Paper Title (use style: paper title)

advertisement
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA LESSON
STUDY PEMBELAJARAN MATERI TRANSFORMASI
BERBANTUAN GEOGEBRA
Arifin
SMP Negeri 1 Karangploso, Guru Matematika, Kab. Malang
[email protected] ; [email protected]
Abstrak
Penelitian ini mengkaji manfaat penerapan pembelajaran model penemuan terbimbing
materi
transformasi berbantuan geogebra pada lesson study di SMP Negeri 1 Karangploso tahun pelajaran
2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Dari penelitian
diperoleh temuan dampak pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan geogebra pada lesson study
bagi siswa yaitu (1) dengan bantuan software geogebra dapat meningkatkan penguasaan konsep
transformasi yaitu pergeseran dan pencerminan, (2) dengan pembelajaran penemuan terbimbing keaktifan
siswa dalam belajar meningkat, (3) dengan penemuan terbimbing siswa meninggalkan belajar menghafal
rumus (4) lesson study dapat dijadikan sarana meningkatkan kualitas guru dalam memfasilitasi
pembelajaran.
Kata kunci: geogebra, lesson study, penemuan terbimbing, transformasi.
Abstract
This study examines the benefits of applying learning model of guided discovery of geogebra-assisted
transformation materials to lesson study in SMP Negeri 1 Karangploso in academic year 2016/2017. The
method used in this research is qualitative descriptive. From the research, it is found that the learning
impact of guided discovery of geogebra assisted on lesson study for students are (1) with the help of
geogebra software, it can improve the mastery of transformation concept that is translation and reflection,
(2) with learning of guided discovery, the students’ activeness in learning increase, (3) Guided discovery
makes students avoiding memorize the formula (4) lesson study can be used as a means of improving the
quality of teachers in facilitating learning
Keywords: geogebra, guided discovery, lesson study, transformation.
PENDAHULUAN
Peranan guru sangat sentral dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Peran itu antara lain sebagai
fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa
pembelajaran dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik. Perkembangan
kurikulum menuntut guru selalu belajar
dan memberikan pelayanan pembelajaran
yang berkualitas sesuai dengan tuntutan
prinsip pembelajaran pada standar proses
pendidikan yang berlaku. Satu prinsip
pembelajaran yang terdapat dalam
permendikbud no 65 tahun 2013
diantaranya perubahan dari siswa diberi
tahu diubah menjadi siswa mencari tahu.
Hal ini tidak mudah, karena selama ini
pembelajaran di SMP Negeri 1
Karangploso siswa diberi tahu saja sulit
mengerti, bagaimana kalau tidak diberi
tahu. Tantangan bagi guru untuk
membelajarkan siswa tidak diberitahu
menjadi siswa mencari tahu berimplikasi
pada metode pembelajaran, bahan ajar,
rencana
pelaksanaan
pembelajaran,
aktivitas siswa harus mencerminkan
siswa tidak diberi tahu. Pembelajaran
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
16
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
dimana siswa tidak diberitahu adalah
pembelajaran dengan metode penemuan.
Penelitian dengan penemuan telah
dilakukan (Goos, 2004; Jaworski, 2006;
Balim, 2009; Sikko & Pepin, 2011;
Diezmann, 2004; Hunter R, 2010; Santos,
2008; Makar, 2007;
Delcourt &
McKinnon, 201; Leikin & Rota, 2006;
Abdullah & Shariff , 2008; Muhsetyo,
2004; Effendi, 2011; Pais, 2009, Yunari,
2012). Goos (2004) menemukan dalam
inquiry partisipasi, respon, ide dan
pendapat siswa akan sesuai harapan
apabila guru mampu memberikan
scafolding yang tepat dan menyarankan
dalam pembelajaran perlu diciptakan
komunitas dan kultur belajar dikelas
melaui
inquiry.
Jaworski
(2006)
menemukan bahwa praktik inquiry
membawa pemahaman siswa terhadap
teori menjadi lebih baik dan berkembang.
Balim (2009) menemukan pembelajaran
inquiry dapat meningkatkan kapasitas
metacognisi. Sikko & Pepin (2011)
menemukan inquiry dapat meningkatkan
kedalaman belajar dan menambah
literatur guru dalam pembelajaran.
