perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 16 BAB I

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wacana-wacana seksualitas yang ilmiah masih dianggap sebagai suatu
kegiatan yang tidak penting dan menghabiskan waktu saja pada masa kini.
Bebeda dengan novel stensilan, gambar dan film yang berbau seks malah
justru laris manis di pasaran meskipun main kucing-kuicingan dengan
Lembaga Sensor Indonesia. Bisa juga mengenai isu-isu politik dan ekonomi
yang kini sedang ramai, heboh dibicarakan di warung kopi atau ruang makan
disebuah keluarga. Entah karena menganggap wacana tersebut lebih penting
atau tren tentang perbincangan saat ini mengenai isi politik.
Bukan karena ingin mengikuti penelitian lain yang berbau seks, hitam,
erotik, tapi memang pada saat penulis memutuskan untuk mengambil
permasalahan ini, penulis memang dipenuhi tanda tanya tentang dunia
masyarakat homosexual terutama gay yang memang nampak misterius bagi
kebanyakan orang. Terutama mengenai kekerasan seksualitas yang dialami
oleh para kaum gay. Oleh karena itu, selain baru, memperbincangkan soal
seksualitas di ruang publik juga penuh tantangan.
Kebanyakan masyarakat Indonesia belum begitu paham tentang
homosexualitas. Pembicaraan mengenai homosexualitas hanya sebatas
pembicaraan di warung kopi yang banyak memberikan komentar tanpa
mengetahui fakta empiris yang ada dilapangan. Oleh karena pengetahuan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
sangat sempit ini maka muncul banyak stigma dan mitos seputar
homosexualitas di masyarakat. Salah satunya di Indonesia homosexual masih
dianggap sebagai suatu penyakit yang berasal dari orang-orang barat (bule)
dan homosexual dianggap sebagai munculnya penyakit HIV dan AIDS.
Beberapa pandangan ilmiah pun semakin memojokkan masyarakat homofit
dengan mengatakan bahwa homoseks adalah suatu bentuk penyimpangan atau
deviasi sosial.
Sebagai aspek kepribadian, kehadiran seorang gay merupakan suatu
proses yang panjang, baik secara individual maupun sosial. Secara individu
antara lain, lahirnya perilaku Gay tidak lepas dari suatu proses atau dorongan
yang kuat di dalam dirinya. Hal ini menimbulkan konflik psikologis dalam
dirinya. Permasalahannya tidak sekedar menyangkut masalah moral dan
perilaku yang dianggap tidak wajar, namun merupakan dorongan seksual yang
sudah menetap dan memerlukan penyaluran. Namun demikian, berbagai
dorongan seksual gay belum sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat.
Sampai saat ini perbincangan mengenai seks dan seksualitas masih
dianggap tabu oleh sebagian masyarakat Indonesia, apalagi perbincangan
mengenai homosexualitas. Hal tersebut menyebabkan kurangnya informasi
dan otomatis berdampak pula pada kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai pendidikan seksualitas. Tidak adanya pengetahuan yang memadai
inilah yang menyebabkan munculnya informasi yang simpang siur dan tidak
dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya
berkenaan
dengan
homosexualitas di Indonesia hingga kemudian menimbulkan stigma-stigma
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
negatif mengenai seksualita Kebanyakan masyarakat Indonesia belum begitu
paham tentang homosexualitas. Pembicaraan mengenai homosexualitas hanya
sebatas pembicaraan di warung kopi yang banyak memberikan komentar tanpa
mengetahui fakta empiris yang ada dilapangan. Oleh karena pengetahuan yang
sangat sempit ini maka muncul banyak stigma dan mitos seputar
homosexualitas di masyarakat. Salah satunya di Indonesia homosexual masih
dianggap sebagai suatu penyakit yang berasal dari orang-orang barat (bule)
dan homosexual dianggap sebagai munculnya penyakit HIV dan AIDS.
