profil penggunaan authentic assessment dalam

advertisement
PROFIL PENGGUNAAN AUTHENTIC ASSESSMENT
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
DI MADRASAH ALIYAH SE-KOTA BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
DESTI KURNIAWATI
NIM: 109016100015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M/1435 H
ABSTRAK
DESTI KURNIAWATI, (109016100015). “Profil Penggunaan Authentic
Assessment dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah Aliyah se-Kota
Bogor”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara sistematis
mengenai fakta penggunaan authentic assessment oleh guru biologi di Madrasah
Aliyah Se-Kota Bogor. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2013/2014, dimulai pada bulan September sampai dengan bulan
Oktober 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Sampel penelitian ini berjumlah lima Madrasah Aliyah yaitu MAN 1 Kota Bogor,
MAN 2 Kota Bogor, MA Persatuan Umat Islam (PUI), MA Al-Ghazaly, dan MA
Al-Haitsam. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen non
tes yang terdiri dari dokumentasi berupa lembar daftar cek penilaian otentik,
angket penilaian otentik, dan wawancara. Analisis data dilakukan terhadap data
kualitatif dan kuantitatif, untuk data kuantitatif analisis data dilakukan dengan
menggunakan rumus deskriptif persentase, kemudian hasil persentase
dikategorikan sesuai dengan kategori persentase menurut John Wilkinson. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian dokumen penilaian
kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi/presentasi pada kelima
dokumen penilaian otentik sudah termasuk dalam kategori “sesuai” dan hasil
angket mengenai penilaian otentik telah menunjukkan bahwa penggunaan
authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Kota Bogor
sudah berkategori “baik”.
Kata Kunci: Penggunaan Authentic Assessment, penilaian kinerja/unjuk kerja,
penilaian diskusi/presentasi, pembelajaran biologi.
ii
ABSTRACT
DESTI KURNIAWATI, (109016100015). Profile the use of Authentic
Assessment in Teaching Biology at all Madrasah Aliyah Bogor, Skripsi, Biology
Education Program, Department of Science Education, the Faculty of Tarbiyah
and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
The objective of this study was to find out the systematic picture about the
fact of the use of authentic assessment by Biology teacher at all Madrasah Aliyah
in Bogor. This study was done in odd semester in the 2013/2014 year, started
from September to October 2013. The method used in this study was survey
method and the technique sampling was purposive sampling technique. The
sample was five Madrasah Aliyah; MAN 1 Kota Bogor, MAN 2 Kota Bogor, MA
Persatuan Umat Islam (PUI), MA Al-Ghazaly, and MA Al-Haitsam. The
instrument used in this study was non-test which consisted of authentic assessment
checklist sheet document, authentic assessment questionnaire, and interview. The
data analysis was done to the qualitative and quantitative. For the quantitative
data, the data analyzed by using descriptive percentage formula, then the result
were categorized according to the percentage category of John Wilkinson. The
results showed that the conformity level of assessment performance document and
discussion assessment document of the five authentic assessment document were
involved to the “appropriate” category and the results of authentic assessment
questionnaire showed that the use of authentic assessment in teaching Biology at
all Madrasah Aliyah in Bogor already categorized “good”.
Keywords:
The use of authentic assessment, performance assessment,
discussion assessment, teaching Biology.
iii
KATA PENGANTAR
‫مسب ل لها ن محر ال م يحرال‬
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya yang telah diberikan, dengan nikmat iman dan islam, sehat
wal’afiat, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Profil
Penggunaan Authentic Assessment dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah
Aliyah Se-Kota Bogor”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, serta kepada keluarga dan para sahabatnya termasuk kita
selaku umatnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
orang-orang yang telah mendukung dan membantu terselesaikannnya skripsi ini,
diantaranya yaitu:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Mahmud M. Siregar M.Si, dosen pembimbing I dan Ibu Nengsih
Juanengsih, M.Pd, dosen pembimbing II, yang telah menyempatkan waktu
untuk membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang telah memberikan ilmu dan arahannya selama ini.
6. Seluruh Kepala Sekolah Madrasah Aliyah se-Kota Bogor, yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Seluruh dewan guru biologi Madrasah Aliyah se-Kota Bogor, terimakasih
untuk bantuan, kerjasama, dan motivasinya selama penulis melakukan
penelitian.
iv
8. Seluruh Ibu dan Bapak guru Madrasah Aliyah se-Kota Bogor dan seluruh staf
Tata Usaha (TU) yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini.
9. Kedua orangtua tercinta dan tersayang, Ayahanda Akim Kurniawan (alm) dan
Ibunda Nurhayati, yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doanya yang
tak pernah terhenti untuk kesuksesan penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Doa, didikan, nasehat, dan semangat yang
diberikan senantiasa menjadi pengobat rasa lelah dan pemicu untuk senantiasa
melakukan yang terbaik dan berusaha meraih yang terbaik untuk membuat
ayah dan mamah bangga dan bahagia. Semoga Allah selalu menyayangi
keduanya.
10. Adik-adikku yang lucu, pintar, dan menggemaskan, Silvia Rahmawati, Muaz
Wahyudin, dan Artyfa Nurtantiana serta seluruh keluarga tercinta yang
senantiasa telah memberikan nasehat, doa, serta motivasi pada penulis.
11. Bangga Praharja, yang sudah menemani dan melengkapi perjalanan hidup
penulis, terimakasih untuk kasih sayang, doa, bantuan serta motivasi yang
selama ini selalu tercurah untuk penulis.
12. Sahabat-sahabat tersayang, Fitriyati, Elsa Suci Mutiara, Indah Pratiwi, Aliah,
Siti Fatimah, dan Neng Meti, terimakasih untuk support, doa, pengalaman
serta candatawanya selama ini. Kosan cemara kita ini sudah seperti keluarga
sendiri, bahagia dapat bertemu dan selalu bersama kalian saat disini.
13. Teman-temanku satu perjuangan di Pendidikan Biologi 2009 A dan B,
terimakasih atas dukungan dan doanya.
14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis tulis satu persatu, penulis akan
selalu mengingat kebaikan dan bantuannya.
Akhir kata teriring do’a semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan baru bagi kita semua. Amin.
Jakarta, April 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
Judul Isi
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
i
ABSTRAK ........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4
D. Perumusan Masalah.................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian........................................................................ 5
F.
BAB II
Kegunaan Penelitian ................................................................... 5
KAJIAN TEORETIK
A. Kajian Teori................................................................................ 6
1. Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi ................. 6
a. Penilaian......................................................................... 6
b. Pengukuran..................................................................... 7
c. Evaluasi .......................................................................... 8
2. Hakikat dan Lingkup Penilaian ............................................ 9
a. Fungsi, dan Tujuan Penilaian......................................... 10
b. Jenis dan Sistem Penilaian ............................................. 11
c. Prinsip dan Prosedur Penilaian....................................... 12
d. Kualitas Alat Penilaian dan Peranan Penilaian .............. 14
vi
e. Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian........................... 15
3. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) ............................ 18
a. Pengertian Penilaian Otentik.......................................... 18
b. Langkah-langkah Pengembangan Penilaian Otentik ......21
c. Karakteristik Penilaian Otentik ...................................... 22
d. Ciri-ciri Penilaian Otentik .............................................. 23
e. Sifat-sifat Penilaian Otentik ........................................... 24
f. Macam-macam Penilaian Otentik................................... 25
4. Implementasi Authentic Assessment..................................... 32
B. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................... 33
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 37
B. Metode Penelitian ......................................................................... 37
C. Unit Analisis ................................................................................. 37
D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 40
F. Teknik Analisis Data .................................................................... 41
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Authentic Assessment di Madrasah Aliyah .................................. 44
B. Penggunaan Authentic Assessment dalam Pembelajaran ............. 61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 78
B. Saran............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
79
LAMPIRAN......................................................................................................
82
vii
DAFTAR TABEL
Judul Tabel
Halaman
3.1.
Daftar Nama Madrasah Aliyah Di Kota Bogor ....................................... 38
3.2.
Format Lembar Daftar Cek Penilaian Otentik ......................................... 39
3.3.
Kategori Nilai Persentase ......................................................................... 42
4.1.
Data Kepemilikan Dokumen Authentic Assessment ................................ 44
4.2.
Jenis-jenis Authentic Assessment yang dibuat oleh Guru Biologi .......... 45
4.3.
Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja Kelas X (Sepuluh) .................. 47
4.4.
Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja Kelas XI (Sebelas).................. 49
4.5
Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XI................. 52
4.6.
Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja Kelas XII (Dua Belas) ........... 52
4.7.
Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XII ............... 54
4.8.
Kemunculan Indikator Penilaian Diskusi/Presentasi ............................... 54
4.9.
Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi .............. 57
viii
DAFTAR GAMBAR
Judul Gambar
Halaman
Gambar 4.1
Grafik Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja........................ 57
Gambar 4.2
Grafik Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja ...... 58
Gambar 4.3
Grafik Kemunculan Indikator Penilaian Diskusi ....................... 59
Gambar 4.4
Grafik Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Diskusi....... 60
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Lampiran
Halaman
1.
Dokumen Penilaian Kinerja Kelas X (Sepuluh) ..................................... 82
2.
Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XI (Sebelas) ...................................... 84
3.
Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XII (Dua Belas) ................................ 90
4.
Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi.................................................... 98
5.
Rubrik Penilaian Dokumen Unjuk Kerja/Kinerja .................................... 101
6.
Rubrik Penilaian Dokumen Diskusi/Presentasi ....................................... 102
7.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA B Kelas X .............. 103
8.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA A Kelas XI ............. 104
9.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA J Kelas XI .............. 105
10.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA K Kelas XI ............. 106
11.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA A Kelas XII............ 107
12.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA B Kelas XII............ 108
13.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA C Kelas XII............ 109
14.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA J Kelas XII ............. 110
15.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Kinerja MA K Kelas XII............ 111
16.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi MA B Kelas XII............ 112
17.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi MA J Kelas XII............. 113
18.
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi MA K Kelas XII ........... 114
19.
Data Hasil Perhitungan Persentase........................................................... 115
20.
Kisi-kisi Angket Authentic Assessment.................................................... 116
21.
Pedoman Skoring Angket Authentic Assessment ..................................... 117
22.
Lembar Angket Authentic Assessment ..................................................... 118
23.
Data Skor Angket Guru............................................................................ 122
24.
Instrumen Pedoman Wawancara.............................................................. 123
25.
Data Hasil Wawancara dengan Guru ....................................................... 127
26.
Curriculum Vitae Guru-guru Biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor ...... 143
27.
Lembar Uji Referensi ............................................................................... 161
28
Surat-surat Penelitian ............................................................................... 167
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan yang
sangat signifikan tehadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam
ekonomi, sosial, budaya, maupun pendidikan. Agar pendidikan tidak tertinggal
perlu adanya penyesuaian-penyesuaian terutama yang berkaitan dengan faktorfaktor pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah sistem penilaian
yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru, sehingga peserta didik dapat
mengetahui perkembangan belajarnya secara berkesinambungan.
Pada abad milenium kedua ini wawasan kependidikan kita telah
mengalami perubahan yang sangat drastis. Apabila sebelumnya guru dipandang
sebagai aktor dan instruktor yang mengatur sepenuhnya kehidupan kelas, saat ini
guru diposisikan sebagai fasilitator dan motivator yang dapat mengaktifkan dan
menggairahkan peserta didik berkiprah dalam kehidupan kelas.
Perubahan paradigma pendidikan tersebut juga berpengaruh kepada
konsep penilaian pendidikan. Pada saat ini konsep penilaian pendidikan
menunjukkan arah yang lebih luas. Penilaian tidak hanya untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik, tetapi juga untuk mengetahui bagaimanakah proses belajar
tersebut berlangsung. Hasil belajar dipandang sebagai akibat proses belajar. Oleh
karena itu, proses belajar juga perlu dinilai.
Penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses
pendidikan. Melalui penilaian, pelaku pendidikan mendapat gambaran sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan dapat tercapai. Oleh
karena itu sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran dan harus bermuara pada penguasaan
kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan paradigma itulah istilah assessment muncul. Proses
assessment mencakup sejumlah bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil
belajar peserta didik. Assessment ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
1
2
pembelajaran sehingga disebut sebagai penilaian berbasis kelas (PBK). PBK
dilakukan dengan berbagai cara seperti pengumpulan kerja peserta didik
(portofolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance),
dan tes tertulis (paper and pencil). Guru menilai kompetensi dan hasil belajar
peserta didik berdasarkan tingkat pencapaian prestasi peserta didik. Penilaian
demikianlah yang disebut authentic assessment (penilaian otentik).1
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.2
Adapun tujuan utama kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah
kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian pembelajaran sudah
dikuasai peserta didik atau belum.3
Untuk mengetahui sejauh mana kompetensi-kompetensi telah dicapai oleh
peserta didik, selain menggunakan bentuk penilaian pensil dan kertas (pencil and
paper test), guru juga dapat menggunakan penilaian unjuk kerja peserta didik
(performance). Guru dapat menilai berdasarkan hasil kerja peserta didik, dengan
cara memberikan tugas atau menganalisis semua hasil kerja mereka dalam bentuk
portofolio. Penilaian juga tidak hanya menitikberatkan pada aspek kognitif, tetapi
juga harus meliputi aspek tujuan lain seperti pengembangan pribadi, kreativitas,
dan keterampilan interpersonal. Dengan cara demikian, maka akan diperoleh
gambaran utuh tentang keunggulan atau kelemahan peserta didik.4
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penilaian pembelajaran khususnya
dalam pembelajaran sains selama ini cenderung lebih difokuskan pada penilaian
ranah kognitif saja sehingga ranah afektif dan ranah psikomotoriknya kurang
diperhatikan. Padahal kenyataannya pembelajaran sains di sekolah menengah
menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif dan bertujuan agar penguasaan
1
Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 2.
2Agung
Haryono, “Authentic
Assessment dan
Pembelajaran Inovatif dalam
Pengembangan Kemampuan Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009, h. 3.
3 Muslich. op. cit. h. 95.
4 Ibid., h. 97.
3
dari kognitif, afektif, psikomotorik terbentuk pada diri peserta didik. Oleh karena
itu alat ukur hasil belajarnya tidak cukup jika hanya dengan tes kogniif berupa tes
obyektif atau subyektif saja. Dengan cara tersebut keterampilan siswa melakukan
percobaan maupun menciptakan suatu hasil karya belum dapat diungkap.
Demikian pula tentang aktivitas siswa selama mengerjakan tugas dari guru. Baik
berupa tugas individu maupun kelompok.
Melihat kenyataan yang ditemukan di lapangan, nampak ada kesenjangan
antara pembelajaran biologi di SMA/MA dengan teknik penilaiannya. Proses
penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan
aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya sasaran belajar IPA belum
dapat dicapai secara menyeluruh. Untuk itu perlu diupayakan suatu teknik
penilaian yang mampu mengungkap aspek produk maupun proses.
Dalam upaya memperbaiki kondisi pembelajaran biologi, khususnya
dalam hal mengungkap penilaian yang dilakukan oleh guru, oleh karena itu
penilaian otentik perlu dilaksanakan. Dengan demikian diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran biologi dalam proses penilaian dalam
pembelajaran yang dapat mengungkap ketiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik pada peserta didik.
Namun, tidak semua guru mampu menyusun dokumen penilaian otentik
dengan baik karena penilaian otentik baru dikenal secara teori dan konsep. Tidak
semua guru mampu mengalihkannya ke dalam prosedur penilaian kelas seharihari. Bahkan terdapat sebagian kecil guru yang tidak mengetahui apa dan
bagaimana format atau bentuk penilaian otentik, apa manfaat yang diperoleh dan
komponen-komponen apa saja yang harus ada dalam sebuah instrumen penilaian
otentik.
Penelitian ini akan melakukan analisis terhadap penggunaan penilaian
otentik oleh guru bologi. Penelitian ini dirasakan perlu dilakukan mengingat sains
tidak hanya mementingkan produk saja tetapi proses dalam pembelajaran sains
juga perlu dilakukan identifikasi dan penilaian.
4
Uraian di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai
penggunaan penilaian otentik dengan judul “Profil Penggunaan Authentic
Assessment dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Proses penilaian yang dilakukan di Madrasah Aliyah selama ini semata-mata
hanya menekankan pada penguasaan konsep yang dijaring melalui tes
obyektif dan uraian saja, karena guru masih kesulitan dalam menilai
keterampilan siswa baik dalam melakukan percobaan maupun menciptakan
hasil karyanya.
2. Terdapat kesenjangan antara pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah
dengan teknik penilaiannya, karena teknik penilaian yang biasa dilakukan
guru selama ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep
peserta didik, akibatnya sasaran belajar IPA belum dapat dicapai secara
menyeluruh.
3. Penilaian yang dilakukan guru kurang mengungkap keterampilan dan
keaktifan siswa, karena teknik penilaian yang dilakukan guru hanya
menekankan pada ranah kognitif saja.
4. Penilaian otentik baru dikenal secara teori dan konsep, sehingga tidak semua
guru mampu mengimplementasikannya ke dalam prosedur penilaian kelas
sehari-hari.
C. Pembatasan Masalah
Karena terlalu luasnya masalah yang teridentifikasi dan untuk memberi
arah yang jelas dalam proses penelitian, maka dalam hal ini perlu diadakan
pembatasan masalah. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penilaian yang dilakukan guru dengan menggunakan Authentic Assessment
dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor.
5
2. Analisis dokumen penilaian otentik dalam penelitian ini yaitu hanya pada
dokumen penilaian psikomotorik yang mencakup empat dokumen penilaian
yaitu penilaian kinerja/unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan
penilaian diskusi/presentasi di semester ganjil kelas X, XI IPA, dan XII IPA.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian adalah
bagaimanakah penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di
Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
gambaran secara sistematis mengenai fakta penggunaan authentic assessment oleh
guru biologi di Madrasah Aliyah Se-Kota Bogor.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti, menerapkan ilmu pendidikan yang selama ini didapat pada
perkuliahan.
b. Bagi guru, dapat memberikan masukan yang berarti sebagai bahan kajian
untuk meningkatkan kualitas penilaian dalam pembelajaran.
c. Bagi sekolah, dapat memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.
d. Bagi siswa, dapat memberikan masukan untuk mengoptimalkan prestasi
belajar pada ranah psikomotorik.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Kajian Teori
1. Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi
a. Penilaian
Penilaian adalah istilah umum yang meliputi semua metode yang
digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik. Proses penilaian mencakup
pengumpulan bukti untuk memperlihatkan pencapaian belajar peserta didik.1
Penilaian juga merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan
membuat pertimbangan dasar yang professional untuk mengambil kebijakan pada
sekumpulan informasi, yaitu informasi peserta didik.2
Selain itu penilaian dapat diartikan pula sebagai salah satu kegiatan utama
yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, kecerdasan,
bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap, dan kepribadian siswa atau peserta
didik.3
Pada pelaksanaan penilaian sebaiknya tujuan penilaian diarahkan pada
empat hal berikut. Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses
pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan rencana. Checking-up, yaitu untuk
mengecek adakah kekurangan-kekurangan yang dialami peserta didik dalam
proses pembelajaran. Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal
yang menjadikan adanya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.
Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan atau belum.4
Adapun secara lebih spesifik, tujuan dari penilaian dapat diuraikan sebagai
berikut.
1
Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004,
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h. 17.
2 Ibid., h. 3.
3 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), Cet.I, h. 4.
4 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 187-188.
6
7
a) Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik.
b) Mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
d) Memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan peserta didik dalam
rangka perbaikan.5
Selain itu, penilaian juga memiliki beberapa prinsip sebagai berikut.
a) Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif.
b) Penilaian harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading).
c) Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses
belajar mengajar.
d) Penilaian harus bersifat komparabel dan dilakukan secara adil.
e) Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi guru.6
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses pengumpulan
bukti-bukti kemampuan belajar peserta didik oleh guru, dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan belajar serta hasil belajar peserta didik
dapat terapai.
b. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut
atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas.7 Berdasarkan pandangan tersebut,
terlihat bahwa semua kegiatan di dunia ini tidak bisa lepas dari pengukuran.
Keberhasilan suatu program dapat diketahui melalui suatu pengukuran.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa lepas dari kegiatan
pengukuran. Penelitian-penelitian yang dilaksanakan oleh semua bidang selalu
melibatkan kegiatan pengukuran, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Oleh karena itu,
5
pengukuran memegang peranan
penting, baik
untuk
Sofyan, dkk, loc. cit.
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2013), h. 73.
7 Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima,
2009), h. 9.
6
8
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun untuk penyajian
informasi bagi pembuat kebijakan.
Kesahihan alat ukur bisa ditinjau dari konstruk alat ukur, yaitu mengukur
seperti yang direncanakan. Menurut teori pengukuran, substansi yang diukur harus
satu dimensi. Kebenaran alat ukur bisa dilihat dari kisi-kisi alat ukur yang berisi
tentang materi yang diujikan, bentuk soal, tingkat berpikir yang terlibat, bobot
soal dan cara penskoran. Oleh karena itu pokok bahasan yang diujikan dipilih
berdasarkan kriteria pokok bahasan yang esensial, mempunyai nilai aplikasi,
berkelanjutan, dan dibutuhkan untuk mempelajari mata pelajaran lain.8
Pengukuran memiliki sifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk
melaksanakan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran yaitu adanya
tujuan pengukuran, ada objek yang diukur, alat ukur, proses pengukuran, dan hasil
pengukuran kuantitatif.9
c. Evaluasi
Nitko dan Brookhart dalam Rasyid dan Mansur mengartikan evaluasi
sebagai suatu proses penetapan nilai yang berhubungan dengan kinerja dan hasil
karya peserta didik.10 Fokus evaluasi adalah individu, yaitu prestasi belajar yang
dicapai peserta didik. Melalui evaluasi akan didapatkan informasi mengenai apa
yang telah dicapai dan mana yang belum, dan selanjutnya informasi ini digunakan
untuk perbaikan dan peningkatan suatu program.
Hasil evaluasi pendidikan merupakan informasi yang sangat berguna bagi
pengelola pendidikan baik yang berada di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
maupun sekolah. Salah satu tujuan evaluasi pendidikan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tampak belum berhasil. Hal ini dapat dilihat dari
perkembangan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun yang tidak berubah secara
signifikan, walau berfluktuasi namun masih dalam kategori rendah.
Evaluasi pengajaran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu sumatif dan
formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir satu
8
Ibid., h. 9
Sofyan, dkk, op.cit., Cet. I, h. 2.
10 Rasyid dan Mansur, op.cit., h. 2.
9
9
satuan waktu yang didalamnya mencakup lebih dari satu pokok bahasan, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah
dari suatu unit ke unit berikutnya. Sedangkan yang dimaksud evaluasi formatif
yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok
bahasan/topik, dan dimaksudkan untuk melihat sejauh mana suatu proses belajar
mengajar telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan.11
Adapun fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar yaitu untuk
mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik setelah
mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu, untuk
mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran, untuk keperluan bimbingan
dan konseling, dan untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum
sekolah yang bersangkutan.12
2. Hakikat dan Lingkup Penilaian
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini
menunjukkan arah yang lebih luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya
berkisar pada pandangan sebagai berikut.
a. Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk
efek samping yang mungkin timbul.
b. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi juga
melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan.
c. Penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah
tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya.
d. Mengingat luasnya tujuan dan objek penilaian, maka alat yang digunakan
dalam penilaian sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes tetapi
juga alat penilaian bukan tes.13
11
Ibid., h. 4
