penyusunan rencana kerja dan anggaran (rka-k/l)

advertisement
PANDUAN TEKNIS
PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
APLIKASI
RKAKL DIPA
2013
2
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
PANDUAN TEKNIS
PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
3
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
SEKRETARIAT JENDERAL
BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI
Nomor : KU.01.01-Sr/900
Lampiran: 1 (satu) buku
Jakarta, 18 Oktober 2012
Kepada Yth.
Para Kepala Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian PU
Perihal : Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
Dalam rangka meningkatkan kualitas dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L)
Kementerian Pekerjaan Umum, perlu ditetapkan Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dengan penjelasan
sebagai berikut:
I. UMUM
Panduan teknis ini diterbitkan dalam rangka penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L yang
merupakan tugas seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.
Dengan terbitnya Panduan Teknis ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
operator dan penyelia/supervisor terhadap substansi dan teknis penyusunan Kertas
Kerja RKA-K/L, sehingga kemudian dapat menyeragamkan struktur Kertas Kerja RKAK/L, meningkatkan ketepatan penggunaan akun belanja, serta meningkatkan kesiapan
dalam proses penelaahan RKA-K/L dan pelaksanaan kegiatan di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dengan lebih baik.
Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum mencakup:
Bagian I Pendahuluan
Bagian II Landasan Hukum Dan Hal-Hal yang Harus Diperhatikan
Bagian III Pengaturan Struktur Kertas Kerja RKA-K/L
Bagian IV Panduan Pemilihan Akun Belanja
Bagian V Panduan Pengisian Volume Output
Bagian VI Panduan Penulisan Lokasi Pekerjaan
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Bagian VII Panduan Input Prakiraan Maju
Bagian VIII Penyusunan RKA-K/L Untuk Kegiatan Tertentu
Bagian IX Tahapan Penyusunan dan Contoh Kertas Kerja yang Mengikuti Panduan Teknis
Bagian X Penyusunan Rencana Penyerapan dan Data Dukung
Panduan teknis ini diberlakukan dalam rangka penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L oleh
seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.
II. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar
Negeri dan Penerimaan Hibah
3. Peraturan Pemerintah No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
4. Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu.
5. Peraturan Menteri Keuangan No.112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
6. Keputusan Presiden No.42 Tahun 2002 jo. Keputusan Presiden No.72 Tahun 2004 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7. Peraturan Menteri Keuangan No.81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada
Kementerian Negara/Lembaga;
8. Peraturan Menteri Keuangan No.101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran;
9. Peraturan Menteri Keuangan No.95/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Keluaran Tahun
Anggaran 2013;
10.Peraturan Menteri Keuangan No. 37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun 2013;
11.Peraturan Menteri Keuangan No.92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran
serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;
12.Peraturan Menteri Keuangan No.248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan No.156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
13.Peraturan Menteri Keuangan No.91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar; yang
dirinci dan dimutakhirkan melalui Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No.Per-80/
PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer
pada Bagan Akun Standar;
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
III.LINGKUP PENGATURAN
Lingkup pengaturan Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L)
di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum mencakup:
1. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L
Pengaturan struktur kertas kerja difokuskan pada penyempurnaan penggunaan
masing-masing tingkatan/level secara runtut dari tingkat Program, Kegiatan, Output,
Sub-output, Komponen, Sub-komponen, sampai pada Jenis Akun dan Rincian
Pekerjaannya.
2. Penggunaan Akun Belanja
Dalam bagian ini disampaikan penjelasan mengenai peruntukkan masing-masing
jenis belanja. Hal ini diperlukan dikarenakan RKA-K/L, selain terkait erat dengan
pelaksanaan kegiatan, juga menjadi bagian penting dalam penyusunan laporan dan
proses audit keuangan.
3. Pengisian Volume Output
Pengisian volume Output dengan cermat menjadi bagian penting untuk menilai
konsistensi antara dokumen RKA-K/L dan DIPA dengan target output dalam dokumen
perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
4. Penulisan Lokasi Pekerjaan
Tata cara penulisan lokasi pekerjaan menjadi salah satu mekanisme yang harus diatur.
Hal ini terkait dengan pengelolaan database program dan anggaran, terutama yang
berbasis Wilayah Provinsi/ Kabupaten/Kota, yang sering dibutuhkan bagi pengendalian
program serta penyusunan rencana dan program pada tahun mendatang.
5. Input Prakiraan Maju 3 (tiga) Tahun Kedepan/Penerapan KPJM
Penerapan KPJM yang semakin ketat mendorong kita untuk menerapkannya dengan
lebih disiplin, yaitu melalui input prakiraan maju paling tidak untuk 1 (satu) tahun
kedepan dengan lebih baik. Untuk itu panduan teknis mengenai tata cara input
prakiraan maju dalam KPJM tersebut sangat diperlukan.
6. Penyusunan RKA-K/L untuk Kegiatan Tertentu
Beberapa kondisi memerlukan penyusunan RKA-K/L dengan tata cara tersendiri,
antara lain untuk kegiatan dengan sumber pendanaan dari Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP), untuk Satker Badan Layanan Umum, serta untuk kegiatan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan.
7. Penyusunan Rencana Penyerapan dan Data Dukung
Hal-hal lain yang perlu disiapkan pengaturannya adalah terkait dengan penyusunan
rencana penyerapan anggaran dan penyiapan data dukung yang diperlukan, untuk
meningkatkan kesiapan dalam proses penelaahan dan pelaksanaan kegiatan.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Ketentuan lebih lanjut mengenai Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat ini.
Demikian atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih.
Kepala Biro Perencanaan dan KLN
Ir. Taufik Widjoyono, MSc.
Tembusan disampaikan kepada Yth.
1. Bapak Sekretaris Jenderal Kementerian PU (sebagai laporan)
2. Direktur Sistem Penganggaran, Direktorat Jenderal Anggaran
3. Direktur Anggaran I, Direktorat Jenderal Anggaran
4. Direktur Sistem Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan
5. Direktur Pelaksanaan Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan
6. Direktur Akuntasi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan
7. Sekretaris Inspektorat Jenderal Kementerian PU
8. Direktur Bina Program, Ditjen Sumber Daya Air
9. Direktur Bina Program, Ditjen Bina Marga
10.Direktur Bina Program, Ditjen Cipta Karya
11.Direktur Bina Program dan Kemitraan, Ditjen Penataan Ruang
12.Sekretaris Badang Litbang Kementerian PU
13.Sekretrais Badan Pembinaan Konstruksi
14.Para Pejabat Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian PU
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
8
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
KATA PENGANTAR
i
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulillah, Buku “Panduan Teknis Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum” ini
telah diselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan maupun memberikan masukan secara substantif sehingga
Buku Panduan Teknis ini dapat mencakup berbagai aspek dengan cukup komprehensif.
Kebutuhan terhadap Panduan Teknis ini cukup penting mengingat Kertas Kerja RKA-K/L yang
disusun oleh seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian PU selama ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik dari sisi teknis penyusunan maupun penggunaan akun belanja.
Panduan Teknis ini menjadi semakin penting mengingat data yang terinci dalam RKA-K/L
selain menjadi dasar dalam penyusunan profil kegiatan Kementerian PU, juga terkait dengan
keperluan audit dan pelaporan keuangan serta evaluasi program dan kegiatan tahunan.
ii
Panduan Teknis ini utamanya diperuntukkan bagi operator penyusun Kertas Kerja RKAK/L, Petugas Penelaah Internal Unit Eselon-I, serta Pejabat dan Staf yang terkait dengan
penyusunan program dan anggaran tahunan. Dengan adanya pengaturan ini diharapkan
dapat mengurangi kesalahan-kesalahan di level teknis operasional penyusunan RKA-K/L.
Kami menyadari bahwa Buku Panduan ini belumlah sempurna. Untuk itu kami sangat terbuka
terhadap koreksi dan masukan semua pihak untuk perbaikan Panduan Teknis mendatang
maupun dalam penyusunan pedoman terkait Program dan Anggaran lainnya.
Semoga Buku Panduan Teknis ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Terima kasih.
Jakarta, 18 Oktober 2012
Kepala Biro Perencanaan dan KLN
Ir. Taufik Widjoyono, MSc.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
DAFTAR ISI
• DAFTAR TABEL
• DAFTAR GAMBAR
• DAFTAR ISTILAH/
PENGERTIAN UMUM
• DAFTAR SINGKATAN
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL................................................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................................... vi
DAFTAR ISTILAH/PENGERTIAN UMUM.............................................................................................. viii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................................................................... ix
BAGIAN I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Tujuan.............................................................................................................................
1.3 Lingkup Pengaturan..................................................................................................
BAGIAN II LANDASAN HUKUM DAN HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
2.1 Landasan Hukum Terkait Penyusunan RKA-K/L..............................................
2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan
Kertas Kerja RKA-K/L..................................................................................................
iv
2
3
3
6
6
BAGIAN III PENYERAGAMAN STRUKTUR KERTAS KERJA RKA-K/L
3.1 Struktur Anggaran sebagai Acuan dalam Struktur Kertas Kerja............... 10
3.2 Permasalahan dalam Struktur Kertas Kerja...................................................... 13
3.3 Penyeragaman Struktur Kertas Kerja RKA-K/L................................................. 16
3.4 Pertimbangan dalam Penulisan Rincian Pekerjaan....................................... 22
BAGIAN IV PANDUAN PEMILIHAN AKUN BELANJA
4.1 Permasalahan Penggunaan Akun Belanja........................................................ 24
4.2 Penerapan Bagan Akun Standar (BAS)............................................................... 24
4.3 Beberapa Hal yang Memerlukan Perhatian...................................................... 31
BAGIAN V PANDUAN PENGISIAN VOLUME OUTPUT
5.1 Permasalahan Pengisian Volume Output.......................................................... 34
5.2 Pengisian Volume Output....................................................................................... 35
BAGIAN VI PANDUAN PENULISAN LOKASI PEKERJAAN
6.1 Keterbatasan dalam Aplikasi RKA-K/L................................................................
6.2 Keberagaman Penulisan Lokasi Pekerjaan........................................................
6.3 Pengaturan Cara Penulisan Lokasi Pekerjaan..................................................
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
40
41
44
BAGIAN VII PANDUAN INPUT PRAKIRAAN MAJU
7.1 Permasalahan dalam Input Prakiraan Maju.................................................... 46
7.2 Penghitungan Prakiraan Maju............................................................................. 46
7.3 Input dan Pemeriksaan Hasil Prakiraan Maju dalam RKA-K/L.................. 48
BAGIAN VIII PENYUSUNAN RKA-K/L UNTUK KEGIATAN TERTENTU
8.1 Penyusunan RKA-KL untuk kegiatan yang dananya bersumber
dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)................................................ 52
8.2 Penyusunan RKA-KL untuk Satker Badan Layanan Umum (BLU)........... 54
8.3 Penyusunan RKA-KL untuk Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan............................................................................................................... 55
BAGIAN IX TAHAPAN PENYUSUNAN DAN CONTOH KERTAS KERJA YANG MENGIKUTI
PANDUAN TEKNIS
9.1 Pengecekan Versi Aplikasi RKA-K/L DIPA 2013.............................................. 60
9.2 Perekaman Satuan Kerja........................................................................................ 60
9.3 Perekaman Program, Kegiatan, dan Output................................................... 61
9.4 Perekaman Sub-Output......................................................................................... 68
9.5 Perekaman Komponen.......................................................................................... 69
9.6 Perekaman Sub-komponen................................................................................. 70
9.7 Perekaman Akun...................................................................................................... 70
9.8 Perekaman Detil/Item Pekerjaan....................................................................... 76
9.9 Input Data Kelengkapan DIPA............................................................................. 78
9.10 Validasi RKA-K/L........................................................................................................ 79
9.11 Contoh Kertas Kerja yang Mengikuti Panduan Teknis................................ 81
BAGIAN X
PENYUSUNAN RENCANA PENYERAPAN DAN DATA DUKUNG
10.1 Penyusunan Rencana Penyerapan Anggaran............................................... 84
10.2 Kelengkapan Data Dukung.................................................................................. 86
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel 2. Standardisasi Output...........................................................................................................
Kode dan Keterangan Validasi..........................................................................................
19
79
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 1. Diagram Struktur Anggaran Penerapan PBK..............................................................
Gambar 2. Kesalahan Penggunaan Sub-Output.............................................................................
Gambar 3. Kesalahan Penggunaan Sub-Komponen.....................................................................
Gambar 4. Belum Dilakukannya Standardisasi Kode Output.....................................................
Gambar 5. Tersebarnya Komponen-komponen 1 (Satu) Output..............................................
Gambar 6. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L...........................................................................................
Gambar 7. Contoh Penggunaan Seluruh Bagian Struktur Anggaran......................................
Gambar 8. Contoh Kesalahan Input Volume Output.....................................................................
Gambar 9. Input Volume Output pada Level Sub-output............................................................
Gambar 10. Pilihan Hitung Volume Output Secara Otomatis.......................................................
Gambar 11. Laporan Rekapitulasi Output............................................................................................
Gambar 12. Penggunaan Atribut Lokasi Pada Perekaman Output.............................................
Gambar 13. Laporan Alokasi per Provinsi dalam Aplikasi RKA-K/L.............................................
Gambar 14. Penulisan Lokasi Pekerjaan pada Detil Kegiatan.......................................................
Gambar 15. Penulisan Lokasi pada Sub-komponen dan Detil Pekerjaan................................
Gambar 16. Penulisan Lokasi Pekerjaan pada Judul Paket Pekerjaan........................................
Gambar 17. Penulisan Lokasi Pekerjaan yang Belum Seragam....................................................
Gambar 18. Contoh Kertas Kerja yang Menggunakan Lokasi
Output sebagai Lokasi Pekerjaan....................................................................................
Gambar 19.Contoh Kesalahan Input Prakiraan Maju......................................................................
Gambar 20. Contoh Pengisian Prakiraan Maju pada Perekaman Output................................
Gambar 21. Pengisian Prakiraan Maju pada Perekaman Komponen.........................................
Gambar 22. Bagian yang Perlu Diperiksa dari Laporan KPJM RKA-K/L......................................
Gambar 23. Input Sumber Pendanaan dari PNBP..............................................................................
Gambar 24. Ilustrasi Input Target Pendanaan PNBP.........................................................................
Gambar 25. Ilustrasi Perekaman Output untuk Memilih DK atau TP..........................................
Gambar 26. Ilustrasi Perekaman Satker.................................................................................................
Gambar 27. Ilustrasi Perekaman/Pemilihan Nama Output............................................................
Gambar 28. Ilustrasi Pemilihan Kode Inisiatif Baru............................................................................
Gambar 29. Ilustrasi Pemilihan Lokasi Output/Pekerjaan..............................................................
Gambar 30. Ilustrasi Pemilihan Jenis Kewenangan...........................................................................
Gambar 31. Ilustrasi Pengisian Volume Output.................................................................................
Gambar 32. Tahun Awal dan Akhir Pencapaian Output per Lokasi............................................
Gambar 33. Volume KPJM..........................................................................................................................
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
10
14
14
15
16
17
18
34
36
37
38
40
41
42
42
43
43
46
46
48
48
49
53
54
58
61
62
63
64
65
66
67
68
Gambar 34. Ilustrasi Perekaman Sub-output.....................................................................................
Gambar 35. Ilustrasi Perekaman Komponen......................................................................................
Gambar 36. Ilustrasi Perekaman Sub-komponen.............................................................................
Gambar 37. Ilustrasi Perekaman Akun..................................................................................................
Gambar 38. Ilustrasi Perekaman Kode KPPN......................................................................................
Gambar 39. Tampilan Jenis-jenis Sumber Pendanaan....................................................................
Gambar 40. Informasi Register PHLN................................................. ..................................................
Gambar 41. Tampilan Input Cara Hitung untuk Pendanaan PHLN ............................................
Gambar 42. Ilustrasi Input Catatan Akun dan Blokir........................................................................
Gambar 43. Ilustrasi Perekaman Detil/Item Pekerjaan...................................................................
Gambar 44. Ilustrasi Input Data KPA......................................................................................................
Gambar 45. Tampilan Bila Proses Validasi Berhasil...........................................................................
Gambar 46. Contoh Kertas Kerja untuk Pekerjaan Swakelola Non-Fisik...................................
Gambar 47. Contoh Kertas Kerja untuk Pekerjaan Fisik..................................................................
Gambar 48. Ilustrasi Input Rencana Penyerapan Anggaran..........................................................
69
70
70
71
72
73
74
75
76
77
78
81
82
82
85
vii
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
DAFTAR ISTILAH/PENGERTIAN UMUM
viii
1) Alokasi Anggaran adalah batas tertinggi anggaran pengeluaran yang dialokasikan
kepada Kementerian/Lembaga berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN yang
dituangkan dalam berita acara hasil kesepakatan Pembahasan Rancangan APBN antara
Pemerintah dan DPR.
2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
3) Bagian Anggaran adalah kelompok anggaran menurut nomenklatur Kementerian/
Lembaga dan menurut fungsi Bendahara Umum Negara.
