Pertumbuhan Tanaman Pakchoy (Brassica

advertisement
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 147 – 152
Pertumbuhan Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.)pada Tanah
Gambut dengan Pemberian Pupuk Kompos Kotoran Kambing
Maurilla Illa1, Mukarlina1, Rahmawati1
1.
ProgramStudiBiologi, FakultasMIPA, UniversitasTanjungpura, l. Prof. Dr. H. HadariNawawi, Pontianak,
Email korespondensi : [email protected]
Abstract
The cultivation of pakchoy (Brassica chinensis L.) on peat soil is challenged by a low soil fertility. The addition
of goat manure compost is expected to increase the growth of pakchoy and the quality of the soil. The aim of
the research were to identifying the infleunce of goat manure compost towards the growth of pakchoy (B.
chinensis L.) on the peat soil. Additionally, it attempts to study the lowest concentrational of goat manure
compost which can provide the best result for the growth of pakchoy (B. chinensis L.) on the peat soil.The
research was conducted in a green house and a biology lab oot of the faculty of Mathematics and Natural
Sciences, Tanjungpura University Pontianak. The analysis of soil, compost, leaf area and lime needs were
carried out in an agronomy lab and chemical and soil fertility lab since October 2016 to March 2017. The
research employed a completely randomised design (CRD) with a four-lewel treatment, including P0= 0
(control), P1= 62,5 gram, P2= 97,5 gram, and P3= 125 gram. The data in this research was then analysed
through ANOVA test (Analysis of Variance). The result of ANOVA test which provides a clear influence was
continued by a Duncan test at the level of 5%. The result showed that the provision of goat manure compost
provides a clear effect toward all growth parameters. Moreover, the compost concentration on 62.5 gram is the
lowest concentration which can provide the best result towards the plant height by 19.13 cm, number of leaves
by 8.67 cm, total leaf area by 291.5 cm2, gross weight by 17.71 gram and dry weight by 1.22 gram.
Keywords: Pakchoy (B. chinensis L.), goat manure compost, peat soil
PENDAHULUAN
Pakchoy (Brassica chinensis L.) merupakan salah
satu jenis tanaman sayuran dari famili Brassicaceae
yang tumbuh di daerah subtropis dan tropis
(Puspitasari et al., 2013). Pakchoy memiliki
kandungan gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh
seperti
betakaroten,protein,
lemak
nabati,
karbohidrat, serat, Ca, Mg, Fe, sodium, vitamin A
dan vitamin C (Nurhasanah et al., 2015).
Budidaya tanaman pakchoy yang terdapat di
Kalimantan Barat pada saat ini sangat terbatas dan
masih dalam skala kecil. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (2014), produksi dari keseluruhan
jenis tanaman sawi dan pakchoy yang terdapat di
Kalimantan Barat sekitar 7,387 ton dengan rata-rata
4,05 ton/ha/tahun. Produksi keseluruhan tanaman
ini menurun apabila dibandingkan dengan data
Badan Pusat Statistik (2013) yaitu sekitar 11,967
ton dengan rata-rata 6,73 ton/ha/tahun.
Luas lahan gambut yang terdapat di Kalimantan
Barat sekitar 1.729.980 ha dan yang layak
digunakan sebagai lahan pertanian sekitar 694.714
ha (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Pertanian, 2008). Lahan gambut
merupakan lahan yang terbentuk dari hasil
penimbunan bahan organik di lantai hutan yang
berasal dari vegetasi reruntuhan daun dan ranting
tumbuhan dalam kurun waktu yang lama (Neliyati,
2005).
Tanaman yang ditanam di lahan gambut umumnya
sulit mengalami pertumbuhan, hal ini disebabkan
beberapa kendala sifat fisik tanah gambut yaitu sifat
keringtidak balik (irreversible drying) sehingga
tanah gambut tidak dapat berfungsi sebagai koloid
organik. Produktivitas lahan gambut yang rendah
dikarenakan rendahnya kandungan unsur hara
makro seperti K, Ca, Mg, P dan mikro seperti Cu,
Zn, Mn, B yang tersedia untuk tanaman, memiliki
tingkat kemasaman yang tinggi serta rendahnya
kejenuhan basa (Ratmini, 2012).
