Ar-Risalah, Vol. XV No. 1 April 2017 131 Hak Azazi Manusia di Era

advertisement
Hak Azazi Manusia di Era Demokrasi dalam Perspektif Hukum Islam
Oleh :
Multazim A.A,
[email protected]
Abstract
Human rights in Islam contains the basic principles of
parity, freedom and respect for fellow human beings. The
equation, meaning that Islam looks at all the human equivalent,
the difference is achievement ketakwaanya. Thus it can be
understood that human rights in Islam is defined as basic
human rights – rights that are conferred by God Almighty. So
human rights in Islam have a characteristic: 1) sourced from
revelation, 2) not absolute because it is limited by respect for
the freedom of other people's interests/3) right not to be
separated from obligations.
Keywords: human rights, democracy, islamic law
PENDAHULUAN
Pada saat ini hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi menjadi isu
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan kini
perlindungan HAM merupakan prasyarat bagi kerja sama internasional.
Suatu negara yang mengabaikan HAM dapat dipastikan menjadi sasaran
kritik oleh dunia internasional, dan akan terasingkan dari pergaulan
internasional. HAM, yang pada dasarnya bersifat moral dan bukan politis
ini menjadi hal yang penting sekali setelah Perang Dunia II dengan lahirnya
Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia atau DUHAM), pada 10 Desember 1948, yang didukung oleh
sebagian besar anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hanya saja,
pelaksanaan HAM di banyak negara kini masih mengalami banyak
hambatan, termasuk di negara-negara Muslim.
Berbeda dengan istilah dan sistem demokrasi yang sampai kini
masih diperdebatkan di antara ulama serta intelektual dan aktivis Muslim,
hampir semua mereka setuju dengan istilah hak-hak asasi manusia (HAM)
ini, meskipun konsep yang mereka kemukakan tidak sepenuhnya sama
dengan konsep liberal. Penerimaan ini disebabkan karena essensi dari
HAM ini sudah diakui oleh Islam sejak masa permulaan sejarahnya. Di
dalam Al-Quran dan Hadits disebutkan bahwa manusia dijadikan sebagai
khalifah Allah di atas bumi, yang dikaruniai kemuliaan dan martabat yang
harus dihormati dan dilindungi. Di antara ayat Al-Quran yang menunjukkan
hal ini adalah Q.S. Al-Isra’: 70, yakni “Dan sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak Adam ...”. Hal ini mengandung pengertian bahwa
manusia secara fitrah (natural) memiliki kemulian (karamah) dan oleh
karenanya kemulian ini harus dilindungi. Di antara Hadits yang
menunjukkan persamaan umat manusia dan penghormatan martabat
mereka adalah “Manusia pada dasarnya adalah sama dan sederajat
131
Ar-Risalah, Vol. XV No. 1 April 2017
Multazim A.A Hak Azazi Manusia di Era Demokrasi dalam Perspektif Hukum
bagaikan gigi-gigi sisir, tidak ada keistimewaan bagi orang Arab atas orang
non-Arab kecuali karena ketaqwaannya”.
Dalam persepektif Islam, konsep HAM itu dijelaskan melalui konsep
maqâshid alsyarî’ah (tujuan syari’ah), yang sudah dirumuskan oleh para
ulama masa lalu. Tujuan syari‘ah (maqâshid al-syarî’ah) ini adalah untuk
mewujudkan kemaslahatan (mashlahah) umat manusia dengan cara
melindungi dan mewujudkan dan melindungi hal-hal yang menjadi
keniscayaan (dharûriyyât) mereka, serta memenuhi hal-hal yang menjadi
kebutuhan (hâjiyyât) dan hiasan (tahsîniyyât) mereka”, Hanya saja,
pelaksanaan HAM itu tidak bisa terlepas dari agama dan budaya suatu
masyarakat tertentu, sehingga dalam beberapa kasus pelaksanaan HAM
bersifat partikular dalam rangka penyesuaian ini dan bukan untuk
mempertahankan kekuasaan suatu pemerintahan tertentu.
