BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) Manajemen rantai pasokan dulunya berawal dari urusan logistik militer, sangat berperan dalam menentukan kemenangan perang, terutama pada perang dunia kedua. Ketika jaman perang sudah lewat, teknik logistik ini sangat terpakai pada urusan pengiriman barang. Di sini terjadi kerjasama antara perusahaan pengiriman dengan gudang, dan pengaturannya mulai dilakukan oleh pihak ketiga. Perkembangan selanjutnya, pada era globalisasi mulai banyak perusahaan yang mencari cara bagaimana menurunkan biaya produksi. Banyak perusahaan multinasional memindahkan pabrik ke negara-negara dengan upah buruh murah. Indonesia dan beberapa kawasan di Asia adalah contohnya. Di sini terlihat bahwa logistik memegang peranan yang lebih penting lagi. Ilmu logistik akhirnya berkembang menjadi satu mata rantai pasokan, dengan pendekatan secara sistem yang integral, yang meliputi Gudang Penyimpanan, Transporasi, Inventory, Pemesanan Barang, dan Jumlah Barang. Kelima komponen tadi harus dioptimalkan secara keseluruhan. Optimalisasi secara individual tidak disarankan karena bisa membuat sistem secara 7 keseluruhan menjadi tidak optimal (atau mahal). Misalnya untuk menekan biaya produksi kita coba pindahkan gudang penyimpanan ke tempat lain yang lebih murah. Tapi mungkin ini akan berakibat ongkos transport yang lebih mahal, dan sebagainya. Definisi Supply Chain Management (SCM) menurut Simchi-Levi et al. (1999), merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan supplier, pengusaha, gudang (warehouse), dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Definisi lain menyebutkan Supply Chain merupakan sekumpulan aktifitas (dalam bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir. Menyimak dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri dari perusahaan yang mengangkat bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor, dan retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen akhir. Dengan definisi ini tidak jarang supply chain juga banyak diasosiasikan dengan suatu jaringan value adding activities. 8 Supply Chain Management terdiri dari 3 elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu: 1. Struktur jaringan supply chain Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain lainnya. 2. Proses bisnis supply chain Aktivitas-aktivitas uang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan. 3. Komponen manajemen supply chain Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain. Pelaksanaan SCM meliputi pengenalan anggota suppy chain dengan siapa dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan dengan tiap anggota inti dan jenis penggabungan apa yang diterapkan pada tiap proses hubungan tersebut. Tujuannya adalah memaksimalkan persaingan dan keuntungan bagi perusahaan dan seluruh angotanya, termasuk pelanggan akhir. 9 2. What processes should be linked with each of these key supply chain members Supply chain bussines process Supply chain management components Supply chain network structure 3. What level integration and management should be applied for each process link 1. Who are the key supply chain members with whom the link processes ? Gambar 2.1. Kerangka Kerja Supply Chain Management 2.1.1. Proses Bisnis Supply Chain Bila dua perusahaan membina hubungan, aktivitas-aktivitas internal mereka akan terhubung dan tersusun bersama di antara keduanya. Sebagai contoh, aktivitas internal perusahaan dihubungkan dan mempengaruhi aktivitas internal distributor, dan sebaliknya juga dapat berhubungan dengan aktivitas retail. Akhirnya, aktivitas internal retail berhubungan dan mempengaruhi pelanggan akhir. Dengan demikian, keberhasilan SCM memerlukan perusahaan dari fungsi individual untuk menyatukan aktivitas-aktivitas pada proses bisnis inti supply chain dan mengkoordinasikannya. 10 Keberhasilan SCM memerlukan: • Dukungan sumber daya manusia, kepemimpinan dan komitmen untuk berubah. • Memahami sejauh mana perubahan yang diperlukan. • Menyetujui visi dan proses inti SCM. • Komitmen pada perlunya sumber daya dan kekuasaan atau wewenang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses-proses bisnis inti supply chain terdiri dari 8 proses, yaitu: 1. Customer Relationship Management (CRM) 2. Customer Service Management (CSM) 3. Demand Management 4. Customer Order Fulfillment 5. Manufacturing Flow Management 6. Procurement 7. Pengembangan Produk dan Komersialisasi 8. Retur 11 Tujuan atau hasil dari proses SCM ini adalah: • Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat memberikan persetujuan produk dan jasa yang menguntungkan kedua belah pihak pada pelanggan penting secara strategik. • Membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani pertanyaanpertanyaan dari semua pelanggan. • Secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply. • Mengembangkan sistem produksi fleksibel yang tanggap secara cepa pada perubahan kondisi pasar. • Mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan berkesinambungan dapat berjalan lancar. • Pengiriman pesanan tepat waktu dan benar 100% • Minimasi waktu siklus ketersediaan retur (return to available) 2.1.2. Komponen-komponen Manajemen SCM Komponen-komponen manajemen bersifat kritis dan fundamental bagi keberhasilan SCM karena dibutuhkan untuk menunjukkan dan menentukan bagaimana setiap jaringan proses disatukan dan disusun. Tingkat integrasi dan manajemen sebuah jaringan proses bisnis merupakan fungsi dari angka dan tingkat yang disusun dari yang rendah sampai yang tinggi dari komponen- 12 komponen yang ditambahkan ke jaringan. Penambahan komponen-komponen manajemen atau peningkatan tingkat tiap komponen dapat meningkatkan tingkat integrasi dari jaringan proses bisnis tersebut. Literatur SCM, rekayasa ulang proses bisnis dan hubungan buyer-supplier menganjurkan diperbanyak kemungkinan komponen yang harus menerima perhatian manajerial ketika mengatur hubungan supply chain. Tiap komponen dapat memiliki beberapa subkomponen dimana kepentingannya dapat berubahubah sesuai dengan proses yang sedang disusun. Komponen-komponen utamanya adalah: 1. Metode perencanaan dan pengendalian. 