1 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Oleh: Saidah Dosen STAI al-Gazali Bukulumba Abstrak: The urgency of women empowerment in Arabic learning human resource management is areality that can not be refuted. The existence of women as a glorified community in dejure which turnedin de factoas an oppressed one in a patriarchal hegemonic culture must be supported by providing women empowerment in Arabic learning human resource management which includes the procurement, development and training, compensation, integration, maintenance, and separation even though the commonly portrayed in the context of Arabic learning human resource management is the dimension of the procurement, developmentand training, and compensation. Urgensi pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia belajar bahasa Arab adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah. Keberadaan perempuan sebagai sebuah komunitas dimuliakan namun kenyataannya tertindas dalam budaya hegemonik patriarki olehnya itu pemberdayaan perempuan harus didukung dengan memberikan pemberdayaan perempuan melalui manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab yang meliputi pengadaan, pengembangan dan pelatihan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemisahan meskipun sering digambarkan dalam konteks pembelajaran bahasa Arab manajemen sumber daya manusia adalah dimensi pengadaan, pengembangan dan pelatihan, dan kompensasi. Kata Kunci: Pemberdayaan, Perempuan, Managemen Sumber Daya Manusia I. PENDAHULUAN Sebagai sebuah pijakan teologis-normatif dari manajemen sumber daya manusia, penulis mengutip firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Baqarah (02) :30yang berbunyi: 2 1 Terjemahnya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Ayat di atas memiliki sebuah pesan yang kuat yang pada perkembangannya dapat menjadi pijakan teologis dari manajemen sumber daya manusia.Pilihan Allah Swt. kepada umat manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah untuk menjadi khalifatullah di muka bumi menunjukkan bahwa manajemen sumber daya manusia bukan hanya berakar pada dimensi antroposentris manusia yang membumi tapi jauhjauh sebelumnya telah diilustrasikan pada dimensi teosentris yang melangit.Perpaduan kedua dimensi tersebut seolah-olah dapat diilustrasikan dalam sebuah gambaran alegoris sebagai rintik hujan yang deras (dimensi teosentris) turun dari langit yang kemudian jatuh pada dataran tanah yang subur (antroposentris) di bumi sehingga tumbuh tanaman beraneka rupa sebagai simbol dari perkembangan manajemen sumber daya manusia dari berbagai lintas ruang dan waktu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Arab, manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab bisa dipahami sebagai sebuah bagian dari manajemen yang berfungsi untuk mengarahkan potensi sumber daya manusia yang terlibat dalam pembelajaran bahasa Arab seperti guru, pengawas, laboran, murid,dan yang lainnyasehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Persoalannya kemudian adalah ada kesan bahwa pembelajaran bahasa Arab masih menunjukkan kesenjangan antara das sein dengan des sollen.Dalam perkembangannya, kesenjangan antara das sein dengan des sollen pembelajaran bahasa Arab tersebut tentu saja bisa diminimalisir apabila kemudian manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab diimplementasikan dan dikembangkan secara maksimal karena manusia (men) merupakan bagian alat (tools) manajemen yang terdiri atas men, money, materials, machines, methods, danmarkets. Asumsi tentu bisa dipahami manakala Yusuf Suit al-Masdi menegaskan bahwa 1 Q.S. al-Baqarah (02) : 30 3 manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses pemanfaatan sumber daya manusia dengan memaksimalkan kekuatan daya pikir dan berkarya yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu digali, dibina, serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kesejahteraan hidup manusia.2 Dalam proses tersebut, pemberdayaan perempuan menjadi suatu poin penting yang