PROFIL PENGGUNAAN AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI MADRASAH ALIYAH SE-KOTA BOGOR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: DESTI KURNIAWATI NIM: 109016100015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H ABSTRAK DESTI KURNIAWATI, (109016100015). “Profil Penggunaan Authentic Assessment dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah Aliyah se-Kota Bogor”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara sistematis mengenai fakta penggunaan authentic assessment oleh guru biologi di Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, dimulai pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini berjumlah lima Madrasah Aliyah yaitu MAN 1 Kota Bogor, MAN 2 Kota Bogor, MA Persatuan Umat Islam (PUI), MA Al-Ghazaly, dan MA Al-Haitsam. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen non tes yang terdiri dari dokumentasi berupa lembar daftar cek penilaian otentik, angket penilaian otentik, dan wawancara. Analisis data dilakukan terhadap data kualitatif dan kuantitatif, untuk data kuantitatif analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus deskriptif persentase, kemudian hasil persentase dikategorikan sesuai dengan kategori persentase menurut John Wilkinson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi/presentasi pada kelima dokumen penilaian otentik sudah termasuk dalam kategori “sesuai” dan hasil angket mengenai penilaian otentik telah menunjukkan bahwa penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Kota Bogor sudah berkategori “baik”. Kata Kunci: Penggunaan Authentic Assessment, penilaian kinerja/unjuk kerja, penilaian diskusi/presentasi, pembelajaran biologi. ii ABSTRACT DESTI KURNIAWATI, (109016100015). Profile the use of Authentic Assessment in Teaching Biology at all Madrasah Aliyah Bogor, Skripsi, Biology Education Program, Department of Science Education, the Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The objective of this study was to find out the systematic picture about the fact of the use of authentic assessment by Biology teacher at all Madrasah Aliyah in Bogor. This study was done in odd semester in the 2013/2014 year, started from September to October 2013. The method used in this study was survey method and the technique sampling was purposive sampling technique. The sample was five Madrasah Aliyah; MAN 1 Kota Bogor, MAN 2 Kota Bogor, MA Persatuan Umat Islam (PUI), MA Al-Ghazaly, and MA Al-Haitsam. The instrument used in this study was non-test which consisted of authentic assessment checklist sheet document, authentic assessment questionnaire, and interview. The data analysis was done to the qualitative and quantitative. For the quantitative data, the data analyzed by using descriptive percentage formula, then the result were categorized according to the percentage category of John Wilkinson. The results showed that the conformity level of assessment performance document and discussion assessment document of the five authentic assessment document were involved to the “appropriate” category and the results of authentic assessment questionnaire showed that the use of authentic assessment in teaching Biology at all Madrasah Aliyah in Bogor already categorized “good”. Keywords: The use of authentic assessment, performance assessment, discussion assessment, teaching Biology. iii KATA PENGANTAR مسب ل لها ن محر ال م يحرال Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan, dengan nikmat iman dan islam, sehat wal’afiat, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Profil Penggunaan Authentic Assessment dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, serta kepada keluarga dan para sahabatnya termasuk kita selaku umatnya. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah mendukung dan membantu terselesaikannnya skripsi ini, diantaranya yaitu: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Mahmud M. Siregar M.Si, dosen pembimbing I dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, dosen pembimbing II, yang telah menyempatkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah memberikan ilmu dan arahannya selama ini. 6. Seluruh Kepala Sekolah Madrasah Aliyah se-Kota Bogor, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Seluruh dewan guru biologi Madrasah Aliyah se-Kota Bogor, terimakasih untuk bantuan, kerjasama, dan motivasinya selama penulis melakukan penelitian. iv 8. Seluruh Ibu dan Bapak guru Madrasah Aliyah se-Kota Bogor dan seluruh staf Tata Usaha (TU) yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini. 9. Kedua orangtua tercinta dan tersayang, Ayahanda Akim Kurniawan (alm) dan Ibunda Nurhayati, yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doanya yang tak pernah terhenti untuk kesuksesan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Doa, didikan, nasehat, dan semangat yang diberikan senantiasa menjadi pengobat rasa lelah dan pemicu untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan berusaha meraih yang terbaik untuk membuat ayah dan mamah bangga dan bahagia. Semoga Allah selalu menyayangi keduanya. 10. Adik-adikku yang lucu, pintar, dan menggemaskan, Silvia Rahmawati, Muaz Wahyudin, dan Artyfa Nurtantiana serta seluruh keluarga tercinta yang senantiasa telah memberikan nasehat, doa, serta motivasi pada penulis. 11. Bangga Praharja, yang sudah menemani dan melengkapi perjalanan hidup penulis, terimakasih untuk kasih sayang, doa, bantuan serta motivasi yang selama ini selalu tercurah untuk penulis. 12. Sahabat-sahabat tersayang, Fitriyati, Elsa Suci Mutiara, Indah Pratiwi, Aliah, Siti Fatimah, dan Neng Meti, terimakasih untuk support, doa, pengalaman serta candatawanya selama ini. Kosan cemara kita ini sudah seperti keluarga sendiri, bahagia dapat bertemu dan selalu bersama kalian saat disini. 13. Teman-temanku satu perjuangan di Pendidikan Biologi 2009 A dan B, terimakasih atas dukungan dan doanya. 14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis tulis satu persatu, penulis akan selalu mengingat kebaikan dan bantuannya. Akhir kata teriring do’a semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan baru bagi kita semua. Amin. Jakarta, April 2014 Penulis v DAFTAR ISI Judul Isi Halaman LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i ABSTRAK ........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4 D. Perumusan Masalah.................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian........................................................................ 5 F. BAB II Kegunaan Penelitian ................................................................... 5 KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori................................................................................ 6 1. Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi ................. 6 a. Penilaian......................................................................... 6 b. Pengukuran..................................................................... 7 c. Evaluasi .......................................................................... 8 2. Hakikat dan Lingkup Penilaian ............................................ 9 a. Fungsi, dan Tujuan Penilaian......................................... 10 b. Jenis dan Sistem Penilaian ............................................. 11 c. Prinsip dan Prosedur Penilaian....................................... 12 d. Kualitas Alat Penilaian dan Peranan Penilaian .............. 14 vi e. Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian........................... 15 3. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) ............................ 18 a. Pengertian Penilaian Otentik.......................................... 18 b. Langkah-langkah Pengembangan Penilaian Otentik ......21 c. Karakteristik Penilaian Otentik ...................................... 22 d. Ciri-ciri Penilaian Otentik .............................................. 23 e. Sifat-sifat Penilaian Otentik ........................................... 24 f. Macam-macam Penilaian Otentik................................... 25 4. Implementasi Authentic Assessment..................................... 32 B. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................... 33 C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 37 B. Metode Penelitian ......................................................................... 37 C. Unit Analisis ................................................................................. 37 D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 39 E. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 40 F. Teknik Analisis Data .................................................................... 41 BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Authentic Assessment di Madrasah Aliyah .................................. 44 B. Penggunaan Authentic Assessment dalam Pembelajaran ............. 61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. 78 B. Saran............................................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79 LAMPIRAN...................................................................................................... 82 vii DAFTAR TABEL Judul Tabel Halaman 3.1. Daftar Nama Madrasah Aliyah Di Kota Bogor ....................................... 38 3.2. Format Lembar Daftar Cek Penilaian Otentik ......................................... 39 3.3. Kategori Nilai Persentase ......................................................................... 42 4.1. Data Kepemilikan Dokumen Authentic Assessment ................................ 44 4.2. Jenis-jenis Authentic Assessment yang dibuat oleh Guru Biologi .......... 45 4.3. Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja Kelas X (Sepuluh) .................. 47 4.4. Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja Kelas XI (Sebelas).................. 49 4.5 Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XI................. 52 4.6. Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja Kelas XII (Dua Belas) ........... 52 4.7. Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XII ............... 54 4.8. Kemunculan Indikator Penilaian Diskusi/Presentasi ............................... 54 4.9. Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi .............. 57 viii DAFTAR GAMBAR Judul Gambar Halaman Gambar 4.1 Grafik Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja........................ 57 Gambar 4.2 Grafik Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja ...... 58 Gambar 4.3 Grafik Kemunculan Indikator Penilaian Diskusi ....................... 59 Gambar 4.4 Grafik Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Diskusi....... 60 ix DAFTAR LAMPIRAN Judul Lampiran Halaman 1. Dokumen Penilaian Kinerja Kelas X (Sepuluh) ..................................... 82 2. Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XI (Sebelas) ...................................... 84 3. Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XII (Dua Belas) ................................ 90 4. Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi.................................................... 98 5. Rubrik Penilaian Dokumen Unjuk Kerja/Kinerja .................................... 101 6. Rubrik Penilaian Dokumen Diskusi/Presentasi ....................................... 102 7. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA B Kelas X .............. 103 8. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA A Kelas XI ............. 104 9. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA J Kelas XI .............. 105 10. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA K Kelas XI ............. 106 11. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA A Kelas XII............ 107 12. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA B Kelas XII............ 108 13. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA C Kelas XII............ 109 14. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA J Kelas XII ............. 110 15. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA K Kelas XII............ 111 16. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi MA B Kelas XII............ 112 17. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi MA J Kelas XII............. 113 18. Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi MA K Kelas XII ........... 114 19. Data Hasil Perhitungan Persentase........................................................... 115 20. Kisi-kisi Angket Authentic Assessment.................................................... 116 21. Pedoman Skoring Angket Authentic Assessment ..................................... 117 22. Lembar Angket Authentic Assessment ..................................................... 118 23. Data Skor Angket Guru............................................................................ 122 24. Instrumen Pedoman Wawancara.............................................................. 123 25. Data Hasil Wawancara dengan Guru ....................................................... 127 26. Curriculum Vitae Guru-guru Biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor ...... 143 27. Lembar Uji Referensi ............................................................................... 161 28 Surat-surat Penelitian ............................................................................... 167 x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan yang sangat signifikan tehadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya, maupun pendidikan. Agar pendidikan tidak tertinggal perlu adanya penyesuaian-penyesuaian terutama yang berkaitan dengan faktorfaktor pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah sistem penilaian yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru, sehingga peserta didik dapat mengetahui perkembangan belajarnya secara berkesinambungan. Pada abad milenium kedua ini wawasan kependidikan kita telah mengalami perubahan yang sangat drastis. Apabila sebelumnya guru dipandang sebagai aktor dan instruktor yang mengatur sepenuhnya kehidupan kelas, saat ini guru diposisikan sebagai fasilitator dan motivator yang dapat mengaktifkan dan menggairahkan peserta didik berkiprah dalam kehidupan kelas. Perubahan paradigma pendidikan tersebut juga berpengaruh kepada konsep penilaian pendidikan. Pada saat ini konsep penilaian pendidikan menunjukkan arah yang lebih luas. Penilaian tidak hanya untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, tetapi juga untuk mengetahui bagaimanakah proses belajar tersebut berlangsung. Hasil belajar dipandang sebagai akibat proses belajar. Oleh karena itu, proses belajar juga perlu dinilai. Penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses pendidikan. Melalui penilaian, pelaku pendidikan mendapat gambaran sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan dapat tercapai. Oleh karena itu sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran dan harus bermuara pada penguasaan kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan paradigma itulah istilah assessment muncul. Proses assessment mencakup sejumlah bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik. Assessment ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan 1 2 pembelajaran sehingga disebut sebagai penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan berbagai cara seperti pengumpulan kerja peserta didik (portofolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil). Guru menilai kompetensi dan hasil belajar peserta didik berdasarkan tingkat pencapaian prestasi peserta didik. Penilaian demikianlah yang disebut authentic assessment (penilaian otentik).1 Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.2 Adapun tujuan utama kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian pembelajaran sudah dikuasai peserta didik atau belum.3 Untuk mengetahui sejauh mana kompetensi-kompetensi telah dicapai oleh peserta didik, selain menggunakan bentuk penilaian pensil dan kertas (pencil and paper test), guru juga dapat menggunakan penilaian unjuk kerja peserta didik (performance). Guru dapat menilai berdasarkan hasil kerja peserta didik, dengan cara memberikan tugas atau menganalisis semua hasil kerja mereka dalam bentuk portofolio. Penilaian juga tidak hanya menitikberatkan pada aspek kognitif, tetapi juga harus meliputi aspek tujuan lain seperti pengembangan pribadi, kreativitas, dan keterampilan interpersonal. Dengan cara demikian, maka akan diperoleh gambaran utuh tentang keunggulan atau kelemahan peserta didik.4 Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penilaian pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sains selama ini cenderung lebih difokuskan pada penilaian ranah kognitif saja sehingga ranah afektif dan ranah psikomotoriknya kurang diperhatikan. Padahal kenyataannya pembelajaran sains di sekolah menengah menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif dan bertujuan agar penguasaan 1 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 2. 2Agung Haryono, “Authentic Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam Pengembangan Kemampuan Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009, h. 3. 3 Muslich. op. cit. h. 95. 4 Ibid., h. 97. 3 dari kognitif, afektif, psikomotorik terbentuk pada diri peserta didik. Oleh karena itu alat ukur hasil belajarnya tidak cukup jika hanya dengan tes kogniif berupa tes obyektif atau subyektif saja. Dengan cara tersebut keterampilan siswa melakukan percobaan maupun menciptakan suatu hasil karya belum dapat diungkap. Demikian pula tentang aktivitas siswa selama mengerjakan tugas dari guru. Baik berupa tugas individu maupun kelompok. Melihat kenyataan yang ditemukan di lapangan, nampak ada kesenjangan antara pembelajaran biologi di SMA/MA dengan teknik penilaiannya. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya sasaran belajar IPA belum dapat dicapai secara menyeluruh. Untuk itu perlu diupayakan suatu teknik penilaian yang mampu mengungkap aspek produk maupun proses. Dalam upaya memperbaiki kondisi pembelajaran biologi, khususnya dalam hal mengungkap penilaian yang dilakukan oleh guru, oleh karena itu penilaian otentik perlu dilaksanakan. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran biologi dalam proses penilaian dalam pembelajaran yang dapat mengungkap ketiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik pada peserta didik. Namun, tidak semua guru mampu menyusun dokumen penilaian otentik dengan baik karena penilaian otentik baru dikenal secara teori dan konsep. Tidak semua guru mampu mengalihkannya ke dalam prosedur penilaian kelas seharihari. Bahkan terdapat sebagian kecil guru yang tidak mengetahui apa dan bagaimana format atau bentuk penilaian otentik, apa manfaat yang diperoleh dan komponen-komponen apa saja yang harus ada dalam sebuah instrumen penilaian otentik. Penelitian ini akan melakukan analisis terhadap penggunaan penilaian otentik oleh guru bologi. Penelitian ini dirasakan perlu dilakukan mengingat sains tidak hanya mementingkan produk saja tetapi proses dalam pembelajaran sains juga perlu dilakukan identifikasi dan penilaian. 4 Uraian di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan penilaian otentik dengan judul “Profil Penggunaan Authentic Assessment dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Proses penilaian yang dilakukan di Madrasah Aliyah selama ini semata-mata hanya menekankan pada penguasaan konsep yang dijaring melalui tes obyektif dan uraian saja, karena guru masih kesulitan dalam menilai keterampilan siswa baik dalam melakukan percobaan maupun menciptakan hasil karyanya. 2. Terdapat kesenjangan antara pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah dengan teknik penilaiannya, karena teknik penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya sasaran belajar IPA belum dapat dicapai secara menyeluruh. 3. Penilaian yang dilakukan guru kurang mengungkap keterampilan dan keaktifan siswa, karena teknik penilaian yang dilakukan guru hanya menekankan pada ranah kognitif saja. 4. Penilaian otentik baru dikenal secara teori dan konsep, sehingga tidak semua guru mampu mengimplementasikannya ke dalam prosedur penilaian kelas sehari-hari. C. Pembatasan Masalah Karena terlalu luasnya masalah yang teridentifikasi dan untuk memberi arah yang jelas dalam proses penelitian, maka dalam hal ini perlu diadakan pembatasan masalah. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Penilaian yang dilakukan guru dengan menggunakan Authentic Assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor. 5 2. Analisis dokumen penilaian otentik dalam penelitian ini yaitu hanya pada dokumen penilaian psikomotorik yang mencakup empat dokumen penilaian yaitu penilaian kinerja/unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan penilaian diskusi/presentasi di semester ganjil kelas X, XI IPA, dan XII IPA. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian adalah bagaimanakah penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara sistematis mengenai fakta penggunaan authentic assessment oleh guru biologi di Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor. F. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: a. Bagi peneliti, menerapkan ilmu pendidikan yang selama ini didapat pada perkuliahan. b. Bagi guru, dapat memberikan masukan yang berarti sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas penilaian dalam pembelajaran. c. Bagi sekolah, dapat memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan. d. Bagi siswa, dapat memberikan masukan untuk mengoptimalkan prestasi belajar pada ranah psikomotorik. BAB II KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori 1. Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi a. Penilaian Penilaian adalah istilah umum yang meliputi semua metode yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk memperlihatkan pencapaian belajar peserta didik.1 Penilaian juga merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang professional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi peserta didik.2 Selain itu penilaian dapat diartikan pula sebagai salah satu kegiatan utama yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, kecerdasan, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap, dan kepribadian siswa atau peserta didik.3 Pada pelaksanaan penilaian sebaiknya tujuan penilaian diarahkan pada empat hal berikut. Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan rencana. Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kekurangan-kekurangan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menjadikan adanya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan atau belum.4 Adapun secara lebih spesifik, tujuan dari penilaian dapat diuraikan sebagai berikut. 1 Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h. 17. 2 Ibid., h. 3. 3 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet.I, h. 4. 4 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 187-188. 6 7 a) Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. b) Mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik. d) Memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan peserta didik dalam rangka perbaikan.5 Selain itu, penilaian juga memiliki beberapa prinsip sebagai berikut. a) Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. b) Penilaian harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading). c) Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. d) Penilaian harus bersifat komparabel dan dilakukan secara adil. e) Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi guru.6 Jadi, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses pengumpulan bukti-bukti kemampuan belajar peserta didik oleh guru, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan belajar serta hasil belajar peserta didik dapat terapai. b. Pengukuran Pengukuran adalah suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.7 Berdasarkan pandangan tersebut, terlihat bahwa semua kegiatan di dunia ini tidak bisa lepas dari pengukuran. Keberhasilan suatu program dapat diketahui melalui suatu pengukuran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa lepas dari kegiatan pengukuran. Penelitian-penelitian yang dilaksanakan oleh semua bidang selalu melibatkan kegiatan pengukuran, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, 5 pengukuran memegang peranan penting, baik untuk Sofyan, dkk, loc. cit. M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013), h. 73. 