Upaya dalam meningkatkan kesuburan tanah
gambut dapat dilakukan menggunakan bahan-bahan
organik seperti pupuk kompos kotoran kambing.
Menurut Pranata (2004), kotoran kambing
mengandung unsur nitrogen dan kalium yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kotoran sapi.
Pemanfaatan kotoran kambing sebagai pupuk tidak
dapat dilakukan secara langsung, karena memiliki
tekstur yang cukup keras dan lama terurai di dalam
tanah, hal ini sangat berpengaruh dalam proses
147
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 147 – 152
dekomposisi sehingga unsur hara tidak dapat
digunakanlangsung oleh tanaman (Setiawan, 2010 ;
Supardi, 2011).
Proses pengomposan kotoran kambing dapat
berlangsung secara cepat bila ditambahkan dengan
mikroorganisme,
salah
satunya
EffectiveMicroorganism 4 (EM4). EM4 merupakan
kumpulan mikroorganisme pengurai seperti bakteri
fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), bakteri asam
laktat (Lactobacillus sp.),ragi (Saccharomyces sp.)
dan Actinomycetes (Triwibowo et al., 2015).
Penambahan pupuk kompos kotoran kambing pada
tanah gambut diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman pakchoy dan kualitas tanah
gambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian pupuk kompos kotoran
kambing terhadap pertumbuhan tanaman pakchoy
(B. chinensis L.) pada tanah gambut dan mengetahui
konsentrasi terendah pupuk kompos kotoran
kambing yang memberikan hasil terbaik untuk
pertumbuhan tanaman pakchoy (B. chinensis L.)
pada tanah gambut.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan terhitung
dari bulan oktober 2016 sampai Maret 2017.
Penelitian ini dilakukan di rumah kasa dan
Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura,
Pontianak. Analisis tanah, analisis pupuk kompos,
pengukuran luas daun dan kebutuhan kapur
dilakukan di Laboratorium Agronomi dan
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura,
Pontianak.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan menurut
Annisava et al. (2014), Mulyanti et al. (2015) dan
Tufaila et al. (2014), yaitu tanpa pupuk kompos
kotoran kambing (kontrol) (P0), pupuk kompos
kotoran kambing 62,5 g (P1), pupuk kompos
kotoran kambing 97,5 g (P2), pupuk kompos
kotoran kambing 125 g (P3). Setiap taraf perlakuan
diulang sebanyak 6 kali sehingga diperoleh 24 unit
percobaan.
Prosedur Kerja
Pembuatan Pupuk Kompos Kotoran Kambing
Kotoran kambing ditimbang sebanyak 5 kg, sekam
500 gr dan dedak 1 kg. EM4 sebanyak 50 ml dan
gula merah 50 g dilarutkan ke dalam 5 liter air,
kemudian larutan EM4, air dan gula merah, yang
telah dibuat disiram secara merata ke dalam
adonan, hingga kandungan air pada adonan 30%40%. Proses pengomposan dibiarkan selama kurang
lebih 4 minggu dengan kondisi suhu dipertahankan
55 - 60oC. Kisaran kondisi suhu ideal pupuk
kompos adalah 55 - 60 oC (Harold, 1995).
Persiapan Media Semai dan Penyemaian
Biji tanaman pakchoy (Brassica chinensis L.)
diseleksi, disemai menggunakan media tanah
gambut, pupuk kandang kambing merk trubus dan
pasirdengan perbandingan 1:1:1. Pemindahan
dilakukan setelah berumur 2 minggu atau setelah
memiliki 3-4 helai daun (Syawalludin, 2005 dalam
Puspitasari et al., 2013).
Persiapan Media Tanam
Tanah gambut dikering anginkan dibawah naungan
sinar matahari dan dibersihkan dari kayu, batu, dan
sisa-sisa akar tanaman lalu diayak menggunakan
ayakan tanah.Tanah kemudian ditambahkan
menggunakan dolomit sebanyak 5,75 g/100 g tanah
agar pH tanah menjadi netral yaitu (7,00), kemudian
diinkubasikan selama2 minggu (Syawalludin, 2005
dalam Puspitasari et al., 2013).
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang
pada setiap polibag dengan ke dalaman ± 5 cm.
