BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Permainan Bolabasket Permainan bolabasket ini hendaknya dianggap sebagai olahraga yang dapat diajarkan sejak masih kecil. Sejak dulu para guru seringkali menunda mengajarkan olahraga ini sampai anak mencapai usia tigabelas atau empatbelas tahun. Cara berfikir terbaru mengenai bidang pendidikan menyebabkan olahraga basket ini menjadi sangat populer di sekolah-sekolah menengah,, dimana anak laki-laki dan wanita dapat berain bersama dalam satu tim. Juga, para pelatih dan pengamat olahraga lainya telah mendapat suatu kesimpulan yang tidak mungkin dikesampingkan begitu saja. Mereka beranggapan bahwa anak-anak yang mulai belajar bolabasket pada usia antara delapan dan tigabelas tahun, memiliki keuntungan yang berbeda dibandingkan dengan mereka yang memulai belakangan. Permainan bola basket merupakan olahraga permainan yang menggunakan bola besar. Permainan bola basket dilakukan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari 5 orang pemain. Dalam permainan bolabasket, bola boleh dioper atau boleh dilemparkan pada temanya atau boleh dipantulkan kelantai (ditempat, sambil berjalan dan berlari), setiap regu berusaha memasukkan bola kedalam keranjang lawan dan mencegah regu lawan memasukkan bola atau membuat angka. Permainan bolabasket memerlukan kerjasama tim dan penguasaan teknik dasar yang baik, bermain bolabasket dalam hal ini sangat dibutuhkan dalam 1 melakukan pertahanan maupun penyerangan. Setiap teknik dasar permainan bolabasket perlu dikuasai sempurna oleh setiap pemain, dengan cara memainkan bola baik saat dribbling, passing, maupun shooting. Dewasa ini permainan bola basket telah menjadi olahraga yang cukup digemari oleh seluruh kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja sampai orang tua. Bola basket telah menjelma menjadi olahraga yang menarik dan ditambah dengan unsur hiburanya. Tetapi terkadang orang tidak mengetahui atau kurang pahan apa sebenarnya permainan bola basket. Jadi dapat disimpulkan bahwa permainan bolabasket tidak bisa dipandang sebelah mata, disebabkan karena permainan ini sangat menarik dan dapat dimainkan dari kalangan bawah hingga kalangan atas baik anak-anak maupun dewasa. 2.1.2 Teknik Dasar Permainan Bolabasket 2.1.2.1 Dribbling Dribbling merupakan teknik dasar bermain bolabasket yang paling penting. Dribbling ini merupakan gerakan membawa bola atau menggiring bola dari satu titk ke titik atau tempat lain, dribbling berguna untuk melewati permainan lawan untuk mendekati papan ring basket. Budi Sutrisno (2010:12) mengatakan bahwa, mendribbling/menggiring bola adalah salah satu cara yang diperbolehkan dalam peraturan untuk membawa lari bola kesegala arah. Seorang pemain boleh membawa lari bola lebih dari satu langkah asalkan bola sambil dipantulkan baik dengan berjalan atau berlari. Menggiring bola adalah salah satu usaha membawa bola menuju kedepan daerah 2 lawan. Cara menggiring bola yang dibenarkan adalah dengan satu tangan, yaitu tangan kiri/kanan. Kegunaan menggiring bola adalah untuk mencari peluang serangan, menerobos pertahanan lawan dan memperlambat tempo permainan. Adapun bentuk-bentuk menggiring bola, antara lain menggiring bola tinggi (untuk kecepatan), menggiring bola rendah (untuk mengontrol/menguasai bola, terutama dalam menerobos pertahanan lawan), dan menggiring campuran sesuai kebutuhan. Menurut Roji, (2009:8) bahwa ada beberapa model dalam melakukan teknik dasar mendribble dengan konsisten dan tepat dalam berbagai situasi. Model pebmbelajaranya sebagai berikut: 1. Mendrible bola basket bergerak maju, mundur, dan menyamping. 2. Mendrible bola basket mengikuti teman yang ada didepanya. Latihan ini dilakukan berpasangan. 3. Adu cepat menggiring bola basket melalui rintangan (zig-zag) dalam bentuk lari berantai. Latihan ini dilakukan secara berkelompok. Menurut Sodikin Chandra (2010:24) bahwa, teknik dasar drible antara lain: a. Drible tinggi, dilakukan dengan tujuan untuk menggiring bola sambil berjalan atau berlari pelan-pelan kedepaan. Biasanya drible tinggi ini dipergunakan pada saat jauh dari penjagaan lawan. b. Drible rendah, dilakukan dengan tujuan menghindari lawan yang ingin merebut bola dan dilaksanaakan dengan tempo yang 3 lambat/cepat sambil mencari arah/jalan untuk menghindarinya. Biasanya dribel rendah ini juga dilakukan untuk melakukan terobosan kearah pertahanan lawan. Vic Amber (2012:30) mengatakan bahwa Berbagai pendapat tentang perlu tidaknya melatih pemain bagaimana cara mendribbling bola dengan baik, masih saja dipertentangkan. Tetapi umumnya kebanyakan pelatih, sekarang berpendapat bahwa dribbling sangatlah penting. penting untuk pemain agar tidak asing lagi akan bola dan paling baik jika dilatih sejak permulaan. Tidak dapat diragukan bahwa bagaimanapun, pemain muda seringkali melakukan dribble terlampau banyak. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dribbling dalam permainan basket sangat penting untuk dilakukan sebab selain mengontrol/menguasai bola dribbling juga dapat digunakan untuk menerobos pertahanan lawan. 2.1.2.2 Lay Up Shoot Menurut Vic Amber (2013:33) bahwa lay up shoot merupakan tembakan yang paling aman dan paling efektif jika pemain yang memegang bola tidak dibayangi lawan. Pemain-pemain muda seringkali kehilangan kesempatan bagus ini, dan melakukan tembakan berulang kali karena mereka tidak mampu melokasi letak jala yang tepat dengan matanya. Biasanya ini disebabkan karena mereka terlampau sibuk bekerja keras mengontrol bola. Kalau kemampuan mengontrol bola dan melakukan berbagai gerakan berpindah tempat sudah dipelajari secara 4 mendetail, dengan melakukan berbagai latihan dribbling dan mengoperkan bola, problem seperti ini sebenarnya sudah dapat ditanggulangi. Acmad Esnoe Sanoesi (2010:30) mengemukakan bahwa, teknik dasar lay up shoot ini bisa dilakukan dari arah sebelah kiri papan atau sebelah kanan papan (ring basket). Apabila dilakukan dari sebelah kanan, maka kaki kiri merupakan tumpuan dan langkah pertama dilakukan oleh kaki kanan, dan sebaliknya. Adapun langkah-langkah dalam melakukan lay up shoot adalah sebagai berikut: 1. Pertama-tama dilakukan dengan posisi badan diam. 2. Bola dipegang di depan badan. 3. Kaki kanan atau kiri sebagai tumpuan berada didepan. 4. Gerakan kaki kanan atau kiri yang berada dibelakang ke arah depan (gerakan melompat) dengan hitungan satu.. 5. Langkahkan kaki tumpuan tadi kearah yang sama dengan jarak yang lebih pendek, dilanjutkan dengan meloncat keatas setinggi mungkin sambil melepaskan bola kearah ring basket (hitungan dua dan tiga). 6. Setelah pemain bisa, maka dapat dilakukan dengan berjalan lalu berlari. Pada saat melakukan gerakan lay up shoot ini, posisi bola tetap berada didepan dada dan tidak bergerak ke kiri ataupun ke kanan. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan para pemain pemula dan mempermudah mereka dalam melakukan tembakan kearah ring basket. Seperti yang dikemukakan oleh Roji (2009:12) bahwa, tembakan lay up shoot ini dimulai dari menangkap bola 5 sambil melayang, mendarat satu kaki depan, melangkahkan kaki yang lain, melompat mendekati basket sampai memasukan bola kebasket, baik dengan satu tangan atau dua tangan, cara memasukkan bola dapat langsung ke basket atau melalui pantulan papan yang telah disediakan. Tembakan bisa melalui satu tangan dengan telapak tangan menghadap keatas atau meghadap kearah basket atau dengan satu tangan diatas kepala. Didalam melakukan tembakan lay up shoot, ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Pada saat menerima bola harus dalam keadaan melayang. 2. Langkah pertama harus lebar atau jauh untuk keseimbangan, langkah kedua pendek untuk memperoleh awalan tolakan yang kuat agar dapat meloncat setinggi-tingginya. 3. Saat melepaskan bola untuk tembakan bola harus dilepas (dilecutkan) dengan kekuatan lecutan ujung jari. Sebaiknya bola memantul pada papan pantul disekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil diatas basket, bila dilakukan dari sebelah kanan simpai. Bila dilakukan dari sebelah kiri maka pantulan bola juga pada papan sebelah kiri sampai dekat dengan garis tegak disamping kiri simpai. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gerakan lay up shoot adalah merupakan tembakan yang paling aman dan paling efektif untuk mendapatkan poin secara mudah dalam permainan. 6 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament). 2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Menurut Trianto (2012:22) bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Merujuk pada hal ini perkembangan model pembelajaran terus mengalami perubahan dari model tradisional menuju model modern. Model ppembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi pembelajaran yang tersusun rapi untuk memberikan suatu aktifitas kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis berupa perencanaan atau pola-pola mengajar secara tatap muka didalam kelas untuk mencapai tujuan belajar (Rosdiani, 2012:78). Arends (dalam Trianto, 2011:25) menyeleksi enam model yang sering dan praktis digunakan dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaraanya dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan meteri pelajaran tertentu. Oleh karena itu dari beberapa model pembelajaran yang ada kiranya perlu diseleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkaan suatu materi tertentu. Maufur (2010:10) mengemukakan bahwa model pembelajaraan merupakan media penghubung interaksi dua sisi yang berbeda (guru dan siswa) 7 untuk dapat saling memahami, membutuhkan dan memadukan kesepemahamanbersama, agar materi pelajaran terasa menarik untuk dipelajari. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk atau sistem pembelajaaran yang memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk medesain pembelajaran melalui perencanaan dan menggelar aktivitas belajar mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran. 2.2.2 Hakekat Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tourament (TGT). Menurut Agus Suprijono (2013:54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secaraa umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu padaa akhir tugas. Roger dan David Jhonson (dalam Agus Suprijono:2013:58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam metode pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: 1. Positive interdepedence (saling ketergantungan positif). 2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). 3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif). 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota). 8 5. Group processing (pemrosesan kelompok). Menurut Anita Lie (dalam Agus Supri Jono, 2013:56) menjelaskan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran didasarkan pada falsafat homo homoni socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Langkah-langkah model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut: 1. Siswa dikelompokan dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan akademik, motivasi belajar, jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda. 2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran, pemaparan masalah (ceramah), pemberian contoh (demonstrasi). Tujuannya adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa. 3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidakk hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya.anggota 9 kelompok diberi tahu bahwa mereka belum dianggap selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi tersebut. 4. Siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik dalam tournament dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Pertandingan indivual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya. 5. Hasil pertandingan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya . poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok. 6. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yant terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain. Gagasan utama pada model pembelajaran kooperatif tipe times games tournament (TGT) adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai eterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan untuk memperoleh nilai yang memuaskan serta penghargaan atau hadiah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT), atau pertandingan permainan tim adalah model pembelajaran yang mudah diterapkan, sistem pembelajaran ini 10 siswa siswa berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar disamping guru dan sumber belajar lainnya. Dengan adanya pembelajaran berkelompok mereka akan ketergantungan dan saling membutuhkan antara sesama, sehingga rasa minder akan sesuatu disaat pembelajaraan berlangsung akan terkikis. Melalui pembelajaran kooperatif atau berkelompok mampu menciptakan sebuah suasana yang penuh kekeluargaan serta menyenangkan karena masing-masing anggota mengumpulkan point untuk menambah skor dalam pertandingan permainan tim sebagai salah satu motivasi untuk mecapai tujuan pembelajaran. 1.2.3 Hasil Penelitian Relevan 1. D. harun Haris (2013:24) penelitian tentang meningkatkan teknik dasar servis forehand permainan tenis meja melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 telaga biru Kabupaten Gorontalo. Dalam penelitian dinyatakan bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TGT, kemampuan teknik dasar servis forehand permainan tenis meja pada observasi awal dengan nilai rata-rata 49,74, siklus I dengan nilai rata-rata 60,42, dan siklus II dengan nilai rata-rata 76,04, peningkatan sebesar 15,62 atau 25,85. 2. Perkasa Dwi Putra (2013:11) penelitian tentang meningkatkan keterampilan dasar lay up shoot dalam permainan bola basket melalui metode pembelajaran discovery pada siswa kelas X SMA Negeri 1 limboto. Dalam penelitian dinyatakan bahwa dengan menerapkan strategi 11 pembelajaran kooperatif tipe TGT, kemampuan teknik dasar lay up shoot permainan bola basket pada observasi awal dengan nilai rata-rata 54,06, siklus I dengan nilai rata-rata 67,81, dan siklus II dengan nilai rata-rata 80,31, peningkatan sebesar 12,5 atau 67,81. 1.2.4 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (time games tournament), maka penguasaan teknik dasar lay up shoot dalam permainan bola basket di kelas X SMA Negeri 2 Kota Gorontalo akan meningkat”. 1.2.5 Indikator Kinerja Apabila terjadi peningkatan teknik dasar lay up shoot dalam permainan bolabasket hingga mencapai 85% dari jumlah siswa yang diteliti yakni 24 orang siswa dengan penelitian nilai rata-rata 75.00 atau dengan kategori “baik” maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya dan dianggap selesai. 12