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2013), h. 5.
13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 1.
12
10
a. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Penilaian Hasil dan Proses Belajar
Mengajar
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang
dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)
belajar mengajar, dan hasil belajar. Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam
penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah
terjadi melalui proses belajarnya. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak
hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional, dalam
hal ini perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya
memperbaiki proses belajar mengajar.14
Dengan demikian inti penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil
belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah
laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan
acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai
tujuan-tujuan pengajaran. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling
berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.15
Sejalan dengan pengertian di atas, maka penilaian berfungsi sebagai
berikut.
a) Alat untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan instruksional.
b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para
orangtuanya.16
14
Ibid., h. 2
Ibid., h. 3.
16Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Yogyakarta: Diva Press,
2011), h. 4.
15
11
b. Jenis dan Sistem Penilaian
Jenis penilaian terdapat beberapa macam, yaitu penilaian formatif,
penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian
penempatan. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir
program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar itu sendiri. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada
akhir unit program yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun.
Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa., yakni
seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini
berorientasi pada produk bukan proses.
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat
kelemahan-kelemahan siswa serta fakor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan
untuk kepentingan bimbingan belajar, pengajaran remedial, dan lain-lain. Soalsoal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi
oleh para siswa.
Penilaian selektif
adalah penilaian yang bertujuan untuk
keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar
untuk program itu. Penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk
menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan
siswa.17
Sistem penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan ke dalam dua cara
atau dua sistem, yakni penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan
(PAP). Penilaian acuan norma (PAN) adalah penilaian yang diacukan kepada ratarata kelompoknya. Nilai peserta tes ditentukan oleh posisinya dalam kelompok.18
Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat prestasi
seorang siswa dibandingkan dengan rata-rata kelasnya. Atas dasar itu akan
17
18
Ibid., h. 5.
Sofyan, dkk, op.cit., Cet. I, h. 88.
12
diperoleh tiga kategori prestasi siswa, yakni di atas rata-rata kelas, sekitar rata-rata
kelas, dan di bawah rata-rata kelas.
Penilaian acuan patokan (PAP) adalah penilaian yang diacukan kepada
tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian derajat
keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan
dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Biasanya keberhasilan siswa
ditentukan kriterianya yakni berkisar antara 75-80%. Artinya, siswa dikatakan
berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai sekitar 75-80% dari tujuan atau
nilai yang seharusnya dicapai. Jika kurang dari kriteria tersebut maka dinyatakan
belum berhasil.19
c. Prinsip dan Prosedur Penilaian
Prinsip penilaian yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.20
a) Valid
Penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat
administratif saja, akan tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi tentang
ketercapaian kompetensi seperti yang terumuskan dalam kurikulum. Oleh karena
itu, penilaian tidak menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata
lain penilaian harus menjamin validitas.21
b) Mendidik
Penilaian harus memberi sumbangan positif terhadap pencapaian hasil
belajar peserta didik. Oleh karena itu penilaian harus dinyatakan dan dapat
dirasakan sebagai penghargaan yang memotivasi peserta didik yang berhasil dan
sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang
berhasil.
19
Sudjana, op.cit., h. 8.
Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 25-26.
21 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 185.
20
13
c) Berorientasi Pada Kompetensi
Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam
kurikulum. Oleh karena setiap alat penilaian yang dipakai harus dapat memicu
pemunculan informasi berupa indikator-indikator pencapaian kompetensi tertentu.
d) Adil dan Objektif
Penilaian harus adil terhadap semua peserta didik dan tidak membedabedakan latar belakang peserta didik yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil
belajar. Objektivitas penilaian tergantung dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
pelaksana, kriteria untuk scooring, dan pembuatan keputusan pencapaian hasil
belajar.
e) Terbuka
Kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga
keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
f) Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus menerus, dan
berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan
belajar peserta didik.
g) Menyeluruh
Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik serta berdasarkan pada berbagai teknik dan prosedur penilaian
dengan berbagai bukti hasil belajar peserta didik.
h) Bermakna
Penilaian hendaknya mudah dipahami dan bisa ditindaklanjuti oleh pihakpihak yang berkepentingan. Hasil penilaian mencerminkan gambaran yang utuh
tentang prestasi peserta didik yang mengandung informasi keunggulan dan
kelemahan, minat, dan tingkat penguasaan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
Adapun prosedur yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan
proses penilaian hasil belajar yakni sebagai berikut.
14
a) Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
b) Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata
pelajaran.
c) Menyusun alat-alat penilaian baik tes maupun non tes.
d) Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian.22
d. Kualitas Alat Penilaian dan Peranan Penilaian
Suatu penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat
tersebut memiliki atau memenuhi dua hal yakni ketepatannya atau validitasnya
dan ketetapan atau reliabilitasnya.
a) Validitas
Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu lat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Artinya bahwa valid
tidaknya suatu alat ukur tergantung kepada mampu tidaknya alat tersebut
mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.23
b) Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut
digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.24
Pada dasarnya, penilaian umumnya mempunyai misi untuk memperbaiki
standar, tidak sekedar mengukur siswa. Peranan guru dalam penilaian yang lebih
efektif adalah pemanfaatan informasi hasil penilaian melalui umpan balik. Umpan
balik merupakan sarana bagi guru dan siswa unuk mengetahui sejauh mana
kemajuan pembelajaran yang telah dilakukan. Umpan balik yang diberikan guru
kepada siswa merupakan sarana bagi siswa untuk mengetahui penguasaan mereka
terhadap konsep pelajaran yang diterima dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
dalam melakukan penilaian guru perlu mempertimbangkan umpan balik sebagai
22
Muslich, op.cit., h. 27.
Sofyan, dkk, op.cit., Cet.I, h. 105.
24Sudjana, op.cit., h. 16.
23
15
salah satu komponen dan harus dilakukan secara terstrukur, periodik, dan
terencana, sehingga dapat memberikan manfaat bagi siswa.25
Kualitas informasi yang didapatkan melalui penilaian, menjadi salah satu
faktor kunci keberhasilan pemberian umpan balik. Oleh karena itu, metode
penilaian berupa instrumen perlu dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mendukung pemberian umpan balik
secara terstruktur, guru perlu merencanakan dan menyusun tugas-tugas
pembelajaran secara teratur dan terarah sesuai dengan runtutan meteri pelajaran
yang diajarkan.
Tugas-tugas secara terstruktur sebagai sarana untuk memberikan umpan
balik, perlu dilengkapi dengan kriteria penilaian yang jelas sehingga siswa dapat
mengendalikan kemajuan belajarnya. Siswa akan mengetahui letak kekuatan dan
kelemahan yang mereka miliki berkenaan dengan konsep pelajaran yang
dipelajari. Dengan demikian, mereka dapat memperbaiki dan meningkatkan
belajarnya.26
e. Hasil belajar sebagai Objek Penilaian
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Bloom yang secara garis besar terbagi kedalam tiga ranah, yakni ranah kognitif,
afektif dan psikomotor.27 Oleh karena itu hasil belajar yang dilakukan lewat
penilaian perlu dilakukan secara seimbang antara aspek pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah kawasan
yang membahas tentang tujuan
pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.28 Pada ranah ini
terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari tingkat rendah sampai kepada
25
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima,
2009), h. 42.
26 Ibid., h. 43
27 Sudjana, op. cit., h. 22.
28 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 35.
16
tingkat tinggi, yakni (1) pengetahuan/ingatan – knowledge, (2) pemahaman –
comprehension, (3) penerapan – application, (4) analisis – analysis, (5) sintesis –
synthesis, dan (6) evalusi – evaluation.29
1) Pengetahuan/ingatan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge
dalam taksonomi bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat
sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping
pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, definisi, istilah, pasal dalam
undang-undang, dan lain-lain. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah
tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar
bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.30
2) Pemahaman
Tipe hasil belajar pemahaman ini lebih tinggi dari pada ipe hasil belajar
pengetahuan. Dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu pemahaman tingkat rendah
(pemahaman penerjemahan, yaiu mulai dari penerjemahan dalam arti yang
sebenarnya), pemahaman tingkat media (pemahaman penafsiran, yaitu mulai dari
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok, dan sebagainya), dan
pemahaman tingkat tinggi (pemahaman ekstrapolasi, yaitu kemampuan melihat
dibalik yang tertulis/tersurat dari suatu kejadian atau dapat memperluas persepsi
terkait dengan waktu, dimensi, dan kasus).31
3) Penerapan/Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
Misalnya menerapkan ide ke dalam situasi baru, penerapan teori dalam percobaan
di laboratorium, atau menerapkan petunjuk teknis dalam situasi nyata.32
29
Sofyan, dkk., op.cit., h. 14.
Sudjana, op.cit., h. 23.
31 Muslich, op.cit., h. 41.
32 Ibid., h. 42.
30
17
4) Analisis
Analisis adalah usaha memilah suau integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan
kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe
sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang
komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap
terpadu, untuk hal lain memahami prosesnya, , untuk hal lain memahami cara
bekerjanya, dan untuk hal lain lagi memahami sistematikanya. Bila kecakapan
analisis
dapat
berkembang
pada
seseorang,
maka
ia
akan
dapat
mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.33
5) Sintesis
Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk
menyeluruh. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen
pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Berpikir sintesis merupakan
salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dengan kemampuan
sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau
menemukan abstraksinya atau operasionalnya.34
6) Evaluasi
Jenis ranah kognitif terakhir adalah evaluasi. Evaluasi adalah pemberian
keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dikaitkan dengan tujuan, gagasan,
cara kerja, solusi, metode, materi, dan sebagainya. Untuk mempermudah
mengetahui tingkat kemampuan evaluasi seseorang, item tesnya hendaklah
menyebutkan kriterianya secara eksplisit.35
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang berorientasi pada
penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode.36 Ranah ini terbagi
33
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 27.
34 Ibid., h. 28.
35 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 45.
36 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 19.
18
menjadi lima jenjang, yakni: (1) perhatian/penerimaan – receiving, (2) tanggapan
– responding, (3) penilaian/penghargaan – valuing, (4) pengorganisasian –
organization, dan (5) karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai –
characteization by a value or value complex.37
3) Ranah Psikomotorik
Merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang dimiliki
seseorang setelah menerima pengalaman belajar tertentu, seperti kemampuan
dalam melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, dan kemampuan
yang berkaitan dengan gerak fisik. Aspek ranah psikomotorik menurut Bloom dan
kawan-kawan terdiri dari persepsi, kesiapan, respon terpimpin, mekanisme,
respon kompleks, penyesuaian, serta mencipta.38
3. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
a. Pengertian Penilaian Otentik
Sebelum mengetahui pengertian dari penilaian otentik, penilaian otentik
juga memiliki sejarah singkat mengenai pertama kali istilah penilaian otentik ini
muncul. “The earliest reference to authentic tests is likely that made by Archbald
and Newman in 1988, in a book critical of standardized testing, that sought to
promote assessment centered on meaningful real-world problems or tasks.
Wiggins was also an early proponent for the use of the term authentic to describe
assessment with real world application.”39
Jika diartikan, sejarah singkat mengenai pertama kali istilah penilaian
otentik ini muncul yaitu bahwa referensi paling awal untuk tes otentik
kemungkinan dibuat oleh Archbald dan Newman pada tahun 1988, dalam sebuah
buku kritis pengujian standar, yang berusaha mempromosikan penilaian bermakna
yang berpusat pada masalah dan tugas dunia nyata. Wiggins juga merupakan
37
Ibid., h. 20.
Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran IPA, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 68.
39 Bruce B. Frey, Vicki L, Justiin P Allen, Defining Authentic Classroom Assessment,
Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 17, 2012, h. 2.
38
19
pendukung awal penggunaan istilah untuk menggambarkan penilaian otentik
dengan aplikasi dunia nyata.
Penilaian otentik atau Authentic Assessment adalah melaksanakan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai macam cara yang berhubungan
dengan tugas guru yakni menilai sejauh mana keberhasilan pembelajaran.40 Selain
itu, penilaian otentik dapat diartikan pula sebagai proses pengumpulan informasi
oleh guru mengenai perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan
peserta didik melalui berbagai macam teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan
kemampuan kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.41
Menurut Newmann dan Wehlage dalam Peter Rennert-Ariev dan Loyola
College, mengatakan bahwa “who claim that authentic assessments help students
create discourse, products, and performance, that have value or meaning beyond
success in school”.42 Jika diartikan, Menurut Newmann dan Wehlage dalam Peter
Rennert-Ariev dan Loyola College, mengklaim bahwa penilaian otentik dapat
membantu peserta didik membuat wacana, produk, dan pertunjukan yang
memiliki nilai atau makna melampaui kesuksesan di sekolah.
Perubahan kurikulum saat ini hendaknya dipahami bukan hanya sebatas
penyesuaian
substansi
materi
dan
format
kurikulum
dengan
tuntutan
perkembangan, tetapi pergeseran paradigma (paradigm shift) dari pendekatan
pendidikan yang berorientasi masukan (input-oriented education) ke pendekatan
pendidikan berorientasi hasil atau standar (countcome-based education).43
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam
mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi dalam proses pembelajaran
yang terjadi di kelas. Hasil kegiatan belajar peserta didik yang berupa kemampuan
kognitif dan psikomotor ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik. Implikasi
40
Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
h. 61.
41
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), Cet.III, h. 186-187.
42 Peter Rennert-Ariev dan Loyola College, A Theoretical Model For The Authentic
Assessment of Teaching, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 10, 2005,
h.1.
43 Majid, op.cit., h. 180.
20
dari diterapkannya standar kompetensi dalam proses penilaian yang dilaksanakan
oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan
kriteria. Oleh karena itu, dalam menerapkan standar kompetensi sebaiknya guru:
a) Mengembangkan ranah kompetensi belajar yang menjamin pengalaman
belajar yang terarah.
b) Mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan yang menjamin pencapaian
dan penguasaan kompetensi.44
Berikut adalah prinsip-prinsip penilaian otentik.
a) Proses penilaian peserta didik seharusnya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari
proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses
pembelajaran (a part of, not apart from instruction).
b) Penilaian sebaiknya mengarahkan kepada masalah dunia nyata (real world
problems), bukan masalah dunia sekolah (school work kind of problems).
c) Penilaian sebaiknya menggunakan berbagai macam ukuran, metode, dan
kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan inti pengalaman belajar.
d) Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor).45
Marpadi dalam Agung Haryono mengatakan bahwa salah satu ciri dari
sistem penilaian otentik yaitu penilaian yang berkelanjutan. Sistem penilaian yang
diterapkan untuk mengukur hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum
2006 adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Dimana untuk melihat seberapa
jauh peserta didik telah mempunyai kompetensi dasar maka diperlukan suatu
sistem penilaian yang menyeluruh dengan menggunakan indikator-indikator yang
dikembangkan secara jelas oleh guru. Berkelanjutan mengandung arti yakni
semua indikator harus diminta, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan belajar peserta didik. Oleh karena itu perlu dikembangkan berbagai
44Agung
Haryono, Authentic Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam
Pengembangan Kemampuan Siswa, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009, h. 3.
45 Ibid., h. 3.
21
teknik penilaian dan ujian, misalnya pertanyaan lisan, kuis, ulangan harian, tugas
rumah, ulangan praktek, dan pengamatan.46
Menurut pernyataan Newman dalam Tourulf Palm yang mengatakan
bahwa,
In authentic assessment the mastery defined by the concept of authenticity
is assessed. This means that in authentic assessment students should
construct knowledge. The cognitive work that has to be applied is
disciplined inquiry. Students should engage in the use of prior knowledge
to get beyond that knowledge, establish relationship between pieces of this
knowledge to construct in-depth understanding around a reasonably
focused topic, and conduct their work and express their conclusions
through elaborate communication.47
Jika diartikan, menurut pernyataan Newman dalam Tourulf Palm,
penilaian otentik didefinisikan dalam penguasaan keaslian nilai. Ini berarti bahwa
dalam otentik penilaian harus membangun pengetahuan siswa. Siswa harus
terlibat dalam penggunaan pengetahuan sebelum melampaui pengetahuan itu
dengan membangun hubungan antara potongan pengetahuan secara mendalam
mengenai pemahaman seputar topik yang terfokus, dan melakukan pekerjaan
mereka serta mengekspresikan kesimpulan mereka melalui komunikasi.
b. Langkah-langkah Pengembangan Sistem Penilaian Otentik
Langkah-langkah
Pengembangan
sistem
penilaian
otentik
dapat
dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
a) Mengkaji standar kompetensi. Standar ini mempunyai implikasi yang sangat
signifikan dalam perencanaan, implementasi, dan pengelolaan penilaian.
b) Mengkaji kompetensi dasar. Oleh karena itu pada tahap ini guru harus mulai
memikirkan materi yang harus diberikan kepada peserta didik agar peserta
didik dapat memperoleh kompetensi yang telah dirumuskan.
46
Ibid., h. 4.
Tourulf Palm, Performance Assessment and Authentic Assessment: A Conceptual
Analysis of the Literature, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 13, 2008,
h.7.
47
22
c) Mengembangkan silabus penilaian yang di dalamnya terdapat indikator, jenis
tagihan, bentuk, ranah penilaian dan jadwal kegiatan penilaian dalam satu
semester.
d) Proses pelaksanaannya menggunakan berbagai macam teknik penilaian
seperti yang sudah direncanakan dan pelaksanaannya juga sesuai dengan
jadwal yang telah diinformasikan pada peserta didik.
e) Pencatatan, pengolahan, tindak lanjut, dan pelaporan. Seluruh hasil penilaian
diupayakan untuk selalu terdokumentasikan dengan baik.48
c. Karakteristik Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Dalam praktiknya, Authentic Assessment memiliki karakteristik sebagai
berikut.
a) Authentic Assessment merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran
yang dilaksanakan di kelas. Ini mengandung arti bahwa Authentic Assessment
dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, baik yang berupa
pengumpulan portofolio peserta didik maupun hasil tugas yang dilaksanakan
peserta didik selama mengikuti pembelajaran.
b) Authentic Assessment bukan sebagai kerja sekolah yang semata-mata hanya
memecahkan masalah, namun merupakan gambaran dari dunia nyata. Ini
mengandung makna bahwa seluruh kegiatan atau pelatihan peserta didik
dalam proses pencapaian kompetensi tertentu harus diarahkan pada kegiatan
yang kontekstual dan tidak mengada-ngada.
c) Authentic Assessment menggunakan banyak ukuran/metode/kriteria. Namun
bukan berarti dapat digunakan seenaknya oleh guru, tetapi guru diberi
keleluasaan untuk menentukan ukuran/metode/kriteria yang ingin dicapai
sesuai dengan sifat kompetensinya.
d) Authentic Assessment memiliki sifat komprehensif dan holistic, asesmen yang
nampak yaitu yang melibatkan berbagai ranah kompetensi (pengetahuan,
48
Haryono, loc. cit.
23
keterampilan, dan sikap) dan kelengkapan cakupan kompetensi yang ingin
dicapai.49
Moon dalam Agung haryono menjelaskan bahwa penilaian otentik selalu
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan pengetahuan dan
kemampuannya dengan baik. Penilaian otentik menurut Moon mempunyai
karakteristik sebagai berikut.
a) Fokus kepada materi pelajaran yang penting, ide-ide besar atau kemampuan
khusus;
b) Merupakan suau penilaian yang sangat dalam;
c) Dapat dilakukan dengan mudah di kelas atau di lingkungan sekolah;
d) Lebih ditekankan pada kualitas produk atau kinerja dari pada jawaban
tunggal;
e) Kekuatan
dan
penguasaan
materi
pembelajaran
pada
siswa
dapat
dikembangkan;
f) Mempunyai kriteria yang sudah diketahui, dimengerti dan dinegosiasi oleh
peserta didik dan guru sebelum penilaian dimulai;
g) Menyediakan berbagai macam cara yang memungkinkan peserta didik dapat
menunjukkan bahwa ia telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan;
h) Skor penilaian diberikan berdasarkan pada esensi tugas.
Dengan demikian hasil penilaian otentik dapat lebih memberikan informasi hasil
belajar yang konsisten dari pada dengan teknik penilaian yang tradisional (paper
and pencil test).50
d. Ciri-ciri Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Suatu asesmen dikatakan otentik apabila:
a) Sasaran penilaiannya diarahkan kepada kompetensi yang ingin dicapai (tujuan
pembelajaran).
b) Peserta didik dilibatkan dalam penilaian pada tugas-tugas atau kegiatan yang
bermanfaat, penting, dan bermakna.
49
Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 3.
50 Haryono, op. cit., h. 6.
24
c) Penilaian yang mampu memotivasi peserta didik untuk dapat menerapkan
informasi/keterampilan akademik baru pada situasi nyata dan untuk maksud
yang jelas.
d) Penilaian
yang
mampu
menilai
perbuatan
atau
penampilan
yang
sesungguhnya atas kompetensi pada suatu mata pelajaran.
e) Penilaian yang mampu menilai penguasaan peserta didik terhadap kompetensi
mata pelajaran tertentu dengan cara yang tepat dan terpercaya.
f) Penilaian yang menguji atau memeriksa kemampuan gabungan dari peserta
didik dalam rangka mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya.
g) Penilaian yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan/prestasi
peserta didik yang berhubungan dengan tugas kecerdasan yang layak.
h) Penilaian
yang
memperlihatkan
keaktifan
peserta
didik
untuk
mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dalam suatu konteks kehidupan
nyata.51
e. Sifat-sifat Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
a) Asesmen otentik berbasis kompetensi, yaitu penilaian yang mampu melihat
perkembangan kompetensi peserta didik.
b) Asesmen otentik pada dasarnya merupakan asesmen kinerja, yakni suatu
unjuk kerja yang ditunjukkan sebagai akibat dari suatu proses belajar yang
komprehensif.
c) Asesmen otentik berpusat pada peserta didik karena asesmen otentik
direncanakan, dilakukan, dan dinilai oleh guru dengan melibatkan secara
optimal peserta didik sendiri.
d) Kompetensi adalah ciri khusus seorang peserta didik. Oleh karena itu,
asesmen berbasis kompetensi bersifat individual. Kompetensi tidak dapat
disamaratakan pada semua peserta didik, tetapi bersifat personal. Karena itu
asesmen harus dapat mengungkapkan secara optimal kelebihan dan
kekurangan setiap individu (untuk bisa dilakukan perbaikan).
51
Muslich, op. cit., h. 2.
25
e) Asesmen otentik bersifat tak terstruktur dan open ended, yang memiliki arti
percepatan penyelesaian tugas-tugas otentik tidak bersifat uniformed dan
klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu
kelompok.
f) Asesmen yang dilaksanakan harus otentik (nyata, real seperti kehidupan
sehari-hari) dan menyatu dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
g) Asesmen otentik berlangsung secara terintegrasi dengan proses belajar
mengajar.
h) Asesmen otentik bersifat on-going dan berkelanjutan. Maka asesmen harus
dilakukan secara langsung pada saat proses pembelajaran berlangsung yang
dapat terpantau proses dan produk belajarnya.52
f. Macam – macam Authentic Assessment
Menurut Rasyid dan Mansur yang mengutip dari Hart dalam Jacob,
penilaian otentik sebagai salah satu hasil dari pendekatan penilaian dapat
dijadikan suatu alternatif solusi dalam menilai perkembangan belajar peserta didik
secara lebih komprehensif dan objektif, mengingat penilaian otentik secara akurat
lebih mencerminkan dan mengukur apa yang kita nilai dalam pendidikan.53
Berbagai tipe penilaian otentik menurut Hibbard dalam Rasyid dan Mansur adalah
sebagai berikut.54
a) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja/unjuk kerja adalah penilaian yang dilaksanakan dengan
mengamati kegiatan atau suatu unjuk kerja peserta didik dalam melaksanakan
sesuatu atau tugas. Cara penilaian ini bersifat autentik dibandingkan dengan tes
tertulis karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kebenaran dari kemampuan
peserta didik. Semakin banyak kesempatan guru mengamati kinerja peserta didik
maka semakin terpercaya pula hasil penilaian kemampuan peserta didik tersebut.55
52
Ibid., h. 8.
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima,
2009), h. 237.
54 Ibid., h. 237.
55 Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Yogyakarta: Diva Press,
2011), h. 136.
53
26
Dalam
melakukan
proses
penilaian
unjuk
kerja
maka
harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.56
(1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik yaitu
mampu menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
(2) Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam unjuk kerja
tersebut.
(3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
tugas unjuk kerja.
(4) Usahakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua
yang akan dinilai dapat teramati.
(5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang nantinya
akan diamati.
Selain itu menurut Barbara M. Moskal, untuk mengembangkan sebuah
penilaian kinerja harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
(1) The selected performance should reflect a valued activity.
(2) The completion of performance assessments should provide a valuable
learning experience.
(3) The statement of goals and objectives should be clearly aligned with
the measurable outcomes of the performance activity.
(4) The task should not examine extraneous or unintended variables.
(5) Performance assessments should be fair and free from bias.57
Jika diartikan, untuk mengembangkan sebuah penilaian kinerja harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
(1) Kinerja yang dipilih harus mencerminkan aktivitas yang dihargai.
