UNIVERSITAS INDONESIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DALAM KONTEKS KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM GEDUNG A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR SRI MULYATI 1106130173 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2014 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini. Penyusunan KIAN ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan penyusunan KIAN ini. Oleh karena itu, saya menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Ibu Yulia, SKp., MN. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan KIAN ini; 2. Ns. Ina Tresnawati, S.Kep. selaku pembimbing klinik di RSCM yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penyusunan KIAN ini; 3. Kedua orang tua, suami, anak terkasih dan keponakan yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral 4. Teman-teman yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan KIAN ini, dan 5. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini membawa manfaat untuk pengembangan ilmu. Depok, 10 Juli 2014 penulis iv Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Abstrak Nama : Sri Mulyati Program studi : profesi ners Judul : Analisis asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus dalam konteks keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan di ruang penyakit dalam gedung A RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta. diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan. Tahun 2012 didapatkan data sebesar 80% kematian terjadi akibat diabetes. kondisi ini berhubungan dengan terjadinya komplikasi serius pada pasien diabetes yaitu adanya hipoglikemi, ketoasidosis, gangguan sirkulasi (makrovaskuler dan mikrovaskuler), neuropati. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian terapi prilaku aktivitas (senam kaki) dapat mengurangi gangguan sirkulasi pada pasien diabetes.Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai terapi prilaku aktivitas (senam kaki) pada pasien diabetes untuk memperbaiki gangguan sirkulasi dan dapat mengurangi komplikasi serius tersebut. Hasilnya pada pasien ini adalah tidak terjadi penurunan dalam nilai ABI (achiles brachial index), dan tidak terjadi penurunan sensasi rasa (panas dan nyeri) pada kaki. Rekomendasi penulisan ini adalah agar perawat melakukan pemantauan terhadap perubahan sensasi dan dapat melakukan pemeriksaan ABI. Kata kunci : ABI, sirkulasi, diabetes, senam kaki, keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan. Abstract Name : Sri Mulyati Study program : professional degree/ners Tittle : Nursing Care for patients with diabetes mellitus in the context of Urban health Nursing in Internal Medicine Ward RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta Diabetics is one of the health problems occurs in urban areas. In 2012, Diabetics is 80% cause of deaths in urban area This condition relates to the occurrence of serious complications in patients with diabetes such as hypoglycemia, ketoacidosis, circulatory disorders (macrovascular and microvascular), and neuropathy. Previous research suggests that behavioral therapy activities (gymnastics feet) can reduce circulation disorders in patients diabetes. The purpose of this paper is to analyze evidence based practice on behavioral therapy activities (gymnastics feet) in diabetic patients to improve impaired circulation and reduce the serious complications . The result of this study indicates there is no increasing in the patient’s ABI (Achiles brachial index), and no declining in the patient’s feet sensation (hot and Pain). It is highly recommend that nurses can perform Achiles brachial Index (ABI) monitoring and feeth sensation monitoring periodically Key word : ABI, circulation, diabetes, gymnastic feet , Urban health Nursing. vi Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 vii Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..................................................... HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ KATA PENGANTAR ........................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. ABSTRAK .................................................................................................. …...... DAFTAR ISI .......................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................ ......... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... …..... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. …..... BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ …..... 1.2 Perumusan Masalah.................................................................. ……………… 1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... ……………… 1.4 Manfaat Penulisan ................................................................... ……………… BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ ……. 2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) ...................... ……. 2.2 Diabetes Melitus .................................................................... ……………….. 2.2.1 Definisi……………………………………………….…...…………........... 2.2.2 Etiologi ........................................................................... ………………….. 2.2.3 Klasifikasi…………………………………………………………………... 2.2.4Tanda dan Gejala ……………………………………………………………. 2.2.5 Komplikasi ………………………………………………………………….. 2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik. …………………………………………………… 2.2.7 Penatalaksanaan …………………………………………………….............. 2.2.8 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Melitus ……................. 2.2.9 Senam kaki………………………….………………………………………. BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ......................................... 3.1 Pengkajian ........................................................................................................ 3.1.1 Identitas Pasien .................................................................................... …..... 3.1.2 Anamnesis ..................................................................................................... 3.2. Analisa Data……………………..................................................................... 3.3. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………... 3.4. Daftar Terapi Medikasi ................................................... ………………….... BAB 4 ANALISA SITUASI……………………………………………………... 4.1. Analisa Kasus Terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan……... 4.2. Analisa Kasus………………………………………………………………… 4.3. Analisa Intervensi Keperawatan……………………………………………… BAB 5 PENUTUP………………………………………………………………... 5.2. Kesimpulan dan Saran………………………………………………………... vii Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 i ii iii iv v vi vii viii ix x 1 1 3 3 4 5 5 5 5 6 7 8 9 12 13 16 19 20 20 20 20. 23 24 25 26 26 26 33 35 35 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Terapi insulin Tabel 3.1 Daftar obat Tabel 4.1 Indeks glikemik viii Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 DAFTAR GAMBAR Gambar ulkus pedis ix Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran hasil laboratorium 2. Lampiran latihan senam kaki 3. Lampiran rencana asuhan keperawatan 4. Lampiran catatan keperawatan 5. Lampiran daftar riwayat hidup x Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes mellitus adalah sindrom kelainan metabolisme karbohidrat yang ditandai hiperglikemi kronik akibat defek pada sekresi insulin dan atau inadekuatnya fungsi insulin. Diabetes mellitus tipe 2 adalah kelompok DM akibat kurangnya sensitifitas jaringan sasaran (otot, jaringan adiposa dan hepar) berespon terhadap insulin. Penurunan sensitifitas respon jaringan otot, jaringan adipose dan hepar terhadap insulin ini, selanjutnya di kenal dengan resistensi insulin dengan atau tanpa hiperinsulinemia. Faktor yang diduga menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik, obesitas, inaktifitas, faktor lingkungan dan faktor makanan. Diabetes merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlahnya akan meningkat di masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. WHO pada September 2012 menjelaskan bahwa penderita DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada Negara miskin dan berkembang. Penelitian yang dilakukan WHO di beberapa Negara berkembang menunjukkan peningkatan jumlah tertinggi pasien diabetes justru terjadi di negara asia tenggara termasuk Indonesia. Meningkatnya diabetes mellitus di beberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain lain. Meningkatnya kasus diabetes pada masyarakat perkotaan sangat erat hubungannya dengan Perkembangan status ekonomi dan globalisasi yang memicu 1 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 2 terjadinya transisi nutrisi pada masyarakat. Pergeseran pola nutrisi ini meliputi meningkatnya konsumsi lemak hewani dan makanan padat energi, kurang serat, dan seringnya konsumsi makanan cepat saji. Pada saat yang sama pola makan tradisional masyarakat dimana konsumsi nasi atau gandum dalam porsi yang besar yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Selain itu menurunnya aktivitas fisik, serta tingginya kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga berpengaruh terhadap resiko meningkatnya diabetes (Frank. B. Hu, 2010). Menurut international diabetes federation diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien menderita DM Prevalensi DM tipe 2 pada penduduk cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan di Jakarta (1993) kekerapan DM didaerah kayu putih (daerah urban) adalah 5,69%, sedangkan di daerah jawa barat (daerah rural) hanya 1,1%. Di sini jelas tampak perbedaan antara prevalensi di daerah urban dengan daerah rural. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian diabetes. Penelitian yang dilakukan di daerah Depok (2005) didapatkan prevalensi DM tipe 2 sebesar 14,7%, suatu angka yang sangat mengejutkan. Demikian juga penelitian yang dilakukan di Makasar (2005) prevalensi DM mencapai 12,5%. Prevalensi DM tipe 2 di rumah sakit Cipto Mangunkusumo menurut data terbaru menurut Rekam Medik RSCM mengatakan bahwa terdapat 103 orang yang menjalani rawat inap periode januari-juni 2014. Diabetes banyak menimbulkan komplikasi, baik komplikasi akut maupun komplikasi jangka panjang/kronik meliputi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neuropati. Komplikasi mikrovaskuler yang sering ditemui pada penderita diabetes adalah gangguan sirkulasi perifer yang ditandai dengan penurunan kerusakan pada pembuluh-pembuluh darah kecil di mata (retinopati) dan pada ginjal (nefropati). Sedangkan neuropati dapat menyebabkan terjadinya Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 3 penurunan sensasi kaki yang menyebabkan pasien diabetes tidak dapat merasakan terhadap rangsang panas dan dingin. 