MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PELUANG YANG SAMA DAN HUKUM Dosen pengampu: Heru Susilo, DRS, MA Disusun Oleh: Hamida El Laila 125030400111020 Tiyas Intan Permata S 125030400111061 Denisa Septin H 125030401111010 Renita Pratama 125030401111016 PROGRAM STUDI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aspek hukum adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Manajemen SDM. Disini kami menyajikan pandangan sistem hukum di AS yang meliputi badan Legislatif, badan Eksekutif pembuat peraturan pemerintah dan badan Yudikatif yang berperan dalam menentukan praktek-praktek SDM yang baku sesuai hukum. Para manager di AS menginginkan “daftar yang boleh dan tidak boleh dilakukan” agar mereka keluar dari jeratan hukum. Mereka juga memahami bahwa dengan melaksanakan peraturan secara efektif akan memberikan keunggulan bersaing dan sebaliknya Undang-undang tentang peluang pekerjaan yang sama dan keselamatan, mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap fungsi MSDM. MSDM berkaitan dengan manajemen orang, dan pemerintah berkaitan dengan perlindungan terhadap para individu. Oleh karena itu , salah satu tantangan MSDM yang utama adalah menjalankan fungsinya dalam berbagai batasan hukum yang dibebankan oleh pemerintah. Mengingat biaya penyelesaian menghabiskan banyak jutaan dolar akibat berbagai pelanggaran terhadap undang-undang EEO dan berbagai hukuman karena melanggar OSHA, para Manajer SDM dan lini membutuhkan pemahaman yang baik tentang berbagai larangan agar dapat mengelola perusahaannya dengan cara yang sehat, baik secara keuangan maupun etika. Organisasi yang melakukannya secara efektif pasti akan memiliki keunggulan bersaing. BAB II PEMBAHASAN 2.1 EEO Merupakan Bagian Dari Perundang – Undangan Menurut Dr. Y. Harri Jalil: EEO (Kesempatan Pekerjaan yang Sama) mengacu pada usaha-usaha pemerintah untuk menjamin bahwa seluruh individu memiliki kesempatan yang sama atas pekerjaan, tanpa memandang ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, usia, keterbatasan fisik, atau asal negara. Mendeskripsikan garis besar hukum utama yang mempengaruhi kesempatan Kerja yang sama 1. Kompleksitas hukum HR hukum, seperti kebanyakan jenis hukum, sangat kompleks. Hukum masing-masing disertai dengan seperangkat peraturan yang dapat panjang. Meskipun demikian, inti dari hukum paling HR cukup mudah. 2. Strategi bertentangan dengan keadilan ketenagakerjaan Masyarakat pada umumnya, wakil-wakil politik, pegawai pemerintah, dan hakim semua memiliki pandangan yang berbeda mengenai cara terbaik untuk mengarsipkan HR hukum yang adil. Salah satu perdebatan utama di bidang ini berpusat pada strategi bersaing yang digunakan untuk memajukan tujuan kerja yang adil. 3. Konsekuensi yang tidak diinginkan Hal ini sangat umum bagi hukum, program pemerintah, atau kebijakan organisasi untuk memiliki banyak konsekuensi yang tak terduga, beberapa di antaranya ternyata negatif. HR hukum tentu tidak kebal terhadap fenomena ini. 4. Hukum Persamaan Kesempatan Ketenagakerjaan Yang pertama dari undang-undang hak-hak sipil adalah tindakan upah yang sama, yang menjadi undang-undang pada tahun 1963. Itu adalah hukum yang mengharuskan membayar yang sama bagi pria dan wanita yang melakukan pekerjaan yang sama di organisasi yang sama. 2.2 Undang-Undang Diskriminasi Kerja Diskriminasi menurut Sears (1999), mengungkapkan bahwa diskriminasi merupakan perilaku menirama atau menoak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam keompok. Menurut Duffy & Wong (1996), Diskriminasi bisa terjadi tanpa adanya prasangka dan sebaliknya seseorang yang berprasangka juga belum tentu akan mendiskriminasikan. Akan tetapi selalu terjadi kecenderungan yang kuat bahwa prasangka melahirkan diskriminiasi . Artinya prasangka yang dimiliki terhadap keompok tertentu menjadi alasan untuk mendiskriminasikan kelompok tersebut. Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai diskriminasi di tempat kerja sehingga kita mengacu pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UUK”). Dalam konsiderans “menimbang” UUK disebutkan bahwa “perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.” Ditegaskan pula dalam Pasal 6 UUK sebagai berikut: “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.” Untuk memahami arti dari istilah diskriminasi, kami merujuk pada Konvensi ILO No. 111 Mengenai Diskriminasi Dalam Hal Pekerjaan dan Jabatan yang telah disahkan dengan UU No. 21 Tahun 1999. Dalam Konvensi tersebut istilah diskriminasi meliputi: a. setiap pembedaan, pengecualian, atau pengutamaan atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, keyakinan politik, kebangsaan atau asalusul sosial yang berakibat meniadakan atau mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan; b. perbedaan, pengecualian atau pengutamaan lainnya yang berakibat meniadakan atau mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan sebagaimana ditentukan oleh anggota yang bersangkutan setelah berkonsultasi dengan wakil organisasi pengusaha dan pekerja jika ada, dan dengan badan lain yang sesuai. Istilah "pekerjaan" dan "jabatan" dalam konvensi ini meliputi juga kesempatan mengikuti pelatihan keterampilan, memperoleh pekerjaan dan jabatan tertentu, dan syarat-syarat serta kondisi kerja. Lebih jauh, terkait dengan penempatan tenaga kerja ini, UUK memberikan pengaturan bahwa pengusaha harus memperhatikan hal-hal berikut (Pasal 32 UUK): a. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif serta adil, dan setara tanpa diskriminasi; b. Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum; c. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan program nasional dan daerah. Dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas, sebenarnya perlindungan hukum sudah disediakan bagi tenaga kerja. Mengenai mengapa perusahaan induk mengirimkan karyawan ke anak perusahaan sebagai Direksi, Kepala Divisi maupun Kepala Bagian, dan bukan memilih dari karyawan anak perusahaan, hal tersebut merupakan kebijakan dari manajemen. Terutama dalam memilih orang untuk menempati posisi-posisi strategis tersebut, pihak manajemen perusahaan induk boleh jadi memiliki lebih banyak persyaratan yang disesuaikan dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan. Salah satu contoh diskriminasi di tempat kerja adalah bila perusahaan induk mengetahui ada perempuan yang berkompeten untuk mengisi posisi tersebut dan memang perempuan tersebut terbukti memiliki kompetensi yang sesuai akan tetapi karena pertimbangan gender/ras/agama perusahaan induk lebih memilih menempatkan laki-laki yang tidak lebih berkompeten untuk mengisi suatu jabatan tertentu di anak perusahaan. Maka, perusahaan tersebut dapat dikatakan telah melakukan diskriminasi. Jane Hodges, Senior Labour Law Specialist dari International Labour Organization (ILO) pernah mengatakan bahwa perusahaan yang melakukan segala bentuk tindakan diskriminasi dalam lingkungan kerja dapat digugat di pengadilan industrial. Lebih jauh simak artikel Perlakuan Diskriminatif Dapat Digugat di Pengadilan Industrial. Dasar hukum: 1. Undang-Undang No. 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention NO. 111 Concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan) 2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2.3 Dampak Diskriminasi Efek pada korban diskriminasi dapat menyebabkan kekerasan atau pelecehan di tempat kerja. Diskriminasi dapat memiliki efek merusak psikologis dan trauma pada karyawan. Efek diskriminasi dapat mengubah suasana menjadi negatif dan mempengaruhi produktivitas dan komunikasi karyawan di tempat kerja. Diskriminasi juga dapat membuat Individu merasa rendah diri, kurang percaya diri, merasa tidak dibutuhkan dan yang dapat dikucikan di masyarakat. Dampak diskriminasi Menurut Duffy & Wong (1996), bila sikap berprasangka itu muncul dari pikiran sepintas, untuk kemudian disimpulkan dan dibuat pukul rata sebagai sifat seluruh anggota kelompok sosial tertentu, jelas sangat merugikan kelompok tersebut. Apabila muncul sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suatu suku bangsa, kelompok etnis tertentu, bisa jadi akan menimbulkan pertengkaranpertengkaransosial yang lebih luas. 2.4 Pembelaan Terhadap Tuduhan Diskriminasi Ketika kasus diskriminasi membuatnya ke pengadilan, itu merupakan tanggung jawab dari penggugat masuk akal untuk menunjukkan bahwa telah terjadi diskriminasi. Istilah legal untuk jenis prima facie, yang berarti "di wajahnya". Salah satu ketentuan EEOC penting untuk mendirikan sebuah kasus prima facie bahwa praktek HR diskriminatif dan memiliki dampak yang merugikan adalah empat puluh lima aturan. Sebuah praktik memiliki dampak yang merugikan jika tingkat mempekerjakan kelas yang dilindungi kurang dari empat-lima tingkat perekrutan kelompok mayoritas. Meskipun kasus ini bisa sulit, pengusaha melakukan bagian mereka menang dari mereka. menurut Rosyid, cara yang dapat dilakukan adalah,: Langkah 1 : membahas masalah dengan dengan penyelia yang pernah menangani permasalahan yang sama. Langkah 2 : menghubungi konsultan personalia untuk mendapatkan alternatif yang masuk akal. Langkah 3 : karyawan diberi tahu sacara tertulis tentang keputusan peninjauan kasus dengan manajemen . Langkah 4 : meminta menejemen senior untuk meninjau kasus. Namun ada ahli lain yang mengatakanbahwa Ada empat pertahanan dasar bahwa sebuah perusahaan dapat menggunakan: Job keterkaitan Bona fide kualifikasi pekerjaan (BFOQ) Senioritas Business kebutuhan Title VII dan kehamilan Tindakan diskriminasi kehamilan mengharuskan majikan untuk memperlakukan seorang karyawan yang sedang hamil dengan cara yang sama seperti karyawan lainnya yang memiliki kondisi medis. Sebagai contoh, seorang majikan tidak dapat menyangkal cuti sakit untuk penyakit yang berkaitan dengan kehamilan seperti mual-mual jika majikan cuti sakit memungkinkan untuk kondisi medis lainnya seperti mual-penyakit yang terkait. 2.5 Cara menghindari masalah diskriminasi kerja Memahami Diskriminasi Memahami diskriminasi ini penting untuk mencegah diskriminasi. Diskriminasi dapat disengaja atau tidak disengaja. diskriminasi Umur melindungi orang-orang di atas usia 40, dalam beberapa kasus mereka diberitahu bahwa mereka adalah ”overqualified” . diskriminasi Cacat melindungi individu dengan cacat dari didiskriminasi, dan akomodasi yang layak harus dilakukan untuk membantu dalam pelaksanaan pekerjaan mereka. Nasional asal perlindungan memastikan bahwa tidak ada karyawan harus didiskriminasi berdasarkan asal-usul kelahirannya. Selain itu, adalah ilegal untuk mempertimbangkan ras, agama atau jenis kelamin dalam menentukan status kepegawaian, promosi atau gaji. Mengidentifikasi Diskriminasi Diskriminasi dapat datang dalam berbagai bentuk dan diidentifikasi oleh perilaku melecehkan atau keputusan yang menolak kesempatan atau hak kepada individu tertentu. Sebagai contoh, jika seorang karyawan memenuhi syarat untuk promosi, kenaikan gaji atau adalah yang paling memenuhi syarat untuk posisi dan ditolak kerja, ditolak untuk kenaikan gaji atau promosi karena salah satu alasan yang dilindungi, itu adalah kategoris diskriminasi. Berdasarkan undang-undang federal dan negara, ganti rugi dapat diberikan kepada karyawan yang terkena dampak atau potensi. Tindakan Pencegahan Langkah-langkah pencegahan harus dilembagakan dalam setiap perusahaan untuk menghindari diskriminasi. Keanekaragaman kesadaran harus dilaksanakan serta self-audit dan upaya kepatuhan. Panduan harus diintegrasikan ke dalam bisnis dan mencakup kebijakan tanpa toleransi untuk perilaku diskriminatif atau pembalasan. manual tertulis harus didistribusikan kepada seluruh karyawan. Pengajuan Biaya Diskriminasi Mengajukan tuduhan diskriminasi dimulai dengan mengunjungi kantor EEOC terdekat atau melalui pos. Informasi harus menyertakan nama, alamat dan nomor telepon dari majikan korban dan bertanggung jawab atau serikat pekerja. Penjelasan pelanggaran harus dimasukkan dan apa hak dilanggar. Sebuah biaya diskriminasi harus diajukan dalam waktu 180 hari dari kejadian tersebut, namun dapat diperpanjang hingga 300 hari jika tuduhan itu korban jatuh di bawah undang-undang negara atau daerah yang diskriminatif, juga. 2.6 Rencana Aksi Langkah terakhir dalam mengembangkan rencana tindakan afirmatif adalah memutuskan dengan tepat apa mengambil tindakan afirmatif. The OFCCP menyarankan pedoman berikut: o Merekrut anggota kelas dilindungi o Mendesain ulang pekerjaan sehingga para pekerja yang kurang terwakili lebih mungkin untuk memenuhi o Memberikan sesi pelatihan khusus bagi pelamar underprepared o Menghapus hambatan-hambatan yang tidak perlu kerja Sistem rekrutmen pegawai Ada tiga sistem rekrutmen tenaga kerja (pegawai) menurut Slamet (1995:30) yaitu: 1. System patronage (kawan) yaitu sistem penarikan karyawan yang didasarkan adanya hubungan subyektif yaitu: hubungan yang diperhitungkan antara subyek-subyeknya. Dalam sistem ini, pada dasarnya terdapat beberapa hubungan subyetif antara lain sebagai berikut: a. Spoils system (hubungan yang bersifat politik) adalah pengangkatan atau penunjukan karyawan yang berdasarkan selera pribadi atau berdasarkan kepentingan suatu golongan. b. Nepotisme system (hubungan yang non politik) adalah sistem ini dalam praktik pengangkatan pegawai didasarkan keluarga, kawan yang akrab atau teman yang baik. 2. System meryt (kecakapan) yaitu penarikan karyawan yang didasarkan pada kecakapan, bakat, pengalaman, kesehatan sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. 3. System carier (meningkat) yaitu memberikan kesempatan pada pegawai atau karyawan untuk mengembangkan bakat serta kecakapan selama dia mampu bekerja dengan harapan dapat naik jabatan sampai pada batas kemampuannya. o Praktik-praktik Diskriminatif Personalia dalam Perekrutan Informasi lowongan yang disebarkan secara “lisan” atau menyesatkan warga kelompok minoritas o Iklan lowongan yang ditujukan kepada jenis kelamin tertentu atau menyiratkan diskriminasi terhadap kelompok usia 40-70 tahun o Praktik-praktik Diskriminatif Personalia dalam Seleksi (1) Persyaratan yang (1) terbukti mengecilkan kesempatan bagi warga kelompok minoritas dan (2) tidak berkaitan dengan pekerjaan o Tes saringan bagi warga kelompok minoritas dan kaum wanita secara tidak proporsional dan tidak berkaitan dengan pekerjaan o Tes standar yang tak berkaitan dengan pekerjaan atau mendiskriminasi kelompok terlindung o Praktik-praktik Diskriminatif Personalia dalam Seleksi (2) Preferensi kepada keluarga pegawai, jika sebagian besar pegawainya adalah non-minoritas, serta syarat karakteristik yang terbukti tidak diperlukan dalam pekerjaan o Pendiskualifikasian jabatan karena catatan tahanan dan pemecatan karena pemotongan gaji untuk membayar bunga pinjaman 2.7 MANAJEMEN KEBERAGAMAN Manajemen Keberagaman dan Program Tindakan Persetujuan Dalam batasan tertentu, sasaran dari perlakuan yang pantas dan adil mengarahkan legislasi pekerjaan yang setara untuk diambil alih oleh perubahan demografis dan globalisasi. Globalisasi mendorong pengusaha untuk semakin memunculkan keberagaman saat ini, seperti yang kita lihat, pria kulit putih tidak mendominasi tenaga kerja, dan para wanita dan minoritas yang memiliki keterampilan budaya dan bahasa untuk berurusan dengan pelanggan dari luar negeri mewakili bagian terbesar pertumbuhan tenaga kerja. Hasilnya, perusahaan masa kini makin mengusahakan keseimbangan ras, etnis, dan jenis kelamin tenaga kerjanya, “bukan karena perintah hukum, tetapi penerangan kepentingan pribadi ekonomi”. Mengatur keberagaman Mengatur keberagaman berarti mengambil langkah untuk memaksimalkan keunggulan potensi keberagaman dengan meminimalkan halangan potensial, seperti prasangka dan dugaan yang dapat mengurangi fungsi keberagaman tenaga kerja. Dalam praktiknya, manajemen keberagaman melibatkan tindakan wajib dan sukarela dari manajemen. Banyak tindakan wajib legal yang kita telah lihat yang harus diambil oleh pengusaha untuk memperkecil dalam diskriminasi pekerjaan. Berdasarkan pada tinjauan studi riset, seorang ahli keberagaman