peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan

advertisement
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PASANG KATA SISWA
KELAS VSD NEGERI 3 KARANGGEBANG KECAMATAN
SAMBIT KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN
2012/2013
Isnanti
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
ABSTRAK: Menulis puisi merupakan salah satu materi yang
disajikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam
kurikulum tercantum salah satu standar kompetensi yang harus
dicapai adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan
fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi
bebas (8), dengan kompetensi dasar menulis puisi bebas dengan
pilihan kata yang tepat (8.3). Dengan melatih siswa menulis
puisi, seorang guru dapat membantu siswa mencurahkan isi hati,
ide dan pengalamannya melalui ungkapan bahasa yang indah dan
puitis.Penerapan teknik pasang kata adalah teknik yang melatih
siswa untuk berani mengeluarkan pendapat walau hanya satu
kata. Dalam penguasaan konsep melalui pembelajaran menulis
puisi menggunakan teknik peta pasang kata, siswa mampu
mengembangkan kreativitas mereka dalam mentransfer materi di
antara anggota kelompok belajarnya, sehingga mereka lebih
senang dan aktif belajar di dalam kelompok belajarnya. Dengan
kata lain, pembelajaran ini menjadikan siswa sebagai subyek
sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan penunjang. Hasil
belajar puisi melalui teknik peta pasang kata baik dalam proses
maupun penilaian hasil ada peningkatan yang signifikan. Dengan
demikian, penelitian ini telah mencapai indikator dan terjadi
kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri 3
Karanggebang Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2012/2013
dengan menggunakan teknik peta pasang kata.
Kata kunci: puisi, teknik peta pasang kata, mengembangkan ide
Dalam pelajaran bahasa Indonesia
di sekolah dasar kita mengenal empat
keterampilan
berbahasa,
yaitu
keterampilan menyimak/mendengar,
keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis,
(Ghazali, 2010:69).
Dari
keempat
keterampilan
berbahasa
tersebut
berdasarkan
sifatnya
dapat
dikelompokkan
menjadi dua, yaitu yang bersifat
reseptif
meliputi
menyimak/mendengar dan membaca,
yang bersifat produktif yaitu
berbicara dan menulis. Menulis
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 647
adalah pembelajaran bahasa yang
menuntut kreatifitas tinggi, sehingga
memerlukan pemberian motivasi
yang terus menerus. Kelas V Sekolah
Dasar dapat dikatakan masih bersifat
anak-anak. Kemampuan berpikir
yang bersifat imajinatif belum
berkembang dengan baik, lebih
banyak yang bersifat emosional.
Menulis puisi merupakan salah
satu materi yang disajikan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Dalam kurikulum tercantum salah
satu standar kompetensi yang harus
dicapai adalah, mengungungkapkan
pikiran, perasaan, informasi dan
fakta secara tertulis dalam bentuk
ringkasan, laporan, dan puisi bebas
(8), dengan kompetensi dasar
menulis puisi bebas dengan pilihan
kata yang tepat (8.3).
Berkaitan
dengan
kegiatan
menulis, sasaran utama pembelajaran
sastra adalah agar siswa mempunyai
pengalaman
apresiasi
dan
berekspresi
sastra.
Pengalaman
berekspresi, pengalaman ini akan
lebih tepat bila diintegrasikan dengan
ketrampilan menulis.
Dengan melatih siswa menulis
puisi, seorang guru dapat membantu
siswa mencurahkan isi hati, ide dan
pengalamannya melalui ungkapan
bahasa yang indah dan puitis. Hal ini
dapat
melatih
kepekaan
dan
kekayaan
bahasa
yang
pada
gilirannya dapat mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan siswa
dalam berpikir dan bernalar.
Kegiatan
menulis
puisi
merupakan kegiatan yang bersifat
produktif kreatif. Kegiatan ini
dilaksanakan melalui suatu proses
yang dinamakan proses kreatif.
