MEWUJUDKAN KONSISTENSI ANTARA

advertisement
BAHAN I: PAK PURWIYANTO
MEWUJUDKAN KONSISTENSI ANTARA PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN ANGGARAN
Forum Diskusi Nasional Perencana 2016
Jakarta, 6 Desember 2016
POKOK BAHASAN
I. SIKLUS PENYUSUNAN APBN
II. PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
III. SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
2
I. SIKLUS PENYUSUNAN APBN
Siklus APBN
5
Surat Pagu Anggaran (maksimal
akhir Juni)
6
4
RUU APBN, Nota Keuangan, dan Himpunan RKA K/L
diajukan kepada DPR
Penyampaian dokumen Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal,
Kerangka Ekonomi Makro (maksimal pertengahan Mei)
Juni
Juli
7
Agust
Mei
Pembahasan RUU APBN, Nota Keuangan, dan
Himpunan RKA K/L DPR
3
Surat Bersama Pagu Indikatif
(maksimal akhir bulan Maret)
Sept
April
Maret
APBN
(maksimal akhir Oktober)
Nov
Feb
2
Resource Envelope
(maksimal pertengahan
Februari)
8
Okt
Jan
9
Des
1
Presiden menetapkan arah kebijakan dan prioritas
pembangunan nasional
10
Perpres Rincian APBN (maksimal 30
November)
DIPA (maksimal 31 Desember)
4
SIKLUS PENGANGGARAN
5
II. PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Proses Perencanaan dan Penganggaran
Pemerintah Pusat dan Daerah
25 TAHUNAN
5 TAHUNAN
1 TAHUNAN
VISI PRESIDEN
Renja KL
Renstra KL
Pedoman
RPJP
Nasional
Diacu
RPJM Nasional
Dijabarkan
Dijabarkan
RPJM Daerah
Renstra
SKPD
UU SPPN
APBN
RKP
Pedoman
RAPBN
APBN
RAPBD
APBD
RKA SKPD
Rincian
APBD
Diserasikan melalui Musrenbang
RKP
Daerah
Pedoman
Diacu
Pedoman
Visi Kepala
Daerah
Rincian
Diacu
Diperhatikan
Pedoman
RKA-KL
Pedoman
Renja
SKPD
Pedoman
UU KN
Pemerintah
Daerah
RPJP Daerah
Pedoman
Pedoman
Pemerintah
Pusat
Pedoman
7
Proses Perencanaan dan Penganggaran
sesuai PP 90/2010 dan PP 40/2006
Penetapan Arah Kebijakan dan
Prioritas Pembangunan Nasional
Waktu : Akhir Januari
PIC
: Presiden
Rapat Koordinasi Pembangunan
Pusat (Rakorbangpus)
Waktu : April
PIC
: Bappenas
Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral
Meeting)
Waktu : April
PIC
: Forum pembahasan Renja K/L
oleh Kemenkeu, Bappenas, dan K/L
Review Baseline
Waktu : Februari – Maret
PIC
: Kemenkeu dan K/L
Surat Bersama Pagu Indikatif
Waktu : 29 atau 30 Maret
PIC
: Ditetapkan Menkeu dan Menteri
PPN/Bappenas
Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Nasional
(Musrenbangnas)
Waktu : April
PIC
: Forum dalam rangka menyusun rencana
pembangunan nasional dan daerah
Penyusunan Resource Envelope
Waktu : Mulai pertengahan Februari
PIC
: Kemenkeu
Sidang Kabinet Pagu Indikatif
Waktu : Minggu IV Maret
PIC
: Setneg/Setkab
Penetapan Perpres Rencana Kerja
Pemerintah (RKP)
Waktu : Awal Mei
PIC
: Presiden
Penyampaian Resource Envelope ke
Bappenas
Waktu : Minggu I-II Maret
PIC
: Kemenkeu
Sinkronisasi/koordinasi pagu indikatif
Waktu : Minggu II-IV Maret
PIC
: Kemenkeu dan Bappenas
Penyampaian RKP serta Kerangka Ekonomi
Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan
Fiskal (PPKF) ke DPR
Waktu : Pertengahan Mei
PIC
: Kemenkeu dan Bappenas
8
III. SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
TUGAS DAN FUNGSI BAPPENAS DALAM RANGKA PERENCANAAN SESUAI UU No. 25
Tahun 2004 (1/2)
1) Penyusunan dan Penetapan RPJP (Pasal 10-13).