(2) Penyelesaian penilaian kinerja harus memberikan pengalaman belajar yang
berharga.
(3) Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas sesuai dengan hasil yang terukur
dari aktivitas kinerja.
(4) Tugas tidak harus memeriksa variabel asing atau yang tidak diinginkan.
56
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:
Referensi, 2013), h. 48.
57 Barbara M. Moskal, Recommendations for Developing Classroom Performance
Assessments and Scoring Rubrics, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 8,
2009, h. 3.
27
(5) Penilaian kinerja harus adil dan bebas.
b) Observasi
Menurut Zulfiani, dkk, mengatakan bahwa,
Observasi merupakan salah satu keterampilan proses sains yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA.
Keterampilan melakukan observasi ini berhubungan dengan penggunaan
secara optimal dan proposional seluruh alat indera untuk menggambarkan
obyek dan hubungan ruang waktu atau mengukur karakteristik fisik bendabenda yang diamati.58
c) Diskusi
Menurut Zulfiani, dkk, “Diskusi merupakan metode belajar yang
dilakukan dengan cara bertukar pendapat antara siswa satu dengan siswa yang
lainnya tentang materi yang dipelajari. Diskusi antar siswa ini bisa dilakukan
secara perorangan atau secara kelompok”.59
Menurut Joe Dimartino, bahwa “Socratics seminars are semi structured
dialogues facilitated by teachers that enable students to explore all of their ideas
in an effort to deepen their understanding of their studies and take ownership for
their learning.”60 Dapat diartikan, Seminar atau diskusi adalah dialog semi
terstruktur yang difasilitasi oleh guru yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi semua ide-ide mereka dalam upaya untuk memperdalam
pemahaman mereka tentang studi mereka dan mengambil kepemilikan untuk
pembelajaran mereka.
d) Penilaian Proyek
Penilaian penugasan atau proyek dapat diartikan sebagai penilaian untuk
memperoleh gambaran kemampuan keseluruhan secara kontekstual, mengenai
kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep dan pemahaman suatu mata
pelajaran tertentu.61 Selain itu metode proyek juga merupakan pemberian tugas
58
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 53.
59 Ibid., h. 100.
60
Joe Dimartino, Authentic Assessment, Journal of Principal’s Research Review, 2,
2007, h. 2.
61 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), Cet. VI. h. 105.
28
kepada semua peserta didik untuk dikerjakan secara perorangan. Peserta didik
diberi tuntutan untuk mengamati, membaca, dan meneliti. Kemudian peserta didik
dimintakan untuk membuat laporan dari tugas yang telah diberikan kepadanya
dalam bentuk makalah, yang bertujuan untuk membentuk analisis masing-masing
peserta didik.62
Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan
yang dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Proyek juga seringkali
melibatkan pencarian data primer dan sekunder, mengevaluasi secara kritis hasil
penyelidikan, dan kejasama dengan orang lain.63
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian
proyek yaitu sebagai berikut.
(1) Kemampuan pengolahan, kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
(2) Relevansi, kesesuaian mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahapan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
(3) Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik adalah hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, arahan, serta dukungan
proyek kepada peserta didik.64
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk
proyek. Dalam kaitan ini kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi
penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data,
62
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2009), Cet.VI, h. 75.
63 Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Yogyakarta: Diva Press,
2011), h. 146.
64 Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:
Referensi, 2013), h. 52.
29
dan penyiapan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar
cek, skala penilaian, atau narasi.65
e) Penilaian Portofolio
Portofolio yaitu suatu kumpulan atau berkas bahan pilihan yang dapat
memberikan informasi untuk suatu penilaian unjuk kerja yang objektif. Berkas
tersebut didalamnya terdapat pekerjaan peserta didik, dokumen, atau gambar,
yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan seseorang dalam suatu lingkungan
dan suasana kerja yang alamiah, dan bukan dalam lingkungan suasana kerja yang
direkayasa.66
Dalam konteks pendidikan,
Paulson dalam Rasyid dan Mansur
mendefinisikan portofolio sebagai suatu kumpulan pekerjaan dari peserta didik
yang mampu memperlihatkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka di
dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan itu harus mencakup partisipasi peserta
didik dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria dalam penilaian dan bukti refleksi
diri.67
Penilaian portofolio pada dasarnya yaitu menilai karya-karya seseorang
untuk suatu mata pelajaran tertentu. Prinsip penilaian portofolio adalah peserta
didik dapat melaksanakan penilaian sendiri yang kemudian akan dibahas
mengenai hasilnya. Bentuk ujian yang dilaksanakan cenderung berbentuk uraian
dan tugas-tugas rumah. Jadi portofolio adalah penilaian kemajuan dalam suatu
mata pelajaran dengan menggunakan metode pengukuran yang melibatkan peserta
didik.68
Model/teknik penilaian portofolio memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut.
65
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2014), h. 250.
66 Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Yogyakarta: Diva Press,
2011), h. 122.
67 Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima,
2009), h. 230.
68 Ibid., h. 231.
30
(1) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa portofolio tidak hanya merupakan
kumpulan karya/tugas yang dipergunakan oleh guru unuk penilaian,
melainkan digunakan oleh peserta didik itu sendiri.
(2) Menentukan sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
(3) Mengumpulkan dan menyimpan semua portofolio masing-masing peserta
didik dalam satu map folder.
(4) Memberikan identitas waktu dari setiap bahan informasi perkembangan
peserta didik sehingga bisa terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
(5) Menentukan kriteria penilaian sampel portofolio beserta bobotnya dengan
peserta didik sebelum mereka membuat karyanya.
(6) Guru meminta kepada peserta didik untuk menilai hasil karyanya secara
berkesinambungan.
(7) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk remedial jika hasinya
belum memuaskan.
(8) Membuat jadwal unuk membahas hasil portofolio.69
Apabila kelima alat penilaian otentik ini dapat diimplementasikan secara
kontinu, terarah, dan berkesinambungan, maka sangat besar harapan terciptanya
guru-guru yang professional dalam bidangnya dan siswa yang mampu belajar
mandiri, independen, dan bertanggung jawab. Penerapan penilaian otentik dalam
konteks pembelajaran memiliki manfaat untuk mengubah cara mengakses
perubahan bagaimana guru mengajar dan bagaimana siswa belajar.
Jika dibandingkan dengan penilaian konvensional, menurut Marilyn M.
Lombardi penilaian otentik memiliki beberapa penekanan sebagaimana tabel
berikut.70
Tabel 2.1 Perbandingan Penilaian Tradisional dengan
Penilaian Otentik
Traditional Assessment
Authentic Assessment
Generally relies on forced-choice,
Promotes integration of various
written measures
written and performance measures
69
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:
Referensi, 2013), h. 61.
70
Marilyn M. Lombardi, “Making the Grade: The Role of Assessment in Authentic
Learning”, Paper in Educause Learning Initiative, London, 2 Januari 2008, h. 6.
31
Traditional Assessment
Relies on proxy measures of student
learning to represent target skills
Encourages memorization of correct
answers
Goal is to measure acquisition of
knowledge
Curriculum directs assessment
Emphasis on developing a body of
knowledge
Promotes “what” knowledge
Provides a one-time snapshot of
student understanding
Emphasizes competition
Targets simplistic skills or tasks in a
concrete, singular fashion
Priority on summative outcomes or
product
Authentic Assessment
Relies on direct measures of target
skills
Encourages divergent thinking in
generating possible answers
Goal is to enhance development of
meaningful skills
Assessment directs curriculum
Emphasis on ensuring proficiency
at real-world tasks
Promotes “how” knowledge
Provides an examination of
learning over time
Emphasizes cooperation
Prepares students for ambiguities
and exceptions that are found in
realistic problem settings
Priority on the learning sequence
or process
Jika diartikan, menurut Marilyn M. Lombardi penilaian otentik memiliki
beberapa penekanan sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.2 Perbandingan Penilaian Tradisional dengan
Penilaian Otentik
Penilaian Tradisional
Penilaian Otentik
Umumnya bergantung pada
Meningkatkan integrasi berbagai
pilihanganda, langkah-langkah yang
langkah tertulis dan kinerja
ditulis
Bergantung pada ukuran belajar siswa Bergantung pada langkah-langkah
untuk mewakili keterampilan sasaran
sasaran keterampilan langsung
Mendorong menghafal jawaban yang
Mendorong berpikir divergen dalam
benar
menghasilkan kemungkinan
jawaban
Tujuannya adalah untuk mengukur
Tujuannya adalah untuk
akuisisi pengetahuan
meningkatkan pengembangan
keterampilan yang bermakna
Kurikulum mengarah pada penilaian
Penilaian mengarah pada kurikulum
Penekanan pada pengembangan
Penekanan yang memastikan
pengetahuan
kemampuan pada tugas-tugas dunia
nyata
Menekankan pengetahuan yang
Menekankan pengetahuan yang
seperti “apa”
“bagaimana”
Menyediakan gambaran satu kali
Menyediakan pemeriksaan belajar
32
Penilaian Tradisional
pemahaman siswa
Menekankan kompetisi
Target keterampilan sederhana atau
tugas secara konkrit, fashion tunggal
Prioritas pada hasil sumatif atau
produk
Penilaian Otentik
dari waktu ke waktu
Menekankan kerjasama
Mempersiapkan siswa untuk
berfikir tingkat tinggi dalam
pengaturan masalah realistis
Prioritas pada urutan pembelajaran
atau proses
4. Implementasi Authentic Assessment dalam Pembelajaran Biologi
Pembelajaran dengan menggunakan authentic assessment setelah proses
pembelajaran berlangsung diharapkan siswa mampu memahami materi biologi
tidak hanya sekedar menghafalnya. Memahami sebagai suatu proses untuk
menyatukan informasi dengan struktur pengetahuan yang telah ada. Pengetahuan
dapat dibentuk jika siswa dapat berperan aktif baik fisik maupun mental dengan
mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep, fakta dan prinsip dalam
biologi yang dipelajari.
Authentic assessment menekankan pada guru untuk menilai siswa tidak
hanya pada ranah kognitif saja tetapi pada ranah afektif dan psikomotorik juga.
Sehingga siswa dapat merasakan dengan jelas dan benar mengenai tingkat
pemahaman belajar yang telah dicapai atau dikuasai.
Penggunaan authentic assessment yang dilakukan guru sesuai dengan
tujuan dan materi pokok yang akan diajarkan kepada siswa. Penilaian yang
dilaksanakan dibantu dengan metode dan strategi belajar mengajar yang sesuai
dengan tuntutan materi yang sudah direncanakan sebelumnya yakni yang telah
tertuang dalam RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran).
Penggunaan authentic assessment dimaksudkan untuk menilai belajar
siswa tidak hanya pada waktu tertentu saja tetapi secara berkelanjutan, yakni
untuk memantau kemajuan dan pencapaian belajar siswa sesuai dengan matriks
kompetensi belajar yang telah ditetapkan. Tujuan dan pengalaman belajar tertentu
mungkin cukup efektif dinilai dengan tes tertulis, namun tujuan dan pengalaman
belajar yang lain akan sangat efektif dinilai dengan tes praktikum (performance
assessment), observasi, dan portofolio.
33
Pengembangan sistem penilaian otentik dapat dilakukan dengan dengan
beberapa langkah yaitu sebagai berikut.
a. Mengkaji standar kompetensi.
b. Mengkaji kompetensi dasar.
c. Pengembangan silabus penilaian yang mencakup indikator, jenis tagihan,
bentuk, ranah penilaian dan jadwal kegiatan penilaian dalam satu semester.
d. Proses implementasi menggunakan berbagai teknik penilaian seperti yang
telah direncanakan dan pelaksanaan sesuai jadwal yang telah diinformasikan
pada siswa.
e. Pencatatan, pengolahan, tindak lanjut dan pelaporan. Semua hasil penilaian
diupayakan untuk selalu terdokumentasikan dengan baik. Tindak lanjut dari
hasil penilaian laporan dapat berupa pengayaan atau remidi.71
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sher A Zim dan Mohammad Khan
dalam judul “Authentic Assessment: An Instructional Tool to Enhance Students
Learning” dengan menganalisis dokumen yang relevan, dalam penelitiannya
menggunakan penilaian otentik sebagai alat pembelajaran sekolah di Pakistan.
Temuannya menunjukkan perubahan yang diinginkan dalam persepsi serta
praktek-praktek dari guru dan siswa. Penggantian tes tradisional dengan penilaian
otentik mengakibatkan partisipasi aktif dari guru dan siswa pada saat proses
belajar mengajar. Temuan penelitian juga mengungkapkan peningkatan yang
cukup besar dalam keterampilan belajar siswa. Mereka aktif terlibat dalam
perencanaan, pengumpulan informasi, dan menyebarluaskan kepada masyarakat.
Dengan menggunakan rubrik untuk penilaian, hal demikian sangat efektif dalam
menentukan jalur bagi para guru dan siswa untuk mencari dan mendapatkan hasil
yang diinginkan. 72
Haryono, “Authentic
Assessment dan Pembelajaran
Inovatif
Pengembangan Kemampuan Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009, h. 4.
72
Sher A Zim and Mohammad Khan, “Authentic Assessment: An Instructional Tool to
Enhance Students Learning”, Journal of Academic Research International, 2. 2012.
71Agung
dalam
34
Penelitian selanjutnya yang berjudul “Authentic Assessment” oleh Joe
Dimartino, Andrea Castaneda, Michael Brownstein, dan Sherri Miles, dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa tampaknya ada substansial kesepakatan
tentang kondisi yang diperlukan untuk memastikan keberhasilan yang diukur
dengan instruksional praktek dan prestasi siswa dalam penilaian otentik. Penilaian
otentik lokal diberikan lipatan hasil rumus yang mencakup nilai, informasi
program, hasil ujian Negara, dan data lainnya untuk membuat keputusan
kelulusan. Dalam temuan penelitiannya tentang penggunaan penilaian otentik,
dapat
diambil
kesimpulan bahwa penilaian
otentik
telah
menimbulkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa. Keahlian praktisi, pendalaman
relevansi, dan kelancaran instruksi untuk semua siswa. Penilaian otentik juga telah
meningkatkan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kesadaran global,
keterlibatan masyarakat, dan keterampilan belajar.73
Penelitian yang lain yaitu oleh Agung Haryono yang berjudul “Authentic
Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam Pengembangan Kemampuan
Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa peningkatan kualitas penilaian guru pada
siswa harus melalui meningkatkan keterlibatan siswa, proses dan tindak lanjut
hasil penilaian. Pada peningkatan kualitas perencanaan yang perlu dilakukan guru
adalah meningkatkan transparasi kriteria penilaian. Semakin jelas dan transparan
kriteria penilaian yang digunakan guru maka siswa akan semakin terpacu untuk
dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Hasil survey menunjukkan bahwa
secara umum proses penilaian yang diterapkan guru sudah baik. Temuan lain
dalam survey ini yang mendukung bahwa proses penilaian pelajaran di sekolah
cukup baik adalah pendapat siswa yang menyatakan bahwa: soal-soal yang
diberikan bapak/ibu guru pada ujian tulis mudah dicerna atau dimengerti, pada
setiap semester bapak/ibu guru juga memberikan tugas-tugas terstruktur yang
dapat membantu saya dalam memahami materi pelajaran. Secara umum tindak
Joe Dimartino, Andrea Castaneda, Michael Brownstein, dan Sherri Miles, “Authentic
Assessment”, Journal of Principal’s Research Review, 2, 2007.
73
35
lanjut penelitian ini sudah baik, namun demikian masih ada sebagian kecil siswa
yang merasakan bahwa tindak lanjut hasil penilaian kurang baik.74
C. Kerangka Berpikir
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.75
Namun yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar lebih
menitik beratkan pada aspek kognitif saja.Sehingga aspek-aspek lain seperti aspek
afektif dan psikomotorik tidak terlalu diperhatikan.
Untuk dapat mengungkap aspek afektif dan psikomotorik pada siswa maka
guru harus dapat menggunakan berbagai strategi, metode, dan teknik penilaian
yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman
belajar yang dilaluinya. Namun kenyataannya proses pembelajaran biologi yang
dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan formal belum mengupayakan
penilaian yang mengungkap aspek afektif dan psikomotorik siswa.
Penilaian secara tunggal misalnya dengan penilaian aspek kognitif saja
tidak cukup untuk memberikan gambaran atau informasi tentang kemampuan,
keterampilan, pengetahuan, dan sikap seorang peserta didik.Bahkan hasil tes juga
tidak mutlak dan tidak abadi karena peserta didik terus berkembang sesuai dengan
pengalaman
belajar
yang
dialaminya.
Untuk
mengantisipasinya,
perlu
dilaksanakan teknik penilaian yang menghargai dan mempertimbangkan
keterampilan atau kemampuan lain yang dimiliki peserta didik.
Dengan demikian, penetapan hanya salah satu teknik penilaian misalnya
hanya tes objektif akan menghambat pencapaian tujuan kurikulum secara utuh.
Teknik penilaian seperti itu kurang memberikan informasi atau catatan yang
cukup tentang umpan balik untuk mendiagnosis atau untuk memodifikasi
pengalaman belajar.
74Agung
Haryono, “Authentic
Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam
Pengembangan Kemampuan Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009. h.1.
75 Ibid., h.3.
36
Konsekuensinya, guru hendaknya mengembangkan teknik penilaian yang
berbeda untuk mengukur jenis-jenis kompetensi yang beragam dari setiap tingkat
pencapaian hasil belajar. Hasil penilaian hendaknya dapat menghasilkan rujukan
terhadap pencapaian peserta didik dalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan), sehingga dapat menghasilkan profil
peserta didik secara utuh.
Dengan demikian, perlu diterapkan penilaian otentik dalam pembelajaran
biologi. Selain siswa dapat memahami konsep biologi dengan benar, juga dapat
mengetahui perkembangan belajar yang telah dilaluinya. Kegiatan pembelajaran
biologi selama pembelajaran akan berjalan lancar sehingga siswa tidak merasa
bingung. Siswa juga akan merasa senang dan tidak bosan karena dalam
pembelajarannya guru tidak menggunakan metode ceramah saja namun
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai profil penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah se-kota Bogor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014, dimulai
pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2013. Adapun tempat
penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah se-Kota Bogor.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar
yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah
ataupun rekayasa manusia.
Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan
pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.1
Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode survei digunakan
untuk melakukan penarikan kesimpulan secara umum dari sampel yang
ditentukan. Pada umumnya, penelitian survei menggunakan data yang relatif
banyak dan besar serta menghasilkan data kuantitatif yang menggambarkan secara
umum keadaan sampel yang diselidiki.2
Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mencari, mengumpulkan,
menggambarkan, dan menafsirkan data tentang penggunaan authentic assessment
dalam dokumen-dokumen penilaian yang disusun oleh guru biologi. Dokumen
yang terkumpul selanjutnya dianalisis kemudian diinterpretasikan.
C. Unit Analisis
Unit analisis berupa populasi dan sampel. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh guru biologi yang ada di Madrasah Aliyah se-Kota Bogor. Adapun
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. VII. h. 72.
2 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 102.
37
38
Madrasah Aliyah yang terdapat di Kota Bogor sebanyak 16 Madrasah Aliyah
yang terdiri dari 2 Madrasah Aliyah Negeri dan 14 Madrasah Aliyah Swasta.
Tabel 3.1
Daftar Nama Madrasah Aliyah dan Jumlah Guru Biologi di
Madrasah Aliyah Kota Bogor
No.
Nama MA
Jumlah Guru Biologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
MAN 1 Bogor
MAN 2 Bogor
MA PUI
MA Nur Tauhid
MA Mukaromah
MA Darul Ulum
MA Al Inayah
MA Persis 112
MA Arrohmah
MA Al Ghozaly
MA Al Haitsam
MA Al Falak
MA Nurul Ihya
MA Tarbiyathusibyan
MA Al Ahsan
MA Al Muhajirin
Jumlah
3 Orang
5 Orang
2 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
2 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
24 Orang
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semua guru biologi
yang ada di Madrasah Aliyah se-Kota Bogor. Jumlah keseluruhan guru biologi
MA yang ada di Kota Bogor adalah sebanyak 24 orang. Total sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu 8 orang guru biologi. Adapun dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purpossive
sampling, yaitu teknik yang dipakai apabila peneliti ingin menentukan sampel
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.3 Tujuannya yaitu untuk mengetahui profil
penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah
Aliyah se-kota Bogor.
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), h. 183.
39
D. Instrumen Penelitian
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
non tes dokumentasi berupa lembar daftar cek penilaian otentik dan angket
penilaian otentik. Selain itu, untuk menunjang data kesimpulan yang diharapkan
diakhir penelitian ini, digunakan instrumen non tes lain berupa wawancara dengan
guru biologi.
1. Dokumentasi
Berikut adalah lembar daftar cek penilaian otentik. Format daftar cek
disajikan dalam tabel berikut ini.
No.
Tabel 3.2
Format Lembar Daftar Cek Penilaian Otentik
Indikator
Keterangan
Ada
Contoh
Tidak Ada
1.
2.
3.
4.
Suatu instrumen dikatakan valid atau layak apabila instrumen tersebut
mampu mengungkapkan data dari variabel yang diinginkan. Pengujian kelayakan
lembar daftar cek penilaian otentik dilakukan dengan pertimbangan ahli (dalam
hal ini dosen pembimbing 1).
2. Angket
Penggunaan instrumen ini bertujuan agar kesimpulan yang dapat diperoleh
dari penelitian ini lebih lengkap dan detail dibandingkan jika hanya menggunakan
satu instrumen saja. Lembar angket yang digunakan dalam penelitian ini berisi
butir-butir pertanyaan untuk mengetahui informasi mengenai perencanaan,
implementasi, analisis, dan pelaporan mengenai pelaksanaan authentic assessment
yang telah dilakukan guru biologi. Sama seperti pada instrumen lembar daftar cek
penilaian otentik, pengujian kelayakan lembar angket untuk guru juga
40
menggunakan validitas isi dengan pertimbangan (judgment) ahli, dalam hal ini
dosen pembimbing 1.
3. Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
wawancara dengan bentuk semi structured. Semi structured dalam hal ini mulamula pewawancara menanyakan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian
memeperdalam satu per satu untuk mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan
demikian, jawaban yang diperoleh dapat meliputi semua variabel, dengan
keterangan yang lengkap dan menadalam.4
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini berisi butirbutir pertanyaan untuk mengetahui macam-macam authentic assessment yang
sering digunakan guru serta kendala-kendala apa saja yang ditemukan saat
menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran biologi. Sama seperti
pada instrumen lembar daftar cek penilaian otentik dan angket, pengujian
kelayakan pedoman wawancara untuk guru juga menggunakan validitas isi
dengan pertimbangan (judgment) ahli, dalam hal ini dosen pembimbing 1.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
non tes dokumentasi, angket, dan wawancara. Dalam hal ini yang akan peneliti
dokumentasikan adalah dokumen authentic assessment (penilaian otentik) yang
dibuat oleh guru biologi.
Adapun langkah-langkah atau prosedur dalam pengumpulan data yang
dilakukan terbagi menjadi tiga tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun instrumen penelitian berupa dafatr cek, angket, dan pedoman
wawancara.
4
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 175.
41
b. Meminta pertimbangan (judgement) instrumen penelitian kepada dosen
ahli dalam hal ini dosen pembimbing I kemudian diperbaiki berdasarkan
hasil judgement.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan survei ke Madrasah Aliyah di Kota Bogor untuk mengetahui
sekolah mana saja yang sudah menggunakan authentic assessment dalam
pembelajaran biologi.
b. Melakukan survei kembali kepada sekolah yang sudah menggunakan
authentic assessment, untuk
mendapatkan dokumen penilaian otentik
yang digunakan sekolah, kemudian menyebarkan angket dan wawancara
dengan guru.
c. Menganalisis kemunculan indikator-indikator pada setiap dokumen
penilaian otentik yang disusun oleh guru biologi.
3. Tahap Akhir
a. Menghitung persentase tingkat kesesuaian dokumen penilaian otentik yang
disusun oleh guru biologi.
b. Menggabungkan data hasil persentase dengan hasil angket dan wawancara.
c. Masing-masing hasil analisis dibuat deskriptif mengenai kesesuaian
penggunaan penilaian otentik dalam pembelajaran biologi. Deskripsi
tersebut selanjutnya dipaparkan
dalam
bentuk pembahasan hasil
penelitian, kemudian dibuat kesimpulan.
F. Teknik Analisis Data
Peneliti melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
1. Setelah seluruh data dikumpulkan maka dilakukan reduksi data. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada
hal-hal yang penting yang berkaitan.
2. Kedua, yaitu dengan display data (penyajian data) dengan menjumlahkan
kemunculan kategori indikator dari masing-masing penilaian otentik untuk
setiap dokumen penilaian yang dianalisis.
42
3. Menghitung persentase tingkat kesesuaian kemunculan indikator pada
dokumen penilaian otentik dengan menggunakan rumus deskriptif persentase
sebagai berikut:5
% Kesesuaian =
4. Data
hasil
x 100%
perhitungan
tingkat
kesesuaian
kemudian
direkapitulasi
berdasarkan kategori yang diadaptasi dari John Wilkinson dalam Hasbi
Anggana Putra sebagai berikut:6
< 40%
: Tidak Sesuai
40% - 75%
: Sesuai
> 75%
: Sangat Sesuai
5. Menghitung persentase hasil angket kemudian mengkategorikan nilai
persentase berdasarkan kategori sebagai berikut.7
No.
Tabel 3.3 Kategori Nilai Persentase
Persentase Batas Interval
Kategori Penilaian
1.
0 – 20%
Kurang Sekali
2.
21 – 40%
Kurang
3.
41 – 60%
Cukup
4.
61 – 80%
Baik
5.
81 – 100%
Sangat Baik
6. Selanjutnya, hasil dari display data serta perhitungan tingkat kesesuaian
kemudian data tersebut dideskripsikan dan dianalisis untuk memperoleh
5
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 266.
Hasbi Anggana Putra, “Analisis Penilaian Kinerja Pada Konsep Gerak Di Madrasah
Aliyah Kabupaten Karawang Berdasarkan Keterampilan Proses Sains”, Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 45, tidak dipublikasikan.
7 Arikunto, op.cit., h. 44.
6
43
jawaban dari pertanyaan penelitian. Berdasarkan hasil analisa tersebut
selanjutnya data diverifikasi dan ditarik kesimpulan.
G. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.8 Triangulasi
yang digunakan adalah triangulasi teknik, yaitu untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.9
Pada penelitian ini peneliti menggabungkan data yang diperoleh dari
dokumen penilaian otentik yang dibuat guru, hasil angket yang telah diisi oleh
guru, serta wawancara dengan guru, dalam rangka membantu peneliti dalam
meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh.
8
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 189.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 274.
9
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu kualitas dari jenis-jenis authentic
assessment masing-masing sekolah yang sudah diteliti dan deskripsi penggunaan
authentic assessment dalam pembelajaran biologi. Pada bagian pertama akan
dipaparkan temuan penelitian yang terdiri dari data informasi kepemilikan
dokumen authentic assessment di Madrasah Aliyah se-Kota Bogor, serta
kelengkapan penggunaan authentic assessment yang telah disusun guru dalam
melaksanakan authentic assessment di semester ganjil kelas X, XI IPA, dan XII
IPA Madrasah Aliyah se-Kota Bogor. Informasi tersebut dijaring dengan
menggunakan indikator pada rubrik authentic assessment. Pada bagian kedua,
akan dijelaskan mengenai gambaran temuan penelitian yang diperoleh.
A. Authentic Assessment di Madrasah Aliyah
1. Kepemilikan Dokumen Authentic Assessment di Madrasah Aliyah
Berdasarkan hasil survei terhadap 16 Madrasah Aliyah se-Kota Bogor,
diperoleh informasi mengenai data kepemilikan dokumen authentic assessment
Madrasah Aliyah se-Kota Bogor beserta implementasi penggunaan authentic
assessment oleh guru biologi. Berikut ini disajikan data kepemilikan dokumen
authentic assessment Madrasah Aliyah se-Kota Bogor beserta data jenis-jenis
authentic assessment yang digunakan oleh guru.
Tabel 4.1 Data Kepemilikan Dokumen Authentic Assessment
Madrasah Aliyah se-Kota Bogor
No.
Nama Sekolah
Memiliki dokumen
(MA)
authentic assessment

