BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan kepada penerima pesan
agar dapat dimengerti dan dilaksanakan sesuai isi. Komunikasi mampu menghasilkan
perubahan sikap pada orang lain yang dapat terlihat pada proses komunikasi.
Komunikasi dikatakan efektif jika dapat memberikan informasi, mendidik,
menginstrusikan, mengajak dan menghibur audience termasuk remaja (Hastuti, 2015).
Komunikasi memiliki beberapa tujuan, diantaranya membangun hubungan yang
harmonis, membentuk suasana keterbukaan, serta saling membantu dalam
menyelesaikan masalah. Ada beberapa manfaat dari komunikasi yaitu meningkatkan
pengetahuan dan wawasan, mengupayakan solusi dari permasalahan, dan menyangkal
persepsi yang salah di masyarakat terkait isu tertentu (BKKBN, 2012).
Dalam Wulandari (2009) agar tercipta komunikasi yang efektif, diperlukan
keterlibatan beberapa unsur komunikasi diantaranya komunikator. Komunikator
adalah orang yang mau berkomunikasi dengan orang lain, disebut juga pengirim pesan.
Komunikator bisa individu, kelompok, keluarga atau organisasi. Unsur kedua yang tak
kalah penting adalah pesan. Pesan adalah berita yang disampaikan oleh komunikator.
Kedua sarana yaitu komunikator dan pesan, lazim digunakan bersama dalam
komunikasi. Artinya, komunikasi akan berlangsung jika ada komunikator dan pesan.
Selain komunikator dan pesan, unsur yang tidak kalah pentingnya dalam
komunikasi adalah saluran komunikasi. Saluran komunikasi adalah sarana untuk
menangkap lambang yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang
8
9
memberi makna terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Dalam proses komunikasi,
unsur mewujudkan kegiatan komunikasi perlu dilengkapi dengan keberadaan
komunikan. Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang
merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi. Sukses dan gagalnya komunikasi
sangat tergantung dari penilaian yang diberikan oleh komunikan. Komunikasi
dinyatakan berhasil apabila komunikan mampu memberikan umpan balik yang
berbentuk tanggapan atau respon. Umpan balik adalah arus umpan balik dalam rangka
proses berlangsungnya komunikasi.
Dalam BKKBN (2012) terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh
komunikator agar komunikasi menjadi efektif yaitu keterbukaan, empati, dukungan,
sikap positif dan kesetaraan. Keterbukaan adalah suatu sikap dimana tidak ada perasaan
tertekan ketika melakukan kegiatan komunikasi yang ditandai dengan kesediaan untuk
jujur dalam menyampaikan apa yang sedang dirasakan dan sedang dipikirkan.
Keterbukaan juga berarti memberikan tanggapan sejujurnya terhadap rangsangan yang
diterima. Indriyati (2007) menyatakan keterbukaan dalam komunikasi dapat
mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting
yaitu saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal. Dengan adanya
keterbukaan dalam komunikasi maka dapat meningkatkan kedekatan antara orang tua
dan remaja.
Aspek selanjutnya adalah empati. Empati adalah adanya usaha masing-masing
pihak untuk merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain, dalam upaya untuk
memahami orang lain. Berempati juga membutuhkan kepekaan agar dapat merasakan
perasaan orang lain ketika komunikasi berlangsung. Empati juga berarti suatu sikap
ikut merasakan apa yang dirasakan oleh lawan bicara, yang ditandai dengan kesediaan
mendengarkan dengan sepenuh hati, merespon secara tepat setiap perilaku yang muncul
10
dalam kegiatan komunikasi. Wiendijarti (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
anak sangat mendambakan memperoleh empati dari orang tua saat mengalami masalah.
Apabila orang tua mampu memberikan rasa nyaman saat berbicara dengan anak, maka
anak akan bersikap terbuka dalam membicarakan permasalahannya. Empati dalam
komunikasi hanya dapat terwujud melalui jalur keterbukaan, jadi selama jalur keterbukaan
belum terbuka sepenuhnya, maka empati sulit terwujud.
Dukungan adalah suatu sikap memberikan respon balikan terhadap apa yang
dikemukakan dalam kegiatan komunikasi, sehingga dalam kegiatan komunikasi terjadi
pola dua arah. Dukungan dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal. Ungkapan
verbal seperti gerakan menganggukkan kepala, mengedipkan mata, tersenyum atau
tepukan tangan. Ungkapan non verbal, seperti memahami dan berpikir secara terbuka
(mampu menerima pandangan orang lain). Munawaroh (2012) menyatakan dukungan
berperan penting dalam komunikasi orang tua dan anak. Sikap orang tua yang mau
mendengar pertanyaan anak dan tidak membatasi pertanyaan anak terkait seksualitas
akan semakin meningkatkan kualitas hubungan orang tua dan anak.