Tanaman pakchoy dipindahkan ke dalam polibag
dengan menyertakan tanah yang masih tersisa pada
perakaran tanaman. Setiap polibag ditanam 1
tanaman dan disiram menggunakan air sebanyak 50
mL per tanaman.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman,
pengendalian hama dan penyakit, penyiangan
gulma. Pemanenan dilakukan setelah tanaman
berumur 6 minggu.
Parameter Pengamatan
Parameter tanaman meliputi tinggi tanaman (cm),
jumlah daun (helai), luas daun total (cm2), berat
basah (gram) dan berat kering (gram).
Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan meliputi pH dankelembaban
tanah, suhu dan kelembaban udara, intensitas
cahaya, analisis tanah dan analisis kompos.
Analisis data
Data pertumbuhan tanaman pakchoy yang telah
diperoleh dianalisa dengan uji ANOVA (Analysis of
148
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 147 – 152
Variance). Hasiluji ANOVA yang berpengaruh
nyata dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%
(Sastrosupadi, 2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Luas Daun
Pemberian pupuk kompos kotoran kambing
memberikan pengaruh nyata terhadap rerata tinggi
tanaman (F3,20 = 17,450, p = 0,000; Anova), jumlah
daun (F3,20 = 6,430, p = 0,003; Anova), dan luas
daun (F3,20 =12,137, p = 0,000; Anova) tanaman
pakchoy (Brassica chinensis L.). Berdasarkan
(Tabel 1) pemberian pupuk kompos kotoran
kambing dengan konsentrasi 62,5 gram, 97,5 gram
dan 125 gram, berbeda nyata dengan kontrol.
Sedangkan antar perlakuan tidak berbeda nyata
untuk parameter tinggi tanaman (cm), jumlah daun
(helai) dan luas daun total (cm2) tanaman.
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Luas
Daun Total Tanaman Pakchoy (B. chinensis
L.) setelah pemberian pupuk kompos
kotorankambing
Konsentrasi
Tinggi
Jumlah
Luas Daun
Kompos
Tanaman
Daun
Total (cm2)
(gram)
(cm)
(helai)
a
0
10,5±3,44
4,67±1,75a 46,3±2,53a
b
62,5
19,13±1,60
8,67±2,16b 291,5±4,15b
b
97,5
21,55±3,22
8,83±1,72b 397,3±5,50b
b
125
19,96±2,94
8,5±2,07 b 344,5±3,92b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti olehhuruf yang
sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf
5 % berdasarkan uji Duncan.
Berat Basah dan Berat Kering
Pemberian pupuk kompos kotoran kambing
memberikan pengaruh nyata terhadap rerata berat
basah (F3,20 = 11,516, p = 0,000; Anova) dan berat
kering F3,20 = 9,295, p = 0,000; Anova) tanaman
pakchoy (Brassica chinensis L.). Berdasarkan
(Tabel 2) pemberian pupuk kompos kotoran
kambing dengan konsentrasi 62,5 gram, 97,5 gram
dan 125 gram, berbeda nyata dengan kontrol.
Sedangkan antar perlakuan tidak berbeda nyata
untuk parameter berat basah (gram) dan berat kering
(gram).
Hasil Analisis Pupuk Kompos Kotoran Kambing
Komponen kimia pupuk kompos yang telah
dianalisis meliputi pH, C-organik, C/N rasio, dan
kandungan hara seperti N, P, K, Ca, Mg dan Fe.
(Tabel 3).
Tabel 2. Rerata Berat Basah dan Berat Kering
TanamanPakchoy (B. chinensis L.) setelah
pemberian pupuk kompos kotoran kambing
Konsentrasi
Berat Basah
Berat Kering
Kompos
(gram)
(gram)
(gram)
a
0
2,63±0,68
0,17±0,13a
b
62,5
17,71±1,03
1,22±0,31b
b
97,5
29,69±1,67
1,65±0,39b
b
125
27,61±1,37
1,68±0,38b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf
5 % berdasarkan uji Duncan
Tabel 3. Hasil analisis Pupuk Kompos Kotoran Kambing
No Parameter
1.
2.
3.
4.
pH
Corganik
C/N rasio
Kadar
hara
(N+P2O5
+K2O)
Ca
Mg
Fe
Satuan
%
%
%
%
%
Pupuk
Kompos
8,07
46,98
Permentan
(2011)
(4-8)
min 15%
19,49
(15-25)
(2,41+0,74+
1,37)
0,36
0,33
0,07
(N+P2O5+K
Min 4%
Maks 9000
2O)
Hasil Analisis Tanah Gambut
Komponen kimia hasil analisis tanah gambut
sebelum penambahan dolomit dan pupuk kompos
kotoran kambing (Tabel 4).
