1 BAB I PENDAHULUAN Pada masa kehamilan kadang ibu merasakan ketidaknyamanan, antara lain sering kencing, cloasma gravidarum, diare, odema, gatal-gatal, gusi berdarah, hemoroid, mengidam, kram pada kaki, konstipasi dan lain-lain. Pada bulan pertama kehamilan timbul gejala mual (nausea). Mual muntah dalam kehamilan diakibatkan peningkatan hormon estrogen dan Human Chorionik Gonadrotropin (HCG). Mual muntah dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan yang diikuti dengan timbulnya muntah (emesis). Mual muntah pada wanita hamil terjadi pada pagi hari dikenal dangan morning siknes. (Winkjosastro, 2007). Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terdapat pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejalagejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Winkjosastro, 2007). Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah kejaringan terlambat. Jika hal itu terjadi, maka konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan juga ikut barkurang. Kekurangan oksigen dan makanan ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mengurangi kesehatan ibu 2 dan perkembangan janin yang dikandungnya. Kasus semacam ini memerlukan penanganan yang serius (Hidayati, 2009). Hiperemesis gravidarum dapat menimbulkan dampak psikologis berupa kecemasan, rasa bersalah dan marah jika gejala mual dan muntah semakin memberat. Selain itu dapat terjadi konflik antara ketergantungan terhadap pasangan dan kehilangan kontrol jika wanita sampai berhenti bekerja. Kontak dengan orang lain juga berubah karena wanita mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Hal ini dapat menimbulkan perasaan terisolasi dan kesendirian. Pernyataan ini di dukung oleh studi yang dilakukan oleh Steele, et al. (dalam Runiari, 2010 hal 61) yang menyatakan bahwa satu dari tiga wanita dengan mual dan muntah mengalami stres dan perpecahan dalam keluarga, gangguan emosional dan gangguan fungsi sosial. Hal ini terjadi pada wanita yang bekerja di mana hampir 50% mengalami penurunan efisiensi kerja dan 25% membutuhkan waktu untuk istirahat bekerja. Stres dianggap sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum dimana stres ini merupakan bentuk psikologik yang memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Kondisi rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup (Mitayani, 2009). 3 Berdasarkan perkiraan organisasi kesehataan dunia World Health Organization (WHO) hampir semua (98%) dari Lima juta kematian neonatal terjadi di Negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada priode neonatal dini. Umumnya terjadi karena Hiperemesis Gravidarum yang menyebabkan Berat Badan lahir kurang dari 2500 gram. Menurut WHO 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan hampir semua terjadi di Negara berkembang (Dinkes, 2009). Angka kematian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah denan daerah yang lain, yaitu berkisar antara 9-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan target rentang 2,1-17,2%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang di tetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7% (Pantiawati, 2010). Salah satu dampak dari Hiperemesis Gravidarum di Provinsi Aceh pada tahun 2009 adalah BBLR dengan presentase 0,56% dari jumlah kelahiran hidup yang ditimbang sedangkan pada tahun 2008 adalah 0,49%. Kehamilan merupakan hal yang fisiologi. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksi dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin hamil muda. Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaaan bahaya (Kusmiyati, 2008). Pada ibu hamil, terutama pada trimester I sering timbul gejala mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) merupakan gejala yang wajar. Biasanya terjadi pada 4 pagi hari (morning sickness), tetapi dapat pula timbul pada saat siang dan malam. Perasaan mual terjadi karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah ini terjadi 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu dari seribu wanita hamil gejala-gejala ini menjadi lebih berat yang disebut hipermesis gravidarum (Prawirohardjo, 2007). Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Manuaba, 2004). Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidras. sehingga cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Mual dan muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim. Pada tingkat yang lebih berat hiperemesis dapat mengancam jiwa ibu dan janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan. (Winkjasastro, 2005). Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur dengan penanganan yang baik hiperemesis dapat teratasi dengan memuaskan. (Prawirohardjo, 2007). Penyebab hiperemesis gravidum belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan anatonik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekuranagan vitamin. Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada mola hidatidosa, diabetes dan 5 kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahaan metabolik, faktor psikologis keretakkan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi pagi 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Mual muntah biasanya terjadi pada pagi hari. Rasa mual biasanya mulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan ke empat, namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya sampai 9 bulan (Khaidirmuhaj, 2009). Beberapa dampak lain dari terjaadinya kondisi hiperemesis gravidarum pada wanita hamil menurut Mochtar (2001) yaitu dapat terjadi pendarahan berupa bercak pada otak, pendarahan sub endokardial pada jantung, pucat-degenerasi pada tubuli kontorti ginjal dan kemungkinan adanya hepar pada tingkat ringan. Penanganan yang dapat dilakukan pada kondisi tersebut salah satunya dengan cara memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan rasa takut dan menghilangkan faktor psikis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara diketahui bahwa jumlah ibu hamil sebanyak 42 orang dan mengalami hiperemesis sebanyak 14 orang (33,3). Ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum rata-rata tidak mengetahui tentang hiperemesis dan memiliki sikap yang berbeda-beda tentang hiperemesis garavidarum. Berdasarkan hasil wawancara kepada 5 orang terdapat 2 diantaranya 6 mengalami hiperemesis gravidarum dan 3 diantaranya tidak mengalami hiperemesis. Keadaan hiperemesis terkait dengan pengetahuan dari ibu hamil. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik ingin meneliti dengan judul “Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara”. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara.? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 2. Hubungan antara sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 7 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kejadian hiperemesis gravidarum. b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan pada penulisan yang akan datang tentang hal-hal yang berkaitan dengan hiperemesis gravidarum 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. 9 2.1.2. Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan 2.1.3. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat 10 menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek 2.2. Sikap 2.2.1. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek, sehingga manifestasi sikap tidak langsung dapat 11 dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan (Notoadmojo, 2003). Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. 2.2.2. Tingkatan Sikap 1. Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap tingkat dua. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Azwar, 2005). 2.2.3. Komponen Pokok Sikap Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (Affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang 12 menyangkut aspek emosional dan komponen konatif yang merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang (Azwar, 2005). 2.2.4. Interaksi Komponen-Komponen Sikap Menurut Azwar (2005), para ahli psikologi sosial banyak yang beranggapan bahwa ketiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapan dengan satu obyek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan sikap yang beragam. Dan apabila salah satu saja diantara komponen sikap (cognitive, affective, conative) tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Prinsip ini banyak dimanfaatkan dalam manipulasi sikap guna mengalihkan bentuk sikap tertentu menjadi bentuk yang lain, yaitu dengan memberikan informasi berbeda mengenai objek sikap yang dapat menimbulkan inkonsistensi antara komponen-komponen sikap pada diri seseorang. 2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap, sebagaimana yang diungkapkan oleh Azwar (2005) dalam bukunya Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya yaitu dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap antara lain : 13 1. Pengalaman pribadi Hal-hal yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus. Pengalaman pribadi yang memberik kesan kuat merupakan dasar pembentukan sikap (Azwar, 2005). 2. Pengaruh lingkungan sosial Individu cenderung untuk memiliki sikap searah dengan orang-orang yang berpengaruh terhadap dirinya, hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk bergabung dan menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting (Azwar, 2005). 3. Pengaruh kebudayaan Pengaruh kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar (Azwar, 2005). 4. Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan dan kepercayaan individu. Informasi baru yang disampaikan memberi landasan kognitif baru, pesan sugestif yang kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu (Azwar, 2005). Media audiovisual secara psikis dapat menggelorakan dorongan seksual (Sakti dan Kusuma, 2006). 5. Institusi, atau lembaga pendidikan dan lembaga agama Di dalam kedua lembaga tersebut meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara 14 sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya (Azwar, 2005). 6. Jenis kelamin Jenis kelamin akan menentukan sikap seseorang, karena reproduksi dan hormonal berbeda, yang diikuti perbedaan proses fisiologi tubuh. Kadar hormon testosteron laki-laki lebih tinggi dibanding wanita, tetapi wanita lebih sensitif terhadap hormon testosteron (Sakti dan Kusuma, 2006). 7. Pengetahuan Sikap seseorang terhadap suatu obyek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan (Walgito, 2003). 8. Faktor emosi dalam individu (Azwar, 2005). 2.2.6. Ciri-ciri Sikap 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari. 2. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. 4. Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan suatu hal. 5. Sikap mempunyai segi-Segi motivasi dan segi-segi perasaan (Azwar, 2005). 15 2.2.7. Sifat Sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2005). 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. 2.2.8. Cara Pengukuran Sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoadmojo, 2003). 