kontribusi tinggi badan, berat badan, dan panjang tungkai terhadap

advertisement
KONTRIBUSI TINGGI BADAN, BERAT BADAN, DAN
PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI
CEPAT (SPRINT) 100 METER PUTRA
(Studi pada Mahasiswa Pendkesrek Angkatan 2010 Universitas Negeri
Surabaya)
ARTIKEL I-JOURNAL KESEHATAN OLAHRAGA
AKHMAD AJI PRADANA
086484032
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
PRODI S-1 ILMU KEOLAHRAGAAN
2013
KONTRIBUSI TINGGI BADAN, BERAT BADAN, DAN PANJANG TUNGKAI
TERHADAP KECEPATAN LARI CEPAT (SPRINT) 100 METER PUTRA
(Studi pada Mahasiswa IKOR Angkatan 2010 Universitas Negeri Surabaya)
Akhmad Aji Pradana
Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, UNESA
ABSTRACT
The contributed factors of running speed includes physiological and anatomical
factors. In other case, the previous research information about anatomical factor
contribution to the running speed was still less. So this research was purposed to: 1) To
determine the contribution of height to men sprint speed (sprint) 100 meters, 2) To
determine the contribution of weight to men running speed (sprint) 100 meter, 3) To
determine the contribution of the leg length to men running speed(sprint) 100 meters.
Population of this research was men college of 2010 class on Pendkesrek major
of UNESA. The total of sampel has been taken from population was 20 people and
determined by Simple Random Sampling technique. The data analysis techniques using
correlation analysis techniques and coefficients of determination with the help of SPSS
software.
The test results of data analysis showed: 1) The contribution of height to 100
meters sprint speed is equal to 62.57%. 2) The contribution of weight to the 100 meter
sprint speed is equal to 1.93%. 3) The contribution of the leg length with the sprint speed
of 100 meters is equal to 67.89%.
Keywords: Contributions, height, weight, leg length, sprint
ABSTRAK
Faktor yang memberikan kontribusi terhadap kecepatan berlari meliputi faktor
fisiologis dan anatomis. Informasi dari hasil penelitian sebelumnya mengenai faktor
anatomis yang memberikan kontribusi terhadap kecepatan lari masih kurang dan
terbatas. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah : 1)Untuk mengetahui kontribusi
tinggi badan terhadap kecepatan lari cepat (sprint) 100 meter putra, 2)Untuk mengetahui
kontribusi berat badan terhadap kecepatan lari cepat (sprint) 100 meter putra, 3)Untuk
mengetahui kontribusi panjang tungkai terhadap kecepatan lari cepat (sprint) 100 meter
putra.
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa putra jurusan Pendkesrek
angkatan 2010 UNESA dengan jumlah 123 orang. Jumlah sampel yang diambil dari
populasi sebanyak 20 orang dan ditentukan menggunakan teknik Simple Random
Sampling. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis korelasi dan analisis
koefisien determinasi dengan bantuan software SPSS.
Hasil uji analisis data menunjukkan : 1) Kontribusi tinggi badan terhadap
kecepatan lari sprint 100 meter adalah sebesar 62,57%. 2) Kontribusi berat badan
terhadap kecepatan lari sprint 100 meter adalah sebesar 1,93%. 3) Kontribusi panjang
tungkai terhadap kecepatan lari sprint 100 meter adalah sebesar 67,89%.
Kata kunci : Kontribusi, tinggi badan, berat badan, panjang tungkai, sprint
1
Championship ke-12 tahun 2009), pada
babak final yang menyisakan 8 atlet dari
berbagai negara, rata-rata tinggi badan
atlet mencapai 184,1 cm dan berat
badannya mencapai rata-rata 80,7 kg.
Dengan postur tubuh yang ideal rata-rata
waktu yang dihasilkan para atlet tersebut
adalah 9,92 detik. Kejuaraan tersebut
dimenangkan oleh Usain bolt pelari
sprint 100 meter putra asal Jamaica.
Dengan tinggi badan mencapai 193 cm
dan berat badan 76 kg Bolt dapat
menempuh jarak 100 meter dalam waktu
9,58 detik. Catatan waktu tersebut
menjadi rekor kecepatan lari sprint 100
meter tercepat hingga saat ini. Bila
ditinjau dari fakta diatas seharusnya
postur tubuh memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap prestasi
olahraga sprint 100 meter. Namun untuk
membuktikannya secara ilmiah maka
harus dilakukan penelitian.
