11 Oleh karena itu, kinerja dapat diartikan sebagai hasil pencapaian

advertisement
Oleh karena itu, kinerja dapat diartikan sebagai hasil pencapaian dari tujuan
yang telah direncanakan. Kinerja seorang karyawan menjadi penting bagi suatu
perusahaan, karena kinerja karyawan tersebut merupakan sumbangan bagi
tercapainya tujuan perusahaan.
b. Elemen Penilaian Kinerja
Menurut Dale Furtwengler (2002:1), elemen-elemen penilaian kerja
mencakup:
1) Perbaikan kinerja, kinerja diukur dalam hal kecepatan, kualitas, layanan,
nilai. Ukuran tersebut dan ukuran lainnya menjadi semakin penting dalam
mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing.
2) Pengembangan karyawan, karyawan harus memiliki keterampilan yang
diperlukan untuk mengkonversikan sasaran tersebut ke dalam realitas.
pada dunia yang maju ini, sangatlah sulit bagi karyawan menepati deadline
dan mengevaluasi kebutuhan mereka akan pengembangan keterampilan.
3) Kepuasan kerja karyawan, ciri-ciri karyawan yang bahagia adalah lebih
besar kemungkinannya untuk betah bekerja pada perusahaan tersebut,
absen lebih sedikit dibandingkan dengan karyawan yang tidak bahagia,
jarang mengeluh, menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang lebih
cepat, menghasilkan pekerjaan yang berkualitas tinggi, mencari cara untuk
meningkatkan efektivitasnya.
4) Keputusan kompensasi, beberapa faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan program kompensasi insentif yaitu: sasaran yang
11
ditetapkan dengan jelas dan dikomunikasikan dengan baik, persetujuan
mengenai cara menghitung insentif dan menentukan kapan insentif
tersebut akan dibayarkan, sistem umpan balik yang mencegah kejutan
yang tidak menyenangkan.
5) Keterampilan berkomunikasi, keterampilan berkomunikasi pada karyawan
harus ditingkatkan. Hal yang perlu diamati dalam meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi
kelengkapan
komunikasi
pada
mereka,
karyawan
adalah
kemampuan
bagaimana
mereka
untuk
mendengarkan pada waktu berkomunikasi, hormat pada orang, gaya
komunikasi yang dipergunakan (diktator, kooperatif, patuh atau parental),
pengaruh suasana hati mereka terhadap komunikasi mereka dan nada
komunikenya.
Simamora (2004:353), menyatakan bahwa kinerja karyawan sesungguhnya
dinilai atas lima dimensi:
1) Mutu
Buruk
Menengah
Sangat baik
Buruk
Menengah
Sangat baik
Buruk
Menengah
Sangat baik
Buruk
Menengah
Sangat baik
Buruk
Menengah
Sangat baik
2) Kualitas
3) Penyelesaian
Proyek
4) Kerjasama
5) Kepemimpinan
12
Berkaitan dengan pengukuran diatas Tohardi (2002:255), mengajukan
unsur-unsur
yang dinilai meliputi: kesetiaan (loyalitas), tanggung jawab,
ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, daerah organisasi. Tidak semua kreteria
pengukuran kinerja dipakai dalam suatu penilaian karyawan dimana hal ini harus
disesuaikan dengan jenis pekerjaan.
c. Standar Kinerja
Standar kinerja menjelaskan kuantitas dan kualitas kinerja yang diharapkan
dalam tugas-tugas dasar yang ditetapkan sebelumnya dalam deskripsi pekerjaan.
Menurut Simamora (2004:147), ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
dalam menetapkan standar kinerja antara lain:
1) Standar kinerja harus relevan dengan individu dan organisasi.
2) Standar kinerja harus stabil dan dapat diandalkan.
3) Standar kinerja harus dapat membedakan antara pelaksanaan pekerjaan
yang baik, sedang dan buruk.
4) Standar kinerja harus dinyatakan dalam angka.
5) Standar kinerja harus mudah diukur.
6) Standar kinerja harus mudah dipahami oleh karyawan dan penyelia.
7) Standar kinerja harus mudah ditafsirkan, sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda.