perlu diperhatikan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab mengingat perempuan juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam hal kesuksesan pembelajaran bahasa Arab dalam berbagai dimensinya. II. PEMBAHASAN A. Urgensi Pemberdayaan Perempuan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pembelajaran Bahasa Arab Pada dasarnya, urgensi pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab dalam perspektif teologis, secara sepintas, telah penulis ilustrasikan pada latar belakang dari tulisan ini dengan mengutip Q.S. al-Baqarah (02) : 30 sebagai starting point dalam analisisnya. Eksistensi manusia sebagai khalifatullah yang diutus di muka bumi membawa misi pemberdayaan normatif Ilahiyah sebagaimana Tuhan dalam bahasa Arab dilabeli dengan kata “”رب yang memiliki akar kata dengan“ ﯾﺮﺑﻰ، ”رﺑﻰyang berarti membina atau mendidik.3 Yang menarik kemudian untuk dicermati adalah manusia yang dilabeli dengan kata “ ”اﻟﻨﺎسyang memiliki akar kata dengan“ ﯾﻨﺴﻲ، ”ﻧﺴﻲyang berarti lupa sehingga memunculkan bagaimana mungkin kemudian manusia yang memiliki sifat dasar lupa ini memikul amanah sebagai duta-duta Tuhan dalam melakukan pembinaan dan pendidikan. Hal tersebut lebih diperparah manakala perempuan sebagai komunitas yang biasanya tertindas dalam konstruk budaya patriarkhi yang hegemonik selalu didudukkan sebagai makhluk yang identik dengan sifat-sifat kelemahan seperti pelupa, perasa, dan semacamnya.Agaknya pertanyaan-pertanyaan yang bernada skeptis ini bisa menjadi pintu gerbang dalam melihat urgensi sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab bahwa sifat dasar manusia yang sering lupa di tengah berbagai tuntutan bagi dirinya dalam melakukan misi pemberdayaan normatif Ilahiyah menuntut adanya suatu manajemen sumber daya manusia yang mengakomodir pemberdayaan perempuan yang mampu menutupi celah keterbatasan sifat dasar manusia tersebut khususnya apabila dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Arab. 2 Yusuf Suit al-Masdi, Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), h. 3 Dalam bahasa Arab, pendidikan disebut اﻟﺘﺮﺑﯿﺔyang berasal dari kata - ﯾﺮﺑﻲ- رﺑﻰ ﺗﺮﺑﯿﺔyangartinya mengasuh, mendidik, memelihara dan menjadikan beradab. Fuad Ifram al-Bustamy, Munjid al-Tullab (Beirut: al-Maktabah asy-Syarqiyyah, 1986), h. 229. 4 Dalam perspektif filosofis, penulis berangkat dari ulasan Jujun S. Suriasumantri bahwa ada dua alur perolehan pengetahuan bagi manusia yaitu dengan berpikir rasional yang kemudian menjadi embrio lahirnya paham rasionalisme serta berpikir berdasarkan fakta empiris yang kemudian menjadi embrio lahirnya paham empirisme.4Dari dua alurperolehan pengetahuan bagi manusia tersebut tergambar bagaimana dunia ide yang logis dan dunia nyata yang empiris memberikan inspirasi terhadap urgensi manajemen sumber daya manusia yang tidak mungkin lepas dari perpaduan antara keduanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa posisi manusia dengan sumber daya yang dimilikinya dalam pembelajaran bahasa Arab adalah sebuah upaya eksekusi dunia ide yang logis pada dunia nyata yang empiris sehingga keduanya merupakan sebuah hirarki yang saling terkait satu sama lain. Menyikapi hal tersebut, Mujamil Qomar menyatakan bahwa penyatuan antara paham rasionalisme dan paham empirisme dengan model jig-zaw yang saling mengisi kekurangan masing-masing telah tumbuh menjadi embrio lahirnya metode keilmuan.5Dalam perkembangannya, realitas tersebut telah menginspirasi kajian tentang pemberdayaan perempuan dalam manajeman sumber daya manusia untuk tampil sebagai sebuah cabang kajian keilmuan tersendiri dengan metode keilmuannya yang khas yang tentunya sangat tepat apabila digunakan sebagai suatu perspektif dalam melihat pembelajaran bahasa Arab. Dalam perspektif yuridis, urgensi pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab banyak tersurat ataupun tersurat dalam berbagai produk undang-undang, peraturan pemerintah, dan semacamnya yang menunjukkan bahwa urgensi manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab merupakan suatu kebutuhan dan keharusan baik secara de facto ataupun de jure bahwa semua orang berhak dalam peningkatan kapasitas intelektual tanpa pilih kasih berdasarkan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan, seperti yang tergambar pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen misalnya yang jelas-jelas telah menegaskan bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.6 4 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), h. 50 5 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), h. 16 6 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, www.indonesiaraya. blog.spot. (Diakses 13 Mei 2015) 5 Dalam perspektif sosio-psikis, urgensi pemberdayaan perempuan dalam manajemen pembelajaran bahasa Arab dapat dipahami berdasarkan sosiologi yang mengenal sistem sosial sebagai himpunan dari bagian-bagian yang saling berkaitan, masing-masing bagian bekerja sendiri dan bersama-sama saling mendukung, yang semuanya bergerak searah dalam mencapai tujuan dan sistem sosil ini terjadi pada lingkungan yang kompleks.7 Dalam implementasinya, sistem sosial tersebut merupakan sebuah potret dari pembelajaran bahasa Arab yang di dalamnya terdapat suatu kebutuhan dalam mengelola berbagai sumber daya manusia, baik laki-laki atau perempuan, yang terlibat dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal. Asumsi tersebut mengacu pada sisi interpersonalnya yang kemudian berpengaruh pada sisi intrapersonalnya sebagaimana digambarkan oleh I Koman Ardana dkk menggambarkan salah satu paradigma pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia sebagai berikut: Potensi psikologis seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaan bersifat abstrak dan tidak jelas batas-batasnya sehingga pimpinan berkewajiban menggali, menyalurkan, membina, dan mengembangkan potensi yang dimiliki karyawan dalam rangka peningkatan produktivitas.8 Apa yang digambarkan oleh I Koman Ardana dkk tersebut menggambarkan bahwa pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia menjadi sangat penting dalam pembelajaran bahasa Arab karena di dalamnya terdapat potensi psikologis dalam dimensi intrapersonal yang sedikit banyak akan bertransformasi pada dimensi interpersonal perempuan baik antara pendidik dengan staf, staf dengan peserta didik, peserta didik dengan pendidik, dan berbagai pola hubungan yang lainnya. B. Implementasi Pemberdayaan Perempuan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pembelajaran Bahasa Arab Pada dasarnya, implementasi pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab merupakan suatu siklus pengelolaan sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab seperti guru, staf, peserta didik, dan lain-lain yang mana siklus tersebut ibarat mata rantai yang saling terkait satu sama lain mulai dari langkah pertama sampai langkah akhir bahkan bisa kembali ke langkah yang pertama. Hal ini mengisyaratkan bahwa sebuah siklus yang terjadi merupakan sebuah pijakan evaluatif bagi siklus berikutnya. Evolusi siklus tersebut akan terus terjadi tanpa mengenal produk siklus yang baku dalam berbagai lintas 7 Abdul Syani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), h. 124 8 I Koman Ardana dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 5 6 ruang dan waktu. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh George Wilhelm Friedrich Hegel ketika menguraikan filsafatnya yang meliputi tiga fase tesis yaitu tesis, antitesis, serta sintetis dengan bertolak pada keraguan (skeptisisme). Keraguan yang ada pada tesis akan memicu munculnya antitesis yang berujun pada lahirnya sintesis. Sintetis tersebut kemudian berubah menjadi tesis lalu akan kembali melahirkan keraguan sehingga muncul antitesis lalu sintesis dan seterusnya.9 Menggambarkan siklus manajemen sumber daya manusia secara umum yang tentunya sangat memungkinkan untuk diimplementasikan pada pembelajaran bahasa Arab, penulis mengadopsi apa yang digambarkan oleh Sonny Sumarsono sebagai berikut:10 Gambar 1 Siklus Manajemen SDM Tantangan