Catarina Chandra Cinitya 109114083

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PENGAWASAN ORANG TUA
BEKERJA DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI BATAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Catarina Chandra Cinitya
109114083
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
ACCEPTANCE.
A HARD VALUE TO ACCEPT.
---------------STOP COMPLAINING,
“JUST DO IT”
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil karya puncak perjuangan menjadi sarjana ini
saya persembahkan untuk:
F. A. Didi Soedarnadi
Susana Endang Susilowati
Antonius Adityo Ariwibowo
Bonifasius Bondan Budiarto
papa, mama, kedua masku,
keluarga dan teman-teman lain
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PENGAWASAN ORANG TUA
BEKERJA DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI BATAM
Catarina Chandra Cinitya
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk melihat
hubungan persepsi pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja di Batam. Hipotesis
penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara persepsi pengawasan orang tua bekerja dan
perilaku seksual remaja di Batam. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 11-21 tahun
yang belum menikah di kota Batam dan memiliki kedua orang tua yang bekerja. Peneliti
menggunakan teknik purposive sampling pada penelitian ini. Subjek terdiri dari 253 remaja yang
bersekolah di beberapa SMP, SMA/SMK, dan salah satu kampus di Batam. Pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan skala persepsi pengawasan orang tua dan skala perilaku seksual.
Koefisien relibilitas skala persepsi pengawasan orang tua sebesar 0,901 dan skala perilaku seksual
sebesar 0,972 yang dihitung menggunakan Alpha Cronbach melalui SPSS for Windows 16.00.
Teknik analisis data menggunakan pengujian korelasi Spearman’s Rho. Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi pengawasan orang
tua bekerja dan perilaku seksual remaja (r -0,238, sig 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
penelitian ini diterima, dimana semakin tinggi pengawasan orang tua maka semakin rendah
perilaku seksual remaja.
Kata kunci: persepsi pengawasan orang tua bekerja, perilaku seksual remaja, remaja
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE CORRELATION BETWEEN WORKING PARENT'S CONTROL
PERCEPTION AND ADOLESCENT’S SEXUAL BEHAVIOR IN BATAM
Catarina Chandra Cinitya
ABSTRACT
This research was a correlational quantitative study that aims to examine the correlation between
working parent's control perception and adolescent’s sexual behavior in Batam. The hypothesis
proposed was that is a negative correlation between working parent's control perception and
adolescent’s sexual behavior in Batam. Subjects in this research were unmarried adolescents
within 11-21 years old who have working parents. The researcher used purposive sampling in this
research. Subjects were students who study in some Junior High School, Senior High
School/Vocational High School, and one of the campuses in Batam. The instruments in this
research were parental control perception scale and sexual behavior scale. The reability
coefficient of parental control perception scale was 0,901 and sexual behavior scale was 0,972.
These numbers were the result of calcullation using Alpha Cronbach through SPSS for Windows
16.00. The data analize technique used in this research was Spearman's Rho. The result shows
that there was a significant negative correlation and between working parent's control perception
and adolescent’s sexual behavior (r -0,238, sig 0,000). This shows that the hypothesis was
accepted, in which the higher the parental control get the lower adolescent’s sexual behavior
become.
Keywords: working parent’s control perception, adolescents’s sexual behavior, adolescent
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan
penyertaan-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1.
Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2.
Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi.
Terimakasih atas dukungan dan perhatian yang bapak berikan kepada kami
para mahasiswa tingkat akhir.
3.
Ibu (Alm.) Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.Si selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing, memberikan dukungan, nasihat serta
perhatian kepada penulis dari awal kuliah. Maafkan telah membuat ibu lelah
menunggu saya dan teman-teman untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
4.
Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
bersedia
membimbing
dan
memberikan
perhatian
kepada
penulis.
Terimakasih ibu sudah mendukung dan mengingatkan saya untuk
mengerjakan.
5.
Para dosen penguji skripsi saya, Bapak Siswa Widyatmoko, M.Psi. dan ibu
Dr. Tjipto Susana, M.Si. Terimakasih atas revisi dan bimbingan yang
diberikan kepada penulis.
6.
Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Si yang penulis kagumi, terimakasih atas ilmu
serta kesempatan untuk dapat belajar banyak hal dari ibu. Terimakasih juga
karena bersedia bertanya dan mengingatkan mengenai penelitian ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
Bapak dan ibu dosen beserta staff karyawan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma. Bu Nanik, akhirnya saya selesai lho, hehehe.
8.
Bapak/ibu kepala sekolah SMP Katolik Yos Sudarso, SMA Katolik Yos
Sudarso, SMP Kristen Immanuel, SMA Kristen Immanuel, SMA Kartini, dan
SMK Kartini. Terimakasih atas ijin dan waktu yang diberikan untuk
mengambil data di sekolah yang bapak/ibu pimpin.
9.
Papa, mama, mas Adit dan mas Boni. Terimakasih atas dukungan papa mama
dari jauh dan kerelaan menanti Catrin selesai kuliah. Terimakasih juga mas
Adit dan mas Boni bersedia menjaga adik kecilmu ini, hehehe.
10. Om, tante, sepupu-sepupu penulis di Yogya, terutama tante Tien dan om
Koen. Makasih ya om dan tante sudah menjadi bapak dan ibu pengganti di
sini, makasih sudah bersedia niliki dan ngopeni ponakan :p
11. Mas Yohanes Sanjaya yang bersedia menemani dan mendengarkan keluhan
peneliti dari awal peneliti kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini. Makasih
ya nyo, masih banyak keluhan dan cerita-cerita yang akan kamu dengar, hehe.
12. Ninda, Dian, Helen, Sandi, Vica, Bibin, dan Agnes. Teman-teman peneliti
yang selalu memberikan semangat, dukungan, membantu dan bersedia
direpoti selama pembuatan skripsi ini.
13. Luna, Yutti, Vian dan Ellak. Teman-teman seperjuangan yang memberikan
dukungan moral serta mendengarkan curhatan peneliti. Sekarang giliranmu,
cah! Hahaha.
14. Gregorius Aji Maundri, Raymondus Tri Hardianto, dan Eko Sularsono.
Terimakasih masih menyemangati dan mengingatkan peneliti walau jauh.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Teman-teman “Pejuang yang tertinggal” dan teman-teman angkatan 2010
lainnya, terimakasih sudah saling mengingatkan. Ayo, terus berjuang!
16. Terimakasih juga untuk bantuan yang diberikan kepada peneliti oleh tante
Kiki dan lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Oleh karena itu,
penulis menerima segala kritik dan masukan yang membangun demi
perbaikan skripsi selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi banyak pihak. Terimakasih.
Yogyakarta, 22 Agustus 2016
Penulis,
Catarina Chandra Cinitya
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xx
BAB I:
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 14
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II:
LANDASAN TEORI ....................................................................... 16
A. Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan Orang Tua Bekerja...... 16
1. Pengawasan (Monitoring) Orang Tua................................... 18
2. Komponen Pengawasan Orang Tua ...................................... 20
3. Orang Tua Bekerja ................................................................ 22
4. Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan (Monitoring) Orang
Tua Bekerja..................……………………………… ..........24
B. Perilaku Seksual ...........................................................................25
1. Pengertian Perilaku Seksual.................................................. 25
2. Bentuk Perilaku Seksual ....................................................... 26
3. Faktor Penyebab Perilaku Seksual ........................................ 28
4. Karakteristik Remaja yang Aktif Secara Seksual ................. 30
C. Remaja......................................................................................... 31
1. Pengertian Remaja ............................................................... 31
2. Aspek Remaja ....................................................................... 33
D. Dinamika Hubungan Pengawasan Orang Tua Bekerja dan Perilaku
Seksual Remaja ........................................................................... 39
E. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 45
BAB III: METODE PENELITIAN.................................................................. 46
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.................................................. 46
B. Variabel Penelitian ...................................................................... 46
C. Definisi Operasional.................................................................... 47
1. Persepsi Remaja Pengawasan Orang Tua Bekerja................ 47
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Perilaku Seksual .................................................................... 48
D. Subjek Penelitian ........................................................................ 48
E. Metode Pengambilan Sampel ...................................................... 49
F. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 49
1. Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja ................... 50
2. Skala Perilaku Seksual .......................................................... 52
G. Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas ................................... 54
1. Seleksi Aitem ........................................................................ 54
2. Validitas Alat Tes.................................................................. 58
3. Realibilitas ............................................................................ 59
H. Metode Analisis Data ................................................................. 60
I. Prosedur Pengambilan Data ........................................................ 61
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 63
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 63
B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................ 64
C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 66
1. Analisis Data Penelitian ........................................................ 67
2. Analisis Tambahan Data Penelitian ...................................... 70
D. Hasil Penelitian............................................................................ 78
1. Uji Asumsi ............................................................................ 78
2. Uji Hipotesis ........................................................................ 80
E. Pembahasan .......................................................................... 81
BAB V:
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 88
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan ...................................................................................... 88
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 88
C. Saran ................................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 92
LAMPIRAN ....................................................................................................... 96
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Blueprint Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja (Sebelum
Uji Coba)........................................................................................ 50
Tabel 3.2.
Sistem Skoring untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable..... 51
Tabel 3.3.
Blueprint Skala Perilaku Seksual (Sebelum Uji Coba).................. 55
Tabel 3.4.
Sistem Skoring untuk Pernyataan Favorable................................. 53
Tabel 3.5.
Pemberian Bobot untun Setiap Perilaku Seksual ........................... 54
Tabel 3.6.
Blueprint Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja (Setelah
Uji Coba)........................................................................................ 56
Tabel 3.7.
Blueprint Skala Perilaku Seksual (Setelah Uji Coba) .................... 57
Tabel 4.1.
Data Usia Subjek Penelitian........................................................... 65
Tabel 4.2
Data Jenis Kelamin Subjek Penelitian ........................................... 65
Tabel 4.3.
Data Pendidikan Subjek Penelitian ................................................ 65
Tabel 4.4.
Data Tempat Tinggal Subjek Penelitian ........................................ 66
Tabel 4.5.
Data Status Berpacaran Subjek Penelitian ..................................... 66
Tabel 4.6.
Deskripsi Data Penelitian............................................................... 67
Tabel 4.7.
Deskripsi Data Penelitian Perilaku Seksual ................................... 68
Tabel 4.8.
Data Pasangan Perilaku Seksual Subjek Penelitian ....................... 69
Tabel 4.9.
Deskripsi Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin ........................ 70
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.10. Tabel Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan...................... 73
Tabel 4.11. Data Penelitian Menurut Status Berpacaran .................................. 76
Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian............................................. 79
Tabel 4.13. Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel.............................. 80
Tabel 4.14. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ........................................................ 80
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1.
Diagram Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin....................... 72
Gambar 4.2.
Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Jenis
Kelamin ....................................................................................... 72
Gambar 4.3.
Diagram Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan .............. 74
Gambar 4.4.
Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Tingkat
Pendidikan................................................................................... 75
Gambar 4.5.
Diagram Data Penelitian Menurut Status Berpacaran ................ 77
Gambar 4.6.
Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Status
Berpacaran................................................................................... 78
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Uji Coba................................................................................ 97
Lampiran 2. Skala Penelitian .............................................................................. 108
Lampiran 3. Reliabilitas Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua....................... 118
Lampiran 4. Relibilitas Skala Perilaku Seksual .................................................. 123
Lampiran 5. Uji Asumsi: Uji Normalitas dan Uji Linearitas .............................. 126
Lampiran 6. Uji Hipotesis ................................................................................... 128
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki penduduk
kurang lebih 213 juta jiwa. Survey Antar Sensus Badan Pusat Statistik tahun
2005 menyebutkan bahwa ada sekitar 80 juta jiwa penduduk Indonesia
merupakan remaja dan anak (BPS, 2005). Anak dan remaja sebagai generasi
penerus bangsa merupakan aset yang sangat penting untuk memajukan sebuah
negara. Remaja diharapkan nantinya mampu membangun bangsa dan
negaranya menjadi lebih baik.
Mead (dalam Santrock, 2011) mengatakan bahwa remaja merupakan
masa transisi dari anak menuju dewasa. Otto Rank menyebutkan bahwa pada
masa remaja terdapat perubahan kehendak yang cukup drastis dari masa
kanak-kanak menuju dewasa (Sarwono, 2012). Remaja mengalami perubahan
kehendak yang tadinya masih bergantung pada orang lain saat masa kanakkanak menuju kemandirian di masa dewasa. Pada tahap ini remaja sedang
mencari pedoman atau nilai-nilai baru yang dapat dianutnya menuju
kehidupan dewasa. Remaja cenderung ingin meninggalkan pedoman atau nilai
yang dianutnya pada masa kanak-kanak, akan tetapi mereka belum memiliki
pedoman yang baru untuk kehidupan dewasanya (Sarwono, 2012).
Seorang remaja akan mencari pedoman baru untuk hidupnya dari
lingkungannya. Lingkungan yang paling dekat dengan remaja adalah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
lingkungan keluarga. Secara jelas Reiss (dalam Lestari, 2012) mengatakan
bahwa keluarga merupakan kelompok kecil yang termasuk dalam pertalian
keluarga dan memiliki fungsi sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi
berikutnya.
Orang tua sebagai sosok orang yang lebih dewasa di dalam keluarga
turut mengambil andil menemani remaja dalam mencari pedoman hidupnya
yang baru. Ellis, Thomas, dan Rollins (dalam Lestari, 2012) menyebutkan
bahwa dukungan orang tua adalah interaksi orang tua yang dapat ditunjukkan
melalui perawatan, kehangatan, persetujuan, dan perasaan positif yang
diberikan orang tua ke anak. Dukungan orang tua dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu dukungan instrumental dan dukungan emosi. Dukungan
instrumental merupakan dukungan orang tua berupa sarana dan prasarana
yang diberikan orang tua untuk mendukung proses belajar dan tumbuh
kembang anak. Dukungan emosi adalah perilaku fisik maupun non-fisik yang
ditunjukkan orang tua. Dukungan emosi dapat ditunjukkan dengan
menunjukkan afeksi atau komunikasi yang positif dan terbuka kepada anak.
Kehadiran orang tua dapat membuat anak merasa nyaman, diterima dan diakui
sebagai individu (Lestari, 2012). Kehadiran dan dukungan orang tua ini dapat
juga memenuhi kebutuhan remaja akan kasih sayang dan rasa kekeluargaan.
Setiap orang khususnya remaja berkeinginan mendapatkan kasih sayang
dari setiap orang yang dikenalnya, terutama orang tua. Kebutuhan akan kasih
sayang ini sangat dibutuhkan oleh remaja karena remaja merasa mendapatkan
penghargaan dan penerimaan sosial. Penghargaan dan penerimaan sosial pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
remaja dapat meningkatkan kepercayaan diri remaja. Apabila remaja memiliki
rasa percaya diri, remaja juga akan mampu menerima dan menyayangi dirinya
sendiri. Kemampuan remaja untuk menyayangi dirinya sendiri ini dapat
membantu remaja membangun hubungan sosial yang baik dengan orang lain.
Remaja yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua akan
merasa gagal dan tidak berdaya. Kegagalan yang dialami remaja ini dapat
menyebabkan
remaja
berperilaku
menyimpang
agar
mendapatkan
penghargaan (Panuju dan Umami, 1999).
Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja ini disebut juga sebagai
Juvenile
Delinquency.
Kartono
(2011)
mengatakan
bahwa
juvenile
delinquency adalah kejahatan atau kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak
muda. Kartono (2011) menyebutkan kenakalan remaja ini merupakan gejala
patologis secara sosial yang disebabkan pengabaian oleh lingkungan
sosialnya. Simanjuntak (dalam Sudarsono, 2012) menyatakan suatu perbuatan
dikatakan delinkuen jika perbuatan tersebut bertentangan dengan norma yang
berlaku di masyarakat dimana seseorang tinggal. Kenakalan remaja yang
bertentangan ini menyebabkan keresahan di lingkungan masyarakat. Remaja
yang melakukan kenakalan dianggap tidak mampu memahami dan mentaati
norma yang berlaku di masyarakat. Padahal salah satu tugas perkembangan
remaja
adalah
mampu
memperlihatkan
tingkah
laku
yang
dapat
dipertanggungjawabkan secara sosial, dimana remaja dapat menghormati dan
mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku di lingkungannya. Selain itu, remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
juga diharapkan mampu mengadopsi norma masyarakat yang berlaku untuk
menjadi pedoman hidupnya yang baru dalam bertingkah laku.
Angka kenakalan remaja di Indonesia akhir-akhir ini meningkat cukup
drastis. Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN online tanggal 11
Desember 2006 yang dikutip oleh Nugroho (2010), hasil survei Pusat
Kesehatan Masyarakat UI mengatakan dari 170 SMA yang diteliti, 25%
responden menyatakan hubungan seks boleh saja dilakukan dengan pasangan
asal disertai perasaan suka sama suka, 3% responden mengaku pernah
melakukan hubungan seks dengan kekasihnya, 35% remaja pria menyatakan
tidak perlu lagi mempertahankan keperjakaannya, dan 10% remaja wanita
juga menyatakan tidak perlu lagi mempertahankan keperawanannya. BKKBN
online tahun 2008 (dalam Nugroho, 2010) juga mengatakan bahwa 63%
remaja Indonesia di kota-kota besar telah melakukan hubungan seks pra nikah.
Nugroho juga mengutip penelitian yang dilakukan Annisa Foundation (2006)
bahwa 42,3% remaja melakukan hubungan seks pertama kali saat duduk di
bangku SMP-SMA (BKKBN online dalam Nugroho 2010).
Tingginya angka remaja yang melakukan seks bebas ini diperkuat juga
oleh data yang dimiliki oleh Dr. Boy Abidin, SpOG (dalam Nugroho, 2010)
yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading Jakarta. Data
menunjukkan bahwa 3,2% siswi hamil di luar nikah karena diperkosa, 12,9%
siswi hamil di luar nikah karena hubungan seks atas dasar suka sama suka,
45,2% siswi hamil di luar nikah karena tidak menduga akan hamil, dan 22,6%
siswi menjalani seks bebas. Data ini secara tidak langsung menunjukkan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bahwa remaja belum memahami akibat dari perilaku seks bebas yang
dilakukan, yaitu salah satunya kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini juga
menunjukkan bahwa remaja Indonesia belum mampu menjalankan salah satu
tugas perkembangan remajanya dengan baik. Remaja belum mampu
menghormati dan mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat,
dimana perilaku seks bebas bukanlah perilaku yang mencerminkan budaya
timur.
Kenakalan remaja banyak ditemukan khususnya di kota-kota besar di
Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya media yang memudahkan budaya
asing masuk ke Indonesia dan juga fasilitas yang diberikan oleh orang tua
maupun pemerintah setempat (Panuju dan Umami, 1999). Budaya asing
masuk dengan mudahnya ke Indonesia melalui berbagai media, seperti
misalnya film, buku, maupun internet. Sebagian besar remaja yang hidup di
perkotaan besar menghabiskan banyak waktunya untuk berselancar di internet,
mulai dari mencari berita mengenai dalam maupun luar negeri, mengunduh
lagu barat terbaru, sampai mengobrol dengan teman dalam maupun luar negeri
melalui aplikasi chatting di kehidupan sehari-harinya (Budhyati, 2012).
Budhyati (2012) menyebutkan macam-macam perilaku kenakalan remaja
yang dipengaruhi media internet antara lain perkelahian akibat dari kecanduan
game online bertema kekerasan, membolos sekolah karena bergadang
kecanduan game online, perkataan kasar dan tidak senonoh di media sosial,
pemalsuan identitas di media sosial, penculikan yang berkedok pertemuan
dengan teman media sosial di dunia nyata, penipuan dengan memasang iklan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
jual beli barang, berbohong kepada orang tua untuk mendapatkan biaya
membeli pulsa modem atau ke warnet, dan perbuatan asusila sebagai akibat
dari melihat gambar atau video porno di internet.