 menyiapkan rancangan RPJP Nasional. (Pasal 10 Ayat (1))
 menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Nasional. (Pasal 11 Ayat (2))
 menyusun rancangan akhir RPJP Nasional berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Nasional. (Pasal 12 Ayat (1))
2) Penyusunan dan Penetapan RPJM (Pasal 14-19).
 menyiapkan rancangan awal RPJM Nasional sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden ke dalam strategi
pembangunan Nasional, kebijakan umum, program prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal. (Pasal 14 Ayat (1))
 menyusun rancangan RPJM Nasional dengan menggunakan rancangan Renstra-KL dan berpedoman pada RPJP Nasional.
(Pasal 15 Ayat (2))
 menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Nasional. (Pasal 16 Ayat (3))
 menyusun rancangan akhir RPJM Nasional berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional. (Pasal 18 Ayat (1))
10
TUGAS DAN FUNGSI BAPPENAS DALAM RANGKA PERENCANAAN SESUAI UU No. 25
TAHUN 2004 (2/2)
3) Penyusunan dan Penetapan RKP (Pasal 20-27).
 menyiapkan rancangan awal RKP sebagai penjabaran dan RPJM Nasional. (Pasal 20 Ayat (1))
 mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL. (Pasal
21 Ayat (2))
 menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKP. (Pasal 22 Ayat (3))
 mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL. (Pasal
23 Ayat (3))
 menyusun rancangan akhir RKP berdasarkan hasil Musrenbang. (Pasal 24 Ayat (1))
11
TUGAS DAN FUNGSI KEMENKEU DALAM RANGKA PENGANGGARAN
BERDASARKAN UU 17/2003
Pasal 6
(1)Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan.
(2)Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :
a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan.
b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya;
c. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan
uang, yang diatur dengan undang-undang.
12
TUGAS DAN FUNGSI KEMENKEU DALAM RANGKA PENGANGGARAN
BERDASARKAN UU 17/2003
Pasal 8
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas :
a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;
c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang;
f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN;
h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.
13
Sinkronisasi
• Sejak tahun 2015, telah dilakukan penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam RKA-K/L 2016, sesuai
dengan amanah PMK nomor 196/PMK.02/2015 tentang Perubahan atas PMK nomor 143/PMK.02/2015 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L dan Pengesahan DIPA.
• Penataan ADIK dilakukan dengan menggunakan logika berpikir (Logic Model) untuk melihat hubungan logis antara
input-output-outcome.
• Penataan ADIK digunakan untuk sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran dengan cara mengaitkan
aplikasi Renja (sisi perencanaan) dengan aplikasi ADIK dan aplikasi RKA-K/L (sisi penganggaran).
• Penataan ADIK sejalan dengan penyederhanaan nomenklatur yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan mengingat rumusan kinerja sesuai dengan penataan ADIK merupakan output yang dihasilkan
merupakan barang/jasa akhir, memiliki perspektif keluar, terukur, dan relevan.
14
Perencanaan dan Penganggaran
15
PENATAAN ADIK DIGUNAKAN UNTUK HARMONISASI/ SINKRONISASI PERENCANAAN DENGAN
PENGANGGARAN *)
Sasaran pembangunan nasional
(impact)
Sasaran strategis K/L
(outcome/impact)
NASIONAL
K/L
Input
Aktivitas/ Proses
(outcome Program)
SASARAN
STRATEGIS
(Outcome KL/ Impact )
Ouput K-L
Indikator
Target
Indikator/ IKS
Target
Output Strategis *)
Sasaran program
(outcome)
ESELON I
Input
Aktivitas/ Proses
(output Kegiatan)
Output Program *)
Sasaran kegiatan
(output)
Proses / Aktivitas
ESELON II
Input
Aktivitas/ Proses/
(nama komponen)
Indikator/ IKP
Target
SASARAN
KEGIATAN
(OUTPUT)
Indikator/ IKK
Target
Keterangan :
RENJA
Input
SASARAN
PROGRAM
(Outcome Eselon 1)
Ouput eselon1
Indikator
Target
ADIK
+
*) Penataan ADIK dilakukan dengan menambahkan output di bawah sasaran (outcome) karena biaya untuk
menghasilkan output lebih mudah dihitung dibandingkan dengan biaya untuk menghasilkan sasaran (outcome).