7 Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 9. 6 8 pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun untuk penyajian informasi bagi pembuat kebijakan. Kesahihan alat ukur bisa ditinjau dari konstruk alat ukur, yaitu mengukur seperti yang direncanakan. Menurut teori pengukuran, substansi yang diukur harus satu dimensi. Kebenaran alat ukur bisa dilihat dari kisi-kisi alat ukur yang berisi tentang materi yang diujikan, bentuk soal, tingkat berpikir yang terlibat, bobot soal dan cara penskoran. Oleh karena itu pokok bahasan yang diujikan dipilih berdasarkan kriteria pokok bahasan yang esensial, mempunyai nilai aplikasi, berkelanjutan, dan dibutuhkan untuk mempelajari mata pelajaran lain.8 Pengukuran memiliki sifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melaksanakan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran yaitu adanya tujuan pengukuran, ada objek yang diukur, alat ukur, proses pengukuran, dan hasil pengukuran kuantitatif.9 c. Evaluasi Nitko dan Brookhart dalam Rasyid dan Mansur mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang berhubungan dengan kinerja dan hasil karya peserta didik.10 Fokus evaluasi adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai peserta didik. Melalui evaluasi akan didapatkan informasi mengenai apa yang telah dicapai dan mana yang belum, dan selanjutnya informasi ini digunakan untuk perbaikan dan peningkatan suatu program. Hasil evaluasi pendidikan merupakan informasi yang sangat berguna bagi pengelola pendidikan baik yang berada di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun sekolah. Salah satu tujuan evaluasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tampak belum berhasil. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun yang tidak berubah secara signifikan, walau berfluktuasi namun masih dalam kategori rendah. Evaluasi pengajaran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu sumatif dan formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir satu 8 Ibid., h. 9 Sofyan, dkk, op.cit., Cet. I, h. 2. 10 Rasyid dan Mansur, op.cit., h. 2. 9 9 satuan waktu yang didalamnya mencakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Sedangkan yang dimaksud evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topik, dan dimaksudkan untuk melihat sejauh mana suatu proses belajar mengajar telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan.11 Adapun fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar yaitu untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu, untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran, untuk keperluan bimbingan dan konseling, dan untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.12 2. Hakikat dan Lingkup Penilaian Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan sebagai berikut. a. Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek samping yang mungkin timbul. b. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi juga melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan. c. Penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya. d. Mengingat luasnya tujuan dan objek penilaian, maka alat yang digunakan dalam penilaian sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes tetapi juga alat penilaian bukan tes.13 11 Ibid., h. 4 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013), h. 5. 13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 1. 12 10 a. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional, dalam hal ini perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses belajar mengajar.14 Dengan demikian inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.15 Sejalan dengan pengertian di atas, maka penilaian berfungsi sebagai berikut. a) Alat untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan instruksional. b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orangtuanya.16 14 Ibid., h. 2 Ibid., h. 3. 16Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 4. 15 11 b. Jenis dan Sistem Penilaian Jenis penilaian terdapat beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa., yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi pada produk bukan proses. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta fakor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk kepentingan bimbingan belajar, pengajaran remedial, dan lain-lain. Soalsoal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.17 Sistem penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan ke dalam dua cara atau dua sistem, yakni penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Penilaian acuan norma (PAN) adalah penilaian yang diacukan kepada ratarata kelompoknya. Nilai peserta tes ditentukan oleh posisinya dalam kelompok.18 Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat prestasi seorang siswa dibandingkan dengan rata-rata kelasnya. Atas dasar itu akan 17 18 Ibid., h. 5. Sofyan, dkk, op.cit., Cet. I, h. 88. 12 diperoleh tiga kategori prestasi siswa, yakni di atas rata-rata kelas, sekitar rata-rata kelas, dan di bawah rata-rata kelas. Penilaian acuan patokan (PAP) adalah penilaian yang diacukan kepada tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Biasanya keberhasilan siswa ditentukan kriterianya yakni berkisar antara 75-80%. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai sekitar 75-80% dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai. Jika kurang dari kriteria tersebut maka dinyatakan belum berhasil.19 c. Prinsip dan Prosedur Penilaian Prinsip penilaian yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.20 a) Valid Penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat administratif saja, akan tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi tentang ketercapaian kompetensi seperti yang terumuskan dalam kurikulum. Oleh karena itu, penilaian tidak menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain penilaian harus menjamin validitas.21 b) Mendidik Penilaian harus memberi sumbangan positif terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan yang memotivasi peserta didik yang berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil. 19 Sudjana, op.cit., h. 8. Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 25-26. 21 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 185. 20 13 c) Berorientasi Pada Kompetensi Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum. Oleh karena setiap alat penilaian yang dipakai harus dapat memicu pemunculan informasi berupa indikator-indikator pencapaian kompetensi tertentu. d) Adil dan Objektif Penilaian harus adil terhadap semua peserta didik dan tidak membedabedakan latar belakang peserta didik yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil belajar. Objektivitas penilaian tergantung dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pelaksana, kriteria untuk scooring, dan pembuatan keputusan pencapaian hasil belajar. e) Terbuka Kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan. f) Berkesinambungan Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik. g) Menyeluruh Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan pada berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar peserta didik. h) Bermakna Penilaian hendaknya mudah dipahami dan bisa ditindaklanjuti oleh pihakpihak yang berkepentingan. Hasil penilaian mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi peserta didik yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat, dan tingkat penguasaan peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Adapun prosedur yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian hasil belajar yakni sebagai berikut. 14 a) Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. b) Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran. c) Menyusun alat-alat penilaian baik tes maupun non tes. d) Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian.22 d. Kualitas Alat Penilaian dan Peranan Penilaian Suatu penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal yakni ketepatannya atau validitasnya dan ketetapan atau reliabilitasnya. a) Validitas Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu lat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Artinya bahwa valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kepada mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.23 b) Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.24 Pada dasarnya, penilaian umumnya mempunyai misi untuk memperbaiki standar, tidak sekedar mengukur siswa. Peranan guru dalam penilaian yang lebih efektif adalah pemanfaatan informasi hasil penilaian melalui umpan balik. Umpan balik merupakan sarana bagi guru dan siswa unuk mengetahui sejauh mana kemajuan pembelajaran yang telah dilakukan. Umpan balik yang diberikan guru kepada siswa merupakan sarana bagi siswa untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap konsep pelajaran yang diterima dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam melakukan penilaian guru perlu mempertimbangkan umpan balik sebagai 22 Muslich, op.cit., h. 27. Sofyan, dkk, op.cit., Cet.I, h. 105. 24Sudjana, op.cit., h. 16. 23 15 salah satu komponen dan harus dilakukan secara terstrukur, periodik, dan terencana, sehingga dapat memberikan manfaat bagi siswa.25 Kualitas informasi yang didapatkan melalui penilaian, menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan pemberian umpan balik. Oleh karena itu, metode penilaian berupa instrumen perlu dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mendukung pemberian umpan balik secara terstruktur, guru perlu merencanakan dan menyusun tugas-tugas pembelajaran secara teratur dan terarah sesuai dengan runtutan meteri pelajaran yang diajarkan. Tugas-tugas secara terstruktur sebagai sarana untuk memberikan umpan balik, perlu dilengkapi dengan kriteria penilaian yang jelas sehingga siswa dapat mengendalikan kemajuan belajarnya. Siswa akan mengetahui letak kekuatan dan kelemahan yang mereka miliki berkenaan dengan konsep pelajaran yang dipelajari. Dengan demikian, mereka dapat memperbaiki dan meningkatkan belajarnya.26 e. Hasil belajar sebagai Objek Penilaian Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar terbagi kedalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor.27 Oleh karena itu hasil belajar yang dilakukan lewat penilaian perlu dilakukan secara seimbang antara aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). 1) Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah kawasan yang membahas tentang tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.28 Pada ranah ini terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari tingkat rendah sampai kepada 25 Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 42. 26 Ibid., h. 43 27 Sudjana, op. cit., h. 22. 28 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 35. 16 tingkat tinggi, yakni (1) pengetahuan/ingatan – knowledge, (2) pemahaman – comprehension, (3) penerapan – application, (4) analisis – analysis, (5) sintesis – synthesis, dan (6) evalusi – evaluation.29 1) Pengetahuan/ingatan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, dan lain-lain. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.30 2) Pemahaman Tipe hasil belajar pemahaman ini lebih tinggi dari pada ipe hasil belajar pengetahuan. Dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu pemahaman tingkat rendah (pemahaman penerjemahan, yaiu mulai dari penerjemahan dalam arti yang sebenarnya), pemahaman tingkat media (pemahaman penafsiran, yaitu mulai dari menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok, dan sebagainya), dan pemahaman tingkat tinggi (pemahaman ekstrapolasi, yaitu kemampuan melihat dibalik yang tertulis/tersurat dari suatu kejadian atau dapat memperluas persepsi terkait dengan waktu, dimensi, dan kasus).31 3) Penerapan/Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Misalnya menerapkan ide ke dalam situasi baru, penerapan teori dalam percobaan di laboratorium, atau menerapkan petunjuk teknis dalam situasi nyata.32 29 Sofyan, dkk., op.cit., h. 14. Sudjana, op.cit., h. 23. 31 Muslich, op.cit., h. 41. 32 Ibid., h. 42. 30 17 4) Analisis Analisis adalah usaha memilah suau integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk hal lain memahami prosesnya, , untuk hal lain memahami cara bekerjanya, dan untuk hal lain lagi memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.33 5) Sintesis Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dengan kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya atau operasionalnya.34 6) Evaluasi Jenis ranah kognitif terakhir adalah evaluasi. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dikaitkan dengan tujuan, gagasan, cara kerja, solusi, metode, materi, dan sebagainya. Untuk mempermudah mengetahui tingkat kemampuan evaluasi seseorang, item tesnya hendaklah menyebutkan kriterianya secara eksplisit.35 2) Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode.36 Ranah ini terbagi 33 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 27. 34 Ibid., h. 28. 35 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 45. 36 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 19. 18 menjadi lima jenjang, yakni: (1) perhatian/penerimaan – receiving, (2) tanggapan – responding, (3) penilaian/penghargaan – valuing, (4) pengorganisasian – organization, dan (5) karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai – characteization by a value or value complex.37 3) Ranah Psikomotorik Merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajar tertentu, seperti kemampuan dalam melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, dan kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. Aspek ranah psikomotorik menurut Bloom dan kawan-kawan terdiri dari persepsi, kesiapan, respon terpimpin, mekanisme, respon kompleks, penyesuaian, serta mencipta.38 3. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) a. Pengertian Penilaian Otentik Sebelum mengetahui pengertian dari penilaian otentik, penilaian otentik juga memiliki sejarah singkat mengenai pertama kali istilah penilaian otentik ini muncul. “The earliest reference to authentic tests is likely that made by Archbald and Newman in 1988, in a book critical of standardized testing, that sought to promote assessment centered on meaningful real-world problems or tasks. Wiggins was also an early proponent for the use of the term authentic to describe assessment with real world application.”39 Jika diartikan, sejarah singkat mengenai pertama kali istilah penilaian otentik ini muncul yaitu bahwa referensi paling awal untuk tes otentik kemungkinan dibuat oleh Archbald dan Newman pada tahun 1988, dalam sebuah buku kritis pengujian standar, yang berusaha mempromosikan penilaian bermakna yang berpusat pada masalah dan tugas dunia nyata. Wiggins juga merupakan 37 Ibid., h. 20. Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran IPA, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 68. 39 Bruce B. Frey, Vicki L, Justiin P Allen, Defining Authentic Classroom Assessment, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 17, 2012, h. 2. 38 19 pendukung awal penggunaan istilah untuk menggambarkan penilaian otentik dengan aplikasi dunia nyata. Penilaian otentik atau Authentic Assessment adalah melaksanakan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai macam cara yang berhubungan dengan tugas guru yakni menilai sejauh mana keberhasilan pembelajaran.40 Selain itu, penilaian otentik dapat diartikan pula sebagai proses pengumpulan informasi oleh guru mengenai perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai macam teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.41 Menurut Newmann dan Wehlage dalam Peter Rennert-Ariev dan Loyola College, mengatakan bahwa “who claim that authentic assessments help students create discourse, products, and performance, that have value or meaning beyond success in school”.42 Jika diartikan, Menurut Newmann dan Wehlage dalam Peter Rennert-Ariev dan Loyola College, mengklaim bahwa penilaian otentik dapat membantu peserta didik membuat wacana, produk, dan pertunjukan yang memiliki nilai atau makna melampaui kesuksesan di sekolah. Perubahan kurikulum saat ini hendaknya dipahami bukan hanya sebatas penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan tuntutan perkembangan, tetapi pergeseran paradigma (paradigm shift) dari pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input-oriented education) ke pendekatan pendidikan berorientasi hasil atau standar (countcome-based education).43 Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Hasil kegiatan belajar peserta didik yang berupa kemampuan kognitif dan psikomotor ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik. Implikasi 40 Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 61. 41 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), Cet.III, h. 186-187. 42 Peter Rennert-Ariev dan Loyola College, A Theoretical Model For The Authentic Assessment of Teaching, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 10, 2005, h.1. 43 Majid, op.cit., h. 180. 20 dari diterapkannya standar kompetensi dalam proses penilaian yang dilaksanakan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Oleh karena itu, dalam menerapkan standar kompetensi sebaiknya guru: a) Mengembangkan ranah kompetensi belajar yang menjamin pengalaman belajar yang terarah. b) Mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.44 Berikut adalah prinsip-prinsip penilaian otentik. a) Proses penilaian peserta didik seharusnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from instruction). b) Penilaian sebaiknya mengarahkan kepada masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work kind of problems). c) Penilaian sebaiknya menggunakan berbagai macam ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan inti pengalaman belajar. d) Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor).45 Marpadi dalam Agung Haryono mengatakan bahwa salah satu ciri dari sistem penilaian otentik yaitu penilaian yang berkelanjutan. Sistem penilaian yang diterapkan untuk mengukur hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2006 adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Dimana untuk melihat seberapa jauh peserta didik telah mempunyai kompetensi dasar maka diperlukan suatu sistem penilaian yang menyeluruh dengan menggunakan indikator-indikator yang dikembangkan secara jelas oleh guru. Berkelanjutan mengandung arti yakni semua indikator harus diminta, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik. Oleh karena itu perlu dikembangkan berbagai 44Agung Haryono, Authentic Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam Pengembangan Kemampuan Siswa, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009, h. 3. 45 Ibid., h. 3. 21 teknik penilaian dan ujian, misalnya pertanyaan lisan, kuis, ulangan harian, tugas rumah, ulangan praktek, dan pengamatan.46 Menurut pernyataan Newman dalam Tourulf Palm yang mengatakan bahwa, In authentic assessment the mastery defined by the concept of authenticity is assessed. This means that in authentic assessment students should construct knowledge. The cognitive work that has to be applied is disciplined inquiry. Students should engage in the use of prior knowledge to get beyond that knowledge, establish relationship between pieces of this knowledge to construct in-depth understanding around a reasonably focused topic, and conduct their work and express their conclusions through elaborate communication.47 Jika diartikan, menurut pernyataan Newman dalam Tourulf Palm, penilaian otentik didefinisikan dalam penguasaan keaslian nilai. Ini berarti bahwa dalam otentik penilaian harus membangun pengetahuan siswa. Siswa harus terlibat dalam penggunaan pengetahuan sebelum melampaui pengetahuan itu dengan membangun hubungan antara potongan pengetahuan secara mendalam mengenai pemahaman seputar topik yang terfokus, dan melakukan pekerjaan mereka serta mengekspresikan kesimpulan mereka melalui komunikasi. b. Langkah-langkah Pengembangan Sistem Penilaian Otentik Langkah-langkah Pengembangan sistem penilaian otentik dapat dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut. a) Mengkaji standar kompetensi. Standar ini mempunyai implikasi yang sangat signifikan dalam perencanaan, implementasi, dan pengelolaan penilaian. b) Mengkaji kompetensi dasar. Oleh karena itu pada tahap ini guru harus mulai memikirkan materi yang harus diberikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat memperoleh kompetensi yang telah dirumuskan. 46 Ibid., h. 4. Tourulf Palm, Performance Assessment and Authentic Assessment: A Conceptual Analysis of the Literature, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 13, 2008, h.7. 47 22 c) Mengembangkan silabus penilaian yang di dalamnya terdapat indikator, jenis tagihan, bentuk, ranah penilaian dan jadwal kegiatan penilaian dalam satu semester. d) Proses pelaksanaannya menggunakan berbagai macam teknik penilaian seperti yang sudah direncanakan dan pelaksanaannya juga sesuai dengan jadwal yang telah diinformasikan pada peserta didik. e) Pencatatan, pengolahan, tindak lanjut, dan pelaporan. Seluruh hasil penilaian diupayakan untuk selalu terdokumentasikan dengan baik.48 c. Karakteristik Penilaian Otentik (Authentic Assessment) Dalam praktiknya, Authentic Assessment memiliki karakteristik sebagai berikut. a) Authentic Assessment merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Ini mengandung arti bahwa Authentic Assessment dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, baik yang berupa pengumpulan portofolio peserta didik maupun hasil tugas yang dilaksanakan peserta didik selama mengikuti pembelajaran. b) Authentic Assessment bukan sebagai kerja sekolah yang semata-mata hanya memecahkan masalah, namun merupakan gambaran dari dunia nyata. Ini mengandung makna bahwa seluruh kegiatan atau pelatihan peserta didik dalam proses pencapaian kompetensi tertentu harus diarahkan pada kegiatan yang kontekstual dan tidak mengada-ngada. c) Authentic Assessment menggunakan banyak ukuran/metode/kriteria. Namun bukan berarti dapat digunakan seenaknya oleh guru, tetapi guru diberi keleluasaan untuk menentukan ukuran/metode/kriteria yang ingin dicapai sesuai dengan sifat kompetensinya. d) Authentic Assessment memiliki sifat komprehensif dan holistic, asesmen yang nampak yaitu yang melibatkan berbagai ranah kompetensi (pengetahuan, 48 Haryono, loc. cit. 23 keterampilan, dan sikap) dan kelengkapan cakupan kompetensi yang ingin dicapai.49 Moon dalam Agung haryono menjelaskan bahwa penilaian otentik selalu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan pengetahuan dan kemampuannya dengan baik. Penilaian otentik menurut Moon mempunyai karakteristik sebagai berikut. a) Fokus kepada materi pelajaran yang penting, ide-ide besar atau kemampuan khusus; b) Merupakan suau penilaian yang sangat dalam; c) Dapat dilakukan dengan mudah di kelas atau di lingkungan sekolah; d) Lebih ditekankan pada kualitas produk atau kinerja dari pada jawaban tunggal; e) Kekuatan dan penguasaan materi pembelajaran pada siswa dapat dikembangkan; f) Mempunyai kriteria yang sudah diketahui, dimengerti dan dinegosiasi oleh peserta didik dan guru sebelum penilaian dimulai; g) Menyediakan berbagai macam cara yang memungkinkan peserta didik dapat menunjukkan bahwa ia telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan; h) Skor penilaian diberikan berdasarkan pada esensi tugas. Dengan demikian hasil penilaian otentik dapat lebih memberikan informasi hasil belajar yang konsisten dari pada dengan teknik penilaian yang tradisional (paper and pencil test).50 d. Ciri-ciri Penilaian Otentik (Authentic Assessment) Suatu asesmen dikatakan otentik apabila: a) Sasaran penilaiannya diarahkan kepada kompetensi yang ingin dicapai (tujuan pembelajaran). b) Peserta didik dilibatkan dalam penilaian pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat, penting, dan bermakna. 