1.2 perumusan masalah Kebiasaan maupun prilaku masyarakat seperti kurang menjaga kebersihan kaki dan tidak mengggunakan alas kaki saat beraktivitas yang di sertai adanya penurunan sensitivitas akan beresiko terjadinya perlukaan pada kaki. Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan amputasi kaki. Adanya luka dan masalah lain pada kaki merupakan penyebab utama kesakitan, ketidakmampuan bahkan kematian pada penderita DM. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa perlu untuk melakukan tindakan pencegahan dengan memberikan latihan senam kaki pada penderita diabetes dengan tujuan penurunan sensitivitas dapat diatasi sedini mungkin. 1.3. Tujuan Penulisan Penulisan ini memiliki beberapa tujuan antara lain: 1.2.1. Tujuan umum : Menggambarkan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien diabetes di ruang rawat penyakit dalam gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo. 1.2.2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan analisis masalah Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) 2. Melakukan analisis masalah keperawatan terkait dengan kasus diabetes melitus dan konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan 3. Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien kelolaan dengan masalah Gangguan sirkulasi pada pasien diabetes. 4. Melakukan analisis evidence based practice mengenai latihan senam kaki dalam mengatasi masalah gangguan sirkulasi pada pasien diabetes mellitus. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 4 1.4. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini antara lain: 1. Pelayanan Keperawatan Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para perawat untuk lebih memodifikasi lagi dalam menyusun asuhan keperawatan. Khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada penderita diabetes. Intervensi tersebut dilakukan sesuai dengan penelitian yang sudah ada. 2. Pendidikan Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan sistem endokrin khususnya mengenai penyakit diabetes mellitus dengan gangguan sirkulasi diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan atau terjadinya komplikasi lebih lanjut untuk dimasukkan kedalam sub bab mata kuliah sistem endokrin. 3. Penulis selanjutnya Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan evidence based practice yang serupa dengan kasus yang lain sesuai dengan penelitian terbaru. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigm keperawatan yang terdiri dari manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Diabetes merupakan suatu penyakit yang memerlukan porsi yang besar dalam hal pembiayaan, waktu dan sumber daya manusia dalam sistem pelayanan kesehatan. Saat ini perubahan dalam gaya hidup dan proses indutrialisasi terutama pada masyarakat perkotaan meningkatkan insiden diabetes serta komplikasinya makin bertambah. Peran perawat sebagai penyedia pelayanan kesehatan yang aktif meningkatkan usaha pencegahan dan deteksi dini diabet. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan, memberikan edukasi masyarakat, dan manajemen sistem pelayanan kesehatan, merawat pasien dan meningkatkan kualitas hidup. 2.2 Diabetes Melitus 2.2.1 Definisi Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif, yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abat 21. Perserikatan bangsa bangsa (WHO) memperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita diabetes di atas umur 20 tahun meningkat menjadi 300 juta orang (Sudoyo, 2006). Menurut Sudoyo (2006), diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hipergelikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa DM 5 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 6 merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah factor dimana didapat difisiensi insulin absolute atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Lebih dari 90 persen dari semua populasi diabetes adalah diabetes mellitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin. 2.2.2. Etiologi a. Diabetes tipe 1 Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi factor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungannya (misalnya infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta. (a) Faktor-faktor genetik Penderita diabetes tidak dapat mewarisi disbetes tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 955 pasien berkulit putih (caucasian) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang spesifik. (b) Faktor-faktor imunologi Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah olah sebagai jaringan asing. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 7 (c) Faktor-faktor lingkungan Factor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. b. Diabetes tipe 2 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat beberapa faktor resiko yang tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 yaitu usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik. Smeltzer,S.C dan B.G Bare. (2002). 2.2.3. Klasifikasi Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes di klasifikasikan menjadi 4 klasifikasi, klasifikasi ini pun telah disahkan oleh World Health Organization (WHO) dan telah dipakai diseluruh dunia. Empat klasifikasi klinis gangguan tolerensi glukosa (1) diabetes mellitus tipe 1, (2) diabetes mellitus tipe 2, (3) diabetes gestasional (kehamilan), (4) tipe khusus lain. Dua kategori lain dari toleransi glukosa abnormal adalah gangguan toleransi glukosa dan gangguan puasa. a. Diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 atau dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen insulin, namun tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insiden diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtype yaitu (1) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel sel beta, dan (2) idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika, Amerika dan Asia. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 8 b. Diabetes tipe 2 Diabetes tipe 2 atau dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe non dependen insulin. Insiden tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini. c. Diabetes gestasional (kehamilan) Diabetes gestasional didapat pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamiolan adalah suatu keadaan diabetogenik. d. Diabetes tipe khusus lain (a) Kelainan genetik dalam sel beta, diabetes subtipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin. (b) Kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindrom resistensi insulin berat (c) Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan menyebabkan pankreatitis kronik (d) Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali (e) Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel beta 2.2.4. Tanda dan gejala Tanda dan gejala DM dikaitakan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa plasma sesudah makan karbohidrat. Adapun gejala klinisnya adalah Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 9 a. Poliuri Gejala awal diabetes berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. pada dasarnya filtrasi di glomerulus ginjal ditujukan untuk semua zat tidak penting. Glukosa merupakan zat penting yang tidak ikut difiltrasi ke dalam urine. Dalam keadaan hiperglikemia, dimana kadar gula darah mencapai > 200 mg/dl, ginjal tidak mampu lagi menahan glukosa karena ambang batas filtrasi ginjal terhadap glukosa adalah 180 mg/dl, sehingga glukosa akan terfiltrasi masuk ke dalam nefron dan keluar bersama urine. Glukosa akhirnya masuk ke tubulus yang dalam keadaan normal akan mereabsorpsi air ke pembuluh darah. Pada hiperglikemia konsentrasi cairan di tubulus lebih tinggi dibandingkan sel-sel tubuh lain karena cairan di tubulus menjadi lebih pekat sehingga reabsorpsi menurun yang mengakibatkan produksi urine meningkat, maka penderita sering berkemih dalam jumlah banyak (poliuri). Proses tsb disebut osmotic diuresis, yaitu peningkatan volume urine karena peningkatan osmotik. b. Polidipsi Polidipsi atau rasa haus timbul akibat peningkatan pengeluaran urine. 3. Polifagi Karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin membesar (polifagi) timbul akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk. Penderita DMTI sering memperlihatkan gejala yang eksplosif dengan polidipsia, poliuria, polifagia, turunnya berat badan, lemah, mengantuk (somnolen) yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu. Penderita dapat menjadi sakit berat atau timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidakmendapatkan pengobatan segera. Sebaliknya pasien DMTTI mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis dibuat hanya berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa.Pada hiperglikemia yang lebih berat, pasien teresbut mungkin menderita polidipsia, Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 10 poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis. 2.2.5. Komplikasi a. Komplikasi Akut (a) Hipoglikemi Terjadi apabila kadar glukosa darah turun di bawah 50-60 mg/dl akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemi terbagi dalam (1) hipoglikemi ringan, gejala yang muncul seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan, dan rasa lapar. (2) hipoglikemi sedang, gejala yang muncul seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, baal di daerah bibir dan lidah, bicara pelo, gerakan tak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku tidak rasional, penglihatan ganda, perasaan ingin pingsan. (3) Hipoglikemia berat, gejala yang muncul seperti disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur, dan kehilangan kesadaran Smeltzer,S.C dan B.G Bare. (2002) (b) Ketoasidosis diabetik Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau jumlah insulin yang tidak mencukupi. Gambaran klinis yang penting pada ketoasidosis diabetik adalah kehilangan elektrolit, dan asidosis. Gejala yang muncul seperti dehidrasi, poliuri dan polidipsi, penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala, hipotensi ortostatik, nafas berbau aseton, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, dan hiperventilasi (pernapasan Kusmaul) Smeltzer,S.C dan B.G Bare. (2002). b. Komplikasi Jangka Panjang (a) Komplikasi Makrovaskuler Beberapa komplikasi makrovaskuler : (1) Penyakit arteri koroner. Penderita diabetes mengalami peningkatan insiden infark miokard akibat perubahan atherosklerotik pada pembuluh arteri koroner. Salah