Diezmann (2004) menemukan tipe tugas
inquiry
dan
implikasinya
pada
assessmen. Hunter (2010) menemukan
untuk menciptakan komunitas inquiry
diantaranya
dengan mengembangkan
pertanyaan murid dengan cara yang tepat.
Santos (2008) menyatakan ada banyak
cara mengembangkan petunjuk aktivitas
untuk membantu perkembangan siswa
dalam bernalar matematika. Makar
(2007) menemukan dengan inquiry
kepercayaan diri guru dapat meningkat.
Delcourt
dan
McKinnon
(2011)
menemukan bahwa bertanya adalah
kemampuan dasar dalam pembelajaran
inquiry. Leikin
& Rota (2006)
menemukan kualitas
guru dalam
membangun partisipasi diskusi sangat
dipengaruhi oleh keahliaan dalam
mengajar. Abdullah & Shariff (2008)
menemukan inqury dapat meningkatkan
kemampuan bernalar, kerjasama dan
pemahaman konsep. Muhsetyo (2004)
memberikan
contoh
penemuan
terbimbing,
meteode
penemuan
terbimbing dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
Effendi
(2011)
menunjukkan bahwa dengan penemuan
terbimbing
kemampuan-kemampuan
representasi dan pemecahan masalah
matematis siswa lebih baik bila
dibanding
diajar
dengan
metode
konvensional. Selain itu siswa memiliki
sikap positif terhadap matematika dan
pembelajaran. Pais (2009) pembelajaran
dengan metode penemuan terbimbing
berkelompok
dapat meningkatkan
penguasaan siswa pada materi volume
bangun
ruang.
Yunari
(2012)
menemukan
penerapan discovery
learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Matematika secara garis besar
dibagi ke dalam 4 cabang yaitu
aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis
(Bell, 1978:27). Geometri merupakan
cabang matematika yang menempati
posisi penting untuk dipelajari karena
geometri digunakan oleh setiap orang
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kehidupan
sehari-hari
geometri
digunakan untuk mendesain rumah,
taman atau dekorasi (Van de Walle,
1990:269). Dengan demikian geometri
perlu diajarkan di sekolah sejak SD.
Geometri merupakan bagian dari
matematika yang menempati bagian
esensial dalam kurikulum sekolah
menengah. Hal ini terbukti dari
banyaknya standart kompetensi dalam
geometri dan manfaat yang didapatkan
siswa dengan mempelajari geometri.
Berdasarkan observasi awal di SMP
Negeri 1 Karangploso, dimana peneliti
sebagai
guru
ditempat
tersebut
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
17
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
didapatkan bahwa kebanyakan siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajari
pokok bahasan geometri. Berdasarkan
nilai ulangan harian siswa kelas VII
semester II tahun pelajaran 2015/2016
dapat dilihat bahwa nilai matematika
pada materi geometri dari 306 siswa
yang mencapai nilai di atas ketuntasan
kompetensi minimum yaitu 75 sebanyak
154 siswa, ini berarti hanya ada 50 %
siswa yang mencapai nilai ketuntasan
kompetensi minimum yang ditetapkan.
Ini menunjukkan bahwa nilai ulangan
siswa khususnya pada pokok bahasan
geometri
masih
belum
mencapai
ketuntasan.
Berdasarkan
persentase
tingkat ketercapaian hasil belajar siswa
dengan mengacu pada teori belajar tuntas
(mastery learning), Mukminan (2003:14)
menyatakan
bahwa
siswa
harus
menguasai sekurang-kurangnya 65 %
dari kompetensi dasar yang ditetapkan.
Kesulitan siswa juga ditemui dalam hal
pemahaman, Jika siswa ditanya jika titik
adalah koordinat bayangan suatu
titik yang dicerminkan terhadap garis Y =
x siswa diminta menentukan koordinat
titik asalnya
siswa tidak segera
memberikan jawaban. Hal ini disebabkan
karena siswa hanya menghafal rumus,
dan tidak dilibatkan menemukan sendiri
rumusnya.
