2 INTEGRASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KKNI UNTUK PERGURUAN TINGGI Nuryanto Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung [email protected] ABSTRACT: Higher education has recently been required to implement the concept of national qualification framework of Indonesia (KKNI) in the instructional practices.This can be seen from the presidential regulation no 8 year of 2012 which states that KKNIisa staging qualification framework aimed at accommodating, balancing, and integrating between educational field and job training field and job experience as well. Meanwhile, the Constitution of National Education System No 20 year of 2003 briefly stating that “national education is to develop skill and build characters. Therefore, the higher educational institutions need to accommodate these two different goals. This article reviews literatures concerning on the essence of character values and how to adapt them into KKNI-based curriculum. Dunia perguruan tinggi telah mendapatkan mandate baru dari pemerintah untuk menerapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Hal ini tercermin di Perpres no 8 tahun 2012 yang menyatakan bahwa KKNI merupakan kerangka kualifikasi penjenjangan yang bertujuan untuk menyelaraskan, menyesuaikan dan mengintegrasikan dunia pendidikan dengan dunia kerja dan dunia pengalaman kerja juga. Sementara itu, pemerintah melalui kementrian Pendidikan juga mengamanahkan UU Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu mengakomodasi kedua hal yang memiliki tujuan berbeda ini. Arikel ini membahas pentingnya nilai-nilai karakter dan bagaimana mengadaptasikannya kedalam kurikulum berbasis KKNI. Keyword: Pendidikan Karakter, Kurikulum, KKNI. 235 Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 234-252 Pendahuluan Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menelurkan lulusan yang cerdas dalam ilmu pengetahuan, akan tetapi juga bertujuan untuk membentuk generasi yang berkarak terbaik. Pendidikan harus memberikan sebuah atmosfir akademis dimana para pembelajar dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta karakter mereka. Sehingga, pendidikan benar-benar mampu memberikan dampak yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Proses yang lama dan berkesinambungan benar-benar dibutuhkan dalam membangun karakter generasi bangsa. Karakter yang melekat pada bangsa kita akhir-akhir ini bukan begitu saja terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui proses yang panjang. Potret kekerasan, kebrutalan, dan ketidakjujuran anak-anak bangsa yang ditampilkan oleh media baik cetak maupun elektronik sekarang ini sudah melewati proses panjang. Budaya seperti itu tidak hanya melanda rakyat umum yang kurang pendidikan, tetapi sudah sampai pada masyarakat yang terdidik, seperti pelajar dan mahasiswa, bahkan juga melanda para elite bangsa ini. Pendidikan yang merupakansebuahtempatbagi paraagent of change harus mampu melakukan perbaikan karakter bangsa kita. Karena itu, pendidikan kita perlu direkonstruksi ulang agar dapat menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan siap menghadapipermasalahan dan tantangan di dunia kerja serta dapat menghasilkan lulusan yang memiliki karakter mulia. Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mengemban misipembentukan karakter (character building) sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia. Dalam UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Soyomukti sebagaimana dikutip oleh Kurniawati mengatakan dalam buku teori-teori pendidikan bahwa aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan antara lain: penyadaran, Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam... – Nuryanto 236 pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku1. Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamnnya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. 