Pengantar Karya

advertisement
3
BAB 2
DATA & ANALISA
2.1 Data & Literatur
Data-data yang didapat oleh penulis berasal dari mengikuti (berlatih, ambil bagian)
suatu organisasi Aikido, browsing internet, melakukan online survey, membaca buku
dan wawancara beberapa narasumber (pelatih dan beberapa senior di dojo Aikido).
2.2 Data Umum tentang Aikido
2.2.1
Sejarah Aikido
Aikido menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki (気, prana)
individu dengan ki alam semesta. Kata "aikido" berasal dari tiga huruf kanji:
•
合 - ai - bergabung, menyatukan, menyelaraskan
•
気 - ki - roh, energi kehidupan
•
道 - dō - jalan, cara
Aikido adalah salah satu seni beladiri asal Jepang yang diciptakan oleh
Morihei Ueshiba (14 Desember 1883-26 April 1969), yang diformulasikannya sejak
akhir 1920-an sampai dengan 1930-an. Banyak bagiannya berasal dari ilmu beladiri
Daito Ryu Aiki-Jujutsu. Daito Ryu Aiki-Jujutsu diciptakan pada era modernisasi
Jepang yang berlangsung sekitar tahun 1800-an. Dojo pertama Aikido didirikan di
Tokyo dan saat ini masih ada dan bernama Aikikai Hombu Dojo.
Pengajaran Aikido saat ini telah dapat ditemukan di seluruh belahan dunia dan
dalam beberapa aliran, dengan penafsiran dan penekanan yang berbeda-beda atas
ajaran Ueshiba. Namun, kesemuanya tetap mewarisi berbagi teknik yang sama, dan
4
sebagian besar tetap mempertahankan keperdulian terhadap aspek keselamatan bagi
pihak yang menyerang. Seni beladiri ini juga menekankan pada prinsip kelembutan
dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan. Prinsip ini diterapkan
pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis serangan lawan atau melawan
kekuatan dengan kekuatan tetapi "mengarahkan" serangan lawan untuk kemudian
menaklukkan lawan tanpa ada niat untuk mencederai lawan.
Ueshiba menginginkan Aikido tidak hanya sebagai perpaduan seni beladiri,
tetapi juga ekspresi falsafah pribadinya yang bersifat damai dan universal. Seumur
hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan Aikido dengan cara
mendidik dan menciptakan praktisi beladiri ini di seluruh dunia.
2.2.2
Tehnik Aikido
Berbeda dengan beladiri pada umumnya yang lebih mengutamakan pada
latihan kekuatan fisik dan stamina, Aikido lebih mendasarkan latihannya pada
penguasaan diri dan kesempurnaan teknik. Teknik-teknik yang digunakan dalam
Aikido kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan, bantingan. Sementara
teknik-teknik pukulan maupun tendangan dalam praktiknya jarang digunakan.
Falsafah yang mendasari Aikido, yaitu kasih dan konsep mengenai ki, membuat
Aikido menjadi suatu seni beladiri yang unik. Secara umum Aikido dapat golongkan
sebagai beladiri kuncian dan pergumulan (grappling).
Dalam Aikido ini juga tidak mengenal sistem kompetisi atau pertandingan,
seperti beladiri-beladiri lainnya. Namun sistem kompetisinya lebih bersifat embukai
(peragaan teknik). Dalam Aikido, kompetisi yang sesungguhnya adalah dalam
pertarungan yang sebenarnya, pialanya adalah nyawa kita sendiri.
Aikido juga mendapatkan pengaruh dari seni beladiri tradisional Jepang Kenjutsu dan
Jujutsu. Pengaruh Kenjutsu tampak dalam pengaturan gerakan gerakan atau langkah
langkah kaki. Sedangkan pengaruh Jujutsu tampak dalam penggunaan teknik kuncian
dan lemparan.
5
Hingga saat ini Aikido juga banyak memiliki banyak cabang-cabang "teknik" (style)
yang juga memperkaya teknik-teknik yang tidak meninggalkan teknik dasarnya.
Aliran Nisyo misalnya lebih menekankan style teknik-tekniknya kepada pedang
(bokken) dan tongkat (jo). Sedangkan aliran Iwama lebih menekankan tekniktekniknya kepada kecepatan dalam mengatasi serangan lawan (nage). Pendiri Aikido,
Morihei Ueshiba, berkata bahwa untuk menjadi pengikut Aikido yang sukses, para
murid harus “menerima 99% serangan lawan dan menatap wajah kematian tanpa
takut.”
2.2.3
Sistem Tingkatan
Sistem tingkatan yang harus dilalui oleh seorang praktisi Aikido hampir sama
dengan yang digunakan oleh seni beladiri asal Jepang lainnya, yaitu sistem Kyu
(mudansha, tidak memiliki dan) untuk tingkat dasar dan Shodan (yūdansha, memiliki
dan = ahli) untuk tingkat mahir.
Praktisi yang berada di tingkat kyu 6 sampai kyu 4 menggunakan tanda
berupa sabuk yang berwarna putih, sementara praktisi yang mencapai tingkatan kyu 3
sampai 1 menggunakan sabuk berwarna cokelat. Adapula dojo yang menerapkan
sabuk kyu 6 sampai 1 tetap berwarna putih. Shodan adalah tingkatan yang
selanjutnya; praktisi yang mencapai tingkatan ini ditandai dengan sabuk yang
berwarna hitam serta aksesoris tambahan berupa celana panjang bernama hakama.
Celana seperti ini biasa dipakai oleh para samurai pada zaman dahulu.
Tingkat
Sabuk
Warna
Tipe
kyū
Putih
Mudansha
shodan
Hitam
Yūdansha
6
2.2.4
Biografi Morihei Ueshiba
Morihei Ueshiba (植芝 盛平 Ueshiba Morihei, lahir di Tanabe, Wakayama,
Jepang, 14 Desember 1883 – meninggal di Iwama, Ibaraki, 26 April 1969 pada umur
85 tahun) adalah pendiri seni bela diri Jepang Aikido. Di kalangan murid aikido
(aikidoka), ia dipanggil Kaiso (Pendiri), atau Osensei (Guru Besar). Keponakannya
yang bernama Noriaki Inoue menjadi pendiri seni bela diri shin'ei taido yang serupa
dengan aikido.
Morihei Ueshiba dilahirkan pada tahun 1883 sebagai putra keluarga petani di
Tanabe, Prefektur Wakayama.
Ia bersekolah di Sekolah Menengah Tanabe (sekarang Sekolah Menengah
Pertama-Atas Negeri Tanabe Prefektur Wakayama) namun tidak tamat. Setelah
sempat bekerja di kantor pajak, ia membuka toko grosir alat-alat tulis. Sambil
berdagang, ia belajar seni bela diri kitō-ryū dan kenjutsu shinkage-ryū. Sewaktu
mengikuti wajib militer, ia ikut serta dalam Perang Rusia-Jepang. Sekitar waktu itu
pula, ia belajar mendalami seni bela diri yagyū shingan-ryū di dojo pimpinan
Masakatsu Nakai. Setelah selesai wajib militer, Ueshiba pindah ke Hokkaido untuk
menjadi petani perintis yang membuka lahan pertanian di Desa Shirataki, Distrik
Monbetsu (sekarang Engaru, Hokkaido). Sambil juga bertugas sebagai penyuluh
pertanian di desa para perintis, ia mengundang Takeda Sōkaku untuk mengajarinya
belajar Daitō-ryū Aiki-jūjutsu.
Ueshiba kembali ke kampung halaman pada tahun 1917 setelah mendengar
ayahnya dalam keadaan kritis. Setelah itu, ia menjadi pemeluk Oomoto, dan pindah
ke Ayabe di Kyoto. Dojo bernama Ueshiba Juku dibukanya pada tahun 1919. Sekitar
tahun 1922, Wanisaburo Deguchi menamakan bela diri yang diciptakan Ueshiba
sebagai Aikibudō. Bersama Noriaki Inoue, ia mengajarkan seni bela diri tersebut di
kalangan penganut Oomoto. Pada Februari 1924, ia berangkat ke luar negeri sebagai
pengawal Wanisaburo Deguchi ke Mongolia untuk menggantikan Noriaki Inoue yang
sakit keras.
7
Setelah pindah ke Tokyo pada 1926, Ueshiba bersama Noriaki mengajarkan
Aikibudō kepada tokoh-tokoh militer dan usahawan. Di antara muridnya terdapat
Laksamana Madya Masayasu Asano dan Laksamana Isamu Takeshita dari Angkatan
Laut Kekaisaran Jepang.
Setelah terjadi Peristima Oomoto, Aikibudō memisahkan diri dari Oomoto.
Atas usaha sendiri, Ueshiba mendirikan bela diri Kōbukai (皇武会?). Setelah berganti
nama beberapa kali, dojo bernama Kōbukan dibukanya tahun 1931 di Shinjuku,
Tokyo. Pada 1940, Yayasan Kobukan (Isamu Takeshita menjabat direktur pertama)
mendapat pengakuan dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang. Pada 9
Februari 1948, seni bela diri yang dirintisnya diganti nama menjadi Aikikai
(Aikibudō diteruskan oleh Noriaki Inoue). Pada 1969, Ueshiba meninggal dunia, dan
dimakamkan di Tanabe, Wakayama.
2.2.5
Qi
Qi (Hanzi: 氣, Kanji: 気) atau lebih sering dieja sebagai chi atau ch'i (dalam
Romanisasi gaya Wade-Giles) atau ki (dalam ejaan Romaji bahasa Jepang) adalah
sebuah konsep dasar budaya Tionghoa. Qi dipercayai adalah bagian dari semua
makhluk hidup sebagai semacam "kekuatan hidup" atau "kekuatan spiritual". Kata ini
seringkali diterjemahkan sebagai "aliran energi" atau secara harafiah sebagai "udara"
atau "nafas".
2.2.6
Hakama
Hakama (袴) adalah pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk
menutupi pinggang sampai mata kaki.
Dipakai sebagai pakaian bagian bawah, hakama merupakan busana resmi pria
untuk menghadiri acara formal seperti upacara minum teh, pesta pernikahan, dan
seijin shiki. Anak laki-laki mengenakannya sewaktu merayakan Shichi-Go-San.
Montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan setelan baju
pengantin pria tradisional.
8
Di kalangan olahraga bela diri tradisional seperti kendo, aikido, dan kyūdō,
hakama dipakai oleh pria dan wanita. Ketika tidak sedang bergulat, pesumo
mengenakan kimono dan hakama ketika tampil di muka umum. Di kalangan Shinto,
setelan kimono dan hakama adalah pakaian resmi kannushi dan miko.
2.3 Data Umum tentang e-learning
2.3.1
Pembelajaran Elektronik
Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Electronic learning disingkat Elearning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan
dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis
di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. Elearning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja
menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program
pendidikan.
9
2.3.2 Plus Minus E-learning
Seperti sebagaimana yang disebutkan di atas, e-learning telah mempersingkat
waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. E-learning
mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik
dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling
berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulangulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan
penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Dalam e-learning, faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi
berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena yang mengambil peran
guru adalah komputer dan panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh "contents
writer", designer e-learning dan pemrogram komputer.
Dengan adanya e-learning para guru/dosen/instruktur akan lebih mudah :
1.
melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir
2.
mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya
3.
mengontrol kegiatan belajar peserta didik.