Budhyati (2012) menyebutkan beberapa upaya untuk mengatasi
kenakalan remaja, diantaranya upaya preventif, tindakan kuratif, dan
pembinaan agama bagi remaja. Upaya preventif dapat dilakukan oleh
keluarga, sekolah, maupun masyarakat dan pemerintah. Keluarga sebagai
lingkungan yang terdekat dengan remaja dapat memberitahu dampak positif
dan negatif dari penggunaan internet, mengusahakan untuk menyediakan
internet di rumah dengan meletakkan komputer di tempat yang mudah diawasi
dan memblokir situs yang dianggap tidak layak, memberitahu situs-situs yang
menarik untuk usianya, mengawasi perubahan perilaku remaja dan
membangun komunikasi yang tepat, serta membatasi durasi penggunaan
internet dan mengarahkan untuk menggunakan internet dengan positif.
Sekolah sebagai lingkungan pendidikan dapat memberitahu juga
mengenai dampak positif dan negatif penggunaan internet, menyediakan
fasilitas internet di sekolah dengan memblokir situs-situs yang tidak layak
untuk anak didiknya, mengarahkan pembelajaran melalui e-learning, e-mail,
dan thinkquest, serta guru juga dapat turut aktif di jejaring sosial untuk
mengawasi anak didiknya dalam bergaul di internet. Pemerintah dan
masyarakat juga memegang peranan penting untuk mengatasi kenakalan
remaja, misalnya dengan memberlakukan dengan tegas peraturan perundangundangan tentang penggunaan media informasi dan komunikasi, menutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
situs porno di dalam maupun luar negeri, izin operasional warnet dibatasi,
setiap warnet diharuskan memiliki software anti pornografi, serta razia berkala
dan pengawasan langsung dari masyarakat terhadap keberadaan warnet.
Penggunaan internet yang tidak disaring ini dapat menggeser nilai-nilai
atau norma yang berlaku di masyarakat. Salah seorang Guru Bimbingan
Konseling di SMA Bopkri Dua Yogyakarta (wawancara pribadi, Maret 2014)
mengatakan sekarang ini ada pergeseran norma masyarakat di mata remaja.
Beliau mengatakan banyaknya warung kopi di Yogyakarta menjadi salah satu
contoh pergeseran norma masyarakat. Remaja yang berada di warung kopi
untuk menongkrong bersama teman-temannya pada malam hari seharusnya
berada di dalam rumah untuk belajar. Beliau juga mengatakan bahwa kontrol
orang tua yang lemah dapat menjadi salah satu penyebab remaja berada di
warung kopi pada malam hari.
Arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang membuat
remaja mulai mengenal rokok, narkoba, terlibat banyak tindakan kriminal
bahkan berujung pada kenakalan remaja prostitusi. Hal-hal tersebut bisa
terjadi karena kurangnya dasar-dasar agama, kurangnya kasih sayang orang
tua, kurangnya pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman yang tidak
sebaya, peran dari perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang
berdampak negatif serta kebebasan yang berlebihan. Remaja secara tidak
langsung mendapat imbas dari globalisasi yang negatif terutama bila tidak
diimbangi dengan perhatian dan bimbingan orang tua. Teknologi yang
semakin canggih memudahkan masuknya informasi-informasi melewati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
internet. Informasi-informasi yang masuk melalui internet ini dapat juga
berupa eksploitasi seksual. Eksploitasi seksual yang didapatkan melalui media
ini dapat mendorong remaja untuk melakukan aktivitas seksual secara
sembarangan seperti misalnya menyimpan dan menyebarkan foto maupun
video yang membuat remaja lebih cepat matang secara seksual dan mencari
penyaluran seksual yang salah. Remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi
serta dorongan seks yang tinggi akibat terpapar media bebas menjadikan
remaja mencari penyaluran hasrat seksualnya, terlibat pergaulan bebas dan
gaya pacaran yang melampaui batas (Nasution, 2016).
40% remaja telah melakukan hubungan seks pra nikah bahkan sekitar
25% anak-anak berusia 15-24 tahun di Batam berpotensi mengidap HIV/AIDS
(Nursali, 2015). Fenomena seks bebas di kalangan remaja Batam ini
memunculkan beberapa istilah bagi remaja khususnya remaja putri, yaitu Bisa
Pakai (BP atau lebih terkenal dengan singkatan BisPak) dan Barang Batam
(BB) (“Cewek BP dan BB”, 2011). BP dan BB adalah julukan untuk remaja
putri Batam yang menyediakan jasa berhubungan seksual. Remaja putri yang
diberi julukan BP atau BisPak menjajakan seks kepada teman seumurannya
dan tarif mereka tidaklah mahal, asalkan mereka senang dibawa jalan-jalan ke
lokasi-lokasi yang menyenangkan, misalnya mall atau pantai. Julukan Barang
Batam atau BB diberikan kepada remaja putri yang menjajakan seks untuk
para pejabat, oknum aparat, pengusaha maupun om-om yang mencari
kepuasan seksual. Remaja putri yang dijuluki BB ini terorganisir melalui
beberapa EO (Event Organizer). Remaja putri yang menjadi BB ini tarifnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
lebih mahal dibanding yang menjadi BP atau BisPak, mereka dapat meminta
brang-barang berharga yang mereka inginkan, seperti handphone terbaru
ataupun parfum mahal. Alasan kebanyakan remaja putri yang menjadi BB dan
BP dikarenakan mereka tergiur dengan iming-iming hadiah atau barangbarang yang akan mereka dapatkan (“Cewek BP dan BB”, 2011). Remajaremaja putri tersebut mengatakan bahwa uang jajan yang diberikan oleh orang
tua mereka dirasa tidak mampu memenuhi keinginan-keinginan mereka,
sehingga mereka tergiur untuk menjadi BP maupun BB untuk mendapatkan
keinginan mereka.
Kapolresta Batam, Kombes Asep Safrudin mengatakan bahwa
ditemukannya beberapa orang anak di bawah umur yang ikut dalam jaringan
PSK online di Batam (Purniawan, 2015). Tarif yang mereka dapatkan juga
cukup menggiurkan, yaitu sekita 1 juta untuk sekali booking, dimana sang
mucikari mengambil 400 ribu untuk kantongnya sendiri dan sisanya untuk si
pekerja seks komersial tersebut. Banyaknya PSK di Batam menjadikan Batam
termasuk dalam salah satu dari empat kota wisata seksual di Indonesia yang
diminati oleh turis asing, selain Bogor, Singkawang dan Cikarang (“Empat
Kota di Indonesia”, 2014).
Tingginya angka PSK di Batam juga memicu tingginya angka pengidap
HIV/AIDS. Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat sejak tahun 1992 hingga
Oktober 2014 tercatat 3.477 penderita HIV dan 1.510 diantaranya sudah
berkembang menjadi AIDS di Batam (Riezky, 2014). Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Batam sendiri mengatakan data dari tahun 2012 hingga Oktober
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2014 tercatat 581 orang terjangkit HIV, 252 orang diantaranya positif AIDS
dan sudah ada 110 orang yang meninggal dunia akibat AIDS di Batam
(Mesakh, 2014).
Selain tingginya angka seksualitas di Batam, masyarakat yang tinggal
di kota Batam juga memiliki tingkat biaya hidup yang besar. Tingginya
kebutuhan atau biaya hidup di kota industri ini menuntut kedua orang tua
untuk bekerja demi menghidupi keluarganya. Pada zaman sekarang ini, tidak
hanya ayah saja yang bekerja, melainkan ibu juga bekerja demi terpenuhinya
kebutuhan hidup keluarganya
yang semakin besar. Kesibukan dan
ketidakhadiran kedua orang tua di rumah ini dapat mendorong anak menjadi
delinkuen. Sudarsono (2012) mengatakan bahwa kenakalan remaja dapat
disebabkan oleh keluarga yang berantakan atau broken home. Broken home
menurut Sudarsono adalah struktur keluarga yang sudah tidak lengkap lagi
yang dikarenakan salah satu atau kedua orang tua meninggal, perceraian orang
tua, maupun ketidakhadiran orang tua dalam waktu yang cukup lama.
Sudarsono (2012) juga menyebutkan mengenai broken home semu yang sering
terjadi di mayarakat sekarang ini. Broken home semu terjadi di struktur
keluarga yang masih lengkap, hanya saja karena kesibukan masing-masing
anggota keluarga terutama orang tua membuat orang tua tidak memberikan
perhatian ke anak-anaknya.
Ketidakhadiran atau tidak adanya pengawasan dari orang tua ini dapat
menjadi salah satu penyebab munculnya kenakalan remaja. Shanty, Suyahmo,
dan Sumarto (tanpa tahun) menyebutkan kenakalan remaja disebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kurangnya waktu orang tua yang dikarenakan kesibukan orang tua bekerja
sehingga orang tua tidak memiliki waktu untuk memperhatikan perkembangan
remajanya, orang tua juga tidak memberikan pengawasan terkait pergaulan
remajanya. Orang tua cenderung tidak membatasi dan tidak memberikan
aturan khusus mengenai pergaulan anaknya sehingga remaja cenderung bebas
melakukan kegiatan apapun bersama dengan teman-temannya. Kesibukan
orang tua dan tidak adanya pengawasan dari orang tua maupun saudara ini
membuat peran orang tua dalam mencegah kenakalan remaja menjadi kurang
efektif. Faktor-faktor lain yang menjadi penyebab kenakalan remaja pada
keluarga buruh pabrik di Kudus adalah pengaruh lingkungan tempat tinggal,
pengaruh teman sepermainan, dan kesenangan, kepuasan, rasa penasaran, serta
rasa bangga yang dimiliki remaja ketika melakukan kenakalan.
Kesibukan dan ketidakhadiran orang tua ini juga menjadi salah satu
faktor kesenjangan nilai antar generasi. Hal ini dapat dilihat dari penelitian
yang dilakukan oleh Alfarista, Wantiyah, dan Rahmawati (2013) dimana
62,7% remaja mengatakan bahwa internet merupakan sumber informasi
mengenai perilaku seksual yang paling sering digunakan oleh remaja.
Sebanyak 69,1% remaja mengatakan alasan mereka memilih internet karena
informasi dapat dengan mudah didapatkan melalui media tersebut. Internet
sebagai media sumber informasi remaja mengenai seksualitas ini menjadi
salah satu contoh keadaan yang kurang ideal. Internet sebagai sumber
informasi yang banyak diakses ini juga menunjukkan kurangnya pengaruh
orang tua dalam memberi informasi mengenai seksualitas kepada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Responden dari Zuhri dan Herlina (2008) mengatakan bahwa remaja merasa
kurang nyaman jika bertanya mengenai seksualitas kepada orang tua mereka.
Orang tua sebagai orang dewasa dalam lingkungan keluarga seharusnya
menjadi sumber informasi bagi anak-anaknya. Akibatnya nilai-nilai yang
seharusnya diturunkan oleh orang tua menjadi tidak tersampaikan. Pergeseran
nilai ini membuat remaja tidak lagi menganut nilai-nilai baik yang dianut oleh
orang tuanya.
Kesibukan orang tua bekerja serta tidak adanya pengawasan dari orang
tua ini membuat remaja mengurus dirinya sendiri. Penelitian yang dilakukan
oleh Dwyer, Richardson, Hansen, Sussman, Brannon, Dent, dan Flay di San
Diego dan Los Angeles (1990) menemukan bahwa ada sekitar 67,8 % pelajar
kelas 8 yang mengurus dirinya sendiri tanpa pengawasan dari orang tua
selama beberapa waktu dalam satu minggu, 23,5 % yang mengurus diri
selama 1 sampai 4 jam per minggu, 15,7 % yang mengurus diri selama 5
sampai 10 jam per minggu, dan 28,6 % yang mengurus diri selama lebih dari
11 jam per minggu. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa pelajar yang
mengurus dirinya sendiri tanpa pengawasan orang tua lebih dari 11 jam per
minggu memiliki kecenderungan untuk merasa marah, memiliki masalah
keluarga, mengalami stres, menganggap teman sebagai sumber utama yang
mempengaruhinya dan menghadiri pesta 1,5 sampai 2 kali lebih tinggi.
Richardson, Radziszewska, Dent, dan Flay (1993) yang melakukan
penelitian di Los Angeles dan San Diego memiliki hasil penelitian yang
hampir sama dengan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
bahwa remaja yang tidak diawasi oleh orang dewasa di rumah lebih memiliki
kemungkinan masalah perilaku dibandingkan yang mendapat pengawasan dari
orang dewasa. Akan tetapi, tidak adanya pengawasan dari orang tua tidak
begitu saja menaikkan risiko perilaku bermasalah pada remaja jika orang tua
secara konsisten mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja.
Risiko masalah perilaku pada remaja akan semakin meningkat jika remaja
tidak mendapatkan pengawasan dari orang tua dan orang tua tidak secara
konsisten mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja.
Berdasarkan penelitian-penelitan sebelumnya yang dilakukan di Los
Angeles dan San Diego tersebut peneliti tertarik untuk melihat apakah ada
hubungan pengawasan yang dilakukan oleh kedua orang tua bekerja di kota
besar dengan perilaku seksual remajanya. Peneliti ingin melakukan penelitian
ini di Indonesia karena peneliti melihat di budaya barat yang mementingkan
kemandirian anak saja pengawasan orang tua masih menjadi sebuah masalah
pemicu kenakalan remaja, bagaimana dengan Indonesia yang mengganggap
bahwa penting bagi orang tua untuk membangun hubungan dengan anak.
Peneliti ingin melakukan penelitian ini khususnya di kota Batam. Hal
ini dikarenakan Batam merupakan kota dengan biaya hidup tertinggi di
Indonesia berdasarkan survey BPS tahun 2007 (Aufa, Masbar, dan Nasir,
2013). Batam dengan biaya hidupnya yang tinggi menuntut kedua orang tua
untuk bekerja demi mencukupi biaya hidup keluarga. Tuntutan orang tua
untuk bekerja ini memungkinkan orang tua sibuk bekerja dan tidak memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
waktu untuk mengawasi anak remajanya sehingga peneliti di sini ingin
meneliti persepsi remaja mengenai pengawasan dari orang tuanya.
Batam yang terkenal dengan biaya hidup yang tinggi dan angka
seksualitas serta HIV/AIDS yang juga tinggi membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di Batam. Peneliti juga melihat belum banyak penelitian
mengenai persepsi pengawasan dan seksualitas di Batam, selama ini peneliti
hanya menemukan informasi mengenai persepsi pengawasan dan seksualitas
melalui opini atau tulisan di blog maupun berita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang sudah dijabarkan di atas, maka
peneliti
merumuskannya
sebagai:
“Apakah
ada
hubungan
persepsi
pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja di Batam?”
C. Tujuan Penelitian
Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan persepsi pengawasan
orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja di kota Batam.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya di
bidang Psikologi Perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan
seksualitas remaja dan pengawasan orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada orang
tua bekerja dan menjadi bahan pertimbangan mengenai pengawasan orang
tua terhadap anaknya agar dapat mencegah tingginya perilaku seksual
remaja Indonesia saat ini. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan
informasi bagi keluarga, sekolah atau lembaga terkait lainnya untuk saran
penggunaan waktu luang remaja yang tidak terarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan Orang Tua Bekerja
Pengasuhan merupakan tanggung jawab utama orang tua. Kamus Bahasa
Indonesia (dalam Lestari, 2012) menyebutkan pengasuhan merupakan
berbagai hal mengenai mengasuh. Lestari (2012) mengatakan bahwa
mengasuh memiliki makna menjaga / merawat / mendidik, membimbing /
membantu / melatih, memimpin / mengepalai / menyelenggarakan. Kata asuh
sendiri sering dimaknai bersama kata asah dan asih (asah-asih-asuh). Asah
atau mengasah diartikan sebagai melatih agar kemampuan seseorang yang
dilatih dapat meningkat. Asih atau mengasihi diartikan sebagai menyayangi.
Rangkaian kata asah-asih-asuh ini diartikan Lestari (2012) bahwa pengasuhan
yang sebenarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak yang
dilakukan dengan dilandasi rasa kasih sayang dari orang tua.
Pengasuhan yang dilakukan orang tua ini juga memiliki stres pengasuhan.
Stres pengasuhan ini sendiri terjadi saat pelaksanaan tugas pengasuhan anak.
Penyebab stres pengasuhan ini dapat dilihat melalui pendekatan PCR (parentchild-relationship). Pendekatan PCR ini membantu kita melihat stres
pengasuhan yang muncul dari tiga komponen yaitu parent / orang tua, child /
anak, dan relationship / hubungan orang tua dan anak. Gejala stres
pengasuhan yang muncul jika dilihat dari pendekatan ini adalah menurunnya
ekspresi kehangatan, meningkatnya metode pendisiplinan yang keras, kurang
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
konsistennya perilaku pengasuhan, dan menarik diri sepenuhnya dari peran
pengasuhan (Lestari, 2012).
Ada dua dimensi dalam pengasuhan, yaitu demandingness dan
responsiveness. Demandingness berkaitan dengan tuntutan serta harapan
orang tua ke anak, disiplin, supervisi dari orang tua dan upaya orang tua
menghadapi masalah perilaku anak. Responsiveness berkaitan dengan
tanggapan orang tua ketika membimbinga anak, ketegasan sikap orang tua,
pengaturan diri, dan pemenuhan kebutuhan khusus anak. Kombinasi dari
demandingness dan responsiveness ini memunculkan empat gaya pengasuhan
yang
dicetuskan
oleh
Baumrind
(dalam
Lestari,
2012).
Baumrind
menyebutkan gaya pengasuhan tersebut antara lain permissive, rejectingneglecting, authoritarian, dan authoritative. Orang tua dengan gaya
pengasuhan permisif cenderung memberi banyak kebebasan pada anak dan
memaklumi segala perilaku anak serta kurang menuntut tanggung jawab dan
keteraturan perilaku anak. Orang tua yang tidak peduli (rejecting-neglecting)
cenderung memberikan kebebasan yang berlebihan ke anak dan tidak ada
sama sekali tanggapan dari orang tua terhadap perilaku-perilaku anak. Gaya
pengasuhan otoriter (authoritarian) dilakukan orang tua yang ingin
membentuk, mengontrol, mengevaluasi perilaku anak agar sesuai dengan
aturan standar yang diterapkan orang tua. Gaya pengasuhan yang dianggap
paling baik adalah gaya pengasuhan otoritatif (authoritative), dimana orang
tua mengarahkan perilaku anak secara rasional dan memberikan penjelasan
mengenai aturan yang diberlakukan. Orang tua dengan gaya pengasuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
otoritatif ini mendorong anak untuk mematuhi aturan dengan kesadaran
sendiri.
Beberapa peneliti membedakan antara praktik pengasuhan dan gaya
pengasuhan. Darling dan Steinberg (dalam Lestari, 2012) menyebutkan bahwa
gaya pengasuhan merupakan konteks yang mempengaruhi kesediaan anak
untuk melakukan sosialisasi, sedangkan praktik pengasuhan berkaitan dengan
akibatan pada perilaku anak. Dishion dan McMahon (dalam Lestari, 2012)
mengkonsepkan praktik pengasuhan sebagai relasi yang dinamis yang
mencakup pemantauan, pengelolaan perilaku, dan kognisi sosial, dengan
kualitas relasi orang tua dan anak. Lestari (2012) sendiri merangkum bentukbentuk perilaku pengasuhan orang tua anak adalah kontrol dan pemantauan;
dukungan dan keterlibatan; komunikasi; kedekatan; dan pendisiplinan.
1. Pengawasan (Monitoring) Orang Tua
Montemayor (2001) mendefinisikan pengawasan sebagai aktifitas yang
memungkinkan orang tua mengetahui keberadaan remaja, aktivitas yang
dilakukan, dan teman-temannya (Lestari, 2012). Lestari (2012) sendiri
menganggap pengawasan merupakan salah satu cara orang tua untuk
mengembangkan kontrol pada anak. Diclemente, Wingwood, Crosby,
Sionean, Cobb, Harrington, dan Oh (2001) mengatakan bahwa hal penting
dari pengawasan orang tua adalah persepsi remaja terhadap pengetahuan
orang tua mereka mengenai dengan siapa dan dimana remaja
menghabiskan waktu ketika remaja tidak berada di rumah ataupun di
sekolah. Kerr (dalam Lippold, 2013) menambahkan bahwa pengawasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
orang tua merupakan sebuah proses yang menggambarkan keaktifan orang
tua untuk memantau remajanya, seperti mengumpulkan informasi
mengenai remaja dan supervisi orang tua. Kerr juga menambahkan bahwa
remaja juga merupakan hal penting dalam proses pengawasan orang tua,
dimana remaja dapat memutuskan informasi apa saja yang akan mereka
beritahukan kepada orang tuanya.