2. Struktur aliran kerja/aktivitas kerja. 3. Struktur organisasi. 4. Struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi. 5. Struktur fasilitas aliran produk. 6. Metode manajemen. 7. Struktur wewenang (power) dan kepemimpinan (leadership). 8. Struktur risiko dan reward. 9. Budaya dan sikap. 13 Physical and Technical Managerial and behavioral Planning and Control methode Management methode Work/flow activity structures Power and leadership Organization structure Risk and reward structure Communication and information flow facility Culture and attitude Product flow facility structure Gambar 2.2. Komponen-Komponen Manajemen Fundamental 2.2. Manajemen Logistik Selama ini manajemen logistik banyak diartikan sebagai Bisnis logistik, Channel management, Distribution, Industrial logistics, Logistical Management, Logistics, Material Management, Physical Distribution, Quickresponse System, dan juga Supply Chain Management. The Council of Logistics Management (CLM), organisasi pelopor logistik di Amerika Serikat yang memiliki anggota sekitar 15.000 orang mendefinisikan Manajemen Logistik sebagai berikut: Manajemen Logistik merupakan bagian dari proses Supply Chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan keefisiensian dan keefektifan aliran dan penyimpanan barang, pelayanan 14 dan informasi terkait dari titik permulaan (point-of-origin) hingga titik konsumsi (point-of-consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. Jadi terkait dengan semua hal di dalam suatu organisasi, baik berupa aliran barang, pelayanan dan informasi pada sektor produk maupun jasa. Sektor pabrik meliputi segala jenis perusahaan yang memproduksi barang yang sifatnya divergen misalnya otomotif, komputer, kosmetik dan anggota badan buatan, pesawat terbang dan bahan makanan. Sedangkan sektor jasa meliputi organisasi pemerintahan, rumah sakit, bank, universitas, pedagang eceran, pedagang grosir. Martin (1998) mengartikan manajemen logistik sebagai proses yang secara strategik mengatur pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen dan penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui organisasi dan jaringan pemasarannya dengan cara tertentu sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan baik untuk jangka waktu sekarang maupun waktu mendatang melalui pemenuhan pesanan dengan biaya yang efektif. Jaringan logistik meliputi supplier, gudang (warehouse), pusat distribusi, retail juga bahan baku. Barang setengah jadi (inventory work in process / WIP) 15 dan barang jadi yang mengalir di antara fungsi-fungsi bisnis yang bersangkutan. 2.2.1. Input dan Output dalam Proses Logistik Input proses logistik meliputi sumber daya alam, manusia, finansial dan sumber informasi. Perencana logistik merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan input ini dalam berbagai bentuk, meliputi bahan mentah (seperti subassemblies, lokasi, pengepakan bahan, komoditi dasar), barang setengah jadi, serta barang siap pakai (seperti produk lengkap siap dijual pada pelanggan tingkat menengah maupun pelanggan akhir). Output proses logistik meliputi keuntungan kompetitif untuk organisasi, hasil dari orientasi pemasaran dan keefisienan serta keefektifan operasional, pemanfaatan waktu dan tempat, dan perpindahan yang efisien ke pelanggan. Output lainnya terjadi ketika pelayanan logistik bercampur sedemikian rupa sehingga menjadi aset milik organisasi. Output ini dibuat seefektif dan seefisien mungkin pada hasil dari 13 aktivitas logistik seperti yang disajikan pada Gambar 2.3. 16 Management Actions Inputs into logistic Plannin Natural resources (land, facilities, and equipment) Implementati Control Supplie Custom Human resources Logistics management Raw materia Financial resources In process Finishe d goods Outputs of logistic Competitive advantage (marketing orientation and operational efficiencies and effectiveness Time and place utility Efficient movement to consumer Information resources Propietary assets Logistic Activities • • • • Customer service Demand forecasting Inventory management Logistic communications • Materials handling • Order processing • Packaging • Parts and service support • Plant and warehouse site selection • Procurement • Reverse logistics • Traffic and transportation • Warehousing and storage Gambar 2.3. Komponen-Komponen Manajemen Logistik 2.2.2. Aktivitas-Aktivitas Utama Logistik Aktivitas-aktivitas utama logistik ada 13, yaitu: 1. Customer Service (Pelayanan Pelanggan) 2. Demand Forecasting (Peramalan Permintaan) 3. Inventory Management (Manajemen Persediaan) 4. Logistics Communications (Komunikasi Logistik) 5. Material Handling (Penanganan Material) 17 6. Order Processing (Proses Pemesanan) 7. Packaging Style (Sistem Pengemasan) 8. Dukungan komponen dan jasa 9. Pemilihan lokasi dan gudang 10. Procurement/Purchasing 11. Reverse Logistics 12. Transportasi 13. Gudang dan Penyimpanan Berikut ini akan dijelaskan secara detail mengenai aktivitas-aktivitas tersebut: 1. Pelayanan Pelanggan (Customer Service) Pelayanan pelanggan merupakan suatu proses yang berlangsung di antara pembeli, penjual dan pihak ketiga yang menghasilkan nilai tambah untuk pertukaran produk atau jasa dalam jangka waktu pendek seperti transaksi tunggal ataupun jangka panjang seperti hubungan berdasarkan kontrak. Nilai tambah ini juga terbagi pada masing-masing kelompok transaksi atau kontrak, yang dalam keadaan lebih baik pada penyelesaian transaksi dibandingkan sebelum transaksi. Dengan demikian, Customer Service merupakan proses penyediaan keuntungan nilai tambah yang penting pada Supply Chain dengan cara efektif. 