PLENO TUTORIAL I “Pak Suloyo Kekenyangan Pisang” Chairul Huda Al Husna Pak Suloyo Kekenyangan Pisang Pukul 22.00 WIB Tn Suloyo 47th datang ke UGD RS Kamboja diantar istri dan anaknya. Keluhan Tn Suloyo sesak nafas, mual, muntah, anoreksia, poliuria, insomnia dan bengkak di seluruh tubuh. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis, nyeri ketok costovertebra, terdapat tanda bendungan paru, ronkhi basah halus di basal paru, odema anasarka, BB 107kg, TD : 210/100mmHg, N : 100x/mnt, RR 32X/mnt, Suhu 36C, pasein tampak gelisah dan disekujur tubuhnya terdapat bekas garukan. Hasil pemeriksaan laboratorium : BUN 155mg/dl, kreatinin serum 15mg/dL, Hb 7g/dL, proteinuria 100mg/hari, kalium 7mEq/L, GDS 320mg/dL, leukosit 13.000uL, asam urat 15mg/dL, hasil analisa gas darah didapatkan hasil : PH darah 6, HCO3 19mEq/L, PCO2: 39mmHg, Hasil pemeriksaan radiologi osteodistrophi ginjal. Riwayat penyakit dahulu Tn Suloyo menderita diabetes Melitus tak terkontrol sejak 10 th yang lalu, Hipertensi sejak 9 tahun yang lalu dan 5 bulan didiagnosa infeksi saluran kemih dan 1 bulan yang lalu menjalani operasi batu ginjal. Tn Suloyo mempunyai riwayat gemar minum jamu-jamuan dengan alasan untuk vitalitas karena sudah 2 tahun ini mengalami impotensi. Istri Tn Suloyo mengatakan sesak nafas sudah berlangsung 3 hari yang lalu, sudah diobatkan ke alternatif, disana Tn Suloyo harus mengkonsumsi pisang 1 sisir perhari dan membeli kambing untuk memindahkan penyakitnya, tetapi kondisinya semakin parah. Setelah perawat menilai laju filtrasi glomerulus, dokter mengintruksikan untuk rawat inap dan memprogramkan terapi pengganti ginjal yang ada di RS kamboja adalah hemodialisis. Terapi farmakologi yang diprogramkan dokter adalah : Fosinopril : dosis inisial 10 mg/hari, Valsartan : 1x80mg/hari, Amlodipine besylate : dosisi inisial 2,5mg/hari, Furosemide : 1x20-80mg/hari, Transfusi PRC dan Recombinant human erythropoietin : 50 u/kg BB 3 kali per minggu. Perawat segera memberi terapi oksigenasi dan melakukan edukasi pada keluarga pasien untuk persiapan terapi pengganti ginjal dan terapi diet pada penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis. PENYAKIT ? • • • • • • • • • DM ISK Batu Ginjal (Urolithiasis) Hipertensi Osteodistrophi Renal Impotensi Penyakit Ginjal Kronik Sesak nafas Oedem anasarka ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN • • • • Ginjal Ureter Vesica Urinaria Uretra Ginjal • 2 bagian : Korteks (luar) dan Medula (dalam) • Letak : sebelah lateral vertebra torakalis bawah T12 hingga L3 ginjal kanan lebih rendah daripada kiri krn ada hepar • Terbungkus kapsula renis • Aliran darah ke ginjal 25% Curah jantung • Organ retroperitoneal • Sirkulasi : aorta abdominalis arteri renalis ginjal vena renalis vena kava inferior • Bagian atas : kelenjar adrenal Nefron • Unit fungsional ginjal • ± 1 juta nefron di setiap ginjal • Bagian : – Glomerulus : kapsula Bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distal – Duktus pengumpul dari korteks menuju medula pelvis ginjal uretra • Alur : – TD tekanan dan kecepatan aliran darah menuju ginjal – Filtrasi glomerulus disaring (molekul kecil), molekul besar stop filtrat – Tubulus reabsorbsi & sekresi (transport aktif) dipekatkan di tubulus distal duktus pengumpul sisa urin – Duktus pengumpul pelvis ginjal NEFRON MEMBERSIHKAN ZAT DENGAN CARA : • SEPERLIMA PLASMA