Universitas Gadjah Mada 1 LAMPIRAN HANDOUT

advertisement
LAMPIRAN
HANDOUT TOPIK/POKOK BAHASAN
MATA KULIAH ILMU FARMASI KEDOKTERAN
Universitas Gadjah Mada
1
Lampiran 1
Topik/Pokok Bahasan
: Pengantar Ilmu Farmasi Kedokteran & resep dokter
Pengampu
: Dra. Sri Suharmi, MS., Apt.
Universitas Gadjah Mada
2
PENGANTAR PENDIDIKAN FARMASI KEDOKTERAN
Dra. Sri Suharmi, MS. Apt
PENDAHULUAN
Pendidikan Farmasi Kedokteran merupakan bagian integral dalam pendidikan dokter di
Fakultas Kedokteran, dan menjembatani pengetahuan preklinik tentang obat dan
penggunaannya dengan parameter klinik penderita, sehingga pelayanan profesi kedokteran
melalui pengobatan dapat memberikan hasil yang tepat, benar, dan rasional.
Profesi dokter sebagai praktisi medik perlu pengetahuan dan kemampuan yang cukup
tentang ilmu klinis dan ilmu farmakologi-terapi (meliputi ilmu farmakologi dasar, ilmu
farmakologi-klinik, dan ilmu farmasi kedokteran).
ILMU FARMASI KEDOKTERAN
1.
Merupakan ilmu yang mengkaji penerapan pengobatan kepada penderita secara
komprehensif dengan menulis resep yang lege antis dan rasional.
2.
Mempunyai falsafah resep yang rasional adalah kunci keberhasilan terapi dengan
obat.
3.
Proses pendidikan Ilmu Farmasi Kedokteran :
a. menggunakan landasan prosedur terapi yang seimbang, serta sejalan
dengan kemajuan dan perkembangan obat.
b. berorientasi kepada penderita dan dalam suatu rangkaian proses menuju
preskripsi yang rasional.
VISI DAN MISI PENDIDIKAN FARMASI KEDOKTERAN
1.
Hubungan dokter-obat-penderita merupakan kesatuan.
2.
Rencana terapi dengan obat menggunakan falsafah lima tepat plus.
INTI TUJUAN PEMBELAJARAN FARMASI KEDOKTERAN
1.
Mewujudkan terapi dengan obat dalam preskripsi yang rasional dan lege antis
2.
Memahami manajemen/pengelolaan obat di sistem pelayanan kesehatan.
3.
Mengetahui
perkembangan
obat
termasuk
obat
tradisional
dan
peraturan
perundangan tentang kefarmasian yang berkaitan dengan pofesi dokter.
PELAKSANAAN PENDIDIKAN
Pelaksanaan pendidikan Farmasi Kedokteran dilakukan pada Program Sarjana (Si)
1.
Semester V dalam bentuk kuliah (1 SKS)
2.
Semester VI dalam bentuk praktikum (1 SKS)
Universitas Gadjah Mada
3
RESEP DOKTER
Dra. Sri Suharmi, MS., Apt
A. PENDAHULUAN
Pemberian terapi dengan obat oleh seorang dokter, dalam upaya menyembuhkan
penyakit penderita yang datang ke dokter, akan ditulis dalam secarik kertas ( = blanko
resep).
Penulisan resep tersebut harus benar dan rasional, agar penderita mendapatkan obat
yang tepat, aman dan memberikan efek yang optimal.
B. PENGERTIAN UMUM MENGENAI RESEP
Resep didifinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi penderita, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan
demikian resep merupakan media komunikasi antara dokter (penulis resep) dengan APA
(penyedia obat) dan penderita (yang menggunakan obat).
Dalam arti yang luas, resep merupakan perwujudan cara terapi dokter kepada
penderita yang memerlukan pengobatan, maka perlu ditulis secara benar dan rasional.
Resep yang benar, artinya ditulis secara jelas dapat dibaca, lengkap dan memenuhi
peraturan
perundangan serta kaidah yang berlaku.
