Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 91 JUAL BELI PAKAN TERNAK BABI DALAM HUKUM ISLAM Rahmawati Abstract: This journal titled Purchase Feed Pigs in Islamic Law The principal issues discussed were How the concept of buying and selling in Islam and Islamic law review on buying and selling pig feed? To parse the subject matter, the author of Shariah approach and methodological approaches. The goal is to reveal in detail the concept of buying and selling according to Islamic law. Data were collected through library research which emphasizes the study of texts on theoretical and philosophic processed. Data were analyzed by using content analysis to formulate conclusions. The results showed that the sale and purchase in Islam is said to be valid if eligible, and its pillars. Among its terms and pillars. Pillars of Purchase: 1. Seller and buyer, Requirement: Baligh or mature, intelligent, not redundant state (spender), by his own will (not forced). 2. Objects or traded goods (Ma'kud Alaih). The conditions on objects that are traded are: useful, Holy, may be submitted, the property itself. 3. Contract countent. Buying and selling sweet potato leaves as feed for pigs can be considered legitimate because it has met the requirements in the pillars and in buying and selling. On the other hand buying and selling is also forbidden or too imperfect, is due to the utilization of sweet potato leaves are not in accordance with the teachings of Islam, namely to feed the cattle were forbidden for Muslims to consume. In Islamic law, those who saddudz dzari'ah. Keywords : Buying and selling, feed pigs, Islamic law Pendahuluan Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan berinteraksi, mereka dapat mengambil dan memberikan manfaat. Salah satu praktek yang merupakan hasil interaksi sesama manusia adalah terjadinya jual beli yang dengannya mereka mampu mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan. Islam pun mengatur permasalahan ini dengan rinci dan seksama sehingga ketika mengadakan transaksi jual beli, manusia mampu berinteraksi dalam koridor syariat dan terhindar dari tindakantindakan yang merugikan sesama manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan ajaran yang bersifat universal dan komprehensif. Seluruh aspek jual beli atau perdagangan terdapat aturannya, dengan demikian tatkala pedagang atau penjual melakukan aktivitas perdagangan atau jual beli, maka wajib mematuhi seluruh aturan hukum kaitannya dengan jual beli. Dalam melakukan transaksi jual beli, hal yang penting diperhatikan ialah mencari barang yang halal dan dengan jalan yang halal pula. Artinya, mencari barang yang halal untuk diperjual belikan kepada orang lain atau diperdagangkan dengan cara yang jujur bersih dari segala sifat yang dapat merusak jual beli seperti halnya penipuan, pencurian, perampasan, riba, dan lain-lain. 1 Maka dengan demikian, kebolehan jual beli manakala dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Seluruh ulama bersepakat bahwa jual beli adalah harus untuk keperluan dan kepentingan dalam kehidupan. Imam alSyafie berkata, “Asal bagi semua jual beli adalah harus kedua-dua orang yang berjual beli itu reda dengan barang yang dijual beli itu, kecuali jenis jual beli yang dilarang. Penjual muslim seharusnya mengetahui dan memahami hal-hal yang menentukan sahnya jual beli dan mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, sehingga benar-benar memahami persoalan. Di antara jual beli yang fenomenal saat ini adalah jual beli daun ubi jalar sebagai pakan ternak babi. Kejelasan hukum tentang jual beli tersebut secara syari‟ah masih menjadi polemik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tulisan ini akan membahas tentang konsep jual beli dalam Islam dan 1 Ibnu Mas‟ud dan Zainal Abidin, Fiqhi Mazhab Syafi‟i. (Bandung: Diponegoro, 2007), h.24. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 92 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam tinjauan hukum Islam tentang jual beli pakan ternak babi. Jual Beli dalam Hukum Islam Jual beli (al-bai‟, al-tijarah, al-mubadalah) menurut bahasa adalah saling menukar (pertukaran). Dengan kata lain mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. 2 Menurut Istilah artinya pemberian harta karena menerima harta dengan ikrar penyerahan dan jawab penerimaan (ijab-qabul) dengan cara yang diizinkan.3 Dalam konteks yang lain, yaitu menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad). 4 Jual beli dalam konsep Islam juga dikenal dengan bai‟u sehingga untuk mengetahui konsep Islam tentang jual beli diperlukan pengenalan kata bai‟u menurut etimologi bahasa arab. „Kata al-bai‟u (menjual) anonim (lawan kata) dari kata asy-syira‟ (membeli), tapi kata al-bai‟u juga bisa bermakna asysyira‟. Kata ini termasuk kata yang punya dua makna yang berlawanan. Demikian menurut Al-Azhari sambil menyenandungkan pernyataan Thorofah: “Berita itu dibawa orang yang tidak pernah kamu belikan sama sekali dan tidak pernah kamu membuat waktu janji”. Ia menginginkan orang yang tidak pernah kamu belikan bekal untuknya.5 Adapun dalam kitab „al-isysraf‟: kata al-bai‟u secara bahasa artinya mengambil sesuatu dengan menyerahkan sesuatu yang lain. Sedangkan dalam kitab al-Maghrib : kata al-bai‟u termasuk kata yang punya dua makna yang berlawanan. Jadi ba‟a al-syaia ( )بَا َع الشيءbermakna menjual sesuatu atau membelinya. Kata ini menjadi kata kerja transitif untuk dua objek penderita secara langsung atau dengan preposisi (huruf jar) atau dengan keduanya. Engkau bisa meng2 Sayyid Sabiq, Fiqhi as-Sunnah, (Jil. III, Libanon: Dãrl Fikr, t.th.), h. 29. 3 Taqiyuddin Abi Bakri bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar, (Surabaya: Dãrl Kitab Islami, t.th.), h. 183. atakan: ba‟ahu al-syai‟ ( )بَا َا ُه الش ْيَّشي َءatau bãahu minhu ()بَا َا ُه ِم ْي ُه. Demikian pula dalam kitab al Ikhtiar; kata al-bai‟u secara bahasa artinya segala bentuk penukaran (barter) dan begitu juga assyira‟, baik dalam bentuk harta ataupun selainnya sebagaimana dalam berfirman Allah QS. At-taubah (9): 111:6 ... Terjemahnya: “Sesungguhnya Allah menukar dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan surga yang diperuntukkan bagi mereka”.7 Kata al-bai‟u adalah bentuk kata kerja transitif yang membutuhkan obyek penderita secara langsung atau dengan huruf min ( ) ِم ْي, lam ( )لdan „ala () َالَى, seperti kalimat bi‟tuka al-syaia ()بِم ْي ُه َ الش ْيَّشي َء, bi‟tu laka ( بِم ْيتُه َ َ)ل, atau ba‟a alahi al-qadi ( اضي )بَا َع َالَ ْيي ِم ا ْيلقَ ِم, artinya tanpa ridhonya). Kata tersebut adalah pecahan (kata turunan) dari kata al-ba‟u (lengan) karena penjual dan pembeli mengulurkan lengannya untuk mengambil dan memberi. Bisa juga karena mereka saling berjabat tangan ketika jual beli, oleh karena itu jual beli disebut juga shafqah (jabat tangan).8 Secara terminologi, para ulama ber-beda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain : a. Menurut ulama Hanafiyah: Jual beli adalah “pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan)”. b. Menurut Imam Nawawi dalam Kifayatul Ahyar: Jual beli adalah “pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan”.9 6 Ibid. 7 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 104 8 4 Sayyid Sabiq, Fiqhi as-Sunnah, (Jil. III, Libanon: Dãrl Fikr, t.th.), h. 29. 5 .9Taqiyuddin Abi Bakri bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar. (Surabaya: Dãrl Kitab Islami, t.th.), h. 183 Rachmat Syafei, Fiqhi Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 297. Muhammad Hasyimi, Fiqhi 4 Mazhab, (Bandung: Sinar Baru Argesindo, 1999), h. 135 Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 93 c. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Almugni : Jual beli adalah “pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.” Pengertian lainnya Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual). Jual beli pada dasarnya adalah muamalah perdagangan yang dilakukan oleh sesama manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dan tercapainya keinginan-keinginan serta maslahat-maslahat mereka. Dasar hukum jual beli Q.S. al-Baqarah/2: 275 ُ َّ أَ َح َّل )٢٧٥ :ُللا ْالبَ ْي َع َّ َح َّز َم الَ ِزبَا (البقزة Terjemahnya: Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Ijma’ Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.11 Qiyas Adapun menurut qiyas (analogi hukum) yaitu dari satu sisi kita melihat bahwa kebutuhan manusia memerlukan hadirnya suatu proses transaksi jual beli. Hal itu disebabkan karena kebutuhan manusia sangat bergantung pada sesuatu yang ada dalam barang milik saudaranya.Sudah tentu saudaranya tersebut tidak akan memberikan begitu saja tanpa ganti. Dari sini, tampaklah hikmah diperbolehkannya jual beli agar manusia dapat memenuhi tujuannya sesuai yang diinginkannya.12 Rukun dan Syarat Jual Beli Q.S.an-Nisa/4: 29 …. Terjemahnya: Janganlah kamu makan harta yang ada di antara kamu dengan jalan batil melainkan dengan jalan jual-beli suka sama suka. As-Sunnah Diantara hadis yang menjadi dasar jual beli yaitu hadis yang diriwayatkan dari Rifa‟ah bin Rafi‟bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya orang; yang artinya: Dari Rifa‟ah Ibnu Rafi‟ r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih”. (HR AlBazzar.) 10 Rukun Jual beli menurut Jumhur Ulama Fiqh sebagai berikut: 1. Bai’ (penjual) dan Musyatari (Pembeli) Syarat keduanya: a. Baligh atau dewasa Anak kecil tidak sah jual-belinya. Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa, menurut pendapat sebagian ulama, mereka dibolehkan berjual-beli barang yang kecil-kecil, karena kalau tidak dibolehkan, sudah tentu menjadi kesulitan dan kesukaran, sedangkan agama Islam sekali-kali tidak akan mengadakan aturan yang mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya.13 b. Berakal c. Keadaan tidak mubazir (pemboros). d. Dengan kehendaknya sendiri (bukan dipaksa). 11 Taqiyuddin Abi Bakri bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar, op.cit., h. 185. 12 10 Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambali, (juz IV. Beirut: Dãr Ibn Katsir. 1993),h.141. Ibid. 13 Abu Walid Muhammad bin Ahmad Rasyid al-Qurtubi, Bidayah al-Mujtahid, (Semarang: Toha Putra, t.th.), h. 315. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 94 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 2. Benda-benda atau barang yang diperjualbelikan (Ma’qud Alaih) Adapun syarat atas benda-benda yang diperjual belikan adalah: a. Bermanfaat Maka jual beli serangga, ular, tikus, tidak boleh kecuali untuk dimanfaatkan. Juga boleh jual beli kucing, lebah, beruang, singa dan binatang lain yang berguna untuk berburu atau dapat dimanfaatkan kulitnya. Demikian pula memperjualbelikan gajah untuk mengangkut barang, burung beo, burung merak dan burung-burung lain yang bentuknya indah sekalipun tidak untuk dimakan, tetapi dengan tujuan menikmati suara dan bentuknya. Jual beli anjing yang bukan anjing terdidik tidak boleh, karena Rasulullah mencegahnya. Anjing-anjing yang dapat dijinakkan seperti untuk penjagaan, anjing penjaga tanaman, menurut Abu Hanifah boleh diperjualbelikan.14 Menurut An-Nasa‟i: yang diperbolehkan hanya memperjualbelikan anjing berburu, dengan berdalil kepada ucapan Rasulullah yang melarang memperjual belikan anjing kecuali anjing untuk berburu.15 b. Suci Sabda Rasulullah saw.: َّ َِ صلَٔ ُللاُ َعلَ ْي َ ُال َرسُْْ ُل ُللا َ َع َْي َجا ِب ِز ْب ِي َع ْب ِذ ُللاِ ق َّ ُللا َّ َر ُس َْلََُ َح َّز َم َب ْي َع ا ْل َخ ْو ِز َّ ْا َل َو ِيتَ ِت َ َسلَ َن إِ َّى اْل ِخ ٌْ ِزي ِْز َّ اْألَصْ ٌ َِام فَقِ ْي َل يَا َرسُْْ ُل ُللاِ أَ َرأَيْتَ َشحُْْ ُم ا ْل َويِتَ ِت فَإًََِِا تَطَلَٔ الَسفَ ِي َّ تَ ْذَُيُ بَِِا اْلُ ُجلُْْ ِد َّ يَ ْستَصْ بِ ُح َاس َقا َل ََل ُ َُْ َح َزا َم َقا َ َت َل ُللاُ اْليَُِْْ ِد إِىَ ُللاَ لِ َوا َ ٌبَِِا اْل هتفق.َِ ٌُِح َّز َم َعلَ ْي ِِ ْن َشحُْْ ُهَِا ُ َّن بَا ُعْْ ٍُ فَ َ َ لُْا َ َو 16 َعلي Artinya: Dari Jabir bin „Abdullah: “Berkata Rasulullah saw. sesungguhnya Allah 14 Ibid., h. 136. 15 Sayyid Sabiq, alih bahasa oleh Kamaluddin A. Marzuki dkk. Fiqhi Sunnah Jil. 12 (Bandung: Alma‟arif, 1996), hal. 55. 16 Muhammad Ismail al-Kahlani, Subulussalam, (Bandung: Dahlan, t.th.), h. 155. dan Rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan berhala. Pendengar bertanya: Bagaimana gemuk bangkai ya Rasulullah, karena gemuk itu berguna buat cat perahu, buat minyak kulit, dan minyak lampu? Jawab beliau: Tidak boleh, semua itu haram, celakalah orang Yahudi tatkala Allah mengharamkan akan gemuk bangkai, mereka hancurkan gemuk itu sampai menjadi minyak, kemudian mereka jual minyaknya, lalu mereka makan uangnya.(Muttafaqun „alaih) Menurut Jumhur ulama, barang tersebut diharamkan karena dianggap najis. Hanafiyan dan Zahiriyah mengatakan bahwa menjual barang yang ada manfaatnya halal menurut Syara‟. Oleh karena itu, menurut mereka, boleh menjual kotoran najis yang benar-benar diperlukan untuk digunakan sebagai pupuk di lahan pertanian, bukan untuk dimakan dan diminum. Barang yang dijual harus halal dan suci juga harus jelas manfaatnya.17 c. Milik Penjual (Dikuasainya) Jual beli harus milik sendiri atau yang dikuasakan kepadanya. Jadi miliknya sendiri atau milik orang lain yang dikuasakan dan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain yang telah menguasakannya. Jika jual beli berlangsung sebelum ada izin dari pihak pemilik barang, maka jual beli seperti ini dinamakan bai‟ul fudhul, yaitu jual beli yang akadnya dilakukan oleh orang lain sebelum ada izin pemilik. 18 Sabda Nabi saw.: َّ ََل, ِ َّ ََل َعتَا َ إِ ََل ِف ْي َوا َي ْو ِل, ِ ََل َ َ َ إِ ََل ِف ْي َوا َي ْو ِل ٍ َّ ََل َّفَا َء بٌَِ َذ ٍرإِ ََل فِ ْي َوا يَ ْولِ َ (رّا, ِ ِبَ ْي َع إِ ََل فِ ْي َوا يَ ْول )التزهيذٓ ّ أبْ داّد Artinya: Tidak ada talak (cerai) kecuali apa yang dimilikinya, tidak membebaskan (budak) kecuali miliknya, tidak menjual kecualinya miliknya, dan tidak ada pemenuhan nazar kecuali dengan 17 Muhammad Hasyimi, Fiqhi 4 Mazhab, (Bandung: Sinar Baru Argesindo, 1999), h. 135. 18 Ibid., h. 57. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 95 miliknya. (HR. At Tirmidzi dan Abu Dawud).19 d. Dapat diserahkan Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli, seperti ikan dalam laut, barang rampasan yang masih di tangan yang merampasnya, burung yang di udara, anak binatang yang masih di dalam perut, unta atau sejenisnya yang kabur dari kandang dan lain-lain. Nabi saw. telah melarang memperjual-belikan barang yang mengandung tipu daya. :صلَٔ ُللاُ َعلَ ْي َِ َّ َسلَ ّ َن َ ُ ع َْي أَ ِبٔ ُُ َز ْي َزةَ ًََِٔ اُلٌ َِب 20 )ٍع َْي بَي ِْع ْال َغ َز ِر (رّاٍ هسلن ّ غيز Artinya: Dari Abi Hurairah “Nabi Melarang jual beli gharar”. saw. e. Diketahui keadaannya Jika barang dan harga tidak diketahui atau salah satu keduanya tidak diketahui, jual beli tidak sah, karena mengandung unsur penipuan. Mengenai syarat mengetahui barang yang dijual, cukup dengan penyaksian barang sekalipun tidak ia ketahui jumlahnya, seperti pada jual beli barang yang kadarnya tidak dapat diketahui (jazaf). Untuk barang zimmah (barang yang dapat dihitung, ditakar dan ditimbang), maka kadar kuantitas dan sifat-sifatnya harus diketahui oleh kedua belah pihak yang melakukan akad. Demikian pula harganya harus diketahui, baik itu sifat, (jenis pembayaran), jumlah maupun masanya.21 Sesuatu yang maklum menurut kebiasaaan, seperti bawang yang masih dalam tanah.Walaupun keadaan barang boleh jadi ada lebih-kurangnya serta bakal merugikan salah satu pembeli atau penjual, tetapi hanya 19 Muhammad Ismail Subulussalam, op.cit., h. 67. al-Kahlani, 20 Imam Bukhori, Shahih al Bukhari, (Juz 3, Beirut-Libanon: Dãr Al- Kutub Al-Ilmiyah, t.th.), h. 45. 21 Gufran A. Mas‟adi, Fiqhi Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 79. sedikit. Keadaan yang sedikit itu dimaafkan karena kemaslahatan untuk memudahkan langsungnya pekerjaan.22 Lafaz/Sigat (Ijab Qabul). 23 Ijab adalah perkataan penjual, umpamanya: saya jual barang ini sekian. Qabul adalah seperti kata si pembeli: saya terima (saya beli) dengan harga sekian. Keterangan ayat yang telah lalu yang mengatakan jualbeli itu suka sama suka, sabda Rasulullah saw.: .رّاٍ ابي حباى. اض ٍ إًِ َّ َوا ْال َب ْي َع ع َْي ت ََز Artinya: "Sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.” (Riwayat Ibnu Hibban).24 Sedangkan suka sama suka itu tidak dapat terang diketahui kecuali dengan perkataan yang menunjukkan akan suka seorang dengan seorang, karena suka itu dalam hati masing-masing. Ini pendapat kebanyakan ulama. Imam Hanafi mengatakan bahwa untuk terlaksananya ijab dan qabul tidak diharuskan mengucapkan kata-kata tertentu, sebab dalam hukum perikatan yang dijadikan ukuran adalah tujuan dan makna yang dihasilkannya. Ukuran ijab dan qabul adalah kerelaan kedua belah pihak melakukan transaksi dan adanya tindakan memberi dan menerima atau indikasi dalam bentuk apapun yang menunjukkan kerelaan mereka dalam memindahkan kepemilikan.25 Menurut ulama yang mewajibkan lafaz, diwajibkan keadaan lafaz itu memenuhi beberapa syarat: a) Keadaan ijab dan qabul berhubungan. Artinya salah satu dari keduanya pantas 22 Saifullah al-Aziz, Fiqhi (Surabaya: Terbit Terang, 1996), h. 38. Islam, 23 Sabiq, Sayyid, Fiqhi Sunnah Jil 12,op.cit., h. 101-103. 24 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Juz. I, Singapura: Maktabah Sulaiman Mar‟iy, tth), h. 96. 25 Sulaiman Rasyid, Fiqhi Islam, (Cet. 22, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989), h. 291. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 96 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam menjadi jawab dari yang lain dan belum berselang lama. b) Hendaklah mupakat (sama) makna keduanya walaupun lafaz keduanya berlainan. c) Keadaan keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain, seperti katanya, “kalau saya jadi pergi, saya jual barang ini sekian.” d) Tidak berwaktu, sebab jual-beli berwaktu seperti bulanan atau setahun, tidak sah.26 Macam-Macam Jual Beli dalam Islam Adapun model Jual Beli dalam Islam menurut Sayyid Sabiq yaitu:27 1. Bai‟ as-Salam Bai‟ as-Salam adalah jual beli dimana harga dibayarkan dimuka/majlis akad (pesanan). Sedangkan barang dengan kriteria tertentu diserahkan pada waktu tertentu. Prinsip akad salam : a. Obyek Salam bersifat al-dain (tanggungan). b. Dalam akad salam dibatasi dengan tempo (waktu) yang pasti. c. Ro‟sul-mal (harga pokok), dalam akad salam harus dibayarkan secara kontan dalam majlis. Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian sesuatu yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad. Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahannya ialah: a. Ketika melakukan akad salam disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang maupun diukur. b. Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan 26 Ibid., h. 293. memperendah harga barang itu, umpamanya benda tersebut berupa kapas, nomor satu, nomor dua dan seterusnya. Pada intinya, disebutkan semua identitasnya yang dikenal oleh orang orang yang ahli dalam bidang ini, yang menyangkut kualitas barang tersebut. c. Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang biasa didapatkan di pasar. d. Harga hendaknya dipegang akad berlangsung. 2. Bai‟ al-Istishna‟ Bai‟ al-Istishna‟ adalah akad dengan pihak pengrajin atau pekerja untuk mengerjakan suatu produk barang (pesanan) tertentu, dimana materi dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pengrajin. Contohnya seperti seorang penjual sepatu yang memesan sepatu kepada pengrajin sepatu, yang mana bayarannya tersebut setelah sepatu dikirim. Prinsip akad Istishna‟ ialah: a. Obyek akad harus dinyatakan dengan jelas. Baik dari segi jenis, ukuran, sifat dan lain-lain. b. Produk yang dipesan berupa hasil pekerjaan atau kerajinan yang dibutuhkan oleh masyarakat. c. Waktu pengadaan produk tidak dibatasi.28 3. Bai‟ ash-Shorf Bai‟ ash-Shorf menurut bahasa ialah az-Ziyadah (tambahan) dan al-„Adl (seimbang). Sedangkan menurut istilah ialah jual beli antara barang yang sejenis atau antara barang yang tidak sejenis secara tunai (jual beli tukar barang atau barter). Contohnya seperti penukaran mata uang rupiah terhadap dollar (money changer). Syarat akad ashShorf adalah: a. Masing-masing pihak saling menyerah-terimakan barang sebelum keduanya berpisah. b. Jika akad ash-Shorf dilakukan atas barang yang sejenis, maka harus seimbang, meskipun keduanya berbeda kualitas atau model cetakannya. c. Khiyar syarat tidak berlaku dalam akad ash-Shorf. Karena akad ini 27 Sayid Sabiq, Fiqhi Sunnah Jil 12,op. cit., h. 31. 28 Ibid. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 97 sesungguhnya merupakan jual beli dua benda secara tunai.29 4. Bai‟ al-Mu‟athoh Bai‟ al-Mu‟athoh adalah mengambil dan memberikan barang tanpa ijab dan Kabul. Contohnya seperti seseorang yang membeli barang di minimarket yang mana label harganya sudah tertera pada barang tersebut. Menurut sebagian Ulama Syafi‟i hal ini dilarang karena tidak ada ijab Kabul yang merupakan rukun jual beli. Sedangkan sebagian Ulama Syafi‟I yang lainnya membolehkan jual beli tanpa ijab Kabul seperti itu. 5. Bai‟ al-Jazaf Bai‟ al-Jazaf adalah jual beli suatu barang tanpa menggunakan alat ukur. Contohnya seperti seseorang yang membeli nasi uduk.30 Adapun Imam Taqiyuddin membagi jenis jual beli berdasarkan benda yaitu:31 a. Jual beli benda yang kelihatan; yaitu jual beli yang pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli. b. Jual beli yang disebutkan sifatsifatnya dalam perjanjian; yaitu jual beli salam (pesanan). Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahannya ialah : 1) Ketika melakukan akad salam disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang maupun diukur. 2) Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan memperendah harga barang itu. 3) Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang biasa didapat dipasar. 29 Nasrun Haroen, Fiqhi Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 122. 30 Gufran A. Mas‟adi,Fiqhi Muamalah Kontekstuual, op. cit., h. 81. 31 Taqiyuddin Abi Bakri bin Muhammad al-Husaini,Kifayatul Akhyar,op. cit.,h. 189. 4) Harga hendakya dipegang ditempat akad berlangsung. c. Jual beli benda tidak ada (tidak dapat dilihat); ialah jual beli yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak. Ulama Hanafiyah membagi jual beli berdasarkan segi hukum (baik objek ataupun pelaku) yatu: 1. Jual beli sahih Jual beli dikatkan sahih apabila jual beli itu disyariatkan, memenuhi rukun dan syarat yan ditentukan, bukan milik orang lain, tidak tergantung pada hak khiyar lagi. Seperti contoh seseorang membeli kendaraan roda empat. Selurut rukun dan syarat jual beli terpenuhi, kendaraan roda empat telah diperiksa oleh pembeli dan tidak ada cacat, tidak ada yang rusak, dan tidak ada manipulasi harga, serta tidak ada lagi khiyar dalam jual beli itu, maka hukumnya sahih dan mengikat kedua belah pihak. 2. Jual beli batil Jual beli batil yaitu apabila salah satu rukun atau syarat jual beli tidak terpenuhi dan pada dasarnya jual beli tersebut tidak disyariatkan. Selain yang di atas, jual beli ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang. Jual beli yang dilarang pun dibagi lagi menjadi yang batal dan tetap sah.Adapun jual beli batil di antaranya: Barang yang dihukumkan najis dan yang terkena najis. Ulama sepakat tentang larangan jual beli barang yang najis, seperti khamar. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang barang yang terkena najis (al-mutanajis) yang tidak mungkin dihilangkan, seperti minyak yang terkena bangkai tikus. Ulama Hanafiyah membolehkannya untuk barang yang tidak untuk dimakan, sedangkan ulama Malikiyah membolehkannya setelah dibersihkan. 3. Jual beli dengan muhaqallah Menjual tanam-tanaman yang masih di ladang atau di sawah. Pada model ini terkumpul dua hal yang terlarang, yaitu: a. Adanya ketidakjelasan kadar pada barang yang diperjual belikan. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 98 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam b. Padanya terdapat unsur riba karena tidak diketahui secara pasti adanya kesamaan antara dua barang yang diperjual belikan. Ketidak jelasan di sini karena bijibijian yang masih ditangkainya tidak diketahui kadarnya (beratnya) secara pasti dan tidak diketahui baik dan buruknya barang tersebut. Adapun adanya unsur riba di sini karena jual beli biji-bijian dengan biji-bijian yang sejenis dengannya tanpa adanya takaran syar'i yang sudah diketahui akan menyebabkan ketidakjelasan pada sesuatu.32 4. Jual beli dengan mukhadharah Menjual buah-buahan yang belum masak (matang). Boleh menjual buahbuahan sebelum masak dengan syarat harus dipetik untuk orang yang ingin mengambil manfaat darinya. Kemudian, apabila seseorang membeli kurma (yang belum masak) dan sebelum dipanen tiba-tiba kurma tersebut tertimpa musibah sehingga memberi mudharat baginya, maka hukumnya si pembeli wajib untuk tidak menerima kurma tersebut dan boleh meminta uangnya kembali dari si penjual. Dilarangnya jual beli buahbuahan yang belum masak, yaitu agar tidak terjadi kasus memakan harta si pembeli tanpa hak yang dibenarkan, karena buahbuahan tersebut kemungkinan bisa rusak. Allah telah melarangnya dan Allah pun menguatkan tujuan dari larangan ini dengan memberi pembelaan kepada si pembeli yang barangnya rusak karena terkena musibah setelah terjadinya jual beli yang dibolehkan. Semuanya ini dimaksudkan agar si pembeli tidak merasa dizhalimi dan hartanya tidak dimakan tanpa adanya hak yang dibenarkan.”33 5. Jual beli dengan mulasamah Jual beli secara sentuh menyentuh. Yaitu apabila seorang pedagang berkata, “Kain mana saja yang engkau sentuh, maka kain tersebut menjadi milikmu dengan harga sekian.” 32 Kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqih Wanita, (Cet. V, Jakarta: Timur: Pustaka AlKautsar, 2000), h. 615. 33 Gufran A. Mas‟adi,Fiqhi Muamalah Kontestual,op. cit., h. 85. Jual beli ini tidak layak dengan dua sebab: a. Adanya jahalah (ketidakjelasan barang). b. Masih tergantung dengan syarat. Syaratnya ialah seorang pedagang berkata, "Aku jual pakaian yang engkau sentuh dari pakaian-pakaian ini."Masuk dalam larangan ini semua barang, maka tidak boleh membeli sesuatu dengan cara mulasamah karena adanya dua sebab yang sudah disebutkan tadi, baik barang tersebut berupa pakaian atau yang lainnya.34 6. Jual beli dengan munabadzah Jual beli secara lempar-melempar. Apabila seseorang berkata, "kain mana saja yang kamu lemparkan kepadaku, maka aku membayarnya dengan harga sekian," tanpa ia melihat kepada barang tersebut. Jual beli ini tidak sah disebabkan dua 'illat (alasan), yaitu: a. Adanya ketidakjelasan barang. b. Barang yang dijual masih bergantung pada syarat, yaitu apabila kain tersebut dilemparkan kepadanya. Dan masuk dalam kategori ini semua jenis barang, berdasarkan perkataan, "barang apa saja yang engkau lemparkan kepada saya, maka saya wajib membayarnya dengan harga sekian." Jual seperti ini tidak boleh. 35 7. Jual beli dengan muzabanah Menjaul anggur dengan anggur atau menjual kurma dengan kurma yang masih berada di pohon atau menjual ruthab (kurma yang masih basah) dengan kurma yang sudah kering. Dalam jual beli ini terdapat dua 'illat (sebab) yang mengharuskan syariat untuk melarangnya: a. Adanya ketidakjelasan pada barang (karena masih berada di pohon). Juga adanya bahaya yang akan mengancam salah satu pihak dengan kerugian. b. Adanya unsur riba karena kurma yang masih berada di pohon belum jelas (kadarnya, serta baik dan buruknya), maka menjual kurma dengan kurma yang sejenis, tentu belum memastikan adanya tamatsul (samanya kadar antara dua barang yang dijualbelikan), 34 Nasrun Haroen, Fiqhi Muamalah, op. cit., h. 54. 35 Ibid., h. 55. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 99 sehingga hal tersebut akan menyebabkan terjadinya riba fadhl.36 8. Dua transaksi dalam satu transaksi jual beli. Adapun jika seseorang berkata, "Aku menjual barang ini kepadamu dengan harga 20 tapi dibayar kontan atau dengan harga 30 tapi ditangguhkan pembayarannya." Lalu kedua belah pihak berpisah sebelum menentukan barang (yang disepakati). Atau seseorang berkata, "saya jual barang ini kepadamu tapi dengan syarat engkau juga menjual barang ini kepadaku atau engkau membeli barang tersebut dariku dan begitu seterusnya."Al-Ahnaf (pengikut madzhab Imam Hanafi) berkata, "jual beli seperti ini fasid (dinyatakan rusak) karena harganya masih majhul (belum diketahui)." Para pengikut Madzhab Imam asysyafi'i dan Ahmad bin Hanbal berkata, "Akad jual beli seperti ini bathil karena jual beli ini mengandung unsur penipuan dengan sebab adanya jahalah (ketidakjelasan)." Imam Malik ra. berpendapat tentang sahnya jual beli ini, namun beliau mensyaratkan adanya khiyar (hak untuk menentukan pilihan).37 9. Jual beli gharar. Para fuqaha'. Menyebutkan definisi yang sangat banyak tentang jual beli gharar ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra. berkata, "jual beli gharar yaitu (jual beli) yang akibatnya belum diketahui secara pasti. Ibnu Qayyim ra. menuturkan, "jual beli gharar yaitu jual beli sesuatu yang tidak mampu untuk diserahkan (kepada si pembeli), baik barang itu ada ataupun memang barang itu tidak ada, seperti menjual budak yang melarikan diri dan menjual hewan yang kabu walaupun ada. “Ibnu Hazm azhZhahiri ra. berkata dalam kitab al-Muhalla, Jual beli gharar, yaitu si pembeli tidak mengetahui apa yang ia beli dan si penjual sendiri tidak mengetahui apa yang ia jual”. 38 Imam as-Sarakhsi ra. berkata,"jual beli gharari yaitu jual beli yang akibatnya masih tertutup (belum jelas). 36 Ibid., h.63-64. 37 Ibid., h. 45-47. 38 Ibid. h. 75-76. 10. Jual beli Hashaat Jual beli dengan cara melempar kerikil. Apabila seorang penjual berkata pada pembeli, "lemparkan kerikil ini, di mana saja kerikil ini jatuh, maka itulah batas akhir tanah yang engkau beli.”. Jual beli seperti ini hukumnya haram dan termasuk jual beli Jahiliyyah. Dan menurut mereka (para ulama) jual beli dengan cara ini tidak hanya berlaku untuk barang berupa tanah saja, namun bisa juga semua barang yang bisa dilempar dengan kerikil, baik berupa jual beli kambing, pakaian, makanan ataupun yang lainnya. Jual beli dilarang yang disebutkan hanya sebagian contoh. Masih banyak jenis jual beli yang lain seperti jual beli 'urudh, jual beli ajil, jual beli muqayyadhah, jual beli muratahlah, jual beli 'inah, jual beli habalah, jual beli 'urbun, jual beli taji-ah, dan lain sebagainya. Tinjauan Hukum Islam tentang Jual Beli Pakan Ternak Babi Agama Islam adalah rahmat bagi alam semesta. Islam sangat menghargai dan melindungi kepentingan manusia. Allah meletakkan dasar-dasar, undang-undang dan peraturan muamalah agar dapat membatasi manusia untuk tidak berbuat sewenangwenang dengan mengambil hak orang lain yang bukan haknya dengan cara yang batil. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai nafsu yang kadang selalu mengajak kejahatan, agar manusia akan menjadi lurus dan tidak hilang akan hak-haknya, serta saling mengambil manfaat di antara mereka melalui jalan yang terbaik dan teratur seperti melalui jalur jual beli. Jual beli dalam Islam merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi dan muamalah yang berakad saling tolong menolong sesama manusia yang ketentuan hukumnya telah diatur. Sebagai suatu akad, jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara‟.Sehingga jika salah satu dari rukun tersebut tidak terpenuhi maka jual beli tersebut tidak dikategorikan sebagai jual beli.39 39 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 130 Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 100 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam Kaidah yang dapat digunakan dalam sistem muamalah adalah“pada dasarnya segala sesuatu itu boleh”. Akan tetapi kebolehan tersebut dapat berubah menjadi haram apabila terdapat qarinah yang mendukungnya. Ada beberapa alasan yang dapat mengakibatkan perdagangan atau jual beli menjadi sesuatu yang terlarang jika seandainya hal itu hanya akan menyebabkan dampak yang tidak baik bagi manusia. Kesepakatan dan kerelaan (adanya unsur suka sama suka) sangat ditekankan dalam setiap bentuk perdagangan (jual beli). Namun hanya dengan kesepakatan dan kerelaan yang bermula dari suka sama suka tidak menjamin suatu transaksi dapat dinyatakan sah dalam Islam yang mengatur adanya transaksi yang dibolehkan dan tidak dibolehkan.40 Dalam transaksi jual beli pakan ternak babi melibatkan tiga pihak yakni Petani pembudidaya (penjual), Pedagang/ pengepul (pembeli dari petani), dan Peternak babi (pembeli dari para pengepul). Untuk mengetahui hukum tentang jual beli pakan ternak babi misalnya ubi jalar dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Syarat dan rukun jual beli a. Adanya pihak penjual dan pembeli (Akid) Pada pembahasan sebelumnya, telah penulis kemukakan bahwa orang yang melakukan jual beli harus memenuhi syaratsyarat, diantaranya: kehendaknya sendiri atau tidak dipaksa, sehat akalnya, sudah dewasa atau baligh. Dalam jual beli pakan ternak babi, para pelakunya melakukan jual beli atas kehendaknya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Begitu juga penjual dan pembelinya juga sudah dewasa dan sehat akalnya. Dalam praktek jual beli pakan ternak babi yang terjadi selama ini belum pernah ditemukan orang yang melakukannya adalah orang yang belum dewasa atau orang yang kurang akalnya. Dari uraian ini jelas bahwa jual beli pakan ternak babi ditinjau dari segi syarat akidnya sudah sesuai dengan aturan jual beli dalam Islam. b. Lafal / sighat (ijab dan qabul) Unsur terpenting dalam jual beli adalah adanya kerelaan dari kedua belah pihak (akid). Kerelaan tersebut bisa dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Adapun syarat dalam ijab dan qabul adalah: 1) Keadaan ijab dan qabul satu sama lainnya saling berhubungan di satu tempat tanpa ada pemisah yang merusak. 2) Makna keduanya hendaklah sama walaupun lafal keduanya berlainan. 3) Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain 4) Tidak berwaktu.41 Dalam jual beli pakan ternak babi dilakukan dengan saling berhubungan langsung satu sama lainnya antara penjual dan pembeli. Para penjual dan pembeli melakukan transaksinya dengan lafal yang jelas. Disamping itu juga dalam hal ijab dan qabul nya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa jual beli pakan ternak babi dilihat dari syarat lafal (ijab dan qabu) sudah sesuai dengan aturan jual beli dalam Islam. c. Obyek yang diperjualbelikan (ma‟qud alaih) Menurut Syafi‟iyah, barang yang sah untuk diperjualbelikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Suci bendanya 2) Bendanya bermanfaat 3) Bendanya dapat diserahterimakan 4) Bendanya milik sipenjual sendiri atau orang lain yang sudah mendapat ijin dari pemiliknya. 5) Bendanya harus jelas, zat, ukuran dan sifatnya.42 Suci bendanya berarti benda tersebut bukan merupakan benda yang najis. Dalam jual beli pakan ternak babi misalnya daun ubi jalar bila dilihat dari segi benda yang dijadikan obyeknya yaitu daun ubi jalar, maka ia termasuk benda yang suci dan di41 Gemala Dewi, et.al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 105 42 40 Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis ECommerce Perspektif Islam, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), h. 86 Hamzah Ya‟qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam;Pola Pembinaan Hidup dalam Berekonom), (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), h. 86 Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 101 perbolehkan untuk diperjualbelikan. Sedangkan yang dimaksud dengan bendanya bermanfaat menurut syara‟ berarti pemanfaatan benda tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Dalam hal ini berarti jual beli daun ubi jalar memenuhi unsur manfaat menurut syara‟. Ini dikarenakan pemanfaatan daun ubi jalar itu digunakan untuk memberi makan hewan ternak yaitu babi. Uraian tersebut menunjukkan bahwa dalam jual beli daun ubi jalar telah memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan ma‟qud alaihnya. Dengan demikian, dalam praktek jual beli pakan ternak babi dilihat dari segi rukun dan syaratnya secara umum telah memenuhi aturan dalam jual beli seperti adanya aqidaian (penjual dan pembeli), adanya lafal (ijab dan qabul) dan adanya ma‟qud alaih yaitu uang dan barang (benda). Segala sesuatu yang ada di muka bumi pada dasarnya mengandung manfaat. Sesuatu dipandang tidak berguna dan dilarang jika telah ditegaskan oleh nash atau menurut kenyataan atau hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa barang itu berbahaya. Pelarangan jual beli dalam agama Islam dibagai menjadi tiga yaitu: a. Barang atau zat yang terlarang diperjualbelikan seperti babi, minuman keras dan berhala, anjing, alat-alat maksiat dan barang-barang yang samar. b. Segala usaha atau obyek dagang yang terlarang seperti usaha pelacuran, perjudian. c. Cara-cara dagang atau jual beli yang terlarang seperti banyak sumpah, penimbunan barang. Jual beli daun ubi jalar sebagai pakan ternak babi dapat dikategorikan sah karena telah memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli. Namun disisi lain jual beli tersebut juga terlarang atau juga fasid, ini dikarenakan dalam pemanfaatan daun ubi jalar tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam yaitu untuk pakan ternak babi. Dengan menjual daun ubi jalar kepada peternak babi maka secara tidak langsung berarti penjual daun ubi jalar mendukung usaha peternakan babi.43 Dalam hukum Islam perbuatan tersebut (melarang jual beli pakan ternak babi) termasuk saddudz dzari‟ah. Saddudzdzari‟ah adalah meniadakan atau menutup jalan yang menuju kepada perbuatan yang dilarang. 44 Dilihat dari segi akibatnya maka jual beli daun ubi jalar untuk pakan ternak babi termasuk perbuatan yang kadar kemungkinan terjadinya kemafsadatan tergolong kategori persangkaan yang kuat (ghalabat azhzhan), tidak sampai pada kategori keyakinan yang pasti (‟ilmu yaqin), tidak pula terhitung nadir (jarang). Dalam hal ini persangkaan kuat disamakan dengan keyakinan yang pasti. Sebab sadduz dzari‟ah (menutup perantara) mengharuskan berhati-hati semaksimal mungkin untuk menghindarkan dari kemafsadatan. Tidak diragukan lagi bahwa ikhtiyah (hati-hati) mengharuskan menggunakan persangkaan kuat (ghalabat azh-zhan). Sebab persangkaan mengenai hukum-hukum yang bersifat praktis (‟amaly) mempunyai kedudukan yang sama dengan yakin.45 Jual beli daun ubi jalar untuk pakan ternak babi dapat disamakan seperti orang yang menjual anggur kepada orang yang bisa menjadikannya minuman keras atau menjual senjata yang digunakan untuk memfitnah.46 Ibnu Qudamah mengatakan, bahwa menjual anggur peras bagi orang yang akan menjadikannya khamar hukumnya haram. Yang diharamkan adalah menjual barang yang diketahui tujuan sipembeli yang akan menjadikan khamar. Ketentuan ini berlaku untuk semua barang yang akan dijadikan sebagai alat untuk melakukan pekerjaan haram.47 Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya: Dari Abdullah bin buraidah dari ayahnya ra, ia berkata: Pakan Babi di Kelurahan Bosso Kecamatan Walenrang Utara, (Skripsi, 2013), h.55 44 Mukhtar Yahya, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Islami,(Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1986), h. 347 45 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 444 46 Aminata, Op.cit, 56 47 43 Aminata ,Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Daun Ubi Jalar Sebagai Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jilid III, Beirut: Darul Fikr, t.th.), h. 148 Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 102 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam rasulullah saw bersabda: barang siapa yang membiarkan anggur pada masa panennya untuk dijual kepada yang membuat arak dari anggur, maka ia telah melemparkan dirinya ke dalam api neraka dengan sengaja. (Diriwayatkan oleh Tabrani dalam kitab alausath dengan sanad hasan). Dengan menjual daun ubi jalar kepada peternak babi berarti terjadi perbuatan tolong menolong dalam hal kemaksiatan, yang tentunya bertentangan firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Al-Maidah/5: 2 termasuk saddudz dzari‟ah. Saddudzdzari‟ah adalah meniadakan atau menutup jalan yang menuju kepada perbuatan yang dilarang. Sadduz dzari‟ah (menutup perantara) mengharuskan berhati-hati semaksimal mungkin untuk menghindar dari kemafsadatan. .. Abu Zahrah, Muhammad, Ushul Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994 ... Terjemahnya: Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan dalam berbuat dosa dan permusuhan. 48 Pelarangan dan pengharaman terhadap pemanfaatan babi ini dikarenakan pelarangan pada zatnya sendiri, meskipun diketahui ada efek negatif yang ditimbulkan. Simpulan Jual beli dalam Islam dikatakan sah jika memenuhi syarat dan rukunnya. Di antara syarat dan rukunnya adalah: 1) Penjual dan pembeli, Syaratnya: a) Baligh atau dewasa b) Berakal, c) Keadaan tidak mubazir (pemboros) d) Dengan kehendaknya sendiri (bukan dipaksa). 