18 2. Peramalan Permintaan (Demand Forecasting) Ramalan permintaan manajemen logistik menentukan berapa banyak dari tiap barang yang diproduksi perusahaan yang harus diangkut ke berbagai pasar. Selain itu, manajemen logistik harus mengetahui di mana asalnya permintaan sehingga dapat menempatkan dan menyimpan produk dengan jumlah yang tepat di setiap area pasar. Perkiraan akurat tentang permintaan yang akan datang memungkinkan manajer logistik untuk menyediakan sumber (anggaran belanja) pada aktivitas-aktivitas yang akan melayani permintaan tersebut. Pengambilan keputusan tanpa keyakinan akan kurang optimal karena sangatlah sulit untuk menyediakan sumbersumber di antara aktivitas logistik tanpa mengetahui jenis produk dan jasa yang akan diperlukan. Untuk itu, sangatlah penting bagi organisasi untuk menjalankan beberapa tipe ramalan permintaan dan mendiskusikan hasil tersebut dengan beberapa bagian pemasaran, produksi, dan departemen logistik. Software komputer, analisis trend, perkiraan pokok penjualan, ataupun metode lain dapat membantu pembuatan ramalan yang diperlukan. 3. Manajemen Persediaan (Inventory Management) Aktivitas pengendalian persediaan (Inventory control activity) bersifat kritis karena membutuhkan finansial atas pemeliharaan persediaan produk yang cukup untuk mempertemukan kebutuhan pelanggan dengan 19 kebutuhan produksi. Bahan baku dan komponennya, WIP (work in process), dan persediaan barang jadi, semuanya menghabiskan ruang fisik, waktu kerja dan modal. Uang yang diinvestasikan pada persediaan tidak tersedia untuk dipergunakan. Alasan pengadaan persediaan dalam perusahaan : • Memungkinkan perusahaan mencapai skala ekonomis. • Menyeimbangkan persediaan dan permintaan. • Memungkinkan spesialisasi produksi. • Melindingi ketidakpastian permintaan dan siklus pemesanan. • Bertindak sebagai penyangga/buffer diantara interface yang bersifat kritis dalam rantai supply (Supply Chain). Buffer pada supply chain meliputi: • Supplier – Procurement (purchasing) • Procurement – Production • Production – Marketing • Marketing – Distribution • Distribution – Intermediary/Retail • Intermediary/Retail – Customer 20 Raw materials inventory Work-inprocess inventory Finished goods inventory at plant locations Finished goods inventory at field locations Retail Inventory Supplier inventory Reworking or repacking of product Forward Logistics flow Reverse Logistics flow Waste and buy-product Consumer inventory Waste disposal Gambar 2.4. Aliran Logistik Semua aliran produk yang ada pada gambar 2.4 adalah transaksi antara perusahaan dan pelanggan atas keputusan oleh konsumen akhir untuk membeli produk. Semua proses tersebut memerlukan jaringan komunikasi yang mengalirkan informasi dari pelanggan ke perusahaam, dari perusahaan balik ke pelanggan lagi dan juga pada supplier. Modal perusahaan banyak digunakan pada persediaan. Oleh karena itu, tujuan 21 dari manajemen persediaan adalah untuk meningkatkan keuntungan perusahaan, untuk memprediksikan pengaruh kebijakan pada tingkat persediaan dan untuk meminimalkan biaya total ativitas logistik. 4. Komunikasi Logistik (Logistic Communication) Sukses dalam lingkungan bisnis saat ini membutuhkan manajemen sistem komunikasi yang kompleks. Komunikasi yang efektif harus berlangsung dalam : • Organisasi, supplier dan pelanggan. • Fungsi utama dalam organisasi, seperti logistik, perekayasaan keuangan, pemasaran, dan produksi. • Ketiga belas aktivitas logistik lainnya. • Berbagai jenis aspek dari tiap aktivitas logistik, sepertikoordinasi gudang material, WIP dan barang akhir. • Berbagai anggota supply chain, seperti pelanggan/penyedia sekunder yang tidak secara langsung berhubungan dengan perusahaan. Komunikasi merupakan jaringan vital di antara seluruh proses logistik dan pelanggan perusahaan. Komunikasi yang akurat dan pada saat yang tepat merupakan dasar dari keberhasilan manajemen logistik. 22 5. Penanganan Material (Material Handling) Penanganan material berhubungan dengan setiap aspek gerakan atau aliran bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi dalam pabrik atau gudang. Tujuan penanganan material adalah : • Menyederhanakan dan menghapus sistem penanganan apapun yang memungkinkan. • Meminimalkan jarak tempuh • Meminimalkan barang setengah jadi • Menyediakan aliran bebas yang serentak dari bottleneck • Meminimalkan kerugian akibat pembuangan, kerusakan dan pencurian. • Meminimasi biaya penanganan material dengan analisa aliran material yang cermat. Penanganan material terjadi pada semua siklus proses manufaktur produk, baik itu sebelum maupun sesudah proses produksi. Bahan baku juga biasanya bergerak dari bentuk aslinya sampai pada suatu bentuk tertentu sebelum akhirnya dapat diolah dipabrik. Setelah selesai diproduksi, produk dipindahkan/didistribusikan pada berbagai pemakai. Setelah suatu produk selesai masa pakainya, produk ini harus 23 dibuang/didaur ulang. Untuk proses pembuangan ini, perlu dilakukan satu atau lebih perpindahan sebelum material tersebut benar-benar dibuang, tapi untuk proses daur ulang, terjadi kembali perpindahan ke kegiatan utama yang bertujuan untuk proses perbaikan ke sifat-sifat semula, proses inilah yang disebut sebagai perputaran penanganan pemindahan material. Gambar 2.5. Siklus Proses Manufaktur Produk Seperti pada gambar 2.5 di atas, perhatikan bahwa perpindahan terjadi pada semua perputaran. Contohnya perpindahan tidak hanya terjadi antar phase, tetapi ini juga terjadi didalam phase itu sendiri (contohnya : material handling yang terjadi di dalam pabrik). Diagram ini disederhanakan dengan hanya menunjukan distribusi dari sebuah kotak, padahal sesungguhnya distribusi ini melibatkan atau terdiri dari beberapa kotak (misal : grosir, retailer, gudang, ruang regional dan lain-lain). 