JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 6 No. 1, April 2006 : 19 – 23 EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK AIR MINUM DALAM MENENTUKAN TARIF AIR MINUM Studi Kasus pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Oleh H. Hendra Setiawan dan Ade Wisni Wihandranti Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor ABSTRACT This research was done to find out the cost pricing of drinking water selling, the determination of drinking water rate and the correlation of the two. It’s utilized case study method with hypothetical testing techniques as descriptive-comparative. The result indicates that the cost price calculation of drinking water selling has significant correlation to determining drinking water rate. The cost price of drinking water selling based on cost components was determined by using accounting cost average, financial average, and cost level (low cost, moderate cost and high cost level) as principle to determining drinking water rate structure based on customer group and water consumption block. Keywords: Cost Pricing PENDAHULUAN Perusahaan Daerah Air Minum merupakaan perusahaan milik daerah yang berada dibawah naungan Pemerintah Daerah setempat. Dalam melaksanakan kegiatannya harus selalu dinamis, terus menerus berusaha untuk meningkatkan usahanya serta harus dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan. Dalam mengusahakan penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat harus dilaksanakan secara memadai, adil, merata dan harus mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan Pemerintah Daerah. Untuk itu PDAM harus dikelola secara baik atas dasar prinsip-prinsip ekonomi yang berlaku dengan tetap memperhatikan fungsi sosial. Dalam menentukan tarif atau harga jual yang mengacu kepada peraturan pemerintah, Perusahaan Daerah Air Minum juga harus dapat memperhitungkan komponenkomponen biaya yang terjadi. Biaya-biaya yang harus diperhitungkan dan perhatikan antara lain biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya-biaya tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk harga pokok produksi dan harga pokok penjualan yang pada akhirnya dapat menentukan harga jual. Setelah dilakukan perhitungan harga pokok air minum dalam menentukan tarif air minum, Perusahaan Daerah Air Minum juga dituntut untuk dapat mengevaluasi kembali dari perhitungan yang telah dilakukan agar dapat melihat kondisi harga pokok yang telah diperhitungkan dan tarif yang telah ditentukan apakah perlu dilakukan penyesuaian atau tidak . SETIAWAN dan WISNI, Evaluasi atas Perhitungan Harga Pokok Air Minum METODOLOGI PENELITIAN Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik deskritif kuantitatif, yang merupakan pengujian terhadap kenyataan yang ada dimana data yang diperoleh berupa angka yang dijelaskan dalam bentuk kalimat. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode harga pokok produksi (proces cost method), dimana metode ini biaya-biaya produksi dan biaya-biaya bukan produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga persatuan yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya (biaya produksi dan biaya non produksi) untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan. Dan dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya dalam harga pokok tersebut menggunakan pendekatan Full Costing. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum di PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor mempunyai hubungan yang sangat erat dalam menentukan tarif air minum. Hal ini dapat dikatakan karena sebelum menentukan besarnya tarif air minum yang akan diberlakukan kepada kelompok golongan pelanggan berdasarkan blok konsumsi air, maka manejemen PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor harus terlebih dahulu melakukan perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum. Perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum di PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, dilakukan dengan cara menghitung komponen-komponen biaya yang sesuai dengan Pedoman Akuntansi PDAM. Biaya tersebut terdiri dari: 1. Biaya Operasi, Pemeliharaan dan Administrasi; 2. Biaya Depresiasi; 3. Bunga Pinjaman; dan 4. Pokok