satu ciri unik penyakit arteri koroner pada penderita diabetes adalah tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas. (2) Penyakit serebrovaskuler. Penderita diabetes berisiko dua kali lipat Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 11 untuk terkena penyakit serebrovaskuler seperti TIA (Transient Ischemic Attack) dan stroke. (3) Penyakit vaskuler perifer. Tanda dan gejala mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan klaudikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). (b) Komplikasi Mikrovaskuler Komplikasi mikrovaskuler yang sering terjadi pada pasien diabetes adalah (1) Retinopati diabetik. Merupakan kelainan patologis mata disebabkan perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata. Penglihatan yang kabur merupakan gejala umum yang terjadi. Penderita yang melihat benda tampak mengambang (floaters) dapat mengindikasikan terjadinya perdarahan. (2) Nefropati diabetik merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit ginjal stadium terminal pada penderita diabetes. (c) Neuropati Mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf termasuk saraf perifer (sensoriotonom), otonom, dan spinal. (1) Neuropati perifer. Sering mengenai bagian distal serabut saraf khususnya saraf ekstremitas bawah. Gejala awal adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar khususnya malam hari. Bila terus berlanjut penderita akan mengalami baal (matirasa) di kaki, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu yang meningkatkan risiko untuk mengalami cedera dan infeksi di kaki. (2) Neuropati otonom. Mengakibatkan berbagai disfungsi yang mengenai hampir seluruh sistem organ tubuh. Kardiovaskuler: takikardi, hipotensi ortostatik, infark miokard tanpa nyeri. Gastrointestinal: cepat kenyang, kembung, mual, muntah, hiperfluktuasi gula darah, konstipasi, diare. Urinarius: retensi urin, penurunan kemampuan untuk merasakan kandung kemih yang penuh. Kelenjar adrenal: tidak ada atau kurangnya gejala hipoglikemia, penderita tidak lagi merasa gemetar, berkeringat, gelisah, dan palpitasi. Neuropati sudomotorik: penurunan pengeluaran keringat (anhidrosis) pada ekstremitas. Kekeringan pada kaki meningkatkan risiko ulkus. Disfungsi seksual: impotensi. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 12 (d) Masalah kaki dan tungkai pada diabetes Terdapat tiga komplikasi yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada kaki, antara lain: Neuropati menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan sensibilitas tekanan (neuropati sensorik). Sedangkan neuropati otonom menimbulkan peningkatan kekeringan (akibat penurunan perspirasi). Penyakit vaskuler perifer sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk menyebabkan lamanya kesembuhan luka dan menyebabkan terjadinya gangren. Penurunan daya imunitas hiperglikemia mengganggu kemampuan leukosit khusus untuk menghancurkan bakteri. Gangren kaki diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan (Wagner, 1983 dikutip dari Ismail, nd) Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai Selain 5 klasifikasi tersebut, gangren kaki diabetik juga dapat dibagi menjadi dua golongan (Brand, 1986 & Ward, 1987 dikutip dari Ismail, nd): Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI ) Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran klinis KDI Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat, Pada perabaan terasa dingin, Pulsasi pembuluh darah kurang kuat, Didapatkan ulkus sampai gangren. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN) Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, edema kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik. Menurut Aalaa & Malazy (2012) menyatakan bahwa perawat dapat Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 13 menjalankan perannya sebagai edukator dalam pencegahan kaki diabet, perawatan kaki, dan pencegahan dari injuri. Perawat responsif terhadap deteksi dini pada perubahan kulit dan sensasi kaki, perawatan kaki, dan perawatan luka denghan teknologi tinggi. Dalam area rehabilitasi, menolong pasien yang menderita ulkus diabetik atau amputasi untuk melakukan pergerakan. 2.2.5. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik untuk menegakkan diagnosa DM (Doenges, 1995): 1. Glukosa darah: meningkat 200-100 mg/dL atau lebih. 2. Aseton plasma (keton): Positif secara mencolok. 3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat. 4. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l. 5. Elektrolit: : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K : normal atau peningkatan semu(perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun F : lebih sering menurun. 6. Amilase darah: mungkin meningkat yang menindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA. 7. Insulin darah: mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi). 8. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. 9. Urine: gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. 10. kultur dan sensitifitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi luka. 2.2.6. Penatalaksanaan Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM yang bertujuan untuk mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktifitas pasien, yaitu (Smeltzer & Bare, 2002): Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 14 a. Pendidikan kesehatan DM (Edukasi) Pasien selain harus memiliki kemampuan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak, juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetes jangka panjang. b. Pengaturan aktivitas Aktivitas dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin serta mengurangi faktor risiko kardiovaskuler dengan mengubah kadar lemak darah (Smeltzer & Bare, 2002). Prinsip latihan jasmani/aktivitas bagi diabetesi, sama dengan prinsip latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal seperti frekuensi, intensitas, durasi dan jenis. Ferkuensi : jumlah olahraga permingu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu. Intensitas : ringan dan sedang (60 – 70 % maksimum heart rate). Durasi 30 – 60 menit. Jenis : latihan jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Latihan jasmani yang dipilih sebaiknya yang disenangi serta memungkinkan untuk dilakukan dan hendaknya melibatkan otototot besar (Sudoyo, 2006). c. Pengaturan nutrisi (Diet DM) Memberikan semua unsur makanan esensial, Mencapai dan mempertahankan BB yang sesuai, Memenuhi kebutuhan energi, Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari, Menurunkan kadar lemak darah jika meningkat (Smeltzer & Bare, 2002). Jenis makanan karbohidrat yang diberikan kepada diabetes tidak lebih dari 55 – 65% dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal. Protein yang direkomendasikan sekitar 10 – 15% dari total kalori perhari. Lemak mempunyai kandungan energi Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 15 sebesar 9 kilokalori/gram. Jumlah lemak yang direkomendasikan 10% dari total kebutuhan kalori perhari. Perhitungan jumlah kalori Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur dan ada tidaknya stres akut dan kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat dipakai indeks massa tubuh (IMT) dan rumus Brocca. Berdasarkan IMT : BB kurang IMT < 18,5, BB normal IMT 18,5 – 22,9, BB lebih IMT > 23 terbagi dalam dengan resiko 23-24,9, obes I 25 – 2 9,9, obes II > 30. Sedangkan menurut Brocca penentuan kebutuhan kalori perhari dibagi berdasarkan kebutuhan basal dimana laki-laki : BB ideal (kg) x 30 kalori, wanita : BB ideal (kg) x 25 kalori. Koreksi /penyesuaian : umur > 40 tahun-5%, aktivitas ringan +10%, aktivitas sedang +20%, aktivitas berat +30%, BB gemuk _20%, BB lebih -10%, BB kurus +20%. Stress metabolik +10-30%. kehamilan tri mester I dan II +300 kalori, kehamilan trimester III dan menyusui +500 kalori (Sudoyo, 2006). d. Obat oral antihipertensi. (OHO) e. Insulin Pada DM tipe I tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin sehingga insulin eksogenus harus diberikan. Sedangkan pada DM tipe II, insulin mungkin diperlukan untuk terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak mampu mengontrolnya. Preparat insulin digolongkan menurut 4 karakteristik (Smeltzer & Bare, 2002). (a) Perjalanan waktu Lama kerja Short acting Agen Reguler (R) Awitan 0.5-1 jam Puncak 2-3 jam Durasi 4-6jam Intermediate acting Neutral Protamine Hagedorn (NPH) Lente (L) Ultra Lente 3-4 jam 4-12 jam 16-20 jam Indikasi Biasanya diberikan 2030menit sebelum makan, dapat diberikan sendiri atau bersama dengan insulin long acting Biasanya diberikan sesudah makan 6-8 jam 12-16 jam 12-30 Digunakan terutama Long acting Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 16 (UL) jam untuk mengendalikan kadar glukosa darah puasa (b) Konsentrasi Konsentrasi insulin yang paling sering digunakan di Amerika Serikat adalah U-100 yang berarti terdapat 100 unit insulin per 1 cm3. (c) Spesies (sumber) Preparat insulin dahulu diperoleh dari pankreas sapi dan babi, namun sekarang telah tersedia “Human Insulin” yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan. (d) Pabrik pembuat Dua pabrik pembuat preparat insulin asal Amerika adalah Lilly dan Novo Nordisk. Human insulin yang dibuat dari kedua perusahaan tsb memiliki merek dagang yang berbeda yaitu “Humulin” untuk Lilly human insulin dan “Novolin” untuk Novo Nordisk human insulin. Pemilihan dan rotasi tempat penyuntikan preparat insulin meliputi 4 daerah utama yaitu: abdomen, lengan (permukaan posterior), paha (permukaan anterior) dan bokong. Insulin diabsorpsi paling cepat di abdomen dan menurun secara progresif pada lengan, paha, serta bokong. Rotasi penyuntikan dilakukan secara sistematis untuk mencegah perubahan setempat jaringan lemak (lipodistrofi). 2.2.7. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Melitus Pengkajian Menurut Doenges et all (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah : Aktivitas/istirahat. Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan. Kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur/istirahat. Tanda : Takikardi, dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas. Letargi/disorientasi Penurunan kekuatan otot. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 17 Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut. Klaudikasi, kebas,kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : Takikardi Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi. Nadi yang menurun/ tidak ada. Disritmia. Krekles; DVJ (GJK). Kulit panas, kering, dan kemerahan; bola mata cekung. Integritas Ego Gejala : Stres; tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih(poliuria).Nokturia. Rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih (infeksi),ISK baru/berulang. Nyeri teka abdomen, Diare. Tanda : Urine encer, pucat, kuning. Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare). Makanan/Cairan Gejala : Hilang napsu makan, haus. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 18 Mual/muntah. Tidak mengikuti diet; peningkatan masukan glukosa/karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu. Penggunaan diuretik. Tanda : Kulit kering/bersisik,turgor jelek. Kekakuan/distensi abdomen, muntah. Pembesaran tiroid. Bau napas aseton. Neurosensori Gejala : Pusing/pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan. Tanda : Disorientasi; mengantuk,letargi,stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori;kacau mental Reflek tendon dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA). Nyeri/keamanan Gejala : Abdomen ang tegang/nyeri (sedang/berat) Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati. Pernapasan Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen. Tanda : Lapar udara. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 19 Keamanan Gejala : Kulit kering, gatal;ulkus kulit. Tanda : Demam, diaforesis. Kulit rusak,lesi/ulserasi. Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak. Parestesi/paralisis otot termasuk otot pernapasan. Seksualitas Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria; kesulitan orgasme pada wanita. Masalah keperawatan 1. Kekurangan volume cairan. 2. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhaan. 3. Risiko infeksi. 4. Risiko perubahan persepsi sensori. 5. Intoleransi aktivitas. 6. Kurang pengetahuan tentang penyakit,prognosis dan pengobatan. 2.2.8 Senam kaki Menurut Stone, J.A & Fitchett, D (2013) untuk meningkatkan sirkulasi perifer dapat dilakukan dengan cara farmakoterapi (anti platelet agent, statin, angiotensin converting enzyme/ACE inhibitor, angiotensin receptor blockers/ ARBs) dan non farmakoterapi (latihan dan aktivitas fisik, terapi nutrisi, modifikasi berat badan, penghentian merokok). Salah satu terapi non farmakoterapi yang dapat dialakukan untuk mengatasi gangguan sirkulasi adalah dengan latihan senam kaki. Menurut Priyanto (2013) aktivitas fisik khususnya senam kaki akan membantu meningkatkan aliran darah di daerah kaki sehingga akan membantu menstimuli syaraf-syarat kaki dalam menerima rangsang. Hal ini akan meningkatkan sensitivitas kaki terutama pada penderita diabetes melitus. Prosedur latihan senam kaki dapat dilihat di lampiran 2. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 BAB 3 TINJAUAN KASUS KELOLAAN 3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas pasien Pasien dengan nama Ny. U (68 th) di rawat di RSCM dengan keluhan nyeri pada kaki dan sesak napas pada tanggal ..Mei 2014. Status perkawinan menikah. pasien memiliki dua orang anak yang keduanya juga sudah menikah. Agama pasien islam. Pekerjaan sehari-hari pasien adalah sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal di daerah Menteng Tenggulun RT 08/01 Jakarta Pusat. Pasien datang di antar oleh suami melalui UGD. 3.1.2 Anamnesis a. Keluhan utama pada saat dirawat Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa Terdapat luka pada pedis sinistra, selain itu juga terdapat luka di kaki kanan yang telah mengering. Pasien mengatakan tidak tahu penyebab dan kapan kakinya terluka. Luka pada kaki kiri tampak masih basah, masih ada sedikit pus, granulasi baik. b. Riwayat kesehatan yang lalu Pasien mengatakan menderita DM sejak 14 tahun yang lalu, obat DM yang digunakan klien adalah resep dari dokter. Klien juga memiliki riwayat sakit jantung dan telah dilakukan pemasangan stent pada tahun 2011 di RSCM Jakarta. Tidak ada riwayat asma, hipertensi dan tuberculosis, namun klien memiliki riwayat struma nodusa non toksik (SNNT). C. Riwayat kesehatan keluarga Dalam keluarga pasien, ada beberapa anggota keluarga yang lain yang juga menderita DM yaitu ibu pasien, dan dua orang adik perempuannya. Selain itu ayah pasien menderita penyakit jantung dan hipertensi, dan seorang adik perempuan yang meninggal karena penyakit jantung. 20 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 21 d. Aktivitas/istirahat Pasien merupakan ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, namun sejak pasien sakit-sakitan dan mengalami gangguan penglihatan (buram) pasien hanya melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri seperti makan, hygiene dan eliminasi. Pasien juga sering tidur atau istirahat yang cukup. Pasien tidur 6-7 jam perhari, pasien juga terbiasa tidur siang 1-2 jam. Saat dilakukan pengkajian tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 88x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 36,3 C. pasien kooperatif. Aktivitas pasien terbatas di tempat tidur, pasien tidak dapat mobilisasi ke kamar mandi karena terdapat luka pada kaki kiri dan pada kaki kanan juga terdapat luka yang mulai mengering. e. Sirkulasi Pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi. Pasien riwayat CHF. Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 88x/menit teraba kuat. Hasil pemeriksaan ABI 0,8. terdapat hipotensi orthostatik. f. Integritas ego Paseien mengatakan merasa stress dengan luka pada kakinya yang tidak kunjung sembuh, untuk mengatasinya pasien dan suami memutuskan untuk berobat ke RSCM. Sedangkan untuk masalah finansial terutama mengenai biaya perawatan, pasien merasa tidak ada masalah karena biaya perawatan memakai jaminan BPJS. Sehari-hari pasien ditunggu oleh suaminya, meskipun anak-anak pasien tidak dapat menungggu setiap hari tetapi selalu datang menjenguknya. Hal ini yang membuat pasien merasa kuat. g. Eliminasi Pasien mengatakan BAB setiap 2 hari sekali, karakter feces lunak, BAB terakhir saat di ruang ICU, tidak ada riwayat perdarahan, hemoroid, konstipasi, dan diare. Pasien tidak pernah menggunakan laksatif. Pola BAK 6-10 kali sehari, BAK sering terutama pada malam hari, saat ini Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 22 pasien masih terpasang kateter urin, pemasangan kateter dilakukan saat pasien berada di ruang ICU tanggal 3- 5- 2014. H. Makanan/cairan Pasien makan nasi biasa, lauk serta sayur, makan terakhir tanggal 3-5-14 sebelum berangkat ke RS. Pasien mengatakan napsu makannya menurun dan merasa mual, tetapi tidak ada muntah. Nyeri ulu hati tidak ada. Tidak ada riwayat alergi. Kemampuan mengunyah dan menelan masih baik. BB saat masuk 72 kg, tidak ada perubahan berat badan, tinggi badan 152 cm. bentuk tubuh tegak. Turgor kulit kurang elastis, kelembaban kulit agak kering, mukosa lembab. Pasien mengatakan minumnya tidak terlalu banyak, pasien hanya minum banyak jika ia makan banyak. tidak ada edema dan distensi vena jugularis. Kondisi gigi ada yang berlubang. Saat di RS pasien mendapat diet DM 1500 kkal. I. Kebersihan/hygiene Aktivitas sehari-hari di rumah mandiri. pasien mobilitas mandiri dengan berpegangan pada dinding rumah. Saat di RS pasien makan mandiri, hygiene, berpakaian dan toileting dibantu ditempat tidur. Cara berpakaian rapi dan sesuai dengan usia. Saat dilakukan pengkajian awal tidak ada bau badan. J. Neurosensori Ada rasa kesemutan pada ekstremitas. Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab dan kapan kakinya mengalami luka. Tidak ada riwayat stroke dan kejang. Penglihatan buram sejak 6 tahun yang lalu. Pendengaran normal. Status mental terorientasi, kesadaran komposmentis, kooperatif. Memori saat ini dan yang lalu baik. Tidak ada facial drop. Refleks menelan masih baik. Pemeriksaan neuropati perifer (monofilamen) tidak dapat dilakukan karena terdapat luka pada kedua kaki. k. Nyeri/ketidaknyamanan Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri, sedangkan kaki kanan tidak terasa nyeri. Nyeri skala 3. Frekuensi hilang timbul. Nyeri lebih terasa saat Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 23 dilakukan penggantian balutan. Kualitas sedang, durasi 1-5 menit,. Tidak ada penjalaran. L. Pernapasan Pasien mengatakan tidak ada keluhan batuk dan sesak napas. Tidak ada riwayat bronchitis, TB, asma, empisema, pnemonia. Pasien juga tidak pernak merokok. Tidak ada penggunaan oksigen. Pernapasan 20x/menit, simetris dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. Bunyi napas vesikuler, tidak ada sianosis, produksi sputum tidak ada, fungsi mental tenang, kesadaran komposmentis. l. Keamanan Pasien mengalami hipotensi orthostatic dimana pasien mengeluh agak pusing jika dari posisi tidur ke posisi duduk. Ekstremitas sering terasa kesemutan. Pasien sebelumnya pernah di rawat di RSCM dengan masalah ulkus pedis sinistra yang juga tidak di ketahui penyebabnya. Kekuatan otot 5555 5555 4444 4444 m. Interaksi sosial Pasien tinggal bersama suaminya. Saat ini peran dalam struktur keluarga sebagai nenek dan orangtua. Interaksi pasien terhadap keluarga dan lungkungan baik. Namun sejak pasien mengalami penurunan dalam penglihatan dan kaki sering terasa kesemutan/baal, pasien jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, dan lebih sering berada dirumah. Pasien bicara jelas dan dapat dimengerti oleh lawan bicara 3.2. Analisa data Masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Pasien mengatakan tidak ada keluhan demam, keluhan nyeri pada daerah luka, skala nyeri 3. Pasien mengatakan tidak tahu penyebab dan kapan kakinya terluka. Data objektif Terdapat luka pada pedis sinistra, selain itu juga terdapat luka di kaki kanan yang telah mengering. Luka pada kaki kiri tampak masih basah, masih ada sedikit pus, granulasi baik. Pasien mengatakan tidak tahu penyebab dan kapan kakinya terluka. Luka pada kaki kiri tampak masih basah, masih ada sedikit pus, granulasi baik. Hasil lab pro calsitonin 4,43 ng/dl., leukosit 13,81rb/ul. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 24 Masalah yang kedua adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya mual. Data subjektif pasien mengatakan masih mual, napsu makannya menurun, tidak dapat menghabiskan makanannya, pasien hanya makan ½ porsi tetapi tidak ada muntah, nilai Ahab 9,1 g/dl, albumin 3,35 g/dl, BB 72 kg. Masalah keperawatan ketidakstabilan gula darah. Pasien mengatakan saat dirumah ia tidak teratur mengecek gula darahnya, pasien hanya mengecek gula darah jika dirasakan gula darahnya tinggi. Saat di RS gula darah pasien cenderung tinggi pada siang hari, nilai GDS 236 mg/dl, HbA1C 8,7 MMR. Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik. Data subjektif Pasien mengatakan pusing jika duduk. Terdapat ulkus pedis sinistra, dan ulkus dekstra yang mulai mengering, penglihatan buram, pasien terlihat lebih sering berbaring, nilai Hb 9,1g/dl. Masalah keperawatan gangguan sirkulasi. pasien mengeluh kaki sering kesemutan dan baal dengan hasil penilaian ABI 0,8. 3.3. Pemeriksaan diagnostik Hasil pemeriksaan USG Doppler tgl 12-5-14 Arteri femoralis : diameter 8,1 mm Ps 97,1 com/s Flow : 282,7 ml/menit – trifasik Arteri popliteal : diameter 7 mm Ps 49,5 com/s Flow : 70,2 ml/menit – trifasik Arteri tibialis : diameter 2,3 mm Ps 59,7 com/s Flow : 10,3 ml/menit – trifasik Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 25 3.4. Daftar Terapi Medikasi Nama obat insulin cordose Waktu 3x Rute sc pycin Vit – C Dosis kelipatan 3 unit 1,5 gr 200 mg 4x 2x iv iv parasetamol 500mg 3x p.o simvastatin 20 mg 1x p.o captopril Aspilet laxadine tramadol kalitake 12,5 mg 80 mg 15 ml 100 mg 1 sachet 2x 1x 3x 1x 1x p.o p.o p.o iv p.o OMZ 40 mg 2x iv Indikasi menurunkan gula darah menurunkan infeksi memenuhi kebutuhan vitamin antipiretik dan analgetik menurunkan kolesterol menurunkan TD pengencer darah laksatif analgetik meningkatkan kalium mengurangi sekresi asam lambung Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 BAB 4 ANALISA SITUASI 4.1 Analisa kasus terkait keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan Masalah yang sering terjadi di daerah perkotaan terkait dengan sistem endokrin adalah diabetes melitus. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak terkecuali Indonesia. Data penelitian terbaru mengenai penyakit diabetes mengatakan bahwa di negara-negara berkembang banyak di jumpai penyakit diabetes. Hal ini terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial, seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan ini memicu terjadinya kelebihan nutrisi dan ketidakseimbangan energi. Di Asia kebiasaan pola makan tradisional telah hilang dan beradaptasi dengan lingkungan industrialisasi dan pola makan masyarakat urban. Perubahan ini mempunyai dampak yang berarti pada resiko terjadinya diabetes tipe 2 dengan bertambahnya berat badan dan berkurang aktivitas fisik. Insidensi dan prevalensi dari penyakit ini di Indonesia masih tinggi. Dari data dalam negeri (RISKESDAS, 2013) bahwa prevalensi DM sebesar 2,5%, dan prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan lakilaki. Data terbaru menurut Rekam Medik RSCM mengatakan bahwa terdapat 103 orang yang menjalani rawat inap periode januari-juni 2014. 4.2 Analisa kasus Terjadinya DM pada pasien disebabkan oleh berbagai faktor resiko yang mempengaruhi diantaranya usia, obesitas, riwayat keluarga, dan kelompok etnik (Brunner & Suddarth, 2002) , sedangkan menurut Frank (2010) bahwa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya diabetes adalah obesitas, diet, aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol. Usia pasien tergolong lansia (68 tahun) merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit diabetes. Hal ini sesuai dengan penelitian Ananta yang menyatakan bahwa jumlah usia lanjut akan bertambah dari 7,1 juta pada tahun 1990 menjadi 18,5 juta pada tahun 2020. Jadi selama 30 tahun jumlah lansia akan bertambah 26 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 27 sebanyak 11,4 juta, dan kekerapan diabetes pada usia lanjut jauh lebih tinggi empat kali lipat dari rata-rata. Selain itu juga didukung oleh Brunner & Suddarth (2002) yang menyatakan bahwa resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun. Berat badan pasien tergolong obesitas (72 kg). Obesitas merupakan salah satu factor resiko terjadinya diabetes, hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Frank (2010) bahwa obesitas merupakan faktor penyebab utama terjadinya epidemik diabetes, mayoritas obesitas terjadi pada orang dewasa di negara maju dan pertumbuhan yang cepat terjadi di negara-negara berkembang. Jumlah obesitas (BMI > 25kg/m2) meningkat dari 1,3 milyar pada tahun 2005 mendekati 2,0 milyar di tahun 2030. Obesitas terjadi akibat dari pola makan/intake kalori yang berlebihan dan kurangnya aktivitas. Dari hasil analisa didapatkan riwayat kurangnya aktivitas dengan pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, kebiasaan konsumsi teh manis 2-3 gelas/hari, diet tinggi karbohidrat/mie instant (GI ) dan tidak pernah berolahraga. Dalam keluarga pasien terdapat riwayat diabetes (ibu dan dua orang saudara perempuan). Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya diabetes. hal ini sesuai dengan Brunner & Suddarth (2002) yang menyatakan bahwa faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Ny. U merupakan salah satu dari penderita diabetes dengan jenis kelamin wanita.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh RISKESDAS (2013) bahwaprevalensi DM sebesar 2,5%, dan prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Pola diet juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya diabetes pada masyarakat perkotaan. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa pasien sering mengkonsumsi mie instant (GI 47) , menyukai makanan yang manis (gudeg), serta makan goreng gorengan, diluar makan rutin tiga kali perhari. Penelitian yang Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 28 dilakukan Frank (2010) menyatakan bahwa intake kalori yang berlebihan memperkuat terjadinya obesitas dan epidemik DM tipe 2 dunia. The nurses’ health study (dalam Frank, 2010) menemukan bahwa lemak dan karbohidrat mempunyai peranan penting dalam perkembangan diabetes. Diet tinggi muatan glukosa (Glicemic load) dan lemak trans sangat erat hubungannya dengan resiko peningkatan diabetes, sedangkan konsumsi serat gandum dapat menurunkan resiko diabetes. Menurut Dworatzek & Arcudi (2013) penenambahan diet tinggi serat (seperti produk oatmeal, kacang-kacangan, terong) memperlambat pengosongan lambung dan menunda penyerapan glukosa di usus halus, dengan demikian meningkatkan kontrol gula darah postprandial. Data menunjukkkan bahwa diet tinggi serat khususnya serat sereal erat hubungannnya dengan penurunan resiko penyakit kardiovaskuler. Keuntungan yang diperoleh dari diet tinggi serat pada pasien diabetes, intake tinggi serat yang direkomendasikan pada masyarakat pada umum adaah 25- 38 gr untuk wanita dan pria, dan 21-30 gr untuk wanita dan pria lebih dari 51 tahun, masing-masing direkomendasikan pada orang tua dengan diabetes 25-50 gr /hari atau 15-25 gr/1000 kcal. Pasien sehari-hari jarang minum air putih, pasien lebih suka minum teh manis. Teh manis yang diminum 2-3 gelas/hari dengan menggunakan gula biasa (GI 103). Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minuman yang manis meningkatkan resiko diabetes tipe 2 setelah terjadi peningkatan berat badan. Ditemukan bahwa individu dengan jumlah konsumsi minuman yang manis (1-2 kali/hari) mempunyai 26% resiko yang lebih besar terhadap perkembangan penyakit dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi sedikit minuman manis (Frank, 2010). Intake minimum karbohidrat yang direkomendasikan tidak lebih dar 130gr/hari, untuk penyediaan glukosa di otak. Studi yang dilakukan pada orang dengan diabetes tipe 2 didapatkan bahwa pembatasan diet karbohidrat (yang berarti 4% dari 45% dari total energy/hari) meningkatkan A1C dan trigliserd (TG), HDL-C, LDL-C, atau berat badan dibandingkan dengan diet tinggi karbohidrat (Dworatzek & Arcudi, 2013). Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 29 Tabel 4.1 Indeks Glikemik No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 28 29 30 31 32 33 34 35 Nama produk roti gandum putih roti gandum utuh jagung tortilla jagung manis nasi putih nasi beras merah bihun bubur gandum bubur beras pisang mangga semangka kurma selai strawberry jus apel jus jeruk soda susu lemak penuh susu skim es krim yogurt susu kedelai kacang merah kacang kedelai coklat kacang rebus wortel rebus ubi jalar rebus talas rebus madu fruktosa sukrosa glukosa kerupuk Nilai indeks glikemik 75 74 46 52 73 68 53 55 78 43 59 76 42 49 41 50 59 39 37 51 41 34 24 16 40 78 39 64 53 61 15 65 103 81 Golongan Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Sedang Rendah Rendah Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi Tinggi Pekerjaan Ny.M adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua anak yang seharihari mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan merapihkan rumah. Namun sejak pasien mengalami gangguan penglihatan (buram), pasien tidak lagi melakukan pekerjaan rumah, tugas tersebut diambil alih oleh suami. Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko terjadinya diabetes. Hal ini didukung oleh penelitian Frank (2010) yang menyatakan bahwa studi Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 30 epidemiologi menunjukkkan bertambahnya aktivitas fisik menurunkan resiko diabetes, sedangkan prlilaku menetap meningkatkan resiko diabetes. aktivitas menonton TV selam 2 jam/hari berhubungan erat dengan peningkatan sebanyak 14% resiko diabetes. sedangkan aktivitas berdiri atau berjalan disekitar rumah selama dua jam/hari akan mengurangi resiko diabetes sebanyak 12%. Jika dalam 1 jam/hari melakukan aktivitas jalan cepat akan menurunkan resiko diabetes sebanyak 34%. Hasil ini mengindikasikan bahwa aktivitas yang kontinyu memiliki hubungan antara tingkat aktivitas fisik dan resiko diabetes. beberapa prilaku menetap (seperti menonton TV, duduk saat bekerja, atau posisi duduk lainnya) atau menonton TV dalam waktu yang lama berhubungan dengan tingginya resiko diabetes. Dari hasil pengkajian didapat bahwa pasien tidak memiliki riwayat merokok. Masih menurut Frank (2010) bahwa perokok mempunyai resiko diabetes sebanyak 45% dibandingkan dengan yang tidak merokok. Disamping itu terdapat hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan resiko diabetes. Beberapa mekanisme biologis yang mungkin dapat menjelaskan hubungan antara merokok dengan diabetes dimana akumulasi jaringan adiposa viseral pada perokok mungkin karena bertambahnya tingkat plasma kortisol dengan stimulasi sympathetik. Pasien tidak memiliki riwayat konsumsi alkohol. Penelitian pada 370.000 individu yang di observasi selama 12 tahun menunjukkan hubungan dengan 3040% berkurangnya resiko penyakit dengan konsumsi alkohol 1-2 gelas/hari dibandingkan dengan peminum berat Frank (2010). Keuntungan dari konsumsi alkohol yang rendah adalah meningkatkan sensitivitas insulin, bertambhanya kolesterol HDL, dan anti imflamasi. Tetapi sebaliknya pada peminum berat memiliki efek metabolik yang buruk, intake kalori dan obesitas, bertambahnya kadar trigliserid, pankreatitis, gangguan metabolisme glukosa dan karbohidrat, dan gangguan fungsi hati. Konsumsi alkohol mungkin gejala seperti topeng pada hipoglikemi. Berkurangnya produksi glukosa di hati dan bertambahnya keton. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 31 Konsumsi alkohol yang rendah berhubungan dengan 25 – 66% resiko rendah pada total dan fatal CHD pada orang dengan diabetes (163), dan konsumsi dengan makanan tidak menyebabkan hipoglikemi atau hiperglikemi (164). Konsumsi rendah anggur merah selama 12 bulan meningkatkan stres oksidatif dan inflamasi berhubungan dengan miokard infark pada orang dengan diabetes(165) dan menunjukkkan efek renoprotective dan menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol yang tinggi berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan trigliserid pada laki-laki dengan diabetes tipe 2 (168) (Dworatzek & Arcudi, 2013). Berbagai penyebab diabetes diatas mengakibatkan adanya beberapa masalah keperawatan terkait dengan penyakit tersebut. Penegakan masalah keperawatan pada pasien ini berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan fisik dan data penunjang. Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa pasien seorang wanita berumur 68 tahun dengan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Terdapat luka pada pedis sinistra dan telah dilakukan debridemen saat pasien berada di ruang ICU, selain itu juga terdapat luka di kaki kanan yang telah mengering. Pasien mengatakan tidak tahu penyebab dan kapan kakinya terluka. Luka pada kaki kiri tampak masih basah, masih ada sedikit pus, granulasi baik. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadinya luka akibat dari penurunan sensasi dimana pasien tidak tahu dan kapan kakinya terluka serta tidak merasakan adanya luka. Menurut Brunner & Suddarth (2002) gangguan neurosensori pada pasien diabetes terjadi akibat penurunan sensibilitas nyeri dan suhu dimana membuat penderita neuropati beresiko untuk mengalami cidera dan infeksi pada kaki Masalah yang kedua adalah keluhan masih mual, napsu makannya menurun, tidak dapat menghabiskan makanannya, pasien hanya makan ½ porsi tetapi tidak ada muntah. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mual yang dirasakan pasien terjadi akibat dari adanya gangguan neurosensori otonom pada saluran gastrointestinal dimana terjadi kelambatan pengosongan lambung dengan Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 32 gejala munculnya rasa cepat kenyang, kembung, mual dan muntah, konstipasi ataupun terjadi diare (Brunner & Suddarth, 2002). Masalah yang ketiga yang terjadi pada Ny. U adalah ketidakstabilan gula darah. Pasien mengatakan saat dirumah ia tidak teratur mengecek gula darahnya, pasien hanya mengecek gula darah jika dirasakan gula darahnya tinggi. Saat di RS gula darah pasien cenderung tinggi pada siang hari. Peningkatan mengurangi resiko diabetes sebesar 34% (Frank, 2010). Gangguan aktivitas juga dialami pasien ini saat masuk ruang perawatan. Hal ini disebabkan karena adanya ulkus pedis sinistra dan ulkus pedis dekstra yang tampak mengering. Pasien mobilisasi terbatas di tempat tidur, aktivitas makan mandiri, sedangkan aktivitas hygiene dan toileting dibantu. Pasien tampak lebih sering berbaring dan hanya duduk saat makan. Penelitian menunjukkan bertambahnya aktivitas fisik menurunkan resiko diabetes. Aktivitas menonton TV selama meningkatkan 14% resiko diabetes sedangkan aktivitas berdiri dan Masalah gangguan sirkulasi juga terjadi pada pasien ini. Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa pasien mengeluh kaki sering kesemutan dan baal dengan hasil penilaian ABI 0,8. 4.3. Analisis intervensi keperawatan Analisis intervensi utama pada diagnosa resiko penyebaran infeksi meliputi Observasi tanda tanda adanya penyebaran infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, peningkatan produksi pus, peningkatan rasa nyeri pada daerah luka. Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotik untuk menurunkan infeksi yaitu dengan pemberian ampicillin sulbactam/pycin 4 x 1,5 gr yang diberikan secara intravena tiap 6 jam. Pemberian obat ini harus dilakukan secara kontinyu selama 7 - 10 hari. efek samping yang mungkin terjadi pada pasien dengan terapi ampicillin pada umumnya perubahan pada warna kulit, diare, nyeri dan pembengkakan pada kaki. Kenyataan yang terjadi di lapangan terkadang obat Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 33 tidak diberikan tepat waktu karena ketidaktersediaan obat yang disebabkan oleh birokrasi/jaminan yang panjang. Analisis intervensi utama yang dilakukan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh meliputi monitor tanda-tanda kekurangan nutrisi seperti penurunan berat badan, pengukuran nilai LILA dan pemeriksaan laboratorium (Hb, albumin). Kolaborasi pemberian terapi untuk mengatasi mual dengan pemberian obat omeprazole 2 x 40 mg yang diberikan secara intravena. Omeprazole secara reversible mengurangi sekresi asam lambung dengan menghambat secara spesifik enzim lambung pompa proton H+/K+. omeprazole sodium diabsorbsi dengan cepat. Obat ini diindikasikan untuk keadaan ulkus gaster, ulkus duodenum, dan esophagus ulseratif. Omeprazole mempunyai efek samping sakit kepala, diare, nyeri abdomen, vertigo, ruam, dan konstipasi. Namun pada kenyataannya banyak dari tenaga perawat yang belum mengetahui efek samping dari obat tersebut. Intervensi utama yang dilakukan untuk mengatasi ketidakstabilan gula darah pada pasien dalam kondisi sakit adalah dengan pemberian terapi insulin dengan dosis correctional dose. Dosis tersebut diberikan karena kondisi gula darah pasien yang belum stabil. Intervensi selanjutnya adalah dengan monitoring gula darah. Monitoring gula darah dapat dilakukan melalui pemeriksaan darah kapiler dan vena. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 3 x /hari pada jam 06, 11 dan 16. Intervensi utama yang dilakukan pada diagnosa gangguan mobilitas fisik meliputi mengajarkan dan memotivasi pasien untuk melakukan rentang pergerakan sendi/ROM. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot serta kelenturan sendi. Intervensi utama pada diagnosa gangguan sirkulasi. Menurut Stone, J.A & Fitchett, D (2013) untuk meningkatkan sirkulasi perifer dapat dilakukan dengan cara farmakoterapi (anti platelet agent, statin, angiotensin converting enzyme/ACE inhibitor, angiotensin receptor blockers/ ARBs) dan non farmakoterapi (latihan dan aktivitas fisik, terapi nutrisi, modifikasi berat badan, penghentian merokok). Salah satu terapi non farmakoterapi yang dapat dialakukan Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 34 untuk mengatasi gangguan sirkulasi adalah dengan latihan senam kaki. Menurut Priyanto (2013) aktivitas fisik khususnya senam kaki akan membantu meningkatkan aliran darah di daerah kaki sehingga akan membantu menstimuli syaraf-syarat kaki dalam menerima rangsang. Hal ini akan meningkatkan sensitivitas kaki terutama pada penderita diabetes melitus. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien diabetes melitus di ruang penyakit dalam gedung A lantai 7 zona B RSCM adalah sebagai berikut: a. Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif yang jumlahnya terus meningkat di masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. b. Penyakit diabetes merupkan penyakit yang sering dijumpai pada masyarakat perkotaan . Hal tersebut erat hubungannya dengan Perkembangan ekonomi dan globalisasi yang memicu terjadinya transisi nutrisi pada masyarakat. Pergeseran pola nutrisi ini meliputi meningkatnya konsumsi lemak hewani dan makanan padat energi, kurang serat, dan seringnya konsumsi makanan cepat saji. Pola makan masyarakat dimana porsi konsumsi karbohidrat (nasi) lebih besar yang mengandung indeks glikemik yang tinggi. Selain itu menurunnya aktivitas fisik, serta tingginya kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga berpengaruh terhadap resiko meningkatnya diabetes. c. kondisi hiperglikemi yang berkepanjangan mengakibatkan berbagai masalah pada pasien diantaranya terjadi gangguan sirkulasi perifer yang mengakibatkan terjadinya penurunan nilai ABI (achiles brachial index). d. senam kaki merupakan salah satu tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah gangguan sirkulasi yang terjadi pada pasien DM. latihan yang teratur dapat mengurangi gangguan sirkulasi yang ada. 5.2 Saran a. Pada saat mengevaluasi latihan senam kaki sebaiknya penulis mendampingi pasien dan memeriksanya sehingga pasien mengetahui cara yang benar dan selanjutnya dapat melakukannya secara mandiri. 35 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 36 b. Dalam bidang keperawatan, perawat ruangan, khususnya perawat penyakit dalam sebaiknya dapat melakukan pemeriksaan ABI dan latihan senam kaki sesuai standar yang ada. c. Institusi pendidikan sebaiknya lebih banyak memberikan informasi kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin khususnya penyakit diabetes dengan gangguan sirkulasi akibat dari hiperglikemi. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 DAFTAR PUSTAKA Aalaa, M, Malazy, T, Sanjari (2012). Nurses role in diabetic foot prevention and care : a reviw. Journal of diabetes metabolic disorder. 11:24 page 2 of 6 Black, J.M and E.M Jacobs.(1997). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Continuity of Care. 5th Ed. Philadelphia: W.B Saunders Company. Doenges, M.E.(2000) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien (Edisis ketiga). Jakarta : EGC. Dworatzex, P.D, Arcudi, K, Clinical practice guidelines nutritional therapy (2013) Canadian Journal of diabetes. Hu F. B. (2010). Globalization of diabet : the rules of diet, lifestyle and genes. doi.10. 2337/dc11-0442 diabetes care june 2011 vol, 34 no.6 1249-1257 Hu F. B, Li TY, Colditz. GA (2003). Sedentary behaviors in relations to risk of obesity and type 2 diabetes mellitus in women. Jama 289:1785-1791. Ismail. (nd). Asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus. Diambil pada tanggal 22 Juni 2014 dari http://images.mailmkes.multiply.com/attachment/0/R@jmiwoKCEMAAE@s4lM 1/Askep %20klien%20Diabetes%20Mellitus.pdf?nmid=87954110. Price, S.A, Wilson, L.M (2006). patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 6) Sudoyo, A.W (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Edisi 4). Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Smeltzer,S.C dan B.G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk. Jakarta: EGC Sigal, R.D, Armstrong, M.J (2013). Clinical practice guidelines physical activity aand diabetes. Canadian Journal of diabetes Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Stone, J.A, Fitchett, D (2013). Clinical practice guidelines. Vascular protection in people with diabetes. Canadian Journal of diabetes Van Dam, R.M, Pasman, W.J, Verhoef, P. (2004). Effect of coffee consumption on fasting blood glucose and insulin concentration. URL http://care.diabetesJournals.org/cgi/content/full l/27/12/2990. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Gambar ulkus pedis Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Lampiran 2: hasil laboratorium HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tanggal 9- 5- 14 jenis pemeriksaan pemeriksaan darah lengkap hemoglobin hematokrit eritrosit MCV MCH MCHC trombosit leukosit hitung jenis Basofil Eosinofil Neutrofil Limfosit Monosit LED ureum kreatinin protein albumin globulin SGOT SGPT GDS HbA1c natrium kalium klorida GFR D dimer kuantitatif APTT Pasien kontrol 13 - 5 -14 hemoglobin hematokrit erotrosit trombosit leukosit LED Hasil Satuan Niali normal 9,1 28,7 3,48 82,5 26,1 31,7 549 13,81 g/dl % 10^6/ul fl pg g/dl 10^3/ul 10^3/ul 12,0 - 15,0 36,0 - 46,0 3,80 - 4,80 80,0 - 95,0 27,0 - 31,0 32,0 - 36,0 150 - 400 5,00 -10,00 0,3 7,0 73,8 13,5 5,4 130 72 2,60 6,5 3,1 3,15 10 6 236 8,7 135 5,31 101,7 18,3 600 % % % % % mm mg/dl mg/dl g/dl g/dl g/dl 0,5 - 1,0 1-4 55,0 - 70,0 20 - 40 2-8 0 - 20 < 71 0,60 - 1,20 6,4 - 8,7 3,5 - 5,2 1,80 - 3,90 < 27 <33 < 140 30,3 33,4 detik detik 9,6 29,8 3,65 495 12,20 110 g/dl % 10^6/ul 10^3/ul 10^3/ul mm mg/dl MRR mEq/L mEq/L mEq/L mg/dl mg/L Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 132 - 147 3,30 - 5,40 94,0 - 111,0 12,0 - 15,0 36,0 - 46,0 3,80 - 4,80 150 - 400 5,00 - 10,00 0 - 20 13-4-14 0,0 - 3,0 1,01 - 1,33 < 71 < 27 < 33 1,70 – 2,55 132 - 147 3,30 - 5,40 94,0 - 111,0 60,0 - 90,0 CRP-Hs kalsium ureum SGOT SGPT magnesium natrium kalium klorida GFR 5,34 1,10 66 12 6 1,51 132 4,56 96,7 20,1 mg/L mmol/L mg/dl u/L u/L mikro albumin sewaktu 814,6 mg/g kreatinin MRR kreatinin urin 105,6 mg/dl 30,0 – 230,0 13 - 5 -14 Biakan +resistensi swab specimen site : ulkus isolate 1 mg/dl mEq/L mEq/L mEq/L ml/min/1,73m^2 pseudomon as aeroginosa Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Lampiran 3 : prosedur latihan senam kaki Posisi awal Duduk tegak diatas sebuah bangku (jangan bersandar) a. Gerakkan jari jari kedua kaki seperti bentuk cakar dan luruskan kembali b. Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakkan diatas lantai, Turunkan ujung kaki, kemudian angkat tumitnya dan turunkan kembali c. Angkat kedua ujung kaki, putar kaki pada pergelangan kaki, kearah samping, turunklan kembali kelantai dan gerakkan kearah tengah d. Angkat kedua tumit, putar kedua tumit kearah samping, turunkan kembali kelantaidan gerakkan ketengah e. Angkat salah satu lutut, luruskan kaki, gerakkan jari-jari ke depan, Turunkan kembali kaki bergantian kiri dan kanan f. Luruskan salah satu kaki diatas lantai, kemudian angkat kaki tersebut, gerakan ujung-ujung jari kearah muka, turunkan kembali tumit ke lantai g. Seperti latihan sebelumnya, tetapi kali ini dengan kedua kaki bersamaan h. Angkat kedua kaki, luruskan dan pertahankan posisi tersebut, gerakkan kaki pada pergelangan kaki, kedepan dan kebelakang i. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan di udara dengan kaki angka-angka 0 – 9 j. Selembar Koran dilipat-lipat dengan kakimenjadi bentuk bulat seperti bola, kemudian dilicinkan kembali dengan menggunakan kedua kaki, dan setelah itu disobek-sobek Kumpulkan sobekan sobekan tersebut dengan kedua kaki dan letakkanlah diatas lembaran Koran lainnya. Akhirnya bungkuslah semuanya denmgan kedua kaki menjadi bentuk bola. Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 ` Lampiran : 4 Rencana asuhan keperawatan RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN no 1 Diagnosa keperawatan Resiko penyebaran infeksi data subjektif : - Pasien mengatakan luka pada kaki belum juga sembuh Data objektif : - Terdapat luka pada pedis sinistra yang masih basah, produksi pus positif - Hasil lab leukosit 13,80 Tujuan/kriteria hasil tujuan umum tidak terjadi penyebaran infeksi pada luka pedis dengan kriteria hasil : - Luka pedis utuh tidak ada bengkak, kemerahan, nyeri, pus - Luka sembuh dengan adekuat - Nyeri berkurang /hilang, skala nyeri 0 - Suhu tubuh normal 36-37,5 C - Hasil lab leukosit normal5000-10000 - - - - Rencana tindakan Observasi tanda tanda adanya penyebaran infeksi dan peradangan spt : demam, kemerahan, peningkatan produksi pus, peningkatan nyeri Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasive/ perawatan luka Anjurkan untuk makan dan minum adekuat Kolaborasi untuk pemberian obat antibiotik Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 - Rasional Pasien mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomial. - Mencegah timbulnya infeksi silang. - Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi - Untuk mengurangi risiko infeksi Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis - 2 ketidakseimbangan nutrisi data subjektif : - Pasien mengeluh mual dan tidak dapat menghabiskan makanannya - Pasien mangatakan napsu makannya menurun Data objektif : - Pasien makan hanya ½ porsi - Hb 9,1 g/dl - Albumin 3,1 g/dl Tujuan umum Nutrisi terpenuhi secara adekuat dengan kriteria hasil : - BB meningkat - Membrane mukosa lembab - Konjungtiva tidak anemis - Albumin 3,4-4,8 mg/dl - Hemoglobin 13-16 g/dl Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif/tidak ada bunyi Timbang berat badan setiap minggu Berikan makanan dalam porsi kecil dan sering - Imobilisasi menurunkan motilitas usus - - Lakukan oral kebersihan - - Observasi tanda tanda hipoglikemi - - Libatkan keluarga pada saat makan - - Kolaborasi dengan tim gizi - - Kolaborasi untuk pemeriksaan lab : albumin, hemoglobin Kolaborasi pemberian terapi antiemetik - Melihat perkembangan status nutrisi Membantu mencegah distensi gaster atau ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan Mulut/palatum bersih meningkatkan rasa dan membantu napsu makan baik. Hipoglikemi dapat gterjadi jika tidak terdapat asupan nutrisi selama beberapa waktu Membuat waktu makan lebih menyenangkan dan meningkatkan masukan Berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individu dan mengidentifikasi rute yang tepat Indikator kebutuhan nutrisi dan keadekuatan diet/terapi Mengurangi mual - - - Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 - - 3 ketidakstabilan gula darah Data subjektif: - Pasien mengatakan saat di rumah tidak teratur mengecek gula darah, pasien hanya mengecek gula darah jika dirasakan gula darahnya meningkat Data objektif: - Gula darah belum stabil Tujuan umum Gula darah stabil/normal dengan kriteria hasil: - Nilai gula darah dalam rentang normal - Tidak terjadi hipoglikemi/hipergli kemi - - - - - Kaji faktor yang dapat meningkatkan resiko ketidakstabilan gula darah monitor kadar glukosa darah perifer dan vena/serum sesuai dengan program Pantau keton urin monitor asupan dan haluaran - Menentukan intervensi/ tindakan selanjutnya - Memberikan informasi yang akurat tentang kadar gula darah - monitor tanda dan gejala hipokalemia ; pucat, takikardi, diaphoresis, gugup, penglihatan kabur, iritablitas, menggigil, dingin, konfusi Pantau tanda dan gejala hiperglikemi : napas bau aseton, keton plasma positif, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, muntah, poliuri, polidipsi, polifagi, kelemahan, letargi, hipotensi, takikardi, napas kusmaul - Asupan makanan berpengaruh terhadap nilai gula darah Tanda tanda hipoglikemi menunjukkan ketidakcukupan glukosa darah Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 - Tanda-tanda hiperglikemi menunjukkan adanya kelebihan kadar glukosa darah 4 Gangguan mobilitas fisik Data subjektif: - Pasien mengeluh agak pusing jika duduk - Pasien mengatakan penglihatannya buram Data objektif : - Terdapat ulkus pedis dekstra & sinistra - Pasien terlihat labih sering berbaring - Kekuatan otot 5555 5555 4444 4444 Tujuan umum Mobilitas pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : - Pasien mengatakan dan menunjukkan keinginan berpartisivasi dalam aktivitas - Pasien dapat mempertahankan dan meningkatkan kekuatan dan fungsi dari bagian yang sakit Kaji tingkat kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas Ukur tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasodilator, diuretik, penyekat beta Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dipsnea, berkeringat, pucat. - mengetahui tingkat kermapuan yang masih dapat dilakukan pasien - Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung. - - Evaluasi peningkatan kemampuan aktivitas - - Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktivitas dengan periode - Penurunan/ ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stres miokard/ kebutuhan oksigen berlebihan. - - - Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 - - 5 Gangguan sirkulasi data subjektif : - Pasien mengatakan kakinya sering terasa kesemutan - Pasien awalnya tidak mengetahui jika kakinya luka data objektif : - Hasil pemeriksaan ABI 0,8 Tujuan umum memperlihatkan perfusi jaringhan perifer dengan kriteria hasil : - Adanya sensasi terhadap panas dan nyeri - CRT , 3 dtk - Integritas kulit utuh - Suhu ekstremitas dalam batas normal - Warna kulit normal - Tiad ada nyeri ekstremitas - Tiadk terdapat edema - - - - istirahat. Lakukan latihan rentang gerak/ROM secara konsisten, diawali dengan latihan pasif kemudian aktif motivasi pasien untuk berpartisipasi dalam semua aktivitas sesuai dengan kemampuan individual Pantau adanya parestesia : mati rasa, kesemutan, hiperestesia, dan hipoestesia Tinggikan ekstremitas yang terganggu 20 derajat atau lebih tinggi dari letak jantung untuk meningkatkan aliran balik vena Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mempertahankan viskositas darah Hindari atau pantau dengan cermat penggunaan terapi panas atau dingin spt Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Latihan Rom dapat meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot - Meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri, dan membantu proses perbaikan - Parestesia menunjukkan adanya hambatan dalam sirkulasi perifer - Peninggian ekstremitas meningkatkan aliran balik vena dan mencegah statis vena - Hidrasi yang adekuat akan memaksimalkan volume sirkulasi - Terapi panas atau dingin menyebabkan terjadinya ulkus/luka pada kaki yang mengalami gangguan - - - - kompres panas atau dingin Perhatikan sirkulasi, gerakan, dan sensasi jari secara sering Ajarkan pasien dan keluarga untuk melakukan rentang pergerakan sendi pasif, asistif, atau aktif Ajarkan pasien