2.3. Hiperemesis Gravidarum 2.3.1. Pengertian Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari sehingga keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2008). Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana wanita tidak dapat menyesuaikan dengan keadaan mual dan muntah yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I, sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo, 2005). Hiperemesis Gravidarum 16 adalah keadaan dimana seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan yang diminum sehingga berat badan sangat turun, turgor kulit kurang, timbul aseton dalam kencing (Manuaba, 2008). 2.3.2. Etiologi Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang telah ditemukan yaitu : a. Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. b. Masuknya vili kharialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini merupakan faktor organik c. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak. d. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, serta takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 2.3.3. Patologi a. Hati Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi lemak tanpa nekronis, degenerasi lemak tersebut terletak sentrilobuler. 17 b. Jantung Jantung menjadi lebih kecil dari pada biasanya dan beratnya atrofi, ini sejalan dengan lamanya penyakit. c. Otak Ada kalanya terdapat bercak-bercak pendarahan pada otak dan kelainan seperti pada ensefalopati wernicle dapat dijumpai. d. Ginjal Ginjal tampak pucat dan generasi lemak dapat ditemukan pada tabulikonturti. 2.3.4. Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum, menurut berat ringannya dapat dibagi kedalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu : a. Tingkat I Mual terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium, nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung. b. Tingkat II Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik, berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darah turun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton tercium dalam hawa 18 pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing. c. Tingkat III Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat tensi menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati werniele, dengan gejala : nistagmus, dipolpia dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. 2.3.5. Diagnosa Diagnosas Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan. 2.3.6. Penatalaksanaan a. Obat-obatan Sedativa yang siring diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan seperti dramamin, ovamin pada keadaan lebih kuat diberikan antimetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin. 19 b. Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita. Sampai muntah berhenti dan penderita mau makan, tidak diberikan makan atau minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. c. Terapi Psikologik Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. d. Cairan Parenteral Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. e. Penghentian kehamilan Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium, kebutuhan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan diantaranya : keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandungan 20 1. Gangguan kejiwaan a. Delirium b. Apatis, nsomnolen nsampai koma c. Terjadi gangguan jiwa ensepalopati wernicle 2. Ganggua penglihatan a. Pendarahan retina b. Kemunduran penglihatan 3. Gangguan fatal a. Hati dalam bentu ikterus b. Ginjal dalam bentuk anuria c. Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat d. Tekanan darah menurun 2.3.7. Diet Hiperemesis Gravidarum a. Tujuan Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. b. Syarat Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah: 1. Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total 2. Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total 3. Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total 21 4. Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari 5. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil 6. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam 7. Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien c. Macam-macam Diet Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu: 1. Diet Hiperemesis I Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama. 2. Diet Hiperemesis II Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. 22 3. Diet Hiperemesis III Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat. a. Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah : 1. Roti panggang, biskuit, crackers 2. Buah segar dan sari buah 3. Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirup, kaldu tidak berlemak, teh dan kopi encer b. Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan. 2.4. Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent Pengetahuan Kejadian Hiperemesis Sikap Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian 23 2.4. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onang Kabupaten Padang Lawas Utara. 2. Terdapat hubungan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onang Kabupaten Padang Lawas Utara. 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yang diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni sampai Juli 2015 yaitu mulai melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester I Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara yang berjumlah 42 orang. 