PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI DAN EKSPLORASI TERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BENDOSARI SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh Riadhus Surya Setia Budi NIM. K.4603039 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 1 PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI DAN EKSPLORASI TERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BENDOSARI SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Oleh : Riadhus Surya Setia Budi NIM. K.4603039 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 2 Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. H. Agus Margono, M.Kes. NIP. 195808221984031002 Singgih Hendarto, S.Pd., M.Pd. NIP. 197204142006041001 3 Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Pada hari : Jum’at Tanggal Tim Penguji Skripsi : (Nama Terang) : 12 Maret 2010 (Tanda Tangan) Ketua : Drs. Agus Mukholid, M.Pd. Sekretaris : Drs. Tri Aprilijanto Utomo, M.Kes. Anggota I : Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Anggota II : Singgih Hendarto, S.Pd., M.Or. Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001 4 ABSTRAK Riadhus Surya Setia Budi. PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI DAN EKSPLORASI TERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BENDOSARI SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. (2) Gaya mengajar yang lebih baik pengaruhnya antara gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Sejalan dengan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dan sampel penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 30 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan lay up shoot bola basket dari dari Imam Sadikun. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing kelompok diperoleh nilai thit sebesar 2.0593 dan ttabel sebesar 1.75 dengan taraf signifikasi 5%. (2) Gaya mengajar inklusi lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Gaya 5 mengajar inklusi memiliki prosentase peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket sebesar 97.2973%, sedangkan gaya mengajar eksplorasi memiliki peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket sebesar 65.7895% 6 MOTTO q Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina dan sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam. (HR. Ibnu Abdil Barr) q Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan membuat yang tak tahu arah menjadi terarah. (Al Imam Al Mawardi) 7 PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada : Bapak dan Ibu tercinta Istri dan anakku tercinta Sahabat terkasih Teman-teman Angkatan 2003 Adik-adik JPOK FKIP UNS dan Almamater 8 KATA PENGANTAR Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sebagai pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Bapak Drs. H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Kegururuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Singgih Hendarto, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5. Kepala SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 6. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/209 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat. Surakarta, April 2010 Penulis 9 DAFTAR ISI Halaman JUDUL ................................………………………………………………… i PENGAJUAN ...............................…………………………………………. ii PERSETUJUAN .........................……………………………………………. iii iv PENGESAHAN ..............................………………………………………… v ABSTRAK .................………………………………………………………. vii MOTTO .....................………………………………………………………. viii PERSEMBAHAN .............................………………………………………. ix KATA PENGANTAR ..................................……………………………….. x DAFTAR ISI ......................................………………………………………. xiii DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………….. xiv DAFTAR TABEL ....................……………………………………………. xv DAFTAR LAMPIRAN ...............................………………………………. 1 BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 4 B. Identifikasi Masalah ..…………………………………………… 5 C. Pembatasan Masalah ...................………………………………. 5 D. Perumusan Masalah ......…………………………………………. 6 E. Tujuan Penelitian .....…………………………………………… 6 F. Manfaat Penelitian .....………………………………………….. BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………………. 7 7 7 A. Tinjauan Pustaka ...……………………………………………… 7 1. Bola Basket………………………………………………….. 7 a. Permainan Bola Basket…………………………………… 8 b. Macam-Macam Teknik Dasar Bola Basket……………… 8 10 2. Teknik Dasar Menembak Bola Basket………………………. 9 a. Pentingnya Menembak (Shooting) dalam Bola Basket…… 10 b. Mekanisme Menembak (Shooting)……………………….. 12 c. Macam-Macam Tekmbakan (Shooting) Bola Basket…….. 12 3. Tembakan Lay Up……………………………………………. 13 a. Lay Up Shoot Bola Basket……………………………….. 16 b. Prinsip-Prinsip Dasar Lay UpShoot……………………… 17 c. Pelanggaran yang Sering Terjadai dalam Lay Up Shoot…. 18 4. Hakikat Mengajar……………………………………………. a. Mengajar yang Efektif…………………………………….. 19 b. Unsur - Unsur yang Mendukung Pencapaian Tujuan 21 Mengajar………………………………………………….. 22 c. Penilaian Hasil Belajar……………………………………. 22 5. Gaya Mengajar………………………………………………... 23 a. Pengertian Gaya Mengajar……………………………….. 24 b. Macam-Macam Gaya Mengajar………………………….. 24 6. Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Inklusi…. a. Pengertian Gaya Inklusi………………………………….. 26 b. Pelaksanaan Mengajar Lay Up Shoot dengan Gaya Inklusi……………………………………………………. 26 c. Kelebihan dan Kelemahan Mengajar Lay Up Shoot dengan Gaya Inklusi……………………………………… 27 7. Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya 27 Eksplorasi……………………………………………………. a. Pengertian Gaya Eksplorasi……………………………….. 28 b. Pelaksanaan Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Eksplorasi……………………………………………. 29 c. Kelebihan dan Kelemahan Mengajar Lay Up Shoot 30 dengan Gaya Eksplorasi………………………………….. 31 B. Kerangka Pemikiran .......………………………………………… 32 C. Perumusan Hipotesis…………………………………………….. 32 11 BAB III METODE PENELITIAN .............………………………………… 32 A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……………………………….. 34 B. Metode Penelitian……………………………………………….. 34 C. Variabel Penelitian……………………………………………….. 34 D. Populasi dan Sampel Penelitian………………………………… 35 E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 38 F. Teknik Analisis Data…………………………………………… 38 BAB IV HASIL PENELITIAN ...................………………………………. 38 A. Deskripsi Data ...............………………………………………. 39 B. Mencari Reliabilitas……………………………………………. 39 C. Pengujian Persyaratan Analisis………………………………… 40 1. Uji Normalitas………………………………………………. 41 2. Uji Homogenitas…………………………………………… 45 D. Hasil Analisis Data……………………………………………… 46 E. Pengujian Hipotesis……………………………………………. 46 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........………. ………… 46 A. Simpulan..................…………………………………………… 47 B. Implikasi ....................………………………………………… 48 C. Saran .........................………………………………………….. 50 DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………… LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................………………………………… 12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Rangkaian Gerakan Lay Up Shoot Bola Basket…………….. 15 Gambar 2. Skema Bagian - Bagian yang Mendukung Pencapaian Tujuan Belajar Mengajar…………………………………… 20 67 Gambar 3. Lapangan Tes Lay Up Shoot Bola Basket………………….. 13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket pada Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)……….. Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir………………………………………………………… 38 38 39 39 Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas……………………………. Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data………………………. 40 Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji HomogenitasData……………………. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1 41 (K1) dan Kelompok 2 (K2)……………………………………. Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes 42 Akhir Pada Kelompok 1 (K1)…………………………………. Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok 2 (K2)…………………………………. 42 43 Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir antara Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)………………………. Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket antara Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)………………………. 14 43 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Tes Awal Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket 51 Lampiran 2. Uji Reliabilitas Data Tes Awal Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket………………………………………… 52 Lampiran 3. Pembagian Kelompok Sampel Penelitian………………… 54 Lampiran 4. Uji Normalitas Data Kelompok 1 dan Kelompok 2……… 55 Lampiran 5. Uji Homogenitas Data Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2………………………………………………. Lampiran 6. Data Tes Akhir Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket 56 57 Lampiran 7. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket………………………………………… 58 Lampiran 8. Rekapitulasi Tes Awal, Tes Akhir dan Peningkatan Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket…………………. Lampiran 9. Uji Perbedaan Data Tes Awal Kelompok 1 60 dan Kelompok 2……………………………………………… 61 Lampiran 10. Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1…………………………………………………………. 62 Lampiran 11. Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 2…………………………………………………………. 63 Lampiran 12. Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2…………………………………………….. 64 Lampiran 13. Menghitung Nilai Peningkatan Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket dalam Persen pada Kelompok 1 dan Kelompok 2………………………………………………. 65 Lampiran 14. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Lay Up Shoot Bola Basket………………………………………… Lampiran 15. Program Mengajar Lay Up Shoot dengan Gaya Inklusi 15 66 dan Eksplorasi……………………………………………. 67 Lampiran 16. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian…………………. 76 Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian Dari Universitas Sebelas Maret Surakarta………………………………………………… Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 2 Sukoharjo…………………………………………………. 