Widijanto (2007:68) menyatakan
bahwa menulis kreatif
sastra
merupakan kegiatan kreatif produktif
mempunyai banyak manfaat. Sejalan
dengan pendapat di atas, Pency
(dalam
Widianto
2010:68)
menyatakan bahwa manfaat kreatif
sastra yakni, (1) sebagai alat untuk
mengungkapkan diri, (2) Sebagai
wahana memahami diri sendiri, (3)
sebagai sarana untuk membantu dan
mengembangkan
kepuasan
dan
kebanggaanpribadi, (4) sarana untuk
meningkatkan kesadaran dan prestasi
tentang lingkungan seseorang, (5)
sarana untuk terlibat secara aktif
dalam suatu hal, (6) sarna untuk
mengembangkan pemahaman dan
kemampuan berbahasa . Apabila
keenam itu dapat dipenuhi maka
kegiatan pembelajaran menulis puisi
akan mencapai hasil yang maksimal.
Karena pentingnya pembelajaran
menulis
puisi
bagi
siswa,
pembelajaran
tersebut
perlu
mendapatkan perhatian yang sangat
besar. Akan tetapi pada kenyatannya
pembelajaran menulis puisi di
sekolah masih mengalami kendala
dan cenderung dihindari. Kendala ini
disebabkan karena berbagai hal,
salah satunya karena penyajian
pembelajaran yang kurang menarik
dan tidak menggunakan strategi yang
sesuai dengan keadaan siswa.
Pembelajaran
menulis
puisi
cenderung dihindari karena dianggap
sulit. Kalau diajarkan, pembelajaran
dilaksanakan
hanya
sekedar
memenuhi target kurikulum saja.
Melalui studi pendahuluan yang
telah dilakukan di SDN 3
Karanggebang Kabupaten Ponorogo
diketahui bahwa siswa kelas V di
SDN 3 Karanggebang Kabupaten
Ponorogo
tersebut
masih
mengahadapi kendala dalam menulis
puisi.
Siswa dapat membuat puisi
dengan jalan mencurahkan ide,
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 648
bentuk-bentuk puitis, rima, irama
dan aturan-aturan dalam menulis
puisi. Hal ini diduga disebabkan oleh
kegiatan pembelajaran yang kurang
menarik, menjemukan dan dianggap
sebagai suatu beban bagi siswa.
Kendala yang dihadapi siswa
tersebut ditandai dengan, (1) siswa
kesulitan menemukan ide,siswa
masih menggunakan kata-kata yang
terdapat dalam literatur atau buku (2)
siswa kesulitan mengembangkan ide
menjadi puisi karena minimnya
penguasaan kosa kata, dan (3) siswa
kesulitan menulis puisi karena tidak
terbiasa mengemukakan perasaan,
pemikiran, dan imajinasinya ke
dalam
puisi.
Siswa
kurang
berpengalaman dalam menulis puisi,
hal ini disebabkan kurang adanya
contoh atau model dalam menulis
puisi. Siswa perlu dihadapkan secara
langsung pada pemberian contoh
membuat puisi sesuai dengan kriteria
membuat puisi yang benar. Temuan
tersebut
menunjukkan
bahwa
kemampuan siswa kelas V SDN
3Karanggebang
Kabupaten
Ponorogo masih rendah.
Melihat
kenyataan
tentang
pembelajaran menulis puisi yang
belum memenuhi harapan tersebut,
perlu ditempuh upaya-upaya untuk
meningkatkan kegiatan pembelajaran
menulis puisi di kelas. Dalam hal ini
diperlukan suatu strategi yang dapat
membantu
siswa
mengatasi
permasalahan dalam menulis puisi.
