HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PURBARATU KOTA TASIKMALAYA ILMA NURFITRI MA 0712013 INTISARI Kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi, salah satu penyebab kematian ibu diantaranya adalah komplikasi pada kehamilan.Salah satu komplikasi kehamilan pada trimester I adalah hiperemssis gravidarum.Faktor resiko yang paling sering ditemukan pada penderita hiperemesis gravidarum adalah primigravida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode analitik dan pendekatan restrospektif, populasi adalah ibu hamil trimester I sebanyak 42 orang, pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data diperoleh menggunakan format cheklist dan dianalisis dengan chi square test. Hasil penelitian diperoleh bahwa paritas pada ibu hamil mayoritas adalah primipara (52,4%), kejadian hiperemsis gravidarum pada ibu hamil mayoritas tidak mengalami hiperemesis gravidarum (69,0%). Hasil uji statistik diperoleh terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil dengan p vlue 0,004. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan hubungan paritas dengan kejadian hiperemsis gravidarum.Oleh karena itu bidan sebaiknya melakukan deteksi dini bagi ibu yang diidentifikasi memiliki faktor risiko hiperemesis melalui konseling dan pelayanan KIA. Kata Kunci : Paritas, Hipermesis gravidarum Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Menurut dataWorld Health Organitation(WHO), pada tahun 2012, sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran (Depkes RI, 2012) Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yaitu sebesar 359/100.000, sedangkan angka kematian bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu tersebut menunjukkan adanya kenaikan sehingga dalam perencanaan pembangunan nasional (Bappenas) bahwa Indonesia akan sulit mencapai target Millenium Develompment Goal's (MDGs) untuk menurunkan AKI sampai ke angka 102 pada tahun 2015 (Depkes RI, 2013). Tingginya kematian tersebut terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan penyebab perdarahan, preeklampsia dan infeksi (trias klasik). Salah satu komplikasi kehamilan yang terjadi pada trimetser I adalah mual muntah yang berlebihan atau dikenal dengan istilah hiperemesis gravidarum yang dapat menyebabkan keadaan ibu menjadi buruk.Pada kasus-kasus hiperemesis gravidarum yang ekstrem menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi, sehingga mengakibatkan berkurangnya cairan melalui jaringan untuk perkembangan janin (Bobak, 2010).Dikatakan hiperemesis gravidarum apabila muntah lebih dari 4-10 kali dalam 24 jam atau muntah setiap saat (tidak hanya pagi hari saja), keadaan ini akan semakin memburuk karena dapat mengakibatkan dehidrasi (kurangnya cairan tubuh) (Manuaba, 2008). Hiperemesis gravidarum apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan janin. Prevalensi hiperemesis gravidarum antara 1-3 % atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan (Simpson, 2012). Menurut data di Jawa Barat sebesar 13% dari ibu hamil, sedangkan menurut data di Kota Tasikmalaya tahun 2014, jumlah kasus hiperemesis gravidarum berkisar 14,2%dari 2.9771 ibu hamil (Profil Kesehatan Kota Tasikmalaya. 2014). Banyak faktor yang berhubungan dengan hyperemesis gravidarum diantaranya hamil pada usia muda, hamil pertama kalinya, kehamilan ganda/kembar, molahidatidosa dan pernah mengalami hyperemesis gravidarum sebelumnya (Wannabe, 2013).Faktor resiko yang paling sering ditemukan pada penderita hiperemesis gravidarum adalah primigravida.Multigravida yang mengalami hiperemesis gravidarum biasanya terkait dengan riwayat kehamilan pertama, kurangnya pengalaman pada kehamilan pertama dan tingkat stres yang tinggi pada saat menghadapi kehamilan sehingga menimbulkan resiko terjadinya hiperemesis gravidarum (Saifuddin, 2010). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, kinerja Puskesmas Purbaratu merupakan kasus tertinggi dari Puskesmas lainnya se kota Tasikmalaya. Menurut data dari Puskesmas Purbaratu pada tahun 2014, jumlah ibu hamil sebanyak 42 orang, dari jumlah tersebut ibu hamil trimester I yang mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 13 orang (30.9%), hal ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan Puskesmas Cibeureum dimana kasus hiperemesis sebanyak 12 orang (24.5%) dari 49 ibu hamil. Hasil wawancara dengan bidan Koordinator PONED diperoleh keterangan bahwa kasus hiperemesis pada ibu hamil merupakan kasus ketiga terbanyak setelah anemia dan hipertensi, dari 27 ibu hamil trimester sebanyak 8 orang diantaranya mengalami hiperemsis gravidarum. Tujuan Penelitian Tujuan Umum dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamiltrimetser I di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Sedangkan Tujuan Khususnya adalah untuk; Kesatu : Mengetahui gambaran paritas pada ibu hamil trimetser Idi Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Kedua : Mengetahui gambaran kejadian hiperemsis gravidarum pada ibu hamil d trimetser Idi Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Ketiga : Mengidentifikasi hubungan antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamiltrimetser I di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014. METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analitik dengan pendekatan retrospektif yaitu pengambilan data dilakukan pada masa waktu yang telah lampau (Riduwan, 2011). Metode ini diharapkan dapat hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengkuran yang menjadi objek penelitian atau objek yang diteliti (Riduan, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester I yang tercatat dalam laporan buku kohort Puskesmas Purbaratu tahun 2014 sebanyak 42 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, artinya seluruh ibu hamil trimester I yang tercatat dalam laporan buku kohort Puskesmas Purbaratu tahun 2014 dijadikan sebagai sampel. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu diperoleh dari catatan yang sudah tersedia dalam buku kohort menggunakan format isian. Sebelum pengambilan data, terlebih dahulu penulis meminta ijin kepada kepala Puskesmas untuk pengambilan data. Kemudian peneliti melakukan pengambilan data melalui rekapan yang sudah tersedia di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya. Sesuai dengan prosedur pengambilan data, maka instrumen dalam penelitian ini adalah lembar chek list yang merupakan format isian yang gravida dan kejadian hiperemesis gravidarum. Data tersebut bersumber dari laporan buku kohort Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya. Pengolahan Data dan Analisis 1. Pengolahan Data Langkah-langkah dalam pengolahan data: a. Editing Melakukan pemeriksaan pada data-data yang telah diperoleh apakah dapat dibaca, jelas, relevan dan apakah data yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang dilakukan. b. Coding Merubah data yang terkumpul ke bentuk lain yang lebih ringkas dengan menggunakan kode. c. Pemindahan data Memindahkan data ke dalam suatumedia yang disebut master tabel. d. Tabulating Pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisa. 2. Rencana Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan data dari rekam medik. Selanjutnya dianalisis dan disesuaikan teori yang ada dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P n x100% N Dimana : n = Jumlah sampel berdasarkan kategori N = Jumlah seluruh sampel 100% = bilangan tetap P `= Persentase b. Analisis Bivariat Analisa Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel sesuai dengan tujuan penelitian maka analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan independen dengan menggunakan Uji Chi-Square X 2 O E 2 E Total Baris x Total Kolom E Seluruh Data Keterangan: X2 = Chi-square O= Nilai Observasi E=Nilai ekspected (harapan) Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi p value < 0.05. Apabila hasil uji statistik p < 0.05 artinya ada hubungan yang bermakna Ho tidak diterima dan H1 diterima artinya terdapat hubungan, namun sebaliknya apabila p value > 0.05 maka Ho diterima dan H1 tidak diterima artinya tidak terdapat hubungan (Sugiyono, 2011). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Paritas pada ibu hamil Tabel 5.1 Distribusi frekuensi paritas pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Paritas Jumlah persentase Primipara 14 33,3 Multipara 22 52,4 Grandepara 6 14,3 Total 42 100 Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa paritas ibu hamil sebagian besar multipara yaitu sebanyak 22 orang (52,4%). b. Kejadian hiperemesis gravidarum Tabel 5.2 Distribusi frekuensi gambaran kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Hiperemesis gravidarum Ya Tidak Total Jumlah 13 29 42 Persentasi 31,0 69,0 100 Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 42 ibu hamil trimster I sebanyak 29 orang (69,0%) tidak mengalami hiperemesis gravidarum. 