1.
MA A

2.
MA B
3.
MA C

4.
MA D
x
5.
MA E
x
6.
MA F
x
7.
MA G
x
8.
MA H
x
44
45
No.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Nama Sekolah
(MA)
MA I
MA J
MA K
MA L
MA M
MA N
MA O
MA P
Persentase (%)
Memiliki dokumen
authentic assessment
x


x
x
x
x
x
31.25
Keterangan:
MA
= Madrasah Aliyah
√
= Memiliki dokumen authentic assessment
x
= Tidak memiliki dokumen authentic assessment
Tabel 4.1 menunjukkan kurang dari separuh guru yakni (31.25%) yang
memiliki dokumen authentic assessment. Dengan demikian hanya terdapat 5
sekolah dari total 16 sekolah yang menjadi subjek penelitian yang telah memiliki
dokumen authentic assessment.
Jenis-jenis authentic assessment yang pernah dibuat oleh guru biologi
Madrasah Aliyah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2 Jenis-jenis Authentic Assessment
yang dibuat oleh guru biologi
No. Nama Sekolah
Kelengkapan Dokumen authentic assessment
Kinerja/Unjuk
Proyek
Portofolio Diskusi
Kerja

1.
MA A
x
x
x


2.
MA B
x
x

3.
MA C
x
x
x


4.
MA J
x
x


5.
MA K
x
x
Presentase (%)
100
0
0
60
Keterangan:
√
= Memiliki dokumen penilaian
x
= Tidak memiliki dokumen penilaian
Dari data tabel 4.2 diatas ternyata hanya dua jenis authentic assessment
yang dibuat oleh guru yaitu penilaian unjuk kerja dan penilaian diskusi. Hal ini
disebabkan karena authentic assessment baru dikenal secara teori dan konsep saja,
46
sehingga tidak semua guru mampu mengaplikasikannya ke dalam prosedur
penilaian kelas sehari-hari.
Dari hasil wawancara dengan guru juga, diperoleh informasi bahwa guru
merasa kesulitan dalam membuat skoring dan rubrik penilaiannya, terutama untuk
penilaian proyek dan penilaian portofolio. Guru juga belum mengetahui cara
membuat rubrik dan skoring yang benar dalam melaksanakan authentic
assessment sehingga format penilaiannya pun dibuat berdasarkan pengalaman dari
guru tersebut.1 Sehingga dokumen yang diperoleh peneliti pun hanya dokumen
penilaian unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi.
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Airasian dan Stiggins dalam Amy
Brualdi Timmins yaitu:
The benefit of performance class assessments are well documented.
However, some teachers are hesitant to implement them in their
classrooms. Commonly, this is because these teachers feel they don't know
enough about how to fairly assess a student's performance
(Airasian,1991). Another reason for reluctance in using performance class
assessments may be previous experiences with them when the execution
was unsuccessful or the results were inconclusive (Stiggins, 1994).2
Jika
diartikan,
didokumentasikan
akan
Manfaat
baik.
dari
penilaian
Namun,
beberapa
berbasis
guru
kelas
ragu-ragu
jika
untuk
menerapkannya di dalam kelas mereka. Umumnya, hal ini karena guru-guru ini
merasa tidak cukup tahu tentang bagaimana menilai kinerja siswa (Airasian,
1991). Alasan lain untuk keengganan dalam menggunakan penilaian berbasis
kelas mungkin pengalaman sebelumnya dengan mereka ketika eksekusi tidak
berhasil atau hasilnya tidak konklusif (Stiggins, 1994) .
Di dalam sebuah teori menyatakan bahwa penentuan kriteria dan format
penilaian pada portofolio disusun sebagai standar patokan untuk guru dalam
menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek yang
akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat tergantung pada
jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria aspek tersebut disusun
1
Hasil wawancara dengan beberapa guru biologi Madrasah Aliyah
Amy Brualdi Timmins, “Implementing Performance Assessment In The Classroom”,
Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 6, 2008, h. 1.
2
47
dalam sebuah format penilaian yang jelas.3 Sama halnya dengan penilaian proyek,
penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung investigasi harus selesai dalam
waktu tertentu. Investigasi dalam penugasan memuat beberapa tahapan, yaitu
perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Sedangkan
untuk aspek-aspek kriteria yang akan digunakan untuk menilai peserta didik
dalam penilaian proyek disesuaikan dengan standar kompetensi yang akan
dicapai.4
Dengan demikian, pembuatan format penilaian portofolio dan penilaian
proyek memang belum ada aturan yang khusus, tetapi guru diberikan kebebasan
untuk menyusunnya sendiri berdasarkan standar kompetensi dan acuan yang
sudah ditetapkan oleh guru tersebut dan berdasarkan kriteria-kriteria apa saja yang
harus dicapai oleh peserta didik.
2. Analisis Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja
Berikut ini disajikan data kemunculan indikator penilaian kinerja/unjuk
kerja pada dokumen/instrumen penilaian yang disusun guru dalam menilai peserta
didik kelas X, XI IPA, dan XII IPA di Madrasah Aliyah Kota Bogor. Masingmasing disajikan pada tabel berikut.
a. Analisis Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas X
Berikut ini disajikan tabel kemunculan indikator penilaian kinerja/unjuk
kerja kelas X yang telah dianalisis.
Tabel 4.3 Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja untuk
Setiap Dokumen/Instrumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas X
yang Dianalisis
No.
Indikator
Dokumen Penilaian
A
B
C
J
K
1.
Memuat kemampuan
x
x
x
x
√
mempersiapkan kegiatan unjuk kerja
yang dapat diamati
2.
Memuat kemampuan melaksanakan
3 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 204.
4 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), Cet. VI. h. 105.
Ʃ
1
48
No.
3.
4.
Indikator
kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati
Memuat kemampuan perintah
melaporkan hasil unjuk kerja
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja
Jumlah
A
x
Dokumen Penilaian
B
C
J
K
x
x
x
√
Ʃ
1
x
-
x
x
x
0
x
√
x
x
x
1
0
3
0
0
0
3
Keterangan:
x
= Tidak memiliki dokumen penilaian
√
= Indikator pada dokumen penilaian muncul
= Indikator pada dokumen penilaian tidak muncul
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa indikator penilaian
kinerja/unjuk kerja pada setiap dokumen penilaian kinerja kelas X yang dianalisis
menunjukkan jumlah kemunculan yang berbeda-beda. Untuk indikator 1, 2, dan 4
muncul pada dokumen penilaian kinerja B, sedangkan pada indikator 3 tidak
muncul. Dokumen penilaian yang diperoleh tertera pada lampiran 1.
Menurut catatan lapangan peneliti hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
guru dalam menyusun format penilaian kinerja/unjuk kerja tidak terlalu
memperhatikan hasil akhir berupa produk dari hasil kinerja peserta didik dalam
sebuah penilaian kinerja/unjuk kerja. Guru hanya menekankan pada penilaian
proses pelaksanaannya saja namun hasil akhir dari prosesnya tidak terlalu
diperhatikan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan
juga memang guru tersebut tidak memerintahkan peserta didiknya untuk membuat
laporan hasil unjuk kerja, tetapi guru hanya menilai kinerja peserta didik selama
kegiatan unjuk kerja berlangsung sedangkan hasil akhirnya yaitu guru melakukan
tanya jawab di kelas seputar kegiatan unjuk kerja yang telah dilaksanakan peserta
didik.
Kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum merupakan hal yang
penting karena peserta didik dituntut untuk dapat menghubungkan konsep yang
sudah ia pelajari dengan hasil pengamatan/eksperimen yang sudah dilakukan.
Peserta didik juga diharuskan agar mampu memberikan kesimpulan dari apa yang
49
sudah dikerjakannya. Sehingga nantinya diharapkan peserta didik mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini berkaitan dengan tiga kemampuan dalam IPA yang harus ada
menurut Depdiknas yaitu kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati,
kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi dan kemampuan untuk
menguji tindak lanjut hasil eksperimen, serta kemampuan untuk mengembangkan
sikap ilmiah.5 Hal ini berkaitan juga dengan keterampilan proses sains yang
menuntut peserta didik untuk dapat berinterpretasi, berprediksi, berhipotesis serta
menerapkan konsep pada situasi dan pengalaman baru.
Rekapitulasi persentase kesesuaian antara dokumen penilaian kinerja kelas
X yang dibuat guru dengan indikator penilaian kinerja penelitian diperoleh
berdasarkan data pada tabel 4.3. Rekapitulasi persentase kesesuaian ini merupakan
hasil perhitungan menggunakan rumus deskriptif persentase (tertera pada
lampiran 19). Rekapitulasi persentase kesesuaian pada dokumen penilaian
kinerja/unjuk kerja kelas X MA B yaitu 75% dengan kategori “sesuai”.
b. Analisis Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XI
Berikut ini disajikan tabel kemunculan indikator penilaian kinerja/unjuk
kerja kelas XI yang telah dianalisis.
Tabel 4.4 Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja untuk
Setiap Dokumen/Instrumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XI
No.
1.
2.
3.
Indikator
yang Dianalisis
Memuat kemampuan
mempersiapkan kegiatan unjuk kerja
yang dapat diamati
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati
Memuat kemampuan perintah
Ʃ
Dokumen Penilaian
A
B
C
J
K
-
x
x
√
√
2
√
x
x
√
√
3
√
x
x
√
√
3
5 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), Cet. 1, h. 47.
50
No.
4.
Indikator
melaporkan hasil unjuk kerja
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja
Jumlah
Ʃ
Dokumen Penilaian
A
B
C
J
K
-
x
x
√
√
2
2
0
0
4
4
10
Keterangan:
x
= Tidak memiliki dokumen penilaian
√
= Indikator pada dokumen penilaian muncul
= Indikator pada dokumen penilaian tidak muncul
Berdasarkan tabel 4.4 (dokumen penilaian yang diperoleh tertera pada
lampiran 2), dapat diketahui bahwa indikator penilaian kinerja/unjuk kerja pada
setiap dokumen penilaian kinerja kelas XI yang dianalisis menunjukkan jumlah
kemunculan yang berbeda-beda, meskipun ada yang menunjukkan jumlah yang
sama. Pada indikator 1 muncul pada dokumen penilaian J dan K sedangkan pada
dokumen penilaian kinerja A indikator tersebut tidak muncul. Untuk indikator 2
dan 3 muncul pada dokumen A, J, dan K. Kemudian pada indikator 4 muncul
pada dokumen penilaian kinerja J dan K, sedangkan pada dokumen A indikator
tersebut tidak muncul.
Menurut catatan lapangan peneliti, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
guru dalam menyusun format penilaian kinerja/unjuk kerja tidak terlalu
memperhatikan proses kinerja peserta didik dalam sebuah penilaian kinerja/unjuk
kerja. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan juga
guru menyatakan bahwa guru belum terlalu paham dengan authentic assessment
sehingga format penilaiannya pun dibuat berdasarkan pengalaman guru tersebut.
Sedangkan di dalam sebuah teori menyatakan bahwa dalam melakukan
proses penilaian unjuk kerja haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Identify the overall performance or task to be assessed.
2) List the important aspects of the performance or product.
3) Try to limit the number of performance criteria, so they can all be
observed during a pupil's performance.
4) Express the performance criteria in terms of observable pupil behaviors or
product characteristics.
51
5) Don't use ambiguous words that cloud the meaning of the performance
criteria.
6) Arrange the performance criteria in the order in which they are likely to be
observed.6
Jika diartikan, menurut Airasian dalam Amy Brualdi Timmins menyatakan
bahwa dalam melakukan proses penilaian unjuk kerja haruslah memperhatikan
hal-hal sebagai berikut.
1) Identifikasi keseluruhan penampilan atau tugas yang akan dinilai.
2) Mengurutkan aspek-aspek penting dari kinerja atau produk.
3) Membatasi jumlah kriteria kinerja agar semua kriteria keterampilan yang
ingin dinilai dapat diamati.
4) Mengungkapkan kriteria kinerja dalam hal perilaku murid yang dapat
diamati atau karakteristik dari suatu produk.
5) Tidak menggunakan kata-kata yang ambigu pada kriteria kinerja.
6) Mengatur kriteria kinerja dalam urutan yang dapat diamati.
Dengan demikian, jika guru sudah memperhatikan hal-hal tersebut maka
guru akan lebih mudah dalam menilai kinerja peserta didik dalam suatu
kompetensi tertentu.
Rekapitulasi persentase kesesuaian antara dokumen penilaian kinerja kelas
XI yang dibuat guru dengan indikator penilaian kinerja penelitian diperoleh
berdasarkan data pada tabel 4.4. Rekapitulasi persentase kesesuaian ini merupakan
hasil perhitungan menggunakan rumus deskriptif persentase (tertera pada
lampiran 19). Rekapitulasi persentase kesesuaian tersebut dapat dilihat pada tabel
4.5 di bawah ini.
Amy Brualdi Timmins, “Implementing Performance Assessment In The Classroom”,
6
Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 6, 2008, h. 3.
52
Tabel 4.5 Persentase Kesesuaian Dokumen
No.
Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XI
Tingkat Kesesuaian
Dokumen Penilaian Kinerja
Persentase
Kategori
Kesesuaian
1.
Dokumen Penilaian A
50 %
Sesuai
2.
Dokumen Penilaian J
100 %
Sangat Sesuai
3.
Dokumen Penilaian K
100 %
Sangat Sesuai
c. Analisis Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XII
Berikut ini disajikan tabel kemunculan indikator penilaian kinerja/unjuk
kerja kelas XII yang telah dianalisis.
Tabel 4.6 Kemunculan Indikator Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja untuk
Setiap Dokumen/Instrumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XII
No.
1.
2.
3.
4.
Indikator
yang Dianalisis
Memuat kemampuan
mempersiapkan kegiatan unjuk kerja
yang dapat diamati
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati
Memuat kemampuan melaporkan
hasil unjuk kerja
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja
Jumlah
Ʃ
Dokumen Penilaian
A
B
C
J
K
-
√
√
√
√
4
√
√
√
√
√
5
√
√
√
-
√
4
-
√
√
√
√
4
2
4
4
3
4
17
Keterangan:
√
= Indikator pada dokumen penilaian muncul
= Indikator pada dokumen penilaian tidak muncul
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa indikator penilaian
kinerja/unjuk kerja pada setiap dokumen penilaian kinerja kelas XII yang
dianalisis menunjukkan jumlah kemunculan yang berbeda-beda, meskipun ada
53
yang menunjukkan jumlah yang sama. Indikator 1 muncul pada keempat dokumen
penilaian kinerja B, C, J, dan K, sedangkan pada dokumen penilaian kinerja A
indikator tersebut tidak muncul. Pada indikator ke 2 muncul pada kelima
dokumen penilaian kinerja yakni dokumen penilaian kinerja A, B, C, J, dan K.
Kemudian untuk indikator ke 3 muncul pada dokumen penilaian kinerja A, B, C,
dan K, sedangkan pada dokumen penilaian kinerja J indikator tersebut tidak
muncul. Pada indikator ke 4 muncul pada keempat dokumen penilaian kinerja B,
C, J, dan K, sedangkan pada dokumen penilaian kinerja A indikator tersebut tidak
muncul. Dokumen penilaian yang diperoleh tertera pada lampiran 3.
Berdasarkan hasil analisa peneliti pada dokumen penilaian kinerja/unjuk
kerja yang telah dibuat oleh guru biologi kelas XII MA J ini, guru menekankan
peserta didiknya untuk mengisi lembar kegiatan prakikum peserta didik yang di
dalamnya terdapat tabel hasil pengamatan dan pertanyaan-pertanyaan yang harus
diisi oleh peserta didik. Dengan demikian dikarenakan adanya lembar kerja yang
harus diisi oleh peserta didik maka guru tersebut tidak memasukkan perintah
melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum di akhir pelaksanaan penilaian
kinerja/unjuk kerja.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan guru yang
bersangkutan, guru menyatakan bahwa guru memang tidak memerintahkan
peserta didiknya untuk membuat laporan hasil unjuk kerja. Sebagai gantinya guru
memerintahkan peserta didik untuk mengisi tabel hasil pengamatan pada LKS
yang sudah dipersiapkan oleh guru.
Rekapitulasi persentase kesesuaian antara dokumen penilaian kinerja kelas
XII yang dibuat guru dengan indikator penilaian kinerja penelitian diperoleh
berdasarkan data pada tabel 4.6. Rekapitulasi persentase kesesuaian ini merupakan
hasil perhitungan menggunakan rumus deskriptif persentase (tertera pada
lampiran 19). Rekapitulasi persentase kesesuaian tersebut dapat dilihat pada tabel
4.7 di bawah ini.
54
Tabel 4.7 Persentase Kesesuaian Dokumen
Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas XII
Tingkat Kesesuaian
Dokumen Penilaian Kinerja
Persentase
Kategori
No.
Kesesuaian
1.
Dokumen Penilaian A
50 %
Sesuai
2.
Dokumen Penilaian B
100 %
Sangat Sesuai
3.
Dokumen Penilaian C
100 %
Sangat Sesuai
4.
Dokumen Penilaian J
75 %
Sesuai
5.
Dokumen Penilaian K
100 %
Sangat Sesuai
3. Analisis Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi
Berbeda dengan dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang telah
diperoleh peneliti, yakni dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja terdapat pada
semua jenjang kelas yaitu kelas X, XI, dan XII, sedangkan pada dokumen
penilaian diskusi/presentasi hanya diperoleh dokumen diskusi/presentasi yang
dibuat oleh guru kelas XII. Dari dokumen penilaian diskusi/presentasi yang telah
diperoleh peneliti pun hanya terdapat pada tiga sekolah.
Berikut disajikan tabel kemunculan indikator penilaian diskusi/presentasi
kelas XII pada tiga sekolah yang telah dianalisis.
Tabel 4.8 Kemunculan Indikator Penilaian Diskusi/Presentasi untuk Setiap
Dokumen/Instrumen Penilaian Diskusi/Presentasi yang Dianalisis
No.
Indikator
Dokumen Penilaian
1.
2.
3.
Memuat kemampuan menyampaikan
dan menyajikan informasi penting
serta gambaran besar dalam materi
pembelajaran
Memuat kemampuan berpendapat,
bertanya, dan menjawab pertanyaan
Memuat kemampuan penguasaan
audiens
B
J
K
Ʃ
-
√
√
2
√
√
√
3
√
√
√
3
55
No.
4.
Indikator
Dokumen Penilaian
B
J
K
Ʃ
Memuat kemampuan berbicara
-
√
-
1
Jumlah
2
4
3
9
Keterangan:
√
= Indikator pada dokumen penilaian muncul
= Indikator pada dokumen penilaian tidak muncul
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa indikator penilaian
diskusi/presentasi pada setiap dokumen penilaian diskusi/presentasi yang
dianalisis menunjukkan jumlah kemunculan yang berbeda-beda. Indikator 1
muncul pada dokumen penilaian diskusi/presentasi J dan K, sedangkan pada
dokumen penilaian diskusi/presentasi B indikator tersebut tidak muncul.
Dokumen penilaian yang diperoleh tertera pada lampiran 4.
Hal demikian dikarenakan guru dalam membuat format penilaian
diskusi/presentasi hanya menekankan pada keterlibatan aktif peserta didik dan
kemampuan mengemukakan pendapat saja sehingga kemampuan menyampaikan
dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam materi
pembelajaran tidak termasuk ke dalam kriteria penilaian diskusi/presentasi.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan, hal
demikian terjadi karena indikator yang selanjutnya sudah dapat mewakili
indikator ini sehingga indikator ini tidak dimasukkan ke dalam kriteria penilaian
diskusi/presentasi MA B.
Menurut Rudner L.M, mengatakan bahwa “preparing a presentation is
much like preparing any other assignment, it needs to be planned, researched and
written before it is delivered like a organise your material, write a draft and the
amount of information you can include.”7 Jika diartikan, mempersiapkan
presentasi adalah seperti mempersiapkan tugas lainnya, perlu direncanakan,
diteliti, dan ditulis sebelum disampaikan seperti mengatur sebuah materi, menulis
draft, dan mengatur informasi yang akan disertakan.
Rudner L.M, “Oral Presentations for Tutorials & Seminars”, Paper in The Learning
Centre, The University of New South Wales, 2010, h. 1.
7
56
Pada indikator ke 2 dan 3 muncul pada ketiga dokumen penilaian
diskusi/presentasi B, J, dan K. Kemudian pada indikator ke 4 hanya muncul pada
dokumen penilaian diskusi/presentasi J, sedangkan pada dokumen penilaian
diskusi/presentasi B dan K indikator tersebut tidak muncul.
Berdasarkan sebuah teori, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mempersiapkan sebuah presentasi yaitu,
The first one deals with preparation and planning, the most important
stage. The second one deals with the structure of the speech and necessary
language. The third speaks about visuals and how to make the best use of
them. The fourth discusses how to create interest and estabilish and
maintain a relationship with the audience. The fifth deals with body
language and finally the sixth contains a few comments on using the voice
and correct pronounciation.8
Jika diartikan, Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan
sebuah presentasi yaitu, pertama berkaitan dengan persiapan dan perencanaan, ini
merupakan tahap yang paling penting. Kedua, berhubungan dengan struktur bicara
dan bahasa yang diperlukan. Ketiga, berbicara tentang visual dan bagaimana
membuat penggunaan yang terbaik. Keempat, membahas cara membuat,
membangun, dan mempertahankan hubungan dengan penonton. Kelima, bahasa
tubuh dan yang terakhir keenam berisi beberapa komentar dalam menggunakan
suara dan pengucapan yang benar.
Indikator
ini
hanya
muncul
pada
satu
dokumen
penilaian
diskusi/presentasi MA J saja. Dengan demikian berarti pada indikator ini guru
sebagian besar belum menggunakan indikator tersebut dalam penilaian
diskusi/presentasi peserta didik.
Rekapitulasi
persentase
kesesuaian
antara
dokumen
penilaian
diskusi/presentasi yang dibuat guru dengan indikator penilaian diskusi/presentasi
penelitian diperoleh berdasarkan data pada tabel 4.8. Rekapitulasi persentase
kesesuaian ini merupakan hasil perhitungan menggunakan rumus deskriptif
persentase (tertera pada lampiran 19). Rekapitulasi persentase kesesuaian tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.
8
Carl Storz, “Oral Presentation Skills A Practical Guide”, Paper in Institute National De
Telecommunications, Evry France, 2009, h. 1.
57
Tabel 4.9 Persentase Kesesuaian Dokumen
Penilaian Diskusi/Presentasi
Tingkat Kesesuaian
Dokumen Penilaian Kinerja
Persentase
Kategori
No.
Kesesuaian
1.
Dokumen Penilaian B
50 %
Sesuai
2.
Dokumen Penilaian J
100 %
Sangat Sesuai
3.
Dokumen Penilaian K
75 %
Sesuai
Berdasarkan data analisis yang telah diperoleh maka dapat diambil
kesimpulan pada grafik yang tersaji di bawah ini.
1) Kemunculan
Indikator
Penilaian
Kinerja/Unjuk
Kerja
untuk
Setiap
Dokumen/Instrumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas X, XI, dan XII dari
setiap sekolah.
1
Memuat kemampuan
mempersiapkan
kegiatan unjuk kerja
yang dapat diamati
Memuat kemampuan
melaksanakan kegiatan
unjuk kerja yang dapat
diamati
Memuat kemampuan
melaporkan hasil unjuk
kerja
Memuat petunjuk
penilaian unjuk kerja
0
A B C
X
J K A B C
XI
J K A B C
J K
XII
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa indikator yang paling banyak
muncul dari setiap dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja A, B, C, J, dan K yaitu
indikator ke 2 (garis berwarna hijau) yakni memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat diamati, dengan jumlah total 9 yang muncul dari
seluruh dokumen kelas X, XI, dan XII pada masing-masing dokumen penilaian A,
58
B, C, J, dan K. Sedangkan pada indikator ke 1, 3, dan 4 (garis berwarna biru tua,
biru muda, dan orange),
jumlah kemunculan indikator sebanyak 7 dari total
seluruh dokumen kelas X, XI, dan XII pada masing-masing dokumen penilaian A,
B, C, J, dan K.
2) Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Kelas X, XI,
dan XII dari setiap sekolah.
100%
80%
60%
X
40%
XI
XII
20%
0%
Dokumen
Penilaian
Kinerja A
Dokumen
Penilaian
Kinerja B
Dokumen
Penilaian
Kinerja C
Dokumen
Penilaian
Kinerja J
Dokumen
Penilaian
Kinerja K
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa pada dokumen penilaian MA A
persentase kesesuaian dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XI diperoleh
sebesar 50% dengan kategori sesuai, begitu juga dengan dokumen penilaian
kinerja/unjuk kerja kelas XII diperoleh persentase kesesuaian sebesar 50% dengan
kategori sesuai. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA B kelas X
diperoleh persentase kesesuaian sebesar 75% dengan kategori sesuai sedangkan
pada dokumen penilaian kelas XII diperoleh persentase kesesuaian sebesar 100%
dengan kategori sangat sesuai. Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA C
kelas XII diperoleh persentase kesesuaian sebesar 100% dengan kategori sangat
sesuai. Pada dokumen penilaian MA J persentase kesesuaian dokumen penilaian
kinerja/unjuk kerja kelas XI diperoleh sebesar 100% dengan kategori sangat
sesuai sedangkan pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XII diperoleh
persentase kesesuaian sebesar 75% dengan kategori sesuai. Pada dokumen
59
penilaian MA K baik kelas XI maupun kelas XII diperoleh persentase kesesuaian
sebesar 100% dengan kategori sangat sesuai.
3) Kemunculan
Indikator
Penilaian
Diskusi/Presentasi
untuk
Setiap
Dokumen/Instrumen Penilaian Diskusi/Presentasi yang Dianalisis
1
Memuat kemampuan
menyampaikan dan menyajikan
informasi penting serta
gambaran besar dalam materi
pembelajaran
Memuat kemampuan
berpendapat, bertanya, dan
menjawab pertanyaan
Memuat kemampuan
penguasaan audiens
Memuat kemampuan berbicara
0
B
J
K
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa indikator yang paling banyak
muncul dari setiap dokumen penilaian diskusi/persentasi B, J, dan K yaitu
indikator ke 2 dan 3 (garis berwarna hijau dan biru muda). Indikator tersebut
muncul di ketiga dokumen penilaian B, J, dan K. Sedangkan pada indikator ke 1
(garis berwarna biru tua) muncul di dokumen penilaian J dan K. Dan pada
indikator ke 4 (garis berwarna orange) hanya muncul pada dokumen penilaian J.
Dengan demikian dokumen penilaian J sudah lengkap yakni seluruh indikator
pada penilaian diskusi/presentasi muncul di dokumen penilaian J.
60
4) Persentase Kesesuaian Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi
Persentase Kesesuaian
100%
80%
60%
Persentase
Kesesuaian
40%
20%
0%
Dokumen
Penilaian B
Dokumen
Penilaian J
Dokumen
Penilaian K
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa pada dokumen penilaian
diskusi/presentasi MA J persentase kesesuaian dokumen penilaian diperoleh
sebesar 100% dengan kategori sangat sesuai. Sedangkan pada dokumen penilaian
MA K diperoleh persentase kesesuaian sebesar 75% dengan kategori sesuai.
Namun pada dokumen penilaian MA B diperoleh persentase kesesuaian sebesar
50% dengan kategori sesuai.
4. Data Hasil Angket
Adapun hasil angket mengenai penggunaan authentic assessment dalam
pembelajaran biologi berdasarkan persentase dari setiap indikator adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.11 Persentase angket authentic assessment
Indikator
dalam pembelajaran biologi
Persentase
Pengetahuan authentic
assessment
Perencanaan authentic
assessment
Implementasi authentic
assessment
x 100%
Kategori
Baik
= 71,25 %
x 100%
Baik
= 64 %
x 100%
= 71,25 %
Baik
61
Indikator
Persentase
Pelaporan hasil
= 82,5 %
Rata-rata
72,25 %
hasil
Sangat Baik
x 100%
authentic assessment
Berdasarkan
Kategori
angket
mengenai
Baik
authentic
assessment
dalam
pembelajaran biologi, diperoleh persentase pada indikator yang pertama yaitu
71,25% dengan kategori baik, indikator kedua yaitu 64% dengan kategori baik,
indikator ketiga yaitu 71,25% dengan kategori baik, dan indikator keempat yaitu
82,5% dengan kategori sangat baik. Dengan demikian diperoleh rata-rata dari
keempat indikator tersebut yaitu 72,25%. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah
Aliyah Kota Bogor yaitu berkategori “baik”.
B. Penggunaan Authentic Assessment Dalam Pembelajaran Biologi
Penelitian terhadap 16 Madrasah Aliyah di Kota Bogor ditemukan bahwa
31,25% atau sebanyak 5 sekolah yang telah memiliki dokumen penilain otentik.
Data tersebut menunjukkan bahwa hanya ada sebagian kecil sekolah yang sudah
menggunakan penilaian otentik, namun masih lebih banyak yang belum
melaksanakannya.
Penilaian otentik baru dikenal secara teori dan konsep, sehingga tidak
semua guru mampu mengaplikasikannya ke dalam prosedur penilaian kelas
sehari-hari. Menurut catatan lapangan peneliti, hal ini diduga dapat terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
1) guru lebih memfokuskan peserta didik pada penilaian kognitif dengan
memberikan peserta didik soal-soal latihan;
2) keterampilan para guru yang kurang dalam melakukan penilaian berbasis
kelas;
3) beberapa guru biologi bukan berlatar sarjana pendidikan, sehingga belum
mengerti sistem evaluasi pendidikan;
4) beberapa guru mengajar tidak sesuai dengan bidang studi keahliannya;
62
5) sarana dan prasarana untuk kegiatan praktikum terbatas, bahkan ada sekolah
yang belum memiliki laboratorium;
Dari hasil pengumpulan
dokumen penilaian otentik
yang telah
dikumpulkan oleh peneliti, ditemukan bahwa dari keempat macam penilaian
otentik yang seharusnya ada yaitu penilaian kinerja/unjuk kerja, penilaian proyek,
penilaian portofoilo, dan penilaian diskusi, ternyata dalam dokumen yang telah
dikumpulkan hanya terdapat dua macam penilaian otentik yaitu penilaian
kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan para guru, hal demikian
dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut.9
1) Guru merasa kesulitan dalam membuat skoring dan rubrik penilaiannya.
2) Membutuhkan waku yang lama dalam pelaksanaan penilaian proyek dan
portofolio, sehingga
guru
enggan
untuk
mengaplikasikannya dalam
pelaksanaan authentic assessment.
3) Guru belum mengetahui cara membuat rubrik dan skoring yang benar.
4) Keterbatasan tenaga dan waktu, sehingga guru memilih penilaian yang mudah
dilakukan.
5) Menyesuaikan dengan SK dan KD karena tidak semua materi biologi dapat
dilakukan authentic assessment.
6) Guru belum terlalu paham dengan authentic assessment sehingga format
penilaiannya pun dibuat berdasarkan pengalaman guru tersebut.
7) Guru tidak paham dengan pembuatan skoring dan rubrik untuk penilaian
proyek dan portofolio.
Sedangkan dalam sebuah teori menyatakan bahwa penentuan kriteria dan
format penilaian pada portofolio disusun sebagai standar patokan untuk guru
dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek
yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat tergantung
pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria aspek tersebut
9
Hasil wawancara dengan guru biologi Madrasah Aliyah
63
disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas.10 Sama halnya dengan
penilaian proyek, penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung investigasi
harus selesai dalam waktu tertentu. Investigasi dalam penugasan memuat
beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan
penyajian data. Sedangkan untuk aspek-aspek kriteria yang akan digunakan untuk
menilai peserta didik dalam penilaian proyek disesuaikan dengan standar
kompetensi yang akan dicapai.11
Dengan demikian, pembuatan format penilaian portofolio dan penilaian
proyek memang belum ada format yang baku, tetapi guru diberikan kebebasan
untuk menyusunnya sendiri berdasarkan standar kompetensi dan acuan yang
sudah ditetapkan oleh guru tersebut.
Berdasarkan hasil pengecekan peneliti dari dokumen yang telah
dikumpulkan, diperoleh informasi bahwa dari lima sekolah telah menunjukkan
bahwa kelengkapan dokumen authentic assessment pada penilaian kinerja/unjuk
kerja sudah 100% dimiliki oleh setiap sekolah. Sedangkan pada penilaian diskusi
hanya 60% atau tiga sekolah yang sudah memiliki dokumen penilaian diskusi.
Namun pada penilaian proyek dan portofolio tidak ada satu pun sekolah yang
memiliki dan menggunakan penilaian tersebut dalam pelaksanaan authentic
assessment
Oleh karena itu analisis yang dilakukan oleh peneliti hanya kepada dua
dokumen penilaian otentik yaitu penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian
diskusi/presentasi. Analisis yang dilakukan pada dokumen penilaian otentik kelas
X, XI IPA, dan XII IPA yang dibuat oleh guru menggunakan rubrik penilaian
dokumen unjuk kerja dan rubrik penilaian dokumen diskusi/presentasi. Terdapat
empat indikator yang dijaring dalam lembar daftar cek penilaian kinerja/unjuk
kerja berdasarkan aspek-aspek pada penilaian kinerja/unjuk kerja dan terdapat
empat indikator pula dalam lembar daftar cek penilaian diskusi/presentasi
berdasarkan pada aspek-aspek penilaian diskusi/presentasi. Pembahasan mengenai
10
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 204.
11 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), Cet. VI. h. 105.
64
masing-masing indikator penilaian dokumen kinerja/unjuk kerja dan penilaian
dokumen diskusi/presentasi adalah sebagai berikut.
1. Penilaian Dokumen Kinerja/Unjuk Kerja
Berikut dijelaskan berdasarkan indikator penilaian dokumen kinerja/unjuk
kerja.
a. Memuat Kemampuan Mempersiapkan Kegiatan Kinerja/Unjuk Kerja
Yang Dapat Diamati.
Kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja dalam suatu praktikum itu
memang sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan berhasil atau tidaknya suatu
percobaan yang akan dipraktikkan dapat dilihat dari persiapan yang dilakukan
oleh seorang praktikan. Mengingat sains juga sangat mengutamakan keselamatan
kerja, maka persiapan sebelum melakukan praktikum harus dilakukan.
Dengan memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja/unjuk kerja,
maka seorang guru telah menentukan salah satu aspek penting dalam sebuah
kegiatan pelaksanaan penilaian kinerja/unjuk kerja. Dengan demikian peserta
didik dapat dengan mudah mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang akan
digunakan dalam praktikum.
Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XI dan XII MA A,
indikator ini yakni memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja/unjuk
kerja yang dapat diamati tidak muncul (Lihat lampiran 2.1 dan 3.1). Menurut
catatan lapangan peneliti, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan guru dalam
menyusun format penilaian kinerja/unjuk kerja tidak terlalu memperhatikan
proses kinerja peserta didik dalam sebuah penilaian kinerja/unjuk kerja. Hal
demikian dapat terlihat pula dalam dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA A
yang terlihat tidak lengkap. Di dalamnya tidak terdapat langkah-langkah kinerja