menyimpulkan bahwa terdapat lima aktivitas sukarela organisasi yang menjadi inti program manajemen keberagaman. Kami ringkaskan sebagai berikut : Memiliki kepemimpinan yang kuat. Perusahaan dengan reputasi yang sangat baik dalam mengelola keberagaman biasanya memiliki CEO yang sangat menghargai sebab-sebab keberagaman. Kepemimpinan berarti, menempatkan pribadi yang kuat pada kebutuhan akan perubahan dan menjadi panutan untuk perilaku yang dibutuhkan untuk perubahan itu. Menilai situasi. Perusahaan harus menilai keadaan dengan memerhatikan manajemen keberagaman. Memberikan pelatihan dan pendidikan keberagaman.Seorang ahli mengatakan bahwa “poin awal yang paling umum digunakan untuk . . . mengatur keberagaman adalah pelatihan dan pendidikan karyawan”. Mengubah budaya dan sistem manajemen. Idealnya, program pendidikan harus digabungkan dengan langkah-langkah pencapaian yang nyata pada sistem kultur dan manajemen organisasi yang selalu berubah. Melakukan evaluasi program keberagaman. Sebagai contoh, apakah survei perilaku karyawan sekarang menunjukkan adanya perbaikan dalam perilaku terhadap keberagaman? Mendorong Keberagaman Tenaga Kerja Para pengusaha menggunakan beragam cara untuk mendorong keberagaman tenaga kerja. Sebagai contoh, program keberagaman Baxter Healthcare dimulai dengan mengadopsi kebijakan perusahaan yang intensif dengan mengadvokasi manfaat yang dapat diraih dari kultur, ras, dan perbedaan jenis kelamin tenaga kerja: “Baxter International yakin bahwa populasi karyawan yang multikultur penting untuk menjadi pemimpin dalam perawatan kesehatan di seluruh dunia. Berikutnya, Baxter mengambil langkah nyata untuk mengembangkan keberagaman di tempat kerja. Langkah-langkah ini termasuk mengevaluasi usaha keberagamannya, merekrut anggota minoritas menjadi dewan direksi, dan berinteraksi dengan perwakilan kelompok dan jaringan minoritas. Pelatihan keragaman di Baxter bertujuan untuk membuat semua karyawan menjadi peka terhadap kebutuhan akan perbedaan nilai, membangun kepercayaan diri, dan umumnya menciptakan lingkungan yang ramah dan yang akan bermanfaat memperlancar bagi tenaga kerja perusahaan yang beragam. Keberagaman tenaga kerja membuat sikap realistis strategis: “karena perusahaan menjangkau pelanggan yang berbasis di luar negeri, mereka butuh karyawan yang memahami preferensi dan permintaan pelanggan yang khusus tersebut”. Longo Toyota di El Monte, California, membangun strategi kompetitif berdasarkan ide tersebut. Dengan tenaga penjual 60 orang yang berbicara lebih dari 20 bahasa, staf Longo memberikan keuntungan kompetitif dalam melayani pelanggan yang makin beragam. Jadi, Departemen SDM telah memberikan kontribusi pada keberhasilan Longo. Sementara penyalur lain kehilangan setengah dari para penjualnya setiap tahun, Longo mempertahankan 90% dari stafnya, sebagian dengan menekankan kebijakan promosi dari dalam di mana lebih dari dua pertiga jumlah manajernya berasal dari kelompok minoritas. Dalam bisnis di mana para pesaing dengan mudah dapat meniru produk, ruang pamer, dan sebagian besar pelayanan, Longo telah membangun keuntungan kompetitif berdasarkan pada keberagaman karyawan yang baik. Beberapa pengusaha keberagaman melalui mencoba untuk program mendorong dan tindakan menyetujui mengelola sukarela. Tindakan menyetujui berarti pengusaha melakukan usaha tambahan untuk mempekerjakan dan mempromosikan mereka yang berasal dari kelompok yang dilindungi. Tujuannya untuk memberikan kesempatan kerja secara sukarela bagi para wanita dan minoritas (berlawanan dengan program tindakan yang disetujui secara paksa yang dibebankan pengadilan pada beberapa pengusaha sejak dilaksanakannya Undang-Undang Hak Sipil/Civil Right Act 1964). Kesempatan Kerja yang Setara Versus Tindakan Persetujuan Kesempatan kerja yang setara memiliki sasaran untuk memastikan bahwa siapapun, tidak mempermasalahkan ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, suku bangsa, atau usia, memiliki kesempatan yang setara untuk pekerjaan berdasarkan