Dishion dan McMahon (dalam Bacchini, 2011) mendefinisikan
pengawasan orang tua sebagai perilaku-perilaku orang tua yang
melibatkan perhatian ke remajanya dan mencari tahu dimana remajanya
berada, aktivitas remaja dan adaptasi remaja. Stattin dan Kerr (dalam
Bacchini,
2011)
menambahkan
pengawasan
yang efektif
adalah
pengawasan yang dihubungkan dengan kualitas komunikasi orang tua dan
anak serta melibatkan lebih dari sekedar kontrol yang bersifat memaksa
pada perilaku remaja. Pengawasan yang dilakukan orang tua ini juga
membantu menciptakan keseimbangan di dalam hubungan keluarga dan
dukungan dalam hubungan orang tua dan anak (Ceballo dalam Bacchini,
2011).
Berdasarkan teori di atas, peneliti menyimpulkan pengawasan
orang tua bekerja merupakan tindakan kontrol yang dilakukan orang tua
bekerja dengan melibatkan dukungan, perhatian dan kualitas komunikasi
orang tua dan anak yang baik untuk mengetahui keberadaan dan kegiatan
anak remajanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2. Komponen Pengawasan Orang Tua
Crouter dan Head (dalam Lippold, 2013) mengatakan bahwa ada
empat komponen penting dalam pengawasan orang tua. Komponenkomponen pengawasan orang tua tersebut, yaitu usaha aktif orang tua
untuk mengawasi, supervisi orang tua, keterbukaan remaja dalam
memberikan informasi, dan pengetahuan orang tua. Lippold (2013) dalam
penelitiannya merumuskan komponen pengawasan orang tua hanya dua,
yaitu:
a. Pengetahuan Orang Tua
Lippold (2013) mengatakan bahwa usaha aktif orang tua, supervisi
orang tua, keterbukaan remaja dalam memberikan informasi berguna
mengatasi masalah perilaku remaja jika ketiga hal tersebut mengarah
pada pengetahuan orang tua. Pengetahuan orang tua yang dimaksud di
sini adalah pengetahuan orang tua mengenai kegiatan-kegiatan yang
dilakukan anak remajanya. Crouter dan Head (dalam Lippold, 2013)
mengatakan bahwa orang tua yang memiliki pengetahuan mengenai
kegiatan yang dilakukan remajanya lebih memiliki struktur untuk
mencegah remaja dari pengaruh perilaku menyimpang sebaya.
Usaha aktif orang tua untuk mengawasi remaja ini menjadi tidak
berguna ketika orang tua hanya bertanya tetapi tidak mendengarkan
jawaban yang diberikan remaja atau juga ketika remaja menghindari
pengawasan dari orang tuanya. Usaha aktif orang tua yang tidak
meningkatkan pengetahuan orang tua ini akan terkesan melindungi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
remajanya sehingga membuat remaja merasa terkekang atau diawasi.
Pengetahuan orang tua yang sebenarnya tidak selalu bertujuan sebagai
pengawasan yang bersifat melindungi atau mengekang remaja.
b. Kualitas Hubungan Orang Tua dan Remaja
Darling dan Steinberg (dalam Lippold, 2013) mengatakan bahwa
kualitas hubungan orang tua dan anak juga mendukung pengaruh
tindakan orang tua pada perilaku remaja. Hubungan yang hangat dan
mendukung akan membuat orang tua lebih mendengarkan remaja
ketika remaja menceritakan atau memberikan informasi mengenai
kegiatannya. Hubungan yang hangat dan mendukung ini juga
meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai kegiatan remajanya
dalam suasana lingkungan yang positif dalam keluarga. Stattin dan
Kerr (dalam Bacchini, 2011) juga menyetujui bahwa pengawasan yang
efektif berkaitan dengan kualitas komunikasi orang tua anak dan
melibatkan lebih dari sekedar pengawasan yang bersifat memaksa
terhadap anak.
Pengawasan orang tua tidak hanya berkaitan dengan kualitas
komunikasi orang tua anak, melainkan juga dukungan dari keluarga
yang menciptakan keseimbangan dalam hubungan keluarga (Ceballo
dalam Bacchini, 2011). Menurut Garbarino (dalam Bacchini, 2011)
kualitas komunikasi yang baik akan memunculkan kehangatan dan
dukungan keluarga
yang membantu remaja untuk mengatasi
pengalaman emosi negatif yang mereka dapatkan. Kerr (dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lippold, 2013) menemukan bahwa hubungan antara keterbukaan dan
pengetahuan menjadi lebih kuat di dalam keluarga yang memiliki
hubungan yang hangat dibanding dalam hubungan yang tegang.
Kehangatan dan dukungan keluarga ini juga memberikan kenyamanan
untuk bercerita dan persepsi kepada remaja bahwa ada orang-orang
yang perhatian dan memperhatikan mereka. Hal ini akan membuat
remaja berpikir kembali sebelum melakukan perilaku yang tidak
diinginkan.
3. Orang Tua Bekerja
Bureau of Labor Statistics (dalam Papalia, 2008) menyebutkan bahwa
hampir dua dari tiga keluarga di Amerika Serikat yang memiliki anak usia
di bawah 18 tahun merupakan keluarga dengan dua sumber pemasukan.
Santrock (2014) juga mengatakan bahwa saat ini tidak hanya ayah saja
yang bekerja di dalam keluarga, tetapi banyak juga para ibu yang ikut
bekerja. Fenomena ibu bekerja ini menimbulkan pertanyaan alasan ibu
bekerja yang akhirnya dibahas oleh Jones, McGrattan, dan Manuelli
(dalam Papalia, 2008). Jones, McGrattan, dan Manuelli (dalam Papalia,
2008) menemukan bahwa alasan wanita juga ikut bekerja adalah
meningkatnya biaya hidup; adanya perubahan dalam perceraian, keamanan
sosial, peraturan perpajakan; adanya perubahan sikap terhadap peran
jender; ketersediaan tabungan pekerja untuk peralatan rumah tangga;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mengurangi jurang pendapatan antara laki-laki dan wanita; serta keinginan
untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
a. Pengaruh Orang Tua Bekerja
Kedua orang tua yang sama-sama bekerja memiliki tantangan yang
memunculkan keuntungan dan kerugian tersendiri (Papalia, 2008).
Dampak positif yang dapat diperoleh jika kedua orang tua bekerja
antara lain:
1) Pemasukan dari kedua pihak meningkatkan status ekonomi
keluarga.
2) Relasi yang lebih setara antara suami (ayah) dan istri (ibu)
3) Kesehatan yang lebih baik untuk kedua pasangan.
4) Harga diri yang lebih besar bagi keduanya.
5) Relasi yang lebih rapat antara ayah dan anak-anaknya.
Dampak negatif yang mungkin muncul atau terjadi adalah:
1) Munculnya konflik antara pekerjaan dan keluarga.
2) Kemungkinan adanya rivalitas antar pasangan.
3) Konflik orang tua dan anak yang meningkat akibat tekanan fisik
dan psikologis yang didapatkan orang tua bekerja. Ibu yang merasa
memiliki beban berlebihan cenderung kurang memperhatikan dan
menerima anaknya sehingga seringkali anak menunjukkan masalah
perilakunya. Ketika ibu merasa tertekan, akan ada kecenderungan
meningkatnya ketegangan antara ayah dan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
4) Orang tua bekerja harus mempertimbangkan mengenai jadwal dan
stres kerja sebagai efek dari bekerja (Santrock, 2014). Situasi kerja
yang buruk, stres kerja serta jam kerja yang panjang dan
melelahkan dapat membuat orang tua menjadi cepat marah ketika
berada di rumah. Selain itu, situasi ini juga dapat membuat
pengasuhan ataupun pengawasan orang tua terhadap anak menjadi
kurang efektif.
4. Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan (Monitoring) Orang Tua
Bekerja
Persepsi menurut Huffman, Verno, dan Vernoy (2000) merupakan
sebuah
proses
dimana
individu
memilih,
mengorganisasikan,
menginterpretasikan sebuah data atau stimulus yang diterima menjadi
sebuah representasi mental yang berguna bagi dunia. Walgito (2010)
mengatakan bahwa persepsi merupakan sebuah proses yang terintegrasi di
dalam individu dimana individu mengorganisasikan, menginterpretasikan
stimulus yang diterima melalui indera. Persepsi ini membantu individu
menyadari keadaan sekitar maupun keadaan dirinya sendiri. Persepsi ini
bersifat individual. Hal ini dikarenakan perasaan, kemampuan berpikir dan
pengalaman individu yang berbeda dengan individu lainnya.
Berdasarkan
menyimpulkan
penjelasan
bahwa
yang
mengenai
dimaksud
persepsi
persepsi
di
atas,
remaja
peneliti
terhadap
pengawasan orang tua bekerja adalah proses seorang remaja untuk
memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan tindakan kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang dilakukan orang tua bekerja dengan melibatkan dukungan, perhatian
dan kualitas komunikasi orang tua dan anak yang baik untuk mengetahui
keberadaan dan kegiatan anak remajanya. Tidak hanya orang tua yang
memegang peranan penting dalam pengawasan orang tua, melainkan
remaja juga memiliki peran penting dalam memilah informasi mana yang
akan mereka beritahukan kepada orang tua.
B. Perilaku Seksual
1. Pengertian Perilaku Seksual
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seks, baik dengan lawan jenis ataupun sesama jenis (Sarwono,
2012). Rathus, Nevid, dan Rathus (2007) mengatakan bahwa perilaku
seksual merupakan aktivitas yang melibatkan tubuh dalam ekspresi erotis
atau perasaan kasih sayang, perilaku seksual ini dapat melibatkan
repoduksi atau hanya stimulasi sensual. Sarwono (2012) menyebutkan
bahwa objek seksual ini tidak hanya orang lain, melainkan dapat juga
berupa khayalan atau diri sendiri. Peneliti sendiri menarik kesimpulan
bahwa perilaku seksual merupakan kegiatan fisik yang bersifat erotis yang
didorong oleh hasrat seksual. Perilaku seksual ini dapat dilakukan dengan
pasangan ataupun hanya diri sendiri dengan tujuan memuaskan hasrat
seksual secara jasmaniah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2. Bentuk Perilaku Seksual
Rathus, Nevid, dan Rathus (2007) membagi bentuk perilaku
seksual menjadi 2 bagian, yaitu perilaku seksual yang dilakukan oleh diri
sendiri dan perilaku seksual yang dilakukan dengan pasangan.
a. Diri Sendiri
1) Masturbasi
Masturbasi merupakan salah satu ekspresi seksual seseorang yang
tidak melibatkan orang lain. Masturbasi ini disebut juga sebagai
merangsang
seksual
diri
sendiri
(Sexual
Self-Stimulation).
Seseorang yang melakukan masturbasi mendapatkan kepuasan
seksual dengan menyentuh alat genitalnya, misalnya dengan
guling, ataupun dildo.
b. Orang Lain
1) Foreplay
Foreplay merupakan kegiatan-kegiatan seksual yang bertujuan
untuk membangkitkan gairah seksual sebelum bersenggama.
Foreplay dapat berupa berciuman sampai saling menyentuh alat
kelamin. Dalam beberapa budaya, berciuman dan menyentuh alat
kelamin ini tidak hanya ditujukan sebagai foreplay, melainkan juga
sebagai sebuah pengalaman atau kegiatan itu sendiri.
2) Kissing
Kissing atau berciuman merupakan salah satu cara foreplay dengan
cara menyentuh pasangan dengan menggunakan bibir. Berciuman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
identik dengan dua bibir yang saling bersentuhan. Ciuman dibagi
menjadi dua, yaitu:
a) Simple Kissing
Simple kissing dilakukan dengan mulut tertutup dan menyentuh
bibir pasangan menggunakan bibir atau lidah. Simple kissing
ini dapat juga dilakukan dengan menggigit bibir bawah
pasangan.
b) Deep Kissing
Deep kissing atau yang sering juga disebut French kiss. Deep
kissing / French kiss ini dilakukan dengan mulut terbuka dan
lidah masuk ke dalam mulut.
3) Touching
Menyentuh pasangan menggunakan tangan atau anggota tubuh
lainnya dapat menaikkan gairah seksual seseorang, misalnya
merangsang gairah seksual dengan memegang penis, vagina, atau
area lainnya.
4) Stimulation of the Breasts
Merangsang payudara dapat meningkatkan gairah seksual untuk
kedua jenis kelamin, laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi,
kebanyakan laki-laki heteroseksual lebih memilih merangsang
payudara wanita daripada payudaranya. Merangsang payudara ini
dapat dilakukan menggunakan tangan ataupun mulut dan areanya
biasanya payudara dan puting susu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5) Oral-Genital Stimulation
Merangsang gairah seksual menggunakan mulut pada laki-laki
disebut
juga
fellatio
sedangkan
pada
perempuan
disebut
cunnilingus. Fellatio dilakukan dengan cara memasukkan penis ke
dalam mulut lalu melakukan gerakan naik turun, atau pun dengan
menjilat penis dan buah zakar. Cunnilingus dilakukan dengan cara
mencium atau menjilat vagina.
6) Sexual Intercourse
Sexual Intercourse atau bersenggama adalah kegiatan seksual
dimana penis masuk ke dalam vagina.
3. Faktor Penyebab Perilaku Seksual
Sarwono (2012) mengatakan bahwa ada beberapa faktor remaja
melakukan hubungan seks, yaitu:
a. Meningkatnya Libido Seksualitas
Remaja
mengalami
perubahan-perubahan
hormonal
yang
meningkatkan libido seksualitas remaja. Dimana hasrat remaja ini
perlu disalurkan dalam bentuk perilaku seksual tertentu.
b. Penundaan Usia Perkawinan
Seiring meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia,
usia perkawinan menjadi tertunda karena adanya norma dan hukum
yang berlaku. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat Indonesia
membuat tuntutan dari orang tua semakin tinggi juga. Orang tua
menuntut anaknya untuk mencapai pendidikan yang tinggi, pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
yang baik, serta persiapan mental sebelum memasuki perkawinan. Ada
juga undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai batasan
usia perkawinan adalah yaitu Undang-Undang No. 1/1974 Pasal 7 ayat
1 yang berbunyi “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah
mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16
tahun”.
J.T. Fawcett (1973) mengatakan beban (cost) dan hambatan
(barriers) juga menjadi faktor tertundanya usia perkawinan dari sisi
individunya. Perkawinan menjadi beban bagi individu karena
hilangnya kebebasan dan mobilitas pribadi, bertambahnya kewajiban
dan usaha, serta bertambahnya bebas ekonomi. Sedangkan yang
dianggap hambatan adalah kebiasaan dan norma yang menyulitkan
perkawinan, adanya piilihan lain selain menikah, hukum yang
dianggap mempersulit perkawinan maupun perceraian, adanya
keserbabolehan seksual, serta undang-undang yang membatasi usia
minimum perkawinan.
c. Tabu atau Larangan
Seksualitas masih menjadi hal yang tabu di Indonesia, dimana
norma agama masih melarang seseorang melakukan hubungan seks pra
nikah. Psikoanalisis melihat seksualitas dianggap tabu karena seks
merupakan dorongan yang bersumber dari “id”. Dorongan-dorongan
seksual ini bertentangan dengan moral yang ada di dalam “superego”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sehingga dorongan ini harus ditekan dan tidak boleh dimunculkan ke
orang lain dengan tingkah laku terbuka.
d. Kurangnya Informasi tentang Seks
Seksualitas yang masih dianggap tabu ini juga berpengaruh pada
sulitnya remaja atau bahkan orang tua untuk berdiskusi mengenai
seksualitas. Remaja yang tidak mendapatkan penjelasan mengenai
seksualitas dari orang tua maupun tenaga pendidik membuat remaja
mencari informasi melalui media massa lain. Media massa ini dipilih
karena mudahnya akses untuk mencari informasi, walaupun belum
tentu informasi tersebut benar.
e. Pergaulan Semakin Bebas
Pada tahun 1987 pergaulan remaja antar jenis kelamin di Jakarta
menunjukkan bahwa remaja dalam berpacaran selain berpegangan
tangan dengan pacarnya, mereka juga berciuman, meraba payudara,
memegang alat kelamin, serta berhubungan seks. Rex Forehand (dalam
Sarwono, 2012) mengatakan bahwa pengawasan dari orang tua
dibutuhkan agar dapat memantau pergaulan anak.
4. Karakteristik Remaja yang Aktif Secara Seksual
Berk (2012) mengatakan aktivitas seksual remaja seringkali dikaitkan
dengan beberapa hal di bawah ini, yaitu:
a. Pengaruh perkembangan diri
Pengaruh perkembangan dari diri ini meliputi kontrol pribadi yang
lemah dan pubertas dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
b. Pengaruh keluarga
Kondisi keluarga yang mempengaruhi aktivitas seksual remaja
meliputi perceraian keluarga, keluarga dengan orang tua tunggal,
tinggal dengan keluarga besar, keterlibatan dalam aktivitas keagamaan,
pengawasan lemah dari orang tua, hubungan komunikasi anak – orang
tua yang buruk dan saudara yang aktif secara seksual.
c. Teman sebaya
Teman sebaya yang juga aktif secara seksual dapat memicu remaja
untuk semakin melakukan aktivitas seksualnya.
d. Pendidikan
Prestasi buruk di sekolah dan kecenderungan untuk melakukan
tindakan yang melanggar norma.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja merupakan periode transisi masa perkembangan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Perubahan-perubahan
yang dialami ini mulai dari perkembangan fungsi seksual hingga proses
berpikir abstrak dan kemandirian (Santrock, 2007).
World Health Organization atau WHO (dalam Sarwono, 2012)
mengemukakan remaja adalah suatu masa dimana:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, 1980: 9)
WHO menetapkan batas usia remaja adalah 10 – 20 tahun, dimana usia
10-14 tahun merupakan remaja awal dan usia 15-20 tahun remaja akhir.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia
pemuda (Sarwono, 2012). Sarwono sendiri mengatakan bahwa batasan
usia remaja Indonesia adalah usia 11-24 tahun dan belum menikah.
Hurlock (1955) menuliskan bahwa usia remaja dimulai dari usia 13 atau
14 tahun hingga 18 tahun. Papalia (2008) rentang usia yang lebih luas dari
Hurlock, yaitu dimulai dari 11 atau 12 tahun hingga sekitar 20 tahun.
Steinberg (2002) dan Santrock (2007) juga memiliki batasan usia yang
hampir serupa dengan Papalia. Santrock (2007) menuliskan bahwa batasan
usia remaja dimulai dari usia 10 tahun hingga 21 tahun, dimana
pembagiannya adalah 10 – 13 tahun termasuk remaja awal; 14 - 17 tahun
adalah remaja pertengahan; dan 18 - 21 tahun termasuk remaja akhir.
Steinberg (2002) juga memiliki pembagian usia remaja yang hampir sama
dengan Santrock yaitu remaja awal 10 – 13 tahun; remaja pertengahan 14
– 18 tahun; dan remaja akhir 19 – 22 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Berdasarkan teori-teori di atas, peneliti merumuskan remaja sebagai
sebuah proses peralihan dan berkembangnya individu yang terkait dengan
kondisi biologis, kognitif, psikologis, serta sosio ekonomi menjadi lebih
mandiri. Peneliti juga mengambil batasan usia remaja rata-rata yang
dikemukakan para ahli yaitu usia 11 tahun hingga 21 tahun dan belum
menikah.
2. Aspek Remaja
Berk (2012) mengatakan bahwa ada beberapa aspek dalam perkembangan
remaja yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Perkembangan Fisik
Meningkatnya hormon pertumbuhan dan hormon seks pada remaja
membuat
pertumbuhan
badan
remaja
menjadi
cukup
pesat.
