universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT
KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
IKA DWI MAULINA, S.Farm
1106049403
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT
KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker
IKA DWI MAULINA, S.Farm
1106049403
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya mampu menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dan penyusunan laporan ini. Penulisan laporan ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Profesi Farmasi pada
Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa praktek kerja sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya menyampaikan terima kasih
kepada:
(1) Ibu Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM, selaku Direktur Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan yang telah mengizinkan dan memberikan fasilitas
kepada mahasiswa peserta Praktek Kerja Profesi Apoteker;
(2) Bapak Drs. Masrul, Apt, selaku Kasubdit Standardisasi dan Sertifikasi sebagai
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker maupun dalam penyusunan laporan
ini;
(3) Ibu Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra M.S., Ph.D, sebagai pembimbing dari
Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA UI, yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan;
(4) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI;
(5) Bapak Dr. Harmita,
Apt., Sebagai
Ketua
Program
Profesi
Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA UI;
(6) Ibu Lucia Dina K, S.H, M.Si., sebagai kepala sub bagian tata usaha yang telah
memberikan pengarahan umum mengenai Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan;
iv
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
(7) Ibu Dra. Ema Viaza, Apt., yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk
dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker maupun dalam penyusunan
laporan ini;
(8) Ibu Dra. Nurlaili Isnaini, Apt, MKM., sebagai kepala seksi alat kesehatan non
elektromedik yang telah memberikan materi perizinan alat kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
(9) Ibu Hasnil Randa Sari, S.Si, Apt., sebagai kepala seksi inspeksi produk yang telah
memberikan materi inspeksi alat kesehatan dan PKRT;
(10) Ibu Dra. Lili Sa’diah Jusuf, Apt., sebagai kepala seksi standardisasi dan sertifikasi
produksi dan distribusi yang telah memberikan materi standardisasi dan
sertifikasi;
(11) Seluruh karyawan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
terutama dari Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, yang telah
banyak memberikan pengarahan dan bantuan selama penulis melaksanakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker;
(12) Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;
(13) Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan
PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar;
(14) Seluruh teman-teman Apoteker Universitas Indonesia Angkatan 74 yang saling
mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA;
(15) Serta pihak lain yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini dapat selesai.
Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa laporan ini masih belum
sempurna, masukan dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata,
penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama
menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekanrekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
2012
v
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
ii
iii
iv
vi
vii
BAB 1. PENDAHULUAN .........................................................................
1.1. Latar Belakang ........................................................................
1.2. Tujuan ...................................................................................
1
1
2
BAB 2. TINJAUAN UMUM .....................................................................
2.1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ........................
2.2. Tinjauan tentang Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan ..............................................................
4
4
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT BINA PRODUKSI
DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN ..................................
3.1. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan .....
3.2. Tugas Pokok dan Fungsi .......................................................
3.3. Struktur Organisasi ...............................................................
3.4. Kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan ......................................................................
3.5. Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan
Keamanan Alat Kesehatan dan PKRT .................................
7
18
18
18
19
26
42
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................ 45
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 50
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 50
5.2. Saran ................................................................................... 51
DAFTAR ACUAN ..................................................................................... 52
vi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 2.1 Struktur Organisasi Kementrian Kesehatan RI ...................... 54
Lampiran 2.2 Bagan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan ............................................ 55
Lampiran 2.3 Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan ........................................... 56
Lampiran 2.4 Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan ............................................................................... 57
Lampiran 2.5 Struktur Organisasi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian 58
Lampiran 2.6 Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan ....................................................... 59
Lampiran 2.7 Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian ............................................................................ 60
vii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tantangan di bidang pembangunan kesehatan dalam menuju pelayanan
kesehatan berkeadilan telah meningkatkan upaya pemerintah di sektor kesehatan.
Pemerintah Indonesia mengusung pencapaian sasaran Millennium Development
Goals (MDGs) pada tahun 2015 dengan target pencapaian kesejahteraan rakyat
dan kemudahan dalam mendapat akses kesehatan pada 2015 (Kementrian
Kesehatan RI, 2011a).
Salah satu sasaran MDGs yaitu memerangi HIV/AIDS, malaria, dan
penyakit menular lainnya. Faktor risiko penularan AIDS di Indonesia adalah
hubungan seks heteroseksual tanpa pelindung (kondom) dan tukar-menukar jarum
suntik di antara pengguna narkotik suntik, sehingga penilaian, pengawasan dan
pengendalian alat-alat kesehatan menjadi penting (Kementrian Kesehatan RI,
2011b). Untuk mencapai peningkatan pembangunan kesehatan perlu adanya
upaya promosi kesehatan terhadap individu masyarakat mengenai kesehatan diri
dan lingkungannya. Hal ini terutama untuk mendukung sasaran MDGs dalam
mencegah terjadinya penyakit menular, sehingga upaya pengadaan perbekalan
kesehatan rumah tangga menjadi penting.
Adanya harmonisasi ASEAN juga turut meningkatkan eksistensi
pemerintah dalam meningkatkan pengawasan produk-produk lokal dan impor.
Harmonisasi ASEAN telah membuka persaingan antar negara ASEAN untuk
dapat memasarkan produk-produknya, salah satunya sektor kesehatan di bidang
regional ASEAN.
Pemerintah dalam hal penilaian alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga perlu melaksanakan pembinaan terhadap perusahaan rumah tangga
atau industri yang bergerak di bidang sarana dan produk alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga, meningkatkan keamanan, mutu dan khasiat
dari alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga yang beredar serta
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina,
FMIPA UI, 2012
2
melindungi masyarakat dari produk yang tidak memenuhi syarat, penggunaan
yang salah maupun penyalahgunaan pemakaian.
Berdasarkan PERMENKES No.1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah unsur pelaksana yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan terdiri atas Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian,
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, serta Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan memiliki tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga.
Apoteker sebagai salah satu tenaga kefarmasian dapat berperan serta
dalam upaya pelayanan kesehatan di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Untuk mendapatkan pengetahuan dan
gambaran mengenai tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan, maka diadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
1.2
Tujuan
1.2.1
Mengetahui secara umum struktur organisasi Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
1.2.2
Memahami struktur organisasi, tugas dan fungsi Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
3
1.2.3 Mengetahui peran apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Republik
Indonesia, khususnya di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan.
1.2.4
Mengetahui direktorat mana yang bertanggung jawab terhadap pencapaian
sasaran Millennium Development Goals (MDGs).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
4
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian
Kesehatan
adalah
salah
satu
kementerian
dalam
pemerintahan Indonesia yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di
bidang kesehatan dan membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara. Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden, serta dipimpin oleh seorang Menteri Kesehatan (Kementerian Kesehatan
RI, 2010b).
2.1.1
Dasar Hukum (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Dasar hukum Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1144 /MENKES /PER /
2010, yaitu:
a. Undang - undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 166, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916).
b. Undang - undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 No. 144, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 5063).
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.
d. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 84/P Tahun 2009.
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.
f. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara.
g. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010.
4
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
5
h. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan.
i. Keputusan Menteri Kesehatan No. 375/Menkes/SK/V/2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025.
2.1.2
Visi dan Misi (Kementerian Kesehatan RI, 2010a)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mempunyai Visi Rencana
Strategis yang ingin dicapai, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan”. Visi tersebut dituangkan menjadi 4 misi, yaitu :
a. Meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat
melalui
pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik
2.1.3
Rencana Strategis (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010a)
Untuk mewujudkan visi Kementerian Kesehatan periode tahun 2010-2014
dan sesuai dengan misi yang telah ditetapkan, maka pembangunan kesehatan
dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut:
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta, dan masyarakat madani
dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif
dan preventif.
c. Meningkatkan
pembiayaan
pembangunan
kesehatan,
terutama
untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.
d. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan Sumber Daya Manusia
(SDM) kesehatan yang merata dan bermutu.
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
6
f. Meningkatkan
manajemen
kesehatan
yang
akuntabel,
transparan,
berdayaguna, dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan
yang bertanggungjawab.
2.1.4 Tugas (Kementerian kesehatan RI, 2010b)
Tugas Kementerian Kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010
pasal
2
adalah
menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
2.1.5
Fungsi (Kementerian kesehatan RI,2010b)
Menurut pasal 3, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010,
Kementerian
Kesehatan
menyelenggarakan
fungsi, yaitu:
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan.
b. Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Kesehatan RI.
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan
RI.
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah.
e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
2.1.6
Struktur Organisasi (Kementrian Kesehatan RI, 2010b)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 yang dikeluarkan tanggal 19 Agustus 2010,
struktur organisasi Kementerian Kesehatan yang dipimpin oleh Menteri
Kesehatan terdiri atas :
a. Sekretariat Jenderal.
b. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
c. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
d. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
7
e. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
f. Inspektorat Jenderal.
g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
h. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
i. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi.
j. Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat.
k. Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan.
l. Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi.
m. Staf Ahli Bidang Mediko Legal
n. Pusat Data dan Informasi
o. Pusat Kerja Sama Luar Negeri
p. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
q. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
r. Pusat Komunikasi Publik
s. Pusat Promosi Kesehatan
t. Pusat Inteligensia Kesehatan
u. Pusat Kesehatan Haji
Struktur organisasi Kementerian Kesehatan RI dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.2
Tinjauan tentang Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Sesuai dengan Permenkes RI Nomor: 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah unsur pelaksana yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin oleh seorang Direktur
Jenderal (Kementerian kesehatan RI,2010b).
2.2.1
Kedudukan, Tugas dan Fungsi (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
8
Dalam melaksanakan tugasnya, Direkorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan
kefarmasian dan alat kesehatan.
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan kefarmasian
dan alat kesehatan.
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
2.2.2
Struktur Organisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri dari:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
c. Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
d. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
e. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Bagan struktur organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.2.2.1 Sekretariat Direktorat Jenderal (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai
fungsi:
a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran
b. Pengelolaan data dan informasi
c. Penyiapan urusan hukum, penataan organisasi, jabatan fungsional dan
hubungan masyarakat
d. Pengelolaan urusan keuangan
e. Pelaksanaan urusan kepegawaian, tata persuratan, kearsipan, gaji, rumah
tangga, dan perlengkapan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
9
f. Evaluasi dan penyusunan laporan
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
a. Bagian Program dan Informasi
Bagian Program
dan
Informasi
mempunyai
tugas
melaksanakan
penyusunan rencana, program, dan anggaran, dan pengelolaan data dan
informasi, serta evaluasi dan penyusunan laporan. Bagian Program dan
Informasi terdiri dari Subbagian Program, Subbagian Data dan Informasi, dan
Subbagian Evaluasi dan Pelaporan.
b. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan urusan hukum, penataan organisasi, dan hubungan
masyarakat. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat terdiri
atas Subbagian Hukum, Subbagian Organisasi, dan Subbagian Hubungan
Masyarakat.
c. Bagian Keuangan
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan
keuangan. Bagian Keuangan terdiri atas Subbagian Anggaran, Subbagian
Perbendaharaan, dan Subbagian Verifikasi dan Akuntansi.
d. Bagian Kepegawaian dan Umum
Bagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
kepegawaian,
tata
persuratan,
kearsipan,
gaji,
rumah
tangga,
dan
perlengkapan. Bagian Kepegawaian dan Umum terdiri atas Subbagian
Kepegawaian, Subbagian Tata Usaha dan Gaji dan Subbagian Rumah
Tangga.
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal dapat dilihat pada
Lampiran 3.
2.2.2.2 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2010b)
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
10
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi, yaitu:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga
obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta
pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,
penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta
pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik
dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat
publik dan perbekalan kesehatan
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang analisis dan standardisasi
harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan
kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan
e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis
dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik
dan perbekalan kesehatan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri atas:
a. Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat
Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
evaluasi dan penyusunan laporan di bidang analisis dan standardisasi harga
obat. Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat terdiri atas Seksi
Analisis Harga Obat dan Seksi Standardisasi Harga Obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
11
b. Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
mempunyai
tugas
melaksanakan
penyiapan
bahan
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan dan evaluasi serta
penyusunan laporan di bidang penyediaan obat publik dan perbekalan
kesehatan. Subdirektorat ini terdiri dari Seksi Perencanaan Penyediaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Seksi Pemantauan Ketersediaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan.
c. Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
mempunyai
tugas
melaksanakan
penyiapan
bahan
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria
serta bimbingan teknis, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Subdirektorat Pemantauan
dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri dari
Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Struktur organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
dapat dilihat pada Lampiran 4.
2.2.2.3 Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian (Kementerian Kesehatan RI,
2010b)
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan; penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pelayanan kefarmasian. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian mempunyai fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi, farmasi komunitas,
farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi
klinik, dan penggunaan obat rasional
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
12
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik, dan penggunaan obat
rasional
d. Pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi, farmasi komunitas,
farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional
e. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di
bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik, dan penggunaan obat
rasional; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian terdiri atas:
a. Subdirektorat Standardisasi
Subdirektorat Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat rasional. Subdirektorat Standardisasi terdiri dari Seksi
Standardisasi Pelayanan Kefarmasian dan Seksi Standardisasi Penggunaan
Obat Rasional.
b. Subdirektorat Farmasi Komunitas
Subdirektorat Farmasi Komunitas mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang farmasi komunitas. Subdirektorat Farmasi
Komunitas terdiri atas Seksi Pelayanan Farmasi Komunitas dan Seksi
Pemantauan dan Evaluasi Farmasi Komunitas.
c. Subdirektorat Farmasi Klinik
Subdirektorat Farmasi Klinik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang farmasi klinik. Subdirektorat Farmasi Klinik terdiri atas
Seksi Pelayanan Farmasi Klinik dan Seksi Pemantauan dan Evaluasi Farmasi
Klinik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
13
d. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional
Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis,
pengendalian, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang
penggunaan obat rasional. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional terdiri
atas Seksi Promosi Penggunaan Obat Rasional dan Seksi Pemantauan dan
Evaluasi Penggunaan Obat Rasional.
e. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur organisasi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian dapat dilihat
pada Lampiran 5.
2.2.2.4 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2010b)
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi
dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan
sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
14
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian, inspeksi,
standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga
e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas:
a. Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan bertugas menyiapkan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan di bidang penilaian alat kesehatan. Subdirektorat Penilaian Alat
Kesehatan terdiri dari Seksi Alat Kesehatan Elektromedik dan Seksi Alat
Kesehatan Non Elektromedik
b. Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik in vitro dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik in vitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian produk diagnostik in vitro dan
perbekalan kesehatan rumah tangga. Subdirektorat Penilaian Produk
Diagnostik in vitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga terdiri dari
Seksi Produk Diagnostik in vitro dan Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga.
c. Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
15
laporan di bidang inspeksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga. Subdirektorat ini terdiri atas Seksi Inspeksi Produk dan Seksi Inspeksi
Sarana Produksi dan Distribusi.
d. Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi
Subdirektorat
Standardisasi
dan
Sertifikasi
mempunyai
tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang standardisasi produk
dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga. Subdirektorat ini terdiri dari 2 seksi yaitu Seksi
Standardisasi Produk dan juga Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi
dan Distribusi.
e. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat. Tata Usaha mempunyai tugas diantaranya dalam
pengelolaan urusan keuangan, bagian kepegawaian dan peralatan (inventaris
alat).
Struktur organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
dapat dilihat pada Lampiran 6.
2.2.2.5 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian (Kementerian
Kesehatan RI, 2010b)
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian menyelenggarakan fungsi, yaitu:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi
kefarmasian
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
16
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian dan analisis di
bidang produksi dan distribusi kefarmasian
e. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di
bidang produksi dan distribusi kefarmasian
f. Pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri atas:
a. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
mempunyai
tugas
melaksanakan
penyiapan
bahan
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat
tradisional. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
terdiri atas Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi dan Seksi Perizinan
Sarana Produksi dan Distribusi.
b. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan
teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
produksi kosmetika dan makanan. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan
Makanan terdiri atas Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika dan Makanan;
dan Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika.
c. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan
Sediaan Farmasi Khusus
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur,
dan
kriteria,
perizinan,
bimbingan
teknis,
pengendalian,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
17
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan
distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus.
