Administrasi Perkantoran - Panitia Sertifikasi Guru Rayon 115

advertisement
MODUL PLPG
ADMINISTRASI PERKANTORAN
KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU
dan
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115
2013
KATA PENGANTAR
Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini
diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau
materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali
para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para
pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan
keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh
pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan
demi semakin sempurnanya buku ajar ini.
Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang
digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di
Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut,
dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut
diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG
dengan relatif lebih cepat.
Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat
melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan
pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar
menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami
menyampaikan banyak terima kasih.
Malang, Juli 2013
Ketua Pelaksana PSG Rayon 115
Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd
NIP 19541006 198003 1 001
MODUL PLPG
Administrasi
Perkantoran
Penulis
Dr. Asep Supena, M. Psi
Dra. Edwita, M. Pd
Dra. Gusti Yarmi, M. Pd
Dr. Yuliani Nuraini Sudjiono
TTT
Dra. Suprayekti, M. Pd
Dr. Rusilanti, M. Si
Dr. Supriyadi, M. Pd
Dr. Umasih
Drs. Abrar, M. Hum
Widya Parimita, SE,MPA
Penyunting
KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU
2013
i
KATA PENGANTAR
Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003, Undang-undang RI nomor 14 2005
dan Peraturan Pemerintah nomoe 19 tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru
wajib memiliki kualifikasi akademik (kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat
jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kompetensi guru mencakup penguasaan kompetensi
pedagogik, professional, kepribadian dan sosial yang diberikan dengan
sertifikat pendidikan yang diperoleh melalui sertifikasi.
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah
memenuhi prasyarat. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh LPTK
yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Berdasarkan peraturan
pemerintah RI nomor 74 tahun 2009 tentang guru, pelaksanaan sertifikasi bagi
guru dalam jabatan dilakukan dengan dua cara yaitu uji kompetensi melalui
penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung bagi
guru dalam jabatan dilakukan dengan dua cara yaitu uji kompetensi melalui
penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung bagi
guru yang memenuhi persyaratan.
Peserta sertifikasi melalui penilaian portofolio yang belum mencapai skor
minimal kelulusan, diharuskan (a) untuk melengkapi portofolio, atau (b)
mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG) yang diakhiri dengan
ujian. Untuk menjamin standarisasi mutu proses dan hasil PLPG. Modul bahan
ajar PLPG ini digunakan sebagai sumber acuan bagi instruktur dan peserta
dalam proses belajar mengajar selama kegiatan PLPG.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Tim
Penyusun modul bahan ajar PLG yang telah bekerja keras dengan penuh
dedikasi dalam menyempurnakan modul ini. Mudah-mudahan modul ini
dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan PLPG yang
akan berdampak pada peningkatan kompetensi guru sesuai amanat Undangundang.
Jakarta, Januari 2013
Universitas Negeri Jakarta
Rektor
Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M. Pd
NIP. 1951031601987031001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................
iii
PERISTILAHAN .................................................................................................
iv
Bab I Pendahuluan
A. Deskripsi ........................................................................................................
1
B. Prasayarat ......................................................................................................
2
C. Petunjuk Penggunaan Modul .....................................................................
3
D. Tujuan Akhir .................................................................................................
3
Bab II Kebijakan Pengembangan Profesi Guru
A. Tujuan Antara ...............................................................................................
4
B. Uraian Materi
1. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ............................................
4
2. Hakikat Guru Profesional ....................................................................
4
3. Kompetensi Guru ..................................................................................
7
Bab III Materi Pembelajaran 1: Model dan Perangkat Pembelajaran
A. Model Pembelajaran
1. Konsep Model Pembelajaran ...............................................................
38
2. Model Pembelajaran Ekspositori ........................................................
43
3. Model Pembelajaran Inkuiri ................................................................
45
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ..............................................
50
5. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir ................
51
6. Model Pembelajaran Kooperatif .........................................................
56
7. Model Pembelajaran Kontekstual .......................................................
58
iii
8. Model Pembelajaran PAKEM ..............................................................
65
9. Lesson Study ............................................................................................
136
B. Pengembangan Silabus dan RPP
1. Pengembangan Silabus dan Penyusunan RPP .................................
152
2. Desain Materi Pembelajaran ................................................................
205
3. Pemanfaatan dan Pemilihan Media Pembelajaran ...........................
234
4. Penyusunan Perangkat Penilaian .......................................................
252
Bab IV Materi Pembelajran 2: Penelitian Tindakan Kelas
A. Materi Penelitian Tindakan Kelas ..............................................................
258
B. Contoh Penelitian Tindakan Kelas .............................................................
Bab V Materi Pembelajaran 3: Administrasi Perkantoran
A. Proses Keterampilan Dasar Komunikasi Di Tempat Kerja ....................
299
B. Prosedur Adminstrasi ..................................................................................
323
C. Penanganan Surat Masuk dan Surat Keluar ............................................
338
D. Pembelajaran Sistem Kearsipan .................................................................
368
E. Memilih Peralatan Kantor ...........................................................................
404
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ....................................................
442
Lembar Assesmen ..............................................................................................
464
Lembar Kunci Jawaban ....................................................................................
490
Daftar Pustaka ....................................................................................................
495
Lampiran .............................................................................................................
507
PERISTILAHAN/GLOSSARY
iv
Afektif
: Berkaitan dengan sikap, perasaan dan nilai
Belajar
: Perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi
seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang
diperolehnya dan praktik yang dilakukannya.
Desain sistem : Proses rancangan sistem pembelajaran secara sistemik dan
sistematis Pembelajaran
Indikator
: Bukti yang menunjukkan telah dikuasainya kompetensi
dasar kompetensi
klasikal
: Cara mengelola kegiatan belajar dengan sejumlah peserta
didik dalam suatu kelas, yang memungkinkan belajar
bersama, berkelompok dan individual.
Kognitif
: Berkaitan dengan atau meliputi proses rasional untuk
menguasai pengetahuan dan pemahaman konseptual.
Periksa taksonomi tujuan belajar kognitif.
Kompetensi
: 1. Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugastugas di bidang pekerjaan tertentu.
2. Keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dinyatakan dengan ciri yang dapat diukur.
Kompetensi dasar (KD)
:
Kemampuan minimal yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif.
Media
: Segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan isi
pelajaran, pembelajaran memberikan kemudahan proses
belajar siswa.
Paradigma
: Cara pandang dan berpikir yang mendasar
Pembelajaran : (1) Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas);
(2) Usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau
sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku
pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat
memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini
merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan
peserta didik.
v
Perangkat
: Dokumen yang dibuat guru untuk mengimplementasikan
pencapaian tujuan pembelajaran
pembelajaran,
terdiri dari: silabus, RPP, bahan ajar, media pembelajaran,
penilaian hasil belajar.
Psikomotorik : Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh
manusia.
RPP
: Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
yang
disusun
berdasarkan silabus, bersifat operasional, berfungsi sebagai
pedoman pencapaian kompetensi dasar.
Silabus
: Rancangan pembelajaran pada tingkat mata pelajaran
sebagai pedoman pencapaian standar kompetensi.
Sistematik
: usaha yang dilakukan secara berurutan agar tujuan dapat
dicapai dengan efektif dan efisien.
Sistemik
: Holistik: cara memandang segala sesuatu sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dengan bagian lain yang lebih luas.
Standar kom- : Ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam
serangkaian petensi (SK)
kemampuan
untuk
melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif.
Taksonomi
: (1) Meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan tujuan belajar evaluasi (Benjamin Bloom dkk,
1956)
(2) Terdiri atas dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan
yang terdiri dari atas faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognisi, dan dimensi proses kognisi yang meliputi
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta (Lorin W. Anderson dkk,
2001, sebagai revisi dari taksonomi Bloom dkk).
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Kehadiran modul ini sebagai salah satu sumber belajar bagi guru peserta
Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Sebagaimana amanat dalam
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mengharuskan bahwa guru
profesional memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau Diploma
IV dan bersertifikat pendidik. PLPG merupakan salah satu pola yang
diselenggarakan untuk memenuhi guru yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan regulasi tersebut.
Sebagai salah satu sumber belajar diharapkan modul ini memberi pengayaan
secara substansial maupun pedagogik
kepada guru-guru peserta PLPG,
sehingga selesai mengikuti program pelatihan kompetensi guru meningkat,
sehingga memungkinkan guru dapat mengubah paradigmanya dalam
pembelajaran di kelas yang dalam jangka tertentu dapat meingkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
Modul ini pada bagian awal memuat tentang Kebijakan Pengembangan Profesi
Guru dari sudut pandang akademik. Bahan ajar secara lengkap terkait dengan
Kebijakan Pengembangan Profesi Guru pada tahun 2012 telah ditulis dan
dikembangkan bersama oleh Tim Pusat Pengembangan Profesi Pendidik dengan
editor Prof. Dr. Sudarwan Danim. Pada bab-bab berikutnya dibahas tentang
Model-model dan Perangkat Pembelajaran yang ditulis dalam Bab III (Kegiatan
Pembelajaran I).
Penguasaan dan pemilihan terhadap model-model
pembelajaran akan sangat membantu guru
dalam melaksanakan proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran di kelas tidak membosankan. Sudah
saatnya siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga paradigma
pembelajaran yang teacher oriented harus sudah mulai ditinggalkan. Dengan
menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif maka
pembelajaran menjadi menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan yaitu model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM). Demikian pula dengan atau tanpa pemberlakuan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), membuat perangkat
pembelajaran (silabus, RPP, pengembangkan bahan ajar, pembuatan media, dan
evaluasi) sudah melekat menjadi tanggung jawab dan kewajiban guru.
Bab IV Kegiatan Belajar 2 tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
yang dilakukan di kelas sebagai “pengobatan” atas masalah-masalah yang dapat
diamati di kelas terkait dengan proses pembelajaran. Dengan melakukan
penelitian di kelas bukan saja pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan, tetapi kemampuan guru dalam menemukan solusi atas
permasalahan pembelajaran dan pengembangan kreativitasnya dapat terwadahi.
Secara administratif guru juga akan memperoleh nilai tambah untuk
pengumpulan angka kreditnya yang dapat digunakan untuk kenaikan
pangkat/jabatan. Hal yang lebih jauh diharapkan tentunya mutu pembelajaran
meningkat kearah yang lebih baik.
Bab V Kegiatan Belajar 3 berisi tentang substansi materi dari masing-masing
bidang studi. Penguasaan guru terhadap bidang studinya tentu menjadi sesuatu
yang mutlak, karena bagaimana pun baiknya penguasaan kelas atau dalam
interaksi dengan siswa tidak akan memberikan arti apa-apa tanpa penguasaan
bidang studi (materi pembelajaran). Dalam bab V isi modul ini diharapkan
memberikan wawasan dan pengayaan yang lebih kepada guru-guruserta
melengkapi sumber belajar lain yang dipelajarinya. Prinsip belajar sepanjang
hayat mengharuskan guru juga belajar sepanjang masa agar apa yang telah
dikuasai terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Modul ini diakhiri dengan assessment, yang terdiri dari assessment untuk kegiatan
1, 2 dan kegiatan 3. Tujuan pembuatan Assesment adalah selain untuk memberi
latihan dalam menyelesaikan soal-soal juga member masukan atas keberhasilan
dalam mempelajari modul.
Secara keseluruhan, substansi modul ini berkaitan dengan kebijakan pembinaan
dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan khususnya tentang peningkatan profesi, kompetensi pembelajaran,
penilaian, kompetensi penelitian tindakan kelas serta etika profesi guru.
Substansi modul ini diharapkan dapat menginspirasi dan menambah wawasan
peserta PLPG untuk memahami secara lebih mendalam dan mengaplikasikan
secara baik hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru.
B. Prasyarat
Dalam mempelajari modul ini tidak memerlukan persyaratan secara spesifik.
Akan tetapi tidak ada salahnya jika para peserta pelatihan memahami dengan
baik terlebih dahulu dalam kaitannya dengan :
1. Regulasi penyelenggaraan PLPG
2. Teori-teori pembelajaran
3. Metodologi penelitian
4. Teknik penilaian.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
Untuk memudahkan dalam mempelajari modul ini bacalah bagian-bagian
substansi kajian pada bagian awal dalam bab-bab yang tersedia sesuai dengan
materi yang diberikan instruktur. Kerjakan latihan-latihan yang disediakan pada
bagian bagian berikutnya, dengan terlebih dahulu mempelajari contoh-contoh
dan penjelasan pengerjaannya. Jika mengalami kesulitan, tanyalah pada
instruktur yang memberikan materi sesuai dengan kajiannya atau mencari dari
sumber belajar dan buku-buku lainnya yang relevan. Pada akhir kegiatan, anda
diminta untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang telah tersedia.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para peserta PLPG dapat
meningkatkan kinerjanya menjadi guru yang professional sesuai dengan
tuntutan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang kualifikasi guru,
BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. Tujuan Antara
(Kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik setelah menyelesaikan satu kegiatan
belajar tertentu dalam modul)
B. Uraian Materi
1. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru
(.......................................)
2. Hakikat Guru Profesional
a. Pengertian Profesi
Kata profesi adalah kata benda yang diambil dari kata profession,
sedangkan profesional merupakan kata sifat yang berasal dari kata
professional. Menurut Hornby, profession, n. occupation, esp one requiring
advanced education and special training, eg the law, architecture, medicine,
accountancy; … professional adj 1. of a profession (1): ~ skill; ~ etiquette, the
special conventions, form of politeness, etc asociated with a certain pofession: ~
men, eg doctors, lawyers. 2. Doing or practising something as a full time
occupation or to make a living.
Page & Thomas (1979) memberikan batasan tentang profesi sebagai
berikut: …profession, evaluative term describing the most prestigious
occupations which may be termed professions if they carry out an essential social
service, are founded on systematic knowledge, require lengthy academic and
practical training, have high autonomy, a code of ethics, and generate in-service
growth. Teaching should be judged as a profession on these criteria.
Pengertian profesi pada hakekatnya menunjuk kepada pekerjaan atau
jabatan. Tidak semua pekerjaan disebut sebagai profesi. Ada sejumlah ciri
atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengatakan suatu pekerjaan
sebagai profesi.
b. Karakteristik Profesi
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 1, pengertian guru professional sebagai
berikut.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
1) Ciri Profesi
Menurut Ornstein & Lavine (1984), suatu pekerjaan dikatakan sebagai
profesi apabila memenuhi sejumlah ciri sebagai berikut:
a) melayani masyarakat, dan pekerjaan tersebut merupakan karier
yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama (sepanjang
hayat, tidak mudah berganti).
b) pekerjaan tersebut membutuhkan bidang ilmu dan keterampilan
yang khusus (tertentu), yang tidak semua orang dapat
melakukannya.
c) menggunakan hasil penelitian dan aplikasi teori ke dalam praktik.
d) membutuhkan pelatihan (pendidikan) khusus dalam waktu yang
panjang.
e) terkendali berdasarkan lisensi baku dan/atau memiliki persyaratan
khusus (izin) untuk menduduki pekerjaan tersebut.
f) otonomi dalam membuat keputusan dalam lingkup pekerjaannya.
g) menerima tanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang
diambilnya.
h) memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien, khususnya
berkaitan dengan layanan yang diberikannya.
i) menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, dan
relatif bebas dari supervisi jabatan (dokter menggunkan tenaga
administrasi untuk mengelola data klien, sementara tidak ada
supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter).
j) mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesinya.
k) mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk
mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya (keberhasilan
pekerjaan dokter dihargai dan diakui oleh IDI dan bukan oleh
departemen kesehatan).
l) mempunyai kode etik, sebagai pedoman dalam melaksanakan
layanan.
m) mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan dari
setiap anggotanya.
n) mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.
Penulis lain mencoba menggolongkan ciri profesi menjadi dua
kelompok yaitu (1) ciri utama dan (2) ciri tambahan (Sulistiyo-Basuki,
2004). Ciri utama adalah ciri yang mutlak harus ada atau melekat
dalam suatu pekerjaan untuk dikatakan sebagai profesi. Jika ciri utama
ini tidak tampak atau beberapa di antaranya tidak ada, maka sulit
untuk mengelompokkan pekerjaan tersebut ke dalam profesi.
Ciri Utama
Ada tiga ciri utama yang harus dipenuhi oleh suatu jenis pekerjaan
untuk dikatakan sebagai profesi yaitu (1) Sebuah profesi mensyaratkan
suatu pendidikan atau pelatihan yang ekstensif sebelum memasuki
profesi tersebut. Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang memperoleh
gelar sarjana; (2) Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual
yang signifikan. Pelatihan tukang batu, tukang cukur, dan pengrajin
lebih merupakan ketrampilan fisik. Sedangkan pelatihan akuntan,
engineer, dokter lebih didominasi oleh muatan intelektual; (3) Tenaga
yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada
masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi kepada pemberian
layanan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri.
Ciri Tambahan
Ciri tambahan adalah ciri yang kehadirannya tidak mutlak harus ada.
Jika ciri-ciri tambahan ini dipenuhi maka akan semakin memperkokoh
kualitas atau eksistensi profesi dari pekerjaan tersebut. Ada tiga yang
termasuk dalam katagori ciri tambahan, yaitu (1) Adanya proses
lisensi atau sertifikat. Ciri ini lazim pada banyak profesi namun tidak
selalu perlu untuk status profesional. Dokter diwajibkan memiliki
sertifikat praktek sebelum diizinkan berpraktek. Namun pemberian
lisensi atau sertifikat tidak selalu menjadikan sesuatu yang mutlak
sebagai syarat profesi; (2) Adanya organisasi profesi yang mewadahi
para anggotanya sebagai sarana komunikasi dan sarana perjuangan
untuk memajukan profesinya dan kesejahteraan anggotanya; (3)
Otonomi dalam pekerjaannya. Profesi memiliki otonomi atas
penyediaan jasanya dan tindakan-tindakan atas pengambilan
keputusan dalam profesinya. Kode etik juga merupakan ciri tambahan
dalam sebuah profesi. Kode etik disusun oleh organisasi profesi. Jadi
kehadirannya terkait dengan keberadaan organisasi yang juga masuk
dalam katagori ciri tambahan.
2) Guru Sebagai Profesi
Apakah pekerjaan atau jabatan guru sebagai sebuah profesi?
Jawabannya ya. Hal ini didasarkan kepada beberapa karakteristik
sebagai berikut:
a) Pekerjaan guru memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan (penting) dalam masyarakat.
b) Untuk bekerja sebagai guru dibutuhkan keterampilan atau keahlian
tertentu (khusus).
c) Keahlian dalam pekerjaan guru didasarkan pada teori dan metode
ilmiah.
d) Ilmu keguruan memiliki batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematik dan eksplisit.
e) Pekerjaan guru memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi
dengan waktu yang cukup lama.
f) Guru memiliki organisasi profesi sebagai wadah untuk
memperkuat kualitas profesinya.
g) Guru memiliki kode etik sebagai landasan dalam bekerja.
h) Dalam menjalankan tugasnya, para pendidik/guru berpegang
teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
i) Setiap anggota yang bekerja sebagai guru mempunyai kebebasan
dalam memberikan judgement terhadap masalah profesi yang
dihadapinya.
j) Guru memiliki otonomi dan bebas dari campur tangan pihak luar
dalam melaksanakan tugasnya memberi layanan kepada
masyarakat.
k) Pekerjaan guru mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat.
l) Guru memperoleh imbalan (penghargaan finansial) yang cukup
memadai.
3. Kompetensi Guru
a. Profil Pendidikan Guru
Luangkanlah waktu anda sejenak saja untuk membayangkan peran
seorang guru di dalam masyarakat. Kita akan melihat hasil kerja guru
melalui orang-orang yang telah dididik oleh para guru. Mereka mampu
menciptakan
arsitektur
bangunan-bangunan
menjulang
tinggi,
memproduksi teknologi canggih, sebagai contoh nyata. Bukti hasil kerja
guru banyak dan begitu besar. Tentunya, disamping keberhasilan masih
banyak pula masalah yang perlu dibenahi, terutama masalah peran
pendidik dalam membangun mental bangsa yang sehat, membangun
karakter bangsa yang akan membawa kedamaian. Masalah ini berkaitan
dengan pendidikan, merupakan beban berat yang harus dipanggul oleh
para guru. Kekecewaan terhadap karya guru banyak pula didengar.
Perilaku guru yang tidak senonoh, korupsi yang terjadi di lingkungan
pendidikan, premanisme yang berkembang di sekolah.lantas, sosok guru
seperti apa yang dapat membantu negara mengatasi masalah yang sangat
kompleks dalam rangka menyiapkan pemimpin masa depan. Diharapkan
para guru sendirilah yang harus memikirkan kembali, bermenung sejenak
tentang dirinya dan profesi yang diembannya.
Mahmud Khalifah menuliskan (2009) tentang guru yang dirindukan:
“Guru adalah orang yang bersamudrakan ilmu pengetahuan. Ia adalah
cahaya yang menerangi kehidupan manusia, ia adalah musuh kebodohan,
dan penghapus kejahiliyahan. Ia juga mencerdaskan akal dan
mencerahkan akhlak.”
Begitu mulianya seorang guru dimata Khalifah, guru adalah orang yang
pantas mendapatkan penghormatan. Sungguh, orang yang mendidik
anak-anak
dengan kesungguhan berhak untuk mendapatkan
penghargaan dan penghormatan. Terpujilah engkau guru seperti yang
dinyanyi anak-anak kita.
Bagaimana mungkin bisa menghasilkan output siswa yang baik jika yang
mengajar punya kualiatas kurang ?
Profil pendidik guru mewakili gambaran tujuan pendidikan nasional
yang akan dicapai, yakni menyiapkan anak yang berkembang menjadi
dewasa secara utuh, cerdas, beriman, taqwa dan berakhlak mulia, sehat
jasmani dan rohaninya. Untuk mencerdaskan anak didiknya guru
haruslah mencerdaskan dirinya dahulu. Cerdas dibidang spiritual, yang
dapat membimbing anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan
berakhlak mulia. Cerdas menguasai, menerapkan dan mengembangkan
keilmuannya. Cerdas dalam merawat kesehatan jasmani-rohani dan
sosialnya sehingga patut ditiru. Dengan demikian profil guru pendidik
adalah guru yang memiliki pribadi cerdas unggul.
Sebutan pendidik dan guru di dalam kehidupan sehari-hari sering
diartikan sama maksudnya. Secara etimologi pendidik adalah orang yang
melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik
adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan.
Pendidik memiliki batasan tugas yang lebih luas dalam pengertian awam,
sedangkan guru lebih spesifik dimana tugasnya lebih jelas. Pendidik bisa
siapa saja yang tertarik membantu mengembangkan orang lain dan
waktu dan tempat tidak terbatas. Dalam bahasan ini digunakan kata
pendidik guru.
Karakteristik pendidik guru di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Pendidik yang juga guru, adalah seseorang yang dituntut untuk
komitmen terhadap profesinya, orang yang selalu berusaha
memperbaiki dan memperbaharui cara kerjanya sesuai dengan tuntutan
zaman
2) Pendidik guru adalah orang yang memiliki ilmu, yang mampu
menangkap hakikat sesuatu, orang yang mampu menjelaskan hakikat
dalam pengetahuan yang diajarkannya.
3) Pendidik guru adalah orang yang kreatif, yang mampu menyiapkan
peserta didiknya agar mampu berkreaasi, sekaligus mengatur dan
memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi
dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
4) Seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan akhlak atau
kepribadian kepada peserta didiknya.
5) Pendidik guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan peserta
didiknya, melatihkan berbagai keterampilan mereka sesuai bakat, minat
dan kemampuan.
6) Pendidik guru adalah seorang yang beradab sekaligus memiliki peran
dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas dimasa
depan.
Perilaku guru hendaknya dapat memberikan pengaruh baik kepada para
anak didiknya, yang dapat mempengaruhi dan merubah kehidupan anak
ke arah yang lebih baik.
Pribadi unggul yang efektif
Adalah Guru Cerdas Berakhlak Mulia
Dan Guru untuk anak-anak yang memiliki masa depan
Guru biasa adalah yang mampu membagi pengetahuan
kepada anak didiknya
Guru baik yang mampu menjelaskan
Dan yang mampu mendemonstrasikan
Guru luar biasa adalah yang mampu memberi inspirasi
anak didiknya menjadi cerdas dan sukses di masa depan
b. Tanggung Jawab keprofesionalan
1) Makna Tanggung Jawab
Tanggungjawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah, keadaan
wajib menanggung segala sesuatu. Sehingga bertanggungjawab adalah
kewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya,
atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Menurut
Widagdo (2001) Tanggungjawab adalah kesadaran akan tingkahlaku
atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggungjawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
dan kewajiban. Jenis tanggungjawab tersebut yakni; tanggungjawab
terhadap
diri
sendiri,
tanggungjawab
terhadap
keluarga,
tanggungjawab masyarakat, tanggungjawab bangsa dan Negara, dan
tanggungjawab terhadap tuhan.
Tanggungjawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah
sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan
bandingan hak, dan dapat juga tidak mengacu hak. Maka tanggung
jawab dalam hal ini adalah tanggungjawab terhadap kewajibannya.
Pembagiaan kewajiban bermacam-macam dan berbeda-beda. Setiap
keadaan hidup menentukan kewajiban yang tertentu. Kedudukan,
status dan peranan menentukan kewajiban seseorang. Kewajiban ini
ada yang terbatas dan tidak terbatas. Kewajiban terbatas
tanggungjawabnya sama untuk semua orang. Misalnya yang berkaitan
hukum. Yang melanggar undang-undang sanksinya sama. Kewajiban
tidak terbatas, tanggungjawabnya memiliki nilai yang lebih tinggi
sebab dilakukan oleh suara hati nurani. Seperti guru melaksanakan
tugasnya dengan tulus dan ikhlas tanpa pamrih di luar jadwal yang
seharusnya.
2) Tanggung Jawab Guru, Kesadaran, Pengabdian, dan Pengorbanan
Seseorang diharapkan melaksanakan tanggungjawab atas kesadaran.
Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatannya. Sadar artinya
merasa, ingat (kepada keadaan sebenarnya) keadaan ingat akan
dirinya, tahu dan mengerti. Jadi kesadaran adalah hati yang terbuka
atau pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan.
Seperti guru memilih pekerjaan sebagai guru atas kesadaran diri yang
tinggi, sehingga ia akan dapat mempertanggungjwabkan tugasnya
kepada diri sendiri, tidak suka mengeluh dan menyesali pilihannya.
Diapun tahu kalau pihannya itu akan dipertanggunjawabkan kepada
keluarga, negara, masyarakat dan Tuhannya.
Guru saat melaksanakan kewajibannya mengelola pembelajaran di
kelas, seringkali harus mengeluarkan dana sendiri untuk membeli
kapur tulis,atau kebutuhan belajar lainnya karena barang belum
tersedia. Rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap tugas yang tidak
terbatas, kadangkala kita harus berkorban materi atau nonmateri.
Pengorbanan artinya memberikan secara ikhlas, harta, benda, waktu,
tenaga, pikiran, bahkan nyawa, demi cinta atas sesuatu kesetiaan dan
kebenaran.
Pengorbanan dalam melaksanakan tanggungjawab juga memiliki
makna pengabdian. Perbedaan pengertian antara pengorbanan dan
pengabdian sering tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu
ada pengorbanan. Pengorbanan
merupakan akibat pengabdian.
Pengorbanan diserahkan secara ikhlas, tanpa pamrih, tanpa perjanjian,
tanpa ada transaksi, kapan saja siap, saat diperlukan.
Pengabdian merupakan perbuatan baik yang dapat berupa pikiran
ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan dan kecintaan, rasa
hormat atau suatu ikatan dan semuanya dilakukan dengan ikhlas.
Timbulnya pengabdian itu hakikat dari rasa tanggung jawab. Menjadi
guru merupakan pengabdian yang tulus dan ikhlas demi kecintaan
pada bangsa dan Negara ini, yang akan dilaksanakan dengan sikap
tanggungjawab yang tinggi.
Ciri-ciri khas orang yang mempunyai tanggung jawab pribadi yang
tinggi:
a) Mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya secara tuntas.
b) Selalu berusaha menghasilkan yang terbaik
c) Merasa bertanggung jawab atas semua yang dihasilkannya baik
yang buruk atau yang jelek
d) Cenderung menyalahkan diri sendiri, kalau ada hal-hal yang
kurang tepat –salah
Ciri khas dari orang yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang
tinggi:
a) Santai, tidak disiplin, kurang menghargai waktu.
b) Sering tidak mengerjakan suatu pekerjaan secara tuntas.
c) Hal-hal yang sering terjadi sering dilihat sebagai akibat dari
keadaan dibanding dari tindak-tanduk sendiri.
Berkembangnya rasa tanggung jawab pribadi disebabkan sebagian
kecil oleh faktor bawaan dan sebagian dari faktor lingkungan
pendidikan dan lingkungan rumah. Terbentuknya
sikap
bertanggungjawab karena adanya proses latihan dan pembiasaan yang
akhirnya menjadi alami, menyatu dalam bentuk kesadaran diri.
3) Kewajiban Guru Profesional
Apa yang harus dilaksanakan guru dalam tugas keprofesionalannya
telah tercantum dengan jelas di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 20,
seperti yang dikutip berikut ini.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
a) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
c) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran;
d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;
Tanggungjawab keprofesionalan juga dapat meliputi :
a) Tanggungjawab moral, tenaga
professional
berkewajiban
menghayati, mengamalkan Panca sila, mewariskan pada peserta
didiknya.
b) Tanggungjawab bidang pendidikan, bertanggungjawab terhadap
proses pendidikan, mengelola, melakukan bimbingan.
c) Tanggungjawab kemasyarakan, ikut bertanggungjawab memajukan
masyarakat secara umum terutama berkaitan dengan pendidikan.
d) Tanggungjawab keilmuan, di dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai guru bertanggungjawab memajukan ilmu pengetahuan dan
tekonologi, terutama bidang keilmuannya sendiri.
c. Kompetensi Guru
Pengertian kompetensi guru berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1, butir c.
adalah sebagai berikut :
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.
Selanjutnya jenis kompetensi guru tersebut lebih ditegaskan pada pasal
10:
1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus
memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi
guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku
jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang
dipersyaratkan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya
diuraikan sebagai berikut.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi
subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum;
bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2) Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.
3) Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.
4) Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius
(imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
Para siswa tidak hanya belajar dari apa yang dikatakan guru, mereka juga
belajar dari totalitas kepribadian gurunya. Kepribadian guru yang tidak
efektif akan menghalangi pembelajaran yang efektif. Beberapa
kepribadian buruk guru yang sering ditemukan di sekolah, ditulis oleh
Sukadi, diantaranya;
a) sering meninggalkan kelas
b) tidak menghargai siswa
c) pilih kasih terhadap sisw
d) menyuruh siswa menulis di papan tulis
e) tidak disiplin
f) kurang memerhatikan siswa
g) materialistis
Dengan ditetapkannya seperangkat kompetensi guru, masyarakat sangat
berharap terjadi perubahan perilaku mengajar guru di kelas. Menurut
Diaz dkk (2006) keberadaan guru di kelas hendaknya menjadikan ia
sebagai model belajar dari peserta didiknya. Guru sebagai model
diantaranya menunjukkan;
a) Guru sebagai orang yang ahli di bidangnya.
b) Guru sebagai contoh pembentukan moral
c) Guru sebagai orang memiliki kepedulian dan melakukan tindakan
d) Guru sebagai figure pemimpin yang memiliki otoritas
e) Guru sebagai fasilitator yang selalu siap membatu siswanya
f) Guru sebagai delegator
Mulyana lebih memperluas peran guru professional yang akan mampu
menciptakan kelas untuk anak-anak berprestasi unggul, yang merupakan
ramuan dari bebagai kompetensi guru.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
r)
s)
Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pelatih
Guru sebagai penasihat
Guru sebagai pembaharu (innovator)
Guru sebagai model dan teladan
Guru sebagai pribadi
Guru sebagai peneliti
Guru sebagai pendorong kreativitas
Guru sebagai pembangkit pandangan
Guru sebagai pekerja rutin
Guru sebagai pemindah kemah
Guru sebagai pembawa cerita
Guru sebagai actor
Guru sebagai emancipator
Guru sebagai evaluator
Guru sebagai pengawet
Guru sebagai kulminator
d. Pengembangan Profesional Guru
1) Citra Diri Positif
Makna Citra Diri
Citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu gambaran
yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, produk maupun suatu
lembaga. Sedangkan citra diri (self-image), diartikan sebagai
pandangan dalam berbagai peran (sebagai anak, orangtua, guru, dsb).
Self-image menurut kamus Random House memiliki pengertian
gagasan, konsepsi atau gambaran mental diri, self-estem, respect yang
menguntungkan citra diri.
Di dalam kajian psikologi kepribadian , citra diri sebagai konsep diri
tentang individu. Citra diri sebagai salah satu unsure penting dalam
penilaian diri sendiri.menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.
Bagaimana Anda melihat diri sendiri. Ini adalah gambaran diri yang
telah dibangun dari waktu ke waktu. Apa harapan Anda? Apa yang
anda pikirkan dan rasakan? Apa yang anda telah lakukan sepanjang
hidup anda dan apa yang Anda ingin lakukan.
Pandangan pribadi yang kita pahami tentang diri kita sendiri
merupakan citra mental atau potret diri. Menggambarkan karakteristik
diri, termasuk cerdas, cantik, jelek, berbakat, egois dan baik. Ciri-ciri
membentuk representative, kolektif asset dan yang bisa teramati.
Citra diri positif positif memberikan keyakinan ke pada seseorang
dalam pikiran dan tindakan, dan citra diri negative membuat
seseorang ragu akan kemampuan mereka.
Citra Diri guru
Citra Diri Guru dapat dimaksudkan sebagai gambaran tentang diri
pribadi guru yang diberikan appresiasi oleh masyarakat. Penilaian
yang diberikan oleh masyarakat terhadap guru bisa positif atau
negatif tergantung kepada kepribadian maupun karakter yang muncul
sebagai wujud profesi guru secara utuh.
Citra Diri Positif (positive self-image) dapat membangun dan
mempermudah karir seseorang , karena dia memandang positif
kepada kemampuan diri,
melihat kelebihan diri, bukan
kekurangannya. Dengan berpikir positif pada diri, membuat dirinya
berharga.
Pentingnya Citra Diri Positif
“Anda adalah sebagaimana yang Anda pikirkan tentang diri Anda
sendiri” Bingung? Versi aslinya, mungkin malah lebih mudah
dipahami: “You are what you think”. Maksudnya adalah jika kita
memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam
hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah
orang yang beruntung. Citra diri yang positif membuat mereka
menikmati banyak hal yang menguntungkan, diantaranya orang
sering diberi kepercayaan untuk mengemban tugas tertentu dan sering
pula mendapatkan pelayanan secara khusus. Selanjutnya dengan citra
diri positif akan dapat membangun rasa percaya diri dan
meningkatkan rasa juang.
Membangun Percaya Diri. Citra diri yang positif secara alamiah akan
membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci
sukses. Guru yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlamalama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya
yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih
dapat ia lakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masih bisa
dilakukan, bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan
lagi. Dari sinilah, terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut.
Meningkatkan Daya Juang. Dampak langsung dari citra diri positif
adalah semangat juang yang tinggi. Guru yang memiliki citra diri
positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah,
ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat
bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan
jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala upaya dijalaninya
dengan tekun untuk mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan
meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih
tinggi yang muncul dari guru dengan citra diri positif.
Manfaat Citra Diri Positif
Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan mendapatkan
berbagai manfaat, baik yang berdampak positif bagi dirinya sendiri
maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Manfaat-manfaat yang
terasakan oleh si empunya citra diri positif dan lingkungannya
tersebut adalah:
Guru akan membawa Perubahan Positif
Guru yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif
untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia
berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih
baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat
kehidupan menjadi lebih baik. Perubahan positif tidak hanya
terasakan oleh dirinya, namun juga oleh lingkungannya.
Mengubah Krisis Menjadi Keberuntungan
Selain membawa perubahan positif, guru yang memiliki citra positif
juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih
keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong guru untuk menjadi
pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri
positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya
sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada
kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan fokus mereka
diarahkan pada jalan keluar. Seringkali kita memandang pada pintu
yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat bahwa ada
pintu-pintu kesempatan lain yang terbuka untuk kita.
Kita seringkali memandang dan menyesali kegagalan, krisis dan
masalah yang menimpa terlalu lama, sehingga kita kehilangan
harapan dan semangat untuk melihat kesempatan lain yang sudah
terbuka bagi kita.
sebagai contoh, John Forbes Nash, pemenang nobel di bidang ilmu
pengetahuan ekonomi dan matematika, justru merasa tertantang
ketika mengalami soal matematika atau permasalahan ekonomi yang
sulit. Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes, merupakan kesempatan
untuk membuktikan kemampuannya memecahkan masalah tersebut.
Kesulitan dan masalah dalam matematika dan ekonomi,
mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan
kreatif sebagai solusi bagi permasalahan tersebut.
Bagaimana caranya?
Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan
manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu
bagaimana membangun citra diri yang positif. Berikut ini hal-hal yang
harus dilakukan untuk membentuk citra diri yang positif:
Persiapan
Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan.
Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan
kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal
dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita
sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan
menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif
solusi, dan menyusun strategi sukses. Persiapan dapat diwujudkan
dengan mencari ilmu pengetahuan yang mendukung kita dalam
menyelesaikan suatu masalah.
Berpikir Unggul
Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir unggul.
Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk
senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan
berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah
mahakarya. Semua ini dapat diraih guru jika selalu berpikir unggul.
Setiap kali akan berciptakarya , yang dipikirkan guru adalah
kemenangan atas keberhasilan belajar anak didiknya. Selalu berpikir
kreatif dan inovatif.
Belajar Berkelanjutan
Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri
positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran
berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan
menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan
ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju
meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan
diri, guru yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan
citranya tersebut karena tidak dianggap ”unggul” lagi atau tidak
dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui
karya-karya yangdihasilkannya.
Seringkali guru yang sudah lama mengajar maupun yang berada di
tingkat atas merasa tak perlu lagi untuk belajar. Ia memandang remeh
untuk belajar lagi, ia pikir, “Toh, aku sudah sukses.” Tambahan, orang
seperti ini lebih enggan lagi untuk belajar pada orang yang lebih
rendah dari dirinya. Hasilnya, ketika ia dirundung masalah,
keberhasilannya pun melorot. Guru yang lebih muda yang terus
belajar akan menggantikannya dan menangani masalah dengan lebih
baik.
Hal yang paling penting juga dalam membahas tentang citra diri ini
adalah konsep diri, atau harga diri. Menurut Bandura, jika selama ini
kita merasa hidup telah sesuai dengan standar-standar yang kita
tentukan dan telah memperoleh imbalan atau penghargaan, itu berarti
kita telah memiliki konsep diri (harga diri).
Guru yang memiliki kemampuan membangun citra diri positif akan
sukses dan mudah membangun karier. Ia selalu melihat kelebihan
diri, bukan kekurangan. Guru mampu membuat dirinya berharga
dimata orang lain. Contohnya antara lain citra kejujuran, kesabaran,
ketegasan, kedisiplinan dan wibawa merupakan citra positif yang
disukai siapapun. Di dalam membangun citra diri ini dibutuhkan
kemauan dan keseriusan dan memang tidak mudah, sering tidak akan
terlihat langsung hasilnya. Karena citra diri merupakan produk
pembelajaran dari orangtua, pengasuh yang memberikan kontribusi
terbesar pada citra diri kita. Pengalaman lain dari guru, teman dan
keluarga, yang menjadi pantulan cermin dari orang yang berpengaruh
pada perkembangan kepribadian secara utuh.
2) Etika
Seringkali di dalam kehidupan
sehari-hari kita mendengarkan
maupun menggunakan kata etika, etis, etiket, moral, maupun akhlak.
Coba kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini!
“Guru PPL itu tidak punya etika, masuk ruangan tidak mengucapkan
salam “
“Rupanya, moral guru itu rendah. Masak, anak didiknya ditendang
dan dimaki-maki karena tidak ikut upacara “
“Tidak etislah kalau kita yang menyampaikan perihal kekurangan
bapak pengawas”
“Mahasiswa supaya memakai pakaian yang pantas di hari wisuda,
jangan kita dikira tidak tahu etiket”
Pada kalimat-kalimat di atas kita bisa melihat cara berperilaku dari
manusia yang dianggap tidak baik dan benar. Mengapa kita sebagai
guru perlu memahami tatacara hidup ini? Perlu beretika, bermoral dan
berakhlak baik ?
Seperti yang kita ketahui, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan
Allah yang paling sempurna. Manusia diberi akal budi, perasaan dan
kehendak. Dengan akal manusia bisa berpikir, dengan rasa manusia
bisa mengatur keharmonisan hidup ini, dengan kehendak manusia
bisa banyak berbuat amal kebaikan dan membuat karya. Karunia
Allah jua, manusia mampu berbahasa, bisa mendidik dan dididik,
berkehendak untuk menjadikan hidup ini lebih bermakna. Dengan
kelebihan ini, manusia tentunya dapat berperilaku baik (kepribadian)
setiap saat.
Untuk memelihara keseimbangan kehidupan pribadi maupun
kehidupan bersama (sosial), manusia perlu mengetahui aturan-aturan,
nilai-nilai, norma-norma umum, maupun aturan ajaran agamanya.
Manusia yang selalu berpikir kritis akan mampu menimbang perilaku,
mana yang berdampak baik dan berdampak buruk. Kesadaran diri,
harus berperilaku bagaimana ini, yang dikenal dengan ilmu etika.
Berikut ini, akan dibahas tentang etika, moral dan akhlak secara
singkat. Dimulai dari pengertian tentang etika, macam dan hubungan
etika dengan moral, etiket dan akhlak, sehingga membawa kita pada
suatu pengertian “guru sebagai makhluk yang beretika dan berakhlak
mulia”.
Etika dan Etiket
Etika yang dalam bahasa Inggris di sebut ethics. Secara etimologi, etika
berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.
Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan
tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan
baik buruk. Dalam batasan filsafat, Immanuel Kant yang dikutip dari
Anshari (1982), menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang
mencari jawaban dari empat persoalan pokok, salah satunya dijawab
oleh etika. Persoalan tersebut berkaitan dengan, “Apakah yang boleh
dikerjakan manusia ?”
Suseno dalam membahas etika dasar (1997), menyatakan bahwa etika
adalah ilmu yang mencari orientasi. Salah satu kebutuhan
fundamental manusia adalah orientasi. Etika sebagai sarana orientasi
bagi manusia dalam menjawab pertanyaan: bagaimana saya harus
hidup dan bertindak? Begitu banyak yang dapat memberitahu kita apa
yang seharusnya kita lakukan; orangtua, guru, adat istiadat dan
tradisi, teman. Tetapi apakah benar apa yang mereka katakan? Dan
bagaimana kalau mereka masing-masing memberi nasihat yang
berbeda? Lalu siapa yang harus diikuti? Dalam situasi seperti ini etika
akan membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita
tidak hidup dengan cara ikut-ikutan.
Etika sebagai ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana
patutnya manusia hidup dalam masyarakat, yang dapat memahami
apa yang baik dan yang buruk. Arti susila dalam etika dimaksudkan
kelakuan atau perbuatan seseorang bernilai baik, sopan menurut
norma-norma yang dianggap baik.
Etiket adalah tata cara dalam masyarakat, sopan dalam memelihara
hubungan baik antara sesama manusia. Arti etiket disini sama dengan
adat kebiasaan, yaitu sesuatu yang dikenal, diketahui dan diulangulangi serta menjadi kebiasaan dalam masyarakat, berupa kata-kata
atau macam-macam bentuk perbuatan manusia dalam berinteraktif
dengan manusia lainnya. Agar seseorang dapat diterima oleh
kelompok masyarakat tertentu maka ia harus memahami etiket
pergaulan berlaku pada masyarakat itu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering ditutut untuk membawakan
diri kita berperilaku sesuai dengan etiket tertentu. Seperti etiket
berbusana, etiket di meja makan, etiket dalam berbicara, mengikuti
upacara resmi, saat menghadapi atasan, dalam perjamuan resmi, dan
sebagainya. Dengan demikian, secara sederhana kita dapat
mengatakan bahwa etiket merupakan aturan sopan santun dalam
pergaulan hidup bermasyarakat.
Etika sebagai bagian (cabang) filsafat menurut beberapa ahli
dinyatakan sebagai berikut:
a) The Liang Gie; etika adalah filsafat tentang pertimbangan moral
b) Harry Hamersma; etika dan estetika merupakan filsafat tentang
tindakan
c) Aristoteles, memasukkan etika ke dalam cabang filsafat praktis;
ilmu etika yang mengatur kesusilaan dan kebahagian dalam hidup
perseorangan.
Menurut Suseno, ada empat alasan mengapa manusia perlu beretika:
Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik. Perlu
kesatuan tatanan normatif.
Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang sangat
cepat. Dalam transformasi ekonomi, sosial, intelektual, dan budaya itu
nilai budaya tradisional tertantang. Perubahan-perubahan budaya
terjadi begitu cepat akibat modernisasi. Dalam situasi seperti ini, etika
membantu kita agar jangan kehilangan orientasi, dapat membedakan
antara yang hakiki dan apa yang boleh berubah dan dengan demikian
tetap
sanggup
untuk
mengambil
sikap
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
Ketiga, dengan etika kita dapat menghadapi ideologi-ideologi baru
dengan kritis dan objektif untuk membentuk penilaian sendiri, agar
kita tidak mudah terpancing. Etika juga membantu agar kita jangan
naif atau ekstrem, tidak cepat bereaksi, terhadap suatu pandangan
baru, menolak nilai-nilai hanya karena baru dan belum biasa.
Keempat, etika juga perlu oleh agama
pemeluknya dalam keyakinan dan keimanan.
untuk memantabkan
Dengan memperhatikan manfaat etika, diharapkan peran Guru di
manapun, dalam situasi apapun keberadaannya tetaplah sebagai
pembimbing, pembina perilaku, dan sekaligus model berperilaku
manusia beretika. Karena ini bagian dari tanggung jawab sebagai
pendidik.
Moral dan Etika
Moral berasal dari kata latin mos jamaknya moses yang berarti adat
atau cara hidup. Berarti etika sama dengan moral? Magnis Suseno
(1987) membedakannya. Ajaran moral dinyatakan Suseno sebagai
wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang
baik. Sedangkan etika bukanlah ajaran, tetapi pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah ilmu,
yang membuat kita mengerti tentang ajaran tertentu, dan bagaimana
kita mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan
ajaran moral.
Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai
manusia. Bukan berdasarkan perannya, seperti guru, olahragawan,
dai, pendeta, dokter, dan lainnya. Norma-norma moral adalah tolok
ukur segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku
peran tertentu dan terbatas.
Etika dan Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-khulq,
yang secara etimologis berarti: a) tabiat, budi pekerti ; b) kebiasaan
atau adat; c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan; d) agama. Akhlak
dalam konsep agama Islam adalah sebagai bukti amaliah dari
keimanan dan ketaqwaan seseorang.
Sebagai kita kita pahami etika adalah usaha manusia untuk memakai
akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah hidup kalau
ia mau baik. Etika secara umum dikenal sebagai kesepakatan manusia
secara bersama-sama terhadap suatu norma yang jadi pedoman
berperilaku. Bagi pemeluk agama Islam cara berperilaku manusia
tidak boleh terlepas dari ajaran agamanya. Manusia berbuat bukan
hanya untuk kebahagiaan di dunia saja, melainkan juga untuk
kebahagiaan di akherat. Etika beragama di dalam agama Islam
disebut dengan akhlak. Perilaku umat Islam haruslah berpedoman
pada ajaran Alquran sebagai kitab suci dan cara pelaksanaan dalam
kehidupan sehari-hari mencontoh akhlak guru besar nabi Muhammad
SAW.
Akhlak dalam agama Islam memiliki makna yang lebih mendalam
dalam hidup manusia, yaitu cara manusia berperilaku yang
merupakan pantulan dari tingkat keimanan hidup beragama.
Berdasarkan kajian QS an-Nahl 16: 126 dan QS asy-Syuura 42:/40, KH
Achmad Satori Ismail menjelaskan ada empat tingkatan akhlak dalam
Islam. Pertama, akhlak sayyiah (tercela). Yaitu, semua yang dilarang
Islam berupa keburukan atau kejahatan yang merugikan manusia dan
kehormatannya,atau yang merusak makhluk secara umum. Misalnya.
Bergunjing, mengadu domba, dan menipu. Kedua, akhlah hasanah
(baik), adalah akhlak di mana kebaikan dibalas dengan kebaikan dan
kejahatan dibalas dengan kejahatan yang serupa. Ketiga, akhlak
karimah (mulia), yaitu berperilaku sebagaimana yang diperintahkan
Islam. orang yang selalu mampu memaafkan orang lain, walaupun
orang tersebut mampu membalas hal yang tidak baik tersebut yang
menimpa dirinya. Keempat, akhlak adzimah (agung). Kalau pada
akhlak karimah ketika mendapatkan keburukan dari orang lain, cuma
sampai memaafkan tersebut. Tapi, akhlak agung meningkat lebih
tinggi, yaitu dengan berbuat baik kepada orang yang menzoliminya.
Bahkan mendoakan orang tersebut untuk hal yang baik.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga
setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada
pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut alakhlaq al-karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah
SAW:
“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
(HR. Ahmad, Baihaqi dan Malik).
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya” (HR. Tirmizi).
“Orang yang paling baik keislamannya ialah orang yang paling baik
akhlaknya” (HR. Ahmad).
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling
banyak membawa manusia ke dalam surga” (HR. Tirmizi).
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari timbangan orang mukmin pada hari
kiamat daripada akhlak yang paling baik” (HR. Tirmizi).
Akhlak Nabi Muhammad SAW disebut juga akhlak Islam. Karena
akhlak ini bersumber dari Al-Qur’an, dan Al-Qur’an datangnya dari
Allah SWT, maka akhlak Islam mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan akhlak ciptaan manusia (etika, moral, adat,
dll) . Ciri-ciri tersebut antara lain:
a) Kebaikannya bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung
dalam akhlak Islam merupakan kebaikan yang murni, baik untuk
individu maupun untuk masyarakat, di dalam lingkungan,
keadaan, waktu, dan tempat apapun.
b) Kebaikannya bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang terkandung
di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di
segala zamn dan di semua tempat.
c) Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di
dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu dan
tempat atau perubahan kehidupan masyarakat.
d) Kewajiban yang harus dipatuhi, yaitu kebaikan yang terkandung
dalam akhlak Islam merupakan hukum yang harus dilaksanakan
sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang yang tidak
melaksanakannya.
e) Pengawasan yang menyeluruh. Karena akhlak Islam bersumber
dari Tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak ciptaan
manusia, sehingga seseorang tidak berani melanggarnya kecuali
setelah ragu-ragu dan kemudian akan menyesali perbuatannya
untuk selanjutnya bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak
melakukan perbuatan yang salah lagi. Ini trejadi karena agama
merupakan pengawas yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati
nurani yang hidup yang didasarkan pada agama dan akal sehat
yang dibimbing oleh agama serta diberi petunjuk.
Sebagai guru yang beragama Islam tentu pedoman berperilakunya,
akan meniru akhlaq guru besar Muhammad SAW. Yang selalu
mengisi kehidupannya dengan kebaikan-kebaikan yang akan
membawa kepada kebahagiaan dunia dan akherat.
Kode Etik Guru
Kode etik merupakan bagian dari perilaku dan pengetahuan yang
sangat penting yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang guru.
Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang harus
diperhatikan oleh setiap anggota profesi khususnya profesi guru di
dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam kehidupan di
masyarakat. Seorang guru akan mengetahui tentang aturan-aturan
yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam melaksanakan profesinya
sebagai seorang guru.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya
dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi
petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana
mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh mereka, melainkan juga menyangkut tingkah lakau
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam
masyarakat.
Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah untuk:
a) menjunjung tinggi martabat profesi
b) menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
c) meningkatkan pengabdian para anggota profesi
d) meningkatkan mutu profesi
e) meningkatkan mutu organisasi profesi
Kode Etik Guru Indonesia
Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilainilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan
sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik
guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah
laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas
pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah
serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian
maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting
untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
berpedoman pada dasar-dasar antara lain guru:
a) berbakti membimbing peserta didik untk membentuk manusia
Indonesia yang seutuhnya berjiwa Pancasila.
b) memiliki dan melaksanakan kejuruan profesional.
c) berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
d) menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
e) memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
f) secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat prosesinya.
g) memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
h) secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai saran perjuangan dan pengabdian.
i) melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan
Sembilan kode etik guru ini kalau kita simak satu per satu sudah
mengandung nilai bagaimana menjadi guru yang profesional.
3) Etos Kerja
Etos kerja menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau
suatu kelompok. Kalau dikaitkan dengan profesi guru, etos kerja guru
adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas guru dalam
menjalankan profesinya.
Orang yang bekerja dilingkungan pendidikan, pendidik dan tenaga
kependidikan , seharusnya tidak hanya melihat pekerjaannya sebagai
tempat mencari nafkah. Ia harus melihatnya sebagai tugas yang
mengemban esensi pendidikan. Menurut Isjoni dan Suarman (2003)
pendidikan itu bukan hanya untuk hari ini dan esok, melainkan
membangun kehidupan jauh kedepan. Esensi pendidikan dalam hal
ini bagaimana mencerdaskan SDM, masyarakat dan bangsa, sehingga
mampu beradaptasi sekaligus melakukan pembaharuan dalam
kehidupannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dikuasai. Yang
mampu mengusainya adalah orang yang cerdas IQ, EQ, AQ, CQ dan
SQ.
Sumber daya manusia yang berkualitas hanya akan didapat dari guru
yang memiliki berbagai kecerdasan tersebut. Guru yang berkualitas
akan terbentuk jika memiliki etos kerja yang tinggi. Menurut Jansen
Sinamo ada delapan etos kerja unggulan yang perlu dipahami, yang
dapat dikembangkan oleh guru dalam bertugas. Etos kerja tersebut
sebagai berikut:
a) Kerja itu suci, kerja adalah panggilan ku, aku sanggup bekerja
benar.
b) Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja
keras.
c) Kerja itu rahmat, kerja adalah terima kasihku, aku sanggup bekerja
tulus.
d) Kerja itu amanah, kerja itu tanggungjawabku, aku sanggup bekerja
tuntas.
e) Kerja itu seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup
kerja kreatif.
f) Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdiaanku, aku sanggup bekerja
serius,
g) Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja
sempurna.
h) Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup
bekerja unggul
Inilah wujud kecerdasan IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ bagi seorang
pendidik guru. Hasil pekerjaaannya mendidik jauh ke depan. Jadi,
tugas dan tanggungjawabnya bukan hanya pada saat itu dilakukan,
akan tetapi menyiapkan pemimpin masa depan.
Biasanya tenaga profesional jarang mempermasalahkan agar gajinya
dinaikkan, melainkan kinerjanya sendirilah yang mengharuskan orang
lain membayar mahal. Menurut Isjoni dan Suarman orang-orang
profesional tidak menuntut gaji besar, namun mereka membuat gaji
besar dari karyanya.
Etos Kerja Dalam Pandangan Agama Islam
Kerja seperti apapun dalam kehidupan di muka bumi harus dilihat
dan dijalankan dalam suatu keseimbangan yang bernuansa ibadah.
Islam menekankan pentingnya masyarakat muslim secara umum
menghabis sepertiga hari mereka untuk bekerja, sepertiga lainnya
untuk tidur dan istirahat, dan sepertiga lainnya untuk shalat,
bersenang-senang, aktivitas keluarga serta masyarakat.
Ujian muslim setelah berkomitmen terhadap etos kerja, kemudian
perlu dipikirkan mengenai bagaimana rejeki didapat dan
dimanfaatkan. Dalam surat Albaqarah 212, Allah mengatakan akan
memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendakinya. Dari ayat
tersebut yang perlu disadari adalah kendati Allah memberikan rezeki
lewat berbagai cara dan dalam jumlah yang tak terbatas, tetapi itu tak
berarti rezeki datang dengan sendirinya, etos kerja harus
ditumbuhkan
Layak diperhatikan bagaimana pendapatan atau hasil orang per orang
yang berupa rezeki bisa diperoleh. Tentu akhirnya kembali kepada
beberapa besar usaha kita untuk memperoleh rezeki itu. Allah SWT
juga banyak berfirman agar rezeki itu dimanfaatkan dengan baik. Ini
berarti terlihat mata rantai suatu aliran pendapatan dari satu orang
keorang lainnya, sehingga akhirnya bagaikan bola salju dan jadilah
suatu pertumbuhan bagi orang tersebut baik secara moral maupun
material.
Sebagai guru muslim, kita layak merenungkan bahwa segala rezeki
yang Allah berikan kepada kita, harus dimanfaatkan secara baik. Di
samping itu manusia yang beradab pasti ingin bekerja keras dan
cerdas, berusaha mencari rezeki dengan dilandasi oleh etos Islam.
Allah telah meletakkan di dalam prinsip-prinsip penciptaannya,
bahwa bekerja dan berusaha merupakan daya rahasia kemajuan dan
pergerakkan. Alam telah mengajarkan kepada manusia bahwa segala
yang ada di alam ini senantiasa bergerak, berkembang, dan bekerja
untuk membangun sistemnya.
Ajaran Islam amat menekankan etos kerja tanpa melupakan aspek
spritual. Dengan keduanya, Islam mendorong manusia untuk
membangun peradaban yang mempunyai nilai spritual. Menyalakan
etos kerja di tengah krisis bangsa adalah langkah konkrit untuk
perbaikan negeri ini. Kehormatan dan kemuliaan datang dari kerja
dan usaha untuk ibadah.
Etos Kerja Cerdas berlandasan Spritual dapat dikembangkan lagi oleh
guru dan implementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yakni
Etos kerja sebagai mental rohani. Bagaimana kita memandang tugas
kita guru dari segi mental rohani, agar didapatkan kepuasan kerja,
pahamilah hal berikut ini:
a) Kerja adalah rahmat, kerja panggilan, kerja aktualisasi, kerja
ibadah, kerja adalah seni, kerja merupakan kehormatan, kerja
pelayanan.
b) Rahmat; jiwa besar, pikiran luas, hati baik, rejeki akbar, sumber
berkah, suka cita, ikhlas, bersyukur.
c) Amanah; adil, benar, jujur, aman terpecaya, bertanggungjawab,
pembangun,dan pengembang.
d) Panggilan; responsif, ekspresif, unik, khas, berintegrasi, tuntas,
tumbuh menjadi bigger-higher, dan better.
e) Ibadah; penuh cinta, sayang, setia, komitmen, berbakti, mengabdi,
berserah.
f) Seni; indah, estetik,artistik, imajinatif, kreatif,, inovatif,
g) Kehormatan; harkat,martabat, mulia, hebat, berkualitas, unggul,
excellent.
h) Pelayan; fokus pada pelangganan, sempurna, paripurna, ramah,
simpatik, memuaskan.
Etos juga dikenali sebagai kebiasaan, berbasis pada state of mind yang
berhubungan kegiatan produktif.
Etos kerja sebagai seperangkat perlikaku kerja, yang berakar pada
kesadaran yang kuat, keyakinan yangjelas danmantab, serta komitmen
yang teguh pada prinsip,paradigma, dan wawasan kerja yang khs dan
spesifik
Delapan kebiasaan (habitus) dalam bekerja cerdas
a) Bekerja ikhlas penuh rasa syukur
b) Bekerja penuh integitas
c) Bekerja keras penuh semangat
d) Bekerja serius penuh kecintaan
e) Bekerja cerdas penuh kreativitas
f) Bekerja tekun penuh keunggulan
g) Bekerja pari purna penuh kesabaran.
Bagaimana anda sebagai guru melaksanakan tugas profesinya selama
ini, coba nilai sendiri, lakukan penilaian diri dengan jujur agar ke
depan anda pantas menyadang gelar guru yang profesinal.
4) Komitmen
Makna Komitmen
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan dosen, Pasal 7 menyatakan salah satu prinsip
profesionalitas butir c. Guru memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, Pasal 40 Ayat (2)butir b.
menyatakan pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban
mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan butir c. memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang
diberikan kepadanya.
Komitmen adalah janji. Komitmen adalah janji pada diri kita sendiri
atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita.
Komitmen merupakan pengakuan seutuhnya, sebagai sikap yang
sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri
seseorang.
Pilihan jadi guru hendaklah diperkuat dengan komitmen. Komitmen
akan mendororong rasa percaya diri, dan semangat kerja, menjalankan
tugas sebagai guru menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini
ditandai dengan peningkatan kualitas phisik dan psikologi dari hasil
kerja. Sehingga segala sesuatunya menjadi menyenangkanbagi seluruh
warga sekolah.
Komitmen mudah diucapkan. Namun lebih sukar untuk dilaksanakan.
Mengiyakan sesuatu dan akan melaksanakan dengan penuh
tanggungjawab adalah salah satu sikap komitmen. Komitmen sering
dikaitkan dengan tujuan, baik yang bertujuan positif maupun yang
yang bertujuan negative.
Sudah saatnya kita selalu berkomitmen, karena dengan komitmen
sesorang mempunyai keteguhan jiwa. Stabilitas social tinggi,
toleransi,, mampu bertahan pada masa sulit, dan tidak mudah
terprovokasi.
Komitmen yang tinggi untuk mengembangkan pendidikan.
Memenuhi Komitmen (menepati janji sesuai dengan hati nurani)
merupakan sikap dasar guru profesional. Menurut Pugach (2008) ada
lima komitmen yang harus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh
guru, berkaitan dengan gelar profesional yang disandangnya.
a) Selalu belajar mengembangkan pengetahuan dari berbagai sumber.
b) Mengembangkan kurikulum dengan rasa tanggungjawab
c) Selalu memperhatikan keragaman latar belakang keluarga peserta
didik
d) Memenuhi kebutuhan individual dalam belajar di kelas maupun di
area sekolah.
e) Aktif berkontribusi dalam tugas profesinya.
Seorang guru tidak boleh berhenti belajar setelah menyelesaikan
program pendidikannya. Mereka harus terus belajar melalui apa yang
dipraktekkannya di kelas, belajar melalui teman-teman seprofesi. Hal
ini akan terjadi kalau guru memiliki komitmen untuk membuka diri
jadi yang terbaik, mempunyai semangat dalam meningkatkan diri,
mengembangkan kariernya di dunia pendidikan.
Kurikulum bukanlah dokumen statis, dimana guru hanya mengikuti
tanpa perlu pertimbangan dan sikap bijaksana. Guru diberi wewenang
oleh pemerintah untuk mengembangkannya pada tingkat satuan
pendidikan , tingkat kelas, sesuai kebutuhan dan kemampuan peserta
didik. Oleh karena itu, dituntut tanggung jawab guru dalam
penggunaan kurikulum pendidikan.
Guru secara terus menerus, tahun berganti tahun, bergantian
angkatan, menerima anggota kelas yang berbeda-beda. Siswa yang
datang dari beragam latar belakangnya. Untuk pembelajaran yang
menyenangkan guru diharapkan selalu kreatif mengelola kelasnya.
Dimana, siswa dapat merasa diterima keberadaannya, merasa aman
dan nyaman, berada di lingkungan kelas dan lingkungan sekolah.
Kegiatan belajar di kelas maupun lingkungan sekolah hendaklah
diorganisir
secara
tepat
guna.
Pengelompokan
kegiatan,
pengelompokkan siswa perlu pertimbangan berbagai kebutuhan
individu siswa.
Mengajar bukanlah sekedar bekerja yang memperhatikan jam masuk
dan jam keluar selesai pembelajaran. Bekerja bagaikan robot sesuai
dengan apa yang diperintahkan. Guru sendiri harus mampu
mengelola dirinya, mengembangkan profesinya, membutuhkan
kesempatan untuk bergabung dengan teman satu profesi, ikut
bertanggung jawab atas profesinya.
Komitmen guru adalah akhlak guru
Menepati janji adalah salah satu pokok ajaran akhlak yang harus
dilaksanakan sebagai aktualisasi dari keimanan. Sewaktu diangkat
menjadi guru pegawai negeri ada komitmen yang diucapkan (diambil
sumpah) atas nama Tuhan dan ditandatangani sebagai bukti tertulis
kita berjanji. Apa yang terjadi setelah kita guru memulai dunia kerja,
janji tinggal janji. Komitmen sering terlupakan. Janji akan lebih
mengutamakan tugas Negara daripada kepentingan pribadi, sering
terbalik dalam pelaksanaannya. Beratnya kesalahan kita, kita berjanji
dengan Allah.
Guru diharapkan akan menjadi seseorang yang menepati janji,
memegang ucapannya dan dapat dipercaya dan diandalkan. Guru
akan tampil dalam sikap, perkataan dan perbuatan menepati janji
betapapun kecilnya dan dapat diandalkan, terpercaya, beriman dan
bertakwa.
Komitmen dan Ketulusan-keikhlasan
Ketulusan dan keikhlasan dalam bekerja akan memudahkan
terlaksananya komitmen sebagai seorang guru.
Membicarakan
tentang ikhlas, terkait dengan ketulusan niat. “ Ikhlas itu adalah
rahasia dari semua rahasia dan aku menempatkannya di hati hamba
yang menjadi kekasih- Ku.” Demikian firman Allah SWT sebagaimana
disabdakan nabi Muhammad SAW. Niat baik kita untuk
melaksanakan tugas sebaik-baiknya merupakan tujuan hasil kerja
yang berkualitas. Selalu ikhlas dalam bertindak dan niat karena Allah,
diikuti dengan doa, akan membuahkan kebahagiaan bagi pribadi guru
dan kesuksesan belajar siswanya.
Bekerja sebagai pengajar bagian dari mencapai kebahagian dalam
kehidupan. Keikhlasan harus selalu ditingkatkan dan dirawat.
Menurut Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas : “Mencari
kebahagiaan hakiki dalam kondisi ikhlas, manusia akan kuat, cerdas
dan bijaksana jalan hidup yang efektif dan produktif menjadi kekuatan
pribadi yakni pribadi dengan bantuan Allah (Power). Proses melatih
diri secara kualtiatif dan kuwantitatif- meningkatkan keikhlasan
dengan mengakses kekuatan dahsyat (Allah). Kebahagiaan hakiki
tidak hanya dipahami melalui pikiran tatapi harus melalui hati dengan
kelembutan tersendiri orang yang ikhlas: rela, sabar, bersyukur akan
meraih cita-cita yang tertinggi di dunia dan akhirat.
Manusia diciptakan dengan sebaiknya dengan berbagai kelebihan dan
kesempurnaan. Fitrah sempurna di zone ikhlas, selalu berprasangka
baik kepada orang lain dan bersyukur kepada apa yang telah didapat.
Manusia computer hayati; hardware Otak’ Software Pikiran dan
perasaan’ operating system hati nurani self maintence system iklas
gangguan virusnya putus asa, nafsu, sombong dsb- prasangka buruk –
manfaat hidup berkurang. Barsaing perang-bekerja sama. Kita sering
diliputi pada hal-hal yang kurang enak. Takut maka timbul pikiran
hal-hal
yang
menakutkan-usahakan
tarik
hal-hal
yang
membahagiakan/menarik hal-hal yang anda inginkan ingin sembuh
focus pada kesehatan senang focus pada kebahagiaan tenang focus
pada kedamaian.
Selanjutnya Sentanu mengaitkan kerja otak dengan keikhlasan dan
pentinya doa. Hidup di dunia berpasangan ada otak kiri dan otak
kanan. Kiri berpikir analitik, logis, bahasa, pengetahuan. Kanan
Intuisi, kuasi, seni, musik dsb. Tiap orang berbeda mana yang
menonjol. Perlu kerja sama (kanan kiri) , menyeimbangkan diri.
Perang besar melawan diri sendiri. Pikiran positif yang rasanya enak
dihati ketika anda beraktivitas, lakukan dengan hati dengan cara
penuh do’a kepada Allah SWT/ menyerahkan seluruh kehidupannya
kepada Allah SWT. Kita telah diberikan motivasi yang berbicara Zone
ikhlas High energi syukur, sabar, tenang, Happy perasaan positive
yang berenergi tinggi positive feeling. Kebanyakan manusia melihat
lewat panca indera tetapi belum tentu memahami apa yang dilihat.
Doa adalah senjata orang yang beriman D = Direction Minta yang jelas
O = Obedience = yakin do’a akan dikabulkan A= Aceptance = syukur
(menerima perasaan terkabulnya do’a).
Komitmen dan Kesabaran
Pepatah popular mengatakan, “Siapa yang bersabar akan beruntung.”
Mengapa beruntung ? Satu surat dalam Al-Quran menuliskan yang
artinya” …Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS
2:153). Jika Allah sudah menyertai seseorang, tidak ada siapa pun akan
mampu mencelakan dia. Kebersertaan Allah dalam melaksanakan
tugas sebagai guru haruslah diusahakan. Sering kita dalam
melaksanakan tugas tidak sabar untuk meraih hasil terbaik.
Sabar, adalah salah satu sikap terpuji yang terkait dengan kepribadian
guru. Menurut Ubaedi kesabaran dalam konsep agama Isalam
(Konsep Al-Quran) dimaksudkan untuk membuat manusia kuat
menghadapi hidup. Konsep bagaimana menghadapi realitas atau
menjalani praktek hidup.
Seperti yang kita alami, menjalani hidup ini ternyata tidak cukup
dengan memiliki keinginan yang baik, keinginan untuk menjadi orang
baik, atau menjadikan orang lain disekitar kita lebih baik. Setiap orang
memiliki keinginan untuk jadi baik, yang sering membuat kita tidak
nyaman adalah realitas. Realitas yang kita hadapi sering tidak sesuai
dengan harapan, bertentangan dengan keinginan atau yang telah
direncanakan. Ada realitas yang menuntut kita mencari solusi
“90% penyebab kegagalan manusia adalah kepasrahan terhadap realitas
.”(Washington Irvin)
“kesuksesan dilahirkan dari 99% kegagalan yang dipahami dengan sikap anti
menyerah,” (James Dison)
“keberhasilan seseorang itu 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektual dan
yang 80% ditentukan oleh serumpun kemampuan yang disebut Kecerdasan
Emosinal.” (Daniel Goleman)
Ubaedi lebih lanjut menjelaskan, bahwa meski sebagian besar kita
sudah tahu arti kesabaran, tetapi dalam prakteknya masih banyak
yang belum berhasil membedakan antara kesabaran dalam arti pasrah
pada Tuhan dan kesabaran dalam arti pasrah pada kenyataan.
Misalnya guru punya komitmen untuk meningkatkan hasil belajar
siswanya. Kenyataannya, tidak semua anak didiknya dengan cepat
ambil bagian berpartisipasi aktif dalam program yang sudah
dirancang sedemikian rupa. Ada guru yang pasrah pada kondisi
siswa, dengan menyatakan memang kemampuan dan kemauan siswa
untuk belajar terbatas. Yang jelas kita sudah melaksanakan komitmen
dalam menjalankan tugas mengajar. Sering pasrah pada realitas
dengan mengatas namakan kesabaran, nasib, takdir, kehendak Tuhan,
dan sebagainya.
Bila kita sedang mengusahakan ide-ide baru dalam pendidikan
(meningkatkan prestasi) lalu gagal ditengah jalan, orang lain akan
mengatakan kepada kita sabar. Sabar disini mengandung konotasi
menerima kegagalan itu apa adanya. Hal ini tentu tidak sejalan
dengan kesabaran yang diajarkan oleh agama. Ide-ide positif, jika
gagal dilaksanakan, agama memerintahkan kita bukan menerima apa
adanya, melainkan menerima untuk memperbaiki. Yang diperbaiki
bisa jadi rencana, proses, teknik, alat, sikap mental, dan lain-lain.
Dengan menerima dan memperbaiki maka jiwa kita akan terdidik
untuk menjadi kuat.
Kesabaran adalah kemampuan. Ubaedi mengelompokkan kesabaran
sebagai kemampuan:
a) Kemampuan menunggu
b) Kemampuan mempertahankan
c) Kemampuan menjalankan
Sikap-sikap tidak sabar, seperti mengambil jalan pintas yang
melanggar hukum, main seradak-seruduk, atau malah apatis dan tidak
melakukan apa-apa, hanya akan berakhir dengan kegagalan dan
penyesalan.
Komitnen kesabaran perlu ditingkatkan. Sabar dapat mengundang
kehadiran Allah bersama kita. Sabar sebagai cara untuk meminta
pertolongan Allah. Mendidik manusia tidaklah mudah, guru sering
kehilangan kesabaran, sehingga komitmennya dalam menjalankan
profesi sering berjalan tidak mulus. Usaha untuk selalu memperbaiki
diri, mencari jalan terbaik dan doa kepada Allah merupakan kunci
utama dalam mencapai hasil kerja terbaik. Disamping itu, guru
hendaklah selalu berupaya menghadirkan Allah dan dipertahankan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup individu maupun
komunitas, agar selalu menjadi orang yang beruntung.
5) Empati
Makna Empati
Empati dalam bahasa Yunani diartikan sebagai “ketertarikan fisik”,
yang didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali,
mempersepsi dan merasakan perasaan orang lain. Karena pikiran,
kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan
perasaannya. Seseorang yang berempati akan mampu mengetahui,
pikiran dan mood orang lain. Empati sering dianggap sebagai
resonansi perasaan.
Empati adalah pondasi dari semua interaksi hubungan antara manusia
mampu merasakan emosi orang lain, yang akan bermanfaat membina
relationship yang akrab dengan orang lain..
Empati dan kecerdasan emosional
Empati adalah salah satu ciri kecerdasan emosional. Emosi menurut
Goleman (1996) merupakan suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Sejumlah kritikus mengelompokan
emosi dalam beberapa golongan , sebagai berikut:
a) Amarah; beringas, mengamuk, benci, jengkel, marah besar ,
terganggu, rasa pahit, bermusuhan tindak kekerasan
b) Kesedihan; sedih, pedih, muram, melankolis, mengasihani diri,
kesepian, ditolak, putus asa, depresi berat.
c) Rasa takut; cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, pobia, panic,
tidak tenang.
d) Kenikmatan; bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur,
bangga, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.
e) Cinta; penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat,, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
f) Terkejut; takjub, terpana, terkejut, terkesiap.
g) Jengkel; hina, jijik muak, mual, benci tidak suka, mau muntah,
h) Malu; rasa salah, malu hati, kesal hasil, sesal, hina, aib, dan hati
hancur lebur.
Guru yang memiliki empati tinggi, mampu membaca dan memahami
kondisi emosi peserta didiknya pada waktu tertentu. Guru akan
berusaha membantu, memberi bimbingan cara mengelola emosi
mereka.
Kecerdasan emosional: kemampuan seperti kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri, dan bertahan menghadapi frustasi,
menendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan dalam
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.
Empati adalah kemampuan membaca emosi
a) Kemampuan menerima sudut pandang orang lain
b) Kemampuan dalam mendengarkan orang lain
c) Kemampuan kepekaan akan perasaan oranglain
Goleman menyebut empati sebagai”keterampilan dasar manusia”.
Orang memiliki empati kata Goleman adalah pemimpin alamiah yang
dapat mengekspresikan dan mengartikulasikan sentiment kolektif
yang tidak terucapkan, untuk membimbing suatu kelompok menuju
cita-citanya.
Menumbuhkan dan Mengembangkan Empati di kelas
Segal (2000) menyatakan, semakin banyak Anda mempelajari melalui
perasaan, semakin mudah Anda memahami perasaan orang lain. Saya
tidak dapat menemukan alat yang lebih ampuh untuk menelusuri
kerumitan hubungan manusia, kecuali empati. Empati adalah
keterampilan terakhir yang Anda peroleh ketika mendidik hati anda.
Empati mengalir dari kesadaran aktif, rasakan setiap saat,
seimbangkan kebutuhan anda dan kebutuhan orang lain demi
kepuasan bersama untuk membetuk hubungan saling menghormati
yang langgeng. Kesadaran aktif akan membuat anda cerdas. Empati
membuat anda bijaksana dalam merasa.
Memahami bahasa tubuh. Coba ingat dan catat bagaimana anda
bereaksi setiap anda merasakan atau melihat hal-hal berikut ini pada
orang-orang yang anda temui:
a) mulut cemberut
b) ringisan
c) mata berbinar-binar
d) irama suara
e) alis berkerut
f) senyum lebar
g) kelopak mata berat
h) nada suara melengking
i) cuping hidung mengembang
Apakah anda merasakan ledakan emosioanal pada diri anda; Ketika
anda melihat seseorang mengangis, Anda menangis pula. Ketika
seseorang sangat ceria, Anda tertawa geli. Itu bukan empati sama
sekali. Empati dapat dimaknai menyelami perasaan orang lain, namun
masih tetap terjaga beberapa keterpisahan. Empati dapat merasakan
kesedihan orang lain tanpa kehilangan jati diri dan kesadaran diri.
Data penelitian menunjukkan bahwa empati merupakan kekuatan
yang hebat untuk kebaikan. Guru yang memiliki tingkat empati yang
tinggi dapat mengembangkan kemampuan akademik yang lebih besar
pada muridnya daripada guru yang tingkat empatinya rendah. Carl
Roger dalam Zuchdi (2008) mengatakan bahwa, empati merupakan
alat yang paling efektif untuk membantu perkembangan pribadi dan
meningkatkan hubungan serta komunikasi dengan orang lain.
Empati guru merupakan kedekatan emosi dengan peserta didiknya,
ikatan emosi dengan siswanya. Guru sering gagal mencerdaskan
siswanya karena tidak memiliki empati pada peserta didiknya.
Empati guru terhadap siswa dengan memahami kebutuhan siswanya,
diantaranya;
1) Sensitive, penuh perhatian terhadap kebutuhan siswa
2) Menunjukkan kemampuan berada pada posisi siswa
3) Memahami kebutuhan siswa, tetapi tidak sentimental, membedakan
masalah-masalah pribadi anak dari masalah umum.
Latihan membaca wajah siswa anda
Seorang guru harus bisa menyelami, apakah siswa telah mengerti
materi yang baru saja dijelaskan. Biasanya dari ekpresi wajah mereka
dapat terlihat.
Berikut ini Hasyim Ashari (2007) mendeskripsikan tanda yang bisa
dibaca dari ekspresi wajah siswa.
Ekpresi Wajah/suara
Artinya
Kepala manggut-manggut
Memahami apa yang
dijelaskan
Terseyum sambil bilang oo…
Sangat memahami
Wajah tidak tergerak dengan
tetap memandang papan tulis
Belum mengerti
Mengerutkan dahi
Susah memahami
Bel akhir pelajaran berbunyi, dan
siswa bilang “kok cepat ya”
Anda sukses berkomunikasi
dengan siswa
Guru harus kreatif jika di kelas yang diajarnya ada siswa yang ngobrol
dengan temannya. Tidak melihat ke depan, atau kalau ditanya tidak
menjawab. Teramati tidak semangat mengikuti pelajaran . Lakukan
interaksi dengan memberi umpan balik. Guru harus berusaha mencari
akar permasalahannya, jangan hanya focus menyelesaikan program
pembelajaran hari itu. Sikap empati yang tinggi dari guru akan
mampu mengatasi masalah belajar siswanya.
BAB III
MATERI PEMBELAJARAN 1
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Model Pembelajaran
1. Konsep Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran,
tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi
kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar
peserta didik. Modeldiartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalammelakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai:
(1) suatu tipe atau desain; (2)suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan
untuk membantu proses visualisasisesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensiinferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek
atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja,
suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsidari suatu
sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil
agardapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Komaruddin,
2000:152).
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun
model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar
pengertian tersebut, maka model mengajar dapat difahami sebagai kerangka
konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, danberfungsi sebagai pedoman bagi
perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas
pembeiajaran.
Dalam mengajar, guru dapat mengembangkan model mengajarnya yang
dimaksudkan sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik dalam
perilakusiswa, Pengembangan model-model mengajar tersebut dimaksudkan
untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya untuk lebih mengenal
siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan
belajar siswa. Salah satu batasan tentang model mengajar adalah :
‘’Model of teaching can be defined as an instructional design which describes
theprocess of specifying and producing particular environmental situations which
causethe students to interact in such a way that that specificchange occurs in their
behavior”,(SS Chauhan, 1979:20).
Dengan memperhatikan batasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa
model mengajar adalah merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang
menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar
dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan.
Dalam dunia pendidikan, model diartikan sebagai a plan, method, or series of
activitiesdesigned to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Jadi
dengandemikian model pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, model
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasukpenggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti tujuan penyusunan suatu
model baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai
pada tindakan. Kedua, model disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan model adalah pencapaian
tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilrtas dan sumber belajar semuanya diarahkan
dalam upaya pencapaian tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu
model.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan
pendapat di atas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa model
pembelajaran itu adalah adalah suatu set materi dan prosedur pembeiajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada
siswa.
Upaya untuk mengimlernentasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal adalah
dengan menggunakan metode. Ini berarti, metode digunakan untuk
merealisasikan model yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi
dalam satu model pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya
untuk melaksanakan model ekspositori bisa digunakan metode ceramah
sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran.
Oleh karenanya, model berbeda dengan metode. Model menunjuk pada
sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara
yang dapat digunakan untuk melaksanakan, model. Dengan kata lain, model
adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a
wayin achieving something. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan
model adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik
dengan model maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum.Oleh karenanya model dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa
(student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan model pembeiajaran langsung (direct instruction), pembelajaran
deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang
berpusat pada siswa menurunkan model pembelajaran discovery dan inkuiri
serta pembelajaran induktif.
Selain pendekatan, model, dan metode, terdapat juga istilah lain yang
kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik
dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah
cara yang dilakukan seseorangdalam rangka mengimplementasikan suatu
metode. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau
metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Dari
penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu model pembelajaran
yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan;
sedangkanbagaimana menjalankan model itu dapat ditetapkan berbagai
metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru
dapat menentukan teknikyang dianggapnya relevan dengan metode, dan
dalam penggunaan teknik itu guru memiliki taktikyang mungkin berbeda
antara guru yang satu dengan yang lain.
b. Klasifikasi Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (2000) mengemukakan ada empat kategori yang penting
diperhatikan dalam model mengajar, yakni model informasi, model personal,
model interaksi dan model tingkah laku. Model mengajar yang telah
dikembangkan dan dites keberlakuannya oleh para pakar pendidikan
dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok,
yaitu :
1) Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models), menjelaskan
bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari
lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan
masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta
penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model ini memberikan
kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan
perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model ini secara
umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam
mempelajari individu dan masayarakst. Oleh karena itu model ini
potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang
berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual.
2) Model Personal (Personal Family) merupakan rumpun model
pembelajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan
kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan
emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan
seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul
tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang
lebih baik. Model ini memusatkan perhatian pada pandangan
perseorangan dan berusaha mengalakkan kemandirian yang produktif,
sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggungjawab atas
tujuannya.
3) Model Sosial (Social Family), menekankan pada usaha mengembangkan
kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan
orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis
dengan menghargai setiap perfaedaan dalam realitas sosial. Inti dari
sosial model ini adalah konsep“synergy” yaitu energi atau tenaga
(kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu
fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial
pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam
menghayati, mengkaji, menerapkan, dan menerima fungsi dan peran
sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena
kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah,
mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan
data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis. Karena
itu guru seyogianya mengorganisasikan belajar melalui’ kerja kelompok
dan mengarahkannya, kemudian pendidikan dalam masyarakat yang
demokratis seyogianya mengajarkan proses demokratis secara langsung,
jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara melakukan penelttian
bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosial dan
akademis.
4) Model sistem perilaku dalam pembelajaran (Behavioral Model of
Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku,
melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah
belajar melalui penguraian perilaku ke dalam jumlah yang kecil dan
berurutan. Sejalan dengan hal itu, teori konvergensinya William Stern
implementasinya dalam hal belajar mengajar telah menyebabkan
munculnya berbagai teori-teori belajar dan teori atau model mengajar,
seperti: (1) model behavioral yang terdiri dari belajar tuntas, belajar
kontrol diri sendiri, simu!asi, dan belajar asertif; (2) model pemrosesan
informasi yang terdiri dari model mengajar inkuiri, presentase kerangka
dasar atau“advance organizer”, dan model pengembangan berpikir; dan (3)
lain sebagainya yang dapat dijadikan pendekatan yang efektif dalam
pengajaran.
5) Pertimbangan Pemilihan Model Pembeiajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan
kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa
yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya
berpikir model apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai
secara efektif dan efisien, Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa
yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh
karena itu, sebelum menentukan model pembelajaran yang dapat
digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan :
a) Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
i. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
aspek kognitif, afektif, atau psikomotor?
ii. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
apakah tingkat tinggi atau rendah ?
iii. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan
akademis?
b) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi
pembelajaran
i. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau
teori tertentu?
ii. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan
prasyarat tertentu atau tidak?
iii. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
c) Pertimbangan dari sudut siswa
i. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan
siswa?
ii. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan
kondisi siswa?
d) Pertimbangan-pertimbangan lainnya.
i. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model
saja?
ii. Apakah model yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model
yang dapat digunakan?
iii. Apakah model itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam
menerapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai
tujuan yang dengan aspek kognitif, akan memiliki model yang berbeda
dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif atau psikomotor, Demikian
juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan
berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain
sebagainya.
2. Model Pembelajaran Ekspositori
a. Konsep Model Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyarnpaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan model ekspositori ini
dengan istilah model pembeiajaran langsung (direct instruction). Mengapa
demikian? Karena dalam model pembelajaran ini materi pelajaran
disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan
materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah adi. Oleh karena model
ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga
dinamakan istilah model “chalk and talk”.
Terdapat beberapa karakteristik model ekspositori. Pertama, model
ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara
verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan
model ini. Oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran
yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus
dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan
utama pembelajaran adalah menguasai materi pelajaran itu sendiri. Artinya,
setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya
dengsn benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah
diuraikan.
Model pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembeiajaranyang berpusat pada guru (teacher-centered approaches). Dikatakan
demikian, sebab dalam model ini guru memegang peran yang sangat
dominan, guru menyampaikan materi pelajaran secara terstruktur dengan
harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan
baik. Fokus utama model ini adalah kemampuan akademik siswa.
Model pembelajaran ekspositori akan efektif manakala :
1) Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang
akan dan harus dipelajari siswa.
2) Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model
intelektual tertentu.
3) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan,
artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi
pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala
disampaikan oleh guru.
4) Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu.
5) Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau
prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
6) Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga
guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
7) Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata
memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian (Ross & Kyle,
1987) model ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan untuk anak-anakyang memiliki kemampuan kurang.
8) Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan model yang
berpusat pada siswa.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembeiajaran Ekspositori
Dalam penggunaan model pembeiajaran ekspositori terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru.
1) Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam
model pembeiajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak
berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran; justru
tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan
model ini. Karena itu sebelum model pembelajaran ini diterapkan terlebih
dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan
terukur.
2) Prinsip Komunikasi
Proses pernbelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi,
yangmenunjuk pada proses penyampaian pesan darr seseorang (sumber
pesan)kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan), Pesan
yang ingindisampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang
diorganisrr dan disusunsesuai dengan tujuan tertentu yang ingin
dicapai.Dalam proses komunikasiguru berfungsi sebagai sumber pesan
dan siswa berfungsi sebagai penerimapesan.
3) Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme, “kesiapan” rnerupakan salah satu
hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu
akan merespons dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam
dirinya sudah memiliki kesiapan; sebaliknya, tidak mungkin setiap
individu akan merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam
dirinya belum memiliki kesiapan.
Yang dapat kita tarik dari dari hukum belajar ini adalah agar siswa dapat
menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu
kitaharus memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik
maupun psikis untuk menerima pelajaran, Jangan mulai kita sajikan
materi pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya
berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian
dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium),
sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau
menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.
c. Prosedur Pelaksanaan Model Ekspositori
Sebelum diuraikan tahapan penggunaan model ekspositori terlebihdahulu
diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan
menggunakan model ini
1) Rumuskan tujuan yang ingin dicapai
2) Kuasai materi palajaran dengan baik
3) Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses
penyampampaian
Keberhasilan penggunaan model ekspositori sangat tergantung pada
kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran. Ada
beberapa langkah dalam penerapan mode! ekspositori, yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
Persiapan (Preparation)
Penyajian (Presentation)
Korelasi (Correlation)
Menyimpulkan (Generalization)
Mengaplikasikan (Aplication)
3. Model Pembelajaran Inkuiri
a.
Konsep Dasar Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi
heuristic, yang berasal dari bahasaYunani, yaitu heuriskein yang berarti saya
menemukan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri.
Pertama, model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalaui penjelasan
guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti
dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat rnenumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inkuiri siswa tak
hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama
pembelajaran melalui model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar
rasa ingin tahu mereka.
Model pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student-centered approach).
Dikatakan demikian, sebab dalam model ini siswa memegang peran yang
sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran inkuiri akan efektif manakala :
1) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam model
inkuiri, penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama
pembelajaran. Akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
2) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian.
3) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
4) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemauan dan kemampuan berpikir. Model inkuiri akan kurang berhasil
diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk
berpikir.
5) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa
dikendalikan olehguru.
6) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri
Model Pembelajaran inkuiri merupakan model yang menekankan kepada
pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu
menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical
experience, social experience, dan equilibrium. Atas dasar tersebut, maka dalam
penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan oleh setiap guru.
1) Berorientasi pada Pengembangan intelektual.
Tujuan utama dari model inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir.Dengan demikian, model pembelajaran ini selain berorientasi
kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu,
kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauhmana siswa dapat
menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas
mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus
ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang
dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap
gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat
ditemukan.
2) Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan
interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses
interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru
untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah.
Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses
interaksi itu sendiri. Misalnya, interaksi hanya berlangsung antar siswa
yang mempunyai kemampuan berbicara saja walaupun pada
kenyataannya pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang
dibicarakan sangat kurang; atau guru justru menanggalkan peran
sebagai pengatur interaksi itu sendiri.
3) Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan datam menggunakan model
pembelajaraninkuiri adaiah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan
siswa untuk menjawabsetiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir.Oleh sebab itu, kemampuan
guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuirisangat diperlukan.
Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiapguru,
apakah
itu
bertanya
untuk
melacak,
bertanya
mengembangkankemampuan, atau bertanya untuk menguji.
untuk
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar
adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensti seluruh otak.
5) Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala
sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan
kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkernbangan kemampuan
logika dan nalarnya.Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran
yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya.Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk
memberikan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukan.
c.
Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembetajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi
merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan model
pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan.
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada
suatu persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka teki itu.Dikatakan teka teki dalam rumusan masalah yang ingin
dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3) Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak
adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan
sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang
kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan
logis.
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam model
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban atas jawaban yang
diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis
juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengajuan hipotesis.
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Konsep Dasar, Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Model
Pembelajaran Berbasis Masalah. Pertama, Model Pembelajaran Berbasis
Masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
implementasi MPBM ada sejumlah kegiatanyang harus dilakukan siswa.
MPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran. Akan tetapi melalui MPBM siswa
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada
proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan
empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta
yang jelas.
Untuk mengimplementasikan MPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran
yangmemiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut
bisadiambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari
peristiwa yangterjadi dilingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga
atau dari peristiwakemasyarakatan.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan:
1) Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar dapat
mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya
secara penuh.
2) Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir
rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan
pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya
perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan
berpikir dalam membuat judgement secara objektif.
3) Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan
serta membuat tantangan intelektual siswa.
4) Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggungjawab dengan
belajarnya.
5) Jika guru ingin siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari
dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dan
kenyataan)
b. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan MPBM. John Dewey
seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah
MPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem
solving), yaitu :
a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang
akan dipecahkan.
b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis
dari berbagai sudut pandang.
c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakaan hipotesis yang
diajukan.
f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.
5. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir
a. Hakikat dan Pengertian Model Pembelajaran Peningkatan
Telah dijelaskan bahwa salah satu kelemahan proses pembelajaran yang
dilakukan para guru kita adalah kurang adanya usaha pengembangan
kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap proses pembelajaran pada mata
pelajaran apapun kita lebih banyak mendorong siswa agar menguasai
sejumlah materi pelajaran. Metode pembelajaran yang dibahas pada bab ini
adalah metode pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa. Metode pembelajaran ini pada awalnya
dirancang untuk pembelajaran llmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran
hafalan. Namun demikian, tentu saja dengan berbagai penyesuaian topik,
model pembelajaran yang akan dibahas ini juga dapat diterapkan pada mata
pelajaran lainnya termasuk mata pelajaran sejarah. Berdasarkan hasil
penelitian, selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran kelas dua. Para orang
tua siswa berpendapat IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting
dibandingkan dengan pelajaran lainnya, seperti IPA dan Matematika
(Sanjaya, 2002). Hal itu merupakan pandangan yang keliru. Sebab, pelajaran
apapun diharapkan dapat membekali siswa baik untuk terjun ke masyarakat
maupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kekeliruan ini juga terjadi pada sebagian besar para guru. Mereka
berpendapat bahwa IPS pada IPS pada hakikatnya adalah pelajaran hapalan
yang tidak menantang untuk berpikir. IPS adalah pelajaran yang syarat
dengan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus
dihafal dan tidak perlu dibuktikan.
Sekarang bagaimana mengubah paradigma berpikir tentang IPS dan sejarah
sebagai mata pelajaran hafalan? bagaimana sejarah dapat dijadikan mata
pelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa? Di
bawah ini akan dijelaskan satu model pembelajaran berpikir dalam pelajaran
Sejarah dan IPS. Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran hasil
dari pengembangan yang telah diuji coba (Sanjaya,2002).
Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (MPPKB) adalah
model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan
berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai
bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas. Pertama,
MPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan
kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh MPPKB adalah
bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran. Akan tetapi
bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan atau ide-ide
melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan pada
asumsi bahwa kemampuan bicara secara verbal merupakan salah satu
kemampuan berpikir.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar
pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan
ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan seharihari dan/atau berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasilhasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka
peroleh dalam kehidupansehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir MPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan
masalah-masalah soisal sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Hakikat Kemampuan berpikir dalam MPPKB
Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir atau MPPKB
merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan
peningkatan kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reasin (1981),
berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekadar
mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Menurut Reason
mengingat dan memahami lebihbersifat pasif daripada kegiatan berpikir
(thinking). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan
sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas
permintaan; sedang memahami memerlukan pemerolehan apa yang
didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori.
Berpikir adalah istilah yang lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan
seseorang harus bergerak hingga diluar informasi yang didengarnya.
Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari
suatu persoalan yang dihadapi.
Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami,
oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam
mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang
memiliki mengingat dan memahami memiliki kemampuan juga dalam
berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti oleh
kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti yang dikemukakan
Peter Reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi tanpa adanya memori.
Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working memory), maka orang
tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang
cukup lama. Jika seseorang kurang memiliki daya ingat jangka panjang (long
term memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan
masa lalu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang
melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan
memahami, sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan
proses mental yang disebut berpikir.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka MPPKB bukan hanya sekadar model
pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan
memahami berbagai data, fakta atau konsep. Akan tetapi bagaimana data,
fakta, dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih
kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu
persoalan
c. Karakteristik MPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk nengembangkan
kemampuan berpikir, MPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu
sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran melalui MPPKB menekankan kepada proses mental
siswasecara maksimal. MPPKB bukan model pembelajaran yang hanya
menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki
aktivitas siswa dalam proses berpikir. Hal ini sesuai dengan latar
belakang psikologis yang menjadi tumpuannya, bahwa pembelajaran itu
adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih
menekankan aktivitas fisik. Artinya, setiap kegiatan belajar itu
disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan stimulus-respon saja, tetapi
juga disebabkan karena dorongan mental yang diatur otaknya. Berkaitan
dengan karakteristik tersebut, maka dalam proses implementasi MPPKB
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara
mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama
guru. Artinya, guru harus menyadari bahwa proses pembelajaran itu
yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana
mereka mempelajarinya.
b. Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif
siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari secara
metoda apa yangakan digunakan.
c. Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini
guru harus membantu agar siswa belajar untuk melihat hubungan
antar bagian yang dipelajari.
d. Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa
manakala siswa dapat mengorganisasikannya dengan pengetahuan
yang telah mereka miliki. Dengan demikian guru harus dapat
membantu siswa belajar dengan memperlihatkan bagaimana gagasan
baru berhubungan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
e. Siswa harus secara aktif merespon apa yang mereka pelajari.
Merespon dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktivitas
secara fisik.
2) MPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara
terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
3) MPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi
yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi
hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan dan
penguasaan materi pembelajaran baru.
d. Tahapan-tahapan Pembelajaran MPPKB
MPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar
hal ini sesuai dengan hakikat MPPKB yang tidak mengharapkan siswa
sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru
kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara demikian bukan saja tidak sesuai
dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman. Namun juga
dapat menghilangkan gairah dan motivasi belajar siswa (George W. Maxim,
1987).
Ada 6 tahap dalam MPPKB. Setiap tahap dijelaskan sebagai berikut:
1) Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk
melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama,
penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan
dengan penguasaan materipelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan
yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan
berpikir yang harus dimiliki siswa, kedua, penjelasan proses
pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasn tentang apa
yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
Pemahaman siswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam
proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pata tahap orientasi sangat
menentukan keberhasilan MPPKB. Pemahaman yang baik akan membuat
siswa tahu kemana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar mereka.Oleh sebab itu, tahapan ini merupakan tahapan
yang sangat penting dalam implementasi proses pembelajaran. Untuk
itulah dialog yang dikembangkan guru pada tahapan ini harus mampu
menggugah dan menumbuhkan minat belajar siswa.
2) Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami
pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok
persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru
mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap
pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang diangap relevan
dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah
selanjutnya guru rnenentukan bagaimana ia harus mengembangkan
dialog dan Tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3) Tahap Kontrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus
dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini
guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang
memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai
dengan tema atau topik itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan
kemampuan dasar atau pengalaman siswa seperti yang diperoleh pada
tahap kedua. Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog
agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan.
Mengapa demikian? Sebab, pemahaman terhadap masalah akan
mendorong siswa untuk dapat berpikir. Oleh sebab itu, keberhasilan
pembelajaran pada tahap selanjutnya akan ditentukan oleh tahapan ini.
4) Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MPPKB. Pada tahap
inilah siswa berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, siswa
diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pada
tahapan ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan.
Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat menumbuhkan
keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta
sesuai dengan pengalamannya, memberikan argumentasi yang
meyakinkan, mengembangkan gagasan, dan lain sebagainya
5) Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru
melaluiproses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat
menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran.
Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat
menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar
topik yang dipermasalahkan.Tahap akomodasi dapat juga dikatakan
sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa
diarahkan untuk mampu mengungkap kembali pembahasan yang
diangap penting dalam proses pembelajaran
6) Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan
dengan masalah yang disajikan. Tahap transper dimaksudkan sebagai
tahapan agar siswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap
siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini guru
dapat memberikan tugas-tugasyang sesuai dengan topik pembahasan.
6. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, Ada empat unsur penting
dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam
kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar; (4) adanya
tujuan yang harus dicapai.
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap
kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan
beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas
minat danbakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang
kemampuan, pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik
campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan.
Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi
pertimbangan utama.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua
pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai
anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota
kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.
Salah satu model dari model pembelajaran kelompok adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi
perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin
(1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil oenelitian
membuktikan bahwa pemggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan
diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.
Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa
dalambelajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuandengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka
pembelajaran kooperatifmerupakan bentuk pembelajaran yang dapat
memperbaiki sistem pembelajaranyang selama ini memiliki kelemahan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan
(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya
akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.Setiap individu
akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk
keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan
yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Model pembelajaran ini bisa digunakan manakala :
1) Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual
dalam belajar.
2) Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar
saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar
3) Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman
lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
4) Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
5) Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah
tingkat partisipasi mereka.
6) Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
7. Model Pembelajaran Kontekstual
a. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran
yangmenekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapatmenemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasikehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk.dapat
menerapkannya dalamkehidupan mereka.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL
menekankankepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalamkonteks CTL tidak mengharapkan agar siswa
hanya mener.ima pelajaran, akantetapi proses mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara
materiyang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapatmenangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupannyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yangditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa materi itu akan bermaknasecara fungsional, akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalammemori siswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat
rnemahami materi yang dipelajarinya,akan tetapi bagaimana materi
pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalamkehidupan sehari-hari.
Materi pelajaran dalam kontek CTL, bukan untuk ditumpukdiotak dan
kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.
Sehubungan dengan itu, terdapat lima karakteristik penting dalam
prosespembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
1) Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yangsudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari
tidak terlepasdari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian
pengetahuan yangakan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh
yang memiliki keterkaitansatu sama lain.
2) Pembelajacan yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperolehdan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
Pengetahuan baruitu diperoleh dengan cara deduktif, artinya
pembelajaran dimulai denganmempelajarai secara keseluruhan, kemudian
memerhatikan detailnya.
3) Pemahaman
pengetahuan
(understanding
knowledge),
artinya
pengetahuanyang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami
dan diyakini, misalnyadengan cara meminta tanggapan dari yang lam
tentang pengetahuan yangdiperolehnya dan berdasarkan tanggapan
tersebut baru pengetahuanitudikembangkan.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge),artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus dapatdiaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilakusiswa.
5) Melakukan
refleksi
(reflecting
knowledge)
terhadap
strategi
pengembanganpengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan danpenyempurnaan strategi.
b. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Apa perbedaan pokok antara pembelajaran CTL dan pembelajaran
konvensionalseperti yang banyak diterapkan sekolah sekarang ini? Di bawah
ini dijelaskan secarasingkat perbedaan kedua model tersebut dilihatdari
konteks tertentu.
1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan
aktifdalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan 1
menggalisendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran
konvensional siswaditempatkan sebagai objek belajar yang berperan
sebagai penerima informasisecara pasif
2) Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok,
sepertikerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan member!.
Sedanskan dalampembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar
secara individual denganmenerima, mencatat, dan menghafal materi
pelajaran.
3) Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara
riil,sedangkan dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat
teoretisdan abstrak.
4) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan
dalampembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihanlatihan.
5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan
diri;sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah
nilai atauangka.
6) Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri
sendiri,misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia
menyadari bahwaperilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat;
sedangkan dalam pembelajarankonvensional, tindakan atau perilaku
individu didasarkan oleh faktor dari luardirinya, misalnya individu tidak
melakukan sesuatu disebabkan takit hukumanatau sekadar untuk
memp.eroleh angka atau nilai dari guru.
7) Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu
berkembang sesuaidengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu
setiap siswa bisa terjadiperbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan
yang dimilikinya. Dalampembelajaran konvensional ha I ini tidak
mungkin terjadi. Kebenaran yangdimiliki bersifat absolut dan final, oleh
karena pengetahuan dikonstruksi olehorang lain.
8) Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitordan
mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkandalam
pembelajaran
konvensional
guru
adalah
penentu
jalannya
prosespembelajaran.
9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja
dalamkonteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan;
sedangkan dalampembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi
di dalam kelas.Sejarah SMAPLPG Sertifikasi Guru 2012 Rayon 9
Universitas Negeri Jakarta 96
10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek
perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur
dengan berbagaicara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa,
penampilan, rekaman,observasi, wawancara, dan lain sebagainya;
sedangkan dalam pembelajarankonvensional keberhasilan pembelajaran
biasanya hanya diukur dari tes.
Beberapa perbedaan pokok si atas, tnenggambarkan bahwa CTL memang
memilikikarakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses
pelaksanaan danpengelolaannya.
a. Asas-Asas CTL
CTL memiliki 7 asas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran
denganmenggunakan model pembelajaran kontekstual. Seringkali asas ini
disebut jugakomponen-komponen CTL.
1) Konstruktivisme
Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa
bisamengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan
danpengalaman. Mengapa demikian? Sebab, pengetahuan hanya
akanfungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang
hanyadiberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Atas
dasarasumsi yang mendasar itulah, maka penerapan asas
konstruktivismedalam pembelajaran CTL, siswa didorong untuk mampu
mengkonstruksipengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata
2) Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses
pembelajaran didasarkan pada pencarian dan peneluan melalui
prosesberpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta
hasildari rnengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Dengandemikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah
mempersiapkansejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi
merancang pembelajaranyang memungkinkan siswa dapat menemukan
sendiri materi yang harus dipahaminya
Apakah inkuiri hanya bisa dilakukan untuk mata pelajaran tertentu
saja?Tentu tidak. Berbagai topik dalam setiap mata pelajaran dapat
dilakukanmelalui proses inkuiri. Secara umum proses inkuiri dapat
dilakukan melaluibeberapa langkah,yaitu :
a) Merumuskan masalah
b) Mengajukan hipotesis
c) Mengumpulkan data
d) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e) Membuat kesimpulan
3) Bertanya
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap
individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan
seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru
tidakmenyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar
siswadapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat
penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing
dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang
dipelajarinya.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan
sangatberguna untuk:
a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pelajaran
b) Membangkitkan motivasi belajar siswa
c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat
dilakukandengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat
heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya,
maupun dilihat dari bakatdan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya
mereka sating membelajarkan;yang memiliki kemampuan tertentu
didorong untuk menularkannya padayang lain.
5) Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran
denganmemperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara
mengoperasikansebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah
kalimat asing, dan lainsebagainya.
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga
gurumemanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.
Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL,
sebabmelalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
teoretis abstrakyang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme
6) Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yangdilakukan dengan cara menurutkan kembali kejadian-refleksi,
pengalaman belajar itu aKan aimasuKKan aaiam struKtur Kognitif siswa
yang padaakhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang
dimilikinya. Bisaterjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui
pengetahuan yangtelah dibentuknya, atau menambah khazanah
pengetahuannyaDalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL,
setiap berakhirproses pembelajaran, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untukmerenung atau mengingat kembali apa yang telah
dipelajarinya. Biarkansecara bebas siswa menafsirkan pengalamannya
sendiri, sehingga ia dapatmenyimpulkan tentang pengaiaman belajarnya.
7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Penilaian nyata (Authentic Assesment) adalah proses yang dilakukan
guruuntuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar
yangdilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakan
siswabenar-benar belajar atau tidak; apakah pengaiaman belajar siswa
memilikipengaruh positif terhadap perkembangan intelektual maupun
mental siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan
prosespembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama
kegiatanpembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya
diarahkan kepadaproses belajar bukan kepada hasil belajar.
b. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan anak tentang fungsi
pasar.Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk
memahami fungsidan jenis pasar. Untuk mencapai kompetensi tersebut
dirumuskan beberapaindikator hasil belajar:
1) Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar
2) Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar
3) Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara
tradisionaldengan pasar nontradisional
4) Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar
5) Siswa bisa membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar
pasar
Untuk mencapai tujuan kompetensi di atas, dengan menggunakan
CTLgurumelakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini:
a) Pendahuluan
i. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
prosespembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan
dipelajari.
ii. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
(a) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumlahsiswa
(b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi,
misalnyakelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar
tradisional, dankelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar
swalayan
(c) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal
yangditemukan di pasar-pasar tersebut
iii. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan
olehsiswa
b) Inti
Di lapangan
i. Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian
tugaskelompok
ii. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai
denganalat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas
(a) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan
kelompoknya masing-masing
(b) Siswa melaporkan hasil diskusi
(c) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
olehkelompok yang lain Penutup
(d) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar
masalahpasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus
dicapai
(e) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang
pengalamanbelajar mereka dengan tema “pasar”
Apa yang dapat
menggunakanCTL?
Anda
tangkap
dari
pembelajaran
dengan
Ya, pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep,
anakmengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas
bukanlahtempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru,
akan tetapi kelasdigunakan untuk salin membelajarkan. Untuk itu ada
beberapaCatatan dalam penerapan CTL sebagai suatu model
pembelajaran, yaitusebagai berikut:
(a) CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
siswasecara penuh, baik fisik maupun mental,
(b) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi
prosesberpengalaman dalam kehidupan nyata.
(c) Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk
memperqlehinformasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji
data hasil temuanmereka di lapangan.
(d) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil
pemberiandari orang lain.
8. Model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan (Model PAKEM)
a. Pengantar
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh
pelosok tanahair adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena
pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak,mengembangkan
kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.Modul ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa,
danbagaimana PAKEM tersebut, serta prosedur atau langkah-langkah yang
dapat dilakukaninstruktur. Dengan membaca dan mengikuti proses-proses
yang telah dirancang dalammodul ini, para peserta diharapkan dapat
mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEMtersebut, dan pada
akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing.
(Depdiknas, 2005: 71)
Gambar Model Pembelajaran PAKEM
LANGKAH KEGIATAN
Secara diagramatik, langkah
digambarkan sebagai berikut:
pembelajaran
dalam
pertemuan
Gambar Langkah Model Pembelajaran PAKEM
ini
1) Kegiatan diawali dengan pengantar singkat oleh instruktur tentang
rencana kegiatan dankompetensi yang diharapkan setelah mengikuti
kegiatan. Kemudian juga disampaikanpengaturan peserta dan aturan
main pelaksanaan kegiatan.
2) Kegiatan berikutnya adalah permodelan PAKEM.Instruktur memodelkan
pelaksanaan PAKEM dengan melibatkan peserta sebagai murid.
Pemodelan selain dimaksudkanagar peserta dapat menghayati bagaimana
mengikuti PAKEM, mereka juga diharapkandapat merasakan perbedaan
antara pengalaman sebelumnya dengan PAKEM.
3) Diskusi kelompok. Diskusi kelompok (4-6 orang) tentang hal-hal baru
yang ditemukandalam pembelajaran PAKEM ” ditinjau dari beberapa hal,
antara lain: kegiatan anak danbentuk layanan yang diberikan guru, jenis
pertanyaan atau penugasan yang dikerjakansiswa, interaksi antar siswa
dan interaksi lainnya, sumber belajar yang digunakan,dan lain sebagainya.
Selanjutnya proses dan hasil diskusi dituliskan pada format yangdisajikan
pada tabel berikut
Tabel Format/Pencatat hasil Diskusi
Hal baru yang Berbeda dengan Kebiasaan
Pembelajaran selama Ini
Komponen Pembelajaran
a.
Kegiatan Siswa
b.
c.
a.
Kegiatan Guru
b.
c
a.
Interaksi Antar Siswa
b.
c
Interaksi Siswa dengan
a.
Guru
b.
c
Jenis Pertanyaan
a.
atau Penugasan Yang
b.
Dikerjakan Siswa
Sumber Belajar Yang
c
a.
Digunakan
b.
c
a.
Lainnya: ….
b.
c
4) Berbagi Hasil Diskusi
Hasil diskusi kelompok selanjutnya dipajang di tempat-tempat yang
agak terpisah
a) Salah seorang dari setiap kelompok menunggui hasil kerjanya dan
siap menjelaskankepada kelompok lain yang mendatangi dan
menanyakan segala sesuatu yang terkaitdengan hasil karyanya
b) Kelompok lain mengunjungi dan belajar dari kelompok lain
(berkeliling sehingga semuahasil kerja kelompok lain sempat
dikunjungi dan dipelajari).
5) Presentasi Video/multimedia tentang PAKEM
a) Instruktur memberikan informasi kepada peserta pelatihan untuk
memperhatikanrekaman ideo/multimedia secara cermat dan
memberikan bentuk tagihannya, yakni,memperbaiki hasil diskusi
kelompok sebelumnya.
b) Instruktur menampilkan rekaman video/multimedia yang
memperlihatkan pelaksanaanpembelajaran yang PAKEM.
c) Setiap kelompok diminta melaporkan hal-hal yang dapat
ditambahkan pada hasil kerjasebelumnya, dan kelompk lain
menambahkan hala-hal lain yang tidak disebutkan olehkelompok
sebelumnya.
6) Diskusi kelompok
Pada tahap ini kembali ke kelompok masing-masing danmengidentifikasi
ciri-ciri PAKEMsecara lebih lengkap.
7) Presentasi penguatan hasil diskusi PAKEM
Instruktur menyajikan transparansi tentang PAKEM sebagai penguatan
terhadap proses danhasil kerja para peserta pelatihan.
b. Apa, Mengapa PAKEM
1) Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan salah satu pilar dari program MBS (Menciptakan
masyarakatyang peduli pendidikan anak) dan program ini merupakan
program UNESCO dengan bekerja sama dengan Depdiknas. PAKEM
adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakansuasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar harus
merupakan suatu proses aktif dari siswadalam membangun
pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima
penjelasan dari guru tentang pengetahuan. Pendapat ini sejalan dengan
pendapat Vigotsky bahwa ada keterkaitan antara bahasa dan pikiran.
Dengan aktif berbicara (diskusi) anak lebih mengerti konsep atau materi
yang dipelajari. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Katz dan
Chard bahwa anak perluketerlibatan fisik untuk mencegah mereka dari
kelelahan dan kebosanan. Siswa yang lebih banyak duduk diam akan
menghambat perkembangan motorik, akademik, dan kreativitasnya.
Anak usia TK dan SD lebih cepat lelah jika duduk diam dibandingkan
kalau sedangberlari, melompat, atau bersepeda Akan tetapi,dengan
belajar yang aktif, motorikhalus dan motorik kasar mereka akan
berkembang dengan baik. Melalui belajar aktifsegala potensi anak dapat
berkembang secara optimal dan memberikan peluang siswa untuk aktif
berbuat sesuatu sambil mempelajari berbagai pengetahuan. (Sowars,
2000: 3-10)
Oleh karena itu, proses belajar harus melibatkan semua aspek
kepribadian manusia,yaitu mulai dari aspek yang beruhubungan dengan
pikiran, perasaan, bahasa tubuh,pengetahuan, sikap, dan keyakinan.
Menurut Magnesen dalam Dryden bahwa dalambelajar siswa akan
memperoleh 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar,30%
dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari
apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan.
(Dryden,2000: 100)
Unsur kedua dari PAKEM adalah kreatif. Kreatif artinya memiliki daya
cipta, memiliki kemampuan untuk berkreasi. (Silberman, 1996: 9). Peran
aktif siswa dalam proses pembelajaran akan menghasilkan generasi yang
kreatif, artinya generasi yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar
guru menciptakan kegiatan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Semiawandaya
kreatif tumbuh dalam diri seseorang dan merupakan pengalaman yang
paling mendalam dan unik bagi seseorang. Untuk menimbulkan daya
kreatif tersebutdiperlukan suasana yang kondusif yang menggambarkan
kemungkinan tumbuhnyadaya tersebut.(1999 : 66).
Suasana kondusif yang dimaksud dalam PAKEM adalah suasana belajar
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktifdan
memberi kesempatan pada siswa untuk dapat mengemukakan gagasan
dan ide tanpa takut disalahkan oleh guru. Adapun pembelajaran yang
efektif terwujud karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat
menumbuhkan daya kreatif bagi siswa sehingga dapat membekali siswa
dengan berbagai kemampuan. Setelah proses pembelajaran berlangsung,
kemampuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa pengetahuan yang
bersifat verbalisme namun diharapkan berupa kemampuan yang lebih
bermakna. Artinya siswan dapat mengembangkan berbagai potensi yang
ada dalam diri siswa sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam.
Belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by
doing) dan untuksiswa kelas rendah SD dapat dikemas dengan bermain.
Bermain dan bereksplorasidapat membantu perkembangan otak,
berbahasa, bernalar, dan bersosialisasi.Menyenangkan adalah suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehinggasiswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah
perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya perhatian siswa
terbuktidapat meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif
yang tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa secara proses
pembelajaran berlangsung, sebab siswa memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai,. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak
ubahnya seperti bermain biasa. Kelas yang sunyi, anak sebagai
pendengar pasif, tidak adaaktivitas konkrit membosankan dan belajar
tidak efektif tidak kritis, tidak kreatif,komunikasi buruk, apatis.
Kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan
bagian neocortex (otak berpikir) dan mengoptimalkan proses belajar dan
meningkatkankepercayaan diri anak. Suasana kelas yang kaku, penuh
beban, guru galak akanmenurunkan fungsi otak menuju batang otak dan
anak tidak bisa berpikir efektif,reaktif atau agresif.(Pancamegawani,
2006)
Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa dalam
pembelajaranAktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan siswa terlibat
dalam berbagai kegiatanpembelajaran yang dapat mengembangkan
pemahaman dan kemampuan merekamelalui berbuat atau melakukan.
Kemudian dalam PAKEM guru menggunakanberbagai alat bantu atau
media dan berbagai metode. Dengan kata lain dapatdikatakan bahwa
dalam PAKEM guru menggunakan multi media dan multi metode,
sehingga kegiatan pembelajaran yang tecipta dapat membangkitkan
semangatsiswa dan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada
dalam diri siswa. Yangtidak kalah pentingnya adalah PAKEM
menggunakan lingkungan sebagai sumberbelajar untuk menjadikan
siswan menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.Untuk penataan
kelas dalam PAKEM guru mengatur kelas dengan memajang bukubukudan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
Dengandemikian siswa dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada
dalam kelas sehinggakemampuan anak dapat bekembang lebih
optimal.Dalam strategi pembelajaran guru menerapkan cara mengajar
yang lebih kooperatifdan interaktif termasuk cara belajar kelompok.
Guru mendorong siswa untukmenemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkangagasannya dan
melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan
pendidikandiselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang,memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yangcukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, danperkembangan fisik serta
psikologis peserta didik (PP 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, ps
19, ayat 1)
2) Landasan PAKEM
a. Landasan Yuridis
Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan
pendidikan
diselenggarakan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yangcukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005:
Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1)
b. Asumsi Dasar tentang Belajar
Asumsi dasar belajar adalah belajar merupakan proses individual,
belajar merupakan proses social, belajar adalah proses yang
menyenangkan, belajar adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti,
belajar adalah membangun makna (Constructivism) Perubahan
Paradigma Mengajar – Pembelajaran (Teaching – Learning) Penilaian–
Perbaikan terus menerus (Testing–Continuous improvement)
Perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin
cepat; TeknologiInformasi/sumber belajar sangat beragam; Bekal
memenuhi kebutuhan manusiamodern–mandiri, bekerjasama, berpikir
kritis, memecahkan masalah; Persainganinternasional (Globalisasi)
Belajar lebih efektif/pendalaman; Anak lebih kritis; Anak menjadi
lebih kreatif; Suasana dan pengalaman belajar bervariasi;
Meningkatkankematangan emosional/sosial; Produktivitas siswa
tinggi; Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses
perubahan;
c. Cara Anak Belajar
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri
dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya
(teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki
struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada
dalam pikiran sebagai hasil pemahamanterhadap objek yang ada
dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut
berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan
konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses
memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan
objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan
membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi
seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat
membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya.
Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisa kankarena memang proses
belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan
lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada
rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar
sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser
dari satu aspek situasi ke aspeklain secara reflektif dan memandang
unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3)
Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan
benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan
aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan
hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume
zat cair,panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan
perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia
sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
i. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal
yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba,
dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan
bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan
yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih
faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
ii.
Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu
memilah-milah konsep dariberbagai disiplin ilmu, hal ini
melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum
ke bagian demi bagian.
iii.
Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang
secarabertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang
lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
diperhatikan mengenai urutanlogis, keterkaitan antar materi, dan
cakupan keluasan serta kedalaman materi.
c. Pembelajaran yang Efektif
Kegiatan belajaran yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang
menunjang kompetensi siswa. Kegiatan belajara yang efektif adalah kegiata
belajar yang memahami makna belajaryang sesusngguhnya, pembelajaran
yang berpusat, pembelajaran yang mengalami, mengembangkan
keterampilan sosial, kognitif, dan emosional,
mengembangkan
keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan, pembelajaran yang merupakan
perpaduan kemandirian dan kerja sama, belajar sepanjang hayat.
Makna belajar merupakan proses membangun pemahaman/pemaknaan
terhadap informasi dan atau pengalaman siswa. Siswa sebagai subjek belajar.
Kegiatan pembelajaran harus memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara
dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa.Belajar
mengalami artinya siswa terlibat langsungdalam pembelajaran. Hal ini dapat
dikembangkan melalui pengalaman inderawi: melihat,mendengar,
meraba/menjamah, mencicipi, mencium, Pengalaman simulasi , Audiovisual, Mendengarkan informasi.
Mengembangkan Keterampilan Sosial, Kognitif, dan Emosional dapat
dilakukan dengan mengkomunikasikan gagasan, hasil kreasi, hasil temuan,
berinteraksi dengan lingkungan belajar kelompok, saling mempertajam,
memperdalam, memantapkan, menyempurnakan gagasan.Keterampilan
social dapat dilakukan dengan bersosialisasi dengan menghargai perbedaan
pendapat, sikap, kemampuan, prestasi Bekerja sama dan mengembangkan
empati. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Ber-Tuhan,
yaitu dengan mengembangkan Rasa ingin tahu, peka, kritis, mandiri, dan
kreatif Fitrah bertuhan,bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa Perpaduan
Kemandirian dan Kerja Sama, berkompetisi , kerja mandiri, kerja sama, dan
solidaritas. Adapun Belajar Sepanjang HayatUntuk bertahan (survive) &
berhasil (success)
Mengenali diri Keterampilan belajar: percaya diri, keingintahuan, memahami
orang lain,kemampuan berkomunikasi, dan bekerja sama Pengalaman Belajar
yang Beragam,Pengalaman Mental, Pengalaman Fisik, dan Pengalaman
Sosial. Pengalaman Mentaldapat diperoleh Melalui membaca buku,
mendengarkan ceramah, markan berita radio,televisi, melakukan
perenungan, menonton film
Pengalaman Fisik dapat diperoleh melalui pengamatan, percobaan,
penelitian, kunjungan, karya wisata, dan pembuatan buku harian.
Pengalaman sosial melalui berwawancaradengan tokoh, bermain peran,
berdiskusi, bekerja bakti, melakukan bazaar, melakukanpameran,
mengamati, bertanya, mempertanyakan, menjelaskan, berkomentar,
mengajukan hipotesis mengumpulkan data. Dengan situasi: nyata, buatan,
audio-visual (misal: sajian film), visualisasi verbal: ilustrasi (cerita
grafik,table) audio-verbal.
Contoh-contoh Pengalaman Belajar
1) menggubah syair dan bernyanyi
2) melakukan permainan
3) diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan,
menyanggah)
4) menggambar dan mengarang
5) menulis prosa, puisi, pantun
6) membaca
7) menyimak
8) mengisi teka-teki
9) mengajukan pertanyaan penelitian
10) mengajukan pendapat dengan alasan yang logis
11) mengomentari
12) bercerita
13) mendengarkan cerita
14) mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda
15) mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting
16) membuat rangkuman/sinopsis
17) mendemonstrasikan hasil temuan
18) mencari pemecahan soal-soal (matematika)
19) membuat soal cerita
20) mengukur panjang, berat, suhu
21) merencanakan dan melakukan percobaan, penelitian
22) membuat buku harian
23) membuat kamus
24) melakukan simulasi (dengan komputer)
25) mengelompokkan, mengidentifikasi ciri benda
26) mengumpulkan dan mengoleksi benda dengan karakteristiknya
27) membuat komik
28) membuat prediksi dan berekspolarsi
29) membuat grafik
30) membuat diagram
31) membuat carta
32) membuat jurnal
33) menyiapkan dan melaksanakan pameran
34) menggunakan alat (ukur, potong, tulis)
35) praktik ibadah
36) berceramah
37) membuat poster
38) membuat model (misal: kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran)
39) menata pajangan
40) menata buku perpustakaan
41) membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
42) melakukan wawancara
43) membuat denah
44) membuat catatan hasil penjelasan/hasil pengamatan
45) membaca kamus
46) mencari informasi dari ensiklopedi
47) melakukan musyawarah
48) mengunjungi dan menemukan alamat situs website
49) berorganisasi
50) mendiskusikan wacana dari media cetak/media elektronik
51) membuat cergam
52) membuat resensi buku
53) mengkritisi suatu artikel
54) mengkaji pola tulisan suatu artikel
55) menulis artikel ilmiah populer
56) membuat ensiklopedi
(tambahkan kegiatan lain yang mengerahkan keterampilan berpikir
danmengaplikasikan pengetuan yang sudah dimiliki siswa)
Pengelolaan KBM
1) Pengelolaan Tempat Belajar
2) Pengelolaan Siswa
3) Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
4) Pengelolaan Isi Pembelajaran
5) Pengelolaan Sumber Belajar
Pengelolaan Tempat Belajar
1) Bergantung strategi yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai
2) Memperhatikan intensitas interaksi antarsiswa
3) Yang dikelola: pajangan (hasil kerja siswa, gambar peta, diagram, model,
benda asli, kumpulan puisi, karangan), meja kursi, perabot sekolah,
sumber belajar
Pengelolaan Siswa
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Siswa dikelola secara individual, berpasangan, berkelompok, seluruh kelas
Hal yang perlu menjadi pertimbangan
jenis kegiatan
tujuan kegiatan
keterlibatan siswa
waktu belajar
ketersediaan sarana/prasarana
karakteristik siswa
Tabel Keberagaman Karakteristik Siswa
Faktor Keberagaman
Isi(bycontent)
Minat dan motivasi(by interest)
Kecepatan tahapan belajar (by speed)
Pengelolaan Siswa
1) Siswa berpeluang mempelajari materi yg
berbeda dlm sasaran kompetensi yg
sama ataupun berbeda
2) Siswa berpeluang berkreasi sesuai dg minat
dan motivasi belajar baik dlm kompetensi
yg sama maupun berbeda. Siswa
termotivasi belajarsecaramandiri
3) Siswa berpeluang belajar (bekerja) sesuai
dengan kecepatan yg dimilikinya.
Keberagaman bias pada kompetensi, isi,
maupun kegiatan
4) Siswa berpeluang untuk mencapai
kompetensi secara maksimal sesuai dg
tingkat kemampuan yg dimiliki
Tingkat kemampuan (by level)
5) Siswa berpeluang menunjukkan respon
melalui presentasi/menyajikan hsl karyanya
secara lisan,tertulis,benda kreasi,...
Reaksi yang diberikan siswa (by
respond)
Siklus cara berpikir (by circularsequence)
Waktu (by time)
Pendekatan pembelajaran (by
teachingstyle)
6) Siswa berpeluang menguasai
kompetensi melalui cara-cara, dan
seleksi berdasarkan perspektif yg
mereka pilih
7) Siswa berkemungkinan untuk memiliki
perbedaan durasi untuk menguasi kompetensi
tertentu
8) Siswa diberi perlakuan secara individual
sesuai dengan keadaannya
1) Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
Pertanyaan yang mendorong siswa berpikir dan berproduksi mengharap
jawaban benarTujuan Bertanya adalah menharapkan jawaban yang benar
dan meransang siswa berpikir danberbuat dengan mengajukan
pertanyaan yang bersifat produktif, terbuka, dan imajinatif.
Tabel Kategori Pertanyaan
Kategori Pertanyaan
Arti
Contoh
Terbuka
Pertanyaanya memiliki
lebih dari satu jawaban
benar
Mengapa ibukota
Indonesia Jakarta?
Tertutup
Pertanyaanya memiliki
hanya satu jawaban
benar
Apa Nama ibukota
Indonesia?
Produktif
Dpt dijwb melalui
pengamatan, percobaan,
penyelidikan
Berapa halaman kertas
diperlukan untuk
menghabiskan
Tidak Produktif
Dpt dijwb hanya dg
melihat, tanpa
melakukan pengamatan,
percobaan, atau
penyelidikan
Apa nama benda ini?
Imajinatif dan
interpretative
Jwb-nya diluar
benda/gambar/kejadia
n yg diamati
(Diperlihatkan gb gadis
termenung dipinggir
laut). Diajukan
pertanyaan,“Apa yang
sedang dipikirkan gadis
itu?”
Faktual
Jwb-nya dpt dilihat pd
benda/kejadian yg
diamati
Apa yang dipakai gadis
itu?
2) Penyediaan umpan balik yang bermakna
Umpan balik bukanlah pernyataan yang memotivasi siswa
Penilaian yg mendorongsiswa melakukan unjuk kerja
Penilaian dilakukan secara alami dalam konteks pembelajaran.
Modus/medium untuk menilai tidak cukup satu jenis
Tabel Umpan Bailk Guru terhadap Perilaku Siswa
Perilaku Siswa
1. Pak/Bu apakah di Mars ada
kehidupan?
Umpan balik dari guru
2. Menurutmu bagaimana?
3. Di mars pasti ada kehidupan
4. Mengapa kamu berpendapat spti
itu?
5. Mengerjakan sesuatu berbeda
dari biasanya
6. Meminta penjelasan,“Dptkah
kamu jelaskan, mgp demikian?
7. Berargumentasi
8. Ini alas an yang saya tdk banyak
tahu Kamu tlh meyakinkanku,
bgm pendpt temanmu?
3) Pengelolaan Isi Pembelajaran
a) Menyiapkan Silabus Pembelajaran
b) Kemungkinan pembelajaran tematik
4) Pengelolaan Sumber Belajar
a) Pemanfaatan sumber daya sekolah
b) Pemanfaatan sumber daya lingkungan
5) Strategi Pembelajaan
a) Siswa belajar secara aktif
b) Siswa membangun peta konsep
c) Siswa menggali informasi dr berbagai media
d) Siswa membandingkan dan mensintesiskan informasi
e) Siswa mengamati secara aktif
f) Siswa menganalisis peta sebab akibat
g) Siswa melakukan kerja praktik
9. Mengapa Perlu PAKEM ?
a. Perlunya Belajar Aktif
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran merupakan manifestasi
dari belajar bagaimana belajar (learn how to learn). Keterlibatan mereka
secara aktif dalam pembelajaran memberikan kesempatan yang luas
kepada siswa untuk mengeksplorasi informasi, mengidentifikasi dan
memecahkan masalah serta membangun sendiri konsep-konsep yang
ingin
dipelajarinya.
Keseluruhan
pengalaman
belajar
ini
akan
memberikan ketrampilan kepada siswa
bagaimana sesungguhnya belajar yang
dapat menjadi bekal untuk menjadi
pembelajar seumur hidup. Pribadi yang
mampu belajar terus menerus seperti
inilah yang diharapkan mampu
beradaptasi dengan berbagai pesatnya
perkembangan
jaman
serta
berkompetisi di era global.
Alvin Toefler, salah seorang futurolog, menyatakan bahwa orang buta
huruf pada saat ini bukanlah orang yang tidak bisa membaca melainkan
orang yang tidak bisabelajar. Sebagai implikasinya, kemampuan belajar
terus menerus atau menjadi manusia pembelajar seumur hidup
merupakan keharusan jika kita ingin eksis di erainformasi. Hal inilah yang
menjadi landasan mengapa pembelajaran yang aktif perludan penting
bagi siswa.
Aktivitas siswa secara berkelompok atau lebih tepatnya pembelajaran
kooperatif diharapkan juga menumbuhkan siswa menjadi pribadi dan
warga negara yang lebih toleran dan damai. Jika siswa terbiasa
mengemukakan gagasan, toleran dan menghargai pendapat orang lain,
diharapkan sikap dan perilaku tersebut dapat terus berkembang ketika
mereka terjun di masyarakat kelak. Dengan demikianpembelajaran yang
aktif juga ikut menyiapkan siswa menjadi warna negara yanglebih baik
dan lebih demokratis
b. Perlunya Pembelajaran yang Kreatif
Kendati saat ini banyak dibutuhkan, kreativitas dan orang-orang yang
kreatif masih saja belum banyak jumlahnya. Konon hal inilah yang
menyebabkan bangsa Indonesia tidak banyak menghasilkan paten atau
temuan. Mandulnya bangsa Indonesia dalam menghasilkan temuantemuan baru tentu saja menjadi kendala untuk dapat bersaing dengan
bangsa-bangsa yang lain didunia. Oleh karena itu penting bagi siswa
untuk semenjak dini menghasilkan kreasikreasi atau belajar mengkreasi sesuatu.
Guru PAKEM seyogyanya memberikan
kesempatan yang luas kepada siswa untuk
menghasilkan
karya
baik
secara
berkelompok maupun individual.
Pengembangan kreativitas semenjak dini
ini
diharapkan
juga
membentuk
karaktersiswa menjadi pribadi-pribadi kreatif. Kelak ketika mereka
dewasa kreativitas ini diharapkan dapat menjadi terobosan dan
memecahkan berbagai masalah kehidupan diantaranya adalah
menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Konon banyaknya sarjana
yang menjadi antrean pencari kerja disebabkan karena semenjak kecil
mereka tidak terbiasa menciptakan sesuatu. Kebiasaan belajar dengan
menghapalkan dan meniru tidak banyak bermanfaat dalam kehidupan.
c. Perlunya Pembelajaran yang Efektif
Banyak bukti yang menunjukkan
bahwa pendidikandi negara kita
masih jauh tertinggal dari negaranegarayang lain. Salah satu bukti
rendahnyaprestasi
belajar
siswa
Indonesia dapat dicermati dari hasil
Trens in International Mathematics and
Science
Study
(TIMSS)
yang
dilaksanakan oleh IEA. Institusi ini
membandingkan prestasi belajar matematikadan sains siswa Amerika
Serikat dan siswa-siswa di negara yang lain. Hasil rerata untuk sekolah
menengah, Indonesia berada pada urutan ke 36 dari45 negara yang diteliti.
Skor rerata siswa Indonesia adalah 420, jauh di bawah rata-rata
internasional 471 (National Center for Educational Statistics, Desember 2004).
Dengan demikian isu peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas
pembelajaran memang perlu ditindak lanjuti diantaranya dengan
menyelenggarakan pembelajaranyang efektif. Guru harus yakin bahwa
ketika pembelajaran berakhir semua siswa telah menguasai indikator
kompetensi dasar yang diharapkan. Melalui penilaian berbasis kelas
informasi tentang penguasaan topik pembelajaran akan segera diketahui
oleh guru dan informasi ini menjadi bekal untuk merefleksi pembelajaran
yang lebihefektif pada masa berikutnya.
d. Perlunya Pembelajaran yang Menyenangkan
Riset tentang learning society atau masyarakat belajar menunjukkan bahwa
perilaku belajar anggota masyarakat dipengaruhi oleh pengalaman belajar
mereka ketika masih kecil. Mereka yang mengalami pembelajaran yang
menyenangkan cenderung akan mengulanginya dan tumbuh menjadi
pembelajar seumur hidup. Mereka yangmengalami suasana pembelajaran
yang buruk dan guru-guru yang galak cenderung untuk tidak
melanjutkan proses belajar. Berkaitan dengan hal ini pembelajaran perlu
dikondisikan sedemikian rupa sehingga siswa belajar dengan asyik atau
menyenangkan. Waktu yang diluangkan oleh siswa di bangku pelajaran
juga terbilang panjang. Dalam kurun waktu tersebut diharapkan siswa
tidak merasa terpenjara atau sekolah sebagai penjara yang penuh siksaansiksaan psikologis. Karena dampaknya tentu tidak baik bagi
perkembangan anak. Seyogyanya siswa bisa menghabiskan waktu
sekolahnya dengan senang hati, enjoy dan menikmati berbagai
pengalaman belajarnya. Untuk itulah guru perlu menciptakan suasana
fisik dan psikologis sedemikian rupa sehingga siswa kerasan di sekolah.
Pendek kata siswa juga berhak menikmati masa-masasekolahnya dengan
senang hati.
e. Belajar dan Pembelajaran Bermakna
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam
kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.
Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
Pembelajaran
pada
hakikatnya
adalah suatu proses interaksi antar
anak dengananak, anak dengan
sumber belajar dan anakdengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini
akanmenjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalamlingkungan yang
nyaman dan memberikan rasa zaman bagi anak. Proses belajar bersifat
individualdan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalamdiri
individu sesuai dengan perkembangannya danlingkungannya.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang.Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari
peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek,
konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen
yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar
menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan
kegiatan
menghubungkan
konsep-konsep
untuk
menghasilkan
pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami
secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi
belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan
menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu
memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan
pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak
indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. Hal yang
Harus Diketahui dan Diperhatikan Guru dalam Melaksanakan PAKEM.
Dalam dinyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus dipahami dan
diperhatikan guru dalam melaksanakan PAKEM. Hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Memahami Sifat yang Dimiliki Anak
Anak memiliki berbagai potensi dalam dirinya. Diantaranya rasa ingin
tahudan berimajinasi. Dua hal ini adalah potensi yang harus
dikembangkan ataudistimulasi melalui kegiatan belajar mengajar.
Karena kedua hal tersebut adalah modal dasar bagi berkembangnya
sikap berpikir kritis dan kreatif.
Sikap berpikir kritis dan kreatif adalah kompetensi yang harus dimiliki
olehsiswa. Seperti dikemukakan oleh Jhonson salah satu komponen
dalam system pembelajaran yang ideal adalah berpikir kritis dan kratif.
Artinya siswa dapatmenggunakan tingkat berpiki yang lebih tinggi
secara kritis dan kreatif (2002:24).
Agar mampu berpikir kritis dan kreatif sifat rasa ingin tahu dan
berimajinasi yang sudah dimiliki anak perlu dikembangkan. Untuk
mengembangkan kedua sifat yang dimiliki anak tersebut secara
optimal perlu diciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.
Suasana pembelajaran bermakna ditunjukkan di antaranya dengan
kebiasaan guru untuk memuji anak karena hasil karyanya atau
prestasinya. Kemajuan seperti apapun yang ditunjukkan oleh siswa
perlu dihargai oleh guru. Kemudian kebiasaan guru mengajukan
pertanyaan yang menantang atau yang bersifat terbuka juga langkah
tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Tidak
kalah pentingnya adalah guru yangmendorong anak untuk melakukan
percobaan juga merupakan siswa yang subur untuk mengembangkan
kemampuan yang dimaksud.
2) Mengenal Anak Secara Perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM perbedaan
individual perlu diperhatikandan harus tercermin dalam kegiatan
pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan
kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuaidengan kecepatan
belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila
mendapat kesulitansehingga anak tersebut bwelajar secara optimal.
3) Memanfaatkan Prilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar
Sebagai makhluk sosial. Anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Prilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganiosasian belajar. Dalam melakukan
tugas atau membahan sesuatu, anak dapat bekerja, berpasangan atau
dalam
kelompok.
Berdasarkan
pengalaman,
anak
akan
menyelesaikan tugas dengan baik
bila mereka duduk berkelompok.
Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan
bertukar pikiran. Namun demikian
anak perlu juga menyelesaikan
tugas secara perorangan agar bakat
individunya berkembang.
4) Mengembangkan Kemampuan Berpikir
KemampuanMemecahkan Masalah
Kritis,
Kreatif,
dan
Pada dasarnya hidup ini
adalah memecahkan masalah.
Hal
tersebut
memerlukan
kemampuan berpikir kritis dan
kreatif.
Kritis
untuk
menganaklisis masalah; dan
kreatif
untuk
melahirkan
alternatif pemecahan masalah.
Kedua jenis berpikir teraebut
kritis dan kreatif bersal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang
keduannya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru
adalah mengembangkannya, antara lain dengan seringnya memberikan
tugas atau mengajukan pertanyaan yangterbuka. Pertanyaan yang
dimulai dengan kata-kata ”Apa yang terjadi jika....,lebih baik dari pada
yang dimulai dengan kata-kata”Apa, berapa. Kapan” yangumumnya
tertutup hanya ada satu jawaban yang benar.
5) Mengembangkan Ruang Kelas Sebagai Lingkungan Belajar yang
Menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan
dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk
memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang
diapajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik
dan menimbulkan inspirasi bagi siswalain. Yang dipajangkan dapat
berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan
dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli,puisi, karangan
dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil
pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik dapat membantu guru dalam
KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6) Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang sangat
kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai
media belajar,tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).
Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak
merasa senang dalam belajar.Belajar dengan menggunakan lingkungan
tidak harus selalu keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke
ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti
mengamati (dengan seluruh indra), mencatat, merumuskan pertanyaan,
berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat trulisan, dan membuat
gambar atau diagram.
7) Memberikan Umpan Balik yang Baik untuk Meningkatkan Kegiatan
Belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belaja.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu
bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkap kekuatan dari pada kelemahan siswa. Selain itu cara
memberika umpan balik pun harus secara santun.Hal ini dimaksudkan
agar siswa lebih percaya dirim dalam menghadapi tugas-tugas belajar
selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan
memberikkan komentar dan cacatatan. Catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa dari
hanya sekedar angka
8) Membedakan antara Aktif Fisik dan Aktif Mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa
kelihatansibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja
diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan
tersebut bukanlah ciri yangsebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih
diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan
gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tandatanda aktif mental. Berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut baik takut ditertawakan, takut disepelekan,atau
takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya
menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari
guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut
sangat bertentangan dengan PAKEM.
10. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM
a. Pengantar
Setelah peserta memahami pengertian dan gambaran tentang PAKEM
pada unit 3,peserta dituntut membuktikan pemahaman itu melalui
pembuatan persiapan PAKEM dan melaksanakannya baik mengajar
terhadap teman (simulasi) maupun terhadap siswa (praktik mengajar).
Hal ini perlu dilakukan agar penghayatan tentang PAKEM menjadi lebih
baik. Peserta juga perlu memperoleh pengalaman terutama tentang
hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan PAKEM. Dengan
demikian, sebagai calon fasilitator, mereka lebih siap untuk menyajikan
PAKEM kepada peserta pelatihan selanjutnya. Contoh-contoh
pembelajaran PAKEM untuk masing-masing mata pelajaran terdapat pada
lampiran tersendiri. Contoh tersebut dapat digunakan dalam perencanaan
pembelajaran PAKEM.
I. Tujuan Pembelajaran
A. Standar kompetensi
Setelah mempelajari materi ini diharapkan memahami tentang
hakikat PAKEM, dan mampu melaksanakan pembelajaran
dengan menerapkan PAKEM
B. Kompetensi Dasar
Mampu merancang dan melaksanakan PAKEM
C. Tujuan
1.Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu :
2.Membuat persiapan pembelajaran yang menerapkan
PAKEM
3.Melakukan Simulasi
4.Melakukan evaluasi dan produk mengajar
II. Langkah Kegiatan
Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini
digambarkan sebagai berikut :
Gambar Langkah Pembelajaran PAKEM
1. Modeling PAKEM ( 30 menit)
Peserta dikelompokkan dalam kelompok mata pelajaran.
Fasilitator melakukan pemodelan PAKEM d i depan kelompok
tersebut. Setiap kelompok mengamati pemodelan sesuai dengan
kelompoknya.
Langkah-langkah:
Memilih skenario yang sudah tersedia, menyiapkan alatalat,kemudian mempraktikkan cara mengajar yang PAKEM
sesuai dengan skenario yang sudah dipilihnya. Dalam
modeling, fasilitatormenjadi guru sedangkan peserta menjadi
siswa/ pengamat. Modeling sebaiknya disesuaikan dengan
level peserta, hal ini untukmenghindari ketidakseriusan.
2. Diskusi Kelompok (30 menit)
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan mereka terhadap
modeling.
Langkah-langkah:
peserta mendapatkan scenario mengajar yang dipilih oleh
fasilitator pada saat modeling; Peserta mendiskusikan struktur
skenario dan pelaksanaannya (langkah-langkah pembelajaran,
sumber belajar, manajemen kelas, pajangan dan kompetensi )
Diskusi didampingi oleh fasilitator yang menjadimodel pada
kelompok itu.
Kerja Kelompok:
3. Membuat Persiapan Simulasi PAKEM ( 60 menit)
Peserta diberi contoh RP yang dapat diambil dari buku
”bestpractice”atau contoh-contoh RP yang lain. Dalam
kelompok yang terdiri dari anggota kelompok 3-5 orang,
peserta mendiskusikan RP yang bernuansa PAKEM tersebut.
Kemudian RP disimulasikan di depan peserta lain. Selanjutnya
peserta memperbaiki RP berdasarkan masukan yang ada. RP
ini akan dipraktikkan di depan siswa di pertemuan berikutnya.
Langkah selanjutnya, peserta menyiapan alat bantu
belajar/mengajar, lembar kerja, bahan ajar, bahan bacaan (jika
diperlukan). Peserta dapat menyesuaikan contoh PAKEM
dengan keadaan setempat dan membuat perbaikan kalau
mereka mempunyai ideyang lebih baik.
4. Simulasi Mengajar ( 120 menit)
Pelaksanaan simulasi dilakukan dengan cara salah satu peserta
menjadi guru di depan peserta lain yang ada dalam
kelompoknya. Simulasi dapat pula dilakukan dengan cara salah
satu peserta dari satu kelompok melakukan simulasi di depan
kelompok yang lain.
Langkah-langkah:
Pada jam yang sama setiap kelompok menampilkan salah
satupeserta untuk melakukan simulasi. Setelah itu peserta lain
jugamelakukan hal yang sama. Simulasi juga dapat
dilaksanakan olehanggota dari kelompok tertentu di depan
kelompok yang lain. (Simulasi tidak perlu sampai tamat: 30 – 45
menit mungkin cukup.Ingatkan peserta/pengamat agar
mengamati proses simulasi terutama dari segi sejauh mana
pembelajarannya sesuai dengan ciri-ciri PAKEM). Fasilitator
mengamati pelaksanaan semua simulasi sesuai dengan mata
pelajaran yang telah dimodelkannya.
5. Diskusi Kelompok: Hasil Simulasi (30 menit)
Langkah-langkah:
Peserta
yang
melakukan
simulasi
mengungkapkan
keberhasilandan hambatan yang dirasakannya selama simulasi
(5 menit); Peserta lain memberikan komentar terutama dari segi
sejauhmana PEMBELAJARAN dalam simulasi memenuhi
karakteristik PAKEM dan alternatif mengatasi hambatan yang
dirasakan oleh simulator. (Kelompok pelaku simulasi
hendaknya mencatat komentar untuk bahan pertimbangan
dalam menyempurnakan persiapan, lembarkerja, dan
sebagainya).
6. Perbaikan Persiapan PAKEM (120 menit)
Langkah-langkah:
Masing-masing kelompok memperbaiki persiapan, lembar
kerja, dan bahan belajar lain yang dirancangnya dengan
mempertimbangkan komentar dan masukan pada diskusi
sebelumnya. Hasil perbaikan ini akan digunakan dalam praktik
mengajar dengan siswa sesungguhnya. Semua peserta harus
ikut
membuat
persiapan
dan
siap
pula
untuk
mempraktikkannya.
(Fasilitator hendaknya mengingatkan agar tiap kelompok
benar-benar siap dengan persiapan, LK, dan sebagainya yang
telah diperbaiki sehingga setelah kegiatan ini peserta
berkonsentrasi pada pelaksanaan praktik mengajar, tidak lagi
pada masalah persiapan).
7. Diskusi Kelompok: Proses Mengajar (180 menit)
Kelompok mengkaji pelaksanaan praktik, sejauh mana
PEMBELAJARAN memenuhi karateristik PAKEM. Diskusi
terfokus pada kualitas tugas, perintah yang diberikan oleh guru;
kegiatanyang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan hasil yang
diharapkandan hambatan yang dialami pada saat mengajar,
serta alternative pemecahannya. Hasil diskusi dipajangkan dan
menjadi bahan diskusikelompok lain.
III. Uraian Materi
Bagaimana Pelaksanaan PAKEM
Gambaran pelaksanaan PAKEM diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan yang terjadi selama KBM. Berdasarkan kemampuan
yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan PAKEM yang
telah diuraikan di atas, maka kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan guru harus sesuai dengan kemampuan tersebut.
Adapun contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan tersebut akan diuraikan berikut ini.
Gambaran penerapan PAKEM tersebut dapat ditinjau
berdasarkan beberapa komponen pembelajaran
Tabel Penerapan PAKEM
Hal Baru Yang Berbeda dengan
Kebiasaan Pembelajaran Selama Ini
Komponen
Pembelajaran
Guru merancang dan
mengelola KBM yang
mendorong siswa
untuk berperan aktif
dalam pembelajaran
Guru melaksanakan KBM dalam
kegiatan yang beragam, misalnya:
•
•
•
•
•
•
Percobaan
Diskusi kelompok
Memecahkan masalah
Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas.
Sesusai mata pelajaran, guru
menggunakan misal:
Guru menggunakan
alat bantu dan sumber
belajar yang beragam
•
Alat yang tersedia atau yang dibuat
sendiri
• Gambar
• Studi kasus
• Nara sumber
• Lingkungan
Siswa:
Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk
mengembangkan
keterampilan.
Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk
mengungkapkan
gagasannya sendiri
secara lisan atau
tulisan.
Guru menyesuaikan
bahan dan kegiatan
belajar dengan
kemampuan siswa.
Guru mengaitkan
pembelajaran dengan
pengalaman siswa
sehari-hari.
• Melakukan percobaan,
pengamatan,atauwawancara
• Mengumpulkan data/jawaban
danmengolahnya sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah, mencari
rumus sendiri
• Menulis laporan/hasil karya lain
dengan katakata sendiri
Melalui:
• Diskusi
• Lebih banyak pertanyaan terbuka
• Hasil karya yang merupakan
pemikiran anak sendiri
• Siswa dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan
tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebutt
• Tugas perbaikan atau pengayaan
diberikan
• Siswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya
sendiri.
• Siswa menerapkan hal yang
dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai pembelajaran
dan kemajuan belajar
siswa secara terus
menerus.
• Guru memantau kerja siswa
• Guru memberikan umpan balik
b. Implikasi PAKEM
Dalam implementasi pembelajaran PAKEM di sekolah mempunyai
berbagaiimplikasi yang mencakup:
a. Implikasi bagi guru
Pembelajaran aktif, kretaif, efektif, dan menyenangkan memerlukan
guruyang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman
belajar bagi anak,juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata
pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih
bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. Sebaliknya
pembelajaran yang berpusat pada guru harus dihindari. Adapun ciriciri pembelajaran yang berpusat pada guru adalah menggunakan
buku paket, jawaban harus sama dengan guru, guru mendiktekan apa
yang harus dilakukan, guru memberi contoh, ceramah, hafalan.
Dampak dari pembelajaran yangberpusat pada guru adalah siswa
menjadi mahluk yang individualis, motivasi belajar siswa turun, siswa
kurang dapat bekerjasama, siswa pasif, guru kurangkreatif.
b. Implikasi bagi siswa
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual,
pasangan, kelompok kecilataupun klasikal.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi
secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan
penelitian sederhana, danpemecahan masalah.
c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
1) PAKEM pada hakikatnya menekankan pada siswa baik secara
individualmaupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan
otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan
berbagai sarana dan prasarana belajar.
2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik
yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan
pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di
lingkungan yang dapatdimanfaatkan (by utilization).
3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaranyang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang abstrak.
4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah masih dapat
menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masingmasing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk
menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar
yang terintegrasi
d. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif,
danmenyenangkan perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana
belajarmenyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:
1) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang
dilaksanakan.
2) Susunan bangkupeserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan
dengankeperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di
tikar/karpet
4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di
dalam kelasmaupun di luar kelas
5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya
peserta didikdan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan
peserta
didik
untuk
menggunakan
dan
menyimpannya kembali.
e. Implikasi terhadap Pemilihan metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran PAKEM, maka dalam
pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi
kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan,
bermain peran, tanyajawab, demonstrasi, bercakap-cakap.
a. Penerapan PAKEM dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa
untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Adapun hal baru yang
berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini adalah guru
melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya
percobaan, diskusi kelompok menulis laporan,berkunjung keluar
kelas.
Dengan
menerapkan
PAKEM
guru
diharapkan
menggunakan metode yang bervariasi. Penggunaan setiap metode
mengarah pada keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan
berbahasa.
b. Alat Bantu dan Sumber Belar
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Sesuaimata pelajaran, guru menggunakan, misal alat yang tersedia
atau yangdibuat sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber, dan
lingkungan.
c. Metode Pembelajaran
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan. Siswa dapat dapat melakukan percobaan,
pengamatan,atau wawancara. Mengumpulkan data/jawaban dan
mengolahnya sendiri,menarik kesimpulan, memecahkan masalah,
mencari rumus sendiri, menulislaporan/hasil karya lain dengan
kata-kata sendiri.
d. Pengalaman Belajar
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui diskusi, lebih
banyak pertanyaan terbuka, hasil karya merupakan pemikiran anak
sendiri.
e. Pemilihan Bahan Ajar
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan
kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuiai kemampuan
(untuk kegiatan tertentu), bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebut, tugas perbaikkan atau pengayaan
diberikan.
f. Pendekatan Pembelajararan Kontekstual
Prinsip pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran
bermakna. (meaningful learning). Salah satu ciri pembelajaran
bermakna adalah pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran
dirasakan terkait dengan kehidupan nyata dan siswa memahami
manfaat dari pembelajaran yang dilaksanakannya dan siswa
merasakan penting untuk belajar demikehidupannya di masa
depan. (Kratf, 2000: 33). Impelementasi dalamkegiatan pebelajaran
terlihat melalui guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa
sehari-hari. Guru dapat meminta siswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya sendiri. Diharapkan siswa dapat
menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.
g. Penilaian atau Evaluasi
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
Guru memantau kerja siswa dan guru memberikan umpan balik.
Penilaian harus dilakukan secara otentik dengan menggunakan
instrumen penilain yangbervariasi. (Kratf, 2000:33)
Tabel Lembar Observasi PAKEM
Uraian/
Aspek
Bagaimana bentuk tugas yang diberikan?
Apa yang dikerjakan siswa untuk melakukan tugas
tersebut?
Kemampuan apa yang dikembangkan melalui tugas
tersebut?
Bagaimana bentuk pertanyaan yang diberikan dalam
tugas?
Jenis pertanyaan apa saja yang diajukan guru kepada
siswa dalam pembelajaran?
Sejauh mana guru memperhatikan perbedaan siswa?
Apa yang dilakukan oleh siswa selama mengerjakan
tugas?
Sejauh mana siswa diberi kesempatan untuk menanggapi
kegiatan belajar yang telah dilakukan?
Apa yang dilakukan siswa pada saat belajar kelompok,
individu, berpasangan, atau klasikal?
Pada saat ada kerja kelompok, berapa jumlah anggota
kelompok?
Apakah semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok?
Apa yang dilakukan guru selama anak mengerjakan
tugas?
temuan
Indikator Monev PAKEM
Guru
a) Guru lebih banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja
(menemukan sendiri, mengungkapkan pendapat dsb.);
b) Guru menciptakan pembelajaran yang menantang;
c) Guru mempergunakan berbagai media, metode, dan sumber
belajar,termasuk sumber belajar dan bahan dari lingkungan;
d) Guru memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai
dengankemampuan siswa;
e) Guru mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok,
pasangan) sesuai tugas yang diberikan untuk melibatkan siswa
secara aktif dalampembelajaran.
Siswa
a) Siswa tidak takut bertanya;
b) Ada interaksi antara siswa untuk membahas dan memecahkan
masalah;
c) Siswa aktif bekerja;
d) Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri;
e) Siswa melakukan kegiatan baca mandiri;
f) Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana,
menulisbiograpi tokoh).
Kelas
a) Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa;
b) Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar;
c) Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan
siswa,siswa dan siswa;
d) Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku)
yangdimanfaatkan siswa.
11. Desain Pembelajaran PAKEM
a. Pengantar
Beberapa orang memandang bahwa PAKEM sama dengan kerja
kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran dan
di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop, semua
menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku, maka dengan
mudah dan cepat dikatakan kelas itu tidak PAKEM.
Akan tetapi sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk
berkelompok, walau mereka hanya duduk dalam kelompok, tetapi tidak
semua siswa bekerja, maka dengan mudah kita mengatakan kelas itu
PAKEM.
Seharusnya menilai PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup
hanya dengan melihat pengaturan tempat duduk siswa, tetapi harus
diperhatikan pula intensitasketerlibatan siswa dalam belajar.
Usaha-usaha yang menawarkan sebuah pembaharuan, termasuk
penerapan PAKEM dikelas, biasanya akan menemui masalah. Beberapa
masalah yang masih sering ditemukan baik dalam pelatihan maupun
dalam penerapan PAKEM di kelas dapat dilihat di bawah ini.
Beberapa isu-isu penerapan PAKEM di kelas adalah sebagai berikut:
1) Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran
PAKEM yangbaik;
2) Guru belum memiliki referensi (buku, video, dll) tentang pembelajaran
PAKEMyangbaik;
3) Tugas yang diberikan guru kepada siswa masih bersifat tertutup dan
banyakpengisianlembar kerja (LK) yang kurang baik;
4) Pembelajaran belum memberikan tantangan sesuai kemampuan siswa
5) Pembelajaran hanya mengajarkan satu indikator dengan satu aktivitas;
6) Perbedaaan individual siswa belum diperhatikan termasuk lakilaki/perempuan, pintar/kurang pintar, sosial ekonomi tinggi/rendah;
7) Pengelolaan siswa kurang sesuai dengan kegiatan;
8) Guru merasa khawatir untuk melaksanakan PAKEM di kelas 6 dan 9;
9) Pajangan cenderung menampilkan semua apa yang dikerjakan siswa
denganhasil yangseragam;
Berbagai kendala selalu ada, akan tetapi dukungan pun tak kurang banyak
dalammenerapkan PAKEM. Berbagai pelatihan telah diikuti dan para
guru telahmelakukannyadi kelas masing-masing.
Sebagai upaya untuk terus meningkatkan mutu pelaksanaan PAKEM,
pada modulini dibahas dan dikaji secara berurutan: 1). telaah PAKEM, 2).
teknik bertanya, 3).pengorganisasian kelas, 4). pembelajaran kooperatif,
dan 5). pengembangan idepembelajaran
I.
Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti modul ini, diharapkan peserta:
a. Mampu menidentifikasi sifat-sifat PAKEM tertentu
pembelajaranyang dilaksanakan
b. Mampu mengidentifikasi jenis pertanyaan yang efektif
dalam
c. Mampu mengorganisasikan kelas sesuai
pembelajaran
d. Mampu mengembangkan ide pembelajaran
dengan
tugas
II. Langkah Kegiatan
III. Uraian Materi
A. Pelaksanaan PAKEM Bagi Guru
1. Identifikasi Kesulitan Belajar
Pengantar
Tugas utama seorang guru adalah membuat perencanaan,
melaksanakan dan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaan
rencana yang telah disusun,guru sering mengalami kendala
dan permasalahan sehingga kompetensiyang telah ditetapkan
di masing – masing mata pelajaran tidak mencapaihasil yang
maksimal.
Faktor yang berasal dari luar diri guru dan memegang
pengaruh penting terhadap pencapaian kompetensi adalah
peserta didik. Keberadaanpeserta didik, tingkat kecerdasan,
motivasi belajar, dan lainnya berpengaruh terhadap
keberhasilan sebuah pembelajaran.
Tujuan
Tujuan identifikasi Belajar diharapkan guru dapat :
a) Mengidentifikasi
masalah
yang
dihadapi
dalam
pembelajaran padasetiap mata pelajaran
b) Menemukan kemungkinan masalah dalam pembelajaran
pada setiapmata pelajaran
c) Menemukan solusi/pemecahan dalam pembelajaran pada
setiapmata pelajaran
2.
Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar seringkali diartikan sebagai gangguan yang
terlihat pada kesulitan dalam menguasai dan kemampuan
memahami kompetensi dasar yang diajarkan. Kesulitan belajar
dapat berhubungan dengan perkembangan peserta didik
seperti gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar
bahasa dan komunikasi, kesulitan belajar dalam penyesuaian
perilaku sosial atau berhubungan dengan kemampuan
akademik seperti kegagalan dalam penguasaan ketrampilan
membaca,menulis, berhitung, dan kompetensi lainnya.
Sementara ini yang sering terjadi, tinjauan terhadap kesulitan
belajar peserta didik lebih banyak dibebankan kepada peserta
didik. Mereka dianggap kurang serius dalam belajar,
kemampuan intelegensinya rendah, bimbingan orang tua
kurang dan masih banyak alasan serupa lainnya. Padahal
dalam pembelajaran banyak unsur yang terkait dan
mempengaruhi kualitas hasil belajar. Dalam konteks korelasi
antara input-process-out put bisa kita lihat multi unsur yang
memberikan andilhasil belajar. Input berupa raw input
(peserta didik), inviromental input (lingkungan), dan
instrumental input (kurikulum). Pada proses kita dapatmelihat
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
maupun sistem penilaian yang dikembangkan. Input dan
proses tersebut akanmewarnai hasil belajar peserta didik
berupa out put dan out come. Oleh karena itu, tidaklah adil
apabila hasil belajar yang rendah hanya dibebankankepada
peserta didik dikarenakan pembelajaran bersifat kompleks.
Adi Gunawan dalam Born to Be a Genius (2003) menyatakan
bahwa factor dominan yang menentukan keberhasilan proses
belajar adalah denganmengenal dan memahami bahwa setiap
individu adalah unik dengan gayabelajar yang berbeda satu
dengan lainnya. Tidak ada gaya belajar yanglebih unggul dari
gaya belajar lainnya. Semua sama uniknya dan semuasama
berharganya. Kesulitan yang timbul selama ini lebih
disebabkanoleh gaya mengajar yang tidak sesuai dengan gaya
belajar. Dan yang lebih parah lagi adalah kalau anak sendiri
tidak mengenal gaya belajar mereka.
Kenyataan lapangan yang mendukung pendapat di atas
adalah guruyang cenderung menggunakan satu cara saja
dalam mengajar yaitu gaya visual. Guru mengajar dengan
menggunakan media papan tulis dan buku (visual). Murid
belajar dengan buku dengan kegiatan mencatat,mengerjakan
tugas, dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual).
Banyak pakar psikologi yang berpendapat bahwa panca
indera merupakan pintu gerbang masuknya ilmu pengetahuan
ke otak kita. Setiap peserta didik bersifat unik yang berbeda
satu dengan lainnya, ketajaman pancaindera mereka juga
berbeda. Hal ini membentuk gaya belajar yang berbedaantara
peserta didik yang satu dengan lainnya. Ada lima gaya belajar
yangberbeda di ataranya visual (penglihatan), auditori
(pendengaran),
tactile/kinestetik
(perabaan/gerakan),
olfactori (penciuman), dan gustatori(pengecapan). Dari kelima
gaya belajar itu, ada tiga gaya belajar yangdominan dan paling
sering digunakan yaitu gaya belajar visual, auditori,dan
kinestetik.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas belajar
peserta didikdipengaruhi oleh unsur internal dan eksternal.
Unsur eksternal berupamateri yang dipelajari, cara
pembelajaran guru, media yang digunakanlingkungan belajar,
dan lainnya. Sedangkan faktor internal berkaitandengan
kemampuan diri seperti tingkat kecerdasan, bakat dan
minat,ketajaman panca indera yang membentuk gaya
belajarnya, kemampuanmengolah informasi yang diterima,
berimajinasi, dan sebagainya. Secarapraktis kita dapat
mempelajari kelemahan pelaksanaan pembelajaranyang
dilakukan dengan cara melakukan analisis diri terhadap
perencanaan,proses, maupun lingkungan belajar.
Berikut disajikan contoh tabel analisis diri terhadap proses
pembelajaranyang selama ini dilakukan.
Tabel contoh analisis diri terhadap proses pembelajaran
Hasil
Refleksi
Diri*)
Aspek
Indikator
Ya
Pengelolaan
Kelas
Pengelolaan peserta didik
bervariasi, seperti klasikal,
kelompok,berpasangan, individu,
dsb) dan sesuai materi pelajaran.
Pengelolaan kegiatan belajar
peserta didik bervariasi, seperti
wawancara, pengamatan,
penelitian, bermain peran, dalam
kelas, luar kelas, dan sesuai materi
pelajaran.
Guru menerapkan metode
pembelajaran yang bervariasi dan
sesuai dengan karakteristik materi
pembelajaran, situasi kondisi, dan
peserta didik.
Guru menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran dan alatnya
cukup jelas untuk dilihat oleh
seluruh peserta didik.
Pada saat berdiskusi, peserta
didik saling mendengarkan ketika
ada yang berbicara/ berpendapat.
Bantuan atau intervensi guru
kepada peserta didik selalu
bersifat memancing peserta didik
untuk berfikir, misal dengan
mengajukan pertanyaan (dalam
batas kemampuannya)
Berbagai hasil karya peserta didik
yang bervariasi dipajang di kelas.
Tidak
Perilaku peserta didik yang tidak
disiplin/ sesuai dengan
kesepakatan kelas diberi
konsekuensi logis
Semua/hampir semua (di atas
90%) pesertadidik menunjukkan
disiplin dan prilaku positif sesuai
kesepakatan kelas
Komunikasi dan
Interaksi
Guru mendorong peserta didik
untuk bertanya, berpendapat,
dan/atau
mempertanyakangagasan
guru/peserta didik lain.
Banyak hasil karya para peserta
didik dipajangkan dan ditata
dengan rapi.
Hasil karya peserta didik yang
berupa tulisan merupakan katakata peserta didik sendiri dan
sudah berkembang.
Ada interaksi guru-peserta didik,
peserta didik-peserta didik
(multiarah).
Peserta didik mengungkapkan
gagasan dengan kata-kata sendiri,
runtut, dan mengembangkannya.
Peserta didik tidak takut bertanya,
menjawab, atau menyatakan
pendapat dengan tertib.
Setiap proses pembelajaran bebas
dari ancaman dan intimidasi
Umpan Balik
dan Penilaian
Guru selalu memberikan umpan
balik yang menantang (sesuai
kebutuhan peserta didik)
Guru memberikan umpan balik
lisan dan tulisan secara
individual.
Guru menggunakan berbagai jenis
penilaian (proses dan hasil) dan
memanfaatkan hasilnya untuk
kegiatan tindak lanjut.
Setiap proses pembelajaran
disertai dengan penghargaan dan
pengakuan baik secara verbal
maupun non-verbal
Kualitas
Pertanyaan dan
Cara Guru
Bertanya
Pertanyaan yang diajukan guru
(selalu) memancing peserta didik
untuk membangun gagasannya
sendiri.
Guru mengajukan pertanyaan,
menyediakan waktu tunggu, dan
menunjuk siapa yang harus
menjawab tanpa pilih kasih.
Refleksi
Guru selalu meminta peserta
didik untuk melakukan refleksi
setelah mempelajarisuatu
konsep/keterampilan
Keterlibatan
Peserta didik
Sebagian besar peserta didik (75 %
atau lebih) aktif bekerja
Peserta didik asyik
berbuat/bekerja dengan penuh
konsentrasi.
Pemandirian
peserta didik
Ada program pengembangan
kegiatan belajar mandiri peserta
didik yang terencana dan
dilaksanakan dengan baik.
Peserta didik melakukan kegiatan
membaca atau menulis atas
keinginan sendiri.
Peserta didik dapat
menyelesaikan masalahnya
sendiri dengan membaca,
bertanya, mencoba/ mengamati.
Sumber
Belajar/Alat
Bantu
Guru menggunakan berbagai
sumber belajar (termasuk
lingkungan sekitar) dan terbaik
dari yang ada serta
penggunaannya sesuai dengan
kompetensi yang dikembangkan.
Guru membuat sendiri dan
menggunakan alat bantu belajar
sesuai dengan kompetensi yang
dikembangkan.
Guru menggunakan alat bantu
murah atau mudah diperoleh di
sekitar.
Tersedia sudut
baca/perpustakaan dan
dimanfaatkan oleh guru dan
seluruh peserta didik.
Keterlibatan
Peserta didik
Lembar kerja mendorong peserta
didik untuk menemukan konsep/
gagasan/cara/rumus dan
menerapkannya dalam konteks
lain.
Sebagian besar peserta didik (atau
lebih) aktif bekerja
Peserta didik asyik
berbuat/bekerja dengan penuh
konsentrasi.
Pembelajaran
bebas dari
perlakuan
kekerasan
(emosional,
fisik,dan
pelecehan
seksual dan
penelantaran)
Setiap proses pembelajaran bebas
dari perlakuan kekerasan
(emosional, fisik, dan pelecehan
seksual dan penelantaran)
Semua/hampir semua peserta
didik mengalami peningkatan
kompetensi personal/sosial sesuai
potensinya seperti bisa
bekerjasama, bertoleransi,
menyelesaikan konflik dengan
sehat, bertanggungjawab,
kepemimpinan, dsb dalam
kegiatan
Semua peserta didik mengalami
peningkatan kepercayaan diri
seperti terlihat dalam keberanian
mengajukan pertanyaan,
menjawab dan tampil ke depan,
dll
Identifikasi
layanan khusus
serta individual
Selalu melakukan identifikasi
kebutuhan khusus serta
merancang dan melaksanakan PPI
(program pembelajaran
individual) sebagai respon adanya
kebutuhan khusus
12. Merencanakan Program Pembelajaran
a. Pengantar
Dalam praktik sehari-hari,banyak guru yang telah dilatih PAKEM
memahami teori maupun contoh praktik, namun mereka sulit untuk
kreatif menciptakan model-model pembelajaran lainnya yang memiliki
kemungkinan sama besar atau bahkanlebih baik dari apa yang telah
dilakukan selama ini. Hal ini terlihat dari proseduryang kurang sistematis
dalam skenario pembelajaran, kurang bervariasinya bentukhasil belajar
peserta didik, kegiatan pengelolaan peserta didik/kelas yang
monoton,dsb. Karakteristik anak yang unik, suka bermain, suka
bergerak,punya rasa ingintahu, suka berimajinasi, suka bertanya, dan
mencoba; hal ini membuka peluangbagi kita mengelola kegiatan belajar
secara beragam tanpa meninggalkan tuntutanpencapaian kompetensi.
Anak akan selalu menantikan dan merindukan kegiatanpembelajaran
beikutnya karena setiap kegiatan yang dilakukan guru senantiasamenarik
menyenangkan,menantang dan tidak membosankan.
Melalui modul ini dicontohkan bagaimana menciptakan berbagai variasi
modelpembelajaran yang menarik, menantang, dan berfokus kepada
pencapaiankompetensi.
Tujuan
Tujuan membuat program Pembelajaran :
1) Membuat rancangan kegiatan yang menarik
2) Menyusun tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, menentukan
alat,sumber dan langkah-langkah pembelajaran yang bervariasi dengan
kompetensiyang dikembangkan
b. Cara Melaksanakan Program
Pengembangan variasi pembelajaran identik dengan pengembangan
kreativitas guru dalam menyusun rencana, melaksanakan, dan melakukan
penilaianpembelajaran. Pada dasarnya kita terlahir dengan memiliki
potensi rasa ingin tahu,kemampuan berimajinasi, dan fitrah bertuhan.
Rasa ingin tahu dan kemampuanberimajinasi merupakan ‘modal dasar’
untuk berkembangnya kreativitas; fitrahbertuhan memungkinkan
manusia beriman kepada Tuhan. Potensi rasa ingintahu dan kemampuan
berimajinasi akan berkembang menjadi kreativitas apabila terus menerus
berani ‘mencoba tanpa rasa takut bersalah’ sampai menemukan beberapa
pola yang diyakini mampu menjadi langkah yang tepat dalam menyajikan
pembelajaran.
Sebagai gambaran sebelum melaksanakan program perlunya rancangan
mencarialternatif kegiatan pembelajaran. Berikut ini salah satu contoh
sebelum menyusunprogram pembelajaran:
Alternatif
No
1.
Kompetensi Dasar
Menyusun percakapan
tentang berbagai topik
dengan
memperhatikan
penggunaan ejaan.
Pembelajaran
Benda berbicara
Kegiatan Inti
mendeskripsikan
benda yang dipilih
untuk menentukan
peran dalam
percakapan
menyusun
percakapan dengan
memperhatikan
ejaan
melakukan
percakapan
Percakapan
Rumpang
Menyusun
Percakapan
Acak
Alih Bentuk
• bermain
melanjutkan kalimat
percakapan yang
belum selesai
diawali dari satu
kalimat kemudian
dilanjutkan oleh
teman yang lainnya.
• melengkapi
percakapan
rumpang
• menyusun
percakapan dengan
memperhatikan
ejaan
bermain acak
kalimat tanya-jawab
menyusun
percakapan acak
menyusun contoh
percakapan lainnya.
melakukan
percakapan
Membaca
prosa/cerita pendek.
mengubah prosa ke
dalam bentuk
percakapan (dialog).
melakukan
percakapan/bermai
n peran
Ilmu Pengetahuan Alam
Mengembangkan variasi pembelajaran dengan berfokus kepada
pengembanganketerampilan proses (mengamati, membandingkan,
mengukur, mengklasifikasi, mengkomunikasi, menginferensi, membuat
model, memprediksi, menyelidiki, menarik kesimpulan, dan sebagainya).
Kegiatan pembelajaran dirancang dalam bentuk:
a) Mengamati (diri sendiri, orang lain,model/ gambar, lingkungan,
peristiwa dll)
b) Wawancara
c) Demonstrasi
d) Penelitian
e) Penyelidikan
f) Studi pustaka, dll
Matematika
Mengembangkan lembar kerja yang bersifat penyelidikan, penemuan,
danpemecahan masalah; penggunaan alat bantu (kongkrit, semi kongkrit,
semiabstrak, dan abstrak), dan sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Sosial
Mengembangkan keterampilan sosial seperti menggali informasi
(mengobservasi, membaca, bertanya,dsb), mengolah informasi dan
mengambil keputusan dengan cerdas (dengan grafik,membandingkan,
menemukan persamaan/perbedaan, dsb), memecahkan masalah secara
arif dan kreatif, dsb
Administrasi Perkantoran
Contoh Rencana Pembelajaran ( RPP )
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kelas / Semester
: XI (Sebelas) /1 (Satu)
Pertemuan ke
: Ke-12
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit (1 X Pertemuan)
Standar Kompetensi
: Mengelola sistem kearsipan
Kompetensi Dasar
: Mengimplementasikan sistem kearsipan
Indikator
:
− Siswa menjelaskan pengertian sistem abjad
− Siswa melakukan cara mengindeks arsip dalam sistem abjad dengan
benar
− Siswa menyebutkan peralatan yang dibutuhkan dalam sistem abjad
− Siswa menjelaskan prosedur/langkah penyimpanan arsip dalam
sistem abjad
− Siswa menjelaskan prosedur/langkah penemuan kembali arsip dalam
sistem abjad
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan penyimpanan arsip dengan sistem abjad
2. Materi Pokok
Sistem pengelolaan arsip
Pertemuan ke-12
a. Pengertian sistem abjad
b. Peraturan mengindeks
c. Peralatan yang dibutuhkan dalam sistem abjad
d. Prosedur/langkah penyimpanan arsip sistem abjad
e. Prosedur/langkah penemuan kembali arsip sistem abjad
3. Nilai Budaya dan Karakter
o
o
o
o
o
o
o
o
Jujur
Disiplin
Kreatif
Mandiri
Rasa ingin tahu
Komunikatif
Peduli sosial
Tanggungjawab
4. Metode Pembelajaran
Ceramah variatif, diskusi, dan simulasi
5. Strategi Pembelajaran
Pertemuan ke-12
KegiatanPembelajaran
A. KegiatanAwal:
1. Pembuka dengan salam
2. Absensi
3. Motivasi
4. Apersepsi
5. Pemberitahuan tujuan pembelajaran
6. Pemberitahuan langkah-langkah pembelajaranyang akan
di lakukan
B. KegiatanInti
Eksplorasi:
1. Guru memastikanpersiapanbahanpembelajaran darisiswa.
2. Siswa mencari informasi prosedur penyimpanan arsip
sistem abjad
3. Guru menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
Elaborasi:
AlokasiWaktu
15menit
105menit
1. Guru menjelaskan pengertian sistem abjad.
2. Siswamemperhatikanpenjelasan
guru
mengenai
pengertian sistem abjad.
3. Guru menjelaskan peraturan mengindeks nama orang
dalam sistem abjad
a. Nama orang Indonesia
b. Nama orang Eropa dan sejenisnya
c. Nama orang Arab, Persia dan sejenisnya
d. Nama orang Cina, Korea, Vietnam, dan sejenisnya
e. Nama keluarga
f. Nama orang Jepang, India, Thailand, dan sejenisnya
g. Nama orang suci
h. Nama dengan tanda hubung
i. Nama dengan menggunakan gelar dan pangkat
j. Nama yang menggunakan singkatan
4. Siswa mempelajari peraturan mengindeks nama orang
dalam sistem abjad.
5. Guru menjelaskan peraturan mengindeks nama
badan/organisasi/lembaga dalam sistem abjad.
a. Nama badan yang menggunakan nama orang
b. Nama badan dengan bukan nama orang
c. Nama badan/instansi pemerintahan dan lembaga
negara
d. Nama badan pemerintahan daerah dan perguruan
e. Nama bank dan nama sekolah
f. Kata sandang “The”
g. Kata majemuk
h. Nama tempat yang ganda
i. Kepunyaan
6. Siswa mempelajari peraturan mengindeks nama
badan/organisasi/lembaga dalam sistem abjad.
7. Guru menyebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk
menyimpan arsip sistem abjad.
8. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai
peralatan yang dibutuhkan untuk menyimpan arsip
sistem abjad.
9. Guru menjelaskan prosedur/langkah-langkah dalam
penyimpanan arsip sistem abjad.
10. Siswa
melakukanprosedur/langkah-langkah
dalam
penyimpanan arsip sistem abjad pada contoh yang
tersedia.
11. Guru menerangkan prosedur/langkah-langkah dalam
penemuan kembali arsip sistem abjad
12. Siswa mempelajari prosedur/langkah-langkah
penemuan kembali arsip sistem abjad.
dalam
Konfirmasi:
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan atas
pertanyaan seputar penyimpanan dan penemuan kembali
arsip dengan sistem abjad.
C. KegiatanAkhir
1. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi
dengan mengulas materi.
2. Latihan soal.
15menit
6. Sumber Pembelajaran
a. R, Endang Sri dkk. 2009. Modul Mengelola dan Menjaga Sistem
Kearsipan: Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. Penerbit Erlangga:
Jakarta. Hal: 39-46.
b. Amsyah, Zulkifli. 1995. Manajemen Kearsipan. Penerbit PT Gramedia
Pusaka Utama: Jakarta. Hal: 22-38.
c. Dra. Reny Ratnawati Basyariah Amin. Pengarsipan Surat dan
Dokumen Kantor. Yudistira: Jakarta. Hal: 22-29
d. www. Blog Archive » kearsipan sistem abjad.htm
e. www.Mengimplementasikan-Sistem-Kearsipan.htm
7. Media Pembelajaran
Laptop, LCDdanBahan ajar
8. Penilaian/ Evaluasi
a. Jenis Evaluasi
b. Bentuk instrumen
: tes tertulis
: essay dan praktik
Jakarta, 21 November 2012
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
Dra. Nastiti
Dini Anissapati
NIP.
NIP.
Lampiran-lampiran
LEMBAR KERJA 1
( KELOMPOK )
Mata Pelajaran
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kompetensi Dasar
: Mengimplementasikan Sistem Kearsipan
Kelas / Semester
: XI / 1
Disediakan bermacam-macam gambar alat kearsipan
1. Tentukan kegunaan masing-masing alat kearsipan !
2. Buatlah rangkuman mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing
alat.
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
Kelompok : ______________________
Anggota
: 1. __________________
2. __________________
3. __________________
LEMBAR KERJA 2
( Individu )
Mata Pelajaran
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kompetensi Dasar
: Mengimplementasikan Sistem Kearsipan
Kelas / Semester
: XI / 1
1. Apa yang dimaksud dengan penyimpanan arsip sistem abjad
2. Indekslah nama-nama dibawah ini dengan benar!
Nama
Adnan Buyung Nasution
Bill Clinton
Chun Dho Hwan
Yayasan Jend. Soedirman
BRI
Andrew the Baker
Nama
: __________
No Absen
: __________
Indeks
Unit 1
Unit 2
Unit 3
Kode
Urutan
Abjad
LEMBAR PENILAIAN
DISKUSI KEGUNAAN ALAT KEARSIPAN
Aspek yang di nilai
No
Nama
Kerja sama
Aktifitas
( 1-40 )
( 1-30 )
Menghargai
Nilai
Pendapat
( 1-30)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
LEMBAR PENILAIAN
MENGINDEKS DENGAN SISTEM ABJAD
Aspek yang di nilai
No
Nama
Kelengkapan Kesesuaian
(4)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
(4)
Ejaan
(2)
Nilai
Kriteria Penilaian
a. Kelengkapan
Jika jawaban lengkap
Jika jawaban hampir lengkap
Jika jawaban setengah lengkap
Jika jawaban kurang lengkap
Jika peserta didik tidak menjawab
4
3
2
1
0
b. Kesesuaian
Jika jawaban sesuai
Jika jawaban hampir sesuai
Jika jawaban setengah sesuai
Jika jawaban kurang sesuai
Jika peserta didik tidak menjawab
4
3
2
1
0
c. Ejaan
Jika ejaan seluruhnya benar
Jika ejaan hampir seluruhnya benar
Jika ejaan setengah benar
Jika ejaan hanya sedikit benar
Jika ejaan tidak ada yang benar
2
1,5
1
0,5
0
a. Pengelolaan Kelas
Selama pembelajaran konvensional, meja dan kursi diatur menghadap ke
papan tulis dan“peserta didik” duduk berjajar. Dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatanPAKEM pengaturan tempat duduk peserta didik
disesuaikan dengan model pembelajaranyang akan dilaksanakan oleh guru,
misalnya pola tempat duduk berpasangan, pola tempatduduk dalam bentuk
”U” akan memudahkan peserta didik berinteraksi dan melakukan aksidalam
proses pembelajaran. Sebaiknya guru selalu mendesain pola tempat duduk
yangdisesuaikan dengan skenario pembelajaran yang dirancang dalam RPP
Contoh model tempat duduk
Gambar Contoh Model Tempat Duduk
b. Mengembangkan Keterampilan Bertanya
1) Pengantar
Umpan balik merupakan salah satu bagian penting suatu proses
pembelajaran. Respon guru terhadap sikap dan perilaku peserta didik di
awal, proses, dan akhir pembelajaran dapat menjadi pengembang pola
pikir, sikap dan tindakan peserta didik ke arah yanglebih baik.
Kemampuan guru memberikan umpan balik yang sesuai baik
kuantitasmaupun kualitas dapat meningkatkan perolehan belajar peserta
didik.
Pemahaman guru terhadap perilaku peserta didik dalam
mengekspresikan hasil belajar menjadi pijakan kuat untuk memunculkan
”pertanyaan atau tugas” lanjutan sebagai pengembangan kegiatan
peserta didik. Pelaksanaan umpan balik dilakukan sebagai respon guru
setelah mencermati sikap peserta didik terhadap penilaian dirinya
maupun kepuasan terhadap hasil kerjanya. Oleh karena itu, perlu
diciptakan kesesuaian antara penilaian diri peserta didik, persepsi guru,
dan harapan agar hasil belajar mencapai kompetensi secara optimal.
Modul ini memberikan gambaran bagaimana membantu peserta didik
dalam proses belajar melalui pemberian umpan balik yang mampu
memotivasi dan mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan
perolehan belajar yang optimal.
2) Tujuan
Tujuan Umpan Balik/Ketrampilan Bertanya bagi guru dalam mengajar
adalah
a) Menggali potensi peserta didik sebelum pembelajaran dilaksanakan
b) Meningkatkan kualitas pengembangan daya pikir, sikap, dan hasil
belajar pesertadidik
c) Melatih peserta didik berani mengemukakan pendapat
3) Cara Mengembangkan
Adi W. Gunawan (2003) dalam Genius Learning Strategy ,menyatakan cara
memberikan umpan balik yang benar sebagai berikut:
(1) Umpan balik harus bersifat korektif, guru dapat memberikan
jawaban penjelasan,tidak hanya jawaban yang salah tetapi apa
jawaban yang benar dan akurat serta bagaimana bisa mencapai
jawaban yang benar tersebut. Yang terpenting adalahproses berfikir
dibalik hasil jawaban yang salah maupun jawaban yang benar.
(2) Umpan balik harus diberikan pada waktu yang tepat, ajarkan materi
yang inginanda ujikan setelah itu murid langsung diminta
mengerjakan tes tanpa menunggujeda yang terlalu lama.
(3) Umpan balik harus spesifik dan mengacu pada satu kriteria tertentu,
umpan balikdidasarkan pada satu level pengetahuan atau keahlian
yang spesifik dengan cara membandingkan anak dengan dirinya
sendiri bukan dengan rekan atau murid lainnya.
(4) Murid memberikan umpan balik untuk diri mereka sendiri, murid
membuat catatan sendiri terhadap prestasi yang telah mereka capai
dan melakukan pembandinganantara prestasi terdahulu dengan
prestasi mereka saat ini.
Gambar Contoh Pemberian Bantuan dan Umpan Balik
c. Alat/MediaSumber Belajar
1) Pengantar
Fungsi utama alat peraga adalah untuk membantu menanamkan atau
mengembangkankonsep yang abstrak, agar peserta didik mampu
memahami arti sebenarnya dari konseptersebut. Dengan melihat,
meraba dan memanipulasi objek/alat peraga, peserta didikmemiliki
pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti suatu
konsep
2) Tujuan
Ada beberapa tujuan penggunaan alat peraga/media pembelajaran,
antara lain:
a) Untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran
b) Mempermudah pemahaman konsep
c) Memberikan pengalaman yang efektif bagi peserta didik dengan
berbagaikecerdasanyang berbeda.
d) Memotivasi peserta didik untuk menyukai pelajaran yang diajarkan
e) Memberikan kesempatan bagi peserta didik yang lamban berpikir
untukmenyelesaikan tugas dan berhasil.
f) Memperkaya program pembelajaran bagi peserta didik yang lebih
pandai.
g) Mempermudah abstraksi.
h) Efisiensi waktu.
3) Contoh Alat Peraga/Media Pelajaran
a) Mengelola Sistem Kearsipan (Untuk materi alat kearsipan)
Lemari Arsip
Brankas
Gambar alat-alat kearsipan
K. Lembar Kerja
1) Pengantar
Lembar Kerja merupakan alat bantu pembelajaran agar peerta didik
melakukan prosespembelajaran. Disamping itu juga Lembar Kerja
merupakan alat atau petunjuk kegiatanyang akan dilakukan peserta
didik dalam proses belajar mengajar. Lembar Kerja jugamerupakan
petunjuk tertulis untuk membantu guru dalam memberi tugas
kepadapeserta didik agar peserta didik dapat menemukan sendiri.
2) Tujuan LK
a) Membelajarkan peserta didik dan mendorong untuk berdiskusi
b) Untuk membantu guru dalam pembelajaran
c) Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menguasai
kompetensi.
d) Membimbing peserta didik untuk menemukan konsep
e) Menyatukan tindakan dan tujuan dalam pembelajaran.
f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam melakukan proses
pembelajaran
g) Meningkatkan daya cipta peserta didik
L. Pemajangan
1) Pengantar
Karya peserta didik sebagai perolehan belajar yang baik dipajang di
dalam ruang kelas. Pajangan ini dapat dilihat langsung oleh semua
peserta didik. Bentuknya bisa karya dua dimensi atau tiga dimensi.
Pajangan mencerminkan upaya yang dilakukan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang diharapkan, dan hasil suatu
pembelajaran yang dilakukan. Dengandemikian,pajangan mempunyai
dua sisi penting dalam pembelajaran. Di satu sisipajangan merupakan
salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pembelajaran sesuai
dengan kompetensi yang ditentukan. Di sisi lainnya, pajangan juga
dapat menjadi alat pemantau efektivitas proses pembelajaran.
Modul ini mengkaji tentang bagaimana pajangan yang baik dan
berkualitas sertaberbagai upaya yang dilakukan guru dalam
meningkatkan kualitas hasil belajar pesertadidik (pajangan) sesuai
dengan kompetensi yang telah ditetapkan.
2)
a.
b.
c.
d.
Tujuan
Untuk penghargaan peserta didik yang berhasil membuat karya
Meningkatkan motivasi perserta didik yang telah berhasil
Untuk sumber belajar bagi peserta didik
Untuk memotivasi siwa agar senantiasa berkarya
3) Contoh Pajangan
Gambar Hasil kerajinan anak & Hasil lukisan anak
M. Penilaian
1) Pengantar
Penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah. Menurut Masnur Muslich (2007) penilaian dalam KBK
dan KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan
komprehensif guna mendukung upaya memandirikan peserta didik
dalam belajar,bekerja sama, dan menilai dirinya sendiri. Oleh karena
itu, penilaian yang dilaksanakan harus penilaian berbasis kelas (PBK).
Penilaian kelas merupakan kegiatan guru yang terkait dengan
pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil
belajar peserta didik. Oleh karena itu,diperlukan data sebagai
informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Keputusan tersebut berhubungan dengan tingkat keberhasilan peserta
didik dalam mencapai suatu kompetensi.
Alat ukur atau instrumen untuk penilaian kelas harus valid, reliabel,
terfokus pada pencapaian kompetensi, objektif, dan mendidik.
Misalnya alat ukur berupa tes. Alatukur itu harus valid. Sebuah tes
dikatakan valid jika tes tersebut dapat digunakan untukmengukur apa
yang akan diukur. Agar alat ukur valid, dalam menyusun soal sebagai
alat penilaian perlu memperhatikan kompetensi yang diukur dan
menggunakan bahasa yangtidak mengandung makna ganda.
Alat ukur yang reliabel berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian. Artinya,jika alat ukur itu digunakan untuk mengukur di
dua tempat yang memiliki kondisiyang sama, hasil yang diperoleh itu
cenderung mendekati sama. Selain itu, petunjukpelaksanaan dan
penskorannya harus jelas.
Selain harus valid dan reliabel, penilaian harus terfokus pada
pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan hanya pada
penguasaan materi (pengetahuan).
Penilaian harus menyeluruh/komprehensif dengan menggunakan
beragam cara dan alat untuk menilai kompetensi peserta didik,
sehingga tergambar profil yang sesungguhnya tentang kompetensi
peserta didik.
Penilaian harus objektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana,
berkesinambungan, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam
pemberian skor. Penilaian yang dilakukan juga harus mendidik.
Artinya, penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran
bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik.
KTSP tidak semata-mata meningkatkan pengetahuan peserta didik,
tetapi lebih memperhatikan kompetensi secara utuh yang
merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
karakteristik masing-masing mata pelajaran.
2) Tehnik Penilaian
Banyak cara atau teknik yang dapat digunakan untuk melakukan
penilaian terhadap peserta didik. Pada dasarnya, teknik penilaian
tersebut adalah cara penilaian kemajuanbelajar peserta didik
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harusdicapai. Penilaian ini didasarkan pada indikator-indikator
pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih (kognitif,
afektif, dan psikomotor). Berdasarkan indikator-indikator ini dapat
ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah penilaian itu dilakukan
dengan tes (tertulis atau lisan), observasi, praktek, dan penugasan
secara individu atau kelompok.
Di dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007, penilaian dilakukan secara
konsisten,sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan
non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,proyek dan atau
produk, portofolio, dan penilaian diri. Berikut ini sedikit gambaran
masing-masing teknik penilaian.
3) Penilaian melalui Tes
Penilaian melalui tes dilakukan secara tertulis atau lisan (tes tertulis).
Ada dua bentuksoal untuk penilaian tertulis ini, yaitu memilih
jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban dibedakan menjadi
(1) pilihan ganda; (2) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak); (3)
menjodohkan; dan (4) sebab-akibat. Tes tertulis yang berupa
mensuplai jawaban, dibedakan menjadi (1) isian atau melengkapi; (2)
jawaban singkat ataupendek; dan (3) uraian. Penyekoran pada
penilaian tertulis harus jelas.
4) Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja
Penilaian kinerja/unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilaiterhadap aktivitas (dalam melakukan pekerjaan)
peserta didik. Penilaian ini cocokuntuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugastertentu,
misalnya presentasi hasil pengamatan di desanyatentang erosi.
5) Penilaian Sikap
Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran Geografi di
SMA antaralain (1) sikap terhadap materi pelajaran; (2) sikap terhadap
guru/pengajar; (3)sikap terhadap proses pembelajaran; (4) sikap
berkaitan dengan nilai atau normayang berhubungan dengan suatu
materi pelajaran, misalnya kasus atau masalahlingkungan hidup,
berkaitan dengan materi IPA; dan (5) sikap berhubungan
dengankompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata
pelajaran. Penilaianini menggunakan skala sikap dari sangat setuju
hingga sangat tidak setuju.
6) Penilaian Penugasan (Proyek)
Penilaian penugasan atau proyek dilakukan untuk mendapatkan
gambarankemampuan
menyeluruh/umum
secara kontekstual
mengenai kemampuan pesertadidik dalam konsep dan pemahaman
mata pelajaran. Dalam mata pelajaran IPS,teknik ini bermanfaat untuk
menilai (1) ketrampilan peserta didik melakukanpenyelidikan; (2)
pemahaman dan pengetahuan dalam bidang IPS; (3) kemampuan
mengaplikasikan pengetahuan dalam suatu penyelidikan; dan (4)
kemampuan menginformasikan subjek secara jelas. Contoh tugas
penilaian penugasan: Lakukan penyelidikan mengenai proses pasar di
daerah sekitarmu melalui tinjauan IPS.
7) Penilaian Hasil Kerja atau Produk
Penilaian hasil kerja atau produk adalah penilaian kepada peserta
didik dalamproses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian
produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu tahap (1) persiapan,meliputi penilaian kemampuan
peserta didik dan merencanakan, menggali, danmengembangkan
gagasan serta mendesain produk; (2) pembuatan produk(proses),
meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi
danmenggunakan bahan, alat, dan teknik; dan (3) penilaian produk
(appraisal), meliputipenilaian produk yang dihasilkan peserta didik
sesuai kriteria yang ditetapkan.
8) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik. Hasil kerja
ini disusunmenjadi sebuah portofolio. Jadi, potofolio merupakan
koleksi pribadi hasil kerjapeserta didik yang mencerminkan tingkat
pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan,dan pekerjaan terbaiknya.
Penilaian portofolio ini didasarkan pada kumpulan hasilkerja peserta
didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.
9) Penilaian Diri (self assessment)
Pada prinsipnya, penilaian diri peseta didik menilai dirinya sendiri.
Peserta didikdiminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan
status, proses, dan tingkatpencapaian kompetensi yang dipelajarinya
dalam mata pelajaran tertentu.Penilaiandiri melalui pengukuran
terhadap kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor
10) Pemanfaatan dan Pelaporan hasil Penilaian
a) Pengolahan Hasil Penilaian
Data hasil penilaian harus diolah sebaik mungkin. Pengolahan ini
disesuaikan dengan jenis data hasil penilaiannya, yaitu penilaian
kinerja atau unjuk kerja, penugasan(proyek), hasil kerja (produk),
tes tertulis, portofolio, sikap, dan penilaian diri.
Data Penilaian Tertulis
Biasanya, tiap butir soal bentuk pilihan ganda diberi skor 1 jika
jawaban benar danskor 0 jika jawaban salah. Perhitungan skor
yang diperoleh peserta didik untuk suatuperangkat tes pilihan
ganda sebagai berikut:
Jumlah jawaban benar
--------------------------------- x 10
Jumlah seluruh butir soal
Data Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja
Data penilaian kinerja unjuk kerja diperoleh melalui pengamatan
yang ditujukanterhadap kinerja peserta didik untuk suatu
kompetensi. Skor diperoleh dengan cara mengisi format penilaian
unjuk kerja yang telah ditentukan. Skor yang dicapai olehpeserta
didik merupakan skor pencapaian dibagi skor maksimum dikali
10 (untukskala 0 -10) atau dikali 100 (untuk skala 0 -100). Misalnya,
dalam suatu penilaian kinerja menggambar peta, paling tidak ada
6 aspek yang dinilai, yaitu kelengkapan peta, ketepatan skala,
kerajian, kebersihan, keindahan, dan pewarnaan, Jika seorang
peserta didik mendapat skor 6 dan skor maksimumnya 8, maka
nilai yang akandiperoleh adalah = 6/8 x 10 = 7,5.
Data Penilaian Sikap
Skor hasil penilaian sikap bersumber dari catatan harian peserta
didik berdasarkan pengamatan/observasi guru mata pelajaran.
Data hasil pengamatan guru dapat dilengkapi dengan hasil
penilaian berdasarkan pertanyaan langsung dan laporanpribadi.
Hal yang harus dicatat dalam buku Catatan Harian peserta didik
adalah kejadiankejadianyang menonjol, yang berkaitan dengan
sikap, perilaku, dan unjuk kerjapeserta didik, baik positif maupun
negatif. Yang dimaksud dengan kejadian –kejadianyang menonjol
adalah kejadian-kejadian yang perlu mendapat perhatian, atau
perlu diberi peringatan dan penghargaan dalam rangka
pembinaan peserta didik. Kejadian-kejadian yang menonjol
tersebut dapat berupa kejadian yang menyenangkan maupun
yang menyedihkan.
Data Penilaian Penugasan (Proyek)
Data penilaian proyek meliputi skor yang diperoleh dari tahaptahap:perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan
data, dan penyajian data/laporan. Dalammenilai setiap tahap,
guru dapat menggunakan skor yang terentang dari 1 sampai
5.Skor 1 merupakan skor terendah dan skor 5 adalah skor tertinggi
untuk setiap tahap.Jadi, total skor terendah untuk keseluruhan
tahap adalah 4 dan total skor tertinggiadalah 20.
Data Penilaian Hasil Kerja (Produk)
Data penilaian hasil kerja (produk) meliputi tiga tahap, yaitu tahap
persiapan,pembuatan (produk), dan penilaian (appraisal).
Informasi tentang data penilaianini diperoleh melalui cara holistik
atau cara analitik. Cara holistik guru menilai hasil kerja peserta
didik berdasarkan kesan keseluruhan dengan menggunakan
criteria keindahan dan kegunaan produk tersebut pada skala skor
0 – 10 atau 1 – 100. Cara penilaian analitik, guru menilai hasil kerja
melalui tahap proses pengembangan, yaitu mulai dari tahap
persiapan, tahap pembuatan, dan tahap penilaian.
Data penilaian Portofolio
Skor penilaian portofolio peserta didik didasarkan dari hasil
kumpulan informasi yang telah dilakukan oleh peserta didik
selama pembelajaran berlangsung. Komponen penilaian portofolio
meliputi: (1) catatan guru, (2) hasil pekerjaan peserta didik, dan(3)
profil perkembangan peserta didik.
Data Penilaian Diri
Skor hasil penilaian diri adalah skor yang diperoleh dari hasil
penilaian tentangkemampuan, kecakapan, atau penguasaan
kompetensi tertentu yang dilakukan olehpeserta didik sendiri.
Pada awalnya, hasil penilaian diri yang dilakukan oleh
pesertadidik tidak dapat langsung dipercayai dan digunakan oleh
guru. Untuk itu, pada tarafawal, guru perlu melakukan langkahlangkah telaahan terhadap hasil penilaian diripeserta didik.
b) Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan
Belajar
Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah peserta
didik telah berhasilatau belum dalam menguasai suatu
kompetensi. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam
suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% – 100%.
Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%.
Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat
pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%.
Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat
kemampuanakademis peserta didik, kompleksitas indikator dan
daya dukung guru sertaketersediaan sarana dan prasarana.
11) Pemanfatan Dan Pelaporan Hasil Penilaian Kelas.
Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi
peserta didik yang dapatdigunakan antara lain: (1) peserta didik
(remedial atau pengayaan); (2) perbaikan programdan proses
pembelajaran, (3) pelaporan, dan (4) penentuan kenaikan kelas. Bagi
pesertadidik, data hasil penilaian menjadi alat penentu apakah dia
harus menempuh remedial atau tidak. Bagi peserta didik yang sudah
mencapai ketuntasan perlu diberi pengayaan.
Bagi guru, hasil penilaian ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan
perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Bagi kepala sekolah,
dia mempunyai tugas dan tanggungjawab menilai kinerja guru. Salah
satu penilaian terhadap kinerja guru dapat didasarkanpada tingkat
keberhasilan peserta didik yang diperoleh melalui penilaian.
a) Pelaporan Hasil Penilain Kelas
Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Pelaporan hasil penilaian hendaknya (1) merinci hasil belajar
peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan
dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagipengembangan
peserta didik; (2) memberikan informasi yang jelas,
komprehensif,dan akurat; dan (3) menjamin orangtua
mendapatkan informasi secepatnya bilamana anaknya bermasalah
dalam belajar (Puskur).
Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam
data kuantitatif maupunkualitatif.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan
sebagai berikut:(1) Bagaimana keadaan anak waktu belajar di
sekolah secara akademik, fisik, sosial,dan emosional?; (2) Sejauh
mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?;
(3)Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai
dengan baik?; dan (4)Apa yang harus orang tua lakukan untuk
membantu danmengembangkan prestasianak lebih lanjut?
Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang
berisi informasi tentang tingkat pencapaian kompetensi peserta
didik untuk setiap KD, dalam kurun waktu satu semester. Rekap
nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru tentang
perkembangan hasil belajar peserta didik, sehingga diketahui
kapan peserta didik memerlukan remedial.
Bagian A: Pengantar
Kegiatan pada sesi ini diawali dengan pembukaan dari instruktur
membuka danmenyampaikan informasi yang berkait dengan isu
dalam kegiatan PAKEM.Kemudianmemberikan informasi tentang
pengalaman belajar apa yang akan dilaksanakan dalamsesi ini.
Bagian B: Keterampilan Bertanya (60 menit)
Instruktur membuka sesi dengan pertanyaan berikut untuk
menimbulkan gagasandari peserta:
(1) Mengapa kita mengajukan pertanyaan kepada siswa?
(2) Pertanyaan apa yang sering disampaikan oleh guru, mengapa?
Mengacu kepada kegiatan modeling sebelumnya, peserta diminta
untukmengidentifikasi pertanyaan – pertanyaan yang terdapat
pada kegiatan tersebut.Kemudian mendiskusikannya.
Fasilitator memberi contoh bacaan (lihat Lampiran 10) dan
berbagai pertanyaanyang memuat/mengacu pada ketiga
jenis/sifat pertanyaan di bawah ini:
(1) Mencari informasi
(2) Memanfaatkan pengetahuan
(3) Menciptakan sesuatu yang baru dan memberikan pendapat
Peserta (dalam kelompok kecil 3-4 orang ) menyusun 3 jenis
pertanyaan di kertasyang berbeda dengan menggunakan teks
yang sama.
Kelompok saling menukar pertanyaan untuk mendiskusikan
kualitas pertanyaandan memberi tanggapan/perbaikan. Peserta
meninjau kembali hasil perbaikan dansaran dari kelompok lain
untuk kemudian disempurnakan dan dikembangkan
Fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
(1) Manakah pertanyaan yang dianggap mudah untuk ditulis dan
dijawab?Mengapa?
(2) Manakah pertanyaan yang dianggap sulit untuk ditulis dan
dijawab? mengapa?
(3) Apa yang bisa membantu proses penyusunan pertanyaan
seperti kategori bdan c.
Jenis Pertanyaan: Tingkat 1
Mencari Informasi
Bagian C : Pengorganisasian Kelas (60 menit)
Berdasarkan kegiatan modeling, fasilitator memberikan kegiatan –
kegiatan sebagai berikut:
(1) Fasilitator mengajukan pertanyaan berikut kepada peserta
tentang organisasikelas(Klasikal, kelompok, dan individu).
(2) Apa yang anda ketahui tentang belajar klasikal, kelompok,
dan individu?
(3) Kapan siswa belajar klasikal, kelompok atau individual?
(4) Mengapa siswa bekerja/belajar secara klasikal, kelompok, dan
individual?
Peserta dan fasilitator kemudian membahas bersama beberapa
jenis organisasi dengan mencoba memberikan contoh
tugas/kegiatan yang sesuai untuk jenis organisasi masing-masing.
Peserta mengidentifikasi kegiatan yang harus dikerjakan secara
klasikal, kelompok, danindividual dengan menggunakan lembar
kerja berikut.:
Tabel Pengorganisasian kelas
Mengidentifikasi Kegiatan Klasikal, Kelompok, dan Individual
Pengelolaan
kelas
No
Kegiatan pembelajaran
Klas Klp indv
Alasan
Mendengarkan instruksi guru
Menggunakan alat kearsipan
Mencari nama di dalam rak arsip
Melaporkan hasil tugas
Membuat kolom indeks
Curah pendapat tentang sistem abjad
Menceritakan
PKL
pengalaman
waktu
Menulis cerita
Sesudah tugas selesai peserta saling menukar pilihan dengan
memberikan alasandan komentar. Selanjutnya fasilitator dapat
memberikan tips pengorganisasian kelas
Bagian D: Pembelajaran Kooperatif (60 menit)
Dalam sesi ini ada 2 kegiatan pokok. Pertama, fasilitator
menyajikan bahan -bahan/informasiyang berkaitan dengan
pembelajaran kooperatif. Kedua, peserta melakukan aktivitas
yangberhubungan dengan pembelajaran kooperatif melalui bahan
yang sudah disiapkan oleh fasilitator.