13
d. Fungsi dan Tujuan Standar Kinerja
Simamora (2004:149), mengemukakan bahwa standar kinerja mempunyai
dua fungsi yaitu:
1) Menjadi tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran dari upaya karyawan. Jika
standar telah dipenuhi maka karyawan akan merasa adanya pencapaian
dan penyelesaian.
2) Standar kinerja merupakan kreteria pengukuran kesuksesan sebuah
pekerjaan. Tanpa adanya standar tidak ada sistem pengendalian yang dapat
mengevaluasi kinerja karyawan.
Standar kinerja karyawan memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Membentuk pedoman-pedoman terhadap kinerja aktual. Hal ini berfaedah
bagi orang yang menduduki jabatan tersebut dan atasannya dapat
mengevaluasi kinerja orang tersebut.
2) Meningkatkan motivasi dan komitmen. Jika penyelia dan karyawan
bekerja sama untuk membuat standar-standar kinerja, partisipasi karyawan
dapat memberikan kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan akan
afiliasi, pangakuan, dan otonomi.
2.1.2 Komunikasi
a. Pengertian komunikasi
Pelaksanaan aktivitas perusahaan yang dilakukan sehari-hari tidak akan
dapat dilepaskan dari proses komunikasi. Proses komunikasi merupakan proses
pemberian informasi-informasi dari pimpinan kepada karyawan, karyawan kepada
14
pimpinan maupun antar karyawan dalam perusahaan itu demi tercapainya tujuan
perusahaan.
Menurut Wiryawan dan Noodhadi dikutip Torhadi (2002:351), menyatakan
bahwa:
1) Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi.
Dalam pengertian ini, keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari
penguasaan materi dan pengaturan cara-cara penyampaiannya sedangkan
pengirim dan penerima pesan bukan merupakan komponen yang
menentukan.
2) Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seorang kepada
orang lain. Pengertian ini secara implicit menempatkan pengirim pesan
sebagai penentu dalam keberhasilan, sedangkan penerima pesan dianggap
obyek yang pasif.
Gorda (2004:163), menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain dengan harapan timbul
kesamaan pengertian dan persepsi, kemudian untuk diarahkan kepada suatu
tindakan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Berdasarkan
pengertian-pengertian
yang
dikemukakan
diatas
dapat
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk dapat
saling mengerti dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.
15
Beberapa unsur pokok dalam komunikasi (Tohardi, 2002:323), antara lain:
1) Komunikator,
yaitu
seseorang
atau
sekelompok
orang
yang
menyampaikan pikirannya atau perasaannya kepada orang lain.
2) Pesan, yaitu lambang yang membawakan pikiran atau perasaan
komunikator.
3) Komunikan, seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran
komunikator saat menyampaikan pesan.
4) Media, yaitu sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan.
5) Efek, yaitu tanggapan responden reaksi dari komunikan ketika ia
menerima pesan dari komunikator atau efek adalah akibat dari proses
komunikasi.
b. Hambatan-hambatan komunikasi
Menurut (Gorda, 2004:220), komunikasi dalam perusahaan adalah vital,
akan tetapi komunikasi sering kurang efektif karena dengan beberapa hambatan,
antara lain:
1) Struktur organisasi, pemekaran struktur organisasi menyebabkan semakin
banyak jenjang organisasi yang harus dilalui dalam berkomunikasi
sehingga akan menyebabkan informasi mengalami berbagai interpretasi
sering menyimpang atau berbeda dengan arti dan maknanya semula.
16
2) Spesialisasi, menjadi sumber timbulnya hambatan komunikasi yang efektif
karena karyawan cenderung bersifat individualitas dan memisahkan diri
satu dengan yang lain.
3) Ketidakjelasan informasi, akan menimbulkan salah pengertian antara
pemberi informasi (komunikor) dengan penerima informasi (komunikan).
4) Waktu, ketepatan dalam penyampaian informasi sangat mempengaruhi
persepsi penerima, dimana diwaktu yang tidak tepat menyampaikan
informasi
maka
akan
mengganggu
konsentrasi
komunikasi
dan
menyebabkan perbedaan persepsi.
5) Kesenjangan, terjadinya kesenjangan yang tinggi antara komunikator
dengan komunikan menyebabkan terjadinya kekakuan dalam proses
komunikasi sehingga efektifitas pelaksanaan komunikasi terganggu.