latihan senam kaki 3-5x dalam seminggu Motivasi pasien untuk melakukan senam kaki yang telah diajarkan Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 sirkulasi perifer - Edema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas mempotensialkan nekrosis jaringan. - Memampukan keluarga/orang terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikan terapi lebih konstan/konsisten. - Meningkatkan kemampuan pasien Meningkatkan kemandirian meningkatkan harga diri, dan membantu proses perbaikan Lampiran : 5 catatan keperawatan CATATAN KEPERAWATAN Tanggal 9/5/14 Diagnosa keperawatan Resiko penyebaran infeksi implementasi - - Ketidakseimbangan nutrisi - 9/5/14 Ketidakstabilan gula darah - Evaluasi Mengobservasi adanya tanda tanda penyebaran infeksi dan peradangan : demam, kemerahan, peningkatan produksi pus, peningkatan nyeri Mengajarkan pasien untuk cuci tangan yang benar Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik Memberikan antibiotik pycin 1,5 gr (iv) Melakukan penggantian tusukan infus S : pasien mengatakan tidak ada rasa demam, dan tidak ada nyeri hebat O : produksi pus minimal, tidak terdapat jaringan nekrotik, granulasi baik, luka berwarna pink kemerahan pasien masih diingatkan untuk mencuci tangan/menggunakan handrub A : tidak terjadi penyebaran infeksi P : motivasi pasien untuk melakukan cuci tangan Mengobservasi tanda-tanda hipoglikemi Melakukan pemeriksaan lab: hemoglobin Memberikan terapi antiemetik S : pasien mengatakan masih mual O : pasien hanya makan ½ porsi Hb 9,1 g/dl Tidak terdapat tanda tanda hipoglikemi A : ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi P : lakukan oral hygiene & berikan terapi antiemetik S : pasien mengatakan tidak ada keluhan rasa ingin pingsan Memonitor gula darah perifer dan vena Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 - 9/5/14 Gangguan mobilitas fisik - - 9/5/14 Gangguan sirkulasi - - 10/5/14 Resiko penyebaran infeksi - - Memonitor tanda dan gejala hiperglikemi Memberikan terapi insulin correctional dose kelipatan 3 unit Lakukan pemeriksaan laboratorium HbA1c , kalium Mengukur tanda tanda vital sebelum melakukan tindakan keperawatan Membantu pasien dalam melakukan aktivitas Memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan Memonitor tanda tanda parestesia : kesemutan/baal Meninggikan daerah yang terganggu dengan menggunakan bantal Memotivasi pasien untuk mempertahankan hidrasi/intake cairan yang adekuat O : gula darah pagi 153 mg/dl gula darah siang 270 mg/dl GDS 236 mg/dl HbA1c 8,7 MMR, kalium 5,31 mEq/L A : ketidakstabilan gula drah belum teratasi P : lakukan monitor gula darah sesuai program Mengobservasi tanda-tanda penyebaran infeksi : adanya nyeri dan peningkatan suhu Memberikan antibiotik pycin 1,5 gr (iv) S :pasien mengatakan kakinya tidak terlalu nyeri pasien mengatakan nyeri pada skala 3 O : pasien tampak tidak kesakitan suhu 36,3 C A : resiko penyebaran infeksi tidak terjadi P : berikan terapi antibiotik S : pasien mengatakan agak pusing jika duduk O : pasien mampu melakukan aktivitas makan dan minum secara mandiri aktivitas pasien terbatas di tempat tidur A : gangguan mobilitas fisik belum teraratasi P : bantu pasien melakukan aktivitas yang tidak dapat dilakukan secara mandiri S : pasien mengatakan agak pusing jika duduk pasien mengatakan kaki kiri terasa baal dan kaki kanan masih sering kesemutan O : akral teraba hangat A : masalah gangguan sirkulasi belum teratasi P : lakukan pemeriksaan ABI motivasi pasien untuk mempertahankan hidrasi Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 ketidakseimbangan nutrisi - ketidakstabilan gula darah - gangguan mobilitas - - - - lakukan perawatan luka dengan mempertahankan teknik aseptik memonitor tanda-tanda S : pasien mengatakan rasa mual agak berkurang hipoglikemia pesien merasa lebih segar setelah sikat gigi membantu pasien melakukan O : pasien makan siang habis 3/4 porsi sikat gigi tidak ada tanda-tanda hipoglikemi memotivasi pasien untuk A : ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi makan sedikit demi sedikit P : lakukan oral higiene memberikan terapi antiemetik berikan terapi antiemetik melakukan pemeriksaan gula S : pasien mengatakan tidak ada keluhan rasa darah perifer ingin pingsan/penurunan kesadaran memberikan terapi insulin O : pasien makan ½ porsi dan minum 1 gelas memonitor asupan dan setelah makan haluaran gula darah pagi : 177 mg/dl gula darah siang : 209 mg/dl A : ketidakstabilan gula darah belum teratasi P : lakukan pemeriksaan gula darah perifer sesuai program berikan terapi insulin sesuai program S : pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas Motivasi untuk melakukan makan dan minum sendiri, pasien mau aktivitas sesuai dengan melakukan latihan rentang gerak seperti yang kemampuannya telah diajar Menganjurkan pasien untuk lebih sering melakukan posisi O : pasien tampak kooperatif pasien sesekali terlihat duduk diluar kegiatan duduk makan membantu pasien dalam A : gangguan mobilitas belum teratasi melakukan aktivitas yang P : berikan motivasi untuk terus melakukan tidak dapat dilakukannya latihan ROM latihan sendiri ; menggosok gigi mengajarkan latihan rentang Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 gangguan sirkulasi - 12/5/14 Resiko penyebaran infeksi - - ketidakseimbangan nutrisi - ketidakstabilan gula darah - gerak sendi/ROM memonitor adanya paratesia : kesemutan dan baal memperhatikan sirkulasi, gerakan, dan sensasi jari memotivasi pasien untuk memperthankan asupan cairan/hidrasi yang adekuat melakukan pemeriksaan ABI memonitor tanda-tanda penyebaran infeksi melakukan perawatan luka dengan mempertahankan teknik aseptik memberikan antibiotik pycin 1,5 gr (iv) S : pasien mengatakan masih sering merasa kesemutan pada kakinya O : nilai ABI 0,8 A : gangguan sirkulasi belum teratasi P : ajarkan dan latih senam kaki S : pasien mengatakan tidak merasa demam dan tidak ada nyeri hebat pada kakinya, nyeri lebih terasa saat dilakukan penggantian balutan O : luka : produksi pus berkurang, tidak terdapat jaringan nekrotik, granulasi baik, luka berwarna pink kemerahan A : mulai teratasi resiko penyebaran infeksi P : berikan antibiotik lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik sesuai program S : pasien mengatakan rasa mual sudah jauh Memonitor tanda-tanda hipoglikemi berkurang dan merasa lebih enak setelah Melibatkan keluarga pada pemberian obat omeprazole saat pasien makan O : pasien makan habis 3/4 porsi Memberikan terapi saat makan pasien didampingi suami A : ketidakseimbangan nutrisi teratasi omeprazole 40 mg P : berikan motivasi untuk terus mempertahankan asupan nutrisi Melakukan pemeriksaan gula S : pasien mengatakan tidak ada keluhan pusing darah O : gula darah pagi 145 mg/dl Memberikan terapi insulin gula darah siang 219 mg/dl Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 correctioanal dose kelipatan 3unit gangguan mobilitas fisik - - gangguan sirkulasi - - 13/5/14 Melakukan pengukuran tanda-tanda vital Memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas duduk yang lebih sering dibandingkan dengan berbaring Mendampingi pasien saat melakukan latihan ROM Menagajarkan latihan senam kaki Memotivasi pasien untuk melakukan latihan senam kaki yang sudah diajarkan Kolaborasi untuk pemeriksaan Doppler ekstremitas A : masalah ketidakstabilan gula darah belum teratasi P : lakukan pemeriksaan kadar gula darah sesuai program berikan terapi insulin sesuai program S : pasien mengatakan sudah melakukan latihan rentang pergerakan sendi sambil berbaring atau duduk O : TD 130/70 mmhg, N 88x/mnt, RR 20x/mnt pasien terlihat lebih sering duduk pasien mampu melakukan ROM sesuai yang diajarkan A : masalah gangguan mobilitas fisik mulai teratasi P : motivasi pasien untuk terus malakukan ROM S : pasien mengatakan sudah mengerti tentang cara melakukan senam kaki yang sudah diajarkan O : pasien tampak kooperatif hasil pemeriksaan USG Doppler : diameter 2,3 mm, 59,7 cm/s, flow 10,3 ml/mnt A : gangguan sirkulasi belum teratasi P : motivasi pasien untuk terus melakukan senam kaki Resiko penyebaran infeksi - memonitor tanda-tanda penyebaran infeksi Berikan antibiotik pycin 1,5 gr (iv) S : pasien mengatakan tidak ada keluhan demam dan nyeri pada ekstremitas O : tanda tanda vital stabil luka terbalut utuh, tidak ada rembesan/pengeluaran cairan Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Ketidakstabilan gula darah - Gangguan mobilitas - Gangguan sirkulasi - Melakukan pemeriksaan gula darah perifer Memonitor tanda dan gejala hiperglikemi Memonitor tanda dan gejala hipokalemi Melakukan pemeriksaan kalium Memberikan terapi insulin sesuai program Mengukur tanda tanda vital Memotivasi pasien untuk malakukan latihan ROM secara mandiri Perhatikan sikulasi, gerakan dan sensasi jari Mendampingi pasien saat melakukan senam kaki Memotivasi pasien untuk melakukan senam kaki A : penyebaran infeksi tidak terjadi P : lakukan perawatan luka dengan tetap mempertahankan teknik aseptic S : pasien mengatakan tidak ada keluhan, pusing, lemas, atau berkeringat dingin. O : gula darah harian stabil : GD pagi 140 mg/dl GD siang : 240 mg/dl kalium 4,56 mEq/L A : ketidakstabilan gula darah belum teratasi P : monitor gula darah berikan insulin sesuai program S : pasien mengatakan sudah melakukan latihan ROM dan senam kaki saat tidak ada kegiatan tidak ada keluhan pusing O : pasien terlihat mampu melakukan ROM pasien terlihat lebih banyak duduk TD 140/80 mmhg, N 84x/mnt, RR 20x/mnt A : gangguan mobilitas fisik teratasi P : bantu buat jadwal latihan ROM S : pasien mengatakan rasa baal dan kesemutan pada ekstremitas mulai berkurang O : pasien terlihat aktif dan mampu melakukan senam kaki secara mandiri A : gangguan sirkulasi teratasi P : lakukan latihan senam kaki sesuai program Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014 Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Biodata Nama : Sri Mulyati Tempat/ Tanggal lahir : Jakarta/ 6 Mei 1972 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Golongan Darah :A Alamat : JL. Damai 74, No 83 RT 09/04 Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan 12630 II. Telepon/HP : 081315989730 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan 1. TK Al-Makmur : 1979-1980 2. MI Sirajul Banat Al-Makmur : 1980 -1986 3. SMP Islam El-Syifa : 1986-1989 4. SMAN 97 Jakarta : 1989-1992 5. AKPER DEP-KES RI : 1992-1995 6. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia : 2011-2013 7. Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia : 2013- sekarang Asuhan keperawatan ..., Sri Mulyati, FIK UI, 2014