Pertumbuhan fisik remaja ini berkaitan dengan pertumbuhan tubuh
secara keseluruhan dan kematangan ciri seksual remaja. Pada remaja
laki-laki, pertumbuhan tubuhnya meliputi pertumbuhan otot, ukuran
tubuh, serta pembesaran dada sementara, sedangkan ciri seksualnya
meliputi penis dan testis yang membesar, perubahan suara,
pertumbuhan bulu ketiak, rambut wajah dan tubuh, serta mengalami
keluarnya sperma untuk pertama kalinya yang disebut spermache atau
mimpi basah. Pada remaja perempuan, pertumbuhan fisik ini terlihat
dengan menumpuknya lemak pada tubuh remaja dan mulai
terbentuknya bentuk tubuh yang feminin. Ciri seksual pada remaja
perempuan yang berkembang adalah pertumbuhan payudara, rambut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kelamin, bulu ketiak, berkembangnya payudara, rahim dan vagina
menjadi matang, serta mengalami menstruasi (menarche) untuk
pertama kalinya. Perubahan fisik pada remaja ini dapat menjadi
pemicu ketertarikan antar lawan jenis.
Perkembangan fisik pada remaja ini dipengaruhi oleh status
ekonomi sosial remaja, dimana remaja yang tinggal di lingkungan
berkecukupan akan mengalami pubertas lebih awal. Perkembangan
fisik remaja juga dipengaruhi oleh asupan gizi yang didapatkan remaja,
keadaan konflik di keluarga, maupun berat badan yang dimiliki
remaja, apakah remaja tersebut mengalami obesitas atau rajin
berolahraga.
b. Perkembangan Kognitif
Piaget (dalam Berk, 2012) mengatakan bahwa remaja mulai
memasuki tahap operasional formal, dimana remaja mulai berpikir
abstrak, sistematis dan ilmiah. Perkembangan kognitif dimasa remaja
menjadikan remaja mampu melakukan penalaran hipotetis deduktif,
dimana remaja mencari kemungkinan-kemungkinan atau hipotesis dan
mampu menarik kesimpulan dari masalah-masalah yang ditemuinya.
Remaja juga memiliki kemampuan pemikiran proposisional, dimana
remaja mampu mengevaluasi logika proposisi atau pernyataan verbal
tanpa mengacu pada kenyataan.
Kemampuan remaja untuk merefleksikan pemikiran mereka
sendiri, ditambah dengan perkembangan fisik dan psikologis, diyakini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Piaget menjadikan remaja lebih memikirkan diri mereka sendiri.
Egosentrisme remaja ini memunculkan citra yang keliru dari remaja
tentang hubungan antara diri dan orang lain. Elkind dan Bowen (dalam
Berk, 2012) menyatakan distorsi kognitif yang pertama adalah
Imaginary Audience dimana remaja meyakini bahwa dirinya menjadi
fokus perhatian orang lain dan semua orang memantaunya. Hal ini
membuat remaja memperhatikan secara detail mengenai penampilan
dirinya dan menjadi sensitif terhadap kritik publik. Distorsi kognitif
yang kedua adalah Personal Fabel dimana remaja merasa dirinya
penting dan istimewa karena remaja merasa diperhatikan oleh orang
lain. Merasa dirinya menjadi orang yang penting dan istimewa ini
membuat remaja menganggap dirinya berkuasa.
Perasaan berkuasa ini memprediksikan penghargaan diri dan
penyesuaian diri yang positif pada remaja. Merasa mampu dan merasa
dirinya penting ini dapat membantu remaja menghadapi tantangan
yang dihadapinya. Akan tetapi, perasaan remaja akan keunikan dirinya
dapat berhubungan dengan perasaan depresi dan pikiran untuk bunuh
diri, serta dapat menghambat terbentuknya hubungan akrab dan
dukungan sosial. Merasa diri unik ini jika bertemu dengan kepribadian
yang senang mencari sensasi akan membuat remaja semakin merasa
dirinya istimewa dan kebal terhadap perilaku berisiko pada remaja.
Remaja yang merasa diri unik dan senang mencari sensasi, menjadikan
remaja cenderung lebih berani melakukan perilaku seksual berisiko,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
lebih sering mengkonsumsi obat-obatan dan alkohol, serta melakukan
tindakan yang lebih nakal dari teman-temannya (Grenee, dalam Berk,
2012).
c. Perkembangan Sosial
Erikson (dalam Berk, 2012) menyatakan bahwa identitas
merupakan salah satu langkah penting remaja menuju sosok dewasa
yang produktif dan berguna. Identitas ini merupakan pendefinisian
mengenai dirinya sendiri. Remaja mengalami krisis identitas dalam
proses pencarian identitasnya yaitu remaja mencoba banyak alternatif
sebelum menetapkan nilai dan tujuan hidupnya. Setelah remaja
menetapkan nilai dan tujuan hidupnya, identitasnya ini akan terus
disempurnakan di masa dewasa saat orang menilai komitmen dan
pilihannya dahulu. Erikson mengatakan konflik psikologis di masa
remaja sebagai konflik identitas versus kegamangan peran. Konflik ini
terjadi bila masyarakat membatasi remaja pada pilihan yang tidak
sejalan dengan kemampuan dan kemauan remaja.
Remaja mengalami perubahan konsep diri dalam memahami
dirinya sendiri. Perubahan kognitif remaja membuat remaja mampu
menggabungkan watak-watak yang mereka bangun ke dalam satu
sistem yang rapi. Remaja kebanyakan lebih menekankan pada
kebajikan sosial karena sifat-sifat ini mencerminkan kepedulian remaja
terhadap hal-hal yang dinilai positif oleh orang lain. Perubahan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
remaja tidak hanya terjadi pada perubahan konsep diri melainkan juga
perubahan dalam penghargaan diri remaja.
Harga diri pada remaja akan meningkat jika remaja mampu
menyesuaikan dirinya dengan baik. Remaja yang memiliki harga diri
yang positif atau meningkat membuat remaja menjadi seorang yang
optimis, memiliki kendali atas masa depan, percaya diri dan mampu
mengatasi masalah hidup. Remaja yang memiliki harga diri positif
juga menjadi lebih matang, merasa mampu, rupawan, dan lebih
menarik dibanding dulu. Hal-hal ini yang membuat remaja mudah
bergaul dan senang menjalin hubungan dengan teman sebaya. Remaja
yang memiliki penghargaan diri rendah di bidang akademik akan
cenderung cemas dan tidak fokus, serta hubungan remaja dengan
teman sebaya yang negatif menjadikan remaja berpeluang memiliki
kecemasan dan depresif. Sikap antisosial dan agresif pada remaja ini
juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan remaja pada hubungannya
dengan orang tua.
Identitas remaja ini dipengaruhi oleh teman sebaya, aktivitas
sekolah dan komunitas, budaya dan sosial, serta rasa aman dari
keluarga. Remaja yang merasa terikat pada orang tua tetapi juga bebas
menyuarakan pendapat membuat mereka mampu mencapai identitas.
Remaja yang tertutup memiliki ikatan erat dengan orang tua tetapi
kurang memiliki kesempatan untuk berpisah baik-baik dengan orang
tua. Reis (dalam Berk, 2012) mengatakan bahwa remaja terdifusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
melaporkan kurangnya dukungan dari orang tua serta kurangnya
komunikasi yang hangat dan terbuka.
d. Perkembangan Moral
Kohlberg (dalam Berk, 2012) mengatakan bahwa dilema yang
banyak ditemui adalah dilema untuk menaati nilai hukum dan dilema
nilai
hidup
manusia.
Kohlberg
menekankan
bahwa
penentu
kematangan moral adalah bagaimana individu bernalar bukan
kandungan responnya. Kohlberg membagi menjadi tiga tingkat
pemahaman moral, yaitu tingkat prakonvensional dimana ada dua
tahap lagi, yaitu tahap orientasi hukuman dan ketaatan serta tahap
orientasi tujuan instrumental. Tingkat kedua yaitu tingkat konvensional
yang dibagi menjadi tahap orientasi “anak baik” atau moralitas kerja
sama antarpersonal dan tahap orientasi untuk memelihara tatanan
sosial. Tingkat ketiga adalah tingkat pascakonvensional yang dibagi
menjadi tahap orientasi kontrak sosial dan tahap orientasi pada prinsip
etika universal. Pada masa remaja, tahap moralitas kerja sama
antarpersonal dan tahap orientasi untuk memelihara tatanan sosial
semakin meningkat. Menurut Kohlberg, remaja yang memiliki
kematangan moral akan menyadari bahwa bersikap menurut keyakinan
mereka sangat penting dalam menciptakan dan memelihara tatanan
dunia sosial yang adil. Remaja yang tingkat kematangan moralnya
lebih tinggi akan melakukan tindakan-tindakan prososial dan jarang
sekali melakukan perilaku-perilaku antisosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
D. Dinamika Hubungan Pengawasan Orang Tua Bekerja dan Perilaku
Seksual Remaja
Erikson mendefinisikan remaja sebagai salah satu langkah penting remaja
menuju sosok dewasa dan menemukan definisi mengenai dirinya sendiri
(Berk, 2012). Remaja mengalami krisis identitas dimana remaja mencoba
banyak alternatif sebelum menetapkan nilai dan tujuan hidupnya. Erikson
menyebutkan konflik psikologis di masa remaja ini sebagai konflik identitas
versus kegamangan peran. Konflik antara identitas dan kegamangan peran ini
terjadi bila masyarakat membatasi remaja pada pilihan yang tidak sejalan
dengan kemampuan dan kemauan remaja. Keinginan yang tidak sesuai antara
keinginan masyarakat dan remaja ini membuat remaja bingung akan identitas
diri dan perannya dalam masyarakat. Perubahan yang terjadi pada masa
remaja ini tidak hanya berkaitan akan perubahan konsep dirinya melainkan
juga pada harga diri remaja.
Keluarga sebagai lingkungan pertama tempat remaja hidup memiliki tugas
untuk membimbing anak remaja dalam mencapai nilai-nilai yang akan dianut
oleh remaja di kemudian hari. Secara jelas Reiss (dalam Lestari, 2012)
mengatakan bahwa keluarga merupakan kelompok kecil yang termasuk dalam
pertalian keluarga dan memiliki fungsi sosialisasi pemeliharaan terhadap
generasi berikutnya. Akan tetapi, seiring perjalanan waktu keluarga yang
tinggal di kota besar mulai meninggalkan tugasnya untuk membimbing
remajanya. Hal ini dikarenakan biaya hidup yang tinggi membuat kedua orang
tua harus bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga (Papalia, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pemasukan dari kedua orang tua ini dapat meningkatkan status ekonomi
keluarga, dimana ibu bekerja membantu memberikan kekuatan ekonomi yang
lebih bagi keluarga. Dampak-dampak positif lainnya yaitu penyetaraan relasi
antara ayah dan ibu; tingkat kesehatan yang baik bagi ayah dan ibu;
peningkatan harga diri bagi ayah dan ibu; serta relasi yang lebih rapat antara
ayah dan anak-anaknya. Selain dampak positif, ada juga dampak yang buruk
bagi keluarga jika kedua orang tua bekerja. Dampak buruk ini antara lain
kemungkinan munculnya rivalitas antara ayah dan ibu; munculnya konflik
antara pekerjaan dan keluarga; konflik antara orang tua dan anak yang
meningkat dikarenakan tekanan fisik dan psikologis yang didapatkan orang
tua bekerja; serta jadwal bekerja yang padat dan stres kerja sebagai efek dari
kedua orang tua bekerja. Situasi kerja yang buruk, stres kerja serta jam kerja
yang panjang dan melelahkan dapat membuat orang tua menjadi cepat marah
ketika berada di rumah (Santrock, 2014). Situasi tegang yang terjadi di rumah
akibat kelelahan dan stres kerja orang tua ini dapat membuat pengasuhan atau
pengawasan orang tua terhadap anak menjadi kurang efektif. Pengasuhan ini
sendiri merupakan bagian dari tanggung jawab orang tua. Bentuk-bentuk
perilaku pengasuhan orang tua anak adalah kontrol dan pemantauan;
dukungan dan keterlibatan; komunikasi; kedekatan; dan pendisiplinan.
Stattin dan Kerr (dalam Bacchini, 2011) menyetujui bahwa pengawasan
atau kontrol yang efektif berkaitan dengan kualitas komunikasi orang tua anak
dan melibatkan lebih dari sekedar pengawasan yang bersifat memaksa
terhadap anak. Pengawasan orang tua yang dimaksud mencakup kualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
hubungan orang tua dan anak serta pengetahuan orang tua akan kegiatan
anaknya. Pengawasan orang tua ini tidak hanya berkaitan dengan kualitas
komunikasi orang tua anak melainkan juga dukungan dari keluarga yang
menciptakan keseimbangan dalam hubungan keluarga (Bacchini, 2011).
Kualitas komunikasi yang baik akan memunculkan kehangatan dan dukungan
keluarga. Kehangatan dan dukungan keluarga ini dibutuhkan untuk menjalin
keterbukaan dan rasa nyaman untuk bercerita antara orang tua dan anak
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan orang tua akan kegiatan
remajanya. Kerr mengatakan bahwa hubungan antara keterbukaan dan
pengetahuan menjadi lebih kuat di dalam keluarga yang memiliki hubungan
yang hangat dibanding dalam hubungan yang tegang (Lippold, 2013).
Kehangatan dan dukungan keluarga juga membuat orang tua lebih
mendengarkan remaja ketika remaja menceritakan atau memberikan informasi
mengenai kegiatannya. Orang tua yang mau mendengarkan remajanya
bercerita akan meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai kegiatan
remajanya dalam suasan lingkungan yang positif dalam keluarga.
Crouter dan Head (dalam Lippold, 2013) mengatakan bahwa orang tua
yang memiliki pengetahuan mengenai kegiatan yang dilakukan remajanya
lebih memiliki struktur untuk mencegah remaja dari pengaruh perilaku
menyimpang sebaya. Kehangatan dan dukungan yang didapatkan dari
keluarga dapat membantu remaja untuk mengatasi pengalaman emosi negatif
yang mereka dapatkan dan juga memberikan persepsi kepada remaja bahwa
ada orang-orang yang menaruh perhatian dan memperhatikan mereka. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
membuat remaja akan berpikir kembali sebelum melakukan perilaku yang
tidak diinginkan (Lippold, 2013). Berk (2012) juga menyebutkan bahwa
kontrol diri yang kuat serta kualitas hubungan orang tua dan anak yang baik
dapat menjadi salah satu faktor yang menekan angka remaja yang aktif secara
seksual.
Keluarga yang memiliki hubungan yang tegang, tidak adanya dukungan,
tidak adanya rasa nyaman bercerita dan tidak adanya keterbukaan membuat
kualitas hubungan orang tua dan anak buruk serta pengetahuan orang tua yang
rendah akan kegiatan anaknya. Reiss (dalam Berk, 2012) mengatakan remaja
yang kurang mendapatkan dukungan dari orang tua serta kurangnya
komunikasi yang hangat dan terbuka cenderung menjadikan remaja menjadi
sosok yang tertutup. Hal ini juga dapat membuat remaja merasa pengalaman
yang didapatkannya tidak dimengerti oleh orang lain dan merasa tidak
diperhatikan. Hal ini dapat menjadikan remaja memiliki sikap antisosial,
agresif dan perilaku-perilaku tidak diinginkan lainnya agar mendapat
perhatian dari orang tua.
Perasaan tidak dimengerti oleh orang lain ini juga membuat remaja merasa
dirinya unik dan berbeda dari orang lain. Perasaan bahwa dirinya unik dan
istimewa ini disebut Piaget sebagai distorsi kognitif fabel pribadi. Fabel
pribadi atau merasa dirinya unik ini jika bertemu dengan kepribadian yang
senang mencari sensasi, akan membuat remaja semakin merasa dirinya
istimewa dan kebal terhadap perilaku berisiko remaja. Remaja yang merasa
diri unik dan senang mencari sensasi, menjadikan remaja cenderung lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
berani melakukan perilaku seksual berisiko, lebih sering mengkonsusmsi obatobatan dan alkohol, serta melakukan tindakan yang lebih nakal dari temantemannya
(Berk,
2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kualitas
Hubungan Orang
Tua - Anak Baik
Pengawasan
Orang Tua
Tinggi
Hubungan
hangat dan
mendukung
Kenyamanan
bercerita
Pengetahuan
Orang Tua Tinggi
Keterbukaan
Pengawasan
Orang Tua
Kualitas
Hubungan Orang
Tua - Anak Buruk
Pengawasan
Orang Tua
Rendah
Hubungan
tegang dan
tidak
mendukung
Tidak
nyaman
bercerita
Pengetahuan
Orang Tua
Rendah
Kurang
terbuka
Remaja merasa
diperhatikan dan
dimengerti. Hal ini
membuat remaja
berpikir kembali
sebelum melakukan
perilaku yang tidak
diinginkan. Perilaku
tersebut seperti sikap
anti sosial, agresif,
konsumsi obat
terlarang dan alkohol
serta perilaku seksual
berisiko.
Remaja menutup
diri, merasa tidak
ada yang
memperhatikan dan
tidak ada yang
mengerti. Hal ini
membuat remaja
cenderung melakukan
perilaku yang tidak
diinginkan agar
diperhatikan. Perilaku
tersebut seperti sikap
anti sosial, agresif,
konsumsi obat
terlarang dan alkohol
serta perilaku seksual
berisiko.
44
Perilaku
Seksual
Rendah
Perilaku
Seksual
Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori di atas, hipotesis peneliti adalah terdapat hubungan
negatif antara persepsi pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual
remaja. Semakin tinggi persepsi pengawasan orang tua maka semakin rendah
perilaku seksual remaja. Semakin rendah persepsi pengawasan orang tua maka
semakin tinggi pula perilaku seksual remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yaitu
penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi remaja
terhadap pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja.
Pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data numerikal yang diolah
dengan metode statistika (Azwar, 2012). Studi korelasional mempelajari
hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu
variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain (Noor, 2011). Paling
tidak terdapat dua variabel yang harus diukur sehingga dapat diketahui
hubungannya. Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah persepsi
remaja terhadap pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja.
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
Variabel Tergantung
: Perilaku Seksual Remaja
Variabel Bebas
: Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan Orangtua
Bekerja
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah
konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi
(indikator) dari suatu konsep/variabel (Noor, 2011). Dimensi (indikator) dapat
berupa perilaku, aspek, atau sifat/karakteristik. Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persepsi Remaja Pengawasan Orang tua Bekerja
Persepsi remaja terhadap pengawasan orang tua bekerja adalah
penilaian subjek mengenai tindakan kontrol yang dilakukan orang tua
bekerja untuk mengetahui keberadaan dan kegiatan subjek. Tindakan
kontrol orang tua ini melibatkan dukungan, perhatian dan kualitas
komunikasi orang tua dan anak yang baik. Persepsi remaja terhadap
pengawasan orang tua bekerja ini dilihat melalui skala dengan komponen
pengawasan orang tua menurut Crouter dan Head (dalam Lippold, 2013).
Komponen pengawasan orang tua tersebut adalah pengetahuan orang tua
dan kualitas hubungan orang tua dan anak.
Pengawasan orang tua yang didapatkan subjek dapat dilihat dari
hasil skor skala persepsi remaja terhadap pengawasan orang tua bekerja.
Subjek yang mendapat skor rendah menunjukkan bahwa subjek kurang
mendapatkan pengawasan dari orang tua bekerja. Subjek dengan skor
tinggi menunjukkan bahwa subjek mendapatkan pengawasan dari orangtua
bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2. Perilaku Seksual
Perilaku seksual merupakan laporan subjek mengenai kegiatan
fisik yang bersifat erotis yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan
oleh subjek. Perilaku seksual ini dapat dilakukan subjek bersama pasangan
ataupun hanya dirinya sendiri dengan tujuan memuaskan hasrat seksual
secara jasmaniah. Macam-macam perilaku seksual remaja dengan
pasangan maupun dirinya sendiri diambil dari teori yang dikemukakan
oleh Rathus, Nevid, dan Rathus (2007). Perilaku-perilaku seksual tersebut
adalah masturbasi, simple kissing, deep kissing, touching, breast
stimulation, oral-genital stimulation, dan sexual intercourse atau
bersenggama.
