gambaran tingkat kecemasan pada pasien rawat

advertisement
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN
RAWAT INAP PENGGUNA METAMFETAMIN (SHABU)
DI RSKO JAKARTA TAHUN 2013
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Febri Hanifa.F
NIM: 1110103000062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013 M/1434 H
LEMBAR PERNYATAAII KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa
:
l. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli
saya yang diajukan untuk
me,menuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar shata 1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
dengan ketentuan yangberlaku di
J.
ini telah
saya cantumkan sesuai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain" maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, September 201 3
Febri Hanifa.F
!
"t
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN RAWAT INAP
PENGGUNA METAMFETAMIN (SHABU) DI RSKO JAKAR'TA TAHUN 2013
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh
I
Febri Hanifa.F
NIM:
1110103000062
-
,Wr'
dr.Adhi
wibo*;#h
iday at,Sp. KJ,
Pembimbing 2
MpH
dr.Achmad Zaki,Sp.fr, M.Epid
NIDN.2007057801
ti
i
,
t
i
')
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOIffER
I
FAKULTAS KEDOKTERAN.DAN ILMU KESEIIATAN
i
',E;
,1
:
UNIVERSITAS ISI,AM NEGERI SYANTT HIDAYATULLAII JAKARTA
2013
iii
i
PENGESAIIAI\ PAIIITIA UJIAN
Laporan Penelitian ini berjudul GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN
RAWAT INAP PENGGI.]NA METAMFETAMIN (SHABU) DI RSKO JAKARTA TAHTIN
2013 yangdiajukan oleh Febri Hanifa.F ( NIM : 1110103000062 ), telah diajukan dalam
sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada. Laporan penelitian
ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran ( S.Ked ) pada
Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, September 20 I 3
)
DEWAN PENGUJI
**"w-
Pembimbing
nO
1
Pembimbing 2
/r,lJ
dr.Adhi Wibowo Nurhida
Sp.KJ, MPH
Penguji
yat,
,W
u
dr.Adhi fribowo
Nurhidayat, Sp.KJ, MPH
dr.Achmad Zaki,Sp.OT,
M.Epid
Penguji 2
1
N\?
dr. Marita Fadhilah, Ph.D
drg. Laifa Annisa\Hendarmin, Ph.D
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan
FKIKUIN
SH Jakarta
Kaprodi PSPD FKIK UIN SH
Jakarta
: M.K. Tadjudin Sp. And
dr. Wi
IV
Gizi, Sp. GK
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya yang tiada terkira kepada seluruh umat manusia. Shalawat serta
salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari alam kebodohan menuju alam yang kaya ilmu pengetahuan.
Alhamdulillah atas izin Allah dan dukungan dari banyak pihak, penulis dapat
menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang berjudul “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Rawat Inap Pengguna Metamfetamin (Shabu) di RSKO Jakarta Tahun 2013”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin,
SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan dr. Witri Ardini, SpGK,
M. Gizi selaku Ketua Program Studi Pend. Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Adhi Wibowo Nurhidayat, Sp.KJ, MPH dan
dr.Achmad Zaki,Sp.OT, M.Epid sebagai pembimbing riset yang telah memberikan
bimbingan, arahan, nasihat dan telah banyak meluangkan waktu kepada penulis demi
lancarnya penelitian ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Marita Fadhilah, Ph.D
dan drg.Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D sebagai penguji dalam ujian skripsi yang telah
memberikan nasihat kepada penulis. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ade
Utama selaku kepala ruang rawat inap RSKO Jakarta beserta staf perawat ruang rawat inap
RSKO Jakarta.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang tiada terkira kepada kedua orang
tua tercinta ibunda Hj.Ernawaty Syam dan ayahanda DR.H.Firdaus Thahar,M.Pd yang telah
memberikan dukungan moril maupun materi serta doa dan kasih sayang kepada penulis. Serta
untuk kakakku tersayang Rika Fastranimela,SST.FT dan Leni Yudistira,S.Kep, abang iparku
Herwan Sofyan Firmansyah,S.Pd dan Novi Yendri, dan seluruh keluarga besar di Bukittinggi.
Ucapan terimakasih tak lupa juga penulis sampaikan kepada teman-teman riset atas
kerjasamanya selama 3 tahun ini yaitu M.Dadan Kurniawan, Fajri Nugraha, Naparudin dan
Rima Pahlasari serta teman-teman PSPD 2010. Terimakasih kepada Oom Hidayat yang telah
berbagi ilmunya tentang pengolahan data serta kepada Aida Julia Ulfah, Ayu Budi Lestari,
Jiddi Adibya, Rina Karina, Nurliya Khanifa serta semua sahabat-sahabatku yang telah
memberi dukungan dalam penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat dalam menambah ilmu pengetahuan kita semua. Penulis
menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini sehingga tidak menutup kemungkinan
jika dalam penulisan Laporan Penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati demi
kesempurnaan Laporan Penelitian ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 31 Agustus 2013
Penulis
vi
ABSTRAK
Febri Hanifa.F. Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap Pecandu
Metamfetamin di RSKO Jakarta Tahun 2013. 2013.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA) di
kalangan masyarakat menjadi masalah besar saat ini. Psikotropika adalah obat keras bukan
narkotika yang mempunyai efek ketergantungan baik secara fisik maupun psikis. Salah satu
jenis psikotropika adalah shabu. Shabu merupakan suatu stimulant sistem saraf pusat yang
mengandung metamfetamin, merupakan turunan dari Amfetamin. Efek yang ditimbulkan
dalam penggunaan metamfetamin bermacam macam seperti rasa takut yang berlebihan,
mudah tersinggung, merasa lebih tenang, dan menjadi cemas yang berlebihan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pengguna metamfetamin
(shabu) sedang menjalani perawatan di RSKO Jakarta. Metode penelitian yang digunakan
adalah studi potong lintang. Populasi di dalam penelitian ini adalah semua pengguna shabu
yang menjalani perawatan di RSKO Jakarta. Banyaknya sampel berjumlah 42 orang dengan
teknik pengambilan Consecutive Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara. Hasil
yang diperoleh adalah pasien rawat inap di RSKO Jakarta yang mengkonsumsi
metamfetamin sebesar 38,1% mengalami kecemasan sedang, 26,2% mengalami kecemasan
berat, 19,0 % mengalami kecemasan ringan dan 16,7 % tidak mengalami kecemasan.
Kata kunci :shabu, penggunashabu, kecemasan, HARS, RSKO Jakarta
ABSTRACT
Febri Hanifa. F. Medical Education Study Program of Syarif Hidayatullah, Islamic State
University of Jakarta. The Level of Anxiety of Methamphetamine Users at Drug Dependence
Hospital Jakarta in 2013. 2013.
Abuse both of narcotic and psychotropic drugs is a major problem in Indonesia. Psychotropic
drugs are non-narcotic drugs that have an addictive effects physically and psychologically.