DISARING MELALUI MEMBRAN GLOMERULUS & CAIRAN YANG TERBENTUK MASUK KE TUBULUS GINJAL (FILTRASI) • DALAM TUBULUS, ZAT YANG MASIH BERMANFAAT AKAN DIABSORBSI KEMBALI SEPERTI AIR DAN ELEKTROLIT, DAN ZAT YANG TIDAK DIPERLUKAN TIDAK DIABSORBSI DAN DIKELUARKAN BERSAMA URINE (REABSORBSI) • MEKANISME LAIN MELALUI PROSES SEKRESI YAITU ZAT YANG BERASAL DARI PLASMA DISEKRESIKAN MELALUI EPITEL TUBULUS KEDALAM LUMEN TUBULUS PEMBULUH DARAH (SEKRESI) ** FUNGSI LAIN GINJAL ADALAH MENGELUARKAN HORMON ERITROPOETIN (PENGATURAN PEMBENTUKAN SEL DARAH MERAH) DAN HORMON RENIN (PENGATURAN TEKANAN DARAH DAN KESEIMBANGAN ION Na (Natrium) DALAM PLASMA DARAH) RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron) System • Renin – Keluar dari sel juxtaglomerulus renal – Aktif karena penurunan perfusi ginjal (dehidrasi, syok hipovolemik, dll) – Mengaktifkan angiotensinogen mjd angiotensin I • Angiotensin I – Dengan bantuan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) mjd angiotensin II • Angiotensin II – Mengaktivasi kelenjar adrenal – hormon aldosteron : Meningkatkan reabsorpsi Na dan Cl di Tubulus, meningkatkan ekskresi Kalium, meningkatkan retensi H2O (Air) – Mengaktivasi kelenjar pituitary lobus psoterior – ADH (Anti Diuretic Hormon) – hormon anti kencing – meningkatkan absorbsi H2O di duktus pengumpul – Aktivasi syaraf simpatik – meningkatkan hormon adrenal (ephinefrin dan norefinefrin) – Vasokontriksi arteriolar – hipertensi Meretensi Air dan Na – lebih pekat (osmolalitas) – semakin banyak menarik cairan ke intravaskuler – safe circulation Perfusi juxtaglomerulus meningkat – negatif feedback Hormon Kelenjar Adrenal • Korteks – Aldosteron – Hidrokortison/Kortisol dan kortikosteron – Androgenik – hormon seks pria • Medulla – Epinefrin/adrenalin – Norepinefrin/noradrenalin Bahan yang disaring dari plasma darah Disaring 24 jam Direabsorpsi 24 jam Disekresikan 24 jam Natrium 540 g 537 g 3,3 g Klorida 630 g 625 g 5,3 g Bikarbonat 300 g 300 g 0,3 g Kalium 28 g 24 g 3,9 g Glukosa 140 g 140 g 0g Ureum 53 g 28 g 25 g Kreatinin 1,4 g 0g 1,4 g Asam Urat 8,5 g 7,7 g 0,8 g BLOOD URINE Komposisi Urin 1. Air / H2O 2. Elektrolit 3. Produk akhir metabolisme protein – – – – Ureum Kreatinin Fosfat Sulfat Fungsi Ginjal • Pengaturan ekskresi asam – Katabolisme as fosfat dan sulfat – Mekanisme buffer • Pengaturan ekskresi elektrolit – Aldosteron reabsorpsi Na ↑ ekskresi K ↑ • Pengaturan ekskresi air – Osmolalitas (50-1200 mOsm/L) – ADH (Anti Diuretic Hormon) • Otoregulasi tekanan darah – Sistem RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron) • Pengaturan kalsium – Proses hidrosilaksi – kalsitriol (vit D aktif) – penyerapan kalsium oleh tulang • Produksi hormon – Renin (RAA sistem) dan eritropoietin (untuk produksi sel darah merah/hemoglobin) KESEIMBANGAN ASAM-BASA 1. Buffer – – 2. Pengaturan pernapasan – – – 3. Mencegah perubahan berlebihan pH dengan mengikat ion hidrogen (H+) jika pH terlalu rendah (asam) dan melepaskan ion hidrogen jika pH terlalu tinggi (basa) Sistem buffer utama adalah bikarbonat (HCO3-). Selain itu asam karbonat (H2CO3), protein plasma, hemoglobin, dan fosfat Respon cepat thd perubahan pH Menurunkan pH yg terlalu tinggi (basa) dengan cara menahan CO2, dan menaikkan pH yg terlalu rendah (asam) dengan cara melepaskan CO2 CO2 sebuah asam potensial Pengaturan ginjal – – Respon lambat thd perubahan pH, namun bisa