2 Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan selalu dilakukan oleh berbagai pihak. Namun masih terdapat beberapa kelemahan pada proses pendidikan kita, seperti rendahnya kualitas lulusan dalam hal kompetensi dan karakternya, belum meratanya pemerataan pendidikan, dan rendahnya efisiensi sekolah. Kelemahan antara lain berkaitan dengan kurangnyakemampuan pengelola pendidikan menjawab tantangan yang selalu berubah baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Berkaitan dengan ini pemerintah mengupayakan pembaruan dan peningkatan mutu proses pendidikan, salah satu pembaharuan yang sedang dilakukan diberlakukannya kurikulum 2013, dan PP No 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Pendidikan karakter menjadi salah satu hal yang saat ini sedang hangat dibicarakan, mengingat generasi-generasi terdidik Indonesia justru semakin menjauhi kaidah-kaidah moral. Tentu kita sama-sama mengetahui bahwasanya Indonesia memiliki sejarah kelam mengenai tindakan yang membawa negara pada keterepurukkan yang justru diakibatkan oleh orang-orang terdidik.Pendidikan karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obatobatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Fenomena umum yang saat ini terjadi di tengah-tengah kehidupan bermasyarkat dan berbangsa adalah semakin pudarnya perilaku akhlak mulia dan semakin terkikisnya karakter sebagai bangsa Indonesia. Perilaku buruk kalangan pelajar terjadi merata diseluruh 1 Ida Kurniawati, Konsep Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam (Salatiga: STAIN Salatiga. Diakses dari http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/436cce507cce36d0.pdf pada 15 Juli 2016. 2 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1982), hlm. 257. 237 Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 234-252 Indonesia, mulai dari tawuran, pornografi yang menjangkau anak dibawa umur, dan tindak kejahatan lainnya. Karena itu tema membangun karakter muncul kembali sejak tahun 2010 ketika pendidikan karakter dijadikan sebagai gerakan nasional pada puncak acara Hari Pendidikan Nasional 20 Mei 2010. Selanjutnya, standar nasional pendidikan memasukkan pembinaan karakter dalam materi yang harus diajarkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter bukan sesuatu yang sifatnya hanya dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi ada pembiasaan dan keteladanan yang diajarkan terus menerus baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan eksternal. Di lingkungan keluarga, nilai moral yang baik sedini mungkin harus diteladankan pada anak melalui keteladanan sikap dan tindakan positif. Prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantoro “Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani“, memberikan paradigma kepada orang tua dan pendidik dalam memberikan teladan pada peserta didik. Di lingkungan pendidikan sekolah, ilmu pengetahuan dapat digunakan sebagai wahana menanamkan nilai pada peserta didik. Nilai sangat berkaitan dengan budaya yang mengakar pada diri peserta didik. Mengingat pentingngnya penanaman karakter pada pelajar di berbagai tingkat pendidikan, maka sangat perlu dilakukan upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter di dalam kurikulum yang menggunakan kerangka KKNI. Pendidikan Karakter Dari segibahasa, karakter berasal dari bahasa latin “kharakter” dalam bahasa inggris ”character” yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus bahasa Indonesia karakter merupakan tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.3 Menurut pendapat G.W. Allport yang dikutip oleh Sri Narwanti, karakter merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas dan mengarahkan pada tingkah laku manusia. Karakter bukan sekedar sebuah kepribadian (personality) karena sesungguhnya karakter adalah kepribadian yang ternilai. Kepribadian dianggap sebagai “ciri, karakteristik, gaya, sifat khas dari 3 Abdul Gafur, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Silabus Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. diakses dari http://eprints.unsri.ac.id/4055/7/INTERNALISASI_NILAI_pendidikan_karakter. pdfpada 9 Juni 2016. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam... – Nuryanto 238 diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Karakater adalah kualitas individu atau kolektif yang menjadi ciri seseorang atau kelompok. Dalam hal ini karakter dapat dimaknai positif atau negative. Dalam konteks pendidikan karakter terdapat nilai-nilai yang unik-baik seperti tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik yang terpateri dalam diri dan terealisasikan dalam perilaku. 