2) Bendabenda atau barang yang diperjualbelikan (Ma’kud Alaih) Adapun syarat atas bendabenda yang diperjual belikan adalah: a) Bermanfaat b) Suci c) Dapat diserahkan d) Milik sendiri 3) Lafaz/Sigat (Ijab Qabul). Jual beli daun ubi jalar sebagai pakan ternak babi dapat dikategorikan sah karena telah memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli. Namun disisi lain jual beli tersebut juga terlarang atau juga fasid, ini dikarenakan dalam pemanfaatan daun ubi jalar tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam yaitu untuk memberi makan pada ternak yang haram bagi umat Islam untuk mengkomsumsi-nya. Dalam hukum Islam perbuatan tersebut 48 Daftar Pustaka „Uwaidah, Kamil Muhammad, Fiqih Wanita, Cet. V, Jakarta: Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2000. Ahmad, Imam bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambali, juz IV. Beirut: Dãr Ibn Katsir. 1993. al-Aziz,Saifullah, Fiqhi Islam, Surabaya: Terbit Terang, 1996. al-Husaini, Taqiyuddin Abi Bakri bin Muhammad, Kifayatul Akhyar, Surabaya: Dãrl Kitab Islami, t.th. al-Kahlani, Muhammad Ismail, Subulussalam, Bandung: Dahlan, t.th. al-Qurtubi, Abu Walid Muhammad bin Ahmad Rasyid, Bidayah alMujtahid,Semarang: Toha Putra, t.th. Aminata, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Daun Ubi Jalar Sebagai Pakan Babi di Kelurahan Bosso Kecamatan Walenrang Utara, Skripsi, 2013 Anonim, Fikih Perniagaan | Klikuk.Com | Titian IlmuPenyejuk Qalbu (5 Desember 2013) Asnawi, Haris Faulidi, Transaksi Bisnis ECommerce Perspektif Islam, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004 Buhari, Imam Shahih Bukhari, Book 34, Hadith 1, Vol. 3, Book 34 http://sunnah.com/bukhari/34 Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, (Juz. I, Singapura: Maktabah Sulaiman Mar‟iy, tth. Departemen Agama, op.cit., h. 106 Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 103 Bukhori, Imam, Shahih al Bukhari, Juz 3, Beirut-Libanon: Dãr Al- Kutub AlIlmiyah, t.th. Mas‟ud, Ibnu dan Zainal Abidin, Fiqhi Mazhab Syafi‟i, Bandung: Diponegoro, 2007 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1989 Rasyid, Sulaiman, Fiqhi Islam, Cet. 22, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989. Gemala Dewi, et.al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2005 Sabiq, Sayyid, alih bahasa oleh Kamaluddin A. Marzuki dkk. Fiqhi Sunnah Jil. 12 , Bandung: Alma‟arif, 1996. Haroen, Nasrun, Fiqhi Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000 Sabiq, Sayyid, Fiqhi as-Sunnah, Jil. III, Libanon: Dãrl Fikr, t.th. Hasyimi, Muhammad, Fiqhi 4 Mazhab, (Bandung: Sinar Baru Argesindo, 1999. Syafei, Rachmat, Fiqhi Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001. Lubis, Suhrawardi K., Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000 Mas‟adi, Gufran A., Fiqhi Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Ya‟qub, Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam; Pola Pembinaan Hidup dalam Berekonom), Bandung: CV. Diponegoro, 1992 Yahya, Mukhtar, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Islami, Bandung: PT. AlMa‟arif, 1986 Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 104 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis …….. URGENSI KEPRIBADIAN DALAM ORGANISASI BISNIS Hamdani Abstract: Daily activities, will be found a wide variety of characteristics of employees. Some are aggressive, calm, explosiveness, ambitious, sociable, passive, and so forth. The characteristics of these employees is a categorization based on personality. So it can be defined as a combination of personality traits that describe a person's psychological. Organizational behavior is essentially the result of interaction between individuals within the organization. Organizational behavior basically focused on two scopes. First, review the behavior of individuals within the organization, such as attitude, personality, perception, learning and motivation. Secondly, the behavior of groups within the organization, which include norms, roles, team building and conflict. Therefore, coverage is so extensive organizational behavior, before understanding the behavior of the organization first needs to understand individuals as one dimension in the organization is very important and is one of the supporting factors in the organization Keywords: Personality, organicist Business Pendahuluan Dalam organisasi seorang manajer seringkali melihat organisasi dari sisi formalnya, yaitu: struktur organisasi, strategi, kebijakan, sasaran, prosedur, wewenang formal, rantai komando dan sebagainya. Kesemua merupakan aspek formal suatu organisasi yang mudah ditetapkan parameter ukurannya. Namun dibalik itu semua, ada proses dalam organisasi yang tidak nampak dipermukaan, yaitu perilaku individu dalam organisasi. Pemahaman tentang perilaku organisasi akan sangat membantu manajer/ pimpinan dalam menjalankan roda-roda organisasi. Setidaknya dengan memahami perilaku organisasi akan membantu manajer dalam memahami dan mengelola perilaku karyawannya, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok dalam organisasi. Dalam keseharian organisasi, akan dijumpai beranekaragam ciri karyawan. Ada yang agresif, tenang, meledak-ledak, ambisius, mudah bergaul, pasif dan sebagainya. Ciri-ciri karyawan ini merupakan pengkategorian berdasarkan kepribadian. Jadi kepribadian dapat diartikan sebagai perpaduan ciri-ciri psikologis yang menggambarkan seseorang. Perilaku organisasi pada hakekatnya adalah hasil interaksi antara individuindividu dalam organisasi. Perilaku organisasi pada dasarnya memusatkan perhatian pada dua cakupan. Pertama, meninjau perilaku individu dalam organisasi, seperti sikap, kepribadian, persepsi, pembelajaran dan motivasi. Kedua, perilaku kelompok dalam organisasi, yang meliputi norma, peran, pembentukan tim dan konflik. Oleh karena cakupan perilaku organisasi begitu luas, maka sebelum memahami perilaku organisasi perlu memahami lebih dahulu individu-individu sebagai salah satu dimensi dalam organisasi yang amat penting serta merupakan salah satu faktor pendukung dalam organisasi. Pola perilaku manusia dalam organisasi sangatlah berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda yang dimiliki jauh sebelum manusia itu menjadi bagian dari sebuah organisasi. Cara seseorang bertindak serta berhubungan mencerminkan kepribadiannya sehingga dalam kenyataannya banyak segi dari setiap orang adalah unik (khas). Kondisi inilah yang menyebabkan timbulnya teori-teori kepribadian dalam psikologi yang bisa digunakan untuk kerangka acuan dalam memahami dan menjelaskan tingkah laku kita sendiri dan orang lain. Organisasi dan Bisnis dituntut untuk selalu berinovasi sesuai dengan tren saat ini. Faktor-faktor seperti ketatnya persaingan dan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut organisasi untuk menjadi kreatif dan inovatif. Organisasi yang selalu inovatif dan kreatif selalu memiliki visi masa depan yang terencana dan terukur. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis Oleh karena itu, organisasi bisnis harus bisa mengimplementasikan visi tersebut menjadi misi yang harus dijalankan di tiap bagian, salah satunya adalah kinerja kreatif organisasi. Kinerja menjadi hal yang penting dalam organisasi. Menurut Prabu Mangkunegara kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.1 Mangkuprawira juga menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.2 Untuk mencapai kinerja kreatif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kepribadian. Menurut Mahmud kepribadian itu mempunyai arti yang lebih dari pada hanya sekedar sifat menarik yang tersusun dari semua sifat yang dimilikinya. Sifat tersebut bermacam-macam. Seperti yang berkenaan dengan cara orang berbuat, menggambarkan sikap, berhubungan dengan minat, dan temperamen emosionil.3 George dan Zhou dalam Williams menjelaskan bahwa salah satu kepribadian yang terkait dengan kinerja kreatif dalam organisasi adalah keterbukaan keterbukaan pada pengalaman.4 Dalam suatu organisasi pasti ada beberapa individu yang mem1 Anwar Prabu Mangkunegara, AA. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya2000), h. 67. 2 Sjafri Mangkuprawira, Kinerja: Apa Itu?, http://ronawajah.wordpress.com/, diakses 18 Agustus 2015 105 punyai sikap terbuka dalam segala hal. Individu yang terbuka tersebut cenderung lebih kreatif daripada anggota organisasi yang lain. Selain keterbukaan terhadap pengalaman, ciri kepribadian lain yang menjadi bagian dari lima model utama personalitas adalah ekstraversi, neurotisisme, daya terima, dan sifat kehati-hatian. Dari 5 model utama tersebut, keterbukaan terhadap pengalaman menjadi elemen penting untuk mencapai kinerja kreatif dalam organisasi. Jika kepribadian manusia biasa pada umumnya memiliki kecenderungan ke arah tertentu, maka kepribadian kreatif terdiri dari sifat-sifat berlawanan yang terus menerus „bertarung‟, tapi di sisi lain juga hidup berdampingan dalam suatu tubuh. Dalam kehidupan ini hampir semua orang di dunia menyukai karakter-karakter baik. Merekamereka yang sukses dalam bidang apa pun dan bisa bertahan lama adalah mereka yang memiliki karakter-karakter baik Kepribadian Menurut Gibson definisi dari kepribadian adalah himpunan karakteristik dan kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang.5 Sedangkan menurut Allport dalam Gibson adalah organisasi dinamis di dalam masing-masing dan sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungan.6 Dapat juga dikatakan bahwa kepribadian adalah total jumlah dari cara-cara dalam mana seseorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Disisi lain Wood mendefinisikan kepribadian sebagai profil keseluruhan atau kombinasi sifat yang memberi ciri khas sifat dasar seseorang.7 Gordon W. Allport dalam Yosep, mendefinisikan kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko- 3 M. Dimyanti Mahmud, Psikologi: Suatu Pengantar. (Yogyakarta: BPFE. 1990), h.23. 4 Scott David Williams,. Personality, attitude, and leader influences on divergent thinking and creativiy in organizations. European Journal of Innovation Management, Vol. 7 No. 3, 2004, h. 187-204. 