49 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 3. 50 Haryono, op. cit., h. 6. 24 c) Penilaian yang mampu memotivasi peserta didik untuk dapat menerapkan informasi/keterampilan akademik baru pada situasi nyata dan untuk maksud yang jelas. d) Penilaian yang mampu menilai perbuatan atau penampilan yang sesungguhnya atas kompetensi pada suatu mata pelajaran. e) Penilaian yang mampu menilai penguasaan peserta didik terhadap kompetensi mata pelajaran tertentu dengan cara yang tepat dan terpercaya. f) Penilaian yang menguji atau memeriksa kemampuan gabungan dari peserta didik dalam rangka mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya. g) Penilaian yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan/prestasi peserta didik yang berhubungan dengan tugas kecerdasan yang layak. h) Penilaian yang memperlihatkan keaktifan peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dalam suatu konteks kehidupan nyata.51 e. Sifat-sifat Penilaian Otentik (Authentic Assessment) a) Asesmen otentik berbasis kompetensi, yaitu penilaian yang mampu melihat perkembangan kompetensi peserta didik. b) Asesmen otentik pada dasarnya merupakan asesmen kinerja, yakni suatu unjuk kerja yang ditunjukkan sebagai akibat dari suatu proses belajar yang komprehensif. c) Asesmen otentik berpusat pada peserta didik karena asesmen otentik direncanakan, dilakukan, dan dinilai oleh guru dengan melibatkan secara optimal peserta didik sendiri. d) Kompetensi adalah ciri khusus seorang peserta didik. Oleh karena itu, asesmen berbasis kompetensi bersifat individual. Kompetensi tidak dapat disamaratakan pada semua peserta didik, tetapi bersifat personal. Karena itu asesmen harus dapat mengungkapkan secara optimal kelebihan dan kekurangan setiap individu (untuk bisa dilakukan perbaikan). 51 Muslich, op. cit., h. 2. 25 e) Asesmen otentik bersifat tak terstruktur dan open ended, yang memiliki arti percepatan penyelesaian tugas-tugas otentik tidak bersifat uniformed dan klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok. f) Asesmen yang dilaksanakan harus otentik (nyata, real seperti kehidupan sehari-hari) dan menyatu dengan proses pembelajaran yang dilakukan. g) Asesmen otentik berlangsung secara terintegrasi dengan proses belajar mengajar. h) Asesmen otentik bersifat on-going dan berkelanjutan. Maka asesmen harus dilakukan secara langsung pada saat proses pembelajaran berlangsung yang dapat terpantau proses dan produk belajarnya.52 f. Macam – macam Authentic Assessment Menurut Rasyid dan Mansur yang mengutip dari Hart dalam Jacob, penilaian otentik sebagai salah satu hasil dari pendekatan penilaian dapat dijadikan suatu alternatif solusi dalam menilai perkembangan belajar peserta didik secara lebih komprehensif dan objektif, mengingat penilaian otentik secara akurat lebih mencerminkan dan mengukur apa yang kita nilai dalam pendidikan.53 Berbagai tipe penilaian otentik menurut Hibbard dalam Rasyid dan Mansur adalah sebagai berikut.54 a) Penilaian Kinerja Penilaian kinerja/unjuk kerja adalah penilaian yang dilaksanakan dengan mengamati kegiatan atau suatu unjuk kerja peserta didik dalam melaksanakan sesuatu atau tugas. Cara penilaian ini bersifat autentik dibandingkan dengan tes tertulis karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kebenaran dari kemampuan peserta didik. Semakin banyak kesempatan guru mengamati kinerja peserta didik maka semakin terpercaya pula hasil penilaian kemampuan peserta didik tersebut.55 52 Ibid., h. 8. Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 237. 54 Ibid., h. 237. 55 Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 136. 53 26 Dalam melakukan proses penilaian unjuk kerja maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.56 (1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik yaitu mampu menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. (2) Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam unjuk kerja tersebut. (3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas unjuk kerja. (4) Usahakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua yang akan dinilai dapat teramati. (5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang nantinya akan diamati. Selain itu menurut Barbara M. Moskal, untuk mengembangkan sebuah penilaian kinerja harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut. (1) The selected performance should reflect a valued activity. (2) The completion of performance assessments should provide a valuable learning experience. (3) The statement of goals and objectives should be clearly aligned with the measurable outcomes of the performance activity. (4) The task should not examine extraneous or unintended variables. (5) Performance assessments should be fair and free from bias.57 Jika diartikan, untuk mengembangkan sebuah penilaian kinerja harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut. (1) Kinerja yang dipilih harus mencerminkan aktivitas yang dihargai. (2) Penyelesaian penilaian kinerja harus memberikan pengalaman belajar yang berharga. (3) Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas sesuai dengan hasil yang terukur dari aktivitas kinerja. (4) Tugas tidak harus memeriksa variabel asing atau yang tidak diinginkan. 56 Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 48. 57 Barbara M. Moskal, Recommendations for Developing Classroom Performance Assessments and Scoring Rubrics, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 8, 2009, h. 3. 27 (5) Penilaian kinerja harus adil dan bebas. b) Observasi Menurut Zulfiani, dkk, mengatakan bahwa, Observasi merupakan salah satu keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA. Keterampilan melakukan observasi ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan proposional seluruh alat indera untuk menggambarkan obyek dan hubungan ruang waktu atau mengukur karakteristik fisik bendabenda yang diamati.58 c) Diskusi Menurut Zulfiani, dkk, “Diskusi merupakan metode belajar yang dilakukan dengan cara bertukar pendapat antara siswa satu dengan siswa yang lainnya tentang materi yang dipelajari. Diskusi antar siswa ini bisa dilakukan secara perorangan atau secara kelompok”.59 Menurut Joe Dimartino, bahwa “Socratics seminars are semi structured dialogues facilitated by teachers that enable students to explore all of their ideas in an effort to deepen their understanding of their studies and take ownership for their learning.”60 Dapat diartikan, Seminar atau diskusi adalah dialog semi terstruktur yang difasilitasi oleh guru yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi semua ide-ide mereka dalam upaya untuk memperdalam pemahaman mereka tentang studi mereka dan mengambil kepemilikan untuk pembelajaran mereka. d) Penilaian Proyek Penilaian penugasan atau proyek dapat diartikan sebagai penilaian untuk memperoleh gambaran kemampuan keseluruhan secara kontekstual, mengenai kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep dan pemahaman suatu mata pelajaran tertentu.61 Selain itu metode proyek juga merupakan pemberian tugas 58 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 53. 59 Ibid., h. 100. 60 Joe Dimartino, Authentic Assessment, Journal of Principal’s Research Review, 2, 2007, h. 2. 61 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VI. h. 105. 28 kepada semua peserta didik untuk dikerjakan secara perorangan. Peserta didik diberi tuntutan untuk mengamati, membaca, dan meneliti. Kemudian peserta didik dimintakan untuk membuat laporan dari tugas yang telah diberikan kepadanya dalam bentuk makalah, yang bertujuan untuk membentuk analisis masing-masing peserta didik.62 Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Proyek juga seringkali melibatkan pencarian data primer dan sekunder, mengevaluasi secara kritis hasil penyelidikan, dan kejasama dengan orang lain.63 Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian proyek yaitu sebagai berikut. (1) Kemampuan pengolahan, kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. (2) Relevansi, kesesuaian mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahapan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran. (3) Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik adalah hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, arahan, serta dukungan proyek kepada peserta didik.64 Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam kaitan ini kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, 62 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), Cet.VI, h. 75. 63 Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 146. 64 Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 52. 29 dan penyiapan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.65 e) Penilaian Portofolio Portofolio yaitu suatu kumpulan atau berkas bahan pilihan yang dapat memberikan informasi untuk suatu penilaian unjuk kerja yang objektif. Berkas tersebut didalamnya terdapat pekerjaan peserta didik, dokumen, atau gambar, yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan seseorang dalam suatu lingkungan dan suasana kerja yang alamiah, dan bukan dalam lingkungan suasana kerja yang direkayasa.66 Dalam konteks pendidikan, Paulson dalam Rasyid dan Mansur mendefinisikan portofolio sebagai suatu kumpulan pekerjaan dari peserta didik yang mampu memperlihatkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka di dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan itu harus mencakup partisipasi peserta didik dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria dalam penilaian dan bukti refleksi diri.67 Penilaian portofolio pada dasarnya yaitu menilai karya-karya seseorang untuk suatu mata pelajaran tertentu. Prinsip penilaian portofolio adalah peserta didik dapat melaksanakan penilaian sendiri yang kemudian akan dibahas mengenai hasilnya. Bentuk ujian yang dilaksanakan cenderung berbentuk uraian dan tugas-tugas rumah. Jadi portofolio adalah penilaian kemajuan dalam suatu mata pelajaran dengan menggunakan metode pengukuran yang melibatkan peserta didik.68 Model/teknik penilaian portofolio memerlukan langkah-langkah sebagai berikut. 65 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014), h. 250. 66 Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 122. 67 Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 230. 68 Ibid., h. 231. 30 (1) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa portofolio tidak hanya merupakan kumpulan karya/tugas yang dipergunakan oleh guru unuk penilaian, melainkan digunakan oleh peserta didik itu sendiri. (2) Menentukan sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. (3) Mengumpulkan dan menyimpan semua portofolio masing-masing peserta didik dalam satu map folder. (4) Memberikan identitas waktu dari setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga bisa terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. (5) Menentukan kriteria penilaian sampel portofolio beserta bobotnya dengan peserta didik sebelum mereka membuat karyanya. (6) Guru meminta kepada peserta didik untuk menilai hasil karyanya secara berkesinambungan. (7) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk remedial jika hasinya belum memuaskan. (8) Membuat jadwal unuk membahas hasil portofolio.69 Apabila kelima alat penilaian otentik ini dapat diimplementasikan secara kontinu, terarah, dan berkesinambungan, maka sangat besar harapan terciptanya guru-guru yang professional dalam bidangnya dan siswa yang mampu belajar mandiri, independen, dan bertanggung jawab. Penerapan penilaian otentik dalam konteks pembelajaran memiliki manfaat untuk mengubah cara mengakses perubahan bagaimana guru mengajar dan bagaimana siswa belajar. Jika dibandingkan dengan penilaian konvensional, menurut Marilyn M. Lombardi penilaian otentik memiliki beberapa penekanan sebagaimana tabel berikut.70 Tabel 2.1 Perbandingan Penilaian Tradisional dengan Penilaian Otentik Traditional Assessment Authentic Assessment Generally relies on forced-choice, Promotes integration of various written measures written and performance measures 69 Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 61. 70 Marilyn M. Lombardi, “Making the Grade: The Role of Assessment in Authentic Learning”, Paper in Educause Learning Initiative, London, 2 Januari 2008, h. 6. 31 Traditional Assessment Relies on proxy measures of student learning to represent target skills Encourages memorization of correct answers Goal is to measure acquisition of knowledge Curriculum directs assessment Emphasis on developing a body of knowledge Promotes “what” knowledge Provides a one-time snapshot of student understanding Emphasizes competition Targets simplistic skills or tasks in a concrete, singular fashion Priority on summative outcomes or product Authentic Assessment Relies on direct measures of target skills Encourages divergent thinking in generating possible answers Goal is to enhance development of meaningful skills Assessment directs curriculum Emphasis on ensuring proficiency at real-world tasks Promotes “how” knowledge Provides an examination of learning over time Emphasizes cooperation Prepares students for ambiguities and exceptions that are found in realistic problem settings Priority on the learning sequence or process Jika diartikan, menurut Marilyn M. Lombardi penilaian otentik memiliki beberapa penekanan sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.2 Perbandingan Penilaian Tradisional dengan Penilaian Otentik Penilaian Tradisional Penilaian Otentik Umumnya bergantung pada Meningkatkan integrasi berbagai pilihanganda, langkah-langkah yang langkah tertulis dan kinerja ditulis Bergantung pada ukuran belajar siswa Bergantung pada langkah-langkah untuk mewakili keterampilan sasaran sasaran keterampilan langsung Mendorong menghafal jawaban yang Mendorong berpikir divergen dalam benar menghasilkan kemungkinan jawaban Tujuannya adalah untuk mengukur Tujuannya adalah untuk akuisisi pengetahuan meningkatkan pengembangan keterampilan yang bermakna Kurikulum mengarah pada penilaian Penilaian mengarah pada kurikulum Penekanan pada pengembangan Penekanan yang memastikan pengetahuan kemampuan pada tugas-tugas dunia nyata Menekankan pengetahuan yang Menekankan pengetahuan yang seperti “apa” “bagaimana” Menyediakan gambaran satu kali Menyediakan pemeriksaan belajar 32 Penilaian Tradisional pemahaman siswa Menekankan kompetisi Target keterampilan sederhana atau tugas secara konkrit, fashion tunggal Prioritas pada hasil sumatif atau produk Penilaian Otentik dari waktu ke waktu Menekankan kerjasama Mempersiapkan siswa untuk berfikir tingkat tinggi dalam pengaturan masalah realistis Prioritas pada urutan pembelajaran atau proses 4. Implementasi Authentic Assessment dalam Pembelajaran Biologi Pembelajaran dengan menggunakan authentic assessment setelah proses pembelajaran berlangsung diharapkan siswa mampu memahami materi biologi tidak hanya sekedar menghafalnya. Memahami sebagai suatu proses untuk menyatukan informasi dengan struktur pengetahuan yang telah ada. Pengetahuan dapat dibentuk jika siswa dapat berperan aktif baik fisik maupun mental dengan mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep, fakta dan prinsip dalam biologi yang dipelajari. Authentic assessment menekankan pada guru untuk menilai siswa tidak hanya pada ranah kognitif saja tetapi pada ranah afektif dan psikomotorik juga. Sehingga siswa dapat merasakan dengan jelas dan benar mengenai tingkat pemahaman belajar yang telah dicapai atau dikuasai. Penggunaan authentic assessment yang dilakukan guru sesuai dengan tujuan dan materi pokok yang akan diajarkan kepada siswa. Penilaian yang dilaksanakan dibantu dengan metode dan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan materi yang sudah direncanakan sebelumnya yakni yang telah tertuang dalam RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran). Penggunaan authentic assessment dimaksudkan untuk menilai belajar siswa tidak hanya pada waktu tertentu saja tetapi secara berkelanjutan, yakni untuk memantau kemajuan dan pencapaian belajar siswa sesuai dengan matriks kompetensi belajar yang telah ditetapkan. Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin cukup efektif dinilai dengan tes tertulis, namun tujuan dan pengalaman belajar yang lain akan sangat efektif dinilai dengan tes praktikum (performance assessment), observasi, dan portofolio. 33 Pengembangan sistem penilaian otentik dapat dilakukan dengan dengan beberapa langkah yaitu sebagai berikut. a. Mengkaji standar kompetensi. b. Mengkaji kompetensi dasar. c. Pengembangan silabus penilaian yang mencakup indikator, jenis tagihan, bentuk, ranah penilaian dan jadwal kegiatan penilaian dalam satu semester. d. Proses implementasi menggunakan berbagai teknik penilaian seperti yang telah direncanakan dan pelaksanaan sesuai jadwal yang telah diinformasikan pada siswa. e. Pencatatan, pengolahan, tindak lanjut dan pelaporan. Semua hasil penilaian diupayakan untuk selalu terdokumentasikan dengan baik. Tindak lanjut dari hasil penilaian laporan dapat berupa pengayaan atau remidi.71 B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sher A Zim dan Mohammad Khan dalam judul “Authentic Assessment: An Instructional Tool to Enhance Students Learning” dengan menganalisis dokumen yang relevan, dalam penelitiannya menggunakan penilaian otentik sebagai alat pembelajaran sekolah di Pakistan. Temuannya menunjukkan perubahan yang diinginkan dalam persepsi serta praktek-praktek dari guru dan siswa. Penggantian tes tradisional dengan penilaian otentik mengakibatkan partisipasi aktif dari guru dan siswa pada saat proses belajar mengajar. Temuan penelitian juga mengungkapkan peningkatan yang cukup besar dalam keterampilan belajar siswa. Mereka aktif terlibat dalam perencanaan, pengumpulan informasi, dan menyebarluaskan kepada masyarakat. Dengan menggunakan rubrik untuk penilaian, hal demikian sangat efektif dalam menentukan jalur bagi para guru dan siswa untuk mencari dan mendapatkan hasil yang diinginkan. 72 Haryono, “Authentic Assessment dan Pembelajaran Inovatif Pengembangan Kemampuan Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009, h. 4. 72 Sher A Zim and Mohammad Khan, “Authentic Assessment: An Instructional Tool to Enhance Students Learning”, Journal of Academic Research International, 2. 2012. 71Agung dalam 34 Penelitian selanjutnya yang berjudul “Authentic Assessment” oleh Joe Dimartino, Andrea Castaneda, Michael Brownstein, dan Sherri Miles, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tampaknya ada substansial kesepakatan tentang kondisi yang diperlukan untuk memastikan keberhasilan yang diukur dengan instruksional praktek dan prestasi siswa dalam penilaian otentik. Penilaian otentik lokal diberikan lipatan hasil rumus yang mencakup nilai, informasi program, hasil ujian Negara, dan data lainnya untuk membuat keputusan kelulusan. Dalam temuan penelitiannya tentang penggunaan penilaian otentik, dapat diambil kesimpulan bahwa penilaian otentik telah menimbulkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa. Keahlian praktisi, pendalaman relevansi, dan kelancaran instruksi untuk semua siswa. Penilaian otentik juga telah meningkatkan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kesadaran global, keterlibatan masyarakat, dan keterampilan belajar.73 Penelitian yang lain yaitu oleh Agung Haryono yang berjudul “Authentic Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam Pengembangan Kemampuan Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa peningkatan kualitas penilaian guru pada siswa harus melalui meningkatkan keterlibatan siswa, proses dan tindak lanjut hasil penilaian. Pada peningkatan kualitas perencanaan yang perlu dilakukan guru adalah meningkatkan transparasi kriteria penilaian. Semakin jelas dan transparan kriteria penilaian yang digunakan guru maka siswa akan semakin terpacu untuk dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Hasil survey menunjukkan bahwa secara umum proses penilaian yang diterapkan guru sudah baik. Temuan lain dalam survey ini yang mendukung bahwa proses penilaian pelajaran di sekolah cukup baik adalah pendapat siswa yang menyatakan bahwa: soal-soal yang diberikan bapak/ibu guru pada ujian tulis mudah dicerna atau dimengerti, pada setiap semester bapak/ibu guru juga memberikan tugas-tugas terstruktur yang dapat membantu saya dalam memahami materi pelajaran. Secara umum tindak Joe Dimartino, Andrea Castaneda, Michael Brownstein, dan Sherri Miles, “Authentic Assessment”, Journal of Principal’s Research Review, 2, 2007. 73 35 lanjut penelitian ini sudah baik, namun demikian masih ada sebagian kecil siswa yang merasakan bahwa tindak lanjut hasil penilaian kurang baik.74 C. Kerangka Berpikir Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.75 Namun yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar lebih menitik beratkan pada aspek kognitif saja.Sehingga aspek-aspek lain seperti aspek afektif dan psikomotorik tidak terlalu diperhatikan. Untuk dapat mengungkap aspek afektif dan psikomotorik pada siswa maka guru harus dapat menggunakan berbagai strategi, metode, dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Namun kenyataannya proses pembelajaran biologi yang dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan formal belum mengupayakan penilaian yang mengungkap aspek afektif dan psikomotorik siswa. Penilaian secara tunggal misalnya dengan penilaian aspek kognitif saja tidak cukup untuk memberikan gambaran atau informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap seorang peserta didik.Bahkan hasil tes juga tidak mutlak dan tidak abadi karena peserta didik terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya. Untuk mengantisipasinya, perlu dilaksanakan teknik penilaian yang menghargai dan mempertimbangkan keterampilan atau kemampuan lain yang dimiliki peserta didik. Dengan demikian, penetapan hanya salah satu teknik penilaian misalnya hanya tes objektif akan menghambat pencapaian tujuan kurikulum secara utuh. Teknik penilaian seperti itu kurang memberikan informasi atau catatan yang cukup tentang umpan balik untuk mendiagnosis atau untuk memodifikasi pengalaman belajar. 74Agung Haryono, “Authentic Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam Pengembangan Kemampuan Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009. h.1. 75 Ibid., h.3. 36 Konsekuensinya, guru hendaknya mengembangkan teknik penilaian yang berbeda untuk mengukur jenis-jenis kompetensi yang beragam dari setiap tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil penilaian hendaknya dapat menghasilkan rujukan terhadap pencapaian peserta didik dalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan), sehingga dapat menghasilkan profil peserta didik secara utuh. Dengan demikian, perlu diterapkan penilaian otentik dalam pembelajaran biologi. Selain siswa dapat memahami konsep biologi dengan benar, juga dapat mengetahui perkembangan belajar yang telah dilaluinya. Kegiatan pembelajaran biologi selama pembelajaran akan berjalan lancar sehingga siswa tidak merasa bingung. Siswa juga akan merasa senang dan tidak bosan karena dalam pembelajarannya guru tidak menggunakan metode ceramah saja namun melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai profil penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah se-kota Bogor. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014, dimulai pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2013. Adapun tempat penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah se-Kota Bogor. B. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.1 Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode survei digunakan untuk melakukan penarikan kesimpulan secara umum dari sampel yang ditentukan. Pada umumnya, penelitian survei menggunakan data yang relatif banyak dan besar serta menghasilkan data kuantitatif yang menggambarkan secara umum keadaan sampel yang diselidiki.2 Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mencari, mengumpulkan, menggambarkan, dan menafsirkan data tentang penggunaan authentic assessment dalam dokumen-dokumen penilaian yang disusun oleh guru biologi. Dokumen yang terkumpul selanjutnya dianalisis kemudian diinterpretasikan. C. Unit Analisis Unit analisis berupa populasi dan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru biologi yang ada di Madrasah Aliyah se-Kota Bogor. Adapun 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. VII. h. 72. 2 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 102. 37 38 Madrasah Aliyah yang terdapat di Kota Bogor sebanyak 16 Madrasah Aliyah yang terdiri dari 2 Madrasah Aliyah Negeri dan 14 Madrasah Aliyah Swasta. Tabel 3.1 Daftar Nama Madrasah Aliyah dan Jumlah Guru Biologi di Madrasah Aliyah Kota Bogor No. Nama MA Jumlah Guru Biologi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. MAN 1 Bogor MAN 2 Bogor MA PUI MA Nur Tauhid MA Mukaromah MA Darul Ulum MA Al Inayah MA Persis 112 MA Arrohmah MA Al Ghozaly MA Al Haitsam MA Al Falak MA Nurul Ihya MA Tarbiyathusibyan MA Al Ahsan MA Al Muhajirin Jumlah 3 Orang 5 Orang 2 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 2 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 24 Orang Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semua guru biologi yang ada di Madrasah Aliyah se-Kota Bogor. Jumlah keseluruhan guru biologi MA yang ada di Kota Bogor adalah sebanyak 24 orang. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 8 orang guru biologi. Adapun dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purpossive sampling, yaitu teknik yang dipakai apabila peneliti ingin menentukan sampel sesuai dengan tujuan yang diinginkan.3 Tujuannya yaitu untuk mengetahui profil penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah se-kota Bogor. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 183. 39 D. Instrumen Penelitian Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen non tes dokumentasi berupa lembar daftar cek penilaian otentik dan angket penilaian otentik. Selain itu, untuk menunjang data kesimpulan yang diharapkan diakhir penelitian ini, digunakan instrumen non tes lain berupa wawancara dengan guru biologi. 1. Dokumentasi Berikut adalah lembar daftar cek penilaian otentik. Format daftar cek disajikan dalam tabel berikut ini. No. Tabel 3.2 Format Lembar Daftar Cek Penilaian Otentik Indikator Keterangan Ada Contoh Tidak Ada 1. 2. 3. 4. Suatu instrumen dikatakan valid atau layak apabila instrumen tersebut mampu mengungkapkan data dari variabel yang diinginkan. Pengujian kelayakan lembar daftar cek penilaian otentik dilakukan dengan pertimbangan ahli (dalam hal ini dosen pembimbing 1). 2. Angket Penggunaan instrumen ini bertujuan agar kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini lebih lengkap dan detail dibandingkan jika hanya menggunakan satu instrumen saja. Lembar angket yang digunakan dalam penelitian ini berisi butir-butir pertanyaan untuk mengetahui informasi mengenai perencanaan, implementasi, analisis, dan pelaporan mengenai pelaksanaan authentic assessment yang telah dilakukan guru biologi. Sama seperti pada instrumen lembar daftar cek penilaian otentik, pengujian kelayakan lembar angket untuk guru juga 40 menggunakan validitas isi dengan pertimbangan (judgment) ahli, dalam hal ini dosen pembimbing 1. 3. Wawancara Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dengan bentuk semi structured. Semi structured dalam hal ini mulamula pewawancara menanyakan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian memeperdalam satu per satu untuk mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh dapat meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan menadalam.4 Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini berisi butirbutir pertanyaan untuk mengetahui macam-macam authentic assessment yang sering digunakan guru serta kendala-kendala apa saja yang ditemukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi. Sama seperti pada instrumen lembar daftar cek penilaian otentik dan angket, pengujian kelayakan pedoman wawancara untuk guru juga menggunakan validitas isi dengan pertimbangan (judgment) ahli, dalam hal ini dosen pembimbing 1. E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non tes dokumentasi, angket, dan wawancara. Dalam hal ini yang akan peneliti dokumentasikan adalah dokumen authentic assessment (penilaian otentik) yang dibuat oleh guru biologi. Adapun langkah-langkah atau prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan terbagi menjadi tiga tahap yaitu: 1. Tahap Persiapan a. Menyusun instrumen penelitian berupa dafatr cek, angket, dan pedoman wawancara. 4 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 175. 41 b. Meminta pertimbangan (judgement) instrumen penelitian kepada dosen ahli dalam hal ini dosen pembimbing I kemudian diperbaiki berdasarkan hasil judgement. 2. Tahap Pelaksanaan a. Melakukan survei ke Madrasah Aliyah di Kota Bogor untuk mengetahui sekolah mana saja yang sudah menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi. b. Melakukan survei kembali kepada sekolah yang sudah menggunakan authentic assessment, untuk mendapatkan dokumen penilaian otentik yang digunakan sekolah, kemudian menyebarkan angket dan wawancara dengan guru. c. Menganalisis kemunculan indikator-indikator pada setiap dokumen penilaian otentik yang disusun oleh guru biologi. 3. Tahap Akhir a. Menghitung persentase tingkat kesesuaian dokumen penilaian otentik yang disusun oleh guru biologi. b. Menggabungkan data hasil persentase dengan hasil angket dan wawancara. c. Masing-masing hasil analisis dibuat deskriptif mengenai kesesuaian penggunaan penilaian otentik dalam pembelajaran biologi. Deskripsi tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk pembahasan hasil penelitian, kemudian dibuat kesimpulan. F. Teknik Analisis Data Peneliti melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Setelah seluruh data dikumpulkan maka dilakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting yang berkaitan. 2. Kedua, yaitu dengan display data (penyajian data) dengan menjumlahkan kemunculan kategori indikator dari masing-masing penilaian otentik untuk setiap dokumen penilaian yang dianalisis. 42 3. Menghitung persentase tingkat kesesuaian kemunculan indikator pada dokumen penilaian otentik dengan menggunakan rumus deskriptif persentase sebagai berikut:5 % Kesesuaian = 4. Data hasil x 100% perhitungan tingkat kesesuaian kemudian direkapitulasi berdasarkan kategori yang diadaptasi dari John Wilkinson dalam Hasbi Anggana Putra sebagai berikut:6 < 40% : Tidak Sesuai 40% - 75% : Sesuai > 75% : Sangat Sesuai 5. Menghitung persentase hasil angket kemudian mengkategorikan nilai persentase berdasarkan kategori sebagai berikut.7 No. Tabel 3.3 Kategori Nilai Persentase Persentase Batas Interval Kategori Penilaian 1. 0 – 20% Kurang Sekali 2. 21 – 40% Kurang 3. 41 – 60% Cukup 4. 61 – 80% Baik 5. 81 – 100% Sangat Baik 6. Selanjutnya, hasil dari display data serta perhitungan tingkat kesesuaian kemudian data tersebut dideskripsikan dan dianalisis untuk memperoleh 5 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 266. Hasbi Anggana Putra, “Analisis Penilaian Kinerja Pada Konsep Gerak Di Madrasah Aliyah Kabupaten Karawang Berdasarkan Keterampilan Proses Sains”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 45, tidak dipublikasikan. 7 Arikunto, op.cit., h. 44. 6 43 jawaban dari pertanyaan penelitian. Berdasarkan hasil analisa tersebut selanjutnya data diverifikasi dan ditarik kesimpulan. G. Triangulasi Data Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.8 Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik, yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.9 Pada penelitian ini peneliti menggabungkan data yang diperoleh dari dokumen penilaian otentik yang dibuat guru, hasil angket yang telah diisi oleh guru, serta wawancara dengan guru, dalam rangka membantu peneliti dalam meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh. 8 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 189. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 274. 9 BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu kualitas dari jenis-jenis authentic assessment masing-masing sekolah yang sudah diteliti dan deskripsi penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi. Pada bagian pertama akan dipaparkan temuan penelitian yang terdiri dari data informasi kepemilikan dokumen authentic assessment di Madrasah Aliyah se-Kota Bogor, serta kelengkapan penggunaan authentic assessment yang telah disusun guru dalam melaksanakan authentic assessment di semester ganjil kelas X, XI IPA, dan XII IPA Madrasah Aliyah se-Kota Bogor. Informasi tersebut dijaring dengan menggunakan indikator pada rubrik authentic assessment. Pada bagian kedua, akan dijelaskan mengenai gambaran temuan penelitian yang diperoleh. A. Authentic Assessment di Madrasah Aliyah 1. Kepemilikan Dokumen Authentic Assessment di Madrasah Aliyah Berdasarkan hasil survei terhadap 16 Madrasah Aliyah se-Kota Bogor, diperoleh informasi mengenai data kepemilikan dokumen authentic assessment Madrasah Aliyah se-Kota Bogor beserta implementasi penggunaan authentic assessment oleh guru biologi. Berikut ini disajikan data kepemilikan dokumen authentic assessment Madrasah Aliyah se-Kota Bogor beserta data jenis-jenis authentic assessment yang digunakan oleh guru. Tabel 4.1 Data Kepemilikan Dokumen Authentic Assessment Madrasah Aliyah se-Kota Bogor No. Nama Sekolah Memiliki dokumen (MA) authentic assessment 1. MA A 2. MA B 3. MA C 4. MA D x 5. MA E x 6. MA F x 7. MA G x 8. MA H x 44 45 No. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Nama Sekolah (MA) MA I MA J MA K MA L MA M MA N MA O MA P Persentase (%) Memiliki dokumen authentic assessment x x x x x x 31.25 Keterangan: MA = Madrasah Aliyah √ = Memiliki dokumen authentic assessment x = Tidak memiliki dokumen authentic assessment Tabel 4.1 menunjukkan kurang dari separuh guru yakni (31.25%) yang memiliki dokumen authentic assessment. Dengan demikian hanya terdapat 5 sekolah dari total 16 sekolah yang menjadi subjek penelitian yang telah memiliki dokumen authentic assessment. Jenis-jenis authentic assessment yang pernah dibuat oleh guru biologi Madrasah Aliyah dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Jenis-jenis Authentic Assessment yang dibuat oleh guru biologi No. Nama Sekolah Kelengkapan Dokumen authentic assessment Kinerja/Unjuk Proyek Portofolio Diskusi Kerja 1. MA A x x x 2. MA B x x 3. MA C x x x 4. MA J x x 5. MA K x x Presentase (%) 100 0 0 60 Keterangan: √ = Memiliki dokumen penilaian x = Tidak memiliki dokumen penilaian Dari data tabel 4.2 diatas ternyata hanya dua jenis authentic assessment yang dibuat oleh guru yaitu penilaian unjuk kerja dan penilaian diskusi. Hal ini disebabkan karena authentic assessment baru dikenal secara teori dan konsep saja, 46 sehingga tidak semua guru mampu mengaplikasikannya ke dalam prosedur penilaian kelas sehari-hari. Dari hasil wawancara dengan guru juga, diperoleh informasi bahwa guru merasa kesulitan dalam membuat skoring dan rubrik penilaiannya, terutama untuk penilaian proyek dan penilaian portofolio. Guru juga belum mengetahui cara membuat rubrik dan skoring yang benar dalam melaksanakan authentic assessment sehingga format penilaiannya pun dibuat berdasarkan pengalaman dari guru tersebut.1 Sehingga dokumen yang diperoleh peneliti pun hanya dokumen penilaian unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Airasian dan Stiggins dalam Amy Brualdi Timmins yaitu: The benefit of performance class assessments are well documented. However, some teachers are hesitant to implement them in their classrooms. Commonly, this is because these teachers feel they don't know enough about how to fairly assess a student's performance (Airasian,1991). Another reason for reluctance in using performance class assessments may be previous experiences with them when the execution was unsuccessful or the results were inconclusive (Stiggins, 1994).2 Jika diartikan, didokumentasikan akan Manfaat baik. dari penilaian Namun, beberapa berbasis guru kelas ragu-ragu jika untuk menerapkannya di dalam kelas mereka. Umumnya, hal ini karena guru-guru ini merasa tidak cukup tahu tentang bagaimana menilai kinerja siswa (Airasian, 1991). Alasan lain untuk keengganan dalam menggunakan penilaian berbasis kelas mungkin pengalaman sebelumnya dengan mereka ketika eksekusi tidak berhasil atau hasilnya tidak konklusif (Stiggins, 1994) . Di dalam sebuah teori menyatakan bahwa penentuan kriteria dan format penilaian pada portofolio disusun sebagai standar patokan untuk guru dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria aspek tersebut disusun 1 Hasil wawancara dengan beberapa guru biologi Madrasah Aliyah Amy Brualdi Timmins, “Implementing Performance Assessment In The Classroom”, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 6, 2008, h. 1. 2 47 dalam sebuah format penilaian yang jelas.3 Sama halnya dengan penilaian proyek, penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung investigasi harus selesai dalam waktu tertentu. Investigasi dalam penugasan memuat beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Sedangkan untuk aspek-aspek kriteria yang akan digunakan untuk menilai peserta didik dalam penilaian proyek disesuaikan dengan standar kompetensi yang akan dicapai.4 Dengan demikian, pembuatan format penilaian portofolio dan penilaian proyek memang belum ada aturan yang khusus, tetapi guru diberikan kebebasan untuk menyusunnya sendiri berdasarkan standar kompetensi dan acuan yang sudah ditetapkan oleh guru tersebut dan berdasarkan kriteria-kriteria apa saja yang harus dicapai oleh peserta didik. 2. Analisis Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Berikut ini disajikan data kemunculan indikator penilaian kinerja/unjuk kerja pada dokumen/instrumen penilaian yang disusun guru dalam menilai peserta didik kelas X, XI IPA, dan XII IPA di Madrasah Aliyah Kota Bogor. Masingmasing disajikan pada tabel berikut. a. Analisis Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas X Berikut ini disajikan tabel kemunculan indikator penilaian kinerja/unjuk kerja kelas X yang telah dianalisis. Tabel 4.3 Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja untuk Setiap Dokumen/Instrumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas X yang Dianalisis No. Indikator Dokumen Penilaian A B C J K 1. Memuat kemampuan x x x x √ mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati 2. Memuat kemampuan melaksanakan 3 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 204. 4 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VI. h. 105. Ʃ 1 48 No. 3. 4. Indikator kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati Memuat kemampuan perintah melaporkan hasil unjuk kerja Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja Jumlah A x Dokumen Penilaian B C J K x x x √ Ʃ 1 x - x x x 0 x √ x x x 1 0 3 0 0 0 3 Keterangan: x = Tidak memiliki dokumen penilaian √ = Indikator pada dokumen penilaian muncul = Indikator pada dokumen penilaian tidak muncul Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa indikator penilaian kinerja/unjuk kerja pada setiap dokumen penilaian kinerja kelas X yang dianalisis menunjukkan jumlah kemunculan yang berbeda-beda. Untuk indikator 1, 2, dan 4 muncul pada dokumen penilaian kinerja B, sedangkan pada indikator 3 tidak muncul. Dokumen penilaian yang diperoleh tertera pada lampiran 1. Menurut catatan lapangan peneliti hal tersebut dapat terjadi dikarenakan guru dalam menyusun format penilaian kinerja/unjuk kerja tidak terlalu memperhatikan hasil akhir berupa produk dari hasil kinerja peserta didik dalam sebuah penilaian kinerja/unjuk kerja. Guru hanya menekankan pada penilaian proses pelaksanaannya saja namun hasil akhir dari prosesnya tidak terlalu diperhatikan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan juga memang guru tersebut tidak memerintahkan peserta didiknya untuk membuat laporan hasil unjuk kerja, tetapi guru hanya menilai kinerja peserta didik selama kegiatan unjuk kerja berlangsung sedangkan hasil akhirnya yaitu guru melakukan tanya jawab di kelas seputar kegiatan unjuk kerja yang telah dilaksanakan peserta didik. Kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum merupakan hal yang penting karena peserta didik dituntut untuk dapat menghubungkan konsep yang sudah ia pelajari dengan hasil pengamatan/eksperimen yang sudah dilakukan. Peserta didik juga diharuskan agar mampu memberikan kesimpulan dari apa yang 49 sudah dikerjakannya. Sehingga nantinya diharapkan peserta didik mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan tiga kemampuan dalam IPA yang harus ada menurut Depdiknas yaitu kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, serta kemampuan untuk mengembangkan sikap ilmiah.5 Hal ini berkaitan juga dengan keterampilan proses sains yang menuntut peserta didik untuk dapat berinterpretasi, berprediksi, berhipotesis serta menerapkan konsep pada situasi dan pengalaman baru. Rekapitulasi persentase kesesuaian antara dokumen penilaian kinerja kelas X yang dibuat guru dengan indikator penilaian kinerja penelitian diperoleh berdasarkan data pada tabel 4.3. Rekapitulasi persentase kesesuaian ini merupakan hasil perhitungan menggunakan rumus deskriptif persentase (tertera pada lampiran 19). Rekapitulasi persentase kesesuaian pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas X MA B yaitu 75% dengan kategori “sesuai”. b. Analisis Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XI Berikut ini disajikan tabel kemunculan indikator penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XI yang telah dianalisis. Tabel 4.4 Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja untuk Setiap Dokumen/Instrumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XI No. 1. 2. 3. Indikator yang Dianalisis Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati Memuat kemampuan perintah Ʃ Dokumen Penilaian A B C J K - x x √ √ 2 √ x x √ √ 3 √ x x √ √ 3 5 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 47. 50 No. 4. Indikator melaporkan hasil unjuk kerja Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja Jumlah Ʃ Dokumen Penilaian A B C J K - x x √ √ 2 2 0 0 4 4 10 Keterangan: x = Tidak memiliki dokumen penilaian √ = Indikator pada dokumen penilaian muncul = Indikator pada dokumen penilaian tidak muncul Berdasarkan tabel 4.4 (dokumen penilaian yang diperoleh tertera pada lampiran 2), dapat diketahui bahwa indikator penilaian kinerja/unjuk kerja pada setiap dokumen penilaian kinerja kelas XI yang dianalisis menunjukkan jumlah kemunculan yang berbeda-beda, meskipun ada yang menunjukkan jumlah yang sama. Pada indikator 1 muncul pada dokumen penilaian J dan K sedangkan pada dokumen penilaian kinerja A indikator tersebut tidak muncul. Untuk indikator 2 dan 3 muncul pada dokumen A, J, dan K. Kemudian pada indikator 4 muncul pada dokumen penilaian kinerja J dan K, sedangkan pada dokumen A indikator tersebut tidak muncul. Menurut catatan lapangan peneliti, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan guru dalam menyusun format penilaian kinerja/unjuk kerja tidak terlalu memperhatikan proses kinerja peserta didik dalam sebuah penilaian kinerja/unjuk kerja. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan juga guru menyatakan bahwa guru belum terlalu paham dengan authentic assessment sehingga format penilaiannya pun dibuat berdasarkan pengalaman guru tersebut. Sedangkan di dalam sebuah teori menyatakan bahwa dalam melakukan proses penilaian unjuk kerja haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1) Identify the overall performance or task to be assessed. 2) List the important aspects of the performance or product. 3) Try to limit the number of performance criteria, so they can all be observed during a pupil's performance. 4) Express the performance criteria in terms of observable pupil behaviors or product characteristics. 51 5) Don't use ambiguous words that cloud the meaning of the performance criteria. 6) Arrange the performance criteria in the order in which they are likely to be observed.6 Jika diartikan, menurut Airasian dalam Amy Brualdi Timmins menyatakan bahwa dalam melakukan proses penilaian unjuk kerja haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1) Identifikasi keseluruhan penampilan atau tugas yang akan dinilai. 2) Mengurutkan aspek-aspek penting dari kinerja atau produk. 3) Membatasi jumlah kriteria kinerja agar semua kriteria keterampilan yang ingin dinilai dapat diamati. 4) Mengungkapkan kriteria kinerja dalam hal perilaku murid yang dapat diamati atau karakteristik dari suatu produk. 5) Tidak menggunakan kata-kata yang ambigu pada kriteria kinerja. 6) Mengatur kriteria kinerja dalam urutan yang dapat diamati. Dengan demikian, jika guru sudah memperhatikan hal-hal tersebut maka guru akan lebih mudah dalam menilai kinerja peserta didik dalam suatu kompetensi tertentu. Rekapitulasi persentase kesesuaian antara dokumen penilaian kinerja kelas XI yang dibuat guru dengan indikator penilaian kinerja penelitian diperoleh berdasarkan data pada tabel 4.4. Rekapitulasi persentase kesesuaian ini merupakan hasil perhitungan menggunakan rumus deskriptif persentase (tertera pada lampiran 19). Rekapitulasi persentase kesesuaian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Amy Brualdi Timmins, “Implementing Performance Assessment In The Classroom”, 6 Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 6, 2008, h. 3. 52 Tabel 4.5 Persentase Kesesuaian Dokumen No. Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XI Tingkat Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja Persentase Kategori Kesesuaian 1. Dokumen Penilaian A 50 % Sesuai 2. Dokumen Penilaian J 100 % Sangat Sesuai 3. Dokumen Penilaian K 100 % Sangat Sesuai c. Analisis Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XII Berikut ini disajikan tabel kemunculan indikator penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XII yang telah dianalisis. Tabel 4.6 Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja untuk Setiap Dokumen/Instrumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XII No. 1. 2. 3. 