A. PENDAHULUAN
Atletik merupakan dasar dari
segala macam olahraga atau disebut juga
“ibu” dari segala olahraga. Karena
gerakan-gerakan yang ada didalam
atletik dimiliki oleh sebagian besar
cabang-cabang olahraga lainya. Pada
cabang olahraga atletik terdiri dari empat
macam nomor, yaitu : jalan, lari, lempar
dan lompat. Sedangkan pada nomor lari
terbagi menjadi enam macam yang salah
satunya adalah lari cepat (sprint) yang
kemudian dibagi lagi menjadi tiga jarak,
yakni 100m, 200m, dan 400m.
Menurut Adisasmita (1992:35),
“Sprint atau lari cepat adalah semua
nomor lari yang dilakukan dengan
kecepatan penuh atau kecepatan
maksimal sepanjang jarak yang harus
ditempuh.” Dalam lari jarak pendek
kemampuan biomotor yang paling
dominan dan sangat penting adalah
kecepatan, karena untuk menjadi juara
dalam lomba lari jarak pendek
diperlukan kecepatan yang maksimal
dalam berlari, siapa yang tercepat maka
dialah yang akan memenangkan
perlombaan tersebut.
Berbagai penelitian sudah sering
dilakukan demi meningkatkan prestasi
pada atletik khususnya cabang lari cepat
(sprint) 100 meter. Namun informasi
dari hasil penelitian sebelumnya
mengenai
faktor
anatomis
yang
memberikan
kontribusi
terhadap
kecepatan lari masih kurang dan
terbatas. Sehingga diperlukan suatu
penelitian untuk mengetahui secara lebih
fokus
mengenai
seberapa
besar
kontribusi faktor anatomis terhadap
kecepatan lari cepat (sprint), oleh karena
itu penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian yang menyangkut
masalah “Kontribusi tinggi badan, berat
badan, dan panjang tungkai terhadap
kecepatan lari cepat (sprint) 100 meter
putra
(Studi
pada
Mahasiswa
Pendkesrek Angkatan 2010 Universitas
Negeri Surabaya).
Menurut komentar beberapa
ahli, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan dalam berlari.
Selanjutnya untuk memudahkan dalam
menganalisis faktor-faktor tersebut
digolongkan menjadi faktor fisiologis
dan anatomis. Adapun faktor fisiologis
yang mempengaruhi kecepatan dalam
berlari menurut para ahli antara lain:
Kekuatan otot tungkai, daya ledak otot
tungkai, dan kelentukan otot tungkai.
Disamping faktor fisiologis, ada
beberapa faktor penunjang dalam usaha
untuk meningkatkan kecepatan lari.
Menurut Sajoto (1988 : 3), salah satu
faktor penunjang tersebut adalah faktor
anatomis yang meliputi: ukuran tinggi,
panjang, besar, lebar, dan berat tubuh.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Lari Cepat (Sprint)
Pada cabang olahraga atletik
terdiri dari empat macam nomor,
yaitu : jalan, lari, lempar dan lompat.
Sedangkan pada nomor lari terbagi
Berdasarkan fakta yang terjadi
pada suatu kejuaraan dunia sprint 100
meter pria di Berlin (IAAF World
2
oleh waktu tempuh.” Persamaan
yang dapat dibuat untuk menentukan
nilai kecepatan adalah sebagai
berikut :
menjadi enam macam yang salah
satunya adalah lari cepat (sprint)
yang kemudian dibagi lagi menjadi
tiga jarak, yakni 100m, 200m, dan
400m.
Menurut
Adisasmita
(1992:35), “Lari jarak pendek adalah
semua nomor lari yang dilakukan
dengan kecepatan penuh (sprint) atau
kecepatan maksimal sepanjang jarak
yang harus ditempuh.”
v
s
t
Keterangan :
Menurut Bahagia (1999 : 11),
mengemukakan bahwa “Tujuan
utama lari adalah menempuh suatu
jarak tertentu dengan waktu yang
secepat mungkin”. Untuk mencapai
tujuan
tersebut,
tentu
harus
menguasai faktor yang berkaitan
dengan teknik lari. Dalam hal ini
Syarifuddin (1992:41), menyatakan
bahwa “Faktor yang berkaitan
dengan teknik lari antara lain : teknik
start, teknik gerakan lari, dan teknik
finish.”
v
: Kecepatan
s
: Jarak tempuh
t
: Waktu tempuh
Menurut Bahagia (1999 :
11), menyatakan bahwa : “Tujuan
utama lari adalah menempuh suatu
jarak tertentu dengan waktu yang
secepat
mungkin.”
