BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan
teknologi kedokteran khususnya dalam bidang pemakaian alat medis. Rumah
Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mengedepankan
peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat
dengan tanpa mengabaikan
upaya dan keselamatan kerja (K3) dalam pemakaian alat medis, untuk
mendapatkan alat medis yang laik pakai, maka diperlukan manajemen peralatan
medis yang sesuai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan
:
Perencanaan,
pengorganisasian,
menggerakan,
dan
poengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumbersumber lain (Terry, 1986 ). Stoner, (1982) mengemukakan bahwa manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu
didukung dengan peralatan yang selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat
difungsikan dengan baik. Derajat kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan
1
2
melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas, salah satunya melalui upaya
penyediaan alat kesehatan yang baik, aman dan laik pakai. Agar peralatan
kesehatan selalu dalam kondisi baik, aman, dan laik pakai maka diperlukan suatu
manajemen yang baik mulai dari perencanaan, pemeliharaan preventif meliputi
pemeliharaan berkala dan pelaksanaan pengujian dan kalibrasi (Depkes RI, 2005).
Perangkat medis mencakup semua perangkat, aparatus, alat, perangkat
lunak, bahan atau bentuk lainnya, baik yang digunakan sendiri atau dalam
kombinasi, termasuk perangkat lunak yang ditujukan untuk tujuan diagnostik
dan/atau terapi dan digunakan dengan cara yang tepat, yang diproduksi untuk
digunakan pada manusia. Tujuan utama dari perangkat medis mencakup:
1.
Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perawatan atau penanggulangan penyakit.
2.
Pengobatan, penuntasan atau penggantian bagi kasus cedera atau cacat.
3.
Investigasi, penggantian atau modifikasi anatomi atau suatu proses fisiologis
dan Mengontrol kehamilan.
Dalam Kepmenkes Nomor. 004. Tahun (2003). Dalam langkah kunci (28).
Mengembangkan sub-sistem pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana
rumah sakit dan alat kesehatan. Keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan dapat tercapai bila tersedia biaya
operasional dan pemeliharaan sarana dan alat kesehatan yang memadai dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a). Menyusun petunjuk teknis dan standard
operational procedure pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana rumah
sakit dan alat kesehatan (b). Melakukan sosialisasi dan asistensi pemeliharaan dan
optimalisasi pemanfaatan sarana rumah sakit dan alat kesehatan (c). Melakukan
3
pendidikan dan latihan pemeliharaan sarana rumah sakit dan alat kesehatan diikuti
sertifikasi (d). Monitoring dan evaluasi hasil pemeliharaan sarana rumah sakit dan
alat kesehatan (Depkes RI, 2003).
Peningkatan efisiensi dan efektifitas tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain adanya suatu guideline atau Standard Operational
Procedure (SOP) dalam pemeliharan dan pemanfaatan sarana kesehatan dan alat
kesehatan, kalibrasi dan pemeliharaan rutin, pelatihan teknisi dan operator alat,
sosialisasi SOP pada seluruh unit pemakai sarana dan alat kesehatan di rumah
sakit yang bersangkutan serta tersedianya suku cadang. Perencanaan pengadaan
sarana dan alat kesehatan yang matang sesuai kebutuhan baik dari sisi provider
maupun konsumen akan meningkatkan pemanfaatan secara optimal. Sebaliknya,
jika tata laksana rumah sakit tidak sesuai dengan standart yang telah ditetapkan,
akan mengakibatkan kerugian yang besar pada pasien, pengunjung, bahkan pihak
rumah sakit.
Faktor organisasi turut mempengaruhi penggunaan teknologi termasuk
didalamnya kebijakan, sumber daya manusia, budaya, norma sosial, komitmen
manajerial, pelatihan dan peningkatan kemampuan karyawannya. Hal ini sudah
diyakini kebenarannya, kebijakan seringkali terlihat sebagai efektifitas untuk
mengimplementasikan perubahan,
contohnya
ketika mengimplementasikan
program keamanan pasien hal itu akan mempengaruhi menentukan dukungan
manajemen dan kepemimpinan, perlengkapan, pelatihan dan koordinasi dengan
departemen sebelum mendelegasikan mekanisme terkait kebijakan. Collins,
(2005).
4
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Achmad Darwis merupakan
Rumah Sakit Umum Kelas C yang bertugas melakukan pelayanan kesehatan
masyarakat dan melaksanakan sistem rujukan bagi masyarakat
Daerah
Kabupaten Lima Puluh Kota dan sebagian warga Kota Madya Payakumbuh.