24 25 3.3.2. Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel yaitu sebesar 42 orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 3.5. Variabel dan Definisi Operasional 1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara tentang hiperemesis gravidarum. Kategori Tingkat Pengetahuan : 0. Baik 1. Buruk Pengukuran variabel tingkat pengetahuan disusun 10 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1 )” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 0. Baik, jika responden memperoleh skor > 50% dari total yaitu 6-10 26 1. Buruk, jika responden memperoleh skor ≤ 50% dari total yaitu 1-5 2. Sikap adalah suatu reaksi atau tanggapan ibu hamil terhadap hiperemesis gravidarum. Kategori Sikap : 0. Positif 1. Negatif Pengukuran variabel dikap disusun 6 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1 )” dan ” tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 0. Positif, jika responden memperoleh skor > 50% dari total yaitu 4-6 1. Negatif, jika responden memperoleh skor ≤ 50% dari total yaitu 1-3 3.6. Metode Pengukuran Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Pengetahuan Sikap Hiperemesis gravidarum Cara dan Alat Ukur Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner) Skala Ukur Ordinal Ordinal Ordinal Hasil Ukur 0. 1. 0. 1. 0. 1. Baik Tidak baik Positif Negatif Tidak Hiperemesis Hiperemesis 27 3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel pengetahuan, sikap dan kejadian hiperemesis. 3.7.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan. . . 28 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Pasar Matador terletak di Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki areal perkebunan dan pertanian. Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara memili luas 22.229 m2. 4.2. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur dan pendidikan dan dapat dilihat dibawah ini : 4.2.1. Umur Responden di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara No Umur 1 < 20 tahun dan > 35 tahun 2 20-35 tahun Jumlah f 19 23 42 % 45,2 54,8 100,0 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas dengan umur 20-35 tahun sebanyak 23 orang (54,8%) dan minoritas dengan umur < 2o tahun dan > 35 tahun sebanyak 19 orang (45,2%). 29 4.2.2. Pendidikan Responden di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara No Pendidikan 1 SMP 2 SMA Jumlah f 18 24 42 % 42,9 57,1 100,0 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pendidikan responden mayoritas dengan pendidikan SMA sebanyak 23 orang (54,8%) dan minoritas dengan pendidikan SMP sebanyak 24 orang (45,2%). 4.3. Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan, sikap dan hiperemesis gravidarum. 4.3.1. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hiperemesis Gravidarum Untuk melihat pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Tabel 4.3 : Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hiperemis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara No Pengetahuan 1 Baik 2 Buruk Jumlah f 21 21 42 % 50,0 50,0 100,0 30 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas mayoritas dengan baik sebanyak 21 orang (50,0%) dan minoritas buruk sebanyak 21 orang (50,0%). 4.3.2. Sikap Ibu Hamil tentang Hiperemesis Gravidarum Untuk melihat sikap ibu hamil tentang hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Tabel 4.4 : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil tentang Hiperemis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara No Sikap 1 Positif 2 Negatif Jumlah f 26 16 42 % 61,9 38,1 100,0 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sikap ibu hamil tentang hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara mayoritas dengan positif sebanyak 26 orang (50,0%) dan minoritas negatif sebanyak 16 orang (38,1%). 4.3.3. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Untuk melihat kejadian hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Tabel 4.5 : 31 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara No Kejadian 1 Tidak Hiperemesis 2 Hiperemesis Jumlah f 28 14 42 % 66,7 33,3 100,0 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kejadian hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara mayoritas dengan tidak hiperemesis sebanyak 28 orang (50,0%) dan minoritas hiperemesis sebanyak 14 orang (33,3%). 4.4. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemesis gravidarum dapat dilihat dibawah ini : 4.4.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hiperemis Gravidarum Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara Untuk melihat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Tabel 4.6 : Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara No Pengetahuan Baik Buruk Hiperemesis Tidak Hiperemesis Hiperemesis n % n % 19 90,5 2 9,5 9 42,9 12 57,1 Total N 21 21 % 100,0 100,0 P value 0,003 32 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 21 orang dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis gravidarum dengan kategori baik di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 19 orang (90,5%) dan hiperemesis sebanyak 2 orang (9,5%). Sedangkan dari 21 orang dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis gravidarum kategori buruk di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 9 orang (42,9%) dan hiperemesis sebanyak 12 orang (57,1%). Kemudian berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa nilai p=0,003 < α= 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 4.4.2. Hubungan Sikap Ibu Hamil tentang Hiperemis Gravidarum Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara Untuk melihat hubungan sikap ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Tabel 4.7 : Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara No Sikap 1 2 Positif Negatif Hiperemesis Tidak Hiperemesis Hiperemesis n % n % 23 88,5 3 11,5 5 31,2 11 68,8 Total N % 26 100,0 16 100,0 P value 0,000 33 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 26 orang dengan sikap ibu hamil tentang hiperemis gravidarum dengan kategori positif di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 23 orang (88,5%) dan hiperemesis sebanyak 3 orang (11,5%). Sedangkan dari 16 orang dengan sikap ibu hamil tentang hiperemis gravidarum kategori negatif di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 5 orang (31,2%) dan hiperemesis sebanyak 11 orang (68,8%). Kemudian berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa nilai p=0,001 < α= 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 34 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hiperemis Gravidarum dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara Hasil penelitian diperoleh bahwa bahwa dari 21 orang dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis gravidarum dengan kategori baik di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 19 orang (90,5%) dan hiperemesis sebanyak 2 orang (9,5%). Sedangkan dari 21 orang dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemis gravidarum kategori buruk di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 9 orang (42,9%) dan hiperemesis sebanyak 12 orang (57,1%). Kemudian berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa nilai p=0,003 < α= 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. Mengacu pada hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan hiperemesis gravidarum akan semakin menurunkan kejadian hiperemesis gravidarum. Pengetahuan ibu hamil perlu ditingkatkan lagi tentang hiperemesis gravidarum dan yang haus perlu diketahui bahwa salah satu perubahan fisiologis selama kehamilan adalah perubahan hormonal, pada trimester pertama segera setelah 35 konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh meningkat, kondisi tersebut dapat menyebabkan mual muntah yang disebut dengan emesis gravidarum. Mual muntah ini umumnya timbul pada pagi hari sehingga sering disebut morning sicknes. Hal ini ditandai dengan munculnya rasa mual berlebihan yang kemudian menyebabkan ibu tak mampu melawan rasa mual tersebut lalu dimuntahkan. Sebagian keluhan mual-mual dan muntah-muntah ini sangat wajar sehingga gangguan selama kehamilan ini dianggap sangat normal bahkan ada yang menjuluki sebagai “bawaan si bayi”. Walaupun ketidaknyamanan yang umum seperti mual muntah dalam kehamilan tidak mengancam keselamatan jiwa namun hal ini sangat tidak nyaman dan menyulitkan bagi ibu dan kalau terjadi berlebihan akan mengganggu aktivitas ibu dan bisa menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. Menurut Surono (1997) pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali, tetapi ketidak tahuan juga membahayakan. Pengetahuan tentang penyimpangan perilaku seksual yang hanya setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba-coba, tapi juga bisa menimbulkan salah persepsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Triasdespiona (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan dalam kategori baik 46% (14 orang), 32% (10 orang) dalam kategori cukup, 19% (6 orang) pengetahuannya kurang dan pengetahuannya tidak baik 3% (1 orang). Dari hasil analisis Spearman rank, didapatkan t hitung > harga t tabel, artinya ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara mengatasi mual muntah 36 pada kehamilan. Untuk itu disarankan pada intitusi rumah sakit agar tetap memberikan penyuluhan tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan. 5.2. Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemis Gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 26 orang dengan sikap ibu hamil tentang hiperemis gravidarum dengan kategori positif di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 23 orang (88,5%) dan hiperemesis sebanyak 3 orang (11,5%). Sedangkan dari 16 orang dengan sikap ibu hamil tentang hiperemis gravidarum kategori negatif di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat tidak hiperemesis sebanyak 5 orang (31,2%) dan hiperemesis sebanyak 11 orang (68,8%). Kemudian berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa nilai p=0,001 < α= 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu hamil dengan hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang berikap negatif perlu meingkatkan sikap kearah yang positif sehingga responden dapat mengatasi hiperemesis gravidarum. Pada penelitian ini perlu pelaksanaan penyuluhan kepada ibu hamil bahwa perlu bersikap positif terhadap kejadian hiperemesis gravidarum. 37 Ibu hamil yang sudah bersikap positif, harus dipertahankan sikap positif tersebut agar tercermin pada perilaku yang baik. Sedangkan ibu hamil yang negatif perlu di antisipasi, agar masalah hiperemesis tidak berakibat lebih buruk. Oleh karena itu ibu hamil perlu disadarkan akan pentingnya bersikap positif terhadap hiperemesis sehingga kehamilannya bertumbuh dan berkembang dengan sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian Triasdespiona (2013) menunjukkan bahwa sikap ibu hamil sebagian besar 58% (18 orang) ibu hamil memiliki sikap positif tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan, dan sisanya 42% (13 orang) memiliki sikap negatif. Dari hasil analisis Spearman rank, didapatkan t hitung > harga t tabel, artinya ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan. Untuk itu disarankan pada intitusi rumah sakit agar tetap memberikan penyuluhan tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan. 38 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan kejadian hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 2. Terdapat hubungan sikap ibu hamil dengan kejadian hiperemis gravidarum di Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara. 6.2. Saran 1. Kepada Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara untuk meningkatkan pengetahuan tentang hiperemesis gravidarum. 2. Kepada Desa Pasar Matador Kecamatan Batang Onan Kabupaten Padang Lawas Utara untuk meningkatkan sikap tentang hiperemesis gravidarum. 39 DAFTAR PUSTAKA Bearinger, L. H., Sieving, R. F., Ferguson, J., & Sharma, V. Global perspective on the sexual and reproductive health of adolescent: Patterns, prevention, and potensial. Lancet 2007. Burgess V, Dziegielewski SF, Green CE. Improving Comfort about Sex Communication between Parents and Their Adolescents: Practice-Based Research within A Teen Sexuality Group. Brief Treatment and Crisis Intervention. 2005; 5:379-390. Calhoun, Acocella. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Terjemahan oleh Satmoko. Semarang: IKIP Semarang. Dariyo, Agoes. 2004. Perkembangan Remaja. Bogor. PT. Ghalia Indonesia. Daryanto, Tiffany. 2009. Hubungan antara Religius dengan Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa Indekost di Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: Universitas Negeri Malang. Departemen Kesehatan RI. Asuhan kesehatan reproduksi pada remaja.Jakarta:Buletin Departemen Kesehatan RI; 2003 Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Eisenberg, M. E., Sieving, R. E., Bearinger, L. H., Swain, C., & Resnick, M. D. Parents’ communication with adolescents about sexual behavior: A missed opportunity for prevention? J Youth Adolescence 2006. Erwin J., Skripsiadi. 2005. Pendidikan Dasar Seks untuk Anak. Yogyakarta: Curiosita. Gunarsa, Singgih. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hurlock. E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 39 40 Hurlock. E. B. 1993. Perkembangan Anak: Jilid 2. Jakarta: Erlangga. http://tumplung.blogspot.com/2009/02/sungguh-mencengangkan-dan html di akses tanggal 12 April 2010 mengerikan. http://news.okezone.com/read/2009/12/29/340/289247/340/video-mesum-di-tengahladang-goyang-blitar. Diakses 24 Maret 2010 Ira Titisari, 2013, Hubungan Pengetahuan Remaja Usia 17-20 Tahun Tentang Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Berpacaran Sehat Di Kelas Iii Smk 2 Pawyatan Dhaha Kediri, Prodi Kebidanan Kediri. Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Remaja. Bandung. PT. Bandar Maju. Kirby D, Miller BC. Intervention Designed to Promote Parent-Teen Communication about Sexuality. New Direction for Child and Adolescent Development. 2002; 97. Marcovitz, H. The gallup youth survey. In Mayor issues and trends teens & sex. Stockton, New Jersey 2007: Mason Crest Publisher. Manuaba,IBG. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arca; 2002 Martino, S. C., Elliott, M.N., Corona, R., Kanouse, D.E. & Schuster, M.A. Beyond the “big talk’: The roles of breadth and repetition in parent-adolescent communication about sexual. Pediatrics 2008, 121, 612 Mufidah, Lilik. 2008. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Pranikah Siswa SMKN 2 di Kota Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UIN Malang. Nasria. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2002. Notoadmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. ____________ , 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta. Nuranti Alifah, 2, Hubungan antara Komunikasi Orangtua – Remaja dengan Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah di SMA Kabupaten Purworejo, Tesis, Program Pascasarjana, FK UGM, Yogyakarta. 41 Papalia, Diane E, Sally Wendkos & Ruth Duskin F. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan): Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Putri F.A, 2012, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah Pada Remaja SMA di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu. Qomariah,dkk. Infeksi Saluran Reproduksi Pada Wanita. Jakarta : BKKBN; 2001. Rabita. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang perawatan alat genitalia eksterna. (skripsi). Medan; 2010. Rachman W.A, 2008, Analisis Ketahanan Keluarga dalam Perilaku Seks Pranikah Remaja (Studi Kasus di Kota Ambon), Dosen FKM Universitas Hasanuddin Makassar, Jurnal Ilmiah Sinergi IPTEKS, LP3M Universitas Islam Makassar. Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Safarino. 1997. Biofeedback interactionivrea. it/thesis. in Education Entertainment, http://www. Safitri Erlina, 2007, Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Remaja, Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Sarwono, Sarlito. W & Ami Siamsidar. 1986. Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Seks, Jakarta: CV Rajawali. Sarwono. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press. Setiawati, Dermawan, 2008. Pendidikan Kesehatan. Trans info Media, Jakarta. Selvia Febriani, 2013, Kesehatan Reproduksi Remaja, Media Belajar Kesehatan Reproduksi Remaja SMA. Diundah dari : //kesehatanreproduksiremaja. wordpress.com/category/kegiatan-belajar-3/c-perilaku-seksual-menyimpang. Tanggal 12-10-2015. Simanjuntak, B & Pasaribu, L.I. 1986. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito. 42 Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius. Susanti, Dini. 2002. Kontrol Diri dalam Perilaku Seks Pranikah MahasiswaUIIS Malang, Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UIIS Malang. Tanjung, A.et'al., 2001, Kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan Reproduksi Remaja. (online), (http://www/pkbi.or.id diakses 6 Agustus 2006). Triasdespiona, 2013. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Cara Mengatasi Mual Muntah Pada Kehamilan Di Poli Hamil Rsx Uin, 2013, Hubungan antara Komunikasi Orang Tua-Anak Mengenai Seksualitas dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seks Pranikah, Tesis, UIN, Malang, http://lib.uin-malang.ac.id /files /thesis/fullchapter/06410008.pdf Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi. Widayanto, Arif. 2005. Studi Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa SMA Katolik Diponegoro Blitar. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UMM Malang Wiendijarti I, 2011, Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak dalam Pendidikan Seksual Remaja, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional ’Veteran’Yogyakarta, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 9, Nomor 3, September-Desember 2011 Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 43 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS DI DESA PASAR MATADOR KECAMATAN BATANG ONANG KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA A. Indentitas Responden 1. Nomor 2. Umur 3. Jenis Kelamin : ……………. : ……………. : ……………. B. Pengetahuan Tentang Hiperemesis Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara dibawah ini. 1. Ibu yang hamil muda sering mengalami keluhan? a. Susah buang air kecil b. Mual muntah pada pagi hari c. Susah buang air besar 2. Pengertian dari emesis gravidarum? a. Mual muntah saat hamil b. Mual dan muntah c. Ngidadam 3. Bagaimana cara mengatasi mual dan muntah pada istri yang sedang hamil? a. Menyarankan istri untuk berolah raga setiap sore b. Menyaran istri untuk melakukan pekerjaan rumah c. Menyarankan istri saat bangun tidur untuk duduk sebentar 4. Mual muntah pada ibu hamil biasanya terjadi pada kehamilan? a. 7 bulan b. 9 bulan c. < 4 bulan 5. Penyebab mual muntah pada ibu hamil? a. Pengaruh perubahan hormonal pada ibu b. Makan terlalu banyak c. Terlalu capek 44 6. Pola makan pada ibu hamil dengan mual muntah? b. Sedikit tetapi sering c. Banyak tetapi sering d. Tidak ada aturan 7. Makanan bagaimana yang tidak dianjurkan pada ibu hamil yang mual muntah? a. Makanan yang berlemak dan berminyak b. Makanan yang segar c. Makanan yang berasa 8. Pengobatan tradisional apakah yang dapat mengurangi mual muntah? b. Minum kopi c. Memakan jahe segar d. Minum jamu 9. Jenis makanan apa saja yang dapat menghambat mual muntah? a. Berminyak b. Berlemak c. Buah dan sayur yang segar 10. Kondisi ibu mual muntah yang seperti apakah yang harus rawat di rumah sakit a. Nafsu makan berkurang b. Muntah berlangsung terus menerus sampai lidah kering c. Kesadarannya mulai terganggu C. SIKAP Pernyataan 1. Untuk mengatasi mual muntah, makan dengan porsi kecil tapi sering. 2. Menghindari aroma yang menyengat seperti parfum, makanan, asap rokok, dapat menghindari terjadinya mual dan muntah. 3. Makan-makanan yang berlemak dapat mencegah mual muntah yang berlebihan 4. Apabila mual muntah sebaiknya diberi minum kopi 5. Apabila mual muntah sebaiknya diberi minum air hangat 6. Apabila mual muntah harus sering di bawa berolah raga Setuju Tidak Setuju 45 D. Hiperemesis Gravidarum 1. Apakah ibu mengalami hiperemesis? a. Ya b. Tidak 46 MASTER DATA PENELITIAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Umur 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 Pendidikan 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 2 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 3 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 Pengetahuan 4 5 6 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 7 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 8 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 9 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 10 PTOT 0 3 1 6 1 7 0 6 1 7 1 7 1 5 0 7 0 4 1 6 0 5 1 6 0 5 0 4 1 6 0 4 1 7 0 2 0 5 1 7 0 6 1 7 0 5 1 6 0 2 1 7 0 6 0 2 0 5 1 5 1 4 0 4 0 5 1 6 PK 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 47 35 36 37 38 39 40 41 42 1 1 0 1 0 0 1 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 2 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 Sikap 3 4 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 6 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 STOT 2 3 3 4 4 5 2 3 4 4 5 3 2 3 5 4 4 1 4 4 3 5 3 4 5 4 4 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 ST 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 6 6 6 2 7 6 2 5 Hiperemesis Gravidarum 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 48 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 2 4 2 4 4 4 5 3 5 4 2 4 3 2 4 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 49 Frequencies Umur Valid < 20 tahun - > 35 tahun 20-35 tahun Total Frequency Percent 19 45.2 23 42 54.8 100.0 Valid Percent 45.2 Cumulative Percent 45.2 54.8 100.0 100.0 Pendidikan Valid SD SMP Total Frequency 18 24 42 Percent 42.9 57.1 100.0 Valid Percent 42.9 57.1 100.0 Cumulative Percent 42.9 100.0 p1 Valid 0 1 Total Frequency 20 22 42 Percent 47.6 52.4 100.0 Valid Percent 47.6 52.4 100.0 Cumulative Percent 47.6 100.0 p2 Valid 0 1 Total Frequency 25 17 42 Percent 59.5 40.5 100.0 Valid Percent 59.5 40.5 100.0 Cumulative Percent 59.5 100.0 50 p3 Valid 0 1 Total Frequency 21 21 42 Percent 50.0 50.0 100.0 Valid Percent 50.0 50.0 100.0 Cumulative Percent 50.0 100.0 p4 Valid 0 1 Total Frequency 20 22 42 Percent 47.6 52.4 100.0 Valid Percent 47.6 52.4 100.0 Cumulative Percent 47.6 100.0 p5 Valid 0 1 Total Frequency 20 22 42 Percent 47.6 52.4 100.0 Valid Percent 47.6 52.4 100.0 Cumulative Percent 47.6 100.0 p6 Valid 0 1 Total Frequency 19 23 42 Percent 45.2 54.8 100.0 Valid Percent 45.2 54.8 100.0 Cumulative Percent 45.2 100.0 p7 Valid 0 1 Total Frequency 21 21 42 Percent 50.0 50.0 100.0 Valid Percent 50.0 50.0 100.0 Cumulative Percent 50.0 100.0 51 p8 Valid 0 1 Total Frequency 17 25 42 Percent 40.5 59.5 100.0 Valid Percent 40.5 59.5 100.0 Cumulative Percent 40.5 100.0 p9 Valid 0 1 Total Frequency 15 27 42 Percent 35.7 64.3 100.0 Valid Percent 35.7 64.3 100.0 Cumulative Percent 35.7 100.0 p10 Valid 0 1 Total Frequency 23 19 42 Percent 54.8 45.2 100.0 Valid Percent 54.8 45.2 100.0 Cumulative Percent 54.8 100.0 Pengetahuan Valid Baik Buruk Total Frequency 21 21 42 Percent 50.0 50.0 100.0 Valid Percent 50.0 50.0 100.0 Cumulative Percent 50.0 100.0 s1 Valid 0 1 Total Frequency 20 22 42 Percent 47.6 52.4 100.0 Valid Percent 47.6 52.4 100.0 Cumulative Percent 47.6 100.0 52 s2 Valid 0 1 Total Frequency 17 25 42 Percent 40.5 59.5 100.0 Valid Percent 40.5 59.5 100.0 Cumulative Percent 40.5 100.0 s3 Valid 0 1 Total Frequency 17 25 42 Percent 40.5 59.5 100.0 Valid Percent 40.5 59.5 100.0 Cumulative Percent 40.5 100.0 s4 Valid 0 1 Total Frequency 19 23 42 Percent 45.2 54.8 100.0 Valid Percent 45.2 54.8 100.0 Cumulative Percent 45.2 100.0 s5 Valid 0 1 Total Frequency 17 25 42 Percent 40.5 59.5 100.0 Valid Percent 40.5 59.5 100.0 Cumulative Percent 40.5 100.0 s6 Valid 0 1 Total Frequency 15 27 42 Percent 35.7 64.3 100.0 Valid Percent 35.7 64.3 100.0 Cumulative Percent 35.7 100.0 53 Sikap Valid Positif Negatif Total Frequency 26 16 42 Percent 61.9 38.1 100.0 Valid Percent 61.9 38.1 100.0 Cumulative Percent 61.9 100.0 Hiperemesis Valid Tidak Hiperemesis Hiperemesis Total Frequency 28 14 42 Percent Valid Percent 66.7 66.7 33.3 33.3 100.0 100.0 Cumulative Percent 66.7 100.0 54 Crosstabs Pengetahuan * Hiperemesis Crosstab Pengetahuan Baik Total Count Expected Count % within Pengetahuan Buruk Count Expected Count % within Pengetahuan Count Expected Count % within Pengetahuan Hiperemesis Tidak Hiperemesis Hiperemesis 19 2 14.0 7.0 90.5% 9.5% Total 21 21.0 100.0% 9 14.0 42.9% 12 7.0 57.1% 21 21.0 100.0% 28 28.0 66.7% 14 14.0 33.3% 42 42.0 100.0% Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value df (2-sided) a 10.714 1 .001 8.679 1 .003 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio 11.576 1 .001 Fisher's Exact Test .003 .001 Linear-by-Linear 10.459 1 .001 Association N of Valid Cases 42 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00. b. Computed only for a 2x2 table 55 Sikap * Hiperemesis Crosstab Sikap Positif Negatif Total Count Expected Count % within Sikap Count Expected Count % within Sikap Count Expected Count % within Sikap Hiperemesis Tidak Hiperemesis Hiperemesis 23 3 17.3 8.7 88.5% 11.5% 5 11 10.7 5.3 31.3% 68.8% 28 14 28.0 14.0 66.7% 33.3% Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value df (2-sided) a 14.589 1 .000 12.128 1 .000 Exact Sig. (2-sided) Total 26 26.0 100.0% 16 16.0 100.0% 42 42.0 100.0% Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio 14.996 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear 14.242 1 .000 Association N of Valid Cases 42 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33. b. Computed only for a 2x2 table 56 ABSTRAK Perilaku seks pranikah pada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya tergolong tinggi sebesar 32,8%. Keadaan ini terkait dengan dan Kontrol diri yang lemah dan gaya hidup berisiko siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kontrol diri dan gaya hidup siswa dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 2 Ketanjo Raya kelas X yang berjumlah 106 orang. Sampel sebanyak 106 orang, diambil dengan teknik total sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan uji chi square pada α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kontrol diri dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya dan terdapat hubungan gaya hidup siswa dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya Disarankan kepada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya untuk meningkatkan kontrol diri dan mampu menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial dan kepada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya untuk meningkatkan gaya hidup tidak berisiko terhadap perilaku seksual sehingga perilaku seksual pada siswa menurun. \ Kata Kunci : Kontrol Diri, Gaya Hidup, Perilaku Seks HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANGTUA DAN ANAK SERTA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH 57 DI SMA PRAYATNA MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh RIA ANGGRAINI 1170321 AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA MEDAN 2015