16 78 83 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan suatu kegiatan olahraga yang spesifik yang diselenggarakan di lingkungan lembaga pendidikan formal. Aktivitas jasmani atau kegiatan olahraga dimanfaatkan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti kegiatan pendidikan lainnya, pendidikan jasmani direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai perkembangan total dari kepribadian siswa yang mencakup perkembangan fisik, intelegensi, emosi, sosial, aspek moral dan spritual. Karena itu, pendidikan jasmani di dalamnya juga terdapat kegiatan kompetetif, terpilih sedemikian rupa dan dilaksanakan dengan memperhatikan kaidah-kaidah kesehatan, kesiapan dan kematangan peserta didik dan sistem nilai di masyarakat. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani diajarkan berbagai macam cabang olahraga di antaranya cabang olahraga atletik dan permainan. Cabang olahraga atletik yang diajarkan meliputi nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Sedangkan cabang olahraga permainan di antaranya permainan bolavoli, bola basket, sepakbola. Ditinjau dari materi pendidikan jasmani, cabang olahraga permainan termasuk materi pokok dalam pendidikan jasmani. Seperti dijelaskan Depdiknas (2004: 19) bahwa, “Materi pokok pendidikan jasmani adalah materi yang harus dipelajari oleh siswa sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran. Materi pokok pendidikan jasmani di antaranya permainan dan olahraga baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu”. Berkaitan dengan cabang olahraga permainan dalam pendidikan jasmani, penelitian ini akan mengkaji dan meneliti permainan bola bakset. Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam bermainan bola basket harus diajarkan macam-macam teknik dasar bola basket. Hal ini karena, teknik dasar bola basket merupakan faktor yang mendasar agar dapat bermain bola basket dengan baik dan benar. Adapun macam-macam teknik dasar bola basket antara lain: (1) melempar 17 dan menangkap (passing dan catching), 2) dribbling (menggiring bola), 3) menembak (shooting), 4) pivot atau olah kaki dan, 5) rebound. Menembak atau shooting merupakan salah satu teknik dasar bola basket yang mempunyai peran penting dalam permainan bola basket. Dapat dikatakan, menang atau kalahnya suatu tim dalam permainan ditentukan oleh banyaknya tembakan yang masuk ke dalam ring lawan. Berdasarkan pelaksanaannya, tembakan dalam permainan bola basket dibedakan menjadi beberapa macam di antaranya dengan berlari, meloncat atau diam di tempat. Hal ini sesuai pendapat Soebagio Hartoko (1993: 23-24) bahwa, “Ditinjau dari pelaksanaannya, menembak dapat dilakukan dengan berhenti, memutar, melompat, dan berlari”. Tembakan dalam bola basket dapat dilakukan dengan beberapa macam di antaranya dengan berhenti, memutar, melompat dan berlari. Lay up merupakan salah satu jenis tembakan yang sangat kompleks pelaksanaannya, dapat dilakukan dengan awalan berlari, melompat dan lain sebagainya tergantung dari situasi permainan. Lay up shoot merupakan salah satu bentuk tembakan yang menuntut keterampilan yang tinggi. Hal ini karena, lay up shoot merupakan bentuk keterampilan bermain bola basket yang gerakannya terdiri perpaduan dari beberapa teknik dasar bola basket yaitu: diawali dengan dribbling atau menangkap bola, kemudian dilanjutkan melangkah dan meloncat untuk memasukkan bola ke dalam ring lawan. Upaya meningkatkan kemampuan lay up shoot bola basket, maka perlu diterapkan cara mengajar yang tepat. Mengajar pada prinsipnya bertujuan mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan pengajaran guru sangat berperan penting untuk menyampaikan materi pelajaran. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru dapat menerapkan beberapa metode atau cara mengajar di antaranya gaya mengajar. Muhammad Ali (2004: 57) menyatakan, “Aneka ragam perilaku guru mengajar bila ditelusuri akan diperoleh gambaran tentang pola umum interaksi antara guru, isi atau bahan pelajaran dan siswa. Pola umum interaksi guru, isi atau bahan pelajaran dan siswa diistilahkan dengan gaya mengajar atau teaching style”. 18 Gaya mengajar merupakan bagian penting yang dapat dilakukan guru untuk menyajikan materi pelajaran. Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 2832) mengklasifikasikan gaya mengajar menjadi tujuh macam yaitu: “(1) Gaya mengajar komando, (2) Gaya mengajar praktek, (3) Gaya mengajar resiprocal, (4) Gaya mengajar inklusi, (5) Gaya mengajar eksplorasi, (6) Gaya mengajar guided discovery (7) Gaya mengajar divergent production”. Masing-masing gaya mengajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berdasarkan fungsinya, gaya mengajar merupakan suatu cara untuk memberi kemudahan dalam penguasaan tugas ajar. Oleh karenanya, seorang guru harus memiliki kemampuan dalam menyajikan bahan pelajaran, sehingga siswa tertarik dan terjadi interaksi positif antara guru dan siswa. Banyaknya macam gaya mengajar, seorang guru harus cermat dan tepat dalam memilihnya agar tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan dapat dicapai secara maksimal. Berkaitan dengan gaya mengajar, penelitian ini akan mengkaji dan meneliti gaya mengajar inklusi dan gaya mengajar eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket. Dari kedua macam gaya mengajar tersebut, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki penekanan secara khusus dalam belajar keterampilan termasuk lay up shoot bola basket. Untuk mengetahui gaya mengajar mana yang lebih baik pengaruhnya untuk meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam baik secara teori maupun praktek melalui penelitian eksperimen. Gaya mengajar inklusi dan eksplorasi dieksperimenkan pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Dari pembelajaran permainan bola basket termasuk lay up shoot di SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo belum menunjukkan hasil yang maksimal. Tidak semua siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 mampu melakukan lay up shoot dengan baik dan benar. Kemampuan lay up shoot bola basket putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 yang belum maksimal disebabkan oelh bebarapa faktor. Waktu pembelajaran yang relatif singkat 2 X 40 menit dan diberikan satu kali atau sua kali pertemuan tidak memungkinkkan untuk 19 meningkatkan kemampuan lay up shoot bola basket siswa secara maksimal. Kemampuan lay up shoot bola basket putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 yang masih rendah tersebut perlu ditambah latihan di luar jam pelajaran pendidikan jasmani. Di samping itu, seorang guru harus mampu mengevaluasi dari semua aspek baik dari pihak guru sendiri, pihak siswa maupun metode pembelajaran. Banyaknya metod epembelajaran atau gaya mengajar menuntut seorang guru selalu mengembangkan pengetahuannya. Sejauh ini pembelajaran pendidikan jasmani yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo jarang sekali bahkan belum pernah diterapkan gaya mengajar untuk meningkatkan keterampilan bermain bola basket termasuk lay up shoot. Pada umumnya pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah terbatas pada pengenalan teknik atau pendekatan teknik atau pendekatan bermain. Tidak jarang para guru pendidikan jasmani belum mengetahui macam-macam gaya mengajar yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan olahraga termasuk lay up shoot bola basket. Pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan jasmani pada umumnya dilaksanakan secara global tanpa merancang pembelajaran yang efektif dan efisien seperti penerapan gaya mengajar. Hal ini karena, belajar keterampilan bukan belajar seperti pada umumnya, sehingga perlu strategi atau cara mengajar yang baik dan tepat. Seorang guru dituntut berkreativitas dalam menyajikan tugas ajar yang akan diberikan di antaranya dengan menerapkan gaya mengajar yang tepat, diperoleh hasil belajar yang maksimal. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar inklusi dan ekplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Gaya Mengajar Inklusi dan Eksplorasi terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot Bola Basket Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009”. 20 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Tidak semua siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 mampu melakukan lay up shoot bola basket. 2. Waktu pelajaran pendidikan jasmani kurang dapat meningkatkan kemampuan lay up shoot bola basket, sehingga perlu ditambah waktu latihan. 3. Masih banyak guru pendidikan jasmani kurang paham dan tidak mengetahui macam-macam gaya mengajar yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan olahraga. 4. Pengaruh gaya mengajar inklusi dan gaya mengajar eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket belum diketahui. 5. Hasil belajar lay up shoot bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 belum diketahui. C. Pembatasan Masalah Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian ini perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pengaruh gaya mengajar inklusi dan gaya mengajar eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket. 2. Hasil belajar lay up shoot bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. 21 D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009? 2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: 1. Perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. 2. Gaya mengajar yang lebih baik pengaruhnya antara gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. F. Manfaat Penelitian Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Dapat meningkatkan kemampuan lay up shoot bola basket siswa yang dijadikan obyek penelitian. 2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman guru penjaskes di SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo peranan gaya mengajar untuk meningkatkan penguasaan teknik bola basket khususnya lay up shoot bola basket. 3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penelitian tentang karya ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut. 