6) Tingkat kepercayaan, komunikan kurang mempercayai komunikator akan
menyebabkan kurang efektifnya proses komunikasi dalam perusahaan.
7) Egoistis, sifat orang-orang yang menonjolkan sifat egoistisnya akan
cenderung memunculkan situasi ketegangan dan konflik dalam perusahaan
sehinggga akan menganggu stabilitas perusahaan.
8) Tidak Konsisten, tidak konsistennya informasi yang disampaikan
menyebabkan kebingungan dikalangan karyawan di dalam melaksanakan
berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup tugas dan tanggung jawab.
17
c. Pentingnya Komunikasi
Sebuah perusahaan tidak mungkin tanpa komunikasi. Adanya komunikasi
orang akan memperoleh informasi, masukan dan bahkan instruksi. Perusahaan
akan runtuh disebabkan karena ketiadaan komunikasi. Berikut adalah gambar
dimana semua tindakan pimpinan melewati leher botol komunikasi.
Gambar 2.1 Tindakan Pimpinan Melewati Leher Botol Komunikasi.
Manajer
Perencanaan
Pengoperasian
Pengaturan staf
Pengarahan
Pengendalian
Komunikasi
Kelompok
kerja
Kinerja
karyawan
Sumber : Devis & Newstrom, 1985
Pada Gambar 2.1 ditinjau dari sudut pandang manajemen, semua tindakan
pimpinan harus melewati leher botol komunikasi. Semua gagasan besar
manajemen hanya merupakan pikiran dari belakang meja sampai manajer dapat
menerapkannya melalui komunikasi. Rencana manajer boleh jadi yang terbaik di
dunia, tapi apabila tidak dapat dikomunikasikan dengan baik maka rencana itu
tidak berharga. Apabila komunikasi efektif akan dapat mendorong timbulnya
kinerja yang lebih baik.
d. Pedoman Komunikasi Efektif
Gorda (2004:223), menyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dikalangan manajer di dalam berkomunikasi dengan orang lain,
18
termasuk para karyawannya sebagai upaya membina komunikasi yang efektif,
antara lain:
1) Manajer puncak memandang penting komunikasi, keberhasilan proses
komunikasi di dalam perusahaan, amat tergantung dari dukungan dan
perhatian manajer puncak.
2) Manajer mambangun komunikasi dua arah, model komunikasi dua arah
akan menciptakan suasana rasa saling percaya di antara menajer dan
karyawan, antara manajer dan manajer, dan antara karyawan itu sendiri.
3) Manajer memanfaatkan umpan balik, memanfaatkan umpan balik, akan
membangun sikap dan prilaku karyawan seperti rasa ikut memiliki dan
rasa bertanggung jawab.
4) Manajer mengambangkan komunikasi bernuansa empati, pihak manajer
(komunikator) berupaya untuk merumuskan pesan dengan bahasa
sederhana sesuai dengan kondisi komunikan.
5) Manajer lebih menekankan komunikasi tatap-muka, akan membangun
saling pengertian antara komunikator dengan komunikan terhadap
berbagai salah pengertian.
6) Manajer mampu membangun tanggung jawab bersama, komunikasi yang
efektif akan mampu dibangun di dalam suatu perusahaan bila manajer
puncak mengembangkan atau membangun tanggung jawab bersama dalam
proses komunikasi.
19
e. Jenis-jenis Komunikasi
1) Jenis-jenis Komunikasi
Handoko (2001:89), menyatakan bahwa jenis komunikasi ditinjau dari
sifatnya ada dua yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal.
a) Komunikasi formal terjadi berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam suatu
organisasi yang berupa komunikasi verbal termasuk juga komunikasi
horizontal.
b) Komunikasi informal adalah komunikasi yang dilaksanakan tidak
berdasarkan atas ketentuan-ketentuan dalam struktur organisasi atau
peraturan yang berlaku di lingkungan organisasi.