Tinggi rendahnya perilaku seksual subjek dapat dilihat dari hasil
skor pada skala perilaku seksual remaja. Skor yang tinggi pada skala
perilaku seksual ini menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja
tergolong tinggi. Skor rendah pada skala perilaku seksual menunjukkan
bahwa perilaku seksual remaja tergolong rendah.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah remaja usia 11 - 21 tahun yang belum
menikah dan memiliki kedua orang tua bekerja di Kota Batam. Remaja
yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini merupakan remaja
yang pernah maupun belum pernah berpacaran. Peneliti juga meneliti
subjek yang belum berpasangan dikarenakan perilaku-perilaku seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
yang diteliti tidak hanya perilaku seksual bersama pasangan melainkan
juga perilaku seksual dengan diri sendiri. Peneliti melakukan penelitian di
kota Batam dikarenakan Batam merupakan salah satu dari empat kota
yang dinyatakan sebagai kota tujuan wisata seksual oleh wisatawan asing
di Indonesia. Tingginya angka HIV/AIDS serta ditemukannya remaja yang
bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) juga menjadi alasan peneliti
dalam menentukan subjek penelitian.
E. Metode Pengambilan Sampel
Peneliti menggunakan teknik purposive sampling pada penelitian
ini. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel (Noor, 2011).
Pertimbangan khusus tersebut ditentukan peneliti sesuai dengan kriteria
subjek dalam penelitian ini. Karakteristik subjek dalam penelitian ini
adalah:
1. Remaja yang berusia 11 – 21 tahun dan belum menikah
2. Remaja dengan kedua orang tua bekerja
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala.
Skala merupakan alat ukur psikologis yang disusun dari stimulus
pertanyaan atau pernyataan untuk mengungkap atribut – atribut tertentu
melalui respon terhadap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(Azwar, 2012). Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua buah skala, yaitu skala persepsi pengawasan orangtua
bekerja dan skala perilaku seksual.
1. Skala persepsi pengawasan orang tua bekerja
Skala persepsi pengawasan orang tua bekerja ini digunakan untuk
melihat tinggi rendahnya pengawasan yang diterima oleh remaja dari
orang tuanya. Skala ini terdiri dari aitem-aitem favorable dan
unfavorable. Aitem favorable disusun berdasarkan pernyataan yang
mendukung
aspek
pengawasan
orang
tua,
sedangkan
aitem
unfavorable disusun berdasarkan pernyataan yang tidak mendukung
aspek pengawasan orang tua. Aitem yang digunakan ini mengacu pada
dua aspek pengawasan orangtua, yaitu pengetahuan orangtua dan
kualitas hubungan orangtua – anak. Skala persepsi pengawasan
orangtua bekerja ini terdiri dari 30 aitem, dimana 15 aitem bersifat
favorable dan 15 aitem bersifat unfavorable.
Tabel 3.1.
Blueprint Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja (Sebelum Uji
Coba)
Aspek
Aitem
Jumlah
Persentase
7, 16, 8, 24, 28,
6
20 %
6
20 %
Pengetahuan orang tua
Favorable
30
Unfavorable
1, 9, 10, 15, 17,
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Kualitas hubungan
orang tua dan remaja
Favorable
3, 4, 5, 11, 13,
9
30 %
9
30 %
30
100%
21, 22, 23, 29
Unfavorable
2, 6, 12, 14, 19,
20, 25, 26, 27
Total
Skala persepsi pengawasan orang tua bekerja ini disusun
menggunakan skala Likert atau summated ratings. Subjek akan
memilih satu dari empat alternatif jawaban untuk melihat pengawasan
yang diberikan oleh orangtua. Masing-masing aitem akan diberikan
pilihan jawaban “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan
“Sangat Tidak Setuju”.
Tabel 3.2.
Sistem Skoring untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable
Skor
Respon
Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju (SS)
4
1
Setuju (S)
3
2
Tidak Setuju (TS)
2
3
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
4
Berdasarkan sistem skoring tersebut, semakin tinggi skor yang
subjek dapatkan pada skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
juga pengawasan yang subjek dapatkan dari orang tua. Semakin rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
skor yang subjek dapatkan pada skala ini menunjukkan bahwa semakin
rendah pula pengawasan yang subjek dapatkan dari orang tua.
2. Skala Perilaku Seksual
Skala perilaku seksual ini digunakan untuk melihat perilaku
seksual remaja. Skala ini terdiri dari aitem-aitem favorable. Aitem
favorable
disusun
berdasarkan
pernyataan
yang
menunjukkan
perilaku-perilaku seksual. Aitem yang digunakan ini mengacu pada
perilaku-perilaku seksual yaitu masturbasi, simple kissing, deep
kissing, menyentuh (touching), merangsang payudara, stimulasi oral
genital, dan bersenggama. Skala perilaku seksual ini terdiri dari 14
aitem favorable.
Tabel 3.3.
Blueprint Skala Perilaku Seksual (Sebelum Uji Coba)
Aspek
Aitem
Jumlah
Persentase
1, 6
2
14,2 %
11, 13
2
14,2 %
2, 14
2
14,2 %
3, 8
2
14,2 %
Masturbasi
Favorable
Simple Kissing
Favorable
Deep Kissing
Favorable
Menyentuh (Touching)
Favorable
Merangsang Payudara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Favorable
5, 10
2
14,2 %
7, 12
2
14,2 %
4, 9
2
14,2 %
14
100%
Stimulasi Oral Genital
Favorable
Bersenggama
Favorable
Total
Skala perilaku seksual ini disusun menggunakan skala Likert atau
summated ratings. Subjek akan memilih satu dari empat alternatif
jawaban untuk melihat frekuensi perilaku seksual subjek. Masingmasing aitem akan diberikan pilihan jawaban “Sangat Sering”,
“Sering”, “Pernah”, dan “Tidak Pernah”.
Tabel 3.4.
Sistem Skoring untuk Pernyataan Favorable
Respon
Skor
Sangat Sering (SS)
4
Sering (S)
3
Pernah (P)
2
Tidak Pernah (TP)
1
Peneliti juga memberikan bobot yang berbeda untuk masingmasing perilaku seksual. Pembobotan ini diberikan berdasarkan tingkat
kenikmatan yang dihasilkan tiap-tiap perilaku seksual. Adapun bobot
untuk masing-masing perilaku seksual sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 3.5.
Pemberian Bobot Untuk Setiap Perilaku Seksual
Aspek
Bobot Nilai
Masturbasi
3
Simple Kissing
1
Deep Kissing
1
Menyentuh (Touching)
2
Merangsang Payudara
2
Stimulasi Oral Genital
2
Bersenggama
3
Berdasarkan sistem skoring tersebut, skor untuk skala perilaku
seksual ini diperoleh dari hasil kali frekuensi perilaku dengan bobot
nilai untuk tiap perilaku (frekuensi x bobot).
G. Validitas, Seleksi Aitem, dan Reliabilitas
1. Seleksi Aitem
Seleksi aitem dalam skala psikologi digunakan untuk melihat
atribut yang efektif. Seleksi aitem skala psikologi ini dilihat melalui
daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem
adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau
kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut
yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan indikator
keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala
secara keseluruhan atau yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
total. Seleksi aitem dengan melihat daya diskriminasi aitem ini
digunakan untuk memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras
atau sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh
penyusun (Azwar, 2012).
Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan menggunakan SPSS
for Windows 16,00 untuk melihat korelasi antara distribusi akor aitem
dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu
sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitemtotal (rix) yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda
aitem. Besarnya koefisien korelasi aitem-total bergerak dari 0 sampai
dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya
diskriminasi aitem makan koefisien korelasinya semakin mendekati
angka 1,00. Koefisien yang mendekati angka 0 atau yang memiliki
tanda negatif mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik.
Pemilihan
aitem
berdasarkan
korelasi
aitem-total
biasanya
menggunakan batasan rix ≥ 0,30. Aitem-aitem yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Aitemaitem yang memiliki koefisien korelasinya kurang dari 0,30 dianggap
sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi atau daya beda rendah.
Berikut ini hasil uji daya diskriminasi atau daya beda pada skalaskala yang digunakan setelah uji coba:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
a) Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja
Hasil pengujian daya beda aitem pada skala persepsi
pengawasan orang tua menunjukkan bahwa dari 30 aitem terdapat
23 aitem yang dinyatakan lolos seleksi dan 7 aitem yang koefisien
korelasinya berada di bawah 0,30 atau tidak lolos seleksi. Selain
itu, peneliti melakukan penurunan standar koefisien korelasi
menjadi > 0,25. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan 3 aitem,
sehingga jarak aitem antar indikator tidak jauh berbeda. Penurunan
standar koefisien korelasi aitem total menjadi 0,25 masih dianggap
baik (Azwar, 2012). Aitem-aitem yang gugur adalah aitem nomor
2, 10, 14, dan 27. Berikut ini tabel distribusi skala persepsi
pengawasan orang tua bekerja setelah uji coba.
Tabel 3.6.
Blueprint Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja (Setelah
Uji Coba)
Aspek
Aitem
Jumlah
Persentase
7, 16, 8, 24,
5
19 %
6
23 %
9
34 %
Pengetahuan orang tua
Favorable
28, 30
Unfavorable
1, 9, 15, 17,
18
Kualitas hubungan
orang tua dan remaja
Favorable
3, 4, 5, 11,
13, 21, 22,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
23, 29
Unfavorable
6, 12, 19,
6
23 %
26
100%
20, 25, 26
Total
b) Skala Perilaku Seksual
Hasil pengujian daya beda aitem pada skala perilaku seksual
menunjukkan bahwa dari 14 aitem terdapat 13 aitem yang
dinyatakan lolos seleksi dan 1 aitem yang tidak lolos seleksi atau
koefisien korelasinya berada di bawah 0,30. Aitem yang gugur
tersebut adalah aitem nomor 6. Berikut ini tabel distribusi skala
perilaku seksual setelah uji coba:
Tabel 3.8.
Blueprint Skala Perilaku Seksual (Setelah Uji Coba)
Aspek
Aitem
Jumlah
Persentase
1
1
7,1%
11, 13
2
15,3 %
2, 14
2
15,3 %
3, 8
2
15,3 %
5, 10
2
15,3 %
Masturbasi
Favorable
Simple Kissing
Favorable
Deep Kissing
Favorable
Menyentuh (Touching)
Favorable
Merangsang Payudara
Favorable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Stimulasi Oral Genital
Favorable
7, 12
2
15,3 %
4, 9
2
15,3 %
13
100%
Bersenggama
Favorable
Total
2. Validitas Alat Tes
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana alat
ukur mengukur apa yang dimaksud untuk diukur (Suryabrata dalam
Periantolo, 2015).Validitas ini mengukur akurasi intrumen atau alat
ukur. Penguji menggunakan validitas isi untuk kedua skala dalam
penelitian ini. Validitas isi memastikan bahwa aitem-aitem dalam skala
telah merepresentasikan atau mencerminkan domain konsep (Noor,
2011). Aitem-aitem dalam skala ini harus mewakili komponenkomponen dalam keseluruhan isi objek yang akan diukur (aspek
representasi) dan sejauh mana aitem-aitem tes mencerminkan ciri
perilaku yang akan diukur (aspek relevansi). Validitas isi ini diestimasi
lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau
professional
judgement
professional judgement
pembimbing skripsi.
(Azwar,
2007).
Validitas
isi
melalui
dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas ini
menunjukkan tingkat kemantapan atau konsistensi dari alat ukur
melalui hasil pengukuran. Suatu alat ukur dikatakan konsisten, jika alat
ukur tersebut menunjukkan hasil yang sama dalam kondisi yang sama
ketika mengukur sesuatu berulang kali (Noor, 2011). Pengukuran yang
tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya
karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan
faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya.
Pengukuran yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten pula dari
waktu ke waktu (Azwar, 2006).
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang
angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin
tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin
tinggi reliabilitas. Koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0
berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2006).
Kedua skala yang digunakan diuji reliabilitasnya menggunakan
Alpha Cronbach melalui SPSS for Windows 16.00. Koefisien
reliabilitas yang didapatkan pada skala persepsi pengawasan orang tua
bekerja sebelum seleksi aitem sebesar 0,897 dan setelah seleksi aitem
sebesar 0,901. Koefisien reliabilitas yang didapatkan pada skala
perilaku seksual sebelum seleksi aitem sebesar 0,967 dan setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
seleksi aitem sebesar 0,972. Hal ini menunjukkan bahwa kedua skala
yang digunakan dapat dikatakan reliabel karena koefisien reliabilitas
yang diperoleh mendekati 1,00.
H. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengolah data penelitian, sehingga
dapat disimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat digunakan dalam
menjawab masalah yang diangkat oleh peneliti. Metode analisis data pada
penelitian ini melalui uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas
digunakan untuk melihat sebaran populasi dalam data penelitian. Jika nilai
p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian memiliki sebaran
data yang normal, tetapi jika nilai p < 5 maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini memiliki sebaran data yang tidak normal. Uji linearitas
dilakukan untuk melihat linearitas hubungan antara variabel terikat dengan
variabel bebas. Uji linearitas ini dilakukan menggunakan test for linearity
melalui program SPSS for windows versi 16.00. Hubungan kedua variabel
dikatakan linear jika signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05.
Uji hipotesis dapat dilakukan dengan analisa korelasi Pearson
Product Moment, jika data penelitian normal dan linear. Akan tetapi, uji
hipotesis akan dilakukan dengan analisa korelasi Spearman Rank, jika data
penelitian tidak normal dan atau tidak linear. Penghitungan tersebut
dilakukan dengan SPSS for Windows versi 16.00. Analisa ini digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
untuk melihat hubungan antara persepsi pengawasan orang tua bekerja
dengan perilaku seksual remaja.
I. Prosedur Pengambilan Data
Pada penelitian ini peneliti melalui dua langkah untuk mengambil
data penelitian, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Berikut
langkah-langkah yang dilakukan peneliti:
1. Tahap Persiapan
a) Menyusun alat ukur
Alat ukur dalam penelitian ini berupa skala. Terdapat dua skala
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala persepsi
pengawasan orang tua dan skala perilaku seksual.
b) Melakukan uji coba skala
Uji coba skala dilakukan di Yogyakarta pada bulan September
2015. Peneliti melaksanakan uji coba skala penelitian ini pada 50
subjek. Subjek dipilih sesuai dengan kemiripan kriteria subjek
untuk penelitian ini yaitu remaja berusia 11-21, pernah berpacaran,
dan memiliki kedua orang tua bekerja.
c) Menganalisis aitem-aitem pada skala
d) Mengolah data hasil uji coba
e) Menganalisis data dan menentukan aitem-aitem yang akan
digugurkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2. Tahap Pelaksanaan
a) Mempersiapkan
alat
ukur
yang
akan
digunakan
untuk
pengumpulan data
Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data pada
penelitian ini sebanyak 2 skala penelitian. Skala yang digunakan
adalah skala persepsi pengawasan orang tua sebanyak 26 aitem dan
skala perilaku seksual sebanyak 13 aitem.
b) Proses pengambilan data
Peneliti melaksanakan pengambilan data dengan menyebar
skala penelitian pada bulan Januari 2016 di Kota Batam. Skala
penelitian ini akan diberikan kepada siswa-siswa SMP dan SMA,
serta mahasiswa di Kota Batam.
c) Menganalisis data penelitian dengan menggunakan program SPSS
for Windows versi 16.00
d) Membuat pembahasan berdasarkan hasil analisis
e) Membuat kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan memasukkan surat ijin
penelitian ke beberapa sekolah di Batam. Peneliti membawa surat ijin
penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma beserta proposal
penelitian dan alat ukur penelitian berupa skala penelitian. Peneliti
memasukkan ijin penelitian ke beberapa sekolah, akan tetapi ada salah satu
kepala sekolah yang menolak ijin penelitian dengan alasan bahwa topik
penelitian ini masih dianggap tabu. Setelah proses perijinan penelitian ini
berlangsung, peneliti melaksanakan penelitian di 6 sekolah dan salah satu
kampus di Batam. Adapun sekolah-sekolah dan kampus tersebut adalah:
1. SMP Katolik Yos Sudarso
2. SMP Kristen Immanuel
3. SMA Katolik Yos Sudarso
4. SMA Kristen Immanuel
5. SMA Kartini
6. SMK Kartini
7. Politeknik Negeri Batam
Perijinan dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari tanggal 18 – 29
Januari 2016 di kota Batam. Pengambilan data untuk penelitian di SMP
Katolik Yos Sudarso dilangsungkan pada tanggal 19 Januari 2016, SMA
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Katolik Yos Sudarso pada tanggal 21 Januari 2016, SMP Kristen Immanuel
serta SMA Kristen Immanuel pada tanggal 22 Januari 2016, SMA Kartini
pada tanggal 26 Januari 2016, SMK Kartini pada tanggal 27 Januari 2016, dan
di Politeknik Negeri pada tanggal 28 – 29 Januari 2016. Penelitian di sekolahsekolah dilakukan dengan cara masuk ke kelas yang dijadwalkan dan
membagikan
skala
penelitian
serta
memberikan
instruksi
untuk
pengerjaannya. Peneliti menanyakan kesediaan subjek untuk berpartisipasi
dalam penelitian, membagikan skala penelitian serta memberikan instruksi
pengerjaan ketika melakukan penelitian di kampus. Peneliti sempat
mengalami kendala ketika sedang melakukan pengambilan data di kampus
Politeknik. Hal ini dikarenakan kampus Politeknik baru saja memasuki masa
liburan setelah ujian akhir semester, sehingga tidak banyak mahasiswa yang
masih berada di kampus.
B. Deskriptif Data Penelitian
Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 11 hingga 21
tahun dan memiliki kedua orang tua yang bekerja. Peneliti menyebarkan skala
penelitian kepada 260 subjek yang sesuai dengan kriteria, akan tetapi hanya
253 subjek yang memenuhi syarat dalam pengisian skala. Data demografi
subjek penelitian dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.1.
Data Usia Subjek Penelitian
Usia
Jumlah
Persentase
13 tahun
2 orang
0,79 %
14 tahun
39 orang
15,41 %
15 tahun
81 orang
32,02 %
16 tahun
72 orang
28,46 %
17 tahun
37 orang
14,62 %
18 tahun
10 orang
3,95 %
19 tahun
2 orang
0,79 %
20 tahun
3 orang
1,19 %
21 tahun
7 orang
2,77 %
253 orang
100 %
Total
Tabel 4.2.
Data Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki
120 orang
47,43 %
Perempuan
133 orang
52,57 %
Total
253 orang
100 %
Tabel 4.3.
Data Pendidikan Subjek Penelitian
Jenjang Pendidikan
Jumlah
Persentase
SMP
74 orang
29,25 %
SMA / SMK
162 orang
63,03 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kuliah
Total
17 orang
6,72 %
253 orang
100 %
Tabel 4.4.
Data Tempat Tinggal Subjek Penelitian
Tinggal Bersama
Kos
Orang tua
Saudara lainnya
Total
Jumlah
Persentase
1 orang
0,39 %
249 orang
98,42 %
3 orang
1,19 %
253 orang
100 %
Tabel 4.5.
Data Status Berpacaran Subjek Penelitian
Status Berpacaran
Jumlah
Persentase
Punya pacar
63 orang
24,90 %
Tidak punya pacar
93 orang
36,76 %
Belum pernah berpacaran
97 orang
38,34 %
Total
253 orang
100 %
Pernah berpacaran
C. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian ini menunjukkan informasi mengenai keadaan
subjek terhadap variabel yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan cara
membandingkan penghitungan skor mean teoritik dan skor mean empirik serta
melihat signifikansi dari kedua skor mean.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
1. Analisis Data Penelitian
Berikut ini hasil penghitungan mean empirik dan mean teoritik untuk
kedua variabel, yakni pengawasan orang tua dan perilaku seksual subjek
secara keseluruhan:
Tabel 4.6.
Deskripsi Data Penelitian
Mean Empirik
Mean Teoritik
Variabel
Pengawasan
t
Sig.