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bola Basket a. Permainan Bola Basket Permainan bola basket diciptakan orang Amerika yaitu Dr. James A. Naismith pada tahun 1891. Bola basket merupakan suatu permainan beregu yang dimainkan dua regu, masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain. Tujuan permainan bola basket adalah membuat nilai sebantak-banyaknya dengan memasukkan bola ke basket (keranjang) lawan dan mencegah pemain lawan untuk membuat nilai. Seperti dikemukakan Hal Wissel (2000: 2) menyatakan bahwa: Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan 5 pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan mendribblenya (batting, pushing atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan. Hal ini artinya, dalam memainkan bola tiap pemain boleh mendorong bola, memukul bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan, menggelindingkan atau menggiring bola ke segala arah dalam lapangan permainan. Keterampilan terpenting dalam permainan bola basket adalah kemampuan untuk shooting atau menembakkan bola ke dalam keranjang yang merupakan inti dari strategi permainan bola basket. b. Macam-Macam Teknik Dasar Bola Basket Bola basket merupakan olahraga permainan yang menuntut skill yang tinggi. Pelaksanaan permainannya selalu berubah-ubah yang menuntut keterampilan memainkan macam-macam teknik dasar yang ada di dalamnya. 23 Sebagai dasar agar mampu bermainan bola basket harus menguasai teknik dasar bola basket. Teknik dasar permainan bola basket merupakan faktor yang fundamental dan harus dikuasai oleh setiap pemain. Penampilan seorang pemain atau tim dikatakan baik jika para pemainnya menguasai teknik dasar dengan baik pula. A. Sarumpaet dkk. (1992: 223) bahwa, "Teknik dasar bola basket terdiri atas : (1) Melempar dan manangkap (passing dan catching), (2) Menggiring (dribbling), (3) Menembak (shooting), (4) Pivot atau olah kaki, (5) Merayah (rebound)”. Menurut Soebagio Hartoko (1993: 22-25) menyatakan teknik dasar permainan bola basket terdiri dari atas: “(1) Operan (passing), (2) Menangkap (Catching), (3) Menembak (Shooting), (4) Menggiring (Dribble), (5) Olah kaki (Footwork), (6) Pivot, (7) Jumping (Melompat/meloncat), (8) Gerak tipu (Fakes and feints)". Pada dasarnya pendapat yang dikemukakan dua ahli tersebut secara garis besar mengelompokkan teknik dasar bola basket terdiri dari dua macam yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Kedua teknik dasar tersebut merupakan komponen-komponen dalam permainan bola basket yang saling berkaitan terhadap keterampilan bermain bola basket. Dengan menguasai teknik dasar, maka akan membantu penampilannya baik secara individu maupun secara kolektif sehingga mempunyai peluang untuk memenangkan pertandingan. 2. Teknik Dasar Menembak Bola Basket a. Pentingnya Menembak (Shooting) dalam Bola Basket Menembak (shooting) merupakan usaha untuk memasukkan bola ke dalam keranjang (ring) basket. Hal Wissel (2000: 43) menyatakan, “Shooting (menembak) adalah keahlian yang sangat penting di dalam olahraga bola basket”. Pendapat lain dikemukakan Soebagio Hartoko (1993: 38) bahwa, "Teknik dasar terpenting dalam bola basket adalah kemahiran menembak, karena kemenangan suatu pertandingan ditentukan dengan jumlah tembakan yang dibuat oleh suatu regu". 24 Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, menembak merupakan teknik dasar yang paling penting dalam permainan bola basket, bahkan dapat menentukan menang atau kalahnya suatu tim. Hal ini karena, kemenangan suatu tim ditentukan oleh jumlah tembakan yang masuk pada keranjang lawan. Untuk menciptakan penembak-penembak yang baik, maka di dalam latihan harus diarahkan dengan baik kapan harus melakukan tembakan dan kapan tidak melakukan tembakan. Hal ini bergantung pada situasi permainan yang sedang dihadapi atau posisi pemain saat akan melakukan tembakan. Keberhasilan tembakan dalam permainan bola basket dipengaruhi oleh banyak faktor. Penguasaan teknik yang baik dan rasa percaya diri merupakan faktor yang dapat mendukung keberhasilan tembakan. Seperti dikemukakan Hal Wissel (2000: 44) bahwa, "Hubungan langsung antara percaya diri dalam menembak dan keberhasilan dalam menembak adalah faktor yang paling konsisten yang kita kenal pada penembak-penembak handal, karena memiliki rasa percaya diri dapat mengontrol pikiran, perasaan dan teknik menembaknya". Hal ini artinya, memiliki rasa percaya diri, mampu mengatasi tekanan dari lawan, mampu mengontrol pikiran dan perasaan serta mampu penguasaan teknik yang baik saat melakukan tembakan merupakan faktor-faktor yang harus dimiliki seorang pemain bola basket. Memang tidak mudah untuk memiliki keterampilan menembak yang baik, harus dilakukan latihan yang rutin dan sungguh-sungguh. b. Mekanisme Menembak (Shooting) Menembak atau shooting merupakan bentuk keterampilan yang memiliki unsur gerakan yang cukup kompleks. Dalam gerakan menembak terdapat beberapa unsur gerakan yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Untuk memperoleh hasil tembakan yang baik, seorang penembak harus mampu mengkoordinasikan unsur-unsur yang terlibat dalam gerakan menembak dengan baik dan benar. Menurut Hal Wissel (2000: 46) mekanika dasar tembakan bebas terdiri: “ 1) Pandangan, 2) Keseimbangan, 3) Posisi tangan, 4) Pengaturan siku, 5) Irama tembakan dan, 6) Followthrough”. 25 Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, mekanika tembakan bebas terdiri dari enam bagian. Pandangan berfungsi untuk melihat target atau ring. Pusatkan pandangan pada sisi muka ring. Keseimbangan terletak pada posisi kaki. Untuk memperoleh keseimbangan yang baik yaitu menjaga kepala segaris kaki (basis) sebagai kontrol keseimbangan. Posisi tangan saat melakukan tembakan yaitu tangan tembak ditempatkan tepat di belakang bola, tangan yang lainnya di bawah bola sebagai penjaga keseimbangan. Irama menembak merupakan sinkronisasi antara kaki, pinggang, bahu, siku tembak, kelenturan pergelangan tangan dan jari tangan. Followthrough merupakan gerak lanjut atau sikap akhir dari tembakan. Sikap akhir dari tembakan bebas yaitu, setelah bola lepas pertahankan lengan tetap di atas dan terentang sepenuhnya dengan jari tengah menunjuk lurus pada target. Dari keenam bagian mekanika tembakan bebas tersebut sangat penting untuk diperhatikan agar tembakan berhasil dengan baik. Jika dalam melakukan tembakan bebas bagian-bagian tersebut tidak diperhatikan, maka tembakan tidak akan berhasil. c. Macam-Macam Tembakan (Shooting) Bola Basket Ditinjau dari pelaksanaan tembakan bola basket dapat dilakukan dengan beberapa macam. Hal ini bergantung pada kebiasaan dari pemain itu sendiri atau situasi yang sedang dihadapi dalam permainan. Soebagio Hartoko (1993: 23-24) menyatakan bahwa, "Bila dilihat dari posisi badan saat menembak, tembakan dalam permainan bola basket dapat dibedakan menjadi (1) menghadap papan, (2) membelakangi papan. Ditinjau dari pelaksanaannya, menembak dapat dilakukan dengan berhenti, memutar, melompat, dan berlari”. A. Sarumpaet dkk. (1992: 230-233) membedakan teknik menembak terdiri atas : “(1) Menembak dengan dua tangan dari dada, (2) Tembakan dua tangan dari atas kepala, (3) Tembakan dengan satu tangan di atas kepala, (4) Tembakan satu tangan dengan meloncat dan, (5) Tembakan lay up (lay up shoot)”. Sedangkan Soebagio, (1993: 23-24) menyatakan, “Bila dilihat dari posisi badan saat menembak, tembakan dalam permainan bola basket dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) menghadap papan, (2) membelakangi papan. Ditinjau dari pelaksanaannya, menembak dapat 26 dilakukan dengan berhenti, memutar, melompat, dan berlari”. Adapun jenis-jenis menembak dalam permainan bola basket menurut Soebagio Hartoko (1993: 24) sebagai berikut: 1) Menghadap papan dengan sikap berhenti a) Tembakan dua tangan dari dada (Two handed set shoot). b) Tembakan dua tangan dari atas kepala (Two handed over head set shoot). c) Tembakan satu tangan (One handed set shoot). d) Tembakan satu tangan dari atas kepala (One hand over head shoot) 2) Menghadap papan dengan sikap melompat a) Tembakan lompat dengan dua tangan dari atas kepala (Two handed over head jump shoot). b) Tembakan lompat dengan satu tangan (One handed jump shoot). 3) Menghadap papan dengan sikap lari a) Tembakan lay up dengan tangan kanan atau tangan kiri (Right/lefthand lay-up shoot). b) Tembakan lay up dengan dua tangan dari bawah (Two hand under hand lay-up shoot). c) Tembakan lay up dengan dua tangan dari atas kepala (Two hand over head lay-up shoot). d) Tembakan lay up dengan satu tangan dari bawah (One hand under head lay-up shoot). e) Tembakan lay up dengan satu tangan running (One hand shoot). 4) Membelakangkan papan dengan sikap berhenti a) Tembakan memutar lurus di bawah keranjang (Straight turn shoot under basket). b) Tembakan melangkah di bawah keranjang (Stop away shoot under basket). c) Tembakan kaitan (The hook shoot). d) Tembakan setengah gaetan (The half hook shoot). e) Tembakan ayunan di bawah keranjang dengan dua tangan (Two hand under hand sweep shoot). f) Tembakan ayunan di bawah keranjang dengan satu tangan (One hand under hand sweep shoot). 5) Membelakangkan papan dengan sikap melompat a) Tembakan melompat di bawah keranjang (Up an under shoot). b) Tembakan melompat memutar dengan satu tangan (One hand jump twist shoot). c) Tembakan melompat memutar dengan dua tangan (Two hand jump twist shoot). Jenis-jenis tembakan tersebut dapat dilakukan di setiap permainan bola basket. Hal terpenting dan harus diperhatikan adalah situasi dan kondisi yang menguntung untuk melakukan tembakan. Tembakan yang gagal merupakan 27 kesempatan lawan untuk melakukan serangan. Oleh karena itu setiap pemain bola basket harus mampu melakukan beberapa jenis tembakan, sehingga setiap ada kesempatan melakukan tembakan mampu menembak dengan cermat dan tepat pada keranjang tanpa mendapat rintangan. 3. Tembakan Lay Up a. Lay Up Shoot Bola Basket Lay up shoot merupakan salah satu jenis tembakan dalam bola basket yang memiliki unsur gerakan cukup kompleks. Biasanya lay up shoot diawali dari menggiring bola atau menangkap bola yang selanjutnya diumpan atau dimasukkan ke keranjang lawan. Berkaitan dengan lay up shoot Arma Abdoellah (1981: 104) manyatakan, “Lay up adalah tembakan yang dilakukan dengan jarak yang dekat sekali dengan keranjang hingga seolah-olah diletakkan ke dalam keranjang yang didahului dengan gerakan melangkah lebar dan melompat setinggi-tingginya”. Menurut A. Sarumpaet dkk. (1992: 233) bahwa, “Tembakan lay up gerakannya terdiri dari lari, langkah, lompat dan menembak”. Pendapat lain dikemukakan Hal Wissel (2000: 61) bahwa, “Tembakan lay up dilakukan dekat dengan keranjang setelah menangkap bola atau menggiring bola”. Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, lay up shoot merupakan jenis tembakan bola basket yang dilakukan atau diawali dengan gerakan lari (dribbling) atau menangkap bola dan selanjutnya melangkah, melompat setinggi mungkin dan sedekat mungkin dengan ring untuk memasukkan bola ke dalam ring. Lay up shoot merupakan jenis tembakan yang paling efektif karena jarak tembakan sangat dekat dengan ring. Seperti dikemukakan Vic Ambler (1990: 36) bahwa, "Lay up shoot adalah tembakan yang paling aman dan efektif kalau pemain yang memegang bola tidak dibayangi lawan". Lay up shoot akan aman dan efektif bila dilakukan dalam posisi yang bebas dari hadangan lawan. Namun demikian bagi pemain yang sudah mahir dan terampil melakukan lay up shoot dapat digunakan untuk menerobos pertahanan lawan dan untuk mencetak angka. Hal terpenting dan harus diperhatikan pada 28 waktu akan melakukan lay up shoot adalah pada situasi yang betul-berul menguntungkan. b. Prinsip-Prinsip Dasar Lay Up Shoot Lay up shoot merupakan perpaduan dari beberapa unsur teknik dasar bola basket. Menurut Arma Abdoellah (1981: 103) bahwa, “Lembakan lay up dapat dilakukan dengan cara menerima bola dari operan kawan dimana penembak itu sedang dalam keadaan lari atau penembak itu menggiring bola kemudian dilanjutkan dengan tembakan lay up”. Hal senada dikemukakan Agus Mukholid (2004: 44) bahwa, “Gerakan melangkah pada lay up shoot dapat dilakukan dari menerima bola atau gerakan menggiring bola”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, lay up shoot biasanya diawali dari operan, yaitu pemain yang akan melakukan lay up shoot telah dalam posisi siap untuk melakukan tembakan atau diawali dari menggiring bola. Untuk dapat melakukan lay up shoot dengan baik, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan. Menurut Arma Abdoellah (1981: 103) bahwa, halhal yang harus diperhatikan dalam melakukan tembakan yaitu: “(1) Saat menerima bola, (2) Saat melangkah dan, (3) Saat melepaskan bola”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip-prinsip lay up shoot bola basket terdiri dari tiga bagian yaitu: saat menerima bola, saat melangkah dan saat melepaskan bola. Ketiga prinsip tersebut harus dirangkaikan secara luwes, lancar dan harmonis dalam satu gerakan yang utuh. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip lay up shoot dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1) Saat Menerima Bola Keberhasilan dalam melakukan lay up shoot harus didukung tangkapan (catching) yang baik dan mantap. Berdasarkan peraturan bola basket bahwa, seorang pemain setelah menangkap bola diperbolehkan menambah langkahnya sebanyak dua langkah, baru kemudian bola ditembakan ke ring. Namun bagi siswa pemula seringkali pada saat menerima dan melangkah terjadi kelebihan langkah (langkah yang dilakukan lebih dari dua). Hal ini mengakibatkan 29 pelanggaran. Atau kemungkinan dapat terjadi setelah menerima bola langsung meloncat dan menembak, sehingga gerakan ini bukan gerakan lay up, tetapi gerakan yang dilakukan seperti gerakan tembakan meloncat. 2) Saat Melangkah Gerakan melangkah pada tembakan lay up yaitu, langkah pertama dilakukan dengan lebar dan badan condong ke depan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jarak sedekat mungkin dengan ring dan menjaga keseimbangan tubuh. Langkah kedua pendek yaitu, untuk mempersiapkan diri agar dapat menolakkan kaki dengan sekuat-kuatnya, agar diperoleh lompatan yang setinggitingginya sehingga memperoleh jarak tembak sedekat mungkin dengan ring. Menurut Arma Abdoellah (1981: 104) gerakan melangkah dalam tembakan lay up yaitu : 1) Langkah pertama harus lebar dan badan condong ke depan untuk memelihara keseimbangan, untuk memperoleh jarak maju sejauh mungkin. 2) Langkah ke dua pendek dengan maksud mempersiapkan diri agar dapat menolakkan kaki sekuat-kuatnya supaya memperoleh lompatan yang setinggi-tingginya. 3) Lompatan terakhir harus setinggi-tingginya dengan maksud mendekatkan diri dengan basket, mengurangi kecepatan ke depan. 3) Saat Lepasnya Bola Pada saat melepaskan bola (memasukkan bola) dari gerakan lay up harus dilakukan dengan tepat dan akurat. Dalam hal ini seorang pemain harus mampu menjaga keseimbangan tubuh, dan ketepatan saat pelepasan bola pada papan pantul, sehingga bola dapat dengan mudah masuk pada ring. Menurut Hal Wissel (2000: 61) teknik pelepasan bola dalam tembakan lay up shoot yaitu “Arahkan lengan, pergelangan, dan jari-jari tangan lurus ke arah ring basket dengan sudut antara 45 sampai 60 derajat dan lepaskan bola dari telunjuk jari dengan sentuhan yang halus. Pertahankan posisi tangan penyeimbang pada bola sampai terlepas”. Keterpaduan dan keserasian gerak sangat penting dalam tembakan lay up shoot. Agar lay up shoot dapat dilakukan dengan baik, maka bagian-bagian tubuh 30 yang terlibat dalam gerakan lay up shoot harus dikoordinasikan dengan baik dan harmonis. Kualitas gerakan akan terlihat dengan baik, jika gerakan yang dilakukan efektif dan efisien serta hasilnya memuaskan. Untuk melakukan lay up shoot bola basket dapat dilakukan dengan dua cara. Dalam hal ini A. Sarumpaet dkk. (1992: 234) menyatakan, “Tembakan lay up dapat dilakukan berkat kemahirannya dalam menggiring bola, menerobos pertahanan lawan, atau melalui bantuan teman seregunya memberi umpan sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap sambil melayang, diteruskan gerakan lay up shoot”. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gambar rangkaian gerakan lay up shoot sebagai berikut: Gambar 1. Rangkaian Gerakan Lay Up Shoot (A. Sarumpaet dkk., 1992: 234) Gambar di atas menunjukkan bahwa, rangkaian gerakan lay up shoot diawali dari tangkapan. Pada saat akan melakukan lay up shoot pemain harus dalam posisi yang menguntungkan yaitu telah siap menerima operan dan menangkapnya. Setelah menangkap bola dilanjutkan dengan gerakan melangkah. Pada langkah pertama harus lebar atau jauh dengan tetap memelihara keseimbangan. Kemudian untuk langkah kedua adalah pendek untuk memperoleh awalan tolakan yang kuat agar dapat meloncat setinggi-tingginya. Loncatan yang setinggi-tingginya dimaksudkan agar saat menembak dapat sedekat mungkin dengan ring basket. Pada saat melepaskan bola untuk tembakan, bola harus dilepas (dilecutkan) dengan kekuatan lecutan ujung jari, sebaiknya memantul pada papan pantul di sekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil di atas ring basket bila dilakukan dari sebelah kanan ring basket. Bila dilakukan dari sebelah 31 kiri ring basket, maka pantulan bola juga pada papan sebelah kiri ring basket dekat garis tegak di samping kiri ring basket. c. Pelanggaran yang Sering Terjadi dalam Lay Up Shoot Lay up adalah bentuk keterampilan yang menuntut skill yang tinggi. Bagi siswa sekolah, tembakan lay up merupakan salah satu teknik tembakan bola basket yang sulit untuk dikuasai. Menurut Hal Wissel (2000: 62-63) pelanggaran yang sering terjadi dalam lay up shoot yaitu: 1) Pada saat mengambil ancang-ancang menggunakan lompatan jauh (imbang ke depan atau ke samping) ketimbang melompat tinggi. 2) Sebelum melakukan tembakan memutar bola ke arah dalam dan sehingga gampang dihalangi atau dicuri lawan. 3) Kehilangan perlindungan dan kontrol pada bola karena terlalu cepat menarik tangan penyeimbang pada bola. 4) Tembakan berputar dari samping menghasilkan gerakan bola yang memutar menjauhi ring. 5) Bola memantul rendah pada papan dan keluar. Dengan sedikit sentuhan dengan tangan, tembakan jatuh rendah. 6) Setelah melakukan lay up tidak siap merebutnya kembali atau gagal melakukan rebound. Lay up shoot dapat dilakukan dengan baik, jika pelanggaran-pelanggaran seperti di atas dapat dihindari. Kesalahan dari gerakan lay up shoot akan merugikan, karena bola akan menjadi hak lawan. Usaha untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran dalam gerakan lay up shoot Hal Wissel (2000: 63) menyarankan hal-hal sebagai berikut 1) Jaga posisi kepala tegak dan fokuskan pada target. Jalan beberapa langkah sebelum memulai (take off) sehingga dapat cepat menekuk lutut take off dan memeperoleh momentum gaya angkat. Sewaktu take off angkat lutut yang satu lagi lurus bersamaan dengan melompat bola ke dalam keranjang. Kombinasi dari mengangkat lutut ke atas dan gerakkan tangan akan mendorong tubuh melompat lebih tinggi. 2) Angkat bola lurus ke atas ketika menembak. 3) Jaga tangan penyeimbang pada bola sampai melepasnya. 4) Tembak dengan tangan yang berada di belakang bola agar diperoleh spin dan selanjutnya masukkan bola ke dalam keranjang. 5) Tembakan bola lebih tinggi dari papan sehingga bola terpantul masuk ke dalam keranjang. Walaupun tidak tepat tetapi ada kemungkinan bola akan masuk 32 6) Mendarat di tempat yang sama–posisi kaki dengan lutut dibengkokkan dan siap melakukan rebound. Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam gerakan lay up shoot harus segera dibetulkan dan diberi contoh gerakan yang benar. Kesalahan yang dibiarkan akan membentuk pola gerak yang salah, sehingga kualitas lay up shoot yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan. 4. Hakikat Mengajar Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapakan bahan yang akan disajikan kepada siswa. Upaya yang dilakukan guru tersebut agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai. Berkaitan dengan mengajar Husdarta & Yudha M. Saputra (2000: 3) menyatakan, “Mengajar adalah upaya guru dalam memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Arah yang akan dituju dalam proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru dan diketahui oleh siswa”.Hal senada dikemukakan Rusli Lutan (1988: 376) bahwa, Mengajar merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dari seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, ketrampilan atau bahkan sifat-sifat biologis tertentu, dan informasi atau keterampilan itu disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian mendapat respon dari obyek sekaligus berperan sebagai subyek. Berdasarkan pengertian mengajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang bertujuan untuk mempengaruhi atau meningkatkan pengetahuan atau keterampilan siswa menjadi lebih baik. Ditinjau dari pelaksanaannya, unsur pokok dalam proses mengajar terdiri beberapa elemen yaitu (1) guru yang berpengalaman dan 33 terampil, (2) siswa yang sedang berkembang, (3) informasi atau ketrampilan, (4) saluran atau metode penyampaian informasi atau keterampilan dan (5) respon atau perubahan perilaku pada siswa. Aktivitas belajar