4 Pendidikan karakter dimaknai dengan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Senada dengan definisi tersebut, Sri Narwanti menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada manusia yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Jadi banyak aspek yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan karakter menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Lebih spesifik dalam konteks kegiatan belajar mengajar, Wibowo mendefinisikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya baik di keluarga, masyarakat, dan negara.Sementara itu, Berkowitz dan Bier berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan penciptaan lingkungan sekolah yang membantu peserta didik dalam perkembangan etika, tanggung jawab melalui model dan pengajaran karakter yang baik melalui nilai-nilai universal. Terkait dengan tujuan pendidikan karakter, Lickona et al. menyatakan bahwa: 4 Murti Puji Rahayu, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Materi Ajar Buku Kreatif Berbahasa Dan Bersastra Indonesia Untuk Smp Kelas Vii Terbitan Ganeca. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses darihttp://eprints.ums.ac.id/21017/21/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf pada 10 Juli 2016. 239 Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 234-252 Character education’s primaryfocus is on developing the core ethical values needed to be a good human being. Butcharacter education also seeks to develop complementary performance character qualitiesthat enable students to perform at their highest potential in the classroom, the workplace,or any other area of endeavor. These two parts of character work together in mutuallysupportive ways. Ini berarti pendidikan karakter adalah sebuah system pendidikan yang capaian utamanya adalah untuk mengembangkan nilai-nilai etika yang dibutuhkan untuk membentuk manusia yang baik. Juga, pendidikan karakter berusaha mengembangkan kualitas performa karakter di dalam kelas, tempat kerja dan lingkunganlingkungan yang lain. Dua bagian karakter ini diaplikasikan bersamasama dengan cara yang saling mendukung satu sama lain. Berhubungan dengan pentingnya penekanan karakter dalam kurikulum, sebuah pusat desain kurikulum yang disebut CCR (Center for Curriculum Redesign) berusaha menerapkan sebuah pendekatan holistik untuk mendesain ulang kurikulum secara lebih mendalam. Sebuah yang ditawarkan tersebut terdiri dari empat dimensi pendidikan: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), karakter (character), dan metakognisi (metacognition). Pengetahuan harus menghasilkan sebuah keseimbangan yang lebih baik antara mata pelajaran yang bersifat tradisional dan modern, begitu juga dengan pengetahuan lintas keilmuan (interdisciplinarity). Keterampilan berhubungan dengan penerapan pengetahuan, dan mengikut sertakan sebuah umpan balik dengan pengetahuan. Karakter menggambarkan bagaimana seseorang berinteraksi dan berperilaku di dunia. Metakognisi menumbuhkan proses refleksi diri (self-reflection) dan pengetahuan bagaimana untuk belajar, serta membangun tiga dimensi yang lain. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam... – Nuryanto 240 Karena pentingnya penerapan pendidikan karakter, banyak kalangan termasuk pemerintah mendukung dan mendorong pelaksanaan pendidikan karakter di berbagai tingkatan pendidikan. Kebijakan pendidikan karakter tersirat dalam Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasionaldisebutkan bahwa substansi inti program aksi bidang pendidikan diantaranya adalah penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia dengan memasukkan pula pendidikan kewirausahaan sehingga sekolah dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia. Aktualisasi nilai dalam pembentukan karakter melalui dunia pendidikan memerlukan perencanaan yang teliti agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Proses penanaman nilai dalam pembentukan karakter melalui pendidikan harus dikemas secara baik dan berstuktur yang dapat diimplementasikan melalui kegiatan pembelajaran. 