bahkan bisa merusak satu generasi mengingat pentingnya untuk menjaga keberlangsungan lingkungan. Penting untuk diingat bahwa sebagai manusia, hidup di dunia juga harus memikirkan penerus kelak, oleh karenanya adalah kewajiban untuk memelihara lingkungan agar tidak rusak. Apalagi di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 28 H menyatakan bahwa: lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak setiap orang. Sehingga perlu pengaturan hukum yang tegas dari pemerintah untuk dapat menjatuhkan hukuman pidana bagi korporasi yang melakukan kejahatan agar terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagaimana diamanatkan dalam sila kelima dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana Sanksi Hukum Kejahatan Korporasi Dalam hal tindak pidana kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan korporasi dalam Pasal 88 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah mengatur secara tegas mengenai strict liability. dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan secara sendiri atau bersama-sama.” Pertanggungjawaban korporasi tindak pidana lingkungan harus memperhatikan hal berikut: 1. Korporasi mencakup baik badan hukum (legal entity) maupun non badan hukum seperti organisasi dan sebagainya. 2. Korporasi dapat bersifat privat (private yuridical entity) dan dapat pula bersifat publik (public entity). 3. 3.Apabila diidentifikasikan bahwa tindak pidana lingkungan dilakukan dalam bentuk organisasional, maka orang alamiah (managers, employess) dan korporasi dapat dipidana baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama (bipun- Terkait penegakan hukum lingkungan di Indonesia, terhadap korporasi sebagai pelaku Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan tindak pidana B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan lingkungan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian hidup tidak yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan “ hanya sebatas penempatan korporasi sebagai subjek Hukum Pidana tetapi perlu adanya ishment provision). ketentuan khusus tentang “pertanggungjawaban 4. Terdapat kesalahan manajemen dalam korpidana” untuk korporasi. Pertanggungjawaban porasi dan terjadi apa yang dinamakan breach pidana korporasi dalam kasus lingkungan of a statutory or regulatory provision. hidup diatur dalam pasal 116 ayat (1) dan (2) 5. Pertanggungjawaban badan hukum dilakukan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang terlepas dari apakah orang-orang yang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan bertanggungjawab di dalam badan hukum Hidup yang didalamnya terkandung asas strict tersebut berhasil diidentifikasi, dituntut, dan liability dan asas vicarious liability yang menjadi dipidana. dasar pembenaran dapat dihukumnya kor6. Segala sanksi pidana dan tindakan pada porasi. Pasal 116 ayat (1) mengatur mengenai dasarnya dapat dikenakan pada korporasi, pertanggungjawaban korporasi secara langsung kecuali pidana mati dan pidana penjara. (strict liability) yang berbunyi: 7. Penerapan sanksi pidana terhadap korporasi (1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup tidak menghapuskan kesalahan perorangan. dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan 8. Pemidanaan terhadap korporasi hendaknya usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana memerhatikan kedudukan korporasi untuk dijatuhkan kepada: mengendalikan perusahaan, melalui kebijakan a. badan usaha; dan/atau pengurus atau para pengurus (corporate exb. orang yang memberi perintah untuk ecutive officers) yang memiliki kekurangan melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang untuk memutuskan (power of decision) dan bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak keputusan tersebut telah diterima (accepted) oleh korporasi tersebut. (2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup “ Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 19 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengakui tentang tanggungjawab korporasi seperti diatur dalam Pasal 116 sampai 119. Pasal 117, jika tindak pidana dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, perseroan, perserikatan yayasan atau organisasi lain, ancaman pidananya diperberat sepertiga. Disamping pidana denda, korporasi yang melakukan tindak pidana bisa dijatuhkan hukuman pokok berupa denda dan hukuman tambahan berupa tindakan tata tertib sebagai berikut: 1. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana (fruit of crime); 2. Penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan; 3. Perbaikan akibat tindak pidana; 4. Mewajibkan mengerjakan apa yang dilakukan tanpa hak; 5. Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; 6. Menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun. Karena rumusan Pasal 119 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut tidak secara tegas menyebutkan apakah jenis hukuman ini alternatif atau dapat dikenakan dua atau lebih sekaligus, penulis berpendapat jenis-jenis hukuman itu dapat dikenakan dua atau lebih sekaligus tergantung pada kasus perkasus atau akibat-akibat dari pelanggaran. Penindakan terhadap kasus Perusakan Lingkungan Foto : BPLHD Jabar * Kepala Bidang Penataan Hukum, Kemitraan dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan 20 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Taman Keanekaragaman Hayati Kiara Payung Sumedang - Jawa Barat Kawasan Penyelamatan Kehati Lokal Jawa Barat Ir. Hj. Dewi Nurhayati, M.Si * Fitriyani Silfana Nurfadillah, S.Si ** Pentingnya Keanekaragaman Hayati Kehidupan manusia di bumi tidak terlepas dari kebergantungan terhadap pemanfaatan berbagai jenis hayati. Permintaan yang tinggi terhadap kebutuhan dasar untuk pangan, pakaian, obatobatan, dan tempat tinggal membutuhkan keberadaan berbagai jenis hayati di Jawa Barat. Keberadaan berbagai jenis hayati dikenal dengan istilah keanekaragaman hayati, di mana istilah tersebut pada dasarnya berarti berbagai kehidupan di bumi yang ada di tempat dan waktu tertentu. Keanekaragaman hayati tidak sekadar menggambarkan jumlah dan jenis makhluk hidup, melainkan juga mengandung makna keragaman, keberbedaan, dan kekhasan makhluk hidup serta hubungan timbal balik di antara makhluk hidup tersebut dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Selain memenuhi kebutuhan dasar manusia, keanekaragaman hayati memiliki fungsi lain yang sangat penting, di antaranya sebagai penopang kelestarian jasa lingkungan, yaitu pengatur tata air, sebagai pengendali iklim mikro, habitat bagi makhluk hidup, jasa ekowisata, serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat setempat (masyarakat adat lokal). Keanekaragaman hayati merupakan aset bagi pembangunan daerah dan nasional, sehingga menjaga dan memeliharanya akan sangat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Mempertahankan kelestarian keanekaragaman hayati dan mengupayakan pemanfaatannya secara berkelanjutan merupakan upaya mendasar dalam rangka mempertahankan sumber daya yang sangat berharga agar senantiasa memberi sumbangan bagi pembangunan nasional. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 21 Taman Keanekaragaman Hayati Jawa Barat Secara garis besar kondisi fisik Jawa Barat memiliki karakter beragam mulai dari topografi, iklim, hingga hidrologi DAS dan perairan lautnya. Kondisi fisik yang beragam tersebut menyebabkan terbentuknya keanekaragaman ekosistem mulai dari pesisir yang meliputi terumbu karang, mangrove, hingga hutan dataran rendah, pegunungan, perbukitan kapur (kars), serta perairan air tawar. Keanekaragaman ekosistem yang ada di Jawa Barat berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis flora dan fauna penghuni suatu ekosistem. Berdasarkan data Departemen Kehutanan (2008), jumlah tumbuhan endemik Jawa Barat tertinggi di antara provinsi lain, yaitu sebesar 33,7 %. Jawa Barat memiliki sekitar 3.882 jenis tumbuhan berbunga dan tumbuhan paku asli. Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan Jawa Tengah yang memiliki 2.851 jenis dan Jawa Timur 2.717 jenis tumbuhan asli. Status keanekaragaman flora di Jawa Barat pada 2008; tumbuhan yang terdapat di kawasan konservasi 33 di antaranya merupakan jenis dilindungi, 19 jenis langka, 49 jenis endemik, dan 52 jenis khas kawasan (termasuk jenis khas kawah dan formasi pantai). Berdasarkan penelusuran dokumen status keanekaragaman fauna Jawa Barat (BPLHD 2005 – 2008) terdapat 134 jenis mamalia darat, 245 jenis aves (burung dan unggas), 94 herpetofauna (reptil dan amfibi), dan 147 jenis ikan. Keanekaragaman hayati yang ada di Jawa Barat baik ekosistem maupun jenisnya adalah kekayaan alam yang sangat berharga, sehingga aksi perlindungan keanekaragaman hayati wajib dilakukan. Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) merupakan salah satu kawasan perlindungan keanekaragaman hayati selain Kebun Raya dan Tahura. Taman Kehati adalah suatu kawasan di luar kawasan konservasi yang dibangun menjadi tempat pencadangan sumber daya alam hayati lokal, langka, endemik dan memiliki fungsi konservasi in-situ dan/atau ex-situ. Berdasarkan definisi tersebut yang membedakan antara Taman Kehati dengan kawasan konservasi lainnya adalah jenis hayati yang menjadi objek perlindungan. Taman Kehati fokus pada Gambar Gerbang Masuk Kawasan 22 perlindungan terhadap jenis tumbuhan lokal, langka, dan endemik dari suatu daerah. Salah satu Taman Kehati pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah Taman Kehati Kiara Payung Sumedang. Taman Kehati Kiara Payung Sumedang telah dibangun sejak 2010 dan hingga saat ini pembangunannya masih terus ditingkatkan. Perjalanan pembangunan Taman Kehati Kiara Payung Sumedang berawal dari usulan pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk memiliki Taman Kehati yang didukung oleh program Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam membangun Taman Kehati di setiap daerah di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup telah menginisiasi Taman Keanekaragaman Hayati di berbagai provinsi dan kabupaten mulai 2008. Pembangunan Taman Keanekaragaman Hayati di wilayah Provinsi Jawa Barat ditetapkan di area Arboretum dan Hutan Konservasi Kiara Payung, Desa Sindang Sari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat dengan luas 15 ha dan terbagi dalam 8 blok kawasan. Terletak pada koordinat 6º53’10” LS - 6º53’30” LS dan 107º45’25” BT - 107º45’45” BT. Taman Keanekaragaman Hayati ini ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Nomor: 593/Kep.821-BPLHD/2011 tentang Penetapan Lokasi Taman Keanekaragaman Hayati Jawa Barat. Pembangunan Taman Kehati Kiara Payung Sumedang Jawa Barat bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati jenis lokal, endemik, dan langka di wilayah Jawa Barat dalam rangka menopang kehidupan masyarakat yang berkelanjutan. Tujuan khusus dari program ini adalah membangun dan mengembangkan taman keanekaragaman hayati sebagai kawasan konservasi ex-situ, menyelamatkan berbagai jenis tumbuhan lokal dari ancaman kepunahan, mengoleksi contoh hidup jenis-jenis tumbuhan lokal; mengembangkan sarana pendidikan, penelitian, dan praktek pengenalan jenis-jenis tumbuhan lokal, menyediakan sumber benih dan bibit jenis-jenis tumbuhan lokal (gene pool), mengembangkan sarana rekreasi alam (ekowisata), dan meningkatkan luasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan. Gambar Papan tanda pembagian blok kawasan Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Gambar Contoh tanaman yang ditanam di kawasan Taman Kehati Kiara Payung Keanekaragaman Fauna Pendataan keanekaragaman fauna Taman Kehati Kiara Payung dilakukan antara lain dengan pengamatan terhadap keragaman serangga. Serangga memiliki peran yang penting dalam ekosistem hutan, selain membantu proses penyerbukan pada tumbuhan juga membantu perombakan material organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani S Nurfadillah (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2015) di Taman Kehati Kiara Payung ditemukan 8 ordo 42 famili 73 genus serangga yang termasuk dalam kelompok serangga terbang. Ordo yang ditemukan antara lain Ordo Blattodea (Bangsa Kecoak), Ordo Coleoptera (Bangsa Kumbang), Ordo Diptera (Bangsa Lalat), Ordo Hemiptera (Bangsa Kepik), Ordo Hymenoptera (Bangsa Lebah), Ordo Lepidoptera (Bangsa Kupu-kupu), Ordo Odonata (Bangsa Capung), dan Ordo Orthoptera (Bangsa Belalang). Menurut perannya beberapa ordo dari serangga terbang tersebut sangat membantu terhadap penyerbukan tanaman yang ada di Taman Kehati Kiara Payung. Selain itu keberadaan beberapa jenis dari serangga terbang tersebut dapat dijadikan sebagai bio-indikator kesehatan ekosistem yang sangat potensial. Selain serangga terbang, terdapat pula serangga permukaan tanah yang ditemukan di kawasan ini. Berdasarkan penelitian Isyfa I Romadlon (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2015), terdapat 8 ordo 41 famili serangga permukaan tanah. Ordo yang ditemukan antara lain: ordo Hymenoptera (Bangsa Lebah/Semut), ordo Orthoptera (Bangsa Belalang), ordo Coleoptera (Bangsa Kumbang), Diptera (Bangsa Lalat), ordo Hemiptera (Bangsa Kepik), ordo Blattodae (Bangsa Kecoak), ordo Diplura, dan ordo Dermaptera (Bangsa Cocopet). Serangga permukaan tanah sangat membantu dalam perombakan material organik yang sangat besar peranannya dalam proses pembentukan material tanah. Partikel tanah yang terbentuk dari hasil perombakan tersebut sekaligus sebagai habitat dari organisme perombak, sehingga tanah yang terbentuk akan mempunyai tekstur dan struktur yang sangat baik untuk menyerap air hujan. Dengan demikian tanah pada lantai hutan akan sangat kaya humus dengan kandungan unsur hara dan memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam menyerap air hujan yang jatuh ke atas permukaan tanah. 1. Ordo Blattodae Famili : Blattidae 7. Ordo Dermaptera Famili : Anisolabidae 2. Ordo Orthoptera Famili : Acrididae 8. Ordo Hymenoptera Genus : Apis 3. Ordo Coleop tera Genus : Eplachna 9. Ordo Orthoptera Genus : Trimerotropis 4. Ordo Blattodae Genus : Periplaneta 10. Ordo Lepidotera Genus : Catopsilia 5. Ordo Hemiptera Genus : Leptocentrus 11. Ordo Odonata Genus : Neurothemis 6. Ordo Diptera Genus : Chrysotus 12. Ordo Hymenotera Famili : Formicidae Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 23 Harapan Keberadaan Taman Kehati Kiara Payung sangat potensial dalam meningkatkan kualitas kehidupan khususnya bagi masyarakat yang tinggal di dekat kawasan ini. Selain memberikan jasa lingkungan yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan air untuk kebutuhan masyarakat, hasil alam dan keindahan sekitar kawasan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan taraf ekonomi daerah jika dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, misalnya sebagai kawasan ekowisata. Harapan kedepannya, Taman Keanekaragaman Hayati Kiara Payung tidak hanya sekedar kawasan perlindungan kehati dan wisata alam tetapi juga dapat menjadi pusat edukasi dan penelitian tentang keanekaragaman hayati Jawa Barat sehingga para generasi muda bisa turut serta peduli dan menjaga kekayaan alam yang berharga ini. * Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Mitigasi Bencana ** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub Bidang Konservasi Sumbar Daya Alam 24 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Anjangsana Kelompok Masyarakat Taman Kehati (Awinyawana) Foto : Kelompok Awinyawana, 2015 Track untuk mengelilingi kawasan Taman Kehati Kiara Payung Foto : Fitriyani, 2015 Siapkah Provinsi Jawa Barat Menghadapi Perubahan Iklim ? Drs. Tulus TH.Sibuea, M.Si * Bambang Yulianto ** Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 25 Indonesia secara resmi menjadi salah satu negara non-Annex I berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Konvensi Perubahan Iklim di Rio Tahun 1992. Indonesia tidak wajib menurunkan emisi GRK (Gas Rumah Kaca) tetapi memiliki konsekuensi wajib melaporkan sumber dan potensi GRK (tingkat emisi dan serapannya) serta kegiatan-kegiatan terkait perubahan iklim kepada UNFCCC dalam National Communication on Climate Change. Laporan ini mencakup inventori GRK nasional, langkah miitigasi, keadaan nasional yang mempengaruhi tingkat GRK, kerentanan terhadap perubahan iklim dan program adaptasi. Pemerintah telah menetapkan target penurunan emisi sebesar 26% (dengan pendanaan domestik) dan 41% (dengan tambahan pendanaan dari dukungan internasional) sebagai komitmen dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Pengurangan emisi Indonesia dilaksanakan secara sukarela dan jika dilakukan tanpa upaya penurunan atau biasa disebut business-as-usual (BAU) di tahun 2020 sebesar 2.95 Gt CO2e. Pemda Provinsi memiliki peran strategis dalam pencapaian target penurunan emisi 26%. Betapa pentingnya peran pemda provinsi melalui penerapan strategi pertumbuhan ekonomi karbon rendah sehingga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini juga perlu didukung oleh pemimpin-pemimpin pemerintah lokal yang berkomitmen untuk menciptakan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan. Provinsi Jawa Barat yang telah menyatakan sebagai Provinsi Hijau (Green Province) sehingga untuk pencapaiannya perlu melakukan terobosan-terobosan baru dari potensi aktivitas persektor yang ada di wilayah Jawa Barat untuk diformulasikan menjadi pembangunan aktivitas ekonomi rendah karbon. Untuk mencapai sebagai Provinsi Hijau setidaknya harus dilakukan tiga langkah yang perlu dilakukan. Pertama, memberi nilai berdasarkan fakta atas emisi GRK saat ini dan menyusun proyeksi pencapaian dimasa mendatang untuk provinsi; Kedua, menguraikan potensi volume emisi yang dapat dikurangi dan tindakan serta biaya terkait; Ketiga, mencari sumber-sumber baru pertumbuhan regional yang dapat memberikan penghidupan yang berkelanjutan tetapi menghasilkan emisi karbon lebih rendah. Siapkah Provinsi Jawa Barat? Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca merupakan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 63 ayat (2) huruf e dinyatakan bahwa provinsi bertugas dan berwenang menyelenggarakan inventarisasi gas rumah pada tingkat provinsi. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan 26 Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional kembali menegaskan tugas dan wewenang Gubernur dan Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan inventarisasi GRK. Profil Pemahaman Para Pemangku Kepentingan Tentang Dasar-Dasar Pelaksanaan Inventarisasi GRK di Daerah Uraian berikut merupakan pertanyaan-pertanyaan dan jawabannya yang diberikan kepada para responden pada workshop Dasar-Dasar Pengembangan Inventarisasi GRK. Jawaban Responden di klasifikasikan berdasarkan Bobot Nilai dari suatu pertanyaan, Jawaban dengan Nilai 100 , 75, 50, 25 dan 0 , kemudian di presentasikan ke responden yang menjawab pertanyaan. 1. Apa yang dimaksud dengan perubahan iklim? Identifikasi awal tentang tingkat pemahaman/ kapasitas responden mengenai iklim masih kurang dan beragam intepretasinya. Gambar grafik diatas memperlihatkan hanya 25% responden paham terhadap perubahan iklim (bobot jawaban 100) dan masih ada yang sama sekali tidak memahami mengenai perubahan iklim (22%). 2. Apakah merasakan adanya perubahan iklim dan apa penyebab perubahan iklim? Lebih dari setengah responden memahami dan mengetahui penyebab perubahan iklim walaupun berdasarkan jawaban yang diberikan responden cenderung hanya pada pemahaman tentang pencemaran udara. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 4. Apakah yang dimaksud dengan gas rumah kaca? 7. Apakah yang dimaksud dengan adaptasi perubahan iklim dan tindakan apa yang dapat dilakukan? Pertanyaan ini disampaikan dengan pilihan jawaban untuk mendapatkan gambaran teknis dari responden. Mendekati setengah dari responden memahami secara teknis gambaran tentang gas rumah kaca. 5. Mana yang merupakan kelompok gas rumah kaca? Jawaban responden dari pertanyaan ini 71 % benar sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa pengetahuan mengenai jenis-jenis gas yang masuk ke kelompok gas rumah kaca telah diketahui sebagian besar oleh responden. 6. Apakah yang dimaksud dengan mitigasi perubahan iklim dan tindakan apakah yang dapat dilakukan? Pemahaman responden terhadap aspek mitigasi perubahan iklim masih kurang dan menyamakan intepretasi mitigasi perubahan iklim dengan mitigasi bencana. Hal ini tergambar dari 40% responden memberikan jawaban yang salah. Pemahaman responden terhadap aspek adaptasi perubahan iklim masih kurang sama halnya dengan aspek mitigasi. Aspek adaptasi perubahan iklim masih diinterpretasikan dengan pemahaman penanganan bencana. Profil pemangku kepentingan tentang dasardasar pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca di daerah ini baru sebagian kecil untuk dapat digunakan dalam menjawab apakah Jawa Barat siap menghadapi perubahan iklim. Fenomena Perubahan Iklim yang sekarang telah terjadi global Saat ini perubahan iklim global bukan sekedar isu tapi merupakan permasalahan yang nyata. Kajian ilmiah memperlihatkan hasil bahwa kecenderungan peningkatan suhu rata-rata di permukaan bumi terus meningkat. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menyatakan tahun 2007 tercatat sejak tahun 1990 suhu rata-rata dunia telah meningkat sebesar 0,70 C. Perubahan suhu tersebut dipercaya sebagai akibat dari meningkatnya konsentrasi gas-gas seperti karbon dioksida (CO2), methane (CH4), dinitro oksida (N2O), sulfur heksaflorida (SF6), dan karbon tetraflorida (CF4) yang dikenal dengan gas rumah kaca (GRK) dalam jumlah yang berlebih di atmosfer. GRK yang berlebih di atmosfir teridentifikasi diproduksi oleh kegiatan industri, transportasi dan aktivitas manusia lainnya (antropogenic). Fenomena Perubahan Iklim Regional: Perubahan iklim akan memberikan dampak yang paling parah bagi masyarakat miskin dan kelompok dengan tingkat kerentanan tinggi. Umumnya, kelompok masyarakat tersebut memiliki keterbatasan sumber daya dan kapasitas dalam mempersiapkan dan merencanakan tindakan untuk merespon dampak yang ditimbulkan. Sering kali kelompok masyarakat tersebut memiliki ketergantungan tinggi terhadap iklim dalam memenuhi kehidupannya dan sangat rawan terhadap bahaya perubahan iklim yang terjadi. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 27 Perkembangan penduduk di kawasan perkotaan mengalami peningkatan pesat yaitu dari 3,2 milyar menjadi 4,9 milyar dalam tiga dekade terakhir. Begitu pula kota-kota di Asia mengalami peningkatan sekitar 60% dan yang menarik hampir 46% penduduk perkotaan Asia tumbuh dan berkembang di kota-kota kecil dengan ukuran di bawah 500.000 penduduk. Pesatnya pertambahan penduduk perkotaan akan memberikan pengaruh munculnya berbagai permasalahan seperti tingginya kepadatan penduduk di kawasan permukiman kumuh, tingginya perubahan fungsi lahan dari kawasan lindung menjadi lahan budi daya, terbatasnya akses terhadap sarana dan prasarana dan bertambahnya penduduk miskin perkotaan yang tinggal pada kawasan rawan bencana. Fenomena Perubahan Iklim Lokal: Indonesia memiliki curah hujan tinggi dan memiliki areal lahan kering yang cukup luas, yaitu mencapai hampir 105 juta hektar yang tersebar di pulau-pulau yang ada di Indonesia. Sebagian besar lahan kering tersebut tersebar di daerah hulu (Daerah Aliran Sungai) DAS yang memiliki intensitas hujan yang tinggi, sehingga memacu terjadinya erosi yang dapat mengurangi tingkat produktivitas lahan. Meskipun potensi tanahnya rendah, akan tetapi karena potensi keluasannya sangat besar sehingga bagaimanapun juga harus dipandang sebagai suatu asset daerah yang perlu diperhatikan dan dimanfaatkan. Selain itu, mengingat sebagian penduduk menggantungkan hidupnya pada usaha tani lahan kering maka diperlukan suatu terobosan teknologi dalam antisipasi perubahan iklim dengan penanganan dan pengelolaan lahan kering secara baik agar lingkungan- ekologis tidak rusak, berkelanjutan dan tercapai produktifitas dan daya dukung lahan tersebut sehingga tingkat ketersediaan pangan jangka panjang dapat dipenuhi. Perubahan iklim mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang erat kaitannya dengan pertanian, yaitu : 1. Peningkatan suhu udara di atmosfer mempengaruhi laju akumulasi fotosintesis bersih untuk kebanyakan tanaman tropis, terutama untuk tanaman C3 seperti kedelai, kacang tanah dan kentang, yang cenderung turun dengan meningkatnya suhu udara. 2. Kejadian iklim ekstrim (anomali), selain menurunkan produktivitas, pergeseran musim 28 dan peningkatan intensitas kejadian iklim ekstrim, terutama kekeringan dan kebanjiran, juga menjadi penyebab penciutan dan fluktuasi luas tanam serta memperluas areal pertanaman yang akan gagal panen, terutama tanaman pangan dan tanaman semusim lainnya. 3. Peningkatan permukaan air laut, dampak perubahan iklim yang lainnya adalah meningkatnya permukaan air laut yang menyebabkan berkurangnya luas lahan pertanian terutama di daerah pesisir, peningkatan permukaan air laut juga akan meningkatkan salinitas (kadar garam) tanah sekitar pantai yang bersifat racun pada tanaman. Proklim dan Aksi Lokal Program Kampung Iklim (ProKlim) merupakan salah satu upaya Pemerintah Indonesia untuk mendorong seluruh pihak dalam melaksanakan aksi nyata menghadapi perubahan iklim. Proklim diluncurkan oleh Menteri Lingkungan Hidup pada tanggal 24 Oktober 2011 dalam acara National Summit on Climate Change di DenpasarBali. Melalui pelaksanaan Proklim diharapkan pemahaman masyarakat mengenai perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya meningkat, sehingga terdorong melaksanakan upaya adaptasi yang dapat memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi perubahan iklim serta upaya mitigasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap pengurangan emisi GRK. Penghargaan Proklim diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup bagi lokasi dengan batasan wilayah administratif minimal setingkat RW/Dusun/Dukuh atau maksimal Keluruhan/Desa, dengan kriteria umum penilaian telah dilakukannya aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkesinambung serta keberadaan kelompok penanggung jawab kegiatan dan dukungan berkelanjutan baik mencakup aspek kebijakan/peraturan lokal dan kapasitas masyarakat. Lokasi ProKlim dapat diusulkan oleh berbagai pihak yang mengetahui informasi pelaksanaan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada lokasi tertentu. telah berjalan dengan baik dan memberikan manfaat. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa Barat Melalui Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim Disamping keindahan dan potensi sumberdaya alamnya, Jawa Barat mempunyai potensi kebencanaan baik bencana alamiah maupun akibat aktivitas manusia. Jenis-jenis potensi ancaman bahaya yang perlu diperhatikan di Jawa Barat adalah bahaya geologis seperti bahaya gempabumi, pergerakan tanah dan erupsi gunung api, bahaya akibat fenomena hidrometeorologis seperti hujan lebat yang menyebabkan banjir dan longsor. Iklim yang berubah juga memberikan dampak terhadap lingkungan. Pada Rencana Pembangungan Jangka Menengah Provinsi Jawa Barat (RPJMD), pengarusutamaan isu perubahan iklim telah dipertimbangkan dengan cermat. 1. Provinsi Jawa Barat yang telah menyatakan sebagai Provinsi Hijau (Green Province) sehingga untuk pencapaiannya perlu melakukan terobosan-terobosan baru dari potensi aktivitas per-sektor yang ada di wilayah Jawa Barat untuk diformulasikan menjadi pembangunan aktivitas ekonomi rendah karbon. 2. Greengrowth sebagai mesin pembangunan Jawa Barat dengan tiga pilar utama yang harus ditegakkan yaitu Strategi Greengrowth bukan “hanya” untuk “sektor” lingkungan. Lingkungan tidak diletakkan pada periferi pertimbangan penyusunan kebijakan tapi menjadi sentral dalam pengembangan kebijakan dan rencana di berbagai sektor pembangunan. Strategi Greengrowth merupakan Rencana Besar yang Terintegrasi (Integrated Grand Plan) yang disusun melalui proses kolaboratif antara berbagai instansi pemerintahan, industri, akademia, dan masyarakat sipil. Strategi Greengrowth harus menjadi pusat (center piece) pengembangan visi propinsi Jawa Barat menuju Green Province. 3. Political Will dari pimpinan daerah dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan yang mendukung terkait perubahan iklim. Beberapa kebijakan telah diterbitkan untuk mendukung program diantaranya adalah Proklim. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 29 Program Kampung Iklim (ProKlim) adalah program berlingkup nasional yang dikembangkan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dan seluruh pihak dalam melaksanakan aksi lokal untuk meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan pengurangan emisi GRK. Melalui pelaksanaan ProKlim, Pemerintah memberikan penghargaan terhadap masyarakat di lokasi tertentu yang telah melaksanakan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan. Pelaksanaan Proklim mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19/2012 tentang Program Kampung Iklim. ProKlim dapat dikembangkan dan dilaksanakan pada wilayah minimal setingkat Dusun/Dukuh/RW dan maksimal setingkat Desa/Kelurahan atau yang dipersamakan dengan itu. Tujuan Program Kampung Iklim adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya sehingga seluruh pihak terdorong untuk melaksanakan aksi nyata yang dapat memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi perubahan iklim serta memberikan kontribusi terhadap upaya pengurangan emisi GRK. Hal lain yang diharapkan dapat tercapai melalui pelaksanaan ProKlim adalah: 1. Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan adaptasi perubahan iklim, termasuk menjaga nilai-nilai kearifan tradisional atau lokal yang dapat mendukung upaya penanganan perubahan iklim dan pengendalian kerusakan lingkungan secara umum. 2. Menjembatani kebutuhan masyarakat dan pihak-pihak yang dapat memberikan dukungan untuk pelaksanaan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. 3. Meningkatkan kerjasama seluruh pihak di tingkat nasional dan daerah dalam memperkuat kapasitas masyarakat untuk melaksanakan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. 4. Menumbuhkan gerakan nasional adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui pelaksanaan kegiatan berbasis masyarakat yang bersifat aplikatif, adaptif dan berkelanjutan. 5. Mengoptimalkan potensi pengembangan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang dapat memberikan manfaat terhadap aspek ekologi, ekonomi dan * Kepala Sub Bidang Mitigas Bencana 30 pengurangan bencana iklim. 6. Mendukung program nasional yang dapat memperkuat upaya penanganan perubahan iklim secara global seperti gerakan ketahanan pangan, ketahanan energi, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pencapaian target penurunan emisi sebesar 26% pada tahun 2020 dibandingkan dengan jika tidak dilakukan upaya apapun. Manfaat Program Kampung Iklim meliputi: 1. meningkatnya ketahanan masyarakat dalam menghadapi variabilitas iklim dan dampak perubahan iklim; 2. terukurnya potensi dan kontribusi pengurangan emisi GRK suatu lokasi terhadap pencapaian target penurunan emisi GRK nasional 3. tersedianya data kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta potensi pengembangannya di tingkat lokal yang dapat menjadi bahan masukan dalam perumusan kebijakan, strategi dan program terkait perubahan iklim; 4. tersosialisasinya kesadaran dan gaya hidup rendah karbon; 5. meningkatnya kemampuan masyarakat di tingkat lokal untuk mengadopsi teknologi rendah karbon. Hal-Hal yang mendasar terkait Proklim : 1. Demografi,ekosistem dan ekologis yang beragam menjadikan upaya lokal aksi mitigasi dan adaptasi bersifat lokal dan beragam; 2. Aksi lokal mitigasi dan adaptasi akan selalu terikat dengan budaya lokal dan kearifan lokal yang berada di daerah rural; 3. Penciptaan peluang untuk pengembangan aksi lokal adaptasi dan mitigasi yang berorientasi pada ekonomi; 4. Pengembangan jejaring (networking) dan kemitraan dalam melengkapi dan pengembangan aksi dari antar lokasi; 5. Pengakuan melalui pemberian piagam penghargaan tidak hanya untuk lokasi yang berbasis kewilayahan tetapi juga diberikan kepada pendamping, pembina maupun tokoh penggerak lokal oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya; ** Adviser CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Revolusi Lingkungan untuk Mengembalikan Kealamian Lingkungan Eva Fandora, ST, MT * Ilvan Taufani ** K orea Selatan telah menjadi salah satu negara maju yang kecanggihan teknologinya tidak diragukan lagi. Dengan mudah kita dapat menemukan berbagai teknologi Korsel dalam membantu berbagai aktivitas kita sehari-hari. Peralatan rumah tangga seperti kulkas, mesin cuci, kompor atau televisi merupakan sebagian dari sekian banyak teknologi yang mendunia. Teknologi handphone Korsel bahkan jauh melesat, mengalahkan Jepang dan Swedia yang lebih dahulu menguasai pasar Handphone. Saat ini, kecanggihan teknologi Korsel telah menyaingi negara-negara maju sebelumnya seperti Jepang dan Eropa. Kecanggihan Korsel lainnya adalah keberhasilannya merubah lingkungan yang kotor, tercemar dan semrawut menjadi bersih, indah, sehat dan rapih tertata. Tentu saja perjuangan yang dilakukan oleh Korsel tidak dalam waktu yang sekejap dan tidak dengan biaya murah. Perlu waktu lebih dari 25 tahun untuk mencapai kualitas lingkungan seperti saat ini. Komitmen yang tinggi dari pemerintah, masyarakat, industri dan legislatif menghantarkan Korsel menjadi negara yang indah, dan menjadi destinasi favorit wisata dunia . Bersama dengan negara maju lainnya, Korea Selatan berkewajiban untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca. Karena itu, kebijakan pembangunan Korsel saat ini adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pada tahun 2008, Korsel mendeklarasikan ‘Low Carbon Green Growth Is A New National Growth Paradigm That Creat New Growth Engines And Clean Jobs’. Berlandaskan dasar pembanguna berwawasan lingkungan, maka pertumbuhan hijau dengan karbon rendah merupakan prinsip pembagunan Korsel. Dalam menerapkan kebijakannya, Korsel memiliki komitmen luar biasa. Waktu yang lama dan pendanaan yang besar tidak menjadi hambatan pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut. Sehingga, perlahan tapi pasti Korea Selatan telah berhasil dan menjadi contoh bagi banyak negara. Pertumbuhan Industri yang Menciptakan Pencemaran dan Kekumuhan Sepanjang sejarahnya, Korea adalah negara yang penuh dengan konflik. Jepang merupakan negara yang sering ‘mengobrak-abrik’ Korea, tak heran pada masanya Korea termasuk negara berkembang yang penuh dengan masalah. Namun Korea dapat mengatasi masalah tersebut, walupun pada akhirnya terbagi menjadi Korea Selatan dan Korea Utara. Jepang dan Amerika berperan penting terhadap kemajuan negara Korsel. Peninggalan infrastruktur, terutama dari Amerika merupakan modal pertama Korsel dalam mengembangkan industrinya. Amerika pun memberikan berbagai bantuan dan kemudahan bagi Korsel. Sehingga, pada tahun 1970an Korsel telah berhasil mengubah kegiatan industri yang bergantung pada impor dan bantuan asing menjadi industri yang berorientasi pada ekspor. Pemerintah memberikan berbagi kemudahan untuk meningkatkan indutri besar. Indusri baja dan kimia adalah industri besar dan mendasar yang kemudian menjadi prioritas, sehingga Korsel telah berhasil mengekspor produk industrinya. Peningkatan ekspor merupakan keberhasilan bagi Korsel, ekspor berperan penting terhadap pembangunan ekonomi Korsel sehingga mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Keberhasilan industri berorientasi ekspor memberikan manfaat pada perekonomian Korsel. Devisa yang dihasilkan. Dapat memperbaiki devisit neraca perdagangan akibat pemberlakukan industry substitusi impor. kedua, industri dasar menyediakan lapangan kerja untuk mengurangi penganguran. Perkembangan industri ekspor, meningkatkan kemampuan serta keterampilan teknologi kearah teknologi maju bagi Korea Selatan. Perkembangan Industri yang sangat pesat dengan kebutuhan akan sumberdaya dan energy yang terbatas tidak menghalangi Korsel untuk mengembangkan industrinya. Namun pada masa itu, tingginya aktivitas industri ternyata berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Polusi yang tinggi dan kerusakan lingkungan yang parah terjadi di mana-mana. Sungai menjadi tempat pembuangan sampah terpanjang. Industri dan domestik dengan bebas membuang limbahnya ke sungai. Karenanya, ikan dan makhluk air lainnya mati dan tidak bisa berkembang biak. Udara menjadi tidak sehat, karena polusi udara dan tingginya partikulat yang diakibatkan oleh pembakaran batu bara sebagai sumber energi utama industri. Industri memicu urbanisasi yang tinggi menciptakan daerah-daerah kumuh, terutama di bantaran sunga di kota-kota besar. Lingkungan yang kotor dan tercemar merupakan pemandangan yang biasa. Masyarakat hidup di lingkungan yang tidak sehat, pada musim kering kekurangan air terjadi di mana-mana dan pada musim hujan terjadi banjir yang banyak merugikan negara. Gambaran di atas adalah gambaran Korea Selatan pada tahun 1960-1980an. Walaupun sampai akhir tahun 2000 Korsel masih memiliki permasalahan banjir, namun upaya yang dilakukan sejak tahun 1960an memberikan hasil nyata saat ini. Gambar di bawah ini adalah kondisi lingkungan Kota Seoul pada tahun 1960an hingga tahun 1980an. Kota Seoul pada Tahun 1960-1980 (MOE, 2014) Restorasi Sungai menjadikan Lingkungan Alami Restorasi dan menjadi kebijakan utama Korsel Penetapan kebijakan lingkungan Korsel dalam pembangunan berwawasan lingkungan. telah dimulai sejak tahun 1960an, walaupun upaya Restorasi 4 sungai merupakan penerapan dari ini tidak tampak hasilnya dibandingkan kerusakan dasar kebijakan pemangunan Korsel yaitu Green dan pencemaran yang terjadi akibat pertumbuhan Growth dengan tiga tujuan utama, yaitu; Secure industri. Pada tahun 1977, mulai dilaksanakan water, keamanan terhadap sumber-sumber aksi pencegahan Polusi terhadap Lingkungan yang air; Prevent Flood, pencegahan terhadap hujan diikuti oleh aksi pengelolaan limbah dan koserdan banjir serta Environmental Improvement, vasi lingkungan. Dibawah ini adalah gambaran peningkatan kualitas air, mengembalikan ekoakumulasi kebijakan lingkungan yang diterapkan sistem perairan, membangun fasilitas terkait beserta besaran biayanya. dengan pengelolaan DAS. Ketiga fokus kebijakan Diawali dengan membangun aksi konsertersebut dilakukan sejak tahun 2009 sampai saat vasi sungai, kemudian dikembangkan menjadi ini dan telah menghabiskan dana sekitar 2.4 trilprogram Restorasi di 4 sungai utama secara liun Won. Sungguh komitmen yang luar biasa. terintegrasi, yaitu sungai Han, Nakdong, Geun dan Yeong San. Inilah yang terkenal dengan Proyek 32 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Perkembangan Kebijakan dalam pengelolaan sungai dan besaran pembiayaannya. Sumber : MOE, 2014 Teknologi dan science menjadi dasar penerapan kebijakan lingkungan Korsel, sehingga apa yang direncanakan dapat diimplementasikan dan memberikan hasil yang optimal. Ketiga fokus kebijakan di atas dijabarkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut, 1. Securing Water Resources and Preventing Floods, telah dibangun 16 weirs yang berfungsi untuk mengamankan air dalam jumlah besar, sekitar 800 juta m3 didesain berdasarkan landmark lokal, penghubung transportasi serta berfungsi sebagai pariwisata dan lingkungan; menguatkan tanggul-tanggul dan membangun bendungan-bendungan kecil sebagai upaya meningkatkan pengendalian banjir 2. Imporving Water Quality and Restorating Aquatic Ecosystem, meningkatkan fasilitas lingkungan dasar dengan mengoperasikan sebanyak 1.044 fasilitas lingkungan dasar untuk meningkatkan kualitas air (diantaranya, pengolahan limbah domestik,pertanian, industri dan sumber pencemar lainnya); menciptakan ekosistem lahan basah natural sebaganyak 136 area; restore ekosistem perairan, mengembangbiakan dan melepaskan ikan-ikan yang hampir punah. 3. Creating Watersheed Culture and Driving Local Growth; Membangun ruang publik baru disepanjang sungai (waterfront) sebagai fasilitas untuk rekreasi dan berolah raga; mengembangkan ruang bersepeda sepanjang 1.728 km di 4 sungai utama. Restorasi sungai merupakan kebijakan besar yang merupakan rangkaian dari kebijakan ‘spesifik’, diantaranya adalah, Total Pollution Load Management, Kebijakan ini merupakan upaya untuk menurunkan pencemaran dimulai dari sumber pencemar, hal utama yang dilakukan di Korsel. Parameter yang menjadi dasar penurunan pencemaran hanya pada 2 parameter utama yaitu BOD (Biologycal Oxygen Demand) : jumlah oksigen yang ada dalam perairan. Semakin besar nilai BOD maka semakin buruk kualitas air tersebut. Parameter kedua adalah T-P (Total Phospat) merupakan indikator pencemar biologi. Semakin tinggi T-P, maka tingkat pencemaran juga semakin tinggi. Lokasi penurunan beban pencemar dilakukan pada 4 large area, 117 medium area dan 850 small areas dengan mendesain target penurunan pencemar untuk setiap titik/point. Peraturan/perundangan terkait dengan lingkungan, ternyata tidak sebanding dengan meningkatnya pencemaran akibat tingginya aktivitas industrialisasi serta urbanisasi. Hal ini menyulitkan untuk keseimbangan antara standar kualitas air yang telah ditetapkan dan meningkatnya volume polutan yang masuk ke aliran sungai meskipun telah ditetapkan standar untuk setiap sumber pencemar. Sehingga, kemudian dilakukan jalan tengah untuk membedakan treatment satu daerah Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 33 Penanganan pencemaran dilakukan di setiap unit basin, dengan total polutan di setiap aliran sungai menurun tajam sebesar 60,4% pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2002. Mendorong pembangunan berwawasan lingkungan dan mencegah pembangunan yang sporadis. Ecological Stream Restoration Korsel telah melampui kondisi pemenuhan air bersih. Untuk itu, target pengelolaan lingkungan, khususnya untuk sungai, meningkat dari ensur- ing clean water to creating healthy water environment. Bukan lagi air besih yang menjadi tujuan, melainkan lebih tinggi lagi, yaitu menciptakan lingkungan perairan yang sehat. Beberapa tahapan kebijakan yang diterapkan dalam mencapai ecological stream Restoration, adalah : mengurangi pembangunan yang tak terencana dan mendorong pembangunan infrastruktur yang berwawasan lingkungan; membangun platform pengelolaan DAS dengan pendekatan keilmuan; pengembangan sumberdaya manusia dan organisasi serta riset and development project yang terus dikembangkan. Hal menarik lainnya, bahwa program restorasi, berbeda dari satu sungai dengan sungai lainnya. Berikut ini adalah beberapa perubahan yang terjadi dari proyek restorasi yang dilakukan. Hasil yang dicapai, dalam pelaksanaan ecologycal stream restoration, 1. Water quality improvement, Berkurangnya pencemar, meningkatnya kualitas air sehingga self purification alam meningkat; rata-rata pengurangan BOD di 35 aliran sungai sejak 2007-2009 sebanyak 50%. 2. Aquatic ecosystem restoration; Meningkatnya berbagai species dan menciptakan habitatnya, berbagai makhluk hidup yang tadinya hilang kemudian datang dan berkembang biak di daerah ini 3. Environmental Eefect; Temperatur perkotaan menurun, polusi air dan kebisingan terus berkurang 4. Eco-friendly-economic effect; Menciptakan pekerjaan, meningkatkan ekonomi lokal melalui peningkatan kualitas lingkungan ; terciptanya berbagai lokasi peristirahatan dan rekreasi Bagaimana dengan Jawa Barat? Sejarah Korsel dari keterpurukan menjadi negara maju, yang mengubah lingkungannya dari kotor dan tercemar menjadi indah, bersih dan sehat patut menjadi pembelajaran bagi negara-negara lain termasuk Indonesia, khususnya diJawa Barat. Pencapaian lingkungan seperti saat ini, tidak serta-merta didapat Korsel tetapi melalui proses panjang serta komitmen dari semua pihak, terutama pimpinan negara yang menjadi kunci keberhasilan dari program pengelolaan 34 lingkungan. Restorasi sungai yang dilakukan oleh Korsel telah diakui oleh dunia, salah satunya adalah pernyataan dari OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development) yang menyatakan bahwa Four major rivers restoration project is a good illustration of comprehensive water management, which drives green growth (OECD, 2012) dan UNEP juga menyetakan bahwa restorasi sungai merupakan positive case of govermental investment for restorating rivers. Restorasi sungai merupakan contoh ‘revolusi’ yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan. Rekayasa teknologi dilakukan pada ke 4 sungai dengan mengembalikan fungsi ekology dari setiap sungai. Pendekatan pengelolaan mempertimbangkan hasil ilmu pengetahuan. Sistem monitoring lingkungan secara on line dan penelitian terinci menjadi dasar utama dalam menetapkan kebijakan. Risert and Development menjadi hal mendasar yang terus dikembangkan dan menjadi landasan dalam pengelolaan lingkungan. Indonesia termasuk Jawa Barat dapat mengambil banyak pelajaran dari apa yang sudah dilakukan oleh Korea Selatan. Menetapkan kebijakan lingkungan tidak hanya dilihat dari satu aspek saja tetapi dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi. • • • Kebijakan lingkungan harus dimulai dari pimpinan dan menjadi komitmen bersama yang kemudian diterapkan oleh semua sektor. Disamping itu, lembaga yang menangani lingkungan diberikan kewenangan untuk menetapkan program/kebijakan yang berkaitan dengan perbaikan lingkungan secara penuh. Penanganan masalah lingkungan kemudian diselesaikan dengan berbagai aspek, seperti pemindahan permukiman kumuh, pengawasan buangan industri secara ketat, pembersihan sungai secara berkala dan membangun untuk mengembalikan ke alam. Untuk Jawa Barat, tidak bisa hanya dilakukan oleh instansi lingkungan hidup dan harus dilakukan oleh semua instansi terkait. Lingkungan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab kalangan industri dan masyarakat. Hal ini yang perlu terus dikembangkan di Indonesia termasuk di Jawa Barat. Termasuk dalam penegakkan hukum lingkungan, perlu dilakukan secara tegas dan pengawasan secara kontinyu, salah satunya adalah dengan pemantuan yang dilakukan secara on line. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 • Riset dan Development, menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan sehingga lembaga lingkungan perlu memiliki R and D. Saat ini, bagi Jawa Barat sebaiknya melakukan kerjasama dengan Perguruan tinggi dalam menetaplan R dan D untuk mendukung pemantauan/pengawasan dan penetapan kebijakan lingkungan. Korea selatan, seperti juga negara maju lainnya, pembangunan berwawasan lingkungan dimulai sejak negara mereka belum maju, sejak aktivitas industri mulai gencar dan sejak masyarakatnya tak terlalu menyadari akan pentingnya lingkungan yang sehat. Namun dengan kerja keras dan Kebijakan pembangunan yang berpihak kepada lingkungan, menjadikan negara-negara seperti Korsel menjadi unggul. Lingkungan yang bersih dan sehat ternyata meningkatkan perekonomian seperti yang dialami Korsel sekarang ini. Apa yang dialami Korsel, jelas terlihat bahwa pembangunan berwawasan lingkungan ternyata memberikan dampak berlipat terhadap perekonomian negara. Tak ada alasan bagi Indonesia termasuk Jawa Barat untuk menunda Before Pembangunan yang berpihak pada Lingkungan. Tak terbantahkan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan sejalan dengan pembangunan perekonomian. Untuk itu, pilihan ada pada kita semua, apakah akan memulai sekarang atau nanti? semua ada konsekuensinya... Daftar Pustaka; Hoon Kim, Byung.2014. Sustainable Water Management in Korea. Korea. .......2014. Advances in Water Quality Management : Monitoring and Prediction Water Quality Assessment Division National Institute of Environmental Research, Incheon, Korea. Korea Bae Kyum, Park. 2014. Introduction of Water Resource Management in Korea. National Institute of Environmental Research. MOE. Korea. http://id.wikipedia.org. *)Kasubag Perencanaan dan Program BPLHD Jabar **) Sedang menempuh pendidikan di Korea Selatan, staf Kementrian LHK After Sungai Cheonggyecheon Sebelum dan sesudah restorasi Sumber : http://greatecology.com/wp-content/uploads/2012/12/CheonggyecheonStream-Before-After1.jpg * Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Program ** Staff Kementrian KLHK Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 35 Aulia Novianti, S.STP * Annisa Septianti ** P erkembangan penduduk dunia dari tahun ke tahunnya semakin meningkat, tak terkecuali di Indonesia. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai 1,4 % tiap tahunnya (dilansir dari www.bps.go.id). Perkembangan penduduk ini tentu saja berpengaruh kepada semua aspek kehidupan yang ada. Selain berpengaruh terhadap kondisi Negara dan kondisi ekonomi, pertumbuhan penduduk pun berpengaruh terhadap kondisi lingkungan. Dalam aspek lingkungan hidup, misalnya saja masalah persampahan, tiap tahunnya kotakota di dunia menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar ton. Diperkirakan oleh Bank Dunia, pada tahun 2025, jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah . Semakin banyak penduduk yang ada, maka semakin bertambah pula penghasilan sampah yang akan diperoleh tiap tahunnya. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Petungsewu Wildllife Education Center, Jumlah sampah yang setiap hari dihasilkan oleh masyarakat Indonesia adalah sebanyak 11.330 Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan beserta rombongan meninjau lokasi tumpukan sampah di Sungai Cikapundung, Kampung Cijagra, Desa Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jumat(25/3/2016) 36 ton, jika diambil rata-rata maka per orang di Indonesia menghasillkan 0,050 Kg per hari. Jika jumah tersebut dikalikan satu tahun maka jumlah sampah yang diproduksi adalah sebanyak 4.078.800 ton, jumlah yang tentu saja dapat dikatakan banyak. Mengingat hal tersebut, seharusnya manajemen persampahan harus dikelola dengan baik. Sampah merupakan masalah yang nyata bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Namun pada kenyataannya, manajemen persampahan di Indonesia masih buruk, bayangkan saja di Indonesia angka pendaurulangan sampah masih termasuk rendah yakni di bawah 50 persen, kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya pun masih mengkhawatirkan. Tidak heran jika sampah masih sangat mudah ditemui di Indonesia, barangkali slogan “jangan buang sampah sembarangan” hanya wacana tanpa reaksi saja. Pekerjaan rumah yang sangat besar terkait sampah ini, rasanya diperlukan adanya upaya serius dalam pengolahan sampah dengan melibatkan modal social yaitu penyadaran masyarakat. Penyadaran masyarakat akan sampah setidaknya mampu mengubah perilaku masyarakat terhadap kebijaksanaan pengolahan sampah. Indonesia sendiri mencanangkan gerakan mengatasi sampah diantaranya adalah gerakan 3R (Reuse,Reduce,Recycle) dan Bank sampah. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap jumlah sampah yang dihasilkan oleh Indonesia, dengan begitu sampah yang terlihat sepert tumpukan-tumpukan yang menghasilkan bau tidak sedap dapat menghasilkan nilai ekonomis, tentu saja ketika pemilahan sampah dilakukan dengan baik seperti adanya pemisahan sampah kering dengan sampah basah. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Kesadaran terhadap pengolahan sampah dan kepedulian terhadap lingkungan yang kurang, pada akhirnya menimbulkan tumpukan sampah yang menggunung. Padahal sampah itu sendiri dapat menimbulkan kerugian-kerugian kepada masyarakat, seperti bau tidak sedap, menimbulkan penyakit-penyakit yang penyebarannya dapat melalui binatang seperti lalat, tikus dan anjing, dan secara estetika tumpukan sampah tidak dapat digolongkan menjadi pemandangan yang nyaman dipandang. Lebih jauh dari itu, tumpukan-tumpukan sampah tersebut ternyata bisa menimbulkan kematian. Seperti yang terjadi dalam tragedi longsornya sampah di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005 silam. Peristiwa longsor tersebut diawali oleh gas metan (CH4) dalam kadar tinggi yang terperangkap dalam timbunan sampah (anaerob) dan mendesak keluar, kemudian bersinggungan dengan udara hingga timbul ledakan. Ledakan inilah yang menyebabkan timbunan sampah yang sedari awal telah menggunung di TPA Leuwigajah pun mengalami longsor, berakibat pada terkuburnya rumah dan lahan pertanian warga sekitar. Tragedi ini memakan korban lebih dari 100 orang, Peristiwa tersebut memicu pemerintah untuk dicanangkannya Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati setiap tanggal 21 februari, terhitung mulai tahun 2006. Hari Peduli Sampah Nasional diharapkan mampu membuat masyarakat meningkatkan kepeduliannya terhadap lingkungan serta mencari solusi untuk sampah di wilayahnya masing-masing Sejauh ini, Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang selalu diperingati setiap tahunnya, kenyataannya banyak masyarakat Indonesia tidak tahu akan hari peduli sampah tersebut. Maka dari itu, pemerintah bersama komunitas melakukan aksi peduli sampah dengan mengkampanyekan aksi membuang sampah pada tempatnya (Jakarta, 21 Februari 2016). Aksi tersebut juga dihimbau kepada masyarakat untuk ikut serta dalam melakukan kerja bakti serentak di berbagai daerah. Sejalan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), Pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Indonesia Bersih (GNIB) sejak 2011 lalu. Salah satu targetnya adalah mewujudkan Indonesia bebas sampah pada 2020 nanti. Tanda pagar #indonesiabebassampah2020 pun turut serta melahirkan relawan peduli sampah dan aksi melawan sampah di Indonesia melalui media social. Menurut Sabar Ginting (Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Bidang Energi Bersih dan Terbarukan) indikator Indonesia bebas sampah adalah pengukuran timbunan sampah, bukannya tidak ada sampah sama sekali, hal tersebut mustahi jika melihat jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan jumlah industri yang juga semakin berkembang. Setidaknya mampu menguraikan dan melakukan bagaimana sampah-sampah yang menumpuk itu bisa dikelola. Seperti sampah organik jadi kompos, air limbah dikelola jadi air bersih, dan sejenisnya. Pencapaian visi Indonesia Bebas Sampah 2020 ini bertumpu pada konsep 3R: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (daur ulang). Gerakan Nasional Indonesia Bersih (GNIB), juga dilakukan pemerintah dengan cara menyebarkan seribu unit lokasi pembuangan sampah. Selain itu, kegiatan pengelolaan sampah yang sudah diterapkan yaitu adanya bank sampah. Pengembangan bank sampah meningkat 24 persen pada empat tahun terakhir ini. Meski dianggap kecil, gerakan bank sampah sudah menjadi landasan untuk melawan sampah. Seyogyanya gerakan bank sampah menjadikan sampah bernilai ekonomis, ramah lingkungan, dan berkelanjutan secara social. Demi Indonesia bebas sampah 2020, dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, Tuti (Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun KLHK) melakukan sosialisasi uji coba penerapan kantong plastik berbayar. Tujuannya agar masyarakat tidak mudah membuang kantong plastik, ada penghematan dalam penggunaannya dengan digunakan secara berulang-ulang. Sehingga Indonesia tidak lagi menjadi negara penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah Tiongkok. Menurut Riset Greeneration, organisasi nonpemerintah yang telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun. Di alam, kantong plastik yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem. Kantong plastic berbayar ini juga dilakukan pada 22 kota di Indonesia, yang nantinya diharapkan agar diterapkan di seluruh kota di Indonesia. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 37 Gerakan diet kantong plastic, dalam Surat Edaran bernomor S.1230/PSLB3-PS/2016 tertanggal 17 Februari 2016 ditetapkan harga kantong plastik yang harus dibeli masyarakat di tingkat peritel minimal Rp200. Nantinya, uang yang diambil dari pembayaran kantong plastic ini akan digunakan untuk kegiatan konservasi lingkungan. Cara lain yang dilakukan untuk mencapai Indonesia bebas sampah 2020 adalah memperbaiki program Adipura. Staff Ahli KLHK, Sabar Ginting, menilai bahwa pemerintah daerah yang telah mendapatkan piala adipura selama ini sepertinya tidak mendapatkan apresiasi atau penilaian lanjutan. Sejalan dengan itu, pemerintah sedang mengkaji pengukuran kinerja pemerintah daerah salah satunya berdasarkan berapa banyak peraih piala adipura. Jawa Barat sendiri belum memiliki konsistensi dalam masalah pengelolaan sampah. Tidak jarang ditemukan tumpukan-tumpukan sampah berada di tengah kota dan dibiarkan begitu saja dengan waktu yang lama. Akibatnya aroma bau tidak sedap menyebar kemanamana dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi siapa saja yang melihatnya. Sebenarnya masalah sampah ini tergantung kepada diri masing-masing warga Jawa Barat, menyangkut kepada kesadaran diri untuk tidak membuang sampah di sembarangan tempat. Masyarakat juga seharusnya memiliki kesadaran untuk memilah dalam proses pembuangan sampah. Dengan begitu, pemanfaatan dari sampah non organik bisa ditingkatkan. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Herawan, dalam melakukan peninjauan kondisi ke daerah sungai Cikapundung menyayangkan sikap masyarakat yang dengan sengaja membuang sampah ke sungai. Gubernur Jawa Barat, yang akrab disapa Aher ini, mengutarakan bahwa Pemerintah Provinsi bersama pemerintahan daerah akan melakukan penganggulangan masalah sampah secara maksimal (dilansir dari tribunjabar.co.id). Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat, Yod Mintaraga, mengatakan bahwa sampah merupakan masalah yang harus ditangani dengan serius dan sungguh-sungguh agar tidak lagi terjadi malapetaka seperti kejadian di Leuwi Gajah, Cimahi. Ia berpendapat bahwa dalam pengelolaan sampah harus menerapkan teknologi tinggi nan canggih seperti di negara-negara maju Amerika 38 dan Jerman. Tidak perlu jauh ke Amerika ataupun Jerman, Negara tentangga seperti singapura dan Malaysia pun sudah menerapkan teknologi tinggi yang tepat dalam pengelolaan sampah, sehingga sampah bukan lagi jadi permasalahan besar di Negara tersebut. Negara yang memiliki julukan Kota Singa ini, dalam permasalahan pengelolaan sampah, mereka mengolah sampah sehingga menjadi pembangkit listrik, diolah menjadi methanol lalu digunakan untuk menyuling air laut menjadi air minum. “Singapura saja bisa kenapa jabar tidak bisa” ucap anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat. Di Jawa Barat, Tempat Pembuangan dan Pengelolaan Akhir Sampah (TPPAS), merupakan hal yang harus dibenahi. Yod meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mengkaji betul penggunaan teknologi yang akan diterapkan di kedua TPPS tersebut. Menurutnya, teknologi yang akan diterapkan di kedua TPPS tersebut harus memiliki sejumlah kriteria, di antaranya teknologi yang digunakan merupakan teknologi ramah lingkungan dan berdaya guna, teknologi yang akan digunakan harus sudah teruji dan berpengalaman dalam pengolahan sampah skala besar, serta teknologi yang digunakan harus dapat meminimalisir dampak negatif terhadap masyarakat sekitar. tidak hanya persoalan lahan untuk pembuangan sampah. Selain itu, truk pengangkut sampah pun harus diperbarui. Pasalnya truk pengangkut sampah yang ada sekarang masih menggunakan bak terbuka sehingga ketika pemindahan sampah dari TPS ke TPA sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan menyengat. Alangkah baiknya jika truk pengangkut sampah itu dibuat dengan tertutup maka bau tidak sedap tidak akan menebar kemanapun. Menurut Yod, Pemerintah Provinsi Jawa Barat selain memiliki tugas membenahi TPPAS serta armada truk pengangkut sampah, masih memiliki pekerjaan rumah dalam mengubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yakni dengan dikeluarkannya perda soal sampah. Sehingga dengan itu, masyarakat seolah dipaksa untuk mengubah kultur agar tudak terlalu menghasilkan banyak sampah, dan memiliki sanksi yang jelas dalam pelanggaran peraturan perda tersebut. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 * Analis di Bagian Perencanaan dan Program Ube Model, Solusi Pelestarian Lingkungan di Kota Ube, Jepang Rani, ST * Irfan Fauzan. ST ** Sejarah Kota Ube Ube adalah sebuah kota industri yang terletak di Prefektur Yamaguchi, Jepang, dengan jumlah penduduk sekitar 172.000 jiwa dan merupakan kota ketiga terbesar di Prefektur Yamaguchi yang memiliki luas wilayah 280 km2. Banyak industri manufaktur berkembang di kota ini di antaranya industri semen dan kimia. Seperti halnya kota-kota di Jepang, Ube merupakan kota yang bersih, teratur, bebas sampah, dan ramah lingkungan. Namun, apa yang menjadikan Ube menjadi lebih spesial dibandingkan dengan kotakota lain di jepang? Tak lain adalah tindakan pelestarian lingkungan di kota ini melalui metode Ube Model. Ube Model merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara suka rela atas dasar keterbukaan informasi dan saling percaya di antara pihak bisnis, akademik, pemerintah, dan perwakilan masyarakat kota Ube. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah mencari solusi terhadap masalah lingkungan yang terjadi melalui diskusi hasil penelitian ilmiah. Hal ini dilakukan untuk mencegah polusi dan melindungi kesehatan masyarakat. Adapun yang melatarbelakangi lahirnya Ube Model adalah perkembangan industri pertambangan batu bara sebagai upaya peningkatan kondisi ekonomi masyarakat kota Ube, akibat Perang Dunia Kedua pada 1945. Pertambangan batu bara mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ube, yang pada masanya kesejahteraan masyarakat kota Ube dikenal sangat tinggi. Namun, hanya dalam jangka 5 tahun kondisi tersebut bisa bertahan karena pada 1950 Kota Ube telah menjadi kota dengan emisi debu terburuk di dunia. Asap hitam pabrik batu bara mengubah langit siang kota menjadi malam. Kota dikotori hujan abu seperti salju pada musim dingin dan banyak masyarakatnya terkena penyakit infeksi saluran pernapasan. Keterangan : Kompleks industri, Kota Ube Atas dasar kondisi tersebut, pada tahun yang sama, masyarakat kota membentuk sebuah komite yang dinamakan “Komite Pengendalian Emisi Debu Kota Ube”. Ada empat pihak yang terlibat dalam komite tersebut yang terdiri atas perwakilan warga, universitas (akademik), bisnis (industri) dan pemerintah. Komite ini kemudian dikenal dengan Ube Model. Pemikiran dasar dari Ube Model adalah melakukan diskusi berdasarkan penelitian ilmiah untuk mencari solusi dari permasalahan polusi udara. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 39 Komite ini melakukan penyelidikan berdasarkan fakta dari berbagai sumber polusi/pengukuran tingkat emisi debu serta melakukan penelitian epidimiologi secara statistik. Berdasarkan hasil penyelidikan dan penelitian tersebut terdapat beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan polusi udara tersebut, di antaranya: 1. pemasangan precipitator (penyaring udara) di setiap pabrik/industri; 2. adanya mobil penyiram air untuk mencegah emisi debu; dan 3. mendorong penanaman pohon. Setelah ketiga solusi tersebut dilaksanakan pada 1951, tingkat emisi debu menurun drastis. Pada penyelidikan dan penelitian, terdapat solusi untuk mengatasi permasalahan polusi udara tersebut, di antaranya: • peningkatan sistem pengawasan pabrik; • melaksanakan penanganan polusi dengan pemasangan peralatan desulfurisasi dan denitrifikasi. Seiring dengan semakin banyaknya permasalahan lingkungan di Kota Ube, pada 1970, komite tadi berganti nama lagi menjadi “Dewan Penanganan Polusi Udara Kota Ube”. Dewan ini melakukan penanganan secara komprehensif terhadap sumber polusi udara, kualitas air, dan kebisingan. Sejak 1980, selain polusi dari industri, berbagai masalah lingkungan semakin meluas, seperti polusi dalam kehidupan perkotaan dan masalah lingkungan global. Pada 1994, “Dewan Penanganan Polusi Udara Kota Ube” kemudian berganti nama menjadi “Dewan Lingkungan Kota Ube” sampai saat ini. Dewan ini melakukan penanganan sumber polusi dan masalah lingkungan global. Struktur Dewan Lingkungan Hidup Kota Ube adalah sebagai berikut. Pemasangan precipitator sebelum (kiri) dan (kanan) sesudah. Dewan Lingkungan Hidup Kota Ube terdiri atas 16 orang: 1951, emisi 55,86 t/km2/bulan dan pada 1960 2 orang dari perwakilan masyarakat, 7 orang menjadi 16,00 t/km2/bulan; terjadi penurunan dari perguruan tinggi, 4 orang dari pihak swasta/ emisi sampai sepertiganya. (Sumber: Ube Interindustri, dan 3 orang dari pemerintahan. national Environmental Cooperative Association Pada 1997, Kota Ube mendapatkan penghargaan (IECA)). The Global 500 Roll of Honor dari UNEP (the Tantangan komite dalam mengatasi United Nations Environmental Programme). permasalahan lingkungan di Kota Ube, masih Penghargaan tersebut diberikan kepada individual berlanjut dengan adanya revoluasi energi, yaitu dan organisasi yang memberikan kontribusi dalam perubahan konsumsi bahan bakar dari batu perbaikan dan perlindungan lingkungan hidup bara digantikan oleh minyak bumi. Pada 1964, melalui Ube Model; yang memberikan Kota Ube konsumsi batu bara sebagai bahan bakar mulai sebuah reputasi internasional. Penghargaan dari menurun karena digantikan dengan minyak bumi. UNEP tadi menunjukkan, bahwa semangat dan Dengan adanya pergantian tersebut, polusi udara metode Ube Model diharapkan bisa bermanfaat kembali menghantui Ube; berupa buangan dari bagi negara-negara berkembang yang menghadapi minyak bumi dalam bentuk gas sulfur dioksida. masalah pencemaran; terutama untuk Akhirnya, pada 1960, “Komite Pengendalian Emisi perlindungan dan perbaikan lingkungan. Sejalan Debu Kota Ube” berganti nama menjadi “Komite dengan hal tersebut, Kota Ube banyak berbagi Pengendalian Polusi Udara Kota Ube”. Komite pengalaman dan informasi mengenai Ube Model ini melakukan penanganan polusi udara sulfur dan teknologi pengendalian pencemaran; dengan dioksida dan juga melakukan penelitian dampak negara-negara lain yang mengalami permasalahan kesehatan secara berkelanjutan. Berdasarkan hasil pencemaran lingkungan; yaitu melalui sister city 40 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Upaya pengendalian polusi terus dilakukan oleh masyarakat Kota Ube melalui Dewan Lingkungan Kota Ube. Dalam rangka menguatkan komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan Kota Ube, diadakan perjanjian pelestarian lingkungan pada 2015. Perjanjian tersebut bersifat lebih ketat karena di dalamnya terdapat pengendalian emisi gas rumah kaca. Isi perjanjian tersebut, yaitu: 1. Menyepakati “bilangan” untuk tingkat udara, kualitas air, kebisingan, dan bau pada udara; 2. Pengurangan jumlah pembuangan limbah akhir sebesar 10% sampai 2021; 3. Pengurangan jumlah konsumsi bahan bakar sebesar 19 % sampai dengan 2021. Hingga 2016, perjanjian tersebut telah disepakati oleh 14 perusahaan. Dewan Lingkungan Kota Ube sangat aktif dalam menjalankan perannya yang dibuktikan dengan sering dilakukan pemeriksaan on the spot untuk pengecekan “bilangan” yang telah disepakati bersama dalam perjanjian pelestarian lingkungan. Pemeriksaaan tersebut mengenai aspek-aspek berikut. 1. Udara, memeriksa 7 fasilitas yang menghasilkan asap dan jelaga selama 1 tahun. 2. Kualitas air, memeriksa 46 saluran pembuangan air dua kali dalam setahun. 3. Kebisingan, memeriksa perbatasan area pabrik dua kali selama 1 tahun. 4. Udara dan bau, memeriksa 8 fasilitas yang mengeluarkan bau pada udara selama 1 tahun. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan “bilangan” yang melebihi kesepakatan, Dewan Lingkungan akan memberikan bimbingan kepada perusahaan untuk menemukan penyebab dan cara penanganannya. Saat ini, pengendalian pencemaran dan polusi di Kota Ube sudah ditangani dengan sangat baik. Masalah persampahan, kemudian menjadi fokus dalam pengelolaan lingkungan. Kota Ube mencoba untuk mengaktualisasikan masyarakat untuk terbebas dari pemanasan global dan masyarakat yang berorientasi pada daur ulang (recycling oriented society); dalam rangka menciptakan lingkungan hidup yang nyaman dan menyenangkan sebagai tempat tinggal. Upaya mengatasi masalah persampahan bukan hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan terjalin kerja sama solid antara pemerintah dan masyarakat. Masyarakat sangat berperan aktif dalam mendukung program pemerintah tersebut, di antaranya dalam pemanfaatan teknologi pengurangan sampah melalui pembangunan Recycle Plaza pada 1995. Bangunan tersebut merupakan suatu fasilitas canggih yang dibangun untuk pengelolaan sampah. Di dalamnya terdapat beberapa teknologi pemilahan yang mampu menjadikan sampah menjadi salah satu bahan baku yang kemudian bisa diproduksi sebagai produk baru. Selain itu, tersedia juga fasilitas edukasi sebagai tempat belajar, berbagi informasi, dan memahami teknologi pengelolaan sampah tersebut. Partisipasi masyarakat dalam mendukung program pemerintah, tentang penanggulangan masalah sampah, salah satunya dengan menjalankan program 3R (reuse-recycling-reduce); sebagai salah satu program dasar pemerintah untuk pengolahan limbah di tingkat rumah tangga. Melalui program 3R, pemerintah sangat terbantu dan dimudahkan dalam pemilahan dan pengangkutan sampah ke stasiun sampah yang selanjutnya diteruskan ke fasilitas Recycle Plaza. Di Recycle Plaza, sampah yang biasanya dibuang langsung di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), diolah kembali menjadi sampah yang tidak mudah terbakar dan sampah yang bisa didaur ulang. Sedangkan, sisa sampah lainnya akan dibuang ke TPA atau dihancurkan melalui incinerator. Sampah yang diolah di Recycle Plaza menjadi salah satu bahan baku untuk industri tertentu yang kemudian bisa menghasilkan profit bagi pemerintah setempat. Maket Recycle Plaza Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 41 Implementasi Ube Model di Jawa Barat Ube Model sangat berperan penting dalam pelestarian lingkungan di Kota Ube dan juga telah menjadi salah satu contoh keberhasilan suatu kota dalam mengatasi permasalahan lingkungan akibat pencemaran limbah industri. Kerja sama yang baik antara pemerintah, akademisi, masyarakat, dan pihak swasta/industri mampu memperbaiki serta melindungi masyarakat dari bahaya polusi dan pencemaran limbah yang dapat menggangu kesehatan manusia dan juga ekosistem alam. Jawa Barat sebagai provinsi dengan sektor industri berjumlah banyak dan tingkat pencemaran yang tinggi, hendaknya dapat mengadopsi Ube Model sebagai salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan yang tidak kunjung selesai. Jawa Barat dapat menerapkan Ube Model dalam pengelolaan lingkungan. Namun, ada beberapa catatan bagi Jawa Barat jika hendak menerapkan Ube Model, di antaranya adalah: 1. Perlunya implementasi regulasi yang tegas dalam pengambilan keputusan suatu kasus lingkungan. 2. Luasnya wilayah Jawa Barat sehingga proses pengawasan lebih sulit sehingga akan lebih baik jika model tersebut diterapkan dalam skala kota atau kabupaten. 3. Industri yang ada tidak terkonsentrasi dalam satu kawasan sehingga menyulitkan dalam proses pengawasan dan pengendalian beban pencemaran. 4. Pengembangan teknologi pengolahan limbah yang efisien dan efektif. 5. Komitmen antara pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan akademisi perlu diperkuat dalam upaya pengelolaan lingkungan. 6. Perlu ditingkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Poin-poin tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi pemerintah sebagai pelopor dalam upaya perbaikan dan perlindungan serta pelestarian lingkungan hidup di Jawa Barat. Penulis memiliki harapan besar agar Jawa Barat di masa depan akan lebih baik dalam pengelolaan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang nyaman dan layak untuk ditinggali oleh anak cucu kita kelak. Pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. * Penyusun Bahan Laporan Kegiatan pada Perencanaan & Program BPLHD Jabar ** Pemerhati Lingkungan 42 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 KANTOR BERBUDAYA LINGKUNGAN Sebagai Bentuk Mitigasi Terhadap Perubahan Iklim Ahmad Efrizal, ST, MT * Taufik Sulaiman, S.Kom ** K ebijakan Green Province juga mengedepankan penggunaan bio-energi, pengalokasian ruang untuk mendukung ketahanan pangan, dan penetapan lahan pertanian berkelanjutan. Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga telah merancang pembangunan berkelanjutan menuju masyarakat rendah karbon, antara lain penerapan green building (kantor berbudaya lingkungan) di lingkungan sekolah, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya. Dengan upaya pencapaian Green Province, setiap kebijakan dan strategi yang dilakukan oleh Provinsi Jawa Barat harus mendukung perwujudan semangat Green Province. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 43 Perubahan Iklim Isu perubahan iklim telah menjadi perhatian baik di tingkat internasional, maupun regional, nasional, dan lokal. Berbagai kejadian terkait dengan kondisi iklim yang tidak menentu; seperti banjir, kekeringan, longsor, gelombang tinggi, dan peningkatan muka air laut; semakin sering terjadi dengan intensitas yang semakin meningkat sehingga menimbulkan korban jiwa serta kerugian ekonomi dan ekologi. Kondisi tersebut perlu disikapi dengan memperkuat aksi nyata di tingkat lokal untuk berkontribusi terhadap upaya mitigasi dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) serta upaya adaptasi untuk meningkatkan kapasitas seluruh pihak dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Aksi nyata adaptasi dan mitigasi perubahan iklim menjadi bagian tidak terpisahkan dari penerapan strategi pembangunan rendah karbon dan tahan perubahan iklim yang perlu terus dikembangkan dan diperkuat pelaksanaannya. Guna mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui kebijakan Green Province tidak hanya seputar penetapan 45% kawasan lindung, melainkan juga kepada penekanan, bahwa aktivitas apa pun harus dilakukan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan. IPCC Assessment Report Kontribusi emisi CO2 di sektor bangunan merupakan penyumbang terbesar dibanding sektor industri dan transportasi; dengan konsumsi energi dalam bangunan mencapai 30-40%. Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) adalah salah satu upaya efektif untuk mewujudkan efisiensi penggunaan sumber daya, sekaligus menjadikan suatu komunitas ramah lingkungan. KBL sangat penting keberadaannya karena merupakan bagian dari salah satu kegiatan pengurangan efek pemanasan global. Perkantoran yang jumlahnya sangat banyak terutama di perkotaan berkontribusi cukup signifikan 44 terhadap penurunan kualitas lingkungan. Kantor sering juga disebut sebagai the Greedy Giant (Raksasa yang Rakus) karena setiap harinya bisa menghabiskan kertas, air, listrik, bahkan menimbulkan limbah domestik yang mencemari lingkungan. Hal inilah yang menuntut perlunya segera diterapkan konsep Kantor Berbudaya Lingkungan. Kegiatan KBL difokuskan pada efisiensi barang dan peralatan, efisiensi energi listrik dan BBM, efisiensi air baku dan air minum, penanganan limbah padat maupun cair, pengelolaan gedung dan fasilitas kantor, pengelolaan ruang terbuka hijau, dan pengelolaan kendaraan dinas. Penerapan KBL sejalan dengan Inpres Nomor 2 Tahun 2005 tentang Penghematan Air dan Listrik. Begitu pula dengan salah satu rekomendasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi Pemerintah Kota seIndonesia (APEKSI) pada Rakernasnya di Bandung beberapa waktu lalu yang mendorong upaya pengelolaan kantor peduli lingkungan (Kantor Berbudaya Lingkungan). Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga merancang Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis; antara lain untuk revitalisasi wilayah DAS prioritas yang ada di Provinsi Jawa Barat. Dengan upaya pencapaian untuk penanggulangan efek pemanasan global dan rehabilitasi lahan kritis, setiap kebijakan dan strategi dalam perencanaan wilayah provinsi Jawa Barat diharapkan bisa mendukung perwujudan semangat Green Province. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Source: U.S. Energy Information Administration, 2007 Builing Energy Data Book. Visi, Misi, dan Tujuan Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) merupakan refleksi kebijakan kantor yang menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dalam upaya menciptakan lingkungan bersih, indah, nyaman, dan sehat yang melibatkan seluruh aktivitas sistem. Sementara itu, KBL merupakan program yang melibatkan setiap personel kantor (PERILAKU) untuk berperan ak tif dalam kegiatan mewujudkan lingkungan kantor yang bersih dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya alam dan energi secara berkelanjutan. Sedangkan, SML adalah sebuah siklus yang berkelanjutan dari perencanaan, pelaksanaan, pengkajian ulang, dan perbaikan langkah yang diambil oleh organisasi untuk mencapai kesesuaian dengan peraturan perundangan lingkungan. SML menyediakan keinginan dan konsistensi organisasi untuk mengarahkan perhatian lingkungan kepada pengalokasian sumber daya, pembagian tanggung jawab, dan evaluasi berkelanjutan dari penerapan, proses, dan prosedur. Visi KBL Visi Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) adalah melakukan pengelolaan lingkungan untuk seluruh aktivitas yang dilakukan di dalam kantor, mulai dari pegawai hingga seluruh aktivitas untuk mewujudkan Jawa Barat sebagai Green Province. Misi KBL Misi dari Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) adalah sebagai berikut. 1. Menciptakan lingkungan perkantoran di Jawa Barat dan sekitarnya bersih, indah, nyaman, dan menyehatkan; 2. Menjadikan individu dan tamu betah di dalam dan di lingkungan kantor; 3. Memberikan teladan bagi masyarakat tentang kepedulian dan tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan yang bersih, indah, nyaman, dan sehat; 4. Merangsang tumbuhnya kantor-kantor agar peduli lingkungan di lokasi kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran. Tujuan KBL Tujuan Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) adalah: 1. Menciptakan lingkungan perkantoran di Jawa Barat yang bersih, indah, dan nyaman serta menyehatkan dengan jalan pengendalian penggunaan sumber daya dan pencemaran; 2. Meningkatkan ektifitas efisiensi dengan jalan menghindari pemborosan biaya dan pemakaian air, bahan bakar, dan listrik; 3. Mewujudkan terlaksananya pemerintahan yang selalu memperhatikan masalah lingkungan dalam segala hal kegiatan (good environmental governance). Konsep Kantor Berbudaya Lingkungan Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL)/Eco-Office merupakan refleksi kebijakan kantor yang menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dalam upaya menciptakan lingkungan bersih, indah, nyaman, dan sehat yang melibatkan seluruh aktivitas. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 45 Strategi Penerapan Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) Kantor Berbudaya Lingkungan (KBL) menggunakan dasar-dasar Sistem Manajemen Lingkungan (SML); di mana setiap perencanaan atau desain pelaksanaan kegiatan memiliki target yang dicapai atas dasar pertimbangan kelestarian lingkungan hidup. Penerapan pelaksanaan KBL harus memiliki sistem yang sinambung sebagai suatu siklus dinamis pada periode waktu yang terukur. Dalam strategi KBL yang akan diterapkan adalah mengacu pada konsep plan-do-checkaction (PDCA) atau perencanaan-pelaksanaanpemeriksaan/verifikasi-aksi. Tingkat perkembangan dan kemajuan dari semua aspek kehidupan saat ini diikuti dengan berbagai dampaknya, baik positif maupun negatif yang bermuara ke arah kerusakan dan kehancuran tatanan kehidupan. Perkembangan di era globalisasi yang berorientasi pada konsentrasi peningkatan ekonomi, salah satunya berupa pembangunan wilayah perkantoran untuk berbagai sektor. Data Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat menunjukkan, bahwa dari luas total wilah Provinsi Jawa Barat 35.377,76 km2 (Permendagri Nomor 66 Tahun 2011), persentase jumlah sektor perdagangan, hotel, dan perkantoran sebesar 22.5%; sedangkan sektor manufaktur sebanyak 36.72%. Dari hasil statistik tersebut dapat dilihat, sokongan perekonomian Jawa Barat didominasi dari sektor-sektor tersebut dan kontribusi pencemaran paling besar, juga bersumber dari sektor-sektor tersebut. Masalah lingkungan menjadi marak dan terdapat di berbagai wilayah di Jawa Barat. Masalah tersebut di antaranya berupa ledakan penduduk akibat urbanisasi yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan ketidakseimbangan lahan; merupakan akibat langsung dari pembangunan yang tidak sesuai dengan daya dukungnya. Dari aspek-aspek masalah tersebut, terjadilah turunannya seperti pencemaran udara, sampah, dan pemanasan secara global (global warming).[] * Kehumasan dan IT Pada Sub Bagian Kepegawaian dan Umum BPLHD Provinsi Jawa Barat ** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub Bagian Perencanaan dan Program BPLHD Provinsi Jawa Barat 46 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Energi Terbarukan Melalui Gelombang Laut Sandhi Kurniawan, ST.* Salah satu potensi laut dan samudera yang belum banyak diketahui masyarakat umum adalah potensi energinya untuk menghasilkan listrik. Negara yang melakukan penelitian dan pengembangan potensi energi tersebut adalah Inggris, Prancis, dan Jepang. Gelombang laut disebabkan oleh angin yang bertiup di atas permukaan laut. Di beberapa wilayah di dunia anginnya cukup konsisten dan kuat untuk menghasilkan gelombang besar secara terusmenerus. Gelombang besar air laut adalah sumber energi. Energi yang dihasilkan memiliki potensi besar sebagai sumber energi terbarukan signifikan di beberapa bagian dunia di tahuntahun mendatang. Energi yang berasal dari laut (ocean energy) dapat dikategorikan menjadi tiga macam: 1. energi ombak (wave energy), 2. energi pasang surut (tidal energy), 3. hasil konversi energi panas laut (ocean thermal energy conversion). Prinsip sederhana dari pemanfaatan ketiga bentuk energi tersebut: memakai energi kinetik untuk memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik. Tulisan ini terlebih dahulu akan membahas tentang energi ombak (wave energy). Energi gelombang laut memiliki potensi yang sangat besar karena dapat menghasilkan sejumlah besar energi. Sumber daya gelombang laut yang bermanfaat diperkirakan lebih besar dari 2 Tera Watt. Energi gelombang memiliki keuntungan dalam prediktabilitasnya. Banyak orang tidak tahu, bahwa gelombang laut sangat bisa diprediksi karena gelombang yang disebabkan oleh angin dapat diprediksi lima hari sebelumnya. Energi ombak Ombak dihasilkan oleh angin yang bertiup di permukaan laut. Sesungguhnya, ombak merupakan sumber energi yang cukup besar. Namun, untuk memanfaatkan energinya tidaklah mudah; terlebih lagi mengubahnya menjadi listrik misalnya, dalam jumlah yang memadai. Inilah penyebab, jumlah pembangkit listrik tenaga ombak yang ada di dunia sangat sedikit. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 47 Salah satu metode yang efektif untuk memanfaatkan energi ombak dengan membalik cara kerja alat pembuat ombak yang biasa terdapat di kolam renang. Pada kolam renang dengan ombak buatan, udara ditiupkan keluarmasuk ke sebuah ruangan di tepi kolam yang kemudian mendorong air sehingga bergoyang naik-turun menjadi ombak. Pada dasarnya, prinsip kerja teknologi yang mengonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator. Karena itu, sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan akumulasi energi tersebut. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi optimal dalam mengonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih. Ada tiga cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu: 1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasional pengapung 2. Kolom air yang bergetar (oscillating water column/OWC): listrik dibangkitkan oleh naikturunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik-turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa yang akan menggerakkan turbin. 3. Wave surge. Peralatan ini biasa disebut sebagai tapered canal (kanal meruncing atau sistem tapchan) yang dipasang pada sebuah struktur kanal dan dibangun di pantai untuk mengonsentrasikan gelombang, kemudian mengalirkan gelombang tersebut ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air mengalir keluar dari kolam penampung ini yang akan digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar hydropower. Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang lebih banyak dikembangkan adalah teknik osilasi kolom air; seperti ditunjukkan oleh bagan berikut. Sistem Kerja Teknik Osilasi Kolom Air Proses pembangkit tenaga listrik dengan teknologi osilasi kolom air melalui dua tahap. Gelombang laut yang datang menekan udara pada kolom air yang kemudian diteruskan ke kolom atau ruang tertutup yang terhubung dengan turbin generator. 48 Skema Oscillating Water Column Tekanan tersebut menggerakkan turbin generator pembangkit listrik. Sebaliknya, gelombang laut yang meninggalkan kolom air; diikuti oleh gerakan udara dalam ruang tertutup yang menggerakkan turbin generator pembangkit listrik. Energi yang dihasilkan dapat dikonversikan menjadi listrik dalam dua kategori, yaitu off-shore (lepas pantai) and on-shore (pantai). Kategori lepas pantai dirancang pada kedalaman sekitar 40 meter dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck yang diciptakan Stephen Salter (seorang berkebangsaan Skotlandia) yang berhasil memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa energi. Sedangkan, sistem osilasi kolom air memanfaatkan gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar (external hull) dan bandul di dalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi listrik. Sementara itu, peralatan yang digunakan adalah pipa penyambung ke pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan gelombang. Naik-turun pengapung berpengaruh pada pipa penghubung yang selanjutnya menggerakkan rotasi turbin bawah laut. Kelebihan dari pembangkit listrik ini: • Energi bisa diperoleh secara gratis. • Tidak membutuhkan bahan bakar. • Tidak menghasilkan limbah dan ramah lingkungan. • Mudah dioperasikan. • Biaya perawatan rendah. • Menghasilkan energi dalam jumlah yang memadai. ** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub Bagian Perencanaan dan Program BPLHD Provinsi Jawa Barat Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Salah satu pembangkit tenaga Gelombang Laut, The Limpet, yang merupakan OWC terletak di pantai Islay , Skotlandia , saat ini beroperasi sebagai prototipe di 75kW . Namun, fasilitas ini mampu bekerja pada kapasitas penuh dari 500kW Sedangkan kekurangan dari pembangkit ini, yaitu: • Bergantung keberadaan ombak sehingga kadang menghasilkan energi, kadang pula tidak. Artinya, pembangkit tenaga ini tidak pasti dapat digunakan (tidak fleksibel). • Perlu menemukan lokasi yang sesuai di mana terdapat ombak yang kuat dan muncul secara konsisten. • Membutuhkan alat konversi yang andal yang mampu bertahan dalam kondisi lingkungan laut yang keras antara lain akibat tingginya tingkat korosi dan kuatnya arus laut. Dampak Lingkungan Dampak lingkungan oscillating water column (OWC) tidak menjadi masalah besar seperti perangkat terbarukan lainnya yang dipasang di laut dan tentu lebih bersih daripada non-energi terbarukan. Sebuah Life Cycle Assessment dari OWC berhasil menghitung, bahwa emisi karbon yang dihasilkan lebih dari 25 tahun. Termasuk konstruksi, instalasi, operasi, dan dekomisioning; yang akan menjadi 24 gram karbon dioksida (Oceanlinx,2012). Selain itu, OWC tidak memiliki bagian bergerak di bawah air yang berarti, tidak ada organisme yang akan terjebak dalam turbin. Beberapa isu yang telah dibahas menganggap aspek visualnya di lepas pantai atau darat akan merusak pemandangan dan menghasilkan polusi suara karena bising. Namun, jika diletakkan di laut dalam, akan cukup jauh di lepas pantai sehingga tidak bisa dilihat, bahkan didengar. OWC sendiri bisa beroperasi sebagai terumbu karang buatan untuk meningkatkan spesies laut di suatu daerah. Simpulan Pembangkit Listik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) cocok untuk diterapkan di Indonesia. Selain karena Indonesia memiliki pantai yang memanjang, pembangkit ini lebih ekonomis, juga mampu menghasilkan energi yang besar dan ramah lingkungan. Namun, keberadaannya perlu dukungan semua warga Indonesia. Terutama pemerintah, terkait pengembangan teknologi PLTGL, agar mampu dihasilkan pembangkit yang baik dan awet digunakan mengingat tingginya korosi di laut.[] Daftar Pustaka : Hardito RM., Kurniawan Rezza, Prasetyadi Carolus. 2012. Energi Ombak Sebagai Energi Terbarukan Yang Berpotensi di Pantai Parang Rancuk, Wonosari, D.I. Yogyakarta Menggunakan Perangkat Oscillating Water Column: Sebagai Analogi Energi Ombak Yang Berpotensi di Indonesia. Teknik Geologi UPNYogyakarta. Indonesia Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 49 Mengenal Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Ardian Fadhli, S,Si * Latar Belakang Kualitas lingkungan hidup Indonesia merupakan salah satu isu yang sangat penting di tengah meningkatnya tekanan yang berpotensi mengubah kondisi lingkungan, baik sebagai dampak pertumbuhan ekonomi maupun akibat peningkatan jumlah penduduk. Dalam perdebatan akan kualitas lingkungan hidup, satu hal yang sering kali sulit dijawab secara lugas, berdasarkan data-data yang ada: apakah kualitas lingkungan hidup Indonesia berada dalam kategori baik, sedang, atau buruk? Selama ini, data kualitas lingkungan hidup hanya diperoleh melalui proses laboratorium atau pun sarana berbasis teknologi, misalnya citra satelit. Hal ini sangat menyulitkan bagi masyarakat awam untuk memahami bilangan hasil pengukuran karena diperlukan latar belakang berbasis keilmuan teknis. Selain itu, indikator lingkungan hidup diukur secara parsial berdasarkan media seperti air, udara, dan lahan sehingga sulit untuk mendapatkan gambaran yang dapat mewakili kondisi lingkungan hidup secara utuh dan menyeluruh. Sementara itu, pemahaman akan kualitas lingkungan hidup sangat penting untuk mendorong semua pemangku kepentingan (stakeholder) dalam melakukan aksi nyata perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkepentingan untuk mempermudah masyarakat awam dan para pengambil keputusan, mulai dari Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, untuk memahami kualitas lingkungan hidup Indonesia. Oleh karenanya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengembangkan suatu indeks lingkungan berbasis provinsi sejak 2009 yang memberikan simpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada periode tertentu. Indeks ini diterjemahkan dalam bilangan yang menerang- 50 kan: apakah kualitas lingkungan berada pada kondisi baik atau sebaliknya. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan DANIDA (Danish International Develompment Agency) sebuah lembaga kemanusiaan di bawah Kementerian Luar Negeri Denmark) yang menunjuk tim konsultan untuk menyusun indeks kualitas lingkungan tadi pada 2009. Tim konsultan tersebut kemudian mengajukan konsep yang merupakan adopsi dari EPI. Selain itu, BPS (Badan Pusat Statistik) juga sejak 2008 telah mengembangkan indeks kualitas lingkungan perkotaan. Dari berbagai seminar yang diadakan oleh BPS dan Focus Discussion Group (FGD) yang diadakan oleh KLH bekerja sama dengan DANIDA, akhirnya diputuskan untuk mengadopsi konsep indeks yang dikembangkan oleh BPS dan VCU (Virginia Commonwealth University) yang dimodifikasi. Konsep IKLH (indeks kualitas lingkungan hidup) yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil tiga indikator kualitas lingkungan, yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan. Berbeda dengan BPS, IKLH yang dihitung pada tingkat provinsi kemudian menghasilkan indeks tingkat nasional. Perbedaan lain dari konsep IKLH yang dikembangkan oleh BPS dan VCU adalah setiap parameter pada setiap indikator digabungkan menjadi satu nilai indeks. Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada ketentuan yang mengaturnya, yaitu: 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur tata cara penghitungan Indeks Pencemaran Air (IPA). 2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Pencemar Udara (IPU). Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 IKLH merupakan alat untuk mengukur kualitas lingkungan hidup di suatu daerah, di mana tujuan penyusunannya adalah: • memberikan informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat pusat dan daerah tentang kondisi lingkungan di daerah sebagai bahan evaluasi kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; • sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang pencapaian target programprogram pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Pada IKLH 2009 hingga 2011 dilakukan penyempurnaan agar lebih mencerminkan kondisi senyatanya di lapangan. Hal yang disempurnakan adalah perubahan titik acuan dan metode perhitungan. Sebagai pembanding atau target untuk setiap indikator adalah standar atau ketentuan yang berlaku berdasarkan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti ketentuan tentang baku mutu air dan baku mutu udara ambien. Selain itu, dapat digunakan juga acuan atau referensi universal dalam skala internasional untuk mendapatkan referensi ideal (benchmark). Pada IKLH 2012, struktur IKLH relatif sama dengan sebelumnya, yaitu terdiri dari tiga indikator tetapi ada perubahan dalam pembobotan. Hal ini mengingat perlu adanya keseimbangan antara indikator yang mewakili green issues (isu hijau) dan brown issues (isu coklat). Isu hijau adalah pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani aspekaspek konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Isu hijau seharusnya memiliki kontribusi yang sama terhadap IKLH. Namun, karena hanya diwakili satu indikator, yaitu tutupan hutan, bobotnya lebih besar dibandingkan indikator lainnya. Sedangkan, isu coklat menangani isu pencemaran lingkungan hidup yang pada umumnya berada pada sektor industri dan perkotaan. Indikator udara dan air yang mewakilinya memiliki bobot sama. Nilai IKLH Indonesia setiap provinsi pada 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini. Nilai IKLH Indonesia setiap provinsi pada 2014 Sumber: IKLH Indonesia 2014 Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 51 Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup untuk provinsi diukur dari indeks pencemaran air sungai (IPA), indeks pencemaran udara (IPU), dan indeks tutupan lahan (ITH). Dari ketiga parameter tersebut dapat dihitung IKLH Provinsi dengan formula berikut. IKLH=(30%×IPU)+(30%×IPA)+(40%×ITH) a. Indeks Pencemaran Air Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran (Pollution Index–PI). Pada prinsipnya nilai PIj > 1 memiliki arti, bahwa air sungai tidak memenuhi baku peruntukan air (j). Dalam hal ini, mutu air kelas II. Perhitungan indeks kualitas air dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut : • Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai satu sampel; • Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform; • Hitung persentase jumlah sampel yang memiliki nilai PIj > 1, terhadap total jumlah sampel pada tahun yang bersangkutan. Kemudian, melakukan normalisasi dari rentang nilai 0% – 100% (terbaik – terburuk); jumlah sampel dengan nilai PIj > 1 menjadi nilai indeks dalam skala 0 – 100 (terburuk – terbaik). Setiap provinsi diwakili oleh satu sungai yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut. 1. Sungai tersebut lintas provinsi. 2. Sungai prioritas untuk dikendalikan pencemarannya. Pemantauan setiap sungai paling sedikit dilakukan empat kali setahun pada tiga lokasi sehingga setidaknya ada 12 sampel (data) kualitas air sungai setiap tahunnya. b. Indeks Pencemaran Udara (IPU) Pengukuran kualitas udara yang dilak ukan sebanyak empat kali per tahun dianggap mewakili kualitas udara tahunan untuk setiap parameter. Nilai konsentrasi tahunan setiap parameter adalah rata-rata dari nilai konsentrasi setiap triwulan. Selanjutnya, nilai konsentrasi rata-rata tersebut dikonversikan menjadi nilai indeks dalam skala 0 – 100 untuk setiap ibukota provinsi. Formula untuk konversi tersebut adalah: IPNO2={-0,2 x (0,177 x KonsentrasiNO2 ) }+100 IPSO2={-0,2 x (0,625 x KonsentrasiSO2 ) }+100 Perhitungan nilai indeks pencemaran udara (IPU) dilakukan dengan formula sebagai berikut: IPU= (IPNO2+IPSO2) / 2 c. Indeks Tutupan Hutan (ITH) Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam ekosistem. Selain berfungsi sebagai penjaga tata air, hutan juga memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim, dan tempat tumbuh berbagai plasma nutfah yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan dan data dari Program Menuju Indonesia Hijau (MIH), hutan terbagi atas hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang belum mendapatkan gangguan atau sedikit sekali mendapat gangguan manusia. Sedangkan, hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan (hutan) yang telah mengalami gangguan berat, seperti lahan bekas pertambangan, peternakan, dan pertanian menetap. Untuk menghitung Indeks Tutupan Hutan (ITH) yang pertama kali dilakukan adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder untuk setiap provinsi. Kemudian, nilai indeks didapatkan dengan formula: 52 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 ITH=(LHP+LHS)/LKH dengan ITH = Indeks Tutupan Hutan, LHP = Luas Hutan Primer, LHS = Luas Hutan Sekunder, dan LKH = luas kawasan hutan (berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan). Gambaran IKLH Jawa Barat 2015 Setiap provinsi diwakili oleh beberapa sungai yang dipilih berdasarkan kriteria: apakah sungai tersebut lintas provinsi atau sungai prioritas untuk dikendalikan pencemarannya. Dalam hal ini, di Jawa Barat sungai Ciliwung, Cisadane, Citanduy, dan Citarum mewakili kriteria tersebut. Kualitas air sungai dipantau pada beberapa titik; di mana pemantauan dilakukan pada empat periode selama tahun 2015. Hasil perhitungan Indeks Pencemaran Air Sungai Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Data kualitas udara didapatkan dari pemantauan di 8 kab/kota; di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan metode passive sampler. Pemantauan dilakukan empat kali per tahun di lokasi-lokasi yang mewakili daerah permukiman, industri, dan padat lalu lintas kendaraan bermotor. Sedangkan, parameter yang diukur adalah SO2 dan NO2 didapat hasil perhitungan IPU pada Tabel 1.2. Dari perhitungan pada Tabel 1.2, didapat nilai Indeks Pencemaran Udara (IPU) sebesar -1,54. Untuk menghitung Indeks Tutupan Hutan (ITH) yang pertama kali dilakukan adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder sehingga didapat hasil perhitungan ITH pada Tabel 1.3. Tabel 1.1. Perhitungan IPA untuk IKLH Sumber: SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Jawa Barat 2015 Tabel 1.2. Perhitungan ITH untuk IKLH Sumber: SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Jawa Barat 2015 Tabel 1.3. Perhitungan ITH untuk IKLH Sumber: SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Jawa Barat 2015 Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 53 Dari perhitungan pada Tabel 1.3, didapat nilai Indeks Tutupan Lahan (ITH) sebesar 98,91. Dari data perhitungan Indeks Pencemaran air sungai (IPA), Indeks Pencemaran Udara (IPU), dan Indeks Tutupan Lahan (ITH) dapat dilakukan perhitungan untuk IKLH dengan formula berikut.: IKLH=(30%×IPU)+(30%×IPA)+(40%×ITH) Hasil perhitungan IKLH dapat dilihat pada pada Tabel 1.4. Tabel 1.4. Perhitungan IKLH Dari perhitungan pada pada Tabel 1.4, didapat nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat pada 2015 sebesar 55,38. Perbandingan nilai IKLH Jawa Barat pada 2011 dan 2014 dapat dilihat pada gambar berikut. Perbandingan nilai IKLH Jawa Barat pada 2011 dan 2014. Sumber: IKLH Indonesia 2014 Daftar Pustaka [1] Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2014, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. [2] Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015, BPLHD Provinsi Jawa Barat. 54 Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 * Tenaga Teknis Non PNS pada Sub Bagian Perencanaan dan Program BPLHD Provinsi Jawa Barat Menciptakan Keterlibatan Masyarakat Dengan Berbagai Saluran Ahmad Rifai ZA ST, MT.