Min
Max
Mean
Min
Max
Mean
41
101
75,95
26
104
65
18.482
25
73
28,87
13
156
84,5
-126.338 0,000
0,000
Orang Tua
Perilaku
Seksual
Berdasarkan deskripsi data penelitian di atas, dapat dilihat bahwa mean
empirik pengawasan orang tua sebesar 75,95 sedangkan mean teoritik
pengawasan orang tua sebesar 65. Skor ini menunjukkan bahwa mean
empirik pengawasan orang tua lebih besar daripada mean teoritik orang
tua. Pada tabel di atas juga dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
pengawasan orang tua yang diperoleh sebesar 0,000 yang menunjukkan
bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua subjek
pada penelitian ini tergolong tinggi dan signifikan.
Pada variabel perilaku seksual, dapat dilihat bahwa mean empirik yang
diperoleh sebesar 28,87, sedangkan mean teoritiknya sebesar 84,5. Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
ini menunjukkan bahwa mean empirik perilaku seksual lebih kecil
daripada skor mean teoritik. Nilai signifikansi perilaku seksual sebesar
0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik
signifikan berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa perilaku seksual subjek pada penelitian ini tergolong rendah dan
signifikan.
Tabel 4.7.
Deskripsi Data Penelitian Perilaku Seksual
Sexual Self Simple
Deep
Stimulation Kissing
Kissing
TP
233
P
19
S
1
SS
0
Total
253
Touching
92,1 194 76,7 203 80,2 213 84,2
%
%
%
%
7,5 45 17,8 39 15,4 30 11,8
%
%
%
%
0,4 10 3,9
6
2,4
9
3,5
%
%
%
%
0%
4
1,6
5
2% 1
0,4
%
%
100 253 100 253 100 253 100
%
%
%
%
Stimulation Oral
Sexual
of
Intercourse
the Genital
Breasts
Stimulation
225
88,9
%
10,3
%
0,8
%
0%
244
100
%
253
26
2
0
253
6
3
0
96,4
%
2,4
%
1,2
%
0%
240
100
%
253
Berdasarkan deskripsi data penelitian perilaku seksual di atas, subjek
yang belum pernah melakukan sexual self stimulation (masturbasi) sebesar
92,1 %, pernah melakukan sebesar 7,5 %, sering melakukan sebesar 0,4
%, dan tidak ada subjek yang sangat sering melakukan masturbasi. Subjek
yang tidak pernah melakukan simple kissing sebesar 76,7 %, pernah
melakukan sebesar 17,8 %, sering melakukan sebesar 3,9 %, dan sangat
11
2
0
94.9
%
4,3
%
0,8
%
0%
100
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
sering melakukan simple kissing sebesar 1,6 %. Subjek yang tidak pernah
melakukan deep kissing sebesar 80,2 %, pernah melakukan 15,4 %, sering
melakukan sebesar 2,4 %, dan yang sangat sering melakukan sebesar 2 %.
Subjek yang tidak pernah melakukan touching atau meraba pasangan
sebesar 84,2 %, pernah melakukan 11,8 %, sering meraba pasangan
sebesar 3,5 %, dan subjek yang sangat sering sebesar 0,4%. Subjek yang
tidak pernah melakukan stimulation of the breasts sebesar 88,9 %, pernah
melakukan sebesar 10,3 %, sering melakukan sebesar 0,8 %, dan tidak ada
subjek yang sangat sering melakukannya. Subjek yang tidak pernah
melakukan oral genital stimulation sebesar 96,4 %, pernah melakukan
sebesar 2,4 %, sering melakukan sebesar 1,2 %, dan tidak ada subjek yang
sangat sering melakukan oral genital stimulation. Pada perilaku sexual
intercourse terdapat 94,9 % subjek yang tidak pernah melakukannya, 4,3
% subjek pernah melakukan, 0,8 % sering melakukan, dan tidak ada
subjek yang sangat sering melakukannya.
Tabel 4.8.
Data Pasangan Perilaku Seksual Subjek Penelitian
Pasangan Perilaku Seksual
Jumlah
Persentase
Pacar atau mantan pacar
52
82,53 %
Teman
9
14,28 %
Pacar dan teman
2
3,17 %
63
100 %
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Peneliti menambahkan pertanyaan tidak wajib mengenai pasangan
subjek ketika melakukan perilaku seksual. Peneliti meminta subjek untuk
menjawab pertanyaan tersebut apabila subjek pernah melakukan minimal
salah satu perilaku seksual berpasangan. Ada 63 subjek dari total subjek
keseluruhan yang menjawab pertanyaan tambahan tersebut. Dapat dilihat
dari tabel data pasangan perilaku seksual subjek penelitian bahwa 82,53 %
subjek mengaku melakukan perilaku-perilaku seksual bersama dengan
pacar atau mantan pacar, 14,28 % mengaku melakukan bersama teman dan
3,17 % melakukannya bersama pacar dan teman.
2. Analisis Tambahan Data Penelitian
Ada beberapa analisis tambahan dari data penelitian yang berkaitan
dengan kelompok subjek menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta
status berpacaran subjek penelitian. Berikut tabel serta penjelasan dari
masing-masing analisis subjek:
Tabel 4.9.
Deskripsi Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin
Variabel / Subjek
Pengawasan Orang Tua
Perempuan
Laki-laki
Perilaku Seksual
Perempuan
Laki-laki
n
Mean
Empirik
Mean
Teoritik
Sig.
133
120
77,74
73,97
65
65
0,000
0,000
133
120
26,92
31,04
84,5
84,5
0,000
0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel
deskripsi
data
penelitian
menurut
jenis
kelamin
menunjukkan bahwa mean empirik pengawasan orang tua pada subjek
perempuan sebesar 77,74 sedangkan mean teoritiknya sebesar 65. Mean
empirik pengawasan orang tua pada subjek laki-laki sebesar 73,97
sedangkan mean teoritiknya sebesar 65. Hal ini menunjukkan bahwa mean
empirik pengawasan orang tua pada kedua kelompok subjek lebih tinggi
daripada mean teoritiknya. Nilai signifikansi pengawasan orang tua yang
diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa
mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini
dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua pada kedua kelompok
subjek yakni perempuan dan laki-laki dapat dikatakan tergolong tinggi dan
signifikan.
Pada variabel perilaku seksual, dapat dilihat bahwa skor mean
empirik yang diperoleh subjek perempuan maupun laki-laki lebih kecil
dibanding skor mean teoritiknya. Pada subjek perempuan mean empirik
sebesar 26,92 dan mean teoritik sebesar 84,5 sedangkan pada subjek lakilaki mean empirik sebesar 31,04 dan mean teoritik sebesar 84,5. Nilai
signifikansi perilaku seksual yang diperoleh kedua kelompok subjek
sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik
signifikan berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seksual pada dua
kelompok subjek yakni perempuan dan laki-laki tergolong rendah dan
signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar 4.1.
Diagram Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin
100
80
60
Perempuan
40
Laki-laki
20
0
Pengawasan Orang Tua
Perilaku Seksual
Jika dilihat dari diagram data penelitian menurut jenis kelamin di
atas, subjek perempuan mendapatkan pengawasan orang tua yang lebih
tinggi dibanding subjek laki-laki, akan tetapi perilaku seksual subjek
perempuan lebih rendah dibanding subjek laki-laki.
Gambar 4.2.
Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Jenis Kelamin
35
30
25
20
15
10
5
0
Perempuan
Laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Dari diagram data penelitian perilaku seksual menurut jenis kelamin
dapat dilihat bahwa perilaku seksual subjek laki-laki lebih tinggi dari
subjek perermpuan, terutama pada perilaku sexual self stimulation atau
masturbasi.
Tabel 4.10.
Tabel Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan
Variabel / Subjek
Pengawasan Orang Tua
SMP
SMA/SMK
Mahasiswa
Perilaku Seksual
SMP
SMA/SMK
Mahasiswa
n
Mean
Empirik
Mean
Teoritik
Sig.
74
162
17
75,80
75,92
76,96
65
65
65
0,000
0,000
0,000
74
162
17
27,08
29,60
29,82
84,5
84,5
84,5
0,000
0,000
0,000
Berdasarkan data pada tabel 4.10, dapat kita lihat bahwa mean
empirik pengawasan orang tua dari 3 kelompok subjek lebih besar
daripada mean teoritik. Mean empirik yang diperoleh subjek SMP sebesar
75,80, subjek SMA/SMK sebesar 75,92, subjek mahasiswa sebesar 76,96,
sedangkan mean teoritiknya sebesar 65. Mean empirik yang lebih besar
daripada mean teoritik ini menunjukkan bahwa pengawasan orang tua
yang didapatkan ketiga kelompok subjek tergolong tinggi. Nilai
signifikansi pengawasan orang tua yang diperoleh ketiga kelompok subjek
sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa
pengawasan orang tua yang didapatkan ketiga kelompok subjek tergolong
tinggi dan signifikan.
Pada
variabel
perilaku
seksual,
ketiga
kelompok
subjek
mendapatkan mean empirik yang lebih kecil daripada mean teoritiknya.
Mean empirik subjek SMP sebesar 27,08, subjek SMA sebesar 29,60,
subjek mahasiswa sebesar 29,82, sedangkan mean teoritiknya sebesar
84,5. Mean empirik yang lebih kecil daripada mean teoritik ini
menunjukkan bahwa perilaku seksual ketiga kelompok subjek tergolong
rendah. Nilai signifikansi perilaku seksual yang diperoleh ketiga kelompok
subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean
teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa
perilaku seksual ketiga kelompok subjek tergolong rendah dan signifikan.
Gambar 4.3.
Diagram Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan
100
80
60
SMP
40
SMA/SMK
20
Mahasiswa
0
Pengawasan Orang Tua
Perilaku Seksual
Diagram data penelitian menurut tingkat pendidikan menunjukkan
bahwa pengawasan orang tua yang didapatkan subjek SMP, SMA/SMK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
maupun mahasiswa tidak terlalu jauh berbeda. Pada variabel perilaku
seksual, dapat dilihat bahwa perilaku subjek SMP lebih rendah daripada
SMA/SMK dan mahasiswa. Akan tetapi, perilaku seksual SMA/SMK dan
mahasiswa tidak jauh berbeda.
Gambar 4.4.
Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Tingkat Pendidikan
35
30
25
20
15
10
5
0
Diagram
SMP
SMA/SMK
Mahasiswa
data
penelitian
perilaku
seksual
menurut
tingkat
menunjukkan bahwa perilaku seksual subjek SMA/SMK dan mahasiswa
lebih tinggi dari subjek SMP, dimana perilaku seksual subjek SMA/SMK
dan mahasiswa hampir sama tingginya. Akan tetapi, perilaku seksual
subjek mahasiswa lebih rendah dari subjek SMA/SMK pada beberapa
perilaku, yakni sexual self stimulation atau masturbasi, oral genital
stimulation, dan sexual intercourse atau bersenggama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 4.11.
Data Penelitian Menurut Status Berpacaran
Variabel / Subjek
Pengawasan Orang Tua
Pernah Berpacaran
Belum Pernah Berpacaran
Perilaku Seksual
Pernah Berpacaran
Belum Pernah Berpacaran
n
Mean
Empirik
Mean
Teoritik
Sig.
156
97
76,11
75,70
65
65
0,000
0,000
156
97
30,31
26,56
84,5
84,5
0,000
0,000
Berdasarkan data pada tabel data penelitian menurut status berpacaran
dapat kita lihat bahwa mean empirik pengawasan orang tua pada kedua
kelompok subjek lebih besar daripada mean teoritik. Subjek yang
mengatakan pernah berpacaran diperoleh mean empirik sebesar 76,11
sedangkan mean teoritiknya 65. Subjek yang belum pernah berpacaran,
mean empiriknya sebesar 75,70 dan mean teoritiknya sebesar 65. Mean
empirik pengawasan orang tua yang lebih besar daripada mean teoritik ini
menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang diperoleh kedua
kelompok subjek tergolong tinggi. Nilai signifikansi pengawasan orang
tua yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang
menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda.
Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua yang
didapatkan kedua kelompok subjek tergolong tinggi dan signifikan.
Pada variabel perilaku seksual, mean empirik yang diperoleh kedua
kelompok subjek lebih kecil daripada mean teoritiknya. Mean empirik
yang diperoleh subjek yang pernah berpacaran sebesar 30,11 dan subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
yang belum pernah berpacaran sebesar 26,56 sedangkan mean teoritik
yang diperoleh sebesar 84,5. Mean empirik yang lebih kecil dari mean
teoritik ini menunjukkan bahwa perilaku seksual yang diperoleh kedua
kelompok subjek tergolong rendah. Nilai signifikansi perilaku seksual
yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan
bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan
data ini dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual kedua kelompok subjek
tergolong rendah dan signifikan.
Gambar 4.5.
Diagram Data Penelitian Menurut Status Berpacaran
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pernah Berpacaran
Belum Pernah
Berpacaran
Pengawasan Orang Perilaku Seksual
Tua
Berdasarkan diagram data penelitian menurut status berpacaran di atas,
dapat dilihat bahwa pengawasan yang didapatkan subjek pernah
berpacaran maupun yang belum pernah berpacaran tidak terlalu jauh
berbeda. Akan tetapi, subjek yang pernah berpacaran memiliki perilaku
seksual yang lebih tinggi dari subjek yang belum pernah berpacaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 4.6.
Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Status Berpacaran
35
30
25
20
15
10
5
0
Pernah Berpacaran
Belum Pernah Berpacaran
Diagram data penelitian perilaku seksual menurut status berpacaran
menunjukkan bahwa perilaku seksual subjek yang pernah berpacaran lebih
tinggi dari subjek yang belum pernah berpacaran. Hal ini terjadi di semua
perilaku seksual yang diteliti.
D. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah sampel yang
diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik KolmogorovSmirnov Test melalui program SPSS for windows versi 16.00. Data
penelitian dikatakan normal apabila nilai signifikansi (p) lebih besar
dari 0,05 (Sugiyono, 2015). Berikut tabel hasil uji normalitas:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel 4.12.
Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Kolmogorov-
Asymp. Sig
Smirnov Z
(2-tailed)
Pengawasan Orang Tua
0,900
0,393
Perilaku Seksual
4,614
0,000
Variabel
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa siginifikansi
pengawasan orang tua sebesar 0,393. Hal ini menunjukkan bahwa
pengawasan orang tua memiliki sebaran data yang normal. Pada
perilaku seksual signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa sebaran data yang dimiliki perilaku seksual tidak
normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat linearitas hubungan antara
variabel terikat dengan variabel bebas. Uji linearitas ini dilakukan
menggunakan test for linearity melalui program SPSS for windows
versi 16.00. Hubungan kedua variabel dikatakan linear jika signifikansi
(p) lebih kecil dari 0,05. Berikut tabel hasil uji linearitas:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel 4.13.
Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel
F
Sig.
Pengawasan
(Combined)
1.165
0,238
Orang tua *
Linearity
7.794
0,006
Perilaku
Deviation
Seksual
Linearity
1.014
0,456
from
Berdasarkan hasil uji linearitas di atas, dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi (p) pengawasan orang tua dengan perilaku seksual sebesar
0,006. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pengawasan
orang tua dengan perilaku seksual linear.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan pengujian korelasi
Spearman’s Rho melalui program SPSS for windows versi 16.00. Hal ini
dikarenakan sebaran data perilaku seksual tidak terdistribusi normal.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan pengujian satu ekor (1-tailed)
dikarenakan hipotesis sudah berarah. Berikut ini tabel hasil uji hipotesis:
Tabel 4.14.
Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Variabel
Correlation Coefficient
Sig. (1-tailed)
Pengawasan Orang Tua
-0,238
0,000
* Perilaku Seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis di atas, dapat dilihat bahwa
koefisien korelasi pengawasan orang tua dan perilaku seksual sebesar 0,238 dengan nilai signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pengawasan orang tua
dan perilaku seksual. Semakin tinggi pengawasan orang tua maka semakin
rendah perilaku seksual, begitu juga sebaliknya. Hipotesis penelitian ini
diterima.
E. Pembahasan
Hasil uji hipotesis ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara pengawasan orang tua dan perilaku seksual yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi pengawasan orang tua maka semakin
rendah perilaku seksual. Semakin rendah pengawasan orang tua maka semakin
tinggi perilaku seksual remaja.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Diclemente,
Wingood, Crosby, Sionean, Cobb, Harrington, dan Oh (2001) yang melihat
pengaruh rendahnya pengawasan orang tua pada perilaku kesehatan remaja
yang berbahaya. Diclemente dkk. (2001) menemukan bahwa ada hubungan
antara rendahnya pengawasan orang tua dengan perilaku kesehatan yang
berbahaya pada remaja. Diclemente dkk. (2001) mengatakan remaja yang
mendapatkan pengawasan orang tua yang rendah akan lebih memungkinkan
memiliki hasil tes yang positif untuk penyakit menular seksual, tidak
menggunakan kondom pada hubungan seksual terakhir, memiliki beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
pasangan seksual dalam waktu 6 bulan terakhir, memiliki pasangan seksual
yang berisiko, memiliki pasangan seksual yang baru dalam 30 hari terakhir,
dan tidak menggunakan alat kontrasepsi selama hubungan seksual terakhir.
Selain perilaku seksual berbahaya, Diclemente dkk. juga menemukan bahwa
remaja yang mendapat pengawasan orang tua yang rendah pernah
menggunakan ganja dan menggunakan ganja lebih sering dalam 30 hari
terakhir, mengkonsumsi alkohol dan sering mengkonsumsi alkohol dalam 30
hari terakhir, pernah ditangkap atau ditahan, dan pernah terlibat dalam
perkelahian dalam 6 bulan terakhir.
Hasil asumsi pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan orang
tua bekerja di kota Batam tergolong tinggi dan perilaku seksual remaja Batam
masih tergolong rendah. Tingginya tingkat biaya hidup di Batam yang
memaksa kedua orang tua untuk bekerja dan tingginya angka seksualitas di
Batam tidak serta merta mempengaruhi pengawasan orang tua dan perilaku
seksual remaja Batam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun
orang tua di Batam keduanya bekerja untuk memenuhi biaya hidup yang
tinggi, orang tua tetap melakukan pengawasan terhadap anak remajanya.
Kesibukan para orang tua bekerja ini tidak begitu saja mengurangi
pengetahuan orang tua akan kegiatan remajanya dan tidak menurunkan
kualitas hubungan orang tua dan anak. Orang tua bekerja di Batam masih
dapat mengatur stres bekerja sehingga suasana di rumah tetap hangat dan
dapat membangun hubungan orang tua anak yang mendukung. Sebagian besar
subjek mengatakan bahwa subjek masih tinggal bersama orang tua. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
menjadikan orang tua lebih mudah mengawasi remajanya karena orang tua
masih sering bertemu dan bertatap muka dengan remajanya. Subjek penelitian
yang sebagaian besar merupakan siswa SMP dan SMA sederajat ini juga
memudahkan orang tua memberikan pengawasan kepada anak remajanya. Hal
ini dikarenakan sebagian besar waktu subjek sudah terjadwal dan cenderung
tetap serta memiliki rutinitas yang hampir sama.
Hubungan yang hangat dan mendukung ini akan membuat orang tua lebih
mendengarkan remaja menceritakan pengalaman dan dapat meningkatkan
pengetahuan orang tua mengenai kegiatan remajanya (Bacchini, 2011).
Kehangatan dan dukungan di dalam keluarga ini dapat meningkatkan
keterbukaan dan munculnya rasa nyaman pada remaja untuk bercerita kepada
orang tuanya mengenai pengalaman-pengalaman dan kegiatan mereka.
Adanya kehangatan dan dukungan di dalam keluarga ini dapat membantu
remaja mengatasi pengalaman emosi negatif yang mereka dapatkan (Bacchini,
2011), serta memberikan persepsi kepada remaja bahwa ada orang-orang yang
perhatian dan memperhatikan mereka (Lippold, 2013) sehingga remaja akan
berpikir kembali sebelum melakukan perilaku yang tidak diinginkan, salah
satunya yaitu perilaku seksual. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya angka
seksualitas di Batam tidak begitu saja mempengaruhi perilaku seksual remaja
karena masih adanya pengawasan dari orang tua.