Hal ini diperlukan, agar menghindari kesalahan
dan memberikan kelancaran dalam pelayanannya di apotek. Resep agar disusun secara
rasional, dan berpedoman falsafah "5 tepat" yaitu tepat obat, tepat dosis, tepat BSO,
tepat cara dan waktu pemberian serta yang terakhir tepat penderita. Dengan demikian
terhindar kemungkinan salah terapi, atau dosis yang tidak tepat, pemilihan bentuk
sediaan obat (BSO) yang tidak tepat, cara dan waktu pemberian yang tidak tepat.
Resep dokter ditulis dalam blanko resep dengan ukuran ideal (lebar 10-12 cm,
panjang 15-18 cm). Resep yang telah dilayani di apotek, sesuai dengan peraturan yang
berlaku, merupakan suatu dokumen yang harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3
(tiga) tahun (di apotek).
RESEP YANG BENAR
Tidak ada ketentuan Baku di seluruh dunia tentang tatanan menulis resep yang benar,
karena setiap negara mempunyai aturan sendiri. Di Indonesia sesuai peraturan
perundangan yang berlaku resep harus ditulis secara jelas, mudah dibaca dan
mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan. Disamping itu lengkap dan
sesuai aturan/kaidah, sehingga memenuhi syarat untuk dilayani di apotek.
Universitas Gadjah Mada
4
Susunan resep yang benar, yang ditujukan untuk penderita rawat jalan/praktek swasta
dokter, seperti contoh di bawah :
Unsur Resep
1. Identitas dokter
Nama, nonor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep serta
dapat dilengkapi dengan nomor telepon, dan hari serta jam praktek. Biasanya sudah
tercetak dalam blanko resep.
2. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep. Ini
diperlukan dalam pelayanan resep, berkaitan dengan persyaratan dalam perundangundangan.
3. Superscriptio
Bagian ini merupakan kelengkapan dalam resep dokter. Ditulis dengan simbol R/
(recipe = harap diambil). Biasanya juga sudah dicetak dalam blanko resep, terletak di
sisi kiri atas hanya tercetak satu R/, sehingga bila diberikan lebih satu BSO/formula
resep, diperlukan penulisan R/ lagi.
4. Inscriptio
Bagian ini merupakan inti resep dokter, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat
yang diperlukan serta ditulis secara jelas. Penulisan nama obat dapat menggunakan
nama generik, nama standard atau nama paten. Penulisan jumlah dan kekuatan obat
dalam satuan berat atau volume dengan sistim metrik (mg, g, ml, I) dan dengan
Universitas Gadjah Mada
5
angka arab. Penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol, bungkus,
dll.) dengan angka romawi.
5. Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara penulisan (dengan
singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang digunakan.
Contoh : - m.f.l.a. puiv. d.t.d. no. XX
- m.f.l.a. sol.
- m.f.l.a. pulv. no. XXX da in caps.
6. Signatura
Bagian ini berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk pasien, yaitu
meliputi frekuensi, jumlah obat dan saat diminum obat, untuk setiap hari, serta lain-lain
informasi yang mungkin perlu diberikan. Simbol (singkatan Latin) yang digunakan
adalah s (= signatura tandailah).
Contoh : s.t.d.d. tab. I u.h. p.c. (tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah
makan)
Walaupun aturan penggunaan obat oleh pasien, sudah ditulis dalam resep, dokter
berkewajiban pula menjelaskan (secara lisan) pada pasien saat resep diserahkan ke
pasien.
7. Sebagai penutup dari bagian utama resep dokter adalah dengan ditulisnya tanda
tangan/paraf dokter penulis resep. Ini merupakan persyaratan bahwa resep sah untuk
dilayani oleh apotek. Bila resep dokter mengandung obat narkotika atau obat keras
tertentu (golongan psikotropika) untuk beberapa daerah tingkat II di Indonesia perlu
dibubuhkan tanda tangan. Untuk obat golongan lain cukup dengan paraf.