yang dapat diamati secara detail yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta
didik dan tidak terdapat kemampuan-kemampuan yang diurutkan berdasarkan
urutan yang akan diamati. Sedangkan menurut Airasian dalam Amy Brualdi
menyatakan bahwa dalam melakukan proses penilaian unjuk kerja haruslah
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Identify the overall performance or task to be assessed.
65
2) List the important aspects of the performance or product.
3) Try to limit the number of performance criteria, so they can all be
observed during a pupil's performance.
4) Express the performance criteria in terms of observable pupil behaviors or
product characteristics.
5) Don't use ambiguous words that cloud the meaning of the performance
criteria.
6) Arrange the performance criteria in the order in which they are likely to
be observed.12
Jika diartikan, menurut Airasian dalam Amy Brualdi Timmins menyatakan
bahwa dalam melakukan proses penilaian unjuk kerja haruslah memperhatikan
hal-hal sebagai berikut.
1) Identifikasi keseluruhan penampilan atau tugas yang akan dinilai.
2) Mengurutkan aspek-aspek penting dari kinerja atau produk.
3) Membatasi jumlah kriteria kinerja agar semua kriteria keterampilan yang
ingin dinilai dapat diamati.
4) Mengungkapkan kriteria kinerja dalam hal perilaku murid yang dapat diamati
atau karakteristik dari suatu produk.
5) Tidak menggunakan kata-kata yang ambigu pada kriteria kinerja.
6) Mengatur kriteria kinerja dalam urutan yang dapat diamati.
Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas X, XI dan XII di MA B,
C , J, dan K indikator memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja/unjuk
kerja yang dapat diamati sudah muncul. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar guru dalam membuat instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja sudah
menggunakan indikator dalam instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang
memuat kemampuan mempersiapkan kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat
diamati untuk dilaksanakan oleh peserta didik.
Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan mempersiapkan
kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat diamati dalam dokumen/instrumen
penilaian yang disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor
diantaranya sebagai berikut.
12
Amy Brualdi Timmins, Implementing Performance Assessment In The Classroom,
Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 6, 2008, h. 3.
66
1) Persiapan alat dan bahan.
2) Mempersiapkan alat yang akan digunakan.
3) Mempersiapkan bahan yang akan diamati.
4) Membaca modul percobaan .
5) Mengecek kesesuaian alat dan bahan.
b. Memuat Kemampuan Melaksanakan Kegiatan Kinerja/Unjuk Kerja
Yang Dapat Diamati.
Kemampuan melaksanakan kegiatan kinerja/unjuk kerja sangat diperlukan
saat berlangsungnya kegiatan praktikum. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran
IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar dapat memahami dan menjelajahi alam sekitar secara ilmiah
sehingga nantinya dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai apa yang telah ia temukan.
Hakikat IPA menurut Depdiknas terdiri dari empat unsur yaitu sikap,
proses, produk, dan aplikasi, dimana keempat unsur tersebut tidak dapat
dipisahkan satu sama lain karena merupakan ciri IPA secara utuh.13 Oleh karena
itu, dalam menentukan instrumen penilaian kinerja yang baik, guru senantiasa
harus mampu menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang situasi, kondisi,
dan karakteristik peserta didik. Hal demikian penting karena apabila guru mampu
memahami karakteristik peserta didik maka guru akan mampu memperkirakan
dengan baik apakah aktivitas dalam tugas kinerja yang telah dibuat itu akan
mampu dijalankan dan diselesaikan oleh peserta didik dengan baik atau tidak.
Indikator memuat kemampuan melaksanakan kegiatan kinerja/unjuk kerja
yang dapat diamati ini sudah muncul pada semua dokumen penilaian
kinerja/unjuk kerja yang telah dibuat oleh guru biologi kelas X, XI, dan XII MA
A, B, C, J, dan K (Lihat lampiran 1,2, dan 3). Hal ini menunjukkan bahwa sudah
semua guru dalam membuat instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja sudah
sebagian besar menggunakan indikator dalam instrumen penilaian kinerja/unjuk
13 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), Cet. 1, h. 46.
67
kerja yang memuat kemampuan melaksanakan kegiatan kinerja/unjuk kerja yang
dapat diamati untuk dilaksanakan oleh peserta didik.
Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan kinerja/unjuk kerja yang dapat diamati dalam dokumen/instrumen
penilaian yang disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor
diantaranya sebagai berikut.
1) Keterampilan penggunaan alat.
2) Inisiatif dalam bekerja.
3) Melaksanakan praktikum secara bekerja sama.
4) Melaksanakan pengamatan sesuai prosedur pada modul.
5) Membuat ekstrak hati ayam sesuai prosedur kerja.
c. Memuat
Kemampuan
Perintah
Melaporkan
Hasil
Unjuk
Kerja/Praktikum.
Kemampuan melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum merupakan hal yang
penting karena peserta didik dituntut untuk dapat menghubungkan konsep yang
sudah ia pelajari dengan hasil pengamatan/eksperimen yang sudah dilakukan.
Peserta didik juga diharuskan agar mampu memberikan kesimpulan dari apa yang
sudah dikerjakannya. Sehingga nantinya peserta didik diharapkan mampu
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini berkaitan dengan tiga kemampuan dalam IPA yang harus ada
menurut Depdiknas yaitu kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati,
kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi dan kemampuan untuk
menguji tindak lanjut hasil eksperimen, serta kemampuan untuk mengembangkan
sikap ilmiah.14 Hal ini berkaitan juga dengan keterampilan proses sains yang
menuntut peserta didik untuk dapat berinterpretasi, berprediksi, berhipotesis serta
menerapkan konsep pada situasi dan pengalaman baru.
Indikator
memuat
kemampuan
perintah
melaporkan
hasil
unjuk
kerja/praktikum ini tidak muncul pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja
yang dibuat oleh guru biologi kelas X MA B (Lihat lampiran 1). Menurut catatan
14
Ibid., h. 47
68
lapangan peneliti hal tersebut dapat terjadi dikarenakan guru dalam menyusun
format penilaian kinerja/unjuk kerja tidak terlalu memperhatikan hasil akhir
berupa produk dari hasil kinerja peserta didik dalam sebuah penilaian
kinerja/unjuk
kerja.
Guru
hanya
menekankan
pada
penilaian
proses
pelaksanaannya saja namun hasil akhir dari prosesnya tidak terlalu diperhatikan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan
juga memang guru tersebut tidak memerintahkan peserta didiknya untuk membuat
laporan hasil unjuk kerja, tetapi guru hanya menilai kinerja peserta didik selama
kegiatan unjuk kerja berlangsung sedangkan hasil akhirnya yaitu guru melakukan
tanya jawab di kelas seputar kegiatan unjuk kerja yang telah dilaksanakan peserta
didik.
Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XII MA J, indikator
memuat kemampuan perintah melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum ini pun
tidak muncul (Lihat lampiran 3.4). Berdasarkan hasil analisa peneliti pada
dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang telah dibuat oleh guru biologi kelas
XII MA J ini, guru menekankan peserta didiknya untuk mengisi lembar kegiatan
prakikum peserta didik yang di dalamnya terdapat tabel hasil pengamatan dan
pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh peserta didik. Dengan demikian
dikarenakan adanya lembar kerja yang harus diisi oleh peserta didik maka guru
tersebut tidak memasukkan perintah melaporkan hasil unjuk kerja/praktikum di
akhir pelaksanaan penilaian kinerja/unjuk kerja.
Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA kelas XI dan XII kecuali
MA J, secara keseluruhan indikator ini sudah muncul pada setiap dokumen
penilaian kinerja/unjuk kerja yang telah dibuat oleh guru biologi. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir semua guru biologi dalam membuat instrumen
penilaian kinerja/unjuk kerja sudah sebagian besar menggunakan indikator dalam
instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang memuat kemampuan melaporkan
hasil unjuk kerja/praktikum.
Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan melaporkan hasil
unjuk kerja/praktikum dalam dokumen/instrumen penilaian yang disusun oleh
guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor diantaranya sebagai berikut.
69
1) Ketepatan pengumpulan laporan praktikum.
2) Kelengkapan laporan.
3) Ketepatan pembahasan masalah.
4) Ketepatan pengambilan kesimpulan.
5) Membuat laporan hasil pengamatan individu sementara.
d. Memuat Petunjuk Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja.
Sebelum melakukan proses penilaian, terlebih dahulu seorang guru
hendaknya merancang format penilaian yang akan digunakan untuk menilai
peserta didik dalam suatu kompetensi tertentu. Di dalam penilaian kinerja terdapat
dua hal yang harus ada yaitu tugas atau latihan unjuk kerja dan panduan
penskoran. Panduan penskoran dapat memberikan nilai berupa poin untuk
gambaran spesifik dari sebuah unjuk kerja atau produk yang ada sehingga
nantinya tingkat kualitas kemampuan peserta didik dapat tergambarkan dengan
jelas.
Berbeda dengan bentuk tes konvensional, penilaian kinerja tidak
mempunyai jawaban yang tegas seperti benar atau salah, melainkan berupa derajat
keberhasilan atau ketidakberhasilan. Maka dari itu, guru harus menilai unjuk kerja
sedemikian rupa sehingga semua derajat yang bermacam-macam dapat
dipertimbangkan. Hal demikian dapat diperoleh dengan menciptakan suatu
rubrik.15
Menurut Barbara M. Moskal, menyatakan bahwa “scoring rubrics are one
method that may be used to evaluate students performance assessments. Two
types of performance assessments are frequently discussed in the literature:
analytic and holistic.”16 Jika diartikan, menurut Barbara M. Moskal skoring rubrik
adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi penilaian
15
Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 131.
16
Barbara M. Moskal, “Recommendations for Developing Classroom Performance
Assessments and Scoring Rubrics”, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 8,
2009, h. 4.
70
kinerja siswa. Adapun dua jenis penilaian kinerja yang sering digunakan
berdasarkan literatur yaitu rubrik analitik dan rubrik holistik.
Dalam pelaksanaan penilaian otentik, membuat format penilaian untuk
berbagai macam penilain harus dilakukan karena agar nantinya guru dapat dengan
mudah menilai peserta didik dan dapat mendokumentasikan hasil dari kinerja
peserta didiknya dengan baik. Petunjuk/pedoman suatu penilaian kinerja/unjuk
kerja sebaiknya mampu menjelaskan apa yang harus dilakukan peserta didik dan
menggambarkan suatu produk atau performansi yang akan peserta didik
selesaikan. Dengan demikian peserta didik dapat mengetahui kemampuankemampuannya dalam melaksanakan suatu kinerja.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Amy Brualdi Timmins yang
menyatakan bahwa “having clearly defined criteria will make it easier for you to
remain objective during the assessment. If students were already involved in the
process of determining the criteria, this will help students know exactly what is
expected of them.”17 Jika diartikan, menurut Amy Brualdi Timmins yaitu dengan
memiliki kriteria yang jelas akan membuat lebih mudah bagi kita untuk tetap
objektif dalam penilaian. Jika siswa terlibat dalam proses penentuan suatu kriteria,
hal ini akan membantu siswa tahu persis apa yang diharapkan dari mereka.
Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas XI dan XII MA A,
indikator ini yakni memuat petunjuk penilaian kinerja/unjuk kerja tidak muncul
(Lihat lampiran 2.1 dan 3.1). Berdasarkan analisa peneliti, teknik penilaian pada
dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja MA A tidak terdapat poin-poin atau skor
nilai yang dituliskan pada lembar penilaian. Dalam dokumen hanya dituliskan
keterangan kriteria penilaian kinerja/unjuk kerjanya saja tetapi skor dari kriteria
penilaian tersebut tidak dicantumkan. Menurut hasil wawancara peneliti dengan
guru yang bersangkutan, hal tersebut terjadi karena guru belum sepenuhnya
paham dan mengerti dalam menyusun instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja
terutama dalam hal penskorannya. Berdasarkan hasil wawancara juga, guru masih
Amy Brualdi Timmins, “Implementing Performance Assessment In The Classroom”,
Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, 6, 2008, h. 3.
17
71
kesulitan dalam menciptakan sebuah rubrik penilaian kinerja/unjuk kerja dalam
suatu kompetensi tertentu.18
Dalam sebuah teori menyatakan bahwa salah satu prinsip-prinsip umum
dalam penilaian otentik yaitu penilaian harus menggunakan berbagai ukuran,
metoda, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman
belajar. Penilaian juga harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran.19 Dengan demikian seharusnya guru harus sudah mampu
membuat kriteria dan penskoran yang jelas untuk menilai peserta didik dalam
suatu penilaian kinerja/unjuk kerja.
Pada dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja kelas X, XI dan XII di MA B,
C, J, dan K indikator memuat petunjuk penilaian kinerja/unjuk kerja ini sudah
muncul. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru biologi dalam
melaksanakan
penilaian
kinerja/unjuk
kerja
sudah
membuat
rubrik/instrumen/format penilaian kinerja/unjuk kerja yang akan digunakan untuk
menilai kinerja peserta didik dalam suatu kompetensi tertentu.
2. Penilaian Dokumen Diskusi/Presentasi
Berikut
dijelaskan
berdasarkan
indikator
penilaian
dokumen
diskusi/presentasi
a. Memuat Kemampuan Menyampaikan dan Menyajikan Informasi
Penting serta Gambaran Besar dalam Materi Pembelajaran.
Penguasaan materi atau suatu pokok bahasan tertentu sangat penting
dikuasai oleh seorang peserta didik yang akan melakukan diskusi/presentasi.
Penguasaan teori-teori fakta prinsip maupun hukum dalam suatu materi
IPA/Biologi harus senantiasa dikuasai oleh peserta didik. Sehingga nantinya
ketika sedang melakukan penilaian diskusi/presentasi dalam kelas, peserta didik
mampu menjelaskan dengan benar.
Memuat kemampuan menyampaikan dan menyajikan informasi penting
serta gambaran besar dalam materi pembelajaran perlu dicantumkan oleh guru
18
Hasil wawancara dengan guru biologi
Haryono, “Authentic
Assessment dan Pembelajaran
Pengembangan Kemampuan Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2, 2009, h. 3.
19Agung
Inovatif dalam
72
ketika akan menilai peserta didik dalam penilaian diskusi/presentasi. Hal ini
dikarenakan guru dapat dengan mudah mengetahui tingkat pemahaman peserta
didik dalam menyampaikan materi pembelajaran dan informasi-informasi penting
yang mereka ketahui.
Hal demikian sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rudner L.M,
yang mengatakan bahwa “preparing a presentation is much like preparing any
other assignment, it needs to be planned, researched and written before it is
delivered like a organise your material, write a draft and the amount of
information you can include.”20 Jika diartikan, mempersiapkan presentasi adalah
seperti mempersiapkan tugas lainnya, perlu direncanakan, diteliti, dan ditulis
sebelum disampaikan seperti mengatur sebuah materi, menulis draft, dan
mengatur informasi yang akan disertakan.
Indikator ini tidak muncul pada dokumen penilaian diskusi/presentasi MA
B. Berdasarkan analisa peneliti pada berkas dokumen penilaian diskusi/presentasi
MA B (Lihat lampiran 4.1) hal ini dikarenakan guru dalam membuat format
penilaian diskusi/presentasi hanya menekankan pada keterlibatan aktif peserta
didik dan kemampuan mengemukakan pendapat saja sehingga kemampuan
menyampaikan dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam
materi pembelajaran tidak termasuk ke dalam kriteria penilaian diskusi/presentasi.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan, ternyata
hal demikian terjadi karena indikator yang selanjutnya sudah dapat mewakili
indikator ini sehingga indikator ini tidak dimasukkan ke dalam kriteria penilaian
diskusi/presentasi MA B.21
Indikator ini sudah terdapat pada dokumen penilaian diskusi/presentasi
MA J dan MA K. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah menggunakan indikator
ini ketika menilai peserta didik dalam penilaian diskusi/presentasi.
Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan menyampaikan
dan menyajikan informasi penting serta gambaran besar dalam materi
pembelajaran dalam dokumen/instrumen penilaian diskusi/presentasi yang
Rudner L.M, “Oral Presentations for Tutorials & Seminars”, Paper in The Learning
Centre, The University of New South Wales, 2010, h. 1.
21 Hasil wawancara dengan guru biologi
20
73
disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor diantaranya sebagai
berikut.
1) Mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas.
2) Menggunakan konsep sains secara tepat.
3) Memberikan penjelasan pendukung yang cukup rinci untuk menjelaskan
konsep.
b. Memuat
Kemampuan
Berpendapat,
Bertanya,
dan
Menjawab
Pertanyaan.
Kemampuan berpendapat, bertanya, dan menjawab suatu pertanyaan harus
dimiliki oleh peserta didik. Hal ini untuk menunjukkan bahwa sejauh mana
peserta didik tersebut telah memperhatikan dan menyimak jalannya kegiatan
diskusi/presentasi. Disini akan terlihat pula peserta didik mana yang mampu
berperan aktif selama berjalannya suatu diskusi/prsentasi di dalam kelas.
Dalam sebuah teori tutorial discussion menyatakan bahwa “depending on
a course, the presentation may conclude with a group discussion. If this is the
case, it is a good idea to prepare a couple of questions that are relevant to the
topic.”22 Jika diartikan, tergantung pada sebuah program studi, presentasi dapat
disimpulkan sebagai diskusi kelompok. Jika hal ini terjadi, itu adalah ide yang
baik untuk mempersiapkan beberapa pertanyaan yang relevan sesuai dengan topik
yang ada.
Guru sebaiknya mampu mencantumkan indikator ini dalam suatu penilaian
diskusi/presentasi. Dikarenakan dalam indikator ini dapat terlihat dengan jelas
peserta didik mana yang sudah berani berperan langsung dalam kegiatan
diskusi/presentasi.
Indikator
ini
sudah
terdapat
pada
semua
dokumen
penilaian
diskusi/presentasi MA B, J, dan K. Hal ini menunjukkan bahwa semua guru sudah
menggunakan indikator ini ketika menilai peserta didik dalam penilaian
diskusi/presentasi.
22
Rudner, op.cit., h. 4.
74
Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan berpendapat,
bertanya, dan menjawab pertanyaan dalam dokumen/instrumen penilaian
diskusi/presentasi yang disusun oleh guru biologi Madrasah Aliyah Kota Bogor
diantaranya sebagai berikut.
1) Keberanian menjawab dan keberanian menyampaikan ide.
2) Mengungkapkan pendapat secara jelas.
3) Mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan maksud dan tujuan pertanyaan.
4) Memberikan sanggahan terhadap pendapat audiens.
c. Memuat Kemampuan Penguasaan Audiens.
Penguasaan audiens pada umumnya perlu dimiliki oleh seorang peserta
didik baik dalam kegiatan diskusi/presentasi maupun tidak. Di dalam penguasaan
audienns ini akan terlihat kemahiran dan kepandaian seseorang dalam mengelola
sebuah acara atau kegiatan tertentu. Sehingga nantinya kemampuan dan
kepercayaan diri seseorang dalam penguasaan audiens ini dapat terlihat.
Dalam melakukan penilaian diskusi/presentasi di kelas pun sebaiknya guru
dapat menunjukkan indikator ini. Dikarenakan indikator ini mampu menilai dan
menunjukkan antusiasme peserta didik dalam melakukan diskusi/presentasi di
dalam kelas.
Indikator
ini
sudah
muncul
pada
semua
dokumen
penilaian
diskusi/presentasi B, J, dan K. Hal ini menunjukkan bahwa semua guru sudah
menggunakan indikator ini ketika menilai peserta didik dalam penilaian
diskusi/presentasi.
Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan penguasaan
audiens dalam dokumen/instrumen penilaian diskusi/presentasi yang disusun oleh
guru Madrasah Aliyah Kota Bogor diantaranya sebagai berikut.
1) Terlibat aktif.
2) Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur dan gerak tubuh digunakan secara
efektif.
3) Mengikuti kegiatan diskusi secara aktif.
4) Percaya diri.
75
d. Memuat Kemampuan Berbicara.
Kemampuan berbicara di dalam suatu diskusi/presentasi dirasa perlu
dilakukan. Sebab percaya diri atau tidaknya seseorang salah satunya dapat dilihat
dari kemampuan bicara seseorang tersebut. Baik atau tidaknya, salah atau
tidaknya, dan sesuai atau tidaknya seseorang berbicara maka akan terlihat dari
kemampuan berbicaranya ia sendiri.
Menurut Carl Storz, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan
sebuah presentasi yaitu,
The first one deals with preparation and planning, the most important
stage. The second one deals with the structure of the speech and necessary
language. The third speaks about visuals and how to make the best use of
them. The fourth discusses how to create interest and estabilish and
maintain a relationship with the audience. The fifth deals with body
language and finally the sixth contains a few comments on using the voice
and correct pronounciation.23
Jika diartikan, Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan
sebuah presentasi yaitu, pertama berkaitan dengan persiapan dan perencanaan, ini
merupakan tahap yang paling penting. Kedua, berhubungan dengan struktur bicara
dan bahasa yang diperlukan. Ketiga berbicara tentang visual dan bagaimana
membuat penggunaan yang terbaik. Keempat membahas cara membuat,
membangun, dan mempertahankan hubungan dengan penonton. Kelima bahasa
tubuh dan yang terakhir keenam berisi beberapa komentar dalam menggunakan
suara dan pengucapan yang benar.
Dengan demikian guru dirasa perlu untuk menunjukkan indikator ini.
Sebab peserta didik nantinya akan terlihat kemampuan dan kemahirannya dalam
mengatur dan mengkondisikan cara bicaranya ketika berada dalam suatu forum
diskusi/presentasi. Sebab boleh jadi jika seorang peserta didik yang jika tidak
sedang diskusi/presentasi kemampuan bicaranya sangat bagus namun jika sedang
diskusi/presentasi tidak terlihat kemampuan berbicaranya. Demikian juga
sebaliknya.
Carl Storz, “Oral Presentation Skills A Practical Guide”, Paper in Institute National De
Telecommunications, Evry France, 2009, h. 1.
23
76
Indikator ini hanya muncul di satu dokumen penilaian diskusi/presentasi
MA J saja. Dengan demikian berarti pada indikator ini guru sebagian besar belum
menggunakan indikator tersebut dalam penilaian diskusi/presentasi peserta didik.
Contoh deskriptor dengan indikator memuat kemampuan berbicara dalam
dokumen/instrumen penilaian diskusi/presentasi yang disusun oleh guru biologi
Madrasah Aliyah Kota Bogor yaitu kualitas suara seperti volume dan artikulasi
cukup baik.
Dari kelima dokumen penilaian otentik kelas X, XI, dan XII yang terjaring
dalam dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi
yang dianalisis, masih banyak yang belum teridentifikasi pada indikator penilaian
kinerja/unjuk kerja dan indikator penilaian diskusi/presentasi yang sudah peneliti
kembangkan. Namun secara umum tingkat kesesuaian dokumen penilaian
kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi/presentasi pada kelima
dokumen penilaian termasuk dalam kategori “sesuai” dalam mengukur indikatorindikator penilaian kinerja/unjuk kerja dan indikator penilaian diskusi/presentasi
yang sudah peneliti kembangkan. Berdasarkan hasil angket mengenai authentic
assessment juga telah menunjukkan bahwa penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Kota Bogor sudah berkategori
“baik”.
Sampai saat ini peneliti belum menemukan adanya aturan baku mengenai
format penilaian otentik dalam hal ini penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian
diskusi/presentasi, dan proporsi yang ideal dari masing-masing indikator. Namun
demikian, dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian
diskusi/presentasi yang sudah mengidentifikasi indikator-indikator yang telah
peneliti kembangkan hendaknya memuat semua indikator dalam dokumen
penilaian kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian diskusi/presentasi yang
sudah dibuat guru, karena indikator tersebut digunakan sebagai indikator
pencapaian keterampilan peserta didik dalam mencapai kompetensi pembelajaran.
Perhatian mengenai penggunaan penilaian otentik dalam hal ini penilaian
kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi sangat perlu untuk
dikembangkan, agar tidak ada lagi yang beranggapan bahwa pelajaran sains
77
khususnya biologi adalah mata pelajaran yang rumit yang menekankan hanya
pada hafalan konsep, teori, hukum, dan fakta.
Penilaian otentik perlu dilakukan, sebab peningkatan kualitas penilaian
guru pada siswa harus melalui meningkatkan keterlibatan siswa, proses, dan
tindak lanjut hasil penilaiannya. Pada peningkatan kualitas perencanaan, yang
perlu dilakukan guru adalah dengan meningkatkan transparansi kriteria penilaian.
Hal ini dikarenakan semakin jelas dan transparan suatu kriteria penilaian yang
digunakan guru maka peserta didik akan semakin terpacu untuk dapat memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan guru. Demikian juga untuk peningkatan kualitas
proses pembelajaran sebaiknya guru memperkaya variasi model dan metode
pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan kondisi peserta didik.
Penilaian
yang
komprehensif,
berkelanjutan,
dan
yang
mampu
mengungkapkan keterampilan peserta didik merupakan salah satu tujuan untuk
mencapai kompetensi peserta didik yang lebih baik di masa sekarang dan yang
akan datang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan
maka dapat
disimpulkan, yaitu ditemukan bahwa 31,25% atau sebanyak 5 sekolah dengan 8
orang guru biologi yang telah memiliki dokumen penilain otentik. Secara umum
tingkat kesesuaian dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja dan dokumen penilaian
diskusi/presentasi pada kelima dokumen penilaian otentik di kelas X, XI, dan XII
termasuk dalam kategori “sesuai” dalam mengukur indikator-indikator penilaian
kinerja/unjuk kerja dan indikator penilaian diskusi/presentasi. Berdasarkan hasil
angket mengenai authentic assessment telah menunjukkan bahwa penggunaan
authentic assessment dalam pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Kota Bogor
sudah berkategori “baik”.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai profil penggunaan
authentic assessment dalam pemebelajaran biologi, maka saran yang dapat
peneliti sampaikan adalah sebagai berikut.
1. Kepada para guru yang belum melaksanakan authentic assessment diharapkan
dapat menggunakan authentic assessment sebagai alternatif penilaian peserta
didik pada aspek psikomotor.
2. Kepada para guru yang telah melaksanakan authentic assessment dengan
menggunakan penilaian kinerja/unjuk kerja dan penilaian diskusi/presentasi
diharapkan dapat meningkatkan kualitas instrumen penilaiannya dalam
mengukur keterampilan peserta didik secara komprehensif.
3. Kepada para lembaga terkait/peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan
pengembangan implementasi authentic assessment yang lebih sederhana guna
membantu guru dalam menyususn instrumen authentic assessment yang
sesuai dengan karakteristik sekolah-sekolah yang ada di kota Bogor dan di
Indonesia secara umum.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ariev, Peter Rennert and Loyola College. A Theoretical Model For The Authentic
Assessment of Teaching. Journal of Practical Assessment, Research and
Evaluation, 10, 2005.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010.
______. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007.
Dimartino, Joe. Authentic Assessment. Journal of Principal’s Research Review.
2, 2007.
Frey, Bruce B., et al., Defining Authentic Classroom Assessment. Journal of
Practical Assessment, Research and Evaluation. 17, 2012.
Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima,
2009.
Hamid, Moh. Sholeh. Standar Mutu Penilaian Dalam Kelas. Yogyakarta: Diva
Press, 2011.
Haryati, Mimin. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Referensi, 2013.
Haryono, Agung. Authentic Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam
Pengembangan Kemampuan Siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi. 2, 2009.
Hasbi Anggana Putra, “Analisis Penilaian Kinerja Pada Konsep Gerak Di
Madrasah Aliyah Kabupaten Karawang Berdasarkan Keterampilan Proses
Sains”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2012. Tidak
dipublikasikan.
Lombardi, Marilyn M. “Making the Grade: The Role of Assessment in Authentic
Learning.” Paper in Educause Learning Initiative. London: 2 Januari 2008.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007.
_____. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2014.
79
80
Moskal, Barbara M. Recommendations for Developing Classroom Performance
Assessments and Scoring Rubrics. Journal of Practical Assessment,
Research and Evaluation. 8, 2009.
M, Rudner L. “Oral Presentations for Tutorials & Seminars.” Paper in The
Learning Centre. The University of New South Wales, 2010.
Muslich, Masnur. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama, 2011.
____. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. VI, 2009.
Palm, Tourulf. Performance Assessment and Authentic Assessment: A
Conceptual Analysis of the Literature. Journal of Practical Assessment,
Research and Evaluation. 13, 2008.
Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013.
Rasyid, Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana
Prima, 2009.
Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Sofyan Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.
Storz, Carl. “Oral Presentation Skills A Practical Guide.” Paper in Institute
National De Telecommunications. Evry France, 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
Surapranata, Sumarna. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum
2004. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004.
81
Timmins, Amy Brualdi. Implementing Performance Assessment In The
Classroom. Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation. 6,
2008.
Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2009.
Zim, Sher A and Khan Mohammad. Authentic Assessment: An Instructional Tool
to Enhance Students Learning. Journal of Academic Research International.
2, 2012.
Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran IPA. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
1.
Aspek
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Indikator
Memuat kemampuan mempersiapkan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati.
Ciri-ciri
1.
2.
3.
4.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati.
1.
Memuat kemampuan perintah
melaporkan hasil unjuk kerja.
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja.
1.
2.
Ada
Tidak
Ada
Contoh
Mengambil bahan percobaan sesuai
kebutuhan.
Menyajikan alat dan bahan sesuai dengan
ketentuan lembar pengamatan penilaian.
Kesesuaian alat dengan langkah kerja.
Kelengkapan bahan-bahan yang akan
digunakan.
Menggunakan alat dan bahan sesuai dengan
langkah kerja.
Menggunakan alat dan bahan dengan benar.
Percobaan dilakukan secara bekerjasama.
Percobaan tersusun rapi dan benar sesuai
dengan langkah kerja.
Hasil percobaan ditulis secara rapi dan
terorganisir dengan baik.
Hasil percobaan yang ditulis sesuai dengan
percobaan yang dilakukan.
Kesimpulan percobaan yang ditulis sesuai
dengan hasil percobaan yang dilakukan.
Kesimpulan yang ditulis dapat menjelaskan
konsep/teori dari kegiatan percobaan.
Rubrik penilaian dengan rating scale (skala
penilaian holistik atau analitik).
Rubrik penilaian dengan daftar cek
(checklist).
Skor
Lampiran5
Rubrik Penilaian Dokumen Unjuk kerja
No.
Referensi:
101
1. Moskal, Barbara M. Recommendations for Developing Classroom Performance Assessments and Scoring Rubrics. Journal of Practical Assessment,
Research & Evaluation. 8. 2009.
2. Hamid, Moh. Sholeh. Standar Mutu Penilaian Dalam Kelas. Yogyakarta: Diva Press, 2011.
3. Muslich, Masnur. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama, 2011.
No.
1.
Aspek
Penguasaan
pengetahuan dan
penjelasan
materi
pembelajaran.
Indikator
Memuat kemampuan
menyampaikan dan menyajikan
informasi penting serta gambaran
besar dalam materi pembelajaran.
Memuat kemampuan berpendapat,
bertanya, dan menjawab
pertanyaan.
Ciri-ciri
Ada
Tidak
Ada
Contoh
Lampiran6
Rubrik Penilaian Dokumen Diskusi/Presentasi
1. Menjelaskan materi pembelajaran
dengan jelas dan ringkas.
2. Memberikan informasi yang
diperlukan untuk memahami hasil
diskusi.
1. Menyampaikan pendapat dan ide.
2. Menjawab pertanyaan sesuai yang
diketahui.
2.
Penguasaan
metode.
Memuat kemampuan penguasaan
audiens.
1. Selalu melakukan kontak
pandangan.
2. Percaya diri dan antusiasme hadir
selama diskusi.
3.
Penguasaan
komunikasi.
Memuat kemampuan berbicara.
1. Menggunakan bahasa yang baik
dan benar.
2. Volume suara sesuai.
Skor
102
Referensi:
1. C Storz and the English Language Teachers of the Institute National de Telecommunications. “Oral Presentation Skills A Practical Guide”.
Paper. Evry France. 2010.
2. M, Rudner L. “Oral Presentations for Tutorials & Seminars.” Paper in The Learning Centre. The University of New South Wales, 2010.
3. Devising and Giving Oral Presentations. Communicating and Learning in Engineering Online Resources. Monash University Engineering.
No.
1.
Aspek
Indikator
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Memuat kemampuan mempersiapkan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Ada
Tidak
Ada
Contoh

Persiapan alat dan bahan; Kesesuaian
perlengkapan dengan cara kerja.

Inisiatif dalam bekerja; Kontribusi
dalam kelompok; Kerapihan dan
kebersihan tempat bekerja.
Lampiran7
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja
MA B Kelas X
diamati.
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaporkan

hasil unjuk kerja/praktikum.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja.
Skor

3
Terlampir
1
103
No.
1.
Aspek
Indikator
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Memuat kemampuan mempersiapkan
Ada
Tidak
Ada
Contoh
Lampiran8
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja
MA A Kelas XI

kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati.
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Keterampilan penggunaan alat

diamati.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaporkan
hasil unjuk kerja/praktikum.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk

kerja.
Skor
Ketepatan pengumpulan laporan
praktikum; Isi laporan.

2
2
104
No.
1.
Aspek
Indikator
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Memuat kemampuan mempersiapkan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Ada
Tidak
Ada
Contoh
Lampiran9
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja
Daftar Cek MA J Kelas XI
Menyiapkan alat dan bahan
praktikum.

diamati.
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Melakukan kegiatan praktikum
sesuai langkah kerja; Melaksanakan
praktikum secara bekerja sama;
Membersihkan alat praktikum.

diamati.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaporkan
hasil unjuk kerja/praktikum.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja.
Skor

Membuat laporan hasil pengamatan
individu sementara.

Terlampir
4
0
105
No.
1.
Aspek
Indikator
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Memuat kemampuan mempersiapkan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Ada
Tidak
Ada
Contoh
Lampiran10
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja
Daftar Cek MA K Kelas XI
Penyiapan alat dan bahan

diamati.
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat

Pelaksanaan sesuai dengan prosedur
kerja; Pembersihan dan
pengembalian alat pada tempatnya.

Pembuatan laporan

Terlampir
diamati.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaporkan
hasil unjuk kerja/praktikum.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja.
Skor
4
0
106
No.
1.
Aspek
Indikator
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Memuat kemampuan mempersiapkan
Ada
Tidak
Ada
Contoh
Lampiran11
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja
MA A Kelas XII

kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati.
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Keterampilan penggunaan alat

diamati.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaporkan
hasil unjuk kerja/praktikum.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk

kerja.
Skor
Ketepatan pengumpulan laporan
praktikum; Isi laporan.

2
2
107
No.
1.
Aspek
Indikator
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Memuat kemampuan mempersiapkan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Ada
Tidak
Ada
Contoh

Persiapan alat dan bahan; Kesesuaian
perlengkapan dengan cara kerja.

Inisiatif dalam bekerja; Kontribusi
dalam kelompok; Kerapihan dan
kebersihan tempat bekerja.

Kelengkapan laporan; Ketepatan
pembahasan masalah; Ketepatan
pengambilan kesimpulan.

Terlampir
Lampiran12
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja
Daftar Cek MA B Kelas XII
diamati.
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaporkan
hasil unjuk kerja/praktikum.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja.
Skor
4
0
108
No.
1.
Aspek
Indikator
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Memuat kemampuan mempersiapkan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Ada
Tidak
Ada
Contoh
Lampiran13
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja
Daftar Cek MA C Kelas XII
Mempersiapkan alat yang akan
digunakan; Mempersiapkan bahan
yang akan diamati.

diamati.
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Melaksanakan pengamatan sesuai
prosedur pada modul; Menjaga
kebersihan alat dan tempat
pengamatan.

diamati.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaporkan
hasil unjuk kerja/praktikum.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja.
Skor
Membuat laporan hasil pengamatan.


4
Terlampir
0
109
No.
1.
Aspek
Indikator
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Memuat kemampuan mempersiapkan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Ada
Tidak
Ada
Contoh
Lampiran14
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja
Daftar Cek MA J Kelas XII
Persiapan alat; Penggunaan alat.

diamati.
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Kebenaran hasil uji; Pembersihan
alat.

diamati.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaporkan

hasil unjuk kerja/praktikum.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja.
Skor

3
Terlampir
1
110
No.
1.
Aspek
Indikator
Persiapan dan
Pelaksanaan Unjuk
Kerja.
Memuat kemampuan mempersiapkan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
Ada
Tidak
Ada
Contoh

Membaca modul percobaan;
Mengecek kesesuaian alat dan bahan.

Membuat ekstrak hati ayam sesuai
prosedur kerja; Membersihkan alat,
bahan, dan tempat praktikum.
Lampiran15
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Unjuk kerja
Daftar Cek MA K Kelas XII
diamati.
Memuat kemampuan melaksanakan
kegiatan unjuk kerja yang dapat
diamati.
2.
Self Assessment
Memuat kemampuan melaporkan
hasil unjuk kerja/praktikum.
3.
Rubrik dan Skoring
Memuat petunjuk penilaian unjuk
kerja.
Skor
Membuat laporan


4
Terlampir
0
111
No.
1.
Aspek
Indikator
Penguasaan
Memuat kemampuan menyampaikan dan
pengetahuan dan
menyajikan informasi penting serta gambaran
penjelasan materi
besar dalam materi pembelajaran.
pembelajaran.
Memuat kemampuan berpendapat, bertanya,
dan menjawab pertanyaan.
2.
Penguasaan
metode.
Memuat kemampuan penguasaan audiens.
3.
Penguasaan
komunikasi.
Memuat kemampuan berbicara.
Skor
Ada
Tidak
Ada
Contoh
Lampiran16
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi
Daftar Cek MA B Kelas XII

Keberanian menjawab;
Keberanian menyampaikan ide.

Terlibat aktif


2
2
112
No.
1.
Aspek
Indikator
Penguasaan
Memuat kemampuan menyampaikan dan
pengetahuan dan
menyajikan informasi penting serta gambaran
penjelasan materi
besar dalam materi pembelajaran.
pembelajaran.
Memuat kemampuan berpendapat, bertanya,
dan menjawab pertanyaan.
2.
Penguasaan
metode.
Memuat kemampuan penguasaan audiens.
3.
Penguasaan
komunikasi.
Memuat kemampuan berbicara.
Skor
Ada
Tidak
Ada
Menggunakan konsep sains
secara tepat; Memberikan
penjelasan pendukung yang
cukup rinci untuk menjelaskan
konsep.
Mampu menjawab pertanyaan
sesuai dengan maksud dan
tujuan pertanyaan; Memberikan
sanggahan terhadap pendapat
audiens; Memberikan
kesimpulan dari hasil diskusi.


Bahasa tubuh seperti kontak
mata, postur dan gerak tubuh
digunakan secara efektif;
Mengikuti kegiatan diskusi
secara aktif.

Kualitas suara seperti volume
dan artikulasi cukup baik.

4
Contoh
Lampiran17
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi
Daftar Cek MA J Kelas XII
0
113
No.
1.
Aspek
Indikator
Penguasaan
Memuat kemampuan menyampaikan dan
pengetahuan dan
menyajikan informasi penting serta gambaran
penjelasan materi
besar dalam materi pembelajaran.
pembelajaran.
Memuat kemampuan berpendapat, bertanya,
dan menjawab pertanyaan.
2.
Penguasaan
metode.
Memuat kemampuan penguasaan audiens.
3.
Penguasaan
komunikasi.
Memuat kemampuan berbicara.
Skor
Ada
Tidak
Ada
Contoh

Mempresentasikan hasil
percobaan di depan kelas

Mengungkapkan pendapat
secara jelas
Lampiran18
Hasil Pengecekan Dokumen Penilaian Diskusi/Presentasi
Daftar Cek MA K Kelas XII
Percaya diri