5 Ivancevich Gibson, Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Erlangga,1996), h.45 6 Ibid. 7 Wood, et al. Organisational Behaviour An Asia-Pacific Perspective. (Australia: Jacaranda Wiley Ltd, 2000), h. 67 Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 106 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis …….. fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku yang mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman, reward, punishment, pendidikan, dan sebagainya.8 Pengertian di atas merujuk pada ciri-ciri perilaku yang kompleks terdiri dari temperamen (reaksi emosi yang cenderung menetap dalam merespon situasi atau stimulus lingkungan secara spontan), emosi yang bersipat unik dari individu Reaksi yang berbeda dari .masingmasing individu menunjukan perbedaan kepribadian. George, Zhou dan Woodman dalam Williams menyebutkan bahwa salah satu ciri kepribadian yang dihubungkan dengan kinerja kreatif individu dalam organisasi adalah keterbukaan terhadap pengalaman. Dalam suatu organisasi pasti ada beberapa individu yang mempunyai sikap terbuka dalam segala hal. Individu yang terbuka tersebut cenderung lebih kreatif daripada anggota organisasi yang lain. Karena itu keterbukaan menjadi bagian dari ciri kepribadian yang mempunyai kinerja kreatif dalam organisasi. Selain keterbukaan terhadap pengalaman, ciri kepribadian lain yang menjadi bagian dari 5 model utama personalitas adalah ekstraversi, neurotisisme, daya terima, dan sifat kehati-hatian. 9 Dari 5 model utama tersebut, keterbukaan terhadap pengalaman menjadi elemen penting untuk mencapai kreativitas kerja. Dalam perkembangannya, teori kepribadian memiliki tiga pendekatan, yaitu: pendekatan sifat, pendekatan psikodinamis dan pendekatan humanis. 1. Teori Kepribadian Sifat (Trait) Teori ini didasarkan pada alasan predisposisi mengarahkan perilaku individu dalam pola yang konsisten. Menurut Allport dalam Gibson10 sifat (Trait) adalah merupakan batu bata ibarat pondasi dari suatu bangunan, alasan, tindakan, sumber keunikan individu. Sifat adalah dugaan kecenderungan yang mengarahkan perilaku secara konsisten dan ciri karakteristik tertentu. Sifat menghasilkan konsistensi pada perilaku, karena sifat melanjutkan atribut dan cakupannya secara umum dan luas. 2. Teori Kepribadian Psikodinamis Menurut Freud dalam Gibson bahwa perbedaan kepribadian individu itu karena setiap orang mempunyai dasar yang berbeda. Ia membagi kepribadian menjadi tiga bagian, yaitu: id, ego dan superego. Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, system yang di dalamnya terdapt nalurinaluri bawaan. Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Berdasarkan fungsinya tersebut maka ego bertindak sebagai penengah konflik, seringkali ego harus kompromi, untuk mencoba dan memuaskan Id dan Superego. Superego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturanaturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik buruk), dimana nilai-nilai termasuk di dalamnya sikap moral tersebut dibentuk oleh masyarakat. Superoego sering bertentangan dengan Id, Id ingin melakukan apa yang dirasa baik sementara Superego memaksa melakukan apa yang “benar”. 11 3. Teori Kepribadian Humanistik Menurut Roger dalam Gibson pendekatan untuk memahami kepribadian menekankan pada perkembangan individu dan aktualisasi diri seseorang. Pendekatan dalam memahami kepribadian adalah humanistik (berpusat pada manusia) dan percaya bahwa yang paling dasar dari organisme manusia adalah untuk aktualisasi diri. 8 Determinan Kepribadian. 9 Ada tiga faktor yang menentukan kepribadian individu, yaitu: (1) keturunan, (2) lingkungan dan (3) situasi. Dalam hal ini Yosep, Keperawatan Jiwa. Cetakan 1. (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 38. Scott David Williams,. Personality, attitude, and leader influences on divergent thinking and creativiy in organizations. European Journal of Innovation Management, Vol. 7 No. 3, 2004, h. 187-204. 10 Ivancevich Gibson, loc.cit 11 Ibid Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis Wood menjelaskan dalam sebuah gambar sederhana tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepribadian individu. Heredity Personality Environment - Cultural factors - Sosial Factors - Situational Factors 107 akan ditentukan oleh penyesuaiannya pada keturunan dan persyaratan lingkungan. Situasi sebagai determinan yang mempengaruhi efek keturunan dan lingkungan pada kepribadian. Kepribadian individu yang mantap dan konsisten, bisa berubah karena situasi. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspekaspek yang berlainan pada kepribadian seseorang. Ciri-ciri Kepribadian Gambar: Heredity and environmental linkage with personality Dari gambar tersebut di atas ditarik sebuah formula, yaitu: P = f (H, E) dimana P adalah Personality, H adalah Heredity dan E adalah Environment. Artinya Kepribadian (Personality) merupakan suatu hasil interaksi antara faktor keturunan (heredity) dengan faktor lingkungan (Environment). Dengan kata lain kepribadian sebagai hasil perpaduan antara faktor keturunan dan faktor lingkungan yang terdiri dari faktor budaya, sosial dan situasi. Keturunan merujuk faktor yang diturunkan saat pembuahan. Pendekatan keturunan berasumsi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian seseorang atau individu adalah struktur molekul dari gen-gen yang terletak dalam kromosom. Sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, temperamen, komposisi otot dan reflek, tingkat energi dan ritme hayati merupakan karakteristik yang umumnya dipengaruhi oleh kedua orang tua. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa faktor-faktor psikofisik (seperti tinggi badan, warna rambut, sifat malu, takut, murung, kegemaran, kemantapan, tidak mau repot dan bahkan kepuasan kerja) cenderung ditentukan oleh faktor hereditas. Lingkungan adalah faktor yang merujuk pada budaya dimana seseorang dibesarkan, pengkodisian dini, norma-norma keluarga, teman dan kelompok sosial serta pengaruh lain. Pertimbangan seksama dari argumen pendukung tentang keturunan dan lingkungan sebagai determinan utama kepribadian dapat dikatakan bahwa keduanya penting. Keturunan menentukan parameter atau batas luar, tetapi potensi penuh individu Ciri-ciri kepribadian adalah karakteristik (seperti sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia) yang diperagakan oleh individu dalam sejumlah besar situasi. Dengan kata lain ciri kepribadian adalah karakteristik yang bertahan yang memberikan perilaku seorang individu. Pencarian dini ciri-ciri utama dengan identifikasi enam belas faktor kepribadian yang dipandang sebagai ciri primer kepribadian atau yang merupakan sumber perilaku yang umumnya konstan, memungkinkan ramalan dari perilaku seorang individu dalam situasisituasi khusus dengan menimbang karakteristik untuk relevansi situasi awalnya. Myers Briggs Type Indicator (MB TI) adalah salah satu kerangka kepribadian yang paling banyak digunakan. Suatu tes kepribadian yang menyadap empat karakteristik dan mengelompokkan orang-orang ke dalam salah satu dari enambelas tipe. Hasilnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Ekstrovet atau Introvet (E atau I) 2. Menginderai (Sensing) atau Intuitive (S atau N) 3. Berpikir (Thinking) atau Merasakan (Feeling) (T atau F) 4. Merasa (Perceiving) atau Menimbangnimbang (Judging) (P atau J) Dari kelompok-kelompok tersebut di atas dapat digabung dengan enambelas tipe kepribadian: 1. Tipe INTJ (Introvet, Intuitive, Thinking, Judging) adalah kelompok visioner, dengan kepribadian yang bercirikan: punya pikiran orisinil dan dorongan besar untuk ide dan maksud mereka sendiri, skeptis, kritis, tidak tergantung, bulat tekat dan keras kepala. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 108 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis …….. 2. Tipe ESTJ (Ekstrovet, Sensing, Thinking, Judging) adalah kelompok pengorganisasi, yang mempunyai ciri: praktis, realistis, tidak berbelit, menyukai organisasi dan menjalankan kegiatan. 3. Tipe ENTP (Ekstrovet, Intuitive, Thinking, Perceiving) adalah kelompok atau tipe pengkonsep, ia cepat dan banyak akal, baik dalam banyak hal. Dari berbagai penelitian tentang kepribadian, yang paling populer adalah model kepribadian lima faktor yang biasa disebut model lima besar. Ciri-ciri kepribadian menurut model ini adalah: 1. Ekstraversi yaitu dimensi kepribadian yang menggambarkan sejauh mana seseorang itu mudah bergaul, pandai bicara dan tegas. 2. Agreeableness yaitu dimensi kepribadian yang menggambarkan sejauhmana seseorang itu ramah, mudah bekerja sama, dan dapat dipercaya. 3. Ketelitian yaitu dimensi kepribadian yang menggambarkan sejauhmana seseorang bertanggung jawab, andal, tekun dan berorientasi prestasi. 4. Kemantapan emosional yaitu dimensi kepribadian yang menggambarkan sejauhmana seseorang itu tenang, penuh semangat, aman, tegang, tertekan, gelisah dan tidak aman. 5. Kepribadian terhadap pengalaman yaitu dimensi kepribadian yang menggambarkan sejauhmana seseorang itu imajinatif, peka terhadap seni dan cerdas. Atribut Kepribadian Utama yang mempengaruhi Perilaku Organisasi Bisnis Sejumlah atribut kepribadian utama yang mempengaruhi perilaku organisasi bisnis adalah: 1. Tempat kedudukan kendali Tempat kedudukan kendali adalah derajat sejauhmana seseorang yakin menguasai nasib sendiri. Ini dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu internalizers dan externalizers. a. Internalizers: individu yang meyakini bahwa mereka mengendalikan apa yang terjadi pada diri mereka sendiri. b. Externalizers: individu yang meyakini bahwa apa yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti kemujuran dan peluang. Dampak tempat kedudukan kendali terhadap perilaku organisasi bagi kelompok atau bagian internal umumnya mempunyai kinerja yang lebih baik pada pekerjaan, yaitu lebih aktif mencari informasi sebelum mengambil keputusan dan lebih termotivasi untuk berprestasi serta melakukan upaya yang lebih besar untuk mengendalikan lingkungan mereka. Ciri-ciri utamanya adalah: 1) Tingkat absensi rendah 2) Turn over rendah 3) Lebih sukses 4) Kinerja lebih baik 5) Termotivasi untuk berprestasi. Pekerjaan yang cocok bagi kelompok ini adalah pekerjaan manajerial dan profesional. Sedangkan dampak tempat kedudukan kendali bagi kaum eksternal adalah lebih tunduk dan bersedia mengikuti aturan. Ciri-cirinya adalah: 1) Kurang dipuaskan oleh pekerjaan 2) Tingkat kemangkiran tinggi 3) Terasing dari lingkungan kerja 4) Kurang terlibat dalam pekerjaan 5) Tunduk dan bersedia mengikuti pengarahan. Pekerjaan yang cocok bagi kelompok eksternal ini adalah pekerjaan yang terstruktur dan sifatnya rutin. 2. Machiavellanisme Machiavellianisme adalah derajat sejauhmana seorang individu bersifat pragmatis, menjaga jarak emosional, meyakini bahwa tujuan dapat membenarkan cara. Ciriciri Machiavellianisme yang tinggi adalah memanipulasi lebih banyak, memenangkan lebih banyak, jarang dibujuk dan membujuk orang lain lebih banyak dibandingkan dengan kaum Machiavellianisme rendah. Pekerjaan yang cocok bagi kelompok Machiaveliianisme yang tinggi adalah: a. Pekerjaan yang banyak memerlukan tawar menawar (negotiation) b. Pekerjaan yang menjanjikan hadiah bila berhasil (mis: penjualan berkomisi). Kelompok ini berkembang manakala: a. Berinteraksi atau tatap muka secara langsung dengan orang lain daripada secara tidak langsung. b. Situasi itu mempunyai aturan dan peraturan yang minimum sehingga memungkinkan ruang gerak untuk improvisasi. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis c. Keterlibatan emosional dengan rincian yang tidak relevan dengan kemenangan mengalihkan perhatian para Machiavellianisme rendah. 3. Harga diri (self esteem) Self Esteem adalah derajat suka tidak suka seorang individu terhadap diri mereka sendiri. Penghargaan diri menawarkan beberapa wawasan yang menarik ke dalam perilaku organisasi yaitu Self Esteem diberikan secara langsung. Penghargaan untuk pribadi Self Esteem tinggi, yaitu: a. Memiliki kemampuan lebih untuk berhasil dalam pekerjaan daripada kemampuan yang mereka perlukan. b. Mengambil lebih banyak resiko dalam pekerjaannya. c. Memilih pekerjaan-pekerjaan yang tidak konvensional Penghargaan untuk pribadi Self Esteem rendah, yaitu: a. Lebih rawan terhadap pengaruh luar b. Bergantung pada diterimanya evaluasi yang positif dari orang lain c. Lebih besar kemungkinan mereka mencari persetujuan dari orang lain. d. Cenderung menyesuaikan pada keyakinan dan perilaku dari mereka yang dihormati. e. Dalam posisi manajerial, cenderung untuk memperdulikan usaha menyenangkan hati orang lain. 4. Pemantauan diri (self monitoring) Self monitoring adalah suatu ciri kepribadian yang mengukur kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya pada faktor-faktor situasional luar. Seorang yang tinggi dalam pemantauan diri mempunyai kemampuan adaptasi yang besar dalam menyesuaikan perilaku mereka terhadap faktor situasional luar. Mereka sangat peka terhadap isyarat-isyarat luar dan berperilaku berbeda dalam situasi yang berlainan. Sedangkan pemantauan diri yang rendah cenderung memperlihatkan watak (disposisi) mereka yang sebenarnya dalam semua situasi yang sifatnya konsisten. Dengan modal bukti pendahuluan dalam riset maka muncul hipotesis bahwa pemantauan diri yang tinggi akan lebih berhasil dalam posisi-posisi manajerial dimana individu dituntut memainkan peran-peran ganda. 109 5. Kecondongan untuk mengambil resiko Pengambilan resiko adalah suatu kepribadian yang mengukur dampak berapa lama manajer perlu waktu dalam mengambil keputusan dan beberapa informasi yang mereka perlukan sebelum mengambil keputusan. Seorang individu pengambil resiko tinggi adalah mengambil keputusan jauh lebih cepat dan menggunakan sedikit informasi dalam mengambil pilihan dari pada pengambil resiko rendah dengan ketepatan keputusan yang sama. Kaitannya dengan perilaku organisasi adalah bahwa ada beberapa pekerjaan spesifik yang menuntut kecenderungan pengambilan resiko. Seorang wiraswastawan dan pedagang dituntut untuk pengambilan resiko tinggi. Sedangkan pekerjaan yang bersifat administratif berkecenderungan pengambilan resiko yang rendah. 6. Tipe kepribadian. a. Kepribadian tipe A Adalah pelibatan agresif dalam suatu usaha dan berusaha terus menerus mencapai sesuatu lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat dan jika perlu melawan upayaupaya yang melawan hal-hal atau orang lain. Ciri-ciri tipe ini adalah: 1) Selalu bergerak, berjalan dan makan cepat 2) Merasa tidak sabar dengan laju berlangsungnya kebanyakan peristiwa. 3) Berupaya keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih secara serentak. 4) Tidak dapat mengatasi waktu luang. 5) Terobsesi oleh bilangan yang mengukur sukses dalam bentuk seberapa banyak semua hal yang mereka peroleh. b. Kepribadian tipe B adalah: 1) Tidak pernah merasa urgensi waktu bersama, ketidaksabaran mengiringi rasa tersebut. 2) Tidak pernah merasakan perlunya memperagakan atau membahas prestasi mereka kecuali bila paparan semacam itu dituntut oleh situasi. 3) Lebih menyukai kesantaian dan kesenangan, bukannya untuk menunjukkan keunggulan/prestasi. 4) Dapat santai tanpa rasa salah. Tipe A mengakibatkan beberapa hasil perilaku yang agak spesifik, yaitu: 1) Pekerja cepat, dengan menekankan kuantitas daripada kualitas. 2) Dalam manajerial, memperagakan daya saing menekan daya bekerja dalam waktu yang sama. 3) Tidak Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 110 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis …….. kreatif, mengandalkan masa lalu bila menghadapi masalah. Sedangkan tipe B dengan karakteristiknya akan lebih berhasil dalam karirnya karena menekankan pada kualitas, sehingga mereka lebih bertindak bijak dan kreatif karena mereka menganekaragamkan respon mereka terhadap tantangan yang spesifik dalam lingkungan mereka. Kepribadian dan Pekerjaan Holland dengan teori kepribadian pekerjaan, mengedepankan enam tipe kepribadian. Menurutnya, kepuasan karyawan dengan pekerjaannya dan juga kemungkinan meninggalkan pekerjaan itu, tergantung sejauhmana kepribadian seseorang sesuai dengan lingkungan pekerjaannya. Kepuasan dan kecenderungan meninggalkan pekerjaan juga bergantung kepada seberapa besar individu mencocokkan kepribadian mereka dengan lingkungan jabatan yang sama. Kepuasan yang paling tinggi dan tingkatan keluarnya karyawan paling rendah adalah dalam keadaan di mana kepribadian dan jabatan atau pekerjaan tersebut cocok. Holland mengidentifikasi enam tipe karakteristik jenis pekerjaan yang disukai dan cocok, sebagai berikut: 1. Tipe Realistik, dengan karakteristik pemalu, tulus, tekun, mantap, patuh dan praktis, lebih menyukai kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan, kekuatan dan koordinasi. Pekerjaan yang cocok adalah: montir, operator, pekerja lini perakitan dan petani. 2. Tipe Menyelidik, dengan karakteristik analitis, orisinil dan ingin tahu, lebih menyukai kegiatan yang melibatkan pemikiran, organisasi dan pemahaman. Pekerjaan yang cocok adalah biolog, ekonom, matematisi dan wartawan. 3. Tipe Sosial, dengan karakteristik senang bergaul, ramah kooperatif dan memahami, lebih menyukai jenis kegiatan yang melibatkan bantuan dan guru, penyuluh dan psikolog klinis. 4. Tipe Konvensional, dengan karakteristik patuh, efisien, praktis, tidak imajinatif dan tidak luwes, lebih menyukai peraturan, tata tertib dan kegiatan yang tidak kembar arti. Jenis pekerjaan yang cocok adalah: akuntan, manajer koperasi, kasir bank. 5. Tipe Pengusaha, dengan karakteristik percaya diri, ambisius, energik dan menguasai, lebih menyukai kegiatan verbal, dimana ada kesempatan untuk mempengaruhi orang dan meraih sukses. Pekerjaan yang cocok adalah pengacara, agen real estate, spesialis humas dan manajer bisnis kecil. 6. Tipe Artistik, dengan karakteristik imajinatif, tidak tertib, idealis, emosional dan tidak praktis, lebih menyukai kegiatan kembar arti dan tidak sistematis serta memungkinkan ungkapan kreatif. Pekerjaan yang cocok adalah pelukis, musisi, pengarang dan dekorator interior. Dari teori-teori tersebut ada tiga hal yang dapat dijadikan kunci, yaitu: 1. Ada beberapa perbedaan-perbedaan intrinsik dalam kepribadian diantara individu. 2. Ada tipe-tipe pekerjaan yang berbeda atau berlainan. 3. Orang-orang dalam lingkungan kerja kongruen dengan tipe kepribadian mereka seharusnya lebih dipuaskan dan lebih kecil kemungkinannya untuk berhenti daripada orang-orang dalam pekerjaan yang tidak kongruen. Mengembangkan dunia kerja Kepribadian dalam Kehidupan adalah interaksi antarberagam pribadi, kebudayaan dan pola pikir. Termasuk di dunia kerja. Tanpa interaksi antar-karyawan di dalamnya, mustahil sebuah institusi bisa bergerak dan berkembang. Dalam hal interaksi di kantor, setiap karyawan pasti bertemu dan berhadapan dengan karyawan lain dengan bermacam karakter atau tabiat yang tentu berbeda-beda pula. Dan untuk menghadapinya, tentu dibutuhkan keahlian tersendiri. Kemampuan memahami dan menghadapi aneka karakter ini juga bisa menentukan keberhasilan di dunia kerja. Pemimpin sebuah perusahaan, misalnya, dituntut mampu menghadapi berbagai macam karakter manusia yang ada di perusahaannya. Tanpa kemampuan ini, mustahil ia dapat mengelola perusahaan dengan baik. Atau seorang staf bagian pemasaran yang harus bertemu dengan berJurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis agam orang dengan beragam karakter. Jika ia tak mampu menghadapi perbedaan ini maka kecenderungan produk akan dilirik oleh konsumen akan sedikit. Sebenarnya, jika kita renungi lebih dalam, memahami dan mengolah perbedaan karakter manusia tidaklah terlalu sulit. Syaratnya, kita harus memahami seni memimpin dan berkomunikasi yang tepat. Tentu, kita tak harus menempuh pendidikan formal untuk itu. Bukan jaminan, seorang yang berlatar belakang pendidikan bidang komunikasi, lantas akan ahli berkomunikasi pula, jika ia tak pernah aktif mempraktekkannya. Atau kita harus belajar psikologi dulu untuk dapat memahami berbagai macam karakter orang. Tidak, bukan? Semua kembali pada diri kita. Kalau karyawan merasa perlu belajar mengenal berbagai macam perbedaan karakter atau tabiat orang, tidak ada salahnya mereka serius mempelajarinya. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam memahami karakter orang di sekitar atau dalam hal ini rekan kerja, adalah jangan memberi judgment atau negative thinking kepada seseorang. Padahal, kita tak pernah tahu, bahwa ia ternyata seorang yang ahli menjalin komunikasi dengan relasi bisnis dan kliennya. Kuncinya adalah berpikir positif (positif thinking), sekalipun terhadap sisi lemah seseorang. Seperti kita tahu, semua orang tentu memiliki dua sisi, yaitu sisi kelemahan dan sisi kekuatan. Agar dapat memahami aneka karakter di lingkungan kerja, di bawah ada beberapa tips yang patut disimak: 1. Pahami orang lewat kepribadiannya. Ketika harus menilai seseorang, nilailah kepribadiannya secara utuh. Kepribadian bisa dicermati dari beberapa hal, misalnya dari perkataan, tindakan/tingkah laku, maupun perbuatannya. Yang penting, jangan hanya melihat seseorang dari luar atau secara selintas saja. Ketika bertemu rekan kerja yang pendiam, serius, dan bidang kerjanya menganalisa data, jangan lantas menganggapnya sebagai tidak komunikatif. Atau menganggap rekan kerja yang berpenampilan santai sebagai tidak cekatan atau tidak serius dalam pekerjaannya. Belum tentu, lho. Jadi, jangan menilai seseorang dari 'kulit luarnya' saja. Terkadang, kita 111 keliru menilai orang karena kita tak pernah menilai mereka secara menyeluruh. Sebelum membuat penilaian, ada baiknya Anda melakukan pendekatan lebih dulu dengan mereka. Ngobrol bisa menjadi salah satu cara. Juga, lihat pula kinerjanya. Jangan menganggap orang yang "heboh" pasti tak becus bekerja. Siapa tahu, bidang kerjanya ternyata memang menuntutnya untuk banyak "bicara." 2. Cobalah berempati Empati artinya adalah kemampuan untuk memahami dan mengerti pendapat serta perasaan orang lain tanpa Anda merasa ikut hanyut dalam perasaan itu sendiri. Memahami perasaan dan pemikiran orang lain memang hal yang sulit. Jangankan orang lain, terkadang untuk memahami perasaan dan pemikiran diri sendiri saja Anda belum mampu, kok. Jika Anda memang orang yang mudah diajak berdiskusi atau dimintai pendapat untuk menyelesaikan suatu permasalahan (problem solver), berarti Anda bisa disebut berempati. Mendengar keluhan orang lain, dalam hal ini rekan kerja, membuat kita semakin banyak mengenal masalah yang harus dihadapi dengan jiwa besar. Jadi banyak manfaat jika kita berempati terhadap rekan kerja. Setidaknya Anda menjadi peka dengan berbagai macam masalah yang timbul di lingkungan kerja Anda. Melalui empati, Anda juga akan tahu persis, bagaimana karaker rekan kerja Anda yang sebenarnya. 3. Bersikap fleksibel Tak dapat dipungkiri dalam beragam komunitas. Kemampuan beradaptasi atau menyesuaikan diri dalam suatu komunitas, biasa disebut dengan fleksibilitas. Di dunia kerja, Anda pun dituntut untuk lebih fleksibel. Keterampilan memahami perbedaan manusia menjadi sangat penting jika Anda merasa menjadi bagian dari suatu komunitas kerja. Banyak keuntungan yang bisa Anda peroleh jika Anda berusaha untuk menyesuaikan diri. Ini artinya, Anda sudah mampu membaca situasi di tempat kerja. Sesuatu yang mampu membuat Anda bertahan lama di suatu perusahaan adalah kemampuan membaca situasi atau lingkungan. 4. Memberi saran yang efektif Kritik adalah salah satu mekanisme dalam membangun hubungan kerja. Apalagi Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 112 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis …….. di lingkungan kerja yang memiliki banyak sekali karakter. Untuk memberi saran kepada rekan kerja, Anda harus tahu betul bagaimana karakter rekan Anda itu. Juga, pilihlah waktu yang tepat. Berikan saran ketika orang yang dituju siap menerimanya. Juga perlu diingat, sebisa mungkin hindari saran yang bersifat meremehkan. Berikan saran sebanyak mungkin, namun jangan sampai melebihi beban agar orang yang kita beri saran dapat mudah mencerna apa yang kita sampaikan. Pesan yang disampaikan harus fokus, jangan dicampur-aduk, sehingga malah membuat orang bingung. Jangan menyampaikan pesan yang bersifat ganda. Pesan yang terinci dan jelas adalah yang paling efektif dan mudah dimengerti orang. Yang paling penting adalah memberikan saran yang sifatnya membangun (positif). Ini jauh lebih berarti ketimbang mengritik tanpa menawarkan solusi. Dengan demikian, orang pun akan senang jika Anda memberikan masukan atau saran yang positif, terlebih demi kemajuan karier atau bisnisnya. 5. Pelajari budaya perusahaan Anda harus menyadari bahwa bertemu dengan banyak orang tentu juga berarti bertemu dengan banyak sifat dan karakter. Tapi, jangan menganggap perbedaan karakter sebagai sesuatu yang dapat menghambat laju karier. Jadi, jangan langsung berkecil hati ketika Anda tahu betapa sulitnya memahami karakter seseorang dalam waktu singkat. Belajar memahami karakter orang memang tidak selalu bisa dilakukan dengan cepat. Asal Anda menyadari bahwa perbedaan karakter merupakan hal biasa dalam hidup, dengan sendirinya, Anda kelak juga akan terbiasa berada di lingkungan yang memiliki banyak perbedaan. Selain mempelajari karakter rekan kerja, budaya perusahaan di mana Anda bekerja pun harus Anda pelajari juga. 6. Mengontrol emosi Tak perlu mengeluh ketika rekan kerja kurang peduli lingkungan di sekitar tempat kerja. Atau jangan langsung marah ketika atasan tanpa basa-basi menegur kinerja Anda selama ini. Kunci untuk menghadapi karakter yang beraneka ragam adalah dengan mengontrol emosi. Dengan mengontrol emosi, Anda tidak akan mudah terbawa emosi. Anggaplah perbedaan sebagai tantangan besar yang harus Anda lewati. Tanpa tantangan, Anda akan bosan karena tidak menemukan sesuatu yang membuat diri Anda 'belajar' memahami keadaan. Manfaat Pelatihan Kepribadian Karyawan Karyawan juga manusia yang memiliki perasaan bosan, malas, dan ingin mendapatkan hal yan baru. Hal ini wajar dan tidak heran bila banyak karyawan suka melakukan beberapa hal untuk menghilangkan kebosanan mereka. Salah satu cara agar karyawan bisa memiliki motivasi yang selalu tinggi adalah dengan pelatihan kepribadian karyawan. Memiliki karyawan yang memiliki sikap, karakter dan kepribadian yang baik adalah impian dari setiap menejer dan pimpinan perusahaan. Bila saja karyawannya baik, maka baik pula nama dan kinerja dalam perusahaan tersebut. Dalam hal ini karyawan membutuhkan dukungan dan motivasi agar mereka bisa memiliki kesempatan untuk semangat dalam bekerja. Karena kebosanan bisa membuat mereka malas dalam bekerja dan tidak maksimal dalam mencapai target. Untuk itulah dibutuhkan pelatihan kepribadian karyawan yang sedikit banyak memberikan efek untuk mereka. Berikut ini ada beberapa manfaat pelatihan kepribadian karyawan yang bisa menjadi pertimbangan Anda dalam memberikan stimulus bagi para karyawan. 1. Kepribadian memberikan efek pada pekerjaan Manfaat yang pertama dari pelatihan kepribadian karyawan adalah memberikan efek pad pekerjaan, pastinya setelah diberi pelatihan mengenai kepribadian mereka para karyawan akan lebih bersemangat dalam bekerja dan bersungguh-sungguh untuk memberikan yang terbaik untuk perusahaan. 2. Kepribadian berdampak pada kinerja karyawan Yang kedua adalah memberikan dampak baik pada kinerja karyawan itu sendiri. Mereka akan memiliki rasa tanggung jawab lebih untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan perintah yang Anda berikan. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015 Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis 3. Kepribadian karyawan berdampak pada kesuksesan suatu perusahaan Selain itu pelatihan bagi karyawan bisa memberikan dampak kesuksesan bagi suatu perusahaan. Bila Anda memiliki karyawan yang peduli dengan Anda otomatis mereka akan senang dan merasa memiliki usaha tersebut. Sehingga mereka akan melakukan setiap pekerjaan dengan senang hati dan hasilnya adalah keberhasilan bagi perusahaan itu sendiri. Simpulan Suatu organisasi dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan hidupnya, akan mengalami pasang surut sebagai salah satu bagian dari proses menuju kematangannya. Dalam proses tersebut anggotaanggota organisasi yang adalah individuindividu dalam organisasi itu sendiri pasti terlibat aktif di dalamnya. Perilaku-perilaku individu inilah yang berperan penting dalam kehidupan organisasi. Bahkan dapat dikatakan individu-individu tersebut merupakan urat nadi berkembang tidaknya organisasi. Dengan kata lain bahwa perilaku-perilaku indivu dalam organisasi pasti memberi dampak pada perilaku organisasi. Perilaku organisasi Bisnis dipengaruhi oleh perilaku individu, dan setiap individu dalam suatu organisasi mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Adanya perbedaan perilaku tersebut karena setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Perilaku seorang pekerja tidak akan dimengerti tanpa memperhatikan konsep kepribadian. Kepribadian saling berhubungan dengan persepsi, sikap, belajar dan motivasi setiap usaha. Untuk mengerti perilaku menjadi tidak lengkap apabila kepribadian tidak diperhitungkan atau dipahami sebelumnya. Terdapat tiga teori yang membantu kita dalam memahami kepribadian yaitu teori yang menjelaskan individu, teori psikodinamis yang menggabungkan karakteristik manusia dan menjelaskan perkembangan kepribadian alamiah dinamis serta teori para humanis yang menekankan pada orang dan pentingnya aktualisasi diri kepada kepribadian. Setiap pendekatan berusaha 113 untuk menerangkan sifat unik atau khas dari setiap individu yang mempengaruhi pola perilakunya. Kepribadian yang dikembangkan kepada seseorang jauh sebelum seseorang itu menjadi anggota suatu organisasi dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan, determinan budaya dan sosial. Walaupun kepribadian dibentuk di luar organisasi tetapi karena individu tersebut pada saatnya berada dalam suatu organisasi, maka kepribadian awal yang dibawa oleh anggota-anggota atau individu-individu organisasi itu dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku di tempat kerja. Perilaku individu maupun kelompok di tempat kerja inilah yang menjadi bagian bahasan dalam studi perilaku organisasi. Daftar Pustaka Gibson, Ivancevich Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Erlangga,1996), h.45 Mahmud, M. Dimyanti Psikologi: Suatu Pengantar. (Yogyakarta: BPFE. 1990), h.23. Mangkunegara, Anwar Prabu AA. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya2000), h. 67. Mangkuprawira, Sjafri 2007. Kinerja: Apa Itu?, http://ronawajah. wordpress.com/2007/05/2/ kinerja apa itu /, diakses 18 Agustus 2015 Williams,. Scott David Personality, attitude, and leader influences on divergent thinking and creativiy in organizations. European Journal of Innovation Management, Vol. 7 No. 3, 2004, h. 187-204. Wood, et al. Organisational Behaviour An Asia-Pacific Perspective. (Australia: Jacaranda Wiley Ltd, 2000), h. 67 Yosep, Keperawatan Jiwa. Cetakan 1. (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 38. Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015