Pinjaman. Selain keempat komponen biaya tersebut, juga diperhitungkan biaya tingkat hasil usaha yang didukung atas nilai asset perusahaan 20 yang biasanya disebut Pengembalian Investasi (Retun On Asset/ROA). Dari komponen-komponen biaya tersebut diatas kemudian dilakukan perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum, dengan menghitung komponen-komponen biaya kedalam perhitungan Rata-rata Akunting, Rata-rata Finansial dan perhitungan berdasarkan Tingkat Biaya (Tingkat Biaya Rendah/TBR, Tingkat Biaya Dasar/TBD, dan Tingkat Biaya Penuh/TBP). Seperti yang telah dibahasan sebelumnya, bahwa perhitungan HargaPokok Penjualan air dan penentuan tarif air minum yang dilakukan oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor mengacu kepada Permendagri No. 2 tahun 1998. Berdasarkan Permendagri tesebut, perhitungan harga pokok penjualan air minum dimulai dengan memperhitungkan biaya-biaya kedalam perhitungan Rata-rata Akunting dan Rata-rata Finansial. Rata-rata Akunting merupakan perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum yang dijadikan patokkan terendah dalam menentukan tarif. Rata-rata akunting diperoleh dari memperhitungkan seluruh biaya ditambah faktor inflasi dibagi jumlah air yang terjual. Dari perhitungan yang telah dibahas sebelumnya bahwa, Rata-rata biaya Akunting untuk tahun 2003 sebesar Rp. 1.482,54 dan tahun 2004 sebesar Rp. 1.880,10. Sedangkan Rata-rata Finansial merupakan perhitungan Harga Pokok Penjualan yang dijadikan patokkan tertinggi dalam menentukan tarif air minum. Rata-rata Finansial diperolah dari memperhitungkan nilai rata-rata akunting ditambah dengan tingkat hasil usaha pada tahun dasar dikali asset dibagi air yang terjual pada tahun dasar. Dari perhitungan yang telah dibahas sebelumnya menunjukan bahwa, nilai Ratarata Finansial tahun 2003 sebesar Rp. 2.071,39 dan tahun 2004 sebesar Rp. 2.527,94. Didalam penentuan tarif air minum nilai Rata-rata Akunting dan nilai Rata-rata Finansial tidak secara langsung mempengaruhui besaran tarif yang akan ditentukan, tetapi seperti yang telah Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 6 No. 1, April 2006 dikatakan sebelumya bahwa nilai Rata-rata Akunting dan Rata-rata Finansial hanya dijadikan sebagai patokkan. Yang akan mempengaruhi secara langsung besarnya tarif yang akan ditentukan adalah perhitungan harga pokok penjualan air minum yang diperhitungkan kedalam Tingat Biaya yang terdiri dari TBR, TBD dan TBP. Tingkat Biaya Rendah (TBR) merupakan perhitungan yang dijadikan sebagai Harga Pokok Penjualan air minum untuk kelompok I dengan blok konsumsi 0 samapi dengan 10 m3, 11 M3 sampai dengan 20 m3 dan lebih dan 20 m3. Serta untuk kelompok II dengan blok konsumsi 0 sampai dengan 10 m3. Perhitungan TBR ini diperoleh dari biaya OPA ditambah dengan faktor inflasi dibaga dengan jumlah air yang terjual pada tahun dasar. Dari perhitungan yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa nilai Tingkat Biaya rendah (RBR) tahun 2003 sebesar Rp. 1.049,- dan tahun 2004 sebesar Rp.1.352,-. Tingkat Biaya Dasar (TBD) merupakan perhitungan yang dijadikan sebagai harga pokok penjualan air minum untuk kelompok II dengan blok konsumsi 11 m3 sampai dengan 20 m3 dan kelompok III dengan blok konsumsi 0 m3 sampai dengan 10 m3. Perhitungan TBD ini diperoleh dari OPA dikalikan faktor inflasi ditambah dengan jumlah pembayaran pinjaman dibagi dengan jumlah air yang terjual. Dari perhitungan yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa, nilai Tingkat Biaya Dasar (TBD) tahun 2003 sebesar Rp. 1.226 dan tahun 2004 sebesar Rp. 1.557. Tingkat Biaya Penuh (TBP) merupakan perhitungan yang dijadikan sebagai harga pokok penjualan air minum untuk kelompok II dengan blok konsumsi lebih dari 20 m3, kelompok III dengan 11m3 sampai dengan 20 m3 dan blok konsumsi lebih 20 m3. Serta untuk kelompok IV untuk semua blok konsumsi. Perhitungan TBP ini diperoleh dari Tingkat rata-rata biaya akunting tanpa bunga {OPAD + (OPAD x %inflasi) dibagi air yang terjual pada tahun dasar} ditambah Tingkat rata-rata hasil usaha yang direncankan (ROA ditambah FROA). ROA dipeoleh dari asset dikali % hasil usaha dibagi jumlah air yang terjual pada tahun dasar, sedangkan FROA diperoleh dari ROA