4) Daftar Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (DHP
RKA-K/L) adalah dokumen yang berisi rangkuman RKA-K/L per program dalam suatu K/L
yang telah ditetapkan dari proses penelaahan.
5) Kegiatan merupakan penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan tugas
dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen Kegiatan untuk
mencapai output dengan indikator kinerja yang terukur.
6) Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
7) Kertas Kerja RKA-K/L adalah dokumen rincian belanja yang disusun oleh masing-masing
Satuan Kerja sebagai bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/
Lembaga (RKA-K/L).
8) Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu
program dengan kuantitas dan kualitas terukur.
9) Pagu Anggaran adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada Kementerian/
Lembaga dalam rangka penyusunan RKA-K/L.
10)Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada Kementerian/
Lembaga sebagai pedoman dalam penyusunan Renja-K/L.
11)Program merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi K/L yang
rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon I atau unit K/L yang berisi
Kegiatan untuk mencapai hasil dengan indikator kinerja yang terukur.
12)Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) adalah dokumen
rencana keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun menurut Bagian
Anggaran Kementerian/Lembaga.
13)Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-K/L) adalah dokumen perencanaan
Kementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun.
14)Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode
1 (satu) tahun.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
DAFTAR SINGKATAN
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)
BAS
: Bagan Akun Standar
BLU
: Badan Layanan Umum
DHP
: Daftar Hasil Penelaahan
DIPA
: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
IKK
: Indikator Kinerja Kegiatan
IKU
: Indikator Kinerja Utama
KMK
: Keputusan Menteri Keuangan
K/L
: Kementerian Negara/Lembaga
KPA
: Kuasa Pengguna Anggaran
KPJM
: Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
KPPN
: Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
PBK
: Penganggaran Berbasis Kinerja
Perpres : Peraturan Presiden
PHLN
: Pinjaman/Hibah Luar Negeri
PMK
: Peraturan Menteri Keuangan
PNBP
: Penerimaan Negara Bukan Pajak
POK
: Petunjuk Operasional Kegiatan
PP
: Peraturan Pemerintah
RAPBN : Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Renja K/L : Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga
RKA-K/L : Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
RKP
: Rencana Kerja Pemerintah
Satker : Satuan Kerja
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
ix
x
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
I
PENDAHULUAN
1
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) merupakan dokumen
penganggaran yang wajib disusun oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Anggaran atas Bagian Anggaran yang dikuasainya. Penyusunan RKA-K/L merupakan bagian
dari penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang
dilakukan setiap tahun. Hal tersebut diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No.90 tahun
2010 tentang Penyusunan RKA-K/L.
2
Penyusunan RKA-K/L dilakukan berdasarkan Pagu Anggaran K/L yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan. Pagu Anggaran K/L disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada setiap
K/L paling lambat akhir bulan Juni dan penelaahan RKA-K/L diselesaikan paling lambat akhir
bulan Juli. Finalisasi RKA-K/L dilakukan berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN dan
RUU tentang APBN dengan DPR yang harus diselesaikan paling lambat akhir bulan Oktober.
Dalam penyusunan RKA-K/L, terdapat 3 (tiga) landasan hukum utama yang perlu dipahami
dan menjadi acuan, yaitu: (i) Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
khususnya pada Bab III Penyusunan dan Penetapan APBN Pasal 14; (ii) Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
K/L; serta (iii) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L.
Namun demikian ketiga landasan hukum, termasuk Peraturan Menteri Keuangan tersebut
di atas, belum dapat memberikan panduan secara teknis dalam penyusunan RKA-K/L yang
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan database program dan anggaran Kementerian
PU. Misalnya dengan tidak diaturnya keseragaman penulisan lokasi pekerjaan, maka akan
menyulitkan penyusunan profil program dan kegiatan per Wilayah Provinsi/ Kabupaten/Kota.
Sebaliknya, keseragaman penulisan lokasi akan mempermudah pengendalian konsistensi
antara perencanaan dan penyusunan program dengan pengalokasian anggarannya dalam
RKA-K/L.
Untuk menjawab kebutuhan terhadap pengaturan yang lebih teknis tersebut, maka
disusunlah buku “Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L)
di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum” ini. Pengaturan dalam Panduan Teknis ini
diupayakan tetap sejalan dengan PMK Petunjuk Penyusunan RKA-K/L yang berlaku serta
peraturan terkait penganggaran lainnya, agar terhindar dari komplikasi permasalahan
dalam penelaahan Kertas Kerja RKA-K/L, pelaksanaan pekerjaan, proses pencairan anggaran,
maupun terkait pelaporan dan audit keuangannya.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Panduan Teknis ini utamanya diperuntukkan bagi operator penyusun Kertas Kerja RKAK/L, Petugas Penelaah Internal Unit Eselon-I, serta Pejabat dan Staf yang terkait dengan
penyusunan program dan anggaran tahunan. Dengan adanya pengaturan ini diharapkan
dapat mengurangi kesalahan-kesalahan di level teknis operasional penyusunan RKA-K/L.
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Panduan Teknis ini adalah untuk menyempurnakan Kertas Kerja RKA-K/L
dari sisi Struktur Kertas Kerja yang mengikuti struktur anggaran yang berlaku, penerapan
Bagan Akun Standar (BAS) yang tepat, penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM), serta tata cara input datanya. Dengan demikian diharapkan RKA-K/L yang dihasilkan
dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai database profil program dan anggaran untuk
berbagai keperluan, termasuk terkait dengan pengendalian dan evaluasi program.
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat tantangan yang kemungkinan dihadapi yaitu
bagaimana mengubah kebiasaan dalam penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L dari yang selama
ini dilakukan, dengan ketidakseragaman tata cara penulisannya, menjadi lebih disiplin
mengikuti peraturan dan pedoman yang berlaku.
3
1.3 Lingkup Pengaturan
Lingkup pengaturan dalam Panduan Teknis ini difokuskan untuk menyempurnakan RKA-K/L
dari beberapa aspek, yaitu:
1. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L
Pengaturan struktur kertas kerja difokuskan pada penyempurnaan penggunaan masingmasing tingkatan/level secara runtut dari tingkat Program, Kegiatan, Output, Sub-output,
Komponen, Sub-komponen, sampai pada Jenis Akun dan Rincian Pekerjaannya.
Dalam bagian ini juga disampaikan mengenai pertimbangan terhadap kelebihan dan
kekurangan cara penulisan detil pekerjaan yang dilakukan baik secara rinci ataupun tidak
rinci, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Satuan Kerja.
2. Penggunaan Akun Belanja
Dalam bagian ini disampaikan penjelasan mengenai peruntukkan masing-masing jenis
belanja. Hal ini diperlukan dikarenakan RKA-K/L, selain terkait erat dengan pelaksanaan
kegiatan, juga menjadi bagian penting dalam penyusunan laporan dan proses audit
keuangan.
3. Pengisian Volume Output
Pengisian volume Output dengan cermat, baik yang dilakukan dengan input langsung
pada saat perekaman Sub-output maupun dengan menggunakan fasilitas hitung
otomatis yang disediakan dalam aplikasi, menjadi bagian penting untuk menilai
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
4.
5.
6.
4
7.
konsistensi antara dokumen RKA-K/L dan DIPA dengan target output dalam dokumen
perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Penulisan Lokasi Pekerjaan
Tata cara penulisan lokasi pekerjaan menjadi salah satu mekanisme yang harus diatur.
Hal ini terkait dengan pengelolaan database program dan anggaran, terutama yang
berbasis Wilayah Provinsi/Kabupaten/ Kota, yang sering dibutuhkan bagi pengendalian
program serta penyusunan rencana dan program pada tahun mendatang.
Input Prakiraan Maju 3 (tiga) Tahun Kedepan/Penerapan KPJM
Penerapan KPJM yang semakin ketat mendorong kita untuk menerapkannya dengan
lebih disiplin, yaitu melalui input prakiraan maju paling tidak untuk 1 (satu) tahun
kedepan dengan lebih baik. Untuk itu panduan teknis mengenai tata cara input prakiraan
maju dalam KPJM tersebut sangat diperlukan.
Penyusunan RKA-K/L untuk Kegiatan Tertentu
Beberapa kondisi memerlukan penyusunan RKA-K/L dengan tata cara tersendiri, antara
lain untuk kegiatan dengan sumber pendanaan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP), untuk Satker Badan Layanan Umum, serta untuk kegiatan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan. Pengaturan untuk ketiga hal tersebut termasuk di dalam buku
Panduan Teknis ini, yaitu dengan mengacu pada PMK No. 112/PMK.02/2012.
Penyusunan Rencana Penyerapan dan Data Dukung
Hal-hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah terkait dengan penyusunan rencana
penyerapan anggaran dan penyiapan data dukung yang diperlukan. Keduanya harus
disiapkan secara paralel pada saat penyusunan RKA-K/L, sehingga dapat menunjang
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, termasuk dalam proses penelaahan Kertas Kerja RKAK/L di Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
II
LANDASAN HUKUM
DAN HAL-HAL
YANG HARUS
DIPERHATIKAN
5
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
II. LANDASAN HUKUM DAN HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
2.1 Landasan Hukum Terkait Penyusunan RKA-K/L
Beberapa landasan hukum yang terkait dengan penyusunan RKA-K/L antara lain sebagai
berikut.
• Dasar hukum yang terkait dengan proses Penyusunan RKA-K/L:
1. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Peraturan Pemerintah No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
3. Peraturan Menteri Keuangan No.112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
• Dasar hukum yang terkait dengan Kebijakan Penganggaran:
6
1. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
Luar Negeri dan Penerimaan Hibah
2. Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;
3. Keputusan Presiden No.42 Tahun 2002 jo. Keputusan Presiden No.72 Tahun 2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
4. Peraturan Menteri Keuangan No.81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial
pada Kementerian Negara/Lembaga;
5. Peraturan Menteri Keuangan No.95/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Keluaran
Tahun Anggaran 2013;
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun
2013;
7. Peraturan Menteri Keuangan No.92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan
Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;
8. Peraturan Menteri Keuangan No.101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran;
9.Peraturan Menteri Keuangan No.248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan No.156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
10.Peraturan Menteri Keuangan No.91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar;
yang dirinci dan dimutakhirkan melalui Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
No.Per-80/PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja,
dan Transfer pada Bagan Akun Standar;
2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L
Dalam PMK No. 112/PMK.02/2012 dinyatakan bahwa penyusunan rincian anggaran belanja
Satker dalam Kertas Kerja (KK) RKA-K/L merupakan tugas Satuan Kerja. Kertas Kerja tersebut
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
kemudian dikompilasi di tingkat Kementerian menjadi RKA-K/L. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penyusunan KK RKA-K/L tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dasar alokasi anggaran Satker berdasarkan Daftar Alokasi Anggaran Per
Satker. Daftar Alokasi Anggaran Per Satker tersebut berguna sebagai kontrol batas
tertinggi alokasi anggaran satker pada akhir penyusunan KK RKA-K/L;
2. Kegiatan yang akan dilaksanakan beserta target sasaran Output kegiatan, beserta
alokasi anggarannya, terutama dalam rangka pemenuhan target prioritas nasional yang
tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP);
3. Mendukung pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang Kebijakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal melalui
penggunaan komponen/rincian biaya dalam rangka pencapaian output kegiatan dengan
memanfaatkan penyediaan/penyajian makanan dan snack berbasis pangan lokal non
beras, non terigu, sayuran dan buah sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayah;
4. Rincian biaya dalam rangka pencapaian Output kegiatan yang dibatasi dalam hal iklan
layanan masyarakat kecuali untuk:
a. Iklan yang mengajak/mendorong partisipasi masyarakat untuk turut aktif dalam
pelaksanaan dan pengawasan program/kebijakan Pemerintah; dan
b. Tetap mempertimbangkan bahwa manfaat sosial dan ekonomi yang dihasilkan lebih
besar daripada biaya yang dikeluarkan.
5. Rincian biaya dalam rangka pencapaian output kegiatan yang dibatasi dan tidak
diperbolehkan secara substansi masih mengacu sebagaimana dimaksud dalam Keputusan
Presiden No.42 Tahun 2002 Pasal 13 ayat (1) dan (2), sebagai berikut.
a. Rincian biaya yang dibatasi:
1) Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan, lokakarya, peresmian
kantor/proyek dan sejenisnya, dibatasi pada hal-hal yang sangat penting dan
dilakukan sesederhana mungkin.
2) Pemasangan telepon baru, kecuali untuk satker yang belum ada sama sekali.
3) Pembangunan/gedung baru yang sifatnya tidak langsung menunjang untuk
pelaksanaan tupoksi (antara lain: mess, wisma, rumah dinas/rumah jabatan, gedung
pertemuan), kecuali untuk gedung yang bersifat pelayanan umum dan gedung/
bangunan khusus (antara lain: laboratorium, gudang).
4) Pengadaan kendaraan bermotor, kecuali:
a) Kendaraan fungsional seperti kendaraan roda dua untuk petugas lapangan;
b) Pengadaan kendaraan bermotor untuk Satker baru yang sudah ada ketetapan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan dilakukan
secara bertahap sesuai dana yang tersedia;
c) Penggantian kendaraan operasional yang benar-benar rusak berat sehingga
secara teknis tidak dapat dimanfaatkan lagi;
d) Penggantian kendaraan yang rusak berat yang secara ekonomis memerlukan
biaya pemeliharaan yang besar untuk selanjutnya harus dihapuskan dari
daftar inventaris dan tidak diperbolehkan dialokasikan biaya pemeliharaannya
(didukung oleh berita acara penghapusan/pelelangan); dan
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
7
8
e) Kendaraan roda 4 dan atau roda 6 untuk keperluan antar jemput pegawai dapat
dialokasikan secara sangat selektif. Usulan pengadaan kendaraan bermotor
memperhatikan azas efisiensi dan kepatutan.
Keterangan: Kendaraan yang diadakan dan merupakan penggantian kendaraan yang
dihapuskan harus sama jenis maupun fungsinya dengan kendaraan yang dihapuskan.
b. Rincian biaya yang tidak dapat ditampung (dilarang) meliputi:
1) Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya, dan hari ulang tahun Kementerian
Negara/Lembaga;
2) Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan bunga, dan sebagainya
untuk berbagai peristiwa, kecuali unit kerja suatu K/L dalam rangka mengemban
tugas-fungsinya;
3) Pesta untuk berbagai peristiwa dan POR (Pekan Olah Raga) pada Kementerian
Negara/Lembaga kecuali Kementerian Negara/ Lembaga yang mengemban tugasfungsi tersebut;
4)Pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan sejenis/serupa dengan yang
tersebut di atas;
5) Kegiatan yang memerlukan dasar hukum berupa PP/Perpres, namun pada saat
penelaahan RKA-K/L belum ditetapkan dengan PP/Perpres; dan
6) Kegiatan yang memerlukan penetapan Pemerintah/Presiden/ Menteri Keuangan
(dengan Peraturan Pemerintah/PP atau Peraturan Presiden/Perpres atau Peraturan/
Keputusan Menteri Keuangan) tidak dapat dilakukan sebelum PP/Perpres/
KMK/PMK dimaksud ditetapkan, kecuali kegiatan tersebut sebelumnya sudah
dilaksanakan berdasarkan penetapan Peraturan/Keputusan Menteri/Pimpinan
Lembaga. Peningkatan tarif atas tunjangan-tunjangan yang sifatnya menambah
penghasilan, tidak dapat dialokasikan sebelum ditetapkan dengan Peraturan/
Keputusan Menteri Keuangan.
6. Untuk biaya masukan/output yang belum tercantum dalam PMK tentang Standar Biaya
maka Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) yang bertanggung
jawab atas suatu kegiatan, wajib membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM) yang menyatakan bahwa PA/KPA bertanggung jawab penuh atas satuan biaya
yang digunakan dalam penyusunan RKA-K/L diluar Standar Biaya yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
7. Pelaksanaan Pencapaian Output Kegiatan
Perincian biaya dalam rangka pencapaian output dalam KK RKA-K/L meliputi penyajian
informasi mengenai item/detil biaya yang akan dibelanjakan. Penyajian informasi
dimaksud terkait cara pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan baik secara swakelola
atau kontraktual.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
III
PENYERAGAMAN
STRUKTUR KERTAS
KERJA RKA-K/L
9
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
III. PENYERAGAMAN STRUKTUR KERTAS KERJA RKA-K/L
3.1 Struktur Anggaran sebagai Acuan dalam Struktur Kertas Kerja
Struktur Anggaran merupakan penggambaran satu kesatuan perencanaan dan penganggaran
dalam unit organisasi K/L. Struktur Anggaran dalam penerapan Penganggaran Berbasis
Kinerja (PBK) lebih memperhatikan keterkaitan hubungan lebih jelas antara perencanaan dan
penganggaran yang merefleksikan keselarasan antara kebijakan (top down) dan pelaksanaan
kebijakan (bottom up). Gambaran Struktur Anggaran dalam rangka penerapan PBK yang
terdapat dalam PMK No.112/PMK.02/2012 sebagaimana di bawah ini.