Dengan strategi itu diharapkan dapat
membantu siswas (1) mengarahkan
siswa dalam menemukan ide puisi
melalui diksi sentral yang inspiratif
sehingga
menulis puisi dengan
tekhnik
pasang
kata
dapat
memberikan stimulus pada siswa
untuk berfikir kemudian menemukan
jawaban atas masalah yang dihadapi
siswa dengan cepat. (2) membantu
siswa memperkaya perbendaharaan
kosa katanya dan menarik peserta
didik menyukai hal-hal yang baru
serta menciptakan kesan yang
menarik, (3) membimbing siswa
dalam melaksanakan tahap-tahap
menulis puisi dan memantapkan
pembelajaran selanjutnya.
Menurut Sutejo Kasnadi (2009:
115), teknik pasang kata adalah
teknik
yang
berpusat
pada
keberanian dalam memasangkanmasangkan kata secara bebas tetapi
imajinatif. Siswa diberi kebebasan
untuk memilih kata-kata yang
berdaya, bernas, khas dan padat
sesuai dengan tema yang telah
ditentukan oleh guru, dimana katakata
tersebut
nantinya
dapat
dikembangkan
menjadi
larik,
kemudian menjadi kelompok larik
yang akan membangun bait-bait
puisi. Teknik pasang kata ini adalah
teknik yang sangat mudah, cocok
sekali dengan kondisi sekolah tempat
penelitihan, karena teknik ini melatih
siswa untuk berani mengeluarkan
pendapat walau hanya satu kata.
Tetapi teknik ini juga membutuhkan
daya imajinatif, penguasaan kata.
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam melaksanakan
teknik ini sebagai berikut (a)
memilih kata (diksi) sentral yang
menggerakkan
(inspiratif),
(b)
memasangkan kata tersebut dengan
kata lain secara acak dan bebas, (c)
mengembangkan pasangan kata
tersebut menjadi larik yang menarik,
(d) mengklasifikasikan ke dalam satu
pokok gagasan (subject matter), (e)
menata utuh kedalam keutuhan puisi,
dan (f) menentukan judul yang
menarik.
Langkah
pertama, kita perlu
membayangkan sentral kata yang
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 649
menggerakkan kita. Selanjutnya
menyeleksi dari sekian pengalaman
dan empati kita untuk memilih focus
pada diksi tertentu. Inspirasi diksi ini
akan menggerakkan siswa pada halhal lain yang sangat memungkinkan
secara tidak sadar menggiring siswa
bereksplorasi kata yang luar biasa.
Langkah kedua, mengaitkan kata
dengan yang lain (memasangkan
kata). Ini membutuhkan keberanian
untuk tidak terjebak pada ketakutan
apakah pasangan kata yang dibuat
salah atau benar.
Langkah ketiga, mengembangkan
kata- kata tersebut menjadi lariklarik yang menarik. Disini siswa
perlu diberi pengertian bahwa jumlah
suku kata pada setiap baris dalam
puisi tidak harus sama, bisa satu
baris satu kata, atau dua kata yang
penting mengandung arti.
Langkah
keempat,
mengkategorikan larik- larik yang
telah dibuat ke dalam tali tema kecil
(pokok permasalahan) yang sering
disebut subject matter. Disini
dibutuhkan kemampuan analisis
terhadap isi dan makna larik
kemudian merangkai gagasan larik
ke dalam keutuhan bait. Guru bisa
memandu siswa untuk menemukann
jawaban pertanyaan apa yang
dibicarakan dalam masing-masing
bait.
Langkah
kelima,
mengkategorikan
ke
dalam
kelompok larik yang membangun
bait. Disinilah dibutuhkan kejelian
untuk menentukan larik-larik yang
manakah yang memiliki nuansa
sama, berdekatan, dan bahkan
berurutan pikiran, dengan begitu
siswa akan sangat terbantu dalam
mengklasifikasikan larik.
Langkah keenam, memilih judul
yan representative dan menarik.
Langkah
ini
membutuhkan
kemampuan dalam mengenali isi
puisi setelah terbangun totalitas
makna di dalamnya. Sebuah upaya
penting untuk mengikat pembaca
adalah menciptakan judul yang
mempunyai daya bayang, daya
rangsang, dan daya kenang yang
mendalam sehingga menarik.