Bentuk komunikasi antara lain sebagai berikut:
a) Komunikasi vertikal, adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari
bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan atau dari
bawahan ke pimpinan secara timbal balik.
b) Komunikasi horisontal, adalah komunikasi secara mendatar misalnya
komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi ini sering
kali berlangsung tidak formal yang berlainan dengan komunikasi vertikal
yang terjadi secara formal.
c) Komunikasi diagonal, adalah komunikasi yang sering kali juga
dinamakan komunikasi silang yaitu komunikasi dalam organisasi antara
seseorang dengan orang lain yang satu dengan yang lainnya berbeda
dalam kedudukan dan bagian.
20
2.1.3 Konflik
a. Pengertian konflik
Hampir setiap hari kita menyaksikan, membaca dan bahkan mungkin
mengalami sendiri situasi konflik dengan berbagai akibat baik bagi diri sendiri,
kelompok, ataupun organisasi. Banyak para ahli maupun pemerhati perilaku
organisasi, berpendapat bahwa baik organisasi bisnis maupun non-bisnis tidak
lepas dari konflik bahkan eksistensi konflik dalam organisasi dikatakan telah
membudaya.
Menurut Gorda (2004:224), konflik pada dasarnya merupakan proses batin
yang diliputi kegelisahan, kewas-wasan karena adanya pertentangan atau
perbedaan yang tak terkendali antara dua orang atau lebih.
b. Penyebab terjadinya konflik
Menurut Handoko (2000:345), secara ringkas penyebab terjadinya konflik
sebagai berikut:
1) Komunikasi, salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa
yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap,
serta gaya individu manajer yang tidak konsisten.
2) Struktur, pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingankepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk
memperebutkan
sumber-sumber
daya
yang
terbatas,
atau
saling
ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan untuk
mencapai tujuan mereka.
21
3) Pribadi, ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan
dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka dan perbedaan
dalam nilai-nilai atau persepsi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab timbulnya konflik
antara lain dikarenakan adanya kesalahan komunikasi, perbedaan tujuan dan
perbedaan persepsi mengenai keterbatasan sumber daya yang ada dalam
organisasi.
c. Akibat Konflik
Menurut Hasibuan (2003:200), akibat dari konflik karyawan bagi
perusahaan ada dua yaitu akibat baik dan akibat buruk. Akibat baik (positif) dari
konflik adalah sebagai berikut:
1) Evaluasi diri atau intropeksi diri demi kemajuan.
2) Moral kerja atau prestasi kerja yang akan meningkat.
3) Mengembangkan diri demi kemajuan karena dorongan persaingan.
4) Memotivasi dinamika organisasi dan kreativitas karyawan.
Sedangkan akibat buruk (negatif) konflik karyawan sebagai berikut:
1) Kerjasama kurang serasi dan harmonis diantara para karyawan.
2) Memotivasi sikap-sikap emosional karyawan.
3) Menimbulkan sikap apriori karyawan.
4) Meningkatkan absen dan turnover karyawan.
5) Kerusakan produksi dan kecelakaan semakin meningkat.
22
d. Proses Konflik
Gambar 2.2 Proses Konflik
Tahap I
Oposisi Potensial
Tahap II
Kognisi & Personalisasi
Tahap III
Prilaku
Dirasakan
sebagai konflik
Tahap II
Hasil
Peningkatan
kinerja kelompok
Kondisi awal :
- Komunikasi
- Struktur
- Faktor pribadi
Pemindahan
Konflik
Penurunan
kinerja kelompok
Konflik nyata
Dianggap sbg
konflik prilaku :
- Kompetisi
- Kolaborsi
- Akomodasi
- Penghindaran
- Kompromi
Sumber : Stephen P Robbins, 2002
Berdasarkan Gambar 2.2 dapat dilihat proses atau tahap konflik karyawan.
1) Tahap I Potensial, merupakan tahap pertama yang menyebabkan konflik
antara lain komunikasi, struktur, dan faktor pribadi.
2) Tahap II Kognisi dan Personalisasi, Kondisi awal dapat mengarah pada
terjadinya konflik hanya jika satu pihak atau lebih dipengaruhi dan
dikognisasi oleh konflik tersebut.
3) Tahap III Prilaku, merupakan tahap dimana prilaku penanganan konflik
paling banyak dimulai.
4) Tahap IV Hasil, Kondisi saling mempengaruhi antara prilaku konflik yang
nyata dengan prilaku penanganan konflik yang menghasilkan konsekuensi.