Bagian E: Pengembangan Gagasan Pembelajaran (60 menit)
Setelah peserta mengamati 2 model pembelajaran di atas, peserta
mendiskusikanhasilkegiatan
termasuk
membahas
lembar
pengamatan yang diisi kelompok pengamat. Aktivitasberikutnya
ialah peserta mengaitkan berbagai hasil pengamatannya dengan
keterampilanbertanya, pengorganisasian kelas, dan pembelajaran
kooperatif. Setelah berdiskusitentang berbagai hal tersebut, peserta
mencoba mengembangkan ide-ide sederhana yangmungkin bisa
diterapkan dalam pembelajaran PAKEM yang akan dilakukan,
termasuk: carabertanya, pengorganisasian kelas, kerja kelompok,
dan sebagainya.
(1) Peserta dalam kelompok 4-5 orang mengembangkan langkahlangkah KBM untuk satu topik yang diberikan oleh fasilitator
atau
diseleksikan
oleh
peserta
sendiri.
Langkahlangkahtersebut harus memperhatikan ciri-ciri pembelajaran
PAKEM di atas. Dalamproses pengerjaan, peserta dapat
menggunakan tabel di bawah ini.
(2) Setiap kelompok saling menukar hasil kerjanya dan
memberikan masukan perbaikan.
Tabel Pengembangan Ide Pembelajaran
Mata Pelajaran: Mengelola Sistem Kearsipan
Sumber
Belajar
Kegiatan
Belajar
Keterampilan
Bertanya
Pengorganisasian Kelas
Pembelajaran
Kooperatif
Indikator Monev: (Bahan referensi untuk fasilitator)
a) Guru
a) Guru lebih banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja
(menemukansendiri,mengungkapkan pendapat dsb.);
b) Guru menciptakan pembelajaran yang menantang;
c) Guru mempergunakan berbagai media, metode, dan sumber
belajar, termasuk sumber belajar dan bahan dari lingkungan;
d) Guru memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai
dengan kemampuan siswa;
e) Guru mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok,
pasangan) sesuai tugas yang diberikan untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran.
b) Siswa
a) Siswa tidak takut bertanya;
b) Ada interaksi antara siswa untuk mmebahas dan memecahkan
masalah;
c) Siswa aktif bekerja;
d) Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri;
e) Siswa melakukan kegiatan baca mandiri;
f) Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana, menulis
biograpi tokoh).
c) Kelas
a) Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa;
b) Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar;
c) Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan
siswa, siswa dansiswa;
d) Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku)
yang dimanfaatkansiswa.
9. Lesson Study
a) Landasan Yuridis, teoritis dan empiris perlunya Lesson Study
1)
Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan tercermin dari mutu SDM. SDM kita masih rendah
berarti mutu pendidikan pun masih rendah. Mengapa demikian?
Masyarakat beranganggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya
diukur oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian nasional (UN) baik maka
dianggap sudah berhasil mendidik anak-anaknya. Atau kalau suatu
sekolah banyak meluluskan siswa ke perguruan tinggi melalui SPMB
maka dianggap sekolah itu pavorit dan banyak diserbu orang tua untuk
menyekolahkan anaknya. Rangking sekolah diurut berdasarkan nilai UN.
Akibatnya orang tua harus mengeluarkan uang ekstra untuk menitipkan
anaknya pada bimbingan belajar yang melakukan latihan menjawab soalsoal UN atau SPMB, karena orang tua menginginkan anaknya diterima di
sekolah paforit atau perguruan tinggi top. Proses pembelajaran di dalam
kelas kurang mendapat perhatian dari orang tua dan dari pemerintah,
yang penting hasil UN (Ujian Nasional). Umumnya pembelajaran
dilakukan dalam bentuk satu arah, guru lebih banyak ceramah dihadapan
siswa sementara siswa mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya
hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa dengan
target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen
kurikulum kepada siswa. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi
kepada siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup
mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk
berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Proses
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali
guru itu sendiri. Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum
berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di
sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa
dokumen renpel (rencana pelajaran). Pengawas sangat jarang masuk
kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi nara
sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala sekolah.
Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi
guru, seperti renpel dari pada masuk kelas melakukan observasi dan
supervisi terhadap pembelajaran oleh seorang guru. Akibatnya guru
tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik,
memikirkan metoda mengajar yang bervariasi, mempersiapkan bahan
untuk percobaan IPA di laboratorium. Ini berarti bahwa selama ini kita
kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran di dalam ruang
kelas. Semestinya, kita lebih memperhatikan proses pembelajaran dan
hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran. Secara
internasional, mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, sebagai
contoh dalam bidang MIPA, the Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS, 2003) melaporkan bahwa di antara 45 negara
peserta TIMSS, peserta didik SMP kelas 2 Indonesia berada pada urutan
ke-36 untuk IPA dan ke-34 untuk Matematika. Siswa-siswa Indonesia
hanya dapat menjawab soal-soal hafalan tetapi tidak dapat menjawab
soal-soal yang memerlukan nalar atau keterampilan proses. Proses
pembelajaran yang baik seharusnya menghasilkan nilai tes yang baik.
Paradigma yang hanya mementingkan hasil tes harus segera diubah
menjadi memperhatikan proses pembelajaran, sementara hasil tes
merupakan dampak dari proses pembelajaran yang benar. Seiring dengan
perkembangan IPTEK, pengetahuan guru harus selalu disegarkan.
Kegiatan seminar atau forum diskusi ilmiah merupakan media untuk
penyegaran pengetahuan guru baik materi subyek maupun pedagogi.
Sayangnya, tidak sedikit kepala sekolah yang tidak mengijinkan guru
untuk berpartisipasi dalam kegiatan seminar atau forum diskusi dalam
kegiatan MGMP. Seharusnya kepala sekolah mendorong bahkan
memfasilitasi guru agar bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
ilmiah, seperti seminar untuk menambah wawasan guru. Selain itu,
sedikit guru yang sudah memanfaatkan fasilitas ICT (Information
Communication Technology) di sekolah untuk meningkatkan
pengetahuan padahal fasilitas itu sudah masuk ke sekolah, seperti
komputer dan telpon. Sementara, sekolah mampu menyediakan dana
untuk rekreasi ke tempat-tempat wisata.
2) Undang-undang Guru dan Dosen
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 2005
pemerintah dan DPR RI telah mensahkan Undang-Undang RI Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang tersebut menuntut
penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru agar
guru menjadi profesional. Di satu pihak, pekerjaan sebagai guru akan
memperoleh penghargaan yang lebih tinggi, tetapi dipihak lain
pengakuan tersebut mengharuskan guru memenuhi sejumlah persyaratan
agar mencapai standar minimal seorang profesional. Pengakuan terhadap
guru sebagai tenaga profesional akan diberikan manakala guru telah
memiliki antara lain kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat
pendidik yang dipersyaratkan (Pasal 8). Kualifikasi akademik tersebut
harus „diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau
diploma empat“ (Pasal 9). Sertifikat pendidik diperoleh guru setelah
mengikuti pendidikan profesi (Pasal 10 ayat (1)). Adapun jenis-jenis
kompetensi yang dimaksud pada Undang-undang tersebut meliputi
„kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional“ (Pasal 10 ayat (1)). Berdasarkan hasil pertemuan
Asosiasi LPTK Indonesia, penjabaran tentang jenis-jenis kompetensi
tersebut sebagai berikut:
a)
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan
pembelajaran,
evaluasi
pembelajaran,
dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Secara rinci kompetensi pedagogik
meliputi :
(1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial,
moral, kultural, emosional, dan intelektual.
(2) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta
didikdan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya.
(3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
(4) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
(5) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang
mendidik
(6) Mengembangkan
kurikulum
yang
mendorong
keterlibatanpeserta didik dalam pembelajaran
(7) Merancang pembelajaran yang mendidik
(8) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
(9) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
b)
Kompetensi kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini meliputi:
(1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa.
(2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan
sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
(3) Mengevaluasi kinerja sendiri
(4) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
c) Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.
Kompetensi ini mencakup:
(1) Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.
(2) Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi.
(3) Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran.
(4) Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi.
(5) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas.
d) Kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan kompetensi
ini, guru diharapkan dapat:
(1) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik,
orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
dan masyarakat.
(2) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah
dan masyarakat.
(3) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat
lokal, regional, nasional, dan global.
(4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk
berkomunikasi dan pengembangan diri.
3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Pasal 19 dari peraturan pemerintah ini berbunyi
sebagai berikut:
a) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
b) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses
pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
c) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Peraturan pemerintah tersebut mengindikasikan bahwa sekarang
pemerintah menaruh perhatian terhadap mutu proses pembelajaran.
Usaha baik dari pemerintah ini harus ditindaklanjuti sehingga mutu
pendidikan menjadi kenyataan yang akan berdampak terhadap
pembangunan Indonesia di masa mendatang. Tentunya, kerja keras kita
dalam menindaklanjuti usaha pemerintah ini baru dapat dirasakan paling
cepat dalam waktu 10 tahun mendatang. Tantangan bagi kita adalah
bagaimana mengimplementasikan UU No 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen serta PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan?
Secara umum mutu pendidikan di negeri ini masih rendah tercermin dari
pringkat hasil TIMSS dan indek pembangunan manusia yang berada
pada posisi di bawah peringkat negara-negara tetangga kita di Asia
Tenggara. Oleh karena itu, tantangan bagi kita adalah bagaimana kita
dapat meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini. Mutu pendidikan
merupakan dampak dari keprofesionalan pendidiknya. Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP 19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan bagi pendidik
profesional. Namun demikian, untuk menjadi pendidik profesional
diperlukan usaha yang sistemik dan konsisten serta berkesinambungan
dari pendidik itu sendiri dan pengambil kebijakan. Melalui lesson study
sangat dimungkinkan meningkatkan keprofesionalan pendidik di
Indonesia karena lesson study merupakan model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun komunitas belajar.
b) Pengertian Lesson Study
Pemerintah selalu melakukan usaha peningkatan mutu guru melalui
pelatihan dan tidak sedikit dana yang dialokasikan untukpelatihan guru.
Sayangnya usaha dari pemerintah ini kurang memberikan dampak yang
signifikan terhadap peningkatan mutu guru. Minimal ada dua hal yang
menyebabkan pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan mutu
pendidikan. Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di
dalam kelas. Materi pelatihan yang sama disampaikan kepada semua guru
tanpa mengenal daerah asal. Padahal kondisi sekolah di suatu daerah belum
tentu sama dengan sekolah di daerah lain. Kadang-kadang pelatih
menggunakan sumber dari literatur asing tanpa melakukan ujicoba terlebih
dahulu untuk kondisi di Indonesia. Kedua, hasil pelatihan hanya menjadi
pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas atau
kalaupun diterapkan hanya sekali, dua kali dan selanjutnya kembali “seperti
dulu lagi, back to basic”. Hal ini disebabkan tidak ada kegiatan monitoring
pasca pelatihan, apalagi kalau kepala sekolah tidak pernah menanyakan hasil
pelatihan. Selain itu, kepala sekolah tidak memfasilitasi forum sharing
pengalaman diantara guru-guru. Untuk mengatasi kelemahan pelatihan
konvensional yang kurang menekankan pada pasca pelatihan maka buku ini
menawarkan model in-service training yang lebih berfokus pada upaya
pemberdayaan guru sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi
masing-masing. Model tersebut adalah Lesson Study yaitu suatu model
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas
dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan
demikian, Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi
kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang
dihadapi guru.
c) Tujuan Lesson Study
(1) Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar
(2) Meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran
(3) Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar
(4) Meningkatkan hubungan kolegalitas
(5) Menguatkan hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dan
tujuan jangka panjang yang harus dicapai
(6) Meningkatkan motivasi untuk selalu berkembang
(7) Meningkatkan kualitas perencanaan pembelajaran
d) Sejarah Perkembangan Lesson Study
1) Asal Mula Lesson Study
Lesson study sudah berkembang di Jepang sejak awal tahun 1900an.
Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran
melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk
memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri. Lesson Study merupakan
terjemahan langsung dari bahasa Jepang jugyokenkyu, yang berasal dari
dua kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang
berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian lesson study
merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap
pembelajaran. Lesson study dapat diselenggarakan oleh kelompok guru-
guru di suatu distrik atau diselenggarakan oleh kelompok guru sebidang,
semacam MGMP di Indonesia. Kelompok guru dari beberapa sekolah
berkumpul untuk melaksanakan lesson study. Lesson study yang sangat
popular di Jepang adalah lesson study yang diselenggarakan oleh suatu
sekolah dan dikenal sebagai konaikenshu yang berkembang sejak awal
tahun 1960an. Konaikenshu juga dibentuk oleh dua kata yaitu konai yang
berarti di sekolah dan kata kenshu yang berarti training. Jadi istilah
konaikenshu berarti school-based in-service training atau inservice education
within the school atau in-house workshop. Pada tahun 1970an pemerintah
Jepang merasakan manfaat dari konaikenshu dan sejak itu pemerintah
Jepang mendorong sekolah-sekolah untuk melaksanakan konaikenshu
dengan menyediakan dukungan biaya dan insentif bagi sekolah yang
melaksanakan konaikenshu. Kebanyakan sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama di Jepang melaksanakan konaikenshu. Walaupun
pemerintah Jepang telah menyediakan dukungan biaya bagi sekolahsekolah untuk melaksanakan konaikenshu tetapi kebanyakan sekolah
melaksanakan konaikenshu secara sukareka karena sekolah marasakan
manfaatnya. Salah satu situasi pembelajaran dalam rangka lesson study di
Jepang diperlihatkan pada gambar 2.
Gambar Kegiatan Lesson Study di Jepang
Suasana pembelajaran matematika dalam rangka lesson study di SD Hamanogo,
Jepang tahun 2005. Kurang lebih 100 pengamat menghadiri kegiatan lesson study
ini. Pengamat berdatangan dari berbagai sekolah SD atau SMP dari berbagai
provinsi di Jepang.
Alasan mengapa lesson study menjadi popular di Jepang karena lesson study sangat
membantu guru-guru. Walaupun lesson study menyita waktu tetapi guru-guru
memperoleh manfaat yang sangat besar berupa informasi berharga untuk
meningkatkan keterampilan mengajar mereka. Mutu kegiatan konaikenshu sangat
bervariasi bergantung pada kaliber leadership sekolah, mutu guru untuk
membangun, mempererat persabahatan diantara mereka, dan kemaunan mereka
dalam melaksanakan konaikenshu.
2) Perkembangan Lesson Study di dunia
The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS)
merupakan studi untuk membandingkan pencapaian hasil belajar
mathematika dan IPA kelas 8 (kelas 2 SMP). Penyebaran Lesson Study di
dunia pada tahun 1995 dilatarbelangi oleh TIMSS. Empat puluh satu
negara terlibat dalam TIMSS, Dua puluh dari empat puluh satu Negara
memperoleh skor rata-rata matematika yang signifikan lebih tinggi dari
Amerika Serikat. Negara-negara yang memperoleh skor matematika yang
lebih tinggi dari Amerika Serikat antara lain Singapura, Korea, Jepang,
Kanada, Francis, Australia, Hongaria, dan Ireland. Sementara hanya 7
negara yang memperoleh skor matematika secara signifikan lebih rendah
dari Amerika Serikat, yaitu Lithuania, Cyprus, Portugal, Iran, Kuwait,
Colombia, dan Africa selatan. Posisi pencapaian belajar matematika
siswa-siswa SMP kelas 2 di Amerika Serikat membuat negara itu
melakukan studi banding pembelajaran matematika di Jepang dan
Jerman. Tim Amerika Serikat melakukan perekaman video pembelajaran
matematika di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat untuk dilakukan
analisis terhadap video pembelajaran tersebut. Pada waktu itu, Tim
Amerika Serikat menyadari bahwa Amerika Serikat tidak memiliki sistem
untuk melakukan peningkatan mutu pembelajaran, sementara Jepang dan
Jerman melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara berkelanjutan.
Amerika Serikat selalu melakukan reformasi tapi tidak selalu melakukan
peningkatan mutu. Selanjutnya ahli-ahli pendidikan Amerika Serikat
belajar dari Jepang tentang Lesson Study. Sekarang Lesson Study telah
berkembang di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan diyakini Lesson
Study sangat potensial untuk pengembangan keprofesionalan pendidik
yang akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Selain itu,
Lesson Study juga telah berkembang di Australia.
3) Perkembangan Lesson Study di Indonesia
Lesson study berkembang di Indonesia melalui IMSTEP (Indonesia
Mathematics and Science Teacher Education Project) yang
diimplementasikan sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP yaitu IKIP
Bandung (sekarang bernama Universitas Pendidikan Indonesia, UPI),
IKIP Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta
UNY), dan IKIP Malang (sekarang bernama Universitas Negeri Malang
UM) bekerjasama dengan JICA (Japan Internatonal Cooperation Agency).
Tujuan umum dari IMSTEP adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan matematika dan IPA di Indonesia, sementara tujuan
khususnya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika
dan IPA ditiga IKIP yaitu IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP
Malang. Pada permulaan implementasi IMSTEP, UPI, UNY, dan UM
berturut-turut bernama IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP
Malang.
Fase IMSTEP (1998 – 2003). Peningkatan mutu difokuskan pada
pendidikan pre- dan in-service di tiga Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) dari IKIP Bandung, IKIP
Yogyakarta, dan IKIP Malang. Beberapa kegiatan dirancang untuk
mencapai tujuan tersebut antara lain melakukan revisi silabus program
pre- dan in-service, pengembangan buku ajar bersama 3 universitas,
pengembangan kegiatan praktikum, dan pengembangan teaching
materials. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut, pemerintah
Jepang melalui JICA memberikan dukungan berupa gedung beserta
fisilitasnya untuk IKIP Bandung sementara fasilitas laboratorium untuk
IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang. Selain itu JICA memberi dukungan
dalam bentuk penyediaan tenaga ahli Jepang dan pelatihan di Jepang
bagi dosen UPI, UNY, dan UM. Sepuluh dosen UPI, UNY, dan UM
mengikuti pelatihan di Jepang setiap tahunnya untuk mengenal sistem
pendidikan di Jepang dan belajar mengembangkan digital teaching
materials. Tenaga ahli Jepang Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa
berturutturut bertindak sebagai chief adviser dan project coordinator pada
saat itu. Pada bulan Maret – April 2001, tim JICA dari Jepang melakukan
evaluasi tengah proyek (mid-term) untuk mengetahui kemajuan dari
IMSTEP. Hasil evaluasi JICA menunjukkan bahwa IMSTEP berjalan
sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dilanjutkan untuk dua
setengah tahun berikutnya dengan penyesuaian program melalui
penambahan kegiatan. Kegiatan yang ditambahkan pada IMSTEP adalah
kegiatan “Piloting”. Kegiatan piloting bertujuan untuk mengembangkan
pembelajaran inovatif matematika dan IPA di sekolah secara kolaboratif
antara guru-guru SMP/SMA dengan dosen-dosen F(P)MIPA dari UPI,
UNY, dan UM. Tenaga ahli Jepang yang ditugaskan untuk perioda 20012003 adalah Prof. Dr. Tokuda dan Mr. Nakatsu yang berturut-turut
bertindak sebagai chief adviser dan project coordinator melanjutkan tugas
Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa. Untuk kegiatan piloting dipilih 4
sekolah (2 SMP dan 2 SMA) di masing masing kota di Bandung,
Yogyakarta, dan Malang. Sekolah yang dipilih adalah sekolah-sekolah
yang berdekatan dengan kampus UPI, UNY, dan UM yang mutunya
pada tingkat sedang berdasarkan NEM tetapi sekolah-sekolah tersebut
memperlihatkan keingingan dan komitmen untuk maju. Selanjutnya
sekolah-sekolah tersebut menugaskan guru-guru matematika, IPA Fisika,
dan IPA Biologi untuk SMP sementara guru matematika, fisika, biologi,
dan kimia untuk SMA. Dosen-dosen dan guru-guru sebidang studi
melakukan beberapa kali workshop untuk mendiskusikan permasalahan
yang dihadapi guru-guru di sekolah dan merancang model pembelajaran
sebagai solusi terhadap permasalahan yang ditemukan. Model
pembelajaran yang dikembangkan berbasis hands-on activity, daily life, dan
local materials. Setelah teaching materials yang dibuat dari bahan lokal
tersebut diujicoba di laboratorium maka model pembelajaran diujicoba di
kelas oleh guru sementara dosen menjadi pengamat. Guru beserta dosen
telah mampu mengembangkan teachin gmaterials yang terbuat dari bahanbahan di sekitar siswa dan melakukan pembelajaran berbasis hands-on
activity dan daily life untuk menjelaskan konsep matematika dan IPA
sehingga siswa-siswa menjadi senang belajar matematika dan IPA. Guruguru yang terlibat piloting menjadi termotivasi untuk melakukan inovasi
dalam pembelajaran dan merasa dekat dengan dosen untuk memperoleh
informasi ketika menghadapi kesulitan dalam melakukan inovasi
pembelajaran. Sayangnya guru yang terlibat kegiatan piloting sangat
terbatas pada satu guru per bidang studi per sekolah sehingga diseminasi
pengalaman berharga dalam mengembangkan inovasi pembelajaran
kurang berjalan baik walaupun dalam satu sekolah, apalagi kepala
sekolah tidak terlibat langsung dalam kegiatan piloting. Biaya untuk
kegiatan piloting berasal dari dana pendamping yang dikelola pihak
universitas. Dosen dan guru memperoleh dana transportasi walaupun
jumlahnya sangat kecil. Pada bulan Juli 2003, tim dari JICA (Jepang)
melakukan evaluasi terhadap kinerja proyek dan berkunjung ke sekolah
menyaksikan kegiatan pembelajaran di sekolah. Tim JICA menyimpulkan
bahwa kegiatan piloting berbasis hands-on activity, daily life, dan local
materials sangat potensial untuk meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah. Selanjutnya tim JICA merekomendasikan untuk melanjutkan
Follow-up Program IMSTEP selama 2 tahun. Fase Follow-up IMSTEP
(2003–2005). FPMIPA UPI, FMIPA UNY, dan FMIPA UM
mengimplementasikan program Follow-up IMSTEP sejak bulan Oktober
2003 sampai dengan September 2005 yang bertujuan untuk meningkatkan
mutu in-service teacher training (pelatihan guru dalam jabatan) dan mutu
pendidikan calon guru (preservice teacher training) dalam bidang
matematika dan IPA di UPI, UNY, dan UM. Dr. Eisuke SAITO dan Isamu
KUBOKI berturut-turut sebagai chief adviser dan coordinator membantu
mengarahkan ketiga universitas mengimplementasikan Follow-up
IMSTEP. Melalui Program Follow-up IMSTEP diharapkan dihasilkan
model in-service teacher training (pelatihan guru dalam jabatan) dan model
pre-service teacher training (pendidikan calon guru) dalam bidang MIPA.
Peningkatan mutu pendidikan MIPA akan dicapai manakala terjadi
kerjasama yang baik antara LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) penyelenggara pendidikan pre-service, sekolah piloting,
dan MGMP penyelenggara program inservice. LPTK dapat menghasilkan
calon guru yang bermutu setelah mendapat masukan dari pengalaman
nyata di sekolah dan LPTK memberikan masukan ke sekolah piloting
untuk melakukan intervensi terhadap siswa sehingga siswa menjadi aktif
belajar. MGMP merupakan forum untuk mendiseminasikan hasil inovasi
pembelajaran dan bersama LPTK diharapkan dapat meningkatkan
keprofesionalan guru. Kegiatan piloting yang telah dirintis pada fase
IMSTEP terus dikembangkan pada fase Follow-up Program IMSTEP
melalui kegiatan Lesson Study. Pengiriman pelatihan singkat ke Jepang
bagi dosen-dosen UPI, UNY, dan UM pada fase Follow-up Program
IMSTEP difokuskan pada tema Lesson Study dan diharapkan mereka
dapat mengembangkan Lesson Study di Indonesia setelah selesai pelatihan
di Jepang. Peserta pelatihan yang memberikan kontribusi terhadap
pengembangan Lesson Study di Indonesia antara lain Riandi (UPI),
Rahayu (UM), Sumar Hendayana (UPI), Harun Imansyah (UPI),
Sukirman (UNY), Muchtar A. Karim (UM), Siti Sriyati (UPI), Suratsih
(UNY), dan Ridwan (UM). Kerjasama antara 3 universitas (UPI, UNY, dan
UM) dan sekolahsekolah piloting di Bandung, Yogyakarta, dan Malang
makin dipererat melalui perbaikan beberapa kelemahan dari
implementasi kegiatan piloting pembelajaran di sekolah mitra. Tahap
observasi dan refleksi dari kegiatan Lesson Study (plan-do-see) diperbaiki.
Strategi observasi pembelajaran diperbaiki pada fase Follow-up IMSTEP.
Sebagai contoh, siswa tidak terganggu dengan adanya observer di dalam
kelas karena observer tidak mengganggu siswa belajar tetapi lebih
konsentrasi pada observasi aktivitas siswa belajar. Hal ini tercermin dari
kegiatan refleksi setelah pembelajaran. Observer lebih banyak
mengomentari aktivitas siswa dari pada gurunya. Setelah bertukar
pengalaman dan pengarahan dalam fase Follow-up IMSTEP maka terjadi
peningkatan kesadaran dalam melakukan observasi pembelajaran,
sekarang observer lebih suka mengambil posisi di samping kiri dan kanan
ruang kelas untuk melakukan observasi pembelajaran. Ketika fase
IMSTEP, tahap refleksi kurang mendapat penekanan, kadang-kadang
tahap ini dilakukan pada hari lain sehingga sebagian informasi
pengamatan kelas terlupakan oleh observer. Ketika fase Follow-up, tahap
refleksi dilakukan langsung setelah pebelajaran untuk mendiskusikan
hasil pembelajaran dan bertukar pengalaman tentang lesson learnt yang
diperoleh para observer. Selain itu, dilakukan diseminasi pengalaman
berharga dari kegiatan piloting kepada MGMP melalui workshop dan uji
coba pembelajaran berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials
dalam rangka kegiatan Lesson Study di MGMP Matematika dan IPA SMP
di Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Kegiatan Lesson Study pada MGMP
mendapat sambutan baik dari guru-guru terutama guru-guru model.
Guru model merasakan manfaat dari kegiatan Lesson Study, mereka
menjadi lebih percaya diri dalam mengajar dan berpartisipasi dalam
kegiatan ilmiah tingkat nasional. Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan
Lesson Study maka dilakukan pendekatan oleh pimpinan fakultas di 3
universitas. Dalam kasus di Bandung, pimpinan FPMIPA UPI
bersilaturrahmi dengan kepala kepala sekolah piloting yang kebetulan
baru terjadi pergantian kepala sekolah untuk berdiskusi tentang
keberlanjutan dari kegiatan kerjasama antara sekolah dan FPMIPA UPI.
Diskusi terfokus pada resource sharing artinya pimpinan FPMIPA UPI
menyediakan nara sumber termasuk kebutuhannya sementara sekolah
piloting mendorong guru-guru termasuk kebutuhannya untuk
berkolaborasi. Selain itu pimpinan FPMIPA UPI meminta kepala sekolah
terlibat dan melibatkan guru-guru lain dalam observasi dan refleksi
pembelajaran. Ajakan pimpinan FPMIPA UPI disambut baik untuk
keberlanjutan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan Lesson Study di
sekolah-sekolah piloting. Sebagai wujud keberlanjutan program
kerjasama tersebut, kepala sekolah memfasilitasi kegiatan Lesson Study
dengan memberdayakan MGMP di sekolah tersebut dan melaksanakan
kegiatan Lesson Study secara bergilir dari mata pelajaran ke mata pelajaran
lain. Kepala sekolah juga terlibat dalam kegiatan observasi pembelajaran
dan memandu diskusi untuk merefleksi pembelajaran. Sekarang kegiatan
Lesson Study bukan milik guru MIPA saja tetapi guru non-MIPA pun
melakukan kegiatan Lesson Study. Sebagai contoh, SMAN 9 Bandung telah
melaksanakan kegiatan Lesson Study Biology, PPKn, Sosiologi, dan Bahasa
Indonesia pada semester genap 2005/2006. Pembicaraan tentang
keberlanjutan program kerjasama dalam kegiatan Lesson Study juga
dilakukan dengan pengurus MGMP matematika dan IPA SMP kota
Bandung. Sebagai tindak lanjut, beberapa workshop tentang Lesson Study
telah dilaksanakan untuk MGMP wilayah tenggara, wilayah timur, dan
wilayah barat kota Bandung. MGMP IPA SMP wilayah barat kota
Bandung telah menindaklanjuti workshop Lesson Study tersebut dengan
persiapan perancangan dan pengembangan model pembelajaran berbasis
handson activity, daily life, dan local materials. Selanjutnya MGMP IPA SMP
wilayah barat kota Bandung pada semester genap 2005/2006 telah
mengimplementasikan model pembelajaran tersebut di SMP Miftahul
Iman, SMPN 12 Bandung, SMP Labschool UPI, SMPN 29 Bandung, dan
SMP YWKA. Lesson study berasal dari Jepang yang dimanfaatkan untuk
meningkatkan keprofesionalan guru. Keberhasilan Jepang dalam
pendidikan membuat pakar pendidikan di Amerika Serikat dan
negaranegara Eropa serta Australia belajar lesson study dari Jepang. Kalau
negara-negara maju belajar dari Jepang, mengapa kita tidak? Walau
demikian, lesson study yang berkembang di Indonesia tidak begitu saja
mengadopsi konsep lesson study dari Jepang, akan tetapi melalui
pengkajian dan ujicoba di sekolah-sekolah piloting sejak tahun 2001
melalui Program Kerjasama Teknis IMSTEP-JICA di UPI, UNY, dan UM.
Untuk memperoleh model sosialisasi lesson study pada tingkat yang
lebih luas, saat ini sedang dilakukan piloting lesson study di tiga
kabupaten yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bantul, dan
Kabupaten Pasuruan. Piloting ini melibatkan seluruh guru Matematika
dan IPA SMP dan MTs.
e) Desain Lesson Study
Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do
(melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain
Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak
pernah berakhir (continous improvement). Skema kegiatan Lesson Study
diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar Skema kegiatan Lesson Study
Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan (Plan) yang bertujuan untuk
merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat
pada siswa, bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi
dilakukan bersama, beberapa guru dapat berkolaborasi atau guru-guru dan
dosen dapat pula berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide. Perencanaan
diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
Permasalahan dapat berupa materi bidang studi, bagaimana menjelaskan
suatu konsep. Permasalahan dapat juga berupa pedagogi tentang metoda
pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efisien atau
permasalahan fasilitas, bagaimana mensiasati kekurangan fasilitas
pembelajaran.
Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan
pembelajaran atau lesson plan, teaching materials berupa media pembelajaran
dan lembar kerja siswa serta metoda evaluasi. Teaching materials yang telah
dirancang perlu diujicoba sebelum diterapkan di dalam kelas. Kegiatan
perencanaan memerlukan beberapa kali pertemuan (2 – 3 kali) agar lebih
mantap. Pertemuan-pertemuan yang sering dilakukan dalam workshop
antara guru-guru dan dosen-dosen dalam rangka perencanaan pembelajaran
menyebabkan terbentuknya kolegalitas antara guru dengan guru, dosen
dengan guru, dosen dengan dosen, sehingga dosen tidak merasa lebih tinggi
atau guru tidak merasa lebih rendah. Mereka berbagi pengalaman dan saling
belajar sehingga melalui kegiatankegiatan pertemuan dalam rangka Lesson
Study ini terbentuk mutual learning (saling belajar).
Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Do) pembelajaran
untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam
perencanaan. Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan
mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan
rumah. Langkah ini bertujuan untuk mengujicoba efektivitas model
pembelajaran yang telah dirancang. Guru-guru lain dari sekolah yang
bersangkutan atau dari sekolah lain bertindak sebagai pengamat (observer)
pembelajaran. Juga dosen-dosen atau mahasiswa melakukan pengamatan
dalam pembelajaran tersebut. Kepala sekolah terlibat dalam pengamatan
pembelajaran dan memandu kegiatan ini. Sebelum pembelajaran dimulai
sebaiknya
dilakukan
briefieng
kepada
para
pengamat
untuk
menginformasikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang
guru dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat
tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa
selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi siswasiswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, dan siswa-lingkungan yang terkait
dengan 4 kompetensi guru sesuai dengan UU No. 14 tentang guru dan
dosen.
Lembar observasi pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum
pembelajaran dimulai. Para pengamat dipersilahkan mengambil tempat di
ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas siswa. Biasanya
para pengamat berdiri di sisi kiri dan kanan di dalam ruang kelas agar
aktivitas siswa teramati dengan baik. Selama pembelajaran berlangsung para
pengamat tidak boleh berbicara dengan sesama pengamat dan tidak
menganggu aktifitas dan konsentrasi siswa. Para pengamat dapat melakukan
perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital
untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi lebih lanjut. Keberadaan para
pengamat di dalam ruang kelas disamping mengumpulkan informasi juga
dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan
bukan untuk mengevaluasi guru.
Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (See). Setelah
selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat
yang dipandu oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk untuk
membahas pembelajaran. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan
kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat
diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran
terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Tentunya, kritik dan saran untuk
guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajran. Sebaliknya,
guru harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan
pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat
dirancang kembali pembelajaran berikutnya. Pada prinsipnya, semua orang
yang terlibat dalam kegiatan Lesson Study harus memperoleh lesson learnt
dengan demikian kita membangun komunitas belajar melalui Lesson Study.
f) Karakteristik Lesson Study
Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan
idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Tipe lesson study yang
berkembang ada dua tipe yaitu:
1) Lesson Study berbasis sekolah
Jika lesson study yang dikembangkan berbasis sekolah, maka orang-orang
yang melakukannya adalah semua guru dari berbagai bidang studi di
sekolah tersebut serta Kepala Sekolah. Lesson study dengan tipe seperti ini
dilaksanakan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar siswa menyangkut semua bidang studi yang diajarkan.
Karena kegiatan lesson study meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
refleksi, maka setiap guru terlibat secara aktif dalam ketiga kegiatan
tersebut. Dalam setiap langkah dari kegiatan lesson study tersebut, guru
memperoleh kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah
pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan,
memilih alternatif model pembelajaran yang akan digunakan, merancang
rencana pembelajaran, mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif
model pembelajaran yang dipilih, melaksanakan pembelajaran,
mengobservasi proses pembelajaran, mengidentifikasi hal-hal penting
yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas, melakukan refleksi
secara bersama-sama atas hasil observasi kelas, serta mengambil pelajaran
berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya. Walaupun
lesson study tipe ini secara umum hanya melibatkan warga sekolah yang
bersangkutan, dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk melibatkan
fihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau undangan yang
diperlukan karena kedudukannya.
2) Lesson study berbasis MGMP / Bidang Studi
Lesson study juga bisa dilaksanakan dengan berbasiskan MGMP (bidang
studi). Sebagai contoh, sekelompok guru matematika di suatu wilayah
bersepakat untuk melakukan lesson study guna meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar matematika di wilayah tersebut. Karena
kelompok guru matematika tersebut berasal dari beberapa sekolah, maka
pelaksanaannya dapat dilakukan secara bergiliran dari satu sekolah ke
sekolah lain. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam lesson
study tipe ini pada dasarnya sama dengan tipe yang diuraikan
sebelumnya. Perbedaannnya hanya pada anggota komunitas yang datang
dari berbagai sekolah dengan spesialisasi yang sama. Dengan demikian,
lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencakup satu wilayah
(misalnya satu wilayah MGMP), satu kabupaten, atau lebih luas lagi.
Pada tahapan perencanaan, anggota komunitasnya selain guru-guru
sebidang dari sekolah yang berbeda-beda, dimungkinkan pula datang
dari fihak lain misalnya universitas. Sementara pada tahapan
implementasi pembelajaran dan refleksi, anggota komunitasnya
dimungkinkan untuk sangat beragam termasuk guru-guru dari bidang
studi berbeda. Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe lesson study
di atas pada dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan
perencanaan, implementasi, dan refleksi pasca pembelajaran secara
bersama-sama sehingga membentuk suatu komunitas belajar yang secara
sinergis diharapkan mampu menciptakan terobosan-terobosan baru
dalam menciptakan pembelajaran inovatif. Dengan cara seperti ini, maka
setiap anggota komunitas yang terlibat sangat potensial untuk mampu
melakukan self-development sehingga memiliki kemandirian untuk
berkembang bersama-sama dengan anggota komunitas belajar lainnya
g) Tahap-tahap Pelaksanaan Lesson Study
1) Persiapan Lesson Study (Plan)
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa lesson study pada
dasarnya meliputi tiga bagian kegiatan yakni perencanaan, implementasi,
dan refleksi. Untuk mempersiapkan sebuah lesson study hal pertama yang
sangat penting adalah melakukan persiapan. Tahap awal persiapan dapat
dimulai dengan melakukan identifikasi masalah pembelajaran yang
meliputi materi ajar, teaching materials (hands on), strategi pembelajaran,
dan siapa yang akan berperan menjadi guru. Materi ajar yang dipilih
tentu harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku serta program
yang sedang berjalan di sekolah. Analisis mendalam tentang materi ajar
dan hands on yang dipilih perlu dilakukan secara bersama-sama untuk
memperoleh alternatif terbaik yang dapat mendorong proses belajar
siswa secara optimal. Pada tahapan analisis tersebut perlu
dipertimbangkan kedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara
lain dari tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan dan
kemampuan siswa, kompetensi yang akan dikembangkan, serta
kemungkinan-kemungkinan pengembangan dalam kaitannya dengan
materi terkait. Dalam kaitannya dengan materi ajar yang dikembangkan,
juga perlu dikaji kemungkinan-kemungkinan respon siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sangat penting dilakukan
terutama untuk mengantisipasi respon siswa yang tidak terduga. Jika
materi ajar yang dirancang ternyata terlalu sulit bagi siswa, maka
kemungkinan alternatif intervensi guru untuk menyesuaikan dengan
tingkat kemampuan siswa perlu dipersiapkan secara matang. Sebaliknya,
jika ternyata materi ajar yang dirancang terlalu mudah bagi siswa maka
kemungkinan intervensi yang bersifat pengembangan perlu juga
dipersiapkan. Dengan demikian, sebelum implementasi pembelajaran
berlangsung guru telah memiliki kesiapan yang mantap sehingga proses
pembelajaran yang terjadi pada saat lesson study dilaksanakan mampu
mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa sesuai dengan yang
diharapkan. Gambar 4.1 di bawah ini memperlihatkan sekelompok guru
bersama beberapa orang dosen sedang melakukan diskusi untuk
mempersiapkan sebuah lesson study. Selain aspek materi ajar, guru secara
berkelompok perlu mendiskusikan strategi pembelajaran yang akan
digunakan yakni meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Analisis kegiatan tersebut dapat dimulai dengan mengungkapkan
pengalaman masing-masing dalam mengajarkan materi yang sama.
Berdasarkan analisis pengalaman tersebut selanjutnya dapat
dikembangkan strategi baru yang diperkirakan dapat menghasilkan
proses belajar siswa yang optimal. Strategi pembelajaran yang dipilih
antara lain dapat meliputi bagaimana melakukan pendahuluan agar
siswa termotivasi untuk melakukan proses belajar secara aktif; aktivitasaktivitas belajar bagaimana yang diharapkan dilakukan siswa pada
kegiatan inti pembelajaran; bagaimana rancangan interaksi antara siswa
dengan materi ajar, interaksi antar siswa, serta interaksi antara siswa
dengan guru; bagaimana proses pertukaran hasil belajar (sharing) antar
siswa atau antar kelompok harus dilakukan; bagaimana strategi
intervensi guru pada level kelas, kelompok, dan individu; serta
bagaimana aktivitas yang dilakukan siswa pada bagian akhir
pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat berjalan secara mulus,
maka rangkaian aktivitas dari awal sampai akhir pembelajaran perlu
diperhitungkan secara cermat termasuk alokasi waktu yang tersedia.
Selain mempersiapkan materi ajar dan strategi pembelajarannya, tidak
kalah penting untuk mempersiapkan fihak-fihak yang perlu diundang
untuk menjadi observer dalam implementasi pembelajaran yang
dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Disamping kelompok guru
sebidang, dalam pelaksanaan lesson study tidak tertutup kemungkinan
untuk mengundang guru-guru mata pelajaran lain, Kepala Sekolah, ahli
pendidikan bidang studi atau ahli bidang studi terkait, para pejabat yang
berkepentingan, atau masyarakat pemerhati pendidikan. Kehadiran
Kepala Sekolah dalam suatu lesson study sangatlah penting karena
informasi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di kelas dan refleksi
pasca pembelajaran dapat menjadi masukan berharga bagi peningkatan
kualitas sekolah secara keseluruhan. Keragaman observer yang hadir
dalam kegiatan lesson study sangat menguntungkan karena latar belakang
pengetahuan yang berbeda-beda dapat menghasilkan pandangan
beragam sehingga bisa memperkaya pengetahuan para guru.
2) Pelaksanaan Pembelajaran dalam Lesson Study (Do)
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, perlu dilakukan pertemuan
singkat (briefing) yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Pada pertemuan ini,
setelah Kepala Sekolah menjelaskan secara umum kegiatan lesson study
yang akan dilakukan, selanjutnya guru yang bertugas untuk
melaksanakan pembelajaran hari itu diberi kesempatan mengemukakan
rencananya secara singkat. Informasi ini sangat penting bagi para
observer terutama untuk merancang rencana observasi yang akan
dilakukan di kelas. Selesai guru menyampaikan penjelasan, selanjutnya
Kepala Sekolah mengingatkan kepada para observer untuk tidak
mengganggu jalannya proses pembelajaran. Observer dipersilahkan
untuk memilih tempat strategis sesuai rencana pengamatannya masingmasing. Setelah acara briefing singkat dilakukan, selanjutnya guru yang
bertugas sebagai pengajar melakukan proses pembelajaran sesuai dengan
rencana. Walaupun pada saat pembelajaran hadir sejumlah observer,
guru hendaknya dapat melaksanakan proses pembelajaran sealamiah
mungkin. Berdasarkan pengalaman lesson study yang sudah dilakukan,
proses pembelajaran dapat berjalan secara alamiah. Hal ini dapat terjadi
karena observer tidak melakukan intervensi apapun terhadap siswa.
Mereka biasanya hanya melakukan pengamatan sesuai dengan fokus
perhatiannya masing-masing. Untuk memperoleh gambaran yang lebih
jelas berikut akan diuraikan contoh pelaksanaan pembelajaran dalam
suatu lesson study yang dilakukan di SMPN 1 Lembang. Sebelum
pelaksanaan pembelajaran, Kepala Sekolah memberikan penjelasan
singkat tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Pada saat itu
dijelaskan bahwa materi yang akan dipelajari siswa adalah tentang luas
lingkaran yang harus diturunkan rumusnya melalui kegiatan eksplorasi.
Pertemuan Singkat Sebelum Pembelajaran Awal pembelajaran dimulai
dengan penjelasan singkat tentang materi yang akan dipelajari hari itu
serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Untuk menarik perhatian siswa, guru
memperlihatkan benda-benda yang ada disekitar siswa yang bagiannya
berbentuk lingkaran. Kemudian guru mengajukan sebuah pertanyaan
“Tahukah kamu cara menemukan atau menurunkan rumus luas daerah
lingkaran?” Setelah guru mengajukan pertanyaan tersebut, selanjutnya
dijelaskan bahwa secara berkelompok siswa diharapkan dapat
menemukan rumus luas daerah lingkaran dengan menggunakan
pendekatan luas daerah bangun geometri yang sudah diketahui.
Cara Melakukan Observasi dalam Lesson Study
Agar proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat
berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan
baik oleh guru maupun observer sebelum proses pembelajaran dimulai.
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan
gambaran secara umum apa yang akan terjadi di kelas yakni meliputi
informasi tentang rencana pembelajaran, tujuannya apa, bagaimana
hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran secara umum,
bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku, dan
kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu observer juga
perlu diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan peta posisi
tempat duduk yang menggambarkan seting kelas yang digunakan. Akan
lebih baik jika peta posisi tempat duduk tersebut dilengkapi dengan
nama-nama siswa secara lengkap. Dengan memiliki gambaran yang
lengkap tentang pembelajaran yang akan dilakukan, maka seorang
observer dapat menetapkan apa yang akan dilakukan di kelas pada saat
melakukan pengamatan. Sebagai contoh, seorang observer dapat
memfokuskan perhatiannya pada siswa tertentu yang penting untuk
diamati misalnya karena alasan tingkat kemampuannya dibandingkan
siswa lain atau ada hal khusus yang penting untuk diamati. Observer lain
mungkin tertarik dengan cara siswa berinteraksi dengan temannya dalam
kelompok, cara mengkomunikasikan ide baik dalam kelompok atau kelas,
atau cara mengajukan argumentasi atas solusi dari masalah yang
diberikan. Ada juga observer yang mungkin tertarik dengan respon siswa
pada saat mengalami kesulitan dan memperoleh intervensi dari guru.
Fokus observasi pada pelaksanaannya akan sangat beragam tergantung
pada minat serta tujuannya masing-masing. Semakin beragam target
yang menjadi fokus observasi, maka semakin lengkaplah informasi yang
bisa digali, dianalisis, dan diungkap pada saat dilakukan refleksi. Jika
akan dilakukan rekaman video, tentukan siapa yang akan melakukannya,
pilih tempat strategis untuk melakukan pengambilan gambar yang
meliputi aktivitas siswa dan guru, dan pastikan bahwa rekaman video
yang dibuat menggambarkan seluruh proses pembelajaran secara utuh.
Rekaman video ini sangat penting sebagai bagian dari dokumentasi yang
sewaktu-waktu dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan
diskusi pengembangan lesson study atau diskusi masalah-masalah
pembelajaran secara umum. Untuk mengantisipasi kemungkinan
banyaknya observer yang datang, kelas sebaiknya ditata sedemikian rupa
sehingga mobilitas siswa, guru, dan observer dapat berlangsung secara
nyaman dan mudah. Pada saat melakukan observasi, disarankan untuk
melakukan beberapa hal berikut:
a) Membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan
siswa serta jangan lupa menuliskan nama atau posisi tempat duduk
siswa.
b) Membuat catatan tentang situasi dimana siswa melakukan kerjasama
atau memilih untuk tidak melakukan kerjasama.
c) Mencari contoh-contoh bagaimana terjadinya proses konstruksi
pemahaman melalui diskusi dan aktivitas belajar yang dilakukan
siswa.
d) Membuat catatan tentang variasi metoda penyelesaian masalah dari
siswa secara individual atau kelompok siswa, termasuk strategi
penyelesaian yang salah. Selain membuat catatan tentang beberapa
hal penting mengenai aktivitas belajar siswa, seorang observer
selama melakukan pengamatan perlu mempertimbangkan atau
berpedoman pada sejumlah pertanyaan berikut:
e) Apakah tujuan pembelajaran sudah jelas? Apakah aktivitas yang
dikembangkan berkontribusi secara efektif pada pencapaian tujuan
tersebut?
f) Apakah langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan
berkaitan satu dengan lainnya? Dan apakah hal tersebut mendukung
pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari?
g) Apakah hands-on atau teaching material yang digunakan mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan?
h) Apakah diskusi kelas yang dilakukan membantu pemahaman siswa
tentang konsep yang dipelajari?
i) Apakah materi ajar yang dikembangkan guru sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa?
j) Apakah siswa menggunakan pengetahuan awalnya atau
pengetahuan sebelumnya untuk memahami konsep baru yang
dipelajari?
k) Apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat
mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa?
l) Apakah gagasan siswa dihargai dan dikaitkan dengan materi yang
sedang dipelajari?
m) Apakah kesimpulan akhir yang diajukan didasarkan pada pendapat
siswa?
n) Apakah kesimpulan yang diajukan sesuai dengan tujuan
pembelajaran?
o) Bagaimana guru memberi penguatan capaian hasil belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung?
3) Kegiatan Refleksi (See)
Kegiatan refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran.
Hal ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan
bukti pada saat mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya
karena setiap orang dipastikan masih bisa mengingat dengan baik
rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas. Dalam kegiatan ini paling
tidak ada tiga orang yang harus duduk di depan yaitu Kepala Sekolah,
Guru yang melakukan pembelajaran, dan tenaga ahli yang biasanya
datang dari Perguruan Tinggi. Dalam acara ini, Kepala Sekolah bertindak
sebagai fasilitator atau pemandu diskusi. Langkah-langkah kegiatan yang
dilakukan dalam refleksi adalah sebagai berikut:
a) Fasilitator memperkenalkan peserta refleksi yang ada di ruangan
sambil menyebutkan masing-masing bidang keahliannya.
b) Fasilitator menyampaikan agenda kegiatan refleksi yang akan
dilakukan (sekitar 2 menit).
c) Fasilitator menjelaskan aturan main tentang cara memberikan
komentar atau mengajukan umpan balik. Aturan tersebut meliputi
tiga hal berikut: (1) Selama diskusi berlangsung, hanya satu orang
yang berbicara (tidak ada yang berbicara secara bersamaan), (2)
Setiap peserta diskusi memiliki kesempatan yang sama untuk
berbicara, dan (3) Pada saat mengajukan pendapat, observer harus
mengajukan bukti-bukti hasil pengamatan sebagai dasar dari
pendapat yang diajukannya (tidak berbicara berdasarkan opini).
d) Guru yang melakukan pembelajaran diberi kesempatan untuk
berbicara paling awal, yakni mengomentari tentang proses
pembelajaran yang telah dilakukannya. Pada kesempatan itu, guru
tersebut harus mengemukakan apa yang telah terjadi di kelas yakni
kejadian apa yang sesuai harapan, kejadian apa yang tidak sesuai
harapan, dan apa yang berubah dari rencana semula. (15 sampai 20
menit).
e) Berikutnya perwakilan guru yang menjadi anggota kelompok pada
saat pengembangan rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk
memberikan komentar tambahan.
f) Fasilitator memberi kesempatan kepada setiap observer untuk
mengajukan pendapatnya. Pada kesempatan ini tiap observer
memiliki peluang yang sama untuk mengajukan pendapatnya.
g) Setelah masukan-masukan yang dikemukakan observer dianggap
cukup, selanjutnya fasilitator mempersilahkan tenaga ahli untuk
merangkum atau menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan.
h) Fasilitator berterimakasih kepada seluruh partisipan dan mengumumkan
kegiatan lesson study berikutnya.
h) Evaluasi Kegiatan Lesson Study
Kegiatan lesson study pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang mampu
mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning community)
yang secara konsisten melakukan continuous improvement baik pada level
individu, kelompok, maupun pada sistem yang lebih umum. Pengetahuan
yang dibangun melalui lesson study dapat menjadi modal sangat berharga
untuk meningkatkan kualitas kinerja masing masing fihak yang terlibat.
Sebagai contoh, seorang guru yang terlibat dalam observasi sebuah lesson
study berhasil menemukan sejumlah hal penting berkenaan dengan model
pembelajaran yang dikembangkan. Menurut pendapatnya, bahan ajar
eksploratif yang digunakan ternyata telah mampu mendorong kreativitas
siswa sehingga mereka mampu menampilkan sebuah strategi baru yang
bersifat orisinal. Berdasarkan pengalaman ini dia akan berusaha mencoba
menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran di sekolahnya.
Seorang observer dari salah satu negara Afrika, pada saat kegiatan refleksi
menyatakan kekagumannya pada cara guru mengembangkan pola interaksi
antar siswa dalam kelompok. Menurut pengamatannya pola kerjasama
kelompok seperti yang dia lihat dalam pembelajaran telah berhasil
menciptakan peluang untuk terjadinya sharing pengetahuan dan saling
tolong-menolong, sehingga siswa yang memiliki kemampuan kurang
sekalipun menjadi sangat terbantu oleh teman-temannya. Berdasarkan proses
pembelajaran yang diamati di kelas, dia menyatakan memperoleh pelajaran
berharga yang bisa menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas proses
pendidikan di negaranya. Seorang Kepala Sekolah, setelah mengikuti
beberapa kali lesson study secara intensif, mengajukan pendapatnya bahwa
kegiatan tersebut sangat potensial mendorong banyak fihak untuk
melakukan hal yang terbaik. Siswa ternyata menunjukkan motivasi yang
sangat tinggi untuk menunjukkan potensinya masing-masing pada saat
lesson study dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut
mampu menjadi dorongan untuk tumbuhnya motivasi berprestasi pada diri
siswa. Guru-guru lain yang baru melihat aktivitas lesson study banyak yang
mulai tertarik untuk mencobanya. Dengan mencoba melakukan lesson study,
berarti dia terdorong untuk melakukan persiapan yang lebih baik dibanding
biasanya sehingga proses pembelajaran yang dikembangkan kadang-kadang
sangat diluar dugaan bahkan sangat inovatif. Seorang dosen, setelah
beberapa kali mengikuti kegiatan lesson study juga mengaku mulai
terpengaruh untuk mencoba memperkenalkan dan menerapkan hal-hal
positif yang dia dapatkan dari aktivitas tersebut pada kelas yang me njadi
tanggungjawabnya. Seorang Dekan juga tidak kalah dengan fihak-fihak lain
untuk mencoba mengambil manfaat dari lesson study bagi mahasiswa calon
guru di fakultasnya. Berdasarkan pengalamannya melakukan lesson study
bersama guru-guru di sekolah, dia akhirnya menetapkan suatu kebijakan
bahwa setiap mahasiswa peserta Program Pengalaman Lapangan diharuskan
terlibat secara aktif dalam kegiatan lesson study.
B. Pengembangan Silabus dan RPP
Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran
1. Pengembangan Silabus dan Penyusunan RPP
Penyusunan Silabus dan RPP merupakan satu indikator dari standar proses
pendidikan yang ditetapkan dalam PerMenDikNas Nomor 41 Tahun 2007.
Silabus dan RPP merupakan dokumen guru dalam merencanakan pembelajaran.
Kedua dokumen ini untuk setiap satuan pendidikan dapat berbeda pada
indikator, pengalaman belajar atau komponen lainnya. Oleh karena itu
ditetapkan standar minimal penyusunannya di dalam peraturan tersebut. Walau
demikian dasar teori keduanya perlu Anda pahami untuk membentuk pola pikir
dan perilaku berkarya.
a. Desain Sistem Pembelajaran
Dasar teori dalam pengembangan Silabus dan penyusunan RPP adalah
Desain Sistem Pembelajaran. Desain Sistem Pembelajaran dalam kawasan
Teknologi Pendidikan merupakan salah satu solusi mengatasi masalah
belajar bertujuan, dimana guru sengaja menyediakan kondisi eksternal
melalui perencanaan pembelajaran.
Desain sistem pembelajaran memberikan bantuan untuk mencapai tujuan
belajar yang harus diselesaikan oleh peserta didik, dengan jalan
mengembangkan komponen-komponen pembelajaran untuk memudahkan
belajar peserta didik. Untuk memahami apa dan bagaimana desain sistem
pembelajaran, maka Anda harus mengetahui terlebih dahulu sistem
pembelajaran.
Pembelajaran sebagai sebuah sistem dikenal dengan sebutan sistem
pembelajaran, yang menggambarkan sebuah proses yang terdiri dari
komponen-komponen pembelajaran saling berinteraksi satu dengan lainnya
untuk mencapai tujuan.
Contoh: Sistem pembelajaran di kelas
Proses Pembelajaran
Input
Siswa
•
•
•
•
•
•
Ruangan kelas
Media
Silabus, RPP
Guru
Bahan Ajar
Evaluasi
Input
Lulusan
Umpan Balik
Gambar Interaksi Sistem Pembelajaran di Kelas
Berdasarkan contoh tersebut, maka Silabus dan RPP merupakan subsistem
pembelajaran.
Untuk mengembangkan Silabus dan menyusun RPP, maka keduanya harus di
pandang sebagai sistem. Oleh sebab itu perlu diketahui apa yang disebut
pendekatan sistem. Menurut Dick Carey (2005, p. 367) yang dikutip oleh Benny
A. Pribadi (2009, p. 27-28), pendekatan sistem adalah sebuah prosedur yang
digunakan oleh perancang desain sistem pembelajaran untuk menciptakan
sebuah pembelajaran secara sistemik dan sistematik.
Secara sistemik yaitu cara pandang yang menganggap sebagai satu kesatuan
yang utuh dengan komponen-komponen yang berinterfungsi. Secara sistematik
merujuk pada upaya melakukan tindakan terarah langkah demi langkah.
Pendekatan sistem ini dapat memberi keuntungan kepada perancang
pembelajaran yaitu:
1) Perancang akan memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Setiap langkah yang dilakukan dalam sebuah sistem akan diasahkan
pada upaya untuk mencapai tujuan.
Contoh:
Jika guru sudah mengidentifikasi standar kompetensi, maka kompetensi
dasar, materi, strategi, evaluasi diarahkan untuk mencapai standar
kompetensi.
2) Perancang pembelajaran akan mampu melihat keterkaitan antar sub sistem
atau komponen dalam sebuah sistem, melalui mekanisme umpan balik
sehingga dapat dilakukan revisi.
Contoh :
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
U
M
Indikator
Materi Pembelajaran
P
A
Langkah Pembelajaran / Strategi
N
Metode Pembelajaran
Media / Sumber
Evaluasi Hasil Belajar
Gambar RPP sebagai system
Pembelajaran sebagai sistem dan pendekatan sistem merupakan prinsip dalam
memahami Silabus dan RPP sebagai sebuah sistem. Perancangan Silabus dan
RPP merupakan proses yang dilakukan sebelum tindakan atau pelaksanaan
pembelajaran. Proses ini dalam Teknologi Pendidikan disebut Desain Sistem
Pembelajaran. Pada dasarnya prosesnya sama dengan melihat sub sistem
sebagai bagian dari sistem, mengidentifikasi fungsi dan kaitan antar sub sistem,
mensintesis sub sistem menjadi satu kesatuan. Dengan demikian desain sistem
pembelajaran merupakan proses rancangan pembelajaran secara sistematik dan
menyeluruh.
Desain sistem pembelajaran sebagai proses rancangan pembelajaran secara
sistematik dan menyeluruh, biasanya digambarkan dalam bentuk model yang
dipersentasikan dalam bentuk grafis atau flowchart. Dengan demikian desain
sistem pembelajaran menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang
harus ditempuh untuk menciptakan pembelajaran. Terdapat beberapa model
desain sistem pembelajaran, yaitu berorientasi kelas, berorientasi produk dan
berorientasi sistem.
Pengembangan Silabus dan penyusunan RPP, didasarkan pada model desain
sistem pembelajaran berorientasi kelas. Model ini ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan para guru dan siswa, dan dapat diaplikasikan mulai dari jenjang
sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Asumsi model ini adalah adanya
sejumlah aktivitas yang akan diselenggarakan di dalam kelas dengan waktu
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Guru, murid, kurikulum dan fasilitas
tertentu telah tersedia sebelumnya. Di sini guru bukan merancang pembelajaran
yang sama sekali baru, karena standar kompetensi dan kompetensi dasar telah
dirumuskan dalam standar isi.
Model desain sistem pembelajaran berorientasi kelas antara lain model Gerlach
dan Ely (1980) seperti dikutip oleh Toeti Sokemato (1993, h. 18-21) langkahlangkah model desain sistem pembelajaran Gerlach dan Ely adalah sebagai
berikut:
3) Langkah pertama, penyusunan tujuan belajar dan penentuan materi.
4) Langkah kedua, penilaian perilaku awal siswa berdasarkan tujuan belajar dan
materi yang telah ditetapkan. Langkah ini dikenal dengan sebutan pre tes.
5) Langkah ketiga, menentukan strategi (metode), mengatur pengelompokkan
siswa, mengalokasikan waktu, menentukan tempat atau ruangan dan memilih
sumber belajar. Dilaksanakan secara simultan berdasarkan langkah-langkah
pertama dan kedua.
6) Langkah keempat, evaluasi hasil belajar berdasarkan tujuan belajar yang telah
ditentukan.
7) Langkah keenam, umpan balik setelah rancangan pembelajaran diimplikasikan
di kelas.
Secara visual model desain sistem pembelajaran Gerlach dan Ely digambarkan
seperti di bawah ini.
Penentuan
Strategi
Pengaturan
Kelompok
Penentuan
Materi
Penilaian
Perilaku Awal
Penyusunan
Tujuan Belajar
Alokasi
Waktu
Alokasi
Tempat
Evaluasi Hasil
Belajar
Pemilihan Sumber
Belajar
Analisis
Umpan Balik
Gambar Model DSP Gerlach dan Ely
Model pengembangan Silabus dan penyusunan RPP, tidak digambarkan dalam
bentuk visual melainkan dalam bentuk langkah-langkah atau prosedur yang
harus ditempuh. Prosedur pengembangan Silabus dan penyusunan RPP
didasarkan minimal harus ada 4 komponen yaitu tujuan pembelajaran, materi,
strategi dan evaluasi.
Desain sistem pembelajaran Silabus dan RPP oleh teori ilmiah dengan harapan
produk yang dibuat guru realistik. Beberapa teori ilmiah itu adalah sebagai
berikut.
1) Sistem
Desain sistem pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan sistem,
di mana setiap komponen berinteraksi dengan komponen lainnya dan saling
ketergantungan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Teori ini
berimplikasi kepada setiap komponen pembelajaran harus dikembangkan
untuk mencapai komponen tujuan pembelajaran. Apabila satu komponen
tidak dikembangkan dengan baik (konsisten dan memadai) akan
mengakibatkan kualitas akan menjadi rendah dan pengimplementasian di
lapangan terganggu.
Implikasi lain adalah melalui pendekatan sistem ini adalah setiap komponen
dapat segera diperoleh umpan balik dapat direvisi setiap saat. Hal ini
tampak dalam model sistem dari Filbeck yang menjelaskan bahwa sub sistem
(komponen sistem) saling berhubungan atau berintegrasi dalam menjalankan
fungsinya.
Sebagai contoh dikemukakan adanya sistem
pembelajaran, tampak dalam model berikut ini.
dalam
perencanaan
Gambar Sistem Perencanaan Pembelajaran
2) Analisis Peserta Didik
Paradigma pembelajaran pada saat ini telah bergeser dari guru kepada siswa
(learned oriented). Konsekuensi paradigma ini, perencanaan harus disusun
atas dasar kebutuhan siswa. Sebagai contoh adalah: (a) siswa dengan
karakteristik gaya belajarnya berimplikasi kepada pemilihan media, (b) siswa
dengan karakteristik perkembangan kognitif berimplikasi kepada penentuan
metode pembelajaran, dan (c) siswa memiliki karakteristik kemampuan awal
berimplikasi pada penguasaan kompetensi dasar satu, sehingga materi
pelajaran akan dimulai dengan pencapaian kompetensi dasar kedua. Konsep
ini sejalan dengan Mollenda, yang mengontrol kondisi internal siswa adalah
variabel di dalam diri siswa.
Dalam konsep belajar yang menjadi perhatian adalah proses belajar di dalam
internal siswa. Oleh karena itu, perubahan perilaku siswa tergantung
bagaimana siswa memproses perolehan pengalaman belajarnya di dalam
dirinya.
Implikasi dari teori ini, perancang pembelajaran harus dapat memanfaatkan
hal itu di dalam mengelola aktivitas belajar siswa selama berlangsungnya
proses belajar mengajar. Sebagai contoh dikatakan oleh B.F. Skinner tentang
prinsip belajar: "perilaku dapat dibentuk melalui proses penguatan". Atas
dasar teori ini perencanaan pembelajaran yang disusun guru, dapat
dituliskan pada komponen evaluasi pembelajaran dengan merencanakan
aktivitas belajar atau respon yang benar. Contoh lain adalah tentang motivasi
belajar dari Keller: "seseorang akan melakukan sesuatu kalau ia akan melihat
hasil yang memiliki nilai atau manfaat". Implikasi teori ini adalah guru
merencanakan pembelajaran pada bagian prosedur (urutan) pembelajaran
yaitu pendahuluan direncanakan dengan menjelaskan relevansi isi materi
pelajaran dengan dunia kerja, kegiatan pendidikan selanjutnya dan kegiatan
yang menunjang praktik.
3) Pembelajaran
Mengusahakan siswa belajar adalah tugas utama guru sebagai fasilitator
pembelajaran. Hal ini merupakan implikasi dari sifat teori pembelajaran
yaitu preskriptif (menyarankan bagaimana sebaiknya proses belajar
diselenggarakan).
Contoh: teori pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam perencanaan
pembelajaran adalah model pembelajaran berpikir induktif dari Hilda Taba
yang membantu siswa dalam pengembangan keterampilan berpikir.
Berdasarkan model tersebut guru dapat merencanakan strategi pembelajaran
dengan tahapan sebagai berikut.
a) Pembentukan konsep
Pada tahap ini siswa mempelajari konsep berdasarkan masalah dan
ditunjang oleh data atau fakta-fakta yang relevan dengan cara berikut.
(1) Mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan.
(2) Mengelompokkan data atas dasar kesamaan karakteristik.
(3) Membuat kategori serta label pada kelompok-kelompok data yang
memiliki kesamaan karakteristik.
b) Interpretasi data
Kegiatan tahap ini siswa diminta untuk melakukan:
(1) verifikasi (pengujian), data yang telah dikategorikan sesuai dengan
konsep yang diperoleh, dan membuat kesimpulan dari hasil kegiatan
verifikasi data.
c) Penerapan prinsip
Tahap ini merupakan aplikasi prinsip dan kesimpulan data yang
dirumuskan siswa dengan cara:
(1) mengajukan permasalahan baru.
(2) menjelaskan prediksi atau hipotesis, dan
(3) menjelaskan dasar teori untuk memperkuat argumen hipotesisnya.
Apabila model ini dikuasai guru langkah pembelajaran lebih bervariasi
dan paradigma belajar berorientasi siswa terjawab.
4) Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dari sender kepada receiver. Konsep
komunikasi dari Berlo yang disebut S - M - C- R, Source- Message- Channel Receiver menggambarkan betapa penting saluran penyampaian pesan yaitu
media. Implikasi dari teori ini, dalam perencanaan pembelajaran komponen
media menjadi sub sistem pembelajaran yang berfungsi untuk mengurangi
verbalisme dan dapat membantu pemahaman siswa dengan persepsi yang
sama.
Contoh:
(1) Guru menggunakan media realia untuk membelajarkan siswa
jurusan akuntansi yaitu bukti-bukti transaksi, dan
(2) Guru menjelaskan cara pembuatan burger dengan media realia
sayuran, mayones, roti burger dan beef burger.
Desain sistem pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru minimal 4
komponen, yang akan diuraikan berikut ini:
1. Tujuan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran sebagai suatu sistem dimulai dengan
komponen pertama dan utama yaitu tujuan pembelajaran/kompetensi.
Tujuan pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
ditunjukkan oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
(Bloom, dkk.).
Sedangkan kompetensi merupakan kecakapan peserta didik yang
memadai untuk melakukan suatu tugas dengan standar tertentu. Bullard,
dkk. Menyebut istilah ini adalah performance objective/tujuan penampilan.
Dick dan Carey menyebutkan dengan istilah tujuan performansi.
Berdasarkan kedua istilah tersebut, tujuan pembelajaran tampak belum
mengarah pada perbuatan sedangkan kompetensi menunjukkan perilaku
secara totalitas untuk mendemonstrasikan unjuk kerja/perbuatan.
Dengan mengacu kepada kedua istilah diatas yang terpenting adalah
makna keduanya menggambarkan pernyataan penampilan peserta didik
setelah mengikuti proses belajar.
Tujuan pembelajaran/kompetensi merupakan hasil akhir yang dicapai
oleh siswa, bermanfaat dalam membantu arah pembelajaran secara
umum, seperti berikut.
a. Memberikan petunjuk materi pelajaran yang harus dipelajari siswa.
b. Memberikan
diterapkan.
pengarahan
pemilihan
metode
yang
sebaiknya
c. Memberikan pengarahan penentuan media yang digunakan.
d. Memberikan pengarahan dalam merencanakan langkah pembelajaran.
e. Memberikan pengarahan dalam menilai hasil belajar siswa.
Dengan kata lain tujuan pembelajaran/kompetensi dapat membantu
usaha belajar siswa.
Hierarki tujuan pembelajaran (Perceival dan Ellington) atau tujuan
penampilan (Bullard) diklasifikasikan menjadi dua yaitu tujuan umum
(terminal objective/goal) dan tujuan khusus (enabling objective). Dalam
konteks kurikulum tingkat satuan pendidikan istilah ini setara dengan
standar kompetensi (kompetensi ) dan kompetensi dasar (sub
kompetensi). Untuk mencapai tujuan khusus dirumuskan indikator
(kriteria unjuk kerja).
Ruang lingkup tujuan umum adalah luas dan merupakan pernyataan
tentang penampilan/perilaku akhir yang dapat dicapai siswa setelah
menyelesaikan suatu mata pelajaran atau satu tema pelajaran
(pendekatan tematik). Jadi luas jangkauannya tergantung pada ruang
lingkup kegiatan yang sedang dilakukan. Sedangkan tujuan khusus
merupakan pernyataan tentang penampilan/perilaku yang lebih spesifik
dan dapat dicapai siswa setelah menyelesaikan satu materi pokok (pokok
bahasan). Jadi tujuan khusus dijabarkan dari tujuan umum. Untuk
mengetahui keberhasilan mencapai tujuan khusus diperlukan indikator
yaitu pernyataan yang merupakan kumpulan dari perilaku yang
menunjang tercapainya tujuan khusus.
Berdasarkan paparan di atas, maka hierarki tujuan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
Tujuan Umum
Tujuan Pembelajaran
Umum/Standar
Kompetensi/
Tujuan Kurikuler
Kompetensi
Standar Kompetensi
Atau
Tujuan Khusus
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
Kompetensi Dasar
Khusus/Kompetensi
Indikator
Kriteria Untuk Kerja
Indikator
Kriteria Unjuk Kerja
Gambar Hierarki Tujuan Pembelajaran
Istilah-istilah tersebut dapat disesuaikan dengan memperhatikan
jangkauan dan ruang lingkup kegiatan yang dilakukan.
Pernyataan yang merupakan perilaku yang ditunjukkan siswa oleh
Bloom, dkk. digambarkan dalam jenjang bagaimana berpikir (ranah
kognitif), bagaimana bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) dan
bagaimana berbuat (ranah psikomotorik). Ketiga ranah ini dijabarkan
sebagai berikut.
a. Ranah Kognitif menurut Anderson dan Krathwohl
Pada tujuan pembelajaran ini terdapat tingkatan mulai dari
pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses intelektual
yang tinggi, yaitu pengetahuan,' pemahaman, mengaplikasikan,
menganalisis, mensistesis, dan menilai. Tingkatan taksonomi ini
kemudian direvisi mulai dari mengingat, mengerti, memakai,
menganalisis, menilai, dan mencipta.
Deskripsi dari masing-masing jenjang tersebut adalah sebagai berikut.
1) Mengingat (remember): Meningkatkan ingatan atas materi yang
disajikan dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan. Contoh:
siswa akan dapat menyebutkan langkah-langkah mengukur berat
bahan untuk mengolah makanan.
2) Mengerti (understand): mampu membangun arti dari pesan
pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis.
Contoh: siswa akan dapat membuat ringkasan sejarah timbulnya
akuntansi.
3) Memakai (use): menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan
maupun memecahkan masalah. Contoh: siswa akan dapat
menggunakan prosedur cara membuat laporan keuangan.
4) Menganalisis (analysis): memecah bahan-bahan ke dalam unsurunsur pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling
berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur.
Contoh: siswa akan dapat menjabarkan pengaruh inflasi terhadap
berbagai nilai uang.
5) Menilai (evaluate): membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan
standar tertentu. Contoh: siswa mampu membuat kritik tentang
laporan rugi laba.
6) Mencipta (create): membuat suatu produk yang baru dengan
mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu
pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya. Contoh:
siswa mampu menciptakan masakan nusantara yang mengandung
unsur-unsur kekayaan alam daerah Nusantara
Gambar Ranah Kognitif
b. Ranah Psikomotor
Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh
Harrow, disusun secara hierarkis dalam lima tingkat, mencakup
tingkat meniru sebagai tingkat yang paling sederhana dan naturalisasi
sebagai tingkat yang paling kompleks.S Perilaku psikomotor
menekankan pada keterampilan neuro-maxular yaitu keterampilan
dengan gerakan otot.
1) Meniru (immitation): mengharapkan siswa untuk dapat meniru
suatu perilaku yang dilihatnya. Contoh: siswa dapat mengulang
gerak menyapukan kuas dengan benar di atas nastar yang sudah
dibentuk.
2) Menerapkan (manipulation): siswa dapat melakukan perilaku tanpa
bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Pada dasarnya
tujuan tingkat ini sama dengan meniru, bedanya adalah siswa tidak
lagi melihat contoh tapi hanya diberi instruksi secara tertulis atau
verbal. Contoh: siswa dapat menghidupkan komputer dengan
membaca manual dan penjelasan secara verbal.
3) Memantapkan (precission): siswa diharapkan dapat melakukan
suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk
tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan
akurat. Contoh: siswa dapat mengetik kata ke dalam format data
base tanpa membuat kesalahan.
4) Merangkai (articulation): siswa diharapkan untuk menunjukkan
serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan
kecepatan yang tepat. Contoh: siswa dapat menggunakan
kalkulator untuk mengerjakan 10 soal matematika dalam waktu 10
menit.
5) Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan gerakan
tertentu secara spontan dan otomatis. Siswa melakukan gerakan
tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya.
Contoh: siswa dapat mengoperasikan program data base dengan
lancar.
Meniru
• Mengamati
• Mencontoh gerak
Menerapkan
• Mengikuti
petunjuk
• Menampilkan
gerak
Memantapkan
• Mencermati
penampilan
• Mengoreksi
kesalahan
Merangkai
• Mengkoordi
nasikan gerak
• Konsistensi
internal
Naturalisasi
• Penampilan
alamiah
• Efisiensi &
efektivitas
gerak
Gambar Ranah Psikomotor
c. Ranah Afektif
Krathwohl, Bloom & Maisa mengembangkan taksonomi tujuan yang
berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini
menggambarkan proses seseorang dalam mengenali dan mengadopsi
suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam
bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam
lima kelompok.
1) Menerima (receiving): mengharapkan siswa untuk mengenal,
bersedia menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam
hal ini siswa masih bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau
memperhatikan saja. Contoh: siswa bersedia mendengarkan
ceramah tentang etika profesi juru masak.
2) Menanggapi (responding): keinginan berbuat sesuatu sebagai reaksi
terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar
pengenalan saja. Dalam hal ini siswa diharapkan untuk
menunjukkan perilaku yang diminta. Contoh: siswa bersedia
berlatih membuat laporan keuangan.
3) Menghargai (valuing): penghargaan terhadap suatu nilai merupakan
perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda
atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini siswa
secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun
tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskannya. Contoh:
siswa dengan sukarela berpartisipasi dalam aksi penghematan
energi.
(organization):
menunjukkan
saling
4) Mengorganisasikan
keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai,
serta menentukan nilai mana, yang mempunyai prioritas lebih
tinggi daripada nilai yang. Dalam hal ini siswa menjadi commited
terhadap suatu sistem nilai. Contoh: siswa akan mampu memilih
dari berbagai alternatif cara meningkatkan gizi masyarakat yang
sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya.
5) Mengamalkan
(characterization):
berhubungan
dengan
pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu
sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang
konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini siswa telah
mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang
lengkap dan meyakinkan, dan perilakunya akan selalu konsisten
dengan filsafat hidup tersebut. Contoh: siswa akan menghindari
sikap-sikap yang otoriter selama praktik kerja secara kelompok.
Menerima
• Menyadari
• Menampung
• Memperhatik
an
Menghargai
• Menerima
nilai
Menanggapi
• Memihak
• Mengikuti
pada nilai
• Melibatkan
• Memuaskan • Komitmen
pada nilai
Mengornisasi
kan
• Mengkonsep
tualisasi
• Merangkai
sistem
Mengamalkan
• Menggeneraal
isasi sistem
nilai
• Menginter
nalisasi nilai
dalam hidup
Gambar Ranah Afektif
Menuliskan tujuan pembelajaran/kompetensi yang baik dan benar
adalah penting. Perancang pembelajaran dituntut untuk mampu
menggambarkan sejelas dan setepat mungkin tentang apa yang perlu
dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
Untuk memenuhi harapan guru dalam menentukan tujuan pembelajaran
umum/kompetensi umum, menurut Dick Carey sebaiknya dilakukan
melalui identifikasi kebutuhan pembelajaran melalui sumber-sumber
guru, pengguna lulusan dan masyarakat (sosial budaya). Sumber-sumber
ini akan membantu perumusan tujuan/kompetensi umum memiliki nilai
yang lebih berarti.
Sedangkan tujuan pembelajaran khusus/ kompetensi dasar dijabarkan
melalui pendekatan analisis pembelajaran dengan menjabarkan sub-sub
kompetensi lebih terinci dan memiliki kaitan yang satu dengan lainnya.
Rincian sub-sub kompetensi agar proses belajar mudah dilaksanakan
oleh siswa.
Pendekatan analisis pembelajaran/kompetensi sebagai ilustrasi di bawah
ini disajikan ke empat pola sebagai berikut.
1. Struktur Hierarkial
Merupakan susunan beberapa tujuan/kompetensi khusus di mana
satu/beberapa tujuan/kompetensi khusus menjadi prasyarat bagi
kompetensi berikutnya.
Tujuan Pembelajaran Umum/Kompetensi
Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi
Khusus 2
Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi
Khusus 1
Gambar Struktur Hierarkial
2. Struktur Prosedural
Dalam struktur ini kedudukan beberapa tujuan/kompetensi khusus
menunjukkan satu rangkaian pelaksanaan kegiatan/pekerjaan, tetapi
antar tujuan/kompetensi tersebut tidak menjadi prasyarat untuk
kompetensi lainnya.
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Gambar Struktur Prosedural
3. Struktur Pengelompokkan
Pada struktur ini beberapa tujuan/kemampuan khusus yang satu
dengan yang lainnya tidak memiliki ketergantungan, tetapi harus
dimiliki secara lengkap untuk menunjang kemampuan berikutnya.
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Gambar Struktur Pengelompokkan
4. Struktur Kombinasi
Analisis pembelajaran dengan struktur kombinasi digunakan apabila
beberapa tujuan/kompetensi khusus susunannya terdiri dari struktur
hierarkial, prosedural, maupun pengelompokkan.
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 3
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Gambar Struktur Kombinasi
Empat struktur kompetensi di atas hanya dapat dilakukan oleh
pembelajar melalui analisis pembelajaran. Dengan demikian, analisis
pembelajaran bermanfaat bagi perencana pembelajaran dalam
melakukan identifikasi kompetensi, menentukan urutan pelaksanaan
pembelajaran dan menghubungkan/mengaitkan kompetensi satu
dengan lainnya serta dapat menentukan penjabaran kegiatan
belajar/tugas yang harus dilakukan oleh siswa serta waktu yang
dibutuhkan.
Untuk membantu pembelajar trampil melakukan analisis pembelajaran
dapat melalui langkah-langkah berikut:
1. Menulis semua tujuan pembelajaran khusus/kompetensi khusus
yang relevan dengan Tujuan Pembelajaran Umum/kompetensi
umum dalam potongan kertas ukuran kartu pos.
2. Memberi nomor setiap Tujuan pembelajaran Khusus/Kompetensi
Khusus, dimulai dari Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi
Khusus yang paling awal (dari nomor 1 dan seterusnya).
3. Menggambarkan dan menentukan hubungan antar Tujuan
pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus tersebut dalam bentuk
bagan yang dengan struktur kompetensi.
4. Memberikan tanda panah pada setiap hubungan antar Tujuan
Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus,
Perumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dapat berlandaskan pada
teori dari Mager yang mempersyaratkan kriteria rumusan tujuan dengan
komponen "Audience, Behavior, Condition, dan Degree/Standard”,
Sedangkan menurut Bullard kriteria rumusan kompetensi minimal
mengandung tiga komponen yaitu “Performance, Condition dan Standard”.
Kriteria perumusan dari ahli tidak berbeda, karena relevansinya pada
pelaksanaan proses pembelajaran lebih nyata/memadai. Contoh: siswa
kelas XII SMK Negeri XYZ" semester ganjil mampu menghitung rincian
biaya perjalanan dinas secara akurat bila disediakan bukti transaksi
selama perjalanan dinas.
Bila dianalisis rumusan tujuan ini memiliki kriteria lengkap yaitu sebagai
berikut.
1) Audience adalah siswa yang belajar. Siapa?
Siswa kelas XII SMK Negeri 'XYZ" semester ganjil.
2) Behavior (performance) adalah perilaku yang akan dilakukan siswa
setelah mengikuti pelajaran, dengan menuliskan perilaku dalam
bentuk kata kerja dan dilengkapi objeknya. Perilaku? Menghitung
mean, median dan modus dalam bentuk kuantitatif.
3) Condition adalah prasyarat atau syarat yang diberikan kepada siswa
pada saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran/tugas
evaluasi. Kondisi? Nilai hasil penjualan selama satu bulan.
4) Degree/standard adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai
perilaku yang diharapkan. Standar? Secara akurat.
Perumusan tujuan pembelajaran yang mengandung dua kriteria yaitu
audience dan behaviour sudah memadai tetapi akan memberikan kesulitan
dalam proses pengukuran karena ketidakjelasan kondisi dan standar
keberhasilan.
b. Materi Pembelajaran
Komponen materi pembelajaran pada sistem rancangan pembelajaran
merupakan salah satu isi pengalaman belajar, dirancang sebagai bahan kajian
yang disebut mata pelajaran. Hal ini dikemukakan dalam pasal 20 PP RI No
15 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, "setiap perencanaan
pembelajaran akan memuat antara lain materi ajar yang dikelola secara
sistematis setelah perumusan tujuan”. Tyler dalam model pengembangan
kurikulum menyebut dengan istilah merinci konten dan mengorganisasikan
konten. Sedangkan Reigeluth menyebut dengan istilah pengorganisasian isi
mata pelajaran.
Materi pelajaran adalah konten atau isi pelajaran yang diorganisasikan sesuai
dengan tujuan pembelajaran/kompetensi ya ng dicapai peserta didik. Isi
pelajaran dalam perencanaan pembelajaran dirinci menjadi bagian-bagian
kecil agar memudahkan siswa untuk menyampaikan, mengolah, dan
menggunakannya kembali. Bagian-bagian kecil isi pelajaran disusun mulai
dari materi pokok (pokok bahasan/topik), kemudian sub materi pokok (sub
pokok bahasan/sub topik) dan terakhir adalah bahan ajar. Dengan demikian,
isi
pelajaran
menjadi
konsisten
dan
memadai
serta
dapat
dipertanggungjawabkan dari segi ontologi, epistimologis, dan aksiologi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merinci dan mengorganisasikan
isi pelajaran menurut Tyler adalah dengan melakukan berikut.
1) Pengaturan Horizontal
Penataan isi secara horizontal berhubungan dengan keluasan dan
kedalaman isi pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari pengulangan materi pelajaran.
2) Pengaturan Vertikal
Penataan isi pelajaran vertikal berhubungan dengan muatan dan
kesinambungan yaitu penyajian menggambarkan kontinuitas sesuai
kebutuhan siswa dan tuntutan keilmuan. Hal ini dilakukan untuk
menjamin keberlangsungan isi pelajaran dari konkrit menuju abstrak, dari
sederhana menuju rumit, dari khusus menjadi umum, dari umum menjadi
khusus, dan lain-lain. Dengan demikian isi pelajaran ditata secara
bertahap sesuai dengan perkembangan dan kesiapan peserta didik serta
berkelanjutan.
Contoh:
a) Tujuan pembelajaran khusus/kompetensi dasar
Siswa kelas X terampil memotret dengan tiga teknik pencahayaan
tanpa salah bila tersedia lampu photo studio dan kamera photo tipe
FM 10.
b) Materi pembelajaran
Memotret dengan teknik pencahayaan.
c) Isi pelajaran diatur dalam format peta konsep.
Memotret dengan
teknik pencahayaan
Sinar depan
Definisi
Prasya
Sinar samping
Sinar belakang
Prosed
Gambar Materi Pelajaran
Reigeluth dan Merill mengemukakan pengorganisasian isi pelajaran melalui
tipe isi pelajaran menjadi empat yaitu sebagai berikut.
1) Fakta yaitu isi pelajaran berbentuk objek, peristiwa, simbol yang ada
didalam lingkungan nyata/imajinasi dan dapat merupakan asosiasi
antara objek dan lainnya. Contoh: Ki Hajar Dewantara adalah tokoh
pendidikan nasional di Indonesia, beliau mendirikan organisasi Taman
Siswa di Yogyakarta.
2) Konsep yaitu isi pelajaran yang merupakan sekelompok objek, peristiwa
atau simbol yang memiliki karakteristik dan diidentifikasi dengan nama
sama. Contoh: konsep ekonomi memiliki karakteristik dan sebutan nama
yang sama seperti definisi ekonomi, jenis kategori ekonomi, kegiatan
ekonomi.
3) Prinsip, yaitu isi pelajaran yang menggambarkan hubungan sebab akibat
antara konsep-konsep. Contoh: prinsip gizi masyarakat "empat sehat
lima sempurna" bermakna pada konsep kategori makanan dan
pelengkap makanan serta dampak dari implementasi prinsip tersebut.
4) Prosedur yaitu isi pelajaran yang menjelaskan urutan langkah untuk
mencapai suatu tujuan, memecahkan masalah atau sesuatu. Contoh:
penyusunan neraca saldo keuangan rugi laba.
a) Mencatat transaksi
b) Mengelompokkan transaksi debet dan kredit
c) Menghitung sisa uang dari sisa transaksi
d) Dan seterusnya.
Empat tipe isi pelajaran seluruhnya atau sebagian dapat terkandung di dalam
materi pokok, dan biasanya terkait satu dengan lainnya.
Contoh:
Materi pokok
: Kebutuhan pokok dalam ekonomi
Fakta
: manusia mempunyai kebutuhan akan makan,
pendidikan, rumah, dll.
Konsep
: definisi kebutuhan teori kebutuhan
Prinsip
: kebutuhan yang bersifat utama, penting dan segera harus
menjadi prioritas.
Prosedur
:usaha perdagangan wiraswasta, bekerja dalam
pemerintahan
Tabel Tipe Isi Pelajaran
Fakta
• Obyek
• Peristiwa
• Simbol
• Asosiasi
ketiganya
Konsep
• Definisi
• Klasifikasi
• Ciri
• Fungsi
Prinsip
• Aturan
• Hukum
• Syarat
Prosedur
• Urutan
• Cara kerja
• Langkah/tahapan
Ahli pembelajaran Tony Buzan mengemukakan pengembangan isi pelajaran
dengan nama mind map (peta pikiran), dimana cara kerjanya disesuaikan teori
belahan otak Sperry yaitu belahan otak kiri berpikir secara logika dan belahan
otak kanan bekerja secara emosi. Oleh karena itu, diperlukan tidak hanya teks,
tetapi perlunya dengan gambar dan warna serta setiap rincian isi pelajaran
dihubungkan dengan garis seolah-olah adalah simbol neuron atau sel saraf,
prinsip cabang-cabang pohon dan memudahkan penggambaran poin-poin
utama.
Berdasarkan peta pikiran dapat dikembangkan ke dalam bentuk bahan ajar
cetak dan atau non cetak disesuaikan dengan tipe isi pelajaran dan gaya
belajar siswa serta perkembangan kognitif siswa. Guru atau pembelajar dapat
mengembangkan bahan ajar dengan format seperti: bahan ajar mandiri
(modul), buku teks, diktat, hand out, CD pembelajaran, VCD pembelajaran,
slide power point dan lain-lain.
Mengembangkan bahan ajar dapat dilakukan pembelajar dengan cara berikut.
1) Menulis Sendiri Isi pelajaran
Isi pelajaran ditulis oleh pembelajar
kemampuan menulis yang dimilikinya.
sendiri
karena
keahliannya
2) Mengemas Kembali Isi pelajaran.
Isi pelajaran yang sudah ada dikumpulkan dan disusun kembali dengan
gaya bahasa dan strategi yang sesuai. Ketersediaan sumber referensi yang
relevan sangat diutamakan.
3) Menata Isi pelajaran dengan Kompilasi
Isi pelajaran ditata berdasarkan sumber belajar tersedia dan kemudian
sumber tersebut di foto copy ulang atau cetak utang dan dikompilasi secara
lengkap. Ketersediaan berbagai sumber belajar harus dipilih secara akurat.
Penyajian bahan ajar dapat dikemas sesuai kebutuhan, tetapi perlu dipelihara
keterbacaan dan kemudahan untuk dipelajari oleh siswa.
c. Strategi Pembelajaran
Tidak ada satupun strategi pembelajaran yang jitu untuk mencapai suatu
tujuan
pembelajaran/kompetensi.
Mengapa?
Karena
keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran/kompetensi tergantung kepada banyak
faktor antara lain tipe isi pelajaran, tempat proses pembelajaran berlangsung
atau dari pelaksana pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, unit ini
sebaiknya Anda cermati dengan seksama.
Pembelajaran merupakan proses mengupayakan peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah ditetapkan atau kegiatan
memfasilitasi peserta didik berinteraksi dengan lingkungan sehingga
diperoleh pengalaman belajar. Upaya dan kegiatan ini direncanakan oleh
guru di dalam komponen strategi pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran dapat dilaksanakan.
Strategi pembelajaran oleh sebagian ahli diidentikkan dengan sebutan
metode pembelajaran atau pendekatan dalam membelajarkan. Metode
pembelajaran oleh Reigeluth didefinisikan adalah cara-cara yang berbeda
dalam mencapai hasil belajar. Cara-cara tersebut dapat meliputi bagaimana
materi pembelajaran disampaikan kepada peserta didik, dan atau bagaimana
peserta didik dapat menerima materi pembelajaran serta bagaimana peserta
didik merespon masukan dari peserta didik lainnya. Berdasarkan definisi ini,
strategi pembelajaran meliputi langkah pembelajaran, media dan interaksi
belajar mengajar.
Ahli Teknologi Pendidikan Yusufhadi Miarso mendefinisikan strategi
pembelajaran sebagai pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran berupa
pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar
tertentu. Berdasarkan definisi ini maka pembelajar dapat merencanakan
pencapaian tujuan pembelajaran atas dasar teori belajar behavioristik,
humanistik, konstruktivistik atau teori dari ahli pembelajaran lainnya
disesuaikan dengan perkembangan kognitif dan lingkungan sosial budaya
siswa.
Dengan demikian, strategi pembelajaran akan dapat bersifat spesifik. Sebagai
contoh guru menganut pada falsafah pilar belajar dari UNESCO maka
pembelajar dapat merencanakan kegiatan pembelajaran dengan tahapan
berikut.
1) Learning to know siswa mempelajari konsep
2) Learning to do. siswa membuktikan konsep dengan eksperimen, observasi
dan lain-lain.
3) Learning to live together. siswa diminta memecahkan masalah secara
berkelompok
4) Learning to be siswa memantapkan konsep yang telah diketahui secara
berkelompok dengan refleksi.
Contoh lain apabila guru merencanakan strategi dengan pandangan teori
belajar John Dewey "learning by doing” maka ia dapat merencanakan tahapan
pembelajaran seperti berikut:
1) Siswa dikenalkan dengan konsep pengukuran gizi bagi pasien DBD.
2) Siswa ditugaskan ke rumah sakit untuk mengukur gizi seimbang bagi
pasien DBD.
3) Siswa menganalisis hasil pengukuran dengan berbagai alternatif bahan
makanan.
Dengan teori belajar ini siswa bukan hanya mendengar atau melihat, juga
melakukan sehingga pengalaman belajarnya menjadi berkualitas.
Kedua contoh pandangan tersebut sejalan dengan definisi strategi
pembelajaran yang dikemukakan oleh Seels dan Richey yaitu spesifikasi
untuk memilih dan mengurutkan proses belajar atau kegiatan-kegiatan
pembelajaran dalam suatu pelajaran.
Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Tujuan Pembelajaran
Strategi
Strategi
Pembelajaran
Pembelajaran
Materi Pembelajaran
METODE
Langkah Pembelajaran/ Urutan
Kegiatan Pembelajaran
Interaksi
Belajar Mengajar
Media
Interaksi
Belajar Mengajar
Gambar Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Pada sub kegiatan belajar ini akan diuraikan beberapa jenis strategi
pembelajaran yang sangat berkaitan erat dengan bagaimana proses belajar
direncanakan, sehingga tujuan pembelajaran/kompetensi dapat dicapai
secara optimal. Strategi pembelajaran dilihat dari subjek yang belajar (siswa)
dan yang membelajarkan (guru). Dalam hal ini Percival dan Ellington
menjelaskan kedua hal tersebut sebagai berikut.:
1) Strategi pembelajaran Berpusat kepada Guru. Strategi ini hampir seluruh
kegiatan belajar mengajar dikendalikan penuh oleh guru. Guru
mengkomunikasikan isi pelajaran kepada para siswa baik untuk tingkat
pokok bahasan/materi pokok maupun tingkat silabus/mata
pelajaran/tema. Sangat terikat kepada waktu terjadwal dan banyak
menggunakan metode ceramah. Siswa dituntut menyesuaikan cara
belajarnya dengan keputusan proses pelaksanaan pembelajaran yang
diambil oleh guru. Akibatnya kebutuhan/potensi siswa secara individual
yang berbeda kurang diperhatikan atau tidak terlayani.
2) Strategi pembelajaran Berpusat pada Siswa. Strategi ini kegiatan
pembelajaran lebih ditekankan pada aktivitas belajar siswa. Guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran. Siswa
mempunyai tanggung jawab terhadap keseluruhan aspek belajarnya.
Sebagai fasilitator pembelajaran, guru perlu mempersiapkan bahan ajar
dalam berbagai bentuk cetak dan atau noncetak yang didalamnya dapat
dilengkapi pedoman belajar. Selain itu guru perlu memfasilitasi dengan
sumber-sumber belajar sehingga pengalaman belajar siswa lebih luas dan
kemampuan siswa belajar secara mandiri akan terbentuk.
Ahli lain Gerlach dan Ely mengklasifikasikan strategi pembelajaran sebagai
suatu kontinum yang silih berganti dalam pemanfaatannya, yaitu strategi
pembelajaran ekspositori dan strategi pembelajaran diskoveri.
1) Strategi Pembelajaran Ekpositori
Strategi pembelajaran ekspositori dapat dikatakan identik dengan
strategi berorientasi pada guru atau metode deduktif (dari umum
menuju khusus), namun potensi belajar siswa tetap harus dikembangkan.
Tahapan pembelajarannya ada lah sebagai berikut.
a) Penyajian informasi berupa fakta, prinsip-prinsip umum, aksioma,
dalil, konsep, proses kerja dan sebagainya kepada siswa melalui
penjelasan guru atau peragaan/ demonstrasi/atau contoh oleh guru.
b) Pengujian pemahaman siswa atas informasi yang sudah diberikan
melalui tanya jawab atau membahas informasi yang belum dipahami.
c) Pemberian praktik atau aplikasi/latihan dari informasi yang telah
dipelajari oleh siswa dengan pengawasan guru.
d) Penugasan kepada siswa dalam bentuk aplikasi atau tugas-tugas lain
kedalam situasi yang sebenarnya sebagai tindak lanjut dari
pengalaman belajar.
2) Strategi Pembelajaran Diskoveri
Identik dengan strategi pembelajaran berorientasi siswa atau metode
induktif (dari khusus menuju umum), dan peran guru adalah sebagai
fasilitator pembelajaran. Adapun tahapan pembelajarannya adalah
sebagai berikut.
a) Siswa diberikan kasus, masalah, contoh-contoh, fakta-fakta atau
fenomena khusus (pertanyaan yang harus dijawab tentang apa yang
dikaji).
b) Siswa diminta untuk meneliti hubungan sebab akibat dari
kasus/masalah melalui pengumpulan data, analisa data dan
perumusan hipotesis atau membuat asumsi atau prediksi.
(pertanyaan yang harus dijawab mengapa terjadi demikian).
c) Siswa diminta untuk membuktikan asumsi/prediksi/hipotesis
melalui teori-teori, pengumpulan data dan analisa data (pertanyaan
yang harus dijawab bagaimana membuktikan tentang alasan
kemengapaannya).
d) Siswa diminta membuat suatu kesimpulan atau generalisasi, dan
guru memperteguh dengan nilai paparan (pertanyaan yang dijawab
apa yang telah dihasilkan/ditemukan).
e) Siswa ditugaskan oleh guru untuk mencari kasus yang baru dan
membuktikan melalui proses yang pernah dilakukannya sebagai
penguatan sehingga pengalaman belajar dapat disimpan lebih lama.
Strategi pembelajaran yang dikemukakan masing-masing ahli berbeda tetapi
tujuannya sama yaitu agar tujuan pembelajaran dicapai dan materi
pembelajaran dapat diterima oleh siswa. De porter sebagai pakar Quantum
Learning menjelaskan strategi pembelajaran dengan teknik orkestrasi konteks
(Iatar) dan orkestrasi isi (materi). Kedua teknik ini tidak dipisahkan tetapi
harus dilaksanakan secara bersamaan.
1) Orkestrasi Konteks
Strategi pembelajaran ini
pembelajaran, meliputi:
digunakan
untuk
terlaksananya
proses
a) Penciptaan suasana kelas secara kondusif melalui pendekatan kepada
peserta didik seperti menjalin rasa simpati, rasa keterkaitan, rasa
saling membutuhkan dan siswa belajar secara rileks (tidak
tegang)/menyenangkan;
b) Penataan ruang kelas disesuaikan dengan gaya belajar siswa (auditif,
visual dan kinestitik) sehingga penggunaan media, musik, dan
afirmasi dipilih secara hati-hati; dan
c)
Membangun komunitas belajar dengan, berlandaskan pada tujuan,
prosedur/aturan dan agenda kegiatan.
2) Orkestrasi Isi
Strategi ini merupakan langkah menyajikan materi pembelajaran yang
dapat direncanakan oleh guru sehingga proses pelaksanaan pembelajaran
berhasil. Kegiatan yang harus direncanakan adalah:
a) Penyajian prima
Artinya guru menyampaikan isi pelajaran dengan menggunakan
keterampilan mengajar mulai dari tahap pendahuluan, inti, dan
penutup. Selain itu kemampuan berkomunikasi baik verbal (volume,
kejelasan, kecepatan, jeda, tulisan) maupun nonverbal (ekspresi,
kontak mata, gerakan tubuh pakaian, posisi berdiri, cara bersolek)
sangat menentukan penyajian materi pembelajaran menjadi prima.
b) Interaksi belajar mengajar secara elegan
Motivasi belajar, keterampilan belajar bagaimana belajar dan
keterampilan hidup dan kecakapan sosial harus dibangun pada saat
penyajian materi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa mencapai
tingkat penguasaan 90%.
Kedua format strategi pembelajaran ini dapat dimanfaatkan di dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) karena aspek-aspek didalamnya
sangat detail. Demikian pula jenis strategi pembelajaran yang telah
dipaparkan di atas atau teori strategi pembelajaran dari ahli lain.
Di bawah ini adalah perbandingan dari tiga ahli yang mengemukakan jenis
strategi pembelajaran di atas.
Tabel Jenis Strategi Pembelajaran
Perceival & Ellington
• Aktivitas
belajar
belum
optimal
• Tanggung
jawab
kurang
dilatih
• Kebutuhan
/
potensi
individu
kurang
dihargai
• Ceramah
tanya jawab
• Nara
sumber
belajar
• Tatap muka
komunikasi
• Aktivitas
belajar
optimal
• Tanggung
jawab
dilatih
• Kebutuhan
/
potensi
individu
• Kasus,
diskusi
kerja
kelompok
• Tersedia
bahan
ajar/sumbe
r belajar
Gerlach & Ely
• Deduktif
• Ceramah
• Guru
adalah
nara
sumber
• Siswa pasif
• Sumber
belajar
terbatas
De Porter
• Induktif
• Suasana
belajar
• Pemecahan
masalah
• Ruang
kelas
• Guru
fasilitator
• Komunit
pembelajar
as belajar
an
• Siswa aktif
• Sumber
belajar tak
terbatas
• Keteram
pilan
mengajar
• Komunik
asi
• Interaksi
belajar
mengajar
Joyce dan Weil mengemukakan model pembelajaran menjadi rumpun sosial,
rumpun proses informasi, rumpun personal dan rumpun sistem perilaku.
Dalam menerapkan rumpun pembelajaran tersebut, terdapat lima unsur
sebagai struktur yaitu:
1) Sintaks, adalah urutan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan rumpun
pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai;
2) Sistem sosial, menggambarkan peran pembelajar dengan peserta didik
serta pola hubungan antara keduanya. Pembelajar dapat sebagai sumber
utama, fasilitator, tutor atau konselor. Siswa dapat berperan aktif, atau
dapat memperoleh kebebasan; selama proses pembelajaran berlangsung.
3) Prinsip reaksi merupakan cara bagaimana pebelajar melihat peserta didik
dalam bentuk perilaku sesuai dengan rumpun pembelajaran yang
dipergunakan;
4) Sistem bantuan, yaitu hal-hal yang akan membantu tercapainya tujuan
dengan menerapkan rumpun pembelajaran tertentu; dan
5) Pengaruh pembelajaran dan pengaruh ikutan. Dikenal dengan istilah
instructional effect dan nurturant effect. Pengaruh pembelajaran adalah
pengaruh yang berlangsung dari kegiatan pembelajaran, sedangkan
pengaruh kegiatan adalah hasil simpangan dari kegiatan pembelajaran.
Sebagai contoh dikemukakan struktur tersebut dengan metode inkuiri
sebagai bagian dari rumpun proses informasi.
1) Sintaks
a) Menghadapkan siswa pada masalah yang bersifat menantang, dan
menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan belajar dan cara
penelitian.
b) Siswa memeriksa hal-hal atau kejadian-kejadian yang masalah
berdasarkan sumber belajar yang dimilikinya, hipotesis sesuai dengan
variabel yang akan diteliti.
c) Mengumpulkan data
hipotesis/ penelitian.
dan
melakukan
percobaan/pembuktian
d) Siswa menyusun analisis dari data yang telah dikumpulkan dan
menarik kesimpulan/membuat generalisasi.
e) Siswa menuliskan laporan dan melaporkannya di kelas.
2) Sistem sosial
a) Mengkondisikan belajar dengan situasi masalah.
b) Menunjukkan perlunya penelitian untuk mengatasi masalah.
c) Memberikan reaksi pada perilaku siswa dengan informasi yang tepat.
d) Membantu siswa merumuskan inti masalah penelitian.
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan
melaksanakan penelitian.