4. Indikator yang Dianalisis Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja Jumlah Ʃ Dokumen Penilaian A B C J K - √ √ √ √ 4 √ √ √ √ √ 5 √ √ √ - √ 4 - √ √ √ √ 4 2 4 4 3 4 17 Keterangan: √ = Indikator pada dokumen penilaian muncul = Indikator pada dokumen penilaian tidak muncul Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa indikator penilaian kinerja/unjuk kerja pada setiap dokumen penilaian kinerja kelas XII yang dianalisis menunjukkan jumlah kemunculan yang berbeda-beda, meskipun ada 53 yang menunjukkan jumlah yang sama. Indikator 1 muncul pada keempat dokumen penilaian kinerja B, C, J, dan K, sedangkan pada dokumen penilaian kinerja A indikator tersebut tidak muncul. Pada indikator ke 2 muncul pada kelima dokumen penilaian kinerja yakni dokumen penilaian kinerja A, B, C, J, dan K. Kemudian untuk indikator ke 3 muncul pada dokumen penilaian kinerja A, B, C, dan K, sedangkan pada dokumen penilaian kinerja J indikator tersebut tidak muncul. Pada indikator ke 4 muncul pada keempat dokumen penilaian kinerja B, C, J, dan K, sedangkan pada dokumen penilaian kinerja A indikator tersebut tidak muncul. Dokumen penilaian yang diperoleh tertera pada lampiran 3. Berdasarkan hasil analisa peneliti pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang telah dibuat oleh guru biologi kelas XII MA J ini, guru menekankan peserta didiknya untuk mengisi lembar kegiatan prakikum peserta didik yang di dalamnya terdapat tabel hasil pengamatan dan pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh peserta didik. Dengan demikian dikarenakan adanya lembar kerja yang harus diisi oleh peserta didik maka guru tersebut tidak memasukkan perintah melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum di akhir pelaksanaan penilaian kinerja/unjuk kerja. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan, guru menyatakan bahwa guru memang tidak memerintahkan peserta didiknya untuk membuat laporan hasil unjuk kerja. Sebagai gantinya guru memerintahkan peserta didik untuk mengisi tabel hasil pengamatan pada LKS yang sudah dipersiapkan oleh guru. Rekapitulasi persentase kesesuaian antara dokumen penilaian kinerja kelas XII yang dibuat guru dengan indikator penilaian kinerja penelitian diperoleh berdasarkan data pada tabel 4.6. Rekapitulasi persentase kesesuaian ini merupakan hasil perhitungan menggunakan rumus deskriptif persentase (tertera pada lampiran 19). Rekapitulasi persentase kesesuaian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini. 54 Tabel 4.7 Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XII Tingkat Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja Persentase Kategori No. Kesesuaian 1. Dokumen Penilaian A 50 % Sesuai 2. Dokumen Penilaian B 100 % Sangat Sesuai 3. Dokumen Penilaian C 100 % Sangat Sesuai 4. Dokumen Penilaian J 75 % Sesuai 5. Dokumen Penilaian K 100 % Sangat Sesuai 3. Analisis Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi Berbeda dengan dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang telah diperoleh peneliti, yakni dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja terdapat pada semua jenjang kelas yaitu kelas X, XI, dan XII, sedangkan pada dokumen penilaian diskusi/presentasi hanya diperoleh dokumen diskusi/presentasi yang dibuat oleh guru kelas XII. Dari dokumen penilaian diskusi/presentasi yang telah diperoleh peneliti pun hanya terdapat pada tiga sekolah. Berikut disajikan tabel kemunculan indikator penilaian diskusi/presentasi kelas XII pada tiga sekolah yang telah dianalisis. Tabel 4.8 Kemunculan Indikator Penilaian Diskusi/Presentasi untuk Setiap Dokumen/Instrumen Penilaian Diskusi/Presentasi yang Dianalisis No. Indikator Dokumen Penilaian 1. 2. 3. Memuat kemampuan menyampaikan dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam materi pembelajaran Memuat kemampuan berpendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan Memuat kemampuan penguasaan audiens B J K Ʃ - √ √ 2 √ √ √ 3 √ √ √ 3 55 No. 4. Indikator Dokumen Penilaian B J K Ʃ Memuat kemampuan berbicara - √ - 1 Jumlah 2 4 3 9 Keterangan: √ = Indikator pada dokumen penilaian muncul = Indikator pada dokumen penilaian tidak muncul Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa indikator penilaian diskusi/presentasi pada setiap dokumen penilaian diskusi/presentasi yang dianalisis menunjukkan jumlah kemunculan yang berbeda-beda. Indikator 1 muncul pada dokumen penilaian diskusi/presentasi J dan K, sedangkan pada dokumen penilaian diskusi/presentasi B indikator tersebut tidak muncul. Dokumen penilaian yang diperoleh tertera pada lampiran 4. Hal demikian dikarenakan guru dalam membuat format penilaian diskusi/presentasi hanya menekankan pada keterlibatan aktif peserta didik dan kemampuan mengemukakan pendapat saja sehingga kemampuan menyampaikan dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam materi pembelajaran tidak termasuk ke dalam kriteria penilaian diskusi/presentasi. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan, hal demikian terjadi karena indikator yang selanjutnya sudah dapat mewakili indikator ini sehingga indikator ini tidak dimasukkan ke dalam kriteria penilaian diskusi/presentasi MA B. Menurut Rudner L.M, mengatakan bahwa “preparing a presentation is much like preparing any other assignment, it needs to be planned, researched and written before it is delivered like a organise your material, write a draft and the amount of information you can include.”7 Jika diartikan, mempersiapkan presentasi adalah seperti mempersiapkan tugas lainnya, perlu direncanakan, diteliti, dan ditulis sebelum disampaikan seperti mengatur sebuah materi, menulis draft, dan mengatur informasi yang akan disertakan. Rudner L.M, “Oral Presentations for Tutorials & Seminars”, Paper in The Learning Centre, The University of New South Wales, 2010, h. 1. 7 56 Pada indikator ke 2 dan 3 muncul pada ketiga dokumen penilaian diskusi/presentasi B, J, dan K. Kemudian pada indikator ke 4 hanya muncul pada dokumen penilaian diskusi/presentasi J, sedangkan pada dokumen penilaian diskusi/presentasi B dan K indikator tersebut tidak muncul. Berdasarkan sebuah teori, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan sebuah presentasi yaitu, The first one deals with preparation and planning, the most important stage. The second one deals with the structure of the speech and necessary language. The third speaks about visuals and how to make the best use of them. The fourth discusses how to create interest and estabilish and maintain a relationship with the audience. The fifth deals with body language and finally the sixth contains a few comments on using the voice and correct pronounciation.8 Jika diartikan, Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan sebuah presentasi yaitu, pertama berkaitan dengan persiapan dan perencanaan, ini merupakan tahap yang paling penting. Kedua, berhubungan dengan struktur bicara dan bahasa yang diperlukan. Ketiga, berbicara tentang visual dan bagaimana membuat penggunaan yang terbaik. Keempat, membahas cara membuat, membangun, dan mempertahankan hubungan dengan penonton. Kelima, bahasa tubuh dan yang terakhir keenam berisi beberapa komentar dalam menggunakan suara dan pengucapan yang benar. Indikator ini hanya muncul pada satu dokumen penilaian diskusi/presentasi MA J saja. Dengan demikian berarti pada indikator ini guru sebagian besar belum menggunakan indikator tersebut dalam penilaian diskusi/presentasi peserta didik. Rekapitulasi persentase kesesuaian antara dokumen penilaian diskusi/presentasi yang dibuat guru dengan indikator penilaian diskusi/presentasi penelitian diperoleh berdasarkan data pada tabel 4.8. Rekapitulasi persentase kesesuaian ini merupakan hasil perhitungan menggunakan rumus deskriptif persentase (tertera pada lampiran 19). Rekapitulasi persentase kesesuaian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini. 8 Carl Storz, “Oral Presentation Skills A Practical Guide”, Paper in Institute National De Telecommunications, Evry France, 2009, h. 1. 57 Tabel 4.9 Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi Tingkat Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja Persentase Kategori No. Kesesuaian 1. Dokumen Penilaian B 50 % Sesuai 2. Dokumen Penilaian J 100 % Sangat Sesuai 3. Dokumen Penilaian K 75 % Sesuai Berdasarkan data analisis yang telah diperoleh maka dapat diambil kesimpulan pada grafik yang tersaji di bawah ini. 1) Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja untuk Setiap Dokumen/Instrumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas X, XI, dan XII dari setiap sekolah. 1 Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja 0 A B C X J K A B C XI J K A B C J K XII Pada grafik di atas menunjukkan bahwa indikator yang paling banyak muncul dari setiap dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja A, B, C, J, dan K yaitu indikator ke 2 (garis berwarna hijau) yakni memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati, dengan jumlah total 9 yang muncul dari seluruh dokumen kelas X, XI, dan XII pada masing-masing dokumen penilaian A, 58 B, C, J, dan K. Sedangkan pada indikator ke 1, 3, dan 4 (garis berwarna biru tua, biru muda, dan orange), jumlah kemunculan indikator sebanyak 7 dari total seluruh dokumen kelas X, XI, dan XII pada masing-masing dokumen penilaian A, B, C, J, dan K. 2) Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas X, XI, dan XII dari setiap sekolah. 100% 80% 60% X 40% XI XII 20% 0% Dokumen Penilaian Kinerja A Dokumen Penilaian Kinerja B Dokumen Penilaian Kinerja C Dokumen Penilaian Kinerja J Dokumen Penilaian Kinerja K Pada grafik di atas menunjukkan bahwa pada dokumen penilaian MA A persentase kesesuaian dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XI diperoleh sebesar 50% dengan kategori sesuai, begitu juga dengan dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XII diperoleh persentase kesesuaian sebesar 50% dengan kategori sesuai. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA B kelas X diperoleh persentase kesesuaian sebesar 75% dengan kategori sesuai sedangkan pada dokumen penilaian kelas XII diperoleh persentase kesesuaian sebesar 100% dengan kategori sangat sesuai. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA C kelas XII diperoleh persentase kesesuaian sebesar 100% dengan kategori sangat sesuai. Pada dokumen penilaian MA J persentase kesesuaian dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XI diperoleh sebesar 100% dengan kategori sangat sesuai sedangkan pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XII diperoleh persentase kesesuaian sebesar 75% dengan kategori sesuai. Pada dokumen 59 penilaian MA K baik kelas XI maupun kelas XII diperoleh persentase kesesuaian sebesar 100% dengan kategori sangat sesuai. 3) Kemunculan Indikator Penilaian Diskusi/Presentasi untuk Setiap Dokumen/Instrumen Penilaian Diskusi/Presentasi yang Dianalisis 1 Memuat kemampuan menyampaikan dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam materi pembelajaran Memuat kemampuan berpendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan Memuat kemampuan penguasaan audiens Memuat kemampuan berbicara 0 B J K Pada grafik di atas menunjukkan bahwa indikator yang paling banyak muncul dari setiap dokumen penilaian diskusi/persentasi B, J, dan K yaitu indikator ke 2 dan 3 (garis berwarna hijau dan biru muda). Indikator tersebut muncul di ketiga dokumen penilaian B, J, dan K. Sedangkan pada indikator ke 1 (garis berwarna biru tua) muncul di dokumen penilaian J dan K. Dan pada indikator ke 4 (garis berwarna orange) hanya muncul pada dokumen penilaian J. Dengan demikian dokumen penilaian J sudah lengkap yakni seluruh indikator pada penilaian diskusi/presentasi muncul di dokumen penilaian J. 60 4) Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi Persentase Kesesuaian 100% 80% 60% Persentase Kesesuaian 40% 20% 0% Dokumen Penilaian B Dokumen Penilaian J Dokumen Penilaian K Pada grafik di atas menunjukkan bahwa pada dokumen penilaian diskusi/presentasi MA J persentase kesesuaian dokumen penilaian diperoleh sebesar 100% dengan kategori sangat sesuai. Sedangkan pada dokumen penilaian MA K diperoleh persentase kesesuaian sebesar 75% dengan kategori sesuai. Namun pada dokumen penilaian MA B diperoleh persentase kesesuaian sebesar 50% dengan kategori sesuai. 4. Data Hasil Angket Adapun hasil angket mengenai penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi berdasarkan persentase dari setiap indikator adalah sebagai berikut. Tabel 4.11 Persentase angket authentic assessment Indikator dalam pembelajaran biologi Persentase Pengetahuan authentic assessment Perencanaan authentic assessment Implementasi authentic assessment x 100% Kategori Baik = 71,25 % x 100% Baik = 64 % x 100% = 71,25 % Baik 61 Indikator Persentase Pelaporan hasil = 82,5 % Rata-rata 72,25 % hasil Sangat Baik x 100% authentic assessment Berdasarkan Kategori angket mengenai Baik authentic assessment dalam pembelajaran biologi, diperoleh persentase pada indikator yang pertama yaitu 71,25% dengan kategori baik, indikator kedua yaitu 64% dengan kategori baik, indikator ketiga yaitu 71,25% dengan kategori baik, dan indikator keempat yaitu 82,5% dengan kategori sangat baik. Dengan demikian diperoleh rata-rata dari keempat indikator tersebut yaitu 72,25%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Kota Bogor yaitu berkategori “baik”. B. Penggunaan Authentic Assessment Dalam Pembelajaran Biologi Penelitian terhadap 16 Madrasah Aliyah di Kota Bogor ditemukan bahwa 31,25% atau sebanyak 5 sekolah yang telah memiliki dokumen penilain otentik. Data tersebut menunjukkan bahwa hanya ada sebagian kecil sekolah yang sudah menggunakan penilaian otentik, namun masih lebih banyak yang belum melaksanakannya. Penilaian otentik baru dikenal secara teori dan konsep, sehingga tidak semua guru mampu mengaplikasikannya ke dalam prosedur penilaian kelas sehari-hari. Menurut catatan lapangan peneliti, hal ini diduga dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: 1) guru lebih memfokuskan peserta didik pada penilaian kognitif dengan memberikan peserta didik soal-soal latihan; 2) keterampilan para guru yang kurang dalam melakukan penilaian berbasis kelas; 3) beberapa guru biologi bukan berlatar sarjana pendidikan, sehingga belum mengerti sistem evaluasi pendidikan; 4) beberapa guru mengajar tidak sesuai dengan bidang studi keahliannya; 62 5) sarana dan prasarana untuk kegiatan praktikum terbatas, bahkan ada sekolah yang belum memiliki laboratorium; Dari hasil pengumpulan dokumen penilaian otentik yang telah dikumpulkan oleh peneliti, ditemukan bahwa dari keempat macam penilaian otentik yang seharusnya ada yaitu penilaian kinerja/unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian portofoilo, dan penilaian diskusi, ternyata dalam dokumen yang telah dikumpulkan hanya terdapat dua macam penilaian otentik yaitu penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan para guru, hal demikian dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut.9 1) Guru merasa kesulitan dalam membuat skoring dan rubrik penilaiannya. 2) Membutuhkan waku yang lama dalam pelaksanaan penilaian proyek dan portofolio, sehingga guru enggan untuk mengaplikasikannya dalam pelaksanaan authentic assessment. 3) Guru belum mengetahui cara membuat rubrik dan skoring yang benar. 4) Keterbatasan tenaga dan waktu, sehingga guru memilih penilaian yang mudah dilakukan. 5) Menyesuaikan dengan SK dan KD karena tidak semua materi biologi dapat dilakukan authentic assessment. 6) Guru belum terlalu paham dengan authentic assessment sehingga format penilaiannya pun dibuat berdasarkan pengalaman guru tersebut. 7) Guru tidak paham dengan pembuatan skoring dan rubrik untuk penilaian proyek dan portofolio. Sedangkan dalam sebuah teori menyatakan bahwa penentuan kriteria dan format penilaian pada portofolio disusun sebagai standar patokan untuk guru dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria aspek tersebut 9 Hasil wawancara dengan guru biologi Madrasah Aliyah 63 disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas.10 Sama halnya dengan penilaian proyek, penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung investigasi harus selesai dalam waktu tertentu. Investigasi dalam penugasan memuat beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Sedangkan untuk aspek-aspek kriteria yang akan digunakan untuk menilai peserta didik dalam penilaian proyek disesuaikan dengan standar kompetensi yang akan dicapai.11 Dengan demikian, pembuatan format penilaian portofolio dan penilaian proyek memang belum ada format yang baku, tetapi guru diberikan kebebasan untuk menyusunnya sendiri berdasarkan standar kompetensi dan acuan yang sudah ditetapkan oleh guru tersebut. Berdasarkan hasil pengecekan peneliti dari dokumen yang telah dikumpulkan, diperoleh informasi bahwa dari lima sekolah telah menunjukkan bahwa kelengkapan dokumen authentic assessment pada penilaian kinerja/unjuk kerja sudah 100% dimiliki oleh setiap sekolah. Sedangkan pada penilaian diskusi hanya 60% atau tiga sekolah yang sudah memiliki dokumen penilaian diskusi. Namun pada penilaian proyek dan portofolio tidak ada satu pun sekolah yang memiliki dan menggunakan penilaian tersebut dalam pelaksanaan authentic assessment Oleh karena itu analisis yang dilakukan oleh peneliti hanya kepada dua dokumen penilaian otentik yaitu penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi. Analisis yang dilakukan pada dokumen penilaian otentik kelas X, XI IPA, dan XII IPA yang dibuat oleh guru menggunakan rubrik penilaian dokumen unjuk kerja dan rubrik penilaian dokumen diskusi/presentasi. Terdapat empat indikator yang dijaring dalam lembar daftar cek penilaian kinerja/unjuk kerja berdasarkan aspek-aspek pada penilaian kinerja/unjuk kerja dan terdapat empat indikator pula dalam lembar daftar cek penilaian diskusi/presentasi berdasarkan pada aspek-aspek penilaian diskusi/presentasi. Pembahasan mengenai 10 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 204. 11 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VI. h. 105. 64 masing-masing indikator penilaian dokumen kinerja/unjuk kerja dan penilaian dokumen diskusi/presentasi adalah sebagai berikut. 1. Penilaian Dokumen Kinerja/Unjuk Kerja Berikut dijelaskan berdasarkan indikator penilaian dokumen kinerja/unjuk kerja. a. Memuat Kemampuan Mempersiapkan Kegiatan Kinerja/Unjuk Kerja Yang Dapat Diamati. Kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja dalam suatu praktikum itu memang sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan berhasil atau tidaknya suatu percobaan yang akan dipraktikkan dapat dilihat dari persiapan yang dilakukan oleh seorang praktikan. Mengingat sains juga sangat mengutamakan keselamatan kerja, maka persiapan sebelum melakukan praktikum harus dilakukan. Dengan memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja/unjuk kerja, maka seorang guru telah menentukan salah satu aspek penting dalam sebuah kegiatan pelaksanaan penilaian kinerja/unjuk kerja. Dengan demikian peserta didik dapat dengan mudah mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XI dan XII MA A, indikator ini yakni memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat diamati tidak muncul (Lihat lampiran 2.1 dan 3.1). Menurut catatan lapangan peneliti, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan guru dalam menyusun format penilaian kinerja/unjuk kerja tidak terlalu memperhatikan proses kinerja peserta didik dalam sebuah penilaian kinerja/unjuk kerja. Hal demikian dapat terlihat pula dalam dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA A yang terlihat tidak lengkap. Di dalamnya tidak terdapat langkah-langkah kinerja yang dapat diamati secara detail yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik dan tidak terdapat kemampuan-kemampuan yang diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati. Sedangkan menurut Airasian dalam Amy Brualdi menyatakan bahwa dalam melakukan proses penilaian unjuk kerja haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1) Identify the overall performance or task to be assessed. 65 2) List the important aspects of the performance or product. 3) Try to limit the number of performance criteria, so they can all be observed during a pupil's performance. 4) Express the performance criteria in terms of observable pupil behaviors or product characteristics. 5) Don't use ambiguous words that cloud the meaning of the performance criteria. 6) Arrange the performance criteria in the order in which they are likely to be observed.12 Jika diartikan, menurut Airasian dalam Amy Brualdi Timmins menyatakan bahwa dalam melakukan proses penilaian unjuk kerja haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1) Identifikasi keseluruhan penampilan atau tugas yang akan dinilai. 2) Mengurutkan aspek-aspek penting dari kinerja atau produk. 3) Membatasi jumlah kriteria kinerja agar semua kriteria keterampilan yang ingin dinilai dapat diamati. 4) Mengungkapkan kriteria kinerja dalam hal perilaku murid yang dapat diamati atau karakteristik dari suatu produk. 5) Tidak menggunakan kata-kata yang ambigu pada kriteria kinerja. 6) Mengatur kriteria kinerja dalam urutan yang dapat diamati. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas X, XI dan XII di MA B, C , J, dan K indikator memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat diamati sudah muncul. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru dalam membuat instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja sudah menggunakan indikator dalam instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat diamati untuk dilaksanakan oleh peserta didik. Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat diamati dalam dokumen/instrumen penilaian yang disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor diantaranya sebagai berikut. 12 Amy Brualdi Timmins, Implementing Performance Assessment In The Classroom, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 6, 2008, h. 3. 66 1) Persiapan alat dan bahan. 2) Mempersiapkan alat yang akan digunakan. 3) Mempersiapkan bahan yang akan diamati. 4) Membaca modul percobaan . 5) Mengecek kesesuaian alat dan bahan. b. Memuat Kemampuan Melaksanakan Kegiatan Kinerja/Unjuk Kerja Yang Dapat Diamati. Kemampuan melaksanakan kegiatan kinerja/unjuk kerja sangat diperlukan saat berlangsungnya kegiatan praktikum. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar dapat memahami dan menjelajahi alam sekitar secara ilmiah sehingga nantinya dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai apa yang telah ia temukan. Hakikat IPA menurut Depdiknas terdiri dari empat unsur yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi, dimana keempat unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan ciri IPA secara utuh.13 Oleh karena itu, dalam menentukan instrumen penilaian kinerja yang baik, guru senantiasa harus mampu menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang situasi, kondisi, dan karakteristik peserta didik. Hal demikian penting karena apabila guru mampu memahami karakteristik peserta didik maka guru akan mampu memperkirakan dengan baik apakah aktivitas dalam tugas kinerja yang telah dibuat itu akan mampu dijalankan dan diselesaikan oleh peserta didik dengan baik atau tidak. Indikator memuat kemampuan melaksanakan kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat diamati ini sudah muncul pada semua dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang telah dibuat oleh guru biologi kelas X, XI, dan XII MA A, B, C, J, dan K (Lihat lampiran 1,2, dan 3). Hal ini menunjukkan bahwa sudah semua guru dalam membuat instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja sudah sebagian besar menggunakan indikator dalam instrumen penilaian kinerja/unjuk 13 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 46. 67 kerja yang memuat kemampuan melaksanakan kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat diamati untuk dilaksanakan oleh peserta didik. Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan melaksanakan kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat diamati dalam dokumen/instrumen penilaian yang disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor diantaranya sebagai berikut. 1) Keterampilan penggunaan alat. 2) Inisiatif dalam bekerja. 3) Melaksanakan praktikum secara bekerja sama. 4) Melaksanakan pengamatan sesuai prosedur pada modul. 