Pembelajaran matematika di SMP
Negeri 1 Karangploso, guru biasanya
menyajikan materi terlebih dahulu
kepada siswa, kemudian memberikan
contoh soal, dan selanjutnya memberikan
soal-soal latihan kepada siswa. Siswa
biasanya memperhatikan penjelasan guru
kemudian mencatat apa yang ditulis guru
di
papan
tulis.
Dalam
situasi
pembelajaran seperti ini, siswa cenderung
pasif, menunggu guru menyampaikan
materi, dan kegiatan tanya jawab terjadi
hanya jika guru melontarkan pertanyaan.
Dalam
menyampaikan
materi
transformasi, guru biasanya langsung
memberikan rumus dan siswa sekedar
menghafal. Siswa tidak terlibat secara
aktif yang mengarah pada penemuan
pola/rumus tersebut. Seharusnya siswa
tidak
sekedar
menghafal
rumus
transformasi (refleksi, translasi, rotasi
dan dilatasi) tetapi aktif terlibat secara
fisik dan mental untuk menemukan
rumus tersebut. Menurut Bruner (dalam
Dahar, 1988:125) menyatakan bahwa
penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh siswa, dan
dengan sendirinya memberikan hasil
yang paling baik. Senada dengan hal itu,
Hudojo (2005:135), mengatakan agar
proses belajar matematika terjadi,
bahasan matematika seyogyanya tidak
disajikan dalam bentuk yang sudah
tersusun secara final, melainkan siswa
dapat terlibat secara aktif di dalam
menemukan konsep-konsep, strukturstruktur sampai kepada teorema atau
rumus-rumus.
Materi transformasi merupakan bagian
materi geometri, pada kurikulum 2013
diberikan dikelas 7 semester genap.
Untuk membelajarkan materi tranformasi
dengan tidak memberitahu siswa maka
diperlukan bantuan media. Jones (2009)
ketika siswa menggunakan geogebra
pemahaman mereka akan berakhir lebih
mendalam pada materi geometri.
METODE
Penelitian ini dilakukan pada
bulan Januari dan Februari tahun 2017 di
SMP Negeri 1 Karangploso Kabupaten
Malang. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif
deskriptif. Tahap pertama yang dilakukan
adalah observasi meliputi pembelajaran,
budaya belajar siswa, bahan ajar yang
digunakan, metode guru mengajar,
fasilitas yang ada disekolah, latar
belakang kemampuan akademik siswa.
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
18
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
Temuan
itu
didiskusikan
dalam
kelompok untuk menentukan rencana
pembelajaran yang akan dilakukan.
Rencana materi apa dan persiapan
perangkat
dan
alternatif
pembelajarannya.
Pembelajaran
direncanakan dua kali pertemuan pada
materi pergeseran dan pencerminan
dilaksankan di kelas 7H. Data penelitian
diperoleh
dengan
obervasi
dan
dokumentasi melalui video. Data
dianalisis
dengan
mendeskripsikan
temuan kemudian dikaji berdasarkan
teoriteori maupun penelitian yang ada.
teori pendukung didiskripsikan sebagai
berikut: (1) Istilah Translasi dan Refleksi
merupakan istilah baru bagi siswa smp,
Menurut teori Gestalt dalam Suherman
(2003) kegiatan belajar mengajar yang
diselenggarakan harus memperhatikan;
(a) penyajian konsep harus lebih
mengutamakan
pengertian,
(b)
memperhatikan kesiapan intektual siswa,
(c) mengatur suasana kelas agar siswa
siap belajar. Sehingga untuk mempelajari
materi translasi dan refleksi diperlukan
materi prasarat
sistem koordinat
kartesius. (2) Siswa dihadapkan makna
dan konteks penotasian tanslasi
BAHASAN UTAMA
Pembelajaran
dirancang
bersandarkan pada prinsip Lesson Study
melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif
dan
berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas
dan mutual learning untuk membangun
learning community maka langkah
pertama adalah melakukan perencanaan
yang dilakukan pada tanggal 27 dan 28
Januari 2017. Plan atau perencanaan
adalah tahapan awal dalam kegiatan
lesson study.
Dalam kegiatan ini,
didiskusikan beberapa hal yang berkaitan
dengan
persiapan
pelaksanaan
pembelajaran lesson study. Kegiatan
tersebut meliputi memilih materi/KD
yang akan digunakan untuk open class,
menentukan
jadwal
open
class,
menyusun
RPP,
LKS,
evaluasi,
media/alat
yang
diperlukan
dan
menentukan guru model yang akan open
class serta menentukan moderator dan
notulen pada saat refleksi.
Hasil diskusi saat
Plan, didapatkan
beberapa masalah dan solusi yang akan
digunakan dalam rencana pembelajaran
terkait pembelajaran transformasi yaitu
pergeseran (translasi) dan Pencerminan
(Refleksi). Permasalahan dan solusi serta
Menurut Van Hiele dalam Suherman
(2003) pada tahap awal suatu bentuk
geometri perlu ada visualiasasi. Dengan
bantuan software Geogebra
bentuk
tersebut dikontekskan dalam bidang
kartesius. (3) tidak semua siswa terlibat
dalam kerja kelompok, belum terbiasa
bekerja kelompok, diskusi dan belum
terbiasa presentasi.
Goos (2004) untuk menumbuhkan
budaya inquiri perlu diciptakan iklim
belajar berupa partisipasi, respon, ide dan
pendapat siswa
dengan memberikan
scafolding yang tepat. Misalkan bantuan
ilustrasi pada kehidupan nyata, lift di
mall menggunakan konsep translasi,
siswa diminta
menemukan ciri-ciri
translasi, Untuk menemukan konsep
pencerminan dengan diberikan alat
peraga bidang pencerminan siswa
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
19
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
dipandu dengan pertanyaan tentang jarak
benda kecermin dibanding jarak bayang
kecermin, bentuk benda dan bayangan.
Untuk
menyusun
perangkat
pembelajaran berupa RPP, uraian materi,
media pembelajaran, LKS dan sistem
penilaian dilakukan diskusi bersama
teman
sejawat,
yang
didahului
melakukan observasi di kelas 7H dan 7I .
Setelah observasi dilanjutkan dengan
diskusi dengan guru pengajar mengenai
kondisi pembelajaran yang terjadi,
motivasi belajar siswa, kemampuan
siswa, bahan ajar yang ada, komunikasi
yang terjadi antar siswa di kelas,
komunikasi siswa dengan guru dan
permasalahan yang terjadi di kelas.
Setelah melakukan disiskusi saat
plan pada tanggal 27 dan 28 Januari 2017
dihasilkan perangkat yang terdiri; (1)
Rencana pelaksanaan pembelajaran unuk
materi translasi dan refleksi, (2) Media
pembelajaran translasi dan refleksi, (3)
Lembar kegiatan siswa untuk materi
translasi dan refleksi, (4) Uraian materi
translasi dan refleksi.
Pelaksanaan pada pembelajaran pertama
dapat terlaksana di kelas yang telah
direncanakan yaitu kelas 7H pada hari
Selasa, 11 Pebruari 2017 jam ke 4 sampai
ke 5. Alokasi waktu pembelajaran
berjalan sesuai yang direncanakan.
Berikut ini dipaparkan pelaksanaan hasil
rangkuman observasi pembelajaran yang
berlangsung pada kegiatan hari pertama,
diawali pendahuluan
Guru menanyakan materi yang dipelajari
pada
pertemuan
sebelumnya,
menanyakan
lebih
detail
untuk
menentukan koordinat suatu titik pada
bidang kartesius. Meminta siswa
menentukan koordinat titik sebelum
digeser dan setelah digeser. Menanyakan
apa materi yang akan dipelajari, ketika
siswa berpindah dari ruang kelas 7H ke
ruang multimedia apa bisa disebut
bergeser (translasi)
Meminta siswa menyebutkan contoh lain
dalam kehidupan sehari hari yang
menggunakan prinsip perpindahan?
Siswa antusias ditunjukkan dengan respon dan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran, ada
beberapa siswa menentukan koordinat suatu titik
pada koordinat kartesius. Diperoleh gambaran
dalam translasi yang bergeser hanya posisinya
sedangkan bentuk benda tetap
Kegiatan Inti
Guru membagi kelompok dengan
ditentukan ketuanya.
Setiap kelompok menyelesaikan kegiatan
yang telah diterima. Pada lembar kerja
ada tambahan informasi yang dituliskan
guru di papan penamaan gambar 1,2 dan
3 belum jelas. Secara berkelompok
menyelesaikan lembar kerja yang telah
dirancang untuk menemukan aturan
pergeseran .
Banyak kelompok yang mengalami
kesulitan mengerjakan lembar kegiatan
siswa pada poin 5,6,7,8 dan kesimpulan.
Guru membantu kelompok menunjukkan
kesalahan dan membantu dengan
bertanya yang mengarah pada yang
benar. Kesimpulan hasil diskusi
kelompok ditulis di kertas manila
ditempel di depan kelas. Kegiatan
diakhiri dengan mengerjakan latihan soal
secara individu.
Ada siswa merasa senang ditunjuk menjadi ketua
kelompok.
Apa yang ditulis dilembar kegiatan sulit dipahami
oleh siswa. terutama no 8 Dari kegiatan nomor 7
dapat kita simpulkan Apabila ada titik koordinat
...... (......, ......) ditranslasikan dengan ...... (....... ,
.......)maka
akan
menjadi.....
(........+......,
......+.......) sehingga dapat dinotasikan menjadi
T (a,b)
..... (......, ......)
..... (......+...... ,
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
20
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
.......+ ......). Kesimpulan diskusi kelompok banyak
yang tidak dituliskan. Lembarkerja satu kelompok
hanya satu seharusnya dua anak dapat satu
.Laitihan soal individu dapat dilaksankan akan
tetapi dari 4 soal. Banyak siswa mengalami
kesulitan no 2,3, dan 4 dikernakan siswa harus
menggambar bidang kartesius terlebih dahulu
meskipun bidang berpetak telah diberikan.
Keempat soal tersebut adalah;
1. Gambarlah titik koordinat berikut dalam
diagram kartesius
a. A(-2,7)
b. B(7,-2)
c. C(-6,-2)
d. D(0,6)
e. E(3,2)
2. SebuahtitikP(2,4) digeserdengan
T(3,-1)
sehingga hasil pergeserannya adalah P’.
Tentukanlah koordinat P’! Tunjukkan dalam
diagram kartesius
3. Gambarlah sebuah segitiga ABC dalam
diagram kartesius dengan titik A (-5,5), B (8,3) dan C (-3,1)
Dari soal no. 3 ditranslasikan oleh T (3,-2).
Tentukan titik hasil translasi dan gambar dalam
diagram kartesius
Penutup,guru memberikan penguatan
materi translasi dan memberikan pesan
untuk selalu belajar.
Pelaksanaan pembelajaran kedua
dapat terlaksana di kelas yang telah
direncanakan yaitu kelas7H pada hari
Rabu , 12 Pebruari 2017. Waktu
pelaksanaan pembelajaran ini pada jam
ke 1-3 mulai 07.00-09.00 WIB. Berikut
ini
dipaparkan pelaksanaan hasil
rangkuman observasi pembelajaran yang
berlangsung
pada
PPL
kedua.
Pendahuluan diawali berdoa bersama,
guru menanyakan materi sebelumnya,
meberikan soal terkait titik (1,2) digeser
(1,2) bayangannya mempunyai koordinat
berapa? mengingatkan pergeseran yang
berubah posisinya saja bentuknya tetap.
Menanyakan siapa yang bercermin
sebelum berangkat sekolah? Menyakan
siapa
yang
pernah
bercermin?
Menanyakan apa yang membedakan
pergeseran dengan pencerminan ?
memberi tahu akan dibentuk kelompok
untuk
melakukan
pengamatan
menemukan sifat pencerminan, Untuk
membentuk kelompok siswa diminta
berhitung 1 sampai 4. No 1 berkumpul
menjadi kelompok satu dan seterusnya.
Pada waktu siswa diminta menentukan
koordinat titik bayangan hasil translasi siswa
belum dengan lancar menjawab masih perlu
diingatkan konsep pergeseran. Pada saat
berhitung membentuk kelompok ada siswa yang
tidak konsentrasi sehingga tidak bisa melanjutkan
berhitung, temantemannya menyalahkan dengan
bersorak hoo...
Kegiatan inti Pada aktivitas pertama
menemukan konsep pencerminan setiap
kelompok sudah melakukan pengamatan
dengan benar dan mengerjakan lembar
kegiatan siswa dengan benar dan
dihasilkan kesimpulan yang
benar
tentang konsep pencerminan.
Pada
aktivitas kedua ada satu kelompok
mengerjakan lembar kegitan siswa yang
seharusnya disisi dengan kesimpulkan
setiap titik (x,y) dicerminkan ke sumbu
X menghasilkan titik (x,-y) disimpulkan
setiap titik (x,y) dicerminkan ke sumbu
X menghasilkan titik (2,-3)
Aktivitas keempat sudah dikerjakan oleh
setiap siswa, sebagian besar 90 % siswa
sudah diatas nilai 75, meskipun ada satu
siswa yang jawabnya salah semua namun
lembar kegiatan yang disusun sudah
lebih sistematis dan mudah dipahami
oleh siswa.
Siswa
kesulitan
menuliskan
dan
memahami notasi yang melibatkan generaliasi
dari arimatik. Sebagi contoh apabila diberikan
soal yang melibatkan bentuk (a,b) dicerminkan
terhadap sumbu y siswa masih mengalami
kebingungan bayangan (a,b) pada konteks pada
koordinat kartesius.
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
21
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
Berdasar pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilakukan peneliti melakukan
refleksi dan perbaikan sebagai berikut :
1. Penyampaian aplikasi materi untuk
memotivasi siswa perlu dikontekskan
yang
sesuai
dengan
kondisi
lingkungan di Gondanglegi. Pada saat
materi translasi contohnya lift hal ini
tidak semua siswa pernah melihat
langsung lift tersebut. Perbaikan pada
pembelajaran kedua dibuatkan media
bidang
pencerminan
dengan
menggunakan cermin data yang sudah
familier dengan siswa.
2. Kegiatan siswa dalam LKS terlalu
memakan waktu dan ada hal yang
belum jelas dan kurang dapat
dilakukan.
Perbaikan
terhadap
masalah ini telah dilakukan pada
pembelajaran kedua.
3. Guru terlalu memberikan bantuan
dalam pembuatan kesimpulan. Pada
pembelajaran kedua bantuan guru
dalam membuat kesimpulan telah
dikurangi.
4. Apa yang ditulis dalam lembar
kegiatan siswa belum dipahami
dengan jelas oleh siswa. Pada
pembelajaran kedua penulisan notasi
pada pencerminan diberikan tahap
demi tahap.
5. Dalam bekerja kelompok siswa
tertentu yang aktif, belum merata
keaktifan siswa dalam diskusi dan
menyelesaikan tugas kelompok.
6. Dalam
menyusun
soal
perlu
dipertimbangkan kemampuan prasarat
sudah dikuasai apa belum oleh siswa.
7. Penilaian dan penugasan pembelajaran
belum terlaksana dengan maksimal.
8. Suasana pembelajaran yang tidak
didominasi oleh guru menjadikan
siswa
semakin aktif dalam belajar.
9. Siswa yang malas dalam belajar
hendaknya diberi pengarahan dengan
baik atau dengan pendekatan secara
persuasive mengetahui penyebabnya
dan
mencoba
mencari
cara
mengatasinya.
10.
Memberikan
kepercayaan
menjadi ketua kelompok kepada siswa
yang biasanya tidak pernah menjadi
ketua akan berdampak kepercayaan
diri siswa meningkat.
Kendala yang dihadapi selama
kegiatan PPL berbasis project lesson
study ini adalah:
1. Lembar kegiatan yang telah disusun
masih belum dengan mudah dipahami,
membantu
dengan
pertanyaan
sehingga diperoleh tujuan yang akan
2. Materi prasyarat belum maksimal
dikuasai oleh siswa, sehingga pada
awal
apersepsi
siswa
merasa
kebingungan dengan konsep materi
yang akan diterima. Namun hal
tersebut bisa diatasi oleh guru model
dan tim PPL berbasis project lesson
study
yaitu dengan mempertegas
materi yang akan disampaikan pada
pertemuan berikutnya.