10
Gambar 1. Diagram Struktur Anggaran Penerapan PBK
Masing-masing tingkatan beserta fungsinya dalam struktur anggaran dijelaskan sebagai
berikut:
1. Program
• Program merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi K/L yang
rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon I atau unit K/L yang berisi
Kegiatan untuk mencapai hasil dengan Indikator Kinerja yang terukur.
• Rumusan Program merupakan hasil restrukturisasi tahun 2011 dan penyesuaiannya.
• Rumusan Program dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan Program
yang ada dalam dokumen Renja-K/L.
2. Indikator Kinerja Utama (IKU) Program
a. IKU Program merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pada
tingkat Program.
b.Pendekatan yang digunakan dalam menyusun IKU Program berorientasi pada
kuantitas, kualitas, dan/atau harga.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
c. Dalam menetapkan IKU Program, K/L berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan
dan Kementerian Perencanaan.
d. Rumusan IKU Program dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan IKU
Program yang ada dalam dokumen Renja-K/L.
3. Hasil (Outcome)
a. Hasil merupakan prestasi kerja yang berupa segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya output dari Kegiatan dalam satu Program.
b. Secara umum kriteria dari hasil sebuah Program adalah :
1) Mencerminkan Sasaran Kinerja unit Eselon I sesuai dengan visi, misi dan tugasfungsinya;
2) Mendukung Sasaran Strategis K/L;
3) Dapat dilakukan evaluasi.
c. Rumusan Hasil dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan hasil yang ada
dalam dokumen Renja-K/L.
4. Kegiatan
a. Kegiatan merupakan penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan
tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen Kegiatan
untuk mencapai output dengan indikator kinerja yang terukur.
b. Rumusan Kegiatan merupakan hasil restrukturisasi tahun 2011 dan penyesuaiannya.
c. Rumusan Kegiatan dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan Kegiatan
yang ada dalam dokumen Renja-K/L.
5. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
a. IKK merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur output pada tingkat
Kegiatan.
b. Pendekatan yang digunakan dalam menyusun IKK berorientasi pada kuantitas,
kualitas, dan/atau harga.
c. Dalam menetapkan IKK, K/L berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan
Kementerian Perencanaan.
d. Rumusan IKK dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan IKK yang ada
dalam dokumen Renja-K/L.
6. Output
a. Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan.
b. Rumusan output dalam dokumen RKA-K/L mengambil dari rumusan output yang ada
dalam dokumen Renja-K/L.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
11
12
c. Rumusan output berupa barang atau jasa berupa :
1) Jenis output, merupakan uraian mengenai identitas dari setiap output yang
mencerminkan tugas fungsi unit Satker secara spesifik.
2) Volume output, merupakan data mengenai jumlah/banyaknya kuantitas Output
yg dihasilkan.
3)Satuan output, merupakan uraian mengenai satuan ukur yang digunakan
dalam rangka pengukuran kuantitas (volume) output sesuai dengan sesuai
karakteristiknya.
d. Secara umum kriteria dari output adalah :
1) Mencerminkan sasaran kinerja Satker sesuai Tugas-fungsi atau penugasan prioritas
pembangunan nasional;
2) Merupakan produk utama/akhir yang dihasilkan oleh Satker penanggung jawab
kegiatan;
3) Bersifat spesifik dan terukur;
4) Untuk Kegiatan Fungsional sebagian besar output yang dihasilkan berupa regulasi
sesuai tugas-fungsi Satker;
5)Untuk Kegiatan penugasan (Prioritas Pembangunan Nasional) menghasilkan
output prioritas pembangunan nasional yang mempunyai dampak secara nasional;
6) Setiap Kegiatan bisa menghasilkan output lebih dari satu jenis;
7) Setiap Output didukung oleh komponen masukan dalam implementasinya;
8) Revisi rumusan output dimungkinkan pada penyusunan RKA-K/L dengan mengacu
pada Pagu Anggaran K/L atau Alokasi Anggaran K/L.
e. Jenis Output dalam Aplikasi RKA-K/L dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Output
dengan Standar Biaya Keluaran (SBK) serta Output Non-SBK. Output yang disebutkan
terakhir dapat dikelompokkan lagi kedalam Output yang terkait dengan Tugas dan
Fungsi serta Output Standar atau yang digunakan oleh hampir seluruh Satuan Kerja
secara nasional. Output dengan SBK terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
No.95/PMK.02 Tahun 2012 Tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2013.
f. Khusus untuk pekerjaan-pekerjaan dengan kontrak multi-tahun (multiyears contract/
MYC) dikelompokkan pada Output tersendiri yang terpisah dari output induknya.
Misalnya untuk kelompok pekerjaan dengan MYC pada Output “Pembangunan Jalan
Baru”, maka nama Output yang baru adalah “Pembangunan Jalan Baru (MYC)”.
7 Proses Pencapaian Output terbagi dalam:
a.Sub-Output
1) Sub-Output pada hakekatnya merupakan output.
2)Output yang dinyatakan sebagai Suboutput adalah output-output yang
mempunyai kesamaan dalam jenis dan satuannya.
3) Suboutput digunakan sebagai penjabaran dari masing-masing barang atau jasa
dalam kumpulan barang atau jasa sejenis yang dirangkum dalam satu output.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
4)Banyaknya Sub-suboutput atau akumulasi dari volume Sub-suboutput
mencerminkan jumlah volume output.
5) Suboutput sifatnya opsional (boleh digunakan, boleh tidak).
6)Suboutput hanya digunakan pada output yang merupakan rangkuman dari
barang atau jasa yang sejenis.
7) Output yang sudah spesifik dan berdiri sendiri (bukan rangkuman dari barang atau
jasa yang sejenis) tidak memerlukan Suboutput.
b.Komponen
1) Komponen merupakan tahapan/bagian dari proses pencapaian output.
2) Komponen bisa langsung mendukung pada output atau pada Sub-output.
3) Komponen disusun karena relevansinya terhadap pencapaian output, baik yang
terdiri atas komponen utama dan komponen pendukung.
4)Antar komponen mempunyai keterkaitan yang saling mendukung dalam
pencapaian output, sehingga ketidakterlaksanaan/ keterlambatan salah satu
komponen bisa menyebabkan ketidakterlaksanaan/keterlambatan komponen
yang lain dan juga bisa berdampak pada penurunan kualitas, penurunan kuantitas
maupun kegagalan dalam pencapaian output.
c.Sub-komponen
1)Sub-komponen merupakan kelompok-kelompok detil belanja, yang disusun
dalam rangka memudahkan dalam pelaksanaan Komponen;
2) Sub-komponen sifatnya opsional (boleh digunakan, boleh tidak).
d. Detil Belanja
Detil Belanja merupakan rincian kebutuhan belanja dalam tiap-tiap jenis belanja yang
berisikan item-item belanja.
3.2 Permasalahan dalam Struktur Kertas Kerja
Pengaturan dalam Panduan Teknis ini lebih diarahkan untuk menjaga konsistensi penyusunan
Struktur Kertas Kerja sesuai dengan tingkatan/level dan peruntukkannya dalam Struktur
Anggaran. Pengaturan akan difokuskan pada penyeragaman struktur, standardisasi kode
output, dan penulisan komponen-komponen yang seharusnya tidak terpisah.
Permasalahan umum terkait Struktur Kertas Kerja RKA-K/L antara lain sebagai berikut.
•
Belum Tepatnya Penggunaan Tiap Tingkatan dalam Struktur Anggaran
Struktur Kertas Kerja secara berurutan terdiri atas Program, Kegiatan, Output, Sub-output
(optional), Komponen, Sub-komponen (optional), dan Akun/Rincian Pekerjaan. Saat ini
masih terdapat kerancuan dalam penggunaan masing-masing tingkatan, khususnya pada
level setelah Output atau dari Sub-output sampai Rincian Pekerjaan. Hal ini terutama
disebabkan oleh input datanya yang dilakukan secara bebas dan bukan dengan melakukan
pemilihan.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
13
Beberapa contoh kurang tepatnya penggunaan tiap level dalam struktur anggaran tersebut
ditunjukkan dalam 2 (dua) kertas kerja berikut ini.
Sub-Output digunakan untuk input
judul pekerjaan, yang berbeda jenis
dengan Output induknya
Gambar 2. Kesalahan Penggunaan Sub-Output
14
Sub-komponen digunakan untuk penulisan
lokasi pekerjaan; bukan merupakan
kelompok dari detil belanja
Gambar 3. Kesalahan Penggunaan Sub-Komponen
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
•
Belum Dilakukannya Standardisasi Kode Output
Kementerian Keuangan telah mengatur standardisasi kode terhadap beberapa output
yang pada umumnya digunakan oleh semua Satker untuk memfasilitasi operasionalisasi
perkantoran. Namun demikian masih terdapat ketidakseragaman dalam pemilihan kode
Output seperti Gambar di bawah ini.
Kode Output tidak seragam
15
Gambar 4. Belum Dilakukannya Standardisasi Kode Output
•
Penulisan Komponen-komponen Output Secara Terpisah
Sebagaimana dijabarkan sebelumnya, Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau
jasa yang dihasilkan oleh suatu pekerjaan yang dilaksanakan guna mendukung pencapaian
sasaran dan tujuan program dan kebijakan. Barang atau jasa di atas merupakan sesuatu
yang berkinerja melalui kesatuan komponen-komponen pendukung output tersebut.
Output juga harus mengindikasikan lokasi barang atau jasa tersebut dihasilkan.
Dengan demikian sudah semestinya dalam penulisan dokumen anggaran, maupun dalam
rangka evaluasi program, komponen-komponen pendukung disatukan penulisannya di
bawah output per lokasi. Salah satu contoh kurang tepatnya pengaturan pengelompokkan
rincian pekerjaan yang mengganggu kesesuaian struktur Kertas Kerja dengan struktur
anggaran sebagaimana digambarkan berikut ini.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Bagian-bagian dari1 (satu)
kesatuan output, seharusnya
disatukan/dikumpulkan
Gambar 5. Tersebarnya Komponen-komponen 1 (Satu) Output
16
3.3 Penyeragaman Struktur Kertas Kerja RKA-K/L
3.3.1 Penyeragaman Struktur
Beberapa pertimbangan mengenai perlunya pengaturan penggunaan masing-masing
tingkatan dalam Struktur Kertas Kerja ini antara lain sebagai berikut:
1) Menjaga kesesuaian fungsi masing-masing tingkatan dalam Struktur Anggaran dengan
Struktur dalam Kertas Kerja RKA-K/L;
2) Memudahkan pengelolaan database di tingkat Kementerian;
3) Memudahkan penelusuran konsistensi perencanaan dan penganggaran;
4) Mempermudah pengendalian dan evaluasi kinerja kegiatan;
Secara skematis, Struktur Kertas Kerja beserta peruntukan tiap tingkatannya sebagaimana
gambar berikut ini.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
PROGRAM
UNIT ESELON I
KEGIATAN
Penjabaran dari Program yang rumusannya
mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau
penugasan tertentu K/L
OUTPUT
Barang atau jasa yang dihasilkan.
Merupakan salah satu ukuran kinerja kegiatan atau
bagian yang berkinerja, yang didukung oleh
kesatuan komponen pembentuknya.
Lokasi pekerjaan (kabupaten/kota) menggunakan
Lokasi sebagai atribut Output
SUB OUTPUT
Pada hakekatnya merupakan output, namun lebih
spesifik. Uraiannya dapat digunakan untuk
menjelaskan dukungan terhadap Program Nasional
Lintas Sektor, misalnya Dukungan MP3EI, dll.
KOMPONEN
Tahapan/bagian dari proses pencapaian output
SUB KOMPONEN
Digunakan untuk input judul paket-paket pekerjaan
(swakelola/kontraktual)
AKUN / DETIL
Pembebanan rincian pekerjaan kedalam akun yang
tepat dengan mengacu pada pengaturan Bagan Akun
Standar yang berlaku
Gambar 6. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L
Tata cara penggunaan masing-masing tingkatan adalah sebagai berikut:
• Perekaman untuk tingkatan Program, Kegiatan, dan Output dilakukan melalui pemilihan
pada daftar yang disediakan dalam aplikasi RKA-K/L.
• Lokasi pekerjaan (kabupaten/kota) menggunakan pilihan lokasi yang disediakan pada
saat melakukan perekaman Output, sehingga perlu dilakukan pengulangan perekaman
Output pada lokasi Kabupaten/Kota yang berbeda.
• Penggunaan Sub-output merupakan pilihan, terutama bagi yang memerlukan penajaman
spesifikasi Output.
Uraian Sub-output dapat dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan terhadap
pekerjaan yang mendukung program nasional/sektoral tertentu yang tidak berbasis
pada wilayah administratif, misalnya Dukungan terhadap Master Plan Percepatan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dengan uraian Sub-output: “Mendukung
MP3EI”, Mendukung Pengembangan Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET),
dan lain-lain.
• Komponen-komponen disesuaikan dengan tahapan-tahapan atau bagian yang
diperlukan untuk menghasilkan atau mencapai output, misalnya tahapan Perencanaan,
Desain Teknis, Pembangunan, Supervisi, Evaluasi, dan lain-lain.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
17
•
Untuk level Sub-komponen, walaupun bersifat pilihan atau optional, uraiannya agar diisi
nama/judul paket swakelola maupun kontraktual, baik untuk pekerjaan fisik dan non-fisik.
Khusus untuk pekerjaan dengan sumber pendanaan dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri
(PHLN), agar juga dituliskan kode PHLN setelah nama paket pekerjaan. Selain itu, uraian
lokasi pekerjaan secara lebih detil dapat menggunakan uraian pada Sub-komponen ini
yang juga dituliskan setelah nama pekerjaan.
Di bawah ini merupakan salah satu contoh Struktur Kertas Kerja yang menggunakan seluruh
bagian/level struktur anggaran secara lengkap.
18
Gambar 7. Contoh Penggunaan Seluruh Bagian Struktur Anggaran
Bagian yang tidak kalah penting adalah pembebanan rincian pekerjaan ke dalam akun yang
harus dilakukan dengan tepat yang mengacu pada Bagan Akun Standar (BAS) yang berlaku.
Peraturan teknis yang paling terkini adalah Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No.
Per-80/PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja dan Transfer pada Bagan Akun Standar.
3.3.2 Standardisasi Kode Output
Dalam PMK No.112/PMK.02/2012 diatur mengenai standardisasi kode output, yaitu terhadap:
1. Output-output yang digunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar dan sarana
penunjang yang secara umum dibutuhkan oleh instansi/perkantoran.
2. Output-output sebagai penunjang pelaksanaan tusi dan penunjang aktifitas-aktifitas
perkantoran.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
3. Merupakan output yang digunakan hanya untuk memfasilitasi sarana dan prasarana
operasionalisasi perkantoran.
4. Output-output ini bisa digunakan oleh semua Satker pada umumnya, sedangkan Unit
Eselon II (pengelola Kegiatan tetapi bukan satker) yang memiliki Output jenis ini hanya
Unit Eselon II yang melaksanakan fungsi kesekretariatan atau sejenisnya.
5. Output-output ini tidak hanya digunakan untuk Kegiatan-Kegiatan dalam Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dan Kegiatan Dukungan Manajemen dan
Dukungan Teknis Lainnya.
6. Dalam hal unit Eselon I mempunyai 2 (dua) Program, yaitu Program Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya serta Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur, maka: Output berupa Bangunan/Gedung hanya digunakan pada salah satu
Kegiatan saja dalam Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
7. Standardisasi output tersebut di atas termasuk dalam lingkup perbaikan/ penyempurnaan
angka dasar.
Tabel 1. Standardisasi Output
No
1
Jenis Output
Layanan
Perkantoran
Satuan
Sub-Output/
Komponen/Detil
Bulan
Layanan
1.Komponen 001:
Pembayaran Gaji
dan Tunjangan
2.Komponen 002:
Penyelenggaraan
Operasional dan
pemeliharaan
Perkantoran
Keterangan
1.Output “Layanan Perkantoran”,
komponennya terdiri dari Komponen
001 dan/atau Komponen 002.
2.Output “Layanan Perkantoran”,
dimungkinkan hanya mempunyai 1
(satu) komponen saja (Komponen 001
atau Komponen 002 saja)
a.Komponen 001, hanya digunakan
untuk output Layanan Perkantoran
b.Komponen 001 adalah anggaran
yang dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan biaya operasional antara
lain pembayaran gaji, tunjangan yang
melekat pada gaji, uang makan, dan
pembayaran yang terkait dengan
belanja pegawai.
a.Komponen 002, hanya digunakan
untuk output Layanan Perkantoran
b.Komponen 002 adalah anggaran
yang dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan biaya operasional
antara lain kebutuhan sehari-hari
perkantoran, langganan daya dan
jasa, pemeliharaan kantor, dan
pembayaran yang terkait dengan
pelaksanaan operasional kantor.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
19
No
Jenis Output
Satuan
Sub-Output/
Komponen/Detil
Keterangan
2
Kendaraan
Bermotor
Unit
antara lain:
1.Kendaraan Pejabat
Negara
2.Kendaraan Pejabat
Es. I
3.Kendaraan Pejabat
Es. II
4.Kendaraan Roda 6
5.Kendaraan Roda 4
6.Kendaraan Roda 2
1.Merupakan output yang sifatnya
insidentil (adhoc) & dihasilkan melalui
pengadaan.