Kehadiran guru sebagai makhluk yang hidup yang dapat berinteraksi secara
langsung dengan para murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik e-learning
ini. Inilah yang menjadi ciri khas dari kekurangan e-learning yang tidak bagus.
Sebagaimana asal kata dari e-learning yang terdiri dari e (elektronik) dan learning
(belajar), maka sistem ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
2.3.3 Sejarah dan Perkembangan E-learning
E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh
universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi
berbasis komputer (computer-assisted instruction) dan komputer bernama PLATO.
10
Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
(1) Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan
aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan
CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (video dan audio)
dalam format mov, mpeg-1, atau avi.
(2) Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994
CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara
massal.
(3) Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan
perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan
internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai
dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi.
Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat
pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu
dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang
dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE
LOM, ARIADNE, dsb.
(4) Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis web. Perkembangan LMS
menuju aplikasi e-learning berbasis web berkembang secara total, baik untuk
pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai
digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga
semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan
interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.
2.3.4 E-learning 2.0
Istilah e-Learning 2.0 digunakan untuk merujuk kepada cara pandang baru
terhadap pembelajaran elektronik yang terinspirasi oleh munculnya teknologi Web
2.0. Sistem konvensional pembelajaran elektronik biasanya berbasis pada paket
pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi internet
11
(biasanya melalui LMS). Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari pembacaan dan
mempersiapkan tugas. Kemudian tugas dievaluasi oleh guru. Sebaliknya, e-learning
2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang bersifat sosial dan penggunaan
perangkat lunak sosial (social networking) seperti blog, wiki, podcast dan Second
Life. Fenomena ini juga telah disebut sebagai Long Tail learning.
Selain itu juga, E-learning 2.0 erat hubungannya dengan Web 2.0, social networking
(Jejaring Sosial) dan Personal Learning Environments (PLE)
2.4 Data Umum tentang Simbolisme
2.4.1 Bambu
Bambu mempresentasikan jiwa dari musim panas, tetapi karena bambu adalah
tanaman yang selalu bisa hidup di musim apapun, ia diibaratkan sebagai seorang
pemuda dengan sifat baik yang sempurna. Bambu memiliki integritas yang lurus
sekaligus flesibilitas, mempunyai keseimbangan yang sempurna antara keanggunan
dan kekuatan, atau yin dan yang.
Ketika badai datang, bamboo akan ikut membengkok sesuai arah angin, lalu
ketika badai reda, ia akan kembali berdiri dengan tegak dan lurus seperti sedia kala.
Bambu juga melambangkan kesederhanaan dan kerendahan hati. Bambu
adalah tanaman yang simple, tidak menghasilkan bunga ataupun buah. Chen Pan
Chiao membandingkan dirinya dengan tanaman bamboo dan berkata, “Aku tidak
akan menumbuhkan bunga agar aku tidak akan menggoda kupu-kupu dan lebah untuk
menggangguku.” Isi batang bambu yang kosong menggambarkan kerendahan hati.
Seorang bijak pernah berkata, “Bambu, yang mengerti akan kerendah hatian dengan
mengosongkan hatinya dan tidak mengisinya dengan keangkuhan, adalah guruku.”
Selain itu, bambu juga melambangkan penghormatan kepada leluhur dan
orang yang lebih tua. Ranting muda yang berada di tangkai bagian atas tidak akan
tumbuh pada sudut yang sama dengan ranting yang lebih tua. Agar ranting yang lebih
tua bisa mendapatkan sinar matahari. Ketika tangkai-tangkai muda baru tumbuh dari
tanah, mereka berada di bawah bayangan teduh dari ranting yang lebih tua.
12
Melambangkan bahwa yang lebih muda menghormati yang lebih tua sama halnya
yang lebih tua melindungi yang lebih muda.
