ANALISIS TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN

advertisement
ANALISIS TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN
NILAI TUKAR TERHADAP RETURN PASAR
DENGAN PENDEKATAN VAR dan ECM.
Disusun Oleh :
Ukat Syauki
(204081002282)
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU
SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
1
ANALISIS TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN
NILAI TUKAR TERHADAP RETURN PASAR
DENGAN PENDEKATAN VAR dan ECM.
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ukat Syauki
NIM: 204081002282
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof, Dr Ahmad Rodoni MM
NIP. 150317955
Indoyama Nasarudin,SE., MAB
NIP. 150317593
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU
SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009M
2
ANALISIS TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN
NILAI TUKAR TERHADAP RETURN PASAR
DENGAN PENDEKATAN VAR dan ECM.
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat unTuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ukat Syauki
NIM: 204081002282
Sidang Skrippsi Di Uji Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof, Dr Ahmad Rodoni MM
NIP. 150317955
Indoyama Nasarudin,SE., MAB
NIP. 150317593
Penguji Ahli
Arief Mufraeini L.C
Penguj Ahli
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU
SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009M
3
Hari ini Senin Tanggal 23 Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Ukat Syauki NIM : 204081002245 dengan judul
skripsi ” ANALISIS TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI
TUKAR TERHADAP RETURN PASAR DENGAN PENDEKATAN VAR
dan ECM. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Desember 2008
Penguji Ujian Komprehensif
Prof, Dr Ahmad Rodoni MM
Drs. Herni Ali HT,MM
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr.Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
1. Nama
: Ukat Syauki
2. Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Maret 1985
3. Alamat
: Jl. Kenanga Rt 02/003 Cipondoh
Tangerang ( 15140 )
4. No Telepon Rumah
: 021 – 94833067
5. No Handphone
: +62858-8832522X
6. Agama
: Islam
7. Kewarganegaraan
: Indonesia
B. DATA PENDIDIKAN
1. Tahun 1991-1997
SD Gondrong III
Cipondoh Tangerang
2. Tahun 1997-2000
MTs. Darunnajah
Jakarta Selatan
3. Tahun 2000-2003
MA. . Darunnajah
Jakarta Selatan
4. Tahun 2004-2008
FEIS Manajemen UIN
Jakarta
C. DATA PENGALAMAN ORGANISASI
1.
Tahun 2001
: Ketua Urusan Latihan Gugus Depan Darunnajah
(DARUNNAJAH JAKARTA).
2.
Tahun 2002
: Ketua Divisi Olah Raga. Organisasi Santri Darunnajah
(DARUNNAJAH JAKARTA).
3.
Tahun 2003
: Ketua ROHIS AKFAR(Akademi Farmasi) JAKARTA.
D. DATA PENGALAMAN KERJA
Tahun 2007
: Job Training / Magang bagian Administrasi
PT.LEMIGAS (selama 1 bulan).
5
ABSTRACT
This Research target is to prove the existence of Inflation Rate influence,
Rate Of Interest, and Exchange Rate of Rupiah to Return Market with the
approach of VAR and ECM. This Research will do/conduct the balance test shortrange and long-range between variable makroekonomi, price index of merger
share of at effect exchange Jakarta. This research use the model kointegrasi,
model the vektor autoregression (VAR), and error correction Model (ECM). This
Research Variable is consisted of the Return Market (IHSG), Inflation Rate,
Mount the Rate Of Interest ( SBI), and Exchange Rate Rupiah, as for period used
in this research is period of early January 2006 up to final of December 2008,
and data used by monthly data. Result of this research show the original data is
not stasioner (nonstationary). Having taken steps of Examination stasioner, good
used of graph method, correlogram, and also grow on the unit (unit root)
indicating that variable of makroekonomi and also Return of Market stasioner at
storey level 2nd difference. Having taken steps of Examination of relation/link of
causality granger of length lag1, between variable makroekonomi to return
market proven by there are four variable accepting Ho that is variable of Return
Market, Inflation Rate, mount the Rate Of Interest, and Exchange Rate. Pursuant
to model VAR seen by that variable influencing variable of Return Market by
signifikan is Rate Of Interest Storey Level, and Inflation Rate, for the variable of
exchange rate insufficient rupiah give the influence which signifikan to variable of
return market. Pursuant to model of VAR and ECM proven by that residual
terkointegrasi and signifikan in influencing variable of Return Market. So that
earn.
Keywords: Return market(IHSG), Interest Rate, Inflation, Exchange Rate.
6
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya pengaruh Tingkat
Inflasi, Tingat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Pasar dengan
pendekatan VAR dan ECM. Penelitian ini akan melakukan uji keseimbangan
jangka pendek dan jangka panjang antara variabel makroekonomi, indeks harga
saham gabungan pada bursa efek jakarta. Penelitian ini menggunakan model
kointegrasi, model vektor autoregression (VAR), dan error correction Model
(ECM). Variabel penelitian ini terdiri dari Return Pasar (IHSG), Tingkat inflasi,
Tingkat Suku Bunga (SBI), dan Nilai Tukar Rupiah, adapun periode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah periode awal Januari 2006 sampai dengan
akhir Desember 2008, dan data yang digunakan adalah data bulanan. Hasil
penelitian ini menunjukkan data asli adalah tidak stasioner (nonstationary).
Setelah melakukan pengujian stasioner, baik mengunakan metode grafik,
correlogram, maupun akar unit (unit root) menunjukkan bahwa variabel
makroekonomi maupun Return Pasar stasioner pada tingkat 2 nd difference. Setelah
melakukan pengujian hubungan kausalitas granger pada panjang lag1, antara
variabel makroekonomi terhadap return pasar terbukti terdapat empat variabel
yang menerima Ho yaitu variabel Return Pasar, Tingkat Inflasi, tingkat Suku
Bunga, dan Nilai Tukar. Berdasarkan model VAR terlihat bahwa variabel yang
mempengaruhi variabel Return Pasar secara signifikan adalah Tingkat Suku
Bunga. dan Tingkat Inflasi, untuk variabel nilai tukar rupiah tidak cukup
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel return pasar. Berdasarkan
model VAR dan ECM terbukti bahwa residual terkointegrasi dan signifikan dalam
mempengaruhi variabel Return Pasar. Sehingga dapat memberikan pengaruh
keseimbangan pada jangka pendek dan jangka panjang.
Kata kunci: Return Pasar (IHSG), Tingkat inflasi, Tingkat Suku Bunga (SBI),
dan Nilai Tukar.
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan.
skripsi ini disusun sebagai suatu syarat untuk mencapai tahap kelulusan dalam
proses perkuliahan, mudah-mudahan menjadi karya yang spektakuler.
Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah agar dapat mengenal lebih jauh
mengenai analisis ekonomi makro yang baik berdasarkan pengaruh saham, dalam
hal ini saya menganalisa pada IHSG yang berada di BEI.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada :
1. Orang tua saya, yang telah membesarkan saya dan mendoakan serta
memberikan dukungan yang sangat besar terhadap saya, sehingga
tersusunnya skripsi yang menjadi persyaratan mencapai suatu kelulusan.
2. Isteriku Suhartini tercinta, yang sudah menemaniku dalam suka dan duka
kehidupan, dan terus memberikan semangat, bantuan, dan kesetiaan dalam
menyelesaikan skripsi saya.
3. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Jakarta
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan ilmu
sosial
8
5. Suhendra, S.Ag, selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Dan
Ilmu Sosial.
6. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan masukan, semangat, dan bimbingan dengan kesabaran dan
ketabahannya.
7. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar
dan penuh keikhlasan.
8. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
khususnya jurusan manajemen yang memiliki peran yang sangat besar
bagi saya dalam proses perkuliahan.
9. Mbak Ani yang udah melayani saya dan teman-teman dalam proses
pendaftaran, mulai dari ujian Kompre dan Skripsi.
10. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial yang telah
bekerja dengan baik melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima
Allah SWT.
11. Kawan-kawanku di Manajemen B yang telah membantu saya, dan
memberikan semangat sehingga tersusunnya skripsi. Terus berjuang
sampai tetes darah penghabisan..!
12. Kawan-kawanku di Mananajemen keuangan, yang sudah menjadi
pendorong/motivasi semangat saya, dalam penyelesaian skripsi.
13. Abdul Khoer, Rama Imandani, Firman, Mpok.Izza yang telah memberi
semangat dan dukungan kepada saya dari mulai ujian kompre sampe
9
dengan selesainya skripsi saya, “Moga kita semua bisa menjadi
penyemangat satu sama lainnya”.
14. Keluarganya Mas Heri(khoer) (ibu sum/ibunya mas heri, iim/adenya Mas
heri, bapaknya Mas heri) yang telah menerima saya dan teman-teman
untuk belajar kompre di rumahnya semoga menjadi keluarga yang selalu
dilindungi Allah SWT dan dibalas semua kebaikanya dengan kebaikan
yang lebih baik lagi
15. Rama Imandani SE, yang udah mau dengerin curhatan/keluhan dan
kebingungan dan membantu dalam pengolahan data pada program Eviews,
tetap semangat kawan.
16. Kawan-kawanku yang telah membantu, baik secara materil maupun secara
moril, semoga amalnya diterima Allah SWT
17. My btother and my sister, yang udah membantu saya dalam proses
tersusunnya skripsi saya.
18. Kawan-kawanku dalam dunia komunikasi, makasih atas do’anya
19. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi
yang saya susun ini menjadi suatu karya yang baik serta menjadi suatu
persembahan terbaik bagi para dosen-dosen dan teman-teman yang berada di
Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial.
10
Demikianlah kata pengantar dari saya dan sebagai suatu introspeksi diri,
saya mohon maaf atas kekurangan dan kesalahannya. Dan kekurangan hanya
terdapat pada diri saya, karena kebenaran sejati hanya milik Allah SWT saya
ucapkan terima kasih.