2.Output “Kendaraan Bermotor”, adalah
output dalam rangka pemenuhan
kebutuhan sarana transportasi darat
untuk pejabat, angkutan pegawai,
operasional kantor/ lapangan.
3.Output “Kendaraan Bermotor”, secara
umum berupa alat transportasi darat
yang merupakan produk manufaktur
dan dipasarkan secara umum/masal.
4.Suboutput “Kendaraan Roda 6, 4, 2”
merupakan suboutput dalam rangka
pemenuhan sarana angkutan pegawai,
operasional kantor/ lapangan.
5.Alat transportasi yang mempunyai
karakteristik khusus, spesifikasi khusus
dan/atau pengadaannya berdasarkan
pesanan khusus dan/ atau digunakan
dalam rangka pelaksanaan tusi teknis
khusus, maka outputnya dinyatakan
tersendiri, terpisah dari Output
“Kendaraan Bermotor”.
3
Perangkat
Pengolah Data
dan Komunikasi
Unit
antara lain:
1.Laptop
2.Komputer/PC
3.Printer/Printer
Multiguna
4. Scanner/ Scanner
Multiguna
5.Server
6.LCD/Proyektor
7.Camera/
Handycam/ CCTV
8. Mesin Fotokopi/
Mesin Fotokopi
Multiguna
9. Harddisk Eksternal
10. Pesawat Telepon
11. Mesin PABX
12. Mesin FAX
13. Mesin Handkey
1.Merupakan output yang sifatnya
insidentil (adhoc) dan dihasilkan
melalui pengadaan.
2.Output “Perangkat Pengolah Data dan
Komunikasi”, adalah output dalam
rangka pemenuhan kebutuhan media
pemroses data, penyimpan data,
menampilkan hasil olahan data, dan/
atau media komunikasi.
3.Output “Perangkat Pengolah Data dan
Komunikasi”, secara umum berupa
peralatan elektronikal dalam rangka
pengolahan data dan telekomunikasi
yang menunjang aktivitas administratif
umum sebuah instansi/perkantoran.
4.Peralatan pemenuhan kebutuhan
media pemroses data, penyimpan
data, menampilkan hasil olahan
data, dan/ atau media komunikasi
yang mempunyai karakteristik
khusus, spesifikasi khusus dan/atau
pengadaannya berdasarkan pesanan
khusus serta digunakan dalam rangka
pelaksanaan tusi teknis khusus, maka
outputnya dinyatakan tersendiri,
terpisah dari Output “Perangkat
Pengolah Data dan Komunikasi”.
20
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
No
Jenis Output
Satuan
4
Peralatan
Fasilitas
Perkantoran
Unit
5
Gedung/
Bangunan
M2/M’
Sub-Output/
Komponen/Detil
antara lain:
1.Meubelair
2. Lift
3.Genzet
4. Lemari berkas
5.Brankas
6.AC
7.Mesin Penghancur
Kertas
Keterangan
1.Merupakan output yang sifatnya
insidentil (adhoc) dan dihasilkan melalui
pengadaan.
2.Output “Peralatan Fasilitas Perkan­
toran”, adalah output dalam rangka
pemenuhan kebutuhan sarana keleng­
kapan gedung perkantoran yang
memadai dan layak.
3.Output “Peralatan Fasilitas Perkan­
toran”, secara umum berupa peralatan
elektronik/non elektronik yang dise­dia­
kan dalam rangka memenuhi un­sur ke­
layakan secara umum fa­si­li­­tas sebu­ah
gedung/ bangunan perkan­toran.
4.Peralatan Fasilitas Perkantoran yang
mempunyai karakteristik khu­sus,
spesifikasi khusus dan/atau peng­
adaannya berdasarkan pesanan khu­
sus dan/atau serta digunakan dalam
rangka pelaksanaan tusi teknis khusus,
maka outputnya dinyatakan tersendiri,
terpisah dari Output “Peralatan Fasilitas
Perkantoran”.
1.Merupakan output yang sifatnya
insidentil (adhoc) dan dihasilkan melalui
pengadaan.
2.Output “Gedung/ Bangunan”, adalah
output dalam rangka mendirikan/
mem­bangun/ merehabilitasi sarana
pra­sa­rana instansi/perkantoran maupun
rumah dinas.
3.Output “Gedung/ Bangunan”, se­cara
umum berupa mendirikan/ mem­­ba­
ngun/ merehabilitasi sarana pra­sarana
instansi/perkantoran maupun rumah
dinas berupa gedung/bangunan, taman,
tempat parkir, pagar, pos pengamanan.
4.Apabila dalam rangka pemenuhan
Output“Gedung/Bangunan” dibutuhkan
pengadaan tanah terlebih dahulu, maka
tanah tersebut dinyatakan sebagai
komponen dalam Output “Gedung/
Bangunan”.
5.Pembangunan Gedung/Bangunan
yang mempunyai karakteristik khu­
sus, spesifikasi khusus dan/atau
peng­adannya berdasarkan pesanan
khu­sus serta digunakan dalam rangka
pelaksanaan tusi teknis khusus, maka
outputnya dinyatakan tersendiri, ter­
pisah dari Output “Gedung/Bangunan”.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
21
Adapun Kode Output-output yang dilakukan standardisasi dalam RKA-K/L mulai tahun
2013 yaitu Output Layanan Perkantoran (kode: 994), Kendaraan Bermotor (995), Perangkat
Pengolah Data dan Komunikasi (996), Peralatan dan Fasilitas Perkantoran (997), Gedung/
Bangunan (998), dan Output Cadangan (blokir) (999).
Khusus untuk Output Layanan Perkantoran, walaupun dalam aplikasi RKA-K/L 2013
masih memungkinkan menggunakan kode Output selain 994, namun dianjurkan agar
tetap menggunakan kode 994. Kelompok rincian pekerjaan Administrasi Kegiatan dapat
menggunakan kode Komponen 011 Administrasi Kegiatan, sedangkan untuk alokasi
pekerjaan rutin perkantoran lainnya tetap menggunakan kode Komponen 001 dan 002.
3.4 Pertimbangan dalam Penulisan Rincian Pekerjaan
22
Salah satu isu yang menjadi bahasan adalah seberapa detil rincian pekerjaan harus dituliskan
dalam Kertas Kerja RKA-K/L. Diskusi tersebut terus bergulir karena memang tidak dapat
disamakan antara satu kertas kerja dengan kertas kerja lainnya, tergantung dari konteks
keperluan dokumennya. Artinya, tidak ada aturan atau standar baku dalam penulisan rincian
pekerjaan tersebut.
Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memutuskan tingkat
kedetilan penulisan rincian pekerjaan dalam Kertas Kerja RKA-K/L adalah sebagai berikut:
1. Penulisan yang tidak detil, dengan rincian lebih detil dalam Rancangan Anggaran Biaya
(RAB), akan mempermudah dalam melakukan revisi anggaran. Misalnya, pekerjaan
swakelola yang penulisan judul workshop atau sosialisasinya tidak ditulis dalam Kertas
Kerja RKA-K/L-nya, sehingga memudahkan realokasi rincian anggaran antar workshop
atau sosialisasi di dalam Swakelola tersebut.
2. Penulisan rincian pekerjaan secara detil dapat dilakukan untuk pekerjaan rutin tahunan
yang penghitungan kebutuhannya dilakukan berdasarkan Standar Biaya (SB) dan Standar
Biaya Keluaran (SBK). Hal ini dapat mempermudah penyusunan Kertas Kerja pada tahuntahun mendatang, termasuk untuk melakukan review angka dasar.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
IV
PANDUAN
PEMILIHAN
AKUN BELANJA
23
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
IV. PANDUAN PEMILIHAN AKUN BELANJA
4.1 Permasalahan Penggunaan Akun Belanja
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan perhatian khusus terkait penerapan Bagan
Akun Standar (BAS) ini, dengan temuan untuk kegiatan tahun 2011 antara lain sebagai
berikut:
1. Pengelompokan Jenis Belanja pada saat penganggaran tidak sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, antara lain penganggaran belanja modal yang belum sesuai dengan kegiatan
yang dilaksanakan dan atas realisasi belanja modal tersebut belum dicatat sebagai aset
tetap.
2. Penganggaran belanja barang tidak sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan dan
realisasi belanja konsultan dengan kode akun 52 yang dapat diklasifikasi sebagai aset
tetap belum dicatat sebagai aset tetap.
4.2 Penerapan Bagan Akun Standar (BAS)
24
Secara umum penerapan Bagan Akun Standar diatur sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai
Belanja Pegawai merupakan pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap
pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai
pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil
dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai
imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
a. Belanja Pegawai difokuskan untuk membayar gaji dan tunjangan yang melekat
dengan gaji, honor-honor pegawai non PNS serta tunjangan-tunjangan yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
b. Sementara itu, sesuai dengan penerapan konsep nilai perolehan maka pembayaran
honor-honor untuk pelaksana kegiatan yang semula disediakan dari “Belanja Pegawai”
diintegrasikan ke dalam kegiatan induknya dan kode akun yang digunakan mengikuti
jenis belanja kegiatan yang bersangkutan.
Belanja Pegawai dipergunakan untuk:
1. Belanja Gaji dan tunjangan yang melekat pada pembayaran Gaji pegawai Negeri
meliputi PNS;
2. Belanja Gaji Dokter Pegawai Tidak Tetap;
3. Belanja Gaji dan Tunjangan yang melekat pada Pembayaran Gaji Pejabat Negara;
4. Belanja Uang Makan PNS;
5. Belanja Uang Tunggu dan Pensiun Pegawai Negeri dan pejabat Negara yang disalurkan
melalui PT Taspen dan PT. ASABRI;
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
6. Belanja Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri yang disalurkan melalui PT. ASKES;
7. Belanja Uang Lembur PNS;
8. Belanja Pegawai Honorer yang diangkat dalam rangka mendukung tugas pokok dan
fungsi unit organisasi pemerintah;
9. Pembayaran Tunjangan Sosial bagi Pegawai Negeri melalui unit organisasi/Lembaga/
Badan tertentu;
10.Pembayaran uang vakasi;
11.Pembayaran tunjangan khusus merupakan pembayaran kompensasi kepada Pegawai
Negeri yang besarannya ditetapkan oleh Presiden/Menteri Keuangan;
12.Belanja pegawai transito merupakan alokasi anggaran belanja pegawai yang
direncanakan akan ditarik/dicairkan, namun database pegawai pada Kementerian
Negara/Lembaga berkenaan menurut peraturan perundang-undangan belum dapat
direkam pada Alikasi Belanja Pegawai Satuan kerja (Satker) karena belum ditetapkan
sebagai Pegawai negeri pada Satker berkenaan;
13.Pembayaran untuk Uang Duka Wafat/Tewas yang besarannya ditetapkan berdasarkan
peraturan perundangan-undangfan yang berlaku.
Dikecualikan untuk pekerjaaan yang berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau
kegiatan yang mempunyai output dalam kategori belanja barang.
2. Belanja Barang
Belanja Barang merupakan Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang
tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari belanja barang
dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam alokasi Belanja Barang adalah sebagai berikut:
a) Belanja Barang difokuskan untuk membiayai kebutuhan operasional kantor (barang
dan jasa), pemeliharaan kantor dan aset tetap lainnya serta biaya perjalanan. Jenis
pekerjaannya harus dipastikan tidak mengakibatkan kapitalisasi asset.
b) Disamping itu, belanja barang juga dialokasikan untuk pembayaran honor-honor bagi
para pengelola anggaran (KPA, PPK, Bendahara dan Pejabat Pembuat/Penguji SPM
serta Penyusun Laporan Keuangan/UAKPA).
c) Sesuai dengan penerapan konsep nilai perolehan maka pembayaran honor untuk
para pelaksana kegiatan menjadi satu kesatuan dengan kegiatan induknya.
d) Selain itu, Belanja Barang juga meliputi hal-hal:
• Pengadaan Aset Tetap yang nilai persatuannya di bawah nilai minimum kapitalisasi;
• Belanja pemeliharaan aset tetap yang tidak menambah masa manfaat/umur
ekonomis, peningkatan kapasitas atau standar kinerja;
• Belanja perjalanan dalam rangka perolehan barang habis pakai.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
25
26
Disamping itu, belanja barang juga dialokasikan untuk kegiatan operasional Satker BLU
(gaji dan operasional pelayanan Satker BLU).
Belanja barang dipergunakan untuk:
1. Belanja Barang operasional; merupakan pembelian barang dan/atau jasa yang habis
pakai yang dipergunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu satuan
kerja dan umumnya pelayanan yang besifat internal. Jenis pengeluaran terdiri dari
antara lain:
a. Belanja keperluan kantor;
b. Belanja pengadaan bahan makanan;
c. Belanja penambah daya tahan tubuh;
d. Belanja bahan;
e. Belanaja pengiriman surat dinas;
f. Honor yang terkait dengan operasional Satker;
g. Belanja langganan daya dan jasa (ditafsirkan sebagai Listrik, Telepon, dan air)
termasuk atas rumah dinas yang tidak berpenghuni;
h. Belanja biaya pemeliharaan gedung dan bangunan (ditafsirkan sebagai gedung
operasional sehari-hari berikut halaman gedung operasional);
i.Belanja biaya pemeliharaan peralatan dana mesin (ditafsirkan sebagai
pemeliharaan asset yang terkait dengan pelaksanaan operasional Satker seharihari) tidak termasuk biaya pemeliharaan yang dikapitalisasi;
j. Belanja sewa gedung operasional sehari-hari satuan kerja;
k. Belanja barang operasional lainya yang diperlukan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dasar lainnya.
2. Belanja barang Non operasional; merupakan pembelian barang dan/atau jasa yang
habis pakai dikaitkan dengan strategi pencapaian target kinerja suatu Satuan Kerja
dan umumnya pelayanan yang bersifat eksternal.
Jenis pengeluaran terdiri antara lain:
a. Honor yang terkait dengan output kegiatan;
b. Belanja operasional terkait dengan penyelenggaraan administrasi kegiatan di luar
kantor, antara lain biaya paket rapat/ pertemuan, ATK, uang saku, uang transportasi
lokal, biaya sewa peralatan yang mendukung penyelenggaraan kegiatan berkenaan;
c. Belanja jasa konsultan;
d. Belanja sewa yang dikaitkan dengan strategi pencapaian target kinerja;
e. Belanja jasa profesi;
f. Belanja biaya pemeliharaan non kapitalisasi yang dikaitkan dengan target kinerja;
g. Belanja jasa;
h. Belanja perjalanan;
i. Belanja barang penunjang kegiatan dekonsentrasi;
j. Belanja barang penunjang kegiatan tugas pembantuan;
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
k. Belanja barang fisik lain tugas pembantuan;
l. Belanja barang non operasional lainnya terkait dengan penetapan target kinerja
tahun yang direncanakan.
3. Belanja barang Badan Layanan Umum (BLU) merupakan pengeluaran anggaran
belanja operasional BLU termasuk pembayaran gaji dan tunjangan pegawai BLU.
4. Belanja barang untuk masyarakat atau entitas lain merupakan pengeluaran anggaran
belanja negara untuk pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada
masyarakat atau entitas lain yang tujuan kegiatannya tidak termasuk dalam kriteria
kegiatan Bantuan Sosial.
3. Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset
tetap dan/atau aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan
pemerintah. Aset Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari
suatu satuan kerja bukan untuk dijual.
Untuk mengetahui apakah suatu jenis belanja dapat dikategorikan sebagai belanja
modal atau tidak maka perlu diketahui definisi Aset Tetap/Aset Lainnya dan kriteria
pengakuannya sebagai berikut:
a. Dimiliki dan Berwujud (untuk Aset Lainnya bisa tidak berwujud);
b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
c.Digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum;
d. Memenuhi kriteria nilai satuan minimum kapitalisasi (untuk jenis Asset Tetap yang ada
pembatasan nilai minimum kapitalisasinya).
Kriteria kapitalisasi dalam pengadaan/pemeliharaan barang/asset merupakan suatu tahap
validasi untuk penetapan belanja modal atau bukan dan merupakan syarat wajib dalam
penetapan kapitalisasi atas pengadaan barang/asset. Dalam PMK No.101/PMK.02/2011 tentang
Klasifikasi Anggaran dinyatakan bahwa kriteria kapitalisasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengeluaran anggaran belanja tersebut mengakibatkan bertambahnya asset dan/
atau bertambahnya masa manfaat/umur ekonomis asset berkenaan.
2. Pengeluaran anggaran belanja tersebut mengakibatkan bertambahnya kapasitas,
peningkatan standar kinerja, atau volume asset.
3. Memenuhi nilai minimum kapitalisasi dengan rincian sebagai berikut:
a. Untuk pengadaan peralatan dan mesin, batas minimal harga pasar per unit barang
adalah sebesar Rp 300.000,b. Untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan gedung dan bangunan per paket
pekerjaan adalah sebesar Rp 10.000.000,-
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
27
4. Pengadaan barang tersebut tidak dimaksudkan untuk diserahkan/ dipasarkan kepada
masyarakat atau entitas lain di luar pemerintah.