3.
Memahami notasi generaliasasi
translasi dan refleksi. Masalah tersebut
diatasi dengan meberikan bentuk
sederhana
dikaitkan
dengan
kemampuan bahasa siswa.
4. Siswa belum terbiasa diskusi
kelompok.
Dengan
memberikan
pertanyaanpertanyaan
sederhana
melatih
siswa
mengemukakan
pendapat.
5. Pemahaman konsep translasi dan
refleksi baik namu dalam penulisa formal
dengan simbol matematika siswa
mengalami kesulitan
PENUTUP
Berdasarkan hasil pelaksanaan Lesson
Study disimpulkan:
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
22
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
1. Dalam menyusun lembar kegiatan
siswa apa yang ditulis oleh guru
belum tentu dipahami dengan mudah
oleh siswa.
2. Implentasi pembelajaran inquiry pada
pelajaran matematika dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam
belajar dan kemampuan berfikir
mandiri siswa, menganalisa masalah,
mengajukan pendapat dan belajar
antar sesama siswa.
3. Pembelajaran inquiry menekankan
pada pembelajaran student centered
dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam belajar.
4. Dalam menyusun bahan ajar
diperlukan ujicoba apakah yang telah
disusun telah dipahami oleh siswa
sesuai dengan apa yang telah
diharapkan oleh penulis.
5. Guru sebaiknya memperhatikan
pembagian kelompok dengan baik,
yaitu dengan pemerataan kemampuan
siswa.
6. Suasana pembelajaran yang tidak
didominasi oleh guru menjadikan
siswa semakin aktif dalam belajar.
7. Siswa yang malas dalam belajar
hendaknya diberi pengarahan dengan
baik atau dengan pendekatan secara
persuasive mengetahui penyebabnya
dan mencoba mencari cara
mengatasinya.
8. Notasi berbentuk simbol aljabar
general misalkan
dan
tidak
dipahami dengan baik oleh siswa.
9. Lesson study sangat bermanfaat untuk
melakukan perbaikan kualitas
pembelajaran berkelanjutan sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif.
Saran
1. Untuk meningkatkan partisipasi
dan kualitas belajar siswa dapat
2.
3.
diterapkan pembelajaran dengan
penemuan terbimbing.
Untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan profesionalisme
pendidik dapat dilakukan dengan
lesson study.
Pemanfaatan geogebra dapat
diujicobakan untuk materi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah S, Shariff A. 2008. The Effects
of
Inquiry-Based
Computer
Simulation with Cooperative
Learning on Scientific Thinking
and Conceptual Understanding of
Gas Laws. Eurasia Journal of
Mathematics,
Science
&
Technology Education,2008, 4(4),
387-398
Balim, A G. 2009. The effects of
Discoveri Learning On Student’s
Succes Inquiry Learning Skills.
Eurasian Journal of Education
Research, 25, 1-20
Bell, F.H.. 1978. Teching Learning
Mathematics:
In
Secondary
Shooles. Iowa: Wn. C. Brown
Company Publishers.
Dahar, R.W.. 1988. Teori-teori Belajar.
Jakarta: Dedikbud P2LPTK.
Diezmann C M. Assessing Learning
From Mathematical
Inquiry:
Challenges For Students,Teachers
And Researchers. Proceedings
Mathematical Association of
Victoria Conference, 2004 .pages
80-85, Melbourne.
Delcourt, M .A.B. McKinnon. Tools for
Inquiry: Improving Questioning
in the Classroom. LEARNing
Landscapes | Vol. 4, No. 2, Spring
2011 page 145 -158
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
23
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
Goos, M. 2004. Learning mathematics in
a classroom community of
inquiry. Jurnal for Research in
mathematic education 2004 vol
35 no 4 258 -291
Suherman, E. dkk. 2003. Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer.