Jakarta, 13 Juli 2009
(Ukat Syauki )
11
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Dalam................................................................................ i
Halaman Pengesahan Skripsi ........................................................................ ii
Halaman Pengesahan Sidang Skripsi............................................................ iii
Halaman Pengesahan Ujian Kompre............................................................ iv
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... v
Abstract.......................................................................................................... vi
Abstrak........................................................................................................... vii
Kata Pengantar .............................................................................................. viii
Daftar Isi ........................................................................................................ xii
Daftar Tabel ................................................................................................. xiv
Daftar Gambar .............................................................................................. xv
Daftar Lampiran ........................................................................................... xvi
BAB I Pendahuluan ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.............................................................. 9
BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................ 11
A. Pengeretian Efek dan Bursa Efek........................................................... 11
B. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) .................................................. 12
C. Tingkat Suku Bunga .............................................................................. 14
D. Tingkat Inflasi ....................................................................................... 15
E. Nilai Tukar ........................................................................................... 21
12
F. PenelitianTerdahulu ............................................................................... 22
G. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 25
H. Hipotesis ............................................................................................... 26
BAB III Metodologi Penelitian .................................................................... 27
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 27
B. Metode Penentuan Sample..................................................................... 27
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 28
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 28
E. Operasional Variabel ............................................................................. 33
BAB IV Analisis Dan Pembahasan ............................................................. 38
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 38
B. Hasil Dan Pembahasan .......................................................................... 43
C. Interpretasi ............................................................................................ 56
BAB V Kesimpulan Dan Implikasi ............................................................. 59
A. Kesimpulan .......................................................................................... 59
B. Implikasi Dan Saran ............................................................................. 60
Daftar Pustaka ............................................................................................... 62
LAMPIRAN ................................................................................................... 64
13
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
4.1
Data return pasar (IHSG) Thn.2006-2008
41
4.2
Data Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Thn.2006-2008
42
4.3
Deskriptif Data
43
4.4
Uji Kausalitas Granger Lag 1
45
4.5
Uji Kausalitas Granger Lag 2
46
4.6
Model VAR Menggunakan Lag 1
47
4.7
Model VAR Menggunakan Lag 2
49
4.8
Uji Kointegrasi Pada Korelogram
51
4.9
Uji Stasioner dengan Unit Root
52
4.10
5.1
Uji Residual Model ECM
54
Data inflasi dari catatan Bank Indonesia
14
58
DAFTAR GAMBAR
Nomor
2.1
Keterangan
Kerangka Pemikiran
Hal
25
15
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Hal
1
Data return pasar (IHSG) Thn.2006-2008
66
2
Deskriptif Data
67
3
Hasil Uji Metode Dengan VAR dan
68
4
Hasil Uji Model ECM
74
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian yang terjadi saat ini pada seluruh belahan dunia
mengacu pada perekonomian terbuka dimana dalam kondisi ini setiap negara
akan melakukan perdagangan antar negara atau perdagangan internasional.
Perkembangan ekonomi internasional yang sangat pesat akan menjadikan
hubungan ekonomi antar Negara akan menjadi keterkaitan satu sama lain, dan
mengakibatkan peningkatan atas perdagangan barang maupun uang serata
modal dalam perekonomian antar Negara. Bila kondisi ekonomi suatu negara
baik maka IHSG tentunya juga menunjukkan adanya trend yang meningkat
tetapi jika kondisi ekonomi suatu negara dalam keadaan turun maka akan
berpengaruh juga terhadap IHSG tersebut. Dengan adanya revolusi informasi,
investor dimanapun dapat mengamati IHSG pada waktu yang bersamaan.
Ketika kondisi suatu negara dalam keadaan menurun maka IHSG juga akan
mengalami penurunan yang berakibat investor akan keluar dari pasar
(Anoraga Panji dan Pakarti Piji, 2006) Banyak penelitian dan pendapat dari
para ahli yang mengatakan bahwa perekonomian suatu negara banyak
dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian negara lain.
17
Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik
pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih
tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan
masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan
semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut
dapat
dimanfaatkan
untuk
disimpan
dalam
bentuk
tabungan
atau
diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga seperti saham, yang
diperdagangkan dalam pasar modal.
Saham merupakan salah satu alternatif investasi yang menarik dalam
pasar modal. Hal ini ditandai dengan perkembangan pasar modal yang pesat,
yaitu meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai
kapitalisasi pasar modal. Pasar modal di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta
(BEJ) yang kini telah berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Keuntungan yang akan didapat investor melalui pasar modal adalah sumber
dana tambahan yang berasal dari capital gain (perbedaan harga jual dan beli)
serta dividen (alokasi keuntungan perusahaan kepada pemegang saham).
Sektor usaha primer yang terdiri dari sector pertanian dan sektor
pertambangan menghasilkan return yang tinggi dan indeks yang terus
meningkat sehingga menjadi pilihan menarik bagi investor.
Dalam abad ke 21 ini, dunia mengalami dampak globalisasi serta
revolusi dalam informasi dan teknologi. Pengaruh kejadian pada belahan
dunia yang satu dapat cepat berpengaruh terhadap belahan dunia lain. Dampak
globalisasi dibidang ekonomi diikuti oleh adanya liberalisasi dalam bidang
18
perekonomian. Artinya dalam pasar global saat ini, setiap investor dapat
berinvestasi dimanapun dia berada (capital does not carry any flag). Salah
satu indikator keberhasilan ekonomi makro suatu negara adalah Index Harga
Saham (IHSG) selain faktor tingkat bunga (interest rate), nilai tukar
(exchange rate) dan GNP. Telah terbukti secara empiris bahwa variabel
ekonomi makro berpengaruh signifikan terhadap return saham pada emiten
yang terdaftar di BEJ (Lestari Murti, 2005).
Bila kondisi ekonomi suatu negara baik maka IHSG tentunya juga
menunjukkan adanya trend yang meningkat tetapi jika kondisi ekonomi suatu
negara dalam keadaan turun maka akan berpengaruh juga terhadap IHSG
tersebut. Dengan adanya revolusi informasi, investor dimanapun dapat
mengamati IHSG pada waktu yang bersamaan. Ketika kondisi suatu negara
dalam keadaan menurun maka IHSG juga akan mengalami penurunan yang
berakibat investor akan keluar dari pasar (Anoraga Panji dan Pakarti Piji,
2006) Banyak penelitian dan pendapat dari para ahli yang mengatakan bahwa
perekonomian suatu negara banyak dipengaruhi oleh perkembangan
perekonomian negara lain. Ekonomi negara yang lebih kuat mempunyai
kecenderungan untuk mendominasi negara yang perekonomiannya lebih
lemah. Berdasarkan kajian ini maka diperkirakan negara yang kuat selalu
menang dalam persaingan, sehingga negara yang lemah akan cenderung
mengalami kerugian.
19
Hal ini dapat diartikan juga bahwa ketergantungan negara yang lemah
terhadap negara yang kuat akan semakin nyata. Sebagaimana telah dijelaskan
diatas bahwa IHSG adalah salah satu variabel ekonomi makro, sehingga IHSG
suatu negara yang kuat akan berpengaruh terhadap IHSG dari negara yang
lemah. Indeks Harga Saham Gabungan semakin tenggelam, dengan kembali
menciptakan pencapaian terendahnya dengan berada di bawah level.
IHSG ditutup anjlok 74,703 poin (3,99 persen) pada 1.795,430.
Pencapaian ini merupakan posisi IHSG terendah sejak 23 Februari 2007 lalu.
Waktu itu IHSG berada pada level 1.791.553.Aksi jual kembali mewarnai
perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan
Selasa (16/9) pagi dibuka langsung rontok 54,779 poin (3,19 persen) menjadi
1.664,475.
Analis
Riset
Panin
Sekuritas
Purwoko
Sartono
(2008)
menyebutkan, pailitnya Lehman Brothers dan anjloknya harga komoditas
(crude oil, timah, nikel, CPO) menimbulkan spekulasi bahwa krisis kredit dan
perlambatan ekonomi global masih akan memburuk.
Tingkat suku bunga SBI dalam 3 tahun terakhir terlihat mengalami
penurunan, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari Bank Indonesia
dari bank indonesia, dimana tingkat suku bunga SBI pada tahun Desember
2002 adalah sebesar 12,93%, yang menurun menjadi sebesar 8,31% di tahun
2003, dan kembali menurun sebesar 7,43%. Semakin menurunnya tingkat
suku bunga SBI ini ada indikasi dipicu oleh tingginya aktivitas perdagangan
valuta asing dalam hal ini dollar Amerika, sehingga ada kecenderungan
banyak investor yang lebih memilih menginvestasikan dananya di sektor
20
perdagangan valuta asing. Nilai fluktuasi perdagangan valuta asing dalam hal
ini rupiah dan dollar AS dalam tiga tahun terakhir terbukti menunjukkan
fluktuasi yang sangat tinggi dimana pada bulan Januari 2002 nilai kurs rupiah
terhadap Dollar AS adalah Rp. 10.320 dan ditutup pada akhir Desember 2002
adalah sebesar Rp. 8.940. Pada bulan Januari 2003 nilai kurs Rupiah adalah
sebesar Rp. 8876 dan ditutup pada akhir Desember 2003 adalah sebesar Rp.
8456, dan pada tahun 2004 nilai kurs rupiah terhadap Dollar pada bulan
Januari 2004 adalah sebesar Rp. 8.841 dan ditutup pada Desember 2005
sebesar Rp. 9.290. Hal ini menunjukkan tingkat inflasi yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun dimana tingkat inflasi pada akhir Desember
2002 adalah sebesar 1.18% dan pada akhir Desember 2003 adalah sebesar
0.83% dan meningkat drastis pada akhir Desember tahun 2004 menjadi
sebesar 10.04%. Adanya peningkatan ini dipicu kondisi politik yang masih
belum stabil di tanah air, selain itu dipengaruhi pula oleh terpuruknya nilai
tukar rupiah terhadap Dollar AS, dimana nilai tukar rupiah kembali
menyentuh di level Rp. 9290 di akhir Desember 2004.
Menurut Winardi dalam Setiawan (2006), definisi Inflasi adalah sebagai
suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila
jumlah barang serta jasa yang ditawarkan atau karena kehilangan kepercayaan
terhadap mata uang nasional dan terdapat adanya gejala yang meluas untuk
menukar dengan barang-barang.
21
Inflasi di definisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (prosentase kenaikan
harga) berbeda dari suatu periode keperiode lainnya, dan berbeda pula dari
suatu Negara ke Negara lainnya. Inflasi adalah suatu kecenderungan dari
harga-harga untuk menaik secara umum dan terud menerus. (Sadono Sukirno :
2004 : 15)
Perkembangan nilai tukar merupakan fenomena yang menjadi obyek
pembahasan dalam literatur ekonomi keuangan internasional. Meskipun
sejumlah teori telah diajukan dalam literatur, berbagai pembuktian empiris
menunjukkan sulitnya membuat kesimpulan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tukar. Bukti empiris yang ditemukan akan tergantung dari
fokus penelitian, teori yang digunakan, dan kondisi ekonomi yang terjadi di
negara yang menjadi sampel penelitian. Sementara itu, dari sisi perumusan
kebijakan, otoritas bank sentral di berbagai negara dihadapkan pada tantangan
kebijakan untuk memberikan solusi terbaik dari upaya stabilisasi nilai tukar.