2. Analisis Bivariat Tabel 5.3 hubungan antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Paritas HEG Total P value Ya % Tidak % n % Primipara 9 64,3 5 35,7 14 100 Multipara 3 13,6 19 86,4 22 100 0,004 Grandepara 1 16,7 5 83,3 6 100 Jumlah 13 31,0 29 69,0 42 100 Data pada tabel 5.3 diketahui bahwa ibu dengan primipara mayoritas mengalami hipermesis gravidarum yaitu 9 orang (64,3%), ibu dengan multipara mayoritas tidak mengalami hiperemesis gravidarum yaitu 19 orang (86,4%), sedangkan ibu dengan grandepara mayoritas tidak mengalami hiperemesis gravidarum yaitu 5 orang (83,3%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh p value 0,004< α 0,05 (df 2) dengan demikian Ho ditolak, artinya hipotesis “Terdapat hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum para ibu hamil di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya tahun 2014” dapat diterima secara statistik. Pembahasan 1. Gambaran Paritas Berdasarkan hasil penelitian diiketahui bahwa paritas ibu hamil trimester I mayoritas termasuk multipara yaitu sebanyak 22 orang (52,4%).Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah ibu yang pernah melahirkan beberapa kali sebelumnya.Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2012) yang menemukan mayoritas paritas responden adalah multipara yaitu wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih, sebanyak 31 responden (55,36%) Melihat hasil penelitian dilapangan yaitu didasarkan pada catatan kohort ditemukan mayoritas berpendidikan menengah dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.Hal ini dapat mempengaruhi responden dalam menentukan jumlah anak sesuai dengan keinginan.Penentuan jumlah anak menurut Suparyanto (2012) disebabkan oleh beberapa faktror, diantaranya adalahpendidikan karena ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang. Selain itu juga disebabkan oleh masalah pekerjaan sebagai simbol status seseorang dimasyarakat. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.Faktor lainnya adalalah masalah keadaan Ekonomi, karena kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup. 2. Hiperemesis gravidarum Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 orang ibu hamil trimester I sebanyak 29 orang (69,0%) tidak mengalami hiperemesis gravidarum dan sebanyak 13 orang (31,0%) mengalami hiperemesis gravidarum. Melihat hasil penelitian dilapangan yang didasarkan pada catatan kohort, diagnosis pada ibu hamil trimester I mayoritas tidak mengalami mual muntah yang berlebihan.Hal ini sesuai dengan Varney (2007) yang menyatakan bahwa hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil.Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena instensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan.Sehubungan adanya ketonemia, penurunan berat badan dan dehidrasi. Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mustika, 2012) dalam penelitiannya menemukan ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum selama kehamilan sebanyak 95 orang (11,3%) dan yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 745 orang (88,7%). Berdasarkan uraian tersebut, penulis berpendapat bahwa mayoritas ibu hamil tidak mengalami mual muntah yang berlebihan.Sedangkan sebagian kecil responden didiagnosis mengalami hiperemesis gravidarum. 3. Hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum Hasil analisis mengenai paritas terhadap kejadian hiperemesis ditunjukkan pada tabel 5.3 diketahui bahwa ibu dengan primipara mayoritas mengalami hipermesis gravidarum yaitu 9 orang (64,3%), ibu dengan multipara mayoritas tidak mengalami hipermesis gravidarum yaitu 19 orang (86,4%), sedangkan ibu dengan grandepara mayoritas tidak mengalami hiperemesis gravidarum yaitu 5 orang (83,3%). Melihat data tersebut kajian mengenai hubungan paritas dengan hiperemesis gravidarum. Hal ini diperjelas dari hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh p value 0,004< α 0,05 (df1) dengan demikian Ho ditolak, artinya hipotesis “Terdapat hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum para ibu hamil di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya tahun 2014” dapat diterima secara statistik. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Buckwalter dan Simpson (2012) menunjukan hasil yang sesuai dengan penelitian ini yaitu primigravida lebihsering mengalami hiperemesis gravidarum. Hal ini juga didukung oleh penelitianyang dilakukan oleh Prawirohardjo (2005) bahwa primigravida lebih seringmengalami hiperemesis gravidarum dari pada multigravida dengan persentasesebesar 60% - 80%. Hiperemesis pada kehamilan primipara secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. Hal ini juga berhubungan dengan tingkat kestresan dan paritas ibu saat mengalami kehamilan pertama, Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan khorionik gonadotropin Namun data lain menunjukkan terdapat ibu hamil dengan paritas grandemultipara mengalami hiperemesis gravidarum yaitu 16,7%, menurut analisis penulis hal ini dapat disebabkan oleh faktor lainseperti masalah sosial ekonomi. Walaupun dalam penelitian ini tidak mengkaji faktor ekonomi tersebut.Namun menurut teori Wikipedia (2011) hiperemesis gravidarum mungkin lebih sering terdapat pada wanita dan keluarga yang tidak mampu, bahkan dari hasil pengalaman ini menyebabkan hipotensi yang mengatakan bahwa ibu hamil yang mengalami kekurangan makanan yang bergizi baik mengalami hiperemesis gravidarum. Selain itu hasil penelitian juga ditemukan primipara tidak mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 5 orang (35,7%). Menurut analisis penulis hal ini dapat terjadi oleh faktor lain seperti psikologis ibu yang stabil karena ekonomi yang cukup, pengetahuan baik dan pendidikan. Seperti yang dikemukakan dalam Bobak (2005) yang menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menyebabkan hipermesis adalah psikologik ibu yang baik, ibu dapat menerima kehamilannya, merasa tenang yang pada akhirnya dapat menurunkan hormon estrogen. Berdasarkan uraian diatas, penulis berpendapat bahwa kehamilan primipara secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, dan mentalnya belum matang, hal ini mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya mengenai hubungan paritas ibu dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Gambaran paritas pada ibu hamil di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 mayoritas adalah primipara (52,4%). 2. Gambaran kejadian hiperemsis gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 mayoritas tidak mengalami hiperemesis gravidarum (69,0%). 3. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Puskesmas Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 dengan p vlue 0,004. DAFTAR PUSTAKA Achadiat. 2006. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. EGC: Jakarta Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek;Edisi Revisi. PT. Asdi Mahasatya. Bobak, 2010. Keperawatan Maternitas (ed 4), Jakarta: EGC Bobak , L. 2010. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Buckwalter dan Simpson (2012) Psychological factors in the etiology and treatment of severe nausea and vomiting in pregnancy. Am J Obstet Gynecol. 186:S210-S214 Depkes RI, 2013. Angka kematian ibu di Indonesia, www.depkes.go.id, 26 Februari 2015. Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC Mansjoer Arif, 2008, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius : Jakarta Manuaba,I.B.G, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta. Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Andi Offset, Yogyakarta. Pierce, 2012. Serial Buku Nakita:130 Solusi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta :PT Penerbit Sarana Bobo; 15 Prawirohardjo, Sarwono, 2009, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Profil Kesehatan Kota Tasikmalaya. 2014 Riduwan, 2011. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung Rudding (2012) Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Puskesmass Makale kab. Tana Toraja Saifuddin, 2010. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta Saifuddin, Abdul Bari, 2009, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Sastrawinata, S. 2009. Obstetri Patologi, Edisi 2, EGC, Jakarta. Siregar 2007, Asuhan Antenatal (Antenatal Care). http://www.geocities.com/yosemite dikases Siswosudarmo, 2010. Obstetri Fisologi. Bagian Obstetri & Ginekologi. FK UGM. Jogjakarta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta.Bandung Tiran, D. 2009. Mual dan Muntah dalam Kehamilan, Buku Kedokteran EGC. Jakarta Varney Midwifery. 2007. Ilmu Kebidanan. EGC. Jakarta WHO, 2012. Kematian Tertinggi di Negara Berkembang. Depkes.go.id Wikipedia, 2011. Pritas, http://www.wikipoedia.com Wiknjosasatro, 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo