BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap tahunnya, terkumpul sekitar 92 juta donasi darah dari seluruh dunia. Rata-rata, 50% dari total donasi darah tersebut terkumpul dari negara yang memiliki pendapatan yang tinggi, dimana negara-negara ini mendominasi 15% dari total populasi seluruh dunia. (WHO, 2011). Transfusi darah sebaiknya dilakukan secara efisien dan rasional, dimana artinya darah yang ditransfusikan kepada pasien hanya mengandung komponen yang dibutuhkan oleh pasien disumbangkan Sehingga, tertentu tersebut ke pasien hanya saja dan komponen lain yang komponen yang darah diberikan lainnya lebih dapat membutuhkan. atau derivat plasma kepada pasien, karena darah terdiri dari komponen elemen-elemen seluler dan bermacam-macam protein plasma yang memiliki fungsi yang berbeda-beda, dimana masing-masing bagian tersebut dapat dipisahkan. Meskipun demikian, ada keadaan dimana kita lebih baik mentransfusikan darah dengan komponen lengkap, seperti pada pasien dengan perdarahan hebat 1 2 atau jika komponen darah yang diperlukan tidak dapat diberikan secara terpisah (Sudoyo; Setiyohadi, 2007). Pada pasien yang mengalami trombositopenia, biasanya akan ditransfusikan darah yang hanya berisi komponen trombosit saja. Hal ini dilakukan untuk membantu proses pembekuan darah pada tubuh agar tidak terjadi perdarahan yang hebat. Proses transfusi yang sering digunakan untuk adalah Apheresis. trombosit ini, maka pendonor mentransfusikan akan Dengan komponen proses memberikan hanya Apheresis komponen tertentu dari darahnya yang dibutuhkan oleh resipien, misalnya hanya bagian trombositnya saja, dimana setelah trombosit tersebut diseleksi secara khusus oleh mesin Apheresis, maka sisa darahnya akan dikembalikan kedalam tubuh pendonor. Darah diproses yang dan telah diolah didonorkan, kemudian komponen-komponennya agar akan dapat dipisahkan sesuai dengan kebutuhan. Pengolahan komponen darah ini sangat penting dilakukan agar transfusi darah yang dilakukan bisa berjalan dengan rasional dan sesuai dengan yang dibutuhkan pasien. Umumnya, pengolahan darah segar utuh (whole blood) menjadi komponen yang dibutuhkan, dilakukan misalnya sesegera menjadi mungkin trombosit setelah konsentrat, whole blood 3 diterima. Namun kadang, terjadi penundaan pengolahan yang bisa disebabkan oleh karena berbagai hal, misalnya kekurangan tenaga, alat kurangnya atau masalah teknis jumlah seperti alat, atau kerusakan bisa juga disebabkan karena penumpukan darah yang masuk ke dalam Unit Pengolahan Darah Transfusi. Umumnya di RSUP Dr. Sardjito, penundaan pengolahan hanya dilakukan apabila sangat terpaksa dan tidak pernah lebih dari 6 jam. Penundaan ini sangat dihindari karena dapat menyebabkan timbulnya Platelet Storage Lession (PSL). Whole blood yang didapat dari donor selanjutnya akan diolah menggunakan untuk alat memisahkan refrigerator komponen-komponennya centrifuge, sehingga terpisah menjadi komponen darah merah padat (packed red cells), trombosit, plasma, dan faktor anti hemofili. Kemudian, komponen-komponen inilah yang akan ditransfusikan ke pasien sesuai dengan kebutuhannya. Whole blood mengandung yang kandungan telah trombosit diproses saja agar biasa hanya disebut Trombosit Concentrate (TC) atau Platelet Concentrate (PC). TC terdiri dari trombosit, beberapa leukosit, dan plasma. Bentukan TC termasuk bentukan yang sering dibuat di bagian donor darah rumah sakit karena banyak pasien yang membutuhkan, seperti misalnya pasien yang 4 sedang melakukan chemotherapy untuk leukimia, aplastic anemia, AIDS, transplantasi organ dan lainnya. TC bisa didapatkan dari donor darah whole blood, dimana darah whole blood dari pendonor akan dimasukkan ke dalam kantong yang berisi citrate-phosphate-dextrose (CPD) atau CPD-adenine (CPD-A), yang berfungsi sebagai antikoagulan agar darah yang telah terkumpul tidak akan menggumpal. Setelah itu darah akan dipisahkan komponenkomponennya menggunakan metode tertentu, seperti metode sentrifugasi atau prosedur Buffy-Coat (BC Procedure). Hal yang konsentrat harus selama diperhatikan mengenai penyimpanannya trombosit adalah Platelet Storage Lession atau PSL seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Cara penyimpanan dan lingkungan tempat penyimpanan dapat menentukan kualitas trombosit yang akan ditransfusikan ke pasien yang membutuhkan. Paparan secara mekanis maupun kimiawi juga dapat mengakibatkan perubahan kualitas trombosit. Lebih jauh lagi, selama penyimpanan dari TC tersebut, bisa terjadi apoptosis dari sel-sel trombosit yang disimpan. Sebagai contoh, trombosit konsentrat yang disimpan pada suhu 22oc menunjukkan penumpukkan asam laktat dan penurunan drastis glikogen trombosit (Hoffbrand, et. Al., 2001). Penelitian lain menunjukkan bahwa trombosit 5 konsentrat yang disimpan pada suhu 20o-24oC selama 72 jam dalam kemasan 3-days containers mengalami penurunan nilai pH, dimana penurunan nilai pH ini apabila terjadi hingga mencapai kadar dibawah 6.0 maka akan menurunkan kualitas trombosit konsentrat yang akan ditransfusikan (Murphy, et al., 1970, Slichter, et al., 1976). Penurunan nilai penyimpanan karena pH trombosit pembentukan yang terjadi konsentrat asam laktat selama dapat sebagai proses disebabkan produk akhir dari proses glikolisis yang dilakukan oleh trombosit untuk mendapatkan sumber energi (Murphy, et al., 1976). Teori lain juga menyebutkan penurunan pH bisa disebabkan karena kontaminasi dari bakteri atau bisa karena produksi Sehingga lebih pertimbangan CO2 selama lanjut untuk proses lagi, pH menentukan anaerob terjadi. bisa dijadikan kualitas trombosit konsentrat. Selama penyimpanan, trombosit akan membutuhkan adenosine triphosphate (ATP) untuk sumber energi. ATP tersebut bisa didapatkan melalui dua jalur, glikolisis dan fosforilasi persediaan akan oksigen membutuhkan menjadi oksidatif. asam terbatas, enzim laktat. LDH maka kondisi proses dimana glikolisis untuk mengubah piruvat Sehingga, seiring dengan Pada 6 penumpukan asam laktat yang terjadi pada trombosit konsenstrat yang kekurangan oksigen, kondisi trombosit konsentrat akan menjadi asam dan hal ini menyebabkan turunnya nilai pH. Penurunan nilai pH yang mengiringi perubahan trombosit menurunkan sendiri. konsentrat kemampuan Hancurnya meningkatkan kadar hidup dari trombosit LDH menjadi ini pada sel asam akan trombosit juga akan trombosit itu semakin konsentrat, karena enzim LDH merupakan enzim yang dilepaskan sel pada saat sel mengalami kerusakan. Penelitian ini menitik-beratkan pada korelasi antara pH dengan kadar LDH pada trombosit konsentrat selama yaitu penyimpanan pada yang trombosit diolah dalam konsentrat waktu kelompok berbeda, 1 dengan pengolahan pada 0 jam, kelompok 2 dengan pengolahan setelah 6 jam, dan kelompok 3 dengan pengolahan setelah 16 jam untuk melihat waktu pengolahan mana yang memiliki korelasi antara nilai pH dan kadar LDH yang paling erat. 7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana korelasi antara pH dengan kadar LDH pada trombosit konsentrat yang diolah pada 0 jam, 6 jam, dan 16 jam selama masa penyimpanan? C. Tujuan Penelitian Mengetahui korelasi antara pH dengan kadar LDH pada trombosit konsentrat yang diolah pada 0 jam, 6 jam, dan 16 jam selama masa penyimpanan. D. Keaslian Penelitian Sebelumnya pernah ada penelitian oleh Singh H, Chaudhary R, dan Ray V, dimana mereka mengevaluasi Platelet Storage Lessions pada trombosit konsentrat yang disimpan selama 7 hari. Perubahan morfologi platelet yang terjadi dimonitor dengan menggunakan automated heamatological cell counter untuk menghitung jumlah platelet dan Mean Platelet Volume (MPV). Parameter metabolik seperti pH, p02, pCO2 dan ATP juga turut dihitung. Pada tahun 2010, Mohammad Hakimi bin Abdul Azis juga melakukan penelitian yang serupa mengenai 8 hubungan antara kadar pH dan LDH pada trombosit konsentrat selama masa penyimpanan. Penelitian ini menitik-beratkan penyimpanan pada perbedaan trombosit lamanya konsentrat, masa tanpa memperhitungkan perbedaan waktu pengolahannya. Murphy dan Gardner juga pernah melakukan penelitian serupa yang membahas tentang metabolis, morfologis dan fungsional trombosit konsentrat selama penyimpanan pada suhu 22OC. Penelitian ini mengamati jumlah platelet, pH, Pengamatan penumpukan dan glukosa dilakukan laktat, dalam pada jumlah plasma, Platelet-Rich dll. Plasma (PRP) yang disimpan selama 3-4 hari dan TC yang disimpan selama 24 jam. Kemudian, pengamatan juga dilakukan kembali setelah ditransfusikan ke pasien yang mengalami trombositopenia. Penelitian (PSL) Triyono mengenai sebelumnya pada menggunakan Platelet pernah tahun dilakukan Lession oleh Teguh Penelitian yang cross-sectional ini 2007. rancangan Storage menganalisis perubahan profil PSL serta korelasi antar parameter PSL pada produk TC selama penyimpanan. Analisis perbedaan profil PSL selama penyimpanan dilakukan menggunakan uji ANOVA, 9 sedangkan korelasi antar parameter PSL dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson. Penelitian mengenai korelasi antara pH dengan kadar LDH pada trombosit konsentrat yang diolah pada 0 jam, penyimpanan 6 jam, belum dan pernah 16 jam selama dilakukan, dimana masa hal yang dititik-beratkan pada penelitian ini adalah perbedaan waktu pengolahan trombosit konsentrat pada masing-masing kelompok. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti Memenuhi persyaratan pendidikan di Fakultas Kedokteran UGM. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti tentang hubungan antara nilai pH dan kadar LDH trombosit konsentrat selama penyimpanan. Mampu mengetahui mekanisme transfusi darah terutama transfusi trombosit 10 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan peneliti sebagai selanjutnya. referensi, Dapat data pula dan digunakan sumber bacaan untuk peneliti selanjutnya. 3. Bagi Masyarakat Data dapat digunakan untuk aplikasi pelayanan transfusi trombosit agar masyarakat yang menderita penyakit keganansan hematologi dan oncologi yang trombocytopenia dapat trombosit secara efektif. mengalami menerima kondisi transfusi