24 Konsep-konsep penggunaan perlengkapan Material Handling Beberapa tipe dasar dari peralatan material handling, adalah seperti dibawah ini 1 : 1. Conveyors – Gravitasi atau peralatan yang menggunakan sumber energi tertentu berguna untuk memindahkan material dari satu titik tetap menuju titik tetap lainnya 2. Truk Industri – Kendaraan baik (baik manual atau yang membutuhkan sumber energi tertentu) digunakan untuk memindahkan material dengan berbagai bentuk dimana proses pemuatan barang dilakukan secara terputus-putus (intermittent). 3. Cranes dan Hoist (katrol) – Peralatan overhead lifting yang dipergunakan untuk memindahkan beban di area yang tetap. Peralatan sangat berguna untuk memindahkan produk atau beban yang memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi secara terputus-putus. 4. Container dan rak – Peralatan yang digunakan untuk menyimpan material-material penting dan juga digunakan untuk menyatukan sejumlah barang untuk disimpan atau digunakan. 5. Elevator dan lift – Peralatan yang digunakan untuk menaikan atau menurunkan material, peralatan yang dimaksud disini menggunakan kekuatan dari bawah dan berada tetap pada satu titik. 25 6. Automatic Guided Vehicles (AGVs) – Kendaraan yang tidak memerlukan pengendara, mampu bergerak dengan pola-pola tertentu dan mampu melakukan berbagai kegiatan yang ditentukan. 7. Automatic Storage dan Retrieval System (ASRS) – adalah system penyimpana pada rak dimana lokasi penyimpanan dan catatan dari inventorinya dilakukan oleh sistem kontrol. 6. Proses Pemesanan (Order Processing) Komponen-komponen proses pemesanan terbagi dalam 3 kelompok : a. Elemen Operasional (Operational Elements) Meliputi pemasukan pesanan (order entry) atau perubahan pesanan, penjadwalan (scheduling), persiapan pengiriman pesanan dan pemfakturan (invoicing). b. Elemen Komunikasi (Communication Elements) Meliputi modifikasi pesanan, status penyelidikan pesanan, peniruan dan percepatan pesanan, koreksi kesalahan dan permintaan informasi produk. c. Kredit dan Elemen Pengumpulan (Credit and Collection Elements) Meliputi pemeriksaan pengumpulan rekening. kredit dan proses penerimaan atau 26 Komputer dan E-commerce dapat membantu mengurangi waktu yang diperlukan di antara penempatan pesanan dan pengiriman produk. Dalam banyak kasus, pesanan dapat dikirimkan secara langsung dari komputer pembeli menuju komputer penjual, hal ini berhubungan dengan Electronic Data Interchange (EDI). Pesanan juga dapat ditetapkan melalui internet atau mesin fax. Sistem komunikasi, meskipun pada awalnya mahal bagi perusahaan, tetapi banyak membantu dalam menghemat waktu. Biasanya penghematan biaya-biaya logistik lainnya (contoh: persediaan, transportasi, pergudangan) atau meningkatkan penjualan dari perbaikan pelayanan pelanggan akan seimbang dengan biaya dari sistem orderprocessing yang terkomputerisasi. 7. Sistem Pengemasan (Packaging Style) Sistem pengemasan merupakan fase terakhir dalam Teknik Produksi/Manufaktur. Pengemasan produk dilakukan untuk keamanan dan keselamatan dari produk tersebut terhadap guncangan, goresan, debu dan hal lain yang dapat menyebabkan produk tersebut cacat, kemudian juga untuk melindungi produk dari kerusakan ketika akan disimpan atau diangkut. Pengemasan yang pantas dapat memudahkan penyimpanan serta pemindahan produk, sehingga mengurangi biaya penanganan material. 27 Dari perspektif logistik, fungsi pengemasan adalah untuk mengatur, melindungi dan mengidentifikasikan produk dan material. Dalam melakukan fungsinya, pengemasan memakan tempat dan menambah berat. Fungsi spesifik pengemasan ada 6 yaitu: a. Penahanan (Containment) Produk harus ditahan sebelum dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya. Jika bungkusan rusak, barang didalamnya akan rusak atau hilang, atau berdampak polusi jika barang tersebut merupakan material berbahaya. b. Proteksi (Protection) Isi dari bungkusan harus dilindungi dari kerusakan atau kerugian akibat pengaruh lingkungan luar seperti kelembaban, debu, serangga dan pencemaran. c. Pembagian (Apportionment) Keluaran harus dikurangi dari produksi industri untuk dapat dikendalikan, disesuaikan dengan keinginan konsumen, itulah perwujudan keluaran luas dari produksi ke dalam kuantitas yang lebih kecil dari kegunaan yang lebih baik untuk para pelanggan. d. Pengunitan (Unitization) Pengemasan primer dapat diunitkan menjadi pengemasan sekunder yang kemudian dapat diunitkan menjadi bagian pallet yang 28 terbungkus dan pada akhirnya ke dalam sebuah wadah yang diisi dengan beberapa pallet. e. Kesempatan Waktu (Convenience) Pengemasan membuat produk agar dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. f. Komunikasi (Communication) Pengemasan bisa mengatasi keambiguan, agar mudah dimengerti diberi simbol seperti Kode Produk Universal (Universal Product