Universitas
Pendidikan Indonesia
Hudojo, H. 2005. Kapita Selekta
Pembelajaran
Matematika.
Malang: PPS UM.
Hunter R. Changing roles and identities
in the construction of a
community of mathematical
inquiry. J Math Teacher Educ
(2010) 13:397–409
Jaworski, B. Theory And Practice In
Mathematics
Teachingdevelopment:
Critical
Inquiry As A Mode Of Learning
In Teaching.
Journal of
Mathematics Teacher Education
(2006) 9:187–211
Jones, K., et al. 2009. Esstablising a
professional
development
network to support techers using
dynamic mathemathic software
GeoGebra. Proceeding of the
British Society for reseach into
Learning Mathematics, 29(I), 97102
Knuth, E. J. 2000. Student Understanding
of Cartesian Connection: An
Exploratory Study. Jurnal for
Research
in
mathematic
education 2000 vol 31 no 4 500 507
Leikin R & Rota S. Learning through
Teaching:A Case Study on
theDevelopment of a Mathematics
Teacher's
Proficiency
in
Managingan
Inquiry-Based
Classroom.
Mathematics
Education
Research
Joumal
2006,Vol.18,No.3,44-68
Lewis, Chaterine. 2002. Lesson Study : A
handbook
of
techer-Led
Instructional
Change.
Philadelphia, PA: Reseach for
better School, Inc.
Makar,
K. “Connection Levers”:
Developing Teachers’ Expertise
with
Mathematical
Inquiry.
Proceedings of the 30th annual
conference of the Mathematics
Education Research Group of
Australasia
Mathematics:
Essential Research, Essential
Practice — 2007 Volume 2 page
483- 492
Muhsetyo, G, 2004. Pembelajaran
Matematika Berbasis Kompetensi,
Jurnal Matematika Tahun X,
Nomor 2, Agustus 2009
Mukminan. 2003. Pembelajaran Tuntas.
Jakarta: Depdiknas.
Pa’is. 2009. Peningkatan Penguasaan
Konsep Volume Bangun Ruang
Dengan
Metode
Penemuan
Terbimbing Berkelompok di Mts
Darussa’adah
Gubugklakah
Kecamatan
Poncokusumo
Kabupaten Malang: PPs UM
Santos M, Trigo. An Inquiry Approach to
Construct
Instructional
Trajectories Based on The Use of
Digital Technologies. Eurasia
Journal of Mathematics, Science
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
24
APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 3, no. 2, Juli 2017
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
& Technology Education,2008,
4(4), 347-357
Sikko S A, . Lyngved & Pepin. 2010.
Working with Mathematics and
Science teachers on inquirybased
learning
(IBL)
approaches:
Teacher
beliefs.
Visions
Coference Teacher Education
Vol. 6 Nr. 1 Art. 17
Biografi Penulis
Arifin, M.Pd
Penulis adalah Guru Matematika di SMP
Negeri 1 Karangploso Kabupaten
Malang. Pendidikan terakhir penulis
adalah
Program
Magister
(S2)
Pendidikan Matematika Universitas
Negeri Malang, lulus tahun 2014.
Subanji.
2013.
Pembelajaran
Matematika Kreatif dan Inovatif,
Penerbit
Universitas
Negeri
Malang
Subanji, 2014.
Pedoman Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL)
Berbasis Project Lesson Study.
FMIPA UM
Taufik, A. 2012. Penggunaan media
pembelajaran Berbasis Komputer
pada mata pelajaran IPS sebagai
Upaya Peningkatan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa kelas VII-B
SMPN 2 Jogoroto Jombang
Tahun
pelajaran
2011/2012.
Jurnal Riset Pendidikan dan
Pembelajran Vol III (11), 12361245
Van de Walle, J.A..1990. Elementary
School Mathematics: Teaching
Developmentally. New York:
Longman.
Yunari, N. 2012. Increasing the
achievement og fraction Material
in Mathematic Subject by
Discovery Learning At Third
Year Sudent of SDN 1 Wonorejo
Tulungagung.
Jurnal
Riset
Pendidikan dan Pembelajran Vol
III (11), 1220-1226
Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ...............................
25
Download