2.4.2 Sakura
Sakura melambangkan pendidikan, cinta dan kecantikan juga kefanaan dari
kehidupan karena jangka waktu mekar sakura yang singkat. Sakura yang berguguran
adalah metafora untuk para prajurit yang gugur dengan berani di medan perang.
Konotasi ini juga menghubungkan sakura dengan samurai.
Keistimewaan sakura sangat terkai erat dengan tradisi kesatriaan Jepang. Menjadi
symbol dari integritas dan kemurnian, sakura melambangkan kesatriaan itu sendiri.
Karena sakura gugur pada saat keadaannya paling indah, sakura adalah representasi
dari kehebatan samurai. Karena samurai adalah orang yang tidak bercela yang
membawa kebaikan-kebaikan yang terhormat seperti kemurnian, kejujuran, kesetiaan,
pengabdian, keberanian dan kepercayaan dan merelakan nyawanya hilang di medan
perang pada saat ia di puncak masa mudanya.
Di Jepang, ada pepatah yang mengatakan “Hana wa sakura gi, hito wa Bushi”
yang artinya bahwa, “Bunga yang terbaik adalah sakura, laki-laki yang terbaik adalah
seorang samurai.”
Sakura adalah bunga yang rentan dan indah, yang ditiup oleh angin sebelum ia
layu, yang kecantikannya tidak tersentuh, merepresentasikan kematian yang paling
mulia, jauh dari kebumian dan kekotoran.
Simbol dari lencana samurai adalah sakura yang diorientasikan ke arah
matahari terbit, sebagai symbol dari pengabdian hidup mereka.
2.4.3 Air
Air melambangkan kemurnian dan kesuburan. Seringkali diibaratkan sebagai
sumber kehidupan. Air juga melambangkan sirkulasi, pemurnian,
refleksi,
fleksibilitas, kelahiran dan kehidupan. Dalam ajaran Taoisme, air diibaratkan sebagai
aspek dari kebijaksanaan. Maksudnya adalah, air mengambil bentuk dari wadahnya
dan bergerak dengan tidak melawan arah. Air juga dapat bertransformasi dari bentuk
cair, padat dan gas.
13
Air di dalam botol bisa menjadi pasif dan diam, tapi jika tidak berwadah, air
bisa merubuhkan pohon dan dinding. Air juga bisa menyuburkan dan menstimulasi
pertumbuhan
2.4.4 Koi
Di Jepang, ikan koi sering dikatikan dengan kualitas dari seorang pria. Konon
koi dikabarkan berenang naik menentang arus air terjun dengan berani, dan jika
tertangkap, ia akan berbaring tanpa gemetar di atas papan pemotongan menunggu
pisau seperti seorang samurai ketika menghadapi pedang. Cerita ini berasal dari
legenda Cina yang menceritakan bahwa seekor ikan koi yang berhasil memanjat air
terjun pada suatu tempat yang disebut gerbang naga (di sungai kuning) akan berubah
menjadi naga.
Berdasarkan dari legenda itu, koi menjadi symbol dari aspirasi, ketenangan,
keberanian dan kemajuan. Ikan koi begitu erat kaitannya dengna kualitas seorang
lelaki sehingga di Jepang, mereka memasang bendera berbentuk ikan koi pada hari
anak laki-laki, dengan harapan agar anak laki-laki mereka memiliki kualitas-kualitas
yang dimiliki ikan koi.
Tindakan koi yang berenang naik ke atas air terjun juga mengibaratkan
manusia yang menjalani kehidupan dan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup
tanpa rasa takut.
2.5 Hasil Online Survei
Beberapa kesimpulan dari hasil online survei, antara lain :
•
54,5% responden tertarik belajar bela diri Aikido
•
61% responden pernah mengalami tindakan kekerasan (dipalak, dibully, dilecehkan
secara seksual dan ada juga yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga).
•
Responden yang tertarik pada Aikido berkata mereka tertarik pada Aikido karena
menurut mereka Aikido tidak kasar, unik dan tidak bersifat offensive dan anggun juga
bisa untuk membela diri.