Tabel 4. Hasil Analisis Tanah Gambut
N Parameter
Satuan
Nilai
Nilai ketetapan
o Analisis
Analisis
1. pH KCl
2,49
<4,0
2. KTK
(cmol(+) 113,11
(90 – 200cmol(+)
kg-1)
kg-1
Pembahasan
Pemberian Pupuk Kompos Kotoran Kambing
Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Luas
Daun Tanaman Pakchoy (B. chinensis)
Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun dan luas daun tanaman pakchoy (B. chinensis)
menunjukan bahwa pemberian kompos dengan
konsentrasi 62,5 gram, 97,5 gram dan 125 gram,
berbeda nyata dengan kontrol, tetapi tidak berbeda
nyata antar perlakuan. Konsentrasi 62,5 gram
merupakan konsentrasi terendah yang telah mampu
memberikan hasil perlakuan terbaik (Tabel 1). Hasil
ini memperlihatkan bahwa pemberian pupuk
kompos dengan konsentrasi yang rendah yaitu 62,5
149
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 147 – 152
gram sudah mampu memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah yang digunakan sebagai media
tanam dan telah menyediakan sejumlah unsur hara
seperti C-organik, N, P, K, Ca, Mg, dan Fe (Tabel
3), yang cukup terhadap pertumbuhan tanaman
pakchoy.
Kompos kotoran kambing yang digunakan
mengandung N 2,41%, P 0,74% dan K 1,37 %
(Tabel 3). Menurut Lingga (1991), kotoran padat
kambing sebelum dikomposkan mengandung bahan
organik sebanyak 31%, rasio C/N 25-30% dan
memiliki kandungan unsur hara yang terdiri dari
69% H2O, 0,95% N, 0,35% P, 1,00% K.
Penambahan Effective Microorganism 4(EM4)
mampu meningkatkan kandungan unsur hara dalam
kompos kotoran kambing. Menurut(Triwibowo et
al., 2015), Effective Microorganism 4(EM4)
merupakan salah satu bioaktivator yang efektif
untuk menginokulasi bahan organik dalam
mempercepat proses pengomposan dan bermanfaat
untuk meningkatkan unsur hara kompos.
Menurut Trivana et al. (2017), peningkatan kadar N
kompos kotoran kambing setelah pengomposan
terjadi karena proses penguraian bahan organik
yang dilakukan oleh mikroorganisme menghasilkan
amoniak dan nitrogen, sehingga N yang bereaksi
dengan air akan membentuk NO3- dan H+. Menurut
Hidayati et al., (2011), peningkatan Pdipengaruhi
oleh tingginya kandungan N, semakin tinggi
kandungan unsur N maka jumlah mikroorganisme
yang merombak P akan meningkat. Menurut Sutejo
(1996), meningkatnya unsur K dikarenakan
mikroorganisme yang menggunakan unsur K dalam
bahan substrat berfungsi sebagai katalisator,
sehinggaaktivitas bakteri akan meningkatkan
kandungan unsur K pada pupuk kompos.
Pemberian pupuk kompos kotoran kambing juga
mampu memperbaiki sifat kimia tanah gambut.
Berdasarkan hasil analisis tanah gambut sebelum
penambahan dolomit dan penambahan pupuk
kompos kotoran kambing memiliki pH KCL
sebesar 2,49 yang tergolong rendah, nilai KTK
sebesar 113,11 (cmol(+) kg-1) (Tabel 4), tergolong
rendah. Hasil penelitian Devinta dan Listiantie
(2014), menunjukkan bahwa pemberian pupuk
kompos berbahan dasar tongkol jagung dan kotoran
kambing dapat meningkatkan pH tanah. Menurut
Mukhlis et al., (2011), bahan organik mampu
meningkatakan nilai pH tanah, dikarenakan bahan
organik seperti kompos kotoran kambing memiliki
kemampuan mengkhelat lofam Al3+, sehingga tidak
terjadi reaksi hidrolisis Al3+. Menurut Nyakpa et al.,
(1988), penambahan dolomit mempengaruhi sifat
fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik
tanah,hingga mampu menetralkan keasaman tanah.
Menurut Setyorini (2005), penambahan bahan
organik mampu meningkatkan KTK dalam tanah.
Unsur hara yang tersedia di dalam tanah setelah
pemberian pupuk kompos kotoran kambing yaitu N,
P dan K. Menurut Wahyudi (2010), unsur N
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman yaitu akar, batang dan daun,
sehingga daun tanaman menjadi lebih lebar dan
berwarna lebih hijau. Menurut Purwati (2013),
unsur P berperan dalam merangsang pertumbuhan
akar, khususnya pertumbuhan akar benih dan
tanaman muda. Sudarmono (1997), menyatakan
unsur K berperan menguatkan dan memperkokoh
tumbuh tanaman, serta merangsang pertumbuhan
daun.
Pemberian kompos kotoran kambing di dalam
media tanam dapat menyediakan beberapa hormon
yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya
melalui proses mikroorganisme. Menurut Atmojo
(2003), penambahan bahan organik seperti pupuk
kompos kotoran kambing akan meningkatkan
aktivitas mikroorganisme didalam tanah. Menurut
Wattimena (1988), auksin berperan dalam
membantu
proses
pertumbuhan
seperti
pertumbuhan
akar,
batang,
mempercepat
perkecambahan dan membantu dalam proses
pemanjangan sel. Menurut Gandner et al., (1991),
sitokinin berperan dalam memacu pembelahan sel
meristematik dan perbesaran sel pada primordia
daun. Menurut Salisbury dan Ross (1995), hormon
giberelin berperan dalam sintesis protein triptofan
sebagai prekursor auksin endogen, sehingga dapat
meningkatkan kandungan auksin.
Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Kotoran
Kambing Berat Basah dan Berat Kering Tanaman
Pakchoy (B. chinensis)
Pemberian pupuk kompos konsentrasi 62,5 gram
terhadap berat basah dan berat kering tanaman
merupakan konsentrasi rendah yang telah mampu
memberikan hasil perlakuan terbaik untuk berat
basah tanaman (Tabel 2). Menurut Irianto (2008),
berat basah tanaman merupakan hasil akumulasi
fotosintat dalam bentuk biomasa tanaman dan
kandungan air pada daun. Loveless (1987),
menambahkan bahwa sebagian besar jumlah berat
basah tanaman disebabkan oleh kandungan air.
Menurut Waskito (2016), pemberianpupuk kompos
mampu memperbaiki sifat fisik tanah gambut
seperti kadar air, berat isi (bulk density), daya
150
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 147 – 152
menahan beban (bearing capacity), subsiden
(penurunan permukaan) dan mengering tidak balik
(irreversible drying), sehingga penyerapan unsur
hara dalam tanaman menjadi lebih optimal Menurut
Kaderi (2004), pemberian bahan organik seperti
pupuk kompos mampu membantu akar tanaman
dalam menembus tanah lebih dalam, sehingga
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
menyerap unsur hara dan air dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Menurut Sitompul dan Guritno (1995), banyaknya
jumlah daun tanaman akan mampu meningkatnya
berat
basah
tanaman
yang
dihasilkan.
Dwidjoseputro (1992), menambahkan semakin
banyak jumlah daun tanaman, maka hasil
fotosintesis yang dihasilkan akan semakin besar,
sehingga hasil fotosintesis berupa asimilat yang
diserap oleh tanaman akan lebih maksimal dan akan
mempengaruhi berat basah tanaman.
Badan Pusat Statistik, 2013, Kalimantan Barat dalam
Angka, Kantor Statistik Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat
Berat kering tanaman umumnya berhubungan
dengan jumlah daun dan luas daun. Nurshanti
(2009), perkembangan jaringan tanaman akan
menyebabkan bertambahnya jumlah daun,
meluasnya daun, bertambahnya akar dan batang
menjadi semakin besar.