Pengawasan orang tua yang didapatkan oleh remaja ini agak sedikit
berbeda antara remaja perempuan dan laki-laki. Hasil pada penelitian ini
menunjukkan bahwa remaja perempuan mendapatkan pengawasan orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
yang lebih tinggi dari remaja laki-laki. Hal ini bisa saja dikarenakan remaja
perempuan mengalami pubertas yang lebih dahulu daripada remaja laki-laki
sehingga para orang tua merasa perlu memberikan pengawasan yang lebih
kepada remaja perempuan untuk membahas mengenai pubertas serta akibatakibat dari kematangan organ tubuh remaja. Remaja perempuan yang
mendapatkan pengawasan orang tua yang baik menjadikan remaja dapat
mengatasi
dan
mengkomunikasikan
pengalaman-pengalaman
yang
didapatkannya kepada orang tua. Kualitas hubungan dan komunikasi yang
baik serta adanya rasa nyaman menjadikan remaja merasa diterima dan merasa
bahwa dirinya diperhatikan (Lippod, 2013) sehingga remaja perempuan dapat
mengatasi pengalaman-pengalaman negatifnya dan memikirkan kembali
sebelum melakukan perbuatan yang tidak diinginkan (Bacchini, 2011).
Pengawasan orang tua yang diperoleh remaja perempuan ini berkorelasi
dengan rendahnya perilaku seksual remaja perempuan.
Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan subjek yang terbagi menjadi
tiga yaitu SMP, SMA/SMK serta mahasiswa, pengawasan orang tua yang
diberikan pada masing-masing kelompok subjek hampir sama tingginya.
Secara keseluruhan perilaku seksual ketiga kelompok subjek ini masih
tergolong rendah, akan tetapi perilaku seksual subjek SMA/SMK dan subjek
mahasiswa terlihat lebih tinggi daripada subjek SMP. Hal ini berkaitan dengan
perkembangan pemahaman moral yang dikemukakan oleh Kohlberg (Papalia,
2008). Subjek yang masih dalam tingkat pendidikan SMP dimungkinkan
masih berada diantara tingkat prakonvensional dan tingkat konvensional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Subjek berusaha mematuhi perintah-perintah yang ada untuk menghindari
hukuman dan ingin dilihat sebagai anak “baik” untuk mempertahankan
tatanan sosial, sehingga subjek remaja SMP cenderung masih menghindari
perilaku-perilaku yang tidak diinginkan maupun yang perilaku yang dilarang
oleh lingkungan terutama oleh orang tua agar remaja terhindar dari hukuman
dan tetap dipandang menjadi anak yang baik.
Subjek dengan tingkat pendidikan SMA dimungkinkan berada pada
tingkat moralitas konvensional (moralitas peran konformitas konvensional).
Orang-orang yang berada dalam tahap ini berusaha untuk memuaskan orang
lain. Pengaruh lingkungan yang cukup kuat menjadikan remaja mengikuti
standar figur otoritas dan melakukan perilaku konformitas agar diterima oleh
kelompok.
Keyakinan
bahwa
sebagian
besar
teman-teman
sudah
melakukannya mendorong remaja juga ikut melakukan perilaku seksual
tersebut agar diterima oleh teman-temannya.
Subjek mahasiswa dimungkinkan berada antara tingkat konvensional
(moralitas peran konformitas konvensional) atau tingkat post-konvensional
(moralitas prinsip moral otonom). Pengaruh lingkungan dan konformitas
kelompok berpengaruh dalam moral seseorang, yaitu melakukan hal yang
dianggap benar oleh lingkungan atau mulai membuat keputusan sendiri
berdasarkan prinsip hak, kesetaraan dan keadilan. Dalam tahap ini seseorang
akan berpikir kembali apakah akan mengikuti dan melakukan hal-hal yang
dilakukan oleh lingkungan atau mulai mengambil keputusan sendiri yang
berdasarkan banyak hal, tidak semata-mata mengikuti kemauan lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Jika dilihat dari data yang ada, perilaku-perilaku seksual subjek
SMA/SMK dan mahasiswa hampir sama tingginya. Akan tetapi, subjek
mahasiswa mendapatkan skor yang lebih rendah dibanding subjek SMA/SMK
pada beberapa perilaku, yakni perilaku masturbasi, oral genital stimulation
dan bersenggama. Hal ini mungkin dikarenakan subjek memahami bahwa
virus penyakit menular seksual seperti HIV (penyebab AIDS) ditularkan
melalui cairan tubuh terutama darah dan sperma, biasanya karena
menggunakan suntikan bersama-sama atau kontak seksual dengan pasangan
yang terinfeksi HIV. Penyakit menular seksual ini tidak hanya ditularkan
melalui hubungan seksual atau bersenggama, beberapa
penyakit menular
seksual seperti pharyngeal gonorrhea dapat ditularkan dengan cara seks oral.
Data penelitian juga menunjukkan bahwa subjek yang mengaku pernah
berpacaran memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi daripada subjek yang
belum pernah berpacaran. Sebagian besar subjek yang mengaku pernah
melakukan perilaku-perilaku seksual berpasangan mengatakan bahwa mereka
melakukannya bersama pacar atau mantan pacar. Hal ini mungkin dikarenakan
subjek berada dalam tahap moralitas konvensional (moralitas peran
konformitas konvensional), dimana remaja berusaha memuaskan dan
mengikuti standar figur otoritas yang dalam hal ini adalah pasangan atau
pacarnya. Survei yang dilakukan Alan Guttmacher Institute atau AGI (dalam
Papalia, 2008) menemukan bahwa 93% remaja perempuan mengatakan
hubungan seks pertama mereka dilakukan bersama pacar dengan sukarela,
walaupun 1/3 dari mereka mengatakan tidak menginginkan hal tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Remaja yang baru memulai hubungan dengan lawan jenis ini juga mau
mengikuti permintaan pacarnya dengan alasan takut berpisah atau putus
hubungan dengan pacarnya. Pengalaman perilaku seksual berpasangan ini
ternyata tidak hanya ditemukan pada subjek yang pernah berpacaran tetapi
juga pada subjek yang belum pernah berpacaran. Subjek yang belum pernah
memiliki pacar akan tetapi pernah melakukan perilaku seksual berpacaran ini
mendapat pengaruh dari lingkungan pertemanannya dimana subjek berada
dalam
tahap
moralitas
konvensional
(moralitas
peran
konformitas
konvensional). Subjek berusaha memenuhi standar figur otoritas yang ada.
Hal ini didukung oleh pengakuan beberapa subjek yang pernah melakukan
perilaku seksual bersama teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian yang menunjukkan koefisien korelasi pengawasan orang tua dan
perilaku seksual sebesar -0,238 dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara pengawasan orang tua dan perilaku seksual. Semakin tinggi
pengawasan orang tua maka semakin rendah perilaku seksual, begitu juga
sebaliknya.
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari beberapa keterbatasan penelitian selama penyusunan
hingga pengolahan data penelitian ini, diantaranya yaitu:
1. Tidak meratanya jumlah subjek dalam penelitian.
Perbandingan jumlah subjek untuk tiap jenjang pendidikan pada penelitian
ini tidak seimbang terutama untuk jumlah subjek yang sedang menempuh
pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan perguruan tinggi yang
peneliti datangi baru saja menyelesaikan ujian akhir semester dan
memasuki masa liburan.
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
2. Subjek dalam penelitian dirasa kurang mewakili remaja Batam.
Hal ini dikarenakan peneliti hanya mengambil sampling remaja Batam
pada beberapa sekolah swasta dan satu kampus.
3. Adanya kemungkinan subjek tidak menjawab bersungguh-sungguh.
4 dari 6 sekolah tempat subjek meneliti ini berbasis agama. Besar
kemungkinan nilai-nilai agama yang ditanam cukup kuat sehingga subjek
merasa malu dan belum menjawab dengan bersungguh-sungguh maupun
sejujur-jujurnya. Selain itu, topik penelitian ini juga masih dianggap tabu
oleh beberapa pihak.
4. Penggunaan subjek di bawah umur.
Usia subjek termuda dalam penelitian ini adalah 13 tahun. Peneliti
menyadari usia subjek yang masih muda dan topik penelitian yang cukup
sensitif ini seharusnya inform consent ditujukan dan disetujui oleh pihak
dewasa yang bertanggung jawab, yaitu orang tua.
C. Saran
1. Bagi Subjek Penelitian
Sebaiknya para remaja memanfaatkan dukungan serta komunikasi yang
baik dengan orang tua untuk membicarakan masalah-masalah remaja
terutama yang berkaitan dengan perilaku seksual dan tetap tidak
terpengaruh dengan tingginya angka seksualitas di kotanya. Remaja juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
sebaiknya menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
untuk mengisi waktu luang.
2. Bagi Orang Tua Bekerja
Kesibukan orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang besar
memang tidak dapat dipungkiri, akan tetapi sebisa mungkin tetap memilah
dan tidak membawa masalah yang terjadi di tempat kerja ke rumah. Orang
tua bekerja sebaiknya tetap membangun suasana hangat dan mendukung di
rumah agar komunikasi antar anggota keluarga tetap berjalan dengan baik
dan tetap mengawasi anaknya dengan tidak bersifat memaksa.
3. Bagi Sekolah
Sekolah adalah lingkungan kedua terdekat pada remaja setelah keluarga.
Alangkah baiknya juga apabila sekolah menjadi tempat dimana remaja
merasa nyaman dan diterima serta didukung. Penerimaan dan dukungan
yang diberikan sekolah dapat membuat remaja merasa diperhatikan dan
memikirkan kembali sebelum remaja melakukan perilaku yang tidak
diinginkan. Hal ini dapat dilakukan oleh wali kelas, guru BP, ataupun guru
lainnya.
4. Bagi Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah dimana terdapat banyak orang tua bekerja, alangkah
baiknya tetap mengkampanyekan pengawasan orang tua kepada anaknya
terutama remaja. Pemerintah juga dapat meminimalisir kemungkinan
faktor lain yang berpengaruh pada perilaku seksual remaja, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
angka perilaku seksual remaja di daerahnya tetap rendah walaupun daerah
tersebut terkenal sebagai salah satu dari 4 kota wisata seks.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan topik yang sama
diharapkan untuk memperhatikan sebaran subjek penelitian. Peneliti
selanjutnya dapat mengambil sampel tidak hanya dari sekolah swasta
umum ataupun berbasis agama, melainkan juga sekolah-sekolah negeri.
Peneliti selanjutnya juga dapat menambah porsi subjek untuk yang sedang
menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan memperhitungkan waktu
pengambilan data. Peneliti juga perlu mempertimbangkan lagi mengenai
persetujuan dari orang dewasa yang bertanggung jawab terutama untuk
subjek yang di bawah umur jika berkaitan dengan topik yang sensitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka
Alfarista, Dina Aprillia, Wantiyah, dan Rahmawati, Iis. (2013). Hubungan
Sumber Informasi dengan Perilaku Seksual Berisiko Remaja di
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa.
Aufa, Safarul, Masbar, Raja, dan Nasir Muhammad. (2013). Pengaruh
Pendapatan Perkapita, Pertumbuhan Penduduk, dan Tingkat Upah
Terhadap Biaya Hidup di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Ilmu Ekonomi. Volume 1, No. 1, Februari 2013
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Azwar, S. (2007). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2007). Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bacchini, Darlo, Miranda, Maria Concetta, dan Affuso, Gaetana. (2011).
Effects of Parental Monitoring and Exposure to Community Violence
oon Antisocial Behavior and Anxiety/Depression Among Adolescents.
Journal of Interpersonal Violence. 26 (2) 269-292
Berk, L. E. (2012). Development Through The Lifespan, Dari Prenatal
Sampai Masa Remaja (Ed. Ke-5, Vol. I). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
BPS. (2005). Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin. ykai.net. Diunduh
tanggal
23
Oktober
2015
dari
http://www.ykai.net/index.php?option=com_content&view=article&id
=158:jumlah-penduduk-menurut-golongan-umur-dan-jeniskelamin&catid=105:tabel&Itemid=119
Budhyati, Arifah. (2012). Pengaruh Internet Terhadap Kenakalan Remaja.
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Periode III
Cewek BP dan BB, Potret Seks Bebas ABG Batam. (2011, 28 Desember).
Tribun Batam. Diunduh tanggal 1 September 2015 dari
http://batam.tribunnews.com/2011/12/28/cewek-bp-dan-bb-potretseks-bebas-abg-batam
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
DiClemente, Ralph J., Wingood, Gina M., Crosby, Richard, Sionean,
Catlainn, Cobb, Brenda K., Harrington, Kathy…… Oh, M. Kim.
(2001). Parental Monitoring: Association With Adolescents’ Risk
Behaviors. Pediatrics Vol. 107 No. 6 June 2001
Dwyer, Kathleen M., Richardson, Jean L., Hansen, William B., Sussman,
Steven Y., Brannon, Bonnie, Dent, Clyde W., …… Flay, Brian R.
(1990). Characterstics of Eight-Grade Students Who Initiate Self-care
in Elementary and Junior High School. Pediatrics Vol. 86 No. 3
September 1990
Empat Kota di Indonesia yang Jadi Tujuan Seks Turis Asing. (2014,
September). Wartainfo.com. Diunduh tanggal 3 April 2015 dari
http://www.wartainfo.com/2014/09/empat-kota-di-indonesia-yangjadi.html
Huffman, Karen, Verno, Mark, dan Vernoy, Judith (2000). Psychology in
Action (5th Edition). New York: John Wiley
Hurlock, E. B. (1955). Adolescent Development. Sydney: McGraw Hill
Kartono, Kartini. (2011). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta:
Rawajali Pers
Kremer, Hendri. (2015, 21 Mei). Prosititusi Online di Batam Suguhkan
Gadis di Bawah Umur. metrotvnews.com. Diunduh tanggal 1
September
2015
dari
http://news.metrotvnews.com/daerah/4KZgB56N-prostitusi-online-dibatam-suguhkan-gadis-di-bawah-umur
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan
Konflik dalam Keluarga (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana
Lippold, Melissa A., Greenberg, Mark T., Graham, John W., dan Feinberg,
Mark E. (2013). Unpacking the Effect of Parental Monitoringon Early
Adolescent Problem Behavior: Mediation by Parental Knowledge and
Moderation by Parent-Youth Warmth. Journal of Family Issues 2014.
Vol. 35 (13) 1800-1823
Mesakh, Eddy. (2014, 1 Desember). 110 Orang Meninggal: Pulau Batam
Darurat HIV!. Kompasiana. Diunduh tanggal 3 April 2015 dari
http://www.kompasiana.com/eddymesakh/110-orang-meninggalpulau-batam-darurat-hiv_54f92f48a33311d33b8b4ec6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Nasution, Hamdan. (2016, 5 Februari). Kenakalan Remaja yang Berujung
Prostitusi. PKBI Pamekasan. Diunduh tanggal 15 Mei 2016.
http://www.pkbipamekasan.com/berita-kenakalan-remaja-yangberujung-prostitusi.html
Noegroho, Agoeng. (2010). Sisi Lain Wajah Remaja Kita: Telaah
Kebenaran Korepondensi Tentang Perilaku Remaja dan Seksualitas.
Purwekerto: UPT Percetakan dan Penerbitan Unsoed
Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi
& Karya Ilmiah (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana
Nursali. (2015, 22 Januari). 40 Persen Pelajar di Batam Telah
Berhubungan Seks. Batamtoday.com. Diunduh tanggal 1 September
2015 dari http://batamtoday.com/berita-52850-40-Persen-Pelajar-diBatam-Telah-Berhubungan-Seks.html
Panuju, Panut, dan Umami, Ida. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta:
Tiara Wacana
Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos, Feldman, Ruth Duskin, dan
Anwar, A.K. (2008). Human Development = Psikologi Perkembangan
: bagian V sampai dengan IX (Edisi 9). Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Periantolo, Jelpa. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah dan
Bermanfaat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Purniawan, Tommy. (2015, 21 Mei). Tarif PSK Bawah Umur di Batam 1
Juta Sekali Kencan. Sindonews.com. Diunduh tanggal 23 Oktober
2015 dari http://daerah.sindonews.com/read/1003888/194/tarif-pskbawah-umur-di-batam-rp1-juta-sekali-kencan-1432215606
Rathus, S.A., Navid, J. S., dan Rathus, L. F. (2008). Human Sexuality. In A
World of Diversit. Seventh Edition. USA: Pearson
Richardson, Jean L., Radziszewska, Barbara, Dent, Clyde W, dan Flay,
Brian R. (1993). Relationship Between After-School Care of
Adolescents and Substance Use, Risk Taking, Depressed Mood, and
Academic Achievement.Pediatrics Vol.93 No. 1 July 1993
Riezky, Yeremia. (2014, 1 Desember). Ribuan Suami Tularkan HIV.
Batampos.co.id.
Diunduh
tanggal
7
April
2015
dari
http://arsip.batampos.co.id/01-12-2014/ribuan-suami-tularkan-hiv/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Santoso, Agung. (2010). Statistik Untuk Psikologi: Dari Blog Jadi Buku.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Santrock. (2007). Remaja (Edisi Kesebelas). Jakarta: Erlangga
Santrock. (2011). Life-span development = Perkembangan masa-hidup
(Edisi 13/Jilid 1). Jakarta: Erlangga
Santrock, John W., (2014). Adolescence (15th Edition). New York:
McGraw-Hill
Sarwono, S.W. (2012). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali
Pers
Shanty, Nor Ida, Suyahmo, dan Sumarto, Slamet. (tanpa tahun). Faktor
Penyebab Kenakalan Remaja Pada Anak Keluarga Buruh Pabrik
Rokok Djarum di Kudus. Jurusan Politik dan Kewarganegaraan
Fajultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang Indonesia.
Steinberg, L. (2002). Adolescent: Sixth Edition. New York: McGraw Hill
Sudarsono. (2012). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono, dan Susanto, Agus. (2015). Cara Mudah Belajar SPSS dan
LISREL: Teori dan Aplikasi Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi
Offset
Zuhri, Syaifuddin, dan Herlina. (2008). Model Pendidikan Seks (Sex
Education) Orang Tua Bagi Remaja Guna Mencegah Seks Pra Nikah
Serta Model Tayangan Alternatif Seksualitas. Jurnal Ilmu-ilmu sosial.
Vol. 8 No. 1 April 2008: 27-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 1
Skala Uji Coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh :
Catarina Chandra Cinitya
109114083
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Salam sejahtera,
Dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas akhir sebagai
mahasiswa, maka saya :
Nama
: Catarina Chandra Cinitya
NIM
: 109114083
Fakultas
: Psikologi
Universitas
: Sanata Dharma
Meminta kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dalam penelitian
saya dengan mengisi skala penelitian ini. Saya sangat mengharapkan teman-teman
mengisi skala ini dengan lengkap pada setiap pernyataan sesuai dengan keadaan,
perasaan, dan pikiran teman-teman yang sebenarnya, sebab tidak ada jawaban
benar atau salah maupun baik atau buruk. Semua jawaban adalah baik apabila
sesuai dengan keadaan teman-teman yang sebenarnya.
Semua jawaban dan identitas teman-teman akan dijamin kerahasiaannya.
Oleh karena itu, saya berharap teman-teman dapat menjawab dengan sejujurjujurnya dan tidak ada pernyataan yang terlewat atau tidak terjawab.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih atas partisipasi teman-teman dalam
penelitian ini.
Yogyakarta, Agustus 2015
Catarina Chandra Ciniya
(Peneliti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Data Diri
Nama/Inisial
:
Usia
:
Jenis kelamin
:
Pendidikan saat ini
:
Tempat tinggal saat ini
: asrama / kos / orang tua / saudara
lainnya *)
Orang tua bekerja
: kedua orang tua / hanya salah satu *)
Status berpacaran
: pernah berpacaran / belum pernah
berpacaran *)
Status berpacaran saat ini
: punya pacar / tidak punya pacar *)
Lama berpacaran
:
Coret yang tidak sesuai*)
Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Saya menyanggupi dan bersedia untuk mengisi skala ini sesuai
dengan keadaan saya yang sebenarnya.