Teknik peta pasang kata ini
diciptakan
khusus
untuk
pembelajaran menulis puisi terutama
untuk pemula. Masalah yang lazim
dihadapi siswa adalah takut, tidak
tahu harus mulai dari mana, yang
akhirnya daya imajinasi anak tidak
berkembang. Dalam teknik ini
kelebihan yang utama
adalah
membangkitkan keberanian siswa,
walaupun
hanya
dengan
mengeluarkan satu kata. Kemudian
siswa secara bertahap ditingkatkan
memasangkan kata menjadi kalimat,
kalimat menjadi bait, yang akhirnya
terciptalah sebuah puisi.
Namun untuk anak tipe instrofer
teknik ini kurang sesuai, karena anak
ini biasa belajar dalam keadaan
tenang. Bagi siswa yang mengalami
hal seperti itu biasanya akan
mengalami
kesulitan
untuk
menemukan ide, tema, gagasan,
bahkan mungkin bertambah bingung.
Akan tetapi semua itu dapat diatasi
dengan rajin berlatih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan menulis puisi siswa
klas V SD Negeri 3 Karanggebang
pada tahap pratindakan baru
mencapai kategori cukup. Sedangkan
KKM pada kompetensi dasar
menulis puisi 6,6. Rendahnya
kemampuan siswa dalam menulis
puisi ini disebabkan karena faktor
internal yaitu dari siswa sendiri dan
faktor
eksternal
yaitu
teknik
pembelajaran yang digunakan kurang
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 650
sesuai. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kemampuan menulis
puisi siswa, peneliti menggunakan
teknik peta pasang kata pada siklus
pembelajaran.
Berdasarkan data hasil belajar dan
hasil analisis dalam
penilaian
proses diskusi kelompok pada
pelajaran menulis puisi siswa SDN 3
Karanggebang dengan menggunakan
teknik pasang kata pada siklus I
dapat diperoleh fakta, (1) aspek
aktivitas siswa dalam kelompok
dengan skor baik dan sangat baik,
yaitu sebanyak 11 siswa atau 55%,
(2)
keberanian
siswa
dalam
berpendapat skor baik dan sangat
baik 11 siswa atau 55%, (3) aspek
keberanian tampil yang mendapat
skor baik dan sangat baik sebanyak 9
siswa atau 45%, (4) aspek kerja sama
dengan skor baik dan sangat baik
sebanyak 12 siswa atau 60%.
Pada hasil belajar
dan hasil
analisis terhadap hasil belajar dalam
penilaian proses diskusi
dalam
kemampuan menulis puisi siswa
kelas V SDN 3 Karanggebang
Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran
2012/2013 menggunakan teknik peta
pasang kata pada siklus II dapat
dikemukakan, (1) aspek aktivitas
dalam kelompok dengan skor baik
dan sangat baik sebanyak 17 siswa
atau
85%,(2) aspek keberanian
berpendapat dengan skor baik dan
sangat baik sebanyak 18 siswa atau
90%,(3) aspek keberanian tampil
dengan skor baik dan sangat baik
sebanyak 16 siswa atau 80 %, dan
(4) aspek kerja sama dengan skor
baik dan amat baik yaitu sebanyak
17 siswa atau 85%.
Dari
hasil
penilaian
dan
pengamatan, siswa cenderung lebih
baik pada setiap tindakan, dimana
pada tahap pratindakan hanya
memperoleh rata-rata sebesar 62,75,
pada siklus I meningkat menjadi 65,5
dan pada siklus II meningkat menjadi
74,5.Dari ketuntasan belajar pada
pratindakan sebesar 15%, meningkat
pada siklus I menjadi sebesar 45%,
dan pada siklus II meningkat menjadi
100%. Maka jelaslah bahwa ada
peningkatan kemampuan menulis
puisi siswa kelas V SD Negeri 3
KaranggebangKabupaten Ponorogo
Tahun Pelajaran 2012/2013melalui
teknik peta pasang kata.
