BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Oleh sebab itu belajar merupakan terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa berubah setiap waktu. Untuk itu hendaknya seseorang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kehidupan yang dinamis dan penuh persaingan dengan belajar, dimana didalamnya termasuk belajar memahami diri sendiri, memahami perubahan, dan perkembangan globalisasi. Belajar merupakan suatu proses perubahan sikap yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, pendapat ini didukung oleh penjelasan Slameto (2010:2) bahwa : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pendapat di atas menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, nilai, dan sikap yang dilakukan oleh seseorang individu melalui latihan dan pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut James O. Whittaker, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap (Djamarah, Syaiful Bahri , 2008:22). Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching & Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011:3) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”. Sedangkan Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di definisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman” (http:/whandi.net, diakses tanggal 1 April 2013). Slameto (2003: 5) menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010:35) menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”. Menurut Abdul Rahman Saleh (2008:207) “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam caracara bertingkahlaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. 2.2 Pengertian Minat Belajar Siswa Minat memegang peran penting dalam kehidupan manusia dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap, minat menjadi sumber yang kuat untuk belajar, siswa yang berminat terhadap suatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu minat belajar merupakan suatu kejiwaan yang menyertai siswa di rumah dan di sekolah dan menemani siswa dalam belajar. Minat mempunyai fungsi sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi dan minat juga dapat menambah kegembiraan pada setiap yang ditekuni oleh seseorang. Peranan minat dalam proses belajar ialah dapat menciptakan, menimbulkan kosentrasi atau perhatian dalam belajar, dapat menimbulkan kegembiraan atau perasaan senang dalam belajar, dapat memperkuat ingat siswa tentang pelajaran yang diberikan oleh guru, dapat melahirkan sikap belajar yang positif dan konstruktif dan dapat memperkecil kebosanan siswa terhadap studi pelajaran. Ada beberapa proses belajar berlangsung adalah: belajar dan kematangan, belajar dan pengalaman, belajar dan bermain, belajar dan pengertian, belajar dan dan menghafal /mengingat, belajar dan latihan. Minat itu dapat berasal dari luar maupun dari dalam diri siswa, minat seseorang dapat saja berubah karena adanya pengaruh dari luar seperti lingkungan, orang tua dan bisa saja gurunya dari beberapa hal diatas maka yang diperbincangkan dalam skripsi, minat yang tumbuh karena adanya pengaruh dari orang tua. Disamping itu terdapat juga peranan dan fungsi minat, minat memegang peranan penting dalam kehidupan dan mempunyai dampak yang besar atas prilaku dan sikap, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, anak yang berminat terhadap sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan, suatu minat belajar merupakan suatu kejiawaan yang menyertai siswa di rumah dan dikelas dalam belajar. Menurut Djamarah (2008:166), minat berarti kecenderungan yang menetap dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Menurut Agus Sujanto (2006:92), minat sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa minat merupakan pemusatan perhatian. Witherington yang dikutip oleh Buchori (2009:135), juga berpendapat bahwa minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang, soal atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Selanjutnya minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar dan kesadaran itu disusul dengan meningkatnya perhatian terhadap suatu obyek. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perhatian di dalam minat seseorang terhadap sesuatu. Menurut Djaali (2007:121), minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pernyataan tersebut mengidentifikasikan bahwa orang yang berminat akan ada rasa tertarik. Tertarik dalam hal tersebut merupakan wujud dari rasa senang pada sesuatu. Slameto (2010:57), berpendapat bahwa minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perasaan senang yang menyertai minat seseorang. Melihat beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat diketahui ciri-ciri adanya minat pada seseorang dari beberapa hal, antara lain: adanya perasaan senang, adanya perhatian, adanya aktivitas yang merupakan akibat dari rasa senang dan perhatian. Dengan kata lain, minat timbul atau muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja yang dapat menjadi penyebab partisipasi dalam kegiatan. Dengan demikian minat merupakan kecendrungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan yang bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan. Sementara itu menurut Slameto (2010:191) minat merupakan “suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dari pada hal yamh lain, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cendrung untuk mencapai memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Lamanya minat bervariasi kemampuan dan kemauan menyelesaikan suatu tugas yang diberikan untuk selama waktu yang ditentukan berbeda-beda baik dari segi umur maupun bagi masing-masing individu. Minat tidak di bawa sejak lahir melainkan di peroleh kemudian dengan kata lain minat dapat di tumbuhkan dan dikembangkan pada diri anak didik yaitu dengan jalan memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu atau menguraikan keguanaannya dimasa akan datang bagi anak didik (Slameto, 2010:191). Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimnbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaranpun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbulnya kesulitan dalam belajar. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat di lihat dari anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran itu. Dari tanda-tanda itu orang tua dapat menemukan apa sebab kesulitan belajarnya disebabkan karena tidak adanya minat belajar. Minat siswa mempunyai pengaruh besar terhadap belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya sebab tidak ada daya tarik baginya. Selanjutnya Slameto, (2010:180) menyatakan bahwa minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai tujuan yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak terdapat minat atau keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa dengan minat, tujuan belajar tidak akan tercapai. Minat belajar adalah keadaan mental atau kondisi jiwa yang menjadi motor penggerak dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Zakiah Darajat mengatakan titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah membangkitkan minat belajar anak didik karena rangsangan. Rangsangan tersebut, membawa kepada senangnya anak didik terhadap pelajaran dan membangkitkan semangat belajar mereka. “Selain itu, guru harus mampu memelihara minat belajar siswa dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk pindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar ”(Slameto,2003:176) Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa minat belajar siswa adalah aspek psikologi siswa yang menampakkan diri dalam bebrapa gejala seperti: gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain minat belajar siswa itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan siswa terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. 2.3 Metode Pembelajaran Inkuiri 2.3.1 Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri Metode mengajar dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala, 2005:176). Pendapat ini dikuat oleh Soekamto (Trianto, 2007:5) bahwametode pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dari beberapa pengertian tersebut, maka metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kerangka yang sistematis mendeskripsikan dan mengorganisasi prosedur pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Inkuiri berarti pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Model pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru (Mulyani Sumantri, 2008: 164). Menurut Moh. Oemar (Romafilani, 2007:12) bahwa “inkuiri merupakan suatu kegiatan atau cara belajar yang bersifat mencari secara logis-kritis-analitis menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan”. Thorstone (Moh. Oemar, 1980 dalm (Romafilani, 2007:12) menyatakan bahwa : “Inkuiri merupakan suatu kegiatan siswa mencari sampai tingkatan yakin (beliefe-percaya). Tingkatan ini dicapai melalui dukungan fakta, analisis interprestasi serta pembuktiannya. Bahkan lebih dari itu dalam inkuiri akan dicari tingkat pencarian alternatif (pilihan kemungkinan) pemecahan masalah tersebut”. W. Gulo (dalam Trianto, 2010:166) mengemukakan bahwa “pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Piaget memberikan definisi pendekatan Inkuiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertayaan-pertayaan dan mencari sendiri jawaban atas pertayaan yang mereka ajukan (Piaget dalam Sofan dan Iif, 2010: 103). Berdasarkan definisi-definis di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk menemukan sesuatu melalui pemecahan masalah, merencanakan dan melakukan ekseperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan sehingga dalam model pembelajaran inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan guru untuk menemukan konsep atau prinsip sendiri. 2.3.2 Karakteristik Metode Pembelajaran Inkuiri Proses belajar mengajar dengan model inkuiri menurut Kuslan dan Stone (Neprianis, 2010:5) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Menggunakan keterampilan proses b. Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu c. Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah d. Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri e. Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau eksperimen. f. Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca/menggunakan sumber lain. g. Siswa melakukan penelitian secara individu atau kelompok untuk menguimpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. h. Siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan. Berdasarkan pada ciri-ciri metode pembelajaran inkuiri di atas jelas bahwa guru bertugas membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir karena mereka mengalami kerterlibatan secara mental maupun fisik dalam menggunakan alat, merangkai alat percobaan, dan sebagainya. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berpikir dan terampil secara fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran dalam metode pembelajaran inkuiri akan efektif apabila (a) guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan; (b) bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu dibuktikan.; (c) proses pembelajaran bernagkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu; (d) guru akan mengajar kepada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir; (e) jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru; (f) guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. 2.3.3 Tahapan Metode Pembelajaran Inkuiri Joice and Well (dalam Wena, 2010:77) menjelaskan bahwa metode pembelajaran inkuiri terdiri atas lima tahapan kegiatan yaitu : a. penyajian masalah; b. pengumpulan data verivikasi; c. pengumpulan data eksperimentasi; d. organisasi data dan formulasi kesimpulan; dan f. Analisis proses inkuiri. Gulo (dalam Sofan dan Lif, 2010: 103-138) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: (a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan; (b) Merumuskan Hipotesi Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan untuk solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data; (c) Mengumpulkan Data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data; (d) Analisis Data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah diperoleh; (e) Membuat kesimpulan Langkah terahir dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa metode pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a. Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: (a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa; (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan; (c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. b. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. c. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. d. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. f. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. g. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai PKn dan akan lebih tertarik terhadap PKn jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep PKn dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran PKn, khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: a. Tahap problem solving atau tugas; b. Tahap pengelolaan kelompok; c. Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran. 2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Keunggulan metode pembelajaran Inkuiri menurut Robert B. Sund dan Leslie W. (Trianto, 2007: 123) adalah sebagai berikut : a. Pembelajaran berpusat pada siswa. b. Pengajaran inkuiri dapat membentuk konsep diri (self concept) pada siswa. c. Model inkuiri menghindari pembelajaran yang bersifat ceramah d. Dapat memberi waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi e. Menekankan kepada pengembangan prestasi belajar. Selanjutnya menurut Winataputra (Trianto, 2007:132) metode pembelajaran Inkuiri memiliki beberapa kelemahan antara lain sebagai berikut : a. Dalam mengubah kebiasaan belajar bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. b. Umumnya guru belum merasa puas dalam mengajar jika belum penyajian informasi melalui ceramah. c. Dalam pelaksanaannya, model menimbulkan penyediaan berbagai sumber belajar, fasilitas yang memadai dan biasanya sukar untuk penyediaannya. d. Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang banyak penggunaan model ini sukar dilaksanakan dengan baik. Dalam http://education-mantap.blogspot.com di akses tanggal 2 april 2013 disebutkan kelebihan dari metode pembelajaran Inkuiri yaitu : (a) Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan siswa aktif; (b) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa; (c) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru; (d) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi; (e) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka; (f) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional, yaitu guru yang menguasai kelas; (g) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; (h) Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi; (i) Dalam diskusi inkuiri, guru dapat mengetahui kedalaman pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai konsep yang sedang dibahas. Selanjutnya disebutkan bahwa kelemahan dari metode pembelajaran Inkuiri yaitu : (a) Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi, bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif; (b) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya; (c) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar; (d) Karena dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada anggota yang kurang aktif; (e) Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalkan SD; (f) Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik; (g) Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, akan sangat merepotkan guru; (i) Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung; (j) Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas (http://education- mantap.blogspot.com di akses tanggal 2 april 2013). 2.4 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Suatu penelitian yang akan dilakukan, perlu memperhatikan penelitian lain yang dapat digunakan sebagai bahan kajian yang relevan. Adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut : Tutuik Handayani (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Pada Semester II tahun Ajaran 2010/2011”. menyimpulkan bahwa prestasi siswa dan minat belajar siswa pada keadaan awal diperoleh rata-rata sebesar 71, 40. Nilai ini diperoleh dari hasil pretsest. Setelah dilakukan pemanfaatan metode inkuiri dan siswa diberi test, ratarata menjadi 76,20. Hal ini menunjukkan bahwa melalui penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa. Siti Rohana (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Metode Inkuiri Dalam Penerapan Model Kelas 212 Pembelajaran rangkap Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV dan V SDN II Dempel Kecamatan Kali bawang Kabupaten wonosobo Semester II tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa pembelajaran kelas rangkap dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV dan V dengan semua siswa sudah mendapat ≥ 71. Metode ini dapat membangkitakan minat belajar siswa sehingga hasil belajar juga akan meningkat. Keaktifan siswa mengalami peningkatan dalam mengikuti proses belajar mengajar, karena metode inkuiri menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga siswa merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar. Penelitian yang relevan di atas yaitu dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dengan demikian penelitian ini dapat mendukung penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu “Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Materi Pengaruh Globalisasi Di Lingkungan Melalui Metode Inkuiri Di Kelas IV SDN 2 Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara”. 2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka hipotesis penelitian adalah "Jika model pembelajaran Inkuiri digunakan dalam materi Pengaruh Globalisasi pada pelajaran PKn, maka dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN 2 Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara". 2.6 Indikator Tindakan Adapun indikator tindakan penelitian ini adalah ”apabila setiap indikator minat belajar memperoleh presentase 75% dari jumlah keseluruhan Siswa Kelas IV SDN 2 Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara dinyatakan tuntas.