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Sediaan Farmasi Khusus terdiri atas Seksi Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi; dan Seksi Sediaan Farmasi Khusus.
d. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat
Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat
dan bahan baku obat. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat
terdiri atas Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat; dan Seksi Kerjasama.
e. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
dapat dilihat pada Lampiran 7.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
18
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT
KESEHATAN
3.1
Direktorat
Bina
Produksi
dan
Distribusi
Alat
Kesehatan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan merupakan salah
satu direktorat yang terdapat pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat ini dibentuk
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dipimpin oleh
seorang Direktur, yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
3.2
Tugas Pokok dan Fungsi (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi
dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
b. pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan
sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga
18
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
19
d. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian, inspeksi,
standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga
e. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga
f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
3.3
Struktur Organisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Struktur organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi dan Alat
Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010, Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas:
a. Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan, terdiri dari Seksi Alat Kesehatan
Elektromedik dan Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik
b. Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik in vitro dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga, terdiri dari Seksi Produk Diagnostik in vitro
c. Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga, terdiri dari Seksi Inspeksi Produk dan Seksi Inspeksi Sarana
Produksi dan Distribusi
d. Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi, terdiri dari Seksi Standardisasi
Produk dan Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produk dan Distribusi
e. Subbagian Tata Usaha
f. Kelompok Jabatan Fungsional
3.3.1
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,
2010b)
Berdasarkan
Peraturan
No.1144/MENKES/PER/VIII/2010
Menteri
tentang
Kesehatan
Republik
Organisasi
dan
Indonesia
Tata
Kerja
Kementerian Kesehatan yang dituliskan pada Pasal 591, Subdirektorat Penilaian
Alat Kesehatan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, bimbingan teknis,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
20
pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan di bidang penilaian
alat kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 591,
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi, yaitu :
a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian alat
kesehatan;
b. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang
penilaian alat kesehatan;
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang penilaian alat kesehatan; dan
d. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang penilaian alat kesehatan.
Subdirektorat penilaian alat kesehatan, terdiri dari Seksi Alat Kesehatan
Elektromedik dan Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik.
3.3.1.1 Seksi Alat Kesehatan Elektromedik
Seksi Alat Kesehatan Elektromedik mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan
laporan
di
bidang
penilaian
alat
kesehatan
elektromedik
(Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
Alat kesehatan elektromedik merupakan alat kesehatan yang dalam
penggunaannya menggunakan tenaga listrik dan rangkaian elektronika (sirkuit
elektronik) sebagai pengontrol kerja dari alat, baik untuk diagnostik, monitoring
maupun terapi. Penggunaan alat ini dilakukan oleh orang yang ahli (expert),
sehingga cara penggunaan alat kesehatan tersebut tidak perlu dicantumkan, tetapi
harus terdapat manual book baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris.
Contoh
alat
kesehatan
elektromedik
adalah
Elektrokardiogram
(EKG),
Ultrasonografi (USG), alat pacu jantung, inkubator, dan lain-lain.
3.3.1.2 Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik
Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
21
standar, prosedur, dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian alat kesehatan non elektromedik
(Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
Alat kesehatan non-elektromedik merupakan alat kesehatan yang dalam
pengunaannya tidak menggunakan tenaga listrik. Pengunaan alat kesehatan ini
beberapa ada yang dapat dilakukan oleh orang biasa (bukan ahli), sehingga cara
pengunaannya harus dicantumkan pada alat kesehatan tersebut atau pada
kemasannya. Penggunaan dicantumkan dalam rangka meningkatkan tingkat
keamanan dalam penggunaan alat kesehatan non-elektromedik dan juga
menghindari bahaya yang besar saat terjadi penyalahgunaan alat kesehatan nonelektromedik. Namun beberapa alat kesehatan non-elektromedik juga memerlukan
tenaga ahli untuk penggunaannya sebagai contoh implan jantung yang sangat
beresiko apabila tidak menggunakan bantuan tenaga ahli dalam aplikasinya, selain
itu penggunaan reagensia dalam rangka diagnostik seperti larutan benedict,
larutan seliwanoff, dan juga reagensia lainnya. Jika reagen-reagen tersebut tidak
menggunakan bantuan ahli dalam penggunaannya maka bisa terjadi positif palsu
ataupun negatif palsu yang kemudian akan membuat diagnostik menjadi bias.
Contoh alat kesehatan non elektromedik adalah kassa, termometer, plester, kursi
roda, reagensia dan lain-lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
3.3.2
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik in vitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik in vitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian produk diagnostik in vitro dan perbekalan
kesehatan rumah tangga.
Dalam
melaksanakan
tugasnya,
Subdirektorat
Penilaian
Produk
Diagnostik in vitro dan PKRT menyelenggarakan fungsinya, yaitu:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
22
a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian
produk diagnostik in vitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
b. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penilaian produk diagnostik in vitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang penilaian produk diagnostik in
vitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
d. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
penilaian produk diagnostik in vitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik in vitro dan PKRT, terdiri dari
Seksi Produk Diagnostik in vitro dan Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
3.3.2.1 Seksi Produk Diagnostik in vitro
Seksi Produk Diagnostik in vitro mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan di bidang penilaian produk diagnostik in vitro (Kementerian
Kesehatan RI, 2010b).
Produk diagnostik in vitro adalah reagensia, instrumen, dan sistem yang
digunakan untuk mendiagnosa penyakit atau kondisi lain, termasuk penentuan
kondisi kesehatan, untuk penyembuhan, pengurangan atau pencegahan penyakit
atau akibatnya termasuk produk yang penggunaannya ditunjukkan bagi
pengumpulan, penyiapan dan pengujian spesimen yang diambil dari tubuh
manusia. Produk diagnostik in vitro terdiri dari 4 kategori, yaitu: kategori 1
peralatan kimia klinik dan toksikologi klinik, kategori 2 peralatan hematologi dan
patologi, kategori 3 peralatan imunologi dan mikrobiologi, dan kategori 11
peralatan obstretrik dan ginekologi. Contoh dari produk diagnostik in vitro adalah
cholesterol (total) test system, uric acid test system, glucose test system, tes
kehamilan, dan lain – lain (Kementerian Kesehatan RI, 2010c).
3.3.2.2 Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
23
standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan di bidang penilaian perbekalan kesehatan rumah tangga
(Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No
1189/MENKES/PER/VIII/2010, perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT)
adalah alat, bahan, atau campuran bahan yang digunakan untuk pemeliharaan dan
perawatan kesehatan untuk manusia, hewan peliharaan, rumah tangga, dan
tempat-tempat umum. Contoh PKRT adalah alkohol, anti nyamuk bakar, repelan,
tisu, kapas, deterjen, dan lain - lain (Kementerian Kesehatan RI, 2010c).
3.3.3
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
inspeksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Dalam melaksanakan
tugas-tugasnya, Subdirektorat
Inspeksi
Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang inspeksi
produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga
b. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang inspeksi produk, sarana
produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
d. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
24
Subdirektorat Inspeksi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga terdiri atas Seksi Inspeksi Produk dan Seksi
Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi.
3.3.3.1 Seksi Inspeksi Produk
Seksi Inspeksi Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang inspeksi produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
3.3.3.2 Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi
Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang inspeksi sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
3.3.4
Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi (Kementerian Kesehatan RI,
2010b)
Tugas Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1144/MENKES/PER/VIII/2010 adalah
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang standardisasi produk dan
sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
25
b. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang standardisasi produk dan
sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga
d. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi, terdiri dari dua seksi yaitu Seksi
Standardisasi Produk dan Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan
Distribusi.
3.3.4.1 Seksi Standardisasi Produk
Seksi Standardisasi Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang standardisasi produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga (Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
3.3.4.2 Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan Distribusi
Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan Distribusi mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang standardisasi dan
sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
3.3.5
Subbagian Tata Usaha (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
26
3.3.6 Kelompok Jabatan Fungsional (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas
sejumlah Jabatan Fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan
fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing Kelompok Jabatan
Fungsional dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk
oleh Kepala Satuan Organisasi. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.4
Kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Kegiatan-kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan dan PKRT, meliputi: sertifikasi produksi,
pemberian izin edar dan pemberian izin penyalur alat kesehatan. Selain itu, ada
juga pelayanan surat keterangan.
3.4.1
Sertifikasi Produksi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010c)
Sertifikat produksi adalah sertifikat yang diberikan oleh Menteri
Kesehatan kepada pabrik yang telah melaksanakan cara pembuatan yang baik
untuk memproduksi alat kesehatan dan/atau perbekalan kesehatan rumah tangga
yang memenuhi standar mutu. Sertifikasi produksi didasarkan pada Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Sebelumnya yang
berlaku adalah izin produksi. Produksi alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan yang memiliki sertifikat produksi dan perusahaan yang telah
memperoleh sertifikat produksi harus dapat menunjukkan bahwa produksi
dilaksanakan sesuai dengan pedoman Cara Pembuatan Alat Kesehatan Yang Baik
(CPAKB) dan atau Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga
Yang Baik (CPPKRTB).
Berdasarkan hasil pemeriksaan kesiapan pabrik dalam penerapan
CPAKB atau CPPKRTB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
27
maka sertifikasi produksi alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas meliputi:
a.
Sertifikat produksi kelas A
Pabrik memproduksi alat kesehatan/PKRT kelas I, II dan III,
menerapkan seluruh aspek CPAKB/CPPKRTB. Penanggung jawab
teknisnya minimal Apoteker atau sarjana lain yang sesuai
atau
memiliki sertifikat yang sesuai, dan D3 ATEM untuk alat kesehatan
elektromedik serta harus mempunyai laboratorium sendiri.
b.
Sertifikat produksi kelas B
Pabrik memproduksi alat kesehatan/PKRT kelas I dan II. Khusus alat
kesehatan kelas I yang dimaksud adalah kelas I steril. Penanggung
jawab teknisnya minimal D3 farmasi, kimia, teknik yang sesuai dengan
bidangnya. Jika tidak memiliki laboratrium sendiri, harus bekerja sama
dengan laboratorium yang ditunjuk.
c.
Sertifikat produksi kelas C
Industri Rumah Tangga yang hanya diijinkan memproduksi alat
kesehatan dan PKRT kelas I dan kelas II tertentu. Penanggung jawab
teknisnya SMK farmasi atau tenaga lain yang sederajat, bekerja sama
dengan laboratorium yang terakreditasi dan diakui.
3.4.1.2 Persyaratan Membuat Sertifikat Produksi (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010c)
a. Permohonan sertifikat produksi hanya dapat dilakukan oleh badan usaha
b. Badan usaha tersebut harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal
c. Perusahaan harus memiliki penanggung jawab teknis yang berpendidikan
sesuai dengan jenis produk yang diproduksi dan bekerja penuh waktu
d. Memenuhi ketentuan mengenai laboratorium dalam permohonan sertifikat
produksi sesuai dengan klasifikasi produk yang diproduksi
3.4.1.3 Tata Cara Mendapat Sertifikasi Produksi Alat Kesehatan dan PKRT
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010c)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
28
a.
Perusahaan pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Menteri melalui kepala dinas kesehatan provinsi setempat
b.
Kepala dinas kesehatan provinsi selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari
kerja sejak menerima tembusan permohonan, berkoordinasi dengan kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota membentuk tim pemeriksaan bersama
untuk melakukan pemeriksaan setempat
c.
Tim melaksanakan bersama, jika diperlukan, dapat melibatkan tenaga
ahli/konsultan/lembaga tersertifikasi di bidang produksi yang telah
disetujui oleh Direktur Jenderal
d.
Tim pemeriksaan bersama selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja
melakukan pemeriksaaan dan membuat berita acara pemeriksaan
e.
Apabila telah memenuhi persyaratan, kepala dinas kesehatan provinsi
selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima hasil
pemeriksaan dari tim pemeriksaan bersama membuat surat rekomendasi
kepada Direktur Jenderal
f.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf b, c, dan d
tidak dilaksanaan pada waktunya, perusahaan pemohon yang bersangkutan
dapat membuat surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan
provinsi dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat
g.
Setelah diterima surat rekomendasi dan lampirannya sebagaimana
dimaksud pada huruf e, Direktur Jenderal mengeluarkan Sertifikat
Produksi Alat Kesehatan dan/atau PKRT, dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah berkas lengkap
h.
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud
pada huruf g, Direktur Jenderal dapat melakukan penundaan atau
penolakan permohonan sertifikat produksi
i.
Terhadap penundaan sebagaimana dimaksud pada huruf h diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambatlambatnya 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat penundaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
29
3.4.1.4 Masa Berlaku Sertifikat Produksi (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2010c)
Sertifikat produksi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
selama memenuhi ketentuan yang berlaku. Permohonan perpanjangan sertifikat
produksi diajukan oleh perusahaan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
berakhir masa berlaku sertifikat produksi kepada Direktur Jenderal melalui kepala
dinas kesehatan provinsi. Perusahaan yang tidak melakukan perpanjangan
sertifikat produksi hingga masa berlaku sertifikat habis, harus mengajukan
permohonan sertifikat produksi baru.
3.4.1.5 Perubahan Sertifikat Produksi
Perubahan sertifikat produksi dilakukan apabila terjadi perubahan sebagai
berikut:
1. Perubahan badan usaha
2. Perubahan nama dan alamat perusahaan
3. Penggantian penanggung jawab teknis
4. Penggantian pemilik/pimpinan perusahaan
5. Perubahan klasifikasi
3.4.1.6 Pencabutan Sertifikat Produksi
Sertifikat produksi alat kesehatan dan/atau PKRT dapat dicabut oleh
Direktur Jenderal apabila :
1. Terjadi pelanggaran terhadap persyaratan dan peraturan perundangundangan yang dapat mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan
pengguna, pekerja, atau lingkungan
2. Terbukti sudah tidak lagi menerapkan Cara Pembuatan Alat Kesehatan
atau PKRT yang Baik
Pelaksanaan pencabutan sertifikat produksi alat kesehatan dan/atau PKRT
akibat pelanggaran peraturan dilakukan dengan cara:
1. Peringatan secara tertulis sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
30
2. Penghentian sementara kegiatan
3. Pencabutan sertifikat produksi
Untuk pelaksanaan pencabutan akibat terjadi pelanggaran terhadap
persyaratan dan peraturan yang dapat mengakibatkan bahaya bagi pengguna dan
pekerja dapat dilakukan secara langsung.
3.4.1.7 Izin Penyaluran Alat Kesehatan (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2010e)
Berdasarkan
Permenkes
No.1191/Menkes/Per/VIII/2010
tentang
penyaluran alat kesehatan, disebutkan bahwa penyaluran alat kesehatan hanya
dapat dilakukan oleh PAK, cabang PAK, dan toko alat kesehatan.

Penyalur Alat Kesehatan yang selanjutnya disingkat PAK adalah
perusahaan yang berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan dalam jumlah besar
sesuai ketentuan perundang-undangan.

Cabang Penyalur Alat Kesehatan yang selanjutnya disebut cabang PAK
adalah unit usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah memiliki
pengakuan
untuk
melakukan
kegiatan
pengadaan,
penyimpanan,
penyaluran alat kesehatan dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh
perorangan
atau
badan
untuk
melakukan
kegiatan
pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyaluran alat kesehatan harus mengikuti pedoman Cara Distribusi Alat
Kesehatan Yang Baik (CDAKB). Yang dimaksud CDAKB adalah pedoman yang
digunakan dalam rangkaian kegiatan distribusi dan pengendalian mutu yang
bertujuan untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang didistribusikan
senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaanya.
Izin PAK berlaku selama memenuhi persyaratan, yaitu melaksanakan ketentuan
CDAKB dan perusahaan masih aktif melakukan kegiatan usaha. Direktur Jendral
melakukan audit menyeluruh terhadap PAK paling lama setiap 5 (lima) tahun
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
31
sekali sesuai dengan CDAKB. Setiap PAK dapat mendirikan cabang PAK di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
3.4.1.8 Surat Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan (PAK) (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010e)
Untuk dapat mengajukan permohonan izin PAK pemohon harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berbentuk badan hukum yang telah memperoleh izin usaha sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Memiliki penanggung jawab teknis yang bekerja penuh, dengan
pendidikan yang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
c. Memiliki sarana dan prasarana berupa ruangan dan perlengkapan lainnya
yang memadai untuk kantor administrasi dan gudang dengan status milik
sendiri, kontrak atau sewa paling singkat dua tahun.
d. Memiliki bengkel atau bekerja sama dengan perusahaan lain dalam
melaksanakan
jaminan
purna
jual,
untuk
perusahaan
yang
mendistribusikan alat kesehatan yang memerlukannya
e. Memenuhi CDAKB (Cara Distribusi Alat Kesehatan Yang Baik).
3.4.1.9 Tata Cara Pemohon mendapatkan izin PAK (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010c)
a. Pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal
melalui kepala dinas kesehatan provinsi setempat;
b. Kepala dinas kesehatan provinsi selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari
kerja sejak menerima tembusan permohonan, berkoordinasi dengan kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk membentuk tim pemeriksa bersama
untuk melakukan pemeriksaan setempat;
c. Tim pemeriksa bersama selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja
melakukan pemeriksaan setempat dan membuat berita acara pemeriksaan;
d. Apabila telah memenuhi persyaratan, kepala dinas kesehatan provinsi
selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima hasil
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
32
pemeriksaan dari tim pemeriksa bersama meneruskan kepada Direktur
Jenderal;
e. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf b sampai
dengan huruf d tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon yang
bersangkutan dapat membuat pernyataan siap melaksanakan kegiatan
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan
provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat;
f. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak menerima surat
pernyataan
sebagaimana
dimaksud
pada
huruf
e,
dengan
mempertimbangkan persyaratan izin PAK, Direktur Jenderal dapat
melakukan tindakan penundaan atau penolakan permohonan izin PAK;
g. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diterima laporan
hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf d, Direktur Jenderal
mengeluarkan izin PAK;
h. Terhadap penundaan sebagaimana dimaksud pada huruf f kepada
pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterbitkan surat
penundaan.