Sikap positif adalah suatu perasaaan memandang orang lain dalam kegiatan
komunikasi sebagai manusia. Hal ini ditandai dengan sikap tidak mudah men judge dalam
setiap kegiatan interaksi dalam komunikasi. Kesetaraan, adalah suatu kondisi dimana
dalam kegiatan komunikasi terjadi posisi yang sama antara komunikan dan komunikator,
tidak terjadi dominasi antara satu dengan yang lain. hal ini ditandai arus pesan yang dua
arah.
Menurut Suranto dalam Ahdiyat (2013) komunikasi efektif dapat dibagi menjadi
3 kualitas umum yaitu efektif (bila memenuhi setidaknya tiga dari lima aspek
komunikasi), cukup efektif (bila memenuhi hanya dua dari lima aspek komunikasi),
11
tidak efektif (bila memenuhi hanya satu atau sama sekali tidak memenuhi aspek
komunikasi).
2.2
Konsep Orang tua
Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah untuk membentuk sebuah
keluarga (BKKBN, 2012). Dalam BKKBN (2009) mengasuh dan membesarkan anak
remaja membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang berbeda dibanding
membesarkan anak balita. Hal ini terutama disebabkan karena anak menjelang remaja
terus mengalami perubahan dan perkembangan secara cepat. Selain perubahan fisik
yang tumbuh menjadi besar dan tinggi, kemampun-kemampuan lain yang dimiliki
anak mulai berkembang seperti kemampuan berfikir, menganalisa, membandingkan,
mengkritik dan sebagainya.
Secara psikis, sikap dan perilakunya pun berubah. Anak yang tadinya pendiam
tiba-tiba banyak bicara atau sebaliknya, tingkah lakunya sulit dimengerti bahkan
seringkali membantah dan menyanggah pendapat yang diberikan, saat itu mereka
sedang menjelma menjadi “dewasa”. Pada masa ini, orang tua mempunyai peran yang
besar membantu remaja dalam meningkatkan rasa percaya diri, berani mengemukakan
masalah serta mulai mencoba membuat keputusan dan tidak selalu menuruti temantemannya. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, oleh
karena itu dalam mengantarkan anak remajanya menuju dewasa ada beberapa peran
yang harus dijalankan oleh orang tua yaitu sebagai pendidik, panutan, pendamping,
konselor, teman atau sahabat dan komunikator.
BKKBN (2012) menyatakan sebagai komunikator orang, tua harus mampu
mengkomunikasikan informasi mengenai seksualitas pada remaja. Pada fase remaja,
12
mereka tidak cocok diajak berkomunikasi dengan gaya orang tua yang memerintah
dan mengatur, karena mereka akan memandang orang tua sebagai sosok yang
mengancam dan tidak mampu mengerti diri remaja. Untuk berkomunikasi dengan
remaja, lebih cocok dengan gaya komunikasi layaknya seorang teman. Orang tua dapat
mengajak anak berkomunikasi dengan santai, tidak memberikan penilaian, serta tidak
terkesan menggurui. Dengan gaya komunikasi seperti ini membuat remaja merasa
lebih aman dan nyaman dalam mendengarkan orang tua, karena orang tua dianggap
mampu mengerti posisi serta keinginan diri remaja.
Terdapat beberapa keterampilan komunikasi yang perlu dikembangkan oleh
orangtua dalam berkomunikasi dengan remaja yaitu mengenal diri orang tua. Dengan
pengenalan diri, orang tua bisa menerima diri apa adanya, sehingga tahu apa yang
harus dirubah. Selain itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan mudah
menerima remajanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Keterampilan selanjutnya adalah mengenal diri remaja. Penting bagi orang tua
memahami perasaan remaja. Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan
remaja, yang disebabkan karena orang tua kurang dapat memahami perasaan remaja
yang diajak bicara. Agar komunikasi dapat lebih efektif, orang tua perlu meningkatkan
kemampuannya dan mencoba memahami perasaan remaja sebagai lawan bicara. Yang
terakhir adalah mendengar aktif. Mendengar aktif adalah cara mendengar dan
menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan kepada
remaja bahwa kita sungguh-sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang
terkandung didalamnya. Hal itu dilakukan sehingga kita dapat memahami remaja
seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas komunikasi antara orang tua dan
anak. Semakin sulitnya kehidupan dan tuntutan ekonomi saat ini, menuntut orang tua
13
untuk bekerja lebih keras lagi. Pekerjaan menuntut orang tua untuk lebih banyak
menghabiskan waktu di luar rumah. Sehingga orang tua tidak memiliki waktu yang
cukup untuk berbicara dan kurang dekat dengan remajanya. Semakin buruk tingkat
komunikasi orang tua antara remaja dengan orang tua, semakin besar kemungkinan
remaja melakukan perilaku berisiko (Lestary dan Sugiharti, 2011).