code/UPC). Di pasaran terdapat bermacam-macam cara pengemasan, diantaranya mengunakan polybox, kardus, plastik, karton dan yang lainya. Perusahaan– perusahaan menerapkan sistem pengemasan (packaging style) yang berbeda-beda tergantung dari karakteristik produk tersebut. Toyota merancang polybox dengan ukuran yang dapat disusun (stacking) antara yang satu dengan yang lain sehingga dapat dihasilkan sistem pengemasan yang maksimal dan efisien serta keselamatan barang dapat dijamin. Standar ukuran polybox tersebut dikenal dengan standar ukuran TP (Toyota Polybox), yaitu : 29 Tabel 2.1 Standar Ukuran TP (Toyota Polybox) 8. Komponen-komponen dan Pelayanan Pendukung (Parts and Service Support) Salah satu aktivitas pemasaran perusahaan adalah memberikan pelayanan pasca penjualan kepada pelanggan, seperti penyediaan bagianbagian pengganti ketika produk rusak atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dealer mobil harus memiliki departemen pelayanan yang efisien untuk menawarkan pelayanan yang sempurna dan perbaikan secara cepat. Memiliki cadangan persediaan dan bagian-bagian pengganti sangatlah penting bagi aktivitas service dan perbaikan, dan logistik bertanggungjawab meyakinkan bagian-bagian tersebut tersedia kapan dan dimana pelanggan membutuhkannya. 30 9. Seleksi Lokasi Pabrik dan Tempat Penyimpanan/Gudang (Plant and Warehouse Site Selection) Pergudangan merupakan bagian internal dari semua sistem logistik yang berperan penting dalam melayani pelanggan dengan total biaya seminimal mungkin, juga merupakan jaringan primer di antara prosedur dan pelanggan yang digunakan untuk menyimpan persediaan selama seluruh bagian proses logistik berjalan. Terdapat 2 tipe dasar persediaan, yaitu: 1. Bahan mentah, komponen-komponen dan bagian-bagiannya (Persediaan Fisik). 2. Barang jadi akhir (Distribusi Fisik). Mungkin juga terdapat WIP, meskipun dalam banyak perusahaan, WIP hanya berupa bagian kecil dari total investasi persediaan perusahaan. Pada umumnya, tempat penyimpanan persediaan diperlukan untuk: • Mencapai transportasi yang ekonomis • Mencapai produksi yang ekonomis • Memelihara sumber persediaan • Mengantisipasi kondisi perubahan pasar (seperti musiman, fluktuasi permintaan, kompetisi) 31 • Mengatasi perbedaan ruang dan waktu yang berada di antara produsen dan konsumen • Menetapkan setidak-tidaknya biaya total logistik seimbang dengan tingkat pelayanan pelanggan yang diinginkan • Mendukung program just-in-time dari supplier dan pelanggan. 10. Purchasing (Procurement) Istilah purchasingdan procurement sering tertukar, meskipun berbeda pelaksanaannya. Purchasing pada umumnya berhubungan dengan pembelian aktual material dan segala aktivitas yang berhubungan dengan proses pembelian. Aktivitas procurement dikenal sebagai process-oriented dan strategik. Tujuan dari Purchasing : 1. Memberikan aliran material, persediaan dan pelayanan yang berkesinambungan yang dibutuhkan untuk menjalankan organisasi. 2. Meminimalkan investasi persediaan dan kerugian. 3. Menjaga dan memperbaiki kualitas. 4. Menemukan atau mengembangkan kemampuan supplier. 5. Menstandarisasikan, dimana kemungkinan barang dibeli. 6. Pembelian barang yang diperlukan dan pelayanan pada tingkat biaya total rendah. 32 7. Mengembangkan posisi organisasi yang kompetitif. 8. Mencapai keharmonisan, hubungan kerja yang produktif dengan area fungsional lainnya dalam organisasi. 9. Menyempurnakan sasaran pembelian pada kemungkinan tingkat biaya administratif yang terendah. 11. Reverse Logistics Penanganan barang-barang retur baik berupa salvage dan scrap disposal, merupakan bagian dari proses yang berkaitan erat dengan reverse logistics, dan juga merupakan komponen logistik yang memerlukan perhatian lebih. Apalagi pelanggan menuntut kebijakan retur yang lebih fleksibel yang berhubungan dengan proses daur ulang dan lingkungan hidup. Barang-barang diretur bisa dikarenakan kerusakan produk, kadaluarsa, kesalahan pengiriman, trade-ins, dan alasan-alasan lainnya. Reverse logistics juga melibatkan pemindahan dan pembuangan sisa material dari bagian produksi, distribusi atau pengemasan.jika sisa material tidak dapat digunakan untuk menghasilkan produk lain, material harus dibuang. Apapun produk tambahannya, proses logistik harus menanganinya secara efektif dan efisien, mengangkut dan menyimpannya bila produk tambahan tersebut dapat digunakan lagi atau di daur ulang. 33 Logistik mengatur transportasinya ke lokasi produksi atau ke lokasi daur ulang. Biasanya permasalahan ini diserahkan ke pihak ketiga. 12. Transportasi Fungsi transportasi berhubungan dengan bagian dalam dan luar departemen logistik. Yaitu berhubungan dengan bagian finansial (freight bills/biaya pengiriman), engineering (pengemasan, transportasi peralatan), manajemen persediaan (bahan baku, komponen, gudang jadi), hukum (kontrak gudang dan alat angkut), produksi (pengiriman tepat waktu), purchasing (pemilihan supplier), marketing/sales (standar pelayanan pelanggan), receiving (klaim, dokumentasi), dan pergudangan (supply peralatan, penjadwalan). Tabel 2.2. Bagian-bagian Supply Chain yang Berhubungan Dengan Transportasi Planning Procurement Manufacturing Network and asset rationalization Lead Times Vendor Sourcing Economic order quantity Landed costs Inbound in transit inventory management Reduced raw material and work in process inventory Interplant movements JIT and other specialized services Distribution Network and asset rationalization Lead Times Vendor Sourcing Economic order quantity 34 13. Pergudangan dan Penyimpanan (Warehouse and Storage) Penduduk harus disimpan dalam pabrik atau pada suatu tempat sebelum dijual, semakin besar waktu antara produksi dan konsumsi, semakin besar pula tingkat atau jumlah persediaan yang dibutuhkan. Aktivitas pergudangan dan penyimpanan meliputi keputusan mengenai apakah fasilitas penyimpanan seharusnya milik sendiri, dikontrakkan atau disewakan, perencanaan dan perancangan fasilitas penyimpanan, pertimbangan produk gabungan (seperti apakah seharusnya produk disimpan), prosedur pengamanan dan pemeliharaan, pelatihan personalia dan pengukuran produktivitas. 