3.4.1.10 Masa Berlaku Izin Penyalur Alat Kesehatan (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010e)
Izin Penyalur Alat Kesehatan berlaku selama memenuhi persyaratan, yaitu
melaksanakan ketentuan CDAKB dan perusahaan masih aktif melakukan kegiatan
usaha. Untuk menjamin terpenuhinya syarat sebagaimana dimaksud yang telah
disebutkan di atas, Direktur Jenderal melakukan audit menyeluruh terhadap PAK
paling lama setiap 5 (lima) tahun sekali sesuai dengan CDAKB. Perubahan izin
PAK harus dilakukan apabila terjadi:
a. Perubahan badan hukum perusahaan
b. Pergantian pimpinan atau penanggung jawab teknis; dan/atau
c. Perubahan alamat kantor, gudang, dan/atau bengkel
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
33
3.4.2 Izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (Cabang PAK)
3.4.2.1 Surat Permohonan Izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (PAK)
Untuk dapat mengajukan permohonan izin Cabang PAK, pemohon harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki izin PAK
b. Memiliki penanggung jawab teknis yang bekerja penuh dengan pendidikan
paling rendah asisten apoteker atau tenaga lain yang sederajat sesuai
bidangnya
c. Memiliki sarana dan prasarana berupa ruangan dan perlengkapan lainnya
yang memadai untuk kantor administrasi dan gudang dengan status milik
sendiri, kontrak atau sewa paling singkat dua tahun.
d. Memiliki bengkel atau bekerja sama dengan perusahaan lain dalam
melaksanakan
jaminan
purna
jual,
untuk
perusahaan
yang
mendistribusikan alat kesehatan yang memerlukannya
e. Memenuhi CDAKB
3.4.2.2 Tata Cara Pemohon Mendapatkan Izin Cabang PAK
a. Pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada kepala dinas
kesehatan provinsi setempat;
b. Kepala dinas kesehatan provinsi selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari
kerja sejak menerima tembusan permohonan, berkoordinasi dengan kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk membentuk tim pemeriksa bersama
untuk melakukan pemeriksaan setempat;
c. Tim pemeriksa bersama selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja
melakukan pemeriksaan setempat dan membuat berita acara pemeriksaan;
d. Apabila
telah
memenuhi
persyaratan,
kepala
dinas
kesehatan
kabupaten/kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
hasil pemeriksaan dari tim pemeriksa bersama meneruskan kepada kepala
dinas kesehatan provinsi;
e. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf b sampai
dengan huruf d tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon yang
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
34
bersangkutan dapat membuat pernyataan siap melaksanakan kegiatan
kepada kepala dinas kesehatan provinsi setempat;
f. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak menerima surat
pernyataan
sebagaimana
dimaksud
pada
huruf
e,
dengan
mempertimbangkan persyaratan izin Cabang PAK, kepala dinas kesehatan
provinsi
dapat
melakukan
tindakan
penundaan
atau
penolakan
permohonan izin cabang PAK;
g. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf d, kepala dinas
kesehatan provinsi mengeluarkan izin cabang PAK;
h. Terhadap penundaan sebagaimana dimaksud pada huruf f kepada
pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterbitkan surat
penundaan.
3.4.3
Izin Toko Alat Kesehatan
3.4.3.1 Surat Permohonan Izin Toko Alat Kesehatan
Untuk dapat mengajukan permohonan izin toko alat kesehatan, pemohon
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang telah memperoleh izin usaha
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak atau sewa paling
singkat 2 (dua) tahun.
3.4.3.2 Tata Cara Pemohon Izin Toko Alat Kesehatan
a. Pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
b. Kepala Dinas Kabupaten/Kota setelah menerima permohonan selambatlambatnya 12 hari kerja menugaskan petugas pelaksana untuk melakukan
pemeriksaan setempat.
c. Petugas pelaksana setelah menerima tugas, selambat-lambatnya 12 hari
kerja, harus melaksanakan pemeriksaan setempat dengan membuat Berita
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
35
Acara Pemeriksaan (BAP) dan membuat laporan apakah izin dapat
diberikan atau tidak.
a. Pemeriksaan meliputi:

Persyaratan administrasi seperti NPWP, izin usaha, keterangan
domisili

Sarana dan prasarana

Kelengkapan administrasi toko seperti faktur, kuitansi, kartu stok,
buku penjualan dan lainnya.
d. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah menerima laporan,
selambat-lambatnya 12 hari kerja, mengeluarkan izin atau menolak
permohonan, dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
3.4.3.3 Jenis Produk
Jenis produk yang diizinkan untuk didistribusikan oleh toko Alat
Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Tempat tidur pemeriksaan pasien
2. Tempat tidur pasien statis
3. Kapas dan Pembalut
4. Instrumen bedah sederhana
5. Kasa, perban, dan plester
6. Timbangan badan
7. Tensimeter
8. Stetoskop
9. Kompres
10. Rapid Test (pemakaian sendiri)
11. Thermometer
12. Shaker dan rotator
13. Vaccum tube
14. Nebulizer
15. Alat kesehatan fisik untuk membantu fungsi tubuh seperti tongkat, kursi
roda, treadmill, massager, lumbar support, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
36
3.4.3.4 Pembinaan dan Pengendalian Toko Alat Kesehatan (Alkes)
Pembinaan terhadap toko Alkes dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai pedoman dari Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan cq Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
3.4.3.5 Pelaporan
Toko Alkes wajib menyampaikan laporan kegiatan penjualan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Dinas Kesehatan Propinsi
setiap 1 (satu) tahun sekali.
3.4.3.6 Larangan
Toko Alkes dilarang menjual Alkes yang tidak memiliki izin edar dan
Alkes yang memerlukan tenaga ahli dan atau pengawasan dalam penggunaannya.
3.4.3.7 Pencabutan Izin Toko Alat Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut izin toko Alkes
apabila:
1. Terjadi pelanggaran terhadap persyaratan dan peraturan tentang toko
Alkes
2. Terjadi pelanggaran yang dapat membahayakan pengguna, pasien, pekerja,
dan lingkungan.
3. Pelaksanaan pencabutan izin toko Alkes, dilakukan dengan cara:

Peringatan secara tertulis sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.
3.4.4

Penghentian sementara kegiatan

Pencabutan Izin toko Alkes.
Pemberian Izin Edar Produk
Dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1189/MENKES/ PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga tercantum ketentuan pelaksanaan pendaftaran, cara
pendaftaran, formulir pendaftaran, formulir permohonan, penilaian data,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
37
keputusan,
perubahan
data,
penambahan
ukuran
kemasan,
pembatalan
persetujuan, pendaftaran kembali, kategori dan subkategori serta petunjuk
pengisian formulir pendaftaran alat kesehatan maupun perbekalan kesehatan
rumah tangga produksi dalam negeri dan impor. Untuk alat kesehatan lokal,
pengajuan pendaftaran dilakukan oleh produsen yang telah memiliki sertifikat
produksi, sedangkan untuk alat kesehatan impor pengajuan pendaftaran dilakukan
oleh penyalur alat kesehatan.
Persyaratan alat kesehatan untuk mendapat izin registrasi, alat tersebut
haruslah memiliki kriteria, sebagai berikut :
a. Khasiat atau manfaat dan keamanan yang dibuktikan dengan melakukan
uji klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu
pengetahuan yang bersangkutan. Selain itu, untuk perbekalan kesehatan
rumah tangga dibuktikan juga dengan uji keamanan yaitu tidak
menggunakan bahan yang dilarang dan tidak melebihi batas kadar yang
telah ditentukan.
b. Mutu yang memenuhi syarat dinilai dari cara produksi yang baik dan
hanya menggunakan bahan dengan spesifikasi yang sesuai untuk alat
kesehatan maupun perbekalan kesehatan rumah tangga.
c. Penandaan berisi informasi yang dapat mencegah terjadinya salah
pengertian atau salah penggunaan. Perbekalan kesehatan rumah tangga
harus berisi informasi yang cukup termasuk tanda peringatan dan cara
penanggulangannya apabila terjadi kecelakaan.
Pengajuan izin registrasi alat kesehatan dan PKRT harus dilengkapi data- data
yang terdiri dari data administrasi dan data teknis.
3.4.4.1 Data Administrasi
a. Data yang harus ada untuk registrasi alat kesehatan dalam negeri, yaitu:
sertifikat produksi sesuai dengan jenis alat kesehatan yang didaftarkan,
lisensi (bila merek produk dan formulanya berasal dari pihak lain), paten
merek (bila menggunakan merek sendiri).
b. Data yang harus ada untuk registrasi alat kesehatan luar negeri/impor,
yaitu: izin usaha penyalur alat kesehatan, surat penunjukkan/surat kuasa
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
38
untuk mendaftarkan yang di legalisir oleh KBRI setempat, surat
keterangan dari pejabat pemerintah/badan yang diberi kewenangan di
negara asal (Certificate of Free Sale atau lainnya) bahwa produk tersebut
diizinkan untuk dijual.
c. Data yang harus ada untuk registrasi produk PKRT dalam negeri, yaitu
sertifikat produksi, surat perjanjian kerjasama/MOU (Memorandum of
Understanding) bila produsen memproduksi berdasarkan pesanan pihak
lain (toll manufacturing), surat lisensi bila merek dan formula berasal dari
pihak lain, surat pernyataan merek, paten merek yang dikeluarkan Ditjen
HAKI (jika ada), izin Komisi Pestisida (untuk PKRT yang mengandung
pestisida), formulir lampiran AA (formula dan prosedur pembuatan),
formulir lampiran BB (spesifikasi bahan baku dan wadah), formulir
lampiran CC (spesifikasi dan stabilitas produk jadi), formulir lampiran DD
(kegunaan, cara penggunaan, penandaan dan contoh produk), hasil
pengujian, rancangan penandaan.
Catatan : Khusus PKRT yang mengandung pestisida harus menyertakan
surat persetujuan dari Komisi Pestisida.
d. Data yang harus ada untuk registrasi produk PKRT impor, yaitu: surat
penunjukan sebagai distributor dari pabrik asal dan telah dilegalisir oleh
KBRI setempat, surat kuasa untuk mendaftar dari pabrik asal, certificate of
free sale untuk produk PKRT yang akan didaftarkan, ijin Komisi Pestisida,
formulir lampiran AA (formula dan prosedur pembuatan), formulir
lampiran BB (spesifikasi bahan baku dan wadah), formulir lampiran CC
(spesifikasi dan stabilitas produk jadi), formulir lampiran DD (kegunaan,
cara penggunaan, penandaan dan contoh produk), hasil pengujian,
rancangan penandaan.
3.4.4.2 Data Teknis
Data teknis yang diperlukan, sebagai berikut :
a. Untuk produk yang terbentuk dari bahan kimia, pendaftar harus
memberikan komponen formula dalam satuan internasional atau
persentase dan menuliskan fungsi masing-masing bahan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
39
b. Prosedur pembuatan secara singkat berupa alur kerja/flow chart dalam
proses produksi disertai dengan keterangan tentang proses kritis yang
mempengaruhi kualitas dan langkah yang dilakukan untuk mengontrol
proses kritis tersebut.
c. Untuk produk HIV, harus melampirkan hasil evaluasi dari RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo. Untuk produk elektromedik, pastikan keamanan
dengan melampirkan data hasil uji sesuai dengan persyaratan IEC 60601
mengenai keselamatan listrik.
d. Untuk kelas I, sertifikat CE dapat menggantikan CoA dan proses produksi.
e. Untuk alat kesehatan, formulir yang perlu dilampirkan adalah Formulir A
(data administrasi), Formulir B (informasi produk), Formulir C (spesifikasi
dan jaminan mutu), Formulir D (penandaan dan petunjuk penggunaan),
dan Formulir E (post market evaluation).
Evaluasi dan penilaian data dilaksanakan oleh tim penilai alat kesehatan.
Untuk alat kesehatan dengan teknologi baru atau canggih, maka dilakukan
evaluasi oleh tim ahli yang terdiri dari pakar di bidangnya. Bila hasil penilaian
dan keputusan pendaftaran dinyatakan lengkap maka akan dikeluarkan nomor
registrasi/izin edar. Sedangkan, bila dinyatakan kurang atau tidak lengkap maka
dapat diberikan kesempatan untuk melengkapi data yang kurang dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 3 bulan terhitung mulai tanggal pemberitahuan. Jika
sampai pada batas waktu yang ditentukan pemohon tidak melengkapi data maka
dilakukan penolakan pendaftaran. Nomor registrasi akan dikeluarkan oleh Menteri
Kesehatan Republik Indonesia setelah permohonan izin edar telah disetujui.
Nomor registrasi terdiri dari 11 digit dengan keterangan sebagai berikut :
Digit 1
: kelas
Digit 2,3
: kategori
Digit 4,5
: sub kategori
Digit 6,7
: tahun pemberian izin (dibalik)
Digit 8 – 11
: nomor urut pendaftaran
Alat Kesehatan Dalam Negeri: AKD
Alat Kesehatan Impor
: AKL
PKRT Impor
: PKL
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
40
PKRT Dalam Negeri
: PKD
Contoh nomor izin edar alat kesehatan : AKD 21303211019
AKD
: Alat Kesehatan Dalam Negeri
Digit 1 (Angka 2)
: kelas 2 (resiko sedang)
Digit 2,3 (Angka 13)
: Peralatan ortopedi
Digit 4,5 (Angka 03)
: Peralatan ortopedi bedah
Digit 6,7 (Angka 21)
: tahun pemberian izin (dibalik) 2012
Digit 8-11 (Angka 1019)
: nomor urut pendaftaran 1019
Alat ini adalah alat kesehatan dalam negeri (AKD), termasuk kelas 2 dan
didaftarkan pada tahun 2012. Untuk penentuan/penilaian kelas, kategori dan sub
kategori alat kesehatan mengacu pada Code of Federal Regulation (CFR).
Contoh nomor izin edar PKRT : PKL 10102600879
PKL
: PKRT luar negeri
Digit 1 (Angka 1)
: kelas 1
Digit 2,3 (Angka 01)
: kategori 1 (tissue dan kapas)
Digit 4,5 (Angka 02)
: sub kategori 2 ( facial tisue)
Digit 6,7 (Angka 60)
: tahun pemberian izin (dibalik) 2006
Digit 8-11 (Angka 0879)
: nomor urut pendaftaran 0879
Alat ini adalah perbekalan kesehatan rumah tangga luar negeri (PKL),
termasuk kelas 1, kategori tissue dan kapas, subkategori facial tissue, dan
didaftarkan pada tahun 2006.
Pencabutan nomor pendaftaran/izin edar dan memerintahkan penarikan
dari peredaran alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar merupakan
wewenang dari pemerintah, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan. Pendaftaran/izin edar produk berlaku selama 5 tahun
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010d).
Jika dalam masa peredarannya terdapat penambahan atau perubahan pada
produk yang telah mendapat izin edar tersebut seperti: ukuran, penandaan,
kemasan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), maka produk tersebut harus
didaftarkan kembali, produk tidak perlu mengganti nomor izin edar (masih dapat
memakai nomor izin edar yang lama). Namun, jika terjadi perubahan formula
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
41
maka produk harus didaftarkan lagi ke Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan) dan nomor
izin edar lama tidak berlaku lagi (diganti dengan nomor izin edar baru)
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010d).
3.4.5 Pelayanan Surat Keterangan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat kesehatan selain memberikan
pelayanan pengajuan sertifikat produksi, izin penyalur dan izin edar, juga
memberikan pelayanan surat keterangan, diantaranya yaitu :
a. Certificate Of Free Sale (CFS)
CFS adalah surat keterangan bahwa produk alat kesehatan atau perbekalan
kesehatan rumah tangga yang akan diekspor telah terdaftar pada
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan telah beredar di
Indonesia. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk
mendapatkan CFS, yaitu :
1. Surat permohonan mendapatkan CFS dengan mencantumkan negara
tujuan.
2. Lembar izin edar yang mencantumkan nama produk.
3. Surat izin produksi atau sertifikat produksi.
b. Surat Keterangan Lainnya
Surat keterangan lainnya hanya diberikan untuk keperluan berikut :
1. Produk alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga
impor yang berupa bantuan atau donasi untuk kepentingan masyarakat
atau kondisi bencana.
2. Produk alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga
untuk penelitian.
3.
Bahan atau komponen bahan baku impor untuk digunakan dalam
memproduksi alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah
tangga yang sudah terdaftar.
4.
Bahan atau produk tertentu yang berdasarkan kajian bukan termasuk
alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga yang harus
didaftarkan pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
42
5. Produk alat kesehatan yang diperlukan untuk pengujian dalam rangka
persyaratan pemberian izin edar.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk mendapatkan surat
keterangan tersebut diantaranya yaitu :
a. Surat permohonan mendapatkan surat keterangan yang sesuai.
b. Surat perjanjian Goverment to Goverment dari pihak yang berwenang.
c. Surat keterangan impor barang yang sudah disetujui oleh pihak bea cukai
(invoice).
d. Surat perjanjian kerjasama antara donatur dan penerima serta persetujuan
dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik bila digunakan di rumah sakit
atau persetujuan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat bila
digunakan di puskesmas.
e. Surat protokol pengujian.
f. Izin edar dan sertifikat produksi terkait produk yang dimaksud.
g. Katalog/brosur/data pendukung lainnya mengenai produk tersebut.
3.5
Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan
Keamanan Alat
Kesehatan dan PKRT
3.5.1
Pembinaan Keamanan Alat Kesehatan dan PKRT
Meningkatnya penggunaan alat kesehatan (Alkes) dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) berdampak pada meningkatnya produksi dalam
negeri serta meningkatnya produk impor. Untuk menjamin ketersediaan Alkes dan
PKRT yang baik, bermutu, bermanfaat dan aman, maka dilakukan pembinaan
oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alkes. Pelaksanaan pembinaan perlu
dilakukan sejak proses produksi hingga saat penggunaan di masyarakat meliputi :
tingkat pengadaan, tingkat produksi dan tingkat distribusi agar penggunaan Alkes
dan PKRT dapat tepat guna dan berhasil guna. Sesuai dengan PERMENKES RI
No.1184 Tahun 2004 mengenai pengamanan alat kesehatan dan PKRT disebutkan
bahwa pembinaan yang dilakukan diarahkan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat kesehatan dan atau perbekalan
kesehatan rumah tangga yang memenuhi persyaratkan mutu, keamanan
dan kemanfaatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
43
b. Melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga yang tidak tepat dan/atau tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.
c. Menjamin terpenuhinya atau terpeliharanya persyaratan mutu, keamanan
dan kemanfaatan alat kesehatan dan/atau perbekalan kesehatan rumah
tangga yang diedarkan.
Pembinaan keamanan alat kesehatan dan PKRT dalam kegiatannya
dilakukan dalam berbagai bidang, antara lain (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2004):
a. Informasi produk, yaitu penyebarluasan informasi melalui iklan kepada
masyarakat harus memuat keterangan secara objektif, lengkap dan tidak
menyesatkan.
b. Produksi, antara lain: meningkatkan kemampuan teknik dan cara
penerapan produksi alat kesehatan dan PKRT yang baik (CPAKB/ dan
CPPKRTB).
c. Peredaran, dilakukan dengan menjaga keamanan, mutu, kemanfaatan dan
penandaan yang cukup memadai.
d. Sumber daya manusia, dilakukan dengan meningkatkan keterampilan
teknis tenaga kesehatan, membentuk dan mengembangkan lembaga
pendidikan dan atau lembaga pelatihan, menyediakan tenaga penyuluhan
yang ahli dalam bidang alat kesehatan dan PKRT.
e. Pelayanan kesehatan, dilakukan dengan menjamin tersedianya alat
kesehatan dan PKRT yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
kemanfaatan dalam rangka pelayanan masyarakat.
3.5.2
Pengendalian dan Pengawasan Keamanan Alat Kesehatan dan PKRT
Alkes dan PKRT dalam penggunaannya dapat menimbulkan masalah yang
mungkin dapat merugikan penggunanya atau orang disekelilingnya. Timbulnya
masalah tersebut mungkin dapat disebabkan karena kesalahan alat (terutama bila
alat kesehatan tidak memenuhi standar mutu) atau kesalahan dalam penggunaan
(misal dalam penggunaannya perlu keterampilan khusus). Oleh karena itu,
pengawasan perlu dilakukan untuk dapat menjamin mutu, keamanan dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
44
kemanfaatan dari produk selama peredaran. Pengawasan ini dilaksanakan baik
oleh pemerintah, produsen/penyalur maupun masyarakat. Pengawasan yang dapat
dilakukan oleh pemerintah (pengawasan eksternal), yaitu :
a.
Melaksanakan
pembinaan,
pengendalian
dan
pengawasan
dengan
memanfaatkan seluruh potensi yang ada terutama di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten.
b.
Memberikan sanksi yang berskala nasional, provinsi, dan kabupaten
terhadap pabrik yang melakukan kesalahan.
c.
Meningkatkan peran serta masyarakat pada tingkat kabupaten, propinsi,
dan pusat.
Pengawasan harus dilakukan oleh produsen ataupun penyalur untuk
memberikan jaminan keamanan, mutu, dan manfaat produknya terhadap
masyarakat.
Pengawasan
yang
dapat
dilakukan
oleh
produsen/penyalur
(pengawasan internal), yaitu:
a.
Produsen berkewajiban mengadakan pembenaran di lapangan, tentang
mutu dan klaim produknya.
b.
Melaksanakan pemantauan efek samping dari produknya.
c.
Melaksanakan perbaikan dan atau menarik produknya yang tidak
memenuhi standar.
Masyarakat sebagai konsumen juga dapat berperan aktif dalam melakukan
pengawasan terhadap peredaran alat kesehatan dan PKRT yang tidak memenuhi
persyaratan. Pengawasan yang dapat dilakukan oleh masyarakat (pengawasan
eksternal), yaitu:
a.
Memberdayakan masyarakat untuk mengetahui hak dan kewajibannya
terhadap alat kesehatan yang beredar.
b.
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya penggunaan alat
kesehatan yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
c.
Dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan produsen untuk
peningkatan mutu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
45
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan PERPRES RI No.24 tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas
dan Fungsi Kementerian Negara serta susunan organisasi, tugas dan fungsi
Enselon I Kementerian Negara dibentuklah institusi kepemerintahan di bidang
kesehatan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
Negara di Indonesia. Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden, serta dipimpin oleh seorang Menteri Kesehatan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan
salah satu Direktorat Jenderal yang berada di bawah Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan membawahi Sekretariat Direktorat Jenderal
dan empat Direktorat yakni Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Bina
Pelayanan Kefarmasian, Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, serta Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian, yang masing-masing direktorat tersebut
mempunyai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membawahi Subbagian Tata Usaha dan 4 subdit, yaitu Subdit Penilaian Alat Kesehatan, Subdit
Penilaian Produk Diagnostik in vitro dan PKRT, Subdit Inspeksi Alat Kesehatan
dan PKRT serta Subdit Standardisasi dan Sertifikasi. Tugas dari Direktorat Bina
Produksi dan Alat Kesehatan
yaitu menyiapkan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK), serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat
kesehatan dan PKRT. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
melaksanakan fungsinya sesuai tugasnya yaitu penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kegiatan, penyusunan NSPK, penyiapan pemberian bimbingan
teknis, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang
penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan PKRT.
45
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
46
Pengawasan yang dilakukan bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
penggunaan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang
tidak tepat atau tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat. Tiap
subdirektorat dikepalai oleh satu orang kepala subdit yang membawahi dua orang
kepala seksi. Pembagian subdirektorat ini berdasarkan tugas pokok dan fungsi
yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 di mana struktur organisasi ini baru dilaksanakan
secara resmi pada bulan Januari 2011.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan yang dituliskan pada Pasal 591, Subdirektorat Penilaian Alat
Kesehatan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan di bidang penilaian
alat kesehatan.
Sub Direktorat Penilaian Alat Kesehatan terdiri dari Seksi Alat Kesehatan
Elektromedik dan Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik. Pada struktur
organisasi sebelumnya, dua seksi ini terpisah dalam subdirektorat yang berbeda.
Perubahan struktur ini dilakukan untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan
kinerja. Alat Kesehatan Elektromedik merupakan alat kesehatan yang dalam
penggunaannya menggunakan tenaga listrik dan rangkaian elektronika (sirkuit
elektronik) sebagai pengontrol kerja dari alat, baik untuk diagnostik, monitoring
maupun terapi. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh produsen alat
kesehatan elektromedik adalah mempunyai bengkel untuk reparasi/workshop dan
mempunyai izin dari BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) jika alat yang
hendak diedarkan menggunakan radiasi/X-ray. Alat kesehatan non elektromedik
merupakan alat kesehatan yang dalam penggunaannya tidak menggunakan tenaga
listrik. Pengunaan alat kesehatan ini beberapa ada yang dapat dilakukan oleh
orang biasa (bukan ahli), sehingga cara pengunaannya harus dicantumkan pada
alat kesehatan atau kemasannya. Namun beberapa alat kesehatan non
elektromedik juga memerlukan tenaga ahli untuk penggunaannya sebagai contoh
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
47
implan jantung yang sangat beresiko apabila tidak menggunakan bantuan tenaga
ahli dalam aplikasinya.
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik in vitro dan PKRT merupakan
subdit yang menilai produk diagnostik in vitro dan PKRT. Pada struktur
sebelumnya, produk diagnostik in vitro disebut dengan produk diagnostik
reagensia. Reagensia adalah bahan/pereaksi yang digunakan secara tidak langsung
dalam menegakkan/ menentukan diagnosa atau kondisi lain.
Contoh produk
diagnostik in vitro ada 4 kategori yaitu peralatan kimia klinik & toksikologi
klinik, peralatan hematologi dan patologi, peralatan imunologi dan mikrobiologi
serta peralatan obstetrik dan ginekologi. Registrasi alat kesehatan diagnostik in
vitro kelas III (misalnya untuk penyakit HIV atau flu burung) harus menyertakan
uji klinis maupun uji pre klinis. Produk diagnostik in vitro biasanya merupakan
produk impor. Berbeda dengan jenis alat kesehatan lainnya, produk diagnostik in
vitro memiliki kekhasan tersendiri. Sebagian produk memiliki persyaratan
penyimpanan suhu dan kelembapan, dan rentan terhadap perubahan suhu dan
kelembapan. Sehingga kondisi penyimpanan dan proses distribusi sangat
mempengaruhi kualitas produk. Penurunan kualitas akan berpengaruh terhadap
kinerja, sehingga hasil pemeriksaan yang diberikan bisa jadi tidak mewakili
kondisi sebenarnya pada pasien. Ini akan berakibat fatal jika hasil pemeriksaan
tersebut dijadikan dasar untuk diagnosis dan pemberian terapi bagi pasien. Dalam
memastikan dan menjamin produk diagnostik in vitro yang telah beredar, maka
dibutuhkan pengujian kembali produk tersebut. Selain Produk Diagnostik in vitro
PKRT juga harus diregistrasi terlebih dahulu untuk melindungi masyarakat dari
penggunaan produk PKRT yang berbahaya. Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) adalah alat atau bahan yang digunakan untuk memelihara dan merawat
kesehatan yang digunakan oleh manusia, hewan peliharaan, tempat-tempat umum
dan rumah tangga.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan PKRT terbagi
menjadi dua yaitu yang mengandung pestisida (contohnya anti nyamuk,
desinfektan, dll) dan yang tidak mengandung pestisida (contohnya tisu, kapas,
dll). Sedangkan untuk pembagian kelas baik produk diagnostik in vitro maupun
PKRT ada 3 kelas yaitu Kelas I (resiko ringan), Kelas II (resiko sedang), dan
kelas III (resiko tinggi).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
48
Kegiatan yang dilakukan oleh Sub Direktorat Penilaian Produk Diagnostik
in vitro dan PKRT adalah melakukan penilaian dan pemberian izin edar terhadap
produk-produk alat kesehatan dan PKRT baik produk dalam negeri maupun
produk luar negeri yang akan diedarkan di seluruh wilayah Indonesia.
Pemeriksaan dan penilaian berkas sebelum diedarkan (Pre Market) ini dilakukan
untuk menjamin mutu dan manfaat dari produk diagnostik in vitro dan PKRT
yang beredar di masyarakat. Bukan hanya sebelum diedarkan saja tetapi penilaian
juga dilakukan setelah produk diedarkan (Post Market Surveillance) dengan cara
sampling. Penilaian berkas sebelum diedarkan dilakukan terhadap berkas yang
diajukan berupa data administrasi dan data teknis. Pemeriksaan data administrasi
berupa formulir pendaftaran, sertifikat produksi (untuk produk dalam negeri), izin
penyalur alat kesehatan (IPAK), surat penunjukkan sebagai agen tunggal,
Certificate of Free Sale (untuk produk impor) dan surat pernyataan kepemilikan
merek (produk dalam negeri). Sedangkan penilaian data teknis berupa
formula/komponen produk, prosedur pembuatan, spesifikasi produk jadi,
Certificate of Analysis (CoA), data stabilitas, dan penandaan.
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT merupakan salah satu
bagian dari Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan yang bertugas
untuk menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan
NSPK, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di
bidang inspeksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat ini terdiri dari Seksi Inspeksi Produk dan Seksi Inspeksi Sarana
Produksi dan Distribusi. Seksi Inspeksi Produk bertugas dalam bidang inspeksi
produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, sedangkan Seksi
Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi bertugas di bidang inspeksi sarana
produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat standardisasi dan sertifikasi terdiri dari dua seksi yaitu seksi
standardisasi produk dan seksi standardisasi dan sertifikasi produksi dan
distribusi. Pembentukan ini didasarkan pada pentingnya pemerataan kualitas
produk serta sarana produksi dan distribusi untuk menjamin keamanan dan mutu
produk. Subdit ini bekerja sama dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN)
dalam melakukan standardisasi. Selain melakukan standarisasi produk, subdit ini
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
49
juga melakukan kegiatan dalam sertifikasi produksi dan izin penyaluran alat
kesehatan dan PKRT.
Selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, mahasiswa dapat menyimpulkan
bahwa diperlukan sosialisasi lebih lanjut mengenai registrasi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga kepada masyarakat. Hal tersebut bertujuan
agar masyarakat mengetahui produk alat kesehatan yang memang benar
dilegalkan oleh Kementerian Kesehatan. Selain itu, pengawasan terhadap produk
yang sudah diedarkan juga perlu dilakukan karena banyak perusahaan yang tidak
memperpanjang izin edar alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga yang lama.
Banyaknya permohonan registrasi alat kesehatan yang masuk ke Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan tidak sebanding dengan jumlah tenaga
kerja yang menanganinya. Oleh karena itu, diperlukan penambahan tenaga kerja
untuk meningkatkan kecepatan pelayanan. Ruang tunggu yang dimiliki Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan juga perlu diperluas agar pemohon
tidak perlu menunggu di luar ruang tunggu. Selain itu ruang kerja juga perlu
diperluas agar ruang gerak pekerja menjadi lebih leluasa. Sistem online perlu
diterapkan dalam proses registrasi agar pelayanan menjadi lebih cepat dan baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
50
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.1.1 Menteri Kesehatan membawahi beberapa Direktorat Jenderal. Salah satu
Direktorat yang ada yaitu Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
5.1.2 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membawahi Subbagian Tata Usaha dan 4 subdit, yaitu Subdit Penilaian Alat Kesehatan,
Subdit Penilaian Produk Diagnostik in vitro dan PKRT, Subdit Inspeksi
Alat Kesehatan dan PKRT serta Subdit Standardisasi dan Sertifikasi.
Tugas dari Direktorat Bina Produksi dan Alat Kesehatan
yaitu
menyiapkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan Norma,
Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK), serta pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan melaksanakan
fungsinya sesuai tugasnya yaitu penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan
kegiatan,
penyusunan
NSPK,
penyiapan
pemberian
bimbingan teknis, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan
di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan
dan PKRT.
5.1.3 Peran Apoteker di Direktorat ini adalah untuk menilai dan mengevaluasi
dokumen permohonan sertifikat produksi, izin edar dan izin penyalur alat
kesehatan dan PKRT.
5.1.4 Tidak diketahui secara jelas direktorat mana yang bertanggung jawab
dalam pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs).
50
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
51
5.2
Saran
5.2.1 Sosialisasi dan penyuluhan mengenai pelayanan registrasi alat kesehatan
dan PKRT, serta sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT
sebaiknya ditingkatkan.
5.2.2 Program pengawasan mengenai periklanan produk alat kesehatan dan
PKRT perlu direalisasikan.
5.2.3 Pembentukan tim khusus dan pelatihan sumber daya manusia untuk
periklanan produk alat kesehatan dan PKRT perlu dilakukan.
5.2.4 Program registrasi secara online untuk mempermudah pelayanan sertifikat
produksi dan izin edar alat kesehatan dan PKRT perlu segera
direalisasikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Penilaian Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta:
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan. Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1184/MENKES/PER/X/
2004
tentang
Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011a). Berbagai Terobosan Guna
Hadapi Tantangan di Bidang Pembangunan Kesehatan.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1700-berbagaiterobosan-guna-hadapi-tantangan-di-bidang-pembangunankesehatan.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011b). Bupati/Walikota Berperan
Capai Target MDGs
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/1739-bupati
walikota-berperan-capai-target-mdgs.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010a). Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010-2014. Jakarta:
Kemetrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010b). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/ 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010c). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1189/MENKES/PER/VIII/ 2010
tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
52
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
53
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010d). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1190/MENKES/PER/VIII/ 2010
Tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010e). Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 1191MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran
Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2.1. Struktur Organisasi Kementrian Kesehatan RI
54
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2.2. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
55
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2.3. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
56
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2.4. Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
57
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2.5. Struktur Organisasi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
58
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2.6. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
59
Lampiran 7. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Lampiran 2.7. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
60
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PENYUSUNAN TABEL PEMBANTU UNTUK PENILAIAN
ALAT KESEHATAN
KATEGORI PERALATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAN PERORANGAN (RSU & P)
IKA DWI MAULINA, S.Farm.
1106049403
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
i
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….
BAB 1. PENDAHULUAN .........................................................................
1.1. Latar Belakang ....................................................................................
1.2. Tujuan ................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
2.1. Alat Kesehatan………………………...................................................
2.2. Pembagian Kategori dan Sub Kategori Alat Kesehatan……………..
2.3. Klasifikasi Alat Kesehatan ..................................................................
2.4. Registrasi Alat Kesehatan ....................................................................
2.5. Penulisan Nomor Registrasi .................................................................
2.6. Code of Federal Regulation (CFR) dan Harmonized Commodity
Description and Coding System (HS Code)………………………..
2.7. Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)……….
BAB 3. METODE PENGUMPULAN DATA ……………………………
3.1. Tujuan ...............................................................................................
3.2. Manfaat…………………………………………………………………
3.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA………………………………..
3.2. Penyusunan tabel pembantu penilaian peralatan kesehatan kategori
peralatan rumah sakit umum dan perorangan berdasarkan Code
of Federal Regulation (CFR)………………………………………….
BAB 4. PEMBAHASAN ...........................................................................
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................
5.2 Saran ....................................................................................................
DAFTAR ACUAN ....................................................................................
ii
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
i
ii
iii
iv
1
1
2
3
3
4
7
8
16
17
18
20
20
20
20
20
22
25
25
25
26
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1
Halaman
Alur Registrasi Alat Kesehatan……………………………
iii
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Halaman
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan
Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)………….
Data Administrasi………………………………………….
Data Teknis (Informasi Produk)……………………………
Data Teknis (Informasi Spesifikasi dan Jaminan Mutu)……
Data Teknis (Penandaan dan Petunjuk Penggunaan)……….
Data Teknis (Post Market Evaluation)……………………...
Permohonan Izin Edar Alat Kesehatan Dalam Negeri……...
Permohonan Izin Edar Alat Kesehatan Impor………………
Formulir Izin Penyalur Alat Kesehatan…………………….
iv
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
27
39
40
41
42
43
44
45
46
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh (Kementerian Kesehatan RI, 2010b). Untuk peningkatan kualitas hidup
masyarakat, alat kesehatan merupakan salah satu komponen yang sangat penting.
Alat kesehatan yang beredar di Indonesia harus memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan. Dalam rangka memberikan keamanan dalam
peredaran alat kesehatan di Indonesia, maka perlu dilakukan proses penilaian
terhadap alat kesehatan yang didaftarkan kepada Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Selain proses penilaian terhadap alat kesehatan yang akan
beredar, terdapat juga pengaturan terhadap penyaluran alat kesehatan.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan memiliki tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (Kementerian Kesehatan RI, 2010a). Sesuai dengan
Permenkes Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang izin edar alkes dan PKRT,
alat-alat kesehatan dan PKRT yang akan diregistrasi dan dapat beredar di
Indonesia harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan bertanggung jawab dalam melakukan
penilaian alkes dan PKRT yang akan diregristrasi. Penilaian yang dilakukan
meliputi penilaian data administrasi dan data teknis.
Proses penilaian dilakukan oleh tim penilai untuk memberikan izin edar.
Dari proses penilaian, ditentukan kategori dan sub kategori alat kesehatan, nomor
Code of Federal Regulation (CFR),nama jenis produk, Harmonized Commodity
Description and Coding System (HS Code), identifikasi alat kesehatan serta dapat
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
2
diketahui klasifikasi kelas dari alat kesehatan tersebut. Setelah mengetahui
klasifikasi alat kesehatan, maka dapat diketahui tingkat keamanannya.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan di
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, maka pada Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) penulis ditempatkan di direktorat tersebut untuk
melakukan pemeriksaan dan penilaian berkas permohonan yang diajukan oleh
perusahaan alat kesehatan untuk memperoleh izin edar.
1.2
Tujuan
a. Mengetahui dan memahami tentang Code of Federal Regulation (CFR)
dan Harmonized Commodity Description and Coding System (HS Code)
b. Mengetahui dan memahami penyusunan tabel pembantu penilaian alat
kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Alat Kesehatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 1190/Menkes/Per/VIII/2010,
alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung
obat
yang
digunakan
untuk
mencegah,
mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh (Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud
oleh produsen, dapat digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan
satu atau beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan
penyakit
b. Diagnosis, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi
kondisi sakit
c. Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi atau
proses fisiologis
d. Mendukung atau mempertahankan hidup
e. Menghalangi pembuahan
f. Desinfeksi alat kesehatan
g. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui
pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia
Perkembangan alat kesehatan saat ini lebih cepat, sehingga diperlukan
pengawasan dalam peredarannya. Alat kesehatan yang akan diimpor, digunakan
dan atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia harus terlebih dahulu memiliki
izin edar. Alat kesehatan yang mendapat izin edar harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a.
Keamanan dan kemanfaatan alat kesehatan, yang dibuktikan dengan
melakukan uji klinis dan/atau bukti-bukti lain yang diperlukan
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
4
b.
Mutu yang dinilai dari cara pembuatan yang baik dan menggunakan
bahan dengan spesifikasi yang sesuai dan memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
2.2
Pembagian Kategori dan Sub Kategori Alat Kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2010b).
2.2.1 Peralatan Kimia Klinik dan Toksikologi Klinik
a. Sistem Tes Kimia Klinik
b. Peralatan Laboratorium Klinik
c. Sistem Tes Toksikologi Klinik
2.2.2 Peralatan Hematologi dan Patologi
a. Pewarna biologikal
b. Produk Kultur Sel dan Jaringan
c. Peralatan dan Assesori Patologi
d. Pereaksi Penyediaan Spesimen
e. Peralatan Hematologi otomatis dan semi otomatis
f. Peralatan Hematologi manual
g. Paket dan KIT Hematologi
h. Produk yang digunakan dalam pembuatan sediaan darah dan sediaan
berasal dari darah
2.2.3 Peralatan Imunologi dan Mikrobiologi
a. Peralatan Diagnostika
b. Peralatan Mikrobiologi
c. Pereaksi Serologi
d. Perlengkapan dan pereaksi laboratorium Imunologi
e. Sistem Tes Imunologikal
f. Sistem Tes Imunologikal Antigen Tumor
2.2.4 Peralatan Anestesi
a. Peralatan Anestesi Diagnostik
b. Peralatan Anestesi Pemantauan
c. Peralatan Anestesi Terapetik
d. Peralatan Anestesi Lainnya
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
5
2.2.5 Peralatan Kardiologi
a. Peralatan Kardiologi Diagnostik
b. Peralatan Kardiologi Pemantauan
c. Peralatan Kardiologi Prostetik
d. Peralatan Kardiologi Bedah
e. Peralatan Kardiologi Terapetik
2.2.6 Peralatan Gigi
a. Peralatan Gigi Diagnostik
b. Peralatan Gigi Prostetik
c. Peralatan Gigi Bedah
d. Peralatan Gigi Terapetik
e. Peralatan Gigi Lainnya
2.2.7
Peralatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT)
a. Peralatan THT Diagnostik
b. Peralatan THT Prostetik
c. Peralatan THT Bedah
d. Peralatan THT Terapetik
2.2.8 Peralatan Gastroenterologi-Urologi (GU)
a. Peralatan GU Diagnostik
b. Peralatan GU Pemantauan
c. Peralatan GU Prostetik
d. Peralatan GU Bedah
e. Peralatan GU Terapetik
2.2.9 Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
a. Peralatan RSU & P Pemantauan
b. Peralatan RSU & P Terapetik
c. Peralatan RSU & P Lainnya
2.2.10 Peralatan Neurologi
a. Peralatan Neurologi Diagnostik
b. Peralatan Neurologi Bedah
c. Peralatan Neurologi Terapetik
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
6
2.2.11 Peralatan Obestetrik dan Ginekologi (OG)
a. Peralatan OG Diagnostik
b. Peralatan OG Pemantauan
c. Peralatan OG Prostetik
d. Peralatan OG Bedah
e. Peralatan OG Terapetik
f. Peralatan Bantu Reproduksi
2.2.12 Peralatan Mata
a. Peralatan Mata Diagnostik
b. Peralatan Mata Prostetik
c. Peralatan Mata Bedah
d. Peralatan Mata Terapetik
2.2.13 Peralatan Orthopedi
a. Peralatan Orthopedi Diagnostik
b. Peralatan Orthopedi Prostetik
c. Peralatan Orthopedi Bedah
2.2.14 Peralatan Kesehatan Fisik
a. Peralatan Kesehatan Fisik Diagnostik
b. Peralatan Kesehatan Fisik Prostetik
c. Peralatan Kesehatan Fisik Terapetik
2.2.15 Peralatan Radiologi
a. Peralatan Radiologi Diagnostik
b. Peralatan Radiologi Terapetik
c. Peralatan Radiologi Lainnya
2.2.16 Peralatan Bedah Umum dan Bedah Plastik
a. Peralatan Bedah Diagnostik
b. Peralatan Bedah Prostetik
c. Peralatan Bedah
d. Peralatan Bedah Terapetik
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
7
2.3
Klasifikasi Alat Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang izin edar alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga yang tercantum pada pasal 14, alat kesehatan dibagi
menjadi 4 (empat) kelas yaitu :
2.3.1
Kelas I
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya tidak
menyebabkan akibat yang berarti. Penilaian untuk alat kesehatan ini
dititikberatkan hanya pada mutu dan produk.
Contoh: sikat gigi, masker, perban, ice bag, sunglasses (tanpa resep) dll.
2.3.2
Kelas IIa
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan
kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan
memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak memerlukan
uji klinis.
Contoh: AC powered dinamometer, kursi roda, dll
2.3.3 Kelas IIb
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan
kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan
memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisis risiko dan bukti
keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis.
Contoh: Contact lenses, ophthalmic laser, dll
2.3.4
Kelas III
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang serius kepada pasien atapun perawat/ operator. Alat
kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi formulir dan memenuhi persyaratan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
8
yang lengkap termasuk analisis risiko dan bukti keamanannya untuk dinilai serta
memerlukan uji klinis.
Contoh: ventricular by pass device, silicon gel filled breast, dll
Di Indonesia klasifikasi alat kesehatan Kelas IIa dan Kelas IIb menjadi
satu klasifikasi, yaitu Kelas II.
2.4
Registrasi Alat Kesehatan
Sesuai
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan PKRT
bahwa Alat Kesehatan atau Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang
beredar Indonesia harus mendapat izin edar dari Direktur Jenderal atau pejabat
yang ditunjuk. Izin edar adalah izin yang diberikan oleh Direktur Jenderal atau
pejabat yang ditunjuk terhadap Alkes dan PKRT untuk beredar di wilayah
Indonesia setelah dilakukan evaluasi meliputi keamanan, mutu dan manfaat
(Kementerian Kesehatan RI, 2010b).
Alat kesehatan dan/atau PKRT yang mendapat izin edar harus memenuhi
kriteria sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2009) :
a. Keamanan dan kemanfaatan alat kesehatan, yang dibuktikan dengan melakukan
uji klinis dan/atau bukti-bukti lain yang diperlukan
b. Keamanan dan kemanfaatan PKRT dibuktikan dengan menggunakan bahan
yang tidak dilarang dan tidak melebihi batas kadar yang telah ditentukan sesuai
peraturan dan/atau data klinis atau data lain yang diperlukan; dan
c. Mutu, yang dinilai dari cara pembuatan yang baik dan menggunakan bahan
dengan spesifikasi yang sesuai dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Untuk penilaian mutu, keamanan, dan kemanfaatan alat kesehatan
dan/atau PKRT dalam rangka pemberian izin edar dibentuk tim penilai dan tim
ahli alat kesehatan dan/atau PKRT. Tim ahli dapat terdiri atas pakar, organisasi
profesi, asosiasi terkait, perguruan tinggi, praktisi dan instansi terkait. Tim penilai
dan tim ahli ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Dalam pengajuan izin edar harus
melengkapi data-data yang terdiri dari data administrasi dan data teknis yang ada
pada lampiran 2 sampai lampiran 6. Permohonan izin edar alat kesehatan diajukan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
9
kepada Direktur Jenderal dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan
kelengkapan yang diperlukan sesuai dengan contoh dalam lampiran 7 dan
lampiran 8.
DIREKTUR
JENDERAL
6
PEMOHON
8
DIREKTUR
1
5
7
LOKET
PENDAFTARAN
SUBDIT
ABCD
2
Keterangan :
4
KA. SEKSI
= Hasil penilaian berkas
3
= Surat tambahan data
= Konsultasi tim ahli
TIM
PENILAI
TIM
AHLI
Gambar 2.1 Alur Registrasi Alat Kesehatan
Keterangan:
1. Pemohon memasukkan berkas pendaftaran pada loket dan dilakukan proses
praregistrasi oleh tim penilai. Berkas yang lengkap bisa dibuatkan slip setoran
dan pemohon diminta membayar biaya PNBP (Pendapatan Negara Bukan
Pajak) di bank yang ditunjuk. Bukti pembayaran bank dan berkas pendaftaran
diserahkan kepada petugas administrasi untuk dicatat dan diberi nomor sesuai
ketentuan, dan kepada pemohon akan diberikan tanda terima permohonan.
Selanjutnya berkas diserahkan kepada Kasubdit masing-masing.
2. Kasubdit memberikan disposisi kepada kepala seksi (Kasie) untuk bertanggung
jawab terhadap proses penilaian.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
10
3. Kasie memberikan disposisi kepada tim penilai untuk melakukan proses
penilaian terhadap berkas, kemudian hasil penilaian diserahkan kepada Kasie
untuk diperiksa ulang.
4. Kasie memberikan kesimpulan terhadap hasil penilaian apakah berkas
lengkap/tidak lengkap.
5. Kasubdit melakukan verifikasi terhadap hasil kesimpulan Kasie, Kasubdit
berhak menentukan apakah suatu berkas lengkap atau tidak.
6. Apabila ada permasalahan dengan produk yang dievaluasi terkait dengan
keamanannya, dilakukan diskusi dengan tim ahli untuk menentukan status
keamanan produk.
7. Berkas yang tidak lengkap akan dibuatkan surat tambahan data dan diserahkan
kepada Direktur untuk diminta persetujuannya. Kemudian surat tambahan data
akan diserahkan kepada pemohon.
8. Berkas yang oleh Kasubdit dinilai lengkap akan dibuatkan nomor registrasinya
dan disiapkan lembar registrasi untuk diserahkan kepada Direktur .
9. Direktur memberikan persetujuannya terhadap lembar nomor registrasi jika
dinilai memenuhi syarat untuk selanjutnya diserahkan kepada Direktur Jenderal
untuk diberikan persetujuan izin edar.
Penjelasan lainnya pada proses pendaftaran :
1. Pemohon harus menyerahkan 1 set formulir pendaftaran yang disusun
berdasarkan urutan yang telah ditetapkan, sedangkan 1 set lainnya disimpan
oleh pemohon sebagai arsip. Formulir pendaftaran dimasukkan dalam map
berwarna merah (produk alkes elektromedik), biru (produk alkes non
elektromedik), hijau (produk alkes diagnostik dan reagensia), dan kuning
(produk PKRT).
2. Pemohon menyerahkan lembar penandaan berwarna rangkap 3 untuk tiap
Kemasan (PKRT) dan minimal 1 penandaan berwarna dan 2 salinan (Alkes)
3. Untuk produk PKRT yang sama yang memiliki lebih dari satu ukuran, maka
didaftarkan menggunakan formulir berbeda.
4. Formulir pendaftaran diisi dalam bahasa Indonesia, sedangkan data/dokumen
pendukung boleh dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
11
5. Berkas yang telah memenuhi persyaratan pra-registrasi akan dicatat oleh
petugas administrasi di loket dan diberi nomor pendaftaran sesuai ketentuan
yang berlaku. Kode untuk subdit ditetapkan sebagai berikut : A (Alkes
Elektromedik), B (Alkes Non Elektromedik), C (Alkes Diagnostik dan
Reagensia), dan D (PKRT).
Hal yang harus diperhatikan dalam persyaratan administrasi (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,2009):
1. Sertifikat produksi
Produk yang didaftarkan termasuk dalam lampiran sertifikat produksi, bila
tidak tercantum harus mengajukan addendum
2. Certificate of Free Sale (CFS)
a. Dikeluarkan oleh Menteri yang menerangkan bahwa suatu produk alat
kesehatan sudah mendapatkan izin edar atau telah bebas dijual di Indonesia.
b. Certificate of Free Sale (CFS) yang dibuat oleh FDA menyebutkan nama dan
alamat pabrik, harus diperhatikan hanya produk buatan pabrik tersebutlah yang
diperbolehkan atau tercantum pada nomor registrasi.
c. Certificate of Free Sale (CFS) suatu produk berasal dari country of origin (yang
memiliki sistem registrasi yang diakui), tetapi jika tidak ada dapat digantikan
dengan CFS dari Negara principal/dimana produk tersebut telah diedarkan.
d. Untuk produk yang tidak termasuk alkes di Negara asal, dapat diganti dengan
surat keterangan dari chamber of commerce.
3. Izin Penyalur Alat Kesehatan (IPAK)
Jenis produk yang didaftarkan serta nama produsen tercantum dalam PAK. Jika
tidak, pemohon diminta mengajukan penambahan addendum untuk produk
tersebut. Contoh formulir dapat dilihat pada lampiran 9.
4. Letter of Authorization (LoA)
Dikeluarkan oleh principal, jika dikeluarkan oleh perwakilan principal, harus
disertai dengan surat penunjukkan perwakilan yang dikeluarkan oleh principal
yang telah dilegalisasi KBRI setempat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
12
Hal yang harus diperhatikan dalam persyaratan teknis antara lain (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2009):
1. Untuk produk yang terbentuk dari bahan kimia, pendaftar harus memberikan
komponen formula dalam satuan internasional atau persentase dan menuliskan
fungsi masing-masing bahan.
2. Prosedur pembuatan secara singkat berupa alur kerja/flow chart dalam proses
produksi disertai dengan keterangan tentang proses kritis yang mempengaruhi
kualitas dan langkah yang dilakukan untuk mengontrol proses kritis tersebut.
3. Untuk produk HIV, harus melampirkan hasil evaluasi dari RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
4. Untuk produk elektromedik, pastikan keamanan dengan melampirkan data hasil
uji sesuai dengan persyaratan International Electrotechnical Comission (IEC)
60601 mengenai keselamatan listrik.
5. Untuk kelas I, sertifikat Conformité Européenne (CE) dapat menggantikan
Certificate of Analysis (CoA) dan proses produksi.
Hal yang harus diperhatikan dalam menilai penandaan (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2009):
1. Informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi produk dan cara penggunaan
produk dengan aman harus tersedia. Jika kemasan individual tidak
memungkinkan informasi yang lengkap, informasi tersebut harus terdapat pada
leaflet atau bentuk lain yang sesuai.
2. Cara penggunaan harus jelas dan dipahami oleh pengguna (dalam bahasa
Indonesia)
3. Perhatikan adanya klaim berlebihan yang tidak disertai dengan data pendukung
yang memadai. Setiap klaim hendaklah dapat didukung oleh data pendukung
yang sesuai.
Sebuah penandaan harus memuat sekurang-kurangnya :
1.
Nama produk atau nama dagang, nama dan alamat produsen, nama
pendaftar, tujuan penggunaan.
2.
Jumlah setiap kemasan dan atau netto
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
13
3.
Kode produksi/nomor lot atau no batch yang memungkinkan melakukan
tindakan yang diperlukan untuk melacak dan menarik kembali produk.
4.
Tanggal kadaluarsa untuk produk steril dan/atau mempunyai batas
kadaluarsa kurang dari 2 tahun.
5.
Cara penyimpanan atau kondisi penanganan pada kemasan luar, jika ada
6.
Peringatan/ perhatian
7.
Kinerja yang diinginkan produsen dan jika ada setiap efek yang tidak
diinginkan
8.
Uraian mengenai perlakuan atau penanganan lebih lanjut sebelum produk
digunakan (misalnya sterilisasi, kalibrasi, perakitan akhir).
9.
Kata steril untuk produk steril dan peringatan jika terjadi kerusakan pada
kemasan steril.
10.
Pernyataan/lambang hanya untuk sekali pakai, untuk produk sekali pakai.
11.
Untuk produk implan, informasi mengenai risiko khusus terkait dengan
implantasi tersebut.
12.
Untuk produk yang dapat dipakai ulang, informasi yang memadai tentang
proses pemakaian kembali, termasuk pembersihan, disinfeksi, kemasan, dan
jika perlu metode sterilisasi ulang dan batasan jumlah pengulangan kembali.
Jika produk ditujukan untuk disterilisasi sebelum digunakan, cara
pembersihan dan sterilisasi haruslah sedemikian rupa hingga jika cara
tersebut diikuti, maka produk tersebut memenuhi ketentuan tentang
keamanan produk
13.
Untuk produk yang mengeluarkan radiasi diberikan tanda khusus, dan harus
ada rincian mengenai asal radiasi, tipe, intensitas dan distribusi radiasi harus
tersedia.
14.
Peringatan jika terjadi perubahan kinerja (performance) produk
15.
Peringatan yang berhubungan dengan paparan, jika oleh pengaruh
lingkungan,
terhadap
adanya
pengaruh
listrik
eksternal,
muatan
elektrostatik, tekanan atau variasi tekanan, akselerasi, sumber panas, dan
lainnya.
16.
Peringatan jika terdapat risiko dalam pembuangan produk
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
14
17.
Keterangan jika ada bahan obat di dalam produk Alkes sebagai bagian yang
tak terpisahkan.
18.
Tingkat akurasi untuk produk yang memiliki fungsi pengukuran
19.
Setiap persyaratan mengenai fasilitas khusus, pelatihan khusus, atau
kualifikasi tertentu dari pengguna alat.
20.
Nomor registrasi
Hal yang harus ada dalam buku manual di antaranya adalah:
1.
Spesifikasi produk
2.
Cara penggunaan
3.
Peringatan
4.
Tujuan penggunaan
Untuk produk yang menghasilkan radiasi harus berisi informasi mengenai
asal radiasi, cara melindungi pasien dan operator, dan cara menghindari kesalahan
pemakaian dan menghilangkan risiko yang terkait dengan instalasi produk.
Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk harus memberikan keputusan
persetujuan atau penolakan pendaftaran izin edar alat kesehatan atau PKRT dalam
jangka waktu yang dihitung sejak permohonan izin edar dinyatakan lengkap,
untuk :
a. Kelas I : 30 hari kerja
b. Kelas II : 60 hari kerja
c. Kelas III : 90 hari kerja
Setelah permohonan izin edar disetujui, maka akan didapatkan nomor izin
edar. Untuk alat kesehatan dalam negeri akan diberi penandaan AKD, sedangkan
alat kesehatan luar negeri atau impor akan diberi penandaan AKL. Nomor izin
edar terdiri dari 11 digit. Contoh AKL 21002011234. AKL adalah penandaan
bahwa produk ini merupakan alat kesehatan impor. Angka “2” di awal merupakan
kelas produk berdasarkan Code of Federal Regulation
(CFR). Angka “10”
merupakan kategori produk. Angka “02” merupakan subkategori produk. Angka
“01” merupakan tahun dikeluarkannya SK yang ditulis secara terbalik. 4 digit
nomor terakhir, yaitu “1234” merupakan nomor urut pendaftaran produk pada
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
15
yang tercatat dalam buku besar Dirjen Prodis Alkes. Izin edar berlaku selama 5
(lima) tahun atau sesuai dengan masa penunjukan keagenan masih berlaku dan
dapat diperbaharui sepanjang memenuhi persyaratan. Izin edar dinyatakan tidak
berlaku apabila:
a. Masa berlaku izin edar habis
b. Masa berlaku sertifikat produksi habis dan/atau dibatalkan
c. Batas waktu keagenan habis, dibatalkan, atau tidak diperpanjang
d. Persetujuan izin edar dicabut oleh Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk.
Pencabutan persetujuan izin edar dapat dilakukan apabila:
a. Alat kesehatan dan/atau PKRT menimbulkan akibat yang dapat membahayakan
bagi kesehatan; dan/atau
b. Tidak memenuhi kriteria sesuai dengan data yang diajukan pada permohonan
izin edar.
Persyaratan perpanjangan masa izin edar sebagai berikut :
a. Perusahaan pemohon wajib memperpanjang nomor izin edar alat kesehatan
dan/atau PKRT selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum habis masa
berlakunya.
b. Perpanjangan masa berlaku izin edar alat kesehatan dan/atau PKRT impor,
dapat diperpanjang dengan mengajukan surat permohonan perpanjangan
disertai dengan surat penunjukkan baru yang diketahui oleh perwakilan
Republik Indonesia setempat.
Perubahan izin edar sebagai berikut :
a. Perusahaan harus mengajukan perubahan izin edar alat kesehatan dan/atau
PKRT terhadap perubahan: ukuran; kemasan; penandaan; Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP).
b. Perubahan izin edar berdasarkan perubahan di atas dilakukan tanpa perubahan
nomor izin edar.
c. Perubahan selain sebagaimana dimaksud di atas harus memenuhi ketentuan tata
cara permohonan izin edar baru dengan perubahan nomor izin edar. Perusahaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
16
yang memiliki izin edar alat kesehatan dan/atau PKRT wajib menyampaikan
laporan hasil monitoring efek samping secara berkala 1 (satu) tahun sekali.
2.5
Penulisan Nomor Registrasi
Proses penilaian terkait erat dengan klasifikasi produk yang dilakukan
berdasarkan resiko yang ditimbulkan oleh produk. Bila hasil penilaian dan
keputusan pendaftaran dinyatakan lengkap maka akan dikeluarkan nomor
registrasi/izin edar. Sedangkan bila dinyatakan kurang atau tidak lengkap maka
akan diberikan kesempatan untuk melengkapi data dalam jangka waktu selambatlambatnya 3 bulan terhitung mulai tanggal pemberitahuan. Jika sampai batas
waktu yang ditentukan pemohon tidak melengkapi data maka dilakukan
penolakan pendaftaran. Nomor registrasi tersebut terdiri dari 11 digit dengan
keterangan sebagai berikut :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Keterangan :
Digit 1
: kelas
Digit 2,3
: kategori
Digit 4,5
: sub kategori
Digit 6,7
: tahun pemberian izin (dibalik)
Digit 8 sampai 11
: nomor urut
Alat Kesehatan Dalam Negeri
: AKD
Alat Kesehatan Impor
: AKL
PKRT Dalam Negeri
: PKD
PKRT Impor
: PKL
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
17
Jika dalam masa peredarannya terdapat penambahan atau perubahan pada
produk yang telah diberi izin edar tersebut seperti nama, penandaan, kemasan,
penambahan ukuran kemasan, dan lain-lain, maka produk tersebut harus
didaftarkan kembali tetapi tidak perlu mengganti nomor izin edar (masih dapat
memakai nomor izin edar yang lama), namun jika terjadi perubahan formula maka
harus didaftarkan lagi ke Kementerian Kesehatan (Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan) dan nomor izin edar lama tidak berlaku lagi.
2.6
Code of Federal Regulation (CFR) dan Harmonized Commodity
Description and Coding System (HS Code)
CFR merupakan sistem pengkodean untuk regulasi dan peraturan umum
serta permanen untuk hukum administratif yang dikeluarkan oleh Departemen
atau agensi dari Pemerintahan Amerika Serikat. CFR diterbitkan oleh kantor
Federal Register, lembaga arsip nasional, dan catatan administrasi (NARA). CFR
terbagi atas 50 judul (bagian) yang mewakili bidang yang luas sesuai pada
peraturan Federal. Masing-masing dari bagian akan dijelaskan lebih jauh pada
bagian-bagian yang melingkupi area regulasi spesifik. Masing-masing bagian
lebih jauh dibagi-bagi ke dalam bagian-bagian yang lebih spesifik pada area
regulasi masing-masing (National Archieves and Records Administration, 2007).
Code of Federal Regulations harus tetap disesuaikan dengan kondisi
terkini dengan isu-isu individual dari Federal Register. Dua sumber ini harus
digunakan secara bersamaan untuk menentukan versi terakhir dari berbagai
peraturan (National Archieves and Records Administration, 2007).
Masing-masing kode volume mengandung amandemen yang telah
dipublikasi oleh Federal Register sejak revisi terakhir dari kode volume tersebut.
Sumber pustaka untuk regulasi mengacu pada nomor volume dan nomor halaman
dari Federal Register dan tanggal publikasinya. Jika tanggal efektif dari kode tidak
sesuai dengan kondisi kekinian maka sebuah catatan harus ditempatkan untuk
menandai tanggal efektif selanjutnya. Code untuk regulasi alat kesehatan terdapat
pada bagian 21, dengan judul buku Code of Federal Regulation, title 21 – Food
and Drug Administrastion. USA : Office of Federal Register National Archieves
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
18
and
Record
Administration
FDA
(National
Archieves
and
Records
Administration, 2007).
Harmonisasi
adalah
standar
Commodity Description and Coding System (HS Code)
internasional
atas
sistem
nama
dan
nomor
untuk
mengklasifikasikan produk yang dikembangkan dan dikelola oleh organisasi bea
cukai dunia World Customs Organization (WCO). WCO adalah sebuah organisasi
antar pemerintah independen dengan lebih dari 170 negara anggota yang berbasis
di perdagangan berpusat di Brussels, Belgia. Kode untuk cakupan terbesar dari 4
digit angka, sebagai kode awal. Nomenklatur Internasional ditentukan pada 6 digit
setelahnya. Jika dibutuhkan, kode untuk subdivisi diberikan 2 digit angka. Untuk
memastikan pengguna HS Code yang sesuai dengan peraturan internasional, maka
perusahaan harus mencantumkan 4 digit awal dan 6 digit keterangannya.
Penggunaannya seragam, namun boleh mencantumkan subkategori yang diadopsi
dari peraturan negara tertentu. HS Code digunakan pada lebih 200 negara sebagai
dasar cukai, statistik perdagangan internasional, peraturan negara asal, dasar
penetapan pajak, negosiasi perdagangan, cukai perpindahan barang, mengawasi
barang tertentu (seperti limbah, narkotika, senjata kimia, dan lain-lain), parameter
kontrol dan prosedur termasuk penilaian resiko, teknologi informasi dan
penyesuaian (http://www.3ceonline.com/faq-copy.php).
2.7
Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU&P) adalah segala
jenis peralatan yang digunakan di rumah sakit baik secara umum maupun
perorangan. Peralatan ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
2.7.1
Peralatan RSU & P Pemantauan
Peralatan RSU & P Pemantauan adalah peralatan rumah sakit yang
digunakan untuk memantau atau memonitor kondisi tubuh pasien seperti berat
badan pasien, suhu tubuh pasien, jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh
pasien dan lainnya. Salah satu contoh adalah liquid crystal forehead temperature,
yaitu sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui suhu tubuh dengan
menempelkan pada dahi pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
19
2.7.2
Peralatan RSU & P Terapeutik
Peralatan RSU & P Terapeutik adalah peralatan yang digunakan untuk
tujuan terapi kepada pasien. Salah satu contohnya adalah jet lavage, yaitu sebuah
alat yang digunakan untuk membersihkan luka dengan menggunakan cairan steril.
2.7.3
Peralatan RSU & P Lainnya
Peralatan RSU & P lainnya adalah peralatan tambahan yang digunakan di
rumah sakit, yang tidak termasuk alat untuk pemantauan ataupun terapi. Peralatan
RSU & P lainnya ini sangatlah penting. Contoh dari peralatan rumah sakit lainnya
adalah sterilization wrap, yaitu alat yang digunakan untuk membungkus peralatan
yang telah disterilisasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
BAB 3
METODE PENGUMPULAN DATA
3.1 Tujuan
Tujuan dibuatnya tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori peralatan
rumah sakit dan perorangan adalah untuk menilai dan mengelompokkan alat – alat
kesehatan tersebut ke dalam beberapa sub kategori yang telah ditentukan.
3.2 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan adanya tabel pembantu penilaian alat
kesehatan kategori peralatan rumah sakit dan perorangan ini adalah dapat
mempercepat proses penilaian dan pengelompokkan alat – alat kesehatan tersebut
ke dalam beberapa sub kategori yang ada.
3.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dilaksanakan dari tanggal
16 Januari 2012 hingga 27 Januari 2012. Pekerjaan yang dilakukan selama PKPA
adalah mengamati dan menilai berkas – berkas permohonan izin edar alat – alat
kesehatan. Pada saat pengamatan yang dilakukan terhadap berkas permohonan
izin edar, ternyata ditemukan kesulitan dalam menilai alat kesehatan berdasarkan
buku Code of Federal Regulation (CFR) dan Harmonized Commodity
Description and Coding System (HS Code).
3.4 Penyusunan Tabel Pembantu Penilaian Peralatan Kesehatan Kategori
Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P) berdasarkan
Code of Federal Regulation (CFR).
Penyusunan tabel pembantu penilaian peralatan kesehatan kategori Peralatan
Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P) yaitu dengan membagi data-data
tentang alat kesehatan yang tercantum pada Code of Federal Regulation (CFR)
kedalam beberapa bagian yaitu berdasarkan sub kategori, nama jenis produk,
20
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
21
nomor Code of Federal Regulation (CFR), klasifikasi kelas, Harmonized
Commodity Description and Coding System (HS Code), serta identifikasi tentang
alat yang tercantum pada HS Code. Tabel terlampir pada Lampiran 1.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
BAB 4
PEMBAHASAN
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan mempunyai tugas menyiapkan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan
pelaksanaan di bidang penilaian alat kesehatan. Adapun fungsi dari Subdirektorat
Penilaian Alat Kesehatan adalah melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian alat kesehatan, penyiapan bahan
penyusunan norma,standar,prosedur, dan kriteria di bidang penilaian alat
kesehatan, penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang penilaian alat kesehatan,
dan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang penilaian alat kesehatan.
Peran dari Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan sangat penting. Para penilai
harus cermat, teliti, dan benar dalam menilai alat kesehatan mana yang sudah
memenuhi persyaratan atau belum dengan memeriksa data administrasi dan data
teknis dari alat kesehatan yang telah didaftarkan. Apabila persyaratan yang
dibutuhkan belum lengkap, maka penilai harus memberitahukan kepada pihak
produsen alat kesehatan syarat apa yang harus dilengkapi. Tetapi ketika
persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, maka tim penilai akan melakukan
penilaian terhadap data administrasi dan data teknis dari alkes tersebut dan
menilai apakah alkes tersebut layak untuk mendapatkan izin edar.
Pada penilaian alat kesehatan juga dapat ditentukan klasifikasi dari alat
kesehatan tersebut apakah termasuk kelas I, II atau III. Penilaian kelayakan alat
kesehatan untuk diedarkan sangat penting, karena alat kesehatan yang beredar
harus memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan. Apabila alat
kesehatan tersebut
tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan
kemanfaatan maka tidak dapat diedarkan karena dikhawatirkan penggunaannya
dapat membahayakan masyarakat.
Kendala yang muncul adalah pada tim penilai, selain harus melakukan
penilaian alat kesehatan yang layak beredar dengan akurat, tim penilai juga harus
bekerja dengan cepat. Jumlah permintaan dari pemohon untuk meregistrasi alat
22
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
23
kesehatan, perpanjangan izin edar alat kesehatan, perubahan ukuran, desain
kemasan, dan penandaan setiap harinya sangatlah tinggi, sehingga tim penilai
dituntut untuk cepat dalam bekerja. Meningkatnya jumlah pendaftar alat
kesehatan disebabkan karena kebutuhan masyarakat tinggi terhadap alat kesehatan
yang aman dan bermanfaat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
menambah jumlah karyawan dari tim penilai. Tetapi cara ini membutuhkan biaya
yang cukup besar karena harus menambah jumlah karyawan. Oleh karena itu
harus diterapkan cara yang lebih baik tetapi dengan tidak mengeluarkan biaya
yang besar. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan dibuatnya tabel pembantu
penilaian alat kesehatan sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja dari tim
penilai. Dari buku Code of Federal Regulation (CFR), dibuat tabel pembantu
untuk mempercepat proses penilaian alat kesehatan. Tabel pembantu terdiri dari
sub kategori, nomor Code of Federal Regulation (CFR), nama jenis produk,
klasifikasi alat kesehatan, identifikasi alat, dan Harmonized Commodity
Description and Coding System (HS Code).
Langkah pertama yang dilakukan ketika penilaian alat kesehatan adalah
menentukan kategori dan sub kategori alat kesehatan yang terdapat dalam buku
Code of Federal Regulation (CFR) . Sebagai contoh dalam tugas khusus ini,
dibuat tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori peralatan rumah sakit
umum dan perorangan. Setelah mengetahui kategori dan sub kategori, maka dapat
ditentukan klasifikasi dari alat kesehatan tersebut apakah termasuk ke dalam kelas
I, II ataupun III.
Harmonized Commodity Description and Coding System (HS Code) berguna
saat akan melakukan perdagangan internasional. HS merupakan bahasa numerik
secara klasifikasi produk atau bahan produk sebagai standar internasional untuk
pelaporan barang di bea cukai dan instansi pemerintah. HS diciptakan dan
dikelola oleh bea cukai dunia. Enam digit pertama dari HS Code menunjukkan
deskripsi produk yang sama untuk semua 190 negara.
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan dibuat dalam bentuk Microsoft Word
atau Microsoft Excel. Dibuat dalam bentuk tersebut, tujuannya adalah membantu
penilai dalam mencari kategori dan sub kategori alat kesehatan, karena hanya
Univesitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
24
dengan memasukkan nama alat kesehatan yang akan dinilai maka akan tersaji
penjelasan yang lengkap tentang alat kesehatan tersebut. Penjelasan tersebut
tersaji dalam Bahasa Indonesia sehingga dapat dipahami dengan baik.
Tabel pembantu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja dari tim
penilai sehingga dapat melayani permintaan dari produsen – produsen alat
kesehatan yang meregistrasikan alat kesehatannya. Contohnya adalah dengan
adanya tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori peralatan rumah sakit
umum dan perorangan, tim penilai dapat dengan cepat menentukan kategori dan
sub kategori serta klasifikasi alat kesehatan. Peralatan Rumah Sakit Umum dan
Perorangan (RSU&P) terbagi dalam 3 sub kategori, yaitu Peralatan RSU dan P
Pemantauan, Peralatan RSU dan P Terapetik, dan Peralatan RSU dan P Lainnya.
Dari tabel pembantu tersebut, dapat diidentifikasi nomor Code of Federal
Regulation (CFR) produk, nama jenis produk, klasifikasi alat kesehatan,
identifikasi alat kesehatan tersebut serta digabung dengan tabel Harmonized
Commodity Description and Coding System (HS Code) yang dikembangkan dan
dikelola oleh organisasi bea cukai dunia World Customs Organization (WCO).
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.
Univesitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
a. Code of Federal Regulation (CFR) merupakan sistem pengkodean
untuk regulasi dan peraturan umum serta permanen untuk hukum
administratif yang dikeluarkan oleh Departemen atau agensi dari
Pemerintahan Amerika Serikat. CFR diterbitkan oleh kantor Federal
Register, lembaga arsip nasional, dan catatan administrasi (NARA).
Untuk pembagian kategori alat kesehatan, CFR adalah pedoman utama
bagi alat kesehatan yang diregistrasi di Indonesia.
b. Harmonized Commodity Description and Coding System (HS Code)
berguna
saat
akan
melakukan
perdagangan
internasional.
HS
merupakan bahasa numerik secara klasifikasi produk atau bahan produk
sebagai standar internasional untuk pelaporan barang di bea cukai dan
instansi pemerintah.
b. Penyusunan tabel pembantu alat kesehatan kategori peralatan rumah
sakit umum dan perorangan berdasarkan CFR dibuat dengan membagi
berdasarkan sub kategori, nama jenis produk, nomor CFR, klasifikasi
kelas produk, identifikasi alat kesehatan, dan HS Code.
5.2
Saran
a.
Penggunaan sistem online untuk registrasi alat kesehatan sebaiknya
diterapkan dan disosialisasikan karena dapat lebih mempermudah dan
mempercepat proses registrasi dan penilaian alat kesehatan.
b.
Menambah jumlah personil tim penilai.
25
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Penilaian Alat
Kesehatan/Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010a). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/ 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010b). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1190/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang
Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
National Archieves and Records Administration. (2007). Code of Federal
Regulation 21 Part 800 to 1299. Washington DC : Office of Federal
Register National Archieves and Record Administration.
http://www.3ceonline.com/faq-copy.php diakses tanggal 27 Januari 2012 jam
11.12 WIB
26
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Lampiran 1. Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
1
Sub
Kategori
General
Hospital and
Personal Use
Monitoring
Devices
No. CFR
880.2000
880.2400
880.2420
880.2460
880.2500
880.2700
880.2720
880.2720
880.2740
880.2800
Klasifikasi
I
II
III
Nama Jenis
Produk
Liquid crystal
forehead
temperature
Ѵ
Electronic
monitor for
gravity flow
infusion systems
Electrically
powered spinal
fluid pressure
monitor.
Spinal fluid
manometer.
Stand-on patient
scale.
Patient scale.
Sterilization
process
indicator.
HS Code
Digunakan untuk mengetahui temperatur tubuh dengan menempelkan pada
dahi
9018.90.90.00
Tempat tidur pasien yang menggunakan tenaga baterai yang dilengkapi
dengan alarm yang akan berbunyi ketika pasien meninggalkan tempat
tidurnya
Alat yang digunakan untuk memonitor jumlah cairan yang masuk atau
mengalir ke pasien.
9018.90.30.00
Alat yang digunakan untuk menentukan tekanan cairan tulang belakang
dengan menggunakan transduser yang mengkonversikan tekanan cairan
tulang belakang ke sinyal listrik
9018.90.30.00
Alat yang digunakan untuk menentukan tekanan cairan tulang belakang
9018.90.90.00
Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan pasien dengan cara
pasien berdiri di atas alat pengukurnya
Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan pasien yang tidak dapat
berdiri
Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan pasien yang tidak dapat
berdiri tetapi menggunakan listrik
Alat nonelektrik yang digunakan untuk menyerap darah yang keluar
selama proses operasi berlangsung dengan cara membandingkan berat
kering spons dengan berat spons setelah operasi
Biological sterilization process indicator adalah alat yang digunakan
untuk mengetahui apakah suatu alat kesehatan sudah terbebas dari
mikroorganisme, pengemasannya steril
8423.10.20.00
Ѵ
Bed-Patient
Monitor
Patient scale
electric
Surgical sponge
scale.
Identifikasi
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
9018.90.30.00
8423.10.20.00
8423.10.10.00
8423.10.20.00
3822.00.10.00
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.2900
880.2930
Clinical color
change
thermometer.
Clinical
electronic
thermometer.
Clinical
mercury
thermometer.
Apgar timer.
880.5025
I.V. container.
880.2910
880.2920
2
General
Hospital and
Personal Use
Therapeutic
Devices
Nama Jenis
Produk
I
Klasifikasi
II
III
Identifikasi
Physical/chemical sterilization process indicator
adalah alat yang
digunakan untuk memastikan bahwa suatu proses sterilisasi telah berjalan
sesuai prosedur dan juga telah mengikuti parameter yang telah ditetapkan
Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur tubuh dengan melihat
perubahan warna pada alat
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
HS Code
9025.19.20.00
Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur tubuh, alat dilengkapi
dengan sepasang transduser, kondisi, dan tampilan unit yaitu tampilan
yang menngambarkan temperatur tubuh
Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur tubuh dengan
menggunakan ekspansi termal dari merkuri
9025.19.20.00
Alat yang digunakan untuk mewaspadai suatu alat kesehatan untuk
menghitung nilai Apgar dari kelahiran bayi
Wadah yang digunakan untuk menyimpan campuran cairan yang akan
diberikan kepada pasien melalui jalur pemberian intravaskular
9018.90.90.00
Alat yang digunakan untuk menghilangkan partikel dari udara bebas untuk
tujuan medis. Alat bekerja dengan cara pengendapan elektrostatik atau
juga filtrasi
Alat yang terdiri dari strip yang panjang dan pipih atau tabung yang
terbuat dari bahan yang elastis yang digunakan untuk ditempelkan pada
bagian tubuh pasien
Alat steril yang terdiri dari cairan,semi-cairan, ataupun serbuk dan juga
kombinasi dari cairan yang digunakan untuk melapisi luka terbuka atau
menutupi luka terbakar
9018.90.30.00
9025.19.20.00
9018.90.20.00
Ѵ
880.5045
880.5075
Medical
recirculating air
cleaner.
Elastic bandage.
Ѵ
Ѵ
880.5090
Liquid bandage.
Ѵ
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
3005.90.10.00
3005.10.10.00
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.5100
880.5110
880.5120
880.5130
880.5140
880.5150
880.5160
880.5180
Nama Jenis
Produk
AC-powered
adjustable
hospital bed.
Hydraulic
adjustable
hospital bed.
Manual
adjustable
hospital bed.
Infant radiant
warmer.
Pediatric
hospital bed.
Nonpowered
flotation therapy
mattress.
Therapeutic
medical binder.
Burn sheet.
I
Klasifikasi
III
II
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
880.5200
Intravascular
catheter.
Ѵ
880.5210
Intravascular
catheter
securement
device
Ѵ
Identifikasi
HS Code
Alat yang menggunakan arus listrik bolak balik yang dimaksudkan untuk
tujuan medis yang dilengkapi dengan remote kontrol yang dapat
dioperasikan oleh pasien dan disesuaikan dengan berat badan pasien
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang menggunakan sistem
hidrolik yang dapat dioperasikan oleh pasien dan disesuaikan dengan
berat badan pasien
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang dioperasikan secara
manual oleh pasien
9402.90.10.00
Alat yang terdiri dari panas infrared yang dimaksudkan untuk
menempatkan bayi untuk menjaga suhu tubuh dari bayi
Alat yang digunakan untuk tujuan medis yang terdiri dari tempat tidur atau
boks bayi yang digunakan untuk pasien pediatrik
Kasur yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terdiri dari
udara,cairan, atau bahan lain yang memiliki fungsi yang ekivalen dari
mendukung pasien dan mencegah kelebihan tekanan pada area lokal tubuh
Alat berupa kain yang dimaksudkan untuk tujuan medis dan dapat dijamin
atau dilengkapi dengan dasi
Alat yang digunakan untuk menahan panas tubuh, untuk menyerap luka
dan untuk digunakan
sebagain barrier atau penghalang melawan
kontaminan
Alat yang terdiri dari tabung yg langsing dan diperlukan untuk
menghubungkan yang sesuai dan diberikan ke dalam sistem vaskular
pasien untuk penggunaan jangka pendek (kurang dari 30 hari) untuk
sampling darah, monitor tekanan darah atau pemberian cairan secara
intravena
Alat yang dilengkapi dengan "adhesive backing" yang ditempatkan pada
ujung jarum atau kateter dan digunakan untuk menjaga pusat dari jarum
atau kateter dan menjaga dengan aman hingga dimasukkan ke kulit
9018.90.30.00
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
9402.90.10.00
9402.90.10.00
9402.90.10.00
9018.90.90.00
3005.90.10.00
3005.90.20.00
9018.39.10.00
3005.10.90.00
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.5240
880.5270
880.5300
880.5400
880.5410
880.5420
880.5430
880.5440
880.5450
880.5475
Nama Jenis
Produk
Medical
adhesive tape
and adhesive
bandage.
Neonatal eye
pad
Medical
absorbent fiber
I
Klasifikasi
III
II
Identifikasi
HS Code
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terdiri dari strip , bahan
kain, atau plastik, dilapisi pada satu sisi dengan adhesive dan termasuk
bantalan dari pakaian bedah tanpa disinfektan
3005.90.20.00
3005.90.90.00
Ѵ
Alat buram yang digunakan untuk menutupi dan melindungi mata bayi
selama prosedur terapetik seperti fototerapi
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terbuat dari kapas atau
serat sintetik dalam bentuk bola atau bantalan yang digunakan untuk
menerapkan pengobatan atau menyerap sebagian kecil dari cairan tubuh
Alat yang terdiri dari kotak yang digunakan untuk menjaga bayi dengan
lingkungan yang terkontrol
Alat yang terdiri dari kotak atau boks portable dengan dinding yang
terisolasi yang menjaga bayi ketika sedang dipindahkan
9018.90.30.00
Ѵ
Alat yang terdiri dari manset tiup yang ditempatkan di sekitar kantong I.V
9018.90.30.00
Alat nonelektrik yang digunakan untuk memberikan injeksi hipodermik,
pada celah sempit, kecepatan cairan yang tinggi yang dapat berpenetrasi ke
permukaan kulit dan mengirimkan cairan ke tubuh. Digunakan untuk
inokulasi massa
Alat yang digunakan untuk mengalirkan cairan dari wadah ke sistem
vaskular pasien melalui jarum atau kateter memasuki pembuluh darah
9018.31.10.00
Alat yang terdiri dari sebuah ruangan yang didesain untuk mencegah
masuknya udara yang berbahaya.
9018.90.30.00
Alat yang digunakan untuk membersihkan luka dengan menggunakan
cairan steril
9018.90.30.00
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Neonatal
incubator
Neonatal
transport
incubator
Pressure infusor
for an I.V. bag.
Nonelectrically
powered fluid
injector
Ѵ
Ѵ
Intravascular
administration
set.
Patient care
reverse isolation
chamber
Ѵ
Ѵ
Jet lavage
Ѵ
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
3005.90.90.00
9018.90.30.00
9018.90.20.00
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.5500
880.5510
880.5550
880.5560
880.5570
880.5580
880.5630
880.5640
880.5680
880.5700
880.5725
Nama Jenis
Produk
Klasifikasi
I II
III
AC-powered
patient lift
Non-ACpowered patient
lift
Alternating
pressure air
flotation
mattress
Temperature
regulated water
mattress
Hypodermic
single lumen
needle
Acupuncture
needle.
Nipple shield
Lamb feeding
nipple
Pediatric
position holder
Neonatal
phototherapy
unit
Infusion pump
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Identifikasi
HS Code
Alat elektrik baik statis maupun bergerak, digunakan untuk mengangkat
dan memindahkan pasien dalam posisi horizontal atau yang lainnya dari
satu tempat ke tempat lain
Alat dengan sistem hidrolik, baterai, dan mekanik baik statis maupun
bergerak yang digunakan untuk memindahkan pasien dalam posisi
horizontal atau lainnya dari satu tempat ke tempat lain
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terdiri dari kasur dengan
sel udara ganda yang dapat diisi dan dikosongkan dengan mengontrol pola
yaitu keteraturan, frekuensi, dan perubahan otomatis dalam distribusi dari
tekanan darah
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan pengobatan yang terdiri dari kasur
dengan ukuran yang sesuai yang diisi dengan air yang dapat dipanaskan
atau dalam beberapa kasus dapat didinginkan
Alat yang dimaksudkan untuk menginjeksikan cairan ke dalam, atau
menarik cairan dari, bagian tubuh di bawah permukaan kulit
9018.32.00.00
Alat yang dimaksudkan untuk menembus permukaan kulit dalam praktek
akupuntur
Alat yang terdiri dari penutup yang digunakan untuk melindungi puting
susu dari perawat perempuan
Alat yang digunakan untuk memberikan makanan untuk bayi dengan cara
oral atau abnormal wajah
Alat yang digunakan untuk memegang bayi atau anak kecil pada posisi
yang diinginkan untuk tujuan diagnostik atau terapeutik
Alat yang digunakan untuk mengobati atau mencegah hiperbilirubinemia
9018.32.00.00
Alat yang digunakan untuk mempompa cairan kepada pasien dengan cara
yang terkontrol
9018.90.30.00
9018.90.30.00
9018.90.90.00
9018.90.90.00
9018.32.00.00
4014.90.90.00
4014.90.90.00
9018.90.90.00
9018.90.30.00
Ѵ
Ѵ
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.5740
880.5760
880.5780
880.5820
880.5860
880.5950
880.5960
Klasifikasi
Nama Jenis
Produk
I
Suction
snakebite kit
II
III
Ѵ
Chemical cold
pack snakebite
kit
Medical support
stocking
Medical support
stocking to
prevent the
pooling of blood
in the legs
Medical support
stocking for
general medical
purposes
Therapeutic
scrotal support
Piston syringe
Umbilical
occlusion device
Lice removal kit
Ѵ
Identifikasi
HS Code
Alat yang terdiri dari pisau, alat penyedot, dan alat untuk menghentikan
pendarahan digunakan untuk pengobatan pertama ketika terkena gigitan
ular dengan mengilangkan bisa ular dari luka
Alat yang terdiri dari kotak yang berisi peralatan kimia dan alat untuk
menghentikan pendarahan pada saat pengobatan pertama ketika terkena
gigitan ular
9018.90.90.00
9018.90.90.00
6115.10.00.00
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Alat yang digunakan untuk mencegah penyatuan darah pada kaki, alat
terbuat dari bahan yang elastis dan didesain untuk mengontrol tekanan
menuju kaki
Alat yang digunakan untuk mencegah penyatuan darah pada kaki, alat
terbuat dari bahan yang elastis dan didesain untuk mengontrol tekanan
menuju kaki dan dimaksudkan untuk tujuan pengobatan yang lain selain
mencegah penyatuan darah pada kaki
Alat yang digunakan untuk tujuan medis yang terdiri dari kantong dengan
ikat pinggang dari bahan elastis dan digunakan untuk mendukung skrotum
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terdiri dari rongga yang
dikalibrasi dan alat penghisap yang bergerak
Alat yang terdiri dar klip, dasi atau yang lainnya yang digunakan untuk
menutup pembuluh darah pada tali pusar bayi yang baru lahir
Alat berupa sisir yang digunakan untuk menghilangkan dan juga
membunuh kutu dari rambut yang ada di kepala dan tubuh. Alat ini dapat
juga dioperasikan dengan menggunakan baterai
Ѵ
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
9018.90.90.00
9018.31.10.00
9018.90.90.00
9018.90.90.00
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.5965
880.5970
3
General
Hospital and
Personal Use
Miscellaneou
s Devices
880.6025
880.6050
Klasifikasi
I II
III
Nama Jenis
Produk
Subcutaneous,
implanted,
intravascular
infusion port
and catheter
Percutaneous,
implanted, longterm
intravascular
catheter
Absorbent
tipped
applicator
Identifikasi
HS Code
Alat yang terdiri dari subkutan, tempat penyimpanan yang ditanam yang
dapat menghubungkan ke kateter intravaskular yang digunakan untuk
pemakaian jangka panjang
9018.39.10.00
Alat yang terdiri dari tabung yang langsing dan yang dapat
menghubungkan seperti aksesorisnya yaitu tempat dari peralatan tersebut
9018.39.10.00
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terdiri dari kain penyerap
yang dapat ditempelkan pada kayu, plastik dan tongkat plastic
9018.90.90.00
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yaitu bentuk dari wadah yang
dapat diisi dengan es yang digunakan untuk terapi dingin kering pada
bagian tubuh
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan oleh satu
pasien dalam periode waktu tertentu kemudian dibuang
9018.90.90.00
9018.90.90.00
Ѵ
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terdiri dari papan yang
kaku yang digunakan untuk meningkatkan ketegasan dari tempat tidur
Alat yang terdiri dari papan kaku yang ditempatkan di bawah pasien untuk
mendukung pasien selama penyadaran kardiopulmonari
9018.90.90.00
Ѵ
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yaitu bentuk wadah yang
dimaksudkan untuk diisi denganair panas atau dingin untuk diaplikasikan
pada area tubuh yang panas atau dingin
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ice bag
Ѵ
880.6060
880.6070
880.6080
880.6085
Medical
disposable
bedding
Bed board
Ѵ
Ѵ
Cardiopulmonar
y resuscitation
board
Hot/cold water
bottle
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
4818.90.00.00
9018.90.90.00
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.6100
880.6140
880.6150
880.6185
880.6190
880.6200
880.6230
880.6250
880.6250
Nama Jenis
Produk
Klasifikasi
I
Ethylene oxide
gas aerator
cabinet
Medical chair
and table
Ultrasonic
cleaner for
medical
instruments
Cast cover
Matress cover
for medical
purposes
Ring cutter
Tongue
depressor
Patient
examination
glove (selain
bedah)
Patient
examination
glove (untuk
bedah)
II
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
III
Identifikasi
HS Code
Alat yang terdiri dari kabinet dengan ventilasi yang didesain untuk
sirkulasi daan pertukaran udara di dalam kabinet untuk menghilangkan
Ethylene Oxide (ETO) dari alat medis yang dibungkus,dimana alat
tersebut disterilisasi menggunakan ETO
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terdiri dari kursi atau
meja tanpa roda dan nonelektrik
Alat yang dimaksudkan untuk membersihkan alat - alat medis
menggunakan emisi dari gelombang dengan berfrekuensi tinggi
9018.90.90.00
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terbuat dari bahan tahan
air dan untuk melindungi dari basah selama mandi
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
melindungi kasur
4818.90.00.00
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
memotong cincin pada jari pasien dan cincin dapat dihilangkan
Alat yang dimaksudkan untuk mengganti lidah untuk memfasilitasi
pemeriksaan dari sekeliling organ dan jaringan
Alat yang dimaksudkan untuk tujun medis untuk mencegah kontaminasi
diantara pasien dan pemeriksa
9018.90.90.00
Alat yang dimaksudkan untuk tujun medis untuk mencegah kontaminasi
diantara pasien dan pemeriksa
4015.11.00.00
Ѵ
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
3808.50.40.00
9018.90.30.00
4818.90.00.00
9018.90.90.00
4015.19.00.00
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.6260
880.6265
Nama Jenis
Produk
Filtering
facepiece
respirator
for
use
by
the
general public
in public health
medical
emergencies
Examination
gown
880.6280
Medical insole
880.6300
Implantable
radiofrequency
transponder
system for
patient
identification
and health
information
AC-powered
medical
examination
light
Batterypowered
medical
examination
light
880.6320
880.6350
I
Klasifikasi
III
II
Identifikasi
HS Code
Alat yang digunakan untuk melindungi mulut dan hidung dari bakteri
patogen selama proses medis berlangsung . Dapat juga melindungi dari
wajah dan melindungi dari udara yang tidak bersih
9018.90.90.00
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang terbuat dari kain, kertas,
atau bahan lainnya untuk menutupi tubuh pasien selama proses
pemeriksaan medis
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang ditempatkan di dalam
sepatu untuk meringankan gejala dari infeksi kaki seorang atlit
Alat yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien dan mengetahui
informasi kesehatan pasien yang sesuai
4818.50.00.00
Alat yang menggunakan arus listrik bolak balik yang dimaksudkan untuk
tujuan medis yang digunakan untuk menerangi permukaan tubuh pasien
dan gigi selama pemeriksaan medis
9405.10.90.00
Alat yang menggunakan baterai yang dimaksudkan untuk tujuan medis
yang digunakan untuk menerangi permukaan tubuh pasien dan gigi selama
pemeriksaan medis
9405.10.90.00
Ѵ
Ѵ
Ѵ
6409.90.31.00
9018.90.90.00
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.6375
Klasifikasi
I II
III
Nama Jenis
Produk
Patient lubricant
Ѵ
880.6430
880.6450
880.6500
880.6710
880.6730
880.6740
880.6760
Liquid
medication
dispenser
Skin pressure
protectors
Ѵ
Ѵ
Medical
ultraviolet air
purifier
Medical
ultraviolet water
purifier
Body waste
receptacle
Vacuumpowered body
fluid suction
apparatus
Protective
restraint
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
880.6775
Powered patient
transfer device
Ѵ
Identifikasi
HS Code
Alat yang dimaksdukan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
melumasi tubuh pasien atau lubang pada tubuh pasien untuk membantu
diagnostik dan juga alat terapeutik
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
mengukur jumlah dari obat cair
3006.70.00.00
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
mengurangi tekanan pada bagian atas kulit menonjol pada orang kurus
yang kemungkinan perkembangdan dari decubitus ulcers
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
menghancurkan bakteri yang ada di udara dengan paparan radiasi
ultraviolet
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
menghancurkan bakteri yang ada di air dengan paparan radiasi ultraviolet
9018.90.90.00
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
mengumpulkan sampah atau kotoran yang ada pada tempat tidur pasien
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan, menghilangkan atau
mengambil sample dari cairan tubuh
9402.90.10.00
Alat yang digunakan untuk melindungi pasien tetapi tidak membatasi
seperti gelang, gelang kaki, rompi, sarung tangan, jaket, atau jenis tali
pengikat lainnya, dimaksudkan untuk tujuan medis dan yang membatasi
pergerakan pasien, ini bertujuan untuk pemeriksaan, pengobatan atau
melindungi pasien
Alat yang terdiri dari tempat tidur beroda, luas, dan fleksibel dengan roda
yang dapat dikontrol yang ada di bawah pasien dan dapat memindahkan
pasien dengan gangguan yang paling minimal pada posisi horizontal
9018.90.90.00
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
9018.90.90.00
9018.20.00.00
9018.20.00.00
9018.90.90.00
9402.90.10.00
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.6785
880.6800
880.6820
880.6850
880.6860
880.6870
880.6880
880.6885
880.6890
880.6900
880.6910
880.6920
Nama Jenis
Produk
Manual patient
transfer device
Klasifikasi
III
II
Identifikasi
HS Code
9402.90.10.00
Ѵ
Alat yang terdiri dari tempat tidur beroda, luas, dan fleksibel dengan roda
yang dapat dikontrol secara manual yang ada di bawah pasien dan dapat
memindahkan pasien dengan gangguan yang paling minimal pada posisi
horizontal
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
membersihkan wadah kotoran tubuh seperti pispot
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yang digunakan untuk
menggunting. Tetapi tidak termasuk gunting yang digunakan untuk bedah
9018.90.90.00
Ѵ
Alat yang digunakan untuk membungkus alat - alat yang telah disterilisasi
9018.90.90.00
Alat nonportable yang digunakan untuk mensterilisasi alat - alat medis
dengan ethylene oxide (ETO)
Alat yang digunakan untuk mensterilisasi alat - alat medis menggunakan
metode panas kering
Alat yang digunakan untuk mensterilisasi alat - alat medis menggunakan
tekanan uap
Bahan pembasmi kuman yang digunakan pada tahap akhir dari proses
sebuah alat medis baik kritis dan semikritis sebelum digunakan kepada
pasien
8419.20.00.00
Bahan pembasmi kuman yang digunakan pada alat nonkritis dan peralatan
yang digunakan untuk permukaan tubuh saja
Alat yang terdiri dari bingkai yang ringan, atau dengan dua tiang dengan
kain atau papan logam , dimana alat ini dapat dibawa oleh pasien
Alat yang terdiri dari papan dengan bingkai yang beroda yang didesain
untuk transportasi pasien pada posisi horizontal atau mendatar
Alat yang digunakan untuk memasukkan jarum hipodermik sampai tempat
yang ditetapkan yang berada di bawah permukaan kulit
3808.50.60.00
I
Ѵ
Washers for
body waste
receptacles
Medical
disposable
scissors
Sterilization
wrap
Ethylene oxide
gas sterilizer
Dry-heat
sterilizer
Steam sterilizer
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Liquid chemical
sterilants/high
level
disinfectants.
General purpose
disinfectants
Hand-carried
stretcher
Wheeled
stretcher
Syringe needle
introducer
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
9018.90.90.00
8419.20.00.00
8419.20.00.00
3808.50.60.00
9402.90.10.00
9402.90.10.00
9018.31.10.00
Tabel pembantu penilaian alat kesehatan kategori Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
No
Sub
Kategori
No. CFR
880.6960
880.6970
Klasifikasi
I II
III
Nama Jenis
Produk
Irrigating
syringe.
Liquid crystal
vein locator.
Ѵ
Ѵ
880.6980
Vein stabilizer.
880.6990
Infusion stand.
880.6990
Infusion stand.
880.6991
Medical washer.
880.6991
Medical washer.
880.6992
Medical washerdisinfector.
Ѵ
Medical washerdisinfector.
Ѵ
880.6992
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Identifikasi
HS Code
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan pengobatan yang terdiri dari piston
syringe dengan tabung atau tube yang dapat dilepas
Alat yang digunakan untuk menunjukkan lokasi dari pembuluh darah
dengan cara mengukur temperatur dari permukaan kulit yang ditunjukkan
dengan perubahan warna dari cairan yang ada pada alat pengukur
temperatur tersebut
Alat yang terdiri dari potongan plastik dengan dua cabang non-invasif
9018.31.10.00
Alat, baik statis ataupun bergerak, yang digunakan untuk menaruh botol
cairan infus
Alat, baik statis ataupun bergerak, yang digunakan untuk menaruh botol
cairan infus, peralatan pembantu infus ataupun yang peralatan lainnya
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yaitu membersihkan dan
mengeringkan alat - alat bedah, peralatan anestesi dan alat medis lainnya
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yaitu membersihkan dan
mengeringkan alat - alat bedah, peralatan anestesi dan alat medis lainnya
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yaitu membersihkan,
dekontaminasi, disinfeksi, dan mengeringkan alat - alat bedah, peralatan
anestesi, dan alat medis lainnya
Alat yang dimaksudkan untuk tujuan medis yaitu membersihkan,
dekontaminasi, disinfeksi, dan mengeringkan alat - alat bedah, peralatan
anestesi, dan alat medis lainnya
9402.90.10.00
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
9018.90.90.00
9018.90.90.00
9018.90.90.00
9402.90.10.00
9018.90.90.00
9402.90.10.00
9018.90.90.00
39
Lampiran 2
Data Administrasi
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
40
Lampiran 3
Data Teknis (Informasi Produk)
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
41
Lampiran 4
Data Teknis (Informasi Spesifikasi dan Jaminan Mutu)
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
42
Lampiran 5
Data Teknis (Penandaan dan Petunjuk Penggunaan)
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
43
Lampiran 6
Data Teknis (Post Market Evaluation)
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
44
Lampiran 7
Permohonan Izin Edar Alat Kesehatan Dalam Negeri
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
45
Lampiran 8
Permohonan Izin Edar Alat Kesehatan Impor
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
46
Lampiran 9
Formulir Izin Penyalur Alat Kesehatan
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
47
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
48
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
49
Laporan praktek..., Ika Dwi Maulina, FMIPA UI, 2012
Download