PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PENGAWASAN ORANG TUA BEKERJA DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI BATAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Catarina Chandra Cinitya 109114083 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO ACCEPTANCE. A HARD VALUE TO ACCEPT. ---------------STOP COMPLAINING, “JUST DO IT” iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil karya puncak perjuangan menjadi sarjana ini saya persembahkan untuk: F. A. Didi Soedarnadi Susana Endang Susilowati Antonius Adityo Ariwibowo Bonifasius Bondan Budiarto papa, mama, kedua masku, keluarga dan teman-teman lain v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PENGAWASAN ORANG TUA BEKERJA DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI BATAM Catarina Chandra Cinitya ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan persepsi pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja di Batam. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara persepsi pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja di Batam. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 11-21 tahun yang belum menikah di kota Batam dan memiliki kedua orang tua yang bekerja. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling pada penelitian ini. Subjek terdiri dari 253 remaja yang bersekolah di beberapa SMP, SMA/SMK, dan salah satu kampus di Batam. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala persepsi pengawasan orang tua dan skala perilaku seksual. Koefisien relibilitas skala persepsi pengawasan orang tua sebesar 0,901 dan skala perilaku seksual sebesar 0,972 yang dihitung menggunakan Alpha Cronbach melalui SPSS for Windows 16.00. Teknik analisis data menggunakan pengujian korelasi Spearman’s Rho. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja (r -0,238, sig 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima, dimana semakin tinggi pengawasan orang tua maka semakin rendah perilaku seksual remaja. Kata kunci: persepsi pengawasan orang tua bekerja, perilaku seksual remaja, remaja vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI THE CORRELATION BETWEEN WORKING PARENT'S CONTROL PERCEPTION AND ADOLESCENT’S SEXUAL BEHAVIOR IN BATAM Catarina Chandra Cinitya ABSTRACT This research was a correlational quantitative study that aims to examine the correlation between working parent's control perception and adolescent’s sexual behavior in Batam. The hypothesis proposed was that is a negative correlation between working parent's control perception and adolescent’s sexual behavior in Batam. Subjects in this research were unmarried adolescents within 11-21 years old who have working parents. The researcher used purposive sampling in this research. Subjects were students who study in some Junior High School, Senior High School/Vocational High School, and one of the campuses in Batam. The instruments in this research were parental control perception scale and sexual behavior scale. The reability coefficient of parental control perception scale was 0,901 and sexual behavior scale was 0,972. These numbers were the result of calcullation using Alpha Cronbach through SPSS for Windows 16.00. The data analize technique used in this research was Spearman's Rho. The result shows that there was a significant negative correlation and between working parent's control perception and adolescent’s sexual behavior (r -0,238, sig 0,000). This shows that the hypothesis was accepted, in which the higher the parental control get the lower adolescent’s sexual behavior become. Keywords: working parent’s control perception, adolescents’s sexual behavior, adolescent viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan penyertaan-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi. 2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi. Terimakasih atas dukungan dan perhatian yang bapak berikan kepada kami para mahasiswa tingkat akhir. 3. Ibu (Alm.) Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing, memberikan dukungan, nasihat serta perhatian kepada penulis dari awal kuliah. Maafkan telah membuat ibu lelah menunggu saya dan teman-teman untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia membimbing dan memberikan perhatian kepada penulis. Terimakasih ibu sudah mendukung dan mengingatkan saya untuk mengerjakan. 5. Para dosen penguji skripsi saya, Bapak Siswa Widyatmoko, M.Psi. dan ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. Terimakasih atas revisi dan bimbingan yang diberikan kepada penulis. 6. Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Si yang penulis kagumi, terimakasih atas ilmu serta kesempatan untuk dapat belajar banyak hal dari ibu. Terimakasih juga karena bersedia bertanya dan mengingatkan mengenai penelitian ini. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Bapak dan ibu dosen beserta staff karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Bu Nanik, akhirnya saya selesai lho, hehehe. 8. Bapak/ibu kepala sekolah SMP Katolik Yos Sudarso, SMA Katolik Yos Sudarso, SMP Kristen Immanuel, SMA Kristen Immanuel, SMA Kartini, dan SMK Kartini. Terimakasih atas ijin dan waktu yang diberikan untuk mengambil data di sekolah yang bapak/ibu pimpin. 9. Papa, mama, mas Adit dan mas Boni. Terimakasih atas dukungan papa mama dari jauh dan kerelaan menanti Catrin selesai kuliah. Terimakasih juga mas Adit dan mas Boni bersedia menjaga adik kecilmu ini, hehehe. 10. Om, tante, sepupu-sepupu penulis di Yogya, terutama tante Tien dan om Koen. Makasih ya om dan tante sudah menjadi bapak dan ibu pengganti di sini, makasih sudah bersedia niliki dan ngopeni ponakan :p 11. Mas Yohanes Sanjaya yang bersedia menemani dan mendengarkan keluhan peneliti dari awal peneliti kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini. Makasih ya nyo, masih banyak keluhan dan cerita-cerita yang akan kamu dengar, hehe. 12. Ninda, Dian, Helen, Sandi, Vica, Bibin, dan Agnes. Teman-teman peneliti yang selalu memberikan semangat, dukungan, membantu dan bersedia direpoti selama pembuatan skripsi ini. 13. Luna, Yutti, Vian dan Ellak. Teman-teman seperjuangan yang memberikan dukungan moral serta mendengarkan curhatan peneliti. Sekarang giliranmu, cah! Hahaha. 14. Gregorius Aji Maundri, Raymondus Tri Hardianto, dan Eko Sularsono. Terimakasih masih menyemangati dan mengingatkan peneliti walau jauh. xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. Teman-teman “Pejuang yang tertinggal” dan teman-teman angkatan 2010 lainnya, terimakasih sudah saling mengingatkan. Ayo, terus berjuang! 16. Terimakasih juga untuk bantuan yang diberikan kepada peneliti oleh tante Kiki dan lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan masukan yang membangun demi perbaikan skripsi selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Terimakasih. Yogyakarta, 22 Agustus 2016 Penulis, Catarina Chandra Cinitya xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... ix KATA PENGANTAR ....................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xx BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 14 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 14 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 14 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II: LANDASAN TEORI ....................................................................... 16 A. Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan Orang Tua Bekerja...... 16 1. Pengawasan (Monitoring) Orang Tua................................... 18 2. Komponen Pengawasan Orang Tua ...................................... 20 3. Orang Tua Bekerja ................................................................ 22 4. Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan (Monitoring) Orang Tua Bekerja..................……………………………… ..........24 B. Perilaku Seksual ...........................................................................25 1. Pengertian Perilaku Seksual.................................................. 25 2. Bentuk Perilaku Seksual ....................................................... 26 3. Faktor Penyebab Perilaku Seksual ........................................ 28 4. Karakteristik Remaja yang Aktif Secara Seksual ................. 30 C. Remaja......................................................................................... 31 1. Pengertian Remaja ............................................................... 31 2. Aspek Remaja ....................................................................... 33 D. Dinamika Hubungan Pengawasan Orang Tua Bekerja dan Perilaku Seksual Remaja ........................................................................... 39 E. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 45 BAB III: METODE PENELITIAN.................................................................. 46 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.................................................. 46 B. Variabel Penelitian ...................................................................... 46 C. Definisi Operasional.................................................................... 47 1. Persepsi Remaja Pengawasan Orang Tua Bekerja................ 47 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Perilaku Seksual .................................................................... 48 D. Subjek Penelitian ........................................................................ 48 E. Metode Pengambilan Sampel ...................................................... 49 F. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 49 1. Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja ................... 50 2. Skala Perilaku Seksual .......................................................... 52 G. Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas ................................... 54 1. Seleksi Aitem ........................................................................ 54 2. Validitas Alat Tes.................................................................. 58 3. Realibilitas ............................................................................ 59 H. Metode Analisis Data ................................................................. 60 I. Prosedur Pengambilan Data ........................................................ 61 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 63 A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 63 B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................ 64 C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 66 1. Analisis Data Penelitian ........................................................ 67 2. Analisis Tambahan Data Penelitian ...................................... 70 D. Hasil Penelitian............................................................................ 78 1. Uji Asumsi ............................................................................ 78 2. Uji Hipotesis ........................................................................ 80 E. Pembahasan .......................................................................... 81 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 88 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI A. Kesimpulan ...................................................................................... 88 B. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 88 C. Saran ................................................................................................ 89 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 92 LAMPIRAN ....................................................................................................... 96 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Blueprint Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja (Sebelum Uji Coba)........................................................................................ 50 Tabel 3.2. Sistem Skoring untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable..... 51 Tabel 3.3. Blueprint Skala Perilaku Seksual (Sebelum Uji Coba).................. 55 Tabel 3.4. Sistem Skoring untuk Pernyataan Favorable................................. 53 Tabel 3.5. Pemberian Bobot untun Setiap Perilaku Seksual ........................... 54 Tabel 3.6. Blueprint Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja (Setelah Uji Coba)........................................................................................ 56 Tabel 3.7. Blueprint Skala Perilaku Seksual (Setelah Uji Coba) .................... 57 Tabel 4.1. Data Usia Subjek Penelitian........................................................... 65 Tabel 4.2 Data Jenis Kelamin Subjek Penelitian ........................................... 65 Tabel 4.3. Data Pendidikan Subjek Penelitian ................................................ 65 Tabel 4.4. Data Tempat Tinggal Subjek Penelitian ........................................ 66 Tabel 4.5. Data Status Berpacaran Subjek Penelitian ..................................... 66 Tabel 4.6. Deskripsi Data Penelitian............................................................... 67 Tabel 4.7. Deskripsi Data Penelitian Perilaku Seksual ................................... 68 Tabel 4.8. Data Pasangan Perilaku Seksual Subjek Penelitian ....................... 69 Tabel 4.9. Deskripsi Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin ........................ 70 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.10. Tabel Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan...................... 73 Tabel 4.11. Data Penelitian Menurut Status Berpacaran .................................. 76 Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian............................................. 79 Tabel 4.13. Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel.............................. 80 Tabel 4.14. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ........................................................ 80 xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1. Diagram Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin....................... 72 Gambar 4.2. Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Jenis Kelamin ....................................................................................... 72 Gambar 4.3. Diagram Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan .............. 74 Gambar 4.4. Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Tingkat Pendidikan................................................................................... 75 Gambar 4.5. Diagram Data Penelitian Menurut Status Berpacaran ................ 77 Gambar 4.6. Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Status Berpacaran................................................................................... 78 xix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Skala Uji Coba................................................................................ 97 Lampiran 2. Skala Penelitian .............................................................................. 108 Lampiran 3. Reliabilitas Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua....................... 118 Lampiran 4. Relibilitas Skala Perilaku Seksual .................................................. 123 Lampiran 5. Uji Asumsi: Uji Normalitas dan Uji Linearitas .............................. 126 Lampiran 6. Uji Hipotesis ................................................................................... 128 xx PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki penduduk kurang lebih 213 juta jiwa. Survey Antar Sensus Badan Pusat Statistik tahun 2005 menyebutkan bahwa ada sekitar 80 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan remaja dan anak (BPS, 2005). Anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa merupakan aset yang sangat penting untuk memajukan sebuah negara. Remaja diharapkan nantinya mampu membangun bangsa dan negaranya menjadi lebih baik. Mead (dalam Santrock, 2011) mengatakan bahwa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa. Otto Rank menyebutkan bahwa pada masa remaja terdapat perubahan kehendak yang cukup drastis dari masa kanak-kanak menuju dewasa (Sarwono, 2012). Remaja mengalami perubahan kehendak yang tadinya masih bergantung pada orang lain saat masa kanakkanak menuju kemandirian di masa dewasa. Pada tahap ini remaja sedang mencari pedoman atau nilai-nilai baru yang dapat dianutnya menuju kehidupan dewasa. Remaja cenderung ingin meninggalkan pedoman atau nilai yang dianutnya pada masa kanak-kanak, akan tetapi mereka belum memiliki pedoman yang baru untuk kehidupan dewasanya (Sarwono, 2012). Seorang remaja akan mencari pedoman baru untuk hidupnya dari lingkungannya. Lingkungan yang paling dekat dengan remaja adalah 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 lingkungan keluarga. Secara jelas Reiss (dalam Lestari, 2012) mengatakan bahwa keluarga merupakan kelompok kecil yang termasuk dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi berikutnya. Orang tua sebagai sosok orang yang lebih dewasa di dalam keluarga turut mengambil andil menemani remaja dalam mencari pedoman hidupnya yang baru. Ellis, Thomas, dan Rollins (dalam Lestari, 2012) menyebutkan bahwa dukungan orang tua adalah interaksi orang tua yang dapat ditunjukkan melalui perawatan, kehangatan, persetujuan, dan perasaan positif yang diberikan orang tua ke anak. Dukungan orang tua dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dukungan instrumental dan dukungan emosi. Dukungan instrumental merupakan dukungan orang tua berupa sarana dan prasarana yang diberikan orang tua untuk mendukung proses belajar dan tumbuh kembang anak. Dukungan emosi adalah perilaku fisik maupun non-fisik yang ditunjukkan orang tua. Dukungan emosi dapat ditunjukkan dengan menunjukkan afeksi atau komunikasi yang positif dan terbuka kepada anak. Kehadiran orang tua dapat membuat anak merasa nyaman, diterima dan diakui sebagai individu (Lestari, 2012). Kehadiran dan dukungan orang tua ini dapat juga memenuhi kebutuhan remaja akan kasih sayang dan rasa kekeluargaan. Setiap orang khususnya remaja berkeinginan mendapatkan kasih sayang dari setiap orang yang dikenalnya, terutama orang tua. Kebutuhan akan kasih sayang ini sangat dibutuhkan oleh remaja karena remaja merasa mendapatkan penghargaan dan penerimaan sosial. Penghargaan dan penerimaan sosial pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 remaja dapat meningkatkan kepercayaan diri remaja. Apabila remaja memiliki rasa percaya diri, remaja juga akan mampu menerima dan menyayangi dirinya sendiri. Kemampuan remaja untuk menyayangi dirinya sendiri ini dapat membantu remaja membangun hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Remaja yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua akan merasa gagal dan tidak berdaya. Kegagalan yang dialami remaja ini dapat menyebabkan remaja berperilaku menyimpang agar mendapatkan penghargaan (Panuju dan Umami, 1999). Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja ini disebut juga sebagai Juvenile Delinquency. Kartono (2011) mengatakan bahwa juvenile delinquency adalah kejahatan atau kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak muda. Kartono (2011) menyebutkan kenakalan remaja ini merupakan gejala patologis secara sosial yang disebabkan pengabaian oleh lingkungan sosialnya. Simanjuntak (dalam Sudarsono, 2012) menyatakan suatu perbuatan dikatakan delinkuen jika perbuatan tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat dimana seseorang tinggal. Kenakalan remaja yang bertentangan ini menyebabkan keresahan di lingkungan masyarakat. Remaja yang melakukan kenakalan dianggap tidak mampu memahami dan mentaati norma yang berlaku di masyarakat. Padahal salah satu tugas perkembangan remaja adalah mampu memperlihatkan tingkah laku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial, dimana remaja dapat menghormati dan mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku di lingkungannya. Selain itu, remaja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 juga diharapkan mampu mengadopsi norma masyarakat yang berlaku untuk menjadi pedoman hidupnya yang baru dalam bertingkah laku. Angka kenakalan remaja di Indonesia akhir-akhir ini meningkat cukup drastis. Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN online tanggal 11 Desember 2006 yang dikutip oleh Nugroho (2010), hasil survei Pusat Kesehatan Masyarakat UI mengatakan dari 170 SMA yang diteliti, 25% responden menyatakan hubungan seks boleh saja dilakukan dengan pasangan asal disertai perasaan suka sama suka, 3% responden mengaku pernah melakukan hubungan seks dengan kekasihnya, 35% remaja pria menyatakan tidak perlu lagi mempertahankan keperjakaannya, dan 10% remaja wanita juga menyatakan tidak perlu lagi mempertahankan keperawanannya. BKKBN online tahun 2008 (dalam Nugroho, 2010) juga mengatakan bahwa 63% remaja Indonesia di kota-kota besar telah melakukan hubungan seks pra nikah. Nugroho juga mengutip penelitian yang dilakukan Annisa Foundation (2006) bahwa 42,3% remaja melakukan hubungan seks pertama kali saat duduk di bangku SMP-SMA (BKKBN online dalam Nugroho 2010). Tingginya angka remaja yang melakukan seks bebas ini diperkuat juga oleh data yang dimiliki oleh Dr. Boy Abidin, SpOG (dalam Nugroho, 2010) yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading Jakarta. Data menunjukkan bahwa 3,2% siswi hamil di luar nikah karena diperkosa, 12,9% siswi hamil di luar nikah karena hubungan seks atas dasar suka sama suka, 45,2% siswi hamil di luar nikah karena tidak menduga akan hamil, dan 22,6% siswi menjalani seks bebas. Data ini secara tidak langsung menunjukkan juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 bahwa remaja belum memahami akibat dari perilaku seks bebas yang dilakukan, yaitu salah satunya kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini juga menunjukkan bahwa remaja Indonesia belum mampu menjalankan salah satu tugas perkembangan remajanya dengan baik. Remaja belum mampu menghormati dan mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat, dimana perilaku seks bebas bukanlah perilaku yang mencerminkan budaya timur. Kenakalan remaja banyak ditemukan khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya media yang memudahkan budaya asing masuk ke Indonesia dan juga fasilitas yang diberikan oleh orang tua maupun pemerintah setempat (Panuju dan Umami, 1999). Budaya asing masuk dengan mudahnya ke Indonesia melalui berbagai media, seperti misalnya film, buku, maupun internet. Sebagian besar remaja yang hidup di perkotaan besar menghabiskan banyak waktunya untuk berselancar di internet, mulai dari mencari berita mengenai dalam maupun luar negeri, mengunduh lagu barat terbaru, sampai mengobrol dengan teman dalam maupun luar negeri melalui aplikasi chatting di kehidupan sehari-harinya (Budhyati, 2012). Budhyati (2012) menyebutkan macam-macam perilaku kenakalan remaja yang dipengaruhi media internet antara lain perkelahian akibat dari kecanduan game online bertema kekerasan, membolos sekolah karena bergadang kecanduan game online, perkataan kasar dan tidak senonoh di media sosial, pemalsuan identitas di media sosial, penculikan yang berkedok pertemuan dengan teman media sosial di dunia nyata, penipuan dengan memasang iklan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 jual beli barang, berbohong kepada orang tua untuk mendapatkan biaya membeli pulsa modem atau ke warnet, dan perbuatan asusila sebagai akibat dari melihat gambar atau video porno di internet. Budhyati (2012) menyebutkan beberapa upaya untuk mengatasi kenakalan remaja, diantaranya upaya preventif, tindakan kuratif, dan pembinaan agama bagi remaja. Upaya preventif dapat dilakukan oleh keluarga, sekolah, maupun masyarakat dan pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan yang terdekat dengan remaja dapat memberitahu dampak positif dan negatif dari penggunaan internet, mengusahakan untuk menyediakan internet di rumah dengan meletakkan komputer di tempat yang mudah diawasi dan memblokir situs yang dianggap tidak layak, memberitahu situs-situs yang menarik untuk usianya, mengawasi perubahan perilaku remaja dan membangun komunikasi yang tepat, serta membatasi durasi penggunaan internet dan mengarahkan untuk menggunakan internet dengan positif. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan dapat memberitahu juga mengenai dampak positif dan negatif penggunaan internet, menyediakan fasilitas internet di sekolah dengan memblokir situs-situs yang tidak layak untuk anak didiknya, mengarahkan pembelajaran melalui e-learning, e-mail, dan thinkquest, serta guru juga dapat turut aktif di jejaring sosial untuk mengawasi anak didiknya dalam bergaul di internet. Pemerintah dan masyarakat juga memegang peranan penting untuk mengatasi kenakalan remaja, misalnya dengan memberlakukan dengan tegas peraturan perundangundangan tentang penggunaan media informasi dan komunikasi, menutup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 situs porno di dalam maupun luar negeri, izin operasional warnet dibatasi, setiap warnet diharuskan memiliki software anti pornografi, serta razia berkala dan pengawasan langsung dari masyarakat terhadap keberadaan warnet. Penggunaan internet yang tidak disaring ini dapat menggeser nilai-nilai atau norma yang berlaku di masyarakat. Salah seorang Guru Bimbingan Konseling di SMA Bopkri Dua Yogyakarta (wawancara pribadi, Maret 2014) mengatakan sekarang ini ada pergeseran norma masyarakat di mata remaja. Beliau mengatakan banyaknya warung kopi di Yogyakarta menjadi salah satu contoh pergeseran norma masyarakat. Remaja yang berada di warung kopi untuk menongkrong bersama teman-temannya pada malam hari seharusnya berada di dalam rumah untuk belajar. Beliau juga mengatakan bahwa kontrol orang tua yang lemah dapat menjadi salah satu penyebab remaja berada di warung kopi pada malam hari. Arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang membuat remaja mulai mengenal rokok, narkoba, terlibat banyak tindakan kriminal bahkan berujung pada kenakalan remaja prostitusi. Hal-hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya dasar-dasar agama, kurangnya kasih sayang orang tua, kurangnya pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman yang tidak sebaya, peran dari perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang berdampak negatif serta kebebasan yang berlebihan. Remaja secara tidak langsung mendapat imbas dari globalisasi yang negatif terutama bila tidak diimbangi dengan perhatian dan bimbingan orang tua. Teknologi yang semakin canggih memudahkan masuknya informasi-informasi melewati PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 internet. Informasi-informasi yang masuk melalui internet ini dapat juga berupa eksploitasi seksual. Eksploitasi seksual yang didapatkan melalui media ini dapat mendorong remaja untuk melakukan aktivitas seksual secara sembarangan seperti misalnya menyimpan dan menyebarkan foto maupun video yang membuat remaja lebih cepat matang secara seksual dan mencari penyaluran seksual yang salah. Remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi serta dorongan seks yang tinggi akibat terpapar media bebas menjadikan remaja mencari penyaluran hasrat seksualnya, terlibat pergaulan bebas dan gaya pacaran yang melampaui batas (Nasution, 2016). 40% remaja telah melakukan hubungan seks pra nikah bahkan sekitar 25% anak-anak berusia 15-24 tahun di Batam berpotensi mengidap HIV/AIDS (Nursali, 2015). Fenomena seks bebas di kalangan remaja Batam ini memunculkan beberapa istilah bagi remaja khususnya remaja putri, yaitu Bisa Pakai (BP atau lebih terkenal dengan singkatan BisPak) dan Barang Batam (BB) (“Cewek BP dan BB”, 2011). BP dan BB adalah julukan untuk remaja putri Batam yang menyediakan jasa berhubungan seksual. Remaja putri yang diberi julukan BP atau BisPak menjajakan seks kepada teman seumurannya dan tarif mereka tidaklah mahal, asalkan mereka senang dibawa jalan-jalan ke lokasi-lokasi yang menyenangkan, misalnya mall atau pantai. Julukan Barang Batam atau BB diberikan kepada remaja putri yang menjajakan seks untuk para pejabat, oknum aparat, pengusaha maupun om-om yang mencari kepuasan seksual. Remaja putri yang dijuluki BB ini terorganisir melalui beberapa EO (Event Organizer). Remaja putri yang menjadi BB ini tarifnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 lebih mahal dibanding yang menjadi BP atau BisPak, mereka dapat meminta brang-barang berharga yang mereka inginkan, seperti handphone terbaru ataupun parfum mahal. Alasan kebanyakan remaja putri yang menjadi BB dan BP dikarenakan mereka tergiur dengan iming-iming hadiah atau barangbarang yang akan mereka dapatkan (“Cewek BP dan BB”, 2011). Remajaremaja putri tersebut mengatakan bahwa uang jajan yang diberikan oleh orang tua mereka dirasa tidak mampu memenuhi keinginan-keinginan mereka, sehingga mereka tergiur untuk menjadi BP maupun BB untuk mendapatkan keinginan mereka. Kapolresta Batam, Kombes Asep Safrudin mengatakan bahwa ditemukannya beberapa orang anak di bawah umur yang ikut dalam jaringan PSK online di Batam (Purniawan, 2015). Tarif yang mereka dapatkan juga cukup menggiurkan, yaitu sekita 1 juta untuk sekali booking, dimana sang mucikari mengambil 400 ribu untuk kantongnya sendiri dan sisanya untuk si pekerja seks komersial tersebut. Banyaknya PSK di Batam menjadikan Batam termasuk dalam salah satu dari empat kota wisata seksual di Indonesia yang diminati oleh turis asing, selain Bogor, Singkawang dan Cikarang (“Empat Kota di Indonesia”, 2014). Tingginya angka PSK di Batam juga memicu tingginya angka pengidap HIV/AIDS. Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat sejak tahun 1992 hingga Oktober 2014 tercatat 3.477 penderita HIV dan 1.510 diantaranya sudah berkembang menjadi AIDS di Batam (Riezky, 2014). Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Batam sendiri mengatakan data dari tahun 2012 hingga Oktober PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 2014 tercatat 581 orang terjangkit HIV, 252 orang diantaranya positif AIDS dan sudah ada 110 orang yang meninggal dunia akibat AIDS di Batam (Mesakh, 2014). Selain tingginya angka seksualitas di Batam, masyarakat yang tinggal di kota Batam juga memiliki tingkat biaya hidup yang besar. Tingginya kebutuhan atau biaya hidup di kota industri ini menuntut kedua orang tua untuk bekerja demi menghidupi keluarganya. Pada zaman sekarang ini, tidak hanya ayah saja yang bekerja, melainkan ibu juga bekerja demi terpenuhinya kebutuhan hidup keluarganya yang semakin besar. Kesibukan dan ketidakhadiran kedua orang tua di rumah ini dapat mendorong anak menjadi delinkuen. Sudarsono (2012) mengatakan bahwa kenakalan remaja dapat disebabkan oleh keluarga yang berantakan atau broken home. Broken home menurut Sudarsono adalah struktur keluarga yang sudah tidak lengkap lagi yang dikarenakan salah satu atau kedua orang tua meninggal, perceraian orang tua, maupun ketidakhadiran orang tua dalam waktu yang cukup lama. Sudarsono (2012) juga menyebutkan mengenai broken home semu yang sering terjadi di mayarakat sekarang ini. Broken home semu terjadi di struktur keluarga yang masih lengkap, hanya saja karena kesibukan masing-masing anggota keluarga terutama orang tua membuat orang tua tidak memberikan perhatian ke anak-anaknya. Ketidakhadiran atau tidak adanya pengawasan dari orang tua ini dapat menjadi salah satu penyebab munculnya kenakalan remaja. Shanty, Suyahmo, dan Sumarto (tanpa tahun) menyebutkan kenakalan remaja disebabkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 kurangnya waktu orang tua yang dikarenakan kesibukan orang tua bekerja sehingga orang tua tidak memiliki waktu untuk memperhatikan perkembangan remajanya, orang tua juga tidak memberikan pengawasan terkait pergaulan remajanya. Orang tua cenderung tidak membatasi dan tidak memberikan aturan khusus mengenai pergaulan anaknya sehingga remaja cenderung bebas melakukan kegiatan apapun bersama dengan teman-temannya. Kesibukan orang tua dan tidak adanya pengawasan dari orang tua maupun saudara ini membuat peran orang tua dalam mencegah kenakalan remaja menjadi kurang efektif. Faktor-faktor lain yang menjadi penyebab kenakalan remaja pada keluarga buruh pabrik di Kudus adalah pengaruh lingkungan tempat tinggal, pengaruh teman sepermainan, dan kesenangan, kepuasan, rasa penasaran, serta rasa bangga yang dimiliki remaja ketika melakukan kenakalan. Kesibukan dan ketidakhadiran orang tua ini juga menjadi salah satu faktor kesenjangan nilai antar generasi. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Alfarista, Wantiyah, dan Rahmawati (2013) dimana 62,7% remaja mengatakan bahwa internet merupakan sumber informasi mengenai perilaku seksual yang paling sering digunakan oleh remaja. Sebanyak 69,1% remaja mengatakan alasan mereka memilih internet karena informasi dapat dengan mudah didapatkan melalui media tersebut. Internet sebagai media sumber informasi remaja mengenai seksualitas ini menjadi salah satu contoh keadaan yang kurang ideal. Internet sebagai sumber informasi yang banyak diakses ini juga menunjukkan kurangnya pengaruh orang tua dalam memberi informasi mengenai seksualitas kepada remaja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Responden dari Zuhri dan Herlina (2008) mengatakan bahwa remaja merasa kurang nyaman jika bertanya mengenai seksualitas kepada orang tua mereka. Orang tua sebagai orang dewasa dalam lingkungan keluarga seharusnya menjadi sumber informasi bagi anak-anaknya. Akibatnya nilai-nilai yang seharusnya diturunkan oleh orang tua menjadi tidak tersampaikan. Pergeseran nilai ini membuat remaja tidak lagi menganut nilai-nilai baik yang dianut oleh orang tuanya. Kesibukan orang tua bekerja serta tidak adanya pengawasan dari orang tua ini membuat remaja mengurus dirinya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Dwyer, Richardson, Hansen, Sussman, Brannon, Dent, dan Flay di San Diego dan Los Angeles (1990) menemukan bahwa ada sekitar 67,8 % pelajar kelas 8 yang mengurus dirinya sendiri tanpa pengawasan dari orang tua selama beberapa waktu dalam satu minggu, 23,5 % yang mengurus diri selama 1 sampai 4 jam per minggu, 15,7 % yang mengurus diri selama 5 sampai 10 jam per minggu, dan 28,6 % yang mengurus diri selama lebih dari 11 jam per minggu. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa pelajar yang mengurus dirinya sendiri tanpa pengawasan orang tua lebih dari 11 jam per minggu memiliki kecenderungan untuk merasa marah, memiliki masalah keluarga, mengalami stres, menganggap teman sebagai sumber utama yang mempengaruhinya dan menghadiri pesta 1,5 sampai 2 kali lebih tinggi. Richardson, Radziszewska, Dent, dan Flay (1993) yang melakukan penelitian di Los Angeles dan San Diego memiliki hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 bahwa remaja yang tidak diawasi oleh orang dewasa di rumah lebih memiliki kemungkinan masalah perilaku dibandingkan yang mendapat pengawasan dari orang dewasa. Akan tetapi, tidak adanya pengawasan dari orang tua tidak begitu saja menaikkan risiko perilaku bermasalah pada remaja jika orang tua secara konsisten mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja. Risiko masalah perilaku pada remaja akan semakin meningkat jika remaja tidak mendapatkan pengawasan dari orang tua dan orang tua tidak secara konsisten mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja. Berdasarkan penelitian-penelitan sebelumnya yang dilakukan di Los Angeles dan San Diego tersebut peneliti tertarik untuk melihat apakah ada hubungan pengawasan yang dilakukan oleh kedua orang tua bekerja di kota besar dengan perilaku seksual remajanya. Peneliti ingin melakukan penelitian ini di Indonesia karena peneliti melihat di budaya barat yang mementingkan kemandirian anak saja pengawasan orang tua masih menjadi sebuah masalah pemicu kenakalan remaja, bagaimana dengan Indonesia yang mengganggap bahwa penting bagi orang tua untuk membangun hubungan dengan anak. Peneliti ingin melakukan penelitian ini khususnya di kota Batam. Hal ini dikarenakan Batam merupakan kota dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia berdasarkan survey BPS tahun 2007 (Aufa, Masbar, dan Nasir, 2013). Batam dengan biaya hidupnya yang tinggi menuntut kedua orang tua untuk bekerja demi mencukupi biaya hidup keluarga. Tuntutan orang tua untuk bekerja ini memungkinkan orang tua sibuk bekerja dan tidak memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 waktu untuk mengawasi anak remajanya sehingga peneliti di sini ingin meneliti persepsi remaja mengenai pengawasan dari orang tuanya. Batam yang terkenal dengan biaya hidup yang tinggi dan angka seksualitas serta HIV/AIDS yang juga tinggi membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Batam. Peneliti juga melihat belum banyak penelitian mengenai persepsi pengawasan dan seksualitas di Batam, selama ini peneliti hanya menemukan informasi mengenai persepsi pengawasan dan seksualitas melalui opini atau tulisan di blog maupun berita. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang sudah dijabarkan di atas, maka peneliti merumuskannya sebagai: “Apakah ada hubungan persepsi pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja di Batam?” C. Tujuan Penelitian Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan persepsi pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja di kota Batam. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya di bidang Psikologi Perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan seksualitas remaja dan pengawasan orang tua. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada orang tua bekerja dan menjadi bahan pertimbangan mengenai pengawasan orang tua terhadap anaknya agar dapat mencegah tingginya perilaku seksual remaja Indonesia saat ini. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan informasi bagi keluarga, sekolah atau lembaga terkait lainnya untuk saran penggunaan waktu luang remaja yang tidak terarah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan Orang Tua Bekerja Pengasuhan merupakan tanggung jawab utama orang tua. Kamus Bahasa Indonesia (dalam Lestari, 2012) menyebutkan pengasuhan merupakan berbagai hal mengenai mengasuh. Lestari (2012) mengatakan bahwa mengasuh memiliki makna menjaga / merawat / mendidik, membimbing / membantu / melatih, memimpin / mengepalai / menyelenggarakan. Kata asuh sendiri sering dimaknai bersama kata asah dan asih (asah-asih-asuh). Asah atau mengasah diartikan sebagai melatih agar kemampuan seseorang yang dilatih dapat meningkat. Asih atau mengasihi diartikan sebagai menyayangi. Rangkaian kata asah-asih-asuh ini diartikan Lestari (2012) bahwa pengasuhan yang sebenarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak yang dilakukan dengan dilandasi rasa kasih sayang dari orang tua. Pengasuhan yang dilakukan orang tua ini juga memiliki stres pengasuhan. Stres pengasuhan ini sendiri terjadi saat pelaksanaan tugas pengasuhan anak. Penyebab stres pengasuhan ini dapat dilihat melalui pendekatan PCR (parentchild-relationship). Pendekatan PCR ini membantu kita melihat stres pengasuhan yang muncul dari tiga komponen yaitu parent / orang tua, child / anak, dan relationship / hubungan orang tua dan anak. Gejala stres pengasuhan yang muncul jika dilihat dari pendekatan ini adalah menurunnya ekspresi kehangatan, meningkatnya metode pendisiplinan yang keras, kurang 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 konsistennya perilaku pengasuhan, dan menarik diri sepenuhnya dari peran pengasuhan (Lestari, 2012). Ada dua dimensi dalam pengasuhan, yaitu demandingness dan responsiveness. Demandingness berkaitan dengan tuntutan serta harapan orang tua ke anak, disiplin, supervisi dari orang tua dan upaya orang tua menghadapi masalah perilaku anak. Responsiveness berkaitan dengan tanggapan orang tua ketika membimbinga anak, ketegasan sikap orang tua, pengaturan diri, dan pemenuhan kebutuhan khusus anak. Kombinasi dari demandingness dan responsiveness ini memunculkan empat gaya pengasuhan yang dicetuskan oleh Baumrind (dalam Lestari, 2012). Baumrind menyebutkan gaya pengasuhan tersebut antara lain permissive, rejectingneglecting, authoritarian, dan authoritative. Orang tua dengan gaya pengasuhan permisif cenderung memberi banyak kebebasan pada anak dan memaklumi segala perilaku anak serta kurang menuntut tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak. Orang tua yang tidak peduli (rejecting-neglecting) cenderung memberikan kebebasan yang berlebihan ke anak dan tidak ada sama sekali tanggapan dari orang tua terhadap perilaku-perilaku anak. Gaya pengasuhan otoriter (authoritarian) dilakukan orang tua yang ingin membentuk, mengontrol, mengevaluasi perilaku anak agar sesuai dengan aturan standar yang diterapkan orang tua. Gaya pengasuhan yang dianggap paling baik adalah gaya pengasuhan otoritatif (authoritative), dimana orang tua mengarahkan perilaku anak secara rasional dan memberikan penjelasan mengenai aturan yang diberlakukan. Orang tua dengan gaya pengasuhan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 otoritatif ini mendorong anak untuk mematuhi aturan dengan kesadaran sendiri. Beberapa peneliti membedakan antara praktik pengasuhan dan gaya pengasuhan. Darling dan Steinberg (dalam Lestari, 2012) menyebutkan bahwa gaya pengasuhan merupakan konteks yang mempengaruhi kesediaan anak untuk melakukan sosialisasi, sedangkan praktik pengasuhan berkaitan dengan akibatan pada perilaku anak. Dishion dan McMahon (dalam Lestari, 2012) mengkonsepkan praktik pengasuhan sebagai relasi yang dinamis yang mencakup pemantauan, pengelolaan perilaku, dan kognisi sosial, dengan kualitas relasi orang tua dan anak. Lestari (2012) sendiri merangkum bentukbentuk perilaku pengasuhan orang tua anak adalah kontrol dan pemantauan; dukungan dan keterlibatan; komunikasi; kedekatan; dan pendisiplinan. 1. Pengawasan (Monitoring) Orang Tua Montemayor (2001) mendefinisikan pengawasan sebagai aktifitas yang memungkinkan orang tua mengetahui keberadaan remaja, aktivitas yang dilakukan, dan teman-temannya (Lestari, 2012). Lestari (2012) sendiri menganggap pengawasan merupakan salah satu cara orang tua untuk mengembangkan kontrol pada anak. Diclemente, Wingwood, Crosby, Sionean, Cobb, Harrington, dan Oh (2001) mengatakan bahwa hal penting dari pengawasan orang tua adalah persepsi remaja terhadap pengetahuan orang tua mereka mengenai dengan siapa dan dimana remaja menghabiskan waktu ketika remaja tidak berada di rumah ataupun di sekolah. Kerr (dalam Lippold, 2013) menambahkan bahwa pengawasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 orang tua merupakan sebuah proses yang menggambarkan keaktifan orang tua untuk memantau remajanya, seperti mengumpulkan informasi mengenai remaja dan supervisi orang tua. Kerr juga menambahkan bahwa remaja juga merupakan hal penting dalam proses pengawasan orang tua, dimana remaja dapat memutuskan informasi apa saja yang akan mereka beritahukan kepada orang tuanya. Dishion dan McMahon (dalam Bacchini, 2011) mendefinisikan pengawasan orang tua sebagai perilaku-perilaku orang tua yang melibatkan perhatian ke remajanya dan mencari tahu dimana remajanya berada, aktivitas remaja dan adaptasi remaja. Stattin dan Kerr (dalam Bacchini, 2011) menambahkan pengawasan yang efektif adalah pengawasan yang dihubungkan dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak serta melibatkan lebih dari sekedar kontrol yang bersifat memaksa pada perilaku remaja. Pengawasan yang dilakukan orang tua ini juga membantu menciptakan keseimbangan di dalam hubungan keluarga dan dukungan dalam hubungan orang tua dan anak (Ceballo dalam Bacchini, 2011). Berdasarkan teori di atas, peneliti menyimpulkan pengawasan orang tua bekerja merupakan tindakan kontrol yang dilakukan orang tua bekerja dengan melibatkan dukungan, perhatian dan kualitas komunikasi orang tua dan anak yang baik untuk mengetahui keberadaan dan kegiatan anak remajanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 2. Komponen Pengawasan Orang Tua Crouter dan Head (dalam Lippold, 2013) mengatakan bahwa ada empat komponen penting dalam pengawasan orang tua. Komponenkomponen pengawasan orang tua tersebut, yaitu usaha aktif orang tua untuk mengawasi, supervisi orang tua, keterbukaan remaja dalam memberikan informasi, dan pengetahuan orang tua. Lippold (2013) dalam penelitiannya merumuskan komponen pengawasan orang tua hanya dua, yaitu: a. Pengetahuan Orang Tua Lippold (2013) mengatakan bahwa usaha aktif orang tua, supervisi orang tua, keterbukaan remaja dalam memberikan informasi berguna mengatasi masalah perilaku remaja jika ketiga hal tersebut mengarah pada pengetahuan orang tua. Pengetahuan orang tua yang dimaksud di sini adalah pengetahuan orang tua mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak remajanya. Crouter dan Head (dalam Lippold, 2013) mengatakan bahwa orang tua yang memiliki pengetahuan mengenai kegiatan yang dilakukan remajanya lebih memiliki struktur untuk mencegah remaja dari pengaruh perilaku menyimpang sebaya. Usaha aktif orang tua untuk mengawasi remaja ini menjadi tidak berguna ketika orang tua hanya bertanya tetapi tidak mendengarkan jawaban yang diberikan remaja atau juga ketika remaja menghindari pengawasan dari orang tuanya. Usaha aktif orang tua yang tidak meningkatkan pengetahuan orang tua ini akan terkesan melindungi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 remajanya sehingga membuat remaja merasa terkekang atau diawasi. Pengetahuan orang tua yang sebenarnya tidak selalu bertujuan sebagai pengawasan yang bersifat melindungi atau mengekang remaja. b. Kualitas Hubungan Orang Tua dan Remaja Darling dan Steinberg (dalam Lippold, 2013) mengatakan bahwa kualitas hubungan orang tua dan anak juga mendukung pengaruh tindakan orang tua pada perilaku remaja. Hubungan yang hangat dan mendukung akan membuat orang tua lebih mendengarkan remaja ketika remaja menceritakan atau memberikan informasi mengenai kegiatannya. Hubungan yang hangat dan mendukung ini juga meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai kegiatan remajanya dalam suasana lingkungan yang positif dalam keluarga. Stattin dan Kerr (dalam Bacchini, 2011) juga menyetujui bahwa pengawasan yang efektif berkaitan dengan kualitas komunikasi orang tua anak dan melibatkan lebih dari sekedar pengawasan yang bersifat memaksa terhadap anak. Pengawasan orang tua tidak hanya berkaitan dengan kualitas komunikasi orang tua anak, melainkan juga dukungan dari keluarga yang menciptakan keseimbangan dalam hubungan keluarga (Ceballo dalam Bacchini, 2011). Menurut Garbarino (dalam Bacchini, 2011) kualitas komunikasi yang baik akan memunculkan kehangatan dan dukungan keluarga yang membantu remaja untuk mengatasi pengalaman emosi negatif yang mereka dapatkan. Kerr (dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Lippold, 2013) menemukan bahwa hubungan antara keterbukaan dan pengetahuan menjadi lebih kuat di dalam keluarga yang memiliki hubungan yang hangat dibanding dalam hubungan yang tegang. Kehangatan dan dukungan keluarga ini juga memberikan kenyamanan untuk bercerita dan persepsi kepada remaja bahwa ada orang-orang yang perhatian dan memperhatikan mereka. Hal ini akan membuat remaja berpikir kembali sebelum melakukan perilaku yang tidak diinginkan. 3. Orang Tua Bekerja Bureau of Labor Statistics (dalam Papalia, 2008) menyebutkan bahwa hampir dua dari tiga keluarga di Amerika Serikat yang memiliki anak usia di bawah 18 tahun merupakan keluarga dengan dua sumber pemasukan. Santrock (2014) juga mengatakan bahwa saat ini tidak hanya ayah saja yang bekerja di dalam keluarga, tetapi banyak juga para ibu yang ikut bekerja. Fenomena ibu bekerja ini menimbulkan pertanyaan alasan ibu bekerja yang akhirnya dibahas oleh Jones, McGrattan, dan Manuelli (dalam Papalia, 2008). Jones, McGrattan, dan Manuelli (dalam Papalia, 2008) menemukan bahwa alasan wanita juga ikut bekerja adalah meningkatnya biaya hidup; adanya perubahan dalam perceraian, keamanan sosial, peraturan perpajakan; adanya perubahan sikap terhadap peran jender; ketersediaan tabungan pekerja untuk peralatan rumah tangga; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 mengurangi jurang pendapatan antara laki-laki dan wanita; serta keinginan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. a. Pengaruh Orang Tua Bekerja Kedua orang tua yang sama-sama bekerja memiliki tantangan yang memunculkan keuntungan dan kerugian tersendiri (Papalia, 2008). Dampak positif yang dapat diperoleh jika kedua orang tua bekerja antara lain: 1) Pemasukan dari kedua pihak meningkatkan status ekonomi keluarga. 2) Relasi yang lebih setara antara suami (ayah) dan istri (ibu) 3) Kesehatan yang lebih baik untuk kedua pasangan. 4) Harga diri yang lebih besar bagi keduanya. 5) Relasi yang lebih rapat antara ayah dan anak-anaknya. Dampak negatif yang mungkin muncul atau terjadi adalah: 1) Munculnya konflik antara pekerjaan dan keluarga. 2) Kemungkinan adanya rivalitas antar pasangan. 3) Konflik orang tua dan anak yang meningkat akibat tekanan fisik dan psikologis yang didapatkan orang tua bekerja. Ibu yang merasa memiliki beban berlebihan cenderung kurang memperhatikan dan menerima anaknya sehingga seringkali anak menunjukkan masalah perilakunya. Ketika ibu merasa tertekan, akan ada kecenderungan meningkatnya ketegangan antara ayah dan anak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 4) Orang tua bekerja harus mempertimbangkan mengenai jadwal dan stres kerja sebagai efek dari bekerja (Santrock, 2014). Situasi kerja yang buruk, stres kerja serta jam kerja yang panjang dan melelahkan dapat membuat orang tua menjadi cepat marah ketika berada di rumah. Selain itu, situasi ini juga dapat membuat pengasuhan ataupun pengawasan orang tua terhadap anak menjadi kurang efektif. 4. Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan (Monitoring) Orang Tua Bekerja Persepsi menurut Huffman, Verno, dan Vernoy (2000) merupakan sebuah proses dimana individu memilih, mengorganisasikan, menginterpretasikan sebuah data atau stimulus yang diterima menjadi sebuah representasi mental yang berguna bagi dunia. Walgito (2010) mengatakan bahwa persepsi merupakan sebuah proses yang terintegrasi di dalam individu dimana individu mengorganisasikan, menginterpretasikan stimulus yang diterima melalui indera. Persepsi ini membantu individu menyadari keadaan sekitar maupun keadaan dirinya sendiri. Persepsi ini bersifat individual. Hal ini dikarenakan perasaan, kemampuan berpikir dan pengalaman individu yang berbeda dengan individu lainnya. Berdasarkan menyimpulkan penjelasan bahwa yang mengenai dimaksud persepsi persepsi di atas, remaja peneliti terhadap pengawasan orang tua bekerja adalah proses seorang remaja untuk memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan tindakan kontrol PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 yang dilakukan orang tua bekerja dengan melibatkan dukungan, perhatian dan kualitas komunikasi orang tua dan anak yang baik untuk mengetahui keberadaan dan kegiatan anak remajanya. Tidak hanya orang tua yang memegang peranan penting dalam pengawasan orang tua, melainkan remaja juga memiliki peran penting dalam memilah informasi mana yang akan mereka beritahukan kepada orang tua. B. Perilaku Seksual 1. Pengertian Perilaku Seksual Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seks, baik dengan lawan jenis ataupun sesama jenis (Sarwono, 2012). Rathus, Nevid, dan Rathus (2007) mengatakan bahwa perilaku seksual merupakan aktivitas yang melibatkan tubuh dalam ekspresi erotis atau perasaan kasih sayang, perilaku seksual ini dapat melibatkan repoduksi atau hanya stimulasi sensual. Sarwono (2012) menyebutkan bahwa objek seksual ini tidak hanya orang lain, melainkan dapat juga berupa khayalan atau diri sendiri. Peneliti sendiri menarik kesimpulan bahwa perilaku seksual merupakan kegiatan fisik yang bersifat erotis yang didorong oleh hasrat seksual. Perilaku seksual ini dapat dilakukan dengan pasangan ataupun hanya diri sendiri dengan tujuan memuaskan hasrat seksual secara jasmaniah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 2. Bentuk Perilaku Seksual Rathus, Nevid, dan Rathus (2007) membagi bentuk perilaku seksual menjadi 2 bagian, yaitu perilaku seksual yang dilakukan oleh diri sendiri dan perilaku seksual yang dilakukan dengan pasangan. a. Diri Sendiri 1) Masturbasi Masturbasi merupakan salah satu ekspresi seksual seseorang yang tidak melibatkan orang lain. Masturbasi ini disebut juga sebagai merangsang seksual diri sendiri (Sexual Self-Stimulation). Seseorang yang melakukan masturbasi mendapatkan kepuasan seksual dengan menyentuh alat genitalnya, misalnya dengan guling, ataupun dildo. b. Orang Lain 1) Foreplay Foreplay merupakan kegiatan-kegiatan seksual yang bertujuan untuk membangkitkan gairah seksual sebelum bersenggama. Foreplay dapat berupa berciuman sampai saling menyentuh alat kelamin. Dalam beberapa budaya, berciuman dan menyentuh alat kelamin ini tidak hanya ditujukan sebagai foreplay, melainkan juga sebagai sebuah pengalaman atau kegiatan itu sendiri. 2) Kissing Kissing atau berciuman merupakan salah satu cara foreplay dengan cara menyentuh pasangan dengan menggunakan bibir. Berciuman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 identik dengan dua bibir yang saling bersentuhan. Ciuman dibagi menjadi dua, yaitu: a) Simple Kissing Simple kissing dilakukan dengan mulut tertutup dan menyentuh bibir pasangan menggunakan bibir atau lidah. Simple kissing ini dapat juga dilakukan dengan menggigit bibir bawah pasangan. b) Deep Kissing Deep kissing atau yang sering juga disebut French kiss. Deep kissing / French kiss ini dilakukan dengan mulut terbuka dan lidah masuk ke dalam mulut. 3) Touching Menyentuh pasangan menggunakan tangan atau anggota tubuh lainnya dapat menaikkan gairah seksual seseorang, misalnya merangsang gairah seksual dengan memegang penis, vagina, atau area lainnya. 4) Stimulation of the Breasts Merangsang payudara dapat meningkatkan gairah seksual untuk kedua jenis kelamin, laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, kebanyakan laki-laki heteroseksual lebih memilih merangsang payudara wanita daripada payudaranya. Merangsang payudara ini dapat dilakukan menggunakan tangan ataupun mulut dan areanya biasanya payudara dan puting susu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 5) Oral-Genital Stimulation Merangsang gairah seksual menggunakan mulut pada laki-laki disebut juga fellatio sedangkan pada perempuan disebut cunnilingus. Fellatio dilakukan dengan cara memasukkan penis ke dalam mulut lalu melakukan gerakan naik turun, atau pun dengan menjilat penis dan buah zakar. Cunnilingus dilakukan dengan cara mencium atau menjilat vagina. 6) Sexual Intercourse Sexual Intercourse atau bersenggama adalah kegiatan seksual dimana penis masuk ke dalam vagina. 3. Faktor Penyebab Perilaku Seksual Sarwono (2012) mengatakan bahwa ada beberapa faktor remaja melakukan hubungan seks, yaitu: a. Meningkatnya Libido Seksualitas Remaja mengalami perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan libido seksualitas remaja. Dimana hasrat remaja ini perlu disalurkan dalam bentuk perilaku seksual tertentu. b. Penundaan Usia Perkawinan Seiring meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia, usia perkawinan menjadi tertunda karena adanya norma dan hukum yang berlaku. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat Indonesia membuat tuntutan dari orang tua semakin tinggi juga. Orang tua menuntut anaknya untuk mencapai pendidikan yang tinggi, pekerjaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 yang baik, serta persiapan mental sebelum memasuki perkawinan. Ada juga undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai batasan usia perkawinan adalah yaitu Undang-Undang No. 1/1974 Pasal 7 ayat 1 yang berbunyi “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun”. J.T. Fawcett (1973) mengatakan beban (cost) dan hambatan (barriers) juga menjadi faktor tertundanya usia perkawinan dari sisi individunya. Perkawinan menjadi beban bagi individu karena hilangnya kebebasan dan mobilitas pribadi, bertambahnya kewajiban dan usaha, serta bertambahnya bebas ekonomi. Sedangkan yang dianggap hambatan adalah kebiasaan dan norma yang menyulitkan perkawinan, adanya piilihan lain selain menikah, hukum yang dianggap mempersulit perkawinan maupun perceraian, adanya keserbabolehan seksual, serta undang-undang yang membatasi usia minimum perkawinan. c. Tabu atau Larangan Seksualitas masih menjadi hal yang tabu di Indonesia, dimana norma agama masih melarang seseorang melakukan hubungan seks pra nikah. Psikoanalisis melihat seksualitas dianggap tabu karena seks merupakan dorongan yang bersumber dari “id”. Dorongan-dorongan seksual ini bertentangan dengan moral yang ada di dalam “superego”, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 sehingga dorongan ini harus ditekan dan tidak boleh dimunculkan ke orang lain dengan tingkah laku terbuka. d. Kurangnya Informasi tentang Seks Seksualitas yang masih dianggap tabu ini juga berpengaruh pada sulitnya remaja atau bahkan orang tua untuk berdiskusi mengenai seksualitas. Remaja yang tidak mendapatkan penjelasan mengenai seksualitas dari orang tua maupun tenaga pendidik membuat remaja mencari informasi melalui media massa lain. Media massa ini dipilih karena mudahnya akses untuk mencari informasi, walaupun belum tentu informasi tersebut benar. e. Pergaulan Semakin Bebas Pada tahun 1987 pergaulan remaja antar jenis kelamin di Jakarta menunjukkan bahwa remaja dalam berpacaran selain berpegangan tangan dengan pacarnya, mereka juga berciuman, meraba payudara, memegang alat kelamin, serta berhubungan seks. Rex Forehand (dalam Sarwono, 2012) mengatakan bahwa pengawasan dari orang tua dibutuhkan agar dapat memantau pergaulan anak. 4. Karakteristik Remaja yang Aktif Secara Seksual Berk (2012) mengatakan aktivitas seksual remaja seringkali dikaitkan dengan beberapa hal di bawah ini, yaitu: a. Pengaruh perkembangan diri Pengaruh perkembangan dari diri ini meliputi kontrol pribadi yang lemah dan pubertas dini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 b. Pengaruh keluarga Kondisi keluarga yang mempengaruhi aktivitas seksual remaja meliputi perceraian keluarga, keluarga dengan orang tua tunggal, tinggal dengan keluarga besar, keterlibatan dalam aktivitas keagamaan, pengawasan lemah dari orang tua, hubungan komunikasi anak – orang tua yang buruk dan saudara yang aktif secara seksual. c. Teman sebaya Teman sebaya yang juga aktif secara seksual dapat memicu remaja untuk semakin melakukan aktivitas seksualnya. d. Pendidikan Prestasi buruk di sekolah dan kecenderungan untuk melakukan tindakan yang melanggar norma. C. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja merupakan periode transisi masa perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Perubahan-perubahan yang dialami ini mulai dari perkembangan fungsi seksual hingga proses berpikir abstrak dan kemandirian (Santrock, 2007). World Health Organization atau WHO (dalam Sarwono, 2012) mengemukakan remaja adalah suatu masa dimana: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, 1980: 9) WHO menetapkan batas usia remaja adalah 10 – 20 tahun, dimana usia 10-14 tahun merupakan remaja awal dan usia 15-20 tahun remaja akhir. Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (Sarwono, 2012). Sarwono sendiri mengatakan bahwa batasan usia remaja Indonesia adalah usia 11-24 tahun dan belum menikah. Hurlock (1955) menuliskan bahwa usia remaja dimulai dari usia 13 atau 14 tahun hingga 18 tahun. Papalia (2008) rentang usia yang lebih luas dari Hurlock, yaitu dimulai dari 11 atau 12 tahun hingga sekitar 20 tahun. Steinberg (2002) dan Santrock (2007) juga memiliki batasan usia yang hampir serupa dengan Papalia. Santrock (2007) menuliskan bahwa batasan usia remaja dimulai dari usia 10 tahun hingga 21 tahun, dimana pembagiannya adalah 10 – 13 tahun termasuk remaja awal; 14 - 17 tahun adalah remaja pertengahan; dan 18 - 21 tahun termasuk remaja akhir. Steinberg (2002) juga memiliki pembagian usia remaja yang hampir sama dengan Santrock yaitu remaja awal 10 – 13 tahun; remaja pertengahan 14 – 18 tahun; dan remaja akhir 19 – 22 tahun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 Berdasarkan teori-teori di atas, peneliti merumuskan remaja sebagai sebuah proses peralihan dan berkembangnya individu yang terkait dengan kondisi biologis, kognitif, psikologis, serta sosio ekonomi menjadi lebih mandiri. Peneliti juga mengambil batasan usia remaja rata-rata yang dikemukakan para ahli yaitu usia 11 tahun hingga 21 tahun dan belum menikah. 2. Aspek Remaja Berk (2012) mengatakan bahwa ada beberapa aspek dalam perkembangan remaja yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Perkembangan Fisik Meningkatnya hormon pertumbuhan dan hormon seks pada remaja membuat pertumbuhan badan remaja menjadi cukup pesat. Pertumbuhan fisik remaja ini berkaitan dengan pertumbuhan tubuh secara keseluruhan dan kematangan ciri seksual remaja. Pada remaja laki-laki, pertumbuhan tubuhnya meliputi pertumbuhan otot, ukuran tubuh, serta pembesaran dada sementara, sedangkan ciri seksualnya meliputi penis dan testis yang membesar, perubahan suara, pertumbuhan bulu ketiak, rambut wajah dan tubuh, serta mengalami keluarnya sperma untuk pertama kalinya yang disebut spermache atau mimpi basah. Pada remaja perempuan, pertumbuhan fisik ini terlihat dengan menumpuknya lemak pada tubuh remaja dan mulai terbentuknya bentuk tubuh yang feminin. Ciri seksual pada remaja perempuan yang berkembang adalah pertumbuhan payudara, rambut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 kelamin, bulu ketiak, berkembangnya payudara, rahim dan vagina menjadi matang, serta mengalami menstruasi (menarche) untuk pertama kalinya. Perubahan fisik pada remaja ini dapat menjadi pemicu ketertarikan antar lawan jenis. Perkembangan fisik pada remaja ini dipengaruhi oleh status ekonomi sosial remaja, dimana remaja yang tinggal di lingkungan berkecukupan akan mengalami pubertas lebih awal. Perkembangan fisik remaja juga dipengaruhi oleh asupan gizi yang didapatkan remaja, keadaan konflik di keluarga, maupun berat badan yang dimiliki remaja, apakah remaja tersebut mengalami obesitas atau rajin berolahraga. b. Perkembangan Kognitif Piaget (dalam Berk, 2012) mengatakan bahwa remaja mulai memasuki tahap operasional formal, dimana remaja mulai berpikir abstrak, sistematis dan ilmiah. Perkembangan kognitif dimasa remaja menjadikan remaja mampu melakukan penalaran hipotetis deduktif, dimana remaja mencari kemungkinan-kemungkinan atau hipotesis dan mampu menarik kesimpulan dari masalah-masalah yang ditemuinya. Remaja juga memiliki kemampuan pemikiran proposisional, dimana remaja mampu mengevaluasi logika proposisi atau pernyataan verbal tanpa mengacu pada kenyataan. Kemampuan remaja untuk merefleksikan pemikiran mereka sendiri, ditambah dengan perkembangan fisik dan psikologis, diyakini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Piaget menjadikan remaja lebih memikirkan diri mereka sendiri. Egosentrisme remaja ini memunculkan citra yang keliru dari remaja tentang hubungan antara diri dan orang lain. Elkind dan Bowen (dalam Berk, 2012) menyatakan distorsi kognitif yang pertama adalah Imaginary Audience dimana remaja meyakini bahwa dirinya menjadi fokus perhatian orang lain dan semua orang memantaunya. Hal ini membuat remaja memperhatikan secara detail mengenai penampilan dirinya dan menjadi sensitif terhadap kritik publik. Distorsi kognitif yang kedua adalah Personal Fabel dimana remaja merasa dirinya penting dan istimewa karena remaja merasa diperhatikan oleh orang lain. Merasa dirinya menjadi orang yang penting dan istimewa ini membuat remaja menganggap dirinya berkuasa. Perasaan berkuasa ini memprediksikan penghargaan diri dan penyesuaian diri yang positif pada remaja. Merasa mampu dan merasa dirinya penting ini dapat membantu remaja menghadapi tantangan yang dihadapinya. Akan tetapi, perasaan remaja akan keunikan dirinya dapat berhubungan dengan perasaan depresi dan pikiran untuk bunuh diri, serta dapat menghambat terbentuknya hubungan akrab dan dukungan sosial. Merasa diri unik ini jika bertemu dengan kepribadian yang senang mencari sensasi akan membuat remaja semakin merasa dirinya istimewa dan kebal terhadap perilaku berisiko pada remaja. Remaja yang merasa diri unik dan senang mencari sensasi, menjadikan remaja cenderung lebih berani melakukan perilaku seksual berisiko, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 lebih sering mengkonsumsi obat-obatan dan alkohol, serta melakukan tindakan yang lebih nakal dari teman-temannya (Grenee, dalam Berk, 2012). c. Perkembangan Sosial Erikson (dalam Berk, 2012) menyatakan bahwa identitas merupakan salah satu langkah penting remaja menuju sosok dewasa yang produktif dan berguna. Identitas ini merupakan pendefinisian mengenai dirinya sendiri. Remaja mengalami krisis identitas dalam proses pencarian identitasnya yaitu remaja mencoba banyak alternatif sebelum menetapkan nilai dan tujuan hidupnya. Setelah remaja menetapkan nilai dan tujuan hidupnya, identitasnya ini akan terus disempurnakan di masa dewasa saat orang menilai komitmen dan pilihannya dahulu. Erikson mengatakan konflik psikologis di masa remaja sebagai konflik identitas versus kegamangan peran. Konflik ini terjadi bila masyarakat membatasi remaja pada pilihan yang tidak sejalan dengan kemampuan dan kemauan remaja. Remaja mengalami perubahan konsep diri dalam memahami dirinya sendiri. Perubahan kognitif remaja membuat remaja mampu menggabungkan watak-watak yang mereka bangun ke dalam satu sistem yang rapi. Remaja kebanyakan lebih menekankan pada kebajikan sosial karena sifat-sifat ini mencerminkan kepedulian remaja terhadap hal-hal yang dinilai positif oleh orang lain. Perubahan pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 remaja tidak hanya terjadi pada perubahan konsep diri melainkan juga perubahan dalam penghargaan diri remaja. Harga diri pada remaja akan meningkat jika remaja mampu menyesuaikan dirinya dengan baik. Remaja yang memiliki harga diri yang positif atau meningkat membuat remaja menjadi seorang yang optimis, memiliki kendali atas masa depan, percaya diri dan mampu mengatasi masalah hidup. Remaja yang memiliki harga diri positif juga menjadi lebih matang, merasa mampu, rupawan, dan lebih menarik dibanding dulu. Hal-hal ini yang membuat remaja mudah bergaul dan senang menjalin hubungan dengan teman sebaya. Remaja yang memiliki penghargaan diri rendah di bidang akademik akan cenderung cemas dan tidak fokus, serta hubungan remaja dengan teman sebaya yang negatif menjadikan remaja berpeluang memiliki kecemasan dan depresif. Sikap antisosial dan agresif pada remaja ini juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan remaja pada hubungannya dengan orang tua. Identitas remaja ini dipengaruhi oleh teman sebaya, aktivitas sekolah dan komunitas, budaya dan sosial, serta rasa aman dari keluarga. Remaja yang merasa terikat pada orang tua tetapi juga bebas menyuarakan pendapat membuat mereka mampu mencapai identitas. Remaja yang tertutup memiliki ikatan erat dengan orang tua tetapi kurang memiliki kesempatan untuk berpisah baik-baik dengan orang tua. Reis (dalam Berk, 2012) mengatakan bahwa remaja terdifusi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 melaporkan kurangnya dukungan dari orang tua serta kurangnya komunikasi yang hangat dan terbuka. d. Perkembangan Moral Kohlberg (dalam Berk, 2012) mengatakan bahwa dilema yang banyak ditemui adalah dilema untuk menaati nilai hukum dan dilema nilai hidup manusia. Kohlberg menekankan bahwa penentu kematangan moral adalah bagaimana individu bernalar bukan kandungan responnya. Kohlberg membagi menjadi tiga tingkat pemahaman moral, yaitu tingkat prakonvensional dimana ada dua tahap lagi, yaitu tahap orientasi hukuman dan ketaatan serta tahap orientasi tujuan instrumental. Tingkat kedua yaitu tingkat konvensional yang dibagi menjadi tahap orientasi “anak baik” atau moralitas kerja sama antarpersonal dan tahap orientasi untuk memelihara tatanan sosial. Tingkat ketiga adalah tingkat pascakonvensional yang dibagi menjadi tahap orientasi kontrak sosial dan tahap orientasi pada prinsip etika universal. Pada masa remaja, tahap moralitas kerja sama antarpersonal dan tahap orientasi untuk memelihara tatanan sosial semakin meningkat. Menurut Kohlberg, remaja yang memiliki kematangan moral akan menyadari bahwa bersikap menurut keyakinan mereka sangat penting dalam menciptakan dan memelihara tatanan dunia sosial yang adil. Remaja yang tingkat kematangan moralnya lebih tinggi akan melakukan tindakan-tindakan prososial dan jarang sekali melakukan perilaku-perilaku antisosial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 D. Dinamika Hubungan Pengawasan Orang Tua Bekerja dan Perilaku Seksual Remaja Erikson mendefinisikan remaja sebagai salah satu langkah penting remaja menuju sosok dewasa dan menemukan definisi mengenai dirinya sendiri (Berk, 2012). Remaja mengalami krisis identitas dimana remaja mencoba banyak alternatif sebelum menetapkan nilai dan tujuan hidupnya. Erikson menyebutkan konflik psikologis di masa remaja ini sebagai konflik identitas versus kegamangan peran. Konflik antara identitas dan kegamangan peran ini terjadi bila masyarakat membatasi remaja pada pilihan yang tidak sejalan dengan kemampuan dan kemauan remaja. Keinginan yang tidak sesuai antara keinginan masyarakat dan remaja ini membuat remaja bingung akan identitas diri dan perannya dalam masyarakat. Perubahan yang terjadi pada masa remaja ini tidak hanya berkaitan akan perubahan konsep dirinya melainkan juga pada harga diri remaja. Keluarga sebagai lingkungan pertama tempat remaja hidup memiliki tugas untuk membimbing anak remaja dalam mencapai nilai-nilai yang akan dianut oleh remaja di kemudian hari. Secara jelas Reiss (dalam Lestari, 2012) mengatakan bahwa keluarga merupakan kelompok kecil yang termasuk dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi berikutnya. Akan tetapi, seiring perjalanan waktu keluarga yang tinggal di kota besar mulai meninggalkan tugasnya untuk membimbing remajanya. Hal ini dikarenakan biaya hidup yang tinggi membuat kedua orang tua harus bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga (Papalia, 2008). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 Pemasukan dari kedua orang tua ini dapat meningkatkan status ekonomi keluarga, dimana ibu bekerja membantu memberikan kekuatan ekonomi yang lebih bagi keluarga. Dampak-dampak positif lainnya yaitu penyetaraan relasi antara ayah dan ibu; tingkat kesehatan yang baik bagi ayah dan ibu; peningkatan harga diri bagi ayah dan ibu; serta relasi yang lebih rapat antara ayah dan anak-anaknya. Selain dampak positif, ada juga dampak yang buruk bagi keluarga jika kedua orang tua bekerja. Dampak buruk ini antara lain kemungkinan munculnya rivalitas antara ayah dan ibu; munculnya konflik antara pekerjaan dan keluarga; konflik antara orang tua dan anak yang meningkat dikarenakan tekanan fisik dan psikologis yang didapatkan orang tua bekerja; serta jadwal bekerja yang padat dan stres kerja sebagai efek dari kedua orang tua bekerja. Situasi kerja yang buruk, stres kerja serta jam kerja yang panjang dan melelahkan dapat membuat orang tua menjadi cepat marah ketika berada di rumah (Santrock, 2014). Situasi tegang yang terjadi di rumah akibat kelelahan dan stres kerja orang tua ini dapat membuat pengasuhan atau pengawasan orang tua terhadap anak menjadi kurang efektif. Pengasuhan ini sendiri merupakan bagian dari tanggung jawab orang tua. Bentuk-bentuk perilaku pengasuhan orang tua anak adalah kontrol dan pemantauan; dukungan dan keterlibatan; komunikasi; kedekatan; dan pendisiplinan. Stattin dan Kerr (dalam Bacchini, 2011) menyetujui bahwa pengawasan atau kontrol yang efektif berkaitan dengan kualitas komunikasi orang tua anak dan melibatkan lebih dari sekedar pengawasan yang bersifat memaksa terhadap anak. Pengawasan orang tua yang dimaksud mencakup kualitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 hubungan orang tua dan anak serta pengetahuan orang tua akan kegiatan anaknya. Pengawasan orang tua ini tidak hanya berkaitan dengan kualitas komunikasi orang tua anak melainkan juga dukungan dari keluarga yang menciptakan keseimbangan dalam hubungan keluarga (Bacchini, 2011). Kualitas komunikasi yang baik akan memunculkan kehangatan dan dukungan keluarga. Kehangatan dan dukungan keluarga ini dibutuhkan untuk menjalin keterbukaan dan rasa nyaman untuk bercerita antara orang tua dan anak sehingga dapat meningkatkan pengetahuan orang tua akan kegiatan remajanya. Kerr mengatakan bahwa hubungan antara keterbukaan dan pengetahuan menjadi lebih kuat di dalam keluarga yang memiliki hubungan yang hangat dibanding dalam hubungan yang tegang (Lippold, 2013). Kehangatan dan dukungan keluarga juga membuat orang tua lebih mendengarkan remaja ketika remaja menceritakan atau memberikan informasi mengenai kegiatannya. Orang tua yang mau mendengarkan remajanya bercerita akan meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai kegiatan remajanya dalam suasan lingkungan yang positif dalam keluarga. Crouter dan Head (dalam Lippold, 2013) mengatakan bahwa orang tua yang memiliki pengetahuan mengenai kegiatan yang dilakukan remajanya lebih memiliki struktur untuk mencegah remaja dari pengaruh perilaku menyimpang sebaya. Kehangatan dan dukungan yang didapatkan dari keluarga dapat membantu remaja untuk mengatasi pengalaman emosi negatif yang mereka dapatkan dan juga memberikan persepsi kepada remaja bahwa ada orang-orang yang menaruh perhatian dan memperhatikan mereka. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 membuat remaja akan berpikir kembali sebelum melakukan perilaku yang tidak diinginkan (Lippold, 2013). Berk (2012) juga menyebutkan bahwa kontrol diri yang kuat serta kualitas hubungan orang tua dan anak yang baik dapat menjadi salah satu faktor yang menekan angka remaja yang aktif secara seksual. Keluarga yang memiliki hubungan yang tegang, tidak adanya dukungan, tidak adanya rasa nyaman bercerita dan tidak adanya keterbukaan membuat kualitas hubungan orang tua dan anak buruk serta pengetahuan orang tua yang rendah akan kegiatan anaknya. Reiss (dalam Berk, 2012) mengatakan remaja yang kurang mendapatkan dukungan dari orang tua serta kurangnya komunikasi yang hangat dan terbuka cenderung menjadikan remaja menjadi sosok yang tertutup. Hal ini juga dapat membuat remaja merasa pengalaman yang didapatkannya tidak dimengerti oleh orang lain dan merasa tidak diperhatikan. Hal ini dapat menjadikan remaja memiliki sikap antisosial, agresif dan perilaku-perilaku tidak diinginkan lainnya agar mendapat perhatian dari orang tua. Perasaan tidak dimengerti oleh orang lain ini juga membuat remaja merasa dirinya unik dan berbeda dari orang lain. Perasaan bahwa dirinya unik dan istimewa ini disebut Piaget sebagai distorsi kognitif fabel pribadi. Fabel pribadi atau merasa dirinya unik ini jika bertemu dengan kepribadian yang senang mencari sensasi, akan membuat remaja semakin merasa dirinya istimewa dan kebal terhadap perilaku berisiko remaja. Remaja yang merasa diri unik dan senang mencari sensasi, menjadikan remaja cenderung lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 berani melakukan perilaku seksual berisiko, lebih sering mengkonsusmsi obatobatan dan alkohol, serta melakukan tindakan yang lebih nakal dari temantemannya (Berk, 2012). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kualitas Hubungan Orang Tua - Anak Baik Pengawasan Orang Tua Tinggi Hubungan hangat dan mendukung Kenyamanan bercerita Pengetahuan Orang Tua Tinggi Keterbukaan Pengawasan Orang Tua Kualitas Hubungan Orang Tua - Anak Buruk Pengawasan Orang Tua Rendah Hubungan tegang dan tidak mendukung Tidak nyaman bercerita Pengetahuan Orang Tua Rendah Kurang terbuka Remaja merasa diperhatikan dan dimengerti. Hal ini membuat remaja berpikir kembali sebelum melakukan perilaku yang tidak diinginkan. Perilaku tersebut seperti sikap anti sosial, agresif, konsumsi obat terlarang dan alkohol serta perilaku seksual berisiko. Remaja menutup diri, merasa tidak ada yang memperhatikan dan tidak ada yang mengerti. Hal ini membuat remaja cenderung melakukan perilaku yang tidak diinginkan agar diperhatikan. Perilaku tersebut seperti sikap anti sosial, agresif, konsumsi obat terlarang dan alkohol serta perilaku seksual berisiko. 44 Perilaku Seksual Rendah Perilaku Seksual Tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori di atas, hipotesis peneliti adalah terdapat hubungan negatif antara persepsi pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja. Semakin tinggi persepsi pengawasan orang tua maka semakin rendah perilaku seksual remaja. Semakin rendah persepsi pengawasan orang tua maka semakin tinggi pula perilaku seksual remaja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi remaja terhadap pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja. Pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data numerikal yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2012). Studi korelasional mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain (Noor, 2011). Paling tidak terdapat dua variabel yang harus diukur sehingga dapat diketahui hubungannya. Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah persepsi remaja terhadap pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja. B. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: Variabel Tergantung : Perilaku Seksual Remaja Variabel Bebas : Persepsi Remaja Terhadap Pengawasan Orangtua Bekerja 46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 C. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep/variabel (Noor, 2011). Dimensi (indikator) dapat berupa perilaku, aspek, atau sifat/karakteristik. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Persepsi Remaja Pengawasan Orang tua Bekerja Persepsi remaja terhadap pengawasan orang tua bekerja adalah penilaian subjek mengenai tindakan kontrol yang dilakukan orang tua bekerja untuk mengetahui keberadaan dan kegiatan subjek. Tindakan kontrol orang tua ini melibatkan dukungan, perhatian dan kualitas komunikasi orang tua dan anak yang baik. Persepsi remaja terhadap pengawasan orang tua bekerja ini dilihat melalui skala dengan komponen pengawasan orang tua menurut Crouter dan Head (dalam Lippold, 2013). Komponen pengawasan orang tua tersebut adalah pengetahuan orang tua dan kualitas hubungan orang tua dan anak. Pengawasan orang tua yang didapatkan subjek dapat dilihat dari hasil skor skala persepsi remaja terhadap pengawasan orang tua bekerja. Subjek yang mendapat skor rendah menunjukkan bahwa subjek kurang mendapatkan pengawasan dari orang tua bekerja. Subjek dengan skor tinggi menunjukkan bahwa subjek mendapatkan pengawasan dari orangtua bekerja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 2. Perilaku Seksual Perilaku seksual merupakan laporan subjek mengenai kegiatan fisik yang bersifat erotis yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh subjek. Perilaku seksual ini dapat dilakukan subjek bersama pasangan ataupun hanya dirinya sendiri dengan tujuan memuaskan hasrat seksual secara jasmaniah. Macam-macam perilaku seksual remaja dengan pasangan maupun dirinya sendiri diambil dari teori yang dikemukakan oleh Rathus, Nevid, dan Rathus (2007). Perilaku-perilaku seksual tersebut adalah masturbasi, simple kissing, deep kissing, touching, breast stimulation, oral-genital stimulation, dan sexual intercourse atau bersenggama. Tinggi rendahnya perilaku seksual subjek dapat dilihat dari hasil skor pada skala perilaku seksual remaja. Skor yang tinggi pada skala perilaku seksual ini menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja tergolong tinggi. Skor rendah pada skala perilaku seksual menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja tergolong rendah. D. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah remaja usia 11 - 21 tahun yang belum menikah dan memiliki kedua orang tua bekerja di Kota Batam. Remaja yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini merupakan remaja yang pernah maupun belum pernah berpacaran. Peneliti juga meneliti subjek yang belum berpasangan dikarenakan perilaku-perilaku seksual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 yang diteliti tidak hanya perilaku seksual bersama pasangan melainkan juga perilaku seksual dengan diri sendiri. Peneliti melakukan penelitian di kota Batam dikarenakan Batam merupakan salah satu dari empat kota yang dinyatakan sebagai kota tujuan wisata seksual oleh wisatawan asing di Indonesia. Tingginya angka HIV/AIDS serta ditemukannya remaja yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) juga menjadi alasan peneliti dalam menentukan subjek penelitian. E. Metode Pengambilan Sampel Peneliti menggunakan teknik purposive sampling pada penelitian ini. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel (Noor, 2011). Pertimbangan khusus tersebut ditentukan peneliti sesuai dengan kriteria subjek dalam penelitian ini. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah: 1. Remaja yang berusia 11 – 21 tahun dan belum menikah 2. Remaja dengan kedua orang tua bekerja F. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala. Skala merupakan alat ukur psikologis yang disusun dari stimulus pertanyaan atau pernyataan untuk mengungkap atribut – atribut tertentu melalui respon terhadap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 (Azwar, 2012). Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua buah skala, yaitu skala persepsi pengawasan orangtua bekerja dan skala perilaku seksual. 1. Skala persepsi pengawasan orang tua bekerja Skala persepsi pengawasan orang tua bekerja ini digunakan untuk melihat tinggi rendahnya pengawasan yang diterima oleh remaja dari orang tuanya. Skala ini terdiri dari aitem-aitem favorable dan unfavorable. Aitem favorable disusun berdasarkan pernyataan yang mendukung aspek pengawasan orang tua, sedangkan aitem unfavorable disusun berdasarkan pernyataan yang tidak mendukung aspek pengawasan orang tua. Aitem yang digunakan ini mengacu pada dua aspek pengawasan orangtua, yaitu pengetahuan orangtua dan kualitas hubungan orangtua – anak. Skala persepsi pengawasan orangtua bekerja ini terdiri dari 30 aitem, dimana 15 aitem bersifat favorable dan 15 aitem bersifat unfavorable. Tabel 3.1. Blueprint Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja (Sebelum Uji Coba) Aspek Aitem Jumlah Persentase 7, 16, 8, 24, 28, 6 20 % 6 20 % Pengetahuan orang tua Favorable 30 Unfavorable 1, 9, 10, 15, 17, 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Kualitas hubungan orang tua dan remaja Favorable 3, 4, 5, 11, 13, 9 30 % 9 30 % 30 100% 21, 22, 23, 29 Unfavorable 2, 6, 12, 14, 19, 20, 25, 26, 27 Total Skala persepsi pengawasan orang tua bekerja ini disusun menggunakan skala Likert atau summated ratings. Subjek akan memilih satu dari empat alternatif jawaban untuk melihat pengawasan yang diberikan oleh orangtua. Masing-masing aitem akan diberikan pilihan jawaban “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju”. Tabel 3.2. Sistem Skoring untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable Skor Respon Favorable Unfavorable Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 Berdasarkan sistem skoring tersebut, semakin tinggi skor yang subjek dapatkan pada skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi juga pengawasan yang subjek dapatkan dari orang tua. Semakin rendah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 skor yang subjek dapatkan pada skala ini menunjukkan bahwa semakin rendah pula pengawasan yang subjek dapatkan dari orang tua. 2. Skala Perilaku Seksual Skala perilaku seksual ini digunakan untuk melihat perilaku seksual remaja. Skala ini terdiri dari aitem-aitem favorable. Aitem favorable disusun berdasarkan pernyataan yang menunjukkan perilaku-perilaku seksual. Aitem yang digunakan ini mengacu pada perilaku-perilaku seksual yaitu masturbasi, simple kissing, deep kissing, menyentuh (touching), merangsang payudara, stimulasi oral genital, dan bersenggama. Skala perilaku seksual ini terdiri dari 14 aitem favorable. Tabel 3.3. Blueprint Skala Perilaku Seksual (Sebelum Uji Coba) Aspek Aitem Jumlah Persentase 1, 6 2 14,2 % 11, 13 2 14,2 % 2, 14 2 14,2 % 3, 8 2 14,2 % Masturbasi Favorable Simple Kissing Favorable Deep Kissing Favorable Menyentuh (Touching) Favorable Merangsang Payudara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Favorable 5, 10 2 14,2 % 7, 12 2 14,2 % 4, 9 2 14,2 % 14 100% Stimulasi Oral Genital Favorable Bersenggama Favorable Total Skala perilaku seksual ini disusun menggunakan skala Likert atau summated ratings. Subjek akan memilih satu dari empat alternatif jawaban untuk melihat frekuensi perilaku seksual subjek. Masingmasing aitem akan diberikan pilihan jawaban “Sangat Sering”, “Sering”, “Pernah”, dan “Tidak Pernah”. Tabel 3.4. Sistem Skoring untuk Pernyataan Favorable Respon Skor Sangat Sering (SS) 4 Sering (S) 3 Pernah (P) 2 Tidak Pernah (TP) 1 Peneliti juga memberikan bobot yang berbeda untuk masingmasing perilaku seksual. Pembobotan ini diberikan berdasarkan tingkat kenikmatan yang dihasilkan tiap-tiap perilaku seksual. Adapun bobot untuk masing-masing perilaku seksual sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Tabel 3.5. Pemberian Bobot Untuk Setiap Perilaku Seksual Aspek Bobot Nilai Masturbasi 3 Simple Kissing 1 Deep Kissing 1 Menyentuh (Touching) 2 Merangsang Payudara 2 Stimulasi Oral Genital 2 Bersenggama 3 Berdasarkan sistem skoring tersebut, skor untuk skala perilaku seksual ini diperoleh dari hasil kali frekuensi perilaku dengan bobot nilai untuk tiap perilaku (frekuensi x bobot). G. Validitas, Seleksi Aitem, dan Reliabilitas 1. Seleksi Aitem Seleksi aitem dalam skala psikologi digunakan untuk melihat atribut yang efektif. Seleksi aitem skala psikologi ini dilihat melalui daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan atau yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 total. Seleksi aitem dengan melihat daya diskriminasi aitem ini digunakan untuk memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh penyusun (Azwar, 2012). Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan menggunakan SPSS for Windows 16,00 untuk melihat korelasi antara distribusi akor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitemtotal (rix) yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda aitem. Besarnya koefisien korelasi aitem-total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya diskriminasi aitem makan koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00. Koefisien yang mendekati angka 0 atau yang memiliki tanda negatif mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik. Pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem-total biasanya menggunakan batasan rix ≥ 0,30. Aitem-aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Aitemaitem yang memiliki koefisien korelasinya kurang dari 0,30 dianggap sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi atau daya beda rendah. Berikut ini hasil uji daya diskriminasi atau daya beda pada skalaskala yang digunakan setelah uji coba: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 a) Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja Hasil pengujian daya beda aitem pada skala persepsi pengawasan orang tua menunjukkan bahwa dari 30 aitem terdapat 23 aitem yang dinyatakan lolos seleksi dan 7 aitem yang koefisien korelasinya berada di bawah 0,30 atau tidak lolos seleksi. Selain itu, peneliti melakukan penurunan standar koefisien korelasi menjadi > 0,25. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan 3 aitem, sehingga jarak aitem antar indikator tidak jauh berbeda. Penurunan standar koefisien korelasi aitem total menjadi 0,25 masih dianggap baik (Azwar, 2012). Aitem-aitem yang gugur adalah aitem nomor 2, 10, 14, dan 27. Berikut ini tabel distribusi skala persepsi pengawasan orang tua bekerja setelah uji coba. Tabel 3.6. Blueprint Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Bekerja (Setelah Uji Coba) Aspek Aitem Jumlah Persentase 7, 16, 8, 24, 5 19 % 6 23 % 9 34 % Pengetahuan orang tua Favorable 28, 30 Unfavorable 1, 9, 15, 17, 18 Kualitas hubungan orang tua dan remaja Favorable 3, 4, 5, 11, 13, 21, 22, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 23, 29 Unfavorable 6, 12, 19, 6 23 % 26 100% 20, 25, 26 Total b) Skala Perilaku Seksual Hasil pengujian daya beda aitem pada skala perilaku seksual menunjukkan bahwa dari 14 aitem terdapat 13 aitem yang dinyatakan lolos seleksi dan 1 aitem yang tidak lolos seleksi atau koefisien korelasinya berada di bawah 0,30. Aitem yang gugur tersebut adalah aitem nomor 6. Berikut ini tabel distribusi skala perilaku seksual setelah uji coba: Tabel 3.8. Blueprint Skala Perilaku Seksual (Setelah Uji Coba) Aspek Aitem Jumlah Persentase 1 1 7,1% 11, 13 2 15,3 % 2, 14 2 15,3 % 3, 8 2 15,3 % 5, 10 2 15,3 % Masturbasi Favorable Simple Kissing Favorable Deep Kissing Favorable Menyentuh (Touching) Favorable Merangsang Payudara Favorable PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Stimulasi Oral Genital Favorable 7, 12 2 15,3 % 4, 9 2 15,3 % 13 100% Bersenggama Favorable Total 2. Validitas Alat Tes Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksud untuk diukur (Suryabrata dalam Periantolo, 2015).Validitas ini mengukur akurasi intrumen atau alat ukur. Penguji menggunakan validitas isi untuk kedua skala dalam penelitian ini. Validitas isi memastikan bahwa aitem-aitem dalam skala telah merepresentasikan atau mencerminkan domain konsep (Noor, 2011). Aitem-aitem dalam skala ini harus mewakili komponenkomponen dalam keseluruhan isi objek yang akan diukur (aspek representasi) dan sejauh mana aitem-aitem tes mencerminkan ciri perilaku yang akan diukur (aspek relevansi). Validitas isi ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional judgement professional judgement pembimbing skripsi. (Azwar, 2007). Validitas isi melalui dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 3. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas ini menunjukkan tingkat kemantapan atau konsistensi dari alat ukur melalui hasil pengukuran. Suatu alat ukur dikatakan konsisten, jika alat ukur tersebut menunjukkan hasil yang sama dalam kondisi yang sama ketika mengukur sesuatu berulang kali (Noor, 2011). Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten pula dari waktu ke waktu (Azwar, 2006). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2006). Kedua skala yang digunakan diuji reliabilitasnya menggunakan Alpha Cronbach melalui SPSS for Windows 16.00. Koefisien reliabilitas yang didapatkan pada skala persepsi pengawasan orang tua bekerja sebelum seleksi aitem sebesar 0,897 dan setelah seleksi aitem sebesar 0,901. Koefisien reliabilitas yang didapatkan pada skala perilaku seksual sebelum seleksi aitem sebesar 0,967 dan setelah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 seleksi aitem sebesar 0,972. Hal ini menunjukkan bahwa kedua skala yang digunakan dapat dikatakan reliabel karena koefisien reliabilitas yang diperoleh mendekati 1,00. H. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mengolah data penelitian, sehingga dapat disimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat digunakan dalam menjawab masalah yang diangkat oleh peneliti. Metode analisis data pada penelitian ini melalui uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas digunakan untuk melihat sebaran populasi dalam data penelitian. Jika nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian memiliki sebaran data yang normal, tetapi jika nilai p < 5 maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki sebaran data yang tidak normal. Uji linearitas dilakukan untuk melihat linearitas hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Uji linearitas ini dilakukan menggunakan test for linearity melalui program SPSS for windows versi 16.00. Hubungan kedua variabel dikatakan linear jika signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan analisa korelasi Pearson Product Moment, jika data penelitian normal dan linear. Akan tetapi, uji hipotesis akan dilakukan dengan analisa korelasi Spearman Rank, jika data penelitian tidak normal dan atau tidak linear. Penghitungan tersebut dilakukan dengan SPSS for Windows versi 16.00. Analisa ini digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 untuk melihat hubungan antara persepsi pengawasan orang tua bekerja dengan perilaku seksual remaja. I. Prosedur Pengambilan Data Pada penelitian ini peneliti melalui dua langkah untuk mengambil data penelitian, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Berikut langkah-langkah yang dilakukan peneliti: 1. Tahap Persiapan a) Menyusun alat ukur Alat ukur dalam penelitian ini berupa skala. Terdapat dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala persepsi pengawasan orang tua dan skala perilaku seksual. b) Melakukan uji coba skala Uji coba skala dilakukan di Yogyakarta pada bulan September 2015. Peneliti melaksanakan uji coba skala penelitian ini pada 50 subjek. Subjek dipilih sesuai dengan kemiripan kriteria subjek untuk penelitian ini yaitu remaja berusia 11-21, pernah berpacaran, dan memiliki kedua orang tua bekerja. c) Menganalisis aitem-aitem pada skala d) Mengolah data hasil uji coba e) Menganalisis data dan menentukan aitem-aitem yang akan digugurkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 2. Tahap Pelaksanaan a) Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan untuk pengumpulan data Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini sebanyak 2 skala penelitian. Skala yang digunakan adalah skala persepsi pengawasan orang tua sebanyak 26 aitem dan skala perilaku seksual sebanyak 13 aitem. b) Proses pengambilan data Peneliti melaksanakan pengambilan data dengan menyebar skala penelitian pada bulan Januari 2016 di Kota Batam. Skala penelitian ini akan diberikan kepada siswa-siswa SMP dan SMA, serta mahasiswa di Kota Batam. c) Menganalisis data penelitian dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 16.00 d) Membuat pembahasan berdasarkan hasil analisis e) Membuat kesimpulan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan memasukkan surat ijin penelitian ke beberapa sekolah di Batam. Peneliti membawa surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma beserta proposal penelitian dan alat ukur penelitian berupa skala penelitian. Peneliti memasukkan ijin penelitian ke beberapa sekolah, akan tetapi ada salah satu kepala sekolah yang menolak ijin penelitian dengan alasan bahwa topik penelitian ini masih dianggap tabu. Setelah proses perijinan penelitian ini berlangsung, peneliti melaksanakan penelitian di 6 sekolah dan salah satu kampus di Batam. Adapun sekolah-sekolah dan kampus tersebut adalah: 1. SMP Katolik Yos Sudarso 2. SMP Kristen Immanuel 3. SMA Katolik Yos Sudarso 4. SMA Kristen Immanuel 5. SMA Kartini 6. SMK Kartini 7. Politeknik Negeri Batam Perijinan dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari tanggal 18 – 29 Januari 2016 di kota Batam. Pengambilan data untuk penelitian di SMP Katolik Yos Sudarso dilangsungkan pada tanggal 19 Januari 2016, SMA 63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Katolik Yos Sudarso pada tanggal 21 Januari 2016, SMP Kristen Immanuel serta SMA Kristen Immanuel pada tanggal 22 Januari 2016, SMA Kartini pada tanggal 26 Januari 2016, SMK Kartini pada tanggal 27 Januari 2016, dan di Politeknik Negeri pada tanggal 28 – 29 Januari 2016. Penelitian di sekolahsekolah dilakukan dengan cara masuk ke kelas yang dijadwalkan dan membagikan skala penelitian serta memberikan instruksi untuk pengerjaannya. Peneliti menanyakan kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian, membagikan skala penelitian serta memberikan instruksi pengerjaan ketika melakukan penelitian di kampus. Peneliti sempat mengalami kendala ketika sedang melakukan pengambilan data di kampus Politeknik. Hal ini dikarenakan kampus Politeknik baru saja memasuki masa liburan setelah ujian akhir semester, sehingga tidak banyak mahasiswa yang masih berada di kampus. B. Deskriptif Data Penelitian Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 11 hingga 21 tahun dan memiliki kedua orang tua yang bekerja. Peneliti menyebarkan skala penelitian kepada 260 subjek yang sesuai dengan kriteria, akan tetapi hanya 253 subjek yang memenuhi syarat dalam pengisian skala. Data demografi subjek penelitian dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 Tabel 4.1. Data Usia Subjek Penelitian Usia Jumlah Persentase 13 tahun 2 orang 0,79 % 14 tahun 39 orang 15,41 % 15 tahun 81 orang 32,02 % 16 tahun 72 orang 28,46 % 17 tahun 37 orang 14,62 % 18 tahun 10 orang 3,95 % 19 tahun 2 orang 0,79 % 20 tahun 3 orang 1,19 % 21 tahun 7 orang 2,77 % 253 orang 100 % Total Tabel 4.2. Data Jenis Kelamin Subjek Penelitian Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 120 orang 47,43 % Perempuan 133 orang 52,57 % Total 253 orang 100 % Tabel 4.3. Data Pendidikan Subjek Penelitian Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase SMP 74 orang 29,25 % SMA / SMK 162 orang 63,03 % PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 Kuliah Total 17 orang 6,72 % 253 orang 100 % Tabel 4.4. Data Tempat Tinggal Subjek Penelitian Tinggal Bersama Kos Orang tua Saudara lainnya Total Jumlah Persentase 1 orang 0,39 % 249 orang 98,42 % 3 orang 1,19 % 253 orang 100 % Tabel 4.5. Data Status Berpacaran Subjek Penelitian Status Berpacaran Jumlah Persentase Punya pacar 63 orang 24,90 % Tidak punya pacar 93 orang 36,76 % Belum pernah berpacaran 97 orang 38,34 % Total 253 orang 100 % Pernah berpacaran C. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian ini menunjukkan informasi mengenai keadaan subjek terhadap variabel yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan penghitungan skor mean teoritik dan skor mean empirik serta melihat signifikansi dari kedua skor mean. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 1. Analisis Data Penelitian Berikut ini hasil penghitungan mean empirik dan mean teoritik untuk kedua variabel, yakni pengawasan orang tua dan perilaku seksual subjek secara keseluruhan: Tabel 4.6. Deskripsi Data Penelitian Mean Empirik Mean Teoritik Variabel Pengawasan t Sig. Min Max Mean Min Max Mean 41 101 75,95 26 104 65 18.482 25 73 28,87 13 156 84,5 -126.338 0,000 0,000 Orang Tua Perilaku Seksual Berdasarkan deskripsi data penelitian di atas, dapat dilihat bahwa mean empirik pengawasan orang tua sebesar 75,95 sedangkan mean teoritik pengawasan orang tua sebesar 65. Skor ini menunjukkan bahwa mean empirik pengawasan orang tua lebih besar daripada mean teoritik orang tua. Pada tabel di atas juga dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pengawasan orang tua yang diperoleh sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua subjek pada penelitian ini tergolong tinggi dan signifikan. Pada variabel perilaku seksual, dapat dilihat bahwa mean empirik yang diperoleh sebesar 28,87, sedangkan mean teoritiknya sebesar 84,5. Skor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 ini menunjukkan bahwa mean empirik perilaku seksual lebih kecil daripada skor mean teoritik. Nilai signifikansi perilaku seksual sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual subjek pada penelitian ini tergolong rendah dan signifikan. Tabel 4.7. Deskripsi Data Penelitian Perilaku Seksual Sexual Self Simple Deep Stimulation Kissing Kissing TP 233 P 19 S 1 SS 0 Total 253 Touching 92,1 194 76,7 203 80,2 213 84,2 % % % % 7,5 45 17,8 39 15,4 30 11,8 % % % % 0,4 10 3,9 6 2,4 9 3,5 % % % % 0% 4 1,6 5 2% 1 0,4 % % 100 253 100 253 100 253 100 % % % % Stimulation Oral Sexual of Intercourse the Genital Breasts Stimulation 225 88,9 % 10,3 % 0,8 % 0% 244 100 % 253 26 2 0 253 6 3 0 96,4 % 2,4 % 1,2 % 0% 240 100 % 253 Berdasarkan deskripsi data penelitian perilaku seksual di atas, subjek yang belum pernah melakukan sexual self stimulation (masturbasi) sebesar 92,1 %, pernah melakukan sebesar 7,5 %, sering melakukan sebesar 0,4 %, dan tidak ada subjek yang sangat sering melakukan masturbasi. Subjek yang tidak pernah melakukan simple kissing sebesar 76,7 %, pernah melakukan sebesar 17,8 %, sering melakukan sebesar 3,9 %, dan sangat 11 2 0 94.9 % 4,3 % 0,8 % 0% 100 % PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 sering melakukan simple kissing sebesar 1,6 %. Subjek yang tidak pernah melakukan deep kissing sebesar 80,2 %, pernah melakukan 15,4 %, sering melakukan sebesar 2,4 %, dan yang sangat sering melakukan sebesar 2 %. Subjek yang tidak pernah melakukan touching atau meraba pasangan sebesar 84,2 %, pernah melakukan 11,8 %, sering meraba pasangan sebesar 3,5 %, dan subjek yang sangat sering sebesar 0,4%. Subjek yang tidak pernah melakukan stimulation of the breasts sebesar 88,9 %, pernah melakukan sebesar 10,3 %, sering melakukan sebesar 0,8 %, dan tidak ada subjek yang sangat sering melakukannya. Subjek yang tidak pernah melakukan oral genital stimulation sebesar 96,4 %, pernah melakukan sebesar 2,4 %, sering melakukan sebesar 1,2 %, dan tidak ada subjek yang sangat sering melakukan oral genital stimulation. Pada perilaku sexual intercourse terdapat 94,9 % subjek yang tidak pernah melakukannya, 4,3 % subjek pernah melakukan, 0,8 % sering melakukan, dan tidak ada subjek yang sangat sering melakukannya. Tabel 4.8. Data Pasangan Perilaku Seksual Subjek Penelitian Pasangan Perilaku Seksual Jumlah Persentase Pacar atau mantan pacar 52 82,53 % Teman 9 14,28 % Pacar dan teman 2 3,17 % 63 100 % Total PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Peneliti menambahkan pertanyaan tidak wajib mengenai pasangan subjek ketika melakukan perilaku seksual. Peneliti meminta subjek untuk menjawab pertanyaan tersebut apabila subjek pernah melakukan minimal salah satu perilaku seksual berpasangan. Ada 63 subjek dari total subjek keseluruhan yang menjawab pertanyaan tambahan tersebut. Dapat dilihat dari tabel data pasangan perilaku seksual subjek penelitian bahwa 82,53 % subjek mengaku melakukan perilaku-perilaku seksual bersama dengan pacar atau mantan pacar, 14,28 % mengaku melakukan bersama teman dan 3,17 % melakukannya bersama pacar dan teman. 2. Analisis Tambahan Data Penelitian Ada beberapa analisis tambahan dari data penelitian yang berkaitan dengan kelompok subjek menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta status berpacaran subjek penelitian. Berikut tabel serta penjelasan dari masing-masing analisis subjek: Tabel 4.9. Deskripsi Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin Variabel / Subjek Pengawasan Orang Tua Perempuan Laki-laki Perilaku Seksual Perempuan Laki-laki n Mean Empirik Mean Teoritik Sig. 133 120 77,74 73,97 65 65 0,000 0,000 133 120 26,92 31,04 84,5 84,5 0,000 0,000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 Tabel deskripsi data penelitian menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa mean empirik pengawasan orang tua pada subjek perempuan sebesar 77,74 sedangkan mean teoritiknya sebesar 65. Mean empirik pengawasan orang tua pada subjek laki-laki sebesar 73,97 sedangkan mean teoritiknya sebesar 65. Hal ini menunjukkan bahwa mean empirik pengawasan orang tua pada kedua kelompok subjek lebih tinggi daripada mean teoritiknya. Nilai signifikansi pengawasan orang tua yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua pada kedua kelompok subjek yakni perempuan dan laki-laki dapat dikatakan tergolong tinggi dan signifikan. Pada variabel perilaku seksual, dapat dilihat bahwa skor mean empirik yang diperoleh subjek perempuan maupun laki-laki lebih kecil dibanding skor mean teoritiknya. Pada subjek perempuan mean empirik sebesar 26,92 dan mean teoritik sebesar 84,5 sedangkan pada subjek lakilaki mean empirik sebesar 31,04 dan mean teoritik sebesar 84,5. Nilai signifikansi perilaku seksual yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seksual pada dua kelompok subjek yakni perempuan dan laki-laki tergolong rendah dan signifikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 Gambar 4.1. Diagram Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin 100 80 60 Perempuan 40 Laki-laki 20 0 Pengawasan Orang Tua Perilaku Seksual Jika dilihat dari diagram data penelitian menurut jenis kelamin di atas, subjek perempuan mendapatkan pengawasan orang tua yang lebih tinggi dibanding subjek laki-laki, akan tetapi perilaku seksual subjek perempuan lebih rendah dibanding subjek laki-laki. Gambar 4.2. Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Jenis Kelamin 35 30 25 20 15 10 5 0 Perempuan Laki-laki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 Dari diagram data penelitian perilaku seksual menurut jenis kelamin dapat dilihat bahwa perilaku seksual subjek laki-laki lebih tinggi dari subjek perermpuan, terutama pada perilaku sexual self stimulation atau masturbasi. Tabel 4.10. Tabel Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan Variabel / Subjek Pengawasan Orang Tua SMP SMA/SMK Mahasiswa Perilaku Seksual SMP SMA/SMK Mahasiswa n Mean Empirik Mean Teoritik Sig. 74 162 17 75,80 75,92 76,96 65 65 65 0,000 0,000 0,000 74 162 17 27,08 29,60 29,82 84,5 84,5 84,5 0,000 0,000 0,000 Berdasarkan data pada tabel 4.10, dapat kita lihat bahwa mean empirik pengawasan orang tua dari 3 kelompok subjek lebih besar daripada mean teoritik. Mean empirik yang diperoleh subjek SMP sebesar 75,80, subjek SMA/SMK sebesar 75,92, subjek mahasiswa sebesar 76,96, sedangkan mean teoritiknya sebesar 65. Mean empirik yang lebih besar daripada mean teoritik ini menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang didapatkan ketiga kelompok subjek tergolong tinggi. Nilai signifikansi pengawasan orang tua yang diperoleh ketiga kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua yang didapatkan ketiga kelompok subjek tergolong tinggi dan signifikan. Pada variabel perilaku seksual, ketiga kelompok subjek mendapatkan mean empirik yang lebih kecil daripada mean teoritiknya. Mean empirik subjek SMP sebesar 27,08, subjek SMA sebesar 29,60, subjek mahasiswa sebesar 29,82, sedangkan mean teoritiknya sebesar 84,5. Mean empirik yang lebih kecil daripada mean teoritik ini menunjukkan bahwa perilaku seksual ketiga kelompok subjek tergolong rendah. Nilai signifikansi perilaku seksual yang diperoleh ketiga kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual ketiga kelompok subjek tergolong rendah dan signifikan. Gambar 4.3. Diagram Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan 100 80 60 SMP 40 SMA/SMK 20 Mahasiswa 0 Pengawasan Orang Tua Perilaku Seksual Diagram data penelitian menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang didapatkan subjek SMP, SMA/SMK PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 maupun mahasiswa tidak terlalu jauh berbeda. Pada variabel perilaku seksual, dapat dilihat bahwa perilaku subjek SMP lebih rendah daripada SMA/SMK dan mahasiswa. Akan tetapi, perilaku seksual SMA/SMK dan mahasiswa tidak jauh berbeda. Gambar 4.4. Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Tingkat Pendidikan 35 30 25 20 15 10 5 0 Diagram SMP SMA/SMK Mahasiswa data penelitian perilaku seksual menurut tingkat menunjukkan bahwa perilaku seksual subjek SMA/SMK dan mahasiswa lebih tinggi dari subjek SMP, dimana perilaku seksual subjek SMA/SMK dan mahasiswa hampir sama tingginya. Akan tetapi, perilaku seksual subjek mahasiswa lebih rendah dari subjek SMA/SMK pada beberapa perilaku, yakni sexual self stimulation atau masturbasi, oral genital stimulation, dan sexual intercourse atau bersenggama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Tabel 4.11. Data Penelitian Menurut Status Berpacaran Variabel / Subjek Pengawasan Orang Tua Pernah Berpacaran Belum Pernah Berpacaran Perilaku Seksual Pernah Berpacaran Belum Pernah Berpacaran n Mean Empirik Mean Teoritik Sig. 156 97 76,11 75,70 65 65 0,000 0,000 156 97 30,31 26,56 84,5 84,5 0,000 0,000 Berdasarkan data pada tabel data penelitian menurut status berpacaran dapat kita lihat bahwa mean empirik pengawasan orang tua pada kedua kelompok subjek lebih besar daripada mean teoritik. Subjek yang mengatakan pernah berpacaran diperoleh mean empirik sebesar 76,11 sedangkan mean teoritiknya 65. Subjek yang belum pernah berpacaran, mean empiriknya sebesar 75,70 dan mean teoritiknya sebesar 65. Mean empirik pengawasan orang tua yang lebih besar daripada mean teoritik ini menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang diperoleh kedua kelompok subjek tergolong tinggi. Nilai signifikansi pengawasan orang tua yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua yang didapatkan kedua kelompok subjek tergolong tinggi dan signifikan. Pada variabel perilaku seksual, mean empirik yang diperoleh kedua kelompok subjek lebih kecil daripada mean teoritiknya. Mean empirik yang diperoleh subjek yang pernah berpacaran sebesar 30,11 dan subjek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 yang belum pernah berpacaran sebesar 26,56 sedangkan mean teoritik yang diperoleh sebesar 84,5. Mean empirik yang lebih kecil dari mean teoritik ini menunjukkan bahwa perilaku seksual yang diperoleh kedua kelompok subjek tergolong rendah. Nilai signifikansi perilaku seksual yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual kedua kelompok subjek tergolong rendah dan signifikan. Gambar 4.5. Diagram Data Penelitian Menurut Status Berpacaran 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pernah Berpacaran Belum Pernah Berpacaran Pengawasan Orang Perilaku Seksual Tua Berdasarkan diagram data penelitian menurut status berpacaran di atas, dapat dilihat bahwa pengawasan yang didapatkan subjek pernah berpacaran maupun yang belum pernah berpacaran tidak terlalu jauh berbeda. Akan tetapi, subjek yang pernah berpacaran memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi dari subjek yang belum pernah berpacaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 Gambar 4.6. Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Status Berpacaran 35 30 25 20 15 10 5 0 Pernah Berpacaran Belum Pernah Berpacaran Diagram data penelitian perilaku seksual menurut status berpacaran menunjukkan bahwa perilaku seksual subjek yang pernah berpacaran lebih tinggi dari subjek yang belum pernah berpacaran. Hal ini terjadi di semua perilaku seksual yang diteliti. D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik KolmogorovSmirnov Test melalui program SPSS for windows versi 16.00. Data penelitian dikatakan normal apabila nilai signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 (Sugiyono, 2015). Berikut tabel hasil uji normalitas: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian Kolmogorov- Asymp. Sig Smirnov Z (2-tailed) Pengawasan Orang Tua 0,900 0,393 Perilaku Seksual 4,614 0,000 Variabel Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa siginifikansi pengawasan orang tua sebesar 0,393. Hal ini menunjukkan bahwa pengawasan orang tua memiliki sebaran data yang normal. Pada perilaku seksual signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data yang dimiliki perilaku seksual tidak normal. b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk melihat linearitas hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Uji linearitas ini dilakukan menggunakan test for linearity melalui program SPSS for windows versi 16.00. Hubungan kedua variabel dikatakan linear jika signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05. Berikut tabel hasil uji linearitas: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 Tabel 4.13. Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel F Sig. Pengawasan (Combined) 1.165 0,238 Orang tua * Linearity 7.794 0,006 Perilaku Deviation Seksual Linearity 1.014 0,456 from Berdasarkan hasil uji linearitas di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi (p) pengawasan orang tua dengan perilaku seksual sebesar 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pengawasan orang tua dengan perilaku seksual linear. 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan pengujian korelasi Spearman’s Rho melalui program SPSS for windows versi 16.00. Hal ini dikarenakan sebaran data perilaku seksual tidak terdistribusi normal. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan pengujian satu ekor (1-tailed) dikarenakan hipotesis sudah berarah. Berikut ini tabel hasil uji hipotesis: Tabel 4.14. Hasil Uji Hipotesis Penelitian Variabel Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Pengawasan Orang Tua -0,238 0,000 * Perilaku Seksual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis di atas, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi pengawasan orang tua dan perilaku seksual sebesar 0,238 dengan nilai signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pengawasan orang tua dan perilaku seksual. Semakin tinggi pengawasan orang tua maka semakin rendah perilaku seksual, begitu juga sebaliknya. Hipotesis penelitian ini diterima. E. Pembahasan Hasil uji hipotesis ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pengawasan orang tua dan perilaku seksual yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pengawasan orang tua maka semakin rendah perilaku seksual. Semakin rendah pengawasan orang tua maka semakin tinggi perilaku seksual remaja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Diclemente, Wingood, Crosby, Sionean, Cobb, Harrington, dan Oh (2001) yang melihat pengaruh rendahnya pengawasan orang tua pada perilaku kesehatan remaja yang berbahaya. Diclemente dkk. (2001) menemukan bahwa ada hubungan antara rendahnya pengawasan orang tua dengan perilaku kesehatan yang berbahaya pada remaja. Diclemente dkk. (2001) mengatakan remaja yang mendapatkan pengawasan orang tua yang rendah akan lebih memungkinkan memiliki hasil tes yang positif untuk penyakit menular seksual, tidak menggunakan kondom pada hubungan seksual terakhir, memiliki beberapa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 pasangan seksual dalam waktu 6 bulan terakhir, memiliki pasangan seksual yang berisiko, memiliki pasangan seksual yang baru dalam 30 hari terakhir, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi selama hubungan seksual terakhir. Selain perilaku seksual berbahaya, Diclemente dkk. juga menemukan bahwa remaja yang mendapat pengawasan orang tua yang rendah pernah menggunakan ganja dan menggunakan ganja lebih sering dalam 30 hari terakhir, mengkonsumsi alkohol dan sering mengkonsumsi alkohol dalam 30 hari terakhir, pernah ditangkap atau ditahan, dan pernah terlibat dalam perkelahian dalam 6 bulan terakhir. Hasil asumsi pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan orang tua bekerja di kota Batam tergolong tinggi dan perilaku seksual remaja Batam masih tergolong rendah. Tingginya tingkat biaya hidup di Batam yang memaksa kedua orang tua untuk bekerja dan tingginya angka seksualitas di Batam tidak serta merta mempengaruhi pengawasan orang tua dan perilaku seksual remaja Batam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun orang tua di Batam keduanya bekerja untuk memenuhi biaya hidup yang tinggi, orang tua tetap melakukan pengawasan terhadap anak remajanya. Kesibukan para orang tua bekerja ini tidak begitu saja mengurangi pengetahuan orang tua akan kegiatan remajanya dan tidak menurunkan kualitas hubungan orang tua dan anak. Orang tua bekerja di Batam masih dapat mengatur stres bekerja sehingga suasana di rumah tetap hangat dan dapat membangun hubungan orang tua anak yang mendukung. Sebagian besar subjek mengatakan bahwa subjek masih tinggal bersama orang tua. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 menjadikan orang tua lebih mudah mengawasi remajanya karena orang tua masih sering bertemu dan bertatap muka dengan remajanya. Subjek penelitian yang sebagaian besar merupakan siswa SMP dan SMA sederajat ini juga memudahkan orang tua memberikan pengawasan kepada anak remajanya. Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu subjek sudah terjadwal dan cenderung tetap serta memiliki rutinitas yang hampir sama. Hubungan yang hangat dan mendukung ini akan membuat orang tua lebih mendengarkan remaja menceritakan pengalaman dan dapat meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai kegiatan remajanya (Bacchini, 2011). Kehangatan dan dukungan di dalam keluarga ini dapat meningkatkan keterbukaan dan munculnya rasa nyaman pada remaja untuk bercerita kepada orang tuanya mengenai pengalaman-pengalaman dan kegiatan mereka. Adanya kehangatan dan dukungan di dalam keluarga ini dapat membantu remaja mengatasi pengalaman emosi negatif yang mereka dapatkan (Bacchini, 2011), serta memberikan persepsi kepada remaja bahwa ada orang-orang yang perhatian dan memperhatikan mereka (Lippold, 2013) sehingga remaja akan berpikir kembali sebelum melakukan perilaku yang tidak diinginkan, salah satunya yaitu perilaku seksual. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya angka seksualitas di Batam tidak begitu saja mempengaruhi perilaku seksual remaja karena masih adanya pengawasan dari orang tua. Pengawasan orang tua yang didapatkan oleh remaja ini agak sedikit berbeda antara remaja perempuan dan laki-laki. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa remaja perempuan mendapatkan pengawasan orang tua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 yang lebih tinggi dari remaja laki-laki. Hal ini bisa saja dikarenakan remaja perempuan mengalami pubertas yang lebih dahulu daripada remaja laki-laki sehingga para orang tua merasa perlu memberikan pengawasan yang lebih kepada remaja perempuan untuk membahas mengenai pubertas serta akibatakibat dari kematangan organ tubuh remaja. Remaja perempuan yang mendapatkan pengawasan orang tua yang baik menjadikan remaja dapat mengatasi dan mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman yang didapatkannya kepada orang tua. Kualitas hubungan dan komunikasi yang baik serta adanya rasa nyaman menjadikan remaja merasa diterima dan merasa bahwa dirinya diperhatikan (Lippod, 2013) sehingga remaja perempuan dapat mengatasi pengalaman-pengalaman negatifnya dan memikirkan kembali sebelum melakukan perbuatan yang tidak diinginkan (Bacchini, 2011). Pengawasan orang tua yang diperoleh remaja perempuan ini berkorelasi dengan rendahnya perilaku seksual remaja perempuan. Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan subjek yang terbagi menjadi tiga yaitu SMP, SMA/SMK serta mahasiswa, pengawasan orang tua yang diberikan pada masing-masing kelompok subjek hampir sama tingginya. Secara keseluruhan perilaku seksual ketiga kelompok subjek ini masih tergolong rendah, akan tetapi perilaku seksual subjek SMA/SMK dan subjek mahasiswa terlihat lebih tinggi daripada subjek SMP. Hal ini berkaitan dengan perkembangan pemahaman moral yang dikemukakan oleh Kohlberg (Papalia, 2008). Subjek yang masih dalam tingkat pendidikan SMP dimungkinkan masih berada diantara tingkat prakonvensional dan tingkat konvensional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 Subjek berusaha mematuhi perintah-perintah yang ada untuk menghindari hukuman dan ingin dilihat sebagai anak “baik” untuk mempertahankan tatanan sosial, sehingga subjek remaja SMP cenderung masih menghindari perilaku-perilaku yang tidak diinginkan maupun yang perilaku yang dilarang oleh lingkungan terutama oleh orang tua agar remaja terhindar dari hukuman dan tetap dipandang menjadi anak yang baik. Subjek dengan tingkat pendidikan SMA dimungkinkan berada pada tingkat moralitas konvensional (moralitas peran konformitas konvensional). Orang-orang yang berada dalam tahap ini berusaha untuk memuaskan orang lain. Pengaruh lingkungan yang cukup kuat menjadikan remaja mengikuti standar figur otoritas dan melakukan perilaku konformitas agar diterima oleh kelompok. Keyakinan bahwa sebagian besar teman-teman sudah melakukannya mendorong remaja juga ikut melakukan perilaku seksual tersebut agar diterima oleh teman-temannya. Subjek mahasiswa dimungkinkan berada antara tingkat konvensional (moralitas peran konformitas konvensional) atau tingkat post-konvensional (moralitas prinsip moral otonom). Pengaruh lingkungan dan konformitas kelompok berpengaruh dalam moral seseorang, yaitu melakukan hal yang dianggap benar oleh lingkungan atau mulai membuat keputusan sendiri berdasarkan prinsip hak, kesetaraan dan keadilan. Dalam tahap ini seseorang akan berpikir kembali apakah akan mengikuti dan melakukan hal-hal yang dilakukan oleh lingkungan atau mulai mengambil keputusan sendiri yang berdasarkan banyak hal, tidak semata-mata mengikuti kemauan lingkungan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 Jika dilihat dari data yang ada, perilaku-perilaku seksual subjek SMA/SMK dan mahasiswa hampir sama tingginya. Akan tetapi, subjek mahasiswa mendapatkan skor yang lebih rendah dibanding subjek SMA/SMK pada beberapa perilaku, yakni perilaku masturbasi, oral genital stimulation dan bersenggama. Hal ini mungkin dikarenakan subjek memahami bahwa virus penyakit menular seksual seperti HIV (penyebab AIDS) ditularkan melalui cairan tubuh terutama darah dan sperma, biasanya karena menggunakan suntikan bersama-sama atau kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi HIV. Penyakit menular seksual ini tidak hanya ditularkan melalui hubungan seksual atau bersenggama, beberapa penyakit menular seksual seperti pharyngeal gonorrhea dapat ditularkan dengan cara seks oral. Data penelitian juga menunjukkan bahwa subjek yang mengaku pernah berpacaran memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi daripada subjek yang belum pernah berpacaran. Sebagian besar subjek yang mengaku pernah melakukan perilaku-perilaku seksual berpasangan mengatakan bahwa mereka melakukannya bersama pacar atau mantan pacar. Hal ini mungkin dikarenakan subjek berada dalam tahap moralitas konvensional (moralitas peran konformitas konvensional), dimana remaja berusaha memuaskan dan mengikuti standar figur otoritas yang dalam hal ini adalah pasangan atau pacarnya. Survei yang dilakukan Alan Guttmacher Institute atau AGI (dalam Papalia, 2008) menemukan bahwa 93% remaja perempuan mengatakan hubungan seks pertama mereka dilakukan bersama pacar dengan sukarela, walaupun 1/3 dari mereka mengatakan tidak menginginkan hal tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Remaja yang baru memulai hubungan dengan lawan jenis ini juga mau mengikuti permintaan pacarnya dengan alasan takut berpisah atau putus hubungan dengan pacarnya. Pengalaman perilaku seksual berpasangan ini ternyata tidak hanya ditemukan pada subjek yang pernah berpacaran tetapi juga pada subjek yang belum pernah berpacaran. Subjek yang belum pernah memiliki pacar akan tetapi pernah melakukan perilaku seksual berpacaran ini mendapat pengaruh dari lingkungan pertemanannya dimana subjek berada dalam tahap moralitas konvensional (moralitas peran konformitas konvensional). Subjek berusaha memenuhi standar figur otoritas yang ada. Hal ini didukung oleh pengakuan beberapa subjek yang pernah melakukan perilaku seksual bersama teman. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan koefisien korelasi pengawasan orang tua dan perilaku seksual sebesar -0,238 dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pengawasan orang tua dan perilaku seksual. Semakin tinggi pengawasan orang tua maka semakin rendah perilaku seksual, begitu juga sebaliknya. B. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari beberapa keterbatasan penelitian selama penyusunan hingga pengolahan data penelitian ini, diantaranya yaitu: 1. Tidak meratanya jumlah subjek dalam penelitian. Perbandingan jumlah subjek untuk tiap jenjang pendidikan pada penelitian ini tidak seimbang terutama untuk jumlah subjek yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan perguruan tinggi yang peneliti datangi baru saja menyelesaikan ujian akhir semester dan memasuki masa liburan. 88 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 2. Subjek dalam penelitian dirasa kurang mewakili remaja Batam. Hal ini dikarenakan peneliti hanya mengambil sampling remaja Batam pada beberapa sekolah swasta dan satu kampus. 3. Adanya kemungkinan subjek tidak menjawab bersungguh-sungguh. 4 dari 6 sekolah tempat subjek meneliti ini berbasis agama. Besar kemungkinan nilai-nilai agama yang ditanam cukup kuat sehingga subjek merasa malu dan belum menjawab dengan bersungguh-sungguh maupun sejujur-jujurnya. Selain itu, topik penelitian ini juga masih dianggap tabu oleh beberapa pihak. 4. Penggunaan subjek di bawah umur. Usia subjek termuda dalam penelitian ini adalah 13 tahun. Peneliti menyadari usia subjek yang masih muda dan topik penelitian yang cukup sensitif ini seharusnya inform consent ditujukan dan disetujui oleh pihak dewasa yang bertanggung jawab, yaitu orang tua. C. Saran 1. Bagi Subjek Penelitian Sebaiknya para remaja memanfaatkan dukungan serta komunikasi yang baik dengan orang tua untuk membicarakan masalah-masalah remaja terutama yang berkaitan dengan perilaku seksual dan tetap tidak terpengaruh dengan tingginya angka seksualitas di kotanya. Remaja juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 sebaiknya menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang. 2. Bagi Orang Tua Bekerja Kesibukan orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang besar memang tidak dapat dipungkiri, akan tetapi sebisa mungkin tetap memilah dan tidak membawa masalah yang terjadi di tempat kerja ke rumah. Orang tua bekerja sebaiknya tetap membangun suasana hangat dan mendukung di rumah agar komunikasi antar anggota keluarga tetap berjalan dengan baik dan tetap mengawasi anaknya dengan tidak bersifat memaksa. 3. Bagi Sekolah Sekolah adalah lingkungan kedua terdekat pada remaja setelah keluarga. Alangkah baiknya juga apabila sekolah menjadi tempat dimana remaja merasa nyaman dan diterima serta didukung. Penerimaan dan dukungan yang diberikan sekolah dapat membuat remaja merasa diperhatikan dan memikirkan kembali sebelum remaja melakukan perilaku yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan oleh wali kelas, guru BP, ataupun guru lainnya. 4. Bagi Pemerintah Daerah Pemerintah daerah dimana terdapat banyak orang tua bekerja, alangkah baiknya tetap mengkampanyekan pengawasan orang tua kepada anaknya terutama remaja. Pemerintah juga dapat meminimalisir kemungkinan faktor lain yang berpengaruh pada perilaku seksual remaja, sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 angka perilaku seksual remaja di daerahnya tetap rendah walaupun daerah tersebut terkenal sebagai salah satu dari 4 kota wisata seks. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan topik yang sama diharapkan untuk memperhatikan sebaran subjek penelitian. Peneliti selanjutnya dapat mengambil sampel tidak hanya dari sekolah swasta umum ataupun berbasis agama, melainkan juga sekolah-sekolah negeri. Peneliti selanjutnya juga dapat menambah porsi subjek untuk yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan memperhitungkan waktu pengambilan data. Peneliti juga perlu mempertimbangkan lagi mengenai persetujuan dari orang dewasa yang bertanggung jawab terutama untuk subjek yang di bawah umur jika berkaitan dengan topik yang sensitif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Daftar Pustaka Alfarista, Dina Aprillia, Wantiyah, dan Rahmawati, Iis. (2013). Hubungan Sumber Informasi dengan Perilaku Seksual Berisiko Remaja di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa. Aufa, Safarul, Masbar, Raja, dan Nasir Muhammad. (2013). Pengaruh Pendapatan Perkapita, Pertumbuhan Penduduk, dan Tingkat Upah Terhadap Biaya Hidup di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Ilmu Ekonomi. Volume 1, No. 1, Februari 2013 Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2007). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2007). Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bacchini, Darlo, Miranda, Maria Concetta, dan Affuso, Gaetana. (2011). Effects of Parental Monitoring and Exposure to Community Violence oon Antisocial Behavior and Anxiety/Depression Among Adolescents. Journal of Interpersonal Violence. 26 (2) 269-292 Berk, L. E. (2012). Development Through The Lifespan, Dari Prenatal Sampai Masa Remaja (Ed. Ke-5, Vol. I). Yogyakarta: Pustaka Pelajar BPS. (2005). Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin. ykai.net. Diunduh tanggal 23 Oktober 2015 dari http://www.ykai.net/index.php?option=com_content&view=article&id =158:jumlah-penduduk-menurut-golongan-umur-dan-jeniskelamin&catid=105:tabel&Itemid=119 Budhyati, Arifah. (2012). Pengaruh Internet Terhadap Kenakalan Remaja. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Cewek BP dan BB, Potret Seks Bebas ABG Batam. (2011, 28 Desember). Tribun Batam. Diunduh tanggal 1 September 2015 dari http://batam.tribunnews.com/2011/12/28/cewek-bp-dan-bb-potretseks-bebas-abg-batam 92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 DiClemente, Ralph J., Wingood, Gina M., Crosby, Richard, Sionean, Catlainn, Cobb, Brenda K., Harrington, Kathy…… Oh, M. Kim. (2001). Parental Monitoring: Association With Adolescents’ Risk Behaviors. Pediatrics Vol. 107 No. 6 June 2001 Dwyer, Kathleen M., Richardson, Jean L., Hansen, William B., Sussman, Steven Y., Brannon, Bonnie, Dent, Clyde W., …… Flay, Brian R. (1990). Characterstics of Eight-Grade Students Who Initiate Self-care in Elementary and Junior High School. Pediatrics Vol. 86 No. 3 September 1990 Empat Kota di Indonesia yang Jadi Tujuan Seks Turis Asing. (2014, September). Wartainfo.com. Diunduh tanggal 3 April 2015 dari http://www.wartainfo.com/2014/09/empat-kota-di-indonesia-yangjadi.html Huffman, Karen, Verno, Mark, dan Vernoy, Judith (2000). Psychology in Action (5th Edition). New York: John Wiley Hurlock, E. B. (1955). Adolescent Development. Sydney: McGraw Hill Kartono, Kartini. (2011). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: Rawajali Pers Kremer, Hendri. (2015, 21 Mei). Prosititusi Online di Batam Suguhkan Gadis di Bawah Umur. metrotvnews.com. Diunduh tanggal 1 September 2015 dari http://news.metrotvnews.com/daerah/4KZgB56N-prostitusi-online-dibatam-suguhkan-gadis-di-bawah-umur Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana Lippold, Melissa A., Greenberg, Mark T., Graham, John W., dan Feinberg, Mark E. (2013). Unpacking the Effect of Parental Monitoringon Early Adolescent Problem Behavior: Mediation by Parental Knowledge and Moderation by Parent-Youth Warmth. Journal of Family Issues 2014. Vol. 35 (13) 1800-1823 Mesakh, Eddy. (2014, 1 Desember). 110 Orang Meninggal: Pulau Batam Darurat HIV!. Kompasiana. Diunduh tanggal 3 April 2015 dari http://www.kompasiana.com/eddymesakh/110-orang-meninggalpulau-batam-darurat-hiv_54f92f48a33311d33b8b4ec6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 Nasution, Hamdan. (2016, 5 Februari). Kenakalan Remaja yang Berujung Prostitusi. PKBI Pamekasan. Diunduh tanggal 15 Mei 2016. http://www.pkbipamekasan.com/berita-kenakalan-remaja-yangberujung-prostitusi.html Noegroho, Agoeng. (2010). Sisi Lain Wajah Remaja Kita: Telaah Kebenaran Korepondensi Tentang Perilaku Remaja dan Seksualitas. Purwekerto: UPT Percetakan dan Penerbitan Unsoed Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana Nursali. (2015, 22 Januari). 40 Persen Pelajar di Batam Telah Berhubungan Seks. Batamtoday.com. Diunduh tanggal 1 September 2015 dari http://batamtoday.com/berita-52850-40-Persen-Pelajar-diBatam-Telah-Berhubungan-Seks.html Panuju, Panut, dan Umami, Ida. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos, Feldman, Ruth Duskin, dan Anwar, A.K. (2008). Human Development = Psikologi Perkembangan : bagian V sampai dengan IX (Edisi 9). Jakarta: Kencana Prenada Media Group Periantolo, Jelpa. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah dan Bermanfaat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Purniawan, Tommy. (2015, 21 Mei). Tarif PSK Bawah Umur di Batam 1 Juta Sekali Kencan. Sindonews.com. Diunduh tanggal 23 Oktober 2015 dari http://daerah.sindonews.com/read/1003888/194/tarif-pskbawah-umur-di-batam-rp1-juta-sekali-kencan-1432215606 Rathus, S.A., Navid, J. S., dan Rathus, L. F. (2008). Human Sexuality. In A World of Diversit. Seventh Edition. USA: Pearson Richardson, Jean L., Radziszewska, Barbara, Dent, Clyde W, dan Flay, Brian R. (1993). Relationship Between After-School Care of Adolescents and Substance Use, Risk Taking, Depressed Mood, and Academic Achievement.Pediatrics Vol.93 No. 1 July 1993 Riezky, Yeremia. (2014, 1 Desember). Ribuan Suami Tularkan HIV. Batampos.co.id. Diunduh tanggal 7 April 2015 dari http://arsip.batampos.co.id/01-12-2014/ribuan-suami-tularkan-hiv/ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 Santoso, Agung. (2010). Statistik Untuk Psikologi: Dari Blog Jadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Santrock. (2007). Remaja (Edisi Kesebelas). Jakarta: Erlangga Santrock. (2011). Life-span development = Perkembangan masa-hidup (Edisi 13/Jilid 1). Jakarta: Erlangga Santrock, John W., (2014). Adolescence (15th Edition). New York: McGraw-Hill Sarwono, S.W. (2012). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers Shanty, Nor Ida, Suyahmo, dan Sumarto, Slamet. (tanpa tahun). Faktor Penyebab Kenakalan Remaja Pada Anak Keluarga Buruh Pabrik Rokok Djarum di Kudus. Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fajultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang Indonesia. Steinberg, L. (2002). Adolescent: Sixth Edition. New York: McGraw Hill Sudarsono. (2012). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono, dan Susanto, Agus. (2015). Cara Mudah Belajar SPSS dan LISREL: Teori dan Aplikasi Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Alfabeta Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Zuhri, Syaifuddin, dan Herlina. (2008). Model Pendidikan Seks (Sex Education) Orang Tua Bagi Remaja Guna Mencegah Seks Pra Nikah Serta Model Tayangan Alternatif Seksualitas. Jurnal Ilmu-ilmu sosial. Vol. 8 No. 1 April 2008: 27-30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 LAMPIRAN PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 Lampiran 1 Skala Uji Coba PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 SKALA PENELITIAN Disusun oleh : Catarina Chandra Cinitya 109114083 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 Salam sejahtera, Dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa, maka saya : Nama : Catarina Chandra Cinitya NIM : 109114083 Fakultas : Psikologi Universitas : Sanata Dharma Meminta kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dalam penelitian saya dengan mengisi skala penelitian ini. Saya sangat mengharapkan teman-teman mengisi skala ini dengan lengkap pada setiap pernyataan sesuai dengan keadaan, perasaan, dan pikiran teman-teman yang sebenarnya, sebab tidak ada jawaban benar atau salah maupun baik atau buruk. Semua jawaban adalah baik apabila sesuai dengan keadaan teman-teman yang sebenarnya. Semua jawaban dan identitas teman-teman akan dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya berharap teman-teman dapat menjawab dengan sejujurjujurnya dan tidak ada pernyataan yang terlewat atau tidak terjawab. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih atas partisipasi teman-teman dalam penelitian ini. Yogyakarta, Agustus 2015 Catarina Chandra Ciniya (Peneliti) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 Data Diri Nama/Inisial : Usia : Jenis kelamin : Pendidikan saat ini : Tempat tinggal saat ini : asrama / kos / orang tua / saudara lainnya *) Orang tua bekerja : kedua orang tua / hanya salah satu *) Status berpacaran : pernah berpacaran / belum pernah berpacaran *) Status berpacaran saat ini : punya pacar / tidak punya pacar *) Lama berpacaran : Coret yang tidak sesuai*) Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya menyanggupi dan bersedia untuk mengisi skala ini sesuai dengan keadaan saya yang sebenarnya. Partisipan, (……………………..) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 SKALA A Petunjuk Pengerjaan Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sikap teman-teman kepada orangtua. Teman-teman dimohon untuk menjawab pernyataan tersebut dengan cara memberikan tanda centang (V) pada salah satu kolom jawaban yang menggambarkan diri teman-teman dalam rentangan pilihan jawaban sebagai berikut: SS : Sangat Setuju, apabila pernyataan tersebut selalu Anda lakukan atau sungguh-sungguh menggambarkan diri Anda. S : Setuju, apabila pernyataan tersebut cukup sesuai dengan diri Anda atau cenderung Anda lakukan. TS : Tidak Setuju, apabila penyataan tersebut cenderung tidak sesuai dengan diri Anda. STS : Sangat Tidak Setuju, apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri Anda. Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi teman-teman. Contoh : No. 1. Pernyataan Orang tua saya mengenal teman-teman saya Selamat mengerjakan SS V S TS STS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 No. 1. Pernyataan Orang tua saya membebas kan saya melakukan kegiatan apapun bersama teman sepulang sekolah/kuliah 2. Sahabat adalah orang pertama yang saya ceritakan masalah saya 3. Saya mendapat dukungan dari orang tua untuk menyelesaikan masalah yang saya hadapi 4. Orang tua saya mendengarkan dengan sepenuh hati ketika saya bercerita tentang kegiatan saya 5. Saya merasa orang tua adalah orang yang paling menenangkan saya ketika saya memiliki masalah 6. Orang tua saya tidak peduli ketika saya menceritakan permasalahan saya 7. Orang tua saya mengenal teman-teman saya 8. Orang tua saya mengetahui kegiatan yang saya lakukan dengan teman sepulang sekolah/kuliah 9. Saya mengikuti kegiatan luar sekolah/kampus tanpa sepengetahuan orang tua 10. Orang tua saya mengingat sedikit dari banyak tempat yang sering saya kunjungi 11. Saya dengan leluasa menceritakan teman-teman saya ke orang tua saya 12. Saya menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa bantuan dari orang tua 13. Orang tua mendengarkan ketika saya menceritakan tempat-tempat menarik yang baru saja saya kunjungi 14. Saya merasa tenang jika mendapatkan solusi dari sahabat saya SS S TS STS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 15. Saya dan teman saya saja yang mengetahui jadwal harian saya 16. Orang tua saya mengetahui tempat-tempat yang sering saya kunjungi 17. Orang tua saya hanya mengenal beberapa teman saya 18. Orang tua saya menganggap sahabat saya hanya teman biasa 19. Saya jarang menceritakan teman-teman saya ke orang tua saya 20. Saya cenderung memilih cerita yang akan saya ceritakan ke orang tua 21. Orang tua adalah tempat pertama saya menceritakan masalah saya 22. Orang tua saya mendengarkan sepenuh hati ketika saya bercerita permasalahan saya 23. Saya dengan leluasa menceritakan kepada orang tua kegiatan yang saya lakukan 24. Orang tua saya mengetahui les-les atau kegiatan yang saya ikuti di luar sekolah/kampus 25. Saya merasa canggung menceritakan kegiatan saya kepada orang tua 26. Orang tua saya cuek ketika saya menceritakan kegiatan saya 27. Orang tua terlihat tidak tertarik ketika saya menceritakan tempat-tempat menarik yang baru saja saya kunjungi 28. Orang tua saya mengetahui jadwal harian saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 29. Saya merasa nyaman bercerita mengenai apapun ke orang tua 30. Orang tua saya mengenal sahabat saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 SKALA B Petunjuk Pengerjaan Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kegiatan seksual teman-teman. Teman-teman dimohon untuk menjawab pernyataan tersebut dengan cara memberikan tanda centang (V) pada salah satu kolom jawaban yang menggambarkan diri teman-teman dalam rentangan pilihan jawaban sebagai berikut: SS : Sangat Sering, apabila pernyataan tersebut sangat sering Anda lakukan. S : Sering, apabila pernyataan tersebut sering Anda lakukan. P : Pernah, apabila penyataan tersebut pernah Anda lakukan. TP : Tidak Pernah, apabila pernyataan tersebut tidak pernah Anda lakukan. Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi teman-teman. Contoh: No. 1. Pernyataan Saya mencium bibir pasangan saya dengan mulut tertutup Selamatmengerjakan SS V S P TP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 No. 1. Pernyataan Saya merangsang alat kelamin saya dengan tangan saya sendiri 2. Saya memainkan lidah pasangan saya ketika berciuman 3. Saya menyentuh tubuh pasangan saya untuk merangsang gairah 4. Saya mengijinkan pasangan saya saat akan melakukan hubungan seksual dengan saya 5. Saya membiarkan pasangan menyentuh payudara menggunakan tangan atau mulutnya 6. Saya merangsang alat kelamin saya dengan alat bantu (guling, dildo, vibrator, atau alat bantu seks lainnya) 7. Saya mengajak pasangan saya untuk (bagi laki-laki) menjilat penis dan buah zakar saya atau memasukkan penis saya ke dalam mulutnya (bagi perempuan) mencium atau menjilat vagina saya 8. Saya membiarkan pasangan menyentuh tubuh saya dengan bergairah 9. Saya mengajak pasangan untuk melakukan hubungan seksual dengan saya 10. Saya menyentuh payudara pasangan menggunakan tangan atau mulut saya 11. Saya membiarkan pasangan saya mencium bibir saya dengan mulut tertutup 12. Saya membiarkan pasangan saya untuk (bagi laki-laki) menjilat penis dan buah SS S P TP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 zakar saya atau memasukkan penis saya ke dalam mulutnya (bagi perempuan) mencium atau menjilat vagina saya 13. Saya mencium bibir pasangan saya dengan mulut tertutup 14. Saya mengijinkan pasangan saya untuk membuka mulut dan bermain lidah ketika berciuman Terimakasih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 Lampiran 2 Skala Penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 SKALA PENELITIAN Disusun oleh : Catarina Chandra Cinitya 109114083 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 Salam sejahtera, Dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa, maka saya : Nama : Catarina Chandra Cinitya NIM : 109114083 Fakultas : Psikologi Universitas : Sanata Dharma Meminta kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dalam penelitian saya dengan mengisi skala penelitian ini. Saya sangat mengharapkan teman-teman mengisi skala ini dengan lengkap pada setiap pernyataan sesuai dengan keadaan, perasaan, dan pikiran teman-teman yang sebenarnya, sebab tidak ada jawaban benar atau salah maupun baik atau buruk. Semua jawaban adalah baik apabila sesuai dengan keadaan teman-teman yang sebenarnya. Semua jawaban dan identitas teman-teman akan dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya berharap teman-teman dapat menjawab dengan sejujurjujurnya dan tidak ada pernyataan yang terlewat atau tidak terjawab. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih atas partisipasi teman-teman dalam penelitian ini. Batam, Januari 2016 Catarina Chandra Ciniya (Peneliti) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 Data Diri Nama/Inisial : Usia : Jenis kelamin : Pendidikan saat ini : Tempat tinggal saat ini : asrama / kos / orang tua / saudara lainnya *) Orang tua bekerja : kedua orang tua / hanya salah satu *) Status berpacaran : pernah berpacaran / belum pernah berpacaran *) Status berpacaran saat ini : punya pacar / tidak punya pacar *) Lama berpacaran : Coret yang tidak sesuai*) Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya menyanggupi dan bersedia untuk mengisi skala ini sesuai dengan keadaan saya yang sebenarnya. Partisipan, (……………………..) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 SKALA A Petunjuk Pengerjaan Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sikap teman-teman kepada orang tua. Teman-teman dimohon untuk menjawab pernyataan tersebut dengan cara memberikan tanda centang (V) pada salah satu kolom jawaban yang menggambarkan diri teman-teman dalam rentangan pilihan jawaban sebagai berikut: SS : Sangat Setuju, apabila pernyataan tersebut selalu Anda lakukan atau sungguh-sungguh menggambarkan diri Anda. S : Setuju, apabila pernyataan tersebut cukup sesuai dengan diri Anda atau cenderung Anda lakukan. TS : Tidak Setuju, apabila penyataan tersebut cenderung tidak sesuai dengan diri Anda. STS : Sangat Tidak Setuju, apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri Anda. Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi teman-teman. Contoh : No. 1. Pernyataan Orang tua saya mengenal teman-teman saya SS V Selamat mengerjakan S TS STS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 No. 1. Pernyataan Orang tua saya membebas kan saya melakukan kegiatan apapun bersama teman sepulang sekolah/kuliah 2. Saya mendapat dukungan dari orang tua untuk menyelesaikan masalah yang saya hadapi 3. Orang tua saya mendengarkan dengan sepenuh hati ketika saya bercerita tentang kegiatan saya 4. Saya merasa orang tua adalah orang yang paling menenangkan saya ketika saya memiliki masalah 5. Orang tua saya tidak peduli ketika saya menceritakan permasalahan saya 6. Orang tua saya mengenal teman-teman saya 7. Orang tua saya mengetahui kegiatan yang saya lakukan dengan teman sepulang sekolah/kuliah 8. Saya dan teman saya saja yang mengetahui jadwal harian saya 9. Saya dengan leluasa menceritakan teman-teman saya ke orang tua saya 10. Saya menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa bantuan dari orang tua 11. Orang tua mendengarkan ketika saya menceritakan tempat-tempat menarik yang baru saja saya kunjungi 12. Saya mengikuti kegiatan luar sekolah/kampus tanpa sepengetahuan orang tua 13. Orang tua saya mengetahui tempat-tempat yang sering saya kunjungi 14. Orang tua saya hanya mengenal beberapa teman saya SS S TS STS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 15. Orang tua saya menganggap sahabat saya hanya teman biasa 16. Saya jarang menceritakan teman-teman saya ke orang tua saya 17. Saya cenderung memilih cerita yang akan saya ceritakan ke orang tua 18. Orang tua adalah tempat pertama saya menceritakan masalah saya 19. Orang tua saya mendengarkan sepenuh hati ketika saya bercerita permasalahan saya 20. Saya dengan leluasa menceritakan kepada orang tua kegiatan yang saya lakukan 21. Orang tua saya mengetahui les-les atau kegiatan yang saya ikuti di luar sekolah/kampus 22. Saya merasa canggung menceritakan kegiatan saya kepada orang tua 23. Orang tua saya cuek ketika saya menceritakan kegiatan saya 24. Orang tua saya mengetahui jadwal harian saya 25. Saya merasa nyaman bercerita mengenai apapun ke orang tua 26. Orang tua saya mengenal sahabat saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 SKALA B Petunjuk Pengerjaan Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kegiatan seksual teman-teman. Teman-teman dimohon untuk menjawab pernyataan tersebut dengan cara memberikan tanda centang (V) pada salah satu kolom jawaban yang menggambarkan diri teman-teman dalam rentangan pilihan jawaban sebagai berikut: SS : Sangat Sering, apabila pernyataan tersebut sangat sering Anda lakukan. S : Sering, apabila pernyataan tersebut sering Anda lakukan. P : Pernah, apabila penyataan tersebut pernah Anda lakukan. TP : Tidak Pernah, apabila pernyataan tersebut tidak pernah Anda lakukan. Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi teman-teman. Contoh: No. 1. Pernyataan Saya mencium bibir pasangan saya dengan mulut tertutup Selamat mengerjakan SS V S P TP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 No. 1. Pernyataan Saya merangsang alat kelamin saya dengan tangan saya sendiri 2. Saya memainkan lidah pasangan saya ketika berciuman 3. Saya menyentuh tubuh pasangan saya untuk merangsang gairah 4. Saya mengijinkan pasangan saya saat akan melakukan hubungan seksual dengan saya 5. Saya membiarkan pasangan menyentuh payudara menggunakan tangan atau mulutnya 6. Saya mengajak pasangan saya untuk (bagi laki-laki) menjilat penis dan buah zakar saya atau memasukkan penis saya ke dalam mulutnya (bagi perempuan) mencium atau menjilat vagina saya 7. Saya membiarkan pasangan menyentuh tubuh saya dengan bergairah 8. Saya mengajak pasangan untuk melakukan hubungan seksual dengan saya 9. Saya menyentuh payudara pasangan menggunakan tangan atau mulut saya 10. Saya membiarkan pasangan saya mencium bibir saya dengan mulut tertutup 11. Saya membiarkan pasangan saya untuk (bagi laki-laki) menjilat penis dan buah zakar saya atau memasukkan penis saya ke dalam mulutnya (bagi perempuan) mencium atau menjilat SS S P TP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 vagina saya 12. Saya mencium bibir pasangan saya dengan mulut tertutup 13. Saya mengijinkan pasangan saya untuk membuka mulut dan bermain lidah ketika berciuman Saya biasanya melakukan perilaku-perilaku di atas bersama dengan: a. b. c. d. Pacar Teman Saudara Lainnya, sebutkan … Terimakasih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 Lampiran 3 Realibilitas Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 1. Realibilitas Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Sebelum Seleksi Aitem Case Processing Summary N Cases % Valid a Excluded Total 50 100.0 0 .0 50 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .879 30 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted Item_3 83.7200 101.185 .401 .875 Item_4 83.6800 99.079 .559 .872 Item_5 84.0600 99.160 .490 .873 Item_7 83.7600 96.186 .671 .869 Item_8 83.8000 99.510 .573 .872 Item_11 84.0600 97.731 .567 .871 Item_13 83.8000 100.367 .502 .873 Item_16 84.1000 101.724 .362 .876 Item_21 84.5600 98.007 .505 .873 Item_22 83.8800 100.067 .553 .873 Item_23 84.0200 96.591 .650 .869 Item_24 83.7600 102.635 .279 .878 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 Item_28 84.0600 94.915 .761 .867 Item_29 84.2000 96.490 .663 .869 Item_30 83.9600 101.835 .341 .877 Item_1 85.0000 101.592 .321 .877 Item_2 85.0400 104.202 .110 .884 Item_6 83.7000 100.704 .379 .876 Item_9 83.9600 99.958 .480 .874 Item_10 84.8400 105.198 .088 .882 Item_12 84.5800 93.065 .696 .867 Item_14 85.4000 110.163 -.264 .888 Item_15 84.4000 101.020 .299 .878 Item_17 84.7600 102.635 .265 .878 Item_18 84.3400 100.882 .369 .876 Item_19 84.3600 100.113 .435 .875 Item_20 85.1600 101.607 .361 .876 Item_25 84.2200 101.114 .435 .875 Item_26 83.8600 101.388 .463 .874 Item_27 84.0200 104.714 .142 .881 2. Realibilitas Skala Persepsi Pengawasan Orang Tua Sesudah Seleksi Aitem Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 50 100.0 0 .0 50 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .901 26 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted Total Correlation Item Deleted Item_3 74.4600 97.682 .431 .898 Item_4 74.4200 95.718 .581 .895 Item_5 74.8000 95.714 .516 .896 Item_7 74.5000 92.704 .703 .892 Item_8 74.5400 96.376 .577 .896 Item_11 74.8000 94.857 .554 .896 Item_13 74.5400 96.539 .563 .896 Item_16 74.8400 98.382 .379 .899 Item_21 75.3000 94.745 .518 .896 Item_22 74.6200 96.649 .581 .896 Item_23 74.7600 93.982 .619 .894 Item_24 74.5000 99.888 .251 .902 Item_28 74.8000 91.714 .774 .891 Item_29 74.9400 92.996 .695 .892 Item_30 74.7000 98.255 .375 .899 Item_1 75.7400 97.911 .360 .900 Item_6 74.4400 97.353 .395 .899 Item_9 74.7000 97.439 .436 .898 Item_12 75.3200 89.610 .723 .891 Item_15 75.1400 98.490 .265 .903 Item_17 75.5000 99.643 .255 .902 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 Item_18 75.0800 97.422 .393 .899 Item_19 75.1000 96.908 .442 .898 Item_20 75.9000 98.296 .375 .899 Item_25 74.9600 98.815 .369 .899 Item_26 74.6000 98.531 .440 .898 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 Lampiran 4 Realibilitas Skala Perilaku Seksual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 1. Realibilitas Skala Perilaku Seksual Remaja Sebelum Seleksi Aitem Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 50 100.0 0 .0 50 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .967 14 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted Total Correlation Item Deleted Item Deleted Aitem_1 18.1200 73.944 .746 .965 Aitem_2 17.9600 68.366 .946 .961 Aitem_3 17.9400 69.445 .920 .962 Aitem_4 18.1600 71.525 .860 .963 Aitem_5 18.0400 68.774 .918 .962 Aitem_6 18.4800 83.602 .213 .972 Aitem_7 18.2800 75.349 .790 .965 Aitem_8 17.9400 68.833 .915 .962 Aitem_9 18.2800 75.879 .738 .966 Aitem_10 18.2000 73.959 .881 .963 Aitem_11 17.9400 72.384 .779 .965 Aitem_12 18.2800 75.349 .790 .965 Aitem_13 17.9400 72.098 .800 .964 Aitem_14 17.9400 69.200 .913 .962 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 2. Realibilitas Skala Perilaku Seksual Setelah Seleksi Aitem Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 50 100.0 0 .0 50 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .972 13 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted Aitem_1 17.1000 73.439 .744 .971 Aitem_2 16.9400 67.853 .946 .967 Aitem_3 16.9200 68.932 .919 .968 Aitem_4 17.1400 71.021 .858 .969 Aitem_5 17.0200 68.265 .917 .968 Aitem_7 17.2600 74.768 .794 .971 Aitem_8 16.9200 68.320 .914 .968 Aitem_9 17.2600 75.298 .741 .972 Aitem_10 17.1800 73.416 .881 .969 Aitem_11 16.9200 71.871 .777 .971 Aitem_12 17.2600 74.768 .794 .971 Aitem_13 16.9200 71.585 .799 .970 Aitem_14 16.9200 68.687 .912 .968 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 Lampiran 5 Uji Asumsi: Uji Normalitas dan Uji Linearitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Total_PO N Total_PS 253 253 Mean 75.95 28.87 Std. Deviation 9.426 7.003 Absolute .057 .290 Positive .034 .285 Negative -.057 -.290 Kolmogorov-Smirnov Z .900 4.614 Asymp. Sig. (2-tailed) .393 .000 Normal Parameters a Most Extreme Differences a. Test distribution is Normal. 2. Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares Total_PS * Between Total_PO Groups (Combined) Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total df Mean Square F Sig. 2497.120 45 55.492 1.165 .238 371.366 1 371.366 7.794 .006 2125.754 44 48.313 1.014 .456 9862.833 207 47.647 12359.953 252 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128 Lampiran 6 Uji Hipotesis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 Correlations Total_PO Spearman's rho Total_PO Correlation Coefficient 1.000 Sig. (1-tailed) -.238 ** . .000 253 253 ** 1.000 Sig. (1-tailed) .000 . N 253 253 N Total_PS Total_PS Correlation Coefficient **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). -.238