Beberapa pandangan ilmiah pun semakin memojokkan masyarakat homofit
dengan mengatakan bahwa homoseks adalah suatu bentuk penyimpangan atau
deviasi social. Orang yang memiliki perasaan sayang dengan orang yang
berjenis kelamin sama divonis telah mengidap suatu gangguan kejiwaan dan
segala sesuatu yang mereka (kaum homosexual) lakukan sebagai potologis
dan tidak normal.
Dalam kahidupan gay, peran perempuan atau laki-laki itu tidak ada.
Lain halnya dengan Waria, yang kasat mata berperilaku sebagai perempuan.
Dalam gay tidak terdapat peran laki-laki ataupun perempuan. Yang ada
hanyalah pada saat berhubungan seks, yang satu dapat berperan sebagai
perempuan, yang satu lagi dapat berperan sebagai laki-laki. Tapi itu tidak
mutlak, bisa saja pada saat mereka berhubungan seks lagi, orang yang
berperan sebagai laki-laki akan berubah peran sebagai perempuan, dan yang
dulunya berperan sebagai perempuan akan berganti peran menjadi laki-laki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Akibat dari adanya label “tidak normal” tersebut individu gay
cenderung untuk menyembunyikan identitas seksualnya dari lingkungan
sosialnya. Hal tersebut membuat kaum gay menjadi semakin eksklusif dan
menjadi sebuah misteri bagi masyarakat awam. Oleh karenanya masyarakat
hanya bisa meraba dan menilai dengan berbagai macam stigma dan pemikiran
negatif yang berkembang luas, kaum homoseksual harus tinggal, bergaul, dan
berinteraksi dengan berbagai macam individu yang ada didalamnya. Hal
tersebut membuat kaum gay semakin membuat perilaku perlindungan diri agar
tetap bisa diterima oleh keluarga dan juga lingkungan masyarakat sekitarnya.
Misalnya menyembunyikan identitas seksualnya dari keluarga atau lingkungan
sosialnya. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa setiap manusia yang hidup
bermasatakat, hendaknya kita bisa hidup saling berinteraksi dengan
masyarakat yang lainnya. Salah satu dorongan seksual yang dianggap
menyimpang dari nilai dan tradisi adalah masalah relasi seksual yang
dilakukan oleh gay. Seperti halnya yang dilakukan oleh kaum lesbian dan
waria, gay juga menghadapi konflik yang sama, bahwa tradisi hubungan
sesama jenis belum sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat. Sebagai
manusia, mereka memiliki dorongan seksual yang sama dengan manusia
normal lainnya, yang pada satu fase tertentu memerlukan penyaluran.
Di lain pihak, akibat perilaku yang mereka tunjukkan sehari-hari juga
dihadapkan pada konflik sosial dalam berbagai bentuk pelecehan. Belum
semua anggota masyarakat, termasuk keluarga mereka sendiri dapat menerima
kehadiran seorang gay dengan wajar sebagaimana layaknya. Kehadiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
seorang gay didalam keluarga seringkali dianggap sebagai aib, sehingga gay
seringkali mendapat tekanan-tekanan sosial. Didalam pergaulan, mereka juga
menghadapi konflik dalam berbagai bentuk cemoohan, pelecehan hingga
pengucilan. Terkadang tak sedikit seorang gay mendapatkan perlakuan yang
tidak mengenakkan dari masyarakat dimana ia tinggal, berupa tindakan yang
bermaksud melecehkan. Dalam menghadapi berbagai tekanan dalam
masyarakat gay berusaha agar tetap bisa hidup ditengah masyarakat. Dalam A
Dictionary of Human Behaviour, memberikan definisi tekanan sebagai
ketegangan fisikal dan psikologi yang berkepanjangan untuk suatu massa,
yang boleh menggugat kepunyaan seseorang untuk mengendalikan suatu
situasi. Morstt dan Furst, menyatakan tekanan adalah suatu keadaan yang
dipengaruhi oleh gangguan mental dan emosional yang mewujudkan keadaan
tidak selera atau tegang jika situasi tersebut tidak mampu ditanggung oleh
tubuh badan. Dalam menghadapi berbagai tekanan dalam masyarakat, gay
berusaha agar tetap eksis dan hidup ditengah-tengah masyarakat. Tekanan dari
masyarakat membuat gay mau tidak mau harus mandiri, melakukan berbagai
macam usaha agar hidup. Misalnya dengan menciptakan peluang usaha yang
bisa menjadi tumpuan hidup mereka.