1. Dasar Pendidikan Karakter a) Dasar Religi Wacana tentang pendidikan karakter yang dikenal oleh dunia telah digagas oleh Thomas Lickona seorang professor pendidikan dari Cortland University, namun menurut penulis, penggagas pembangunan pendidikan karakter pertama kali adalah Rasulullah SAW. pembentukan watak yang secara langsung dicontohkan Nabi Muhammad SAW merupakan wujud esensial dari aplikasi karakter yang diinginkan oleh setiap generasi. Secara asumtif bahwa keteladanan yang ada pada diri Nabi menjadi acuan perilaku bagi para sahabat, tabi‟in dan umatnya. Namun, sampai abad 15 sejak Islam diakui universal ajarannya, penerapan pendidikan karakter justru dipelopori oleh Negara-negara yang penduduknya minoritas muslim. Dalam al Qur`an, penjelasan tentang pendidikan karakter ini telah ada sejak 15 abad silam yakni, secara garis besar manusia memiliki dua karakter yang berlawanan. Hal ini diisyaratkan pada surah Asy syams ayat 810: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” b) DasarKonstitusional Mengenai kegiatan pendidikan karakter, komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter secara imperative 241 Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 234-252 tertuang pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab II Pasal 3 yang dengan tegas menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Jika dicermati dari tujuan pendidikan itu, lima dari delapan potensi peserta didik yang ingin dikembangkan sangat berkaitan erat dengan karakter. Oleh karena itu, maka muncullah pendidikan karakter yang digunakan disetiap jenjang pendidikan.5 2. Tujuan PendidikanKarakter Dalam pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.Zaenul (2012) mengatakanbahwa secara substantif, tujuan pendidikan karakter adalah membimbing dan memfasilitasi anak agar memiliki karakter positif (baik). Tujuan pendidikan karakter yang harus dipahami seorang guru adalah meliputi tujuan berjenjang dan tujuan khusus pembelajaran. Tujuan berjenjang mencakup tujuan pendidikan nasional, tujuan intitusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.6 Tujuan institusional atau kelembagaan (goal) adalah membentuk pribadi manusia yang beriman dan berakhlak mulai, serta mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun model yang dapat dikembangkan untuk mendukung keberhasilan pendidikan karakter adalah melalui proses secara bertahap, yaitu 1) sosialisasi; 2)internalisasi; 3) pembiasaan; 4) pembudayaan disekolah. Agar kegiatan ini dapat berhasil, perlu didukung dengan 5 Marzuki Farhan, Pendidikan Karakter Vis-à-vis Pendidikan Akhlak, http://pendidikanfarhan.blogspot.com/. Diakses tanggal 23 November 2012. 6 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), t.h. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam... – Nuryanto 242 aturan dan perangkat system yang baik. Selain itu juga diperlukan komitmen yang kuat dan sungguh-sungguh dari semua stakeholder. Pendidikan karakter pada intinya adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila.7 3. Komponen Pendidikan Karakter Di lihat dari segi komponennya, pendidikan karakter dalampandangan Thomas Lickona (1992: 21) menekankan pentingnya tigakomponen karakter yang baik (components of good character) yaitu: moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atauperasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral.Komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2. Komponen Pendidikan Karakter Kemudian dalam desain pelaksanaan pendidikan karakter, menurutDoni Koesoma setidaknya ada tiga desain, yakni: pertama,desain pendidikan karakter berbasis kelas. Desain ini berbasis padahubungan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar di dalamkelas. Konteks pendidikan karakter adalah proses hubungan komunitaskelas dalam konteks pembelajaran. 7 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 29-30. 243 Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 234-252 Relasi antara guru denganpembelajar bukan monolog, melainkan dialog dengan banyak arah. Kedua, desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desainini membangun budaya sekolah yang mampu membentuk karakter anakdidik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentukdan terbatinkan dalam diri siswa. Ketiga, desain pendidikan karakterberbasis komunitas. Dalam mendidik, komunitas sekolah negeri maupunswasta tidak berjuang sendirian. Kalau ketiga komponen bekerjasama melaksanakan dengan baik, maka akan terbentuk karakter bangsa yang kuat. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Membentuk karakter memang bukan sesuatu yang mudah. Oleh karena itu harus ada keseriusan dan kesinambungan dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah atau perguruan tinggi dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu: (1) pembelajaran (teaching), (2) keteladanan (modeling), (3) penguatan (reinforcing), dan (4) pembiasaan (habituating). Pendekatan yang strategis terhadap pelaksanaan ini melibatkan tiga komponen yang saling terkait satu sama lain, yaitu: (1) sekolah (kampus), (2) keluarga, dan(3) masyarakat.8 1. Ketika komponen sekolah (kampus) sepenuhnya akan menerapkan dan melaksanakan nilai-nilai (karakter) tertentu (prioritas), maka setiap nilai yang akan ditanamkan atau dipraktikkan tersebut harus senantiasa disampaikan oleh para guru melalui pembelajaran langsung (sebagai mata pelajaan) atau mengintegraskannya ke dalam setiap mata pelajaran. Nilai-nilai prioritas tersebut selanjutnya harus juga dimodelkan (diteladankan) secara teratur dan berkesinambungan oleh semua warga sekolah (kampus), sejak dari petugas parkir, petugas kebersihan, petugas keamanan, karyawan administrasi, guru, dan pimpinan sekolah. 2. Selanjutnya, nilai-nilai itu harus diperkuat oleh penataan lingkungan dan kegiataan-kegiatan di lingkungan sekolah (kampus). Penataan lingkungan di sini antara lain dengan menempatkan banner (spanduk-spanduk) yang mengarah dan memberikan dukungan bagi terbentuknya suasana kehidupan sekolah (kampus) yang berkarakter terpuji. Penguatan dapat 8 Cecep Yusistira. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Di Sekolah Alam Ungaran Kabupaten Semarang. Diaksesdarihttp://lib.unnes.ac.id/23071/1/4401408114.pdf Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam... – Nuryanto 244 pula dilakukan dengan melibatkan komponen keluarga dan masyarakat. Komponen keluarga meliputi pengembangan dan pembentukan karakter di rumah. Pihak sekolah (kampus) dapat melibatkan para orang tua untuk lebih peduli terhadap perilaku para anak-anak mereka. 3. Sedangkan komponen masyarakat atau komunitas secara umum adalah sebagai wahana praktik atau sebagai alat kontrol bagi perilaku siswa dalam mengembangkan dan membentuk karakter mereka. Pihak sekolah (kampus) dapat melakukan komunikasi dan interaksi dengan keluarga dan masyarakat ini dari waktu ke waktu secara periodik. 4. Pembiasaan (habituation) dapat dilakukan di sekolah dengan berbagai cara dan menyangkut banyak hal seperti disiplin waktu, etika berpakaian, etika pergaulan, perlakuan siswa terhadap karyawan, guru, dan pimpinan, dan sebaliknya. Pembiasaan yang dilakukan oleh pimpinan, guru, siswa, dan karyawan, dalam disiplin suatu lembaga pendidikan merupakan langkah yang sangat strategis dalam mebentuk karakter secara bersama. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu karakter melekatdengan nilai dari perilaku seseorang. Karenanya tidak ada perilaku anakyang tidak bebas dari nilai. Dalam kehidupan manusia, begitu banyak nilaiyang ada di dunia ini, sejak dahulu sampai sekarang. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan KementerianPendidikan ada delapan belas karakter. Nilai-nilai tersebut bersumber dariagama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Adapundelapan belas nilai tersebut yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerjakeras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Menurut Puskur sebagaimana dikutip oleh Sudrajat, nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa Indonesia secara khusus diidentifikasi dari empat sumber: (1) Agama, (2) Pancasila, (3) Budaya, dan (4) Tujuan Pendidikan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama, oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama. Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut 245 Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 234-252 Pancasila, oleh karena itu sudah semestinya kalau Pancasila menjadi sumber nilai dalam berkehidupan. Posisi budaya sebagai sumber nilai juga tidak dapat diabaikan, demikian juga dengan tujuan pendidikan nansional yang di dalamnya telah dirumuskan kualitas yang harus dimiliki warga nenagara Indonesia.9 Nilai-nilai yang ditanamkan dan dikembangkan pada sekolahsekolah di Indonesia beserta deskripsinya adalah sebagai berikut: 1 Nilai Karakter Religius 2 Jujur 3 Toleransi 4 Disiplin 5 Kerja Keras 6 Kreatif. 7 Mandiri 8 Demokratis 9 Rasa Tahu 10 Semangat Kebangsaan. 