Fokus
utama
pembelajaran
menulis puisi adalah tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Oleh karena itu, dalam
proses belajar mengajar seorang guru
sebaiknya
dapat
merancang
perencanaan pembelajaran dan dapat
mengelola kegiatan belajar mengajar
dengan baik dan efektif. Perencanaan
pembelajaran yang disusun guru
harus sistematis dan memuat
komponen-komponen pembelajaran
yang saling berkaitan agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara
maksimal.
Pelaksanaan
pembelajaran
menulis puisi dengan teknik peta
pasang kata disusun dan disesuaikan
dengan rencana pembelajaran yang
telah dipersiapkan. Pelaksanaan
pembelajaran dibagi dalam dua
siklus pembelajaran. Setiap siklus
dibagi dalam tiga kali pertemuan,
yaitu (1) tahap penemuan ide; (2)
tahap penulisan; dan (3) tahap
perbaikan. Ketiga tahap tersebut
dilaksanakan secara terpadu.
Pada tahap penemuan ide, fokus
pembelajaran dilaksanakan untuk
mengarahkan
siswa
dalam
menemukan ide yang berasal dari
kata sentral yang inspiratif. Proses
pembelajaran
dimulai
dengan
kegiatan mengamati model puisi
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 651
yang diberikan guru. Selanjutnya,
dilakukan pengamatan dan diskusi
terhadap model-model puisi yang
telah disajikan. Pengamatan dan
diskusi diarahkan agar siswa dapat
mengenal unsur-unsur puisi dan
pemilihan pola menulis puisi.
Kegiatan
dilanjutkan
dengan
memasang kata secara bebas dan
acak. Kemudian kata-kata tersebut
dikembangkan menjadi larik-larik
yang menarik.
Pada tahap penulisan, kegiatan
pembelajaran
difokuskan
pada
pengklasifikasian larik-larik menjadi
satu pokok gagasan, kemudian
menata larik-larik menjadi keutuhan
puisi, dan menentukan judul puisi.
Pembelajaran
dimulai
dengan
menghubungkan
kegiatan
sebelumnya dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan. Siswa dapat
mengembangkan
puisi
dengan
memanfaatkan baris atau bait yang
telah dibuat
pada pertemuan
sebelumnya.
Pada
tahap
perbaikan,siswa
kemudian
membaca
dan
mempertimbangkan kembali katakata yang digunakan dalam puisinya.
Siswa mengganti, mengurangi, dan
menambah
bagian-bagian
yang
dirasakan perlu untuk perbaikan
puisinya. Kegiatan perbaikan juga
dilakukan secara silang antarsiswa.
Pada kegiatan ini, guru juga
memberikan balikan berdasarkan
pengamatan terhadap hasil pekerjaan
siswa. Setelah direvisi, siswa
menuliskan kembali puisinya.
Penilaian yang diterapkan pada
pembelajaran menulis puisi dengan
metode observasi lebih ditekankan
pada penilaian proses yang dilakukan
pada saat pembelajaran menulis puisi
berlangsung. Meskipun demikian,
penilaian ini tidak mengabaikan
penilaian produk yang dilakukan
setelah proses pembelajaran selesai.
Untuk mengetahui perkembangan
dan kemajuan pembelajaran menulis
dan kemampuan siswa menulis,
digunakan penilaian secara informal,
penilaian proses menulis, dan
penilaian hasil. Penilaian dilakukan
sesuai dengan rambu-rambu analisis
proses dan produk yang telah
ditetapkan.
Pada
saat
proses
pembelajaran berlangsung, guru
berupaya
untuk
mengamati,
memantau, dan mencatat aktivitas
siswa, baik secara individu maupun
kelompok. Pengamatan terhadap
proses pembelajaran ini dilakukan
untuk mengetahui kendala-kendala
yang dihadapi siswa dan kemajuan
yang telah dicapai siswa, sekaligus
memberikan bimbingan dan arahan
kepada siswa yang memerlukan agar
hasil belajar yang diharapkan dapat
tercapai. Sementara itu, penilaian
produk dilakukan guru dengan
menilai kesesuaian produk tulisan
siswa dengan rambu-rambu analisis
hasil yang telah ditetapkan.