Sementara kriteria pengakuannya adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
2. Biaya perolehan dapat diukur secara andal;
3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;
5. Bukan merupakan asset tetap yang akan diberikan kepada pihak ketiga (entitas di luar
pemerintah pusat) atau diserahkan kepada masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam alokasi Belanja Modal adalah sebagai berikut:
a) Belanja Modal meliputi keseluruhan pengeluaran/biaya untuk pembelian/konstruksi/
perolehan dan biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan sampai dengan aset tetap (tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta modal fisik
lainnya) siap digunakan.
b) Pengadaan aset tetap yang dilaksanakan dengan metode swakelola, keseluruhan
biaya yang dikeluarkan dituangkan dalam belanja modal;
c) Belanja perawatan untuk peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi
dan jaringan yang mengakibatkan bertambahnya umur ekonomis/masa manfaat atau
kapasitas dan nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dituangkan dalam belanja modal.
d) Sementara itu, untuk pengadaan aset tetap (tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta Aset Tetap Lainnya) yang akan
diberikan kepada pihak ketiga (entitas di luar pemerintah pusat) atau diserahkan
kepada masyarakat maka tidak dituangkan dalam akun belanja modal, melainkan
menggunakan akun belanja barang.
e) Selanjutnya secara prinsip akuntansi, belanja modal yang dialokasikan dalam dokumen
anggaran pada laporan keuangan akan menambah nilai Aset Tetap atau Aset Lainnya
K/L yang bersangkutan.
Belanja modal dipergunakan antara lain untuk:
1. Belanja modal tanah
Seluruh pengeluaran untuk pengadaan/ pembelian/ pembebasan/ penyelesaian,
baik nama, pengosongan, penimbunan, perataan, pematangan tanah, pembuatan
sertifikat tanah serta pengeluaran- pengeluaran lain yang bersifat administratif
sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/
pembayaran ganti rugi sampai tanah tersebut siap digunakan/ dipakai.
2. Belanja modal peralatan dan mesin
Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya
28
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
3.
4.
5.
6.
instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai
peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
Belanja modal gedung dan bangunan
Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan secara kontraktual sampai
dengan gedung dan bangunan siap digunakan meliputi biaya pembelian atau biaya
konstruksi, termasuk pengurusan IMB, notaris dan pajak (kontraktual).
Dalam belanja ini termasuk biaya untuk perencanaan dan pengawasan yang terkait
dengan perolehan gedung dan bangunan.
Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan
Pengeluaran untuk memperoleh jalan dn jembatan, irigasi dan jaringan sampai
siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang
dikelurakan sampai jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. Dalam
belanja ini termasuk biaya untuk penambahan dan penggantian yang meningkatkan
masa manfaat, menambah nilai aset, dan di atas batas minimal nilai kapitalisasi jalan
dan jembatan, irigasi an jaringan.
Belanja Modal Lainnya
Pengeluaran yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan modal untuk pengadaan/
pembangunan belanja modal lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam
perkiraan kriteria belanja modal Tanah, peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan,
Jaringan (jalan, irigasi, dan lain-lain). Termasuk dalam belanja modal ini: kontrak sewa
beli (leasehold), pengadaan/pembelian barang-barang kesenian (art pieces), barangbarang purbakala dan barang-barang untuk museum, serta hewan ternak, buku-buku
dan jurnal ilmiah sepanjang tidak dimaksudkan untuk dijual dan diserahkan kepada
masyarakat. Termasuk dalam belanja modal ini adalah belanja modal non fisik yang
besaran jumlah kuantitasnya dapat teridentifikasi dan terukur.
Belanja modal Badan Layanan Umum (BLU)
Pengeluaran untuk pengadaan/perolehan/pembelian aset yang dipergunakan dalam
rangka penyelenggaraan operasional BLU.
4. Bantuan Sosial
Bantuan Sosial merupakan pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang
diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat
dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/
atau kesejahteraan masyarakat. Transfer uang/barang/jasa tersebut memiliki ketentuan
sebagai berikut:
a. Belanja bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/
atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non
pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
b. Belanja bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan.
c.Belanja bantuan sosial ditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi sosial,
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
29
perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan
dan penanggulangan bencana.
d. Belanja bantuan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas,
kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai
kemandirian sehingga terlepas dari risiko sosial.
e. Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk: bantuan langsung; penyediaan
aksesibilitas; dan/atau penguatan kelembagaan.
30
Risiko sosial yang dimaksud adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan
potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena
alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin
terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
Kriteria belanja Bantuan Sosial adalah sebagai berikut:
1. Tujuan penggunaan
Penggunaan belanja bantuan sosial ditujukan antara lain:
a. Belanja Rehabilitasi Sosial
Pengeluaran anggaran yang dimaksudkan untuk memulihkan dan
mengembangkan kemampian seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar
dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
b. Belanja Pemberdayaan Sosial
Pengeluaran anggaran yang dimaksudkan untuk mencegah dan menangani
resiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/
atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan
kebutuhan dasar minimal.
c. Belanja Perlindungan Sosial
Pengeluaran anggaran dalam rangka pembiayaan semua upaya yang diarahkan
untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai
daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
d. Belanja Penanggulangan Bencana
Pengeluaran anggaran dalam rangka pembiayaan serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
e. Belanja Jaminan Sosial
Pengeluaran anggaran dalam rangka pembiayaan kegiatan yang masuk kategori
di dalam skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
f. Belanja Penanggulangan Kemiskinan
Pengeluaran anggaran yang terkait langsung dalam kebijakan, program, dan
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok, dan/ atau masyarakat
yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian namun tidak
dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Pemberi bantuan
Penggunaan belanja bantuan sosial hanya jika pemberi bantuan adalah Pemerintah
Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah.
3. Persyaratan penerima bantuan
Penerima belanja bantuan sosial adalah seseorang, keluarga, kelompok, dari situasi
krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup minimum, termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non
pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk
melindungi individu, kelompok dan/ atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya
risiko sosial.
4. Masa berlaku pemberian bantuan
Belanja bantuan sosial hanya dapat dilakukan apabila kriteria penerima bantuan sosial
masih melekat pada penerima bantuan sosial berkenaan.
4.3 Beberapa Hal yang Memerlukan Perhatian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan akun belanja, selain terhadap
peruntukan masing-masing belanja sebagaimana dijabarkan di atas, antara lain sebagai
berikut:
• Pemilihan jenis belanja harus benar-benar didasarkan atas karakteristik pekerjaan yang
akan dilakukan;
• Pemilihan jenis belanja juga harus mempertimbangkan keperluan audit dan pelaporan
keuangan;
• Pemilihan pembebanan pada jenis belanja modal harus mempertimbangkan pencatatan
dan pengelolaan asset kedepan;
• Penggunaan belanja bantuan sosial harus benar-benar selektif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
• Agar dapat terus mengikuti pemutakhiran peraturan-peraturan terkait penerapan Bagan
Akun Standar.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
31
32
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
V
PANDUAN
PENGISIAN
VOLUME OUTPUT
33
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
V. PANDUAN PENGISIAN VOLUME OUTPUT
5.1 Permasalahan Pengisian Volume Output
Pengisian volume output merupakan salah satu bagian penting dalam penyusunan Kertas Kerja
RKA-K/L. Hal ini dikarenakan selain sebagai alat pengukuran kinerja per Satuan Kerja, juga dalam skala
nasional menjadi alat pengendalian pemenuhan target-target yang telah ditetapkan sebelumnya,
terutama output yang menjadi prioritas nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Dalam aplikasi RKA-K/L terdapat menu laporan yang menjabarkan total volume sasaran
tiap-tiap Output beserta alokasi anggarannya. Namun demikian, laporan tersebut dapat
memberikan informasi yang kurang tepat akibat adanya kemungkinan tidak sama dengan
rincian pekerjaan di dalam Kertas Kerja. Hal ini mengingat pengisian total volume Output
dalam suatu Satuan Kerja dapat dilakukan dengan melakukan input/mengetik langsung saat
perekaman Output, yang berpotensi berbeda dengan rincian pekerjaannya.
Contoh kesalahan input sasaran/volume Output tergambar di bawah ini.
34
Gambar 8. Contoh Kesalahan Input Volume Output
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
5.2 Pengisian Volume Output
Pengisian volume output dalam rekam Output RKA-K/L 2013 dapat dilakukan dengan
2 (dua) cara, yaitu dengan input total volume pada level Sub-Output atau memilih agar
penghitungannya dilakukan secara otomatis terhadap satuan-satuan yang sama dari rincian
pekerjaan dalam komponen utama output yang bersangkutan. Kedua cara di atas tidak dapat
disatukan karena akan mengakibatkan penghitungan ganda (double counting).
Kedua cara tersebut memiliki potensi untuk terjadinya kesalahan, terutama dalam hal akurasi
konsistensi antara rincian dengan total output yang terdapat dalam menu laporan dalam
aplikasi RKA-K/L. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengisian volume Output
melalui kedua cara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Input Total Volume pada Level Sub-output
Kesalahan yang kerap terjadi adalah tidak dilakukannya update terhadap isian total
volume dalam menu rekam output, walaupun terjadi penambahan atau pengurangan
target volume dalam rincian pekerjaan.
2. Penghitungan Otomatis terhadap Komponen Utama
Penghitungan secara otomatis ini merupakan fasilitas baru dalam aplikasi RKA-K/L 2013.
Beberapa kemungkinan kesalahan yang terjadi antara lain pengetikan satuan volume
yang tidak sama dengan satuan volume dalam aplikasi, misalnya seharusnya “Kawasan”
namun ditulis “Kws”. Kemungkinan lain adalah penempatan rincian pekerjaan utama pada
komponen yang tidak dijadikan sebagai komponen utama.
Penggunaan fasilitas hitung otomatis ini terbatas hanya untuk Output dengan jumlah
huruf satuan volume paling banyak 5 (lima) huruf. Contohnya berlaku untuk satuan “km”
(2 huruf ), namun tidak berlaku untuk satuan “kawasan” (7 huruf ).
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
35
36
Gambar 9. Input Volume Output pada Level Sub-output
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Gambar 10. Pilihan Hitung Volume Output Secara Otomatis
37
Hal yang terpenting untuk dilakukan adalah melakukan pemeriksaan konsistensi pada saat seluruh
proses perekamanan/rincian pekerjaan telah selesai dilakukan, yaitu antara hasil dalam menu
laporan dengan rincian pekerjaan yang sudah diinputkan. Adapun tampilan menu laporan yang
menunjukkan rekapitulasi sasaran output beserta alokasi anggaran per belanja sebagaimana
gambar di bawah ini.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN TA, 2013
(DALAM RIBUAN RUPIAH)
Volume Output
Gambar 11. Laporan Rekapitulasi Output
38
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
VI
PANDUAN
PENULISAN
LOKASI PEKERJAAN
39
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
VI. PANDUAN PENULISAN LOKASI PEKERJAAN
6.1 Keterbatasan dalam Aplikasi RKA-K/L
Terkait dengan input data lokasi kegiatan, aplikasi RKA-K/L yang ada saat ini masih belum
sepenuhnya mengakomodir kebutuhan data program dan anggaran Kementerian PU,
antara lain karena data lokasi yang diinput pada saat melakukan perekaman Output bukan
ditujukan sebagai lokasi pekerjaan, namun lebih kepada Lokasi kantor Satuan Kerja yang
berkenaan berada.
Fasilitas Lokasi Output dengan kedalaman sampai tingkat Kabupaten/Kota tersebut
sebenarnya dapat digunakan juga sebagai lokasi pekerjaan. Oleh karena itu, lokasi pekerjaan
dapat ditentukan melalui pemilihan lokasi pada saat perekaman Output.
40
“Lokasi” dalam menu rekam Output
lebih untuk menunjukkan Lokasi
Satker; Diharapkan dapat digunakan
untuk menunjukkan lokasi pekerjaan.
Gambar 12. Penggunaan Atribut Lokasi pada Perekaman Output
Penggunaan Lokasi sebagai atribut Output yang menunjukkan Lokasi Satker, seperti
yang selama ini diterapkan, mengakibatkan kurang akuratnya Laporan alokasi anggaran
per provinsi yang merupakan salah satu menu laporan dalam aplikasi RKA-K/L. Salah satu
contohnya adalahn alokasi anggaran di DKI Jakarta/Pusat yang sangat besar, padahal angka
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
tersebut sebagian besarnya merupakan alokasi anggaran untuk investasi di daerah, berupa
pembangunan Rusunawa, Penyediaan Air Minum, dan lain-lain yang tersebar di berbagai
provinsi, yang dilaksanakan oleh Satker Pusat. Ilustrasi kurang akuratnya Laporan alokasi
anggaran per provinsi sebagaimana dalam gambar berikut ini.
41
Sebagian besar alokasi
di DKI Jakarta (Pusat)
diperuntukkan bagi
investasi di daerah lain
Gambar 13. Laporan Alokasi per Provinsi dalam Aplikasi RKA-K/L
6.2 Keberagaman Penulisan Lokasi Pekerjaan
Tata cara penulisan lokasi kegiatan yang selama ini dilakukan sedikit banyak tidak sesuai
dengan struktur anggaran yang sudah diatur oleh Kementerian Keuangan akan menyulitkan
pengelolaan database terutama penyusunan profil program dan anggaran per wilayah dan
penghitungan investasi di daerah. Termasuk dalam hal ini adalah pekerjaan-pekerjaan yang
merupakan bagian dari satu kesatuan output yang dituliskan terpisah-pisah. Kondisi ini juga
berdampak pada terkendalanya evaluasi program yang akan dilakukan.
Beberapa cara penulisan lokasi pekerjaan dalam Kertas Kerja RKA-K/L yang selama ini
dilakukan sebagaimana digambarkan berikut ini:
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
•
Cara penulisan lokasi di bawah akun dengan pengelompokkan berdasarkan jenis kegiatan;
Cara Penulisan: di bawah
akun dan dikelompokkan
berdasarkan jenis
pekerjaan (fisik dan
pendukung)
42
Gambar 14. Penulisan Lokasi Pekerjaan Pada Detil Pekerjaan
• Cara penulisan lokasi kabupaten/kota menggunakan header di bawah komponen dan detil
lokasi menggunakan header di bawah akun;
Cara Penulisan: lokasi
Kab/Kota menggunakan
header di bawah
komponen, detil lokasi di
bawah akun
Cara Penulisan: lokasi
Kab/Kota menggunakan
header di bawah
komponen, detil lokasi di
bawah akun
Gambar 15. Penulisan Lokasi pada Sub-komponen dan Detil Pekerjaan
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
•
Cara penulisan lokasi menggunakan header di bawah komponen dan detil lokasi di
bawah akun;
Penulisan lokasi yang
diulang, dengan header
di bawah komponen dan
dalam rincian pekerjaan
di bawah akun
Penulisan lokasi yang
diulang, dengan header
di bawah komponen dan
dalam rincian pekerjaan
di bawah akun
Gambar 16. Penulisan Lokasi Pekerjaan pada Judul Paket Pekerjaan
•
43
Cara penulisan lokasi dalam rincian pekerjaan;
Cara Penulisan: di bawah
akun, namun dengan pola
penulisan lokasi Kab./Kota
yang belum seragam
Gambar 17. Penulisan Lokasi Pekerjaan yang Belum Seragam
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
6.3 Pengaturan Cara Penulisan Lokasi Pekerjaan
Sebagaimana juga telah disampaikan pada Bagian III sebelumnya, Lokasi Pekerjaan akan
menggunakan pilihan Lokasi Output yang telah disediakan dalam Aplikasi RKA-K/L, dimana
pengisiannya dilakukan pada saat melakukan perekaman Output. Untuk itu diperlukan
pengulangan perekaman untuk lokasi-lokasi Output pada kabupaten/kota yang berbeda.
Contoh kertas kerja yang telah menggunakan pola seperti ini sebagaimana digambarkan di
bawah ini.
Lokasi pekerjaan
dengan
menggunakan
“Lokasi Output”
44
Gambar 18. Contoh Kertas Kerja yang Menggunakan Lokasi Output sebagai
Lokasi Pekerjaan
Untuk keperluan penulisan lokasi yang lebih detil, misalnya di tingkat Kecamatan/Desa/
Kelurahan termasuk lokasi-lokasi khusus lainnya, dapat dituliskan pada level Sub-komponen
setelah nama Paket Pekerjaan. Adapun untuk penulisan lokasi pekerjaan yang meliputi lebih
dari 1 (satu) kabupaten/kota, maka lokasi yang dipilih pada saat perekaman output adalah
pada tingkat provinsi yang berkenaan dengan pemberian keterangan kabupaten/kota yang
dilingkupi dapat diinputkan pada level Sub-komponen.
Berbagai keuntungan yang akan didapatkan dari penyeragaman penulisan lokasi pekerjaan
ini antara lain dalam database pengelolaan database khususnya dalam penyusunan profil
wilayah sampai pada tingkat kedetilan kabupaten/kota. Dengan semakin baiknya pengelolaan
database berupa profil kegiatan yang berbasis kewilayahan, maka akan memudahkan dalam
melakukan penilaian konsistensi antara perencanaan, pemrograman, dan penganggarannya.