8. Identitas pasien
Umumnya sudah tercetak dalam blanko resep (tulisan pro dan umur). Nama pasien
yang diberi resep ditulis pada bagian Pro. Bila penderita anak-anak atau lansia perlu
dituliskan umurnya. Bila dokter juga mencantumkan alamat pasien pada bagian ini,
akan menguntungkan/memudahkan penelusuran tempat tinggal pasien bila terjadi
masalah/kesalahan dalam melayani obat.
C. TATA CARA PENULISAN RESEP DOKTER
Tidak ada ketentuan balm di seluruh dunia tentang tatanan menulis resep yang benar,
karena setiap negara mempunyai aturan sendiri. Resep yang lengkap menurut SK
Menkes RI No 26/1981 (Bab III, pasal 10) memuat :
1. Nama, Alamat dan Nomor Surat Ijin Praktek Dokter (NSIP)
2. Tanggal penulisan resep
Universitas Gadjah Mada
6
3. Nama setiap obat/ komponen obat
4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
5. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
6. Tanda sera dan paraf dokter utuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimum
PEDOMAN CARA PENULISAN PRESKRIPSI DOKTER
1. Ukuran blanko resep ( lebar 10-12 cm; panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat (bagian inscriptio) :
a. dimulai dengah huruf besar
b. ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam Farmakope Indonesia
atau nomen-klatur internasional), misal Ac. salic.; Acetosal
c. tidak boleh ditulis dengan nama kimia (misal Kalii chlorida dengan KCl) atau
singkatan lain dengan huruf kapital (misal Chlorpromazin dengan CPZ).
3. Penulisan jumlah obat
a. satuan berat : mg (mili gram), g (G) (gram)
b. satuan volume : ml (mili liter), I (liter)
c. satuan unit : UI / IU
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi
Misal : - Tab. Novalgin no. XII
- Tab. Stesolid 5 mg no. X (decem)
- m.f 1.a. pulv. d.t.d. no. X
e. Penulisan alat penakar :
Dalam singkatan bahasa Latin dikenal :
C. = sendok makan (volume 15 ml)
Cth. = sendok teh (volume 5 ml)
Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)
Catatan : Hindari penggunaan sendok makan & sendok teh rumah tangga, karena
volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan 5 ml untuk sendok teh.
Gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat lain (volume 5, 10, 15 ml) yang disertakan
dalam sediaan cair paten.
f. Arti prosentase (%) : 0,5 % (b/b) —> 0,5 g dalam 100 g sediaan
0,5 % (b/v) --> 0,5 g dalam 100 ml sediaan
0,5 % (v/v) —> 0,5 ml dalam 100 ml sediaan
g. Hindari penulisan dengan angka decimal ( misal : 0,... ; 0,0.... ; 0,00....)
Universitas Gadjah Mada
7
4. a. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan that jadi (generik/paten) yang beredar di
pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta harus ditulis,
misal Tab. Primperan yang 5 mg atau yang 10 mg
b. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari sediaan
jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal :
- Allerin exp. yang volume 60 ml atau 120 ml
- Garamycin cream yang 5 g/tube atau 15 g/tube
5. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan tidak hanya
untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officinalis dan spesialitis,
misal : m.fl.a. pulv. No.X
Tab. Antalgin mg 250 No. X
Tab. Novalgin mg 250 No. X
6. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian signatura)
a. Harus ditulis secara benar
Misal : s. t.d.d. pulv. I . p.c. atau s.p.r.n. t.d.d. tab. I
b. Untuk pemakaian yang remit seperti pemakaian "tapering up (down)", gunakanlah
tanda s.u.c. (usus cognitus = pemakaian sudah tahu). Penjelasan kepada pasien
ditulis pada kertas resep/lain dengan bahasa yang dipahami.
7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup (untuk 1. R/) atau tanda pemisah
diantara R/ (untuk > 2 R/) dan paraf/tanda tangan pada setiap R/.
Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan-coretan, hapusan atau
tindasan.
8. Penulisan tanda Iter
Resep yang memerlukan pengulangan dapat ditulis tanda : Iter n X di sebelah kin atas
dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak semua resep, maka ditulis di
bawah setiap resep yang diulang.