Dalam banyak hal pergerakan nilai tukar tidak selalu dapat dijelaskan
oleh perkembangan variabel-variabel ekonomi yang terjadi. Sebagai contoh,
pergerakan nilai tukar tidak selalu mencerminkan perbedaan tingkat inflasi
dalam negeri dengan luar negeri seperti yang dirujuk oleh teori PPP. Demikian
juga, perubahan tingkat suku bunga bank sentral negra-negara Asia Pasifik
ataupun suku bunga Fed tidak selalu dapat menjelaskan pergerakan nilai tukar
seperti yang ingin dijelaskan oleh teori IRP. Pergerakan nilai tukar
dipengaruhi pula oleh informasi yang diterima oleh para pelaku pasar, baik
22
informasi ekonomi maupun nonekonomi seperti perkembangan sosial dan
politik di Negara-negara Asia Pasifik.
Menurut Fama (1960), pentingnya informasi dalam mempengaruhi
pergerakan nilai tukar mencerminkan bagaimana persepsi pasar terhadap
perkembangan dan pengaruh berbagai variabel ekonomi tersebut. Jika semua
informasi yang dipergunakan oleh otoritas bank sentral dimiliki pula oleh para
pelaku pasar maka nilai tukar akan mencerminkan tingkat fundamentalnya,
dengan kata lain nilai tukar mengikuti random walk. Tetapi jika tidak, deviasi
nilai tukar dapat terjadi, dan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh perbedaan
informasi antara otoritas dengan pelaku pasar(“news” sebagai unexpected
information).
Dengan melemahnya nilai tukar mata uang Indonesia menandakan
lemahnya kondisi untuk melakukan transaksi luar negeri baik itu untuk
ekspor-impor maupun hutang luar negeri. Terdepresiasinya mata uang
Indonesia menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda
krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap mata uang domestik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sarwono (2003) disebutkan bahwa variabel
rate of return on total assets, devidend payout ratio, financial leverage dan
tingkat suku bunga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terhadap
harga saham. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Okty,
(2002) yang menyebutkan bahwa faktor ekstern yang mempunyai pengaruh
besar terhadap harga saham adalah tingkat suku bunga dan inflasi.
23
Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian (pengujian)
pengaruh maupun hubungan antara variabel ekonomimakro terhadap Indeks
Harga Saham (IHSG) dengan menggunakan model Ordinary Least Square
bivariate (single-equation regression model) atau sering disebut OLS.
Sebagaimana dinyatakan oleh
Rao (1994) bahwa data ekonomimakro
mempunyai sifat nonstationary dan mempunyai hubungan imbal balik
(causality).
Sudjono, (2001) melakukan penelitian tentang Analisis Keseimbangan &
Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomimakro Terhadap Indeks
Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta Dengan Metode Var. Dengan hasil
penelitian, Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan metode VAR maupun
ECM periode 1990:01 s/d 2000:12 (impulse response to one S.D. innovation
maupun variance decomposition) bahwa variabel Rupiah lebih mampu (andal)
dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel-variabel IHSG, Depo1,
maupun SBI. Hal ini terlihat dari impulse response to one S.D. innovation
maupun variance decomposition dari kedua model tersebut memberikan nilai
yang cukup konsisten dan signifikan.
Hasil penelitian sudjono juga mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Domian, Gilster, dan Louton (1996), Jensen, Johnson, dan
Bauman (1997), Thorbecke (1997), maupun Kwon, Shin dan Bacon yaitu
adanya hubungan (pengaruh) negatif antara perubahan tingkat bunga dengan
harga saham, walaupun mereka menggunakan model yang beragam. Demikian
juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara
24
nilai tukar uang terhadap harga saham, misalnya: Ma dan Kao (1990),
Mougoué dan Bond (1991, Ajayi dan Mougoué (1996), Hermanto (1998), PiAnguita (1999), Wu (2000), yaitu adanya hubungan negatif antara nilai tukar
uang terhadap harga saham.
Dari penelitian-penelitian tersebut, maka menarik untuk diteliti kembali
mengenai variable makro ekonomi adalah: Analisis Tingkat Inflasi, Tingkat
Suku bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Return Pasar. Dengan
menggunakan pendekatan VAR dan ECM.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh faktor makro ekonomi
(Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah) terhadap
return pasar dengan pendekatan VAR dan ECM.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya pengaruh
Tingkat Inflasi, Tingat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Return Pasar dengan pendekatan VAR dan ECM.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi Penulis
Agar dapat memperluas pengetahuan tentang factor-faktor
makro ekonomi (Tingkat Inflasi, Tingat Suku Bunga, dan Nilai Tukar
25
Rupiah) yang mempengaruhi return pasar dengan pendekatan VAR
dan ECM.
b. Bagi Investor
Menjadi bahan pengetahuan/informasi tentang faktor-faktor
makro ekonomi yang mempengaruhi return pasar.
c. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangsih ilmu dalam
bidang keuangan, dan juga menjadi masukan kepada mahasiswa untuk
mendalami dan melanjutkan penelitian ini.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Efek dan Bursa Efek
Menurut undang RI No.8 tahun 1995 (Widjaja dan Ernawati, 2002: 2)
“Efek diartikan sebagai surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan
setiap derivatif dari efek”.
Agar efek-efek tersebut dapat diperjulbelikan maka diperlukan suatu
wadah atau tempat berlangsungnya transaksi tersebut yang dikenal dengan
bursa efek.
Menurut undang-undang RI No. 8 Tahun 1995 yang terdapat dalam
jurnal Widjaja dan Ernawati (2002: 2) yang dimaksud dengan Bursa Efek
adalah “pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek”.
Indeks harga saham merupakan indicator yang menggambarkan
pergerakan harga-harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indicator
pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa, baik saham biasa maupun
saham preferen. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus
1982 dengan nilai 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu
adalah 13 saham.
27
B. Index Harga Saham Gabungan (IHSG )
IHSG menurut PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada peraturan No. 11
adalah angka yang menunjukkan perkembangan harga seluruh saham yang
tercatat di bursa pada saat tertentu.
Sanuriah dalam jurnal “Selayang Pandang IHSG, Media Akuntansi
mengatakan bahwa IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis
mengenai pergerakan harga saham gabungan sampai pada tanggal tertentu,
biasanya pengaruh saham tersebut disajikan setiap hari berdasarkan harga
penutupan saham pada hari tersebut. Indeks ini disajikan untuk periode
tertentu IHSG tersebut mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai
pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. IHSG dapat
memberikan manfaat berupa informasi kepada investor untuk menilai suatu
saham
guna
menentukan saham-saham
atau
portofolio
yang dapat
memberikan return paling optima. Hal ini terkait dengan adanya nilai
perkiraan suatu saham dan harga pasar saham yang dapat digunakan sebagai
dasar pengembalian keputusan atas pembelian dan penjualan sahamnya.
Faktor internal yang mempengaruhi IHSG adalah kondisi dalam negeri
seperti stabilitas politik ekonomi dan keamanan. Khusus dibidang ekonomi
faktor yang berpengaruh adalah tingkat inflasi, suku bunga dan lain-lain.
Sedangkan factor eksternal berupa pengaruh dari luar negeri misalkan kondisi
perekonomian global yang meliputi tingkat kurs, suplai uang dan harga saham
dunia dan sebagainya. Semua ini mempengaruhi perilaku investor di bursa.
28
Sumantoto (1988:214) mengatakan bahwa IHSG dipengaruhi oleh tingkat
kurs, suku bunga dan tingkat inflasi. .
Sedangkan menurut Vonny Dwiyanti (1999: 55) Index harga saham
gabungan adalah angka yang menunjukkkan situasi pasar efek secara umum
karena G adalah gabungan dari seluruh saham. Kemudian menurut Tjiptono
Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 96) index harga saham gabungan
adalah sekumpulan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan
index. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
indeks harga saham sebenarnya merupakan angka indeks harga saham yang
telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan
untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisa berupa perubahan harga
saham, dari waktu ke waktu. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan
memiliki lima fungsi yaitu:
(1) sebagai indikator trend pasar,
(2) sebagai indikator tingkat keuntungan,
(3) sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio,
(4) memfasilitasi pementukan portofolio dengan strategi pasif, dan
(5) memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
29
C. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang
ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat
Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari
kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga
mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan saham. Tingkat suku
bunga yang ideal jika besarnya berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini
berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan
menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para
pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik,
M.Y. Dedi Haryanto & Riyatno (2007:33).
Menurut Adwin Surja, A (2002: 72) perubahan tingkat suku bunga akan
berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu Negara, baik yang
berasal dari investor domestik maupun investor asing. Khususnya pada jenisjenis investasi portofolio yang umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat
suku bunga akan berperngaruh pada perubahan jumlah permintaan dan
penawaran di pasar domestik. Apabila suatu Negara menganut rezim devisa
bebeas maka hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran
modal masuk (capital inflation) dari luar negeri. Hal ini akan akan
menyebabkan terjadinya perubahan nilai uukar mata uang Negara tersebut
terhadap mata uang asing dipasar valuta asing. Tingkat suku bunga riil pada
umumnya lebih sering dibandingkan antar Negara guna mengukur pergerakan
nilai tukar mata uang. Secara teoritis akan terjadi korelasi yang signifikan
30
antara perbedaan tingkat suku bunga di dua Negara dengan nilai tukar mata
uangnya terhadap mata uang Negara lain. Dalam hal ini tingkat suku bunga
nominal bukan merupakan alat ukur yang akurat karena masih mengandung
unsur inflasi di dalamnya.
Berdasarkan pada prinsip International Fisher’s Effect, maka dapat di
rumuskan bahwa :
R = [( l + i ) : ( l + i1 )] – 1
Dengan R adalah kurs, i adalah tingkat suku bunga domestic, dan i1
adalah tingkat suku bunga yang terjadi di luar negeri (negara kedua). Apabila
kedua
sisi
persamaan
tersebut
menghasilkan
nilai
sama,
maka
mengindikasikan bahwa investasi antar kedua Negara akan menghasilkan
return yang sama.
D. Tingkat Inflasi
Teori Inflasi menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi
kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam
perekonomian secara keseluruhan (Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu
Ackley mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus
menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja
dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan
dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990). Menurut Boediono (1995) inflasi
adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
31
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan
kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain.
Tingkat laju inflasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran
terhadap barang dan jasa yang mencerminkan perilaku para pelaku pasar atau
masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat
tersebut adalah ekspektasi terhadap laju inflasi di masa yang akan datang.
Ekspektasi laju inflasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk
mengalihkan aset finansial yang dimilikinya menjadi asset riil, seperti tanah,
rumah, dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya
ekspektasi laju inflasi yang rendah akan memberikan insentif terhadap
masyarakat untuk menabung serta melakukan investasi pada sektor-sektor
produktif, Neny Erawati(2002 : 99).
Inflasi sering diartikan sebagai kecenderungan naiknya harga secara
umum danterus menerus, dalam waktu dan tempat tertentu (Korteweg, 1973;
Ackley, 1978; Nopirin, 1997; serta Boediono, 2001). Keberadaannya sering
diartikan sebagai salah satu masalah utama dalam perekonomian negara,
selain pengangguran dan ketidakseimbangan neraca pembayaran. Namun
demikian, meskipun menjadi salah satu masalah besar dalam perekonomian,
sebagian ahli sepakat bahwa dampak positif inflasi akan maksimal dengan
tingkat inflasi yang agak rendah, berkisar antara 5% - 6% per tahun
(Glassburner, Chandra, 1981 : 106). Dengan kata lain, tingkat inflasi yang
kurang atau lebih dari angka tersebut, akan memiliki kecenderungan memberi
dampak negatif bagi perekonomian.
32
Menurut Winardi dalam Setiawan (2006), definisi inflasi adalah sebagai
suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila
jumlah barang serta jasa yang ditawarkan atau karena kehilangan kepercayaan
terhadap mata uang nasional dan terdapat adanya gejala yang meluas untuk
menukar dengan barang-barang.
Inflasi di definisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (prosentase kenaikan
harga) berbeda dari suatu periode keperiode lainnya, dan berbeda pula dari
suatu Negara ke Negara lainnya. Inflasi adalah suatu kecenderungan dari
harga-harga untuk menaik secara umum dan terud menerus. (Sadono Sukirno :
2004 : 15)
Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup
diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini memperlihatkan bagai mana
perebutan
rejeki
antara
golongan-golongan
masyarakat
yang
dapat
menimbulkan permintaan agregat yang lebih dari pada jumlah barang yang
tersedia (apabila timbul “inflation gap” ). Selama inflation gap tetap ada,
selama itu pula proses inflasi akan berkelanjutan.
Komponen Inflasi
Ada tiga komponen yang hams dipenuhi agar dapat dikatakan telah
terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)
1. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi
darpada harga periode sebelumnya.
33
2. Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika
kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
3. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan
inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam
rentang waktu minimal bulanan.
Jenis Inflasi
Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya
inflasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
1) Merayap {Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga
berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu
yang relatif lama.
2) Inflasi menengah {Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang
berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi
yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan
lalu dan seterusnya.
3) Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga
sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya
keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
34
Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan
indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk
mengukur laju inflasi (Nopirin,1987 :25) antara lain:
a) ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah
tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
Cost of marketbasket ingiven year
CPI=
X 100
Cost of marketbasket in base year
b) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti
harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi.
Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
c) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan
indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan
jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih
banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Nominal
GNP Deflator =
X 100
GNP Riil
35
Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi:
a. Demand Pull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke
atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode
pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak
hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi
juga dipengaruhi oleh :
a) Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga
barang secara umum di dalam negeri.
b) ImportedInflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan
harga-harga barang import secara umum.
36
E. Nilai Tukar
Pergerakan nilai tukar menjadi issue empiris dan kebijakan yang penting
di Indonesia, khususnya setelah diterapkannya sistem mengambang terkendali
(free floating regime) Dalam banyak hal pergerakan nilai tukar tidak selalu
dapat dijelaskan oleh perkembangan variabel-variabel ekonomi yang terjadi.
Sebagai contoh, pergerakan nilai tukar tidak selalu mencerminkan perbedaan
tingkat inflasi dalam negeri dengan luar negeri seperti yang dirujuk oleh teori
PPP. Demikian juga, perubahan tingkat suku bunga bank sentral negaranegara Asia Pasifik ataupun suku bunga Fed tidak selalu dapat menjelaskan
pergerakan nilai tukar seperti yang ingin dijelaskan oleh teori IRP.
Menurut Fama (1960), pentingnya informasi dalam mempengaruhi
pergerakan nilai tukar mencerminkan bagaimana persepsi pasar terhadap
perkembangan dan pengaruh berbagai variabel ekonomi tersebut. Jika semua
informasi yang dipergunakan oleh otoritas bank sentral dimiliki pula oleh para
pelaku pasar maka nilai tukar akan mencerminkan tingkat fundamentalnya,
dengan kata lain nilai tukar mengikuti random walk. Tetapi jika tidak, deviasi
nilai tukar dapat terjadi, dan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh perbedaan
informasi antara otoritas dengan pelaku pasar(“news” sebagai unexpected
information). Rational expectation merupakan dasar dari efficient market
hypothesis. Jika nilai tukar tidak mencerminkan seluruh informasi yang ada,
maka terdapat “unexploited profit opportunities” yang menarik investor
menyimpan untuk mendapatkan profit sampai harga mencapai keseimbangan
37
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menganalisa tentang index harga saham
gabungan (IHSG) ialah : Ludovicus Sensi Wondabio (2006) melakukan
penelitian tentang Analisa Hubungan Index Harga Saham Gabungan (Ihsg)
Jakarta (Jsx), London (Ftse), Tokyo (Nikkei) Dan Singapura (Ssi) Dengan
hasil penelitian menunjukkan :
a. Pola hubungan antara JSX dan FTSE, NIKEI dan SSI ternyata memiliki
hubungan yang berbeda-beda.
b. FTSE dan NIKKEI ternyata mempunyai pengaruh terhadap JSX, tetapi JSX
tidak mempunyai pengaruh terhadap FTSE dan NIKKEI. Ini menunjukkan
bahwa kondisi perekonomian negara maju akan berpengaruh terhadap
perekonomian negara berkembang.
c. Hubungan FTSE dan NIKKEI terhadap JSX adalah negatif atau berbalik
dimana jika FTSE / NIKKEI naik maka JSX turun. Ini menandakan bahwa
kenaikan FTSE dan NIKKEI justru menekan JSX. Hal ini dapat diduga
adanya pengalihan investasi oleh para investor.
d. JSX dan SSI berhubungan simultan tetapi JSX mempengaruhi SSI secara
positif sedangkan SSI mempengaruhi JSX secara negatif. Artinya jika
JSX naik maka SSI naik. Sedangkan jika SSI naik maka JSX malah
turun.
38
Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian (pengujian)
pengaruh maupun hubungan antara variabel ekonomimakro terhadap Indeks
Harga Saham (IHSG) dengan menggunakan model Ordinary Least Square
bivariate (single-equation regression model) atau sering disebut OLS.
Sebagaimana dinyatakan oleh
Rao (1994) bahwa data ekonomimakro
mempunyai sifat nonstationary dan mempunyai hubungan imbal balik
(causality).
Sudjono, (2001) melakukan penelitian tentang Analisis Keseimbangan &
Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomimakro Terhadap Indeks
Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta Dengan Metode Var. Dengan hasil
penelitian, Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan metode VAR maupun
ECM periode 1990:01 s/d 2000:12 (impulse response to one S.D. innovation
maupun variance decomposition) bahwa variabel Rupiah lebih mampu (andal)
dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel-variabel IHSG, Depo1,
maupun SBI. Hal ini terlihat dari impulse response to one S.D. innovation
maupun variance decomposition dari kedua model tersebut memberikan nilai
yang cukup konsisten dan signifikan.
Hasil penelitian sudjono juga mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Domian, Gilster, dan Louton (1996), Jensen, Johnson, dan
Bauman (1997), Thorbecke (1997), maupun Kwon, Shin dan Bacon yaitu
adanya hubungan (pengaruh) negatif antara perubahan tingkat bunga dengan
harga saham, walaupun mereka menggunakan model yang beragam. Demikian
juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara
39
nilai tukar uang terhadap harga saham, misalnya: Ma dan Kao (1990),
Mougoué dan Bond (1991, Ajayi dan Mougoué (1996), Hermanto (1998), PiAnguita (1999), Wu (2000), yaitu adanya hubungan negatif antara nilai tukar
uang terhadap harga saham.
40
G. Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui pengaruh factor-faktor makro ekonomi (Tingkat
Inflasi, Tingat Suku Bunga, dan Nilai Tukar) digunakan model VAR dan
ECM. Secara skematis alur pikir penelitian terlihat pada gambar kerangka
berpikir sebagai berikut :
Input Data
Variable Independen
(Tingkat Inflasi, Tingat
Suku Bunga, dan Nilai
Tukar)
Variable Dependen
(Return Pasar)
Uji stasioneritas, kausalitas
granger, panjang lag
Model VAR
kointegrasi dan
ECM
Interpretasi Hasil
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
41
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu, maka
dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan faktor makro ekonomi (tingkat
inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar) terhadap return pasar.
H1 : Terdapat pengaruh secara signifikan faktor makro ekonomi
inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar) terhadap return pasar.
42
tingkat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitan
Ruang lingkup penelitian ini adalah bursa efek Indonesia dan bank
sentral (Bank Indonesia). Untuk menganalisis pengaruh variable indevenden
terhadap variabel dependen. Adapun variable dependen (Y) adalah Return
pasar sedangkan variabel independennya (X) adalah tingkat inflasi, tingkat
suku bunga, dan nilai tukar di Indonesia. Adapun periode yang di ambil dalam
penelitian ini adalah bulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan terakhir
tahun 2008. data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aktivitas dan kondisi index
IHSG, bulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan terakhir tahun 2008,
yang merupakan suatu wadah atau sistem dimana perusahaan, perorangan, dan
Bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan
melakukan pembelian atau
penawaran
permintaan(demand)
dan penjualan atau
(supply) atas saham. Sedangkan untuk variabel independent
dibatasi pada tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar yang terjadi di
Indonesia.
43
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Penelitan ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu
(time series) dengan sekala bulanan yang diambil dari sumber data antara
lain Bursa efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia (BI).
2. Kepustakaan
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilengkapi dengan membaca
literatur yang bersumber dari buku, artikel dan jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas adalah uji yang sangat sederhana untuk melihat
stasioneritas dengan analisis grafik, yang dilakukan dengan membuat plot
antara nilai observasi (Y) dan waktu (t). berdasarkan plot tersebut kita
dapat melihat pola data. Jika diperkirakan mempunyai nilai tengah dan
varian konstan, maka data tersebut dapat disimpulkan stasioner. Uji
stasioner diperlukan karena variabel makro pada umumnya tidak stasioner
(Gujarati,1995). Tujuan uji ini adalah agar mean nya stabil dan random
errornya = 0, sehingga model regresi yang diperoleh mempunyai
kemampuan prediksi yang handal dan tidak ada spurious. Uji stasioner
dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: grafik, correlogram,
maupun akar unit dengan menggunakan metode Augmen Dickey Fuller
(ADF) test dan Phillips Perron (PP) test.
44
2. Uji Kausalitas Granger
Uji ini dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai
hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja. Tetapi pada uji granger yang
dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang sehingga data
yang digunakan adalah data time series. Menurut Gujarati (1995) maupun
Greene (2000) sebelum dilakukan analisis kointegrasi, VAR dan ECM
perlu dilakukan pengujian kausalitas antara variabel-variabel penelitian.
Dalam penelitian, uji kausalitas ini menggunakan metode Granger
causality (Granger, 1969). Jika terdapat hubungan kausalitas antara
variabel penelitian, maka analisis regresi (OLS) tidak dapat dilakukan
karena hasil estimasinya akan bias. Dalam pengujian kausalitas dilakukan
dengan memasukkan lag berberbeda, yaitu mulai lag dua sampai dengan
lag dua belas. Cara ini dilakukan karena Granger ini sangat peka terhadap
lag-lag tersebut (gujarati, 1995), Pindyk dan Rubinfeld (1998).
3. Uji Panjang Lag
Setelah uji Granger, selanjutnya menentukan panjang lag dengan
persamaan VAR dan ECM. Hal ini disebabkan karena kointgrasi maupun
estimasi VAR dan ECM sangat peka terhadap panjang lag (Enders, 1995),
Gujarati (1995), maupun Ansari dan Gang (1999). Dalam penentuan lag
ini menggunakan prosedur Johansen’s ciontegration test. Dalam penelitian
ini untuk mengetahui panjang lag yang di gunakan adalah dari lag terkecil
(1,2) dan seterusnya.
45
4. Uji Kointegrasi
Jika series data variabel diketahui mempunyai unit root dan
cointegrated pada tingkat 1, maka perlu dilakukan uji kointegrasi, dengan
kata lain uji kointegrasi dilakukan untuk mendeteksi stabilitas hubungan
jangka panjang dua variabel atau lebih (Ajay dan Mougoue(1996).
5. Metode VAR dan ECM
Pendekatan structural atas model persamaan simultan digunakan
teori ekonomi untuk menggambarkan hubungan antara variabel-variabel
yang diinginkan. Model tersebut selanjutnya dilakukan estimasi untuk
menguji empiris relevansi terhadap teori. Namun demikian, teori ekonomi
seringkali tidak mampu memberikan bentuk spesifiksi yang memadai
untuk kepentingan hubungan yang dinamis antara variabel-varibel. Hal ini
disebabkan karena complicated estimasi dan inference yang diakibatkan
oleh factor yang muncul yang disebabkan oleh variabel-variabel
endogenous baik sebelah kiri maupun sebelah kanan dari suatu persamaan.
Adanya masalah tersebut mendorong alternatif lain yang sering
disebut model nonstructural. Pendekatan ini mencari hubungan antara
bermacam-macam variabel yang diinginkan. Model ini sering disebut VAR
maupun ECM yang umumnya digunakan untuk peramalan dari hubungan
data runtut waktu (timeseries). Model VAR mengikuti sebagaimana
dilakukan oleh Lee (1992), Mougoue dan Bond (1991), Ajay dan
Mougoue(1996), Hermanto (1998), maupun Ansari dan Gang(1999).
Missal, suatu variabel Y dan X dimasukkan kedalam model VAR yang
46
mempunyai konstanta dengan dua lag, maka persamaan VAR dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Xt = a1yt-1 +a 2xt-1 + b1yt-2 +b 2x t-2 + c1 + e1,t
Yt = a 2yt-1 +a2xt-1 + b 2yt-2 +b2x t-2 + c2 + e2,t
di mana a, b, c, adalah parameter yang akan diestimasi.
Sedangkan model ECM dinyatakan sebagai berikut:
Xt= x(yt-1 - xt-1)+ 1t
Yt =Σ (yt-1 – xt-1)+2t
Dari perhitungan tersebut dapat dihitung masing-masing koefisien
merupakan estimasi standar regresi. Dari analisis VAR dan ECM
selanjutnya ditampilkan statistic regresi yang terdiri dar : determinan of
the residual covariance, nilai log likelihood, akaike information criteria,
maupun schuarz criteria. Dari estimasi VAR dan ECM tersebut selanjutnya
disajikan dalam bentuk grafik yang terdiri dari : nilai actual, nilai fitted,
maupun nlai residual yang berguna untuk melihat bagaimana keadaan data
yang sebenarnya. Cara lain dapat dilakukan dengan membuat simulasi
dinamis yang sering disebut dynamic simulation yang menyajikan data
aktual dan data simulasi yang berguna untuk mengetahui track pergerakan
data. Cara ini sangat bermanfaat untuk peramalan jangka pendek (pindyck
dan rubinfeld, 1998). Selain itu, dapat juga disajikan grafik aktual maupun
ramalan, dan cara ini merupakan cara terbaik untuk peramalan yang akan
datang.
6. Uji F (Uji Simultan)
47
Uji F dilakukan untuk melihat kemakmuran dari hasil regresi
tersebut. Bila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau tingkat signifikannya
lebih kecil dari 5% (α : 5% = 0,05) maka hal ini menunjukkan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel independen (suku bunga,
inflasi, dan nilai tukar) secara simultan terhadap IHSG.
7. Uji T (Uji Parsial)
Uji T digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel dependen
secara parsial. Bila Zhitung lebih besar atau lebih kecil dari Ztabel ataunilain
signifikan t (α : 5% = 0,05) maka
H0
ditolak dan H1 diterima berarti
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel
independent terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini berarti
terdapat pengaruh signifikan secara parsial (suku bunga, inflasi, dan nilai
tukar) terhadap IHSG.
8. Uji Koefisien determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya
yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel independen lebih
dari dua.
E.
Operasional Variabel
1. Index Harga Saham Gabungan (IHSG)
48
IHSG dapat memberikan manfaat berupa informasi kepada investor
untuk menilai suatu saham guna menentukan saham-saham atau portofolio
yang dapat memberikan return paling optima. Hal ini terkait dengan adanya
nilai perkiraan suatu saham dan harga pasar saham yang dapat digunakan
sebagai dasar pengembalian keputusan atas pembelian dan penjualan
sahamnya. Dari informasi tersebut diharapkan perkiraan harga saham yang
wajar dapat teridentifikasi sehingga investor tidak akan mengalami kerugian.
Sumantoto (1988:215) mengatakan bahwa informasi harga saham yang
wajar dapat mengurangi risiko kerugian.
IHSG ditutup anjlok 74,703 poin (3,99 persen) pada 1.795,430.
Pencapaian ini merupakan posisi IHSG terendah sejak 23 Februari 2007
lalu. Waktu itu IHSG berada pada level 1.791.553.Aksi jual kembali
mewarnai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham
Gabungan Selasa (16/9) pagi dibuka langsung rontok 54,779 poin (3,19
persen) menjadi 1.664,475. Analis Riset Panin Sekuritas Purwoko Sartono
(2008) menyebutkan, pailitnya Lehman Brothers dan anjloknya harga
komoditas (crude oil, timah, nikel, CPO) menimbulkan spekulasi bahwa
krisis kredit dan perlambatan ekonomi global masih akan memburuk.
2. Tingkat Inflasi
Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi
49
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi:
a. DemandPull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke
atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode
pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak
hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation
tetapi juga dipengaruhi oleh :
a) Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga
barang secara umum di dalam negeri.
b) ImportedInflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan
harga-harga barang import secara umum.
3. Tingkat Suku Bunga
50
Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang
ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat
Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari
kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga
diduga mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan saham.
Tingkat suku bunga riil pada umumnya lebih sering dibandingkan antar
Negara guna mengukur pergerakan nilai tukar mata uang. Secara teoritis
akan terjadi korelasi yang signifikan antara perbedaan tingkat suku bunga di
dua Negara dengan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang Negara
lain. Dalam hal ini tingkat suku bunga nominal bukan merupakan alat ukur
yang akurat karena masih mengandung unsure inflasi di dalamnya.
Berdasarkan pada prinsip International Fisher’s Effect, maka dapat di
rumuskan bahwa :
R = [( l + i ) : ( l + i1 )] – 1
Dengan R adalah kurs, i adalah tingkat suku bunga domestic, dan i1
adalah tingkat suku bunga yang terjadi di luar negeri (negara kedua).
Apabila kedua sisi persamaan tersebut menghasilkan nilai sama, maka
mengindikasikan bahwa investasi antar kedua Negara akan menghasilkan
return yang sama.
51
4. Nilai Tukar
Menurut Fama (1960), pentingnya informasi dalam mempengaruhi
pergerakan nilai tukar mencerminkan bagaimana persepsi pasar terhadap
perkembangan dan pengaruh berbagai variabel ekonomi tersebut. Jika semua
informasi yang dipergunakan oleh otoritas bank sentral dimiliki pula oleh para
pelaku pasar maka nilai tukar akan mencerminkan tingkat fundamentalnya,
dengan kata lain nilai tukar mengikuti random walk. Tetapi jika tidak, deviasi
nilai tukar dapat terjadi, dan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh perbedaan
informasi antara otoritas dengan pelaku pasar(“news” sebagai unexpected
information). Teori Rational expectation merupakan dasar dari efficient
market hypothesis. Jika nilai tukar tidak mencerminkan seluruh informasi
yang ada, maka terdapat “unexploited profit opportunities” yang menarik
investor menyimpan untuk mendapatkan profit sampai harga mencapai
keseimbangan .
Di Indonesia , ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai
tukar rupiah sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971 hingga
1978 dianut sistem tukar tetap ( fixed exchange rate) dimana nilai rupiah
secara langsung dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat ( USD). Sejak 15
November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali (
managed floating exchange rate) dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata
dikaitkan dengan USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang
utama. Maksud dari sistem nilai tukar tersebut adalah bahwa meskipun
diarahkan ke sistem nilai tukar mengambang namun tetap menitikberatkan
52
unsur pengendalian. Kemudian terjadi perubahan mendasar dalam kebijakan
mengambang terkendali terjadi pada tanggal 14 Agustus 1997, dimana jika
sebelumnya Bank Indonesia menggunakan band sebagai guidance atas
pergerakan nilai tukar maka sejak saat itu tidak ada lagi band sebagai acuan
nilai tukar. Namun demikian cukup sulit menjawab apakah nilai tukar rupiah
sepenuhnya dilepas ke pasar ( free floating) atau masih akan dilakukan
intervensi oleh Bank Indonesia. Dengan mengamati segala dampak dari sistem
free floating serta dikaitkan dengan kondisi/struktur perekonomian Indonesia
selama ini nampaknya purely free floating sulit untuk dilakukan.
Kemungkinannya adalah Bank Indonesia akan tetap mempertahankan
managed floating dengan melakukan intervensi secara berkala, selektif , dan
pada timing yang tepat.
53
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC.
Meskipun
pasar
modal
telah
ada
sejak
tahun
1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang
diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal
mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi
yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana
mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar
modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi
yang dikeluarkan pemerintah.
54
2. Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 30
November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007. di mana
Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.
Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum
Penegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan
rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa
tersebut masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan
hukum dan nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia.
Setelah menjalani beberapa proses, maka sekarang namanya telah
menjadi Bursa Efek Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia,
posisi-posisi masih ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi
tersebut akan melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan.
3. Indeks Harga Saham di Indonesia
Indeks harga saham merupakan indikator perdagangan saham yang
dibuat berdasarkan rumusan tertentu untuk mencerminkan tingkat
aktivitas dan fluktuasi sebuah bursa efek. Setiap bursa efek mempunyai
indikator tersendiri. Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini memiliki
beberapa indeks, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), IndeksLQ45, Indeks Sektoral, dan JII (Jakarta Islamic Index). Didalam
penelitian ini hanya menggunakan objek penelitian sebagai berikut :
55
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
IHSG menurut PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada peraturan
No. 11 adalah angka yang menunjukkan perkembangan harga
seluruh saham yang tercatat di bursa pada saat tertentu.
Sanuriah dalam jurnal “Selayang Pandang IHSG, Media
Akuntansi
mengatakan
bahwa
IHSG
menggambarkan
suatu
rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham
gabungan sampai pada tanggal tertentu, biasanya pengaruh saham
tersebut disajikan setiap hari berdasarkan harga penutupan saham
pada hari tersebut. Indeks ini disajikan untuk periode tertentu IHSG
tersebut
mencerminkan
suatu
nilai
yang
berfungsi
sebagai
pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek.
Faktor internal yang mempengaruhi IHSG adalah kondisi
dalam negeri seperti stabilitas politik ekonomi dan keamanan.
Khusus dibidang ekonomi factor yang berpengaruh adalah tingkat
inflasi, suku bunga dan lain-lain. Sedangkan factor eksternal berupa
pengaruh dari luar negeri misalkan kondisi perekonomian global
yang meliputi tingkat kurs, suplai uang dan harga saham dunia dan
sebagainya. Semua ini mempengaruhi perilaku investor di bursa.
Sumantoto (1988:214) mengatakan bahwa IHSG dipengaruhi oleh
tingkat kurs, suku bunga dan tingkat inflasi.
56
Tabel 4.1 Data return pasar (IHSG) Thn.2006-2008
Bulan/Thn
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Open
1162,64
1232,32
1230,66
1322,97
1464,41
1330,00
1310,26
1351,65
1431,26
1534,61
1582,63
1718,96
1805,52
1757,26
1740,97
1830,92
1999,17
2084,32
2139,28
2348,67
2194,34
2359,21
2643,49
2688,33
2745,83
2627,25
2721,94
2447,30
2304,52
2444,35
2349,10
2304,51
2165,94
1832,51
1256,70
1241,54
Close
1232,32
1230,66
1322,97
1464,41
1330
1310,26
1351,65
1431,26
1534,61
1582,63
1718,96
1805,52
1757,26
1740,97
1830,92
1999,17
2084,32
2139,28
2348,67
2194,34
2359,21
2643,49
2688,33
2745,83
2627,25
2721,94
2447,3
2304,52
2444,35
2349,1
2304,51
2165,94
1832,51
1256,7
1241,54
1355,41
57
Return
0,059932567
-0,001347053
0,075008532
0,106910965
-0,091784405
-0,014842105
0,03158915
0,058898383
0,072209102
0,031291338
0,086141423
0,050356029
-0,026729142
-0,009270114
0,0516666
0,091893693
0,042592676
0,026368312
0,097878726
-0,065709529
0,075134209
0,120497963
0,016962425
0,021388743
-0,043185485
0,036041488
-0,100898624
-0,058341846
0,06067641
-0,038967415
-0,018981738
-0,060129919
-0,153942399
-0,314219295
-0,01206334
0,091716739
Tabel 4.2 Data Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar Thn.2006-2008
BULAN/TAHUN
INFLASI (X1)
SUKU BUNGA
(X2)
NILAI TUKAR (X3)
Januari 2006
0.17
0.127
9895.00
Februari 2006
0.179
0.127
9730.00
Maret 2006
0.157
0.127
9575.00
April 2006
0.154
0.127
9275.00
Mei 2006
0.156
0.125
9720.00
Juni 2006
0.155
0.125
9800.00
Juli 2006
0.151
0.125
9570.00
Agustus 2006
0.149
0.117
9600.00
September 2006
0.145
0.112
9735.00
Oktober 2006
0.069
0.107
9610.00
November 2006
0.052
0.102
9665.00
Desember 2006
0.066
0.097
9520.00
Januari 2007
0.062
0.095
9590.00
Februari 2007
0.063
0.092
9660.00
Maret 2007
0.065
0.090
9618.00
April 2007
0.062
0.090
9583.00
Mei 2007
0.061
0.087
9328.00
Juni 2007
0.057
0.085
9519.00
Juli 2007
0.060
0.082
9686.00
Agustus 2007
0.065
0.082
9910.00
September 2007
0.069
0.082
9637.00
Oktober 2007
0.068
0.082
9603.00
November 2007
0.061
0.082
9876.00
Desember 2007
0.069
0.080
9919.00
Januari 2008
0.073
0.080
9791.00
Februari 2008
0.074
0.079
9551.00
Maret 2008
0.081
0.079
9717.00
April 2008
0.089
0.079
9734.00
Mei 2008
0.103
0.083
9818.00
Juni 2008
0.110
0.087
9725.00
Juli 2008
0.119
0.092
9618.00
Agustus 2008
0.118
0.092
9653.00
September 2008
0.121
0.097
9878.00
Oktober 2008
0.117
0.109
11495.00
November 2008
0.116
0.112
12651.00
Desember 2008
0.110
0.108
11450.00
58
B.
Hasil dan Pembahasan
1. Deskriptif Permasalahan
Pada skripsi ini, data permasalahan terdiri dari variabel independen
dan variabel dependen. Adapun variabel dependen (Y) adalah IHSG
sedangkan variabel independennya (X) adalah tingkat inflasi, tingkat suku
bunga, dan nilai tukar rupiah di Indonesia. Periode yang diambil dalam
penelitian ini adalah bulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan
terakhir tahun 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
bulanan.
Tabel 4.3 Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah,
dan Return Pasar (IHSG)
Return Pasar
Tingkat
Tingkat
Nilai Tukar
Inflasi
Suku Bunga
Rupiah
0.059932567
0.17
0.127
9895.00
-0.001347053
0.179
0.127
9730.00
0.075008532
0.157
0.127
9575.00
0.106910965
0.154
0.127
9275.00
-0.091784405
0.156
0.125
9720.00
-0.014842105
0.155
0.125
9800.00
0.03158915
0.151
0.125
9570.00
0.058898383
0.149
0.117
9600.00
0.072209102
0.145
0.112
9735.00
0.031291338
0.069
0.107
9610.00
0.086141423
0.052
0.102
9665.00
0.050356029
0.066
0.097
9520.00
-0.026729142
0.062
0.095
9590.00
-0.009270114
0.063
0.092
9660.00
0.0516666
0.065
0.090
9618.00
0.091893693
0.062
0.090
9583.00
0.042592676
0.061
0.087
9328.00
0.026368312
0.057
0.085
9519.00
0.097878726
0.060
0.082
9686.00
-0.065709529
0.065
0.082
9910.00
0.075134209
0.069
0.082
9637.00
0.120497963
0.068
0.082
9603.00
0.016962425
0.061
0.082
9876.00
59
0.021388743
-0.043185485
0.036041488
-0.100898624
-0.058341846
0.06067641
-0.038967415
-0.018981738
-0.060129919
-0.153942399
-0.314219295
-0.01206334
0.091716739
0.069
0.073
0.074
0.081
0.089
0.103
0.110
0.119
0.118
0.121
0.117
0.116
0.110
0.080
0.080
0.079
0.079
0.079
0.083
0.087
0.092
0.092
0.097
0.109
0.112
0.108
9919.00
9791.00
9551.00
9717.00
9734.00
9818.00
9725.00
9618.00
9653.00
9878.00
11495.00
12651.00
11450.00
2. Model Vector Autoregressive (VAR)
Berdasarkan tabel 4.3, dapat dicari pengaruh suku bunga, tingkat
inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap return pasar (IHSG). Pencarian
bentuk model yang ingin digunakan adalah dengan menggunakan metode
VAR dan ECM. Tahap pertama untuk membuat model VAR adalah
melakukan terlebih dahulu uji stasioneritas dan uji Kausalitas Granger yang
dapat melihat hubungan antar variabel suku bunga, tingkat inflasi, nilai
tukar rupiah, dan return pasar (IHSG) yang dapat terlihat pada tabel dibawah
ini.
a. Uji Stasioneritas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data asli (original data)
menunjukkan tidak stationary baik menggunakan model grafik,
correlogram, maupun akar unit yaitu menolak H0 , sedangkan data pada
2 st difference baik menggunakan model grafik, correlogram, maupun
akar unit menunjukkan bahwa variabel ekonomimakro maupun IHSG
stationary yaitu tidak menolak H0 yang berarti bahwa data variabel
60
ekonomimakro maupun IHSG stationary. Hasil penelitian ini konsisten
dengan
penelitian
sebelumnya
yang
menyatakan
bahwa
data
ekonomimakro yang runtut waktu pada umumnya nonstationary Rao
(1994), Enders (1995), Hermanto (1998), Gujarati (1999), maupun
peneliti lainnya.
b. Uji Kausalitas Granger
Tabel 4.4 Uji Kausalitas Granger Lag 1
Berdasarkan tabel 4.4, terlihat bahwa variabel X2 (tingkat suku
bunga), X3 (nilai tukar rupiah) mempengaruhi variabel Y (return pasar)
dan variabel X2 (tingkat suku bunga) mempengaruhi X1 (tingkat inflasi)
sehingga dapat menolak hipotesis pada lag 1. Sedangkan variabel yang
61
lainnya tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hal tersebut
berarti tidak menolak hipotesis.
Apabila nilai lag-nya ditingkatkan menjadi 2, maka akan diperoleh
hubungan kausal sebagai berikut :
Tabel 4.5 Uji Kausalitas Granger Lag 2
Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa hanya variabel X3 (nilai tukar
rupiah) yang mempengaruhi variabel Y (return pasar), variabel X2
(tingkat suku bunga) mempengaruhi X1 (inflasi), dan X3 (nilai tukar
rupiah) mempengaruhi X2 (tingkat suku bunga), sehingga dapat menolak
hipotesis pada lag 2. Sedangkan variabel yang lainnya tidak saling
62
mempengaruhi satu sama lainnya. Hal tersebut berarti tidak menolak
hipotesis.
Penelitian ini hanya ingin mencari pengaruh variabel suku bunga,
tingkat inflasi, dan nilai tukar terhadap return pasar (IHSG). Sehingga
tidak terlalu bermasalah apabila tidak terjadi kausalitas tiap variabelnya.
Setelah melakukan uji Kausalitas Granger, langkah selanjutnya
adalah membuat model VAR. Berdasarkan lag yang diambil pada uji
Kausalitas Granger, maka lag yang digunakan pada pembentukan model
VAR juga menggunakan lag 1 dan 2.
c. Uji Model VAR
Tabel 4.6 Model VAR Menggunakan Lag 1
63
Berdasarkan tabel 4.6, terlihat bahwa variabel yang mempengaruhi
return pasar secara signifikan adalah return pasar pada t-1, inflas pada t1, dan tingkat suku bunga pada t-1. Variabel yang mempengaruhi inflasi
secara signifikan adalah hanya inflasi pada t-1. Variabel yang
mempengaruhi tingkat inflasi secara signifikan adalah return pasar pada
t-1, inflasi pada t-1, dan tingkat suku bunga pada t-1. Variabel yang
mempengaruhi nilai tukar rupiah secara signifikan adalah return pasar
pada t-1 dan nilai tukar rupiah pada t-1. Sekarang lihat model yang
terbentuk pada lag 2.
64
Tabel 4.7 Model VAR Menggunakan Lag2
Berdasarkan tabel 4.7, terlihat bahwa tidak ada variabel yang
mempengaruhi
return
pasar
secara
signifikan.
Variabel
yang
mempengaruhi tingkat inflasi secara signifikan adalah hanya tingkat
inflasi pada t-1.
Variabel yang mempengaruhi tingkat suku bunga secara signifikan
adalah hanya tingkat suku bunga pada t-1. Variabel yang mempengaruhi
nilai tukar rupiah secara signifikan adalah nilai tukar rupiah pada t-1 dan
t-2.
65
Pembentukan model VAR yang terbaik dari 2 lag yang diambil
adalah model dengan lag 1 lebih baik daripada model dengan
menggunakan lag 2. hal tersebut dikarenakan pertimbangan sebagai
berikut :
1.
Nilai R 2 pada model lag 1 lebih besar daripada nilai R 2 pada model
lag 2.
2.
Nilai AIC dan SIC pada model lag 1 lebih kecil daripada nilai AIC
dan SIC model lag 2.
3.
Banyaknya variabel pada model lag 1 yang signifikan daripada
model lag 2.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dan karena penelitian ini ingin
mencari pengaruh variabel suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar
rupiah terhadap return pasar, maka model yang digunakan hanyalah
model pada kolom pertama yang terdapat pada tabel 4.4, yaitu :
Yt = 0.3513814652*Yt-1 - 1.162740327*X1
t-1
+ 2.727793958*X2
t-1
+
0.0000340378*X3 t-1 - 0.4811305404 + U t pers. (4.1)
Setelah mendapatkan model VAR, langkah selanjutnya adalah
membentuk model VAR ke dalam bentuk model ECM. Sebelum
membentuk model ECM, terlebih dahulu melakukan uji Kointegrasi
terhadap residual pada model VAR tersebut agar dapat menggunakan
metode ECM. Apabila residual dari model VAR yang diambil tidak
memenuhi kriteria kointegrasi, maka tidak dapat menggunakan metode
ECM melainkan menggunakan metode Regresi Palsu.
66
Syarat untuk menggunakan Metode ECM adalah residual dari
model VAR harus terkointegrasi (stationer) atau dengan kata lain
residual dari model VAR mempunyai hubungan jangka panjang antar
variabelnya walaupun setiap variabel yang digunakan tidak stationer.
3. Uji Kointegrasi
Sebelum dapat menggunakan metode ECM, terlebih dahulu
melakukan uji kointegrasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Uji Kointegrasi Pada Korelogram
Berdasarkan tabel 4.8, terlihat bahwa residual pada model VAR ini
stasioner (return pasar, tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah,)
67
terkointegrasi, dengan kata lain mempunyai hubungan atau keseimbangan
jangka panjang. Hal tersebut ditunjukkan dengan uji sebagai berikut :
1.
Uji Barlett : tidak ada nilai pada AC dan PAC yang melebihi nilai
2 × (1/ 35 ) = 0.338
2.
Nilai probabilitasnya tidak ada yang kurang dari tingkat kepercayaan
yang diambil, yaitu 0.05.
Tabel 4.9 Uji Stasioner dari kointegrasi dengan Unit Root
Berdasarkan tabel 4.9, terlihat bahwa nilai ADF jauh lebih kecil
dibandingkan dengan nilai kritis pada tiap tingkat kepercayaan yang diambil
(1%, 5%, 10%).
68
Hal tersebut menunjukkan bahwa residual pada model VAR ini atau
tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah, dan return pasar
terkointegrasi, dengan kata lain mempunyai hubungan atau keseimbangan
jangka panjang. Fakta tersebut juga didukung dengan lebih besarnya nilai
Durbin-Watson daripada nilai R 2 nya.
4. Model Error Correction Model (ECM)
Setelah membuktikan bahwa residual telah terkointegrasi, maka
langkah berikutnya dapat dilanjutkan adalah membentuk model ECM.
Model ECM ini digunakan untuk melihat hubungan jangka pendek antar
variabel yang digunakan. Dengan menggunakan software Eviews maka
didapatkan model ECM sebagai berikut:
D(Y) = 0.006677271838 - 0.220426775*D(X1) - 2.411774225*D(X2) –
0.000098895*D(X3) - 1.030464665*Ut-1
dengan :
D(Y) adalah differencing pertama untuk variabel return pasar
D(X1) adalah differencing pertama untuk variabel tingkat suku bunga
D(X2) adalah differencing pertama untuk variabel tingkat inflasi
D(X3) adalah differencing pertama untuk variabel nilai tukar rupiah
69
Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dilakukan analisis yang
terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10 Uji Residual Model ECM
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa koefisien Ut-1 signifikan
secara
statistik.
Berarti
kesalahan
kesimbangan
dapat
dikatakan
mempengaruhi variabel return pasar. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel
return pasar tidak menyesuaikan perubahan variabel tingkat inflasi, suku
bunga, dan nilai tukar rupiah pada periode yang sama. Atau dengan kata
lain, penyesuaian satu periode berikutnya untuk menuju keseimbangan
jangka panjang sangat berarti. Hal tersebut dapat terlihat dari koefisien Ut-1
yang begitu besar.
70
Output di atas juga memberikan informasi bahwa perubahan jangka
pendek variabel tingkat inflasi, suku bunga, mempunyai dampak negatif
pada perubahan jangka pendek variabel return pasar (IHSG).
Sehingga hasil akhir dari model VAR, uji kointegrasi, dan model
ECM diperoleh persamaan sebagai berikut:
D(Y) = 0.006677271838 - 0.220426775*D(X1) - 2.411774225*D(X2) –
0.000098895*D(X3) - 1.030464665*Ut-1
dengan nilai Ut-1 didapat dari persamaan (4.1), sehingga menjadi :
Ut-1 = Yt-1 - 0.3513814652*Yt-2 + 1.162740327*X1 t-2 - 2.727793958*X2 t-2 0.0000340378*X3 t-2 + 0.4811305404
Dengan demikian, setelah melakukan banyak uji terhadap model
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model di atas dapat digunakan
untuk meramalkan data return pasar (IHSG) yang dipengaruhi tingkat
inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah.
71
C. Interpretasi
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya bahwa data asli
(original data ) variabel ekonomi makro maupun IHSG nonstationary.
Setelah dilakukan serangkaian pengujian stationary, baik menggunakan
metode grafik, correlogram, maupun akar unit (unit root) menunjukkan
bahwa variabel ekonomimakro maupun IHSG stationary pada tingkat 2nd
difference. Enders (1994) maupun Gujarati (1995) menyarankan analisis
data menggunakan data asli, agar hasil analisis dapat mencerminkan keadaan
yang sebenarnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan model
VAR dan ECM
untuk mencari hubungan satu arah, untuk mengatasi
hilangnya informasi relevan jika digunakan model peramalan lain.