Hal ini tentunya juga akan memudahkan evaluasi kegiatannya.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
VII
PANDUAN
INPUT
PRAKIRAAN MAJU
45
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
VII. PANDUAN INPUT PRAKIRAAN MAJU
7.1 Permasalahan dalam Input Prakiraan Maju
Saat ini penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) semakin disiplin.
Penerapan KPJM secara teknis adalah pada input prakiraan maju dalam Renja-K/L maupun
RKA-K/L. Hasil prakiraan maju 1 (satu) kedepan akan menjadi angka baseline/dasar dalam
penyusunan program dan anggaran tahun berikutnya. Oleh karena itu, penghitungan dan
input data prakiraan maju harus dilakukan dengan cermat dan disiplin.
Salah satu bentuk kesalahan dalam input data prakiraan maju digambarkan di bawah ini.
Kesalahannya adalah melakukan input data untuk Output Layanan Perkantoran yang tidak
menerus.
46
Output Layanan Perkantoran
hanya ditulis untuk TA. 2013
Gambar 19. Contoh Kesalahan Input Prakiraan Maju
7.2 Penghitungan Prakiraan Maju
Dalam PMK No.112/PMK.02/2012 dijabarkan mengenai cara penghitungan prakiraan maju
secara generik, dengan mengelompokkan kegiatan kedalam 3 (tiga) kategori Output yaitu
Kegiatan/Output Layanan Perkantoran, Kegiatan/Output Multiyears, dan Kegiatan/Output
Non-Multiyears. Penajaman cara penghitungan harus dilakukan dengan menyesuaikan
karakteristik/sifat kegiatan/output di tiap-tiap Program.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penghitungan secara generik tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Formulasi penghitungan Prakiraan Maju untuk Kegiatan/Output Layanan Perkantoran
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Output Layanan Perkantoran bersifat berlanjut (on-going);
• Mencerminkan kebutuhan biaya operasional, meliputi: kebutuhan belanja pegawai
dan tunjangan yang melekat dan kebutuhan belanja barang penyelenggaraan
perkantoran (kebutuhan sehari-hari perkantoran, biaya operasional, pemeliharaan
peralatan kantor);
• Penghitungan angka prakiraan maju mengaju pada kondisi eksisting (dengan asumsi
volume output yang sama) dan dikalikan dengan indeks dalam aplikasi RKA-K/L yang
ditetapkan untuk Output Layanan Perkantoran;
• Untuk tambahan kebutuhan anggaran karena adanya tambahan pegawai baru atau
asset yang dipelihara, diperhatikan pada saat reviu angka dasar.
2.Formulasi penghitungan Prakiraan Maju untuk Kegiatan/Output Multiyears
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
•Output Multiyears bersifat berlanjut (on-going), sepanjang periode multiyears yang
telah ditetapkan;
• Mencerminkan kebutuhan biaya setiap tahun sesuai cost table yang telah disusun,
baik untuk komponen utama maupun komponen pendukung;
• Penghitungan angka prakiraan maju setiap tahun mengikuti kebutuhan anggaran
sesuai cost table dengan asumsi volume Output yang sama dan tidak perlu dikalikan
dengan indeks;
• Dalam hal terjadi perubahan cost table atau perubahan durasi multiyears, angka
prakiraan maju dapat disesuaikan setelah perubahan ijin multiyears disetujui Menteri
Keuangan.
3.Formulasi penghitungan Prakiraan Maju untuk Kegiatan/Output Non-Multiyears
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Output non-multiyears dapat berasal dari Kegiatan yang merupakan tugas fungsi unit
atau Kegiatan yang mencerminkan penugasan/ prioritas nasional;
• Untuk Output yang merupakan tugas fungsi unit bersifat berlanjut (on-going),
sedangkan untuk Output yang merupakan penugasan berlanjut sesuai periode
penugasan yang telah ditetapkan;
• Mencerminkan kebutuhan biaya setiap tahun sesuai volume/target Output yang
direncanakan, baik untuk komponen utama maupun komponen pendukung;
• Penghitungan angka prakiraan maju setiap tahun mengacu pada volume Output yang
direncanakan dan dikalikan dengan indeks yang ditetapkan. Khusus untuk Output
dalam rangka penugasan/Prioritas Nasional, angka prakiraan maju untuk TA 2015 dan
TA 2016 agar dikosongkan (volume Output “0”). Hal ini sesuai dengan kebijakan dalam
RPJMN yang berakhir pada tahun 2014.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
47
7.3 Input dan Pemeriksaan Hasil Prakiraan Maju dalam RKA-K/L
Input prakiraan maju dalam RKA-K/L dapat dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu pada saat
perekaman Output dan perekaman Komponen. Pada saat perekaman Output dimasukkan
tahun akhir dari Output tersebut beserta volume Output tiap tahunnya. Pada saat peremana
Komponen dilakukan penentuan indeks yang digunakan apakah Indeks KPJM atau Indeks
Output.
48
Gambar 20. Contoh Pengisian Prakiraan Maju pada Perekaman Output
Gambar 21. Pengisian Prakiraan Maju pada Perekaman Komponen
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Pada saat perekaman akun harus dipastikan agar tahun 2013 telah dipilih/dicontreng (P).
Belum dicontrengnya tahun 2013 akan mengakibatkan tampilan berwarna biru pada kolom
jumlah dalam isian Kertas Kerja RKA-K/L yang akan menjadi temuan dalam proses validasi
dan kemudian akan dimintakan perbaikan input datanya. Jika tidak dilakukan perbaikan
data, maka ada kemungkinan DIPA tidak akan dapat tercetak.
Pemeriksaan prakiraan maju untuk masing-masing Satuan Kerja maupun pada level Program
harus dilakukan agar terhindar dari angka Prakiraan Maju yang jauh dari rencana awal,
misalnya akibat dari kesalahan input data. Hasil prakiraan maju tersebut dapat diperiksa
melalui menu Form KPJM yang memperlihatkan angka prakiraan maju per tahun selama
3 (tiga) tahun kedepan. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan mengingat penghitungan
prakiraan maju dalam RKA-K/L 2013 dilakukan dengan perkalian terhadap indeks-indeks
khusus yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.
!"#$%"$#&'())'#'(&*'(&+,#$("$%%'((-'&
Prakiraan maju per Output
49
Gambar 22. Bagian yang Perlu Diperiksa dari Laporan KPJM RKA-K/L
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
50
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
VIII
PENYUSUNAN RKA-K/L
UNTUK KEGIATAN
TERTENTU
51
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
VIII. PENYUSUNAN RKA-K/L UNTUK KEGIATAN TERTENTU
8.1 Penyusunan RKA-KL untuk kegiatan yang dananya bersumber dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
52
Penyusunan RKA-K/L untuk kegiatan yang alokasi dananya bersumber dari PNBP (bukan
satker BLU) diatur sebagai berikut:
1.Nomenklatur kegiatan yang anggarannya bersumber dari PNBP menggunakan
nomenklatur kegiatan sesuai dengan tabel referensi pada Aplikasi RKA-K/L;
2. Penuangan kegiatan dan besaran anggarannya dalam RKA-K/L mengacu pada:
a. Peraturan Pemerintah tentang tata cara penggunaan PNBP yang bersumber dari
kegiatan tertentu;
b. Keputusan Menteri Keuangan/Surat Menteri Keuangan tentang Persetujuan
Penggunaan Sebagian Dana yang berasal dari PNBP;
c. Angka Pagu penggunaan PNBP dari Direktorat PNBP.
3.Penggunaan dana yang bersumber dari PNBP difokuskan untuk kegiatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan/atau sesuai ketentuan tentang
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana yang berasal dari PNBP;
4.Pembayaran honor pengelola kegiatan PNBP (honor atasan langsung bendahara,
bendahara dan anggota sekretariat) menggunakan akun belanja barang operasional
yaitu honor yang terkait dengan operasional satker (akun 521115), sedangkan honor
kegiatan non-operasional yang bersumber dari PNBP masuk dalam akun honor yang
terkait dengan output kegiatan (akun 521213).
Input data yang menunjukkan bahwa suatu pekerjaan didanai dari PNBP adalah pada saat
melakukan perekaman akun, dimana terdapat pilihan “Beban” termasuk yang bersumber dari
PNBP. Ilustrasi input data saat perekaman/edit akun sebagaimana tergambar di bawah ini.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
53
Gambar 23. Input Sumber Pendanaan dari PNBP
Selain dari penggunaan PNBP, data target PNBP per tahun juga diperlukan. Data target PNBP
tersebut diinput melalui menu “Form Pendapatan” sebagaimana tergambar di bawah ini.
Angka yang dimasukkan sebagai Target PNBP merupakan angka yang disepakati dengan
Direktorat PNBP, Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. Penentuan Jenis dan
Tarif PNBP di lingkungan Kementerian PU diatur dalam Peraturan Pemerintah No.38 Tahun
2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementerian Pekerjaan Umum.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Menu untuk Input Data
Pendapatan PNBP
Perekaman Data Target PNBP
54
Gambar 24. Ilustrasi Input Target Pendanaan PNBP
8.2 Penyusunan RKA-KL untuk Satker Badan Layanan Umum (BLU)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKA-K/L BLU:
1. Program dan kegiatan yang digunakan dalam penyusunan RKA-K/L BLU merupakan
bagian dari program dan kegiatan hasil restrukturisasi program dan kegiatan K/L induk;
2. Output-output yang dibiayai dari PNBP/BLU dicantumkan ke dalam output-output yang
sesuai, yang sudah disusun dan tercantum dalam aplikasi RKA-K/L. PNBP/BLU hanya
merupakan sumber pembiayaan layaknya RM atau PHLN;
3. Perlunya pencantuman mengenai saldo awal dan penetapan ambang batas pada KK RKAK/L satker BLU;
4. Penerapan Standar Biaya dan Rincian Biaya
a.Satker BLU yang mampu menyusun standar biaya menurut jenis layanannya
berdasarkan perhitungan akuntansi biaya maka penyusunan Rencana Bisnis dan
Anggaran (RBA) Satker BLU tersebut mengunakan standar biaya yang telah disusun,
yang mengacu pada peraturan tentang RBA BLU.
b. Perhitungan akuntansi biaya dimaksud setidaknya meliputi biaya langsung dan
tidak langsung termasuk biaya variabel dan biaya tetap, sedangkan untuk Satker BLU
pengelola dana setidaknya terdapat perhitungan imbal hasil pengembalian/hasil perinvestasi dana.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
c. Rincian biaya berdasarkan perhitungan akuntansi biaya tersebut memberikan
informasi mengenai komponen biaya yang tidak bersifat paket, kecuali untuk biaya
yang bersifat administratif/pendukung.
d. Dalam hal Satker BLU sudah mampu memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, maka dapat menggunakan besaran standar biaya
yang disusun dengan melampirkan surat pernyataan sudah memenuhi kriteria huruf
a, huruf b, dan huruf c.
e. Dalam hal Satker BLU belum mampu memenuhi kriteria huruf a, huruf b, dan huruf
c, maka harus melampirkan Proposal/TOR dan RAB, serta menggunakan SBM dan
SBK. Apabila Satker BLU akan menggunakan besaran standar biaya yang berbeda dari
SBM, maka harus menggunakan nomenklatur yang berbeda serta harus melampirkan
SPTJM.
8.3 Penyusunan RKA-KL untuk Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Pengalokasian anggaran dalam RKA-K/L untuk kegiatan-kegiatan K/L yang dilaksanakan
oleh Satker Perangkat Daerah (SKPD) melalui mekanisme Dekonsentrasi (DK) dan Tugas
Pembantuan (TP), mengacu pada PMK No.248/PMK.07/2010 tentang perubahan atas PMK
No.156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan. Ketentuan-ketentuan dalam pengalokasian anggara melalui mekanisme DK
dan TP tersebut di atas diatur sebagai berikut:
1. Prinsip Dasar
a. Urusan pemerintahan yang dapat di-Dekonsentrasikan atau di-Tugas Pembantuankan
dan didanai dari APBN merupakan urusan pemerintah pusat.
b. Pendanaan Dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan nonfisik, seperti koordinasi,
perencanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
Sebagian kecil dapat digunakan untuk kegiatan penunjang berupa pengadaan
barang/jasa dan penunjang lainnya.
c. Pendanaan Tugas Pembantuan dialokasikan untuk kegiatan fisik, seperti kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana, pengadaan peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jaringan dan kegiatan fisik lain yang menghasilkan keluaran dan
menambah nilai aset pemerintah. Sebagian kecil dapat digunakan sebagai belanja
penunjang pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya.
2. Pengalokasian anggaran dengan menggunakan mekanisme DK/TP perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Program dan kegiatan yang didanai tertuang dalam RKA-K/L (merupakan kegiatan
dari eselon I dan sesuai dengan rumusan hasil restrukturisasi program/kegiatan), dan
sepenuhnya dari APBN melalui RKA-K/L/DIPA;
b. Target Kinerja (jenis, volume, dan satuan output) dan besarnya alokasi anggaran yang
menjadi tanggung jawab masing-masing SKPD dituangkan dengan jelas dalam RKA-K/L;
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
55
56
c. K/L tidak diperkenankan mensyaratkan dana pendamping;
d.Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah yang
disinergikan dengan program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan/atau
ditugaskan;
e. Dana DK dilaksanakan setelah adanya pelimpahan wewenang Pemerintah melalui K/L
kepada Gubernur;
f. Dana TP dilaksanakan setelah adanya penugasan wewenang Pemerintah melalui K/L
kepada Gubernur/Bupati/Walikota;
g.Untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan, K/L juga harus
memperhitungkan kebutuhan anggaran:
• Biaya penyusunan dan pengiriman laporan oleh SKPD;
• Biaya operasional dan pemeliharaan atas hasil pelaksanaan kegiatan yang belum
dihibahkan;
• Honorarium pejabat pengelola keuangan dana dekonsentrasi dan/atau dana tugas
pembantuan; dan
• Biaya lainnya dalam rangka pencapaian target pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
dan tugas pembantuan.
h. Penuangan alokasi anggaran kegiatan DK diatur sebagai berikut:
• Komponen Utama; yang bersifat non-fisik, antara lain: sinkronisasi dan koordinasi
perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, supervisi,
penelitian dan survei, pembinaan dan pengawasan, serta pengendalian. Alokasi
anggarannya menggunakan akun Belanja Barang sesuai peruntukannya.
• Komponen Penunjang; untuk pelaksanaan tugas administratif dan/ atau pengadaan
input berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya, dialokasikan dengan
menggunakan akun belanja barang sesuai peruntukannya.
• Dalam hal Komponen Penunjang digunakan untuk pengadaan barang berupa aset
tetap, pengalokasian anggarannya menggunakan akun Belanja Barang Penunjang
Kegiatan Dekonsentrasi Untuk Diserahkan Ke Pemerintah Daerah (526211).
i. Penuangan alokasi anggaran kegiatan Tugas Pembantuan diatur sebagai berikut:
• Komponen Utama; yang bersifat fisik, antara lain: pengadaan tanah, bangunan,
peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan. Alokasi anggarannya menggunakan
akun Belanja Modal sesuai peruntukannya.
• Komponen Utama; yang bersifat fisik lain, antara lain: obat-obatan, vaksin,
pengadaan bibit dan pupuk yang akan diserahkan kepada masyarakat/pemda.
Alokasi anggarannya menggunakan akun Belanja Barang Fisik Lainnya Untuk
Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526115).
• Komponen Penunjang; untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan
input berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya, dialokasikan dengan
menggunakan akun Belanja Barang sesuai peruntukannya.
• Dalam hal Komponen Penunjang digunakan untuk pengadaan barang berupa aset
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
tetap, pengalokasian anggarannya menggunakan akun Belanja Barang Penunjang
Kegiatan Tugas Pembantuan Untuk Diserahkan Ke Pemerintah Daerah (526212).
j. Pengalokasian Dana Penunjang
• Sebagian kecil dana DK/TP dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk
pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan input berupa barang habis
pakai dan/atau aset tetap;
• Penentuan besarnya alokasi dana penunjang harus memperhatikan asas kepatutan,
kewajaran, ekonomis, dan efisiensi serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan
masing-masing K/L.
k. Rincian penggunaan jenis belanja dalam kegiatan DK/TP diatur sebagai berikut:
• Kegiatan dalam rangka DK
Alokasi anggaran yang disediakan untuk komponen biaya penunjang, apabila
digunakan untuk pengadaan barang yang menghasilkan aset tetap, maka
pengalokasiannya (selama ini menggunakan jenis Belanja Modal) menggunakan
jenis Belanja Barang (Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi Untuk
Diserahkan Ke Pemerintah Daerah, kode akun 526211).
• Kegiatan dalam rangka TP
Alokasi anggaran yang disediakan untuk komponen utama (yang bersifat fisik),
apabila digunakan untuk hal-hal yang menghasilkan aset tetap, pengalokasiannya
menggunakan jenis Belanja Modal. Apabila digunakan untuk hal-hal yang tidak
menghasilkan aset tetap atau habis pakai (seperti untuk pengadaan obat-obatan,
vaksin, atau bibit), pengalokasiannya menggunakan jenis Belanja Barang (Belanja
Barang Fisik Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda, kode akun
526115).
Sedangkan alokasi anggaran yang disediakan untuk komponen biaya penunjang,
apabila digunakan untuk pengadaan barang yang menghasilkan aset tetap,
maka pengalokasiannya menggunakan jenis Belanja Barang yaitu Belanja Barang
Penunjang Tugas Pembantuan Untuk Diserahkan Kepada Pemerintah Daerah,
kode akun 526212.
l. Dokumen pendukung yang harus dilampirkan oleh SKPD harus sudah dilengkapi
pada saat penelaahan RKA-K/L;
Proses perekaman untuk Kegiatan DK dan TP dimulai dari pemilihan jenis kewenangan
pada saat perekaman Output. Aplikasi RKA-K/L 2013 telah memberikan pembatasan
secara otomatis terhadap jenis kewenangan yang dapat dipilih untuk masing-masing
Satker. Misalnya untuk Satker Pusat, maka tidak akan muncul jenis kewenangan DK
atau TP. Ilustrasi pada saat perekaman Output sebagaimana digambarkan berikut ini.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
57
Jenis Kewenangan
untuk Satker SKPD
58
Gambar 25. Ilustrasi Perekaman Output untuk Memilih DK atau TP
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
IX
TAHAPAN
PENYUSUNAN
DAN CONTOH
KERTAS KERJA
YANG MENGIKUTI
PANDUAN TEKNIS
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
59
IX. TAHAPAN PENYUSUNAN DAN CONTOH KERTAS KERJA YANG
MENGIKUTI PANDUAN TEKNIS
9.1 Pengecekan Versi Aplikasi RKA-K/L DIPA 2013
Sebelum melakukan input data untuk penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L 2013, terlebih dahulu
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap versi aplikasi yang akan kita gunakan. Versi terbaru
aplikasi RKA-K/L dapat diunduh melalui website Direktorat Jenderal Anggaran dengan
alamat: www.anggaran.kemenkeu.go.id.
Pemutakhiran aplikasi RKA-K/L perlu terus dilakukan untuk menghindari agar data yang
pernah disusun dengan menggunakan versi aplikasi yang lama tidak terbaca oleh versi
aplikasi yang baru. Penyempurnaan aplikasi, termasuk database pendukungnya, masih
terus dilakukan mengingat aplikasi ini digunakan oleh seluruh K/L dengan perkembangan
kebutuhan yang dapat terus berkembang. Walaupun demikian perubahan yang dilakukan
pada aplikasi bukan merupakan perubahan besar-besaran seperti perubahan struktur
anggaran, namun lebih kepada penyempurnaan database pendukungnya saja.
60
9.2 Perekaman Satuan Kerja
Langkah awal dalam proses penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L adalah melakukan pemilihan
kode dan/atau nama Satuan Kerja. Perekaman Satker dilakukan melalui menu “ Form Belanja”.
Selain dengan cara melakukan input dari awal, dapat juga dilakukan dengan cara melakukan
konversi dari data RKA-K/L 2012, khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang rutin, menerus,
dan sudah menggunakan Standar Biaya pada saat input data sebelumnya, seperti untuk
Output Layanan Perkantoran pada Komponen 001 Pembayaran Gaji dan Tunjangan dan
Komponen 002 Penyelenggaraan Operasional dan pemeliharaan Perkantoran.
Ilustrasi untuk input/perekaman Satker sebagaimana gambar berikut ini.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Masukkan
kode Satker
Atau Klik di sini untuk
pencarian Satker
Pencarian dengan
menuliskan kode atau
nama Satker
61
Gambar 26. Ilustrasi Perekaman Satker
9.3 Perekaman Program, Kegiatan, dan Output
Dalam aplikasi RKA-K/L 2013, perekaman Program dan Kegiatan tidak dilakukan secara
langsung, namun dengan memilih Output di bawah Program dan Kegiatan yang
bersangkutan. Dengan demikian Program dan Kegiatan terpilih secara otomatis. Perekaman
Output Non-SBK akan membutuhkan perincian lebih lanjut, namun untuk Output dengan
SBK tidak memerlukan perincian karena sudah terintegrasi dalam aplikasi RKA-K/L.
Output Non-SBK ditampilkan dalam aplikasi RKA-K/L dengan tulisan warna hitam, sedangkan
Output dengan SBK ditampilkan dengan warna hijau. Ilustrasi pemilihan Output sebagaimana
gambar berikut ini.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Memilih Output
Output Non SBK
Output dengan SBK
62
Gambar 27. Ilustrasi Perekaman/Pemilihan Nama Output
Selain memilih Output yang akan digunakan, juga terdapat atribut-atribut atau kelengkapan
data Output yang sebagian besarnya harus diisikan pada saat perekaman Output, yang
terdiri dari Kode Inisiatif Baru (IB), Lokasi, Jenis Satuan Kerja, Kewenangan, Volume Output,
Tahun Awal dan Tahun Akhir, dan Volume KPJM. Penjelasan masing-masing atribut Output
adalah sebagai berikut.
1. Kode Inisiatif Baru (IB)
Kode IB perlu diisi untuk membedakan Output yang didanai dari anggaran baseline atau yang
merupakan kegiatan inisiatif baru. Kegiatan inisiatif baru beserta alokasinya terdapat dalam
Surat Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan
Menteri Keuangan perihal Pagu Indikatif dan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah
(RKP).
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Untuk mengetahui apakah pekerjaan per Satker merupakan bagian dari Inisiatif Baru,
masing-masing Satker diharapkan dapat berkoordinasi dengan Unit Eselon II pembina
program masing-masing. Diharapkan pengisian kode IB ini dapat dilakukan dengan disiplin,
mengingat rekapitualasinya akan menjadi bagian dari evaluasi pelaksanaan Inisiatif Baru
yang dilakukan oleh Bappenas dan Kementerian Keuangan. Adapun ilustrasi perekaman
kode Inisiatif Baru sebagaimana gambar berikut ini.
Klik untuk memilih Jenis
Kegiatan Baseline atau
Inisiatif Baru
63
Gambar 28. Ilustrasi Pemilihan Kode Inisiatif Baru
2. Lokasi Output
Sebagaimana juga dijelaskan pada Bagian III sebelumnya, Lokasi Output digunakan sebagai
Lokasi Pekerjaan dengan kedetilan pada tingkat Kabupaten/Kota. Untuk itu diperlukan
pengulangan input untuk Output-output yang berbeda lokasi kabupaten/kota-nya. Dengan
kata lain, bila input item-item pekerjaan di suatu kabupaten/kota telah selesai dilakukan,
maka kemudian dilakukan perekaman Output kembali untuk Lokasi Output pada kabupaten/
kota lainnya. Pembahasan Input lokasi pekerjaan secara lebih detil terdapat pada Bagian VI.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Klik untuk memilih
Lokasi Output/Pekerjaan
Gambar 29. Ilustrasi Pemilihan Lokasi Output/Pekerjaan
64
3. Jenis Satuan Kerja dan Kewenangan
Pengelompokkan Jenis Satuan Kerja sudah termasuk dalam database aplikasi RKA-K/L
dan keterangannya akan muncul otomatis begitu pemilihan Satuan Kerja dilakukan. Jenis
Satker ini akan menentukan jenis kewenangan pelaksanaan kegiatan baik dalam bentuk
Kegiatan Kantor Pusat, Dekonsentrasi, maupun Tugas Pembantuan. Ilustrasi pemilihan jenis
kewenangan sebagaimana gambar di bawah ini. Khusus untuk penyusunan RKA-K/L Kegiatan
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan telah diuraikan pada Bagian VIII.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Klik untuk memilih Jenis
Kewenangan
Gambar 30. Ilustrasi Pemilihan Jenis Kewenangan
65
4. Volume Output
Volume Output yang terlihat pada saat perekaman Output tidak dapat diisikan secara
langsung pada saat perekaman, namun datanya diinputkan pada level Sub-Output maupun
dengan menggunakan fasilitas hitung otomatis untuk pekerjaan-pekerjaan pada komponen
utama dan dengan satuan yang sama namun yang kurang dari 6 (enam) huruf. Pembahasan
lebih lengkap pada Bagian V.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Akan terisi begitu data volume Output
diinput pada
level Sub-output
Volume
Output dari atau
dengan memanfaatkan penghitungan
otomatis dari item komponen utama
66
Gambar 31. Ilustrasi Pengisian Volume Output
5. Tahun Awal dan Tahun Akhir Output
Atribut Output yang lain adalah tahun awal dan tahun akhir Output yang perlu diisi
disesuaikan dengan tahun pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan di bawah output tersebut.
Pengisian ini terkait dan harus sinkron dengan pengisian volume KPJM yang merupakan
atribut Output yang harus diisikan berikutnya.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Diisi sesuai tahun awal dan akhir
dilaksanakannya pekerjaan-pekerjaan
di bawah Output berkenaan
Volume Output dari
Gambar 32. Tahun Awal dan Akhir Pencapaian Output per Lokasi
6. Volume KPJM
Volume KPJM perlu diisi dan disesuaikan dengan tahun awal dan tahun akhir Output, namun
khusus untuk Output dalam rangka penugasan/ Prioritas Nasional, angka prakiraan maju untuk
TA 2015 dan TA 2016 agar dikosongkan (volume Output “0”). Hal ini sesuai dengan kebijakan
dalam RPJMN yang berakhir pada tahun 2014 dan diatur dalam PMK No.112/PMK.02/2012
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
67
Pengisian volume KPJM disesuaikan
dengan tahun akhir Output, kecuali
untuk Kegiatan Prioritas Nasional
68
Gambar 33. Volume KPJM
9.4 Perekaman Sub-Output
Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa Sub-output sebenarnya merupakan Output juga
namun lebih spesifik dan memiliki satuan volume yang sama. Dengan kata lain, Sub-output
merupakan kelompok pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai karakteristik khusus yang sama.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka penggunaan Sub-output yang bersifat
optional dapat diarahkan untuk hal-hal tertentu, misalnya pengelompokkan berdasarkan
kewilayahan secara fungsional yang bukan berbasis wilayah administratif. Penggunaan
uraian Sub-output antara lain dapat diarahkan untuk memberikan keterangan dukungan
Kementerian PU terhadap program-program nasional lintas sektor yang berbasis wilayah,
misalnya dukungan terhadap MP3EI maupun KAPET, atau yang lainnya.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Uraian Sub-output dapat digunakan untuk
menjelaskan dukungan terhadap Program Lintas
Sektor, misalnya Dukungan MP3EI.
Input total volume Output
per lokasi
Gambar 34. Ilustrasi Perekaman Sub-output
9.5 Perekaman Komponen
Tahapan perekaman berikutnya adalah perekaman Komponen, yang merupakan tahapan atau
bagian dari proses pencapaian Output, misalnya Perencanaan, Desain, Pembangunan, dan
Evaluasi. Komponen merupakan bagian yang harus diisi.
Pengisian Komponen merupakan keharusan walaupun penulisan uraiannya dilakukan secara
lebih bebas tanpa memilih, seperti melakukan input pada level Sub-output. Terdapat beberapa
atribut Komponen dalam aplikasi RAK-K/L yang perlu diisi, yaitu Kode dan Uraian Komponen, Jenis
Biaya (Operasional atau Non-operasional), Sifat Biaya (Utama atau Pendukung), Indeks KPJM dan
Indeks Output, serta tahun pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan di bawah Komponen berkenaan.
Sebagian besar input Kode dan Nama Komponen dilakukan dengan mengetikkan dalam form
isian, kecuali untuk Komponen Output Layanan Perkantoran (kode 001 dan 002) yang dilakukan
dengan memilih. Adapun pemilihan jenis belanja dilakukan secara otomatis oleh aplikasi RKA-K/L
yang mengacu pada Output dan Komponen yang telah diisi sebelumnya.
Atribut Komponen yang harus dipilih adalah Sifat Biaya (Utama atau Pendukung), untuk Output
selain Layanan Perkantoran. Juga perlu memilih terkait dengan prakiraan maju tahun-tahun
berikutnya, apakah menggunakan Indeks KPJM atau menggunakan Indeks Output. Selain itu,
harus dipastikan juga agar tahun yang direncanakan yaitu 2013 telah dicontreng (P).
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
69
Sifat Komponen:
Utama atau Pendukung
Harus dipastikan
tercontreng ( )
Gambar 35. Ilustrasi Perekaman Komponen
9.6 Perekaman Sub-komponen
70
Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa Sub-komponen merupakan kelompok-kelompok
akun dan detil belanja. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka uraian Sub-komponen
dapat digunakan untuk menginput judul paket swakelola/kontraktual, baik berupa pekerjaan
konstruksi fisik maupun non-fisik.
Input judul Paket Pekerjaan
(Swakelola/Kontraktual)
Gambar 36. Ilustrasi Perekaman Sub-komponen
9.7 Perekaman Akun
Dalam aplikasi RKA-K/L DIPA 2013, Akun memiliki beberapa atribut yaitu Kode dan Nama
Akun, Kode KPPN, Sumber Pendanaan, Kode Register untuk Pinjaman/Hibah Luar Negeri
(PHLN), Cara Hitung Pendanaan melalui PHLN, Catatan Akun, dan Catatan Blokir. Penjelasan
masing-masing atribut adalah sebagai berikut:
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
1. Kode dan Nama Akun
Pemilihan jenis akun harus dilakukan sesuai dengan karakteristik pekerjaannya. Peraturan
mengenai Bagan Akun Standar yang terkini yang harus diacu yaitu Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan No.Per-80/PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun
Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar.
71
Gambar 37. Ilustrasi Perekaman Akun
2. Kode KPPN
Kode KPPN dipilih yang sesuai dengan Kantor Bayar Ditjen Perbendaharaan. Pengisiannya
harus dilakukan secara teliti agar tidak mengakibatkan permasalahan pada saat pelaksanaan
dan pencairan anggarannya. Kode KPPN dalam aplikasi RKA-K/L DIPA 2013 disesuaikan
dengan data kantor bayar pada tahun 2012 dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
72
Gambar 38. Ilustrasi Perekaman Kode KPPN
3. Sumber Pendanaan
Dalam aplikasi RKA-K/L DIPA 2013, pemilihan sumber pendanaan pada saat perekaman
Akun dilakukan melalui menu “Beban/JnsBantuan/ CaraPenarikan”. Tidak semua sumber
pendanaan digunakan di Kementerian Pekerjaan Umum. Beberapa sumber pendanaan yang
umum digunakan antara lain:
• Rupiah Murni (kode: RM);
• Pinjaman Luar Negeri dalam bentuk Rupiah (RPLN);
• Local Cost/Rupiah Murni Pendamping (L.COST/RMP);
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
• Badan Layanan Umum (BLU);
• Hibah Luar Negeri dalam bentuk Rupiah (Hibah RHLN);
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Gambar 39. Tampilan Jenis-jenis Sumber Pendanaan
4. Kode Register dan Cara Hitung Pendanaan melalui PHLN
Beberapa informasi lebih rinci terkait dengan pendanaan dari PHLN harus diinput dalam
proses perekaman akun, yaitu Nomor Register dan Cara Hitung pendanaan dengan PHLN.
Pengalokasian anggaran kegiatan yang bersumber dari dana PHLN secara umum mengacu
PP No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan
Hibah. Secara khusus pengalokasian tersebut mengacu kepada ketentuan yang tercantum
dalam Naskah Perjanjian Pinjaman Hibah Luar Negeri (NPPHLN) masing-masing.
Nomor register PHLN dipilih sesuai dengan kode register yang diterbitkan oleh Kementerian
Keuangan. Di bawah ini merupakan tampilan daftar Register dalam aplikasi RKA-K/L DIPA
2013.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
73
Gambar 40. Informasi Register PHLN
74
Selain Register, juga harus dipilih Cara hitung untuk pekerjaan dengan sumber pendanaan
dari PHLN, yaitu dengan pilihan Non PPN, Netto, Bruto, atau Non Sharing. Di bawah ini
digambarkan metode penghitungannya, dengan keterangan selengkapnya terdapat dalam
PMK No.112/PMK.02/2012.
• Non PPN;
Metode ini hanya menghitung besaran nilai fisik proyek tanpa memperhitungkan pajak
karena Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak dikenakan dan ditanggung oleh pemerintah.
Metode ini digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek PHLN dengan persentase
pembiayaan sebesar 100%.
• Netto;
Metode ini digunakan untuk menghitung besaran alokasi pengadaan barang dan jasa
yang sebagian dananya bersumber dari pinjaman luar negeri dan pajak tidak dikenakan
terhadap porsi pinjamannya. Sedangkan bagi RMP dikenakan sebesar nilai sharingnya
dikalikan besaran nilai pajaknya. Metode ini dapat digunakan untuk pinjaman-pinjaman
yang berasal dari Bank Dunia (IBRD) dengan porsi ≥ 91%, ADB, JBIC, dan lain-lain, kecuali
ditentukan lain oleh NPPHLN (loan agrement) bersangkutan.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
• Bruto;
Metode ini digunakan untuk menghitung besaran alokasi pengadaan barang dan
jasa yang bersumber dari pinjaman luar negeri yang berasal dari World Bank dengan
persentase/porsi pembiayaan sebesar 90% ke bawah maupun pinjaman lainnya sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam NPPHLN (loan agreement) yang bersangkutan.
