BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan)
Manajemen rantai pasokan dulunya berawal dari urusan logistik militer,
sangat berperan dalam menentukan kemenangan perang, terutama pada perang
dunia kedua. Ketika jaman perang sudah lewat, teknik logistik ini sangat
terpakai pada urusan pengiriman barang. Di sini terjadi kerjasama antara
perusahaan pengiriman dengan gudang, dan pengaturannya mulai dilakukan
oleh pihak ketiga. Perkembangan selanjutnya, pada era globalisasi mulai
banyak perusahaan yang mencari cara bagaimana menurunkan biaya produksi.
Banyak perusahaan multinasional memindahkan pabrik ke negara-negara
dengan upah buruh murah. Indonesia dan beberapa kawasan di Asia adalah
contohnya. Di sini terlihat bahwa logistik memegang peranan yang lebih
penting lagi.
Ilmu logistik akhirnya berkembang menjadi satu mata rantai pasokan,
dengan pendekatan secara sistem yang integral, yang meliputi Gudang
Penyimpanan, Transporasi, Inventory, Pemesanan Barang, dan Jumlah Barang.
Kelima komponen tadi harus dioptimalkan secara keseluruhan. Optimalisasi
secara individual tidak disarankan karena bisa membuat sistem secara
7
keseluruhan menjadi tidak optimal (atau mahal). Misalnya untuk menekan
biaya produksi kita coba pindahkan gudang penyimpanan ke tempat lain yang
lebih murah. Tapi mungkin ini akan berakibat ongkos transport yang lebih
mahal, dan sebagainya.
Definisi Supply Chain Management (SCM) menurut Simchi-Levi et al.
(1999),
merupakan
serangkaian
pendekatan
yang
diterapkan
untuk
mengintegrasikan supplier, pengusaha, gudang (warehouse), dan tempat
penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan
didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat dan waktu yang tepat
untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Definisi lain
menyebutkan Supply Chain merupakan sekumpulan aktifitas (dalam bentuk
entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang
mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada
konsumen akhir. Menyimak dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri
dari perusahaan yang mengangkat bahan baku dari bumi/alam, perusahaan
yang mentransformasikan bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau
komponen, supplier bahan-bahan pendukung produk, perusahaan perakitan,
distributor, dan retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen akhir.
Dengan definisi ini tidak jarang supply chain juga banyak diasosiasikan dengan
suatu jaringan value adding activities.
8
Supply Chain Management terdiri dari 3 elemen yang saling terikat satu
sama lain, yaitu:
1. Struktur jaringan supply chain
Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain
lainnya.
2. Proses bisnis supply chain
Aktivitas-aktivitas uang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi
pelanggan.
3. Komponen manajemen supply chain
Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan
disusun sepanjang supply chain.
Pelaksanaan SCM meliputi pengenalan anggota suppy chain dengan siapa
dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan dengan tiap anggota inti
dan jenis penggabungan apa yang diterapkan pada tiap proses hubungan
tersebut. Tujuannya adalah memaksimalkan persaingan dan keuntungan bagi
perusahaan dan seluruh angotanya, termasuk pelanggan akhir.
9
2. What processes should be
linked with each of these key
supply chain members
Supply chain
bussines
process
Supply chain
management
components
Supply chain
network
structure
3. What level integration and
management should be
applied for each process link
1. Who are the key supply chain
members with whom the link
processes ?
Gambar 2.1. Kerangka Kerja Supply Chain Management
2.1.1. Proses Bisnis Supply Chain
Bila dua perusahaan membina hubungan, aktivitas-aktivitas internal mereka
akan terhubung dan tersusun bersama di antara keduanya. Sebagai contoh,
aktivitas internal perusahaan dihubungkan dan mempengaruhi aktivitas
internal distributor, dan sebaliknya juga dapat berhubungan dengan aktivitas
retail. Akhirnya, aktivitas internal retail berhubungan dan mempengaruhi
pelanggan
akhir.
Dengan
demikian,
keberhasilan
SCM
memerlukan
perusahaan dari fungsi individual untuk menyatukan aktivitas-aktivitas pada
proses bisnis inti supply chain dan mengkoordinasikannya.
10
Keberhasilan SCM memerlukan:
•
Dukungan sumber daya manusia, kepemimpinan dan komitmen untuk
berubah.
•
Memahami sejauh mana perubahan yang diperlukan.
•
Menyetujui visi dan proses inti SCM.
•
Komitmen pada perlunya sumber daya dan kekuasaan atau wewenang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses-proses bisnis inti supply chain terdiri dari 8 proses, yaitu:
1. Customer Relationship Management (CRM)
2. Customer Service Management (CSM)
3. Demand Management
4. Customer Order Fulfillment
5. Manufacturing Flow Management
6. Procurement
7. Pengembangan Produk dan Komersialisasi
8. Retur
11
Tujuan atau hasil dari proses SCM ini adalah:
•
Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat
memberikan persetujuan produk dan jasa yang menguntungkan kedua
belah pihak pada pelanggan penting secara strategik.
•
Membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani pertanyaanpertanyaan dari semua pelanggan.
•
Secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update
permintaan pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.
•
Mengembangkan sistem produksi fleksibel yang tanggap secara cepa
pada perubahan kondisi pasar.
•
Mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan
berkesinambungan dapat berjalan lancar.
•
Pengiriman pesanan tepat waktu dan benar 100%
•
Minimasi waktu siklus ketersediaan retur (return to available)
2.1.2. Komponen-komponen Manajemen SCM
Komponen-komponen manajemen bersifat kritis dan fundamental bagi
keberhasilan SCM karena dibutuhkan untuk menunjukkan dan menentukan
bagaimana setiap jaringan proses disatukan dan disusun. Tingkat integrasi dan
manajemen sebuah jaringan proses bisnis merupakan fungsi dari angka dan
tingkat yang disusun dari yang rendah sampai yang tinggi dari komponen-
12
komponen yang ditambahkan ke jaringan. Penambahan komponen-komponen
manajemen atau peningkatan tingkat tiap komponen dapat meningkatkan
tingkat integrasi dari jaringan proses bisnis tersebut.
Literatur SCM, rekayasa ulang proses bisnis dan hubungan buyer-supplier
menganjurkan diperbanyak kemungkinan komponen yang harus menerima
perhatian manajerial ketika mengatur hubungan supply chain. Tiap komponen
dapat memiliki beberapa subkomponen dimana kepentingannya dapat berubahubah sesuai dengan proses yang sedang disusun.
Komponen-komponen utamanya adalah:
1. Metode perencanaan dan pengendalian.
2. Struktur aliran kerja/aktivitas kerja.
3. Struktur organisasi.
4. Struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi.
5. Struktur fasilitas aliran produk.
6. Metode manajemen.
7. Struktur wewenang (power) dan kepemimpinan (leadership).
8. Struktur risiko dan reward.
9. Budaya dan sikap.
13
Physical and
Technical
Managerial and
behavioral
Planning and
Control methode
Management
methode
Work/flow
activity structures
Power and
leadership
Organization
structure
Risk and reward
structure
Communication
and information
flow facility
Culture and
attitude
Product flow
facility structure
Gambar 2.2. Komponen-Komponen Manajemen Fundamental
2.2. Manajemen Logistik
Selama ini manajemen logistik banyak diartikan sebagai Bisnis logistik,
Channel
management,
Distribution,
Industrial
logistics,
Logistical
Management, Logistics, Material Management, Physical Distribution, Quickresponse System, dan juga Supply Chain Management. The Council of
Logistics Management (CLM), organisasi pelopor logistik di Amerika Serikat
yang memiliki anggota sekitar 15.000 orang mendefinisikan Manajemen
Logistik sebagai berikut:
Manajemen Logistik merupakan bagian dari proses Supply Chain yang
berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan
keefisiensian dan keefektifan aliran dan penyimpanan barang, pelayanan
14
dan informasi terkait dari titik permulaan (point-of-origin) hingga titik
konsumsi (point-of-consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan para pelanggan.
Jadi terkait dengan semua hal di dalam suatu organisasi, baik berupa aliran
barang, pelayanan dan informasi pada sektor produk maupun jasa. Sektor
pabrik meliputi segala jenis perusahaan yang memproduksi barang yang
sifatnya divergen misalnya otomotif, komputer, kosmetik dan anggota badan
buatan, pesawat terbang dan bahan makanan. Sedangkan sektor jasa meliputi
organisasi pemerintahan, rumah sakit, bank, universitas, pedagang eceran,
pedagang grosir.
Martin (1998) mengartikan manajemen logistik sebagai proses yang secara
strategik mengatur pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan
penyimpanan bahan, komponen dan penyimpanan barang jadi (dan informasi
terkait) melalui organisasi dan jaringan pemasarannya dengan cara tertentu
sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan baik untuk jangka waktu sekarang
maupun waktu mendatang melalui pemenuhan pesanan dengan biaya yang
efektif.
Jaringan logistik meliputi supplier, gudang (warehouse), pusat distribusi,
retail juga bahan baku. Barang setengah jadi (inventory work in process / WIP)
15
dan barang jadi yang mengalir di antara fungsi-fungsi bisnis yang
bersangkutan.
2.2.1. Input dan Output dalam Proses Logistik
Input proses logistik meliputi sumber daya alam, manusia, finansial dan
sumber informasi. Perencana logistik merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan input ini dalam berbagai bentuk, meliputi bahan mentah
(seperti subassemblies, lokasi, pengepakan bahan, komoditi dasar), barang
setengah jadi, serta barang siap pakai (seperti produk lengkap siap dijual pada
pelanggan tingkat menengah maupun pelanggan akhir).
Output proses logistik meliputi keuntungan kompetitif untuk organisasi,
hasil dari orientasi pemasaran dan keefisienan serta keefektifan operasional,
pemanfaatan waktu dan tempat, dan perpindahan yang efisien ke pelanggan.
Output lainnya terjadi ketika pelayanan logistik bercampur sedemikian rupa
sehingga menjadi aset milik organisasi. Output ini dibuat seefektif dan
seefisien mungkin pada hasil dari 13 aktivitas logistik seperti yang disajikan
pada Gambar 2.3.
16
Management Actions
Inputs into
logistic
Plannin
Natural
resources
(land, facilities,
and equipment)
Implementati
Control
Supplie
Custom
Human
resources
Logistics management
Raw
materia
Financial
resources
In
process
Finishe
d goods
Outputs of
logistic
Competitive
advantage
(marketing
orientation and
operational
efficiencies and
effectiveness
Time and
place utility
Efficient
movement to
consumer
Information
resources
Propietary
assets
Logistic Activities
•
•
•
•
Customer service
Demand forecasting
Inventory management
Logistic
communications
• Materials handling
• Order processing
• Packaging
• Parts and service support
• Plant and warehouse site
selection
• Procurement
• Reverse logistics
• Traffic and transportation
• Warehousing and storage
Gambar 2.3. Komponen-Komponen Manajemen Logistik
2.2.2. Aktivitas-Aktivitas Utama Logistik
Aktivitas-aktivitas utama logistik ada 13, yaitu:
1. Customer Service (Pelayanan Pelanggan)
2. Demand Forecasting (Peramalan Permintaan)
3. Inventory Management (Manajemen Persediaan)
4. Logistics Communications (Komunikasi Logistik)
5. Material Handling (Penanganan Material)
17
6. Order Processing (Proses Pemesanan)
7. Packaging Style (Sistem Pengemasan)
8. Dukungan komponen dan jasa
9. Pemilihan lokasi dan gudang
10. Procurement/Purchasing
11. Reverse Logistics
12. Transportasi
13. Gudang dan Penyimpanan
Berikut ini akan dijelaskan secara detail mengenai aktivitas-aktivitas tersebut:
1. Pelayanan Pelanggan (Customer Service)
Pelayanan pelanggan merupakan suatu proses yang berlangsung di
antara pembeli, penjual dan pihak ketiga yang menghasilkan nilai tambah
untuk pertukaran produk atau jasa dalam jangka waktu pendek seperti
transaksi tunggal ataupun jangka panjang seperti hubungan berdasarkan
kontrak. Nilai tambah ini juga terbagi pada masing-masing kelompok
transaksi atau kontrak, yang dalam keadaan lebih baik pada penyelesaian
transaksi dibandingkan sebelum transaksi. Dengan demikian, Customer
Service merupakan proses penyediaan keuntungan nilai tambah yang
penting pada Supply Chain dengan cara efektif.
18
2. Peramalan Permintaan (Demand Forecasting)
Ramalan permintaan manajemen logistik menentukan berapa banyak
dari tiap barang yang diproduksi perusahaan yang harus diangkut ke
berbagai pasar. Selain itu, manajemen logistik harus mengetahui di mana
asalnya permintaan sehingga dapat menempatkan dan menyimpan produk
dengan jumlah yang tepat di setiap area pasar. Perkiraan akurat tentang
permintaan yang akan datang memungkinkan manajer logistik untuk
menyediakan sumber (anggaran belanja) pada aktivitas-aktivitas yang akan
melayani permintaan tersebut. Pengambilan keputusan tanpa keyakinan
akan kurang optimal karena sangatlah sulit untuk menyediakan sumbersumber di antara aktivitas logistik tanpa mengetahui jenis produk dan jasa
yang akan diperlukan. Untuk itu, sangatlah penting bagi organisasi untuk
menjalankan beberapa tipe ramalan permintaan dan mendiskusikan hasil
tersebut dengan beberapa bagian pemasaran, produksi, dan departemen
logistik. Software komputer, analisis trend, perkiraan pokok penjualan,
ataupun metode lain dapat membantu pembuatan ramalan yang diperlukan.
3. Manajemen Persediaan (Inventory Management)
Aktivitas pengendalian persediaan (Inventory control activity) bersifat
kritis karena membutuhkan finansial atas pemeliharaan persediaan produk
yang cukup untuk mempertemukan kebutuhan pelanggan dengan
19
kebutuhan produksi. Bahan baku dan komponennya, WIP (work in
process), dan persediaan barang jadi, semuanya menghabiskan ruang fisik,
waktu kerja dan modal. Uang yang diinvestasikan pada persediaan tidak
tersedia untuk dipergunakan.
Alasan pengadaan persediaan dalam perusahaan :
•
Memungkinkan perusahaan mencapai skala ekonomis.
•
Menyeimbangkan persediaan dan permintaan.
•
Memungkinkan spesialisasi produksi.
•
Melindingi ketidakpastian permintaan dan siklus pemesanan.
•
Bertindak sebagai penyangga/buffer diantara interface yang bersifat
kritis dalam rantai supply (Supply Chain).
Buffer pada supply chain meliputi:
•
Supplier – Procurement (purchasing)
•
Procurement – Production
•
Production – Marketing
•
Marketing – Distribution
•
Distribution – Intermediary/Retail
•
Intermediary/Retail – Customer
20
Raw
materials
inventory
Work-inprocess
inventory
Finished
goods
inventory at
plant
locations
Finished
goods
inventory at
field locations
Retail
Inventory
Supplier
inventory
Reworking or
repacking of
product
Forward Logistics flow
Reverse Logistics flow
Waste and
buy-product
Consumer
inventory
Waste
disposal
Gambar 2.4. Aliran Logistik
Semua aliran produk yang ada pada gambar 2.4 adalah transaksi antara
perusahaan dan pelanggan atas keputusan oleh konsumen akhir untuk
membeli produk. Semua proses tersebut memerlukan jaringan komunikasi
yang mengalirkan informasi dari pelanggan ke perusahaam, dari
perusahaan balik ke pelanggan lagi dan juga pada supplier. Modal
perusahaan banyak digunakan pada persediaan. Oleh karena itu, tujuan
21
dari manajemen persediaan adalah untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan, untuk memprediksikan pengaruh kebijakan pada tingkat
persediaan dan untuk meminimalkan biaya total ativitas logistik.
4. Komunikasi Logistik (Logistic Communication)
Sukses dalam lingkungan bisnis saat ini membutuhkan manajemen
sistem komunikasi yang kompleks. Komunikasi yang efektif harus
berlangsung dalam :
•
Organisasi, supplier dan pelanggan.
•
Fungsi utama dalam organisasi, seperti logistik, perekayasaan
keuangan, pemasaran, dan produksi.
•
Ketiga belas aktivitas logistik lainnya.
•
Berbagai
jenis
aspek
dari
tiap
aktivitas
logistik,
sepertikoordinasi gudang material, WIP dan barang akhir.
•
Berbagai anggota supply chain, seperti pelanggan/penyedia
sekunder yang tidak secara langsung berhubungan dengan
perusahaan.
Komunikasi merupakan jaringan vital di antara seluruh proses logistik
dan pelanggan perusahaan. Komunikasi yang akurat dan pada saat yang
tepat merupakan dasar dari keberhasilan manajemen logistik.
22
5. Penanganan Material (Material Handling)
Penanganan material berhubungan dengan setiap aspek gerakan atau
aliran bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi dalam pabrik atau
gudang.
Tujuan penanganan material adalah :
•
Menyederhanakan dan menghapus sistem penanganan apapun yang
memungkinkan.
•
Meminimalkan jarak tempuh
•
Meminimalkan barang setengah jadi
•
Menyediakan aliran bebas yang serentak dari bottleneck
•
Meminimalkan kerugian akibat pembuangan, kerusakan dan
pencurian.
•
Meminimasi biaya penanganan material dengan analisa aliran
material yang cermat.
Penanganan material terjadi pada semua siklus proses manufaktur
produk, baik itu sebelum maupun sesudah proses produksi. Bahan baku
juga biasanya bergerak dari bentuk aslinya sampai pada suatu bentuk
tertentu sebelum akhirnya dapat diolah dipabrik. Setelah selesai
diproduksi, produk dipindahkan/didistribusikan pada berbagai pemakai.
Setelah suatu produk selesai masa pakainya, produk ini harus
23
dibuang/didaur ulang. Untuk proses pembuangan ini, perlu dilakukan satu
atau lebih perpindahan sebelum material tersebut benar-benar dibuang, tapi
untuk proses daur ulang, terjadi kembali perpindahan ke kegiatan utama
yang bertujuan untuk proses perbaikan ke sifat-sifat semula, proses inilah
yang disebut sebagai perputaran penanganan pemindahan material.
Gambar 2.5. Siklus Proses Manufaktur Produk
Seperti pada gambar 2.5 di atas, perhatikan bahwa perpindahan terjadi
pada semua perputaran. Contohnya perpindahan tidak hanya terjadi antar
phase, tetapi ini juga terjadi didalam phase itu sendiri (contohnya :
material handling yang terjadi di dalam pabrik). Diagram ini
disederhanakan dengan hanya menunjukan distribusi dari sebuah kotak,
padahal sesungguhnya distribusi ini melibatkan atau terdiri dari beberapa
kotak (misal : grosir, retailer, gudang, ruang regional dan lain-lain).
24
Konsep-konsep penggunaan perlengkapan Material Handling
Beberapa tipe dasar dari peralatan material handling, adalah seperti
dibawah ini 1 :
1. Conveyors – Gravitasi atau peralatan yang menggunakan sumber
energi tertentu berguna untuk memindahkan material dari satu titik
tetap menuju titik tetap lainnya
2. Truk Industri – Kendaraan baik (baik manual atau yang membutuhkan
sumber energi tertentu) digunakan untuk memindahkan material
dengan berbagai bentuk dimana proses pemuatan barang dilakukan
secara terputus-putus (intermittent).
3. Cranes dan Hoist (katrol) – Peralatan overhead lifting yang
dipergunakan untuk memindahkan beban di area yang tetap. Peralatan
sangat berguna untuk memindahkan produk atau beban yang memiliki
bentuk dan ukuran yang bervariasi secara terputus-putus.
4. Container dan rak – Peralatan yang digunakan untuk menyimpan
material-material penting dan juga digunakan untuk menyatukan
sejumlah barang untuk disimpan atau digunakan.
5. Elevator dan lift – Peralatan yang digunakan untuk menaikan atau
menurunkan material, peralatan yang dimaksud disini menggunakan
kekuatan dari bawah dan berada tetap pada satu titik.
25
6. Automatic Guided Vehicles (AGVs) – Kendaraan yang tidak
memerlukan pengendara, mampu bergerak dengan pola-pola tertentu
dan mampu melakukan berbagai kegiatan yang ditentukan.
7. Automatic Storage dan Retrieval System (ASRS) – adalah system
penyimpana pada rak dimana lokasi penyimpanan dan catatan dari
inventorinya dilakukan oleh sistem kontrol.
6. Proses Pemesanan (Order Processing)
Komponen-komponen proses pemesanan terbagi dalam 3 kelompok :
a. Elemen Operasional (Operational Elements)
Meliputi pemasukan pesanan (order entry) atau perubahan pesanan,
penjadwalan (scheduling), persiapan pengiriman pesanan dan
pemfakturan (invoicing).
b. Elemen Komunikasi (Communication Elements)
Meliputi modifikasi pesanan, status penyelidikan pesanan, peniruan
dan percepatan pesanan, koreksi kesalahan dan permintaan
informasi produk.
c. Kredit dan Elemen Pengumpulan (Credit and Collection Elements)
Meliputi
pemeriksaan
pengumpulan rekening.
kredit
dan
proses
penerimaan
atau
26
Komputer dan E-commerce dapat membantu mengurangi waktu yang
diperlukan di antara penempatan pesanan dan pengiriman produk. Dalam
banyak kasus, pesanan dapat dikirimkan secara langsung dari komputer
pembeli menuju komputer penjual, hal ini berhubungan dengan Electronic
Data Interchange (EDI). Pesanan juga dapat ditetapkan melalui internet
atau mesin fax. Sistem komunikasi, meskipun pada awalnya mahal bagi
perusahaan, tetapi banyak membantu dalam menghemat waktu. Biasanya
penghematan
biaya-biaya
logistik
lainnya
(contoh:
persediaan,
transportasi, pergudangan) atau meningkatkan penjualan dari perbaikan
pelayanan pelanggan akan seimbang dengan biaya dari sistem orderprocessing yang terkomputerisasi.
7. Sistem Pengemasan (Packaging Style)
Sistem
pengemasan
merupakan
fase
terakhir
dalam
Teknik
Produksi/Manufaktur. Pengemasan produk dilakukan untuk keamanan dan
keselamatan dari produk tersebut terhadap guncangan, goresan, debu dan
hal lain yang dapat menyebabkan produk tersebut cacat, kemudian juga
untuk melindungi produk dari kerusakan ketika akan disimpan atau
diangkut. Pengemasan yang pantas dapat memudahkan penyimpanan serta
pemindahan produk, sehingga mengurangi biaya penanganan material.
27
Dari perspektif logistik, fungsi pengemasan adalah untuk mengatur,
melindungi dan mengidentifikasikan produk dan material. Dalam
melakukan fungsinya, pengemasan memakan tempat dan menambah berat.
Fungsi spesifik pengemasan ada 6 yaitu:
a. Penahanan (Containment)
Produk harus ditahan sebelum dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lainnya. Jika bungkusan rusak, barang didalamnya akan
rusak atau hilang, atau berdampak polusi jika barang tersebut
merupakan material berbahaya.
b. Proteksi (Protection)
Isi dari bungkusan harus dilindungi dari kerusakan atau kerugian
akibat pengaruh lingkungan luar seperti kelembaban, debu,
serangga dan pencemaran.
c. Pembagian (Apportionment)
Keluaran harus dikurangi dari produksi industri untuk dapat
dikendalikan, disesuaikan dengan keinginan konsumen, itulah
perwujudan keluaran luas dari produksi ke dalam kuantitas yang
lebih kecil dari kegunaan yang lebih baik untuk para pelanggan.
d. Pengunitan (Unitization)
Pengemasan primer dapat diunitkan menjadi pengemasan sekunder
yang kemudian dapat diunitkan menjadi bagian pallet yang
28
terbungkus dan pada akhirnya ke dalam sebuah wadah yang diisi
dengan beberapa pallet.
e. Kesempatan Waktu (Convenience)
Pengemasan membuat produk agar dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya.
f.
Komunikasi (Communication)
Pengemasan bisa mengatasi keambiguan, agar mudah dimengerti
diberi simbol seperti Kode Produk Universal (Universal Product
code/UPC).
Di pasaran terdapat bermacam-macam cara pengemasan, diantaranya
mengunakan polybox, kardus, plastik, karton dan yang lainya. Perusahaan–
perusahaan menerapkan sistem pengemasan (packaging style) yang
berbeda-beda tergantung dari karakteristik produk tersebut.
Toyota merancang polybox dengan ukuran yang dapat disusun
(stacking) antara yang satu dengan yang lain sehingga dapat dihasilkan
sistem pengemasan yang maksimal dan efisien serta keselamatan barang
dapat dijamin. Standar ukuran polybox tersebut dikenal dengan standar
ukuran TP (Toyota Polybox), yaitu :
29
Tabel 2.1 Standar Ukuran TP (Toyota Polybox)
8. Komponen-komponen dan Pelayanan Pendukung (Parts and Service
Support)
Salah satu aktivitas pemasaran perusahaan adalah memberikan
pelayanan pasca penjualan kepada pelanggan, seperti penyediaan bagianbagian pengganti ketika produk rusak atau tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Sebagai contoh, dealer mobil harus memiliki departemen
pelayanan yang efisien untuk menawarkan pelayanan yang sempurna dan
perbaikan secara cepat. Memiliki cadangan persediaan dan bagian-bagian
pengganti sangatlah penting bagi aktivitas service dan perbaikan, dan
logistik bertanggungjawab meyakinkan bagian-bagian tersebut tersedia
kapan dan dimana pelanggan membutuhkannya.
30
9. Seleksi Lokasi Pabrik dan Tempat Penyimpanan/Gudang (Plant and
Warehouse Site Selection)
Pergudangan merupakan bagian internal dari semua sistem logistik
yang berperan penting dalam melayani pelanggan dengan total biaya
seminimal mungkin, juga merupakan jaringan primer di antara prosedur
dan pelanggan yang digunakan untuk menyimpan persediaan selama
seluruh bagian proses logistik berjalan.
Terdapat 2 tipe dasar persediaan, yaitu:
1. Bahan
mentah,
komponen-komponen
dan
bagian-bagiannya
(Persediaan Fisik).
2. Barang jadi akhir (Distribusi Fisik).
Mungkin juga terdapat WIP, meskipun dalam banyak perusahaan, WIP
hanya berupa bagian kecil dari total investasi persediaan perusahaan.
Pada umumnya, tempat penyimpanan persediaan diperlukan untuk:
•
Mencapai transportasi yang ekonomis
•
Mencapai produksi yang ekonomis
•
Memelihara sumber persediaan
•
Mengantisipasi kondisi perubahan pasar (seperti musiman,
fluktuasi permintaan, kompetisi)
31
•
Mengatasi perbedaan ruang dan waktu yang berada di antara
produsen dan konsumen
•
Menetapkan setidak-tidaknya biaya total logistik seimbang dengan
tingkat pelayanan pelanggan yang diinginkan
•
Mendukung program just-in-time dari supplier dan pelanggan.
10. Purchasing (Procurement)
Istilah purchasingdan procurement sering tertukar, meskipun berbeda
pelaksanaannya. Purchasing
pada umumnya berhubungan dengan
pembelian aktual material dan segala aktivitas yang berhubungan dengan
proses pembelian. Aktivitas procurement dikenal sebagai process-oriented
dan strategik.
Tujuan dari Purchasing :
1. Memberikan aliran material, persediaan dan pelayanan yang
berkesinambungan yang dibutuhkan untuk menjalankan organisasi.
2. Meminimalkan investasi persediaan dan kerugian.
3. Menjaga dan memperbaiki kualitas.
4. Menemukan atau mengembangkan kemampuan supplier.
5. Menstandarisasikan, dimana kemungkinan barang dibeli.
6. Pembelian barang yang diperlukan dan pelayanan pada tingkat
biaya total rendah.
32
7. Mengembangkan posisi organisasi yang kompetitif.
8. Mencapai keharmonisan, hubungan kerja yang produktif dengan
area fungsional lainnya dalam organisasi.
9. Menyempurnakan sasaran pembelian pada kemungkinan tingkat
biaya administratif yang terendah.
11. Reverse Logistics
Penanganan barang-barang retur baik berupa salvage dan scrap
disposal, merupakan bagian dari proses yang berkaitan erat dengan reverse
logistics, dan juga merupakan komponen logistik yang memerlukan
perhatian lebih. Apalagi pelanggan menuntut kebijakan retur yang lebih
fleksibel yang berhubungan dengan proses daur ulang dan lingkungan
hidup. Barang-barang diretur bisa dikarenakan kerusakan produk,
kadaluarsa, kesalahan pengiriman, trade-ins, dan alasan-alasan lainnya.
Reverse logistics juga melibatkan pemindahan dan pembuangan sisa
material dari bagian produksi, distribusi atau pengemasan.jika sisa material
tidak dapat digunakan untuk menghasilkan produk lain, material harus
dibuang.
Apapun
produk
tambahannya,
proses
logistik
harus
menanganinya secara efektif dan efisien, mengangkut dan menyimpannya
bila produk tambahan tersebut dapat digunakan lagi atau di daur ulang.
33
Logistik mengatur transportasinya ke lokasi produksi atau ke lokasi daur
ulang. Biasanya permasalahan ini diserahkan ke pihak ketiga.
12. Transportasi
Fungsi transportasi berhubungan dengan bagian dalam dan luar
departemen logistik. Yaitu berhubungan dengan bagian finansial (freight
bills/biaya pengiriman), engineering (pengemasan, transportasi peralatan),
manajemen persediaan (bahan baku, komponen, gudang jadi), hukum
(kontrak gudang dan alat angkut), produksi (pengiriman tepat waktu),
purchasing (pemilihan supplier), marketing/sales (standar pelayanan
pelanggan), receiving (klaim, dokumentasi), dan pergudangan (supply
peralatan, penjadwalan).
Tabel 2.2. Bagian-bagian Supply Chain yang Berhubungan Dengan Transportasi
Planning
Procurement
Manufacturing
Network and asset
rationalization
Lead Times
Vendor Sourcing
Economic order
quantity
Landed costs
Inbound in transit
inventory
management
Reduced raw
material and
work in process
inventory
Interplant movements
JIT and other
specialized services
Distribution
Network and asset
rationalization
Lead Times
Vendor Sourcing
Economic order
quantity
34
13. Pergudangan dan Penyimpanan (Warehouse and Storage)
Penduduk harus disimpan dalam pabrik atau pada suatu tempat
sebelum dijual, semakin besar waktu antara produksi dan konsumsi,
semakin besar pula tingkat atau jumlah persediaan yang dibutuhkan.
Aktivitas pergudangan dan penyimpanan meliputi keputusan mengenai
apakah fasilitas penyimpanan seharusnya milik sendiri, dikontrakkan atau
disewakan,
perencanaan
dan
perancangan
fasilitas
penyimpanan,
pertimbangan produk gabungan (seperti apakah seharusnya produk
disimpan), prosedur pengamanan dan pemeliharaan, pelatihan personalia
dan pengukuran produktivitas.
2.3.
Transportasi
2.3.1. Pengertian Umum Transportasi
Persoalan transportasi membahas masalah pendistribusian suatu komiditi
(produk) dari sejumlah sumber kepada sejumlah tujuan. Dalam menggunakan
metoda transportasi pihak manajemen mencari rute distribusi yang akan
mengoptimumkan tujuan tertentu. Misalnya tujuan meminimumkan total
biaya transportasi, memaksimumkan laba atau meminimumkan waktu yang
digunakan. Banyak kegunaan dari metoda transportasi terutama dapat
diaplikasikan dalam menyelesaikan masalah seperti:
1. Skedul pengiriman dari pabrik ke lokasi gudang atau wilayah pemasaran.
35
2. Penentuan lokasi pabrik.
3. Penentuan daerah/wilayah penjualan.
4. Skedul produksi
5. Penugasan karyawan atau mesin
6. Penepatan layout fasilitas atau mesin.
7. Seleksi proyek maupun subkontraktor dan lain-lain.
2.3.2. Manajemen Operational – Penentuan Rute
Perusahaan transportasi terdiri dari berbagai jenis angkutan. Angkutan
sewa meliputi angkutan yang disebut “umum” dan yang disebut “angkutan
kontrak. Beberapa angkutan umum mengangkut barang-barang umum,
sedangkan yang lainnya merupakan angkutan khusus yang terbatas pada satu
kelompok barang. Angkutan umum bertanggung jawab penuh atas
keselamatan pengangkutan kiriman. Angkutan kontrak yang digunakan dalam
kontrak individual dan kontrak khusus dapat dibuat sebagai bagian dari
organisasi perusahaan.
Travelling Salesman Problem ( TSP ) merupakan salah satu metode yang
membahas pendistribusian dari sebuah tempat ke beberapa tempat lainnya
dalam sekali tempuh. Metode yang paling sederhana dari Travelling Salesman
Problem ini dengan pendekatan “closest unvisited city” atau kota terdekat
yang belum dikunjungi.
36
1. Mulailah kunjungan pada salah satu kota dan kunjungi kota yang belum
dikunjungi yang paling dekat. Lanjutkan langkah ini sampai semua kota
terkunjungi.
2. Ulangi semua langkah tersebut, sampai semua titik menjadi titik awal
kunjungan. Pilih solusi yang paling baik.
A
B
C
D
G
F
E
Gambar 2.6. Solusi Perjalanan Salesman
Untuk memecahkan masalah ini dapat dilakukan 2 observasi, yaitu :
1. Prosedur solusi heuristic yang tidak memberikan hasil yang optimal tapi
memberikan kita solusi awal yang baik dan menolong kita dalam menguji
permasalahan.
2. Prosedur analisa, yang akan menghasilkan solusi yang sangat baik jika
diakhiri dengan penggambaran peta sehingga solusinya dapat dilihat.
37
Karena dalam semua kasus, solusi optimal tidaklah nyata maka prosedur
analisa menjadi sangat menolong. Solusi yang yang dapat digunakan adalah
prosedur Multiple Travelling Salesman Problem. Solusi ini digunakan jika
kendaraan tidak menjadi masalah, apabila semua beban dapat dilayani satu
kendaraan maka digunakan satu kendaraan untuk melayani walaupun memilki
lebih dari satu kendaraan. Transportasi routing problem merupakan
permasalahan yang memerlukan lebih dari kendaraan. Untuk memecahkan
permasalhan ini dapat digunakan prosedur yang dikembangkan oleh Clark
dan wright.
Prosedur Clark dan Wright diawali dengan asumsi yang tidak masuk akal,
yaitu masing-masing dari N pemberhentian harus dilayani oleh kendaraan
yang terpisah, mulai bergerak dari depot (gudang), pergi ke tempat yang harus
dilayani dan kembali lagi ke depot. Gambar 2.7 menggambarkan situasi ini
(perlu diketahui, walaupun asumsi ini dibuat pada awal prosedur, hanya
sedikit, itu pun jika ada, yang memiliki solusi seperti asumsi tersebut diatas).
1
6
2
DEPOT
5
3
4
Gambar 2.7. Formulasi Inisialisasi Rute untuk Prosedur Clark and Wright
38
Langkah selanjutnya dari clark dan Wright adalah menghitung
penghematan yang terjadi dengan mengkombinasikan 2 kota atau membentuk
1 rute dari dua buah rute. Untuk permasalahan simetris (jarak dari tempat i ke
tempat j sama dengan jarak dari kota tempat j ketempat i), penghematan (Sij)
yang didapatkan dari mengkombinasikan tempat i dengan j, adalah :
Sij
=
Coi + Coj - Cij
Coi
=
Jarak dari depot ke tempat i
Coj
=
Jarak dari depot ke tempat j
Hal ini ditunjukan oleh gambar 2.3
i
Extra
j
Saved
Saved
Depot
Gambar 2.8 Penghematan untuk Kombinasi Pemberhentian i dan j
Prosedur Clark dan Wright kemudian mengurutkan penghematan tersebut
dalam urutan yang semakin kecil sehingga kombinasi yang terletak paling atas
adalah kombinasi dengan penghematan yang paling besar, dan urutan kedua
adalah kombinasi yang menimbulkan saving kedua yang paling besar, dan
demikian seterusnya.
39
Prosedur ini dimulai dengan mengambil kombinasi pertama dari daftar
tersebut dan membuat ke dua tempat dalam kombinasi tersebut terletak dalam
1 rute (jika pembatas-pembatas yang ada mengijinkan kombinasi tersebut)
dan dilanjutkan kebawah sampai didapatkan solusi yang lengkap.
2.4.
Sistem Manajemen Transportasi
Dalam sistem produksi dikenal adanya Toyota Production System atau yang
biasa disebut TPS. TPS adalah konsep lean manufacturing system yang
dikembangkan oleh Toyota. Definisi dari APICS dictionary (2005),
menyebutkan bahwa lean adalah suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada
minimasi penggunaan sumber–sumber daya (termasuk waktu) dalam berbagai
aktivitas perusahaan. Sasaran lean adalah identifikasi dan eliminasi aktivitas–
aktivitas tidak bernilai tambah (pemborosan) atau yang biasa disebut waste
atau muda dalam bahasa Jepang. Pada tabel 2.3 berikut merupakan beberapa
contoh identifikasi muda.
Tabel 2.3. Contoh Identifikasi Muda atau Waste
Muda
Deskripsi
Root cause
Overproduction Memproduksi lebih daripada
ketiadaan komunikasi atau
kebutuhan pelanggan internal
informasi akan pemenuhan
dan eksternal, atau
kebutuhan pelanggan
memproduksi lebih cepat
internal dan eksternal
40
daripada kebutuhan pelanggan
Inventory
Kelebihan dari apa yang
Peralatan yang tidak andal,
dibutuhkan untuk memberikan aliran kerja yang tidak
service (produk) kepada
seimbang, pemasok yang
pelanggan, baik internal
tidak kapabel, permalan
maupun eksternal
kebutuhan yang tidak
akurat, ukuran batch yang
besar
Correction
Pemborosan yang timbul
Tidak adanya SOP yang
karena kita memperbaiki
benar, kurangnya sense of
kesalahan yang tidak
quality
terdekteksi dari awal
Over
Proses – proses tambahan atau Ketidak tepatan
processing
aktivitas yang kerja yang tidak penggunaan peralatan,
bernilai tambah atau tidak
pemeliharaan peralatan
efisien
yang jelek, proses kerja
parallel yang dibuat serial
Motion
Setiap pergerakan dari orang
Organisasi kerja yang
atau mesin yang tidak bernilai
jelek, tata letak yang jelek,
tambah
metode kerja yang tidak
konsisten
Waiting
Keterlambatan karena
Inkonsistensi metode kerja,
menunggu material, orang,
changeover yang lama
proses sebelumnya, atau hal –
hal dinamis lainnya yang
berimplikasi pada terbuangnya
waktu
41
transportation
Memindahkan material atau
Tata letak yang jelek,
orang dalam jarak yang sangat lokasi penyimpanan yang
jauh dari satu proses ke proses banyak dan saling
berikutnya yang dapat
berjauhan
mengakibatkan penanganan
,material bertambah
Sedangkan dari sisi kualitas, transportasi yang baik harus mendukung
terciptanya 8 rights tanpa membuat pemborosan. 8 rights yang dimaksud
adalah right material, right quantity, right time, right place, right source, right
price, right quality, dan right service.
Berdasarkan hal diatas, maka yang dimaksud dengan lean transportation
management system adalah sistem transportasi efektif dan terintegrasi untuk
menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value
added) produk (barang/jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan.
Transportasi seringkali menjadi kambing hitam dalam kelebihan inventory
dan biaya logistik. Manajemen transportasi sangat diperlukan dalam melihat
pemborosan–pemborosan yang mungkin tidak terlihat dalam alirannya. Empat
hukum lean transportasi seperti yang dijabarkan Linda Taylor (dari FedEx) dan
Robert Martichenko (LeanCor LLC), dapat menjelaskan bagaimana transportsi
menjdai optimal dan memberikan dampak yang positif kepada kinerja
organisasi. Hukum lean transportasi tersebut ialah sebagai berikut:
•
Hukum Lean Transportasi 1 – Hukum Pemborosan Transportasi
42
“Semua transportasi bukanlah pemborosan dan transportasi dapat
digunakan sebagai strategi, akan tetapi transportasi yang berlebihan dari
apa yang dibutuhkan adalah pemborosan dan harus dihilangkan”
•
Hukum Lean Transportasi 2 – Hukum Strategi Transportasi
“Strategi transportasi dan eksekusinya seharusnya mendukung strategi
inventory yang didesain untuk memenuhi harapan pelanggan. Inventory
dan strategi pelanggan seharusnya tidak menjadi hasil dari strategi
transportasi berdasarkan optimasi dari fungsi transportasi”
•
Hukum Lean Transportasi 3 – Hukum Manajemen Harian
“Pengurangan biaya transportasi tidak dapat diwujudkan melalui desain
jaringan transportasi yang jarang. Penghematan yang nyata hanya akan
terjadi dari menajemen harian dan optimisasi persyaratan variable
transportasi”
•
Hukum Lean Transportasi 4 – Hukum Kinerja Transportasi
“Pelayanan transportasi dibedakan dengan jelas dan kinerja yang
terukur”
Dengan adanya 4 hukum di atas, meskipun tidak mengikat akan bisa
menjadi acuan kita dalam mendesain konsep lean–transportation management
system.
43
2.5.
Sistem Milk-run
2.5.1. Sejarah Milk-run
Berawal dari masa lalu, petani susu di Eropa menampung susu di dalam
kaleng dan meletakkannya dipinggir jalan di depan rumah mereka. Kemudian
tukang pengumpul susu mengumpulkannya dan mengirimkan ke pabrik susu.
Hal ini yang kemudian dikenal dengan Milk-run. Dan berkembang menjadi
salah satu metode atau sistem transportasi dan distribusi yang banyak
diaplikasikan di dunia industri.
2.5.2. Pengertian Sistem Milk-run
Transportasi saat ini membutuhkan optimasi dalam hal waktu dan harga.
Cara pengangkutan atau rute pengiriman sering kali perlu untuk direncanakan
dan harus sistematis. Milk-run adalah metode yang sudah terbukti dan telah
teruji untuk mengoptimalisasikan sistem pengangkutan. Milk-run dapat
memecahkan masalah cara dan jadwal pengiriman berdasarkan sistem
transpotasi internal produksi dan gudang dalam industri otomatif dan
elektronik. Pada kondisi tertentu, Milk-run juga dapat mengoptimalkan sistem
pengangkutan.
Definisi Milk-run ialah salah satu konsep pengiriman yang maju yang dapat
memperbaiki sistem manajemen transportasi. Dengan sistem Milk-run
44
pengiriman dapat terjadi beberapa kali pengangkutan atau penurunan barang
pada lokasi yang berbeda dalam jadwal yang sama atau teratur.
Gambar 2.9. Aliran Supply Sebelum dan Sesudah Milk-run
Seperti pada gambar 2.9 diatas, pengiriman secara Milk-run dilakukan untuk
membawa barang dari satu lokasi ke beberapa tempat penerimaan, atau
membawa barang dari beberapa lokasi menuju satu tempat penerimaan, dengan
bantuan pihak ketiga yaitu Logistic Partner (LP). Penjadwalan pengiriman
secara Milk-run lebih rumit daripada penjadwalan pengiriman secara langsung.
Keputusan yang diambil harus berkaitan dengan kuantitas pengiriman yang
terdiri dari beberapa produk, volume produk, berkaitan dengan frekuensi
pengiriman, dan yang paling penting adalah penentuan rute dan urutan
pengambilan dan pengiriman. Harus ditentukan cycle issue dan loading pattern
yang tepat agar efisiensi pengiriman dapat optimal.
45
Milk-run menjadi sangat kompeten untuk kasus-kasus berikut :
1. Terdapat permintaan pengangkutan / pengiriman berkali-kali untuk
keadaan mendesak, karena itu perlu untuk mengoptimalkan sistem
pengiriman.
2. Ketika supplier menggunakan beberapa jenis kendaraan untuk mengirim
barang, maka dibutuhkan optimasi pengiriman.
3. Ketika part atau komponen otomatif / elektronik dari supplier butuh untuk
segera dikirimkan dengan berdasar pada just in time (JIT) ke arah supply
chain berikutnya.
Berikut ini adalah kasus-kasus umum yang menggunakan metode Milk-run:
1. Pada awal distribusi secara Milk-run dipergunakan, mungkin hanya
pengiriman atau pengangkutan barang secara kolektif.
2. Kemudian penentuan yang menjadi masalah pada supplier, seperti jarak,
biaya, prioritas pengiriman / pengangkutan, cycle time dari produk.
Dalam setiap poin pada jaringan distribusi, Milk-run bertugas untuk
mengoptimalkannya. Artinya, jika masalah yang dialami oleh supplier
adalah jarak, prioritas pengiriman / pengangkutan, maka ditentukan
dengan melihat condong kearah yang mana dan ditakar untuk
memutuskannya.
46
3. Proses akan terjadi secara terus-menerus sampai semua syarat terpenuhi.
Dengan mempertimbangkan truk yang sama tidak hanya untuk mengirim
tetapi juga untuk mengangkut barang, maka terdapat penambahan
variabel pada daftar yang sudah ada. Ketika semua variabel tersedia,
maka Milk-run adalah salah satu dari beberapa metode optimasi yang
telah teruji.
2.5.3. Keuntungan Sistem Milk-run
Keuntungan dari metode pengiriman ini adalah fakta bahwa efesiensi akan
terjadi pada cara pengangkutan dan biaya penerimaan produk dari supplier
akan berkurang karena tidak akan menghadapi banyaknya supplier yang datang
dan juga tidak membutuhkan lahan yang luas. Jika Economic Order Quantities
(EOQ) dibutuhkan untuk beberapa produk berbeda oleh lokasi penerimaan
lebih kecil dari besarnya muatan truk, Milk-run memberikan keleluasaan
adanya kombinasi dari beberapa produk sampai ditemukan cara agar sama
dengan besar muatan truk. Jika terdapat banyak lokasi penerimaan yang
membutuhkan jumlah produk yang sedikit, mereka bisa dilayani hanya dengan
sebuah truk saja.
Keuntungan dari sistem Milk-run:
•
Minimalisasi biaya, ketika jumlah dari sarana pengiriman untuk
permintaan yang sama bertambah, biaya juga akan meningkat.
47
•
Mengoptimalkan rute pengiriman akan diperlukan untuk meminimasi
biaya.
•
Mengurangi waktu dan jumlah pengiriman
•
Mudah untuk disesuaikan dan dilaksanakan pada semua sistem
pengiriman.
2.6
Produksi Tepat Waktu (Just In Time)
Produksi tepat waktu (Just-In-Time) Toyota merupakan suatu metode
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan
perubahan permintaan dengan membuat semua proses menghasilkan barang
yang diperlukan Syarat pertama untuk produksi JIT adalah membuat semua
proses mengetahui penetapan waktu yang tepat dan jumlah yang dibutuhkan.
Untuk memberitahukan pada semua proses mengenai penetapan waktu yang
diminta dan jumlah produksi suku cadang, Toyota menggunakana Kanban.
Apakah kanban itu ? Menurut buku pertama Yasuhiro Monden “Sistem
Produksi Toyota” Kanban adalah suatu alat untuk mencapai produksi JIT.
Kanban berupa suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil
berbentuk empat persegi panjang.
48
Gambar 2.10. Cycle Issue pada Kanban
Pada kanban, ditetapkan cycle issue pengiriman agar JIT dapat maksimal.
Pada gambar 2.10 diatas dijelaskan penggambaran tentang cycle issue, yang
pengertiannya yaitu interval waktu pengiriman part dalam satuan X, Y, Z
yang artinya untuk X ialah satuan hari, Y ialah satuan berapa kali pengiriman,
dan Z ialah satuan interval order.
49
2.7.
Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram sebab akibat, yang terkenal dengan istilah lain diagram tulang
ikan (fish-bone diagram), diperkenalkan pertama kalinya oleh Prof. Kouru
Ishikawa (Tokyo University) pada tahun 1943.
Kadang-kadang diagram ini disebut pula dengan diagram Ishikawa untuk
menghormati nama dari penemunya. Diagram ini berguna untuk menganalisa
dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan didalam
menentukan karakteristik kualitas output kerja. Disamping juga untuk
mencari penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam
hal ini metode sumbang saran (brainstorming method) akan cukup efektif
digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan
kerja secara detail.
Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas
hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 (lima) faktor
penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu:
•
Manusia (man)
•
Metode Kerja (work-method)
•
Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine/equipment)
•
Bahan-bahan baku (raw materials)
•
Lingkungan kerja (work environment)
50
Hubungan penyimpangan kualitas dengan faktor-faktor penyebab tersebut
dapat digambarkan dalam diagram 2.1 dibawah ini.
Mesin
Lokasi
Material
Metoda
SEBAB
AKIBAT
Diagram 2.1. Diagram Sebab-Akibat (Fish-bone Diagram)
Akibat (effect)
= Kualitas hasil kerja
Sebab (cause)
= Faktor-faktor yang secara signifikan memberikan
pengaruh dan mengakibatkan sesuatu pada kualitas
output kerja.
Diagram sebab-akibat ini sangat bermanfaat untuk mencari faktor-faktor
penyebab sedetail-detailnya dan mencari hubungannya dengan penyimpangan
kualitas kerja yang ditimbulkannya.
Download