5) Membuat ekstrak hati ayam sesuai prosedur kerja. c. Memuat Kemampuan Perintah Melaporkan Hasil Unjuk Kerja/Praktikum. Kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum merupakan hal yang penting karena peserta didik dituntut untuk dapat menghubungkan konsep yang sudah ia pelajari dengan hasil pengamatan/eksperimen yang sudah dilakukan. Peserta didik juga diharuskan agar mampu memberikan kesimpulan dari apa yang sudah dikerjakannya. Sehingga nantinya peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan tiga kemampuan dalam IPA yang harus ada menurut Depdiknas yaitu kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, serta kemampuan untuk mengembangkan sikap ilmiah.14 Hal ini berkaitan juga dengan keterampilan proses sains yang menuntut peserta didik untuk dapat berinterpretasi, berprediksi, berhipotesis serta menerapkan konsep pada situasi dan pengalaman baru. Indikator memuat kemampuan perintah melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum ini tidak muncul pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang dibuat oleh guru biologi kelas X MA B (Lihat lampiran 1). Menurut catatan 14 Ibid., h. 47 68 lapangan peneliti hal tersebut dapat terjadi dikarenakan guru dalam menyusun format penilaian kinerja/unjuk kerja tidak terlalu memperhatikan hasil akhir berupa produk dari hasil kinerja peserta didik dalam sebuah penilaian kinerja/unjuk kerja. Guru hanya menekankan pada penilaian proses pelaksanaannya saja namun hasil akhir dari prosesnya tidak terlalu diperhatikan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan juga memang guru tersebut tidak memerintahkan peserta didiknya untuk membuat laporan hasil unjuk kerja, tetapi guru hanya menilai kinerja peserta didik selama kegiatan unjuk kerja berlangsung sedangkan hasil akhirnya yaitu guru melakukan tanya jawab di kelas seputar kegiatan unjuk kerja yang telah dilaksanakan peserta didik. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XII MA J, indikator memuat kemampuan perintah melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum ini pun tidak muncul (Lihat lampiran 3.4). Berdasarkan hasil analisa peneliti pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang telah dibuat oleh guru biologi kelas XII MA J ini, guru menekankan peserta didiknya untuk mengisi lembar kegiatan prakikum peserta didik yang di dalamnya terdapat tabel hasil pengamatan dan pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh peserta didik. Dengan demikian dikarenakan adanya lembar kerja yang harus diisi oleh peserta didik maka guru tersebut tidak memasukkan perintah melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum di akhir pelaksanaan penilaian kinerja/unjuk kerja. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA kelas XI dan XII kecuali MA J, secara keseluruhan indikator ini sudah muncul pada setiap dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang telah dibuat oleh guru biologi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua guru biologi dalam membuat instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja sudah sebagian besar menggunakan indikator dalam instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum dalam dokumen/instrumen penilaian yang disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor diantaranya sebagai berikut. 69 1) Ketepatan pengumpulan laporan praktikum. 2) Kelengkapan laporan. 3) Ketepatan pembahasan masalah. 4) Ketepatan pengambilan kesimpulan. 5) Membuat laporan hasil pengamatan individu sementara. d. Memuat Petunjuk Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja. Sebelum melakukan proses penilaian, terlebih dahulu seorang guru hendaknya merancang format penilaian yang akan digunakan untuk menilai peserta didik dalam suatu kompetensi tertentu. Di dalam penilaian kinerja terdapat dua hal yang harus ada yaitu tugas atau latihan unjuk kerja dan panduan penskoran. Panduan penskoran dapat memberikan nilai berupa poin untuk gambaran spesifik dari sebuah unjuk kerja atau produk yang ada sehingga nantinya tingkat kualitas kemampuan peserta didik dapat tergambarkan dengan jelas. Berbeda dengan bentuk tes konvensional, penilaian kinerja tidak mempunyai jawaban yang tegas seperti benar atau salah, melainkan berupa derajat keberhasilan atau ketidakberhasilan. Maka dari itu, guru harus menilai unjuk kerja sedemikian rupa sehingga semua derajat yang bermacam-macam dapat dipertimbangkan. Hal demikian dapat diperoleh dengan menciptakan suatu rubrik.15 Menurut Barbara M. Moskal, menyatakan bahwa “scoring rubrics are one method that may be used to evaluate students performance assessments. Two types of performance assessments are frequently discussed in the literature: analytic and holistic.”16 Jika diartikan, menurut Barbara M. Moskal skoring rubrik adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi penilaian 15 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 131. 16 Barbara M. Moskal, “Recommendations for Developing Classroom Performance Assessments and Scoring Rubrics”, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 8, 2009, h. 4. 70 kinerja siswa. Adapun dua jenis penilaian kinerja yang sering digunakan berdasarkan literatur yaitu rubrik analitik dan rubrik holistik. Dalam pelaksanaan penilaian otentik, membuat format penilaian untuk berbagai macam penilain harus dilakukan karena agar nantinya guru dapat dengan mudah menilai peserta didik dan dapat mendokumentasikan hasil dari kinerja peserta didiknya dengan baik. Petunjuk/pedoman suatu penilaian kinerja/unjuk kerja sebaiknya mampu menjelaskan apa yang harus dilakukan peserta didik dan menggambarkan suatu produk atau performansi yang akan peserta didik selesaikan. Dengan demikian peserta didik dapat mengetahui kemampuankemampuannya dalam melaksanakan suatu kinerja. Hal ini sejalan dengan pernyataan Amy Brualdi Timmins yang menyatakan bahwa “having clearly defined criteria will make it easier for you to remain objective during the assessment. If students were already involved in the process of determining the criteria, this will help students know exactly what is expected of them.”17 Jika diartikan, menurut Amy Brualdi Timmins yaitu dengan memiliki kriteria yang jelas akan membuat lebih mudah bagi kita untuk tetap objektif dalam penilaian. Jika siswa terlibat dalam proses penentuan suatu kriteria, hal ini akan membantu siswa tahu persis apa yang diharapkan dari mereka. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XI dan XII MA A, indikator ini yakni memuat petunjuk penilaian kinerja/unjuk kerja tidak muncul (Lihat lampiran 2.1 dan 3.1). Berdasarkan analisa peneliti, teknik penilaian pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA A tidak terdapat poin-poin atau skor nilai yang dituliskan pada lembar penilaian. Dalam dokumen hanya dituliskan keterangan kriteria penilaian kinerja/unjuk kerjanya saja tetapi skor dari kriteria penilaian tersebut tidak dicantumkan. Menurut hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan, hal tersebut terjadi karena guru belum sepenuhnya paham dan mengerti dalam menyusun instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja terutama dalam hal penskorannya. Berdasarkan hasil wawancara juga, guru masih Amy Brualdi Timmins, “Implementing Performance Assessment In The Classroom”, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 6, 2008, h. 3. 17 71 kesulitan dalam menciptakan sebuah rubrik penilaian kinerja/unjuk kerja dalam suatu kompetensi tertentu.18 Dalam sebuah teori menyatakan bahwa salah satu prinsip-prinsip umum dalam penilaian otentik yaitu penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. Penilaian juga harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.19 Dengan demikian seharusnya guru harus sudah mampu membuat kriteria dan penskoran yang jelas untuk menilai peserta didik dalam suatu penilaian kinerja/unjuk kerja. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas X, XI dan XII di MA B, C, J, dan K indikator memuat petunjuk penilaian kinerja/unjuk kerja ini sudah muncul. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru biologi dalam melaksanakan penilaian kinerja/unjuk kerja sudah membuat rubrik/instrumen/format penilaian kinerja/unjuk kerja yang akan digunakan untuk menilai kinerja peserta didik dalam suatu kompetensi tertentu. 2. Penilaian Dokumen Diskusi/Presentasi Berikut dijelaskan berdasarkan indikator penilaian dokumen diskusi/presentasi a. Memuat Kemampuan Menyampaikan dan Menyajikan Informasi Penting serta Gambaran Besar dalam Materi Pembelajaran. Penguasaan materi atau suatu pokok bahasan tertentu sangat penting dikuasai oleh seorang peserta didik yang akan melakukan diskusi/presentasi. Penguasaan teori-teori fakta prinsip maupun hukum dalam suatu materi IPA/Biologi harus senantiasa dikuasai oleh peserta didik. Sehingga nantinya ketika sedang melakukan penilaian diskusi/presentasi dalam kelas, peserta didik mampu menjelaskan dengan benar. Memuat kemampuan menyampaikan dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam materi pembelajaran perlu dicantumkan oleh guru 18 Hasil wawancara dengan guru biologi Haryono, “Authentic Assessment dan Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009, h. 3. 19Agung Inovatif dalam 72 ketika akan menilai peserta didik dalam penilaian diskusi/presentasi. Hal ini dikarenakan guru dapat dengan mudah mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam menyampaikan materi pembelajaran dan informasi-informasi penting yang mereka ketahui. Hal demikian sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rudner L.M, yang mengatakan bahwa “preparing a presentation is much like preparing any other assignment, it needs to be planned, researched and written before it is delivered like a organise your material, write a draft and the amount of information you can include.”20 Jika diartikan, mempersiapkan presentasi adalah seperti mempersiapkan tugas lainnya, perlu direncanakan, diteliti, dan ditulis sebelum disampaikan seperti mengatur sebuah materi, menulis draft, dan mengatur informasi yang akan disertakan. Indikator ini tidak muncul pada dokumen penilaian diskusi/presentasi MA B. Berdasarkan analisa peneliti pada berkas dokumen penilaian diskusi/presentasi MA B (Lihat lampiran 4.1) hal ini dikarenakan guru dalam membuat format penilaian diskusi/presentasi hanya menekankan pada keterlibatan aktif peserta didik dan kemampuan mengemukakan pendapat saja sehingga kemampuan menyampaikan dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam materi pembelajaran tidak termasuk ke dalam kriteria penilaian diskusi/presentasi. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan, ternyata hal demikian terjadi karena indikator yang selanjutnya sudah dapat mewakili indikator ini sehingga indikator ini tidak dimasukkan ke dalam kriteria penilaian diskusi/presentasi MA B.21 Indikator ini sudah terdapat pada dokumen penilaian diskusi/presentasi MA J dan MA K. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah menggunakan indikator ini ketika menilai peserta didik dalam penilaian diskusi/presentasi. Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan menyampaikan dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam materi pembelajaran dalam dokumen/instrumen penilaian diskusi/presentasi yang Rudner L.M, “Oral Presentations for Tutorials & Seminars”, Paper in The Learning Centre, The University of New South Wales, 2010, h. 1. 21 Hasil wawancara dengan guru biologi 20 73 disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor diantaranya sebagai berikut. 1) Mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas. 2) Menggunakan konsep sains secara tepat. 3) Memberikan penjelasan pendukung yang cukup rinci untuk menjelaskan konsep. b. Memuat Kemampuan Berpendapat, Bertanya, dan Menjawab Pertanyaan. Kemampuan berpendapat, bertanya, dan menjawab suatu pertanyaan harus dimiliki oleh peserta didik. Hal ini untuk menunjukkan bahwa sejauh mana peserta didik tersebut telah memperhatikan dan menyimak jalannya kegiatan diskusi/presentasi. Disini akan terlihat pula peserta didik mana yang mampu berperan aktif selama berjalannya suatu diskusi/prsentasi di dalam kelas. Dalam sebuah teori tutorial discussion menyatakan bahwa “depending on a course, the presentation may conclude with a group discussion. If this is the case, it is a good idea to prepare a couple of questions that are relevant to the topic.”22 Jika diartikan, tergantung pada sebuah program studi, presentasi dapat disimpulkan sebagai diskusi kelompok. Jika hal ini terjadi, itu adalah ide yang baik untuk mempersiapkan beberapa pertanyaan yang relevan sesuai dengan topik yang ada. Guru sebaiknya mampu mencantumkan indikator ini dalam suatu penilaian diskusi/presentasi. Dikarenakan dalam indikator ini dapat terlihat dengan jelas peserta didik mana yang sudah berani berperan langsung dalam kegiatan diskusi/presentasi. Indikator ini sudah terdapat pada semua dokumen penilaian diskusi/presentasi MA B, J, dan K. Hal ini menunjukkan bahwa semua guru sudah menggunakan indikator ini ketika menilai peserta didik dalam penilaian diskusi/presentasi. 22 Rudner, op.cit., h. 4. 74 Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan berpendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan dalam dokumen/instrumen penilaian diskusi/presentasi yang disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor diantaranya sebagai berikut. 1) Keberanian menjawab dan keberanian menyampaikan ide. 2) Mengungkapkan pendapat secara jelas. 3) Mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan maksud dan tujuan pertanyaan. 4) Memberikan sanggahan terhadap pendapat audiens. c. Memuat Kemampuan Penguasaan Audiens. Penguasaan audiens pada umumnya perlu dimiliki oleh seorang peserta didik baik dalam kegiatan diskusi/presentasi maupun tidak. Di dalam penguasaan audienns ini akan terlihat kemahiran dan kepandaian seseorang dalam mengelola sebuah acara atau kegiatan tertentu. Sehingga nantinya kemampuan dan kepercayaan diri seseorang dalam penguasaan audiens ini dapat terlihat. Dalam melakukan penilaian diskusi/presentasi di kelas pun sebaiknya guru dapat menunjukkan indikator ini. Dikarenakan indikator ini mampu menilai dan menunjukkan antusiasme peserta didik dalam melakukan diskusi/presentasi di dalam kelas. Indikator ini sudah muncul pada semua dokumen penilaian diskusi/presentasi B, J, dan K. Hal ini menunjukkan bahwa semua guru sudah menggunakan indikator ini ketika menilai peserta didik dalam penilaian diskusi/presentasi. Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan penguasaan audiens dalam dokumen/instrumen penilaian diskusi/presentasi yang disusun oleh guru Madrasah Aliyah Kota Bogor diantaranya sebagai berikut. 1) Terlibat aktif. 2) Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur dan gerak tubuh digunakan secara efektif. 3) Mengikuti kegiatan diskusi secara aktif. 4) Percaya diri. 75 d. Memuat Kemampuan Berbicara. Kemampuan berbicara di dalam suatu diskusi/presentasi dirasa perlu dilakukan. Sebab percaya diri atau tidaknya seseorang salah satunya dapat dilihat dari kemampuan bicara seseorang tersebut. Baik atau tidaknya, salah atau tidaknya, dan sesuai atau tidaknya seseorang berbicara maka akan terlihat dari kemampuan berbicaranya ia sendiri. Menurut Carl Storz, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan sebuah presentasi yaitu, The first one deals with preparation and planning, the most important stage. The second one deals with the structure of the speech and necessary language. The third speaks about visuals and how to make the best use of them. The fourth discusses how to create interest and estabilish and maintain a relationship with the audience. The fifth deals with body language and finally the sixth contains a few comments on using the voice and correct pronounciation.23 Jika diartikan, Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan sebuah presentasi yaitu, pertama berkaitan dengan persiapan dan perencanaan, ini merupakan tahap yang paling penting. Kedua, berhubungan dengan struktur bicara dan bahasa yang diperlukan. Ketiga berbicara tentang visual dan bagaimana membuat penggunaan yang terbaik. Keempat membahas cara membuat, membangun, dan mempertahankan hubungan dengan penonton. Kelima bahasa tubuh dan yang terakhir keenam berisi beberapa komentar dalam menggunakan suara dan pengucapan yang benar. Dengan demikian guru dirasa perlu untuk menunjukkan indikator ini. Sebab peserta didik nantinya akan terlihat kemampuan dan kemahirannya dalam mengatur dan mengkondisikan cara bicaranya ketika berada dalam suatu forum diskusi/presentasi. Sebab boleh jadi jika seorang peserta didik yang jika tidak sedang diskusi/presentasi kemampuan bicaranya sangat bagus namun jika sedang diskusi/presentasi tidak terlihat kemampuan berbicaranya. Demikian juga sebaliknya. Carl Storz, “Oral Presentation Skills A Practical Guide”, Paper in Institute National De Telecommunications, Evry France, 2009, h. 1. 23 76 Indikator ini hanya muncul di satu dokumen penilaian diskusi/presentasi MA J saja. Dengan demikian berarti pada indikator ini guru sebagian besar belum menggunakan indikator tersebut dalam penilaian diskusi/presentasi peserta didik. Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan berbicara dalam dokumen/instrumen penilaian diskusi/presentasi yang disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor yaitu kualitas suara seperti volume dan artikulasi cukup baik. Dari kelima dokumen penilaian otentik kelas X, XI, dan XII yang terjaring dalam dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi yang dianalisis, masih banyak yang belum teridentifikasi pada indikator penilaian kinerja/unjuk kerja dan indikator penilaian diskusi/presentasi yang sudah peneliti kembangkan. Namun secara umum tingkat kesesuaian dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi/presentasi pada kelima dokumen penilaian termasuk dalam kategori “sesuai” dalam mengukur indikatorindikator penilaian kinerja/unjuk kerja dan indikator penilaian diskusi/presentasi yang sudah peneliti kembangkan. Berdasarkan hasil angket mengenai authentic assessment juga telah menunjukkan bahwa penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Kota Bogor sudah berkategori “baik”. Sampai saat ini peneliti belum menemukan adanya aturan baku mengenai format penilaian otentik dalam hal ini penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi, dan proporsi yang ideal dari masing-masing indikator. Namun demikian, dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi/presentasi yang sudah mengidentifikasi indikator-indikator yang telah peneliti kembangkan hendaknya memuat semua indikator dalam dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi/presentasi yang sudah dibuat guru, karena indikator tersebut digunakan sebagai indikator pencapaian keterampilan peserta didik dalam mencapai kompetensi pembelajaran. Perhatian mengenai penggunaan penilaian otentik dalam hal ini penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi sangat perlu untuk dikembangkan, agar tidak ada lagi yang beranggapan bahwa pelajaran sains 77 khususnya biologi adalah mata pelajaran yang rumit yang menekankan hanya pada hafalan konsep, teori, hukum, dan fakta. Penilaian otentik perlu dilakukan, sebab peningkatan kualitas penilaian guru pada siswa harus melalui meningkatkan keterlibatan siswa, proses, dan tindak lanjut hasil penilaiannya. Pada peningkatan kualitas perencanaan, yang perlu dilakukan guru adalah dengan meningkatkan transparansi kriteria penilaian. Hal ini dikarenakan semakin jelas dan transparan suatu kriteria penilaian yang digunakan guru maka peserta didik akan semakin terpacu untuk dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan guru. Demikian juga untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran sebaiknya guru memperkaya variasi model dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan kondisi peserta didik. Penilaian yang komprehensif, berkelanjutan, dan yang mampu mengungkapkan keterampilan peserta didik merupakan salah satu tujuan untuk mencapai kompetensi peserta didik yang lebih baik di masa sekarang dan yang akan datang. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, yaitu ditemukan bahwa 31,25% atau sebanyak 5 sekolah dengan 8 orang guru biologi yang telah memiliki dokumen penilain otentik. Secara umum tingkat kesesuaian dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi/presentasi pada kelima dokumen penilaian otentik di kelas X, XI, dan XII termasuk dalam kategori “sesuai” dalam mengukur indikator-indikator penilaian kinerja/unjuk kerja dan indikator penilaian diskusi/presentasi. Berdasarkan hasil angket mengenai authentic assessment telah menunjukkan bahwa penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Kota Bogor sudah berkategori “baik”. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai profil penggunaan authentic assessment dalam pemebelajaran biologi, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut. 1. Kepada para guru yang belum melaksanakan authentic assessment diharapkan dapat menggunakan authentic assessment sebagai alternatif penilaian peserta didik pada aspek psikomotor. 2. Kepada para guru yang telah melaksanakan authentic assessment dengan menggunakan penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas instrumen penilaiannya dalam mengukur keterampilan peserta didik secara komprehensif. 3. Kepada para lembaga terkait/peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengembangan implementasi authentic assessment yang lebih sederhana guna membantu guru dalam menyususn instrumen authentic assessment yang sesuai dengan karakteristik sekolah-sekolah yang ada di kota Bogor dan di Indonesia secara umum. 78 DAFTAR PUSTAKA Ariev, Peter Rennert and Loyola College. A Theoretical Model For The Authentic Assessment of Teaching. Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 10, 2005. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. ______. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007. Dimartino, Joe. Authentic Assessment. Journal of Principal’s Research Review. 2, 2007. Frey, Bruce B., et al., Defining Authentic Classroom Assessment. Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation. 17, 2012. Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009. Hamid, Moh. Sholeh. Standar Mutu Penilaian Dalam Kelas. Yogyakarta: Diva Press, 2011. Haryati, Mimin. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Referensi, 2013. Haryono, Agung. Authentic Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam Pengembangan Kemampuan Siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi. 2, 2009. Hasbi Anggana Putra, “Analisis Penilaian Kinerja Pada Konsep Gerak Di Madrasah Aliyah Kabupaten Karawang Berdasarkan Keterampilan Proses Sains”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2012. Tidak dipublikasikan. Lombardi, Marilyn M. “Making the Grade: The Role of Assessment in Authentic Learning.” Paper in Educause Learning Initiative. London: 2 Januari 2008. Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007. _____. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014. 79 80 Moskal, Barbara M. Recommendations for Developing Classroom Performance Assessments and Scoring Rubrics. Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation. 8, 2009. M, Rudner L. “Oral Presentations for Tutorials & Seminars.” Paper in The Learning Centre. The University of New South Wales, 2010. Muslich, Masnur. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama, 2011. ____. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VI, 2009. Palm, Tourulf. Performance Assessment and Authentic Assessment: A Conceptual Analysis of the Literature. Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation. 13, 2008. Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013. Rasyid, Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima, 2009. Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008. Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Sofyan Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009. Storz, Carl. “Oral Presentation Skills A Practical Guide.” Paper in Institute National De Telecommunications. Evry France, 2009. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Surapranata, Sumarna. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004. 81 Timmins, Amy Brualdi. Implementing Performance Assessment In The Classroom. Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation. 6, 2008. Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010. Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009. Zim, Sher A and Khan Mohammad. Authentic Assessment: An Instructional Tool to Enhance Students Learning. Journal of Academic Research International. 2, 2012. Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran IPA. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. 1. Aspek Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Indikator Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati. Ciri-ciri 1. 2. 3. 4. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati. 1. Memuat kemampuan perintah melaporkan hasil unjuk kerja. 1. 2. 3. 4. 2. 3. 4. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. 1. 2. Ada Tidak Ada Contoh Mengambil bahan percobaan sesuai kebutuhan. Menyajikan alat dan bahan sesuai dengan ketentuan lembar pengamatan penilaian. Kesesuaian alat dengan langkah kerja. Kelengkapan bahan-bahan yang akan digunakan. Menggunakan alat dan bahan sesuai dengan langkah kerja. Menggunakan alat dan bahan dengan benar. Percobaan dilakukan secara bekerjasama. Percobaan tersusun rapi dan benar sesuai dengan langkah kerja. Hasil percobaan ditulis secara rapi dan terorganisir dengan baik. Hasil percobaan yang ditulis sesuai dengan percobaan yang dilakukan. Kesimpulan percobaan yang ditulis sesuai dengan hasil percobaan yang dilakukan. Kesimpulan yang ditulis dapat menjelaskan konsep/teori dari kegiatan percobaan. Rubrik penilaian dengan rating scale (skala penilaian holistik atau analitik). Rubrik penilaian dengan daftar cek (checklist). Skor Lampiran5 Rubrik Penilaian Dokumen Unjuk kerja No. Referensi: 101 1. Moskal, Barbara M. Recommendations for Developing Classroom Performance Assessments and Scoring Rubrics. Journal of Practical Assessment, Research & Evaluation. 8. 2009. 2. Hamid, Moh. Sholeh. Standar Mutu Penilaian Dalam Kelas. Yogyakarta: Diva Press, 2011. 3. Muslich, Masnur. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama, 2011. No. 1. Aspek Penguasaan pengetahuan dan penjelasan materi pembelajaran. Indikator Memuat kemampuan menyampaikan dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam materi pembelajaran. Memuat kemampuan berpendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan. Ciri-ciri Ada Tidak Ada Contoh Lampiran6 Rubrik Penilaian Dokumen Diskusi/Presentasi 1. Menjelaskan materi pembelajaran dengan jelas dan ringkas. 2. Memberikan informasi yang diperlukan untuk memahami hasil diskusi. 1. Menyampaikan pendapat dan ide. 2. Menjawab pertanyaan sesuai yang diketahui. 2. Penguasaan metode. Memuat kemampuan penguasaan audiens. 1. Selalu melakukan kontak pandangan. 2. Percaya diri dan antusiasme hadir selama diskusi. 3. Penguasaan komunikasi. Memuat kemampuan berbicara. 1. Menggunakan bahasa yang baik dan benar. 2. Volume suara sesuai. Skor 102 Referensi: 1. C Storz and the English Language Teachers of the Institute National de Telecommunications. “Oral Presentation Skills A Practical Guide”. Paper. Evry France. 2010. 2. M, Rudner L. “Oral Presentations for Tutorials & Seminars.” Paper in The Learning Centre. The University of New South Wales, 2010. 3. Devising and Giving Oral Presentations. Communicating and Learning in Engineering Online Resources. Monash University Engineering. No. 1. Aspek Indikator Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat Ada Tidak Ada Contoh Persiapan alat dan bahan; Kesesuaian perlengkapan dengan cara kerja. Inisiatif dalam bekerja; Kontribusi dalam kelompok; Kerapihan dan kebersihan tempat bekerja. Lampiran7 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja MA B Kelas X diamati. Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. Skor 3 Terlampir 1 103 No. 1. Aspek Indikator Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Memuat kemampuan mempersiapkan Ada Tidak Ada Contoh Lampiran8 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja MA A Kelas XI kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati. Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat Keterampilan penggunaan alat diamati. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. Skor Ketepatan pengumpulan laporan praktikum; Isi laporan. 2 2 104 No. 1. Aspek Indikator Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat Ada Tidak Ada Contoh Lampiran9 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja Daftar Cek MA J Kelas XI Menyiapkan alat dan bahan praktikum. diamati. Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat Melakukan kegiatan praktikum sesuai langkah kerja; Melaksanakan praktikum secara bekerja sama; Membersihkan alat praktikum. diamati. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. Skor Membuat laporan hasil pengamatan individu sementara. Terlampir 4 0 105 No. 1. Aspek Indikator Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat Ada Tidak Ada Contoh Lampiran10 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja Daftar Cek MA K Kelas XI Penyiapan alat dan bahan diamati. Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat Pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja; Pembersihan dan pengembalian alat pada tempatnya. Pembuatan laporan Terlampir diamati. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. Skor 4 0 106 No. 1. Aspek Indikator Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Memuat kemampuan mempersiapkan Ada Tidak Ada Contoh Lampiran11 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja MA A Kelas XII kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati. Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat Keterampilan penggunaan alat diamati. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. Skor Ketepatan pengumpulan laporan praktikum; Isi laporan. 2 2 107 No. 1. Aspek Indikator Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat Ada Tidak Ada Contoh Persiapan alat dan bahan; Kesesuaian perlengkapan dengan cara kerja. Inisiatif dalam bekerja; Kontribusi dalam kelompok; Kerapihan dan kebersihan tempat bekerja. Kelengkapan laporan; Ketepatan pembahasan masalah; Ketepatan pengambilan kesimpulan. Terlampir Lampiran12 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja Daftar Cek MA B Kelas XII diamati. Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. Skor 4 0 108 No. 1. Aspek Indikator Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat Ada Tidak Ada Contoh Lampiran13 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja Daftar Cek MA C Kelas XII Mempersiapkan alat yang akan digunakan; Mempersiapkan bahan yang akan diamati. diamati. Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat Melaksanakan pengamatan sesuai prosedur pada modul; Menjaga kebersihan alat dan tempat pengamatan. diamati. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. Skor Membuat laporan hasil pengamatan. 4 Terlampir 0 109 No. 1. Aspek Indikator Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat Ada Tidak Ada Contoh Lampiran14 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja Daftar Cek MA J Kelas XII Persiapan alat; Penggunaan alat. diamati. Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat Kebenaran hasil uji; Pembersihan alat. diamati. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. Skor 3 Terlampir 1 110 No. 1. Aspek Indikator Persiapan dan Pelaksanaan Unjuk Kerja. Memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan unjuk kerja yang dapat Ada Tidak Ada Contoh Membaca modul percobaan; Mengecek kesesuaian alat dan bahan. Membuat ekstrak hati ayam sesuai prosedur kerja; Membersihkan alat, bahan, dan tempat praktikum. Lampiran15 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja Daftar Cek MA K Kelas XII diamati. Memuat kemampuan melaksanakan kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati. 2. Self Assessment Memuat kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum. 3. Rubrik dan Skoring Memuat petunjuk penilaian unjuk kerja. Skor Membuat laporan 4 Terlampir 0 111 No. 1. Aspek Indikator Penguasaan Memuat kemampuan menyampaikan dan pengetahuan dan menyajikan informasi penting serta gambaran penjelasan materi besar dalam materi pembelajaran. pembelajaran. Memuat kemampuan berpendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan. 2. Penguasaan metode. Memuat kemampuan penguasaan audiens. 3. Penguasaan komunikasi. Memuat kemampuan berbicara. Skor Ada Tidak Ada Contoh Lampiran16 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi Daftar Cek MA B Kelas XII Keberanian menjawab; Keberanian menyampaikan ide. Terlibat aktif 2 2 112 No. 1. Aspek Indikator Penguasaan Memuat kemampuan menyampaikan dan pengetahuan dan menyajikan informasi penting serta gambaran penjelasan materi besar dalam materi pembelajaran. pembelajaran. Memuat kemampuan berpendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan. 2. Penguasaan metode. Memuat kemampuan penguasaan audiens. 3. Penguasaan komunikasi. Memuat kemampuan berbicara. Skor Ada Tidak Ada Menggunakan konsep sains secara tepat; Memberikan penjelasan pendukung yang cukup rinci untuk menjelaskan konsep. Mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan maksud dan tujuan pertanyaan; Memberikan sanggahan terhadap pendapat audiens; Memberikan kesimpulan dari hasil diskusi. Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur dan gerak tubuh digunakan secara efektif; Mengikuti kegiatan diskusi secara aktif. Kualitas suara seperti volume dan artikulasi cukup baik. 4 Contoh Lampiran17 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi Daftar Cek MA J Kelas XII 0 113 No. 1. Aspek Indikator Penguasaan Memuat kemampuan menyampaikan dan pengetahuan dan menyajikan informasi penting serta gambaran penjelasan materi besar dalam materi pembelajaran. pembelajaran. Memuat kemampuan berpendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan. 2. Penguasaan metode. Memuat kemampuan penguasaan audiens. 3. Penguasaan komunikasi. Memuat kemampuan berbicara. Skor Ada Tidak Ada Contoh Mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas Mengungkapkan pendapat secara jelas Lampiran18 Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi Daftar Cek MA K Kelas XII Percaya diri 3 1 114 115 Lampiran 19 DATA HASIL PERHITUNGAN PERSENTASE DOKUMEN PENILAIAN KINERJA/UNJUK KERJA DAN PENILAIAN DISKUSI 1. Perhitungan persentase kesesuaian dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja. Rumus: % Kesesuaian = x 100% Dokumen Penilaian Kinerja Kelas X Dokumen B % Kesesuaian = x 100% = 75% Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XI Dokumen A % Kesesuaian = x 100% = 50% Dokumen J % Kesesuaian = x 100% = 100% Dokumen K % Kesesuaian = x 100% = 100% Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XII Dokumen A % Kesesuaian = x 100% = 50% Dokumen B % Kesesuaian = x 100% = 100% Dokumen C % Kesesuaian = x 100% = 100% Dokumen J % Kesesuaian = x 100% = 75% Dokumen K % Kesesuaian = x 100% = 100% 2. Perhitungan persentase kesesuaian dokumen penilaian diskusi/presentasi. Rumus: % Kesesuaian = Dokumen B % Kesesuaian = x 100% = 50% Dokumen J % Kesesuaian = x 100% = 100% Dokumen K % Kesesuaian = x 100% = 75% x 100% 116 Lampiran 20 No. Aspek Indikator Nomor Pertanyaan 1. Pengetahuan Authentic 1.1 Mengetahui karakteristik assessment authentic assessment. 1.2 Mengetahui komponen dalam 1 2 authentic assessment. 2. Perencanaan Authentic 2.1 Menentukan tujuan dan fokus assessment authentic assessment 2.2 Memilih prosedur authentic 3 4 assessment. 2.3 Mendesain cara menganalisis 5 data authentic assessment. 2.4 Menentukan tugas/kegiatan 6 dalam pelaksanaan authentic assessment. 2.5 Menentukan instrumen authentic 7 assessment. 3. Implementasi Authentic 3.1 Menetapkan peran guru serta assessment peserta didik dalam pelaksanaan 8 authentic assessment. 3.2 Memberikan umpan balik kepada 9 peserta didik. 4. Pelaporan hasil 4.1 Menentukan langkah-langkah Authentic assessment pelaporan hasil authentic assessment. Kisi-kisi Angket Authentic Assessment 10 117 Lampiran 21 Pedoman Skoring Angket Authentic Assessment Nomor Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 Keterangan Jika memilih keempat jawaban Jika memilih tiga jawaban Jika memilih dua jawaban Jika memilih hanya satu jawaban Jika tidak memilih jawaban Jika menjawab a Jika menjawab b Jika menjawab c Jika menjawab d Jika tidak memilih jawaban Jika memilih keempat jawaban Jika memilih tiga jawaban Jika memilih dua jawaban Jika memilih hanya satu jawaban Jika tidak memilih jawaban Jika memilih keempat jawaban Jika memilih tiga jawaban Jika memilih dua jawaban Jika memilih hanya satu jawaban Jika tidak memilih jawaban Jika memilih keempat jawaban Jika memilih tiga jawaban Jika memilih dua jawaban Jika memilih hanya satu jawaban Jika tidak memilih jawaban Jika memilih keempat jawaban Jika memilih tiga jawaban Jika memilih dua jawaban Jika memilih hanya satu jawaban Jika tidak memilih jawaban Jika menjawab a, b, dan c Jika memilih dua jawaban Jika memilih satu jawaban Jika menjawab d Jika tidak memilih jawaban Jika memilih keempat jawaban Jika memilih tiga jawaban Jika memilih dua jawaban Jika memilih hanya satu jawaban Jika tidak memilih jawaban Jika memilih keempat jawaban Jika memilih tiga jawaban Jika memilih dua jawaban Jika memilih hanya satu jawaban Jika tidak memilih jawaban Jika memilih keempat jawaban Jika memilih tiga jawaban Jika memilih dua jawaban Jika memilih hanya satu jawaban Jika tidak memilih jawaban 118 Lampiran 22 LEMBAR ANGKET AUTHENTIC ASSESSMENT Nama Guru : Tempat Mengajar : Jenis Kelamin :L/P Mohon diisi dengan memilih jawaban yang paling tepat pada tempat yang telah disediakan. Keterangan: Boleh memilih lebih dari satu jawaban. 1. Berikut adalah karakteristik dari authentic assessment. a. Authentic assessment merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. b. Authentic assessment mengarahkan pada kegiatan yang kontekstual dan tidak mengada-ngada. c. Authentic assessment menggunakan banyak ukuran/metode/kriteria sehingga guru diberi keleluasaan untuk menentukan ukuran/metode/kriteria yang ingin dicapai sesuai dengan sifat kompetensinya. d. Authentic assessment memiliki sifat komprehensif dan holistic. Menurut Bapak/Ibu karakteristik dari authentic assessment yang paling tepat adalah …. Jawab: 2. Berikut adalah komponen-komponen yang harus ada dalam authentic assessment. a. Perencanaan, pelaksanaan, dan analisis pelaporan hasil yang disertai pedoman penskoran dan pedoman penilaian. b. Perencanaan, pelaksanaan, dan analisis pelaporan. c. Pedoman penskoran dan pedoman penilaian. d. Tugas kinerja yang bermakna untuk peserta didik. Menurut Bapak/Ibu, manakah komponen yang paling tepat yang harus ada dalam authentic assessment? Jawab: Lampiran 22 119 3. Berikut adalah cara menentukan tujuan dan fokus authentic assessment. a. Mengkaji standar kompetensi dan mengkaji kompetensi dasar. b. Menentukan indikator pencapaian kompetensi dan menentukan domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. c. Mengkaji tujuan yang mencerminkan pengetahuan dan informasi yang berharga bagi siswa. d. Mengkaji tujuan yang menjelaskan hasil beajar siswa secara terukur dan memandu pemilihan kegiatan penilaian yang tepat. Menurut Bapak/Ibu cara menentukan tujuan dan fokus penilaian otentik yang benar dan sering Bapak/Ibu lakukan adalah …. Jawab: 4. Berikut adalah pemilihan prosedur authentic assessment sebelum asesmen dilaksanakan. a. Menentukan isi/topik pembelajaran. b. Menetapkan frekuensi dan waktu dilaksanakannya asesmen. c. Menentukan tugas kinerja sesuai kompetensi yang akan dilaksanakan. d. Menetapkan kolaborasi penilaian antara peserta didik dengan peserta didik atau dengan guru. Menurut Bapak/Ibu pemilihan prosedur authentic assessment yang paling tepat dan sering Bapak/Ibu lakukan adalah …. Jawab: 5. Berikut adalah langkah-langkah menganalisis data authentic assessment. a. Menetapkan indikator penilaian dan standar/kriteria penilaian. b. Menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai data asesmen yang dilakukan. c. Membuat rubrik penilaian. d. Menetapkan waktu analisis asesmen/penilaian. Menurut Bapak/Ibu langkah-langkah dalam menganalisis data authentic assessment yang benar dan sering Bapak/Ibu lakukan adalah …. Jawab: Lampiran 22 120 6. Berikut adalah macam-macam tugas/kegiatan dalam pelaksanaan authentic assessment. a. Tugas proyek. b. Tugas berbasis kinerja (praktikum, observasi, diskusi/presentasi) c. Tugas portofolio. d. Tugas kognitif yang kompleks. Tugas/kegiatan authentic assessment yang sering Bapak/Ibu lakukan dalam pelaksanaan authentic assessment adalah …. Jawab: 7. Berikut adalah macam-macam instrumen untuk menilai peserta didik dalam pelaksanaan authentic assessment. a. Instrumen/rubrik dengan daftar cek (checklist). b. Instrumen/rubrik dengan skala penilaian (rating scale) berupa skala analitik dan skala holistik. c. Instrumen lembar observasi. d. Tidak dengan ketiga pilihan diatas. Berdasarkan pernyataan diatas, manakah yang sering Bapak/Ibu gunakan untuk menilai peserta didik dalam pelaksanaan authentic assessment? Jawab: 8. Berikut adalah peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan authentic assessment. a. Menyepakati tujuan dan fokus pembelajaran yang akan dilaksanakan. b. Menyepakati kegiatan/tugas realistis yang akan dilaksanakan. c. Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya. d. Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan pernyataan diatas, manakah yang sering Bapak/Ibu lakukan dalam pelaksanaan authentic assessment? Jawab: 9. Berikut adalah pemberian umpan balik kepada peserta didik dalam pelaksanaan authentic assessment. a. Mereview kegiatan pembelajaran secara sistematis. b. Mereview kegiatan authentic assessment yang telah dilakukan. Lampiran 22 121 c. Memberikan kesempatan perserta didik untuk berpendapat mengenai pelaksanaan authentic assessment. d. Menginformasikan kepada peserta didik untuk lebih menguasai kompetensi selanjutnya. Berdasarkan pernyataan diatas, manakah yang sering Bapak/Ibu lakukan dalam pemberian umpan balik kepada peserta didik? Jawab: 10. Berikut adalah langkah-langkah pelaporan authentic assessment. a. Menganalisis data yang telah dikumpulkan. b. Memadukan hasil analisis dari berbagai data yang diperoleh. c. Mengikutsertakan peserta didik dalam menganalisis data asesmen otentik. d. Menerapkan kriteria penilaian akhir dalam pelaksanaan authentic assessment serta melaporkan hasilnya kepada peserta didik. Menurut Bapak/Ibu langkah-langkah pelaporan authentic assessment yang paling tepat dan sering Bapak/Ibu lakukan adalah …. Jawab: Butir Jumlah Jawaban Guru Pertanyaan 4 3 2 1 Tidak Nilai Skor Rata-rata Persentase Pertanyaan total Butir Nilai (%) Jumlah 4 3 2 1 Kategori Lampiran23 Data Skor Angket Guru Tentang Authentic Assessment Dalam Pembelajaran Biologi Menjawab 1 1 2 5 2 0 10 4 3 2 1 22 2.2 55 Cukup 2 6 3 1 0 0 10 4 3 2 1 35 3.5 87.5 Sangat Baik 3 2 2 5 1 0 10 4 3 2 1 25 2.5 62.5 Baik 4 1 4 5 0 0 10 4 3 2 1 26 2.6 65 Baik 5 0 6 3 1 0 10 4 3 2 1 25 2.5 62.5 Baik 6 0 0 5 5 0 10 4 3 2 1 15 1.5 37.5 Kurang 7 7 3 0 0 0 10 4 3 2 1 37 3.7 92.5 Sangat Baik 8 4 3 3 0 0 10 4 3 2 1 31 3.1 77.5 Baik 9 1 5 3 1 0 10 4 3 2 1 26 2.6 65 Baik 10 5 3 2 0 0 10 4 3 2 1 33 3.3 82.5 Sangat Baik Jumlah 27 31 32 10 0 100 275 27.5 122 No. Nama Responden : Asal Sekolah : Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara : Pertanyaan 1. Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan authentic assessment? 2. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dilaksanakan authentic assessment? Lampiran24 INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Jawaban 123 3. Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? 4. Menurut Bapak/Ibu komponen apa sajakah yang harus ada dalam authentic assessment? 5. Menurut Bapak/Ibu apa sajakah bentuk alat penilaian dalam authentic assessment? 124 6. Apa sajakah bentuk alat penilaian yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pelaksanaan authentic assessment? 7. Apakah authentic assessment dapat mempengaruhi prestasi peserta didik? 8. Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? 125 9. Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan dari penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? 10. Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi ini? 126 Nama Responden Asal Sekolah Mengajar di Kelas Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara No. Lampiran25 DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI :NQ : MA B : X (Sepuluh) : 23 September 2013 : Ruang Guru Pertanyaan Jawaban Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan authentic assessment? Penilaian yang mengungkap ranah psikomotorik siswa. 2. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dilaksanakan authentic assessment? Untuk mengetahui prestasi belajar siswa di ranah psikomotorik. 3. Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Tahun 2009. 4. Menurut Bapak/Ibu komponen apa sajakah yang harus ada dalam authentic assessment? Pedoman penilaian dan rubrik skoring. 5. Menurut Bapak/Ibu apa sajakah 1) Penilaian dalam praktikum seperti observasi, penggunaan alat dan bahan. bentuk alat penilaian dalam authentic 2) Penilaian proyek unuk menyelesaikan tugas proyek tertentu. 127 1. assessment? 6. Apa sajakah bentuk alat penilaian yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pelaksanaan authentic assessment? Pratikum: penilaian observasi saat praktikum berlangsung dan penggunaan alat bahan serta laporan praktikum berupa hasil pengamatannya. Kalau proyek jarang digunakan karena menyesuaikan dengan SK/KD yang ada di kelas X (sepuluh). Di dalam dokumen tidak terdapat perintah melaporkan karena siswa hanya diminta untuk mengerjakan LKS atau lembar pengamatan, tidak dengan laporan praktikum secara utuh. 7. Apakah authentic assessment dapat mempengaruhi prestasi peserta didik? Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Kurang lebih dapat mempengaruhi terutama dalam hal pengalaman belajar siswa menjadi lebih berperan aktif. 9. Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan dari penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Pelajaran biologi menjadi lebih terorganisir dengan baik. 10. Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi ini? Harapannya, siswa mampu lebih paham mengenai apa yang sudah dipelajari. 8. Tidak ada kendala. 128 DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Nama Responden Asal Sekolah Mengajar di Kelas Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara No. :NS : MA B : XII (Dua Belas) : 24 September 2013 : Ruang Guru Pertanyaan Jawaban Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan authentic assessment? Proses pengumpulan nilai oleh guru tentang pencapaian belajar siswa dengan menggunakan banyak teknik sehingga dapat diketahui perkembangan belajar siswa secara berkelanjutan. 2. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dilaksanakan authentic assessment? Untuk mengetahui kemajuan serta tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran. 3. Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Tahun 2010. 4. Menurut Bapak/Ibu komponen apa sajakah yang harus ada dalam authentic assessment? 5. Menurut Bapak/Ibu apa sajakah 1) Penilaian kinerja seperti praktikum, proyek, observasi, presentasi. bentuk alat penilaian dalam authentic 2) Penilaian portofolio. 1) Perencanaan yang matang, seperti dilaksanakan satu semester penuh atau hanya KD tertentu saja. 2) Pelaksanaannya harus jelas disertai pedoman skornya. 3) Menganalisis laporan hasilnya agar siswa mengetahui kemajuan belajarnya. 