Cara hitung ini hanya untuk IBRD, dengan porsi PHLN kurang dari 90%.
• Non Sharing;
Metode ini digunakan untuk menghitung besaran alokasi dalam RKA-K/L bagi pinjaman
luar negeri yang tidak mempersyaratkan persentase namun langsung menentukan
besaran sumber dana. Penggunaan metode ini langsung menuliskan besaran dana PHLN
dan rupiah murni pendampingnya.
75
Gambar 41. Tampilan Input Cara Hitung untuk Pendanaan PHLN
5. Catatan Akun dan Catatan Blokir
Catatan akun merupakan bagian yang dapat tidak diisi atau akan diisi oleh Petugas Direktorat
Jenderal Anggaran. Juga termasuk keterangan blokir. Di bawah ini merupakan ilustrasi Input
Catatan Akun (Opsional) dan Catatan Blokir.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
76
Gambar 42. Ilustrasi Input Catatan Akun dan Blokir
9.8 Perekaman Detil/Item Pekerjaan
Setelah melakukan perekaman akun, maka tahap selanjutnya adalah merekam detil/item
pekerjaan untuk masing-masing akun. Pendetilan penulisan agar disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing Output Kegiatan karena tidak ada standar baku dalam penulisan
detil kegiatan. Beberapan pertimbangan kedetilan penulisan item pekerjaan terdapat pada
Sub-bagian 3.4 sebelumnya.
Beberapa atribut Detil Pekerjaan yang harus diisi adalah Uraian Detil Pekerjaan, Volume
Pekerjaan (Volkeg), Satuan Pekerjaan/Output (Satkeg), Harga Satuan, Blokir, dan Waktu
Pelaksanaan Pekerjaan. Untuk item pekerjaan yang memiliki Standar Biaya Masukan agar
pengisiannya menggunakan menu SBM sebagaimana tampak pada ilustrasi di bawah ini.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Pilih awal waktu
pelaksanaan pekerjaan
Input detil / item pekerjaan
Input Otomatis untuk
item yang memiliki SBM
Input volume dan harga
satuan item pekerjaan
Gambar 43. Ilustrasi Perekaman Detil/Item Pekerjaan
Penjelasan pengisian masing-masing atribut Item Pekerjaan adalah sebagai berikut:
1. Uraian Item Pekerjaan
Uraian item pekerjaan diisikan secara jelas mengenai apa saja yang akan dilakukan.
Kedetilan uraian agar mempertimbangkan fleksibilitas revisi anggarannya, terutama
revisi terhadap Petunjuk Operasional Kegiatam (POK). Misalnya tidak perlu menuliskan
item seperti “pensil, pulpen, dan penghapus” namun cukup dituliskan item “Alat Tulis
Kantor (ATK)”. Kedetilan yang tidak perlu seperti di atas kerap ditemukan dalam Kertas
Kerja RKA-K/L terdahulu.
2. Volume, Satuan, dan Harga Satuan Pekerjaan
Volume (Volkeg) diisikan sebagai besaran target yang akan dicapai. Untuk Satuan Pekerjaan
(Satkeg) diisikan Satuan sesuai dengan Satuan Output, khususnya untuk komponen utama
dan memilih fasilitas hitung otomatis untuk penghitungan total Output-nya. Pembahasan
lebih lengkap mengenai Volume Output terdapat pada Bagian V.
Bila memerlukan perincian volume kegiatan, dapat dilakukan dengan menekan “Esc” pada
saat akan melakukan input data “Volkeg” maka akan keluar isian yang lebih rinci untuk
pekerjaan dengan satuan yang lebih dari 1 (satu), misalnya untuk satuan Orang-Hari (OH).
3. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Awal waktu pelaksanaan pekerjaan merupakan salah satu atribut item pekerjaan yang
harus diisi. Pengisiannya disesuaikan dengan bulan awal pelaksanaan pekerjaan.
4.Blokir
Blokir diisi bila pekerjaan yang berkenaan belum dapat disetujui oleh petugas penelaah
RKA-K/L Direktorat Jenderal Anggaran. Pengisian blokir/pemblokiran pekerjaan lebih
merupakan domain dari Kementerian Keuangan.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
77
5. SBM (Standar Biaya Masukan)
Menu pilihan SBM dimaksudkan untuk mempermudah input data item pekerjaan yang
memilik Standar Biaya Masukan. Rincian item pekerjaan dengan SBM terdapat dalam
Peraturan Menteri Keuangan No.37/PMK.02/2012 Tentang Standar Biaya Tahun 2013.
9.9 Input Data Kelengkapan DIPA
Mulai Tahun Anggaran 2013, penyusunan dan pengesahan DIPA merupakan lingkup tugas
Direktorat Jenderal Anggaran, yang dirancang dengan Format 1 (satu) DIPA untuk tiap
Program yang dilengkapi dengan petikan DIPA untuk masing-masing Satuan Kerja. Oleh
karena itu beberapa data untuk kelengkapan DIPA yang pada tahun-tahun sebelumnya
dapat tidak diisi kedalam aplikasi RKA-K/L, mulai DIPA tahun 2013 data-data tersebut harus
sudah diinputkan dalam aplikasi RKA-K/L.
78
Beberapa data kelengkapan DIPA yang harus diisi antara lain Data Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), Bendahara, Pejabat SPM, termasuk alamat e-mail resmi Satuan Kerja. Data e-mail tersebut
diperlukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran untuk menyampaikan pemberitahuan resmi
khususnya terhadap proses penelaahan dan persetujuan RKA-K/L beserta revisi anggarannya.
Pengisian data tersebut merupakan bagian dari validasi kelengkapan data RKA-K/L. Ilustrasi
input data kelengkapan DIPA tersebut sebagaimana digambarkan di bawah ini.
Gambar 44. Ilustrasi Input Data KPA
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
9.10 Validasi RKA-K/L
Validasi RKA-K/L merupakan proses “verifikasi otomatis” oleh aplikasi RKA-K/L terhadap
kelengkapan dan kesesuain data yang diinput sebelumnya, mulai dari perekaman Program/
Kegiatan/Output sampai pada pengisian data kelangkapan DIPA. Harus dipastikan agar
seluruh Kertas Kerja lolos dari proses validasi ini.
Apabila terdapat kesalahan atau tidak lengkapnya data yang diinput, maka Kertas Kerja tidak
akan lolos dari validasi. Oleh karena itu diperlukan perbaikan data sampai data dalam Kertas
Kerja bersih dari kesalahan. Hal ini sangat diperlukan karena apabila belum lolos dari proses
validasi maka ada kemungkinan DIPA tidak dapat tercetak.
Proses validasi dilakukan secara otomatis oleh aplikasi RKA-K/L melalui menu RKAKL2013/
Validasi Data. Validasi ini meliputi keseluruhan rincian data dalam Kertas Kerja RKA-K/L,
dengan kode dan keterangan kegagalan validasi sebagaimana Tabel berikut ini.
Tabel 2. Kode dan Keterangan Validasi
Kode
Validasi
Keterangan
79
0001
Kode Satker tidak ada di referensi t_satker
0002
Jenis Satker Permanen/Pusat (1), kode dekon bukan Kantor Pusat (1)
0003
Jenis Satker Vertikal/UPT (2), kode dekon bukan Kantor Daerah (2)
0004
Jenis Satker Khusus (3), kode dekon bukan Kantor Pusat//Kantor Daerah (1)
0005
Jenis Satker SKPD (4), kode dekon bukan Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama (3,4,5)
0006
Jenis Satker Non Vertikal Lainnya (5), kode dekon bukan Kantor Pusat/Kantor Daerah (1)
0007
Jenis Satker Sementara (6), kode dekon bukan Kantor Pusat/Kantor Daerah (1,5)
0008
Jenis Satker BUMN (7), kode dekon bukan (1,2,3,4,5,6)
0009
Jenis Satker BLU (8), kode dekon bukan Kantor Pusat/Kantor Daerah (1,2)
0010
Kode K/L tidak ada di referensi
0011
Kode Unit tidak ada di referensi
0012
Kode Program tidak ada di referensi
0013
Kode Kegiatan tidak ada di referensi
0014
Kode Output tidak ada di referensi
0015
Kode Output double di d_output
0016
Kode Lokasi tidak ada di referensi t_lokasi
0017
Kode Lokasi Kabupaten/Kotamadya tidak ada di t_kabkota
0018
Kode Dekon tidak sesuai dengan kode lokasi Kabupaten/Kotamadya
0019
Kode Sub Output tidak punya induk Output
0020
Kode Sub Output double di d_soutput
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Kode
Validasi
80
Keterangan
0021
Kode Dekon tidak ada di referensi t_dekon
0022
Kode Komponen tidak punya induk Sub Output
0025
Kode Komponen double di d_kmpnen
0026
Kode Sub Komponen tidak punya induk di Komponen
0027
Kode Sub Komponen double di d_skmpnen
0028
Kode Akun tidak ada di referensi t_akun
0029
Kode Akun tidak punya induk Sub Komponen
0030
Kode Akun tidak sesuai dengan sumber dana (BLU)
0031
Kode Akun double di d_akun
0032
Kode KPPN tidak ada di referensi t_KPPN
0033
Kode KPPN tidak sesuai dengan Kode KPPN yang ada di referensi t_satker
0034
Kode Beban tidak ada di referensi
0035
Kode Jenis Bantuan tidak ada di referensi
0036
Kode Cara Penarikan tidak ada di referensi
0037
Item Data tidak punya induk di d_akun
0038
Kode Register tidak ada di referensi
0039
Kode Register harus diisi
0040
Kode Register seharusnya tidak diisi
0041
Kode Register close
0042
Kode Register 99999*** tidak diblokir
0043
Data PHLN, Jumlah # (pagurmp+paguphln+pagurkp)
0044
Data Blokir, (blokirrmp+blokirphln+blokirrkp) # 0
0045
Jumlah harus dalam ribuan
0046
Catatan Blokir tidak ada
0047
Volume Sub Output kosong
0048
Komponen Operasional seharusnya di Output (994) Layanan Perkantoran
0049
Kode IB tidak ada di referensi
0050
Jenis Satker BLU (8), Saldo awal belum diisi
0051
KPA/Bendahara/Pejabat SPM belum diisi
0052
Rencana Penarikan belum diisi
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Tampilan aplikasi RKA-K/L apabila data dalam Kertas Kerja RKA-K/L telah berhasil lolos dari
proses validasi sebagaimana gambar di bawah ini.
Data Valid. Proses
Validasi berhasil
81
Gambar 45. Tampilan Bila Proses Validasi Berhasil
9.11 Contoh Kertas Kerja yang Mengikuti Panduan Teknis
Berikut ini terdapat 2 (dua) contoh tampilan Kertas Kerja RKA-K/L yang mengikuti Panduan
Teknis. Contoh yang pertama adalah untuk Pekerjaan Swakelola Non-Fisik dan contoh yang
kedua adalah untuk Pekerjaan Fisik.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Nama Paket Swakelola pada
level Sub-Komponen
Gambar 46. Contoh Kertas Kerja untuk Pekerjaan Swakelola Non-Fisik
82
Lokasi pekerjaan (Kab./Kota)
sebagai atribut Output
Nama Paket Swakelola pada
level Sub-Komponen
Lokasi pekerjaan (Kab./Kota)
sebagai atribut Output
Nama Paket Kontraktual pada
level Sub-Komponen
Detil pekerjaan, dimungkinkan sama
dengan nama Paket Pekerjaan
Gambar 47. Contoh Kertas Kerja untuk Pekerjaan Fisik
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
X
PENYUSUNAN
RENCANA
PENYERAPAN DAN
DATA DUKUNG
83
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
X. PENYUSUNAN RENCANA PENYERAPAN DAN DATA DUKUNG
10.1 Penyusunan Rencana Penyerapan Anggaran
Penyusunan rencana penyerapan anggaran bulanan diharapkan dapat dilakukan secara
paralel dengan penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L. Perkiraan penyerapan perlu disiapkan
sedini mungkin agar dapat memiliki waktu yang cukup untuk menyusun Petunjuk Operasional
Kegiatan (POK) dengan lebih awal, lebih matang, serta benar-benar dapat menjadi acuan
dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Lebih dari itu, belum siapnya rencana penyerapan anggaran pada saat penyusunan RKAK/L dan DIPA dapat mengakibatkan tertundanya penetapan POK oleh Pejabat Eselon I di
Kementerian PU. Hal ini kemudian dapat berdampak pada terhambatnya pelaksanaan
pekerjaan dan penyerapan anggaran.
84
Rencana penyerapan anggaran disusun sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan yang
benar-benar realistis namun menantang untuk dilaksanakan. Dalam penyusunan penyerapan
anggaran bulanan agar tidak dilakukan simplifikasi dengan membagi rata pengeluaran
selama 12 (dua belas) bulan, kecuali untuk pengeluaran yang rutin operasional kantor dan
kegiatan rutin lainnya.
Rencana penyerapan anggaran disusun dengan kedetilan menurut jenis belanja per Output
Kegiatan. Oleh karena itu penghitungan rencana penyerapan harus dilakukan dalam lembar
kerja yang berbeda untuk tiap-tiap Output-nya, sebelum dilakukan input kedalam Aplikasi
RKA-K/L. Ada baiknya penghitungan rencana penyerapan dapat dilakukan pada level detil
pekerjaan di bawah akun, sehingga dapat mempermudah dalam penyusunan POK-nya.
Dalam aplikasi RKA-K/L DIPA 2013, input data Rencana Penyerapan Anggaran diisi melalui
menu “Rencana Penarikan”. Rincian rencana penarikan disusun berdasarkan rencana
penyerapan anggaran tiap kelompok Jenis Belanja (2 digit awal) untuk tiap bulannya. Ilustrasi
Input Rencana Penyerapan Anggaran sebagaimana digambarkan di bawah ini.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
85
Gambar 48. Ilustrasi Input Rencana Penyerapan Anggaran
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
10.2 Kelengkapan Data Dukung
86
Dalam PMK No.112/PMK.02/2012 diuraikan mengenai data dukung yang diperlukan terutama
dalam proses penelaahan Kertas Kerja RKA-K/L di Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian
Keuangan. Data-data dukung yang utama antara lain berupa:
1. Hasil cetakan Kertas Kerja RKA-K/L dan Arsip Data Komputer-nya (ADK);
2. Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB);
3. Gender Budget Statement (GBS) apabila berkenaan dengan ARG. Penyusunan GBS
mengacu pada format sebagaimana tercantum dalam Bab 8 PMK No.112/PMK.02/2012;
4. Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum (RBA BLU) apabila berkenaan dengan
Satker BLU;
5. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengg una Anggaran (KPA) apabila satuan biaya yang tercantum dalam KK RKA-K/L tidak
terdapat dalam Standar Biaya. Penyusunan SPTJM mengacu pada format dan tatacara
pengisian sebagaimana tercantum dalam Bab 8 PMK No.112/PMK.02/2012;
6. Data pendukung untuk pembangunan/renovasi bangunan/gedung negara, berupa:
a) Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/ gedung negara
atau yang sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum
setempat sebagaimana Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan/ gedung Negara untuk pekerjaan
pembangunan/renovasi bangunan/ gedung negara yang berlokasi di dalam negeri
dan pekerjaan renovasi bangunan/gedung negara yang berlokasi di luar negeri
(kantor perwakilan) yang mengubah struktur bangunan; atau
b) Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/ gedung negara
atau yang sejenis dari konsultan perencana setempat dan SPTJM KPA kantor perwakilan
setempat untuk pekerjaan renovasi bangunan/gedung negara yang berlokasi di
luar negeri (kantor perwakilan) yang tidak merubah struktur bangunan. Informasi
mengubah atau tidak struktur bangunan dijelaskan dalam dokumen tersebut.
7. Data dukung teknis dalam suatu kasus tertentu antara lain: peraturan perundangan/
keputusan pimpinan K/L yang mendasari adanya kegiatan/output, surat persetujuan dari
Menteri PAN dan RB untuk alokasi dana satker baru, dan lain sebagainya;
8. Data dukung terkait lainnya sehubungan dengan alokasi suatu output.
Diharapkan agar seluruh data pendukung yang diperlukan sudah siap sebelum dilakukannya
penelaahan di Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, sehingga dapat
meminimalisir alokasi anggaran yang diblokir akibat kurangnya data pendukung. Hal
ini tentunya akan dapat mendukung percepatan pelaksanaan kegiatan di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum.
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi:
Bagian Program dan Anggaran
Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri
Gedung Baru Kementerian PU, lantai 5
Jl. Pattimura 20 Jakarta Selatan
Telp./Faks : (021) 7392627
e-mail : [email protected]
88
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
89
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
90
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
SEKRETARIAT JENDERAL
BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI
Jl. Pattimura 20 Jakarta Selatan
Telp./Faks : (021) 7392627
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN (RKA-K/L)
Download