Hasilnya bisa menjadi fungsional atau bisa juga menjadi disfungsional.
23
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Pertama, penelitian yang terkait dengan penelitian sekarang ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Gama Lisa Agustina (2007) yang berjudul
Pengaruh Komunikasi, Manajemen Konflik, dan Manajemen Stres terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Bank Jatim di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan secara parsial maupun
simultan antara variabel komunikasi, manajemen konflik, dan manajemen stres
terhadap kinerja karyawan, serta untuk mengetahui variabel manakah yang
memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan di PT. Bank Jatim di Jawa
Timur. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara variabel
bebas X1 (komunikasi), X2 (Manajemen Konflik), X3 (Manajemen Stres) dengan
variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y). Hal ini ditandai dengan adanya nilai
koefesien korelasi atau nilai R yang diperoleh sebesar 0,726 tanda positif dari nilai
R berarti variabel bebas tersebut mempunyai hubungan searah dengan variabel
terikatnya. Variabel komunikasi mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja
karyawan PT. Bank Jatim di Jawa Timur. Hal ini dapat diketahui dari nilai
koefesien tertinggi variabel tersebut yaitu 0,496, yang paling besar diantara
variabel bebas lainnya.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh I Gede Eka Cipta Ariawan (2005)
yang berjudul Pengaruh Komunikasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja
Karyawan pada Kantor Pusat PT. Bank Perkreditan Rakyat Kapal Basak Pursada.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi
dan kepemimpinan baik secara parsial maupun simultan, serta untuk mengetahui
24
variabel mana yang lebih dominan mempengaruhi kinerja karyawan pada PT.
Bank Perkreditan Rakyat Kapal Basak Pursada. Dari penelitian tersebut dapat
ditarik kesimpulan baik secara simultan maupun parsial variabel komunikasi (X1)
dan kepemimpinan (X2) berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank
Perkreditan Rakyat Kapal Basak Pursada. Hal ini ditandai dengan adanya nilai
koefesien korelasi atau nilai R yang diperoleh sebesar 0,792 tanda positif dari nilai
R berarti variabel bebas tersebut mempunyai hubungan searah dengan variabel
terikatnya. Variabel kepemimpinan mempunyai pengaruh dominan terhadap
kinerja karyawan PT. Bank Perkreditan Rakyat Kapal Basak Pursada. Hal ini
dapat diketahui dari nilai koefesien tertinggi variabel tersebut yaitu 0,602, yang
paling besar diantara variabel bebas lainnya.
Ketiga penelitian dari Primidya Kartika Miranda yang berjudul Corporate
Communication dan Corporate Image (2001). Penelitian ini mengemukakan
bahwa paradigma pemasaran di era modern yang telah bergeser dari pemasaran
tradisional/pemasaran produk ke pemasaran organisasi atau perusahaan (corporate
marketing). Semakin beragam pilihan dasar pasar produk membuat perusahaan
harus lebih menekankan pentingnya reputasi dan image untuk mempertahankan
kekompetitifan posisinya dan secara lebih spesifik lagi. Reputasi dan image
terhadap perusahaan menjadi penting karena masih banyak orang yang lebih
mengandalkan kepada siapa yang menyampaikan dan bukan pada apa yang
disampaikan. Penggambungan keduanya –siapa dan apa- kedalam satu kemasan
terpadu, melalui program corporate marketing, akan memberikan sinergi yang
sangat kuat bagi kinerja perusahaan. Corporate communication merupakan salah
25
satu alat dalam corporate marketing untuk menciptakan corporate image tertentu
dimata pihak-pihak yang memiliki hubungan dan kepentingan baik langsung
maupun tidak langsung dengan perusahaan.
2.3 Rumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan penelitan sebelumnya, maka dapat
dinyatakan rumusan hipotesis sebagai berikut :
a. Komunikasi dan konflik karyawan secara simultan berpengaruh terhadap
kinerja karyawan pada PT. Adhara Bali Medika Denpasar.
b. Komunikasi dan konflik karyawan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada PT. Adhara Bali Medika Denpasar.
c. Komunikasi lebih besar pengaruhnya terhadap kinerja karyawan pada PT.
Adhara Bali Medika Denpasar.
26
Download