One of the psychotrophic drugs is metamphetamine (shabu). Methamphetamine is a
derivative form of amphetamine. The effects of shabu are varies from paranoid, irritability,
and being excessively anxious. This study aims to find out the use of metamphetamine
patients related to level of anxiety among metamphetamine usres who underwent treatment in
RSKO Jakarta. This study was a cross-sectional survey, with study population shabu users
who were hospitalized in RSKO Jakarta. The number of sample in this study were 42 patients
and consecuetive sampling were used. Data were collected through questionnaires and
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). The results showed that among metamphetamine
patients in RSKO Jakarta, 38,1% had moderate anxiety, 26.2% had severe anxiety, 19.0%
had mild anxiety and 16.7% had no anxiety.
Keywords: methamphetamine, meth user, anxiety, HARS, RSKO Jakarta
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...........................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Psikotropika .....................................................................................................................4
2.2 Metamfetamin ..................................................................................................................5
2.3 Farmakokinetik Metamfetamin ........................................................................................9
2.4 Farmakodinamik Metamfetamin ......................................................................................11
2.5 Pengaruh Metamfetamin Terhadap Otak .........................................................................12
2.6 Kecemasan .......................................................................................................................12
2.7 Kerangka Teori ................................................................................................................15
2.8 Kerangka Konsep .............................................................................................................16
2.9 Definisi Operasional ........................................................................................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 19
3.1 Desain Penelitian .............................................................................................................19
3.2 Tempat Penelitian ............................................................................................................19
3.3 Waktu Penelitian ..............................................................................................................19
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi .......................................................................................................................19
3.4.2 Sampel.........................................................................................................................19
3.5 Cara Kerja Penelitian .......................................................................................................21
3.6 Metode Sampling .............................................................................................................21
3.7 Perkembangan Etik dan Saintifik.....................................................................................21
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 22
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Usia Pasien ............................................................................................22
4.1.2 Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................................................23
4.1.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pasien ....................................................................24
4.1.4 Gambaran Status Pernikahan ................................................................................24
4.1.5 Gambaran Tahun Mulai Menggunakan Metamfetamin ..........................................25
4.1.6 Gambaran Cara Penggunaan Metamfetamin ..........................................................26
4.1.7 Gambaran Frekuensi Penggunaan Metamfetamin Sehari .......................................26
4.1.8 Gambaran Akibat Penggunaan Metamfetamin Terhadap Jantung .........................27
4.2 Pembahasan .....................................................................................................................28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 31
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................31
5.2 Saran ................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................32
LAMPIRAN .........................................................................................................................34
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Beberapa efek metamfetamin dalam waktu yang cepat dan lama ......................... 8
Tabel 2.2 Efek samping penggunaan metamfetamin ............................................................. 9
Tabel 2.3 Farmakokinetik klinis metamfetamin .................................................................... 11
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Metamfetamin (Shabu) ......................................................................................6
Gambar 2.2 Bong (Alat untuk mengkonsumsi shabu) ...........................................................7
xi
DAFTAR SINGKATAN
BNN
: Badan Narkotika Nasional
NIDA
: National Institute on Drug Abuse
PPKUI
: Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA)
lainnya di Indonesia beberapa tahun terakhir semakin meningkat tajam.
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika terjadi pada kalangan remaja, namun
tidak
menutup
kemungkinan
banyak
kalangan
dewasa
yang
menyalahgunakan narkotika. Konsumsi narkotika dan psikotropika dapat
mengakibatkan ketergantungan dan mempengaruhi kesehatan psikologis
penggunanya.1
Beberapa jenis psikotropika yang sering disalahgunakan yaitu :
a. Amfetamin yaitu stimulansi susunan saraf pusat.
b. Ekstasi mempunyai efek yang sama dengan amfetamin.
c. Metamfetamin mempunyai sifat stimulansi yang lebih kuat dibanding
turunan amfetamin yang lain.
Shabu mengandung metamfetamin yang merupakan turunan amfetamin.
Metamfetamin intravena atau yang dihisap menyebabkan ketergantungan.
Metamfetamin dapat diproduksi dalam laboratorium kecil secara diam-diam
dengan menggunakan senyawa pemula efedrin. Peredaran
metamfetamin
semakin meningkat dan sering disalahgunakan karena untuk mendapatkannya
mudah dan dapat dibeli dengan harga yang terjangkau. Survei dilakukakn
BNN pada tahun 2011 kasus penyalahgunaan metamfetamin meningkat
sekitar 21,2%.2
Kebanyakan dari pengguna metamfetamin (shabu) tidak mengetahui
bagaimana dampak penyalahgunaan metamfetamin. Biasanya jika mereka
menggunakan
pertama
kali,
maka
lama
kelamaan
mereka
akan
ketergantungan. Jika tidak menggunakannya, maka timbul gejala seperti
gelisah, cepat lelah, perasaan ingin tidur.
2
Konsumsi metamfetamin secara akut dapat berdampak cemas yang
berlebihan,
menjadi
bersemangat,
dan
meningkatkan
percaya
diri.
Kebanyakan pengguna metamfetamin tidak mengetahui bahwa mengkonsumsi
metamfetamin dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh salah satunya
kerusakan
pada
otak
yang
dapat
menyebabkan
kerusakan
pada
neurotransmitter yang mengatur emosional. Kerusakan neurotransmitter
tersebut dapat menyebabkan kecemasan. Mereka juga tidak mengetahui
bagaimana efek penyalahgunaan NAPZA dalam waktu jangka pendek maupun
jangka panjang.3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran
penggunaan shabu terhadap tingkat kecemasan pada pasien menjalani
perawatan inap di RSKO Jakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien rawat
inap pengguna metamfetamin (shabu) di RSKO Jakarta.
1.3.2
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kecemasan yang dialami
pasien rawat inap pengguna metamfetamin (shabu) di RSKO Jakarta.
3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Subjek Peneliti
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan subyek penelitian mengenai pengaruh konsumsi shabu
dengan perubahan tingkat kecemasan.
1.4.2
Bagi Peneliti
1. Menambah pengetahuan peneliti tentang metamfetamin.
2. Menambah wawasan atau masukan tentang tingkat kecemasan
pada pengguna metamfetamin.
3. Melalui penelitian ini dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu
yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.
1.4.3
Bagi Institusi
1. Bagi UIN Syarif Hidayatullah menambah pengetahuan tentang
pengaruh
penggunaan
metamfetamin
terhadap
tingkat
kecemasan pada pecandu metamfetamin.
2. Bagi RSKO Jakarta menambah informasi tentang pengaruh
penggunaan metamfetamin terhadap tingkat kecemasan pada
pecandu metamfetamin.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psikotropika
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya
(NAPZA) di kalangan masyarakat menjadi masalah besar saat ini. Penggunaan
narkotika pun tidak hanya di kalangan remaja namun banyak juga
disalahgunakan oleh kalangan dewasa. Survei menunjukkan kelompok
penyalahgunaan NAPZA dari berbagai macam kalangan seperti, dari usia muda
hingga dewasa, berpendidikan tinggi, hingga seseorang dengan kemampuan
ekonomi yang baik.4 Berdasarkan survei di Amerika Serikat tahun 2000
menunjukkan 3 di antara 100 penduduk menggunakan NAPZA dalam setahun
terakhir (NIDA, 2002). Survei di Indonesia tahun 2005 menunjukkan 0,8%
penduduk usia 10-60 tahun menggunakan narkoba dalam setahun terakhir
(BNN & PPKUI, 2005).4
Untuk mencegah semakin luasnya penyalahgunaan NAPZA perlu upaya
dari berbagai kalangan dan peran serta masyarakat secara aktif dalam
mengurangi penyalahgunaan NAPZA.5
Psikotropika adalah suatu zat atau obat alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, berkhasiat psikoaktif yang berpengaruh secara selektif pada susunan
saraf pusat, menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika biasanya diproduksi oleh pabrik obat yang telah memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan, yaitu:
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan tetapi tidak digunakan dalam terapi, dan
mempunyai potensi sangat kuat menyebabkan ketergantungan.
5
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat dalam
pengobatan, dapat digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menyebabkan ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat dalam
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu
pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
sedang
menyebabkan
ketergantungan.
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu
pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
ringan
menyebabkan
ketergantungan.6,7,8
Selain itu, dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap sususan saraf
pusat, Psikotropika dikelompokkan menjadi :
a. Depresan : bekerja mengurangi aktifitas susunan saraf pusat (
Psikotropika Golongan IV ), contohnya antara lain : Sedatin/Pil
BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).
b. Stimulan : bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat,
contohnya Metamfetamin, MDMA, N-etil MDA & MMDA.
Ketiganya terdapat dalam kandungan ekstasi.
c. Hallusinogen : bekerja menimbulkan perasaan halusinasi,
contohnya psylocibine, micraline.9
Namun, akhir akhir ini penggunaan dari psikotropika, khususnya shabu
sudah banyak yang disalahgunakan dengan dosis yang tidak sesuai.
Metamfetamin (Shabu) merupakan psikotropika golongan I.
2.2 Metamfetamin
Metamfetamin
mengandung
(Shabu)
metamfetamin
merupakan
yang
stimulus
merupakan
sistem
turunan
saraf
pusat
amfetamin.
6
Metamfetamin intravena atau yang dihisap menyebabkan ketergantungan.
Metamfetamin dengan rumus kimia yaitu (S)-N-methyl-l-phenylpropan-2amine (C10H15N). Dalam dunia medis, amfetamin dan metamfetamin sering
digunakan untuk menurunkan berat badan pada perempuan.
Metamfetamin berbentuk kristal, berwarna putih dan dikonsumsi dengan
cara dibakar diatas alumunium foil sehingga mengalir dari ujung satu kearah
ujung yang lainnya. Kemudian asap yang ditimbulkan dihisap menggunakan
sebuah Bong, sejenis pipa yang didalamnya berisi air. Air Bong berfungsi
sebagai filter karena asap tersaring saat melewati air tersebut. Metamfetamin
berbentuk kristal dapat digunakan dengan cara diinhalasi atau diingesti secara
oral, tetapi dapat juga diasap atau diinjeksi.9,10
Gambar 2.1 Metamfetamin (shabu)
Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30086/3/Chapter%20II.pdf
7
Gambar 2.2 Bong ( alat untuk mengkonsumsi shabu )
Sumber : http://komhukum.com/apt-artikel/68polisi-narkoba.jpg
Penggunaan metamfetamin berkaitan dengan masalah kesehatan seperti
masalah pada kardiovaskular dan perilaku beresiko HIV. Penggunaan
metamfetamin
pada
ibu
hamil
dapat
mengakibatkan
keterlambatan
pertumbuhan intrauterin, kelahiran prematur, dan dapat timbulnya resiko yang
merugikan pada anak yang terpajan obat.11
Efek yang ditimbulkan dalam penggunaan shabu secara psikologis
bermacam macam seperti rasa takut yang berlebihan, mudah tersinggung,
merasa lebih tenang, dan menjadi cemas yang berlebihan. Dalam jangka
panjang, penyalahgunaan shabu dapat berakibat menimbulkan kerusakan pada
susunan saraf pusat, mengakibatkan depresi dan kelemahan, gangguan pada
jantung. Dapat juga mengakibatkan timbulnya gejala psikotik seperti paranoid,
kebingungan, halusinasi auditori dan visual, perilaku kekerasan.
Metamfetamin hampir sama dengan amfetamin, mempunyai efek yang
terlihat secara fisik yaitu badan/fisik merasa lebih kuat dan energik
(meningkatkan stamina), hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, nafsu makan
8
menurun, badan kurus, sulit tidur, tekanan darah meningkat dan mengalami
gangguan interaksi sosial dan pekerjaan.12
Tabel 2.1 Beberapa Efek Metamfetamin dalam Waktu yang Cepat dan Lama
Efek Jangka Panjang
Efek Jangka Pendek
Adiksi
Meningkatkan
perhatian
dan
mengurangi rasa lelah
Psikosis
termasuk
paranoid, Peningkatan aktivitas dan susah
halusinasi, aktivitas motorik yang tidur
berulang,
Perubahan struktur dan fungsi otak
Nafsu makan menurun
Memory loss
Euphoria dan tergesa-gesa
Perilaku agresif
Peningkatan respirasi
Gangguan mood
Denyut jantung tidak teratur
Masalah pada gigi yang berat
Hipertermia
Berat badan turun
Sumber : NIDA RESEARCH REPORT SERIES. METHAMPHETAMIN Abuse and Addiction
9
Tabel 2.2 Efek Samping Penggunaan Metamfetamin
AKUT
Anoreksia
Kecemasan
Kematian
Hipertensi
Hipertermia
Insomnia
Infark miokard
Paranoid
Psikosis
Gagal ginjal
Rhabdomiolisis
Kejang
Infeksi menular seksual
Stroke
Takikardia
Takipnue
Trauma
KRONIK
Komplikasi kardiovaskular :
kardiomiopati, infark miokard, stroke
Gejala dan tanda dermatologi : abses,
lesi pada kulit
Gejala neurologi : kebingungan,
memory loss, gerakan motorik yang
lambat, gangguan verbal
Tanda pada mulut : kerusakan pada
gigi
Gejala psikiatrik : cemas, depresi,
paranoid, psikosis, keinginan bunuh
diri
Sumber : Derlet RW, Rice P, Horowitz BZ, Lord RV. Amphetamine toxicity: experience with 127
cases. J Emerg Med 1989;7:157-61.
Metamfetamin bisa dikonsumsi dalam dosis rendah maupun dosis tinggi.
Jika dikonsumsi dalam dosis rendah, metamfetamin akan menimbulkan
masalah pada kardiovaskular seperti aritmia, hipertensi, takikardi dan efek
stimulan. Jika dikonsumsi dalam dosis tinggi, metamfetamin menimbulkan
demam dan berkeringat, aritmia, tremor, pusing dan sakit kepala.10
2.3 Farmakokinetik Metamfetamin
Metamfetamin merupakan turunan dari amfetamin yang mempunyai sifat
kimia yang sama. Amfetamin dapat memberikan efek baik secara langsung
atau tidak langsung terhadap sistem saraf dengan melepaskan biogenik amin.
Efek amfetamin dan efek anoretik yang dapat menimbulkan kewaspadaan, di
10
perkirakan hasil dari pelepasan norepinefrin dari neuron noradrenergik sentral.
Konsentrasi amfetamin di neurotransmitter di dalam sinaps meningkat karena
amfetamin menghalangi re-uptake dari katekolamin oleh neuron presinap dan
menginhibisi aktivitas monoamin oksidase.
Pada pengguna dengan dosis kecil (5-15mg) akan mempengaruhi susunan
saraf pusat dengan gejala:
- Meningkatkan kewaspadaan
- Meningkatkan aktivitas lokomotor
- Meningkatkan mood
- Menurunkan nafsu makan
- Euforia 13
Metamfetamin bekerja melepaskan dopamin dan biogenik amin lainnya
secara sentral. Metamfetamin juga bekerja untuk menghambat transporter
monoamine neuronal dan vesikular dan monoamin oksidase. Dosis kecil
mempunyai efek stimulan sentral yang menonjol tanpa kerja perifer yang
signifikan, dosis yang agak besar menyebabkan kenaikan tekanan darah sistolik
dan diastolik yang terus menerus, terutama karena stimulasi jantung dan
peningkatan curah jantung akibat venokontriksi.
Efek yang menonjol adalah terhadap kerja jantung. Katekolamin
mempengaruhi sensitivitas miokardium pada stimulus ektopik, karena itu akan
menambah resiko dari aritmia jantung yang fatal.14
Metabolisme terbesar metamfetamin didalam hati melalui :
a. N-demethylation untuk memproduksi amfetamin yang dikatalisis oleh
sitokrom P450 2D6
b. Hidroksilasi aromatik melalui sitokrom P450 2D6 memproduksi terutama
4-hydroxymethamphetamine
c. β-hidroksilasi untuk memproduksi norephedrine
11
Tabel 2.3 Farmakokinetik Klinis Metamfetamin
Route
Dose
T max (minutes)
T 1/2 (hour)
Time to peak effect
Intravenous 30 mg
6 +_ 11b
9.1 +_ 0.8 (8–16)
<15 minutes
Smoking
30 mg
150 +_ 30
12 +_ 1 (8–17)
18 +_ 2 minutes
Oral
l30 mg
216 (180–300)
9.1 (3–17)
180 minutes
Intra- nasal
50 mg
169 +_8
11 +_1
<_15 minutes
Sumber : Christopher C. Cruickshank & Kyle R. Dyer. A review of the clinical pharmacology of
methamphetamine
Sekitar 70% dari dosis metamfetamin diekskresikan dalam urin dalam
waktu 24 jam: 30-50% sebagai methamphetamine, 15% sebagai 4hydroxymethamphetamine dan 10% sebagai amfetamin. Metamfetamin dengan
dosis 10 mg yang diberikan secara intravena dapat terdeteksi didalam plasma
selama 36-48 jam. Sementara jika diberikan dosis 30 mg selama 2 menit akan
mencapai konsentrasi puncak pada plasma sekitar 110 mg. Efek yang timbul
pada kardiovaskuler akan muncul dalam waktu 2 menit.
Penggunaan metamfetamin secara inhalasi memiliki bioavailabilitas
sekitar 67-90%. 15
2.4 Farmakodinamik Metamfetamin
Efek farmakodinamik metamfetamin sama dengan amfetamin, namun
terdapat perbedaan pada efek sentral dan perifer. Dosis kecil dapat
menimbulkan efek perangsangan sentral yang nyata dan tidak menimbulkan
efek perifer. Jika penggunaan dengan dosis besar meningkatkan tekanan
sistolik dan diastolik akibat stimulasi jantung. Konstriksi vena meningkatkan
alir balik vena, bersama stimulasi jantung meningkatkan curah jantung.16
12
2.5 Pengaruh Metamfetamin Terhadap Otak
Terdapat 3 mekanisme utama yang dapat menyebabkan kerusakan pada
otak, yaitu :
1.
Terjadi perubahan neurotransmitter secara akut yang disebabkan
intoksikasi secara berulang. Transporter seluler menjadi rusak dan
reseptornya terganggu. Perubahan biokimia reversibel setelah
proses detoksifikasi selama beberapa minggu hingga bulan.
2.
Perubahan pada lobus frontal dan nukleus akumbens.
3.
Kematian fungsi sel otak.
Nukleus akumbens juga mengalami kerusakan akibat penggunaan
metamfetamin. Kerusakan nukleus akumbens akibat stimulasi yang berlebihan
menyebabkan hancurnya reseptor dopamin dan serotonin. Kehilangan
neurotransmisi pada pusat emosional menyebabkan kecemasan, depresi.17
2.6 Kecemasan (Ansietas)
Kecemasan dalam bahasa Inggris “anxiety” yang berasal dari bahasa Latin
“angustus” yang berarti kaku dan “ango,anci” yang berarti mencekik.18
Ansietas adalah rasa takut yang timbul akibat antisipasi terhadap bahaya, yang
dapat bersifat internal maupun eksternal.19 Cemas merupakan suatu hal yang
normal dialami oleh setiap manusia, seperti cemas saat akan menghadapi ujian.
Namun, kita harus dapat membedakan perasaan cemas akibat suatu situasi
tertentu yang berbahaya dengan cemas yang merupakan suatu gangguan.
Cemas dapat menjadi suatu gangguan jika berlebihan dan dirasakan selama 613 bulan. Gangguan kecemasan juga ditandai dengan perasaan cemas dan
tegang yang berlebihan. Seseorang dapat didiagnosis mengalami gangguan
kecemasan apabila kecemasan yang berlebihan yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari dan akan hilang jika ia melakukan apa yang diinginkan.
Mereka dengan kecemasan yang berlebihan merasa tidak tenang, mudah
terkejut, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi. Gangguan ini biasanya dialami dari
masa dewasa namun tidak jarang terjadi dari masa kanak-kanak. Perempuan
cenderung lebih sering mengalami kecemasan dibanding laki-laki.20
13
Berbagai macam gejala dapat dialami oleh seseorang yang mengalami
kecemasan, seperti gejala psikologi atau gejala fisik.