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
kecepatan
merupakan kunci dari rangkaian
gerak lari cepat (sprint) karena
semakin tinggi kecepatan, maka
catatan waktu juga akan semakin
baik.
2. Kecepatan
Menurut Harsono (1988:216),
“kecepatan merupakan kemampuan
melakukan gerakan-gerakan yang
sejenis secara berturut-turut dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya
atau kemampuan untuk menempuh
suatu jarak dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.”
Sedangkan
menurut
Sajoto
(1995:19),
“Kecepatan adalah kemampuan
seseorang
untuk
mengerjakan
gerakan yang berkesinambungan
dalam bentuk yang sama dalam
waktu yan sesingkat-singkatnya.”
Sedangkan menurut Nurhasan (2003
: 2.40) definisi kecepatan adalah,
“Kemampuan
seseorang
untuk
menggerakkan tubuhnya atau bagianbagian tubuhnya melalui satu ruang
gerak tertentu.”
C. Faktor Yang Mempengaruhi
Kecepatan Lari
Pada cabang olahraga atletik,
khususnya pada nomor lari cepat
(sprint), kecepatan merupakan kunci
dari prestasi lari itu sendiri karena
semakin tinggi kecepatan, maka
catatan waktu juga akan semakin
baik. Menurut Bahagia (1999 : 11),
menyatakan bahwa : “Tujuan utama
lari adalah menempuh suatu jarak
tertentu dengan waktu yang secepat
mungkin.” Maka dari itu untuk
meningkatkan prestasi lari cepat
(sprint)
tentu
saja
harus
meningkatkan kecepatan berlari.
Menurut komentar beberapa
ahli, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan dalam
berlari.
Selanjutnya
untuk
memudahkan dalam menganalisis
faktor-faktor tersebut digolongkan
Soedarminto
(1992:84)
menjelaskan bahwa, “Waktu lari
ditentukan oleh jarak dan rata-rata
kecepatan. Kecepatan dapat dihitung
dengan cara membagi jarak tempuh
3
menjadi faktor fisiologis dan
anatomis. Adapun faktor fisiologis
yang
mempengaruhi
kecepatan
dalam berlari menurut para ahli
antara lain: Kekuatan otot tungkai,
daya ledak otot tungkai, dan
kelentukan otot tungkai.
Pada cabang olahraga atletik
khususnya pada nomor lari, atlet
yang mempunyai tinggi badan lebih
tinggi dan proporsional, akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian
prestasi. Hal ini dibuktikan dengan
fakta di lapangan, Usain bolt
pemegang rekor kecepatan lari sprint
100 meter putra saat ini. Dengan
tinggi badan mencapai 1,93 meter
Bolt dapat menempuh jarak 100
meter dalam waktu 9,58 detik dalam
kejuaraan
IAAF
World
Championship ke-12 tahun 2009 di
Berlin. Bolt berhasil mengalahkan
pesaing terdekatnya Tyson Gay yang
finish menempati tempat kedua
dengan catatan waktu 9,71 detik.
Perlu diketahui bahwa tinggi badan
Tyson Gay adalah 1,73 meter. Hal ini
membuktikan bahwa perbedaan
tinggi badan juga berpengaruh
terhadap prestasi yang diraih oleh
seorang pelari.
Disamping faktor fisiologis,
ada beberapa faktor penunjang dalam
usaha untuk meningkatkan kecepatan
lari. Menurut Sajoto (1988 : 3), salah
satu faktor penunjang tersebut adalah
faktor anatomis atau postur tubuh
yang meliputi : ukuran tinggi,
panjang, besar, lebar, dan berat
tubuh. Keunggulan dalam postur
tubuh
memang
memberikan
keuntungan
tersendiri
dalam
olahraga. Dalam hal ini, Soekarman
(1987) mengatakan, “Bobot struktur
tubuh yang sesuai dengan kemauan
yang kuat merupakan modal utama
bagi olahragawan dan dibarengi oleh
latihan-latihan fisik yang teratur dan
intensif melalui dasar pembinaan
olahraga yang baik sehingga terpadu
untuk
dapat
mencapai
dan
meningkatkan
prestasi
yang
optimal.”