mengajar yang paling menonjol ada pada siswa. Guru cenderung berperan sebagai fasilitator dan motivator agar siswa mau untuk belajar (learn how to learn). Guru harus mampu membelajarkan siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dituntut memiliki kesabaran, kecintaan dalam memahami dan mengelola proses pembelajaran. Di samping itu juga guru harus menguasai materi pelajarannya. Hal inilah yang harus dikuasai seorang guru, sehingga guru dituntut mampu menerapkan strategi mengajar yang efektif agar prose belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan dapat dicapai secara optimal. a. Mengajar yang Efektif Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dalam belajar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk itu guru dituntut dapat membantu siswanya, sehingga pada waktu mengajar dapat dilakukan dengan efektif. Menurut Rusli Lutan (1988: 381) efektivitas pengajaran meliputi beberapa unsur yaitu: “(1) Pemanfaat waktu aktif berlatih, (2) Lingkungan yang efektif, (3) Karakteristik guru dan siswa, (4) Pengelolaan umpan balik”. Diantara empat elemen tersebut, elemen yang dominan pengaruhnya pada efektivitas mengajar adalah pemanfaatan waktu aktif berlatih. Lebih lanjut Rusli Lutan (1988: 381) mengemukakan “Jumlah waktu yang dihabiskan siswa untuk aktif belajar, merupakan indikator utama dan efektivitas pengajaran”. Konsep jumlah waktu aktif berlatih erat dengan kemampuan managemen guru dalam mengelola proses belajar dan kesediaan serta ketekunan siswa untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang diajarkan. Seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, tidak saja susunan 34 pengalaman atau tugas-tugas ajar, tetapi juga penciptaan kondisi lingkungan belajar yang efektif. Menurut Husdarta & Yudah M. Saputra (2000: 4) bahwa: Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi di kelas atau lapangan. Ciri utama terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat di dalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam pengaturan lingkungan belajar bertujuan agar siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar yang efektif. Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar agar tujuan mengajar dapat berhasil. b. Unsur-Unsur yang Mendukung Pencapaian Tujuan Mengajar Perencanaan merupakan bagian integral dari belajar mengajar yang efektif. Efektivitas mengajar akibat adanya perencanaan yang jelas, jika guru ingin menerapkan model-model atau materi mengajar yang tidak pernah diterapkan sebelumnya atau pada saat dihadapkan dengan lingkungan belajar mengajar yang serba terbatas. Untuk itu kemampuan membuat perencanaan merupakan bagian integral dari upaya meningkatkan kemampuan guru dalam ketrampilan mengajarnya. Perencanaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan belajar mengajar untuk mengembangkan kreativitas pengajaran. Seorang guru dihadapkan tugas untuk memadukan beberapa unsur penting dalam mengajar. Perpaduan unsur penting itu memerlukan pemikiran dan keputusan yang selanjutnya dituangkan ke dalam perencanaan. Sebagai contoh bagaimana agar pelaksanaan tugas ajar siswa mendapat kesempatan atau giliran secara merata dengan waktu, alat yang serba terbatas ? Dalam hal ini seorang guru harus mampu menerapkan metode mengajar, membagi waktu yang tersedia dan membuat formasi belajar yang baik dan tepat agar semua siswa aktif mengikuti tugas ajar. 35 Proses belajar mengajar dikatakan sukses, apabila tujuan mengajar dapat dicapai dengan baik. Tujuan mengajar berkaitan dengan beberapa bagian yang saling menunjang dalam proses belajar mengajar. Berikut ini disajikan bagan bagian-bagian yang mendukung pencapaian tujuan proses belajar mengajar menurut Rusli Lutan (2000:8) sebagai berikut: Tujuan Proses belajar Mengajar Substansi Tugas-ajar Metode/Gaya Mengajar Evaluasi Gambar 2. Skema Bagian-Bagian yang Mendukung Pencapaian Tujuan Belajar Mengajar (Rusli Lutan, 2000: 8) Bagan di atas menunjukkan bahwa, komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan mengajar meliputi: metode/gaya mengajar, evaluasi, substansi tugas ajar dan proses belajar mengajar. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan satu sama lainnya untuk mencapai tujuan belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus menjelaskan tujuan belajar mengajar kepada siswa agar siswa mengerti dan memahami. Setelah siswa mengerti dan memahi tujuan belajar mengajar, guru harus mampu membelajarkan siswa secara merata. Semua siswa harus berpartisipasi atau melakukan giliran tugas ajar secara merata sehingga siswa menjadi lebih aktif. Jika siswa mampu melakukan tugas ajar secara aktif, maka semakin besar kemungkinan tujuan belajar mengajar akan tercapai. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan belajar mengajar dicapai dapat dilihat melalui evaluasi. Jika dari hasil eveluasi menunjukkan peningkatan prestasi, berarti tujuan belajar mengajar berhasil. Namun jika sebaliknya yaitu, 36 prestasi tetap atau tidak meningkatan berarti tujuan belajar mengajar tidak tercapai. c. Penilaian Hasil Belajar Tujuan akhir dari kegiatan belajar mengajar yaitu terjadinya perubahan pada diri siswa. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, di samping diukur dari segi prosesnya. Hal ini maksudnya, seberapa jauh hasil belajar dimiliki siswa. Hasil belajar ini harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar mengajar. Perubahan pada diri siswa akibat dari belajar dapat diketahui melalui evaluasi atau penilaian. Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 78) bahwa, “…evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan belajar dapat dicapai”. Sedangkan Syaiful Sagala (2005: berpendapat, “Maksud dan tujuan dari evaluasi adalah menentukan hasil yang dicapai siswa”. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, evaluasi merupakan salah satu bagaian yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui evaluasi atau penilaian akan diketahui apakah materi yang diberikan dapat dikuasi dengan baik ataukah sebaliknya. Yang dimaksud dengan penilaian menurut Nana Sudjana (2005: 111) bahwa: Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, penilaian merupakan suatu bentuk hasil belajar yang didasarkan pada kriteria tertentu. Melalui penilaian tersebut akan diketahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai siswa. Lebih lanjut Nana Sudjana (2005: 111) menyatakan penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar mengajar memiliki fungsi yaitu: “(1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan 37 pengajaran, (2) untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru”. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa menggambarkan cerminan dari guru dan siswa. Hal ini maksudnya, hasil belajar yang dicapai siswa menandakan siswa dapat menguasai materi yang diterimanya. Sedangkan bagi guru, hasil belajar yang dicapai siswa dapat diketahui tujuan pengajaran tercapai atau tidak atau efektif tidaknya pengajaran yang telah dilakukan. Untuk itu penilaian sangat penting dalam proses belajar mengajar. 5. Gaya Mengajar a. Pengertian Gaya Mengajar Keberhasilan penggunanaan gaya mengajar yang dilakukan guru akan selalu bergantung pada gaya siswa belajar. Gaya belajar dan mengajar merupakan dua hal yang perlu di dalam melangsungkan proses belajar mengajar. Gaya belajar merupakan kepribadian atau personality dan kesanggupan siswa untuk terlibat dalam proses belajar. Sedangkan gaya mengajar merupakan strategi guru untuk menyampaikan tugas ajar kepada siswa agar siswa aktif mengikuti tugas ajar yang diberikan. Pemakaian istilah gaya mengajar (teaching style) sering berganti dengan istilah strategi mengajar (teaching strategy) yang pengertiannya dianggap sama yakni siasat untuk menggiatkan partisipasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas ajar (Rusli Lutan, 2000: 29). Pada prinsipnya gaya mengajar bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam menjalankan tugas-tugas ajar dari guru. Berkaitan dengan gaya mengajar Srijono Brotosuroyo, Sunardi dan M. Furqon (1994: 250) menyatakan, “Gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh siswa di dalam episode atau peristiwa belajar yang diberikan”. Menurut Husdarta & Yudah M. Saputra (2000: 21) bahwa, “Gaya mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap oleh siswa”. 38 Berdasarkan pengertian gaya mengajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar merupakan seperangkat keputusan yang diambil dalam pelaksanaan proses pengajaran. Baik guru maupun siswa memiliki kemungkinan untuk membuat keputusan dalam proses pengajaran. Perbedaan antara satu gaya dengan gaya lainnya ditentukan oleh besarnya pengalihan keputusan dari guru kepada siswanya. Pada sisi lain dapat dilihat gaya mengajar yang semua keputusannya dibuat oleh guru, tetapi ada juga gaya mengajar siswa juga dapat mengambil keputusan. Kecenderungan yang terjadi dalam proses pengajaran adanya kesadaran bahwa pengajaran sebaiknya jangan terlalu didominasi oleh keputusan guru. Tetapi harus secara proporsional memberikan kesempatan kepada siswa dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pelaksanaannya. b. Macam-Macam Gaya Mengajar Pada dasarnya gaya mengajar bersifat kontinum terdiri dari 11 gaya, yang masing-masing gaya memiliki kelebihan sekaligus memiliki kelemahan. Untuk memanfaatkan kelebihan dari setiap gaya mengajar guru harus mampu menggunakan gaya yang bervariasi dalam pembelajarannya. Artinya, ketika guru mengajar harus mengkombinasikan gaya mengajar yang berbeda-beda, untuk mencari kemungkinan terbaik serta mencari kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Menurut Moston yang dikutip Agus Mahendra (2000: 108-117) mengklasifikasikan gaya mengajar menjadi 11 macam yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Gaya komando Gaya latihan (Practice style) Gaya berbalasan (Reciprokal style) Gaya menilai (Self-check style) Gaya inklusi (Inklusi style) Gaya penemuan terbimbing (Guided discovery) Gaya penemuan kovergen (Covergent discovery sytle) Gaya produksi (Divergen production) Gaya program rancangan siswa (Learner’s individual designed program) 10) Gaya inisiatif (Learner initiated) 11) Gaya mengajar diri (Self teaching). 39 Kesebelas gaya mengajar tersebut penting untuk diperhatikan dan dikuasai seorang guru dalam proses pembelajaran. Seorang guru dapat mengkombinasikan antara gaya yang satu dengan lainnya menurut kebutuhannya. Hal ini karena, tidak ada satu gaya mengajar yang dianggap paling berhasil karena bergantung pada situasi. Seperti dikemukakan Rusli Lutan (2000: 30) alasan digunakannya beberapa macam gaya mengajar dalam proses pembelajaran yaitu, “(1) untuk mendorong terciptanya suasana belajar yang mengajarkan siswa untuk belajar, (2) agar guru dan siswa sama-sama termotivasi dan giat melaksanakan tugas masingmasing”. Mengkombinasikan antara gaya mengajar satu dengan gaya mengajar lainnya pada dasarnya bertujuan untuk mendorong terciptanya suasana belajar yang kondusif. Selain itu juga, antara guru dan siswa termotivasi untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Proses belajar mengajar yang kondusif dan masing-masing mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. 6. Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Inklusi a. Pengertian Gaya Inklusi Gaya mengajar inklusi merupakan cara mengajar yang diterapkan guru yaitu dengan cara merancang bentuk-bentuk pembelajaran berdasarkan level-level tertentu dari cara yang mudah dan cara yang sulit. Dari rancangan pembelajaran yang dibuat guru siswa diberi kebebasan untuk mengikuti tugas ajar sesuai kemampuannya masing-masing. Hal ini sesuai tujuan gaya inklusi yang dikemukakan Husdarta & Yudha M. Saputra (2000:30) bahwa, “Tujuan gaya mengajar inklusi adalah untuk membelajarkan siswa pada level kemampuan masing-masing”. Gaya mengajar inklusi ini mempunyai pengertian yang hampir sama dengan gaya tugas. Adapun yang dimaksud dengan gaya tugas menurut Rusli Lutan (2000:32) yaitu: 40 Ciri gaya tugas yaitu guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat atau lambatnya tempo belajar. Guru memberi keleluasan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pembelajaran yang didasarkan pada kemampuannya siswa. Tugas ajar telah dirancang oleh guru dari cara yang mudah sampai pada cara yang sulit. Seperti dikemukakan Husdarta & Yudah M. Saputra (2000: 30) bahwa, “Peranan guru dalam gaya inklusi adalah mempersiapkan tugas gerak yang akan dilakukan siswa dan menentukan tingkat kesukaran di dalam tugas gerak yang akan diberikan. Guru harus mempersiapkan kriteria untuk masingmasing tahapan tugas”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, gaya mengajar inklusi menekankan pada tingkat kesulitan gerakan yang akan dipelajari. Gerakan yang akan dipelajari digolongkan atau dikelompokkan ke dalam beberapa kriteria tingkat dari yang mudah sampai yang sulit. Dari tahapan bentuk pembelajaran yang dirancang guru, siswa dapat memilih tahapan yang dianggap mampu untuk melakukannya. Peranan siswa adalah mencoba melakukan gerakan untuk setiap tingkat kesulitan. Siswa dapat memilih gerakan yang mereka anggap mampu. Siswa dapat melanjutkan pada tahapan atau aktivitasnya pada level berikutnya yang lebih sulit, jika level sebelumnya telah dikuasai atau dianggap mampu. Berdasarkan karakteristik gaya mengajar inklusi tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar yang dilakukan tahap demi tahap memberi kemudahan bagi siswa untuk bisa berkembang lebih cepat terhadap penguasaan gerak keterampilan yang dipelajari. Hasil yang dicapai pada tahap awal bisa menjadi modal untuk mempelajari materi berikutnya yang lebih sulit atau lebih kompleks. Kemampuan fisik dan gerak akan berkembang sejalan dengan aktivitas mempraktekkan gerak berulang-ulang. Dengan meningkatnya daya fisik dan gerak akan menjadi lebih siap untuk mempelajari gerakan-gerakan yang semakin sukar atau berat dan kompleks. 41 b. Pelaksanaan Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Inklusi Bertolak dari pengertian gaya mengajar inklusi, pelaksanaan mengajar lay up shoot bola basket dengan gaya inklusi yang dimaksud yaitu: guru menjelaskan teknik gerakan lay up shoot bola basket terdiri dari gerakan dribbling atau menangkap bola, gerakan langkah panjang, gerakan langkah pendek, meloncat dan melepaskan bola agar masuk ke dalam ring. Setelah teknik-teknik tersebut dijelaskan, untuk selanjutnya guru mendemostrasikannya. Langkah selanjutnya guru menyusun dan menentukan macam-macam bentuk pembelajaran lay up shoot bola basket dari level paling mudah sampai level yang sulit. Sebagai contoh level 1 yaitu: lempar tangkap, level 2 gerakan dribbling dengan berjalan , level 3 gerakan dribbling dengan lari, level 4 gerakan lay up tanpa bola, level 5 lay up shoot dengan bola diumpan, level 6 lay up shoot dengan diawali dribbling dan lain sebagainya. Berdasarkan level-level pembelajaran lay up shoot bola basket yang telah disusun guru tersebut siswa diberi kebebasan melakukan tugas ajar sesuai kemampuannya masing-masing. Artiya, jika level 1 dianggap mudah dan bisa dapat langsung pada level berikutnya. Tetapi sebaliknya, jika level yang sulit tidak dapat dilakukan harus melalui level yang mudah terlebih dahulu. c. Kelebihan dan Kelemahan Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Inklusi Gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada tahapan-tahapan tugas ajar. Tahapan-tahapan tugas ajar tersebut dirancang dari tingkat yang mudah sampai tingkat yang sukar. Dari tahapan-tahan tugas ajar tersebut siswa dapat memilih tugas ajar sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut gaya mengajar inklusi dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan mengajar lay up shoot bola basket dengan gaya inklusi antara lain: 1) Siswa dapat mengukur tingkat kemampuannya masing-masing, sehingga dapat menentukan dan memilih tugas ajar sesuai dengan kemampuannya. 42 2) Belajar tahap demi tahap mempunyai dampak yang lebih baik, sehingga akan memberi kemudahan untuk mempelajari tugas gerak yang lebih sulit atau rumit. 3) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena merasa tertantang dengan tugas ajar yang semakin sukar atau rumit. 4) Dapat meningkatkan persaingan yang sehat antar siswa, sehingga proses belajar lebih kondusif. Kelemahan mengajar lay up shoot bola basket dengan gaya inklusi antara lain: 1) Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dalam pembelajaran, karena menuntut kemampuan yang memadai sebelum mempelajari tahap berikutnya. 2) Waktu yang dibutuhkan lebih lama, bila pada tahap sebelumnya siswa belum menguasai dengan baik. 3) Kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda-beda, siswa yang terampil akan semakin berkembang, sedangkan yang kemampuannya rendah peningkatan kemampuan lay up shoot bola basket agak lambat. 7. Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Eksplorasi a. Pengertian Gaya Eksplorasi Gaya mengajar eksplorasi merupakan gaya mengajar yang berpusat pada siswa. Dalam gaya mengajar eksplorasi siswa diberi kebebasan mengeksplorasikan kemampuannya dari tugas ajar yang diberikan guru. Berkaitan dengan gaya mengajar eksplorasi Husdarta & Yudah M. Saputra (2000: 31) menyatakan, “Gaya mengajar eksplorasi memfokuskan proses belajar pada siswa (child centered)”. Sedangkan ciri-ciri gaya mengajar eksplorasi menurut Rusli Lutan (2000: 41) yaitu: “Tugas guru ialah menyiapkan pelajaran, materi dan petunjuk umum. Siswa bertugas untuk menentukan sendiri respon yang sesuai. Gaya ini cocok untuk pengayaan gerak dan mengembangkan beberapa pola gerak untuk keterampilan khusus”. 43 Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar eksplorasi merupakan cara mengajar yang memberi kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasikan tugas ajar yang diberikan. Gaya ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep, ide dan memperoleh respon yang original dari siswa. Gaya mengajar eksplorasi memberikan peluang kepada siswa bekerja mandiri dan menggali kemampuannya sendiri. Kebebasan gerak dalam mempelajari keterampilan tanpa ada penekanan-penekanan khusus dari guru akan menghasilkan sikap percaya diri yang lebih besar pada siswa. b. Pelaksanaan Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Eksplorasi Pelaksanaan mengajar lay up shoot bola basket dengan gaya eksplorasi yaitu, tugas pertama guru menjelaskan teknik gerakan lay up shoot bola basket terdiri gerakan langkah panjang, gerakan langkah pendek, meloncat dan melepaskan bola agar masuk ke dalam ring. Setelah teknik lay up shoot bola basket dijelaskan, selanjutnya guru mendemonstrasikan atau memberikan contoh gerakan lay up shoot bola basket yang baik dan benar. Pada kesempatan tersebut siswa harus menerima atau merespon penjelasan dan memahami contoh gerakan lay up shoot dari guru dan selanjutnya melakukan tugas ajar dari guru sesuai dengan contoh yang diterimanya. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya melakukan tugas ajar yang diberikan oleh guru. Kreativitas dan inisiatif siswa dapat berkembang dalam gaya eksplorasi. Dalam gaya mengajar eksplorasi siswa dituntut mandiri dan menggali kemampuannya sendiri. Gaya mengajar eksplorasi memungkinkan siswa untuk berlomba-lomba menunjukkan kemampuannya. Rasa percaya diri akan timbul dengan sendirinya apabila siswa dapat melakukan tugas ajar dari guru dengan baik. Peranan guru dalam gaya mengajar eksplorasi yaitu bertindak sebagai motivator dan memberikan jawaban atas pertanyaan dari siswa. Hal ini sesuai dengan prinsip gaya mengajar eksplorasi yang dikemukakan Rusli Lutan (2000: 43) yaitu: 44 1) Dalam penerapan gaya eksplorasi tidak berarti guru tidak aktif. Dalam praktek, ia berkeliling memberikan dorongan, dan menjawab pertanyaan yang dikemukakan secara perorangan. 2) Guru memusatkan perhatiannya untuk memotivasi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa agar mandiri, dan kemudian semakin mandiri sesuai dengan perkembangan anak. Kemandirian dan kebebasan mengeksplorasikan tugas ajar dar guru merupakan hal yang diutamakan dalam gaya mengajar eksplorasi. Tugas guru hanya memberikan dorongan dan menjawab atas pertanyaan atau kesulitan yang dihadapi siswa. c. Kelebihan dan Kelemahan Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Eksplorasi Penekanan gaya mengajar eksplorasi adalah kebebasan siswa melakukan tugas gerak dari guru. Siswa mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut gaya mengajar eksplorasi dapat diidetifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan mengajar lay up shoot bola basket dengan gaya eksplorasi antara lain: 1) Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam melaksanakan tugas ajar dari guru. 2) Kemampuan siswa dapat tergali dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain, sehingga ia akan mengetahui seberapa besar kemampuan yang telah dicapai. 