Gejala secara psikologi yang dialami yaitu :
Perasaan antisipasi yang berlebihan
Sulit untuk berkonsentrasi
Mengalami kewaspadaan yang tinggi
Susah tidur
Gejala secara fisik yang dialami yaitu :
Sesak / nyeri dada / jantung berdebar
Mual
Pernafasan cepat
Nafsu makan hilang
Sakit kepala / pusing / pingsan
Ketegangan otot
Berkeringat
Susah menahan BAK
Panik21
Seseorang dengan cemas berlebihan masih dapat bersosialisasi dan dapat
melakukan pekerjaan sehari hari dengan baik. Mereka juga tidak menghindari
situasi tertentu akibat kecemasan berlebihan yang dialaminya. Namun, akan
mengalami kesulitan melakukan kegiatan sehari hari jika kecemasan yang
berlebihan semakin parah.
Kecemasan dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu :
a. Kecemasan ringan : perasaan yang dialami sehari-hari yang dapat
menjadikan seseorang waspada
b. Kecemasan sedang : perasaan yang menjadikan seseorang fokus pada
suatu hal yang penting.
14
c. Kecemasan berat : perasaan dimana seseorang lebih memfokuskan pada
suatu hal yang sangat detail.22
Biasanya kecemasan ini timbul setelah stres periode panjang. Beberapa
orang tampaknya memiliki kecenderungan genetik terhadap kecemasan.
Kecemasan juga dapat ditimbulkan oleh hipertiroid. Penggunaan NAPZA,
khususnya metamfetamin juga dapat memicu episode kecemasan.21
Gangguan kecemasan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti :
a. Genetik
b. Biokimia, terjadi defisiensi serotonin di otak
c. Tempramen, seseorang yang mudah marah dapat mengalami gangguan
kecemasan
d. Stres20
Beberapa orang mengalami banyak efek fisik dari kecemasan seperti
pernapasan cepat, dalam, disebut hiperventilasi. Hiperventilasi dapat memicu
serangan panik, episode kecemasan yang parah dan tiba-tiba yang dapat
membuat orang merasa seperti mengalami serangan jantung atau kondisi
serupa.
15
2.6 Kerangka Teori
Penggunaan
Metamfetamin
Efek yang
ditimbulkan
Akut
Otak
Kejang
Kronik
Kardiovas
kular
Takik
ardia
Hiper
tensi
Psikiatri
Para
noid
Psikosis
Neurologi
Cemas
Bingung
Hilang
ingatan
Psikiatri
Gerakan
motorik
lambat
Cemas
Psikosis
16
2.7 Kerangka Konsep
Riwayat Penggunaan
NAPZA
Peggunaan
Metamfetamin
-
-
Usia
Tingkat Pendidikan
Jenis kelamin
Lama penggunaan
metamfetamin
Frekuensi
penggunaan
metamfetamin
Tingkat
Kecemasan
Kecemasan
Ringan
Kecemasan
Sedang
Kecemasan
Berat
17
2.8 Definisi Operasional
No
1
Variabel
Cara
pengukuran
Hasil
pengukuran
Kategorik
Kuesioner
Hamilton
Anxiety
Rating
Scale
Total skor : 714
Kategorik
Kuesioner
Demografi
Usia :
- > 20
tahun
- < 20
tahun
Kategorik
Kuesioner
Demografi
Tingkat
pendidikan :
SD, SMP,
SMA, S1, S2,
lainnya
Kategorik
Rekam
Medik
Pengguna
Metamfetamin
Kuesioner
Total skor : 15
Hamilton
– 27
Definisi
Skala
Operasional
pengukuran
Kecemasan
Perasaan yang
ringan
dialami sehari
hari yang dapat
menjadikan
seseorang
waspada
2
Umur
Usia responden
pada ulang
tahunnya yang
terakhir
3
Pendidikan
Jenjang
pendidikan formal
tertinggi yang
pernah diikuti
oleh responden
meliputi tamat
SD, SMP, SMA,
dan S1.
4
Pengguna
Seseorang yang
Metamfetamin
menggunakan
metamfetamin.
5
Kecemasan
Perasaan
Sedang
menjadikan
seseorang
pada
yang Kategorik
fokus
suatu
Anxiety
hal
Rating
yang penting.
6
Kecemasan
Perasaan dimana
Scale
Kategorik
Kuesioner
Total skor:
18
Berat
7
seseorang lebih
Hamilton
memfokuskan
Anxiety
pada suatu hal
Rating
yang sangat detail
Scale
Kategorik
Kuesioner
lebih dari 27
Tahun mulai
Tahun untuk
Hasil :
menggunakan
pertama kali
metamfetamin
seseorang
tahun
(shabu)
menggunakan
2000
-
Demografi
-
metamfetamin
(shabu)
Sebelum
Tahun
20002010
-
Setelah
Tahun
2010
8
Jenis Kelamin
Diklasifikasikan
Kategorik
atas laki-laki atau
Kuesioner
Hasil :
Demografi
-
Laki-laki
-
Perempuan
perempuan
9
Status
Belum menikah,
Pernikahan
Menikah
Kategorik
Kuesioner
Demografi
Hasil :
-
Belum
Menikah
-
Menikah
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui gambaran
tingkat kecemasan pada pasien rawat inap pengguna metamfetamin (Shabu) di
RSKO Jakarta.
3.2
Tempat
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jalan
Lapangan Tembak No. 75 Cibubur Jakarta Timur.
3.3
Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juli 2013.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien pengguna metamfetamin
(shabu) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.
3.4.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah Consecutive Sampling yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Adapun kriteria inkulsi dan eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
20
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien berjenis kelamin
laki – laki atau perempuan berusia 15 – 60 tahun pengguna metamfetamin
di RSKO dan bersedia menjadi responden.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan
gangguan jiwa berat.
subjek penelitian :
N=
=
= 42
Keterangan :
Zα
: deviat baku alfa
P
: prevalensi kejadian yang akan diteliti
Q
: 1-P
d
: derajat ketelitian
Berdasarkan tujuan penelitian didapatkan nilai Zα = 1,96, nilai P = 0,5,
nilai Q = 0,5, nilai d = 15%. Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan
adalah 42 orang.
21
3.5 Cara Kerja
1. Melakukan inform consent terhadap responden
2. Jika bersedia, peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan
mempersilakan responden membaca lembaran persetujuan sebagai responden.
3. Karakteristik pasien dengan wawancara secara langsung : Nama, jenis kelamin,
umur, alamat, pekerjaan kemudian dimasukkan ke dalam formulir
4. Pengambilan Data khusus yaitu dengan kuesioner Hamilton Anxiety Rating
Scale
5. Analisis data
3.6
Metode Sampling
Metode sampling penelitian ini adalah Consecutive Sampling yaitu semua
subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subyek yang terpenuhi tercapai.