Setelah dilakukan pengujian hubungan kausalitas granger (granger
causality) pada panjang lag 1, antara variabel ekonomi makro terhadap
IHSG terbukti bahwa terdapat tiga variabel yang menerima Ho yaitu variabel
IHSG, suku bunga, dan Nilai Tukar. Sedangkan variabel lain yang tidak
memenuhi syarat tersebut tetapi tetap dimasukkan kedalam model yaitu
variabel inflasi, variabel inflasi hanya memberikan pengaruh terhadap nilai
tukar saja. Untuk pengujian hubungan kausalitas granger pada panjang lag 2,
hanya variabel nilai tukar saja yang mempengaruhi variabel IHSG,
sedangkan untuk variabel suku bunga hanya mempengaruhi variabel inflasi
(X1), dan nilai tukar (X3) mempengaruhi variable suku bunga(X2).
Setelah pengujian panjang lag, maka dilakukan pengujian kointegrasi
model VAR pada panjang lag 1 yang terjadi selama periode 2006:01 s/d
72
2008:12 mampu menunjukkan hubungan dan keseimbangan jangka panjang.
Hal tersebut ditunjukkan dengan uji sebagai berikut :
1. Uji Barlett : tidak ada nilai pada AC dan PAC yang melebihi nilai
2 × (1/ 35 ) = 0.338
2. Nilai probabilitasnya tidak ada yang kurang dari tingkat kepercayaan
yang diambil, yaitu 0.05.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan metode VAR maupun
ECM periode 2006:01 s/d 2008:12 bahwa variabel inflasi sangat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel IHSG, dan untuk
variabel suku bunga juga cukup memberikan pengaruh yang signifikan.
Sedangkan untuk variabel nilai tukar juga cukup memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap variabel return pasar(IHSG). Tetapi untuk hasil uji pada
model ECM hanya dapat dilihat pada tingkat “Residual 02” pada periode
satu bulan sebelumnya dengan hasil yang signifikan.
Hasil penelitian ini mendukung dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Domian, Gilster, dan Louton (1996), Jensen, Johnson, dan
Bauman (1997), Thorbecke (1997), maupun Kwon, Shin dan Bacon yaitu
adanya hubungan (pengaruh) negatif antara perubahan tingkat suku bunga
dengan harga saham, walaupun mereka menggunakan model yang beragam.
Pada penelitian lain yang menggunakan model VAR dan ECM,
misalnya: Lee (1992) maupun Ewing, Payne dan Forbes (1998) penelitian
ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yaitu adanya hubungan
73
timbal balik (causal relations) antar variabel yang diteliti dan perubahan
tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap perubahan harga saham.
Pada penelitian lain yaitu Sodjono (2000) berbeda dengan penelitian
ini. Pada penelitian Sudjono nilai tukar rupiahlah yang lebih mampu
menjelaskan hubungan terhadap IHSG. Hal tersebut disebabkan karena
periode yang diambil oleh Sudjono terjadi krisis moneter (akhir tahun 1997
s/d pertengahan tahun 1998). Krisis moneter menyebabkan tidak setabilnya
nilai tukar rupiah sehingga pada periode tersebut nilai tukar rupiah
memberikan pengaruh yang sinifikan terhadap IHSG.
Sedangkan pada penelitian ini nilai Inflasi pada periode awal tahun
2006 s/d akhir tahun 2008 lebih berpengaruh terhadap IHSG di bandingkan
dengan variabel makro ekonomi yang lainnya. Karena Tingkat Inflasi pada
periode tersebut mengalami perubahan yang sangat fluktuatif, sehingga
menyebabkan tingkat Inflasi menjadi tidak setabil. Dapat kita lihat pula pada
tabel berikut;
Table 5.1 Data Inflasi Dari Catatan Bank Indonesia
Bulan dan tahun
Februari 2007
Januari 2007
Desember 2006
November 2006
Oktober 2006
September 2006
Agustus 2006
Juli 2006
Juni 2006
Mei 2006
Tingkat Inflasi
6.30 %
6.26 %
6.60 %
5.27 %
6.29 %
14.55 %
14.90 %
15.15 %
15.53 %
15.60 %
Data inflasi dari catatan Bank Indonesia pada
74
perekonomian indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan metode VAR yang
didapat dari dua lag yang digunakan (1 dan 2) bahwa model lebih baik apabila
menggunakan lag 1. Hal tersebut dikarenakan pertimbangan-pertimbangan
yang terdapat dalam metode VAR. Berdasarkan model VAR yang terbentuk
terlihat bahwa variabel yang mempengaruhi variabel return pasar secara
signifikan adalah Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga. Untuk variabel
nilai tukar rupiah kurang cukup memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap variabel return pasar .
Berdasarkan uji kointegrasi terhadap residual dari model VAR terbukti
bahwa residual terkointegrasi, sehingga dapat menggunakan metode ECM
untuk langkah selanjutnya. Berdasarkan metode ECM terbukti bahwa residual
signifikan dalam mempengaruhi variabel return pasar. Sehingga dari uji VAR
dan ECM dapat memberikan pengaruh keseimbangan pada jangka pendek dan
jangka panjang.
Keseimbangan Jangka Pendek
Untuk pengaruh keseimbangan jangka pendek dengan model VAR.
1. Tingkat Inflasi (X1) pada satu bulan sebelumnya memberikan
pengaruh signifikan terhadap return pasar dengan nilai T (1,837) dan
75
2. Tingkat suku bunga (X2) pada satu bulan sebelumnya memberikan
pengaruh signifikan terhadap return pasar dengan nilai T (1,873).
Berdasarkan analisis
tersebut terbukti bahwa Return Pasar
dipengaruhi signifikan oleh variabel Tingkat Inflasi(X1) dan Tingkat
Suku Bunga(X2) pada keseimbangan jangka pendek.
Keseimbangan Jangka Panjang
Untuk pengaruh keseimbangan jangka panjang, uji residual/error(-1)
model ECM dengan nilai T (5,510) dan nilai probabilitas (0,0000). Maka
dapat disimpulkan bahwa residual (ECM) berpengaruh pada keseimbangan
jangka panjang.
B. Implikasi
Implikasi dalam penelitian ini hanya terbatas dalam model (termasuk
dalam sampel penelitian), rentang waktu, variabel makro ekonomi yang
dipilih. Implikasi dalam penelitian ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu
pasar modal, dan bagi para akademisi.
1. Bagi pasar modal, penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap IHSG, maupun
Suku Bunga yang sebelumnya sudah diduga. Dengan hasil penelitian ini,
khususnya di Indonesia tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap IHSG dibandingkan variabel-variabel lainnya. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, misalnya penelitian
Sudjono(2000) yang menunjukkan IHSG sangat dipengaruh oleh Nilai
Tukar rupiah.
76
2. Bagi para akademisi penelitian ini akan membuka cakrawala baru dalam
model ekonometrik yang selama ini hanya menggunakan metode regresi
(OLS) bivariate. Oleh karena itu, untuk penelitian di masa mendatang
dengan menggunakan model VAR maupun ECM dengan berbagai macam
analisisnya layak untuk dipertimbangkan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Adios, Levi Iqbal.” Analisis fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar amerika serikat.”
Skripsi tidak diterbitkan, universitas sebelas maret, surakarta, 2002.
Ajayi, R.A, dan M. Mougoué, “On the Dynamic Relation Between Stock Prices
and Exchange Rates,” Journal of Financial Research 21, 193-207, 1996.
Anggita & Didit Purnomo.”Analisis Fluktuasi Kurs Rupiah(1997-1, 2004IV).”Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.7, No.1, maret 2006.
Arifin, Sjamsul, “Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan:Efektifitas Kebijakan
Suku Bunga Dalam Rangka Stabilisasi Rupiah DiMasa Krisis, 1998.
Atmadja, Adwin Surja.” Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar
Mengambang Bebas Di Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4,
No. 1, 69 – 78 Mei 2002
Domian, D.L.; J.E. Gilster, dan D.A. Louton, "Expected Inflation, Interest Rates,
and Stock Returns," Financial Review 31, 809-830, 1996.
Erawati Neny dan Llewelyn Richard,” Analisa Pergerakan Suku Bunga dan Laju
Ekspetasi Inflasi untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia”,
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 2,: 98 - 107 September
2002.
Hady, Hamdy,”Valas untuk manajer” mitra wacana media, Jakarta,2005.
Hady, Hamdy,”manajemen keuangan internasional” mitra wacana media,
Jakarta,2005.
Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, Cetakan 1, FEIS UIN Press,
Jakarta, 2005.
Ma, C.K., dan G.W. Kao, “On Exchange Rate Changes and Stock Price
Reactions,” Journal of Business Finance & Accounting 17, 441-449,
1990.
Mila Novita and Nachrowi D.N, Dynamic Analysis of the stock price. Index and
the Exchange Rate using Vector Auto Regression (VAR): An Emperical
Study in Jakarta Stock Exchange 2001-2004, Journal of economic and
Financein Indonesia, Vol.53(3),Page 263-278. 2005.
78
M. Y. Dedi Haryanto., dan Riyatno,” Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia Dan Nilai Kurs Terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan
Di Bej”, Jurnal Keuangan dan Bisnis, Maret 2007.
Nachrowi, D.N, dan Usman Hardius, “Penggunaan teknik ekonometrika”, edisi
revisi. Rajawali Press, Jakarta. 2005.
Nachrowi, D.N, dan Usman Hardius, “Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 2006.
Sudjono, ” Analisis Keseimbangan & Hubungan Simultan Antara Variabel
Ekonomimakro Terhadap Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta
Dengan Metode (VAR) Vector Autorgression) & ECM (Error Correction
Model”, Pascasarjana Magister Akuntansi STIE Y.A.I, Jakarta, 2000.
Suardhini, Made dan Goeltom, Miranda S, " Analisis Dampak Intervensi Bank
Sentral Dalam Penetapan Nilai Tukar Terhadap Ekspor-Impor Indonesia",
Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Volume XLV No 1, LPEM FEUI,
Jakarta, 1997.
Wondabio, Sensi Ludovicus, “Analisa Hubungan Index Harga Saham Gabungan
(Ihsg) Jakarta (Jsx), London (Ftse), Tokyo (Nikkei) Dan Singapura (Ssi),
Padang. 2006.
Wuri, Yosephine, “Analisis Penentuan Kurs Valas Di Indonesia 1983.1 –1997 :
Pendekatan Koreksi Kesalahan dan Stock Penyangga Masa Depan ”,
Thesis, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,2000.
79
Download