3) Prinsip reaksi
a) Membantu siswa untuk bersedia menyelesaikan penelitian.
b) Memelihara emosi siswa untuk dapat bersifat terbuka terhadap
informasi baru dari siswa lainnya.
c) Mengendalikan proses penelitian sesuai dengan prosedur yang
sebenarnya.
4) Sistem bantuan
a) Menyediakan bahan, dan sumber-sumber belajar.
b) Informasi-informasi yang mendorong pentingnya penelitian berfungsi
sebagai penguatan seperti poster-poster, kata-kata yang bersifat
membangun chart proses penelitian.
c) Dorongan guru sebagai fasilitator.
5) Pengaruh/dampak
(pengiring)
pembelajaran
dan
pengaruh/dampak
ikutan
a) Terampil melaksanakan penelitian.
b) Belajar aktif
c) Terampil berkomunikasi secara tertulis dan lisan.
d) Berpikir logis dan sistematis.
e) Bersikap terbuka.
Ellington dan Perceival mengklasifikasikan teknik pembelajaran untuk
menyampaikan isi pelajaran menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Teknik pembelajaran massal
Merupakan cara-cara menyampaikan isi pelajaran yang dapat diterima
oleh banyak peserta didik dengan kondisi dan mutu pelajaran sebagai
teknik pembelajaran individual dan kelompok. Metode yang dapat
digunakan adalah metode kuliah dan ceramah, metode kerja praktek
metode penyajian film dan video, serta metode siaran pendidikan. Media
yang digunakan adalah media audio, media visual dan media audio
visual.
2) Teknik pembelajaran berkelompok
Merupakan
cara-cara
penyampaian
isi
pelajaran
dengan
mengoptimalkan interaksi kelompok atau dinamika kelompok dan
bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
peserta didik (menganalisis, menilai, mencipta). Metode yang digunakan
yaitu diskusi di bawah kontrol guru, diskusi singkat, tutorial, seminar,
proyek, permainan, stimulus dan studi kasus. Media yang dapat
digunakan adalah bahan ajar berbentuk tugas/proyek atau alat-alat
permainan/ simulasi.
3) Teknik pembelajaran individual
Merupakan cara penyampaian isi pelajaran yang bersifat fleksibel di
mana metode pembelajarannya dititikberatkan kepada berkurangnya
hambatan-hambatan institusional yang dialami peserta didik namun
kontrol belajar dapat setiap saat dapat dimonitor di tempat-tempat
belajarnya. Misalnya mahasiswa yang mengikuti program pendidikan
universitas, siswa yang mengikuti SMP/SMA Terbuka. Kemudahan
metode pembelajarannya dapat ditinjau dari sistem yang digunakan
yaitu berinduk pada lembaga, lokal dan belajar jarak jauh, sedangkan
peserta didik menggunakan metode belajar mandiri dan ditunjang
dengan bahan belajar mandiri yaitu bahan cetak, bahan audiovisual,
bahan yang berhubungan dengan komputer.
Bahan belajar didesain sebagai media pembelajaran individual, yaitu model,
atau modul yang dilengkapi dengan media audio visual atau media siaran,
media berbantuan komputer (CAI) untuk tutorial dan atau laboratorium.
Sebagai contoh adalah teknik pembelajaran kelompok yang dikemukakan
oleh Slavin dengan sebutan pembelajaran kooperatif. Di sini prosedur
pembelajaran dikategorikan menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Tahap persiapan
Pada tahap ini guru merencanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran
yang dipersiapkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran
mencakup komponen materi pelajaran, teknik dan media pembelajaran
yang akan digunakan, latar pembelajaran mekanisme kontrol terhadap
kegiatan pembelajaran yang akan digunakan, dan alokasi waktu.
Rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan tingkat satuan
pendidikan.
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga kegiatan yakni kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan, guru memberikan gambaran ringkas tentang keseluruhan
isi bahan pelajaran yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran yang akan
dicapai(kompetensi dasar dan indikator) dan mekanisme pelaksanaan
pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru mulai mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan memberikan penugasan yang harus
dikerjakan secara kelompok. Kemudian guru menyajikan pokok-pokok
materi dan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara kelompok.
Setelah mendapatkan penugasan, para siswa duduk berkelompok dan
mendengarkan penjelasan guru serta mulai mengerjakan tugas yang
diberikan. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan tugas
khusus dari kelompok untuk diselesaikan dan kemudian disampaikan
dalam forum yang lebih luas. Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, para siswa berkesempatan untuk memanfaatkan sumbersumber belajar yang tersedia di sekolah (misalnya mencari rujukan atau
materi
yang
perlu
di
perpustakaan,
bertanya
kepada guru, berdiskusi dengan teman kelompok, dan sebagainya).
Guru selama proses ini berlangsung bertindak sebagai fasilitator dan
memberikan bantuan dan kemudahan kepada siswa untuk bekerja.
Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan, kemudian
diadakan panel hasil kelompok. Wakil dari setiap kelompok
mempresentasikan hasil kelompoknya (turnament) kepada seluruh kelas
dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengajukan koreksi,
sanggahan, kritik atau masukan-masukan yang perlu demi perbaikan.
Pemilihan wakil kelompok tidak ditentukan oleh kelompok tetapi oleh
guru yang dilakukan secara acak atau melalui undian. Ini dimaksudkan
agar semua siswa mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan tidak
menggantungkan harapannya pada siswa tertentu. Selama panel ini
berlangsung, guru membuat penilaian terhadap kinerja kelompok
berdasarkan kinerja yang diperlihatkan anggota-anggota kelompok
selama panel.
Kegiatan penutup berisi rangkuman dan tindak lanjut untuk kegiatan
berikutnya. Kuis dapat berbentuk individual, teka teki silang, atau kerja
kelompok.
3) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan secara berkala pada setiap pergantian pokok bahasan.
Pada tahap ini dilakukan evaluasi secara menyeluruh baik terhadap
proses maupun hasil yang dicapai. Bobot evaluasi hendaknya diberikan
lebih besar kepada aktivitas kelompok. Dengan kata lain, evaluasi
dilakukan berdasarkan kinerja kelompok secara keseluruhan, bukan
berdasarkan kinerja siswa secara individual. Meskipun pada akhirnya tes
akan diberikan secara individual dalam bentuk ujian akhir dan nilai
siswa itu bersifat individual, namun bobot tes untuk kelompok. Ini
dimaksudkan untuk mendorong para siswa agar senantiasa terlibat
dalam proses kelompoknya dan berkompetisi dengan kelompok lain.
Contoh lainnya adalah seorang guru yang merencanakan strategi
pembelajaran dengan metode studi lapangan. Langkah pembelajaran
yang harus dilakukannya adalah sebagai berikut.
1) Persiapan
a) Merumuskan tujuan studi lapangan.
b) Menentukan lokasi, waktu dan pembimbing.
c) Mengkondisikan pengetahuan/keterampilan siswa di lapangan.
d) Menyiapkan instrumen dan bahan lainnya.
2) Pelaksanaan
a) Menginformasikan tujuan studi lapangan.
b) Membagikan bahan tugas dan instrumen.
c) Mengobseruasi ke lapangan.
d) Memonitoring kesulitan yang dialami siswa.
e) Menyusun laporan.
f)
Mempresentasikan laporan.
3) Penutup
a) Memberi umpan balik.
Tabel Strategi Pembelajaran Beberapa Ahli
Tujuan dari
ahli
Ide
• Gagne
Sintesis Kreasi
• Peristiwa
pembelajaran
• Dick Carey
• Strategi
pembelajaran
• Joyce & Weil
• Slavin
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
• Model
pembelajaran
• Pembelajaran
kooperatif
Rencana pengembangan strategi pembelajaran dapat pula menggunakan satu
teori dari ahli yang bersifat operasional yang dikemukakan Atwi Suparman,
dan dapat digunakan untuk tingkat perencanaan pembelajaran mikro (RPP).
Sedangkan untuk komponen metode, media dan waktu dapat digunakan
untuk tingkat perencanaan pembelajaran makro (silabus). Rencana
pengembangan pembelajaran dibuat dalam bentuk bagan beserta contohnya
sebagai berikut:
Tabel Bagan Strategi Instruksional
Urutan Kegiatan Instruksional
Deskripsi Singkat:
Metode
Media
Waktu
Pendahuluan Relevensi:
TIK:
Uraian:
Penyajian
Contoh:
Latihan:
Tes Formatif:
Penutup
Umpan Balik
Tindak Lanjut.
Sedangkan komponen
di bawah ini.
metode
dan
media
dijelaskan
seperti
tabel
Tabel Bagan Hubungan antara Metode dan Kemampuan
yang akan Dicapai
No
1
Metode
Ceramah
Kemampuan dalam TIK
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
2
Dokumentasi
Melakukan suatu keterampilan berdasarkan standar
prosedur tertentu.
3
Penampilan
Melakukan suatu keterampilan
4
Diskusi
Menganalisis/memecahkan masalah
5
Studi Mandiri
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistensi
/mengevaluasi/ melakukan sesuatu baik yang
bersifat kognitif, psikomotorik.
6
Kegiatan
Instruksional
terprogram
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
7
Latihan
dengan teman
Melakukan suatu keterampilan
8
Simulasi
Menjelaskan, menerapkan dan menganalisis suatu
konsep dan prinsip
9
Sumbang
saran
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
prinsip, dan prosedur tertentu
10
Studi kasus
Menganalisis/memecahkan masalah
11
Computer
Assisted
Learning
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistesis
/
mengevaluasi/melakukan
12
Insiden
Menganalisis/memecahkan masalah
13
Praktikum
Melakukan suatu keterampilan
14
Proyek
Melakukan
kegiatan
15
Bermain peran
Menerapkan suatu konsep, prinsip, atau prosedur
16
Seminar
Menganalisis/memecahkan masalah
17
Simposium
Menganalisis masalah
18
Tutorial
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep atau prinsip
suatu
19
Deduktif
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep. Prinsip, prosedur
suatu
20
Induktif
Mensistesis suatu konsep, prinsip, atau perilaku
sesuatu/menyusun
konsep,
laporan
suatu
Berdasarkan teori tersebut maka guru sebagai perencana pembelajaran dapat
mengkreasikan semua komponen strategi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan situasi belajar yang ada.
d. Evaluasi Pembelajaran
Kata evaluasi pada tulisan ini diidentikkan dengan kata penilaian yaitu
proses kegiatan mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian tujuan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai peserta didik setelah
diberikan perlakuan dengan alat ukur tertentu. Kemampuan tersebut
meliputi:
1) Kemampuan berpikir (cognitive) terdiri dari mengingat (C-1),
mengerti(C-2), memahami (C-3), menganalisis (C-4), menilai (C-5) dan
mencipta (C-6);
2) Kemampuan mengadopsi suatu nilai dan sikap (Affective) terdiri dari
menerima
(A-1),
menanggapi
(A-2),
menghargai
(A-3),
mengorganisasikan/mengatur diri (A-4), dan mengamalkan/menjadikan
pola hidup (A-5); dan
3) Kemampuan gerakan otot (psychomotor) terdiri dari meniru (p-1),
menerapkan/menggunakan/manipulasi (p-2), memantapkan/ ketepatan
(p-3), merangkai/artikulasi (p-4) dan naturalisasi (P-5).
Berdasarkan paparan di atas maka evaluasi pembelajaran adalah proses
kegiatan mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kemampuan
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
definisi yang dikemukakan oleh perceivat dan Ellington: penilaian
pembelajaran siswa adalah kegiatan yang dirancang untuk mengukur tingkat
pencapaian siswa dalam belajar yang diperoleh melalui penerapan program
pengajaran tertentu dalam tempo yang relatif pendek (singkat). Definisi ini
sejalan dengan pasal 20 dan pasal 22 ayat 1 pada Peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 yang mengatur tentang penilaian
pembelajaran oleh pendidik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.
Implikasi dari definisi ini adalah evaluasi/penilaian pembelajaran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran,
sehingga harus relevan dengan tujuan yang akan dicapai.
Pada perkembangan kurikulum yang berjalan sekarang (KTSP) maka rencana
penilaian pembelajaran harus berdasarkan kemampuan minimal yang dapat
dilakukan atau ditampilkan siswa. Dengan demikian, pendekatan penilaian
yang tepat adalah penilaian Acuan Kriteria/Patokan (PAP).
Konsekuensi PAP adalah siswa dinyatakan berhasil apabila telah mencapai
batas kelulusan dari perilaku (indikator/kriteria unjuk kerja) yang telah
ditetapkan.
TPK/Sub
Kompetensi/
Kompetensi
Khusus/
Kompetensi
Dasar
Penilaian
Batas lulus
minimal
60% - 100%
Indikator/
Kriteria Unjuk
Kerja
Pengukuran Tes/
Non Tes
Gambar Proses Penilaian Pembelajaran
Jenis tagihan dapat ditinjau dari aspek tugas individu atau tugas kelompok,
aspek proses atau produk aspek lingkup penilaian formatif, sub sumatif atau
sumatif, aspek ulangan harian; serta ulangan umum bersama semester atau
ujian akhir.
Tagihan adalah apa yang harus dilakukan/dikerjakan siswa atau perilaku
siswa yang akan diukur, dengan menggunakan berbagai alat penilaian.
Dalam hal ini Suharsimi menyebut dengan istilah obyek evaluasi.
Berbagai alat penilaian di bawah ini dapat digunakan dalam membantu
realisasi pengukuran tagihan seperti yang dikemukakan Depdiknas dalam
Sistem Penilaian Kelas.
1) Penilaian Tertulis
a) Menggunakan tes tertulis dengan ragam soal kemampuan kognitif dan
pengetahuan keterampilan berbentuk pilihan ganda, benar-salah,
uraian atau lainnya.
b) Butir soal adalah pertanyaan, pernyataan atau tugas-tugas yang harus
dilakukan.
2) Penilaian Penampilan/Kinerja
a) Menggunakan tes praktik dengan ragam soal kemampuan
aplikasi/keterampilan berbentuk rating scale atau checklist.
b) Butir soal adalah kinerja/perbuatan yang didemonstrasikan oleh
siswa.
Misal:
i. Siswa diminta untuk berpidato dengan kemampuan ekpresifisik,
suara dan verbal.
ii. Siswa diminta untuk berpidato dengan sistematika membuka,
menyajikan dan menutup.
3) Penilaian Portofolio
a) Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan hasil kerja
dalam waktu tertentu melalui penilaian diri dan kuesioner.
b) Butir soaladalah dokumen/hasil kerja siswa/koleksi pekerjaan yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran. penilaiannya dapat dibedakan
dari portofolio kerja, portofolio dokumentasi, dan portofolio
pertunjukkan
4) Penilaian Sikap
a) Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan siswa dalam
menilai terhadap objek, orang atau masalah tertentu. Kemampuan, ini,
terdiri dari afeksi.(perasaan), kognisi (kepercayaan/keyakinan) dan
konasi (kecenderungan berbuat). Alat penilaiannya adalah skala sikap
dari Likert, observasi (daftar cek).
b) Butir soal adalah perilaku afeksi, kognisis, atau konasi (dapat berdiri
sendiri atau gabungan).
Misal:
Kebijakan tentang pembuangan sampah dengan kompetensi siswa
mampu menerima peraturan kesehatan lingkungan.
Penilaian proses dan hasil belajar dimaksudkan untuk mengukur tingkat
penguasaan siswa terhadap perilaku yang tercantum dalam indikator.
Menurut Depdiknas untuk merencanakan penilaiannya harus diperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini.
a) Mengacu kepada kompetensi.
b) Menggunakan acuan kriteria (standar kelulusan belajar mengajar/SKBM).
c) Bersifat holistik mencakup aspek kognitif, afektif dan psimotorik.
d) Kegiatan penilaian merupakan proses yang berkelanjutan.
e) Membangun rasa keingintahuan siswa terhadap kemampuan dirinya.
f)
Menggali informasi melalui berbagai tagihan (alat) ukur yang harus
ditempuh oleh siswa
g) Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa untuk digunakan sebagai
bahan umpan balik.
Rowntree mengemukakan prinsip-prinsip penilaian hasil belajar harus
memenuhi ketentuan:
a) Validitas (Kesahihan)
Kesesuaian pengukuran (pertanyaan, tes, atau alat ukur lainnya) dengan
tujuan penilaian dan perilaku yang akan dicapai.
b) Reliabilitas (Keterandalan)
Suatu ukuran konsistensi dari alat ukur menunjukkan hasil yang sarna
dari kondisi yang berbeda (setara untuk diperbandingkan).
c)
Dapat Diterapkan (praktis)
Penilaian memungkinkan untuk dilaksanakan,
ukur/tagihan yang diminta kepada siswa realistis.
sehingga
alat
d) Manfaat dan Kewajaran
Penilaian harus mencerminkan tingkat ketepatan perilaku (wajar) dan
memberikan masukan tentang keadaan dirinya dan mendorong siswa
untuk terus memacu dirinya berprestasi di kelas.
Sedangkan langkah-langkah untuk merancang penilaian hasil belajar sebagai
komponen perencanaan pembelajaran, yang diadopsi dari Dick dan Carey
adalah sebagai berikut.
1) Menentukan maksud penilaian hasil belajar.
2) Membuat tabel spesifikasi untuk menjabarkan proporsi alat ukur.
Misal:
Kompetensi
Dasar
Indikator
Jenis Tagihan
Tes
Portofolio
Jumlah
3) Menulis butir-butir alat ukur dilengkapi dengan petunjuk sesuai dengan
jenis tagihan yang telah direncanakan
4) Menuliskan kunci jawaban atau rambu-rambu kunci jawaban untuk alat
ukur nontes.
5) Merencanakan skor dan nilai masing-masing alat ukur yang digunakan
sebagai informasi kemajuan hasil belajar siswa baik dalam bentuk
kuantitatif maupun kualitatif.
Langkah-langkah di atas dapat dilakukan guru pada perencanaan
pembelajaran tingkat mikro (RPP/rencana pelaksanaan pembelajaran).
Sedangkan untuk tingkat mata pelajaran/tema yaitu di dalam silabus cukup
menuliskan jenis tagihannya dan alat penilaiannya.
e. Prosedur Pengembangan Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke
dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi dan penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam
standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok
2) Bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam kegiatan
pembelajaran beserta alokasi waktu dan alat/sumber belajar yang
diperlukan; dan
3) Bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan
penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek
yang dinilai.
Penyusunan silabus harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual peserta didik
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian cukup menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan
seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini:
1) Identifikasi
Berisi identifikasi satuan pendidikan, kelas, semester dan mata pelajaran
yang akan dikembangkan silabusnya
2) Standar Kompetensi
Merupakan cuplikan dari standar isi tentang kompetensi siswa yang
akan dicapai.
3) Kompetensi Dasar
Merupakan cuplikan dari standar isi tentang kompetensi dasar siswa
yang akan dicapai dari beberapa unit pembelajaran.
4) Materi Pokok
Berisi materi pokok (konsep, fakta, prinsip, prosedur) yang akan
dipelajari untuk mencapai kompetensi dasar.
5) Indikator
Rumusan penanda ketercakapan tujuan pembelajaran berupa kompetensi
yang lebih khusus.
6) Kegiatan Pembelajaran
Merupakan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran untuk
mencapai indikator keberhasilan belajar.
7) Penilaian
Jenis-jenis penilaian yang akan dilakukan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran baik tes maupun non tes.
8) Alokasi Waktu
Durasi pembelajaran selama pertemuan berlangsung untuk materi dan
indikator yang telah ditentukan, termasuk alokasi waktu penilaian yang
terintegrasi dengan pembelajaran.
9) Sumber/Bahan/Alat
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dicantumkan disini
disertai bahan dan yang digunakan, misal antara lain: buku teks, alat,
nara sumber.
Silabus merupakan bagian terintegrasi dari KTSP dan merupakan dokumen
bagi guru dalam merencanakan berdasarkan Standar Isi yang tercantum
dalam Pemendiknas Nomor 20 tahun 2006. Pengembangan silabus dapat
mengikuti format sesuai dengan keperluan dengan tidak mengurangi
komponen-komponen penting dari silabus yang telah dibahas dalam modul.
Format silabus memiliki dua komponen identitas dan komponen
pengembangan (pokok). Ada tiga bentuk format silabus yang dapat dipilih,
yaitu:
1)
Contoh Format Matrik 1
SILABUS
Nama Sekolah
: ………………………………………….
Mata Pelajaran
: ………………………………………….
Kelas/Semester
: ………………………………………….
Standar Kompetensi
: ………………………………………….
Komponen identitas
Kompetensi Materi
Kegiatan
Indikator
Penilaian
Dasar
Pokok
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Sumber
Bahan/Alat
……
……
……
……
……
……
……
Komponen pengembangan/pokok
2) Format Matrik 2
SILABUS
Nama Sekolah
: ………………………………………….
Mata Pelajaran
: ………………………………………….
Kelas/Semester
: ………………………………………….
Komponen identitas
Standar Kompete
Kegiatan
Materi
Alokasi
Kompete
nsi
Indikator Pembelaja Penilaian
Pokok
Waktu
nsi
Dasar
ran
Sumbe
r
Bahan/
Alat
……
……
……
……
……
……
……
Komponen pengembangan/pokok
3) Farmat Naratif
SILABUS
Nama Sekolah
:
………………………………………….
Mata Pelajaran
:
Komponen identitas
………………………………………….
Kelas/Semester
:
………………………………………….
1. Standar Kompetensi
: ….
2. Kompetensi Dasar
: ….
3. Materi Pokok
: ….
4. Indikator
: ….
5. Kegiatan Pembelajaran :….
6. Penilaian
: ….
7. Alokasi Waktu
:….
Komponen pengembangan/pokok
8. Sumber/Bahan/Alat
:….
Komponen pengembangan/pokok pengembangan
silabus
pendekatan mata pelajaran disusun melalui tahapan berikut:
dengan
1) Mengisi Kolom Identitas
Identifikasi adalah sesuatu yang akan diuraikan atau penanda silabus,
seperti nama sekolah, maka pelajaran, kelas/semester. Penyusun silabus
mengisi sesuai dengan identifikasi pada format yang diberikan, Contoh:
SILABUS
Nama Sekolah
:
SMK
Mata Pelajaran
:
Membuat Dokumen
Kelas/Semester
:
XI/1
Standar Kompetensi :
…..
Kompetensi identitas
2) Menulis dan mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Sebelum menuliskan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) terlebih dahulu mengkaji SK dan KD mata pelajaran sebagaimana
tercantum pada standar isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di
S1
b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar
mata pelajaran.
SILABUS
Contoh:
Nama Sekolah
:
Mata Pelajaran
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kelas/Semester
: V/1
Standar Kompetensi
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
/Bahan/
Alat
1. Merencanakan
kebutuhan
bahan dan alat
kearsipan
3) Mengidentifikasi Materi Pokok
Dalam mengidentifikasi materi pokok harus dipertimbangkan:
a) Potensi peserta didik
b) relevansi dengan karakteristik daerah,
c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual peserta didik;
d) kebermanfaatan bagi peserta didik;
e) struktur keilmuan;
f) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
dan
h) alokasi waktu yang tersedia
Selain itu juga harus memperhatikan:
a) Tingkat keahlian (valid): materinya teruji kebenaran dan kesahihannya.
b) Tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang
benar-benar diperlukan oleh siswa.
c) Kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya.
d) Layak dipelajari (leam ability): materi layak dipelajari baik dari aspek
tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi
setempat.
e) Menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan
memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.
Contoh:
Nama Sekolah
:
Mata Pelajaran
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kelas/Semester
: XI/1
Standar Kompetensi
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
1. Merencanakan
kebutuhan
bahan
dan
alat kearsipan
Pengertian
arsip dan
kearsipan
Ruang
lingkup
arsip
Analisis
kebutuhan
bahan dan
alat
Kegiatan
Pembe
lajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
/Bahan/
Alat
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup :
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, maka
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Kriteria indikator:
a) Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa
b) Berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
c) Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills)
d) Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
e) Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan
f) Dapat diukur/dapat dikuantifikasi
g) Memperhatikan ketercapaian standar lulusan secara nasional
h) Menggunakan kata kerja operasional (terlampir)
i) Tidak mengandung pengertian ganda (ambigu).
5) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta
didik, peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman
belajar dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik"
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara profesional.
b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
diajukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar.
c) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
d) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur pendiri yang mencerminkan pengelolaan
pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
e) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan
kompetensi dasar secara utuh.
6) Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian untuk memperoleh menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
prosentase pemenuhan indikator. Berdasarkan pada PP Nomor 19 tahun
2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri atas ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas. Penilaian dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan
non tes. Penilaian dengan tes bentuk tertulis, lisan dan perbuatan
(praktik). Adapun penilaian dengan non tes dapat dilakukan dengan
pengamatan, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan/atau produk" Dalam rangka mendukung pelaksanaan
penilaian yang bermakna dapat dilengkapi portofolio untuk masingmasing anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah
sebagai berikut:
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dikuasai dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan peserta didik,
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya, program
remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
kriteria ketuntasan minimal, dan program pengayaan bagi peserta
didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
diperoleh dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi
harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya
teknik wawancara, maupun produk/hasil observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan.
f)
Penilaian dapat dilakukan secara: Tes tertulis, lisan, unjuk kerja,
penugasan, produk, kinerja, dan pengamatan.
Bentuk instrumen penilaian dipilih sesuai dengan teknik/jenis
penilaiannya. Beberapa contoh bentuk instrumen penilaian yang dapat
dipilih sebagai berikut:
No
Teknik/jenis
Bentuk Instrumen
•
•
•
•
•
•
•
•
Tes isian
Tes uraian
Tes Pilihan Ganda
Menjodohkan
Jawaban singkat
Benar-Salah
Dan lain-lain
Daftar pertanyaan
Observasi
•
•
•
•
•
•
•
Tes identifikasi
Tes Simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Tugas rumah
Tugas proyek
Lembar observasi
6
Wawancara
• Pedoman wawancara
7
Portofolio
• Dokumen pekerjaan, karya,
prestasi siswa
1
Tes Tertulis
2
Tes Lisan
3
Tes Perbuatan (Unjuk Kerja)
4
Penugasan
5
7) Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman,
tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar" Alokasi
waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu
rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta
didik yang beragam. Alokasi waktu termasuk alokasi penilaian yang
terintegrasi dalam pembelajaran.
8) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pokok pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Contoh :
Silabus untuk SMK Keahlian Administrasi Perkantoran
Nama
: SMK “X”
Mata Pelajaran
: Keadilan Administrasi Perkantoran
Kelas/Semester
: XI/1
Standar Kompetensi
: Siswa SMK “X” Kelas XI Semester 1 Mampu Bekerja Dalam Satu Tim
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
Mendeskripsikan
pengertian bekerja
dalam suatu tim
Pengertian
bekerja dalam
satu tim
Indikator
Kegiatan
Pembelajaran
Penilaian
1. Mengamati
1. Menjelaskan arti
manajemen
bekerja dalam satu tim
koperasi sekolah
2. Menjelaskan tujuan
bekerja dalam satu tim 2. Mendeskripsikan
hasil pengamatan
3. Menyimpulkan
manfaat bekerja
dalam satu tim
1. Portofolio
laporan
pengamatan
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
2 jam
pelajaran
1. Modul
Bekerja
Sama
dengan
Pelanggan
2. Unjuk kerja
diskusi
kelompok
2. Latar
Koperasi
Mengetahui
Jakarta, ………………………….
Kepala SMK “X”
Guru Yang Bersangkutan
____________________
______________________
f. Prosedur Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik dalam upaya mencapai KD. setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap
pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP terdiri dari:
1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.
2) Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau
semester pada suatu mata pelajaran.
3) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator pencapaian adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
5) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6) Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
7) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar.
8) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan
pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai
kelas 3 SD/MI.
9) Kegiatan pembelajaran
a) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
b) Inti
Kegiatan inti merupakan pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan peserta didik. Kegiatan ini dilakukan
secara sistematis melalui proses eksplorasi, elobarasi, dan konfirmasi.
c) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,
dan tindak lanjut.
10) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar
Penilaian.
11) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi
Dalam penyusunan RPP prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah:
1) Perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran
dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai tulisan.
4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi.
5) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.
2. Desain Materi Pembelajaran
Objek formal dalam teknologi pembelajaran adalah masalah belajar. Salah satu
alternatif pemecahannya dalam definisi teknologi pendidikan menurut AECT
(1977) menggunakan sumber belajar sebagai komponen sistem pembelajaran
yang lengkap. Artinya sumber belajar yang dipilih, dirancang dan atau
dimanfaatkan tidak dapat terlepas dari silabus dan RPP yang telah Anda
rancang. Guru perlu mempersiapkan sumber pustaka untuk mengembangkan
materi pembelajarannya baik melalui perpustakaan maupun internet.
Perangkat bahan ajar modul dan LKS ini disusun, sejalan dengan kondisi satuan
pendidikan dari berbagai aspek yang berbeda, sehingga modul dan LKS harus
disusun oleh guru.
Pengembangan bahan ajar diarahkan untuk meningkatkan kualitas pemahaman
diri siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa
diarahkan kepada kemampuan belajar mandiri siswa dalam mencapai tujuan
belajarnya. Di bawah ini akan dijelaskan pengembangan bahan ajar modul dan
LKS. Untuk mempermudah Anda dalam mengikuti kegiatan belajar ini pelajari
kembali komponen-komponen desain sistem pembelajaran.
Sumber belajar bahan (perangkat lunak) modul dan LKS merupakan satu
kesatuan dengan desain pembelajaran yang Anda kembangkan. Sebagai sistem
pembelajaran, bahan ajar yang akan dikembangkan saling terkait dengan
komponen lain dalam berproses mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Ketiadaan komponen sumber belajar bahan akan mengakibatkan kegagalan
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Pengembangan sumber belajar bahan yang dirancang oleh guru terkait dengan
pengolahan isi pelajaran dan aktivitas belajar siswa. Pengolahan isi pelajaran
atau pengetahuan yang akan dipelajari siswa dapat dirancang dalam bentuk
bahan ajar modul dan lembar kerja siswa (LKS).
Bahan ajar adalah isi pelajaran dari suatu bidang ilmu yang disajikan dan
dikemas dalam bentuk cetak atau non cetak. Bahan ajar seperti modul dan LKS
yang sengaja dirancang sebagai sumber belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dilakukan melalui tahap perancangan dan tahap pengembangan
materi. Tahap produksi evaluasi dapat dilakukan oleh pihak lain (tenaga
khusus). Tahap perancangan, guru harus menyusun garis besar isi modul dari
jabaran isi modul/LKS. Sedangkan tahap pengembangan, guru harus
mengimplementasikan jabaran isi modul/LKS sesuai sistematika penulisan dan
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan keakuratan disiplin ilmu pengetahuan,
bahasa dan ilustrasi.
a) Pengembangan Bahan Ajar Modul
Modul dalam kawasan teknologi pembelajaran merupakan sumber belajar
teknologi cetak. Sumber belajar ini berfungsi sebagai upaya interaksi peseta
didik dengan modul sehingga dapat terjadi perubahan perilaku. Dengan
demikian siswa berinteraksi secara tidak langsung dengan guru melalui
bahan ajar yang dikembangkan sehingga dapat membuat siswa belajar.
Pengembangan modul berbeda dengan LKS dari aspek komponen, fisik dan
gaya bahasa. Bahasa yang digunakan lebih komunikatif, seolah-olah guru
hadir di kelas dan siswa memperhatikannya. Modul merupakan kelengkapan
dari buku teks, karena digunakan untuk keperluan belajar secara mandiri
sesuai dengan kecepatan belajarnya. Sebelum modul dikembangkan, guru
perlu merancang terlebih dahulu garis besar isi modul. Garis besar isi modul
dan jabaran isi modul merupakan acuan guru dalam mengembangkan isi
modul.
1) Garis Besar Isi Modul dan Jabaran Isi Modul (GBIM dan JIM)
Langkah pertama dari pengembangan modul, pola pikir Anda tidak boleh
terlepas dari bagaimana Anda melakukan pengembangan tujuan
pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran dan menentukan
pengalaman belajar. Hal-hal yang sudah Anda lakukan pada kegiatan
belajar 1 akan mempermudah penyusunan GBIM dan JIM.
Garis Besar Isi Modul merupakan acuan isi materi yang akan dijabarkan
dan disusun dalam bentuk matriks. Komponen-komponennya terdiri dari
identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
materi, metode, media, waktu, tes dan pustaka. Komponen-komponen ini
dikembangkan tidak berbeda dengan silabus. Yang berbeda hanya pada
bagian tes karena fungsi tes untuk menilai sejauh mana penguasaan siswa
terhadap isi modul. Keterkaitan antara komponen harus diperhatikan.
Langkah-langkah penyusunannya GBIM adalah sebagai berikut:
a) Menuliskan identitas mata pelajaran sama seperti dalam silabus
b) Mengidentifikasi standar kompetensi, dan kompetensi dasar dari
standar isi
c) Menuliskan indikator berdasarkan analisis pembelajaran yang telah
Anda lakukan, mulai dari indikator yang paling.
d) Menuliskan materi pokok dan sub materi pokok.
e) Menentukan metode dan media yang diperlukan untuk pengembangan
isi pelajaran.
f) Menentukan alokasi waktu yang harus digunakan siswa dalam
mempelajarinya. Selain itu harus diperhatikan tingkat kesulitan materi
dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa.
g) Menentukan evaluasi yang akan dikembangkan (latihan dan tes
formatif)
h) Menuliskan sumber pustaka untuk mengembangkan materi.
Tujuh langkah GBIM tersebut dituliskan dalam bentuk matriks.
Contoh:
GARIS BESAR ISI MODUL (GBIM)
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
Materi
Pokok dan
Sub
Materi
Pokok
1.
1.1
1
1.2
1.1
1.2
:
:
:
Metode
Media
Waktu
2 jam
pelaja
ran
Tes
Evaluasi
Sumber
Pustaka
1. Latihan
1.
2. Tes
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan GBIM, selanjutnya guru perlu membuat jabaran isi modul
(JIM) dalam bentuk matriks. Pada JIM harus dituliskan uraian materi
esensial dari tiap sub materi pokok dan butir-butir evaluasinya baik untuk
latihan atau tes formatif. Selain itu nomor kegiatan belajar dan judul
modul juga dilengkapi.
Contoh:
JABARAN ISI MODUL
Mata Pelajaran
:
.......................................................................................
Kelas / Semester :
.......................................................................................
Standar Kompetensi ....................................................................................... :
.......................................................................................
Nomor
Kegiatan
Belajar
1
Judul
Modul
Kompetensi
Dasar
Bekerjasama Mampu
dengan
bekerja
pelanggan
sama
dengan
pelanggan
Materi Pokok
dan Sub
Materi Pokok
1.
Uraian
(Materi Esensial)
Evaluasi
(Butirbutir)
1.1
Latihan :
1.2
Tes
formatif 1:
1.1
1.2
2) Pengembangan Isi Modul
Tahap pengembangan isi modul yang harus diperhatikan oleh guru adalah
sistematika modul dan prinsip mengembangkan bagian-bagian modul
(Sitepu, 2006, h. 110-116).
Modul belajar mandiri terdiri atas tiga bagian utama. Bagian awal modul
berisi pendahuluan, bagian inti berisi bahan pelajaran, dan bagian akhir
modul berisi tes sumatif.
a) Bagian Awal memberikan informasi umum tentang bahan pelajaran,
kegunaan, tujuan pembelajaran umum, susunan dan keterkaitan antar
judul modul bahan pendukung lainnya, dan petunjuk untuk mempelajari
bahan pelajaran.
b) Bagian Inti terdiri atas unit-unit pelajaran. Masing-masing unit terdiri
atas pendahuluan, kegiatan belajar, dan daftar pustaka.
(1) Pendahuluan berisi cakupan materi (deskripsi singkat), tujuan
pembelajaran khusus, perilaku/kemampuan awal, manfaat, dan
urutan pokok bahasan secara logis, dan petunjuk belajar/cara
mempelajari modul.
(2) Kegiatan belajar mencakup uraian bahan pelajaran, contoh-contoh,
latihan, rangkuman, tes formarif dan kunci jawaban.
(3) Daftar pustaka berisi daftar sumber dan bacaan yang dapat
dipergunakan pemelajar untuk memperkaya isi pokok bahasan.
c) Bagian Akhir berisi penutup modul, tes sumatif, glosarium, dan
lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul.
Bahan belajar mandiri dikembangkan dengan prinsip bahwa i bahan
pelajaran itu:
(1) memberikan tuntunan,
(2) membangkitkan motivasi belajar,
(3) menimbulkan rasa ingin tahu,
(4) memacu,
(5) mengingatkan,
(6) menanyakan,
(7) memberikan umpan balik,
(8) mengevaluasi hasil dan kemajuan belajar,
(9) memberikan bantuan remedial, dan
(10) memberikan pengayaan.
a.
Bagian Awal
Penyusunan dan pengembangan bagian awal dilakukan dengan langkahlangkah berikut.
(1) Memberikan penjelasan umum tentang isi bahan pelajaran secara
keseluruhan sehingga memberikan gambaran tentang hal-hal yang
akan dipelajari serta kedalaman dan keluasan bahasannya.
(2) Apabila diperlukan, disebutkan perilaku/pengetahuan awal yang
perlu dimiliki pemelajar sebelum mempelajari bahan pelajaran itu.
(3) Menyebutkan manfaat bahan pelajaran itu bagi pemelajar. Manfaat
yang dimaksud termasuk untuk belajar lebih lanjut dan/atau dalam
melakukan tugas profesional atau dalam kehidupan sehari-hari.
(4) Menguraikan tujuan umum bahan pelajaran secara
jelas yang
menggambarkan kompetensi yang akan diperoleh.
(5) Menggambarkan peta konsep bahan pelajaran secara lengkap
sehingga terlihat hubungan antar konsep.
(6) Memberikan petunjuk dan langkah-langkah yang operasional
bagaimana cara menggunakan dan mempelajari bahan pelajaran itu
sehingga membantu dan memudahkan pemelajar mempelajari dan
menguasai bahan pelajaran itu. Dalam petunjuk ini hendaknya pula
diberitahu bagaimana cara mengerjakan tugas, latihan, dan tes serta
cara menggunakan kunci jawaban yang disediakan.
Oleh karena bagian awal ini merupakan pembukaan kegiatan belajar,
maka dalam menyusun dan mengembangkan isi bahan awal ini
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
(a) Disusun secara sistematis dan mudah dipahami.
(b) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pemelajar.
(c) Enak dibaca dan menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin membacanya
lebih lanjut.
b. Bagian Inti
Bagian inti disusun dalam bentuk unit-unit pelajaran yang masing-masing
berdiri sendiri. Masing-masing unit diberi judul dan terdiri atas
pendahuluan, kegiatan belajar dan daftar pustaka.
(1) Pendahuluan
Pendahuluan disusun dengan cara berikut.
(a)Menyebutkan cakupan bahan pelajaran dalam unit yang
bersangkutan. Cakupan itu meliputi materi pokok, teori, dan
konsep yang akan dipelajari.
(b) Menjelaskan hubungan antara bahan pelajaran yang bersangkutan
dengan bahan pelajaran pada unit sebelumnya
(c) Menyebutkan manfaat mempelajari dan menguasai bahan pelajaran
dalam unit yang bersangkutan.
(d) Menyebutkan secara operasional dan terukur kompetensi yang
akan diperoleh dengan mempelajari bahan pelajaran dalam unit
yang bersangkutan. Kompetensi yang dimaksud dinyatakan dalam
rumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK/TIK) yang memuat
unsur sasaran (audience), perilaku (behavior), kondisi (condition), dan
tingkatan (degree)
(e) Bila perlu, menyebutkan kemampuan/perilaku awal yang perlu
dimiliki pembelajar sebelum mempelajari unit tertentu.
(f) Menjelaskan cara mempelajari bahan pelajaran termasuk cara
menggunakan media yang melengkapi (kalau ada) dan sumbersumber belajar lain yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan
penguasaan pemelajar atas bahan pelajaran.
(2) Kegiatan belajar.
Kegiatan belajar memuat uraian yang merupakan bahan pelajaran
untuk unit yang bersangkutan. Kegiatan belajar ini disajikan dalam
bentuk uraian, contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci
jawaban.
Uraian bahan pelajaran dilakukan dengan cara berikut.
(a) Menguraikan konsep-konsep dan teori-teori yang sesuai untuk
mencapai tujuan pembelajaran khusus (TPK).
(b) Menyusun urutan konsep-konsep dan teori-teori secara sistematis,
mudah dipahami, serta sesuai dengan teori belajar dan
membelajarkan.
(c) Memperjelas konsep-konsep dengan teori-teori, contoh-contoh
dan/atau ilustrasi seperti gambar, grafik, atau tabel.
Dalam menyusun dan mengembangkan bahan kegiatan belajar hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut.
i.
Strategi, metode, dan teknik pembelajaran memperhatikan
karakteristik pemelajar serta karakteristik bahan pelajaran.
ii. Teknik penyajian informasi dalam bentuk naratif, deskriptif, eksposisi,
dedukatif, induktif, ekplanasi, atau argumentasi bergantung pada
tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bahan pelajaran.
iii. Organisasi bahan pelajaran dibuat dengan ukuran dan susunan yang
sistematis dan logis sehingga memudahkan pemelajar melihat kaitan
antar bab dengan sub-bab, dan paragraf secara jelas.
iv. Uraian menumbuhkan atau meningkatkan motivasi pemelajar untuk
berpikir dan berbuat.
v. Susunan dan penempatan naskah dan ilustrasi dibuat sedemikian
rupa sehingga informasi mudah dipahami dan menarik dipelajari.
Ilustrasi ditempatkan sedekat mungkin dengan konsep yang
dijelaskan.
vi. Isi uraian, contoh, dan ilustrasi tidak bertentangan dengan nilai-nilai
yang dianut pemelajar atau lingkungan tempat belajar serta dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
vii. Untuk memantapkan pemahaman dan penguasaan pemelajar atas
konsep yang sedang dipelajari, perlu diberikan latihan yang sesuai
dalam bentuk soal, tugas, eksperimen, dan lain-lain. Latihan yang
diberikan relevan dengan bahan pelajaran yang sedang dipelajari serta
sesuai dengan kemampuan pemelajar dan menantang pemelajar
berpikir dan berbuat kritis. Latihan dapat diberikan di tengah atau
pada akhir uraian suatu pokok bahasan.
viii. Untuk memudahkan siswa mengingat, setiap unit bahan pelajaran
diakhiri dengan rangkuman yang berisikan inti bahan pelajaran itu
serta terkait dengan TPK yang disebutkan pada awal unit. Rangkuman
berfungsi untuk menyimpulkan dan memantapkan pengalaman dan
perolehan hasil belajar. Rangkuman disusun secara ringkas, berurutan,
mudah dipahami, dan bersifat menyimpulkan. Rangkuman diletakkan
sebelum tes formatif.
ix. Menggunakan bahasa yang komunikatif dan menarik.
(3) Tes formatif
Tes formatif diberikan pada akhir setiap unit atau pokok bahasan
dengan tujuan untuk mengukur Penguasaan pemelajar atas bahan
pelajaran pada unit atau pokok bahasan tertentu dengan mengacu
pada TPK yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif i dijadikan sebagai
dasar untuk langkah belajar lebih lanjut, apakah dapat diteruskan ke
unit atau pokok bahasan berikutnya atau memerlukan remedial.
Tes formatif biasanya menggunakan tes objektif yang jawabannya
adalah tunggal dan tidak mungkin bervariasi. Penggunaan jenis tes ini
akan memudahkan pemelajar untuk memeriksa kebenaran
jawabannya dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Dalam menyusun butir soal tes objektif, secara umum perlu
diperhatikan berikut.
i. Butir tes mengukur TPK yang sudah ditetapkan.
i. Butir tes hendaknya disusun secara jelas, tepat, dan menggunakan
kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar.
ii. Butir soal dirumuskan dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kemampuan pemahaman Pemelajar. Hendaknya dihindari
penggunaan struktur bahasa yang terlalu mudah atau terlalu sulit.
iii. Semua informasi yang diperlukan untuk memilih jawaban yang
benar seharusnya tersedia dalam butir soal dan menghilangkan
kata-kata dan frase yang tidak berfungsi.
iv. Budi soal yang diangkat langsung dari bahan pelajaran hanya
akan mengukur kemampuan menghafal dan bukan pemahaman.
v. Butir soal yang membantu atau mempersulit menjawab soal
berikutnya hendaknya dihindari. Yang dimaksud dengan
membantu ialah butir soal yang memberikan arah untuk jawaban
butir soal yang berikutnya. yang dimaksud dengan mempersulit
ialah butir soal yang tidak dapat dijawab tanpa dapat menjawab
soal yang sebelumnya dengan benar.
Tes objektif dapat disusun dalam 4 bentuk tes, yaitu (1) jawaban
singkat, (2) padanan/penjodohan, (3) pilihan benar-salah, dan (4)
pilihan ganda.
1. Jawaban Singkat
Tes dalam bentuk ini meminta pemelajar mengisi ruang yang
dikosongkan dalam suatu Pernyataan, dengan kata atau frase yang
benar atau memberikan jawaban yang singkat terhadap suatu
pertanyaan.
Dalam menysusun butir soal ini perlu diperhatikan:
a. Butir soal hendaknya untuk melengkapi pernyataan.
b. Hindari membuat lebih dari dua tempat kosong untuk
dilengkapi dalam satu pernyataan sehingga maknanya secara
keseluruhan tidak jelas.
c. Jika menggunakan pernyataan yang tidak lengkap, hendaknya
tempat yang dikosongkan berada pada akhir pernyataan.
2. Padanan/Penjodohan
Padanan/penjodohan adalah bentuk tes yang meminta pemelajar
memilih padanan/atau jodoh yang sesuai dengan soal/stimulus
yang diberikan. Bentuk tes seperti ini dapat mencakup bahan
pelajaran lebih efisien dibandingkan dengan pilihan ganda.
Dalam menyusul butir soal dalam bentuk tes ini perlu diperhatikan
ha-hal berikut.
a. Soal/stimulus dan padanannya/jodohnya disusun dalam
kolom terpisah. Soal/stimulus disusun dalam kolom sebelah
kiri dan padanannya/jodohnya pada kolom sebelah kanan.
b. Butir soal/stimulus diberi nomor secara berurut dengan
menggunakan angka, sedangkan butir padanan/jodoh diberi
nomor secara berurut dengan menggunakan huruf.
3. Benar-salah
Benar-salah adalah bentuk tes yang meminta pemelajar
menentukan benar atau salah atas suatu pernyataan yang
diberikan. Di samping banyak dikritik karena dianggap hanya
mengukur kemampuan hafalan dan jawabannya dapat diberikan
dengan cara menebak, bentuk soal ini dipertahankan oleh banyak
ahli. Bentuk tes ini tetap dianggap efektif dan efisien untuk
mengukur berbagai jenis kemampuan apabila disusun secara
cermat dan tepat.
Dalam menyusun butir soal benar-salah perlu diperhatikan hal-hal
berikut.
a.
Setiap pernyataan mengandung konsep atau masalah-masalah
yang penting.
b. Pernyataan disusun relatif singkat.
c.
Pernyataan dalam bentuk kalimat negatif khususnya negatif
ganda perlu dihindarkan.
d. Pernyataan yang
dihindarkan.
membingungkan
dan
mengecohkan
e.
Kata-kata penjurus yang mengarahkan jawaban pada salah
satu pilihan tidak digunakan.
f.
untuk pernyataan yang bersifat pendapat seseorang,
hendaknya dikutip sesuai dengan aslinya atau yang resmi.
g. Panjang pernyataan dibuat relatif sama antara pernyataan
yang menghendaki jawaban benar dan salah.
h. Jumlah pernyataan dibuat sama antara pernyataan yang
menghendaki jawaban benar dan salah.
4. Pilihan Ganda
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir soal
pilihan ganda antara lain ialah sebagai berikut.
a. Butir soal dapat dibuat dalam bentuk penanyaan atau kalimat
penggalan (pernyataan yang tidak lengkap).
b. Bila yang dipergunakan adalah kalimat penggalan, maka pilihan
ganda diletakkan pada akhir penggalan.
c. Soal dibuat secara singkat dan jelas dengan memperhatikan tingkat
kemampuan membaca pembelajar.
d. Dihindari membuat soal dengan mengutip langsung dari teks
bahan pelajaran.
e. Soal dirumuskan dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa
yang benar.
f. Jumlah pilihan untuk setiap butir soal adalah empat atau lima,
tetapi untuk pemelajar pemula sebaiknya hanya tiga pilihan.
g. Jumlah kata atau panjang pilihan dibuat sama atau hampir sama.
h. Semua pilihan terkait dengan isi kalimat penggalan yang
mendahuluinya
i. Sedapat mungkin dihindari kalimat dalam bentuk negatif.
Tes formatif dilengkapi dengan kunci jawaban yang dapat ditempatkan
pada halaman khusus/tersendiri. Pada awal unit hendaknya sudah
diberitahukan kepada pemelajar cara mengerjakan tes formatif, cara
menggunakan kunci jawabannya, serta cara menghitung skor hasilnya.
5. Daftar Pustaka
Pada akhir unit diberikan daftar pustaka sebagai bacaan lebih lanjut
untuk memperkaya pengalaman belajar pemelajar. Dalam membuat
daftar pustaka tersebut hendaknya diperhatikan kemungkinan
pemelajar dapat memperoleh bahan bacaan tersebut. Hendaknya
diperioritaskan bahan bacaan yang mungkin dapat diperoleh pemelajar
di perpustakaan, toko buku, atau tempat lain.
c. Bagian Akhir
Bagian akhir modul terdiri atas
1) Penutup
2) Tes sumatif
3) Kunci jawaban tes formatif dan tes sumatif
4) Glosarium
5) Lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul
Pada bahan belajar mandiri untuk SMU yang dikembangkan Pustekom
bekerjasama dengan Depdiknas (2002) bahwa modul terbagi atas:
1) Petunjuk guru, yang terdiri dari:
a) Gambaran umum modul, yang berisi tujuan pembelajaran, pokokpokok materi, dan tugas yang harus dikerjakan siswa.
b) Peran guru dalam membantu siswa menguasai materi pembelajaran,
berisi strategi pembelajaran, bantuan khusus, petunjuk untuk
pemanfaatan media yang lain, dan pengayaan untuk siswa.
c) Evaluasi, berisi tugas guru dalam mengevaluasi dan strategi evaluasi.
d) Refernesi
e) Kunci jawaban tes akhir modul
f) Tes akhir modul
2) Kegiatan siswa, yang terdiri dari:
a) Pendahuluan, yang berisi gambaran singkat tentang materi yang
akan dipelajari, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran
khusus, petunjuk atau cara mempelajari modul bagi siswa,
kegunaannya, serta waktu untuk mempelajari modul.
b) Kegiatan belajar, yang berisi tujuan pembelajaran khusus, uraian
materi, dan tugas.
c) Penutup, yang berisi rangkuman, tidak lanjut, kunci jawaban tugas,
daftar istilah, dan daftar pustaka.
Contoh:
Pengembangan isi modul dari penulis Sri Endang R. dan Sri Mulyani untuk
SMK tampak pada daftar isi berikut.
KATA PENGANTAR .........................................................................................
v
DAFTAR ISI .........................................................................................................
vi
PETA KEDUDUKAN MODUL ........................................................................ viii
GLOSARIUM .......................................................................................................
ix
I. PENDAHULUAN ........................................................................................
1
A. Deskripsi Umum ......................................................................................
2
B. Prasyarat ....................................................................................................
2
C. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................
2
D. tujuan Akhir Pemelajaran .......................................................................
3
E. Standar Kompetensi dan Cek Kemampuan .........................................
4
II. PEMELAJARAN ...........................................................................................
7
Kegiatan Belajar 3: Memelihara Standar Presentasi Pribadi ...................
8
A. Pentingnya Grooming dalam Penampilan Prima .................................
8
B. Kekuatan Kepribadian ............................................................................
17
C. Etika, Moral, dan Etiket (Tata Krama) ...................................................
26
D. Bahasa Tubuh ...........................................................................................
30
E. Komunikasi Nonverbal ...........................................................................
32
F. Jamuan Bisnis dan Tabel Manner .............................................................
37
Tes Formatif ...................................................................................................
52
Aktivitas .........................................................................................................
57
Skala Sikap .....................................................................................................
65
Kegiatan Belajar 4: Bekerja dalam Satu Tim ................................................
66
A. Pengertian Bekerja dalam Satu Tim ......................................................
66
B. Prinsip-prinsip Bekerja dalam Satu Tim ...............................................
67
C. Tujuan Bekerja dalam Satu Tim .............................................................
69
D. Manfaat Bekerja dalam Satu Tim ...........................................................
70
E. Tugas dan Tanggung Jawab dalam Tim ...............................................
71
F. Tahapan Perkembangan Tim .................................................................
73
G. Karakter Budaya Kerja dalam Tim ........................................................
75
H.Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Masing-masing Tim ......................
78
I. Hubungan Internal Vertikal-Horizontal ..............................................
80
J. Arti dan Manfaat Hubungan Antarpribadi (Interpersonal Relationship)82
III.
K. Pengembangan Profesional Kerja ..........................................................
83
Tes Formatif ...................................................................................................
88
Aktivitas .........................................................................................................
93
Skala Sikap .....................................................................................................
96
EVALUASI
A. Uji Kompetensi Teori ............................................................................... 104
B. Uji Kompetensi Keterampilan ................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105
INDEKS ................................................................................................................ 106
b) Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS telah banyak dibuat oleh guru dan dimanfaatkan di sekolah. Guru telah
mampu membuat sesuai dengan kebutuhan. Komponen dalam LKS berbeda
yang dikembangkan oleh guru baik yang digunakan di sekolah atau yang
tersedia di pasaran.
Penyusunan LKS harus melalui tahap perancangan dan pengembangan isi.
Di dalam kedua tahapan tersebut yang harus diperhatikan guru, pengalaman
belajar dan tagihan yang harus dilaksanakan oleh siswa. Dengan demikian
guru harus memperhatikan komponen tujuan pembelajaran dan strategi
pembelajaran (kegiatan belajar serta evaluasi dari desain silabus dan RPP
yang telah dibuat. Perangkat RPP lebih bersifat operasional karena LKS dapat
digunakan untuk
mengimplementasikan kegiatan pembelajaran (inti:
elaborasi) dan tagihan (evaluasi hasil belajar) dalam bentuk unjuk kerja.
LKS sebagai sumber belajar dapat dirancang dengan berdiri sendiri dan atau
terintegrasi dengan modul (bahan ajar lainnya). LKS disajikan dalam bentuk
cetak dan fungsinya sebagai sarana siswa dalam menyelesaikan tugas seperti
praktikum latihan soal dan lain-lain.
LKS adalah sejenis bahan ajar cetak yang sengaja dirancang untuk
membimbing para siswa belajar sehingga dapat menunjang proses
pembelajarannya. LKS disusun secara sistematis dan disajikan dapat
berbentuk lembaran atau buku. LKS dapat memuat isi pelajaran dengan
ragam pengetahuan dan berfungsi sebagai panduan kegiatan belajar teori
dan praktek sehingga hasil belajarnya meningkat.
Prinsip-prinsip penulisan LKS yang baik menurut Gray yang dikutip oleh
Tarigan (1989, h. 43-44) adalah:
a. Membuat setiap materi dan latihan sesuai dengan program instruksional
setiap kelas atau tingkatan.
b. Menyediakan tipe-tipe latihan yang beraneka ragam sesuai dengan
kebutuhan dan minat para siswa.
c. Jangan membiarkan menjadi tujuan akhir, akan tetapi menjadikan
praktek atau latihan-latihan menjadi suatu sarana untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
d. Berupaya agar para siswa pemakai LKS mudah memahami dan
menguasai apa, bagaimana, dan mengapa mereka harus melakukan
setiap hal yang mereka kerjakan.
LKS seperti halnya modul harus dirancang dengan terlebih dahulu
menyusun garis besar isi LKS. Garis besar isi LKS berisi komponen identitas
mata pelajaran dan komponen pengembangan dan komponen
pengembangan yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
materi, pengalaman belajar, metode, media, waktu dan evaluasi. Forma GBI
LKS berbentuk matriks, begitu juga jabaran isinya. Selanjutnya dalam tahap
pengembangan isi LKS disesuaikan dengan pengalaman belajar siswa.
Prinsip
keakuratan ilmu pengetahuan, bahasa damn ilustrasi harus
diperhatikan oleh guru. Demikian pula desain sistem pembelajaran yang
telah disusunnya. Untuk tahap produksi dan evaluasi dapat dilakukan pihak
lain (tenaga khusus).
1) Garis Besar Isi LKS (GBI LKS) dan Jabatan Isi LKS (JI LKS)
Langkah penyusunannya sama seperti modul, hanya terdapat langkah
menentukan pengalaman belajar sesuai dengan analisis tugas yang harus
dilakukan siswa pada kegiatan inti dan bentuk evaluasinya. Tugas dan
tagihan siswa dapat menentukan isi LKS.
Contoh : GBI LKS
Mata Pelajaran
: ..........................................................................................................
Kelas / Semester
: ..........................................................................................................
Standar Kompetensi
: .........................................................................................................
...........................................................................................................
Kompetensi
Dasar
Indikator
1.
Materi Pokok
dan Sub
Materi
1.
1.1
1.1
1.2
1.2
Pengalaman
Belajar
Mengamati ciriciri mesin kantor
di lingkungan
sekolah
Metode
Penugasan
Media
LKS
Waktu
Evaluasi
30 menit
Laporan
pengamatan
Sumber
Pustaka
Berdasarkan GBI LKS kemudian disusun jabaran isi LKS dengan menguraikan isi dari komponen pengalaman belajar dan
evaluasi. Format JI LKS disusun dalam bentuk matriks. Komponen yang dikembangkan identitas mata pelajaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar (uraian) dan evaluasi (uraian). Anda dapat
memeriksa kembali perangkat pembelajaran RPP yang telah Anda buat.
Contoh : JI LKS
Mata Pelajaran
: ..........................................................................................................
Kelas / Semester
: ..........................................................................................................
Standar Kompetens i : .........................................................................................................
...........................................................................................................
No.
LKS
1.
Judul LKS
Observasi ciriciri mesin kantor
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
dan Sub Materi
Pokok
Pengalaman
Belajar
Mengamati ciriciri mesin kantor
di lingkungan
sekolah
Uraian
- Bahan,
Alat
- Prosedur
kerja
Evaluasi
Uraian
Laporan
- Judul
Pengamatan
- Proses
Pengamatan
- Hasil
Pengamatan
- Kesimpulan
2) Pengembangan Isi LKS
Isi LKS dapat berbentuk tugas pengamatan, tugas memeriksa mesin, atau
job sheet, tugas praktikum, tugas melakukan percobaan, tugas pendalaman
pemahaman prinsip dan lain-lain.
Sistematika penyajiannya sama seperti modul terdiri dari tiga bagian yaitu
awal, inti dan akhir. Karena tujuan pengembangan isi modul berbeda,
maka tiap bagian dapat dikembangkan oleh guru sesuai dengan GBI LKS
dan JBI LKS. Dengan demikian LKS disusun dalam bentuk unit-unit kecil
yang berdiri sendiri agar mudah dipelajari.
Tahap pengembangan isi LKS dengan mengadopsi teori Sitepu, tentang
sistematika modul, maka sistematik LKS adalah:
a) Bagian awal identitas LKS, berisi judul LKS, standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
b) Bagian inti LKS terdiri dari :
(1)Pendahuluan berisi rangkuman materi, petunjuk belajar
menyelesaikan tugas atau latihan.
(2)Kegiatan belajar berisi tugas/latihan yang harus dikerjakan siswa.
(3)Daftar pustaka berisi sumber dan bacaan yang dipergunakan.
c) Bagian akhir berisi penutup LKS
LKS seperti tagihan yang terkait dengan isi tugas, lampiran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian materi LKS
(Suryadi, 2000, h. 21-22) yaitu:
a)
Penyajian menekankan kebermaknaan dan manfaat bagi siswa.
Kebermaknaan dan manfaat konsep pada suatu mata pelajaran akan
senantiasa mengingatkan siswa kepada konsep yang telah ia pelajari
sebelumnya saat siswa diperhadapkan pada suatu masalah. Hal ini
dapat dimunculkan melalui penyajian dengan menggunakan konteks
yang dekat dengan lingkungan siswa.
Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi diri. Pada bagian
b.
evaluasi diri siswa dapat mengukur sendiri kemampuannya
sehingga siswa dapat mengetahui kemajuan yang telah ia lakukan.
Hal ini dapat dilihat dari tersedianya soal-soal latihan yang menguji
pemahaman siswa secara menyeluruh sesuai dengan materi yang
dibahas.
c.
Penyajian dapat dipahami siswa. Penyajian secara psikologi dapat
dipahami oleh siswa berdasarkan pada penggunaan ilustrasi atau
gambar, grafik atau diagram yang jelas.
d. Penyajian mencerminkan alur berpikir logis. Hal ini dapat dilihat
dari penyajian secara runtut. Misalnya penyajian materi dimulai dari
yang mudah menuju ke yang sulit.
e.
Penyajian menarik perhatian siswa. Hal ini dapat dilihat melalui
penyajian soal-soal berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki
siswa dan dengan masalah kontekstual atau pengalaman sehari-hari
siswa.
Contoh : Rancangan LKS Observasi
Bagian Awal
Judul LKS
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bagian Inti
Pendahuluan
: Rangkuman Materi
Petunjuk belajar
Kegiatan belajar : Alat dan bahan
Cara kerja
Pengamatan 1. …………………..
2. ……………………
Penutup
: Daftar Pustaka
Bagian Akhir : Laporan
1.
Proses Pengamatan
2.
Hasil Pengamatan
3.
Kesimpulan
Contoh :
Petunjuk Belajar dalam LKS
Tulislah sebuah rencana perjalanan dinas. Kamu dapat menuliskan sesuai dengan gaya
bahasa kamu masing-masing. Tulislah apa yang kamu pikirkan.
Contoh :
Kegiatan belajar dalam LKS
Tulislah perjalanan dinas yang akan kamu kembangkan pada halaman ini,
Menulislah dengan gaya bahasamu. Ingat! Gaya bahasamu adalah apa yang kamu tulis.
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
Jika LKS dikembangkan dalam bentuk buku biasanya terintegrasi dengan buku
pelajaran dan disebut buku kerja. Di lapangan, buku kerja pada bagian inti berisi
tugas-tugas dan bagian akhir berisi evaluasi seperti tes formatif 1. Kreativitas
pengembangan isi LKS oleh guru harus ditingkatkan dengan tetap memperhatikan
kesesuaian dengan kurikulum (Silabus dan RPP).
Contoh:
Lembar kerja siswa untuk menunjang tugas latihan akan pemahaman materi dengan
ragam pengalaman prinsip perkantoran (sumber skripsi mahasiswa Teknologi
Pendidikan). Sebagian prototipe bagian awal dan bagian inti dari LKS. Bahasa untuk
bahan ajar LKS lebih formal.
3. Pemanfaatan dan Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran dalam teknologi pendidikan merupakan bagian dari sumber
belajar yang digolongkan kedalam bahan dan alat. Media pembelajaran
merupakan saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan dari sumber peran
kepada penerima peran. Dalam hal ini dapat dicontohkan guru sebagai sumber
pesan menyampaikan materi pembelajaran (peran) dengan media power point
kepada penerima pesan (siswa). Kedudukan media dari contoh tersebut
diilustrasikan sebagai berikut:
Guru
Materi
Media
Seni
Nada
Piano
Guru
Matematika
Materi
Bangun Ruang
Siswa
Media
Siswa
Model
Bangun
Ruang
Guru
Biologi
Materi
Sistem Imun
Media
Siswa
Gambar
Pasien Lupus
Pasien Aids
Berdasarkan ilustrasi tersebut, media merupakan saluran komunikasi
pembelajaran. Media pembelajaran menurut Yusufhadi Miarso (2004, h.
458=460) didefinisikan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan
pesan, serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang di sengaja,
bertujuan dan terkendali. Sedangkan kegunaan dari media pembelajaran
(Yisifhadi Miarso, 2004, h. 458-460) adalah:
a. Memberikan rangsangan kepada otak siswa sehingga otak siswa dapat
berfungsi optimal.
b. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
c. Melampaui batas ruang kelas.
d. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.
e. Menghasilkan keseragaman pengamatan
f. Membangkitkan keinginan dan minat baru
g. Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar
h. Memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang
konkrit maupun abstrak.
i. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada
tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
j. Meningkatkan kemampuan keterbatasan baru.
k. Meningkatkan efek sosialisasi (kesadaran) akan dunia sekitar)
l. Meningkatkan kemampuan ekspresi dan siswa.
Berdasarkan definisi dan kegunaan media pembelajaran di atas, maka guru di
dalam perangkat pembelajarannya selain silabus, RPP, bahan ajar juga
dilengkapi dengan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dirancang
sendiri oleh guru atau memanfaatkan dari media yang telah tersedia.
Perangkat pembelajaran media pembelajaran merupakan sub sistem dari sistem
pembelajaran di kelas yang Anda bina. Jika sub sistem media tidak disediakan
maka akan terdapat kesenjangan dalam mencapai tujuan pembelajaran seperti
perbedaan persepsi terhadap materi pembelajaran. Dampaknya hasil belajar
siswa tidak optimal.
Media pembelajaran dapat dipilih oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan dapat dimanfaatkan di dalam kelas atau di luar kelas sesuai kegiatan
belajar yang akan dilakukan siswa.
a. Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran pada perkembangan sekarang ini sangat beragam. Ada
media penyaji, media objek dan media interaktif. Media penyaji yaitu media
yang mampu menyajikan informasi. Misal gambar, poster, foto (yang
digunakan sebagai alat peraga), transparansi, radio, telepon, film, video,
televisi, multimedia (kit). Media objek yaitu media yang mengandung
informasi seperti realia, replika, modul, benda tiruan. Media interaktif yaitu
media yang memungkinkan untuk berinteraksi selama mengikuti
pembelajaran. Misal scrabble, puzzle, simulator, laboratorium, atau
komputer.
Jika guru dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali, maka guru
perlu mempelajari klasifikasi media yang memberikan ciri kemampuan
media seperti tabel berikut.
Tabel Pemilihan media menurut tujuan belajar, menurut Allen
Tujuan
Belajar Media
Info
Faktual
Pengenalan
Visual
Prinsip
Konsep
Prosedur
Keteram
pilan
Visual diam
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Film
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Televisi
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sikap
Objek 3-D
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rekaman
Audio
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Pelajaran
Terprogram
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Demonstrasi
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Buku teks
cetak
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sajikan lisan
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Klasifikasi media ini penting dipertimbangkan karena tidak ada satu jenis
media yang terbaik untuk mencapai satu tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan. Antara satu
media dengan media lainnya saling melengkapi.
Selain taksonomi media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru,
kriteria dalam memilih media juga harus diperhatikan. Kriteria tersebut
adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Tepat untuk mendukung materi pembelajaran
Praktis, luwes dan tahan lama
Guru terampil menggunakannya
Jumlah peserta didik
Mutu teknis media pembelajaran seperti ketersediaan energi listrik, cahaya
di dalam ruangan.
Guru diharapkan tidak memilih media karena suka dengan media tersebut.
D I samping itu, diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh ketersediaan
beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini
seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk
digunakan oleh peserta didik kita dalam proses belajar. Jadi, pilihlah media
yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata pelajaran, yang
memudahkan peserta didik belajar, serta yang menarik dan disukai peserta
didik.
Menurut Bates (1995), pemilihan media berbasis teknologi komputer antara
lain akses, biaya, pertimbangan pedagogis, interaktivitas dan kemudahan
penggunaan, pertimbangan organisasi, kebaruan (novelty), dan kecepatan.
Pertimbangan mengenai akses pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana
peserta didik memiliki akses terhadap media yang akan digunakan dalam
mempelajari paket bahan ajarnya? Pertimbangan biaya berlaku bagi sekolah
maupun peserta didik, yaitu seberapa mahal/murah media yang dipilih
untuk digunakan oleh sekolah dan peserta didik sebagai paket bahan ajar
(biaya produksi atau pengadaan oleh sekolah, biaya akses dan daya beli
untuk peserta didik). Pertimbangan pedagogis merupakan pertimbangan
yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik materi
keilmuan yang akan disampaikan dan dipelajari peserta didik. Pertimbangan
interaktivitas dan kemudahan penggunaan pada dasarnya mempertanyakan
sejauh mana media yang dipilih dapat memfasilitasi interaksi yang
diperlukan dalam pembelajaran, dan sejauh mana media
tersebut
mempermudah peserta didik dalam belajar? Pertimbangan mengenai
organisasi merupakan pertimbangan manajerial meliputi pengelolaan media
dalam proses pembelajaran, dan pasca proses pembelajaran (penyimpanan,
dll). Pertimbangan novelty berkenaan dengan tingkat kebaruan suatu media
sehingga seringkali menimbulkan antusiasme berlebihan dan atau kesukaran
beradaptasi serta siklus hidup suatu media. Pertimbangan tentang kecepatan
suatu media berkenaan dengan kemampuan suatu media menyampaikan
informasi secara cepat dan tepat (timeliness) kepada didik.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
melainkan saling berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan media yang
terbaik, sehingga dapat membantu proses belajar peserta didik secara
optimal. Oleh karena itu, ragam media yang digunakan harus dipilih
berdasarkan pertimbangan yang bijaksana.
Ragam media (Cecep Kustandi, 2010) dapat dipilih meliputi:
1) Media cetak
a) Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko buku, atau
buku pelajaran yang khusus ditulis dan kembangkan sendiri.
b) Panduan belajar bagi peserta didik khusus di kembangkan untuk
mendampingi buku pelajaran.
c) Kliping koran/majalah/artikel/tulisan lepas tentang mata pelajaran
yang di susun sendiri.
d) Poster, peta, label, gambar-gambar cetak, foto, grafik, formulir, brosur,
pamphlet,
yang
diperlukan
untuk
memperjelas
konsep/teori/prinsip/prosedur yang disajikan dalam bahan ajar.
e) Lembar kegiatan peseta didik khusus dikembangkan untuk memandu
peserta didik melakukan latihan, tugas, praktek, praktikum, dan
digunakan untuk melengkapi buku pelajaran.
2) Media audio/visual
a) Kaset audio/CD audio
b) Siaran radio (radio broadcasts)
c) Slide (film bingkai)
d) Film
e) Kaset video/CD video
f) Tayangan TV (TV broadcasts)
g) Video interaktif
h) Pembelajaran berbantuan komputer (simulasi, Computer Assisted
Instruction)
3) Media Praktek/Demonstrasi
a) Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau realita
b) Laboratorium dan peralatannya
c) Alat atau model yang dibuat instruktur bersama peserta didik dari
material atau barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah
d) Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll)
e) Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya, sawah,
kolam, kandang ternak, dll).
f) Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau perusahaan
Herbarium buatan peserta didik.
g) Pasar
h) Museum
4) Media lainnya
a) Game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti scrabbles
untuk mengajarkan vocabulary bahasa Inggris, kartu tambah-kurang
kali-bagi, flashcard, permainan memori, monopoli, atau game dalam
bentuk program komputer, dan lain-lain
b) Game atau perangkat permainan yang dibuat sendiri oleh instruktur
dan atau peserta didik.
c) Kit sains, kit seni, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Heinich, dkk (1982) pemilihan media dilakukan
setelah langkah perumusan tujuan pembelajaran, sesuai dengan model
perencanaan penggunaan media pembelajaran (ASSURE) artinya media
dapat dirancang sendiri oleh guru, dapat memanfaatkan yang tersendiri
atau modifikasi keduanya.
Guru dalam memanfaatkan pembelajaran dapat memilih media jadi (yang
tersedia) dan atau media yang dirancang. Jika memanfaatkan media yang
dirancang maka komponen dari media tersebut harus mengandung tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, dan evaluasi. Misal merancang lembar
balik Presiden Republik Indonesia dengan urutan:
Gambar Presiden:
No. 1
No. 2
No. 3
Judul
Lembar Balik
Tujuan
Pembelajaran
Presiden
Dan seterusnya
Soeharto
sampai
Presiden Soekarno
Evaluasi
Presiden SBY
No. 4
No. 5
No. 6
Gambar Urutan Lembar Balik Presiden Republik Indonesia
Guru dalam merancang media pembelajaran flipchart, harus memperhatikan
jumlah peserta didik, biaya, ukuran tulisan, ukuran gambar, warna dan lainlain.
Untuk menghemat biaya dapat digunakan bagian belakang kalender yang
sudah tidak dimanfaatkan (ukuran 60 x 40 cm).
b. Pemanfaatan Media Pembelajaran
Pemanfaatan media pembelajaran identik dengan penggunaan media
pembelajaran. Menurut Heinich (1983), pemanfaatan merupakan satu
komponen dari model sistem pembelajarannya yang disebut utilisasi.
Utilisasi (pemanfaatan) merupakan satu tugas pembelajaran (guru) dalam
membantu mempermudah siswa belajar.
Seels dan Richey (2002, h. 50) dalam buku Teknologi Pembelajaran
mendefinisikan pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan
sumber untuk belajar. Berdasarkan definisi tersebut, maka pemanfaatan
merupakan aktivitas menggunakan serangkaian operasi atau kegiatan yang
diarahkan pada suatu hasil belajar dan segala sesuatu yang mendukung
terjadinya belajar (seperti: sistem pelayanan, bahan pembelajaran dan
lingkungan).
AECT (Association for Educational Communication and Technology)
mengungkapkan pendapat serupa dimana fungsi pemanfaatan adalah
mengusahakan agar pembelajar dapat berinteraksi dengan sumber belajar
atau komponen pembelajaran. Fungsi ini penting karena memperjelas
hubungan pemelajar dengan bahan dan sistem pembelajaran (Yusufhadi
Miarso, 1986, h. 194).
Fungsi pemanfaatan merupakan fungsi yang cukup penting karena
memperjelas hubungan pemelajar dan sistem pembelajaran. Pemelajar akan
menggunakan suatu sumber belajar jika ia mengetahui bahwa dengan
menggunakan sumber belajar tersebut ia akan memperoleh keuntungan
dalam proses pembelajarannya.
Menurut Sadiman dkk (1993, h. 189-190) ada dua pola dalam memanfaatkan
media yaitu:
1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas, yaitu dimana pemanfaatannya
dipadukan dengan proses pembelajaran di situasi kelas untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
2) Pemanfaatan media di luar kelas situasi kelas, pemanfaatan ini dibagi
menjadi dua kelompok utama.
a) Pemanfaatan secara bebas, ialah media digunakan sesuai kebutuhan
masing-masing, biasanya digunakan secara perorangan. Dalam
pemanfaatan secara bebas, kontrol atau kendali berada pada individual,
dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhannya.
b) Pemanfaatan secara terkontrol, ialah bahwa media itu digunakan dalam
suatu rangkaian kegiatan yang diatur untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Supaya media dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, ada tiga
langkah dalam menggunakannya, yaitu:
1) Persiapan sebelum menggunakan media
Sebelum menggunakan media, persiapan yang dilakukan dapat berupa
mempelajari petunjuk penggunaan, mempersiapkan peralatan, serta
menetapkan tujuan yang akan dicapai.
2) Kegiatan selama menggunakan media
Kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis media yang digunakan.
3) Kegiatan tindak lanjut
Tindak lanjut dilakukan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan
untuk memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang
disampaikan melalui media bersangkutan.
Prosedur pemanfaatan tersebut dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan
pola pemanfaatan.
Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut ini.
1) Tahap persiapan
a) Kepala sekolah menentukan tujuan penggunaan media pembelajaran,
misal untuk menjelaskan konsep pembelajaran kuantum, dengan
sasaran guru di sekolah.
b) Kepala sekolah menyiapkan penggandaan media power point yang
telah disusun (misal power point terlampir).
c) Kepala sekolah memeriksa, ruangan, alat, listrik sebelum pelaksanaan
pelatihan.
2) Tahap pelaksanaan
a) Kepala sekolah menyajikan sesuai dengan metode dan waktu tersedia
b) Kepala sekolah meminta peran serta peserta pelatihan sesuai dengan
prosedur pembelajaran.
3) Tindak lanjut
a) Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan.
b) Kepala sekolah memberikan umpan balik.
Contoh:
1. Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, kepala sekolah
tidak boleh membaca pada laptop tetapi menggunakan pen pointer yang
ditunjukkan pada layar.
2. Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi . Tetap menjaga
kontak mata antara kepala sekolah dengan guru pada saat penyajian.
PEMBELAJARAN KUANTUM
(QUANTUM TEACHING)
‘
Tujuan Pembelajaran Umum
Peserta pelatihan akan dapat menunjukkan contoh
penerapan pembelajaran kuantum.
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Peserta pelatihan akan dapat mendeskripsikan hakikat
pembelajaran kuantum
2. Peserta pelatihan akan dapat membedakan unsur-unsur
model pembelajaran kuantum.
Prosedur Pembelajaran
1. Peserta mengamati penjelasan nara sumber tentang
relevansi materi pelatihan,
2. Peserta aktif berpikir, bertanya tentang materi pelatihan
yang sedang di pelajarinya,
3. Peserta aktif memberikan contoh peragaan sebagai
instruktur yang memanfaatkan pembelajaran kuantum,
4. Peserta menindak lanjuti dengan membaca buku
Quantum Teaching
‘
Sejarah Pembelajaran Kuantum
1. Belajar Kuantum = pemercepatan belajar dari Dr. Georgi
Lozanov,
2. Memanfaatkan otak mengatur informasi,
3. Implikasi dalam pembelajaran kuantum (Bobbi Deporter,
Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie).
‘
Definisi
Mengupayakan siswa belajar melalui orkestrasi bermacammacam yang ada di dalam dan
di sekitar momen belajar.
‘
Asas
Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke
dunia mereka.
1. Segalanya bicara,
2. Segalanya bertujuan,
3. Pengalaman sebelum pemberian nama,
4. Akui setiap usaha,
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
‘
Tujuan
1. Memudahkan proses belajar,
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
‘
Unsur Model Pembelajaran Kuantum
1. Konteks
Kegiatan mengubah latar pembelajaran: lingkungan,
suasana, landasan dan rancangan.
2. Isi
Kegiatan menyajikan isi dan fasilitas untuk
mempermudah proses: penyajian, fasilitas, keterampilan
belajar, dan keterampilan hidup.
‘
AKU TAHU
KUNCI KEUNGGULAN
1.
Kejujuran, tulus dan santun
2.
Kegagalan awal kesuksesan
3.
Bicaralah dengan niat baik (positif dan bertanggung
jawab)
4.
Hidup di saat ini : kerjakan setiap tugas dan manfaatkan
waktu,
5.
Komitmen : penuhi kewajiban, janji
6.
Tanggung jawab atas tindakan
7.
Bersikap terbuka dan luwes
8.
Selaraskan pikiran, tubuh dan jiwa.
‘
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat
‘
Latihan
Instruktur
: Selamat pagi, dll
Siswa
: Selamat pagi, dll
Instruktur
: Apakah saudara / anda cerdas ?
Siswa
: Kami cerdas
Instruktur
: Seberapa cerdas ?
Siswa
: Sangat cerdas ?
Instruktur
: Bagaimana saudara/anda memperlakukan diri
sendiri
Siswa
: Hormat, santun, dll.
Instruktur
: Bagaimana saudara/anda memperlakukan
instruktur?
Siswa
: Hormat
Instruktur
: Apa yang hendak saudara/anda berikan dengan
mengikuti diklat ini?
Siswa
: 100 persen Menerapkan
‘
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi DePorter, Mark Readon, dan Sarah Singer Nourie
(2002). Quantum teaching (Terjemahan).
Bandung: Kaifa
Made Wena (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sutanto Windura (2008). Panduan Praktis Learn How to Learn
Sesuai Cara Kerja Otak. Jakarta : PT. Gramedia.
Contoh lain agar pemanfaatan siaran langsung pendidikan di sekolah
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut, yaitu. persiapan, pelaksanaan,
dan tindak lanjut
a. Persiapan sebelum menggunakan media
Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, perlu dibuat
persiapan yang baik pula. Terlebih dahulu guru dan siswa mempelajari
buku petunjuk yang telah disediakan. Bila pada petunjuk disarankan
untuk membaca buku atau bahan belajar lain yang sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai, sebaiknya hal tersebut dilakukan karena akan
memudahkan para pengguna dalam belajar menggunakan media.
Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media itu juga perlu
disiapkan sebelumnya, sehingga pada saat menggunakannya nanti, tidak
akan terganggu pada hal-hal yang mengurangi kelancaran penggunaan
media itu.
b. Pelaksanaan selama menggunakan media
Dalam penggunaan media hal yang perlu diperhatikan adalah suasana
ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat mengganggu perhatian dan
konsentrasi harus dihindarkan. Bila kita menulis atau membuat gambar
atau membuat catatan singkat, usahakan hal tersebut tidak mengganggu
konsentrasi. Jangan sampai perhatian banyak tercurah pada apa yang
tertulis sehingga tidak dapat memperhatikan sajian media yang sedang
berjalan.
c. Kegiatan tindak lanjut
Maksud kegiatan tindak lanjut adalah untuk melihat apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai untuk memantapkan pemahaman
terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan memberikan soal tes yang akan dikerjakan dengan
segera sebelum siswa lupa isi materi itu.
Contoh:
Jadwal Mata
Pelajaran
Mengikuti
Mempelajari
Silabus dan RPP
Siaran Televisi
buku petunjuk
Pendidikan
Jadwal Siaran
Televisi
Pendidikan
Memperhatikan
mencatat
Menanggapi
Bertanya
T
E
S
Latihan
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam memanfaatkan media
pembelajaran adalah kebutuhan siswa. Jika siswa berkebutuhan khusus
(misal tuna netra) maka guru mempersiapkan media pembelajaran audio
karena gaya belajar cenderung auditif.
Siswa diberitahukan untuk terlibat atau berpartisipasi aktif dengan media
pembelajaran. Guru perlu memberikan umpan balik dan penguatan agar
pembelajaran bermakna.
4. Penyusunan Perangkat Penilaian
Penyusunan perangkat penilaian yang dibuat oleh guru tidak terlepas dari
sistem pembelajaran yang dirancang dalam format silabus dan RPP. Pada unit
kegiatan belajar 1 telah diuraikan bagaimana mengembangkan evaluasi hasil
belajar di dalam sistem pembelajaran. Artinya perangkat penilaian yang dibuat
oleh guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Perangkat penilaian dalam satu kesatuan desain sistem pembelajaran akan
menghasilkan alat penilaian tes dan non tes yang dilengkapi petunjuk
pelaksanaan, sehingga akan memudahkan proses pengukuran yang dilakukan
oleh guru.
Penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar siswa untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi (tujuan pembelajaran) peserta didik.
Penilaian ini dilakukan secara konsisten dengan pencapaian tujuan
pembelajaran. Selain itu penilaian dilakukan secara sistematik yaitu
menggunakan langkah-langkah yang berurutan dalam perencanaannya.
Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik melalui
berbagai teknik, dan pemberian nilai terhadap hasil belajar berdasarkan standar
tertentu.
Kegiatan menilai hasil belajar siswa tersebut harus terarah dan terprogram. Hal
ini dimaksudkan bahwa menilai hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang
telah dirumuskan di dalam silabus dan RPP. Selain itu metode dan teknik
penilaian dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dalam silabus dan
RPP. Dengan demikian penilaian yang dilakukan guru merupakan satu
rangkaian yang tidak dapat terpisahkan seperti ilustrasi berikut:
Tujuan pembelajaran/
SK-KD dan Indikator
Komponen penilaian
dalam silabus:
SK dan KD
Metode dan
Teknik
Komponen Penilaian
Butir-butir tes, non tes,
dalam RPP: KD dan
tugas dan lain-lain
Indikator
(Perangkat)
Untuk menghasilkan perangkat penilaian tersebut, maka diperlukan
perencanaan penilaian hasil belajar dan merancang perangkat penilaian
berbasis kelas.
a. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar
Merencanakan penilaian hasil belajar yang baik, harus memperhatikan
prinsip-prinsip evaluasi dan prosedur merencanakan seperti yang telah
dijabarkan pada unit kegiatan belajar satu. Selain itu dalam penilaian,
pemahaman akan klasifikasi hasil belajar seperti yang telah diuraikan pada
komponen kegiatan belajar satu menjadi titik tolak perencanaan penilaian.
Oleh karena itu jenjang tujuan pembelajaran hendaknya dipahami dengan
baik.
Perencanaan penilaian hasil belajar menurut Gronlund (1985) dalam Zaenal
Arifin (1009, h. 91-102) dari beberapa langkah:
1) Menentukan Tujuan Penilaian
Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan
tertentu. Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta
ditentukan sejak awal, karena dasar untuk menentukan arah mencakup
ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian.
Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki
kinerja atau proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan
keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk mengindentifikasi kesulitan
belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik), atau untuk
menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya
(penempatan).
Tujuan penilaian yang dirumuskan harus sesuai dengan jenis penilaian
yang akan dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik,
penempatan atau seleksi.
2) Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak. Peserta didik
dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
sikap serta nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses
pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar.
Jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan dalam standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam
silabus dan RPP. Dengan kata lain, pada tahap ini harus diidentifikasi
tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diukur dengan tes atau non tes.
Untuk memudahkan kegiatan tahap ini, dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi hasil belajar yang akan diuji berdasarkan pada taksonomi
tujuan pembelajaran yang biasa dikenal sebagai Taxonomy Bloom yang
dikemukakan oleh Benyamin S Bloom. Hasil belajar yang dikelompokkan
dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah
psikomotor.
3) Menyusun Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi
item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang
kemampuan tertentu. Kisi-kisi adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan
perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan butir tes
dan atau non tes. Tujuannya adalah merumuskan setepat mungkin ruang
lingkup dan tekanan tes/non tes dan bagian-bagiannya, sehingga
perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi guru dalam
menyusun butir-butir tes / non tes.
Kisi-kisi atau dapat disebut tabel spesifikasi menjadi penting dalam
pengembangan dan penyusunan tes / non tes, karena didalamnya
terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan
instrumen. Dalam penyusunan kisi-kisi harus memenuhi persyaratan
tertentu, antara lain:
a) Representatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai
sampel perilaku yang akan dinilai.
b) Komponen-komponennya harus terurai, jelas, dan mudah dipahami.
c) Soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
ditetapkan.
Dari persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di atas, diperoleh
kesimpulan bahwa, dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi disusun
berdasarkan silabus mata pelajaran atau RPP. Jadi guru/evaluator harus
melakukan analisis silabus/RPP terlebih dahulu sebelum menyusun kisikisi soal.
Format kisi-kisi tidak ada yang baku, dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan. Pada umumnya, format kisi-kisi soal dapat dibagi menjadi
dua komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen pokok.
Contoh :
KISI-KISI PENULISAN SOAL TES PRESTASI BELAJAR
Komponen
Identitas
Komponen
Pokok
Sekolah
:
Kelas/Semester
:
Standar Kompetensi
:
Jenis Soal/Kinerja
:
Jumlah butir
:
No
Kompetensi
Dasar
Materi
Indikator
No.
Soal/
Kinerja
Gambar Contoh Format Kisi-kisi
Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar yang
akan diukur, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya domain
meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
4) Mengembangkan Draf Instrumen (Menulis butir-butir instrumen)
Mengembangkan draf instrumen adalah kegiatan penulisan butir tes/non
tes dengan menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan atau
aspek kinerja yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi.
Setiap pertanyaan atau aspek kinerja harus jelas dan terfokus serta
menggunakan bahasa yang efektif.
Selain itu guru harus mengenal siswa agar dapat memperkirakan taraf
kesukaran, kompleksitas, serta gaya pemahaman yang paling sesuai
dengan siswa.
Butir instrumen diperlukan kemampuan untuk membahasakan gagasan
dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah dipahami. Maksudnya,
penulisan soal membutuhkan bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit.
Selanjutnya adalah kemampuan dalam teknik penulisan soal, kemampuan
dalam hal ini harus menguasai teknik penulisan butir-butir instrumen
yang baik dan benar, perlu juga diketahui mengenai ciri masing-masing
jenis soal, tata cara penulisannya, kelebihan dan kekurangannya sehingga
objektivitas soal dapat terjamin seperti sub kegiatan belajar berikutnya.
5) Uji-coba dan Analisis
Kegiatan uji coba dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki dan
memilah butir instrumen yang memadai untuk disusun menjadi sebuah
tes/non tes. Secara garis besar, tujuan uji-coba adalah untuk mengetahui
butir instrumen yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama
sekali, serta butir instrumen mana yang baik untuk dipergunakan
selanjutnya.
Kegiatan uji coba dapat dilakukan dengan kesesuaian butir instrumen
dengan hasil belajar yang akan diukur (apakah butir instrumen telah
mengukur apa yang akan diukur/valid). Selanjutnya dapat dilakukan
analisis butir instrumen dari aspek bahasa, sehingga dapat dimungkinkan
kesalahan siswa dalam merespon karena faktor bahasa. Sedangkan uji
coba dan analisis secara empiris membutuhkan proses yang panjang mulai
dari ahli, siswa secara perorangan, siswa secara kelompok kecil dan
sekelompok siswa sesuai dengan situasi nyata di lapangan. Diperlukan
pula perangkat uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.
6) Revisi dan Merakit (Instrumen Baru)
Langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasikan butir instrumen yang
valid dengan kisi-kisi. Apabila sudah memenuhi syarat dan telah mewakili
semua materi yang akan diujikan, selanjutnya dirakit menjadi sebuah
perangkat tes/non tes. Sedangkan yang belum memenuhi syarat
berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan.
Revisi soal dapat dilakukan dengan memperbaiki bahasa pada butir
instrumen secara total. Untuk soal-soal yang valid dan telah
mencerminkan semua pokok bahasan serta aspek kemampuan yang
hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tes/non tes yang valid dan
dilanjutkan dengan merakit tes/non tes hasil revisi. Selanjutnya terkait
urutan/penomoran, dalam suatu tes/non tes pada umumnya urutan
dilakukan menurut tingkat kesukaran yaitu dari yang mudah sampai yang
sulit, dari yang sederhana menuju kompleks.
BAB IV
MATERI PEMBELAJARAN 2
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Materi Penelitian Tindakan Kelas
1. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitianpenelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian
deskriptif, eksperimen, dan ex post facto adalah tiga penelitian formal yang
sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan penelitian-penelitian itu.
Beberapa karakteristik PTK antara lain:
1) Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual.
2) Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan
masalah.
3) Data diambil dari berbagai sumber.
4) Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.
5) Partisipatif, dilakukan sendiri.
6) Kolaboratif, dibantu rekan sejawat.
Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut:
PTK:
1)
2)
3)
4)
5)
Dilakukan sendiri oleh guru
Memperbaiki pembelajaran secara langsung
Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan
Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit
Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen
6) Sampel tidak perlu representatif
Penelitian Formal:
1)
2)
3)
4)
5)
Dilakukan oleh orang lain
Mengembangkan teori, melalui generalisasi
Biasanya mempersyaratkan hipotesis
Menuntut penggunaan analisis statistik
Instrumen harus valid dan reliabel
6) Sampel harus representatif
Cara Memulai PTK
Uraian tentang cara memulai PTK berikut ini akan menambah pemahaman
Anda tentang prinsip-prinsip PTK. Kalau Anda sudah biasa mengajar,
melakukan PTK bukan hal yang asing. PTK hanyalah alat untuk membantu
Anda memperbaiki pembelajaran secara sistematis. Jadi Anda fokus saja
pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari Anda akan melakukan
langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK. Setelah
menyelesaikan bagian ini Anda akan dapat menulis “proposal sederhana”
berbentuk matriks, yang nantinya akan dikembangkan menjadi “proposal
lengkap”. Dengan proposal sederhana sebenarnya Anda sudah dapat
memulai PTK.
Analogi Guru-Dokter
Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan
menganalogikan kegiatan Anda sebagai “guru peneliti PTK” dengan
kegiatan seorang “dokter” . Perhatikan Tabel berikut ini.
Tabel Analogi Guru dengan Dokter
No
Dokter
1 Menanyakan gejala penyakit
2 Mendiagnosis penyakit
3 Menulis resep
Menentukan tema pengobatan,
4
misalnya “Mengobati sakit perut”
Guru Peneliti PTK
Mendeskripsikan masalah
Menemukan akar masalah
Menyusun hipotesis tindakan
Menuliskan judul penelitian
Mendeskripsikan Masalah
Apakah Anda ingat pertanyaan dokter ketika Anda sudah berada di
hadapannya? Ia akan bertanya: "Kenapa Pak?" atau "Kenapa Bu?"
Maksudnya adalah untuk meminta Anda mendeskripsikan keluhan-keluhan
yang Anda rasakan. Ia berusaha menggali sebanyak mungkin dengan
berbagai pertanyaan: “Bagian mana yang sakit? Waktu-waktu apa saja
terasanya? Sudah berapa lama? Sudah minum obat apa? Bagaimana
hasilnya?" Belum cukup dengan keterangan lisan, ia masih meminta Anda
berbaring di dipan. Kemudian ia menempelkan stetoskop di dada dan perut
Anda, menekan-nekan dan mengetuk-ngetuk perut Anda, melihat telakup
mata Anda, melihat tenggorokan Anda dengan senter, dan sambil lalu ia
sudah dapat mengetahui suhu badan Anda. Setelah itu ia masih
menggunakan tensimeter untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi
Anda. Singkatnya ia ingin mengungkap serinci mungkin gejala penyakit
Anda; tujuannya adalah untuk ”mendiagnosis” penyakit Anda secara tepat.
Makin rinci deskripsi gejala penyakit Anda akan makin mudah ia
mendiagnosis penyakit Anda itu.
Dengan cara serupa, masalah yang akan Anda pecahkan melalui PTK harus
dideskripsikan secara rinci; tujuannya adalah agar Anda dapat menemukan
“akar masalah” penelitian Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi masalah
Anda, makin mudah Anda menemukan akar masalah.
Penemuan akar masalah merupakan hal yang sangat penting dalam
melakukan PTK. Sebelum akar masalah ditemukan, Anda sebaiknya tidak
terburu-buru memberikan tindakan. Analoginya dengan dunia kedokteran
adalah dokter yang mengobati rasa pusing berkepanjangan yang dialami
pasien. Mula-mula ia mendiagnosis secara terburu-buru sebagai penyakit
maag; obat yang diberikan adalah promaag. Tentu saja setelah minum obat
selama tiga hari rasa pusing pasien tidak kunjung hilang. Setelah didiagnosis
ulang ternyata penyebabnya adalah lubang kecil yang ada di gigi. Setelah
gigi dirawat, lubang diberi obat kemudian ditambal dan diberi obat yang
sesuai, rasa pusing itupun hilang.
Langkah-langkah berikut ini akan membantu Anda mendeskripsikan
masalah penelitian Anda secara rinci:
1) Mulailah dengan satu kalimat masalah.
2) Elaborasi kalimat itu serinci mungkin dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut ini:
a) Dari mana tahunya?
b) Bagaimana datanya?
c) Upaya apa yang telah dilakukan?
d) Bagaimana hasilnya?
3) Usahakan kalimat masalah dan elaborasinya itu mencapai ½ -- 1 halaman;
setelah itu biasanya Anda akan menemukan akar masalahnya.
Contoh:
(Kalimat masalah) ”Nilai mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X
Jakarta pada umumnya rendah.” (Dari mana tahunya?) Mereka tampak
mengerti penjelasan dan contoh soal yang diberikan guru; tetapi ketika soal
diganti sedikit saja, mereka menjadi bingung dan tidak mampu mengerjakan.
Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal yang sudah dijelaskan; halhal yang baru sekecil apapun akan menimbulkan kebingungan, tidak mampu
diatasi. Pada ulangan akhir standar kompetensi (SK) skor rata-rata siswa 5;
pada ulangan akhir-semester skor rata-rata juga 5. (Bagaimana datanya?) Hal
itu dialami oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi pada hampir seluruh
SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. (Upaya yang sudah dilakukan)
Agar pemahaman siswa lebih mantap, guru sering menggunakan alat-alat
untuk demonstrasi di kelas. Guru juga sudah menggunakan media Power
Point dalam menerangkan; sekali dua kali penjelasan diselingi dengan
praktik langsung oleh siswa. Siswa-siswa yang bernilai rendah sudah diberi
program remedial; waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. (Bagaimana
hasilnya?) Kegiatan demonstrasi/praktikum itu tampaknya belum berhasil
menanamkan konsep-konsep fisika secara mantap kepada siswa. Program
remedial juga tidak banyak menolong karena siswa yang nilainya rendah
pada umumnya berusaha untuk menghindar.
Menemukan Akar Masalah
Deskripsi masalah yang rinci sebanyak 1/2 -- 1 halaman itu biasanya sudah
dapat mengantarkan Anda ke penemuan akar masalah. Dari deskripsi
masalah di atas jelas sekali bahwa akar masalahnya adalah ”pemahaman
siswa yang kurang mantap”.
Menyususun Hipotesis Tindakan
Dalam kasus di atas, metode demonstrasi/eksperimen dan media
pembelajaran yang interaktif jelas bukan merupakan “obat” bagi akar
masalah ”kurang mantapnya pemahaman siswa”. Guru sudah melakukan
hal itu dan ternyata tidak berhasil. Program remedial juga bukan merupakan
obat yang tepat; guru sudah melakukannya dan tidak berhasil. Guru harus
menemukan ”obat” atau ”tindakan” lain.
Marilah sejenak kita berfikir tentang hal lain, yaitu pemahaman kita atas
konsep "kursi". Begitu mantapnya pemahaman kita sehingga ditunjukkan
kursi model apapun--berkaki empat, berkaki tiga, berkaki satu, pendek,
sedang, tinggi, bersenderan, tanpa senderan, berbentuk bulat, berbentuk segi
empat, berbentuk sembarang, bahan kayu, bahan logam, ditambahi busa agar
empuk, dengan pegangan tangan, tanpa pegangan tangan, dsb.--kita tidak
akan pernah terkecoh, selalu dapat membedakan antara kursi dan bukan
kursi. Hal itu kontras sekali dengan pemahaman konsep fisika oleh siswa
dalam kasus di atas, diubah sedikit saja mereka sudah bingung. Apa rahasia
penanaman konsep yang mantap tentang kursi itu?
Dalam menanamkan konsep, pemberian "contoh" yang terbatas jenisnya akan
membuat siswa mengalami under-generalization atau generalisasi yang terlalu
sempit. Sebaliknya lupa memberikan "noncontoh" akan membuat siswa
mengalami over-generalization atau generalisasi yang terlalu luas. Baik undergeneralization maupun over-generalization dua-duanya akan mengganggu
pemahaman konsep siswa secara mantap. Pemberian contoh yang cukup
banyak dan disertai dengan noncontoh diduga akan dapat memantapkan
pemahaman siswa ketika diterangkan. Dalam literatur, cara itu dikenal
dengan metode concept attainment atau metode pencapaian konsep.
Hipotesis-tindakan penelitian ini menjadi: "Metode concept attainment akan
meningkatkan hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X
Jakarta."
Secara operasional tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut:
1) Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan metode
concept attainment, dengan pemberian contoh-contoh yang cukup banyak
dan disertai dengan noncontoh.
2) Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan barvariasi, disertai
dengan jawaban.
3) Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi ”pemberian soal
latihan dan PR yang terlalu banyak”.
Catatan: Penggunaan alat-alat untuk demonstrasi/praktikum tetap
dilakukan karena merupakan karakteristik pembelajaran fisika. Program
remedial bagi siswa-siswa yang lambat juga terus dilakukan karena
merupakan prinsip pembelajaran yang sudah baku. Jadi tindakan dalam PTK
tidak dimaksudkan untuk “menggantikan” metode dan prinsip sudah baku,
melainkan “menambahkan” metode-metode baru.
Menuliskan Judul Penelitian
Akhirnya Anda tinggal menuliskan judul penelitian, secara singkat tetapi
jelas. Isi judul sama dengan isi hipotesis tindakan, tetapi redaksinya diubah
dari kalimat menjadi frasa.
Hipotesis tindakan, kalimat: "Metode concept attainment akan meningkatkan
hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta."
Judul penelitian, frasa: “Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem
Kearsipan Siswa Kelas XI SMK X melalui Metode Concept Attainment”
Penulisan frasa untuk judul penelitian menggunakan huruf besar pada tiap
kata, dan tidak diakhiri dengan titik; sedangkan penulisan kalimat untuk
hipotesis tindakan hanya menggunakan huruf besar di awal kalimat, dan
diakhiri dengan titik.
Dari uraian di atas jelas bahwa judul penelitian datang "paling akhir", setelah
deskripsi masalah, penemuan akar masalah, dan penyusunan hipotesis
tindakan. Sangat aneh kalau ada peneliti PTK yang langsung ingin
menemukan judul. Analoginya adalah dokter yang begitu bersemangat
dengan obat barunya, baru kemudian mencari orang yang sakit. Penelitian
harus dimulai dari masalah, karena pada dasarnya penelitian adalah
pemecahan masalah.
Catatan: Analogi guru-dokter dalam penelitian PTK tidak seluruhnya benar.
Minimal ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dalam dunia
kedokteran setelah pasien sembuh pemberian obat dihentikan; dalam PTK
setelah perlakuan berhasil akan dilanjutkan terus sebagai metode baru yang
lebih efektif. Kedua, dalam dunia kedokteran pengobatan pada umumnya
hanya berfungsi untuk mengembalikan pasien ke kondisi awal/normal, yaitu
sehat; dalam PTK dapat dicobakan hal-hal baru yang melebihi keadaan
awal/normal.
Proposal Sederhana
Dari hasil analisis di atas dapatlah dirangkum proposal sederhana dalam
bentuk matriks seperti pada tabel berikut ini:
Tabel Proposal Sederhana dalam Pelajaran Fisika SMA
No
Aspek-aspek
Penelitian
1
Kalimat Masalah
2
Akar Masalah
3
Hipotesis Tindakan
Uraian
Nilai fisika siswa Kelas XI SMK X Jakarta pada
umumnya rendah.
Pemahaman siswa kurang mantap ketika
diterangkan.
"Metode concept attainment akan meningkatkan hasil
belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI
SMK X Jakarta."
Tindakan Operasional:
4
Judul Penelitian
a. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan
menggunakan metode concept attainment, dengan
pemberian contoh-contoh yang cukup banyak dan
disertai dengan noncontoh.
b. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak
dan barvariasi, disertai dengan jawaban.
c. Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas”
tetapi ”pemberian soal latihan dan PR yang
terlalu banyak”.
“Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem
Kearsipan Siswa Kelas XI SMK X melalui Metode
Concept Attainment”
Dengan berbekal proposal sederhana ini Anda sudah dapat mulai melakukan
PTK di kelas Anda. Tindakan yang akan Anda lakukan sudah jelas karena
bersifat operasional. Ukuran operasional adalah dapat dilakukan oleh orang
lain yang membaca hipotesis itu. Analoginya dengan dunia kedokteran,
hipotesis tindakan "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil
belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta" adalah
sebagai obat, sedangkan ”tindakan operasional” yang terdiri dari tiga butir
itu adalah cara meminum atau dosisnya.
Contoh Proposal Sederhana Lainnya
Tabel Proposal Sederhana Mata Pelajaran Mengelola Pertemuan
No
Aspek-aspek
Penelitian
1
Kalimat Masalah
2
Akar Masalah
3
Hipotesis Tindakan
Uraian
Para siswa cepat lupa dalam pelajaran Mengelola
Pertemuan Kelas XI SMK Y Bekasi.
Siswa kurang berkesan dalam tiap peristiwa
pembelajaran.
"Cerita-cerita yang menarik akan meningkatkan daya
ingat siswa dalam pelajaran Mengelola Pertemuan
Kelas XI SMK Y Bekasi."
Tindakan Operasional:
4
Judul Penelitian
a. Tiap pembelajaran tatap muka, guru menyiapkan
beberapa cerita menarik yang relevan, dapat
diambil dari surat kabar atau artikel internet.
b. Dalam membahas konsep penting, cerita aneh itu
dibacakan. Satu pertemuan tatap muka cukup 1—
2 cerita aneh.
c. Siswa diminta menanggapi cerita aneh itu secara
kelompok; .yang baik diberi pujian.
“Peningkatan Daya Ingat Siswa melalui Pembacaan
Cerita-cerita Menarik dalam Pelajaran Mengelola
Pertemuan Kelas XI SMK Y Bekasi”
Tabel Proposal Sederhana dalam Mata Pelajaran Membuat Dokumen
No
Aspek-aspek
Penelitian
1
Kalimat Masalah
2
Akar Masalah
3
Hipotesis
Tindakan
Uraian
Siswa yang lemah tidak peduli dengan nilai
rendah dalam mata pelajaran membuat
dokumen di Kelas XI SMK Z Depok.
Persepsi diri siswa rendah, merasa dirinya
sebagai siswa yang bodoh.
"Pemberian
Pengalaman
Sukses
akan
Meningkatkan Kepedulian Siswa terhadap Nilai
Membuat Dokumen Kelas XI SMK Z Depok."
Tindakan Operasional:
4
Judul Penelitian
a. Dalam
pembelajaran,
guru
memberi
perhatian lebih besar kepada siswa-siswa
yang lemah.
b. Tiap pertemuan tatap muka, satu dua orang
siswa yang lemah diberi tugas yang mudah.
Setelah yakin dapat mengerjakan, mereka
diminta maju ke papan tulis, diikuti dengan
pujian.
c. Siswa yang pandai tetap diberi tugas, seperti
biasanya.
“Peningkatan Kepedulian Siswa terhadap Nilai
Matematika melalui Pemberian Pengalaman
Sukses dalam Pelajaran Membuat Dokumen
Kelas XI SMK Z Depok”
Masalah yang Layak Diteliti dan Profesionalisme Guru
Masalah yang Layak Diteliti
Tidak semua masalah dapat dipecahkan melalui PTK, hanya masalah yang
berada dalam kendali guru. Rendahnya "input siswa" yang masuk sekolah
Anda, suara berisik karena "sekolah Anda berada di pinggir jalan", dan
"status ekonomi sosial orang tua siswa" adalah contoh-contoh masalah yang
berada di luar kendali guru, tidak layak untuk diteliti. Sebaliknya masalah
yang sudah terlalu jelas juga tidak layak diteliti karena tidak perlu. Misalnya
selama ini Anda mengajar secara monoton, menggunakan metode ceramah
sepanjang hari, dan siswa merasa jenuh. Kemudian Anda akan menerapkan
metode bermain peran agar siswa lebih aktif. Hal itu sudah terlalu jelas,
siswanya pasti akan menjadi aktif. Anda tinggal melaksanakan secara
langsung. Analoginya adalah upaya Anda menyiram tanaman di pot yang
layu karena tidak disiram. Anda tinggal langsung meyiram, tidak perlu
meneliti dulu; hasilnya sudah jelas, tanaman pasti akan menjadi segar.
Penelitian diawali dengan masalah, yang masih meragukan.
Profesionalisme Guru
Pertanyaan "Upaya apa yang sudah dilakukan?" pada bagian
”Mendeskripsikan Masalah” di atas penting untuk dikemukakan. Hal itu
menandakan bahwa Anda seorang guru profesional, yang telah menerapkan
berbagai metode secara kreatif tetapi belum berhasil. Bagian yang belum
berhasil itulah yang Anda teliti melalui PTK. Analogi dengan tanaman di pot
tadi, jika telah disiram dan dipupuk tetapi tanaman masih tetap layu, barulah
itu merupakan masalah penelitian yang sangat menarik.
Setelah beberapa kali melakukan PTK, Anda akan terbiasa memberikan
tindakan secara sistematis. Anda juga akan merasakan bahwa PTK tidak
banyak berbeda dengan pembelajaran biasa. Secara tidak sadar Anda akan
melakukan PTK setiap saat; dan Anda akan mendapat predikat sebagai guru
profesional yang reflektif.
b. Metode Penelitian
Anda perlu menegaskan metode penelitian yang Anda gunakan, yaitu PTK,
disertai model yang digunakan. Biasanya PTK di sekolah menggunakan
Model Kemmis & Taggart seperti gambar di bawah ini.
Gambar PTK Model Kemmis & Taggart
Siklus Penelitian
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya siklus. Menurut Kemmis dan
McTaggart siklus terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Analoginya dengan
pengobatan oleh dokter, satu siklus adalah rangkaian empat kegiatan: (1)
Pemberian resep kepada pasien, (2) Peminuman obat oleh pasien, (3)
Pengukuran peningkatan kesehatan pasien ketika kembali lagi ke dokter, dan
(4) Analis dan evaluasi kesehatan pasien. Siklus PTK sebenarnya adalah satu
satuan penelitian yang lengkap, karena komponen-komponennya lengkap
dari perencanaan sampai refleksi. Jadi kalau Anda melakukan PTK dengan
lima siklus, sebenarnya Anda melakukan lima penelitian secara
berkelanjutan. PTK sebaiknya minimal terdiri dari tiga siklus; kalau baru satu
siklus sudah berhasil kemungkinan masalahnya terlalu sederhana.
Satu siklus minimal terdiri dari tiga pertemuan tatap muka dengan
perlakuan yang sama, agar intensif. Misalnya Anda melakukan siklus dengan
tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama Anda menggunakan metode
concept attainment pada konsep-konsep penting yang diajarkan, diikuti
dengan pemberian contoh soal yang bervariasi, dan PR yang bervariasi juga.
Pada pertemuan kedua dan ketiga Anda melakukan hal yang sama secara
konsisten. Analoginya adalah proses minum obat oleh pasien; selama tiga
hari ia meminum obat yang sama dengan dosis yang sama, berulang-ulang.
Hal itu dilakukan agar data yang diperoleh bersifat jenuh, artinya lengkap.
Kalau perlakukan hanya dilakukan satu kali dan hasilnya baik, ada
kemungkinan hal itu hanya kebetulan. Tetapi kalau perlakuan sudah
dilakukan tiga kali dan hasilnya baik, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa hasil itu memang benar-benar baik, bukan karena kebetulan.
Perencanaan
Perencanaan pada siklus pertama tidak lain adalah hipotesis-tindakan yang
telah Anda tetapkan sebelumnya. Perencanaan adalah variabel bebas
penelitian Anda. Perencanaan pada siklus kedua, ketiga, dan selanjutnya
belum dapat ditentukan karena harus dibuat berdasarkan hasil refleksi
terhadap siklus sebelumnya. Dalam RPP, hipotesis-tindakan itu harus dapat
dilihat posisinya, bisa di pembelajaran pendahuluan, pembelajaran inti,
dan/atau di pembelajaran penutup. Ada baiknya dalam RPP hipotesis
tindakan itu Anda cetak tebal agar posisinya dalam pembelajaran-biasa
terlihat dengan jelas. Seperti telah disinggung sebelumnya, sebaiknya hanya
bagian tertentu dari pembelajaran yang Anda diperbaiki melalui PTK.
Analoginya dengan badan kita, hanya bagian-bagian tertentu yang diobati
oleh dokter.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah uraian tentang implementasi perencanaan Anda, masih
berbicara tentang variabel bebas. Kalau seluruh perencanaan dapat
dilaksanakan dengan baik sepanjang siklus, Pelaksanaan hanya akan berisi
satu kalimat, yaitu: "Seluruh perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik."
Tetapi hal itu jarang terjadi; yang sering terjadi adalah sebaliknya:
"Perencanaan sih boleh, tetapi pelaksanaannya?" Analoginya dengan dokter,
pelaksanaan adalah uraian tentang kegiatan minum-obat pasien. Mungkin
saja pertama kali minum obat pasien merasa mual dan muntah, sehingga
obat belum bisa masuk. Yang kedua dan ketiga masih mengalami hal serupa.
Baru pada peminuman keempat, pada hari kedua, obat itu bisa masuk. Cerita
yang ingin didengar dokter dalam Pelaksanaan berkisar pada hal itu, belum
berbicara tentang peningkatan kesehatan pasien.
Uraian Pelaksanaan sifatnya holistik, mencakup ketiga pertemuan dalam
satu siklus, tetapi tidak menceritakan pertemuan per pertemuan. Agar uraian
menjadi sistematis dan tidak terjebak pada pertemuan per pertemuan, Anda
perlu membuat unsur-unsur variabel bebas itu, kemudian diuraikan
keberhasilan dan kegagalannya. Dalam hal penggunaan metode concept
attainment misalnya, unsur-unsurnya adalah langkah-langkah metode itu
sendiri. Contoh uraian Pelaksanaan Siklus 1: "Ketika diberikan dua kolom
berisi daftar alat kearsipan, yang satu diberi judul YA dan satu lagi BUKAN,
sebagian besar siswa memperhatikan sambil berfikir. Perhatian siswa
meningkat ketika mereka diminta menambahkan nama alat baru di kolom
YA. Mereka mulai berdiskusi dengan teman kelompoknya dan berusaha
menemukan istilah-istilah baru. Masih ada beberapa siswa di barisan
belakang yang belum terfokus perhatiannya. Ketika diminta memberi nama
konsep yang mewakili semua istilah yang berada di kolom YA, mereka lebih
tertantang lagi. Beberapa siswa tunjuk tangan dan menyebutkan konsep;
guru menuliskan di papan tulis. Tetapi ketika diminta menyebutkan atribut
kritikal dari konsep yang diajukan mereka mendapat kesulitan. Dst., dst...."
Pengamatan
Pada bagian inilah Anda mulai memaparkan perubahan-perubahan yang
terjadi pada variabel terikat, yaitu variabel yang Anda tingkatkan melalui
PTK ini. Seluruh hasil pengukuran menggunakan instrumen, disajikan
datanya di bagian Pengamatan ini. Dalam PTK instrumennya bermacammacam, tidak hanya tes; semua datanya disajikan di sini. Tampilan yang khas
di bagian Pengamatan ini adalah tabel, diagram, dan grafik; tetapi uraian
naratif juga ada, yaitu untuk menyajikan hasil wawancara atau catatan
lapangan.
Refleksi
Dalam refleksi, Anda akan membahas data yang telah tersaji dalam
Pengamatan di atas. Baik keberhasilan maupun kegagalan semuanya
dibahas. Keberhasilan perlu dibahas untuk mengetahui apakah benar
penyebabnya adalah tindakan yang Anda berikan. Jika benar berarti
hipotesis-tindakan Anda benar. Tetapi Anda harus jeli, belum tentu
keberhasilan itu akibat dari hipotesis-tindakan. Sebagai contoh dalam metode
concept attainment, setelah berlangsung satu siklus ternyata pemahaman siswa
tidak meningkat. Kemudian pada siklus berikutnya Anda sebagai peneliti
memberikan tambahan drill sebanyak-banyaknya sehingga siswa hafal akan
tipe-tipe soal yang keluar dalam tes. Pada akhir siklus-kedua pemahaman
siswa meningkat. Apakah peningkatan itu akibat dari hipotesis penelitian?
Boleh jadi bukan; peningkatan itu lebih banyak disebabkan oleh metode drill
and practice daripada metode concept attainment.
Terutama kegagalan, harus dibahas secara sungguh-sungguh, sebaiknya
bersama kolaborator Anda. Langkah-langkahnya sama dengan pada awal
siklus pertama: mendeskripsikan masalah secara rinci, menemukan akar
masalah, bertanya mengapa dan mengapa, dan mencari alternatif tindakan.
Ingat bahwa siklus pertama sebenarnya adalah satu penelitian. Pada siklus
kedua Anda melakukan satu penelitian lagi. Tujuan utama refleksi adalah
mencari alternatif tindakan untuk diterapkan pada siklus berikutnya.
Sebaiknya Anda bukan mengganti tindakan melainkan melengkapi atau
memodifikasi tindakan; tindakan utamanya concept attainment masih tetap.
Pergantian Siklus
Pergantian dari satu siklus ke siklus berikutnya dapat dilakukan berdasarkan
jumlah pertemuan, seperti telah disinggung di atas. Tetapi Anda dapat
menggunakan dasar lain, misalnya jumlah minggu, kompetensi dasar, atau
pokok bahasan. Tindakan pada siklus berikutnya ditentukan berdasarkan
refleksi terhadap hasil siklus sebelumnya. Analoginya dengan dokter, resepbaru dibuat berdasarkan hasil penilaian terhadap resep sebelumnya.
Tindakan pada siklus baru harus berbeda secara signifikan dengan siklus
sebelumnya. Kalau hanya pengulangan berarti masih bagian dari siklus
sebelumnya.
Insrumen Penelitian
Karena PTK mengandung unsur inovasi, biasanya ada hal-hal tertentu yang
perlu dipersiapkan secara khusus. Salah satunya adalah instrumen
penelitian, yang berbeda dengan instrumen yang biasa Anda pakai seharihari. Tes hasil belajar yang biasanya cukup dengan C1, C2, ... s.d. C6
misalnya, sekarang akan terfokus pada C2 saja, tetapi dirinci menjadi tujuh
komponen, yaitu: (1) menginterpretasi, (2) memberi contoh, (3)
mengklasifikasi, (4) merangkum, (5) menginferensi, (6) membandingkan, dan
(7) menjelaskan. Wawancara dengan siswa yang biasanya Anda lakukan
secara spontan, sekarang dibuat pedomannya dulu agar lebih terfokus;
demikian juga kegiatan observasi, Anda buat lembar observasinya. Catatan
lapangan perlu Anda siapkan dulu penulisannya; ini paling mudah karena
tidak perlu ada instrumen khusus. Catatan lapangan tidak lain adalah catatan
harian atau diary, untuk menuangkan hal-hal yang sangat berkesan. Kalau
penelitian dilakukan dengan penuh antusiasme, Anda akan menemukan halhal yang sangat berkesan dan secara mudah dapat dituliskan dalam catatan
lapangan.
Agar lebih sederhana kita sepakati dulu bahwa yang dimaksud dengan
instrumen dalam PTK adalah alat untuk mengukur keberhasilan tindakan
pada variabel yang ingin Anda tingkatkan, yaitu variabel terikat. Agar lebih
ilmiah, setiap instrumen yang Anda buat harus dibuat kisi-kisinya dulu; dan
kisi-kisi itu dibuat berdasarkan teori yang ada di bagian Kajian Pustaka. Oleh
karena itu, teori dalam Kajian Pustaka hendaknya sedemikian rupa sehingga
dapat mengarahkan pembuatan instrumen. Sangat kurang baik teori yang
diuraikan secara panjang lebar tetapi tidak memberikan petunjuk apapun
untuk pembuatan instrumen.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Yang sudah Anda kenal dengan baik tentu saja instrumen untuk mengukur
hasil belajar, yang biasa disebut tes. Tes yang baik harus valid, yaitu
mengukur apa yang harus diukur. Validitas tes biasanya didekati dengan
kisi-kisi, yang akan menjamin keterwakilan kompetensi dan tingkat kognisi
yang akan diukur. Validitas seperti itu disebut validitas isi, karena
penekanannya pada keterwakilan isi. Syarat lainnya, tes yang baik harus
reliabel atau ajeg, yaitu jika digunakan dengan cara yang sama hasilnya akan
sama. Reliabilitas tes diketahui setelah tes diuji coba; koefisiennya dihitung
dengan rumus-rumus statistik, seperti rumus split half test, KR-20, atau Alfa
Chronbach. Dalam PTK uji reliabilitas tes seperti itu tidak dilakukan karena
jarang guru yang mengujicobakan tes sebelum menggunakan. Tetapi
penggunaan kisi-kisi untuk menjamin validitas tes seperti dijelaskan di atas
sebaiknya dilakukan oleh peneliti PTK.
Di samping tes, dalam PTK digunakan berbagai jenis instrumen, di
antaranya: (1) Lembar observasi, (2) Pedoman wawancara, (3) Pedoman
telaah dokumen, (4) Kuesioner, (5) Rating scale, (6) Portofolio, (7) Skala sikap,
dan (8) Catatan lapangan. Seperti halnya tes, instrumen-instrumen itu harus
dibuat berdasarkan kisi-kisi agar validitas-isi nya terjamin. Di samping itu
masih ada validitas lain yang harus dipenuhi oleh instrumen-instrumen itu,
yaitu validitas konstruk. Untuk memperoleh validitas konstruk, kisi-kisi
instrumen harus dibuat berdasarkan teori yang telah dibahas di Kajian
Pustaka. Singkatnya, "Instrumen harus dibuat berdasarkan kisi-kisi, dan kisikisi harus dibuat berdasarkan teori."
Triangulasi
Sebagai ganti penghitungan menggunakan rumus-rumus, reliabilitas
instrumen dalam PTK didekati dengan teknik triangulasi. Artinya, satu
variabel terikat (yang akan ditingkatkan) diukur dengan beberapa instrumen.
Motivasi siswa misalnya, tidak cukup diukur dengan kuesioner, tetapi
ditambah dengan wawancara dan observasi. Jika ketiga instrumen itu
menghasilkan data yang sama atau mirip, barulah dapat ditafsirkan bahwa
data itu benar. Reliabilitas instrumen dalam PTK juga dapat didekati dengan
pengamatan yang cukup lama sehingga datanya mencapai tingkat jenuh atau
mencukupi. Lamanya pengamatan harus dibarengi dengan tingkat ketelitian
dan keseksamaan.
Pelanggaran Validitas Instrumen
Seringkali peneliti PTK secara tidak sadar telah melanggar validitas
instrumen, yaitu membuat instrumen tanpa didasari kisi-kisi dan teori.
Serinkali instrumen bahkan tidak mengukur yang harus diukur. Mengukur
motivasi misalnya, menggunakan tes hasil belajar.
Instrumen Spontan
Peneliti sering membuat instrumen secara spontan yang diperkirakan dapat
mengukur keberhasilan penelitiannya. Dasarnya lebih banyak perasaan
daripada penalaran yang sistematis. Setelah instrumen jadi dan ditanyakan
kisi-kisinya, peneliti itu tidak dapat menjawab. Hampir dapat dipastikan
bahwa instrumen seperti itu tidak ada dasar teorinya. Spontanitas itu
seringkali menghasilkan bermacam-macam instrumen, untuk mengukur
berbagai variabel. Maksud hati mungkin ingin menerapkan triangulasi, tetapi
kurang tepat arahnya. Kalau triangulasi adalah mengukur satu variabel
dengan beberapa macam instrumen, dalam instrumen spontan itu mengukur
banyak variabel dengan banyak instrumen yang tidak jelas dasar teorinya.
Instrumen ”Teh Botol”
"Apapun makanannya, minumannya Teh Botol"; begitulah bunyi iklan di
televisi. Hal serupa sering terjadi dalam PTK. "Apapun masalahnya,
instrumennya tes hasil belajar." Masalah rendahnya motivasi misalnya,
instrumennya tes hasil belajar, seperti telah disinggung sebelumnya. Dasar
pemikirannya, kalau motivasi meningkat siswa akan belajar lebih aktif
sehingga hasil belajarnya meningkat. Hal itu bisa benar, tetapi bisa juga
tidak. Peningkatan hasil belajar itu bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti
minat, media, dan tingkat kesulitan soal. Yang jelas teori tentang motivasi
berbeda dengan teori tentang hasil belajar. Kalau teorinya berbeda kisikisinya harus berbeda, dan instrumennya dengan sendirinya akan berbeda.
Jadi mengukur motivasi dengan hasil belajar dapat dikatakan mengukur
variabel lain.
Kisi-kisi Instrumen
Yang paling mudah adalah membuat kisi-kisi tentang hasil belajar; Anda
sudah terbiasa melakukannya. Berikut ini diberikan beberapa contoh
instrumen untuk mengukur hasil belajar atau pemahaman siswa.
Tabel Contoh Kisi-kisi Tes Pemahaman Siswa
Menjelaskan
Membandingkan
Menginferensi
Merangkum
Mengklasifikasi
Memberi Contoh
Kompetensi
dan Indikator
Menginterpretasi
Proses Kognitif dan Jumlah Butir Soal
KD 1
Indikator 1
Indikator 2
KD 2
Indikator 1
Indikator 2
Keterangan: KD = kompetensi dasar
Tabel Contoh Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pemahaman Siswa
Kompetensi
dan Indikator
Kriteria
KD 1
Indikator 1
Interpretasi tentang
Indikator 1
Indikator 2
Kemampuan
klasifikasi tentang
indikator 2
KD 2
Indikator 3
Inferensi tentang
indikator 3
Indikator 4
Kemampuan
membandingkan
tentang indikator 4
Indikator 5
Kemampuan
menjelaskan
tentang indikator 5
Sangat
Kurang
Kurang
Baik
Sangat
Baik
Tabel Contoh Kisi-kisi Lembar Observasi Pemahaman Siswa
No
Indikator
Pemahaman
1
Menginterpretasi
2
Memberi contoh
3
Mengklasifikasi
4
Merangkum
5
Menginferensi
6
Membandingkan
7
Menjelaskan
Sangat
Kurang
Kurang
Baik
Sangat
Baik
Perlu diperhatikan bahwa ketiga kisi-kisi di atas mengukur variabel yang
sama, yaitu pemahaman siswa, secara triangulatif. Artinya variabel yang
sama diamati dari berbagai sudut pandang.
Instrumen untuk Variabel Bebas?
Perlukah variabel bebas (metode yang digunakan) diukur-ukur
menggunakan instrumen seperti halnya variabel terikat (variabel yang
ditingkatkan)? Marilah kita bandingkan dengan pekerjaan dokter. Apakah
yang biasanya diukur oleh seorang dokter, kegiatan minum obat pasien
sesuai resep (variabel bebas) atau peningkatan kesehatan pasien (variabel
terikat)? Tentu saja yang terakhir. Ketepatan pemakaian metode memang
perlu diperhatikan dalam PTK, tetapi tidak perlu diukur-ukur menggunakan
instrumen. Jika dilakukan, pekerjaan peneliti akan bertambah banyak, yang
akan membuatnya stress dan lelah. Setelah selesai penelitian ia akan
mengatakan dalam hati: "Sekali ini saja saya melakuan penelitian." Hal
ikhwal variabel bebas cukup disampaikan secara naratif di bagian
"Pelaksanaan" dari siklus penelitan (yang terdiri dari Perencanaan,
Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi). Ada kerugian lain jika variabel bebas
diukur-ukur dengan instrumen dan disajikan datanya dalam bentuk tabeltabel. Benang merah laporan penelitian menjadi kabur dan hasil penelitian
sukar dipahami oleh pembaca.
Kolaborasi
Perlu dikemukakan jumlah dan latar belakang pendidikan kolaborator, dan
waktu pertemuan. Misalnya kolaborator internal adalah teman sejawat, guru
semata pelajaran. Pertemuan dilakukan secara intensif pada penulisan
proposal dan pembuatan instrumen. Pada saat implementasi, pertemuan
dilakukan seminggu sekali pada akhir pekan untuk membicarakan masalahmasalah yang ditemukan pada minggu berjalan, dan rencana untuk minggu
berikutnya. Kolaborator internal juga membantu melakukan pengukuran
menggunakan instrumen-instrumen yang tersedia pada akhir siklus.
Kolaborator ekternal adalah dosen perguruan tinggi yang membantu pada
penulisan proposal.
c. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Setelah mempunyai proposal sederhana, hasil kegiatan sebelumnya, Anda
akan sangat mudah mengembangkannya menjadi proposal lengkap. Hal-hal
yang esensial telah tertulis dalam proposal sederhana itu, terutama deskripsi
masalah, rumusan masalah, dan hipotesis tindakan.
Sistematika Proposal Penelitian
Sistematika proposal penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
Judul
Bab 1 Pendahuluan
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Bab 2 Kajian Pustaka
A.
B.
C.
D.
Deskripsi Teori
Hasil Penelitian yang Relevan
Kerangka Berfikir
Hipotesis Tindakan
Bab 3 Metodologi Penelitian
A.
B.
C.
D.
Setting Penelitian
Metodologi Penelitian
Siklus Penelitian
Kriteria Keberhasilan
E.
F.
G.
H.
Instrumen Penelitian
Anallisis Data
Kolaborasi
Jadual Penelitian
Daftar Pustaka
Judul PTK
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, judul penelitian harus singkat
tetapi jelas. Isinya sama dengan hipotesis tindakan tetapi dengan rumusan
yang berbeda. Judul harus mengandung variabel bebas (tindakan yang
diberikan) dan variable terikat (variabel yang akan ditingkatkan). Contohnya
adalah sebagai berikut:
“Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa
Kelas XI SMK X Jakarta Melalui Metode Concept Attainment”
Variabel bebasnya metode concept attainment dan variabel terikatnya hasil
belajar sejarah. Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 15. Topik atau pokok
bahasan kurang perlu untuk dicantumkan dalam judul karena keterangan
“Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI SMK “ sudah cukup spesifik.
Jika topik dicantumkan, misalnya “Kemagnetan”, seolah-olah metode concept
attainment itu hanya berlaku pada topik Kemagnetan. Masalah yang
dipecahkan dalam PTK seharusnya yang bersifat lintas pokok bahasan,
seperti: hasil belajar, motivasi, dan kreativitas. Dengan demikian penggunaan
siklus akan lebih leluasa, tanpa dibatasi oleh topik.
Judul sebaiknya menampilkan hal-hal yang inovatif untuk menarik pembaca;
pertama kali orang membaca hasil penelitian Anda adalah pada judulnya.
PTK pada dasarnya adalah sarana untuk melakukan inovasi pembelajaran.
Sejak munculnya PTK orang menganggap bahwa cooperative learning
merupakan pembelajaran inovatif. Hampir semua peneliti PTK memilih
judul itu kalau diminta membuat proposal. Akibatnya cooperative learning
sudah diteliti oleh banyak orang, dan menjadi hal yang biasa. Sayangnya
PTK yang mereka lakukan bersifat semu; setelah selesai PTK mereka kembali
ke pembelajaran biasa.
Pendahuluan (Bab 1)
Fungsi utama pendahuluan adalah untuk menjelaskan mengapa penelitian
Anda perlu dilakukan. Sampai halaman kedua, pendahuluan harus sudah
dapat mengemukakan masalah penelitian secara jelas. Uraian di halamanhalaman berikutnya masih dapat ditambahkan, tetapi sifatnya hanya
menegaskan dan melengkapi. Sebaiknya dihindarkan uraian kesana-kemari
sampai berhalaman-halaman, dan baru mengemukakan masalah penelitian
di bagian akhir.
Latar belakang masalah berfungsi untuk membuat masalah penelitian Anda
terlihat lebih menonjol, penting, dan mendesak. Masalah penelitian tidak lain
adalah deskripsi masalah yang sudah Anda tulis sebelumnya, di Bagian A;
sifatnya mikro, yaitu tentang pembelajaran di kelas Anda. Agar terlihat
penting, masalah mikro itu harus dibingkai dengan masalah makro yang
berskala nasional. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa Anda sebagai
peneliti memahami isu-isu nasional yang relevan. Namun perlu dihindari
kesan bahwa penelitian Anda berskala nasional; kenyataannya penelitian
Anda hanya berskala kelas. Oleh larena itu uraian latar belakang maksimal
dua alinea, dan segera disambung dengan masalah mikro yang berupa
deskripsi masalah itu. Berikut ini adalah contohnya.
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Standar kompetensi luluan yang ditetapkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) melalui Permendiknas Nomor 22
Tahun 2002 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah menuntut kompetensi yang tinggi dari para lulusan
sekolah menengah. Bersamaan dengan itu dikeluarkan juga
Standar Proses yang menuntut proses pembelajaran yang
berkualitas, menuju lulusan yang “cerdas dan komprehensif”,
sesuai dengan moto Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Implikasinya guru harus senantiasa meningkatkan kompetensi
agar kualitas pembelajarannya terus meningkat.
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
guru adalah tenaga profesional yang dilatih secara khusus
melalui pendidikan profesi, untuk mendapatkan sertifikat
sebagai pendidik profesional. Salah satu ciri guru profesional
adalah bersifat reflektif. Setiap kali melaksanakan pembelajaran
ia selalu melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahankelemahannya, dan selanjutnya berusaha untuk memperbaiki.
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan cara yang sistematis
untuk melakukan refleksi secara intensif dan melakukan
perbaikan pembelajaran secara sistematis. Di SMK Negeri X
Jakarta nilai mengelola sistem kearsipan Kelas XI pada
umumnya rendah. Mereka tampak mengerti penjelasan dan
contoh soal yang diberikan guru, tetapi ketika soal diganti
sedikit saja mereka menjadi bingung dan tidak dapat
mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal
yang dijelaskan; hal-hal baru sekecil apapun akan menimbulkan
kebingungan, tidak mampu diatasi. Pemahamannya barulah
sampai di permukaan, belum mendalam. Pada ulangan akhir
yang mencakup satu standar kompetensi nilai rata-rata siswa 5;
pada ulangan akhir semester rata-rata juga 5. Hal itu dialami
oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi di hampir seluruh
SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun.
Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mengatasi masalah
itu. Guru telah menggunakan alat-alat peraga untuk
demonstrasi di kelas. Guru juga sudah menggunakan media
Power Point untuk menjelaskan; sekali-sekali penjelasan guru
diselingi dengan praktik langung oleh siswa. Tetapi hasilnya
belum seperti yang diharapkan. Siswa-siswa yang hasil
belajarnya rendah sudah disediakan program remedial;
waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. Tetapi hasilnya
juga belum seperti yang diharapkan; siswa yang nilainya
rendah cenderung ingin menghindar dari kegiatan itu. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep siswa
kurang mantap ketika diterangkan. Kemungkinan contohcontoh yang diberikan guru kurang banyak sehingga siswa
mengalami under-generalization; noncontoh juga tidak disertakan
sehingga siswa mengalami over-generalization. Kedua-duanya
membuat pemahaman siswa tidak mantap. Perlu dicarikan
metode alternatif yang membuat siswa belajar secara mantap.
Rumusan masalah penelitian telah tersirat dalam hipotesis tindakan yang ada
dalam proposal sederhana yang telah Anda buat di Bagian A; Anda tinggal
memindahkan ke sini. Masalah penelitian biasanya disajikan dalam bentuk
pertanyaan, tetapi tidak harus. Inilah contohnya.
B. Rumusan Masalah
Apakah metode concept attainment dapat meningkatkan hasil
belajar mengelola sistem kearsipan kelas XI SMK Negeri X
Jakarta?
Bagian terakhir pendahuluan adalah tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan
PTK tidak sekedar ingin “mengetahui peningkatan” variabel terikat (yang
akan ditingkatkan), tetapi lebih pada “meningkatkan” variabel terikat itu.
Ingin “mengetahui peningkatan” mempunyai konotasi “setelah tahu akan
selesai” sehingga peneliti PTK banyak yang kembali ke metode semula
setelah penelitian selesai; sedangkan “meningkatkan” mempunyai arti ingin
menggunakan metode baru yang ditemukan untuk seterusnya. Manfaat
penelitian sebaiknya dirinci untuk berbagai pihak agar makna penelitian
menjadi labih besar, misalnya bagi siswa, guru, dan sekolah. Inilah
contohnya.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa.
D. Manfaat Penelitian
Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan
pemahamannya. Bagi guru penelitian ini bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan membiasakan diri
menjadi guru yang reflektif, yang senantiasa berusaha
meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi sekolah, penelitian
ini bermanfaat untuk meningkatkan citra sebagai sekolah yang
efektif, yang membimbing siswa menjadi insan yang cerdas dan
komprehensif.
Kajian Pustaka (Bab 2)
Deskripsi teori memberikan dasar teori pada variabel-variabel yang Anda
teliti. Baik variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variabel terikat
(yang ditingkatkan) dua-duanya harus didukung dengan teori. Ini sejalan
dengan ciri seorang profesional, yang setiap tindakannya didukung dengan
teori yang sudah mantap. Analoginya dengan dokter, setiap obat yang
diresepkan harus didukung dengan teori atau hasil penelitian yang sudah
mantap. Jika tidak, dokter itu akan lebih tepat disebut dukun.
Namun fungsi teori dalam PTK agak berbeda dengan fungsinya dalam
penelitian formal. Asumsinya, peneliti PTK adalah guru profesional yang
sudah berusaha menerapkan teori-teori yang sudah mantap itu dalam
pembelajaran, tetapi belum berhasil. Sebagaimana kita ketahui banyak sekali
teori-teori yang mantap itu berasal dari negara Barat, yang berbeda budaya
dengan kita. Dalam PTK Anda dapat saja menemukan teori yang sama sekali
baru—disebut grounded theory—yang sesuai dengan konteks sekolah Anda.
Jadi teori yang dirujuk dalam PTK sifatnya hanya sebagai bahan
pertimbangan.
Kata “pustaka” digunakan untuk membedakan dengan “teori’ yang bersifat
akademis. Pustaka lebih bersifat umum; Undang-Undang dan Peraturan
Menteri dapat dimasukkan ke dalamnya. Dokumen-dokumen itu merupakan
kebijakan sehingga tidak dapat dimasukkan dalam kategori teori.
Selain variabel bebas dan variabel terikat, Anda perlu mencari teori yang
berkenaan dengan pembelajaran khusus, untuk mata pelajaran Anda.
Gunanya agar temuantemuan yang Anda peroleh nanti tidak menyimpang
dari karakteristik mata pelajaran yang Anda ampu. Sebaiknya penyajian
hakikat variabel bebas didahulukan agar pembaca langsung dapat
mengetahui inovasi yang ditawarkan pada kesempatan pertama. Berikut ini
adalah contoh deskripsi teori untuk judul “Peningkatan Hasil Belajar
Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI SMK X Jakarta melalui Metode
Concept Attainment”.
Bab 2 Kajian Pustaka
A. Deskripsi Teori
1. Concept Attainment
Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi
dengan model concept attainment menurut Uno (2008)
dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner,
dkk. yang yakin bahwa lingkungan sekitar manusia
beragam dan sebagai manusia kita harus mampu
membedakan, mengkategorikan dan menamakan
semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan,
mengelompokkan dan menamakan sesuatu inilah
yang menyebabkan munculnya sebuah konsep.
Concept attainment adalah suatu metode pembelajaran
yang bertujuan untuk membantu siswa memahami
suatu konsep tertentu.
Metode ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari
anak-anak sampai orang dewasa. Untuk taman kanakkanak, tentunya, pendekatan ini dapat digunakan
untuk memperkenalkan konsep yang sederhana.
Pendekatan ini, lebih tepat digunakan ketika
penekanan pembelajaran lebih pada pengenalan
konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif
dan melatih berpikir analisis.
Prosedur pembelajarannya melalui tiga tahap yaitu:
kategorisasi, penemuan konsep, penyimpulan.
Kategorisasi adalah upaya mengkategorikan sesuatu
yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang
diperoleh. Setelah kategori yang tidak sesuai
disingkirkan, kategori yang sesuai digabungkan
sehingga membentuk suatu konsep. Setelah itu, suatu
konsep tertentu baru dapat disimpulkan. Tahap
terakhir inilah yang dimaksud dengan concept
attainment.
2. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu kekuatan atau sumber daya
yang tumbuh dari dalam diri sesorang (individu).
Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi
itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atas dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat
seseorang seperti kelelahan dan pengaruh obat
(Purwanto, 2003). Jadi perubahan perilaku adalah
hasil belajar (Munir, 2008); perilaku itu meliputi aspek
pengetahuan
(kognitif),
sikap
(afektif),
dan
keterampilan (psikomotorik). Hasil belajar pada aspek
pengetahuan adalah dari tidak tahu menjadi tahu,
pada aspek keterampilan dari tidak mampu menjadi
mampu.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi
perubahan dalam persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat
diamati. Proses belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi yang meliputi tiga tahap, yaitu:
perhatian (attention), penulisan dalam bentuk simbol
(encoding), dan mendapatkan kembali informasi
(retrieval). Mengajar merupakan upaya dalam rangka
mendorong (menuntun dan menemukan hubungan)
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
yang telah ada.
3. Pembelajaran Mengelola Sistem Kearsipan
Sesuai dengan yang disampaikan Suparno (2005)
bahwa selama proses pembelajaran terjadi interaksi
yang khas antara siswa dan guru, siswa berupaya
menyerap informasi dan guru bertugas mendampingi
siswa dalam belajar. Dalam filsafat pendidikan
modern, siswa dipandang bukan sebagai objek dalam
pembelajaran tetapi juga sebagai subjek. Siswa tidak
dipandang sebagai orang yang tidak tahu, tapi
dipandang sebagai orang yang tahu meskipun belum
sempurna.
Mengelola sistem kearsipan merupakan cabang dari
ilmu administrasi perkantoran yang mempelajari
tentang ruang lingkup, tujuan dan sistem kearsipan.
Dalam standar isi mata pelajaran mengelola sistem
kearsipan dijelaskan bahwa pembelajaran dengan
mempelajari sistem kearsipan dapat mengembangkan
kemampuan berpikir analitis deduktif dengan
menggunakan berbagai pengalaman dan penyelesaian
masalah baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif dengan menggunakan perhitungan serta
dapat mengembangkan pengetahuan, ketereampilan,
dan sikap percaya diri.
Sejarah merupakan cabang dari ilmu sosial yang
mempelajari tentang manusia pada masa lampau
yang mencakup konsep ruang dan waktu serta
perubahan. Dalam standar isi mata pelajaran sejarah
dijelaskan bahwa pembelajaran.
Kearsipan merupakan pengaturan dan penyampaian
warkat/record atas dasar sistem tertentu yang
sistematis sehingga apabila diperlukan dapat dengan
mudah ditemukan. Di samping itu siswa dapat
menikmatinya sebab mereka adalah subjek belajar
yang aktif. Keaktifan siswa dalam pembelajaran
menimbulkan suasana yang menyenangkan. Melihat
pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran
fisika
merupakan
rangkaian
pengembangan, pengetahuan dan keterampilan yang
menekankan proses berpikir dengan menggunakan
ilmu administrasi.
Penelitian yang relevan diperlukan untuk mengetahui state of the art atau
perkembangan terbaru tentang masalah yang diteliti. Penelitian seperti itu
dapat diperoleh dari jurnal ilmiah. Berbeda dengan buku, jurnal ilmiah
menyajikan informasi yang relatif lebih baru. Berikut ini adalah contohnya.
B. Penelitian yang Relevan
Concept attainment didesain untuk memberi latihan pada
siswa menganalisis data dan mengembangkan
keterampilan berfikir kritis tanpa menggunakan alat-alat
lab. yang merepotkan. Struktur pelajaran induktif
membimbing siswa untuk memahami materi pelajaran
tahap demi tahap menuju pemahaman yang mendalam
atas ide-ide baru dan memberi kerangka berfikir
sistematis seiring dengan proses menggabunggabungkan atribut-atribut esensial dari konsep yan
dituju. (Reid, 2010).
Rerata hasil belajar kelas yang diajar menggunakan
model concept attainment berbantuan CD Interaktif yaitu
X1= 75,83 jauh lebih besar dari kelas yang diajar
menggunakan model konvensional yaitu X2 = 67,93.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diperoleh bahwa
kelas yang diajar menggunakan model concept
attainment berbantuan CD Interaktif lebih baik dari pada
kelas yang diajar menggunakan model konvensional
(Winasmadi, 2011).
Setelah mendeskripsikan berbagai teori tentang concept attainment
berdasarkan buku teks dan temuan-temuan terbaru dari artikel jurnal, Anda
perlu mengemukakan kerangka berfikir. Isinya adalah uraian singkat, sekitar
2—3 paragraf, untuk meyakinkan pembaca bahwa metode concept attainment
memang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kerangka berfikir
merupakan hasil pemikiran Anda sendiri, yang merupakan sintesis dari
berbagai teori yang Anda rujuk sebelumnya. Kerangka berfikir yang baik
dapat membuat pembaca mengemukakan sendiri kesimpulannya sebelum
Anda menuliskan di bagian akhir. Berikut ini adalah contohnya:
C. Kerangka Berfikir
Siswa akan memperoleh pemahaman yang mantap jika
dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, menemukan
sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Contoh-contoh
yang cukup banyak akan menghindarkan siswa dari
under-generalization atau penyimpulan terlalu sempit.
Sementara penyajian noncontoh akan menghindarkan
siswa dari overgeneralization atau penyimpulan terlalu
luas. Baik under-generalizatin maupun over-generalization
dua-duanya akan membuat pemahaman konsep siswa
menjadi lemah.
Metode concept attainment memberi contoh yang cukup
banyak kepada siswa, disertai dengan noncontohnya.
Siswa diberi kesempatan yang luas untuk berfikir secara
aktif dalam mengelompokkan contoh-contoh itu ke
dalam konsep-konsep yang dipelajari. Karena masingmasing siswa mempunyai pendapat sendiri yang
dipercayai kebenarannya, proses pengelompokkan itu
akan menimbulkan
perbedaan pendapat yang
mendorong terjadinya diskusi yang seru dan
menyenangkan.
Dapat disimpulkan bahwa metode concept attainment
akan meningkatkan pemahaman siswa.
Hipotesis tindakan merupakan bagian akhir dari kajian teori di Bab 2. Isinya
sama dengan kalimat terakhir kerangka berfikir, yang merupakan
kesimpulan. Dalam proposal sederhana yang sudah Anda buat di pasal
sebelumnya, sudah terdapat hipotesis tendakan. Anda tinggal
memindahkannya ke sini. Seperti telah dijelaskan, hipotesis tindakan
sebaiknya disertai dengan tindakan operasional, yang merupakan
operasionalisasi dari hipotesis itu. Analoginya dengan kedokteran, hipotesis
tindakan adalah resepnya; tindakan operasional adalah dosis atau aturan
minumnya. Inilah contohnya.
D. Hipotesis Tindakan
Metode concept attainment akan meningkatkan hasil
belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X
Jakarta.
Tindakan Operasional:
1. Tiap peristiwa yang esensial disajikan menggunakan
metode concept attainment. Sejumlah contoh yang
berupa nama-nama alat-alat kearsipan diletakkan
dalam kolom-kolom yang diberi kata “Ya” dan
“Tidak”. Siswa kemudian diminta menambahkan tiga
nama alat kearsipan lain di masing-masing kolom. Di
antara contoh-contoh itu disertai noncontoh.
2. Contoh soal yang diberikan guru harus cukup banyak
dan bervariasi.
3. Dihindari pemberian contoh soal yang terbatas tetapi
pemberian PR yang terlalu banyak.
Metodologi Penelitian (Bab 3)
Metodologi penelitian diawali dengan mendeskripsikan setting; sebagaimana
sudah disinggung sebelumnya. Gunanya adalah untuk memberikan
gambaran kepada pembaca tentang konteks penelitian Anda. Setelah itu
uraian Bab 3 ini disusul berturut-turut dengan: metode penelitian, siklus
penelitian, kriteria keberhasilan, instrumen penelitian, analisis data,
kolaborasi, dan jadual penelitian. Berikut ini adalah contohnya.
Bab 3 Metodologi Penelitian
A. Setting
Penelitian ini akan dilakukan dalam mata pelajaran
mengelola system kearsipan pada semester ke ... tahun ...
di SMK X Jakarta. Subyek penelitian adalah siswa kelas
XI yang berjumlah 32 orang siswa. Sekolah ini
merupakan Sekolah Standar Nasional yang berukuran
besar, mempunyai 27 kelas. Gurunya 80% berkualifikasi
S1 dengan program studi yang relevan dengan mata
pelajaran yang diampu. Yang sudah memperoleh
Sertifikat Pendidik Profesional sekitar 50%.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan
kelas (PTK) model Kemmis dan McTaggart yang
prosesnya disajikan seperti pada Gambar berikut.
Gambar PTK Model Kemmis & McTaggart
Penelitian direncanakan akan berlangsung selama tiga
siklus, yang masing-masing terdiri dari: perencanaan
(plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan
refleksi (reflect). Tiap siklus minimal akan terdiri dari
tiga pertemuan tatap muka sehingga keseluruhan
penelitian akan terdiri dari sekitar sembilan pertemuan
tatap muka.
C. Siklus Penelitian
Plan yang tidak lain adalah hipotesis tindakan akan
dilaksanakan secara berulang-ulang dalam siklus I,
sebanyak beberapa kali pertemuan tatap muka.
Pelaksanaan tindakan akan diamati dan dicatat dengan
seksama.
Pada akhir siklus pengamatan terhadap variabel terikat
dilakukan dengan tes. Data hasil tes dianalisis atau
direfleksi untuk
mengetahui
keberhasilan dan
kegagalannya. Refleksi diakhiri dengan merencanakan
tindakan alternatif atau revised plan, yang akan
diterapkan pada siklus II.
Plan untuk siklus II sepenuhnya tergantung pada hasil
refleksi siklus I; demikian juga plan untuk siklus III
sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus II.
D. Kriteria Keberhasilan
Siklus “plan-act-observe-reflect” akan berlangsung terus
sampai criteria keberhasilannya tercapai, yaitu skor ratarata kelas mencapai 75, yang disebut kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Walaupun penelitian telah berlangsung
sebanyak tiga siklus, akan terus dilanjutkan selama KKM
belum tercapai.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur peningkatan hasil belajar
siswa (variable yang ditingkatkan) akan dilakukan
dengan tes hasil belajar. Kisi-kisinya adalah sebagai
berikut:
Tabel. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
Kreasi
Evaluasi
Analisis
Aplikasi
Pemahaman
Kompetensi dan
Indikator
Ingatan
Proses Kognitif
KD 1
Indikator 1.1
Indikator 1.2
KD 2
Indikator 2.1
Indikator 2.2
Di samping itu peningkatan hasil belajar akan diukur
juga dengan menggunakan lembar observasi dan
pedoman wawancara atau tes lisan. Kedua instrumen itu
akan dibuat berdasarkan kisi-kisi pada Tabel di atas.
Tujuannya adalah untuk melakukan triangulasi, yaitu
melihat satu variabel dari berbagai instrumen yang
berbeda. Pengukuran akan dilakukan secara sampling,
yaitu terhadap beberapa orang siswa yang dipilih secara
acak. Teknik ini dipilih karena jika dilakukan terhadap
seluruh siswa akan memakan waktu yang lama; peneliti
praktis akan sangat sibuk dan kehilangan waktu untuk
membimbing siswa secara intensif.
Pelaksanaan metode concept attainment, sebagai variabel
bebas atau tindakan yang diberikan, tidak akan diukur
secara kuantitatif, tetapi cukup secara kualitatif
menggunakan catatan lapangan. Sifatnya lebih global
dan fleksibel dengan memperhatikan hal-hal yang
penting, yaitu:
1. Kemampuan siswa menambahkan nama alat
kearsipan baru pada kolom “ya” dan “Tidak”
2. Kemampuan siswa menemukan konsep yang ada
pada kolom “Ya” dan “Tidak”
3. Kemampuan siswa berargumentasi dalam diskusi
kelompok atau diskusi kelas.
Data tidak akan ditabulasi seperti halnya skor hasil
belajar, tetapi cukup dituliskan secara naratif berupa
catatan lapangan, seperti telah
disinggung di atas, sebanyak ½--1 halaman tiap akhir
pertemuan tatap muka.
F. Analisis Data
Data hasil belajar siswa akan dianalisis dengan statistik
deskriptif, seperti rata-rata dan persentase. Peningkatan
hasil belajar akan dilihat dari kecenderungan kenaikan
skor rata-rata dari siklus ke siklus. Data dari lembar
observasi dan pedoman wawancara akan dianalisis
secara
kualitatif,
kemudian
dilihat
juga
kecenderungannya dari siklus ke siklus.
G. Kolaborasi
Kolaborator penelitian adalah teman sejawat, semata pelajaran,
di SMK X Jakarta. Proses kolaborasi dilakukan pada saat
penulisan proposal penelitian dan pengembangan perangkat-
perangkat pembelajaran. Pada saat-saat tertentu, kolaborator
ikut masuk kelas untuk membantu mengamati pelaksanaan
metode concept attainment, sebagai variable bebas atau
tindakan dalam PTK, dan pada akhir pembelajaran diadakan
diskusi singkat. Pada akhir minggu pertemuan kolaborasi
kembali dilakukan untuk menganalisis keberhasilan dan
kegagalan penelitian dalam satu minggu, dan merencanakan
tindakan untuk minggu berikutnya.
H. Jadual Penelitian
Tabel Jadual Penelitian
Minggu Ke
No
Kegiatan
1
1
Persiapan
a. Menyusun RPP
b. Membuat Perangkat
Pembelajaran
c. Membuat Media
d. Menyusun Jadual
e. Menyusun
Instrumen
2
Pelaksanaan
a) Menyiapkan Siklus 1
b) Membuat Laporan
Siklus 1
c) Melaksanakan Siklus
2
d) Membuat Laporan
Siklus 2
e) Melaksanakan Siklus
3
f) Membuat Laporan
Siklus 3
3
Pelaporan
a. Membuat Laporan
Gabungan Siklus 1, 2,
dan 3
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
b.Membuat Makalah
Seminar
c. Seminar hasil
penelitian
d.Merevisi Laporan
Berdasarkan Hasil
Seminar
e. Menulis Artikel
Jurnal
f. Mengirimkan Artikel
Jurnal Ke Pengelola
Jurnal
Berbeda dengan penelitian formal, pada penelitian tindakan kelas laporannya
sebaiknya dibuat secara bertahap, per siklus. Maksudnya agar hal-hal yang
bersifat kualitatif tidak terlupakan; dengan demikian laporan akan bersifat
lebih holistik, melihat berbagai aspek pembelajaran. pembuatan laporan
secara bertahap juga akan membuat pekerjaan terasa lebih ringan. Laporan
akhirnya lebih berupa kompilasi dari laporan per siklus.
Bagian terakhir dari Bab 3 adalah Daftar Pustaka. Semua referensi yang ada
dalam proposal harus didukung dengan daftar pustaka. Daftar pustaka
hendaknya bersifat asli dan baru. Asli artinya diambil dari penulisnya secara
langsung; baru artinya tahun penerbitan sedapat mungkin 10 tahun terakhir.
Satu atau dua yang usianya lebih dari 10 tahun masih dapat diterima. Anda
bebas memilih cara penulisan daftar pustaka asalkan konsisten. Berikut ini
adalah contoh dari daftar pustaka:
Daftar Pustaka
Druxes, Herbert, dkk. (1996). Kompendium Dikdaktik Fisika. Alih
Bahasa: Soeparno. Bandung: CV Remadja Karya
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta
Purwanto, Ngalim. (2008). Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya)
Reid, Barbara. (2010). The Concept Attainment Strategy. The Science
Teacher, Vol. 078 Issue 1
Suparno, Paul. (2008). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo
Uno, Hamzah B. (2008). Model Pembelajaran. diakses dari
http://asepawaludinfajari.wordpress.com/2011/11/22/conceptattainment-model- model-pembelajaran-perolehan-konsep/ tanggal
22 Maret 2012
Winasmadi, Praja Achsani. (2011). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika dengan Concept Attainment Berbantuan CD
Interaktif pada Materi Segitiga Kelas VII. Jurnal PP, No. 1 Vol. 2
Desember 2011.
d. Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Untuk menyusun laporan akhir penelitian harus mengikuti acuan penulisan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/golongan guru
melalui pengembangan profesi.
1) Kelengkapan laporan dan sistematika sebagai berikut:
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (KALAU ADA)
DAFTAR GAMBAR (KALAU ADA)
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
C. Kerangka Pikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Settin Penelitian
B. Metodologi Penelitian
C. Siklus Penelitian
D. Kriteria Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Analisis Data
G. Kolaborasi
H. Jadual Penelitian
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Contoh perangkat pembelajaran
Instrumen
Personalia
Data
Bukti lain pelaksanaan (foto, CD, hasil pekerjaan siswa, berita acara
seminar hasil penelitian)
1) Deskripsi dari tiap-tiap komponen di atas adalah sebagai berikut:
SAMPUL LAPORAN
Format sampul laporan sesuaikan dengan format yang berlaku di
Kementrian Pendidikan Nasional
HALAMAN PENGESAHAN
Format halaman pengesahan sesuaikan dengan format yang berlaku di
Kementrian Pendidikan Nasional
ABSTRAK
Abstrak berisi ringkasan permasalahan dan cara pemecahan masalahnya,
tujuan, prosedur, dan hasil penelitian. Abstrak diketik satu spasi dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (lebih baik bila ada). Jumlah kata
dalam abstrak tidak melebihi 200 kata (ada juga yang menetapkan 250
kata) dan dilengkapi dengan kata kunci 3 – 5 kata
KATA PENGANTAR
Kata pengantar berisi hal-hal yang akan disampaikan oleh peneliti
sehubungan dengan pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Di bagian ini
dapat pula disampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
berjasa dalam pelaksanaan penelitian.
DAFTAR ISI
Daftar isi memuat bagian awal laporan, bab dan sub-bab, bagian akhir,
disertai pencantuman nomor halamannya.
DAFTAR TABEL
Daftar tabel memuat nomor dan judul semua tabel yang ada dalam
laporan disertai pencantuman nomor halamannya. Judul tabel berada di
bagian atas tabel.
DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar memuat nomor dan judul semua gambar yang ada dalam
laporan disertai pencantuman nomor halamannya. Judul gambar berada
di bagian bawah gambar. Gambar yang dimaksud adalah gambar yang
diambil selama proses penelitian berlangsung dan berguna antara lain
untuk menggambarkan situasi kelas/laboratorium,respon/mimik siswa
selama dilaksanakan tindakan, hasil karya siswa, grafik/diagram batang
yang menggambarkan data hasil penelitian.
BAB 1 – 3
Isi sama dengan proposal
pembahasan sebelumnya.
Penelitian
Tindakan
Kelas
pada
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Pada awalnya dideskripsikan setting penelitian secara lengkap
kemudian uraian masing-masing siklus dengan desertai data lengkap
beserta aspek-aspek yang direkam/diamati tiap siklus. Rekaman itu
menunjukkan terjadinya perubahan akibat tindakan yang diberikan.
Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa
dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan
tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi ke dalam
bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/ perbaikan
yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat,
motivasi belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan
pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus kedalam suatu
ringkasan tabel/grafik. Dari tabel/grafik rangkuman itu akan dapat
memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai pembahasan
secara rinci dan jelas.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Sajikan simpulan dari hasil penelitian sesuai dengan analisis dan
tujuan penelitian yang disampaikan sebelumnya. Berikan saran
sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik
yang menyangkut segi positif maupun segi negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka yang dicantumkan dalam laporan hanya yang benar-benar
dirujuk dalam naskah. Daftar pustaka ditulis secara konsisten dan
alphabetis. Daftar pustaka dapat bersumber dari buku, jurnal, majalah,
dan internet.
LAMPIRAN
Lampiran memuat contoh perangkat pembelajaran: RPP, kurikulum,
silabus, instrumen yang digunakan, personalia, data, foto pelaksanaan
penelitian dan bukti lain pelaksanaan termasuk berita acara seminar hasil
penelitian.
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN MENGETIK 10 JARI MELALUI
METODELATIHAN SECARA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENGETIK
MANUALSISWA TINGKAT I ADMINISTRASI PERKANTORANSMK BHAKTI
KARYA 1 MAGELANGTAHUN PELAJARAN 2008/2009
Suatu Penelitian Tindakan Kelas
Peneliti :WIWIEK MAFTUHAH JAZIROH, S.Pd.
SMK BHAKTI KARYA 1 MAGELANG
TAHUN 2 0 0 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa tujuanPendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah Menengah
Kejuruan bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjutsesuai dengan kejuruannya,agar dapat bekerja secara efektif dan efisien
serta mengembangkankeahlian dan ketrampilan maka harus: memiliki stamina
yang tinggi, menguasai bidang keahliandan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
tehnolgi, memiliki etos kerja yang tinggi,dan mampu berkomunikasi sesuai
tuntutan pekerjaan serta memiliki kemampuan mengembangkan diri. Sebagai
salah satu upaya untuk mewujudkan tercapainya tujuan tersebut, dikembangkan
suatu sistem pendidikan berbasis kompetensi, yaitu sistem pendidikan
yang memadukan semua aspek yang saling berkaitan untuk mencapai standar
kompetensi skill, knowledge dan ability. Ketrampilan mengetik 10 jari
merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa program
keahlian Administrasi Perkantoran. Ketrampilan mengetik 10 jari ini
mampu menjadi ketrampilan plus bagi siswa dalam memenuhi tuntutan dunia
kerja saat ini. Di mana ketrampilan mengetik ini hampir diaplikasikan dalam
semua aspek kegiatan di kantor. G.R. Terry dalam penelitiannya terhadap
perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa waktu kerja
dalam perusahaan tersebut dipergunakan untuk 7 macam kegiatan yang pokok
dengan perbandingan jatahnya dalam prosentase sebagai berikut:
1) Typing (Mengetik) 24,6 %2)
2) Calculating (Menghitung) 19,5 %3)
3) Checking (Memeriksa) 12,3 %4)
4) Filing (Menyimpan warkat) 10,2 %5)
5) Telephoning (Menelepon) 8,8 %6)
6) Duplicating (Menggandakan) 6,4 %7)
7) Mailing ( Mengirim surat) 5,5 %8)
8) Other (Lain-lain) 12,7 % +100 %
Dari hasil penelitian tersebut, jelaslah bahwa mengetik memegang prosentase
yang paling besar yaitu 24,6 %. Hal ini berarti bahwa dalam setiap kegiatan yang
dilakukan dikantor, selalu berhubungan dengan kegiatan mengetik. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka perlu adanya salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengetik sepuluh jari dalam pembelajaran di sekolah.
Masalah yang sering dihadapi guru selama ini yaitu, kurang disiplinnya siswa
dalam latihan menggunakan 10 jari. Sehingga hanya sebagian siswa saja yang
mampu untuk menerapkannya. Padahal ketrampilan mengetik 10 jari ini sebagai
ketrampilan dasar bagi siswa program keahlian Administrasi Perkantoran dalam
mengikuti kompetensi-kompetensi selanjutnya. Dimana 75%kompetensi yang
ada mensyaratkan untuk menyelesaikan semua tugas yang ada dengan
mengetik. Apabila siswa telah terampil mengetik 10 jari, secara otomotis siswa
mudah dalam menyelesaiakan tugas-tugas di setiap kompetensi tersebut.
Ketrampilan belajar mengajar perlu memberikan pengalaman belajar yang
beragam agar kegiatan belajar tetap menyenangkan dan menantang. Ketrampilan
mengetik 10 jari dapat diselenggarakan melalui latihan-latihan secara intensif
pada setiap pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran mengetik 10 jari,
siswa harus selalu diberi latihan-latihan secara intensif, sehingga siswa betulbetul mampu mempraktekkannya dengan baik. Latihan-latihan harus dikelola
guru sedemikian rupa sehingga siswa tidak mengalami kebosanan. Dan salah
satu cara agar siswa tidak bosan perlu di buat kelompok-kelompok dalam
latihan. Kelompok yang terbentuk diharapkan mampu untuk mengontrol
masing-masing siswa sehingga disiplin saat latihan dapat terjaga dengan baik.
Karena siswa harus bertanggung jawab pada kelompoknya. Disini guru hanya
mengawasi dan memberikan bimbingan saat siswa mengalami kesulitan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu upaya meningkatkan ketrampilan
mengetik 10 jarimelalui metode latihan secara kelompok dalam pembelajaran
mengetik manual pada siswa tingkat 1 Administrasi Perkantoran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
Apakah dengan metode latihan secara kelompok dapat meningkatkan
keterampilan mengetik 10 jari siswa dalam pembelajaran mengetik manual?
C. Tujuan Penelitian
Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan
ketrampilan mengetik 10 jari dengan metode latihan secara kelompok.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Meningkatkan keterampilan mengetik 10 jari dalam pembelajaran Mengetik
Manual.
2. Bagi Guru
Dapat dipakai sebagai pedoman bagi para guru khususnya yang mengajar
ketrampilan mengetik 10 jari baik dengan mesin ketik manual maupun
komputer dalam memilih strategi alternatif yang cocok sebagai metode
pembelajaran dalam merancang program pembelajaran
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai khasanah ilmu pengetahuan dan
dapat digunakan sebagai bahan penelitian tindakan yang lebih besar lagi
lingkupnya di masa mendatang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KETRAMPILAN MENGETIK 10 JARI
1. Pengertian Ketrampilan Mengetik
Ketrampilan atau keahlian (skill) adalah merupakan kecakapan yang
berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan dalam menghadapi
tugas-tugas yang bersifat teknis atau non-teknis. Rais dan Saembodo (1996:18)
mengatakan kecakapan, ketrampilan (skill) menunjukkansuatu kecakapan atau
ketrampilan dalam melaksanakan kegiatan jasmani dan rohani, kecakapanatau
ketrampilan ini diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Begitu juga
pernyataan dariTovey, M (dalam Irianto, 2001:76) mengartikan skill tidak hanya
berkaitan dengan keahlianseseorang untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat
tangible. Selain physical, makna skill jugamengacu pada persoalan mental,
manual, motorik, perceptual dan bahkan social abilitiesseseorang.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahawa ketrampilan (skill) adalah
kecakapan yangdimiliki seseorang baik teknis maupun non teknis melalui tugas,
latihan, dan pengalaman. Mengetik adalah suatu keterampilan yang sangat
didambakan oleh setiap orang dalam alammodern, terlebih dalam masa-masa
pembangunan. Keterampilan mengetik pada dasarnya dapat dipelajari oleh
setiap orang yang telah memiliki dasar pendidikan umum. Kenyataan
menunjukkan bahwa telah banyak orang yang dapat mengetik dalam praktek
sehari-hari, namun belum semua menguasai atau mempergunakan cara
mengetik modern (touch system), sehingga hasil pekerjaan yang diperoleh
kurang memuaskan (Djanewar, 1994:11)
2. Keuntungan Mengetik menggunakan Mesin Ketik Manual
Dunia usaha dan industri sangat mengharapkan tenaga kerja yang unggul
dan berkualitas,dimana setiap tenaga kerja dituntut bekerja secara ulet dan
gigih
dalam
berkompetisi,
beradaptasi pada
lingkungan
kerja,
mengembangkan
sikap
profesional
dalam
bidang
keahliannya.
Denganmenggunakan mesin ketik dalam penyelesaian pekerjaan kantor, akan
diperoleh keuntungan:
a. Semua pekerjaan kantor dapat diselesaikan dengan cepat, jelas, dan
rapi. Sebuah kantor yang belum mempunyai perangkat berteknologi,
misalnya komputer, maka untuk menghasilkan berbagai macam
dokumen diperlukan mesin ketik manual sebagai mesin
produksi.Berbagai macam kegiatan surat menyurat harus diproduksi
melalui mesin ketik manual. Hasildari produk mesin ketik manual
dibandingkan dengan tulisan tangan akan jauh lebih cepat, jelasdan
rapi.
b. Dengan menggunakan kertas karbon, dapat diketik beberapa lembar
pekerjaan yang isi dan bentuknya sama.Berkaitan dengan point 1, kalau
setiap dokumen diproduksi melalui tangan, maka kuantitashasilnya
terbatas. Setiap produksi hanya dihasilkan satu dokumen saja. Berbeda
denganmenggunakan mesin ketik manual, maka dengan menggunkan
kertas karbon, kuantitas produksi jauh lebih banyak, minimal akan
dihasilkan dokumen sejumlah 5 lembar.
c. Dengan menggunakan sheet stencil dapat digandakan dalam jumlah
yang besar.Dalam suatu kondisi, suatu kantor membutuhkan dokumen
dengan kuantitas yang banyak,misalnya 500 lembar, maka dengan
menggunakan kertas sheet stencil yang kita produksi melaluimesin
ketik manual, maka dokumen dapat digandakan sebanyak yang kita
inginkan, selamakertas sheet stensil belum rusak.
d. Ada beberapa pekerjaan yang lebih cepat atau hanya bisa dikerjakan
dengan mesin ketik manual.Sebuah kantor yang dokumendokumennya sudah tersedia, misalnya formulir, faktur dansebagainya,
dimana dalam dokumen tersebut terdapat tabel-tabel, garis-garis dan
isian-isian,maka akan sulit apabila dikerjakan dengan komputer, karena
untuk mengisi kolom-kolomtersebut harus mengukur dengan cermat.
Oleh karena itu bila dikerjakan oleh komputer akanmembutuhkan
waktu yang banyak. Dengan demikian agar pekerjaan lebih cepat, jelas
dan rapi, maka mesin ketik manual sebagai andalannya.
e. Sumber daya manusia merupakan sumber energi yang lebih
murahTeknologi komputer digerakkan oleh sumber tenaga listrik.
Tentunya sumber tenaga ini akanmemberikan tambahan pengeluaran
bagi suatu kantor. Berbeda dengan mesin ketik manual,sumber tenaga
yang menggerakkan adalah manusia, sehingga kantor atau instansi
tidak perlumengeluarkan biaya tambahan itu. Selain itu, apabila suatu
saat tenaga listrik padam, makakomputer tidak bisa dioperasikan
seperti halnya mesin ketik manual.
f. Sebagai dasar dalam mengetik menggunakan Komputer Seorang
pegawai kantor yang terampil dalam mengetik 10 jari dengan
menggunakan mesin ketik manual akan sangat bermanfaat ketika
mereka mengerjakan tugas-tugas dengan komputer.Ketrampilan yang
dimiliki akan sangat mendukung kinerja, kualitas dan kerja mereka.
3. Teknik atau metode mengetik.
Teknik atau metode mengetik ada tiga, yaitu:
a. Mengetik 10 Jari
Mengetik 10 jari merupakan teknik mengetik dengan memanfaatkan
semua jari tangan. Setiap jari mempunyai tugassendiri yang harus
dilatih satu demi satu dan berkelanjutan, sehingga jari tersebut
secaramaksimal dan optimal dapat bekerja dengan baik.
b. Mengetik Sistem ButaYaitu mengetik tanpa melihat papan huruf atau
hasil ketikan pada mesin ketik. Pandangan mataterarah pada naskah
yang terletak di sebelah kanan mesin ketik.
c. Mengetik BeriramaYaitu jarak setiap entakan berikut spasi harus sama,
sehingga semua entakan menimbulkan bunyiyang berirama. Untuk
dapat mengetik berirama harus sering menggunakan alat musik.Dari
ketiga teknik mengetik di atas yang baik dan sesuai dengan kecepatan
dalam menghasilkandokumen adalah dengan mengetik 10 jari
4. Sikap Duduk Pada Saat Mengetik
Berikut ini beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan
dengan baik pada saatmengetik, antara lain:
a. Duduklah tegak dengan punggung bersandar pada kursi, kepala lurus,
dan selalu memandangkepada bahan/naskah, dan sekali-kali pada hasil
pekerjaan.
b. Kaki tidak boleh menggantung, tetapi harus menapak di lantai
berdampingan tidak merapat.Sekali-kali jangan disandarkan sandaran
kaki di bawah meja. Kaki dapat disandarkan padasandaran kaki bila
posisi kaki dpat membentuk siku-siku.
c. Lengan dari bahu sampai siku-siku harus rapat dengan badan dan dari
siku mjendatar sampai pergelangan tangan. Sikap ini harus wajar dan
santai, atau duduknya dan menggantungnyatangan itu terasa enak.
d. Jari-jari harus melengkung dengan lemas dan terletak pada tuts basis.
e. Kedua ibu jari punggungnya saling berdampingan dan siap untuk
melakukan entakan pada bilah spasi.
f. Kepala dalam sikap bebas untuk melihat ke naskah yang akan diketik.
g. Mata selalu harus melihat pada naskah yang sedang diketik.
5. Penempatan Jari-jari Pada Papan Tuts
Tangan Kiri
Jari Kelingking : Baris Pertama : 1
Baris Kedua : Q
Baris Ketiga : A
Baris Keempat: Z dan Shift Key
Jari Manis : Baris Pertama : 2
Baris Kedua : w
Baris Ketiga : S
Baris Keempat: X
Jari Tengah : Baris Pertama : 3
Baris Kedua : E
Baris Ketiga : DBaris Keempat: C
Jari Telunjuk : Baris Pertama : 4 dan 5
Baris Kedua : R dan T
Baris Ketiga : F dan G
Baris Keempat: V dan B
Ibu Jari : Baris Kelima : Spasi
Tangan Kanan
Ibu Jari : Baris Kelima : Spasi
Jari Telunjuk : Baris Pertama : 6 dan 7
Baris Kedua : Y dan U
Baris Ketiga : H dan J
Baris Keempat: N dan M
Jari Tengah : Baris Pertama : 8
Baris Kedua : I
Baris Ketiga : K
Baris Keempat: ,
Jari Manis : Baris Pertama : 9
Baris Kedua : O
Baris Ketiga : L
Baris Keempat: .
Jari Kelingking : Baris Pertama : 0
Baris Kedua : P
Baris Ketiga : ;
Baris Keempat: / dan Shift Key
B. METODE DRILL (LATIHAN) SECARA KELOMPOK
1. Metode Drill (latihan)
Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan
terhadap apa yang telahdipelajari siswa sehingga memperoleh suatu
keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu
diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang
pertama dengan situasi belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih
keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya
sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih
disempurnakan. Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka
waktu yang pendek dan ada yang membutuhkan waktu cukup lama. Perlu
diperhatikan latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa
pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar. Drill wajar
digunakan untuk:
a. Kecakapan motoris, misalnya : menggunakan alat-alat (musik, olahraga,
menari, pertukangandan sebagainya).
b. Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan,
membagi dan sebagainya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode latihan (drill),
antara lain:
a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka
diharapkan dapatmengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa
mengetahui apa yang harusdikerjakan.
c. Lama latthan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d. Selingilah latihan agar tidak membosankan.
e. Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk
perbaikan secara klasikalsedangkan kesalahan perorangan dibetulkan
secara perorangan pula.
Kelebihan dan kelemahan Metode latihan (drill) antara lain:
Kelebihan :
a. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
b. Siswa siap menggunakan keterampilannya karena sudah dibiasakan.
c. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan
huruf, membuat danmenggunakan alat-alat.
d. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan,
pembagian,
tanda-tanda/simbol,
dan
sebagainya.
e. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan.
f. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan
huruf, membuat dan menggunakan alat-alat
Kelemahan :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari
pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yangmonoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti)
2. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok sangatlah tepat digunakan apabila guru bermaksud
memupuk kerja sama dan kegotongroyongan di antara siswa dalam mencapai
suatu tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai metode, kerja kelompok dapat
dibentuk dengan dasar, sebagai berikut:
a. Pengelompokan berdasarkan atas perbedaan individual dalam
kemampuan belajar, misalnyadalam satu kelompok terdiri dari anak
pandai, sedang dan kurang pandai.
b. Pengelompokan atas dasar perbedaan individual dalam minat belajar,
misalnya satu kelompok terdiri dari siswa-siswa yang senang olahraga,
kelompok lain terdiri dari yang senang kesenian.
c. Pengelompokan atas dasar fasilitas yang tersedia.
d. Pengelompokan atas dasar peningkatan partisipasi. Cara ini dimaksudkan
untuk merangsang setiap siswa agar ikut serta dalam memecahkan
masalah dalam hubungan kelompok dan kegotongroyongan.
e. Pengelompokan atas dasar pembagian pekerjaan.
Penyampaian bahan pelajaran dengan mempergunakan metode kerja
kelompok dapat dilakukansebagai berikut:
a. Langkah pendahuluan
Pada langkah pendahuluan ini perlu mempersiapkan hal-hal berikut:
1) Identifikasi pokok dan sub pokok bahasan serta menentukan bentuk
dan jenis kegiatan.
2) Membagi kelas dalam beberapa kelompok.
3) Memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang tujuan, hal-hal
yang harus dikerjakan dancara-cara mengerjakannya.
4) Mengadakan pembagian kerja bagi masing-masing kelompok.
b. Langkah Pelaksanaan
Masing-masing kelompok melaksanakan pekerjaan yang telah ditugaskan
kepada kelompok. Pada saat kelompok sedang bekerja guru berkeliling
memberikan bimbingan dan pengawasan.
c. Langkah Penutup
Masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya. Kelompok
lainnya menanggapi.(Drs. H. Mansyur, 1995:136-137)
Pembelajaran secara kelompok kecil mempunyai keuntungan dan kerugian,
antara lain:
Keuntungan :
1) Mempermudah komunikasi
2) Meningkatkan interaksi
3) Mendorong keterlibatan
4) Mendorong untuk membantu orang lain dan menerima tanggung jawab
5) Melatih kemampuan bernegosiasi
6) Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
7) Mengembangkan rasa perlu berbagi pendapat
8) Meningkatkan kerjasama
9) Memungkinkan variasi pembelajaran
10) Guru
berkesempatan
untuk mengamati,
mendiagnosis siswa.
mendengarkan
dan
Kerugian
1) Membuat siswa tidak bergairah
2) Membuang waktu jika kemampuan bekerja kelompok kurang
3) Membuang waktu jika mengenalkan konsep baru
4) Mengesampingkan kebutuhan anak pandai dan kurang dari kebutuhan
kelompok
5) Mengesampingkan penguasaan materi dari ketrampilan kerja kelompok
6) Anak pandai mendominasi anak kurang
Seperti yang sudah kita semua ketahui, saat banyak orang melakukan
kegiatan baik bersama,akan dihasilkan suatu pencapaian positif yang besar.
Satu orang tidak dapat berbuat banyak sebagai individu, tapi kelompok
dapat melakukan banyak hal. Kegiatan belajar mengajar perlu memberikan
pengalaman belajar yang beragam agar kegiatan belajar tetap menyenangkan
dan menantang.
Belajar kelompok mempunyai tujuan agar anak dapat bersosialisasi dan
bekerjasama, terutama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan
masalah bersama. Melatih anak belajar kelompok, berarti juga menyiapkan
anak untuk menjadi dewasa yang bisa bekerjasama dengan orang lain. Dalam
kenyataan sehari-hari, yang membuat manusia sukses adalah
kemampuannya menerapkan kecerdasan untuk bekerjasama dengan orang
lain dalam mencapai tujuan bersama.
Dari pembahasan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
pencapaian keterampilan mengetik 10 jari siswa perlu diberikan latihanlatihan yang efektif agar siswa mampu untuk menggunakan metode 10 jari
dalam mengetik. Latihan-latihan dibuat bervariasi agar tidak menimbulkan
kebosanan bagi setiap siswa. Karena latihan-latihan yang monoton akan
membuat siswa kurang tertantang dan pada akhirnya siswa akan mengalami
minimnya kreativitas dalam menyelesaikan setiap tugas dari guru.
Oleh karena itu pada pembelajaran mengetik manual khususnya, latihanlatihan mengetik 10 jari perlu dibuat kelompok kerja. Dimana siswa
dikelompokkan menurut tingkat kemampuan awal yang dimiliki oleh setiap
siswa sehingga setiap siswa akan timbul persaingan dalam latihan. Masingmasing kelompok kerjadiberi tugas untuk menyelesaikan soal latihan untuk
menyelesaikan tugas tersebut sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Sebelum siswa memulai latihan, guru terlebih dahulu
memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dilatihkan. Setelah siswa
jelas dengan materi yang disampaikan guru, guru kemudian memberikan
soal latihan untuk diselesaikan. Guru mengawasi siswa saat latihan, dan
memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Setelah
latihan selesai masing-masing kelompok mengevaluasi kerja setiap
anggotanya. Evaluasi ini meliputi, sejauh mana siswa mampu menyelesaikan
tugas latihannya dengan standar waktu yang ditentukan, seberapa banyak
kesalahan ketik yang dilakukan setiap siswa dalam kelompok tersebut. Hasil
latihan ini digunakan sebagai tolok ukur pada saat latihan berikutnya.
Sehingga latihan berikutnya targetnya harus lebih baik dari
sebelumnya, yaitu hasil ketikan rapi, benar (tingkat kesalahan ketik kecil)dan
cepat. Dengan latihan secara kelompok seperti ini, siswa mampu mengontrol
sendiri sampai sejauh mana tingkat kemampuan mengetik 10 jarinya
dibandingkan dengan kemampuan yang diperoleh teman dalam satu timnya.
Jika terdapat siswa yang masih belum mampu menyesuaikan dengan
kelompoknya, siswa tersebut kemudian dipindah ke kelompok lain. Sehingga
dengan demikian siswa benar-benar tertantang untuk bisa menyesuaikan diri
dengan kelompoknya yang baru.
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Apabila kepada siswa diberikan pembelajaran dengan metode latihan secara
kelompok sesering mungkin saat mengetik, maka siswa akan mampu mengetik
10 jari dengan terampil.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Penelitian
Tindakan Kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Toggart, dimana
pelaksanaan penelitian tindakan mencakup empat langkah yaitu:
a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan
b. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/pemantauan/monitoring
c. Refleksi hasil pengamatan
d. Perubahan/revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya
2. Latar Belakang Subyek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SMK Bhakti Karya 1 Magelang, Jawa
Tengah yang mempunyai jumlah siswa siswa dengan jumlah kelas I ada 5
kelas, kelas II ada 5 kelas, dan kelasIII ada 5 kelas. Sedangkan jumlah guru
seluruhnya sebanyak 33 guru.
3. Subyek Penelitian
Penelitian tindakan dilakukan pada siswa kelas 1, Program Keahlian
Administrasi Perkantoran dengan jumlah siswa 32 siswa. Selain itu dilakukan
juga pada guru Mengetik di kelas tersebut. Obyek Penelitian adalah
Keterampilan dan Pembelajaran.
4. Faktor yang Diteliti
Ada beberapa faktor yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini.
Faktor-faktor tersebutadalah:
a. Faktor siswa
Mengamati ketrampilan siswa dalam latihan mengetik 10 jari.
b. Faktor Guru
Mengamati cara guru dalam merencanakan pembelajaran serta bagaimana
pelaksanaannya di dalam kelas. Apakah sudah mencakup cara belajar
dengan metode latihan secara kelompok yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
5. Cara Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Sumber data untuk Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu Siswa di Kelas 1
Administrasi Perkantoran, SMK Bhakti Karya 1 Magelang, dan Guru Mata
Pelajaran Mengetik di Kelas tersebut.
b. Jenis Data
Hasil belajar dan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran.
c. Cara Pengumpulan Data
1) Data hasil belajar diambil dengan cara memberikan soal latihan
praktek harian (Job sheet). Hasil dari latihan tersebut kemudian
dianalisa.
2) Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya
penelitian tindakan diambildengan menggunakan lembar observasi.
B. PROSEDUR PENELITIAN
1. Langkah pendahuluan
Pada langkah pendahuluan ini perlu mempersiapkan hal-hal berikut:
a) Identifikasi pokok dan sub pokok bahasan serta menentukan bentuk dan
jenis kegiatan.
b) Membagi kelas dalam beberapa kelompok.
c) Memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang tujuan, hal-hal yang
harus dikerjakan dancara-cara mengerjakannya.
d) Mengadakan pembagian kerja bagi masing-masing kelompok.
2. Langkah Pelaksanaan
Masing-masing kelompok melaksanakan pekerjaan yang telah ditugaskan
kepada kelompok. Pada saat kelompok sedang bekerja guru berkeliling
memberikan bimbingan dan pengawasan.
3. Langkah Penutup
Masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya dan mengevaluasi
hasil kerja kelompoknya tersebut. Dari hasil latihan siswa tersebut, kemudian
guru menganalisa tingkat kecepatan dan ketelitian dalam mengetik setiap
siswa sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan guru.
Sebagai contoh:
Latihan Mengetik Kecepatan hingga 80 hentakan per menit dengan tingkat
ketelitian 95%. Guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan
yang telah diperoleh dalam latihan tersebut. Untuk siswa-siswa yang belum
memenuhi strandar kecepatan dan ketelitian, diberi latihan yang sama, dan
dijadikan satu dalam satu kelompok. Siswa yang telah memenuhi standar
kecepatan dan ketelitian diberi latihan yang berbeda sehingga ketrampilan
mengetik 10 jarinya terus meningkat.
Sumber : Wiwiek Maftuhah Jaziroh. (2011). Proposal Penelitian Tindakan Kelas. From
http://id.scribd.com/doc/46149489/Proposal-Penelitian-Tindakan-Kelas.
2011.
Date
1
February
BAB V
MATERI PEMBELAJARAN 3
ADMINISTRASI PERKANTORAN
A. Proses Ketrampilan Dasar Komunikasi Di Tempat Kerja
1. Uraian Materi
a. Mengapa Kita berkomunikasi?
Mengapa kita berkomunikasi? Apakah fungsi komunikasi bagi manusia? Pertanyaan
itu begitu luas, bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, sehingga tidak mudah kita
jawab. Akan lebih baik jika pertanyaan tersebut kita ubah menjadi “Apa yang
mendorong kita berkomunikasi?” “Manfaat-manfaat apa yang kita peroleh dari
komunikasi?”
Everett M.Rogers menyatakan komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang
atau lebih membentuk atau melaksanakan pertukaran informasi terhadap satu sama
lain, yang pada gilirannya akan tiba kepada saling pengertian. Dalam makna yang
sederhana, komunikasi adalah proses bertukar pengertian.
Gordon I Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi
menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugastugas yang penting bagi kebutuhan kita. Kedua, kita berkomunikasi untuk
menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang
di perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan
pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain.
Thomas M Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk
menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan
orang sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau
berperilaku seperti yang kita inginkan. Namun tujuan utama kita berkomunikasi
adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita.
Melihat pada fungsi komunikasi diatas menunjukkan betapa pentingnya komunikasi
untuk membina hubungan yang baik. Para psikolog berpendapat bahwa kebutuhan
utama kita sebagai manusia adalah menjalin hubungan sosial untuk memperoleh rasa
aman melalui rasa memiliki dan dimiliki, memberi dan menerima persahabatan.
b. Elemen-elemen Dalam Model Komunikasi
Komunikasi merupakan faktor utama dalam perekonomian berbasis pengetahuan
yang kini sedang berkembang dan merupakan pertimbangan pokok bagi siapa pun.
Apa itu komunikasi? Dalam konteks kita, komunikasi adalah pengiriman informasi
dan makna dari satu individu atau kelompok ke individu atau kelompok lainnya.
Elemen penting dalam komunikasi adalah makna. Proses komunikasi dikatakan
berhasil jika penerima memahami suatu ide sebagaimana maksud pengirim.
nois
nois
nois
encodin
nois
Medium
nois
decoding
nois
feedback
Gambar Simple Communication Models
Sumber : DjokoPurwanto. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Memprediksi pengaruh dari sebuah pesan dan menyesuaikan pesan untuk seorang
penerima merupakan faktor kunci bagi keberhasilan komunikasi.
1) Pengirim Mempunyai Ide. Proses komunikasi dimulai ketika pengirim
mempunyai sebuah ide atau pesan. Bentuk dari ide atau pesan akan
dipengarui oleh beberapa faktor kompleks pada diri si pengirim: suasana
hati, bingkai referensi latar belakang budaya dan keadaan fisik.
2) Pengirim Mengodekan Ide Dalam Pesan (encoding). Tahap berikutnya dalam
proses komunikasi adalah mengodekan (encode). Pada tahap ini, mengubah
ide ke dalam kalimat atau isyarat yang akan menyampaikan makna. Masalah
utama dalam mengkomunikasikan pesan secara lisan adalah kata-kata
(pesan) mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda.
Gambar Mengkomunikasikan Pesan Secara Lisan
Sumber : DjokoPurwanto. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
3) Pesan Berpindah Melalui Saluran (Channel). Media yang digunakan untuk
mengirim pesan disebut ”saluran atau channel”. Pesan dapat disampaikan
melalui komputer, telepon, ponsel, surat, memo, situs web dan lain-lain.
Saluran dapat mengirimkan pesan secara verbal dan non verbal, maka
pengirim harus memilih saluran dan membentuk pesan dengan teliti. Semua
yang menganggu pengiriman pesan dalam proses komunikasi disebut
”hambatan” atau ”gangguan” (noise). Gangguan bisa datang dari luar dan
dalam diri pelaku komunikasi, sehingga menyebabkan pesan tidak sampai
atau bahkan terjadi kesalahpahaman.
4) Penerima Menguraikan Pesan (decoding). Individu kepada siapa pesan
diperuntukkan disebut penerima (receiver). Menerjemahkan pesan dari
bentuk simbol menjadi bermakna melibatkan proses penguraian (decoding).
Komunikasi terjadi jika penerima pesan memahami pesan yang dikirim oleh
pengirim yaitu berhasil menguraikan pesan
5) Umpan Balik Diberikan ke Pengirim (feedback). Umpan balik penerima pesan
berupa respon verbal dan nonverbal merupakan bagian penting dalam
proses komunikasi. Umpan balik membantu pengirim mengetahui pesan
telah diterima dan dipahami oleh penerima.
c. Karakteristik Komunikasi yang Efektif
Untuk menjadikan pesan menjadi efektif, buatlah pesan tersebut praktis, faktual,
padat, jelas mengenai apa yang diharapkan dan persuasif:
1) Sediakan informasi yang praktis. Berilah para penerima tersbut informasi
yang bermanfaat, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk
membantu mereka dalam melaksanakan sebuah kegiatan atau memahami
kebijakan baru organisasi.
2) Berikan fakta bukan kesan. Gunakan kalimat konkret detail yang spesifik
dan informasi yang jelas, akurat dan etis.
3) Perjelas dan padatkan informasi. Berikan pokok-pokok informasi yang
penting daripada memberikan semua informasi pada penerima pesan.
4) Nyatakan tanggung jawab dengan tepat. Tulislah pesan-pesan yang
menghasilkan respon spesifik dari penerima tertentu.
5) Bujuk orang lain dan tawarkan rekomendasi. Tunjukkan pada para penerima
pesan secara tepat bagaimana mereka akan mendapat manfaat dengan
memberikan respon atau pesan Anda sesuai
d. Tipe Komunikasi
Tipe komunikasi dikategorikan menjadi 5 tipe berdasarkan sudut pandang dan
pengalaman dari masing-masing pakar yaitu :
1) Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication) adalah proses
komunikasi yang terjadi di dalam diri sendiri atau komunikasi dengan diri
sendiri.
2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah proses
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Komunikasi antara
dua orang dalam situasi tatap muka disebut komunikasi diadik. Fungsi
komunikasi antarpribadi untuk meningkatkan hubungan insani,
menghindari dan mengatasi pertentangan (konflik) pribadi dan pengalaman
dengan orang lain.
3) Komunikasi kelompok Kecil (small group communication) adalah komunikasi
yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara bertatap muka atau
menggunakan sebuah saluran (alat) untuk membantu interaksi satu dengan
yang lain.
4) Komunikasi massa (mass communication) adalah proses komunikasi dimana
pesan dikirim dari sumber lembaga kepada khalayak yang bersifat massal
melalui alat-alat mekanis seperti televisi, radio dan surat kabar. Komunikasi
massa berfungsi menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan dan
menciptakan kegembiraan.
5) Komunikasi publik (public communication) adalah proses komunikasi pidato,
kolektif, retorika. Komunikasi berfungsi menumbuhkan semangat
kebersamaan, mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan
menghibur.
e. Bentuk Dasar Komunikasi
Komunikasi bisa terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya percakapan melalui
telepon, mendengarkan radio dan sebagainya. Bentuk dasar komunikasi ada dua
yaitu :
1)
Komunikasi Verbal
a) Berbicara dan menulis
b) Mendengar dan membaca
2)
Komunikasi Nonverbal
a) Emblems adalah sebuah isyarat yang memberikan makna langsung
pada ymbol yang dibuat oleh gerakan tubuh (mengangkat jempol
berarti terbaik untuk orang Indonesia tetapi terjelek untuk orang
India).
b) Illustrators adalah gerakan tubuh ketika ingin memperjelas sesuatu
(besar-kecilnya obyek).
c) Kinesics adalah gerakan tubuh.
d) Affect display adalah isyarat yang terjadi dikarenakan adanya dorongan
emosional (ekspresi muka seperti menangis dan tertawa).
e) Regulators adalah gerakan tubuh yang terjadi di daerah kepala
(menggeleng atau mengangguk).
f) Adaptory adalah gerakan tubuh sebagai tanda kekesalan (menggerutu
dan menarik napas).
g) Gerakan mata mencerminkan isi hati seseorang.
h) Sentuhan adalah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan.
i) Paranguage adalah isyarat yang diakibatkan oleh intonasi atau volume
seseorang saat berbicara.
j) Diam merupakan suatu komunikasi nonverbal yang memiliki arti yang
luas.
k) Postur tubuh menggambarkan karakter atau kepribadian seseorang
secara berbeda.
l) Warna dapat memberikan arti terhadap suatu objek.
m) Bunyi yang dikeluarkan oleh berbagai benda seperti lonceng dan tepuk
tangan.
n) Bau dapat digunakan untuk melambangkan status seperti bau
kosmetik.
Gambar Komunikasi Nonverbal
Sumber: Mulyana, D. (2004). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.
f. Menyimak (Listening)
Pada umumnya, ketika berkomunikasi (proses komunikasi) orang akan lebih
menekankan perhatian pada keterampilan berbicara. Namun, sebaiknya orang juga
memiliki keterampilan menyimak. Dalam proses komunikasi, menyimak
merupakan aspek yang sangat penting. Menyimak dapat diartikan sebagai aktivitas
yang bersifat fisik dimana seseorang menerima, memperhatikan serta memahami
suara. Menyimak secara efektif merupakan aktivitas aktif dari pikiran seseorang,
bukan hanya sekedar mendengarkan suara (aktivitas pasif). Jadi, perbedaan yang
mendasar antara menyimak dengan mendengarkan yaitu menyimak memerlukan
konsentrasi penuh agar dapat menginterpretasikan pesan yang didengar dengan
baik kemudian memberikan umpan balik. Sedangkan mendengar, hanya
mendengarkan secara sekilas dan tidak memberikan umpan balik.
g. Proses Menyimak
Terdapat 6 (enam) tahap dalam proses menyimak, yaitu:
1) Mendengarkan (hearing) merupakan aktivitas fisik dimana seseorang
menerima pesan (suara) melalui indra pendengaran.
2) Memperhatikan (attention) merupakan perasaan seseorang secara terus
menerus dipengaruhi oleh berbagai stimulus atau rangsangan yang berasal
dari luar. Suatu rangsangan yang kuat biasanya mendapat perhatian dengan
segera.
3) Memahami (understanding). Kedua tahap diatas belum memberikan makna
atau arti terhadap pesan. Pada tahap memahami pesan yang dikirim (dilihat
maupun didengar) orang mulai akan memberi makna.
4) Mengingat (remembering) merupakan tahap menerima pesan yang dikirimkan
dan diinterpretasikan kemudian disimpan dalam ingatan. Jika diperlukan
pesan akan dikeluarkan lagi dari ingatan.
5) Mengevaluasi (evaluating) merupakan tahap mempertimbangkan pesan yang
diterima antara fakta dan opini. Pada tahap ini penerima pesan (pendengar)
akan melakukan pertimbangan berkaitan dengan pesan yang diterima.
6) Menanggapi (responding). Tahap terakhir adalah merespon atau menanggapi
pesan dengan cara memberikan umpan balik dapat berupa komunikasi
verbal atau nonverbal.
h. Kemampuan Menyimak Di Tempat Kerja
1) Mengontrol gangguan eksternal dan internal. Secara eksternal, carilah
tempat dimana Anda bisa menyimak tanpa kebisingan yang dapat
menyebabkan percakapan terganggu. Secara internal cobalah untuk
fokus sepenuhnya pada pembicara.
2) Terlibat secara aktif. Tunjukkan bahwa Anda mendengarkan dengan
baik (agak mencondongkan badan dan menjaga kontak mata).
3)
4)
5)
Pisahkan fakta dari opini. Fakta adalah kebenaran yang diketahui ada,
sedangkan opini adalah pernyataan dari penilaian preferensi pribadi.
Identifikasi fakta-fakta penting. Pada saat mendengarkan, Anda harus dapat
memilih informasi yang penting atau tidak penting.
Jangan menyela. Bila seseorang sedang berbicara jangan menyela dengan
jawaban atau opini dengan cepat. Jika Anda menyela dapat menghalangi
Anda mendengarkan pesan secara lengkap.
6)
Mengajukan pertanyaan penjelas. Pendengar yang baik menunggu saat yang
tepat dan kemudian mengajukan pertanyaan tidak menyerang pembicara.
i. Jenis Mendengarkan Di Tempat Kerja
1) Mendengarkan pimpinan meliputi mendengarkan intruksi, penugasan
dan penjelasan prosedur kerja
2) Mendengarkan karyawan meliputi ide karyawan, mendorong
kreativitas, membangun loyalitas dan komitmen
3) Mendengarkan pelanggan dan stake holder berorientasi pada
pelayanan sehingga dapat meningkatkan produktifitas, keuntungan
dan penjualan.
j. Kendala Komunikasi Antar Pribadi
Agar dapat saling memahami maka pengirim dan penerima pesan harus memiliki
pengertian yang sama. Kendala komunikasi antar pribadi yaitu:
1) Perbedaan persepsi dan bahasa. Terjadi ketika kesalahan atau perbedaan
mengartikan pesan dalam proses komunikasi.
2) Bingkai referensi yang berbeda. Bingkai referensi dibentuk oleh manusia
berdasarkan kombinasi pengalaman, pendidikan, budaya, harapan, agama
dan unsur lainnya. Hal ini akan mengakibatkan munculnya dugaan
(prasangka) dan harapan yang kita ciptakan sendiri ke dalam suatu
komunikasi.
3) Pendengaran yang buruk. Kendala yang terjadi dari kondisi seseorang
seperti melamun, mengantuk, tidak tertarik atau lelah.
4) Gangguan. Kendala lain meliputi keterlibatan emosional dan gangguan fisik
(bermasalah dengan pendengaran)
k. Cara Mengatasi Kendala Komunikasi
Beberapa cara untuk mengatasi kendala dan memperbaiki komunikasi agar
menjadi efektif adalah :
1) Menjaga dan memelihara iklim komunikasi terbuka. Iklim komunikasi
merupakan campuran dari nilai, tradisi dan kebiasaan.
2) Memegang teguh etika berkomunikasi.
3) Memahami kesulitan komunikasi lintasbudaya.
4) Menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima
pesan.
5) Menggunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab
untuk mendapat dan membagi informasi.
6) Menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara :
a)
b)
c)
d)
l.
memahami penerima pesan
menyesuaikan pesan dengan penerima
mengembangkan dan menghubungkan gagasan
mengurangi jumlah pesan
Pola / Prosedur Komunikasi
Pada kenyataannya semua organisasi pasti berkomunikasi dengan berbagai pihak
(khalayak) untuk mencapai saran dan tujuannya, oleh karena itu sebaiknya
organisasi menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda antara satu organisasi
dengan organisasi lainnya. Bagi organisasi berskala kecil, yang hanya memiliki
sedikit pegawai, maka proses penyampaian informasi dapat dilakukan secara
langsung kepada para pegawai tersebut. Beda halnya dengan organisasi berskala
besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan pegawai, maka proses penyampaian
pesan atau informasi kepada mereka menjadi cukup rumit.
Secara umum, pola komunikasi dalam organisasi dapat dikelompokkan menjadi
saluran komunikasi formal dan non-formal.
1) Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, terlihat
berbagai jenis posisi atau kedudukan yang masing-masing memiliki
kejelasan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya
dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada
bawahan, ataupun dari manajer ke pegawai, pola pengiriman pesan
atau informasi dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah
(downward communication), komunikasi dari bawah ke atas (upward
communication), komunikasi horisontal (horizontal communication) dan
komunikasi diagonal (diagonal communication).
a) Komunikasi dari Atas ke Bawah
Secara sederhana, pengiriman pesan atau informasi dari
pimpinan ke bawahan merupakan komunikasi dari atas ke
bawah (top-down/downward communication). Alur komunikasi
dari atasan ke bawahan tersebut biasanya terkait dengan
tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam organisasi.
Contohnya ketika seorang pimpinan, menggunakan jalur
komunikasi ke bawah dengan maksud untuk memberikan
pengarahan, pengkoordinasian atau pengendalian beberapa
pekerjaan pada tingkat atau level bawah.
Pada dasarnya komunikasi dari atas ke bawah dapat
dikategorikan sebagai perintah, intruksi, dan prosedur yang
harus dilaksanakan oleh para bawahan, oleh karena itu
diperlukan satu bahasa yang sama, sederhana, dan mudah
dimengerti dan dipahami.
Komunikasi ke bawah dapat menggunakan bentuk komunikasi
tulisan dan lisan. Contoh komunikasi ke bawah yang berbentuk
tulisan adalah notes, news letter, madding, kotak informasi dan
pengumuman. Sedangkan contoh komunikasi lisan adalah
pertemuan tim kerja, percakapan formal dan informal, dan
wawancara formal antara pimpinan dengan pegawai.
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai
lima tujuan pokok, yaitu:
i. Memberi pengarahan atau instruksi kerja.
ii. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus
dilaksanakan.
iii. Memberi informasi tentang prosedur dan praktek
organisasional.
iv. Memberi umpan-balik pelaksanaan kerja kepada para
karyawan.
v. Menyajikan informasi mengenal aspek ideologi yang
dapat membantu organisasi menanamkan pengertian
tentang tujuan yang ingin dicapai.
Salah satu kelemahan dari saluran komunikasi ke bawah ini
adalah dapat terjadi penyaringan pesan atau informasi penting
sebelum disampaikan kepada para pegawai (bawahan). Dengan
kata lain, pesan atau informasi yang diterima para bawahan
menjadi tidak lengkap atau tidak jelas.
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Manajer Produksi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
Gambar Bagan Komunikasi ke Bawah
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
b) Komunikasi dari Bawah ke Atas
Dalam struktur organisasi, komunikasi ke atas (bottomup/upward communication) berarti alur pesan atau informasi
berasal dari bawah menuju ke atas. Pesan atau informasi berasal
dari para pegawai selanjutnya disampaikan ke divisi
pemasaran, ke manajer penjualan, dan akhirnya ke manajer
umum.
Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi
dalam organisasi dan dalam hal pengambilan keputusan secara
cepat dan tepat. Sebaiknya, seorang pimpinan selalu mendengar
dan memperhatikan aspirasi atau masukan yang berasal dari
bawah (pegawai). Dengan kata lain, partisipasi bawahan dalam
proses pengambilan keputusan akan sangat membantu
pencapaian tujuan organisasi.
Para pimpinan harus mempunyai kepercayaan kepada para
pegawainya sehingga akan tercapai keberhasilan komunikasi ke
atas. Jika pimpinan tidak percaya maka pesan atau informasi
yang disampaikan pegawai menjadi tidak berguna, yang terjadi
munculnya perasaan curiga atau ketidakpercayaan terhadap
setiap pesan atau informasi tersebut.
Salah satu kelemahan komunikasi ke atas adalah ada
kemungkinan bawahan (pegawai) hanya menyampaikan pesan
atau informasi (laporan) yang bagus-bagus saja, tidak sesuai
dengan faktanya. Seringkali terjadi dimana pegawai berusaha
untuk menyembunyikan informasi yang dapat memberikan
kesan buruk atau tidak disenangi oleh pimpinan. Mengapa
demikian? Hal ini terjadi dikarenakan para pegawai berasumsi
bahwa dengan hanya menyampaikan informasi yang baik-baik
saja, ia dapat menjaga atau menyelamatkan posisinya, namun
tidak menyelesaikan permasalahan.
Jika seorang bawahan (pegawai) menyampaikan pesan atau
informasi yang tidak baik seperti munculnya kemunduran
target penjualan, mogok kerja beberapa buruh, kegagalan
pelayanan
pelanggan,
tingginya
keluhan
pelanggan,
menumpuknya hutang, dan sejenisnya dalam suatu organisasi,
maka berarti kinerja atau prestasi kerja pegawai yang ada di
divisi atau bidang tersebut tidak baik. Seorang bawahan
(pegawai) biasanya tidak ingin kinerja atau produktivitas dinilai
tidak berhasil, sehingga mereka memilih tidak melaporkan
kegagalan tersebut sama sekali.
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Bagian
Penjualan
Manajer Produksi
Bagian
Promosi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
Gambar Bagan Komunikasi ke Atas
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
c) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal (komunikasi lateral) merupakan proses
komunikasi yang terjadi antara divisi-divisi yang memiliki
tingkatan sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Salah satu
maksud dan tujuan komunikasi horizontal adalah melakukan
persuasi, mempengaruhi, dan memberi informasi kepada
bagian atau departemen/divisi/bagian yang memiliki
kedudukan sejajar.
Pada dasarnya pimpinan harus saling bertukar pesan atau informasi
dengan rekan kerja dari departemen/divisi/bagian yang berbeda,
terutama apabila sedang menghadapi permasalahan
dalam
organisasi. Komunikasi horizontal berfungsi untuk koordinasi di
antara pimpinan yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu
departemen maupun di antara beberapa departemen.
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Bagian
Penjualan
Manajer Produksi
Bagian
Promosi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
Gambar Bagan Komunikasi Horizontal / Lateral
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
d) Komunikasi Diagonal
Bentuk komunikasi diagonal sedikit berbeda dengan bentukbentuk komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal (diagonal
communication) melibatkan komunikasi antara dua tingkat
(level) organisasi yang berbeda.
Contohnya komunikasi formal antara pimpinan produksi
dengan divisi penjualan, antara bagian sumber daya manusia
dengan divisi diklat, dan antara pimpinan keuangan dengan
bagian promosi.
Bentuk komunikasi diagonal memang menyimpang dari
bentuk-bentuk komunikasi tradisional yang ada, seperti
komunikasi dari bawah ke atas dan komunikasi dari atas ke
bawah. Suatu studi penelitian yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa baik komunikasi lateral maupun
komunikasi diagonal lebih banyak diterapkan dalam suatu
organisasi yang berskala besar dimana terdapat saling
ketergantungan yang cukup besar (interdependence) antara
bagian-bagian atau departemen-departemen dalam organisasi
tersebut.
Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya adalah:
i. Penyebaran pesan atau informasi bisa menjadi lebih cepat
ketimbang bentuk komunikasi tradisional.
ii. Memungkinkan individu dari berbagai divisi atau
departemen ikut membantu menyelesaikan masalah
dalam organisasi.
Selain memiliki kekuatan, komunikasi diagonal juga memiliki
kelemahan. Salah satunya adalah komunikasi diagonal dapat
menghambar alur komunikasi rutin dan telah berjalan normal
dalam suatu organisasi. Serta, komunikasi diagonal dalam
organisasi yang berskala besar sulit dikendalikan secara efektif.
Manajer Umum
Manajer
Bagian
Penjuala
Manajer Produksi
Bagian
Promosi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitia
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
Gambar Bagan Komunikasi Diagonal
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
e) Keterbatasan Komunikasi Formal
Walaupun saluran komunikasi formal memegang peranan yang
sangat penting dalam suatu organisasi berskala besar, namun
komunikasi formal memiliki dampak yang merugikan, baik dari
sudut pandang perseorangan maupun organisasi.
Dilihat dari sudut pandang perseorangan, komunikasi formal
sering menyebabkan rasa kecewa atau tidak puas bagi pihak
tertentu, dikarenakan keterbatasannya untuk terlibat dalam
proses pengambilan keputusan organisasi. Dalam struktur
organisasi berskala besar, untuk melakukan komunikasi dengan
pimpinan puncak harus terlebih dahulu melalui beberapa
lapisan manajer yang ada di bawahnya. Artinya banyak jalur
yang harus dilewati sebelum akhirnya dapat berkomunikasi
secara langsung dengan pimpinan puncak.
Oleh karena itu, jika seseorang mempunya ide atau gagasan
yang yang baik untuk kemajuan organisasi, maka terlebih
dahulu ia harus menyampaikannya pada pimpinan tingkat
bawah (seperti supervisor), sebelum akhirnya dapat
disampaikan ke pimpinan puncak. Namun, karena supervisor
atau pimpinan tingkat bawah berhak untuk tidak setuju dan
menolak ide tersebut, maka para bawahan seringkali berusaha
untuk menyampaikannya langsung ke pimpinan puncak,
dengan risiko karirnya dalam organisasi akan terancam.
Kemudian bagaimana jika dipandang dari sundut pandang
organisasi? Permasalahan terbesar yang dihadapi oleh
organisasi dengan saluran komunikasi formal adalah
kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan dalam proses
penyampaian pesan atau informasi ke tingkat yang lebih tinggi,
karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi dapat
menyebabkan terjadinya kesalahpahaman.
Setiap informasi atau pesan yang mengalir baik dari atas
maupun bawah kemungkinan terjadi perubahan atau
perbedaan dari pesan aslinya. Sebagai akibatnya, pimpinan
puncak kemungkinan menerima informasi yang tidak lengkap
atau kurang jelas tentang apa yang sebenarnya terjadi di tingkat
bawah. Begitu pula dengan para bawahan (pegawai)
kemungkinan juga menerima suatu informasi yang tidak jelas
dari pimpinan.
Salah satu cara mengatasi kemungkinan terjadinya distorsi dalam
proses komunikasi adalah mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam
struktur organisasi. Semakin sedikit tingkat dalam jalur komunikasi,
semakin mengurangi terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi
yang flat dengan tingkat organisasi yang lebih sedikit, dan lebih
banyak rentang kendalinya (span of control) akan membantu
mengurangi terjadinya distorsi. Struktur organisasi yang flat dapat
digambarkan dalam bagan berikut ini.
Manajer Umum
Supervisor
A
Supervisor
B
C
Supervisor
D
E
F
Gambar Struktur Organisasi Flat
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
2) Saluran Komunikasi Informal
Struktur organisasi formal dapat menjelaskan proses penyampaian informasi
dari satu bagian ke bagian yang lain sesuai dengan jalur hirarki yang ada.
Namun, pada kenyataannya nampaknya garis-garis dan kotak-kotak yang
tergambar dalam struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang
dalam suatu organisasi untuk saling bertukar informasi. Hal ini
menyebabkan diperlukannya keberadaan jaringan komunikasi informal
dalam suatu organisasi. Pada umumnya jaringan ini sering digunakan oleh
para pimpinan untuk mengawasi pegawainya dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Pada jaringan komunikasi informal, semua pihak yang berada dalam
organisasi dapat saling bertukar informasi dan pesan dengan bebas tanpa
memperhatikan jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatan. Walaupun
terkadang mereka hanya memperbincangkan sesuatu yang bersifat umum,
seperti mengobrol tentang humor yang baru didengar, keluarga, anak-anak,
dunia olahraga, musik, acara film, dan sinetron TV, kadangkala mereka juga
bicara hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasinya.
Lebih lanjut, terdapat beberapa orang yang lebih percaya terhadap isu atau
informasi yang didapat dari komunikasi informal daripada informasi yang
berasal dari para pimpinan organisasi.
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Manajer Produksi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
Gambar Jaringan Komunikasi Informal
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
m. Manajemen Rapat
1) Pengertian Rapat
Rapat merupakan bagian dari sarana komunikasi langsung yang rutin
dilaksanakan oleh pemimpin dan para staf di dalam sebuah
organisasi. Rapat sering diselenggarakan oleh banyak organisaasi.
Jadi, dengan kata lain rapat memiliki peranan yang sangat penting
dalam upaya menjalin kerjasama antar karyawan, menentukan arah
dan mencapai visi organisasi.
Seluruh departemen dalam organisasi di tuntut untuk melaksanakan
rapat secara efektif. Namun, pada kenyataannnya organisasi masih
belum dapat mengelola rapat dengan baik, sehingga terkadang tujuan
dari rapat tidak dapat tercapai.
Rapat formal maupun informal yaitu kegiatan rutin dalam sebuah
organisasi. Hal terpenting adalah pertimbangan penyelenggaraan
rapat. Tidak perlu diadakan rapat kecuali bila topiknya penting, tidak
dapat ditunda dan memerlukan suatu pertukaran ide-ide. Jika aliran
informasi hanya bersifat satu arah dan tidak memerlukan umpan balik
maka tidak perlu menjadwalkan sebuah rapat. Terdapat beberapa
alasan diadakannya rapat, yaitu:
a) Sarana distribusi dan pertukaran informasi,
b)
c)
d)
e)
Menjalankan peran dan fungsi organisasi,
Informasi yang di dapat semua orang sama,
Memerlukan prespektif yang berbeda, brainstorming,
Untuk pemecahan masalah, kerjasama, koordinasi antar
personal, tim atau bidang serta
f) Mencari komitmen bersama terhadap suatu keputusan atau
kebijakan.
Untuk itu, pengelolaan rapat yang efektif menjadi salah satu faktor kunci
keberhasilan sebuah organisasi. Selain itu, keefektifan dalam memimpin
rapat sangat penting karena merupakan langkah pertama pimpinan dalam
memberi informasi kepada bawahan dan mengkoordinasi langkahlangkahnya. Pengarahan dan pengawasan pun merupakan produk penting
dari sebuah rapat.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang cara mengelola rapat yang baik
dalam sebuah organisasi. Sebaiknya mempelajari pengertian dari rapat.
Rapat ialah pertemuan antara sejumlah orang atau kelompok untuk
membicarakan suatu masalah atau topik tertentu. Pendapat lain menyatakan
rapat (conference atau meeting) adalah alat/media komunikasi kelompok yang
bersifat tatap muka dan sangat penting, diselenggarakan oleh banyak
organisasi, baik swasta maupun pemerintah untuk mendapatkan mufakat
melalui musyawarah untuk pengambilan keputusan. Menurut Nunung dan
Ratu Evi “rapat merupakan suatu alat komunikasi antara pimpinan kantor
dengan stafnya”. Kemudian Wursanto memberikan beberapa pandangan
pengertianyang kemudian bisa disimpulkan oleh penulis:
a) Rapat merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok
yang bersifat tatap muka yang sering diselenggarakan oleh
banyak organisasi, baik swasta maupun pemerintah.
b) Rapat merupakan alat untuk mendapatkan mufakat, melalui
musyawarah kelompok
c) Rapat juga merupakan media pengambilan keputusan secara
musyawarah untuk mufakat.
d) Juga dapat dikatakan rapat adalah komunikasi kelompok secara
resmi.
e) Rapat adalah pertemuan antara para anggota dilingkungan
kantor/organisasi sendiri untuk membicarakan, merundingkan,
suatu masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
f) Secara singkat dapat dikatakan rapat adalah pertemuan para
anggota organisasi/para pegawai untuk membahas hal-hal
yang berhubungan dengan kepentingan organisasi.
Jadi dapat disimpulkan rapat adalah bentuk komunikasi langsung yang
dihadiri oleh beberapa orang untuk membicarakan dan memecahkan
permasalahan tertentu, dimana melalui rapat berbagai permasalahan dapat
dipecahkan dan berbagai kebijaksanaan organisasi yang dapat dirumuskan.
Suatu pertemuan dapat disebut sebagai sebuah rapat apabila memenuhi
kriteria berikut, diantanya:
a) Membicarakan suatu masalah yang berkaitan dengan tujuan
organisasi, perusahaan, instansi, pemerintah dan lain-lain yang
harus dirundingkan atau didiskusikan secara bersama.
b) Pada saat rapat seluruh peserta harus berperan aktif.
c) Setiap pembicaraan ketika rapat berlangsung harus bersifat
terbuka (tidak ada yang disembunyikan serta prasangka).
d) Adanya unsur-unsur rapat seperti pimpinan, notulen,
moderator, peserta rapat, masalah yang dibahas.
Rapat atau meeting merupakan kegiatan yang paling penting bagi sebuah
organisasi atau perusahaan untuk membicarakan berbagai macam masalah
baik secara berkala maupun tidak, sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
tingkat permasalahan yang dialami organisasi. Permasalahan utama rapat
ialah terkadang tidak bisa memecahkan masalah. Justru yang terjadi hanya
membicarakan dan menampung masalah, terkadang justru menambah
masalah baru. Seringkali terjadi hanya perdebatan tidak menentu demi
mempertahankan kepentingan kelompok sehingga akhirnya tujuan rapat
tidak tercapai.
2) Menentukan Tujuan Rapat
Rapat dapat diadakan untuk berbagai tujuan. Tujuan harus dijelaskan
terlebih dahulu kepada pimpinan dan peserta rapat. Hal ini bisa membantu
setiap orang mensukseskan rapat. Tujuan rapat umumnya dapat dimasukan
dalam salah satu kategori berikut. Tentukan dahulu termasuk kategori apa
suatu rapat dan pastikan semua peserta tahu akan hal ini, yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Memilah informasi atau saran
Mengeluarkan instruksi
Memecahkan keluhan atau pertentangan
Membuat atau menerapkan keputusan
Mencari ide kreatif
Mengajukan proposal untuk dibahas dan, biasanya, untuk
diputuskan.
Beberapa tujuan diadakan rapat diantaranya:
a) Untuk memecahkan atau mencari jalan keluar suatu masalah.
b) Untuk menyampaikan informasi, perintah, pernyataan.
c) Sebagai alat koordinasi antara internal atau antar eksternal.
d) Agar peserta rapat dapat ikut berpartisipasi kepada masalahmasalah yang sedang terjadi.
e) Mempersiapkan suatu acara atau kegiatan.
f) Manampung semua permasalahan dari arus bawah (para
peserta rapat).
g) Dan lain-lain.
3) Jenis-jenis Rapat
a) Rapat Berdasarkan Tujuan, diantaranya;
i.
Rapat Penjelasan (Teaching Conference) yaitu rapat yang
bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada anggota
tentang kebijakan yang diambil oleh pimpinan organisasi.
Rapat Pemecahan Masalah (Problem Sulfing Conference) yaitu
ii.
rapat yang bertujuan untuk mencari pemecahan masalah
tentang suatu masalah yang sedang di hadapi.
iii.
Rapat Perundingan (Negotiation Conference) yaitu rapat untuk
menghindari suatu perselisihan. Mencari jalan tengah agar
tidak selalu merugikan kedua belah pihak.
b) Rapat Berdasarkan Sifatnya, diantaranya;
i. Rapat formal yaitu rapat yang diadakan dengan suatu
perencanaan terlebih dahulu. Menurut ketetentuan yang
berlaku dengan persetujuan secara resmi mendapat
undangan.
ii. Rapat informal yaitu rapat yang diadakan tidak berdasarkan
suatu perencanaan formal. Rapat terjadi setiap saat, kapan
saja, di mana saja dan dengan siapa saja.
iii. Rapat terbuka yaitu rapat yang dapat di hadiri oleh setiap
karyawan yang dibahas bukan masalah yang bersifat rahasia.
iv. Rapat tertutup yaitu rapat yang di hadiri oleh karyawan atau
peserta khusus atat tertentu, yang dibahas menyangkut
masalah-masalah yang bersifat rahasia.
c) Rapat Berdasarkan Jangka Waktunya, diantaranya;
i. Rapat mingguan yaitu rapat yang diadakan sekali dalam
seminggu, yang membahas masalah-masalah rutin yang di
hadapi oleh masing-masing peserta.
ii. Rapat bulanan yaitu rapat yang diadakan sebulan sekali, tiap
akhir bulan. Untuk membahas hal-hal/peristiwa pada bulan
lalu.
iii. Rapat semester yaitu rapat yang diadakan tiap semester,
yang bertujuan untuk mengadakan evaluasi hasil kerja
selama 6 bulan yang lalu dan mengambil langkah selanjutnya
dalam jangka waktu 6 bulan berikutnya.
iv. Rapat tahunan yaitu rapat yang diadakan sekali dalam
setahun (maksudnya rapat pemegang saham)
d) Rapat Berdasarkan Frekuensinya, diantaranya;
i. Rapat rutin adalah rapat yang telah ditentukan waktunya
(mingguan, bulanan, tahunan)
ii. Rapat incidental adalah rapat yang tidak berdasarkan jadwal,
tergantung pada masalah yang dihadapi.
e) Rapat Berdasarkan Namanya, diantaranya;
i. Rapat kerja yaitu rapat yang membicarakan keseluruhan unit
kerja dan rapat ini biasanya di adakan satu tahun sekali.
ii. Rapat dinas yaitu rapat yang diadakan untuk kepentingan
pembicaraan urusan kantor sehari-hari yang menyangkut
kedinasan.
iii. Musyawarah kerja.
2. Studi Kasus
Menerapkan Keterampilan Anda Di Canadian Tire (www.canadiantire.ca)
Rahasia keberhasilan ritel Canadian Tire terletak pada orang-orangnya. Para perwakilan dealer
Canadian Tire terlibat dalam proses perencanaan dan evaluasi serta dalam kehidupan seharihari organisasi. ”Kami mempunyai keunggulan unik dalam bisnis ritel di Kanada, para
perwakilan dealer kami. Mereka adalah pria dan wanita yang ingin berhasil, dan mereka
bekerja tanpa lelah bersama kami untuk melaksanakan semua rencana dalam Rencana Strategis
untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan kinerja,” menurut laporan tahunan
organisasi tahun 2002.
Organisasi ini mengetahui pentingyaa berkomunikasi dengan para perwakilan dealer-nya. Di
tengah-tengah perubahan ”Generasi Baru”, pendapatan dan laba juga meningkat cukup tajam
di toko-toko yang termasuk dalam ritel Generasi Baru.
Rencana ritel Canadian selanjutnya adalah strategi kosnep 20/20, yang akan memasukkan
perubahan rancangan yang signifikan terhadap desain dalam dan luar toko, dilengkapi dengan
kantin, bagian onderdil kendaraan, bagian pakaian, bagian mainan dan alat rumah tangga.
Konsep 20/20 yang baru pada musim gugur 2003, perusahan akana menentukan bagaimana
meneruskan visi tersebut. Tujuan strategisnya adalah menerapkan rencana Konsep 20/20 pada
toko-toko format baru dan membentuk toko-toko pilihan yang sudah ada dalam rencana tahun
2004-2005.
3. Latihan
Atasan Anda meminta Anda menentukan cara terbaik untuk mengkomunikasikan prinsipprinsip strategi Konsep 20/20 kepada para perwakilan dealer. Perwakilan dealer biasanya
bertemu setiap tahun, tetapi rapat berikutnya belum ada sembilan bulan dari raapat
sebelumnya. Karena itu, muncul saran bahwa telekonferensi formal akan menjadi pilihan
terbaik. Anda menyelidiki kemungkinan penggunaan internet untuk mengadakan sesi tanya
jawab informal yang disusul kemudian rapat sebenarnya. Apa kelebihan dan kelemahan sesi
online? Akankah sesi telekonferensi memungkinkan ide-ide mengalir lancar atau justru
memperumit masalah? Seberapa penting untuk melibatkan manajer senior organisasi dalam
setiap sesi komunikasi?
Dalam sebuah memo yang ditujukan kepada atasan Anda, buatlah garis besar kelebihan rapat
online, dan berikan serbuah argumen kuat untuk mengadakan telekonferensi berdasarkan
kebutuhan untuk menghindari kemacetan dalam komunikasi serta mengatasi setiap kendala
yang mungkin menimbulkan salah paham.
B. Prosedur Administrasi
1. Uraian Materi
a. Pengertian Surat
Dibawah ini diuraikan beberapa pengertian surat menurut beberapa ahli:
1) W.J.S Poerwadarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, menjelaskan
surat adalah kertas yang bertuliskan atau alat untuk menyampaikan suatu
maksud secara tertulis.
2) Engelbertus Martono menyatakan surat hanyalah secarik kertas yang
bertuliskan berita, namun berperan sebagai piranti (sarana) komunikasi
individu atau kelompok.
3) Suhanda Panji menyatakan surat adalah sehelai kertas atau lebih yang
membuat suatu bahan komunikasi yang disampaikan oleh seseorang kepada
orang lain baik atas nama pribadi maupun kedudukan dalam organisasi atau
kantor.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan surat adalah
penyampaian informasi secara tertulis dari satu pihak ke pihak lain dapat berupa
pemikiran, undangan, penawaran, pemberitahuan, pernyataan, permintaan,
pertanyaan, laporan pemikiran, sanggahan, dan kritikan.
Surat-menyurat atau korespondensi yaitu suatu kegiatan untuk menjalin hubungan
komunikasi antara beberapa pihak dengan cara saling berkirim surat. Kegiatan surat
menyurat mempunyai kaitan dengan berbagai bidang kegiatan perkantoran lainnya
yang saling berhubungan, yaitu :
1) Merancang konsep surat yang baik dan juga memperbaiki konsep surat.
2) Mengetik konsep surat yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang
berlaku sehingga menjadi surat yang siap untuk dikirimkan atau
disampaikan.
3) Pengurusan surat atau mail handling yang efektif dan efisien, adalah
menangani surat-surat yang masuk dan keluar sebaik-baiknya sesuai dengan
prosedur, dan
4) Kearsipan atau filling, adalah menyimpan dan menemukan kembali surat
atau warkat dengan cepat dan tepat saat diperlukan menurut sistem tertentu.
Dalam rangka mencapai tujuan, maka setiap pekerjaan selalu membutuhkan
kerjasama dengan pihak lain. Oleh karena itu kegiatan surat-menyurat sangat
memperlukan persiapan yang meliputi :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
Pendiktean
Pengetikan
Kertas-kertas dan alat-alat tulis
Pengiriman
Pengarsipan
Pemakaian tenaga manusia seperti juru tik, konseptor, dan ahli membuat
surat.
Strategi Untuk Surat Rutin
Surat yang dikirim kepada penerima merupakan saluran komunikasi utama
untuk menyampaikan pesan keluar organisasi atau organisasi. Pada
kenyataanya banyak pesan penting yang sebaiknya harus menggunakan
surat tertulis, walaupun saat ini e-mail memang sering digunakan dalam
komunikasi internal maupun eksternal. Surat bisnis berperan penting ketika
organisasi atau organisasi memerlukan catatan permanen, formalitas dan
ketika sebuah pesan bersifat sensitif dan membutuhkan penyajian yang
disusun dan dipkirkan dengan baik.
Oleh karena itu surat dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1) pesan niat baik yang meliputi surat rutin untuk mengomunikasikan,
permintaan dan balasan yang langsung ke sasaran;
2) pesan persuasif yang meliputi transaksi penjualan;
3) pesan negatif yang menyampaikan penolakan dan berita buruk.
c.
Karekteristik Surat Yang Baik
Walaupun surat rutin menyampaikan pesan berdasarkan fakta, namun
sebaiknya surat tidak harus terdengar dan terlihat membosankan atau
mekanis. Terdapat tiga karakteristik surat bisnis yang baik yaitu;
1) Isi yang jelas. Surat ditulis dengan jelas dimana memisahkan ide atau
gagasan ke dalam paragraf dengan menggunakan kalimat dan
paragraf pendek. Sehingga penerima surat (pembaca) dapat mengerti
dan memahami pesan (main idea) dengan kalimat transisi. Selain itu,
isi surat yang jelas dengan menggunakan kata-kata yang umum dan
kata kerja aktif. Namun pada kenyataannya, masih terdapat bisnis
yang tidak memiliki isi yang jelas. Sebanyak sepertiga surat bisnis
tidak menghasilkan apa pun selain mengklarifikasi korespondensi
sebelumnya.
2) Nada Niat Baik. Surat yang baik tidak hanya menyampaikan pesan
dengan jelas, tetapi surat juga harus menjalin (membangun) niat baik.
Niat baik merupakan perasaan positif yang dimiliki oleh penerima
surat (pembaca) terhadap seseorang atau sebuah organisasi. Surat
bisa menghasilkan nada niat baik secara keseluruhan dengan cara
menganalisis audiens dan mengadaptasi pesan kepada pembaca,.
Untuk mencapai hal itu, sebaiknya menyampaikan pesan dari sudut
pandang penerima surat (pembaca).
3) Format Yang Tepat. Surat bisnis menyampaikan pesan atau makna
tersirat yang melampaui kata-kata yang tertulis. Tampilan dan
format surat mencerminkan ketelitian dan pengalaman penulis.
Sebuah surat pendek yang penuh di bagian atas kertas, misalnya
seolah-olah ditulis dengan tergesa-gesa atau oleh seorang amatir.
Agar surat dapat menimbulkan kesan baik, perlu memilih format
yang tepat. Gaya blok merupakan format yang sering digunakan.
d. Menggunakan Pola Langsung untuk Surat Rutin
Kegiatan bisnis sehari-hari terutama terdiri atas permintaan dan respons
rutin. Karena berharap respons pembaca akan positif atau netral, penulis
tidak membutuhkan teknik khusus untuk menyakinkan. Jadi, dalam
menyusun surat rutin, penulis dapat mengelola pesan, yang terbagi ke dalam
tiga bagian:
1) Pembukaan. Pernyataan yang menyampaikan tujuan dengan segera.
Sebaiknya menulis pesan sehari-hari dalam cara langsung dengan
pemuatan ide utama di depan pesan. Nyatakan dengan segera
mengapa menulis surat sehingga pembaca dapat mengantisipasi dan
memahami pesan selanjutnya.
2) Isi. Rincian yang menjelaskan tujuan. Setelah sebuah pembukaan
langsung memberi tahu pembaca alasan penulisan surat, sampaikan
rincian-rincian yang menjelaskan permintaan atau respons penulis.
Di sinilah pentingnya perencanaan, yang mengharuskan penulis
membuat struktur informasi agar tulisan menjadi jelas dan mudah di
baca. Di sini harus mempertimbangkan penggunaan beberapa alat
grafis untuk menyoroti rincian-rincian tersebut; daftar nomor atau
bullet, judul bagian (heading), kolom dan cetak tebal atau cetak
miring.
3) Penutupan. Permintaan untuk tindakan atau kesimpulan yang sopan.
Pada paragraf terakhir surat langsung, pembaca mencari informasi
tindakan: jadwal, tenggat waktu, aktivitas yang harus dilakukan.
Jadi, pada titik ini, penulis harus menunjukkan secara spesifik apa
yang penulis ingin pembaca lakukan.
e.
Korespondensi Niaga
Korespondensi adalah sarana komunikasi tertulis sesuai dengan fungsi dan tujuan
yang ingin dicapai. Ada yang berpendapat bahwa komunikasi merupakan pelumas
dalam suatu organisasi. Apabila komunikasi terhambat maka dapat menimbulkan
banyak masalah pada banyak pihak dalam organisasi tersebut. Jadi, bila proses
korespondensi sebagai salah satu sarana komunikasi tertulis kurang jelas dan tepat,
akan menghambat perkembangan organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi.
Korespondensi dinyatakan dalam bentuk surat yang secara umum dapat dikatakan
bahwa surat merupakan alat untuk menyampaikan suatu maksud secara tertulis.
Batasan tersebut mengandung pengertian yang sangat luas karena banyak sekali
maksud yang dapat dituangkan secara tertulis secara tertulis, misalnya karangan
berupa artikel, makalah, skripsi, dan buku. Oleh karenanya, perlu diperjelas lagi
dengan penekanan bahwa maksud yang disampaikan melalui surat dapat berupa
permintaan, pertanyaan, pertimbangan, lamaran, penolakan, dan sebagainya.
Namun demikian, batasan tersebut pun masih belum mencakup makna tentang misi
atau pesan yang diemban oleh surat secara keseluruhan. Dalam pengertian seharihari, surat umumnya hanya dikenal sebagai alat untuk menyampaikan berita secara
tertulis. Pengertian tersebut merupakan pengertian sempit akibat dari anggapan
bahwa surat hanya merupakan alat untuk mengirim kabar atau berita, padahal surat
mengandung aspek yang jauh lebih luas mencakup informasi tertulis berupa
rekaman berita yang dibuat dengan persyaratan tertentu.
Informasi tertulis adalah informasi berupa kabar atau berita seperti surat berita yang
sudah umum dikenal, misalnya penawaran, pesanan, panggilan, dan permohonan,
sedangkan informasi berupa rekaman berita secara tertulis misalnya surat tanda
bukti, kartu identitas, akta, dan kontrak. Berdasarkan uraian sebelumnya dapat
disimpulkan surat adalah informasi tertulis yang dapat dipergunakan sebagai alat
komunikasi tulis yang dibuat dengan persyratan tertentu yang khusus berlaku
untuk surat-menyurat.
Penyampaian maksud dan pesan melalui surat dari satu pihak kepada pihak lain
dapat atas nama perseorangan (pribadi) dan dapat atas nama jabatan dalam suatu
organisasi. Kegiatan saling berkirim surat oleh individu atau oleh organisasi disebut
surat-menyurat atau korespondensi, dan para pelakunya disebut koresponden.
f. Guna Surat
Pengetahuan surat-menyurat merupakan termasuk bidang komunikasi tulis.
Komunikasi tulis mutlak diperlukan dalam masyarakat modern. Sulit
membayangkan akibatnya bila dalam kehidupan modern tidak ada komunikasi
tulis. Kegiatan berkomunikasi akan terasa lengkap jika di samping komunikasi lisan
juga ada komunikasi tulis. Surat adalah salah satu komunikasi tulis yang terpenting
adalah
Walaupun memerlukan proses yang cukup lambat, surat masih tetap diperlukan
sebagai alat komunikasi di tengah alat komunikasi modern yang sangat canggih
dewasa ini. Surat memiliki bukti otentik berupa tulisan dan tanda tangan yang tidak
dimiliki oleh alat komunikasi lisan. Itulah sebabnya kedudukan surat dalam bidang
komunikasi tak tergoyahkan.
Secara terinci guna surat bagi perseorangan dan oganisasi dapat dirumuskan
sebagai :
1)
2)
3)
4)
alat komunikasi tulis
bukti tertulis yang otentik
alat pengingat jika sewaktu-waktu diperlukan (arsip)
alat untuk mewakili perseorangan dan mewakili organisasi (duta
organisasi)
5) pedoman atau dasar untuk bertindak
6) keterangan yang dapat memberi rasa aman dalam aktivitas tertentu
7) bukti historis dari suatu kegiatan sehingga surat dapat dipergunakan
sebagai bahan riset bagi yang memerlukannya.
Di samping kegunaan tersebut di atas, surat pun masih memiliki keunggulan lain.
Surat lebih hemat dari segi biaya jika dibandingkan dengan pembicaraan telepon
jarak jauh. Surat juga lebih menjamin kerahasiaan dan ketepatan isi dan maknanya
karena sebagian besar surat memakai amplop tertutup.
Penyampaian maksud dan pesan melalui surat akan lebih formal dibandingkan
dengan penyampaian secara lisan. Hal-hal yang sukar dibicarakan dalam
komunikasi lisan dapat disampaiakn dengan lebih leluasa di dalam surat karena
antara pengirim dan penerima surat tidak saling bertatap pandang. Sikap dan
perilaku seseorang seperti pemalu, gugup, atau cara berbicara yang gagap, tidak
akan tampak di dalam sebuah surat.
g. Syarat Surat Yang Baik
Prinsip penulisan surat sama dengan prinsip komunikasi. Dalam berkomunikasi
paling tidak harus terdapat tiga unsur :
1) Pengirim berita
2) Pesan yang akan disampaikan
3) Penerima berita.
Komunikasi disebut efektif bila pengirim berita dapat merumuskan pesan yang
akan disampaikannya secara tepat. Dengan bantuan alat atau media tertentu pesan
tersebut dikirim atau disampaikan kepada penerima, dan diharapkan penerima
akan menanggapi dan membalas pesan itu sama dengan maksud pengirimnya.
Demikian juga dengan surat-menyurat. Pengirim harus berusaha merumuskan
maksud dan tujuannya dengan tepat dan jelas agar setelah penerima selesai
membaca surat itu, maksud pengirim dapat diketahui oleh penerima dengan tepat
dan jelas pula. Oleh sebab itu, pembuat surat harus menyatakan dan menyampaikan
pikirannya dengan cermat. Ia harus memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas
di dalam suratnya agar surat itu dapat berfungsi sebagai alat komunikasi yang baik.
Sebuah surat resmi yang baik haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut,
yaitu :
1) Menggunakan kertas surat yang tepat dalam hal ukuran, jenis, dan warna,
serta harus disesuaikan dengan jenis surat yang akan ditulis
2) Menggunakan bentuk surat yang standar
3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku
4) Menggunakan gaya bahasa yang lugas (concise)
5) Menggunakan bahasa yang jelas (clear)
6) Menggunakan bahasa yang sopan dan hormat (cortious)
7) Menyajikan fakta yang benar dan lengkap (correct and complete)
8) Tidak menggunakan singkatan yang belum lazim, bahkan isi surat sedapat
mungkin bebas dari singkatan
9) Tidak menggunakan kata-kata sulit dan istilah yang belum umum
h. Bagian-bagian Surat
Secara umum, surat mencakup bagian berikut:
1) Kepala surat atau kop surat
Kepala surat atau kop surat adalah ciri-ciri suatu organisasi yang
berisi nama organisasi, alamt lengkap, nomor telepon, nomor
faksimili, alamat e-mail, nomor kotak pos, alamat kawat, logo, atau
lambing, dan lain-lain.
Contoh:
Guna kepala surat:
a) Untuk mengetahui nama dan alamat organisasi pengirim
surat
b) Digunakan untuk identitas organisasi
c) Untuk lambang atau simbol organisasi
d) Sebagai alat promosi
2) Tanggal pembuatan surat
Tanggal pembuatan surat untuk memudahkan penunjukan waktu
membalas surat dan memudahkan dalam pengagendaan surat oleh
penerima.
3) Nomor, lampiran, dan hal atau perihal
Nomor surat umumnya dipakai dalam surat-surat dinas (resmi)
Guna nomor surat:
a) Memudahkan pencarian surat bila sewaktu-waktu
diperlukan
b) Mempermudah penunjukan surat menyurat
c) Mempermudah penyimpanan
4) Mengetahui jumlah surat yang dibuat
Lampiran surat diisi dengan hal-hal yang dicantumkan sebagai
lampiran surat. Dalam surat niaga/bisnis, lampiran-lampiran harus
disebutkan satu per satu. Sedangkan dalam surat dinas cukup
dicantumkan lampiran satu lembar/berkas.
Hal/perihal yaitu petunjuk mengenai pokok isi surat untuk
memudahkan penerima dalam menjelaskan isi surat dan
memberikan tanggapan atau balasan.
5) Nama dan alamat yang dituju
Penulisan nama harus memakai Sdr., Bp., Tuan., Ny., atau Nn.. Jika
disebutkan jabatannya, maka sebutan tersebut tidak perlu
digunakan.
Contoh:
a) Alamat yang ditujukan kepada perorangan:
Yth. Sdr. Mahendra
Jl. Kepundung 19
Denpasar
b) Alamat yang ditujukan kepada jabatan:
Yth. Direktur PT. Adicipta Carakajaya
Jl. Tukad Yeh Penet No. 2
Denpasar
c) Alamat yang ditujukan kepada pejabat pemerintah:
Yth. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Jl. Senayan
Jakarta
d) Alamat yang ditujukan kepada perusahaan:
PT. Indomobil
Jl. Gajah Mada 1001
Jakarta
e) Alamat yang ditujukan kepada PO Box:
Yth. Pemilik PO Box 121
Denpasar
atau
PO Box 121
Denpasar
f) Alamat dengan menggunakan u.p. (untuk perusahaan):
Yth. Dekan Fakultas Ekonomi Unud
Jl. PB Sudirman
Denpasar
u.p. : Pembantu Dekan II
6) Salam pembuka dan paragraph pembuka
Salam pembuka surat atau sering disebut salutation berfungsi
sebagai pembuka kalimat agar dirasa tidak janggal (contohnya,
dengan hormat, salam hormat, salam bahagia, dan lain-lain).
7) Isi surat
Isi surat adalah uraian dari maksud pembuatan surat dan hal-hal
yang ingin disampaikan.
8) Salam penutup dan paragraf penutup
Salam penutup berisi ucapan terima kasih, harapan, penegasan, atau
pengarahan. Paragraf penutup biasa digunakan sebagai tanda bahwa
surat tersebut telah berakhir. Contohnya, hormat kami.
9) Tanda tangan, nama jelas, dan jabatan
Tanda tangan digunakan untuk mengetahui siapa yang bertanggung
jawab atas surat tersebut. Nama jelas digunakan untuk mengetahui
siapa yang menandatangani surat tersebut. Sedangkan untuk jabatan
digunakan untuk menunjukkan pihak yang mengirim surat dan
berhak atas surat tersebut.
10) Tembusan/tindakan atau c.c (carbon copy)
Tembusan diperlukan jika surat tersebut dikirimkan kepada pihak
lain yang ada hubungannya secara teknis dengan isi surat.
11) Inisial
Singkatan atau inisial hanya dipakai dalam surat resmi saja.
Sedangkan dalam surat dinas cukup mencantumkan paraf orang
yang membuat konsep surat. Inisial digunakan untuk mengetahui
siapa yang membuat konsep surat dan siapa yang mengetik sehingga
apabila ada kekeliruan akan mudah dihubungi.
i. Bentuk Surat
Bentuk surat adalah tata letak atau posisi bagian-bagian surat. Pada tiap
bagian surat memiliki peranan yang penting sebagai identifikasi atau
petunjuk pengelolaan surat.
Berdasarkan pola umum surat menyurat, ada beberapa macam bentuk surat,
diantaranya:
1) Bentuk lurus penuh (full block style)
2) Bentuk lurus (block style)
3) Bentuk setengah lurus (semi block style)
4) Bentuk bertekuk (indented style)
5) Bentuk paragraf menggantung (hanging paragraph style)
j. Jenis – jenis Surat
1) Berdasarkan Sifatnya yaitu :
a) Surat pribadi yaitu surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya
menyangkut kepentingan pribadi.
Perbedaan antara surat pribadi dan surat dinas lainnya yaitu sebagai
berikut:
i. Surat pribadi menggunakan kata ganti orang pertama ”saya”
karena penulisan tidak mewakili organisasi atau organisasi.
ii. Surat pribadi tidak memakai kepala surat, nomor surat, jabatan,
atau simbol-simbol organisasi.
iii. Bentuk surat pribadi tidak mempunyai aturan khusus, jadi
bentuknya bebas.
Surat pribadi biasanya bersifat kekeluargaan, surat dibuat oleh seseorang
dan ditunjukkan untuk orang lain. Contoh surat pribadi yang bersifat
kekeluargaan adalah sebagai berikut:
i.
ii.
iii.
iv.
Surat dari sahabat ke sahabat
Surat undangan pernikahan dan ulang tahun
Surat dari anak kepada orang tuanya
Surat ucapan selamat hari raya atau kenaikan pangkat.
b) Surat Dinas Pribadi sering juga disebut surat setengah resmi, adalah surat-surat
yang dikirimkan dari seseorang atau pribadi kepada suatu instansi atau
organisasi.
Contoh surat dinas pribadi :
i. Surat Lamaran Pekerjaan yaitu surat yang dibuat oleh seseorang dan
ditujukan untuk suatu organisasi yang berisi permohonan untuk
memperoleh pekerjaan sesuai dengan jabatan yang ditawarkan serta
kemampuan yang dimiliki oleh pelamar atau pengirim surat.
ii. Daftar Riwayat Hidup yaitu daftar yang memuat keterangan tentang
diri pelamar. Bagian yang perlu dimasukkan ke dalam Daftar Riwayat
Hidup yaitu data pribadi, pendidikan, pengalaman kerja, dan
informasi lain.
iii. Surat Izin yaitu surat pribadi yang bersifat kedinasan karena
menyangkut urusan perserorangan dalam kaitannya dengan suatu
instansi atau lembaga.
c) Surat Dinas Swasta yaitu surat yang dibuat oleh organisasi swasta yang dikirim
untuk para karyawannya ataupun untuk relasi atau langganannya ataupun
organisasi lain yang terkait. Contohnya adalah surat undangan rapat, surat
undangan pertemuan, surat rapat tahunan.
d) Surat Niaga yaitu surat mengenai masalah perdagangan yang dibuat oleh
organisasi untuk dikirim kepada para langganannya. Contohnya surat
perkenalan barang, surat penawara barang, surat pesanan barang.
e) Surat Dinas Pemerintah yaitu surat-surat yang berisi masalah-masalah
administrasi pemerintahan yang dibuat oleh instansi pemerintah. Contohnya
adalah surat keputusan dan surat instansi.
2) Berdasarkan Wujud Surat terbagi atas :
a) Surat Bersampul yaitu surat-surat yang isinya atau beritanya ditulis
pada kertas lain, kemudian kertas surat tersebut dimasukkan ke dalam
amplop atau sampul. Surat-surat yang memakai amplop/sampul :
i. Untuk surat-surat yang isinya panjang sebab itu dapat ditulis dalam
beberapa lembar/beberapa halaman
ii. Untuk surat-surat yang isinya dirahasiakan/tidak boleh dibaca oleh
orang lain.
iii. Untuk surat-surat resmi, surat dinas, ataupun surat biasa
iv. Untuk menjaga kebersihan dan kerapihan
v. Untuk menjaga sopan santun
b) Surat Terbuka dan Surat Tertutup merupakan surat-surat yang isinya
dapat dibaca oleh umum, contohnya surat dari pembaca kepada
pembaca atau surat yang dikirim oleh pembaca untuk
pemerintah/instansi melalui redaksi surat kabar, majalah, tabloid, dsb.
c) Memorandum dan Nota yaitu suatu alat komunikasi yang berupa surat dinas
yang penyampaiannya tidak resmi dan digunakan secara internal (dalam
lingkungan sendiri). Nota adalah alat komunikasi kedinasan antara pejabat
dari suatu unit organisasi yang digunakan secara internal tetapi bersifat resmi.
d) Surat Biasa yaitu surat yang isinya atau beritanya tidak mengandung rahasia
walaupun terbaca oleh orang lain seperti surat undangan pernikahan, surat
pertemuan para siswa untuk rekreasi, dsb.
3) Berdasarkan Keamanan Isinya yaitu :
a) Surat Sangat Rahasia yaitu surat yang digunakan berhubungan dengan
surat-surat keamanan negara atau dokumen negara sehingga bila surat ini
jatuh ke tangan yang tidak berhak maka akan membahayakan masyarakat
atau bangsa dan negara.
b) Surat Rahasia yaitu surat-surat yang isinya atau pesannya harus
dirahasiakan atau tidak boleh dibaca oleh orang lain karena bila jatuh
ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab akan merugikan
organisasi/instansi.
c) Surat Konfidensial yaitu surat-surat yang termasuk surat rahasia juga
namun karena isinya tidak boleh diketahui orang lain cukup hanya
diketahui oleh pejabat yang bersangkutan, karena kalau surat ini jatuh
ke pihak yang tidak berhak akan mencemarkan nama baik orang
tersebut.
4) Berdasarkan Proses Penyelesaiannya:
a) Surat Sangat Segera/Surat Kilat yaitu surat yang harus ditangani
secepat mungkin pada kesempatan pertama karena penerima harus
cepat menanggapi dan menyelesaikannya.
b) Surat Segera yaitu surat yang secepatnya perlu diselesaikan tetapi
tidak perlu pada kesempatan pertama tetapi juga harus segera dikirim
agar mendapat tanggapan dan penyelesaiannya dari pihak penerima.
c)
Surat Biasa yaitu surat-surat yang tidak perlu tergesa-gesa untuk
diselesaikan karena tidak perlu mendapat tanggapan secepatnya dari
penerima.
k. Jenis-jenis Dokumen
1) Pengertian Dokumen dan Dokumentasi
Dokumen adalah hal yang sangat penting karena merupakan sumber informasi
yang diperlukan oleh suatu instansi, organisasi, atau negara. Sedangkan
dokumentasi yaitu kegiatan mengumpulkan dokumen-dokumen.
2) Jenis-Jenis Dokumen
a) Menurut Jenisnya yaitu :
i. Dokumen fisik yaitu dokumen yang menyangkut materi ukuran, berat,
tata letak, sarana dan prasarana, dsb.
ii. Dokumen intelektual yaitu dokumen yang mengacu pada tujuan, isi
subjek, sumber, metode penyebaran, cara memperoleh, keaslian
dokumen, dsb.
b) Menurut Sifatnya yaitu :
i. Dokumen tekstual yaitu dokumen yang menyediakan informasi dalam
bentuk tertulis misalnya, majalah, buku, katalog, surat kabar, dsb.
ii. Dokumen nontekstual yaitu dokumen yang berisi beberapa teks,
misalnya, peta, grafik, gambar, rekaman, monumen, dan sejenisnya.
c) Menurut Literatur yaitu :
i. Dokumen Korporil yaitu dokumen yang mencakup materi tercetak, tidak
tercetak, prasasti, dan benda seni yang disimpan dimuseum dan
perpustakaan.
ii. Dokumen Literer yaitu setiap bahan cetak dan mencetak yang
mengandung informasi/keterangan tertentu yang berguna.
d) Menurut Kepentingan dan Kekhususnya yaitu :
i. Dokumen Pribadi yaitu dokumen yang dikumpulkan oleh perorangan
dan merupakan koleksi dokumen pribadi, misalnya, koleksi keramik atau
barang antik.
ii. Dokumen Ekonomi yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai
perkembangan perekonomian suatu bangsa dan negara. Misalnya, produk
baru, devaluasi, inflasi, deregulasi, dan ekspor-impor, neraca
perdagangan.
iii. Dokumen Sejarah yaitu dokumen yang berisi informasi sejarah peradaban
dan kebudayaan bangsa, contohnya, fosil-fosil manusia purba, naskahnaskah kuno, piagam Jakarta, dan piagam proklamasi.
iv. Dokumen Kedokteran yaitu dokumen yang berisi informasi tentang
perkembangan ilmu kedokteran atau ilmiah, misalnya, dokumen ilmu
bedah, dokumen obat-obatan, dokumen macam-macam penyakit dan cara
penyembuhannyan.
v. Dokumen Pemerintahan yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai
ketatanegaraan suatu pemerintahan, misalnya, peraturan-peraturan,
perundang-undangan, Keppres, dan ketetapan-ketetapan.
e) Menurut Dokumentasi yaitu :
i. Dokumen Primer yaitu dokumen yang berisi informasi tentang hasil
penelitian asli atau langsung dari sumbernya, contohnya, paten
penelitian, laporan, disertasi, dan kertas kerja.
ii. Dokumen Sekunder yaitu dokumen yang berisi informasi tentang
literatur primer. Pada umumnya dokumen sekunder juga disebut
bibliografi.
iii. Dokumen Tersier yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai
literatur sekunder, misalnya buku, teks panduan literatur, dan
bibliografi.
2. Studi Kasus
Teknisi di perusahaan tempat Saudara bekerja baru saja menjatuhkan komputer
notebook yang akan dikirim hari ini kepada pembeli. Akibatnya, layar pada komputer
retak dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Kerusakan akibat kelalaian tentu saja
tidak akan digaransi oleh vendor untuk melakukan pemesanan arang pengganti
memerlukan waktu hingga 7 (tujuh) hari lagi. Buatlah surat untuk menyampaikan hal
tersebut secara tertulis kepada pembeli!
Sumber: Dewi, Sutrisna. (2007). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta. ANDI
3. Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
Tulis dan jelaskan macam-macam surat berdasarkan sifatnya.
Apa bedanya surat rahasia dengan surat konfidensial? Jelaskan berikut contoh!
Tulis dan jelaskan bagian-bagian surat!
Jelaskan arti dokumen dan dokumentasi.
Tuliskan dan jelaskan 6 macam bentuk surat
C. Penanganan Surat Masuk dan Surat Keluar
1. Uraian Materi
a. Pengelolaan Surat Masuk
Kecermatan dan ketepatan waktu merupakan keharusan yang paling utama
dalam pengelolaan surat dan dokumen kantor. Sekretaris harus cekatan
dalam memproses surat-surat masuk yang ditujukan kepada pimpinan.
Setiap ada surat masuk harus segera diteliti dengan cermat dan secepatnya
disampaikan kepada pihak yang berhak menerimanya.
b. Prosedur Pengurusan Surat Masuk
Prosedur Pengurusan Surat Masuk Sederhana/Pola Lama
1) Penerimaan surat oleh petugas dari pengirim atau pengantar surat
2) Petugas memeriksa kebenaran alamat dan sifat surat yang mungkin
tercantum pada amplop. Apabila alamat yang tertera di amplop keliru
harus diserahkan kembali pada pengirim. Surat pribadi langsung
diberikan kepada yang bersangkutan. Surat dinas dibuka dan dibubuhi
cap tanggal terima atau stempel agenda, ditentukan pokok masalahnya
dan diberi kode.
3) Surat dicatat pada kartu arsip atau pada buku agenda surat masuk
4) Pembubuhan nomor urut simpan pada surat
5) Penentuan disposisi oleh sekretaris atau Kepala Tata Usaha
6) Surat diserahkan kepada pengolah untuk diproses paling lama dua hari
7) Penyimpanan. Setelah selesai diproses, surat disimpan oleh Petugas
Tata Warkat
Prosedur Pengurusan Surat Masuk Pola Baru
Pengurusan surat masuk terjadi di Unit Kearsipan dan Tata Usaha Pengolah.
1) Penerimaan Surat
Didalam organisasi, surat dan naskah masuk diterima oleh staf
penerima atau tata usaha yang ditugaskan untuk mengurusi
penerimaan surat dan naskah. Penerima mempunyai tugas :
a) Menerima surat yang disampaikan baik oleh pengantar, petugas
pos, telekom maupun oleh perorangan
b) Meneliti kebenaran alamat surat yang tertera di amplop
c) Mebubuhkan paraf pada bukti penerimaan
d) Mensortir surat
e) Membuka sampul dan mengeluarkan surat dari amplop. Jika
alamat pengirim tidak tercantum di dalam surat, maka amplop
diikutsertakan bersama suratnya. Surat distempel tanda terima
f) Meneliti kelengkapan yang ada pada lampiran surat
g) Menyampaikan surat kepada Pengarah
h) Menyampaikan surat rahasia (tertutup) kepada Pencatat
2) Pengarahan Surat
Pengarahan surat adalah kegiatan untuk menentukan unit pengolah
yang akan menindaklanjuti atau memproses surat sesuai isinya.
Pengarahan surat dilakukan oleh pengarah. Pengarah mempunyai
tugas:
a) Membaca isi surat dan menentukan surat itu tergolong penting
atau biasa
b) Menuliskan isi disposisi atau pengarahan pada lembar disposisi
: tindakan apa yang harus dilakukan terhadap surat yang
bersangkutan oleh pengolah
c) Menentukan kode klarifikasi dan indeks pada naskah surat
penting
d) Menyampaikan naskah surat penting dan biasa kepada Pencatat
3) Pencatatan Surat
Pencatatan surat ialah penulisan keterangan bagian-bagian yang
tercantum dalam naskah surat dan naskah lain yang disertakan di
dalam Kartu Kendali atau Lembar Pengantar. Pencatat mempunyai
tugas :
a) Mencantumkan nomor urut pada naskah surat
b) Mencatat naskah surat di dalam kartu kendali rangkap tiga atau
lembar pengantar rangkap dua
c) Menyampaikan naskah surat beserta kartu kendali atau lembar
pengantar kepada Pengendali Surat
4) Pengendalian Surat
Tugas pengendali surat diantaranya adalah:
a) Menerima surat beserta kartu kendali/lembar pengantar dari
pencatat
b) Meneliti keberanan nomor kode surat dan kelengkapan
lampiran
c) Menyampaikan naskah surat beserta kartu kendali II dan III
kepada Tata Usaha Unit Pengolah
d) Menyampaikan naskah surat rahasia (tertutup) dan biasa
beserta lembar pengantar rangkap dua kepada Tata Usaha
Pengolah
e) Menyusun (menyimpan) kartu Kendali I dalam almari katalog
berdasarkan urutan nomor kode
5) Penyimpanan
Penyimpan bertugas untuk menyimpan kartu kendali II dan lembar
pengantar yang diterima kembali dari Tata Usaha Pengolah sebagai
pengganti arsip selama surat dan naskahnya beserta kartu kendali III
masih disimpan di Unit Pengolah.
Pengurusan surat dan naskah pada Tata Usaha Pengolah yakni sebagai
berikut :
a) Menerima surat dari Pengendali. Apabila pencatatan surat
penting dilakukan pada kartu kendali, maka yang diterima
adalah surat beserta kartu kendali lembar II dan III
b) Membubuhkan paraf pada kartu kendali lembar II sebagai
tanda bukti naskah sudah diterima
c) Mengembalikan kartu kendali lembar II kepada Pengendali
d) Kartu kendali lembar III disimpan berdasarkan urutan nomor
kode
e) Mengisi lembar disposisi rangkap dua
f) Menerima dan menyampaikan naskah yang diterima dari Unit
Kearsipan kepada pengolah untuk diselesaikan disertai lembar
disposisi
g) Menyimpan satu lembar disposisi sebagai pengganti arsip yang
ada pada pengolah
h) Menyimpan surat dan naskah lampirannya sebagai arsip aktif
setelah selesai diolah
i) Meneriman naskah surat biasa beserta dua lembar pengantar
dari Pengendali
j) Membubuhkan paraf pada lembar pengantar sebagai tanda
bukti bahwa naskah sudah diterima
k) Mengembalikan satu lembar pengantar kepada Pengendali
Penerimaan
Penyortiran
Agenda Masuk
Kepala Bagian
Pimpinan
Disposisi
Disposisi
Kepala Bagian
Disposisi
Sekretaris/Kepala Tata Usaha
Diproses
Gambar Prosedur Pengurusan Surat Masuk
Sumber: The Liang Gie.2007.Administrasi Perkantoran Modern
Tabel Contoh Format Lembar Disposisi 1
Sumber: Ida Nuraida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.
LEMBAR DISPOSISI
Dari
: …………….……..
Tanggal terima : ……………………
No. Surat
Perihal
: ……………………
: ……………………..
Tanggal Surat : ………………………...
PENGOLAH
ISI DISPOSISI (Lingkari)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Dicatat
Disimpan
Dikonsultasikan
Dijawab
Diberi komentar
Dibuatkan konsep
Dikerjakan
Dihadiri
Diselesaikan
Diperiksa
Contoh Format Lembar Disposisi 2
PPMB
JL. RAWAMANGUN MUKA GDG L
LEMBAR DISPOSISI
Dari
: …………………………………………………..
Tanggal terima
: ………………………………………………….
No. Surat
: ………………………………………………….
Perihal
: ………………………………………………….
Tanggal surat
: ………………………………………………….
No.
PENGOLAH
1
Direktur Utama
2
Direktur Produksi
3
Direktur Pemasaran
4
Direktur Sistem Inf.
5
Unit Litbang
6
Bagian Humas
7
Bagian Perbekalan
8
Bagian Personalia
9
Bagian Keuangan
10
Bagian Umum
V
ISI DISPOSISI
V
Mohon ditanggapi
Proses Pengurusan Surat Masuk Penting
Unit Kearsipan
Penerima
Sur at
Pencatat Surat
Surat
Pe nting
Unit Pengo lah
Pengarah Surat
I
I
II
Penata
Arsip
Surat
Penting
II
II
III
III
III
I
II
II
Gambar Proses Pengurusan Surat Masuk (Penting)
B ag an Pen g uru san Su rat M asu k B ias a ( R u tin )
Pe ne ri ma
P en cata t
1
L em b ar
D isp o sis i
2
P en ga ra h
1
2
P en a ta
Ar si p
Tata Usa ha
Pe ng ol ah
1
Pi mp in an
Pe ng ol ah
P el aksa na
P e ng ola h
1,2
2
1 ,2
L em b ar
Pe n ga ntar
S im p a n
S u rat
Gambar Proses Pengurusan Surat Masuk Biasa (Rutin)
Sumber: The Liang Gie.2007.Administrasi Perkantoran Modern
Tabel Format Kartu atau Buku Agenda Surat Masuk
Sumber: Ida Nuraida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius
Halaman:
Tanggal
No
Pengirim
Terima
Urut
Tanggal
Surat
Nomor
Surat
Perihal
(Agenda)
Bertalian
Dengan
Agenda
Perbal
No.
Keterangan
No.
PPMB
GDG.L, JL. RAWAMANGUN MUKA
JAKARTA 12330
KARTU ARSIP
Tgl.
Dari
No./Ket.
Tgl.
Kepada
No./Ket
1-2-04
Kantor Kopertis
1.
-
4-2-04
Kantor Kopertis
1.
5-3-04
Dirjendekti
2.
-
-
c.
Prosedur Pengurusan Surat Keluar
Prosedur Pengurusan Surat Keluar Sederhana/Pola Lama
1) Konsep surat dibuat oleh ketua, sekretaris, kepala seksi atau petugas
tata usaha
2) Pemeriksaan konsep surat oleh sekretaris baik segi kebenaran isi
maupun bentuknya
3) Persetujuan konsep surat dan pengetikan oleh petugas tata usaha
4) Pembacaan hasil pengetikan, pemeriksaan kelengkapan surat,
pengesahan dan penandatanganan oleh ketua atau sekretaris,
pembubuhan cap tanggal kirim, pelipatan surat dan pemasukaannya
ke dalam amplop, pembubuhan perangko, pemberian perekat pada
amplop oleh petugas tata usaha
5) Pencatatan pada kartu arsip atau buku agenda surat keluar
6) Pencatatan pada kartu ekspedisi dan diberikan kepada petugas
pengantar (ekspeditur) untuk dikirimkan
7) Penyimpanan arsip
Bagan Pengurusan Surat Keluar
Pengi rim
Pencatat
Pengarah
Penata
Arsip
Tata Usaha
Pengol ah
Dik etik
D ikir im
Pimpinan
Pengolah
Disposisi
Hasi l Pe ngola ha n
Surat
Kons ep Dite liti
Pengons epan Surat
S ur at Di ta ndatanga ni
D iisi Kode
Ket. Le mbar
Disposis i
Surat
Pe rt in gg al
A sli &
Te m b usa n
Pel aksana
Pengolah
Kartu Kendali
1
2
3
Gambar Bagan Pengurusan Surat Keluar
Pengurusan Surat Keluar Pola Baru
Pengurusan surat beserta naskah surat keluar adalah kegiatan yang dilakukan oleh
Tata Usaha Pengolah dan atau Unit Kearsipan dalam pelaksanaanya.
1) Tata Usaha Pengolah mempunyai tugas sebagai berikut :
a) Naskah keluar dicatat pada kartu kendali rangkap tiga
b) Menyampaikan konsep surat atau naskah beserta kartu
kendali rangkap tiga kepada Pengendali di Unit Kearsipan
c) Kartu kendali lembar ke-III disimpan menurut urutan nomor
kode
d) Mengendalikan surat atau naskah yang belum selesai
pengolahannya kemudian menyampaikan surat atau naskah
yang sudah selesai pengolahannya kepada Penyimpan
2) Unit Kearsipan melaksanakan kegiatan pengendalian penyimpanan,
dan pengiriman pengendali mempunyai tugas :
a) Memberikan nomor urut sesuai pada kartu kendali
b) Menyimpan kartu kendali lembar I menurut urutan nomor
kode
c) Menyampaikan kartu kendali lembar II kepada Penyimpan
d) Mengembalikan kartu kendali lembar III kepada Tata Usaha
Pengolah
e) Mengembalikan konsep yang diterima dari Pengirim kepada
Tata Usaha Pengolah
Penyimpan bertugas untuk menyimpan kartu kendali lembar II
menurut urutan nomor kode sebagai pengganti arsip selama naskah
atau surat masih berada di Unit Pengolah.
Sedangkan Pengirim mempunyai tugas:
a)
b)
Mengirim surat sesuai alamat yang dituju dalam surat
Menyampaikan konsep kepada Pengendali
Unit Kearsipan
Unit Pengolah
Surat
Asli
Pencatat Surat
Surat
Asli
I
Ekspedisi
I
II
III
T
Penata Arsip
T
I
II
Pengarah
Surat
II
II
III
DITELITI
II
DISIMPAN
DISIMPAN
Gambar Bagan Pengurusan Surat Keluar Pola Baru
Sumber: The Liang Gie.2007.Administrasi Perkantoran Modern
Tabel Format Buku Ekspedisi
NO.
TANGGAL
KEPADA
PARAF/
CAP POS
Tabel Format Kartu atau Buku Agenda Surat Keluar
No.
Kepada Nomor Perihal Bertalian
Keterangan
Tanggal
Surat
dengan
Kirim/surat Urut
(Perbal)
Agenda Perbal
No.
No.
Tabel Format Kartu atau Buku Agenda Tunggal Surat Masuk dan Keluar
age
nda
no
Tanggal/
terima
kirim
M/
K
Pengiri
m
Kpd
No.sura
t
Tgl surat
Perihal
Tabel Surat Penunjuk
SURAT PENUNJUK
Hal
: Pelatihan calon tenaga pengajar
Dari
: Bagian Proyek Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional, Indonesia
Tanggal
: 20 Juni 2010
No
: 125/BPPK-SDM/III/2010
DISIMPAN PADA BERKAS :
PELATIHAN CALON TENAGA PENGAJAR
Sumber: The Liang Gie. 2007. Administrasi Perkantoran Modern
Keterangan
d.
Mesin dan Perlengkapannya
Berikut merupakan mesin dan perlengkapan yang penting dalam proses
mengurus surat masuk:
1)
2)
3)
4)
Mesin/alat untuk membuka surat
Cap untuk membubuhi tanggal
Perlengkapan untuk menyortir
Mesin fotokopi
Mesin fotokopi dipergunakan untuk membuat beberapa salinan
dari surat yang masuk; bagikan aslinya kepada orang yang akan
mengerjakannya dan lembar kopi kepada orang lain yang
berhubungan (tidak boleh ditangguhkan dan orang-orang lain yang
berhubungan menerima keterangan pada hari yang sama).
e. Pengelolaan Surat Keluar
Proses yang harus dilakukan dalam mengelola surat keluar adalah bahwa
surat yang akan dikirim adalah surat yang sudah di tanda tangani oleh pihak
yang berwenang untuk menanda tangani. Adapun proses berikut adalah
yang lazim ditempuh:
1) Tentukan dimana amplop harus diketik; pada waktu mengetik
surat atau dipusatkan.
2) Berikan instruksi bahwa surat yang memerlukan perhatian khusus
harus diberi tanda khusus pada sudut kanan bagian atas.
3) Pastikan bahwa pegawai pos berhubungan secara teratur dengan
surat dan menyortirnya unatuk surat ”dalam negeri” dan ”surat
luar negeri” Pergunakan mesin lipat dan mesin materai apabila
harus dimasukkan ke pos dalam jumlah yang banyak.
4) Hindarkan menaruh surat pada amplop yang salah.
5) Tulis rincian yang singkat dari semua surat dalam buku pos.
6) Tentukan metode yang dipakai dalam pembubuhan cap.
7) Semua surat yang dikirim harus dicatat terlebih dahulu dalam Buku
Agenda surat Keluar.
f. Pesan Email dan Memo Rutin
Dalam perkembangan organisasi saat ini, telah terjadi perubahan dalam
komunikasi internal. Di masa lalu, pesan tertulis dari dalam organisasi
berbentuk memo yang menggunakan kertas. Tetapi saat ini e-mail telah
menjadi pilihan media komunikasi. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh
Emailthatpays dan Ipsos-Reid, hasilnya menunjukkan e-mail telah mengubah
secara mendasar cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain dan telah
menjadi sebuah sarana penting untuk berkomunikasi di kantor. Sebanyak 85
persen orang kanada yang online percaya bahwa e-mail telah membuat mereka
lebih efisien, dan hampir dua pertiga (62 persen) lebih suka berkomunikasi
lewat e-mail daripada metode lainnya.
Fungsi utama e-mail adalah untuk bertukar pesan atau informasi didalam
organisasi. Komunikasi internal semacam itu semakin penting sekarang ini.
Organisasi mengalami perampingan, rantai komando yang semakin mendatar,
pembentukan tim kerja, dan pemberdayaan pangkat-dan-arsip karyawan.
Dengan diberi lebih banyak wewenang untuk mengambil keputusan,
karyawan menemukan bahwa mereka butuh lebih banyak informasi. Mereka
harus mengumpulkan, melakukan pertukaran, dan mengevaluasi informasi
yang berkaitan dengan produk dan layanan yang mereka tawarkan.
Manajemen juga memerlukan input dari karyawan agar dapat cepat tanggap
terhadap perubahan pasar lokal dan global. Permintaan akan informasi yang
semakin meningkat ini juga berarti meningkatkan penggunaan e-mail,
meskipun memo dengan kertas masih digunakan.
Mengembangkan keterampilan dalam menulis pesan e-mail dan memo
memberikan dua manfaat penting. Pertama, dokumen yang ditulis dengan
baik cenderung mencapai tujuannya. Dokumen tersebut menciptakan kesan
baik karena ditulis dengan hati–hati, perhatian, dan jelas. Kedua, pesan
internal yang ditulis dengan baik meningkatkan citra seorang
karyawan/pimpinan di dalam organisasi. Individu yang dianggap sebagai
penulis yang kompeten dan profesional dihargai dan diperhatikan; paling
sering, mereka adalah orang–orang yang dipromosikan ke dalam posisi
manajemen. Pesan yang terus terang ini yaitu e-mail rutin dan memo dibuka
dengan ide utama karena topiknya tidak sensitif dan hanya membutuhkan
sedikit persuasi. Didalam modul ini akan mempelajari dan membahas tentang
karakteristik, proses penulisan, dan organisasi untuk pesan e-mail dan memo.
Karena e-mail merupakan saluran komunikasi yang baru dan sangat berguna,
perhatian khusus akan diberikan pada cara penggunaan yang aman dan
efektif. Terakhir, modul ini akan memberikan pelajaran untuk menulis memo
prosedur, informasi, permintaan, jawaban, dan konfirmasi.
Karakteristik Pesan E-Mail dan Memo yang Berhasil
Pada organisasi saat ini pesan e-mail dan memo merupakan bentuk
komunikasi standar dan akan menjadi media komunikasi bisnis yang paling
umum digunakan. Pesan yang sangat diperlukan ini digunakan untuk
memberi informasi pada karyawan, meminta data, memberi respons,
mengimformasi keputusan, dan memberi arahan. Pesan e-mail dan memo yang
baik umumnya mempunyai karakteristik tertentu.
To (Kepada), From (Dari), Date (Tanggal), Subject (Judul Subjek)
E-mail dan memo mengandung judul kata penunjuk. Judul ini membantu
pembaca segera mengidentifikasi tanggal, asal, maksud, dan tujuan sebuah
pesan. Sebagai catatan bahwa pesan e-mail yang dikirim keluar tidak perlu
disertai waktu kirim karena hal itu diselipkan secara otomatis oleh komputer.
Posisi waktu penerimaan pada pesan e-mail yang masuk bervariasi tergantung
pada program komputer yang digunakan. Posisi waktu kirim dalam memo
kertas juga fleksibel.
Satu Topik
Pesan e-mail dan memo yang baik umumnya hanya membahas satu topik.
Membatasi topik membantu penerima bertindak terhadap subjek dan
mengarsipnya dengan tepat. Seorang penulis memo yang, misalnya,
menjelaskan sebuah masalah printer komputer dan juga meminta izin untuk
menghadiri sebuah konferensi mempunyai risiko kegagalan 50 persen.
Pembaca mungkin merespons masalah printer tetapi melupakan tentang
permintaan izin konferensi.
Bersifat Percakapan
Nada pesan e-mail dan memo diharapkan bersifat percakapan karena pihak –
pihak yang berkomunikasi biasanya sudah saling kenal. Hal ini berarti kadang
– kadang dalam bahasa Inggris menggunakan singkatan (I’am, you’ll), kata
sehari–hari, dan kata ganti orang pertama (saya/kami). Meskipun demikian,
nadanya juga harus tetap profesional. E-mail begitu cepat dan begitu mudah
digunakan sehingga ada saja penulis yang tergoda ke dalam suatu sikap
“kurang profesional yang mengherankan”. Meskipun hangat dan bersahabat,
pesan e-mail seharusnya tidak emosional. Jangan pernah menyertakan kata–
kata yang tidak seharusnya diucapkan di hadapan seseorang.
Keringkasan
Sebagai bentuk fungsional komunikasi, e-mail dan memo hanya mengandung
apa yang perlu disampaikan dengan sopan. Sering kali, e-mail dan memo
hanya membutuhkan sedikit penjelasan latar belakang dan perhatian sebagai
upaya untuk memberi kesan baik kepada pihak luar dibandingkan surat. Hal
yang harus diperhatikan ialah menghindari kata–kata yang terlalu panjang
lebar. Selain itu hindari kalimat pembuka yang panjang (saya menulis memo
ini untuk memberitahukan kepada Anda bahwa), dan frase yang berlebihan
(karena fakta bahwa).
Penyorotan Grafis
Untuk menonjolkan ide–ide yang penting dan meningkatkan keterbacaan,
penulis e-mail dan memo menggunakan teknik penyorotan grafis secara bebas.
Isi memo cetakan ditingkatkan dengan daftar nomor atau bullet, heading, tabel,
dan teknik lain. Beberapa program e-mail mungkin tidak mentransmisikan
cetak miring, cetak tebal, atau dua set kolom. Namun, keterbacaan dengan
paragraf yang baik dapat ditingkatkan dengan menggunakan poin bullet atau
tanda bintang (asterisk), dan heading sisi, terutama untuk pesan yang lebih
panjang. Pembaca enggan menelisik layar komputer untuk melihat tulisan
yang penuh. Sebagai contoh perusahaan di Eropa telah banyak menggunakan
e-mail, namun para penggunanya kurang toleran pada penulis yang tidak
mengikuti kaidah menulis. Mereka tidak akan menoleransi tulisan yang tidak
menarik, tidak terpahami, dan “sampah data yang tak dapat dicerna”.
Proses Penulisan
“Salah satu ciri revolusi informasi yang paling mengagumkan,“ kata wakil
direktur sebuah organisasi teknologi, adalah bahwa “momentum telah
berbalik pada kata tertulis.” Pebisnis menulis lebih banyak pesan daripada
sebelumnya, dan banyak dari tulisan itu adalah e-mail dan memo. Agar efektif,
pesan internal yang baik memerlukan persiapan yang teliti. Meskipun hal itu
sering terlihat rutin, e-mail dan memo mungkin menjangkau lebih jauh dari
yang diperkirakan. Pertimbangkan peneliti pasar di Vancouver, yang baru
bekerja dan ingin menyenangkan atasannya, yang meminta laporan kemajuan
proyeknya. Tanpa pikir panjang, ia segera mengirim sebuah ringkasan singkat
mengenai pekerjaannya dalam sebuah e-mail kepada atasannya. Kemudian
dalam minggu itu juga seorang wakil direktur meminta atasannya itu
melaporkan kemajuan proyek tersebut, dan atasannya pun meneruskan memo
dari peneliti pasar yang tergesa–gesa itu. Kesan buruk yang muncul pun sulit
diatasi oleh karyawan baru itu.
Penulisan yang teliti memerlukan waktu--terutama pada awalnya. Namun,
dengan mengikuti rencana yang sistematis dan melatih keterampilan, tentu
akan meningkatkan hasil yang dicapai. Selain itu, ingatlah bahwa upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan keahlian komunikasi akan membawa hasil
yang besar. Sering kali, kemampuan berbicara dan menulis menentukan
seberapa besar pengaruh seseorang dalam organisasi. Seperti juga tugas
penulisan lainnya, menulis e-mail dan memo mengikuti tiga tahap proses
penulisan yang sama.
Analisis, Antisipasi dan Adaptasi
Dalam tahap 1 (prapenulisan) perlu menghabiskan beberapa waktu untuk
menganalisis tugas. Banyak orang yang bekerja dengan pena atau komputer
tanpa terlebih dahulu memfokuskan pikiran untuk bekerja. Untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya ajukan tiga
pertanyaan penting kepada diri sendiri sebelum memulai membuat memo:
1) Apakah saya sudah benar – benar perlu menulis e-mail dan memo ini?
Menelpon atau kunjungan singkat kepada seorang rekan yang dekat
mungkin dapat menyelesaikan masalah serta menghemat waktu dan biaya
pesan tertulis. Di sisi lain, sejumlah pesan tertulis membutuhkan catatan
permanen. Keputusan lain adalah apakah menulis memo kertas atau
mengirim secara elektronik. Banyak kantor yang sedang menuju sebuah
tempat kerja tanpa kertas.
2) Mengapa saya menulis?
Ketahui terlebih dahulu apa alasan untuk menulis dan harapan apa yang
ingin dicapai. Hal ini akan membantu mengenali poin–poin penting dan di
mana menempatkannya.
3) Bagaimana pembaca akan bereaksi?
Visualisasikan pembaca dan pengaruh pesan yang disampaikan
terhadapnya. Pertimbangkan cara–cara untuk menyampaikan pesan agar
bermanfaat bagi pembaca.
Riset, Organisasi, dan Komposisi
Dalam tahap 2 (penulisan) yang dilakukan pertama ialah memeriksa arsip,
memperoleh dokumentasi, dan mempersiapkan pesan. Buat sebuah bagan
yang berisi poin–poin yang ingin ditulis. Untuk pesan singkat, sebaiknya catat
pada dokumen yang akan dijawab. Pastikan untuk melakukan revisi, sebab
pesan yang baik jarang diperoleh pada usaha pertama.
Revisi, Koreksi dan Evaluasi
Penulis yang teliti dan penuh perhatian merevisi pesan mereka, mengoreksi
draf akhir, dan mengevaluasi keberhasilan komunikasi mereka.
1) Merevisi untuk kejelasan.
Dipandang dari perspektif penerima, apakah ide pesan sudah jelas?
Apakah ide itu membutuhkan lebih banyak penjelasan? Bila memo
tersebut diteruskan kepada orang lain, apakah mereka memerlukan
penjelasan lebih lanjut? Pertimbangkan untuk meminta seorang rekan
mengkritik pesan jika pesan tersebut penting.
2) Mengoreksi ketepatan.
Apakah kalimat–kalimat lengkap dan diberi tanda baca dengan tepat?
Apakah ditemukan kesalahan cetak atau kata yang salah eja? Gunakan
pemeriksaan ejaan dan tata bahasa Anda untuk mengoreksi pesan sebelum
mengirimkannya.
3) Merencanakan umpan balik.
Bagaimana cara mengetahui pesan yang dikirim berhasil? Pergunakan
umpan balik dengan mengajukan pertanyaan (seperti Apakah Saudara
setuju dengan saran ini?) dan membuatnya mudah bagi penerima untuk
merespons.
g. Organisasi Pesan E-mail dan Memo
Baik elektronik atau dengan kertas, memo rutin biasanya mengandung empat
bagian :
1)
2)
3)
4)
baris subjek yang meringkas pesan,
pembukaan yang mengemukakan ide utama dengan segera,
isi yang menjelaskan dan menjustifikasi ide utama, dan
penutup berupa tindakan yang diharapkan. Perlu diingat bahwa pesan
rutin menyampaikan berita baik atau informasi standar.
Baris Subjek
Dalam e-mail dan memo, baris subjek merupakan keharusan. Baris ini
meringkas ide pokok, yang memberi identifikasi cepat untuk membaca dan
mengisi. Sebuah baris subjek biasanya ditulis dalam gaya yang disingkat,
sering tanpa kata sandang (sebuah, suatu). Hal itu tidak perlu berupa kalimat
lengkap, dan tidak harus diakhiri dengan titik. Baris subjek e-mail sangat
penting. Baris subjek e-mail sangat penting. Baris subjek yang tak bermakna
(seperti halo atau penting) bisa membuat pembaca menghapus pesan tanpa
pernah membukanya. Baris subjek yang baik sering mengandung bentuk kata
kerja atau permintaan tindakan:
SUBJEK: Memerlukan Anda untuk Mendemonstrasikan Dua Produk pada
Pameran Perdagangan kami Selanjutnya (bukan hanya Pameran
Perdagangan)
SUBJEK: Menambah Kemampuan Peranti Lunak Pesan Kita (bukan hanya
Peranti Lunak Baru)
SUBJEK: Rapat Staf untuk Membahas Jadwal Liburan Musim Panas
(bukan hanya rapat)
Pembukaan
Kebanyakan memo dan e-mail meliputi informasi yang tidak sensitif yang
dapat disampaikan secara terus terang. Menurut eksekutif organisasi Doris
Margonine “memo yang mengena pada saya menyampaikan secara langsung
apa yang ada di benak penulis.” Mulailah dengan muatan utama, yaitu
mengungkapkan ide utama dengan segera. Meskipun tujuan memo atau e-mail
telah diringkas dalam baris subjek, tujuan tersebut harus dinyatakan kembali-dan diperjelas--dalam kalimat pertama. Beberapa pembaca melewatkan baris
subjek dan langsung loncat ke kalimat pertama. Perhatikan bagaimana
pembukaan tidak langsung berikut ini dapat diperbaiki dengan muatan depan
(frontloading).
I
s
i
I
s
i
m
e
n
c
a
k
u
p
Pembukaan Tidak Langsung
Pembukaan Langsung
Selama enam bulan terakhir,
Departemen Produksi telah
mempertimbangkan
untuk
menambah mesin-mesin baru.
Silahkan
melihat
proposal
berikut ini berkaitan dengan
program penambahan mesinmesin baru, dan mohon beritahu
kami selambatnya tanggal 20 Mei
jika Anda menyetujui perubahan
ini.
Sebagaimana Saudara ketahui,
karyawan di Bagian Produksi
telah
mengeluh
tentang
jumlah produksi yang tidask
meningkat tiap waktunya.
Bila Anda setuju, saya akan
memesan mesin potong model
terbaru seharga $189 per mesin
untuk digunakan di Pusat
Produksi
l
e
b
i
h
b
a
n
y
a
k
i
n
formasi mengenai alasan menulis. Hal itu menjelaskan dan mambahas subjek
secara logis. Rancang data dengan baik agar mudah dipahami dengan
menggunakan daftar nomor, heading, tabel, dan teknik penyorotan grafis
lainnya. Bandingkan dua versi dari pesan yang sama berikut ini. Amati
bagaimana sarana grafis dengan kolom, heading, dan ruang kosong membuat
poin – poin utama mudah dipahami.
1) Versi Paragraf yang Sulit Dibaca
Panduan perjalanan udara berikut ini berlaku efektif. Antara sekarang
dan tanggal 31 Desember, hanya para account executive yang boleh
melakukan perjalanan udara dengan biaya organisasi. Orang – orang ini
diperbolehkan mengambil maksimum dua kali perjalanan, dan mereka
hanya boleh menggunakan kelas ekonomi atau bisnis.
2) Versi yang Lebih Baik dengan Penyorotan Grafis
Panduan perjalanan udara berikut ini segera berlaku efektif:
Yang boleh melakukan perjalanan udara :
Hanya para account executive
Berapa kali perjalanan dinas :
Maksimum dua kali
Sampai kapan :
Antara sekarang dan tanggal 31 desember
Kelas pesawat :
Hanya kelas ekonomi atau bisnis
Penutupan
Pada umumnya pesan diakhiri dengan (1) informasi tindakan, tanggal, atau
tenggat waktu, (2) ringkasan pesan, atau (3) pikiran penutup. Di sini sekali lagi
berpikir terlebih dahulu sebelum mulai menulis adalah penting. Penutup
adalah bagian di mana pembaca dapat melihat tenggat dan tindakan yang
diharapkan. Penutup memo atau e-mail yang efktif misalnya, Mohon serahkan
laporan Anda sebelum tanggal 15 Juni sehingga kami mempunyai data Anda
sebelum sesi perencanaan Juli kami.
Dalam pesan yang lebih rumit sebuah ringkasan poin utama mungkin lebih
tepat sebagai penutup. Bila tak ada permintaan tindakan dan tidak diperlukan
ringkasan penutup, pesan dapat diakhiri dengan sebuah pikiran kesimpulan
sederhana (saya senang menjawab pertanyaan Anda atau kelihatannya ini
merupakan proyek yang berguna). Menutup pesan untuk memberikan kesan
baik kepada rekan kerja memang jarang ditemukan dibanding dengan surat
untuk pelanggan atau klien, beberapa pikiran penutup sering diperlukan
untuk menunjukkan kesopanan. Penutup bisa menunjukkkan terima kasih
atau mendorong umpan balik dengan uangkapan seperti saya sungguh
menghargai kerjasama Anda atau apa ide Anda untuk proposal ini? Penutup
lainnya melihat pada tindakan selanjutnya, seperti bagimana Anda ingin
meneruskannya? Hindari penutupan dengan mohon beritahu saya bila Anda
membutuhkan bantuan lebih lanjut. Penutup yang berlebihan ini terdengar
mekanis dan tidak lulus.
Menggunakan Email Dengan Aman dan Efektif
Penggunaan pemula e-mail disarankan untuk “mengabaikan pertimbangan
gaya dan tata bahasa.” Mereka berpikir bahwa “kata yang terbang” demikian
julukan pesan e-mail, memerlukan sedikit pengeditan dan pengoreksian.
Koresponden menggunakan emoticon (seperti wajah gembira di samping)
untuk mengekspresikan emosi mereka. Dan banyak e-mail saat ini masih
terkesan dibuat seadanya dan kotor. Tetapi seiring dengan kematangan
saluran komunikasi ini, pesan pun menjadi semakin pantas dan profesional.
Saat ini, pesan e-mail rata – rata bisa tetap berada dalam sistem komputer
organisasi sampai lima tahun. Dan dalam sejumlah situasi satu – satunya
kesan seseorang tentang penulis e-mail adalah dari pesan yang dikirimkan.
Komunikator bisnis yang bijaksana yang menggunakan e-mail menyadari
bahaya ini. Mereka tahu bahwa pesan mereka dapat tersebar (dengan sengaja
atau tidak) ke mana – mana. Sebuah catatan yang dikonsep dengan tergesa –
gesa mungkin berakhir di kotak suratatasan atau diteruskan ke kotak surat
musuh. Yang membuat segalanya lebih buruk, komputer—seperti juga gajah
dan kekasih yang ditolak—tidak pernah melupakan. Bahkan pesan yang
sudah dihapus bisa tetap berada dalam disk drive. “Hal itu seakan – akan orang
memegang otak mereka ketika mereka menulis e-mail,” kata seorang pakar.
Mereka berpikir bahwa e-mail “merupakan pengganti percakapan telepon,
itulah bahayanya.” E-mail mengandung sejumlah bahaya, baik bagi karyawan
maupun atasan, sebagimana dibahas dalam kotak Bimbingan Karier.
Penggunaan E-Mail yang Cerdas
Namun, di samping berbahaya dan keterbatasannya, e-mail semakin menjadi
saluran pilihan untuk mengirim banyak pesan bisnis. Karena e-mail telah
menjadi saluran komunikasi utama, maka penting untuk meluangkan waktu,
menyusunnya dengan teliti, memerhatikan ketepatan tata bahasa dan tanda
baca.
Mulai menulis
Petunjuk berikut ini akan membantu melakukan permulaaan yang baik dalam
menggunakan e-mail secara aman dan efektif.
1) Menyusun secara offline.
Daripada menulis pesan dengan terburu – buru, gunakan program
pengolah kata untuk menulis secara offline. Kemudian masukkan pesan
ke jaringan e-mail. Hal ini untuk menghindari “merusak diri”
(kehilangan semua tulisan karena kekeliruan atau menekan tombol
yang salah) ketika bekerja online.
2) Tulis alamat dengan benar.
Alamat e-mail kadang kala rumit, dan sering tidak logis. Kurang satu
karakter atau salah menggunakan huruf I untuk angka 1, maka pesan
tidak akan terkirim. Solusi: Gunakan buku alamat elektronik untuk
orang–orang yang sering berkomunikasi dengan e-mail. Dan periksa
ulang setiap alamat yang diketik secara manual. Pastikan juga untuk
tidak menjawab kepada sekelompok penerima ketika yang dimaksud
hanya menjawab satu orang.
3) Hindari baris subjek yang menyesatkan.
Dengan membanjirnya spam (e-mail sampah) yang memenuhi kotak
masuk (inbox), pastikan baris subjek relevan dan membantu. Kata
generik seperti hai dan persetujuan yang bagus bisa membuat pesan
dihapus sebelum dibuka.
Isi, Nada dan Ketepatan
Meskipun e-mail tampaknya sesederhana telepon, sebenarnya tidak. Sebab email menghasilkan catatan permanen, pikirkan kembali apa yang akan
dikatakan dan cara untuk mengatakannya.
1) Buat ringkas. Jangan membebani pembaca dengan informasi yang tidak
perlu. Ingat bahwa ukuran monitor kecil dan ketikan sering sulit untuk
dibaca. Susun ide–ide dengan ringkas.
2) Jangan kirim apapun yang tidak ingin dipublikasikan. Karena e-mail
kelihatan seperti percakapan telepon atau orang ke orang, penulis
terkadang mengirim pesan yang sensitif, rahasia dan bersifat
menghasut atau berpotensi memalukan. Berhati–hatilah! E-mail
menghasilkan catatan permanen yang sering tidak hilang bahkan
dihapus. Dan setiap pesan merupakan komunikasi yang bisa
mengakibatkan perkara hukum. Jangan menulis apapun yang tidak
ingin diketahui oleh orang yang tidak ada hubungannya dengan pesan
yang akan dikirim.
3) Jangan menggunakan e-mail untuk menghindari kontak. E-mail tidak
tepat digunakan untuk mengumumkan berita buruk atau menetapkan
argumen. Sebagai contoh, tidak tepat memecat seseorang melalui e-mail.
Hal itu juga bukan saluran yang bagus untuk mengatasi konflik dengan
penyelia, bawahan atau lainnya. Bila ada kemungkinan menyakitkan
perasaan, gunakan telepon atau kunjungi orang tersebut.
4) Jangan pernah merespon ketika sedang marah. Selalu ambil beberapa
saat untuk menenangkan emosi sebelum menulis respon pada pesan
yang mengecewakaan. Alternatif yang berbeda sering muncul, maka
pikirkan dengan baik apa yang akan dikatakan. Jika mungkin, atasi
perbedaan dalam diri setiap orang.
5) Memerhatikan ketepatan. Orang masih tetap dinilai berdasarkan
tulisannya, entah ditulis secara elektronik atau dengan kertas. Pesan email yang tidak rapi (kurang tanda petik, ejaan yang salah, tulisan yang
tidak didasari) membuat para pembaca bekerja terlalu keras. Mereka
marah bukan hanya pada informasi tetapi juga penulisnya.
6) Tahan humor dan komentar yang menjilat. Tanpa isyarat nonverbal
yang disampaikan oleh wajah dan suara, humor tetap dengan mudah
dipahami.
Etika
Meskipun e-mail merupakan saluran komunikasi baru, ada sejumlah aturan
kesopanan berinteraksi secara online yang perlu diperhatikan.
1) Batasi kecenderungan untuk mengirim dokumen ke semua pihak. Kirim
kopi dokumen hanya kepada orang yang benar–benar perlu melihat
sebuah pesan. Tidak perlu mendokumentasi setiap keputusan dan
tindakan bisnis secara elektronik.
2) Jangan pernah mengirim “spam”. Empat puluh tiga persen pemakai
internet mengatakan bahwa hal yang paling mengesalkan mereka
dalam penggunaan e-mail adalah spam (pesan e-mail yang tidak
diminta).
3) Pertimbangkan menggunakan label pengidentifikasi. Jika diperlukan
tambahkan salah satu dari label berikut ini pada baris subjek: ACTION
(Tindakan yang diperlukan, mohon respons), FYI (For Your Information,
tidak perlu respons), RE (Ini adalah balasan untuk pesan lain), URGENT
(Tolong jawab segera). Beberapa program e-mail memungkinkan Anda
mengetahui pesan yang mendesak.
4) Gunakan huruf kapital hanya untuk penekanan atau untuk judul.
Hindari menulis seluruh pesan dalam huruf kapital, yang seperti
BERTERIAK.
5) Beritahu kalau ada lampiran. Jika mengirim sebuah lampiran yang
panjang, beritahukan kepada penerima pesan. Apabila diperlukan,
pastikan terlebih dahulu penggunaan format yang tepat sebelum pesan
dikirim.
6) Jangan meneruskan pesan tanpa izin. Cari persetujuan sebelum
meneruskan sebuah pesan.
Membalas E-mail
Tips berikut ini dapat menghemat waktu dan mengurangi frustasi ketika
membalas pesan.
1) Baca dulu semua pesan dalam kotak masuk sebelum menjawabnya satu
persatu. Karena pesan berikutnya sering mempengaruhi cara
merespons, baca dulu semuanya (terutama semua pesan dari orang
yang sama).
2) Jangan secara otomatis membalas pesan pengirim. Ketika membalas, cut
and paste (potong dan tempel) bagian yang relevan. Hindari
menyusahkan penerima pesan dengan mengembalikan seluruh
“berkas” (urutan pesan) tentang suatu topik. Banyak pengguna yang
mahir dapat mengatur pilihan program mereka sehingga hanya respons
mereka saja yang terkirim.
3) Revisi baris subjek jika topik berganti. Ketika membalas atau
meneruskan pertukaran e-mail, revisilah baris subjek jika topik berganti.
Penggunaan Pribadi
Ingat bahwa komputer kantor dimaksudkan untuk komunikasi yang
berkaitan dengan pekerjaan.
1) Jangan gunakan komputer organisasi untuk masalah pribadi. Kecuali
kalau organisasi secara khusus mengizinkan, jangan pernah
menggunakan komputer organisasi untuk pesan pribadi, belanja
pribadi, atau hiburan.
2) Anggap bahwa semua e-mail diawasi. Pemilik organisasi berhak secara
legal mengawasi e-mail, dan banyak yang melakukannya.
Pengunaan E-mail yang Cerdas Lainnya
Tergantung pada pesan dan audiensi, tips berikut ini mendorong komunikasi
elektronik yang efektif.
1) Gunakan desain untuk meningkatkan keterbacaan pesan panjang. Jika
Sebuah pesan memerlukan beberapa layar, bantu pembaca dengan
heading, daftar bullet, heading pinggir dan mungkin ringkasan
pendahuluan yang menjelaskan isi. Meskipun teknik ini
memperpanjang sebuah pesan, mereka mempersingkat waktu
membaca.
2) Pertimbangkan perbedaan budaya. Ketika menggunakan sarana yang
tanpa batas ini, bahasa harus jelas dan akurat. Ingat bahwa kiasan yang
klise (menaikkan taruhan, memainkan biola kedua), istilah–istilah
olahraga (melakukan home run, bermain sportif) dan ucapan populer
(keren, nyalakan) dapat membingungkan di negara lain.
3) Periksa kembali sebelum menekan tombol send (kirim). Apakah pesan
sudah lengkap? Hindari keperluan mengirim pesan yang kedua, yang
membuat kesan ceroboh. Gunakan pemeriksa ejaan dan baca kembali
untuk menilai kelancarannya sebelum mengirim.
2. Studi Kasus
Penggunaan Internet Anda Dapat Membuat Anda Dipecat
Penyalahgunaan Internet oleh karyawan telah merugikan pemilik bisnis hingga jutaan
dolar dalam perkara hukum dan hilangnya produktivitas. Banyak organisasi telah
memecat atau mendisiplin karyawannya karena belanja online, judi, gosip dan
melakukan berbagai aktivitas nonbisnis. Aktivitas yang disengaja ini, sama seperti yang
tidak sengaja tetapi karena kecerobohan, dapat melahap sumber daya jaringan dan
membuang waktu kerja yang berharga. Tidak mengherankan jika organisasi semakin
memantau dan membatasi penggunaan internet karyawan.
Asumsikan diri Saudara sebagai seorang pimpinan. Apakah sebaiknya suatu prosedur
diubah untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan internet dalam bekerja?
Kemukakan ide Saudara untuk membuat prosedur yang ideal dalam memakai internet
di kantor.
3. Latihan
1. Jelaskan pengertian dari surat masuk !
2. Sebutkan tugas dari penerima surat dalam prosedur penanganan surat masuk
pola baru!
3. Apa yang dimaksud dengan lembar disposisi?
4. Pada proses pengurusan surat masuk penting, kartu kendali 2 (dua) dipegang
oleh?
5. Sebutkan tugas dari tata usaha pengolah dalam prosedur pengurusan surat
keluar pola baru!
D. Pembelajaran Sistem Kearsipan
1. Uraian Materi
a. Pendahuluan
Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1971, pengertian arsip adalah :
1) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga dan
Badan-badan Pemerintahan dalam bentuk corak apa pun, baik dalam
keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan
kegiatan pemerintahan;
2) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badan Swasta atau
perorangan, dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal
maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.
Pada Undang-undang tersebut arsip dibedakan menurut fungsinya menjadi dua
golongan, yaitu arsip dinamis dan arsip statis. Arsip dinamis adalah arsip yang
dipergunakan
secara
langsung
dalam
perencanaan,
pelaksanaan,
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan
secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi Negara. Arsip statis adalah
arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk perencanaan,
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya maupun untuk
penyelenggaraan sehari-hari administrasi Negara.
Jadi arsip dinamis adalah semua arsip yang masih berada di berbagai kantor,
baik kantor pemerintah, swasta, atau organisasi kemasyarakatan, karena masih
dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, dan kegiatan
administrasi lainnya. Arsip dinamis dalam bahasa Inggris disebut record.
Sedangkan arsip statis adalah arsip-arsip yang disimpan di Arsip Nasional
(ARNAS) yang berasal dari arsip (dinamis) dari berbagai kantor. Arsip statis ini
dalam bahasa Inggris disebut archieve. Dua istilah record dan archieve di atasa
sering disebut dengan istilah arsip (bahasa Belanda archief). Sehingga Record
Management diterjemahkan dengan Tata Kearsipan atau Manajemen Kearsipan.
IS T IL AH AR SIP D A N
ST AT U S N YA
A R SIP
A KT IF
A R SIP
D IN A MIS
A R SIP
A R SIP
INA K TIF
A R SIP
ST A TIS
Gambar Istilah Arsip dan Statusnya
Apa pun sebutan dan istilahnya , yang dimaksud dengan arsip disini adalah
setiap catatan (record/warkat) yang tertulis, tercetak, atau ketikan, dalam
bentuk huruf, angka atau gambar, yang mempunyai arti dan tujuan tertentu
sebagai bahan komunikasi dan informasi, yang terekam pada kertas (kartu,
formulir), kertas film (slide, film-strip, mikro-film), media computer (pita tape,
piringan, rekaman, disket), kertas photocopy, dan lain-lain.
Lingkaran Hidup Kearsipan ( Life Span Of Record )
ARSIP INAKTIF
Penyusutan
ARSIP AKTIF
Referensi
Pengurusan &
Pengendalian
Penciptaan
Arsi p
Pemusnahan
Di Unit Kearsipan
Klasifikasi, Indeks, Filing,
Penemuan Kembali
Registrasi / Agenda
Pengarahan
Konsep, Daftar, Formulir
Penyimpanan
STATIS
Arsip Nasional RI
Arsip N asional
Daerah
Gambar Lingkaran Hidup Kearsipan
Sumber: Humas Arsip Nasional Republik Indonesia. 2006. Pemeliharaan
dan Perawatan Arsip.
Sesuai dengan perkembangan kemajuan peralatan data dan informasi yang
sudah sampai kepada era komputerisasi, maka arsip masa kini dapat terekam
pada kertas, kertas film (celluloid), dan media computer (disket, pita magnetik,
flash disk dan sebagainya). Karena itu sekarang terdapat 2 (dua) jenis arsip
ditinjau dari sudut hukum dan perundang-undangan, yaitu :
1) Arsip otentik
2) Arsip tidak otentik.
Arsip otentik adalah arsip yang di atasnya terdapat tanda tangan asli dengan
tinta (bukan fotokopi atau film) sebagai tanda keabsahan dari isi arsip
bersangkutan. Arsip otentik dapat dipergunakan sebagai bukti hukum yang
sah.
Arsip tidak otentik adalah arsip yang diatasnya tidak terdapat tanda tangan asli
dengan tinta. Arsip ini dapat berupa fotokopi, film, microfilm, keluaran
(output/print-out) computer, dan media komputer seperti flash disk dan
sebagainya.
Berikut merupakan beberapa contoh arsip: surat, surat perjanjian, teleks,
telegram, faktur, memo, laporan, kartu, formulir, daftar, gambar, foto, peta,
kuitansi, cheque, cetak-biru, table, grafik, film, microfilm, microfische, slide, datadata, akte, hasil facsimile, media computer (disket, flash disk, magnetic tape,
piringan), dan lain-lain.
Aktivitas atau kegiatan yang berhubungan dengan pengurusan arsip disebut
Manajemen Kearsipan. Dengan lengkap dapat dikatakan bahwa Manajemen
Kearsipan adalah kegiatan pengurusan arsip yang meliputi pencatatan,
pengendalian dan pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan, pengawasan,
pemindahan, dan pemusnahan. Jadi kegiatan tersebut meliputi suatu siklus
“kehidupan” warkat sejak lahir sampai mati. Khusus untuk arsip yang tidak
pernah mati karena mempunyai nilai sangat penting bagi perkantoran akan
disimpan selama-lamanya di perkantoran bersangkutan sebagai arsip abadi.
Sedangkan sesuai dengan Undang-undang No. 7 tahun 1971 arsip dinamis yang
sudah tidak diperlukan di perkantoran tetapi mempunyai nilai nasional yang
perlu dilestarikan selama-lamanya, kemudian harus dikirim ke Arsip Nasional
(ARNAS) untuk disimpan abadi sebagai arsip statis.
ARNAS adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas untuk
menyimpan, menyelamatkan, mengolah, dan menyediakan arsip statis sebagai
bahan bukti seluruh pertanggungjawaban pemerintah maupun bangsa. Arsip
Nasional yang berada di Ibu Kota Republik Indonesia merupakan inti
organisasi dari lembaga kearsipan nasional sehingga disebut sebagai Arsip
Nasional Pusat. Arsip Nasional di tiap-tiap Ibu Kota Daerah Tingkat I, termasuk
daerah-daerah setingkat dengan Daerah Tingkat I, disebut Arsip Nasional
Daerah.
Manual / Konvensional
( Manual System )
Map
Baki Surat
Gambar Sistem Arsip Manual
b. Ruang Lingkup
Dapat dikatakan bahwa di mana ada kegiatan manusia, niscaya di situ akan
terdapat arsip. Manusia selalu memerlukan catatan atau rekaman dari setiap
kegiatan yang dilakukan, sehingga memerlukan arsip sebagai alat bantu untuk
mengingat baik untuk keperluan administrasi, hukum, dan kepentingankepentingan pembuktian-pembuktian yang otentik dan sebagainya.
Dengan adanya arsip akan timbul kegiatan yang berhubungan dengan kearsipan,
baik dengan peralatan yang paling sederhana maupun dengan peralatan yang
paling canggih atau teknologi tinggi seperti misalnya komputer. Sejak manusia
mulai merekam berbagai kegiatan dengan mempergunakan daun papyrus, tablet
tanah liat, ataupun daun lontar semenjak itu pulalah sejarah kearsipan mulai
berlangsung.
Pada awalnya transaksi dan kegiatan manusia dengan manusia lainnya cukup
didasari atas saling percaya dan daya ingat. Jual beli dapat berlangsung dengan
tukar-menukar atau barter, misalnya antara orang pantai dan petani. Oleh orang
pantai hasil lautnya ditumpuk di suatu tempat, kemudian datang petani
mengambil hasil laut tersebut dan meninggalkan hasil pertaniannya. Barter
tersebut terjadi tanpa komunikasi sama sekali.
Cara transaksi dan kegiatan seperti contoh diatas, tentu saja tidak dapat berjalan
terus. Aktivitas dan keperluan manusia makin bertambah banyak dan rumit
disebabkan oleh pertambahan jumlah manusia dan perkembangan
peradabannya. Dewasa ini, transaksi keuangan misalnya, niscaya disertai dengan
tanda bukti berupa kuitansi. Transaksi barang akan disertai dengan tanda bukti
berupa faktur. Bahkan sebagai tanda bukti persetujuan diperlukan lagi adanya
surat perjanjian.
Kuitansi, faktur, dan surat perjanjian tersebut adalah sebagian kecil dari sekian
banyak contoh catatan atau rekaman yang terjadi dari adanya kegiatan kita
sehari-hari. Catatan dan rekaman tersebut kita sebut arsip.Pemakaian bukti
tertulis memang sudah melembaga pada setiap kegiatan. Bahkan terdapat
kecenderungan bahwa semakin canggih peralatan teknologi yang dipergunakan
untuk suatu kegiatan, semakin bertambah banyak rekaman atau arsip
(output/keluaran) yang dihasilkan, dan penggunaan arsip dalam bentuk
formulir disebut sebagai masukan (input), misalnya saja pada pemakaian
peralatan computer.
Bukti atau rekaman yang diperlukan dan dihasilkan dari setiap kegiatan itulah
yang perlu kita tata secara sistematis agar dapat dengan mudah dan cepat
ditemukan bilamana sewaktu-waktu diperlukan.Setiap kantor, baik kantor
pemerintah, swasta, pabrik, maupun organisasi, bahkan rumah tangga dan
perorangan, niscaya akan terlibat dengan arsip. Setiap unit kerja di perkantoran
mempunyai arsip. Demikian pula pejabat-pejabat secara perorangan seringkali
mempunyai arsip. Jumlah masing-masing arsip yang dikelola mungkin sedikit,
mungkin pula banyak. Mungkin saja mempergunakan ruangan–ruangan yang
banyak, dapat pula mempergunakan satu almari arsip (filing cabinet), atau bahkan
hanya ditempatkan pada map-map yang tersusun di meja. Kesemuanya
menunjukan bahwa setiap orang cenderung hidup bersama arsip , baik di tempat
pekerjaan maupun di rumah. Itu merupakan ciri kehidupan manusia modern,
yaitu manusia yang kegiatannya dibantu dengan informasi. Informasi terdapat
pada berbagai macam media, dan salah satunya adalah arsip.
Sesungguhnya penanganan atau pengelolaan arsip sudah dimulai dari rumah.
Arsip-arsip yang penting bagi administrasi rumah tangga misalnya kuitansi dan
bon perbelanjaan, rekening (listrik, gas, televisi dan telepon), cicilan rumah,
cicilan alat-alat rumah tangga, surat undangan, surat-surat asuransi, ijazah,
sertifikat, dan sebagainya. Banyak macam lagi yang masih bisa disebutkan, yang
sesungguhnya memerlukan penataan yang sistematis agar tersimpan dengan
aman dan mudah ditemukan dengan cepat bilamana diperlukan. Di took alat tilis
atau supermarket sudah banyak dijual buku berkantong untuk tempat
menyimpan surat-surat atau arsip di rumah. Pada setiap kantong dapat diberi
label mengenai subjek surat yang diisikan pada kantong bersangkutan, misalnya:
Asuransi, Dokter, Listrik, dan sebagainya.
Ruang Lingkup Kegiatan Kearsipan
Penciptaan
Penyimpanan
Penemuan
Penyelamatan
Penyusutan
Pemusnahan
Gambar Ruang Lingkup Kegiatan Kearsipan
Sumber : Humas Arsip Nasional Republik Indonesia. 2006. Pemeliharaan dan
Perawatan Arsip.
Kantor-kantor pemerintah, swasta, dan lain-lainnya niscaya banyak
mempergunakan arsip. Arsip tersebut dapat terjadi karena adanya transaksi
kegiatan ataupun hasil dari suatu proses administrasi dan komunikasi internal
dan eksternal.Para pejabat dari berbagai tingkat manajemen sering kali
menyimpan arsip-arsip (penting)-nya sendiri, di samping arsip-arsip yang
disimpankan oleh sekretarisnya.
Para sekretaris niscaya akan disibukkan oleh pekerjaan filing. Ada banyak macam
sekretaris dan bidang kegiatan yang dipegangnya. Kecepatan dan ketepatan
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh atasannya banyak tergantung
kepada tersedianya data dan informasi yang ada pada almari-arsipnya, serta
kecepatan penemuan kembali arsip-asip bersangkutan.
Para karyawan yang bertugas pada unit-unit kerja pembukuan, pemasaran, tata
usaha, pengawasan, personalia, penggajian, perlengkapan, gudang, kendaraan,
humas, resepsionis, computer, pelaporan, penelitian, dan pengembangan, niscaya
banyak bekerja dengan file. Bahkan seperti sudah dikatakan diatas, setiap unit
kerja yang bekerja dengan “kertas bertulisan”, niscaya akan terlibat dengan
pekerjaan filing.
Kantor-kantor yang kegiatannya banyak berhubungan dengan pelayanan
masyarakat diharapkan mempunyai file yang dapat berjalan efisien dan efektif.
Kantor pemerintah yang umumnya berfungsi melayani kepentingan umum
seperti misalnya kantor pajak, kantor kelurahan sampai kantor gubernur,
perbankan, asuransi, rumah sakit, universitas, departemen-departemen
pemerintah, lembaga-lembaga tinggi seperti MPR, DPR, DPA, dan Mahkamah
Agung, kepolisian, pengadilan dan lain-lain merupakan tempat-tempat yang
memerlukan penataan arsip dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak, pelayanan
masyarakat yang diberikan niscaya akan lamban dan tidak memuaskan.