bertahan dalam jangka panjang Menurunkan pH yg terlalu tinggi (basa) dengan cara ginjal mengekskresikan kelebihan bikarbonat dan ion hidrogen dipertahankan, dan menaikkan pH yg terlalu rendah (asam) dengan cara ginjal menyerap kembali dan meregenerasi bikarbonat dan mengekskresikan ion hidrogen Paru CO2 + H2O H2CO3 Ginjal H + HCO3 PENYAKIT ? DM, ISK, Urolithiasis, Hipertensi PGK (CKD)/GGK (CRF) Osteodistriphi Renal, Impotensi, Hipertensi, Sesak nafas, Odem anasarka CKD? PGK? GGK? CRF? • CKD : Chronic Kidney Disease • PGK : Penyakit Ginjal Kronik • GGK : Gagal Ginjal Kronik • CRF : Chronic Renal Failure PENYAKIT GINJAL AKUT/ ACUTE RENAL FAILURE (PGA/ARF/AKD) Prevalensi • 50.000 orang/tahun menderita PGA di USA Definisi • • • • Hilangnya fungsi ginjal Secara mendadak Reversibel Kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular/glomerular • Tanda : anuria (<50ml/24jam), oliguri (<400ml/24jam) Etiologi • Prarenal (hipoperfusi ginjal) – Hipovolemi – hemorragi, diuresis, GI excess – Vasodilatasi – sepsis/anafilaksis – Gangguan fungsi jantung • Intrarenal (kerusakan aktual jaringan ginjal) – – – – Iskemik jantung yg lama Cidera – terbakar – pelepasan protein cidera – toksik Infeksi Nefrotoksik • Pascarenal (obstruksi aliran urin) – Sumbatan : batu, tumor, striktur, BPH, bekuan darah TAHAPAN PGA Periode awal Periode oliguri (10-20 hari) Periode diuresis (2-3 minggu) Periode perbaikan (3-12 bulan) Sembuh PGK Manifestasi Klinis • • • • • • • • • • Letargi, mual, muntah, nafas bau – uremia SSP – lemah, sakit kepala, kejang, kaku otot Kulit/mukosa kering – dehidrasi Perubahan haluaran urin – anuria/oliguri, hematuri/albuminuri Peningkatan BUN & kreatinin Hiperkalemia – disritmia jantung Asidosis metabolik – kegagalan buffer Abnormalitas kalsium dan fosfat Anemia Edema CHAPTER I PENYAKIT GINJAL KRONIK/ CHRONIC KIDNEY DISEASE (PGK/CRF/CKD) Definisi • • • • Gangguan fungsi renal yang progresif Ireversibel Gagal mempertahankan fungsi ginjal Uremia Etiologi • • • • • • • • • • • DM – Nefropati Diabetikum Glomerulonefritis kronis Pielonefritis Hipertensi yg tidak terkontrol Obstruksi traktus urinarius – batu Kongenital – policystic renal, renal hipoplasia Gangguan vaskuler – sklerosis Infeksi Medikasi – analgesik, NSID, jamu2an Agens toksik Lingkungan/agens berbahaya : timah, kadmium, merkuri, dan kromium Penyebab Tersering – membutuhkan Terapi Pengganti Ginjal • • • • • • DM (40%) Hipertensi (25%) Glomerulonefritis (15%) Penyakit ginjal polikistik (4%) Urologis (6%) – batu, ISK, obat nefrotoksik Tidak diketahui dan lain lain (10%) Manifestasi Klinis • Kardiovaskuler – Hipertensi, edema, friction rub, JVD, gagal jantung • Integumen – Kulit kering bersisik, pruritus, ekimosis • Pulmoner – Sputum kental, pleuritis, nafas dangkal • Gastrointestinal – Nafas bau amonia, anoreksia, mual, muntah, diare • Neurologi – Kelemahan/keletihan, konfusi, kejang • Muskuloskeletal – Kram otot, fraktur tulang, foot drop • Reproduksi – Atrofi testikuler, amenore, impoten, mandul Manifestasi Klinik Uremia Otak : Wajah : - pucat - warna keabu-abuan - uraemic frost Tekanan vena jugularis : - tinggi atau rendah Jantung : Tekanan darah : - pembesaran jantung - perikarditis - meningkat - turun saat berdiri - letargi, malaise - bingung - koma - kejang Konjungtiva : - kemerahan - kalsifikasi - perubahan fundus karena hipertensi Mulut : - napas uremik Dada : - hiperventilasi karena asidosis - edema paru, efusi Abdomen : - ginjal & kandung kemih teraba - bruits ginjal Lengan & tangan : - lecet - bekas garukan - lekonikia - tremor - flap - myoclonic jerks Urin : - simptom penyakit ginjal - poliuri, frekuensi, nokturi Genital : - impotensi - libido menurun - amenore, mandul Perifer : - edema tungkai - neuropati perifer - deformitas tulang pd anak - peningkatan penyakit vaskuler Pemeriksaan Penunjang • Kimia urin : proteinuria, glikosuria, silinder RBC serta leukosit dan kristal • Kimia darah : peningkatan kadar BUN, kreatinin, kalium dan natrium • Analisis gas darah arterial : asidosis metabolik • Biopsi renal : identifikasi penyebab yang mendasarinya melalui pemeriksaan histologi Analisa Kasus • • • • • • • • BUN – menggambarkan kadar ureum dalam darah – sisa penguraian protein – ekskresi oleh ginjal – harusnya rendah dalam darah tapi tinggi dalam urin – bila tinggi indikasi uremia. Normal : 10-20 mg/dl (adult), 2-18 mg/dl (child) – klien = 155 mg/dl Protein – albumin 60% globulin 40% – albumin penting untuk tekanan onkotik plasma Proteinuria – adanya protein dalam urin – normalnya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin GDS (Gula Darah Sewaktu) = normal ≤ 200 mg/dl Kreatinin serum = Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl Leukosit = Pria : 4.000 – 11.000 (5.000 – 10.000) (/ul) Wanita : 5.000 – 10.000(/ul) – indikasi ada infeksi – ISK Asam urat = pria : 3.4 – 7.0 (mg/dl), wanita : 2.4 – 5.7 (mg/dl). – hasil metab purin (DNA) – ekskresi melalui ginjal – bila berlebih akan menumpuk pada jaringan dan sendi HB = Pria dewasa : 13.5 – 17 g/dl. Wanita dewasa : 12 – 15 g/dl – bila rendah indikasi pementukan terganggu Interpretasi BGA/ABG Asidosis Alkalosis Ph (7,35 – 7,45) Turun Naik HCO3 22 – 26 Turun Naik PCO2 35 – 45 Naik Turun BE –2 – +2 Turun Naik PO2 80 – 100 Turun Naik Analisa Kasus • pH : 6 – asidosis • pCO2 : 39 mmHg – normal • HCO3 : 19 mEq/L – metabolik Asidosis metabolik Penentuan fungsi ginjal LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) kreatinin serum kreatinin klirens Normal klirens kreatinin : Male : 115-125 ml/m female: 90-100 ml/m Rencana Tindakan Sesuai Tahap PGK Tinggi dalam Inci = (TB(cm) / 2.45) - 60 Analisa kasus • Usia = 47 th • TB = ?? Anggap 160 cm -- -- (160/2,45)-60 = 5,3 Jadi Creatinin serumnya adalah? (140-47) x (50+2,3(5,3)) = 93 x 62,19 : 1080 = 5,3 72x15 Jadi, pak suloyo terkena PGK tahap 5 (<15) – butuh terapi pengganti ginjal – hemodialisis Penatalaksanaan Tujuan : mempertahankan fungsi ginjal & homeostasis selama mungkin • Hipertensi : antihipertensi, kontrol cairan • Hiperkalemi : diet rendah kalium (2-4g/hr : jeruk, pisang, tomat, kacang), dialisis adekuat • Perikarditis/efusi perikardial/jantung : pembatasan • • • • cairan, diet rendah natrium, diuretik, dialisis Anemia : pemberian eritropoetin, zat besi, asam folat Penyakit tulang : suplemen kalsium dan pengikat fosfat Asidosis metabolik : natrium bikarbonat, tx oksigen, dialisis Diet : pengaturan protein (rendah protein : 0,5-0,7 g/kgBB/hari), masukan cairan, diet rendah natrium (2-4g/hr tergantung edema – sup kaleng, kecap asin), pembatasan kalium, masukan tinggi kalori, dan suplemen vitamin • Transplantasi Ginjal Perbedaan dan Persamaan PGA dengan PGK Analisa Kasus • DM tidak terkontrol – hiperglikemi – hipertrofi