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang
persamaan, kebebasan dan peghormatan terhadap sesama manusia.
Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia sama dan
mempunyai kedudukan yang sama. Satu-satunya keunggulan yang
dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh
tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat AlHujarat ayat 13. “Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari
laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia diantara kamu adalah yang paling takwa.”
Kebebasan dalam islam memberikan jaminan manusia agar
terhindar dari kesia-siaan dan tekanan, baik yang berkaitan dengan
masalah agama, politik dan ideologi. Namun, demkian pemberian
kebebasan terhadap manusia bukan berarti mereka dapat menggunakan
kebebasan tersebut mutlak, tetapi dalam kebebasan tersebut terkandung
hak dan kepentingan orang lain yang harus dihormati. Dalam Islam seluruh
ras kebangsaan mendapat kehormatan yang sama.
PEMBAHASAN
A. Hak Asasi Manusia dalam Islam
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk
kepentingan manusia melalui syariat Islam yang diturunkan melalui wahyu.
Menurut ajaran Islam manusia adalah makhluk yang bebas yang memiliki
tugas dan tanggung jawab, oleh karenanya ia memiliki hak dan kebebasan.
Dasarnya adalah keadilan yang ditegakan atas dasar persamaan atau
egaliter tanpa pandang bulu. Maknanya tugas yang diemban tidak akan
terwujud tanpa adanya kebebasan, sementara kebebasan secara
eksistensial tidak akan terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri.
Hak asasi manusia dalam Islam mengandung prinsip-prinsip dasar
tentang persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama
132
Ar-Risalah, Vol. XV No. 1 April 2017
Multazim A.A Hak Azazi Manusia di Era Demokrasi dalam Perspektif Hukum
manusia. Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia setara,
yang membedakan adalah prestasi ketakwaanya. Hal ini sesuai dengan alQur’an Surat al-Hujurat ayat 13, yang artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari
laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangabangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang mulia diantara kamu adalah yang paling
takwa”.
Kebebasan merupakan elemen penting dalam ajaran Islam.
Kehadiran Islam memberikan jaminan kepada kebebasan manusia agar
terhindar dari kesia-siaan dan tekanan, baik yang berkaitan dengan
masalah agama, politik dan ideologi. Namun demikian, pemberian
kebebasan terhadap manusia bukan berarti mereka dapat menggunakan
kebebasan tersebut secara mutlak, tetapi dalam kebebasan tersebut
terkandung hak dan kepentingan orang lain yang harus dihormati pula.
Mengenai penghormatan sesama manusia, dalam Islam seluruh ras
kebangsaan mendapat kehormatan yang sama. Dasar persamaan tersebut
merupakan wujud dari kemuliaan manusia. Manusia dalam ajaran Islam
adalah keturunan Adam dan seluruh anak cucu nya dimuliakan tanpa
kecuali. Pernyataan ini termaktub dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 70,
yang artinya:
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di dataran dan lautan, Kami berikan mereka
rezki yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan”.
Islam memandang bahwa manusia itu mulia, karena kemuliaan
yang dianugerahkan kepadanaya oleh Allah SWT. Kemuliaan itu dikaitkan
dengan penyembahan manusia kepada Rabb-nya. Menurut Muhamad
Ahmad Mufti dan Sami Salih al-Wakil, Pemikiran Barat memandang bahwa
hak-hak asasi manusia merupakan hak-hak alamiyah (al-huquq
athabi’iyyah/natural right) yang mengalir dari ide bahwa kedaulatan mutlak
adalah milik manusia, tidak ada pihak lain yang lebih berdaulat dari
manusia (antrophocentris). Sedangkan dalam Islam hak-hak dasar
manusia sebagai anugerah yang diberikan Allah SWT (theosentris)
Dari uraian diatas hak asasi manusia dalam Islam didefinisikan
sebagai hak–hak dasar manusia yang dianugerahkan oleh Allah SWT.
Sehingga hak asasi manusia dalam Islam memiliki karakteristik :
A. Bersumber dari wahyu.
B. Tidak mutlak karena dibatasi dengan penghormatan terhadap
kebebasan/kepentingan orang lain.
C. Hak tidak dipisahkan dari kewajiban.
133
Ar-Risalah, Vol. XV No. 1 April 2017
Multazim A.A Hak Azazi Manusia di Era Demokrasi dalam Perspektif Hukum
Adapun Hak Asasi Manusia dalam Islam antara lain:
1.
Hak hidup
2.
Hak-hak milik
3.
Perlindungan kehormatan
4.
Kemanan dan kesucian kehidupan peribadi
5.
Keamanan kemerdekaan pribadi
6.
Perlindungan dari hukuman penjara yang sewenang-wenang
7.
Hak untuk memprotes kelaliman (Tirani)
8.
Kebebasan ekspresi
9.
Kebebasan hati nurani dan keyakinan
10. Status warga Nobmuslim dalam negara Islam
11. Kebebasan berserikat
12. Kebebasan berpindah
13. Persamaan hak dalam hukum
14. Hak mendapatkan keadilan
15. Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia
16. Hak mendapatkan pendidikan.
B. Demokrasi dalam Islam
Meski prinsip demokrasi itu lahir di barat dan begitu juga dengan
trias politikanya, namun tidak selalu semua unsur dalam demokrasi itu
bertentangan dengan ajaran Islam. Bila kita jujur memilahnya, sebenarnya
ada beberapa hal yang masih sesuai dengan Islam. Beberapa di
antaranya yang dapat kami sebutkan antara lain adalah:
a. Prinsip syura (musyawarah) yang tetap ada dalam demokrasi meski
bila deadlock diadakan voting. Voting atau pengambilan suara itu
sendiri bukannya sama sekali tidak ada dalam syariat Islam.
b. Begitu juga dengan sistem pemilihan wakil rakyat yang secara umum
memang mirip dengan prinsip ahlus syuro.
c. Memberi suara dalam pemilu sama dengan memberi kesaksian atas
kelayakan calon.
d. Termasuk adanya pembatasan masa jabatan penguasa. Sistem
pertanggungjawaban para penguasa itu di hadapan wakil-wakil rakyat.
e. Adanya banyak partai sama kedudukannya dengan banyak mazhab
dalam fiqih.
Namun memang ada juga yang jelas-jelas bertentangan dengan
syariat Islam, yaitu bila pendapat mayoritas bertentangan dengan hukum
Allah. Juga praktek-praktek penipuan, pemalsuan dan penyelewengan
para penguasa serta kerjasama mereka dalam kemungkaran bersamasama dengan wakil rakyat. Dan yang paling penting, tidak adanya ikrar
bahwa hukum tertinggi yang digunakan adalah hukum Allah SWT. Jadi
tidak mengapa kita sementara waktu meminjam istilah-isitlah yang telanjur
lebih akrab di telinga masyarakat awam, asal di dalam pelaksanaannya
134
Ar-Risalah, Vol. XV No. 1 April 2017
Multazim A.A Hak Azazi Manusia di Era Demokrasi dalam Perspektif Hukum
tetap mengacu kepada aturan dan koridor syariat Islam. Bahkan sebagian
dari ulama pun tidak ragu-ragu menggunakan istilah demokrasi, seperti
Ustaz Abbas Al-`Aqqad yang menulis buku Ad-Dimokratiyah fil
Islam. Begitu juga dengan ustaz Khalid Muhammad Khalid yang malah
terang-terangan mengatakan bahwa demokrasi itu tidak lain adalah Islam
itu sendiri.
C. Konsep HAM dalam Islam
Agama Islam memerintahkan umat manusia untuk mengikuti
bimbingan Yang Maha Kuasa selama hidupnya. Seluruh bumi ini
merupakan masjid tempat manusia harus bertindak dalam setiap aspek
kehidupannya demi beribadah hanya kepada-Nya. tujuan eksistensi
manusia di dunia menurut Islam adalah semata-mata untuk beribadah,
menghambakan diri, serta patuh kepada Allah SWT.
Dari pernyataan ini mungkin orang menyangka bahwa manusia
(dalam islam) tidak memiliki hak-hak selain hanya kewajiban-kewajiban.
Pandangan ini tentu saja keliru. Dalam penelitiannya, A.K. Brohi
mengatakan,”Dalam totalis Islam, kewajiban manusia kepada Allah
mencakup juga kewajibannya kepada setiap individu yang lain. Maka
secara paradoks hak-hak setiap individu itu dilindungi oleh segala
kewajiban di bawah hukum Ilahi. Sebagaimana suatu negara secara
bersama-sama dengan rakyat harus tunduk kepada hukum, yang berarti
negara juga harus melindungi hak-hak individual.
Kewajiban yang di perintahkan kepada umat manusia di bawah
petunjuk Ilahi dapat di bagi kedalam dua kategori, yaitu huquuqullah dan
huquuquli-‘ibad. Huquuqullah (hak Allah) adalah kewajiban manusia
terhadap Allah SWT yang diwujudkan dalam berbagai ritual ibadah,
sedangkan huquuqul-‘ibad (hak manusia) merupakan kewajiban-kewajiban
manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-makhluk Allah
lainnya.
Aspek khas dalam konsep HAM Islami adalah tidak adanya orang
lain yang dapat memaafkan suatu pelanggaran hak-hak jika pelanggaran
itu terjadi atas seseorang yang harus di penuhi haknya. Meskipun Allah
sendiri yang telah menganugrahkan hak-hak ini, dan secara asalnya
adalah tetap bagi-Nya serta di dalam-Nya-lah semua manusia wajib
mempertanggungjawabkan, Allah tidak akan melaksanakan kekuasaanNya untuk mengampuni pelanggaran hak-hak pada hari akhir kelak.
Bahkan suatu negara islam pun tidak dapat memaafkan hak-hak ini.
Negara harus terikat memberi hukuman kepada para pelanggar dan
memberi bantuan kepada pihak yang dirugikan, kecuali pihak yang
dianiaya telah memaafkan pelakunya.
135
Ar-Risalah, Vol. XV No. 1 April 2017
Multazim A.A Hak Azazi Manusia di Era Demokrasi dalam Perspektif Hukum
C. Ruanglingkup HAM dalam Perspektif Islam
Selain hak-hak manusia, ada beberapa tujuan sosial tertentu
lainnya seperti keadilan, kebahagiaan, keamanaan, serta kadar-kadar
bervariasi persamaan hak yang merupakan nilai yang lebih tinggi. Hak-hak
manusia yang di batasi untuk kepentingan nilai-nilai ini juga. Kesehatan,
beberapa interprestasi yang menimbukkan konflik, dan perbedaan
preoritas yang di berikan beberapa hak juga membentuk dasar penerapan
pembatasan hak-hak manusia.
Tidaklah terdapat hak-hak fundamental yang mengikat perlemen
Inggris yang secara teoritis Maha Kuasa. Hak-hak di Inggris itu di bentuk di
atas hukum biasa negara itu yang dapat saja diubah oleh perlemen seperti
hukum-hukum lainnya. Dewan pengadilan di Inggris tidak mempunyai
kekuatan untuk meninjau atau memeriksa pembuatan undang-undang
(legislasi) dalam perlemen. Tak ada hukum yang dapat dideklarasikan
secara ultra-vires dengan alasan bahwa ia bertentangan dengan hak alami
ayau fundamental. Hak-hak disana berada dalam bentuk ketentuan
(konvensi) pengadilan berlawanan dengan tindakan-tindakan eksekutif.