Selain itu, RSUD Dr. Achmad Darwis juga dimanfaatkan guna kepentingan
praktek calon dokter dan dokter ahli oleh Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang (FK UNAD). Dalam perkembangannya RSUD Dr. Achmad
Darwis mengalami berbagai macam perubahan status, akan tetapi hal itu tidak
mempengaruhi kinerja RSUD Dr. Achmad Darwis. Dalam mengemban visi dan
misinya bahkan penyelenggaraan pelayanan dan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dimiliki semakin berkualitas, dalam memberikan pelayanan tentu
memerlukan pemakaian alat-alat medis sewaktu melakukan suatu tindakan
pelayanan kesehatan, dalam hal ini maka diperlukan suatu manajemen alat medis
yang dapat mewujudkan:
1. Alat-alat kesehatan yang selalu dalam kondisi layak pakai
2. Keselamatan Operator (Perawat) dalam melakukan tindakan.
3. Keselamatan Pasien dari pemakaian Alat medis
Tahun 2012 seluruh Rumah Sakit di Indonesia mulai akan mengikuti
proses akreditasi rumah sakit tingkat nasional dengan sistem baru. Akreditasi
rumah sakit tahun 2012 ini berorientasi pada pelayanan dan keselamatan pasien
yang mirip dengan standar akreditasi rumah sakit internasional. Penilaian
akreditasi rumah sakit dari Joint Commission International (JCI) berfokus pada
pelayanan kepada pasien, keamanan pasien, dan standar manajemen rumah sakit.
5
Akreditasi rumah sakit tingkat nasional maupun akreditasi rumah sakit tingkat
internasional dari JCI tersebut berorientasi pada pelayanan, keselamatan dan
keamanan pasien. Keamanan dan keselamatan pasien di rumah sakit ini
merupakan bagian dari SMK3 yang selama ini telah diterapkan.
Menurut Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang
diberikan oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai
bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku.
Akreditasi juga merupakan penilaian yang dilakukan oleh lembaga independen
pelaksana akreditasi rumah sakit untuk mengukur pencapaian dan cara penerapan
standar pelayanan. Jadi akreditasi merupakan suatu proses pengakuan yang
diberikan kepada rumah sakit dalam rangka peningkatan nilai mutu dengan
keberhasilan suatu rumah sakit dalam memenuhi standar pelayanan rumah sakit.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan evaluasi
manajemen lebih lanjut mengenai efisiensi dan efektifitas alat kesehatan untuk
menjamin ketersediaan alat kesehatan dengan harga yang terjangkau. Untuk
mencegah penyalahgunaan dan kesalahan penggunaan alat perlu perencanaan
biaya pemeliharaan dan perbaikan serta kalibrasi alat kesehatan dan sarana
penunjangnya dan perlu adanya pemisahan antara inventarisasi data peralatan
medik dan non medik. Dalam perencanaan pengadaan dan pembiayaan alkes perlu
melibatkan seluruh komponen di rumah sakit, baik klinisi, manager maupun unitunit penunjang (teknisi). Sehingga ada sifat science of belonging antara klinisi,
operator & teknisi. Perlu adanya SOP untuk setiap alat kesehatan dan sarana
6
penunjangnya baik SOP tentang pemeliharaan maupun pemanfaatan atau
operasionalnya.
Kegiatan administrasi dalam pemeliharaan alat medis belum sepenuhnya
berjalan dengan optimal, walaupun sebahagian telah memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) RS, contohnya:
1. Belum lengkapnya laporan pemeliharaan alat medis secara berkala.
2. Belum dilakukannya pengolahan data kegiatan pemeliharaan secara teratur
(contoh belum dibukukan setelah melakukan perbaikan/pemeliharaan)
3. Protap prosedur pengoperasian alat permanen belum ada.
4. Petunjuk jalur evakuasi belum ada
5. Penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) tidak kelihatan
Pelaksanaan pelayanan yang baik serta memberi rasa aman dan nyaman
bagi pasien sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit yang diperoleh RSUD
Dr. Achmad Darwis bukan hanya dilaksanakan karena adanya penilaian akreditasi
rumah sakit saja. Begitu pula dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam pemakaian alat medis yang menjadi salah satu bagian dari penilaian
akreditasi rumah sakit yang akan dihadapi oleh pihak RSUD Dr. Achmad Darwis.