Kesibukan orang tua juga membawa pengaruh terhadap perilaku puta-putrinya.
Di zaman individualistis seperti sekarang, orang tua tidak memiliki waktu untuk
bercengkrama dengan anak-anaknya, karena mereka sudah merasa kelelahan dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi. Satu hal yang perlu diingat, sesibuk- sibuknya orang
tua, mereka harus memiliki waktu untuk mengamati perkembangan dan perilaku putraputrinya (Mahmudah, 2013).
Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengetahuan yang mereka
miliki. Pengetahuan dan informasi yang diberikan oleh orang tua merupakan faktor
eksternal yang mempengaruhi perilaku remaja. Penyampaian informasi melalui
komunikasi oleh orang tua memegang peranan yang penting bagi perkembangan
kepribadian anak. Semakin tinggi pegetahuan orang tua maka semakin banyak
informasi yang bisa diberikan oleh orang tua (Kustanti, 2013)
2.3
Konsep Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, baik
secara jasmani maupun rohani. Tahapan ini sangat menentukan bagi pembentukan
pribadi remaja. Dilihat dari siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa yang
paling sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang
paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Menurut
BKKBN, batasan usia remaja antara 10-24 tahun dan belum menikah. Menurut WHO,
14
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, sedangkan
Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, menyatakan remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-18 tahun (Kemenkes, 2015).
Pada masa remaja terjadi tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
adalah tahap perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh. Sedangkan
perkembangan adalah rangkaian perubahan dari satu tahap perkembangan ke tahap
perkembangan berikutnya meliputi kecerdasan, emosi, sosial, moral dan etika. Istilah
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari
proses kematangan dan pengalaman. Tanda-tanda fisik pertama dari anak perempuan
muncul antara usia 9 tahun sampai 13 tahun, sedangkan anak laki-laki mulai usia 10
tahun sampai 14 tahun pada masa tersebut akan mengalami situasi pubertas, yaitu
perubahan yang mencolok secara fisik maupun emosional/psikologis (BKKBN, 2009).
Dalam BKKBN (2009) perubahan fisik pada anak remaja dikarenakan beberapa
jenis hormon/zat dalam tubuh terutama hormon estrogen dan progesteron pada remaja
perempuan dan hormon testosteron pada remaja laki-laki mulai berperan aktif. Dengan
adanya perubahan fisik tersebut maka orang tua perlu mengingatkan anak remajanya
untuk memperhatikan kebersihan tubuh secara seksama. Perubahan fisik baik pada
remaja perempuan maupun laik-laki akan berhenti pada usia 20 tahun, setelah usia
tersebut tubuh tidak akan bertambah tinggi, payudara tidak akan membesar lagi dan
panggul tidak akan bertambah lebar.
Perubahan emosional atau psikologis pada usia remaja ditandai
dengan
timbulnya rasa tertarik pada lawan jenis, sehingga bagi remaja wanita akan selalu ingin
mempercantik diri dan pria terdorong untuk menunjukkan kejantanannya. Perubahan
kejiwaan lain yang remaja rasakan adalah tidak percaya diri (rendah hati, malu, cemas
15
dan bimbang) dan salah tingkah. Untuk remaja perempuan, saat menjelang haid
biasanya menjadi perasa, mudah sedih, marah dan cemas tanpa alasan.
Remaja cenderung lebih senang berkumpul di luar rumah, lebih sering
membantah orang tua, ingin menonjolkan diri dan kurang pertimbangan. Di usia ini
remaja biasanya mudah terpengaruh lingkungan. Oleh karena itu, pada masa ini orang
tua diharapkan dapat menjadi sahabat terbaik bagi anak remaja.