dan hiperfiltrasi nefron/glomerulus – nefrosklerosis – kegagalan filtrasi – protein/albumin lolos – albuminuria /proteinuria • DM tidak terkontrol – hiperglikemi – penurunan aliran darah ke ginjal – RAAS – hipertensi – vasokontriksi – perubahan struktur arteri (sklerosis) – aldar ke ginjal semakin menurun – kerusakan ginjal • HT tidak terkontrol – vasokontriksi – sklerosis – perfusi ginjal menurun – kerusakan ginjal – semakin HT • Jamu – bila terlalu banyak/lama – sisa metabolit tinggi – meningkatkan kerja ginjal – rusak – banyak minum – osmolalitas menurun • Banyak jamu yang dicampur obat golongan NSID – nefrotoksik • Batu ginjal – infeksi – berulang – bisa kambuh – ginjal rusak • ISK – infeksi kronik – produksi struvit berlebih – batu • ISK – inflamasi pada bagian ginjal – kronik kerusakan fungsi CHAPTER II BATU GINJAL/UROLITHIASIS Prevalensi • Batu ginjal diderita sekitar 10% populasi di negara-negara Barat. • Setengah dari penderita yang memiliki riwayat batu ginjal akan mengalami episode berulang Definisi • Adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius • Konsentrasi yg meningkat : kalsium fosfat, kalsium oksalat, dan asam urat • Defisiensi sitrat – kristalisasi dalam urin – batu • Kecil – bisa jatuh ke bagian yg lain (ureter/VU) • Besar – ginjal • Faktor yg berpengaruh : stasis urin, infeksi, periode immobilitas Etiologi • Batu asam urat – Pasien gout – Dehidrasi – Tinggi protein • Batu struvit – Infeksi (ISK kronik) batu kaya amonia-alkalin • Batu sistin – Defek absorbsi sistin – Keturunan Etiologi • • • • • • • Hiperparatiroidisme Asidosis tubular Malignansi Penyakit granulomatosa Masukan vit. D berlebihan Masukan susu dan alkali Penyakit mieloproliferatif Faktor Resiko • • • • • • • Usia – 40 th keatas Jenis Kelamin – laki2 > perempuan Ras Keturunan Obesitas Iklim panas – dehidrasi Volume urin rendah – kurang minum Manifestasi Klinis • Obstruksi – Hambatan aliran urine • Infeksi – Gejala infeksi (demam, menggigil, disuria) • Edema – Nyeri yg luar biasa – Dampak dari infeksi Manifestasi Klinis • Batu pada piala ginjal – – – – Nyeri kostovertebral Hematuri dan piuria Kolik renal Abdominal discomfort • Batu pada ureter – – – – Nyeri menyebar ke paha & genital Kencing sedikit Hematuri Kencing batu (ukuran 0,5-1 cm) • Batu pada VU – Iritasi – infeksi – Hematuri Pemeriksaan Penunjang Komplikasi • Infeksi • Kerusakan ginjal • Gagal ginjal Penatalaksanaan Farmakologis – Analgesik – Bedah • • • • Nefrolitotomi Nefrektomi Pielolitotomi Ureterolitotomi – ESWL (Extracorporeal Shock-Wave Litrotripsi) – Uteroskopi – Pelarutan batu ESWL nefrolitotomi Penatalaksanaan Non Farmakologis – – – – – Minum air putih 8 gelas/hari Kurangi makanan yg mengandung vit. D Kurangi garam/ makanan tinggi natrium Kurangi produk susu Kurangi sayuran : • Bayam, lobak, seledri, kedelai – Kurangi buah : • Beri, kismis, anggur – Kurangi minum : • Teh, coklat, berkarbonat, susu/produk susu CHAPTER III ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH) Prevalensi • Amerika : 900.000 pasien rawat inap mengalami ISK tiap tahun – 80% didapat dari RS – (2-4% sepsis) • 30% berasal dari pemasangan kateter ISK (Infeksi Saluran Kemih) Anonim : UTI (Urinary Tract Infection), ITU (Infeksi Traktus Urinarius) • Ginjal – Pielonefritis – ISKAtas • Vesica Urinaria – Sistitis – ISKBawah • Uretra – Uretritis Etiologi Pielonefritis : – Refluks ureterovesikel – Bakteri scr hematogen (3%) – jarang – Obstruksi (tumor, striktur, BPH, batu) Sistitis : – – – – E. Coli – flora normal pada usus Refluks uretrovesikel Kontaminasi fekal Kateterisasi Uretritis : – Gonoreal : N. Gonorrhoeae – periuretritis, prostatitis, epididimitis, dan striktur uretra – sterilitas – Non Gonoreal : klamidia trakomatik, ureaplasma urelytikum Faktor Resiko • • • • • • • Perempuan >> Laki-laki Sering menahan kencing Terpasang kateter (tidak steril/terlalu lama) Kebersihan – fekal kontaminasi Hubungan seksual – sudah terinfeksi ISK Kontrasepsi Lansia Manifestasi Klinis Pielonefritis : – – – – – – – – Demam menggigil Bakteriuria Piuria Nyeri tekan kostovertebral Leukositosis Disuria Sering berkemih Kronis : asimptomatik, keletihan, sakit kepala, anoreksia, haus, poliuri, kehilangan BB Sisititis : – – – – – – – Urgensi Disuria Sering berkemih Nyeri suprapubis saat berkemih Piuria Nokturia Hematuria Uretritis : – Disuria Patofisiologi • • • • • • • • • • • Indikator utama – kreatinin serum – Kurang Pengetahuan Fungsi ginjal menurun – produk metabolisme protein (seharusnya keluar) menumpuk – tertimbun dalam darah – uremia LFG menurun – klirens kreatinin menurun – kreatinin serum meningkat, BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat – uremia Uremia otak – ensefalopati uremikum – penurunan kesadaran, kejang – Hambatan Mobilitas Fisik, DPD, Resiko Cidera RAA teraktivasi – hipertensi – retensi cairan dan natrium – oedem, hipertensi, gagal jantung – Intoleran Aktivitas, Penurunan Curah Jantung, Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer, Kelebihan Volume Cairan Albuminuri/proteinuri – penurunan tekanan onkotik plasma – oedem – Kelebihan Volume Cairan Oedem paru – sesak nafas – Gangguan Pertukaran Gas Kegagalan buffer – ion H berlebih – HCO3 banyak yang hilang – asidosis – sesak nafas – Gangguan Pertukaran Gas Ketidakmampuan produksi eritropoetin di ginjal – produksi SDM menurun – Hb menurun – anemi – suplai Oksigen jaringan menurun – letih, sesak – Intoleran Aktivitas, Keletihan Gangguan metabolisme kalsium dan fosfat – kalsium tulang menurun – osteodistrofi renal (penyakit tulang uremik) – resiko fraktur -- Hambatan Mobilitas Fisik, Resiko Jatuh/Cidera Dialisis – jalur intravena – insisi – port de entry kuman – Resiko Infeksi,Nyeri AKut Komplikasi • • • • Batu ginjal – organisme pengurai Hipertensi PGK Sepsis Penatalaksanaan • Sering : Antibiotik : sulfametoxazole + trimethoprim – Pantau ekskresi obat – fungsi ginjal menurun • • • • • Short course : 3-4 hari, long course : 7-10 hari Kadang : amoksisilin/ampisilin – sudah resisten Antipiretik Kompres hangat suprapubik Relaksasi progresif KALIUM • Kalium digunakan untuk membantu kinerja otot dan syaraf pada tubuh manusia agar bekerja dengan baik. • Penting dalam potensial membran – sel otot jantung • Pisang adalah salah satu buah yang memiliki kadar kalium tinggi • Normal = 3,5-5 mEq/l (dalam darah) • Kadar tinggi dalam intaseluler (mencapai 159 mEq/l) HIPERKALEMI • Tingginya kadar kalium dalam darah • Bisa disebabkan karena gagal ginjal – sekresi menurun – ditambah konsumsi tinggi kalium • Kondisi asidosis – sekresi kalium menurun • Akibat : – Disritmia jantung, bisa sampai henti jantung – Kelemahan otot • Obat : – Furosemide = diuretik – menghambat reabsorbsi kalium di ginjal – banyak yg keluar Edema