BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk
membuat siswa belajar dengan cara mengaktifkan faktor internal dan faktor
eksternal yang turut mempengaruhi ketercapaian hasil belajar. Slameto (1995:54)
menjelaskan faktor yang mempengaruhi belajar ada dua golongan, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa meliputi
faktor psikologi dan fisik siswa tersebut, sedangkan faktor eksternal berasal dari
lingkungan belajar meliputi suasana, iklim, budaya belajar, tempat belajar, dan
strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Salah satu faktor internal yang berpengaruh dalam proses pembelajaran
ialah gaya belajar. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda sesuai dengan
tipenya masing-masing. Siswa mampu belajar secara maksimal apabila dapat
belajar sesuai dengan gaya belajar yang ia miliki. Gaya belajar yang dimiliki oleh
siswa juga akan berpengaruh terhadap pencapaiannya dalam proses pembelajaran
dan pengembangan kompetensi yang dimiliki serta kemampuan berpikir kritisnya.
Berdasarkan kecenderungan modalitas maka gaya belajar dapat dibagi menjadi
tiga macam yaitu gaya belajar visual (visual learners), auditorial (auditory
learners), dan kinestetik (tactual learners). Tidak semua jenis gaya belajar ini
mampu terakomodasi dengan baik dalam pembelajaran, akibatnya proses
pembelajaran menjadi kurang optimal.
Biologi sebagai salah satu bagian dari sains menuntut adanya sebuah
proses ilmiah dalam proses pembelajarannya. Dalam pelajaran biologi, hendaknya
mampu dikembangkan proses pembelajaran yang mendorong siswa mempelajari
biologi sesuai dengan hakikat sains yang ada. Biologi bukan sekedar sebuah ilmu
yang mempelajari kajian-kajian teori dan hafalan-hafalan semata. Akan tetapi,
biologi merupakan sebuah cabang ilmu yang di dalamnya terdapat teori-teori yang
merupakan hasil dari suatu proses rangkaian kegiatan ilmiah seperti merumuskan
masalah, menentukan hipotesis, mengambil data, menganalisis, dan menarik
1
2
kesimpulan. Dengan cara ini, biologi dapat dipelajari sebagai ilmu sains secara
penuh.
Hakikat biologi sabagai sains, menuntut suatu proses ilmiah dalam
pembelajaran biologi. Hal ini diperlukan agar dapat memahami konsep-konsep
ilmu dan teori yang ada dalam biologi. Tanpa adanya penguatan pemahaman
konsep, sehingga mudah terjadi kesalahan konsep dalam biologi. Pemahaman
konsep biologi secara baik dan benar sesuai hakikat biologi sabagai sains
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Proses pembelajaran biologi yang sering kali diterapkan oleh guru adalah
teacher centered (Bourke, 2004). Guru secara tidak langsung memposisikan
biologi sebagai ilmu hafalan. Hal ini mendorong siswa untuk cenderung
menerima apa adanya konsep materi yang mereka dapatkan dari guru, tanpa
menganalisisnya terlebih dahulu. Akibatnya siswa menjadi terbiasa menerima
materi apa adanya tanpa ada keinginan untuk meng-explore-nya lebih lanjut. Hal
ini menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa menjadi terabaikan, kurang
berkembang, dan berpotensi menyebabkan terjadi kesalahan konsep biologi itu
sendiri.
Salah satu model yang mampu mengakomodasi perkembangan
kemampuan berpikir kritis adalah model inkuiri. Pembelajaran inkuiri merupakan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa)
secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran ini menekankan pada
proses mencari dan menemukan, yaitu siswa sebagai subyek yang aktif dan guru
sebagai fasilitatornya. Proses pembelajaran cenderung didominasi oleh siswa.
Konsep tidak diberikan secara langsung tetapi didapatkan para siswa melalui
proses ilmiah yang mereka lakukan sendiri. Hal ini sesuai dengan hakikat biologi
sebagai sains. Dengan begitu, proses pembelajaran mampu meningkatkan
kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis guna
memahami konsep yang ada secara benar.
3
Sanjaya (2008) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri
utama model pembelajaran inkuiri. Pertama, model pembelajaran inkuiri
menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas
yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan, sehingga dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga,
tujuan
dari
penggunaan
strategi
pembelajaran
inkuiri
adalah
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental,
akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai
pelajaran, tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya,
termasuk di sini adalah kemampuan berpikir kritisnya.
Menurut Sund and Trowbridge (1973) dalam Mulyasa (2006:109)
metode inkuiri dibagi menjadi tiga, yaitu inkuiri terbimbing, inkuiri bebas, dan
inkuiri bebas yang dimodifikasi. Dalam proses pembelajaran di SMA, guru lebih
cocok untuk menerapkan metode inkuiri terbimbing, Hal ini dikarenakan metode
ini sesuai untuk diterapkan pada peserta didik yang belum terbiasa dengan inkuiri.
Berdasarkan
permasalahan
yang
ada,
diperlukan
suatu
model
pembelajaran yang mampu merubah pembelajaran yang selama ini cenderung
berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selain itu
model pembelajaran yang diterapkan hendaknya mampu mengakomodasi proses
ilmiah guna mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran
inkuiri terbimbing sangat cocok untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Pembelajaran inkuiri mampu mengakomodasi beberapa aspek
ketrampilan berpikir kritis sesuai yang dikemukakan oleh Moon (2008), yaitu
mengevaluasi suatu objek, mengembangkan argumen, meninjau kembali suatu
4
peristiwa, terlibat dalam proses membangun ide orang lain, dan kebiasaan terlibat
dengan alam sekitar.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rustini (2009) diketahui bahwa
model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
mengembangkan aktivitas belajar siswa sehingga proses dan hasil belajar siswa
menjadi lebih baik. Hal ini membuktikan model pembalajarn inkuiri layak
dipertimbangkan
sebagai
alternatif
model
pembelajaran
yang
mampu
mengakomodasi penggunaan kemampuan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka telah dilakukan penelitian pada materi
bab Fungi mengenai:
“PENGARUH
PENGGUNAAN
MODEL
PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS X SMA N
KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dalam pembelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas
X SMA N Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013?
2.
Apakah ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa kelas X SMA N Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013?
3.
Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
gaya belajar siswa terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA N
Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013?
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dalam pembelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa kelas X SMA N Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.
Untuk mengetahui adanya pengaruh gaya belajar siswa terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa kelas X SMA N Karangpandan Tahun Pelajaran
2012/2013.
3.
Untuk mengetahui adanya interaksi antara model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan gaya belajar siswa terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa kelas X SMA N Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:
1.
Bagi Siswa
a.
Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
b.
Membantu siswa dalam menyerap materi pelajaran secara benar.
2.
Bagi Guru
Membantu guru memilih model pembelajaran yang efektif untuk siswa.
3.
Bagi Institusi
Memberikan masukan dalam upaya penerapan pembelajaran yang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Download