3.7 Pertimbangan Etik dan Saintifik
Penelitian yang dilakukan tidak melanggar kode etik dan tidak merugikan
pasien karena peneliti dan pasien bisa mengetahui bagaimana tingkat
kecemasan pada pasien pengguna metamfetamin.23
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Data penelitian diambil dari 42 orang pada pasien pengguna metamfetamin
(shabu) dilakukan sejak tanggal 13 April – 20 Juli tahun 2013 yang memenuhi
kriteria penelitian. Penelitian ini dilakukan secara Consecutive Sampling pada
42 sampel. Hasil penelitian ini dianalisis dengan Analisa Univariat. Analisa
Univariat digunakan untuk melihat gambaran masing-masing variabel. Hasil
penelitian terperinci sebagai berikut:
4.1.1. Gambaran Usia Pasien
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh
mengenai gambaran usia pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara
distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah
ini:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Pasien Penggunaan Metamfetamin
(Shabu)
Tahun
Frekuensi
%
Usia ≤ 20 Tahun
4
9,5
Usia ≥ 20 Tahun
38
90,5
Jumlah
42
100,0
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden
pengguna metamfetamin terbanyak pada usia di atas atau sama 20 tahun yaitu
38 orang (90,5%).
23
4.1.2 Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh
mengenai jenis kelamin pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara
distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah
ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Berdasarkan Jenis Kelamin
Pasien Penggunaan Metamfetamin (Shabu)
Jenis Kelamin
Frekuensi
%
Laki-laki
37
88,1
Perempuan
5
11,9
Jumlah
42
100,0
Berdasarkan dari tabel di atas dari 42 orang responden, laki-laki lebih
banyak menggunakan metamfetamin yaitu 37 orang (88,1%).
24
4.1.3
Gambaran Tingkat Pendidikan Pasien
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh
mengenai tingkat pendidikan pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara
distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah
ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pasien Penggunaan
Metamfetamin (Shabu)
Latar Belakang Pendidikan
Frekuensi
%
S3
1
2,4
S2
2
4,8
S1
10
23,8
Diploma
2
4,8
SMA/Sederajat
20
47,6
SMP/Sederajat
5
11,9
SD/Sederajat
2
4,8
42
100,0
Jumlah
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden
pengguna
metamfetamin
terbanyak
berlatar
belakang
pendidikan
SMA/Sederajat 20 orang (47,6%).
4.1.4
Gambaran Status Pernikahan
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh
mengenai status pernikahan pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara
distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah
ini:
25
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Pasien Penggunaan
Metamfetamin (Shabu)
Status Pernikahan
Nikah
Belum Nikah
Jumlah
Frekuensi
23
%
54,8
19
45,2
42
100,0
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden,
pengguna metamfetamin terbanyak sudah menikah yaitu 23 orang (54,8%).
4.1.5
Gambaran Tahun Mulai Menggunakan Metamfetamin (Shabu)
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh
mengenai tahun pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara distribusi
frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tahun Penggunaan Metamfetamin (Shabu)
Tahun
Frekuensi
%
Sebelum Tahun 2000
11
26,2
Tahun 2000 – 2010
19
45,2
Sesudah Tahun 2010
12
28,6
Jumlah
42
100,0
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden,
pengguna metamfetamin terbanyak mulai konsumsi shabu antara tahun 2000
sampai tahun 2010 yaitu 19 orang (45,2%).
Distribusi Frekuensi Efek dari Penggunaan Metamfetamin (Shabu)
Berdasarkan data yang diperoleh dari
42 orang responden pasien
pengguna metamfetamin (shabu) tentang efek yang dirasakan setelah
mengguna sabu sebagai berikut: cemas, pemarah, daya tahan tubuh bertambah,
26
bersemangat, gelisah, tidak bisa tidur, gembira, kurang fokus, lebih percaya
diri, lebih segar, pemalas, sering pelupa, nafsu dan makan turun.
4.1.6
Gambaran Cara Penggunaan Metamfetamin (Shabu)
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh
mengenai cara penggunaan metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Cara Penggunaan Metamfetamin (Shabu)
Cara Pengguna Metamfetamin
Frekuensi
%
Dibakar
2
4,8
Hisap
40
95,2
Jumlah
42
100,0
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden,
pengguna metamfetamin terbanyak menggunakan metamfetamin dengan cara
dihisap yaitu 40 orang (95,2%).
4.1.7
Gambaran Frekuensi Penggunaan Metamfetamin (Shabu) Sehari
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh
mengenai Frekuensi pengguna metamfetamin (shabu) sehari secara distribusi
frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini:
27
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penggunaan Metamfetamin (Shabu) sehari
Usia Pengguna Metamfetamin
Frekuensi
%
1 Kali Sehari
1
2,4
> 1 Kali Per hari
41
97,6
Jumlah
42
100,0
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden,
pengguna metamfetamin terbanyak menggunakan metamfetamin lebih dari 1
kali per hari yaitu 41 orang (97,6%).
4.1.8
Gambaran Akibat Penggunaan Metamfetamin terhadap Jantung
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh
mengenai akibat penggunaan metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Akibat dari Penggunaan Metamfetamin
(Shabu) Terhadap Jantung
Dampak Pengguna
Frekuensi
%
Kadang-kadang Berdebar
2
4,8
Tidak Berdebar
14
33,3
Berdebar
26
61,9
Jumlah
42
100,0
Metamfetamin
Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden,
pengguna metamfetamin terbanyak merasakan jantung berdebar yaitu 26 orang
(61,9%).
28
4.2 Pembahasan
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh
mengenai tingkat kecemasan penggunaan metamfetamin (shabu) secara
distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah
ini:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan
Tingkat Kecemasan
Frekuensi
%
Kecemasan Berat
11
26,2
Kecemasan Ringan
8
19,0
Kecemasan Sedang
16
38,1
Tidak ada Kecemasan
7
16,7
Jumlah
42
100,0
Berdasarkan dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa dari 42 orang
responden pengguna narkoba terdapat 16 orang (38,1%) memiliki kecemasan
sedang,
11 orang (26,2%) memiliki kecemasan berat, 8 orang (19,0%)
memiliki kecemasan ringan dan 7 orang (16,7%) tidak ada kecemasan.
Penyalahgunaan NAPZA saat ini semakin meningkat, terutama dikalangan
remaja. Salah satu jenis NAPZA yang sering disalahgunakan pemakaiannya
adalah metamfetamin (shabu). Kebanyakan dari mereka saat mengkonsumsi
metamfetamin merasa lebih senang, pelupa dan susah tidur.