Menurut Rohan dan Siyoto dalam Winangsih (2015) perkembangan secara
psikis juga melewati beberapa tahap yang mungkin dipengaruhi oleh kontak dengan
lingkungan sekitarnya. Fase remaja di bagi dalam beberapa tahap perkembangan
remaja yakni fase remaja awal (usia10-13 tahun). Pada fase ini remaja merasa dan
tampak lebih dekat dengan teman sebaya, menginginkan kebebasan, mulai tampak
berfikir khayal terhadap bentuk tubuh. Fase selanjutnya adalah fase remaja tengah
(usia 14-16 tahun). Pada masa ini remaja mulai mencari jati diri, ada ketertarikan
terhadap lawan jenis, ingin berkencan, mulai merasakan cinta yang mendalam,
kemampuan berfikir abstraknya semakin berkembang dan berimajinasi tentang
seksual. Fase terakhir adalah fase remaja akhir (usia 17-19 tahun). Remaja pada fase
ini mulai menampakkan kebebasan dirinya, lebih selektif dalam mencari teman, mulai
memiliki citra diri (gambaran, keadaan dan peran) terhadap dirinya, mampu untuk
mengungkapkan perasaan cintanya, mempunyai kemampuan yang baik untuk berfikir
abstrak atau khayal.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja mempengaruhi keingintahuan remaja,
termasuk dalam hal seksualitas. Jenis kelamin remaja juga mempengaruhi
kengintahuan remaja terkait seksualitas. Remaja putri cenderung lebih banyak mencari
informasi terkait seksualitas. Penelitian Lehr et all dalam Hardiningrum (2012)
menyebutkan persentase remaja putri yang bertanya terkait pendidikan seks lebih
16
besar daripada persentase remaja laki-laki, dan yang paling sering diajak
berkomunikasi adalah ibu.
2.4
Konsep Seksualitas Remaja
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia sebagai
makhluk seksual, yaitu emosi, perasaan, kepribadian, sikap yang berkaitan dengan
perilaku seksual, hubungan seksual dan orientasi seksual (BKKBN, 2007). Beberapa
hal yang berkaitan dengan seksualitas yaitu tumbuh kembang remaja, fungsi dan
proses reproduksi serta risiko hubungan seks pranikah.
Tumbuh kembang remaja adalah tahap perubahan fisik dan psikologis remaja.
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang remaja adalah faktor bawaan dan faktor
lingkungan. Sistem, fungsi dan proses reproduksi dipengaruhi oleh organ reproduksi.
Organ reproduksi pria terbagi menjadi dua yaitu genetalia interna dan eksterna.
Genetalia interna terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, uretra, kelenjar prostat
dan vesicula seminalis. Sedangkan genetalia eksterna terdiri dari penis, glans dan
skrotum.
Organ reproduksi wanita terbagi menjadi dua yaitu genetalia interna dan
eksterna. Genetalia interna terdiri dari vagina, uterus, tuba fallopi dan ovarium, .
Sedangkan genetalia eksterna reproduksi wanita adalah labia mayora, labia minora,
kelenjar Bartholini dan klitoris.
Fungsi utama dari organ reproduksi pria adalah menghasilkan sperma,
mempertahankan hidup sperma di kelenjar prostat, menyalurkan sperma, dan
menghasilkan hormon terstosteron yang berperan dalam fungsi reproduksi. Fungsi
utama dari organ reproduksi wanita adalah untuk menghasilkan sel telur yang
diperlukan dalam proses reproduksi, sebagai sarana transportasi sel telur menuju
17
tempat fertilisasi, sebagai tempat terjadinya fertilisasi di tuba fallopi, tempat
implantasi hasil fertilisasi di uterus sebagai awal proses kehamilan, dan ovarium
menghasilkan hormon seksual wanita yang diperlukan untuk fungsi reproduksi.
Kehamilan merupakan proses regenerasi yang diawali dengan pertemuan sel
telur perempuan dengan sel sperma laki-laki yang membentuk suatu sel (embrio)
dimana merupakan cikal bakal janin, dan berkembang di dalam rahim sampai akhirnya
dilahirkan sebagai bayi.
Risiko hubungan seks pranikah adalah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD),
Aborsi dan Infeksi Menular Seksual (IMS). KTD adalah kehamilan yang tidak
diinginkan atau tidak diharapkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi
tersebut.
Aborsi adalah pengakhiran kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu aborsi
spontan (abortus spontane) adalah keguguran yang terjadi secara alamiah atau tidak
disengaja dan aborsi buatan (abortus provocatus) adalah usaha pengguguran yang
disengaja.
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual. Kemungkinan penularan akan lebih besar bila hubungan
seksual dilakukan dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun
anal. Contoh IMS adalah : Gonore/GO (Kencing nanah), Sifilis (Raja singa), Herpes
genitalis, Trichomoniasis vaginalis, dll.
Download