2.3. Transportasi 2.3.1. Pengertian Umum Transportasi Persoalan transportasi membahas masalah pendistribusian suatu komiditi (produk) dari sejumlah sumber kepada sejumlah tujuan. Dalam menggunakan metoda transportasi pihak manajemen mencari rute distribusi yang akan mengoptimumkan tujuan tertentu. Misalnya tujuan meminimumkan total biaya transportasi, memaksimumkan laba atau meminimumkan waktu yang digunakan. Banyak kegunaan dari metoda transportasi terutama dapat diaplikasikan dalam menyelesaikan masalah seperti: 1. Skedul pengiriman dari pabrik ke lokasi gudang atau wilayah pemasaran. 35 2. Penentuan lokasi pabrik. 3. Penentuan daerah/wilayah penjualan. 4. Skedul produksi 5. Penugasan karyawan atau mesin 6. Penepatan layout fasilitas atau mesin. 7. Seleksi proyek maupun subkontraktor dan lain-lain. 2.3.2. Manajemen Operational – Penentuan Rute Perusahaan transportasi terdiri dari berbagai jenis angkutan. Angkutan sewa meliputi angkutan yang disebut “umum” dan yang disebut “angkutan kontrak. Beberapa angkutan umum mengangkut barang-barang umum, sedangkan yang lainnya merupakan angkutan khusus yang terbatas pada satu kelompok barang. Angkutan umum bertanggung jawab penuh atas keselamatan pengangkutan kiriman. Angkutan kontrak yang digunakan dalam kontrak individual dan kontrak khusus dapat dibuat sebagai bagian dari organisasi perusahaan. Travelling Salesman Problem ( TSP ) merupakan salah satu metode yang membahas pendistribusian dari sebuah tempat ke beberapa tempat lainnya dalam sekali tempuh. Metode yang paling sederhana dari Travelling Salesman Problem ini dengan pendekatan “closest unvisited city” atau kota terdekat yang belum dikunjungi. 36 1. Mulailah kunjungan pada salah satu kota dan kunjungi kota yang belum dikunjungi yang paling dekat. Lanjutkan langkah ini sampai semua kota terkunjungi. 2. Ulangi semua langkah tersebut, sampai semua titik menjadi titik awal kunjungan. Pilih solusi yang paling baik. A B C D G F E Gambar 2.6. Solusi Perjalanan Salesman Untuk memecahkan masalah ini dapat dilakukan 2 observasi, yaitu : 1. Prosedur solusi heuristic yang tidak memberikan hasil yang optimal tapi memberikan kita solusi awal yang baik dan menolong kita dalam menguji permasalahan. 2. Prosedur analisa, yang akan menghasilkan solusi yang sangat baik jika diakhiri dengan penggambaran peta sehingga solusinya dapat dilihat. 37 Karena dalam semua kasus, solusi optimal tidaklah nyata maka prosedur analisa menjadi sangat menolong. Solusi yang yang dapat digunakan adalah prosedur Multiple Travelling Salesman Problem. Solusi ini digunakan jika kendaraan tidak menjadi masalah, apabila semua beban dapat dilayani satu kendaraan maka digunakan satu kendaraan untuk melayani walaupun memilki lebih dari satu kendaraan. Transportasi routing problem merupakan permasalahan yang memerlukan lebih dari kendaraan. Untuk memecahkan permasalhan ini dapat digunakan prosedur yang dikembangkan oleh Clark dan wright. Prosedur Clark dan Wright diawali dengan asumsi yang tidak masuk akal, yaitu masing-masing dari N pemberhentian harus dilayani oleh kendaraan yang terpisah, mulai bergerak dari depot (gudang), pergi ke tempat yang harus dilayani dan kembali lagi ke depot. Gambar 2.7 menggambarkan situasi ini (perlu diketahui, walaupun asumsi ini dibuat pada awal prosedur, hanya sedikit, itu pun jika ada, yang memiliki solusi seperti asumsi tersebut diatas). 1 6 2 DEPOT 5 3 4 Gambar 2.7. Formulasi Inisialisasi Rute untuk Prosedur Clark and Wright 38 Langkah selanjutnya dari clark dan Wright adalah menghitung penghematan yang terjadi dengan mengkombinasikan 2 kota atau membentuk 1 rute dari dua buah rute. Untuk permasalahan simetris (jarak dari tempat i ke tempat j sama dengan jarak dari kota tempat j ketempat i), penghematan (Sij) yang didapatkan dari mengkombinasikan tempat i dengan j, adalah : Sij = Coi + Coj - Cij Coi = Jarak dari depot ke tempat i Coj = Jarak dari depot ke tempat j Hal ini ditunjukan oleh gambar 2.3 i Extra j Saved Saved Depot Gambar 2.8 Penghematan untuk Kombinasi Pemberhentian i dan j Prosedur Clark dan Wright kemudian mengurutkan penghematan tersebut dalam urutan yang semakin kecil sehingga kombinasi yang terletak paling atas adalah kombinasi dengan penghematan yang paling besar, dan urutan kedua adalah kombinasi yang menimbulkan saving kedua yang paling besar, dan demikian seterusnya. 39 Prosedur ini dimulai dengan mengambil kombinasi pertama dari daftar tersebut dan membuat ke dua tempat dalam kombinasi tersebut terletak dalam 1 rute (jika pembatas-pembatas yang ada mengijinkan kombinasi tersebut) dan dilanjutkan kebawah sampai didapatkan solusi yang lengkap. 