11 Cinta No 9 Ingin Tanah Deskripsi Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang Ajat Sudrajat, Mengapa Pendidikan Karakter? Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Mengapa%20Pendidikan%20Karakter.pdf pada 9 Juli 2016. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam... – Nuryanto 246 Air 12 Menghargai Prestasi 13 Bersahabat/K omuniktif 14 Cinta Damai 15 Gemar Membaca 16 Peduli Lingkungan 17 Peduli Sosial 18 Tanggungjawab menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upayaupaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhka Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Table I. NilaiKarakterdanDeskripsinya Tidak terlalu berbeda dari desain yang ada di kurikulum 2013, menurut The Character Education Partnership (CEP), pengembangan karakter pada seseorang diperlukankerjasama antar individu maupun dengan para komunitas. Pendidikankarakter dipandang sebagai proses yang panjang dalam membantuseseorang menemukan karakter yang baik, baik dalam hal pemahaman,kepedulian, maupun tindakan.10 Sebagai petunjuk bagi para pendidikmaupun komunitas, CEP mengembangkan 11 prinsip pendidikan karakteryaitu: (1) Aktif mempromosikan nilai-nilai moral yang inti (agree on andactively promote 10 Schaeffer, E.F.. 1999. It's Time for Schools To Implement Character Education.NASSP Bulletin 1999 83: 1. 247 Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 234-252 corethical values); (2) Membantu seluruh sivitasakademika memiliki pemahaman, kepedulian, dan tindakan pada nilai-nilaiinti (help the whole school understand, care about, and act upon corevalues); (3) Mencakupkan nilai-nilai inti ke dalam semua tingkatan dalamkehidupan sekolah (Incorporate core values in all phases of school life); (4) Mendorong seluruh sivitas akademika agar saling memiliki kepedulian (foster caring relationship throughout the school); (5) Memberikesempatan kepada setiap siswa untuk bertindak sesuai moral (offerstudent opportunities to practice moral behavior); (6) Mengintegrasikanmoral dengan akademik/kurikulum (integrate ethics with academic); (7) Mengembangkan motivasi siswa (develop student motivation); (8) Melibatkan seluruh staf di sekolah untuk menjadi model (involve the entireschool staff); (9) Menyiapkan pimpinan yang siap bekerja keras (cultivateleaders to champion the effort); (10) Membangun kerjasama/sinergi antarasekolah dengan orang tua maupun komunitas (partner with parents andcommunities); (11) Melakukan evaluasi terhadap hasil yang selama initelah diproses (asses result). Kurikulum di dalam Sistem Pendidikan Tinggi Perguruan Tinggi Islam diharapkan dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai religius yang dapat diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan yang saling terkait satu sama lainnnya, yaitu: a. Creative values (nilai-nilai kreatif), dalam hal ini berbuat kebajikan dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan termasuk usaha merealisasikan nilai-nilai kreatif. b. Experimental values (nilai-nilai penghayatan); meyakini dan menghayati kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan nilai-nilai yang dianggap berharga. c. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap); menerima dengan tabah dan mengambil sikap yang tepat terhadap penderitaan yang tak dapat dihindari lagi setelah melakukan upaya secara optimal, tetapi tidak berhasil mengatasinya.11 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, 11 Afiful Ikhwan, Pergruruan Tinggi Islam dan Integrasi Keilmuan Islam: Sebuah Realitas Menghadapi Tantangan Masa Depan, Jurnal Ilmu Tarbiyah "AtTajdid", Vol. 5 No. 2 Juli 2016, hlm. 173. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam... – Nuryanto 248 proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Kesadaran akan pentingnya pengembangan karakter terinspirasi oleh banyaknya sebuah penyimpanngan dan bahkan dalam beberapa indicator menjadi sebuah kejahatan, yang dilakukan oleh bebberapa orang yang berpendidikan. Para birokrat yang korupsi adalah mereka yang menenyam pendidikan tinggi. Pada setiap jenjanng pendidikan yang meekatempuh, memperoleh pendidikan Agama, sesuai dengan agama masing-masing, selain itu meek juga memperoleh pendidikan Kewarganegaraan. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mencerminkan sebagai oran anng berpendidikan. Hal demikian dapat ditunjukkan denan berbagai kasus di Negara ini yang merisaukan dan bahkan merugikan Negara. Kurikulum memiliki makna yang beragam baik antar negara maupun antar institusi penyelenggara pendidikan. Hal ini disebabkan adanya interpretasi yang berbeda terhadap kurikulum, yaitu dapat dipandang sebagai suatu rencana (plan) yang dibuat oleh seseorang atau sebagai suatu kejadian atau pengaruh aktual dari suatu rangkaian peristiwa. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan,bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi. Jika dikaitkan dengan sistem pendidikan tinggi yang telah diuraikan sebelumnya, maka kurikulum dapat berperan sebagai: 1) Sumber kebijakan manajemen pendidikan tinggi untuk menentukan arah penyelenggaraan pendidikannya; (2) Filosofi yang akan mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akademik; (3) Patron atau pola pembelajaran, yang mencerminkan bahan kajian, cara penyampaian dan penilaian pembelajaran; (4) Atmosfer atau iklim yang terbentuk dari hasil interaksi manajerial PT dalam mencapai tujuan pembelaja‐ rannya; (5) Rujukan kualitas dari proses penjaminan mutu; serta (6) ukuran keberhasilan PT dalam menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dari penjelasan ini, nampak bahwa kurikulum tidak hanya berarti sebagai suatu dokumen saja, namun merupakan suatu rangkaian proses yang sangat krusial dalam pendidikan. 249 Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 234-252 Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) disebutkan bahwa, “Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Kemudian, capaian pembelajaran berbasis KKNI merupakan kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, ketrampilan, kompetensi, dana akumulasi pengalaman kerja.12 Kerangka kualifikasi adalah instrumen untuk menentukan jenjang kualifikasi berdasarkan deskripsi Capaian Pembelajaran (CP). Deskripsi tersebut merupakan alat untuk memetakan keahlian dan karir seseorang, serta mengembangkan kurikulum pendidikan. CP merupakan pernyataan tentang apa yang diketahui, difahami dan dapat dikerjakan oleh seseorang setelah menyelesaikan proses belajar. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja.Rumusan Capaian Pembelajaran (CP) disusun dalam 4 unsur yaitu sikap dan tata nilai, kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan, dan wewenang dan tanggung jawab.Sikap dan tata nilai yang dimaksuddisinimerupakan perilaku dan tata nilai yang merupakan karakter atau jati diri bangsa dan negara Indonesia. Sikap dan tata nilai ini terinternalisasi selama proses belajar, baik terstruktur maupun tidak. Keempat capaian pembelajaran itu dideskripsikan dalam diagram di bawahini. Dengan mengacu pada deskripsi CP KKNI diatas, rumusan CP lulusan dalam SKL dinyatakan kedalam tiga unsur yakni sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang terbagi dalam keterampilan umum dan khusus, yang disesuaikan untuk lulusan perguruan tinggi: Unsur sikap dalam CP (SKL) merupakan sikap yang dimiliki oleh lulusan pendidikan tinggi, 12 PeraturanPresiden no 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Diakses dari http://sipma.ui.ac.id/files/dokumen/U_KKNI/Perpres0082012.pdf pada tanggal 5 Juli 2016. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam... – Nuryanto 250 Unsur pengetahuan memiliki pengertian yang setara dengan unsur „penguasaan pengetahuan‟ dari CP KKNI, yang harus dikuasai oleh lulusan program studi tertentu Unsur “keterampilan” merupakan gabungan unsur „kemampuan kerja‟ dan unsur „kewenangan dan tanggung jawab‟ dari deskripsi CP KKNI. Unsur keterampilan khusus mencirikan kemampuan lulusan program studi sesuai bidang keilmuan/keahlian tertentu, sedang ketrampilan umum mencirikan kemampuan lulusan sesuai tingkat dan jenis program pendidikan tidak tergantung pada bidang studinya. Dari bagan di atas, dapat dipahami bahwa sikap atau karakter merupakan salah satu bagian yang esensial dari capaian pembelajaran (CP) setiap mata kuliah yang ada. Sehingga, yang menjadi pekerjaan perguruan tinggi ternyata tidak hanya mencetak lulusan yang memiliki kompetensi atau skill tertentu agar mereka dapat berkarir untuk masa depannya, tetapi juga pembangunan karakter para mahasiswa itu sendiri. Dengan kata