Kompos mengandung hara makro seperti N, P, K
dan unsur mikro seperti Ca, Mg, Fe. Ketersediaan
unsur hara yang terdapat dalam kompos kotoran
kambing berperanan penting terhadap pertumbuhan
tanaman salah satunya penambahan jumlah berat
kering tanaman. Menurut Widarti et al., (2015),
unsur P dapat menyusun bobot berat kering tanaman
sekitar 0,1- 0,4%. Menurut Sutedjo (2010), unsur
magnesium (Mg) sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman sebagai penghasil klorofil, semakin
banyak kandungan klorofil yang terdapat di dalam
tanaman maka proses fotosintesis akan berlangsung
secara optimal, sehingga mampu meningkatkan
berat kering tanaman.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kompos
kotoran kambing memberikan pengaruh nyata
terhadap semua parameter pertumbuhan
dan
konsentrasi pupuk kompos kotoran kambing 62,5
gram merupakan konsentrasi terendah yang telah
mampu memberikan hasil terbaik terhadap rerata
tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun total, berat
basahdan berat keringtanaman pakchoy (B.
chinensis).
Annisava, RA, Anjela, L & Solfan, B, 2014,’Respon
Tanaman Sawi (Brassica juncea L .) terhadap
pemberian beberapa dosis bokashi sampah pasar
dengan dua kali penanaman secara vertikultur’,
Jurnal Agroteknologi, vol.5, no.1, hal.17-24
Atmojo, SW, 2003, Peranan Bahan Organik terhadap
Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya,
Sebelas Maret University Press, Surakarta
Badan Pusat Statistik, 2014, Kalimantan Barat dalam
Angka, Kantor Statistik Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat
BB Litbang SDLP (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian,
2008, Laporan Tahunan 2008, Konsorsium
Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim
pada Sektor Pertanian, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian,
Bogor
Devinta, DM, & Listiatie, BU,2014,’Respon
Pertumbuhan Tanaman Terung (Solanum
Melongena L.) Terhadap Pemberian Kompos
Berbahan Dasar Tongkol Jagung dan Kotoran
Kambing Sebagai Materi Pembelajaran Biologi
Versi Kurikulum 2013’, JUPEMASI-PBIO, vol.
1, no. 1, hal. 161-166
Dwidjoseputro, D, 1992, Pengantar
Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta
Fisiologi
Gandner, FP, Pearce, RB dan Mitchell, RL, 1991,
Fisiologi Tanaman Budidaya, Jilid 1, Penerjemah
Herawati Susilo, UI Press, Jakarta
Harold, BG, 1995, Composting
Organization, Geneva
World
Healt
Hidayati, YA, Kurnani, A, Marlina, ET, dan Harlia, E,
2011,’Kualitas Pupuk Cair Hasil Pengolahan
Fases Sapi Potong Menggunakan Saccharomyces
cereviceae’, Jurnal Ilmu Ternak vol. 11, no. 2, hal.
104-107
Irianto, 2008,’Pertumbuhan dan Hasil Kailan (Brassica
albogabra) Pada Berbagai Dosis Limbah Cair
Sayuran,’ Jurnal Agronomi, vol. 12, no. 1
Kaderi, H, 2004,’Teknik Pemberian Bahan Organik Pada
Pertanaman Padi Di
Tanah Sulfat Masam
Potensial’, Buletin Teknik Pertanian, vol. 9, hal.