3
1
114
115
Lampiran 19
DATA HASIL PERHITUNGAN PERSENTASE
DOKUMEN PENILAIAN KINERJA/UNJUK KERJA DAN PENILAIAN DISKUSI
1. Perhitungan persentase kesesuaian dokumen penilaian kinerja/unjuk kerja.
Rumus:
% Kesesuaian =
x 100%
Dokumen Penilaian Kinerja Kelas X
Dokumen B
% Kesesuaian = x 100% = 75%
Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XI
Dokumen A
% Kesesuaian = x 100% = 50%
Dokumen J
% Kesesuaian = x 100% = 100%
Dokumen K
% Kesesuaian = x 100% = 100%
Dokumen Penilaian Kinerja Kelas XII
Dokumen A
% Kesesuaian = x 100% = 50%
Dokumen B
% Kesesuaian = x 100% = 100%
Dokumen C
% Kesesuaian = x 100% = 100%
Dokumen J
% Kesesuaian = x 100% = 75%
Dokumen K
% Kesesuaian = x 100% = 100%
2. Perhitungan persentase kesesuaian dokumen penilaian diskusi/presentasi.
Rumus:
% Kesesuaian =
Dokumen B
% Kesesuaian = x 100% = 50%
Dokumen J
% Kesesuaian = x 100% = 100%
Dokumen K
% Kesesuaian = x 100% = 75%
x 100%
116
Lampiran 20
No.
Aspek
Indikator
Nomor
Pertanyaan
1.
Pengetahuan Authentic
1.1 Mengetahui karakteristik
assessment
authentic assessment.
1.2 Mengetahui komponen dalam
1
2
authentic assessment.
2.
Perencanaan Authentic
2.1 Menentukan tujuan dan fokus
assessment
authentic assessment
2.2 Memilih prosedur authentic
3
4
assessment.
2.3 Mendesain cara menganalisis
5
data authentic assessment.
2.4 Menentukan tugas/kegiatan
6
dalam pelaksanaan authentic
assessment.
2.5 Menentukan instrumen authentic
7
assessment.
3.
Implementasi Authentic
3.1 Menetapkan peran guru serta
assessment
peserta didik dalam pelaksanaan
8
authentic assessment.
3.2 Memberikan umpan balik kepada
9
peserta didik.
4.
Pelaporan hasil
4.1 Menentukan langkah-langkah
Authentic assessment
pelaporan hasil authentic assessment.
Kisi-kisi Angket Authentic Assessment
10
117
Lampiran 21
Pedoman Skoring
Angket Authentic Assessment
Nomor
Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
Keterangan
Jika memilih keempat jawaban
Jika memilih tiga jawaban
Jika memilih dua jawaban
Jika memilih hanya satu jawaban
Jika tidak memilih jawaban
Jika menjawab a
Jika menjawab b
Jika menjawab c
Jika menjawab d
Jika tidak memilih jawaban
Jika memilih keempat jawaban
Jika memilih tiga jawaban
Jika memilih dua jawaban
Jika memilih hanya satu jawaban
Jika tidak memilih jawaban
Jika memilih keempat jawaban
Jika memilih tiga jawaban
Jika memilih dua jawaban
Jika memilih hanya satu jawaban
Jika tidak memilih jawaban
Jika memilih keempat jawaban
Jika memilih tiga jawaban
Jika memilih dua jawaban
Jika memilih hanya satu jawaban
Jika tidak memilih jawaban
Jika memilih keempat jawaban
Jika memilih tiga jawaban
Jika memilih dua jawaban
Jika memilih hanya satu jawaban
Jika tidak memilih jawaban
Jika menjawab a, b, dan c
Jika memilih dua jawaban
Jika memilih satu jawaban
Jika menjawab d
Jika tidak memilih jawaban
Jika memilih keempat jawaban
Jika memilih tiga jawaban
Jika memilih dua jawaban
Jika memilih hanya satu jawaban
Jika tidak memilih jawaban
Jika memilih keempat jawaban
Jika memilih tiga jawaban
Jika memilih dua jawaban
Jika memilih hanya satu jawaban
Jika tidak memilih jawaban
Jika memilih keempat jawaban
Jika memilih tiga jawaban
Jika memilih dua jawaban
Jika memilih hanya satu jawaban
Jika tidak memilih jawaban
118
Lampiran 22
LEMBAR ANGKET AUTHENTIC ASSESSMENT
Nama Guru
:
Tempat Mengajar
:
Jenis Kelamin
:L/P
 Mohon diisi dengan memilih jawaban yang paling tepat pada tempat yang telah
disediakan.
Keterangan: Boleh memilih lebih dari satu jawaban.
1. Berikut adalah karakteristik dari authentic assessment.
a. Authentic assessment merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas.
b. Authentic assessment mengarahkan pada kegiatan yang kontekstual dan tidak
mengada-ngada.
c. Authentic assessment menggunakan banyak ukuran/metode/kriteria sehingga guru
diberi keleluasaan untuk menentukan ukuran/metode/kriteria yang ingin dicapai
sesuai dengan sifat kompetensinya.
d. Authentic assessment memiliki sifat komprehensif dan holistic.
Menurut Bapak/Ibu karakteristik dari authentic assessment yang paling tepat adalah ….
Jawab:
2. Berikut adalah komponen-komponen yang harus ada dalam authentic assessment.
a. Perencanaan, pelaksanaan, dan analisis pelaporan hasil yang disertai pedoman
penskoran dan pedoman penilaian.
b. Perencanaan, pelaksanaan, dan analisis pelaporan.
c. Pedoman penskoran dan pedoman penilaian.
d. Tugas kinerja yang bermakna untuk peserta didik.
Menurut Bapak/Ibu, manakah komponen yang paling tepat yang harus ada dalam
authentic assessment?
Jawab:
Lampiran 22
119
3. Berikut adalah cara menentukan tujuan dan fokus authentic assessment.
a. Mengkaji standar kompetensi dan mengkaji kompetensi dasar.
b. Menentukan indikator pencapaian kompetensi dan menentukan domain kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
c. Mengkaji tujuan yang mencerminkan pengetahuan dan informasi yang berharga bagi
siswa.
d. Mengkaji tujuan yang menjelaskan hasil beajar siswa secara terukur dan memandu
pemilihan kegiatan penilaian yang tepat.
Menurut Bapak/Ibu cara menentukan tujuan dan fokus penilaian otentik yang benar dan
sering Bapak/Ibu lakukan adalah ….
Jawab:
4. Berikut adalah pemilihan prosedur authentic assessment sebelum asesmen dilaksanakan.
a. Menentukan isi/topik pembelajaran.
b. Menetapkan frekuensi dan waktu dilaksanakannya asesmen.
c. Menentukan tugas kinerja sesuai kompetensi yang akan dilaksanakan.
d. Menetapkan kolaborasi penilaian antara peserta didik dengan peserta didik atau
dengan guru.
Menurut Bapak/Ibu pemilihan prosedur authentic assessment yang paling tepat dan
sering Bapak/Ibu lakukan adalah ….
Jawab:
5. Berikut adalah langkah-langkah menganalisis data authentic assessment.
a. Menetapkan indikator penilaian dan standar/kriteria penilaian.
b. Menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai data asesmen yang
dilakukan.
c. Membuat rubrik penilaian.
d. Menetapkan waktu analisis asesmen/penilaian.
Menurut Bapak/Ibu langkah-langkah dalam menganalisis data authentic assessment yang
benar dan sering Bapak/Ibu lakukan adalah ….
Jawab:
Lampiran 22
120
6. Berikut adalah macam-macam tugas/kegiatan dalam pelaksanaan authentic assessment.
a. Tugas proyek.
b. Tugas berbasis kinerja (praktikum, observasi, diskusi/presentasi)
c. Tugas portofolio.
d. Tugas kognitif yang kompleks.
Tugas/kegiatan authentic assessment yang sering Bapak/Ibu lakukan dalam pelaksanaan
authentic assessment adalah ….
Jawab:
7. Berikut adalah macam-macam instrumen untuk menilai peserta didik dalam pelaksanaan
authentic assessment.
a. Instrumen/rubrik dengan daftar cek (checklist).
b. Instrumen/rubrik dengan skala penilaian (rating scale) berupa skala analitik dan skala
holistik.
c. Instrumen lembar observasi.
d. Tidak dengan ketiga pilihan diatas.
Berdasarkan pernyataan diatas, manakah yang sering Bapak/Ibu gunakan untuk menilai
peserta didik dalam pelaksanaan authentic assessment?
Jawab:
8. Berikut adalah peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan authentic assessment.
a. Menyepakati tujuan dan fokus pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Menyepakati kegiatan/tugas realistis yang akan dilaksanakan.
c. Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya.
d. Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan peserta didik untuk mencapai hasil
yang maksimal.
Berdasarkan pernyataan diatas, manakah yang sering Bapak/Ibu lakukan dalam
pelaksanaan authentic assessment?
Jawab:
9. Berikut adalah pemberian umpan balik kepada peserta didik dalam pelaksanaan authentic
assessment.
a. Mereview kegiatan pembelajaran secara sistematis.
b. Mereview kegiatan authentic assessment yang telah dilakukan.
Lampiran 22
121
c. Memberikan kesempatan perserta didik untuk berpendapat mengenai pelaksanaan
authentic assessment.
d. Menginformasikan kepada peserta didik untuk lebih menguasai kompetensi
selanjutnya.
Berdasarkan pernyataan diatas, manakah yang sering Bapak/Ibu lakukan dalam
pemberian umpan balik kepada peserta didik?
Jawab:
10. Berikut adalah langkah-langkah pelaporan authentic assessment.
a. Menganalisis data yang telah dikumpulkan.
b. Memadukan hasil analisis dari berbagai data yang diperoleh.
c. Mengikutsertakan peserta didik dalam menganalisis data asesmen otentik.
d. Menerapkan kriteria penilaian akhir dalam pelaksanaan authentic assessment serta
melaporkan hasilnya kepada peserta didik.
Menurut Bapak/Ibu langkah-langkah pelaporan authentic assessment yang paling tepat
dan sering Bapak/Ibu lakukan adalah ….
Jawab:
Butir
Jumlah Jawaban Guru
Pertanyaan
4
3
2
1
Tidak
Nilai
Skor
Rata-rata
Persentase
Pertanyaan
total
Butir Nilai
(%)
Jumlah
4
3
2
1
Kategori
Lampiran23
Data Skor Angket Guru
Tentang Authentic Assessment Dalam Pembelajaran Biologi
Menjawab
1
1
2
5
2
0
10
4
3
2
1
22
2.2
55
Cukup
2
6
3
1
0
0
10
4
3
2
1
35
3.5
87.5
Sangat Baik
3
2
2
5
1
0
10
4
3
2
1
25
2.5
62.5
Baik
4
1
4
5
0
0
10
4
3
2
1
26
2.6
65
Baik
5
0
6
3
1
0
10
4
3
2
1
25
2.5
62.5
Baik
6
0
0
5
5
0
10
4
3
2
1
15
1.5
37.5
Kurang
7
7
3
0
0
0
10
4
3
2
1
37
3.7
92.5
Sangat Baik
8
4
3
3
0
0
10
4
3
2
1
31
3.1
77.5
Baik
9
1
5
3
1
0
10
4
3
2
1
26
2.6
65
Baik
10
5
3
2
0
0
10
4
3
2
1
33
3.3
82.5
Sangat Baik
Jumlah
27
31
32
10
0
100
275
27.5
122
No.
Nama Responden
:
Asal Sekolah
:
Tanggal Wawancara
:
Lokasi Wawancara
:
Pertanyaan
1.
Menurut Bapak/Ibu apakah yang
dimaksud dengan authentic
assessment?
2.
Menurut Bapak/Ibu apa tujuan
dilaksanakan authentic assessment?
Lampiran24
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Jawaban
123
3.
Sejak kapan Bapak/Ibu
menggunakan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi?
4.
Menurut Bapak/Ibu komponen apa
sajakah yang harus ada dalam
authentic assessment?
5.
Menurut Bapak/Ibu apa sajakah
bentuk alat penilaian dalam authentic
assessment?
124
6.
Apa sajakah bentuk alat penilaian
yang sering Bapak/Ibu gunakan
dalam pelaksanaan authentic
assessment?
7.
Apakah authentic assessment dapat
mempengaruhi prestasi peserta
didik?
8.
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu
temukan saat menggunakan
authentic assessment dalam
pembelajaran biologi?
125
9.
Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan
dari penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran
biologi?
10.
Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang
penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi ini?
126
Nama Responden
Asal Sekolah
Mengajar di Kelas
Tanggal Wawancara
Lokasi Wawancara
No.
Lampiran25
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
:NQ
: MA B
: X (Sepuluh)
: 23 September 2013
: Ruang Guru
Pertanyaan
Jawaban
Menurut Bapak/Ibu apakah yang
dimaksud dengan authentic
assessment?
Penilaian yang mengungkap ranah psikomotorik siswa.
2.
Menurut Bapak/Ibu apa tujuan
dilaksanakan authentic assessment?
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa di ranah psikomotorik.
3.
Sejak kapan Bapak/Ibu
menggunakan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi?
Tahun 2009.
4.
Menurut Bapak/Ibu komponen apa
sajakah yang harus ada dalam
authentic assessment?
Pedoman penilaian dan rubrik skoring.
5.
Menurut Bapak/Ibu apa sajakah
1) Penilaian dalam praktikum seperti observasi, penggunaan alat dan bahan.
bentuk alat penilaian dalam authentic 2) Penilaian proyek unuk menyelesaikan tugas proyek tertentu.
127
1.
assessment?
6.
Apa sajakah bentuk alat penilaian
yang sering Bapak/Ibu gunakan
dalam pelaksanaan authentic
assessment?
Pratikum: penilaian observasi saat praktikum berlangsung dan penggunaan alat bahan serta
laporan praktikum berupa hasil pengamatannya.
Kalau proyek jarang digunakan karena menyesuaikan dengan SK/KD yang ada di kelas X
(sepuluh).
Di dalam dokumen tidak terdapat perintah melaporkan karena siswa hanya diminta untuk
mengerjakan LKS atau lembar pengamatan, tidak dengan laporan praktikum secara utuh.
7.
Apakah authentic assessment dapat
mempengaruhi prestasi peserta
didik?
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu
temukan saat menggunakan
authentic assessment dalam
pembelajaran biologi?
Kurang lebih dapat mempengaruhi terutama dalam hal pengalaman belajar siswa menjadi lebih
berperan aktif.
9.
Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan
dari penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran
biologi?
Pelajaran biologi menjadi lebih terorganisir dengan baik.
10.
Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang
penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi ini?
Harapannya, siswa mampu lebih paham mengenai apa yang sudah dipelajari.
8.
Tidak ada kendala.
128
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Nama Responden
Asal Sekolah
Mengajar di Kelas
Tanggal Wawancara
Lokasi Wawancara
No.
:NS
: MA B
: XII (Dua Belas)
: 24 September 2013
: Ruang Guru
Pertanyaan
Jawaban
Menurut Bapak/Ibu apakah yang
dimaksud dengan authentic
assessment?
Proses pengumpulan nilai oleh guru tentang pencapaian belajar siswa dengan menggunakan
banyak teknik sehingga dapat diketahui perkembangan belajar siswa secara berkelanjutan.
2.
Menurut Bapak/Ibu apa tujuan
dilaksanakan authentic assessment?
Untuk mengetahui kemajuan serta tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran.
3.
Sejak kapan Bapak/Ibu
menggunakan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi?
Tahun 2010.
4.
Menurut Bapak/Ibu komponen apa
sajakah yang harus ada dalam
authentic assessment?
5.
Menurut Bapak/Ibu apa sajakah
1) Penilaian kinerja seperti praktikum, proyek, observasi, presentasi.
bentuk alat penilaian dalam authentic 2) Penilaian portofolio.
1) Perencanaan yang matang, seperti dilaksanakan satu semester penuh atau hanya KD
tertentu saja.
2) Pelaksanaannya harus jelas disertai pedoman skornya.
3) Menganalisis laporan hasilnya agar siswa mengetahui kemajuan belajarnya.
129
1.
assessment?
3) Penilaian evaluasi diri siswa.
6.
Apa sajakah bentuk alat penilaian
yang sering Bapak/Ibu gunakan
dalam pelaksanaan authentic
assessment?
Menyesuaikan dengan tuntutan dari indikator pada SK dan KD tetapi lebih sering
menggunakan praktikum dan presentasi di kelas saja.
Kenapa bentuk penilaian yang lain tidak dipakai? Karena penilaian praktikum dengan
presentasi itu mudah dalam membuat rubrik dan skoring penilaiannya. Sedangkan untuk
penilaian yang lain tidak mudah dalam membuat rubrik dan skoring nya. Selain itu waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakannya tidak sebentar.
7.
Apakah authentic assessment dapat
mempengaruhi prestasi peserta
didik?
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu
temukan saat menggunakan
authentic assessment dalam
pembelajaran biologi?
Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan
dari penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran
biologi?
Sangat mempengaruhi sekali karena dalam penilaian otentik dapat menumbuhkan semangat
belajar siswa agar nilai mereka bagus.
Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang
penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi ini?
Harapannya, siswa dapat lebih rajin dan semangat dalam belajar biologi ataupun belajar yang
lainnya.
8.
9.
10.
Tidak ada aturan yang pasti dalam membuat rubrik dan skoringnya.
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa dalam pembelajaran biologi
dapat terkontrol oleh guru.
130
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Nama Responden
Asal Sekolah
Mengajar di Kelas
Tanggal Wawancara
Lokasi Wawancara
No.
:IN
: MA A dan MA C
: X (Sepuluh) di MA A dan kelas XII
di MA C
: 18 September 2013
: Ruang Lab. IPA
Pertanyaan
Jawaban
Menurut Bapak/Ibu apakah yang
dimaksud dengan authentic
assessment?
Penilaian yang berkelanjutan yang pelaksanaannya secara terus menerus dengan menggunakan
pedoman penskoran yang telah dibuat terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya.
2.
Menurut Bapak/Ibu apa tujuan
dilaksanakan authentic assessment?
Untuk mengetahui tingkat pencapaian nilai peserta didik dengan lebih rinci.
3.
Sejak kapan Bapak/Ibu
menggunakan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi?
Tahun 2010.
4.
Menurut Bapak/Ibu komponen apa
sajakah yang harus ada dalam
authentic assessment?
Tugas otentik untuk siswa disertai pedoman penskorannya.
5.
Menurut Bapak/Ibu apa sajakah
Penilaian praktikum, proyek, observasi, portofolio, dan lain-lain.
131
1.
bentuk alat penilaian dalam authentic
assessment?
6.
Apa sajakah bentuk alat penilaian
yang sering Bapak/Ibu gunakan
dalam pelaksanaan authentic
assessment?
Penilaian praktikum, kenapa demikian?
Karena praktikum dalam IPA dirasa perlu sebab IPA tidak dituntut untuk mengetahui atau
hafal dengan teori-teorinya saja tetapi juga harus paham mengenai aplikasinya.
Kenapa bentuk penilaian yang lain tidak digunakan?
Karena kalau praktikum itu simpel dan tidak terlalu merepotkan siswa dalam pelaksanaanya.
7.
Apakah authentic assessment dapat
mempengaruhi prestasi peserta
didik?
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu
temukan saat menggunakan
authentic assessment dalam
pembelajaran biologi?
Ya, dapat mempengaruhi karena dalam penilaian otentik siswa secara langsung maupun tidak
langsung harus berperan aktif dalam mengerjakan tugasnya karena jika tidak maka siswa akan
tertinggal nilainya.
Terkadang siswa-siswanya susah untuk dikendalikan sebab mereka terlihat antusias sehingga
dalam pelaksanaannya terkadang ada beberapa dari mereka yang terlampau aktif sehingga
mengganggu siswa-siswi yang lainnya.
9.
Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan
dari penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran
biologi?
Nilai siswa menjadi lebih terkontrol.
10.
Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang
penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi ini?
Harapannya, mudah-mudahan ke depannya penilaian otentik bisa lebih memotivasi siswa agar
dapat lebih memahami lagi tentang pembelajaran biologi.
8.
132
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Nama Responden
Asal Sekolah
Mengajar di Kelas
Tanggal Wawancara
Lokasi Wawancara
No.
: ST
: MA A
: XI (Sebelas)
: 25 September 2013
: Ruang Perpustakaan
Pertanyaan
Jawaban
Menurut Bapak/Ibu apakah yang
dimaksud dengan authentic
assessment?
Proses pengumpulan nilai peserta didik oleh guru dengan menggunakan berbagai teknik.
2.
Menurut Bapak/Ibu apa tujuan
dilaksanakan authentic assessment?
Untuk mengetahui perkembangan belajar peserta didik.
3.
Sejak kapan Bapak/Ibu
menggunakan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi?
Tahun 2011.
4.
Menurut Bapak/Ibu komponen apa
sajakah yang harus ada dalam
authentic assessment?
Pedoman skor untuk mengolah nilai hasil penilaian otentik.
5.
Menurut Bapak/Ibu apa sajakah
bentuk alat penilaian dalam authentic
Penilaian praktikum, proyek, dan diskusi kelas.
133
1.
assessment?
6.
7.
8.
9.
10.
Apa sajakah bentuk alat penilaian
yang sering Bapak/Ibu gunakan
dalam pelaksanaan authentic
assessment?
Apakah authentic assessment dapat
mempengaruhi prestasi peserta
didik?
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu
temukan saat menggunakan
authentic assessment dalam
pembelajaran biologi?
Penilaian praktikum, karena kalau penilaian yang lain belum terlalu paham membuat skor
penilaiannya.
Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan
dari penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran
biologi?
Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang
penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi ini?
Peserta didik lebih aktif ketika belajar.
Ya, jelas sangat mempengaruhi.
Dibutuhkan waktu yang cukup panjang dalam pelaksanaannya sehingga terkadang tugas yang
dilakukan peserta didik kurang maksimal.
Harapannya, peserta didik dapat lebih paham dengan teori-teori dalam biologi serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
134
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Nama Responden
Asal Sekolah
Mengajar di Kelas
Tanggal Wawancara
Lokasi Wawancara
No.
:IH
: MA A
: XII (Dua Belas)
: 25 September 2013
: Ruang Guru
Pertanyaan
Jawaban
Menurut Bapak/Ibu apakah yang
dimaksud dengan authentic
assessment?
Penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
2.
Menurut Bapak/Ibu apa tujuan
dilaksanakan authentic assessment?
Untuk memaksimalkan prestasi peserta didik dalam belajar.
3.
Sejak kapan Bapak/Ibu
menggunakan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi?
Tahun 2011 semester genap.
4.
Menurut Bapak/Ibu komponen apa
sajakah yang harus ada dalam
authentic assessment?
Tugas-tugas untuk peserta didik dan penilaiannya.
5.
Menurut Bapak/Ibu apa sajakah
bentuk alat penilaian dalam authentic
Ranah Psikomotorik: praktikum, observasi, proyek.
Ranah kognitif: portofolio
135
1.
assessment?
6.
Apa sajakah bentuk alat penilaian
yang sering Bapak/Ibu gunakan
dalam pelaksanaan authentic
assessment?
Psikomotorik berupa praktikum dan observasi.
Kenapa yang lain tidak digunakan?
Karena penilaian yang lain membutuhkan waktu yang agak lama dan saya kurang paham juga
dengan pembuatan skoring penilaiannya.
7.
Apakah authentic assessment dapat
mempengaruhi prestasi peserta
didik?
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu
temukan saat menggunakan
authentic assessment dalam
pembelajaran biologi?
Ya, sangat mempengaruhi sebab siswa menjadi lebih peka terhadap tugas dan tanggung
jawabnya dalam belajar.
Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan
dari penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran
biologi?
Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang
penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi ini?
Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran biologi.
8.
9.
10.
Belum terlalu paham dengan teknik membuat skoring yang benar dalam penilaian otentik. Jadi
saya membuat formatnya sesuai yang saya tahu saja dan yang bisa saya lakukan saja.
Harapannya, ingin agar ada aturan yang jelas mengenai pembuatan format penilaian otentik
sehingga dapat memudahkan guru dalam melaksanakannya.
136
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Nama Responden
Asal Sekolah
Mengajar di Kelas
Tanggal Wawancara
Lokasi Wawancara
No.
:MH
: MA J
: XI (Sebelas)
: 17 September 2013
: Ruang Guru
Pertanyaan
Jawaban
Menurut Bapak/Ibu apakah yang
dimaksud dengan authentic
assessment?
Suatu metode atau teknik atau cara untuk mengungkapkan penguasaan siswa dalam belajar
dengan menggunakan macam-macam tugas penilaian.
2.
Menurut Bapak/Ibu apa tujuan
dilaksanakan authentic assessment?
Untuk menilai hasil belajar peserta didik, tidak hanya pada ranah kognitif saja tetapi
psikomotor dan afektifnya juga.
3.
Sejak kapan Bapak/Ibu
menggunakan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi?
Tahun 2011.
4.
Menurut Bapak/Ibu komponen apa
sajakah yang harus ada dalam
authentic assessment?
1) Penskoran.
2) Cara guru menilai siswa.
3) Laporan hasil penilaiannya.
5.
Menurut Bapak/Ibu apa sajakah
1) Praktikum: daftar ceklis atau skala penilaian
bentuk alat penilaian dalam authentic 2) Proyek: langkah-langkah pengerjaannya
137
1.
6.
7.
8.
9.
10.
assessment?
3) Portofolio
4) Ujian lisan (presentasi)
5) Observasi lapangan
Apa sajakah bentuk alat penilaian
yang sering Bapak/Ibu gunakan
dalam pelaksanaan authentic
assessment?
Apakah authentic assessment dapat
mempengaruhi prestasi peserta
didik?
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu
temukan saat menggunakan
authentic assessment dalam
pembelajaran biologi?
Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan
dari penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran
biologi?
Pratikum dan diskusi/presentasi, karena mudah dalam membuat skoringnya. Kalau penilaian
yang lain agak rumit dan waktu pelaksanaannya lama.
Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang
penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi ini?
Ingin mencoba mengaplikasikan penilaian otentik yang lain tetapi belum sempat karena jam
pelajarannya kurang panjang.
Ya, dapat mempengaruhi.
Terkadang saat pelaksanaan penilaian presentasi, tidak semua siswa memperhatikan jalannya
presentasi.
Siswa dapat memperoleh nilai tidak hanya dari ulangan harian saja tetapi juga dari praktikum
dan presentasi.
138
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Nama Responden
Asal Sekolah
Mengajar di Kelas
Tanggal Wawancara
Lokasi Wawancara
No.
:YY
: MA J
: XII (Dua Belas)
: 17 September 2013
: Ruang Guru
Pertanyaan
Jawaban
Menurut Bapak/Ibu apakah yang
dimaksud dengan authentic
assessment?
Penilaian yang menggunakan banyak cara, metode, dan kriteria untuk dapat menunjukkan
dengan tepat bahwa pembelajaran sudah dikuasai oleh siswa dan sudah tercapai tujuannya.
2.
Menurut Bapak/Ibu apa tujuan
dilaksanakan authentic assessment?
Untuk melihat dan memantau perkembangan belajar siswa.
3.
Sejak kapan Bapak/Ibu
menggunakan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi?
Tahun 2011.
4.
Menurut Bapak/Ibu komponen apa
sajakah yang harus ada dalam
authentic assessment?
1) Macam-macam tugas praktikum atau tugas lain.
2) Tata cara penilaiannya.
3) Metode pelaksanaannya.
5.
Menurut Bapak/Ibu apa sajakah
bentuk alat penilaian dalam authentic
Penilaian kinerja saat praktikum, berdiskusi, berproyek dengan bekerjasama dan sebagainya.
139
1.
assessment?
6.
Apa sajakah bentuk alat penilaian
yang sering Bapak/Ibu gunakan
dalam pelaksanaan authentic
assessment?
Apakah authentic assessment dapat
mempengaruhi prestasi peserta
didik?
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu
temukan saat menggunakan
authentic assessment dalam
pembelajaran biologi?
Penilaian praktikum saja sebab hanya itu yang mudah dilakukan untuk guru yang sudah seusia
saya, karena kalau penilaian yang lain membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih cukup.
9.
Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan
dari penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran
biologi?
Peserta didik menjadi semakin semangat untuk memperoleh nilai yang bagus, dan guru juga
merasa puas jika peserta didik sangat respek dengan apa yang sudah disampaikan oleh guru.
10.
Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang
penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi ini?
Harapannya, semoga penilaian otentik tidak hanya banyak digunakan oleh guru IPA saja tetapi
juga dapat diaplikasikan oleh guru mata pelajaran yang lainnya.
7.
8.
Sangat mempengaruhi, karena peserta didik selain belajar dengan serius, juga mendapatkan
tambahan pengalaman saat belajar. Mereka jadi lebih mengetahui kemampuan belajarnya.
Tidak terlalu ada kendala.
140
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
TENTANG AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Nama Responden
Asal Sekolah
Mengajar di Kelas
Tanggal Wawancara
Lokasi Wawancara
No.
: MT
: MA K
: XI dan XII
: 26 September 2013
: Ruang Guru
Pertanyaan
Jawaban
1.
Menurut Bapak/Ibu apakah yang
dimaksud dengan authentic
assessment?
Proses pengumpulan informasi berupa nilai siswa dengan banyak teknik penilaian yang
digunakan didalamnya, dan mampu membuktikan tujuan dari suatu pembelajaran sudah
dikuasai oleh siswa.
2.
Menurut Bapak/Ibu apa tujuan
dilaksanakan authentic assessment?
Untuk memperoleh gambaran perkembangan belajar siswa secara lebih detail.
3.
Sejak kapan Bapak/Ibu
menggunakan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi?
Tahun 2011.
4.
Menurut Bapak/Ibu komponen apa
sajakah yang harus ada dalam
authentic assessment?
5.
Menurut Bapak/Ibu apa sajakah
bentuk alat penilaian dalam authentic
1) Perencanaan berupa SK, KD, indikator yang digunakan.
2) Teknik penskoran.
3) Hasil penilaian.
141
Penilaian portofolio, unjuk kerja dalam praktikum, proyek learning, presentasi dan observasi.
assessment?
6.
Apa sajakah bentuk alat penilaian
yang sering Bapak/Ibu gunakan
dalam pelaksanaan authentic
assessment?
Penilaian unjuk kerja praktikum dan presentasi.
Untuk penilaian yang lain tidak digunakan sebab tidak tahu cara membuat rubrik atau skoring
yang benarnya seperti apa. Lagi pula penilaian praktikum dan presentasi tidak terlalu rumit
dan tidak memerlukan waktu yang panjang.
7.
Apakah authentic assessment dapat
mempengaruhi prestasi peserta
didik?
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu
temukan saat menggunakan
authentic assessment dalam
pembelajaran biologi?
Menurut Bapak/Ibu apa keuntungan
dari penggunaan authentic
assessment dalam pembelajaran
biologi?
Apa harapan dari Bapak/Ibu tentang
penggunaan authentic assessment
dalam pembelajaran biologi ini?
Ya, dapat mempengaruhi terutama dalam hal pencapaian prestasi nilai siswa secara
berkelanjutan dan terus menerus.
8.
9.
10.
Ingin sekali mencoba teknik penilaian selain praktikum dan presentasi tetapi hal demikian
belum bisa dilaksanakan sebab saya belum tahu dan belum mencari tahu lagi tentang teknik
penilaian yang lainnya.
Saya jadi lebih mengetahui kelebihan dan kekurangan saya dalam mengajar biologi.
Harapannya, nilai dan pemahaman siswa bisa menjadi lebih baik lagi.
142
143
Lampiran 26
CURRICULUM
VITAE
DATA PRIBADI
Nama
: Ida Nursanti, S. Pd
Alamat
: Perum Bukit Asri Blok A16 No.4 Ciomas Bogor
Tempat Tanggal Lahir
: Semarang 25 November 1973
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
PENDIDIKAN FORMAL
SD / MI
: SDN Kintelan II Semarang
SMP / MTs
: SMP Masehi Gergaji Semarang
SMA / MA
: SMA Kesatria I Semarang
Perguruan Tinggi
: S1
: Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor
S2
:-
S3
:-
Lainnya :
PENGALAMAN MENGAJAR
1. Tenaga pengajar formal
Lama mengajar
2. Tenaga pengajar informal
Lama mengajar
PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2. 3. -
: MAN 1 Kota Bogor
: 2002 s.d sekarang
::-
144
Lampiran 26
PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
1. Nama Pelatihan
: Pelatihan Guru Biologi
Waktu Pelatihan
: 11 – 20 April 2007
Tahun Sertifikat
: 2007
2. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
3. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
145
Lampiran 26
CURRICULUM
VITAE
DATA PRIBADI
Nama
: Sugihartini, S. Pd
Alamat
: Ciomas Permai Blok B12 No.4 Bogor
Tempat Tanggal Lahir
: Bogor, 3 Desember 1968
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
PENDIDIKAN FORMAL
SD / MI
: SDN Bantar Kemang 3
SMP / MTs
: SMP N 9 Kota Bogor
SMA / MA
: SMA N 3 Kota Bogor
Perguruan Tinggi
: S1
: Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor
S2
:-
S3
:-
Lainnya :
PENGALAMAN MENGAJAR
1. Tenaga pengajar formal
Lama mengajar
2. Tenaga pengajar informal
Lama mengajar
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Daya Mahasiswa Sunda (DANAS)
2.
3.
: MAN 1 Kota Bogor
: 2000 s.d sekarang
::-
146
Lampiran 26
PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
1. Nama Pelatihan
: Diklat Jarak jauh
Waktu Pelatihan
: 2010
Tahun Sertifikat
: 2010
2. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
3. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
147
Lampiran 26
CURRICULUM
VITAE
DATA PRIBADI
Nama
: Iis Herawati, S. Pd
Alamat
: Jalan Harmoni V Blok B8 No. 17 RT 02/014 Ciomas Permai Bogor
Tempat Tanggal Lahir
: Sukabumi, 16 Juli 1964
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
PENDIDIKAN FORMAL
SD / MI
: SDN Gunung Endut
SMP / MTs
: SMP Yasidik Parakansalak Sukabumi
SMA / MA
: SMA YPWKS Cilegon
Perguruan Tinggi
: S1
: Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor
S2
:-
S3
:-
Lainnya :
PENGALAMAN MENGAJAR
1. Tenaga pengajar formal
Lama mengajar
2. Tenaga pengajar informal
Lama mengajar
PENGALAMAN ORGANISASI
1. PGRI
2. Himpunan Biologi Indonesia (HBI)
3. Pramuka
: MAN 1 Kota Bogor
: 1996 s.d sekarang
::-
148
Lampiran 26
PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
1. Nama Pelatihan
: Diklat Jarak Jauh
Waktu Pelatihan
: 2011
Tahun Sertifikat
: 2011
2. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
3. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
149
Lampiran 26
CURRICULUM
VITAE
DATA PRIBADI
Nama
: Nurul Qodariyah, S. Pd
Alamat
: Cibeureum RT 03/03 No. 11 Kel. Mulyaharja Kec. Bogor Selatan
Tempat Tanggal Lahir
: Bogor, 20 Juni 1974
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
PENDIDIKAN FORMAL
SD / MI
: SDN Bantar Kemang III
SMP / MTs
: MTs N Kota Bogor
SMA / MA
: SMA Al-Ghazaly Bogor
Perguruan Tinggi
: S1
: Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor
S2
:-
S3
:-
Lainnya :
PENGALAMAN MENGAJAR
1. Tenaga pengajar formal
Lama mengajar
2. Tenaga pengajar informal
Lama mengajar
PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2. 3. -
: MAN 2 Kota Bogor
: 2005 s.d sekarang
::-
150
Lampiran 26
PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
1. Nama Pelatihan
: Diklat Guru Biologi MA
Waktu Pelatihan
: 1 – 10 Desember 2006
Tahun Sertifikat
: 2006
2. Nama Pelatihan
: Diklat Jarak Jauh
Waktu Pelatihan
: September – Desember 2011
Tahun Sertifikat
: 2011
3. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
151
Lampiran 26
CURRICULUM
VITAE
DATA PRIBADI
Nama
: Dra. Hj. Ruafni, M. Pd. I
Alamat
: Jalan Tawuran IV No. 8 Perumnas Bantarjati Bogor
Tempat Tanggal Lahir
: Bukit Tinggi, 12 April 1962
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
PENDIDIKAN FORMAL
SD / MI
: SD Sudarso Padang
SMP / MTs
: SMP Sudarso Padang
SMA / MA
: SMA Dabiyah Padang
Perguruan Tinggi
: S1
: Universitas Andalas
S2
: Universitas Islam 45 Bekasi
S3
:-
Lainnya :
PENGALAMAN MENGAJAR
1. Tenaga pengajar formal
Lama mengajar
2. Tenaga pengajar informal
Lama mengajar
PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2. 3. -
: MAN 2 Kota Bogor
: 2000 s.d sekarang
::-
152
Lampiran 26
PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
1. Nama Pelatihan
: Diklat Pengujian Air Bersih
Waktu Pelatihan
: 2009
Tahun Sertifikat
: 2009
2. Nama Pelatihan
: Diklat Genetika
Waktu Pelatihan
: 2005
Tahun Sertifikat
: 2005
3. Nama Pelatihan
: Diklat Di Tempat Kerja (DDTK)
Waktu Pelatihan
: 2012
Tahun Sertifikat
: 2012
153
Lampiran 26
CURRICULUM
VITAE
DATA PRIBADI
Nama
: Dra Nani Sumarni, M. Si
Alamat
: Jalan Kebon Pedes No. 51 RT 02/04 16162 Bogor
Tempat Tanggal Lahir
: Bogor, 10 April 1967
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
PENDIDIKAN FORMAL
SD / MI
: SDN Kebon Pedes V Bogor
SMP / MTs
: SMP PGRI VII Bogor
SMA / MA
: SMA PGRI I Bogor
Perguruan Tinggi
: S1
: Biologi IKIP Jakarta
S2
: Biologi IPB Bogor
S3
:-
Lainnya :
PENGALAMAN MENGAJAR
1. Tenaga pengajar formal
Lama mengajar
2. Tenaga pengajar informal
Lama mengajar
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pramuka
2. PMR
3. HMJ Biologi
: MAN 2 Kota Bogor
: 1995 s.d sekarang
::-
154
Lampiran 26
PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
1. Nama Pelatihan
: Master Teacher
Waktu Pelatihan
: 2001
Tahun Sertifikat
: 2001
2. Nama Pelatihan
: Diklat Jarak Jauh
Waktu Pelatihan
: 2013
Tahun Sertifikat
: 2013
3. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
155
Lampiran 26
CURRICULUM
VITAE
DATA PRIBADI
Nama
: Muhammad Hapid, S. Pd
Alamat
: Kedung Halang Blok Asem RT 03/02 Kel. Sukaresmi Tanah Sareal
Tempat Tanggal Lahir
: Bogor, 7 Mei 1982
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Perkawinan
: Menikah
PENDIDIKAN FORMAL
SD / MI
: SDN Parakan 2 Bogor
SMP / MTs
: MTs Al-Abror Bogor
SMA / MA
: MAN 2 Kota Bogor
Perguruan Tinggi
: S1
: Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
S2
:-
S3
:-
Lainnya :
PENGALAMAN MENGAJAR
1. Tenaga pengajar formal
Lama mengajar
2. Tenaga pengajar informal
Lama mengajar
PENGALAMAN ORGANISASI
1. LDK UIN Jakarta
2. IGTK Kec. Ciomas
: MA Al-Ghazaly
: 2009 s.d sekarang
::-
156
Lampiran 26
PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
1. Nama Pelatihan
: BIMTEK KTSP
Waktu Pelatihan
: 2010
Tahun Sertifikat
: 2010
2. Nama Pelatihan
: KTSP Berkarakter
Waktu Pelatihan
: 2011
Tahun Sertifikat
: 2011
3. Nama Pelatihan
: Sosialisasi Kurikulum 2013
Waktu Pelatihan
: 2013
Tahun Sertifikat
: 2013
157
Lampiran 26
CURRICULUM
VITAE
DATA PRIBADI
Nama
: Dra. Yayu Yuliati
Alamat
: Jalan Mawar Raya Blok F4 No. 17 Taman Pagelaran Bogor
Tempat Tanggal Lahir
: Bandung, 5 Februari 1958
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
PENDIDIKAN FORMAL
SD / MI
: SDN Pengadilan 3
SMP / MTs
: SMP N 2 Kota Bogor
SMA / MA
: SMA N 2 Kota Bogor
Perguruan Tinggi
: S1
: IKIP Jakarta
S2
:-
S3
:-
Lainnya :
PENGALAMAN MENGAJAR
1. Tenaga pengajar formal
Lama mengajar
2. Tenaga pengajar informal
Lama mengajar
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Daya Mahasiswa Sunda
2.
3.
: MA Al-Ghazaly
: 1981 s.d sekarang
::-
158
Lampiran 26
PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
1. Nama Pelatihan
: Riset Pangan, Obat-obatan, dan Lingkungan untuk Kesehatan
Waktu Pelatihan
: 27-28 Juni 2013
Tahun Sertifikat
: 2013
2. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
3. Nama Pelatihan
:
Waktu Pelatihan
:
Tahun Sertifikat
:
159
Lampiran 26
CURRICULUM
VITAE
DATA PRIBADI
Nama
: Martahani, S. Pd
Alamat
: Kebon Kopi RT 04/09 Kel. Kebon Kelapa Bogor
Tempat Tanggal Lahir
: Medan, 11 Mei 1986
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Belum Menikah
PENDIDIKAN FORMAL
SD / MI
: SDN Kebon Kopi I
SMP / MTs
: MTs Al-Ghazaly
SMA / MA
: MA Al-Ghazaly
Perguruan Tinggi
: S1
: Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor
S2
:-
S3
:-
Lainnya :
PENGALAMAN MENGAJAR
1. Tenaga pengajar formal
Lama mengajar
2. Tenaga pengajar informal
Lama mengajar
PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2. 3. -
: MA Al-Haitsam
: 2011 s.d sekarang
::-
160
Lampiran 26
PENDIDIKAN DAN LATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
1. Nama Pelatihan
:-
Waktu Pelatihan
:-
Tahun Sertifikat
:-
2. Nama Pelatihan
:-
Waktu Pelatihan
:-
Tahun Sertifikat
:-
3. Nama Pelatihan
:-
Waktu Pelatihan
:-
Tahun Sertifikat
:-
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Desti Kurniawati, lahir di
Bogor pada tanggal 18 Desember 1991. Penulis
bertempat tinggal di sebuah kampung yang terletak di
perbatasan
Kabupaten
Bogor
dan
Kabupaten
Sukabumi, yaitu di Cikereteg Kp.Anyar RT/RW 03/05
No.105
Desa
Ciderum
Kecamatan
Caringin
Kabupaten Bogor. Penulis merupakan putri pertama
dari Bapak Akim Kurniawan, S.Ag (alm) dan
Ibu
Nurhayati,
serta
memiliki
tiga
saudara
yaitu,
Silvia
Rahmawati,
Muaz Wahyudin, dan Artyfa Nurtantiana.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari MI Sirojul Wildan Caringin Bogor,
MTs Negeri Kota Bogor, dan MAN 2 Kota Bogor. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikannya ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
menekuni Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Biologi.
Saat masih duduk di bangku kuliah, penulis sudah mulai aktif mengajar di
berbagai lembaga Privat dan Bimbingan Belajar. Penulis mendapatkan
pengalaman mengajar di berbagai lembaga tersebut untuk bekal di masa depan.
Download