4. Berat Badan
Berat
badan
menurut
Maksum (2007 : 18) adalah ukuran
anthopometrik untuk menilai kondisi
tubuh. Berat badan yang sering
dianggap
memperlambat
gerak
seseorang
ternyata
mempunyai
hubungan yang positif dengan
kekuatan otot, khususnya otot
tungkai. Hal ini didukung dengan
pendapat para pakar mengenai
keterkaitan antara berat badan dan
kekuatan otot tungkai, antara lain :
3. Tinggi Badan
Menurut Maksum (2007 :
18), “Tinggi badan merupakan jarak
vertikal dari lantai sampai kepala
bagian atas atau (ubun-ubun).” Pada
hakekatnya tinggi badan adalah
merupakan salah satu aspek biologis
dari manusia yang merupakan bagian
dari struktur dan postur tubuh. Secara
teknis
postur
tubuh
sangat
berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang dalam aktifitas olahraga.
Seperti yang dikemukakan Sajoto
(1988 : 3), Faktor penentu
pencapaian prestasi olahraga dapat
dikelompokkan dalam empat aspek
salah satunya yaitu aspek biologis
yang meliputi : Postur dan struktur
tubuh yang terdiri dari ukuran tinggi
badan, berat badan, serta bentuk
tubuh.
Menurut
Abdurrahman,
(2011 : 24), “Berat badan merupakan
beban yang sangat baik dalam
mengembangkan
kekuatan,
khususnya kekuatan otot tungkai.”
Maksum (2007 : 26) juga
menambahkan bahwa “ Kekuatan
seseorang sangat berkaitan berat
badan yang dimiliki.”
Abdurrahman
(2011:16)
menyatakan bahwa : ”Individu
yang merasa berat badan
4
berlebih maka pada setiap
kegiatan
fisik
selalu
menggunakan
berat
badan
sebagai beban latihan tambahan
disamping beban kegiatan fisik
yang dilakukan, dengan beban
yang yang lebih besar maka
kekuatan otot tungkai akan
beradaptasi dan mengalami
peningkatan.”
mempunyai ukuran yang berbedabeda sehingga berpengaruh terhadap
perbedaan kecepatan lari tiap
individu. Semakin panjang tungkai
seseorang memungkinkan seseorang
dapat melangkah secara lebih
panjang dan lebih efisien dalam
menempuh
jarak
yang
diperlombakan.
Menurut Sajoto (1988 : 111),
menjelaskan bahwa “Otot betis yang
lebih panjang rata-rata lebih kuat
dibandingkan yang pendek”. Apabila
seorang pelari memiliki otot yang
lebih panjang tidak menutup
kemungkinan lebih besar kekuatan
otot yang dimiliki. Panjang otot sama
pentingnya dengan panjang tulang,
semakin panjang otot semakin
panjang tulangnya, kemungkinan
juga besar pula kekuatan yang
dihasilkan. Sehingga panjang tungkai
sangat diperlukan bagi seorang
pelari.
Otot tungkai merupakan otot
yang paling berperan dalam lari cepat
(sprint), secara tidak langsung
peningkatan kekuatan otot tungkai
seharusnya memberikan pengaruh
positif
dalam
meningkatkan
kecepatan berlari.
Namun berat badan yang
berlebih tentu saja tidak disarankan
untuk sprinter. Menurut Moeloek,
(1984 : 8) menerangkan bahwa :
“Seseorang yang mempunyai berat
badan berlebih cenderung memiliki
gerak yang lamban hal ini mungkin
disebabkan oleh beban ekstra (berat
badan) dan kurangnya kelenturan
tubuh pada saat melakukan gerakan.”
Oleh karena itu penting bagi seorang
atlet lari cepat (sprint) untuk menjaga
berat badannya dalam kondisi ideal
untuk mengoptimalkan performanya
dalam meraih prestasi.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan
analisisnya menggunakan statistik.
Untuk
meneliti
lebih
lanjut
permasalahan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif
korelasional. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai ada
tidaknya serta seberapa erat hubungan
antar variabel.
5. Panjang Tungkai
Tungkai adalah anggota
gerak bagian bawah yang terdiri dari
paha, betis dan kaki. Menurut Mac
Dougall (1982 : 85), Ukuran panjang
tungkai adalah jarak antara ujung
tumit bagian bawah sampai dengan
tulang pinggang. Tungkai merupakan
organ yang paling berperan dalam
lari cepat (sprint), karena pergerakan
lari yang dihasilkan berasal dari
kekuatan yang dihasilkan oleh otot
tungkai. Menurut Bahagia (1999 :
12), “Kecepatan berlari ditentukan
oleh dua aspek, yaitu panjang
langkah dan frekuensi langkah.”
Tungkai
pada
tiap
individu
Populasi dalam penelitian ini
adalah Mahasiswa putra jurusan
Pendkesrek angkatan 2010 UNESA
dengan jumlah 123 orang. Jumlah
sampel yang diambil dari populasi
sebanyak 20 orang dan ditentukan
menggunakan teknik Simple Random
Sampling.
Teknik
pengumpulan
data
dalam penelitian ini menggunakan tes
dan pengukuran yang meliputi :
Pengukuran tinggi badan, berat badan,
panjang tungkai, serta tes keterampilan
5
lari sprint 100 meter. Teknik analisis
data menggunakan teknik analisis
korelasi
dan
analisis
koefisien
determinasi.
tubuh. Pada cabang olahraga atletik
khususnya pada nomor lari, atlet yang
mempunyai tinggi badan lebih tinggi
dan
proporsional,
akan
sangat
berpengaruh
terhadap
pencapaian
prestasi.
D. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan besar koefisien korelasi
antara tinggi badan dengan kecepatan
lari sprint 100 meter adalah sebesar (r
=0,791). Dengan demikian dapat
dikatakan terdapat korelasi yang kuat
antara tinggi badan dengan kecepatan
lari sprint 100 meter. Dari hasil diatas
dapat ditentukan besar kontribusi tinggi
badan terhadap kecepatan lari sprint 100
meter sebesar 62,57%.
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan besar kontribusi tinggi
badan terhadap kecepatan lari sprint 100
meter sebesar 62,57%. Hal ini
membuktikan bahwa tinggi badan
memberikan kontribusi yang cukup
tinggi terhadap kecepatan lari sprint 100
meter putra.
Menurut Maksum (2007 : 26),
menyatakan
bahwa
“
Kekuatan
seseorang sangat berkaitan berat badan
yang dimiliki.” Berat badan mempunyai
hubungan positif dengan kekuatan otot
tungkai,
secara
tidak
langsung
peningkatan kekuatan otot tungkai
seharusnya
memberikan
pengaruh
positif dalam meningkatkan kecepatan
berlari.
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan besar koefisien korelasi
antara berat badan dengan kecepatan lari
sprint 100 meter adalah sebesar (r
=0,139). Dengan demikian dapat
dikatakan terdapat korelasi yang sangat
rendah antara berat badan dengan
kecepatan lari sprint 100 meter. Dari
hasil diatas dapat ditentukan besar
kontribusi
berat
badan terhadap
kecepatan lari sprint 100 meter sebesar
1,93%.
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan besar kontribusi berat
badan terhadap kecepatan lari sprint 100
meter sebesar 1,93%. Hal ini
membuktikan bahwa berat badan
memberikan kontribusi yang sangat
rendah terhadap kecepatan lari sprint
100 meter putra. Menurut Moeloek,
(1984 : 8) “Pelari dengan berat badan
berlebih cenderung memiliki gerak yang
lamban hal ini mungkin disebabkan oleh
beban ekstra (berat badan) dan
kurangnya kelenturan tubuh pada saat
melakukan gerakan.”
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan besar koefisien korelasi
antara
panjang
tungkai
dengan
kecepatan lari sprint 100 meter adalah
sebesar (r =0,834). Dengan demikian
dapat dikatakan terdapat korelasi yang
kuat antara panjang tungkai dengan
kecepatan lari sprint 100 meter. Dari
hasil diatas dapat ditentukan besar
kontribusi panjang tungkai terhadap
kecepatan lari sprint 100 meter sebesar
67,89%.
Menurut Sajoto (1988 : 111),
menjelaskan bahwa “Otot betis yang
lebih panjang rata-rata lebih kuat
dibandingkan yang pendek”. Apabila
seorang pelari memiliki otot yang lebih
panjang tidak menutup kemungkinan
lebih besar kekuatan otot yang dimiliki.
Dengan demikian semakin besar
kekuatan otot tungkai seharusnya
semakin besar pula kecepatan lari yang
dihasilkan.
E. PEMBAHASAN
Menurut Sajoto (1988 : 3),
Faktor penentu pencapaian prestasi
olahraga dapat dikelompokkan dalam
empat aspek salah satunya yaitu aspek
biologis yang meliputi : Postur dan
struktur tubuh yang terdiri dari ukuran
tinggi badan, berat badan, serta bentuk
6
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan besar kontribusi panjang
tungkai terhadap kecepatan lari sprint
100 meter sebesar 67,89%. Hal ini
membuktikan bahwa panjang tungkai
memberikan kontribusi yang cukup
tinggi terhadap kecepatan lari sprint 100
meter putra.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita,Yusuf. 1992.