Arsitektur Perencanaan, Penganggaran, Kinerja, dan Organisasi
SRUKTUR ORGANISASI
PEMERINTAHAN
STRUKTUR
ANGGARAN
STRUKTUR
PERENCANAAN
STRUKTUR KINERJA
TINGKAT NATIONAL
FUNGSI
PRIORITAS
KABINET
SUB FUNGSI
SASARAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
INDIKATOR KINERJA
TARGET
LINTAS PROGRAM
K/L
KEMENTERIAN/LEMBA
GA
ALOKASI ANGGARAN
KEBIJAKAN K/L
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
STRATEGIS
TARGET
UNIT ESELON I
PROGRAM
PROGRAM
SASARAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM
TARGET
UNIT ESELON II
KEGIATAN
KEGIATAN
KELUARAN
INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN
TARGET
17
KONSISTENSI STRUKTUR PROGRAM
(RPJMN, RENSTRA, RKP/RENJA DAN RKA-KL)
PROGRAM
KEGIATAN
OUTPUT
Dibahas dengan DJA
KOMPONEN
DETIL
Dibahas dengan Bappenas
Penutup
1. Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang terintegrasi yang
melibatkan beberapa pihak (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional,
Kementerian Keuangan, dan Kementerian/Lembaga).
2. Upaya meningkatkan proses sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran
terus diupayakan, antara lain melalui penerapan Arsitektur Data dan Informasi
Kinerja.
3. Upaya lain yang sedang dilakukan adalah melalui kodefikasi antara visi misi
Presiden, komponen perencanaan dan komponen penganggaran, untuk melihat
keterkaitannya.
19
TERIMA KASIH
BAHAN II PAK PURWIYANTO
21
SINERGI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Disampaikan Oleh :
Purwiyanto Pranoto Suwiryo
(Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara)
Dalam
FORUM DISKUSI NASIONAL PERENCANA 2016
Jakarta, 6 Desember 2016
22
Perubahan Sistem Penganggaran
s.d. 2004
1. Anggaran Rutin & Anggaran Pembangunan
2. Pendekatan Sektor : Sektor/Subsektor/Program
(berbeda ant Rutin & Proyek)
3. Klasifikasi Ekonomi : Belanja Rutin menurut Jenis
& Belanja Pembangunan menurut Sektor
4. Pengelola Anggaran : Instansi untuk Belanja Rutin &
Proyek/Bagian Proyek untuk Belanja Pembangunan
5. Dokumen Anggaran :
DUK/DUP/LK dan Satuan 3
DIK/SKOR/DIKS untuk Belanja Rutin
DIP/SKOP/DIPP untuk Belanja Pembangunan
Mulai 2005
1. Anggaran Terpadu
2. Pendekatan Fungsi: Fungsi/Sub Fungsi,
Program, Kegiatan
3. Klasifikasi Ekonomi :
Belanja
Menurut Jenis
4. Pengelola Anggaran : Kementerian sebagai
Pengguna Anggaran, Satuan Kerja sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran
5. Dokumen Anggaran : RKA-KL
Satuan Anggaran DIPA
23
TEORI DASAR
• Terdapat empat pengambil keputusan di bidang ekonomi, yaitu sector
rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri.