Banyak ditemui situasi pelayanan administratif yang masih dalam taraf
terbelakang berada di tengah – tengah perkantoran modern yang menjulang
tinggi ke angkasa. Pejabat-pejabat kantor bersangkutan turun-naik mobil
mengkilap super-modern, dan bekerja lengkap dengan jas dan dasi di bawah
naungan sejuknya AC, tetapi administrasi yang dikelola di bawah tanggung
jawabnya masih berada di alam terbelakang. Para langganan menunggu berjamjam untuk dapat dilayani. Padahal para langganan itu akan membayar pajak,
menabung, menguangkan cek, membayar iuran televisi, atau membayar kredit
rumah murah. Siapakah yang bersalah kalau kemudian lama-lama para
langganan segan melakukan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik?
System administrasi hendaklah menimbulkan kemudahan masyarakat untuk
membayar, bukan sebaliknya, mendorong masyarakat enggan melakukan
pembayaran.
Banyak kantor pemerintah yang menyimpan berbagai jenis arsip seperti surat
kelakuan baik, sidik jari, akte kelahiran, surat tanah, dan lain-lain, yang kalau
sewaktu-waktu diperlukan tidak dapat dicari dengan cepat. Padahal setiap hari
bertumpuk-tumpuk formulir yang diisi di berbagai kantor. Di mana-mana
mengisi formulir. Tetapi besok lusa bila diperlukan tidak dapat dicari lagi.
Masalah kelambatan pelayanan masyarakat pada berbagai kantor seperti
disebutkan di atas, dapat dialami pula pada kantor seperti pada bank misalnya.
Sungguh sangat memprihatinkan. Salah satu factor penyebabnya adalah masalah
penemuan kembali file yang relatif lama. Formulir-formulir isian yang data dan
informasinya sudah dimasukkan ke computer, untuk keperluan pembuktian
hukum dan lain-lain masih tetap harus disimpan sebagai arsip otentik sampai
batas waktu tertentu. Karena itu, semakin canggih peralatan makin diperlukan
penyimpanan arsipnya.
Penataan arsip dapat dikerjakan secara manual (tangan) dan komputer. Penataan
arsip yang benar niscaya mempercepat penemuan kembali, kendatipun ini masih
dilakukan secara manual. Kalau sistemnya sudah benar, maka perubahan dari
pengelolaan dengan tangan ke pengelolaan dengan computer sangat mudah
dilakukan. Sebab yang disusun oleh tangan ataupun komputer pada hakikatnya
sama, yaitu huruf-huruf, angka-angka, dan tanda-tanda baca.
Ruang lingkup pekerjaan kearsipan memang luas. Pengaruhnya sangat besar
terhadap kelancaran administrasi suatu program (kegiatan), yang meliputi
administrasi perencanaan, administrasi pelaksanaan, dan administrasi
pengawasan.
c. Tujuan Kearsipan
Pengelolan arsip ditujukan untuk pemanfaatan dan pelestarian arsip bagi
kegiatan administrasi dan memori kolektif bangsa. Sedangkan nilai guna yang
terkandung pada rekod yang menjadi arsip disebut dengan nilai guna ALFRED,
yaitu :
1) Administrative value adalah nilai guna yang berhubungan dengan
kelancaran kegiatan/ administrasi yaitu tanggung jawab kedinasan
2) Legal value adalah nilai guna yang berhubungan dengan alat bukti/
hukum / yaitu tanggung jawab kewenangan.
3) Fiscal value adalah nilai guna yang berhubungan dengan tanggung jawab
dalam hal keuangan.
4) Research value adalah nilai guna yang berhubungan dengan penelitian
yaitu tanggung jawab pengembangan.
5) Education value adalah nilai guna yang berhubungan dengan tanggung
jawab intelektual/prestasi budaya
6) Documentative value adalah nilai guna yang berhubungan dengan
tanggungjawab pendokumentasian.
d. Peralatan Kearsipan
Peralatan yang dipergunakan dalam kearsipan pada dasarnya sama dengan alatalat dalam bidang ketatausahaan pada umumnya. Peralatan untuk penyimpanan
arsip, minimal terdiri dari :
1) Map yaitu berupa lipatan kertas atau karton manila yang dipergunakan
untuk menyimpan arsip. Jenisnya terdiri dari map biasa yang sering
disebut stopmap
folio, Stopmap bertali (portapel), map jepitan
(snelhechter), map tebal (ordner atau brieforner).
Gambar Stopmap Folio
Sumber: Haugian, Jonner, Drs. M.Si. 2003. Pengantar Kearsipan
2) Folder merupakan lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi
empat panjang yang gunanya untuk menyimpan atau menempatkan
arsip, atau satu kelompok arsip di dalam filing cabinet.
3) Guide adalah lembaran kertas tebal tau karton manila yang
dipergunakan sebagai penunjuk atau sekat/pemisah penyimpanan arsip.
Guide terdiri dari dua bagian, yaitu tab guide yang berguna untuk
mencantumkan kode- kode, tanda-tanda atau indeks klasifikasi
(pengelompokan) dan badan guide itu sendiri.
4) Filing Cabinet (file cabinet) adalah peralatan kantor berbentuk persegi
empat panjang yang diletakkan secara vertikal (berdiri) dipergunakan
untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip.
5) Almari Arsip adalah almari yang khusus digunakan untuk
menyimpan arsip. Bentuk dan jenisnya bervariasi, namun berkas atau
arsip yang disimpan dalam almari arsip sebaiknya disusun/ditata
secara vertical lateral (vertikal berderet kesamping), sehingga susunan
arsip di dalam almari arsip sama dengan susunan arsip yang disusun
ditata di dalam rak arsip.
Lemari Arsip
Brankas
Gambar Lemari Arsip dan Brankas
6) Berkas Kotak (Box file) adalah kotak yang dipergunakan untuk
menyimpan berbagai arsip (warkat). Setiap berkas kotak sebaiknya
dipergunakan untuk menyimpan arsip yang sejenis, atau yang berisi halhal yang sama.
7) Rak Arsip adalah sejenis almari tak berpintu, yang merupakan tempat
untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip. Arsip ditempatkan dirak
susun secara vertikal lateral yang dimulai selalu dari posisi kiri paling
atas menuju kekanan, dan seterusnya kebawah.
Filing Cabinet
Rak Arsip
Gambar Filing Cabinet dan Rak Arsip
8) Rotary Filling adalah tempat arsip yang dapat berputar, digunakan
untuk menyimpan arsip-arsip (terutama berupa kartu).
Rotary Filing System
Gambar Rotary Filing System
9) Cardex (Card Index) adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan
arsip berupa kartu dengan memgunakan laci-laci yang dapat ditarik
keluar memanjang. Kartu-kartu yang akan disimpan diberi kode
terlebih dahulu dibagian atas kartu agar lebih mudah terlihat.
10) File yang dapat dilihat (Visible reference record file) adalah alat yang
dipergunakan untuk menyimpan arsip-arsip yang bentuknya berupa
leflet, brosur, dan sebagainya.
e. Azas Pengorganisasian Arsip
Dalam pengorganisasian
pengorganisasian yaitu:
arsip
dikenal
beberapa
azas
atau
prinsip
1) Azas sentralisasi
Azas ini merupakan jenis pengelolaan arsip dinamis baik aktif maupun
inaktif yang dikendalikan dan disimpan secara terpusat pada salah satu
unit kerja didalam organisasi.
Keuntungan:
a) pelaksana lebih konsentrasi pada kegiatan pengolaan arsip
b) sistem penyimpanan arsip yang diterapkan seragam
c) lebih efisien dalam sarana peralatan dan ruangan
d) memperkecilnya terjadinya duplikasi arsip
e) pelaksanaan penyusutan arsip akan lebih terkoordinir
Kerugian:
a) Apabila lokasi/tempat antara unit kerja satu dengan yang lainnya
letaknya berjauhan atau tidak satu atap, dalam penemuannya akan
memakan waktu lama.
b) Terkadang pelaksana kurang menguasai fungsi dan kegiatan antara
unit kerja yang satu dengan yang lainnya
Bagan Organisasi dengan Asas Sentralisasi
1
2
a
b
3
4
c
d
5
6
Keterangan :
1
2
3
4
5
6
= Pimpinan
= Sekretariat (Unit Tata Usaha) yang meliputi :
a. Sekretaris/Kepala TU
b. Bagian Humas
c. Bagian Kearsipan
d. Bagian Perbekalan
= Unit Produksi
= Unit Pemasaran
= Unit Keuangan
= Unit Personalia
Gambar Bagan Organisasi dengan Asas Sentralisasi
2) Azas desentralisasi
Pada azas ini masing-masing unit kerja menyimpan, mengendalikan dan
mengelolah sepenuhnya seluruh kearsipannya, baik arsip dinamis aktif
maupun arsip dinamis inaktif
Keuntungan :
a) pengelolaan arsip dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhkan unit
kerja masing-masing
b) pengguna akan lebih mudah mengenali arsipnya
c) memperkecil adanya kebocoran informasi arsip
Kerugian :
a) membutuhkan peralatan dan ruangan yang besar
b) sistem penataan berkas yang diterapkan mungkin tidak seragam
antara unit yang ada
c) memerlukan banyak pelaksana yang mempunyai pengetahuan
pengelolaan arsip
d) menimbulkan banyak duplikasi arsip, karena penyimpanannya
menyebar
e) kesulitan dalam melaksanakan penyusutan
B a ga n O rga n is a s i d e ng a n A sa s D e se nt ra lis as i
1
A
2
a A
b A
3
A
4
c
d A
A
5
A
K e te ra n g a n :
1
2
3
4
5
6
A
= P im p in a n
= S e k re ta r ia t (U n it Ta ta U s a h a ) y a n g m e lip u t i :
a . S e k re ta r is / K e p a la T U
b . B a g ia n A d m in is t ra s i P e rs o n a lia
c . B a g ia n A d m in is t ra s i P e r b e k a la n
d . B a g ia n H u m a s
= U n it P ro d u k s i
= U n it P e m a s a ra n
= U n it K e u a n g a n
= U n it P e n e lit ia n d a n P e n g e m b a n g a n
= B a g ia n Ta ta U s a h a /A rs ip s e t ia p u n it o rg a n is a s i
Gambar Bagan Organisasi dengan Asas Desentralisasi
6
A
3) Azas Kombinasi
Gabungan antara azas desentralisasi dan azas sentralisasi. Penerapan azas
gabungan ini cocok untuk organisasi yang mempunyai ruang lingkup
kerja yang luas, mempunyai cabang-cabang.
Bagan Organisasi dengan Asas Gabungan
1
A
2
a A
b A
3
A
4
A
c
d A
5
A
6
A
Keterangan :
1
2
3
4
5
6
A
= Pimpinan
= Sekretariat (Unit Tata Usaha) yang meliputi :
a. Sekretaris/Kepala TU
b. Bagian Humas
c. Bagian Kearsipan (Pusat Arsip)
d. Bagian Perbekalan
= Unit Produksi
= Unit Pemasaran
= Unit Keuangan
= Unit Personalia
= Bagian Tata Usaha/Arsip setiap unit organisasi
Gambar Bagan Organisasi dengan Asas Gabungan
Sumber: The Liang Gie.2007. Administrasi Perkantoran Modern
f. Prosedur Penyimpanan Arsip
1) Inspecting adalah kegiatan memeriksa tanda lepas (realese mark) dari setiap
warkat yang akan disimpan.
2) Indexing adalah kegiatan menentukan kata tangkap (caption) dari setiap
warkat yang akan disimpan menjadi arsip.
3) Coding adalah kegiatan memberi kode pada setiap warkat yang selesai di
indeks.
4) Sorting adalah kegiatan mengelompokkan/memilah warkat yang sudah
diberi kode sesuai dengan kelompoknya.
5) Placing adalah kegiatan meletakkan arsip pada tempat penyimpanan sesuai
dengan kode dan kelompoknya
g. Sistem Penyimpanan Arsip
1) Sistem Abjad adalah sistem penyimpanan berdasarkan Indeks
koresponden
nama
Kearsipan Sistem Abjad
Beni S
Bamb ang
B
Ad i J ay a
Achm ad
Abdu llah
A
A- Z
Gambar Kearsipan Sistem Abjad
2) Sistem Geografi adalah sistem penyimpanan berdasarkan indeks indeks
alamat koresponden
K e a r s ip a n S i st e m W i l a y a h
S em a ran g
M a g e la n g
C i re b o n
J AT E N G
B ogor
B an d u n g
J ABAR
Gambar Kearsipan Sistem Geografi
3) Sistem Kronologis adalah sistem penyimpanan berdasarkan indeks tanggal
warkat ataupun pencatatan
Kears ipa n Siste m Ta nggal
2 Feb
1 Fe b
FEBR U ARI
3 Ja n
2 Jan
1 Ja n
J ANU ARI
19 90
Gambar Kearsipan Sistem Kronologis
4) Sistem Nomor adalah sistem penyimpanan berdasarkan indeks nomor
warkat
Kearsipan Sistem Nomor ( DDC )
1 20
110
100
030
02 0
0 10
0 00
Gambar Kearsipan Sistem Nomor
5) Sistem Pokok Masalah adalah sistem penyimpanan berdasarkan indeks
perihal atau masalah pokok pada surat
Kearsipan Sistem Perihal
Lam aran
Fo rm asi
K EP EG AWAIAN
Kr edit
Tun jan gan
K enaikan G aji
KE UAN GAN
Gambar Kearsipan Sistem Pokok Masalah
Sumber: Hasugian, Jonner, Drs. M.Si.2003. Pengantar Kearsipan
h. Mengindeks
Indeks adalah tanda pengenal dari suatu arsip atau kata tangkap/cat
chword/caption yang dipilih tergantung kepada sistem penyimpanan yang
dipergunakan.
Contoh:
indeksnya nama orang atau lembaga
1) Sistem Abjad
2) Sistem subyek
indeksnya nama masalah atau perihal
3) Sistem kronologis indeksnya nama tanggal
indeksnya nama tempat atau kota
4) Sistem geografi
5) Sistem nomor
indeksnya nomor warkat
Mengindeks adalah suatu cara membentuk ciri atau tanda dari suatu dokumen
yang akan dijadikan petunjuk dan tanda pengenal untuk memudahkan
mengetahui dalam susunan nama dokumen tersebut dimasukan ke dalam file.
Peraturan Mengindeks
1) Sistem Abjad
Didalam mengindeks nama orang atau lembaga, ada beberapa peraturan
yang harus dipahami berkaitan dengan penyimpanan arsip berdasarkan
sistem abjad.
a) Mengindeks Nama Orang Indonesia
i. Nama tunggal atau nama yang terdiri dari satu kata di indeks
sebagaimana nama itu ditulis (satu unit)
Contoh:
Caption/Na Indeks
Kode Abjad
ma
Unit 1
Unit 2 Unit 3
Mulyadi
Mulyadi
Mu
Komarudin Komarudin
Ko
Urutan Abja
d
2
1
ii. Nama orang yang tidak memakai nama keluarga/marga (nama
lengkap) diindeks nama belakang terlebih dahulu
Contoh:
Caption/Nama
Dimas Nugroho
Indeks
Unit 1
Unit 2
Nugroho Dimas
Siti Amelia
Amelia
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 3
Siti
Nu
2
Am
1
iii. Nama orang yang diikuti nama keluarga/marga/suku diindeks
berdasarkan nama keluarganya
Contoh:
Caption/Nama
Indeks
Unit 1
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 2
Unit 3
Ani Yudhoyono Yudhoyono Ani
NadyaHutagalu Hutagalung Nadya
ng
Yu
Hu
2
1
iv. Nama yang memakai singkatan didepan atau belakang, diutamakan
nama jelasnya
Contoh:
Caption/Nam Indeks
a
Unit 1
B.J. Habibie
Habibie
T.D. Joko
Jokko
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 2
B
T
Unit 3
J
D
Ha
Ja
1
2
v. Nama yang memakai gelar, maka gelar diletakkan pada urutan
terakhir
Contoh:
Caption/Nama
Indeks
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 1 Unit 2 Unit 3
Prof. Dr. Amien Rais Rais
Amien (Prof, Dr) Ra
2
Kartini, SE
Kartini SH
Ka
1
vi. Nama yang didahului nama baptis, maka nama baptis diindeks
setelah semua nama Indonesianya
Contoh:
Caption/Nam Indeks
a
Unit 1
F.X Sutopo
Sutopo
Theresia Amel Amel
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 2
Unit 3
Fransiskus Xaverius Su
Theresia
Am
2
1
b) Mengindeks Nama Orang Asing
i. Nama orang asing diindeks berdasarkan nama keluarga dan biasanya
terdapat setelah nama aslinya, kecuali nama orang Cina dan Korea
(nama keluarganya terletak didepan).
Contoh:
Caption/Nama
Indeks
David Beckham
Yasuhiro
Nakasone
Kim Dong Mun
Liem Swie King
Unit 1
Unit 2
Beckham
Nakason
e
Kim
Liem
David
Yasuhiro
Dong
Swie
Kode Abja Urutan Abja
d
Unit 3 d
Mun
King
Be
Na
1
4
Ki
Li
2
3
ii. Nama orang Eropa yang memakai tanda penghubung dianggap
sebagai satu unit, nama tersebut diindeks telebih dahulu kemudian
nama aslinya.
Contoh:
Caption/Nama
Sylvia LoperTiana
John Lee-Barry
Indeks
Unit 1
L ope r- Tiana
Lee-Barry
Kode Abja Urutan Abjad
Unit 2 Unit 3 d
Sylvia
Lo
2
John
Le
1
iii. Nama yang memakai awalan nama kelauarga (De, Da, de, Du, Del,
Des, Di, Fitz, La, Le, M’, Al, Bin, Binti, Mc, Mac, O’, St, Van, der, Von,
dll)dalam mengindeks tidak tepisah dari nama keluarga sebagi unit
pertama.
Contoh:
Caption/Nama
Indeks
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 1
Harun Al Rasyid
Chris O’ Donnel
Unit 2
Unit 3
Al Rasyid Harun
O’ Donnel Chris
Ra
Do
2
1
iv. Nama yang memakai seniority (Sr, Jr, I, II, III) dalam indeks
diletakkan pada unit terakhir.
Contoh:
Caption/Nama Indeks
Unit 1
Unit 2
George Bush, Sr Bush
King Edward, I Edward
Kode Abjad
Urutan Abjad
Bu
Ed
1
2
Unit 3
George Sr
King
I
c) Mengindeks Nama Perusahaan Atau Lembaga
i. Cara mengindeks nama perusahaan/lembaga adalah kata yang
penting dahulu kemudian jenis badan hukum atau kegiatannya.
Contoh:
Caption/Nama Indeks
Unit 1
CV Bahagia
Bahagia
PT Mekarsari
Mekarsari
Unit 2
Commanditaire
Perseroan
Kode Abjad Urutan Abja
d
Unit 3
Vennontsc Ba
1
hap
Terbatas
Me
2
ii. Cara mengindeks nama perusahaan/lembaga yang menggunakan
singkatan adalah memanjangkan dahulu singkatan kemudian baru
diindeks.
Contoh:
Caption/Nama Indeks
GIA
BRI
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 1
Unit 2
Unit 3
Garuda
Bank
Indonesia
Rakyat
Airways Ga
Indonesia Ba
2
1
iii. Nama perusahaan yang terdiri dari angka sebagai bagian dari nama
perusahaan tersebut , diindeks angka itu sebagai satu unit
Contoh:
Caption/Nama Indeks
Toko 234
Club 77
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 1
Unit 2
Dua tiga empat
Tujuh tujuh
Toko
Club
Unit 3
Du
Tu
1
2
iv. Nama lembaga/instansi negara asing diindeks unit politik negara
yang bersangkutan.
Contoh:
Caption/Nama
Indeks
Unit 1
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 2
Republik Pakistan Pakistan Republik
Unit 3
Pa
v. Nama organisasi/perhimpunan, diindeks kata pengenal terpenting
dari nama itu dan sifat organisasi seperti persatuan, perhimpunan,
partai dan lain-lain ditempatkan pada unit terakhir.
Contoh:
Caption/Nama Indeks
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 1
Unit 2
Unit 3
PPP
Persatuan Pemban- Partai Pe
2
gunan
IDI
Dokter
Indone- Ikatan Do
1
sia
Keuntungan sistem abjad, diantaranya:
a) Pemahaman serta kegiatannya mudah dan sederhana
b) Dokumen yang berasal dari satu nama (individu dan nama badan)
yang sama akan berkelompok menjadi satu.
c) Surat masuk dan pertinggal dari surat keluar disimpan bersebelahan
dalam satu map.
d) Pencarian dokumen dapat dilakukan secara langsung melalui nama
pengirim yang dikirimi surat tanpa mempergunakan indeks. Karena
itu disebut sistem langsung.
e) Susunan guide dan folder sederhana.
f) Mudah dikerjakan dan cepat di dalam penemuan.
g) Dapat juga mempunyai file campuran
Kelemahan sistem abjad, yaitu:
a) Pencarian dokumen untuk nama orang tidak dapat dilakukan melalui
bagian nama yang lain seperti nama depan atau penggilan, tetapi
harus melalui nama belakang.
b) Surat-surat atau dokumen yang ada hubungan satu sama lain tetapi
berbeda nama pengirimnya akan berbeda letak di dalam penyimpnan.
c) Ejaan huruf sering berubah seperti oe-u, dj-j, ch-kh, tj-c, sedangkan
nama orang ditulis berdasarkan kemauan ejaan masing-masing.
d) Harus mempergunakan peraturan mengindeks, sehingga diperlukan
pemahaman tentang peraturan mengindeks.
2) Sistem Subyek
Apabila suatu kantor ingin mempergunakan sistem lain selain sistem abjad,
disebabkan karena kantor itu mengerjakan kegiatan-kegiatan yang
berkenaan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan
perusahaan, maka kantor itu dapat memilih sistem subyek untuk
melaksanakan tugas-tugas kearsipannya.
Untuk dapat melaksanakan sistem subyek ini, maka seorang juru arsip
harus menentukan lebih dahulu masalah-masalah apa yang pada umumnya
dipermasalahkan dalam surat-surat setiap harinya. Masalah-masalah di
bawah “Kepegawaian”, masalah yang berkenaan dengan keuangan
dikelompokkan menjadi satu masalah pokok (subyek) dibawah
“Keuangan”, dan seterusnya. Selanjutnya masalah-masalah itu dijadikan
sub subyek dari pokok masalah (subyek), misalnya:
Subyek
: Kepegawaian
Sub Subyek : -Cuti
-Kenaikan Pangkat
-Lamaran
Subyek
: Keuangan
Sub Subyek : -Gaji
-THR
Demikian seterusnya semua pokok masalah dijadikan subyek, dan semua
masalah-masalah yang berkenaan dengan satu pokok masalah dijadikan sub
subyek. Apabila di belakang hari diperkirakan bahwa masalah-masalah
yang ada terus berkembang, maka juru arsip dapat juga mengembangkan
masalah-masalah yang dijadikan sub subyek itu menjadi sub-sub subyek,
misalnya untuk sub subyek “Kenaikan Pangkat” dapat dikembangkan lebih
lanjut menjadi sub-sub subyek “Kenaikan Pangkat golongan I”, sub-sub
subyek “Kenaikan pangkat golongan II”, dan seterusnya.
Keuntungan dalam sistem subyek, antara lain:
a) Penghematan waktu pencarian dokumen, karena semua hal yang
menyangkut sebuah permasalahan terdapat dalam satu tempat
penyimpanan.
b) Dokumen subyek dapat diperluas secara mudah dengan cara
menyisipkan subyek baru atau menambahkan sub-sub subyek pada
subyek utama.
Kelemahan dalam sistem subyek, antara lain:
a) Terdapat kecenderungan daftar subyek atau daftar klasifikasi tumbuh
tak terkendali.
b) Penyimpanan berdasarkan subyek tidak akan efektif bila istilah yang
digunakan tidak dibatasi
c) Pengembangan atau perluasan daftar klasifikasi, membutuhkan
bantuan analis arsip yang berpengalaman.
d) Dibutuhkan penunjuk silang yang emmadai, untuk menyatukan
berbagai subyek dan informasi terkait.
e) Sering kali terjadi penggunaan nama seseorang untuk daftar subyek,
sehingga hal tersebut dapat mempersulit penemuan arsip.
3) Sistem Nomor
Cara mengindeks Sistem Nomor Terminal
Setelah mencatat setiap warkat yang akan disimpan di dalam buku arsip,
terlebih dahulu surat/warkat diberi nomor urut mulai dengan nomor 0
untuk surat yang pertama, dan seterusnya. Kemudian nomor tersebut
diindeks untuk menetapkan kode-kode dimana warkat itu harus disimpan,
atau kalau diperlukan dimana harus dicari, sebagai contoh cara mengindeks
ialah sebagai berikut:
Nomor kode
767561
456895471
495690
25
126
5
Unit 3
767
456895
495
0
0
0
Unit 2
5
4
6
0
1
0
Unit 1
61
71
90
25
26
5
Unit-unit dalam terminal digit merupakan kode dimana harus disimpan
atau harus dicari warkat tersebut. Dengan demikian maka setiap unit
mengandung pengertian khusus dan ciri tertentu, diantaranya:
Unit I
= Diambil dua angka dari urutan paling akhir
Unit II
= Satu angka sesudah unit ke satu
Unit III
= Semua angka sesudah unit satu dan dua
Setelah menetapkan unti-unit dari deretan angka, kemudian dari tiap unit
mengandung pengertian:
Unit I
= Menyatakan nomor laci dan juga nomor guide
Unit II
= Menyatakan urutan folder yang tersimpan dalam laci
Unit III
= Menyatakan urutan warkat yang ada dalam folder
Untuk lebih jelas kita ambil contoh warkat seperti tercantum dalam contoh
mengindeks:
767561.
Angka tersebut dibaca dari urutan belakang artinya dari kanan ke kiri. Jadi
urutannya menjadi;
61 sebagai unit ke-1
5 sebagai unit kedua, dan
767 sebagai unit ketiga.
61
5
767
Unit Pertama menunjukkan nomor laci/guide
Unit Kedua menunjukkan nomor folder
Unit Ketiga emnunjukkan urutan penataan surat dalam
folder
Memperhatikan indeks tersebut maka warkat dengan kode 767561 disimpan
dalam laci nomor 60-69, dibelakang guide 61 dan folder urutan ke lima dan
dengan demikian jelas dimana warkat itu diletakkan.
Nomor urut warkat yang lain tentu dapat dengan mudah diindeks dengan
cara tersebut diatas, satu persatu hingga selesai dan kemudian baru
disimpan dalam laci dan folder yang tepat.
Penyediaan laci, Guide, dan Folder Sistem Terminla Digit
Filing sistem terminla digit apabila dilaksanakan sudah tentu memerlukan
peralatan seperti layakanya sistem yang lain. Filing cabinet pertama-tama
disiapkan, diberi nomor seperti:
0-9
10-19
20-29
30-39
Filing cabinet pertama-tama disiapkan dan diberi nomor kode seperti
contoh. Nomor yang tertempel di tiap laci filing cabinet berarti nomor laci
dan juga nomor guide. Oleh karena itu tiap laci ada 10 guide dan diberi
nomor kode mulai 0 sampai 99. Di belakang tiap guide diletakkan 10 folder
sehingga setiap laci terdapat 100 folder.
Sebagai contoh nomor, laci dengan kode 0 – 9 berarti terdapat 10 guide
dengan kode 0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 - 8 – 9, dan dibelakang guide kode 0
tedapat folder sejumlah 10 folder dengan kode 0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 - 8 –
9, dan dibelakang guide kode folder nomor 1 terdapat folder 10 buah
dengan kode 0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 - 8 – 9, demikian seterusnya. Dengan
keterangan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam filing sistem terminal
digit dibutuhkan:
a) Sekurang-kurangnya 10 laci, atau 2 filing cabinet dengan masingmasing 5 laci.
b) 100 buah guide.
c) 1000 buah folder
Laci-laci, guide seharusnya dipersiapkan dahulu dalam melaksanakanfiling
system terminla digit.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya yaitu penulisan kartu kendali
sebagai salah satu yang penting untuk mencari kembali warkat yang sudah
disimpan, sebagai pendamping buku file (buku arsip) dan daftar indeks.
Kartu indeks ssitem terminal digit juga sama dengan kartu indeks yang
lain, isi dan cara pengisiannya tidak jauh berbeda. Kartu indeks disimpan
dalam kotak-kotak arsip. Disimpan sesuai dengan penyimpanan menurut
sistem abjad. Oleh karena itu kode pada warkat tidsak boleh melupakan
kode abjadnya.
Prosedur Penataan Berkas Sitem Terminal Digit
Agar penyimpanan warkat dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya, maka
prosedur penyimpanan dalam sistem Terminal Digit dilakukan sebagai
berikut, yaitu:
a) Memperhatikan warkat yang akan disimpan dengan teliti apakah
warkat tersebut sudah benar-benar ada tanda pelepas artinya siap untuk
disimpan
b) Mencatat semua warkat dalam buku arsip (buku filing).
c) Mencatat semua warkat yang akan disimpan di kartu indekssetelah
memberi kartu warkat sesuai dengan nomor urut buku arsip, dan
aturan mengindeks nomor terminal digit.
d) Mensortir sesuai dengan laci yang akan dipergunakan menyimpan
warkat.
e) Menggolongkan warkat sesuai dengan laci.
f) Meletakkan dalam folder sesuai dengan indeks yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu.
g) Menyimpan kartu indeks yang nanti akan dipergunakan untuk mencari
kembali.
Apabila diperhatikan prosedur penyimpanan warkat sistem terminla digit
dengan sistem Dewey kiranya tidak jauh bwerbeda. Sistem Dewey
menekankan pada daftar indeks sebagai pegangan pokok dibantu kartu
indeks, kalau Terminal Digit pada buku dan kartu indeks juga.
Keuntungan sistem nomor, antara lain:
a) Teliti, karena penggunaan nomor tidak mungkin adanya nomor ganda.
b) Kode nomor dapat disamakan untuk semua unit kerja.
c) Perluasan nomor tidak terbatas.
d) Penunjuk silang disusun bersama-sama dengan indeks.
e) Indeks memuat seluruh nama koresponden.
Kerugian sistem nomor, antar lain:
a) Kearsipan tidak langsung, karena untuk dapat menemukan dokumen
diperlukan alat bantu berupa kartu indeks nomor.
b) Untuk map campuran dperlukan file sendiri.
c) Indeks yang disusun alfabetis harus mengikuti ketentuan peraturan
mengindeks.
d) Biayan agak tinggi, karena harus menyediakan beberapa perlengkapan
yang dibutuhkan dalam sistem ini.
4) Sistem Geografis
Apabila dikehendaki untuk menyimpan surat atau bahan-bahan menurut
daerah wilayah, maka dapat dipergunakan sistem geografis ini. Sistem
geografis digunakan dalam kegiatan organisasi yang meliputi daerah
wilayah lebih dari satu tempat. Organisasi-organisasi yang mempunyai
beberapa kantor cabang dapat juga mempergunakan sistem geografis ini.
Untuk melaksanakan sistem filing sistem geografis ini seorang juru arsip
dapat mempergunakan nama daerah wilayah untuk pokok permasalahan,
dimana pokok ini adalah kota-kota yang berada didalam wilayah itu, dan
selanjutnya baru dapat dikembangkan lebih lanjut dengan nama-nama dari
para pelanggan atau nasabah ada di setiap kota di daerah wilayah itu,
misalnya:
Contoh klasifikasi geografis
JAWA BARAT
CIREBON
BEKASI
BOGOR
BATANG
KUDUS
JEPARA
JAWA TENGAH
SALATIGA
JAWA TIMUR
BANGSRI
KELING
MLONGGO
PECANGAAN
ARGOMULYO
SIDOMUKTI
SIDOREJO
TINGKIR
DEMAK
GRESIK
SURABAYA
PASURUAN
Keuntungan sistem geografis, yaitu:
a) Mudah dan cepat dalam penemuan bila nanati tempat telah diketahui.
b) Merupakan suatu tindakan penyimpanan secara langsung, tanpa
adanya rujukan atau banutan indeks.
Kerugian sistem geografis, yaitu:
a) Kemungkinan terdapat kesalahn bila tidak mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang pembagian wilayah.
b) Diperlukan indeks yang tepat dan teliti. Diperlukan kerja tambahan
karena pemakaian harus menyusun dua berkas, yaitu berkas
berdasarkan geografis dan berkas abjad untuk indeks.
c) Bila terjadi alamat ganda diperlukan petunjuk silang.
d) Untuk mendapatkan hasil terbaik, sistem geografis dapat digabungkan
dengan sistem alfabetis atau numerik.
5) Sistem Kronologis
Sistem penyimpanan arsip kronologis adalah sistem penyimpanan yang
didasarkan pada urutan waktu. Wkatu disini dapat dijabarkan sebagai
tanggal, bulan, tahun, dekade, atuapun abad.
Sistem penyimpanan kronologis ini cukup banyak digunakan, akan tetapi
dalam perkembangannya sistem kurang efektif apabila digunakan dlam
kantor kecil yang menggunakan pencatatan dokumen masuk dengan buku
agenda.
Dalam sistem ini semuan dokumen diurutkan pada urutan tanggal, bulan
dan tahun dokumen itu disimpan. Dari segi peletakan dan penyimpanan,
sistem ini mudah dilakukan karena hanya didasarkan pada urutan
tanggal,bulan, serta tahun. Tetapi dalam hal penemuan kembali dokumen
yang telah disimpan, sistem ini kurang begitu efektif karena biasanya
permintaan dokumen jarang dilakukan berdasarkan kata panggil (caption)
tanggal.
Sumber: Hasugian, Jonner, Drs. M.Si.2003. Pengantar Kearsipan
Keuntungan sistem kronologis, yaitu:
a) Mudah dilaksanakan.
b) Susunan dan urutan guide sederhana.
c) Cocok untuk klasifikasi menyeluruh dan berkelanjutan.
Kerugian sistem kronologis, yaitu:
a) Hanya bermanfaat untuk organisasi yang relative kecil dengan jumlah
dokumen yang tidak banyak.
b) Tidak berguna, apabila tanggal, bulan. Tahun sebuah dokumen tidak
diketahui.
c) Surat masuk dan surat keluar akan terpisah penyimpanannya.
i.
Penemuan Kembali Arsip
Penemuan kembali arsip merupakan kegiatan yang tidak hanya sekedar
menemukan
kembali
arsip dalam bentuk fisiknya, akan tetapi juga
menemukan informasi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu,
penemuan kembali ini sangat berhubungan dengan keakuratan sistem
pemberkasan atau penyimpanannya.
Siklus penemuan kembali arsip yang dibetuhkan (retrieval/finding cyclus),
dan siklus penempatan kembali (filingcyclus) merupakan prosedur yang
memerlukan penanganan tersendiri.
Salah satu hal penting yang sering diabaikan dalam penemuan arsip ialah,
tidak melakukan pencatatan dalam transaksi peminjaman. Oleh karena
itu maka perlu dibuat lembar/kartu pinjam.
KA RT U BU K T I
P I N JA M A R S I P / B E R K A S
U N I T / S A T U A N K E R JA :
N AM A :
P E N G A M B IL A N
A r s i p / B e rk a s y a n g d i p i n j a m :
P o k o k S u ra t :
T g l. D a n N o .Su r a t :
D ari :
K epa da :
T g l. P i n j a m :
T g l.K e m b a li :
P e tu g a s :
P a ra f P e m i n j a m :
Gambar Kartu Bukti Pinjam Arsip/Berkas
Sumber: Hasugian, Jonner, Drs. M.Si.2003. Pengantar Kearsipan
Adapun cara mencari kembali warkat ang disimpan dalam folder dapat
ditempuh dengan memperhatikan buku arsip atau melalui kartau indeks.
Setelah nomor dari warkat yang akan dicari ditemukan, maka dengan mengerti
teknik mengindeks sistem terminal digit dengan mudah dicari dimana tempat
warkat yang akan dikehendaki.
Contoh: Setelah mengetahui masalah surat dari buku arsip atau kartu indeks
terdapat nomor kode 452378, dengan demikian maka harus dicari pada nomor
laci 71 – 79, dibelakang guide nomor 78 dan pada folder ke-3. Demikianlah cara
menemukan kembali warkat.
i.
Pemeliharaan dan Perawatan Arsip
Pemeliharaan arsip mencakup upaya yang dilakukan untuk menjaga arsiparsip dari segala kerusakan dan kemusnahan. Kerusakan atau kemusnahan
arsip bisa datang dari arsip itu sendiri, maupun disebahkan oleh seranganserangan dari
luar arsip. Usaha pemeliharaan arsip
tersebut berupa
melindungi, mengatasi, mencegah, dan menentukan angkah-langkah yang
bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip beserta informasinya (isinya).
Pengamanan arsip dari segi fisiknya dapat dilakukan dengan cara restorasi
dan laminasi. Restorasi arsip adalah kegiatan memperbaiki arsip-arsip yang
sudah rusak, atau yang sulit digunakan, agar dapat dipergunakan dan
dapat disimpan kembali. Sedangkan, laminasi adalah menutup kertas arsip
diantara 2 (dua) lemari plastik, sehingga arsip terlindung dan aman dari
bahaya kena air, udara lembab dan serangan serangga. Dengan cara itu, arsip
akan tahan lebih lama untuk disimpan. Sedangkan pengamanan merupakan
upaya menyelamatkan informasi yang terkandung dalam arsip (isi) dapat
dilakukan dengan mengalih mediakan ke dalam bentuk media lain, seperti
pada micro film, fich, dan ke media digital.
j.
Ruang Penyimpanan Arsip
Menyimpan arsip-arsip tidak dapat dilakukan disembarang tempat, akan tetapi
ruangan yang digunakan untuk menyimpan arsip harus terhindar dari
kemungkinan-kemungkinan serangan api, air, serangga dan lain-lain. Tempat
penyimpanan arsip harus kering, kuat, terang dan berfentilasi yang baik.
k. Perbaikan Bagi Arsip Yang Mengalami Kerusakan
1) Halaman yang sobek
Untuk memperbaiki arsip-arsip yang sobek gunakanlah perekat kanji,
jangan sekali- kali menggunakan cellotape.
2) Membuat perekat
Perekat untuk memperbaiki halaman arsip yang sobek dapat dibuat dari
tepung kanji dan air, tetapi pada umumnya lebih mudah untuk membeli
perekat di setiap toko buku yang terpercaya.
3) Memperbaiki arsip-arsip yang terbakar.
Apabila kertas-kertas arsip terserang oleh api, atau oleh beberapa sebab
menjadi hangus atau sedikit terbakar, serahkanlah arsip-arsip tersebut
kepada yang lebih ahli. Dalam hal ini serahkanlah kepada Arsip Nasional
RI. Akan tetapi untuk pertolongan pertama yang dapat dilakukan ialah
dengan memasukkan arsip-arsip tersebut ke dalam peti, dan bungkuslah
dengan kertas tissue secara lepas.
4) Menanggulangi arsip-arsip basah/terendam air.
Beberapa
hal
yang perlu diperhatikan
di dalam
usaha
menyelamatkan
arsip-arsip ataupun buku-buku daripada ancaman
kemusnahan akibat menderita serangan air ialah sebagai berikut :
a) Jangan membuka ikatan bundel arsip sebelum lumpur/kotoran yang
berada dipermukaan dibersihkan.
b) Mengeluarkan air yang terkandung dalam bundle arsip /bukubuku cukup dianginkan di tempat yang bebas teriknya matahari.
c) Tidak diperkenankan untuk mengeringkan arsip/buku-buku dengan
5)
6)
7)
8)
l.
jalan menjemur diterik matahari, karena setelah kering kertas akan
berkeriput-keriput dan saling melekat satu sama lain sehingga
sukar untuk memisahkannya.
d) Kertas-kertas arsip yang dibundel ataupun buku-buku hendaknya
jangan dibuka terlalu lebar, bukalah selebar jari.
e) Hendaknya kulit buku ataupun arsip jangan dipisahkan ketika masih
dalam keadaan basah
f) Lakukanlah semua ini dengan kesabaran dan kecermatan
Mengeringkan buku-buku yang akan dijemur, hendaknya diletakkan
diatas tiga buah tali halus serta kuat, agar buku dapat bergantung di
ketiga bagiannya.
Mengatasi cendawan. Apabila setelah kering di kertas-kertas tumbuh
cendawan, sapulah segera dengan campuran thymol dan spiritus,
dapat juga dengan acetone.
Pembuatan kertas racun cendawan “fungicidial tissue”.
Kertas lembut racun cendawan ini dapat dibuat sendiri. Caranya dengan
mencampur “sodium orthophenylpenate” sebanyak 2 ons dengan
air.
Kemudian rendamlah beberapa helai tissue di dalam campuran tersebut,
kemudian biarkanlah sesaat hingga kering. Simpanlah hasilnya di dalam
kotak tertutup dan gunakanlah bila perlu.
Membersihkan rak. Akibat terlanda oleh banjir, seperti halnya kertaskertas arsip, rak arsip pun akan mengalami kerusakan-kerusakan. Oleh
karena itu selamatkanlah rak-rak yang kemungkinan masih dapat
diselamatkan.
Penyusutan Arsip
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979 (Lembaran Negara tahun
1979. Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara 3151), telah ditetapkan ketentuan –
ketentuan mengenai penyusutan arsip. Untuk mengatur lebih lanjut tentang
pelaksanaan Ketentuan–ketentuan Peralihan mengenai penyusutan arsip sebagaimana
tercantum dalam pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979, maka
dipandang perlu mengeluarkan petunjuk teknis guna pengaturan pelaksanaannya.
1) Dasar Hukum Penyusutan Arsip
a) UU No. 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kearsipan (Lembaga Negara Tahun 1971 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2964).
b) PP No. 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip (Lembaran
Negara tahun 1979 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3151).
c) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1974
tentang Arsip Nasional Republik Indonesia.
2) Tujuan Penyusutan Arsip
Surat Edaran ini dikeluarkan sebagai pedoman bagi pejabat yang
bersangkutan dalam melaksanakan penanganan arsip inaktif menurut
ketentuan pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979.
3) Sasaran Penyusutan Arsip
a) Penyelamatan dan pemanfaatan informasi untuk meningkatkan
dayaguna dan tepatguna administrasi aparatur Negara.
b) Penyelamatan bahan bukti pertanggungjawaban nasional.
4) Ruang Lingkup Penyusutan Arsip
Arsip-arsip inaktif sebelum diberlakukannya Jadwal Retensi Arsip yang
berada di Lembaga-lembaga Negara dan/atau Badan-badan Pemerintahan.
5) Pengertian yang berkaitan dengan Penyusutan Arsip
a) Arsip inaktif adalah arsip Lembaga Negara/Badan-badan
Pemerintahan
yang
frekuensi
penggunaannya
untuk
penyelenggaraan administrasi sudah menurun.
b) Daftar keterangan Arsip adalah daftar yang diperlukan dalam
melaksanakan penyusutan arsip, berisi data yang mengidentifikasikan
arsip
c) Arsip duplikasi adalah arsip yang bentuk maupun isinya sama dengan
arsip aslinya.
d) Seri adalah berkas arsip yang disusun berdasarkan kesamaan jenis
e) Rubrik adalah berkas arsip yang disusun berdasarkan kesamaan
masalah.
f) Dosir adalah berkas arsip yang disusun atas dasar kesamaan urusan
atau kegiatan
g) Jalan masuk adalah petunjuk atau alat yang menjadi sarana penemuan
kembali arsip.
m. Tahap – Tahap Pelaksanaan Penyusutan Arsip
1) Pendaftaran Arsip Inaktif
a) Kegiatan pendaftaran berupa pengumpulan data melalui suatu
survey terhadap arsip- arsip
inaktif yang
ada
dalam
tanggung jawab Lembaga Negara/Badan Pemerintahanyang
bersangkutan.
b) Survei arsip inaktif ini dilaksanakan oleh petugas berdasarkan
keputusan Pimpinan Lembaga Negara/Badan Pemerintahan yang
bersangkutan.
c) Dibuat Daftar Ikhtisar Arsip yang merupakan ikhtisar dari
seluruh data yang terkumpul sebagai hasil survey.
d) Daftar Ikhtisar Arsip diperlukan/digunakan untuk menyusun
rencana penanganan dan penataan kembali arsip inaktif
bersangkutan.
2) Pendaftaran Kembali Arsip Inaktif
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Mendaftar arsip tidak berarti mendaftar setiap lembar arsip,
melainkan setiap kelompok/berkas arsip.
b) Dalam menangani arsip tidak dibenarkan memberi tanda atau tulisan
dengan alat apapun
c) Berhati-hati dalam menangani arsip yang kertasnya rapuh.
3) Arsip Kacau
Penanganan arsip kacau yaitu dengan cara sbb:
a) Dikelompokkan dan diatur kembali dengan menerapkan asas
asal-usul, sehingga
arsip-arsip
itu
merupakan
suatu
kesatuan/kelompok yang diatur tanpa melepaskan ikatan dari
sumber asalnya, yakni instansi/unit yang menciptakannya.
b) Memilih arsip dari non arsip dan duplikasi yang berlebihan.
Yang termasuk non arsip, antara lain amplop, map, blanko-blanko
formulir, dan sebagainya .
c) Bahan-bahan non arsip dan duplikasi yang berlebihan dapat
dimusnahkan, sedangkan arsipnya :
1)
Dikelompokkan menurut Unit Pengolah/Unit Kerja
2)
Berkas arsip dibungkus map dicatat pada kartu
3)
Kartu-kartu catatan tersebut disusun dan diberi nomor
urut.
4)
Berkas-berkas arsip dimasukkan ke dalam boks asip
5)
yang diberi label/etiket yang memuat
keterangan
tentang berkas-berkas yang ada di dalamnya .
6)
Dibuat Daftar Pertelaan Arsip Sementara.
d) Daftar Petelaan Arsip Sementara baru dapat digunakan sebagai
pengendalian fisik dan belum dapat berfungsi untuk pengendalian
informasi arsip.
e) Atas
dasar
daftar
pertelaan
tersebut,
Lembaga-lembaga
Negara/Badan-badan Pemerintahan:
1)
belum dapat melaksanakan pemusnahan arsip menurut
ketentuan yang berlaku
2)
dapat menyerahkan arsipnya kepada Arsip Nasional
3)
dapat sementara menyimpan arsip-arsipnya dalam
keadaan lebih teratur
2. Studi Kasus
Pimpinan dari sebuah perusahaan nasional (PT. Makmur Jaya) yang bergerak dalam
bidang furniture menginginkan agar sistem kearsipan didalam perusahaannya menjadi
semakin efektif dan efisien. Perusahaan tersebut tidak hanya memiliki 1 (satu) cabang
perusahaan saja, melainkan memiliki cabang di hampir tiap kota di Indonesia. Selain
itu, perusahaan tersebut juga memiliki banyak suplier sebagai penunjang aktivitas jual
belinya. Menurut Saudara sistem kearsipan apakah yang paling baik digunakan oleh
perusahaan tersebut? Tuliskan juga alasannya!
3. Latihan
1. Jelaskan pengertian dari surat masuk!
2. Sebutkan tugas dari penerima surat dalam prosedur penanganan surat masuk
pola baru!
3. Apa yang dimaksud dengan lembar disposisi?
4. Pada proses pengurusan surat masuk penting, kartu kendali 2 (dua) dipegang
oleh?
5. Sebutkan tugas dari tata usaha pengolah dalam prosedur pengurusan surat
keluar pola baru!
E. Memilih Peralatan Kantor
1. Uraian Materi
a. Pengertian
Lingkungan kantor dapat dideskripsikan dari faktor fisik dan mental. Selain
furniture dan peralatan, lingkungan fisik kantor terdiri dari ukuran atau
dimensi, jenis permukaan (warna dinding, jenis lantai, penutup jendela), sifat
pencahayaan, pengendalian suara dan materi akustik, pendingin udara, dan
musik latar. Faktor-faktor tersebut memiliki karakteristik fisik yang
mempengaruhi kondisi mental pekerja, moral dan sikap mereka terhadap
pekerjaan dan terhadap sesama.
Pertimbangan manajer dalam seleksi, pengadaan, pemeliharaan, dan
pengendalian furniture dan peralatan kantor merupakan tanggung jawab
manajer kantor yang paling penting. Ini merupakan pokok bahasan bab ini.
1) Seleksi
Tidak ada yang tahu tentang lingkungan fisik kantor tempatnya bekerja.
Manajer kantor sebagai pusat informasi organisasi, diharapkan memiliki
banyak informasi mengenai furnitur dan peralatan kantor yang
dibutuhkan organisasi. Manajer kantor juga harus mengetahui sarana
yang tersedia bagi organisasi. Maka, manajer kantor harus mempunyai
banyak informasi tentang hal berikut:
a) Jenis furnitur dan peralatan utama dan pemasok yang handal.
b) Statistik untuk membandingkan berbagai merek furnitur dan
peralatan yang efektif.
c) Harga semua barang dan katalog pemasok barang.
d) Kriteria kebutuhan dan memilih peralatan.
e) Pengetahuan mengenai dampak peralatan sistem informasi, seperti
kebutuhan pelatihan, pemasok baru dan biaya operasional.
f) Peluang standardisasi peralatan di organisasi.
g) Alternatif pengadaan (seperti sewa atau beli) dan jumlah barang
yang dibeli.
h) Pemeliharaan, perbaikan dan penggantian.
Di era teknologi yang canggih, manajer kantor harus yakin bahwa mereka
telah menyediakan peralatan untuk lingkungan kantor yang terbaik.
Mereka harus memahami penggunaan berbagai furnitur dan peralatan
dan dapat membantu semua staf baik di semua bagian dalam memilih
sarana kantor yang tepat.
2) Furniture Kantor
Gambar Furniture Kantor
Sumber : http://mukhtar17luthfy.wordpress.com/2012/08/13/peralatan-kantor/
Pabrik furnitur kantor modern selalu membuat berbagai produk baru.
Umumnya pabrik furnitur memproduksi lemari arsip, meja kerja, meja
dan kursi serta sarana lain sesuai dengan struktur eksekutif, manajerial
dan staf.
Biaya furnitur merupakan biaya ruangan yang penting dalam pekerjaan
kantor. Pada dasarnya, furnitur dibeli bukan disewa, karena digunakan
dalam waktu lama. Manajer kantor harus cermat dan memperhatikan
pemilihan dan penggunaan furnitur kantor. Jika pemilihannya tepat,
furnitur kantor dapat meningkatkan produktivitas pegawai, mengurangi
biaya produksi, dan mempertahankan pegawai yang efisien.
Meja Kerja. Meja kerja adalah simbol kantor. Meja kerja terkait dengan
berkas, dan untuk mencapai berbagai tujuan kantor. Umumnya digunakan
sebagai tempat aktivitas dalam memproses informasi tertulis. Meja kerja
merupakan bagian terpenting dalam ruang kerja, sebagai tempat
memproses data atau meletakkan alat proses data. Meja kerja juga
digunakan untuk menyimpan barang atau data kantor.
Faktor biaya sangat penting dalam memilih meja kerja. Meski organisasi
memiliki gedung sendiri, perkiraan biaya sewa harus dirancang untuk
masing-masing bagian. Setiap ruang kantor, departemen atau bagian
dihitung biaya sewa ruangnya. Biaya tahunan ruang meja kantor
bermacam-macam. Jenis Meja Kerja ada dua jenis: (1) berdasarkan bentuk,
ukuran dan model, (2) berdasarkan fungsi.
Furnitur Modular. Tata letak furnitur modular menggabungkan beberapa
unit furnitur sesuai dengan prinsip konstruksi modular atau gabungan.
Prinsip ini berdasarkan komponen ruang kerja (yang terdiri dari unit
penyimpanan, permukaan, dan penyekat) dengan fungsinya masingmasing. Banyak pabrik atau organisasi merancang furnitur kantor
modular disesuaikan dengan alat atau sentra kerja pegawai. Dengan
mengurangi ruang lantai sebanyak 20%, membuat ruangan lebih nyaman,
dan memanfaatkan ruang kerja dengan membuat meja kerja lengkap
dengan lemari buku, arsip dan penyekat.
Manfaat terpenting tata letak furnitur modular yaitu menghemat ruang
kerja dan membuat ruang kerja menjadi lebih produktif. Unit modular
yang sering digunakan yaitu bentuk L, permukaan datar, tanpa ruang
penyimpanan dibawah, yang menempel pada sudut kanan meja. Susunan
furnitur modular tidak hanya menghemat ruangan tetapi juga membuat
kerja lebih efisien. Meja kerja konvensional membutuhkan ruang yang
lebih luas daripada susunan furnitur modular.
Studi diagram menunjukkan keutamaan manfaat ruang dengan
menggunakan furnitur modular dibandingkan dengan model
konvensional. Susunan berbagai furnitur menjadi lebih fleksibel. Susunan
lain juga memungkinkan, sesuai imajinasi manajer kantor dan
keterbatasan ruang.
Meja. Meja merupakan pengganti meja kantor, sebagai tempat
pemberkasan, sarana rapat, dan tempat penyimpanan. Untuk banyak
kantor, penggunaan meja lebih dipilih daripada meja kantor karena lebih
ekonomis. Meja yang memiliki satu atau dua laci kecil dapat bermanfaat
bagi pegawai.
Di organisasi-organisasi, dalam eksekutif bekerja di kelompok, tersedia
meja rapat yang besar. Sedangkan meja rapat di ruang rapat organisasi
besar disesuaikan dengan dekorasi atau tata letak kantor, dengan berbagai
gaya (dari tradisional sampai modern) yang tersedia di distributor furnitur
kantor di semua kantor besar.
Jenis meja lain juga tersedia. Misalnya tempat mesin tik, kalkulator dan
mesin lainnya, meja resepsionis, meja rapat, atau meja pelengkap meja
kerja. Kursi. Ruang kerja pegawai kantor menggunakan meja kerja dan
kursi, untuk kenyamanan fisik pegawai. Kenyamanan fisik terkait dengan
kondisi mental untuk pencapaian kinerja.
Pegawai kantor harus nyaman duduk dalam bekerja selama berjam-jam.
Manajer kantor dapat memahami kelelahan dari postur pekerja. Terdapat
banyak pegawai duduk dengan kaki disilangkan di kaki kursi atau sesak
dengan pekerjaannya karena kursi atau meja tidak sesuai tingginya. Posisi
duduk yang salah bukan karena postur, tetapi salah penempatan kursi dan
meja.
Semua kursi kantor harus disesuaikan ketinggiannya dan dapat berputar.
Jika bagian sandaran ada pernya, maka dapat disesuaikan ke depan dan ke
belakang. Jika pegawai harus menunduk, maka harus ada sandaran
tangan di kursi. Jika pegawai menggunakan tangannya untuk bekerja,
tidak perlu sandaran tangan. Studi membuktikan bahwa posisi badan saat
kerja yang tepat akan mengurangi lelah dan meningkatkan kesehatan
pegawai agar tidak pilek atau sakit kepala. Sehingga memberikan
keuntungan bagi organisasi karena berkurangnya absen, sedikit kesalahan
dan volume produksi yang lebih besar.
Kebanyakan kursi kantor dirancang sesuai bentuk tubuh. Kursi sadel yaitu
contoh rancangan untuk konstruksi kursi kayu. Kursi yang terbuat dari
busa latex agar memberi kenyamanan bagi pegawai. Banyak pegawai juga
menyukai kursi kayu yang ada busanya.
Jenis kursi kantor utama adalah sebagai berikut:
a) Kursi eksekutif, disesuaikan dengan karakter fisik eksekutif, atau
dapat diputar, berwarna hitam dan ramping.
b) Kursi postur stenografer, dengan atau tanpa putaran.
c) Kursi prostur juru tulis, dengan atau tanpa putaran, dengan atau tanpa
sandaran tangan.
d) Kursi tamu, ada sandaran dan empat kaki, dirancang untuk
pengunjung dan tidak digunakan untuk duduk seharian.
Furnitur dan Aksesori Lain. Meja dan kursi merupakan furnitur utama
dalam kantor. Namun, manajer kantor terus mengubah lingkungan kerja
(terutama tata letak), sumber finansial, dan selera manajemen. Pada waktu
tertentu sering dilakukan penambahan sofa, meja hias dengan lampu meja,
meja kopi, benda seni, credenza, ruang kebugaran, lemari buku, pot
bunga, tirai, gantungan jaket, dan rak majalah di kantor. Aksesori ini
membuat ruang kerja lebih kondusif untuk rileks, konsentrasi, dan
menikmati jam kerja.
Prinsip Seleksi Furnitur. Furnitur kantor harus dapat membantu kinerja
kantor, sehingga diperlukan kriteria khusus dalam pemilihannya. Prinsip
berikut harus dipertimbangkan dalam seleksi furnitur kantor:
a) Furnitur harus atraktif dan modern sesuai dekorasi kantor yang
mempengaruhi volume, akurasi dan moral pegawai.
b) Furnitur harus berkualitas baik, konstruksi kokoh, dan sesuai dengan
fasilitas kerja yang disediakan. Furnitur berkualitas baik biasanya
lebih atraktif dan ekonomis.
c) Furnitur harus sesuai dengan pekerjaan. Setiap kantor memiliki
kebutuhannya sendiri, kantor yang sejenis tidak harus menggunakan
furnitur yang sama.
d) Furnitur harus dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
e) Jumlah furnitur harus sesuai dengan jumlah pegawai dan tugas yang
dilakukan.
f) Furnitur khusus, seperti rak pemisahan berkas dan furnitur ringan,
harus dipasang jika ada penghematan biaya pegawai dan
kenyamanan.
g) Furnitur harus sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pegawai.
Pegawai harus ditanya keinginannya sebelum membeli furnitur baru,
jika keinginan mereka tidak dapat dipenuhi, maka harus dijelaskan
alasannya.
h) Pilihan lain antara furnitur logam, plastik atau kayu harus benarbenar
dipertimbangkan.
Untuk
daya
tahan,
perlu
mempertimbangkan furnitur logam, karena lebih fleksibel,
komponennya dapat diganti, dan banyak digunakan. Sebaliknya,
furnitur kayu juga tahan lama dan memiliki nilai kehangatan,
kelihatan mewah, dan prestise yang dapat meningkatkan sikap kerja
pegawai. Furnitur kayu sering dijumpai di kantor eksekutif.
i) Furnitur harus membuat kondisi kerja menjadi nyaman. Prinsip ini
terkait dengan sifat pekerjaan yang dilakukan dan usaha fisik
ekonomi serta kecepatan operasional.
3)
Peralatan Kantor
Selain furnitur, kantor juga membutuhkan peralatan. Berupa mesin dan
alat kantor yang ada di kantor.
Mesin kantor adalah sebuah mesin informasi, seperti mesin tik,
kalkulator, mesin fotocopy, atau komputer. Peralatan kantor adalah
penghubung antara pegawai dan pekerjaannya. Pegawai dapat bekerja
lebih lama dengan sedikit waktu dan lebih akurat serta berkualitas.
Beberapa peralatan seperti mesin tik jarak jauh dapat membantu pegawai
mengirim hasil kerjanya ke pegawai di tempat lain dan menerima
masukan dengan cepat. Selain jenis dan merek peralatan, jumlah manfaat
peralatan juga semakin meningkat.
Seleksi peralatan modern diawali dengan studi kelayakan, yaitu semua
sistem proses informasi dijelaskan dan peran peralatan diklarifikasi.
Studi tersebut memerlukan konsentrasi dan pemikiran matang dengan
jawaban yang lengkap dan tepat terhadap pertanyaan yang diajukan.
Dalam membantu manajer kantor administratif membuat keputusan
seleksi peralatan, kriteria berikut dapat membantu:
a) Peralatan harus dipilih untuk melaksanakan tugas yang lebih efisien
oleh pegawai. Untuk pekerjaan monoton, mesin merupakan sarana
untuk meningkatkan produksi.
b) Aplikasi volume tinggi menyebabkan kebutuhan penggunaan mesin,
sehingga pelayanan lebih baik, lebih cepat dan hasil positif lainnya.
c) Peralatan digunakan untuk menghasilkan kualitas output yang lebih
baik, misalnya bandingkan antara hasil mesin tik dengan tulisan
tangan.
d) Mesin diperlukan untuk ketepatan pekerjaan, karena mesin dapat
memeriksa dan mengendalikan akurasi.
e) Peralatan digunakan untuk mengurangi biaya pekerjaan. Biaya
layanan, operasional, dan tata letak harus dihitung dalam total
pemasangan peralatan.
f) Peralatan dibutuhkan untuk pekerjaan penting yang perlu waktu
cepat atau beban jadwal kerja tinggi.
g) Kekuatan dan kelemahan peralatan harus diperhitungkan. Misalnya
kapasitas digital jumlah yang ditangani, ukuran dan arsip, kecepatan
berputar, jumlah copy yang dibutuhkan, kompleksitas proses
matematis, jumlah daftar penyimpanan, daya tahan dan nilai jual.
h) Pegawai operasional dan supervisor harus ditanya mengenai mesin
yang akan dipilih. Perlunya pelatihan dalam mengoperasikan juga
harus dipertimbangkan.
i) Adanya layanan pemeliharaan perlu dilihat dalam melakukan seleksi
peralatan. Jika peralatan rusak, akan menambah biaya operasional.
j) Harus dilakukan pengadaan yang memiliki ciri: sederhana (untuk
kemudahan operasional, pembelajaran, dan pemeliharaan); fleksibel
(untuk digunakan di berbagai situasi); ringan (dapat digunakan di
berbagai tempat); dan adaptasi (untuk diintegrasikan dalam sistem
kantor terbaru).
k) Sebelum membeli atau menyewa, peralatan harus diuji coba di
kantor. Uji coba untuk mesin kecil adalah 1-2 minggu. Semakin besar
atau mahal mesinnya, masa uji coba akan lebih lama.
l) Perlu dilakukan standardisasi peralatan kantor. Dengan melakukan
standardisasi ukuran, gaya dan merek, maka dapat:
i. Memperoleh harga lebih murah dengan membeli dalam jumlah
banyak.
ii. Mengurangi biaya pemeliharaan karena menggunakan
beberapa merek yang sama.
iii. Mengembangkan departemen layanan milik organisasi sendiri
yang lebih mudah dan ekonomis.
iv. Menggunakan
sekelompok
pegawai
yang
dapat
mengoperasikan semua mesin secara ekonomis.
v. Melatif operator lebih mudah dan sederhana.
vi. Membeli dan menggunakan kertas kantor yang sesuai dengan
merek mesin.
vii. Menyederhanakan ketinggalan jaman dan nilai jual peralatan,
yang penting untuk pajak pendapatan dan sifat nilai jual
peralatan.
b. Pengadaan
Penyeleksian furnitur dan peralatan kantor merupakan tugas penting manajer
kantor. Furnitur kantor yang akan digunakan dalam waktu lama, lebih sering
dibeli daripada disewa. Tetapi berbeda dengan peralatan kantor, yang mudah
rusak dan terus mengalami perkembangan teknologi. Selanjutnya akan
dibahas pertimbangan manajer dalam prosedur pengadaan, pemeliharaan,
penggantian dan pengembangan untuk menjamin pengendalian dan
penggunaan peralatan yang tepat. Meskipun banyak peralatan kantor yang
dibeli, tetapi untuk organisasi kecil pengadaan peralatan dilakukan dengan
cara sewa. Dalam beberapa tahun terakhir, sewa banyak diminati organisasi.
Sewa peralatan yaitu kontrak dimana pengguna peralatan dapat
menggunakan aset dengan membayar kepada pemilik secara berkala dalam
waktu yang ditentukan. Dalam sewa (leasing), waktu yang diberikan lebih
lama dari rental, dan pihak pengguna tidak berniat untuk membeli peralatan
tersebut. Selama masa sewa, peralatan tetap menjadi hak pemilik aset, dan
dapat mengambil kembali peralatan setelah masa sewa berakhir.
Semua jenis mesin dan peralatan kantor, seperti peralatan kantor, data
elektronik dan alat reprografis, dapat disewa. Banyak organisasi menyewa
peralatan seperti komputer, mesin absensi, dan pemindaian optik. Dengan
meningkatnya pengetahuan dan pengalaman di bidang proses data, manajer
lebih sering membeli komputer murah daripada menyewa. Mayoritas
organisasi membeli komputer daripada menyewa.
Banyak keuntungan menyewa yang dibahas sebelumnya, dilihat oleh para
pengguna komputer bahwa harga sewa telah melebihi harga komputer yang
sebenarnya. Di banyak organisasi ternyata biaya sewa menjadi faktor biaya
yang lebih besar daripada perkiraan.
Peralatan kantor dapat disewa dari berbagai sumber: langsung dari pabrik
atau distributor pabrik, dari penyedia peralatan kantor lokal, dari organisasi
penyewa berbagai merek peralatan, dari organisasi perbankan, organisasi
asuransi, dana pensiun, organisasi finansial, dan lembaga keuangan ain yang
berikan layanan sewa.
1) Jenis Perjanjian Sewa
Sewa dapat memenuhi kebutuhan pihak yang terlibat, sehingga terdapat
banyak jenis kontrak sewa. Ada 4 kategori perjanjian sewa: (1) jangka
pendek, (2) jangka panjang yang dapat diperbaharui, (3) jangka panjang
yang dapat dibeli, (4) dapat disewakan kembali. Kategori ini akan
dijelaskan sebagai berikut.
Sewa Jangka Pendek. Sewa ini digunakan untuk memperoleh peralatan
tambahan, seperti mesin tik dan kalkulator, saat beban kerja tinggi, seperti
inventarisasi akhir tahun. Keuntungan sewa ini yaitu peralatan yang
dibutuhkan tersedia dengan cepat dengan sedikit dana.
Sewa Jangka Panjang yang dapat diperbaharui. Sewa ini dapat
menggunakan 75 – 80 % masa guna peralatan. Rata-rata masa sewa adalah
3 – 5 tahun. Pada akhir masa sewa, biaya sewa dapat diperbaharui dengan
harga yang lebih rendah. Selama masa guna, harga sewa ditambah dengan
biaya lainnya.
Sewa jangka panjang yang dapat dibeli. Sama dengan di atas, kecuali
bahwa pengguna dapat membeli peralatan pada akhir masa sewa.
Pengguna dapat menambah peralatan yang dibutuhkan, tanpa tambahan
biaya, selama masa sewa. Karena peralatan memiliki nilai jual untuk tukar
tambah dengan peralatan baru pada saat kontrak baru, maka ketinggalan
jaman dapat dihindari.
Berdasarkan peraturan pajak pendapatan, sewa ini dianggap penjualan
bersayarat atau cicilan, sehingga organisasi dapat menolak penghitungan
pajak untuk pembayaran sewa. Karena tidak ada petunjuk kapan sewa
dapat mengurangi pajak, pihak perjanjian sewa harus bertanya pada Dinas
Pajak apakah sewa tersebut dapat dikenakan pengurangan pajak.
Dapat disewakan kembali. Sewa ini memungkinkan organisasi membeli
peralatan, menjualnya pada penyewa, dan kemudian disewakan kembali.
Sehingga, organisasi dapat menerima 100% nilai aset dalam bentuk tunai.
Sewa ini menguntungkan saat membutuhkan modal kerja dengan cepat.
2) Keuntungan Sewa
Keuntungan sewa adalah:
a) Modal kerja mengalir setiap hari. Di banyak sewa, tidak diperlukan
uang muka. Di tempat sewa lain, uang muka senilai sewa tahun
pertama dibutuhkan untuk memperoleh peralatan. Ketentuan ini
membebaskan modal organisasi untuk melakukan investasi atau
ekspansi.
b) Pengendalian anggaran karena harga sewa dapat diperkirakan.
Perubahan akibat inflasi juga diperkirakan karena harga sewa
ditentukan untuk beberapa tahun. Saat inflasi, jumlah sewa untuk
lima tahun dibayar dengan menghitung inflasi, dengan daya beli
yang lebih rendah daripada sekarang.
c) Beberapa sewa menawarkan daya peluang untuk kontrak layanan
seperti pemeliharaan dan penyimpanan arsip, yang dikaitkan dengan
peralatan tertentu. Misalnya, sewa yang menawarkan asuransi
peralatan. Sewa juga membantu membuang barang yang sudah tidak
diperlukan.
d) Fleksibelitas bagi penyewa yang tidak memiliki metode finansial atau
keuangan lain. Organisasi baru membutuhkan peralatan tetapi tidak
mempunyai dana. Pada sewa jangka panjang, jadwal pembayaran
dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan organisasi. Misalnya,
sewa memberikan metode pembayaran yang fleksibel, sehingga
organisasi dapat memperoleh pendapatan sebelum jatuh tempo.
e) Sewa menawarkan sumber finansial tambahan. Sewa memberikan
finansial bagi organisasi yang tidak memiliki sumber finnansial.
Misalnya, sewa memberikan jalan bagi organisasi kecil untuk
memperoleh peralatan baru, terutama pada saat tingkat bunga tinggi.
Bentuk sewa finansial misalnya sewa leveraged, yang memberikan
peralatan mahal untuk mencapai penghematan. Dalam sewa
leveraged, pihak penyewa menaikkan harga sewa peralatan dan
meminjam uang dari organisasi asuransi, dana pensiun atau investor
lain dengan menjual hutang sewa peralatan. Penghematan didapat
dari keuntungan pajak seluruh biaya peralatan. Sehingga harga sewa
bisa dikurangi. Sewa leveraged banyak diminati karena tingkat bunga
yang lebih rendah. Dimana organisasi dapat membiayai peralatan
modal keuangan selama 15 tahun dengan bunga 4 %.
f) Untuk organisasi yang menggunakan peralatan khusus,
perlindungan dilakukan untuk mengurangi resiko ketinggalan
jaman. Dalam banyak kasus, peralatan dapat diganti selama masa
sewa, dan selama periode sewa, organisasi dapat mengambil
keuntungan dari kemajuan teknologi.
g) Keuntungan pajak dapat diperoleh karena harga sewa dapat
mengurangi perhitungan pajak pendapatan. Dalam beberapa kontrak
sewa, upaya membeli peralatan pada masa sewa, dapat dianggap
oleh Dinas Pajak sebagai kontrak penjualan cicilan, sehingga tidak
bisa dihitung pajaknya. Umumnya, jika penyewa terkena pajak
pendapatan tertentu, meminjam untuk membeli peralatan dapat
memberikan keuntungan pajak yang besar, terutama dimasa
depresiasi. Namun, pembayaran sewa jangka pendek atau sewa
dengan berbagai jadwal pembayaran lebih menarik bagi penyewa.
Organisasi kecil dapat mengambil keuntungan dari kredit pajak
investasi. Kredit pajak dapat diberikan kepada organisasi sewa,
sebagai pemilik peralatan, dan harga sewa organisasi dapat
dikurangi. Kesepakatan di atas dapat membantu organisasi kecil
mengambil keuntungan dari kredit pajak yang tidak tersedia pada
bentuk perjanjian keuangan lainnya.
h) Organisasi yang cepat berkembang dan cabang kantor baru dibiayai
oleh beberapa penyewa, dimana peralatan dapat ditambah sesuai
kebutuhan organisasi.
3) Keputusan untuk Menyewa atau Membeli Peralatan
Jika setelah studi kelayakan diperlukan peralatan, maka faktor berikut
perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk membeli atau
menyewa, yaitu:
a) Biaya bersih relatif antara membeli dan menyewa. Jika peralatan
yang digunakan lebih dari satu hari, maka bagi organisasi lebih
ekonomis untuk membeli peralatan. Organisasi harus melakukan
studi anggaran dengan menggunakan metode keuntungan investasi,
periode keuntungan, BEP sewa-beli, arus masuk diskonto, dan
present value.
b) Ketinggalan jaman. Organisasi yang melihat bahwa peralatan akan
ketinggalan jaman akibat perkembangan teknologi, memutuskan
untuk menyewa.
c) Masa pakai peralatan. Perlu dinilai berapa lama peralatan dapat
memenuhi kebutuhan organisasi. Karena perubahan di masa depan
dapat mempengaruhi peralatan proses data yang digunakan
sekarang. Untuk mengetahui keadaan masa depan, staf proses data
harus mampu menganalisa rencana dan kebiasaan penjualan,
produksi dan pembelian organisasi untuk menentukan proses baru.
d) Biaya pokok. Organisasi harus membayar biaya pokok untuk
menggunakan peralatan, seperti komputer. Penggunaan dalam
waktu cukup lama perlu membayar sewa tambahan untuk
memasang alat pengukur waktu. Semua ketentuan sewa harus
dinyatakan sebelumnya. Misalnya, jika peralatan rusak selama
beberapa jam, apakah organisasi tetap harus membayar sewa atau
ditanggung oleh pabrik?
e) Layanan pemeliharaan. Kontrak untuk membeli atau menyewa harus
menyebutkan berbagai jenis layanan pemeliharaan, pencegahan dan
perbaikan, yang disediakan penyewa atau penjual. Adanya bantuan
tenaga terlatih jika diperlukan, harus ditentukan.
f) Penyusutan. Dalam membandingkan antara menyewa dan membeli,
penyusutan nilai peralatan harus diperhatikan. Adanya pasar barang
bekas, organisasi dapat melihat nilai jual peralatan yang masa
pakainya lebih singkat dari masa produktifnya.
g) Biaya
bunga.
Organisasi
harus
memperhatikan
dan
mempertimbangkan tingkat bunga uang pinjaman atau tingkat
bunga yang diharapkan dari investasi dana.
Untuk membuat keputusan membeli atau menyewa dapat ditanya pada
spesialis atau auditor keuangan organisasi, konsultan independen, dan
berbagai penyewa, seperti pabrik, yang akan memberikan analisa beli dan
sewa.
c. Pemeliharaaan
Pemeliharaan merupakan faktor penting dalam membeli atau menyewa
peralatan. Banyak peralatan yang harus digunakan setiap hari. Sehingga
dalam memelihara peralatan tersebut harus diperhatikan. Jika peralatan rusak,
pegawai tidak dapat bekerja sampai peralatan diperbaiki, kecuali ada
peralatan cadangan.
Tergantung pada kompleksitas dan jumlah peralatan yang digunakan, layanan
pemeliharaan peralatan kantor harus mengikuti metode berikut:
1) Kontrak layanan dengan pabrik atau organisasi layanan.
2) Layanan oleh departemen layanan internal organisasi.
3) Menggunakan perwakilan layanan pabrik per-panggilan tanpa kontrak.
Kontrak Layanan
Kontrak layanan atau dapat disebut perjanjian pemeliharaan, memberikan
layanan berkala seperti pemeriksaan, penggantian, pembersihan komponen
peralatan dan sebagainya. Dengan kontrak layanan, organisasi dapat
menghindari biaya tak terduga. Jika menggunakan layanan setiap panggilan
akan menghabiskan biaya. Sedangkan dengan kontrak, hanya membayar iuran
tahunan. Biaya lainnya terkait dengan waktu yang terbuang jika mesin rusak.
Sehingga pemeliharaan yang menjadi bagian kontrak layanan dapat
mengurangi sejumlah kerugian.
Berdasarkan perjanjian layanan dengan satu pabrik peralatan dan mesin
kantor, mesin tik diperiksa setahun sekali, dan layanan dapat dipanggil
sewaktu-waktu. Biaya dan jenis layanan yang diberikan untuk pemeliharaan
peralatan bermacam-macam.
Dalam memelihara mesin tik, beberapa organisasi kecil membuat perjanjian
dengan organisasi layanan mesin tik. Dengan biaya tetap, organisasi layanan
memeriksa, membersihkan dan memperbaiki mesin tik secara berkala.
Layanan oleh Departemen Layanan Internal
Dalam memelihara pegawai layanan internal, harus organisasi besar. Karena
harus memberikan gaji yang tinggi, banyaknya biaya tak terduga, biaya
pelatihan pegawai, dan biaya untuk menyediakan ruang kerja.
Dikarenakan mesin tik penting dari segi jumlah dan investasi, maka
pemeliharaannya sangat penting. Banyak kantor sering mengeluarkan
informasi bagi juru ketik bagaimana merawat mesin tik sehingga efisien dan
mengurangi biaya perbaikan. Jika ada banyak mesin tik, maka diperlukan
petugas khusus untuk membersihkan dan merawat mesin tik.
Layanan Per-Panggilan
Banyak organisasi lebih suka menggunakan jasa layanan per-panggilan sesuai
kebutuhan, karena dianggap lebih ekonomis. Dalam kasus seringnya terjadi
kerusakan, panggilan rutin diperlukan. Jika digunakan kontrak layanan
pabrik, maka panggilan tersebut menjadi masalah pabrik
d. Penggantian
Peralatan kantor dapat saja ketinggalan jaman karena adanya model baru di
pasaran. Manajer kantor harus membeli peralatan terbaik dan dapat
digunakan sampai berkurang efisiensinya, dan dapat diganti dengan model
baru tanpa banyak kerugian. Kerugian dapat dikurangi organisasi jika
kebijakan tukar tambah ditetapkan pada waktu pembelian.
Furnitur dan peralatan kantor dapat menyusut atau berkurang manfaatnya
setelah 10 tahun dan dapat dihitung dengan berbagai metode seperti garislurus, unit produksi, keseimbangan-menurun, dan jumlah tahun. Karena
faktor ketinggalan jaman, beberapa peralatan khusus seperti proses data dapat
menyusut lebih cepat.
Meski penyusutan dihitung dengan metode di atas, aset tidak boleh dihitung
dibawah nilai penyusutan. Menyusutnya peralatan secara cepat mengurangi
pajak pendapatan masa pakai aset tahun sebelumnya. Jumlah dana yang
tersedia untuk membayar aset atau produk investasi lainnya meningkat. Jika
biaya perbaikan meningkat sesuai dengan umur aset, jumlah penyusutan
seimbang karena biaya pemeliharaan meningkat.
Jika masa penyusutan dipercepat selama periode lima tahun, maka dapat
dilakukan tukar tambah setiap lima tahun dan organisasi dapat mengikuti
perkembangan teknologi. Program penggantian peralatan dapat membantu
organisasi memprediksi kebutuhan peralatan setiap tahun dengan tepat.
Pengurangan biaya operasional dapat dilakukan untuk setiap peralatan,
jumlah peralatan baru dapat dibeli, dan jumlah pemeliharaan dapat
dianggarkan. Program penggantian juga membantu organisasi dalam
mengendalikan biaya pemeliharaan, terutama untuk peralatan lama. Dengan
mengendalikan jadwal penggantian peralatan kantor, organisasi dapat
menghindari biaya tambahan untuk peralatan tua dan membutuhkan suku
cadang baru. Keuntungan lain yaitu moral organisasi yang memiliki program
penggantian. Karena organisasi dapat menunjukkan kepada pelanggan, tamu,
dan pegawai tentang citra organisasi yang modern dan memiliki sarana
lengkap.
e. Pengendalian Terpusat
Pengadaan, pemeliharaan dan penggantian peralatan harus dikendalikan
secara terpusat dan tepat, terutama di kantor besar yang memiliki banyak
peralatan. Ini adalah tanggung jawab manajer layanan administratif. Program
pengendalian antara lain :
1) Memelihara arsip dan informasi peralatan kantor terbaru.
2) Menyusun sistem pengendalian arsip terpusat untuk aset organisasi
yang memberikan informasi tentang:
a) Peralatan yang dimiliki/disewa oleh organisasi.
b) Tempat peralatan digunakan.
c) Tujuan peralatan digunakan.
d) Nomor seri organisasi dan pabrik.
e) Deskripsi lengkap jenis peralatan.
f) Tanggal pembelian.
g) Biaya.
h) Data layanan.
i) Biaya pemeliharaan.
j) Biaya penyusutan sekarang dan akumulasi.
k) Nilai pembukuan (harga pembelian dikurangi penyusutan
akumulasi).
3) Menyusun tingkat standar mesin dan peralatan.
4) Mengendalikan penyeleksian dan pembelian mesin sesuai kegunaan.
5) Mengembangkan prosedur efektif untuk pemeliharaan dan
penggantian mesin.
6) Melakukan evaluasi semua mesin dan peralatan secara berkala.
f. Peralatan / Mesin-mesin Komunikasi
Setiap organisasi, baik pemerintah maupun swasta, tidak dapat berjalan dan
berkembang dengan baik tanpa menyediakan komunikasi antara sesamanya
ataupun dengan pihak lain. Demikian pula, komunikasi yang
membutuhkan peralatan merupakan faktor yang sangat penting, sebagai
bukti untuk menunjukan terjadinya hubungan kerja sama yang baik dalam
menyelesaikan pekerjaaan kantor secara efesien dan efektif. Sebab tanpa
komunikasi berarti kantor tidak ada aktivitasnya.
Seiring
dengan perkembangan
teknologi, komunikasi lebih banyak
mempergunakan peralatan atau mesin komunikasi. Dengan memanfaatkan
kecanggihan peralatan atau mesin komunikasi tersebut diharapkan
hubungan atau komunikasi lebih cepat, efesien, dan efektif
Peralatan atau mesin-mesin kantor, lazim disebut juga pesawat kantor yaitu
semua mesin komunikasi yang berfungsi sebagai alat untuk
mengadakan komunikasi ,baik dilingkungan sendiri (interen) maupun dengan
lingkungan luar (eksteren) kantor .
Dengan adanyan mesin-mesin komunikasi dalam kantor, dapat diperoleh
keuntungan ,di antaranya :
1) penyampaian komunikasi dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan
efesien
2) menghemat tenaga dalam pelaksanaan tata hubungan dilingkungan
kantor
3) meningkatkan produktivitas kerja
4) mempercepat proses pekerjaan
Adapun jenis-jenis mesin komunikasi diantaranya intercom/aiphone, telepon,
hand phone switct board, dan telephone answering machine.
Penggunaan Interkom/Aiphone
Intercom berasal dari bahasa Inggris adalah intercommunication yang berarti
hubungan didalam. Intercom sering disebut juga dengan istilah interphone
atau intertelepon. Saat ini intercom tidak hanya digunakan dikantor-kantor
tetapi sudah menyebarluas pada masyarakat sampai kepelosok desa. Oleh
karena itu tidak heran apabila banyak rumah pada desa yang terdapat kabel
kecil membentang dari atap keatap. Kabel ini disebut Beudrat yang berfungsi
untuk menyalurkan suara dari pesawat intercom yang satu kepesawat
intercom yang lainnya.
1) Menurut pandangan masyarakat
Intercom adalah alat komunikasi interen yang menghubungkan
rumah yang satu dengan rumah yang lain, antara desa yang satu
dengan desa yang lain, atau antara satu kota dengan kota lain .
2) Menurut pengertian di kantor
Intercom, yang lebih dikenal dengan sebutan aiphone adalah alat
komunikasi yang dipergunakan untuk menyampaikan warta atau
keterangan dalam lingkungan organisasi sendiri dari suatu bagian
lain atau dari satu ruangan keruangan lain.
Fungsi Intercom
1) Alat atau sarana komunikasi berfungsi sebagai berikut.
a) Fungsi intercom di kantor
Di kantor-kantor penggunaan intercom sebagai alat penghubung
interen Intercom, melahirkan suatu system yang mengatur
hubungan interen, melahirkan suatu system tata hubungan
kantor yang berguna untuk menghindari adanya para pegawai
berjalan kesana kemari, mondar-mandir dalam kantor, sehingga
dapat menghemat tenaga dan waktu dalam pelaksanaan kerja.
Jadi, fungsi intercom dilingkungan kantor, yaitu :
i. Sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi
secara efektif dari suatu pihak kepihak lainnya.
ii. Memperluas dan menambah saluran komunikasi dalam suatu
instensi atau kantor. Menghindar mondar mandirnya para
pegawai.
iii. Menghemat waktu dan tenaga dalam pelaksanaan tata
hubungan di
lingkungan kantor
sendiri,
sehingga
meningkatkan produktivitas kerja para pegawai.
b) Fungsi intercom pada masyarakat umum (luas)
Dalam masyarakat umum, intercom berfungsi sebagai berikut :
i. Sebagai media informasi
ii. Intercom berguna untuk membina kerukunan sosial.
Misalnya
jika ada warga yang meninggal dunia, ada
pencurian, ada kegiatan PKK dan sebagainya, maka dengan
segara dapat diinformasikan melalui intercom.
2) Sebagai media pengetahuan
Intercom
berguna
untuk
mendapatkan
pengetahuan yang
disiarkan oleh organisasi intercom. Misalnya, pada hari-hari tertentu
diisi dengan mendengarkan ceramah yang diberikan oleh tokoh
masyarakat, para intelektual atau orang yang mempunyai keahlian dan
pengetahuan tertentu. Pada acara tersebut, setiap anggota harus
patuh akan peraturan yang ada, tidak boleh ada yang menyela untuk
bicara.
3) Sebagai media hiburan
Intercom hanya bersifat menghibur melalui acara yang disusun oleh
organisasi intercom yang ada di desa yang bersangkutan. Misalnya
pada hari tertentu diadakan acara kesenian.
Cara Mengoperasikannya.
Untuk mengoperasikan intercom, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Intercom yang digunakan di kantor-kantor
a) Pertama angkat handset (gagang telepon)
b) Tekan tombol seleksi saluran yang yang dimaksud atau diinginkan
c) Tekan tombol pemanggil yaitu tombol C (Call) sehingga terdengar
nada panggil
d) Kemudian lakukan pembicaraan
2) Intercom yang digunakan pada masyarakat umum (luas)
a) Nyalakan tombol ON untuk menghidupkan pesawat
b) Pilih atau cari saluran yang dituju
c) Langsung dapat berhubungan dengan orang atau saluran yang
dituju.
Penggunaan Telepon
Telepon sebagai sarana komunikasi dapat menyampaikan informasi dari
suatu pihak kepihak lainnya semakin efektif dan efesien. Telepon berasal
dari kata tele yang berarti jauh dan phone yang artinya suara berhubungan.
Telepon adalah penyampaian informasi dari suatu pihak kepihak lainnya dari
jarak jauh, baik dalam lingkungan sendiri maupun keluar kantor.
Alat yang digunakan dalam penyampaian dan sekaligus berfungsi untuk
mendengarkan suara atau pembicaraan disebut pesawat telepon.
Sedangkan penyampaian informasi dari jarak jauh dengan mempergunkan
pesawat telepon sering disebut dengan istilah telephoning atau peneleponan.
Gambar Pesawat Telepon
Sumber : http://mukhtar17luthfy.wordpress.com/2012/08/13/peralatankantor/
Saat ini, penggunaan telepon sabagai sarana komunikasi sangat penting
terutama bagi para pengusaha. Sebab pembicaraan atau komunikasi lewat
telepon dapat diartikan pula sebagai pembicaraan langsung tatap muka dan
dapat mewakili diri pribadi atau yang lainya.
Sejarah perkembangan telepon
Secara kronologi, sejarah perkembangan telepon adalah sebagai berikut:
1) Tahun 1874, pertama kali telepon ditemukan oleh Alexander Graham
Bell.
2) Tahun 1892,pertama kali telepon digunakan sebagai alat komunikasi
jarak jauh yaitu antara New York dan Chicago.
3) Pada tahun 1915 terpasang trans Pacifik sebagai jalur baru untuk
komunikasi jarak jauh.
4) Tahun 1906, dipergunkannya telepon sistem tabung vacuum.
5) Tahun 1948, mulai dipergunkan telepon dengan sietem transistor
6) Tahun 1956, mulai dikembangkan telepon mobil.
Macam-macam pesawat telepon
1) Pesawat tunggal, yaitu pesawat yang biasanya digunakan dirumahrumah
2) PMBX (Pripate Manual Brand Xchange), merupakan pesawat telepon yang
pengoperasianya secara langsung atau tanpa melalui operator atau
perantara.
Cara penggunaan telepon
Cara penggunaan telepon dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1) Penggunaan telepon untuk pencakapan lokal
2) Penggunaan telepon untuk pencakapan interlokal dan international
3) Pelayanan telepon dengan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh)
Langkah-langkah menggunakan telepon
Terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam menggunakan
telepon, yaitu sebagai berikut :
1) Tata cara menangani telepon keluar
a) Pertama sediakan pensil dan kertas untuk catatan seperlunya.
b) Lalu siapkan nomor telepon yang dikehendaki, jangan
mengangkat telepon sebelum nomor telepon diketahui.
c) Setelah diangkat, dengarkan nada pilih barulah memutar nomor
telepon yang dikehendaki.
d) Jika saat dipanggil kedengaran mengangkat telepon, katakanlah
nama kantor/instansi dan nomor telepon yang kita kehendaki.
e) Bicaralah secara singkat, sopan dan jangan bicara diluar
kepentingan.
f) Jika pembicaraan kurang memuaskan karena ada gangguan
telepon, jangan mengetuk-ngetuk pintu kait telepon.
g) Jika pembicaraan sudah habis, letakkan telepon secara perlahan dan
dengan posisi yang benar.
2) Tata cara menangani telepon masuk
a) Begitu telepon berdering, sekretaris atau operator harus segera
mengangkat dan jangan membiarkan telepon berdering lebih dari 3
kali.
b) Angkat gagang telepon dengan tangan kiri sedangkan tangan
kanan memegang alat tulis.
c) Menjawab telepon hendaknya singkat dan jelas.
d) Mencatat segala pesan atau permintaan penelepon dengan penuh
perhatian.
e) Menutup telepon setelah penelepon memutuskan hubungan
terlebih dahulu.
Penggunaan Handphone
Handphone merupakan alat komunikasi, baik jarak jauh dekat maupun jarak
jauh. Alat ini merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat
menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat
komunikasi karena bisa dibawa kemana saja.
Macam-macam merek handphone
Ada beberapa macam merek dan tipe handphone diantaranya :
1)
2)
3)
4)
5)
Sony Ericsson
Nokia
Motorola
Samsung
LG
Penggunaan Mesin Microfilm, Transparancy, Maker
Warkat atau surat yang masih deperlukan harus disimpan pada suatu
tempat yang betul-betul aman dan praktis (tidak diperlukan banyak tempat).
Salah satu tempat penyimpanan warkat-warkat, adalah dengan menggunakan
microfilm.
Demikian
pula
dengan
penggunaan
mesin
transparacy
maker,
dipergunakan untuk menggandakan atau menyalin langsung dari bukubuku kemudian dipindahkan kedalam lembaran transparansi untuk
diproyeksikan kedalam OHP. Dengan demikian, tidak perlu lagi menulis
kedalam lembar transparan, tetapi cukup dengan menggandakan lembaran
asli, lalu dirangkap dengan lembaran transparan infared,
kemudian
dimasukan dalam mesin transparansi maker.
Penggunaan OHP juga sangat membantu dalam penyimpanan informasi,
atau mempresetasikan suatu, misalnya pada waktu seminar, rapat dan lainlain.
Penggunaan Mesin Mikrofilm
Dalam memahami pengertian mengenai mesin microfilm dapat disimak
penjelasan sebagi berikut ini.
1) Menurut ensiklopedi administratif
Mikrofilm merupakan film berukuran 8 atau 16 milimeter yang
dipergunakan untuk mengawetkan warkat atau surat yang ada dan
akhirnya akan rusak apabila disimpan terlalu lama jika berada
dibawah udara yang berubah-ubah. Dengan pengambilan ambar suatu
warkat yang perlu diawetkan, dipindah menjadi lembaran film
kecil, sehingga menghemat ruang penyimpanan.
2) Menurut PT Modern Photo Film Co.Ltd
Mikrofilm yaitu cara untuk menanggulangi masalah dokumentasi
melalui kegiatan kerja teknis maupun administrative dalam bentuk film
yang kecil.
3) Menurut arsip nasional Republik Indonesia
Mikrofilm merupakan salah satu cara memperkecil bentuk fisik
arsip. Tujuan diadakan pembuatan mikrofilm atau arsip pada
umumnya ada dua hal yaitu, untuk menghemat ruangan dan untuk
mengawetkan asip atau warkat.
Bentuk-bentuk Microfilm
1) Microfilm roll
Mikrofilm ini berbentuk roll film yang panjangnya 100 feet (1248 cm)
Mikrofilm terdari dari :
a) Roll film ukuran 16 mm x 100 feet. Digunakan untuk
memikrofilmkan arsip-arsip pada umumnya (A-A3) satu roll
dapat memuat 2400 lembar arsip ukuran A atau 1200 lembar arsip
ukuran A3
b) Roll fil ukuran 35mm X 100 feet. Digunakan untuk
memikrofilmkan gambar-gambar teknik, peta surat dan lain-lain.
Berukuran lebih besar (A2 hingga A0)
2) Micro Jacket
Yaitu strip film yang berisi 12 frame yang dimasukan kedalam
kantong plastik (jacket) ukuran 4 x 6 inci yang dapat memuat 5 jalur
atau 12 x 5 =60 arsip. Bentuk film ini digunakan untuk memikrofilmkan
arsip dinamis, aktif dan inaktif.
3) Microfiche
Mikrofilm bentuk ini berupa lembaran 4 x 6 inci, dibuat dengan dua
cara yaitu sebagi berikut :
a) Microfiche yang dibuat langsung dengan microfiche camera
processor. Biasanya digunakan untuk memikrofilmkan
dokumen-dokumen dinamis aktif pada dokumen-dokumen
tersebut tidak perlu ditambah atau mengurangi dokumen baru.
b) Microfiche yang dibuat secara tidak langsung adalah dengan
menduplikasikan microfilm jacket menjadi microfiche memakai
peralatan microfilm duplicator.
4) Microfilmaperture Card
Mikrofilm ini berbentuk lembaran film yang berukuran 35 mm. Tiap
lembar film berukuran 3 x 4 cm yang ditempelkan pada lembaran
kartu seperti kartu komputer dengan 80 karakter. Bentuk mikrofilm ini
digunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen teknik, misalnya
gambar bangunan, gambar mesin, peta seismograph, peta kota, dan
lainnya.
5) Microfilm Cartridge
Seperti roll film, tetepi berada dalam cartridge (kotak) dengan film
berukuran 16 mm x 100 feet. Pada bagian atas atau bawah, tiap
gambar
menggunakan
blip
untuk
mempermudah pencairan
kembali dokumen.
Macam-macam peralatan Microfilm
Dalam proses pembuatan microfilm (microfilming = microphotography)
diperlukan beberapa alat atau mesin yang mempunyai fungsinya masing
masing. Alat tersebut yaitu sebagai berikut :
1) Camera, memiliki fungsi untuk memotret atau mengambil gambar
arsip pada suatu film.
2) Processor, berfungsi untuk memproses atau menghasilkan film-film
yang sudah berisi arsip sebagai hasil kerja camera. Alat pencuci flm ini
sudah berisi bahan kimia devoloper, fixe dan air. Pada alat ini juga
terdapat pengirim film yang sudah diproses.
3) Duplicator, berfungsi untuk menggandakan atau membuat copy film.
4) Orisinal film akan disimpan agar tidak rusak, sedangkan untuk suatu
keperluan menggunakan duplikat atau gandaannya
5) Reader, berfungsi untuk membaca microfilm melalui layar monitor
seperti layar televisi
6) Reader Printer, tidak saja dapat dipakai sebagai alat baca tetapi juga
untuk mencetak kembali microfilm yang dibaca kedalam bentuk kertas
dengan berbagai ukuran.
Penggunaan Transparancy Maker
Transparancy maker biasanya digunakan untuk transparansi yang akan dipakai
kedalam presentasi pada pertemuan, seminar, atau rapat yang diletakan
diatas OHP. Transparansi ada dua jenis yaitu sebagai berikut :
1) Intra Red, dengan ciri-ciri :
a) Salah sudutnya terpotong
b) Warna transparansi tidak bening
c) Tulisan atau gambar tidak dapat dihapus
2) Write On, dengan ciri-ciri :
a) Harus menggunakan transparacy maker waktu menulisan atau
menggambar
b) Transparansi warnanya bersih atau bening
c) Lembar transparansi bisa langsung ditulis
d) Dapat dihapus.
g. Teknologi Perkantoran Modern
Pekerjaan kantor merupakan suatu kegiatan kesekretariatan dan administratif.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan catat-mencatat, melakukan
perjanjian, memfasilitasi pertemuan, memberikan laporan, menyusun
dokumen, menyimpan dokumen, mengirimkan surat dan sebagainya.
Untuk keperluan tersebut, terbentuklah suatu jalinan komunikasi formal
maupun informal. Dengan berkembangnya teknologi informasi, penggunaan
perangkat komputer untuk perkantoran membuka era otomatisasi perkantoran
(Office Automation / OA).
Dengan semakin majunya teknologi komputer, mengecilnya ukuran fisik
komputer dan ketersediaan sarana komunikasi bergerak (mobile) serta pesatnya
perkembangan teknologi internet konsep OA berkembang menjadi Virtual
Office atau Kantor Maya. Konsep Kantor Maya merupakan pekerjaan kantor
dapat dilakukan di manapun di belahan bumi ini.
Otomatisasi Kantor
Dimulai tahun 1960-an IBM menciptakan istilah Word Processing untuk
menjelaskan aktivitas bagian mesin tik listriknya. Maksudnya agar menarik
perhatian yang sama seperti pada produk-produk perkantoran yang dijalankan
pada komputer dan pengolah data. Produk IBM yang disebut MT/ST singkatan
dari Magnetic Tape/Selectric Typewriter mampu menyimpan hasil pengetikan
pada pita magnetik, untuk membuat surat juru ketik hanya mengetikkan nama
dan alamat penerima surat, hasilnya berupa ketikkan surat yang sama dalam
jumlah yang banyak untuk berbagai penerima surat. Kemampuan mesin tik
elektrik ini menandai otomatisasi dalam perkantoran.
OA (Office Automation) mencakup semua sistem elektronik formal dan informal
yang terutama berkaitan dengan komunikasi informasi ke orang lain dan dari
orang-orang di dalam maupun di luar organisasi. Sistem Elektronik Formal
dimaksudkan sebagai aktivitas perkantoran yang didokumentasikan dengan
suatu prosedur tertulis. Semua organisasi menerapkan sistem formal untuk
memenuhi kebutuhan organisasi. Misalnya untuk pengelolaan informasi yang
didistribusikan ke manajer yang berupa laporan-laporan periodik maupun
laporan khusus.
Sistem Elektronik Informal berarti sistem perkantoran yang tidak direncanakan
atau diuraikan secara tertulis dan terperinci. Sistem-sistem OA informal ini
diterapkan saat diperlukan oleh perorangan untuk memenuhi keperluannya
sendiri. Misalnya melakukan konsultasi atau diskusi dengan pengambil
keputusan lain.
Komunikasi Informasi dalam OA menjadikan ciri khas dalam penggunaan
komputer di organisasi, karena OA dimaksudkan untuk memudahkan segala
jenis komunikasi, baik lisan maupun tertulis. OA tidak hanya melayani
orang-orang di dalam organisasi, akan tetapi juga dengan orang lain di dalam
lingkungan organisasi.
Gambar Sistem OA
Sumber : http://jihanfaruqbamukrah.blogspot.com/2010/05/office-automationsystem-sistem-otomasi.html
Dalam gambar model OA tersebut tidak terjadi aliran data tetapi hanya ada
aliran komunikasi dan informasi. Pengertian data yaitu penggambaran dari
segala sesuatu dari sebuah kenyataan maupun kejadian. Melalui proses
pengolahan data, sebuah data menjadi lebih bermanfaat bagi penggunanya dan
disebut sebagai informasi. Pengertian komunikasi yaitu adanya saling tukar
menukar informasi antara dua obyek atau lebih.
Untuk lebih menekankan pemahaman tentang model OA, akan dibagi dalam
dua komponen utama yaitu komponen database dalam OA dan komponen
Aplikasi dalam OA. Komponen database dalam OA, dalam gambar model di
atas database merupakan kumpulan data yang terintegrasi dari seluruh sumber
daya dalam organisasi, baik sumber daya masukan, proses maupun output.
Data yang sudah terproses menjadi informasi dalam database juga didapatkan
dari lingkungan sistem organisasi serta data-data hasil olahan dari para
manager sebagai pemecahan masalah.
Untuk dapat mengumpulkan data dalam database harus melalui proses
pengolahan data menggunakan komputer. Pengolahan data meliputi :
1) Mendapatkan data, yaitu dengan :
a) Mendokumentasikan setiap transaksi
b) Apa kejadiannya
c) Kapan terjadi kejadian tersebut
d) Berapa banyak dan berapa nilainya
e) Keterangan tentang transaksi
2) Memanipulasi data, yaitu dengan :
a) Mengklasifikasikan (dengan diberi kode)
b) Diurutkan
c) Dihitung
d) Ditotal
3) Menyimpan Data
a) Menggambarkan setiap transaksi
b) Dalam bentuk database
4) Menyiapkan dokumen
a) Terbentuk dalam kategori :
I. Berdasarkan jenis kejadiannya
II. Berdasarkan waktu kejadiannya
Untuk melihat sebuah database dapat dibedakan dari dua sudut pandang,
yaitu dari sudut pandang pemakai database dan dari sudut pandang
perancang database.
1) Dari sudut pandang pemakai database dapat dilihat dalam bentuk file
dengan struktur data dan record yang siap dipakai untuk diisi, dikoreksi,
dikurangi atau mengolahnya menjadi laporan.
2) Dari sudut perancang dibedakan lagi pada tingkat fisik dan logik. Pada
tingkat fisik seorang perancang database harus menentukan jenis dan
kapasitas penyimpan serta media cadangan (backup) yang digunakan.
Pada tingkat logik seorang perancang database harus menentukan entitas
data apa saja yang terlibat dalam sistem, relasi antar entitas dan
ketergantungannya, atribut dari setiap entitas serta atribut dari relasi yang
terbentuk. Pada sudut pandang logik ini akan terbentuk file-file atau
tabel-tabel yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu
kesatuan.
Komponen Aplikasi dalam OA
Aplikasi dalam OA (Office Automation) dibedakan menjadi dua macam yaitu
aplikasi perkantoran menggunakan peralatan elektronik non komputer dan
aplikasi perkantoran menggunakan komputer. Dalam banyak hal, fungsi dari
kedua jenis aplikasi di atas adalah sama hanya peralatannya saja yang berbeda.
Aplikasi-aplikasi dalam OA adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Word processing
Electronic and voice mail
Computer calendaring
Audio conferencing
Video conferencing
Computer conferencing
FAX
Videotex
Imaging
Desktop publishing
Word Processing
Merupakan penggunaan perangkat komputer yang menghasilkan berbagai
tugas pengetikan dan pencetakan dokumen secara otomatis.
Gambar Word Processing System
Sumber: Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
Alfabeta.