Pilihan
Atletik.
Depdikbud
Olahraga
Jakarta:
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
F. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Bahagia, Yoyo. 1999. Atletik. Jakarta :
Depdikbud
Berdasarkan dari hasil analisis
data dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Hasan. 1993. IAAF Level I : TeknikTeknik
dan
Tahap-Tahap
Mengajarkan.
Program
Pendidikan
dan
Sistem
Sertifikasi Pelatih Atletik PASI.
1. Tinggi badan memberikan kontribusi
sebesar 62,57% terhadap kecepatan
lari cepat (sprint) 100 meter putra.
2. Berat badan memberikan kontribusi
sebesar 1,93% terhadap kecepatan
lari cepat (sprint) 100 meter putra.
Lutan, Rusli, dkk. 2000. Dasar-Dasar
Kepelatihan.
Jakarta
:
Depdikbud
Maksum, Ali. 2007 . Tes dan
Pengukuran. Surabaya : Unesa
University Press
Panjang
tungkai
memberikan
kontribusi sebesar 67,89% terhadap
kecepatan lari cepat (sprint) 100
meter putra.
Maksum, Ali. 2007 . Statistik dalam
olahraga. Surabaya : Unesa
University Press
2. Saran
Berdasarkan
uraian
kesimpulan
diatas, maka penulis menyarankan :
Martono, Nanang. 2011 . Metode
Penelitian Kuantitatif. Jakarta :
Rajagrafindo Persada
Disarankan
bagi
guru
pendidikan jasmani, para pelatih dan
pembina olahraga atletik pada
umumnya, khususnya pada cabang
lari cepat (sprint) 100 meter putra
untuk memilih pelari dengan
mengacu pada tinggi badan, berat
badan, dan panjang tungkai yang
proporsional karena dua dari ketiga
komponen
tersebut mempunyai
kontribusi yang cukup tinggi
terhadap kecepatan lari cepat (sprint)
100 meter putra.
Moeloek, D. & Tjokronegoro, A.1984.
Kesehatan
dan
Olahraga.
Jakarta : FKUI
Nurhasan. 2003 .Tes dan Pengukuran.
Surabaya : Unesa University
Press
Riduwan. 2003. Dasar-dasar statistika.
Bandung : Alfabeta
Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi
Fisik Dalam Olahraga. Jakarta :
Depdikbud
Soedarminto. 1992. Kinesiologi. Jakarta
: Depdikbud
7
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Langkah.
Tesis
(Online),
(http://abstrak.digilib.upi.edu/Di
rektori/TESIS/PENDIDIKAN_
OLAH%20RAGA/969642_%20
YOYO%20BAHAGIA/T_POR_
969642_Chapter2.pdf, di akses
4 Februari 2012)
Syarifuddin, Aip. 1992. Atletik. Jakarta:
Depdikbud
Tim
Penyusun.
2006.
Panduan
Penulisan
dan
Penilaian
SKRIPSI. Surabaya : Unesa
University Press
Abdurrahman. 2011. Perbandingan
Kekuatan Otot Tungkai Antara
Siswa Gemuk dan Kurus. Jurnal
(Online),
(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/
jurnal/510915251829-8443.pdf,
diakses pada 9 April 2012)
Razak, Abdul. 2005. Skripsi : Kontribusi
Tinggi Badan, Berat Badan,
Panjang Tungkai, dan Daya
Ledak Otot Tungkai Tehadap
Prestasi Lari 60 meter Atlet
Atletik Putra. Surabaya : Unesa.
Juliantine,
Tite.
2010.
Studi
Perbandingan Berbagai Macam
Metode Latihan Peregangan
dalam
Meningkatkan
Kelentukan. Jurnal (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FP
OK/JUR._PEND._OLAHRAG
A/19680707199232TITE_JULIANTINE/4._JURN
AL_METODE_PEREGANGA
Nx.pdf, di akses pada 12 maret
2012)
Sunaryadi, Yadi. 2010. Modul 2 :
Analisis
Mekanika
Sprint.
Modul
(Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FP
OK/JUR._PEND._KEPELATIH
AN/196510171992031YADI_SUNARYADI/Biomeka
nika_Olahraga/Modul_2_sprint.
pdf, di akses pada 2 Mei 2012)
Yoyo, Bahagia. 2011. Meningkatkan
Kecepatan Lari Sprint Dengan
Model
Latihan
Panjang
Langkah
Dan
Frekuensi
8
Download