Penerimaan sosial dalam lingkungan dimana gay menjadi bagian telah
menjadi persoalan latern (tersembunyi). gay menciptakan keterasingan secara
sosial, baik oleh keluarga maupun lingkungan. Dengan bekal keahlian yang
minim, umumnya mereka menyatu dengan teman senasib, menjadi Pria
Pekerja Seks (PPS), dan terbentuklan sub-kultur gay dengan berbagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
atributnya.
Dalam ilmu sosiologi, suatu kajian yang utama adalah kajian mengenai
masyarakat. Karena masyarakat merupapakan objek utama dalam mempelajari
ilmu sosiologi, dimana setiap masyarakat pasti akan terbentuk suatu proses
sosial. Dimana proses sosial itu merupakan pengaruh timbal balik antar
berbagai segi kehidupan bersama, misalnya saling pengaruh antara hukum dan
ekonomi yang ada dalam masyarakat. Interaksi sosial merupakan bentuk
umum dari proses sosial ini dan merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivita sosial. Selain itu, interaksi pasti akan terjadi dalam setiap bentuk
masyarakat. Baik masyarakat yang berbentuk paguyuban maupun masyarakat
yang berbentuk patembayan. Setiap kelompok masayrakat yang satu dengan
yang lainnya akan berbeda-beda dalam membentuk pola interkasi sosialnya.
Hal ini tergantung pada sifat dan karakteristik masing-masing masyarakat itu
sendiri.
Interaksi dapat dikatakan bermasyarakat apabila individu-individu
yang terlibat di dalamnya tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Dimana didalam interaksi ini juga memuat hubungan yang bersifat positif
maupun negatif. Hubungan yang bersifat positif ini dapat berupa kerjasama,
sedangkan hubungan yang bersifat negatif ini biasanya misalnya berupa
persaingan.
Masyarakat sebagai poses interaksi sosial tidak lepas dari pandangan
mengenai
organisisme
dan
mekaninisme.
Pandangan
organinisisme
memandang masyaakat sebagai kesatuan hidup, dimana individu-individu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
menempati kedudukan bawahan (subordinat) dan fungsional bagaokan fungsifungsi badan. Dalam pandangan ini lebih mengacu pada pandangan konflik.
Sedangkan
padangan
mekanisme
memandang
masyarakat
sebagai
perhimpunan individu yang masing-masing berdiri sendiri dan hanya atas cara
lahiriah berinteraksi antara satu dengan yang lain. Kepentingan indivdual
didahulukan atas kepentingan bersama, kejamakan atau ketunggalan,
perbedaan atau konfliuk atas perpaduan atau kesesuaian paham. Begitu pula
halnya dengan gay di Kota Surakarta, dimana hubungan antara anggotaanggotanya bisa dikatakan fungsional seperti halnya anggota badan dan saling
melengkapi satu sama lain atau dapat pula mengacu pada persaingan diantara
anggota-anggotanya yang akan menimbulkan konflik yang lebih dalam.
Dalam ilmu sosiologi, terdapat dua prinsip utama untuk mempelajari
kehidupan bermasyarakat yaitu :
1. Hidup bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha manusia sendiri dan
masyarakat adalah bentuk perilaku yang tergantung pada manusia.
2. Hidup bermasyarakat yang diusahakan dan diciptakan sendiri, bertujuan
untuk memungkinkan perkembangannya sebagai manusia. Disini ada
relasi timbal balik antara individu dengan masyarakat.
Interaksi dapat dikatakan bermasyarakat apabila individu-individu
yang terlibat didalamnya tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Dimana didalam interaksi ini juga memuat hubungan yang bersifat positif
ataupun negatif. Hubungan yang bersifat positif ini berupa kerjasama
sedangkan hubungan yang bersifat negatif ini misalnya berupa persaingan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Kerjasama yang ada dalam masyarakat bisa mencakup solidaritas
sosial, konsensus, maupun bentuk-bentuk lain yang akan mengacu pada
intergrasi masyarakat. Sedangkan persaingan dapat berupa persaingan
sederhana maupun persaingan yang akan mengacu pada konflik. Hal-hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaaan sktruktur suatu masyarakat dimana
masyarakat ini merupakan proses dari interaksi ini dan hal ini akan
berpengaruh pada integrasi nasional.
Berbagai macam kasus yang pertikaian bahkan pembunuhan antar
sesama gay yang belakangan ini mencuat, dapat menunjukan bahwa rasa
integrasi semakin pudar. Seperti contoh kasus di Jombang Jawa Timur yang
melibatkan gay yang sebut saja namanya Rian. Dia membunuh semua
korbannya dikarenakan atas dasar cemburu yang berlebihan.
Selain kasus di Jombang tersebut juga ada kasus pertikaian bahkan
pembunuhan yang dilakukan warga Kediri Jawa Timur yang bernama Mujianto
alias menthok alias Gentong yang mengaku membunuh 15 pasangan seksnya.
Diketahui penyebab terjadinya kasus pembunuhan itu dilatarbelakangi asmara.
Pelaku cemburu kepada pasangan homonya berinisial J yang diketahui
berhubungan dengan orang lain. Orang-orang yang berhubungan dengan J
dibunuh satu persatu setelah diajak berhubungan seks.
Dari kedua kasus diatas, dapat dilihat bahwa integrasi masyarakat saat
ini mulai memudar. Sesama kaum gay yang seharusnya melindungi karena
merasa sejenis ini malah dengan mudahnya dapat menghilangkan nyawa
seseorang, yang hanya dilatrabelakangi oleh rasa cemburu. Maka dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
alasan itulah tema ini diambil. Mengingat pentingnya interaksi sosial yang
terjadi antara kaum gay dan masyarakat untuk mengindari pertikaian atau
konfil antar kaumnya sendiri atau bahkan dengan masyarakat. Maka penelitian
tentang pola interaksi sosial dapat digunakan untuk mencari solusi ayau jalan
keluar untuk menghindari konflik yang terjadi di antar kaum gay dan dengan
maysrakat.
Melalui interkasi sosial, masyarakat diharapan untuk lebih mudah
melakukan penyesuaian kembali atau konformitas terhadap nilai dan norma
yang ada, yang dibuat untukj mengendalika dan mengatur masyarakat yang
bersangkutan. Dengan demikian masyarakat akan menyesuaikan bagaimana
cara bertindak mereka berdasarkan nilai dan notma yang berlaku. Yang pada
akhirnya akan meminimalisir konflik dan akan dapat mewujudkan masayrakat
yang baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah memfokuskan kajian dalam penelitian ini sehingga,
mempermudah proses pengambilan data dan pelaporan hasil penelitian. Oleh
karena itu penelitian ini dibuat rumusan masalah :
Bagaimana Pola Interaksi sosial yang terjadi di kalangan Kaum Gay di Kota
Surakarta?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka didapat tujuan penelitian
ini adalah :
Untuk mengetahui dan mendapatkan pemahaman bagaimana Pola Interaksi
sosial yang terjadi di kalangan kaum Gay di Kota Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang diatas, manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan penulis mengenai pola
interaksi antar kaum gay.
2. Penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan serta kepustakaan
untuk penelitian sejenis.
3. Untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis,
dan juga untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu
yang diperoleh.
commit to user
Download