Sekretaris atau manajer melakukan pengetikan melalui terminal, dari sini
sebuah dokumen yang disiapkan atau diketik dapat dilakukan pengeditan
terlebih dahulu, sebelum disimpan ke dalam komputer. Dokumen juga dapat
diambil atau disimpan dalam media penyimpanan luar. Jika dibutuhkan dapat
dibuat hard copy dalam cetakan printer. Hasil cetakan ini dapat diberikan
kepada manajer sebagai bahan persiapan agar komunikasi dapat berjalan lebih
efektif dan efisien. Dalam perkantoran modern dokumen tidak mesti harus
dicetak, namun dapat di attach atau dikirim dari komputer lain yang terhubung
dalam satu jaringan komputer.
Electronic and Voice Mail. Voice mail, merupakan sarana yang disediakan oleh
penyedia layanan telepon kepada pelanggan untuk dapat meninggalkan pesan
dalam sebuah mail-box apabila telpon yang dituju tidak dapat dihubungi.
Mail-box yang berisi pesan-pesan ini dapat dihubungi dan dipanggil oleh
pemilik telpon untuk mendengarkan pesan-pesan yang diterima dan telah
tersimpan di dalamnya.
Electronic mail atau sering disingkat e-mail, konsepnya sama dengan voice mail,
hanya saja terjadi antar pengguna komputer yang terhubung dalam satu
jaringan komputer saja. Seorang pengguna e-mail mempunyai mail-box atau
folder disebuah mail-server yang terhubung 24 jam dalam jaringan komputer.
Pengguna lain dapat mengirimkan pesan ke dalam mail-box dengan
menyebutkan alamat e-mail yang dituju walaupun si pemilik mail-box tidak
sedang terhubung dalam jaringan komputer. Untuk membaca pesan-pesan
yang diterima, seorang pengguna harus membuka mail-box-nya dengan bantuan
jaringan internet.
Gambar An Audio Conferencing System
Sumber: Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
Alfabeta.
Gambar An Voice Mail System
Gambar An Voice Mail System
Computer Calendaring
Computer calendaring punya analogi untuk menandai suatu agenda kegiatan
seperti menandai kalendar di rumah. Jadwal kegiatan maupun perjanjian
dengan kolega dapat disimpan dalam komputer, pada saat atau sebelum
kegiatan, komputer akan mengingatkan manajer tentang perjanjian maupun
kegiatan tersebut melalui penanda (alarm)
Sebuah perjanjian dapat dikirimkan atau diakses oleh pihak lain yang
terhubung dalam jaringan komputer, penandaan kegiatan akan diberikan ke
semua komputer yang mencatat dan menyimpan kegiatan tersebut.
Audio Conferencing Anggota ORARI atau organisasi sejenis, secara tidak sadar
pernah melakukan audio conferencing. Audio Conferencing merupakan
pemanfaatan peralatan komunikasi suara untuk menghubungkan orang-orang
pada tempat yang terpisah untuk dapat melakukan pembicaraan pada suatu
topik tertentu.
Gambar An Video conferencing
Sumber: Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
Alfabeta.
Peralatan audio pada akhir dekade ini, perannya dapat digantikan dengan
menggunakan komputer yang mempunyai kemampuan audio secara langsung.
Audio Channel digantikan oleh komputer yang dilengkapi dengan Chat Server.
Peralatan telepon saat ini juga mempunyai kemampuan untuk melakukan
konferensi atau digunakan secara “tri partit”. Kemampuan telpon semacam ini
dalam komunitas lokal menggunakan PABX, atau layanan yang diberikan
penyedia jasa telepon (TELKOM).
Video Conferencing merupakan penggunaan televisi serta peralatan audio visual
untuk menghubung partisipan konferensi yang lokasiny saling terpisah.
Pelaksanaannya dapat dengan cara:
1) One-way video dan two-way audio
2) One-way video dan audio
3) Two-way video dan audio
Kegiatan seperti ini juga sudah dapat digantikan menggunakan peralatan
komputer yang mempunyai kemampuan audio visual.
Computer Conferencing Seperti telah diterangkan sebelumnya, merupakan
komputer yang terhubung dalam satu jaringan yang dapat saling
berkomunikasi, baik text, audio maupun audio-visual. Pemanfaatan jaringan
internet semakin memudahkan pengguna komputer untuk melakukan hal ini.
Tersedia banyak ruang diskusi berupa board services maupun chat channel yang
disediakan oleh portal dalam internet. Board Sevice merupakan layanan untuk
saling berkirim pesan atau pendapat pada satu topik tertentu yang tidak
interaktif. Chat channel merupakan sarana bertukar pesan secara interaktif.
Fax merupakan alat yang mempunyai kemampuan dalam membaca dokumen
pada satu sisi lain dari saluran komunikasi dan membuat salinannya pada satu
sisi lainnya. Kemampuan ini juga sudah diadaptasi oleh komputer. Untuk
keperluan tersebut, komputer harus diberi kemampuan membaca dokumen,
yaitu dengan ditambahkan peralatan Scanner, selain harus terhubung ke
jaringan telpon yang menggunakan Modem. Hasil penerimaan fax pada
komputer dapat dilakukan dengan hanya menampilkannya di layar monitor
atau dicetak menggunakan printer.
Videotex, Imaging dan Desktop Publishing
Ketiga hal ini sudah bukan merupakan hal baru dalam pemanfaatan teknologi
komputer saat ini, yaitu:
1) Videotex meurpakan kemampuan memindahkan dan menyimpan narasi
teks dan gambar grafik ke dalam layar monitor.
2) Imaging meurpakan kemampuan memindahkan, menyimpan dan
menampilkan kembali image atau citra kedalam format digital dalam
komputer.
3) Dekstop Publishing merupakan kemampuan komputer untuk
menghasilkan keluaran yang sangat halus mendekati kemampuan
typesetter (dalam layout cetakan).
Kantor Maya
Seperti telah diuraikan di atas, Kantor maya tercipta karena perkembangan
teknologi komputer yang semakin pesat dan ukurannya semakin kecil.
Kecenderungan orang untuk berpindah-pindah sehingga memanfaatkan sarana
telekomunikasi khususnya telepon selular yang semakin diperlukan.
Pemanfaatan sarana komunikasi dan jaringan internet untuk melakukan hal-hal
yang sifatnya teleprocessing (ATM, e-commerce) tumbuh pesat. Hal-hal tadi
didukung mahalnya sewa lahan di kota-kota besar mendorong tumbuhnya
Kantor Maya, sehingga orang tidak lagi harus datang dan bekerja dalam kantor
secara fisik, sehingga kegiatan kantor dapat dilakukan di manapun.
Syaratnya hanya harus terhubung dalam komunikasi elektronik. Untuk
keperluan ini banyak organisasi maupun portal di internet menyediakan jasa
kantor maya.
Keuntungan yang dapat diambil jika menggunakan kantor maya, yaitu :
1) Mengurangi biaya penyediaan fasilitas, yaitu fasilitas kantor seperti ruang,
furniture, AC dan lain-lain. Ruang kantor dapat hanya sebuah ruang tamu
kecil, untuk sekali-sekali orang bertatap muka.
2) Mengurangi biaya penyediaan peralatan, peralatan kantor dapat dikurangi
jumlahnya seiring dengan sedikitnya kebutuhan tenaga kerja
administratif.
3) Mempunyai saluran komunikasi formal. Dengan terhubungnya saluran
komunikasi formal maka seluruh relasi usaha, rekan bisnis maupun
konsumen, dapat berhubungan dengan organisasi setiap saat tanpa
terputus.
4) Mengurangi pekerjaan-pekerjaan yang tertunda. Kantor maya tidak
mengenal jam kerja maupun lembur, seluruh waktu yang ada adalah jam
kerja, sehingga sebuah pekerjaan tidak harus dihentikan karena jam kerja
telah selesai.
5) Mendukung kegiatan sosial, orang-orang yang tidak dapat meninggalkan
rumah dapat bekerja dengan tidak harus pergi ke kantor.
Namun ada juga kerugian-kerugian yang dapat muncul, terutama dari sisi para
pekerja yaitu : kurang mempunyai rasa memiliki terhadap organisasi, hal ini
dapat muncul karena kegiatan sosial seperti tatap muka dan sambung rasa
antara pimpinan dan bawahan jarang dilakukan.
1) Ketakutan kehilangan pekerjaan, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh
komputer maupun organisasi penyedia layanan kantor maya, sehingga
tenaga kerja yang dibutuhkan menjadi berkurang.
2) Moral pekerja yang rendah, ini terkait dengan adanya kecenderungan
sementara orang untuk berbuat tidak baik apabila tidak langsung bertatap
muka (lempar batu sembunyi tangan). Pencegahan dapat dilakukan
dengan memberikan pengawasan yang ketat pada pengamanan sistem
komputer.
3) Tekanan keluarga, hal ini muncul bila pekerjaan kantor dilakukan di
rumah. Kegiatan-kegiatan dalam keluarga kadang menyita lebih banyak
perhatian daripada beban kerja kantor.
Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan kantor maya yaitu :
1) Menyediakan sumber daya komputer
2) Menyediakan sarana akses ke sumber daya informasi
3) Menyediakan perlengkapan non komputer
4) Menyiapkan sarana telepon yang dapat di forward (dialihkan)
5) Menyediakan kelengkapan untuk panggilan konferensi
6) Membuat jadwal pertemuan reguler
7) Melaksanakan jadwal pekerjaan secara teratur
Selain hal-hal di atas, ada tiga hal penting yang menjadi wacana ekonomis
dalam kantor maya yaitu :
1) Informasi, menjadi bahan pokok yang sangat vital terutama untuk
membantu para manajer mengambil keputusan. Dalam kantor maya,
informasi tersimpan dan terdistribusi dengan baik dalam database
organisasi.
2) Ide, dapat disebarluaskan secara segera ke seluruh kelompok pengambil
keputusan dalam organisasi untuk segera didiskusikan tanpa harus
menunggu berkumpul terlebih dahulu. Ide juga dapat muncul dari
ruang-ruang diskusi (board service).
3) Intelijen, kegiatan mengumpulkan informasi dari stakeholder dapat
dilakukan lebih mudah karena banyak informasi yang bersifat terbuka.
Contoh Aplikasi Komputer untuk Kantor
Program aplikasi komputer yang mampu mendukung otomatisasi perkantoran
adalah Microsoft Office, Lotus Suite, Corel WordPerfect Office.
Yang sangat mendukung operasi kantor maya yaitu penelusur situs web di
internet. Program-program itu misalnya Internet Explorer, FireFox, Opera dan
Netscape Navigator.
2. Studi Kasus
Banyak kantor yang mempunyai ruangan cukup luas, namun sering terjadi tata
letak perabot kantor atau penyusunan perabot kantor tidak beraturan. Hal ini akan
menimbulkan gangguan bagi para pegawai untuk melakukan aktivitasnya. Masalah
tersebut disebabkan penataan tata ruang kantor tidak mengindahkan penataan tata
ruang yang benar. Selain itu banyak kantor yang yang tidak memiliki ruang arsip
tersendiri sehingga membuat kesulitan untuk menemukan kembali arsip. Buatlah
gambar lay out ruang kantor yang ideal agar aktivitas kantor menjadi lebih efektif
dan efisien.
3. Latihan
1)
2)
3)
4)
5)
Jelaskan pengertian dari interkom, dan sebutkan fungsinya!
Apakah yang dimaksud dengan kantor maya?
Jelaskan keuntungan dan kerugian dari kantor maya?
Jelaskan maksud dari pengendalian terpusat peralatan kantor?
Mengapa suatu organisasi atau perusahaan menggunakan peralatan kantor
dalam memperlancar pelaksanaan pekerjaanya? Sebutkan alasannya!
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Uraian Materi
a. Pengertian
Terdapat beberapa pengertian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)
:
1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan segala upaya
untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
b. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Dalam rangka mencapai tujuan masyarakat makmur dan sejahtera maka
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya.Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan
dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Pada saat ini telah
terjadi peningkatan yang luar biasa dalam pekerjaan industri dan
organisasi yang berdampak pada meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja.
Ketika kecelakaan terjadi di lingkungan kerja dapat menyebabkan
semakin tinggi tuntutan dari pekerja agar organisasi memiliki program
keselamatan dan kesehatan kerja.
Oleh karena itu, maka pemerintah membuat UU No.14 tahun 1969
tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga
kerjaan. Pada pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids
Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai
menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
1) Unsur-unsur pendukung kesehatan kerja, yaitu:
a) Tersedianya makanan dan minuman yang sehat dan bergizi
b) Sarana olah raga
c) Tersedia kotak P3K dan buku panduannya
d) Tenaga medis
e) Asuransi kesehatan
f) Klinik dan,
g) Kantin sehat.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang diantara
nya:
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Ukuran tubuh
d) Kegiatan rutin yang dilakukan
e) Kondisi tubuh tertentu
f) Kondisi lingkungan.
3) Penyusunan menu yang baik sebaiknya memperhatikan:
a) Kebutuhan kalori dan gizi karyawan
b) Kebutuhan bahan dasar menu
c) Pendekatan penyusunan menu bagi pekerja sesuai dengan
lingkungan kerja.
4) Tujuan K3 yaitu:
a) Menaikkan penjualan
b) Meningkatkan produktivitas
c) Meingkatkan kinerja
d) Mengurangi biaya kerugian akibat produksi
e) Meningkatkan keselamatan jiwa dan
f) Mempertahankan kenyamanan kerja.
5) Prinsip K3:
a) Kesederhanaan alur prosedur kerja
b) Ketertiban pelaksanaan yang berkesinambungan, dan
c) Pengawasan yang konsekwen.
6) Supervisi K3:
Penilaian supervisi meliputi:
a) Pelaksanaan prosedur kerja dengan sebaik-baiknya
b) Tertib dan bertanggung jawab dalam bekerja
c) Disiplin tinggi
d) Etos kerja yang positif dijunjung tinggi.
7) Evaluasi K3 terdiri dari:
a) Pekerja
i. Perekrutan
ii. Pelatihan
iii. Penempatan
b) Manajemen
i. Prosedur Kerja
ii. Kebijakan Manajemen
iii. Organisasi Manajemen
iv. Buku Manual K3
c) Lokasi Kerja
i. Lingkungan Kerja
ii. Bangunan Peralatan
iii. Bahan-bahan
8) Program K3
a) Inspeksi
b) Pelatihan
c) Pengenalan bahaya dalam produksi
d) Kantin sehat
e) P3K
f) Pembentukan organisasi P3K
g) Penyediaan alat pelindung kerja.
c.
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Risiko yang terkadang harus di hadapi oleh tenaga kerja ketika sedang
bekerja adalah kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja. Untuk
mengatasi hilangnya sebagian atau seluruh pendapatan karena terjadinya
risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat akibat dari kecelakaan kerja
baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya program jaminan
kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan
tanggung jawab pemilik (manajemen) sehingga organisasi berkewajiban
untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara
0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi
bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan sejak berangkat bekerja
sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat pekerjaannya.
Organisasi seharusnya membayar iuran untuk program JKK, dimana
perincian jumlah iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana
tercantum padaperaturan perundang-undangan Nomor 76 tahun
2007,berikut merupakan isi dari pasal 22 UU No.76 tahun 2007:
1) Biaya Transport (Maksimum)
a) Darat Rp 400.000,b) Laut Rp 750.000,c) Udara Rp 1.500.000,2) Sementara tidak mampu bekerja
a) Empat (4) bulan pertama, 100% upah
b) Empat (4) bulan kedua, 75% upah
c) Selanjutnya 50% upah
d) Biaya Pengobatan/Perawatan Rp 12.000.000,- (maksimum)*
3) Santunan Cacat
a) Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah
b) Total-tetap
c) Sekaligus: 70 % x 80 bulan upah
d) Berkala (2 tahun) Rp 200.000,- per bulan*
e) Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah
4) Santunan Kematian
a) Sekaligus 60 % x 80 bulan upah
b) Berkala (2 tahun) Rp. 200.000,- per bulan*
c) Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*
5) Biaya Rehabilitasi: Patokan harga RS DR. Suharso, Surakarta
,ditambah 40 %
a) Prothese anggota badan
b) Alat bantu (kursi roda)
6) Penyakit akibat kerja, tiga puluh satu jenis penyakit selama
hubungan kerja dan 3 tahun setelah putus hubungan kerja.
Iuran
1)
2)
3)
4)
5)
Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan;
Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan;
Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan;
Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan;
Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan;
*) sesuai dengan PP Nomor 76 tahun 2007
Tata Cara Pengajuan Jaminan
1) Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form
jamsostek 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT
Jamsostek (Persero) tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya
kecelakaan
2) Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter
yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan
tahap II) dan dikirim kepada PT Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2 x
24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya
PT Jamsostek (Persero) akan menghitung dan membayar santunan dan
ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.
3) Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan
pembayaran jaminan disertai bukti-bukti:
a) Fotokopi kartu peserta (KPJ)
b) Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form
Jamsostek 3b atau 3c
c) Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi
pengangkutan
d. Pengertian Keadaan Darurat (Emergency)
Kondisi yang tidak dikehendaki, mendadak, dan berkembang secara cepat,
sehingga akan langsung mengakibatkan bahaya yang mengancam
keselamatan manusia, kerugian aset organisasi dan kerusakan lingkungan.
Kondisi seperti ini harus segera diatasi agar terhindar dari dampak lebih
buruk.
Tindakan yang harus dikerjakan :
1)
2)
3)
4)
Wajib lapor ke : Satpam, petugas atau instansi terkait.
Siap dengan sarana komunikasi seperti telepon genggam, telepon atau
sarana lain yang memungkinkan.
Memberikan perlakuan pada kategori: SEGERA.
Setiap laboratorium harus mencantumkan nomor telpon penting yang
harus dihubungi.
Terdapat beberapa tipe keadaan darurat (emergency) diantara nya :
1)
2)
3)
4)
Beberapa keadaan darurat dari laboratorium.
Tipe kecelakaan atau tumpahan (spills).
Kombinasi Spills dengan bahan kimia/radioaktif.
Medical emergencies
Beberapa peristiwa yang dapat menimbulkan keadaan darurat antara lain :
1)
2)
3)
4)
5)
Bencana alam seperti banjir, gempa bumi dll.
Kebakaran dan ledakan.
Bahan kimia.
Bahan biologis : cakaran, gigitan, skrining terhadap penyakit tertentu.
Bahan Radioaktif
Dari banyaknya faktor dan peristiwa yang dapat menimbulkan keadaan
darurat, harus dibuat secara tertulis yaitu prosedur darurat untuk
Laboratorium. Prosedur ini memuat secara rinci tentang cara mengatasi
beberapa hal dibawah ini :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Luka goresan, injeksi, dll.
Pemaparan aerosol (diluar BSC)
Tumpahan atau pecahan wadah biakan.
Kecelakaan sentrifus.
Bencana alam, kebakaran dan banjir.
Luka gigitan dan cakaran hewan.
Bahkan seharusnya diberikan materi penjelasan ataupun semacam pelatihan
agar pemakai laboratorium dapat mengetahui dan memahami sumber dan
penyebab kecelakaan, cara memberikan pertolongan serta evakuasinya.
Adapun rincian materi prosedur keadaan darurat (emergency) dan P3K bisa
berisi :
1)
2)
3)
4)
Pertolongan pertama
Pembersihan bahan
Kimia/biologi/radiologi
Evakuasi darurat
Sedangkan perlengkapan dan peralatan darurat (emergency) yang seharusnya
tersedia di laboratorium antara lain :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada kecelakaan)
Tandu
Spill Kits
Pakaian pelindung and Respirators
Peralatan dekontaminasi
Disinfektan and peralatan pembersih
Peralatan lain (palu, obeng, tali., dll)
Pita demarkasi, tanda peringatan
1) Titik Kumpul (Assembly Point)
Sebelum memulai pekerjaan di laboratorium, sangat penting bagi para
pekerja, peneliti, staf, laboran dan pemakai laboratorium harus
mempelajari dan memahami terlebih titik kumpul (mengikuti tanda
panah atau garis merah. Selain itu harus mengetahui lokasi pintu
darurat (tanda exit). Perlu diingat bahwa pintu darurat sudah
merupakan suatu pintu perlindungan.
2) Kecelakaan Biologis
Berikut ini beberapa tahapan tindakan yang harus dilakukan jika
terjadi kecelakaan yang bersifat biologis :
a) Tahan nafas
b) Cepat keluar dari daerah kontaminan
c) Tanggalkan semua pakaian laboratorium
d) Gunakan pakaian pelindung (PPE)
e) Beritahu teman lainnya
f) Masuk ke kontaminan area dengan PPE
g) Bersihkan spill
h) Segera ke klinik terdekat
i) Catat semua kejadian
Dari rincian prosedur keadaan darurat (emergency) diatas maka dapat
ditarik kesimpulan yaitu:
a) Keselamatan nyawa adalah yang utama.
b) Latihan mengatasi keadaan darurat harus secara rutin
dilaksanakan.
c) Sebelum mengerjakan penelitian di laboratorium, peniliti harus
dan memahami cara-cara menangani kecelakaan/keadaan
emergensi.
e. Macam-macam Penyakit dan Cara Menanggulanginya
Infeksi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan kuman atau bibit
penyakit yang masuk dan berkembang biak ke dalam tubuh manusia , di
antaranya protozoa, jamur, dan parasit kuman dari penyakit tersenut bisa
masuk di antaranya melalui luka-luka(luka terbuka , luka tertutup,
pendarahan dan syok)
Macam-macam penyakit infeksi
1) Luka terbuka
a) luka lecet
b) luka sayatan
c) luka tusuk
d) luka amputasi
2) Luka tertutup
a) Memar
b) Luka himpitan kuat
c) Luka remuk
3) Pendarahan dan syok
a) Pendarahan terjadi akibat-akibat rusaknya dinding pembuluh
darah yang dapat disebabkan oleh trauma atau penyakit, jenisjenis pendarahan:
b) Pendarahan luar
c) Pendarahan dalam
Sumber-sumber penarahan adalah sebagai berikut:
1)
Pendarahan nadi
2)
Pendarahan balik
3)
Pendarahan rambut
Syok terjadi sejak peredaran darah gagal mengirimkan darahnya yang
mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital
Penanggulangan luka terbuka, tertutup, pendarahan dan syok
1) Penaggulangan luka terbuka
a) Pastikan daerah luka terlihaat
b) Bersihkan daerah luka
c) Kontrol pendarahan bika ada
d) Cegah kontaminasi lanjut
e) Beri penutup luka
f) Tenangkan penderita
g) Atasi syok bila ada
h) Rujuk ke fasilitas kesehatan
i) Baringkan penderita jika lukanya cukup parah
2) Penaggulangan luka tertutup
a) Istirahatkan anggota gerak
b) Berikan kompres dingin
c) Balut dan tekan
d) Tinggikan anggota gerak yang luka
f. Memahami Kesehatan Jasmani dan Rohani
1) Kesehatan jasmani di tinjau dari sudut ilmu faal ialah normalnya
fungsi alat-alat tubuh
2) Makanan yang sehat terdiri atas zat-zat yang terdiri dari makanan
makro dan makanan mikro
3) Istirahat yang cukup ialah berkurangnya kegiatan organ-organ
tubuh kita
4) Perlunya tidur yang cukup minimal 8 jam sehari
g. Penampilan Diri
1) Penampilan serasi
2) Serasi sesuai situasi kondisi
3) Serasi sesuai profesi
4) Serasi sesuai postur tubuh
5) Serasi sesuai warna kulit
6) Serasi sesuai usia
7) Serasi sesuai perkembangan model
8) Serasi menyeluruh
h. Cara – cara bekerja dengan Aman
1) Mengkondisikan pekerjaan
2) Mengikuti Prosedur kerja
3) Pemeliharaan kesehatan
i. Menyadari Pentingnya Kebersihan Perorangan (hygiene)
Hygiene menurut bahasa yunani berarti ilmu untuk menjaga dan
membentuk kesehatan. Usaha menjaga kebersihan adalah usaha preventif
bersifat lebih luas.
Tujuan kebersihan perorangan adalah untuk mencegah timbulnya penyakit
dan keracunan serta gangguan kesehatan lainnya yang diakibatkan dari
adanya interaksi faktor-faktor lingkungan hidup manusia.
Faktor-faktor untuk hidup bersih dan sehat
1) Faktor perorangan (individual)
faktor perorangan adalah motivasi yang ada pada diri seseorang
untuk hidup bersih dan sehat serta kesadaran untuk melaksanakannya
2) Faktor lingkungan (enviromental)
yaitu faktor lingkungan yang memotivasi seseorang untuk selalu
hidup bersih dan sehat, baik lingkungan tempat tinggal maupun
lingkungan tempat kerja.
j. Lingkungan Kerja
1) Lingkungan kantor
Lingkungan kantor merupakan suatu lokasi perkantoran yang
didalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai
tujuan organisasi dengan dilengkapi oleh seperangkat alat dan aturan
kerja.
2) Lingkungan industri/pabrikan
a) Lingkungan kerja bising
Kebisingan merupakan bunyi atas suara yang tidak dikehendaki
dan bersifat mengganggu pendengaran bahkan dapat
menurunkan daya dengar seseorang.
Pengaruh Kebisingan:
i. Kebisingan Intensitas Tinggi
- Masyarakat sekitar dapat sewaktu-waktu menuntut jika
merasa benar-benar terganggu sebagai akibat dari
kebisingan hasil dari proses produksi
- Kebisingan
dengan
instensitas
tinggi
dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bagi seseorang, jika
dilihat dari sudut fisiologis,
- Dapat mengakibatkan kerusakan dan penurunan daya
dengar (telinga), baik bersifat temporary ataupun
permanent.
ii. Kebisingan Intensitas Rendah
- Menyebabkan stres
- Menyebabkan kelelahan
- Merusak pendengaran
- Gangguan reaksi psikomotor
- Kehilangan konsentrasi
- Penurunan prestasi kerja atau produktivitas
b) Lingkungan kerja yang mengalami gangguan akibat pengaruh
polusi dan dampak buruk lainnya dikategorikan sebagai
lingkungan kerja terkontaminasi yaitu,
i. Lingkungan kerja yang berhubungan dengan zat-zat
kimia dalam kesehariannya (lingkungan kerja kimiawi)
ii. Lingkungan kerja yang sering terkait dengan persoalan
kejiwaan (lingkungan kerja psikologis)
iii. Lingkungan kerja yang berkaitan dengan alam biologi
(lingkungan kerja biologis)
iv. Lingkungan kerja yang berkaitan dengan peralatan
mesin-mesin, sumber-sumber, produksi dan bangunan
fisik baik interior maupun eksterior (lingkungan kerja
fisik)
k. Perbedaan Lingkungan
1) Perbedaan lingkungan kerja kantor, lingkungan industri, dan
lingkungan masyarakat adalah :
a) Lingkungan kantor merupakan sekumpulan tatanan kerja yang
berada di sebuah kantor dan terdiri dari personil serta aset
lainnya. Dimana secara bersama-sama melaksanakan pekerjaan
dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan organisasi.
b) Lingkungan industri merupakan sekumpulan tatanan kerja yang
tediri dari personil maupun sumber daya alam lainnya dalam
sebuah unit industri. Dimana secara terintegrasi menghasilkan
sebuah karya nyata untuk mencapai tujuan bersama.
c) Lingkungan masyarakat merupakan sekumpulan personil
maupun alam sekitarnya yang saling mempengaruhi satu dengan
lain dan saling membutuhkan demi kelangsungan hidup
bersama.
2) Sifat lingkungan kerja
a)
Sifat di mana tampak terlihat dalam beberapa perangkat aturan
yang tetap distandarkan dan baku disebut sebagai sifat konstan.
Misalnya:
i. Standard Operating Procedure pembuatan laporan
keuangan
ii. Prosedur pengiriman surat keluar harus ditandatangani
pejabat yang berwenang.
iii. Ada karyawan pasti ada produk/jasa yang akan
diperniagakan
iv. Ada atasan, pasti ada bawahan
v. Ada tenaga, ada upah/gaji
b) Sifat dimana beberapa hal dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan, kondisi dan situasi disebut sebagai sifat fleksibel
c)
Sifat dimana semua perangkat alam dan personil yang ada di
sebuah lingkungan memiliki karakteristik dan manfaat yang
berbeda-beda disebut sebagai sifat universal
d) Sifat yang aktif mengadaan penyesuaian kebutuhan disebut
sebagai sifat dinamis.
e)
Sifat yang menuju kemajuan demi kelangsungan dunia kerja
disebut sebagai sifat progressif.
l. Ciri – ciri Lingkungan Kerja
1) Ada manusia sebagai sumber daya manusia
2) Ada sumber daya alam yang dapat diolah dan dikembangkan
hewan, tumbuhan, tambang alam, pesona alam, dan lain-lain.
3) Ada sumber daya mesin sebagai sumber daya transformasi
perubahan bentuk
m. Faktor Pengaruh Lingkungan Hidup
1) Bahan kimia dapat menyebabkan gangguan, diantaranya:
a)
keracunan kronis dengan penurunan berat badan sebagai salah
satu gejalanya.
b) gangguan saluran pencernaan
c)
menurunkan selera makan
d) metabolisme tubuh
e)
tidak berfungsinya saluran pencernaan
2) Faktor psikologis
Dalam kehidupan sehari-hari kita dipengaruhi oleh berbagai faktor
psikologis termasuk dalam lingkungan kerja. Seseorang dapat
mengalami stres jika terjadi ketidakserasian antara kondisi
lingkungan kerja dengan emosinya. Kondisi stres pada seseorang
dapat berdampak pada penurunan atau kenaikan berat badan yang
drastis, penyakit, dan tidak bisa bekerja dengan optimal.
3) Tekanan dingin
Pekerja sering membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan pekerjaannya dikarenakan mereka mengenakan baju
yang tebal atau jaket ketika berada dalam lingkungan kerja yang
dingin.
4) Tekanan panas
Untuke kerja berat sebaiknya organisasi menyediakan air dan garam
sebagai pengganti cairan untuk penguapan sekurang-kurangnya 2,8
liter air minum bagi seseorang yang bekerja di lingkungan kerja
panas. Sedangkan dianjurkan sekurangnya 1,9 liter untuk kerja
ringan.
n. Syarat Lingkungan Kerja
1) Kondusif (aman)
Beberapa hal yang harus ada di dalam lingkungan kerja yang
kondusif adalah:
a) Psikologi, mental, dan moral yang baik dari tiap personil
b) Kelengkapan alat, sarana dan prasarana kerja
c) Kelengkapan perangkat aturan dan prosedur kerja yang baik,
dan
d) Waktu dan tempat lokasi yang sesuai dengan kebutuhan kerja.
2) Tertata/terorganisir
Masih banyak tempat kerja yang tidak tertata sesuai dengan standar
internasional. Salah satu penyebabnya adalah karena belum
terorganisasinya berbagai atribut (tata laksana) kerja yang ada. Oleh
sebab itu perlu melakukan pembenahan mulai dari penempatan
pekerja sesuai dengan pendidikannya, struktur organisasi yang tepat
serta merancang perangkat aturan. Sehingga menguntungkan bagi
manajemen dan staf.
3) Bebas polusi
Seharusnya organisasi (industri maupun jasa) dapat beroperasi
dengan aman, artinya tidak menyebabkan dampak polusi bagi
komunitas dan masyarakat pada umumnya. Karena polusi industri
sangat merugikan bukan hanya pada manusia namun juga pada
lingkungannya.
LAMPIRAN : PENDIDIKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja
Melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan
efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit.
Berbagai arah keselamatan
dan kesehatan kerja
1. Mengantisipasi
keberadaan
factor
penyebab
bahaya
dan
melakukan
pencegahan sebelumnya.
2. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di
tempat kerja
3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat
kerja
4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau
komplikasi.
Mengenai peraturan
keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja
Yang terutama adalah UU Keselamatan dan Kesehatan
Tenaga Kerja dan Detail Pelaksanaan UU Keselamatan
dan Kesehatan Tenaga kerja.
Factor penyebab berbahaya
yang sering ditemui
1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya
kontak antara kulit dengan cairan metal,
cairan non-mental, hidrokarbon dan abu,
gas, uap steam, asap dan embun yang
beracun.
2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang
bertemperatur
panas
dan
dingin,
lingkungan yang beradiasi pengion dan
non pengion, bising, vibriasi dan tekanan
udara yang tidak normal.
3. Bahaya
yang
mengancam
manusia
dikarenakan jenis proyek: pencahayaan
dan penerangan yang kurang, bahaya dari
pengangkutan,
dan
bahaya
yang
ditimbulkan oleh peralatan.
1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur
kerja,
menutup
mengisolasi
bahan
berbahaya,
menggunakan
otomatisasi
pekerjaan, menggunakan cara kerja basah
dan ventilasi pergantian udara.
2. Pengendalian administasi : mengurangi
waktu pajanan, menyusun peraturan
keselamatan dan kesehatan, memakai alat
pelindung,
memasang
tanda-tanda
peringatan, membuat daftar data bahanbahan yang aman, melakukan pelatihan
system penangganan darurat.
3. Pemantauan kesehatan : melakukan
pemeriksaan kesehatan.
Cara pengendalian ancaman
bahaya kesehatan kerja
Mengapa diperlukan adanya
pendidikan keselamatan dan
kesehatan kerja?
Tujuan pelatihan
Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan
kerja yang sering ditemui adalah perilaku
yang tidak aman sebesar 88%, kondisi
lingkungan yang tidak aman sebesar 10%,
atau kedua hal tersebut di atas terjadi
secara bersamaan. Oleh karena itu,
pelaksanaan diklat keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dapat mencegah
perilaku
yang
tidak
aman
dan
memperbaiki kondisi lingkungan yang
tidak aman.
Agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan
kemampuan mencegah kecelakaan kerja,
mengembangkan konsep dan kebiasaan
pentingnya keselamatan dan kesehatan
kerja, memahami ancaman bahayayang
ada di tempat kerja dan menggunakan
langkah pencegahan kecelakaan kerja.
Peraturan yang perlu ditaati
UU Keselamatan dan Kesehatan Kerja
mengatur agar tenaga kerja, petugas
keselamatan dan kesehatan kerja dan
manajer
wajib
mengikuti
pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja
Obyek pendidikan dan
pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja
1. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja
2. Manajer bagian operasional keselamatan
dan kesehatan kerja
3. Petugas operator mesin dan perlengkapan
yang berbahaya
4. Petugas operator khusus
5. Petugas operator umum
6. Petugas penguji kondisi lingkungan kerja
7. Petugas
estimasi
keselamatan
pembangunan
8. Petugas estimasi keselamatan proses
produksi
9. Petugas penyelamat
10. Tenaga kerja baru atau sebelum tenaga
kerja mendapat rotasi pekerjaan.
Jadwal dan isi program
pelatihan
Berbagai obyek pelatihan disesuaikan dengan
peraturan mengenai jadwal dan isi
program pelatihan
Prinsip analisa keselamatan
dan kesehatan kerja
Mencari penyebab dari seluruh tingkat
lapisan, dari lapisan dalam sampai dengan
akar penyebabnya, dicari secara tuntas,
hingga
dapat
diketahui
penyebab
utamanya dan melakukan perbaikan.
Pencegahan kecelakaan
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
LAMPIRAN JENIS KECELAKAAN PADA BEBERAPA BIDANG INDUSTRI
Manufaktur
(termaksud elektronik, produksi metal
dan lain-lain)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Terjepit, terlindas
Teriris, terpotong
Jatuh terpeleset
Tindakan yang tidak benar
Tertabrak
Berkontak dengan bahan yang
berbahaya
Elektronik (manufaktur)
Produksi metal (manufaktur)
Petrokimia (minyak dan produksi batu
bara, produksi karet, produksi plastic)
Konstruksi
Produksi alat transportasi bidang
reparasi
7. Terjatuh, terguling
8. Kejatuhan barang dari atas
9. Terkena benturan kelas
10. Terkena barang yang runtuh,
roboh
1. Teriris, terpotong
2. Terlindas, tertabrak
3. Berkontak dengan bahan kimia
4. Kebocoran gas
5. Menurunnya daya pendengaran,
daya penglihatan
1. Terjepit, tertindas
2. Tertusuk, terpotong, tergores
3. Jatuh terpeleset
1. Terjepit, terlindas
2. Teriris, terpotong, tergores
3. Jatuh terpeleset
4. Tindakan yang tidak benar
5. Tertabrak
6. Terkena benturan keras
1. Jatuh terpeleset
2. Kejatuhan barang dari atas
3. Teinjak
4. Terkena barang yang mudah
runtuh, roboh
5. Berkontak dengan suhu panas,
suhu dingin
6. Terjatuh, terguling
7. Terjepit, tertindas
8. Tertabrak
9. Tindakan yang tidak benar
10. Terkena benturan keras
1. Terjepit, tertindas
2. Terusuk terpotong, tergores
3. Terkena ledakan
CONTOH PERANGKAT KEAMANAN KERJA
GAMBAR KECELAKAAN KERJA
2. Studi Kasus
"Kasus Kecelakaan Kerja"
Ilustrasi (foto:SINDO)
sumber: http://news.okezone.com/read/2011/02/04/338/421388/ledakan-puslabforpolri-murni-kecelakaan-kerja
Seorang korban luka, bernama Iptu Syarifuddin diketahui sedang menganalisa bahan
kimia dan menggunakan tabung pemanas untuk menganalisa logam. Tiba-tiba ledakan
pun terjadi akibat tangki untuk tabung pemanas rusak.
"Sedang kita analisa, tapi ini kecelakaan kerja, itu Syarifuddin namanya, dia ahli kimia
kecelakaannnya karena kimia juga. Dia sedang kerja tahu-tahu meletus," kata
Kapuslabfor Mabes Polri, Brigjen Budiono di Mabes Polri, Jakarta Jumat (4/2/2011).
Dijelaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung berukuran tiga liter. "Tangki
untuk tabung pemanas. Dia (Syarifuddin-red) sedang menganalisa logam. Akibat
ledakan kaca pintu rusak dan tangannya melukainya," kata Budiono
Ditegaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung pemanas untuk analisa logam.
"Ini human error, semua sudah dilaksanakan sesuai protap," katanya.
Lebih lanjut ia menegaskan, tak ada korban luka lain selain Syarifuddin. "Dia Sendirian,
sementara kami sembahyang Jumat, saat ini ia sudah dibawa ke Rumah Sakit Tebet,"
kata Budiono.
Apakah kasus tersebut diatas merupakan salah satu kecelakaan kerja? Berikan
tanggapan!
3. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan K3?
2.
3.
4.
5.
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang!
Sebutkan tujuan k3!
Apa yang dimaksud dengan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)?
Jelaskan perbedaan lingkungan kerja kantor, lingkungan industri, dan
lingkungan masyarakat!
ASSESMENT
A. Assesment Pembelajaran 1
1. Kompetensi Guru
Evaluasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Jelaskan pengertian guru ?
Jelaskan pengertian pendidik ?
Deskripsikan profil pendidik guru yang ideal menurut anda.
Jelaskan makna tanggungjawab
Jelaskan hubungan tanggungjawab, kesadaran, pengabdian dan
pengorbanan
Jelaskanlah kewajiban yang harus dilaksanakan guru professional
Jelaskanlah empat kompetensi guru professional dan berikan contoh-contoh
pelaksanaan dalam pembelajaran
Bagaimana jika salah satu kompetensi tidak dikuasai guru dan apa
dampaknya pada pembelajaran
Deskripsikan citra diri positif
Jelaskan manfaat citra diri positif
Jelaskan langkah-langkah pengembangan citra diri positif
Jelaskan pengertian etika ?
Jelaskan perbedaan antara etika ,moral, dan akhlak ?
Untuk apa guru memahami etika ?
Jelaskan makna komitmen
Jelaskan mengapa komitmen terhadap tugas penting bagi guru
Jelaskan makna empati
Jelaskan mengapa guru perlu memiki rasa empati yang tinggi terhadap
siswanya
Jelaskan dampak empati guru terhadap siswanya dalam pembelajaran?
B. Assesment Pembelajaran 2
1. Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran
Tes Formatif 1:
1.
Teori ilmiah yang melandasi desain silabus dan RPP yang berkaitan dengan
proses belajar.
a. Teori analisis peserta didik
b. Teori pembelajaran
c. Teori belajar
d.Teori komunikasi
2.
Jenjang terakhir tujuan pembelajaran dan ranah yang telah direvisi.
a. menilai
b. mencipta
c. mensintesis
d. menganalisis
3.
Komponen pertama Pengembangan Silabus dan RPP
a. Tujuan
b. Materi
c. Strategi
d.Evaluasi
4.
Perumusan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator harus
menggunakan kata kerja yang bersifat operasional, kecuali:
a. Membaca
b. Menyanyi
c. Menguasai
d.Menjawab
5.
Langkah-langkah pembelajaran dikembangkan berdasarkan:
a. Strategi pembelajaran
b. Pendekatan pembelajaran
c. Metode pembelajaran
d.Teknik pembelajaran
6.
Manakah yang tergolong materi fakta ?
a. Peristiwa gempa bumi
b. Hukum Archimedes
c. Prosedur menabung
d.Ciri-ciri makhluk hidup
7.
Pengembangan Silabus dan penyusunan RPP merupakan dokumen
pengembangan KTSP sesuai PerMenDikNas.
a. Nomor 14 Tahun 2007
b. Nomor 41 Tahun 2005
c. Nomor 14 Tahun 2005
d. Nomor 41 Tahun 2007
8.
Perumusan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dapat
memiliki keterkaitan dan kesesuaian bila dikembangkan melalui:
a. Identifikasi kebutuhan
b. Analisis pembelajaran
c. Analisis kurikulum
d. Identifikasi masalah pembelajaran
9.
Kegiatan inti pembelajaran yang dikembangkan dalam RPP kecuali:
a. Eksplorasi
b. Elaborasi
c. Konfirmasi
d. Refleksi
10. Komponen silabus dan RPP yang bukan komponen pengembangan:
a. Identitas mata pelajaran
b. Indikator
c. Sumber referensi
d.Alokasi waktu
Tes Formatif 2
1.
Fungsi bahan ajar modul/LKS
a. untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
b. untuk meningkatkan hasil belajar siswa
c. untuk mengisi waktu luang siswa
d. untuk menambah waktu belajar siswa
2.
Manakah bahan ajar yang lengkap dan dapat digunakan secara mandiri
oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran ?
a. Buku
b. Video
c. Modul
d. Surat kabar
3.
Komponen latihan pada modul diletakkan setelah komponen:
a. tes formatif
b. rangkuman
c. uraian materi
d. kunci jawaban
4.
Bagian penting dalam LKS yang membedakan antara LKS satu dan lainnya
adalah:
a. bagian inti
b. bagian penutup
c. bagian awal
d. bagian akhir
5.
Fungsi rangkuman materi pada bagian pendahuluan LKS
a. memperbanyak halaman LKS
b. merupakan alat motivasi belajar
c. mengulangi isi buku pelajaran
d. mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan kegiatan belajar siswa
6.
Prinsip mengembangkan isi modul/LKS kecuali:
a. bahasa
b. ilustrasi
c. keakuratan ilmu pengetahuan
d. fisik modul/LKS
7.
Syarat-syarat penulisan LKS , kecuali:
a. sesuai dengan silabus dan RPP
b. tersedia tipe tugas atau latihan
c. mudah dipahami siswa
d. alur penyajian tidak sistematis
8.
Variasi kegiatan belajar yang merupakan ciri isi LKS kecuali:
a. meringkas buku
b. menjawab soal-soal
c. melakukan percobaan
d. memasangkan gambar dengan kata
9.
Penulisan modul/LKS diawali dengan tahap:
a. perancangan
b. pengembangan
c. produksi
d. evaluasi
10. Tahap yang memerlukan tenaga khusus dalam masalah pencetakan:
a. perancangan
b. pengembangan
c. produksi
d. evaluasi
Tes Formatif 3
1.
Media pembelajaran dalam sistem komunikasi merupakan komponen:
a. Sumber
b. Pesan
c. Saluran
d. Penerima
2.
Kriteria utama dalam memilih media:
a. Kemampuan media
b. Tujuan pembelajaran
c. Jumlah siswa
d. Kemudahan penggunaan
3
Media yang merupakan objek pengganti, kecuali:
a. Mock up
b. Simulator
c. Model
d. Realia
4) Media yang dapat dengan mudah membangkitkan efek emosi:
a. Audio
b. Film
c. Video
d. Radio
5) Kriteria pertama pemilihan media yang berbasis teknologi komputer
a. Akses
b. Biaya
c. Kemudahan penggunaan
d. Kecepatan
6) Komponen media yang dibuat sendiri oleh guru, kecuali:
a. Tujuan
b. Materi
c. Strategi
d. Evaluasi
7) Prosedur memanfaatkan media kecuali:
a. Pengumpulan bahan
b. Persiapan
c. Pelaksanaan
d. Tindak lanjut
8) Scrabble, puzzle tergolong media pembelajaran:
a. Penyaji
b. Objek
c. Permainan
d. Interaktif
9) Jika tujuan pembelajaran adalah siswa mampu mendeskripsikan komponen
mesin kendaraan, dengan situasi laboratorium otomotif maka media yang
dipilih:
a. Realia
b. Model
c. Foto
d. Gambar
10) Manfaat media pembelajaran kecuali:
a. Meningkatkan perhatian siswa
b. Memberikan kesamaan persepsi materi pembelajaran
c. Memberikan hiburan kepada siswa
d. Memberikan rangsangan pada indera siswa.
Tes Formatif 4
d. Tes objektif seperti pilihan ganda dikategorikan metode penilaian:
a. kognitif
b. afektif
c. psikomotorik
d. tertulis
e.
Langkah pertama merencanakan penilaian hasil belajar
a. mengidentifikasi hasil belajar
b. menentukan tujuan penilaian
c. membuat kisi-kisi
d. menuliskan draft butir instrumen
f.
Sarana untuk mendeskripsikan proporsi soal
a. kisi-kisi
b. cetak baru
c. blue print
d. kalibrasi
g. Perangkat penilaian yang diberikan kepada siswa pada saat pelaksanaan tes
tertulis, kecuali:
a. lembar soal
b. lembar jawaban
c. lembar soal dan lembar jawaban
d. kisi-kisi instrumen penilaian
h. Teknik penilaian hasil belajar untuk mengukur penguasaan kompetensi
siswa secara alamiah, kecuali:
a. skala penilaian diri sendiri
b. lembar observasi
c. skala sikap
d. daftar pertanyaan
i.
Bentuk kinerja siswa yang dapat dinilai, kecuali:
a. portofolio
b. hasil karya
c. proyek
d. kognisi
j.
Aspek penilaian siswa yang berhubungan dengan kinerja praktek di
laboratorium dengan kinerja praktek:
a. persiapan alat dan bahan
b. pelaksanaan praktek
c. penulisan laporan praktek
d. memelihara kebersihan ruang laboratorium
k. Bukan deskripsi lembar soal tes uraian yang akan dikerjakan siswa:
a. berisi petunjuk pengerjaan soal
b. berisi pertanyaan terbuka
c. berisi kolom untuk menjawab soal
d. berisi alokasi waktu pengerjaan soal
l.
Penulisan butir instrumen pada tahap keempat setelah kegiatan:
a. menguji coba butir instrumen
b. membuat kisi-kisi
c. mengidentifikasi tujuan pembelajaran
d. merumuskan tujuan penilaian
m. Kriteria penilaian hasil belajar A, B, C, D atau E diperoleh dari standar skor
berbentuk:
a. interval skor
b. angka
c. skala ordinal
d. skala nominal
C. Assesment Pembelajaran 3
1. Penelitian Tindakan Kelas
Evaluasi A:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Apa arti guru reflektif?
Apa hubungan antara PTK dengan guru profesional?
Mengapa hasil PTK tidak dapat digeneralisasi?
Mengapa pendekatan statistik jarang digunakan dalam PTK?
Apa hal penting yang Anda lakukan ketika sedang berusaha melakukan
perbaikan pembelajaran?
Apa tujuan dokter mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang
keluhan Anda sebagai pasien? Apa padanannya dengan peneliti PTK?
Kalau dokter menggunakan berbagai alat ukur dalam mengungkapkan
keluhan pasien, alat ukur apa saja yang Anda gunakan dalam
mendeskripsikan masalah pembelajaran?
Kalu dokter "melakukan diagnosis" dan "memberikan resep", apa yang
dilakukan oleh peneliti PTK?
Apa hal penting yang dilakukan oleh guru peneliti PTK tetapi tidak
dilakukan oleh guru biasa?
Apa perbedaan antara "masalah" dengan "akar-masalah"?
Apa kira-kira akar-masalah kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta yang tidak
kunjung dapat dipecahkan?
Apa yang akan terjadi dengan "tindakan" yang tidak didasarkan pada "akar
masalah"? Apa analoginya dengan pekerjaan dokter?
Berikan contoh akar-masalah yang berada di luar kendali guru, dan
karenanya tidak dapat dipecahkan melalui PTK.
Apa tujuan pertanyaan "Upaya apa yang telah dilakukan?" dalam
menemukan akar-masalah?
Apakah pengalaman-sukses seorang guru dalam pembelajaran dapat
dituliskan sebagai laporan PTK?
Evaluasi B:
1.
2.
3.
Apa analogi siklus PTK dengan proses pengobatan dokter?
Mengapa peneliti PTK perlu menjelaskan tentang setting penelitian?
Apa isi Perencanaan dalam Siklus I, II, dan selanjutnya? Apa analoginya
dengan pengobatan dokter?
4. Apa hubungan antara perencanaan dengan RPP?
5. Apa isi Pelaksanaan? Apa analoginya dengan pengobatan dokter?
6. Apa Isi Pengamatan? Apa analoginay dengan pengobatan dokter?
7. Apa isi refleksi? Apa analoginya dengan pengobatan dokter?
8. Apa syarat sebuah siklus baru?
9. Apa yang sebaiknya diukur menggunakan berbagai instrumen?
10. Mengapa instrumen harus berdasarkan kisi-kisi?
11. Apa kelemahan pengukuran terhadap variabel perlakuan?
12. Apa yang dimaksud dengan triangulasi?
13. Apa yang dimaksud dengan kolaborasi?
D. Assesment Pembelajaran 4
1. Materi Administrasi Perkantoran
SOAL LATIHAN DAN SOAL EVALUASI
1. Pegiriman infarmasi dan makna dari satu individu atau kelompok ke individu atau
kelompok lainnya, merupakan pengertian dari ...
a. Interaksi
b. Komunikasi
c. Komunikan
d. Komunikator
2. Komponen-komponen komunikasi dibawah ini yang benar adalah ...
a. Encoding, decoding, receiver, sender
b. Encoding, receiver, sender, feedback
c. Receiver, sender, feedback, medium message
d. Encoding, decoding, feedback, noise
3. Pemberian respon pada pesan yang diterima pleh penerima pesan, hal ini dikatakan
sebagai ...
a. Feedback
b. Encode
c. Decoding
d. Receiver
4. Tahap menyimak komunikasi:
1) Memahami
2) Mengingat
3) Mendengar
4) Mengevaluasi
5) Memperhatikan
6) Mananggapi
Urutkanlah tahap menyimak dengan benar ...
a. 3-5-1-2-4-6
b. 3-1-6-5-2-4
c. 3-6-1-2-5-4
d. 3-5-2-4-1-6
5. Dokumen yang harus disipakan oleh perusahaan untuk melakukan perjalanan
dinas, salah satunya adalah ...
a. Visa
b. Paspor
c. Surat tugas
d. Yellow Card
6. Berikut ini yang termasuk dalam itinerary adalah ...
a. Waktu keberangkatan, banyaknya undangan, dan tujuan pertemuan
b. Waktu keberangkatan, tempat perjanjian, dan tujuan pertemuan
c. Tempat perjanjian, banyaknya undangan, dan keadaan akomodasi
d. Tempat perjanjian, tujuan pertemuan, dan keadaan akomodasi
7. Langkah-langkah menyusun laporan biaya perjalanan
1) Mengelompokkan tanda bukti pada pos-pos tertentu
2) Membuat laporan biaya perjalanan secara keseluruhan
3) Menginventaris/mengumpulkan tanda bukti pengeluaran berupa kas bon,
kuitansi, nota
Langkah penyusunan laporan biaya perjalanan yang benar adalah ...
a.
b.
c.
d.
1-2-3
1-3-2
3-2-1
3-1-2
8. Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk menyelenggarakan rapat yaitu ...
a. Kesimpulan rapat, ketua rapat, akomodasi, dan tujuan rapat
b. Akomodasi, tujuan rapat, acara rapat, dan penentuan tempat
c. Acara rapat, penentuan tempat, kesimpulan rapat, adanya notulen
d. Hindarkan debat kusir, acara rapat, ketua rapat, dan tujuan rapat.
9. Rapat yang bertujuan untuk mencari pemecahan masalah yang sedang dihadapi
suatu organisasi, termasuk dalam jenis rapat ...
a. Rapat formal
b. Rapat informal
c. Rapat pemecahan masalah
d. Rapat kerja
10. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam mempersiapkan tata ruang (layout)
rapat ...
a. Jumlah partisipan dan jenis rapat
b. Menentukan acara dan tujuan rapat
c. Mempersiapkan akomodasi dan konsumsi
d. Mempersiapkan notula dan konsumsi
11. Ketelitian penulisan surat dengan format yang baik mencirikan karakteristik surat
dari ...
a. Isi yang jelas
b. Nada niat baik
c. Langkah yang sistematis
d. Format yang tepat
12. Isi surat bisnis memisahkan ide ke dalam paragraf menggunakan kalimat dan
paragraf pendek, dan memadu pembaca memahami ide dengan kalimat transisi.
Ciri tersebut merupakan karakteristik surat yang baik, yaitu ...
a. Nada niat yang baik
b. Format yang tepat
c. Langkah yang sistematis
d. Isi yang jelas
13. Berikut ini merupakan salah satu jenis surat dinas pribadi, yaitu ...
a. Surat lamaran pekerjaan
b. Surat Pribadi
c. Surat konfidensial
d. Surat tertutup
14. Surat-surat yang memamkai amplop/sampul:
• Untuk surat yang isinya dirahasiakan
• Untuk surat-surat resmi, surat dinas, atau pun surat biasa
• Untuk menjaga sopan santun
• Untuk menjaga kebersihan dan kerapihan
Ciri-ciri diatas merupakan bentuk surat ...
a. Surat terbuka
b. Surat tertutup
c. Surat bersampul
d. Memorandum
15. Fosil-fosil manusia purba, naskah-naskah kuno, piagam Jakarta, piagam proklamasi
merupakan jenis ...
a. Dokumen fisik
b. Dokumen tekstual
c. Dokumen nontekstual
d. Dokumen sejarah
16. Surat pribadi yang bersifat kedinasan karena menyangkut urusan perseorangan
dalam kaitannya dengan suatu instansi atau lembaga adalah jenis ...
a.
b.
c.
d.
Surat izin
Surat lamaran pekerjaan
Surat niaga
Surat dinas pemerintah
17. Ciri surat
• Alat komunikasi yang berupa surat dinas
• Penyampaiannya tidak resmi
• Digunakan secar internal (dalam lingkungan sendiri)
Merupakan bentuk dari ...
a. Surat bersampul
b. Surat terbuka dan surat tertutup
c. Memorandum
d. Nota
18. Dokumen yang mengacu pada tujuan, isi subjek, sumber, metode penyebaran, cara
memperoleh, keaslian dokumen, dsb merupakan jenis ...
a. Dokumen fisik
b. Dokumen intelektual
c. Dokumen tekstual
d. Dokumen korporil
19. Bagian-bagian surat
“Bersama dengan surat ini, kami menawarkan kepada Saudara kayu berkualitas
tinggi sebagai bahan baku pembuatan furniture perusahaan Saudara.”
Bagian surat diatas termasuk dalam bagian ...
a. Salam pembuka
b. Pembuka surat
c. Isi surat
d. Penutup surat
20. Bagian-bagian surat
“Kabar pengiriman barang, kami tunggu secepatnya”
Bagian surat diatas adalah bagian surat ...
a. Salam pembuka
b. Pembuka surat
c. Isi surat
d. Penutup surat
21. Prosedur pengurusan surat masuk sederhana/pola lama:
1) Pencatatan pada kartu arsip atau buku aganda surat
2) Pembubuhan nomor urut simpan
3) Penyederhana surat kepada pengolah
4) Penerimaan oleh petugas dari pengirim
5) Penyimpanan
6) Pemeriksaan kebenaran alamat dan sifat surat
7) Penentuan disposisi oleh sekretaris atau Kepala Tata Usaha
Prosedur pengurusan surat masuk yang benar ialah ...
a. 4-6-1-2-7-5-3
b. 4-6-1-2-7-3-5
c. 4-1-6-2-7-3-5
d. 4-1-6-7-3-2-5
22. Prosedur pengurusan surat keluar sederhana/pola lama:
1) Penyimpanan arsip
2) Pembacaan hasil pengetikan, pemeriksaan kelengkapan surat, pengesahan
dan penandatanganan oleh ketua atau sekretaris, pembubuhan cap tanggal
kirim, pelipatan surat dan pemasukannya dalam amplop, pembubuhan
perangko, pemberian perekat pada amplop oleh petugas tata usaha.
3) Pembuatan konsep surat oleh ketua, sekretaris, kepala seksi atau petugas tata
usaha
4) Pencatatan pada kartu ekspedisi dasn diberikan kepada ekspeditur untuk
dikirim
5) Persetujuan konsep surat dan pengetikan oleh petugas tata usaha
6) Pencatatan pada kartu arsip atau buku agenda surat keluar
7) Pemeriksaan konsep surat oleh sekretaris
Prosedur pengurusan surat keluar yang benar ialah ...
a. 3-7-2-5-4-6-1
b. 7-3-2-5-6-4-1
c. 3-7-5-2-6-4-1
d. 7-3-5-2-6-4-1
23. Prosedur pengurusan surat keluar pola baru:
1) Mencatat naskah keluar pada kartu kendali rangkap tiga
2) Memberikan nomor urut sesuai pada kartu kendali
3) Menyimpan kartu kendali lembar III menurut urutan nomor kode
4) Mengirim surat kepada sasaran sesuai alamat
Yang termasuk dalam tugas Tata Usaha Pengolah, yaitu nomor ...
a. 1 & 2
b. 2 & 3
c. 1 & 3
d. 2 & 4
24. Dalam prosedur pengurusan surat keluar, kartu kendali tiga surat keluar disimpan
oleh ...
a. Pengirim surat
b. Pencatat surat
c. Pengarah surat
d. Tata Usaha Pengolah
25. Dibawah ini yang bukan merupakan tugas dari penerima surat pada prosedur surat
masuk penting ialah ...
a. Memeriksa kebenaran alamat surat
b. Mensortir surat
c. Melampirkan kartu kendali 1, 2, dan 3
d. Membubuhkan paraf pada bukti penerimaan
26. Pemabatasan topik pada pesan e-mail dan memo membantu penerima bertindak
terhadap subjek dan mengarsipnya dengan tepat. Hal ini merupakan karakteristik
pesan e-mail dan memo, yaitu ...
a. Satu topik
b. Bersifat percakapan
c. Keringkasan
d. Penyorotan grafis
27. Ciri-ciri
• Berisi ringkasan ide pokok
• Ditulis dalam gaya yang singkat
• Sering tanpa kata sandang
• Memberikan identifikasi cepat untuk membaca dan mengisi
Ciri-ciri diatas adalah bagian dari memo, yaitu ...
a. Pembukaan
b. Isi
c. Penutup
d. Baris subjek
28. Judul kata petunjuk pada pesan e-mail dan memo membantu pembaca segera
mengidentikiasi tanggal, asal, maksud, dan tujuan sebuah pesan. Hal ini merupakan
karakteristik pesan e-mail dan memo, yaitu ...
a. To, from, date
b. Satu topik
c. Bersifat percakapan
d. Kerikasan
29. Aturan kesopanan berinteraksi secara online dalam e-mail, yaitu ...
a. Selalu mengirim dokumen ke semua pihak
b. Pertimbangan menggunakan tabel pengidentifikasi
c. Tulisan mengunakan huruf kapital
d. Meneruskan pesan tanpa izin
30. Yang tidak termasuk pemulaan yang baik dalam menggunakan e-mail secara aman
dasn efektif ialah ...
a. Menyusun secara offline
b. Tidak melakukan revisi
c. Tulis alamat dengan benar
d. Hindari baris subjek yang menyesatkan
31. Azas pengelolaan arsip dimana setiap unit kerja menyimpan, mengendalikan dan
mengelola sepenuhnya seluruh kearsipannya, baik arsip dinamis aktif maupun
arsip dinamis inaktif, yaitu azas ...
a. Desentralisasi
b. Sentralisasi
c. Gabungan
d. Kombinasi
32. Azas pengelolaan arsip
1) Sistem penyimpanan arsip yang diterapkan seragam
2) Efisiensi dalam sarana peralatan dan ruangan
3) Memperkecil adanya duplikasi
4) Pelaksanaan penyusutan arsip akan lebih terkoordinir
Karakteristik di atas adalah keruntungan dari azas pengelolaan arsip ...
a. Desentralisasi
b. Sentralisasi
c. Gabungan
d. Kombinasi
33. Dibawah ini yang termasuk kerugian menggunakan azas desentralisasi ialah ...
1) Pelaksanaan kurang menguasai fungsi dan kegiatan antar unit kerja
2) Membutuhkan peralatan dan ruangan yang besar
3) Menimbulkan banyak duplikasi arsip
4) Memakan waktu dalam penemuan kembali arsip karena letak antar unit
kerja berjauhan
5) Kesulitan dalam melaksanakan penyusutan
a.
b.
c.
d.
1,2 dan 3
1,2 dan 4
2,3 dan 5
2,3 dan 4
34. Perusahaan yang memiliki lingkup kerja yang besar atau luas dan memiliki banyak
cabang, lebih cocok menggunakan azas pengelolaan arsip ...
a. Desentralisasi
b. Sentralisasi
c. Gabungan
d. Terpusat
35. Kotak yang dipergunakan untuk menyimpan berbagai arsip atau warkat disebut ...
a. Cardex (card index)
b. Berkas kotak (box file)
c. Filing cabinet (file cabinet)
d. Rak arsip
36. Lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat panjang yang gunanya
untuk menyimpan atau menempatkan arsip, atau satu kelompok arsip di dalam
filling cabinet disebut ...
a. Guide
b. Folder
c. Map
d. Berkas kotak (box file)
e. Cardex (card indexa0
37. Penyimpanan arsip berdasarkan indeks wilayah pada surat koresponden disebut
sistem ...
a. Geografi
b. Nomor
c. Abjad
d. Kronologi
38. Yang dimaksud dengan penyimpanan arsip sistem abjad ialah ...
a. Penyimpanan berdasarkan indeks tanggal warkat atau pencatatan
b. Penyimpanan berdasarkan indeks nama koresponden
c. Penyimpanan berdasarkan indeks nomor warkat
d. Penyimpanan berdasarkan indeks alamat koresponden
39. Penyelamatan bahan bukti pertanggungjawaban nasional ialah pengertian dari ...
a. Sasaran penyusutan arsip
b. Tujuan penyusutan arsip
c. Runga lingkup penyusutan arsip
d. Dasar hukum penyusutan arsip
40. Dalam penyusutan arsip, penyusunan berkas arsip berdasarkan kesamaan jenis
disebut ...
a. Daftar keterangan arsip
b. Seri
c. Dosir
d. Rubrik
41. Yang
ialah
a.
b.
c.
d.
tidak termasuk unit modular yang sering digunakan dalam furnitur kantor
Bentuk permukaan datar
Bentuk L
Bentuk yang menempel pada sudut
Bentuk U
42. Yang bukan termasuk jenis kursi kantor ialah ...
a.
b.
c.
d.
Kursi eksekutif
Kursi stenografi
Kursi tamu
Kursi rapat
43. Dibawah ini yang bukan termasuk dari prinsip seleksi furnitur ialah ...
a. Furnitur harus atraktif danmodern sesuai dekorasi kantor
b. Furnitur harus berkualitas baik, kokoh, dan sesuai dengan aktivitas kerja
c. Furnitur harus sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pegawai
d. Furnitur harus sesuai anggaran perusahaan atau kantor
44. Langkah-langkah menangani telepon keluar
1) Sediakan pensil dan kertas untuk catatan seperlunya
2) Bicara secara singkat, sopan danjangan bicara yang bukan-bukan
3) Kalau dipanggil terdengar mengangkat telepon, katakanlah nama kantor
atau instansi dan nomor telepon yang kita kehendaki
4) Siapkan nomor telepon yang dikehendaki, jangan mengangkat telepon
sebelum nomor telepon diketahui
5) Jika pembicaraan kurang memuaskan karena ada gangguan telepon, jangan
mengetuk-ngetuk pintu kait telepon
6) Setelah diangkat, dengarkan nada pilih nada baru lah memutar nomor
telepon yang dikehendaki
7) Jika pembicaraan sudah habis, letakkan telepon secara perlahan dan jangna
sampai dalam keadaan miring
Penyusunan langkah-langkah menangani telepon keluar yang benar ialah ...
a. 1,2,3,4,5,6 dan 7
b. 1,3,5,4,2,6 dan 7
c. 1,4,3,6,2,5 dan 7
d. 1,4,6,3,2,5 dan 7
45. Langkah-langkah menangani telepon masuk:
1) Mencatat segala pesan atau permintaan penelepon dengan penuh perhatian
2) Begitu telepon berdering, sekretarsi harus segera mengangkat dan jangan
membiarkan telepon berdering lebih dari 3 kali
3) Angkat telepon dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memegang alat
tulis
4) Menutup telepon setelah penelepon memutuskan hubungan terlebih dahulu
5) Menjawab telepon hendaknya singkat
Penyusunan langkah-langkah penanganan telepon masuk yang benar ialah ...
a. 2,4,5,3 dan 1
b. 2,3,5,1 dan 4
c. 2,1,5,3 dan 4
d. 2,4,1,5 dan 3
46. Alat yang berfungsi untuk memproses atau mencuci film-film yang sudah berisi
arsip sebagai hasil kerja camera ...
a. Reader printer
b. Micro fithe
c. Processor
d. Camera
47. Dibawah in yang bukan merupakan ciri-ciri dari transparency maker jenis write on
ialah ...
a. Harus menggunakan transparency maker waktu menulis atau menggambar
b. Transparansi warnanya bersih atau bening
c. Lembar transparansi bisa langsung ditulis
d. Tidak dapat dihapus
48. Dalam otomatisasi kantor, aplikasi yang pelaksanaannya dapat dengan cara oneway video dan two-way audio adalah ciri dari aplikasi ...
a. Computer conferencing
b. Video conferencing
c. Audio conferencing
d. Electronic and voice mail
49. Salah satu peralatan microfilm yang berfungsi untuk menggandakan atau membuat
copy film adalah ...
a. Camera
b. Processor
c. Duplicator
d. Reader
50. Dibawah ini yang bukan merupakan metode pemeliharaan peralatan kantor ialah ...
a. Kontrak layanan dengan pabrik atau perusahaan layanan
b. Layanan oleh departemen layanan internal perusahaan
c. Layanan oleh pegawai perusahaan
d. Menggunakan perwakilan layanan pabrik per-panggilan tanpa kontrak
51. Segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien danproduktif adalah pengertian ...
a. Keselamatan kerja
b. Kesehatan kerja
c. Keselamatan dan kesehatan kerja
d. Ketertiban kerja
52. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yang diadakan perusahaan yaitu ...
a. Mempertahankan kenyamanan kerja
b. Pengawasan yang konsekuen
c. Kesederhanaan alur prosedur kerja
d. Memperbanyak karyawan
53. Unsur-unsur
1) Kesederhanaan alur prosedur kerja
2) Ketertiban pelaksanaan yang berkesinambungan dan
3) Pengawasan yang konsekuen
Pernyataan diatas termasuk kedalam unsur ...
a. Tujuan K3
b. Supervisi K3
c. Program K3
d. Prinsip K3
54. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan emergency antara lain ...
a. Bencana alam, kebakaran, dan evakuasi darurat
b. Kebakaran, evakuasi darurat, dan gigitan hewan
c. Kebakaran, bahan radioaktif, dan ledakan
d. Ledakan, evakuasi darurat, dan pertolongan pertama
55. Yang bukan merupakan unsur-unsur pendukung kesehatan kerja ialah ...
a. Usia
b. Asuransi
c. Tenaga kesehatan
d. Peralatan medis
56. Salah satu cara memilih jenis pakaian kerja yang aman ialah ...
a. Memilih bahan dengan teliti, cari bahan yang nyaman dipakai
b. Memakai celana yang terlalu panjang
c. Memakai aksesoris saat bekerja di dalam bengkel atau ruang produksi
d. Memilih model pakaian yang longgar
57. Meliputi keselamatan psikologis berupa tekanan emosi, kelelahan atau konflik jiwa
yang tak selesai merupakan definisi dari ...
a. Tafsiran operasional
b. Tafsiran fungsional
c. Tafsiran lingkungan
d. Tafsiran psikologis
58. Cara menangani luka
1) Pastikan luka telihat
2) Bersihkan daerah luka
3) Balut dan tekan
4) Cegah kontaminasi lanjut
Hal diatas yang temasuk cara manangani luka terbuka ialah ...
a. 1,2 dan 4
b. 2,3 dan 4
c. 1,2 dan 3
d. 2,3 dan 4
59. Berikut ini yang bukan cara penanggulangan luka tertutup yang benar ialah ...
a. Cegah kontaminasi lanjutan
b. Istirahatkan anggota gerak
c. Barikan kompres dingin
d. Balut dan tekan
60. Dalam pengaruh lingkungan hidup, yang bukan akibat dari bahan kimia ialah ...
a. Terkena demam dan flu
b. Gangguan metabolisme tubuh
c. Gangguan saluran pencernaan
d. Keracunan kronis
Kunci Jawaban
E. Assesment 1
F. Assesment 2
Evaluasi Formatif 1
1.
c
2.
b
3.
a
4.
c
5.
a
6.
a
7.
d
8.
a
9.
d
10.
a
Evaluasi Formatif 2
1.
b
2.
c
3.
c
4.
a
5.
d
6.
d
7.
d
8.
a
9.
a
10.
c
Evaluasi Formatif 3
1.
c
2.
b
3.
c
4.
d
5.
b
6.
a
7.
c
8.
d
9.
a
10.
c
Evaluasi Formatif 4
1.
a
2.
b
3.
a
4.
c
5.
d
6.
d
7.
d
8.
c
9.
b
10.
a
G. Assesment 3
PTK Evaluasi A:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Guru yang selalu berusaha menemukan kelemahan dalam pembelajaran yang
telah dilakukan, dan berusaha untuk memperbaiki.
Guru profesional senantiasa melakukan PTK, walaupun tidak secara formal.
Karena PTK bersifat kontekstual; hal yang ditemukan do satu kelas belum tentu
berlaku di tempat lain.
Peneliti tidak akan punya waktu untuk melakukan karena PTK dilakukan
sambil mengajar.
Mengidentifikasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi, kemudian mencari
alternatif metode.
UUntuk "mendiagnosis penyakit" secara tepat. Padanannya dengan peneliti
PTK adalah "mendeskripsikan masalah secara rinci".
Tes hasil belajar, lembar observasi, dan kuesioner
“Menemukan akar-masalah" dan "menyusun hipotesis-tindakan"
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Mendeskripsikan masalah secara rinci, menemukan akar masalah secara
seksama, memilih akar masalah yang akan diperbaiki, dan berkolaborasi dalam
menemukan akar masalah maupun merencanakan tindakan untuk
memecahkannya.
Masalah mempunyai beberapa kemungkinan penyebab; akar-masalah adalah
salah satu penyebabnya.
Jumlah kendaraan bermotor terlalu banyak, tidak sebanding dengan luas jalan
yang tersedia
Hasilnya akan mengecewakan. Resep yang tidak berdasarkan diagnosis yang
cermat.
Input siswa, sistem UN, dan gaji guru; ketiga-tiganya tidak dapat dipecahkan
melalui PTK.
Untuk melokalisir akar-masalah; dalam kasus di atas jelas bahwa penyebabnya
bukan pada metode pembelajaran yang monoton atau media yang
konvensional, karena guru sudah cukup profesional. Jadi akar-masalah berada
di luar itu.
Sebaiknya jangan; pengalaman mengajar biasanya kurang sistematis, terutama
dalam menerapkan siklus-siklusnya. Pengalaman sukses berarti masalah sudah
berhasil dipecahkan, tidak perlu dilakukan PTK lagi. Guru yang sukses
memperbaiki pembelajaran biasanya banyak menemukan masalah-masalah
baru, sesuai dengan prinsip "pemecahan masalah akan menimbulkan masalah
baru yang lebih banyak". Harusnya ia dengan mudah menemukan masalah
baru untuk melakukan PTK, bukan terpaku pada satu masalah lama.
PTK Evaluasi B :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Siklus PTK dapat dianalogikan dengan resep dokter; satu resep adalah satu
siklus penelitian. Jika penyakit belum sembuh akan diberikan resep berikutnya,
sampai pasien sembuh.
Agar pembaca yang ingin menduplikasi hasil penelitian merasa yakin bahwa
kondisi kelasmya sama (atau tidak sama) dengan kondisi kelas penelitian. Jika
sama ia akan melanjutkan duplikasi; jika tidak mungkin ia akan membatalkan.
Perencanaan dalam Siklus I tidak lain adalah hipotesis tindakan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Perencanaan dalam siklus II dibuat berdasarkan
refleksi pada akhir siklus I; perencanaan dalam siklus III dibuat berdasarkan
refleksi pada akhir siklus II; dst. Analoginya dengan pengobatan, Perencanaan
adalah resep dokter.
Perencanaan PTK harus tercermin dalam RPP; tindakan yang diberikan
hendaknya dicetak bold agar jelas posisinya dalam pembelajaran.
Pelaksanaan berisi uraian tentang penerapan tindakan, sebagai variabel bebas.
Analoginya dengan pengobatan, Pelaksanaan mendeskripsikan tentang
kelancaran atau hambatan proses meminum obat.
Pengamatan berisi data tentang hasil peningkatan variabel yang ingin
ditingkatkan, sebagai variabel terikat, baik data kuantitatif berupa angka-angka
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
maupun kualitatif berupa kata-kata. Analoginya dengan pengobatan,
Pengamatan mendeskripsikan tentang peningkatan kesehatan pasien.
Refleksi berisi analisis terhadap data Pengamatan, tentang keberhasilan dan
kegagalan tindakan. Terutama kegagalan, dianalisis penyebabnya untuk
diperbaiki pada siklus berikutnya. Analoginya dengan pengobatan dokter,
Refleksi adalah analisis dokter ketika pasien datang lagi kepadanya.
Tindakan dalam siklus baru harus berbeda secara signifikan dari siklus
sebelumnya.
Variabel yang ingin ditingkatlkan, atau variabel terikat.
Agar valid, yaitu mengukur yang seharusnya diukur.
Disamping akan melelahkan peneliti, instrumen untuk variabel perlakuan
biasanya tidak dibuat berdasarkan kisi-kisi.
Pengukuran variabel tertentu menggunakan berbagai jenis instrumen atau
berbagai responden. Biasanya yang diukur adalah variabel yang ingin
ditingkatkan, atau variabel terikat.
Kolaborasi adalah kerjasama antara peneliti PTK dengan teman sejawat atau
treman yang lebih senior dalam melakukan penelitian.
H. Asesment 3
Materi Evaluasi A
1. B
15. D
29. B
2. C
16. A
30. B
3. A
17. C
31. A
4. A
18. C
32. B
5. C
19. B
33. A
6. B
20. D
34. A
7. D
21. B
35. B
8. B
22. C
36. B
9. C
23. C
37. A
10. A
24. D
38. B
11. D
25. C
39. A
12. D
26. A
40. B
13. A
27. B
41. D
14. C
28. A
42. D
43. D
44. D
45. B
46. C
47. D
48. B
49. C
50. C
51. C
52. A
53. D
54. C
55. A
56. A
57. D
58. D
59. A
60. A
Daftar Pustaka
AECT (1986). Definisi Teknologi Pendidikan (Terjemahan Yusufhadi Miarso). Jakarta:
Rajawali Pers.
Agoes, S., & Ardana, I. C. (2009). Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Es. Taxonomy for Learning, teaching assessing:
A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Longman.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Es. Taxonomy for Learning, teaching assessing:
A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Longman.
Anhari, Endang Saifudin. 1992. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu
Anhari., & Saifudin. E. (1992). Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
Anjali, M. P. K. (2008). Pintar Presentasi. Yogyakarta: Diva Press.
Arif S. Sadiman, dkk (1986), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatanya. Jakarta: Rajawali.
Ariunto, S., Suharjono., & Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara.
Ashari, H. (2007). Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah. Yogyakarta: Pinus.
Ashari, Hasyim. 2007. Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah. Yoyakarta: Pinus
Baba, T., & Kojima, M. (2003). Lesson Study, In Japan International Cooperation Agency (Ed.).
Japanese Eductional Experiences. Tokyo: Japan International Cooperation Agency.
Baba,T. and Kojima, M. (2003). Lesson Study, In Japan International Cooperation
Agency (Ed.) Japanese Eductional Experiences. Tokyo: Japan International
Cooperation Agency.
Bamukrah, Jihan Faruq. (2010). Office Automation Syatem (Sistem Otomasi Perkantoran). From
http://jihanfaruqbamukrah.blogspot.com/2010/05/office-automation-system-sistemotomasi.html date of 22 May 2010.
Bates, A.W. (1995). Technnology, Open Learning anda Distance Education. London:
Routledge.
Benny A. Pribadi. (2009). Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Benny A. Pribadi. (2009). Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Boeree, C.George. 2004. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi
Dunia. Terjemahan. Jogyakarta: Prismasophia
Boeree. C. G. (2004). Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi
Dunia. Yogyakarta: Prismashopia.
Boone, L. E., & Kurtz, D. L. (2007). Pengantar Bisnis Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. Jakarta: PT Indeks.
Bullard, R. et.al. (1994). The Occasional Trainer’s Handbook. New Jersey: Educational
Technology Publications.
Bullard, R. et.al. (1994). The Occasional Trainer’s Handbook. New Jersey: Educational
Technology Publications.
Cecep Kustandi (2010). Menggunakan Media Pembelajaran di dalam Pelatihan. (Makalah
ToT)
Chauhan, S.S. (1979). Innovation in Teaching and Learning Process. New Delhi: Vikas
Publishing House PVT. LTD.
Coghlan, D and Brannick, T. (2005). Doing Action Research in Your Own Organization.
London: SAGE Publications
Coghlan, D., & Brannick, T. (2005). Doing Action Research in Your Own Organization. London:
SAGE Publications.
Dahar, R. W. (1989). Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dasuki, H. A. H. (1994). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van House.
Dasuki, H.A. Hafizh. (pemred).1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning).
Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun
2005 Tentang Guru Dan Dosen
Dewi, S. (2007). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.
Diaz, C., Pelletier, C. M., & Provendo, C. (2006). Touch The Future Teach. Boston: Pearson.
Diaz, Carlos. Pelletier, Carol Marra. Provendo, Carol. 2006. Touch the Future Teach.
Boston: Pearson
Dick, W., Carey, L & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of instruction. New York:
Pearson Allyn and Bacon.
Dick, W., Carey, L & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of instruction. New York:
Pearson Allyn and Bacon.
DPR RI. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
DPR RI. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Druxes, H. (1996). Kompendium Dikdaktik Fisika. Bandung: CV Remadja Karya.
Ekojatmiko & Winarno. (2003). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
Ekojatmiko & Winarno. (2003). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
Era Sentanu.QUANTUM IKHLAS (Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) “The power of positive
feeling “
Fernandez, C., & Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving
Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Eribaurn Associates
Publishers.
Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving
Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Publishers.
Fullan, M. (2007). The New Meaning of Educational Change. New York: Teacher College Press.
Fullan, Michael. 2007. The New Meaning of Educational Change. New York: Teacher
College Press
Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emotional. Jakarta: Gramedia.
Goleman, Daniel.2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia
Goleman, Daniel.2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia
Hermawan. (1983). Etika Keguruan: Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Guru
Indonesia. Jakarta: Margi Rahayu.
Hermawan. 1983.Etika Keguruan : Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Guru
Indonesia. Jakarta: Margi Rahayu
Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005 Tentang
Standar Pendidikan Nasional.
Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen.
Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Pendidikan Nasional.
Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen.
Isyoni dan Suarman, 2003. Falsafah dan Sistem Pendidikan. Pekanbaru: Unri Press
Jaziroh, Wiwiek Maftuhah. (2011). Proposal Penelitian Tindakan Kelas. From
http://id.scribd.com/doc/46149489/Proposal-Penelitian-Tindakan-Kelas. Date 1
February 2011.
Joni, T. R. (1980). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P3G.
Khalifah, Mahmud, Usamah Khutub, 2009. Menjadi Guru yang Dirindu: Bagaimana
Menjadi Guru Yang Memikat dan Profesional. Terjemahan Muhadi Kadi. Surakarta
:Ziyad Visi Media
Killen, R. (1998). Effective Teaching Strategies: Lesson from Research and Practise. Australia:
Social Science Press.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Undang-undang Republik
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Indonesia Nomor 23
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.
Koshy, K. (2005). Action Research for Improving Practice. London: Paul Chapman Publishing.
Koshy, K. (2005). Action Research for Improving Practice. London: Paul Chapman
Publishing
Kusumah. W., & Dwitagama, D. (2009). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Indeks.
Lesikar, R. V., & Petitit, J. D. Jr. (1998). Report Writting for Business. New York: McGraw-Hill.
Lewis, C., Perry, R., & Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational Leadership.
Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational
Leadership.
Locker, K. O., & Kaczmarek, S. K. (2009). Business Communication: Building Critical Skills.
New York: McGraw-Hill.
Lutfi, Mukhtar. (2012). Peralatan Kantor. From
http://mukhtar17luthfy.wordpress.com/2012/08/13/peralatan-kantor/ Date of August 13th
2012.
Made Putrawan, 2000. Bahan Ajar Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Universitas
Negeri Jakarta.
Madura, J. (2007). Pengantar Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Masnur Muslich (2008). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara.
Masnur Muslich (2008). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9(1): 47-59.
Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9 (1): 47-59.
McCarty, A. (2006). How to Positive Thinking (Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir
Positif). Jakarta: Prestasi Pustakarya.
McCarty, Andrew. 2006. How to Positive Thingking (Mengembangkan Kepribadian dengan
Berpikir Positif) Terjemahan oleh R. Hikmah. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
McLeod, R. Jr., & Schell, G. P. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
McNiff, J and Whitehead, J. (2002). Action Research: Principles ang Practice. London:
Routledge Falmer
Mcniff, J., & Whitehead, J. (2002). Action Research: Principles and Practice. London:
Routledge Falmer.
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Momon Sulaeman. Bahan Seminar Mata Kuliah Seminar Teknologi Pendidikan (tidak
diterbitkan).
Momon Sulaeman. Bahan Seminar Mata Kuliah Seminar Teknologi Pendidikan (tidak
diterbitkan).
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda
Muhibbin, S. (2003). Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.
Mulyana, D. (2004). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Mulyana, E. (2010). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosda.
Mulyana, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosda
Mulyasa,E.2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Nonaka (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional yang
diselenggarakan Universitas Indonesia.
Nonaka. (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional yang
diselenggarakan Universitas Indonesia.
Nuraida, Ida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius
Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah tengtang Standar Pendidikan Nasional
Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Porter, B.D. & Hernachi, M. (1999). Quantum Learning (terjemahan). Bandung: Kaifa.
Porter, B.D. & Hernachi, M. (1999). Quantum Learning (terjemahan). Bandung: Kaifa.
Prawiradilaga, D.S. (2007). Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Prawiradilaga, D.S. (2007). Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Pugach, M. C. (2008) Because Teaching Matters. Wilwaukee: University of Wiconsin John
Wiley & Son, Inc.
Pugach, Marleen C. 2008.Because Teaching Matters. Wilwaukee: Unversity of Wiconsin
John Wiley & Son, Inc
Pugach, Marleen C. 2008.Because Teaching Matters. Wilwaukee: Unversity of Wiconsin
John Wiley & Son, Inc
Purwanto, Djoko. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Purwanto, N. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya .
Putrawan, M. (2000). Bahan Ajar Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri
Jakarta.
Reid, B. (2010). “The Concept Attainment Strategy,”. The Science Teacher, vol. 078 Issue 1.
Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design: Theories and Models. New Jersey: Lawrence
Erlbauno Associaties Publ.
Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design: Theories and Models. New Jersey: Lawrence
Erlbauno Associaties Publ.
Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar Pendidikan
Nasional. Jakarta: ASA Mandiri.
Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar Pendidikan
Nasional. Jakarta: ASA Mandiri.
Republik Indonesia. (2007). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan
Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2007.
Republik Indonesia. (2007). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan
Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2007.
Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sagor, R. (200). Action Research. Virginia: Asscociation for Supervision ang Curriculum
Development
Sagor, R. (2006). Action Research. Virginia: Association for Supervision and Curriculum
Development.
Saito, E., Harun, I., Kuboki, I. and Tachibana, H. (2006). Indonesian Lesson Study in
Practice: Case Study of Indonesian Mathematics and Science
Saito, E., Harun, I., Kuboki, I., & Tachibana, H. (2006). Indonesian Lesson Study in Practice:
Case Study of Indonesian Mathematics and Science.
Saito, E., Sumar, H., harun, I., Ibrohim, Kuboki, I., & Tachibana, H. (2006). Development of
School-Based In-Service Training Under an Indonesian.
Saito, E., Sumar, H., Harun, I., Ibrohim, Kuboki, I., and Tachibana, H. (2006).
Development of School-Based In-Service Training Under an Indonesian
Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode. Klinis bagi Peningkatan
Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di SD.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana, Prenada Media Group.
Seels, B. Barbara dan Rickey, Rita C. (2002). Teknologi Pembelajaran (Terjemahan Dewi S.
Prawiradilaga, dkk). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Seels, B.B & Richey, R>C. (1994). Instructional Technology: The definition and domain of the
field. Washington DC: AECT.
Seels, B.B & Richey, R>C. (1994). Instructional Technology: The definition and domain of the
field. Washington DC: AECT.
Shadily, H. (1980). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar baru Van House.
Shadily, Hassan (pemred). 1980. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve
Siregar, E. (2007). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Siregar, E. (2007). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Stevenson, H.W., & Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone.
Stevenson., H.W., and Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone.
Stigler, J.W., & hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for
Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press.
Stigler, J.W., and Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers
for Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press.
Stringer, ET. (2007). Action Research. Third Edition. London: Sage Publication Inc.
Strintger, ET. (2007). Action Research. London: Sage Publication Inc.
Sugiarto, A., & Wahyono, T. (2005). Manajemen Kearsipan Modern. Yogyakarta: Gaya Media.
Suharsimi Arikunto, suharjono dan Supardi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina
Aksara, Jakarta.
Suharsimi, A. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi, A. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukadi. (2009). Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu.
Sukadi. 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung : Kolbu
Sukadi. 2009. Guru Powerful Guru masa depan. Bandung: Kolbu
Suparman. A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI.
Suparman. A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:
Grasindo.
Suprayekti. (2002). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Suprayekti. (2002). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Suprayekti. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Suprayekti. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Suraja, Y. (2006). Manajemen Kearsipan. Malang: Dioma.
Surajiyo. (2007). Filsafat Ilmu: Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo. 2007. filsafat ilmu: Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Suseno. Franz Magnis. 1997. Etika Dasar: Masalah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Kanisius
Suseno., & Magnis, F. (1997). Etika Dasar: Maslaah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Kanisius.
Teacher Education Project. Journal of In-service Educaion. 32 (2): 171-184.
Teacher Education Project. Journal of In-service Education. 32 (2): 171-184.
Tim Akhlaq. (2003). Etika Islam. Jakarta: Al-Huda.
Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda
Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda
Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda
Tim Pengembangan dan kualitas pembelajaran, 2008. Materi Workshop Pengembangan
dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran di LPTK (PPKP). Direktorat Ketenagaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan.
Tim TOT Block Grant, 2007. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan
Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik. Jakarta
Tim TOT Block Grant. (2007). Modul Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik.
Ubaedi, UN. 2009. Quantum Sabar. Jakarta: Kinza Books
Undang-Undang Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Uno, H. B. (2008). Model Pembelajaran. From
http://asepawaludinfajari.wordpress.com/2011/11/12/concept-attainment-model-modelpembelajaran-perolehan-konsep/ date of 22 March 2012.
Wahyono, T. (2006). Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi
Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Wahyono, Teguh. 2006. Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di
Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi Offset
Bidang
Widagdho, Djoko.2001. Ilmu Budaya dasar.Jakarta: Bumi Aksara
Widagdho, J. (2001). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Winasmadi, P.A. (2011). “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Model
Concept Attainment Berbantuan Cd Interkatif pada Materi Segitiga kelas VII,”. Jurnal
PP, No. 1 vol.2 Desember 2011.
Ya`qub, Hamzah. 2001.Etos Kerja Islam. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya
Yulaewati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung:
Pakar Raya
Yulaewati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung:
Pakar Raya.
Yusufhadi Miarso (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Zuber-Skerrit, O. (Ed). (1996). New Directions in Action Research. London: Falmer Press.
Zuber-Skerritt, O (Ed.). (1996). New Directions in Action Research. London: Falmer Press
Zuchdi, D. (2008). Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
LAMPIRAN-LAMPIRAN
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
: ........................
: Kompetensi Kejuruan
:
: Melatih Keterampilan dasar Komunikasi
KODE KOMPETENSI
:
DURASI PEMELAJARAN :
KOMPETENSI DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN
TM
1. Melatih Proses
komunikasi di tempat
kerja
Komunikasi
Elemen
dalam
komunikasi
Efek komunikasi
model
Komunikasi
Pola
atau
komunikasi
prosedur
Persyaratan kemampuan
berkomunikasi
Identifikasi elemen dalam
komunikasi
Umpan balik berhubungan
komunikasi
Umpan balik berhubungan
komunikasi
Mendapatkan umpan balik
Tipe dan fungsi komunikasi
Bentuk dasar komunikasi
Proses menyimak
Jenis-mendengarkan di
tempat kerja
Kendala komunikasi
Pola dan prosedur
komunikasi
Menyebutkan tujuan
komunikasi
Menjelaskan tahapan
dalam komunikasi
Memakai umpan balik
yang membangun
Tes Tertulis
Tes perbuatan
Tes Tertulis
Tes perbuatan
Siswa mampu
menyebutkan tipe
komunikasi
Menyebutkan tahapan
dalam proses komunikasi
Menjelaskan pola
komunikasi
PS
SUMBER
BELAJAR
PI
Modul
Buku
referensi
Modul
Buku
referensi
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
: ........................
: Kompetensi Kejuruan
:
: Melakukan prosedur administrasi
KODE KOMPETENSI
DURASI PEMELAJARAN
:
:
ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
SUMBER
BELJAR
PENILAIAN
TM
1. Proses dokumendokumen kantor
Dokumen dan
dokumentasi
Mengetahui jenis-jenis dokumen/
naskah
Mengetahui jenis-jenis
dokumen/naskah
Siswa mampu menyebutkan
pengertian surat dengan baik
Siswa mampu menjelaskan
jenis-jenis surat
Siswa mampu menjelaskan
jenis-jenis dokumen
Tes tertulis
Studi kasus
Tes perbuatan
PS
PI
Modul
Buku
referensi
ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
SUMBER
BELJAR
PENILAIAN
TM
2. Dasar suratmenyurat
3. Mengurus /menjaga
sistem dokumen
Konsep surat
Korespondensi niaga
Macam-macam dokumen
kantor
Menyebutkan pengertian surat
Mengetahui karakteristik surat
Mengetahui syarat-syarat surat
yang baik
Menjelaskan pengertian surat
niaga
Menjelaskan macam-macam
dokumen kantor
PS
PI
Siswa mampu menyebutkan
unsur-unsur dalam surat
Siswa mampu membedakan
surat niaga dengan surat
dinas
Tes tertulis
Tes perbuatan
Modul
Buku
referensi
Siswa mampu menjelaskan
macam-macam dokumen
kantor
Tes tertulis
Tes perbuatan
Modul
Buku
referensi
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
: .........................
: Kompetensi Kejuruan
:
: Penanganan surat masuk dan surat keluar (mail handling)
KODE KOMPETENSI
:
DURASI PEMELAJARAN :
KOMPETENSI
DASAR
MATERI PEMBELAJARAN
1. Melatih prosedur
penerimaan dan
pendistribusian surat
masuk
Pengelolaan surat masuk
2. Melatih prosedur
pendistribusian surat
keluar
Pengelolaan surat keluar
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Mengelola prosedur surat
masuk secara sederhana atau
pola lama
Mengelola prosedur surat
masuk dengan pola baru
Memproses surat keluar
dengan pola lama
Memproses surat keluar
dengan pola baru
Mengidentifikasii mesin dan
perlengkapan terkait surat
menyurat
ALOKASI WAKTU
INDIKATOR
PENILAIAN
TM
Siswa mampu
menjelaskan prosedur
pengurusan surat
masuk dengan pola
lama
Siswa mampu
menjelaskan prosedur
pengurusan surat
masuk dengan pola
baru
Siswa mampu
menguraikan
prosedur pengurusan
surat keluar dengan
pola lama
Siswa mampu
menjelaskan prosedur
pengurusan surat
keluar dengan pola
baru
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
Tes tertulis
Modul
Tes
perbuatan
Buku
referensi
Tes tertulis
Modul
Tes
perbuatan
Buku
referensi
KOMPETENSI
DASAR
MATERI PEMBELAJARAN
3. Melatih prosedur
penanganan surat
penting yang harus
diterima pada hari
yang sama
Pengelolaan surat keluar
4. Melatih prosedur
pengiriman e-mail
Pesan e-mail dan memo
Penggunaan e-mail dengan
aman dan efektif
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Memproses surat keluar
Menjelaskan e-mail dan memo
Menjelaskan karakteristik email dan memo
Mengidentifikasikan tahap
proses penulisan e-mail dan
memo
Menguraikan bagian-bagian email dan memo
Menjelaskan penggunaan email
ALOKASI WAKTU
INDIKATOR
PENILAIAN
TM
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
Siswa mampu
menjelaskan langkah
pengelolaan surat
keluar yang penting
Tes tertulis
Modul
Tes
perbuatan
Buku
referensi
Siswa mampu
menjelaskan e-mail
dan memo
Siswa mampu
menjelaskan
karakteristik e-mail
dan memo
Siswa mampu
menguraikan bagianbagian e-mail dan
memo
Siswa mampu
menyebutkan tahapan
penggunaan e-mail
Siswa mampu
menjelaskan etika
penggunaan e-mail
Tes tertulis
Modul
Tes
perbuatan
Buku
referensi
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
: ........................
: Kompetensi Kejuruan
:
: Sistem Kearsipan
KODE KOMPETENSI
:
DURASI PEMELAJARAN :
ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI DASAR
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
INDIKATOR
SUMBER
BELAJAR
PENILAIAN
TM
PS
PI
1. Merencanakan
kebutuhan bahan
dan alat kearsipan
Pengertian arsip dan
kearsipan
Ruang lingkup arsip
Analisis kebutuhan bahan
dan alat
Jenis bahan dan alat
kearsipan
Analisis kebutuhan bahan
dan alat
Mengidentifikasi alat sesuai
fungsi/kegunaan
Menetapkan jenis bahan
dan alat kearsipan dengan
cermat
Menjelaskan pengertian
arsip dan kearsipan
Menjelaskan ruang lingkup
dan tujuan arsip
Menyebutkan alat-alat arsip
Membedakan alat-alat
dalam kearsipan
Tes tertulis
Tes perbuatan
Modul
Buku referensi
2. Merancang sistem
kearsipan yang
sesuai
Sistem pengorganisasian
Sistem penyimpanan
Kebaikan dan kelemahan
setiap sistem
Mempraktikan sistem
kearsipan sentralisasi,
desentralisasi,dan
gabungan diikuti dengan
cermat
Menerangkan sistem abjad,
tanggal, nomor, subyek,
dan wilayah
Memilih sistem
pengelolaan kearsipan
yang sesuai
Memilih sistem
penyimanan arsip yang
sesuai
Menjelaskan azas-azas
pengorganisasian arsip
Menyebutkan sistem
penyimpanan arsip
Menyebutkan kebaikan dan
kelemahan sistem
kearsipan
Tes tertulis
Tes perbuatan
Portofolio
Modul
Buku referensi
ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI DASAR
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
INDIKATOR
SUMBER
BELAJAR
PENILAIAN
TM
3. Merencanakan
prosedur kearsipan
Prosedur penyimpanan
Penemuan kembali arsip
Pemeliharaan isi dan fisik
Penyusutan dokumen
Penyortiran surat/ dokumen
masuk
Penciptaan dokumen/surat
keluar
Pencatatan dokumen
masuk dan keluar
Prosedur distribusi internal
dan eksternal
− Alat distribusi
− Langkah penyimpanan
dan temu kembali
− Jadwal retensi
Prosedur pemusnahan
Menyortir surat masuk
Mencatat surat masuk dan
keluar
Mendistribusikan surat
masuk dan keluar
Menyimpan dan
menemukan kembali
dokumen
Memelihara isi dan fisik
dokumen
Menyusutkan dokumen
Menyebutkan langkahlangkah prosedur
penyimpanan arsip
Menyebutkan tahapan
penemuan arsip
Menjelaskan proses
pemeliharaan dan
perawatan arsip
Menjelaskan proses
penyusutan arsip
Tes tertulis
Tes perbuatan
PS
PI
Modul
Buku referensi
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
: .........................
: Kompetensi Kejuruan
: 10 / 2
: Melatih penggunaan peralatan kantor
KODE KOMPETENSI
: IBSADMGIT05
DURASI PEMELAJARAN : 114 X 45 menit
KOMPETENSI DASAR
ALOKASI WAKTU
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
TM
1. Memilih peralatan kantor
Furniture
Perabot/peralatan kantor
Pengadaan peralatan
kantor
2. Melatih penerapan
penggunaan peralatan
kantor
Mesin-mesin komunikasi
Teknologi perkantoran
modern
Menjelaskan penggunaan mesin-mesin
komunikasi yang terdapat di kantor
Melatih penerapan otomatisasi kantor
Menyebutkan furniture kantor
Menjelaskan peralatan kantor
Menyebutkan mesin-mesin kantor
Menjelaskan pengadaan peralatan
kantor
Menjelaskan jenis perjanjian sewa
Siswa mampu
menyebutkan
furniture kantor
Siswa mampu
menyebutkan
mesin-mesin
kantor
Siswa mampu
menjelaskan
pengadaan
peralatan kantor
Siswa mempu
menjelaskan jenis
perjanjian sewa
Siswa mampu
menjelaskan
penggunaan mesin
komunikasi
Siswa mampu
menjelaskan
aplikasi otomasi
kantor
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
Tes tertulis
Modul
Tes tertulis
Modul
KOMPETENSI DASAR
3. Merancang
pemeliharaan peralatan
kantor
MATERI
PEMBELAJARAN
Pemeliharaan
Penggantian
Pengendalian terpusat
ALOKASI WAKTU
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
TM
Menjelaskan pemeliharaan peralatan
kantor
Menjelaskan penggantian peralatan
kantor
Memahami program pengendalian
peralatan kantor
Siswa mampu
menjelaskan
Siswa mampu
menjelaskan
penggantian
peralatan kentor
Siswa mampu
menjelaskan
program
pengendalian
peralatan kantor
Tes praktek
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
Modul
NAMA SEKOLAH
: .........................
MATA PELAJARAN
: Kompetensi Kejuruan
KELAS/SEMESTER
:
STANDAR KOMPETENSI : Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja
KODE KOMPETENSI
:
DURASI PEMELAJARAN :
KOMPETENSI
DASAR
1. Menganalisis
kegiatan-kegiatan
yang dapat
mencegah
terjadinya gangguan
K3
MATERI
PEMBELAJARAN
Identifikasi kesehatan di
lingkungan kerja
Unsur-unsur pendukung
kesehatan kerja
ALOKASI WAKTU
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
TM
Menjelaskan pengertian kesehatan,
keselamatan dan keamanan kerja
Mengidentifikasi tujuan kesehatan,
keselamatan dan keamanan kerja
Mengetahui Undang-undang ketenaga
kerjaan
Memahami prosedur bekerja dengan
aman dan tertib
Memahami prosedur pencegahan agar
tujuan K3 dapat tercapai
Memahami hal-hal yang berkaitan
dengan keamanan
Siswa mampu
menjelaskan
pengertian K3
Mengidentifikasi K3
dengan baik
Mampu menjelaskan
unsur-unsur
pendukung K3
dengan tepat
Tes tertulis
Tes
Praktek
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
Modul
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
TM
2. Menetapkan
kegiatan
pencegahan dan
penanggulangan
ancaman atau
gangguan
keamanan
Program jaminan
kecelakaan kerja
Kondisi bahaya di tempat
kerja
Perlengkapan yang
digunakan dalam situasi
darurat.
Langkah-langkah situasi
darurat (evakuasi)
Cepat dan tanggap dalam situasi
darurat
Bersikap tenang dalam menghadapi
situasi darurat
Mengetahui jenis-jenis bahaya di tempat
kerja
Memahami tanda-tanda peringatan
bahaya di tempat kerja dan ditempat
umum
Mengidentifikasi situasi yang dapat
menimbulkan bahaya
Mengetahui prosedur keadaan darurat
diperusahaan/ tempat umum
disesuaikan dengan kondisi perusahaan/ tempat umum ter-sebut
Menerapkan penanganan situasi
darurat sesuai dengan SOP
Mengikuti tanda-tanda peringatan
bahaya di tempat kerja
Menentukan langkah dalam situasi
darurat
Menyebutkan
pengertian program
jaminan kerja
Menjelaskan tahapan
pengajuan jaminan
Mengindentifikasikan
kondisi bahaya
ditempat kerja
Menjelaskan langkahlangkah evakuasi
(keadaan darurat)
Tes tertulis
3. Menganalisis
masalah untuk
menghadapi situasi
darurat ditempat
kerja
Upaya menjaga
kebersihan dan kesehatan
pribadi
Sikap terhadap
keselamatan
Kesehatan jasmani dan
rohani
Hygene perorangan
Lingkungan kerja dan
lingkungan hidup
Menjaga standar keamanan penampilan
pribadi
Mengetahui macam-macam penyakit
dan cara menanggulanginya
Memahami kesehatan jasmani dan
rohani
Memiliki kesadaran terhadap hygiene
personal
Memahami cara bekerja dengan aman
Menunjukkan penampilan pribadi
sesuai standar industri perhotelan
Menerapkan prinsip- prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja
Mengaplikasikan cara bekerja dengan
aman
Siswa mampu
mengidentifikasi cara
berpenampilan pribadi
Siswa mampu
menyebutkan
berbagai macam
penyakit
Siswa mampu
menjelaskan cara
penanggulangan
berbagai macam
penyakit
Siswa mampu
membedakan
lingkungan kerja dan
lingkungan hidup
Tes tertulis
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
Modul
Tes
Praktek
Tes
Praktek
Modul
Download