BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi yang unik dan ditandai berbagai kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1998). Dan setiap remaja pasti akan mengalaminya. Salah satu ciri khas remaja sering disebut “storm and stress”, remaja sangat peka, sering berubah sikap atau haluan (Hurlock, 1998). Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa sulit, karena pada periode ini terjadi perubahan fisik dan perkembangan psikologisnya yang pesat, sehingga masa ini sering disertai dengan gejala dan permasalahan baik fisiologis maupun psikologis (Pudigjogyanti, 1995). Salah satunya adalah masalah harga diri. Coopersmith (dalam Burn, 1998) mengatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan. Secara singkat, harga diri adalah “Personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya”. Selain itu harga diri merupakan proses intrinsik di mana orang merasa perlu (sadar) untuk menjaga atau menghormati dirinya dengan cara-cara yang terhormat. Remaja yang mempunyai harga diri yang bagus adalah remaja yang mengalami proses hubungan yang positif dengan dirinya, punya perasaan positif terhadap dirinya, punya penilaian yang bagus terhadap dirinya (self-concept). Pengalaman dan 1 proses hubungan yang positif inilah yang kemudian melahirkan sikap dan tindakan yang positif terpuji atau terhormat (Ubaydillah, 2007). Harga diri dalam diri remaja sangatlah penting. (Dariuszky, 2004) menyatakan bahwa harga diri berhubungan dengan kepercayaan seseorang tentang yang bernilai dalam dirinya. Seseorang yang tidak menghargai atau menghormati dirinya sendiri akan merasa kurang percaya diri dan banyak berjuang dengan segala keterbatasan dirinya, sehingga terlibat dalam tingkah laku yang salah atau rentan untuk dieksploitasi dan disalahgunakan oleh orang lain. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan menghormati dirinya dan menganggap dirinya sebagai individu yang berguna. Sedangkan individu yang memiliki harga diri yang rendah tidak dapat menerima dirinya dan menganggap dirinya tidak berguna dan serba kekurangan. Seseorang yang memiliki harga diri akan dapat menerima dirinya sendiri dan juga orang lain. Harga diri juga penting bagi manusia dalam mempertahankan dirinya sebagai mahluk sosial. Beane (1980), menyatakan bahwa perkembangan harga diri pada seseorang akan menentukan keberhasilan maupun kegagalannya dimasa mendatang. Sedangkan arti harga diri itu sendiri menurutnya adalah hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. 2 Untuk memperoleh harga diri yang positif, ada beberapa hal yang harus dimiliki salah satunya adalah efikasi diri. Efikasi diri adalah suatu kenyataan seseorang mengenai kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik. (Barling, 1983). Pajares (1996) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan sikap atau perasaan yakin atas kemapuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta mengenal kelebihan dan kekurangannya. Efikasi diri menunjukkan pada keyakinan individu bahwa dirinya dapat melakukan tindakan yang dikehendaki oleh situasi tertentu dengan berhasil. Bandura (1997), menyatakan bahwa keyakinan diri adalah pendapat atau keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kemampuannya dalam menampilkan suatu bentuk perilaku, dalam hal ini berhubungan dengan situasi yang dihadapi seseorang. Pajares (1996), menyebutkan juga bahwa efikasi diri merujuk pada keyakinan individu bahwa dirinya mampu menjalankan suatu tugas. Semakin tinggi efikasi diri, semakin yakin pada kemampuan menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu. Jadi, dalam situasi sulit orang dengan efikasi diri rendah lebih mungkin mengurang usaha atau melepaskannya sama sekali, sementara orang dengan efikasi diri tinggi semakin giat untuk mencoba mengatasi tantangan tersebut. Efikasi diri juga dapat dikatakan sebagai keyakinan seseorang atas kemampuan yang dimiliki dalam mencapai tujuan tertentu, memiliki sikap optimis, 3 kemampuan pengembangan diri, memiliki motivasi berprestasi dan kekuatan menghadapi tugas. Namun hal ini menjadi tidak dapat dilakukan apabila remaja tidak memiliki harga diri yang positif sehingga remaja tidak memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dan menyebabkan efikasi dirinya menjadi rendah. Akan tetapi apabila remaja memiliki harga diri yang positif maka dirinya mempunyai keyakinan pada kemampuan diri sendiri dalam menyelesaikan tugas ataupun mengerjakan sesuatu. Penelitian Partino (1999), mendapatkan hasil bahwa Self efficacy berhubungan dengan harga diri seseorang. Penelitian dengan responden siswa sekolah menengah atas tersebut menjelaskan bahwa self efficacy mempengaruhi harga diri seseorang, hal ini ditunjukan oleh rata-rata koefisien korelasi terbobot sebesar 0,375 yang berada pada daerah interval kepercayaan 95% yakni - 055 < r < 0,375. Dari penelitian Partino (1999) ditemukan ada hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri dengan Self efficacy. Sedangkan hasil penelitian Kanfer (1990) dalam penelitianya pada mahasiswa menemukan, individu yang memiliki harga diri tinggi, tingkat self efficacy yang dimiliki lebih rendah hal ini ditunjukkan oleh sig 0,322> 0,050. Dari penelitian Kanfer (1990) ditemukan tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri dengan Self efficacy. Dari penelitian Partino (1999) dan Kanfer (1990), Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara harga diri dengan efikasi diri kepada 35 siswa kelas X F jurusan penjualan SMK PGRI 2 Salatiga. 4 Karena berdasarkan dari hasil observasi dan penelitian sebaran datanya bervariasi dari kategori sangat tinggi sampai dengan sangat rendah karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di kelas X-F. 1.6.Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Adakah hubungan yang signifikan antara harga diri dengan efikasi diri siswa kelas X F jurusan penjualan SMK PGRI 2 Salatiga tahun ajaran 2011/2012 ? 1.7. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara harga diri dengan efikasi diri siswa kelas X F jurusan penjualan SMK PGRI 2 Salatiga tahun ajaran 2011/2012. 1.8. Manfaat Penelitian 1.8.1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini apabila penelitian ini menemukan ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan efikasi diri siswa kelas X F jurusan penjualan SMK PGRI 2 Salatiga tahun ajaran 2011/2012 maka sejalan dengan hasil penelitian Partino (1999). Bila dalam penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan efikasi diri siswa kelas X F jurusan penjualan SMK PGRI tahun ajaran 2011/2012 maka sejalan dengan hasil penelitian Kanfer (1990). 5 1.8.2. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian yang akan dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan informasi kepada siswa pada khususnya dan pengajar serta Guru BK pada Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2 Salatiga dalam pengembangan harga diri dan self efikasi pada khususnya. 1.9. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan , berisi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi : pengertian harga diri, pengertian efikasi diri, kajian yang sejalan, hipotesis. Bab III Metode Penelitian, berisi: jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas item dan reliabilitas, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi: deskripsi subyek penelitian, pengumpulan data, analisis data, uji hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, berisi: kesimpulan dan saran. 6