3) Tugas ajar dapat dilaksanakan dengan senang tanpa ada penekanan-penekanan khusus dari guru, siswa dapat bergerak dengan bebas sehingga motivasi belajar menjadi meningkat. Di samping kelebihan di atas, gaya mengajar eksplorasi ini juga memiliki beberapa kelemahan di antaranya: 1) Siswa akan sering melakukan kesalahan teknik dan kurang dapat mencermati kesalahan teknik yang dilakukan. 2) Pelaksanaan pembelajaran kurang terkendali, karena siswa bebas bergerak tanpa diorganisasi secara teratur. 45 B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat diajukan kerangka pemiran sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Gaya Mengajar Inklusi dan Eksplorasi terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot Bola Basket Gaya mengajar inklusi dan eksplorasi merupakan gaya mengajar yang berpusat pada siswa. Namun dari kedua gaya mengajar tersebut masing-masing dalam pelaksanaannya memiliki karakteristik yang berbeda. Gaya mengajar inklusi merupakan gaya mengajar dengan tugas-tugas ajar dirancang oleh guru dari level yang mudah sampai pada level yang sulit. Dari level-level yang telah dirancang dari yang mudah sampai ke yang sulit siswa diberi kebebasan melakukan tugas ajar sesuai kemampuannya masing-masing. Sedangkan gaya mengajar eksplorasi merupakan bentuk pembelajaran yang memberi kebebasan kepada siswa untuk melaksanakan tugas ajar. Dalam gaya mengajar ini siswa dituntut untuk mandiri dan berkreativittas terhadap tugas ajar yang diberikan dari guru. Guru hanya bertindak sebagai motivator dan bertugas memberi jawaban atas pertanyaan dari siswa. Kebebasan bergerak tanpa ada penekanan-penekanan khusus dari guru merupakan hal yang ditekankan pada gaya mengajar eksplorasi. Siswa diberi keleluasan untuk mengeksplorasikan tugas yang yang diterimanya. Berdasarkan perbedaan karakteristik dari gaya mengajar inklusi dan eksplorasi tersebut tentu akan menimbulkan berbeda pengaruh terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket. Perbedaan perlakuan yang diberikan kepada siswa akan menimbulkan respon yang berbeda pula. Dengan demikian diduga bahwa, gaya mengajar inklusi dan eksplorasi memiliki perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket. 46 2. Gaya Mengajar Inklusi Lebih Baik Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot Bola Basket Berdasarkan karakteristik dari gaya mengajar inklusi dan eksplorasi menunjukkan bahwa, gaya mengajar inklusi lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket. Hal ini karena, gaya mengajar inklusi memiliki ciri belajar yang dilakukan secara bertahap. Siswa dapat mengontrol dirinya sendiri seberapa kemampuannya. Dalam gaya mengajar inklusi lebih terkendali, karena siswa dapat mengukur kemampuannya sendiri untuk meningkatkan pada bentuk pembelajaran yang lebih sulit. Dengan memiliki kemampuan awal yang memadai, akan lebih cepat beradaptasi menguasai tugas ajar yang lebih sulit. Sedangkan gaya mengajar eksplorasi pembelajarnnya kurang terkendali, siswa kurang dapat mengenali kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Di samping itu juga, guru tidak dapat memonitoring secara lebih teliti, karena tugas gerak yang dilakukan siswa berbeda-beda tanpa ada aturan yang harus dilaksanakan. Dengan demikian diduga bahwa, gaya mengajar inklusi diduga lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket. C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. 2. Gaya mengajar inklusi lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan bola basket SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan dengan tiga kali latihan pada tanggal 29 Januari 2009 sampai dengan tanggal 17 Pebruari 2009. Penelitian dilaksanakan pada hari Senin, Rabu dan Juma’at dimulai jam 15.00 WIB sampai dengan jam 17.00 WIB. B. Metode Penelitian 1. Metode Eksperimen Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Sugiyanto (1995: 21) menyatakan, “Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan atau diberi perlakuan yang berbeda”. 2. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah “Pretest-Posttest Design”. Gambar rancangan penelitian sebagai berikut : 48 S Pretest KE 1 Treatment A Posttest KE 2 Treatment B Posttest MSOP Keterangan : S = Subyek Pretest = Tes awal kemampuan lay up shoot bola basket MSOP = Matched Subject Ordinal Pairing KE1 = Kelompok 1 (K1) KE2 = Kelompok 2 (K2) Treatment A = Gaya mengajar inklusi Treatment B = Gaya mengajar eksplorasi Posttest = Tes akhir kemampuan lay up shoot bola basket Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada kemampuan lay up shoot bola basket pada tes awal. Setelah hasil tes awal dirangking, kemudian subjek yang memiliki kemampuan setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2). Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing. Adapun teknik pembagian kelompok secara ordinal pairing menurut Sutrisno Hadi (1995: 485) sebagai berikut : 1 2 4 3 5 6 8 7 9 dan seterusnya 49 C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. 1) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu: a. Gaya mengajar inklusi. b. Gaya mengajar eksplorasi. 2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan lay up shoot bola basket dalam permainan bola basket. D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 30 siswa terbagi dalam 2 kelas. Kelas VIII A berjumlah 14 siswa dan kelas VIII B berjumlah 16 siswa. 2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Keseluruhan populasi dijadikan sampel penelitian, sehingga penelitian ini penelitian populasi. E. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian diperoleh melalui tes dan pengukuran Tes dan pengukuran kemampuan lay up shoot dengan tes tembakan lay up dalam permainan bola basket dari Imam Sadikun (1992: 202). Petunjuk pelaksanaan test terlampir. 50 F. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini meliputi uji reliabilitas, uji prasyarat analisis dan pengujian hipotesis. Adapun langkah-langkah dari analisis data sebagai berikut: 1. Mencari Reliabilitas Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan korelasi interklas dengan rumus sebagai berikut : MSA – MSW R= MSA Keterangan : R = Koefisien reliabilitas MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok 2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah-langkah dari masing-masing uji prasyarat analisis sebagai berikut: a) Uji Normalitas Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai berikut : a) Pengamatan x1, x2,.....xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...... zn dengan menggunakan rumus : Xi - `X zi = S Keterangan : Xi = Dari variabel masing-masing sampel `X = Rata-rata S = Simpangan baku 51 b) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z£zi). c) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,......zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi). banyaknya z1, z2,......zn yang £zi maka S(zi) = n d) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya. e) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo. b) Uji Homogenitas Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (1982: 386) rumusnya adalah : SD2bs Fdbvb:dbvk = SD2kt Keterangan : Fdbvb : dbvk = Derajat kebebasan KE1 dan KE2 SD2bs = Standart deviasi KE1 SD2kt = Standart deviasi KE2 3. Uji Perbedaan Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari Sutrisno Hadi (1995: 457) sebagai berikut : Md t= å d2 N (N-1) 52 Keterangan : t = Nilai uji perbedaan Md = Mean perbedaan dari pasangan åd2 = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan N = Jumlah pasangan Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut : ½åD½ Md = N Keterangan : D = Perbedaan masing-masing subjek N = Jumlah pasangan Menghitung prosentase peningkatan kemampuan lay up shoot bola basket antara gaya mengajar inklusi dan eksplorasi menggunakan rumus sebagai berikut : Mean different Prosentase peningkatan = X 100% Mean Pretest Mean different = mean posttest – mean pretest 53 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir kemampuan lay up shoot bola basket. Berturut-turut berikut disajikan deskripsi data, uji persyaratan analisis, hasil analisis data dan pengujian hipotesis. Tabel 1. Diskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket pada Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2). Kelompok Kelompok 1 (K1) Kelompok 2 (K2) Hasil Hasil Tertinggi Terendah 15 4 Akhir 15 Awal Ahkir Tes N Mean SD Awal 1 2.47 0.99 7 3 4.87 1.13 15 4 1 2.53 0.92 15 6 2 4.20 1.15 B. Mencari Reliabilitas Tingkat reliabilitas hasil tes awal dan tes akhir kemampuan passing bawah bolavoli diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir kemampuan lay up shoot bola basket dalam penelitian sebagai berikut: Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes awal dan Tes Akhir. Hasil Tes Reliabilitas Kategori Awal lay up shoot 0.8556 Tinggi Akhir lay up shoot 0.8618 Tinggi 54 Adapun dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut, menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut: Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas Kategori Validita Reliabilita Obyektivita Tinggi sekali 0,80 – 1,0 0,90 – 1,0 0,95 – 1,0 Tinggi 0,70 – 0,79 0,80 – 0,89 0,85 – 0,94 Cukup 0,50 – 0,69 0,60 – 0,79 0,70 – 0,84 Kurang 0,30 – 0,49 0,40 – 0,59 0,50 – 0,69 Tidak signifikan 0,00 – 0,29 0,00 – 0,39 0,00 – 0,49 C. Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalanya dari data tes awal kemampuan lay up shoot dalam permainan bola basket. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) sebagai berikut: Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kelompok N Mean SD Lhitung Lt 5% K1 15 2.47 0.99 0.1629 0.220 K2 15 2.53 0.92 0.1619 0.220 Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 (K1) diperoleh nilai Lhitung = 0.1629, nilai tersebut lebih kecil dari angka batas 55 penolakan pada taraf signifikan 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 1 (K1) termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 (K2) diperoleh nilai Lhitung = 0.1619, ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol pada taraf signifikan 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 2 (K2) termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) sebagai berikut : Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok N SD2 K1 15 1.7341 K2 15 1.6842 Fhitung Ft 5% 1.0296 2.48 Dari hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung= 1.0296. Sedangkan dengan db =14 lawan 14, angka Ft 5%= 2,48. Ternyata nilai Fhitung = 1.0296 lebih kecil dari Ft 5% = 2.48. Karena Fhitung < Ftabel5%, maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) memiliki varians yang homogen. 56 D. Hasil Analisis Data 1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji perbedaanya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui perbedaan pada kedua kelompok tersebut, sebelum diberi perlakuan berangkat dari keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) sebelum diberi perlakuan adalah sebagai berikut : Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2). Kelompok N Mean K1 15 2.47 K2 15 2.53 thitung ttabel 5% 0.2290 1.75 Berdasarkan hasil uji perbedaan tes awal antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai thitung sebesar 0.2290 dan ttabel dengan N = 15, db = 15 – 1 = 14 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 1.75. Hal ini menunjukkan thitung < ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) sebelum diberi perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan pada awalnya. 2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan Setelah dilakukan pembelajaran lay up shoot bola basket, yaitu kelompok 1 (K1) mendapat perlakuan gaya mengajar inklusi dan kelompok 2 (K2) mendapat perlakuan gaya mengajar eksplorasi, kemudian dilakukan uji perbedaan. Hasil uji perbedaan setelah diberi perlakuan sebagai berikut: 57 1. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 (K1) yaitu : Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K1). Kelompok 1 (K1) N Mean Tes awal 15 2.47 Tes akhir 15 4.87 thitung ttabel 5% 4.2851 1.75 Berdasarkan hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir kelompok 1 diperoleh nilai thitung sebesar 4.2851 dan ttabel dengan N = 15, db = 15 – 1 = 14 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 1.75. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, sehingga antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 (K1) terdapat perbedaan yang signifikan. 2. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 (K2) yaitu : Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 (K2). Kelompok (K2) N Mean Tes awal 15 2.53 Tes akhir 15 4.40 thitung ttabel 5% 4.3340 1.75 Berdasarkan hasil uji perbedaan antara tes awal dan tes akhir kelompok 2 diperoleh nilai thitung sebesar 4.3340 dan ttabel dengan N = 15, db = 15 – 1 = 14 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 1.75. Hal ini menunjukan bahwa thitung > ttabel,. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, sehingga antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 (K2) terdapat perbedaan yang signifikan. 58 3. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) yaitu : Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir Antara Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2). Kelompok N Mean K1 15 4.87 K2 15 4.20 thitung ttabel 5% 2.0593 1.75 Berdasarkan hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) diperoleh nilai thitung sebesar 2.0593 dan ttabel dengan N = 15, db = 15 – 1 = 14 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 1.75. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, sehingga hasil tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) terdapat perbedaan yang signifikan. a. Perbedaan Persentase Peningkatan. Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki prosentase peningkatan kemampuan lay up shoot bola basket yang lebih baik, dilakukan penghitungan perbedaan prosentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan lay up shoot bola basket dalam prosen antara kelompok 1 (K1)dan kelompok 2 (K2) sebagai berikut : Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket antara Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2). Kelompok N Mean Pretest Mean Posttest Mean Different Persentase Peningkatan Kelompok 1 (K1) 15 2.47 4.87 2.40 97.2973% Kelompok 2 (K2) 15 2.53 4.20 1.67 65.7895% 59 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan kemampuan lay up shoot bola basket sebesar 97.2973%. Sedangkan kelompok 2 (K2) memiliki peningkatan kemampuan lay up shoot bola basket sebesar 65.7895%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 (K1) memiliki prosentase peningkatan kemampuan lay up shoot bola basket yang lebih besar dari pada kelompok 2 (K2). E. Pengujian Hipotesis 1. Perbedaan Pengaruh Gaya Mengajar Inklusi dan Eksplorasi terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot Bola Basket Berdasarkan uji perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, karena hasil perhitungan dari data tes akhir kedua kelompok diperoleh thitung sebesar 2.0593. Dari nilai tersebut menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel ( thit > ttabel ), dengan db = 15 – 1 = 14 pada taraf signifikansi 0,05 (5%) ttabel sebesar 1.75. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket. Hal ini karena, dari masing-masing gaya mengajar tersebut memiliki penekanan yang berbeda dan keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda pula. Perbedaan perlakuan yang diberikan pada pelaku akan memberikan respon yang berbeda pula. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009, dapat diterima kebenarannya. 60 2. Gaya Mengajar Inklusi Lebih Baik Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot Bola Basket Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) menunjukkan bahwa kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan yang lebih besar daripada kelompok 2 (K2). Kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan kemampuan hasil belajar lay up shoot bola basket sebesar 97.2973%, sedangkan kelompok 2 (K2) memiliki peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket sebesar 65.7895%. Prosentase peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket kelompok 1 (K1) (kelompok perlakuan gaya mengajar inklusi) lebih besar karena, gaya mengajar inklusi memiliki ciri belajar yang dilakukan secara bertahap. Siswa dapat mengontrol dirinya sendiri seberapa kemampuannya. Dalam gaya mengajar inklusi lebih terkendali, karena siswa dapat mengukur kemampuannya sendiri untuk meningkatkan pada bentuk pembelajaran yang lebih sulit. Dengan memiliki kemampuan awal yang memadai, akan lebih cepat beradaptasi terhadap tugas ajar yang lebih sulit. Sedangkan gaya mengajar eksplorasi pembelajarnnya kurang terkendali, siswa kurang dapat mengenali kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Di samping itu juga, guru tidak dapat memonitoring secara lebih teliti, karena tugas gerak yang dilakukan siswa berbeda-beda tanpa ada aturan yang harus dilaksanakan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, gaya mengajar inklusi lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009, dapat diterima kebenarannya. 61 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima, dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing kelompok diperoleh nilai thit sebesar 2.0593 dan ttabel sebesar 1.75 dengan taraf signifikasi 5%. 2. Gaya mengajar inklusi lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Gaya mengajar inklusi memiliki prosentase peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket sebesar 97.2973%, sedangkan gaya mengajar eksplorasi memiliki peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket sebesar 65.7895% B. Implikasi Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa gaya mengajar inklusi lebih baik pengaruhnya daripada gaya mengajar eksplorasi terhadap peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket. Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini bahwa, setiap gaya mengajar memiliki efektivitas yang berbeda dalam meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket. Oleh karena itu, dalam menerapkan gaya mengajar yang bertujuan meningkatkan kemampuan lay up shoot bola basket, harus menggunakan gaya mengajar yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menentukan gaya 62 mengajar yang tepat, khususnya untuk meningkatkan kemampuan lay up shoot bola basket. C. Saran Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada guru Penjaskes di SMP Negeri 2 Bendosari Sukoharjo, disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Dalam menerapkan gaya mengajar hendaknya perlu dipertimbangkan kelebihan dan kelemahannya serta tingkat efektifitasnya agar diperoleh hasil belajar yang maksimal. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket perlu diterapkan gaya mengajar yang tepat. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, gaya mengajar inklusi dan eksplorasi dapat meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket, namun gaya mengajar inklusi lebih baik pengaruhnya sehingga upaya meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket dapat diterapkan gaya mengajar inklusi. 63 DAFTAR PUSTAKA Agus Mahendra. 2000. Senam. Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Agus Mukholid. 2004. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Yudhistira. Arma Abdoellah. 1981. Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Sastra Hudaya. A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun. 1992. Permainan Besar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Hal Wissel. 2000. Bola Basket Dilengkapi Dengan Program Pemahiran dan Teknik. Alih Bahasa. Bagus Pribadi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Husdarta & Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Imam Sadikun. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Muhammad Ali. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Rusli Lutan 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Soebagio Hartoko. 1993. Bola Basket I. Surakarta: UNS Press. Srijono Brotosuryo, Sunardi dan M. Furqon H. 1994. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Bagian Proyek Penataran Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD Setara D II. 64 Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press. Sutrisno Hadi 1982. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. 1995. Metodologi Research Jilid IV. Yogyakarta: Andi Offset. Vic Ambler. 1990. Petunjuk untuk Pelatih dan Pemain Bola Basket. Bandung: Tarsito. 65