Penumpukan cairan di ruang interstisial Penyebab Keadaan yang mendasari Peningkatan tekanan hidrostatik •Gagal jantung •Perikarditis konstriktif •Trombosis vena •Sirosis Hipoproteinemia -- proteinuri •Sirosis •Malnutrisi •Sindrom nefrotik •Gastroenteropati Obstruksi limfatik •Kanker •Pembentukan jaringan parut karena inflamasi •Radiasi Retensi natrium •Asupan garam berlebih •Peningkatan reabsorbsi natrium dalam tubulus renal •Penurunan perfusi renal Peningkatan permeabilitas endotel •Inflamasi •Luka bakar •Trauma •Reaksi alergi/imunologi EDEMA • Klien PGK dapat terjadi edema karena : – Retensi Na – Penurunan albumin (hipoalbumin)/ albuminuri/proteinuri – Bila terjadi komplikasi gagal jantung – tekanan hidrostatik meningkat • Edema juga bisa terjadi di paru (edema paru), kaki (pitting edema), edema skrotum, pleura (efusi pleura), rongga peritoneum (asites) • Edema paru – menghambat perfusi oksigen – pertukaran gas terganggu – sesak nafas, ronchi halus OSTEODISTROPHI RENAL Mekanisme : • Vit. D disimpan di kulit – aktif oleh sinar UV – dibawa ke ginjal – diubah mjd kalsitriol (vit. D aktif) – membantu penyerapan kalsium dari makanan ke sirkulasi darah – diserap tulang • Bila ginjal rusak (PGK) – kalsitriol tidak terbentuk – penyerapan kalsium dari makanan menurun – darah butuh kalsium – mengambil dari tulang – gangguan kepadatan dan struktur tulang – keropos – osteodistrophi renal • Penanganan : – – – – Diet rendah vit. D Diet rendah fosfat Suplemen kalsitriol Pembatasan aktifitas (mencegah cidera) IMPOTENSI • Gangguan seksual yang ditandai dengan gejala ketidakmampuan penderita dalam mempertahankan tingkat ereksi penis untuk berlangsungnya hubungan sex suami istri • Disebut juga Disfungsi Ereksi (DE) • Mekanisme : – DM – neuropati perifer – ujung2 syaraf parasimpatis di penis terganggu – gangguan ereksi – HT – vasokontriksi – gangguan vaskular – suplai darah ke penis menurun – gangguan ereksi – PGK – uremia, hiperkalemi, HT, kelemahan KONJUNGTIVA ANEMIS Hb (Hemoglobin) Cut Off Point WHO Perempuan dewasa < 12 g/dl Laki-laki dewasa < 13 g/dl Perempuan hamil < 11 g/dl Anak umur 6-14 tahun < 12 g/dl Anak umur 6 bln6tahun < 11 g/dl • Konjungtiva anemis – warna pucat – normal kemerahan – tanda anemia • PGK – hormon eritropoietin (EPO) menurun – pembentukan sel darah merah menurun – Hb (mengikat O2) menurun – anemia – sesak + lemas Kriteria klinik Indikator Nilai Hb < 10 g/dl Hct < 30 % Eritrosit < 2,8 juta/mm3 Obat-Obat • • • • Fosinopril adalah grup obat yang disebut angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi) atau gagal jantung. Valsartan kelompok obat yang disebut angiotensin II receptor antagonists. Valsartan menjaga pembuluh darah dari penyempitan, yang mengurangi tekanan darah dan meningkatkan aliran darah. Amlodipine besylate adalah obat yang termasuk dalam kelas calcium channel blockers. Kalsium channel blockers adalah obat yang menghalangi aliran kalsium, yang diperlukan untuk kontraksi otot, terutama untuk kontraksi jantung dan otot-otot arteri. Hal ini membuat channel blockers kalsium sangat efektif untuk relaksasi otot-otot jantung dan otot-otot halus dinding arteri. Dengan cara ini, obat ini membantu untuk mengobati kondisi seperti, angina dan tekanan darah tinggi. Furosemida efektif untuk pengobatan berbagai edema. Kalium ikut keluar Tatalaksana PGK Aktif Konservatif: -Diit, BP