129 1. assessment? 3) Penilaian evaluasi diri siswa. 6. Apa sajakah bentuk alat penilaian yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pelaksanaan authentic assessment? Menyesuaikan dengan tuntutan dari indikator pada SK dan KD tetapi lebih sering menggunakan praktikum dan presentasi di kelas saja. Kenapa bentuk penilaian yang lain tidak dipakai? Karena penilaian praktikum dengan presentasi itu mudah dalam membuat rubrik dan skoring penilaiannya. Sedangkan untuk penilaian yang lain tidak mudah dalam membuat rubrik dan skoring nya. Selain itu waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakannya tidak sebentar. 7. Apakah authentic assessment dapat mempengaruhi prestasi peserta didik? Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan dari penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Sangat mempengaruhi sekali karena dalam penilaian otentik dapat menumbuhkan semangat belajar siswa agar nilai mereka bagus. Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi ini? Harapannya, siswa dapat lebih rajin dan semangat dalam belajar biologi ataupun belajar yang lainnya. 8. 9. 10. Tidak ada aturan yang pasti dalam membuat rubrik dan skoringnya. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa dalam pembelajaran biologi dapat terkontrol oleh guru. 130 DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Nama Responden Asal Sekolah Mengajar di Kelas Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara No. :IN : MA A dan MA C : X (Sepuluh) di MA A dan kelas XII di MA C : 18 September 2013 : Ruang Lab. IPA Pertanyaan Jawaban Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan authentic assessment? Penilaian yang berkelanjutan yang pelaksanaannya secara terus menerus dengan menggunakan pedoman penskoran yang telah dibuat terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya. 2. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dilaksanakan authentic assessment? Untuk mengetahui tingkat pencapaian nilai peserta didik dengan lebih rinci. 3. Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Tahun 2010. 4. Menurut Bapak/Ibu komponen apa sajakah yang harus ada dalam authentic assessment? Tugas otentik untuk siswa disertai pedoman penskorannya. 5. Menurut Bapak/Ibu apa sajakah Penilaian praktikum, proyek, observasi, portofolio, dan lain-lain. 131 1. bentuk alat penilaian dalam authentic assessment? 6. Apa sajakah bentuk alat penilaian yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pelaksanaan authentic assessment? Penilaian praktikum, kenapa demikian? Karena praktikum dalam IPA dirasa perlu sebab IPA tidak dituntut untuk mengetahui atau hafal dengan teori-teorinya saja tetapi juga harus paham mengenai aplikasinya. Kenapa bentuk penilaian yang lain tidak digunakan? Karena kalau praktikum itu simpel dan tidak terlalu merepotkan siswa dalam pelaksanaanya. 7. Apakah authentic assessment dapat mempengaruhi prestasi peserta didik? Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Ya, dapat mempengaruhi karena dalam penilaian otentik siswa secara langsung maupun tidak langsung harus berperan aktif dalam mengerjakan tugasnya karena jika tidak maka siswa akan tertinggal nilainya. Terkadang siswa-siswanya susah untuk dikendalikan sebab mereka terlihat antusias sehingga dalam pelaksanaannya terkadang ada beberapa dari mereka yang terlampau aktif sehingga mengganggu siswa-siswi yang lainnya. 9. Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan dari penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Nilai siswa menjadi lebih terkontrol. 10. Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi ini? Harapannya, mudah-mudahan ke depannya penilaian otentik bisa lebih memotivasi siswa agar dapat lebih memahami lagi tentang pembelajaran biologi. 8. 132 DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Nama Responden Asal Sekolah Mengajar di Kelas Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara No. : ST : MA A : XI (Sebelas) : 25 September 2013 : Ruang Perpustakaan Pertanyaan Jawaban Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan authentic assessment? Proses pengumpulan nilai peserta didik oleh guru dengan menggunakan berbagai teknik. 2. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dilaksanakan authentic assessment? Untuk mengetahui perkembangan belajar peserta didik. 3. Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Tahun 2011. 4. Menurut Bapak/Ibu komponen apa sajakah yang harus ada dalam authentic assessment? Pedoman skor untuk mengolah nilai hasil penilaian otentik. 5. Menurut Bapak/Ibu apa sajakah bentuk alat penilaian dalam authentic Penilaian praktikum, proyek, dan diskusi kelas. 133 1. assessment? 6. 7. 8. 9. 10. Apa sajakah bentuk alat penilaian yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pelaksanaan authentic assessment? Apakah authentic assessment dapat mempengaruhi prestasi peserta didik? Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Penilaian praktikum, karena kalau penilaian yang lain belum terlalu paham membuat skor penilaiannya. Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan dari penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi ini? Peserta didik lebih aktif ketika belajar. Ya, jelas sangat mempengaruhi. Dibutuhkan waktu yang cukup panjang dalam pelaksanaannya sehingga terkadang tugas yang dilakukan peserta didik kurang maksimal. Harapannya, peserta didik dapat lebih paham dengan teori-teori dalam biologi serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. 134 DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Nama Responden Asal Sekolah Mengajar di Kelas Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara No. :IH : MA A : XII (Dua Belas) : 25 September 2013 : Ruang Guru Pertanyaan Jawaban Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan authentic assessment? Penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa secara berkelanjutan dan berkesinambungan. 2. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dilaksanakan authentic assessment? Untuk memaksimalkan prestasi peserta didik dalam belajar. 3. Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Tahun 2011 semester genap. 4. Menurut Bapak/Ibu komponen apa sajakah yang harus ada dalam authentic assessment? Tugas-tugas untuk peserta didik dan penilaiannya. 5. Menurut Bapak/Ibu apa sajakah bentuk alat penilaian dalam authentic Ranah Psikomotorik: praktikum, observasi, proyek. Ranah kognitif: portofolio 135 1. assessment? 6. Apa sajakah bentuk alat penilaian yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pelaksanaan authentic assessment? Psikomotorik berupa praktikum dan observasi. Kenapa yang lain tidak digunakan? Karena penilaian yang lain membutuhkan waktu yang agak lama dan saya kurang paham juga dengan pembuatan skoring penilaiannya. 7. Apakah authentic assessment dapat mempengaruhi prestasi peserta didik? Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Ya, sangat mempengaruhi sebab siswa menjadi lebih peka terhadap tugas dan tanggung jawabnya dalam belajar. Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan dari penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi ini? Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran biologi. 8. 9. 10. Belum terlalu paham dengan teknik membuat skoring yang benar dalam penilaian otentik. Jadi saya membuat formatnya sesuai yang saya tahu saja dan yang bisa saya lakukan saja. Harapannya, ingin agar ada aturan yang jelas mengenai pembuatan format penilaian otentik sehingga dapat memudahkan guru dalam melaksanakannya. 136 DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Nama Responden Asal Sekolah Mengajar di Kelas Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara No. :MH : MA J : XI (Sebelas) : 17 September 2013 : Ruang Guru Pertanyaan Jawaban Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan authentic assessment? Suatu metode atau teknik atau cara untuk mengungkapkan penguasaan siswa dalam belajar dengan menggunakan macam-macam tugas penilaian. 2. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dilaksanakan authentic assessment? Untuk menilai hasil belajar peserta didik, tidak hanya pada ranah kognitif saja tetapi psikomotor dan afektifnya juga. 3. Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Tahun 2011. 4. Menurut Bapak/Ibu komponen apa sajakah yang harus ada dalam authentic assessment? 1) Penskoran. 2) Cara guru menilai siswa. 3) Laporan hasil penilaiannya. 5. Menurut Bapak/Ibu apa sajakah 1) Praktikum: daftar ceklis atau skala penilaian bentuk alat penilaian dalam authentic 2) Proyek: langkah-langkah pengerjaannya 137 1. 6. 7. 8. 9. 10. assessment? 3) Portofolio 4) Ujian lisan (presentasi) 5) Observasi lapangan Apa sajakah bentuk alat penilaian yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pelaksanaan authentic assessment? Apakah authentic assessment dapat mempengaruhi prestasi peserta didik? Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan dari penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Pratikum dan diskusi/presentasi, karena mudah dalam membuat skoringnya. Kalau penilaian yang lain agak rumit dan waktu pelaksanaannya lama. Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi ini? Ingin mencoba mengaplikasikan penilaian otentik yang lain tetapi belum sempat karena jam pelajarannya kurang panjang. Ya, dapat mempengaruhi. Terkadang saat pelaksanaan penilaian presentasi, tidak semua siswa memperhatikan jalannya presentasi. Siswa dapat memperoleh nilai tidak hanya dari ulangan harian saja tetapi juga dari praktikum dan presentasi. 138 DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Nama Responden Asal Sekolah Mengajar di Kelas Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara No. :YY : MA J : XII (Dua Belas) : 17 September 2013 : Ruang Guru Pertanyaan Jawaban Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan authentic assessment? Penilaian yang menggunakan banyak cara, metode, dan kriteria untuk dapat menunjukkan dengan tepat bahwa pembelajaran sudah dikuasai oleh siswa dan sudah tercapai tujuannya. 2. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dilaksanakan authentic assessment? Untuk melihat dan memantau perkembangan belajar siswa. 3. Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Tahun 2011. 4. Menurut Bapak/Ibu komponen apa sajakah yang harus ada dalam authentic assessment? 1) Macam-macam tugas praktikum atau tugas lain. 2) Tata cara penilaiannya. 3) Metode pelaksanaannya. 5. Menurut Bapak/Ibu apa sajakah bentuk alat penilaian dalam authentic Penilaian kinerja saat praktikum, berdiskusi, berproyek dengan bekerjasama dan sebagainya. 139 1. assessment? 6. Apa sajakah bentuk alat penilaian yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pelaksanaan authentic assessment? Apakah authentic assessment dapat mempengaruhi prestasi peserta didik? Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Penilaian praktikum saja sebab hanya itu yang mudah dilakukan untuk guru yang sudah seusia saya, karena kalau penilaian yang lain membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih cukup. 9. Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan dari penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Peserta didik menjadi semakin semangat untuk memperoleh nilai yang bagus, dan guru juga merasa puas jika peserta didik sangat respek dengan apa yang sudah disampaikan oleh guru. 10. Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi ini? Harapannya, semoga penilaian otentik tidak hanya banyak digunakan oleh guru IPA saja tetapi juga dapat diaplikasikan oleh guru mata pelajaran yang lainnya. 7. 8. Sangat mempengaruhi, karena peserta didik selain belajar dengan serius, juga mendapatkan tambahan pengalaman saat belajar. Mereka jadi lebih mengetahui kemampuan belajarnya. Tidak terlalu ada kendala. 140 DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Nama Responden Asal Sekolah Mengajar di Kelas Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara No. : MT : MA K : XI dan XII : 26 September 2013 : Ruang Guru Pertanyaan Jawaban 1. Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan authentic assessment? Proses pengumpulan informasi berupa nilai siswa dengan banyak teknik penilaian yang digunakan didalamnya, dan mampu membuktikan tujuan dari suatu pembelajaran sudah dikuasai oleh siswa. 2. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dilaksanakan authentic assessment? Untuk memperoleh gambaran perkembangan belajar siswa secara lebih detail. 3. Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Tahun 2011. 4. Menurut Bapak/Ibu komponen apa sajakah yang harus ada dalam authentic assessment? 5. Menurut Bapak/Ibu apa sajakah bentuk alat penilaian dalam authentic 1) Perencanaan berupa SK, KD, indikator yang digunakan. 2) Teknik penskoran. 3) Hasil penilaian. 141 Penilaian portofolio, unjuk kerja dalam praktikum, proyek learning, presentasi dan observasi. assessment? 6. Apa sajakah bentuk alat penilaian yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pelaksanaan authentic assessment? Penilaian unjuk kerja praktikum dan presentasi. Untuk penilaian yang lain tidak digunakan sebab tidak tahu cara membuat rubrik atau skoring yang benarnya seperti apa. Lagi pula penilaian praktikum dan presentasi tidak terlalu rumit dan tidak memerlukan waktu yang panjang. 7. Apakah authentic assessment dapat mempengaruhi prestasi peserta didik? Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temukan saat menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan dari penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi? Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi ini? Ya, dapat mempengaruhi terutama dalam hal pencapaian prestasi nilai siswa secara berkelanjutan dan terus menerus. 8. 9. 10. Ingin sekali mencoba teknik penilaian selain praktikum dan presentasi tetapi hal demikian belum bisa dilaksanakan sebab saya belum tahu dan belum mencari tahu lagi tentang teknik penilaian yang lainnya. Saya jadi lebih mengetahui kelebihan dan kekurangan saya dalam mengajar biologi. Harapannya, nilai dan pemahaman siswa bisa menjadi lebih baik lagi. 142 143 Lampiran 26 CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama : Ida Nursanti, S. Pd Alamat : Perum Bukit Asri Blok A16 No.4 Ciomas Bogor Tempat Tanggal Lahir : Semarang 25 November 1973 Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah PENDIDIKAN FORMAL SD / MI : SDN Kintelan II Semarang SMP / MTs : SMP Masehi Gergaji Semarang SMA / MA : SMA Kesatria I Semarang Perguruan Tinggi : S1 : Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor S2 :- S3 :- Lainnya : PENGALAMAN MENGAJAR 1. Tenaga pengajar formal Lama mengajar 2. Tenaga pengajar informal Lama mengajar PENGALAMAN ORGANISASI 1. 2. 3. - : MAN 1 Kota Bogor : 2002 s.d sekarang ::- 144 Lampiran 26 PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI 1. Nama Pelatihan : Pelatihan Guru Biologi Waktu Pelatihan : 11 – 20 April 2007 Tahun Sertifikat : 2007 2. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 3. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 145 Lampiran 26 CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama : Sugihartini, S. Pd Alamat : Ciomas Permai Blok B12 No.4 Bogor Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 3 Desember 1968 Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah PENDIDIKAN FORMAL SD / MI : SDN Bantar Kemang 3 SMP / MTs : SMP N 9 Kota Bogor SMA / MA : SMA N 3 Kota Bogor Perguruan Tinggi : S1 : Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor S2 :- S3 :- Lainnya : PENGALAMAN MENGAJAR 1. Tenaga pengajar formal Lama mengajar 2. Tenaga pengajar informal Lama mengajar PENGALAMAN ORGANISASI 1. Daya Mahasiswa Sunda (DANAS) 2. 3. : MAN 1 Kota Bogor : 2000 s.d sekarang ::- 146 Lampiran 26 PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI 1. Nama Pelatihan : Diklat Jarak jauh Waktu Pelatihan : 2010 Tahun Sertifikat : 2010 2. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 3. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 147 Lampiran 26 CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama : Iis Herawati, S. Pd Alamat : Jalan Harmoni V Blok B8 No. 17 RT 02/014 Ciomas Permai Bogor Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 16 Juli 1964 Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah PENDIDIKAN FORMAL SD / MI : SDN Gunung Endut SMP / MTs : SMP Yasidik Parakansalak Sukabumi SMA / MA : SMA YPWKS Cilegon Perguruan Tinggi : S1 : Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor S2 :- S3 :- Lainnya : PENGALAMAN MENGAJAR 1. Tenaga pengajar formal Lama mengajar 2. Tenaga pengajar informal Lama mengajar PENGALAMAN ORGANISASI 1. PGRI 2. Himpunan Biologi Indonesia (HBI) 3. Pramuka : MAN 1 Kota Bogor : 1996 s.d sekarang ::- 148 Lampiran 26 PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI 1. Nama Pelatihan : Diklat Jarak Jauh Waktu Pelatihan : 2011 Tahun Sertifikat : 2011 2. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 3. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 149 Lampiran 26 CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama : Nurul Qodariyah, S. Pd Alamat : Cibeureum RT 03/03 No. 11 Kel. Mulyaharja Kec. Bogor Selatan Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 20 Juni 1974 Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah PENDIDIKAN FORMAL SD / MI : SDN Bantar Kemang III SMP / MTs : MTs N Kota Bogor SMA / MA : SMA Al-Ghazaly Bogor Perguruan Tinggi : S1 : Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor S2 :- S3 :- Lainnya : PENGALAMAN MENGAJAR 1. Tenaga pengajar formal Lama mengajar 2. Tenaga pengajar informal Lama mengajar PENGALAMAN ORGANISASI 1. 2. 3. - : MAN 2 Kota Bogor : 2005 s.d sekarang ::- 150 Lampiran 26 PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI 1. Nama Pelatihan : Diklat Guru Biologi MA Waktu Pelatihan : 1 – 10 Desember 2006 Tahun Sertifikat : 2006 2. Nama Pelatihan : Diklat Jarak Jauh Waktu Pelatihan : September – Desember 2011 Tahun Sertifikat : 2011 3. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 151 Lampiran 26 CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama : Dra. Hj. Ruafni, M. Pd. I Alamat : Jalan Tawuran IV No. 8 Perumnas Bantarjati Bogor Tempat Tanggal Lahir : Bukit Tinggi, 12 April 1962 Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah PENDIDIKAN FORMAL SD / MI : SD Sudarso Padang SMP / MTs : SMP Sudarso Padang SMA / MA : SMA Dabiyah Padang Perguruan Tinggi : S1 : Universitas Andalas S2 : Universitas Islam 45 Bekasi S3 :- Lainnya : PENGALAMAN MENGAJAR 1. Tenaga pengajar formal Lama mengajar 2. Tenaga pengajar informal Lama mengajar PENGALAMAN ORGANISASI 1. 2. 3. - : MAN 2 Kota Bogor : 2000 s.d sekarang ::- 152 Lampiran 26 PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI 1. Nama Pelatihan : Diklat Pengujian Air Bersih Waktu Pelatihan : 2009 Tahun Sertifikat : 2009 2. Nama Pelatihan : Diklat Genetika Waktu Pelatihan : 2005 Tahun Sertifikat : 2005 3. Nama Pelatihan : Diklat Di Tempat Kerja (DDTK) Waktu Pelatihan : 2012 Tahun Sertifikat : 2012 153 Lampiran 26 CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama : Dra Nani Sumarni, M. Si Alamat : Jalan Kebon Pedes No. 51 RT 02/04 16162 Bogor Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 10 April 1967 Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah PENDIDIKAN FORMAL SD / MI : SDN Kebon Pedes V Bogor SMP / MTs : SMP PGRI VII Bogor SMA / MA : SMA PGRI I Bogor Perguruan Tinggi : S1 : Biologi IKIP Jakarta S2 : Biologi IPB Bogor S3 :- Lainnya : PENGALAMAN MENGAJAR 1. Tenaga pengajar formal Lama mengajar 2. Tenaga pengajar informal Lama mengajar PENGALAMAN ORGANISASI 1. Pramuka 2. PMR 3. HMJ Biologi : MAN 2 Kota Bogor : 1995 s.d sekarang ::- 154 Lampiran 26 PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI 1. Nama Pelatihan : Master Teacher Waktu Pelatihan : 2001 Tahun Sertifikat : 2001 2. Nama Pelatihan : Diklat Jarak Jauh Waktu Pelatihan : 2013 Tahun Sertifikat : 2013 3. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 155 Lampiran 26 CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama : Muhammad Hapid, S. Pd Alamat : Kedung Halang Blok Asem RT 03/02 Kel. Sukaresmi Tanah Sareal Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 7 Mei 1982 Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Menikah PENDIDIKAN FORMAL SD / MI : SDN Parakan 2 Bogor SMP / MTs : MTs Al-Abror Bogor SMA / MA : MAN 2 Kota Bogor Perguruan Tinggi : S1 : Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta S2 :- S3 :- Lainnya : PENGALAMAN MENGAJAR 1. Tenaga pengajar formal Lama mengajar 2. Tenaga pengajar informal Lama mengajar PENGALAMAN ORGANISASI 1. LDK UIN Jakarta 2. IGTK Kec. Ciomas : MA Al-Ghazaly : 2009 s.d sekarang ::- 156 Lampiran 26 PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI 1. Nama Pelatihan : BIMTEK KTSP Waktu Pelatihan : 2010 Tahun Sertifikat : 2010 2. Nama Pelatihan : KTSP Berkarakter Waktu Pelatihan : 2011 Tahun Sertifikat : 2011 3. Nama Pelatihan : Sosialisasi Kurikulum 2013 Waktu Pelatihan : 2013 Tahun Sertifikat : 2013 157 Lampiran 26 CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama : Dra. Yayu Yuliati Alamat : Jalan Mawar Raya Blok F4 No. 17 Taman Pagelaran Bogor Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 5 Februari 1958 Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah PENDIDIKAN FORMAL SD / MI : SDN Pengadilan 3 SMP / MTs : SMP N 2 Kota Bogor SMA / MA : SMA N 2 Kota Bogor Perguruan Tinggi : S1 : IKIP Jakarta S2 :- S3 :- Lainnya : PENGALAMAN MENGAJAR 1. Tenaga pengajar formal Lama mengajar 2. Tenaga pengajar informal Lama mengajar PENGALAMAN ORGANISASI 1. Daya Mahasiswa Sunda 2. 3. : MA Al-Ghazaly : 1981 s.d sekarang ::- 158 Lampiran 26 PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI 1. Nama Pelatihan : Riset Pangan, Obat-obatan, dan Lingkungan untuk Kesehatan Waktu Pelatihan : 27-28 Juni 2013 Tahun Sertifikat : 2013 2. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 3. Nama Pelatihan : Waktu Pelatihan : Tahun Sertifikat : 159 Lampiran 26 CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama : Martahani, S. Pd Alamat : Kebon Kopi RT 04/09 Kel. Kebon Kelapa Bogor Tempat Tanggal Lahir : Medan, 11 Mei 1986 Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Belum Menikah PENDIDIKAN FORMAL SD / MI : SDN Kebon Kopi I SMP / MTs : MTs Al-Ghazaly SMA / MA : MA Al-Ghazaly Perguruan Tinggi : S1 : Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor S2 :- S3 :- Lainnya : PENGALAMAN MENGAJAR 1. Tenaga pengajar formal Lama mengajar 2. Tenaga pengajar informal Lama mengajar PENGALAMAN ORGANISASI 1. 2. 3. - : MA Al-Haitsam : 2011 s.d sekarang ::- 160 Lampiran 26 PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI 1. Nama Pelatihan :- Waktu Pelatihan :- Tahun Sertifikat :- 2. Nama Pelatihan :- Waktu Pelatihan :- Tahun Sertifikat :- 3. Nama Pelatihan :- Waktu Pelatihan :- Tahun Sertifikat :- BIODATA PENULIS Penulis bernama lengkap Desti Kurniawati, lahir di Bogor pada tanggal 18 Desember 1991. Penulis bertempat tinggal di sebuah kampung yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, yaitu di Cikereteg Kp.Anyar RT/RW 03/05 No.105 Desa Ciderum Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Penulis merupakan putri pertama dari Bapak Akim Kurniawan, S.Ag (alm) dan Ibu Nurhayati, serta memiliki tiga saudara yaitu, Silvia Rahmawati, Muaz Wahyudin, dan Artyfa Nurtantiana. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari MI Sirojul Wildan Caringin Bogor, MTs Negeri Kota Bogor, dan MAN 2 Kota Bogor. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menekuni Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Biologi. Saat masih duduk di bangku kuliah, penulis sudah mulai aktif mengajar di berbagai lembaga Privat dan Bimbingan Belajar. Penulis mendapatkan pengalaman mengajar di berbagai lembaga tersebut untuk bekal di masa depan.