• Fungsi objektif dari sector pemerintah adalah mencapai
kesejahteraan yang optimal  fungsi ekonomisnya adalah
menggunakan anggaran yang terbatas (APBN) untuk mencapai
kesejahteraan rakyat yang maksimum  prioritas dan efisensi
• Terdapat dua fungsi terkait, yaitu
 fungsi perencanaan untuk mencari berbagai kegiatan prioritas, dan
 fungsi penganggaran yaitu untuk mencari berbagai kegiatan dengan biaya
efisien
• Sinergi perencanaan dan penganggaran adalah untuk menetapkan
kegiatan prioritas dengan biaya efisien
24
KEGIATAN PRIORITAS
NAWA CITA  kebutuhan yang sangat luas dengan keterbatasan
sumber daya  prioritas dan efisiensi sangat penting
Infrastruktur, pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan,
hankamtibmas dll  target pencapaian saat ini bersifat sub
maximum  kebutuhan sangat luas
- Wilayah NKRI sangat luas  34 propinsi, sekitar 500
kabupaten/kota, sekitar 80 ribu desa,
- Faktor politik sangat penting  10 partai
- Berbagai suku bangsa (dan Bahasa) yang tinggal di berbagai pulau,
kepulauan, yang dikelilingi oleh wilayah laut
- Menganut system ekonomi terbuka  dikelilingi oleh negara lain
- Jumlah penduduk lebih dari 250 juta
- Untuk ukuran 2017, kebutuhan fiscal (belanja, cicilan utang, dan
PMN) sekitar 16 persen terhadap PDB
25
Target Pembangunan 2017
RAPBN
RAPBN*)
Tingkat Pengangguran (%)
5,3 - 5,6
5,6
Tingkat Kemiskinan (%)
9,5 - 10,5
10,5
Gini Ratio
0,38
0,39
Indeks Pembangunan Manusia
75,3
70,1
Sumber: Bisnis Indonesia, Senin (25/12/2016)
Ket: *hasil kesepakatan tingkat I
26
Operasional Ruas Tol
Terbangun dan
Beroperasi
• Target: 136,13 km
• Realisasi: 43,92 km
• Kendala: alokasi dana
pembebasan lahan
Rp1,4 triliun sudah
terserap habis
Pembangunan Rumah
Bersubsidi
• Target: 700.000 unit
• Realisasi: 400.000an
unit (hingga kuartal
III/2016)
• Kendala: persoalan
perizinan & tenggat
pembiayaan kredit
Kunjungan Wisatawan
Mancanegara
• Target: 12 juta
• Realisasi: 9,2 juta
(hingga November)
Sumber: Bisnis Indonesia, Senin (25/12/2016)
27
Kesempatan Kerja
• Target: 2 juta
• Realisasi: 2,3 juta
(hingga september)
• Sepanjang tahun
diproyeksikan 3 juta
Serapan Anggaran Tol
Laut
• Target: Rp218,99
miliar
• Realisasi: Rp111,45
miliar (hingga
Oktober)
Produksi Perikanan
• Target: kenaikan 2 juta
ton menjadi 7,8 juta
ton
• Realisasi: 7,9 juta ton
Sumber: Bisnis Indonesia, Senin (25/12/2016)
28
Badan Usaha Milik
Negara
• Target pembentukan
super holding BUMN
pada akhir tahun
• Hingga awal Desember
belum ada
perkembangan
Penerimaan Pajak
• Target APBNP 2016
Rp1.318,9 triliun
• Realisasi Rp870,95
triliun (hingga
Oktober)
Sumber: Bisnis Indonesia, Senin (25/12/2016)
29
KETERBATASAN SUMBER DANA
- Pendapatan negara sebesar 12,6 persen
terhadap PDB
Perpajakan 10,8 persen, dan
PNBP 1,8 persen)
- Proporsi Belanja wajib dan belanja mandatory
masih besar
- Penyerapan belanja negara masih belum optimal
- Kualitas belanja negara belum optimal;
30
Tantangan APBN ke Depan
Ruang Fiskal
Terbatas
 Masih ada
potensi
perpajakan
 Harga
minyak
rendah dan
Lifting
minyak
stagnan
Mandatory
Spending dan
belanja wajib
relatif besar
 Mandatory
spending
(Pendidikan,
Kesehatan,
Transfer ke
Daerah & Dana
Desa)
 Belanja wajib
(pegawai dan
operasional,
bunga utang,
subsidi)
Kualitas
Belanja yang
lebih baik
 Efisiensi
belanja
operasional
(rapat,
perjalanan
dinas, gedung)
 Efektivitas
perencanaan
belanja
produktif
Penyerapan
anggaran
belum
optimal
 Belanja K/L
masih
berkisar
90%-95%
 Belanja
masih
menumpuk
pada
triwulan III
dan IV
31
Respon Kebijakan (1)
APBN 2017: Kebijakan Fiskal Yang Ekspansif dengan
Komitmen pada reformasi penganggaran serta prinsip kehati-hatian
BELANJA YANG LEBIH PRODUKTIF :






Fokus pada infrastruktur dan belanja sosial;
Efisiensi pada belanja barang;
Mempertahankan anggaran kesehatan (5%), pendidikan
(20%).