controle, glucose controle,treat c o r r e c t i b l e f a c t o r s Transplantasi Dialisis Hemodialisis Dialisis Peritoneal Donor Jenasah Donor Hidup Heart Beating Living Related Non Heart Beating Unrelated DIAGNOSA KEPERAWATAN • Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal dengan faktor resiko penyakit ginjal • Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan ginjal melemah • Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler • Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (uremia) • Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen • Kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi • Gangguan body image b.d biofisik NOC-NIC Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal dengan faktor resiko penyakit ginjal • NOC : – Keseimbangan elektrolit dan asam basa : • • • • • • • • • Pulse RR Serum albumin Serum kreatinin Hb BUN Orientasi kognitif adekuat Tdk ada gangguan mental NIC : – Manajemen asam-basa • • • • Jaga akses intravena, jalan nafas Monitor analisa gas darah, serum kreatinin, elektrolit Posisi semi fowler, terapi oksigen Monitor TTV, GCS, BGA, PaO2, SaO2, Hb, pH, dll – Terapi hemodialisis (jika sudah hemodialisis) • • • • • • • Catat TTV Lakukan HD dengan benar, monitor kepatenan AV fistula (shunt/cimino), dengan tehnik steril Monitor TTV selama dialisis Beri heparin sesuai protokol Hindari mengukur TD pada lengan yg ada AV fsitula Rawat kateter/fistula sesuai protokol Kolaborasi jika ada efek samping NOC-NIC Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan ginjal melemah • NOC : – Keseimbangan cairan: • • • • • • • • • • Intake output seimbang BB stabil Tidak ada asites Tidak ada distensi vena jugularis Tidak ada edema perifer Kelembabapan kulit Membran mukosa lembab Elektrolit serum dbn HCT dbn NIC : – Manajemen cairan • • • • • – Manajemen cairan (jika sudah hemodialisis) • • – Timbang BB, pertahankan intake output Pasang kateter urin Pantau hasil lab yg relevan dan pantau TTV Pantau edema (lokasi dan derajat) Kolaborasi pemberian diuretik, tranfusi darah, bila perlu Catat BB klien pre-post HD Monitor status hidrasi pre-post HD Monitor cairan (jika sudah hemodialisis) • • • • • • Monitor input output pre-durante-post HD Batasi masukan cairan saat HD Monitor TTV (pre-durante-post HD) Monitor lokasi, luas (pre post HD) Jelaskan rasional pembatasan cairan pada keluarga klien Motivasi klien NOC-NIC Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler • NOC : – Status pernafasan : pertukaran gas adekuat : • • • • • • • • – Status respirasi : ventilasi adekuat : • • • • • Klien dpt bernafas dengan mudah Tidak ada dispneu dan sianosis paO2 dbn paCO2 dbn pH dbn SaO2 dbn Rontngen paru dbn Perfusi ventilasi seimbang RR dbn Irama nafas dbn Tidak ada pernafasan mulut Tidak ada dispneu dan ortopneu NIC : – Pengelolaan asam basa • • • • • • • – Jaga kepatenan akses intravena dan jalan nafas Monitor BGA, serum, dan elektrolit Monitor status hemodinamic (CVP, MAP, PAP) Posisikan semifowler Monitor adanya gagal nafas (retraksi, cuping hidung, BGA abnormal) Monitor pola nafas Monitor hasil lab dan status neurologi Terapi Oksigen • • • • • • Jaga kepatenan jalan nafas Kolaborasi pemberian oksigenasi (NRM) Cek secara rutin aliran oksigenasi Monitor efektifitas terapi oksigen Monitor terhadap hipoventilasi dan keracunan Anjurkan klien berhenti merokok TERIMA KASIH