Hak-hak itu kebal terhadap kekuatan-kekuatan bada legislatif tertinggi.
Pernyataan hak-hak manusia (Bill og right) oleh Amerika Serikat
yang terdapat pada sepuluh amandemen pertama kontitusi adalah samasama mengikat kongres dan dewan eksekutifnya. Di Amerika Serikat
terdapat supermasi pengadilan sebagaimana kebalikan dari supermasi
perlemen di Inggris. Badan-badan pengadilan di Inggris dapat
mendeklarasikan bahwa legislasi atau perundangan-undangan perlemen
tidak kontitusional dengan alasan bahwa ia beretentangan dengan
ketentuan dan ketetapan Bill Of Right di Amerika itu. Hal ini diluar
kompetensi kongres untuk memodifikasi atau menyesuaikan hak-hak
fundamental dalam pandangan adanya keadaan darurat atau bahay
terhadap negara itu. Kekuasaan itu terletak pada Mahkamah Agung
Amerika Aserikat. Berarti bahwa hak-hak manusia di Amerika Serikat
bersifat absolut. Pengadilan-pengadilan itu sendiri telah berkembang dan
tersusun melalui berbagai kesempatan yang dalam hal ini hak-hak
fundamnetal individu dapat di batasi dalam kepentingan kolektif. Dasardasar dimana negara itu dapat membatasi hak-hak individu itu berlaku dan
berasal dari bagian keutamaan pengadilan di Amerika Serikat.
Menurut pandangan Islam, tidak ada pihak manusia yang dapat
mengurangi, mencabut, serta membatasi hak-hak yang telah di tetapkan
oleh syariat. Suatu negara Islam tidak mempunyai pilihan lain kecuali
menerapkan hak-hak ini tanpa ada syarat apapun.
“dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya
telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
136
Ar-Risalah, Vol. XV No. 1 April 2017
Multazim A.A Hak Azazi Manusia di Era Demokrasi dalam Perspektif Hukum
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata.”(QS al-Azhab: 36).
Tidak ada seorang pun, baik dari kalangan umat Islam sendiri
maupun dari masyarakat keseluruhan, yang berhak untuk mengganti,
melarang, ataupun membatasi ketetapan manapun dari Al-Qur’an dan AsSunnah.
HAM dalam Islam merupakan salah satu bagian dari pola umum
syariat. Hak-hak ini sesuci hukum-hukumsyariat lainnya, dan dengan
demikian hak-hak ini harus diindahlan sesuai dengan syariat. Tidak ada
ketetapan Allah yang dapat dikurangi ataupun dibatasi demi hak-hak
manusia. Jadi, jelaslah dari bahwa sanya semua hukum yang telah di
tetapkan syariat itu membatasi ruanglingkup hak-hak manusia.
SIMPULAN
HAM dalam Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang
persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.
Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia setara, yang
membedakan adalah prestasi ketakwaanya. Dengan demikian dapat di
pahami bahwa hak asasi manusia dalam Islam didefinisikan sebagai hak–
hak dasar manusia yang dianugerahkan oleh Allah SWT. Sehingga hak
asasi manusia dalam Islam memiliki karakteristik: 1) bersumber dari
wahyu, 2) tidak mutlak karena dibatasi dengan penghormatan terhadap
kebebasan/kepentingan orang lain 3) hak tidak dipisahkan dari kewajiban.
DAFTAR PUSTAKA
Hussain, S . 1996. HAM dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press
Muawanah, E. 2009. Pendidikan Gender dan Hak Asasi Manusia.
Yogyakarta: Teras
Rhona & Smith. 2005. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta:PUSHAM
Zainuddin, R. 1979. Hak-Hak Asasi Manusia dalam Islam. Jakarta: Media
Dakwah
137
Ar-Risalah, Vol. XV No. 1 April 2017
Download