Partisipan,
(……………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
SKALA A
Petunjuk Pengerjaan
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sikap
teman-teman kepada orangtua. Teman-teman dimohon untuk menjawab
pernyataan tersebut dengan cara memberikan tanda centang (V) pada salah satu
kolom jawaban yang menggambarkan diri teman-teman dalam rentangan pilihan
jawaban sebagai berikut:
SS
: Sangat Setuju, apabila pernyataan tersebut selalu Anda
lakukan atau sungguh-sungguh menggambarkan diri Anda.
S
: Setuju, apabila pernyataan tersebut cukup sesuai dengan diri
Anda atau cenderung Anda lakukan.
TS
: Tidak Setuju, apabila penyataan tersebut cenderung tidak
sesuai dengan diri Anda.
STS : Sangat Tidak Setuju, apabila pernyataan tersebut sangat tidak
sesuai dengan diri Anda.
Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada
jawaban yang benar maupun salah. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang sesuai
dengan kondisi teman-teman.
Contoh :
No.
1.
Pernyataan
Orang tua saya mengenal teman-teman
saya
Selamat mengerjakan
SS
V
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
No.
1.
Pernyataan
Orang tua saya membebas kan saya melakukan
kegiatan apapun bersama teman sepulang
sekolah/kuliah
2.
Sahabat adalah orang pertama yang saya ceritakan
masalah saya
3.
Saya mendapat dukungan dari orang tua untuk
menyelesaikan masalah yang saya hadapi
4.
Orang tua saya mendengarkan dengan sepenuh hati
ketika saya bercerita tentang kegiatan saya
5.
Saya merasa orang tua adalah orang yang paling
menenangkan saya ketika saya memiliki masalah
6.
Orang tua saya tidak peduli ketika saya
menceritakan permasalahan saya
7.
Orang tua saya mengenal teman-teman saya
8.
Orang tua saya mengetahui kegiatan yang saya
lakukan dengan teman sepulang sekolah/kuliah
9.
Saya mengikuti kegiatan luar sekolah/kampus tanpa
sepengetahuan orang tua
10.
Orang tua saya mengingat sedikit dari banyak
tempat yang sering saya kunjungi
11.
Saya dengan leluasa menceritakan teman-teman
saya ke orang tua saya
12.
Saya menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa
bantuan dari orang tua
13.
Orang tua mendengarkan ketika saya menceritakan
tempat-tempat menarik yang baru saja saya
kunjungi
14.
Saya merasa tenang jika mendapatkan solusi dari
sahabat saya
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
15.
Saya dan teman saya saja yang mengetahui jadwal
harian saya
16.
Orang tua saya mengetahui tempat-tempat yang
sering saya kunjungi
17.
Orang tua saya hanya mengenal beberapa teman
saya
18.
Orang tua saya menganggap sahabat saya hanya
teman biasa
19.
Saya jarang menceritakan teman-teman saya ke
orang tua saya
20.
Saya cenderung memilih cerita yang akan saya
ceritakan ke orang tua
21.
Orang tua adalah tempat pertama saya
menceritakan masalah saya
22.
Orang tua saya mendengarkan sepenuh hati ketika
saya bercerita permasalahan saya
23.
Saya dengan leluasa menceritakan kepada orang tua
kegiatan yang saya lakukan
24.
Orang tua saya mengetahui les-les atau kegiatan
yang saya ikuti di luar sekolah/kampus
25.
Saya merasa canggung menceritakan kegiatan saya
kepada orang tua
26.
Orang tua saya cuek ketika saya menceritakan
kegiatan saya
27.
Orang tua terlihat tidak tertarik ketika saya
menceritakan tempat-tempat menarik yang baru
saja saya kunjungi
28.
Orang tua saya mengetahui jadwal harian saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
29.
Saya merasa nyaman bercerita mengenai apapun ke
orang tua
30.
Orang tua saya mengenal sahabat saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
SKALA B
Petunjuk Pengerjaan
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan
kegiatan seksual teman-teman. Teman-teman dimohon untuk menjawab
pernyataan tersebut dengan cara memberikan tanda centang (V) pada salah satu
kolom jawaban yang menggambarkan diri teman-teman dalam rentangan pilihan
jawaban sebagai berikut:
SS
: Sangat Sering, apabila pernyataan tersebut sangat sering Anda
lakukan.
S
: Sering, apabila pernyataan tersebut sering Anda lakukan.
P
: Pernah, apabila penyataan tersebut pernah Anda lakukan.
TP
: Tidak Pernah, apabila pernyataan tersebut tidak pernah Anda
lakukan.
Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada
jawaban yang benar maupun salah. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang sesuai
dengan kondisi teman-teman.
Contoh:
No.
1.
Pernyataan
Saya mencium bibir pasangan saya dengan
mulut tertutup
Selamatmengerjakan
SS
V
S
P
TP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
No.
1.
Pernyataan
Saya merangsang alat kelamin saya dengan
tangan saya sendiri
2.
Saya memainkan lidah pasangan saya
ketika berciuman
3.
Saya menyentuh tubuh pasangan saya
untuk merangsang gairah
4.
Saya mengijinkan pasangan saya saat akan
melakukan hubungan seksual dengan saya
5.
Saya membiarkan pasangan menyentuh
payudara menggunakan tangan atau
mulutnya
6.
Saya merangsang alat kelamin saya dengan
alat bantu (guling, dildo, vibrator, atau alat
bantu seks lainnya)
7.
Saya mengajak pasangan saya untuk
(bagi laki-laki) menjilat penis dan buah
zakar saya atau memasukkan penis saya ke
dalam mulutnya
(bagi perempuan) mencium atau menjilat
vagina saya
8.
Saya membiarkan pasangan menyentuh
tubuh saya dengan bergairah
9.
Saya mengajak pasangan untuk melakukan
hubungan seksual dengan saya
10.
Saya
menyentuh
payudara
pasangan
menggunakan tangan atau mulut saya
11.
Saya membiarkan pasangan saya mencium
bibir saya dengan mulut tertutup
12.
Saya membiarkan pasangan saya untuk
(bagi laki-laki) menjilat penis dan buah
SS
S
P
TP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
zakar saya atau memasukkan penis saya ke
dalam mulutnya
(bagi perempuan) mencium atau menjilat
vagina saya
13.
Saya mencium bibir pasangan saya dengan
mulut tertutup
14.
Saya mengijinkan pasangan saya untuk
membuka mulut dan bermain lidah ketika
berciuman
 Terimakasih 
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 2
Skala Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh :
Catarina Chandra Cinitya
109114083
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Salam sejahtera,
Dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas akhir sebagai
mahasiswa, maka saya :
Nama
: Catarina Chandra Cinitya
NIM
: 109114083
Fakultas
: Psikologi
Universitas
: Sanata Dharma
Meminta kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dalam penelitian
saya dengan mengisi skala penelitian ini. Saya sangat mengharapkan teman-teman
mengisi skala ini dengan lengkap pada setiap pernyataan sesuai dengan keadaan,
perasaan, dan pikiran teman-teman yang sebenarnya, sebab tidak ada jawaban
benar atau salah maupun baik atau buruk. Semua jawaban adalah baik apabila
sesuai dengan keadaan teman-teman yang sebenarnya.
Semua jawaban dan identitas teman-teman akan dijamin kerahasiaannya.
Oleh karena itu, saya berharap teman-teman dapat menjawab dengan sejujurjujurnya dan tidak ada pernyataan yang terlewat atau tidak terjawab.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih atas partisipasi teman-teman dalam
penelitian ini.
Batam, Januari 2016
Catarina Chandra Ciniya
(Peneliti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Data Diri
Nama/Inisial
:
Usia
:
Jenis kelamin
:
Pendidikan saat ini
:
Tempat tinggal saat ini
: asrama / kos / orang tua / saudara
lainnya *)
Orang tua bekerja
: kedua orang tua / hanya salah satu *)
Status berpacaran
: pernah berpacaran / belum pernah
berpacaran *)
Status berpacaran saat ini
: punya pacar / tidak punya pacar *)
Lama berpacaran
:
Coret yang tidak sesuai*)
Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Saya menyanggupi dan bersedia untuk mengisi skala ini sesuai
dengan keadaan saya yang sebenarnya.
Partisipan,
(……………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
SKALA A
Petunjuk Pengerjaan
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sikap
teman-teman kepada orang tua. Teman-teman dimohon untuk menjawab
pernyataan tersebut dengan cara memberikan tanda centang (V) pada salah satu
kolom jawaban yang menggambarkan diri teman-teman dalam rentangan pilihan
jawaban sebagai berikut:
SS
: Sangat Setuju, apabila pernyataan tersebut selalu Anda
lakukan atau sungguh-sungguh menggambarkan diri Anda.
S
: Setuju, apabila pernyataan tersebut cukup sesuai dengan diri
Anda atau cenderung Anda lakukan.
TS
: Tidak Setuju, apabila penyataan tersebut cenderung tidak
sesuai dengan diri Anda.
STS : Sangat Tidak Setuju, apabila pernyataan tersebut sangat tidak
sesuai dengan diri Anda.
Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada
jawaban yang benar maupun salah. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang sesuai
dengan kondisi teman-teman.
Contoh :
No.
1.
Pernyataan
Orang tua saya mengenal teman-teman
saya
SS
V
 Selamat mengerjakan 
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
No.
1.
Pernyataan
Orang tua saya membebas kan saya melakukan
kegiatan apapun bersama teman sepulang
sekolah/kuliah
2.
Saya mendapat dukungan dari orang tua untuk
menyelesaikan masalah yang saya hadapi
3.
Orang tua saya mendengarkan dengan sepenuh hati
ketika saya bercerita tentang kegiatan saya
4.
Saya merasa orang tua adalah orang yang paling
menenangkan saya ketika saya memiliki masalah
5.
Orang tua saya tidak peduli ketika saya
menceritakan permasalahan saya
6.
Orang tua saya mengenal teman-teman saya
7.
Orang tua saya mengetahui kegiatan yang saya
lakukan dengan teman sepulang sekolah/kuliah
8.
Saya dan teman saya saja yang mengetahui jadwal
harian saya
9.
Saya dengan leluasa menceritakan teman-teman
saya ke orang tua saya
10.
Saya menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa
bantuan dari orang tua
11.
Orang tua mendengarkan ketika saya menceritakan
tempat-tempat menarik yang baru saja saya
kunjungi
12.
Saya mengikuti kegiatan luar sekolah/kampus tanpa
sepengetahuan orang tua
13.
Orang tua saya mengetahui tempat-tempat yang
sering saya kunjungi
14.
Orang tua saya hanya mengenal beberapa teman
saya
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
15.
Orang tua saya menganggap sahabat saya hanya
teman biasa
16.
Saya jarang menceritakan teman-teman saya ke
orang tua saya
17.
Saya cenderung memilih cerita yang akan saya
ceritakan ke orang tua
18.
Orang tua adalah tempat pertama saya
menceritakan masalah saya
19.
Orang tua saya mendengarkan sepenuh hati ketika
saya bercerita permasalahan saya
20.
Saya dengan leluasa menceritakan kepada orang tua
kegiatan yang saya lakukan
21.
Orang tua saya mengetahui les-les atau kegiatan
yang saya ikuti di luar sekolah/kampus
22.
Saya merasa canggung menceritakan kegiatan saya
kepada orang tua
23.
Orang tua saya cuek ketika saya menceritakan
kegiatan saya
24.
Orang tua saya mengetahui jadwal harian saya
25.
Saya merasa nyaman bercerita mengenai apapun ke
orang tua
26.
Orang tua saya mengenal sahabat saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
SKALA B
Petunjuk Pengerjaan
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan
kegiatan seksual teman-teman. Teman-teman dimohon untuk menjawab
pernyataan tersebut dengan cara memberikan tanda centang (V) pada salah satu
kolom jawaban yang menggambarkan diri teman-teman dalam rentangan pilihan
jawaban sebagai berikut:
SS
: Sangat Sering, apabila pernyataan tersebut sangat sering Anda
lakukan.
S
: Sering, apabila pernyataan tersebut sering Anda lakukan.
P
: Pernah, apabila penyataan tersebut pernah Anda lakukan.
TP
: Tidak Pernah, apabila pernyataan tersebut tidak pernah Anda
lakukan.
Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada
jawaban yang benar maupun salah. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang sesuai
dengan kondisi teman-teman.
Contoh:
No.
1.
Pernyataan
Saya mencium bibir pasangan saya dengan
mulut tertutup
 Selamat mengerjakan 
SS
V
S
P
TP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
No.
1.
Pernyataan
Saya merangsang alat kelamin saya dengan
tangan saya sendiri
2.
Saya memainkan lidah pasangan saya
ketika berciuman
3.
Saya menyentuh tubuh pasangan saya
untuk merangsang gairah
4.
Saya mengijinkan pasangan saya saat akan
melakukan hubungan seksual dengan saya
5.
Saya membiarkan pasangan menyentuh
payudara menggunakan tangan atau
mulutnya
6.
Saya mengajak pasangan saya untuk
(bagi laki-laki) menjilat penis dan buah
zakar saya atau memasukkan penis saya ke
dalam mulutnya
(bagi perempuan) mencium atau menjilat
vagina saya
7.
Saya membiarkan pasangan menyentuh
tubuh saya dengan bergairah
8.
Saya mengajak pasangan untuk melakukan
hubungan seksual dengan saya
9.
Saya
menyentuh
payudara
pasangan
menggunakan tangan atau mulut saya
10.
Saya membiarkan pasangan saya mencium
bibir saya dengan mulut tertutup
11.
Saya membiarkan pasangan saya untuk
(bagi laki-laki) menjilat penis dan buah
zakar saya atau memasukkan penis saya ke
dalam mulutnya
(bagi perempuan) mencium atau menjilat
SS
S
P
TP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
vagina saya
12.
Saya mencium bibir pasangan saya dengan
mulut tertutup
13.
Saya mengijinkan pasangan saya untuk
membuka mulut dan bermain lidah ketika
berciuman
Saya biasanya melakukan perilaku-perilaku di atas bersama dengan:
a.
b.
c.
d.
Pacar
Teman
Saudara
Lainnya, sebutkan …
 Terimakasih 
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 3
Realibilitas
Skala Persepsi
Pengawasan Orang Tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
1. Realibilitas Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Sebelum
Seleksi Aitem
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
a
Excluded
Total
50
100.0
0
.0
50
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.879
30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
Item_3
83.7200
101.185
.401
.875
Item_4
83.6800
99.079
.559
.872
Item_5
84.0600
99.160
.490
.873
Item_7
83.7600
96.186
.671
.869
Item_8
83.8000
99.510
.573
.872
Item_11
84.0600
97.731
.567
.871
Item_13
83.8000
100.367
.502
.873
Item_16
84.1000
101.724
.362
.876
Item_21
84.5600
98.007
.505
.873
Item_22
83.8800
100.067
.553
.873
Item_23
84.0200
96.591
.650
.869
Item_24
83.7600
102.635
.279
.878
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Item_28
84.0600
94.915
.761
.867
Item_29
84.2000
96.490
.663
.869
Item_30
83.9600
101.835
.341
.877
Item_1
85.0000
101.592
.321
.877
Item_2
85.0400
104.202
.110
.884
Item_6
83.7000
100.704
.379
.876
Item_9
83.9600
99.958
.480
.874
Item_10
84.8400
105.198
.088
.882
Item_12
84.5800
93.065
.696
.867
Item_14
85.4000
110.163
-.264
.888
Item_15
84.4000
101.020
.299
.878
Item_17
84.7600
102.635
.265
.878
Item_18
84.3400
100.882
.369
.876
Item_19
84.3600
100.113
.435
.875
Item_20
85.1600
101.607
.361
.876
Item_25
84.2200
101.114
.435
.875
Item_26
83.8600
101.388
.463
.874
Item_27
84.0200
104.714
.142
.881
2. Realibilitas Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Sesudah
Seleksi Aitem
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
50
100.0
0
.0
50
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.901
26
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Item Deleted
Total Correlation
Item Deleted
Item_3
74.4600
97.682
.431
.898
Item_4
74.4200
95.718
.581
.895
Item_5
74.8000
95.714
.516
.896
Item_7
74.5000
92.704
.703
.892
Item_8
74.5400
96.376
.577
.896
Item_11
74.8000
94.857
.554
.896
Item_13
74.5400
96.539
.563
.896
Item_16
74.8400
98.382
.379
.899
Item_21
75.3000
94.745
.518
.896
Item_22
74.6200
96.649
.581
.896
Item_23
74.7600
93.982
.619
.894
Item_24
74.5000
99.888
.251
.902
Item_28
74.8000
91.714
.774
.891
Item_29
74.9400
92.996
.695
.892
Item_30
74.7000
98.255
.375
.899
Item_1
75.7400
97.911
.360
.900
Item_6
74.4400
97.353
.395
.899
Item_9
74.7000
97.439
.436
.898
Item_12
75.3200
89.610
.723
.891
Item_15
75.1400
98.490
.265
.903
Item_17
75.5000
99.643
.255
.902
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Item_18
75.0800
97.422
.393
.899
Item_19
75.1000
96.908
.442
.898
Item_20
75.9000
98.296
.375
.899
Item_25
74.9600
98.815
.369
.899
Item_26
74.6000
98.531
.440
.898
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 4
Realibilitas
Skala Perilaku Seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
1. Realibilitas Skala Perilaku Seksual Remaja Sebelum Seleksi Aitem
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
50
100.0
0
.0
50
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.967
14
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if
Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Item Deleted
Total Correlation
Item Deleted
Item Deleted
Aitem_1
18.1200
73.944
.746
.965
Aitem_2
17.9600
68.366
.946
.961
Aitem_3
17.9400
69.445
.920
.962
Aitem_4
18.1600
71.525
.860
.963
Aitem_5
18.0400
68.774
.918
.962
Aitem_6
18.4800
83.602
.213
.972
Aitem_7
18.2800
75.349
.790
.965
Aitem_8
17.9400
68.833
.915
.962
Aitem_9
18.2800
75.879
.738
.966
Aitem_10
18.2000
73.959
.881
.963
Aitem_11
17.9400
72.384
.779
.965
Aitem_12
18.2800
75.349
.790
.965
Aitem_13
17.9400
72.098
.800
.964
Aitem_14
17.9400
69.200
.913
.962
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
2. Realibilitas Skala Perilaku Seksual Setelah Seleksi Aitem
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
50
100.0
0
.0
50
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.972
13
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
Aitem_1
17.1000
73.439
.744
.971
Aitem_2
16.9400
67.853
.946
.967
Aitem_3
16.9200
68.932
.919
.968
Aitem_4
17.1400
71.021
.858
.969
Aitem_5
17.0200
68.265
.917
.968
Aitem_7
17.2600
74.768
.794
.971
Aitem_8
16.9200
68.320
.914
.968
Aitem_9
17.2600
75.298
.741
.972
Aitem_10
17.1800
73.416
.881
.969
Aitem_11
16.9200
71.871
.777
.971
Aitem_12
17.2600
74.768
.794
.971
Aitem_13
16.9200
71.585
.799
.970
Aitem_14
16.9200
68.687
.912
.968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 5
Uji Asumsi:
Uji Normalitas dan
Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total_PO
N
Total_PS
253
253
Mean
75.95
28.87
Std. Deviation
9.426
7.003
Absolute
.057
.290
Positive
.034
.285
Negative
-.057
-.290
Kolmogorov-Smirnov Z
.900
4.614
Asymp. Sig. (2-tailed)
.393
.000
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
2. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares
Total_PS *
Between
Total_PO
Groups
(Combined)
Linearity
Deviation
from Linearity
Within Groups
Total
df
Mean Square
F
Sig.
2497.120
45
55.492
1.165
.238
371.366
1
371.366
7.794
.006
2125.754
44
48.313
1.014
.456
9862.833
207
47.647
12359.953
252
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran 6
Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Correlations
Total_PO
Spearman's rho
Total_PO
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (1-tailed)
-.238
**
.
.000
253
253
**
1.000
Sig. (1-tailed)
.000
.
N
253
253
N
Total_PS
Total_PS
Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
-.238
Download