Lingkungan Rencana Organisasi Pengadaan Pengembangan dan Pelatihan Kompensasi Persediaan SDM Penilaian Hasil Kerja Hasil Kinerja Siklus yang digambarkan oleh Sonny Sumarsono tersebut apabila dikaitkan dengan pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Arab menuntut adanya manajemen sumber daya manusia yang tidak terlepas dari realitas empiris yang ada di sekitarnya. Fakta bahwa perempuan juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit, baik secara kuantitas ataupun kualitas, dalam hal kesuksesan pembelajaran bahasa Arab juga berhak dilibatkan dalam berbagai dimensi dari siklus manajemen sumber daya manusia tersebut secara proporsional.Penempatan tantangan 9 Mujamil Qomar, op.cit. h. 61 10 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 19 7 lingkungan sebagai bagian awal dari siklus tersebut secara tidak langsung mengarahkan manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab untuk berangkat dari sebuah analisis tantangan lingkungan baik berupa peluang ataupun kendala yang berimplikasi pada upaya terstruktur dalam memaksimalkan peluang yang ada serta meminimalisir kendala tentunya. Berangkat dari analisis tantangan lingkungan tersebut, rencana organisasi ditetapkan sehingga kemudian rencana organisasi bukanlah sebuah ide yang melangit yang pantang berpijak pada bumi yang empirik. Dalam kaitannya dengan pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab, tantangan lingkungan yang tergambar pada siklus tersebut bisa ditemukan pada upaya seorang kepala sekolah dalam melakukan langkah-langkah antisipatif terhadap sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab yang tersedia di lingkungan di sekitarnya termasuk pertimbangan berapa jumlah sumber daya manusia dengan mengacu pada jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. Hal tersebut perlu dalam upaya membuat perencanaan yang sesuai dengan karakteristik potensi sumber daya manusia yang tersedia.Penyusunan rencana organisasi pembelajaran bahasa Arab yang tidak mempertimbangkan ketersediaan sumber daya manusia merupakan sebuah kekayaan konsep yang miskin eksekusi pada tataran empiris. Konsekuensinya, kepala sekolah tersebut memiliki dua opsi yaitu menyesuaikan rencana organisasi pembelajaran bahasa Arab tersebut dengan sumber daya manusia yang tersedia ataukah tetap melanjutkan rencana organisasi pembelajaran bahasa Arab tersebut dengan melakukan perencanaan sumber daya manusia berikut staffing dan pengembangannya agar dapat mendukung rencana organisasi pembelajaran bahasa Arab tersebut. Pada dasarnya, implementasi manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab memiliki cakupan yang cukup luas mulai dari pengadaan, pelatihan dan pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, sampai pada pemisahan dengan segala bagian-bagiannya. Dengan merujuk pada cakupan tersebut, penulisakan menggambarkan implementasi pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab dengan titik fokus pada pendidik bahasa Arab sebagai sumber daya manusia primer. Penggunaan istilah sumber daya manusia primer oleh penulis mengingat posisi pendidik sebagai pion terdepan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab meskipun eksistensi sumber daya manusia sekunder seperti pimpinan, staf, siswa, dan yang lainnya juga tidak kalah pentingnya. 1. Pengadaan sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab Dalam prakteknya, pengadaan sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab tidak bisa dipisahkan dari tiga langkah pokok yang saling terkait satu sama lain yaitu analisis pekerjaan, perencanaan sumber daya manusia serta seleksi pengadaannya. Dalam proses tersebut, pemberdayaan perempuan perlu diperhatikan dengan memberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam hal kesempatan 8 untuk direkrut apabila tugas pokok dan fungsi yang akan dilakukan dalam profesi tersebut bisa dilakukan oleh keduanya. Dalam kaitannya dengan analisis pekerjaan, Moekijat menawarkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu apa yang