Fleksibilitas dalam merespon kondisi perekonomian
Mitigasi bencana alam & risiko fiskal
Percepatan penyerapan anggaran
SUBSIDI YANG LEBIH TEPAT SASARAN:
Energi
 Melanjutkan subsidi untuk BBM jenis solar
 Distribusi tertutup/targeted Subsidi LPG 3 Kg
 Rumah Tangga Sasaran (RTS) untuk Subsidi listrik
menggunakan basis data terpadu (PBDT 2015)
Non Energi
 Memperbaiki ketepatan sasaran
MEMPERKUAT DESENTRALISASI FISKAL




Reformulasi perhitungan alokasi DAU;
Memperbaiki pengalokasian, penyaluran dan arah penggunaan
DBH
Memperbaiki pengalokasian Dana Transfer Khusus untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur dasar;
Meningkatkan secara bertahap anggaran Dana Desa untuk
memenuhi amanat UU Nomor 6 Tahun 2014, dengan tetap
memerhatikan kemampuan keuangan negara.
OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA YANG
LEBIH REALISTIS :
 Melanjutkan dukungan insentif fiskal, mendorong
iklim investasi & dunia usaha;
 Fokus penerimaan terutama pada sektor
perdagangan dan WP pribadi.
 Ekstensifikasi melalui Geo Tagging;
 Memperbaiki basis pajak dan kepatuhan wajib pajak
melaui penguatan database pajak, optimalisasi
penggunaan IT dan konfirmasi status wajib pajak;
 Mengoptimalkan perjanjian pajak internasional;
 Cukai dan pajak lainnya untuk mengurangi konsumsi
pada produk tertentu (dan atau untuk mengurangi)
dengan eksternalitas negatif;
 Optimalisasi PNBP dengan tetap memperhatikan
pelestarian sumber daya alam dan peningkatan
kualitas pelayanan publik;
FOKUS PADA KESINAMBUNGAN FISKAL:
 Menjaga defisit dibawah 3% terhadap PDB;
 Memperbaiki mekanisme pembiayaan untuk proyek
infrastruktur dan pembiayaan usaha kecil menengah;
 Investasi pemerintah yang lebih selektif;
 Menyempurnakan mekanisme penjaminan untuk
percepatan pembangunan infrastruktur.
Respon Kebijakan (2)
Kebijakan Umum Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2017 diarahkan untuk memperkuat implementasi
Desentralisasi Fiskal dan Nawa Cita, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa
Anggaran TKDD Rp764,9 triliun, lebih besar Rp1,3 triliun dari anggaran K/L sebesar Rp763,6 triliun
Memperbaiki mekanisme penyaluran anggaran TKDD berdasarkan pada kinerja pelaksanaan di daerah
Kebijakan Dana Transfer Umum (DTU)
Memperbaiki pengalokasian dan
optimalisasi penggunaan Dana Transfer
Umum, melalui:
• Perbaikan pengalokasian, penyaluran, & penggunaan
DBH.
• Pengalokasian DAU:
 memperhitungkan
pengalihan
kewenangan
pendidikan SMA/SMK dan urusan lainnya dari
kab/kota ke provinsi.
 DAU semua Provinsi naik.
 DAU Kab./Kota tidak mengalami penurunan.
• Pagu DAU nasional dalam APBN dapat berubah
sesuai perubahan PDN Neto, dengan memperhatikan
daerah-daerah yang kapasitas & ruang fiskalnya sangat
terbatas.