Pihak manajemen selaku pengelola rumah sakit harus berkomitmen dalam
pelaklaksananan manajemen alat medis yang sesuai dengan standar keselamatan
dan kesehatan kerja di RSUD Dr. Achmad Darwis. Berdasarkan permasalahan
tersebut penulis tertarik melakukan penelitian tentang Evaluasi Manajemen Alat
Medis Berdasar Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, setelah melakukan
survey awal dan meminta keterangan-keterangan dari pihak manajemen bahwa
7
selama ini belum pernah ada penelitian-penelitian tentang masaalah peralatan
medis di rumah sakit Dr. Achmad Darwis ini.
B. Rumusan Masalah
Besarnya tantangan yang dihadapi manajemen RSUD dr.Achmad Darwis
dalam mengahadapi akreditasi rumah sakit tingkat nasional dan internasional yang
salah satu fokusnya ialah Manajemen Alat Medis
perlu ditunjukkan dengan
perhatian dari manajemen, agar terhindar dari kecelakaan yang ditimbulkan oleh
alat medis. Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan permasalahan yaitu,
“Bagaimana manajemen peralatan medis yang sesuai dengan standar keselamatan
& kesehatan kerja di RSUD Dr. Achmad Darwis ? ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajemen peralatan
medis yang sesuai dengan
standar keselamatan dan kesehatan kerja di RSUD Dr Achmad Darwis Kabupaten
Lima Puluh Kota.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perencanaan alat medis yang sesuai dengan siklus alat
kesehatan di rumah sakit mulai dari Penilaian Teknologi, Evaluasi,
Perencanaan, Pembelian, Pemasangan, Penerimaan, Pelatihan, Operasional,
Pemeliharaan, dan Penghapusan.
8
b. Untuk mengetahui penempatan alat medis sesuai dengan fungsi, jenis dan
kriteria alat medis tersebut.
c. Untuk mengetahui pemeliharaan alat medis baik secara terencana maupun
yang tidak terencana sehingga alat medis selalu laik pakai.
d. Untuk mengetahui perbaikan alat medis yang didukung oleh SDM yang
memadai.
e. Untuk mengetahui kalibrasi internal alat medis yang ringan dan kalibrasi
exsternal pada pihak ke tiga yang berwewenang sehingga alat medis aman
untuk digunakan dan terjaga keakurasiannya
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Manajer RSUD Dr. Achmad Darwis
a) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dalam pengelolaan dan
penerapan keselamatan operator ( perawat) dan pasien di RSUD Dr.
Achmad Darwis.
b) Sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan dalam penerapan
keselamatan bagi operator (perawat) dan pasien
untuk meningkatkan
kualitas mutu pelayanan di RSUD Dr. Achmad Darwis.
2. Bagi Pengelola Alat Medis
a) Dijadikan bahan evaluasi dalam manajemen alat medis yang dapat
menjamin keselamatan operator (perawat) dan Pasien di RSUD Dr.
Achmad Darwis.
9
b) Sebagai
bahan
dalam
pembuatan
perencanaan
kegiatan-kegiatan
penanganan alat medis yang berstandar keselamatan dan kesehatan kerja
baik dari segi perawatan alat medis, operator (perawat) dan Pasien.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini digunakan untuk menerapkan teori dan pengalaman yang
didapat dalam situasi sesungguhnya yang ada di lapangan.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran penelitian lain didapatkan yang diteliti antara
lain adalah:
1. Bahri ( 2009 ) Hubungan persepsi perawat terhadap penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja dengan pemakaian alat pelindung diri di Badan Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit Umum (BPK-RSU) Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam hal: (1) Tujuan penelitian,
(2)Variabel bebas, (3) Variabel terikat, (4) Intervensi/perlakuan
2. Novianto ( 2005 ) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di Rumah Sakit Unisma Malang Jawa Timur. Metode
penelitian adalah observasional dengan pendekatan studi kasus yaitu Potensi
bahaya yang paling banyak terdapat di Rumah Sakit Unisma Malang Jawa
Timur. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam hal: Metode penelitian
observasional.
3. Sadek ( 2006 ) Evaluasi sistem manajemen pemeliharaan peralatan
elektromedik di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta. Metode:
10
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan
rancangan potong lintang (cross sectional). Perbedaan dengan penelitian ini
adalah dalam hal : Jenis penelitian deskriptif analitik.
Terkait dengan perbedaan penelitian tersebut diatas maka penelitian ini
dianggap asli.
Download