kualifikasi orang itu. Tindakan menyetujui mendorong lebih jauh kesempatan kerja yang setara dengan mewajibkan pengusaha untuk memberikan usaha tambahan dalam mempekerjakan dan mempromosikan mereka yang berasal dari kelompok yang dilindungi. Jadi, tindakan menyetujui meliputi tindakan khusus (dalam merekrut, mempekerjakan, mempromosikan, dan memberi kompensasi) untuk menghilangkan efek-efek saat ini dari diskriminasi masa lalu. Mempraktikkan Keberagaman untuk Pengelolaan Keberagaman Memenuhi EEO/Persyaratan Tindakan Menyetujui Sukarela MMemfokuskan pada produktivitas, efisiensi, dan kualitas Memasukkan semua elemen keberagaman Menekankan Sering merupakan kewajiban Memfokuskan pada justifikasi legal, social, dan moral Termasuk hanya untuk jenis kelamin, etnis, dan ras sistem operasi/pelaksanaan yang dan selalu berubah Menawarkan persepsi kesamaan Jangka panjang dan terus-menerus Berdasarkan pada individualitas Menekankan perubahan dari campuran orang Menawarkan persepsi dari preferensi Jangka pendek dan terbatas Berdasarkan pada asimilasi Meskipun tujuannya sama, hal yang harus dicatat adalah program manajemennya berbeda dari program tindakan menyetujui yang tradisional, baik secara filosofis maupun metode. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Undang-undang yang melarang diskriminasi meliputi konstitusi VII dari undang-undang hak sipil 1964(saat diamandemenkan),yang melarang diskriminasi atas ras,warna kulit,agama,jenis kelamin,atau suku bangsa.Berisi beragam perintah aksekutif,pedoman federal(mencangkup prosedur yang sah sebagai perangkat seleksi karyawan).Undang-undang pembayaran upah yang setara 1963,diskriminasi dalam undang-undang pekerjaan tahun 1967.Sebagai tambahan,beragam keputusan pengadilan dan hukum-hukum negara bagian dan lokal yang melarang diskriminasi. Lingkungan hukum sangat mempengaruhi MSDM dalam memberikan peluang pekerjaan yang sama tanpa melihat latar belakang orang secara diskriminatif sehingga dapat memberikan kesempatan yang sangat luas dan sebagai dampaknya perusahaan memperoleh keunggulan bersaing. Undang-undang tentang peluang pekerjaan yang sama dan keselamatan, mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap fungsi MSDM. MSDM berkaitan dengan manajemen orang, dan pemerintah berkaitan dengan perlindungan terhadap para individu. Oleh karena itu , salah satu tantangan MSDM yang utama adalah menjalankan fungsinya dalam berbagai batasan hukum yang dibebankan oleh pemerintah. 3.2 SARAN Organisasi diharapkan dapat membuat atau menetapkan tata tertib atau peraturan disiplin bagi pekerja/buruh yang diikuti dengan sanksi. Tata tertib ini dapat dikaitkan dengan organisasi atau perjanjian kerja bersama. Dan demi terlaksananya kesetaraan kesempatan di tempat kerja, setiap pembuatan pengaturan syarat kerja, peraturan organisasi maupun perjanjian kerja sama yang dapat ditafsirkan sebagai diskriminasi. Intinya, untuk memenuhi hak-hak azasi manusia dan hak-hak pekerja ditempat kerja adalah melaksanakan kesempatan dan perlakuan yang sama dalam pekerjaan. Hal ini penting karena akan meningkatkan kesejahteraan pekerja dan efisiensi organisasi. DAFTAR PUSTAKA Harwantiyoko 7 Neltje F. Katuuk, MKDU ILMU SOSIAL DASAR, Gunadarma, Oktober 1999 hermien.dosen.narotama.ac.id/.../Modul-MSDM-1.doc http://disnakertrans.jabarprov.go.id/kategoriprodukhukum-153#sthash.NRRYfoYw.dpbs Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama Salemba Empat, Jakarta Rothwell, S. 1995. Human Resource Planning. In J. Storey (Ed). Human Resource Management: A Critical Text (pp. 167-202). London: Routledge. Saksono, Slamet.1995. Administrasi Kepegawaian.Yogyakarta: Kanisius Schuler, R. S., & Walker, J. W. 1990. Human resources strategy: Focusing on issues and actions. Organizational Dynamics, Summer. 5-19. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang No. 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention NO.111 Concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan) ymayowan.lecture.ub.ac.id