14
•
Responden yang tidak tertarik pada Aikido berkata mereka tidak tertarik pada Aikido
karena mereka tidak ada waktu untuk mempelajarinya, tidak tahu di mana
komunitasnya, mahal biaya pelatihannya, kurang pengetahuan tentang Aikido, tidak
suka berolah raga dan sudah mempelajari bela diri lain.
2.6 Hasil Wawancara dengan Gana Murti Sensei (Dan 4, pendiri Institut Aikido
Indonesia, pendiri MMA Indonesia), Senpai Imam Budiharto(Dan 2) dan
Senpai Siang Leng(Kyu 1):
•
Aikido adalah bela diri paling efektif untuk menghadapi senjata tajam dan ruang
sempit.
•
Gana sensei mendalami Aikido karena Aikido memiliki filosofi yang bagus yaitu
untuk mengalahkan diri sendiri (menekan ego manusia). Karena menurutnya, musuh
terbesar manusia adalah egonya.
•
Salah satu ciri khas aikido di IAI adalah menjadikan dojo sebagai tempat untuk
memupuk persaudaraan. Teknik tidak lebih penting dibandingkan persaudaraan.
•
Aikido itu hanya salah satu bagian dari kehidupan manusia, jadi tidak boleh
'mendominasi' apalagi mengeleminasi sisi-sisi lain kehidupan seseorang yang lebih
besar.
2.7 Produk Pembanding
Belum ada produk sejenis yang beredar. Yang bisa penulis temukan adalah
animasi edukasi dalam bentuk 3D untuk seni bela diri lain selain Aikido dengan judul
Human Weapon Computer Animation Demonstrations.
15
Gambar 2.1 Screenshots animasi edukasi: Human Weapon Computer Animation Demonstrations 2.8 Target
Target primer dalam animasi edukasi Aikido ini adalah masyarakat usia 13
tahun sampai dengan 24 tahun, pria dan wanita, kelas menengah keatas, menyukai
animasi, humor dan tinggal di kota besar.
Sedangkan target sekunder untuk animasi edukasi Aikido adalah pria dan
wanita, usia 25 sampai dengan 35 tahun, kelas menengah ke atas dan tinggal di kota
besar.
2.9 Faktor Pendukung dan Penghambat
2.9.1
-
Faktor Pendukung:
Tingkat kejahatan di kota-kota besar cukup tinggi, sehingga banyak orang yang ingin
belajar cara mempertahankan diri dengan bela diri.
-
Penulis berlatih Aikido sekitar kurang lebih 2 tahun sehingga cukup mengerti tentang
Aikido dan teknik-tekniknya.
-
e-learning Aikido ini dibuat dengan animasi dan diberi unsur humor dan karakterkarakter yang unik sehingga membuat para audien kerasan menyimaknya.
-
Belum ada yang membuat animasi edukasi 2D tentang Aikido
16
-
Mengajarkan Aikido dalam bentuk animasi edukasi lebih mudah dimengerti daripada
membaca buku yang mengajarkan Aikido
-
Bagi para audien yang tidak tertarik pada Aikido karena tidak tahu tempat latihannya,
karena malas, keberatan membayar biaya pelatihan atau karena tidak ada waktu untuk
latihan dapat menyimak animasi edukasi ini yang pastinya lebih murah, mudah
dimengerti dan menarik.
2.9.2
Keterbatasan
Faktor Penghambat:
daya
tangkap
audien.
Agar audien bisa mengingat dan
mempraktekkan tehnik-tehnik yang diajarkan, para audien harus mencoba dan
berlatih juga dengan teman. Berlatih tehnik-tehnik yang diajarkan sehingga reflek
tercipta dengan sendirinya. Sehingga ada
kemungkinan
disampaikan tidak bisa dpraktekan secara maksimal.
pesan
yang
ingin
Download