* Maria Angela ST, MEng ** Juliansyah, ST *** Komunikasi Saat ini, orang menggunakan aplikasi internet dan ponsel pintar untuk menjalankan bisnis. Mereka juga menginginkan tersedianya banyak pilihan ketika berurusan dengan pemerintah. Akses kepada pemerintah akan memicu keterlibatan masyarakat. Semakin banyak peluang yang dimiliki penduduk untuk terlibat dalam diskusi dan aktifitas sipil, dan semakin banyak wadah untuk menampung partisipasi masyarakat, semakin kuat hubungan masyarakat dengan lembaga pemerintah dan wakil rakyat. Pusat hubungan masyarakat yang dikelola dengan baik dapat menjadi pusat pelayanan satu pintu dan menawarkan berbagai wadah komunikasi antara warga dan pemerintah, termasuk Web, Suara Tanggapan Interaktif (IVR/Interactive Voice Response), ponsel, dan media sosial. Teknologiteknologi tersebut tidak hanya digunakan oleh lembaga besar dan berpengaruh. Berkat adanya perangkat lunak open source, layanan inter-operator, portabilitas, layanan berbasis pemetaan dan lokasi, ponsel berbiaya murah dan media sosial gratis, semua lembaga pemerintah dari berbagai bentuk dan tingkatan dapat mempeluas akses, data, dan layanan kepada masyarakat. Pusat hubungan masyarakat menciptakan keterlibatan masyarakat dengan menyesuaikan instrumen teknologi dengan demografi masyarakat serta media yang populer. Keterlibatan masyarakat dapat ditingkatkan melalui aplikasi gratis ponsel, kedai nirkabel umum, atau komputer umum di perpustakaan dan pusat pelayanan. Kegunaan lebih dari keterpaduan data Pemilihan umum baru-baru ini telah menunjukkan kekuatan dan nilai komunikasi dari teknologi media baru. Jangkauan pesan teks dan kiriman di media sosial dapat berlipat ganda ketika jaringan komunitas masyarakat meneruskan informasi kepada teman, keluarga, dan teman sejawat. Aplikasi ponsel menjadi teknologi yang paling cepat diadopsi sepanjang sejarah dan semakin penting perannya dalam menyediakan akses internet. Aplikasi ponsel dapat menjangkau kelompok masyarakat yang dalam kondisi biasa sulit untuk dijangkau seperti penduduk yang cacat atau mengalami kelainan penglihatan dan pendengaran. Bahkan, menurut survey terkini, penduduk berpenghasilan rendah menggunakan ponsel lebih banyak daripada komputer. Data dan umpan balik pelanggan dari aplikasi ponsel serta teknologi media baru lainnya dapat membantu membuat perubahan dan perbaikan pada berjalannya pemerintahan. Pemerintah lokal dapat memanfaatkan data dari pusat hubungan masyarakat untuk mengidentifikasi area pelayanan yang rawan keluhan masyarakat, kebutuhan khusus untuk alokasi beban kerja dan sumber daya, kecenderungan arah bisnis, permintaan komunikasi pelanggan, serta keefektifan dan efisiensi pemerintah dalam menyelesaikan masalah. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 55 Sebagai contoh, apabila terdapat 40 orang dalam suatu lingkungan yang mengeluhkan layanan pengolahan air kotor, data tersebut dapat digunakan untuk mentargetkan alokasi sumber daya untuk meningkatkan dukungan dana, juga untuk mendapat dukungan suara bagi program bersama. Namun demikian, perlu berhati-hati dalam menganalisia data, karena data yang mengidentifikasi dua orang yang masing-masing mengajukan 20 keluhan tentu saja tidak menggambarkan persoalan sesungguhnya. Sejumlah pemerintah daerah aktif menggalang partisipasi masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi di pusat hubungan masyarakat. Inisiatif partisipasi publik berbasis data untuk meningkatkan layanan kota, dimulai dengan area yang paling banyak dikeluhkan. Pemerintah kota juga melibatkan masyarakat menggunakan media sosial dan layanan percakapan online, sehingga masyarakat sungguh menjadi mata dan telinga pengelola kota.melalui “Citizen Connect”, penduduk dapat melaporkan masalah dan memasukkan permintaan layanan kepada pusat layanan, secara online dan melalui ponsel, menggunakan aplikasi ponsel pintar yang dapat didownload. Efisiensi dan penghematan biaya operasional Pusat layanan masyarakat yang bagus dapat merestrukturisasi penyampaian layanan dan mengarahkan penduduk kepada metode-metode yang lebih murah dalam berurusan dengan pemerintah. Akses terbuka, serta koordinasi informasi dan kegiatan pegawai baik internal maupun antar lembaga dapat berpengaruh besar terhadap produktifitas. Ketika agen yang terlatih dan memiliki pengetahuan yang memadai menerima keluhan, mengumpulkan informasi lengkap terkait keluhan, kemudian mengeluarkan perintah kerja terlebih apabila dilengkapi lokasi sasaran, kru lapangan dapat berkonsentrasi mengeksekusi layanan, tanpa harus bolak balik menelpon ke pusat layanan menanyakan informasi yang kurang. Yang harus mereka lakukan hanyalah melaporkan hasil dan status penanganan di lapangan. Hasilnya, proses yang efisien dan layanan yang prima. Sebagai contoh, Miami Dade County’s MyGovIdea mengumpulkan ide-ide untuk perbaikan layanan 56 dan menggalang diskusi online bagi masyarakat. Diluncurkan pada yahun 2009, pada tahun pertama telah diimplementasikan 85 ide dengan penghematan biaya sebesar $ 1,2 juta. Corpus Christi, Texas, berhasil melakukan efisiensi dan penghematan biaya dengan cara mensinergikan jaringan nirkabelnya dengan sistem manajemen layanan terpadu, yang digunakan oleh Pusat Panggilan dan departemen pelayanan seperti pekerjaan umum, taman dan penegak hukum. Kru lapangan mengakses permintaan layanan yang dimasukkan oleh pusat panggilan,mengeksekusi pekerjaan di lapangan, memasukkan laporan pekerjaan di lapangan secara “waktu nyata” (real-time), menghemat waktu dan bahan bakar. Perbaikan yang terjadi termasuk meningkatnya jumlah pelanggan yang dapat ditangani seorang karyawan per shift per hari, data aduan yang lebih akurat, alokasi sumber daya yang lebih efisien, dan penghematan satu hingga 2 jam per hari, yang setara dengan $ 50.000 setiap tahunnya. Karena pusat layanan berfungsi sebagai garis depan bagi departemen yang menyediakan layanan publik, sistem manajemen kerja yang digunakan oleh departemen tersebut merupakan pertimbangan penting. Ketika sistem permintaan layanan yang sama digunakan di seluruh perusahaan, hasilnya adalah sistem penomeran, kode, dan surat-menyurat yang sama di sistem yang sama, layanan dan kode prioritas yang sama, dan basis pengetahuan yang sama. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Karena pusat layanan berfungsi sebagai garis depan bagi departemen yang menyediakan layanan publik, sistem manajemen kerja yang digunakan oleh departemen tersebut merupakan pertimbangan penting. Ketika sistem permintaan layanan yang sama digunakan di seluruh perusahaan, hasilnya adalah sistem penomeran, kode, dan surat-menyurat yang sama di sistem yang sama, layanan dan kode prioritas yang sama, dan basis pengetahuan yang sama. Apabila sistem manajemen kerja suatu perusahaan tidak memungkinkan, untuk mempertahankan efisiensi diperlukan penyesuaian antar sistem, tidak hanya dalam mengeluarkan perintah kerja, namun juga untuk pengumpulan data, pelaporan dan pengawasan kinerja. Tujuannya adalah untuk memastikan data yang konsisten, lengkap, dan terbuka, sehingga, misalnya, departemen bina marga dan pusat layanan memiliki laporan kinerja yang sama dan akurat. Penghematan biaya dengan diaktifkannya pusat layanan terpusat bisa sangat signifikan. Menurut Stamford, panggilan telepon dan email memakan biaya $4.50 per kontak. Lembaga survey lainnya mengestimasi biaya menghubungi agen layanan secara langsung lebih tinggi, hingga $6.50 per kontak. Interaksi online termasuk ponsel berbasis web rata-rata menghabiskan $0.50 per kontak. Pemerintah kota dan provinsi dapat menerapkan saluran berlapis, menyaring saluran yang tidak perlu tergantung permintaan dan pendanaan. Karena 60 hingga 70 persen dari kebanyakan panggilan ke pusat layanan adalah permintaan informasi, banyak panggilan dapat dihindari dengan membuat akses informasi di website atau tanggapan otomatis. Menawarkan jawaban atas pertanyaan yang sering diajukan (frequently asked questions/FAQs) melalui sebanyak mungkin saluran, dapat secara signifikan mengurangi jumlah penggilan langsung. FAQs, teks, kiriman online dapat mengarahkan warga kepada informasi detil dan fasilitas swalayan. Penghematan dari Layanan Dasar Dengan keterbatasan anggaran dan staf, pemerintah dapat memetik keuntungan dari media seperti Web, IVR dan ponsel yang mengotomatiskan registrasi, pembayaran, dan permintaan layanan. Peringatan otomatis, permintaan layanan otomatis, komunikasi dan diskusi online serta aplikasi ponsel dapat mengurangi pengulangan dan volume panggilan, serta biaya cetak dan pengiriman dokumen. Apabila layanan otomatis mudah untuk digunakan, hal tersebut dapat mendorong warga untuk sering menggunakannya dan melaporkan secepat mungkin apabila terjadi masalah. Banyak keuntungan dari pelaporan dini, karena dengan tanggapan yang cepat, kerusakan lebih lanjut dapat dihindari dan hal tersebut akan menghindari pula biaya perbaikan yang lebih besar. Dengan diaktifkannya pusat layanan dan saluran komunikasi berlapis, pemerintah daerah telah mengambil pendekatan kolaboratif untuk meningkatkan sumber daya pegawai. Selain itu sebagai bagian dari Pusat Layanan terpadu, layanan pengaduan menggabungkan GIS dan pemrograman aplikasi terbuka sehingga warga dapat mengidentifikasi daerah dimana terjadinya masalah. Warga dapat mengunduh aplikasi gratis ke ponsel mereka dan melaporkan masalah dengan menyertakan foto, memilih kode aduan, dan memasukkan laporan ke daftar antrian pekerjaan pemerintah kota. Karena ponsel pintar dengan aplikasi GPS menandai foto dengan cap tanggal/waktu, kru lapangan dapat menemukan lokasi aduan tanpa harus meminta alamat warga yang memasukkan laporan. Melalui layanan pengaduan warga juga bisa menggunakan aplikasi yang sama untuk memasukkan aduan secara langsung melalui halaman Facebook dan Twitter pemerintah kota. Warga dapat melacak status aduan dan secara interaktif dapat berpartisipasi dalam suatu masalah dengan aplikasi pemetaan online. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 57 Mengisi kekosongan, menjawab tantangan Pusat layanan milik pemerintah seringkali bermasalah dalam mengubungkan aduan dengan departemen yang menyediakan layanan. Kebijakan, prosedur, dan kesepakatan tingkat layanan memfasilitasi penyampaian layanan masyarakat. Kurangnya koordinasi berakibat kerja pemerintah yang tumpang tindih, penundaan yang tidak perlu, dan data kinerja yang tidak sinkron. Pendirian pusat layanan harus diikuti pula oleh perencanaan teknologi koordinasi dalam organisasi. Penerapan satu system manajemen kerja mungkin lebih mudah untuk fasilitas dan pekerjaan umum, namun biasanya layanan lain seperti penegakan hukum, pengadilan, dan tagihan fasilitas membutuhkan system yang spesifik dan individual. Faktanya, sebagian besar pusat layanan akan menerapkan lebih dari satu system untuk mengakomodasi layanan yang berbeda-beda. Untuk mencapai pelayanan masyarakat yang terus meningkat, pemerintah daerah harus menyeimbangkan antara kebutuhan, nilai, dan biaya teknologi dan proses. Mengoperasikan pusat aduan selama 24x7 mungkin terlihat sebagai pelayanan terbaik, tapi mungkin juga tidak perlu, karena jumlah aduan di luar jam kerja sangat rendah. Itulah sebabnya beberapa pusat layanan sekarang menggunakan mesin penjawab otomatis yang akan menghubungi kembali penelepon keesokan harinya. Tantangan masa kini dan masa depan dari pusat layanan masyarakat adalah kebutuhan untuk membeli, memperbarui, atau mengganti basis data terpusat, mempertahankan layanan personal seiring meningkatnya volume panggilan, mengikuti perkembangan saluran komunikasi umum dan metode-metode interaksi, serta menerapkan layanan bersama serta proses kolaboratif. Tantangan akan menggiring kepada fokus. Target akan membawa proses yang terarah. Teknologi masa kini telah menciptakan asumsi-asumsi baru serta ekspektasi yang lebih tinggi akan akses terhadap informasi terkini dan partisipasi aktif warga dalam pemerintahan. Pusat Layanan masyarakat dengan berbagai saluran komunikasi merupakan peluang bagi pemerintah daerah 58 untuk melibatkan masyarakat dan mencapai efisiensi serta penghematan biaya yang sangat dituntut dari pemerintah. Menghargai keterlibatan masyarakat Komunitas keterlibatan masyarakat merupakan program yang menilai pemerintah daerah yang menerapkan pusat layanan dengan berbagi saluran komunikasi, termasuk telepon, teknologi portal web, infrastruktur komunikasi ponsel dan media lainnya. Melalui program ini, Institut Teknologi Publik (Public Technology Institute/PTI) membuat insentif dan panduan bagi pemerintah daerah untuk menghubungkan pusat layanan dan system pelayanan mereka melalui teknologi dan proses yang maju, dengan focus pada empat area utama: • • • • Proses partisipasi masyarakat Saluran komunikasi terpadu Teknologi terpadu Pelaporan kinerja Pemerintah daerah yang dinilai baik oleh komunitas keterlibatan masyarakat menerima penghargaan nasional dan berhak memakai logo tertentu. Lebih jauh, pusat layanan masyarakat mereka masuk dalam “Zona Juara” dan dipromosikan dalam seminar web, konferensi, studi kasus, dan publikasi oleh PTI. Disadur dari: Susan Cable, American City and County, http://americancityandcounty.com/citizenengagement/generating-citizen-engagement-multichannel-communication?page=1 Gambar: www.google.com * Pengolah Data pada Sub Bagian Perencanaan dan Program ** Penyusun Bahan pada Sub Bagian Pemantauan Pencemaran Lingkungan *** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub Bagian Perencanaan dan Program BPLHD Provinsi Jawa Barat Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 LAW of REPETATION*) CARA MUDAH untuk MERAIH KESUKSESAN Eva Fandora, ST, MT * Siti Agustina, S.Sos ** T ulisan ini adalah saduran dari buku Haikal Hassan dengan judul sama, Law of Repetition. Saya sangat tertarik dengan buku tersebut, buku kecil dengan bahasa tidak sulit tetapi bermakna dan sangat bermanfaat bagi kita. Hal-hal kecil yang sering kali terlupakan, ternyata dapat menjadi kunci keberhasilan kita di kemudian hari. Bagaimana mencapai keberhasilan yang kita harapkan dan yang kita cita-citakan; dengan menerapkan hukum pengulangan. Para atlet yang sukses, melakukan pengulangan melalui latihan yang mereka lakukan setiap hari. Para ilmuwan ternama, melakukan pengulangan aktivitas untuk membuktikan teori sampai ditemukan berbagai penemuan yang bermanfaat bagi umat manusia. Dan, banyak kisah sukses lainnya, akibat pengulangan yang dilakukan secara konsisten. Hal penting lainnya adalah target yang ditetapkan, harus dapat kita uraikan pada aktivitas-aktivitas menuju target tersebut. Rencana dengan batasan waktu tertentu perlu ditetapkan sehingga kita dapat mengevaluasi dan memperbaiki aktivitas tadi untuk mecapai target diinginkan. Law of Repetation dalam Ajaran Agama Agama Islam telah mengajarkan, bahwa ibadah merupakan awal dari kesuksesan seseorang. Pelaksanaan ibadah agama Islam dilakukan berulang, misalnya shalat wajib dilakukan 5 kali dalam sehari. Setiap hari, ibadah yang kita laksanakan adalah proses pengulangan, berpuasa dan dzikir juga dilakukan berulang kali. Contoh konkret lainnya adalah ibadah haji. Prosesi ibadah haji, seperti thawaf merupakan aktivitas pengulangan; dengan berjalan mengeliling Ka’bah sebanyak bilangan tertentu. Kegiatan ibadah yang kita lakukan secara berulang tersebut, tidak menjadikan bertambah kemuliaan Allah Swt., melainkan untuk diri kita sendiri sehingga keyakinan kita semakin bertambah dan mendalam kepada 60 Allah Swt. Dalam bahasa Sunda, kita mengenal peribahasa “cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok” (tetesan air jatuh di atas batu, sehingga lambat laun membentuk cekungan di batu itu). Peribahasa ini menjelaskan, air yang menetes pada batu keras dan kuat akan menyebabkan cekungan karena tetesan air yang terus-menerus, berulang, dan dalam waktu yang lama. Pekerjaan yang berulang, walaupun hanya setetes air, misalnya, ternyata dapat membekas pada batu yang keras; berupa cekungan. Bukti lainnya, dapat kita lihat di sekeliling kita. Alam mengajarkan, proses pengulangan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Keindahan stalaktit dan stalakmit pada bebatuan kapur yang terbentuk karena tetesan air. Grand Canyon, di negara bagian Arizona, Amerika Serikat, memiliki pemandangan luar biasa yang dibentuk dalam kurun waktu berjuta tahun lalu akibat terkikis oleh aliran Sungai Colorado. Dan, masih banyak bentukan alam indah yang terjadi akibat hukum alam yang berulang. Informasi sejenis dan berulang yang disampaikan ke otak akan ditempatkan dengan kode unik yang memungkinkan pemrosesannya berjalan lebih cepat, bahkan berlaku lebih otomatis. Cara menghafal paling mudah dan populer adalah dengan mengulang-ulang materi yang kita pelajari. Selain brain memory, kita mengenal muscle memory. Jika brain memory terbentuk dari pengetahuan maka muscle memory terbentuk karena latihan yang merupakan sumber dari segala talenta yang dibentuk melalui latihan-latihan terus-menerus (deep practice). Muscle memory yang disebut myelin atau otot saraf (dalam bahasa Indonesia), tersebar merata di seluruh tubuh dalam bentuk sistem saraf pada otot-otot kita dan bertugas untuk memberi perintah dan menyimpan informasi. Fakta-fakta baru menyebutkan pembentukan myelin berada di baik kesuksesan seorang aktris/aktor besar, pelukis terkemuka, akademisi terpandang, bahasa tubuh para pemimpin besar, action oriented para enterpreneur sukses, dan terobosanterobosan yang dilakukan orang-orang di balik perusahaan inovatif. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Pada pengembangan kecerdasan otak dan kecerdasan otot, hukum pengulangan memegang peranan sentral dan vital. Tanpa hukum pengulangan, otak kita tidak akan sampai pada level kegeniusan. Tanpa hukum pengulangan, otototot kita tidak akan sampai pada level refleks yang menakjubkan dari sisi kecepatan dan akurasinya. Hukum pengulangan menjamin, bahwa pencapaian-pencapaian besar merupakan konsekuensi logis dari hal-hal kecil yang dilakukan berulang-ulang. Sedangkan, pembatalan hukum pengulangan adalah saat seseorang hanya tertarik pada hal-hal yang terlihat besar dan sikap jalan pintas (shorteisme) atau budaya instan. Tentu saja, hasilnya akan jauh berbeda. Budaya instan sering kali melesatkan seseorang dalam waktu sesaat, kemudian akhirnya kembali terpuruk bahkan dalam kondisi yang lebih buruk. Reprogramming Your Subconscius Mind Otak kita adalah pabrik yang supersibuk dan tak pernah berhenti bekerja sejak manusia dilahirkan sampai mati. Setiap detik, setiap menit, dan setiap jam, pabrik ini terus berproduksi menghasilkan pikiran yang tidak terhitung jumlahnya. Karenanya, setiap orang adalah produk dari pikirannya sendiri. Sedemikian rupa, sehingga pikiran tersebut membentuk dan melukiskan apa yang dikerjakan: cara ia menghadapi masalah atau cara ia berhadapan dengan orang lain, yang membentuk karakter, pikiran, dan refleksinya. Dalam menghasilkan pikiran, manusia selalu diatur oleh dua kekuatan, yaitu kekuatan alam bawah sadar untuk sukses dan untuk gagal: • Kekuatan sukses, bertanggung jawab untuk menghasilkan semua pikiran positif dan selalu memberikan jawaban yang tepat akan alasan: mengapa kita mampu, mengapa kita berhasil, dan mengapa kita pasti memperoleh kesuksesan. • Kekuatan gagal, bertanggung jawab untuk menghasilkan semua pikiran negatif, selalu memberikan jawaban yang tepat akan alasan: mengapa kita lemah dan mengapa kita pantas memperoleh kegagalan, serta melihat dunia selalu dengan kesinisan. Kedua kekuatan tersebut patuh dan tunduk kepada kita. Keduanya dengan cepat dijadikan sebagai perintah; begitu mendapatkan sedikit saja isyarat mental yang kita pancarkan baik secara sadar maupun tidak. Bila kita memberikan isyarat positif, kekuatan sukses akan segera mengambil alih semua aspek pekerjaan sehingga mendorong kita untuk selalu berbuat, bersikap, dan bertindak selayaknya sebuah kesuksesan pantas kita dapatkan. Sebaliknya, bila kita memberikan isyarat negatif, kekuatan gagal akan segera mengambi alih semua aspek pekerjaan sehingga mendorong kita untuk selalu berbuat, bersikap, dan bertindak; selayaknya kegagalan memang pantas untuk kita terima. Permainan pikiran tadi adalah fakta sehingga pantas dikatakan sebagai mukjizat; sesuai dengan kutipan terkenal: you are what you think, you can be come whatever you believe you can be. (Kita adalah apa yang kita pikirkan, kita dapat menjadi apa pun selama kita yakin dapat melakukannya.) Bila kita memulai pagi dengan umpatan dan keluhan; serta membiarkan sinyal isyarat kekuatan gagal terus membayangi aktivitas kita, kita akan semakin dekat dengan kegagalan. Dan sebaliknya, ketika kita memulai pagi dengan syukur, bahagia, dan semangat, kekuatan sukses akan dekat dan hari-hari kita akan dipenuhi kesuksesan dan kebahagiaan. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 61 “ Quotes abadi yang inspiratif Dunia telah menetapkan hukumnya sendiri, bahwa pemenang adalah mereka yang mengisi waktu-waktunya dengan keinginan yang tinggi untuk menang. • Bukanlah jabatannya yang penting, tetapi tindakan yang dilakukan. • nda hanya akan menjadi pengecut abadi, sampai Anda memutuskan, walaupun hanya A sebagai pengikut yang pemberani. • Masa depan hanyalah bagi orang yang yakin akan indahnya mimpi mereka. • Anda sebenarnya dapat menjadi apa pun yang Anda yakini. • Jika Anda dapat melihatnya di pikiran, niscaya Anda akan menggenggamnya dengan tangan. • Jika Anda gagal merencanakan, sebenarnya Anda baru saja merencanakan kegagalan. • Keraguan adalah kepastian dari kegagalan Anda. • Anda adalah seperti yang Anda pikirkan. You are Your Habit Kita pahami bahwa seseorang dikenali dari semua yang dilakukannya, terutama apa yang biasa dilakukannya (secara berulang). Sementara itu, rangkaian aktivitas tubuh, terutama yang dilakukan berulang-ulang diberi nama kebiasaan (habit). Jika pengenalan seseorang adalah titik perhatiannya, maka segala kebiasaan yang dapat diindralah yang akan menentukan seseorang di depan orang lainnya. Sebuah kebiasaan berawal dari pikirian. Pikiran berulang melahirkan perkataan. Perkataan berulang melahirkan tindakan. Tindakan berulang melahirkan kebiasaan. Kebiasaan berulang melahirkan takdir. Berkata-kata (tulisan atau pun ucapan) adalah kebiasaan pertama kali yang bisa adinilai orang lain. Terkait dengan kebiasaan kita yang paling banyak dilakukan, perhatikan kejelasan, efektivitas persuasi, dan rasa hormat yang mengiringinya. Pilihan kata yang tepat dalam rangkaian kalimat yang memberikan pesan jelas, tegas, dan mudah 62 dipahami akan memastikan pesan kita akan diterima dengan baik. Jika kita berkomunikasi dengan efektif dan benar, kita telah menyelesaikan sebagian dari permasalahan yang dihadapi. Formula Keberhasilan Dalam bukunya, Haikal Hassan menerangkan formula untuk mencapai keberhasilan yang dilakukan/dipraktikkan oleh orang-orang sukses di bidangnya. Formula tersebut adalah: (M + S + A) x R = D M = motivation adalah niat baik atau motif keberadaan kita dalam kehidupan ini. Motivasi adalah alasan atas semua hal yang diinginkan, diidam-idamkan, atau pihak yang pantas menerima dampak kebaikan-kebaikan kita. Maka, segera tetapkan motif kita dalam mengarungi kehidupan ini atau alasan tepat untuk kegemilangan nasib kita. S = sincerity; ketulusan atau keikhlasan adalah sesuatu yang mengundang kedamaian jiwa; sekaligus mengundang kekuatan untuk bantuan sangat besar dan tidak terduga. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 A = activities; keberhasilan yang dirasakan hanya bermanfaat dan ada di dunia nyata, memungkinkan adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan. Kita tidak bisa pernahlepas dari kenyataan, bahkan diam juga merupakan aktivitas, maka pilihan terserah pada diri kita sendiri R = repetition; sinergi di antara motif, ketulusan, dan aktivitas akan menghasilkan nasib. Tetapi, hanya yang dikalikan atau digandakan dengan pengulangan yang memastikan nasib itu besar, kuat, bernilai tinggi, dan abadi. Tanpa pengulangan, motivasi akan menjadi basi dan aktivitas tak akan berarti. D = destiny; nasib adalah hasil yang tidak akan pernah didapatkan dan dikendalikan; serta hanyalah berupa sebuah akibat. Siapa pun tak dapat mengendalikan nasib dirinya sendiri. Dalam hukum sebab-akibat, yang dapat dilakukan hanyalah faktor-faktor penyebab. Terkait nasib, apa yang dapat kita kendalikan adalah faktor-faktor penyebab, yaitu motif, ketulusan, aktivitas, dan berapa kali pengulangan yang dilakukan. Sebuah keinginan, hanyalah sesuatu yang ada di pikiran dan tidak akan mampu mewujudkan diri di alam nyata karena membutuhkan sebuah jembatan untuk dapat memberikan manfaat sesungguhnya. Sesuatu yang membutuhkan rencana kerja. Akan tetapi, hal terpenting, bahwa mewujudkan sebuah rencana besar perlu kesesuaian dengan keinginan. Sebuah rencana tidak akan pernah mengantarkan keinginan kita, jika keduanya tidak bersesuaian. Karenanya, perhatikan beberapa poin berikut: • Untuk itu bersegeralah membuat rencana-rencana yang akan mengantarkan kita ke tempat di mana keinginan besar Anda mengabil tempatnya. Buatlah pemetaan untuk mencapai target-target yang akan kita tetapkan. • Satu-satunya waktu yang tepat saat memulai sesuatu adalah sekarang. Menunggu datangnya waktu yang baik dan telah lama dipikirkan; bisa jadi merupakan pemborosan waktu itu sendiri. Bisa jadi, waktu yang baik atau tepat tidak akan pernah datang. • Bagaimana cara terdekat untuk bisa memulai? Lakukan yang bisa kita lakukan saat ini dan mulai dari yang paling mudah. Tindakan awal yang kecil dan sederhana memungkinkan untuk dilakukannya tindakan-tindakan besar. • Kapankah saatnya meraih impian-impian • • • besar? Saat ini, saat kita memutuskan untuk memulai dan berhenti untuk menunda-nunda; keinginan-keinginan itu sebenarnya sedang mewujudkan dirinya. Kita hanya diminta untuk mencatat dan menindaklanjuti, mengamati dan menindaklanjuti, dan terus diulang-ulang; sehingga tercapai seperti yang Anda impikan. Hukum pengulangan, berlaku kepada siapa saja, dan profesi apa pun; termasuk seorang PNS seperti saya. Kita sering dihadapkan pada pekerjaan rutinitas. Sering kali pekerjaan yang secara rutin dikerjakan tidak memberikan tambahan ilmu dan keterampikan terhadap yang akhirnya membuat kira jenuh dan bosan. Tetapi, jika kita berpikir lebih jauh, apa pun pekerjaan kita selalu ada kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kita. Pekerjaan yang kita geluti bisa menjadi awal untuk meningkatkan kapasitas diri. Tinggal, bagaimana kita menyikapinya. Jangan pernah bosan untuk selalu belajar dan belajar, lebih mendalami apa yang kita lakukan secara rutin, dan jangan berhenti untuk mencari hal-hal baru sehingga kemampuan kita akan terus berkembang dan bermanfaat. Pekerjaan yang membangun nilai-nilai tinggi, berdampak besar, menebarkan banyak manfaat, dan hanya menjunjung tinggi kebaikan; akan berdampak baik tak hanya kepada diri kita sendiri, melainkan juga bagi orang lain. Sebuah nasihat bijak mengatakan, bahwa kita hanya diminta untuk bekerja, bukan memastikan rezeki karena rezeki adalah sebuah akibat semata dan penyebabnya adalah bekerja. Rezeki menjadi besar, saat hasil yang kita kerjakan berguna besar bagi orang lain. Semoga kita menjadi orang-orang yang memberikan manfaat bagi sesama! *) Disadur dari buku Haikal Hassan dengan judul Law of Repetition, satu-satunya cara mencapai sesuatu yang mustahil dicapai. Gambar : www.google.com * Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Program BPLHD Provinsi Jawa Barat ** Tenaga Teknis Non PNS pada Sub Bagian Perencanaan dan Program BPLHD Provinsi Jawa Barat Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 63 Mengenal dan Cara Menanggulangi Depresi. Adi Hermansyah, S.Kom * P ada zaman modern ini, banyak yang mengalami stres, kecemasan, dan kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada orang yang berpikir, bahwa stres dan depresi bukanlah benar-benar suatu penyakit. Padahal, dibandingkan AIDS, stres dan depresi jauh lebih banyak berakibat kematian karena keduanya merupakan sumber dari berbagai penyakit. Perwakilan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada acara World Mental Health Day di Jenewa, Swiss, menyatakan bahwa di seluruh dunia, saat ini, ada sekitar 350 juta orang yang mengalami depresi.“Depresi bukanlah penyakit di negara-negara berkembang tetapi sudah merupakan fenomena global. Diderita oleh kaum laki-laki maupun perempuan, kaya atau pun miskin,” kata Dr. Shekhar Saxena, Kepala Divisi Mental and Substance Abuse WHO. Data terbaru WHO mencatat, bahwa setiap 40 detik, ada satu orang yang meninggal karena bunuh diri akibat depresi. Rasio bunuh diri ini 11,4 per 100 ribu orang. Namun, untuk Indonesia, berdasarkan data WHO tahun 2012, angka bunuh diri adalah 4,3 per 100 ribu orang. Dari beberapa pendapat para ahli, dapat 64 disimpulkan, bahwa depresi adalah gangguan mood, yaitu kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku) seseorang. Yang kemudian, mengakibatkan munculnya perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan disertai perasaan sedih, kehilangan minat, dan kegembiraan. Selain itu, juga mengakibatkan berkurangnya energi yang memicu keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas. Depresi biasanya terjadi saat stres yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda. Depresi yang dialami ini berkorelasi pada kejadian dramatis yang menimpa seseorang. Pada umumnya, mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi sendiri adalah kata yang memiliki banyak arti. Sebagian besar di antara kita pernah merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa kecewa, kehilangan, dan frustrasi; yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Ada 3 faktor penyebab utama depresi, yaitu: 1. Faktor genetik Seseorang memiliki risiko lebih besar untuk menderita gangguan depresi daripada masyarakat pada umumnya, apabila dalam keluarganya terdapat penderita depresi berat. Gen berpengaruh untuk terjadinya depresi. Namun, banyak gen di dalam tubuh kita dan tidak ada seorang pun peneliti yang mengetahui secara pasti bagaimana gen bekerja. Lebih jauh lagi, tidak ada bukti langsung menyatakan, bahwa penyakit depresi disebabkan oleh faktor keturunan. Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 2. Gaya hidup Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit; misalnya, penyakit jantung, juga dapat dikatakan sebagai pemicu kecemasan dan depresi. Gaya hidup yang tidak sehat; misalnya, makan dan tidur tidak teratur, pengawet dan pewarna buatan, kurang berolahraga, merokok, dan meminum minuman keras. 3. Gender Wanita dua kali lebih sering didiagnosis menderita depresi daripada pria. Perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan kehamilan, kelahiran, dan juga menopause yang membuat wanita lebih rentan terhadap depresi atau bahkan, semua itu menjadi pemicu depresi. Seseorang yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik, gejala psikis, dan gejala sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilang rasa percaya diri dan konsentrasi, serta menurunnya daya tahan. 1. Gejala fisik a. Berkelakuan aneh b. Kelesuan, apatis, dan omong kosong 2. Gejala psikis a. Kehilangan rasa percaya diri Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Mereka senang sekali membandingkan dirinya dengan orang lain. Karena kehilangan kepercayaan dirinya, menganggap orang lain lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, serta lebih berpendidikan, berpengalaman, diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya. b. Sensitif Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali sehingga sering kali peristiwa yang netral dipandang dari sudut berbeda, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka mudah tersinggung dan marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung, serta lebih suka menyendiri. c. Merasa diri tidak berguna d. Perasaan bersalah Mereka memandang suatu kejadian yang menimpanya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut. 3. Gejala sosial Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya memengaruhi lingkungan, pekerjaan, atau aktivitas rutin lainnya. Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Cara menanggulangi depresi diuraikan sebagai berikut. 1. Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau Terapi Perilaku Kognitif Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologis klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien untuk mengubah pikiran atau pernyataan diri negatif serta keyakinan pasien yang tidak rasional. Jadi, fokus teori ini adalah mengganti cara-cara berpikir yang tidak logis menjadi logis. 2. Konseling kelompok dan dukungan sosial Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dan beberapa pasien sekaligus dalam bentuk kelompok kecil. Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 65 3. Berolahraga Keadaan mood yang negatif; seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang juga negatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positif, yang dapat menghalangi munculnya mood negatif, adalah dengan berolahraga. 4. Berdoa Banyak orang memiliki kecenderungan alami untuk berpaling pada agama dalam memperoleh kekuatan dan penghiburan. Bagi yang percaya, keyakinan yang kuat dengan menjadi anggota aliran agama tertentu serta memiliki tujuan yang sama dapat menanggulangi penderitaan dan depresi. Berdoa merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Mengambil waktu untuk berdoa memberi kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan kita barang sejenak. Kemudian, dapat menjalani kembali kehidupan kita dengan tenang dan damai. 5. Hidroterapi dan hidrotermal Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatan penyakit sebagai media terapi. Hi- 66 drotermal adalah penggunaan efek temperatur air; misalnya mandi air panas, sauna, dan lain-lain. Pengobatan hidroterapi diperoleh berdasarkan efek mekanis dan/atau termal air. Tubuh bereaksi pada stimulus panas dan dingin. Saraf selanjutnya berperan untuk mengantarkan rangsangan yang dirasakan kulit ke seluruh tubuh, yang kemudian akan merangsang sistem imun, memengaruhi berkurangnya hormon stres, melancarkan aliran darah dalam tubuh, dan mengurangi rasa sakit. Daftar Pustaka Namora, Lumongga. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Pranada Gambar : www.google.com * Tenaga Teknis Non PNS pada Sub Bagian Perencanaan dan Program BPLHD Provinsi Jawa Barat Warta Lingkungan Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Volume 1 Edisi Januari - Juni 2016 Warta Lingkungan 67