ditambah ROA dikali faktor inflasi. Dari perhitungan menunjukkan bahwa nilai Harga Pokok Penjualan berdasarkan perhitungan TBP tahun 2003 sebesar Rp.1.941,- dan tahun 2004 sebesar Rp.2.388,Perhitungan Harga Pokok Penjualan yang dihitung berdasarkan Tingkat Biaya inilah yang mempengaruhi secara langsung terhadap besarnya tarif yang akan diberlakukan. Setelah diketahui besarnya Harga Pokok Penjualan air minum untuk setiap kelompok golongan pelanggan dan untuk setiap blok konsumsi, pihak menejemen PDAMTirta Pakuan Kota Bogor membuat kententuan persenrase variasi tarif sesuai dengan aturan dan kebijakan manajemen. Dan untuk selanjutnya persentase variasi tarif tersebut dikalikan dengan Harga Pokok Penjualan sehingga diperoleh tarif yang akan diberlakukan kepada para pelanggan. Setelah diperoleh besarnya tarif untuk setiap masing-masing kelompok golongan pelanggan atas dasar perhitungan harga pokok penjulan air minum tahun 2003, kemudian penulis melakukan kajian struktur tarif terhadap jumlah pelanggan, jumlah air yang terjual dan struktur biaya tahun 2004. Hasil kajian menunjukan bahwa dari tarif yang ditentukan dari harga pokok penjualan tahun 2003, PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memperoleh hasil penjualan air minum sebesar Rp. 43.528.399.000,-. Sementara itu jumlah biaya yang terealisasi selama tahun 2004 sebesar Rp. 41.192.873.698,-, yang berarti PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor masih hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.335.525.302,-. Kondisi yang ditunjukan tersebut terlihat jelas bahwa dari tarif yang berlaku atas dasar perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum tahun 2003 hanya mampu menutup biaya-biaya dengan kata lain hanya mampu memulihkan biaya secara penuh (full cost recovery) sebesar 5,6%. 21 SETIAWAN dan WISNI, Evaluasi atas Perhitungan Harga Pokok Air Minum Dari kondisi tersebutkan diatas maka penulis melakukan pengkajian kembali datadata tahun 2004, dengan maksud untuk melakukan perhitungan harga pokok penjualan air minum, baik dengan perhitungan Rata-rata Akunting, Rata-rata Finansial dan berdasarkan Tingkat Biaya(TBR, TBD, TBP) dengan tujuan agar dapat memperoleh struktur tarif baru yang mampu menutup biaya-biaya lebih besar. Seperti yang telah dibahas sebelumnya menunjukan bahwa hasil perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum berdasarkan data-data tahun 2004 mengalami kenaikan, jika dibandingkan dengan tahun 2003. Hal ini disebablan karena komponen biaya-biaya yang diperhitungkan mengalami kenaikkan. Dengan kondisi demikian, maka struktur tarif air minum yang diperoleh dari perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum tahun 2004 mengalami peningkatan. Berdasarkan tarif baru maka PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dapat memperoleh hasil penjualan air minum lebih besar, dari pada dengan menggunaka tarif lama. Dimana dengan tarif baru PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memperoleh hasil penjualan air sebesar Rp. 53.266.190.600,- atau sebesar 29,3 % dari struktur biaya. Jika bibandingkan hasil penjualan air minum berdasarkan tarif lama dengan tarif baru, maka mengalami peningkatan sebesar Rp. 9.697.791.600,-. atau dalam bentuk persentase, kenaikan hasil penjualan air minum dapat mencapai sebesar 22,4% dibulatkan menjadi 22% dari hasil penjualan air minum tarif lama Dari uraian diatas maka penulis berkesimpulan bahwa dengan harga pokok penjualan air minum berdasarkan data tahun 2003, tarif yang dihasilkan belum mampu memulihkan biaya-biaya secara penuh (Full Cost Recovery). Dimana tarif lama hanya mampu memulihkan biaya sebesar 5,6% dari struktur biaya sedangkan dengan tarif yang baru mampu memulihkan biaya sebesar 29,3%. Dengan demikian kesimpulan akhir yang penulis dapatkan adalah sudah sewajarnya PDAM Tirta Pakun Kota Bogor melakukan penyesuaian tarif baru yang diperhitungkan 22 berdasarkan Harga Pokok Penjualan air minum atas data-data biaya tahun 2004. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa simpulan mengenai perhitungan harga pokok penjualan air minum dalam menentukan tarif air minum sebagai berikut: 1. Sebagai perusahaan daerah, PDAM merupakan perusahaan public utility, yang jelas semata-mata tidak bertujuan untuk mengerjar laba, akan tetapi mempunyai fungsi ganda yang dilaksanakan secara bersamaan, yaitu sebagai penyelenggara kemanfaatan umum yang berfungsi sosial dengan kepentingan orang banyak dan juga sebagai badan usaha yang harus dapat menjalankan operasi perusahaan untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri. 2. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dalam menjalankan usahanya dituntut unuk dapat berkembang, dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, sebagi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, maka PDAM harus dikelola secara sehat berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dengan tetap memperhatikan fungsi sosial. Fungsi sosial baru dapat dilakukan bilamana fungsi ekonomi telah berjalan dengan baik. 3. Perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum dan penentuan tarif air minum yang dilakukan perusahaan secara umum sudah sesuai dengan Pedoman Sistem Akuntansi PDAM dan sudah cukup baik. 4. Pada Perhitungan RTBF yang dilakukan PDAM Tirta Kota Bogor belum sepenuhnya dilakukan berdasarkan Permendagri. Hal ini dikatakan karena asset yang diperhitungkan tidak direevaluasi terlebih dahulu, sehingga mengakibatkan nilai RTBF yang dijadikan Patokkan dalam menentukan tarif belum dapat memenuhi full cost recovery 5. Hasil perhitungan Harga Pokok Penjualan air minum merupakan salah satu dasar pertimbangan dalam menentukan tarif air Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 6 No. 1, April 2006 minum. Disamping pertimbangan Harga Pokok Penjualan air minum, penentuan tarif juga memperhatikan dan mempertimbangakan faktor-faktor lainnya yang menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politis yang seluruhnya diintegrasikan dan diarahkan dengan tujuan agar perusahaan dapat memperhatikan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan pelayanannya. Faktor yang dijadikan dasar-dasar dalam penentuan besarnya tarif air minum tersebut, seperti: 1. Kemampuan menutup biaya-biya. 2. Tingkat / nilai pengembalian (Net Of Return). 3. Tarif air minum yang dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. 4. Pola struktur tarif nasional yaitu yang kuat membantu yang lemah (subsidi silang) 5. Pola penghematan. DAFTAR PUSTAKA Abas Kartadinata, Akuntasi Dan Analisis Biaya. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Angggiporo, Marianus P, Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Hariadi, Bambang, Akuntansi Manajemen : Suatu Sudut Pandang. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE, 2002. Horgeren,Charles T., Gary L, Sundem. Introduction To Management Accountinng.United states of America : Prentice Hall Inc Editions, 8 Edition, 1990. Kotler Philip., Gary Armstrong. PrinsipPrinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 1997. Libby Robert., Patricia Libby., Daniel G. Short, Finacial Accounting. Nort America: Mc Graw Hill, 1998. L.M.Samryn, Akuntasi Manajerial : Suatu Pengantar. Edisi1. Jakarta: Salemba Empat, 2002 Maher Michael. W., Edwar B. Deakin, Akuntasi Biaya. Edisi IV. Diterjemahakan oleh Wibowo Herman., Adjat Djatnika. Jakarta: Erlangga, 1997. Matz, Adoldh., Usry, Milton F., Lawrence H Hammer, Akuntansi Biaya Perencanaan Dan Pengendalain. Edisi 9. Jakarta: Erlangga, 1995. Mulyadi, Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media, 2000. Mulyadi, Akuntasi Biaya Konsep Manfaat Rekayasa. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat, 2001. Ronald W. Hilton, Manajerial Accounting. Fourt Edition. Nort Amerika: Mc Grow Hill, 1999. Soemarso, Akuntasi : Suatu Pengantar. Edisi 4. Jakarta: Rineka Cipta,1999. Sugiri, Slamet, Pengantar Akuntansi I. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1995. Supryono .R.A, Akuntansi Manajemen 3 Proses Pengendalain. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE, 2001. Sutrisno, Akuntansi Biaya Untuk menejemen. Edisi 2. Yogyakarta: Ekonosia, 2001. Swastha, Basu., Irwan, Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty, 1999. Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia, Komisariat Daerah Jawa Barat. Sosialisi Permendagri No. 2 Tahun 1998 Tentang Pedoman Tarif Air Minum. Bandung : 1999. 23