ALOKASI TKDD TA 2017
Rp20,3
T
(Otsus &
DIY)
Rp60,0
T
Kebijakan Dana Transfer Khusus (DTK)
(Dana
Desa)
Memperbaiki pengalokasian Dana
Transfer Khusus melalui:
Rp7,5 T
(DID)
Rp173,4
T
(DTK)
Rp503,
6T
(DTU)
• Alokasi anggaran DID ditingkatkan untuk memberi
penghargaan kepada daerah yang berkinerja baik
dalam kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan
daerah, pelayanan dasar publik, serta ekonomi &
kesejahteraan.
• Terdapat 317 daerah penerima DID.
• Alokasi DID minimum Rp7,5 miliar.
• Alokasi DID tertinggi Rp65,3 miliar.
• Pelaksanaan sinkronisasi rencana kegiatan DAK
Fisik antarbidang, antardaerah, dan antara DAK
& nonDAK.
• Pengalokasian DAK Nonfisik sesuai kebutuhan
riil untuk mendukung peningkatan pelayanan
publik.
• Pengalokasian Tunjangan Khusus Guru PNSD di
daerah sangat tertinggal dan Dana Pelayanan
administrasi kependudukan (adminduk).
• DTU dipergunakan sekurangnya 25% untuk
percepatan pembangunan fasilitas pelayanan
publik.
Kebijakan Dana Insentif Daerah
• Pengalokasian DAK Fisik berdasarkan usulan
daerah
dan
prioritas
nasional,
dengan
memberikan afirmasi kepada daerah tertinggal,
perbatasan, kepulauan dan transmigrasi.
Kebijakan Dana Otsus dan Dana
Keistimewaan DIY
• Meningkatkan
efisiensi
&
efektivitas
pemanfaatan Dana Otsus & Dana Keistimewaan
Daerah Yogyakarta.
• Dana Otsus Papua Rp5,6 triliun.
• Dana Otsus Papua Barat Rp2,4 triliun.
• Dana Otsus Aceh Rp8,0 triliun.
• DTI Papua & Papua Barat Rp3,5 triliun.
• Dana Keistimewaan DIY Rp800 miliar.
Kebijakan Dana Desa
• Meningkatkan secara bertahap anggaran Dana
Desa dgn tetap memerhatikan kemampuan keuangan
negara.
• Rata-rata alokasi per Desa Rp800,5 juta.
• Dana Desa per Desa paling kecil Rp726,7 juta.
• Dana Desa per Desa paling besar Rp2,8 miiar.
Sinergi (Sesuai Undang-Undang )(1)
Alur Proses Bisnis Fungsi Penganggaran (Jan – Des)
8
5
Pembicaraan
Pendahuluan RAPBN
(KEM, PPKF dan RKP)
Pembahasan
RAPBN, RUU
APBN, Nota
Keuangan , DHP
RKA-K/L dan DHP
RDP-BUN
9
Persetujuan
RUU APBN
13
1
Penetapan Keppres
Rincian ABPP &
DHP RDP BUN
Arah Kebijakan
& Prioritas
Pembangunan
6
2
Penyusunan
resource
envelope &
usulan
kebijakan APBN
3
4
Penyusunan
KEM, PPKF dan
Pembi-caraan
Pendahuluan
Penyusunan
RAPBN, RUU
APBN, NK, DHP
RKA-K/L dan
DHP RDP-BUN
12
Pembahasan
RAPBN, RUU
APBN, Nota Keu,
DHP RKA-K/L
dan DHP RDPBUN
10
Pengesahan
UU APBN
11
Penetapan
Alokasi
Anggaran
K/L
Penyusunan
Keppres
Rincian ABPP
Penyusunan &
Pengesahan
DIPA
7
Pelaksanaan
Trilateral
Meeting
14
5a
11a
Penyesuaian
RKA-K/L
Penyusunan
RKA-K/L
REVIU RKA-K/L
Quality Assurance
34
SINERGI (2)
• Pembentukan TEPRA 
•
•
•
•
•
•
•
•
KSP,
Setkab,
Kemenkeu,
Bappenas,
BPKP,
LKPP,
Kemendagri,
Dll
• Regulasi dan Forum lainnya
• Berbagai Sistem Aplikasi (SPAN, SIKD, Sismontep, SIRUP, dll)
35
TERIMA KASIH
36
Download