39-4
Lingga, P, 1991, Jenis dan Kandungan Hara pada
Beberapa Kotoran Ternak, Pusat Pelatihan
Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
ANTANAN, Bogor
151
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 147 – 152
Loveless, AR, 1987, Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan
untuk Daerah Tropik, Gramedia, Jakarta
Sudarmono,1997. Mengenal dan merawat tanaman hias
ruangan. Yogyakarta
Mukhlis, Sariffudin dan Hanum, 2011, Kimia Tanah,
Teori dan Aplikasi, USU Press, Medan
Supardi, A, 2011, Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi
Kotoran Padat Kambing Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Sawi (Brassica juncea) Sebagai
Pengembangan Materi Mata Kuliah Fisiologi
Tumbuhan, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Mulyanti, SS, Made, U & Wahyudi, I, 2015,’Pengeruh
Pemberian Berbagai Jenis Bokasi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis
(Zea mays Saccarata), Jurnal Agrotekbis’, vol.3,
no.5, hal.592-601
Pranata, 2004, Pupuk Organik Cair Aplikasi dan
Manfaatnya, PT Agromedia Pustaka, Jakarta
Purwati, MS, 2013,’Pertumbuhan bibit karet (Hevea
braziliensis Muel. Arg.) asal okulasi pada
pemberian okulasi dan pupuk cair bintang kuda
laut’, Jurnal Agrivor ,vol. 12, no.1, hal. 35-44
Puspitasari, P, Lida, R, & Mukarlina, 2013,’Pertumbuhan
Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.) dengan
Pemberian Kompos Alang-Alang (Imperata
cylindrica (L.) Beauv) pada Tanah Gambut’,
Jurnal Protobiont, vol. 2, no. 2, hal. 44-48
Neliyati, 2005, ‘Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat
pada Beberapa Dosis Kompos Sampah Kota’,
Jurnal Agronomi, vol. 10, no. 2, hal. 93-97
Nurhasanah, O, Yetti, H, & Ariani, E, 2015,’Pemberian
Kombinasi Pupuk Hijau Azolla pinnata dengan
Pupuk Guano Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis
L.)’, Jom Faperta, vol. 2, no. 1
Nurshanti, DF, 2009,’Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.)’,
Agronobis, vol.1, no. 1
Nyakpa, MY, Lubis, AM, Pulung, AG, Amrah, A,
Munawar, GB, Hong & Hakim, N, 1988,
Kesuburan Tanah, Universitas Lampung, Bandar
lampung
Ratmini, NPS, 2012,’Karakteristik dan Pengelolaaan
Lahan Gambut untuk Pengembangan Pertanian’,
Jurnal Lahan Suboptimal, vol.1, no. 2
Salisbury, FB dan Ross, CW, 1995, Fisiologi Tumbuhan,
Jilid 1, Penerjemah DR Lukman dan Sumaryono,
Penerbit ITB, Bandung
Sastrosupadi, A, 2002, Rancangan Percobaan Praktis
Bidang Pertanian, Kanisius, Yogyakarta
Setiawan, SB, 2010, Membuat Pupuk Kandang Secara
Cepat, PT Niaga Swedya, Bogor
Sutedjo, 1996, Mikrobiologi Tanah, Penerbit Trinika
Cipta, Jakarta
Sutedjo, MM, 2010, Pupuk dan Cara Pemupukan,
Rineka Cipta, Jakarta
Syawalludin, 2005, Pengaruh Bokasi Kirinyu Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Pakchoy pada Tanah
PMK, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas
Tanjungpura Pontianak
Triwibowo, BM, Suratno, & Apriliya, S, 2015,’Pengaruh
Pemberian Bioaktivator Effective Micoorganism
4 (EM4) Terhadap Kecepatan dan Kualitas
Pembuatan Kompos Serta Bahan Ajar Biologi di
SMA’, Pancaran, vol. 4, no. 2, hal. 11-20
Trivana, L, Pradhana, AY, Manambangtua, AP,
2017,’Optimalisasi Waktu Pengomposan Pupuk
Kandang Dari Kotoran Kambing Dan Debu Sabut
Kelapa Dengan Bioaktivator EM4’, Jurnal Sains
dan Teknologi Lingkungan, vol.9, no. 1, hal. 1624
Tufaila, M, Laksana, DD, & Alam, S, 2014,’Aplikasi
Kompos Kotoran Ayam untuk Meningkatkan
Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) di
Tanah Masam’, Jurnal Agroteknos, vol. 4, no. 2,
hal. 119-126
Wahyudi, 2010, Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran,
Jakarta, Agro Media Pustaka
Wattimena, GA, 1988, Zat Pengatur Tumbuh Tanaman,
Lembaga sumber daya informasi IPB, Bogor
Waskito, AB, 2016,Formulasi Kompos Kirinyuh Azolla
Dengan Penambahan Pupuk P Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Pare (Momordica charantia. L),
Skripsi,
Fakultas
Pertanian
Universitas
Muhammadiyah Jember
Widarti, BN, Wardhini, WK, & Sarwono, E,
2015,’Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku pada
Pembuatan Kompos dari Kubis dan Kulit Pisang’,
Jurnal Integrasi Proses, vol. 5, no. 2, hal. 75-80
Setyorini, D, 2005,’Pupuk Organik Tingkatkan Produksi
Pertanian, Warta Penelitian danPengembangan
Pertanian’, vol. 27 no. 6, hal. 13-15
Sitompul, SM dan Guritno B, 1995, Pertumbuhan
Tanaman. UGM Press. Yogyakarta
152
Download