2.4. Sistem Manajemen Transportasi Dalam sistem produksi dikenal adanya Toyota Production System atau yang biasa disebut TPS. TPS adalah konsep lean manufacturing system yang dikembangkan oleh Toyota. Definisi dari APICS dictionary (2005), menyebutkan bahwa lean adalah suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada minimasi penggunaan sumber–sumber daya (termasuk waktu) dalam berbagai aktivitas perusahaan. Sasaran lean adalah identifikasi dan eliminasi aktivitas– aktivitas tidak bernilai tambah (pemborosan) atau yang biasa disebut waste atau muda dalam bahasa Jepang. Pada tabel 2.3 berikut merupakan beberapa contoh identifikasi muda. Tabel 2.3. Contoh Identifikasi Muda atau Waste Muda Deskripsi Root cause Overproduction Memproduksi lebih daripada ketiadaan komunikasi atau kebutuhan pelanggan internal informasi akan pemenuhan dan eksternal, atau kebutuhan pelanggan memproduksi lebih cepat internal dan eksternal 40 daripada kebutuhan pelanggan Inventory Kelebihan dari apa yang Peralatan yang tidak andal, dibutuhkan untuk memberikan aliran kerja yang tidak service (produk) kepada seimbang, pemasok yang pelanggan, baik internal tidak kapabel, permalan maupun eksternal kebutuhan yang tidak akurat, ukuran batch yang besar Correction Pemborosan yang timbul Tidak adanya SOP yang karena kita memperbaiki benar, kurangnya sense of kesalahan yang tidak quality terdekteksi dari awal Over Proses – proses tambahan atau Ketidak tepatan processing aktivitas yang kerja yang tidak penggunaan peralatan, bernilai tambah atau tidak pemeliharaan peralatan efisien yang jelek, proses kerja parallel yang dibuat serial Motion Setiap pergerakan dari orang Organisasi kerja yang atau mesin yang tidak bernilai jelek, tata letak yang jelek, tambah metode kerja yang tidak konsisten Waiting Keterlambatan karena Inkonsistensi metode kerja, menunggu material, orang, changeover yang lama proses sebelumnya, atau hal – hal dinamis lainnya yang berimplikasi pada terbuangnya waktu 41 transportation Memindahkan material atau Tata letak yang jelek, orang dalam jarak yang sangat lokasi penyimpanan yang jauh dari satu proses ke proses banyak dan saling berikutnya yang dapat berjauhan mengakibatkan penanganan ,material bertambah Sedangkan dari sisi kualitas, transportasi yang baik harus mendukung terciptanya 8 rights tanpa membuat pemborosan. 8 rights yang dimaksud adalah right material, right quantity, right time, right place, right source, right price, right quality, dan right service. Berdasarkan hal diatas, maka yang dimaksud dengan lean transportation management system adalah sistem transportasi efektif dan terintegrasi untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang/jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan. Transportasi seringkali menjadi kambing hitam dalam kelebihan inventory dan biaya logistik. Manajemen transportasi sangat diperlukan dalam melihat pemborosan–pemborosan yang mungkin tidak terlihat dalam alirannya. Empat hukum lean transportasi seperti yang dijabarkan Linda Taylor (dari FedEx) dan Robert Martichenko (LeanCor LLC), dapat menjelaskan bagaimana transportsi menjdai optimal dan memberikan dampak yang positif kepada kinerja organisasi. Hukum lean transportasi tersebut ialah sebagai berikut: • Hukum Lean Transportasi 1 – Hukum Pemborosan Transportasi 42 “Semua transportasi bukanlah pemborosan dan transportasi dapat digunakan sebagai strategi, akan tetapi transportasi yang berlebihan dari apa yang dibutuhkan adalah pemborosan dan harus dihilangkan” • Hukum Lean Transportasi 2 – Hukum Strategi Transportasi “Strategi transportasi dan eksekusinya seharusnya mendukung strategi inventory yang didesain untuk memenuhi harapan pelanggan. Inventory dan strategi pelanggan seharusnya tidak menjadi hasil dari strategi transportasi berdasarkan optimasi dari fungsi transportasi” • Hukum Lean Transportasi 3 – Hukum Manajemen Harian “Pengurangan biaya transportasi tidak dapat diwujudkan melalui desain jaringan transportasi yang jarang. Penghematan yang nyata hanya akan terjadi dari menajemen harian dan optimisasi persyaratan variable transportasi” • Hukum Lean Transportasi 4 – Hukum Kinerja Transportasi “Pelayanan transportasi dibedakan dengan jelas dan kinerja yang terukur” Dengan adanya 4 hukum di atas, meskipun tidak mengikat akan bisa menjadi acuan kita dalam mendesain konsep lean–transportation management system. 43 2.5. Sistem Milk-run 2.5.1. Sejarah Milk-run Berawal dari masa lalu, petani susu di Eropa menampung susu di dalam kaleng dan meletakkannya dipinggir jalan di depan rumah mereka. Kemudian tukang pengumpul susu mengumpulkannya dan mengirimkan ke pabrik susu. Hal ini yang kemudian dikenal dengan Milk-run. Dan berkembang menjadi salah satu metode atau sistem transportasi dan distribusi yang banyak diaplikasikan di dunia industri. 2.5.2. Pengertian Sistem Milk-run Transportasi saat ini membutuhkan optimasi dalam hal waktu dan harga. Cara pengangkutan atau rute pengiriman sering kali perlu untuk direncanakan dan harus sistematis. Milk-run adalah metode yang sudah terbukti dan telah teruji untuk mengoptimalisasikan sistem pengangkutan. Milk-run dapat memecahkan masalah cara dan jadwal pengiriman berdasarkan sistem transpotasi internal produksi dan gudang dalam industri otomatif dan elektronik. Pada kondisi tertentu, Milk-run juga dapat mengoptimalkan sistem pengangkutan. Definisi Milk-run ialah salah satu konsep pengiriman yang maju yang dapat memperbaiki sistem manajemen transportasi. Dengan sistem Milk-run 44 pengiriman dapat terjadi beberapa kali pengangkutan atau penurunan barang pada lokasi yang berbeda dalam jadwal yang sama atau teratur. Gambar 2.9. Aliran Supply Sebelum dan Sesudah Milk-run Seperti pada gambar 2.9 diatas, pengiriman secara Milk-run dilakukan untuk membawa barang dari satu lokasi ke beberapa tempat penerimaan, atau membawa barang dari beberapa lokasi menuju satu tempat penerimaan, dengan bantuan pihak ketiga yaitu Logistic Partner (LP). Penjadwalan pengiriman secara Milk-run lebih rumit daripada penjadwalan pengiriman secara langsung. Keputusan yang diambil harus berkaitan dengan kuantitas pengiriman yang terdiri dari beberapa produk, volume produk, berkaitan dengan frekuensi pengiriman, dan yang paling penting adalah penentuan rute dan urutan pengambilan dan pengiriman. Harus ditentukan cycle issue dan loading pattern yang tepat agar efisiensi pengiriman dapat optimal. 