Penilaian yang dilakukan guru
pada tahap penemuan ide dilakukan
dengan cara mengamati, mamantau,
mengoreksi dan mencatat kegiatan
siswa dalam mendiskusikan unsur
dan pola penulisan puisi yang
terdapat dalam model-model puisi,
kegiatan menulis deskripsi, dan
menemukan ide. Berdasarkan hasil
pengamatan dan pencatatan tersebut,
dapat
diketahui
bagaimana
keberanian, keaktifan, keseriusan,
keantusiasan,
ketekunan,
kedisiplinan,
kerjasama,
dan
kreativitas siswa dalam kegiatan
mendiskusikan model-model puisi,
menuliskan
deskripsi
diri,
menentukan ide puisi, dan menyusun
daftar kata sesuai dengan judul dan
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 652
pola puisi yang dipilih. Selain itu,
guru juga dapat menilai produk
pembelajaran dengan memperhatikan
kemampuan
siswa
dalam
mengemukakan pendapat, memilih
pola puisi, menulis deskripsi diri,
menentukan ide puisi, dan menyusun
daftar kata yang sesuai yang sesuai
dengan judul dan pola puisi yang
dipilih. Guru kemudian dapat
memberikan
balikan
untuk
memotivasi
dan
memberikan
penguatan siswa dalam menemukan
ide puisi pada siklus selanjutnya.
Pada tahap penulisan, penilaian
dilakukan dengan cara mengamati,
memantau,
mengoreksi,
dan
mencatat kegiatan siswa pada saat
mengembangkan ide menjadi puisi
dan merevisi puisi. Pada saat menulis
dan merevisi puisi ini terlihat
keberanian, ketekunan, kreativitas,
keantusiasan,
keseriusan,
dan
kerjasama siswa dalam memberikan
dan menerima masukan, pendapat
untuk bahan pertimbangan dalam
merevisi puisi. Berdasarkan hasil
catatan tersebut, guru memberikan
masukan kepada siswa sebagai
bentuk motivasi dan penguatan agar
siswa dapat melakukan kegiatan
penulisan dan perevisian degan
sungguh-sungguh.
Pada tahap penyajian, guru dapat
mengamati, memantau, mengoreksi,
dan mencatat kegiatan siswa dalam
memberikan ilustrasi sederhana pada
puisi, membacakan puisi, dan
memajang puisi di mading kelas.
Masukan guru dapat dijadikan
sebagai penghargaan terhadap puisi
yang telah dibuat siswa. Penghargaan
tersebut mampu memotivasi siswa
untuk menghasilkan puisi yang lebih
baik lagi. Selain itu, melalui kegiatan
penyajian
puisi
ini
siswa
mendapatkan
pengalaman
baru
tentang menulis puisi. Siswa dapat
mewujudkan imajinasinya lewat
media gambar atau ilustrasi yang
diberikan pada puisi yang ditulisnya.
Pengalaman membacakan puisi di
depan kelas juga merupakan hal
positif
untuk
menumbuhkan
kreativitas dan keberanian siswa
untuk mengaktualisasikan diri di
depan orang lain. Selanjutnya,
dengan pemajangan dan pemberian
penilaian atau tanggapan terhadap
puisi yang telah dipajang, siswa
belajar untuk menghargai karya
orang lain.
Penilaian yang dilakukan guru
dalam
mengamati
proses
pembelajaran menulis puisi adalah
penilaian
proses
dan
produk
pembelajaran. Penilaian proses dan
produk yang dilakukan guru pada
siklus I secara otomatis akan
berpengaruh
pada
pemberian
tindakan pada siklus II, begitu
seterusnya.
Dengan
penilaian
semacam itu, siswa belajar dalam
situasi belajar yang kondusif untuk
meningkatkan kemampuan dalam
menulis puisi. Dengan demikian,
pada tahap perevisian ini guru hanya
berperan
sebagai
pengamat,
pemantau, korektor, dan pemberi
bimbingan dan arahan kepada siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang dapat diambil
pada
proses
pembelajaran
menunjukkan
bahwa
rata-rata
kemampuan menulis puisi pada
siklus I masih tergolong kurang.
Siswa masih merasa binggung dan
kurang faham dengan teknik yang
diajarkan. Terbukti baru ada 11
siswa dari 20 siswa yang sudah
tuntas, sedangkan rata-rata kelas
masih di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Maka perlu
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 653
diadakan tindakan selanjutnya yaitu
pelaksanaan tindakan siklus II. Pada
siklus II telah terjadi peningkatan
kemampuan siswa dalam menulis
puisi menggunakan teknik peta
pasang kata. Siswa sudah faham dan
dapat melaksanakan instruksi dari
guru dalam pembuatan puisi dengan
menggunakan teknik peta pasang
kata. Hal ini dibuktikan bahwa
seluruh siswa (20 anak) telah dapat
membuat puisi dengan baik.
Sedangkan dari hasil penilaian
dan pengamatan, siswa cenderung
lebih baik dan menunjukkan
peningkatan nilai pada setiap
tindakan, dimana pada pratindakan
memperoleh rata-rata sebesar 62,75,
pada siklus I meningkat menjadi
65,5, dan pada siklus II meningkat
74,5. Dari ketuntasan belajar pada
pratindakan sebesar 15%, meningkat
pada siklus I menjadi sebesar 45%,
dan pada siklus II meningkat menjadi
100%.
Dari penelitian yang diperoleh
maka saran yang perlu diberikan
berhubungan dengan penelitian
adalah sebagai berikut : (1)Kepada
Guru, untuk mempercepat sasaran
dalam peningkatan ketrampilan
menulis puisi hendaknya guru
mengaktifkan pemberian latihan dan
pengayaan
pada
siswa,
guru
diharapkan
untuk
selalu
mengevaluasi diri tentang apa yang
diberikan kepada siswa sehingga
selalu
mengembangkan
model
pembelajaran yang tepat bagi siswa,
penelitian
tindakan
kelas
ini
diusahakan dilakukan pada setiap
pembelajaran dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil yang terbaik bagi
siswa dengan menerapkan model
pembelajaran lain yang paling
tepat/cocok, karena tidak semua
model pembelajaran dapat diterapkan
pada setiap materi. (2) Kepada siswa,
diharapkan
untuk
selalu
mengevaluasi diri tentang apa yang
diberikan guru kepada siswa
sehingga segala sesuatu yang didapat
dapat dilaksanakan semaksimal
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Fajar Nur. 2003. Handbook of
Qualitative
Research
Methodologi.Malang.
Kalimasahada Press
Tim Workshop di Batu Malang.
2003. Pedoman Pelaksanaan
PenelitianTindakan
Kelas.
Dinas
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Privinsi
Jawa
Timur
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik
Umum.
Jakarta. PT Rineka
Cipta
Depdiknas.
2008a.
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Dasar. Model Silabus
Kelas V. Jakarta Depdiknas
Ghazali,
Syukur.
2010.
Pembelajaran
Keterampilan
Berbahasa.Bandung.PT Refika
Aditama.
Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra
Indonesia. Nobel Edu Media.
Jakarta
Pradopo, Djoko Rahmat. 2012.
Pengkajian Puisi. Yogyakarta.
Gajah Mada University Press
Sutedjo, Kasnadi. 2008. Menulis
kreatif; Kiat Cepat Menulis
Puisi dan Cerpen. Yogyakarta:
Nadi Pustaka
Widijanto,
Tjahyono.
2007.
Pengajaran
Sastra
yang
Menyenangkan.
Bandung.
Pribumi Mekar.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 654
Download