lain, menjadi sarjana yang cerdas dan terampil dalam bidang tertentu saja belum cukup. Lebih dari itu, pembentukan karakter dalam diri semua mahasiswa merupakan hal wajib yang harus di implementasikan oleh pihak perguruan tinggi. Kesimpulan Sebagaimana teori pendidikan karakter yang dikemukakan Lickona, bahwa pendidikan karakter itu akan mungkin terlaksana apabila karakter itu diajarkan dan ditanamkan dalam setiap pembelajaran (baik dalam kurikulum, strategi pembelajaran, penciptaan atmosfer, adanya role model/teladan figur, maupun 251 Edukasi, Volume 04, Nomor 02, November 2016: 234-252 evaluasi pembelajarannya) serta didukung dengan adanya sinergi antara lembaga sekolah dengan masyarakat dan orang tua. Tantangan era pasar bebas mengharuskan pendidikan di level perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitasnya dan mampu menyesuaikan kebutuhan mahasiswa sehingga mereka mendapatkan bekal yang cukup untuk memasuki dunia kerja. Meskipun begitu, perhatian terhadap pentingnya character building bagi para mahasiswa juga tidak boleh dikesampingkan. Instruksi pemerintah untuk menerapkan kurikulum berbasis KKNI dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Kesadaran dan kreativitas dosen dalam proses pengajaran sangat dibutuhkan agar tujuan dari dua intruksi ini dapat tercapai dengan baik. Daftar Pustaka Aljufri B. Syarif, Festiyed, Syakbaniah. Studi Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Dalam Mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendikan Sekolah Menengah Di Kotamadya Padang Sumatera Barat. Jakarta: Hibah Penelitian PPKK, 2009. Festiyed. Internalisasi Integrasi Karakter Religius Pada Materi Fisika. Disampaikan pada Seminar Nasional Pembelajaran Fisika, 2 November 2013. http://fmipa.unp.ac.id/artikel/INTERNALISASI%20INTEG RASI.pdf Gafur, Abdul. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Silabus Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umumdiaksesdarihttp://eprints.unsri.ac.id/4055/7/INTERN ALISASI_NILAI_pendidikan_karakter.pdfpada 9 Juni 2016. Gunawan, H. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. 2012. Ikhwan, Afiful. Pergruruan Tinggi Islam dan Integrasi Keilmuan Islam: Sebuah Realitas Menghadapi Tantangan Masa Depan, Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid" STIT Muhammadiyah Pacitan, Vol. 5 No. 2 Juli 2016. Kesuma, dkk,. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011. Koesoema, Doni, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di ZamanGlobal, Jakarta: Grasindo, 2007. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam... – Nuryanto 252 Koesoema, Doni, Pendidikan Karakter Integral, diakses 20 april 2012 darihttp://www.pendidikankarakter.org/articles_003.html Kurniawati, Ida. KonsepPendidikanKarakterdalamPendidikan Islam. STAIN Salatiga. Diaksesdarihttp://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/4 36cce507cce36d0.pdf pada 15 Juli 2016. Poerbakawatja, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung. 1982. Marzuki Farhan. Pendidikan Karakter Vis-à-vis Pendidikan Akhlak, http://pendidikanfarhan.blogspot.com/. Diakses tanggal 10 Juni 2016. Maya, B. et al. Character Education for the 21th Century: What Should Students Learn? Center for Curriculum Redesign. Di aksesdarihttp://curriculumredesign.org/wpcontent/uploads/CCRCharacterEducation_FINAL_27Feb2015.pdfpadatanggal 6 Juli 2016. Rahayu, P., R. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Materi Ajar Buku Kreatif Berbahasa Dan Bersastra Indonesia Untuk Smp Kelas Vii Terbitan Ganeca. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diaksesdarihttp://eprints.ums.ac.id/21017/21/02._NASKAH _PUBLIKASI.pdfpada 10 Juli 2016. Peraturan Presiden no 8 tahun 2012 tentangKerangkaKualifikasiNasional Indonesia. Diaksesdarihttp://sipma.ui.ac.id/files/dokumen/U_KKNI/Pe rpres0082012.pdfpadatanggal 5 Juli 2016. Schaeffer, E.F. It's Time for Schools To Implement Character Education. NASSP Bulletin, 1999. Sudrajat, Ajat. Mengapa Pendidikan Karakter?.Diaksesdarihttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ Mengapa%20Pendidikan%20Karakter.pdfpada 9 Juli 2016. Yudistira, C. Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Di Sekolah Alam Ungaran Kabupaten Semarang. 2014. Zaenul, A.F. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.