9. Penulisan tanda Cito atau PIM
Apabila diperlukan hams ditulis disebelah kanan pada bagian atas kertas resep
D. BAHASA LATIN DALAM RESEP DOKTER
Bahasa Latin digunakan dalam resep, untuk nama obat (sebagai bahan Baku/ generik),
bentuk sediaan (subscriptio) dan aturan pakai (signatura). Penulisannya dapat disingkat
dengan singkatan bahasa Latin Baku seperti tabel di bawah.)
Beberapa alasan penggunaan bahasa Latin ialah :
1. Bahasa Latin adalah bahasa yang mati, artinya tidak dipakai lagi dalam percakapan
seharihari. Dengan demikian bahasa ini tidak bertumbuh dengan pembentukan
kosakatakosataka Baru.
Universitas Gadjah Mada
8
2. Bahasa Latin merupakan bahasa internasional dalam dunia/profesi kedokteran dan
kefarmasian (misalnya untuk nama-nama anatomis bagian tubuh, nama penyakit dan
gejala penyakit, nama bahan obat, nama tumbuhan obat berkhasiat dan sebagainya).
3. Dengan menggunakan bahasa Latin tidak akan terjadi dualisme tentang bahan/zat apa
yang dimaksud dalam resep.
4. Dalam hal-hal tertetu, karena faktor-faktor psikologis, ada baiknya penderita tidak perlu
mengetahui bahan obat apa yang diberikan kepadanya.
Cito dalam Resep Dokter
Kadang dokter memerlukan obat agar segera didapat oleh pasiennya, maka dokter
dapat menuliskan CITO ! pada sebelah kanan atas dari blanko resep. Untuk itu resep cito
harus didahulukan dalam pembuatannya, dari resep-resep yang lain. Dengan demikian
dokter meminta resep cito hendaknya betul-betul bila penderita dalam keadaan gawat
dan penundaan pemberian obatnya dapat membahayakan. Istilah lain dalam bahasa
Latin : Statim, Urgen, P.I.M. (amat segera, mendesak)
Iterretur (ITER) dan Ne Iterretur (NJ.) dalam Resep Dokter
Seorang dokter dalam praktek kadang menghendaki pasien untuk menggunakan obat
dalam waktu yang lama, sehingga dokter perlu menggunakan obat tersebut dalam jumlah
yang banyak. Untuk menjaga kualitas dalam penyimpanan obat pada penderita, dan
beban biaya yang banyak saat menebus obat, maka dokter dapat menulis resep untuk
penggunaan waktu tertentu (misal untuk satu minggu) dan membubuhkan tanda : ITER
dalam resepnya (misal ITER 3 X, untuk pengulangan 3 kali, artinya lama penggunaan
obat tersebut 4 minggu)
Apabila dokter menghendaki obat yang ditulis dalam resep tidak boleh diulang demi
keamanan pasien, artinya menghindari efek samping atau efek-efek lain yang tidak
diinginkan, maka dokter perlu menambahkan tanda N.I. dalam resepnya.
Penulisan ITER maupun N.I, dapat di bawah logo R/, bila hanya bagian inscriptio ini
yang dikehendaki. Bila semua obat dalam resep perlu diulang atau tidak boleh diulang,
maka tanda ITER atau N.I. dituliskan di bagian atas sebelah kin, di atas cetakan logo R/.
Universitas Gadjah Mada
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Hussar, D.A., 1975. The Prescription, dalam Gemara, A.R. Remington's Pharmaceutical
Sciences. 15th. Ed., Mack Publ. Co., Philadelphia.
2. Nanizar, Z.J., 1990 . Ars Prescribendi, Resep yang Rasional jilid 1 dan 2 . Airlangga
University Press, Surabaya
3. Sri Suharmi, 2002. Resep dokter dan proses preskripsi benar dan
rasional. Lecture Note Proyek QUE. Fakultas Kedokteran UGM
Universitas Gadjah Mada
10
Download