Beberapa
faktor
yang
menyebabkan
seseorang
menggunakan
metamfetamin, yaitu :
a. Faktor Individu
Individu sangat berperan penting dalam menjadikan seseorang
pengguna metamfetamin atau tidak. Dalam menggunakan metamfetamin
orang tersebut mendapat suatu dorongan dari dirinya sendiri, seperti ia
mengalami suatu masalah yang berat yang membuat ia depresi dan cemas
29
sehingga ia ingin merasa lepas dan senang dari masalah tersebut, oleh
karena itu ia memutuskan untuk mengkonsumsi metamfetamin untuk
menghilangkan rasa stress tersebut. Seseorang menggunakan metamfetamin
bisa juga didorong oleh rasa ingin tahu bagaimana rasanya menggunakan
metamfetamin.
b. Faktor Masyarakat dan Lingkungan
Lingkungan juga berpengaruh dalam seseorang menggunakan
metamfetamin. Jika lingkungan tempat tinggal sekitar atau teman sebaya
banyak menggunakan metamfetamin keadaan ini berpeluang besar
seseorang menggunakan metamfetamin. Mereka dirayu atau dibujuk oleh
teman atau masyarakat sekitar yang merupakan seorang pecandu untuk juga
menggunakan metamfetamin. Semakin banyak penjualan metamfetamin
disuatu kalangan atau lingkungan maka masyarakat juga tidak dapat berbuat
banyak dalam mencegah penjualan dan peredaran metamfetamin tersebut.
c. Zat kimiawi yang terdapat dalam Metamfetamin
Seseorang yang terbiasa menggunakan metamfetamin maka ia tidak
bisa lepas dari zat tersebut. Ia akan merasa lesu, tidak semangat jika tida
mengkonsumsi mentamfetamin dan menjadi ketergantungan secara fisik
maupun psikologis. Secara fisik ia merasa tidak nyaman jika zat tersebut
sudah tidak berekasi didalam tubuh. Secara psikologis ia merasa senang dan
bersemangat jika zat itu ada dalam tubuhnya.
Penggunaan metamfetamin dapat menimbulkan kerusakan pada otak yaitu
terjadinya defisiensi serotonin yang dapat menyebabkan cemas. Namun tingkat
kecemasan yang timbul berbeda-beda pada setiap orang. Berdasarkan
kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale , dari 42 orang responden sebanyak
16 orang (38,1 %) mengalami kecemasan sedang, dimana seseorang akan fokus
pada suatu hal yang penting.21
Penggunaan metamfetamin dilakukan dengan cara dihisap atau diinjeksi.
Pengguna metamfetamin di Indonesia menggunakan metamfetamin dengan
cara dihisap. Hasil penelitian didapatkan responden konsumsi metamfetamin
menggunakan bong sebanyak 40 responden (95,2 %).
30
Penggunaan metamfetamin secara akut maupun kronik akan menimbulkan
efek adiktif sehingga mereka mengkonsumsi metamfetamin lebih dari 1 kali
dalam sehari. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 41 responden (97,6 %)
mengkonsumsi metamfetamin lebih dari 1 kali dalam sehari.
Berdasarkan data dari Australian Institute of Health and Welfare pada
tahun 2005 menunjukkan bahwa pengguna metamfetamin paling banyak
berusia dibawah 30 tahun. Namun usia 20-24 tahun memiliki proporsi yang
tinggi pengguna metamfetamin sekitar 20% pernah menggunakan dan 11%
baru menggunakan. Pada penelitian ini dari 42 orang responden didapatkan
hasil pengguna dengan usia diatas atau sama 20 tahun sebanyak 38 orang (90,5
%) dan usia dibawah atau sama 20 tahun sebanyak 4 orang (9,5 %).24
BNN melakukan survei terhadap tingkat pendidikan para pengguna
narkoba pada tahun 2011 menunjukkan bahwa mereka yang berpendidikan
tinggi, minimal telah menamatkan pendidikan SMA ke atas. Pelajar
SMA/sederajat lebih banyak menggunakan metamfetamin dikarenakan mereka
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap efek dari metamfetamin dan
pengaruh dari lingkungan sekitar. Hasil penelitian yang didapatkan 20 orang
(47,6%) pengguna metamfetamin dengan pendidikan SMA/Sederajat.25
Survei dilakukan di Amerika Serikat pengguna metamfetamin pada tahun
2012 antara laki-laki dan perempuan hampir sama sekitar 0,7% laki-laki dan
0,5% perempuan. Hasil penelitian didapatkan 37 orang (88,1%) laki-laki dan 5
orang (11,9%) perempuan.26
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih bersifat deskriptif kategorik, hanya memaparkan
perubahan kecemasan yang dialami pengguna metamfetamin sebelum dan
sesudah mereka menggunakan metamfetamin. Keterbatasan jumlah pasien dan
waktu pengambilan sampel hanya 2 kali seminggu membuat pengambilan
sampel menjadi sulit dan waktu pengambilan sampel yang singkat (hanya 3
bulan).
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien rawat inap di RSKO Jakarta
yang mengkonsumsi metamfetamin sebesar 38,1% mengalami kecemasan
sedang, 26,2% mengalami kecemasan berat, 19,0 % mengalami kecemasan
ringan dan 16,7 % tidak mengalami kecemasan.
2. Pola demografi pasien rawat inap di RSKO Jakarta yang mengkonsumsi
metamfetamin didominasi oleh usia ≥ 20 Tahun (90,5 %), sudah menikah
(54,8%), laki-laki (88,1%), pendidikan SMA/sederajat (47,6%).
5.2
Saran
Penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya sebagai
gambaran penggunaan metamfetamin terhadap tingkat kecemasan.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Penyalahgunaan NAPZA Dapat Menghancurkan Generasi Muda.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18867/1/ikm-okt20059%20%285%29.pdf. Diunduh pada tanggal 22 April 2012.
2. Penggunaan Shabu Meningkat.
http://www.kabar24.com/health/read/20120626/6/49085/hari-antinarkoba-pengguna-shabu-meningkat#sthash.sVU3CAK1.dpuf.
Diunduh pada tanggal 5 September 2013 pukul 19.06 WIB.
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19888/4/Chapter%20II
.pdf . Diunduh pada tanggal 13 April 2012.
4. Ringkasan Survei Narkoba Rumah Tangga Tahun 2010 diunduh pada
14 April 2012 pukul 19.23 WIB.
5. Mengenal jenis dan faktor penyebab penyalahgunaan napza :
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/mengenal%20jenis%20dan%20faktor
%20penyebab%20penyalahgunaan%20napza.pdf . Diunduh pada13
April 2012.
6. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga.
Jakarta:2001.
7. Perundang undangan Narkotika : Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. 2012. Jakarta: Pustaka
Yustisia, 6-7.
8. Perundang undangan Narkotika : Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 2012. Jakarta: Pustaka
Yustisia, 63.
9. Undang-Undang R.I. No 35 tahun 2009 tentang NARKOTIKA dan
Undang-Undang R.I. No 5 tahun 1997 tentang PSIKOTROPIKA.
2010. Surabaya : Anfaka Perdana, 229-230.
10. Journal of Addictive Disorder. http://breining.edu/JAD05AM.pdf
diunduh tanggal 14 Februari 2013 pukul 11.45 WIB.
11. Methamphetamine Abuse. BRADFORD T. WINSLOW, MD, Swedish
Medical Center Family Medicine Residency, Littleton, Colorado.
Diunduh pada tanggal 15 Februari 2013 13:31 WIB.
12. http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/mengenal%20jenis%20dan%20faktor
%20penyebab%20penyalahgunaan%20napza.pdf. Dinduh pada tanggal
13 April 2012.
13. Japardi, Iskandar. Efek Neurologis Dari Ekstasi Dan Shabu-Shabu.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1980/1/bedahiskandar%20japardi8.pdf. Diunduh pada tanggal 30 April 2012 pukul
21.04 WIB.
14. Goodman & Gilman. 2010. Goodman & Gilman: Manual Farmakologi
dan Terapi.Jakarta : EGC, 151.
15. Christopher C. Cruickshank1 & Kyle R. Dyer. A review of the clinical
pharmacology of methamphetamine.
33
https://secure.muhealth.org/~ed/students/articles/Addiction_104_p108
5.pdf Diunduh 22 Februari 2013 21.36 WIB.
16. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.
17. Holley, Mary. How Reversible is Methamphetamine Related Brain
Damage?.
http://zxc10.law.und.nodak.edu/LawReview/issues/web_assets/pdf/82/
82-4/82NDLR1135.pdf . diunduh pada tanggal 9 Agustus 2013 pada
pukul 20.42 WIB.
18. Kecemasan.
http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/05/pengertiankecemasan-anxiety.pdf diunduh tanggal 23 Juli 2013 pukul 17.43
WIB.
19. Sadock, Benjamin J. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta:
EGC, 30.
20. What is Anxiety Disorder?.
http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/content/B0FCE
F50BADCFE24CA257276002075BA/$File/whatanx.pdf diunduh
pada tanggal 15 Februari 2013 pukul 14.46 WIB.
21. Anxiety. http://www.sane.org.uk/uploads/anxiety.pdf diunduh tanggal
15 Februari 2013 pukul 14.40 WIB.
22. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27216/4/Chapter%20II
.pdf diunduh pada tanggal 23 Juli 2013 pukul 17.41 WIB.
23. Dahlan, Sopiyudin. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan
Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika, 34.
24. Methamphetamine dependence and treatment. Clinical treatment
guidelines
for
alcohol
and
drug
clinicians.
http://docs.health.vic.gov.au/docs/doc/B7DEE775D281BE85CA25789
A0081D70F/$FILE/methdeptreat.pdf. Diunduh pada tanggal 7
Agustus 2013 pukul 16.56 WIB.
25. Badan Narkotika Nasional. Ringkasan Eksekutif Survei Nasional
Perkembangan Penyalahguna Narkoba di Indonesia Tahun 2011.
26. Methamphetamine Use.
http://www.cdc.gov/hiv/risk/behavior/methuse.html. Diunduh pada
tanggal 8 September 2013 pukul 13.36 WIB.
34
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Judul Penelitian:
Peneliti
Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap
Pengguna Metamfetamin ( Shabu ) di RSKO Jakarta
: Febri Hanifa.F
No. Tlp/email : 085363629632/[email protected]
Pembimbing :
dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, Sp.KJ, MPH
dr. Achmad Zaki, M.Epid,Sp.OT
.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini. Saya mengerti bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara penggunaan shabu terhadap tingkat kecemasan pada
pasien menjalani perawatan inap di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)
Jakarta
Sebelum mengisi kuesioner ini, Saya telah dijelaskan prosedur, tujuan, manfaat,
resiko penelitian dan hak untuk menolak berpartisipasi. Dalam penelitian ini,
Saya akan mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Data serta identitas
saya sebagai responden akan dijamin kerahasiannya oleh peneliti.
Saya memiliki hak untuk bertanya kepada peneliti jika ada hal yang tidak Saya
ketahui saat mengisi kuesioner. Demikian surat pernyataan ini Saya tanda tangani
dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
, 2013
(Responden)
35
KUESIONER A
Data Demografi Responden
Petunjuk Pengisian:
♦ Isilah pertanyaan di bawah ini dengan cara menuliskan jawaban pada
pertanyaan yang bertanda titik atau memberikan tanda checklist ( √ ) pada
kolom jawaban yang disediakan.
♦ Jawablah pernyataan berikut dengan jujur.
♦ Dimohon kepada responden untuk mengisi semua jawaban.
1. Kode Responden
:
2. Nama Responden
:
3. Usia
:
4. Alamat sekarang
:
5. Pekerjaan
:
6. Pendidikan terakhir
:
(Diisi oleh Peneliti)
SD
S2
7. Jenis Kelamin
:
SMP
SMA
S1
Lainnya : ……
Laki-laki
Perempuan
8. Suku
:
9. Status Pernikahan
:
menikah
belum menikah
36
KUESIONER B
1. Sejak kapan Anda menggunakan shabu?
2. Apakah efek yang Anda rasakan selama menggunakan shabu?
3. Bagaimana cara Anda dalam mengguanakan shabu?
4. Dalam menggunakan shabu, apakah Anda mencampur dengan zat
psikotropika lainnya?
5. Dalam sehari berapa kali Anda menggunakan shabu?
6. Selama Anda menggunakan shabu, apakah Anda merasakan jantung
berdebar-debar?
37
7. Apakah sebelum menggunakan shabu mengalami cemas yang berlebihan?
8. Apakah di keluarga Anda ada yang mengalami kecemasan yang berlebihan
seperti ini?
38
KUESIONER C
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Petunjuk pengisian
Pernyataan – pernyataan dibawah ini adalah daftar keluhan masalah yang
kadang – kadang kita alami sehari – hari.
Bacalah dengan cermat, pilihlah satu nomor/angka jawaban yang anda
anggap sesuai untuk menggambarkan apa yang anda rasakan karena adanya
keluhan atau masalah yang sedang anda hadapai dalam waktu sebulan terakhir,
termasuk hari ini.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Berat
4 = Berat,tidak mampu
Disebelah kanan dari setiap pernyataan terdapat kotak yang diisi dengan
angka sesuai dengan nilai kecemasan yang anda alami
Isilah kotak tersebut, bila anda ingin merubah jawaban hapus atau coretlah
jawaban sebelumnya.
Contoh ; anda merasakan pusing,sakit kepala
4
39
Keluhan / Masalah
1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
takut pada binatang besar.
4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
pulas dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
dan kedutan otot.
8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan
pucat serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan
detak jantung hilang sekejap.
10. Gejala penapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
napas panjang dan merasa napas pendek.
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,
ereksi lemah atau impotensi.
13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi
atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
40
LAMPIRAN 2
UJI STATISTIK
41
42
43
44
BIODATA PENELITI
Nama
: Febri Hanifa.F
Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi,18 Februari 1993
Agama
: Islam
Jumlah saudara
: 3 orang
Nama orang tua
: Dr.H. Firdaus Thahar, M.Pd dan Hj.Ernawaty Syam
Alamat
: Jl. Pulai Sungai Talang Gadut Bukittinggi Sumatera Barat
Riwayat Pendidikan :
1.
TK Islam Masyithah Bukittinggi
1997-1998
2.
SD Islam Masyithah Bukittinggi
1998-2004
3.
SMP N 6 Bukittinggi
2004-2007
4.
SMA N 1 Bukittinggi
2007-2010
5.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2010-sekarang
Download