45 Milk-run menjadi sangat kompeten untuk kasus-kasus berikut : 1. Terdapat permintaan pengangkutan / pengiriman berkali-kali untuk keadaan mendesak, karena itu perlu untuk mengoptimalkan sistem pengiriman. 2. Ketika supplier menggunakan beberapa jenis kendaraan untuk mengirim barang, maka dibutuhkan optimasi pengiriman. 3. Ketika part atau komponen otomatif / elektronik dari supplier butuh untuk segera dikirimkan dengan berdasar pada just in time (JIT) ke arah supply chain berikutnya. Berikut ini adalah kasus-kasus umum yang menggunakan metode Milk-run: 1. Pada awal distribusi secara Milk-run dipergunakan, mungkin hanya pengiriman atau pengangkutan barang secara kolektif. 2. Kemudian penentuan yang menjadi masalah pada supplier, seperti jarak, biaya, prioritas pengiriman / pengangkutan, cycle time dari produk. Dalam setiap poin pada jaringan distribusi, Milk-run bertugas untuk mengoptimalkannya. Artinya, jika masalah yang dialami oleh supplier adalah jarak, prioritas pengiriman / pengangkutan, maka ditentukan dengan melihat condong kearah yang mana dan ditakar untuk memutuskannya. 46 3. Proses akan terjadi secara terus-menerus sampai semua syarat terpenuhi. Dengan mempertimbangkan truk yang sama tidak hanya untuk mengirim tetapi juga untuk mengangkut barang, maka terdapat penambahan variabel pada daftar yang sudah ada. Ketika semua variabel tersedia, maka Milk-run adalah salah satu dari beberapa metode optimasi yang telah teruji. 2.5.3. Keuntungan Sistem Milk-run Keuntungan dari metode pengiriman ini adalah fakta bahwa efesiensi akan terjadi pada cara pengangkutan dan biaya penerimaan produk dari supplier akan berkurang karena tidak akan menghadapi banyaknya supplier yang datang dan juga tidak membutuhkan lahan yang luas. Jika Economic Order Quantities (EOQ) dibutuhkan untuk beberapa produk berbeda oleh lokasi penerimaan lebih kecil dari besarnya muatan truk, Milk-run memberikan keleluasaan adanya kombinasi dari beberapa produk sampai ditemukan cara agar sama dengan besar muatan truk. Jika terdapat banyak lokasi penerimaan yang membutuhkan jumlah produk yang sedikit, mereka bisa dilayani hanya dengan sebuah truk saja. Keuntungan dari sistem Milk-run: • Minimalisasi biaya, ketika jumlah dari sarana pengiriman untuk permintaan yang sama bertambah, biaya juga akan meningkat. 47 • Mengoptimalkan rute pengiriman akan diperlukan untuk meminimasi biaya. • Mengurangi waktu dan jumlah pengiriman • Mudah untuk disesuaikan dan dilaksanakan pada semua sistem pengiriman. 2.6 Produksi Tepat Waktu (Just In Time) Produksi tepat waktu (Just-In-Time) Toyota merupakan suatu metode untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan dengan membuat semua proses menghasilkan barang yang diperlukan Syarat pertama untuk produksi JIT adalah membuat semua proses mengetahui penetapan waktu yang tepat dan jumlah yang dibutuhkan. Untuk memberitahukan pada semua proses mengenai penetapan waktu yang diminta dan jumlah produksi suku cadang, Toyota menggunakana Kanban. Apakah kanban itu ? Menurut buku pertama Yasuhiro Monden “Sistem Produksi Toyota” Kanban adalah suatu alat untuk mencapai produksi JIT. Kanban berupa suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil berbentuk empat persegi panjang. 48 Gambar 2.10. Cycle Issue pada Kanban Pada kanban, ditetapkan cycle issue pengiriman agar JIT dapat maksimal. Pada gambar 2.10 diatas dijelaskan penggambaran tentang cycle issue, yang pengertiannya yaitu interval waktu pengiriman part dalam satuan X, Y, Z yang artinya untuk X ialah satuan hari, Y ialah satuan berapa kali pengiriman, dan Z ialah satuan interval order. 49 2.7. Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram) Diagram sebab akibat, yang terkenal dengan istilah lain diagram tulang ikan (fish-bone diagram), diperkenalkan pertama kalinya oleh Prof. Kouru Ishikawa (Tokyo University) pada tahun 1943. Kadang-kadang diagram ini disebut pula dengan diagram Ishikawa untuk menghormati nama dari penemunya. Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan didalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Disamping juga untuk mencari penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming method) akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail. Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 (lima) faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu: • Manusia (man) • Metode Kerja (work-method) • Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine/equipment) • Bahan-bahan baku (raw materials) • Lingkungan kerja (work environment) 50 Hubungan penyimpangan kualitas dengan faktor-faktor penyebab tersebut dapat digambarkan dalam diagram 2.1 dibawah ini. Mesin Lokasi Material Metoda SEBAB AKIBAT Diagram 2.1. Diagram Sebab-Akibat (Fish-bone Diagram) Akibat (effect) = Kualitas hasil kerja Sebab (cause) = Faktor-faktor yang secara signifikan memberikan pengaruh dan mengakibatkan sesuatu pada kualitas output kerja. Diagram sebab-akibat ini sangat bermanfaat untuk mencari faktor-faktor penyebab sedetail-detailnya dan mencari hubungannya dengan penyimpangan kualitas kerja yang ditimbulkannya.