dilakukan, syarat-syarat perseorangan, tanggung jawab jabatan/pekerjaan, serta kondisi kerja.11Hal ini mengisyaratkan bahwa proses seleksi pendidik bahasa Arab perlu diawali dengan pertimbanganpertimbangan mengenai poin-poin tersebut yang dihubungkan dengan kompetensi yang dimiliki oleh calon pendidik bahasa Arab. 2. Pelatihan dan pengembangansumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab Pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab menuntut adanya pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Menurut hemat penulis, ada dua hal yang mendasari asumsi tersebut yaitu fitrah manusia sebagai makhluk yang sangat berpotensi untuk mengalami kemampuan intelektualnya seiring dengan perjalanan waktu sehingga harus selalu diperbaharui kembali, sedangkan yang kedua adalah perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu cepat meniscayakan perlunya ada peningkatan sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab sebagai pion terdepan di kelas kalau tidak mau ketinggalan zaman. Pada dasarnya, berbagai dampak dari pelatihan dan pengembangan tersebut akan terus mengalami fluktuasi seiring dengan relativitas ruang dan waktu dalam pembelajaran bahasa Arab berlangsung seperti teori relativitas Albert Einsten yang menyatakan bahwa tidak ada ukuran yang mutlak, baik dalam dimensi kuantitas ataupun kualitasnya, tapi selalu bersifat relatif dalam kaitannya dengan hubunganhubungan dengan segala obyek di sekitarnya. Dalam kaitannya dengan model pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, Sonny Sumarsono menggambarkan konsep Dale Yoder yang menggunakan suatu model rancangan program pelatihan dan pengembangan yang terdiri dari tujuh langkah sebagaimana tergambar pada gambar berikut: Gambar 2 Model Pelatihan dan Pengembangan SDM Analisis Kebutuhan Latihan dan Pengembanagan 11 Moekijat, Analisis Jabatan, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1998), h. 33 9 Menentukan Sasaran Membuat Kurikulum Mengukur Keberhasilan Memilih Metode Melaksanakan Program Menentukan Cara Evaluasi Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu kebutuhan bagi sebuah organisasi agar produktivitas sumber daya manusia yang ada dapat meningkat. Adapun metode yang dapat digunakan adalah : a. Metode on the Job Training. Merupakan metode pengembangan sumber daya manusia dengan memberikan tugas kepada atasan langsung yang baru dilatih, untuk melatih mereka. b. Metode Vestibule. Merupakan metode pengembangan sumber daya manusia dengan bentuk latihan dimana pelatihnya bukanlah atasan langsung, tetapi pelatih-pelatih khusus (staff specialist) c. Metode Simulasi. Merupakan metode pengembangan sumber daya manusia dengan memberikan contoh simulasi dari realitas sesungguhnya. d. Metode Magang. Metode ini biasa dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keterampilan yang relatif lebih tinggi. e. Metode Demonstrasi dan Contoh.Merupakan metode pengembangan sumber daya manusia dengan pemberian demonstrasi dan contoh dalam kerangka pemodelan (modeling) f. Metode dalam Kelas. Merupakan metode pengembangan sumber daya manusia dengan pelatihan dalam kelas meskipun sisi teoritisnya kadang-kadang lebih banyak dibandingkan dengan sisi praktisnya.12 Dalam kaitannya dengan pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab, semua metode tersebut dapat diaplikasikan yang tentunya mengambil bentuk sesuai karakteristik pembelajaran bahasa Arab serta 12 Sonny Sumarsono, EkonomiManajemen (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003), h. 93-95 Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan, 10 paradigma yang dianut oleh lembaga yang bersangkutan termasuk dengan pertimbangan potensi sumber daya manusia yang tersedia.Metode on the job training misalnya, bisa dilakukan dengan memasangkan pendidik yang sudah senior dengan mereka yang masih yunior sebagai pembimbing dengan memasangkan perempuan dengan perempuan. 3. Kompensasi sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab Dalam dimensi normatif, kompensasi bukanlah suatu hal yang tabu dan selalu dibenturkan dengan konsep ikhlas karena toh meskipun Kementerian Agama memiliki motto “IKHLAS BERAMAL”, berapa ratus ribu sumber daya manusia yang bernaung di dalamnya bekerja dengan digaji setiap bulannya. Apa yang diisyaratkan oleh Rasulullah Saw., bahwa seorang pekerja hendaknya diberikan upah kerja sebelum keringatnya menjadi kering adalah sebuah ilustrasi perlunya pemberian kompensasi atas sebuah pencapaian dalam suatu hal termasuk dalam pembelajaran bahasa Arab. Untuk menggambarkan bagaimana kerangka teoritis dari perlunya kompensasi manajemen sumber daya manusia dalam pembelajaran bahasa Arab, teori stimulus respon yang dikembangkan oleh Ivan P. Pavlop bahwa stimulus dan respon merupakan dua hal yang saling terkait satu sama lain dalam bingkai hubungan yang sintesis. Hal itu berarti bahwa dengan adanya kompensasi yang diberikan pada pendidik bahasa Arab atas pencapaian yang diperolehnya dalam pembelajaran bahasa Arab kinerja yang dimilikinya cenderung akan lebih meningkat. Sebaliknya, apabila pencapaian-pencapaian mereka tidak dihargai dalam bentuk kompensasi, maka biasanya kinerja yang dimilikinya cenderung akan menurun. Agar kompensasi yang diberikan betul-betul mampu memacu pendidik bahasa Arab dalam profesinya, maka I Komang Ardana dkk.menyebutkan bahwa ada dua asas yang perlu diperhatikan yaitu asas keadilan dan kelayakan.13Maksud dari keadilan tersebut dalam kaitannya dengan pemberdayaan perempuan adalah tidak adanya sikap pilih kasih dalam pemberian kompensasi antara laki-laki dan perempuan sementara kelayakan dalam kerangka pemberdayaan perempuan menuntut adanya kompensasi yang sesuai dengan kodrat mereka sebagai makhluk Tuhan yang khas dengan karakter yang dimilikinya. Pada dasarnya, masih ada beberapa dimensi yang lain dari manajemen sumber daya manusia secara umum dan manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab secara khusus yang bisa dijadikan sebagai kerangka dari pemberdayaan perempuan yaitu integrasi, pemeliharaan, dan pemisahan sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab meskipun kemudian dimensi pengadaan, penempatan, 13 I Koman Ardana dkk, op.cit. h. 156 11 pengembangan dan pelatihan, serta kompensasi konteks pembelajaran bahasa Arab. lebih umum didapatkan dalam III. PENUTUP Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa urgensi pemberdayaan perempuan dalam manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab merupakan sebuah realitas yang tidak bisa terbantahkan.Eksistensi perempuan sebagai makhluk yang dimuliakan dan disetarakan dengan laki-laki secara de jure yang ternyata tertindas secara de facto dalam budaya patriarkhi yang hegemonik sedapat mungkin dihilangkan dengan melakukan manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab yang memberdayakan perempuan.Implementasi manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab tidak bisa dipisahkan dari dimensi manajemen sumber daya manusia secara umum yang meliputi pengadaan, pengembangan dan pelatihan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemisahan.Hanya saja, yang umum tergambar dalam konteks manajemen sumber daya manusia pembelajaran bahasa Arab adalah dimensi pengadaan, pengembangan dan pelatihan, serta kompensasi. DAFTAR RUJUKAN Al-Qur’an al-Karim Ardana, I Koman, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. al-Bustamy, Fuad Ifram, Munjid al-Tullab, Beirut: al-Maktabah asy-Syarqiyyah, 1986. al-Masdi, Yusuf Suit, Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996. Moekijat, Analisis Jabatan, Bandung: CV. Mandar Maju, 1998. Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, www.indonesiaraya. blog.spot. (Diakses 23 Desember 2015). Sumarsono, Sonny, Ekonomi Manajemen Sumber Daya Ketenagakerjaan, (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003 Manusia dan 12 ________, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia, Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990. Syani, Abdul, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002.